HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DENYUT JANTUNG DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PADA ANGGOTA PENCAK SILATPERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh: TIARA RIDIASEPRINA J500100078
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DENYUT JANTUNG DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PADA ANGGOTA PENCAK SILATPERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Tiara Ridiaseprina, Retno Suyaningsih, Safari Wahyu Jatmiko, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Tiara Ridiaseprina. J500100078, 2010. Hubungan antara Frekuensi Denyut Jantung dengan Volume Oksigen Maksimal pada Anggota Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Universitas Muhammadiyah Surakarta. Latar Belakang: Volume Oksigen Maksimal (VO2 Maks) merupakan suatu ukuran dari kapasitas sistem kardiovaskuler yang menunjukkan tingkat kebugaran seseorang. Banyak faktor yang mempengaruhi VO2 Maks, salah satunya adalah perubahan frekuensi denyut jantung akibat aktivitas fisik Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara frekuensi denyut jantung dengan Volume Oksigen Maksimal tersebut. Metode: Desain penelitian menggunakan metode penelitian analitik observasional non-ekperimental dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 33 anggota pencak silat dengan teknik purposive sampling dan dilakukan pengukuran VO2 Maks di laboratorium Fisiologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Data dianalisis dengan uji korelatif Pearson dengan program SPSS 17.0 for windows. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p = 0.000 (p < 0.05) yang menunjukkan terdapat korelasi bermakna antara dua variabel yang diuji dan nilai korelasi Pearson sebesar – 0.747 yang menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang kuat. Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara frekuensi denyut jantung dengan Volume Oksigen Maksimal pada Anggota Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kata Kunci : Frekuensi Denyut Jantung, Volume Oksigen Maksimal, Pencak Silat
RELATIONSHIP BETWEEN HEART RATE AND MAXIMAL OXYGEN UPTAKE ON PENCAK SILAT MEMBERS IN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA Tiara Ridiaseprina, Retno Suryaningsih, Safari Wahyu Jatmiko, Faculty of Medicine Muhammadiyah University of Surakarta ABSTRACT Tiara Ridiaseprina. J500100078, 2010. Relationship between Heart Rate and Maximal Oxygen Uptake on Pencak Silat Members in Persaudaraan Setia Hati Terate Muhammadiyah University of Surakarta. Background: Maximal Oxygen Uptake ( VO2 max ) is a measure of the capacity of the cardiovascular system that shows a person's fitness level. Many factors affect the VO2 Max , one of them is the change in heart rate due to physical activity. Puspose: To determine whether there is a relationship between heart rate with the Maximal Oxygen Uptake. Method: The study design in observational analytic studies of non - experimental cross sectional design. The number of samples are 33 members of the pencak silat which the sampling tehnique using purposive sampling and measurement of VO2 Max in Physiology laboratory Muhammadiyah University of Surakarta. Data were analyzed with Pearson correlative test with SPSS 17.0 for Windows. Result: The results showed that the value of p = 0.000 ( p < 0.05 ), which indicates there is a significant correlation between the two variables tested and Pearson correlation value of - 0.747 which shows a negative correlation with the strength of the correlation is strong. Conclusion: This study concludes that there is a significant correlation between heart rate with a Maximal Oxygen Uptake on Pencak Silat Members in Persaudaraan Setia Hati Terate Muhammadiyah University of Surakarta.. Keywords : Frequency Heart Rate , Maximal Oxygen Uptake , Pencak Silat
PENDAHULUAN Sebuah studi dari WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa gaya hidup kurang aktifitas adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak atau aktifitas fisik. Pada negara maju dan negara berkembang di seluruh dunia terdapat 60% hingga 85% orang dewasa tidak cukup beraktifitas fisik.1 Kemajuan teknologi tanpa disadari telah membuat aktivitas fisik berkurang. Di Indonesia prevalensi kurangnya aktivitas fisik pada penduduk usia lebih dari 10 tahun mencapai angka 48,2%.2 Di negara-negara berkembang, penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan segera menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab kematian dan disabilitas. Berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005 – 2025, PTM seperti penyakit kardiovaskuler semakin meningkat dan menjadi tantangan lain yang harus dihadapi. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup kurang aktivitas dan perilaku yang tidak sehat.3 Olahraga seharusnya diutamakan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani untuk mencegah buruknya perubahan gaya hidup kurang aktivitas. Kebugaran jasmani dapat dinilai melalui volume oksigen maksimal (VO2 Maks). Diperlukan intensitas olahraga yang cukup untuk memaksimalkan kebugaran jasmani. Pemeriksaan frekuensi denyut jantung adalah salah satu indikator untuk mengukur kecukupan intensitas olahraga.4 Volume oksigen maksimal (VO2 Maks) adalah suatu ukuran dari kapasitas sistem kardiovaskular dalam menghantarkan oksigen oleh darah ke massa otot yang terlibat dalam kerja yang dinamis selama satu menit.5 Penelitian mengenai frekuensi denyut jantung dan VO2 Maks pernah dilakukan oleh Khasan, Rustiadi dan Annas (2012) pada pemain sepak bola. Pada penelitian tersebut, terdapat hubungan yang signifikan antara denyut jantung istirahat dengan VO2 Maks pada pemain sepakbola SSB PUSLAT Tersono Kabupaten Batang Tahun 2012-2013.6
Kebutuhan pengukuran VO2 Maks sangat penting terutama bagi seorang atlet pencak silat karena VO2 Maks dibutuhkan untuk memaksimalkan teknik dan taktik dalam pencak silat.7 TINJAUAN PUSTAKA Denyut jantung adalah sejumlah kontraksi ventrikel jantung per menit. Pada manusia rata – rata frekuensi denyut jantung berkisar 60 – 100 per menit.8 Kondisi frekuensi denyut jantung diatas normal disebut takikardi dan kondisi frekuensi denyut jantung dibawah normal disebut bradikardi.9 Denyut jantung per menit (kecepatan jantung) rerata saat istirahat pada manusia yang sehat adalah 70 menit per menit, ditentukan oleh ritmisitas nodus SA (sinoatrium).10 Pengukuran frekuensi denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling umum adalah menghitung denyut jantung melalui arteri radialis selama satu menit atau mendengarkan langsung denyut jantung melalui stetoskop. Bisa juga melalui ECG (Electrocardiogram) dengan cara membagi 1500 dengan jumlah kotak kecil diantara 2 gelombang R bila irama jantung teratur.5 Volume oksigen maksimal (VO2 Maks) adalah suatu ukuran dari kapasitas sistem kardiovaskular untuk memberikan oksigen darah ke massa otot yang terlibat dalam kerja yang dinamis selama satu menit.5 Volume oksigen maksimal (VO2 Maks) merupakan produk dari maksimal cardiac output dan ekstraksi oksigen maksimal oleh jaringan, yang keduanya dapat meningkat oleh latihan fisik.8 VO2 Maks adalah sejumlah volume oksigen maksimal yang dapat didistribusikan dari paru-paru ke otot dalam mililiter per kilogram berat badan per menit.11 Ketika seseorang berolahraga, terjadi peningkatan kerja otot – otot rangka (muskuloskeletal). Dalam muskuloskeletal terdapat reseptor – reseptor yaitu kemoreseptor dan mekanoreseptor. Saat berolahraga, terjadi perubahan regangan otot dan perubahan konsentrasi O2 dan CO2 sehingga kedua reseptor ini mempengaruhi regulasi kerja jantung – paru dan saraf simpatis.12
Akhir proses dari regulasi kerja paru dan jantung terhadap olahraga adalah peningkatan stroke volume, penurunan frekuensi denyut jantung dan peningkatan kerja otot – otot diafragma dan otot – otot interkostal. Sehingga olahraga dapat meningkatkan VO2 Maks.13 METODE PENELITIAN Desain
penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
analitik
observasional non-ekperimental dengan rancangan cross sectional untuk mengetahui hubungan frekuensi denyut jantung dan VO2 Maks pada anggota Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada bulan Januari 2014. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi: (1). Anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate UMS pria dan wanita usia 18 – 25 tahun (2). Bersedia menjadi subjek penelitian (3). Dalam keadaan sehat. Kriteria Eksklusi : (1). Memiliki riwayat penyakit PPOK, asma, anemia, TBC (2). Mempunyai kebiasaan merokok sedikitnya satu batang per hari minimal selama setahun hingga penelitian ini dilakukan (3). Sedang cedera atau mengalami cacat fisik HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 di laboratorium Biomedik sub laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sebelum penelitian telah dilakukan pemilihan sampel secara purposive sampling pada anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate. Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Laki–laki Perempuan Total
Frekuensi
Persen
26
78.8
7
21.2
33
100.00
Dari tabel diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin sampel menunjukkan 26 orang (78,8%) laki – laki dan 7 orang (21,2%) adalah perempuan. Pada data tersebut menunjukkan frekuensi jenis kelamin sampel laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Pada populasi anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate UMS menunjukkan hal yang sama dan sampel telah memenuhi kriteria retriksi. Tabel 2. Hasil Uji T Tidak Berpasangan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Volume Oksigen Maksimal (VO2 Maks) VO2 Maks
Mean
N
p
Laki-laki
61.5754
26
0.02
Perempuan
52.6429
7
Jenis Kelamin
Dari tabel 2 diperoleh data bahwa rata-rata VO2 Maks pada laki-laki 61,5754 dan rata-rata VO2 Maks pada perempuan 52,6429. Perbedaan VO2 Maks antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan yaitu nilai p = 0,02
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur, Frekuensi Denyut Jantung Kerja dan Berat Badan Batas
Batas
Standar
Variabel
Frekuensi
bawah
atas
Mean
deviasi
Umur (Tahun)
33
18
25
20.91
1.528
Frekuensi
33
112
154
132.24
10.326
33
43
72
54.76
5.847
Denyut Jantung Kerja (kali/menit) Berat Badan (kg)
Dari tabel diatas diperolah rata-rata sampel berumur 20.91 tahun (SD 1.528) dengan usia terendah 18 tahun dan usia tertinggi 25 tahun. Frekuensi denyut jantung kerja terendah adalah 112 kali/menit dan tertinggi 154 kali/menit sehingga rata-rata frekuensi denyut jantung kerja adalah 132.24 kali/menit (SD 10.326). Dari data menunjukkan pula berat badan rata-rata 54.76 kg (SD 5.847) dengan nilai terendah 43 kg dan nilai tertinggi 72 kg. Tabel 4. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Frekuensi Denyut Jantung Istirahat dan VO2 Maks Batas
Batas
Standar
Variabel
Frekuensi
bawah
atas
Mean
deviasi
Frekuensi Denyut
33
44
70
60.09
6.630
33
46.20
85.70
59.6806
10.34992
Jantung Istirahat (kali/menit) VO2 Maks (ml/kgBB/menit)
Dari tabel diatas diperoleh , frekuensi denyut jantung istirahat sampel berada antara 44 kali/menit sampai 70 kali/menit sehingga rata-rata frekuensi denyut jantung istirahat sampel adalah 60.09 kali/menit (SD 6.630), dan nilai VO2 Maks sampel penelitian berada antara 46.20 ml/kgBB/menit sampai 85.70 ml/kgBB/menit sehingga rata-rata nilai VO2 Maks adalah 59.6806 ml/kgBB/menit (SD 10.34992).
Tabel 5. Uji Normalitas Data Sebelum Dilakukan Transformasi Data Saphiro-Wilk
Frekuensi Denyut
Frekuensi
P value
33
0.067
33
0.007
Jantung istirahat
VO2 Maks
Tabel 6. Uji Normalitas Data Sesudah Dilakukan Transformasi Data Saphiro-Wilk
Frekuensi Denyut
Frekuensi
P value
33
0.067
33
0.053
Jantung istirahat
VO2 Maks
Uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk dengan menggunakan program SPPSS 17.0 for windows karena sampel penelitian kurang dari 50 sampel (33 sampel). Berdasarkan uji normalitas data diperoleh nilai p = 0.067 untuk frekuensi denyut jantung istirahat dan nilai p = 0.007 untuk VO2 Maks. Karena nilai p < 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi data untuk frekuensi denyut jantung istirahat dan VO2 Maks adalah tidak normal. Selanjutnya dilakukan transformasi data agar distibusi data berdistribusi normal kemudia diuji dengan uji normalitas Saphiro-Wilk. Setelah data diuji kembali didapat nilai p untuk frekuensi denyut jantung istirahat dan VO2 Maks adalah 0.067 dan 0.053. Nilai p setelah transformasi adalah > 0.05 maka distribusi data normal. Berdasarkan hasil uji normalitas data tersebut, uji Pearson digunakan untuk uji hipotesis hubungan antara frekuensi denyut jantung istirahat dan VO2 Maks.
Tabel 7. Uji Korelatif Pearson VO2 Maks Frekuensi Denyut
R
-0.747
Jantung Istirahat
P value
0,000
N
33
Dari tabel diatas diketahui nilai p = 0.000 yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara frekuensi denyut jantung istirahat dan VO2 Maks karena nilai p < 0.05. Nilai korelasi Pearson sebesar – 0.747 yang menunjukkan arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi kuat. PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan step test Astrand Rhyming untuk menghitung VO2 Maks. Step test Astrand Rhyming sama seperti Treadmill dan Ergometer Sepeda. Step test Astrand Rhyming tidak membutuhkan alat-alat yang mahal, tidak perlu dikalibrasi, cukup familiar dan proposinya sama dengan dengan treadmill dan ergometer sepeda.15 Setelah mendapatkan data frekuensi denyut jantung isitirahat, berat badan, tinggi badan dan frekuensi denyut jantung kerja melalui pengukuran, dilakukan penghitungan VO2 Maks dengan menggunakan normogram Astrand Rhyming. Frekuensi denyut jantung kerja dan berat badan sampel diplotkan pada normogram Astrand Rhyming. Setelah didapat VO2 Maks melalui normogram Astrand Rhyming dikoreksi dengan koreksi faktor umur dan dibagi berat badan (kg). Hasilnya didapat VO2 Maks dalam ml/kgBB/menit.15 Penelitian ini menggunakan uji Saphiro-Wilk dengan program SPSS 17.0 for windows karena sampel penelitian kurang dari 50 sampel. Uji normalitas data frekuensi denyut jantung istirahat dan VO2 Maks dari tabel diperoleh nilai p = 0.067 untuk frekuensi denyut jantung istirahat dan nilai p = 0.007 untuk VO2 Maks, maka hasil VO2 Maks dilakukan transformasi. Setelah ditransformasi didapat p = 0.053 sehingga dapat disimpulkan distribusi kedua data normal karena nilai p > 0.05.
Berdasarkan hasil distribusi data tersebut, maka digunakan uji korelasi Pearson karena telah memenuhi syarat yaitu distribusi data normal.16 Berdasarkan tabel 7 hasil uji korelasi Pearson antara frekuensi denyut jantung istirahat dan VO2 Maks didapat nilai p = 0.000, kareni nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara frekuensi denyut jantung istirahat dan VO2 Maks. Selain itu, didapat pula nilai r = - 0.747 yang menunjukkan bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan yang kuat.16 Penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diharapkan peneliti, yaitu adanya hubungan antara frekuensi denyut jantung dan VO2 Maks. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Khasan dkk, yaitu ada korelasi yang signifikan antara frekuensi denyut jantung isitirahat dan kapasitas aerobik (VO2 Maks) karena frekuensi denyut jantung yang cenderung bradikardi pada olahragawan menunjukkan efisiensi kerja jantung dalam memompa darah. Kerja jantung yang efisien memiliki nilai VO2 Maks yang lebih baik daripada frekuensi denyut jantung isitrahat yang normal.6 Volume oksigen maksimal (VO2 Maks) merupakan produk dari maksimal cardiac output dan ekstraksi oksigen maksimal oleh jaringan, yang keduanya dapat meningkat oleh latihan fisik. Latihan fisik dapat meningkatkan VO2 Maks. Olahraga menyebabkan perubahan pada otot rangka yaitu peningkatan jumlah mitokondria, peningkatan kapiler dan distribusi darah ke otot lebih baik. Sehingga, ekstraksi oksigen lebih sempurna dan pembentukan laktat lebih rendah. Peningkatan aliran darah ke otot lebih rendah, frekuensi denyut jantung lebih rendah.8 Nilai VO2 Maks dipengaruhi beberapa hal salah satunya adalah jenis kelamin. Populasi anggota pencak silat Persaudaran Setia Hati Terate diketahui lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan, maka sampel yang didapat lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Berdasarkan penelitian Tarigan (2010) bahwa pada wanita VO2 Maks lebih rendah dibandingkan laki-laki. Pada wanita cenderung memiliki hemoglobin lebih rendah dibandingkan laki-laki serta penumpukan lemak pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.17 Pada tabel 2 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Berdasarkan Jenis Kelamin dan VO2 Maks
didapat nilai p = 0.02, karena nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan nilai VO2 Maks antara laki-laki dan perempuan. Selain jenis kelamin, usia dan berat badan juga dapat mempengaruhi VO2 Maks pada individu. Usia 20 hingga 29 tahun daya tahan kardiorespirasi mencapai puncaknya. Selain itu, frekuensi denyut jantung istirahat cenderung normal hingga bradikardi di usia ini.13 Berat badan menunjukkan komposisi tubuh seseorang. Berat badan orang yang sehat dengan seorang olahragawan tentu berbeda. Seorang olahragawan cenderung memiliki berat otot lebih besar daripada jaringan lemak.11 Mayoritas sampel penelitian sudah berlatih lebih dari 4 bulan hingga lebih dari 5 tahun dengan intensitas latihan lima jam tiap latihan selama dua kali seminggu. Usia dewasa muda terjadi peningkatan stroke volume, peningkatan cardiac output, penurunan frekuensi denyut jantung istirahat dan peningkatan nilai VO2 Maks setelah empat bulan latihan. Studi lain juga menyatakan bahwa terjadi penurunan frekuensi denyut jantung istirahat sebanyak 1.9 hingga 3.4 kali per menit dan peningkatan VO2 Maks sebanyak 10% setelah melakukan latihan selama 20 minggu.18 Sebuah studi A Prospective Population Study of Resting Heart Rate and Peak Oxygen Uptake (the Hunt Study, Norway) Nauman et.,al (2012) menyatakan bahwa frekuensi denyut jantung istirahat adalah prediktor penting dari VO2 Maks, frekuensi denyut jantung istirahat juga dapat memberikan informasi yang berguna mengenai kebugaran jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi denyut jantung istirahat yang tinggi memiliki nilai VO2 Maks lebih rendah.19 Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar hemoglobin. Hal ini disebabkan kadar hemoglobin memiliki korelasi positif terhadap VO2 Maks.13 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi bermakna antara Frekuensi Denyut Jantung dan Volume Oksigen Maksimal. SARAN 1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara frekuensi denyut jantung dengan volume oksigen maksimal, dan
sebaiknya dibandingkan dengan pemeriksaan VO2 Maks yang lain seperti Ergometer Sepeda atau Treadmill. 2. Dipergunakan sampel yang homogen seperti laki-laki saja atau perempuan saja. DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. 2002. Physical inactivity a leading cause of disease and disability, warns WHO available at http://www.who.int/mediacentre/news/releases/release23/en/ accessed 17 Mei 2013 2. Departemen Kesehatan RI. 2002. Panduan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan, Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI, PDSKO (Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga) dan PPKORI (Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Republik Indonesia). Jakarta. 4-15 3. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Penyakit Tidak Menular. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta 1-5 4. Giriwijoyo S, Sidik DZ. 2012. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 8-128 5. Guyton, AC. 2010. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC. Jakarta. 156-80 1005-8 6. Khasan NA, Tri R, Mohammad A. 2012. Korelasi Denyut Nadi Istrirahat dan Kapasitas Vital Paru Terhadap Kapasitas Aerobik. J PE Indo 1(4) 161-4 7. Susilo, EA. 2013. Hubungan Persentase Lemak Tubuh Terhadap Daya Tahan Kardiorespirasi Atlet Pencak Silat diKlub SMP N 01 Ngunut Tulungagung.
Program Studi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Keolahragaan,Universitas Negeri Surabaya. Suarabaya 1-3
Ilmu
8. Ganong, WF. 2012. Review of Medical Physiology. 12th ed. New York. McGraw-Hill. 521-53 9. Kharmorkar, SV. 2012. Insight in Physiology. Jaypee. India. 267-91 10. Sherwood, L. 2012. Fundamental of Human Physiology. 4th ed. Cengage Learning. Canada 328-58 11. Huldani. 2012. Status Gizi Mempengaruhi Konsumsu Oksigen Maksimal (VO2 Maksimal) Siswa Pondok Pesantresn Darul Hijrah. Bagian Fisiologi Univ Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Cermin Dunia Kedokteran 39 (3) 194-95 12. Fox, S I. 2009. Fundamentals of Human Physiology. New York. McGrawHill. 240-74 13. Powers SK, Howley ET. 2012. Exercise Physiology : Theory and Application to Fitness and Performance. McGraw-Hill. USA 281-93 14. Muller. 1961. Scales of Heart Rate. In Kroemer KHE & Grandjean E. 2009. Fitting The Task to The Human : A Textbook of Occupational Ergonomics ed 5th. The Taylor & Francis e-Library. Philadephia. 113
15. Astrand PO, Rodahl K, Dahl HA, Stromme SB. 2003. Textbook of Work Physiologi ed 4th. New York. McGraw-Hill. 280-5 16. Dahlan, MS. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta 35-144 17. Tarigan, B. 2010. Pengaruh Latihan Senam Tai Chi dan wai Tan Kung Terhadap Daya Tahan Jantung Paru dan Komposisi Tubuh (Persentase Lemak Tubuh) Pada Lanjut Usia. PPCD Kedokteran Olahraga UNPAD Bandung. FPOK UPI Bandung. 1-5 18. Wilmore JH, Stanforth PR, Gagnon J, Leon AS, Rao DC, Skinner JS, Bouchard C. 1996. Endurance Exercise Training Has A Minimal Effect On Resting Heart Rate: the heritage Study. University of Texas at Austin. J Med Sci Exer 28(7) : 829-835 19. Neuman J, Stian TA, Tom ILN, Lars JV, Ulrik W. 2012. A Prospective Population Study of Resting Heart Rate and Peak Oxygen Uptake (the Hunt Study, Norway). J PLoS ONE 7(9): e45021