FINAL PROJECT INTERIOR DESIGN – RD 091481
NAMIRA INTERIOR DESIGN CONCEPT WITH RELIGIOUS SCHOOL PSYCHOLOGY AND WONDERLAND BY PARADIGM IN EARLY AGE CHILDREN RATNA ANDRIANI NASTITI NRP: 3410100030
Dosen Pembimbing Ir. Nanik Rachmaniyah, MT NIP. 19651109 199002 2001
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
TUGAS AKHIR DESAIN INTERIOR – RD 091481
DESAIN INTERIOR NAMIRA SCHOOL DENGAN KONSEP RELIGIUS WONDERLAND BERDASARKAN PSIKOLOGI DAN POLA PIKIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI RATNA ANDRIANI NASTITI NRP: 3410100030
Dosen Pembimbing Ir. Nanik Rachmaniyah, MT NIP. 19651109 199002 2001
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
DESAIN INTERIOR NAMIRA SCHOOL DENGAN KONSEP RELIGIUS WONDERLAND BERDASARKAN PSIKOLOGI DAN POLA PIKIR PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Ratna Andriani Nastiti Jurusan Desain Interior / Fakultas Institut Teknologi Sepuluh Nopember
[email protected]
ABSTRAK Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Pendidikan secara umum merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri. Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan bangsa, oleh karena itu sebaiknya pendidikan mulai ditanamkan sejak usia dini. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini ini merupakan hasil pemikiran dari analisa para pakar mengenai kinerja otak manusia. Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan sel-sel otak anak dialami pada usia tiga tahun. Sebab pada masa itu, anak usia dini memiliki keaktifan dalam melakukan suatu hal. Desain interior ini mengambil tema perkembangan psikologi dan pola pikir pada anak usia dini. Pemilihan tema tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak pada usia 3-5 tahun serta aspek interior seperti apa sajakah yang dapat mempengaruhi keadaan psikologi anak. Berikut akan diteliti bagaimanakah perkembangan psikologi anak usia dini, dari mulai pembentukan karakter, hingga aspek apa saja yang dapat mempengaruhi psikologi anak. Tentu saja hal
i
tersebut berhubungan dengan penyediaan fasilitas interior yang optimal pada lembaga pendidikan Namira School. Metode desain yang digunakan meliputi pengumpulan data yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Survey dan observasi langsung ke lapangan. Selain itu, wawancara dilakukan untuk mengetahui potensi dan perkembangan anak secara umum serta desain playground yang diharapkan untuk dapat menyelesaikan masalah desain. Dari data yang didapatkan akan diolah dan dianalisa terhadap elemenelemen pembentuk ruang pada interiornya, sehingga disapatkan sebuah konsep. Desain interior dengan konsep Religius Wonderland ini dapat memberikan solusi terhadap Pendidikan Anak Usia Dini. khususnya Namira School yang membutuhkan desain ruang yang dapat menunjang Psikologi dan Pola pikir anak sebagai salah satu sekolah islam. Melalui pendekatan desain, dirancang sebuah sekolah dan interiornya dengan elemen estetis yang memiliki karakter wonderland dan masih berhubungan dengan nuansa islami, sehingga sekolah tersebut dapat mendukung visi dan misi yayasan itu sendiri. Desain yang dibuat merupakan ide baru yang memadu padankan unsur religius dengan Wonderland. Dengan mengaplikasikan bentukan Religius pada interior ruangan serta mengkolaborasikannya dengan warna-warna ceria yang ada pada wonderland, akan didapatkan ide kreatif yang dapat mendukung psikologi dan pola pikir anak usia dini.
Keywords: pendidikan, usia dini, perkembangan psikologi
ii
NAMIRA INTERIOR DESIGN CONCEPT WITH RELIGIOUS SCHOOL PSYCHOLOGY AND WONDERLAND UNDER THE MINDSET EARLY CHILDHOOD EDUCATION
Ratna Andriani Nastiti Jurusan Desain Interior / Fakultas Institut Teknologi Sepuluh Nopember
[email protected]
ABSTRACT Education is the most important thing in our lives. Education in general is a process of life in developing themselves. Education is an important asset for the advancement of the nation, therefore education should begin instilled from an early age. The Importance of Early Childhood Education is the brainchild of expert analysis on the performance of the human brain. Based on the results of the research, the development of children's brain cells experienced at the age of three years. For then, early childhood have a liveliness in doing a thing. The interior design is the theme of psychology and mindset development in early childhood. The theme selection is performed to determine how the development of children at age 3-5 years as well as what are the interior aspects that can affect the psychological state of the child. The following will be investigated how the psychology of early childhood development, from the formation of character, to what aspects that can affect the psychology of the child. Of course this also relates to
iii
the provision of optimal interior facilities at educational institutions Namira School. Design methods used include data collection is done directly or indirectly. Surveys and direct observation to the field. In addition, interviews were conducted to determine the potential and development of children in general and the design of the playground is expected to be able to resolve design issues. From the data obtained will be processed and analyzed the forming elements in the interior space, so disapatkan a concept. The interior design with the concept of religious Wonderland can provide a solution to the Early Childhood Education. especially Namira School which requires the design space that can support child psychology and mindset as one of the Islamic schools. Through design approach, designed a school and its interior with aesthetic elements that have character wonderland and still dealing with Islamic nuance, so that the school can support the vision and mission of the foundation itself. Design created a new idea that mixing and matching with the religious element Wonderland. By applying the religious formation in the interior of the room as well as collaborate with bright colors that exist in wonderland, will get the creative ideas that can support the psychology and mindset of early childhood.
Keywords: education, early childhood, developmental psychology
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sedalam – dalamnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir Desain Interior ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar– besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan Tugas Akhir karena tanpa dukungan dari berbagai pihak tersebut penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dalam laporan Tugas Akhir Desain Interior ini ditulis secara runtut dari latar belakang, kajian pustaka yang mendukung judul, metodologi penelitian dan konsep yang diterapkan pada Tugas Akhir Desain Interior Namira School dengan konsep “Religius Wonderland” berdasarkan psikologi dan pola pikir pada Pendidikan Anak Usia Dini. Laporan ini disusun berdasarkan literatur dan survey langsung ke objekobjek yang berhubungan dengan objek desain. Penulis menyadari penyusunan laporan Tugas Akhir Desain Interior ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan Tugas Akhir Desain Interior ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
v
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1.
Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, atas segalanya
2.
Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW atas kasih sayang dan keteladanan pada para pengikutnya.
3.
Mama, Bapak, dan big brother Randy yang memberikan dukungan moral dan material yang tak terhingga.
4.
Fara Nadhia serta keluarga besar Namira School, dan beloved bestfriend William, Redy T, Karlina, Ananta dan lain-lain.
5.
Ir. Nanik Rachmaniyah, MT selaku dosen pembimbing Tugas Akhir Desain Interior, terimakasih atas bimbingan dan kesabarannya membimbing saya.
6.
Ibu Anggri Indraprasti ,SSn, MDs. , Mahendra Wardhana ST, MT. , Anggra Ayu Rucitra, ST, MMT., dan seluruh dosen-dosen interior yang telah membimbing saya dan membagi ilmunya kepada saya.
7.
Sahabat-sahabat interior 2010 yang saling menginspirasi. Terimakasih atas dukungannya semoga kita semua selalu menjadi saudara.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAKS .......................................................................................... i ABSTRACT .......................................................................................... iii KATA PENGANTAR .......................................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................... 1 1.2 DEFINISI JUDUL ........................................................................... 5 1.3 TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................... 7 1.4 PERMASALAHAN ........................................................................ 8 1.5 METODOLOGI ............................................................................ 10 BAB II STUDI PUSTAKA ............................................................................... 13 2.1 Studi Lembaga Pendidikan dan Psikologi Pola Pikir Anak............. 13 2.2 Studi Ergonomi dan Anthropometri Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini ....................................................................................................... 39 2.3 Studi Eksisting Namira School ....................................................... 48 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alur Metode Desain ......................................................... 51 3.2 Tahap Pengumpulan Data ............................................................... 52
vii
3.3 Tahap Analisa Data ......................................................................... 54 BAB IV ANALISA ............................................................................................. 57 BAB V KONSEP DESAIN 5.1 RANGKUMAN HASIL ANALISA ............................................... 71 5.2 KONSEP RANCANGAN .............................................................. 85 5.3 PENJELASAN RANCANGAN ................................................... 118 BAB VI IMPLEMENTASI DESAIN ............................................................... 119 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 1.1
KESIMPULAN .................................................................... 125
1.2
SARAN ................................................................................ 125
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 127
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kegiatan belajar mengajar anak usia dini .............. 11 Gambar 2.2 Skema pembentukan karakter pada anak ............... 18 Gambar 2.3 Kegiatan pengolahan minat dan bakat ................... 27 Gambar 2.4 Macam-macam warna ............................................ 30 Gambar 2.5 Skema gelap terang cahaya .................................... 36 Gambar 2.6 Skema warna .......................................................... 37 Gambar 2.7 Logo Namira School .............................................. 41 Gambar 4.1 Diagram perbandingan responden .......................... 49 Gambar 4.2 Eksisting area perbatasan kelas .............................. 49 Gambar 4.3 kelas belajar ............................................................ 50 Gambar 4.4 Kelas drama ............................................................ 50 Gambar 4.5 Kelas seni kreativitas .............................................. 50 Gambar 4.6 Kelas balok ............................................................. 51 Gambar 4.7 Gambar anak usia 3-5 tahun ................................... 52
ix
Gambar 4.8 Pengawasan oleh orang tua .................................... 53 Gambar 4.9 Penanaman sopan santun ........................................ 54 Gambar 4.10 Penanaman kedisiplinan ....................................... 56 Gambar 4.11 Mushola ............................................................ 56 Gambar 4.12.1 Area musik ........................................................ 57 Gambar 4.12.2 Area pidato ........................................................ 57 Gambar 4.13 Aula dan perbatasan kelas .................................... 59 Gambar 4.14 Fasilitas umum dan toilet ..................................... 60 Gambar 4.15 Diagram hasil kuesioner responden 1 .................. 61 Gambar 4.16 Diagram hasil kuesioner responden 2 gambar dekorasi optimal ......................................................................... 62 Gambar 4.17 Diagram hasil kuesioner responden 3 gambar tata lampu .......................................................................................... 63 Gambar 4.18 Diagram hasil kuesioner 4 .................................... 64 Gambar 4.19 Gaya minimalis dan pengulangan warna ............. 64 Gambar 4.20 Diagram konsep warna ......................................... 65
x
Gambar 4.21 Diagram konsep bentuk ........................................ 66 Gambar 4.22 Bentukan yang diaplikasikan pada interior ruangan ..................................................................................................... 66 Gambar 4.23 Diagram konsep tema ........................................... 67 Gambar 4.24 Diagram konsep furniture .................................... 67 Gambar 4.25 Diagram konsep desain ........................................ 68 Gambar 4.26 Tokoh dalam cerita Alice in Wonderland ............ 68 Gambar 5.1 Lay out awal ruang terpilih .................................... 76 Gambar 5.2 Diagram Matrix ...................................................... 77 Gambar 5.3 buble diagram ......................................................... 77 Gambar 5.4 alternatif lay out ruang drama 1 ............................. 78 Gambar 5.5 alternatif lay out ruang drama 2 ............................. 79 Gambar 5.6 Alternatif lay out ruang bercerita 1 ........................ 80 Gambar 5.7 Alternatif lay out ruang bercerita 2 ........................ 81 Gambar 5.8 alteratif lay out area belajar .................................... 82 Gambar 5.9 alternatif lay out area praktikum ............................ 83
xi
Gambar 5.10 skema konsep ....................................................... 84 Gambar 6.1 Eksisting Namira School ...................................... 119 Gambar 6.2 lay out terpilih ruang drama ................................. 119 Gambar 6.3 Tokoh Alice dalam cerita Alice in Wonderland dan warna karakter .......................................................................... 120 Gambar 6.4 Hasil desain ruang drama view 1 ......................... 121 Gambar 6.5 Hasil desain ruang drama view 2 ......................... 122 Gambar 6.6 lay out terpilih Ruang bercerita ............................ 122 Gambar 6.7 Tokoh ratu merah dan karakter warna pada tokoh ................................................................................................... 123 Gambar 6.8 Hasil desain ruang bercerita (view 1) ................... 124 Gambar 6.9 Hasil desain ruang bercerita (view 2) ................... 125 Gambar 6.10 lay out terpilih ruang belajar .............................. 125 Gambar 6.11 Tokoh pembuat topi dan karakter warna ............ 126 Gambar 6.12 Hasil desain ruang belajar .................................. 127 Gambar 6.13 lay out terpilih area praktikum ........................... 127
xii
Gambar 6.14 Tokoh kelinci pada Alice in Wonderland dan karakter warna tokoh ................................................................ 128 Gambar 6.15 Hasil desain ruang laboratorium ........................ 128
xiii
DAFTAR TABEL TABEL 5.1 Rangkuman Hasil Analisa ........................................... 71 TABEL 5.2 Konsep Rancangan ................................................... 72 TABEL 5.3 Transformasi Konsep Rancangan .............................. 85
BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Pendidikan secara umum merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri. Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan bangsa, oleh karena itu sebaiknya pendidikan mulai ditanamkan sejak usia dini. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini ini merupakan hasil pemikiran dari analisa para pakar mengenai kinerja otak manusia. Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan sel-sel otak anak dialami pada usia tiga tahun. Sebab pada masa itu, anak usia dini memiliki keaktifan dalam melakukan suatu hal. 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan hal penting yang menjadi kebutuhan setiap manusia. Pendidikan tidak boleh dianggap remeh sebab berdasakan pendidikan dapat diketahui harkat dan martabat manusia itu sendiri. Pada dasarnya, pendidikan menuntun kita dalam bersikap, bertutur kata dan juga mempelajari ilmu pengetahuan. Terlebih di era globalisasi ini, setiap manusia dituntut untuk mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab dengan begitu manusia akan dapat beradaptasi dan mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhannya. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi tiap manusia, maka sebaiknya pendidikan tersebut dimulai sejak kecil. Sebab pada fase tersebut merupakan masa pertumbuhan pada anak sehingga hal apapun yang terjadi akan mudah diingat. Semakin banyak hal yang dialami oleh setiap anak pada masa kecil merupakan pengalaman dan pengetahuan untuk bersikap dan berperilaku di masa yang akan datang. Beberapa penelitian mengenai psikologi anak membuktikan bahwa tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya 1
2 sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Sehingga diharapkan sebisa mungkin anak mendapatkan pengetahuan mengenai hal-hal yang positif dibandingkan dengan pengetahuan yang mengarah kepada hal yang negatif. Di era yang modern ini banyak sekali orang tua yang mengabaikan pentingnya menanamkan sifat positif pada diri anak sejak dini. Banyak juga orang tua yang tidak mengindahkan kebiasaan dan kecenderungan tertentu pada diri anak yang usianya masih dini. Hal tersebutlah yang nantinya akan mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang negatif. Hal penting seperti ini seharusnya menjadi perhatian bagi tiap orang tua. Sebab anak merupakan harapan di masa mendatang. Kesuksesan anak di masa yang akan datang merupakan suatu kebanggan bagi orang tua. Kesuksesan tersebut tidak akan tercapai jika tidak ditunjang dengan pendidikan yang baik. Seiring dengan tumbuhnya kepedulian orang tua akan pendidikan anaknya, dewasa ini sudah mulai banyak ditemukan lembaga pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pembinaan dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
3 komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini ini sudah mulai banyak ditemukan di berbagai tempat. Lembaga pendidikan tersebut tidak hanya ditemukan di kota-kota besar saja namun sudah mulai menyebar ke kota-kota kecil. Salah satu lembaga pendidikan usia dini yang ditemui adalah Namira School yang berlokasi di Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Kraksaan merupakan kota kecil yang sedang melakukan perkembangan pada berbagai aspek, salah satu aspek tersebut yaitu mengenai pendidikan anak usia dini. Dengan begitu dapat diketahui bahwa kota tersebut memiliki potensi untuk maju dan meningkatkan pendidikan masyarakatnya. Dengan didirikannya Namira School ini dihimbau pada seluruh masyarakat Kraksaan untuk mulai mengenalkan pendidikan pada anak usia dini. Pendidikan tersebut tidak hanya berupa pendidikan eksakta saja, namun juga non eksakta. Tata cara bertingkah laku dan bertutur kata juga diajarkan untuk mengarahkan anak pada karakter yang positif. Namira school , adalah sekolah yang menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. Dengan demikian Namira School juga mengajarkan pada peserta didiknya mengenai kebutuhan secara rohani. Pada dasarnya setiap lembaga pendidikan harus mampu mengerti dan memahami perkembangan anak, baik secara psikologi maupun pola pikir yang dibutuhkan oleh peserta didik. Sebab dengan mengerti dan memahami perkembangan anak akan didapatkan solusi desain dan penjelasan mengenai kebutuhan perkembangan anak. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh informasi bahwa sebagian interior ruangan pada bangunan dirasa kurang mendukung psikologi dan
4 perkembangan pola pikr pada anak. Penataan ruang yang kurang menunjang akan sangat berpengaruh pada kreatifitas, imajinasi dan ruang gerak anak. Sehingga belum tercermin nilai-nilai yang terdapat pada lembaga itu sendiri. Deri penjelasan di atas maka dapat diperoleh kesimpulan untuk mendesain interior Namira School berdasarkan psikologi dan pola pikir anak mengingat pentingnya pendidikan anak usia dini. Alasannya sudah dijelaskan sebelumnya, yakni karena pendidikan merupakan hal penting yang herus ditanamkan sejak dini. Untuk menindak lanjuti alasan tersebut maka diharapkan timbulnya rasa kepedulian terhadap pendidikan. Kepedulian tersebut harus dirasakan oleh setiap manusia yang ada di berbagai macam tempat, salah satu kepedulian yang muncul adalah dengan didirikannya Naamira School. Untuk menunjang keberhasilan Namira School maka dibuatlah penelitian mengenai psikologi dan pola pikir anak agar didapatkan desain ruang yang dapat memenuhi kebutuhan. Agar didapatkan desain yang sesuai kebutuhan dengan memperhatikan psikologi anak usia dini serta pola pikir dan tingkah laku anak. Khususnya di daerah Kraksaan. 1.2 DEFINISI JUDUL “ Desain Interior Namira School dengan Konsep Religius Wonderland berdasarkan Psikologi dan Pola Pikir pada Anak Usia Dini” Definisi dari judul tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; - Desain : Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
5 -
-
-
-
-
Interior : (desain interior) adalah sebuah perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam di dalam bangunan. Tujuan dari perancangan interior adalah pengembangan fungsi, pengayaan estetis dan peningkatan psikologi ruang interior. (http://tugasakhiramik.blogspot.com) Namira School : adalah sekolah yang menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. (http://www.kraksaan-online.com) Konsep: Dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Konsep merupakan abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Pengertian Konsep sendiri adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. Konsep juag dapat diartikan pembawa arti. Religius: bersifat religi; bersifat keagamaan; yg bersangkut-paut dng religi: ia sangat terkesan akan kehidupan Wonderland: tempat atau pemandangan yang sangat indah, aneh atau seperti mukjizat, sebuah dunia yang imajiner dan penuh dengan keajaiban. Berdasarkan : menurut, bersumber pada (http://www.artikata.com) Psikologi : Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) Pola Pikir : sesuatu yg diterima seseorang dan dipakai sbg pedoman, sebagaimana diterimanya dr masyarakat sekelilingnya. (http://kamusbahasaindonesia.org) Anak : anak yang dimaksud disini ialah anak usia tumbuh. Yaitu dari usia 3 tahun hingga 5 sampai 6 tahun.
6 Dari sekumpulan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa “Desain Interior Namira School dengan konsep Religius Wonderland berdasarkan Psikologi dan Pola Pikir pada Anak Usia Dini” adalah memberikan solusi mengenai masalah yang terdapat pada rancangan dan berbagai elemen agar dapat menunjang kemajuan Namira School, sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. Hal tersebut diwujudkan dengan menciptakan solusi desain yang menitikberatkan pada analisa mengenai psikologi dan pola pikir anak. Khususnya psikologi dan pola pikir anak usia dini. 1.3 TUJUAN DAN MANFAAT 1.3.1 Tujuan Desain 1. Mengetahui aktifitas dan kebutuhan anak usia dini agar dapat menghasilkan rancangan desain yang meliputi zooning dan sirkulasi area yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan. 2. Menganalisa perkembangan pola pikir dan psikologi anak usia dini untuk mengetahui aspek apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. 3. Memberikan solusi konsep desain interior yang lebih memperhatikan perkembangan psikologi dan pola pikir sesuai dengan usia anak agar didapatkan fungsi yang optimal dan saling mendukung. 1.3.2 Manfaat Desain 1) Bagi Mahasiswa: Menggali potensi kreatif yang berkenaan dengan mengacu pada analisa psikologi dan pola pikir anak untuk mendapatkan konsep desain interior ruangan yang optimal, fungsinal dan inovatif agar dapat menunjang pendidikan untuk anak usia dini. 2) Bagi Pemilik Namira School:
7 Menawarkan alternatif konsep desain Namira School yang baru dengan memberikan suasana yang berbeda serta mamiliki keunikan dan dapat menginspirasi anak untuk berpikir kreatif. 3) Bagi Pengguna: Memberikan desain Interior yang optimal dengan memperhatikan aspek penunjang kreatifitas dan tumbuh kembang anak sehingga dapat mengajarkan nilai moral yang baik serta membimbing anak untuk menjadi generasi muda yang berbudi luhur, kreatif dan inovatif dalam berpikir maupun berperilaku. 1.4 PERMASALAHAN 1.4.1 Identifikasi Masalah 1) Kraksaan sebagai kota yang baru saja diresmikan memiliki banyak kemungkinan untuk lebih berkembang lagi dalam aspek pendidikan anak. 2) Meningkatnya persaingan lembaga pendidikan anak usia dini yang kompetitif pada daerah Kraksaan sebagai kota baru. 3) Namira School sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. 4) Aktifitas dan kebutuhan ruang yang menunjang perkembangan anak usia dini untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada. 5) Area zoning dan sirkulasi kurang optimal. 6) Aspek interior yang menunjang perkembangan anak agar dapat berpikir kreatif dan inofatif. 7) Pemilihan konsep desain agar lebih selaras dengan usia, psikologi, pola pikir dan kebutuhan anak usia dini. 1.4.2 Batasan Masalah 1) Analisa mengenai perkembangan otak yang dapat mempengaruhi psikologi dan pola pikir anak dalam
8
2)
3)
4)
5)
1.4.3
bertutur kata dan berperilaku berdasarkan penilaian dan hasil survey secara umum. Memunculkan corporate identity Namira School sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. Pengolahan element-element interior berupa bentukan, warna, proporsi, titik, garis, bidang, tekstur, pola, cahaya, bahan dalam suatu keseimbangan, harmoni, irama, kesatuan, komposisi, nada titik pusat perhatian serta proporsi dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Sirkulasi dan kebutuhan ruang sebagai penunjang interior ruangan demi menciptakan desain yang optimal. Konsep desain yang disarankan untuk menjawab kebutuhan desain pada ruang yang merupakan hasil tinjauan dari usia anak dan kebutuhan perkembangan anak.
Rumusan Masalah 1) Bagaimanakah perkembangan anak ditinjau dari psikologi dan pola pikirnya terutama perkembangan pada anak usia 3 sampai 6 tahun? 2) Bagaimana upaya agar sirkulasi dan zooning dapat menunjang aktifitas dan kebutuhan pengguna? 3) Bagaimanakah konsep desain interior yang sesuai dengan Namira School agar dapat menunjang visi dan misi yakni sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan rukun islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan?
9 1.5 Metodologi Tahap Pengumpulan Data Untuk mendukung desain maka dilakukan pengumpula data. Berikut adapun tahapan-tahapan pengumpulan data yang dimaksud; 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah Namira School untuk mengetahui tentang: 1) Aktifitas dan kegiatan yang berkangsung pada saat belajar mengajar 2) Menganalisa Corporate identity serta mengetahui visi misi lembaga pendidikan 2. Observasi. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami area area yang ada serta lebih merasakan suasana pada area tersebut. Observasi tersebut meliputi dua hal; yakni mengamati perilaku anak serta aktivitasnya, serta dokumentasi pada aula pertemuan, pembagian area kelas serta fungsinya, kamar mandi, serta area religi. Dari hasil dokumentasi diharapkan dapat ditinjau kembali kebutuhan ruang serta studi aktifitas penggunanya. 3. Studi Literatur Studi literatur ini diperoleh dari data sekunder yakni data dari perusahaan, literatur, internet dan majalah berkenaan tentang: 1. Perkembangan pola pikir dan psikologi anak usia dini. Melliputi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreatifitas dan ketangkasan pada perkembangan anak. 2. Visi dan misi lembaga belajar NAMIRA school.
10 3. Standart lembaga belajar untuk anak usia dini. Berkaitan dengan fasilitas pendukung yang sesuai dengan kebutuhan lembaga belajar. 4. Anthropometri dan ergonomi berkaitan dengan studi aktifitas agar didapatkan konsep desain yang maksimal. Data sekunder ini dapat dijadikan landasan atau dasar dalam membuat konsep rancangan.
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Studi Lembaga Pendidikan dan Psikologi Pola Pikir Anak 2.1.1 Studi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
Kegiatan belajar mengajar anak usia dini Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini merupakan elemen yang penting untuk menciptakan sumber daya berkualitas, cerdas, cekatan, damai, demokratis dan mampu bersaing dan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga Negara Indonesia dengan sumber daya yang bermutu. Diharapkan dapat menghadapi berbagai perubahan dan tantangan globalisasi yang sedang dan akan terjadi. Karena itu program pendidikan perlu untuk mendapatkan perhatian dari berbagai elemen. Dan dikhususkan untuk Pendidikan Anak Usia Dini yang dilaksanakan pada jalur Formal sudah terbentuk kelompok bermain. Implementasi dari Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional di jabarkan kedalam peraturan pemerintah No. 27 tahun 1990, tentang Pendidikan Prasekolah yang menyatakan bahwa Pendidikan Prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan Jasmani dan Rohani dari anak didik di luar lingkungan keluarga anak. Sebelum anak - anak usia dini masuk pada Pendidikan dasar yang pelaksanaannya di selenggarakan pada jalur pendidikan sekolah atau Pendidikan Anak Usia Dini ( Jalur Formal ). Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima 11
12 berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral. 2.1.2 Tahap Perkembangan Psikologi Anak Menurut Erik Erikson (1963), ada 4 tahap perkembangan psikosial anak, antara lain: 1. TRUST vs MISTRUST (dari sejak lahir-1 tahun) Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memberikan kasih sayang dengan tulus, anak ajan berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya 2. AUTONOMY vs SHAME and DOUBT (antara 2-3 tahun) Segera setelah anak belajar ‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melakukan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang
13 tua dan guru yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang tua menghindari sikap membuat malu anak apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui orang tua. Karena rasa malu biasanya akan menimbulkan perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri 3. INISIATIVE vs GUILT (antara 4-5 tahun) Kemampuan untuk melakukan partisipasi dala berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua keinginan anak akan disetujui orang tua dan gurunya. Rasa percaya dan kebebasan yang baru saja diterimanya, tetapi kemudian timbul keinginan menarik rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah. Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, anak manusia bisa berkembang dan mengalami banyak perubahan dalam kehidupannya baik secara fisik maupun psikis.
14 Selama terjadinya proses perkembangan tersebut berperan atau berpengaruh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan itu ada tiga yakni Hereditas, lingkungan dan kematangan. Berkenaa dengan upaya pendidikan, unsur biologis dan perseptual merupakan salah satu faktor perkembangan anak yang cukup esensial untuk diperhatikan. Alasan ini bukan semata-mata untuk pertumbuhan biologis. (hereditas), lingkungan dan kematangan merupakan proses perkembangan individu yang paling tampak, karena faktor-faktor ini sangat etrkait erat dengan perkembangan aspek perilaku dan segi-sehi mental lainnya. •
Hereditas. Setiap spesies, termasuk manusia, memiliki suatu mekanisme tertentu untuk mewariskan karakteristik-karakteristik bawaan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Mekanisme tersebut dapat dapat dipahami melalui prinsip-prinsip pewarisan kebudayaan. Kehidupan individu (manusia) tumbuh dari sel reproduksi yang disebut dengan gametes el reproduksi yang berasal dari orang tua. Sel reproduksi dari ayah disebut sperma sedangkan sel reproduksi dari ibu disebut sel telur. Sperma dan sel telur inilah yang membuat informasi genetika sebagaimana terkandung dalma struktur-struktur molekuler yang disebut dengan gen. Gen adalah unit-unit informasi keturunan atau bawaan yang bertindak sebagai “blueprint” bagi sel untuk memproduksidiri dan untuk menghasilkan protein yang mempertahankan kehidupan. Gen-gen ini membentuk kromosom. Setiap sperma atau sel telur manusia terdiri dari 23 kromosom. Secara fisik, gen adalah bagian-bagian pendek dari DNA-DNA merupakan suatu molekul yang
15
1.
2.
3.
4. •
kompleks yang memuat informasi genetik. Dalam perkembangan individu, DNA memberikan kontribusi dengan dua cara. Pertama, DNA memuat kode informasi genetika yang dibutuhkan organisme disaat berkembang. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi sifat-sifat manusia, diantaranya sebagai berikut: jenis kelamin, Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuhproporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, pria mulai pada umur 12 tahun. Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli anthropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai tendensi lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Italia. Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek dan yanglainnya tinggi. Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi. Lingkungan. Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu. Interaksi antara individu dengan lingkungan sosial itulah yang memungkinkannya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan sehingga akan dapat mencapai keterampilan-keterampilan tertentu yang dituntut
16
•
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Disinilah peran lingkungan nampak, sehingga diharapkan lingkungan dapat memberikan stimulasistimulasibagi berlangsungnya perkembangan secara wajar dan lancar. Dalam interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga. Disinipun manusia belajar menyesuaikan diri pada nilai-nilai dan norma-norma yang dianut dan diikuti oleh anggota kelompok dalam lingkungan keluarga itu. Oleh karenanya keluarga adalah lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dalam rangka proses perkembangan anak. Interaksi manusia dengan lingkungannya sejak lahir mengkehendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada lingkungan. Disinilah peran faktor intra individual yang berupa potensi-potensi psikis seperti minat, motivasi dan sebagainya untuk diaktualisasikan oleh individu dengan bantuan dari pendidik-pendidik tidak hanya menanti kapan individu bangkit, melainkan harus berupaya agar potensi-potensi yang ada pada peserta didik dapat teraktualisasikan secara baik. Atas dasar keterkaitan dan kewajiban sosial para pendidik (terutama orang tua), maka anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses perkembangannya. Kematangan. Perkembangan yang dialami peserta didik membawa mereka ke arah kematangan. Kematangan ini akan tercapai jika mereka sudah menemukan pegangan atau nilai-nilai yang mereka cari yaitu menjelang berakhirnya masa remaja atau mulainya masa dewasa.
17 Kematangan adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock & Yussen). Kematangan dapat mencakup antara lain kematangan fisik atau jasmani, kematangan sosial, kematangan emosional, kematangan dalam cara berpikir dan bersikap, serta kematangan sekolah. Kematangan fisik atau jasmani terjadi setelah berhentinya pertumbuhan yang terjadi dengan pesat, sehingga anak laki-laki akan kelihatan berjalan dengan tegap karena dada dan bahunya semakin bidang sedang anak wanita berjalan melenggang karena pinggulnya yang membesar. Kematangan sosial ditandai oleh sikap sosial yang matang sebagai anggota masyarakat, dan anggota keluarga yang mulai merasakan adanya tanggung jawab baik sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat. Kematangan emosional ditandai oleh stabilnya emosi sehingga ledakan-ledakan yang sering terjadi semakin berkurang dan bahkan berhenti sama sekali. Kematangan dalam berpikir dan bersikap sangat erat hubungannya dengan kematangan sosial dan emosional. Peserta didik mulai mampu berpikir dan bersikap dewasa dalam memecahkan berbagai masalah. Kematangan sekolah adalah suatu kondisi dimana anak telah memiliki kesiapan yang cukup memadai baik fisik, psikologis, kognitif, dan sosial dalam memenuhi tuntutan lingkungan formal atau sekolah yang akan dimasukinya. Jika kematangan telah sampai pada titik siap berkembang, maka belajar dapat dimulai (Hurlock). Kematangan dan belajar akan berlangsung beriringan. Anak harus mencapai kematangan
18 tertentu sebelum mereka dapat belajar. Masa itu disebut sebgaai “teachable moment”. 2.1.3 Pembentukan Karakter dan Etika pada Anak Usia Dini PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI Karakter Anak usia dini (0-6 th) adalah unik. Mereka aktif, spontan, ceria, dan penuh rasa ingin tahu. Smua stimulus akan direspon pada usia ini, semua informasi akan diserap dan mereka akan menangkap apa saja yang ada disekitarnya. Anak-anak aktif dan belajar melalui semua inderanya. Anak usia dini kita ibaratkan seperti spons yang menyerap smua yang ada di sekelilingnya dan semua yang diserap itu akan menjadi fondasi penting dalam pembentukan kepribadiannya kelak. Pendidikan karakter pada usia dini merupakan proses belajar tentang segala aspek dan komponen yang dibutuhkan untuk membentuk kepribadian yang matang dan paripurna, dimana orang tua, guru, lingkungan dan masyarakat berperan sebagai pilar utamanya. pada usia ini anak sangat membutuhkan keteladanan, bukan hanya sekedar nasehat atau norma tertulis
Skema pembentukan karakter pada anak Adalah proses meniru atau mencontoh, dimana pada pada anak usia dini proses inilah yang pertama dilakukannya dalam memenuhi rasa ingin tahu dan merespon stimulasi lingkungan. Anak akan meniru smua yang dia lihat, dengar dan rasakan dari lingkungan.
19 Identifikasi adalah proses selanjutnya ketika imitasi diberi penguatan berupa reward and punisment serta dilengkapi dengan deskripsi yang baik. Anak akan belajar mengenali semua prilaku yang ditirunya dan mulai bisa membedakan mana prilaku yang dapat diterima dan memberi dampak positif serta mana prilaku yang tidak bisa diterima dan memberi dampak negatif. Internalisasi adalah proses pemahaman ketika prilaku yang suhat dikenalinya mulai dibiasakan dan diberi penguatan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Internalisasi inilah yang kemudian membetuk pemahaman anak dan membangun fondasi kepribadiannya secara utuh. Misalnya, anak meniru tokoh kartunnya yang suka melempar barang ketika bertarung, ini adalah proses imitasi dan biasanya dilakukannya ketika bermain peran dengan teman-temannya. Orang tua dan gurunya membantu melakukan proses identifikasi bahwa melempar barang kepada teman tidak bisa diterima karena akan menyakiti teman dan hal tersebut tidak sopan, maka disini anak belajar untuk membedakan prilaku mana yang bisa diterima oleh masyarakat dan yang mana yang tidak. Prilaku positifnya diberi penguatan dengan pujian atau hadiah yang lain sehingga akan berulang dan cenderung menetap. Kebiasaan dan pemahaman terhadap prilakunya inilah yang kemudian terinternalisasi dalam karakternya dan menjadi komponen dalam pembentukan kepribadian. Tujuan Pendidikan Karakter pada Usia Dini Belajar adalah hakekat manusia, dilakukan semenjak manusia ada di dalam kandungan sampai ke penghujung usianya nanti. Maka pendidikan karakter pada usia dini bertujuan untuk membantu proses belajar anak dalam pemahaman norma dan nilai sehingga mampu memilki semua komponen yang dibutuhkan untuk
20 menjadi pribadi yang berkualitas dan paripurna yang sesuai dengan perkembangan zamannya. Pendidikan karakter menjadi sesuatu yang urgen pada saat ini karena semakin maraknya terjadi demoralisasi dan degedrasi pengetahuan dalam masyarakat. Masyarakat cenderung lebih menghargai keunggulan intelektual dan menyampingkan kematangan emosianal, sosial dan spiritual. Banyak muncul lulusan sekolah dan sarjana yang berotak cerdas tetapi mentalnya lemah dan prilakunya tidak terpuji. Penelitian telah mengungkapkan bahwa ternyata keberhasilan dan kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemapuan teknis (hard skill) semata tetapi jug oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Berangkat dari sinilah maka pendikikan karakter sebaiknya masuk pada ranah terkecil dan dimulai sedini mungkin agar lahir generasi penerus yang memilki kepribadian berkualitas dan paripurna sehingga mampu menjadi penopang bagi bangsa yang hebat, tangguh dan mampu berperan dalam tataran dunia. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan Pada Usia Dini -
-
-
Nilai spiritual dalam hubungannya dengan Tuhan. Nilai ini bersifat religius, dimana anak belajar untuk memahami bahwa pikiran, perkataan dan tindakannya diusahakan selalu didasari oleh nilai keTuhanan dan ajaran agamanya Nilai yang berhubungan dengan dirinya sendiri secara internal, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, mandiri, percaya diri, kreatifitas, hidup sehat dan cinta ilmu. Nilai yang berhubungan dengan sesama dan lingkungan, seperti memahami hak diri sendiri dan
21 orang lain, patuh pada aturan, menghargai orang lain dan bersikap santun. Penerapan Pendidikan Karakter Pada Usia Dini -
Membangun konsep diri positif.
Pribadi yang produktif dan bijaksana terbukti memilki konsep diri positif, dimana mereka mampu mengenali kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri yang kemudian berhasil mengembangkan kelebihan yang dimilikinya serta mampu mengatasi kekurangannya dengan melakukan kompromi dan kerjasama dengan lingkungan sosialnya. Konsep diri positif adalah modal penting bagi anak usia dini untuk bisa memandang dirinya sendiri sebagai pribadi yang baik sehingga kelak pada usia remaja dan dewasa individu tersebut juga memilki tolak ukur diri yang baik serta mampu bekerjasama dengan lingkungan sosial secara proporsional. Pada penerapannya konsep diri anak dibangun melalui penerimaan yang baik dari orang tua, guru dan lingkungan terhadap kondisinya. Anak diterima dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan anak kita kembangkan dan di sisi lain kita membantu untuk mengatasi kekurangannya. Jangan menilai anak secara subyektif melalui sudut pandang dewasa tetapi berusahalah mememahami mereka sesuai dengan tahap perkembangan usianya serta keunikannya. Orang tua dan guru diharapkan mampu membangun komunikasi dua arah yang ideal dengan anak. Biasakan untuk menyimak apa yang disampaikan anak tanpa melakukan kritik atau mengecilkan pendapatnya. Biarkan anak menyampaikan pendapatnya secara aktif. Beri teladan dan bimbingan dalam proses diksusi tersebut agar anak belajar cara komunikasi yang
22 efektif, kapan dia sebaiknya mendengarkan dan kapan dia harus bicara. Kemampuan komunikasi positif adalah salah satu modal terpenting bagi anak untuk menyampaikan pikiran dan isi hatinya dengan asertif dan santun. Di kemudian hari kemampuan ini akan sangat berguna dalam perannya sebagai anggota masyarakat sosial. Selain itu komunikasi yang baik antara orang tua, guru dan anak akan membantu menjalin kedekatan satu sama lain. Hal ini juga memudahkan orang tua dan guru untuk mentranfer nilai-nilai kebijakan pada anak tanpa kesan menghakimi atau menggurui. Anak yang mendapatkan penerimaan tanpa syarat akan belajar menghargai dirinya sendiri dan berkembang menjadi anak yang bahagia. Kemampuan untuk bahagia inilah yang kemudian akan mengantarkannya menjadi pribadi yang penuh syukur dan berusaha berguna bagi sekelilingnya. Tak peduli betapapun berhasilnya anak dalam kehidupannya kelak, kalau ia tak pernah belajar merasa bahagia pada awal hidupnya maka ia tidak akan bahagia. -
Menanamkan nilai spiritual
Pada anak usia dini penjelasan nilai spiritual sebaiknya masih dalam bentuk konkret, karena pada tahapan usia ini mereka belum memahami nilai spritual abstak seperti yang dipahami oleh orang dewasa. Misalnya, mereka belum paham konsep “dosa” sehingga kalau dia berteriak pada ibunya dan kita mengancam dengan bahwa sikapnya itu akan membuat dia berdosa, maka kemungkinan prilaku itu akan berulang kembali, karena dosa adalah konsep abstak. Sebaiknya kita jelaskan bahwa berteriak pada ibu itu membuat ibunya sedih, hal ini jauh lebih mudah dipahaminya, karena ibu yang sedih jauh lebih konkret baginya.
23 Setelah itu kita lanjutkan penjelasan bahwa Tuhan sangat sayang padanya, sangat sayang pada anak yang sabar dan bertutur kata baik, sama seperti ibu juga sayang sekali padanya. Penanaman nilai spritual pada usia dini sebaiknya diberikan bukan dalam konsep dogmatis atau bentuk hafalan dan ritual tanpa makna, melainkan dalam bentuk keteladanan dalam prilaku sehari-hari dan pengambaran kasih sayang Tuhan terhadap umatnya secara universal. Misalnya anak dibiasakan membaca doa sebelum dan sesudah makan, namun juga diberi penjelasan bahwa itu adalah caranya berterima kasih pada Tuhan atas makanan yang tersaji, bahwa Tuhan sangat sayang padanya sehingga memberi makanan yang bisa membuatnya kuat dan sehat. Kebiasaan ini sebaiknya dilakukan orang tua secara konsisten sebagai keteladanan, sehingga anak memahaminya sebagai nilai spiritual yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya ritual tanpa makna. Nilai spritual sangat penting bagi anak. Karena nilai ini akan menjadi dasar kepribadian yang rendah hati, bijaksana dan santun. Pribadi yang akan memanifestasikan nilai dan norma agama dalam setiap aspek kehidupanya, bukan hanya menjalankan ritual tanpa makna. Pemahaman terhadap nilai spiritual yang baik akan membuatnya memahami bahwa ada yang jauh lebih besar dari dirinya, sehingga tetap berani bermimpi besar, berusaha kuat namun tetap berpijak di bumi. -
Memberi teladan dan membiasakan prilaku yang baik
Sesuai proses belajar pada anak usia dini maka tahap awal dari belajarnya adalah meniru dan kemudian
24 mebiasakannya sebelum terbentuk menjadi karakter. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek terpenting dalam hal ini adalah “keteladanan”. Keteladanan membutuhkan konsistensi. Hal ini mudah dikatakan tapi belum tentu mudah dalam pelaksanaan. Oleh sebab itulah dibutuhkan kerjasama antara orang tua, guru dan lingkungan untuk membangun tempat hidup yang positif bagi anak. Orang tua dan guru sebagai pihak yang terdekat dengan anak sebaiknya merenungkan kembali peran dan fungsi utama kita dalam membangunan karakter dan intelektual anak, sehingga kita selalu terdorong untuk terus belajar dan memperbaiki kualitas diri. -
Mendorong rasa ingin tahu dan proses kreatif
Pada tataran ini orang tua dan guru diharapkan menciptakan lingkungan terbuka bagi anak, dimana mereka mampu mengeksplorasi dunianya dalam bimbingan dan rasa aman. Budayakan diskusi di rumah dan sekolah, sehingga anak terlatih menyampaikan rasa ingin taunya dengan vara yang santun dan baik namun tetap mendapatkan informasi akurat yang dibutuhkan. Diskusi juga membantu melatih anak untuk mampu berpikir kritis dan mengasah logikanya. Semua proses kreatif tidak mungkin lepas dari kesalahan dan kegagalan. Biasakan anak untuk memahami bahwa salah dan gagal bukan hal buruk selama dia mau bertanggung jawab dan memperbaikinya. Orang tua dan guru sebaiknya memahami bahwa kesalahan dan kegagalan yang dibuat anak adalah caranya mempelajari suatu keterampilan. Sehingga kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika anak melakukannya, kita justu diharapkan mampu mendorongnya untuk mengidentifikasi kesalahannya dan membimbingnya utuk
25 memperbaiki dan melakukan dengan lebih baik lagi nantinya. Proses ini juga akan mendorong anak untuk mencintai belajar, mencintai ilmu. Mereka akan memahami bahwa belajar adalah caranya untuk memperkaya diri dengan pengetahuan, bukan hanya sekedar mencari nilai di atas kertas. Anak akan memahami bahwa proses belajar itu menyenangkan, karena kesalahan tidak membuat mereka takut namun semakin mendorong rasa ingin taunya dan mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan. Pencapaian yang didapat anak dari proses kreatif ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan keterampilan untuk selalu mengembangkan diri. Anak yang memilki keterampilan untuk mengidentifikasi kesalahannya akan berkembang menjadi pribadi yang mampu melakukan introspeksi diri dan penuh tanggung jawab. Anak yang belajar memperbaiki kesalahannya akan berkembang menjadi pribadi yang jujur, tangguh, konsisten dan inovatif. Anak yang memiliki ruang untuk melatih kreatifitasnya akan menjadi pribadi yang produktif dan bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. -
Melatih keterampilan sosial
Pada anak usia dini prilaku egosentris masih sangat dominan, hal ini wajar karena mereka memang sedang membangun konsep ke“aku”an dalam kepribadiannya. Walaupun proses ini masih sangat dominan namun penting sekali memberi ruang anak untuk melatih keterampilan sosialnya karena latihan sejak dini akan memudahkannya untuk melakukan identifikasi prilaku dan pemahaman norma. Kelak mereka akan lebih mudah
26 memahami perilaku mana yng bisa dan tidak bisa diterima oleh sekelilingnya dan hal ini akan membantu pada proses adaptasi dalam masyarakat. Anak sudah bisa dikenalkan pada lingkungan lain selain rumah dan sekolahnya, misalnya ikut dalam kegiatan sosial dengan ibunya atau ikut les menari yang sesuai minatnya. Cara ini akan membantu anak mengenali bahwa ada dunia lain yang lebih luas selain di rumah dan di sekolah, juga bisa membantunya memahami berbagai macam karakter orang dan berbagai aturan serta norma yang berbeda dalam tiap lingkungan. Proses di atas juga dapat membantu mengasah empati dan simpati anak. Dengan mengenal banyak karakter lain anak akan belajar untuk memahami perasaan orang lain dan berusaha menempatkan dirinya pada posisi tersebut. Misalnya ketika dia merebut mainan teman, maka dia akan belajar berempati bahwa temannya sedih dengan sikap itu, maka kelak dia tidak akan mengulanginya agar temannya mau bermain bersama lagi. Pengalaman tersebut akan memberinya pelajaran berharga yang tidak bisa dilatih hanya dengan nasehat atau cerita dari orang tuanya. Selain itu anak juga perlu berlatih untuk bersikap asertif, yaitu mampu berkata tidak namun dengan cara yang santun dan tidak menyinggung pihak yang kita tolak. Pribadi yang matang sebaiknya memilki asertifitas yang baik pula, sehingga mampu memilah hal yang baik dan tidak untuk dirinya serta dapat menolak hal-hal yang tidak baik tersebut namun tetap memilki hubungan yang baik dengan semua pihak. Misalnya melatihnya untuk menolak dan tidak ikut-ikutan ketika temannya memperolok teman yang lain, ajarkan dia untuk menyampaikan pendapatnya. Sampaikan bahwa dia tidak mau ikutan kalau masih nakal
27 n olok-olok teman yang lain karena itu akan membuat orang lain sedih, tapi kalau nanti mereka sudah jadi anak baik lagi bisa berteman kembali. Hal ini lebih konkret dan lebih mudah dipahami pada tahapan usia dini. 2.1.4 Dampak Musik, Warna dan Bentuk pada Perkembangan Psikologi Anak DAMPAK POSITIF MUSIK BAGI PERKEMBANGAN ANAK
Kegiatan pengolahan minat dan bakat Banyak penelitian telah membuktikan bahwa musik dapat memberikan berbagai dampak positif bagi perkembangan anak. Antara lain meningkatkan kemampuan mengingat, kemampuan fokus, dan juga meningkatkan ketrampilan berbahasanya. Musik merupakan vibrasi suara yang terorganisir sesuai dengan irama (tempo), warna (timbre), nada (pitch), volume serta komposisi tertentu. Timbre merupakan warna bunyi yang dihasilkan oleh instrumen. Ada warna bunyi dawai seperti gitar dan biola, warna bunyi perkusi seperti tambur, ada juga warna bunyi alat musik tiup (terompet, seruling, serta oboe), dan masih banyak lagi. Warna bunyi inilah yang menghasilkan vibrasi suara khas kemudian ditangkap oleh indera pendengaran dan dilanjutkan ke susunan saraf pusat dan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Tinggi rendahnya nada yang dihasilkan oleh alat bunyi juga mempengaruhi fungsi organ pendengaran yang kemudian disampaikan ke fungsi kognitif. Misalnya nada tinggi pada piano yang menghasilkan bunyi denting tidak terlalu menggugah sensor pendengaran dan fungsi
28 kerja susunan saraf pusat dibandingkan bunyi pada pitch yang sama yang dihasilkan oleh alat gesek (misalnya biola). “Masing-masing aspek memiliki dampak tersendiri. Secara menyeluruh, musik mempunyai dampak kognitif dan afektif bagi individu,” jelas Monty Satiadarma, seorang psikolog klinis dan pengajar di Universitas Tarumanegara. Mengingat manfaatnya bagi perkembangan kognitif dan afektif anak, tak ada salahnya Anda menjadikan musik sebagai teman sehari-hari dalam merawat anak. PENGARUH WARNA PADA PERKEMBANGAN ANAK Fullerton, California, Warna memainkan peran penting ketika Anda ingin mendekorasi kamar anak. Sangat penting memilih warna yang tepat untuk merangsang perkembangan anak, karena warna memiliki efek pada perkembangan psikologi anak. Warna bisa dijadikan alat komunikasi dengan anak karena memudahkannya menanggapi bahasa. Anakanak sudah bisa belajar membedakan warna sejak enam bulan awal. Warna dapat membantu merangsang anakanak, terutama bagi anak dengan gangguan defisit perhatian. Dengan warna, anak-anak belajar untuk mengekspresikan diri dan ketika mereka diperbolehkan untuk memilih warna untuk menghias kamar atau memilih warna pakaian, mereka menjadi lebih percaya diri dan membuka lebih banyak kreativitas dan ekspresi. 'Color your life' atau 'warnai hidupmu' adalah teknik yang digunakan oleh psikolog dan psikoterapis untuk membantu anak-anak membedakan dan mengekspresikan berbagai emosi di atas kertas. Teknik ini membantu untuk mengetahui apakah anak senang, sedih, gembira, takut atau bahkan marah..
29 Departemen Pengembangan Anak di California State University Fullerton juga pernah melakukan studi tentang warna dan asosiasi terhadap emosional anakanak. Dalam studi tersebut, anak-anak usia antara 5 hingga 6 tahun diminta untuk memilih warna favorit dari 9 warna yang diberikan secara acak sesuai dengan perasaan mereka saat itu. A. DEFINISI TIAP WARNA 1. Putih. Melambangkan kegembiraan, kedamaian, kemurnian dan kebersihan. 2. Kuning. Warna ini menenangkan saraf dengan memberikan efek menenangkan dan juga dikenal dapat merangsang aktivitas otot. 3. Biru. Warna biru menandakan keyakinan, perdamaian dan kebijaksanaan dan dapat membantu menenangkan saraf anak, serta memberikan tidur yang baik di malam hari. 4. Hijau. Hijau adalah warna yang menandakan penyegaran dan membantu memperkuat harga diri dan menyalakan harapan. Hijau adalah warna yang sangat menggembirakan dan idealnya cocok untuk anak-anak yang memiliki perasaan rendah diri dan perasaan tertekan. 5. Merah. Merah adalah warna yang menarik yang menandakan gairah, keinginan dan membuat anak Anda bersemangat. 6. Ungu. Warna ini menandakan kekuasaan, kemewahan dan royalti bila muncul dalam nuansa lebih gelap. Nuansa ringan seperti lavender memberikan suasana damai dan membantu menenangkan saraf. Warna ungu yang sangat gelap tidak direkomendasikan karena dapat membangkitkan rasa frustrasi dan kesedihan pada anakanak. Anak-anak tidak menangkap warna ini begitu mudah.
30 7. Coklat dan abu-abu. Coklat dan abu-abu adalah beberapa nada bumi. Warna ini adalah warna ideal untuk anak-anak yang hiperaktif dan penuh dengan energi. Warna ini memberikan relaksasi, kehangatan, kenyamanan.
Macam-macam warna B. PENGGUNAAN WARNA PADA RUANG BELAJAR Para psikolog telah melakukan beberapa eksperimen yang menyimpulkan bahwa penggunaan warna yang tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar untuk siswa maupun gurunya. Hal ini disebabkan warna menimbulkan kesan tertentu dalam menciptakan suasana ruang. Warna juga menimbulkan pengaruh terhadap jiwa anak-anak, baik secara langsung, misalnya perasaan gelisah, nyaman, panas dan sebagainya. Karena itu pendidik harus mengetahui pengaruh warna-warna tertentu terhadap anak-anak, demikian dapat memperkecil bahkan mencegah kesalahan di dalam menempatkan warna-warna yang mempunyai pengaruh negatif, khususnya terhadap perkembangan fisik dan mental anak.
31
Kebutuhan dalam ruang Ruang bebas
1. Menciptakan ruang yang bebas, aman, rangsang, nyaman, dan hangat Menurut Eillen, 1988, kebutuhan anak dalam ruang adalah memperoleh rasa bebas, aman, rangsang, nyaman dan hangat. Anak Suasana Ruang Warna Dihindari
Rasa Aman
Rasa nyaman, hangat Rangsang, merangsang anak untuk beraktifitas, gembira dan kreatif
Fleksibel tidak terlalu padat Tidak menakutkan, menegangkan Suasana hangat
Warna terang dan netral Warna-warna pastel intensitas tidak penuh Warna hangat
Warna hitam: menakutk menekan Warna menyilaukan meny mata cepat lelah, sakit kep tegang Warna gelap
Suasana hangat dan meriah
Komposisi warna cerah, kontras dan komposisi warna-warna terang Tabel kebutuhan anak dalam ruang
Warna pastel untuk ruang belajar adalah aman dalam arti tidak menyilaukan, tidak membuat mata lelah, menyenangkan dan tidak menakutkan sehingga dapat memotivasi anak untuk beraktifitas, bergembira dan kreatif. 2. Mengatur Ruang agar tampak lebih luas atau mengecil Warna dingin bila digunakan untuk mewarnai ruangan akan memberikan ilusi jarak, akan terasa mundur. Sebaliknya warna hangat, terutama keluarga merah akan terasa seolah-olah maju. Warna-warna cerah membuat objek kelihatan besar dan ringan sementara warna gleap membuat mereka lebih kecil dan berat.
32 C. PENGGUNAAN WARNA PADA ALAT PERMAINAN Peran warna pada alat permainan antara lain: 1. Stimuli : Warna berperan sebagai stimuli(rangsangan), dengan menggunakan warna cerah yang disukai anak dan menarik perhatian seperti merah, kuning dan oranye warna ini merangsang anak untuk beraktifitas dan berimajinasi 2. Evaluasi perkembangan anak. Warna merupakan elemen penting untuk mengevaluasi perkembangan anak, misalnya anak-anak diberi bendabenda dengan bentuk sama tetap berbeda atau sebaliknya bentuk beda tetapi warnanya sama, puzzle, berbagai figur dan sebagainya. 3. Memfokuskan dan mengalihkan perhatian Bila ingin memfokuskan anak pada sesuatu, berilah warna-warna yang menarik perhatian misal merah. Sebaliknya jika ingin mengalihkan perhatian, berilah warna-warna yang tidak menarik perhatian, misalnya coklat, abu-abu. D. PENGGUNAAN WARNA PADA PROSES CALISTUNG Belajar membaca, menulis, berhitung, dan bahkan sains kini tidaklah perlu dianggap tabu bagi anak usia dini. Persoalan terpenting adalah merekonstruksi cara untuk mempelajarinya sehingga anak-anak menganggap kegiatan belajar tak ubahnya seperti bermain dan bahkan memang berbentuk sebuah permainan. Pelajaran calistung bisa membaur dengan kegiatan lainnya yang dirancang dalam kurikulum PAUD tanpa harus membuat anak-anak terbebani. Adakalanya tidak diperlukan waktu ataupun momentum khusus untuk mengajarkan calistung. Anak-anak bisa belajar membaca lewat poster-poster bergambar dengan warna mmencolok
33 yang ditempel di dinding kelas. Biasanya dinding kelas hanya berisi gambar benda-benda. Gambar-gambar itu bisa ditambahi poster-poster kata, dengan ukuran huruf yang cukup besar dan warna yang mencolok. Doman adalah seorang dokter bedah otak. Ia berhasil membantu menyembuhkan orang-orang yang mengalami cedera otak kartu-kartu kata yang ditulis dengan tinta berwarna merah pada karton tebal, dengan ukuran huruf yang cukup besar. Kartu-kartu itu ditampilkan di hadapan si pasien dalam waktu cepat, hanya satu detik per kata. Adanya perkembangan pada otak pasiennya membuat ia ingin mencobanya kepada anak-anak bahkan bayi. Doman hanya merekomendasikan pembelajaran membaca dan matematika sekitar 45 detik per hari. Bisa kita bayangkan, betapa sebentarnya, dan kemungkinan anak-anak merasa terbebani karena metode itu sangatlah kecil. 2.2 Studi Ergonomi dan Anthropometri Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini 2.2.1 Kebutuhan Anak Dalam Ruang Ruang kelas sebagai wadah berlangsungnya program kegiatan belajar yangmenunjang pengembangan perilaku, kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus danada dalam kehidupan anak sehari-hari di TK sehingga menjadi kebiasaan yang baik danpengembangan kemampuan dasar. Agar program kegiatan belajar tersebut dapat berjalandengan optimal, maka TK diharapkan dapat (Harianti, 1995) : -
-
Menciptakan situasi pendidikan yang memberikan rasa aman dan menyenangkanbagi anak, mengingat TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolahyang dikenal anak. Memberikan kegiatan perseorangan kepada anak didik sesuai dengan minat dantahap perkembangannya, disamping kegiatan kelompok
34 maupun klasikal agar anak didik belajar bermasyarakat. Ketiga kegiatan tersebut harus diberikan mengingatsetiap anak adalah unik dalam arti berbeda keadaan fisik (gerakan atau motorik kasardan halus), psikis (moral, actor, perasaan dan kecerdasan) dan tingkat perkem-bangannya. Cara belajar anak menggunakan prinsip bermain sambil belajar karena cara belajaranak yang paling efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain anak dapatmengembangkan otot besar dan halusnya, meningkatkan penalaran dan memahamikeberadaan dilingkungannya, membentuk daya imaginasi dan dunia sesungguhnya,mengikuti peraturan, tata tertib dan disiplin. Dalam bermain anak menggunakanseluruh aspek pancainderanya. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkanbahasanya. Dengan bermain anak mendapat kesempatan bereksperimen dan faktormenemukan sendiri, sangat membantu memahami konsep-konsep sesuai denganperkembangan anak.Dengan demikian dibutuhkan kualitas suasana ruang yang memadai dan sesuaikebutuhan bagi perkembangan anak-anak tersebut. Kebutuhan anak dalam ruang adalah memperoleh rasa bebas, aman, rangsang, nyaman dan hangat. (Eilleen, 1988 : 69).Mereka membutuhkan rasa bebas, aman, nyaman, hangat dan rangsang dalam ruangkelas. Rasa bebas. Ini memiliki arti anak-anak tidak menemukan kesulitan untuk beraktivitas di dalam sebuah ruang. Kebebasan ini penting agar anak merasa leluasauntuk beraktivitas dengan sepenuh hati mereka dan hal ini baik untuk perkembanganpsikologisnya. Rasa aman, hangat dan nyaman. Merupakan beberapa hal yang memiliki karakteristik ruang yang mirip. Ketiga rasa tersebut memiliki pandangan bahwa sebuah ruang
35 hendaknya memiliki suasana yang familiar dengan kondisi fisik dan psikologis anak. Rasa aman memiliki pengertian bahwa lingkungan fisik tersebut dapat memberikanrasa aman kepada seorang anak ketika melakukan kegiatan. Dengan adanya rasa aman,seorang anak tidak akan merasa bahwa dirinya selalu berada dalam suasana yangmenakutkan, menegangkan ketika mereka berada dalam ruangan tersebut. Rasa nyamanmampu mengkondisikan seorang anak untuk tetap beraktivitas selama ia mau dan mampuuntuk melakukannya. Rasa nyaman yang dipengaruhi oleh pengolahan ruang iniberpengaruh kepada aspek psikologis anak. Seorang anak akan merasa terasing dan bosanapabila tidak merasakan kenyamanan ketika ia berada dalam ruangan. Sedangkan rangsang. Memiliki arti bahwa ruang hendaknya mampu hadir sebagaifaktor eksternal yang dapat membantu proses perkembangan potensi anak melaluikegiatan-kegiatan kreatifnya. Rangsang ini memiliki arti juga bahwa sebuah ruang hendaknya mampu menjadi sumber gagasan, imajinasi bagi anakanak. Rangsang inisangat penting peranannya sebagai stimuli luar sehingga membantu produktifitas anak yang berguna bagi perkembangannya. 2.2.2 Warna yang Mendukung Kebutuhan Anak Pembahasan di atas memberikan gambaran bahwa kebutuhan anak usia prasekolah dalam sebuah ruang adalah ruang yang mampu memberikan suasana hangat, nyaman,bebas, rangsang dan aman. Sehingga mereka dapat beraktivitas, berimajinasi denganbebas, memperoleh motivasi dan inspirasi dalam setiap kegiatan kreatifnya melaluisuasana ruang yang mereka rasakan dan baik untuk perkembangan psikologisnya. Untuk memenuhi rasa bebas dalam ruang, anak memerlukan suasana ruang yangfleksibel, tidak terlalu
36 padat dan didukung dengan warna terang dan warna netral, karena skema warna netral adalah yang paling fleksibel (Ching, 1996). Gambar berikut menjelaskan skema gelap-terang warna pada lingkaran warna dalam pencahayaan normal. Kesan hangat atau dingin dari suatu warna, sejalan dengan pencahayaan dantingkat kepekatannya. Warna hangat dan intensitas tinggi dikatakan aktif secara visualdan merangsang, sedangkan warna dingin dan intensitas rendah lebih tenang dan santai.
Skema gelap terang cahaya Memenuhi kebutuhan anak akan rasa aman dalam ruang memerlukan suasana ruangyang tidak menakutkan dan menegangkan, dalam arti warna-warna yang digunakansecara psikologis tidak menakutkan, menekan mereka, seperti penggunaan warna hitam. Sedangkan aman dalam warna adalah warna tidak menyilaukan sehingga tidak menyebabkan mata cepat lelah, sakit kepala dan tegang (Birren, 1961).
37
Skema warna Warna menyilaukan berkaitan dengan intensitas warna atau Chroma. Dimensi warnayang menyatakan kekuatan atau kelemahaan warna, daya pancar warna dan kemurnianwarna, seberapa jauh jaraknya dari kelabu atau netral. Intensitas adalah kualitas warnayang menyebabkan warna itu berbicara, berteriak atau berbisik dalam nada yang lembut.Pencahayaan warna dapat ditingkatkan dengan penambahan warna putih dan diturunkandengan penambahan warna hitam. Menambahkan warna putih menimbulkan warna mudaatau biasa disebut warna pastel. Dengan demikian warna yang dibutuhkan anak untuk
38 memenuhi rasa aman adalah warna-warna pastel, intensitas tidak penuh. Kebutuhan berikutnya adalah rasa nyaman dan hangat dalam ruang, suasana tersebutdapat diciptakan dengan menghadirkan komposisi warna-warna hangat dengan intensitasrendah. Kebutuhan terakhir adalah ruang yang dapat merangsang anak untuk beraktifitas,gembira dan kreatif, hal-hal tersebut membutuhkan suasana ruang hangat dan meriah.Warna-warna yang dapat mendukung suasana tersebut adalah warna-warna hangat,komposisi warna-warna kontras dan komposisi warna-warna terang (Pile, 1995 danBirren, 1961).Warna-warna yang mendukung kebutuhan anak dalam sebuah ruang seperti tersebutdi atas, agar program kegiatan dapat berjalan dengan baik dan perkembangan anak optimal. Warna-warna yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan tersebut di atasadalah warna yang dapat memberikan suasana aman, hangat, nyaman, bebas danrangsang. Warna-warna pastel dengan intensitas yang berbeda-beda dapat menunjangsuasana ruang ruang tersebut di atas. Warna pastel aman dalam arti warna tidak menyilaukan, membuat mata cepat lelah, menyenangkan, tidak menakutkan dalam artiwarna dapat memotivasi anak untuk beraktifitas, bergembira dan kreatif.
PERAN WARNA DALAM INTERIOR TK Penting untuk dipahami bahwa seorang anak belum mempunyai persepsi yang utuhmengenai ruangan. Ia mengamati detail-detail dari bagian ruangan yang disenangi,apakah itu furnitur, warna-warna pada dinding sekolah atau unsur-unsur ruangan lainnya, kemudian anak mencoba menangkap suasana yang diciptakan untuk ruangan kelastersebut secara menyeluruh. Jadi dalam
39 menciptakan suasana di dalam suatu ruangansekolah taman kanak-kanak lebih dipentingkan penampilan dari tiap-tiap unsur ruangsecara maksimal. Dengan demikian dapat merangsang keinginan anak untuk tinggaldalam ruangan, penciptaan suasana yang ingin dicapai dalam ruangan tersebutmerupakan hal yang kedua.Warna adalah salah satu sarana kita untuk melatih keutuhan persepsi merekaterhadap ruang, karena berbagai kombinasinya dapat menghasilkan sejumlah petunjuk bagi anak-anak untuk memperkirakan jarak dan kedalaman. Dengan demikian prosesnyaharus dibalik. Jangan dimulai dari apa yang kita inginkan untuk anakanak kita,melainkan apa yang sebaiknya diberikan kepada mereka. misalnya, apabila kita inginmencegah mereka bergerak terlalu jauh ke satu arah tertentu di dalam ruang, makadinding di arah tersebut kita beri warna yang tidak menarik mereka ke situ. Demikianpula sebaliknya.Penggunaan warna yang tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajarmengajar untuk siswa maupun gurunya. Suatu lingkungan yang dirancang dengan baik bukan hanya memberi kemudahan belajar tetapi juga dapat mengurangi masalah-masalahperilaku yang negatif. Hal ini disebabkan warna menimbulkan kesan-kesan tertentudalam menciptakan suasana ruang dan warna dapat menimbulkan pengaruh terhadap jiwaanak-anak, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya perasaan gelisah,nyaman, panas, dan sebagainya. Karena hal-hal tersebut perlu diketahui pengaruh warna-warna tertentu terhadap anak-anak, dengan demikian dapat memperkecil bahkanmencegah terjadinya kesalahan di dalam menempatkan warna-warna yang mempunyaipengaruh negatif, khususnya terhadap perkembangan fisik dan mental anak.Peran warna dalam mendukung program belajar mengajar di taman kanak-
40 kanak tidak hanya dalam hal menciptakan suasana emosional saja, akan tetapi dalam banyak halwarna dapat berperan, antara lain: •
•
•
•
•
Stimuli, warna berperan sebagai stimuli (rangsangan), dengan menggunakan warna-warna cerah yang disukai anak dan menarik perhatian seperti merah, kuning, orangepada sarana pembelajaran akan merangsang anak untuk beraktivitas dan berimajinasi. Evaluasi perkembangan anak, warna merupakan sebuah elemen penting untuk mengevaluasi perkembangan anak, misalnya anak-anak diberi benda-benda dengan bentuk sama tetapi warna berbeda atau sebaliknya bentuk beda dan warna sama, puzzles, berbagai figur, dan sebagainya. Memfokuskan dan mengalihkan perhatian, bila ingin memfokuskan anak pada sesuatu, berilah warna yang menarik perhatian dan sebaliknya bila ingin mengalihkanperhatian, berilah warna-warna yang tidak menarik perhatian anak, seperti warnacoklat, abu-abu. Mengatur ruang agar tampak lebih luas atau mengecil, warna dingin biladigunakan untuk mewarnai ruangan akan memberikan ilusi jarak, akan terasamundur. Sebaliknya warna hangat, terutama keluarga merah akan terasa seolaholahmaju, memberikan kesan jarak yang lebih pendek. Warna-warna cerah membuatobjek kelihatan lebih besar dan ringan dari pada sesungguhnya. Sementara warnagelap membuat mereka lebih kecil dan berat. Menciptakan rasa hangat, dingin, tenang dan riang, sebagai contoh penggunaankomposisi
41 warna-warna cerah dan warna-warna kontras pada ruang akanmenciptakan suasana gembira atau riang 2.3 Studi Eksisting Namira School LEMBAGA PENDIDIKAN NAMIRA SCHOOL Namira Playgroup and Kindergarten School adalah Sebuah lembaga pendidikan baru untuk Playgroup dan Taman Kanak Kanak (TK) yang telah berdiri di Kota Kraksaan. Yakni, Namira School Playgroup and Kindergarten yang didirikan oleh 3 bersaudara (Nabila Faza, SE , Mirrah Samiyah, dr, M.ARS, Fara Nadhia). Sekolah berkualitas dan modern ini akan memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) pada tahun pelajaran 2013-2014 ini. Namira School merupakan sekolah yang menanamkan rukun islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. Keunggulannya, sekolah ini menerapkan kurikulum nasional yang berbasis kesehatan, Informasi dan Teknologi (IT), nasionalis, religius, berkarakter, berbudaya lokal dan berwawasan lingkungan (green school). Namira school , adalah sekolah yang menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan Kurikulum Nasional yang dimiliki berbasis; Kesehatan, Teknologi, Nasionalis, Religius, Berkarakter, Berbudaya lokal, Berwawasan Lingkungan. Sementara untuk kegiatan ekstrakurikuler meliputi; Iqra, Bahasa Inggris, Komputer, Etika. LOGO NAMIRA SCHOOL
42
(halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB III METODOLOGI 1.1 Diagram Alur Metode Desain DESAIN INTERIOR NAMIRA SCHOOL DENGAN KONSEP RELIGIUS WONDERLAND PERMASALAHAN
RUMUSAN MASALAHAN
1)
2)
3)
4)
5)
STUDI PUSTAKA 1. 2.
TUJUAN
Kraksaan sebagai kota yang baru saja diresmikan memiliki banyak kemungkinan untuk lebih berkembang lagi dalam aspek pendidikan anak. Namira School sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. Aktifitas dan kebutuhan ruang yang menunjang perkembangan anak usia dini untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada. Aspek interior yang menunjang perkembangan anak agar dapat berpikir kreatif dan inofatif. Pemilihan konsep desain agar lebih selaras dengan usia, psikologi, pola pikir dan kebutuhan anak usia dini.
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Perkembangan Psikologi dan Pola Pikir Anak
1.
1)
Mengetahui aktifitas dan kebutuhan anak usia dini agar dapat menghasilkan rancangan desain yang meliputi zooning dan sirkulasi area yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan. Menganalisa perkembangan pola pikir dan psikologi anak usia dini untuk mengetahui aspek apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Memberikan solusi konsep desain interior yang lebih memperhatikan perkembangan psikologi dan pola pikir sesuai dengan usia anak agar didapatkan fungsi yang optimal dan saling mendukung.
2.
3.
PENGUMPULAN DATA
WAWANCARA 1. 2.
2)
3)
Bagaimanakah perkembangan anak ditinjau dari psikologi dan pola pikirnya terutama perkembangan pada anak usia 3 sampai 6 tahun? Bagaimana upaya agar sirkulasi dan zooning dapat menunjang aktifitas dan pengguna? Bagaimanakah konsep desain interior yang sesuai dengan Namira School agar dapat menunjang visi dan misi yakni sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan rukun islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan?
OBSERVASI
Pengelola Pengguna
1. 2.
EKSISTING, Kondisi Lingkungan PEMBANDING,
KUESIONER Opini Pengguna
ANALISA DATA
ANALISA DATA TEKNIS 1. 2. 3. 4.
Analisa Eksisting Analisa Studi Kebutuhan Analisa Studi Aktivitas Pembentuk Interior
ANALISA DATA NON TEKNIS 1. 2.
Data tentang Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Data tentang perkembangan psikologi dan pola pikir anak
KONSEP DESAIN/IDE DASAR
43
44 1.2 Tahap Pengumpulan Data Data Primer 1. Wawancara Wawancara dilakukan pada pemilik yayasan Namira School, serta Kepala Sekolah Namira School. Pada wawancara ini dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang; a. Sejarah berdirinya Namira School serta menganalisis tentang standart-standar yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan b. Menganalisa corporate identity serta mengetahui harapan dan fasilitas yang dibutuhkan. 2. Survey Survey ini dilakukan untuk mengetahui kondisi mengenai Namira School yang sebenarnya sehingga dapat diperoleh hasil eksisting serta mengamati tentang perilaku dan sirkulasi kegiatan yang sebenarnya. Pada saat survey juga dilakukan pengambilan data primer berupa pembagian kuesioner secara langsung dalam penelitian lapangan kepada para wali murid pengguna dan pengelola atau karyawan Namira School. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan mengenai fasilitas dan interior dan harapan berkaitan dengan peningkatan mutu rancangan Namira School. Data Sekunder 3. Studi Literatur Studi literatur ini merupakan studi kasus yang diperoleh dari data sekunder yakni data dari perusahaan, literatur, internet dan majalah berkenaan tentang:
45 a. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini b. Studi Aktifitas dan Kebutuhan penunjang Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini c. Corporate Identity Namira School beserta visi misi dan moto lembaga tersebut d. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan merangsang kreatifitas dan perkembangan otak anak pada usia dini e. Peranan pembentukan karakter dasar pada anak usia dini f. Studi anthropometri dan ergonomi berkaitan dengan faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi. Data-data primer yang diperoleh di lapangan akan dibandingkan dengan data sekunder yang diperoleh dari literatur. Data-data tersebut kemudian dianalisa sehingga akan diperoleh kesimpulan yang menjadi dasar untuk menentukan konsep desain. 1.3 Tahap Analisa Data Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah dengan cara mengunakan metode induktif, yaitu dengan cara mengumpulkan semua data yang ada kemudian dianalisis berdasarkan literatur dan kemudian diambil kesimpulannya. Selain itu analisis data juga dapat menggunakan metode deduktif dan komparatif. Metode deduktif merupakan metode mengolah dan menganalisa data-data yang bersifat umum, kemudian
46 menganalisa kembali data-data tersebut menjadi bersifat lebih khusus yang sesuai dengan judul perancangan. Metode komparatif merupakan metode menggabungkan data untuk melakukan perbandingan data- data yang ada. Selanjutnya membentuk data-data tersebut sesuai judul desain. Metode yang digunakan adalah : 1. Mengumpulkan data secara keseluruhan. 2. Memilah berdasarkan tinjauan dan kepentingan desain. 3. Menentukan fasilitas yang akanmenjadi obyek desain. 4. Membandingkan dan menyesuaikan data terhadap judul desain. 5. Menentukan data-data yang sesuai dengan proses desain interior. 3.3.1. Analisa Warna Menganalisa warna-warna yang sesuai dengan corporate image Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Namira School agar sesuai denganstudi kebutuhan dan pengaruhnya terhadap perkembangan psikologi dan pola pikir anak. 3.3.2. Analisa Bentukan Interior Analisa tentang bentukan interior yang sesuai dengan studi aktifitas yang terdapat pada sebagian besar Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. 3.3.3. Analisa Elemen Hias Analisa elemen hias yang dapat menunjang kegiatan dan aktifitas Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini 3.3.4. Analisa Pencahayaan Analisa tentang pencahayaan yang sesuai dengan standar dalam suatu lembaga pendidikan yang dipadukan dengan tema yang dapat menunjang visi dan misi, sehingga tercipta suasana yang mendukung juga mengandung nilai estetika. 3.3.5. Analisa Penghawaan Analisa tentang penghawaan yang sesuai dengan standar lembaga pendidikan untuk anak usia dini yang dipadukan dengan kebutuhan fasilitas sehingga tercipta suasana yang mendukung juga mengandung nilai estetika. 3.3.6. Analisa Material
47 Analisa tentang material yang sesuai dengan berbagai jenis aktifitas yang terjadi serta kegiatan belajar mengajar, sehingga tercipta suasana yang mendukung. 3.3.7. Analisa Utilitas Analisa tentang utilitas yang sesuai dengan bangunan sebuah lembaga pendidikan yang akan diterapkan untuk menemukan solusi masalah yang diangkat. 3.3.8. Analisa Furnitur Analisa tentang bentukan, warna dan material furnitur yang menjadi pengisi interior lembaga pendidikan disesuaikan dengan aktifitas dan kebutuhan anak usia dini. 3.3.9. Analisa Kebutuhan Ruang Analisa tentang kebutuhan suatu ruangan yang berbeda pada lembaga pendidikan Namira yang disesuaikan dengan aktifitas dan sifat ruangan. 3.3.10. Analisa Hubungan Antar Ruang Analisa tentang hubungan ruang per ruang dan tentang sifat bukaan diantara ruang yang ada. 3.3.11. Analisa Sirkulasi Analisa tentang sirkulasi yang akan diterapkan dan disesuaikan dengan pengguna serta pengelola Namira School. 3.3.12. Analisa Ruangan Analisa tentang ruang per ruang yang akan menjadi sifat ruangan dan urgensi apa yang harus dipecahkan tiap ruangan itu.
48
(halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB IV ANALISA RESPONDEN
PERBANDINGAN RESPONDEN
30% 70%
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Diagram perbandingan responden Berikut ini merupakan data yang didapat dari hasil pengisian kuisioner . Responden kuisioner sebanyak 30 orang. Dengan detail sebanyak 10 responden merupakan pengurus lembaga dan staf guru dan 20 merupakan wali murid siswa Namira School. 4.1 Mengoptimalkan sirkulasi dan zooning pada Namira School agar dapat menunjang aktifitas dan kebutuan pengguna Analisa Eksisting: Untuk aktivitas belajar mengajar Namira School membagi kelas menjadi 4, yaitu Sentra Balok, Sentra Seni, Sentra Drama dan Sentra Persiapan.
Eksisting area perbatasan kelas Gambartersebut merupakan dokumentasi dari hasil survey Namira School. Kegiatan belajar mengajar dilokasikan pada lantai 2. Berikut adalah hasil survey pembagian tiap kelas yang berada pada Namira School 49
50 1. Sentra Persiapan
kelas belajar Pada Tahap Persiapan aktifitas yang dilakukan oleh siswa adalah kegiatan belajar mengenai bahasa Inggris, berhitung, menulis dan membaca 2. Sentra Drama
Kelas drama Pada Sentra Drama ini siswa diajak untuk bermain peran. Siswa di beri kesempatan untuk mengasah kreatifitas dan keberanian dalam hal keaktifannya. Area Sentra Seni tidak menggunakan furniture, hal ini disesuaikan dengan aktifitas yang terdapat didalamnya. 3. Sentra Seni
Kelas seni kreativitas
51 Pada Sentra Seni siswa diberikan fasilitas untuk berkreasi dalam hal karya seni. Pada Sentra balok terdapat beberapa meja dan kursi yang digunakan sebagai salah satu penunjang kegiatan yang berlangsung. Serta disediakan beberapa rak dengan pearnaan cerah yang dimanfaatkan sebagai loker tiap siswa. 4. Sentra Balok
Kelas balok Sentra Balok merupakan kelas bermain. Namun lain halnya dengan sekedar bermain, dengan bermain balok siswa dapat melatih kreatifitas dan perkembangan otak serta pola pikir anak tersebut. Pada area ini pemangfaatan rak digunakan sebagai rak penyimpanan balok permainan. Hasil Analisa: Dalam menindaklanjuti analisa eksisting Namira School, sebaiknya peninjauan dilihat dari segi aktifitasnya. Dibedakan menjadi dua aktifitas, yakni aktifitas rutin dan aktifitas tambahan. Aktifitas rutin sendiri meliputi aktifitas belajar dan mengajar, sedangkan aktifitas seperti pertemuan wali murid, area administrasi, ruang kepala sekolah, guru dan sebagainya termasuk ke dalam aktifitas tambahan. Untuk aktifitas rutin dilokasikan pada lantai 1 atau lantai dasar, hal yang menjadi petimbangan meliputi;
52 1. Pengguna objek merupakan pelajar usia dini yang berusia sekitar 3 sampai 5 tahun. Untuk memberikan rasa aman pada pengguna maka sebaiknya pengguna diupayakan tidak naik dan turun tangga demi keaman dan kenyamanan pada usia mereka. Ditinjau dari hasil pengamatan, anak usia dini membutuhkan pengamanan yang lebih pada usia mereka, sebab pada usia 3 sampai 5 tahun, anak mengalami masa keaktifan dan kekreatifan. Selain itu jika dilihat dari segi psikologis, kemauan anak usia dini tergolong masih labil. Secara umum, untuk memunculkan niat belajar pada anak, orang tua akan sedikit memberikan dorongan pada anak untuk berangkat sekolah, maka untuk mempermudah dalam menumbuhkan niat pada anak sebaiknya lokasi (zooning dan sirkulasi) sedapat mungkin saling mendukung dengan cara memberikan kemudahan dan kenyamanan pada anak supaya tujuan dapat tercapai secara optimal.
Gambar anak usia 3-5 tahun
53
2. Memberikan kemudahan untuk pengawasan dari orang tua. Pada Namira School terdapat ruang tunggu yang digunakan oleh orang tua pengguna saat proses belajar mengajar. Area ini bedara di lantai dasar. Untuk memberikan kemudahan dalam mengawasi anak saat proses belajar dan mengajar serta memberikan rasa aman pada anak maka sebaiknya area belajar mengajar dan area tunggu orangtua murid berada pada lokasi yang dekat. Jika ditinjau dari psikologisnya, untuk beberapa anak yang memiliki sifat takut yang sedikit berlebih, keberadaan orang yang dikenal akan menumbuhkan rasa percaya diri dan nyaman. Hal ini tidak memiliki tujuan untuj menimbulkan rasa ketergantungan pada orang tua, namun untuk memberikan rasa nyaman terlebih dahulu untuk kemandirian dan keberanian akan ditumbuhkan dengan cara yang berbeda.
Pengawasan oleh orang tua
54 3. Menanamkan sopan santun dan menghargai orang yang lebih tua. Menurut hasil survey area kepala sekolah dan ruang guru serta aula untuk berkumpul wali murid sebaiknya berada pada lantai 2. Secara tidak langsung ini akan memberikan pandangan kepada anak usia dini bahwa area untuk orang yang lebih tua berada pada lantai 2. Maka dengan begitu anak usia dini akan mulai mengerti dan memahami bahwa dalam bertutur kata dan bertingkah laku mereka harus menghargai orang yang lebih tua dari mereka.
Penanaman sopan santun Aktifitas rutin itu sendiri dikelompokkan menjadi beberapa kelas. Pengelompokan kelas pada Namira School itu sndiri sudah sangat mendukung kemajuan potensi anak. Beberapa kelas yang terdapat pada objek meliputi sentra persiapan, sentra seni, sentra balok dan sentra drama. Sementara untuk aktivitas tambahan dilokasikan pada lantai 2. Aktifitas tambahan tersebut meliputi aula pertemuan, area guru pengajar,
55 ruang kepala sekolah, dan area untuk kegiatan non eksakta ( area minat dan bakat ). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti; 1. Tingkat keseringan dalam penggunaan ruangan. Menurut data yang didapat, aktifitas tambahan yang ada pada Namira School berupa pertemuan wali murid dengan guru, rapat guru pengajar, administrasi, kegiatan pembentukan karakter seperti minat dan bakat. Kegiatan tersebut tidak begitu sering dilakukan. Maka untuk mempermudah zooning dan sirkulasi, kegiatan tambahan tersebut sebaiknya dilokasikan pada lantai 2. 2. Area guru, kepala sekolah serta pengelola yayasan merupakan area yang membutuhkan privasi. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, sebaiknya area yang membutuhkan privasi berada pada lantai 2. Hal ini berhubungan dengan sirkulasi pengguna. 3. Menanamkan disiplin pada anak usia dini. Mengetahui kapan harus belajar dan kapan harus bermain. Jika ditinjau dari hasil survey, diperoleh data mengenai kedisplinan anak usia dini. Anak usia dini cenderung ingin melakukan hal-hal yang diinginkan tanpa mengenal waktu. Oleh karena itu, sebaiknya untuk menanamkan rasa disiplin dan tertib area bermain dan pengembangan minat dan bakat diletakkan pada lantai 2. Hal ini secara tidak langsung menyampaikan pesan pada anak usia dini bahwa terdapat waktu-waktu tertentu untuk
56 melakukan hal yang diinginkan. Tidak semaunya sendiri.
Penanaman kedisiplinan
4.2 Faktor Perkembangan Anak Ditinjau dari Psikologi dan Pola Pikir terutama pada Anak Usia 3 sampai 6 tahun pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Namira School Analisa Eksisting: Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, dalam menindak lanjuti perkembangan anak pada usia dini, Lembaga Pendidikan Namira School berupaya membentuk pribadi yang baik serta memunculkan karakter dalam tiap siswanya. Upaya tersebut diwujudkan dengan memfasilitasi ekstrakulikuler pada proses belajar mengajar. Ekstrakurikuler disini yang dimaksud adalah belajar membaca Al-Qur’an, belajar Bahasa Inggris, Ilmu Komputer dan Etika. Berikut adalah beberapa gambar hasil survey lokasi yang digunakan sebagai tempat belajar mengenai agama.
57 Mushola Area rohani juga digunakan sebgai area sholat dan membaca Al-Qur’an Untuk lebih mengasah kemampuan, minat dan bakat dari tiap siswanya, Namira School juga memberikan wadah pengasah bakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa furnitur yang ada. Berikut merupakan hasil survey lokasi dari Namira School;
Area musik Sedangkan untuk melatih keberanian berpendapat di depan umum, Namira chool juga memfasilitasi area pidato.
Area pidato Hasil Analisa: Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak pada usia dini yakni meliputi: 1. Kerohanian 2. Minat dan bakat 3. Tingkah laku dan etika
58
Menurut hasil survey yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa area non eksakta akan dialokasikan pada lantai 2. Hal ini berhubungan dengan sering dan tidaknya aktifitas tersebut dilakukan dan bagaimana dampak yang ditimbulkan pada anak. Didapatkan data bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh adanya musik dan lain sebagainya. Namun tidak seharusnya aktifitas tersebut dilakukan secara terus menerus. Hal ini akan membuat anak tidak menghargai waktu. Oleh karena itu, beberapa kegiatan yang tidak sering dilakukan dan tergolong kegiatan bermain akan dialokasikan pada lantai 2. 4.3 Konsep Desain yang sesuai dengan Namira School agar dapat mendukung visi dan misi Jika ditinjau dari hasil survey Namira School, ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Yakni; 1. Pemilihan warnayang diaplikasikan pada tiap ruangan harus dapat memberikan kesan segar dan ceria.
59
Aula dan perbatasan kelas 2. Bentukan-bentukan dari tiap ruangan lebih dinamis agar tidak menimbulkan rasa kurang nyaman dari segi pengguna. 3. Menindak lanjuti perkembangan anak, pada masa-masa balita, anak sebaiknya mendapatkan faktor pendorong untuk berimajinasi dan lebih kreatif. Contohnya dapat diaplikasikan element estetis pada dinding, lantai dan plafon agar tidak memberikan kesan dingin dan terlalu serius.
60
Fasilitas umum dan toilet 4. Menggunakan furnitur yang simple agar tidak membatasi area gerak penggunanya. 5. Menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan usia pengguna. Hal ini untuk menumbuhkan kreatifitas tanpa batas dan imajinasi yang bebas. Hasil Analisa: Dari faktor-faktor tersebut diatas, maka dapat diperoleh konsep desain yang sesuai dengan kebutuhan Namira School. Yaitu bertemakan keceriaan anak yang memiliki kebebasan imajinasi dan kreatifitas tanpa batas. Untuk pemilihan warna digunakan warna-warna yang segar dan ceria. Sehingga dapat menimbulkan semangat untuk selalu berkreasi. Berikut ini adalah diagram hasil survey mengenai Namira School
61 1. Lokasi belajar pada lantai 2 memicu alasan anak untuk lelah dan malas 16 14 12 10 8 6 4 2 0
responden
tidak kurang setuju sangat setuju setuju setuju
Diagram hasil kuesioner responden 1 Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data bahwa dari 30 responden, 15 responden memilih sangat setuju dengan pernyataan bahwa lokasi belajar pada lantai 2 memicu anak untuk beralasan lelah dan malas. Dengan begitu anak akan bermain dan malas belajar. Beberapa responden juga berpendapat bahwa sebagian kecil murid masih kurang aktif dan berani untuk jauh dari wali muridnya.
62 2. Zooning, Sirkulasi dan Dekorasi interior yang optimal dapat mendukung perkembangan anak 12 10 8 6 4 2 0
responden
Diagram hasil kuesioner responden 2 gambar dekorasi optimal Menurut responden, zooning, sirkulasi dan dekorasi interior memilik pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan anak. Dengan memberikan fasilitas tata ruang yang nyaman dan ergonomi bagi anak akan mendukung segala imajinasi yang dimiliki anak.
63 3. Penggunaan lampu yang sesuai kebutuhan dapat mempengaruhi konsentrasi anak 20 15 10 5
responden sangat setuju
setuju
kurang setuju
tidak setuju
0
Diagram hasil kuesioner responden 3 gambar tata lampu Lighting merupakan aspek yang dapat mempengaruhi konsentrasi anak. Dengan penggunaan lighting yang optimal dapat mendukung perkembangan konsentrasi pada anak dan menambah rasa percaya diri serta menumbuhkan rasa keberanian.
64 4. Pengulangan warna dan gaya minimalis membuat anak merasa bosan 14 12 10 8 6 4 2 0
responden
Diagram hasil kuesioner 4
Gaya minimalis dan pengulangan warna Pengulangan warna memberikan kesan yang monoton pada anak. Apalagi pengaplikasian gaya minimalis yang dipadu padan dengan pengulangan warna. Menurut hasil survey kuesioner didapatkan data sebanyak 13 responden setuju bahwa gaya minimalis dan pengulangan warna dapat meningkatkan kejenuhan pada anak dan menghambat kreatifitas.
65 Berikut adalah diagram hasil survey konsep: 1. Pengaplikasian warna segar dan ceria pada interior ruangan mempengaruhi semangat dan kreatifitas anak
konsep warna 6% 4%
warna cerah
16% 74%
warna dingin warna tanah
Diagram konsep warna
66 2. Kesinambungan dan keselarasan bentuk dapat memberikan kesan nyaman
konsep bentuk 13%
30%
sangat selaras 23%
selaras
34%
sedikit selaras tidak selaras
Diagram konsep bentuk Menurut hasil survey didapat data diatas. Konsep bentuk yang selaras ialah memadu madankan bentuk yang identik tetapi tidak sama persis. Perpaduan bentuk tersebut diadaptasi dari bentukan-bentukan yang ada dalam ruangan. Sebagai contoh perpaduan antara bentukan lingkaran akan diaplikasikan lagi dalam bentukan lengkungan. Berukitnya akan dilanjutkan dengan bentukan tumpul dan tidak bersudut.
Bentukan yang diaplikasikan pada interior ruangan
67 3. Pengaplikasian element interior (sebagai contoh: tokoh dalam negeri dongen) dapat merangsang kreatifitas dan imajinasi
konsep tema 13% 37%
20% 30%
negeri dongeng mengandungn egeri dongeng
Diagram konsep tema 4. Penggunaan furniture yang sederhana dapat memberi rasa aman dan membebaskan area gerak anak
konsep furniture 14% 17% 45%
24%
sangat sederhana sederhana kurang sederhana
Diagram konsep furniture
68 5. Story Movie yang dapat menginspirasi
konsep desain 10%
alice in wonderland 50%
33%
spy kids snow white
7%
Diagram konsep desain
Gambar tokoh pemeran Alice in Wonderland Berdasarkan hasil survey kuesioner didapat data bahwa konsep desain yang sesuai dengan kebutuhan pada Pendidikan Anak Usia Dini khususnya Namira School ialah Alice in Wonderland. Hal ini sesuai dengan: - Penggunaan warna yang segar dan ceria - Penggunaan bentukan yang dinamis - Faktor pendorong berpikiran lebih kreatif imajinatif
69 -
Desain furnitur yang optimal dan tidak membatasi area gerak Penggunaan konsep Wonderland yang sesuai dengan usia anak
70
(halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB V KONSEP DESAIN 1. Rangkuman Hasil Analisa ]
Variabel
1. Psikologi dan Pola Pikir Anak
2. Aktifitas dan Kebutuhan Anak
Hasil Analisa
Pendidikan Karakter: 1. Membangun konsep diri positif 2. Menanamkan nilai spiritual 3. Memberi teladan dan perilaku baik 4. Mendorong rasa ingin tahu dan proses kreatif 5. Melatih keterampilan sosial Kebutuhan Anak dalam Ruangan: 1. Bebas, meliputi kebebasan kreasi dan imajinasi 2. Rangsang, untuk menemukan gagasan dan imajinasi 3. Aman, nyaman, hangat, dalam hal ini diwujudkan pada suasana yang ada dalam interior ruangan. Hal ini dapat mempengaruhi
Ide Konsep Rancan gan
Kekay aan kreatifi tas dan imajin asi serta kebera gaman warna dan bentuk wonde rland 71
72 psikologi anak.
3. Konsep Desain yang Sesuai
1. Penggunaan warna yang segar dan ceria 2. Pengaplikasian bentuk yang lebih dinamis 3. Desain ruang yang mempengaruni kreatifitas dan Imajinatif 4. Desain furniture yang optimal dan tidak membatasi area gerak 5. Penggunaan konsep yang sesuai dengan usia anak (wonderland).
yang dipadu dengan nilai religiu s
2. Konsep Rancangan Konsep rancangan merupakan ide rancangan interior yang bersumber dari hasil analisa. Konsep Gambaran Gambaran tema rancangan aktifitas style (nuansa) 1 Pengguna 1 Tiap ruangan melakukan akan didesain proses belajar berdasarkan alur mengajar pada cerita yang sentra terdapat pada persiapan, Alice in sentra balok, Wonderland. sentra seni dan Tentunya sentra drama disesuaikan (pembelajaran dengan tema
73 eksakta)
Kekayaan kreatifitas dan imajinasi serta keberagaman warna dan bentuk wonderland yang dipadu dengan nilai religius Obyek: playground
2 Pengguna melakukan aktifitas non eksakta seperti bermain alat musik, belajar pidato, dan kegiatan mengasah minat dan bakat lainnya 3 Pengguna melakukan kegiatan kerohanian
4 Pengguna manggunakan fasilitas bermain
yang ada agar dapat saling mendukung aktifitas yang ada pada tiap ruangan. 2 Area minat dan bakat akan didesain dengan tema yang sesuai dengan usia serta dapat menimbulkan rasa nyaman dan bersemangat
3 Pengguna didukung kekhusu’an beribadah dengan desain ruang yang mengaplikasikan hutan jamur dengan ketenangan yang inspiratif Menggunakan warna yang segar 4 Dinding ruang bermain didesain dengan gambar benda-benda
74 indoor
5 Pengguna manggunakan fasilitas bermain outdoor 6 Pengguna melakukan transaksi atau administrasi pada area kepala sekolah
7 Pengguna menaiki tangga atau menuruni tangga (menaiki atau menuruni anak tangga) 8 Pengguna menyimpan barang pribadi pada locker
melayang yang setengah timbul (3D) Material interior menggunakan bahan yang lunak dan tidak tajam 5 Menghadirkan suasana Garden Tea yang dipenuhi dengan makhluk fantasy 6 Menghadirkan suasana welcome, ramah dan bersahabat yang merupakan pengaplikasian dari Garden Tea pada Alice in wonderland 7 Materian anak tangga dibuat tidak licin dengan pengaplikasian tektur rumput
8 Furniture dibentuk dengan bentukan yang dinamis dengan penggunaan
75 warna gelap dengan tujuan memberikan kesan lebih privasi dalam tiap lockernya 9 Pengguna 9 Furniture kursi melakukan pendongen kegiatan Story menggunakan Time tekstur yang tebal dan empuk, untuk pendengar menggunakan furniture dengan tekstur lembut dan nyaman Konsep rancangan dibagi menjadi dua, konsep makro dan konsep mikro. Konsep makro merupakan konsep desain secara keseluruhan. Sedangkan konsep mikro merupakan konsep desain secara mendetail mengenai apa saja yang akan diaplikasikan pada rancangan. Konsep Makro Konsep makro dapat dilihat dari nuansa yang digunakan pada desain interior ruangan. Yakni Religus dan Wonderland.konsep ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh. Nuansa Religius dan Wonderland dapat dilihat pada pengaplikasian bentuk furniture, element estetis, pola lantai, dan pengaplikasian desain plafon. Konsep Mikro Konsep mikro mengacu pada desain area terpilih, yakni Ruang Drama, Ruang Bercerita dan Ruang Belajar. Konsep Ruang
76
Gambar 5.1 Lay out awal ruang terpilih
77
Gambar 5.2 Diagram Matrix
Gambar 5.3 buble diagram
78 Objective weight method
Ruang Drama Berikut merupakan alternatif lay out ruangan terpilih:
Gambar 5.4 alternatif lay out ruang drama 1
Alternatif 1 Kelebihan alternatif 1: - Area panggung memiliki area gerak yang luas sehingga gerak tidak terbatasi - Pintu partisi ditutup da difungsikan sebagai area penyimpanan kostum
79 -
-
Karpet rumput diletakkan menyatu dengan dudukan bentuk ulat sehingga dapat memberikan rasa hangat pada saat menikmati pertunjukan Storage pada bagian belakang ruangan didesain built in dengan bagian dinding dapat difungsikan sebagai majalah dinding
Kekurangan alternatif 2: -
Sirkulasi pada area antara kursi ulat dan meja jamur pada bagian tepi ruang menjadi lebih sempit Ruang kosong pada sudut area lemari built in tidak dapat difungsikan secara maksimal Jamur sintetis didesain untuk sulit dipindahkan, sehingga saat alur cerita tidak berhubungan dengan latar harus mengkondisikan latar kembali
Gambar 5.5 alternatif lay out ruang drama 2
Alternatif 2 Kelebihan alternatif 2: - Sirkulasi lebih luas
80 -
Storage memiliki desain yg sederhana
Kekurangan alternatif 2: -
-
Area panggung terbatas sehingga membatasi ruang gerak saat drama Partisi hanya memberikan batas ruang, namun tidak membatasi suara pada ruang, sehingga kegiatan belajar mengajar terganggu Interior ruangan terasa kaku dan tidak menampilkan kesan wonderland
Ruang bercerita
Gambar 5.6 Alternatif lay out ruang bercerita 1
Kelebihan: - Desain ruang meningkatkan imajinasi - Lantai area bercerita menggunakan rumput sintetis yang dapat memberikan rasa hengat pada anak serta menambah imajinasi anak - Storage buku cerita memiliki bentuk kastil wonderland yang membuat anak lebih kreatif
81 -
Pohon sintetis pada ruangan memiliki fungsi juga sebagai storage boneka Storage bantal tertata rapi Jamur sintetis menambah kesan segar dan playful pada ruangan
Kekurangan: -
Tidak semua pohon sintetis dapat difungsikan sebegai storage sebab diameter batang pohon berbeda-beda Perbedaan ketinggian lantai membuat sirkulasi seolaholah terbagi
Gambar 5.7 Alternatif lay out ruang bercerita 2
Kelebihan: -
Sirkulasi ruang baik Storage memiliki desain yang sederhana dan simple
Kekurangan:
82 -
Ruangan tidak menghadirkan suasana yang mendukung imajinasi anak Partisi yang terbuka antar ruang dapat memecah konsentrasi belajar mengajar Area rumput sintetis hanya pada bagian tengah sehingga anak merasa terbatasi dalam gerak Partisi penyekat tidak dapat berfungsi secara optimal Ruang belajar
Gambar 5.8 alteratif lay out area belajar
-
Kelebihan: Sirkulasi baik sehingga tidak membatasi gerak Metode belajar terpusat memberikan dampak timbulnya rasa kekeluargaan Area storage buku dan peralatan tulis terdesain rapi
Kekurangan: -
Meja pribadi guru pengajar tidak tersedia
83
Gambar 5.9 alternatif lay out area praktikum
Kelebihan: -
ruangan didesain rapi dan bersih mengingat kepentingan dalam ruang konsentrasi terpusat pada satu wilayah storage buku dan peralatan praktikum memiliki desain yang sederhana
kekurangan: -
kursi yang berjauhan dengan guru memiliki kemungkinan tidak terjangkau oleh guru area gerak antar murid saat melakukan praktikum terbatas
3. Penjelasan Rancangan Objek yang diambil adalah Namira School, yaitu sebuah lembaga pendidikan untuk anak usia dini. Lembaga tersebut bertujuan untuk memberikan pendidikan, penanaman nilai agama, dan landasan daras untuk menjadi pribadi yang baik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, maka dipperoleh hasil analisa mengenai konsep yang menjawab kebutuhan desain Namira School itu sendiri.
84
Gambar 5.10 skema konsep
5.3.1
Pengertian Religius dalam desain Interior Namira School Unsur religius yang akan dipadkan pada desain interior Namira School ini diterapkan pada pencitraan Nuansa yang islami serta sirkulasi yang nyaman. Nuansa islami ini diterapkan karena landasan awal lembaga pendidikan ini mempunyai visi dan misi yang kuat yang berhubungan dengan islam. Selain itu, dari hasil observasi yang didapat, peneneman nilai agama sejak dini memang sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Penanaman nilai agama tersebut nantinya akan mempengaruhi tata krama dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
85
5.3.2
Pengertian Wonderland dalam desain Interior Namira School Wonderlan diterapkan pada Interior desain ruang karena memiliki kesesuaian dengan kebutuhan lembaga pendidikan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, untuk menumbuhkan rangsangan imajinasi dan kreatifitas pada anak dibutuhkan stimulus yang mendukung. Interior dengan konsep wonderlan akan membantu meningkatkan imajinasi anak. Maka dengan begitu anak diharapkan dapat lebih terinspirasi dalam berkreasi.
5.3.3 Transformasi Konsep Rancangan NO
Element Interior
1.
Bahan dinding
Contoh Kriteria Element Interior (Ide Desain)
1. Dinding lobby dan ruang tunggu walimurid diberi relief batang pohon besar yang rindang yang merupakan tempat awal permulaan petualangan Alice
Contoh Dasar Kesesuaian dari Hasil Analisa (Variabel) dan Konsep Pengguna mengkehen daki pengaplikas ian tokoh negeri dongen (wonderlan d) pada interior ruangan. Kuesioner konsep
86 nomor 3
2. Material yang digunakan pada dinding menggunakan perpaduan bahan seperti ranting kayu maupun tekstur tiruannya saja
2.
Tekstur dinding
1.
Menggunakan perpaduan tekstur pohon dengan warna-warna yang menunjang rasa ingin tahu. Contoh
2. Pada bagian area kelas proses belajar mengajar tektur dinding dipadukan antara tektur pohon, pintu kayu, daun dan material alam lainnya
Pengguna mengkehen daki bentukan tertentu dengan keunikan tekstur alam yang menginspir asi. Pernyataan tersirat pada kuesioner konsep
87 nomor 3
3. Untuk beberapa dinding lain menggunakan tekstur halus dengan finishing cat dinding
Beberapa dinding menggunakan wall painting
4. Pengaplikasian tekstur rumput pada dinding layaknya sedang berada pada labirin pada cerita Alice in Wonderland
88
3
Hiasan Dinding
1. Menampilkan karakter pada wonderland dengan menampilkan tanaman penunjang. Di buuat dalam bentuk 3D
2. Menambahkan karakter hewan yang mendukung perkembangan rasa keingin tahuan anak
4
Warna Dinding
Menggunakan perpaduan warna pada Wonderland. Karakter pada Alice in Wonderland; 1. Alice:
Pengunjung mengkehen daki pengaplikas ian Story Movie untuk mengemba ngkan inspirasi anak. Kuesioner konsep desain pada nomor 5
Pengguna mengkehen daki penggunaa n warna cerah dan segar dalam pengaplikas ian cat pada dinding ruangan. Kuesioner
89
2. Mad Hatter:
3. Tweedledee And Tweedledum:
standart pustaka nomor 4. 1. Pengar uh warna turquis yakni Warna ini akan mencipt akan perasaa n santai dan semang at. Warna Turqois e juga memba ntu mening katkan semang at belajar. 2. Pengar uh warna hijau yakni Hijau merupa kan
90 4. Red Queen:
5. White Queen:
warna yang melamb angkan penyeg aran dan memba ntu mempe rkuat harga diri serta menyal akan harapan . Warna ini memili ki makna mengge mbirak an dan amat cocok untuk anak yang memili ki perasaa n rendah
91 diri serta tertekan . 3. Untuk anakanak yang bergera k dinamis dan tidak mampu mengen dalikan dirinya warna merah, oranye, ungu dan keemas an akan membu atnya merasa lebih tenang. 4. Warna putih melamb angkan kegemb iraan,
92
5.
Bentuk dinding
Mengaplikasikan bentuk 3D pada beberapa bagian dinding
kedama ian, kemurn ian serta kebersi han. Berdasarka n wawancara dan engamatan yang dilakukan, pada anak usia dini mengalami masa keingin tahuan. Bentuk 3D ataupun setengah timbul akan membantu meningkatk an kreatifitas dan imajinasi anak.
93 6.
Bahan Furnitur e
1. Material untuk kursi tunggu pada bagian lobi Kayu jati unfinish. Dibentuk seperti bangku taman untuk menghadirkan suasana santai
2. Material kursi untuk belajar mengajar didukung dengan bentukan yang beragam. Material kayu;
Material kayu dan spons;
Pengguna mengkehen daki kesinambu ngan dan keselarasan bentuk tema pada interior ruangan. Kuesioner konsep tema pada nomor 2
94
Sofa pada area kepala sekolah;
3. Material kursi pada area fasilitas outdoor menggunakan besi finishing cat;
7.
Warna furniture
Menggunakan warna-warna cerah seperti berada pada Wonderland
Pengguna mengkehen daki penggunaa n warna yang dapat
95 menimbulk an semangat dan segar pada interior ruangan.
8.
Tekstur furniture
Furniture yang ada pada interior ruang memiliki berbagai macam tekstur sesuai dengan tema tiap ruangnya 1. Halus mengkilat 2. Lembut bertekstur bulu halus 3. Mengekspose material furniture 4. Empuk dan nyaman 5. Fiber finishing cat halus
Dengan mengekspo se tekstur furniture diharapkan pengguna merasa lebih dapat merasakan indera peraba pada saat berada pada interior maupun eksterior
96 ruangan.
9.
Bentuk furniture
Menghadirkan bentuk yang dinamis dengan lengkunganlengkungan yang selaras. Serta bentuk yang tidak simetris.
Pengguna mengkehen daki bentukan yang dinamis pada interior ruangan serta
97
10.
Letak furniture
Peletakan furniture sesuai dengan kebutuhan aktifitas tiap ruang
11.
Susunan furniture
Area belajar mengajar mengaplikasikan konsep Pesta Kebun pada Alice in Wonderland
kesinambu ngan dan keselarasan furniture yang digunakan. Kuesioner konsep pada nomor 2 dan nomor 3. Pengguna mengkehen daki tata letak furniture yang merupakan hasil pengaplikas ian dari konsep Wonderlan d. Kuesioner konsep pada nomor 3. Pengguna mengkehen daki konsep story movie yang menginspir asi yakni
98
12.
Bahan Plafon
Material plafon menggunakan gypsum board
13.
Warna Plafon
Menggunakan warna alam yang segar dan menginspirasi
Alice in Wonderlan d, sehingga penyusunan furniture disesuaikan dengan konsep yang ada. Kuesioner konsep nomor 5. Pengunjung mengkehen daki kenyamana n dalam berlangsun gnya aktifitas. Pengunjung mengkehen daki zooning, sirkulasi, dan dekorasi interior yang optimal untuk mendukung perkemban gan anak.
99
14.
Tekstur Plafon
Setiap ruangan memiliki tektur yang berbeda
15.
Bentuk Plafon
Bentuk plafon mengaplikasikan bentukan yang dinamis seperti lengkungan-lengkungan yang selaras
16.
Material Lantai
Menggunakan keramik dengan pola catur seperti pada
Pengunjung mengkehen daki dekorasi interior yang optimal. Kuesioner eksisting nomor 2. Pengunjung mengkehen daki keselarasan bentuk dengan konsep Wonderlan d pada interior ruangan. Kuesioner konsep nomor 2 dan nomor 5. Pengunjung mengkehen
100 Wonderland
Menggunakan material parquet dengan finishing cat rumput
17. Warna Lantai
daki konsep Alice in Wonderlan d pada interior ruangan. Kuesioner konsep nomor 5.
101
Menggunakan lantai keramik dengan warna papan catur yang dikolaborasikan dengan warna rumput
18.
Tekstur Lantai
Menghadirkan rumput sintetis pada beberapa ruangan untuk mendapatkan suasana Wonderland yang penuh dengan imajinasi. Namun juga dipadukan dengan tekstur halus dan mengkilat dari papan catur
Pengguna mengkehen daki pengaplikas ian warna yang inspiratif. Kuesioner konsep nomor 1.
Pengguna mengkehen daki pengaplikas ian Negeri Dongen pada interior ruangan agar dapat menginspir asi anak. Kuesioner konsep nomor 3.
102
19.
Bentuk Lantai
Bentukan lantai sesuai dengan bentukan papan catur. Dengan pola hilam dan putih.
20.
Susunan Lantai
Penyusunan lantai catur dibuat terdapat perbedaan komposisi
Sesuai dengan hasil kuesioner mengenai kesesuaian konsep pada interior ruangan. Kuesioner nomor 3. Menyesuai kan kehendak pengguna mengenai kesinambu ngan dan keselarasan interior ruangan dengan konsep Wonderlan d. Kuesioner konsep
103
21.
Letak cahaya
Menggunakan peletakan cahaya pada area area yang dibutuhkan banyak dan sedikit cahaya
22.
Terang cahaya
Memberikan suasana segar dan cerah pada area belajar anak agar dapat merasakan keceriaan Wonderland
nomor 2. Pengguna mengkehen daki peletakan cahaya yang inspiratif, dalam arti pada beberapa area merupak kebutuhan untuk beraktifitas sementara yang lainnya sebagai element penunjang konsep desain. Menyesuai kan dengan hasil survey pengguna, bahwasany a pegguna mengkehen daki penerangan cahaya yang cukup
104
23.
Warna cahaya
Menghadirkan kesan fun dan memberikan semangat untuk berpetualang pada Wonderland
sebagai penunjang aktifitas belajar mengajar anak. Kuesioner eksisting nomor 3. Pengguna mengkehen daki penggunaa n warna yang cerah serta interior ruang yang berkesan segar. Kuesioner eksisting nomor 3.
105
24.
Pola tata cahaya
Menggunakan hidden lamp pada beberapa bagian untuk memberikan kesan Glowing pada beberapa dinding
25.
Sumber cahaya
Sumber cahaya terdiri dari cahaya alami dan buatan.
Pengguna mengkehen daki pengaplikas ian element interior (lampu yang berhubunga n dengan konsep Wonderlan d) pada ruangan. Pencahayaa n baik alami maupun buatan digunakan pada ruangan. Penggunaa n lampu yang sesuai dapat
106 mempengar uhi konsentrasi anak. Kuesioner eksisting nomor 3.
26.
Bentuk hiasan ruang
Memberikan sentuhan Wonderland pada tiap ruangannya. Meliputi element interior dinding, lantai, plafon dan lainnya.
Pengguna mengkehen daki konsep Alice in Wonderlan g untuk diaplikasik an pada interior ruangan. Hasil survey tersebut berdasarka n keanekarag aman karakter yang ada serta imajinasi yang tidak terbatas. Kuesioner konsep
107 nomor 5.
27.
Warna hiasan ruang
Warna yang digunakan merupakan warna yang mewakili karakter yang ada pada Alice in Wonderland
sesuai data yg didapat, penggunaa n warna pada interior ruangan disesuaikan dengan persamaan data dari kenyamana n pengguna dan konsep yang akan digunakan. Kuesioner mengenai eksisting ruang pada nomor 4. Kuesiner
108
28.
Letak hiasan ruang
Terletak pada sebagian elemnt pembentuk interior. Tidak mengaplikasikan penuh pada seluruh ruang. Sebagai penyeimbang untuk memberikan fungsi yang berbeda. Hiasan disini tidak dihadirkan untuk sekedar dilihat namun juga memiliki banyak fungsi.
29.
Bahan hiasan ruang
Bahan hiasan terbuat dari bahan yang tidak berbahaya untuk aktifitas anak usia dini.
konsep nomor 1. Pengguna mengkehen daki adanya keselarasan dan kesinambu ngan pada interior ruangan. Oleh sebab itu peletakan hiasan disesuaikan dengan ruangan agar dapat membantu meningkatk an kreatifitas anak. Kuesioner konsep nomor 2. Pengguna mengkehen daki penggunaa n furniture dengan bentuk yang
109
30.
Tekstur hiasan ruang
Tekstur yang digunakan pada ruangan bermacam-macam, tekstur tersebut meliputi bahan yang tidak tajam dan halus. Hal ini diwujudkan dengan aplikasi warna yang memberikan keceriaan dan semangat pada anak.
kurang sederhana dan dapat memberika n rasa aman dan nyaman untuk bergerak bebas. Kuesioner konsep nomor 4. Dipilih penggunaa n tekstur hiasan ruang yang beragam untuk memperkua t indera peraba pada anak usia dini. Sesuai dengan kehendak pengguna mengenai dekorasi yang optimal dapat mendukung perkemban
110 gan anak. Kuesioner eksisting nomor 2.
31.
Ukuran hiasan ruang
Beberapa hiasan dengan proporsi tertentu. Untuk area lainnya akan berbeda dengan area sebelumnya namun tetap memiliki konsep yang selaras.
Pengguna mengkehen daki kesinambu ngan dan keselarasan bentuk sehingga dapat memberika n kenyamana n pada pengguna. Kuesioner konsep nomor 2.
32.
Luas ruang
Mengusung konsep terbuka pada ruangan seperti layaknya kebebasan pada Wonderland,
Pengguna mengkehen daki konsep
111 namun juga mengaplikasikan labirin sebagai penyekat antar ruang.
33.
Ketinggi an ruang
Menghadirkan ruangan dengan ketinggian yang menyesuaikan kebutuhan aktifitas pengguna. Hal tersebut didukung dengan pengaplikasian desain plafon dan desain ruang.
Alice in Wonderlan g untuk diaplikasik an pada interior ruangan. Hasil survey tersebut berdasarka n keanekarag aman karakter yang ada serta imajinasi yang tidak terbatas. Kuesioner konsep nomor 5. Pengguna mengkehen daki peletakan cahaya yang inspiratif, dalam arti pada beberapa area merupak
112 kebutuhan untuk beraktifitas sementara yang lainnya sebagai element penunjang konsep desain.
34.
Volume ruang
Memberikan fasilitas yang berhubungan dan mendukung aktifitas yang ada pada ruangan. Kepadatan ruangan dihindari untuk memunculkan kesan area yang bebas.
Pengguna mengkehen daki kesinambu ngan dan keselarasan bentuk sehingga dapat memberika n kenyamana n pada pengguna. Kuesioner konsep nomor 2.
113
35.
Bentuk ruang
Bentuk ruang menyesuaikan konsep desain Alice in Wonderland dengan keberagaman imajinasi
Pengguna mengkehen daki konsep Alice in Wonderlan g untuk diaplikasik an pada interior ruangan. Hasil survey tersebut berdasarka n keanekarag aman karakter yang ada serta imajinasi yang tidak terbatas.
114
36.
Suasana ruang
Suasana ruang mengaplikasikan konsep Pesta Minum Teh pada Alice in Wonderland
37.
Jumlah Fasilitas
Penggunaan fasilitas dalam ruangan menyesuaikan aktifitas pada ruangan tersebut.
Kuesioner konsep nomor 5. Sesuai dengan hasil kuesioner mengenai kesesuaian konsep pada interior ruangan. Kuesioner nomor 3. Pengguna mengkehen daki penggunaa n furniture dengan bentuk yang kurang sederhana dan dapat memberika n rasa aman dan nyaman untuk bergerak bebas. Kuesioner konsep
115
38.
Kelengk apan Fasilitas
Fasilitas pendukung diwujudkan pada berbagai element interior.
39.
Letak Fasilitas di dalam ruang
Peletakan fasilitas pada interior ruang menghadirkan kesan Wonderland dengan banyak pengaplikasian karakter tokoh.
nomor 4. Pengguna mengkehen daki pengaplikas ian element interior (lampu yang berhubunga n dengan konsep Wonderlan d) pada ruangan.
Sesuai dengan hasil kuesioner mengenai kesesuaian konsep pada interior ruangan. Kuesioner nomor 3.
116
40.
Jenis Fungsi Fasilitas
Memunculkan suasana segar dan ceria dalam ruangan.
Pengunjung mengkehen daki dekorasi interior yang optimal. Kuesioner eksisting nomor 2.
41.
Kejernih an Suara di dalam ruang
Mengaplikasikan suara-suara alam dengan volume yang kecil (sayup-sayup) Dengan alunan musik klasik seperti pada Wonderland.
Menyesuai kan kehendak pengguna mengenai kesinambu ngan dan keselarasan interior ruangan
117 dengan konsep Wonderlan d. Kuesioner konsep nomor 2.
42.
Dentum an Suara di dalam ruang
Memberikan suasana yang kondusif, tidak memicu banyak pantulan bunyi namun juga tidak menyebabkan polusi suara. Beberapa dinding menggunakan bahan yang menyerap suara.
Sesuai dengan hasil kuesioner mengenai kesesuaian konsep pada interior ruangan. Kuesioner nomor 3.
43.
Kerapih an Ruang
Konsep Alice in Wonderland diolah kembali dengan optimal sehingga tidak menimbulkan kesan ruangan yang tidak rapi.
Pengguna mengkehen daki konsep Alice in Wonderlan g untuk
118 diaplikasik an pada interior ruangan. Hasil survey tersebut berdasarka n keanekarag aman karakter yang ada serta imajinasi yang tidak terbatas. Kuesioner konsep nomor 5.
BAB VI IMPLEMENTASI DESAIN 6.1 Aplikasi Desain ruang terpilih Desain akhir merupakan desain yang telah disetujui dalam lay out desain rancangan. Terdapat 3 area terpilih, yakni meliputi ruang drama, ruang cerita dan ruang belajar.
Gambar 6.1 Eksisting Namira School
Ruang Drama Berikut merupakan lay out ruangan terpilih (ruang drama):
Gambar 6.2 lay out terpilih ruang drama
119
120 Area drama mengaplikasikan karakter Alice pada interior ruang. Pengaplikasian tersebut meliputi warna yang ada pada karakter tokoh Alice. Dalam cerita Alice in Wonderand dikisahkan Alice sebagai anak yang berani dan penuh dengan rasa ingin tau. Dalam cerita Alice in Wonderland, rasa ingin tahunya lah yang membawa Alice menuju dunia yang disebut Wonderland.
Gambar 6.3 Tokoh Alice dalam cerita Alice in Wonderland dan warna karakter
Area drama terletak berdekatan dengan area bercerita, ruang musik, dan ruang bermain balok. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengelompokkan berdasarkan tingkat kebisingan dan pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar. Area drama inimenggunakan konsep religius dan wonderland. Dengan menggunakan bentukan islami penggunaan warna yang serasi dan tambahan suasana wonderland, maka didapatkan hasil akhir desain sebagai berikut
121
Gambar 6.4 Hasil desain ruang drama view 1
Pada area panggung drama diterpakan desain dengan warna-warna atraktif dari wonderland yang berhubungan dengan warna-warna islami. Sebagai contoh, pada wonderland terdapat lantai catur dengan warna hitam dan putih, namun pada desain ini digunakan warna hijau tua dan hijau muda dengan motif kotak-kotak. Dengan begitu didapatkan desain akhir yang saling berhubungan. Selain itu, bentukan-bentukan yang digunakan pada desain banyak menggunakan bentukan lengkung dan islami yang religius. Contoh lainnya adalah pengaplikasian bentuk ulat yang ada pada wonderland pada interior ruangan. Bentuk ulat tersebut difungsikan sebagai kursi untuk penonton pertunjukan drama.. Desain dibuat lebih sederhana dan ramah untuk anak2. Pengaplikasian warna karakter “Alice in Wonderland” digunakan pada furniture. Finishing kursi dibuat dari bahan yang halus dan aman.
122 Selain itu, untuk mendukung suasana wonderland yang lebih atraktif, diterapkan jamur-jamur pada wonderland dengan material fiber. Suasana tersebut bertujuan untuk sarana penunjang imajinasi dan kreatifitas anak.
Gambar 6.5 Hasil desain ruang drama view 2
Ruang bercerita
Gambar 6.6 lay out terpilih Ruang bercerita
123 Area bercerita mengaplikasikan karakter Ratu Merah pada interior ruangan. Pengaplikasian karakter tersebut meliputi penggunaan warna yang ada pada tokoh Ratu Merah dalam cerita Alice in Wonderland. Dikisahkan dalam cerita, Ratu Merah merupakan ratu yang menguasai salah satu Istana termegah di Wonderland. Ia sangat menyukai warna merah dan memiliki banyak prajurit.
Gambar 6.7 Tokoh ratu merah dan karakter warna pada tokoh
Pada area bercerita ini, diaplikasikan konsep halaman depan istana wonderland, dengan memadu padankan bentukan islami, dan warna-warna atraktif seperti pada wonderland, maka didapatkan hasil akhir desain sebagai berikut
124
Gambar 6.8 Hasil desain ruang bercerita (view 1)
Area bercerita mengaplikasikan konsep Ratu Merah pada interior ruangan. Hal ini diwujudkan dengan penggunaan konsep “teras depan kastil Wonderland” pada interior ruangan. Agar tetap bersinggungan dengan konsep Islami, bentukan yang digunakan menggunakan bentukan Islami, sehingga pengaplikasian Kastil Wonderland lebih terlihat Religius Islam. Selain itu untuk menunjang Inspirasi dan Imajinasi anak dalam kelas bercerita, diaplikasikan juga pohon sintetis untuk menghadirkan kesan Wonderland yang menyenangkan. Pengaplikasian tersebut didapat dari penggunaan downceiling yang dipadukan dengan fiber sebagai batang pohonnya. Dalam kelas bercerita ini juga mengaplikasikan susunan lantai dan penggunaan rumput sintetis. Untuk storage buku, didesain build in dan menyatu dengan desain Kastil Woonderlan, untuk mendukung kemauan aktif bertindak dan membaca pada anak usia dini. Dengan ruang ini, diharapkan anak dapat lebih imajinatif dan kreatif.
125
Gambar 6.9 Hasil desain ruang bercerita (view 2)
Ruang belajar
Gambar 6.10 lay out terpilih ruang belajar
126 Area beajar mengajar didesain dengan mengaplikasikan karakter “Pembuat Topi” pada dongeng Alice in Wonderland. Pengaplikasiannya dapat dilihat dari penggunaan warna yang identik dengan tokoh itu sendiri. Karakter Pembuat Topi dalam cerita Alice in Wonderland merupakan seorang pembuat topi yang riang dan suka berpuisi. Keahlian yang dimilikinya adalam membuat topi. Ia bekerja membuat topi untuk sang ratu dan rakyat wonderland.
Gambar 6.11 Tokoh pembuat topi dan karakter warna
Untuk ruang beajar, letaknya berada berseberangan dengan ruang drama dan ruang bercerita. Sebab pada ruang belajar ini sendiri dibutuhkan konsentrasi dan fokus yang baik. Ruang belajar ini sendiri meliputi 2 ruang, yakni ruang calistung dan laboratorium. Pengaplikasiannya dapat dilihat dari penggunaan warna yang identik dengan tokoh itu sendiri. Desain interior untuk ruang belajar tidak terlalu rumit, dikarenakan kebutuhan konsentrasi anak difokuskan pada proses belajar mengajar itu sendiri. Sehingga didapatkan desain ruang yang sederhana, namun tetap memberikan nuansa Wonderland yang Religius. Desain Interior tersebut didukung dengan menghadirkan meja berbentuk jamur yang ada pada bagian tengah ruangan. Ide ini didapatkan dari imajinasi mengenai Wonderland yang memiliki karakter perbedaan
127 proporsi. Dengan desain ini diharapkan murid dapat mengikuti proses belajar yang kondusif. Berikut merupakan hasil akhir desain interior yang didapat, Berikut merupakan ruang belajar dan laboratorium
Gambar 6.12 Hasil desain ruang belajar
Ruang Praktikum
Gambar 6.13 lay out terpilih area praktikum Area Area praktikum mengaplikasikan tokon kelinci pada dongeng Alice in Wonderland. Pengaplikasian tersebut
128 diambil dari pengguanaan warna yang identik dengan karakter tersebut. Dalam cerita Alice in Wonderland dikisahkan kelinci merupakan tokoh yang membawa jam kemanapun berada. Dialah yang menjadi pengingat waktu untuk kegiatan yang dilakukan oleh Alice di wonderland.
Gambar 6.14 Tokoh kelinci pada Alice in Wonderland dan karakter warna tokoh
Gambar 6.15 Hasil desain ruang laboratorium
129 Area praktikum mengaplikasikan tokon kelinci pada dongeng Alice in Wonderland. Pengaplikasian tersebut diambil dari pengguanaan warna yang identik dengan karakter tersebut. Untuk desain furniture pengisi ruang pada area praktikum didesain sesederhana mungkin dan memudahkan dalam penggunaannya. Hal ini berkaitan dengan aktifitas yang dilakukan pada ruangan. Bentukan jamur tetap diaplikasikan sebagai meja praktikum besar yang berada di tengah ruangan. Sementara kursi praktikum merupakan pengaplikasian dari kursi kerajaan yang ada pada Wonderland. Untuk menghasilkan ide baru warna kursi menggunakan warna biru navy dan turquois yang identik dengan warna-warna Islami.
130
(halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan: - Namira School sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. - Pengalokasian area lantai dasar pada lantai 2 dan sebaliknya agar dapat menanamkan pesan menghargai dan menghormati orang yang lebih tua. - Pengelompokan kelas kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi kelas minat dan bakat, kelas kerohanian, kelas pidato dan kelas etika tingkah laku. - Memberikan alternatif konsep desain Alice in Wonderland sebagai alternatif kebutuhan konsep pada ruangan. - Pengaplikasian warna yang segar dan ceria pada interior ruangan dapat mempengaruhi semangat dan kreatifitas anak. - Penggunaan bentukan yang berkesinambungan dan selaras pada interior ruangan dapat memberikan kesan nyaman. - Pengaplikasian element interior dari tokoh-tokoh yang ada pada Negeri Dongeng mempengaruhi daya berimajinasi dan merangsang kreatifitas anak usia dini. - Penggunaan furniture yang sederhana dapat memberikan rasa aman dan memberi area gerak yang bebas pada aktifitas anak 7.2 Saran: -
Untuk mengimplementasikan alternatif konsep yang ditinjau dari segi perkembangan psikologi dan pola pikir anak pada Desain Interior Namira School agar dapat menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan 131
132
-
memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan. Untuk mengoptimalkan fasilitas yang menunjang pembentukan karakter dan minat bakat pada area kelasnya agar dapat mendukung pembentukan karakter anak sejak awal.
133 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu & Uhbiyati Nur.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2 Darajat Zakiah. ilmu pendidikan Islam.Bumi aksara Jakarta & Depag 2000 Gunarsa, S.D. 1985. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Kartono, K. 1985. Teori Kepribadian. Bandung : Alumni. _________. 1992. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta : Rajawali Press. Kasijan. 1987. Psikologi Pendidikan I. Surabaya : PT. Bina Ilmu.
Pasaribu dan Simanjuntak. 1988. Psikologi Perkembangan. Bandung : Transito. Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya Alice in Wonderlnad ( film ) 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Alice_in_Wonderland_%28film_201 0%29 Arsitektur Islam http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Islam
134 Exploring Islamic Interior Design http://homesynchronize.com/2012/04/18/exploring-islamicdesign/ islamic Home Design Photos http://www.houzz.com/islamic
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu & Uhbiyati Nur.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2 Darajat Zakiah. ilmu pendidikan Islam.Bumi aksara Jakarta & Depag 2000 Gunarsa, S.D. 1985. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Kartono, K. 1985. Teori Kepribadian. Bandung : Alumni. _________. 1992. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta : Rajawali Press. Kasijan. 1987. Psikologi Pendidikan I. Surabaya : PT. Bina Ilmu.
Pasaribu dan Simanjuntak. 1988. Psikologi Perkembangan. Bandung : Transito. Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya Alice in Wonderlnad ( film ) 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Alice_in_Wonderland_%28film_201 0%29 Arsitektur Islam http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Islam 131
132
Exploring Islamic Interior Design http://homesynchronize.com/2012/04/18/exploring-islamicdesign/ islamic Home Design Photos http://www.houzz.com/islamic
REKAPITULASI ANGGARAN BIAYA ( RAB ) PEKERJAAN LOKASI
: NAMIRA SCHOOL KINDERGARTEN : KRAKSAAN PROBOLINGGO
URAIAN PEKERJAAN
No.
JUMLAH HARGA (Rp.)
I
PEKERJAAN PERSIAPAN
Rp
500.000,00
II
PEKERJAAN LANTAI & DINDING
Rp
99.089.588,69
III
PEKERJAAN PINTU & JENDELA
Rp
3.916.105,00
IV
PEKERJAAN PLAFOND
Rp
7.915.260,27
V
PEKERJAAN PENGECATAN
Rp
12.012.211,92
VI
PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL
Rp
5.663.000,00
VII
PEKERJAAN MEUBELAIR DAN LAIN-LAIN
Rp
30.103.408,31
JUMLAH PERHITUNGAN
Rp
159.199.574,20
PPN 10%
Rp
15.919.957,42
JUMLAH TOTAL
Rp
175.119.531,62
DIBULATKAN
Rp 175.110.000,00
Terbilang :
seratus empat juta tujuh ratus delapan puluh ribu rupiah
)
KETERANGAN
RINCIAN ANGGARAN BIAYA ( RAB ) PEKERJAAN LOKASI
NO I
: NAMIRA SCHOOL KINDERGARTEN (kelas drama) : KRAKSAAN - PROBOLINGGO
URAIAN PEKERJAAN
PEKERJAAN PERSIAPAN 1 Pengukuran dan persiapan alat/bahan
VOLUME
ls
Rp
500.000,00
168,000 9,633 42,000 4,000
m' m' m2 m2
Rp Rp Rp Rp
19.892,00 146.296,99 203.417,00 1.336.062,50
90,000
m2
Rp
875.146,01
90,000
m2
Rp
18.750,00
III PEKERJAAN PINTU & JENDELA 1 Pasang Kusen aluminium profil 4" 3 Pasang handle pintu stainless steele
19,000 2,000
m' set
Rp Rp
157.795,00 459.000,00
IV PEKERJAAN PLAFOND 1 Pasang plafond kalsiboard tbl. 4,5 mm rangka besi 2 Pasang list profil gypsum 15.15 cm
45,800 34,000
m2 m'
Rp Rp
145.533,19 36.760,00
101,560 45,800 12,000
m2 m2 m2
Rp Rp Rp
28.584,50 28.584,50 650.000,00
14,000 8,000 4,000 2,000 3,000 1,000
ttk ttk ttk ttk bh bh
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
60.750,00 337.500,00 459.550,00 50.050,00 37.050,00 63.050,00
1,000 2,000 2,000 2,000 6,000 3,000 2,000 2,000 4,000 2,000 2,000 2,000 4,000 6,000 2,000 1,000
unit unit unit m2 unit kg m' set set m' m' m2 unit unit unit unit
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4.250.000,00 2.850.000,00 1.050.000,00 850.000,00 700.000,00 18.842,00 125.313,72 350.000,00 350.000,00 125.313,72 125.313,72 275.000,00 50.000,00 1.150.000,00 450.000,00 695.000,00
II 1 2 3 4
PEKERJAAN LANTAI & DINDING Pasang rangka WF 150.75.5.7 mm (untuk kaca) Pasang rangka hollow 20.40.2 mm (untuk lampu T5) Pasang lantai vinyl motif kayu Kaca Grafir (Sandblasting) 5 mm Pasang dinding multiplek tbl. 9 mm + rangka besi 5 hollow 40.40.2 mm 6 Pasang peredam suara glasswool tbl. 2,5 cm
V 1 2 3
PEKERJAAN PENGECATAN Pengecatan dinding interior, ex Dulux Pentalite Pengecatan plafond interior, ex Dulux Pentalite Pengecatan duco
1,00
HARGA SATUAN
VI PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL 1 2 3 5 6 7
VII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
downlight Decoration lamp @ 11 Watt, ex. Phillips Lampu fluorescent 10 watt Downlight LED 18 Watt Stop Kontak elektrikal Saklar Tunggal Saklar Ganda
PEKERJAAN MEUBELAIR DAN LAIN-LAIN Kursi penonton bentuk ulat jamur sintetis ukuran 1 (diameter 50) jamur sintetis ukuran 2 (diameter 40) jamur sintetis ukuran 3 (diameter 30) jamur sintetis ukuran 4 (diameter 20) pagar estetis material multiplek storage penyimpanan meja bentuk jamur material multiplek kursi bentuk jamur material multiplek frame gypsum mozaik model 1 frame gypsum mozaik model 2 papan karet 120x50x2 frame kayu kaca patri multiplek kaca patri mozaik pattern custom 55x55 kaca patri mozaik pattern custom 20x20 karpet rumput texture
JUMLAH
Rp Rp
500.000,00 500.000,00
Rp Rp Rp Rp
3.341.856,00 1.409.327,67 8.543.514,00 5.344.250,00
Rp
78.763.141,02
Rp
1.687.500,00
Rp
99.089.588,69
Rp Rp Rp
2.998.105,00 918.000,00 3.916.105,00
Rp Rp Rp
6.665.420,27 1.249.840,00 7.915.260,27
Rp Rp Rp Rp
2.903.041,82 1.309.170,10 7.800.000,00 12.012.211,92
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
850.500,00 2.700.000,00 1.838.200,00 100.100,00 111.150,00 63.050,00 5.663.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4.250.000,00 5.700.000,00 2.100.000,00 1.700.000,00 4.200.000,00 56.526,00 250.627,44 700.000,00 1.400.000,00 250.627,44 250.627,44 550.000,00 200.000,00 6.900.000,00 900.000,00 695.000,00 30.103.408,31
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis lahir di Surabaya, 05 Oktober 1992, merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal di TK Kartini Paiton, SDN Sukodadi II Paiton, SMP Bhakti Pertiwi, dan SMA Negeri 1 Probolinggo. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Probolinggo, penulis yang mempunyai hobi menggambar, menyanyi, bermain musik, wisata kuliner dan travelling ini mengikuti pendaftaran masuk Desain Interior melalui jalur Kemitraan/Mandiri tahun 2010 dan diterima di Jurusan Desain Interior dengan NRP 3410100030. Judul Tugas Akhir Desain Interior Namira School dengan Konsep Religius Wonderland Berdasarkan Psikologi dan Pola Pikir pada Pendidikan Anak Usia Dini sengaja diambil penulis karena ketertarikan penulis terhadap penelitian terkait anak anak usia dini dan relasinya dengan interior. Untuk berdiskusi dan bertukar pengetahuan tentang halhal yang berkaitan dengan judul Tugas Akhir tersebut dapat menghubungi penulis di
[email protected]