ANALISIS KESULITAN YANG DIALAMI GURU KELAS BAWAH DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI WONOTUNGGAL 03 BATANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Naskah Publikasi Ilmiah
Oleh : KHOIROTUN NISA’ A 510 090 036
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAK ANALISIS KESULITAN YANG DIALAMI GURU KELAS BAWAH DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI WONOTUNGGAL 03 BATANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Khoirotun Nisa’, A. 510090036, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 211 halaman Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kesulitan yang dialami guru kelas bawah dalam menerapkan pembelajaran tematik. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah guru kelas bawah yaitu guru kelas satu, dua dan tiga SD Negeri Wonotunggal 03 Batang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas bawah SD Negeri Wonotunggal 03 Batang belum melaksanakan pembelajaran tematik. Hal tersebut dikarenakan guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Ada perbedaan kesulitan yang dialami masing-masing guru. Kesulitan guru kelas satu dan tiga adalah pada pemetaan SK, KD, dan indikator dengan tema, RPP, silabus, pengembangan jaringan tema, soal evaluasi, media, cara mengajar, pemahaman siswa dengan pembelajaran tematik. Sedangkan untuk guru kelas dua kesulitan dalam membuat media tematik. Faktor penyebab kesulitan yang dialami guru kelas bawah dalam menerapkan pembelajaran tematik di SD Negeri Wonotunggal 03 Batang adalah karena kurangnya sosialisasi pemerintah tentang pembelajaran tematik; sarana prasarana pembelajaran tematik sangat tidak memadai karena belum adanya buku tematik, jadwal tematik, soal tes tematik, dan rapot tematik dan juga kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran dan membuat media. Upaya yang dilakukan guru dan sekolah untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan menghubungkan mata pelajaran di buku pegangan yang masih mata pelajaran, bertanya dengan guru kelas bawah yang lain, mengikuti studi banding yaitu melihat pembelajaran tematik di SD lain, sharing dengan teman-teman kendala apa yang ada di pembelajaran tematik dalam forum KKG, berkonsultasi dan mencari narasumber yang dianggap mampu yang telah benar-benar mengikuti penataran untuk mengatasi masalah, mencari buku pedoman dan buku tematik di kota Batang dan Pekalongan, dan sekolah sudah mengusulkan ke pengawas untuk meminta buku pedoman pembelajaran tematik namun jawabannya menunggu dari pemerintah pusat. Kata kunci: guru kelas bawah, pembelajaran tematik
A. PENDAHULUAN Menurut
panduan
Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP),
pengelolaan kegiatan pembelajaran pada kelas awal yaitu kelas satu, dua dan tiga Sekolah Dasar dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar pembiasaan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran tematik dan diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah/madrasah (Rusman. 2012: 249). Model pembelajaran tematik tersebut merupakan salah satu model yang diperlukan untuk membantu sekolah dalam melaksanakan Standar Isi (Peraturan Mendiknas No.22 Tahun 2006) dan Standar Kompetensi Lulusan (Peraturan Mendiknas No.23 Tahun 2006). Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang terpadu dan bermakna karena disesuaikan dengan tahap perkembangan belajar anak SD. Menurut Piaget (dalam Widodo dkk: 3) perkembangan belajar anak pada usia Sekolah Dasar (711 tahun) berada pada tahap operasional konkret. Pada rentang usia ini salah satu tingkah laku anak yang tampak yaitu masih berfikir atas dasar pengalaman kongkret/nyata. Perkembangan anak pada usia ini bersifat holistik (melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan) terpadu dengan pengalaman dan lingkungannya. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang terpadu karena dimulai dengan mengangkat sebuah tema. Tema disini bersifat holistik dan terpadu karena memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam suatu wadah yang utuh yaitu tema. Tema yang diangkatpun disesuaikan dengan kejadian yang dialami oleh siswa. Hal tersebut akan menimbulkan pembelajaran yang bermakna karena siswa mengalami sendiri pengalaman tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, sudah jelas bahwa pembelajaran tematik memang cocok dilaksanakan di kelas bawah untuk sekolah dasar dan diwajibkan oleh Pemerintah, tetapi untuk pelaksanaannya belum terealisasikan. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala sekolah SD Negeri Wonotunggal 03 Batang menyebutkan bahwa pembelajaran tematik sangatlah sulit dilaksanakan oleh guru kelas awal yaitu guru kelas satu, dua dan tiga SD
Negeri Wonotunggal 03 Batang. Mereka masih merasa kesulitan baik dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai pembelajaran tematik sehingga menjadi penyebab utama ketidak pahaman guru mengenai pembelajaran tematik ini. Sosialisasi dari pemerintah mengenai pembelajaran tematik pada saat sekarang ini dirasakan sangat kurang dan tidak merata. Hal ini dapat terlihat dari sistem penataran. Pemerintah hanya menunjuk satu orang guru untuk mewakili guru sekecamatan. Terkadang guru yang ditunjuk juga monoton hanya berpusat pada satu orang saja. Jadi, tidak ada kesempatan untuk guru lain mendapat pengalaman penataran. Masalah terbesarnya adalah guru yang menjadi perwakilan tersebut sering tidak paham dengan ilmu yang telah di berikan saat penataran. Padahal guru tersebut harus dapat menyampaikan ilmu yang diterima saat penataran kepada seluruh guru sekecamatan. Tambah lagi dengan berbagai alasan sang guru untuk tidak sempat menyampaikan ilmu penataran karena kesibukan pribadi. Hal itu membuat guru lupa akan ilmu yang telah diterimanya saat penataran Berbeda dengan penataran jaman dahulu, dirasakan lebih merata. Pemerintah menunjuk guru secara bergilir untuk ditatar. Pemerintah menunjuk dua orang guru (guru kelas 1dan 6, 2 dan 5, 3 dan 4) untuk penataran dalam kurung waktu sekitar seminggu dan ditatar oleh ahli atau tutor nya secara langsung. Kemudian beberapa bulan kemudian dipanggil lagi pasangan guru yang belum ditatar. Pelatihannya sangat mendetail sebagai contoh pelatihan membuat SP kalau sekarang disebut RPP, tutor akan secara langsung membina para guru dan mengecek satu persatu. Penataran pada saat sekarang lebih banyak teori dengan pemberian seabrak materi dan guru secara mandiri harus mempelajarai sendiri. Hal tersebut membuat guru tidak mampu memahami tentang materi. Apalagi sekarang ini guru-guru di SD Negeri Wonotunggal 03 Batang juga masih dalam proses belajar di bangku kuliah.
Kesulitan yang biasanya dialami guru dalam pembelajaran adalah kesulitan dalam mengajar. Menurut Nasution (dalam Syah. 2010: 179) mengajar adalah suatu
aktifitas
mengorganisasi
atau
mengatur
lingkungan
dan
menghubungkannnya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Jadi kesulitan mengajar adalah kesulitan guru dalam mengatur lingkungan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan permasalahan diatas bahwa guru SD Negeri Wonotunggal 03 Batang mengalami kesulitan dalam mengajar yaitu dalam menerapkan pembelajaran tematik di SD. Oleh karena itu peneliti ingin megetahui kesulitan apa yang dialami guru dalam pembelajaran tematik. Menurut Sukmadinata (2009: 61) metode interaktif adalah studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara langsung dari orang dalam lingkungan ilmiahnya. Sedangkan studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan pada suatu sistem yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus-kasus. Misalnya penelitian tentang kesulitan belajar (Sukmadinata, 2009: 64). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif interaktif dengan metode studi kasus, karena penelitian ini berawal dari sebuah kasus yaitu kesulitan yang dialami guru kelas bawah dalam menerapkan pembelajaran tematik di SD Negeri Wonotunggal 03 Batang yang kemudian akan diteliti dengan pengumpulan data sehingga mendapatkan kesimpulan penyebab kesulitan dan bagaimana cara menyelesikannya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kesulitan yang dialami guru kelas bawah dalam menerapkan pembelajaran tematik di SD Negeri Wonotunggal 03 Batang dan memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
B. METODE PENELITIAN Sekolah yang digunakan peneliti sebagai penelitian ini adalah SD Negeri Wonotunggal 03 Batang, penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, yang menjadi subyek penelitian ini adalah guru
kelas bawah yaitu guru kelas satu, dua dan tiga SD Negeri Wonotunggal 03 Batang berjumlah tiga orang. Objek dalam penelitian ini adalah kesulitan yang dialami guru kelas bawah yaitu guru kelas 1, 2, dan 3 SD Negeri Wonotunggal 03 Batang dalam menerapkan pembelajaran tematik. Dalam penelitian kualitatif peran peneliti adalah sebagai key instrument artinya peneliti sendiri menyusun pertanyaan di lapangan, dikembangkan di lapangan sesuai dengan fenomena yang nampak saat itu. (Rubiyanto. 2009:68). Jenis instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah: 1. Pedoman
wawancara
berdasarkan
kisi-kisi
pertanyaan
tentang
pembelajaran tematik yang diajukan untuk kepala sekolah, guru kelas bawah yaitu guru kelas satu, dua dan tiga SD Negeri Wonotunggal 03 Batang. 2. Pedoman observasi berdasarkan komponen utama dan langkah-langkah pembelajaran tematik. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui dan mengecek apakah guru kelas bawah yaitu kelas satu, dua dan tiga SD Negeri Wonotunggal 03 Batang telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran tematik atau belum. 3. Silabus, RPP, buku paket, soal evaluasi, dan format raport kelas satu. 4. Silabus, RPP, buku paket, soal evaluasi, dan format raport kelas dua. 5. Silabus, RPP, buku paket, soal evaluasi, dan format raport kelas tiga. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data lebih banyak pada wawancara, observasi, dan dokumentasi (Sugiono. 2012: 308-309) Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab secara langsung berhadapan muka, peneliti bertanya secara lisan responden menjawab secara lisan pula (Rubiyanto. 2009: 73). Wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan guru kelas bawah yaitu guru kelas satu, dua dan tiga SD Negeri Wonotunggal 03 Batang. 2. Observasi Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan jalan mengamati langsung terhadap objek yang diteliti (Rubiyanto. 2009: 75). Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi pada kegiatan pembelajaran pada kelas bawah yaitu kelas satu, dua dan tiga SD Negeri Wonotunggal 03 Batang. 3. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental seseorang. Jadi dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mengumpulkan catatan penting. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara dapat lebih kredibel/dapat dipercaya apabila terdapat dokumen (Sugiono. 2012: 329). Dalam penelitian ini peneliti mendokumentasikan data-data sekolah yang dianggap penting dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dokumen yang dikumpulkan yaitu profil sekolah, administrasi sekolah, data inventaris kelas bawah, RPP dan silabus kelas bawah, soal evaluasi kelas bawah, format rapor kelas bawah, foto kegiatan pembelajaran kelas bawah dan SD Negeri Wonotunggal 03 Batang Analisa data penelitian ini bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Menurut Miles dan Huberman (Sugiono. 2012: 337) analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya benar-benar terungkap dengan jelas. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dialami guru kelas bawah dalam menerapkan pembelajaran tematik dan penjabarannya sebagai berikut: 1. Data Collection (Pengumpulan Data) Pengumpulan data adalah mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan wawancara mendalam, observasi dan mencatat dokumen dengan menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah pengumpulan data tentang kesulitan guru kelas bawah dalam menerapkan pembelajaran tematik di SD Negeri Wonotunggal 03 Batang melalui proses wawancara yang mendalam, observasi terhadap pembelajaran kelas bawah dan mencatat dokumen penting tentang pembelajaran tematik. 2. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data adalah merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dalam reduksi data ini yang direduksi adalah informasi yang diperoleh dari proses wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru kelas bawah (satu, dua dan tiga) SD Negeri Wonotunggal 03 Batang, Silabus dan RPP, observasi pembelajaran kelas satu, dua dan tiga. 3. Data Display (Penyajian Data) Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat dan teks naratif mengenai
kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik, faktor penyebabnya dan solusi pemecahan permasalahan. 4. Conclusion Drawing/verification Kesimpulan pada penelitian kualitatif dapat bersifat kredibel apabila ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan kembali ke lapangan mengumpulkan data. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Wawancara dengan Guru Kelas Bawah Dari hasil wawancara guru kelas bawah yaitu guru kelas satu, dua dan tiga SD Negeri Wonotunggal 03 Batang tentang kesulitan yang dialami dalam menerapkan pembelajaran maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a.
Guru kelas satu dan tiga belum mengetahui tentang komponen pembelajaran tematik sedangkan guru kelas dua sudah mengetahui tentang komponen pembelajaran tematik.
b.
Presepsi guru kelas satu mengenai pembelajaran tematik adalah tidak setuju karena tidak terfokus pada suatu materi pelajaran sedangkan guru kelas dua dan tiga menganggap pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang bagus, menyenangkan dan menarik bagi anak karena memang tidak terfokus hanya satu pelajaran namun saling mengait, menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema dan banyak berhubungan dengan alam lingkungan anak sendiri.
c.
Guru kelas satu, dua dan tiga sudah pernah mempraktekan pembelajaran tematik di dalam kelas.
d.
Kesulitan guru dalam pembelajaran tematik pada guru kelas satu dan tiga adalah pada pemetaan SK, KD, dan indikator dengan tema, pengembangan jaringan tema, silabus, RPP, soal evaluasi, media, cara
mengajar, pemahaman siswa dengan pembelajaran tematik. Sedangkan untuk guru kelas dua kesulitan dalam membuat media. e.
Faktor penyebab permasalahan tersebut adalah 1) Kurangnya sosialisasi pemerintah tentang pembelajaran tematik. 2) Sarana prasarana pembelajaran tematik sangat tidak memadai belum adanya buku tematik, jadwal tematik, soal tes tematik, dan rapot tematik. 3) Kurangnya kreatifitas guru dalam membuat media pembelajaran. 4) Terbatasnya dana dalam pembuatan media.
f.
Usaha yang telah dilakukan guru kelas bawah dan sekolah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah 1) Menghubungkan mata pelajaran di buku pegangan yang masih mata pelajaran 2) Bertanya dengan guru kelas bawah yang lain 3) Mengikuti studi banding yaitu melihat pembelajaran tematik di SD lain. 4) Sharing dengan teman-teman kendala apa
yang ada di
pembelajaran tematik dalam forum KKG. 5) Berkonsultasi dan mencari narasumber yang dianggap mampu yang telah benar-benar mengikuti penataran untuk mengatasi masalah. 6) Mencari buku pedoman dan buku tematik di kota Batang dan Pekalongan tetapi belum ada yang menjual. 7) Sekolah sudah mengusulkan ke pengawas untuk meminta buku pedoman pembelajaran tematik namun jawabannya menunggu dari pemerintah pusat. 2. Hasil Observasi Pembelajaran di Kelas Bawah Dari hasil observasi pembelajaran kelas bawah yaitu kelas satu, dua dan tiga SD Negeri Wonotunggal 03 Batang maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pembelajaran di kelas bawah SD Negeri Wonotunggal 03 Batang belum menerapkan pembelajaran tematik. Ada beberapa
alasan mengapa
pembelajaran belum dikatakan tematik karena yang utama adalah karena dalam menyampaikan materi pelajaran guru masih menggunakan mata pelajaran dan jadwalnya juga masih mata pelajaran. Metode yang digunakan guru masih konvensional yaitu ceramah dan penugasan. Pembelajaran tidak menarik karena guru tidak membuat media.
D. SIMPULAN 1. Pelaksanaan pembelajaran di kelas bawah yaitu kelas satu, dua dan tiga di SD Negeri Wonotunggal 03 Batang belum menerapkan pembelajaran tematik. 2. Kesulitan yang dialami guru kelas bawah dalam menerapkan pembelajaran tematik di SD Negeri Wonotunggal 03 Batang 3. Kesulitan guru dalam pembelajaran tematik pada guru kelas satu dan tiga adalah pada pemetaan SK, KD, dan indikator dengan tema, RPP, silabus, pengembangan jaringan tema, soal evaluasi, media, cara mengajar, pemahaman siswa dengan pembelajaran tematik. Sedangkan untuk guru kelas dua kesulitan dalam membuat media. 4. Faktor penyebab kesulitan yang dialami guru kelas bawah dalam menerapkan pembelajaran tematik di SD Negeri Wonotunggal 03 Batang a.
Kurangnya sosialisasi pemerintah tentang pembelajaran tematik.
b.
Sarana prasarana pembelajaran tematik sangat tidak memadai belum adanya buku tematik, jadwal tematik, soal tes tematik, dan rapot tematik.
c.
Kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran dan membuat media.
5. Upaya yang dilakukan guru dan sekolah untuk menyelesaikan masalah tersebut Menghubungkan mata pelajaran di buku pegangan yang masih mata pelajaran a.
Bertanya dengan guru kelas bawah yang lain
b.
Mengikuti studi banding yaitu melihat pembelajaran tematik di SD lain
c.
Sharing dengan teman-teman kendala apa yang ada di pembelajaran tematik dalam forum KKG
d.
Berkonsultasi dan mencari narasumber yang dianggap mampu yang telah benar-benar mengikuti penataran untuk mengatasi masalah
e.
Mencari buku pedoman dan buku tematik di kota Batang dan Pekalongan tetapi belum ada yang menjual
f.
Sekolah sudah mengusulkan ke pengawas untuk meminta buku pedoman pembelajaran tematik namun jawabannya menunggu dari pemerintah pusat.
DAFTAR PUSTAKA
Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Program Studi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Widodo, Ari dkk. 2008. Pendidikan IPA di SD. Bandung: UPI PRESS.