HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN
Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
Rino Kanadika F 100 060 053
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN
Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh : Rino Kanadika F 100 060 053
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN
Disusun oleh:
Rino Kanadika F 100 060 053
Pada Tanggal ............................. 2012 Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji oleh Pembimbing :
(Dra. Zahrotul Uyun, M.Si)
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Rino Kanadika F 100 060 053 Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji utama
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si
______________
Penguji pendamping I
Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si
______________
Penguji pendamping II Dra. Partini, M.Si
______________
Surakarta, ____________ 2012 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi Dekan,
(Susatyo Yuwono, S. Psi, M.Si., Psi)
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN
ABSTRAKSI
Salah satu tujuan dari pengadaan program kelas unggulan pada suatu sekolah adalah agar para siswa yang memiliki kapasitas kecerdasan yang homogen mampu termotivasi belajarnya sehingga dapat bersaing secara sehat untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya. Ada berbagai faktor yang memicu rendahnya motivasi belajar pada remaja. Salah satunya interaksi sosial remaja baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dengan motivasi belajar pada siswa kelas unggulan. Hipotesis yang diajukan: Ada hubungan positif antara interaksi sosial dengan motivasi belajar pada siswa kelas unggulan. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A, VII B, dan VII C SMP Muhammadiyah 1 Surakarta berjumlah 106 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan studi populasi. Alat ukur yang digunakan adalah skala interaksi sosial dan skala motivasi belajar. Metode analisis data menggunakan analisis korelasi product moment. Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,531; p = 0,000 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi sosial dengan motivasi belajar. Artinya semakin tinggi interaksi sosial maka semakin tinggi pula motivasi belajar. Sumbangan efektif menunjukkan seberapa besar peran atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantung yang ditunjukkan oleh koefesien determinan. Hasil koefisien determinan (r2) sebesar 0,282. Hal ini berarti sumbangan interaksi sosial terhadap motivasi belajar sebesar 28,2%, maka masih terdapat 71,8% faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar selain variabel interaksi sosial. Kata kunci; Motivasi belajar, interaksi sosial
ekstrinsik atau keadaan dari luar diri siswa.
PENDAHULUAN Motivasi
belajar
adalah
Kedua bentuk motivasi tersebut, secara
keseluruhan daya penggerak di dalam diri
langsung
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
memberikan kontribusi positif pada proses
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
dan hasil belajar siswa melalui interaksi
belajar dan yang memberikan arah pada
sosial yang dibangun oleh para siswa.
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
Pendapat ini didukung pula oleh Hasim
dikehendaki oleh subjek dapat tercapai
(2009)
(Sardiman,
belajar
pengetahuan dibangun melalui proses
menurut Lindgren (dalam Ahmadi dan
interaksi sosial, yaitu interaksi siswa
Supriyono, 2001) adalah dorongan yang
dengan anggota komunitasnya yang lebih
berhubungan
Adanya
berkompeten (masyarakat, keluarga, guru,
keinginan individu untuk memperoleh nilai
dan teman sebaya). Interaksi sosial tersebut
yang baik, dapat mengatasi rintangan,
akan dapat menciptakan terjadinya proses
mempertahankan kualitas belajar yang
informasi pada individu siswa, sehingga
tinggi dan bersaing melalui usaha – usaha
siswa mampu melakukan self-regulation
yang keras sehingga belajar dapat berjalan
dan menumbuhkan self-efficacy,
dengan lancar.
dapat
2004).
Motivasi
dengan
belajar.
Menurut Syah (2010) motivasi
maupun
yang
tidak
langsung
menyatakan
berpengaruh
positif
bahwa
serta
terhadap
motivasi dan hasil belajarnya.
belajar dibagi menjadi dua macam, yaitu
Pemahaman yang lebih jelas di
motivasi intristik, dan motivasi ekstrinsik.
ungkapkan oleh Lestari (2003) menyatakan
Motivasi
sebagai
bahwa teman- teman sekelas yang sudah
keadaan dari dalam diri siswa sendiri yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi
dapat mendorong melakukan tindakan
memberikan pengaruh yang sangat besar
belajar,
motivasi ekstrinsik
dalam membantu memotivasi siswa yang
diartikan sebagai hal atau keadaan yang
belum termotivasi belajarnya. Sehingga
datang dari luar individu siswa, yang
siswa yang mengalami motivasi belajar
mendorongnya untuk melakukan kegiatan
rendah
belajar.
motivasi tinggi seperti teman- teman yang
baik
intristik
sementara
diartikan
merasa
ingin
juga
memiliki
Sejatinya, motivasi belajar yang
telah memperoleh prestasi. Harapannnya
yang dimiliki oleh para siswa
semua siswa dapat memiliki motivasi
terbentuk bukan hanya dari dalam diri
belajar yang tinggi.
siswa atau motivasi intrisik semata, tapi
Namun pada kenyataannya, tidak
juga melainkan dibentuk dari motivasi
semua siswa memiliki motivasi belajar
yang tinggi. Sekalipun pemerintah dan
Ada berbagai faktor yang memicu
pihak sekolah telah mengadakan program
rendahnya motivasi belajar. Salah satunya
kelas unggulan dengan tujuan untuk
interaksi sosial remaja baik di lingkungan
meningkatkan
siswa
keluarga, sekolah maupun masyarakat
sehingga dapat meningkatkan prestasi
pada umumnya. Interaksi sosial dapat
maisng-masing
Berdasarkan
diartikan sebagai kemampuan individu
observasi dan wawancara penulis di salah
dalam berhubungan sosial dengan orang
satu sekolah penyelenggara program kelas
lain. Proses interaksi sosial yang kurang
unggulan menyatakan bahwa tidak semua
berhasil dapat menyebabkan timbulnya
siswa mampu mengembangkan motivasi
masalah berupa perilaku yang tidak sesuai
belajarnya
sudah
dengan tuntutan dan harapan masyarakat,
dikelompokkan dalam satu kelas unggulan.
bahkan dapat berlanjut ke tingkat kriminal.
Fakta
data
Hal ini dapat menyebabkan masalah yang
perolehan hasil evaluasi belajar yang
lebih besar pada usia remaja jika tidak
diadakan setiap minggu oleh salah satu
mendapatkan penanganan yang serius.
pihak sekolah swasta di Solo
Mulyadi
motivasi
siswa.
sekalipun
tersebut
belajar
mereka
diperoleh
dari
yang
(2002)
berpendapat
menunjukkan tingkat perolehan nilai siswa
keberhasilan
dikelas unggulan hanya mencapai 70%
interaksi sosial akan membantu individu
dari jumlah siswa dalam kelas unggulan,
dalam hal ini remaja dalam mencapai tugas
dalam pemantauan satu bulan atau empat
– tugas perkembangannya. Proses interaksi
kali evaluasi di akhir pekan, didapat
sosial dipengaruhi oloeh berbagai faktor
prosentasi nilai yang belum menunjukkan
antara lain : keluarga, pola asuh orang tua,
hasil yang signifikan. Hal ini menujukkan
teman
siswa yang berada di kelas unggulan tidak
pendidikan nasional. Remaja yang mampu
semuanya memiliki motivasi belajar yang
berinteraksi sosial yang baik biasanya
tinggi. Lebih lanjut peneliti menelusuri
memiliki
melalui wawancara dengan guru BK
mencari teman, dan mampu menjaga
diketahui bahwa berdasarkan surat masuk
perasaan orang – orang yang menjadi
dan curhat siswa dari kelas unggulan
temannya serta memiliki motivasi belajar
diketahui bahwa siswa yang memiliki
untuk berprestasi.
motivasi belajar yang rendah merasa
seseorang
sebaya,
dalam
bahwa
sekolah,
kepandaian
an
bergaul,
proses
sistem
pandai
Salah satu tujuan dari pengadaan
tertekan dan kurang dapat berinteraksi
program
kelas
unggulan
sosial dengan siswa lainnya (Catatan
sekolah adalah agar para siswa yang
peneliti).
memiliki
kapasitas
pada
kecerdasan
suatu
yang
homogen mampu termotivasi belajarnya
dan sosial. Masalah yang sering dialami
sehingga dapat bersaing secara sehat untuk
contohnya
mencapai prestasi sebaik-baiknya. Peserta
motivasi
program kelas unggulan dipilh melalui
kebosanan
proses
banyak
unggulan. Pendapat ini diperkuat dengan
nilai
hasil observasi dan wawancara awal yang
kurang
di lakukan oleh peneliti kepada guru
dan
BP/BK di salah satu SMP swasta di kota
sosialnya. Pembelajaran kelas ungggulan
Solo, ditemukan bahwa motivasi belajar
dikelompokkan dalam satu kelas homogen.
siswa, utamanya siswa yang berada di
(Depdiknas,
laporan
dalam kelas unggulan cenderung menurun
unggulan
karena sifat interaksi sosial yang dilakukan
kurang memberi gerak bagi siswa untuk
antarsiswa. Seperti halnya pada sekolah
dapat
tersebut, terdapat permasalahan yang di
seleksi
menekankan kecerdasan
yag
lebih
pada
perolehan
kognitif
dan
memperhatikan
masalah
2003).
emosi
Beberapa
menunjukkan program kelas
mengembangkan
interaksi
sosial
dan
kemampuan
afektif
mereka
(Kompas, 2004).
dan
sosial,
prestasi
penurunan
belajar,
yang dialami siswa
dan kelas
temukan oleh peneliti bahwa para siswa, utamanya siswa yang berada dikelas
Sanyanto (dalam Tetiana, 2004) menyatakan
darin
menunjukkan
bahwa
hasil
unggulan cenderung membentuk kelompok
penelitian
atau peer group. Siswa yang terisolasi dari
pengelompokkan
kelompok cenderung memiliki motivasi
siswa atas dasar kemampuan akademik
belajar yang rendah.
secar homogen dan sistematik kurang memberikan
isolasi
kondisi
belajar
yang
Berangkat dari data dan fakta yang telah dipaparkan oleh peneliti di atas,
emnguntungkan bagi siswa, sebab dalam
mendorong
kelas homogen siswa tidak memiliki
mengetahui hubungan yang diberikan oleh
kesempatan
belajar
interaksi sosial tehadap motivasi belajar
mengembangkan aspek sosialnya. Hal
utamanya kepada siswa yang berada di
tersebut pula yang terjadi pada siswa kelas
dalam kelas unggulan. Kondisi tersebut
unggulan.
yang kemudian menjadi dasar bagi peneliti
luas
untuk
Hasil temuan dari Aswan (2004) banyak
penelitian
mutakhir
yang
untuk
peneliti
merumuskan
untuk
masalah
lebih
yang
diharapkan secara kuantitatif melalui hasil
menemukan bahwa anak yang berbakat di
angket
terbuka
dapat
mengungkap
akademik dalam satu kelas homogen
mengenai “Apakah ada hubungan antara
dalam hal ini kelas unggulan, sekitar 25-
interaksi sosial dengan motivasi belajar
30% siswanya mengalami masalah emosi
pada siswa kelas unggulan?”.
Menurut Sardiman (2011) motivasi belajar
merupakan
daya
secara global faktor yang mempengaruhi
penggerak psikis dalam diri siswa yang
motivasi belajar siswa dapat dibedakan
menimbulkan kegiatan belajar. Menjamin
menjadi tiga macam, yaitu :
kelangsungan belajar dan tercapai tujuan
a. Faktor internal. Keadaan yang berasal
yang dikehendaki. Hal ini menunjukkan
dari dalam diri siswa seperti keadaaan
bahwa siswa yang memiliki motivasi
jasmani, rohani siswa, kecerdasan, emosi,
belajar akan dapat meluangkan waktu
dan sikap.
belajar lebih banyak dan lebih tekun
b. Faktor eksternal. Keadaan di luar diri
daripada mereka yang kurang memiliki
siswa seperti kondisi lingkungan disekitar
atau
siswa. Dengan berinteraksi siswa dengan
sama
sekali
keseluruhan
Syah (2010) Menjabarkan bahwa
tidak
mempunyai
motivasi belajar. Dari uraian di atas dapat
lingkungan
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
terjadinya
kondisi
lingkungan disekitarnya.
psikologis
yang
merupakan
disekitar
menimbulkan
penyesuian
diri
dengan
swadaya penggerak dalam diri seseorang
c. Faktor pendekatan belajar. Pemahaman
untuk memulai kegiatan atau aktivitas
ini mengenai jenis upaya jenis upaya
belajar atas kemauannya sendiri atau minat
belajar siswa yang meliputi strategi dan
individu dan menyelesaikan tugas tepat
metode yang digunakan untuk melakukan
waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki
kegiatan pembelajaran.
oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Sabur
(Suryabrata,
2008)
Sutiman menjelaskan
(Suryabrata,
tentang
faktor
2008) –
faktor
menjelaskan bahwa motivasi berdasarkan
mengenai motivasi belajar yaitu :
faktor-faktor
a. Latar belakang siswa. Penjelasan ini
dibagi
yang
menjadi
dua
mempengaruhinya yaitu,
motivasi
meliputi jenis kelamin, tinggi badan, cacat,
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
kesulitan berbicara, kemauan berbicara.
intrinsik adalah motivasi yang dapat
b. Latar belakang keluarga. Penjelasan ini
bekerja tanpa dipengaruhi oleh faktor-
meliputi keadaan keluarga, jumlah saudara
faktor dari luar, dalam diri individu
kandung, anak yang keberapa, dan jumlah
memang sudah terdapat dorongan untuk
kakak yang sudah bekerja.
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi
Gottried
(Efrida,
2009)
ekstrinsik adalah motivasi yang dapat
mengemukakan bahwa motivasi belajar
bekerja karena dipengaruhi oleh faktor-
yang tinggi terdiri dari beberapa aspek,
faktor dari luar seperti situasi lingkungan,
yaitu :
dan sebagainya.
a. Kesadaran, yaitu orientasi terhadap
dipengaruhi oleh dirinya yang pertama.
penguasaan materi,
suatu kemampuan
Dengan
demikian
yang diperoleh siswa dengan menguasai
individu
yang
materi-materi yang disajikan di sekolah.
merupakan hubungan timbal – balik, saling
b. Perhatian, yaitu hasrat ingin tahu,
pengaruh yang timbal – balik.
keinginan siswa yang memotivasi individu untuk
mencari
hal-hal
baru
dan
mencarinya lebih jauh lagi. c. Kemauan
yaitu,
berinteraksi
antara
senantiasa
Secara psikologis terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, salah satunya diungkapkan oleh Gerungan
keuletan
dalam
mengerjakan tugas; siswa memusatkan perhatian
hubungan
sepenuhnya
untuk
(2006), yaitu : a. Faktor Imitasi Secara harfiah, imitasi dapat
menyelesaikan tugas dan tidak mudah
diartikan
sebagai
contoh
–
menyerah atau putus asa.
mencontoh, tiru – meniru, ikut –
d. Kesenangan kenikmatan untuk belajar,
mengikut. Sementara itu, dalam
berarti menaruh perhatian dan minat
proses interaksi sosial, imitasi di
terhadap kegiatan-kegiatan itu dan merasa
tujukan kepada pola individu yang
senang sewaktu mengerjakan tugas-tugas
mengikuti sesuatu diluar dirinya,
sekolah.
seperti pandangan dan tingkah laku
Interaksi sosial dari sudut pandang
seseorang yang mewujudkan sikap
ilmu psikologi dijelaskan secara terbuka
– sikap, ide – ide, dan adat istiadat
oleh Sarwono (2010) yang menyatakan
dari suatu keseluruhan kelompok
bahwa interaksi sosial adalah hubungan
masyarakat. Dengan demikian pula
manusia dengan mnusia yang lainnya, atau
seseorang dapat melebarkan dan
hubungan manusia dengan kelompok, atau
meluaskan
hubungan kelompok dengan kelompok.
hubungannya dengan orang lain.
Gerungan (2006) secara mendalam juga menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
proses
b. Faktor Sugesti Sugesti merupakan salah satu faktor yang turut mendasari
autoplastis
terjadinya proses interaksi sosial.
kepada individu yang lain, di mana dirinya
Sugesti dijelaskan sebagai suatu
dipengaruhi oleh diri yang lain. Individu
proses dimana seorang individu
yang satu dapat juga menyesuaikan diri
menerima suatu cara penglihatan
secara aloplastis dengan individu lain, di
atau pedoman – pedoman tingkah
diri
secara
satu
–
dapat
menyesuiakan
individu
hubungan
mana individu yang lain itulah yang
laku dari orang lain tanpa kritik
ingin belajar dari orang lain yang
terlebih dahulu.
dianggap sebagai ideal.
Pentingnya sugesti dalam
d. Faktor Simpati
proses interaksi sosial, disebabkan
Simpati
adalah
karena kehidupan zaman modern
perasaan
begitu kompleks sehingga dengan
terhadap orang lain. Simpati timbul
mengambil alih pandangan dan
tidak atas dasar logis rasional,
tingkah laku orang lain, lebih
tetapi
mudah
perasaan
dapat
mereka
hadapi
persoalan – persoalan kehidupan
Faktor
lain
seseorang
berdasarkan
penilaian
sebagaimana
proses
identifikasi.
sehari – hari yang makin kompleks. c. Faktor Identifikasi
tertariknya
suatu
Faktor
Simpati
berbeda
dengan faktor identifikasi, simpati yang
juga
merupakan proses yang sadar bagi
memegang peranan penting dalam
diri manusia yang merasa simpati
interaksi sosial tersebut adalah
terhadap orang lain. Dorongan
identifikasi.
utama
Identifikasi
dalam
pada
faktor
ini,
ingin
psikologi berarti dorongan untuk
mengerti dan ingin bekerja sama
menjadi identik (sama) dengan
dengan orang lain.
orang lain, baik secara lahiriah,
Penjelasan
maupun secara bathiniah.
orang
lain
yang
bahwa
terdapat
empat
interaksi sosial, yaitu :
segi, untuk memperoleh sistem
1. Faktor Imitasi.
sikap,
dan
nilai
yang
faktor
penting yang sangat mempengaruhi
dianggapnya ideal dalam suatu
norma,
juga
diterangkan oleh Walgito (2003)
Identifikasi dilakukan orang kepada
serupa
Merupakan dorongan untuk
dianggapnya ideal, dan yang masih
meniru
merupakan
pada
dalam hal tingkah laku, mode
dirinya. Proses ini terjadi secara
pakaian dan lain –lain. Faktor
otomatis, bawah sadar, dan objek
imitasi mempunyai segi positif
identifikasi itu tidak dipilih secara
yaitu imitasi dapat mendorong
rasional,
berdasarkan
seseorang
berperasaan.
kaidah dan nilai – nilai yang
kekurangan
tetapi
penilaian subjektif,
Dorongan utama pada faktor ini
berlaku.
ingin mengikuti jejak, mencontoh,
imitasi
orang
lain,misalnya
untuk
memenuhi
Namun mungkin
demikian, pula
mengakibatkan terjadinya hal –
Menurut
Davis dan
Newstrom
hal yang negatif misalnya yang
(1996) terdapat dua aspek yang mendasari
ditiru
terjadinya interaksi sosial, yaitu :
adalah
tindakan
menyimpang.
a. Komunikasi.
2. Faktor Sugesti
Komunikasi
merupakan proses penyampaian
Merupakan pengaruh psikis,
informasi dan pengertian dari
baik yang datang dari dirinya
individu
yang
sendiri maupun dari orang lain,
individu
lain.
yang pada umumnya diterima
disamping
tanpa ada kritik individu yang
memberitahukan
bersangkutan.
mengubah sikap, pendapat atau
3. Faktor Identifikasi
perilaku oleh seseorang kepada
Merupakan suatu dorongan
orang
satu
kepada
Komunikasi untuk
lain
juga
untuk
melalui
suatu
untuk menjadi identik (sama)
penyampaian
dengan orang lain. Misalnya
Komunikasi
ingin seperti ayah atau ibu, baik
peranan penting dalam proses
secara
interaksi
lahir
atau
batin,
pesan. memegang
sosial,
bahkan
kecenderungan ini bersifat tidak
menentukan dan mempengaruhi
sadar. Kepribadian seseoarang
perkembangan hubungan sosial.
dapat
Hanya
berlangsung
secara
dengan
komunikasi
sengaja oleh karena itu sering
antara individu manusia dapat
kali seorang memerlukan tipe –
melakukan ineraksi sosial.
tipe ideal tertentu dalam proses
b. Partisipasi
kehidupannya.
Merupakan terjemahan
4. Faktor Simpati
dari kata participation yang
Merupakan suatu perasaan tertarik
kepada
lain.
pengikut - sertaan. Partisipasi
yang
merupakan
mental
emosi
berdasarkan atas rasa simpati
seseorang
dalam
situasi
akan
mendalam
kelompok. Adanya partisipasi,
hanya
interaksi sosial akan terasa
Interaksi
jauh
orang
berarti pengambilan bagian atau
sosial
lebih
dibandingkan dibandingkan imitasi saja.
sugesti
atau
semakin
mendalam
antara
individu
maupun
antara
individu dengan kelompok.
Dari uraian diatas maka peneliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengajukan hipotesis untuk diuji dalam
Berdasarkan
hasil
perhitungan
penelelitian ini, yaitu “ Ada Hubungan
analisis product moment
Positif antara Interaksi Sosial Dengan
koefisien korelasi r = 0,531, p = 0,000 (p
Motivasi
Belajar pada Siswa Kelas
< 0,01). Hasil ini menunjukkan ada
Unggulan. Semakin tinggi interaksi sosial
hubungan positif yang sangat signifikan
siswa maka semakin tinggi pula motivasi
antara interaksi sosial dengan motivasi
belajar siswa, sebaliknya semakin rendah
belajar. Artinya semakin tinggi interaksi
interaksi sosial siswa
sosial
maka
semakin
rendah pula motivasi belajarnya”
diperoleh nilai
maka semakin tinggi pula motivasi
belajar. Sumbangan efektif menunjukkan
METODE
seberapa besar peran atau kontribusi
a. Variabel tergantung = Motivasi Belajar
variabel
b. Variabel bebas
tergantung
= Interaksi Sosial
Subjek penelitian ini adalah siswa-
bebas
terhadap
yang
variabel
ditunjukkan
koefesien determinan.
Hasil
oleh
koefisien
siswi kelas VII A, VII B, dan VII C SMP
determinan (r2) sebesar 0,282. Hal ini
Muhammadiyah 1 Surakarta. Pengambilan
berarti
sampel menggunakan cluster non random.
terhadap motivasi belajar sebesar 28,2%,
Alasan menggunakan cluster non random
maka masih terdapat 71,8% faktor-faktor
sample adalah sesuai dengan kondisi dan
lain yang mempengaruhi motivasi belajar
situasi tempat penelitian yang sampelnya
selain variabel interaksi sosial
terdiri dari kelas-kelas bukan individu.
keadaan jasmani dan rohani, keinginan
Secara non random karena pemilihan tidak
siswa itu sendiri untuk belajar, serta
dilakukan
melainkan
pendekatan belajar yang digunakan siswa
mengikuti saran dari kepala sekolah untuk
selama melakukan kegiatan belajar. Dilain
mengunakan kelas VII.A.B.C, agar tidak
pihak,
mengganggu kelas yang lain. Hal ini
eksternal yang mempengaruhi motivasi
karena kelas VIII dan IX memiliki jadwal
belajar siswa, antara lain kebudayaan, latar
belajar yang padat, apalagi pelaksanaan
belakangan keluarga, kondisi lingkungan
penelitian mendekatan akan diadakannya
disekitar siswa, dan lingkungan sekolah
Ujian Nasional.
(Syah, 2010).
secara
acak,
Metode pengumpulan data dalam
sumbangan
terdapat
pula
interaksi
faktor
sosial
misalnya
motivasi
Berdasarkan hasil analisis diketahui
penelitian ini menggunakan skala Interaksi
interaksi sosial
pada subjek penelitian
Sosial dan skala motivasi belajar.
tergolong sedang ditunjukkan oleh rerata
empirik (RE) = 70,425 dan rerata hipotetik
Berdasarkan
hasil
(RH) = 70. Motivasi belajar pada subjek
tingkat
penelitian tergolong sedang, ditunjukkan
diketahui dari 106 subjek, terdapat 19
oleh rerata empirik (RE) = 92,575 dan
(17,9%) subjek memiliki motivasi belajar
rerata hipotetik (RH) = 90. Lebih jelasnya
rendah, 1 (0,9%) subjek memiliki motivasi
kriteria, frekuensi, dan persentase interaksi
belajar sangat tinggi, 53 (50%) subjek
sosial dan motivasi belajar
memiliki motivasi belajar sedang dan 33
dapat dilihat
kategorisasi
dan
perhitungan frekuensi
pada tabel 1 dan 2.
(31,3%) subjek memiliki motivasi belajar
Tabel 1 Frekuensi dan Presentase Interaksi sosial
tinggi. Hasil kategori menujukan bahwa
Kategori Tinggi Sedang Rendah Total
perilaku subjek penelitian pada dasarnya
Frekuensi
Persen (%)
28 53 25 106
26,4 50 23,6 100
memiliki kesadaran, keinginan, kemauan yang dapat menimbulkan gairah belajar serta perasaan senang dan bersemangat untuk belajar. Motivasi
belajar
tidak
terbentuk
dengan sendirinya, banyak faktor yang Berdasarkan tingkat
hasil
kategorisasi
dan
perhitungan frekuensi
diketahui dari 106 subjek, terdapat 28 (24,4%) subjek memiliki interaksi sosial tinggi, 53 (50%) subjek memiliki interaksi sosial sedang dan 25 (23,6%) subjek memiliki interaksi sosial rendah.
Hasil
kategorisasi menujukkan bahwa subjek penelitian
pada
umumnya
memiliki
interaksi tergolong sedang. Tabel 2 Frekuensi belajar Kategori Rendah sangat tinggi sedang tinggi Total
dan
mempengaruhi
motivasi
belajar
diantaranya interaksi sosial. Lestari (2003) menyatakan bahwa teman- teman sekelas yang sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membantu memotivasi siswa yang
belum
termotivasi
belajarnya.
Sehingga siswa yang mengalami motivasi belajar rendah merasa ingin juga memiliki motivasi tinggi seperti teman- teman yang
Presentase
Motivasi
telah memperoleh prestasi. Harapannnya semua siswa dapat memiliki motivasi
Frekuensi 19
Persentase (%) 17,9
1
0,9
53 33 106
50 31,3 100
belajar yang tinggi. Motivasi belajar yang baik yang dimiliki oleh para siswa terbentuk bukan hanya dari dalam diri siswa atau motivasi intrisik
semata,
tapi
juga
melainkan
dibentuk dari motivasi ekstrinsik atau
keadaan dari luar diri siswa. Kedua bentuk
terhadap
motivasi
belajar
motivasi tersebut, secara langsung maupun
Dengan
dukungan
dari
tidak langsung memberikan kontribusi
menimbulkan interaksi sosial antara anak
positif pada proses dan hasil belajar siswa
dengan keluarga Lingkungan sekolah juga
melalui interaksi sosial yang dibangun oleh
berpengaruh terhadap motivasi belajar.
para siswa. Hasim (2009) menyatakan
Dilingkungan ini bukan hanya peran guru
bahwa
dibangun melalui
yang penting untuk memotivasi belajar
proses interaksi sosial, yaitu interaksi
siswa, namun juga dibutuhkan peran teman
siswa dengan anggota komunitasnya yang
sebaya yang berada dilingkungan sekolah
lebih berkompeten (masyarakat, keluarga,
untuk mendukung motivasi belajar. Hal ini
guru, dan teman sebaya). Interaksi sosial
disebabkan
tersebut akan dapat menciptakan terjadinya
hubungan yang baik antara siswa dengan
proses informasi pada individu siswa,
teman kelompoknya, maka secara tidak
sehingga siswa mampu melakukan self-
langsung akan membuat siswa tersebut
regulation dan menumbuhkan self-efficacy,
merasa berharga dan berarti dimata teman
serta dapat berpengaruh positif terhadap
– temannya,
motivasi dan hasil belajarnya.
semangat siswaa untuk belajar.
pengetahuan
karena
seseorang. orang
dengan
tua
adanya
sehingga akan memacu
Interaksi di lingkungan sekolah disebut interaksi edukatif, yaitu interaksi belajar mengajar yang berintikan pada kegiatan
motivasi.
Interaksi
KESIMPULAN 1. Ada hubungan positif yang
edukatif
sangat signifikan antara interaksi sosial
adalah suatu proses hubungan timbal balik
dengan motivasi belajar. Artinya semakin
yang memiliki tujuan tertentu, yakni untuk
tinggi interaksi sosial maka semakin tinggi
mendewasakan anak didik agar nantinya
pula motivasi belajar.
dapat berdiri sendiri, dapat menemukan dirinya
secara
utuh.
Kesadaran
dan
kesengajaan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan
dapat
interaksi
memunculkan
pembelajaran
berbagai
yang
positif.
Menurut Syah (2010) motivasi belajar, dapat dipengaruhi oleh interaksi antar individu
dalam
suatu
lingkungan.
Keluarga memberikan pengaruh primer
2. Sumbangan efektif interaksi sosial terhadap motivasi belajar sebesar sebesar 28,2%. 3. Interaksi sosial pada subjek penelitian tergolong sedang, begitu pula motivasi belajar tergolong sedang.
pada subjek penelitian
SARAN Peneliti selanjutnya
Diharapkan
memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar
dan rohani, keinginan siswa itu sendiri untuk belajar, serta pendekatan belajar yang digunakan siswa selama melakukan kegiatan belajar. Dilain pihak, terdapat faktor
motivasi
eksternal
Gerungan, W. A. 2006. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Eresco.
selain
interaksi sosial misalnya keadaan jasmani
pula
[email protected]. Diakses tanggal 20 Februari 2011.
yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain kebudayaan, latar belakangan keluarga, kondisi lingkungan disekitar siswa, dan lingkungan sekolah.
Hashim, S. 2009. Pedagogi Strategi dan Teknik Mengajar Dengan Berkesan. Kuala Lumpur : PT Fajar Bakti. Kompas, 23 Juli 2004. Kelas Homogen Berdampak Pada Perkembangan Sosial Siswa. Hal 23 Lestari, Sri. 2003. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD negeri Plamongan Sari 01 Semarang Melalui Tutor Teman Sebaya Tahun Pelajaran 2002 / 2003. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, S., 2002, Memacu Bakat dan Kreativitas, Jakarta: PT. Elek Media Komputindo
Davis, K. dan Newstrom, J. W. 1996. Organisasi Manajemen. Edisi II ( terjemahan oleh Agus Dharma) Jakarta : Erlangga.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Dekdiknas, 2003. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA. Djihad
Hisyam dan Suyata. 2000. EvaluasiPelaksanaan Pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) Unggul di SMU 1 Yogyakarta. Dalam Jurnal pendidikan dan evaluasi PPS Universitas Negeri Yogyakarta. No. 3 tahun ke II 2000 hal 61.
Efrida, SR. 2009. Persepsi Cara Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Katolik Yohanes Gabriel Blitar. Diambil dari .
Syah. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sarwono, S.W. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali. Suryabrata, S. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers. ________________2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali. Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada