LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG
JATIDIRI PERUSAHAAN
Institution and Supporting Professional
Corporate Identity Nama Perusahaan » Name of Corporation PT ANTAM Tbk Berkedudukan di Jakarta
PT ANTAM Tbk Incorporated in Jakarta
Alamat » Address Gedung Aneka Tambang, Jl. Letjen. T.B. Simatupang No.1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat Jakarta 12530, Indonesia
AUDITOR Auditor
BIRO ADMINISTRASI EFEK Securities Administration Agencies
Telepon » Telephone (62-21) 789-1234 (Hunting), (62-21) 781-2635 (Hunting) Faksimili » Facsimile : (62-21) 789-1224 Homepage : www.antam.com E-mail :
[email protected]
Drs. Hadi Sutanto dan Rekan Gedung PricewaterhouseCoopers Jl. HR Rasuna Said, Kav C-3 Jakarta 12920 Ph. (62-21) 521 2901-06 Fax. (62-21) 5212911 –12
PT Datindo Entrycom Wisma Diners Club Annex Jl. Jend. Sudirman Kav 34-35, Jakarta 10220 Ph. (62-21) 570 9009 Fax. (62-21) 570 9026 e-mail :
[email protected] www.datindo.com Computershare Registry Services Pty Level 3, 60 Carrington St. Sydney, NSW 1115 Australia Ph. (61-2) 8234 5000 Fax. (61-2) 8234 5050; (61-2) 8234 5180 www.computershare.com
Pembentukan Perusahaan » Founded 5 Juli 1968 » July 5, 1968 BANK Bankers
Modal Dasar » Authorized Capital Rp 3.800 miliar Rp 3,800 billion Modal ditempatkan dan disetor penuh Rp 953,8 miliar
Issued and Fully Paid Capital Rp 953.8 billion
Kepemilikan » Ownership Pemerintah Republik Indonesia 65% Government of the Republic of Indonesia Publik 35% Public
AGEN LOKAL DAN KANTOR REGISTRASI DI AUSTRALIA Local Agent and Registered Office in Australia
Bank Mandiri Bank BNI Bank Rakyat Indonesia Bank Central Asia ABN AMRO Bank NV ING Indonesia Bank Citibank
Roger Penman WHK Australia 15th Floor, 309 Kent Street Sydney NSW 2000 Australia Ph. (61 2) 9262 2155 Fax. (61 2) 9262 2190 e-mail:
[email protected] Website. www. whk.com.au
Bidang Usaha » Line of Business Bergerak dalam bidang usaha pertambangan berbagai jenis bahan galian serta menjalankan usaha bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan berbagai jenis bahan galian tersebut.
A leading Indonesian diversified mining and minerals processing company, Antam’s businesses are vertically integrated from exploration and mining through to processing, marketing, and trading.
Laporan Tahunan dan informasi lain tentang Antam dapat diperoleh di: Annual Reports and other information can be obtained from: Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary Gedung Aneka Tambang Jl. Letjen. T. B. Simatupang No. 1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat Jakarta 12530, Indonesia Tel : (62-21) 780 5119 Fax : (62-21) 781 2822 e-mail:
[email protected]
LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG
JATIDIRI PERUSAHAAN
Institution and Supporting Professional
Corporate Identity Nama Perusahaan » Name of Corporation PT ANTAM Tbk Berkedudukan di Jakarta
PT ANTAM Tbk Incorporated in Jakarta
Alamat » Address Gedung Aneka Tambang, Jl. Letjen. T.B. Simatupang No.1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat Jakarta 12530, Indonesia
AUDITOR Auditor
BIRO ADMINISTRASI EFEK Securities Administration Agencies
Telepon » Telephone (62-21) 789-1234 (Hunting), (62-21) 781-2635 (Hunting) Faksimili » Facsimile : (62-21) 789-1224 Homepage : www.antam.com E-mail :
[email protected]
Drs. Hadi Sutanto dan Rekan Gedung PricewaterhouseCoopers Jl. HR Rasuna Said, Kav C-3 Jakarta 12920 Ph. (62-21) 521 2901-06 Fax. (62-21) 5212911 –12
PT Datindo Entrycom Wisma Diners Club Annex Jl. Jend. Sudirman Kav 34-35, Jakarta 10220 Ph. (62-21) 570 9009 Fax. (62-21) 570 9026 e-mail :
[email protected] www.datindo.com Computershare Registry Services Pty Level 3, 60 Carrington St. Sydney, NSW 1115 Australia Ph. (61-2) 8234 5000 Fax. (61-2) 8234 5050; (61-2) 8234 5180 www.computershare.com
Pembentukan Perusahaan » Founded 5 Juli 1968 » July 5, 1968 BANK Bankers
Modal Dasar » Authorized Capital Rp 3.800 miliar Rp 3,800 billion Modal ditempatkan dan disetor penuh Rp 953,8 miliar
Issued and Fully Paid Capital Rp 953.8 billion
Kepemilikan » Ownership Pemerintah Republik Indonesia 65% Government of the Republic of Indonesia Publik 35% Public
AGEN LOKAL DAN KANTOR REGISTRASI DI AUSTRALIA Local Agent and Registered Office in Australia
Bank Mandiri Bank BNI Bank Rakyat Indonesia Bank Central Asia ABN AMRO Bank NV ING Indonesia Bank Citibank
Roger Penman WHK Australia 15th Floor, 309 Kent Street Sydney NSW 2000 Australia Ph. (61 2) 9262 2155 Fax. (61 2) 9262 2190 e-mail:
[email protected] Website. www. whk.com.au
Bidang Usaha » Line of Business Bergerak dalam bidang usaha pertambangan berbagai jenis bahan galian serta menjalankan usaha bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan berbagai jenis bahan galian tersebut.
A leading Indonesian diversified mining and minerals processing company, Antam’s businesses are vertically integrated from exploration and mining through to processing, marketing, and trading.
Laporan Tahunan dan informasi lain tentang Antam dapat diperoleh di: Annual Reports and other information can be obtained from: Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary Gedung Aneka Tambang Jl. Letjen. T. B. Simatupang No. 1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat Jakarta 12530, Indonesia Tel : (62-21) 780 5119 Fax : (62-21) 781 2822 e-mail:
[email protected]
1
DAFTAR ISI
Contents
Pencapaian 2003 » Milestones of 2003
2
Ikhtisar Keuangan » Financial Highlights
3
Ikhtisar Produksi, Penjualan dan Biaya » Production, Sales and Costs Snapshot
4
Estimasi Cadangan dan Sumber Daya » Reserves and Resources Estimation
5
Lokasi Cadangan dan Sumber Daya » Location of Reserves and Resources
9
Visi Antam » Antam’s Vision
10
Peristiwa Penting Tahun 2003 » Significant Events of 2003
18
Sambutan Komisaris » Letter from the Board of Commissioners
20
Tata Kelola Perusahaan » Corporate Governance
27
Wawancara dengan Direksi » An Interview with the Board of Directors
43
Analisis dan Diskusi Manajemen » Management Discussion and Analysis
64
Pembukuan Estimasi Kewajiban Biaya Bantuan Pelayanan Kesehatan Pensiunan Recognizing the Post-Retirement Health Liability
122
Manajemen Risiko » Risk Management
124
Mengenal Risiko Perusahaan Lebih Lanjut » A Closer Look at Risk
130
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan » Corporate Social Responsibility
133
Sumber Daya Manusia » Human Resources
139
Informasi Pemegang Saham » Shareholders’ Information
144
Outlook Komoditas Inti Kami » Outlook of Our Core Commodity
150
Laporan Keuangan Konsolidasi » Consolidated Financial Statements
153
Komisaris, Direksi dan Pejabat Perseroan Commissioners, Directors and Senior Staff
229
Unit-unit Bisnis » Business Units
230
Laporan tahunan ini memberikan gambaran yang jelas, positif dan benar mengenai perusahaan sebagai informasi yang perlu diketahui pihak yang terkait (stakeholders).
It is the mission of this Annual Report to create a clear and positive picture of the company without distorting the truth, to keep our stakeholders informed.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
2
PENCAPAIAN 2003
Milestones of 2003 • Antam menyelesaikan Pedoman Kebijakan Perusahaan setelah melakukan kajian pada praktik Tata Kelola Perusahaan. • Antam memastikan perolehan pendanaan untuk memulai pembangunan proyek FeNi III. • Anak perusahaan Antam, Antam Finance Ltd. mengeluarkan obligasi eurobond perdana. • Antam menanda tangani pinjaman kredit investasi senilai USD 60 juta dari BCA. • Konstruksi smelter Pabrik FeNi III yang dibangun oleh konsorsium unincorporated Kawasaki dan Mitsui dimulai di Pomalaa. • Konstruksi pembangkit listrik ketiga Antam yang dibangun oleh PT Wartsila Indonesia dimulai di Pomalaa. • Mizuho menyelesaikan Bankable Feasibility Study untuk proyek Tayan. • Antam menerima peringkat korporasi internasional dari S&P (B) dan Moody’s (B3). • Antam menemukan sumber daya nikel baru di Sulawesi Tenggara. • Antam membentuk empat Komite Perusahaan yang baru.
• Antam completes Corporate Policy Manual, after a review of governance practices. • Antam secures economic funding to commence construction of FeNi III nickel expansion project. • Antam’s subsidiary, Antam Finance Ltd. issues Antam’s maiden USD Eurobond. • Antam signs USD60 million credit facility with BCA. • Construction by an unincorporated consortium of Kawasaki and Mitsui on third ferronickel smelter begins at Pomalaa. • Construction of Antam’s third power plant by PT Wartsila Indonesia begins at Pomalaa. • Bankable Feasibility Study for Tayan project completed by Mizuho. • Antam receives its first international corporate rating by S&P (B) and Moody’s (B3). • Antam discovers new deposits of nickel in Southeast Sulawesi. • Antam forms four new Board Committees. ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
DESKRIPSI » Description
1994 -
* 2003
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Penjualan Bersih » Net Sales
233.36
374.71
358.56
449.55
1,021.91
966.15
1,566.31
1,735.22
1,711.40
2,138.81
Harga Pokok Penjualan» Cost of Sales
(dalam miliar rupiah) » (in billion Rupiah)
2003/2002 (%) 25
156.99
219.86
234.02
252.28
450.75
547.73
860.26
1,122.93
1,280.48
1,471.91
15
Laba Kotor » Gross Profit
66.37
154.85
124.54
197.27
571.16
418.42
706.03
612.29
430.92
666.90
55
Laba Usaha » Income from Operations
36.48
108.46
87.82
146.17
475.33
318.02
537.28
126.29
247.42
447.98
81
51.39
139.74
125.87
149.24
386.54
392.47
661.64
262.81
364.96
466.18
28
10.02
60.62
50.54
30.93
54.56
29.04
25.42
19.00
13.20
16.73
27
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi » Earnings Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization Beban Bunga » Interest Expenses Penghasilan Bunga » Interest Income Taksiran Pajak Penghasilan » Provision for Income Tax Tarif Pajak Efektif » Effective Tax Rate
3.68
3.68
2.73
8.74
120.98
33.65
32.46
51.29
39.02
20.44
(48)
11.60
16.14
12.24
21.14
76.57
85.83
167.36
46.53
65.68
94.99
45
51%
39%
36%
29%
29%
30%
32%
33%
27%
30%
9
14.77
29.23
24.30
60.40
310.32
234.35
383.15
118.91
177.40
226.55
28
Jumlah Aktiva » Total Assets
663.15
660.24
723.24
1,560.12
1,940.27
2,055.25
2,516.34
2,577.32
2,525.03
4,326.84
71
Jumlah Kewajiban » Total Liabilities
419.03
392.97
443.63
508.89
585.42
598.01
757.00
890.63
843.86
2,543.33
201
Jumlah Ekuitas » Total Equity
244.12
267.27
279.62
1,047.55
1,344.21
1,447.65
1,750.31
1,680.48
1,675.48
1,783.51
6
18.06
(0.02)
0.08
451.90
472.13
452.50
763.04
874.30
827.99
2,100.12
154
Laba Bersih » Net Income
Modal Kerja Bersih » Net Working Capital Jumlah Saham Beredar (ribu lembar) » Outstanding Shares ( in thousands) Laba Bersih per Saham (Rupiah penuh) » Net Income per Share (full Rupiah) Imbal Hasil Rata-rata Ekuitas » Return on Equity
100
100
100
1,230,769
1,230,769
1,230,769
1,230,769
1,230,769
1,907,692
1,907,692
0
29.55
58.45
48.61
86.04
252.14
190.40
311.31
96.61
92.99
118.76
28
6%
11%
9%
13%
26%
17%
24%
7%
11%
13%
24
Rasio Lancar » Current Ratio
116%
100%
100%
278%
299%
246%
253%
293%
293%
568%
94
Rasio Kewajiban Terhadap Ekuitas » Debt to Equity Ratio
172%
147%
159%
49%
44%
41%
43%
53%
50%
143%
183
Marjin laba kotor » Gross Margin
28%
41%
35%
44%
56%
43%
45%
35%
25%
31%
24
Marjin Laba Usaha » Operating Margin
16%
29%
24%
33%
47%
33%
34%
7%
14%
21%
45
Marjin Laba Bersih » Net Profit Margin
6%
8%
7%
13%
30%
24%
24%
7%
10%
11%
2
Nilai Tukar (Rp/USD) » Exchange Rate (Rp/USD)**
2,159
2,243
2,327
2,890
10,224
7,848
8,405
10,256
9,316
8,570
(8)
Harga Emas (USD/t.oz) » Gold Price (USD/t.oz)**
384.54
384.50
387.81
331.10
294.26
278.87
279.18
271.35
310.57
364.06
17
2.88
3.73
3.40
3.14
2.09
2.74
3.92
2.71
3.08
4.37
42
Harga Nikel (USD/Lb) » Nickel Price (USD/Lb)**
* Ikhtisar Laporan Keuangan tahun 2001 s.d 2002 disajikan kembali » Financial Highlights for 2001 and 2002 as restated. ** Harga spot rata-rata harian » Annual average of daily spot price.
4
IKHTISAR KEUANGAN
IKHTISAR PRODUKSI, PENJUALAN DAN BIAYA
Financial Highlights
Production, Sales and Costs Snapshot PRODUKSI DAN PENJUALAN » Production and Sales Satuan » Unit
1999
2000
2001
2002
2003
2003/2002 (%)
VOLUME PRODUKSI Feronikel
PENDAPATAN PER SEGMEN
LABA USAHA PER SEGMEN
Revenue Per Division
Operating Income Per Division
(Miliar Rupiah) » (Billion Rupiah)
(Miliar Rupiah) » (Billion Rupiah)
Bijih Nikel - Saprolit - Limonit Total bijih nikel Emas Perak Bauksit Pasir Besi
Lbs Ni 20,328,801 Metric Ton Ni 9,221 wmt wmt wmt t.oz kg t.oz kg wmt wmt
2,094,467 1,140,818 3,235,285 95,038 2,956 677,223 21,064 1,116,323 584,428
22,290,913 10,111
22,711,995 10,302
19,409,474 8,804
19,693,870 8,933
1 1
2,107,514 931,355 3,038,869 129,278 4,021 888,967 27,650 1,150,776 489,126
2,498,163 1,120,978 3,619,141 127,928 3,979 902,760 28,079 1,237,006 469,377
3,253,338 1,152,676 4,406,014 122,591 3,813 816,532 25,397 1,283,485 378,587
3,306,733 1,088,696 4,395,429 134,258 4,176 918,525 28,570 1,262,705 245,409
2 (6) 0 10 10 12 12 (2) (35)
140
VOLUME PENJUALAN
122 8
Bijih Nikel - Saprolit - Limonit Total bijih nikel Emas Perak
113
370
40
1.473
483
472
415
457
554
156
173
1.015
154
43
131
112
411
24
Ekspor Feronikel
93 244
217
1,072
268
1.090
114
Bauksit Dalam Negeri Feronikel Emas
584
Perak
-25
1999
PRODUCTION VOLUME
2000
2001
2002
1999
2000
2001
Pasir Besi
Total Hasil Penjualan
LABA USAHA
MARJIN LABA USAHA
Income from Operations
Operating Profit Margin
(Miliar Rupiah) » (Billion Rupiah)
%
Lbs Ni 20,150,227 Metric Ton Ni 9,140 wmt wmt wmt t.oz kg t.oz kg wmt
1,035,465 992,272 2,027,737 90,761 2,823 417,959 13,000 1,025,616
22,462,873 10,189
22,628,220 10,264
18,137,409 8,227
19,550,570 8,855
8 8
1,238,366 799,417 2,037,783 127,478 3,965 639,156 19,880 1,237,359
1,968,472 821,858 2,790,330 58,900 1,832 1,217,843
2,422,979 1,004,976 3,427,955 57,228 1,780 205,668 6,397 1,260,007
2,244,434 1,087,141 3,331,575 66,872 2,080 856,058 26,627 1,093,965
(7) 8 (3) 17 17 316 316 (13)
Lbs Ni Metric Ton Ni t.oz kg t.oz kg wmt
5,273 164 216,374 6,730 496,202
24,251 11 6,655 207 364,589 11,340 403,099
39,683 18 79,284 2,466 992,461 30,869 439,326
8,818 4 74,365 2,313 1,374,186 42,742 340,459
28,660 13 88,702 2,759 356,833 11,099 108,555
225 225 19 19 (74) (74) (68)
Rp juta USD 000 Rp juta
902,244 119,783 966,145
1,486,445 174,552 1,566,309
1,397,988 136,485 1,735,224
1,375,197 149,946 1,711,400
1,823,322 213,473 2,138,811
33 42 25
Satuan » Unit
1999
2000
2001
2002
2003
34
33
Feronikel Bijih Nikel - Saprolit - Limonit Emas Bauksit Pasir Besi
537 448 21
14
247 7
126 2000
2001
Nickel Ore Saprolite Limonite Total Nickel Ore Gold Silver Bauxite Domestic Sales Ferronickel Gold Silver Iron Sands
2002
Export Total Sales Revenue
2003/2002 (%)
USD/Lb
1.38
1.72
1.78
2.42
3.16
31
6.99 2.49 136.22 5.96 34,833
9.86 3.22 150.71 7.15 54,719
8.84 3.44 140.69 7.27 58,072
12.00 4.50 165.69 9.08 75,833
13.94 4.91 190.52 9.73 117,924
16 9 15 7 55
1.52
1.89
1.92
2.62
3.37
29
7.71 2.94 171.25 6.27 37,204 7,856
10.70 3.75 192.34 7.48 57,995 8,392
9.43 3.90 180.82 7.54 61,013 10,249
12.41 4.89 222.55 9.42 80,417 9,280
14.42 5.21 255.54 10.31 124,683 8.504
16 6 15 9 55 (8)
CASH COST
USD/wmt USD/wmt USD/t.oz USD/wmt Rp/wmt
BIAYA PRODUKSI
1999
Export Ferronickel
BIAYA TUNAI, BIAYA PRODUKSI, DAN HARGA JUAL RATA-RATA Cash Cost, Production Cost and Average Selling Price BIAYA TUNAI
318 2002
Bauxite Iron Sands
SALES REVENUE
Feronikel Bijih Nikel - Saprolit - Limonit Emas Bauksit Pasir Besi Kurs rata-rata
Feronikel Bijih Nikel - Saprolit - Limonit Emas Perak Bauksit Pasir Besi
ANTAM
Ferronickel Nickel Ore Saprolite Limonite Gold Bauxite Iron Sands PRODUCTION COST
USD/Lb USD/wmt USD/wmt USD/t.oz USD/wmt Rp/wmt Rp/USD
HARGA JUAL RATA-RATA
2001
Silver
2002
Ekspor
2000
Nickel Ore Saprolite Limonite Total Nickel Ore Gold
SALES VOLUME
HASIL PENJUALAN
1999
Ferronickel
Ferronickel Nickel Ore Saprolite Limonite Gold Bauxite Iron Sands Avg. exchange rate AVERAGE SELLING PRICE
USD/Lb USD/wmt USD/wmt USD/t.oz USD/t.oz USD/wmt Rp/wmt
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
2.89
3.73
2.63
3.05
4.06
33
14.63 4.68 278.77 5.40 11.21 49,327
26.80 7.49 279.82 4.99 11.25 50,381
21.38 4.61 270.98 4.45 11.24 69,002
21.91 8.20 312.22 4.77 11.06 79,418
28.38 14.96 364.32 4.93 10.93 86,374
29 82 17 3 (1) 9
Ferronickel Nickel Ore Saprolite Limonite Gold Silver Bauxite Iron Sands
5
ESTIMASI CADANGAN DAN SUMBER DAYA
Reserves and Resources Estimation Per tanggal 31 Desember 2003 » As at December 31, 2003
NIKEL » Lokasi Location
Nickel
Klasifikasi Classification
Pomalaa
Terbukti » Proved Terkira » Probable
Total Gebe
Cadangan » Reserves Saprolit » Saprolite Limonit » Limonite wmt Ni wmt Ni Co (‘000) (%) (‘000) (%) (%) 2,500 2.25 1,050 1.98 – – – – – – 2,500 2.25 1,050 1.98 – 450 – 450
Terbukti » Proved Terkira » Probable
Total Pulau Gee Gee Island
Terbukti » Proved Terkira » Probable
Tg. Buli
Terbukti » Proved Terkira » Probable
2.50 – 2.50
500 – 500
1.59 – 1.59
0.13 – 0.13
3,200 – 3,200
2.33 – 2.33
– – –
– – –
– – –
Total
2,850 5,900 8,750
2.40 2.45 2.43
620 7,930 8,550
1.41 1.39 1.39
0.16 0.16 0.16
Daerah Prospek Lain Terbukti » Proved di Area Buli » Other Terkira » Probable Prospects of Buli Area Total
– 19,280 19,280
– 2.35 2.35
– 11,580 11,580
– 1.39 1.39
– 0.16 0.16
Bahubulu - Sulawesi Terbukti » Proved Tenggara » Bahubulu- Terkira » Probable Southeast Sulawesi Total
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
34,180
2.36
21,680
1.42
0.15
Total
Jumlah » Grand Total
EMAS » Lokasi Location Pongkor
Terbukti » Proved Terkira » Probable
Klasifikasi Classification Terbukti » Proved Terkira » Probable
Tayan
Terbukti » Proved Terkira » Probable
Total
Total Jumlah » Grand Total
PASIR BESI »
Total Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Total Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Total Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Total Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Total
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
– – –
38,530 59,000 97,530
2.48 2.40 2.43
59,580 88,000 147,580
1.46 1.40 1.42
0.18 0.18 0.18
17,500 – 17,500
2.34 – 2.34
103,300 – 103,300
1.53 – 1.53
– – –
115,030
2.42
250,880
1.47
–
10.40
118.50
1,698.1
Klasifikasi Classification Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
19,368.3
Sumber Daya » Resources Bijih Emas » Gold Ore wmt Kadar » Grade (g/t) (‘000 toz) (‘000) Au Ag Au Ag 457.3 10.50 130.00 139.8 1,728.1 363.0 10.00 184.00 107.5 1,936.5 820.3
10.39
153.97
247.3
3,664.6
Cadangan » Reserves Bauksit Tercuci » Washed Bauxite wmt T-Si02 R-Si02 Fe203 (‘000) % % % 2,770.0 12.10 7.90 6.80 – – – – 2,770.0 12.10 7.90 6.80
AI203 % 53.40 – 53.40
– 58,760.0 58,760.0
– 16.90 16.90
– 4.00 4.00
– 12.50 12.50
– 46.20 46.20
61,530.0
16.68
4.18
12.24
46.52
Klasifikasi Classification Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Total Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Total
Sumber Daya » Resources Bauksit Tercuci » Washed Bauxite wmt T-Si02 R-Si02 Fe203 (‘000) % % % – – – – – – – – – – – – 51,540.0 – 51,540.0
10.38 – 10.38
3.12 – 3.12
51,540.0 10.38
3.12
16.44 – 16.44
AI203 % – – – 46.86 – 46.86
16.44 46.86
Iron Sands
Klasifikasi Classification
Kutoarjo
Terbukti » Proved Terkira » Probable
Lumajang
Terbukti » Proved Terkira » Probable
Total
Total Jumlah » Grand Total
Total Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Bauxite
Kijang
Lokasi Location
Cadangan » Reserves Bijih Emas » Gold Ore wmt Kadar » Grade (g/t) (‘000 toz) (‘000) Au Ag Au Ag 2,521.5 12.95 134.37 934.9 9,702.9 3,265.8 8.40 106.00 763.2 9,665.5 5,787.3
Jumlah » Grand Total
Lokasi Location
Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Gold
Klasifikasi Classification
BAUKSIT »
Sumber Daya » Resources Saprolit » Saprolite Limonit » Limonite wmt Ni wmt Ni Co (‘000) (%) (‘000) (%) (%) – – – – – – – – – – – – – – –
Klasifikasi Classification
Cadangan » Reserves Pasir Besi » Iron Sands Klasifikasi Konsentrat » Concentrate Volume Fe Classification (‘000) m3 % (‘000) wmt Terukur+Terindikasi 6,800 46.2 1,550 Meas+Ind. 4,800 45.7 1,000 Tereka » Inferred 11,600 46.0 2,550 Total 1,110 675 1,785
50.2 48.6 49.6
500 200 700
13,385
46.8
3,250
Terukur+Terindikasi Meas+Ind. Tereka » Inferred
Total
Sumber Daya » Resources Pasir Besi » Iron Sands Volume Fe Konsentrat » Concentrate (‘000) m3 % wmt (‘000) – – – – – – – – – – – –
– – –
– – –
–
–
–
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
6
Penambangan emas bawah tanah di Pongkor. Underground gold mining at Pongkor.
Informasi Mengenai Jumlah Cadangan dan Sumber Daya Sesuai dengan JORC Code, sumber daya mineral didefinisikan sebagai suatu kandungan atau keberadaan mineral yang memiliki nilai ekonomis intrinsik yang berada di dalam atau di permukaan bumi dengan jumlah dan bentuk yang memadai untuk diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, jumlah, kandungan, karakteristik geologis dan keberadaan sumber daya mineral ini diketahui, diestimasikan atau diinterpretasikan dari data dan bukti geologis. Istilah sumber daya mencakup mineralisasi yang telah diidentifikasi dan diestimasikan melalui eksplorasi dan pengambilan sampel bahan mineral. Eksplorasi dan pengambilan sampel ini dilakukan di lokasi sumber daya mineral tersebut dengan mempertimbangkan faktor teknis, ekonomis, hukum, lingkungan, sosial dan peraturan pemerintah. Sumber daya Terindikasi (indicated mineral resource) merupakan bagian dari sumber daya mineral dengan tonase, kerapatan, bentuk, karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasikan dengan tingkat kepercayaan yang memadai. Estimasi ini didasarkan pada eksplorasi, pengambilan sampel, dan pengujian pada lokasi tersebut yang dilakukan menurut teknik tertentu seperti outcrops, paritan, dan pengeboran inti. Lokasi tempat pengujian biasanya tersebar dengan jarak tertentu untuk keperluan konfirmasi geologis dan kemenerusan kadar, dengan jarak tersebut cukup dekat untuk memperkirakan potensi sumber daya yang ada. Sumber daya terindikasi memiliki tingkat keakuratan yang lebih rendah dibandingkan sumber daya terukur. Sumber daya Terukur (measured mineral resource) merupakan bagian dari sumber daya mineral dengan tonase, kerapatan, bentuk, karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasikan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Estimasi ini didasarkan pada eksplorasi yang detil dan terpercaya, serta pengambilan sampel dan pengujian pada lokasi
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Notes to Reserves and Resources Estimation Pursuant to the JORC Code, a ‘’mineral resource’’ is a concentration or occurrence of material of intrinsic economic interest in or on the earth’s crust in such form and quantity that there are reasonable prospects for eventual economic extraction. The location, quantity, grade, geological characteristics and continuity of a mineral resource are known, estimated or interpreted from specific geological evidence and knowledge. The term mineral resource covers mineralisation which has been identified and estimated through exploration and sampling and within which ore reserves may be defined by the consideration and application of technical, economic, legal, environmental, social and governmental factors. An ‘’indicated mineral resource’’ is that part of a mineral resource for which tonnage, densities, shape, physical characteristics, grade and mineral content can be estimated with a reasonable level of confidence. The estimate is based on exploration, sampling and testing information gathered through appropriate techniques from locations such as outcrops, trenches, pits, workings and drill holes. The locations are too widely or inappropriately spaced to confirm geological and/or grade continuity but are spaced closely enough for continuity to be assumed. An indicated mineral resource indicates a lower level of confidence than that applying to a measured mineral resource. A ‘’measured mineral resource’’ is that part of a mineral resource for which tonnage, densities, shape, physical characteristics, grade and mineral content can be estimated with a high level of confidence. The estimate is based on detailed and reliable exploration, sampling and testing
7
tersebut yang dilakukan menurut teknik tertentu seperti outcrops, paritan, dan pemboran inti. Lokasi tempat pengujian biasanya cukup rapat untuk keperluan konfirmasi geologis dan kemenerusan kadar. Cadangan bijih (ore reserves) merupakan bagian dari sumber daya mineral terukur atau terindikasi yang dapat ditambang secara ekonomis. Cadangan bijih merupakan bagian dari sumber daya mineral yang setelah dilakukan penerapan seluruh faktor penambangan, memiliki estimasi tonase dan kadar yang menurut opini pihak yang melakukan estimasi, layak untuk ditambang. Opini ini dikeluarkan setelah mengkaji seluruh faktor metalurgi, ekonomis, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan peraturan pemerintah. Hasil dari estimasi ini juga memperhitungkan jumlah sumber daya mineral yang mungkin berkurang akibat kegiatan pertambangan. Untuk memperoleh klasifikasi “cadangan bijih”, dilakukan kajian menyeluruh yang dapat mencakup studi kelayakan, termasuk memperhitungkan adanya perubahan asumsi atau adanya modifikasi terhadap penambangan, metalurgi, ekonomis, hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah. Kajian ini dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan penambangan cukup layak untuk dilakukan. Klasifikasi cadangan bijih dibagi dua berdasarkan tingkat ketelitian, yakni cadangan probable dan cadangan terbukti. Cadangan Terkira (probable ore reserve) merupakan bagian dari sumber daya mineral terindikasi atau sumber daya terukur yang dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan terindikasi ini juga memperhitungkan jumlah sumber daya mineral yang mungkin berkurang akibat kegiatan penambangan. Untuk memperoleh klasifikasi cadangan terindikasi, dilakukan kajian menyeluruh yang dapat mencakup studi kelayakan, termasuk memperhitungkan adanya perubahan asumsi atau adanya modifikasi terhadap penambangan, metalurgi, ekonomis, hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan
information gathered through appropriate techniques from locations such as outcrops, trenches, pits, workings and drill holes. The locations are spaced closely enough to confirm geological and/or grade continuity. An ‘’ore reserve’’ is the economically mineable part of measured or indicated mineral resource. Ore reserves are those portions of mineral resources which, after the application of all mining factors, result in an estimated tonnage and grade which, in the opinion of the persons making the estimates, can be the basis of a viable project after taking account of all relevant metallurgical, economic, marketing, legal, environmental, social and governmental factors. The estimate includes diluting materials and allowances for losses which may occur when the material is mined. Appropriate assessments, which may include feasibility studies, have been carried out, and include consideration of and modification by realistically assumed mining, metallurgical, economic, marketing, legal, environmental, social and governmental factors. These assessments demonstrate at the time of reporting that extraction could reasonably be justified. Ore reserves are sub-divided in order of increasing confidence into probable ore reserves and proved ore reserves. A ‘’probable ore reserve’’ is the economically mineable part of an indicated, and in some circumstances measured mineral resource. The estimate includes diluting materials and allowances for losses which may occur when the material is mined. Appropriate assessments, which may include feasibility studies, have been carried out, and include consideration of and modification by realistically assumed mining, metallurgical, economic, marketing, legal, environmental, social and governmental factors. These assessments demonstrate at the time of reporting that extraction
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
8
pemerintah. Kajian ini dilakukan untuk menyampaikan bahwa kegiatan penambangan cukup layak untuk dilakukan. Cadangan terindikasi mengindikasikan tingkat ketelitian yang lebih rendah dibandingkan cadangan terbukti. Cadangan Terbukti (proved ore reserve) merupakan bagian dari sumber daya terukur yang dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan terbukti ini juga memperhitungkan jumlah sumber daya mineral yang mungkin berkurang akibat kegiatan penambangan. Untuk memperoleh klasifikasi cadangan terbukti, dilakukan kajian menyeluruh yang dapat mencakup studi kelayakan, termasuk memperhitungkan adanya perubahan asumsi atau adanya modifikasi terhadap penambangan, metalurgi, ekonomis, hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah. Kajian ini dilakukan untuk menyampaikan bahwa kegiatan penambangan cukup layak untuk dilakukan.
could reasonably be justified. A probable ore reserve indicates a lower level of confidence than a proved ore reserve. A ‘’proved ore reserve’’ is the economically mineable part of a measured mineral resource. The estimate includes diluting materials and allowances for losses which may occur when the material is mined. Approximate assessments, which may include feasibility studies, have been carried out, and include consideration of and modification by realistically assumed mining, metallurgical, economic, marketing, legal, environmental, social and governmental factors. These assessments demonstrate at the time of reporting that extraction could reasonably be justified.
Jumlah cadangan dan sumber daya mineral yang tercantum dalam laporan tahunan ini dihitung berdasarkan informasi yang akurat oleh Saudara Trenggono Sutioso, karyawan tetap perusahaan, yang merupakan anggota the Australasian Institute of Mining and Metallurgy dan cukup berpengalaman sebagai seorang Competent Person sesuai dengan ketentuan JORC Code. Meskipun demikian, informasi jumlah cadangan dan sumber daya mineral dalam laporan tahunan ini belum diverifikasi oleh pihak independen. Informasi cadangan dan sumber daya mineral dalam laporan tahunan ini tidak termasuk cadangan dan sumber daya mineral yang dimiliki oleh perusahaan patungan. Informasi ini merupakan ringkasan dari Laporan Cadangan dan Sumber Daya Mineral per 31 Desember 2003, dimana sumber daya Terukur dan sumber daya Terindikasi digabungkan untuk mempermudah pelaporan. The data on reserves and resources included in this Annual Report is based on and accurately reflects information that has been compiled by Mr. Trenggono Sutioso. Mr. Sutioso is a permanent employee of the Company and a member of the Australasian Institute of Mining and Metallurgy and has the appropriate experience to be considered a Competent Person as defined in the JORC Code. However, the reserves and resources information contained in this Annual Report has not been independently verified and any independent verification may produce variations, which may be material. Unless otherwise indicated, these reserves and resources data do not include that of the Company’s joint ventures. This information is a summary of the Company’s reserves and resources as at December 31, 2003, for simplification measured and indicated resources have been combined.
Trenggono Sutioso 31 Desember 2003 » December 31, 2003
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
9
LOKASI CADANGAN DAN SUMBER DAYA
Location of Reserves and Resources • 100% milik Antam » 100% Antam owned • Tidak termasuk klasifikasi Tereka » Does not include inferred
TABEL CADANGAN DAN SUMBER DAYA MINERAL » Mineral Resources and Ore Reserves Table* Komoditas
Commodity
Nikel Saprolit » Saprolite Nickel Nikel Limonit » Limonite Nickel Emas » Gold Bauksit » Bauxite Pasir Besi » Iron Sands
Jumlah Bijih
Jumlah Bijih
Perubahan dari Tahun Lalu
Produksi 2003
Ore Quantity (‘000 wmt)
Ore Quantity (‘000 wmt)
Change From Last Year
2003 Production (‘000 wmt)
Tingkat Pengembalian vs Tingkat Ekstraksi (Perkiraan) Replacement vs Extraction (Approximate)
2002 64,260 76,510 6,628 109,701 10,290
2003 90,210 184,560 6,244 113,070 3,250
40% 141% -6% 3% -68%
3,307 1,089 409 1,263 245
9 times 169 times 6% 4 times -277%
* Berdasarkan laporan competent person. Cadangan dan sumber daya (tidak termasuk sumber daya Tereka) per 31 Desember 2003. * Based on the Competent Person’s Report. Figures as per December 31, 2003 (does not include inferred resources)
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
10
VISI ANTAM
Antam’s Vision
VISI »Vision 2010 Menjadi perusahaan pertambangan berstandar internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global. To be a mining company of international standards with a competitive advantage in the global market.
MISI » Mission • Menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi, yaitu nikel, emas dan mineral lain, dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta memperhatikan kelestarian lingkungan • Beroperasi secara efisien (berbiaya rendah) • Memaksimalkan shareholders dan stakeholders value • Meningkatkan kesejahteraan karyawan • Berpartisipasi di dalam upaya menyejahterakan masyarakat di sekitar daerah operasi pertambangan
• To provide high quality products of nickel, gold and industrial minerals with the utmost concern for work safety and health as well as environmental conservation. • To operate in the most efficient manner (low cost operations). • To maximize shareholder and stakeholder value. • To enhance employees’ welfare. • To participate in efforts to improve the social welfare of communities in the vicinity of the mining areas.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
11
KEKUATAN PERUSAHAAN
Business Strengths Kekuatan Antam di antaranya: •
•
Jumlah cadangan dan sumber daya mineral yang besar. Antam memiliki wilayah cadangan dan sumber daya nikel, bauksit dan pasir besi yang terbesar di Indonesia ditambah dengan jumlah cadangan emas yang sangat signifikan. Perusahaan berfokus pada peningkatan cadangan bijih mineral yang dimiliki melalui usaha eksplorasi sendiri maupun melalui kerja sama dengan mitra usaha dalam perusahaan patungan. Seluruh operasi kegiatan pertambangan Antam tersebar di Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan jumlah cadangan mineral terbesar di dunia, termasuk nikel dan emas. Perusahaan berkeyakinan bahwa jumlah cadangan yang saat ini dimiliki dapat menopang produksi komoditas inti nikel dan emas masing-masing selama 10 dan 14 tahun dengan asumsi perusahaan tidak lagi melakukan eksplorasi. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel cadangan dan sumber daya mineral dalam laporan tahunan ini. Sebagai tambahan, perusahaan patungan Antam dengan mitra usaha, baik lokal maupun asing, juga memiliki jumlah cadangan dan sumber daya mineral yang terus dikembangkan. Perusahaan berbiaya rendah. Antam merupakan salah satu dari produsen nikel laterit dan emas berbiaya rendah di dunia. Meskipun terdapat peningkatan level biaya perusahaan secara signifikan, Antam masih tetap menjadi perusahaan komoditas dengan posisi yang kompetitif. Sekitar 67% dari biaya produksi perusahaan berdenominasi Rupiah dengan komponen biaya terbesar adalah biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya jasa pertambangan. Per 31 Desember 2003 Antam memiliki biaya tunai rata-rata sebesar USD 3,16 per lbs. untuk feronikel dan USD 190,52 per t.oz. untuk emas. Perusahaan memiliki komitmen
Antam’s key business strengths are as follows: •
Vast reserves and resources. Antam has among the largest nickel, bauxite and iron sands reserves and resources in Indonesia and substantial gold reserves. We are focused on augmenting our ore reserves, through both our own exploration programmes as well as those operated by joint ventures. All of the Antam’s reserves and resources are located in Indonesia, which has among the largest mineral reserves in Asia, including nickel and gold. We believe we had sufficient reserves as at 31 December 2003 to maintain the current extraction rate of our core products, nickel ore and gold, for 10 years and 14 years respectively, without further discoveries. Please see the accompanying table of reserves and resources for more details. In addition, our joint ventures with international and Indonesian mining companies have significant reserves and resources.
•
Low cost producer. We are one of the lowest cost producers of lateritic nickel ore and gold in the world and although costs have increased significantly, a competitive producer of ferronickel. Approximately 67% of our cost of production in 2003 was denominated in Indonesian Rupiah with the major components being materials, labour, and contract mining costs. For the year ended 31 December 2003, we had an average cash cost of USD3.16 per pound for ferronickel and USD190.52 per oz for gold. We are committed to maintaining our position as one of the low cost producers of nickel ore and gold in the world and to regain our position as one of the world’s lowest cost producers of ferronickel. Our initiatives include a companywide cost reduction programme that was implemented in 2001, which limited recent cost increases, and the expansion of our ferronickel facility with the planned construction of the FeNi III ferronickel smelter, a larger and more productive smelter.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
12
untuk mempertahankan posisinya sebagai salah satu produsen berbiaya rendah untuk nikel dan emas, serta untuk meraih kembali posisi sebagai produsen feronikel berbiaya terendah di dunia. Upaya Antam dalam hal i n i d i a n t a r a n y a p e l a k s a n a a n p ro g r a m penghematan biaya perusahaan yang dimulai tahun 2001 yang berhasil menekan peningkatan level biaya. Selain itu, perusahaan juga melakukan ekspansi dengan pembangunan pabrik FeNi III yang memiliki tingkat produktivitas dan efisiensi yang lebih baik. •
ANTAM
Kinerja historis yang solid di bawah pengelolaan manajemen yang berpengalaman. Antam berdiri pada tahun 1968 dan merupakan perusahaan pertambangan terintegrasi vertikal mulai dari eksplorasi, pengolahan, peleburan dan pemurnian sampai dengan pemasaran. Selama lebih kurang 35 tahun Antam telah membangun pengalaman dan keahlian dalam kegiatan pertambangan seluruh produk perusahaan yang mencakup tiga jenis bijih nikel laterit, feronikel, emas, perak, bauksit, dan pasir besi, sehingga memberikan posisi kompetitif bagi perusahaan. Beberapa anggota Direksi Antam memiliki pengalaman lebih dari dua dekade bersama perusahaan, dan memiliki pengalaman yang ekstensif dalam bidang penambangan yang menghasilkan keuntungan serta pemasaran produk perusahaan. Selain itu, manajemen juga memiliki pengalaman dalam hal pengembangan masyarakat serta kelestarian lingkungan.
•
Hubungan jangka panjang dengan konsumen kunci. Antam memiliki beberapa pembeli jangka panjang dengan konsumen yang kredibel di Australia, Asia Timur dan Eropa, yang kebanyakan merupakan produsen baja nirkarat terkemuka. Komitmen perusahaan adalah memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen serta pengirimannya tepat waktu. Komitmen ini menjadikan dua dari konsumen feronikel Antam menandatangani kontrak offtake jangka panjang untuk komoditas feronikel dari pabrik FeNi III. Saat ini hanya dua konsumen Antam yang kontribusinya lebih dari 10% pendapatan perusahaan.
•
Manajemen keuangan yang cermat. Antam mengacu pada strategi keuangan yang berhati-hati untuk mempertahankan neraca yang solid, likuiditas yang baik, memperkuat posisi kas perusahaan yang didukung modal kerja yang baik guna menjaga kondisi
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
•
Strong operating track record with experienced management. We commenced operations in 1968 and are vertically integrated to undertake all stages of the mining process from exploration, mining, smelting and refining, through to marketing. Over the past 35 years, we have cultivated significant mining expertise related to our range of products, which include three varieties of lateritic nickel ore, ferronickel, gold, silver, bauxite and iron sands, giving Antam an advantage over other mining companies in Indonesia. Several members of our management team have over two decades of experience with Antam, and have extensive know-how regarding the profitable extraction and marketing of our mineral products, as well as other areas of Antam’s business, including community relations and environmental management.
•
Long-term relationship with key customers. Antam has several long-term business relationships with well-established customers in Australia, Northeast Asia and Europe, most of which are leading stainless steel producers. Our commitment to ensure our products meet customer specifications and on-time deliveries have resulted in two of these customers entering into long term contracts with Antam, respectively, which will provide for full off-take of the planned FeNi III ferronickel smelter during their contract term. Only two of our customers account for more than 10% of total revenues.
•
Prudent financial management. We adhere to a prudent financial strategy to maintain a solid balance sheet and healthy liquidity, as well as a strong cash position, supported by a working capital facility, to offer us more flexibility and protection, in the event of falling commodity prices and other external pressures.
13
Pengawasan operasi ball mill di tambang emas Pongkor. Monitoring the ball mill at Pongkor gold mine.
perusahaan seandainya terjadi penurunan harga komoditas maupun tekanan faktor eksternal lainnya. •
Aliansi strategis yang memiliki prospek. Antam percaya bahwa salah satu kekuatan perusahaan adalah pengembangan cadangan dan sumber daya mineral yang besar melalui aliansi strategis dengan perusahaan pertambangan asing. Melalui aliansi strategis, Antam memperoleh keuntungan mendapatkan pengalaman yang dimiliki mitra usaha dalam mengembangkan cadangan dan sumber daya yang dimiliki dengan risiko dan modal yang rendah.
•
Prospective strategic alliances. We believe that one of our key strengths is our ability to leverage the vast reserves and resources of our exploration territories through strategic alliances with international mining companies. We are able to benefit from the experience of our partners in exploring and developing our reserves and resources at a lower risk and cost.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
14
STRATEGI USAHA
Business Strategy Komponen utama strategi perusahaan adalah: •
•
Focus on core competencies. We intend to maximize the advantages of our expertise and core competencies regarding the exploration, production, development and marketing of nickel, gold, and other industrial minerals. Building a third ferronickel smelter at our Pomalaa facility is an example of focusing on our core competencies.
•
Fokus pada keunggulan kompetitif. Antam berfokus pada keunggulan kompetitif perusahaan, termasuk mempertahankan posisi sebagai salah satu produsen nikel dan emas berbiaya rendah di dunia melalui peningkatan efisiensi perusahaan.
•
Focus on competitive advantages. We intend to focus on our competitive advantages, while regaining and maintaining our position as one of the world’s low cost nickel and gold producers, through improved operational efficiencies.
•
Pengembangan aliansi strategis. Antam berfokus pada kerja sama dan aliansi strategis dengan perusahaan pertambangan Indonesia dan internasional melalui pembentukan usaha patungan, merjer dan akuisisi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh akses kepada teknologi terkini yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan maupun posisi kompetitif perusahaan. Selain itu, aliansi strategis akan membantu eksplorasi dan pengembangan wilayah kuasa pertambangan Antam dengan risiko dan modal yang rendah, serta membantu akses terhadap sumber pembiayaan.Usaha pengembangan proyek Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan di Kalimantan Barat merupakan salah satu contoh usaha patungan yang akan memberikan nilai bagi perusahaan.
•
Develop strategic alliances. We intend to continue to focus on establishing strategic alliances with international and Indonesian mining companies through joint ventures and mergers and acquisitions with a view to accessing new technologies that can be applied to enhance our competitiveness and growth, exploring and developing our properties at a lower cost and risk for Antam, and obtaining the necessary financing. Efforts to develop our bauxite reserves in West Kalimantan with the Tayan Chemical Grade Alumina project are an example of joint venture partnerships that will add value.
•
Improve product quality. We intend to enhance our product quality with attention to customer satisfaction through timely delivery and compliance with market demands and concern for environmental preservation, workers’ safety and community development.
•
Foster improved employee performance. We plan to develop our employees’ abilities and competencies, to optimise productivity and product quality.
•
•
ANTAM
Fokus pada kompetensi inti. Antam memaksimalkan pengalaman dan kompetensi inti yang dimilikinya berkaitan dengan eksplorasi, produksi, pengembangan dan pemasaran nikel, emas dan mineral industri lainnya. Pembangunan pabrik feronikel ketiga di Pomalaa merupakan salah satu contoh dari strategi Antam untuk fokus pada kompetensi inti.
The principal components of our strategy are as follows:
Peningkatan kualitas produk. Antam berupaya untuk meningkatkan kualitas produk dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan melalui pengiriman tepat waktu serta pemenuhan keinginan pasar. Perusahaan juga memiliki kepedulian pada kelestarian lingkungan, keselamatan karyawan serta pengembangan masyarakat. Mendorong peningkatan kinerja karyawan. Antam berencana untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi karyawan untuk mengoptimalisasi produktivitas serta kualitas produk yang dihasilkan.
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
15
Pemuatan bijih nikel di Pomalaa. Nickel ore loading at Pomalaa.
•
Pengelolaan volatilitas harga dan kurs nilai tukar. Antam mengelola secara hati-hati risiko fluktuasi harga komoditas dan kurs nilai tukar melalui implementasi strategi lindung nilai yang sesuai dan fleksibel.
•
Manage pricing and exchange rates. We intend to carefully manage the risks of fluctuating commodity prices and currency exchange rates through the application of an appropriate and flexible financial hedging strategy.
•
Fokus pada tata kelola perusahaan yang baik dan budaya perusahaan. Antam akan terus memenuhi dan mengimplementasikan prinsip tata kelola perusahaan yang baik secara berkelanjutan serta mengembangkan budaya perusahaan yang produktif dan efisien.
•
Focus on corporate governance and culture. We plan to continue to adhere to, and implement new corporate governance principles and further develop a productive and efficient corporate culture.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
16
OPERASI PADA SAAT INI DAN PROSPEK MASA DEPAN
Current Operations and Future Prospects
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
17
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
18
PERISTIWA PENTING TAHUN
Significant Events of
1/2
2003
Antam dan PT Inco Tbk. menandatangani perjanjian kerjasama pengembangan cadangan nikel di Pomalaa Timur, Sulawesi Tenggara. Antam and PT Inco Tbk. sign cooperative resources agreement to develop East Pomalaa nickel resources.
3/2
UBP Nikel Wilayah Operasi Pomalaa menerima penghargaan Primaniyarta untuk ekspor non-migas, dan Citra Dharma Adikarya untuk pengelolaan terbaik. SBU Nickel Pomalaa receives the Primaniyarta export award and Citra Dharma Adikarya management award.
3/2 12/3 26/6
Antam menyelesaikan perbaikan terencana pabrik FeNi I. Antam completes planned repair to FeNi I smelter.
Antam menyelesaikan demonstrasi masyarakat di UBP Emas Pongkor secara damai. Antam’s SBU Gold resolves community protest peacefully.
Antam menetapkan pembagian dividen sebesar 32,5% dari laba tahun 2002 atau Rp34,42 per saham serta mengesahkan anggota Komisaris dan Direksi baru. Antam distributes 32.5% dividend of Rp34.42 per share and elects the new Board of Directors and a new commissioner.
1/7
Antam mengoperasikan generator listrik berkekuatan 6 MW melalui kerjasama sewa dengan GE untuk menormalkan pasokan listrik ke pabrik feronikel Pomalaa. Antam begins use of 6 MW electricity power generators via a rental agreement with GE to normalize power output at the Pomalaa ferronickel facility.
26/8
Antam memperoleh peringkat “B” dengan outlook “Stabil” dari Standard & Poor’s, untuk hutang jangka panjang yang berdenominasi mata uang asing. Antam receives a “B” corporate credit rating with a stable outlook from Standard & Poor’s rating service.
28/8
Antam menandatangani kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) dengan konsorsium unincorporated Mitsui Co. Ltd. dan Kawasaki Heavy Industries Ltd. untuk pembangunan pabrik FeNi III. Antam signs the Engineering, Procurement and Construction (EPC) contract with the unincorporated consortium of Mitsui Co. Ltd. and Kawasaki Heavy Industries Ltd. to develop the FeNi III project.
4/9
Antam membentuk anak perusahaan di Mauritius, Antam Finance Ltd., untuk keperluan pendanaan proyek FeNi III. Antam forms Antam Finance Ltd. in Mauritius to raise funds for the FeNi III nickel expansion project.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
19
17/9
30/9
Antam menerima penghargaan Best BUMN in Good Corporate Governance Implementation. Antam receives Best State-owned Enterprise (SOE) in Good Corporate Governance Implementation award.
Anak perusahaan Antam di Mauritius menerbitkan obligasi berdenominasi dolar Amerika sebesar USD 200 juta melalui anak perusahaan yang berlokasi di Mauritius, untuk mendanai proyek ekspansi FeNi III. Antam’s Mauritius subsidiary issues USD200 million Notes to finance FeNi III nickel expansion project.
3/10
Konstruksi pembangunan pabrik FeNi III secara resmi dimulai dengan berlakunya Effective Date of Contract (EDC). Effective Date of Contract (EDC) for the construction of FeNi III smelter.
10/10
Antam memperoleh penghargaan Best Annual Report Award. Antam receives the Best Annual Report Award.
20/10
Antam menandatangani kesepakatan pinjaman kredit investasi dengan Bank Central Asia senilai USD 60 juta, sebagai bagian dari pendanaan Proyek FeNi III. Antam and BCA sign USD60 million credit facility related to finance the FeNi III project.
14/11
Antam menandatangani kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) pembangkit listrik ketiga dengan PT Wartsila Indonesia berkaitan dengan proyek FeNi III. Antam signs the Engineering, Procurement and Construction (EPC) contract with PT Wartsila Indonesia for the development of the third power plant related to the FeNi III project.
30/12
Komisaris dan Direksi Antam menandatangani Maklumat Komitmen Implementasi Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Antam’s boards’ sign Statement of Commitment for the Implementation of Good Corporate Governance.
30/12
Bankable Feasibility Study (BFS) proyek Tayan telah diselesaikan oleh Mizuho Bank Jepang.
31/12
International Antam Resources Ltd. menyelesaikan restrukturisasi korporasi, dan tidak lagi merupakan anak perusahaan Antam.
The Bankable Feasibility Study (BFS) for the Tayan Chemical Grade Alumina Project is completed by Mizuho Bank Japan.
International Antam Resources Ltd. closes major corporate restructuring, and is no longer an Antam subsidiary.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
20
SAMBUTAN KOMISARIS
Letter from the Board of Commissioners
Pengendalian biaya menjadi sangat krusial di tahun-tahun mendatang.
Pemegang saham yang terhormat Tahun 2003 tercatat beberapa kejadian penting yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka upaya bertumbuh lebih maju dan setingkat lebih baik. Pencapaian utama Antam pada tahun 2003 adalah dimulainya konstruksi pabrik FeNi III yang sempat tertunda beberapa tahun akibat berbagai hal, diantaranya berlarutnya upaya pendanaan yang lebih disebabkan kurang kondusifnya kondisi makro perekonomian Indonesia. Selain itu dalam rangka revitalisasi perusahaan, Rapat Umum Pemegang Saham Antam pada bulan Juni 2003 telah melakukan penyegaran komposisi Komisaris maupun Direksi, dengan tambahan satu anggota Komisaris baru dan empat anggota Direksi baru. Dengan penyegaran ini diharapkan dapat semakin memperkokoh fundamental perusahaan dalam upaya pertumbuhan dalam rangka peningkatan nilai pemegang saham. Komisaris bersama dengan Direksi berkomitmen untuk mewujudkan hal ini. Seiring dengan semangat untuk meningkatkan nilai pemegang saham, serta untuk lebih memantapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik, Komisaris pada bulan September 2003 memutuskan membentuk Komite Perusahaan yang baru di samping Komite Audit yang telah dibentuk sebelumnya. Komite yang baru dibentuk adalah Komite GCG, Komite Manajemen Risiko, Komite Nominasi Remunerasi dan Pengembangan SDM, serta Komite Pasca Tambang. Komisaris berkeyakinan bahwa dengan keberadaan komite-komite dilingkungan komisaris ini fungsi pengawasan perusahaan akan lebih dapat ditingkatkan. Komisaris mengharapkan hubungan kerja yang telah terbina baik dengan Direksi agar dapat pula dilanjutkan ke tingkat komite, yang merupakan perpanjangan tangan Komisaris. Dalam tahun 2003 perusahaan juga melakukan redefinisi visi Antam. Visi Antam 2010 adalah “menjadi perusahaan pertambangan berstandar internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global”. Redefinisi ini juga diikuti dengan penetapan tolok ukur pencapaian visi seperti pendapatan perusahaan
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Cost management will be very crucial in the years ahead.
Dear Shareholder, In 2003, Antam reached significant milestones in terms of its efforts to grow and improve. Construction on the FeNi III project finally started after a long delay due to financing difficulties, caused mainly by the non-conducive investment climate of the Indonesian economy. To revitalize the company, during its annual general shareholders’ meeting, shareholders elected four new Directors and one new Commissioner. This is expected to solidify the company’s fundamentals in its efforts to enhance shareholder value. We can assure you that the Commissioners and Directors are committed to this. In the spirit of maximizing shareholders’ value and to augment the corporate governance practices within Antam, in September 2003, the Commissioners decided to form four new committees alongside the previously established Audit Committee. The new committees are the Good Corporate Governance Committee, Risk Management Committee, Nomination, Remuneration and Human Resources Committee and the Mine Closure Committee. The Commissioners believe the establishment of these committees will enhance the job of overseeing the company’s operations. We also hope the committees will augment the good relationship between the two boards.
21
mencapai USD 500 juta, adanya pangsa pasar nikel sejumlah 4% serta posisi sebagai perusahaan berbiaya rendah untuk komoditas feronikel dan emas. Komisaris menilai bahwa redefinisi visi ini sudah sesuai dengan kondisi perusahaan terkini dan cukup obyektif untuk dapat dicapai pada tahun 2010. Meskipun demikian, Komisaris mengingatkan Direksi agar tetap waspada atas faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan pencapaian visi tersebut. Salah satu dari upaya peningkatan nilai perusahaan adalah melakukan pengembangan usaha. Pada tahun 2003, Antam mengambil keputusan untuk memulai pembangunan proyek FeNi III setelah sekian lama
In 2003, Antam redefined its vision, to be a mining company of international standards with a competitive advantage in the global market. Performance indicators that we believe are attainable in 2010, accompany this vision. These include annual revenue of USD500 million, 4% of the global market share for ferronickel, and being a low cost producer of Antam’s main commodities of nickel and gold. Despite such optimism, we advise management to take a closer look into the risks the company faces in attaining the company’s vision.
Dari kiri ke kanan » From left to right: Ir. Supriatna Suhala, MSc, Komisaris » Commissioner Yap Tjay Soen, MBA, Komisaris Independen » Independent Commissioner Dr. Hikman Manaf, Komisaris » Commissioner Ir. Suryo Suryantoro, MSc., Komisaris » Commissioner Prof. Dr. Ir. Firman M.U. Tamboen, M.Eng, Komisaris Utama » President Commissioner
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
22
tertunda. Perusahaan berhasil memanfaatkan momentum maraknya pasar obligasi korporat Indonesia dengan menerbitkan obligasi sebesar USD 200 juta melalui anak perusahaan yang berlokasi di Mauritius. Selain itu, perusahaan juga mengambil kredit investasi dari bank lokal sebesar USD 60 juta, selain penggunaan kas internal Antam senilai USD 60 juta untuk mendukung proyek senilai USD 320 juta ini. Meskipun Komisaris percaya bahwa manajemen telah mengambil langkah-langkah kehati-hatian dalam menentukan skim pendanaan maupun skim pembangunan proyek FeNi III, namun Komisaris tetap mengingatkan manajemen maupun karyawan agar mewaspadai segala hal yang dapat mengganggu jalannya proyek. Khusus mengenai hal ini, maka setiap masukan dan concern dari Komisaris hendaknya dapat segera ditanggapi dan ditindak lanjuti, agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak menjadi kenyataan. Komisaris juga telah menyoroti permasalahan biaya produksi maupun biaya-biaya lain yang mengalami lonjakan cukup drastis beberapa tahun belakangan ini. Komisaris menyadari bahwa seiring dengan dihapuskannya subsidi BBM bagi Antam, maka komponen biaya produksi akan meningkat yang dikarenakan kebutuhan BBM dalam proses produksi sangatlah besar. Komisaris menghargai upaya manajemen dalam hal pengendalian biaya ini melalui program penurunan biaya (cost reduction program, CRP) yang menunjukkan tren yang cukup menggembirakan pada tahun 2003 dengan penghematan sebesar Rp 40,5 miliar. Meskipun demikian, Komisaris berpendapat bahwa manajemen harus lebih dapat menekan level biaya perusahaan. Program CRP akan menjadi krusial pada tahun-tahun mendatang seiring dengan dimulainya pembayaran kewajiban kupon obligasi, pinjaman bank lokal maupun mengantisipasi volatilitas harga komoditas dan nilai tukar. Kesemuanya ini berpotensi menimbulkan gangguan pada arus kas perusahaan ataupun menurunkan marjin keuntungan sehingga dapat mengancam kelangsungan usaha perusahaan. Komisaris berpendapat bahwa upaya-upaya efisiensi dalam menjalankan bisnis inti Antam sehingga pencapaian target CRP tahun 2003 sebesar 82,1% dari yang direncanakan sebenarnya cukup baik tetapi Komisaris minta agar di tahun mendatang dapat dilaksanakan lebih baik lagi. Terlebih, hal ini sangat relevan dengan permasalahan yang dihadapi perusahaan antara lain pencapaian proyeksi laba bersih perusahaan yang ditahun 2003 hanya sebesar 94,9 % dari target, sementara disisi lain terjadi peningkatan beban perusahaan disamping kenaikan biaya produksi terjadi pula peningkatan beban usaha yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan maupun pensiunan. Penekanan level biaya juga diperlukan mengingat beberapa target pencapaian kerja Antam dalam tahun 2003 tidak sepenuhnya dapat terealisir. Hal ini
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Corporate development is one measure taken to increase value. In 2003, management started construction of the long awaited FeNi III project. To f u n d t h e U S D 3 2 0 m i l li o n p r o j e c t , management took an opportunity provided by the Indonesian bond market to issue, through Antam’s Mauritius subsidiary, a USD200 million Eurobond. The company will also use a USD60 million investment credit facility provided by a local bank and internal cash of USD60 million. Despite our belief that management took prudent steps to decide upon the optimal financing scheme, we would like to remind the management and the employees to carefully monitor any development that might disturb the construction process. In this regard, we wish that any inputs or concerns of the Commissioners are given serious consideration and addressed swiftly. The Commissioners would also like to highlight the recent increase in production costs as well as other costs within the company. However, we realize the fuel subsidy removal at the end of 2001 significantly impacted the production costs, as fuel is a major component of the cost of production. The Commissioners value the management’s decision to implement the cost reduction program to combat this situation, which resulted in savings of Rp40.5 billion in 2003. Apart from this, we feel more should be done in terms of reducing costs. Cost reduction
23
mengingat kita untuk menyadari bahwa peningkatan kinerja sejauh ini lebih disebabkan oleh adanya peningkatan harga komoditas inti perusahaan, dan bukan oleh membaiknya kinerja kinerja Antam. Meskipun demikian Komisaris berpendapat bahwa manajemen Antam telah cukup berhasil mengatasi tantangan yang muncul selama tahun 2003 serta telah berupaya keras dalam meraih pencapaian kinerja yang optimal di tengah berbagai macam kendala yang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal perusahaan seperti masih belum kondusifnya iklim usaha dan investasi khususnya di bidang pertambangan di Indonesia. Mengenai biaya produksi, Komisaris dalam beberapa kesempatan telah menyampaikan kepada manajemen untuk memperhatikan permasalahan efisiensi perusahaan. Pada saat ini posisi level biaya produksi Antam dalam cash cost league komoditas feronikel telah berada di kelompok yang tertinggi, sehingga Antam tidak dapat lagi dikatakan sebagai produsen nikel berbiaya rendah. Meskipun demikian, untuk komoditas emas posisi perusahaan masih menggembirakan dikarenakan masih cukup kompetitif dibandingkan produsen besar emas dunia. Untuk itu sekali lagi Komisaris meminta manajemen untuk lebih berfokus pada upaya pengendalian biaya produksi ini. Disamping proyek FeNi III yang sudah berjalan maka dalam rangka pengembangan usaha untuk kelangsungan kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang Komisaris mendukung upaya Direksi mengembangkan beberapa proyek pertambangan baru seperti proyek Alumina Tayan serta pembukaan tambang nikel Mornopo dan Pakal. Khusus mengenai proyek Tayan, mengingat nilai proyek yang cukup besar serta terkait erat dengan masa depan komoditas bauksit perusahaan, Komisaris meminta Direksi agar terus melakukan segenap upaya merealisasi proyek ini dengan tetap memegang prinsip kehati-hatian. Terlebih setelah manajemen berkeinginan untuk memperoleh pendanaan untuk proyek Tayan melalui mekanisme penerbitan saham baru (rights issue) yang akan melibatkan pemegang saham secara langsung, untuk itu Komisaris berpendapat agar kebutuhan dana maupun status proyek perlu dijelaskan terlebih dahulu secara transparan kepada pemegang saham. Komisaris berkeinginan agar proyek alumina Tayan yang akan menghasilkan value added product dapat membawa nilai bagi perusahaan dibandingkan dengan saat ini yang hanya mengekspor komoditas bijih bauksit semata. Di samping sebagai upaya untuk pertumbuhan, pengembangan usaha juga bertujuan untuk mengantisipasi selesainya beberapa kegiatan usaha Antam yang sekarang sudah memasuki proses pasca tambang yakni tambang bauksit di Kijang, tambang nikel di Gebe, tambang emas di Cikotok serta tambang
will become especially crucial as the company services its debt from the bond and the i n v e s t m e n t c r e d i t f a c i l i t y. A s w e l l , c o s t reduction is vital to minimize the effects of the volatility of commodity prices and foreign exchange. These factors have the potential to disturb the company’s cash flows and may squeeze the company’s margins, which in turn c o u l d e n d a n g e r t h e c o m p a n y ’s b u s i n e s s sustainability. Cost management is important, as several performance indicators were not met in 2003. For example, the company’s net profit reached 94.9% of the target due to increased costs, partly due to increased labour and pensioners-related expenses. We must also remember that the increased revenue of 2003 is mostly due to the rise in commodity prices, and not by improved production performance. We are pleased the CRP saved 82.1% of the 2003 target, but wish to see a greater effort in the coming years. However, the Commissioners feel management has worked hard and was able to meet the challenges during the year, and succeeded in efforts to reach optimal performance in the face of many obstacles, such as the nonconducive investment climate, especially within the Indonesian mining industry. The Commissioners have also pointed out to management on several occasions to step up its efficiency efforts. In 2003, Antam was ranked at the top quartile of the ferronickel producer cash cost league, and the company could not call itself a low cost producer, although Antam still positioned itself competitively amongst the world’s gold producers. We again request management’s attention to cost management within the company. To further enhance shareholder value, the Commissioners support management’s plans for future business development, such as the Tayan alumina project as well as plans to open new nickel mines at Mornopo and Pakal. For the Tayan project, the Commissioners would like to remind management to take prudent steps in consideration of the project value and the appropriate development of the company’s bauxite reserves. Further, in regards to management’s desire to finance the company’s equity portion of the Tayan project by way of a possible rights issue, we would like to request full transparency and disclosure of the financing scheme and the project status. The
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
24
Pengawasan kualitas udara di depan proses pengolahan nikel di Pomalaa. Monitoring air quality in front of a nickel pour at Pomalaa.
pasir besi di Cilacap. Berkaitan dengan karakteristik kegiatan pertambangan yang pada akhir kegiatannya memasuki masa penutupan tambang atau mining closure yang prosesnya mempunyai tata cara dan prosedur tertentu serta keterlibatan banyak pihak maka, Komisaris telah membentuk Komite Pasca Tambang yang akan membantu Komisaris dan Manajemen dalam seluruh hal yang terkait dengan pasca tambang, terutama aspek sosial, budaya, lingkungan serta keberadaan masyarakat sekitar tambang. Penerapan program pasca tambang yang benar, tepat sasaran serta bersifat kohesif akan semakin menunjukkan bahwa Antam bukan hanya perusahaan yang berorientasi pada keuntungan finansial semata, melainkan juga peduli terhadap lingkungan dan pengembangan masyarakat sekitar tambang. Pada tahun 2003 Antam telah berhasil menyusun sekaligus menerapkan Pedoman Kebijakan Perusahaan serta Standar Etika Perusahaan yang merupakan bagian dari implementasi prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Pedoman Kebijakan Perusahaan (PKP) berisikan arahan yang bersifat strategis dari Komisaris bagi Direksi dalam hal pengelolaan perusahaan. Sementara Standar Etika merupakan kebijakan manajemen yang berisikan nilai-nilai etika perusahaan yang patut dipatuhi oleh seluruh karyawan Antam. Pemberlakuan PKP menandai era dimana manajemen harus mengikuti suatu garis kebijakan di dalam upaya pencapaian Visi Antam 2010. PKP juga dimaksudkan untuk menjadi koridor atau rel bagi manajemen dalam mengelola perusahaan. Perlu dipahami bahwa PKP tidak bersifat rigid dan kaku, sepanjang diperlukan Komisaris akan terus membenahi dan menyempurnakan hal-hal yang tercantum di dalam PKP tersebut. Selain itu, juga akan disempurnakan Charter Komisaris dan Charter Direksi serta Charter-charter Komite sehingga dengan demikian masing-masing pihak akan
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Commissioners would like to see the project bring added value to the company, in contrast to simply mining and exporting bauxite ore. In addition, Antam must anticipate the u p c o m i n g c l o s u r e o f s e v e r a l o f A n t a m ’s operations, such as the Kijang bauxite mine, Gebe nickel mine, Cikotok gold mine and Cilacap iron sands mine. Mines have a finite life and when any mine reaches the end of its life, the company must make preparations well in advance, which involve numerous procedures and several related parties. We have formed the Mine Closure Committee, which will help with mining closure policies and procedures and provide inputs related to the social and cultural environment of the communities surrounding the mine. A comprehensive, cohesive and appropriate mining closure policy will demonstrate Antam is not solely concerned with financial profits but also with the environment and community development. In 2003, Antam finalized the Corporate Policy Manual and the Corporate Code of Ethics as part of efforts to improve corporate governance practices within the company. The CPM contains strategic directives and a set of guidelines that management must follow in reaching the company’s vision and the Code of Ethics contains corporate values, which must be observed by management and the employees. Although detailed, the CPM is not rigid and can be revised and improved upon review, at the discretion of the Commissioners. As well,
25
mengetahui dan memahami apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Dengan telah diterapkannya PKP maka Komisaris mengingatkan Direksi agar dalam waktu dekat ini segera menyusun Kebijakan Manajemen (Management Policy) serta Standar Prosedur Operasi (SOP) agar perangkat lunak perusahaan lebih siap lagi. Sehubungan dengan permasalahan pengendalian biaya, seperti telah dijelaskan sebelumnya, tahun-tahun mendatang akan menjadi waktu yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Komisaris menekankan perlunya kebijakan “pengetatan ikat pinggang” yang komisaris percaya akan mendapat dukungan dari segenap jajaran manajemen maupun karyawan Antam. Selain itu, upaya pengembangan usaha juga menjadi perhatian fungsi pengawasan Komisaris, terutama dalam menjaga agar setiap langkah Direksi selalu didasarkan pada prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) serta dilandasi kepentingan terbaik bagi perusahaan dan pemegang saham. Pada bagian akhir dari sambutan ini Komisaris menyampaikan rasa bangga atas berbagai penghargaan yang telah diberikan kepada Antam oleh berbagai institusi baik dari dalam maupun luar negeri dalam tahun 2003 yang merupakan manifestasi pengakuan eksternal atas pencapaian kinerja Antam. Hal ini tidak lain merupakan pencerminan dari upaya dan kerja keras yang telah dilakukan Direksi dan jajarannya. Namun hendaklah penghargaan yang diterima ini dapat dijadikan motivasi untuk tetap dapat mencetak prestasi demi prestasi di tahun yang akan datang. Komisaris tetap percaya bahwa dengan semangat dan dedikasi serta kompetensi yang tinggi, manajemen Antam dan jajarannya dapat meningkatkan kinerjanya lebih baik lagi.
Hormat kami,
revisions may be made to the board charters and committee charters, to assist each person to fully understand his/her tasks and responsibilities. Following the implementation of the CPM, we would like to remind management to devise Management Policies and Standard Operating Procedures to further improve the company’s procedures. As mentioned already, cost management will be very crucial in the years ahead. The Commissioners request a tight budget policy; something we believe will receive full support throughout the organization. The Commissioners will also focus on overseeing any corporate development initiatives to ensure management’s decisions are based on the best interest of the company and its shareholders. Finally, we would like to express our satisfaction in knowing that the company has received numerous awards and accolades from external parties, both locally and internationally, which reflects the overall performance of the company and the hard work and efforts of management and employees in 2003. These recognitions should come as motivators for everyone in the company to improve performance in the coming years. We believe with strong dedication by management and employees, the company’s performance will increase in the future.
Sincerely yours,
Prof. Dr. Ir. Firman M. U. Tamboen, M. Eng
Ir. Suryo Suryantoro, MSc
Ir. Supriatna Suhala, MSc
Komisaris Utama President Commissioner
Komisaris Commissioner
Komisaris Commissioner
Dr. Hikman Manaf
Yap Tjay Soen, MBA
Komisaris Commissioner
Komisaris Independen Independent Commissioner
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
26
IKHTISAR HASIL IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Summary Result of Corporate Governance Implementation
Jakarta, 30 Desember 2003
Jakarta, December 30, 2003
Yth. Komisaris dan Direksi PT ANTAM Tbk Jl. TB Simatupang No. 1 Lingkar Selatan Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12539
Board of Commissioners and Directors PT ANTAM Tbk Jl. TB Simatupang No. 1 Lingkar Selatan Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12539
Re: Ikhtisar Hasil Implementasi Good Corporate Governance
Re: Summary Result of Corporate Governance Implementation
Dengan hormat,
Dear Sirs,
Kami telah menyelesaikan penugasan untuk membantu ANTAM dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance dengan mengembangkan dan mensosialisasikan suatu Pedoman Kebijakan Perseroan (Corporate Policy Manual) dan Standar Perilaku Perseroan, yang dimulai sejak bulan Juli 2002.
We have completed our task in assisting ANTAM in its Good Corporate Governance implementation through the development and socialization of the Company’s Corporate Policy Manual (CPM) and its Code of Conduct (CoC). The project started in July 2002.
Manfaat utama suatu Pedoman Kebijakan Perseroan adalah untuk memastikan konsistensi dan keseluruhan kebijakan yang ada di ANTAM serta untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip good corporate governance diterapkan dengan baik di dalam lingkungan ANTAM. Standar Perilaku Perseroan merupakan suatu Pedoman kepada seluruh pegawai agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan oleh ANTAM. Sebagai bagian dari Pedoman Kebijakan Perseroan, Ernst & Young juga telah membantu Antam dalam menyusun charter bagi Komisaris dan Direksi (Board Charter) yang digunakan sebagai panduan bagi seluruh anggota Komisaris dan Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta dalam mengelola hubungan organ Perseroan tersebut dengan para pemegang saham dan stakeholders. Selain Board Charter, telah disusun pula charter bagi 4 (empat) Komite baru ditingkat Komisaris. Komite yang mulai efektif sejak tanggal 30 Desember 2003 tersebut dibentuk untuk melengkapi keberadaan Komite Audit yang telah dibentuk sebelumnya. Keempat komite yang baru dibentuk tersebut adalah: • Komite Good Corporate Governance, berperan untuk memastikan terlaksananya prinsip-prinsip Corporate Governance yang baik di perseroan, termasuk didalamnya mengevaluasi struktur dan keanggotaan komite-komite yang ada serta memastikan adanya kebijakan yang mengatur tata kerja Komisaris dan Direksi. • Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia berperan untuk memastikan terdapatnya mekanisme suksesi untuk Komisaris, Direksi dan pejabat senior lainnya, terlaksananya mekanisme nominasi dan remunerasi serta pengembangan sumber daya manusia secara transparan dan adil. • Komite Manajemen Risiko berperan untuk memastikan bahwa Perusahaan pada setiap waktu telah memiliki dan melaksanakan manajemen risiko dengan penuh kehati-hatian (prudent). • Komite Pasca Tambang berperan untuk memastikan tersedianya perencanaan dan pelaksanaan pasca tambang yang baik. Proses sosialisasi Pedoman Kebijakan Perseroan dan Standar Perilaku Perseroan telah dilakukan sampai tingkat unit bisnis. Melalui proses sosialisasi tersebut diharapkan implementasi good corporate governance dapat terlaksana dengan baik karena telah adanya pemahaman yang merata diantara insan Antam. Hormat kami,
The primary objective of CPM is to ensure consistencies in all ANTAM’s policies and proper implementation of its Good Corporate Governance principles through out the Company. Meanwhile, the Code of Conduct provides behavior guidelines that apply to all ANTAM’s employees and conform to the Company’s values. As part of the CPM, Ernst & Young assisted Antam’s team in the development of its Board Charters, which document the roles and responsibilities of the Boards. In addition, the Charters specify the Boards membership requirements, its organizational structure and its relationship with shareholders and stakeholders. Apart from developing the Board Charters, we have also developed four new Commissioner’s Committee Charters. The new committees were established on December 30, 2003 to complement the Audit Committee. Which was established earlier. The new committees are: • Good Corporate Governance Committee; whose purpose is to ensure proper implementation of Good Corporate Governance, including evaluation on committee’s structures and memberships and ensuring that policy on working relationship between Commissioners and Directors is in place. • Nomination, Remuneration and Human Resources Development Committee; whose purpose is to insure a management succession mechanism is in place. The Committee is also expected to ensure the implementation of nomination, remuneration and human resources development is conducted in a transparent are fair manner. • Risk Management Committee; whose purpose is to ensure that the Company in any given time implements risk management is a prudent manner. • Mine Closure Committee; whose purpose is to ensure that the Company maintains a proper planning and implementation on mining closure. The CPM and CoC have been socialized to Antam’s employees up to the business units. Through the socialization process, it is expected that the corporate governance implementation can be conducted properly as a result of common understanding among Antam’s employees.
Sincerely yours,
Bambang Subianto Partner ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
27
TATA KELOLA PERUSAHAAN
Corporate Governance
Tata kelola perusahaan yang baik merupakan salah satu upaya terintegrasi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pada tahun 2003, praktik tata kelola perusahaan (good corporate governance, GCG) di Antam mengalami peningkatan dengan pembentukan struktur organisasi yang diperlukan untuk memastikan implementasi praktik GCG benar-benar dijalankan dengan baik. Langkah selanjutnya yang merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan adalah memastikan implementasi GCG secara berkelanjutan serta mengadopsi strategi implementasi yang dinamis serta terbuka terhadap konsep-konsep baru mengenai GCG. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi Antam adalah dalam hal tolok ukur implementasi GCG di perusahaan. Salah satu tantangan yang paling besar dalam implementasi GCG adalah perubahan paradigma dari pembentukan organ pelaksana GCG menjadi pelaksanaan GCG sebagaimana mestinya. Karena GCG lebih merupakan sebuah “seni” dibandingkan sesuatu yang bersifat ilmu pasti, Antam menyadari bahwa meskipun perusahaan telah memiliki seluruh prosedur dan organisasi yang diperlukan dalam implementasi GCG, tidak berarti praktik GCG sudah berjalan dengan baik. Antam menyadari bahwa Komisaris dan Direksi perusahaan harus menjadikan GCG sebagai salah satu dasar dalam pencapaian tujuan perusahaan. Bagi Antam GCG berarti pengelolaan perusahaan secara benar, pemenuhan standar internasional serta berorientasi pada keuntungan, pertumbuhan dan kesinambungan usaha tanpa melupakan kepedulian bagi lingkungan sekitar. Jika pengoperasian tambang tidak memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar serta tidak peduli pada kelestarian lingkungan, maka akan muncul risiko operasional yang dapat mengganggu kelancaran produksi, penambahan biaya operasi serta kesulitan dalam perolehan ijin penambangan. Tanpa adanya pendekatan yang sistematis dan transparan dalam pengambilan keputusan perusahaan, pemegang saham serta investor tidak yakin bahwa pengambilan keputusan yang didasarkan pada kepentingan terbaik bagi perusahaan merupakan prioritas utama bagi manajemen. Selain itu, pemegang saham dan investor juga mengalami kesulitan dalam penilaian kinerja perusahaan maupun membandingkannya dengan kinerja perusahaan sejenis. Seluruh hal ini akan mempengaruhi persepsi pasar modal terhadap perusahaan sebagai salah satu alternatif investasi, sehingga akan mempengaruhi akses perusahaan terhadap sumber modal yang lebih murah. Tanpa adanya kepastian mengenai kinerja operasi serta adanya akses terhadap sumber pembiayaan yang murah maka tidak akan terwujud bagi perusahaan suatu pertumbuhan yang berkelanjutan maupun imbal hasil investasi yang layak.
Good corporate governance is an integral part of achieving corporate objectives. Antam made significant progress in 2003 in further establishing the structure necessary to ensure that Antam is well governed. The next, and arguably the more challenging task, is to ensure consistent implementation and a dynamic strategy open to new governance methods and measurements. The most important pitfall to avoid is falling into a bureaucratic mentality, which is more concerned with form over function. Good corporate governance is as much an art as a science and Antam is cognizant that despite all the corporate governance rules and practices a company may have in place, or that are thrust upon it by market regulators, they can not guarantee a company is well governed. A company’s Board of Directors and Board of Commissioners must make good governance a strategy, an integral part of achieving corporate objectives. For Antam good corporate governance is as much about doing the ‘right’ thing and meeting international standards as it is about sustaining long term profitability. If a mine does not have good community relations and environmental management it risks operational disruptions, higher costs and difficulties in maintaining permits. Without a methodical and transparent approach to decision-making shareholders and investors cannot be sure the best interests of the company are the top priority and cannot sufficiently scrutinize the company and compare performance to its peers. All of this impacts the capital market’s perception of the company as an investment and immobilizes and complicates the company’s efforts to attract cost-effective capital. Without certainty about operational performance and cost-effective funds a company cannot grow sustainably and increase returns on investment. Review of Corporate Governance Work in 2003 The most significant three steps Antam took in 2003 regarding improving its corporate governance was, working together with Ernst & Young, to complete the Corporate Policy Manual (CPM), complete the Code of Ethics and establish four new board committees, including the Nomination, Remuneration and Human Resources Committee, the Mine Closure Committee, the Good Corporate Governance Committee, and the Risk
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
28
Kajian Pelaksanaan GCG di tahun 2003 Pada tahun 2003 Antam mencatat tiga kemajuan penting dalam hal implementasi GCG, yakni penyelesaian Pedoman Kebijakan Perusahaan (PKP) dengan bantuan konsultan independen Ernst & Young, penyelesaian Standar Etika, serta pembentukan empat komite perusahaan di tingkat Komisaris, yakni Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM, Komite Pasca Tambang, Komite Good Corporate Governance (GCG), serta Komite Manajemen Risiko. Komite-komite ini dibentuk secara formal pada tanggal 1 September 2003, di luar Komite Audit yang sudah dibentuk sejak tahun 2000 namun memiliki anggota baru pada tanggal yang sama. Anggota Komite perusahaan Antam dipilih berdasarkan pengalaman, pengetahuan, kompetensi maupun independensi. PKP merupakan dokumen perusahaan setebal 175 halaman yang memakan waktu 2 tahun untuk menyelesaikannya. Pengerjaan PKP didahului dengan melakukan kajian, ulasan, pembuatan dan akhirnya pemberlakuan PKP pada bulan Desember 2003. Tujuan pembentukan PKP adalah sebagai acuan dan rujukan bagi Direksi dan karyawan Antam dalam hal praktik tata kelola perusahaan yang baik. Meski aspek tata kelola perusahaan lebih berfokus pada kewenangan dan tanggung jawab Direksi dan Komisaris, Antam menyadari bahwa seluruh karyawan perusahaan wajib mengetahui dan mengerti arti penting GCG serta bagaimana implementasinya di perusahaan. Perusahaan melakukan sosialisasi internal prinsip-prinsip GCG kepada karyawan pada akhir tahun 2003. PKP akan dikaji ulang setiap tahun untuk mengetahui relevansinya terhadap isu-isu perusahaan. Setelah pada awalnya terdapat kekhawatiran adanya tumpang tindih tugas Komisaris dengan Komite, perusahaan memutuskan untuk memformalkan prosedur yang ada melalui pembentukan institusi yang bertanggung jawab atas hal-hal yang penting bagi perusahaan untuk memastikan adanya konsistensi kebijakan serta metode yang terbaik yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Fungsi, tugas dan tanggung jawab masing-masing komite dijelaskan di bagian mengenai Komite-komite perusahaan. Sepanjang tahun 2003 Antam juga diminta untuk berbagi pengalaman dalam hal implementasi GCG di berbagai seminar dan konferensi, termasuk berdiskusi dengan berbagai institusi bisnis yang datang ke perusahaan. Pernyataan Antam sehubungan dengan Rekomendasi Praktik Terbaik (Best Practice) dari Dewan Tata Kelola Perusahaan Bursa Efek Australia (Australian Stock Exchange Corporate Governance Council) Antam menyadari bahwa tidak ada suatu metode implementasi GCG yang bersifat universal, seperti telah dinyatakan oleh Bursa Efek Australia (Australian Stock Exchange, ASX). Masing-masing perusahaan memiliki
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Management Committee. The new committees were formally established September 1, 2003 and all report to the Board of Commissioners. The Audit Committee, which also reports to the Board of Commissioners, was established in 2000; it’s membership was changed in 2003. The members of the committees are chosen for their expertise, knowledge and independence. The CPM, is a 175 page document which took two years to complete, from audit, to review, to compose and then formally approve, which was done at a ceremony at Antam’s offices in December 2003. The purpose of the CPM is to guide Antam’s directors and employees along a path of good governance. Governance is first and foremost concerned with the Boards, however, as it is crucial everyone at Antam clearly understand the importance of good governance and how Antam will achieve and maintain it, Antam worked hard to socialize the contents of the CPM at all levels of the company. The CPM is to be reviewed annually to ensure relevance. After some initial concern that the committees would simply duplicate work that was already performed by the Board of Commissioners, Antam decided it was best to formalize key governance tasks with a structure which would institutionalize these important responsibilities to ensure consistency and that the best methods are used. The Board committees will be discussed in greater detail below. Throughout the year, Antam was often asked to speak at good corporate governance seminars and conferences and met with several visitors who were interested in Antam’s governance efforts. Statement Regarding the Best Practice Recommendations of the ASX Corporate Governance Council Antam recognizes, as indicated by the Australian Stock Exchange (ASX), that there is no prescription, or “one size fits all” solution, to implement good corporate governance. Each company has its own challenges, strengths and weaknesses in optimizing corporate performance and accountability in the interest of shareholders. In accordance with ASX rules Antam has assessed its governance practices in terms of 10 best practice recommendations, as described below. Antam feels it has generally met all of the recommendations of the ASX. Those recommendations that were not fully met are identified, with an explanation as to why, and if or when the recommendation will be followed.
29
tantangan, kekuatan maupun kelemahan di dalam optimalisasi kinerja dan akuntabilitas perusahaan dalam rangka kepentingan terbaik bagi pemegang saham. Sesuai dengan ketentuan pencatatan di ASX (ASX Listing Rules), perusahaan telah mengkaji praktik GCG yang dilakukan berdasarkan 10 rekomendasi yang disarankan oleh ASX. Perusahaan merasa bahwa secara substansial telah memenuhi seluruh rekomendasi praktik terbaik dari ASX seperti dijelaskan di bawah ini. Perusahaan juga telah melakukan identifikasi atas rekomendasi dari ASX yang belum dipenuhi, serta penjelasan mengapa rekomendasi tersebut belum dapat dipenuhi atau kapan rekomendasi tersebut akan dipenuhi. Berkaitan dengan prinsip-prinsip yang dijelaskan di bawah ini, ASX merekomendasikan agar kebijakan, strategi, prosedur dan charter organ perusahaan disebarluaskan kepada publik. Antam belum sepenuhnya mengikuti rekomendasi ini mengingat penyelesaian PKP baru dilakukan pada akhir tahun 2003. Perusahaan akan mengumumkan isi dari PKP tersebut dan akan dimasukkan dalam website Antam pada tahun 2004. 1. Meletakkan pondasi yang solid bagi pengelolaan dan pengawasan perusahaan Seiring dengan rekomendasi ASX, dalam PKP Antam tercantum Charter Komisaris dan Direksi yang menerangkan tugas dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi perusahaan. Tugas dari masing-masing fungsi Komisaris dan Direksi serta pemisahan tanggung tawab maupun alokasi tanggung jawab masing-masing anggota Direksi secara jelas tercantum dalam charter tersebut. Perusahaan memiliki dua organ yakni Komisaris dan Direksi. Model kepengurusan ini yang disebut two-tiered system pada umumnya sama dengan yang digunakan di beberapa negara Eropa, namun berbeda dengan model pengurusan perusahaan yang dipakai di Amerika Utara yang menggunakan one-tiered system. Masa jabatan Komisaris dan Direksi adalah selama lima tahun dan masing-masing anggota dari Komisaris atau Direksi ditunjuk secara bersamaan. Tidak ada penunjukkan ulang anggota Komisaris maupun Direksi secara langsung, dan diperlukan mekanisme pengangkatan ulang. Fungsi utama Komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, termasuk terhadap sistim pengendalian maupun akuntabilitas perusahaan. Komisaris melakukan pengawasan terhadap Direksi untuk memastikan adanya pengambilan keputusan yang tepat dan selaras dengan strategi perusahaan serta didasarkan pada kepentingan terbaik bagi perusahaan dan pemegang saham. Komisaris harus memastikan bahwa Direksi benar-benar melakukan pengelolaan perusahaan dengan baik dan benar. Komisaris juga memberi masukan terhadap kebijakan manajemen maupun memberikan persetujuan atas Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) maupun tujuan perusahaan. Komisaris juga melakukan pengawasan terhadap kemajuan proyek perusahaan yang bersifat signifikan, laporan keuangan serta pelaporan perusahaan yang lain. Komisaris memberikan arahan strategis yang didasarkan pada pengalaman dan
With each of the recommendations described below, the ASX recommends that material, such as policies, strategies, procedures and board charters be made publicly available. Antam had not completely followed this part of the recommendations, as although the CPM was completed at the end of 2003, it had not been published. Antam will publish the CPM and make it publicly available on Antam’s website in 2004. 1. Lay Solid Foundations for Management and Oversight In line with the ASX recommendation, Antam’s board charters formally recognize the respective roles and responsibilities of Antam’s Board of Commissioners and its Board of Directors. The roles of the boards and the division of responsibility between the two and the allocation of individual responsibilities of the Board of Directors are clearly indicated. Antam’s governing body is divided into two boards, the Board of Commissioners and the Board of Directors, using the two-tiered system common in some European countries and unlike the one-tiered system of North America. Both boards serve 5 year terms, and the members of each board are appointed together. Re-appointment is not automatic and is subject to re-election. The main job of the Board of Commissioners is the oversight of the company, including its control and accountability systems. The Commissioners are comparable to the nonexecutives of a one-tiered board and the President Commissioner fulfills the role of the Chairman. They supervise the Board of Directors to ensure decisions are being made appropriately, in line with a well-defined strategy and in the best interest of the company and its shareholders. The job of the Board of Commissioners is to ensure the Board of Directors do their job and do it properly. They also offer input into and final approval of management’s development of corporate strategy and performance objectives. The Board of Commissioners approve and monitor the progress of major capital expenditures and financial and other reporting. Commissioners offer strategic direction to the Directors from their experience in business and government. The main job of the Board of Directors is to devise and implement corporate strategy. The Directors are comparable to the executives of a one-tiered board and the President Director fulfills the role of the Chief Executive Officer. They are responsible for supervising the day-to-day operations of the company, setting performance targets and identifying and monitoring key performance indicators. The Directors,
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
30
kompetensi anggota Komisaris di dunia usaha maupun di pemerintahan. Posisi Komisaris dapat disamakan dengan noneksekutif dalam one-tiered system, dengan jabatan Komisaris Utama dapat dikatakan sama dengan jabatan Chairman pada one-tiered system. Fungsi Direksi adalah melakukan pengelolaan perusahaan melalui pembuatan dan implementasi strategi perusahaan. Posisi Direksi dapat disamakan dengan posisi eksekutif dalam one-tiered system dengan posisi Direktur Utama sama dengan posisi Chief Executive Officer. Direksi bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari operasional perusahaan, penentuan target kinerja perusahaan maupun identifikasi serta pengawasan tolok ukur kinerja perusahaan. Direksi, bersama-sama dengan pejabat senior perusahaan, memformulasikan visi Antam serta menyusun RJPP dalam pencapaian visi tersebut, sehingga seluruh karyawan Antam mengetahui apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam pencapaian visi tersebut. Meskipun Komisaris Antam memiliki otoritas dan wewenang penuh terhadap fungsi dan berjalannya komite-komite perusahaan, memiliki hak berkaitan dengan nominasi Direksi perusahaan serta memiliki hubungan langsung dengan pemegang saham yang disebabkan posisi Komisaris sebagai wakil pemegang saham, namun pada dasarnya Direksi memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh terhadap kinerja perusahaan. 2. Struktur organ yang dapat membawa nilai tambah bagi perusahaan Dengan pengalaman bisnis dalam bidang pertambangan yang dimiliki, masing-masing anggota Komisaris dan Direksi Antam memiliki pemahaman yang baik atas isu-isu terkini maupun masa mendatang dari perusahaan, sehingga berpengalaman dalam menjalankan tugasnya. Anggota Komisaris dan Direksi sering bertemu secara informal di luar pertemuan yang sudah terjadwal untuk menyelesaikan masalah yang ada. Komisaris juga dapat bertemu satu sama lain tanpa kehadiran Direksi. Informasi mengenai latar belakang, pengalaman dan keahlian masing-masing anggota Komisaris dan Direksi Antam dapat dilihat dalam bagian “Komisaris dan Direksi Antam”. Kajian atas Independensi Komisaris dan Direksi Direksi dan Komisaris Antam memiliki pendapat yang independen dalam setiap keputusan yang diambil. Perusahaan memiliki prosedur bagi anggota Komisaris maupun anggota Direksi untuk dapat meminta saran dari konsultan independen dengan biaya perusahaan untuk menunjang kelancaran tugasnya masing-masing. ASX merekomendasikan anggota Komisaris maupun Direksi perusahaan bersifat independen. Komisaris Antam yang menjadi non-eksekutif perusahaan, merupakan pihak yang independen dalam artian bahwa anggota Komisaris bukan merupakan dan belum pernah menjadi bagian dari Direksi Antam. Anggota Komisaris juga tidak memiliki hubungan usaha dengan Perusahaan. Meskipun demikian, empat dari lima anggota Komisaris Antam dapat dikatakan nonindependen karena memiliki kaitan dengan pemegang saham
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
working closely with senior managers, devise the vision for Antam and articulate how to reach the vision, so that each person at Antam knows what they are responsible for. While the Board of Commissioners wield authority in terms of running the board committees, in particular with the selection of nominees for new Directors, and in terms of their relationship with the majority shareholder, the Board of Directors are ultimately responsible for the performance of the company. 2. Structure of the Board to Add Value With several years mining and business experience the composition of Antam’s two, five-person boards demonstrates a proper understanding of the current and emerging issues of Antam’s business and the experience in order to properly carry out their duties. The boards meet frequently outside of regular scheduled meetings until an issue has been resolved. The Board of Commissioners, or non-executive directors, will meet without the Board of Directors, or management, present. For the relevant skills, experience and expertise of each director and commissioner, please see “Antam’s Boards” below. Assessment of Independence Antam’s boards bring an independent judgment to the decisions they make. If necessary, Antam has procedures by which board members can seek independent professional advice, at the entity’s expense, in carrying out their duties. The ASX recommends that the majority of the board be independent. Antam’s Board of Commissioners, as the nonexecutive directors, are independent in that they are not members, nor have they ever been members, of Antam’s management. They are also free of any business links to the company. However, four of the five commissioners are nonindependent as regards their relationship with the majority shareholder, the Government of Indonesia. Only the Independent Commissioner is independent as he is not a representative of the majority shareholder. Therefore 10% of the combined membership of Antam’s Board of Directors and Board of Commissioners is independent. Antam has not followed this recommendation, as it is not yet practical to fully implement. The Jakarta Stock Exchange recommends at least 30% of the Board of Commissioners are independent. Antam will appoint a second independent commissioner in the future to follow this recommendation. Notwithstanding the relationship of the four other commissioners to the Government, it should be noted that the members of the Board of Commissioners act in the best interest of Antam and are viewed in most of their decision making as largely independent of the majority shareholder as they represent sections of the government other than the ministry which has formal ownership of Antam’s shares.
31
KEHADIRAN DALAM RAPAT FORMAL » Attendance at Formal Board Meetings Rapat Direksi
Rapat Komisaris
Rapat Komisaris dengan Direksi
Board of Director Meeting
Board of Commissioners Meeting
Meeting of the Board of Commissioners and the Board of Directors
-
12 9 10 3 12
18 17 18 8 15
-
12
18
26 8 18 8 18 8 18 8 18
-
18 8 10 8 10 8 10 8 10
26
-
18
Komisaris » Board of Commissioners Firman MU Tamboen Suryo Suryantoro Supriatna Suhala Hikman Manaf* Yap Tjay Soen JUMLAH RAPAT YANG DIADAKAN NUMBER OF MEETINGS HELD Direksi » Board of Directors D. Aditya Sumanagara Harsoyo Dihardjo** Alwin Syah Loebis* KA Umar Tochfa** Kurniadi Atmosasmito* Subagyo** Darma Ambiar* Ismail Tangka** Syahrir Ika* JUMLAH RAPAT YANG DIADAKAN NUMBER OF MEETINGS HELD * ** * **
Diangkat sebagai anggota Komisaris/Direksi pada RUPS tanggal 26 Juni 2003. Tidak lagi menjabat sebagai anggota Direksi sejak RUPS tanggal 26 Juni 2003. Became a Board member at the AGM June 26, 2003. Ceased to be a Board member at the AGM June 26, 2003.
mayoritas perusahaan yakni pemerintah Indonesia. Hanya Komisaris Independen Antam yang bersifat independen karena tidak merupakan perwakilan pemerintah Indonesia, sehingga hanya 10% dari komposisi anggota Komisaris dan Direksi Antam bersifat independen. Rekomendasi Bursa Efek Jakarta menyebutkan jumlah Komisaris Independen sedikitnya 30% dari anggota Komisaris. Antam akan mengangkat seorang lagi Komisaris Independen pada Rapat Umum Pemegang Saham di masa depan untuk memenuhi rekomendasi ini. Antam belum memenuhi rekomendasi ASX berkaitan dengan sifat anggota Komisaris dan Direksi yang independen karena rekomendasi ini sulit dilakukan sepenuhnya. Meskipun sebagian besar anggota Komisaris Antam memiliki hubungan dengan pemerintah Indonesia, perlu diperhatikan bahwa pengambilan keputusan Komisaris selalu didasarkan pada kepentingan terbaik bagi perusahaan serta tidak terkait dengan Kementerian BUMN yang merupakan perwakilan pemerintah sebagai pemegang saham di Antam, sehingga independen dari kepentingan pemegang saham mayoritas.
The President Commissioner is not independent due to his relationship with the majority shareholder, although he is independent in every other way. The ASX recommends that the chairperson should be an independent director. The transition to good corporate governance must be conducted in terms of what is practical, as such, Antam has appointed a lead independent commissioner. As the ASX recommends, there is a clear division of responsibility at the head of the company. The duties of the President Director and the President Commissioner are separate and carried out by separate people. In line with ASX recommendations, the Board of Commissioners has established a Nomination, Remuneration and Human Resources Committee, which has its own charter. Please see “Board Committees” below.
Komisaris Utama Antam, atau chairperson, tidak dapat dikatakan independen karena memiliki hubungan dengan pemerintah Indonesia meskipun dalam beberapa hal bersikap independen. ASX merekomendasikan Komisaris Utama untuk independen. Antam memandang bahwa transisi menuju praktik GCG harus dilaksanakan dengan cara yang tepat, untuk itu perusahaan telah menunjuk Komisaris Independen.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
32
KEPEMILIKAN SAHAM KOMISARIS DAN DIREKSI
Share Ownership of the Boards
31 Desember 2003 » December 31, 2003
D. Aditya Sumanagara
155,000
Alwin Syah Loebis
46,500
Darma Ambiar
54,250
Kurniadi Atmosasmito
231,725
Syahrir Ika
0
• Tidak ada anggota komisaris yang memiliki saham Antam. • Tidak ada perdagangan saham perusahaan oleh anggota Komisaris atau Direksi. • No member of the BOC had shares of Antam. • No shares were traded by Board members in 2003.
Sesuai dengan rekomendasi ASX, Antam telah membagi tugas dan tanggung jawab masing-masing pimpinan Komisaris maupun Direksi. Tugas dari Komisaris Utama dan Direktur Utama Antam dipisahkan dan dilakukan oleh dua orang yang berbeda. Sesuai dengan rekomendasi ASX, Komisaris telah membentuk Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM yang memiliki charter tersendiri. Untuk detil mengenai Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM Antam dapat dilihat pada tabel mengenai Komite Perusahaan. 3. Meningkatkan proses pengambilan keputusan yang etis dan bertanggung jawab ASX merekomendasikan adanya pedoman perilaku perusahaan. Antam telah menyusun Standar Etika yang patut dipatuhi oleh insan Antam. Standar Etika juga berisikan nilai-nilai yang wajib diikuti perusahaan dalam beroperasi secara beretika dan bertanggung jawab (lihat rekomendasi butir 10). Karena standar etika ini lebih bersifat sebagai pedoman perilaku, perusahaan tidak dapat menjamin sepenuhnya perilaku karyawan, sehingga perusahaan berkeinginan untuk memperoleh sumber daya manusia yang memiliki integritas. Standar Etika Antam berisikan hal-hal yang menyangkut benturan kepentingan, kepatuhan terhadap peraturan perundangan, pemanfaatan aset milik perusahaan, dan lain-lain. Skema Saham dan Opsi Antam merekomendasikan pengungkapan kebijakan perdagangan saham perusahaan oleh karyawan kunci perusahaan. Perdagangan orang dalam merupakan hal yang ilegal di Indonesia. Pada saat ini tidak ada opsi saham di Antam maupun bagi anggota Komisaris dan Direksi Antam. Tahun lalu, tidak ada anggota Komisaris maupun Direksi yang melakukan perdagangan saham perusahaan. Meskipun perusahaan tidak memiliki kebijakan khusus berkaitan dengan perdagangan saham yang dilakukan oleh
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
3. Promote Ethical and Responsible Decision-Making The ASX recommends the establishment of a code of conduct. Antam has established a corporate Code of Ethics, which clarifies the standards of ethical behaviour required of company directors and employees and encourages the observance of those standards. It is a code that also clarifies how Antam as a corporation can conduct itself ethically and responsibly (see recommendation 10 below). As the code is simply a guide, it can not guarantee ethical behaviour, and Antam seeks to appoint people of integrity. The code covers key areas such as conflict of interest, compliance with laws, preventing key personnel from taking advantage of opportunities for personal gain, etc. Share and Option Schemes The ASX recommends to disclose the policy regarding trading in company securities by key personnel. Insider trading is illegal in Indonesia. As well, there are no stock option plans at Antam and Antam’s directors hold very little stock in the company. Last year none of the Board of Directors or Board of Commissioners bought or sold any of Antam’s stock. A departure from the ASX recommendation, Antam does not have a policy on the trading of its securities by directors and employees, however the CPM includes a statement, which bans insider trading by Antam personnel.
33
anggota Komisaris, Direksi dan karyawan, namun dalam PKPerusahaan, terdapat larangan adanya perdagangan saham berdasarkan informasi orang dalam. 4. Menjaga integritas dalam hal pelaporan keuangan Antam memiliki struktur organisasi untuk memverifikasi dan menjaga integritas pelaporan keuangan yang independen. Tanggung jawab utama dalam hal pelaporan keuangan berada di tangan Direksi. Sesuai dengan rekomendasi ASX, Antam telah membentuk Komite Audit yang memiliki charter tersendiri untuk memastikan pelaporan keuangan yang faktual dan akurat atas posisi keuangan perusahaan. Untuk detil mengenai Komite Audit dapat dilihat pada tabel mengenai Komite Perusahaan. Struktur Komite Audit sedikit berbeda dari rekomendasi ASX yang menekankan anggota Komite Audit merupakan anggota Komisaris dengan keanggotaan mayoritas Komisaris Independen. Komite Audit dipimpin oleh Komisaris Independen dengan keanggotaan sebanyak 3 orang yang berasal dari luar perusahaan namun bukan merupakan anggota Komisaris dan tidak beranggotakan mayoritas Komisaris Independen. Sesuai dengan rekomendasi ASX, Direktur Utama dan Direktur Keuangan Antam diwajibkan untuk menandatangani pernyataan bahwa laporan keuangan Antam menyajikan potret yang wajar dan benar atas kondisi keuangan perusahaan serta sesuai dengan standar akuntansi Indonesia. Pernyataan pertanggung jawaban untuk laporan keuangan dilampirkan sebagai bagian dari laporan keuangan tersebut (lihat laporan keuangan). Di Indonesia, Direksi maupun karyawan perusahaan dapat dikenakan pidana untuk pelaporan keuangan yang menyesatkan. 5. Pengungkapan informasi secara tepat waktu dan seimbang Sesuai dengan rekomendasi ASX, di dalam PKP Antam tercantum mekanisme untuk memastikan bahwa seluruh investor perusahaan memiliki akses yang sama dan tepat waktu terhadap seluruh informasi material mengenai Antam, termasuk kondisi keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan saham, serta tata kelola perusahaan. Bab 5 dari PKP Antam menjelaskan tentang kebijakan dan prosedur pengungkapan perusahaan yang memastikan kepatuhan perusahaan terhadap peraturan pengungkapan ASX, BEJ, BES dan SGX. Antam memiliki Hubungan Investor yang aktif agar informasi mengenai perusahaan dapat disajikan secara faktual, jelas dan seimbang. Meskipun demikian, Hubungan Investor perusahaan dapat pula menyajikan informasi yang bersifat negatif. Antam memandang bahwa transparansi informasi akan menumbuhkan kredibilitas perusahaan yang merupakan sesuatu yang penting dalam hal pencarian sumber dana.
4. Safeguard Integrity in Financial Reporting Antam has a structure to independently verify and safeguard the integrity of the company’s financial reporting, although the ultimate responsibility still rests with the Boards. In line with the ASX recommendation, Antam has established an Audit Committee, with a formal charter, to ensure the truthful and factual presentation of Antam’s financial position. Please see “Board Committees” below. The structure of the audit committee does not specifically comply with the ASX recommendations in that the committee does not consist only of commissioners and does not have a majority of independent commissioners. The committee consists of the independent commissioner, who chairs the committee, plus three other independent experts from outside the company. A departure from the ASX recommendation, the President Director and the Finance Director are not required to state in writing to the board that Antam’s financial reports present a true and fair view of the company’s financial condition and are in accordance with Indonesian GAAP. However, a statement of responsibility for the financial statement is published as part of the financial report (please see consolidated financial statements). It should be noted that in Indonesia, directors and officers are liable for fraudulent reporting. 5. Make Timely and Balanced Disclosure In agreement with the ASX recommendation, Antam’s CPM establishes a mechanism to ensure all investors have equal and timely access to material information concerning Antam, including its financial situation, performance, ownership and governance. Chapter 5 of the CPM details Antam’s disclosure policy and procedures, which ensure compliance with ASX, JSX, SSX and SGX disclosure requirements. Antam has an active investor relations department which makes certain company announcements are factual and presented in a clear and balanced way, where necessary disclosing negative information. Antam’s view is that with greater transparency comes greater credibility, which is integral in the competition for capital. 6. Respect the Rights of Shareholders Antam’s corporate secretary, who oversees the investor relations team, is charged with the task of effectively communicating with shareholders and giving ready access to balanced and understandable information about the company. In line with the ASX recommendation, as part of its annual investor relations strategy, Antam has a strategy to promote effective communications with shareholders and encourage their participation.
6. Penghormatan terhadap hak pemegang saham Sekretaris perusahaan yang membawahi Hubungan Investor, ditugasi untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan pemegang saham perusahaan serta menyediakan akses
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
34
terhadap informasi yang seimbang dan dapat dimengerti dengan mudah mengenai perusahaan. Seiring dengan rekomendasi ASX yang juga merupakan bagian dari strategi Hubungan Investor, perusahaan memiliki strategi untuk mempromosikan komunikasi yang efektif dengan pemegang saham dan mendorong adanya partisipasi aktif. Untuk meningkatkan komunikasi yang efektif serta untuk menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan, Antam berfokus pada penggunaan internet dan email. Antam menyebarkan newsalerts melalui email secara teratur yang berisikan update dari website perusahaan yang disebarkan kepada pemegang saham, investor dan kalangan media keuangan. Email merupakan metode yang terbaik untuk menjawab pertanyaan dari analis maupun investor. Strategi hubungan investor Antam juga mencakup menghadiri konferensi investor, pertemuan dengan analis secara reguler, conference call menyusul keluarnya laporan keuangan, iklan dalam publikasi finansial terkemuka serta melakukan roadshow internasional setahun sekali. Laporan tahunan Antam 2002 dan 2001 memenangkan penghargaan Annual Report Award dengan masing-masing menduduki peringkat pertama dan kedua. Kompetisi tahunan yang bersifat nasional ini diselenggarakan oleh Bursa Efek Jakarta bersama dengan institusi terkemuka lainnya dengan hadiah diantaranya pembebasan pemeriksaan pajak tahun 2003 oleh Kantor Pajak. Antam juga mempublikasikan versi interaktif dari laporan tahunannya yang dimulai tahun 2002 di website perusahaan. Pemberdayaan Pemegang Saham Fokus Antam berkaitan dengan penggunaan hak suara pemegang saham adalah melalui peningkatan praktik transparansi dan pengungkapan oleh perusahaan. Antam mendorong dialog yang berkelanjutan dengan pemegang saham sehingga concern yang ada dari investor maupun pemegang saham dapat dikomunikasikan dengan cepat sehingga menjadi pertimbangan serius manajemen. Upaya lain dari perusahaan untuk meningkatkan partisipasi pemegang saham adalah melalui undangan RUPS maupun penyebaran proxy RUPS. Undangan Rapat Umum Pemegang Saham Meskipun tidak diharuskan dalam peraturan pencatatan di ASX, perusahaan memutuskan untuk mengikuti, jika mampu, pedoman ASX berkaitan dengan undangan RUPS. Hal ini berarti informasi yang relevan dengan agenda RUPS disajikan secara lengkap dan jelas. Pemegang saham dapat pula meminta informasi tambahan yang terkait dengan agenda RUPS jika diperlukan. Undangan RUPS dilakukan 28 hari sebelum tanggal RUPS, lebih cepat dibandingkan ketentuan yang berlaku di Indonesia yakni 14 hari sebelum tanggal RUPS. Perusahaan juga melangkah lebih jauh dalam hal undangan
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
To enhance effective communications, and also save money, Antam focuses on the use of the internet and email. Regular email newsalerts are published to opt-in lists of shareholders, investors and financial media, with links to updated sections of the company’s website. Email is the best way to properly answer the regular queries of analysts and investors. Antam’s strategy includes attendance at investors conferences, regular analyst meetings, a conference call following the publishing of the full year financial report, advertising in key financial publications and annual international roadshows. Antam’s 2002 and 2001 annual report was rated first and second respectively in an annual national competition run by the Jakarta Stock Exchange and other institutions. The money prize awarded to Antam included a waiver from having its 2003 tax statements reviewed by the Tax Office. As well, Antam posts interactive versions of its annual reports (beginning with 2002) on the company’s website. Shareholder Empowerment Antam’s main focus with regards to increasing the say and preserving the rights of shareholders is with increased transparency and disclosure. Antam encourages an ongoing dialogue with its existing shareholder base and the concerns of shareholders are given serious consideration. Another way Antam is seeking to bolster shareholder participation is through improved notices of meetings and proxy solicitation. Notices of Meetings Although not required by the ASX listing rules, Antam has decided to follow, where possible, the ASX guidelines with regards to the notices of meetings. In practice this means Antam’s notices are accurate and not misleading and relevant information can be provided upon request. The notices are written plainly and without jargon and resolutions are not bundled unless the resolutions are interdependent. Antam’s notices are sent out 28 days prior to the meeting, which is earlier than the 14 days required in Indonesia. Unlike Indonesia where notification can be publicly made in newspaper advertisements, Antam sends each of its shareholders an invitation. In terms of proxy solicitation Antam surpasses domestic requirements and sends a clearly written proxy form along with each invitation and the notice and proxy form are both made available on the company’s webpage.
35
RUPS dengan mengirimkan kepada masing-masing pemegang saham dan tidak hanya mengumumkan di surat kabar yang merupakan ketentuan minimal di Indonesia. Berkaitan dengan proxy, Antam juga melebihi ketentuan yang ada dengan mengirimkan proxy bersama dengan undangan RUPS. Undangan maupun proxy RUPS juga tersedia dalam website Antam. Seiring dengan rekomendasi ASX, Antam juga mengirimkan undangan terpisah ke auditor eksternal untuk menghadiri RUPS. 7. Identifikasi dan Pengelolaan Risiko Perusahaan telah memenuhi rekomendasi ASX dalam hal pembentukan Komite Manajemen Risiko yang memiliki charter tersendiri serta memiliki sistim yang terpadu dalam hal pengawasan dan pengelolaan risiko internal. Untuk detil mengenai Komite terkait dapat dilihat pada ”Komite Perusahaan”. Antam belum memenuhi rekomendasi ASX bahwa Direktur Utama dan Direktur Keuangan menyampaikan pernyataan tertulis kepada Komisaris bahwa seluruh pelaporan keuangan didasarkan pada sistim manajemen risiko yang baik (lihat rekomendasi butir 4) serta manajemen risiko perusahaan telah berjalan dengan efisien dan efektif, karena Komite Manajemen Risiko baru dibentuk pada akhir tahun 2003. Antam mempertimbangkan penulisan pernyataan mengenai manajemen risiko tersebut pada laporan keuangan tahun 2004. 8. Mendorong Peningkatan Kinerja Komisaris dan Direksi Untuk memastikan efektivitas dari Komisaris dan Direksi, Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM ditugaskan untuk mengkaji kinerja anggota Komisaris maupun anggota Direksi secara adil dan transparan melalui tolok ukur yang bersifat kualitatif. 9. Sistem Remunerasi yang Adil dan Bertanggung Jawab Seiring dengan rekomendasi ASX, perusahaan telah membentuk Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM yang dilengkapi dengan charter tersendiri dengan salah satu tugas menangani masalah remunerasi Komisaris maupun Direksi. Perusahaan belum memenuhi rekomendasi ASX karena Komisaris tidak memiliki wewenang menentukan sistim penggajian Direksi, namun struktur remunerasi Komisaris berhubungan langsung dengan struktur remunerasi anggota Direksi. Anggota Komisaris menerima penghasilan yang merupakan proporsi dari penghasilan Direktur Utama. Anggota Komisaris juga menerima tantiem yang merupakan proporsi dari tantiem Direktur Utama. Antam akan terus mengkaji kebijakan remunerasi untuk memastikan kinerja perusahaan yang optimal serta akan berupaya untuk memenuhi rekomendasi ASX.
In line with the ASX recommendation, Antam also sends an invitation to the external auditor to attend the annual general meeting. 7. Recognise and Manage Risk In agreement with the ASX recommendation, Antam has established a risk management committee which has its own charter, and has established a sound system of risk oversight and management and internal control. Please see “Board Committees” below. Antam departs from the ASX recommendation in that the President Director and Finance Director do not state to the board in writing that the statement regarding the integrity of the financial statements (see recommendation 4) is founded on a sound system of risk management and that Antam’s risk management system is operating efficiently and effectively. The departure is because the Risk Management committee was formed only at the end of 2003. Antam will consider preparing a written statement regarding risk management for the 2004 financial report. 8. Encourage Enhanced Performance The Nomination, Remuneration and Human Resources Committee is charged with the task of fairly reviewing the performance of the Board of Directors and the Board of Commissioners against measurable and qualitative indicators to ascertain and promote management effectiveness. Please see “Antam’s Boards” below. 9. Remunerate Fairly and Responsibly In accordance with the ASX recommendation, Antam has established the Nomination, Remuneration and Human Resources Committee, which has its own charter, to handle board remuneration issues. Please see “Board Committees” below. A departure from the ASX recommendation is that although the Board of Commissioners do not directly participate in remuneration schemes designed for the Board of Directors, the payment structures are linked. The Board of Commissioners are paid a set percentage of the take home pay of the President Director. As well, the members of Antam’s Board of Commissioners receive bonuses, which is determined as a percentage of the President Director’s bonus. Antam will continue to review its remuneration policies to
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
36
Perusahaan tidak memiliki sistim remunerasi dengan equity based.
ensure top company performance and to work towards compliance with the ASX best practice recommendations.
Gaji anggota Direksi merupakan 90% dari gaji Direktur Utama. Tantiem dihitung berdasarkan metode:
Antam does not have equity-based executive remuneration. Director’s salaries are calculated as 90% of the President Directors salary. The year end bonus is performance based.
Gaji Komisaris Utama merupakan 40% dari gaji Direktur Utama, sementara gaji anggota Komisaris merupakan 36% dari gaji Direktur Utama. Tantiem yang diterima terkait dengan kinerja perusahaan:
REMUNERASI KOMISARIS » Board of Commissioners Remuneration (juta Rupiah) » (millions of Rupiah) Posisi Position
Per Bulan » Monthly Gaji Transportasi Salary Transportation
Jumlah Per Bulan Total Monthly
Jumlah Per Tahun Total Annual
Jumlah Tantiem Total Bonus
Jumlah Penghasilan Setahun dan Tantiem Total Annual + Bonus
Jumlah Penghasilan Setahun dan Tantiem (2002) Total Annual + Bonus (2002)
Presiden Komisaris President Commissioner
14.8
3.0
17.8
213.6
147.7
376.1
360.0
Komisaris » Commissioner
13.3
3.0
16.3
195.6
132.9
341.8
324.3
* Termasuk Tunjangan Hari Raya sebesar satu bulan gaji. * Includes one month salary bonus for the Idl Fitri holidays
REMUNERASI DIREKSI » Board of Directors Remuneration (juta Rupiah) » (millions of Rupiah) Posisi Position
Direktur Utama President Director Direktur » Director
Gaji Salary
Per Bulan » Monthly Rumah Transportasi Housing Fuel
37.0 33.3
8.0 8.0
0.9 0.8
Listrik Electricity
Jumlah Per Bulan Total Monthly
Jumlah Per Tahun Total Annual
Jumlah Tantiem Total Bonus*
1.0 1.0
46.9 43.1
562.8 517.2
369.2 332.3
Jumlah Jumlah Penghasilan Penghasilan Setahun Setahun dan dan Tantiem Tantiem (2002) Total Total Annual + Annual + Bonus Bonus (2002)
969.0 882.8
913.6 831.8
* Termasuk Tunjangan Hari Raya sebesar satu bulan gaji. * Includes one month salary bonus for the Idl Fitri holidays
10. Mengenali Kepentingan Pihak-pihak yang terkait dengan Perusahaan (Stakeholders) Antam menyadari kewajiban, baik yang bersifat legal atau tidak, yang dimiliki perusahaan terhadap pihak-pihak terkait (stakeholders) seperti karyawan, konsumen, pemasok, dan anggota masyarakat, melalui penyusunan Standar Etika Antam. Perusahaan menyadari bahwa lini usahanya dapat berdampak luas bagi lingkungan dan masyarakat sekitar tambang, sehingga mencantumkan tanggung jawab perusahaan terhadap masalah ini di dalam Standar Etika. Untuk detil mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilihat pada halaman 133. Komisaris dan Direksi Antam Dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahun 2003 terdapat penggantian empat dari lima anggota Direksi, selain Direktur Utama, setelah menjabat selama sembilan tahun. Meskipun evaluasi kinerja anggota Direksi secara formal tidak dilakukan,
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
The President Commissioners and Commissioners salaries are calculated as 40% and 36% of the President Directors salary respectively. The year end bonus is performance based. 10. Recognise the Legitimate Interests of Stakeholders Antam has recognized legal and other obligations to all legitimate stakeholders, such as employees, customers, supplier and community members with the establishment of its corporate Code of Ethics. Antam recognizes the nature of its business can have a major impact on the environment and communities surrounding its mine sites and in the Code of Ethics the responsibility of Antam with regards to these issues is clarified. Please see “Corporate Social Responsibility” on page 133. Antam’s Boards At the 2003 Annual General Shareholders meeting there were some significant changes made to Antam’s boards when four
37
namun perubahan ini seiring dengan keinginan pemegang saham untuk merevitalisasi komposisi anggota Direksi dengan generasi yang baru. Calon anggota Direksi diseleksi berdasarkan pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan. Tidak adanya evaluasi kinerja secara formal dan dilakukannya seleksi calon anggota Direksi oleh Komisaris disebabkan belum terbentuknya Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM pada saat itu. Pemegang saham juga menetapkan satu anggota Komisaris baru yakni Hikman Manaf. Sehubungan dengan belum terbentuknya Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM setelah pengangkatan anggota Komisaris dan Direksi yang baru, perusahaan menerapkan program pengenalan perusahaan secara informal. Anggota Komisaris dan Direksi juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kompetensi dan pengetahuan. Anggota Komisaris dan Direksi dapat pula memanfaatkan jasa profesional yang independen dari pihak luar dengan beban perusahaan serta dapat berhubungan dengan Sekretaris Perusahaan yang merupakan pihak yang aktif dalam hal tata kelola perusahaan. Sekretaris Perusahaan memainkan peranan yang penting dalam mendukung efisiensi anggota Direksi dengan memastikan bahwa seluruh kebijakan maupun prosedur perusahaan diikuti dengan baik, mengkoordinasikan agenda rapat Direksi, menyiapkan materi maupun notulen rapat Direksi. Komisaris Perusahaan: Firman Malem Ukur Tamboen. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 2001. Lulus Insinyur Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara pada tahun 1974, menerima gelar Master dalam Transportation Engineering dari Asian Institute Technology pada tahun 1979 serta gelar Doktor dalam Transportation and Regional Planning dari University of Sheffield pada tahun 1990. Sebelumnya memegang beragam posisi penting dalam Kamar Dagang dan Industri (1993-1997) serta menjabat Vice-director of Housing Affairs PT Bumi Asri (1995-1998), memegang posisi eksekutif di berbagai institusi termasuk Managing Director PT Andalas Graha Utama dan Vice-Managing Director for Housing, Gardening & Supporting PT Namoriam Garden. Saat ini menjabat Deputi Menko Perekonomian bidang Koordinasi Peningkatan Investasi Kemitraan Publik dan Swasta. Komisaris Utama Antam sejak 2001. Supriatna Suhala. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 1999. Lulus Insinyur Teknik Pertambangan dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1975, dan gelar Master dalam Mining Engineering dari University of New South Wales pada tahun 1987. Sebelumnya memegang beragam posisi penting di Puslitbang Teknologi Mineral (1979-1997). Kepala Biro Koordinasi Luar Negeri Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral sejak 1998. Saat ini menjabat Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Energi dan Kelistrikan. Anggota Komisaris Antam sejak 1999. Suryo Suryantoro. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 1999. Lulus Insinyur Tambang Eksplorasi dari Institut Teknologi
of the five directors, other than the President Director, were replaced after most had served for nine years. Although a performance evaluation was not formally conducted in 2003, they were replaced in order to revitalize the board with the next generation of leaders. The candidates for the vacant director positions were determined following an evaluation known as a Fit and Proper Test. As Antam had not yet established its Nomination, Remuneration and Human Resources Committee, there was no formal performance evaluation and the Board of Commissioners determined the selection of director candidates. Antam’s Board of Commissioners also received a new member, Hikman Manaf. As Antam had not yet established its Nomination, Remuneration and Human Resources Committee, Antam implemented an informal induction for the new directors and commissioner. New directors and commissioners have access to continuing education to enhance their skills and knowledge. As well, Antam has a procedure for board members to take independent professional advice if necessary, at the company’s expense and all directors have access to the company secretary. The company secretary is a key participant on all governance matters and is vital in supporting the efficiency of the boards by ensuring board policy and procedures are followed, coordinating the board agenda, preparing meeting materials and taking minutes of the meetings. Board of Commissioners: Firman Malem Ukur Tamboen. Joined the Company in 2001. Graduated with a degree in Civil Engineering, University of Sumatera Utara in 1974, received a Master’s degree in Transportation Engineering, Asian Institute Technology in 1979 and received a Doctorate in Transportation and Regional Planning, University of Sheffield in 1990. Previously held various key positions at Indonesia Chamber of Commerce & Industry (1993-1997) and Vice-director of Housing Affairs of PT Bumi Asri (1995-1998). He had executive positions in various institutions, including Managing Director of PT Andalas Graha Utama and Vice-managing Director for Housing, Gardening & Supporting of PT Namoriam Garden. He is a Deputy for Investment and Business Development of the Coordinating Minister for the Economy and has been President Commissioner of Antam since 2001. Supriatna Suhala. Joined the Company in 1999. Graduated with a degree in Mining Engineering, Bandung Institute of Technology in 1975, and received a Master’s degree in Mining Engineering, University of New South Wales in 1987. Previously held various key positions at Puslitbang Teknologi Mineral (1979-1997). Head of Foreign Coordination Bureau of the Ministry of Energy and Mineral Resources since 1998 now Head of Research and Development for Energy and Electricity. Commissioner of Antam since 1999. Suryo Suryantoro. Joined the Company in 1999. Graduated with a degree in Mining Exploration, Bandung Institute of Technology in 1974, and received a Master’s degree in Geology & Mineral Exploration, University of New South
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
38
Bandung pada tahun 1974, dan menerima gelar Master dalam Geology & Mineral Exploration, University of New South Wales pada tahun 1984. Sebelumnya memegang beragam posisi penting di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (19741999). Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Energi dan Sumber Daya Mineral. Anggota Komisaris Antam sejak 1999. Hikman Manaf. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 2003. Menerima gelar dalam Mining Engineering dari University of New South Wales pada tahun 1976, menerima gelar Master dalam Mining Engineering dari University of New South Wales pada tahun 1978 serta gelar Doktor dalam Mining Engineering dari University of New South Wales pada tahun 1991. Memegang beragam posisi kunci di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral sejak tahun 1979 sebelum menjadi Staf Ahli dalam Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral sejak tahun 2000. Anggota Komisaris Antam sejak 2003. Yap Tjay Soen. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 2002. Menerima gelar dalam Engineering dari McGill University pada tahun 1976, dan gelar Master in Business Administration dari McGill University pada tahun 1980. Memegang beragam posisi kunci di Citibank Indonesia (1980-1988), Direktur Toyota Astra Motor (1989-1992), Presiden Direktur PT Astra Sedaya Finance (1992-1993), Chief Executive Officer dari divisi PT Astra International, Auto 2000 Group and perusahaan terafiliasi (1993-1998), Chief Operating Officer dari Asia Food & Properties (Singapore) (1998-1999) dan Deputy President Director (Finance, Accounting and Investor Relations) di Bank International Indonesia (1999-2001). Presiden Direktur PT Tuban Petrochemical Industries sejak 2002 sampai saat ini dan Komisaris Independen Antam sejak 2002. Direksi Perusahaan: D. Aditya Sumanagara. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 1975. Lulus Insinyur Tambang Eksplorasi dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1974. Memegang beberapa posisi kunci di Antam selama 13 tahun sebelum menjabat Kuasa Direksi Unit Geomin (1988-1992), Kepala UBP Nikel Operasi Gebe (1992-1994) dan Direktur Pengembangan (1994-1997). Direktur Utama Antam sejak 1997. Alwin Syah Loebis. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 1983. Lulus Insinyur Teknik Kimia dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1983 serta mendapat gelar Magister Manajemen dari Prasetia Mulya. Memegang beberapa posisi kunci di Antam selama 20 tahun sebelum menjadi Kuasa Direksi UBP Nikel (2003). Direktur Operasi Antam sejak 2003. Kurniadi Atmosasmito. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 1980. Lulus Sarjana Akuntansi dari Universitas Jayabaya pada tahun 1980 serta menerima gelar Magister Manajemen dari LPMI pada tahun 1998. Memegang beberapa posisi kunci di Antam selama 22 tahun sebelum menjadi Kepala SPI (20022003). Direktur Keuangan Antam sejak 2003. Syahrir Ika. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 1998. Lulus Sarjana Peternakan dari Universitas Nusa Cendana
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Wales in 1984. Previously held various key positions at the Ministry of Energy and Mineral Resources (1974- 1999). Head of Education and Training Agency for Energy and Mineral Resources. Commissioner of Antam since 1999. Hikman Manaf. Joined the Company in 2003. Graduated with a degree in Mining Engineering, University of New South Wales in 1976, received a Master’s degree in Mining Engineering, University of New South Wales in 1978 and received a Doctorate in Mining Engineering, University of New South Wales in 1991. Held various key positions in the Ministry of Energy and Mineral Resources since 1979 before becoming Expert Staff at the Ministry of Energy and Mineral Resources in 2000. Commissioner of Antam since 2003. Yap Tjay Soen. Joined the Company in 2002. Graduated with a degree in Engineering, McGill University in 1976, and received a Master’s degree in Business Administration, McGill University in 1980. Previously held various key positions at Citibank Indonesia (1980-1988), Director of Toyota Astra Motor (1989-1992), President Director of PT Astra Sedaya Finance (1992-1993), Chief Executive Officer of a division of PT Astra International, Auto 2000 Group and associated companies (1993-1998), Chief Operating Officer of Asia Food & Properties (Singapore) (1998-1999) and Deputy President Director (Finance, Accounting and Investor Relations) of Bank International Indonesia (1999-2001). President Director of PT Tuban Petrochemical Industries since 2002 and Independent Commissioner of Antam since 2002. Board of Directors: D. Aditya Sumanagara. Joined the Company in 1975. Graduated with a degree in Mining (Exploration) Engineering, Bandung Institute of Technology in 1974. Held various key positions at the Company for 13 years before becoming General Manager of the Company’s Geomin Unit (1988-1992), General Manager of the Company’s Gebe Nickel Mining Unit (1992-1994) and Director of Development of the Company (1994-1997). President Director of Antam since 1997. Alwin Syah Loebis. Joined the Company in 1983. Graduated with a degree in Chemical Engineering, Bandung Institute of Technology in 1983 and received Master’s degree in Management from Prasetia Mulya. Held various key positions at the Company for 20 years before becoming the Board’s Proxy in the Company’s Nickel Unit (2003). Director of Operations of Antam since 2003. Kurniadi Atmosasmito. Joined the Company in 1980. Graduated with a degree in Accounting, Jayabaya University in 1980 and received a Master’s degree in Management, LPMI in 1998. Held various key positions at the Company for 22 years before becoming the Head of Internal Audit (20022003). Director of Finance of Antam since 2003. Syahrir Ika. Joined the Company in 1998. Graduated with a degree in Animal Husbandry, University of Nusa Cendana Kupang in 1983 and received a Master’s degree in
39
Kupang pada tahun 1983 serta gelar Magister Manajemen dari Universitas Trisakti Jakarta pada tahun 1995. Memegang beberapa posisi kunci di Departemen Keuangan sejak 1985. Asisten Komisaris Antam (1998-2001) dan anggota Komite Audit sejak 2001. Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Antam sejak 2003.
Management from the University of Trisakti Jakarta in 1995. Held various key positions in the Ministry of Finance since 1985. Assistant of the Board of Commissioners of the Company (1998-2001) and member of the Company’s Audit Committee since 2001. Director of General Affairs and Human Resources of Antam since 2003.
Darma Ambiar. Bergabung dengan perusahaan pada tahun 1982. Lulus Insinyur Teknik Metalurgi dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1981 serta mendapat gelar Magister Manajemen dari Prasetia Mulya. Memegang beberapa posisi kunci di Antam selama 21 tahun sebelum menjabat Kepala Perencanaan Strategis Penelitian dan Pengembangan. Direktur Pengembangan Antam sejak 2003.
Darma Ambiar. Joined the Company in 1982. Graduated with a degree in Mine Metallurgy, Bandung Institute of Technology in 1981 and received Master’s degree in Management from Prasetia Mulya. Held various key positions at the Company for 21 years before becoming the Head of Strategic Planning for Research and Development of Mining Authority (2003). Director of Development of Antam since 2003.
Komite-komite Perusahaan Di Tingkat Komisaris
Commissioner-level Board Committees
KOMITE GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) » Good Corporate Governance Committee Nama Name
Prof. Dr. Ir. Firman MU Tamboen, M.Eng
Jabatan Title
Posisi di Luar Antam Position of Outside of Antam
Anggota Organ Perusahaan Member of Antam’s Governing Body
Mantan Anggota Direksi/Karyawan Former Director or Employee
Ketua » Chairman
Deputi Menko Perekenonomian Bid. Koordinasi Peningkatan Investasi Kemitraan Publik dan Swasta Deputy for Investment and Business Development of the Coordinating Minister for the Economy Kepala Bagian Menko Perekonomian Head of Division Coordinating Minister for the Economy Peneliti Senior Bidang Keuangan Dept. Keuangan Senior Finance Researcher Ministry of Finance
Ya, Komisaris Utama Yes, President Commissioner
Tidak » No
Tidak » No
Tidak » No
Tidak » No
Tidak » No
Drs. Bambang Wahyono, SE, MA
Anggota » Member
Drs. Pandu Patriadi, MM, MBA, MH
Anggota » Member
KOMITE NOMINASI, REMUNERASI DAN PENGEMBANGAN SDM
Nomination, Remuneration and Human Resources Committee Nama Name
Jabatan Title
Posisi di Luar Antam Position of Outside of Antam
Anggota Organ Perusahaan Member of Antam’s Governing Body
Mantan Anggota Direksi/Karyawan Former Director or Employee
Ketua » Chairman
Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Energi dan Sumber Daya Mineral Head of Education and Training Agency for Energy and Mineral Resources
Ya, Komisaris Yes, Commissioner
Tidak » No
Hedisanyoto, K
Anggota » Member
Pensiunan Ditjen Pertambangan Umum Retiree from Director General of General Mining
Tidak » No
Tidak » No
Ir. Amir Faizal Suud
Anggota » Member
Widyaiswara Utama, Pusdiklat Geologi Widyaiswara Utama, Geology Education and Training Centre
Tidak » No
Tidak » No
Djoko Hendratto, SE, MBA
Anggota » Member
Kepala Bagian BAPEPAM Head of Division BAPEPAM
Tidak » No
Tidak » No
Ir. Suryo Suryantoro, M.Sc
KOMITE AUDIT » Audit Committee Nama Name
Jabatan Title
Posisi di Luar Antam Position of Outside of Antam
Anggota Organ Perusahaan Member of Antam’s Governing Body
Mantan Anggota Direksi/Karyawan Former Director or Employee
Ketua » Chairman
Presiden Direktur » President Director PT Tuban Petrochemical Industries
Ya, Komisaris Independen Yes, Independent Commissioner
Tidak » No
Djoko Hendratto, SE, MBA
Anggota » Member
Kepala Bagian BAPEPAM Head of Division BAPEPAM
Tidak » No
Tidak » No
Hendra Cahyadi, SE, MM, SE Akuntan
Anggota » Member Auditor Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan Auditor, General Inspectorat Finance Dept.
Tidak » No
Tidak » No
Ir. Muhammad Suryadi
Anggota » Member
Tidak » No
Tidak » No
Yap Tjay Soen, MBA
Presiden Direktur » President Director PT Praisindo Teknologi
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
40
KOMITE MANAJEMEN RISIKO » Risk Management Committee Nama Name
Ir. Supriatna Suhala, M.Sc
Jabatan Title
Posisi di Luar Antam Position of Outside of Antam
Anggota Organ Perusahaan Member of Antam’s Governing Body
Mantan Anggota Direksi/Karyawan Former Director or Employee
Ketua » Chairman
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Energi dan Kelistrikan Head of Research and Development for Energy and Electricity
Ya, Komisaris
Tidak » No
Yes, Commissioner
Drs. Pius Tapoona, AAAIK, MM **
Anggota » Member
Konsultan Manajemen Risiko Risk Management Consultant
Tidak » No
Tidak » No
Ir. Muhammad Suryadi
Anggota » Member
Presiden Direktur » President Director PT Praisindo Teknologi
Tidak » No
Tidak » No
Anggota Organ Perusahaan Member of Antam’s Governing Body Ya, Komisaris Yes, Commissioner Tidak » No
Mantan Anggota Direksi/Karyawan Former Director or Employee Tidak » No
Tidak » No
Tidak » No
Tidak » No
Ya » Ya
** dipanggil sewaktu-waktu » on call basis
KOMITE PASCA TAMBANG » Mine Closure Committee Nama Name
Dr. Hikman Manaf
Jabatan Title
Posisi di Luar Antam Position of Outside of Antam
Ketua » Chairman
Staf Ahli dalam Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Expert Staff at the Ministry of Energy and Mineral Resources Deputi Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Indonesia Timur Deputy at the Accelerated East Indonesia Development Ministry Widyaiswara Utama, Pusdiklat Geologi Widyaiswara Utama, Geology Education and Training Centre Dokter Medis » Medical Doctor
Prof. Dr. Ir Made Astana Rai ** Anggota » Member
Ir. Amir Faizal Suud
Anggota » Member
dr. Anum Hidayat **
Anggota » Member
Tidak » No
** dipanggil sewaktu-waktu » on call basis
Komite Good Corporate Governance (GCG) Komite GCG Antam bertugas untuk memastikan implementasi prinsip GCG menurut praktik terbaik (best practice), termasuk mengevaluasi struktur dan persyaratan keanggotaan komitekomite perusahaan, mengkaji PKP dan charter Komisaris dan Direksi, serta memastikan adanya penyusunan dan pelaksanaan dari Standar Etika Antam. Komite GCG Antam bertemu sebanyak 8 kali dan berfokus pada pengawasan penyusunan PKP dan Standar Etika pada tahun 2003. Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM Antam memiliki komite perusahaan yang bertanggung jawab atas nominasi dan remunerasi anggota Komisaris dan Direksi. Keanggotaan dalam komite ini adalah: Sesuai dengan rekomendasi ASX, Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM juga memiliki 3 orang anggota. Pengecualian dari rekomendasi ASX berkaitan dengan keanggotaan komite yang tidak beranggotakan Komisaris Independen serta posisi ketua komite yang tidak dijabat oleh Komisaris Utama atau Komisaris Independen, melainkan dijabat oleh salah satu anggota Komisaris. Meskipun demikian, anggota lain dari komite ini bersifat independen dan bukan merupakan anggota dari organ perusahaan yang lain. Tanggung jawab komite dalam hal nominasi mencakup mengkaji kompetensi calon anggota Direksi dan Komisaris untuk posisi yang dimaksud, mengkaji rencana suksesi, serta mengevaluasi kinerja Komisaris dan Direksi dan menyampaikan rekomendasi nama-nama calon Direksi dan Komisaris. Pada tahun 2003, Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM sedang menyusun prosedur dalam hal penentuan kriteria calon anggota Direksi dan Komisaris.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Good Corporate Governance Committee and Code of Ethics Antam’s Good Corporate Governance Committee is responsible to insure the ongoing implementation of good corporate governance best practices, including evaluating the structure and membership of the committees, reviewing the CPM and board charters and ensuring the establishment and maintenance of appropriate ethical standards. The Good Corporate Governance Committee met eight times in 2003 and focused on oversight of the completion of the CPM. Nomination, Remuneration and Human Resources Committee Antam has a single committee that is responsible both for nomination and remuneration of the Board of Directors and Board of Commissioners. As recommended by the ASX, the committee consists of a minimum of three members. Departures from the ASX recommendation are that the majority are not independent directors and the committee is not chaired by the President Commissioner or an independent commissioner. The committee is chaired by one of the commissioners and the other members of the committee are independent and are not members of Antam’s governing body. Responsibilities of the committee with regards to nomination include assessing the desired competencies for board positions, reviewing succession plans, evaluating the board’s performance, and recommending the appointment and removal of directors and commissioners. At the end of 2003, the main procedures for devising criteria for membership of the Boards were being determined.
41
Tanggung jawab komite dalam hal remunerasi dan pengembangan sumber daya manusia mencakup kebijakan penggajian maupun insentif bagi anggota Direksi dan Komisaris, kompensasi bagi pejabat senior perusahaan, serta kebijakan pengembangan sumber daya perusahaan.
Responsibilities of the committee with regards to remuneration and human resources include executive remuneration and incentive policies, the compensation of senior management, and Antam’s recruitment and termination policies.
Komite ini akan memastikan jumlah dan komposisi dari remunerasi anggota Komisaris dan Direksi yang layak, wajar dan terkait dengan kinerjanya.
The committee ensures that the level and composition of remuneration is sufficient and reasonable and that its relationship to corporate and individual performance is defined. Antam’s remuneration policies are primarily to motivate directors and employees so as to encourage enhanced performance of the company. Antam’s executive remuneration packages involve a balance between fixed and incentive pay.
Kebijakan remunerasi di perusahaan bertujuan untuk memotivasi Komisaris maupun Direksi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sistim remunerasi Komisaris dan Direksi memiliki komponen tetap dan insentif yang bersifat variabel. Kebijakan remunerasi perusahaan tercantum dalam PKP. Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM Antam bertemu sebanyak 8 kali pada tahun 2003 dan berfokus pada identifikasi dan analisis permasalahan tenaga kerja perusahaan serta memperbaiki kinerja manajemen Dana Pensiun perusahaan. Nominasi dan Remunerasi bagi anggota Komisaris Nominasi dan remunerasi bagi anggota Komisaris ditentukan oleh pemegang saham mayoritas, melalui mekanisme suara terbanyak dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Antam memiliki kebijakan tersendiri dalam hal penunjukkan dan pemberhentian anggota Komisaris. Pada umumnya anggota Komisaris memiliki masa jabatan 5 tahun setelah penunjukkan mereka dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Jika anggota Komisaris dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka anggota tersebut dapat kembali ditunjuk. Komite Audit Sesuai dengan ASX Listing Rule 12.7., jika sebuah perusahaan tercatat masuk dalam S&P All Ordinaries Index, maka perusahaan tersebut harus memiliki Komite Audit. Meskipun tidak termasuk dalam indeks tersebut, perusahaan memiliki Komite Audit sesuai dengan ketentuan BEJ, dengan komposisi, tugas dan tanggung jawab komite tersebut telah memenuhi rekomendasi praktik terbaik dari Dewan Tata Kelola Perusahaan ASX. Seluruh anggota Komite Audit Antam memiliki kualifikasi, kompetensi serta latar belakang finansial yang solid. Anggota Komite Audit Antam mampu membaca dan mengerti laporan keuangan, serta setidaknya satu anggota yang merupakan akuntan dan dua anggota memiliki gelar Master of Business Administration. Tanggung jawab utama Komite Audit adalah untuk memverifikasi dan menjaga integritas pelaporan keuangan perusahaan serta memastikan independensi dan kompetensi auditor eksternal perusahaan. Komite Audit Antam dapat mengeluarkan masukan dan pertimbangan yang bersifat independen, sehingga fungsi komite benar-benar independen. Terlebih, Komite Audit Antam
The Nomination, Remuneration and Human Resources committee met eight times in 2003 and focused on identification and analysis of labour issues as well as recommendations to improve the management of the pension fund and post-retirement health plan. Nomination and Remuneration of Non-Executives The majority shareholder, by way of a majority approval at the Annual General Shareholders meeting, determines the nomination and remuneration of the Board of Commissioners. Antam has policies relating to the appointment and retirement of non-executive directors. Commissioners generally serve a term of 5 years, following their appointment at the Annual General Meeting of Shareholders. Provided they have served their term well, they may be nominated to serve a subsequent term. Audit Committee According to the ASX Listing Rule 12.7, if a listed company is included in the S&P All Ordinaries Index, that company must have an audit committee. Although not included in the index, Antam has an audit committee, in line with JSX regulations and the composition, operation and responsibility of the committee complies with the best practice recommendations of the ASX Corporate Governance Council. All the members of the Audit Committee are qualified for the position and have financial background and training. The members are all financially literate, at least one member is a qualified accountant and two members have MBAs. The Audit Committee’s main responsibilities are to verify and safeguard the integrity of the company’s financial reporting and to ensure the independence and competence of the company’s external auditors. Antam’s Audit Committee can exercise independent judgment in that it is a wholly independent Audit Committee, comprised of the independent commissioner and outside experts.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
42
dipimpin oleh Komisaris Independen dan beranggotakan pihak luar perusahaan yang memiliki kompetensi dalam bidangnya. Antam juga memiliki Komite Audit yang mengawasi cakupan kerja auditor internal perusahaan yang keduanya juga terkait dengan isu manajemen risiko perusahaan. Komite Audit memiliki akses langsung terhadap satuan pengawasan internal perusahaan, bahkan tanpa kehadiran manajemen. Dalam upayanya untuk menjadi perusahaan yang independen, Antam melakukan rotasi auditor eksternal setiap 5 tahun sekali dan saat ini auditor eksternal lebih banyak berhubungan dengan Komite Audit dibandingkan dengan Direktur Keuangan perusahaan. Komite Audit Antam bertemu sebanyak 15 kali dan berfokus pada kajian pengelolaan asuransi perusahaan dan program pengurangan biaya (cost reduction program, CRP) pada tahun 2003. Komite Manajemen Risiko Komite Manajemen Risiko mengidentifikasi, mengkaji, mengawasi dan mengelola risiko yang dihadapi perusahaan, meski tanggung jawab atas pengelolaan risiko berada di tangan Komisaris dan Direksi. Komite Manajemen Risiko Antam bertemu sebanyak 8 kali pada tahun 2003 dan berfokus pada kajian berbagai kebijakan asuransi yang diambil perusahaan, kajian klaim asuransi terhadap kecelakaan pabrik FeNi I pada tahun 2001 serta kajian menyeluruh terhadap risiko proyek FeNi III. Komite Pasca Tambang Komite Pasca Tambang bertanggung jawab untuk memastikan pendekatan perusahaan berkaitan dengan program pasca tambang telah memasukkan faktor lingkungan, masyarakat sekitar tambang maupun karyawan di lokasi tambang yang akan ditutup. Komite Pasca Tambang bertemu sebanyak 8 kali dan berfokus pada kajian peraturan perundangan yang berkaitan dengan program pasca tambang serta identifikasi dan analisis masalah tenaga kerja berkaitan dengan program penutupan tambang pada tahun 2003. Standar Akuntansi Antam menggunakan standar akuntansi Indonesia dalam pelaporan keuangan. Meskipun demikian, seiring dengan pencatatan saham perusahaan di Bursa Efek Australia, Antam menyajikan pernyataan rekonsiliasi dengan standar akuntansi Australia. Perbedaan utama antara dua standar ini berkaitan dengan kapitalisasi rugi kurs yang terjadi atas pinjaman dalam mata uang asing yang digunakan untuk perolehan aktiva tetap akibat depresiasi mata uang yang luar biasa dimana tidak terdapat aktivitas lindung nilai (hedging). Di Indonesia, rugi kurs ini dapat dikapitalisasi sementara perlakuan ini di Australia tidak diperkenankan, yang diperkirakan karena volatilitas nilai Rupiah.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
As well, the audit committee overseas the scope of Antam’s internal auditor, which are both also concerned with risk management. The Audit Committee has access to Antam’s internal auditor without the presence of management. In working towards greater independence, Antam rotates its external auditor every 5 years, and the external auditor is now more linked to the Audit Committee than the Finance Director. The Audit Committee met 15 times in 2003 and focused on reviewing Antam’s management of its insurance and cost reduction program. Risk Management Committee The committee was established to identify, assess, monitor and manage risks facing Antam, although ultimate responsibility rests with the boards of the company. The Risk Management Committee met eight times in 2003 and focused on consolidating Antam’s various insurance policies, the collection of outstanding claims for the 2001 FeNi accident and a review of risks related to FeNi III. Mine Closure Committee The mine closure committee is responsible for defining Antam’s approach to mine closure, in consideration of environmental, community development and employeerelated issues. The Mine Closure Committee met eight times in 2003 and focused on reviewing all mine closure regulations and identification and analysis of labour-related issues. Accounting Standards Antam uses the Indonesian Generally Accepted Accounting Principles for its accounting standards. As part of Antam’s listing of the Australian Stock Exchange it must submit accounts, which include a statement of reconciliation to the Australian Generally Accepted Accounting Principles. The most significant difference between the two standards tends to be the treatment related to the capitalization of foreign exchange loss incurred on loans used to finance acquisition of assets resulting from severe depreciation in which there is no practical means of hedging. In Indonesia this loss may be capitalized while according to Australian standards this is not allowed, which is probably due to the more volatile nature of the Rupiah.
43
WAWANCARA DENGAN DIREKSI
An Interview with the Board of Directors
Pada pertengahan tahun 2003, pemegang saham Antam memilih anggota Direksi baru perusahaan. Direktur Utama Antam, D. Aditya Sumanagara terpilih kembali sebagai Direktur Utama, sementara empat anggota Direksi yang lain merupakan anggota baru.
Beginning in mid-2003, Antam’s shareholders elected a new Board of Directors for the Company. The President Director, D. Aditya Sumanagara was reappointed to his position, while the other four directors are new replacements.
Pada tanggal 1 Maret 2004, perusahaan mengundang beberapa tokoh kunci masyarakat keuangan untuk melakukan wawancara dengan anggota Direksi. Wawancara ini dilakukan dalam Bahasa Inggris.
On March 1, 2004 Antam invited key players in the financial community to interview the Board. The interview was conducted in English.
Moderator » Moderator • CT - Cameron Tough, Investor Relations Consultant, Antam Pewawancara » Interviewers • DY - Dharwin Yuwono, CFA Vice President PT JP Morgan Securities Indonesia
• IJS - Imelda J. Saerang Analyst, PT JP Morgan Securities Indonesia
• MC - Michael Chambers Head of Research, CLSA Indonesia
• FJA - Frits Jan Algera Assistant Vice President, Asian Debt Markets Origination, ABN AMRO
• MA - Mira Arifin Director and Head of Debt Capital Markets, ABN AMRO
• RAG - Ray Anthony Gerungan Director, PT Merrill Lynch Indonesia
Dewan Direksi » Board of Directors • DAS - Dedi Aditya Sumanagara Direktur Utama » President Director • ASL - Alwin Syah Loebis Direktur Operasi » Operations Director • KA - Kurniadi Atmosasmito Direktur Keuangan » Finance Director • DA - Darma Ambiar Direktur Pengembangan » Development Director • SI - Syahrir Ika Direktur Umum dan SDM » HR & General Affairs Director (wawancara dilakukan terpisah bersama moderator) (participated in one on one interview with Moderator at a later date)
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
44
Dedi Aditya Sumanagara Direktur Utama President Director
Syahrir Ika Direktur Umum dan SDM
Kurniadi Atmosasmito Direktur Keuangan
HR & General Affairs Director
Finance Director
Darma Ambiar Direktur Pengembangan Development Director
DY
- Sebagai permulaan, bagaimana kinerja operasional perusahaan pada tahun 2003? Bagaimana output produksi tahun 2003 yang lalu? Alwin Syah Loebis Direktur Operasi
DAS - Secara keseluruhan manajemen cukup puas atas peningkatan pendapatan perusahaan meski kami akui bahwa hal ini sebagian besar diakibatkan oleh peningkatan harga jual komoditas nikel dan emas. Kami telah dapat memenuhi sebagian besar target produksi dan penjualan tahun 2003, kecuali untuk komoditas feronikel. Hasil penjualan naik 25% menjadi Rp 2,1 triliun (USD 250 juta), seiring dengan kenaikan harga emas sebesar 15% sementara harga jual nikel naik 33% pada tahun 2003. Komoditas nikel dan emas memberikan kontribusi sekitar 90% terhadap pendapatan perusahaan.
ASL - Pada tahun 2003, produksi maupun penjualan perusahaan meningkat meskipun kecil. Produksi feronikel mencapai 89% dari proyeksi internal sebesar 10.000 ton Ni, dengan total produksi mencapai 8.933 ton Ni. Sekitar 600 ton Ni dari jumlah ini diproduksi melalui kerja sama toll smelting dengan Pamco. Perusahaan melakukan toll smelting untuk mengantisipasi penurunan produksi guna menjamin ketepatan waktu pengiriman feronikel kepada konsumen. Pencapaian kinerja produksi di bawah target ini disebabkan adanya inkonsistensi pasokan tenaga listrik ke pabrik feronikel serta
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Operations Director
DY
- To s t a r t o f f , h o w w a s A n t a m ’s operational performance in 2003? How was production output in 2003?
DAS
- Overall we are pleased that sales revenues increased and we recognize this is due to higher gold and nickel prices. We met our annual production and sales targets, except for ferronickel. In terms of sales, our top line increased 25% to Rp2.1 trillion (USD250 million), as our gold selling price rose 15% while the nickel price rose 33% in 2003. Nickel and gold continue to contribute about 90% of our revenues.
ASL
- In 2003, we saw a small increase in production and sales volumes. Annual ferronickel production reached 89% of the projection of 10,000 tonnes of contained nickel in ferronickel with a total production of 8,933 tonnes of contained nickel in ferronickel. Around 600 tonnes of this amount was produced via toll
45
Dharwin Yuwono, CFA Vice President PT JP Morgan Securities Indonesia
Frits Jan Algera Assistant Vice President Asian Debt Markets Origination ABN AMRO
Ray Anthony Gerungan Director PT Merrill Lynch Indonesia
Mira Arifin Director and Head of Debt Capital Markets ABN AMRO
Imelda J. Saerang Analyst PT JP Morgan Securities Indonesia
adanya kondisi occasional overheating dari smelter pabrik FeNi II. Untuk mengatasi kondisi overheating pada pabrik FeNi II, Antam merencanakan perbaikan menyeluruh pada tahun 2004. Pada bulan Januari 2003 perusahaan juga telah melakukan spot lining repair selama delapan hari di pabrik FeNi I. Sementara untuk mengatasi masalah pasokan tenaga listrik pabrik, Antam menyewa generator listrik berkekuatan 6 MW dari GE Energy Rentals. Untuk komoditas bijih nikel, pada umumnya Antam berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2003 perusahaan mencapai 99% target produksi saprolit dan limonit, dengan volume produksi sekitar 3,3 juta wmt untuk saprolit dan 1,1 juta wmt untuk limonit. Sementara untuk komoditas emas, Antam memproduksi 4.176 kg, melebihi target sebesar 4.100 kg. Seiring dengan peningkatan produksi bijih emas, produksi perak yang merupakan by-product emas juga meningkat sebesar 12% dibandingkan dengan tahun 2002. Pada tahun 2004, meskipun Antam akan melakukan overhaul, manajemen akan berusaha untuk mempertahankan pendapatan dengan meningkatkan volume penjualan bijih nikel serta komoditas perusahaan lainnya.
DAS - Hal yang dijelaskan Pak Alwin merupakan salah satu keunggulan Antam sebagai produsen
Michael Chambers Head of Research CLSA Indonesia
smelting with Pamco. Toll smelting was conducted in anticipation of lower production, in order to guarantee on-time product deliveries. The below target performance was due to inconsistent power output as well as occasional overheating of our FeNi II smelter, which will undergo an overhaul in 2004. As well, we conducted an 8-day spot lining repair in January 2003 on our FeNi I smelter. To help overcome this problem, Antam rented electricity generators with GE Energy Rentals to supply power of up to 6MW. For nickel ore, Antam largely met its internal target. In 2003, we met 99% of the saprolite and limonite target, producing roughly 3.3 million wmt of saprolite and 1.1 million wmt of limonite. As for gold, production reached 4,176 kg, exceeding the company’s target of 4,100 kg. Inline with increased gold ore
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
46
berbagai komoditas. Jika perusahaan memiliki masalah produksi komoditas tertentu, tergantung pada kondisi pasar dan harga jual, manajemen dapat menjual lebih banyak komoditas lain untuk mempertahankan pendapatan.
KA - Seiring dengan kenaikan harga jual emas dan nikel, laba maupun marjin perusahaan tercatat naik. Laba operasi naik 81% menjadi Rp 448 miliar serta laba bersih naik 28% menjadi Rp 226,5 miliar. Nilai laba bersih akan lebih meningkat sekiranya pos Beban lain-lain perusahaan tidak mengalami peningkatan secara signifikan seiring dengan kenaikan manfaat pensiun, pembayaran Jamsostek maupun pembukuan estimasi kewajiban bantuan pelayanan kesehatan pensiunan. Beberapa dari pembebanan ini bersifat retroaktif sehingga menyebabkan beberapa pos laporan keuangan tahun 2002 dan 2001 disajikan kembali. Pembukuan estimasi biaya pelayanan kesehatan ini merupakan kebijakan manajemen untuk lebih mencerminkan kewajiban perusahaan. Pada akhir tahun 2003 perusahaan memiliki posisi kas yang kuat. Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi naik 25% menjadi Rp 379 miliar seiring dengan peningkatan penerimaan kas dari pelanggan. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi naik tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi Rp 632 miliar karena perusahaan melakukan pembayaran di muka untuk pembangunan proyek FeNi III. Sekitar USD 193 juta untuk pendanaan proyek FeNi III diperoleh dari penerbitan obligasi eurobond senilai USD 200 juta yang memiliki durasi tujuh tahun pada bulan September 2003. Dari proceeds penerbitan obligasi, sekitar USD 142 juta (Rp 1,202 milyar) digunakan untuk membuka letter of credit untuk keperluan sebagian pembayaran dari smelter pabrik FeNi III, sehingga manajemen tidak akan menarik dana dari account ini. Seiring dengan pembangunan pabrik FeNi III, jumlah aset perusahaan naik 71% menjadi Rp 4,3 triliun dengan jumlah kewajiban naik tiga kali lipat menjadi Rp 2,2 triliun. Satu-satunya hutang jangka panjang perusahaan pada akhir tahun 2003 selain hutang obligasi adalah pinjaman sebesar USD 3,8 juta kepada Newcrest Singapore Holdings. Pada tahun 2003 perusahaan membayar sisa pinjaman untuk keperluan Gold Project Facility sebesar Rp 44 miliar serta sisa pinjaman ke pemerintah Indonesia sebesar Rp 2,2 miliar.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
production, production of silver, which is a by-product of gold, also increased by 12% over 2002. Next year, as we will conduct a major overhaul on our FeNi II smelter, we will sustain our income by increasing sales volumes of nickel ore and our other commodities.
DAS
- This is one good thing about being a diversified company. If we have a problem with one product, depending on the market and price, we can push another commodity to maintain cash.
KA - Due to higher gold and nickel prices our profits and margins increased. Operating profit increased by 81% to Rp448 billion and our net profit increased 28% to Rp226.5 billion. Our net profit would have increased more, but our Other Expenses increased considerably as we increased pension benefits, payments for social security insurance and recognized the liability of our post-retirement health plan. Some of this was retroactive and as such certain parts of our 2002 and 2001 results were restated. Recognizing the post-retirement health liability was a management decision to account more accurately for our liabilities. We ended the year with a strong cash position. In terms of cash flows, our net cash from operations increased 25% to Rp379 billion due to higher receipts from customers. Cash used in investing jumped 3 times that of 2002 to Rp 632 billion as we made down payments to start construction of the FeNi III project. The funds for FeNi III will partly come from the USD193 million we raised through the issue of a 7-year USD200 million Eurobond in September 2003. Of the bond proceeds, USD142 million (Rp 1,202 billion) was used to open a Letter of Credit for a portion of the construction of the FeNi III smelter, and as such Antam will not draw on these funds. Due to FeNi III, our assets jumped 71% to Rp4.3 trillion and total liabilities jumped 3 times to Rp2.2 trillion. The only other long-term debt at the end of 2003 was the USD3.8 million owed to Newcrest Singapore Holdings. In 2003, we repaid the remaining Rp44 billion owed for the Gold Project Facility and the remaining Rp2.2 billion owed to the Government of Indonesia.
47
MC - Bagaimana situasi biaya perusahaan pada
MC
tahun 2003?
2003?
KA - Perusahaan menyadari bahwa peningkatan pendapatan pada tahun 2003 disebabkan oleh kenaikan harga jual komoditas dan perusahaan harus lebih dapat mengendalikan biaya. Pada tahun 2003 terjadi peningkatan biaya produksi. Harga pokok penjualan naik 16% menjadi Rp 1,5 triliun yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan beban gaji, upah, bonus dan kesejahteraan karyawan. Tiga komponen utama lain dari beban pokok penjualan, yakni beban pemakaian bahan, jasa penambangan bijih, serta depresiasi, relatif stabil jika dibandingkan dengan tahun 2002.
KA - We realize our improved pr ofit performance is due largely to higher commodity prices and that we have to do better at reducing our costs. Antam continued to experience a rise in its production costs in 2003. In 2003, our cost of sales rose 16% to Rp1.5 trillion with the main factor being increased labour costs. Other main components of the cost of sales such as materials, mine contractors and depreciation were stable compared to 2002.
Peningkatan beban gaji, upah, bonus dan kesejahteraan karyawan disebabkan oleh kenaikan pembagian bonus, manfaat pensiun dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Pada tahun 2003 terjadi peningkatan jumlah bonus tahunan seiring dengan proyeksi adanya peningkatan laba bersih akibat kenaikan harga komoditas. Manajemen Antam juga memutuskan untuk meningkatkan penghasilan bulanan bagi pensiunan sebesar Rp 150.000 (USD 18) seiring dengan kebijakan kenaikan gaji karyawan pada tahun 2002. Perusahaan juga menyetujui permintaan serikat pekerja dan perwakilan pensiunan untuk mengambil perhitungan premi asuransi berdasarkan gaji pokok ditambah dengan tunjangan karyawan, dan tidak hanya didasarkan pada gaji pokok. Selain itu juga terjadi peningkatan provisi pemutusan hubungan kerja menyusul pemberlakuan Undang-undang Tenaga Kerja yang baru, UU No. 13 tahun 2003. Seiring dengan penurunan produksi feronikel, beban pemakaian bahan yang merupakan komponen terbesar beban pokok penjualan, turun 5% menjadi Rp 408 miliar. Penurunan ini terjadi meskipun terdapat peningkatan biaya bahan bakar sebesar 19% menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Komponen kedua terbesar beban pokok penjualan adalah jasa penambangan bijih yang naik kurang dari 1%. Sementara itu, Beban Lain-lain naik secara signifikan seiring dengan adanya kenaikan biaya yang berhubungan dengan pensiunan maupun iuran Jamsostek, termasuk yang sudah lewat.
DAS - Perusahaan menerapkan strategi pengendalian biaya melalui implementasi program pengurangan biaya (cost reduction program, CRP) yang berhasil menghemat Rp 40,5 yang lebih kurang sama dengan 3% terhadap beban pokok penjualan tahun 2002.
- What about Antam’s cost situation in
We see increased labour costs in 2003 largely due to increased bonuses, pension contributions and social security insurance. In 2003, we paid larger end-of-year bonuses compared to 2002 in line with higher commodity prices. Following our decision to raise employees’ salary in 2002, we also decided to raise the monthly pension payment by Rp150,000 (USD18). We have also agreed to a request from the employees union and representatives of the pensioners to base employee social security insurance premiums from Jamsostek on an amount calculated using base salaries plus benefits, rather than just base salaries. Increased termination benefits due to the revised labour law, were also a factor. Our materials cost, which is the largest cost component, fell 5% to Rp408 billion inline with decreased ferronickel production, despite fuel costs increasing by 19% inline with higher global oil prices. The second largest cost component is mine contractors, which increased less than 1%. Our Other Expenses jumped significantly mostly due to the retroactive pensionerrelated costs and costs of employee social security insurance.
DAS - We tackled the problem of rising costs through the implementation of our cost reduction program, which saved Rp40.5 billion, or 3% of the 2002 cost of sales.
MC
- Antam has been talking about the cost reduction program since 2002, brought in to reduce the impact from the loss of the fuel subsidy. However, I see your cash costs continuing to rise. What do you say about this?
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
48
MC - Antam telah mengutarakan program CRP ini sejak tahun 2002 menyusul dicabutnya subsidi BBM. Meskipun demikian, level biaya terus mengalami peningkatan. Mengapa hal ini masih terjadi? DAS - Volume produksi masih menjadi isu utama. Tahun 2002 perusahaan sudah membayar BBM dengan harga internasional. Pada tahun yang sama terjadi penurunan volume produksi ditambah dengan adanya kebijakan meningkatkan gaji karyawan. Pada tahun 2003, volume produksi feronikel Antam relatif sama dengan tahun 2002, namun terjadi peningkatan beban pokok penjualan akibat kenaikan biaya yang berhubungan dengan karyawan dan harga BBM. Meskipun demikian, jika perusahaan dapat memproduksi feronikel sebesar 10.000 ton Ni per tahun seperti tahun 2001, biaya per unit perusahaan akan lebih rendah. Pada umumnya, produsen nikel di dunia mencatat kenaikan biaya operasional sebesar 20% menyusul melemahnya nilai dolar Amerika serta peningkatan biaya yang berhubungan dengan karyawan yang terkait dengan kenaikan harga komoditas. Bagi Antam, volume produksi feronikel yang berasal dari pabrik FeNi II tidak mencapai jumlah yang seharusnya karena kinerja pabrik yang tidak optimal. Pada perencanaan awal perusahaan, pada tahun 2003 pembangkit listrik yang baru sudah dapat beroperasi. Namun pembangunan pembangkit listrik ini mengelami hambatan menyusul kelambatan dalam proses pendanaan proyek FeNi III. Kinerja pembangkit listrik yang ada saat ini juga tidak optimal, yang menyebabkan penurunan volume produksi dan berakibat pada peningkatan biaya tunai. Apa yang manajemen akan lakukan untuk mengantisipasi hal ini? PT Wartsila Indonesia, kontraktor pembangkit listrik yang baru, akan menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik ketiga pada awal tahun 2005. Penyelesaian ini akan membantu peningkatan volume produksi dan penurunan biaya tunai. Selain itu, pembangkit listrik yang baru ini akan mampu menurunkan level biaya karena biaya produksi listrik akan dapat ditekan. Pembangkit listrik yang baru ini juga dapat menggunakan bahan bakar gas yang lebih murah dibandingkan dengan BBM. Untuk menekan biaya listrik di masa yang akan datang, manajemen saat ini masih terus mengevaluasi kemungkinan penggunaan gas dari ladang gas terdekat ke pabrik peleburan. Jadi seperti yang anda lihat, Antam terus berupaya untuk mengantisipasi permasalahan level biaya ini. Mengenai efektifitas dari program CRP, kita harus ingat bahwa sekiranya manajemen tidak
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
DAS - Output is a factor. Rising costs began in 2002 when we lost our fuel subsidy and raised base salaries and ferronickel output decreased. In 2003, our ferronickel output was about the same but our cost of sales rose due to higher labour expenses and higher fuel costs. However, if we were producing at 10,000 per year as in 2001, our unit costs would be lower. G l o b a l l y, a l l n i c k e l m i n i n g o p e r a t i o n s experienced 20% higher costs. This is due to a weaker US dollar and rising labor costs, which are rising in association with higher commodity prices. For Antam, output from FeNi II was not as high as it should have been, as our power plant was not running well. In our planning, by 2003 we were supposed to have a new power plant, but this didn’t occur due to the delays in getting financing for FeNi III. Our power plant under performed and output decreased, which increased cash costs. What are we going to do? PT Wartsila Indonesia, our contractor, will complete construction of the new power plant at then end of 2004 or the beginning of 2005, which will improve output and lower cash costs. A new and larger power plant will also lower costs because it will produce cheaper power. The new power plant can be converted to less expensive natural gas from diesel. We are in talks to have a pipe built from a gas field to the north of our operation. So, you can see that Antam is looking for ways to address the cost problem. Regarding the effectiveness of the CRP, we should remember that if we had not implemented the CRP, costs would have increased that much more.
49
menerapkan CRP, level biaya perusahaan akan lebih meningkat dari saat ini.
KA - Pada tahun 2004, manajemen juga berencana untuk menggunakan jasa konsultan guna menyusun strategi pengurangan biaya yang baru. Strategi yang baru ini akan melengkapi strategi CRP yang selama ini telah diterapkan perusahaan. Sebagai tambahan, modernisasi dan overhaul pada pabrik FeNi II akan mencakup penggunaan sistem copper cooler yang akan membuat pengoperasian pabrik FeNi II lebih efisien. Sistem ini juga akan digunakan di pabrik FeNi III yang baru.
RAG - Saya ingin mengalihkan pembicaraan dari topik level biaya ke hal-hal yang bersifat lebih strategis. Anda sekalian merupakan bagian dari salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia. Apa pendapat Anda mengenai pemerintahan Indonesia saat ini? Apakah kebijakan pemerintah saat ini menguntungkan perusahaan atau justru sebaliknya? Apakah pemerintah cukup memperhatikan keinginan perusahaan? Menurut Anda apa yang dapat pemerintah lebih lakukan untuk membantu operasi perusahaan, atau mungkin sebaliknya, apakah kebijakan pemerintah saat ini merugikan perusahaan?
DAS - Meskipun Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang besar, pada saat ini industri pertambangan Indonesia masih menghadapi peraturan perundangan yang kurang kondusif. Meskipun demikian, hal ini dapat dimengerti mengingat saat ini Indonesia sedang berada di dalam era reformasi. Manajemen berkeyakinan bahwa pemerintah berkeinginan untuk mewujudkan hal yang terbaik bagi rakyat, namun terdapat kesulitan dari sisi implementasi terutama dalam hal manajemen serta koordinasi antar departemen. Di sektor pertambangan, banyak hal yang akan mempengaruhi keputusan usaha untuk berinvestasi di Indonesia. Sebagai contoh adalah kebijakan perpajakan. Apakah sistim pajak di Indonesia kompetitif dibandingkan negara lain di Asia? Kemungkinan besar tidak; tidak sekondusif di Vietnam atau bahkan di Cina. Hal lain yang menjadi perhatian adalah UU No. 41 tentang Kehutanan yang membuat investasi di sektor pertambangan sangat sulit. Kita semua mengetahui bahwa manajemen lingkungan yang baik merupakan salah satu isu penting bagi perusahaan tambang. Namun demikian, kita melihat fakta bahwa terdapat pertumbuhan sektor pertambangan yang cukup baik di Australia yang memiliki standar lingkungan yang tinggi. Jadi,
KA - In 2004, we plan to engage consultants to generate a new cost reduction strategy, which will build on the CRP. I might also add that the second ferronickel smelter will undergo a modernization process, which incorporates not only a smelter overhaul but also the introduction of copper cooler system, which will make our FeNi II facility operate more efficiently. This system will be used in the brand new FeNi III smelter. RAG - I’d like to shift from costs to more of a strategic level. Most of you are senior officials of one of Indonesia’s largest SOEs. What are your thoughts on the existing government? How have they benefited or disadvantaged you? Have they listened to your needs? What can they do better to help Antam’s operation and on the flip side, have they done anything to hurt Antam’s operation?
DAS - Well, despite the country’s enormous mineral potential, at the moment the Indonesian mining industry still faces certain non-conducive government laws and regulations. However, this is somewhat understandable, given the country’s move towards reforms. I believe the government has been willing to do what is best for the country, but there have been difficulties in the implementation, in terms of management and coordination amongst the ministries. In the mining sector, there are lots of issues from a business point of view. Like the tax regime - is it competitive with other Asian countries? I don’t believe it’s as good as Vietnam or even China. Another issue is Forestry Law 41, which has made things very difficult. We all know proper environmental management is a major issue. Yet, how is it that in Australia, which is known to adhere to high environmental standards, there is growth in the mining sector? The issue is how to manage the issue properly. Law 41 is unfair and unreasonable. The government has tried to solve the problem but they have had several difficulties. We hope the outdated mining law will soon be revised and the protection forestry issue is soon resolved. If not, we will continue to see declines in Indonesian mining investment.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
50
masalah utama bagi sektor pertambangan Indonesia adalah bagaimana mengelola dan mengantisipasi permasalahan yang ada dengan baik. Diakui bahwa pemerintah telah berupaya untuk menyelesaikan masalah yang ada, namun masih terbentur pada beberapa kesulitan. Perusahaan berharap agar secepat mungkin dilakukan revisi terhadap undangundang pertambangan serta adanya solusi bagi masalah hutan lindung. Jika tidak, kita masih akan terus melihat penurunan investasi di sektor pertambangan di Indonesia. Selain itu, berkaitan dengan masalah tenaga kerja, ada beberapa isu dalam undang-undang tenaga kerja yang baru yang sedikit membingungkan dan kurang kondusif bagi dunia usaha. Seringkali pejabat pemerintah dikatakan tidak berkoordinasi satu sama lain, namun kami yakin bahwa pemerintah mengetahui permasalahan yang ada. Pemerintah membutuhkan waktu untuk menciptakan suatu visi yang sama dan dapat diterima oleh semua pihak, yang akan membawa manfaat bagi dunia usaha maupun bangsa ini. Kita sudah melihat kemauan politik pemerintah, namun kuncinya saat ini adalah pada implementasi.
ASL
- Antam memiliki beberapa unit bisnis, kesemuanya beroperasi di wilayah yang berbeda dan tersebar di seluruh Indonesia. Pada awalnya manajemen sedikit khawatir atas dampak dari kebijakan otonomi daerah, terutama yang berhubungan dengan masalah perpajakan. Namun kini setelah 2 atau 3 tahun otonomi daerah berjalan, manajemen tidak lagi memiliki kekhawatiran tersebut. Kami menyadari bahwa kesemuanya ini karena hubungan baik yang perusahaan jalin dengan pemerintahan setempat. Jika pemerintahan setempat berkeinginan untuk meningkatkan pendapatan daerah, manajemen, terutama di level unit bisnis, selalu siap untuk melakukan dialog dan sejauh ini kami tidak mengalami masalah yang berarti. Kunci dari keberhasilan perusahaan adalah dialog. Perusahaan menjaga hubungan yang baik dan dekat tidak hanya dengan pemerintahan setempat, melainkan juga dengan masyarakat lokal.
DAS - Kami sempat khawatir atas dampak dari implementasi otonomi daerah. Antam beroperasi di 33 wilayah, yang satu sama lain memiliki cara pandang dan kebijakan yang berbeda. Namun, hal ini tidak menjadi masalah bagi perusahaan. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral selalu mendukung sektor pertambangan. Demikian pula halnya dengan Kementerian BUMN yang selalu menyokong perusahaan. Sebagai contoh, meskipun Kementerian BUMN meminta dividen sebesar 50%
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Also, with regards to labour, there are some articles in the new Labour Law, which are confusing and difficult. Sometimes the government does not seem to be working together, but they are aware of the problems and need some time to focus and create a shared vision, which will benefit business and the country. The political will is there, but implementation is the key.
ASL - We have several business units, operating in different areas throughout the country. At first we were worried about greater regional autonomy, an initiative of the current administration, especially as regards taxation. But now after 2 or 3 years, we feel it is not a worry. We realize this is because we have established good relationships with the local governments. If they seek to increase their incomes we are ready to discuss the details with them on a business level and so far we haven’t had any problems. The key to Antam’s success is dialogue. We maintain close relations with local governments as well as local communities. DAS - We were worried, specifically due to the implementation of regional autonomy. We work in 33 districts, each with their own viewpoint. However, this has not been a problem. The Ministry of Energy and Mineral Resources has been supportive of the sector. The Ministry of State-Owned Enterprises has also encouraged us. For example, even though they can request a 50% dividend, they agreed to a smaller dividend of 32.5% of 2002 profits. FJA - Regarding the forestry law. In your long term strategy of finding new deposits and opening new mines, have you identified the deposits you would like to develop but are currently blocked by the forestry law? Has your exploration strategy been modified as regards the forestry law? DAS
- The forestry law is a big issue for the mining business. For Antam, it only affects our nickel division in that 30% of our territories are deemed as protected. This isn’t a problem, as it does not impact areas where we have mine operations. We don’t expect this will be a problem as we anticipate the protection forestry issue will be resolved and we will be able to resume exploration and development activities in those areas. The government faces huge liabilities if it does not honour the contracts signed before the new forestry law came into
51
pada RUPS yang lalu, pada akhirnya mereka menyetujui permintaan kami atas dividen sebesar 32,5% dari laba bersih tahun 2002.
place in 1999. There is still a challenge in terms of discovering new deposits however. The government has to deal with this issue.
FJA - Masih terkait dengan Undang-undang Kehutanan. Apakah di dalam strategi perusahaan untuk menemukan cadangan baru dan pembukaan tambang baru, Antam terbentur dengan masalah Undang-undang Kehutanan ini? Apakah kebijakan eksplorasi perusahaan berubah akibat Undangundang Kehutanan ini?
DA - Part of the problem is how an area is designated a protection forest. Sometimes an area is designated as such without proper consultation with other related parties. Antam is trying to inform the government about the problem and that it is hampering growth in the industry. We are also informing them about the efforts the mining industry will make to ensure proper mine closures and environmental rehabilitation.
DAS - Undang-undang Kehutanan memang menjadi isu utama bagi sektor perrtambangan Indonesia. Bagi Antam, masalah tumpang tindih lahan hanya berdampak pada sekitar 30% dari wilayah cadangan nikel, sementara masalah ini tidak memiliki dampak sama sekali bagi kegiatan penambangan yang saat ini sudah beroperasi. Manajemen beranggapan bahwa isu tumpang tindih lahan tidak akan menjadi masalah utama bagi perusahaan karena kami beranggapan segera akan ada solusi terhadap masalah ini sehingga kami dapat melanjutkan kegiatan eksplorasi dan pengembangan di wilayah yang terkena dampak tumpang tindih lahan. Pemerintah harus mencari solusi yang tepat dalam menghormati kontrak pertambangan yang ditandatangani sebelum pemberlakuan Undangundang Kehutanan tahun 1999. Selain itu, ada pula kesulitan dalam hal penemuan cadangan baru. Pemerintah harus menghadapi seluruh isu ini. DA
- Salah satu masalah yang muncul adalah bagaimana suatu wilayah dikategorikan sebagai kawasan hutan lindung. Seringkali klasifikasi wilayah ini tidak dikonsultasikan lebih mendalam dengan pihak terkait. Antam berupaya untuk menginformasikan hal ini kepada pemerintah serta menjelaskan bahwa masalah ini telah menghambat perkembangan industri pertambangan Indonesia. Selain itu, perusahaan juga berusaha menginformasikan upaya yang telah dilakukan oleh industri pertambangan selama ini berkaitan dengan penutupan tambang dan kelestarian lingkungan.
FJA
- Bapak-bapak Direksi, bagaimana status kegiatan eksplorasi yang dilakukan perusahaan saat ini? Selain itu, apakah ada kemajuan dalam hal usaha patungan yang dilakukan Antam?
DAS - Bagi Antam, eksplorasi merupakan salah satu fokus perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah cadangan potensial yang dimiliki serta adanya penemuan cadangan bahan mineral baru. Kegiatan eksplorasi perusahaan biasanya berfokus pada nikel laterit maupun emas di Indonesia. Perusahaan membelanjakan Rp 51 miliar untuk keperluan eksplorasi pada tahun 2003.
FJA
- Gentlemen, what is the status of your exploration? As well, is there any progress made with your joint venture companies?
DAS - For Antam, exploration is a major focus, with the aims of increasing potential reserves and making discoveries of new deposits. Our exploration activities mostly focus on laterite nickel and gold exploration in Indonesia. We spent Rp51 billion for exploration in 2003. Our policy is to spend up to 5% of the previous y e a r ’s e x p o r t r e v e n u e s o n e x p l o r a t i o n , depending on circumstances. In terms of current deposits and reserves, long-term productivity is somewhat guaranteed. With regards to our joint venture properties, most of our partners, who are responsible for operating activities, ceased site activities while waiting for the resolution of the forestry law issue. However, we remain positive of our joint venture developments, as they are key to our future growth. Antam feels these alliances are key to develop our large, vast deposits. Although most of our joint ventures are still on care and maintenance, there are some exceptions. PT Nusa Halmahera Minerals found promising prospects at Kencana in Maluku. As well, several of our joint venture projects such as PT Gag Nikel, PT Weda Bay Nikel and PT Pelsart Tambang Kencana, will likely receive a government waiver to resume activities and in terms of the timetable of the contract of work, which should be delayed due to the complications of the forestry issue. The benefits of these joint ventures to Antam may not be visible right now, but in the long term we believe strategic alliances will benefit Antam’s growth.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
52
Kebijakan Antam adalah untuk membelanjakan sampai dengan 5% dari pendapatan ekspor perusahaan tahun sebelumnya, jika diperlukan. Sehingga bisa dikatakan bahwa jumlah cadangan dan sumber daya mineral yang dimiliki saat ini cukup menjamin kelangsungan usaha. Berkaitan dengan usaha patungan perusahaan, sebagian besar mitra usaha kami yang bertanggung jawab atas kegiatan di lapangan telah menghentikan kegiatan operasional sambil menunggu kejelasan atas masalah tumpang tindih lahan. Meskipun demikian, manajemen tetap bersikap positif terhadap pengembangan usaha patungan karena hal ini merupakan salah satu kunci pertumbuhan perusahaan. Antam berpandangan bahwa kerja sama dengan mitra usaha merupakan salah satu kunci pengembangan cadangan yang berjumlah besar yang dimiliki perusahaan. Meskipun sebagian besar usaha patungan Antam berada dalam kondisi care and maintenance, masih ada pengecualian. PT Nusa Halmahera Minerals menemukan prospek yang menjanjikan di wilayah Kencana di Maluku. Selain itu, beberapa perusahaan patungan seperti PT Gag Nikel, PT Weda Bay Nikel dan PT Pelsart Tambang Kencana, dikabarkan akan menerima waiver dari pemerintah berkaitan dengan untuk kembali melanjutkan kegiatan dan jadwal kontrak karya, yang tertunda implementasinya akibat Undang-undang Kehutanan. Manfaat dari usaha patungan ini tidak terlihat saat ini, namun jangka panjang manajemen percaya bahwa kerja sama dan aliansi strategis akan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan perusahaan.
IJS - Apa skenario terburuk manajemen berkaitan dengan pemilihan umum yang akan datang? Apakah manajemen telah memikirkan alternatif hasil dari pemilihan umum serta apa dampaknya bagi perusahaan? ASL - Pada umumnya perusahaan tidak menganggap pemilihan umum mendatang maupun adanya penggantian pemerintahan sebagai salah satu risiko. Hal ini dikarenakan manajemen merasa adanya proses pembangunan kelembagaan yang telah dimulai di Indonesia, sehingga jika satu pemerintahan berganti, tidak serta merta berganti pula kebijakan yang diambil. Pada tahun 1999 tidak ada dampak sama sekali dari proses pergantian pemerintah terhadap Antam. Manajemen tidak merasa khawatir pada saat itu dan tidak pula khawatir pada saat ini. Diakui bahwa ada beberapa kebijakan pemerintah yang kurang sejalan dengan keinginan perusahaan, namun Indonesia saat ini berada dalam proses reformasi, dan dalam perjalanannya akan ada beberapa permasalahan yang terjadi. ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
IJS
- What is the worse case scenario with regards to the upcoming elections? Have you considered the different outcomes of the election and the impact on the company?
ASL -When looking at risk, we don’t consider the upcoming election and potential change of government as a concern as we feel the process of institution building has begun, so when a government changes, the policy does not necessarily have to change. In 1999, there was no impact on Antam’s operation related to the change of the government. We weren’t worried about that then and we’re not worried about it now. Yes, we disagree with some of the policies that have been created, but Indonesia is reforming and we expect some speed bumps along the way. In terms of risk, we’re more concerned with commodity prices and fuel prices, and on how we can lower our costs. Of these, all we can control are our costs and we are working on that, firstly with our annual CRP. We are also looking at appropriate hedging mechanisms, which can reduce commodity and fuel price volatility.
RAG - The capital market is applying a certain discount to Indonesia. Do you think that is fair and what do you tell investors to alleviate their concerns about Indonesia? Do you think Indonesia is a high risk country?
53
Jika kita berbicara mengenai risiko, maka manajemen lebih berfokus pada risiko yang terkait dengan harga komoditas serta harga bahan bakar, dan strategi apa yang akan diambil untuk menekan biaya. Dari seluruh hal ini, perusahaan hanya dapat mengendalikan biaya melalui penerapan CRP. Saat ini manajemen juga sedang mengkaji mekanisme lindung nilai yang tepat bagi perusahaan, sehingga kami dapat lebih meminimalisir volatilitas harga komoditas maupun harga BBM.
RAG - Saat ini masyarakat pasar modal cenderung menginginkan diskon jika akan berinvestasi di Indonesia. Apakah menurut Anda hal ini adil bagi perusahaan Indonesia serta apa yang manajemen utarakan kepada investor untuk meminimalisir keraguan terhadap Indonesia? Apakah Anda merasa Indonesia memiliki risiko yang besar?
KA
- Sangat jelas bahwa investor menginginkan premi tambahan sebagai ganti dari risiko berinvestasi di Indonesia. Hal ini terlihat dari peringkat Indonesia yang masih berada di bawah investment grade. Meskipun manajemen sadar akan persepsi investor, kami merasa bahwa persepsi ini agak berlebihan, terutama yang berkaitan dengan risiko politik. Jika Anda melihat proses politik pada tahun 1999 yang lalu, lebih banyak hal yang perlu dikhawatirkan, namun semuanya terbukti berjalan lancar. Selain itu, saat ini kinerja perekonomian Indonesia juga lebih baik dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang rendah serta nilai tukar Rupiah yang menguat dan stabil. Namun diakui bahwa masih ada risiko ketidakpastian situasi di Indonesia. Hal ini disebabkan investor tidak tahu apa yang terjadi di Indonesia. Atas alasan ini, maka persepsi investor terhadap risiko di Indonesia dapat dipahami. Namun Antam sebagai perusahaan yang beroperasi di Indonesia, mengetahui bagaimana cara untuk beroperasi secara menguntungkan dalam kondisi saat ini, sehingga kami berpendapat tidak perlu ada kekhawatiran bagi investor untuk melakukan investasi di Antam.
MA - Saya setuju bahwa persepsi risiko investor seharusnya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Dari perspektif Antam, harga saham perusahaan saat ini sedang bagus dengan kinerja produksi yang cukup baik. Terlebih, Antam juga dianggap sebagai salah satu perusahaan terbaik di Indonesia. Dan kesemua hal inilah yang dicari oleh investor.
KA - It’s clear investors require a bigger reward for the perceived risk of investing in Indonesia. This is reflected in the sovereign rating for Indonesian, which is below investment grade. Though we understand the risk perception they have, it might be overblown somewhat in terms of political risk: If you look at the political process back in 1999 things were much more uncertain and things still went well. As well, the Indonesian economy has performed well, with lower inflation and interest rates and a stronger and stabilized Rupiah. Still, risk is a function of uncertainty. Part of the problem is that no one really knows what’s going on inside Indonesia. For this reason, the risk perception that investors outside of Indonesia might have is understandable. But as an Indonesian company we know how to operate profitably in this climate so they shouldn’t worry so much if they invest in Antam.
MA
- Yes, you have to narrow it down to the company level. From Antam’s perspective, the share price is doing well, financials are good, production is good, and Antam is one of the best companies in Indonesia. That’s what investors are looking at.
DAS - If we consider our maiden USD dollar Eurobond, which we issued through our Mauritius subsidiary in September 2003, our S&P rating was one grade higher than the sovereign rating for Indonesia at that time. There was good demand for our bond and banks were knocking on our door to provide credit facilities. There are risks to investing in Indonesia, but they are significantly lower than 4-5 years ago. RAG - Yes. There’s a huge difference from 1999, but investors still apply that same risk scenario. It would be great if investors spent some more time looking at Indonesia to understand what is really going on here. MA - We know the company pretty well and it has plans to continue to grow, now that FeNi III is underway. The Tayan project - what are the plans for that?
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
54
DAS - Jika kita lihat penerbitan obligasi eurobond yang dilakukan pada bulan September 2003 melalui anak perusahaan yang berlokasi di Mauritius, peringkat yang kami peroleh dari S&P pada saat itu setingkat lebih tinggi dari peringkat negara Indonesia. Minat terhadap obligasi perusahaan cukup besar, sementara kami juga menerima banyak tawaran kredit investasi. Memang masih ada risiko berinvestasi di Indonesia, namun risiko tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan 4-5 tahun yang lalu.
RAG - Saya setuju pendapat Anda. Sudah banyak terjadi perubahan sejak tahun 1999, namun kebanyakan investor masih menggunakan persepsi risiko yang sama. Akan sangat baik jika investor mengetahui lebih dalam kondisi Indonesia saat ini. MA - Kami mengenal Antam cukup baik dan setelah proyek FeNi III sebagai upaya bertumbuh, kami yakin masih ada upaya lain dari perusahaan. Bagaimana rencana manajemen berkaitan dengan proyek Tayan? DAS - Proyek Chemical Grade Alumina Tayan merupakan salah satu proyek pertumbuhan yang penting bagi Antam. Manajemen mengambil langkah berhati-hati untuk memastikan bahwa seluruh risiko yang ada sudah dipertimbangkan dengan baik. Dalam pengambilan keputusan untuk menentukan proyek pertumbuhan mana yang akan diambil, manajemen akan mengambil proyek yang paling diyakini akan berhasil. Oleh sebab itu kami memilih proyek chemical grade alumina seiring dengan jumlah cadangan dan sumber daya bauksit yang besar yang dimiliki perusahaan. Selain itu, perusahaan juga memiliki pengalaman dalam hal penambangan bauksit, serta kami memiliki mitra kerja yang serius untuk mengembangkan proyek ini melalui transfer teknologi serta adanya perjanjian jual beli offtake yang bersifat jangka panjang. Proyek ini telah menyelesaikan Bankable Feasibility Study pada bulan Desember 2003 dengan hasil kajian yang cukup baik. Proyek Tayan akan menambah diversifikasi komoditas produk yang dihasilkan serta memiliki tingkat imbal hasil yang layak. Seiring dengan adanya batasan dari penerbitan obligasi Antam, isu saat ini adalah bagaimana Antam mengembangkan proyek ini tanpa ada dampak pada neraca perusahaan serta bagaimana kami memperoleh dana untuk equity contribution dalam perusahaan patungan yang akan didanai melalui project financing. Sebenarnya kami menginginkan mayoritas kepemilikan dari perusahaan patungan ini, namun karena kami tidak ingin hal ini mempengaruhi neraca perusahaan, sebagai awal manajemen akan mengambil 40% kepemilikan, dan setelah 6 atau 7 tahun beroperasi,
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
DAS - The Tayan Chemical Grade Alumina project is an important growth project for Antam. We take a prudent approach to growth and ensure all the risks have carefully been considered. In deciding on a growth project, you have to go with what you are most confident. We selected chemical grade alumina because of our huge reserves and resources of bauxite. Secondly, we have experience in mining bauxite and third we have serious partners who bring with them the processing technology and long term offtake agreements in the alumina market. We completed the Bankable Feasibility Study in December 2003 and it looks good. The project will further diversify our business and has good returns. Because of the bond covenants, the issues are how to develop the project without impact to our balance sheet and how will we raise our equity contribution. Therefore, the project is to be developed by a joint venture, funded by project financing. We want a majority of the joint venture, but we don’t want an impact to our balance sheet, so we’ll initially have 40% and then after 6 or 7 years we’ll exercise a buy back option to acquire a majority. The USD220 million project will be funded 70:30 debt to equity, so we estimate about USD33m for our portion. We are considering a rights issue, for which the government, which is attempting to divest a portion of its holding in Antam, has given its approval. Because we have spent a lot of money to develop these reserves we must receive equity for this and we’re trying to reduce the cash we have to put up for our equity. We are holding ongoing discussions with our international partners to finalize the details.
55
kami melaksanakan opsi pembelian kembali untuk meningkatkan kepemilikan saham menjadi mayoritas. Proyek Tayan yang bernilai USD 220 juta ini akan didanai dengan komposisi debt to equity 70:30, sehingga diperkirakan kebutuhan dana untuk equity perusahaan sebesar USD 33 juta. Untuk memperoleh dana USD 33 juta ini manajemen sedang mempertimbangkan skim penerbitan saham baru yang sudah mendapat persetujuan lisan dari pemerintah. Pelaksanaan penerbitan saham baru ini jika terealisir akan dilakukan bersamaan dengan rencana divestasi kepemilikan saham pemerintah di Antam. Perlu diketahui bahwa kami selama ini juga telah menginvestasikan sejumlah dana untuk mengembangkan cadangan Tayan, sehingga manajemen berkeinginan untuk mendapatkan semacam equity sehingga kebutuhan pendanaan dari perusahaan dapat ditekan. Saat ini kami masih melanjutkan pembicaraan dengan mitra kerja internasional untuk finalisasi detil kerja sama.
FJA - Apa yang akan manajemen lakukan berkaitan
FJA - What are your plans with the iron sands division? Do you have any plans for a divestment? DAS
- Last year we were preparing to divest as demand from local cement makers, who were substituting with copper slag, continued to fall. However at the end of 2003, the situation changed. We found Chinese buyers who are ready to buy at USD13.00 or USD14.00 per wmt, which is 35% higher than the price in the local market. There was no market for iron sands outside of Indonesia for several years, but because of the growth of China and depleted reserves in Brazil, an opportunity has developed.
ASL - This is good news from the Chinese market. Previously, our iron sands didn’t match the specification the Chinese buyers wanted. So we are re-evaluating our iron sands operation and have plans to increase capacity.
dengan unit pertambangan pasir besi? Apakah Anda memiliki rencana akan melepaskan kepemilikan dalam unit ini?
MC - Does iron sands, which has been a rather
DAS
DAS - You’re right the contribution of iron sands is small. However, we expect margins to increase because of the price offered by the Chinese. We sold about 100,000 wmt in 2003. The Chinese might push this up to 1m wmt per year. So with a margin of USD4.00 or USD5.00 per wmt the potential is there to make some good money. We have the reserves to last us a few years. At Kutorajo we have about 5 - 7 million wmt and if things go according to plan we’ll step up exploration efforts.
- Tahun lalu memang manajemen terpikir untuk melakukan pelepasan unit ini karena permintaan pasir besi terus menurun akibat penggunaan substitusi copper slag oleh produsen semen lokal. Namun pada akhir tahun 2003 terjadi perubahan situasi pasar. Manajemen menerima penawaran dari pembeli yang berasal dari Cina untuk membeli pasir besi pada harga USD 13 sampai USD 14 per wmt, atau sekitar 35% lebih tinggi dari harga di pasaran lokal. Selama ini tidak ada pasar pasir besi di luar Indonesia, namun seiring dengan pertumbuhan di Cina dan penurunan jumlah cadangan di Brazil, terbuka peluang pasar yang baru.
ASL - Hal ini merupakan berita bagus dari pasar Cina. Sebelumnya, spesifikasi pasir besi Antam tidak memenuhi kriteria yang mereka inginkan. Hal ini menjadikan kami mengevaluasi kembali operasi unit pertambangan pasir besi dan berencana untuk menambah kapasitas yang ada.
MC - Apakah komoditas pasir besi memiliki potensi untuk menyumbangkan pendapatan yang lebih besar bagi perusahaan? DAS - Michael, Anda benar bahwa kontribusi komoditas pasir besi sangat kecil terhadap pendapatan perusahaan saat ini. Namun manajemen berharap bahwa marjin yang diperoleh akan meningkat seiring dengan peningkatan harga yang ditawarkan oleh pembeli dari Cina. Antam menjual sekitar 100.000 wmt pasir besi pada tahun 2003.
insignificant business, have the potential to contribute a bigger share to Antam’s revenues?
FJA - Antam has started construction on the FeNi III project. Could you tell us the progress to this point, are things on time or have you found any bottlenecks? DA - Until now everything is on schedule. As the FeNi III nickel project is a key part of Antam’s strategy to enhance shareholder value and lower costs, you can imagine we are very pleased the construction phase has begun. We had previously agreed to USD export credit financing, but our Euro-denominated contracts became too expensive as the Euro strengthened, so we allowed the contracts to become null and void at the end of March 2003. In August 2003, we signed contracts with Mitsui Co. and
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
56
Adanya permintaan dari Cina kemungkinan besar dapat mendorong penjualan sampai dengan 1 juta wmt per tahun. Sehingga dengan marjin sekitar USD 4,00 atau USD 5,00 per wmt, terdapat kemungkinan pencapaian keuntungan yang lebih besar. Saat ini perusahaan memiliki cadangan pasir besi yang dapat bertahan beberapa tahun. Antam memiki jumlah cadangan sekitar 5 - 7 juta wmt di Kutoarjo dan jika semuanya berjalan lancar, perusahaan dapat saja meningkatkan kegiatan eksplorasi pasir besi.
FJA - Antam telah memulai kontsruksi proyek FeNi III yang telah tertunda sekian lama. Bagaimana kemajuan pembangunan sampai saat ini? Apakah semuanya masih tepat waktu atau ada hambatan dalam konstruksi? DA - Sampai saat ini semua hal yang berkaitan dengan proyek FeNi III berjalan dengan baik dan lancar. Karena proyek FeNi III ini merupakan proyek kunci bagi peningkatan nilai pemegang saham serta untuk menurunkan level biaya, Anda dapat membayangkan betapa gembiranya kami bahwa proyek ini pada akhirnya dapat berjalan. Antam sebelumnya akan mendanai proyek ini dengan skim kredit ekspor berdenominasi dolar Amerika, namun karena kontrak pembangunan pabrik berdenominasi Euro, maka nilai pembangunan menjadi tidak lagi layak seiring dengan penguatan Euro. Hal ini menjadikan kontrak yang sebelumnya ditandatangani menjadi batal dengan sendirinya pada bulan Maret 2003. Pada bulan Agustus 2003, Antam menandatangani kontrak dengan Mitsui Co. dan Kawasaki Heavy Industries Ltd. dari Jepang untuk pembangunan smelter pabrik FeNi III. Salah satu komponen penting dari kontrak ini bahwa jika terjadi cost overruns, termasuk akibat volatilitas nilai tukar, akan ditanggung oleh kontraktor pabrik kecuali jika ada kesepakatan lain. Perusahaan juga telah menandatangani kontrak pembangunan pembangkit listrik diesel yang baru berkekuatan 102MW yang akan dibangun oleh PT Wartsila Indonesia. Sebagian besar pendanaan proyek diperoleh dari penerbitan eurobond sebagai skim pendanaan yang paling baik bagi perusahaan. KA - Setelah melakukan kajian terhadap seluruh alternatif pendanaan yang ada untuk menentukan skim yang terbaik bagi perusahaan, maka kami memutuskan untuk menerbitkan eurobond senilai USD 200 juta berdurasi 7 tahun melalui anak perusahaan Antam yang berada di Mauritius, Antam Finance Ltd. Obligasi ini dicatatkan di Bursa Efek Singapura dengan coupon rate 7,375% dan yield 7,875% pada saat obligasi ini diterbitkan. Proyek ini juga akan didanai melalui pinjaman bank lokal senilai USD 60 juta serta kas internal Antam.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Kawasaki Heavy Industries Ltd. from Japan for the development of the FeNi III smelter. An important element was that almost all cost overruns, including those caused by currency exchange rates, would be borne by the c o n t r a c t o r s , unless agreed upon by both parties. We then signed a contract for a 102MW diesel power plant to be built by P T Wartsila Indonesia. We also decided a Eurobond was the best way to raise the substantial portion of the funds for the project.
KA
- After reviewing all alternatives to seek the best financing method, we decided to issue a 7-year USD200 million Eurobond through our Mauritius-based subsidiary Antam Finance Ltd. The bonds are listed on the Singapore Stock Exchange and have a 7.375% coupon rate that yielded 7.875% at the time of issue. The project will also be funded by a USD60 million bilateral loan from a domestic bank and internal cash.
DA - The FeNi III project will more than double Antam’s contained nickel in ferronickel capacity and commercial operations will commence in 2006. Due to economies of scale and a new processing system, FeNi III is key to lowering our costs. FeNi III will employ a new and more efficient copper cooling system. This system will also be installed on FeNi II during its overhaul in 2004. FJA
- Some view that by 2006 there will be downward pressure on the nickel price, have you considered speeding up the construction process?
DA - We will monitor the progress and ensure on time delivery of a good quality smelter and power plant. We have protected ourselves with performance guarantees and charges for any delay in delivery. However, Mitsui was the contractor that built FeNi II on time and on budget in 1995 and we are happy to be working together with them once again. It is estimated China used 50% more nickel in 2003 and accounted for two thirds of the increase in world nickel demand in 2003. Currently, the nickel market is experiencing a shortage of supply, and all nickel producers in the world are at full capacity. The nickel market is expected to remain tight until 2006 when more supply is expected to come to the market.
57
DA - Proyek FeNi III akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel perusahaan menjadi lebih dari dua kali lipat dengan operasi komersial dimulai tahun 2006. Seiring dengan adanya skala ekonomis dan adanya teknologi pengolahan yang baru, proyek ini akan menjadi kunci dalam upaya Antam untuk menurunkan biaya. Pabrik FeNi III akan menggunakan sistim baru yang lebih efisien yakni sistem copper cooling. Sistem ini juga akan dipasang pada pabrik FeNi II pada pekerjaan overhaul yang akan dilakukan tahun 2004.
We are pleased with the high nickel prices but we are not dependent upon them for the success of FeNi III. We use conservative nickel price assumptions in our budgeting and when we created the FeNi III financial model. In terms of lower demand we are not concerned, as we have signed two long term offtake agreements for the 15,000 tonnes of nickel produced by FeNi III. Thyssen Krupp Nirosta of Germany will take 8,000 tonnes, while Posco of South Korea will take the remaining 7,000 tonnes.
FJA - Beberapa kalangan memprediksikan adanya
MC - Until production in 2006, Antam is going
penurunan harga nikel pada tahun 2006. Apakah manajemen terpikir untuk mempercepat penyelesaian konstruksi pabrik FeNi III untuk mengantisipasi hal ini?
to have to pay special attention to its cash flows. Will Antam generate revenue from FeNi III before 2006?
DA DA - Manajemen akan terus mengawasi kemajuan konstruksi pembangunan serta memastikan pembangunan pabrik dan pembangkit listrik akan tepat waktu dengan kualitas pekerjaan yang tinggi. Untuk mengantisipasi adanya keterlambatan, Antam mendapatkan performance guarantees dan akan menerima kompensasi jika ada keterlambatan dalam pengerjaan pabrik. Meskipun demikian, Mitsui merupakan kontraktor pabrik FeNi II dan mereka telah berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik tersebut pada tahun 1995 tepat waktu dan sesuai dengan anggaran. Antam senang dapat kembali bekerja sama kembali dengan Mitsui. Pada tahun 2003, estimasi pasar menunjukkan permintaan logam nikel dari Cina meningkat 50% dan peningkatan ini mencakup dua pertiga kenaikan permintaan logam nikel dunia. Saat ini pasar logam nikel sedang mengalami kekurangan pasokan dan seluruh produsen nikel dunia sudah beroperasi dengan kapasitas maksimal. Pasar nikel dunia diperkirakan masih akan tetap ketat sampai dengan tahun 2006 dengan adanya suplai tambahan ke pasar. Saat ini kami cukup puas atas perkembangan harga nikel namun perlu disadari bahwa Antam tidak bergantung pada faktor harga jual untuk menyokong poyek FeNi III. Manajemen menggunakan asumsi harga nikel yang konservatif baik dalam penyusunan anggaran maupun dalam model keuangan proyek FeNi III. Sementara prediksi adanya penurunan permintaan juga tidak menjadi masalah bagi Antam karena manajemen telah menandatangani dua kontrak offtake berjangka panjang untuk komoditas feronikel yang dihasilkan pabrik FeNi III yang berjumlah 15.000 ton Ni. Thyssen Krupp Nirosta dari Jerman akan membeli 8.000 ton Ni sementara Posco Korea Selatan akan membeli sisanya sebesar 7.000 ton Ni.
- Yes we will. We will generate limited income from FeNi III after construction is completed in 24 months; full commercial operations will start four months later. In terms of income, the interest during construction will capitalized.
CT - Frits mentioned an important point about nickel prices declining in 2006. In 2003, Antam produced ferronickel for USD3.16 per pound, but margins were good due to the high nickel price. What will FeNi III do in terms of Antam’s production costs to hopefully maintain good margins when the nickel prices drop?
KA - After FeNi III is commercially operational, we estimate that our total cash cost of producing ferronickel will lower to USD2.20/lb - USD2.40/ lb inline with improved economies of scale as well as the incorporation of the new copper cooler system. MC - Is it also because of less expensive electricity? What will be the cash costs for FeNi I and FeNi II? DAS
- Economies of scale is a major factor. Our ferronickel production decreased in 2002 and 2003, and this has increased our unit costs of production. We should be producing at about 10,000 tonnes per year and for the past two years we’ve produced at around 8,000 tonnes (excluding toll smelting with Pamco). So unit
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
58
MC - Sampai dengan dimulainya operasi komersial pabrik FeNi III pada tahun 2006, Antam harus berfokus pada arus kas perusahaan. Apakah Antam akan memperoleh pendapatan dari beroperasinya pabrik FeNi III sebelum operasi komersial dimulai tahun 2006? DA - Benar. Antam akan memperoleh pendapatan meski terbatas dari pengoperasian pabrik FeNi III setelah 24 bulan masa konstruksi. Operasi komersial secara penuh akan dimulai 4 bulan kemudian. Bunga pendanaan selama konstruksi akan dikapitalisasi. CT - Frits menyampaikan tentang kecenderungan harga nikel yang akan turun pada tahun 2006. Pada tahun 2003 perusahaan memproduksi feronikel dengan biaya sekitar USD 3,16 per lbs., namun marjin perusahaan masih cukup baik akibat harga jual nikel yang tinggi. Apa dampak dari pembangunan pabrik FeNi III berkaitan dengan biaya produksi Antam untuk dapat mempertahankan marjin yang diperoleh saat ini ketika harga nikel turun? KA
- Setelah operasi komersial pabrik FeNi III dimulai, manajemen berharap biaya tunai untuk memproduksi feronikel akan turun menjadi USD 2,20 - USD 2,40 per lbs. seiring dengan adanya skala ekonomis serta pemasangan sistem copper cooler.
MC
- Apakah penurunan biaya tunai juga disebabkan adanya biaya listrik yang lebih murah? Bagaimana dengan level biaya tunai untuk pabrik FeNi I dan FeNi II?
DAS - Skala ekonomis merupakan faktor utama dalam hal penurunan biaya. Produksi feronikel turun pada tahun 2002 dan 2003 yang menyebabkan kenaikan biaya produksi per unit. Seharusnya perusahaan berproduksi sekitar 10.000 ton Ni per tahun, namun kami hanya memproduksi sekitar 8.000 ton Ni per tahun, di luar toll smelting dengan Pamco. Sehingga biaya produksi per unit sangat tergantung pada output feronikel. Pada tahun 2005, menyusul selesainya overhaul pada pabrik FeNi II, diharapkan produksi feronikel akan kembali mencapai 10.000 ton Ni per tahun, sehingga biaya produksi per unit juga akan turun. Perlu diingat kembali bahwa overhaul pada pabrik FeNi II juga akan mencakup peningkatan sistim pengolahan sehingga kapasitas produksi akan meningkat sekitar 10%. Manajemen berharap level biaya tunai untuk pabrik FeNi I dan FeNi II dapat mencapai sekitar USD 2,50/lbs. - USD 2,60/lbs. Terlebih setelah pabrik FeNi III beroperasi, seiring dengan adanya skala ekonomis dan peningkatan efisiensi, manajemen berharap level
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
costs depend on our output. In 2005, after the FeNi II relining, we should be back to 10,000 tonnes per year, and of course costs will go down. As well, after the relining, FeNi II will have an improved processing system and its output capacity will be increased by 10%, so we could expect to see cash costs for FeNi I and FeNi II of perhaps USD2.50lb - USD2.60/lb. After FeNi III, due to increased scale and better efficiency, we could see cash costs come down further to maximum USD2.40/lb, which based on the international cost curve is below the half way point.
ASL - The new power plant will be partially operational by the beginning of 2005 and this will help lower costs in 2005. As well, we hope to see an improvement in the power situation in 2004, as we have taken measures to improve the power output at Pomalaa by renting power generators from GE Power Rentals. CT
- Of course, now that Antam no longer enjoys a fuel subsidy, the international oil prices will dictate power prices, so Antam’s costs will somewhat depend on where the oil price is headed in 2004.
59
biaya tunai akan mencapai maksimum USD 2,40/ lbs. Level biaya ini berada di bawah garis tengah international cost curve untuk feronikel.
ASL
- Sebagian suplai listrik dari pembangkit tenaga listrik yang baru akan mulai beroperasi pada awal tahun 2005 dan membantu penurunan biaya pada tahun 2005. Dalam jangka pendek, untuk mengatasi masalah suplai tenaga listrik pabrik Pomalaa pada tahun 2004, manajemen telah menyewa generator listrik dari GE Power Rentals.
CT - Tentu saja Antam saat ini tidak lagi menikmati subsidi harga BBM, sehingga beban biaya bahan bakar akan mengacu pada harga internasional. Hal ini yang akan menentukan pula level biaya perusahaan pada tahun 2004. RAG - Saat ini masih ada concern berkaitan dengan serikat pekerja mengingat dampak yang dapat diakibatkan pada kegiatan operasi perusahaan, seperti yang terlihat di beberapa perusahaan pertambangan Indonesia. Bagaimana pendekatan yang Antam lakukan berkaitan dengan hal ini, terutama untuk meyakinkan investor bahwa manajemen telah mengantisipasi hal ini? DAS - Saat ini kita semua berada pada suatu era yang baru jika berkaitan dengan masalah serikat pekerja. Sebelumnya, perusahaan hanya mengenal Korpri yang bisa dikatakan merupakan satu-satunya serikat pekerja yang diperbolehkan pada masa Orde Baru. Namun sesungguhnya perusahaan tidak memiliki satupun serikat pekerja. Saat ini terdapat dua serikat pekerja di Antam, dengan Perpantam mewakili mayoritas karyawan, sekitar 98% dari karyawan Antam. Bagi manajemen, memiliki serikat pekerja sebagai mitra bagi perusahaan membuat Antam lebih solid dan beroperasi lebih produktif. Saat ini kami memiliki Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan pihak Perpantam. Pandangan manajemen adalah bahwa serikat pekerja tidak hanya dapat memikirkan kesejahteraan karyawan namun juga harus bersikap profesional, memiliki wawasan yang bersifat jangka panjang serta memikirkan kelangsungan usaha perusahaan. Pada awalnya, sekitar 2 tahun yang lalu, terjadi perbedaan pendapat yang menyebabkan adanya pemogokan kerja pada bulan April 2002. Permasalahan pada waktu itu lebih terkait pada implementasi kebijakan dan bukan pada jiwa kebijakan itu sendiri. Namun perkembangan saat ini jauh lebih baik dan manajemen dapat mengelola hal-hal ini dengan baik. Serikat pekerja menydari bahwa mereka dapat berdialog terlebih dahulu dengan manajemen sebelum memutuskan sesuatu. Hubungan antara manajemen dengan serikat pekerja sangat baik saat ini dengan dilandasi oleh prinsip kemitraan.
RAG - There’s always concern with regards to labour unions, like we have seen with other mining companies in Indonesia, and their potential impact on operations. How has Antam approached this issue, perhaps lets say, to give investors more comfort that Antam has control of this issue? DAS
- We’re in a new era when it comes to labour relations. Before we only had KORPRI, which was the sole labour union allowed during the Suharto days. In reality, there was no union. But now we have two unions. Perpantam is the biggest and represents 98% of our workers. Frankly it’s a new game, it’s new to have labour as an equal partner, but we’ve made adjustments and in the end feel this will help Antam be a stronger and more productive company. We have an agreement between management and the unions, called a PKB (collective agreement), which we have to follow. My view is the unions have to think of the employees’ welfare and to be professional; to take a long term view and think of the company. It can’t only be an issue of workers benefits. In the beginning, about 2 years ago, we had a problem and the workers went on strike (April 2002). The problem was not due to the principles of the agreement but one of implementation. But now we can manage this issue quite well. The unions know to discuss their issues with management before taking action. Our relationship has evolved and is one of partnership.
RAG
- Does the PKB have incentives for the workers if they perform well?
DAS
- There is an incentive for each business unit and we are preparing to implement such a system for individuals, called a performancebased reward system.
MC
- Given that costs have been on the rise, it’s worth asking about the mine contractors owned by Antam’s pension fund that Antam uses for some of its operations. How are these contracts obtained and should investors be worried about the fees they charge Antam?
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
60
RAG - Apakah PKB mengatur adanya insentif bagi karyawan sekiranya kinerja mereka baik? DAS - Saat ini Antam memberikan tunjangan unit bisnis dan sedang dilakukan persiapan penerapan sistim remunerasi berbasis unjuk kerja.
MC
- Mengingat saat ini level biaya Antam menunjukkan peningkatan, saya ingin bertanya mengenai usaha jasa penambangan yang dimiliki oleh dana pensiun Antam. Bagaimana kontrak mereka diperoleh dan apakah investor perlu khawatir adanya mekanisme harga yang dikenakan pada perusahaan?
DAS - Saya dapat mengerti adanya pertanyaan mengenai jasa penambangan perusahaan, mengingat komponen biaya untuk keperluan ini merupakan kedua terbesar dari beban pokok penjualan. Untuk menurunkan level biaya maupun mengelola risiko adanya pemogokan karyawan, Antam menggunakan jasa kontraktor untuk kegiatan penambangan bijih nikel dari Tanjung Buli, Gebe dan Gee untuk diekspor ke Jepang atau Australia serta biaya pengangkutan bijih nikel dari Gee ke Pomalaa untuk diolah menjadi feronikel. Jasa kontraktor juga digunakan untuk kegiatan penambangan bijih bauksit di tambang bauksit Kijang, propinsi Riau, serta kegiatan penambangan pasir besi di Lumajang. Beberapa perusahaan kontraktor ini yakni PT Minerina Bhakti dan PT Minerina Cipta Guna dimiliki oleh Dana Pensiun Antam. Pemilihan kontraktor didasarkan hasil tender dan biaya jasa kontraktor mengacu pada harga pasar. Sebagai contoh, PT Minerina Bhakti kalah di dalam tender jasa penambangan bijih di tambang nikel Gebe terhadap PT Yudistira, yang tidak memiliki hubungan apapun dengan Antam.
MC - Adakah hubungan Antam dengan Cina saat ini? Apakah ada dampak dari sisi pertumbuhan maupun strategi perusahaan?
DAS - Dampak yang muncul dari Cina sampai saat ini bersifat positif. Saat ini Antam tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Cina selain untuk komoditas bauksit dan pasir besi. Seiring dengan kuatnya permintaan bauksit dari Cina, manajemen memutuskan untuk tetap mempertahankan pengoperasian tambang bauksit Kijang yang masih memiliki bijih bauksit yang memiliki kualitas lebih rendah. Manajemen juga akan segera memulai penjualan pasir besi ke Cina yang akan berdampak positif bagi unit pertambangan pasir besi.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
DAS - I can understand you asking about our mine contractors, as they are the second largest component of our cost of sales. In order to lower costs and manage the risk of strikes, we use contractors to excavate nickel ore from Tanjung Buli, Gebe, and Gee for export to Japan or Australia and to ship nickel ore from Gee to Pomalaa for either processing into ferronickel. Mine contractors are also used for the excavation of bauxite at the Kijang mine in Riau province and for iron sands extraction at Lumajang. Antam’s pension fund owns two of the contractors, PT Minerina Bhakti and PT Minerina Cipta Guna. Even though they are related parties, we ensure they behave professionally and we benchmark their performance in terms of quality and price. It’s very important. Their contracts were awarded through an open tender and their prices are determined according to the market. In fact, Minerina Bhakti lost a previous bid to provide mine excavation services for the Gebe mine to a contractor named PT Yudistira, which has no relation to Antam.
61
Untuk komoditas nikel dan emas, terjadi dampak positif dalam hal peningkatan harga jual. Permintaan dari Cina diperkirakan akan terus menunjukkan tren peningkatan. Diakui bahwa harga jual nikel tidak akan setinggi level harga saat ini, yang kami rasa juga tidak feasible bagi konsumen nikel, namun akan turun ke level sekitar USD 5,00 per lbs., yang dapat diterima oleh produsen maupun pembeli nikel. Untuk komoditas emas, jika Cina memutuskan untuk menukar cadangan dolar Amerika yang dimiliki ke emas, hal ini juga akan berdampak positif bagi harga jual emas. Pada tahun 2006, manajemen dapat saja melakukan penjualan nikel ke Cina.
MC - What is Antam’s relationship with China at the moment? Is there any impact on growth and strategy?
Antam tidak berdiam diri dan telah mengantisipasi untuk menjalin hubungan usaha dengan Cina. Pada bulan November 2003, kami menghadiri konferensi Nickel Cobalt di Beijing.
For nickel and gold, the upside is due to the impact on prices. Demand from China for nickel looks set to continue its trend upwards. The price won’t be as high as now, which is unfeasible for the buyers, but may come down to around USD5.00/lb, which is acceptable for both producers and buyers. For gold, if the Chinese ever decide to convert some of their reserves of US dollars into gold, the impact would be very positive. In 2006, we may begin to sell the Chinese some nickel.
CT - Sebelumnya manajemen mengutarakan bahwa Antam memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah maupun masyarakat lokal. Seberapa penting program pengembangan masyarakat Antam?
DAS - Any impact is upside. At the moment Antam does not have a significant relation with China except for bauxite and iron sands. Due to strong demand from China, we were able to keep the Kijang bauxite mine open by selling the lower quality bauxite still available. We will also soon begin selling iron sands to the Chinese, which will revitalize the iron sands unit.
SI - Perusahaan telah menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah maupun masyarakat lokal dengan dilandasi prinsip kerja sama yang saling menguntungkan. Kami telah menerapkan program pengembangan masyarakat yang bersifat pro aktif dan melibatkan masyarakat setempat. Program ini mencakup pemberian dana untuk pengembangan usaha kecil dan menengah, konstruksi dan pembangunan fasilitas dan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat, seperti sekolah, fasilitas kesehatan, jalan dan jembatan. Antam menekankan pada pemberdayaan masyarakat lokal dan tidak hanya semata-mata memberikan bantuan finansial. Pada tahun 2003, kami mengeluarkan dana Rp 11 miliar untuk kegiatan pengembangan masyarakat. Kami juga meningkatkan jumlah mitra binaan perusahaan dari 198 mitra binaan pada tahun 2002 menjadi 360 mitra binaan pada tahun 2003.
CT
- Pak Syahrir, bagaimana dengan kegiatan pengelolaan lingkungan oleh perusahaan? Adakah kemajuan yang dicapai pada tahun 2003?
SI
- Antam selalu melakukan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Perhatian pada kelestarian lingkungan dilakukan melalui upaya peningkatan fasilitas proses pengelolaan limbah, rehabilitasi lahan, pemantauan lingkungan serta kegiatan reklamasi. Pada tahun 2002 Antam menambah instalasi pengelolaan limbah di pabrik pengolahan emas Pongkor. Selain itu, dua unit bisnis utama kami, UBP Nikel Operasi Pomalaa serta UBP Emas Pongkor keduanya telah
We are not sitting idle as regards China and are cultivating business links. In November 2003, we attended the Nickel Cobalt Conference in Beijing.
CT - It was mentioned earlier that Antam has excellent relationships with local communities and governments. How important are Antam’s community development programs?
SI
- We have built excellent relationships on the basis of mutual cooperation between local governments and local communities. We have created proactive community development programs that work together with the local citizenry. These programs include making contributions to small scale and medium enterprises, construction and development of facilities and infrastructures, including schools, health facilities, roads and bridges. We emphasized the empowerment of local communities and avoided merely providing financial assistance. In 2003, we spent Rp11 billion for community development activities. We also saw a drastic increase in the number of recipients of our small-scale business assistance to 360 businesses, compared to 198 businesses in 2002.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
62
menerima sertifikasi ISO14001 manajemen lingkungan. Pada tahun 2003, Antam mengeluarkan dana Rp 19,5 miliar untuk biaya pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
DY - Bagaimana outlook tahun 2004? Apa strategi manajemen untuk masa depan perusahaan? DAS
- Untuk komoditas nikel, manajemen mengantisipasi adanya penyesuaian harga jual. Meskipun demikian, level harga jual nikel masih akan tetap tinggi, tidak setinggi level saat ini sebesar USD 6,00 per lbs. atau USD 7,00 per lbs., namun berkisar USD 5,00 per lbs. untuk tahun 2004. Sementara outlook untuk harga jual nikel pada tahun 2005 dan 2006 juga masih cukup baik. Saat ini masih belum ada penambahan kapasitas suplai nikel dunia, ditambah dengan level persediaan yang rendah serta pertumbuhan permintaan yang tinggi, terutama dari Cina, dipastikan akan menyebabkan defisit suplai nikel sampai dengan tahun 2006. Ketiadaan suplai ini akan menyebabkan terus membaiknya harga jual nikel dalam periode ini, sehingga akan berdampak positif bagi pendapatan perusahaan. Untuk komoditas emas, harga jual akan tergantung pada penguatan nilai dolar Amerika dan situasi geopolitik yang sangat sulit untuk diprediksi. Meskipun demikian, manajemen berkeyakinan bahwa emas telah menjadi produk investasi dibandingkan sebagai komoditas semata, sehingga hal ini akan dapat menopang harga jual emas. Kinerja penjualan Antam akan bergantung pada kinerja produksi, sehingga jika volume produksi komoditas kami dapat dipertahankan pada level yang sama dengan tahun 2003, manajemen berharap nilai pendapatan perusahaan dapat ditingkatkan. Dari sisi kinerja produksi perusahaan, akibat overhaul pabrik FeNi II ini maka akan ada penurunan produksi maupun penjualan feronikel. Sementara untuk komoditas lain produksi dan penjualan akan relatif stabil. Terdapat pula kemungkinan kenaikan penjualan bijih nikel saprolit karena manajemen dapat memutuskan untuk melakukan penjualan kelebihan bijih nikel saprolit yang seharusnya digunakan untuk keperluan pemrosesan feronikel dan yang tidak dikirimkan untuk toll smelting dengan Pamco. Pada tahun 2004 manajemen akan berfokus pada pengelolaan kas perusahaan seiring dengan pemenuhan kewajiban perusahaan serta keperluan kas yang besar untuk proyek FeNi III. Antam juga akan berfokus pada upaya pengurangan biaya. Ada dua hal spesifik yang menjadi perhatian manajemen, yakni konservasi energi serta proses bisnis. Konservasi energi ini diharapkan dapat menghemat
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
CT - Pak Syahrir, what about the environment? Did Antam make any progress in 2003?
SI
- We always strive to produce high quality products in a manner that observes environmental preservation. These efforts include installing improved facilities to neutralize waste, land rehabilitation, environmental monitoring, and reclamation activities. In 2003, we commissioned a new and improved mine waste processing facility at Pongkor. Both of our main business units, SBU Nickel Pomalaa and SBU Gold Pongkor are I S O 14001 certified for environmental management. In 2003, we spent Rp19.5 billion for the implementation of environmental management and surveillance.
DY
- What is the outlook for 2004? What is your strategy for the future?
DAS - For nickel, in 2004, we expect to see an adjustment, but we’re confident prices will remain high, not as high as USD6.00/lb or USD7.00/lb, but maybe an average of USD5.00/lb. The nickel price looks good going into 2005 and 2006. Lack of new investments in nickel production, low inventory levels, and strong demand growth, especially from China, are expected to result in a supply deficit of nickel until 2006. This should lead to favorable pricing of the metal over this period, which could translate into better earnings for Antam. For gold, it is dependent on the US dollar strengthening, and the geopolitical situation, which is difficult to predict. However we feel gold has been shifting from a commodity to an investment and this should support the gold price going forward. Our sales performance depends on production, if we have the same production as 2003, we should see better revenues. Operation wise, however, you should expect to see decreased ferronickel production and sales as we conduct the necessary full overhaul of FeNi II. For other commodities, we expect stable production and sales. You might see saprolite nickel ore sales increase as we sell the ore we would have otherwise processed into ferronickel and have not sent to Pamco for toll smelting. As we are servicing a large debt load and a good portion of our cash will be used for FeNi III, we will focus on carefully managing our cash. We will also focus on lowering our costs. The two areas for specific focus are energy conservation
63
biaya bahan sekitar 5%. Melalui penggunaan energi yang lebih baik serta efisiensi dalam proses bisnis dan kegiatan pertambangan, Antam menargetkan penurunan biaya produksi per unit dari setiap komoditas sebesar 3%. Perusahaan juga akan berfokus pada pengembangan proyek Chemical Grade Alumina Tayan dan akan menyewa konsultan keuangan untuk membantu memastikan optimalisasi proyek serta imbal hasil bagi Antam. Ada kemungkinan perusahaan akan menerbitkan saham baru untuk mendanai equity portion Antam di proyek tersebut. Pada intinya perusahaan akan berfokus pada upaya pengelolaan perusahaan yang menguntungkan dan memiliki keberlangsungan usaha serta peningkatan nilai pada cadangan yang dimiliki perusahaan. Kami berharap tahun 2004 akan menjadi tahun yang baik bagi Antam.
and business processes. Energy conservation is expected to reduce the materials cost by 5%. With better energy usage and improved efficiencies in mining and processing activities, Antam has set a target of reducing the unit cost of production of each of its products by 3%. We will also focus on our Tayan Chemical Grade Alumina project and will hire a financial advisor to assist us in making sure we optimalize the project and the returns to Antam. It is possible that as part of this plan we will issue new shares to fund our equity portion in the project. We will continue to focus on doing what we do best, adding value to our vast reserves, and developing our operations profitably and sustainably. We look forward to a solid 2004.
CT Adakah hal lain yang ingin Direksi sampaikan?
- We’ve approached the end of our interview. Is there anything else you would like to say?
DAS - Baiklah, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian pada hari ini. Selain itu, saya atas nama Direksi juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Komisaris, pemegang saham, pelanggan serta masyarakat sekitar lokasi pertambangan atas kerja sama dan dukungan yang diberikan.
DAS - Well, thank you for coming to Antam. It’s been a pleasure. I’d like to take this opportunity, on behalf of the Board of Directors, to extend our sincere gratitude to our Board of Commissioners, shareholders, valued customers, as well as local communities and leaders for their continued support.
CT - Kita sudah sampai pada akhir wawancara kita.
Dedi Aditya Sumanagara Direktur Utama
Alwin Syah Loebis Direktur Operasi
Kurniadi Atmosasmito Direktur Keuangan
President Director
Operations Director
Finance Director
Darma Ambiar Direktur Pengembangan
Syahrir Ika Direktur Umum dan SDM
Development Director
HR & General Affairs Director
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
64
ANALISIS DAN DISKUSI MANAJEMEN
Management Discussion and Analysis
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN » COMPANY OVERVIEW TINJAUAN OPERASI » REVIEW OF OPERATION INVESTASI UNTUK KINERJA DI MASA DEPAN » INVESTMENTS FOR FUTURE PERFORMANCE TINJAUAN KEUANGAN » FINANCIAL REVIEW
Hlm » Page Hlm » Page Hlm » Page Hlm » Page
64 83 98 114
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
COMPANY OVERVIEW
DESKRIPSI PERUSAHAAN Antam didirikan pada tahun 1968 melalui penggabungan beberapa perusahaan pertambangan milik negara dan merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan komoditas produk yang terdiversifikasi. Dengan kegiatan operasi dan cadangan yang tersebar di seluruh Indonesia, perusahaan memiliki pengalaman selama lebih dari tiga dekade sebagai salah satu produsen bahan tambang berbiaya rendah. Aktivitas Antam terintegrasi secara vertikal, mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan dan pemurnian hingga pemasaran. Selain memiliki struktur biaya yang relatif rendah, Antam juga memiliki keunggulan dalam hal jumlah sumber daya mineral yang besar dan jumlah cadangan berkualitas tinggi dengan 53 wilayah kuasa pertambangan, termasuk yang dikerjasamakan dengan berbagai perusahaan pertambangan internasional melalui suatu usaha patungan. Luas wilayah kuasa pertambangan perusahaan mencakup lebih dari 1,0 juta hektare yang tersebar di wilayah Indonesia, negara yang kaya sumber daya mineral dan sebagian besar masih belum dikembangkan.
OBJECTIVES AND DESCRIPTION In 1968 Antam became a limited liability state-controlled diversified company following the merger of several single commodity mining companies. With operations and ore deposits throughout Indonesia, Antam has over three decade’s experience as a low cost mineral producer. Antam is vertically integrated to undertake all stages of the mining process from exploration, mining, smelting and refining through to marketing. As well as relatively low costs, Antam’s strength is its vast high quality ore reserves and mineral resources and 53 valid mining licenses over 1.0 million hectares of tenements throughout the mineral rich and relatively untapped archipelago, including those held by its joint ventures with international mining companies.
Sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan perusahaan dan meningkatkan praktik tata kelola perusahaan, Antam mencatatkan 35% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1997, selanjutnya pada tahun 1999, Antam mencatatkan sahamnya dengan status Foreign Exempt Listing dalam bentuk Chess Depository Interests di Bursa Efek Australia (ASX). Pada tahun 2002, status pencatatan saham perusahaan di ASX ditingkatkan sehingga tercatat secara penuh dalam ASX Listing yang memiliki peraturan dan persyaratan yang lebih ketat. Seiring dengan pelepasan saham Antam ke publik, praktik keterbukaan dan transparansi perusahaan mengalami peningkatan, namun manajemen terus melakukan upaya penyempurnaan dalam hal tata kelola perusahaan, diantaranya dengan memberikan informasi material yang tepat waktu serta mengungkapkan jumlah sumber daya mineral dan cadangan yang dimiliki sesuai standar internasional. Tujuan Perusahaan - Meningkatkan Nilai Pemegang Saham Antam adalah sebuah perusahaan yang bangga atas statusnya sebagai BUMN, dan dikelola berdasarkan kaidah bisnis yang selalu berorientasi ke pasar modal maupun ke peningkatan nilai pemegang saham. Perusahaan memandang
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
To raise money for expansion and major factory overhauls, Antam listed on the Jakarta and Surabaya Stock Exchange in 1997, where the public trades 35% of the shares. This move was also made to improve the governance of the company. In 1999, Antam listed its shares as a Foreign Exempt Listing in the form of Chess Depository Interests on the Australian Stock Exchange. In 2002, the status of the listing was augmented to the more stringent, full ASX Listing. Although there is still corporate governance work to be done, the transparency of the company has improved, with continuous disclosure of material information and annual reporting of ore reserves and mineral resources according to international standards. Objectives of Antam - Enhancing Shareholder Value Although Antam started life as a state-controlled entity, it’s company objectives have for several years been aligned to the capital market and creating shareholder value, not to following the directives of the state. With it’s 65% holding at the end of 2003, the Government is but one, albeit the majority, shareholder. Antam’s main objective is to enhance shareholder value by lowering costs while profitably expanding operations in a sustainable manner. To achieve this Antam is investing in the expansion of its nickel facility at Pomalaa. This move will more than double Antam’s nickel output, and due to increased efficiency and economies of scale, lower Antam’s per unit cost of production. The company’s next expansion is the Tayan chemical grade alumina project, which will capitalize on Antam’s vast bauxite reserves and resources in West Kalimantan. Antam cannot control commodity prices so it concentrates on what it can
65
pemerintah sebagai salah satu dari sekian banyak pemegang saham perusahaan, meski pemerintah merupakan pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan saham sebesar 65%. Tujuan Antam adalah meningkatkan nilai pemegang saham melalui upaya pengurangan biaya serta pengembangan usaha yang menguntungkan dan berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pembangunan pabrik nikel di Pomalaa. Langkah ini tidak hanya akan melipat gandakan hasil produksi nikel Antam, tetapi juga dapat menekan biaya produksi per unit melalui peningkatan efisiensi dan kenaikan skala produksi. Pengembangan berikutnya yang akan dilakukan adalah proyek Chemical Grade Alumina Tayan yang memanfaatkan cadangan dan sumber daya bauksit yang berjumlah besar di Kalimantan Barat. Perusahaan tidak dapat mengendalikan harga jual komoditas produk yang dihasilkan, sehingga perusahaan berfokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan, diantaranya volume produksi dan penekanan level biaya ke tingkat yang lebih rendah. Selain melakukan penambahan kapasitas produksi, Antam juga menekan level biaya melalui Program Pengurangan Biaya, yang berfokus pada usaha-usaha peningkatan produktivitas dan menekan pengeluaran. Salah satu upaya mengurangi pengeluaran ini adalah memaksimalkan penggunaan jenis bahan bakar dengan harga yang lebih rendah jika memungkinkan untuk mengatasi kenaikan harga bahan bakar. Selain itu, untuk mengatasi dampak fluktuasi nilai tukar terhadap harga berbagai suku cadang, perusahaan akan selektif dalam melakukan pembelian suku cadang impor. Sebagai perusahaan pertambangan, perusahaan sangat tergantung pada sumber daya alam yang tidak terbarukan. Oleh karena itu, perusahaan menganggarkan 5% dari pendapatan ekspor dari tahun sebelumnya untuk kegiatan eksplorasi di berbagai wilayah dan meningkatkan klasifikasi sumber daya mineral yang dimiliki. Pengeluaran biaya eksplorasi merupakan salah satu risiko dalam kegiatan usaha pertambangan, jika hasil eksplorasi tersebut mengalami kegagalan. Meskipun demikian, unit Geomin yang merupakan ujung tombak kegiatan eksplorasi Antam, merupakan unit eksplorasi yang terpandang dengan penemuan tambang emas Pongkor, sebagai salah satu hasil yang gemilang. Untuk mengembangkan tambang baru, Antam juga membentuk usaha patungan dengan perusahaan-perusahaan pertambangan internasional. Di dalam proyek kerja sama, perusahaan akan mendapat porsi kepemilikan minoritas tanpa harus mengeluarkan dana. Untuk memastikan kegiatan operasi tambang berjalan lancar, perusahaan berupaya memenuhi standar internasional pengelolaan lingkungan serta membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar tambang. Antam telah membentuk 4 komite baru di tingkat Komisaris untuk melengkapi Komite Audit, yakni Komite Good Corporate Governance, Komite Manajemen Risiko, Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM, serta telah mengangkat seorang Komisaris Independen, yang kesemuanya terkait dalam peningkatan tata kelola perusahaan.
control, which is production volumes and to a lesser degree costs. As well as capacity expansion, Antam attempts to lower its costs with the Cost Reduction Program, which saves money by improving productivity and lowering expenditures. To offset rising fuel prices, Antam will where possible use lower quality fuel. As well, the impact of currency fluctuations can be somewhat controlled by adjusting purchases made abroad and domestically. A mining company cannot operate sustainably without continuing to replenish its reserves. To do this Antam budgets 5% of the previous year’s export revenues to explore its numerous territories and augment classifications of known deposits. This money is referred to as risk capital in the mining business. However, Antam has confidence in its exploration unit, which was entirely responsible for the discovery of Antam’s gold mine, Pongkor. To further the chances of mine development Antam also seeks to form joint ventures with international mining companies. Normally these partnerships do not require a cash contribution from Antam for its minority stake in the project. By adhering to international standards of environmental management and by treating the people living in the communities near the mine sites respectfully, Antam seeks to ensure safe and disruption-free operations. Antam has created 4 new board committees to add to the audit committee, including risk management, good corporate governance, mine closure, and remuneration, nomination and human resources and has an independent commissioner, which forms the structure for further improvements to the governance of the company. Main Operations and Product Mix At the end of 2003, Antam was divided into four strategic divisions that ran nine operating mines. The company produces ferronickel, saprolite nickel ore (high grade), limonite nickel ore (low grade, low grade saprolite), gold, silver, bauxite and iron sands. The nickel and gold divisions are the biggest contributors to Antam’s operation accounting for over 90% of sales revenues. Nickel Antam’s nickel division includes ferronickel and nickel ore. The ferronickel facility is located at Pomalaa, Southeast Sulawesi and has a capacity of 11,000 tonnes of nickel per year although Antam’s normal annual target is 10,500 tonnes. Antam’s saprolite nickel ore output is smelted into ferronickel at the Pomalaa smelters. The ore comes primarily from the Pomalaa mine and is sometimes blended with ore from the Gee Island mine. The ferronickel smelter used approximately 625,000 wmt of ore in 2003. The Pomalaa ferronickel smelter has been in operation since 1976. The original smelter line, FeNi I, has a capacity of 5,500 tonnes per year of nickel in ferronickel based on feedstock of ore with a nickel content of 1.8%. A second smelting line, FeNi II, began commercial
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
66
Kegiatan Operasional dan Bauran Produk Pada akhir tahun 2003, Antam memiliki empat segmen strategis yang mengoperasikan sembilan tambang. Perusahaan memproduksi feronikel, bijih nikel saprolit (kadar tinggi), bijih nikel limonit (kadar rendah dan saprolit kadar rendah atau low grade saprolite ore, LGSO), emas, perak, bauksit dan pasir besi. Segmen nikel dan emas memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan Antam dengan penjualan 90% dari pendapatan perusahaan. Nikel Segmen nikel Antam mencakup feronikel dan bijih nikel. Pabrik feronikel terletak di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan berkapasitas 11.000 ton Ni per tahun meskipun target produksi per tahun sebesar 10.500 ton Ni. Bijih nikel saprolit dilebur menjadi feronikel pada smelter pabrik feronikel di Pomalaa. Sebagian besar bijih nikel yang digunakan untuk memproduksi feronikel berasal dari Pomalaa, namun kadangkala dicampur dengan bijih nikel yang berasal dari Gee. Pada tahun 2003, Antam melebur bijih nikel sebesar sekitar 625.000 wmt untuk diolah menjadi feronikel. Pabrik feronikel pertama, FeNi, di Pomalaa sudah beroperasi sejak 1976. Berkapasitas 5.500 ton Ni per tahun dengan spesifikasi kadar umpan bijih nikel sebesar 1,8%. Pabrik feronikel yang kedua, FeNi II, memulai operasi komersial pada bulan Januari 1995, dan meningkatkan kapasitas produksi feronikel Antam menjadi 11.000 ton Ni per tahun. Pabrik FeNi III yang sedang dibangun akan meningkatkan kapasitas total produksi feronikel menjadi 26.000 ton Ni. Proses peleburan nikel membutuhkan suplai tenaga listrik yang terjamin. Suplai tenaga listrik ini berasal dari pembangkit listrik yang dimiliki sendiri oleh Antam. Pembangkit listrik ini memiliki 10 generator diesel yang masing-masing memiliki kapasitas sebesar 5,8 MW. Listrik yang dibutuhkan untuk keperluan pabrik feronikel sebesar 33 MW ditambah kebutuhan listrik untuk kantor, perumahan karyawan, dan fasilitas pendukung pabrik lainnya sebesar 8,4 MW. Secara umum, Antam mengoperasikan 8 generator pada saat yang bersamaan untuk kebutuhan listrik pabrik dan fasilitas pendukung. Generator listrik perusahaan bekerja menggunakan minyak diesel atau heavy fuel oil (HFO), serta perlu dilakukan overhaul setiap 8.000 sampai 12.000 jam operasi. Biaya energi merupakan hal yang sangat penting bagi kinerja pabrik, karena produksi feronikel membutuhkan energi yang sangat besar. Seiring dengan bertambahnya usia generator listrik, kemampuan pembangkit tenaga listrik tersebut semakin berkurang. Pada tahun 2003, Antam menandatangani kontrak penyewaan dan pemasokan listrik sebesar 6 MW atau sesuai kebutuhan Antam dengan GE Energy Rentals selama 33 bulan. Sewa generator ini dilakukan untuk memastikan suplai listrik ke pabrik feronikel. Pembangunan proyek FeNi III juga mencakup pembangunan pembangkit listrik yang baru.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
KOMPOSISI PENJUALAN »
Sales Breakdown
2003
Pasir Besi » Iron Sands
0%
Bauksit » Bauxite
5%
Emas » Gold
26%
Bijih Nikel » Nickel Ore 32% Feronikel » Ferronickel
37%
2002
Pasir Besi » Iron Sands
2%
Bauksit » Bauxite
7%
Emas » Gold
28%
Bijih Nikel » Nickel Ore 33% Feronikel » Ferronickel
30%
2001
Pasir Besi » Iron Sands Bauksit » Bauxite Emas » Gold
2% 8% 27%
Bijih Nikel » Nickel Ore 27% Feronikel » Ferronickel
36%
operation in January 1995 and increased total capacity to 11,000 tonnes per year of nickel in ferronickel. The FeNi III nickel expansion will further augment capacity to 26,000 tonnes per year. The smelters require an assured power source, which is provided by Antam’s own power plant. The power plant consists of ten diesel generator sets, each of which has a rating of 5.8MW. The smelters use approximately 33MW of power and the auxiliaries (housing, offices, other support facilities) uses approximately 8.4MW. Antam usually requires eight of the ten generators to operate at any one time. The generators undergo an extensive overhaul every 8,000 to 12,000 hours of operation and can run either on diesel or
67
KOMPOSISI PENDAPATAN
Revenue Denomination
2003
Porsi Rupiah » IDR Portion Porsi USD » USD Portion
Nickel ore is mined in open pits for export and to feed the ferronickel smelters at Pomalaa. Antam normally uses about 800,000 tonnes of saprolite for its ferronickel operation and exports 2.4 million tonnes. Limonite production is targeted at 1.2 million tonnes per year.
0% 100%
2002
Porsi Rupiah » IDR Portion Porsi USD » USD Portion
2% 98%
2001
Porsi Rupiah » IDR Portion Porsi USD » USD Portion
heavy fuel oil. The power cost is critical to the profitability of the smelter as ferronickel production is very energyintensive. As the power plant ages, the reliability of the power supply has diminished. In 2003, Antam entered into two 33month contracts with each of GE Energy Products and GE Energy Rentals to rent equipment, provide services and supply power from generators with a capacity of 6MW, in accordance with Antam’s demands, to ensure reliable power supply at the smelters. The FeNi III nickel expansion will include a new power unit to supply the ferronickel facility.
2% 98%
Bijih nikel ditambang dengan metode tambang terbuka untuk tujuan ekspor dan untuk keperluan pabrik feronikel di Pomalaa. Pada umumnya, perusahaan membutuhkan sekitar 800.000 wmt saprolit untuk umpan pabrik feronikel dan mengekspor 2,4 juta wmt saprolit. Pada umumnya produksi limonit ditargetkan sebesar 1,2 juta wmt per tahun. Penemuan cadangan bijih nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara bermula pada tahun 1909. Eksplorasi nikel di Pomalaa dimulai pada tahun 1934 dengan produksi pertama pada tahun 1938 dalam skala yang kecil dan jumlah volume produksi yang lebih besar mulai pada tahun 1962. Pomalaa merupakan pusat dari operasi nikel Antam, yang juga
Discovery of nickel in Pomalaa, Southeast Sulawesi, was first reported in 1909. Nickel exploration commenced in 1934 and production began in 1938, although significant production from these deposits only commenced in 1962. Pomalaa is the centre of Antam’s nickel operations and is also the location of its ferronickel smelters. The mine of Gebe Island, southeast of Halmahera Island, commenced operation in 1979 and the Gee Island and Tanjung Buli mines commenced production in 1998 and 2001, respectively. Pomalaa The Pomalaa mine is divided into three areas, the northern, the middle and the southern areas, covering an area of approximately 8,314.40 hectares in aggregate. The northern and middle areas are the subject of two mining licenses, KW98PPO214 and KW98PPO216, respectively, and the southern area is the subject of two other licenses, KW98PPO213 and KW98PPO215, with have expiry dates in 2009 and 2010. Pomalaa has its own port for loading and unloading of ore and ferronickel and for the delivery of major consumables, fuel and other supplies used in the smelting process. The port is divided into two areas, which includes a quay of 120 metres with a draft of six metres, which allows ships of up to 7,000 dwt to dock. Unloading is also undertaken at a separate area of the port with a land fixed crane. Larger ships are loaded offshore from barges. Antam has three tugboats and a dredger. Antam plans to construct a new jetty in connection with the construction of the FeNi III project. Gebe Island Antam established a mine on Gebe Island, south east of Halmahera Island, province of Maluku, in 1978. The Gebe Island mine began production in 1979. The Gebe Island mine and its reserves area are the subject of mining license KPDU286, which was granted in 1981 for a period of 30 years through to 29 January 2011 and relates to an area of
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
68
merupakan lokasi pabrik feronikel. Tambang nikel Gebe yang berlokasi di sebelah tenggara dari pulau Halmahera memulai produksi pada tahun 1979. Sementara tambang nikel Gee dan Tanjung Buli mulai beroperasi masing-masing pada tahun 1998 dan 2001. Pomalaa Tambang nikel Pomalaa dibagi menjadi tiga wilayah yakni utara, tengah dan selatan dengan luas wilayah keseluruhan sekitar 8.314,40 hektare. Wilayah utara dan tengah memiliki kuasa pertambangan (KP) KW98PPO214 serta KW98PPO216, sementara wilayah selatan memiliki dua KP yakni KW98PPO213 dan KW98PPO215 dengan masa berlaku sampai dengan tahun 2009 dan 2010. Pomalaa memiliki fasilitas pelabuhan tersendiri untuk pemuatan dan pembongkaran bijih nikel dan feronikel. Fasilitas ini juga digunakan untuk pengiriman dan transportasi bahan pendukung, seperti bahan bakar, dan bahan pendukung pengolahan feronikel. Fasilitas pelabuhan Pomalaa terbagi dua, yakni dermaga sepanjang 120 meter dengan kedalaman 6 meter sehingga memungkinkan kapal dengan berat maksimum 7.000 dwt untuk merapat. Fasilitas pembongkaran di pelabuhan Pomalaa menggunakan crane permanen. Untuk proses pemuatan bagi kapal yang tidak bisa merapat, digunakan kapal tongkang. Antam memiliki tiga kapal tongkang dan satu kapal pandu. Perusahaan berencana meningkatkan kapasitas pelabuhan Pomalaa untuk mengantisipasi pembangunan pabrik FeNi III. Pulau Gebe Pembukaan tambang nikel pulau Gebe yang berlokasi di tenggara pulau Halmahera, provinsi Maluku Utara, dimulai tahun 1978 dan beroperasi secara resmi pada tahun 1979. Penambangan di pulau Gebe dilakukan berdasarkan KP KPDU286 yang diberikan pada tahun 1981 dengan jangka waktu 30 tahun sampai dengan tanggal 29 Januari 2011. Luas keseluruhan wilayah tambang nikel Gebe mencakup 1.225 hektare. Tambang Gebe memiliki pelabuhan tersendiri untuk keperluan pemuatan bijih nikel dan keperluan pembongkaran. Pelabuhan Gebe memiliki kedalaman 3 meter yang dapat dirapati oleh kapal tongkang yang selanjutnya melakukan proses pemuatan bijih nikel ke kapal yang lebih besar. Pulau Gee Pulau Gee berlokasi sekitar 5 kilometer sebelah timur desa Buli Karya di pulau Halmahera, dan sekitar 150 kilometer barat laut pulau Gebe. Cadangan yang terletak di pulau Gee, pulau Pakal, dan Tanjung Buli dicakup dalam KP KW97PPO443, dengan luas keseluruhan 39.040 hektare dan berlaku selama 21 tahun sampai dengan tanggal 8 Januari 2019. Kegiatan pertambangan di pulau Gee dimulai pada tahun 1998.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
PENJUALAN BERDASARKAN TUJUAN
Sales by Destination
Jepang » Japan
13%
Taiwan
15%
Korea Selatan » South Korea
26%
Eropa » Europe
45%
• Volume •• tidak termasuk volume penjualan domestik sebesar 13 ton does not include 13 tons sold domestically
Australia
20%
Jepang » Japan
80%
• Pendapatan » Revenue
Domestik » Domestic
57%
Ekspor » Export
43%
• Volume
approximately 1,225 hectares. Gebe Island has its own port for loading and unloading of nickel ore and for the delivery of major consumables and large items. The port has a draft of three metres, which allows barges to dock at the port. Larger ships are unloaded offshore from the barges. Gee Island Gee Island is located approximately five kilometres east of the village of Buli Karya on Halmahera Island and approximately 150 kilometres north west of Gebe Island. The
69
KOMPOSISI PENJUALAN »
2001
Revenue Composition
2002
2003
Domestik » Domestic
19%
Domestik » Domestic
20%
Domestik » Domestic
15%
Ekspor » Export
81%
Ekspor » Export
80%
Ekspor » Export
85%
Tanjung Buli Tanjung Buli berlokasi di pulau Halmahera, tepatnya di tenggara antara pulau Gee dan pulau Pakal. Tambang nikel Tanjung Buli memiliki luas wilayah 39.040 hektare dengan KP KW97PPO443. Studi kelayakan pada wilayah ini diselesaikan pada tahun 1999 dan perusahaan memulai operasi penambangan pada tahun 2001. Teknik Penambangan Lapisan deposit bijih nikel saprolit biasanya tipis, menyebar dan ditambang menggunakan metode tambang terbuka secara selektif dengan peralatan backhoe untuk penggalian dan truk untuk transportasi. Tidak diperlukan pengeboran atau peledakan dalam penambangan bijih nikel maupun proses pengolahan yang rumit, selain pengeringan dan penyaringan bijih. Dalam proses penyaringan bijih, didapatkan bijih yang berukuran besar yang memerlukan proses tambahan untuk menghancurkan batuan bijih nikel ke ukuran yang diinginkan. Di tambang nikel Pomalaa, Antam hanya memanfaatkan bijih nikel saprolit dan bijih nikel saprolit kadar rendah (low grade saprolite ore, LGSO). Antam memanfaatkan buldoser untuk memisahkan bijih nikel saprolit dan limonit. Bijih nikel limonit digunakan sebagai backfill untuk menutup kembali area tambang yang sudah dibuka setelah kegiatan penambangan selesai. Bijih nikel limonit juga digunakan untuk kegiatan reklamasi. Kegiatan penambangan dilakukan oleh Antam dan tidak dikerjakan oleh pihak ketiga. Metode penambangan yang sama juga dilakukan di tambang nikel pulau Gebe, pulau Gee dan Tanjung Buli, namun bijih nikel limonit dari ketiga tambang ini diekspor ke luar negeri. Setelah ditambang, bijih nikel kemudian diangkut dengan truk yang dioperasikan oleh kontraktor Antam ke tempat
deposits on Gee Island, Pakal Island and Tanjung Buli are the subjects of exploitation license KW97PPO443, which relates to a total area of 39,040 hectares. The license was issued for a period of 21 years and is due to expire on 8 January 2019. Antam commenced production on Gee Island in 1998. Tanjung Buli The Tanjung Buli peninsula extends out from the main Halmahera Island, southeastwards between Gee Island and Pakal Island and covers an area of approximately 39,040 hectares. The deposits from Tanjung Buli are the subject of the license KW97PPO443. Antam completed a feasibility study of the area in 1999, and commenced production in 2001. Mining Technique Saprolite nickel deposits are typically shallow and unconsolidated and usually can be easily mined by selective open cut mining techniques using simple truck and shovel operations. No drilling or blasting is required. Little beneficiation is required other than drying and screening and sometimes limited crushing of oversize material. In particular, the lower part of the saprolite ore is often lumpy and requires crushing to reduce it to the required size specifications. At Pomalaa, only the saprolite and LGSO material is considered to be ore. The low grade limonitic material is pushed out of the way and used for backfill after extraction of ore is complete. Bulldozers are used to strip the overburden, which is pushed to the side and used where possible for reclamation after mining. Antam’s own earthmoving fleet carries out mining. The same mining techniques that are used at Pomalaa are also used at Gee Island, Gebe Island and Tanjung Buli. The limonitic ore from these mines are, however exported.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
70
penyimpanan stok (stockpile). Dari stockpile tersebut, bijih nikel kemudian diangkut ke tempat pengolahan feronikel atau ke kapal untuk diekspor. Sekiranya kapal yang akan memuat bijih nikel tidak dapat merapat karena kedalaman di perairan sekitar pelabuhan terlalu dangkal, maka kapal tersebut akan menunggu sekitar 500-600 meter dari pelabuhan, dan pemuatan akan dilakukan dengan menggunakan kapal tongkang. Proses pemuatan pada umumnya membutuhkan waktu 2-3 hari, namun dapat pula lebih lama jika cuaca buruk. Kegiatan penambangan bijih nikel seringkali terganggu pada musim hujan, karena tempat kerja yang licin akibat curah hujan yang deras. Karena hal ini terjadi setiap tahun, Antam menganggap gangguan tersebut sudah biasa (normal). Produksi Hal utama yang dilihat konsumen dalam membeli bijih nikel adalah kadar minimum nikel dalam bijih nikel tersebut. Untuk bijih nikel saprolit, konsumen juga mengharuskan kadar besi yang rendah, sementara untuk bijih nikel limonit konsumen menetapkan kadar silika minimum yang diinginkan. Dalam proses pengolahan feronikel yang menggunakan teknologi Elkem, tingkat basicity bijih nikel memegang peranan penting. Tingkat basicity dihitung menggunakan rasio kandungan kalsium dan magnesium terhadap kandungan silika dengan nilai rasio yang diinginkan lebih besar dari 0,58.
KOMPOSISI BIAYA »
Cost Denomination
2003
Porsi Rupiah » IDR Portion
67%
Porsi USD » USD Portion
33%
2002
Porsi Rupiah » IDR Portion
64%
Porsi USD » USD Portion
36%
Pada tahun 2002 Antam memproduksi LGSO sebagai diversifikasi produk perusahaan. Nilai ekonomis produksi bijih nikel saprolit lebih tinggi dibandingkan bijih nikel limonit, karena teknologi pengolahan bijih nikel limonit relatif baru sehingga belum banyak diminati oleh konsumen nikel dunia. Antam memiliki kapabilitas dan pengalaman dalam melakukan penambangan bijih nikel laterit dengan berbagai spesifikasi yang diinginkan konsumen. Operasi penambangan di pulau Gee dan Tanjung Buli dikerjakan oleh kontraktor pihak ketiga. Penambangan nikel di pulau Gee dan Tanjung Buli menggunakan metode yang relatif sama dengan metode penambangan di pulau Gebe. Pada umumnya, penggunaan kontraktor telah menghemat biaya perusahaan, terutama dalam hal pengurangan persediaan, pengurangan biaya karyawan, serta biaya pemeliharaan. Antam juga menggunakan jasa kontraktor dalam hal pengangkutan bijih nikel dari lokasi penambangan menuju stockpile. Salah satu kontraktor penambangan perusahaan adalah PT Minerina Bhakti yang merupakan anak perusahaan dari Dana Pensiun Antam. Meskipun demikian, kontrak PT Minerina Bhakti diperoleh melalui tender dengan biaya jasa penambangan yang sesuai dengan harga pasar. Emas Segmen emas Antam mencakup komoditas emas, perak serta jasa pemurnian. Emas dan perak (yang merupakan produk sampingan dari proses pemurnian emas) ditambang dari
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
2001
Porsi Rupiah » IDR Portion
63%
Porsi USD » USD Portion
37%
Ore is transported from the mine face to the stockpile areas by trucks operated by contractors and, dependent on the area and ore destination, is stockpiled for processing in the ferronickel smelter or for loading to barge or ship for shipment to overseas markets. Large ships are loaded using barges approximately 500 metres to 600 metres offshore because of limited draft closer to the shore. Loading normally takes two to three days, but can occasionally take longer if the weather conditions are poor.
71
tambang bawah tanah di Pongkor, Jawa Barat. Pongkor memiliki tiga urat emas utama, yang kesemuanya ditambang pada tahun 2003, yakni urat Ciguha, Kubang Cicau dan Ciurug. Metode penambangan di urat Ciguha dan Kubang Cicau menggunakan metode cut and fill stoping dengan menggunakan tailing pabrik sebagai bahan pengisi pada urat Ciguha dan Kubang Cicau. Pada tahun 2000, metode mechanised cut and fill dengan hydraulic jumbo drill dan load haul dump (LHD) digunakan di urat Ciurug. Penggunaan metode mechanised cut and fill ini bertujuan untuk memenuhi target produksi, efisiensi yang akan menurunkan biaya produksi. Pongkor memiliki kapasitas produksi per tahun sebesar 5.000 kg (161.000 t.oz) emas dengan produksi riil mencapai sekitar 4.500 kg (145.000 t.oz) per tahun. Pada tahun 2003 Antam membangun unit perusakan sianida yang baru yang terdiri dari dua tanki detoksifikasi untuk mengurangi kadar sianida pada tailing menjadi lebih rendah dari batas yang dianjurkan sebesar 0,5 ppm. Seiring dengan penurunan kadar sianida pada tailing ini, maka tailing akan aman untuk digunakan sebagai bahan backfill, selain semen yang sudah digunakan selama ini. Teknik Penambangan Bijih emas dari Pongkor diolah menjadi dore bullion untuk kemudian diangkut dengan menggunakan kendaraan berlapis baja ke satu-satunya pabrik pemurnian logam mulia di Indonesia, Logam Mulia, yang terletak di Jakarta. UBPP Logam Mulia yang memiliki kapasitas pemurnian sebesar 75 ton emas dan 275 ton perak per tahun, juga memurnikan bullion dari pihak ketiga selain Antam. Emas hasil pengolahan Logam Mulia memiliki akreditasi internasional. Logam Mulia melakukan pemurnian seluruh primary bullion yang diproduksi di Indonesia, serta memurnikan scrap daur ulang emas, perak dan platinum. Lebih dari setengah pendapatan Logam Mulia berasal dari jasa pemurnian pihak ketiga. Wilayah pertambangan emas Pongkor didasarkan pada KP KW98PPO138 dengan luas wilayah 6.047 hektare dan berlaku sampai dengan bulan April 2022. Antam juga memiliki ijin dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral untuk keperluan pengolahan, pengangkutan dan perdagangan komoditas yang berasal dari Pongkor. Pada bulan Juni 2003, Departemen Kehutanan mereklasifikasi 2.515 hektare wilayah penambangan Pongkor sebagai Taman Nasional, atau sekitar 41,6% dari wilayah penambangan emas Pongkor. Hal ini menyebabkan Antam tidak dapat melakukan perluasan penambangan dari wilayah yang telah diijinkan sebelumnya. Pemerintah telah mengindikasikan akan melakukan kajian terhadap permasalahan ini dan dapat mempertimbangkan kembali reklasifikasi wilayah yang telah ditetapkan.
Antam’s mining operations are usually interrupted during Indonesia’s wet season because of difficult working conditions caused by heavy rainfall. As this occurs on a regular basis, Antam considers this a normal operating constraint. Production The critical specification for saleable ore is minimum nickel content. For saprolite ore, low iron content is also required, while for limonitic ore a minimum silica content must also be met. For the Elkem ferronickel smelter process used at Pomalaa, the basicity of the ore is critical and measured by the ratio of calcium and magnesium content to the silica content which is required to be greater than 0.58. To diversify its product base, Antam introduced low grade saprolite ore, or LGSO, in 2002. The economic processing of saprolite nickel ore is more generally accepted compared to the economic processing of limonitic ore, which is a more recent development, and for which there are relatively few customers. Antam has significant experience in mining laterite nickel deposits to meet these different specifications. Mining operations at Gee Island and Tanjung Buli are outsourced to local mining contractors. Gee Island and Tanjung Buli are mined in a manner similar to the Gebe Island mine, using trucks and shovels. Contractors are generally more efficient and economical for Antam to employ, primarily by reason of reduced inventory stock and reduced employer benefits and maintenance costs. Antam also employs contractors for the transportation of ore from the extraction sites of the Pomalaa mine to the stockpile. One of these contractors, PT Minerina Bhakti is a related party as it is a subsidiary of Antam’s pension fund. However the contract was obtained through a tender and is priced according to the market. Gold Antam’s gold division includes gold and silver and refining services. Gold and silver (which is a by-product of the gold refining process) is mined underground at Pongkor in West Java. The Pongkor mine has three primary veins of gold, all of which were mined in 2003: Ciguha, Kubang Cicau and Ciurug. A conventional cut and fill stoping mining method with hydraulic replacement of tailings is used for the first two of these veins with hydraulic placement of tailings as fill. A mechanised cut and fill method, with hydraulic jumbo drill and load haul dump (LHD), was introduced in 2000 for the third vein, Ciurug. The use of mechanised cut and fill is intended not only to assist in meeting the increased production targets but also to lower overall production costs and to improve efficiency. Pongkor has a capacity of 5,000 kg (161,000 t.oz) and Antam hopes to bring its annual production to 4,500 kg (145,000 t.oz). In 2003, Antam constructed a detoxification
Tambang Cikidang sebelumnya dimiliki anak perusahaan International Antam Resources Ltd. (IAR). Setelah Antam melepaskan kepemilikan saham di IAR pada akhir tahun 2003,
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
72
atas Cikidang bersama dengan beberapa properti lainnya dikembalikan ke Antam. Perusahaan merencanakan untuk menutup Cikidang pada tahun 2005 dengan estimasi biaya USD 2,95 juta. Pada bulan Juni 2003 Departemen Kehutanan mengklasifikasikan seluruh wilayah Cikidang sebagai taman nasional sehingga kegiatan pengembangan tidak dapat dilanjutkan. Pemerintah mengindikasikan untuk mengkaji dampak dari reklasifikasi ini terhadap operasi IAR dan dapat mempertimbangkan kembali reklasifikasi tersebut. Mineral Lain Segmen Komoditas Mineral Lain mencakup bauksit dan pasir besi. Bauksit Antam merupakan produsen bauksit satu-satunya di Indonesia. Bijih bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1924 di pulau Bintan, provinsi Riau dan mulai ditambang dan ekspor sejak tahun 1935. Pada tahun 1968, kepemilikan tambang bauksit Kijang beralih ke Antam. Produksi bijih bauksit dari Kijang mencapai sekitar 1,2 juta ton per tahun. Pada awalnya, seiring dengan menipisnya jumlah cadangan bijih bauksit di Kijang, Antam telah menyiapkan program penutupan tambang. Namun menyusul ditundanya berbagai proyek pembangunan di wilayah Kijang, pemerintah setempat telah mengijinkan Antam untuk melakukan penambangan di wilayah yang peruntukannya untuk kepentingan. Selain itu, pemerintah setempat juga memperbolehkan Antam untuk meneruskan kegiatan penambangan di beberapa wilayah yang ijinnya sudah habis. Sebaliknya, konsumen bijih bauksit juga bersedia menerima kualitas bijih yang lebih rendah, sehingga perusahaan memutuskan untuk menunda penutupan tambang yang rencananya pada tahun 2007. Fasilitas stockpile, pelabuhan, kantor dan fasilitas pendukung terpusat di Kijang yang berlokasi 28 kilometer timur Tanjung Pinang. Wilayah penambangan tersebar di beberapa lokasi, sehingga diantaranya proses pengangkutan bijih bauksit menuju stockpile dan fasilitas pemuatan menggunakan kapal tongkang. Penutupan tambang bauksit Kijang diperkirakan akan menimbulkan biaya rehabilitasi dan reklamasi lahan. (lihat bagian Penutupan Fasilitas). Wilayah tambang bauksit Kijang didasarkan pada dua KP, yakni KW96PPO346 dan KW97PPO359 dengan luas wilayah sebesar 2.025 hektare dari sebelumnya 11.247 hektare berdasarkan KP. KP ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2004. Teknik Penambangan Kegiatan penambangan di Kijang dilakukan oleh kontraktor dengan menggunakan truk dan eskavator. Wilayah penambangan dimonitor oleh staf perusahaan yang juga bertanggung jawab terhadap penyediaan dan pemeliharaan akses jalan ke wilayah penambangan. Setelah bijih bauksit ditambang, pengolahan lebih lanjut adalah proses pencucian dan pemyaringan yang menggunakan tenaga listrik dari jaringan listrik PT PLN (Persero). Setelah itu, bijih bauksit
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
plant, consisting of two tanks, to reduce the cyanide content of tailings to below the threshold limit value of 0.5 ppm, so that it can be safely used as a total tailing backfill system in combination with cement. Mining Technique The ore is smelted into bullion and then sent by armored vehicle to Indonesia’s only precious metals refinery, Logam Mulia, located in Jakarta. Logam Mulia also refines the bullion of third party producers and has a capacity of 75 tonnes of internationally accredited gold per year and 275 tonnes of silver. Logam Mulia refines all primary bullion produced in the country and a small quantity of recycled scrap gold, silver and platinum. More than half of Logam Mulia’s income is derived from refining for third parties. The Pongkor mine and its reserve areas are the subject of exploitation license KW98PPO138, which relates to an area of 6,047 hectares and is valid until April 2022. Separate KPs from the Ministry of Energy and Mineral Resources permit the processing, transportation and sale of the products. In June 2003, the Minister of Forestry classified 2,515 hectares (or 41.6% of the Pongkor KP area) as national park, thereby preventing Antam from expanding its current operations within this area. The central Government has indicated that it will conduct a review of the impact of this reclassification on Antam’s operations and may reconsider this classification. The Cikidang mine was owned by Antam’s subsidiary International Antam Resources Ltd. After Antam disposed of it’s holding of IAR at the end of 2003, Cikidang, along with other properties, was returned to Antam. Cikidang is scheduled to be closed in 2005 for an estimated cost of USD2.95 million. In June 2003, the Minister of Forestry classified the entire Cikadang mine area as national park. As a consequence, no expansion of the current operations may be made in this area. The central Government has indicated that it will conduct a review of the impact of this reclassification on IAR’s operations and may reconsider this classification. Other Minerals Antam’s Other Minerals division includes bauxite and iron sands. Bauxite Antam is Indonesia’s sole bauxite producer. Bauxite was first discovered in 1924 on Bintan Island, in the province of Riau, in northwestern Indonesia. Bauxite from Bintan Island has been mined and exported since 1935. In 1968 Antam acquired the mine. Annual production from the Kijang mine amounts to about 1.2 million tonnes. The Kijang mine has reached the end of its reserves life. However, the recent economic downturn in the region has resulted in the deferment of certain developments, leading to Antam receiving permission to mine for bauxite within license areas previously zoned for
73
diangkut ke kapal tongkang dan selanjutnya dibawa ke stockpiles berkapasitas 50.000 wmt setelah sebelumnya dilakukan pengambilan sampel secara rutin. Pelabuhan Kijang yang memiliki kedalaman 11 meter dapat menerima kapal dengan bobot 42.000 dwt. Kontraktor tambang bauksit adalah PT Minerina Cipta Guna yang merupakan anak perusahaan Dana Pensiun Antam. PT Minerina Cipta Guna terpilih berdasarkan proses tender dengan harga jasa yang sesuai dengan harga pasar. Pasir Besi Antam memiliki tiga tambang pasir besi di Lumajang, Kutoarjo dan Cilacap. Pada umumnya, target produksi per tahun mencapai sekitar 450.000 wmt per tahun meskipun jumlah tersebut berkurang beberapa tahun belakangan seiring dengan penurunan permintaan dari konsumen pasir besi, yakni pabrik semen lokal. Komoditas pasir besi diperoleh dari pengoperasian dua tambang di Jawa Tengah, yakni di Cilacap dan Kutoarjo, keduanya berlokasi di pantai selatan pulau Jawa. Tambang pasir besi Cilacap beroperasi sejak tahun 1971, sementara tambang pasir besi Kutoarjo beroperasi mulai tahun 1989. Sejak tahun 1971, Antam praktis memproduksi seluruh komoditas pasir besi Indonesia. Lokasi operasi tambang pasir besi Cilacap memanjang 40 kilometer sepanjang pantai selatan pulau Jawa, dan termasuk operasi Lumajang di Jawa Timur. Tambang pasir besi Kutoarjo, yang termasuk dalam operasi tambang Cilacap, berlokasi sekitar 130 kilometer sebelah timur dari Cilacap dan 15 kilometer sebelah selatan kota Kutoarjo. Ketiga wilayah penambangan pasir besi Antam berada pada beberapa KP yang masa berlakunya berkisar antara tahun 2008-2010. Transaksi dengan Pihak-pihak yang memiliki Hubungan Istimewa Saat ini perusahaan memiliki transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan tidak menutup kemungkinan menjalin hubungan yang sama di masa depan, diantaranya dengan PT Minerina Bhakti dan PT Minerna Cipta Guna. Antam memiliki kebijakan dapat menjalin hubungan dengan pihak yang terafiliasi sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah bisnis yang berlaku. Antam berpendapat bahwa syarat dan kondisi dalam berhubungan dengan pihak yang terafiliasi sama dengan syarat dan kondisi yang diperoleh jika berhubungan dengan pihak lain yang tidak terafiliasi. Eksplorasi Unit Geomin menangani seluruh kegiatan eksplorasi dan estimasi cadangan yang dimiliki Antam. Geomin berencana untuk menawarkan jasanya kepada perusahaan pertambangan lainnya di Indonesia di masa depan.
other uses. This, allied with re-granting permission to mine for bauxite in areas for which licenses have lapsed, has extended the life of Antam’s bauxite mining operation. Antam plans to close the mine in 2007, as certain end-buyers agreed to purchase lower quality bauxite. The main stockpiling and ship loading facilities and the main office and support services are at Kijang, approximately 28 kilometres east of Tanjung Pinang. The mine areas are spread over a number of coastal sites and ore is transported by barge, where necessary, to the main stocking and loading facility. The closure of the Kijang mine is likely to result in environmental liabilities and costs to Antam in respect of the cost of rehabilitating all unreclaimed land and possible ground contamination for development of any of the area for industrial and residential complexes. (see “Closing of Facilities”) The mine and its reserves areas at Kijang are the subject of two exploitation licenses, KW96PPO346 and KW97PPO359 relating to a total area of 2,025 hectares (initially 11,247 hectares under previous licenses) and which are valid until 31 December 2004. Mining Technique Mining is carried out by a contractor using trucks and excavators. Antam staff, who are also responsible for providing and maintaining road access to the mining areas, supervises each mining face and area. Bauxite, once extracted, is transported to one of the two crushing, washing and screening plants. The plants draw their power from the Bintan Island grid. The product from the washing and screening plants is initially transported by local contractors for loading onto barges for towing to the main stockpiling bunkers and ship loading facilities at Kijang. The ore conveyed to the bunkers is regularly sampled as it feeds to two stockpiles within a 50,000 tonne bunker. The loading dock can take ships up to 42,000 wmt, with a draft of up to 11 metres. The mine contractor, PT Minerina Cipta Guna is a related party as it is a subsidiary of Antam’s pension fund. However the contract was obtained through a tender and is priced according to the market. Iron Sands Antam has three iron sands mines at Lumajang, Kutorajo and Cilacap. Antam normally targets about 450,000 tonnes of iron sands per year although this has been decreasing in recent years to diminishing demand from local cement buyers. Antam produces iron sands from two mining operations in Central Java, one at Cilacap and the other at Kutoarjo, both situated on the south coast of Java. Cilacap has been in production since 1971 and Kutoarjo commenced production in 1989. Since 1971, Antam has produced virtually all of Indonesia’s domestic iron sands. The Cilacap iron sands operations extend over more than 40 kilometres of coastline
Seluruh kegiatan eksplorasi Antam dilaksanakan perusahaan. Antam juga memiliki kepemilikan minoritas dalam beberapa usaha patungan dengan perusahaan pertambangan
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
74
internasional. Sebagian besar usaha patungan Antam berada dalam tahap pengembangan dan di akhir tahun 2003 kebanyakan usaha patungan tersebut menjalankan kegiatan terbatas sembari menunggu resolusi terhadap masalah tumpang tindih lahan pertambangan dengan hutan lindung. Salah satu usaha patungan Antam adalah dengan Newcrest Australia bernama PT Nusa Halmahera Minerals yang memproduksi emas dan beroperasi di Maluku Utara, serta telah membayar dividen ke perusahaan. Perubahan Musim Kinerja operasi Antam seringkali terpengaruh oleh perubahan musim terutama tingkat curah hujan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan tingkat produksi serta proses pemuatan bijih nikel menjadi lebih sulit dan lebih lama. Perusahaan tidak dapat menghitung secara pasti dampak dari perubahan musim ini. Pelanggan dan pasar Sebagian besar komoditas Antam diekspor ke luar negeri. Pada umumnya jumlah volume penjualan relatif sama dengan volume produksi. Komoditas feronikel Antam disukai oleh produsen baja nirkarat karena produk tersebut mengandung sekitar 80% besi, sehingga perusahaan seringkali mengenakan premi terhadap kandungan besi tersebut, meskipun kecil, dari harga jual. Produk emas Antam mendapatkan akreditasi dari London Bullion Market Association (LBMA) dan dijual tidak hanya di pasar dalam negeri tetapi juga di pasar internasional. Pada tahun 2003, tidak ada kontrak atau pembeli besar baru untuk komoditas emas dan pangsa pasar perusahaan relatif tetap. Jangka waktu kontrak penjualan sebagian besar komoditas Antam berkisar antara 1 sampai 10 tahun dengan harga jual mengacu pada harga pasar internasional. Para pelanggan Antam mempercayai kualitas produk yang dihasilkan serta ketepatan waktu pengiriman komoditas. Untuk mengantisipasi adanya gangguan pada produksi feronikel, Antam memiliki perjanjian toll smelting dengan Pacific Metals Co. (Pamco) dari Jepang. Antam berupaya untuk menjamin kesinambungan pasar jangka panjang melalui penandatanganan kontrak penjualan offtake berjangka panjang serta memastikan tidak adanya ketergantungan perusahaan pada satu pasar atau pembeli tertentu. Komoditas feronikel sebagian besar diekspor melalui kontrak jangka panjang kepada para konsumen di Eropa dan Asia, diantaranya Thyssen Krupp Nirosta, AvestaPolarit, ALZ BV, Yieh United Steel, Pohang Iron & Steel Co (Posco), Nikkinko Trading, Mitsubishi, Nissin Steel dan Nippon Yakin Kogyo. Antam memiliki kantor perwakilan di Jepang untuk melayani konsumen dari Asia Timur Laut. Bijih nikel saprolit diekspor ke sebuah konsorsium Jepang bernama Gokokai yang terdiri atas Pamco, Sumitomo Metals Mining Co. Ltd. dan Nippon Yakin Kogyo Co. Ltd. Bijih limonit (kadar rendah dan LGSO) diekspor dengan kontrak jangka
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
immediately east of the town of Cilacap on the southern coast of Central Java and one mining operation in Lumajang, East Java. The Kutoarjo deposit, which provides part of the iron sands production for the Cilacap operation, is approximately 130 kilometres east of the town of Cilacap. The town of Kutoarjo is approximately 15 kilometres inland and to the north of the coastal mining operation. The three mines and associated reserves areas are the subject of exploitation licenses, with expiry dates ranging from 2008 to 2010. Related Party Transactions Antam has undertaken in the past, and is likely to undertake in the future, transactions with related parties. Most importantly are two subsidiaries of Antam’s pension fund, PT Minerina Bhakti and PT Minerina Cipta Guna. It is Antam’s policy not to enter into transactions with affiliates unless the terms thereof are no less favourable to Antam than those that could be obtained by Antam on an arm’s length basis from an unrelated third party. Accordingly, Antam believes that its transactions with related parties have been undertaken on terms and conditions similar to those with unrelated parties. Exploration Antam’s Unit Geomin handles all of Antam’s exploration and reserves estimation work. In the future Geomin will offer its services to other players in the Indonesian mining industry. All of Antam’s exploration projects are 100% owned and operated by Antam. However the company also has a minority interest in several Indonesian joint ventures with international partners. Each joint venture is at the development phase and at the end of the year most were performing small-scale activities or were on care and maintenance pending the resolution of a controversial protection forest issue. One gold joint venture with Australia’s Newcrest, PT Nusa Halmahera Minerals, is currently operating in North Maluku and has previously paid dividends to Antam. Seasonality Antam’s results of operations may be affected by seasonality caused by the adverse conditions of the rainy season, which may result in a decrease in the rate of production and make the loading of ships more difficult and time consuming. However, Antam cannot quantify the effect of such factors on the results of operations. Customers and Markets Almost all of Antam’s products are exported and normally sales are a function of what Antam can produce. Antam’s ferronickel is highly sought after by stainless steel producers as the product contains about 80% iron, for which Antam can often charge a small premium. The purity of Antam’s gold is accredited by the London Bullion Market Association
75
panjang ke Queensland Nickel Pty. Ltd Australia, yang merupakan anak perusahaan dari BHP Billiton. Perusahaan menjual produk emas dan perak kepada konsumen dari dalam dan luar negeri. Pabrik pemurnian Logam Mulia juga menjual jasa pemurnian kepada beberapa perusahaan pertambangan di Indonesia seperti PT Newmont Minahasa Raya, PT Indo Muro Kencana dan PT Nusa Halmahera Minerals. Bijih bauksit tercuci diekspor dari tambang Kijang ke pelanggan dari Jepang yaitu Nippon Light Metals, Showa Denko, Sumitomo Chemical dan ke Shangdong Aluminum di Cina. Antam memperpanjang pengoperasian tambang bauksit Kijang sehubungan dengan keinginan para pembeli dari Cina untuk menerima bijih bauksit yang memiliki kadar lebih rendah. Komoditas pasir besi dijual ke pabrik semen dalam negeri dengan kontrak berjangka waktu satu tahun yang dapat diperbarui. Pada umumnya harga jual feronikel mengacu pada harga jual yang tercantum pada London Metal Exchange (LME), namun untuk beberapa kontrak penjualan, harga jual yang ditetapkan lebih tinggi dari harga LME karena adanya premi. Harga jual bijih nikel Antam juga mengacu pada LME meski terdapat diskon karena bijih nikel merupakan bahan baku yang harus diolah terlebih dahulu. Diskon terhadap komoditas bijih nikel berkisar 24% dari harga LME untuk bijih nikel saprolit, dan antara 8,5% sampai dengan 17% untuk bijih nikel limonit. Untuk satu konsumen bijih nikel limonit, perusahaan memperoleh premi sebesar 4% dari harga jual karena adanya kandungan cobalt. Harga jual emas mengacu pada harga spot LBMA, namun terdapat premi pada komoditas emas yang dijual di dalam negeri. Harga jual bauksit ditentukan dalam negosiasi yang dilakukan dengan pihak pembeli setiap tahun. Khusus untuk konsumen bauksit diluar pembeli dari Jepang, kontrak penjualan bauksit diperbarui setiap tahun pada bulan Juli dan Desember. Pada umumnya pembayaran komoditas oleh konsumen dilakukan melalui letter of credit (LC) atau transfer pembayaran sebelum dilakukan pengiriman. Bijih nikel dan bauksit menggunakan sistem FOB, sementara komoditas feronikel menggunakan sistem CIF. Antam menggunakan truk untuk pengiriman komoditas emas, perak, dan pasir besi. Namun khusus untuk pengiriman dore emas dan perak, digunakan jasa keamanan eksternal serta bantuan kepolisian untuk memastikan keselamatan pengiriman. Seiring dengan konsistennya permintaan sepanjang tahun, Antam dapat melakukan manajemen persediaan yang akurat untuk menghindari penumpukan persediaan. DINAMIKA USAHA Peluang dan Risiko Pasar Peluang pasar utama dalam industri pertambangan pada tahun 2003 adalah meningkatnya permintaan komoditas dari Cina seiring dengan pertumbuhan ekonomi secara pesat yang diperkirakan akan terus berlanjut. Pada tahun 2003, Cina
and is sold both domestically and internationally. In 2003, there were no significant new contracts or customers and Antam’s market share remained relatively stable. Antam’s sales agreements range in duration from 1 to 10 years and most often the price is a function of the spot price on an international exchange. Antam’s customers rely on Antam’s product quality and timely delivery. To avoid supply disruptions of ferronickel, Antam has a toll smelting agreement with Pacific Metals Co. (Pamco) of Japan. Antam ensures sustainability by seeking to secure long term offtake agreements with loyal customers and ensuring no dependence on a single market or buyer. Ferronickel is mostly exported with longterm contracts to consumers in Europe and Asia, including Thyssen Krupp Nirosta, AvestaPolarit, ALZ BV, Yieh United Steel, Pohang Iron & Steel Co (Posco), Nikkinko Trading, Mitsubishi, Nissin Steel and Nippon Yakin Kogyo. Antam maintains a representative office in Japan to serve its North East Asian customers. Saprolite ore (high grade) is exported to a Japanese consortium called Gokokai comprising Pamco, Sumitomo Metals Mining Co. Ltd. and Nippon Yakin Kogyo Co. Ltd. Limonite ore (low grade and low grade saprolite) is exported with longterm contracts to Australia’s Queensland Nickel Pty. Ltd, a subsidiary of BHP Billiton. Antam’s gold division sells its gold and silver products to both domestic and international buyers. Logam Mulia, the precious metals refinery, sells its services to local mining companies such as PT Newmont Minahasa Raya, PT Indo Muro Kencana and PT Nusa Halmahera Minerals. Washed bauxite ores are exported from the Kijang mine to Japanese customers Nippon Light Metals, Showa Denko, Sumitomo Chemical and to Shangdong Aluminum of China. The Kijang mine life was extended when Chinese buyers were willing to accept lower quality bauxite. Iron sands are sold domestically to cement producers under renewable one year contracts. Generally, prices of Antam’s ferronickel are equal to the nickel spot price on the LME and, for certain contracts, reflect a small premium to the LME nickel prices. Prices for the Antam’s nickel ore are similarly based on the LME nickel price, although usually at a substantial discount to such nickel price (24% of LME price for saprolite ore, 8.5% to 17% for limonitic ore) because of the need for the nickel ore to be further processed to extract the nickel. In addition, Antam also receives a premium for cobalt contained in low grade nickel ore sold to one customer (4% of the London Metal Bulletin price). The prices for Antam’s gold and silver are based on the LBMA spot prices, although Antam is usually able to obtain a small premium to these prices for its domestic
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
76
diperkirakan mengkonsumsi komoditas nikel 50% lebih banyak dari tahun 2002 akibat pesatnya permintaan dari para produsen baja Cina untuk keperluan pembangunan pabrik. Pada tahun 2003, volume impor nikel oleh Cina diperkirakan meningkat menjadi 133.700 ton dari 87.200 ton pada tahun 2002. Permintaan nikel Cina memiliki kontribusi sekitar 20% dari permintaan nikel dunia, dengan jumlah impor meningkat lebih dari tiga kali lipat pada semester pertama tahun 2003. Pada tahun 2003, dari seluruh peningkatan permintaan nikel dunia, duapertiganya berasal dari Cina. Bagi komoditas nikel perusahaan, peningkatan permintaan dari Cina tidak memiliki dampak langsung karena perusahaan tidak menjual komoditas nikel ke Cina. Meskipun demikian, Antam turut menikmati keuntungan dari sisi peningkatan harga nikel. Saat ini produsen nikel dunia mulai berpaling ke Cina, dengan banyaknya jalinan kerja sama dengan perusahaan Cina seperti dengan produsen utama nikel Cina, Jinchuan Group Ltd. Perusahaan telah memulai memanfaatkan kesempatan pasar di Cina melalui upaya menjalin kerjasama yang lebih baik dengan produsen nikel terkemuka dunia. Pada saat pabrik FeNi III mulai beroperasi pada tahun 2006, Antam berharap dapat menjual sebagian produksi feronikel yang tidak terserap konsumen lama ke Cina. Peningkatan permintaan dari Cina yang mendorong peningkatan harga jual menyebabkan kenaikan pada pendapatan dan marjin laba perusahaan serta mendorong kondisi keuangan perusahaan yang lebih sehat. Meskipun saat ini ada kekhawatiran akan chinese bubbles, sebagian besar analis keuangan memperkirakan bahwa meski terdapat penurunan laju ekonomi Cina, hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Pada umumnya analis keuangan memprediksikan perekonomian Cina akan terus bertumbuh. Perusahaan menyadari adanya kemungkinan chinese bubbles, sehingga tidak mengandalkan Cina sebagai pasar utama dan berpaling pada upaya penjualan komoditas melalui kontrak offtake serta pengendalian biaya untuk mempertahankan marjin yang dihasilkan. Antam merupakan perusahaan terdiversifikasi sehingga tidak tergantung kepada satu pasar atau produk atau lebih dikenal dengan sebutan lindung nilai alami. Diversifikasi produk merupakan kecenderungan industri pertambangan pada tahun 2003 sebagaimana terlihat dengan berkurangnya aktivitas lindung nilai di dunia. Meskipun demikian, perusahaan dapat melakukan aktivitas lindung nilai untuk memanfaatkan kondisi harga jual komoditas yang tinggi saat ini, diantaranya melalui penetapan harga jual komoditas atau pembelian put option, sehingga dapat melindungi pendapatan perusahaan selama konstruksi proyek FeNi III. Bagi komoditas bauksit dan pasir besi Antam, peningkatan permintaan dari Cina juga membuka peluang pasar yang besar. Permintaan dari Cina menyebabkan tambang bauksit Kijang terus dioperasikan, meski pada awalnya tambang tersebut direncanakan untuk ditutup pada tahun 2003. Permintaan yang tinggi dari Cina memungkinkan perusahaan
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
sales. The prices for Antam’s bauxite are negotiated on an annual basis and, except for sales of bauxite to the Japanese smelters; all contracts for bauxite are renewed on a yearly basis in July and December. Payment for Antam’s products is usually either by way of letter of credit or the telegraphic transfer of funds by the purchaser prior to delivery. Nickel ore and bauxite are shipped FOB while ferronickel is shipped CIF. The distribution of Antam’s gold, silver and iron sands is usually undertaken by truck and, in the case of the distribution of gold and silver dore, Antam uses both external security personnel and the local police to ensure safe transportation. As demand for Antam’s products is relatively consistent throughout the year, Antam is able to manage production so as not to have significant inventories of any of its products. DYNAMICS OF THE BUSINESS Market Opportunities and Risks The main market opportunity in the mining industry in 2003 was increasing Chinese demand. China has emerged as a major commodity buyer due to the tremendous growth the country is experiencing and this growth looks set to continue. It is estimated China used 50% more nickel in 2003 and imported more of the metal as domestic steel makers opened plants, rising to an estimated 133,700 tonnes up from 87,200 tonnes in 2002. China accounted for 20% of global nickel demand and Chinese imports more than trebled in the first half of 2003. China accounted for two thirds of the increase in world nickel demand in 2003. For Antam’s nickel business, the impact of China was indirect as currently none of Antam’s nickel is sold to China, but Antam did benefit from the higher prices. There has been a definite reorientation of the nickel industry to China with key producers creating agreements with Chinese companies such as China’s major nickel producer, Jinchuan Group ltd. Antam’s approach to managing the opportunity presented by China was to seek ways to further align itself to China. When FeNi III is commissioned in 2006, some of the offtake of the older smelters, which will be freed up when two existing customers begin to acquire their nickel from the new smelter, may be exported to Chinese buyers. The impact on results from the Chinese growth is higher revenues and improved margins and should help sustain a healthy financial condition. There is the risk that the there is
77
dapat menjual bijih bauksit dengan kandungan silika yang lebih tinggi dan kadar aluminium yang lebih rendah. Di samping itu, komoditas pasir besi juga telah menarik minat para produsen baja Cina. Dalam beberapa tahun terakhir ini komoditas pasir besi sulit dijual kepada pabrik semen lokal, apalagi kepada pabrik baja. Permintaan yang tinggi dari Cina ini menyebabkan adanya keberlanjutan pendapatan dari tambang-tambang yang seharusnya telah ditutup, terlebih bagi komoditas pasir besi yang kurang menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Komoditas emas perusahaan diuntungkan oleh peningkatan permintaan emas sebagai investasi seiring dengan terus melemahnya dolar AS, sehingga harga jual emas naik sebesar 17%. Menyusul tingginya harga jual emas, perusahaan sedang mengkaji kemungkinan untuk melakukan lindung nilai dengan berpatokan pada harga jual saat ini. Seiring dengan tingginya permintaan komoditas perusahaan serta adanya kontrak penjualan yang bersifat jangka panjang dengan pembeli, tidak ada risiko pasar signifikan yang dihadapi selama tahun 2003. Risiko utama perusahaan justru terkait dengan ketidakpastian peraturan perundangan industri pertambangan Indonesia serta tantangan otonomi daerah. Hambatan yang paling serius adalah permasalahan tumpang tindih lahan pertambangan dengan hutan lindung menyusul keluarnya Undang-undang No. 41 tentang Kehutanan. Pada tahun 1999, kegiatan pertambangan di beberapa lokasi di Indonesia ditangguhkan menyusul reklasifikasi hutan yang semula ditetapkan sebagai hutan produksi kemudian ditetapkan sebagai hutan lindung. Selain itu, Undang-undang tersebut juga melarang adanya penambangan terbuka di hutan lindung. Pada akhir bulan Desember 2003, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempertimbangkan untuk tetap menghormati kontrak pertambangan yang ditandatangani sebelum pemberlakuan Undang-undang tersebut sehingga kegiatan penambangan di wilayah hutan tersebut dapat dilanjutkan. Permasalahan yang dihadapi industri tambang Indonesia telah menyebabkan kemerosotan setiap tahun penanaman modal dalam sektor pertambangan turun sampai dengan 90% dalam 6 tahun terakhir. Menurut survei yang dilakukan oleh PricewaterhouseCoopers, pada tahun 2003 tidak terdapat investasi pertambangan baru. Fraser Institute menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari tempat tujuan penanaman modal pertambangan yang paling tidak menarik disebabkan faktor tidak kondusifnya kebijakan pemerintah, adanya ketidakstabilan politik serta kondisi tenaga kerja. Walaupun hal-hal tersebut bukanlah gangguan usaha secara langsung terhadap Antam karena perijinan yang dimiliki bersifat jangka panjang serta adanya hubungan baik dengan masyarakat dan pemerintah setempat, namun risiko adanya hambatan dalam hal perijinan pemerintah daerah di masa datang tetap ada, sehingga akan merupakan kendala bagi pembangunan dan pengembangan proyek dan tambang baru, baik yang dilakukan sendiri maupun melalui
a “China bubble” forming, although most analysts feel that while there may be a slight cooling off period, the overall trend for China is one of increased growth. To avoid the downside of a bubble, Antam is in no way banking on China and can rely on its current offtake agreements and low cost of operation to sustain profits. Antam is a diversified company and does not rely on one market or product. This trend, which is also known as a “natural hedge”, became increasing popular in the mining industry in 2003, as evidenced by the shrinking global hedge book. However, the high price environment had created conditions where Antam could lock in attractive nickel prices and Antam may hedge a portion of its production, by perhaps purchasing put options, to safeguard revenues during the construction period of FeNi III. For Antam’s bauxite and iron sands division, increasing Chinese demand was also the main market opportunity. Chinese demand was responsible for Antam’s ability to keep the Kijang bauxite mine open beyond 2003, when it was to be closed. The demand for raw material is such that Antam is able to sell to the Chinese a higher silica content and lower quality bauxite. As well, Antam’s iron sands mines have drawn interest from Chinese steel makers. For the past few years Antam has found difficulty selling the product to local cement manufacturers, let alone steel makers, and had considered selling the iron sands operation. Antam’s approach to the opportunity presented by strong Chinese demand will allow Antam to continue to generate cash from a mine that would otherwise have been closed and to create a situation where it may be able to generate better profits from its iron sands division. For Antam’s gold division, the main opportunity was provided by the increasing use of gold as a currency and the continued weakening of the US dollar, which caused the gold price to increase by 17%. The higher gold price has created the opportunity to hedge gold at the current high price environment and Antam is analyzing this possibility. Due to the strong demand for commodities and Antam’s longterm sales agreements, there were no significant market risks in 2003. However, the main risk facing Antam was the lack of certainty with the regulatory framework of the Indonesian mining industry and the challenges of regional autonomy. The most serious obstacle is that caused by Forestry Law 41. In 1999, mining activities were suspended at various locations when previously designated production forests were designated as protection forest and open mining
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
78
kerjasama, maupun kendala di masa depan untuk memperoleh modal dari pihak eksternal. Pemilihan presiden dan anggota legislatif yang diadakan pada tahun 2004 tidak dipandang sebagai risiko bagi operasi Antam. Kompetisi Pasar komoditas Antam sangat kompetitif. Pada komoditas emas, perak, dan feronikel, pesaing Antam termasuk perusahaan pertambangan besar dunia. Antam percaya bahwa tidak ada satu produsen atau kelompok produsen yang mendominasi pasar dimana komoditas perusahaan berada. Antam mengantisipasi semakin ketatnya kompetisi dalam penjualan bijih nikel dan feronikel, seiring dengan munculnya beberapa proyek nikel baru. Daya Saing dan Pangsa Pasar Keunggulan daya saing Antam berada pada besarnya jumlah sumber daya yang besar dan cadangan berkualitas tinggi, jumlah kuasa pertambangan yang bersifat jangka panjang yang tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan bahan mineral, serta biaya produksi yang rendah. Seiring dengan tidak adanya peningkatan kapasitas produksi, pangsa pasar perusahaan relatif tetap. Pada tahun 2003, pangsa pasar Antam untuk refined nickel relatif sama, yakni di bawah 1%. Sementara pangsa pasar perusahaan untuk contained nikel juga tetap stabil sebesar 4%. Untuk komoditas emas, perak, bauksit dan pasir besi, pangsa pasar perusahaan tidak signifikan. Pada tahun 2003, seluruh kegiatan pertambangan Antam berada di Indonesia dengan sebagian besar komoditas diekspor ke Eropa dan Asia. Antam berharap adanya peningkatan pangsa pasar untuk refined nickel menjadi 2% pada tahun 2006, menyusul beroperasinya pabrik FeNi III. Sementara pengembangan proyek patungan chemical grade alumina (CGA) Tayan diperkirakan dapat membuat perusahaan menguasai 5-6% pasar CGA dunia. Faktor Politik dan Ekonomi Secara umum, faktor politik maupun ekonomi tidak memiliki dampak yang signifikan dalam kegiatan usaha Antam, bahkan kinerja perusahaan tercatat cukup baik selama terjadinya krisis moneter Asia. Meskipun demikian, faktor politik dan ekonomi berperan dalam membentuk persepsi investor tentang Indonesia, terutama dalam hal penanaman modal serta memperoleh mitra usaha di masa depan. Risiko faktor politik berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah serta risiko peraturan perundangan dalam industri pertambangan Indonesia juga dapat membawa dampak bagi Antam. Situasi politik dan ekonomi Indonesia relatif stabil pada tahun 2003 yang diperlihatkan oleh keluarnya Indonesia dari program Dana Moneter Internasional (IMF). Meskipun kestabilan ekonomi Indonesia telah meningkatkan minat investor, namun seiring dengan keluarnya Indonesia dari
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
was banned in protection forests. As at the end of December 2003, the Indonesian parliament was considering upholding previous agreements and allowing activities to recommence in protection forests. The difficulties have resulted in mining investment slumping by 90% over the past 6 years, falling each one of those years. In 2003 there was no new mining investment according to a survey conducted by PricewaterhouseCoppers. Indonesia was ranked by the Fraser Institute as the one of the least attractive destinations for mining investment, based on measures such as government policies, political instability and labour unrest. Although this is not a risk in terms of business interruptions, as Antam has all the necessary longterm permits and good relations with local communities and governments, it does pose a risk in terms of the future treatment of Antam’s permits by regional administrators, new projects either solely or jointly developed and future attempts to raise capital. The 2004 presidential and parliamentary elections are not viewed as risks to Antam’s operations. Competition The markets for Antam’s products are highly competitive. In the case of nickel ore, gold and ferronickel, Antam’s competitors include a large number of mineral producers outside Indonesia. Antam believes that a single producer, or a small group of producers, who could easily influence prices, does not dominate the markets in which it competes. Antam expects the markets for nickel ore and ferronickel will become increasingly competitive as a number of new mines and processing facilities come on stream. Competitive Advantage and Market Share Antam’s competitive advantages remain its vast high quality reserves and resources, its numerous long term exploration licenses throughout the mineral-rich Indonesian archipelago as well as its low cost of production. As Antam did not increase its production capacity, its market share remained the same. For refined nickel, Antam’s global market share was stable at just below 1%. In terms of mine production, which includes the contained nickel of Antam nickel exports, Antam’s portion remained stable at 4%. Antam’s share of the global gold, silver, bauxite and iron sands markets remained insignificant. In 2003, all of Antam’s activities remained in Indonesia with the vast majority of its production exported to Europe and Asia. In terms of capacity expansion, FeNi III could see Antam’s share of the refined nickel market increase to 2% in 2006. Antam’s Tayan expansion joint venture, could have a 5-6% share of the chemical grade alumina market.
79
program IMF, pemerintah perlu mencari sumber pembiayaan lain untuk belanja negara. Kondisi makro ekonomi Indonesia juga meningkat yang ditunjukkan penguatan Rupiah menjadi Rp 8.465 per dolar Amerika per 31 Desember 2003. Tingkat inflasi dan suku bunga juga mengalami penurunan, masingmasing turun menjadi 4,82% dan 8,31%. BEJ merupakan salah satu dari bursa berkinerja terbaik di dunia dengan IHSG naik sebesar 69% sehingga berada pada tingkat 691,9. Meskipun PDB Indonesia naik sebesar 3,9%, namun masih belum dapat mengatasi masalah pengangguran. Selain itu, meskipun keadaan makro ekonomi Indonesia membaik, masih tetap ada kekhawatiran dalam hal kemajuan pelaksanaan reformasi, terutama di sektor perbankan, peradilan dan pemberantasan korupsi. Pada tahun 2003, tidak ada perubahan pada peraturan perundangan atau kebijakan publik yang berpengaruh signifikan bagi perusahaan. Sistem perpajakan yang diterapkan juga tidak berubah dengan tarif pajak perusahaan sebesar 30% dan PPN sebesar 10%. Dari sudut pandang analis internasional, ada beberapa faktor politik dan ekonomi global yang dapat berpengaruh bagi perusahaan, diantaranya outlook positif atas perekonomian dunia, khususnya Cina, yang akan mendukung peningkatan permintaan komoditas; peningkatan permintaan terhadap komoditas emas sebagai safe haven investasi akibat isu terorisme dan kondisi keamanan dunia yang belum membaik sehingga dapat pula berdampak pada harga bahan bakar; kondisi perekonomian AS, termasuk defisit keuangan, melemahnya nilai dolar Amerika, serta tingkat suku bunga di AS, yang akan berdampak bagi pemulihan ekonomi dunia; peningkatan penanaman modal di Asia dan harga jual komoditas, yang dapat berdampak positif bagi Antam; serta kebijakan pemerintah Cina dalam “mendinginkan” pertumbuhan ekonominya, dan dampaknya pada harga komoditas. Faktor Industri dan Komoditas Secara umum pada tahun 2003 keuntungan perusahaan pertambangan dunia mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan harga komoditas yang lebih tinggi akibat peningkatan permintaan dari Cina. Kenaikan harga jual terjadi pada semua produk Antam. Kenaikan harga nikel spot sebesar 123% dibandingkan tahun 2002 juga didukung oleh membaiknya ekonomi AS dan dunia yang mendorong peningkatan permintaan baja nirkarat. Peningkatan permintaan baja nirkarat menyebabkan terjadinya kesenjangan pasokan yang disebabkan oleh berkurangnya proyek pengembangan nikel selama ini akibat kecenderungan harga nikel yang rendah. Melemahnya nilai dolar Amerika yang merupakan denominasi utama harga komoditas, juga telah menyebabkan kenaikan harga. Kecenderungan harga nikel yang rendah pada tahun 1999 menjadi semakin tertekan seiring dengan munculnya teknologi pengolahan baru yang disebut High Pressure Acid
Political and Economic Factors Political and economic factors do not normally play a significant direct role on Antam’s business. In fact Antam performed very well during the recent turmoil of the Asian Monetary Crisis. However, they do play a role in the perception of Indonesia and how this impacts on attracting investors to raise capital and on securing partnerships for future development. As well, political factors surrounding the implementation of regional autonomy and the regulatory framework faced by the Indonesia mining industry, may impact Antam’s business. The political and economic situation in Indonesia stabilized further in 2003. The most telling sign of the improvements was Indonesia’s “graduation” from the International Monetary Fund. This has brought renewed interest in Indonesia but also forces the government to find other means of funding the state budget. The macroeconomic conditions improved significantly, with the Rupiah strengthening to Rp8,465/USD as at December 31, 2003. Inflation fell to 4.82% as well as interest rates, which fell to 8.31%. This resulted in a GDP increase of 3.9%, which was still not seen as enough to combat the major problem of unemployment in the country. The Jakarta Stock Exchange was one of the world’s star performers increasing 69% to 691.9. While the macro-economy performed well there remained concerns about key reforms, which had yet to be fully implemented in terms of the banking sector, judiciary and corruption. There were no legislative changes nor changes in public policy that affected Antam. The taxation regime also remained the same. The corporate tax remained 30% and the value added tax was 10%. From an international perspective the global political and economic factors that affect Antam are: the generally positive outlook for global economies, especially China, which will support commodity demand growth; the heightened concern with terrorism and war and the increased demand for gold, often seen as a safe haven during times of global insecurity and how global insecurity impacts upon fuel prices; the current account deficit in the US; the weakening US dollar; when interest rates will be increased and how this will impact upon the global economic recovery and the US dollar exchange rate; the increased demand for investment in Asia and commodities and the opportunities that affords Antam; when or if China will allow its economy to “cool” and how this might impact prices.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
80
Leach (HPAL) yang diperkirakan akan mampu menurunkan biaya produksi. Teknologi ini terbukti belum dapat beroperasi sebagaimana yang diharapkan. Pada tahun 2003, kenaikan harga nikel jauh melebihi harga komoditas lainnya dengan capaian harga tertinggi dalam 14 tahun terakhir dan jumlah persediaan mencapai tingkat terendah dalam 20 bulan terakhir pada bulan Februari 2003. Seiring dengan tingginya harga nikel, produsen baja nirkarat mempertimbangkan untuk menggunakan bahan substitusi yang lebih murah seperti mangan meskipun kualitas baja nirkarat yang menggunakan mangan lebih rendah. Perusahaan telah mengantisipasi membaiknya harga nikel sebelumnya, sehingga mengambil keputusan untuk menunda overhaul pabrik feronikel yang seharusnya dilakukan pada tahun 2003. Suplai nikel diperkirakan akan tetap terbatas sampai tahun 2006 seiring dengan masih menguatnya perekonomian dunia yang tidak diikuti dengan suplai nikel yang memadai akibat berbagai hambatan seperti pemogokan, kerusakan fasilitas produksi, maupun penutupan fasilitas produksi untuk perbaikan. Pada tahun 2006, pasokan nikel dunia akan bertambah menyusul beroperasinya dua proyek nikel Inco, yakni Voisey Bay di Kanada dan Goro di Kaledonia Baru. Dalam jangka panjang, prediksi atas industri nikel masih positif. Konsultan independen Brookhunt memperkirakan permintaan nikel yang berasal dari Cina mencapai 237.000 tonnes pada tahun 2014 dibandingkan dengan angka permintaan tahun 2003 sebesar 116.000 tonnes. Brookhunt juga memprediksikan pertumbuhan rata-rata permintaan nikel akan naik sebesar 4,4% per tahun antara tahun 2003 - 2014. Pada tahun 2003 industri nikel dunia tidak menunjukkan perkembangan yang menonjol, baik dari sisi akuisisi maupun pengembangan proyek baru. Ketiadaan proyek baru disebabkan sebagian besar produsen nikel dunia lebih berfokus pada upaya penghematan biaya setelah pada tahun-tahun sebelumnya melakukan akuisisi dan ekspansi besar-besaran. Upaya penghematan biaya menjadi lebih penting karena pada umumnya terjadi biaya produksi akibat fluktuasi nilai tukar mata uang lokal terhadap dolar Amerika serta meningkatnya biaya pegawai dan biaya umpan pabrik. Meskipun demikian, seiring dengan peningkatan harga jual, terdapat kemungkinan produsen nikel besar dunia akan kembali melakukan akuisisi maupun meningkatkan kegiatan eksplorasi. Pada tahun 2003, tren industri pertambangan nikel dunia menunjukkan adanya penurunan kegiatan lindung nilai serta lebih menekankan upaya penghematan biaya daripada
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Industry and Commodity Factors In general, in 2003 the profitability of mining companies increased on higher metals prices due primarily to increased demand from China. Price increases were seen in all of Antam’s products. Higher spot nickel prices, which increased 123% by the end of the year, were also supported by a stronger US and global economy, which supported increased demand for stainless steel and created nickel supply shortfalls (the “supply gap”) caused by a lack of expansion during the low nickel price environment of previous years. The declines in the US dollar, in which most commodities are priced, also contributed to rising prices. This low nickel price of 1999 was pushed lower by expectations at that time about the imminent production cost reductions provided by a new processing technology called High Pressure Acid Leach, which had yet to operate as anticipated. In 2003, the nickel price increased more than any other base metal and hit a 14-year high. Stockpiles hit a 20 month low in February. Because of the high prices, nickel consumers, such as stainless steel producers, considered the use of cheaper alternatives, such as manganese, although stainless steel made with manganese if of an inferior quality. Antam’s management anticipated the high price environment and took steps to delay a full overhaul that would otherwise have taken place in 2003. The tight nickel market is expected to remain as such until 2006 due to strengthening economies combined with insufficient additions to supply and supply disruption (strikes, breakdowns and shutdowns for maintenance). In 2006, most players expect that Inco will have commenced production at its Voisey Bay and Goro projects in Canada and New Caledonia respectively. Still, long term the outlook for nickel is good, and the consultancy Brookhunt has estimated the 2014 primary nickel demand in China will reach 237,000 tonnes up from the estimated 2003 figure of 116,000 tonnes. They estimate the average global growth in primary nickel demand at 4.4% per year between 2003-2014. The nickel industry in 2003 saw no major developments either through acquisitions or new projects. There were no major projects for the major companies to get their teeth into and most major companies focused on cost cutting after a few years of takeovers and expansion. Cost cutting became all the more important as the nickel mining industry on average faced production costs increases due to local currencies surging against the US dollar and increased labour and concentrate feed costs. It is likely in the near term that in the favorable price environment, big companies will once again be looking for takeover targets and to increase exploration spending.
81
kegiatan ekspansi. Strategi perusahaan dalam pengembangan usaha sangat beragam, diantaranya melakukan penghentian usaha yang tidak menguntungkan, diversifikasi produk, pengembangan produk hilir, ekspansi, peningkatan kapasitas produksi, serta memanfaatkan peluang pasar yang ada. Faktor Hukum dan Perundangan Pada tahun 2003, Antam tidak memiliki permasalahan yang signifikan berkaitan dengan aspek hukum dan perundangan. Sebagian besar pekerjaan yang terkait dengan penyelesaian dokumen proyek FeNi III, diantaranya kontrak penjualan atau berkas penerbitan obligasi. Sengketa hukum dengan Hardy & Kee mengenai pembangunan dermaga Gebe sudah terselesaikan karena upaya kasasi yang diajukan oleh Hardy & Kee ke Mahkamah Agung ditolak. Faktor Perkembangan Teknologi Pada tahun 2003, teknologi HPAL yang diperkenalkan pada akhir tahun 1990-an dan ditujukan untuk menekan kurva biaya industri akhirnya mulai menunjukkan perkembangan yang berarti setelah pada tahun-tahun sebelumnya gagal diimplementasikan karena permasalahan teknis. Penggunaan teknologi ini dianggap layak secara ekonomis menyusul peningkatan harga jual nikel dunia serta suksesnya salah satu proyek HPAL besar generasi pertama dalam mengatasi permasalahan teknis untuk memproduksi nikel berbiaya rendah. Meskipun demikian, biaya produksi yang menggunakan teknologi HPAL masih tidak serendah yang diharapkan. HPAL merupakan proses produksi nikel menggunakan teknologi hidrometalurgi dengan menggunakan tekanan tinggi dan asam untuk mengatuskan nikel dari bijih limonit. Teknologi HPAL berbeda dengan proses produksi nikel yang menggunakan proses pirometalurgi standar yang memakai suhu tinggi untuk melebur nikel dari bijih saprolit. Meskipun teknologi HPAL dianggap belum memuaskan, produsen nikel mana pun di dunia telah menganggap teknologi ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang perusahaan. Antam merencanakan untuk menggunakan teknologi HPAL dalam proyek nikel di pulau Gag bersama dengan BHP Billiton dan pada rencana pengembangan cadangan limonit di Buli, Maluku Utara.
In terms of general trends in the mining industry in 2003, there was a reduction in hedging activities and a focus on cost cutting rather than expansion. There were a variety corporate strategies used, ranging from plans to exit mining, to diversify production, to go more down stream, to expand, to increase production and to generally take advantage of opportunities. Significant Legal Issues Antam had no significant legal issues to deal with in 2003. Most legal work focused on finalizing corporate contracts associated with FeNi III, including the offtake agreements and documents related to the corporate bond. A dispute with Hardy & Kee over the construction of the Gebe jetty was ended when Hardy & Kee’s appeal to the Supreme Court was rejected. Technological Developments The High Pressure Acid Leach (HPAL) technology, which was to lower the industry cost curve in the late 1990’s but didn’t due to technical problems, was starting to look more feasible by the end of 2003 due to the higher nickel prices and with the major first generation HPAL project having overcome its technical problems to produce low cost nickel, although still not as low as expected. HPAL, which is a hydrometallurgical process, produces nickel using high pressure and acid to leach nickel from previously uneconomical limonite ores instead of using the standard phyrometallurgical process, which uses high temperatures to smelt nickel from higher grade saprolite ores. It is imperative that any nickel mining company include HPAL as part of its longterm strategy. Antam has done so with its plans for the development of an HPAL project at Gag Island with BHP Billiton and in its plans to develop its limonite reserves in Buli, North Maluku. Although not a new technology, Antam will incorporate a new and improved ferronickel smelting process, which incorporates the copper cooling system. The approximate USD15 million overhaul on the FeNi II smelter will be completed in 2004 and will use the copper cooling system which will increase the capacity of the smelter by 10%. The FeNi III nickel smelter will also use a copper cooling system.
Antam juga akan menggunakan proses peleburan yang baru dan lebih baik dengan menggunakan sistem copper cooler. Meskipun sistem ini tidak lagi baru, namun diharapkan kapasitas peleburan feronikel perusahaan akan naik sekitar 10%. Sistem copper cooler akan digunakan di pabrik FeNi II dan diperkirakan menghabiskan biaya sebesar USD 15 juta, dengan penyelesaian pemasangan pada tahun 2004. Proyek
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
82
FeNi III juga akan menggunakan teknologi copper cooler yang akan meningkatkan volume produksi dan efisiensi melalui penghilangan penggunaan batu kapur untuk mengurangi keasaman bijih pada proses peleburan bijih nikel. Perusahaan saat ini menambahkan batu kapur untuk mengeliminir erosi pada bata tahan api yang dapat merusak tanur pabrik sehingga akan menghasilkan kadar nikel yang lebih tinggi serta adanya penghematan biaya pembelian batu kapur dan perbaikan tanur. Perubahan pada Struktur dan Manajemen Perusahaan Pada tahun 2003 tidak ada perubahan yang signifikan pada struktur perusahaan. Secara garis besar Antam memiliki empat lini usaha, yakni nikel, emas, mineral-mineral lain, dan eksplorasi, serta kantor pusat. Perusahaan dapat merubah status unit bisnis menjadi perseroan terbatas dengan melakukan pengalihan aset perusahaan. Pengalihan aset perusahaan menimbulkan konsekuensi perpajakan yang menjadi salah satu hambatan pembentukan anak perusahaan yang terpisah. Antam memiliki 4 unit bisnis, satu unit pertambangan serta satu unit eksplorasi, unit Geomin. Kepemilikan saham perusahaan di beberapa usaha patungan juga tidak mengalami perubahan. Satu-satunya perubahan pada kepemilikan Antam berkaitan dengan pelepasan kepemilikan saham mayoritas di IAR yang merupakan perusahaan publik di Kanada sebesar 82% dengan kompensasi aset pertambangan dan ijin kuasa pertambangan yang dimiliki oleh IAR. Melalui transaksi ini, Antam mengambil alih saham IAR dalam anak perusahaan PT Antam Resourcindo yang mengoperasikan tambang emas Cikotok. INDIKATOR KINERJA Manajemen perusahaan cenderung melihat volume produksi dan volume penjualan sebagai tolok ukur kinerja perusahaan karena pada dasarnya Antam dapat menjual seluruh komoditas yang dihasilkan. Jika setiap unit bisnis dapat memenuhi target tahunan yang ditetapkan, maka kinerja perusahaan dianggap cukup baik. Tolok ukur kinerja lainnya adalah persentase target penghematan biaya per tahun yang dicapai oleh masing-masing unit bisnis. Antam berpatokan pada marjin operasi lebih dari 25% sebagai tingkat marjin yang layak. Setelah beberapa tahun nilai hutang jangka panjang perusahaan relatif kecil, dengan rasio rata-rata 10 tahun hutang terhadap ekuitas sebesar 43:57, manajemen memutuskan untuk menaikkan jumlah hutang perusahaan guna mendanai proyek FeNi III, sehingga rasio hutang terhadap ekuitas naik menjadi 59:41.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Copper cooling allows for increased and more efficient output by allowing nickel ore to be smelted without adding limestone to reduce the acidity of the ore. Without copper cooling, nickel ore processed without adding limestone can cause the refractory bricks to erode, which eventually requires the furnace to be relined. Copper cooling results in a higher nickel content in the feedstock and money is saved on the costs of limestone and relining. Changes In Company Structure and Management There were no major changes in 2003 to the company structure. Antam was still organized similar to a holding company with four divisions, nickel, gold, other minerals and exploration. Each division may one day become a separate limited liability company and the assets would then be transferred. This has not been done due to tax reasons. The company has four strategic business units, one mining unit and one exploration unit, Unit Geomin. As well there were no changes to the interests Antam held in several Indonesian joint venture companies. The one change that did occur was that Antam’s subsidiary, International Antam Resources Ltd. (IAR) was terminated when Antam returned the 82% shares it held in the Canadian-listed company in return for the mining assets and exploration licenses held by IAR. As part of the transaction, Antam acquired IAR’s subsidiary, Antam Resourcindo, which runs the Cikotok gold mine. PERFORMANCE INDICATORS As Antam can generally sell what it produces management has traditionally focused on production and sales volume results as a measurement of the performance of the company. If each unit is able to meet its annual targets the company is thought to be running well. The other key performance measurement is based on what percentage of the annual cost reduction targets each unit is able to achieve. Antam views an operating margin over 25% as healthy. After several years with very little long term borrowings, with a 10 year average debt to equity ratio of 43:57, Antam has raised its debt levels resulting in a more aggressive debt to equity level of 59:41 to fund the strategic ferronickel expansion plan.
83
TINJAUAN OPERASI
REVIEW OF OPERATIONS
Segmen » Division: Nikel Nickel Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Nikel (Feronikel dan Bijih Nikel) SBU Nickel (Ferronickel and Nickel Ore)
Emas Gold
Mineral-mineral lain Other Minerals
Eksplorasi Exploration
Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Emas (termasuk Perak) SBU Gold (includes Silver)
Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Bauksit SBU Bauxite
Unit Bisnis Pemurnian dan Pengolahan (UBPP) Logam Mulia (Pabrik Pemurnian Logam Mulia) SBU Logam Mulia (Precious Metals Refining)
Unit Pertambangan (UP) Pasir Besi Mining Unit Iron Sands
PRODUKSI DAN PENJUALAN Nilai penjualan Antam meningkat sebesar 25% menjadi Rp 2,139 triliun (USD 250 juta) atau naik 33% dalam dolar Amerika. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan harga jual emas dan nikel. Harga jual rata-rata emas naik 17% seiring dengan meningkatnya penggunaan emas sebagai safe haven investasi akibat isu keamanan dunia. Harga jual rata-rata feronikel, bijih nikel saprolit dan bijih nikel limonit naik masing-masing 33%, 29%, dan 82%. Harga jual limonit mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan penjualan LGSO. 85% dari total hasil penjualan Antam adalah ekspor, dan lebih dari 99% dari pendapatan perusahaan berdenominasi dolar Amerika. Pelanggan-pelanggan terbesar Antam pada tahun 2003 berdasarkan nilai transaksi adalah produsen baja nirkarat Eropa, antara lain Thyssen Krupp Nirosta, ALZ BV dan AvestaPolarit, dengan total keseluruhan pembelian feronikel sebesar Rp 351 miliar. Konsumen feronikel lainnya adalah Misubishi Corp., Pohang Steel Corp., dan Mitsui & Co., dengan nilai pembelian masing-masing sebesar Rp 322 miliar, Rp 205 miliar, dan Rp 188 miliar.
PRODUCTION AND SALES Antam’s sales revenue increased to 25% to Rp2,139 billion (USD250 million), a 33% increase in US Dollar terms. The increase is due to higher gold and nickel prices. The average selling price of gold rose 17% due to the increased use internationally of gold as a currency and amidst increased global insecurity. The average selling prices of nickel, saprolite nickel ore and limonite nickel ore rose 33%, 29% and 82% respectively. Limonite prices rose as Antam increased sales of a higher grade ore known as low grade saprolite. Antam’s products are 85% exported and more than 99% of its revenues are USD-based. Antam’s biggest customers in 2003 by value were the European stainless steel producers, including Thyssen Krupp Nirosta, ALZ BV and AvestaPolarit, who together bought Rp351 billion of ferronickel. This was followed by nickel purchases from Mitsubishi Corp., Pohang Steel Corp. and Mitsui & Co, amounting to Rp322 billion, Rp205 billion and Rp188 billion respectively. Nickel Antam’s sales of contained nickel increased 8% to 8,868 tonnes. Sales were tied to the production of 8,933 tonnes of
PENJUALAN BERSIH »
Net Sales
Rp Miliar » Rp Billion
2,139
1,735
1,711
1,566
2001
2002
966
Nikel Volume penjualan feronikel naik 8% dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi 8.868 ton Ni akibat kenaikan volume produksi menjadi 8.933 ton Ni, termasuk 597 ton Ni yang diproduksi melalui toll smelting dengan Pamco. Produksi feronikel Antam pada tahun 2003 mencapai 89% dari target produksi sebesar 10.000 ton Ni. Tidak tercapainya produksi feronikel dari target disebabkan tidak stabilnya suplai tenaga listrik serta adanya kebutuhan overhaul atas pabrik FeNi II, yang seringkali mengalami panas berlebihan (overheating). Perusahaan juga melakukan perbaikan pada pabrik FeNi I selama 8 hari pada bulan Januari 2003. Antam telah melakukan overhaul pada pabrik FeNi I pada tahun 1998/1999. Sepanjang tahun 2003, load factor rata-rata dari dua unit pembangkit listrik di Pomalaa berkisar antara 75% sampai dengan 85% dari kapasitas normal. Untuk menjamin pasokan tenaga listrik yang stabil, pada bulan Juli 2003 Antam menyewa generator listrik sebesar maksimal 6 MW dengan GE Energy Rentals selama 33 bulan. Pada awalnya Antam berencana untuk mengoperasikan pabrik FeNi III dan pembangkit listrik ketiga yang baru pada tahun 2003. Namun seiring dengan kesulitan pendanaan, pembangunan pabrik FeNi III maupun pembangkit
Unit Geomin Unit Geomin
1999
2000
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
84
listrik belum terselesaikan pada tahun 2003. Antam merencanakan untuk melakukan overhaul pada pabrik FeNi II menyusul kedatangan suku cadang impor pada semester kedua tahun 2004. Selain itu, Antam juga akan melakukan modernisasi pada pabrik FeNi II melalui penerapan teknologi Hatch dan copper cooler yang lebih efisien yang juga akan digunakan di pabrik FeNi III. Meskipun demikian, nilai penjualan feronikel meningkat sebesar 55% menjadi Rp 791 miliar yang disebabkan kenaikan harga jual rata-rata menjadi USD 4,06 per lbs. Setelah mengalami peningkatan volume penjualan sebesar 23% pada tahun 2002, ekspor bijih nikel saprolit yang dijual kepada konsorsium Gokokai dari Jepang turun sebesar 7% menjadi 2,2 juta wmt. Penjualan bijih nikel limonit (kadar rendah dan LGSO), yang dijual kepada perusahaan Australia, Queensland Nickel, naik 8% menjadi 1,1 juta wmt. Pada tahun 2003, nilai penjualan bijih nikel meningkat 21% menjadi Rp 682 miliar. Nilai penjualan segmen nikel yang mencakup komoditas bijih nikel dan feronikel, meningkat 37% menjadi Rp 1.473 miliar dan menyumbang 69% dari total pendapatan perusahaan, atau lebih besar dari kontribusi penjualan segmen nikel pada tahun 2002 yang mencapai 63%. Penjualan komoditas segmen nikel hampir semuanya diekspor. Emas Segmen emas yang mencakup komoditas emas, perak, dan jasa pemurnian logam mulia, menghasilkan pendapatan sebesar Rp 554 miliar, atau naik 15% dibandingkan tahun 2002. Lebih dari separuh produk segmen emas dijual di dalam negeri. Pendapatan dari segmen emas memiliki kontribusi 26% dari total pendapatan Antam, turun dibandingkan 28% pada tahun 2002. Volume penjualan emas meningkat 19,5% menjadi 4.839 kg karena adanya peningkatan produksi bijih emas serta kenaikan kadar bijih yang ditambang. Pada tahun
contained nickel in ferronickel, including 597 tonnes produced via toll smelting with Pamco. Annual ferronickel production reached 89% of the projection of 10,000 tonnes of contained nickel in ferronickel. Antam’s ferronickel production was constrained due to inconsistent power output and the need for a full overhaul on FeNi II smelter, which would occasionally overheat. As well, FeNi I smelter, which was overhauled in 1998/1999 required an 8-day spot-lining repair in January 2003. During the year the average load factor from both the power units at the Pomalaa facility ranged from 75% to 85% of capacity. To ensure a consistent power supply, in July 2003, Antam entered into two 33-month contracts with GE Energy Rentals to rent equipment, provide services and supply power of up to 6MW. Antam initially planned to have the new FeNi III smelter and a new accompanying power unit operational in 2003, but difficulties in achieving financial closure delayed construction. Following the import of necessary spare parts, in the second semester of 2004, FeNi II will undergo a major overhaul and will be modernized with the more efficient Hatch copper cooling system that will also be used for FeNi III. Despite technical difficulties, due to the higher average selling price of USD4.06/lb, revenue from ferronickel increased in 2003 by 55% to Rp791 billion. After increasing 23% in 2002, Antam saprolite nickel ore (high grade) exports, which are sold to a Japanese consortium called Gokokai, decreased 7% to 2.2 million wmt. Antam’s sales of limonite nickel ore (low grade and low grade saprolite), which are sold to Australia’s Queensland Nickel, increased 8% to 1.1 million wmt. Combined sales of Antam’s nickel ore increased 21% to Rp682 billion. The sales from Antam’s nickel division, which includes nickel ore and ferronickel, increased 37% to Rp1,473 billion, substantially all exports, accounting for 69% of Antam’s total revenues, larger than the 63% contribution of 2002.
PENDAPATAN PERBULAN DARI SEGMEN NIKEL » Nickel Revenues Per Month Dalam miliar Rupiah » In billions of Rupiah
Bulan Month
Januari » January Februari » February Maret » March April » April Mei » May Juni » June Juli » July Agustus » August September » September Oktober » October November » November Desember » December Jumlah » Total
ANTAM
Pomalaa Ferronickel
Pomalaa HG
Pomalaa LGSO
Gee HG
Gebe HG
Gebe LG
T.Buli HG
T.Buli LG
Total
59.8 32.7 76.6 92.3 27.6 47.7 76.1 19.0 52.3 64.9 96.2 145.6
8.8 8.3 7.4 7.7 8.4 7.1 7.2 -
5.7 10.5 5.5 15.9 5.0 4.8 11.1 22.1 10.7
10.5 10.0 20.2 11.8 22.1 11.9 10.3 12.0 16.8 13.3 36.2 28.0
6.9 13.5 12.8 5.8 12.4 12.4 8.5 7.9 7.9
3.6 4.2 5.2 5.5 7.9 6.4
19.4 10.8 11.0 11.2 20.9 12.1 12.0 18.9 19.2 22.0 20.4 18.4
5.3 9.3 -
95.5 70.8 130.2 133.5 104.2 101.0 108.6 74.8 113.4 115.9 207.2 217.6
790.8
54.9
91.3
203.7
88.1
32.8
196.4
14.6
1,472.7
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
85
PENJUALAN DAN PRODUKSI BIJIH NIKEL » SAPROLIT KADAR TINGGI » Saprolite High Grade
Nickel Ore Sales and Production LIMONIT KADAR RENDAH » Limonite Low Grade
wmt
1,088,696
1,152,676
1,120,978
931,355
1,140,818
3,306,733
3,253,338
2,498.163
2,107,514
2,094,467 1,035,465
1,238,366
1,968,472
2,422,979
2,244,434
992,272
799,417
821,858
1,004,976
1,087,141
1999
2000
2001
2002
2003
1999
2000
2001
2002
2003
2003 volume produksi emas mencapai 4.176 kg, melebihi target internal perusahaan sebesar 4.100 kg. Pendapatan dari penjualan emas meningkat 28% menjadi Rp 485 miliar seiring dengan kenaikan volume produksi maupun harga jual yang meningkat menjadi USD 364,32/t.oz. Pada tahun 2003 volume produksi perak mencapai 28.570 kg, naik 12% dari volume produksi pada tahun 2002. Meskipun demikian, volume penjualan perak turun 23% menjadi 37.726 kg karena pada tahun 2002 Antam melakukan aktivitas tambahan perdagangan perak. Akibat penurunan volume penjualan, nilai penjualan perak, yang porsi ekspornya merosot tajam, turun sebesar 25% menjadi Rp 53 miliar. Pendapatan dari jasa pemurnian Logam Mulia turun 54% menjadi Rp 15 miliar seiring dengan berhentinya operasi pertambangan pihak ketiga yang menggunakan jasa Logam Mulia. Bagi Logam Mulia, upaya pencarian konsumen baru saat ini lebih sulit akibat stagnasi pada industri pertambangan emas Indonesia karena iklim investasi yang kurang kondusif. Logam Mulia, yang juga melakukan pemurnian bullion perusahaan yang berasal dari Pongkor, memiliki kapasitas sebesar 75 ton dan pada tahun 2003 mengoperasikan sekitar 36% dari kapasitas terpasang. Bauksit dan Pasir Besi Jumlah pendapatan dari komoditas bauksit dan pasir besi mencapai Rp 112 miliar atau turun 28% dibandingkan tahun 2002. Pendapatan dari kedua komoditas ini memiliki kontribusi 5% dari pendapatan total perusahaan. Meskipun volume produksi bauksit hanya turun 2% dibandingkan tahun 2002, namun volume penjualan bauksit turun 13% menjadi 1,1 juta wmt sehingga pendapatan dari komoditas bauksit turun 20% dibandingkan tahun 2002 menjadi Rp 103 miliar. Harga jual bauksit turun 1% dibandingkan tahun 2002 menjadi USD 10,93 per wmt. Pada awalnya, Antam berencana untuk menutup tambang bauksit Kijang pada tahun 2003 seiring dengan makin menipisnya jumlah cadangan. Namun akibat tingginya permintaan bauksit dari Cina, manajemen
Gold Antam’s gold division (gold, silver and precious metal refinery services) generated Rp554 billion in revenues, an increase of 15% over 2002, with over half sold domestically. The gold division accounted for 26% of Antam’s total revenues, less than the 28% of 2002. Gold sales increased 19.5% to 4,839kg due to increased ore production and higher ore grades. In 2003, gold production reached 4,176 kg, exceeding the company’s target of 4,100 kg. Due to higher production and the higher average selling price of USD364.32/toz, revenues of gold increased 28% to Rp485 billion. Silver production in 2003 reached 28,570kg, an increase of 12% over 2002. However this was not reflected in silver sales, which dropped 23% to 37,726kg, due to additional silver trading activities Antam conducted in 2002. Due to decreased sales volumes, revenues from silver sales, the export portion of which jumped significantly, dropped 25% to Rp53 billion. Refinery services provided by Antam’s precious metals refinery, Logam Mulia, dropped 54% to Rp15 billion, as the mine operations of customers using the refinery continue to close. Replacing customers is a challenge as the development of new gold mines in Indonesia was hampered by a non-conducive investment climate. Logam Mulia, which also refines Antam’s gold bullion from the Pongkor gold mine, has a capacity of 75 tonnes of gold and operated at about 36% of capacity in 2003. Bauxite and Iron Sands Antam’s bauxite and iron sands division together generated Rp112 billion in sales, a 28% decrease compared to the previous corresponding period, contributing 5% to Antam’s consolidated revenues. Bauxite production decreased 2%, yet bauxite sales volumes dropped 13% to 1.1 million tonnes, resulting in Rp103 billion in sales, a 20% reduction, while the average selling price dropped 1% to USD10.93/wmt. Antam’s Kijang bauxite mine was to have been closed in 2003
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
86
BIAYA DAN HARGA BIJIH NIKEL
» Nickel Ore Cost and Sale Price Trends
SAPROLIT KADAR TINGGI » Saprolite High Grade
LIMONIT KADAR RENDAH » Limonite Low Grade
USD/wmt 14.96 28.38
26.80
21.38
21.91
14.63 7.71
8.20
7.49
14.42 12.41 10.70 9.86
9.43
13.94 12.00
4.68 3.75
4.61 3.90
3.22
3.44
4.50
2.94
8.84
6.99
4.89
5.21 4.91
2.49 1999
2000
2001
2002
memutuskan untuk terus mengoperasikan tambang tersebut dengan menjual bijih bauksit yang memiliki kualitas lebih rendah dengan kadar silika yang tinggi. Penambangan bijih bauksit saat ini lebih sulit karena lokasi penambangan yang tersebar, sementara pencarian bijih yang layak jual juga semakin sulit akibat usia tambang yang relatif tua. Apalagi, Antam tidak dapat meminta premi terhadap harga jual karena karakteristik kualitas bijih yang lebih rendah. Pendapatan dari komoditas pasir besi yang dijual di dalam negeri mencapai Rp 9 miliar. Meskipun harga jual pasir besi naik 9% dibandingkan tahun 2002 menjadi Rp 86.374 per wmt, nilai pendapatan dari komoditas ini turun 65% seiring menurunnya permintaan dari pabrik semen dalam negeri yang menggunakan copper slag sebagai substitusi pasir besi. Pada akhir tahun 2003, terdapat minat yang besar dari konsumen yang berasal dari Cina atas pasir besi Antam, yang
1999
2000
2001
2002
as the deposit was almost entirely excavated. Due to strong demand from China, Antam was able to keep the mine open by selling the lower quality, high silica-content bauxite still available. However, due to the age of the mine, excavation was more difficult and due to the lower quality ore, Antam could not charge as high a price. Iron sands, which are sold locally, generated Rp9 billion in sales, a 65% decrease, despite the average selling price increasing 9% to Rp86,374/ wmt. The iron sands division continued to have difficulty in 2003 as local cement makers continued to use copper slag as a substitute. At the end of the year, Chinese buyers looking for iron ore expressed interest in purchasing iron sands, which is about 47% iron. Antam’s management hopes this will revitalize this struggling business unit.
PENJUALAN DAN PRODUKSI PASIR BESI
BIAYA DAN HARGA PASIR BESI
Iron Sands Sales and Production
Iron Sands Cost and Sale Price Trends Rp/wmt
wmt
584,428
124,683
469,377
489,126
117,924
378,587
86,374 79,418 80,417 69,002
245,409
61,013 75,833 57,995 49,327 50,381 58.072 54,719 37,204
403,099
439,326
340,459
2000
2001
2002
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
108,555
496,202
ANTAM
1999
34,833
1999
2000
2001
2002
87
PENJUALAN DAN PRODUKSI EMAS DAN PERAK » Emas » Gold
Gold and Silver Sales and Production
Perak » Silver kg
2000
2001
2002
37,726
1999
COSTS Nickel Cash Costs In 2003, the cash cost of producing ferronickel reached USD3.16 per lbs., an increase of 31% compared to 2002. Antam’s nickel cash costs began to rise in 2002 when Antam produced 15% less nickel than in 2001 and due to the removal of a fuel subsidy and salary increases in May 2002. Although production did not decrease in 2003, unit cost increases denominated in US dollars, came from a stronger Rupiah, costs for toll smelting, higher fuel costs and labour-related cost increases, such as a larger bonus, the mid-2002 salary increase, social security insurance and increased pension contributions. Increases were also due to the cost of two spot lining repairs and the costs related to power rental
BIAYA DAN HARGA EMAS
Gold Cost and Sale Price Trends USD/t.oz
364.32 312.22 278.77
279.82
270.98
255.54 222.55
192.34 171.25
Pada tahun 2003 sebagian besar produsen nikel dunia mengalami kenaikan biaya produksi akibat nilai dolar Amerika melemah dan kenaikan beban tenaga kerja serta biaya umpan pabrik.
28,570
Peningkatan biaya tunai untuk komoditas nikel dimulai pada tahun 2002 seiring dengan penurunan volume produksi feronikel sebesar 15% dibandingkan dengan tahun 2001. Selain itu, kenaikan biaya tunai juga disebabkan oleh hilangnya subsidi BBM dan kenaikan gaji karyawan pada tahun 2002. Meskipun pada tahun 2003 tidak terjadi penurunan volume produksi feronikel, namun biaya produksi dalam denominasi dolar Amerika tetap naik akibat penguatan Rupiah, biaya toll smelting, kenaikan harga BBM serta peningkatan beban yang berhubungan dengan tenaga kerja, seperti kenaikan bonus karyawan, gaji karyawan pada pertengahan 2002, DPLK dan iuran pensiunan. Kenaikan biaya produksi juga disebabkan adanya dua kali perbaikan spot lining serta biaya sewa generator listrik dari GE. Pada tahun 2003, pabrik FeNi II beroperasi pada kondisi di bawah normal dimana seharusnya pabrik tersebut sudah menjalani perawatan dan perbaikan dan didukung pengoperasian pabrik FeNi III yang terlambat pengerjaannya akibat masalah pendanaan.
49,139
Nikel Pada tahun 2003, biaya tunai untuk memproduksi feronikel mencapai USD 3,16 per lbs., atau naik 31% dibandingkan dengan tahun 2002.
25,397
BIAYA
30,869
4,093
mengandung sekitar 47% besi. Manajemen berharap minat dari Cina dapat meningkatkan marjin usaha unit pertambangan pasir besi.
31,220
4,298
2002
19,730
4,172
2001
4,839
2,987
2000
28,079
21,064
27,650
4,176
3,813
3,979
4,021
2,956 1999
180.82 190.52
136.22
1999
150.71
2000
165.69 140.69
2001
2002
Biaya tunai komoditas bijih nikel saprolit naik 16% dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi USD 13,94 per wmt, sementara biaya tunai untuk bijih nikel limonit dan
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
88
Tonne Ni
8,933
8,804
10,302
10,111
10,282
8,231
1999
2000
2001
2002
8,868
10,200
Emas Pada tahun 2003, biaya tunai untuk memproduksi emas mencapai USD 190,52 per t.oz., atau meningkat 15% dibandingkan tahun 2002. Peningkatan ini disebabkan oleh menguatnya Rupiah serta adanya kenaikan tarif air dan listrik. Meskipun terjadi kenaikan biaya produksi dalam denominasi dolar Amerika, marjin komoditas emas meningkat seiring dengan kenaikan harga jual.
Ferronickel Sales and Production
9,140
Nilai penjualan bijih nikel tercatat cukup baik bagi perusahaan, sehingga akan membantu adanya arus kas yang positif pada tahun 2004 disaat perusahaan melakukan overhaul pada pabrik FeNi II maupun pada saat pengerjaan smelter pabrik FeNi III, yang kesemuanya diharapkan dapat menurunkan biaya.
PENJUALAN DAN PRODUKSI FERONIKEL
9,221
LGSO masing-masing mencapai USD 4,91 per wmt dan USD 4,86 per wmt. Pada tahun 2003 biaya tunai bijih nikel limonit naik 9% dibandingkan tahun 2002 sementara biaya tunai LGSO turun 2% dibandingkan tahun 2002. Seiring dengan stabilnya biaya, marjin komoditas bijih nikel meningkat seiring dengan kenaikan harga jual. Marjin bijih nikel limonit meningkat secara signifikan karena biaya penambangan limonit yang berada di level atas permukaan tanah lebih rendah dibandingkan saprolit. Selain itu, beberapa komponen biaya limonit dimasukkan dalam beban biaya produksi saprolit dan saat ini komoditas limonit juga mencakup LGSO yang memiliki harga jual lebih tinggi.
BIAYA DAN HARGA FERONIKEL
Ferronickel Cost and Sale Price Trends USD/lb
4.06 3.73 3.37
Bauksit dan Pasir Besi Pada tahun 2003 biaya tunai untuk memproduksi bauksit dalam denominasi dolar Amerika naik 7% dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi USD 9,73 per wmt. Sementara untuk komoditas pasir besi, biaya tunai meningkat 55% menjadi Rp 117.924 per wmt. Peningkatan biaya produksi bauksit disebabkan oleh menguatnya Rupiah terhadap dolar Amerika serta peningkatan biaya penambangan di Kijang yang mendekati akhir usia tambang. Sementara kenaikan biaya produksi pasir besi dalam denominasi dolar Amerika disebabkan oleh penurunan produksi. Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan meningkat 15% menjadi Rp 1.472 miliar terutama disebabkan kenaikan biaya tenaga kerja sebesar 18% menjadi Rp 209 miliar. Tiga komponen utama lainnya dari harga pokok penjualan yakni biaya bahan, biaya jasa penambangan, dan depresiasi, tercatat stabil dibandingkan dengan tahun 2002. Kenaikan biaya tenaga kerja yang mencakup gaji, bonus dan tunjangan karyawan disebabkan oleh peningkatan jumlah bonus. Perusahaan membayarkan bonus akhir tahun yang lebih besar pada tahun 2003 seiring dengan peningkatan proyeksi laba yang lebih tinggi akibat peningkatan harga komoditas. Pada tahun 2003, Antam membagikan bonus sebesar tiga kali penghasilan bulanan, dibandingkan dengan jumlah bonus yang sebesar satu setengah kali penghasilan bulanan pada tahun 2002. Pembagian bonus tahunan ini merupakan bagian dari pengeluaran bonus keseluruhan yang mencapai Rp 38 miliar pada tahun 2003, naik dibandingkan pengeluaran bonus keseluruhan pada tahun 2002 sebesar Rp 27 miliar. Selain itu, terdapat peningkatan beban gaji
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
3.05
2.89 2.63 1.89
1.92
2.62
3.16
2.42
1.52 1.72
1.78
1.38
1999
2000
2001
2002
Harga Jual » Average Selling Price Biaya Produksi » Production Cost Biaya Tunai » Cash Cost
contracts with GE Energy. Another consideration regarding costs is that due to the delays in securing the financing for FeNi III, Antam’s existing nickel facilities operated at a time when it was planned they would be supported by a new smelter and power plant, and required frequent care and maintenance. It is worth noting that in 2003, most nickel mining companies experienced production cost increases due to the weakening US dollar and higher labour and ore feed costs. Meanwhile, the saprolite cash cost increased 16% compared to 2002, reaching USD13.94 per wmt. Limonite cash costs reached USD4.91 per wmt an increase of 9% and LGSO cash costs reached USD4.86 per wmt a decrease of 2%. By keeping costs relatively stable, margins for nickel ore have widened due to higher prices. The margin for limonite widened
89
PENJUALAN DAN PRODUKSI BAUKSIT
BIAYA DAN HARGA BAUKSIT
Bauxite Sales and Production
Bauxite Cost and Sale Price Trends USD/wmt
wmt
1,262,705
1,283,485
1,116.323
1,150,776
1,237,006
11.21
1,217,843
1,260,007 2002
1,093,965
1,237,359
1,025,616
2001
11.06
10.93 10.31 9.73
7.48
2000
11.24
9.42
6.27
sebagai akibat kenaikan penghasilan karyawan yang berlaku mulai pertengahan tahun 2002, sehingga perhitungan beban gaji tahun 2003 adalah selama setahun penuh sementara tunjangan lokasi unit bisnis juga mengalami peningkatan sebesar 49% menjadi Rp 27 miliar. Pembagian tunjangan ini didasarkan pada unit bisnis tempat karyawan tersebut bekerja. Iuran dana pensiun dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) untuk seluruh karyawan terkecuali kantor pusat dan unit eksplorasi Geomin (yang dibebankan pada beban usaha), juga mengalami peningkatan menjadi masingmasing sebesar Rp 5 miliar. Pada tahun 2003, manajemen memutuskan untuk menaikkan penghasilan bulanan bagi pensiunan menyusul kenaikan penghasilan karyawan pada tahun 2002. Pada tahun 2003 manajemen tidak menaikkan penghasilan karyawan karena kenaikan penghasilan telah dilakukan pada tahun 2002. Pada tahun 2003 manajemen juga menyetujui perubahan iuran Jamsostek berdasarkan penghasilan ditambah dengan tunjangan dan tidak hanya berdasarkan penghasilan semata, sesuai dengan permintaan serikat pekerja dan perwakilan pensiunan dengan beban Rp 5 miliar per tahun. Kenaikan kesejahteraan karyawan Antam selaras dengan kecenderungan dalam industri pertambangan yang terjadi karena meningkatnya harga komoditas. Biaya bahan yang merupakan komponen terbesar harga pokok penjualan, turun 5% menjadi Rp 408 miliar akibat volume produksi feronikel yang hanya mencapai 8.336 ton Ni, di luar toll smelting. Penurunan biaya bahan dapat terjadi lebih besar sekiranya tidak terjadi kenaikan harga BBM sebesar 19% pada tahun 2003. Hampir separuh dari total biaya bahan Antam merupakan biaya BBM. Sejak tahun 2002, perusahaan tidak lagi memperoleh subsidi dalam pembelian BBM. Namun kenaikan harga bahan bakar ini sedikit banyak ditutupi penurunan biaya bahan baku pabrik yang turun 40% menjadi Rp 70 miliar akibat penurunan produksi feronikel. Namun secara keseluruhan, Antam mampu menekan biaya lebih dari separuh dari komponenkomponen utama biaya bahan dibandingkan dengan tahun 2002.
7.15
7.54
9.08
7.27
5.96
1999
1999
11.25
2000
2001
2002
considerably as limonite is less expensive to mine than saprolite as it is closer to the surface and some of the limonite costs are accounted for in the cost of producing saprolite. As well, the limonite selling price now includes the higher grade and higher priced LGSO. Nickel ore is a good money earner for Antam and will ensure steady cash flows as Antam overhauls FeNi II and builds its new ferronickel smelter, which will eventually result in lower ferronickel costs. Gold Cash Costs For 2003, the cash cost of producing gold reached USD190.52 per t.oz, an increase of 15% over 2002. A stronger Rupiah and higher water and electricity charges were the major causes of increased costs in US dollar terms. Despite the higher costs, Antam’s gold margins widened due to higher selling prices. Bauxite and Iron Sands Cash Costs For 2003, the cash cost of producing bauxite reached USD9.73 per wmt, an increase of 7% over 2002. The cash costs of producing iron sands increased 55% to Rp117,924 per wmt. The costs at SBU Bauxite rose due to, in US dollar terms, a stronger Rupiah and the more costly extraction costs of mining at Kijang, which is nearing the end of its mine life. The costs at Mining Unit Iron Sands increased largely due to decreased production. Cost of Sales The cost of sales rose 15% to Rp1,472 billion. The main factor for the increase was increased labour costs, which rose 18% to Rp209 billion. The other three main components of the cost of sales, materials, mine contractors and depreciation were stable compared to 2002. Labour costs, which includes salaries, wages, bonuses and employee benefits, rose mainly due to increased bonuses. Larger end-of-year bonuses were
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
90
Komponen terbesar kedua pada harga pokok penjualan adalah biaya jasa penambangan bijih yang naik kurang dari 1% menjadi Rp 216 miliar. Antam menggunakan jasa kontraktor untuk kegiatan penambangan bijih nikel dari Tanjung Buli, Gebe, dan Gee untuk diekspor ke Jepang atau Australia serta biaya pengangkutan bijih nikel dari Gee ke Pomalaa untuk diproses menjadi feronikel. Perusahaan juga menggunakan jasa kontraktor untuk keperluan penambangan bauksit di tambang Kijang yang berlokasi di provinsi Riau serta untuk kegiatan penambangan pasir besi di Lumajang. Dana Pensiun Antam memiliki dua kontraktor yang melakukan kegiatan penambangan untuk perusahaan yakni PT Minerina Bhakti dan PT Minerina Cipta Guna. Kontrak penambangan diperoleh kedua perusahaan tersebut melalui tender terbuka dengan harga jasa yang mengacu pada harga pasar. Sebagai contoh, PT Minerina Bhakti kalah dalam tender untuk menyediakan jasa penambangan di pulau Gebe yang jatuh ke tangan PT Yudistira, yang tidak memiliki hubungan dengan perusahaan. Dari keseluruhan biaya jasa penambangan bijih, Rp 154 miliar diantaranya ditujukan untuk keperluan ekspor ke Jepang dan Australia serta Rp 60 miliar untuk tambang bauksit Kijang. Penyusutan yang merupakan komponen beban pokok penjualan terbesar keempat setelah tenaga kerja, naik 3% dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi Rp 127 miliar. Nilai penyusutan terbesar berada pada tambang emas Pongkor yakni sebesar Rp 73 miliar, sementara nilai penyusutan pada UBP Nikel Operasi Pomalaa berjumlah Rp 38 miliar. Sebagian besar dari peningkatan penyusutan berasal dari penyusutan sarana tambang UBP Emas Pongkor, yang meningkat 9% menjadi Rp 49 miliar. Jumlah penyusutan terbesar berasal dari mesin dan alat-alat produksi yang mencapai Rp 65 miliar, relatif sama dengan tahun 2002. Biaya transportasi turun 6% dibandingkan tahun 2002 menjadi Rp 73 miliar akibat penurunan biaya pengangkutan bahan tambang, yang turun 14% menjadi Rp 51 miliar. Ekspor bijih nikel mengikuti skim FOB sehingga perusahaan tidak terkena beban pengangkutan. Untuk ekspor feronikel, Antam bertanggung jawab terhadap pengiriman ke pelabuhan tujuan di negara pembeli. Biaya pengangkutan feronikel naik 8% menjadi Rp 18 miliar dibandingkan tahun 2002. Royalti naik 13% menjadi Rp 68 miliar dibandingkan tahun 2002 seiring dengan kenaikan harga jual komoditas. Jumlah
paid in 2003 due to higher projected profit in line with higher commodity prices. A bonus of three months salary was paid compared to the bonus of one and a half months salary paid in 2002, and was part of a bonus expense which amounted to Rp38 billion compared to Rp27 billion. As well, salaries were higher following the mid-2002 salary increase. Antam’s business unit location allowance increased 49% to Rp27 billion. This is a payment made to employees depending upon which business unit they are employed. Contributions to the pension and insurance plans of all employees except for head office and the exploration unit, Geomin (which were charged to operating expenses) were also increased, amounting to a charge of Rp5 billion for each plan. Antam’s management decided to raise pension benefits in line with the salary increase of 2002. While salaries were increased in mid-2002, there was no salary increase in 2003. At a recurring cost of Rp5 billion, social security insurance from Jamsostek was added as Antam’s management agreed to a request of the employees union and representatives of the pensioners to base employee social security insurance premiums on an amount calculated using base salaries plus benefits, rather than just base salaries. These increases are in line with a trend in the mining industry, which occurred due to higher commodity prices. Materials cost, the largest cost component, fell 5% to Rp408 billion. This occurred as the ferronickel production, not including the toll smelting, dropped to 8,336 tonnes. The drop in cost may have been larger had it not been for the 19% increase in fuel costs, which accounts for almost half of Antam’s total materials costs, caused by higher global oil prices. Starting from 2002, Antam may no longer purchase subsidized fuel. Offsetting higher fuel costs was the lower cost for the ore feed and consumables that are smelted into ferronickel, which dropped by 40% to Rp70 billion due to the ferronickel production declines at Pomalaa. In more than half of the components that make up the materials cost, and nearly all of the major ones, Antam was able to lower costs compared to 2002. The second largest cost component is ore exploitation services, or mine contractors, which increased less than 1% to Rp216 billion. Antam uses professional contractors to excavate nickel ore from Tanjung Buli, Gebe, and Gee for
ROYALTI YANG DIBAYARKAN KE PEMERINTAH » Royalties Payable to the Government
Bijih Nikel Saprolit » Saprolitic nickel ore Bijih Nikel Limonit » Limonitic nickel ore
Tarif yang dibayarkan dari penjualan Tariff Payable from Sales revenue 5%
Dasar Perhitungan Base Calculation logam » metal
4%
logam » metal
Emas » Gold
3.75%
logam » metal
Perak » Silver
3.25%
logam » metal
Pasir Besi » Iron Sands Bauksit » Bauxite
3.75% 3.75%
konsentrat » concentrate bauksit tercuti » washed bauxite
(1) Tarif yang dibayarkan untuk bijih nikel saprolit dan limonit dihitung berdasarkan kandungan nikel dalam bijih. (1) The tariff payable in respect of saprolitic and limonitic ore is calculated by reference to the nickel content of the ore.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
91
terbesar untuk keperluan royalti berasal dari UBP Nikel Operasi Pomalaa sebesar Rp 40 miliar. Perusahaan dan usaha patungan yang dimilikinya diwajibkan untuk membayar royalti kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan pada ijin kuasa pertambangan dan kontrak karya. Biaya sewa naik 29% menjadi Rp 49 miliar dibandingkan dengan tahun 2002. Peningkatan terbesar berasal dari sewa peralatan produksi, yaitu sebesar 40% menjadi Rp 38 miliar. Pada tahun 2003 Antam menyewa truk angkut yang memiliki kapabilitas lebih baik di tambang nikel Gebe untuk mengantisipasi musim hujan, yang dapat mengganggu kegiatan penambangan dan transportasi. Pada tahun 2003, biaya yang dikeluarkan Antam untuk toll smelting meningkat 2,9 kali lipat menjadi Rp 41 miliar dibandingkan dengan tahun 2002. Antam melakukan toll smelting untuk menjamin ketepatan waktu pengiriman komoditas feronikel menyusul kinerja produksi feronikel yang kurang baik akibat adanya kebutuhan overhaul pada pabrik FeNi II serta adanya masalah suplai listrik ke pabrik. Kerja sama toll smelting dilakukan dengan Pacific Metals Co. Jepang untuk memproduksi feronikel Antam sebesar 597 ton Ni pada tahun 2003. Komponen rehabilitasi lingkungan dalam biaya penutupan tambang Antam meningkat 2,3 kali dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi Rp 24 miliar seiring dengan akan dimulainya rencana penutupan tambang emas Cikotok. Tambang emas Cikotok sebelumnya dioperasikan oleh bekas anak perusahaan Antam, IAR melalui PT Antam Resourcindo. Sejak akhir tahun 2003 Antam tidak lagi memiliki hubungan dengan IAR, dan aset yang dimiliki IAR dikembalikan ke perusahaan. Sejalan dengan kebijakan manajemen risiko yang lebih ketat, biaya untuk keperluan asuransi meningkat 44% menjadi Rp 23 miliar. Sebagian besar dari biaya tersebut, yakni Rp 20 miliar, digunakan untuk fasilitas produksi feronikel di Pomalaa. Biaya perbaikan dan pemeliharaan turun 28% menjadi Rp 21 miliar dibandingkan tahun 2002. Meskipun pada tahun 2003 Antam melakukan perbaikan pada lapisan bata tahan api pada pabrik FeNi I serta melakukan pemeliharaan pada pembangkit listrik di Pomalaa namin biaya perbaikan dan pemeliharaan turun karena pada tahun 2002 Antam melakukan perbaikan spot lining dan metal hole pabrik FeNi II serta perbaikan pada peralatan pengembangan tambang dan peralatan transportasi yang biayanya relatif besar. Beban Usaha Beberapa angka pada laporan keuangan perusahaan tahun 2002 telah disajikan kembali menyusul adanya keputusan manajemen untuk membukukan estimasi biaya bantuan pelayanan kesehatan secara retroaktif serta beberapa beban transportasi dan pemasaran telah direklasifikasi. Lihat halaman 122.
Beban usaha naik 19% menjadi Rp 219 miliar dibandingkan dengan tahun 2002. Faktor utama peningkatan beban usaha adalah kenaikan biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja, yang naik 31% menjadi Rp 114 miliar. Faktor utama
export to Japan or Australia and to ship nickel ore from Gee to Pomalaa. Mine contractors are also used for the excavation of bauxite at the Kijang mine in Riau province and for iron sands extraction at Lumajang. PT Antam’s Pension Fund owns two of the contractors, PT Minerina Bhakti and PT Minerina Cipta Guna. Their contracts were obtained through an open tender and their prices are determined according to the market. As well, Minerina Bhakti lost a previous bid to provide mine excavation services for the Gebe mine to a contractor named PT Yudistira, which has no relation to Antam. Nickel ore excavation for export to Japan and Australia accounted for Rp154 billion of this cost and the Kijang bauxite mine accounted for Rp60 billion of the total ore exploitation services charges. Depreciation, the fourth largest cost component after labour, rose by 3% to Rp127 billion. The most depreciation was accounted for at the Pongkor gold mine, which was attributed Rp73 billion, while Pomalaa accounted for Rp38 billion. The largest increase came in the depreciation of mine facilities at Pongkor, which increased 9% to Rp49 billion. The largest depreciation amount was attributed to plant, machinery and equipment, which was similar to 2002 at Rp65 billion. Antam’s transportation costs decreased 6% to Rp73 billion, due to lower ore haulage charges, which fell 14% to Rp51 billion. Antam’s nickel ore exports are purchased Free On Board and Antam is not responsible for the freight charges. For ferronickel exports, Antam is responsible until delivery to the designated port in the customer’s country. The freight cost for ferronickel rose 8% to Rp18 billion. Royalty charges increased by 13% in line with higher sales prices, to Rp68 billion, with the largest amount levied against the Pomalaa nickel operation, at Rp40 billion. Antam, or the relevant joint venture, as applicable, is required under its KPs and COWs to pay royalties to the Government on all minerals produced. Rental charges increased by 29% to Rp49 billion, with the biggest increase coming from the rental of production equipment, which increased 40% to Rp38 billion. Antam began to rent higher quality dump trucks at the Gebe nickel mine, which are better equipped to deal with the adverse conditions brought on during the rainy season, which can disrupt mining and ore transportation activities. In 2003, Antam’s toll smelting costs rose 2.9 times compared 2002 to Rp41 billion. As ferronickel production decreased in 2003 due to the need for an overhaul of FeNi II and problems with power supply, to ensure delivery on Antam’s ferronickel sales contracts, Antam implemented a toll smelting agreement with Pacific Metals Co. in Japan to have
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
92
peningkatan beban tenaga kerja tersebut adalah adanya kenaikan bonus karyawan dan kenaikan penghasilan dimana pada tahun 2002 hanya 8 bulan sedangkan tahun 2003 setahun penuh. Kenaikan beban usaha juga disebabkan adanya komponen karyawan program penutupan tambang yang naik 153% menjadi Rp 37 miliar menyusul dimulainya pembebanan biaya penutupan tambang Cikotok di Jawa Barat. Pada tahun 2003 manajemen memutuskan untuk membukukan estimasi saat ini dan masa depan atas biaya bantuan pelayanan kesehatan pensiunan. Yayasan Kesehatan Aneka Tambang (Yakespen) saat ini mengelola program bantuan kesehatan bagi pensiunan perusahaan. Pembukuan kewajiban ini sebesar Rp 395 miliar (USD 46,5 juta) yang terbagi atas kewajiban dana kesehatan - tidak lancar sebesar Rp 376 miliar (USD 44 juta) dan kewajiban dana kesehatan lancar sebesar Rp 19 miliar (USD 2,2 juta). Berkaitan dengan hal ini, perusahaan juga membukukan beban non-kas sebesar Rp 47 miliar (USD 5,5 juta) ke beban umum dan administrasi. Menyusul pembukuan ini, manajemen melakukan penyajian kembali atas laporan keuangan auditan perusahaan tahun 2002 dan 2001, yang beberapa diantaranya bersifat material. Beban Lain-lain Beban lain-lain Antam meningkat 30 kali menjadi Rp 126 miliar dibandingkan dengan pengeluaran yang sama pada tahun 2002 sebesar Rp 4 miliar. Faktor utama kenaikan tersebut adalah adanya biaya yang berkaitan dengan Jamsostek, kenaikan manfaat pensiun, dan biaya profesional yang terkait dengan proyek FeNi III. Faktor lain peningkatan Beban Lain-lain adalah berkurangnya Pendapatan Lain-lain, yang turun karena berkurangnya pendapatan bunga sebesar 49% menjadi Rp 20 miliar, tidak adanya pembayaran dividen dari usaha patungan, PT Nusa Halmahera Minerals, tidak ada pendapatan dari klaim asuransi, serta berkurangnya pendapatan dari transaksi derivatif. Antam tidak lagi melakukan kegiatan lindung nilai setelah melunasi pinjaman Fasilitas Proyek Emas pada bulan Juni 2003. Per tanggal 31 Desember 2003, Antam tidak memiliki satu pun kontrak lindung nilai, namun saat ini sedang mempelajari alternatif terbaik yang ada sehubungan dengan kebijakan lindung nilai. Seiring dengan stabilnya pergerakan Rupiah, rugi kurs tercatat turun 53% menjadi Rp 29 miliar. Antam mencatat biaya jasa lalu sehubungan dengan manfaat pensiun sebesar Rp 44 miliar seiring dengan kebijakan perusahaan untuk meningkatkan penghasilan bulanan bagi para pensiunan sebesar Rp 150.000 (USD 18). Kenaikan penghasilan bulanan ini dilakukan untuk menyelaraskan dengan kenaikan penghasilan karyawan pada tahun 2002. Sekiranya Antam tidak melakukan kenaikan penghasilan bulanan bagi para pensiunan, maka kontribusi perusahaan bagi dana pensiun hanya mencapai Rp 5 miliar. Manajemen tidak memiliki rencana untuk menaikkan penghasilan bulanan bagi pensiunan dalam waktu dekat. Antam juga menyetujui permintaan serikat pekerja dan perwakilan pensiunan untuk membayarkan iuran Jamsostek berdasarkan
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
them produce 597 tonnes of ferronickel and deliver it on Antam’s behalf. The environmental rehabilitation component of Antam mine closure costs increased 2.3 times compared to 2002 to Rp24 billion as Antam began to appropriate for the upcoming closure of the Cikotok gold mine, which was previously owned by Antam’s former subsidiary, International Antam Resources Ltd (IAR). The association with IAR was terminated at the end of 2003 and its assets were returned to Antam. In line with more stringent risk management, the cost of Antam’s insurance coverage over its operation rose by 44% to Rp23 billion. The biggest portion of Rp20 billion is attributed to the ferronickel facility at Pomalaa. Antam’s repairs and maintenance costs decreased 28% to Rp21 billion. Although Antam conducted spot lining repairs on the refractory bricks lining the furnace of FeNi I and conducted maintenance on its power units at the Pomalaa facility, overall costs declined as in 2002 Antam conducted spot lining repairs and repairs to transportation and mine development equipment and a major repair on the metal hole (where the smelted nickel emerges from the furnace) of FeNi II. Operating Expenses Please note that some of the 2002 figures have been restated due to Antam’s decision to retroactively recognize its post-retirement health liability and certain transportation and marketing expenses were reclassified. Please see page 122.
Antam’s operating expenses increased 19% to Rp219 billion. As with the cost of sales, the main factor for the increase was the expense for labour, which increased 31% to Rp114 billion. The main components of the increase were the higher year-end bonus and higher salaries following the mid-2002 salary increase. The other major labour cost increase is attributed to the employee component of Antam’s mine closure costs, which increased 153% to Rp37 billion as Antam began to account for the costs of closing the Cikotok gold mine in West Java. In 2003, Antam decided to account for the estimated current and future post-retirement health liabilities of substantially all of Antam’s qualified permanent employees. The Aneka Tambang Pensioner Health Foundation manages Antam’s post retirement healthcare plan. Recognition of the Rp395 billion (USD46.5 million) liability resulted in an increase to non-current liabilities of Rp376 billion (USD44 million) and to current liabilities an additional Rp19 billion (USD2.2 million) was added. Associated with this liability is a noncash expense, charged to General and Administration expenses, of Rp47 billion (USD5.5 million). Due to the recognition of the post-retirement health care liability, Antam was required to make a number of restatements to its 2002 and 2001 audited accounts, some of which are material.
93
pada jumlah penghasilan ditambah tunjangan dan tidak hanya berdasarkan penghasilan, sehingga terdapat beban sebesar Rp 31 miliar, termasuk iuran yang telah lewat. Perusahaan juga mencatatkan beban yang berkaitan dengan fasilitas pembiayaan kredit ekspor untuk proyek FeNi III. Pembiayaan melalui kredit ekspor urung dilaksanakan pada bulan Maret 2003 namun terdapat beban sebesar Rp 17 miliar berkaitan dengan rencana pendanaan skim sebelumnya, sementara biaya untuk keperluan proyek FeNi III berhubungan dengan pembiayaan obligasi yang berhasil dilakukan pada bulan September 2003 akan dikapitalisasi. Program CRP Program CRP Antam berfokus pada pengurangan biaya pasokan, diantaranya penggunaan jenis BBM yang lebih murah maupun penggunaan spare parts buatan lokal. Upaya penghematan lain yang diterapkan termasuk pengurangan biaya demurrage, efisiensi penggunaan listrik, serta pelatihan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Meskipun telah berupaya keras, namun harga pokok penjualan tercatat naik di tahun 2003 akibat kenaikan beban yang berhubungan dengan karyawan. Manajemen akan berupaya lebih keras dalam implementasi program CRP meskipun pada tahun 2003 diakui program ini berhasil membatasi kenaikan harga pokok penjualan. Seiring dengan hal ini, Antam berencana untuk menggunakan dua konsultan dalam pembuatan strategi CRP yang baru, yang akan dibuat berdasarkan program penghematan biaya yang selama ini digunakan oleh Antam. Dua hal utama dalam program penghematan biaya ini adalah konservasi energi dan proses bisnis. Antam mengharapkan dapat menurunkan biaya bahan baku sebesar 5% melalui konservasi energi. Melalui pemakaian energi yang lebih efisien serta peningkatan efisiensi dalam kegiatan pertambangan dan pengolahan, Antam berharap dapat menurunkan biaya produksi per unit dari setiap produk yang dihasilkan sebesar 3%.
Other Expenses Antam’s Other Expenses grew 30 times larger to Rp126 billion compared to the Rp4 billion of 2002. The main reason for the increase is due to costs related to employee social security insurance, increased pension benefits, and charges related to the financing of the FeNi III ferronickel expansion project. Another important factor was a reduction in Other Income, which fell in particular as interest income decreased 49% to Rp20 billion but also due to no dividend payment from the company’s joint venture, PT Nusa Halmahera Minerals, no income from insurance claims, as in 2002, and lower income from derivative transactions. No hedging activities were conducted after Antam repaid the Gold Project Facility in June 2003. As at December 31, 2003 Antam was not bound to any hedging contract. Antam is currently exploring the best alternative available with regards to treasury risk management and hedging. Normally foreign exchange plays a significant role in Antam’s Other Income/Expenses. In 2003, due to a more stable, slightly stronger Rupiah, foreign exchange losses decreased 53% to a loss of Rp29 billion. Antam incurred a past service cost of Rp44 billion related to benefits for retirees as Antam increased monthly pension payments by Rp150,000 (USD18) in line with the salary increase of 2002. Without the increased cost for pension benefits, Antam’s defined benefits pension fund would have been nearly fully funded, with Antam only having to contribute an amount of Rp5 billion. Antam does not anticipate granting further pension benefit increases in the near future. Antam’s management agreed to a request of the employees union and representatives of the pensioners to base employee social security insurance premiums on an amount calculated using base salaries plus benefits, rather than just base salaries. As such, Antam opened a social security life insurance policy with national insurance company, Jamsostek, at a cost or Rp31 billion, which includes
HASIL DARI PROGRAM PENGHEMATAN BIAYA » Results of the Cost Reduction Plan Unit Bisnis Business Unit
2002 Target » Target Realisasi » Realized
Nikel » Nickel
18.52
11.69
2003 Target » Target Realisasi » Realized 35.63
28.38
Emas » Gold
3.11
4.23
2.6
5.33
Logam Mulia » Logam Mulia
0.49
0.94
0.29
0.36
Bauksit » Bauxite
0.87
0.83
1.58
1.92
Pasir Besi » Iron Sands
0.4
0.84
0.25
0.84
Geomin » Geomin
-
-
9.02
3.69
JUMLAH » TOTAL
23.39
18.53
49.37
40.52
* dalam miliar Rupiah » in billions Rupiah
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
94
Pada tahun 2004, pencapaian target CRP relatif lebih sulit mengingat perusahaan akan melakukan overhaul pabrik FeNi II pada semester kedua 2004 selama 4-5 bulan sehingga akan terjadi penurunan volume produksi dan berdampak pada peningkatan biaya produksi per unit. Overhaul pada pabrik FeNi II diperkirakan akan menghabiskan biaya USD 15 juta yang akan dikapitalisasi. Overhaul pada pabrik FeNi II akan berdampak positif dengan adanya penurunan biaya produksi seiring dengan pemasangan sistem copper cooler, yang juga akan digunakan pada pabrik FeNi III. Bersamaan dengan hal itu, sistem ini juga akan meningkatkan produktivitas pabrik FeNi II sebesar 10%. Dalam jangka panjang, perusahaan mengharapkan proyek FeNi III yang akan mulai beroperasi tahun 2006 dapat menurunkan biaya tunai feronikel menjadi sekitar USD 2,20/ lbs. sampai dengan USD 2,40/lbs. Selain itu, pembangkit listrik yang baru juga akan memasok kebutuhan listrik pabrik yang lebih efisien dan terjamin. Konstruksi pembangkit listrik yang baru akan memakan waktu yang lebih singkat dengan pengoperasian pada tahun 2005. PROFITABILITAS DAN MARJIN Seiring dengan peningkatan harga jual komoditas, pendapatan Antam meningkat lebih besar dari harga pokok penjualan, sehingga laba kotor naik 55% menjadi Rp 667 miliar dengan marjin laba kotor meningkat menjadi 31% dibandingkan 25% pada tahun 2002. Meskipun beban usaha Antam mengalami peningkatan, laba usaha masih tercatat naik 81%, dengan marjin usaha naik menjadi 21% dari 14% pada tahun 2002. Sementara laba bersih hanya naik 28% menjadi Rp 227 miliar seiring dengan peningkatan yang signifikan dalam Beban Lain-lain sehingga tidak menjadi indikator atas kinerja operasi perusahaan, Marjin laba bersih meningkat dari 10%. KONTRIBUSI PER SEGMEN Dari laba operasi Antam sebesar Rp 448 miliar, segmen nikel memiliki kontribusi Rp 415 miliar, sementara segmen emas menyumbang Rp 154 miliar. Segmen lainnya yang mencakup UBP Bauksit dan Unit Pertambangan Pasir Besi mencatatkan rugi operasi secara keseluruhan senilai Rp 25 miliar. Sementara Kantor Pusat yang tidak memiliki pendapatan namun melakukan pembayaran pajak perusahaan secara keseluruhan, mencatatkan rugi operasi sebesar Rp 96 miliar. Marjin usaha segmen nikel tercatat naik dari 23% pada tahun 2002 menjadi 28% di tahun 2003, seiring dengan kenaikan harga jual. Sementara segmen emas juga mencatat kenaikan marjin usaha akibat peningkatan harga jual, dengan marjin usaha tahun 2003 tercatat 28%, naik dibandingkan 23% pada tahun 2002. Marjin usaha UBP Bauksit turun dari 8% di tahun 2002 menjadi -0,4%, sementara marjin usaha UP Pasir Besi tercatat -163% pada tahun 2003, turun dari -5,5% pada tahun 2002.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
past due benefits. Another significant expense is the onetime charge for expenses related to the previous export credit financing scheme of Antam’s ferronickel expansion project, FeNi III, which was terminated in March 2003. Some of the costs were used in relation to the successful bond financing in September 2003 and as such have been capitalized, however, Rp17 billion was charged to the expenses of 2003. Cost Reduction Antam’s cost reduction program (CRP) focuses on lowering the cost of inputs. This includes using lower cost fuel to generate power, and procuring spare parts domestically. Other cost saving measures include reducing demurrage costs, reducing power consumption and training to improve productivity and efficiency. Despite the cost reduction efforts, Antam’s cost of sales increased in 2003, largely due to labour-related expense increases. The cost reduction program did limit the cost of sales increase, yet Antam realizes some of the CRP’s cost saving measures are one-off in nature and more must be done. Antam will engage the services of two consultants in 2004 to generate a new cost reduction strategy, building on the CRP. The two areas for specific focus are energy conservation and business processes. Energy conservation is expected to reduce the materials cost by 5%. With better energy usage and improved efficiencies in mining and processing activities, Antam has set a target of reducing the unit cost of production of each of its products by 3%. Meeting these targets for nickel will be difficult as Antam will shut down FeNi II smelter for 4-5 months of relining in the second half of 2004, which will lower production and therefore raise the unit cost of production. This will cost approximately USD15 million although the charge will be capitalized. Relining FeNi II will eventually help lower the cost of production at Antam’s existing facility as FeNi II will use a new copper cooling system, like that to be used for FeNi III, which will increase its productivity by 10%. In the long term FeNi III is the answer to lowering Antam’s costs. Once operational in 2006, FeNi III will produce nickel at a lower cost, which will push Antam further down the cost curve, to about USD2.20/lb to USD2.40/lb. The new power plant will produce power more economically and consistently and Antam hopes, due to the shorter construction period, it will be operational in 2005.
95
Harga pokok penjualan di UBP Nikel tercatat naik 29% dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi Rp 985 miliar seiring dengan penguatan Rupiah, adanya biaya toll smelting, kenaikan biaya BBM serta beban yang berhubungan dengan karyawan. Sementara itu, harga pokok penjualan segmen emas juga mengalami kenaikan 4% menjadi Rp 368 miliar akibat penguatan Rupiah serta kenaikan tarif listrik dan air. Harga pokok penjualan di UBP Bauksit turun 9% menjadi Rp 97 miliar, sementara harga pokok penjualan di UP Pasir Besi tercatat Rp 22 miliar, turun 19% dibandingkan dengan tahun 2002. Kenaikan harga pokok penjualan di kedua unit bisnis ini disebabkan penurunan volume penjualan.
PROFITABILITY AND MARGINS Due to higher commodity prices, Antam’s revenues grew at a faster pace than the cost of sales, resulting in a 55% increase to gross profit at Rp667 billion and a wider gross margin at 31% compared to 25%. Antam’s operating profit grew by 81%, despite the higher operating expenses, with the operating margin increasing to 21% from 14%. However, Antam’s Other Expenses grew significantly compared to 2002 such that Antam’s net consolidated profit grew by the smaller amount of 28% to Rp227 billion and is not aligned with the operational performance of the company. The net margin increased from 10% to 11%.
Dari jumlah laba sebelum hak minoritas Antam yang tercatat Rp 227 miliar, kontribusi segmen nikel tercatat naik 60% menjadi Rp 397 miliar, sementara kontribusi segmen emas tercatat Rp 140 miliar atau naik 24% dibandingkan dengan tahun 2002. UBP Bauksit, UP Pasir Besi dan Unit eksplorasi Geomin mencatat kerugian total Rp 34 miliar dibandingkan laba Rp 1 miliar pada tahun 2002, sementara Kantor Pusat mencatatkan rugi Rp 277 miliar.
SEGMENT CONTRIBUTION In terms of Antam’s operating profit of Rp448 billion, SBU Nickel provided Rp415 billion while the gold division of SBU Gold and SBU Logam Mulia provided Rp154 billion. The other minerals division of SBU Bauxite and Mining Unit Iron Sands had an operating loss of Rp25 billion and head office, which does not generate revenue and from where all the taxes are paid, had an operating loss of Rp96 billion. The operating margin of SBU Nickel was 28%, an increase over the 23% of 2002, due to higher nickel prices. Similarly, the operating margin of the gold division was 28%, an increase over the 23% of 2002, due to higher gold prices. The operating margin of SBU Bauxite was -0.4% a decrease from the 8% of 2002. The operating margin of Mining Unit Iron Sands was -163%, a decrease from the -5.5% of 2002.
PEMBELIAN ATAU PENJUALAN AKTIVA PENTING Antam melakukan pembelian aktiva penting dalam jumlah yang signifikan pada tahun 2003. Menyusul pembangunan pabrik FeNi III, perusahaan melakukan pembayaran untuk aktiva tetap sebesar Rp 600 miliar, naik 4,8 kali dibandingkan Rp 103 miliar pada tahun 2002. PENUTUPAN FASILITAS Antam tidak melakukan penutupan fasilitas yang dimiliki pada tahun 2003. Manajemen menunda rencana penutupan tambang bauksit Kijang dan akan meneruskan kegiatan pertambangan sampai beberapa tahun ke depan seiring dengan tingginya minat konsumen atas bijih bauksit yang dimiliki meski dengan kandungan silika yang lebih tinggi. Tambang yang akan segera ditutup antara lain adalah tambang nikel Gebe, tambang nikel Gee, tambang pasir besi Cilacap serta tambang emas Cikotok. Untuk menambah serta menggantikan tambang nikel yang ditutup, Antam akan segera membuka tambang Mornopo di wilayah Tanjung Buli, Maluku Utara. Manajemen telah mengestimasi biaya penutupan masing-masing tambang dengan total alokasi biaya Rp 99 miliar. Pada tahun 2003, perusahaan mengalokasikan Rp 62 miliar untuk biaya penutupan tambang, menjadikan biaya yang dialokasikan sampai saat ini berjumlah Rp 85 miliar. Dari jumlah alokasi biaya Rp 62 miliar pada tahun 2003, Rp 37 miliar dialokasikan untuk estimasi biaya pensiun, sementara Rp 25 miliar dialokasikan untuk estimasi biaya lingkungan. Pada setiap rencana penutupan tambang, perusahaan selalu mempertimbangkan rehabilitasi lokasi tambang, penempatan karyawan pada lokasi yang baru dan dampaknya pada masyarakat setempat. Manajemen juga akan mendapat arahan dari Komite Pasca Tambang yang baru saja dibentuk.
The cost of sales at SBU Nickel rose 29% to Rp985 billion due to a stronger Rupiah, extra costs for toll smelting, higher fuel costs as well as higher labour costs, while the costs of sales at the gold division rose 4% to Rp368 billion due to a stronger Rupiah, higher water and electricity charges. The cost of sales decreased 9% to Rp97 billion at SBU Bauxite and 19% to Rp22 billion at Mining Unit Iron Sands, both due to lower sales volumes. In terms of Antam’s net income before minority interests of Rp227 billion, SBU Nickel contributed Rp397 billion, a 60% increase compared to 2002. The gold division earned Rp140 billion, a 24% increase compared to 2002. The other minerals division had a loss of Rp34 billion, compared to income of Rp1 billion in 2002. Head office had a loss of Rp277 billion. ACQUISITION OR DISPOSAL OF MATERIAL ASSETS Antam made significant acquisitions of material assets in 2003. Due to the commencement of construction of the FeNi III nickel expansion project Antam spent Rp600 billion on payments for fixed assets, an increase of 4.8 times over the Rp103 billion spent in 2002.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
96
LABA BERSIH »
Net Profit
MARJIN LABA KOTOR »
Gross Margin
%
43
45
383
35 31
25
227
234 177
119
1999
2000
2001
2002
GANGGUAN USAHA Tidak ada gangguan yang berarti pada kegiatan operasi Antam. Secara umum, cuaca buruk menjadi faktor utama penyebab terjadinya kelambatan kegiatan penambangan dan pemuatan bahan tambang. Pada tahun 2003 Antam melakukan perbaikan spot lining yang memerlukan waktu selama 10 hari pada lapisan pelindung tahan panas pada tanur pabrik FeNi I dan FeNi II. Perbaikan spot lining ini merupakan upaya pemeliharaan rutin. Kinerja produksi ferronikel tidak mencapai target produksi sebesar 10.000 ton Ni pada tahun 2003 seiring dengan kebutuhan overhaul pada pabrik FeNi II serta adanya masalah stabilitas pasokan listrik pabrik feronikel. Pekerjaan overhaul pada pabrik FeNi II akan dilakukan pada tahun 2004. Berkaitan dengan stabilitas pasokan listrik pabrik feronikel, pada tahun 2003 perusahaan telah menyewa generator listrik yang berkapasitas 6 MW dari GE Power. IMBAL HASIL BAGI PEMEGANG SAHAM Total ekuitas perusahaan per 31 Desember 2003 mencapai Rp 1.783 miliar atau Rp 934 per saham. Total ekuitas sebagai presentase total aktiva mencapai 41%. Tingkat imbal hasil rata-rata atas aset (Return on Asset, ROA) mencapai 6,6%, lebih rendah dari nilai ROA tahun 2002 sebesar 7%. Hal ini disebabkan adanya kenaikan aset Antam yang berasal dari obligasi yang dikeluarkan pada akhir tahun 2003 untuk mendanai proyek FeNi III. Secara umum Antam memiliki nilai ROA yang cukup baik seiring dengan adanya turnover aset dan marjin yang baik. Tingkat imbal hasil rata-rata ekuitas
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
1999
2000
2001
2002
CLOSING OF FACILITIES Antam did not close any of its facilities in 2003. The planned 2003 closure of the Kijang bauxite mine was likely delayed for another few years as Antam was able to secure a buyer for the higher silica content bauxite still available for extraction. As well as Kijang, upcoming mine closures include the nickel mines at Gebe and Gee, the Cilacap iron sands mine and the Cikotok gold mine. To augment or replace Antam’s nickel mining capacity Antam will soon open the Mornopo mine on the Buli deposit in North Maluku. Antam has estimated the total mine closure cost for these mines at Rp99 billion. In 2003, Antam allocated Rp62 billion towards this expense, bringing the total allocation to Rp85 billion. Of the Rp62 billion, Rp37 billion was allocated for estimated retirement costs and Rp25 billion was allocated for estimated environmental costs. Each mine closure plan considers the rehabilitation of the mine site, the future employment of staff and the impact on the community and is advised by Antam’s newly created, board-level, Mine Closure Committee. BUSINESS INTERRUPTION There were no significant unplanned interruptions to Antam’s operations. As usual the weather played a role in occasionally delaying the mining and loading of ore at its mines. As well, in 2003 Antam performed a 10-day spot repair on the protective, heat-resistant lining on each of its two ferronickel smelters as part of regular maintenance. The ferronickel operation did not reach its targeted production of 10,000 tonnes as FeNi II was in need of a full overhaul, which will
97
(Return on Equity, ROE) yang merupakan indikator imbal hasil bagi pemegang saham, naik dari 11% pada tahun 2002 menjadi 13% pada tahun 2003. Hal ini disebabkan oleh menurunnya tingkat hutang terhadap ekuitas dan kenaikan harga komoditas. Pada tahun 2003, Antam membayar dividen tunai sebesar Rp 65,7 miliar atau Rp 34,43 per saham atau payout ratio sebesar 32,5%. Pada tahun 2002, Antam membayar dividen sebesar Rp 93,87 per saham atau setara dengan payout ratio 50%. Sejak go public pada tahun 1997, payout ratio perusahaan berkisar 40-50%, kecuali tahun 2003. Kebijakan dividen Antam adalah pembayaran dividen tunai minimal 30% dari laba bersih, yang umumnya dibayar dua kali. Meskipun demikian, Antam mengantisipasi payout ratio yang lebih kecil selama jangka waktu pembangunan proyek FeNi III. Sebagai bagian dari skim pendanaan obligasi untuk proyek FeNi III, payout ratio Antam dibatasi menjadi maksimal 50% dari laba bersih perusahaan, yang merupakan pembatasan dividen pertama kali bagi perusahaan. Antam mengharapkan adanya peningkatan imbal hasil bagi pemegang saham seiring dengan laba yang dihasilkan dari proyek pengembangan FeNi III.
be conducted in 2004 and due to some problems maintaining a stable supply of power to the smelters. Antam made steps to solve this problem by renting power generators from GE Power with a capacity of 6MW. SHAREHOLDER RETURNS Antam’s stockholder’s equity at December 31, 2003 was Rp1,783 billion or Rp934 per share. Stockholder’s equity as a percentage of total assets was 41%. Antam’s return on assets (ROA), indicating operating efficiency was the same as 2002 at 7%, as increased revenues were offset by increased assets with the significant bond proceeds Antam acquired at the end of 2003 to fund FeNi III. Antam has consistently had good ROA due to good margins and asset turnover. Antam’s return on equity (ROE), the main driver of value and the absolute return to shareholders rose from 11% in 2002 to 13% in 2003 due to higher commodity prices. In 2003, Antam paid a cash dividend of Rp65.7 billion or Rp34.43 per share using a 32.5% payout ratio on the net profits of 2002. In 2002, Antam paid Rp93.87 per share using a 50% payout ratio. Aside from 2003, since the public listing of its shares in 1997, Antam has paid 40-50%. Antam has a dividend policy to pay an annual cash dividend (occasionally paid in two installments) of a minimum 30% of net profits, although the construction period of FeNi III may require a decreased payout. The conditions of Antam’s 2003 Eurobond, issued through Mauritius, contain a dividend restriction of 50% of the annual net profit of the company, this is the first time Antam has had a dividend restriction. In light of Antam’s cost of debt and the expected returns from its nickel expansion, Antam anticipates that future shareholder returns should increase.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
98
INVESTASI UNTUK KINERJA DI MASA DEPAN I N V E S TA S I Investasi pada tahun 2003 mencapai Rp 636 miliar (USD 75 juta), naik 5,2 kali dibandingkan tahun 2002 senilai Rp 103 miliar seiring dengan dimulainya konstruksi pabrik FeNi III, di luar investasi rutin sebesar Rp 85 miliar. Investasi untuk proyek FeNi III mencakup diantaranya biaya kontrak konstruksi pabrik dan pembangkit listrik, biaya bunga selama konstruksi, pajak, letter of credit, contingencies, serta biaya jasa profesional. Menyusul dimulainya proyek FeNi III, investasi terbesar berasal dari segmen nikel senilai Rp 554 miliar (USD 65 juta), disusul segmen emas senilai Rp 69 miliar (USD 8 juta), UBP Bauksit dan UP Pasir Besi sejumlah Rp 7 miliar (USD 0,8 juta) dan Kantor Pusat sebesar Rp 5 miliar (USD 0,6 juta). Investasi pada tahun 2002 digunakan untuk keperluan investasi rutin, persiapan proyek FeNi III dan relokasi UBPP Logam Mulia. Komposisi investasi untuk tahun 2002 adalah Rp 12,5 miliar untuk segmen nikel, Rp 81 miliar untuk segmen emas, Rp 4 miliar untuk segmen komoditas lain, serta Rp 5 miliar untuk Kantor Pusat. Untuk tahun 2004, anggaran investasi segmen nikel mencapai sekitar Rp 1.423 miliar (USD 167 juta), termasuk investasi untuk keperluan perbaikan dan perawatan di UBP Nikel serta pembangunan proyek FeNi III. Untuk segmen emas, anggaran investasi mencapai sekitar Rp 78 miliar (USD 9,2 juta) sementara untuk UBP Bauksit, UP Pasir Besi dan Unit Geomin anggaran investasi mencapai sekitar Rp 43 miliar (USD 6 juta). Selain rencana investasi seperti yang telah disebutkan di atas, perusahaan dapat pula melakukan investasi tambahan sesuai dengan strategi bisnis yang dijalankan. Proyek FeNi III Antam berencana untuk melakukan ekspansi pada fasilitas produksi feronikel dari kapasitas saat ini sebesar 11.000 ton Ni menjadi 26.000 ton Ni melalui pengembangan proyek FeNi III. Proyek FeNi III akan melengkapi pabrik FeNi I dan FeNi II yang saat ini beroperasi, dengan pembangunan proyek meliputi pabrik FeNi III dan pembangkit listrik ketiga senilai USD 320 juta. Konstruksi proyek FeNi III akan memakan waktu 28 bulan dan diperkirakan akan mulai beroperasi pada tahun 2006. Pabrik FeNi III akan menggunakan umpan bijih dari wilayah Buli dan Pomalaa Timur. Wilayah Pomalaa Timur yang bersebelahan dengan lokasi pabrik feronikel Antam merupakan wilayah PT Inco yang akan dikembangkan bersama dengan perusahaan sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani pada tahun 2003. Pengoperasian tambang nikel di Buli akan dilakukan sendiri oleh perusahaan atau menggunakan jasa pihak ketiga. Pada saat ini pengolahan feronikel menggunakan teknologi pyrometallurgi Elkem dengan tanur listrik pada suhu 1.600 derajat celcius dan mempunyai sistem pendinginan pada dinding. Meskipun pabrik FeNi III akan menggunakan teknologi yang sama, namun teknologi pendinginan akan menggunakan sistem copper cooler yang lebih efisien.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
INVESTMENTS FOR FUTURE PERFORMANCE CAPITAL EXPENDITURE Capital expenditure in 2003 was Rp636 billion (USD75m) a 5.2 times increase over the Rp103 billion spent in 2002. Capital expenditure increased due to expenses related to commencing construction of Antam’s FeNi III project as well as Rp85 billion spent on sustaining capital expenditure. Expenditure for FeNi III, includes the contract costs for the construction of the smelter and the power plant, interest during construction, taxes, duties, letter of credit, contingencies and professional fees. Because of FeNi III, the largest capital expenditure was attributed to the nickel unit, at Rp554 billion (USD65m), followed by the gold unit at Rp69 billion (USD8m), the bauxite and irons sands units at Rp7 billion (USD0.8m) and head office at Rp5 billion (USD0.6m). Capital expenditure in 2002 was spent on sustaining capital expenditure, preparation of the FeNi III project and the relocation of Antam’s gold refinery, Logam Mulia. In 2002, capital expenditures per division were Rp12.5 billion for nickel, Rp81 billion for gold, Rp4 billion for others and Rp5 billion for head office. Antam’s 2004 budgeted capital expenditures for the nickel division is approximately Rp1,423 billion (USD167 million). These budgeted capital expenditures include capital expenditures for maintenance at SBU Nickel and capital expenditures for the FeNi III project. Antam has budgeted approximately Rp78 billion (USD9.2 million) for the gold division and approximately Rp43 billion (USD6 million) for bauxite, iron sands and Unit Geomin. In addition to the planned capital expenditures mentioned above, Antam might make additional capital expenditures and investments in these periods consistent with its business strategy. FeNi III Antam is planning a major expansion of its smelter production capacity from its current level of approximately 11,000 tonnes of nickel in ferronickel per year to approximately 26,000 tonnes of nickel in ferronickel per year with the construction of the FeNi III smelter line alongside the existing FeNi I and FeNi II production lines, together with an additional power plant, at an estimated total project cost of approximately USD320 million. The construction is estimated to take 28 months, with commercial operations expected to start in 2006. The FeNi III smelter will be fed by the ore from the Buli area and East Pomalaa, of which there are sufficient reserves to sustain production for several years. PT Inco owns the East Pomalaa tenement adjacent to Antam’s facility. To add to Antam’s supply ore will be mined and supplied by PT Inco to Antam under an agreement signed in 2003. Antam or a third party contractor will operate the mine at Buli. Antam’s current ferronickel operations use the Elkem process of phyrometallurgical smelting. The electric furnace reaches temperatures in excess of 1,600 degrees centigrade and is
99
Salah satu keunggulan sistem copper cooler adalah kemampuan mengolah umpan bijih nikel saprolit dengan karakteristik yang beragam. Sebagai contoh, bijih nikel yang memiliki tingkat basicity rendah dapat diproses tanpa harus menambahkan batu kapur, yang menaikkan biaya dan menurunkan kapasitas produksi, sehingga akan meningkatkan fleksibilitas penambangan bijih serta meningkatkan volume produksi. Pada tanggal 14 Agustus 2003, Antam dan konsorsium unincorporated Mitsui Co. Ltd. dan Kawasaki Heavy Industries menandatangani kontrak pembangunan pabrik FeNi III dengan nilai kontrak sekitar USD 168 juta. Nilai kontrak ini tidak dapat diubah tanpa persetujuan pihak-pihak terkait. Salah satu kewajiban dari konsorsium tersebut adalah mengalokasikan minimum 35% dari nilai kontrak pada peralatan, bahan, jasa, atau personil yang berasal dari Indonesia. Mitsui Co. Ltd. merupakan kontraktor pabrik FeNi II yang dibangun tahun 1994 tepat waktu dan tidak melebihi anggaran. Pada tanggal 3 Oktober 2003, kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) secara efektif mulai berlaku. Pada tanggal 14 November 2003, Antam mengumumkan penandatanganan kontrak EPC untuk pembangunan pembangkit listrik ketiga untuk pabrik feronikel Pomalaa. Pembangkit listrik bertenaga diesel ini memiliki kapasitas 6 x 17 MW dan bernilai USD 64,5 juta yang akan dibangun oleh PT Wartsila Indonesia. Konstruksi pembangkit listrik akan memakan waktu 18 bulan, lebih cepat dari konstruksi pabrik FeNi III, sehingga dapat memasok listrik untuk pabrik feronikel yang sudah ada. Pembangkit listrik ketiga dapat menggunakan bahan bakar industrial diesel oil, marine fuel oil atau low sulfur waxy residue yang lebih murah. Sekiranya suplai gas tersedia di masa depan, perusahaan juga dapat memanfaatkan gas sebagai bahan bakar pembangkit listrik ketiga. Studi dampak lingkungan, rencana manajemen dan rencana pengawasan lingkungan proyek FeNi III telah selesai dikerjakan oleh konsultan independen pada bulan Februari 2003. Studi ini telah disetujui oleh Badan Analisa Dampak Lingkungan Kabupaten Kolaka pada tanggal 17 Maret 2003. Antam mengantisipasi proyek FeNi III akan memiliki tingkat imbal hasil yang ekonomis serta akan meningkatkan pendapatan sebesar USD 100 juta per tahun dengan asumsi harga nikel USD 3 per lbs. dan tingkat produksi maksimal. Proyek FeNi III tidak hanya bersifat strategis bagi pertumbuhan perusahaan namun ditujukan sebagai upaya penurunan biaya. Seiring dengan skala ekonomis dan efisiensi yang ditimbulkan pabrik FeNi III, biaya tunai feronikel diharapkan dapat turun menjadi USD 2,2 - 2,4 per lbs. Selain itu, proyek FeNi III juga akan menambah nilai bagi cadangan bijih nikel Antam yang berjumlah besar.
cooled with water on steel plate attached to the insulating bricks. The FeNi III project will use the same process with an improved copper cooling system. One of the key advantages of copper cooling is being able to use a greater variety of ore as low basicity ores may be processed without the addition of limestone, which adds cost and reduces the relative amount of nickel contained in the throughput. This has the effect of improving the flexibility of mining ore and increasing production. Antam and the unincorporated consortium of Mitsui & Co., Ltd and Kawasaki Heavy Industries, Ltd. signed on 14 August 2003 the FeNi III EPC contract providing for the supply by Mitsui and Kawasaki of construction and other services necessary for the construction of FeNi III smelter. The price of the FeNi III EPC contract has been agreed at approximately USD168 million, and may not be changed unless mutually agreed upon by Antam and the EPC contractor as required by the FeNi III EPC contract, or otherwise agreed on by the parties. Among other obligations, the contractors are required to ensure that at least 35% of the adjusted contract price is expended on equipment, materials, services and personnel that are produced or available in Indonesia. Mitsui built Antam’s FeNi II smelter and power plant, which was completed on time in 1994, and within budget. On October 3rd 2003, the construction phase of FeNi III formally commenced as the EPC contract came into effect. On November 14th, Antam announced the signing of the EPC contract for its third diesel power plant, which will power Antam’s ferronickel facility. The diesel-generated power plant, has a capacity of 6 x 17 MW, will cost USD64.5 million and is to be built by PT Wartsila Indonesia. Construction is expected to last 18 months and will be ready before the construction schedule of FeNi III is finished. The power plant will be partially operational at the beginning of 2005, which will help Antam’s power supply to its existing facility. Either industrial diesel oil or marine fuel oil or the less-expensive low sulphur waxy residue can fuel the additional power plant. If gas supplies become available in the future, Antam may choose to convert to gas. Studies on the environmental impact of FeNi III and on Antam’s management plan and monitoring plan for FeNi III were prepared by independent environmental surveyors in February 2003 and approved by the Regional Environmental Impact Monitoring Body of the Regional Government of Kolaka on 17 March 2003. Antam anticipates FeNi III will generate an economic rate of return and can generate an additional USD100 million dollars in revenue per year, assuming a nickel price of USD3.00/lb
Proyek Tayan Antam berencana untuk melakukan kegiatan penambangan bauksit dan produksi alumina yang terintegrasi di Tayan,
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
100
Kalimantan Barat. Proyek Chemical Grade Alumina (CGA) ini meliputi penambangan bijih bauksit yang kemudian diproses menjadi CGA. Beberapa fasilitas pabrik akan dibangun berkaitan dengan proyek ini, diantaranya pabrik pencucian bijih, pabrik Bayer, pabrik fine hydrate, pabrik white hydrate dan processing plant. Konstruksi diperkirakan akan memakan waktu 33 bulan ditambah 6 bulan masa commissioning. KP Tayan KW98PPO183 mencakup wilayah seluas 36.410 hektare dan berakhir tanggal 1 September 2020. Pada tahun 1998, status KP yang diberikan ditingkatkan dari eksplorasi menjadi eksploitasi. Produksi proyek Tayan direncanakan sebesar 300.000 ton alumina yang akan membutuhkan bauksit tercuci sekitar 850.000 wmt. Usia proyek ini diperkirakan sekitar 50 tahun. Perusahaan akan melakukan negosiasi kontrak offtake dengan konsumen di Jepang untuk penjualan di wilayah Asia. Pada tahun 2000, Antam menerima ijin prinsip dari pemerintah untuk aplikasi Kontrak Karya generasi VIII. Studi dampak lingkungan telah selesai dikerjakan oleh penilai independen dan telah disetujui oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 1999. Pada akhir tahun 2003, Bankable Feasibility Study (BFS) untuk proyek Tayan telah diselesaikan oleh Mizuho dengan estimasi nilai proyek sekitar USD 220 juta. Kepastian pembangunan proyek ini tergantung pada beberapa hal, semisal adanya pendanaan. Sesuai dengan analisa dalam BFS, tingkat IRR proyek Tayan dapat mencapai 15% dengan pendapatan per tahun sebesar USD 151 juta setelah tahun ke-11 beroperasi. Nilai Net Present Value (NPV) proyek ini sebesar USD 127,5 juta dengan discount rate 8% dan payback period 6 tahun. PEMASARAN DAN PROMOSI Pada tahun 2003, Antam mengeluarkan Rp 2,5 miliar relatif stabil dibandingkan dengan tahun 2002 untuk keperluan pemasaran dan promosi. Sebagian besar pengeluaran tersebut digunakan untuk meningkatkan profil perusahaan dalam masyarakat keuangan internasional. Di industri pertambangan, profil Antam cukup dikenal dikarenakan diversifikasi produknya dan memiliki konsumen yang setia melalui perjanjian offtake jangka panjang. Sebagian dari pengeluaran tersebut digunakan untuk pemasangan iklan dalam majalah-majalah keuangan dan menghadiri konferensi dengan investor. EKSPLORASI Unit Geomin merupakan unit yang bertanggung jawab terhadap kegiatan eksplorasi Antam. Selain itu, Unit Geomin berharap dapat menawarkan jasa eksplorasi kepada pihak ketiga, yang mencakup jasa eksplorasi geologi, penyelidikan geofisik, survei, pengeboran, laboratorium kimia dan jasa pengolahan data elektronis. Partisipasi Unit Geomin dalam kegiatan eksplorasi perusahaan, diantaranya melakukan survei cadangan serta menganalisa
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
and full production from the Pomalaa facility. The project is not only strategic in terms of growth but also to lower costs. Due to economies of scale and greater efficiency, FeNi III will reduce Antam’s overall cash cost of producing ferronickel to within USD2.20/lb - USD2.40/lb. Another benefit of the project is the value-added to Antam’s vast nickel reserves. Tayan Chemical Grade Alumina Plant Antam is planning bauxite mining operations and alumina production in Tayan, West Kalimantan. The Tayan Chemical Grade Alumina Project involves the exploitation of bauxite and production of chemical grade alumina. Several facilities are proposed to be constructed, including a washing plant, a bayer plant, a fine-hydrate plant, a white hydrate plant, a calcining plant and a utility plant. Construction is expected to take approximately 33 months followed by 6 months of commissioning. The exploitation license, KW98PPO183 relates to approximately 36,410 hectares and expires on 1 September 2020. The status of the license was upgraded from exploration to exploitation in 1998. Production is planned at 850,000 wmt of washed bauxite per year resulting in production of 300,000 tonnes of chemical grade alumina. The project has a planned life of 50 years. Offtake contracts will be negotiated with manufacturers and other industrial customers in Japan for the Asian market. Approval in principle was granted by the Government in 2000 for the application of the Generation-VIII Contract of Work (COW). An environment impact analysis was prepared by independent environmental surveyors and approved by the Ministry of Mines in 1999. It is anticipated that Antam would take a minority position in the project, with an option to acquire a majority interest in the project pending certain tobe-determined milestones such as commercial operations and repayment of the 2003 bond. Mizuho completed a bankable feasibility study at the end of 2003. Antam’s preliminary estimate of project costs is approximately USD220 million. The project is subject to a number of conditions including the availability of financing, among others. According to the BFS, management expects the Tayan project will generate an Internal Rate of Return of 15% with annual revenues of USD151 million, beginning in the 11th year. The Net Present Value, using an 8% discount rate is USD127.5 million and the payback period in 6 years. MARKETING AND ADVERTISING CAMPAIGNS In 2003 Antam spent Rp2.5 billion on advertising and promotion, the same as in 2002. The money was mostly spent to raise Antam’s profile in the international financial markets as Antam is already well known in the mining industry and its products are mostly sold in longterm contracts with loyal customers. A portion was spent on advertising in financial magazines and attending investor conferences.
101
hasil eksplorasi Buli, Pongkor, Cikidang, Tayan, dan Papandayan. Unit Geomin merupakan unit yang menemukan cadangan emas Pongkor. Selama tahun 2003, perusahaan terus berfokus pada kegiatankegiatan eksplorasi nikel laterit, emas dan bauksit di Indonesia. Total pengeluaran untuk eksplorasi, di luar usaha patungan, naik 9% menjadi Rp 51 miliar atau 2,8% dari pendapatan ekspor tahun 2002. Pada tahun 2003, kegiatan eksplorasi nikel mengeluarkan dana Rp 35,2 miliar, kegiatan eksplorasi emas menghabiskan dana Rp 5,8 miliar dan Rp 1,2 miliar untuk eksplorasi bauksit, dengan pengeluaran terbesar ditujukan untuk kegiatan pengeboran dan test pitting. Tidak ada pengeluaran eksplorasi pasir besi karena tidak ada kegiatan eksplorasi untuk komoditas ini. Perusahaan juga memiliki staf eksplorasi di setiap unit bisnis, sehingga pengeluaran eksplorasi oleh staf unit bisnis dimasukkan dalam pos beban operasi unit bisnis bersangkutan. Pada tahun 2003 Unit Geomin berfokus pada eksplorasi nikel laterit di Halmahera, Maluku Utara serta Bahubulu dan wilayah lain di Sulawesi Tenggara. Perusahaan juga berfokus pada eksplorasi bauksit di tayan serta eksplorasi emas di Pongkor, Jawa Barat. Sebagian besar kegiatan eksplorasi ditujukan untuk meningkatkan klasifikasi sumber daya mineral sesuai dengan rencana tambang. Nikel
EXPLORATION Antam’s Geomin Unit provides exploration services to Antam and intends to provide such services to third parties in the future. These services include geological exploration, geophysical investigation, surveying, drilling, chemical laboratory and electronic data processing services. The Geomin Unit has been involved in exploring deposits and analyzing results at a number of projects for Antam including Buli, Pongkor, Cikidang, Tayan and Papandayan. Past discoveries include the now operational Pongkor gold mine. During 2003, Antam continued to focus exploration activities on laterite nickel, gold as well as bauxite in Indonesia. Total exploration expenditures, excluding joint ventures, decreased 9% to Rp51 billion or 2.8% of the export revenues of 2002. Antam’s policy is to spend up to 5% of the previous year’s export revenues on exploration, should the circumstances warrant. Geomin spent Rp35.2 billion on nickel exploration, Rp5.8 billion on gold exploration and Rp1.2 billion on bauxite exploration, with the biggest expense attributed to fieldwork such as drilling and test pitting. Geomin did not perform any iron sands exploration and as such there were no expenses. The exploration staff at the operating mines conducted exploration and geological work at Antam’s operating mines and the expense for this work is included as part of the operating costs of the mine.
Bijih nikel saprolit (kadar tinggi) Jumah estimasi cadangan terbukti dan Terkira bijih nikel saprolit turun tipis dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi 34 juta wmt dengan kadar nikel 2,36%, sementara jumlah sumber daya turun 16% menjadi 115 juta wmt dengan kadar nikel 2,44%. Tingkat ketelitian estimasi cadangan dan sumber daya bijih nikel saprolit meningkat seiring dengan peningkatan klasifikasi di beberapa wilayah.
Geomin focused its laterite nickel exploration activities at Halmahera, North Maluku and at Bahubulu and other areas in Southeast Sulawesi. Antam also focused on bauxite exploration at Tayan, West Kalimantan and on gold exploration at Pongkor, West Java. The majority of the activities were intended to increase the mineral resource classification in accordance with mine planning.
• Kenaikan jumlah cadangan dan sumber daya disebabkan peningkatan dari klasifikasi Tereka yang tidak termasuk di dalam tabel di bawah. Data yang disajikan berikut ini menunjukkan estimasi sumber daya dan cadangan mineral perusahaan yang tidak diklasifikasikan Tereka.
• In this table we can see the increase due to augmenting ore estimations from the least accurate category of inferred, which is not included in these tables. This table indicates all of Antam’s estimated mineral resources and ore reserves, except for inferred resources:
TABEL CADANGAN DAN SUMBER DAYA MINERAL*
Mineral Resources and Ore Reserves Table* Komoditas
Commodity
Nikel Saprolit » Saprolite Nickel Nikel Limonit » Limonite Nickel Emas » Gold Bauksit » Bauxite Pasir Besi » Iron Sands
Jumlah Bijih
Jumlah Bijih
Perubahan dari Tahun Lalu
Produksi 2003
Ore Quantity (‘000 wmt)
Ore Quantity (‘000 wmt)
Change From Last Year
2003 Production (‘000 wmt)
Tingkat Pengembalian vs Tingkat Ekstraksi (Perkiraan) Replacement vs Extraction (Approximate)
40% 141% -6% 3% -68%
3,307 1,088 409 1,263 245
9 times 169 times 6% 4 times -277%
2002
2003
64,260 76,510 6,628 109,701 10,290
90,210 184,560 6,244 113,070 3,250
* Berdasarkan laporan competent person. Cadangan dan sumber daya (tidak termasuk sumber daya tereka) per 31 Desember 2003. * Based on the Competent Person’s Report. Figures as per December 31, 2003 (does not include inferred resources)
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
102
• Cadangan bijih yang disajikan sebagai berikut merupakan jumlah bijih yang secara ekonomis layak tambang dan menunjukkan estimasi sisa tahun produksi jika kegiatan eksplorasi tidak lagi dilakukan. Jumlah cadangan perusahaan akan bertambah seiring dengan peningkatan klasifikasi bijih dari sumber daya menjadi cadangan.
• In this table we only focus on Antam’s ore reserves, which have been taken from the table above. Ore reserves are measurements of economically mineable ore, in order to show production years remaining if Antam was to stop exploration work. It is important to realize that Antam’s ore reserves will increase as its vast resources are estimated in consideration of the economics and become reserves.
TABEL CADANGAN TERBUKTI DAN TERKIRA* » Proved and Probable Reserves Table* Komoditas
Commodity
Jumlah Cadangan Bijih Ore Reserves Quantity (‘000 Wmt)
Jumlah Cadangan Bijih Ore Reserves Quantity (‘000 Wmt)
Perubahan dari Tahun Lalu Change From Last Year
Estimasi Tingkat Produksi per Tahun Estimated Rate of Annual Production
Estimasi Sisa Umur tanpa Kegiatan Eksplorasi Estimated Remaining Years with No Further
2002
2003
(‘000 Wmt)
Exploration**
Nikel Saprolit » Saprolite Nickel
34,930
34,180
-2%
3,500
10***
Nikel Limonit » Limonite Nickel
17,500
21,680
24%
1,500
14
Emas » Gold
4,777
5,787
21%
400
14
Bauksit » Bauxite
1,319
61,530
4,565%
1,000
62^^
Pasir Besi » Iron Sands
4,790
3,250
-32%
500
6.5
*
Berdasarkan laporan competent person. Cadangan dan sumber daya (tidak termasuk sumber daya terkira) per 31 Desember 2003. Estimasi belaka tidak menunjukkan sisa umur tambang yang dapat saja lebih lama atau lebih pendek. *** Setelah tahun 2006, produksi perusahaan akan meningkat sebesar 1 juta ton untuk FeNi III. Angka ini tidak memasukkan kenaikan produksi tersebut karena estimasi cadangan dan sumber daya dapat berubah tahun 2006 serta adanya pasokan bijih nikel dari pihak ketiga. ^^ Estimasi tidak termasuk ekstraksi untuk proyek Tayan.
*
**
**
Bijih nikel limonit (kadar rendah) Jumlah estimasi cadangan terbukti dan terkira bijih nikel limonit naik 24% dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi 22 juta wmt dengan kadar nikel 1,42%, sementara jumlah sumber daya bijih nikel limonit naik tipis menjadi 251 juta wmt dengan kadar nikel 1,47%. Sama dengan bijih nikel saprolit, tingkat ketelitian estimasi cadangan dan sumber daya bijih nikel limonit meningkat pada tahun 2003. Perusahaan juga menemukan cadangan nikel baru di Sulawesi Tenggara.
Nickel
Tambang yang beroperasi: Pomalaa, Gebe, Gee dan Tanjung Buli Klasifikasi dari bijih nikel saprolit di Pomalaa (termasuk wilayah Maniang), Gebe dan Gee ditingkatkan menjadi cadangan terbukti yang memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi, sehingga jumlah bijih nikel saprolit sedikit menurun untuk masingmasing tambang. Hampir setengah dari bijih nikel saprolit di Tanjung Buli ditingkatkan klasifikasinya menjadi cadangan terbukti, yang merupakan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2002. Estimasi jumlah cadangan bijih nikel limonit di Pomalaa mencapai 1 juta wmt. Pada tahun 2002, perusahaan tidak melakukan estimasi cadangan limonit (LGSO) di Pomalaa, namun pada tahun 2003 dilakukan estimasi ini karena perusahaan mulai menjual LGSO yang sebelumnya dianggap waste. Estimasi cadangan limonit yang jumlahnya relatif kecil di Gebe menurun. Antam meningkatkan klasifikasi sebagian kecil sumber daya limonit di Tanjung Buli menjadi cadangan terbukti, dengan jumlah total cadangan juga mengalami kenaikan meskipun kecil.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Based on the Competent Person’s Report. Figures as per December 31, 2003 (does not include inferred resources) This is estimation and is not meant to suggest with certainty the mine life of Antam’s operations, which may have a longer or shorter duration. *** After 2006, Antam’s production will increase by approximately 1,000,000t for FeNi III. The figure does not take the production increase into account as reserves and resources estimates may change by 2006 and Antam will source third party ore for FeNi III. ^^ Estimation does not include extraction for the Tayan Project
Saprolite Nickel (High Grade) Antam’s total estimated proved and probable saprolite ore reserves declined slightly to 34 million wet metric tonnes (wmt) with 2.36% contained nickel and total estimated resources decreased 16% to 115 million wmt with 2.44% contained nickel. The accuracy of the estimations of reserves and resources improved as Antam augmented the classifications in several areas. Limonite Nickel (Low Grade) Antam’s estimated total proved and probable limonite ore reserves increased 24% to 22 million wmt with 1.42% contained nickel and total estimated resources increased slightly to 251 million wmt with 1.47% contained nickel. Like with saprolite the accuracy of the estimations of reserves and resources improved, as well Antam made new discoveries in Southeast Sulawesi. Current Mine Operations: Pomalaa, Gebe, Gee, Tanjung Buli The classification of all the saprolite nickel ore at the Pomalaa (which also includes the nearby deposit of Maniang), Gebe and Gee mines was augmented to proved reserves, the most accurate measurement. As such, the estimated volume decreased slightly for each area. Almost half of the saprolite nickel ore at the Tanjung Buli mine was classified as proved reserves, an increase over 2002.
103
Buli, Maluku Utara Antam memegang KP KW97PPO443 untuk wilayah penambangan di Buli. Saat ini perusahaan berada dalam tahap eksploitasi di wilayah seluas 39.040 hektare. Antam melanjutkan kegiatan infill-drilling nikel laterit di Buli untuk meningkatkan klasifikasi sumber daya nikel. Kegiatan pengeboran di Buli dilakukan menggunakan single tube core barrel berjarak 100 dan 25 meter. Cadangan yang ditemukan dalam jarak 25 meter akan diklasifikasikan sebagai cadangan terukur (measured).
At Pomalaa, proved reserves of limonite ore were estimated at a total of 1 million tonnes; last year Pomalaa did not have a low grade saprolite ore estimate. The estimation was made as Antam began to market Low Grade Saprolite Ore, which was previously considered waste. The estimate of the small amount of limonite reserves at the Gebe mine declined. At the Tanjung Buli mine, Antam augmented a small portion of its limonite resources estimation to proved reserves, with the total amount of reserves also increasing slightly.
CADANGAN DAN SUMBER DAYA: TAMBANG YANG BEROPERASI
Reserves and Resources: Current Mine Operations Location Location
Saprolit » Saprolite (‘000 wmt) Cadangan Sumber Daya Reserves Resources
Pomalaa (termasuk Maniang) » (including nearby Maniang) Gebe
Limonit » Limonite (‘000 wmt) Cadangan Sumber Daya Reserves Resources
2,500
-
1,050
-
450
-
500
-
Gee
3,200
-
-
-
Tanjung Buli
8,750
-
8,550
-
Estimasi cadangan saprolit di Wilayah lain selain Buli yang mencakup Blok A (Mornopo), Blok P1, P4, P5, P8, Pakal, dan Sangaji, meningkat menjadi 19,3 juta wmt menyusul peningkatan klasifikasi sebagian sumber daya menjadi cadangan seiring dengan persiapan pembukaan tambang nikel kelima, yakni Mornopo pada tahun 2005. Jumlah sumber daya di wilayah ini juga ditingkatkan klasifikasinya menjadi sumber daya terukur dan terindikasi dari sebelumnya klasifikasi sumber daya inferred. Sehingga, jumlah sumber daya limonit di wilayah ini turun menjadi 97,5 juta wmt.
Buli, North Maluku Antam holds exploitation license KW97PPO443 in relation to mining sites in the Buli area. These mining sites are currently in the exploitation phase and cover an area of approximately 39,040 hectares. Antam continued infilldrilling activities of laterite nickel to increase the mineral resources classifications. Drilling continued to use single tube core barrel with a space of 100 meter and 25 meters. Any mineral resources found using spacing of 25 meters, would be classified as measured mineral resources.
Pada tahun 2003 jumlah cadangan limonit di Wilayah Lain selain Buli naik dibandingkan tahun 2002 dengan sebagian besar terklasifikasi sumber daya terukur dan terindikasi. Seiring dengan adanya tingkat ketelitian yang lebih tinggi, jumlah sumber daya limonit di wilayah ini menurun dibandingkan dengan tahun 2002.
Antam’s estimation of Other Prospects of Buli, includes Block A (Mornopo), Blocks P1, P4, P5, P8, Pakal and Sangaji. The amount of saprolite nickel reserves at the exploration area of Other Prospects of Buli increased to 19.3 million wmt due to augmenting a portion of the estimation from the resources category as Antam prepares to open its fifth mine, Mornopo, in 2005. The resources of this area were also augmented, with a larger portion classified as measured and indicated resources instead of the least accurate measurement of inferred resources. As a result, the total estimated amount of resources declined to 97.5 million wmt.
Pada tahun 2003, sekitar 10.105 hektare dari sebagian wilayah Buli, yakni wilayah Pakal, diklasifikasikan sebagai hutan lindung, sehingga kegiatan penambangan terbuka di wilayah tersebut tidak dapat dilanjutkan. Menyusul hal ini, perusahaan belum meningkatkan klasifikasi sumber daya di Pakal menjadi cadangan, dan akan dilakukan sekiranya resolusi terhadap masalah tersebut ditemukan. Saat ini tim yang bersifat lintas sektoral sedang mengkaji ulang pengkalsifikasian wilayah tersebut, namun hasil akhir dari kajian tersebut belum diketahui. Sulawesi Tenggara Bahubulu terletak di pantai timur Sulawesi Tenggara, sekitar 50 kilometer sebelah utara Kendari dan sekitar 350 kilometer dari bibir pantai kota Pomalaa. Cadangan di Bahubulu termasuk dalam KP KW99STP057 yang mencakup kegiatan eksplorasi di wilayah seluas 14.570 hektare. Antam berencana
Like with saprolite, at the exploration area of Other Prospects of Buli, Antam’s reserves of limonite increased over 2002, while a larger portion of Antam’s limonite resources were classified as measured and indicated. As a result of improving the accuracy of the measurement, the total amount of limonite resources in the Other Prospects of Buli area declined compared to 2002. In 2003, approximately 10,105 hectares were classified as protection forest, thereby prohibiting open pit mining in the areas so classified. As such the mineral resources in these areas, namely Pakal Island, were not converted to ore
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
104
untuk mengajukan ijin eksploitasi sebelum ijin yang dimiliki saat ini habis masa berlakunya. Antam juga berencana untuk melakukan studi kelayakan sebagai bagian dari persyaratan ijin eksploitasi. Bahubulu diklasifikasikan sebagai wilayah hutan lindung sejak tahun 1999.
reserves. This will be done once the protection forest issue is resolved. A process for the resolution of claims for areas that have been classified as protection forests was under consideration by a joint committee comprising representatives from a number of Government departments established to resolve this issue.
Antam melanjutkan kegiatan infill-drilling di wilayah prospek Tapunopaka dan Mandiodo dengan jarak 100 meter.
CADANGAN DAN SUMBER DAYA: BULI Lokasi Location Blok A (Mornopo)
» Reserves and Resources: Buli
Saprolit » Saprolite (‘000 wmt) Cadangan Sumber Daya Reserves Resources
Limonit » Limonite (‘000 wmt) Cadangan Sumber Daya Reserves Resources
14,100
-
9,780
-
5,180
-
1,800
-
Pakal
-
8,530
-
13,580
P1
-
3,000
-
2,400
P8
-
1,000
-
1,400
Sangaji
-
26,000
-
42,200
TOTAL
19,280
38,530
11,580
59,580
-
59,000
-
88,000
Blok P4/P5
Sangaji (Tereka: tidak termasuk jumlah) (inferred: not included in total)
* Cadangan dipisahkan dari sumber daya » Reserves are additional to resources
Pengembangan kedua prospek ini diharapkan akan dapat menurunkan biaya transportasi bijih karena kedua prospek ini berada lebih dekat dengan Pomalaa, dibandingkan dengan tambang nikel yang lain di wilayah Maluku Utara. Kegiatan di Mandiodo didasarkan pada KP KW99NPP001 dengan luas wilayah 3.428 hektare dan akan berakhir April 2006. Perusahaan menemukan cadangan baru di wilayah eksplorasi Bahubulu/Sulawesi Tenggara, yakni di Tapunopaka dan Mandiodo, sehingga jumlah sumber daya terukur dan terindikasi meningkat dua kali lipat menjadi 17,5 juta wmt. Perubahan terbesar dari sumber daya limonit di wilayah eksplorasi Bahubulu/Sulawesi Tenggara terjadi dari peningkatan sumber daya terindikasi dan terukur dari 34 juta wmt menjadi 103 juta wmt menyusul penemuan di Tapunopaka dan Mandiodo. Emas Kegiatan penambangan emas di Pongkor didasarkan pada KP KW98PP0138 dengan luas area 6.047 hektare dan akan berakhir bulan April 2022. Unit Geomin juga melakukan kegiatan eksplorasi di Cikidang, Jawa Barat, pada area seluas 426 hektare berdasarkan KP KW98PP0456 yang dimiliki anak perusahaan Antam, IAR. Di Pongkor, kegiatan eksplorasi difokuskan pada high grade epithermal vein system di Pongkor serta di wilayah lain di Indonesia. Kegiatan core drilling dilakukan di Pongkor untuk menambah jumlah cadangan sehingga dapat memperpanjang usia tambang. Kegiatan eksplorasi di wilayah Ciurug, Pamoyanan dan Gudang Handak yang kesemuanya berada di Pongkor juga akan dilanjutkan, dengan hasil terbaik yang diperoleh adalah emas berkadar 19,65 grams per ton (gpt).
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Southeast Sulawesi Bahubulu is located off the east coast of South East Sulawesi, approximately 50 kilometres north of Kendari and approximately 350 kilometres by sea from Pomalaa. The deposits on Bahubulu fall within exploration license KW99STP057. It covers an area of 14,570 hectares and allows for exploration for nickel and associated minerals. Antam intends to apply for an exploitation license prior to expiration of the existing license. Antam plans to perform a feasibility study as required to obtain the exploitation license. Bahubulu has been classified as protection forest since 1999. Antam continued infill-drilling programs on the Tapunopaka and Mandiodo prospects of South East Sulawesi using 100 meter spacing. The development of theses nickel deposits is expected to benefit Antam in terms of lower transportation costs as both prospects are nearer to the Pomalaa processing facility than Antam’s other nickel mines in North Maluku. The area of Mandiodo falls within exploration license KW99NPP001, which covers an area of 3,428 hectares, and is due to expire in April 2006. Tapunopaka and Mandiodo are new discoveries in the Bahubulu/Southeast Sulawesi exploration area, which doubled measured and indicated saprolite resources to 17.5 million wmt. The biggest change in Antam’s limonite resources was due to the new discoveries at Tapunopaka and Mandiodo, as Antam’s measured and indicated resources jumped from 34 million wmt to 103 million wmt.
105
CADANGAN DAN SUMBER DAYA: SULAWESI TENGGARA
Reserves and Resources: Southeast Sulawesi Lokasi Location Bahubulu
Saprolit » Saprolite (‘000 wmt) Cadangan Sumber Daya Reserves Resources -
Limonit » Limonite (‘000 wmt) Cadangan Sumber Daya Reserves Resources
8,500
-
34,000
Tapunopaka
-
5,100
-
32,200
Mandiodo
-
3,900
-
37,100
TOTAL
-
17,500
-
103,300
Jumlah cadangan emas terbukti dan terkira di Pongkor naik menjadi 5,8 juta wmt seiring dengan peningkatan klasifikasi sumber daya terukur dan terindikasi menjadi cadangan. Pada tahun 2003 perusahaan mengestimasikan kadar emas ratarata sebesar 10,4 gpt dan kadar perak rata-rata 118,5 gpt, dengan jumlah logam sebesar 1.698.100 t.oz. emas dan 19.368.300 t.oz. perak. Jumlah sumber daya emas di Pongkor turun seiring dengan reklasifikasi sumber daya menjadi cadangan emas yang mencapai 0,8 juta wmt. Unit Geomin belum menemukan deposit baru di Pongkor. Antam juga memiliki cadangan teruji emas di tambang Cikidang yang sebelumnya dimiliki oleh anak perusahaan IAR. Pada tahun 2003 Antam melepaskan kepemilikan saham di IAR, namun perusahaan belum melakukan estimasi cadangan emas di Cikidang berdasarkan JORC-code. Bauksit Antam memegang KP KW98PP0183 berkaitan dengan kegiatan penambangan bauksit di Tayan, Kalimantan Barat dengan luas 36.410 hektare dan berakhir bulan September 2020. Pada umumnya kegiatan di Tayan ditujukan untuk meningkatkan klasifikasi sumber daya mineral. Antam melakukan kegiatan infill test pitting di wilayah Tayan di Kalimantan Barat untuk meningkatkan klasifikasi sumber daya mineral. Antam juga melakukan kegiatan yang sama di wilayah lain, namun belum menunjukkan jumlah cadangan yang berarti. Total cadangan bijih bauksit tercuci naik menjadi 61,5 juta wmt dengan kadar silika 16,68% dan 46,52% alumina, seiring dengan peningkatan klasifikasi sumber daya terukur dan terindikasi menjadi cadangan. Cadangan di Tayan diestimasikan berjumlah 58,8 juta wmt. Perusahaan memasukkan sebagian sumber daya bijih bauksit ke dalam kategori cadangan dalam penyusunan bankable feasibility study proyek alumina Tayan sehingga tingkat kelayakan jumlah bijih yang ditambang meningkat. Sehingga, jumlah sumber daya terindikasi bijih bauksit tercuci di Tayan (Munggu Pasir) turun menjadi 51,5 juta wmt dengan kadar silika 10,38% dan 46,68% alumina. Estimasi jumlah cadangan terbukti di tambang bauksit Kijang naik tipis menjadi 2,8 juta wmt menyusul penggunaan metode estimasi yang memasukkan spesifikasi bijih bauksit yang lebih rendah (memiliki kadar silika lebih tinggi) sesuai dengan kesepakatan dengan konsumen.
Gold Antam holds exploitation license KW98PP0138 in relation to exploration activities at the Pongkor gold mine in West Java, which covers an area of 6,047 hectares and is due to expire in April 2022. Geomin also conducts exploration at Cikidang, West Java, which covers an area of 426 hectares. Cikidang is the subject of exploitation license KW96PP0456 and was held by Antam’s subsidiary, IAR. Antam focuses its gold exploration activities at the high grade epithermal vein systems at Pongkor, although it also plans exploration programs at other locations throughout Indonesia. Core drilling is conducted at Pongkor to discover new gold deposits so as to extend mining life. Activities continued at the Ciurug, Pamoyanan and Gudan Handak locations in Pongkor, with the best results in June 2003 having a grade of 19.65 g/t. Antam’s proved and probable gold ore reserves at the Pongkor mine increased to 5.8 million wmt as a portion of the measured and indicated resources were reclassified as reserves after estimating in consideration of the economics. The estimation indicates a slightly reduced average gold grade of 10.4 grams per ton (gpt) and silver of 118.5 gpt, resulting in estimated metal of 1,698,100 t.oz. of gold and 19,368,300 t.oz of silver. Pongkor’s total resources decreased, due to reclassifying a portion as reserves, to 0.8 million wmt. Antam’s Geomin unit made no new discoveries at the Pongkor site. Antam also has a small amount of proved gold ore reserves at the Cikidang mine in West Java, previously held by Antam’s subsidiary International Antam Resources (IAL). Antam disposed of IAL at the end of 2003 but a JORC-compliant estimation of the Cikidang reserves has not been carried out. Bauxite Antam holds exploitation license KW98PP0183 in relation to its bauxite mining operations at Tayan, West Kalimantan, which covers an area of 36,410 hectares and is due to expire in September 2020. Infill test pitting continued at the Tayan project in West Kalimantan in order to augment the mineral resources classification. Several assay samples from areas other than Tayan were analyzed but no significant deposits were observed. Antam’s estimated total ore reserves of washed bauxite jumped to 61.5 million wmt with 16.68% silica and 46.52% alumina as a large portion of the measured and indicated
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
106
Pasir Besi Antam memiliki KP KW96PP037 untuk kegiatan penambangan pasir besi Kutoarjo, Jawa Tengah, yang mencakup luas wilayah 1.531 hektare dan akan berakhir masa berlakunya bulan November 2007. Selain itu perusahaan juga memegang KP KW97PP0290 untuk kegiatan di Lumajang, Jawa Timur yang memiliki luas wilayah 504 hektare dan masa berlaku sampai dengan bulan Februari 2012. Berlainan dengan tahun 2002, seluruh deposit pasir besi Antam dikalsifikasikan sebagai cadangan. Total cadangan pasir besi turun 32% menjadi 3,3 juta wmt dengan kadar besi rata-rata sebesar 46,8%. Karena sumber daya pasir besi di Kutoarjo telah diklasifikasikan sebagai cadangan, maka di wilayah tersebut tidak terdapat estimasi sumber daya. Kutoarjo memiliki total cadangan konsentrat 2,5 juta wmt, sementara jumlah cadangan konsentrat di Lumajang mencapai 0,7 juta wmt. Jumlah cadangan dan sumber daya pasir besi menurun dibandingkan dengan tahun 2002 karena pada tahun 2003 Antam menghentikan kegiatan penambangan di Cilacap serta ijin eksplorasi di Wates telah berakhir, sehingga estimasi cadangan dan sumber daya pasir besi dari wilayah ini tidak dimasukkan dalam estimasi cadangan pasir besi perusahaan pada tahun 2003. PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI Pada tahun 2003, Antam tidak melakukan peningkatan kapasitas produksi. Satu-satunya peningkatan kapasitas produksi terjadi pada tahun 2002 ketika perusahaan meningkatkan produksi bijih saprolit menjadi 3,2 juta wmt untuk memenuhi peningkatan permintaan oleh pelanggan. Pengembangan perusahaan yang akan segera dilaksanakan adalah pembangunan proyek FeNi III yang akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel lebih dari dua kali lipat menjadi 26.000 ton Ni per tahun di tahun 2006. AKUISISI DAN DIVESTASI USAHA Pada akhir tahun 2003, Antam melepaskan kepemilikan sahamnya di anak perusahaan International Antam Resources Ltd (IAR). Antam mengembalikan kepemilikan saham di IAR dan menukarnya dengan aset dan properti yang dimiliki IAR di Indonesia. IAR merupakan perusahaan penambangan emas publik yang terdaftar di Kanada yang diakuisisi melalui cashless reverse takeover pada tahun 1997. Takeover ini dilakukan untuk mendapatkan akses terhadap dana publik di Kanada sebagai bagian dari upaya Antam untuk mengembangkan 11 wilayah prospek emas. Dalam transaksi ini, sebagai ganti kepemilikan saham perusahaan di IAR, Antam menyerahkan beberapa wilayah prospek penambangan emas di Indonesia. Transaksi ini terjadi bersamaan dengan skandal emas Bre-X Kanada/Indonesia terungkap, yang kemudian disusul dengan munculnya krisis ekonomi Asia sehingga menyebabkan upaya untuk memperoleh dana publik di Kanada menjadi sulit. Kegiatan IAR di Indonesia berfokus pada pengembangan tambang emas Cikotok/Cikidang, Jawa Barat, yang saat ini kepemilikannya juga telah beralih ke perusahaan, serta berkonsentrasi pada pengembangan prospek emas lain melalui kerja sama. IAR telah menghapus bukukan beberapa wilayah
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
resources at the exploration area of Tayan, West Kalimantan were upgraded to reserves after estimating in consideration of the economics. Tayan’s reserves were estimated at 58.8 million wmt. Antam estimated a portion of the Tayan bauxite resources as reserves as a Bankable Feasibility Study was completed regarding the Tayan Chemical Grade Alumina project and the degree of confidence that the ore can be mined economically increased. The estimated indicated resources of washed bauxite at Tayan (Munggu Pasir) thus declined to 51.5 million wmt with 10.38% silica and 46.86% alumina. The proved ore reserves estimation at Antam’s Kijang mine increased slightly to 2.8 million wmt as Antam estimated the reserves according to new, lower quality specifications (specifically a higher silica content) as agreed to by Antam’s customers. Iron Sands Antam holds exploitation license KW 96PP0347 in relation to exploration activities at the Kutoarjo iron sands mine in Central Java, which covers an area of 1,531 hectares and is due to expire in November 2007 and exploitation license KW 97PP0290 in relation to exploration activities at the Lumajang iron sands mine in Central Java, which covers an area of 504 hectares and is due to expire in February 2012. Unlike 2002, all of Antam’s iron sands were estimated as reserves. Total reserves decreased by 32% to 3.3 million wmt of concentrate with a mean iron content of 46.8%. As the resources at Kutoarjo were re-estimated as reserves in consideration of the economics, there were no estimates of iron sands resources. Kutoarjo has estimated total reserves of 2.5 million wmt of concentrate and Lumajang has estimated total reserves of 0.7 million wmt of concentrate. Total reserves and resources dropped as, in 2003 Antam stopped mining activity at Cilacap and the exploration license at Wates expired, therefore the mineral reserves and resources from these properties were not included in Antam’s 2003 ore estimations. EXPANSION OF PRODUCTION CAPACITY In 2003, there was no expansion of production capacity at any of Antam’s operations. The most recent expansion occurred when Antam increased its annual saprolite ore output in 2002 to 3.2 million tonnes due to increased demand from existing customers. Upcoming expansions include the FeNi III expansion, which will more than double Antam’s contained nickel output to 26,000 tonnes per year in 2006. ACQUISITION AND DIVESTMENT OF BUSINESS LINES At the end of 2003, Antam divested its interest in its subsidiary International Antam Resources Ltd (IAR). Antam returned its interest in IAR for IAR’s assets and properties in Indonesia. IAR was a Canadian-listed gold mining company that was acquired by Antam through a cashless reverse takeover in 1997 as a means of raising capital in Canada to develop 11 licensed gold tenements in Indonesia that were acquired from Antam in return for a majority interest in IAR. The transaction occurred just as the Canadian/Indonesian
107
yang tidak memiliki prospek baik. Antam terus melakukan upaya pencarian modal melalui IAR namun tidak membuahkan hasil, sehingga manajemen memutuskan untuk mengembalikan kepemilikan sahamnya di IAR. Sebagaimana dengan reverse takeover awal, Antam juga tidak mengeluarkan dana sehubungan dengan pengembalian saham di IAR. USAHA PATUNGAN Seluruh kegiatan operasi Antam saat ini dimiliki dan dijalankan sepenuhnya oleh perusahaan, dengan outsourcing pada kegiatan di tambang-tambang tertentu. Satu-satunya kegiatan operasi yang dijalankan dengan posisi Antam sebagai pemilik minoritas dan tidak menjalankan kegiatan operasi secara langsung adalah pengoperasian tambang emas PT Nusa Halmahera Minerals, yang dioperasikan dan mayoritas dimiliki oleh Newcrest Australia. Pada tahun 2002 Antam menerima pembayaran dividen dari perusahaan tersebut. Untuk kegiatan eksplorasi di beberapa wilayah dan pengembangan tambang baru, peranan usaha patungan sangat penting. Salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki Antam adalah jumlah KP yang mencapai 53 buah dan mencakup luas wilayah lebih dari 1,0 juta hektare di Indonesia yang terkenal kaya akan bahan mineral. Karena karakteristik tambang yang memiliki umur terbatas, perusahaan pertambangan harus terus menerus melakukan upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan cadangan yang dimilikinya untuk menjaga kelangsungan usaha. Pengeluaran eksplorasi merupakan salah satu risiko karena adanya kemungkinan yang besar dalam kegagalan eksplorasi. Antam dapat mengalokasikan 5% dari pendapatan ekspor tahun lalu untuk keperluan eksplorasi, meskipun dalam praktiknya perusahaan biasanya membelanjakan 3-4% dari pendapatan ekspor. Seiring dengan luasnya wilayah KP yang dimiliki, perusahaan memerlukan dana eksplorasi yang cukup besar. Selain itu, perusahaan juga menginginkan akses atas metode dan teknologi pertambangan terkini untuk meningkatkan probabilitas penemuan cadangan, sehingga perusahaan membentuk usaha patungan dengan berbagai perusahaan pertambangan internasional. Meskipun Antam hanya akan mendapatkan dividen dari usaha patungan, risiko bagi perusahaan lebih kecil karena tidak harus mengeluarkan dana yang besar untuk eksplorasi. Di dalam proyek kerja sama, Antam biasanya mengalihkan KP yang dimiliki kepada perusahaan patungan yang dibentuk bersama perusahaan pertambangan asing dengan imbalan kepemilikan saham minoritas di perusahaan patungan tersebut. Di Indonesia, KP tidak dapat dipegang oleh perusahaan asing. Pengalihan hak pertambangan dapat dilakukan jika perusahaan patungan tersebut telah mendapatkan Kontrak Karya dari pemerintah yang sudah mengatur seluruh peraturan, pajak, dan royalti yang harus
Bre-X gold scandal was uncovered, followed soon thereafter by the Asian Economic Crisis. These events made raising money in Canada to develop gold properties in Indonesia very difficult. IAR continued to generate cash from the small Cikotok/Cikidang gold mine in West Java (which has also been returned to Antam) and concentrated on forming partnerships to develop its properties, several which were found to be unpromising and were written off. Although Antam continued this arrangement for a number of years it appeared that generating fresh development capital through this entity was unlikely in the near term and so management decided to terminate the arrangement. As with the initial reverse takeover, terminating IAR was a cashless transaction. JOINT VENTURES All of Antam’s operations are 100% owned and operated by Antam, with selective outsourcing at certain mines. The only operation of which Antam has a minority interest is a gold mine run by PT Nusa Halmahera Minerals, operated and majority owned by Newcrest of Australia. The joint venture began paying dividends in 2002. However, in terms of new properties, joint ventures have an important role to play. One of Antam’s competitive advantages are the 53 mining licenses it holds over 1.0 million hectares of the mineral-rich Indonesian archipelago. Unlike other industries, a mining company has a finite life span dictated by the volume of ore reserves it can economically extract. To sustain operations a mining company must continually seek ways to maintain or increase its reserve holdings. The cost of exploring for new deposits is referred to as “risk capital” as the probability of making new discoveries is low. Antam budgets 5% of the previous year’s export revenues for exploration, although in practice normally 3-4% is actually spent. However, with the vast properties that Antam has to explore, far greater amounts of risk capital are required. In order to acquire the capital required to explore its territories, as well as access the latest mining techniques and technology and to improve the chances of making a discovery and developing a profitable mine, Antam seeks to form joint ventures with international mining companies. Although Antam will only have rights to a portion of the dividends, the potential decrease in revenues is far outweighed by the reduced exploration expenditure. In the past, Antam would normally transfer the mining rights it owns to a joint venture company formed with an international company in return for a minority stake in the company. Mining licenses can not be held by foreign entities. The rights transfer occurs after the joint venture has been granted what is known as a Contract of Work, which locks in place for 30 years the regulations, taxes and royalties the joint venture company is subject to. The arrangement does not require a cash contribution from Antam. A free carried
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
108
dibayarkan selama 30 tahun. Pada umumnya, Antam tidak harus mengeluarkan dana di dalam proyek kerja sama dan kepemilikan saham di perusahaan patungan diperoleh sebagai imbalan hak kuasa pertambangan (free carried interest). Selain itu, seringkali perusahaan telah mengeluarkan biaya eksplorasi pendahuluan pada wilayah proyek kerja sama tersebut. Dalam perusahaan patungan, pada umumnya Antam dapat meningkatkan kepemilikan sahamnya dengan dana yang diperoleh dari pembagian dividen. Selain itu, Antam juga memiliki opsi untuk meningkatkan porsi kepemilikan setelah operasi komersial proyek dimulai. Saat ini, sistem Kontrak Karya cenderung tidak aktif seiring dengan adanya otonomi daerah dan perubahan atas berbagai undang-undang seperti kehutanan, pertambangan dan lingkungan hidup. Sejak tahun 1997, tidak ada Kontrak Karya yang diberikan. Sehubungan dengan hal ini, perusahaan terus berupaya untuk menarik minat mitra asing dalam pembentukan usaha patungan serta berupaya menjamin hak mitra asing atas proyek tersebut. Pada tahun 2003, sebagian besar usaha patungan melakukan kegiatan terbatas atau berada dalam care and maintenance sambil menunggu penyelesaian masalah tumpang tindih dengan lahan kehutanan. Survei PricewaterhouseCoopers pada tahun 2003 menunjukkan penurunan investasi baru di
interest is provided for the mining licenses and the exploration expense already paid by Antam. A further loan carried interest is provided through a shareholder loan, which is repaid from the dividends of the project and Antam is normally also granted an option to acquire a further interest in the project company upon a period after commercial operations have commenced. To the end of 2003, the Contract of Work system had been inactive for several years as the move to grant greater autonomy to the regions and ongoing legislative revision to laws such as forestry, mining and the environment. There has not been a Contract of Work granted since 1997. In light of this Antam is seeking new ways to entice partners to form joint ventures companies. Most of Antam’s joint ventures remained on care and maintenance in 2003 or performed limited activities, pending the resolution of issues related to forestry regulations. As noted in a PricewaterhouseCoopers survey, new mining investment has fallen for six straight years in Indonesia and in 2003 there was no new mining investment. This was caused by the uncertainty caused by the regulatory and regional autonomy issues faced by the Indonesian mining industry, and obviously had an impact on Antam’s joint venture partners.
USAHA PATUNGAN AKTIF » Active Joint Ventures Lokasi Location
Usaha Patungan Joint Venture
KP/KW atau KK KP/KW or COW
Luas Area (ha)
Komoditas Commodity
Mitra Usaha Joint Venture Partner
Gag Island, Papua
PT Gag Nikel(1)
KW96PK0053
13,136
Nikel » Nickel
BHP Asia Pacific Nickel Pty. Ltd.
Weda Bay, Halmahera Island, Maluku
PT Weda Bay Nickel(1)
KW96PK0016
76,280
Nikel » Nickel
Strand Management Property Ltd.
Gosowong, Halmahera Island, Maluku
PT Nusa Halmahera KW96PK0178 Minerals(1)
29,620
Emas » Gold
Newcrest Singapore Holdings Pte. Ltd.
Martapura, Cempaka, Danau Seran, Kalimantan
PT Galuh Cempaka(1)
KW96PK0069
3,920
Intan Aluvial Alluvial Diamonds
BM Diamonds
Kotanopan and Pagar Gunung, Sumatra
PT Sorikmas Mining(1)
KW96PK0042
66,200
Emas dan Logam Dasar Gold and Base Metal
Aberfoyle Pungkut Investments Pte. Ltd.
Dairi-Karo, North Sumatra
PT Dairi Prima Minerals(1)
KW99PKO071
27,420
Logam Dasar » Base Metal
Herald Resources Pty. Ltd.
Gendang Timburu, South Kalimantan
PT Pelsart Tambang KW96PK0105 Kencana(1)
201,000
Emas » Gold
Pelsart NL
Cibaliung, West Java
PT Cibaliung Sumberdaya(2)
KW96PP0019
16,590
Emas » Gold
Austindo Resources Corporation NL
Garut, West Java
PT Straits Consultancy Services(2)
540/1078/SDA P/2002 31,237 503/3656/DPSDA8P 540/01-KP.DLH2003
Emas » Gold
Straits Resources
(1) (2)
Berdasarkan kontrak karya. » These joint ventures have been granted COWs. Berdasarkan kuasa pertambangan. » These joint ventures have been issued KPs.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
109
industri pertambangan selama 6 tahun berturut-turut di Indonesia. Pada tahun 2003 tidak ada investasi pertambangan baru di Indonesia akibat ketidakpastian dalam peraturan perundangan serta isu otonomi daerah sehingga berdampak negatif bagi Antam dan usaha patungan perusahaan. PT Galuh Cempaka (Antam 20%) Cadangan intan alluvial di Martapura, Cempaka dan Danau Seran didasarkan pada KP KW96PK0069 yang memiliki luas 3.920 hektare. Perjanjian usaha patungan ditandatangani pada tahun 1995. Antam memiliki free carried interest sebesar 20% pada proyek ini, dengan tambahan opsi 10% pada harga yang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan eksplorasi setelah penyelesaian studi kelayakan. BM Diamonds Ltd. memiliki 80% saham dalam perusahaan patungan. Proyek ini beroperasi berdasarkan Kontrak Karya yang dikeluarkan tahun 1998. Pada tahun 2003, PT Galuh Cempaka mengeluarkan dana sebesar USD 24,6 juta dengan pengeluaran terbesar digunakan untuk keperluan peralatan pencarian (dredging equipment) berkapasitas 2,5 juta meter kubik per tahun. PT Galuh Cempaka melakukan kegiatan percobaan penambangan untuk memastikan kadar intan serta untuk menemukan bijih intan layak jual. Jika tes awal ini menunjukkan hasil yang ekonomis, kapasitas dredging equipment akan ditingkatkan menjadi 5 juta meter kubik per tahun sebagai awal dari operasi komersial. Saat ini proyek berada pada tahapan konstruksi. PT Galuh Cempaka akan memperoleh pendapatan yang relatif kecil dari penjualan intan yang diperoleh dari tes awal tersebut. Hasil dari intan yang diperoleh diperkirakan akan digunakan sebagai perhiasan. Pada pertengahan tahun 2002, PT Galuh Cempaka melakukan penjualan intan pertama dari Indonesia. PT Nusa Halmahera Minerals (Antam 17,5%) Cadangan emas Gosowong yang dioperasikan PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) berlokasi di pulau Halmahera dan didasarkan pada KP KW96PKO178 memiliki luas wilayah 31.020 hektare. PT NHM memperoleh Kontrak Karya dari pemerintah pada tahun 1997. Pada usaha patungan ini, Antam bermitra dengan Newcrest Singapore Holdings Pte. Ltd., anak perusahaan Newcrest Australia. Perjanjian usaha patungan ini dilakukan tahun 1994 setelah pada tahun 1992 ditandatangani nota kesepahaman. Di dalam usaha patungan yang secara resmi dibentuk tahun 1997 ini, Antam memiliki saham sebesar 17,5% dan Newcrest memiliki sisanya. Pada tahun 2002, Antam memperoleh dividen untuk pertama kali dari PT NHM sebesar USD 700.000, dividen tersebut diterima seluruhnya oleh Antam dan tidak dipotong minus pembayaran pinjaman Antam atas kepemilikan saham 17,5% di PT NHM. Kegiatan pertambangan di wilayah Gosowong berakhir pada bulan Mei 2002 setelah beroperasi selama 36 bulan. Pada akhir kegiatan penambangan, terdapat sisa bijih emas kadar rendah sebesar 400.000 ton yang akan diproses lebih lanjut. Selama proyek Gosowong berjalan, telah dihasilkan emas sebesar 754.095 oz. dengan biaya produksi rata-rata AUD 215 per oz. Penemuan prospek emas kadar
PT Galuh Cempaka (Antam 20%) The alluvial diamond deposits at Martapura, Cempaka and Danau Seran are the subjects of license KW96PK0069 that relates to an area of approximately 3,920 hectares. A joint venture agreement was signed in 1995. Antam has a 20% free carried interest in this joint venture with an option to acquire a further 10% after completion of a feasibility study at a price based upon a commensurate percentage of the exploration costs incurred. BM Diamonds Ltd. has the remaining 80% interest. The COW was issued in 1998. To the end of 2003, approximately USD24.6 million had been spent on the project (principally the dredging equipment which has a capacity of 2.5 million cubic metres per year). The trial mining programme is designed to confirm diamond grades and recover diamonds for valuation and sale. If results from this programme are such that the grades and quantity of diamonds are sufficient to warrant an upgrade, the dredge will be upgraded to 5 million cubic metres per year capacity as the first stage of commercial production. The project is currently in the construction phase. Minimal income is expected to be generated for the joint venture company during the trial mining from the sale of diamonds extricated at this stage. The expected principal end use of the diamonds extracted will be for jewelry. The Cempaka alluvial diamond project made the first ever sale of Indonesian diamonds in mid-2002. PT Nusa Halmahera Minerals (Antam 17.5%) The Gosowong gold reserves on Halmahera Island are the subject of NHM’s licence KW96PKO178, which relates to an area of approximately 31,020 hectares, and which is currently the subject of a COW granted in 1997. Antam’s joint venture partner is Newcrest Singapore Holdings Pte Ltd, a subsidiary of Newcrest. The joint venture agreement was signed in 1994 (formalizing a memorandum of understanding signed in 1992). Antam has a 17.5% loan carried interest in the joint venture company. Newcrest holds the balance of the shares in NHM, which was established in 1997. In 2002, Antam received its first dividend amounting to USD700,000 from NHM in cash, as Newcrest waived its right under the NHM Agreement to withhold the dividend payable and apply it against the loan. Mining of the original Gosowong deposit was concluded in May 2002 after 36 months of operation. At the conclusion of mining, an excess of 400 kt of stockpiled low grade ore remained to be processed through the Gosowong plant. Over the life of the project, the high-grade Gosowong mine produced 754,095 oz of gold at an average cost of A$215 per oz. Discovery of high grade mineralisation at Toguraci, located two kilometres south-west of the Gosowong mine, may provide additional mine life at Gosowong, provided that the area is reclassified as non-protection forest under Forestry Law 41. In May 2003, the Indonesian Government granted permission to resume the permitting process for a high grade gold project at the Toguraci deposit on Halmahera Island. The permission was an interim one valid until the end of June 2003 to expedite development of the Toguraci deposit.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
110
tinggi baru di Toguraci, yang berlokasi di barat daya Gosowong telah memberi harapan baru bagi PT NHM untuk memperpanjang kegiatannya. Hal ini dapat terjadi sekiranya wilayah Toguraci direklasifikasi sebagai non-hutan lindung berdasarkan Undang-undang Kehutanan no. 41. Pada bulan Mei 2003, pemerintah Indonesia mengijinkan kegiatan terbatas di Toguraci sampai dengan bulan Juni 2003 untuk dapat mempercepat pengembangan cadangan Toguraci. Kegiatan pengeboran pada prospek Kencana yang berlokasi satu kilometer sebelah selatan Gosowong, menunjukkan adanya wilayah mineralisasi yang menjanjikan dalam wilayah pertambangan Gosowong. Mineralisasi Kencana berlokasi di sebelah tenggara Gosowong. Wilayah Gosowong masih memiliki prospek yang baik, dan diharapkan pengembangan prospek baru akan memanfaatkan fasilitas pengolahan Gosowong yang nilai depresiasinya sudah habis. PT Dairi Prima Minerals (Antam 10%) Prospek logam dasar di Dairi-karo, Sumatera Utara memiliki KP KW99PK0071 dengan luas wilayah 27.420 hektare dan dioperasikan berdasarkan Kontrak Karya yang diperoleh tahun 1998. PT Dairi Prima Minerals merupakan usaha patungan dengan Herald Resources Ltd. yang merupakan perusahaan publik di Australia. Antam memiliki free carried interest sebesar 10% dalam proyek ini dengan opsi tambahan sebesar 10% menyusul selesainya studi kelayakan dengan harga sebesar 15% dari biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan pelaksanaan opsi pembelian tersebut. Hasil eksplorasi yang telah berjalan selama 5 tahun menunjukkan bahwa upaya eksplorasi lanjutan secara ekonomis layak dilanjutkan. Bankable feasibility study (BFS) dimulai di awal bulan Oktober 2003, dengan kegiatan pengeboran sedalam 7000-8000 meter dengan metode infill diamond drilling. Kegiatan eksplorasi bertujuan untuk meningkatkan klasifikasi cadangan serta memperdalam analisa geometri deposit yang ada. Kegiatan eksplorasi juga ditujukan untuk memperoleh sampel pengujian metalurgi untuk lebih mendetilkan hasil proses pengolahan, memperinci hasil studi geoteknik terhadap batuan deposit, serta untuk membantu pelaksanaan survei hidrologis lingkungan tambang. Pada saat penyelesaian program kegiatan, penelitian independen sumber daya akan dilakukan untuk memastikan sekiranya perlu ada perubahan dalam perencanaan, penjadwalan dan metode pendanaan proyek. Studi Pra Kelayakan yang diselesaikan pada bulan Juli 2003 didasarkan pada penambangan cadangan Anjing Hitam, dengan hasil 6.324Mt @ 16,0% Zn, 9,9% Pb yang setara dengan 21,5% Zn, dari Main Mineral Horizon (MMH). Hasil studi tersebut menunjukkan adanya jumlah cadangan logam dasar yang layak secara ekonomis dengan jumlah 745.000t seng dan 471.000t timah hitam. Studi yang dilakukan saat ini juga mencakup penelitian atas kemungkinan untuk penambangan mineral dari Upper Mineral Horizon.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Drilling activities at the Kencana prospect, one kilometre south of the original Gosowong mine, resulted in the discovery of a significant zone of mineralisation in the mining production area of the Gosowong leasehold. The mineralisation at Kencana is to the south-southeast of Gosowong mine. The Gosowong field remains a prospective epithermal gold system and future projects including Toguraci will be processed through the fully depreciated Gosowong facilities. PT Dairi Prima (Antam 10%) The base metals prospect at Dairi-Karo, North Sumatra is the subject of license KW99PKO071, which relates to an area of approximately 27,420 hectares and which is currently the subject of a COW granted in 1998. PT Dairi Prima Minerals is a joint venture between Antam and Herald Resources Limited, an Australian public company. Antam has a 10% free carried interest in PT Dairi Prima Minerals, with an option to purchase an additional 10% interest in PT Dairi Prima Minerals upon completion of prefeasibility studies, at a price of 15% of the costs incurred to the date of exercise of the option. The results of exploration activities, which have been on-going for 5 years, indicate resource potential sufficient to merit further exploration. The Bankable Feasibility Study (BFS) commenced in early October 2003 with the start of a 7000-8000m infill diamond drilling program, which is designed to elevate the current resources to measured status, and firm up the understanding of the deposit geometry. It is also intended to obtain bulk metallurgical test work samples to help refine the concentrator process; to enable more detailed geotechnical study of the deposit’s wallrocks; and to carry out a hydrological survey of the mining environment. On completion of the program, an independent resource reassessment will be carried out enabling remodelling for mine planning, scheduling and costing. The Prefeasibility Study, completed in July 2003, was based on the mining of the Anjing Hitam mining resource, then determined to be 6.324 million tonnes @ 16.0% Zn, 9.9% Pb or 21.5% Zn equivalent, from the Main Mineral Horizon. That study’s estimated output of total payable metal for the life of mine was about 745,000 tonnes zinc and 471,000 tonnes lead. The current study will also investigate the possibility of extracting some of the Upper Mineral Horizon material. Diamond drilling to date has been concentrated at the northern and central parts of the deposit and the results to date have been more or less in keeping with expectations but with several holes intersecting significantly greater than expected thickness. Intermediate 50m spaced drilling fences plus infill on existing 100m spaced fences are being drilled plus more detail in structurally complex areas.
111
Pengeboran yang dilakukan dengan core diamond sampai dengan saat ini berkonsentrasi di bagian utara dan tengah wilayah cadangan. Meskipun hasil dari pengeboran ini selaras dengan perkiraan sebelumnya, terdapat beberapa perpotongan lubang bor yang memiliki ketebalan di atas perkiraan sebelumnya. Kegiatan pengeboran berjarak menengah 50 meter, infill drilling berjarak 100 meter, serta pengeboran yang lebih terperinci di area yang memiliki struktur lebih kompleks. PT Sorikmas Mining (Antam 25%) Wilayah prospek emas dan logam dasar di Kotanopan dan Pagar Gunung, Sumatera, didasarkan pada KW99PKO 037 dengan luas wilayah 66.200 hektare. Kontrak Karya diberikan tahun 1998. Pada tahun 1997, perjanjian pembentukan usaha patungan ditandatangani dengan Aberfoyle Pungkut Investments Pte. Ltd., dengan kepemilikan free carried interest sebesar 25% dan opsi menambah kepemilikan sebanyak 15% dengan ketentuan bahwa opsi tersebut harus diajukan paling lambat 60 hari setelah studi kelayakan selesai dan dengan harga 2,5 kali dari 15% biaya eksplorasi. Aberfoyle Pungkut Investments Pte. Ltd memiliki sisa kepemilikan di PT Sorikmas Mining, dengan Western Metals Ltd. dan Pacmin Mining Corp. Ltd. sebagai pemegang saham utama Aberfoyle Pungkut Investments Pte. Ltd. Kegiatan eksplorasi yang bermula tahun 1995 sampai dengan tahun 2003 menunjukkan kelayakan cadangan secara ekonomis sehingga kegiatan eksplorasi dapat dilanjutkan. Sampai dengan tahun 2003, pengeluaran PT Sorikmas Mining mencapai USD 3,4 juta. Kegiatan PT Sorikmas Mining berada pada care and maintenance semenjak bulan November 2000 sampai dengan pertengahan bulan Juni 2003. Pada tanggal 19 Juni 2003, PT Sorikmas Mining melakukan kegiatan pengeboran wilayah Sihayo dengan menggunakan dana dari Oropa Ltd. Oropa Ltd., melalui anak perusahaannya Excelsior Resources Ltd., memiliki opsi untuk membeli kepemilikan Western Metals Ltd. dan Pacmin Mining Corp. Ltd. di PT Sorikmas Mining dengan syarat Excelsior Resources Ltd., mengeluarkan dana untuk keperluan eksplorasi sebesar AUD 900.000. Perusahaan juga setuju untuk melepaskan opsi penambahan kepemilikan saham di PT Sorikmas Mining sebesar 15% jika Excelsior Resources Ltd. mengeluarkan dana lebih dari AUD 4.500.000 dalam proyek ini. PT Gag Nikel (Antam 25%) Pulau Gag berlokasi sekitar 150 kilometer dari pantai barat Papua, sekitar 50 kilometer tenggara pulau Gebe. Cadangan nikel dan cobalt di pulau Gag didasarkan pada KP KW96PKO053 dengan luas wilayah 13.136 hektare. Pada tahun 1996, perusahaan dengan BHP Minerals International Exploration Inc. menandatangani perjanjian usaha patungan. Antam memiliki kepemilikan sebesar 25% pada PT Gag Nikel dengan komposisi 15% free carried interest dan 10% loan carried interest, sementara sisa 75% dimiliki oleh BHP Asia Pacific Nickel Pty. Ltd. yang merupakan anak perusahaan BHP Minerals International Exploration Inc. Perusahaan memiliki opsi untuk meningkatkan kepemilikan menjadi 32% setelah
PT Sorikmas Mining (Antam 25%) The gold and base metals prospects at Kotanopan and Pagar Gunung, Sumatra are the subject of license KW99PKO037, which relates to an area of approximately 66,200 hectares and which is currently the subject of a COW granted in 1998. In 1997, a joint venture agreement was signed with Aberfoyle Pungkut Investments Pte Ltd pursuant to which Antam obtained a 25% free carried interest in PT Sorikmas Mining with an option to increase its interest by 15% to be exercised within 60 days of the completion of a feasibility study, at a price equal to 2.5 times 15% of the costs of exploration. Aberfoyle Pungkut, now controlled by Western Metals Ltd. and Pacmin Mining Corporation Limited, holds the remaining equity in PT Sorikmas Mining. The results of exploration activities to the end of 2003, which first commenced in 1995, indicate a resource potential sufficient to merit further exploration. To the end of 2003, approximately USD2.8 million had been spent on the project. Operations were suspended as the project was under care and maintenance from November 2000 to mid-June 2003. On 19 June 2003, PT Sorikmas Mining commenced a follow-up drilling program in the Sihayo area funded by Oropa Limited. Oropa, through its wholly-owned subsidiary Excelsior Resources Limited, has entered into an option to purchase agreement with Antam, Western Metals and Pacmin, to acquire from Western Metals and Pacmin all of the shares in Aberfoyle Pungkut, subject to an expenditure by Excelsior of A$900,000 on exploration. Antam has agreed to waive its option to increase its interest in PT Sorikmas Mining by 15% if Excelsior spends more than A$4,500,000 on the project. PT Gag Nikel (Antam 25%) Gag Island is situated approximately 150 kilometres off the west coast of Papua, approximately 50 kilometres southeast of Gebe Island. The Gag Island reserves of nickel ore and cobalt are the subject of license KW96PKO053, which relates to an area of approximately 13,136 hectares. In 1996, Antam and BHP Minerals International Exploration Inc. (‘’BHPMIE’’) entered into a mining joint venture agreement. Antam has a 25% interest (consisting of a 15% free carried interest and a 10% loan carried interest) in PT Gag Nikel, while BHP Asia Pacific Nickel Pty. Ltd (‘’BHPAPN’’), an Australian affiliate of BHPMIE, holds the remaining 75%. After 13 years of commercial operations and upon making a cash contribution to be agreed to by both parties, Antam has an option to increase its shareholding to 32%. The COW was granted in February 1998. Results from the drilling programme estimate measured resources of 12 million dry tonnes, at 1.33% Ni and 0.09% Co, indicated resources of 93 million dry tonnes, at 1.46% Ni and 0.07% Co, and inferred resources of 135 million dry tonnes, at 1.3% Ni and 0.09% Co. Total resources will be 240 million dry tonnes at 1.35% Ni and 0.08% Co. If the project proceeds, the total expenditure for the project (including the installation of the leaching refining plant) is estimated to be USD1.16 billion.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
112
PT Gag Nikel beroperasi komersial selama 13 tahun. Kontrak Karya untuk PT Gag Nikel diperoleh pada bulan Februari 1998. Hasil dari kegiatan pengeboran pada tahun 2003 menunjukkan jumlah sumber daya terukur sebesar 12 juta dry tonnes (dmt) pada kadar 1,33% Ni dan 0,09% Co., sumber daya Terindikasi sebanyak 93 juta dmt pada kadar 1,46% Ni dan 0,07% Co., serta sumber daya Tereka (inferred) sebesar 135 juta dmt pada kadar 1,3% Ni dan 0,09% Co. Total sumber daya yang dimiliki berjumlah 240 juta dmt dengan kadar 1,35% Ni dan 0,08% Co. Sekiranya proyek ini dilanjutkan, maka estimasi biaya proyek adalah USD 1,6 miliar, termasuk pembangunan pabrik dengan proses leaching.
It was reported at its AGM in November 2003 that BHP Billiton had no plans to develop the Gag Island nickel project and that UNESCO was considering the Raja Ampat archipelago as one of four nominated marine World Heritage Sites in Indonesia. BHP Billiton has reaffirmed the group’s commitment not to mine in areas of global environmental significance, but the current issue with regards to plans for Gag is waiting for the Indonesian Government decision on the protection forestry issue. As at the end of December 2003, the Indonesian parliament was considering upholding previous agreements and allowing activities to recommence in protection forests.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham BHP Billiton pada bulan November 2003, disebutkan bahwa BHP Billiton tidak memiliki rencana untuk mengembangkan proyek Gag dan bahwa UNESCO sedang mempertimbangkan klasifikasi kepulauan Raja Ampat sebagai salah satu dari empat Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites). BHP Billiton telah menegaskan kembali komitmennya untuk tidak melakukan kegiatan pertambangan di wilayah yang memiliki arti penting bagi lingkungan, namun keputusan kegiatan pertambangan di Gag masih menunggu resolusi dari masalah tumpang tindih lahan.
During this reporting period PT Gag Nikel continued with its care and maintenance programme, community relations activities, maintenance of legal and regional authorities’ contacts and environmental monitoring programs on Gag Island. There has been no further development work. From the commencement of the project to the end of 2003 1,306,510 man-hours of work had been performed with no lost time due to injury. Expenditure incurred and attributed to PT Gag Nikel, before and since the signature of the COW is USD26 million.
Pada akhir bulan Desember 2003, DPR telah mempertimbangkan untuk menghormati perjanjian yang dibuat sebelum pemberlakuan Undang-undang Kehutanan dan mengijinkan kegiatan operasi pertambangan di wilayah hutan lindung.
PT Weda Bay Nickel (Antam 10%) The nickel deposits at Weda Bay on Halmahera Island are the subject of license KW96PKO016, which relates to an area of approximately 76,280 hectares. Presidential approval for the COW was given in 1998. Pursuant to the joint venture agreement dated 29 December 1997 between Antam and Weda Bay Minerals, Antam has a 10% free carried interest in the joint venture company with an option to acquire a further 15% interest after completion of a feasibility study at a price based on the development costs up to the date. Weda Bay Mineral’s subsidiary, Strand Minerals holds the balance of the interest in the joint venture company. Exploration commenced in 1997 but was suspended in January 2003 due to the impact of Law 41 on Forestry, which contains a clause prohibiting open pit mining in protection forest. Expenditure by Weda Bay Minerals to the end of 2003 is approximately USD14 million. Antam is not required to make a contribution in respect of its 10% free carried interest until the plant enters production. It will be liable for any contributions required in respect of the optional 15% interest from the time of its exercise. The current resources at Weda Bay comprises 133 million dry metric tonnes grading 1.37% Ni and 0.11% Co of measured and indicated resources plus 82 million dry metric tonnes grading 1.33% Ni and 0.12% Co of inferred resource.
Selama tahun 2003, PT Gag Nikel berada pada status care and maintenance dengan tetap melakukan kegiatan perawatan dan pemeliharaan peralatan, kegiatan hubungan masyarakat dan pemerintahan setempat, serta program pemantauan lingkungan. Belum ada kegiatan pengembangan tambang lebih lanjut. Sejak dimulainya proyek Gag hingga akhir tahun 2003, PT Gag Nikel telah melakukan 1.306.510 jam kerja per orang dengan kecelakaan nihil. PT Gag Nikel telah mengeluarkan dana sebesar USD 26 juta semenjak penandatanganan Kontrak Karya hingga akhir tahun 2003. PT Weda Bay Nickel (Antam 10%) Cadangan nikel di Weda Bay, pulau Halmahera, didasarkan pada KP KW96PK0016 dengan area 76.280 hektare dan Kontrak Karya diperoleh pada tahun 1998. Menyusul penandatanganan perjanjian kerja sama pada tanggal 29 Desember 1997 dengan Weda Bay Minerals, Antam memiliki 10% free carried interest dengan opsi untuk menambah kepemilikan sebesar 15% setelah studi kelayakan selesai dengan harga berdasarkan biaya pengembangan yang telah dilakukan sampai dengan pelaksanaan opsi tersebut. Sisa saham di PT Weda Bay dimiliki oleh anak perusahaan Weda Bay Minerals, Strand Minerals. Kegiatan eksplorasi dimulai pada tahun 1997 namun harus dihentikan pada bulan Januari 2003 menyusul pemberlakuan UU No. 41 tentang Kehutanan. Pengeluaran oleh Weda Bay Minerals sampai dengan tahun 2003 mencapai USD 14 juta. Perusahaan tidak
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
At the end of 2003, Weda Bay Minerals Inc. closed a private placement for gross proceeds of CAD6 million. In anticipation of government action to clarify that the prohibition on open pit mining doesn’t apply to pre-existing COW, PT Weda Bay Nickel is using the net proceeds of this placement to continue metallurgical studies and property exploration and for general corporate purposes.
113
memiliki keharusan untuk menyetor dana bagi proyek Weda Bay sampai proyek memulai kegiatan operasi komersial, kecuali jika Antam ingin meningkatkan kepemilikan sahamnya. Jumlah sumber daya terukur dan terindikasi di Weda Bay diestimasikan sebesar 133.000.000 dry metric tonnes dengan kadar nikel rata-rata sebesar 1,37% Ni dan kadar cobalt rata-rata sebesar 0,11% Co. Sementara jumlah sumber daya tereka tercatat 82 juta dry metric tonnes dengan kandungan 1,33% Ni dan 0,12% Co.
Cibaliung Gold Project (Antam 19.62%) The gold prospects at Cibaliung, West Java are the subject of license KW96PPO019 relating to an area of approximately 16,590 hectares, which is currently the subject of a KP issued on 2 July 2003. PT Cibaliung Sumber Daya is a joint venture between Antam and Austindo Resources Corporation NL. The KP on the property was first granted to Antam in 1996. The status on the KP has been extended for 2 years from 13 May 2003. Mine life at Cibaliung is estimated at 6 years
Pada akhir tahun 2003, Weda Bay Minerals Inc. melakukan transaksi private placement dengan perolehan dana sebesar CAD 6 juta. Untuk mengantisipasi keputusan Pemerintah untuk mengklarifikasi pelarangan penambangan terbuka tidak berlaku bagi perusahaan yang sebelumnya sudah memiliki kontrak kerja, PT Weda Bay Nickel menggunakan dana ini untuk melanjutkan kegiatan survei metalurgi dan eksplorasi, serta untuk keperluan rutin perusahaan.
The project is currently at the exploration for that development of exploitation facilities stage. Recent work on the project includes the completion of the pre-feasibility study in May 2 2003 and commencement of a bankable feasibility study and environmental impact analysis (AMDAL) in July 2003. Exploration activities continued on the property with development expected to commence in late 2004/early 2005.
Proyek Emas Cibaliung (Antam 19,62%) Prospek emas Cibaliung, Jawa Barat, didasarkan pada KP KW96PPO019 yang dikeluarkan pada tanggal 2 Juli 2003 dengan luas wilayah 16.590 hektare. PT Cibaliung Sumber Daya merupakan usaha patungan dengan Austindo Resources Corporation NL. KP dalam wilayah Cibaliung pertama kali diberikan kepada Antam pada tahun 1996. Status dari kuasa pertambangan ini telah diperpanjang selama 2 tahun sejak 13 Mei 2003. Umur tambang emas Cibaliung diperkirakan 6 tahun. Proyek Cibaliung saat ini berada pada tahapan eksplorasi untuk pembangunan fasilitas kegiatan eksploitasi. Proyek Cibaliung juga telah menyelesaikan studi pra-kelayakan pada tanggal 2 Mei 2003 dan telah memulai BFS serta analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) pada bulan Juli 2003. Saat ini, kegiatan eksplorasi terus berlanjut dan diharapkan pengembangan tambang akan dimulai pada akhir tahun 2004/awal tahun 2005. PROGRAM RESTRUKTURISASI OPERASIONAL DAN ADMINISTRASI Restrukturisasi internal pada tahun 1999 menempatkan Antam sebagai perusahaan induk dengan beberapa unit bisnis strategis yang otonom dan independen. Restrukturisasi ini bertujuan untuk mengubah unit bisnis dari pusat biaya menjadi pusat laba. Restrukturisasi juga dilakukan untuk mengantisipasi pemisahan unit bisnis menjadi perusahaan yang terpisah sehingga diperlukan pengalihan aset yang sebelumnya dimiliki oleh Antam ke perusahaan baru tersebut. Pemberian kewenangan yang lebih besar ini selaras dengan kebijakan otonomi daerah oleh pemerintah. Rencana pembentukan anak perusahaan yang berasal dari unit bisnis akan dilakukan pada waktu yang sesuai setelah melakukan kajian terhadap berbagai faktor, termasuk permasalahan perpajakan.
OPERATIONAL AND ADMINISTRATIVE RESTRUCTURING PROGRAMS The company restructured itself in 1999 into a structure operationally similar to a holding company with several independently managed strategic business units. The move was to transform the business units from cost centers to profit centers. It was also done to prepare Antam for transferring assets to the business units and making each one into a separate limited liability company. This decentralization of authority to the business units located throughout Indonesia matched the decentralization of government to the outer regions. Antam will complete the corporate restructuring at the appropriate time following an evaluation and once the issue regarding taxation has been sorted out. Antam has for the past four years been using a system of Change Management, which covers strategy architecture, finance, management and business style, human resources and information systems. The program is to improve management style and performance. To date Antam has not performed a full review of the benefits of the program, which are very difficult to measure. It is hoped that the program is preparing a management style and corporate culture that will cultivate improved productivity and efficiency, proactive decision-making and strategic thinking.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
114
TINJAUAN KEUANGAN
FINANCIAL REVIEW
TOTAL AKTIVA Total aktiva perusahaan naik 71% menjadi Rp 4.327 miliar (USD 511 juta). Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kas dan setara kas sebesar Rp 1.285 miliar yang diperoleh dari pinjaman obligasi, di samping adanya peningkatan aktiva tetap sebesar Rp 499 miliar sejalan dengan dimulainya pembangunan proyek FeNi III senilai USD320 juta. Total aktiva UBP Nikel naik 71% menjadi Rp 1.411 miliar (USD 167 juta) menyusul pembangunan proyek FeNi III, sementara total aktiva segmen emas turun 16% menjadi Rp 597 miliar (USD 70,5 juta) dan total aktiva segmen unit lain naik 35% menjadi Rp 104 miliar (USD 12 juta). Total aktiva Kantor Pusat naik 144% menjadi Rp 2.214 miliar (USD 262 million) menyusul adanya proceeds dari penerbitan obligasi.
TOTAL ASSETS Antam’s total assets increased 71% to Rp4,327 billion (USD511m) due to the financial closure and commencement of construction of Antam’s USD320m FeNi III ferronickel expansion project, which added Rp1,285 billion to cash and cash equivalents and increased fixed assets by Rp499 billion. The assets of SBU Nickel jumped 71% to Rp1,411 billion (USD167m) due to FeNi III, the assets of SBU Gold decreased 16% to Rp597 billion (USD70.5m), the assets of the other division, including bauxite, iron sands and Geomin, rose 35% to Rp104 billion (USD12m) and the assets of head office rose 144% to Rp2,214 billion (USD262m), largely due to the proceeds from the bond.
Aktiva Lancar
Cash Antam’s cash position, held in 13 different banks, increased 3 times compared to the previous corresponding period to Rp1,927 billion. Due to the increase in cash, Antam’s current assets increased 103% to Rp2,549 billion. The cash increase is due to the USD193 million Antam rose through the issue of the US200 million dollar Eurobond in September 2003 to finance the construction of FeNi III, as well as increased cash receipts from customers due to higher commodity prices. Antam’s cash held in banks increased 9% to Rp90 billion, of which Rp75 billion was in US dollars (USD8.9m), Rp15 billion in Rupiah and Rp137 million in Japanese Yen. Of the Rp1,836 billion of Antam’s cash held in time deposits 96% was in US dollars (USD206m). The interest Antam earned on its US dollar deposits fell in 2003 to 0.95% - 2.75%. The most significant amount of the cash raised from the bond was deposited with ABN AMRO in Singapore, which totaled USD142 million (Rp1,202b) at the end of 2003. The cash is being used in relation to a Letter of Credit Antam opened to pay the unincorporated consortium of Mitsui and Kawasaki for a portion of the construction of the FeNi III smelter, to last 28 months from the end of 2003, and as such Antam will not use this account for other purposes. With the 2003 repayment of the outstanding Rp44 billion owed for the Gold Project Facility, which funded the expansion of the Pongkor gold mine, Antam closed the proceeds account with ING in Singapore.
Kas Posisi kas yang disimpan di dalam 13 bank yang berbeda, naik 3 kali lipat menjadi Rp 1.927 miliar dari posisi kas tahun 2002. Seiring dengan kenaikan posisi kas perusahaan, aktiva lancar naik 103% menjadi Rp 2.549 miliar. Peningkatan posisi kas disebabkan penerimaan kas senilai USD 193 juta hasil penerbitan obligasi eurobond senilai USD 200 juta pada bulan September 2003 untuk mendanai proyek FeNi III, serta peningkatan penerimaan kas dari pelanggan akibat kenaikan harga jual komoditas. Posisi kas di bank naik 9% menjadi Rp 90 miliar, dengan komposisi Rp 75 miliar dalam denominasi dolar Amerika (USD 8,9 juta), Rp 15 miliar dalam Rupiah, serta Rp 137 juta dalam Yen Jepang. Sementara itu, dari Rp 1.836 miliar posisi kas yang disimpan dalam deposito berjangka, 96% diantaranya disimpan dalam dolar Amerika (USD 206 juta). Pada tahun 2003 suku deposito berjangka turun dibandingkan dengan tahun 2002 dengan kisaran suku bunga dolar Amerika 0,95% - 2,75%. Dari proceed emisi obligasi, USD 142 juta (Rp 1.202 miliar) diantaranya ditempatkan di ABN AMRO Singapura. Dana yang ditempatkan dalam rekening ini digunakan berkaitan dengan pembukaan Letter of Credit untuk membayar konsorsium unincorporated Mitsui dan Kawasaki guna pembayaran sebagian dari pembangunan proyek FeNi III yang akan memakan waktu konstruksi selama 28 bulan semenjak akhir 2003, sehingga perusahaan tidak akan menarik dana dari rekening ini untuk keperluan lain. Sementara itu, menyusul pelunasan Gold Project Facility yang digunakan untuk mendanai ekspansi tambang emas Pongkor, Antam telah menutup rekening hasil dengan ING Singapore. Piutang Usaha Piutang usaha pihak ketiga yang sebagian besar berdenominasi dolar Amerika, turun 6% menjadi Rp 131 miliar (USD 16 juta) dengan 91% piutang tersebut jatuh tempo dalam waktu 30 hari. Queensland Nickel, Mitsui, Mitsubishi dan Avarus AG merupakan pihak yang memiliki hutang terbanyak, dengan tingkat kolektibilitas tinggi. Piutang usaha dari Queensland Nickel dan Mitsui tercatat mengalami peningkatan, sementara piutang dari Avarus AG yang merupakan agen penjualan feronikel perusahaan di Eropa, Mitsubishi serta konsumen lain, tercatat turun pada tahun 2003.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Current Assets
Accounts Receivable Third party trade receivables, which were mostly US dollar, decreased 6% to Rp131 billion (USD16m) with over 91% due within 30 days. Queensland Nickel, Mitsui, Mitsubishi and Avarus AG accounted for the most significant receivables, which were all considered fully collectible. Receivables from Queensland Nickel and Mitsui increased while receivables from Avarus (Antam’s ferronickel agent in Europe), Mitsubishi and others declined. Inventories Inventories decreased slightly to Rp334 billion and in combination with higher sales, resulted in an increased
115
Persediaan Persediaan turun tipis menjadi Rp 334 miliar seiring dengan peningkatan penjualan, sehingga berdampak pada peningkatan inventory turn over dari 5,1 kali menjadi 6,4 kali. Menyusul peningkatan harga komoditas, nilai persediaan feronikel dan bijih nikel naik masing-masing 21% dan 31%, sementara persediaan bauksit dan pasir besi naik masing-masing 83% and 82% akibat rendahnya volume penjualan. Peningkatan persediaan ini dikompensasi dengan penurunan persediaan emas dan perak sebesar 52%. Persediaan Antam di Unit Logam Mulia memiliki pertanggungan asuransi yang memadai senilai USD 7 juta. Aktiva Tetap Aktiva tetap naik 49% menjadi Rp 1.521 miliar disebabkan penambahan aktiva dalam penyelesaian sebesar 8,8 kali menjadi Rp 595 miliar berkaitan dengan pembangunan proyek FeNi III yang bernilai USD 320 juta, sehingga aktiva tidak lancar perusahaan naik 40% menjadi Rp 1.778 miliar. Peningkatan nilai lahan dan prasarana Antam naik lebih besar dibandingkan peningkatan pada nilai pabrik, mesin, dan peralatan. Depresiasi yang merupakan 9% dari beban pokok penjualan dan 4% dari beban usaha, naik 5% menjadi Rp 135 miliar. Beban eksplorasi dan pengembangan ditangguhkan naik 12% menjadi Rp 146 miliar. Beban ini akan ditangguhkan sebagai aset sampai beban tersebut dapat dikompensasikan setelah kegiatan operasi komersial proyek penambangan dimulai dan akan diamortisasi berdasarkan unit produksi. Pengeluaran eksplorasi pada tahun 2003 mencakup Rp 1,4 miliar untuk eksplorasi di pulau Obi dan Rp 6 miliar di wilayah Tayan, Kalimantan Barat. Pengeluaran pengembangan terbesar berasal dari pengembangan nikel di Buli sebesar Rp 23 miliar. Aktiva tetap Antam memiliki pertanggungan asuransi yang memadai senilai USD 307 juta. STRUKTUR KEUANGAN Instrumen pendanaan perusahaan terdiri dari saham biasa, laba ditahan, dan hutang. Jumlah kewajiban Antam naik 3 kali lipat menjadi Rp 2.543 miliar (USD 300 juta), seiring dengan peningkatan pinjaman berkaitan proyek ekspansi FeNi III. Kewajiban Lancar Kewajiban lancar naik 5% menjadi Rp 449 miliar akibat peningkatan biaya yang masih harus dibayar sebesar 109% menjadi 240 miliar menyusul kenaikan 40 kali lipat biaya bunga yang sebagian besar berasal dari obligasi senilai Rp 48 miliar, peningkatan kewajiban pensiun sebesar 3,7 kali menjadi Rp 37 miliar, adanya beban biaya sebesar Rp 31 miliar berkaitan dengan Jamsostek, serta peningkatan manfaat pemutusan hubungan kerja menjadi Rp 29 miliar. Perusahaan melanjutkan rencana pengurangan level hutangnya dengan jumlah kewajiban lancar turun 45% dengan pembayaran hutang sebesar Rp 45 miliar kepada Bank Mandiri yang merupakan bagian dari fasilitas kredit modal kerja senilai USD 20 juta yang sebelumnya dijamin dengan nilai persediaan dan piutang usaha perusahaan, kecuali yang berasal dari komoditas emas. Fasilitas
inventory turn over to 6.4 times from 5.1 times. Due mostly to higher prices, inventories of ferronickel and nickel ore increased 21% and 31% respectively, while bauxite and iron sands inventories increased 83% and 82% respectively due to lower sales volumes. These increases were offset by gold and silver inventories falling by 52%. Inventories at Antam’s precious metals refinery had adequate insurance coverage of USD7 million. Fixed Assets Antam’s fixed assets jumped by 49% to Rp1,521 billion due to the Rp595 billion accounted for as construction in progress, an increase of 8.8 times over 2002, related to the building of Antam’s new USD320m FeNi III nickel smelter. As such, Antam’s non-current assets increased 40% to Rp1,778 billion. The value of Antam’s land and land improvements increased by a greater amount in 2003, while the value of plant and plant equipment increased less. Depreciation, which is 9% of Antam’s cost of sales and 4% of operating expenses, increased 5% to Rp135 billion. Deferred exploration and development expenditures rose 12% to Rp145.5 billion. These expenditures are deferred as an asset until the costs can be recouped after commercial mining activities commence at the site and are amortized based on expected production levels. Deferred exploration expenditures in 2003 included the Rp1.40 billion spent exploring for nickel at Obi Island and the Rp6 billion spent exploring for bauxite at Tayan, West Kalimantan. The largest deferred development expenditure was the Rp23 billion spent on nickel development at Buli Island Antam’s fixed assets had adequate insurance coverage of USD307 million. FINANCIAL STRUCTURE Antam’s capital instruments include common stock, retained earnings, and debt. Antam’s total liabilities jumped 3 times to Rp2,543 billion (USD300m), due to increased borrowings related to the FeNi III nickel expansion project. Current Liabilities Antam’s current liabilities increased 5% to Rp449 billion due to the 109% larger accrued expenses, which reached Rp240 billion. Increases include a 40 times larger interest expense at Rp48 billion, largely due to the interest expense on the bond, a 3.7 times increase to Rp37 billion related to increasing the monthly pension benefit, a new Rp31 billion charge related to the new social security insurance policy from Jamsostek, and a 145% increase for termination benefits to Rp29 billion. In line with Antam’s debt reduction plan, short-term borrowings were reduced by 45%, when Antam repaid the Rp45 billion it owed through the USD20 million Bank Mandiri working capital credit facility. The facility, which charged an annual interest rate of 5.32%, was terminated at the end of 2003. Except for gold, all trade receivables and inventories had been pledged as collateral for the Mandiri facility. Short-term debt amounted to USD7
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
116
modal kerja dari Bank Mandiri yang memiliki tingkat suku bunga per tahun sebesar 5,32% diakhiri pada tahun 2003. Jumlah pinjaman jangka pendek tercatat sebesar Rp 59 miliar (USD 7 juta) yang merupakan kewajiban terhadap promissory notes dari ABN AMRO sebagai bagian dari modal kerja Antam. Promissory notes dari ABN AMRO memiliki nilai maksimum USD 7 juta dengan batas jatuh tempo bulan Januari 2004 dan tingkat suku bunga 5,6% - 6% pada tahun 2003, serta tidak memerlukan jaminan dari perusahaan, meskipun terdapat beberapa pembatasan. Hutang pajak naik menjadi Rp 39 miliar dari Rp 25 miliar di tahun 2002. Hutang Usaha Hutang usaha yang sebagian besar berdenominasi Rupiah, turun 27% menjadi Rp 69 miliar. Sebagian besar hutang usaha jatuh tempo dalam waktu kurang dari 30 hari dengan komponen hutang usaha terbesar kepada PT Sumber Setia Budi sebesar Rp 4,4 miliar. Hutang usaha kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa termasuk Rp 6 miliar kepada kontraktor nikel PT Minerina Bhakti dan Rp 8 miliar kepada kontraktor bauksit PT Minerina Cipta Guna. Kewajiban Tidak Lancar Kewajiban tidak lancar naik 5 kali lipat menjadi Rp 2.095 miliar, akibat peningkatan hutang jangka panjang sebesar 48 kali lipat menjadi Rp 1.665 miliar. Peningkatan hutang jangka panjang disebabkan penerbitan obligasi senilai USD 193 juta (Rp1.632 miliar) oleh anak perusahaan Antam, Antam Finance Ltd. (AFL) untuk mendanai proyek FeNi III senilai USD 320 juta. Pada bulan September 2003, AFL (dibentuk di Mauritius pada bulan Agustus 2003) mengeluarkan obligasi untuk pertama kali dengan durasi 7 tahun dan call option empat tahun senilai USD 200 juta. Obligasi Antam tercatat di Singapura dan dijual dengan diskon yang relatif tipis dengan yield 7,875% dan coupon rate 7,375%. Jatuh tempo pembayaran bunga obligasi adalah setiap tanggal 30 Maret dan 30 September. Penerbitan obligasi merupakan transaksi finansial berskala besar bagi perusahaan dan berdampak signifikan bagi posisi hutang dan ekuitas. Pembayaran bunga berkaitan dengan obligasi dapat membawa dampak yang signifikan pada laba perusahaan, karena pembayaran bunga dapat mencapai USD 16,2 juta termasuk pajak. Pembayaran bunga berkaitan dengan obligasi ini selama masa konstruksi akan dikapitalisasi dengan beban bunga selama masa konstruksi diperkirakan mencapai USD 38 juta. Tidak ada dampak dari fluktuasi suku bunga, karena obligasi berbunga tetap. Dampak dari pergerakan nilai kurs juga relatif kecil, karena 99% pendapatan perusahaan berdenominasi sama dengan denominasi obligasi yakni dolar Amerika. Perusahaan melanjutkan rencana pengurangan level hutang dengan melakukan pembayaran hutang senilai Rp 44 miliar sehubungan dengan Gold Project Facility dan telah membayar sisa pinjaman senilai Rp 2,2 miliar kepada pemerintah Indonesia. Satu-satunya hutang jangka panjang perusahaan, diluar obligasi, adalah hutang berbunga mengambang kepada Newcrest Singapore Holdings untuk kepemilikan saham perusahaan sebesar 17,5% di PT NHM senilai USD 3,8 juta (Rp 33 miliar). Hutang kepada Newcrest Singapore Holdings dijamin dengan kepemilikan saham perusahaan di PT NHM, dan akan dibayarkan melalui dividen yang dibagikan oleh PT NHM.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
million or Rp59 billion, owed for promissory notes issued to ABN AMRO as part of Antam’s working capital management. The promissory notes mature on January 2004 and bore interest rates of 5.6% to 6.0%. The ABN AMRO facility has a maximum of USD7 million and does not require any collateral although there are certain restrictions. Taxes payable increased to Rp39 billion from Rp25 billion in 2002. Accounts Payable Trade payables, which were mostly Rupiah denominated, decreased 27% to Rp69 billion. Most of the payables were due in under 30 days and were owed to third parties, with the largest being the Rp4.4 billion owed to PT Sumber Setia Budi. Related party payables included the Rp6 billion owed to nickel mine contractor PT Minerina Bhakti and the Rp8 billion owed to bauxite mine contractor PT Minerina Cipta Guna. Non-current Liabilities Antam’s non-current liabilities increased 5 times to Rp2,095 billion, due to increasing long term borrowings 48 times to Rp1,665 billion. The increase is due to the USD193 (Rp1,632b) million in bonds issued by Antam’s wholly owned subsidiary Antam Finance Ltd (AFL) to finance the USD320m FeNi III expansion project. In September 2003, AFL (incorporated in Mauritius in August 2003) issued Antam’s maiden US dollar bond, a USD200 million Eurobond. The notes are listed in Singapore and were sold at a slight discount, at a yield of 7.875% with a coupon of 7.375%. The notes have a maturity of seven years and can be redeemed early, after the fourth year. Coupon payments are made semi-annually on March 30th and September 30th. The sale of the bond was a major financial transaction for Antam and had the effect of significantly raising Antam’s capital and debt position. The potential impact to profit is material as yearly interest payments amount to, after grossing up for withholding tax, USD16.2 million. However, during the construction period of FeNi III, interest will be capitalized, an amount equal to USD38 million. The potential impact of interest rate fluctuations is nil as the Notes have a fixed rate coupon. The potential impact to profit from the Notes due to exchange rate fluctuations is also considered to be insignificant as Antam’s revenues are 99% USD-based and therefore match the currency of the debt. Antam continued with its debt reduction plan and repaid the remaining Rp44 billion owed for the USD61 million Gold Project Facility that funded the expansion of Pongkor and repaid the remaining Rp2.2 billion owed for a two-step loan from the Government of Indonesia. The only other long term debt remaining at the end of 2003, aside from the new bond debt, was the variable rate USD3.8 million (Rp33b) owed to Newcrest Singapore Holdings for Antam’s 17.5% interest in the gold joint venture, PT Nusa Halmahera Minerals. This debt, which is secured by Antam’s interest in the project, will be repaid with Antam’s portion of the joint venture’s dividend. Antam has signed a loan agreement for a USD60 million investment credit facility provided by PT Bank Central Asia Tbk
117
Return on Equity
%
17
Kenaikan lain dalam kewajiban tidak lancar adalah peningkatan taksiran kewajiban penutupan tambang menjadi Rp 54 miliar. Perusahaan akan menutup sebagian dari tambangnya beberapa tahun ke depan.
IMBAL HASIL RATA-RATA EKUITAS
24
Pada tahun 2003 Antam juga menandatangani perjanjian pinjaman dengan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk fasilitas kredit investasi senilai USD 60 juta untuk mendukung pendanaan proyek FeNi III. Fasilitas tersebut sampai saat ini belum digunakan oleh perusahaan. Fasilitas kredit investasi dari BCA memiliki tenor tujuh tahun dengan tingkat suku bunga yang kompetitif dan grace period selama 28 bulan.
13
11
7
Dari keseluruhan jumlah kewajiban, 82% diantaranya merupakan kewajiban tidak lancar, naik dari 49% pada tahun 2002. Dari keseluruhan pinjaman perusahaan, 96,5% diantaranya merupakan pinjaman jangka panjang, atau naik dari 24% pada tahun 2002. 1999
Ekuitas Total ekuitas naik 6% menjadi Rp 1.783 miliar. Saldo laba per 31 Desember 2003 mencapai Rp 806 miliar, naik sebesar 17% dibandingkan dengan tahun 2002. Saldo laba yang sudah dicadangkan sebesar Rp 885 miliar, sedangkan yang belum dicadangkan negatif Rp 79 miliar. Saldo negatif terjadi karena adanya koreksi saldo laba sebesar Rp 264 miliar akibat adanya perhitungan aktuaria atas kewajiban dana kesehatan dan purna jasa yang dihitung secara retroaktif. Rasio Keuangan Seiring dengan peningkatan jumlah kewajiban, beberapa rasio keuangan berubah secara signifikan. Selama beberapa tahun manajemen mengambil kebijakan untuk menurunkan jumlah kewajiban untuk mempersiapkan kondisi keuangan perusahaan untuk dapat mengambil level hutang yang lebih tinggi berkaitan dengan proyek FeNi III. Setelah menyelesaikan proses pendanaan untuk proyek FeNi III, saat ini rasio total kewajiban terhadap ekuitas naik menjadi 143% dari 50% pada tahun 2002 (sebelum penyajian kembali pada laporan keuangan 2002, rasio total kewajiban terhadap ekuitas tercatat 34%). Rasio long term debt to equity naik menjadi 93% dari 2%. Sekitar 59% aset perusahaan saat ini didanai dari kewajiban atau 38% didanai dari pinjaman jangka panjang. Rasio lancar perusahaan pada tahun 2003 naik secara signifikan menjadi 5,7 kali. Tanpa adanya dana untuk keperluan pembukaan L/C bagi proyek FeNi III, rasio lancar akan tercatat 3 kali. Tingkat imbal hasil rata-rata ekuitas pada tahun 2003 berjumlah 13%, naik dibandingkan 11% pada tahun 2002. KEBIJAKAN TREASURY Kebijakan treasury Antam berorientasi pada peningkatan nilai pemegang saham dengan memastikan semua risiko pergerakan nilai tukar, perubahan suku bunga, volatilitas harga komoditas, serta likuiditas perusahaan ditangani secara tepat. Perusahaan juga berorientasi pada skim pendanaan yang paling optimal untuk dapat memenuhi kebutuhan pendanaan dan investasi yang akan datang. Proses kontrol internal Antam memastikan bahwa semua risiko perusahaan telah diidentifikasi, diukur dan ditangani secara tepat melalui sistem verifikasi yang akuntabel.
2000
2001
2002
(BCA). The investment credit facility, which Antam has yet to draw down on, will help fund the FeNi III nickel expansion project. It has a repayment period of seven years, a competitive interest rate and a 28-month grace period. A less significant increase was the 62% increase in Antam’s provision for mine closure costs, to Rp54 billion. In the coming years Antam will close a number of its mines. Of Antam’s total liabilities, 82% were non-current liabilities, up from 49% in 2002. In terms of borrowings, 96.5% were long term borrowings, up from 24% in 2002. Equity Antam’s total equity rose, by 6% to Rp1,783 billion. Retained earnings increased 17% in 2003 to Rp806 billion from Rp687 billion. Appropriated retained earnings amounted to Rp885 billion, while unappropriated retained earnings were negative Rp79 billion. The Rp79 billion is a portion of the Rp264 billion correction, following the actuary estimation of Antam’s estimated post-retirement health liabilities and past service liability, which was applied retroactively beginning from 2001. Ratios Due to increased debt, Antam’s leverage ratios changed considerably. For several years Antam used a strategy of lowering total liabilities to prepare the company to take on the large debt required for the FeNi III expansion. After acquiring the debt for FeNi III, Antam’s total liabilities to equity rose to 143% from 50% (prior to the restatement Antam’s total liabilities to equity was 34%). Antam’s long term debt to equity increased to 93% from 2%. Antam’s assets are now 59% funded by liabilities or 38% funded by long term borrowings. Antam’s 2003 current ratio was 5.7 times, a substantial increase over 2002. If we reduce current
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
118
Seiring dengan pendapatan Antam yang sebagian besar berdenominasi dolar Amerika, seluruh pinjaman perusahaan juga berdenominasi dolar Amerika. Sehingga, sebagian besar dari kas dan setara kas perusahaan juga berdenominasi dolar Amerika. Meskipun demikian, perusahaan juga memiliki kas berdenominasi Rupiah untuk keperluan pengeluaran bulanan dan ditambah dengan kas berdenominasi Yen Jepang dalam jumlah kecil.
RASIO KEWAJIBAN TERHADAP EKUITAS
Total Liabilities to Equity Ratio
% 143
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
50
Kebijakan lindung nilai perusahaan mencakup pelaksanaan lindung nilai sampai dengan 30% dari volume penjualan emas dan nikel per tahun. Aktivitas lindung nilai dapat mencakup forward contracts, “out of the money” options, atau instrumen spot deferred. Namun aktivitas lindung nilai tidak akan dilaksanakan sekiranya terdapat informasi dari analis atau pasar bahwa aktivitas lindung nilai terlalu berisiko. Aktivitas lindung nilai tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan, melainkan dilakukan untuk melindungi anggaran perusahaan serta untuk menjamin adanya arus kas yang memadai. Pada akhir tahun 2003, manajemen mempertimbangkan untuk melakukan swap suku bunga kupon obligasi, namun nampaknya swap tersebut kurang ekonomis untuk dilakukan karena karakteristik suku bunga tetap kupon obligasi
53
Strategi manajemen risiko perusahaan mencakup kebijakan lindung nilai alami melalui diversifikasi produk dan konsumen yang berasal dari berbagai negara, serta menjalankan kegiatan tambang di berbagai wilayah.
43
Berkaitan dengan tenor pinjaman perusahaan, Antam memiliki kebijakan untuk menyamakan tenor pinjaman dengan aset yang didanai. Sebagai contoh, karena proyek FeNi III bersifat jangka panjang; perusahaan berupaya untuk memperoleh pendanaan yang bersifat jangka panjang dan memutuskan untuk menerbitkan obligasi jangka panjang berdurasi 7 tahun. Salah satu alternatif pembiayaan proyek FeNi III adalah menerbitkan obligasi yang memiliki durasi yang lebih panjang untuk menyesuaikan dengan umur pabrik, namun biaya bunga akan jauh lebih mahal. Alternatif pembiayaan lainnya dengan durasi lebih lama juga tidak tersedia atau terlalu mahal.
41
Pada tahun 2003, diperoleh peringkat korporat bagi anak perusahaan, AFL, dan peringkat bagi obligasi yang dikeluarkannya dari insitusi pemeringkat internasional, Moody’s dan Standard & Poor’s (S&P). Peringkat yang diperoleh adalah B3 dari Moody’s dan B dari S&P, setingkat lebih tinggi dibandingkan peringkat hutang Indonesia pada saat pemeringkatan diberikan. Meskipun peringkat yang diberikan mencerminkan pandangan positif investor atas kredibilitas dan pengenalan akan perusahaan di dunia internasional dan masyarakat keuangan, masih terdapat tantangan akan kemudahan akses terhadap sumber dana dari investor pasar modal. Persepsi atas Indonesia secara keseluruhan memegang peranan penting atas pandangan investor. Selama beberapa tahun terakhir ini, sebagian besar alternatif pembiayaan terhadap dunia usaha Indonesia tercatat cukup mahal meskipun pemerintah telah berusaha keras untuk membawa perekonomian Indonesia keluar dari krisis ekonomi. Hal in terlihat dari masih tingginya premi risiko yang diminta investor atas investasi yang dilakukan.
1999
2000
2001
2002
assets by the USD142 million set aside for the FeNi III Letter of Credit, Antam’s 2003 current ratio is 3 times. Return on equity in 2003 was 13%, better than the 11% of 2002. TREASURY POLICY Antam’s treasury policy is to enhance shareholder value by ensuring that all foreign exchange, interest rate, commodity price risks and liquidity are managed in an appropriate manner. Antam must have economical funding in place to meet currency and future requirements. Antam’s control processes ensure all exposures are identified, quantified and suitably managed through a system of authorized transactions. As Antam is a US dollar earner all of its borrowing are in US dollars. As such the bulk of its cash and cash equivalents are also held in US dollars. Antam also holds one month’s worth of Rupiah expenditures as well as a small amount of Yen as cash. In 2003, Antam secured its first international corporate, as well as (for its subsidiary AFL) corporate bond, credit ratings of B3 from Moody’s and B from S&P, which at the time of the ratings was one level above the S&P rating for Indonesian sovereign debt. Although the rating was positive in terms of the credibility and recognition of Antam in the international and financial community, Antam’s access to capital markets was still a challenge. The perception of Indonesia is very important in terms of how Antam itself is perceived amongst investors and creditors. Most funding alternatives over the past few years have been costly, as Indonesia has struggled to emerge from the difficulties and challenges of the Economic Crisis and investors have demanded a substantial risk premium for their investments. With regards to the maturity profile of borrowings, Antam’s general policy is to match the maturity of the borrowing with the asset that it funds. Antam’s FeNi III project is long term in nature; as such Antam sought a long term bond with a maturity of 7 years. A bond with a longer tenor may have better matched
119
perusahaan cukup ekonomis untuk menjaga arus kas perusahaan dan imbal hasil yang diperoleh cukup baik. Pada tahun 2003, Antam melakukan lindung nilai sebanyak 22.500 oz. emas, sekitar 17% dari total produksi tambang emas Pongkor pada tahun 2003 melalui forward contracts, options, atau instrumen spot deferred. Dari aktivitas lindung nilai ini, diperoleh arus kas positif sebesar USD 212.142 pada tahun 2003. Perusahaan tidak melakukan kegiatan lindung nilai pada komoditas lain, dengan aktivitas lindung nilai yang dilakukan baru-baru ini adalah pada komoditas nikel pada tahun 2001. Antam tidak menggunakan instrumen derivatif lain kecuali untuk aktivitas lindung nilai. Perusahaan memiliki kebijakan untuk menyeimbangkan porsi ekuitas dengan hutang, sehingga perusahaan memperoleh tingkat laba yang baik tanpa harus membebani neraca perusahaan dengan hutang. Kebijakan ini juga memperhitungkan proyeksi arus kas yang diperoleh perusahaan serta biaya bunga untuk keperluan pendanaan. Antam berorientasi pada komposisi pendanaan ekuitas dengan hutang yang seimbang, dengan maksimum komposisi ekuitas terhadap hutang sebesar 60:40. Pada akhir tahun 2003, komposisi ekuitas terhadap hutang mencapai 51:49. Pada tahun 2003, Antam tidak melakukan pembelian kembali saham atau restrukturisasi ekuitas perusahaan.
the expected life of the new smelter, yet it was also too expensive. Other financing alternatives with longer maturities were not available or too costly. Antam’s strategy for the management of risk includes maintaining its natural hedges of a diverse product range of several commodities, large international customers in solid markets and by operating several different mining locations. Antam’s hedging policy is to hedge up to 30% of annual gold and nickel sales. Hedging arrangements may include forward contracts, buying ‘’out of the money’’ options and spot deferred instruments. Antam will not hedge however if an analysis of the market indicates too high a risk. Hedging is only conducted to protect the budget of the company and to ensure adequate cash flow, not to make money. At the end of 2003, Antam was considering an interest rate swap for the bond coupon, but decided against it, as the fixed rate of Antam’s bond coupon is economically feasible in terms of cash flow and in terms of generating a good return from the project. In 2003, Antam hedged 22,500 oz of gold, representing 17% of gold production by way of forward contracts, options and spot deferred instruments, and generated positive cash flows of USD212,142. Antam did not hedge other commodities, and most recently hedged nickel in 2001. Antam does not use derivatives for any other purposes except for hedging
ARUS KAS Arus Kas dari Aktivitas Operasi Kas bersih dari aktivitas operasi naik 92% menjadi Rp 481 miliar. Penerimaan kas dari pelanggan naik 25% menjadi Rp 2.141 miliar. Pembayaran kepada Direksi, Komisaris dan karyawan naik 26% menjadi Rp 291 miliar seiring dengan kenaikan pembayaran bonus, manfaat pensiun dan kenaikan penghasilan dimana pada tahun 2002 hanya 8 bulan sedangkan tahun 2003 setahun penuh. Sementara itu, pembayaran kepada pemasok naik 14,5% menjadi Rp 1.296 miliar. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Kas bersih untuk aktivitas investasi naik 4 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi Rp 632 miliar seiring dengan sudah dimulainya proyek ekspansi FeNi III. Hal ini berakibat pada kenaikan sebesar 5,8 kali lipat untuk perolehan aktiva tetap dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi Rp 600 miliar. Pada tahun 2003, konstruksi pabrik FeNi III serta pembangkit listrik ketiga secara resmi dimulai. Berkaitan dengan eksplorasi dan pengembangan, biaya untuk keperluan ini naik 12% menjadi Rp 37 miliar. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Kas bersih dari aktivitas pendanaan naik menjadi Rp 1.462 miliar dibandingkan arus kas keluar sebesar Rp 186,5 miliar pada tahun 2002 yang disebabkan adanya penerimaan hutang jangka panjang berkaitan dengan penerbitan obligasi, penurunan pembayaran dividen menjadi Rp 66 miliar, dan penurunan pembayaran hutang jangka panjang walaupun ada kenaikan pembayaran hutang jangka pendek.
Antam’s policy is to keep a prudent mix between equity and debt financing, to ensure good returns but not overly burden the company with debt. The policy considers projected cash flow to repay debts and the relative cost of the different types of financing. Antam prefers to have medium leveraging, where the equity and debt financing are balanced. The maximum is 60:40 debt to equity. As at the end of 2003, the mix was 59:41. Antam did not implement any share buy-backs or capital restructuring in 2003. CASH Operating Cash Antam’s net cash from operations increased 92% to Rp481 billion. Receipts from customers increased 25% to Rp2,141 billion. Payments to directors, commissioners and employees increased 26.5% to Rp291 billion due to the bigger yearend bonus, increased pension benefits, and due to the mid2002 salary raise. Payments to suppliers rose 14.5% to Rp1,296 billion. Investing Cash Antam’s net cash used in investing jumped 4 times that of 2002 to Rp632 billion as Antam was required to make down payments with regards to the start of construction of the USD320m FeNi III nickel expansion, which resulted in payments for fixed assets increasing 5.8 times those of 2002 to Rp600 billion. In 2003,
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
120
LIKUIDITAS Kebutuhan perusahaan untuk keperluan pendanaan proyek relatif stabil. Manajemen bersikap konservatif dalam pengambilan hutang baru. Hal ini ditunjukkan dengan kebijakan Antam untuk tidak mengambil pinjaman tambahan selama beberapa tahun sebelum tahun 2003. Modal Kerja Seiring dengan adanya penambahan jumlah kas yang besar dari penerbitan obligasi eurobond, likuiditas Antam meningkat di tahun 2003. Menyusul peningkatan jumlah kas, penurunan kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo, dan penurunan hutang dagang, modal kerja tercatat naik 2,5 kali lipat menjadi Rp 2.100 miliar. Meskipun demikian, sekitar USD 143 juta (Rp 1.202 miliar) dari jumlah kas perusahaan saat ini ditempatkan dalam rekening bank berkaitan dengan pembukaan Letter of Credit (L/C), yang akan digunakan untuk mendanai proyek FeNi III. Antam tidak berencana untuk menarik dana dari rekening ini, selain untuk keperluan pembayaran untuk keperluan L/C. Tanpa adanya dana untuk keperluan pembukaan L/C tersebut, nilai modal kerja hanya akan bernilai Rp 898 miliar, atau naik 8% dibandingkan dengan tahun 2002. Tenor Pinjaman Waktu jatuh tempo dari pinjaman jangka pendek perusahaan adalah pada tanggal 20 Januari 2004 sebesar Rp 59 miliar atau USD 7 juta bagi promissory notes ABN AMRO. Sementara untuk obligasi, perusahaan memiliki opsi untuk membayar principal dari obligasi senilai USD 200 juta pada setiap pembayaran kupon obligasi yang dimulai pada tanggal 30 September 2007 dengan harga ditambah premium. Premium tersebut akan semakin berkurang hingga tanggal jatuh tempo obligasi pada tanggal 30 September 2010. Namun manajemen berkeinginan untuk melunasi lebih awal obligasi tersebut sekiranya kas perusahaan mencukupi. Antam juga memiliki hutang sebesar USD 3,8 juta untuk kepemilikan saham di PT NHM yang akan dibayar dengan dividen yang diperoleh dari usaha patungan tersebut. PENDANAAN Proyek FeNi III Antam berencana untuk mendanai proyek FeNi III yang bernilai USD 320 juta dengan proceeds bersih dana emisi obligasi sebesar USD 193 juta, kas internal perusahaan, pinjaman bilateral sebesar USD 60 juta dari Bank Central Asia (BCA), serta arus kas yang diperoleh selama operasi komersial pabrik FeNi III. Pembayaran untuk keperluan pabrik FeNi III menggunakan metode L/C senilai USD 143 juta yang dikeluarkan oleh ABN AMRO Bank NV kepada kontraktor pabrik FeNi III dengan jaminan deposit kas Antam dengan nilai yang setara dengan nilai L/C. Pembayaran uang muka sebesar 15% merupakan salah satu condition precedent pembukaan L/C. Setelah L/ C dikeluarkan, untuk keperluan peralatan dan bahan baku pabrik metode pembayaran sebesar 80% pro rata bagi setiap pengiriman serta 5% pembayaran pada commissioning pabrik. Sementara untuk jasa, pembayaran sebesar 85% untuk progress payments diperlukan.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
the construction phase of the FeNi III smelter and associated power plant, formally commenced. As well, exploration and development payments increased 12% to Rp37 billion. Financing Cash Antam’s net cash used in financing activities increased to Rp1,462 billion from cash outflows of Rp186.5 billion in 2002. The proceeds from the bond as well as a 63% smaller dividend payment of Rp66 billion, and smaller repayments of long-term liabilities offset increased repayments of short-term borrowings. LIQUIDITY There is no seasonality of Antam’s borrowing requirements. A financially conservative company, Antam carefully considers the consequences of taking on debt. It is not common for Antam to acquire overly large debt loads and for several years prior to 2003 Antam did not acquire any additional long term loans. Working Capital With the large cash addition provided by the sale of the Eurobond, Antam’s liquidity increased in 2003. Due to the large cash injection, as well as lower maturities of long term liabilities and lower trade payables, Antam’s working capital increased 2.5 times to Rp2,100 billion. However, at the end of 2003 USD142m (Rp1,202 billion) of the cash had been put in a bank account to back a Letter of Credit (L/C), which will fund a portion of the cost of building FeNi III. Antam does not plan to draw down on this cash, except to meet the L/C payment schedule. If cash is calculated after deducting the L/C funds, working capital is Rp898 billion, or 8% larger than 2002. Maturity profile The maturity profile of Antam’s short term borrowing is January 20, 2004 for the Rp59 billion or USD7 million promissory notes issued to ABN AMRO. For Antam’s long term borrowings, Antam has the option to repay the USD200 million notes on each coupon payment date starting with September 30, 2007 by paying a fee, the cost of which decreases incrementally until the maturity date of September 30, 2010. If Antam’s cash will allow it, management would likely choose to implement early redemption of the Notes. Antam’s USD3.8 million debt to Newcrest for the interest in PT Nusa Halmahera Minerals will be repaid using a portion of the dividend paid by the joint venture. FUNDING FeNi III Antam intends to fund the construction of the FeNi III expansion, to cost approximately USD320 million, using all of the USD193 million net proceeds from the issue of the bond together with a combination of cash deposits, USD60 million from a bilateral loan with BCA, a domestic bank, and cash flows from operations throughout the construction period. Payments under the FeNi III EPC contract will be funded by way of a letter of credit in the amount of USD143 million, issued by ABN AMRO Bank N.V. to the EPC contractor and secured by a cash deposit in an amount
121
Proyek Tayan Antam mengestimasikan total nilai proyek Tayan sekitar USD 220 juta. Pada akhir tahun 2003, proyek ini masih berada dalam tahap perencanaan dengan telah selesainya bankable feasibility study serta melanjutkan pembicaraan dengan mitra kerja sama. Skim pendanaan awal untuk proyek Tayan meliputi pembiayaan melalui ekuitas yang dikombinasikan dengan non-recourse funding ke Antam. Pada akhir tahun 2003, belum ada keputusan final menyangkut skim pendanaan yang akan dipakai. Meskipun demikian, seiring dengan adanya batasan sehubungan dengan penerbitan obligasi, maka kecil kemungkinan perusahaan akan kembali meningkatkan level hutang untuk mendanai porsi ekuitasnya di dalam proyek Tayan tersebut. Lain-lain Antam berencana untuk mendanai investasi lainnya melalui kas internal serta arus kas yang diperoleh dari operasi. BATASAN TERHADAP PERUSAHAAN Ada beberapa batasan terhadap perusahaan seiring dengan penerbitan obligasi guna keperluan pendanaan proyek FeNi III. Diantara batasan tersebut adalah batasan penambilan hutang baru, pemberian jaminan, merjer, akuisisi, pelepasan aset, serta beberapa batasan lainnya. Pemegang obligasi dapat melakukan put option sekiranya kepemilikan pemerintah Indonesia turun dibawah 51%. Perusahaan juga memiliki beberapa batasan rasio keuangan sehubungan dengan penerbitan obligasi sekiranya manajemen ingin melakukan pinjaman. Dua rasio keuangan tersebut akan dihitung berdasarkan pro forma basis pada saat pinjaman tambahan akan dilakukan oleh perusahaan, sehingga tidak terlalu kompleks dalam perhitungan dibandingkan dengan penggunaan maintenance ratios. Dua rasio keuangan tersebut adalah Net Debt to EBITDA yang tidak boleh melebihi 3,0 selama pembangunan pabrik FeNi III, dengan nilai rasio ditingkatkan menjadi 3,5 setelah konstruksi pabrik selesai. Sementara rasio EBITDA to Finance Charges tidak boleh melebihi 2,5 selama konstruksi pabrik, dengan rasio EBITDA to Finance Charges dapat menjadi 2,0 setelah konstruksi pabrik selesai. SUMBER DAYA PERUSAHAAN Salah satu aset perusahaan yang bersifat intangible diantaranya adalah cadangan dan sumber daya mineral yang dimiliki. Selain itu, Antam juga memiliki ijin KP untuk mengoperasikan cadangan dan sumber daya yang dimiliki tersebut. Antam masih memiliki beberapa tahun ke depan untuk meneruskan kegiatan operasi meskipun menghentikan kegiatan eksplorasi saat ini. (lihat tabel estimasi cadangan dan sumber daya mineral Antam). Sumber daya manusia yang berkompeten juga merupakan aset berharga yang dimiliki perusahaan. Dengan tingkat pergantian karyawan yang relatif rendah, karyawan Antam memiliki pengalaman yang luas dan pengertian yang mendalam serta kompetensi dalam mengoperasikan kegiatan tambang.
equal to the full amount of the letter of credit. A down payment of 15% was payable as a condition precedent to the letter of credit being issued. After issue, for equipment and materials, payment of 80% pro rata for each shipment and 5% upon commissioning of the smelter is required, while, for services, payment of 85% by means of progress payments is required. Tayan Antam estimates the total cost of the Tayan project at USD220 million. At the end of the year the project was still in the planning phase, with a bankable feasibility study completed and joint venture negotiations underway. A draft financing scheme envisions equity financing in combination with nonrecourse project financing. At the end of the year it was not certain what funding would be required from Antam. Given the constraints to raise capital imposed by the covenants of Antam’s bond it is unlikely the company would sell debt to fund its equity portion of the project. Others Antam intends to fund other budgeted capital expenditures from cash deposits and income from operations. There are no restrictions to transfer funds from within company. COVENANTS There are certain restrictions Antam must meet under the terms and conditions of the Eurobond, issued to raise funding for FeNi III. They include, among other things, covenants as to the incurrence of additional debt, granting of security interests, mergers, acquisitions and disposals and certain other covenants. As well, bondholders can use a put option if government ownership falls below 51%. Antam has certain restrictions it must comply with in terms of the incurrence of further debt. Two ratios must be calculated on a pro forma basis at the time the debt is to be incurred, and are less cumbersome than maintenance ratios. Net Debt to EBITDA must not exceed 3.0 during the construction of FeNi III, following which the ratio is increased to 3.5. EBITDA to Finance Charges must exceed 2.5 during the construction of FeNi III, following which the ratio must exceed 2.0. RESOURCES OF THE COMPANY The largest of Antam’s intangible assets includes its reserves and resources. The heart of any mining company is the volume and quality of reserves and resources it has the rights to mine. Even if Antam entirely stopped exploration to replenish its reserves it would still have several years of production remaining. (see Antam’s table of estimated reserves and resources). Antam’s employee skills are another valuable resource for the company. With a low turnover rate, Antam’s employees have many years of experience and a solid understanding of running successful mines.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
122
PEMBUKUAN ESTIMASI KEWAJIBAN BIAYA BANTUAN PELAYANAN KESEHATAN PENSIUNAN
Recognizing the Post-Retirement Health Liability Pada tahun 2003, manajemen perusahaan memutuskan untuk membukukan estimasi kewajiban saat ini dan masa depan atas biaya bantuan kesehatan pensiunan yang berlaku secara retroaktif sejak tahun 2001. Yayasan Kesehatan Pensiunan Aneka Tambang (Yakespen Antam) merupakan badan yang mengelola dana kesehatan pensiunan. Estimasi kewajiban biaya bantuan kesehatan pada tahun 2003 mencapai Rp 395 miliar (USD 46,5 juta) yang sebagian besar dibukukan dalam pos kewajiban tidak lancar. Pembukuan ini menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah kewajiban perusahaan maupun mengurangi nilai laba bersih, seperti yang disampaikan dalam laporan keuangan auditan tahun 2003. Mengapa Antam memutuskan untuk membukukan estimasi kewajiban ini? Seiring dengan kajian menyeluruh manajemen Antam atas bantuan pelayanan kesehatan, maka manajemen menetapkan kebijakan pengendalian bantuan pelayanan kesehatan dengan menetapkan plafon biaya bantuan kesehatan untuk rawat jalan sebesar Rp 5 juta (USD 587) per keluarga pensiunan per tahun. Selain itu, pengendalian biaya bantuan kesehatan pensiunan juga bermanfaat untuk menciptakan rasa aman (secure) kepada pensiunan dan keluarganya. Sebelumnya perusahaan akan membayar biaya bantuan pelayanan kesehatan sesuai dengan klaim dari Yakespen dan dibebankan ke pos Beban Usaha sesuai dengan jumlah biaya yang terjadi, yang berarti perusahaan akan membayar langsung beban yang timbul atas bantuan pelayanan kesehatan sehingga tidak ada kewajiban yang dibukukan. Melalui penetapan plafon maksimal bantuan pelayanan kesehatan untuk rawat jalan, perusahaan dapat mengestimasikan dengan metode accrual basis jumlah kewajiban biaya bantuan pelayanan kesehatan di masa depan. Apakah pelaporan keuangan terdahulu selaras dengan standar akuntansi? Manajemen menegaskan bahwa pembukuan perusahaan selama ini masih tetap selaras dan memenuhi aturan standar akuntansi yang berlaku, serta bukan merupakan upaya manajemen untuk menutup-nutupi kewajiban perusahaan. Pembukuan ini didasari oleh keinginan manajemen untuk lebih menyelaraskan pembukuan perusahaan untuk mencerminkan kondisi keuangan perusahaan, terutama jumlah kewajiban yang ditanggung oleh Antam. Selain itu, pembukuan ini juga berlandaskan fakta bahwa jumlah karyawan dan pensiunan Antam yang saat ini lanjut usia semakin besar.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
In 2003, Antam’s management decided to retroactively recognize, with effect from 2001, for the estimated current and future post-retirement health liabilities and associated costs of substantially all of Antam’s qualified permanent employees. The Aneka Tambang Pensioner Health Foundation manages Antam’s post retirement healthcare plan. The liability for 2003 was estimated at Rp395 billion (USD46.5 million) accounted mostly in non-current liabilities. This has significantly raised Antam’s total liabilities and has reduced income, as reported in previous audited reports. Why did Antam decide to recognize this liability? Following a comprehensive review of the plan, Antam decided to take greater control over costs and set a maximum annual contribution limit of Rp5 million (USD587) for out-patient care, excluding major illnesses, per pensioner family per year. This policy is also intended to give Antam’s pensioners more certainty as regards their health coverage. Previously Antam would pay the Pensioner Health Foundation based an claims from the foundation, which were changed to operating expenses, meaning that Antam would directly pay the plan expenses incurred during the year and no liability was recorded. By setting the maximum contribution, Antam is now able to estimate on an accrual basis the estimated future liability related to the plan. Were previous reports in compliance with relevant accounting standards? Antam emphasizes that the move is not a sign of an earlier attempt by management to bury an expense. Previous accounts complied fully with Indonesian accounting standards, but now Antam wishes to more precisely recognize this liability, due to international trends for more accurate accounting and as the average age of its employees and pensioners grows older.
123
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Indonesia, tidak mengatur secara spesifik perhitungan kewajiban perusahaan berkaitan dengan biaya bantuan kesehatan pensiunan. Beban pelayanan kesehatan pensiunan diestimasi sebagai beban saat ini berdasarkan sisa masa kerja karyawan, termasuk estimasi bagi pensiunan. Seiring dengan hal tersebut, terdapat kemungkinan adanya beban tambahan bagi perusahaan sehingga estimasi jumlah kewajiban pelayanan kesehatan masa pensiun perlu direfleksikan secara lebih akurat. Antam memutuskan untuk mencerminkan estimasi jumlah kewajiban sesuai dengan ketentuan PSAK 57 mengenai kewajiban diestimasi, yang dihitung oleh Aktuaria independen PT Dayamandiri Dharmakonsilindo dengan merujuk pada International Accounting Standard (IAS) 19, dimana manfaat pelayanan kesehatan pensiun diakui sebagai beban atau pendapatan selama sisa masa kerja karyawan dengan menggunakan asumsi Aktuaria. Apa dampak pembebanan ini terhadap laporan keuangan perusahaan? Tabel di bawah ini menunjukkan perubahan pada laporan keuangan auditan terdahulu akibat pembukuan estimasi kewajiban bantuan biaya pelayanan kesehatan:
Jumlah aktiva » Total assets Kewajiban dana kesehatan pensiun - lancar Post retirement healthcare liability, current Kewajiban dana kesehatan pensiun - tidak lancar Post retirement healthcare liability, non-current Kewajiban manfaat purna jasa Past service liabilities Aktiva pajak tangguhan (kewajiban) Deferred tax (liability)/Assets Jumlah kewajiban » Total liabilities Saldo laba » Retained earnings Jumlah ekuitas » Total equity Beban Umum dan Administrasi General and Administration expense Laba usaha » Operating Income Beban pajak penghasilan » Income Tax expense Laba bersih » Net income
Under Indonesian GAAP, there is no accounting standard specifying the accounting treatment to determine the expense and liability for healthcare plans granted to employees for the period subsequent to retirement. These benefits are recognized as an estimated liability when there is a present obligation as a result of a past event, and it is probable that resources will be required to settle the obligation and a reliable estimate can be made of the obligation amount. Antam decided to account more accurately for this liability using the applicable Indonesian GAAP (rule 57 on Estimated Liabilities), which was applicable from 2001, in combination with an independent actuary calculation, by PT Dayamandiri Dharmakonsilindo, based on International Accounting Standard 19, where these benefits are accounted for over the estimated service period of Antam’s employees based on actuarial assumptions. What was the impact? The table below indicates the changes made to previous audited reports due to recognizing the liability of the postretirement health plan:
2001 Sebelum disajikan kembali* Before restatement
2001 Setelah disajikan kembali* After restatement
2002 Sebelum disajikan kembali* Before restatement
2002 Setelah disajikan kembali* After restatement
2,555,510,854
2,577,314,360
2,487,110,019
2,525,025,597
-
15,564,229
-
17,627,272
-
321,409,570
-
347,400,451
-
4,806,991
-
11,924,315
(80,730,731) 629,578,780 927,953,363 1,919,725,155
21,803,506 890,628,839 688,688,810 1,680,478,602
(75,170,034) 542,080,589 950,880,512 1,939,342,400
37,915,578 843,862,593 687,014,086 1,675,475,974
173,103,585 471,021,646 149,062,769 358,155,343
485,996,966 126,293,517 46,528,532 118,908,790
127,674,894 282,588,320 76,233,570 202,022,820
162,846,143 247,417,071 65,682,195 177,402,947
*dalam ribuan Rupiah » * in thousand of Rupiah
Antam akan berupaya untuk memastikan laporan keuangan menyajikan gambaran sekaurat mungkin mengenai posisi dan kinerja keuangan perusahaan.
Antam makes every effort to ensure its accounts present the most accurate information as regards Antam’s financial position and financial performance.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
124
MANAJEMEN RISIKO
Risk Management
Manajemen risiko merupakan proses yang dinamis dan berkelanjutan
Risk management is an ongoing and dynamic task
Pada bagian Manajemen Risiko ini, Antam memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan manajemen risiko perusahaan di luar risiko yang berhubungan dengan kebijakan treasury. Risiko yang berhubungan dengan kebijakan treasury dibahas dalam Analisis dan Diskusi Manajemen. Persepsi umum mengenai risiko adalah bahwa risiko yang ada akan berbanding lurus dengan keuntungan yang diperoleh. Sehingga risiko yang terbesar adalah jika perusahaan tidak berani mengambil risiko. Meskipun persepsi tersebut benar, namun pengambilan risiko tanpa pertimbangan dan pemikiran yang matang dapat berdampak fatal. Antam menyadari bahwa bidang usahanya mengandung risiko tinggi, khususnya tergantung pada risiko ketersediaan cadangan yang sifatnya tidak dapat diperbaharui. Dalam pengelolaan risiko, Antam menggunakan prinsip calculated risk di dalam pengalokasian sumber daya perusahaan. Pengelolaan risiko ditujukan untuk memastikan kesinambungan, profitabilitas dan pertumbuhan usaha sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Di dalam strategi pengendalian dan pengelolaan risiko perusahaan, Antam melakukan identifikasi dan pembuatan peta risiko (risk mapping), kuantifikasi dan pengukuran risiko (risk measurement and assessment), penanganan risiko (risk treatment) serta kebijakan manajemen risiko. Berkaitan dengan pengelolaan risiko perusahaan, program kerja Antam mencakup penyusunan mekanisme, sistim dan prosedur detail dari pengelolaan risiko. Pada tahun 2003, Antam telah membentuk suatu Komite di tingkat Komisaris (lihat bagian mengenai Tata Kelola Perusahaan) yang akan menetapkan filosofi risiko, batasan risiko perusahaan, maupun memberikan persetujuan atas kebijakan risiko yang
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
In this section we address the management of risk as a whole. We highlight risks other than those relating to treasury policies, which are dealt with in the Management Discussion and Analysis. It is often said that one who does not risk cannot gain and that the greatest risk is not taking one. While true to a certain degree, taking risks without full knowledge of the implications is foolhardy. Antam realizes that mining is a high-risk business, dependent on non-renewable reserves. Antam uses the calculated risk principle in allocating Antam’s resources. Risk Management is intended to ensure the continuity, profitability and expansion of the business. To manage Antam’s risks, Antam conducts risk identification and mapping, risk measurement and assessment, and generates risk treatment strategies and risk management policies. The implementation involves creating a work program, which includes preparing detailed risk management procedures and mechanisms. In 2003, Antam formed a Commissioner-level committee (see chapter on Good Corporate Governance), with the task of creating a risk philosophy and approving of risk policies formulated by the business units. Antam also has a hedging policy to help manage the volatility risk of commodity prices.
125
Generator listrik yang disewa dari GE untuk menjamin konsistensi pasokan listrik ke pabrik feronikel Pomalaa. Generators rented from GE to ensure electricity supply to Pomalaa smelters.
dibuat oleh Satuan Kerja. Perusahaan juga telah memiliki kebijakan hedging sebagai bagian dari upaya pengelolaan risiko volatilitas harga komoditas. Antam telah melakukan identifikasi risiko yang dihadapi oleh perusahaan di dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Secara umum Antam membagi risiko kedalam tiga kategori utama: 1. Risiko Strategis, yakni risiko yang berhubungan dengan pengambilan keputusan yang mempengaruhi pencapaian strategi perusahaan 2. Risiko Operasional, yakni risiko yang timbul akibat kegagalan atau tidak memadainya proses pengendalian suatu proses bisnis 3. Risiko Keuangan, yakni risiko kerugian yang timbul dalam bidang keuangan, seperti fluktuasi nilai tukar mata uang (foreign currency risk), perubahan harga komoditas (commodity price risk), perubahan nilai suku bunga (interest rate risk), risiko likuditas (liquidity risk) maupun risiko kewajiban finansial (credit risk). (lihat Kebijakan Treasury dalam Analisis dan Diskusi Manajemen). Risiko strategis umumnya berdampak kepada kelangsungan usaha perusahaan. Beberapa risiko yang masuk dalam kategori ini seperti risiko kegagalan eksplorasi, ancaman adanya produk substitusi, risiko kegagalan proyek maupun risiko adanya peraturan dan perundangan yang menghambat kegiatan usaha. Salah satu risiko strategis yang dihadapi perusahaan saat ini adalah bagaimana Antam memposisikan diri berkaitan dengan pertumbuhan Cina, menyeimbangkan pertumbuhan perusahaan dengan
Antam distinguishes risks into three main categories, as follows: 1. Strategic Risk, is the risk relating to the externalities and decision making processes that may affect the creation and implementation of appropriate corporate strategies 2. Operational Risk, is the risk arising due to failures or inadequate controls of business processes 3. Financial Risk, is the risk of financial losses due to fluctuations in foreign currency exchange rates (foreign currency risk), changes in commodity prices (commodity price risk), changes in interest rates (interest rate risk), liquidity risk or credit risk. (See “Treasury Policy” of the Management Discussion and Analysis). Strategic risk affects the sustainability of Antam’s business. Some risks included in this category are the risk of exploration failure, the threat of substitute products, the risk of project failure or risks due to laws and regulations that hamper business activities. Other strategic risks that Antam faces include how to best position Antam with regards to the emergence of China, striking the right balance between growth and quality improvement, optimalizing the product mix,
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
126
peningkatan kualitas, optimalisasi diversifikasi produk, mempertahankan posisi kompetitif Antam di tengah persaingan yang semakin ketat, serta menarik minat perusahaan pertambangan asing untuk bekerja sama dengan Antam di tengah iklim industri tambang Indonesia yang tidak kondusif.
maintaining competitiveness in an increasingly competitive market and attracting joint venture partnerships in the face of a non-conducive investment climate. Operational risk may or may not cause direct financial losses. Some risks considered as operational risks include strike action, employees’ non-compliance in implementing standard operational procedures, illegal mining and failures in environment management. Legal and regulatory compliance is extremely important in the Indonesian mining business due to the uncertainty brought on by greater regional autonomy. As at the end of 2003, Antam was not engaged in any material litigation either as plaintiff or defendant in respect of any claim or amount and was not aware of any material proceedings pending or threatened against Antam. Antam manages risks related to mining licenses by maintaining very solid relationships with all levels of government from the central government to local leaders.
Risiko operasional merupakan risiko yang memberikan dampak secara langsung bagi operasional perusahaan. Risiko operasional dapat memberikan kerugian keuangan namun dapat pula tidak berdampak langsung pada kerugian keuangan perusahaan. Beberapa risiko yang termasuk dalam risiko operasional diantaranya adanya pemogokan kerja, ketidak patuhan karyawan dalam melaksanakan prosedur standar operasi, keberadaan penambangan tanpa ijin maupun adanya kegagalan penanganan lingkungan. Pada saat ini, peraturan perundangan memegang peranan penting dalam industri pertambangan seiring dengan adanya otonomi daerah. Sampai dengan akhir tahun 2003, Antam tidak menerima tuntutan hukum yang bersifat material. Perusahaan menjalin hubungan yang baik dengan seluruh aparat pemerintah regional maupun pemerintah pusat dalam mengelola risiko yang berkaitan dengan otonomi daerah.
Mining Rights Antam carries on its own mining activities under various mining rights (KPs). Mining activities by Antam’s joint ventures are carried out under various KPs or Contracts of Work (COW). At the end of 2003, Antam had an interest in 53 mining licenses, relating to an aggregate area of approximately 942,200 hectares, of which 41 are in the form of KPs owned solely by Antam and 12 are, or are expected to be, in joint ventures. Of Antam’s 12 joint ventures 10 have been granted COWs and two have been issued KPs.
Kuasa Pertambangan (KP) Antam melaksanakan kegiatan pertambangan berdasarkan KP yang dimiliki, sementara kegiatan yang dilakukan oleh usaha patungan didasarkan pada KP serta kontrak karya. Pada akhir tahun 2003, Antam memiliki 53 ijin pertambangan yang terdiri dari 41 KP yang dimiliki sendiri oleh Antam, serta 12 KP yang dioperasikan atau diharapkan dapat dioperasikan dengan mitra usaha patungan. Luas KP Antam mencapai 942.200 hektare. Dari 12 usaha patungan Antam, 10 diantaranya telah menerima kontrak karya, sementara sisanya menerima KP dari pemerintah.
KP DAN KK DI ANTAM ATAU USAHA PATUNGAN
KPs and COWs Issued to Antam or Antam’s Joint Ventures Ijin » License Perusahaan Company’s KP di JV KP in JV KP Nikel » Nickel 21 Emas » Gold 2 8 Intan » Diamond Bauksit » Bauxite 5 Pasir Besi Iron Sands 7 Logam Dasar Base Metals Jumlah » Total 2 41
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Luas » Area (‘000 ha)
KK COW 2 6 1 -
Perusahaan Company’s KP di JV KP in JV KP 105.6 47.8 82.9 38.4
Jumlah Ijin License Total
Luas Keseluruhan Area Total (‘000 ha)
KK COW 84 542.8 3.9 -
KP+KK KP+COW 23 16 1 5
KP KP 105.6 130.7 38.4
COW COW 84.0 542.8 3.9 -
KP+KK KP+COW 189.6 673.5 3.9 38.4
-
-
3.5
-
7
3.5
-
3.5
1 10
47.8
230.4
33.3 664
1 53
278.2
33.3 664
33.3 942.2
127
JENIS KP YANG DIKELUARKAN KE ANTAM » Types of KPs Issued to Antam Jangka waktu (tahun) Duration of KP (years) Survei Umum » General Survey 1 Eksplorasi » Exploration 3 Eksploitasi » Exploitation 30 Pengolahan dan Pemurnian Processing and Refining 30 Pengangkutan dan Perdagangan Transportation and Sale 10
Maks. perpanjangan Max. no of extensions(2) 1 2 2
Masa Berlaku perpanjangan (tahun) Length of each extension (years) 1 1 10
Sewa per ha per tahun (Rp) Rent per ha per year (Rp) 50 -(2) 1,500/3,000(3)
2 tidak terbatas unlimited
10
n/a(4)
5
n/a(4)
(1) Perpanjangan KP merupakan wewenang pemerintah daerah. (2) Biaya bervariasi sesuai kebijakan pemerintah tempat lokasi KP. Biaya per tahun untuk memperpanjang KP eksplorasi Rp 500 per hektare. (3) Biaya per tahun untuk eksploitasi deposit primer dalam KP Rp 3.000, dimana untuk KP eksploitasi aluvial biaya per tahun Rp 1.500. (4) Tidak ada biaya untuk KP pengolahan dan pemurnian maupun KP pengangkutan dan perdagangan.
(1) Extension of KPs is at the discretion of the local government. (2) This cost varies depending on the local government in whose jurisdiction the KP is situated. The annual charge of an extended exploration KP is Rp500 per hectare. (3) The annual charge for exploitation of a primary deposit under a KP is Rp3,000, whereas for an alluvial exploitation KP the annual charge is Rp 1,500. (4) There is no charge for a process and refining KP or a transportation and sale KP.
Kategori dari 41 KP yang dimiliki Antam adalah 2 KP untuk survei umum, 8 KP untuk eksplorasi, 17 KP untuk eksploitasi, 3 KP untuk pengolahan dan pemurnian, serta 11 KP untuk pengangkutan dan perdagangan. Dari 41 KP tersebut, 14 KP diantaranya berlokasi di Jawa, 2 KP berlokasi di Kalimantan, 8 KP berlokasi di Maluku, 13 KP di Sulawesi dan 3 KP di Nusa Tenggara. Dari seluruh KP eksploitasi yang dimiliki Antam, 3 KP diantaranya untuk pengolahan dan pemurnian, yang akan habis masa berlakunya tahun 2004, 2006, dan 2022. Sementara untuk transportasi dan penjualan, terdapat 11 KP yang akan habis masa berlakunya pada tahun 2010, 2021 dan 2022.
Of the 41 KPs owned by Antam, two are for general survey, eight for exploration, 17 for exploitation, three for processing and refining and 11 for transportation and sale. Of the 41 KPs, 14 are located in Java, two in Kalimantan, eight in the Province of Maluku, 13 in Sulawesi and three in Nusa Tenggara. Of the exploitation licences, Antam has three KPs in respect of processing and refining which expire in 2004, 2006 and 2022, and 11 KPs for transportation and sale which expire in 2010, 2021 and 2022.
Berdasarkan peraturan perundangan Indonesia, perusahaan pertambangan akan dikenakan biaya tambahan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral jika memiliki KP eksplorasi dengan luas wilayah lebih dari 10.000 hektare atau memiliki KP eksploitasi dengan luas wilayah lebih dari 5.000 hektare. Berdasarkan ketentuan dalam KP dan kontrak karya yang dimiliki, Antam dan usaha patungan diperkenankan untuk menambang mineral yang tercantum dalam KP dan kontrak karya, ditambah dengan mineral lain yang juga terdapat dalam wilayah KP dan kontrak karya tersebut. Pemerintah memiliki hak untuk membatalkan KP atau kontrak karya yang dimiliki melalui pemberitahuan sebelumnya, jika beberapa persyaratan dalam KP atau kontrak karya tersebut tidak dipenuhi. Perusahaan serta perusahaan patungan yang dimiliki selalu melaporkan hasil kegiatan kepada pemerintah setiap kuartal atau setiap tahun. Hingga saat ini pemerintah belum pernah membatalkan KP ataupun kontrak karya yang dimiliki Antam atau perusahaan patungan. Meskipun KP atau kontrak karya yang diberikan pemerintah bersifat eksklusif bagi penerima ijin tersebut, pemerintah dapat mengeluarkan KP atau kontrak karya yang lokasinya berdekatan.
Under Indonesian Law, further payment is required to be made to the Ministry of Energy and Mineral Resources for any holder to hold an area of more than 10,000 hectares under exploration KPs or more than 5,000 hectares under exploitation KPs. Under the terms of its KPs and COWs, Antam or the relevant joint venture, as applicable, is permitted to mine for specific minerals and any other mineral by-products present in the licensed area. The Government has the right to terminate any KPs or COWs, following prior notification, if certain conditions are not met. Antam or the joint venture, as applicable, reports to the Government on a quarterly and an annual basis on its activities under each licensed area. None of Antam’s or the relevant joint ventures’ KPs or COWs has been revoked. While the mining areas covered by existing KPs or COWs are exclusive to Antam or the joint venture, as applicable, other qualified third parties are able to apply to the Government for licences to mine other areas, including areas in proximity to the Antam’s or the relevant joint ventures’ KPs.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
128
Pengangkutan batu kapur untuk ditambahkan dalam proses pengolahan pada fasilitas feronikel di Pomalaa. Loading limestone to add to the nickel ore throughput at the Pomalaa ferronickel facility.
JENIS KONTRAK KARYA YANG DIKELUARKAN KE USAHA PATUNGAN
Types of COWs Issued to Antam’s Joint Ventures Jangka waktu (tahun) Duration of COW (years)
Maks. perpanjangan Max. no of extensions(2)
Masa Berlaku perpanjangan (tahun) Length of each extension
Sewa per ha per tahun (USD) Rent per ha per year(2)
(years)
(USD)
Survei Umum » General Survey
1
1
1
0.025 - 0.050
Eksplorasi » Exploration
3
2
1
0.10 - 0.35
Studi kelayakan » Feasibility Study
1
1
1
0.50
Konstruksi » Construction
3
-
-
0.50
30
2
10
1.50
Operasi » Operation
(1) Perpanjangan KK merupakan wewenang pemerintah. (2) Biaya ini bervariasi tergantung kebijakan pemerintah tempat KK berada. (1) Extension of a COW is at the discretion of the Government. (2) This cost varies depending on the local government in whose jurisdiction the COW is situated.
Ketersediaan staf yang kompeten serta jumlah cadangan dan sumber daya mineral perusahaan juga merupakan risiko kunci bagi perusahaan. Risiko ini ditangani dengan penyelenggaraan program pelatihan karyawan serta kegiatan eksplorasi yang rutin. Selain itu, Antam juga memandang kesehatan dan keselamatan kerja sebagai salah satu risiko utama bagi Antam yang memiliki lingkungan kerja yang berbahaya. Selain itu, perubahan teknologi dapat pula membuat perusahaan tidak kompetitif. Antam memastikan bahwa jika memungkinkan, perusahaan menggunakan teknologi terkini dalam kegiatannya. Selain itu, dalam mengelola joint venture company dengan mitra asing, Antam berupaya menjalin kerja
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
The availability of staff and other resources is a key risk that is mitigated by staff training programs and regular company-run exploration programs. Occupational health and safety is taken very seriously due to the dangerous nature of some of the work. Changes in technology can render a company non-competitive. Antam ensures that it is where possible employing the latest technological advances, and in terms of developing some of is tenements’ form joint ventures with international companies possessing such technology. As mining has an impact on the environment, Antam always seeks to meet or exceed international environmental management
129
sama dengan perusahaan pertambangan yang memiliki teknologi terkini. Sehubungan dengan karakteristik tambang yang memiliki dampak terhadap lingkungan, Antam berupaya untuk memenuhi atau melebihi standar lingkungan internasional, serta mengetahui perubahan yang terjadi dalam peraturan mengenai lingkungan yang berlaku. Salah satu risiko operasional yang penting bagi perusahaan adalah tren kenaikan biaya operasi di industri tambang, serta bagaimana Antam dapat mempunyai level biaya terendah. Sehubungan dengan risiko-risiko yang telah diidentifikasi tersebut, Antam berupaya untuk menerapkan suatu sistim pengelolaan dan pengawasan yang optimal dan terpadu (enterprise wide risk management) terhadap risiko dari setiap proses bisnis yang dilakukan perusahaan. Pada tahun 2004 Antam berencana untuk membentuk Pelaksana Manajemen Risiko di tingkat manajemen untuk menyusun program kerja yang lebih mendetail sehubungan dengan pengelolaan risiko di tingkat satuan kerja. Dalam pengelolaan risiko, Antam juga akan lebih memberdayakan fungsi auditor internal untuk membantu mengevaluasi kepatuhan dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dan pengendalian internal. Asuransi Seluruh fasilitas produksi Antam diasuransikan terhadap kebakaran dan ledakan. Peralatan tambang, kendaraan serta asset tetap perusahaan juga diasuransikan terhadap kewajiban terhadap pihak ketiga serta kewajiban terhadap publik. Asuransi yang dimiliki Antam mencakup nilai yang diasuransikan, namun tidak mencakup kerugian selanjutnya.
standards and to keep up to date with expected revisions to environmental regulations. One of the most important operational risks includes the trend in the mining industry of higher operating costs and how Antam can best lower costs. Antam has been making every effort to apply an optimum and integrated control and supervision system, known as enterprise wide risk management. In 2004, Antam plans to form Risk Management Implementation Units at the management level of each business unit in order to draw up a more detailed risk management work program. Antam will also empower the internal auditor to assist in the evaluation of compliance and to improve the effectiveness of risk management and internal control. Insurance All of Antam’s production facilities are insured against fire and explosions. Antam’s mining equipment, motor vehicles and fixed assets are insured for third party liability and for public liability. Antam’s insurance covers the appraised value of an asset but does not cover any consequential losses. All employees are insured against death and accidents under the state insurance scheme as required by Indonesian law. Under the terms of their contracts with Antam, land mining contractors are responsible for their own employees, who must also be covered by appropriate insurance schemes. Antam believes it is adequately insured for all material insurable risks relating to its business.
Seluruh karyawan Antam ”ditutup” oleh asuransi jiwa dan kecelakaan dengan Jamsostek. Berdasarkan kontrak antara Antam dengan kontraktor tambang, seluruh karyawan kontraktor diasuransikan oleh manajemen kontraktor tersebut. Antam telah mengasuransikan seluruh risiko yang material dan membawa dampak langsung bagi operasional perusahaan.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
130
MENGENAL RISIKO PERUSAHAAN LEBIH JAUH
A Closer Look at Risk
Kapal pengangkut bijih nikel di lepas pantai Pomalaa. Loading ships off the coast of Pomalaa.
Selain berorientasi pada pertumbuhan pendapatan serta peningkatan marjin usaha, manajemen Antam juga menyadari adanya risiko bisnis yang beberapa diantaranya terkait dengan industri pertambangan Indonesia. Usaha pertambangan umumnya memiliki karakteristik pertumbuhan usaha yang lamban serta padat modal. Hal ini menyebabkan manajemen tidak boleh berfokus pada pertumbuhan untuk menghasilkan keuntungan semata, namun juga harus melindungi aset yang dimiliki demi kelangsungan usaha perusahaan. Manajemen risiko merupakan proses yang dinamis dan berkelanjutan, serta merupakan salah satu yang menjadi perhatian manajemen. Kebijakan manajemen risiko yang baik harus mengetahui risiko yang dihadapi, termasuk risiko strategis, operasional dan finansial. Berikut ini merupakan risiko yang telah diidentifikasi manajemen sebagai risiko yang penting untuk diwaspadai serta wajib untuk dikontrol yang merupakan kumpulan risiko strategis, risiko operasional dan risiko keuangan. Risiko yang berhubungan dengan Indonesia Seiring dengan kegiatan operasi serta lokasi aset perusahaan di Indonesia, Antam dapat terkena dampak negatif dari perubahan pemerintah, kebijakan pemerintah, ketidakstabilan kondisi sosial, politik, ekonomi, hukum, perundangan, peraturan atau perkembangan global yang mempengaruhi Indonesia. Beberapa dari risiko ini diantaranya:
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
While Antam’s management is keenly focused on growing revenues and widening profit margins, they are also aware of the many risks facing the business, some of which are particular to running a mining business in Indonesia. Mining is a slow-yielding, capital-intensive business which requires management not only grow and improve the asset base to generate better returns but also prudently safeguard the assets to ensure sustainability. Risk management is an ongoing and dynamic task and it is one of the areas that Antam management is improving. Any good risk management policy must have as its foundation a deep understanding of the strategic, operational and financial risks. Below is a list of the risks that Antam’s management views as important to be aware of and to, where possible, control. Risks Relating to Indonesia Substantially all of Antam’s assets and operations are located in Indonesia. Antam may be adversely affected by changes in the Government, Government policies, social instability or other political, economic, legal, regulatory or international developments in or affecting Indonesia which are not within the control of Antam, including those set forth below.
131
1. Risiko sosial dan politik yang dapat mempengaruhi Antam. 2. Perubahan pemerintah dan kebijakan pemerintah dapat berdampak langsung bagi usaha Antam. 3. Kegiatan teroris di Indonesia dapat berdampak negatif bagi Antam. 4. Konflik suku, agama, dan ras (SARA) dan tuntutan dari pemerintah lokal dapat berdampak negatif bagi Antam. 5. Keresahan pekerja dapat mempengaruhi konsumen, pemasok dan kontraktor Antam, serta perusahaan Indonesia yang lain, sehingga dapat berdampak negatif bagi Antam. Risiko yang berhubungan dengan ekonomi 1. Penurunan peringkat Indonesia dan perusahaan Indonesia dapat berdampak negatif bagi Antam. 2. Kegagalan pemerintah untuk melakukan reformasi kebijakan keuangan sehingga menyebabkan Indonesia kesulitan memperoleh bantuan dana dari lembaga donor dan institusi keuangan asing dapat berdampak langsung bagi perusahaan Indonesia serta Antam. 3. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia atau pertumbuhan ekonomi negatif di Indonesia dapat berdampak negatif bagi Antam. Risiko yang berhubungan dengan kegiatan usaha Antam 1. Operasi Antam bergantung pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh, mempertahankan, maupun memperbarui ijin dan persetujuan dari pemerintah. 2. Tingkat keuntungan perusahaan dapat berfluktuasi mengikuti pergerakan harga feronikel dan emas. 3. Pendapatan utama Antam berasal dari penjualan feronikel, bijih nikel, emas, perak, dan mineral lain, dimana harga jual komoditas tersebut tergantung pada harga komoditas dunia atau harga pada saat/mendekati pengiriman produk ke konsumen. Harga komoditas untuk feronikel dan emas di dunia secara historis berfluktuasi mengikuti beberapa faktor yang berada di luar kontrol Antam: a. Kondisi ekonomi Amerika Serikat serta negara-negara maju dan negara berkembang lainnya. b. Pasokan komoditas dari produsen serta tingkat persediaan. c. Penjualan dari produsen komoditas. d. Tingkat permintaan dari industri yang membutuhkan feronikel dan emas; serta e. Spekulasi. Penurunan harga komoditas feronikel dan emas yang bersifat material dapat berdampak negatif bagi kinerja operasi dan keuangan perusahaan.
1. Political and social risks may affect Antam. 2. Changes in the Government and Government policies may have a direct impact on Antam’s business. 3. Terrorist activities in Indonesia could adversely affect Antam. 4. Separatist movements and clashes between religious and ethnic groups and demands of local governments could adversely affect Antam. 5. Labour activism and unrest could affect Antam’s customers, suppliers and contractors and Indonesian companies in general, which in turn could adversely affect Antam’s business. Economic risks affecting Antam 1. Downgrades of credit ratings of Indonesia and Indonesian companies could adversely affect Antam. 2. The inability or failure of the Government to implement reforms necessary to receive financial assistance and loans from multi-lateral agencies and financial institutions could adversely affect the Indonesian economy and Antam. 3. A slowdown in economic growth or negative growth in Indonesia could adversely affect Antam. Risks Relating to Antam’s Business 1. Antam’s business is dependent on its ability to obtain, maintain and renew licences and approvals. 2. Antam’s profitability can vary significantly with fluctuations in the market prices of ferronickel and gold. 3. Antam’s revenues are derived primarily from the sale of ferronickel, nickel ore, gold, silver and other industrial minerals, for which the selling prices are based on world metal prices at or near the time of shipment and delivery. World metal prices for ferronickel and gold have historically fluctuated widely and are affected by numerous factors beyond Antam’s control, including: a. the state of the United States economy and the economies of other industrialised and developing nations; b. available supplies from mine production and inventories; c. sales by holders and producers; d. demand for industrial products containing ferronickel or gold, as the case may be; and e. speculation. Any material decrease in market prices of ferronickel or gold would materially and adversely affect Antam’s results of operations and financial condition.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
132
4. Pergerakan nilai tukar mata uang maupun tingkat suku bunga dapat berdampak negatif bagi perusahaan. 5. Produksi dan operasi pertambangan dapat terkena dampak negatif dari risiko yang berada di luar kontrol Antam. 6. Selain dari risiko yang umum dihadapi oleh perusahaan tambang lainnya, Antam juga memiliki risiko tambahan karena wilayah kegiatan operasi seringkali berada di lokasi yang sulit dan jauh dari peradaban. 7. Jumlah cadangan dan sumber daya mineral yang dimiliki perusahaan hanya merupakan estimasi semata, sehingga produksi riil, pendapatan dan pengeluaran yang terkait dengan jumlah cadangan dan sumber daya mineral tersebut dapat berlainan dari estimasi yang telah dibuat sebelumnya. 8. Interpretasi dan implementasi perundangan di tingkat daerah dapat berbeda sehingga dapat berdampak negatif bagi perusahaan. 9. Kegiatan operasi Antam berdampak pada kelestarian lingkungan, sehingga adanya perubahan pada peraturan perundangan mengenai lingkungan ataupun impelementasinya, dapat meningkatkan beban biaya perusahaan. 10. Penyelesaian konstruksi pabrik FeNi III tepat waktu maupun pengoperasian pabrik secara menguntungkan merupakan tantangan yang menarik.
4. Movements in foreign currency exchange rates or interest rates could negatively affect Antam’s operating results. 5. Mining and mineral production may be adversely affected by a number of risks and hazards that are beyond the control of Antam. 6. In addition to the usual risks encountered in the mining industry, Antam faces additional risks because its operations are located on difficult terrain in a very remote area. 7. The mineral resource and ore reserve data compiled by Antam are only estimates and Antam’s actual production, revenue and expenditure with respect to its reserves may differ from such estimates. 8. The interpretation and implementation of legislation on regional governance is uncertain and may adversely affect Antam’s business. 9. Antam’s mining operations create difficult and costly environmental challenges, and changes in environmental laws and regulations or their interpretation or implementation, or unanticipated environmental effects from Antam’s operations, could require Antam to incur new or increased costs. 10. Completing the FeNi III ferronickel expansion project and ensuring the project is profitable is an important challenge.
Proyek FeNi III yang bernilai USD 320 juta diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 28 bulan. Operasi komersial pabrik diharapkan dimulai tahun 2006. Penyelesaian kontruksi pabrik tergantung pada beberapa faktor yang tidak sepenuhnya berada di bawah kendali Antam. Faktor-faktor ini diantaranya suplai material dari pemasok, kinerja kontraktor dan subkontraktor pabrik, kelayakan desain dan teknologi yang digunakan, kelambatan pengerjaan pabrik, adanya cost-overruns, serta perubahan spesifikasi.
The FeNi III ferronickel expansion project has an estimated project cost of USD320 million and is estimated to take 28 months to complete. Commercial operations are expected to start in 2006. The completion of the FeNi III project is subject to a number of conditions, some of which are not within the control of Antam, including, among others, supply of materials by suppliers, performance by contractors and subcontractors of their contractual obligations, feasibility of design and technology, delays, cost-overruns or changes in specifications.
11. Kegiatan operasi Antam serta investasi baru membutuhkan belanja modal yang signifikan bagi perusahaan. 12. Kepentingan pemilik saham Antam dapat saja berbeda dari keinginan manajemen perusahaan.
11. Antam’s existing operations and planned investments require significant capital investment. 12. The interests of the controlling shareholder may differ from those of Antam.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
133
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Corporate Social Responsibility
Environmental sustainability and proactive community development are necessary to successfully operate a mine Upaya pelestarian lingkungan dan partisipasi secara pro-aktif dalam pengembangan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan kegiatan pertambangan Antam melakukan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan serta ikut berpartisipasi di dalam mengembangkan masyarakat. Perseroan memandang perhatian terhadap upaya pelestarian lingkungan dan partisipasi secara pro aktif dalam pengembangan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan kegiatan pertambangan. Orientasi perusahaan ini didasarkan pada keinginan Antam untuk berfokus tidak hanya pada keuntungan finansial semata, melainkan juga terhadap pertumbuhan dan kesinambungan usaha. Oleh karena itu, perseroan memiliki sasaran untuk merealisasikan suatu sistem manajemen lingkungan dengan mengacu kepada peraturan perundangan dan standar yang berlaku. Sementara di dalam usaha pengembangan masyarakat sekitar kegiatan pertambangan, Antam berfokus untuk lebih mendayagunakan semua potensi yang ada, baik yang berasal dari unit bisnis, masyarakat sekitar tambang, pemerintah daerah, maupun pihak-pihak lain yang terkait. Pengelolaan Lingkungan Hidup Di dalam pengelolaan lingkungan hidup, kebijakan Antam adalah memastikan seluruh peraturan perundangan dan standar manajemen lingkungan telah diikuti oleh Unit Bisnis yang bersangkutan. Sejalan dengan hal ini, menyusul program kerja yang telah dibuat sebelumnya, dua unit bisnis utama perusahaan yakni UBP Nikel Pomalaa dan UBP Emas Pongkor telah mendapatkan sertifikasi manajemen lingkungan berakreditasi internasional ISO14001. Pada tahun 2003, seiring dengan program kerja untuk terus mengacu pada praktik terbaik pengelolaan lingkungan, UBP Emas Pongkor telah membangun instalasi tambahan unit perusak sianida pada proses pengolahan emas. Penambahan unit ini bertujuan
Antam conducts its mining activities by taking into account the impact mining can have on the environment and the surrounding community. Environmental sustainability, and proactive community development are viewed as necessary elements of successfully operating a mine. Doing the right thing, as opposed to only focusing on financial profits is good for the environment and the local communities and finally aids in the development and continuity of the business. Therefore, Antam’s environmental management aims to meet or beat applicable laws and regulations and standards. Antam’s approach to community development is participatory and proactive. Antam aims to develop communities surrounding its mine sites by working closely together with all concerned parties, whether they be employees of the mine, community leaders or local and regional governments. Environmental Management Antam’s environmental management policy is to ensure that all laws and regulations and standards of environmental management have been fulfilled by each business unit. In this regard, two of Antam’s main business units, Pomalaa and Pongkor have obtained ISO 14001 environmental management certification. In 2003, Pongkor gold mine installed an additional detoxification process to better manage gold smelter waste from the plant. The objective is to further reduce the toxicity, facilitate waste neutralization, as well as to reduce the use of neutralizing substances.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
134
Kegiatan pemantauan dan pengelolaan lingkungan. Environmental management and surveillance activities.
untuk mengurangi kandungan sianida pada limbah yang dihasilkan, mempermudah proses netralisasi limbah serta mengurangi penggunaan bahan kimia. Selama tahun 2003, Antam juga meneruskan program kerja rutin berkaitan dengan kegiatan rehabilitasi lahan terganggu akibat kegiatan pertambangan. Kegiatan rehabilitasi lahan terganggu dimulai sejak tahun 1990. Pada akhir tahun 2003, perseroan telah melakukan rehabilitasi lahan terganggu sebesar 2.813 hektare. Per 31 Desember 2003, Antam melakukan penyisihan kewajiban pengelolaan lingkungan hidup sebesar Rp 54 miliar. Luas lahan yang direhabilitasi pada tahun 2003 sebesar 16% lebih rendah dari tahun 2002 karena Antam sedang mengevaluasi kembali secara menyeluruh terhadap lokasi-lokasi cadangan yang telah ditambang untuk memastikan tidak terdapat lagi potensi cadangan bahan tambang yang masih tersisa secara ekonomis. Hal ini dilakukan seiring dengan peningkatan permintaan komoditas dari beberapa konsumen Antam. Program rehabilitasi lahan terganggu dilakukan dengan melakukan penataan lahan bekas penambangan dan pengembalian overburden, serta penanaman berbagai jenis tanaman. Antam merencanakan untuk melakukan rehabilitasi lahan terganggu seluas 221 hektare pada tahun 2004. Sampai dengan akhir tahun 2006, perseroan mengestimasikan total lahan terganggu yang telah direhabilitasi mencapai 3.660 hektare. Pada tahun 2003 biaya pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan mencapai Rp 19,5 miliar, meningkat sekitar 60% dibandingkan tahun 2002 karena reklasifikasi komponen biaya
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Under existing Indonesian legislation, Antam is required to rehabilitate its exploited mine sites. Antam’s rehabilitation programme for its exploited mine sites commenced in 1990. By the end of 2003, Antam had rehabilitated approximately 2,813 hectares. As at 31 December 2003, the total provision for environmental protection and rehabilitation was Rp54 billion. The amount of rehabilitation in 2003 was 16% less than the 2002 as Antam suspended rehabilitation activities in previously mined out locations that still may contain economically viable minerals, in line with recent demand from certain customers. Antam’s rehabilitation programme consists of leveling a mined area (which has been filled with overburden), replacing the topsoil, grading and planting trees and ground cover. Antam expects to rehabilitate a further 221 hectares in 2004. By the end of 2006, Antam expects to have rehabilitated a total of 3,660 hectares. In 2003, Antam spent Rp19.5 billion on environmental management and surveillance. This amount is an increase of 60% compared to 2002 due to the reclassification of the cost of nickel slag management from a production cost to an environmental cost.
135
pengelolaan limbah padat pada slag nikel dari biaya produksi ke dalam biaya lingkungan. Untuk tahun 2004, Antam mengalokasikan dana sebesar Rp19,8 miliar untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Pengembangan Masyarakat Kebijakan kegiatan pengembangan masyarakat di Antam lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat setempat dengan program yang tepat dan tidak hanya memberikan bantuan finansial atau sarana fisik semata. Kegiatan pengembangan masyarakat di Antam mencakup pemberian prioritas utama kepada tenaga kerja setempat, bantuan pembangunan sarana dan prasarana umum serta peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar melalui bantuan bidang pendidikan dan kesehatan. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka ikut mendukung perekonomian masyarakat sekitar kegiatan pertambangan adalah bantuan mengembangkan budidaya kacang tanah di Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat. Program ini dimulai dengan melibatkan petani berjumlah 120 orang dan bantuan konsultan pembimbing dalam hal teknik budidaya kacang tanah, serta bantuan pemasarannya melalui kerjasama dengan salah satu produsen makanan ringan. Pelaksanaan program pengembangan masyarakat dilakukan oleh unit bisnis dan berkordinasi dengan kantor pusat Antam. Program pengembangan masyarakat dimaksud selalu disinkronkan dengan program Pemda atau instansi terkait setempat dengan tetap memperhatikan aspek sosial budaya masyarakat serta dalam batasan alokasi dana unit bisnis Antam terkait. Selama tahun 2003, biaya kegiatan pengembangan masyarakat mencapai Rp11,1 miliar. Perusahaan juga menyalurkan dana bantuan pinjaman modal melalui pembinaan usaha kecil dan koperasi (PUKK) sebesar Rp5,2 miliar, meningkat 11% dibandingkan tahun 2002. Jumlah mitra binaan Antam meningkat drastis menjadi 360 mitra binaan, dibandingkan 198 mitra binaan pada tahun 2002. Mitra binaan Antam yang patut dibanggakan antara lain perajin perak di Yogyakarta dan Bali, produsen gembol di Kendari, peternakan ayam di Cilacap dan Tanjung Pinang serta industri ulat sutera di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Pada tahun 2004, seiring dengan perubahan regulasi, perusahaan melakukan perubahan nama pada program PUKK menjadi program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan juga akan mencakup aspek pembangunan sarana dan
For 2004, Antam has allocated Rp19.8 billion for environmental management. Community Development Antam’s community development policy emphasizes empowering the local community appropriately and avoids simply providing financial assistance. Antam’s community development projects include assisting in the development of public facilities and infrastructure and assistance in the fields of education and health; all projects prioritize the use of local workers. An example of a community development initiative is the assistance of developing groundnut farming in Nanggung District, Bogor, West Java, near the Pongkor gold mine. The program, involving more than 120 farmers, provides technical guidance and in cooperation with a local snack producer, marketing assistance. The creation and implementation of community development programs is a team effort, including staff at head office and project leaders at the various mining sites. The programs will remain synchronized with the programs of the various regional governments and other local institutions and always take into account the socio-cultural aspects of each community. In 2003, Antam spent Rp11.1 billion on community development activities. Antam also contributed Rp5.2 billion for the distribution of loan assistance through the Small Enterprise and Cooperative Development Fund (PUKK), an 11% increase compared to 2002. The number of Antam PUKK partners, or individuals and businesses with which Antam has provided assistance, increased drastically to 360, compared to 198 partners in 2002. Antam is proud of its local partners, which include among others silver craftsmen in Yogyakarta and Bali, gembol producers in Kendari, chicken farmers in Cilacap and Tanjung Pinang as well as participants in the silkworm industry in Mount Halimun National Park, West Java. In 2004, in line with the government regulations, the PUKK will be renamed to the Partnerships and Surroundings Development Program. Antam’s contributions to this program will fund programs which go beyond the original scope of the PUKK to include building infrastructures needed in the communities surrounding Antam’s mines.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
136
S : Kamaruddin M Nama » name old ars ye ; un : 46 tah Umur » age i aw -d wi Da : ra Alamat » address a, Sulawesi Tengga Kabupaten Kolak Dawi-dawi utheast Sulawesi Kolaka regency, So ol (Busag) ntigi Aneka Gemb : Perajin Bunga Sa ) Craftsman (Busag Traditional Wood g maruddin’s Busa eption in 1990, Ka inc its g ce sa Bu Sin e maruddin remarkably. Th un 1990, usaha Ka has improved quite tah s es da es sin pa tre bu iri of rd s be ot n ro ga Sejak perkemban use of the twisted sag menunjukkan handicraft makes ople often sebagai perajin Bu tkan akar aa nf ma me allow sea reefs. Pe ini n e a kerajina at grow on th sh th the sea as ali ter gk lit yang berarti. Usah rin ey se th s a nuisance as karang laut yang ot di ro a e rad th d and be fin ng ya pohon r, for Kamaruddin, i laut dan pantai. e beach. Howeve th karena mengotor as h ess ll ba sin we lim bu p ga od ut ng dia n yang diseb roots provide a go ruddin, akar poho ng hers like him, the sti ot ere int n e ka th pa Namun bagi Kama h ru ol ini justru me carve and polis to mb y ge a nit ek rtu s an po ide igi op ov bunga sant g not only pr ng tekun, o art. Selling Busa Melalui usaha ya int a. s ny on up d ati hid lpe rm fo gi he o ba s als berkah inan Busag ini d his family, but ha diperoleh dari keraj income for him an ch as shrimp dan su s in pendapatan yang se dd es ru sin ma bu Ka r n he ria ukupi keseha to expand into ot him cle sales. k rcy tu to un tidak hanya menc mo u juga membant cultivation and a an co co ink , ela ng m mi , far ya keluargan g pertambakan usahanya ke bidan piah mengembangkan t dan bahkan of twelve million Ru kla God, with the help g, perkebunan co en nk I’m nd ha , ba “T nd n fu da t g en an ud mmunity develom peda motor. ble ita from Antam’s co su a ve ha sebagai dealer se as ll my business as we ow gr s to os le gr ab KK Antam ve a monthly Nowadays, I ha ui dana program PU . lal op me sh d rk h, an ila wo ng ull fti md cra “Alha Busag, saya llion Rupiah by a untuk kerajinan income of five mi me in terms ligus lps sebesar Rp12 jut ka he se ly ya on t sa a no ah bangkan us g Busag. Antam llin se i t also helps ga bu ba , mampu mengem se ce a yang permanen financial assistan ah us ng t idi pa ov pr ons tem of leh mempero through exhibiti penghasilan saya memperoleh rket my products ini ma at to Sa . me rja ke l a ke beng lan dari usah .” sar Rp5 juta per bu accross the country kotor rata-rata sebe memberikan a ny ha ak tid a jug tam An kerajinan ini. antu dalam n juga turut memb dana semata, namu ra ke jin an sa ya pr od uk -p ro du k ha l pe m as ar an ai pameran di ag tkan dalam berb iku ng me an ng de tanah air.”
Pekerjaan Occupation
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
137
prasarana yang dibutuhkan masyarakat sekitar tambang dan kegiatan lainnya, yang akan melengkapi program pengembangan masyarakat yang selama ini telah dilakukan perusahaan. Pada tahun 2004, Antam mengalokasikan Rp9,6 miliar untuk kegiatan pengembangan masyarakat. Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) Antam telah mengidentifikasi kegiatan PETI sebagai salah satu risiko operasional perusahaan yang dapat menimbulkan penjarahan sebagian cadangan mineral perusahaan, selain dapat menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sampai dengan akhir tahun 2003, tidak terdapat gangguan PETI terhadap kegiatan operasional pertambangan emas maupun cadangan emas Pongkor. Hal ini dikarenakan kegiatan PETI pada umumnya di daerah permukaan yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Halimun sementara kegiatan penambangan perusahaan merupakan penambangan bawah tanah. Wilayah operasi PETI pada umumnya tidak termasuk dalam areal cadangan dan sumber daya mineral Antam. Sejak akhir tahun 1999, kegiatan PETI telah jauh berkurang dibandingkan periode 1998 - 1999 dengan jumlah PETI pada tahun 2003 kurang dari 100 orang. Meskipun kegiatan PETI saat ini sudah menurun, namun tetap merupakan potensi gangguan terhadap operasional Antam. Oleh karena itu, perseroan terus berfokus pada upaya menurunkan jumlah pelaku PETI serta memperkecil dampak yang ditimbulkan dengan mengintensifkan kegiatan penanganan PETI secara terpadu melalui koordinasi dengan berbagai pihak terkait seperti aparat keamanan, tokoh masyarakat, pemerintah daerah serta kerja sama dengan masyarakat setempat. Jumlah PETI yang relatif tidak bertambah banyak menunjukkan bahwa program-program penanggulangan PETI yang dilaksanakan selama ini dinilai cukup efektif. Pada tahun 2004, program penanggulangan PETI akan difokuskan pada program-program pemberdayaan masyarakat, dengan pemikiran bahwa kerja sama yang baik dengan masyarakat setempat akan dapat menyelesaikan permasalahan PETI yang berkaitan dengan masalah sosial ekonomi.
Antam has allocated Rp9.6 billion for community development activities in 2004. Illegal Mining (PETI) Antam has identified illegal mining (PETI) activities as an operational risk at the Pongkor gold mine that may result in the looting of mineral reserves, environmental damage and pollution. Up to the end of 2003, none of Antam’s mineral reserves had been looted since the illegal miners mostly operated on the surface outcrop of the ore body, located in the adjacent national park. As Antam operates underground, the reserves of the surface outcrop are not included in Antam’s reserves and resources estimations. Since the end of 1999 PETI activities have significantly decreased compared to 1998 - 1999 and the number of PETI perpetrators in 2003 numbered less than 100. Even though the number of illegal miners is small, there is still the possibility of disruption to Antam operational activities. Therefore, Antam continued to remain focused on the issue of reducing the impact and number of illegal miners in coordination with various parties related to the PETI issue, including local security forces, community leaders, government officials and other institutions. The stable number of illegal miners indicate the effectiveness of PETI reduction programs. Antam will continue to implement these programs. Programs will draw on Antam’s community empowerment programs, with the philosophy that working together with local communities as a good corporate citizen can solve this complicate sociopolitical problem. Work Safety and Health (K3) Antam always prioritizes work safety and health, and supplies safety equipment and safety training to all its employees involved in mining, smelting and refinery operations. Antam’s goal is to achieve a zero accident frequency rare at each business unit and strives to ensure high work safety and health standard standards are implemented by all employees in performing their duties. Antam believes that it has a good safety record for both its employees and its contractors.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di dalam melakukan kegiatannya, Antam selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, diantaranya melalui program pelatihan dan penyediaan peralatan keselamatan kerja bagi karyawan yang bekerja pada kegiatan penambangan, pengolahan maupun kegiatan penunjang lainnya. Perusahaan juga berusaha memenuhi standar keselamatan dan kesehatan
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
138
kerja serta tercapainya kecelakaan nihil pada setiap unit kerja. Antam memiliki catatan angka keselamatan dan kesehatan kerja yang cukup baik bagi karyawan dan kontraktor perusahaan. Strategi yang dilakukan Antam dalam K3 adalah mengintensifkan upaya pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan inspeksi yang berkelanjutan dan terprogram dengan baik. Namun diakui bahwa industri tambang memiliki faktor risiko kerja tinggi dan pada tahun 2003 terjadi satu kecelakaan berakibat fatal, menimpa Sdr. Stenly Matahilumual (alm) di tambang nikel Buli ketika kendaraan pengangkut yang ditumpangi korban terguling ke jurang sedalam sekitar 10 meter dan mengakibatkan Sdr. Stenly Matahilumual meninggal dunia sementara empat korban lainnya luka ringan. Perusahaan menyatakan prihatin dan menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya. Pada tahun 2003, Antam kembali memperoleh penghargaan Aditama (Emas) untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui UBP Nikel Operasi Pomalaa dari Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, sebagaimana penghargaan serupa pernah diraih pada tahun 2001 dan 2002.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Antam’s work safety strategy is to intensify continuous and well-designed educational, training, and inspection programs. Mining is a dangerous activity, and in 2003 there was one fatal accident. Mr. Stenly Matahilumual died at the Buli nickel mine when his truck crashed into a 10-meter valley. This also caused four light injuries. Antam extends its deepest condolences to the friends and family of the deceased. In 2003, Antam was again granted the Aditama (Gold) award for its achievements in work safety and health at the Pomalaa nickel facility from the Directorate General of Geology and Mineral Resources. Antam also received the award in 2001 and 2002.
139
SUMBER DAYA MANUSIA
Human Resources
Antam membangun hubungan industrial yang positif dengan karyawan
Antam has built strong relations with labour Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pengelolaan SDM Antam berfokus pada peningkatan motivasi dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta sifat/perilaku karyawan agar memberikan kontribusi produktivitas yang optimal bagi perusahaan.
Human Resources Management Policy Antam’s Human Resources department focused on motivation and training in order to enhance the knowledge, skills, and attitudes of the employees, which supports career development opportunities and improves employee productivity.
Pada akhir tahun 2003, jumlah karyawan Antam mencapai 3.547 orang, yang terdiri atas 3.421 karyawan tetap dan 126 karyawan tidak tetap. Seiring dengan usaha untuk mencapai organisasi yang ramping dan efisien, jumlah karyawan pada tahun 2003 turun 5% dibandingkan 3.609 karyawan pada tahun 2002, akibat adanya program pensiun dini di UBP Nikel Operasi Gebe yang saat ini dalam proses disiapkan penutupan. Pada tahun 2003, tidak ada karyawan yang mengundurkan diri secara sukarela, sehingga angka pergantian karyawan mencapai 0,00%. Antam berencana untuk mengurangi jumlah karyawan sampai dengan 3.100 orang pada akhir tahun 2004.
At the end of 2003, Antam had 3,547 employees, consisting of 3,421 permanent employees and 126 non-permanent employees. In line with the goal of a slim but efficient organization, the number of employees in 2003 was reduced 5% compared to 2002, due to early retirement at the Gebe Nickel Mine, which is nearing the end of its mine life. As in 2002, there were no resignations in 2003; therefore the turnover rate was 0%. Antam plans to reduce the work force to 3,100 by the end of 2004.
JUMLAH KARYAWAN » Number of Employee 1999
2000
2001
2002
2003
Tetap » Permanent
4,578
3,674
3,577
3,487
3,421
Tidak Tetap » Temporary Jumlah » Total
130 4,708
124 3,798
106 3,683
122 3,609
126 3,547
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
140
DISTRIBUSI KARYAWAN PER UNIT » Employee Distribution Lokasi » Location 1999 Kantor Pusat » Head Office UBP Nikel » SBU Nickel UBP Emas » SBU Gold UBPP Logam Mulia » SBU Logam Mulia UBP Bauksit » SBU Bauxite Unit Pertambangan Pasir Besi Iron Sands Mining Unit Unit Geomin » Geomin Unit Kantor Perwakilan Tokyo » Tokyo Office Jumlah » Total
162
151
165
166
2,574 775 164 317
2,027 700 158 271
1,960 689 156 267
1,904 680 154 262
1,862 673 161 259
220 421 1 4,708
172 307 1 3,798
164 295 1 3,683
163 280 1 3,609
154 270 1 3,547
Produktivitas Karyawan Laba bersih per karyawan tercatat naik 6,5% menjadi Rp63,9 juta per orang dibandingkan tahun 2002. Peningkatan laba bersih ini disebabkan perbaikan kinerja perusahaan berkaitan dengan kenaikan harga komoditas serta penurunan jumlah karyawan Antam. Seiring dengan peningkatan produksi feronikel Antam, termasuk produksi toll smelting dengan Pamco sebesar 597 ton Ni, produksi feronikel per karyawan tercatat 2,52 ton Ni per orang, naik 3% dibandingkan tahun 2002. Produksi emas per karyawan tercatat naik 11% menjadi 1,18 kg per orang, seiring dengan kenaikan produksi emas yang disebabkan meningkatnya kadar bijih emas yang ditambang. Suksesi Berkaitan dengan program pengambilalihan kepemimpinan di tingkat pejabat struktural, Antam
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
2003
236
Pelatihan dan Pengembangan Pada tahun 2003, Antam membelanjakan Rp 9,9 miliar untuk keperluan pendidikan dan pelatihan karyawan, naik 10% dibandingkan tahun 2002. Biaya pelatihan per karyawan mencapai Rp2,79 juta, naik 13% dibandingkan biaya pelatihan per karyawan pada tahun 2002. Biaya pelatihan Rp 2,47 ini termasuk program pengembangan sumber daya manusia untuk mengikuti pendidikan formal magister manajemen dan bisnis bagi 3 orang karyawan di dalam dan luar negeri. Jumlah hari kerja yang digunakan untuk pelatihan dalam upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sifat serta perilaku produktif pada tahun 2003 mencapai 5%, naik dibandingkan 4% pada tahun 2002. Pada tahun 2004, Antam memiliki anggaran sebesar Rp12,5 miliar untuk keperluan pelatihan dan pengembangan SDM.
ANTAM
Jumlah Karyawan » Number of Employees 2000 2001 2002
Training and Development In 2003, Antam spent Rp9.9 billion on employee education and training, an increase of 10% compared to 2002. The average expense per employee was 2.79 million an increase of 13% over the Rp2.47 million of 2002. The training expense included formal education for graduate programs in management and business for 3 employees inside and outside of the country. The number of business days used for training in 2003 reached 5% of days worked, an increase compared to the 4% of 2002. Antam has budgeted Rp8.6 billion for human resources training and development in 2004. Productivity The net profit per employee increased 6.5% to Rp63.9 million per person in comparison with 2002. The increase is due to higher commodity prices and, to a lesser degree, a smaller workforce. Ferronickel production per employee was 2.52 tonnes of nickel per person, an increase of 3% compared to that in 2002. This amount includes the 597 tonnes produced via toll smelting with Pamco. Gold production per employee increased 11% to 1.18kg per person, in line with increased gold ore production. Succession Antam prepared a succession program, including candidate development, to ensure the flawless succession of top management. The goal is to ensure a leadership that will improve Antam’s
141
PRODUKTIVITAS KARYAWAN 1999-2003
Employee Productivity 1999-2003 Tahun Jumlah Karyawan Year Number of Employees 1999 4,708 2000 3,798 2001 3,683 2002 3,609 2003
3,547
Laba Bersih (Rp)/Karyawan Net Income (Rp)/Employee 48,741,680 100,937,829 97,559,977 55,977,506
FeNi (t)/Karyawan FeNi (t)/Employee 1.92 2.66 2.90 2.44
Emas (Kg)/Karyawan Gold (Kg)/Employee 0.61 1.06 1.08 1.06
63,871,088
2.52
1.18
telah menyiapkan rencana suksesi termasuk pengembangan kandidat, agar rencana suksesi kepemimpinan dapat berjalan dengan lancar. Rencana suksesi ini diharapkan akan dapat membawa perusahaan untuk berkinerja lebih baik serta meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Direksi Antam telah menetapkan kebijakan suksesi, termasuk program suksesi dan pengembangan pejabat struktural sebagai landasan dalam pemilihan pemimpin secara obyektif. Hubungan Industrial Sebagian besar karyawan Antam tergabung dalam Persatuan Pegawai Aneka Tambang (Perpantam). Selain itu, sebagian karyawan yang berlokasi di UBP Nikel Operasi Pomalaa bergabung dengan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Manajemen Antam meyakini bahwa perusahaan memiliki hubungan yang baik dengan seluruh karyawannya Di dalam usahanya untuk memajukan perusahaan, Antam membangun hubungan industrial untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif guna menunjang ketenangan kerja karyawan dan kelangsungan usaha Antam. Antam memandang serikat pekerja sebagai mitra di dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Pada tahun 2003, manajemen Antam telah memulai perundingan dengan Perpantam untuk memperbaharui Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang akan berlaku pada tahun 2004. Upaya perbaikan syarat-syarat kerja dimusyawarahkan untuk dimuat dalam PKB yang baru, termasuk implementasi sistem manajemen
performance and growth. The succession policy allows for the objective selection of leaders based on a full assessment of skills and other criteria. Labour Relations A majority of Antam’s employees are members of Persatuan Pegawai Aneka Tambang (Perpantam), the company’s largest labour union. As well, several employees at Pomalaa mine are members of the All Indonesian Workers Union (or SPSI). Antam believes that it has good working relations with its employees. Antam has built strong relations with labour in order to create a positive work atmosphere, to develop job security and to ensure the continuity of Antam’s operations. Antam views the workers’ union as a partner in terms of developing Antam’s human resources. In 2003, management began negotiations with Perpantam to amend the Collective Agreement (PKB) in 2004. Discussions focused on efforts to improve employment terms and the implementation of the performance-based reward system but had yet to be fully implemented. The previous compensation system was not achievement oriented.
TINGKAT PERGANTIAN KARYAWAN 1998-2003
Employee Turn Over Rate 1998-2003 Tahun Year
Jumlah Karyawan Number of Employees
1999
1
0.02
2000
2
0.05
2001
3
0.08
2002
0
0.00
2003
0
0.00
%
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
142
Mengawasi proses peleburan nikel di pabrik Pomalaa. Monitoring nickel smelting at the Pomalaa plant.
Penggunaan jumbo drill dalam tambang emas bawah tanah Pongkor. Using the jumbo drill during underground gold mining at Pongkor.
unjuk kerja untuk menggantikan sistem yang lama yang belum berorientasi pada capaian kinerja. Pada tahun 2003, perusahaan menghadapi tuntutan sebagian kecil pensiunan Antam untuk pembayaran manfaat pensiun secara sekaligus. Tuntutan ini didasarkan bahwa akibat krisis moneter, sebagian pensiunan merasakan bahwa penerimaan manfaat pensiun bulanan terlalu kecil. Antam telah menyelesaikan permasalahan ini melalui berbagai cara, di antaranya sosialisasi peraturan Dana Pensiun Antam dan peraturan pemerintah yang berlaku, mengabulkan pembayaran manfaat pensiun secara sekaligus sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku (penerimaan manfaat pensiun per bulan di bawah Rp 400.000) serta melakukan upaya peningkatan kesejahteraan pensiunan melalui pembagian keuntungan dari anak perusahaan Dana Pensiun Antam. Selain itu, perusahaan juga meningkatkan besarnya manfaat pensiun bulanan sesuai dengan batas kemampuan keuangan Antam. Kesejahteraan Karyawan Di luar gaji pokok, perusahaan juga menyediakan berbagai tunjangan bagi karyawan, antara lain tunjangan perumahan, sekolah, transportasi, kesehatan, unit bisnis, serta Jamsostek.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
In 2003, a small number of Antam’s pensioners pressed the company for lump sum payments of their future pension benefits as they felt, due to the recent monetary crisis, that their monthly pension benefit was too low. Antam resolved the problem by communicating the applicable pension fund and government regulations, agreeing to lump sum payments for pensioners receiving a monthly pension benefit of under Rp400,000, and agreeing to the distribution of a portion of the profit earned from by the pension fund’s subsidiaries. As well, Antam increased the monthly pension benefit.
143
Rumah sakit Antam di Pomalaa. The hospital at SBU Nickel Pomalaa.
Pada tahun 2003, Antam tidak menaikkan penghasilan karyawan karena penghasilan karyawan telah dinaikkan pada tahun 2002. Meskipun demikian, perusahaan tetap menghargai karyawan berdasarkan standar perusahaan sejenis dengan tetap mempertimbangkan tingkat kemampuan keuangan perusahaan. Pada tahun 2003, terjadi peningkatan beban gaji, upah, bonus dan kesejahteraan karyawan yang disebabkan oleh kenaikan pembagian bonus, peningkatan kontribusi perusahaan terhadap iuran pensiun, kesehatan, dan asuransi. Pada tahun 2003 yang merupakan musim haji 1423 Hijriah, Antam memberikan kesempatan kepada 10 orang karyawan untuk menunaikan ibadah haji, dengan 9 orang di antaranya berasal dari unit bisnis. Seiring dengan peningkatan kinerja perusahaan yang didukung perbaikan harga komoditas, pada tahun 2003, Antam membagi bonus sebesar 3 kali penghasilan bulanan karyawan, dibandingkan dengan 1,5 kali penghasilan bulanan karyawan pada tahun 2002. Pada tahun 2004 Antam tidak merencanakan adanya kenaikan gaji karyawan secara signifikan sejalan dengan kebijakan perusahaan untuk lebih memperketat arus kas sehubungan dengan pemenuhan kewajiban perusahaan berkaitan dengan pendanaan proyek FeNi III. Dana Pensiun Antam menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti bagi karyawan tetap yang dikelola oleh Dana Pensiun Antam. Dana Pensiun Antam ini didanai melalui iuran karyawan serta kontribusi perusahaan. Berkaitan dengan kesejahteraan pensiunan Antam, perusahaan telah menaikkan manfaat pensiun bulanan sebesar Rp 150.000 per orang untuk menambah penerimaan pensiun dalam rangka peningkatan daya beli para pensiunan. Hal ini dilakukan untuk menyelaraskan dengan kenaikan penghasilan bulanan karyawan yang dilakukan tahun 2002.
Employees’ Welfare In addition to their basic remuneration, Antam provides a number of benefits to its employees. These include bonuses, housing subsidies, schooling, transportation allowances, healthcare, life insurance, site allowance, union membership and social insurance for workers (Jamsostek). In 2003, Antam did not raise employees’ salaries, which had been increased in 2002. Antam continued to benchmark salary levels to its peers and in consideration of the financial condition of the company. However, benefits for employees did increase in 2003, raising Antam’s overall labour expense. Increased benefits included a new social security insurance from Jamsostek, an increase in post-retirement health benefits and an increase in the monthly pension allowance. In 2003, Antam sent ten employees on the Haj Pilgrimage to Mecca. In line with improved revenues due to higher commodity prices, Antam distributed an annual bonus in 2003 in the amount of 3 times an employee’s monthly salary, compared to 1.5 times in 2002. For 2004, Antam does not plan to raise employees’ salaries or benefits, in line with efforts to improve cash flows to meet interest payments related to the financing of the FeNi III project. Pension Fund Antam has a defined benefits pension plan which is managed by Antam Pension Fund and funded by contributions from the employees and Antam. Antam increased the monthly pension benefit by Rp150,000 based on the 2002 salary increase. Antam was required to make an additional contribution to the fund due to the benefit increase.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
144
INFORMASI PEMEGANG SAHAM
Shareholders’ Information
Saham Antam berkinerja lebih baik terhadap IHSG sebesar 98% di tahun 2003
In 2003 Antam’s share price outperformed the JSX by 98% Tahun 2003 merupakan periode yang cukup baik bagi investor dibandingkan dengan tahun 2002 dimana terjadi penurunan investasi akibat skandal keuangan perusahaan dunia. Sementara itu, pada tahun 2003 kebanyakan investor mulai berani mengambil risiko dan kembali berinvestasi dalam aset yang memiliki imbal hasil tinggi maupun dalam pasar modal di berbagai belahan dunia. Obligasi merupakan instrumen investasi yang paling diminati seiring dengan kenaikan harga saham maupun pergerakan harga obligasi, sehingga yields dari bursa high yield bonds turun secara drastis. Setelah mengalami penurunan selama tiga tahun berturutturut, arus investasi kembali masuk ke pasar modal dunia, sehingga kinerja bursa saham dunia mencatat hasil terbaik selama 17 tahun terakhir. Dow Jones, Nasdaq dan FTSE naik masing-masing 21%, 45% and 12%. Bursa saham Asia bahkan berkinerja lebih baik seperti pasar modal Jepang, Thailand, Singapura dan Hong Kong mencatat peningkatan masingmasing 22,5%, 120%, 32% dan 34%. Menyusul bangkrutnya beberapa perusahaan besar dunia pada tahun 2002, dalam tahun 2003 terjadi peningkatan minat investasi asing ke bursa saham. Hal ini didorong oleh kenaikan laba perusahaan di dunia, perbaikan neraca perusahaan dan yang lebih penting lagi adalah perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tidak diduga sebelumnya. Bursa saham di Eropa dan Jepang juga mengalami peningkatan, meskipun kinerja perekonomian negara-negara di wilayah tersebut tidak sebaik negara lain di dunia.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
KEPEMILIKAN SAHAM
Share Ownership
35% 65%
Pemerintah Republik Indonesia Government of the Republic of Indonesia Publik » Public
The year 2003 was a very good year for investors. Compared to 2002, when concerns about corporate accounts and misbehaviour decreased investment, in 2003 investors became far less risk averse, sought high return assets and poured money back into capital markets around the world. Bonds had their biggest rallies in history, spurred on by rising share prices and less price volatility. The yields from the high yield bond market shrunk considerably. After three years of declines, money flowed into world equities, which had their best performance for 17 years, the Dow Jones, Nasdaq and FTSE rose 21%, 45% and 12% respectively. Asian stock markets performed even better, with Japan, Thailand, Singapore and Hong Kong, rising 22.5%, 120%, 32% and 34%, respectively.
145
Peningkatan arus investasi juga terjadi dalam bursa saham negara-negara berkembang, kurang lebih setengah kali lipat dalam denominasi dolar Amerika, menyusul pertumbuhan dan outlook perekonomian yang positif. Peningkatan nilai mata uang lokal dan penurunan tingkat suku bunga maupun inflasi telah mendorong tingkat konsumsi masyarakat. Bursa saham di negara-negara Asia Tenggara menarik minat investor asing karena indeks saham masih berada dalam tingkat sebelum krisis maupun tingkat valuasi yang masih rendah. Minat investasi asing yang besar terlihat di Cina dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 9,1% pada tahun 2003. Cina dianggap sebagai lokomotif pertumbuhan pasar di kawasan Asia maupun sebagai sumber investasi. Bursa Efek Jakarta (BEJ) berkinerja sangat baik pada tahun 2003, tercatat sebagai Bursa Saham berkinerja terbaik kedua di Asia dengan peningkatan sebesar 69% dibandingkan dengan 11% pada tahun 2002. Kenaikan ini disebabkan oleh rendahnya harga saham, outlook positif ekonomi Indonesia yang tumbuh 4% setelah beberapa tahun mengalami krisis, serta nilai Rupiah yang stabil dan cenderung menguat. Faktor lain yang mendukung bergairahnya pasar modal di Indonesia adalah rendahnya tingkat suku bunga dan inflasi maupun iklim sosial politik yang membaik. Tahun 2003 juga merupakan periode yang baik bagi perusahaan pertambangan dunia. Kenaikan harga komoditas telah meningkatkan minat investor dalam perusahaan tambang. Harga jual komoditas utama perusahaan, emas dan nikel, keduanya mengalami peningkatan yang signifikan dengan harga jual nikel mencapai level tertinggi selama 14 tahun terakhir akibat kenaikan permintaan dari Cina. Sementara peningkatan harga emas disebabkan kondisi geopolitik yang kurang kondusif serta depresiasi dolar Amerika.
Following several bankruptcies of large established companies in 2002, in 2003 strong corporate profits and better balance sheets and most importantly the unexpectedly strong recovery of the US economy, which grew on the back of tax cuts, low interest rates and a weaker dollar, encouraged investors, especially foreign investors, to return to global markets. Financial markets rose in Europe and Japan, despite more sluggish economic performances. Emerging markets, in particular, benefited from the huge increase in investment. In dollar terms they rose by half, largely due to good economic growth and outlook. Stronger currencies, lower interest rates and inflation supported increased consumer buying. Foreign investors were attracted to the Southeast Asian markets as they were still well below their pre-crisis peaks, and valuations were mostly lower than historic averages. As well, China, which attracted huge FDI inflows as GDP grew 9.1% in 2003, was seen as an engine of growth for the region in terms of a market and also a source of investment. The Jakarta Stock Exchange (JSX) performed very well in 2003, taking the second spot in Asia, and rose 69% compared to 11% in 2002. The rise was largely due to inexpensive shares and the positive outlook of the Indonesian economy, after several years of difficulties, which grew around 4% amid a stable and stronger Rupiah, lower interest rates and inflation and a better social and political climate.
AKTIVITAS PERGERAKAN HARGA SAHAM TAHUN 2003*
Share Price Movement Activities in Year 2003* Periode » Period
Tertinggi » Highest
Kuartal I » Quarter I
875
575
Volume » (Million) 180
Kuartal II » Quarter II
900
725
150
120
Kuartal III » Quarter III
1,100
750
204
215
Kuartal IV » Quarter IV
1,925
1,100
457
887
(Rp)
*Sumber
Terendah » Lowest (Rp) (Juta)
Nilai » Value » (Billion Rp) 140
(Miliar Rp)
» Source: Bloomberg
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
146
PERGERAKAN HARGA SAHAM 2003
» Share Price Movement 2003
2500
Rp 1,925
2000
1500
1000
500
0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Outlook investasi saham di Asia Tenggara tampak cukup positif menyusul peningkatan jumlah simpanan oleh masyarakat sejak krisis. Akibat rendahnya tingkat suku bunga, kemungkinan besar masyarakat di Asia akan kembali berinvestasi atau meningkatkan level konsumsinya. Minat investasi asing di Asia juga akan meningkat seiring dengan masih labilnya perbaikan ekonomi AS yang disebabkan defisit anggaran, tingginya tingkat ketergantungan ekonomi AS pada konsumsi masyarakat, penurunan jumlah simpanan masyarakat, serta banyaknya perusahaan AS yang memiliki jumlah hutang yang besar. Faktor-faktor ini akan menyebabkan investor asing berpaling ke pasar modal Asia, yang memiliki valuasi yang baik ataupun untuk melindungi nilai investasi di AS. Perkembangan Harga Saham Selama tahun 2003 harga saham Antam naik 234,5%, melebihi kenaikan sebesar 20% pada tahun 2002. Harga saham perusahaan mencapai puncaknya pada bulan Desember 2003 dengan harga Rp 1.925 dibandingkan harga tertinggi sebesar Rp 871 pada tahun 2002. Harga saham perusahaan mencapai tingkat terendah pada bulan Januari 2003 pada harga Rp 575 dibandingkan dengan harga terendah pada tahun 2002 sebesar Rp 365. Seiring dengan meningkatnya minat investor ke Antam pada akhir tahun, volume perdagangan mencapai puncaknya pada kuartal keempat dengan volume perdagangan 457 juta saham. Pada tahun 2002, volume perdagangan tertinggi terjadi pada kuartal ketiga dengan volume perdagangan 393 juta saham.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
The year 2003 was also a strong year for mining companies around the world. Increased commodity prices drew investors’ attention. Antam’s main commodities of gold and nickel both had significant increases with nickel reaching a 14 year high at the end of the year largely due to Chinese demand and gold increasing due to geopolitical security concerns and a depreciating US dollar. The outlook for equity in Southeast Asia is good as domestic savings have grown since the crisis and with interest rates so low it is likely consumption or investment by Asians will increase. As investors question the sustainability of a US recovery due to the current account deficit, the dependence on consumer spending, a lack of saving and corporations with lots of debt, foreign investors may turn to Asia, looking for good value and as a hedge to US equities. Share Trends During 2003, Antam’s share price increased 234.5%, far exceeding the 20% rise of 2002. Antam’s share price peaked in December 2003 at Rp1,925 versus a peak of Rp871 in 2002 and reached bottom in January 2003 at Rp575 compared to a low of Rp365 in 2002. As investors’ attention increased at year-end, the trading volume peaked during the fourth quarter with 457 million shares traded. In 2002, the highest trading occurred in the third quarter with 393 million shares traded.
147
KOMPOSISI PEMEGANG SAHAM PUBLIK LIMA TAHUN TERAKHIR
Public Shareholders Composition of the Last Five Years %
1,5 8,8
8,3
6,9 9,3
12
8,2
27,2
14,2
24,4
25,3
18,8
4,4 3,3
65
65
65
65
65
00
01
02
03
99 Asing Foreign
11,7
Investor Retail Retail Investors
Pada tahun 2003, harga saham perusahaan berkinerja lebih baik (outperformed) dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 98%. Menyusul mulai dikenalnya Antam sebagai perusahaan pertambangan terkemuka, pergerakan harga saham lebih berkorelasi dengan harga komoditas dibandingkan dengan pergerakan IHSG. Harga saham perusahaan juga berkinerja jauh lebih baik dibandingkan dengan indeks komposit bursa saham dunia maupun indeks pertambangan bursa dunia seperti indeks pertambangan London Stock Exchange sebesar 154,5%, HSBC Global Mining sebesar 105% serta HSBC Base Metals sebesar 79%. Hampir sama dengan tahun 2002, perdagangan saham perusahaan di ASX dalam bentuk CDI relatif kecil. Per 31 Desember 2003 terdapat 3.224 CDIs yang diperdagangkan, ekuivalen dengan 16.120 saham. Harga saham Antam ditutup pada harga AUD 0,20/CDI. Perusahaan saat ini mematuhi standar peraturan dan rekomendasi yang lebih ketat sehubungan pelaporan jumlah cadangan serta tata kelola perusahaan. Seiring dengan upaya manajemen untuk membangun kredibilitas dan pengenalan terhadap perusahaan, Antam dapat melakukan capital raising secara langsung di ASX.
Investor Institusi Institutional Investors
Pemerintah Government
In 2003, Antam’s share price performance outperformed the JSX composite index by 98%. As Antam’s becomes more internationally recognized as a mining company, the share price trend is more correlated to commodity prices than the composite index. Internationally, Antam outperformed all major stock market composite indices by a wide margin. Antam also outperformed mining indices, beating the mining index of the London Stock Exchange by 154.5%, HSBC Global Mining by 105% and HSBC Base Metals by 79%. Similar to 2003, very little trading occurred in Antam’s CDIs. As at December 31, 2003, 3,224 CDIs were traded, the equivalent of 16,120 common shares, which closed at a price of AUD$ 0.20/CDI. Antam must comply with the stringent rules and recommendations regarding the reporting of ore reserves and corporate governance. As Antam builds its recognition and credibility, in the future, Antam may choose to raise capital directly on the ASX.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
148
REALISASI PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN UMUM
Utilization of Net Proceeds from the Initial Public Offering Sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 » As of December 31, 2003 Penggunaan Utilization
Ekspansi Pabrik FeNi III FeNi III Expansion Pembangunan PLTU Pomalaa Construction of Coal-fired Power Plant Perbaikan dan Modernisasi Pabrik FeNi I Replacement and Modernization of FeNi I Pembayaran Hutang kepada PT Bank BDN Repayment of Certain Indebtedness to PT Bank BDN Pengembangan Usaha UBPP Logam Mulia Development of the Logam Mulia Smelts and Refinery Jumlah » Total
Jumlah Dana Amount
Realisasi Realized
(%)
(Rp miliar) (in billion Rupiah)
(Rp miliar) (in billion Rupiah)
73
406,152
167,945
9
50,074
–
8
44,510
127,998
5
29,243
29,243
5
26,394
17,486
100
556,373
342,672
Komposisi Pemegang Saham Kepemilikan Antam 65% dipegang oleh Pemerintah Indonesia sementara 35% dari jumlah modal ditempatkan atau 667.691.950 saham diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (JSX: ANTM), Bursa Efek Surabaya (SSX: ANTM) dan Bursa Efek Australia (ASX: ATM). Antam dicatatkan secara penuh di ASX dimana saham perusahaan diperdagangkan dalam satuan CDI (Chess Depository Interests) yang setara dengan 5 saham biasa.
Shareholder Composition Antam’s issued shares are 65% held by the Government of Indonesia, while 35% of total issued shares, or 667,691,950 shares, are traded on the Jakarta Stock Exchange (JSX: ANTM), Surabaya Stock Exchange and the Australian Stock Exchange (ASX: ATM). Antam is fully listed on the ASX and its shares are traded as CDI (Chess Depository Interests) in which one CDI is equal to five common shares.
Pemegang saham domestic terbesar Antam masih tetap dana pensiun perusahaan besar serta BUMN, sedangkan pemegang saham asing terbesar termasuk emerging market dan investor pertambangan dari seluruh dunia. Komposisi pemegang saham asing utama berasal dari AS, Luksemburg, Inggris, Singapura dan Jerman.
Antam’s largest domestic shareholders continued to be pension funds of major corporations and state-owned enterprises, while Antam’s biggest foreign shareholders included varied emerging market and mining investors from around the world. The main countries of incorporation for Antam’s foreign shareholders in terms of shares held were the USA, Luxemburg, the United Kingdom, Singapore and Germany.
Pada akhir tahun, perusahaan memiliki 203 pemegang saham asing yang sebagian besar merupakan institusi dan mewakili atas 78% perdagangan saham Antam di BEJ, dibandingkan dengan 20% pada tahun 2002. Pemegang saham terbesar Antam, setelah Pemerintah Indonesia, adalah Oppenheimer Developing Market Fund dari AS dengan kepemilikan saham lebih dari 5%. Jumlah Saham Modal dasar perusahaan berjumlah Rp 3,8 triliun yang terdiri dari 1 saham prioritas Dwiwarna dan 7.599.999.999 saham biasa dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Modal ditempatkan dan disetor penuh tercatat Rp 954 miliar terdiri dari 1 saham prioritas dan 1.907.691.949 saham biasa.
ANTAM
Jumlah Dana Amount
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
At the end of the year, Antam had 203 foreign, mostly institutional shareholders, which accounted for 78% of the shares trading on the JSX, compared to 20% in 2002. Antam’s largest shareholder following the government was the Oppenheimer Developing Market Fund, from the USA, with over 5% interest. Number of Shares Antam’s authorized capital was Rp3.8 trillion comprising 1 golden share and 7,599,999,999 common stocks with a nominal value of Rp500 per share. The issued and fully paid up capital amounted to Rp954 billion consisting of 1 golden share and 1,907,691,949 common stocks.
149
Dividend Policy Kebijakan dividen perusahaan adalah membagikan dividen kas bagi pemegang saham sedikitnya sekali dalam setahun. Sejak tahun 1997, kebijakan dividen adalah minimum 30% payout ratio dari laba bersih setelah pajak, kecuali ditentukan lain oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Payouts dividen perusahaan berkisar antara 40% dan 50%. Pada RUPS bulan Juni 2003, diputuskan pembayaran dividen sebesar 32,5% dari laba bersih tahun 2002, sama dengan Rp 65,7 miliar (USD 7,7 juta) atau Rp 34,42 per saham. Pada tahun 2003 pemegang saham mayoritas perusahaan, yakni Pemerintah Indonesia, meminta jumlah dividen yang lebih besar, namun permintaan manajemen untuk menurunkan dividen dikarenakan kebutuhan pendanaan untuk proyek FeNi III.
Dividend Policy Antam’s dividend policy is to distribute a cash dividend to shareholders at least once a year. Since 1997, the dividend policy required a 30% minimum payout ratio from net profit after tax, unless determined otherwise by the Annual General Meeting of Shareholders (AGM). Actual payouts ranged between 40% and 50%. It was decided at the AGM on June 2003 to pay a 32.5% dividend based on the net profit of year 2002, equal to Rp65.7 billion (USD7.7 million) or Rp34.42 per share. The majority shareholder, the Government of Indonesia, would normally request a larger dividend, however, they agreed to management’s request for a lower dividend in consideration of the company’s financial requirements for the USD320 million FeNi III project.
Salah satu persyaratan dalam obligasi eurobond berdurasi 7 tahun senilai USD 200 juta yang digunakan untuk mendanai proyek FeNi III adalah pembatasan kebijakan dividen menjadi maksimum 50% dari laba bersih setelah pajak selama payback period obligasi.
A condition of the USD200 million 7 year Eurobond, which forms part of the financing of the FeNi III project, limits the company’s annual dividend to a maximum of 50% from net profit after tax for the duration of the payback period.
Realisasi Penggunaan Dana hasil Penawaran Umum per 31 Desember 2003 Dalam tahun 2003, Antam menggunakan Rp 125 miliar dana hasil IPO 1997 menyusul dimulainya konstruksi proyek FeNi III senilai USD 320 juta. Dana IPO akan membantu skim pendanaan proyek FeNi III melalui penerbitan obligasi serta pinjaman kredit investasi dari bank lokal. Selain itu, perusahaan juga menggunakan Rp 500 juta untuk relokasi pabrik pengolahan dan pemurnian Logam Mulia. Antam menggunakan total dana Rp 125,4 miliar dana IPO pada tahun 2003 sehingga utilisasi penggunaan dana IPO mencapai Rp 343 miliar atau 62% dari total dana IPO sebesar Rp 556 miliar.
Utilization of Net Proceeds from the Initial Public Offering as of December 31, 2003 In 2003, Antam used Rp125 billion from its 1997 IPO proceeds, following the start of construction on the USD320 million FeNi III project. The IPO funds will add to capital raised by issuing a Eurobond and securing a bilateral loan from a local bank in 2003. As well, Rp500 million was used to relocate Antam’s precious metals smelter and refinery, SBU Logam Mulia. Antam used a total of Rp125.4 billion of the IPO funds in 2003 and consequently the total utilization of net proceeds since the IPO reached Rp343 billion or 62% of the Rp556 billion raised.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
150
RINGKASAN BAGI PEMEGANG SAHAM 2003
Shareholders’ Sum-Up 2003 Perbandingan Harga Saham dalam tahun 2003 (perbandingan dengan tahun 2002). Selama tahun 2003 saham Antam naik 235% dari Rp 575 menjadi Rp 1.925.
Relative Share Price Performance over 2003 (comparison to 2002). During 2003 Antam’s share price increased 235% from Rp575 to Rp1,925.
VS Perusahaan Tambang » VS Peers
VS Indeks » VS Indices
Company
%
Index
%
Name
PT Timah
-57
JSE Composite
98
Gold
178
PT Inco Tbk
-64
JSE Mining Index
-9
Nickel
50
Inco Ltd
120
ASX All Ordinaries
204
DOW JONES
176
Falconbridge
69
VS Komoditas » VS Commodities
BHP-B Ltd
178
TSE Composite
175
Rio Tinto Plc
179
NASDAQ
131
AngloAmerican
208
Hang Seng
150
Harmony
344
S&P 500
174
Barrick Gold
179
DAX
162
89
FTSE
200
FTSE All Share Mine
154
Newcrest
%
Price at end of the period on the ASX: AUD 0.16/CDI
Rekomendasi Analis dan Liputan Media (tahun 2002 di dalam) » Analyst and Media Coverage (2002 in parenthesis): Laporan » Reports Beli » Buy Tahan » Hold Jual » Sell
30 (25)
8 (11)
Analis Analysts
1 (1)
16 (14)
Press Releases Press Releases 20 (21)
Yang dilaporkan ke ASX ASX fillings 59 (56)
Artikel dari Bloomberg Bloomberg Articles 140 (74)
Informasi di Bloomberg Terminal Bloomberg Terminal “Entries” 531 (398)
Pemegang Saham utama Major Shareholder: Saham yang Diterbitkan » Shares in Issue Kapitalisasi Pasar » Market Capitalization Kisaran Harga » Price Range Harga Rata-rata » Average Price Volume Perdagangan » Trading Volume Volume Harian Rata-rata » Average Daily Volume
1,907,691,950 Rp 3,672bn (USD 436.1m) Rp575-Rp1,925 Rp928 992m 4,098,368
Pemerintah Indonesia Government of Indonesia (65%) Pemegang Saham Penting Lainnya Substantial Shareholders: OppenheimerFunds, Inc. USA (5.24%) Tanggal Pembayaran Dividen: (32,5% dari laba bersih tahun 2002) Dividend Payment Date: (32.5% of the profit of 2002) 5 Agustus 2003 » August 5, 2003 Jumlah Dividen » Dividend Amount: Rp 34,42/saham » Rp34.42/share, AUD 0.03/CDI
Harga Nikel per 12/31/03 » Nickel Price on 12/31/03 Kisaran Harga Nikel » Nickel Price Range Harga Emas per 12/31/03 » Gold Price on 12/31/03 Kisaran Harga Emas » Gold Price Range Rupiah per 12/31/03 » Rupiah on 12/31/03 Kisaran Nilai Rupiah » Rupiah Range
USD 7.52/lb USD 3.36/lb (01/03/03) - USD 7.52/lb (12/12/03) USD 415.45/oz USD 322.75/oz (04/08/03) - USD 416.25/oz (12/26/03) Rp8,420/USD Rp8,175/USD (05/26/03) - Rp9,088/USD (03/19/03)
Rasio Penilaian » Valuation Ratios Di tahun 2003, rasio Harga-terhadap-Pendapatan ditutup pada 16,2, dengan angka rata-rata 5-tahun sebesar 7,1; rasio Harga-terhadap-Buku ditutup pada 1,9 dengan angka rata-rata 5-tahun sebesar 1,0. Hasil dividen pada tahun 2003 sebesar 1,8%, dengan rata-rata 5 tahun sebesar 10,5%. In 2003 the Price-to-Earning ratio closed at 16.2, with a 5 year average of 7.1; the Price-to-Book ratio closed at 1.9, with a 5 year average of 1.0. The dividend yield stood at 1.8% with a 5-year average of 10.5%. Sumber » Source: Bloomberg, Antam
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
152
Pemuatan bijih nikel untuk pabrik Pomalaa. Loading nickel ore for crushing at Pomalaa.
Antara tahun 2003 dan 2014, permintaan baja nirkarat di dunia barat dan Cina diperkirakan akan tumbuh rata-rata kurang dari 6% per tahun. Analisa ini cukup sesuai dengan data pertumbuhan rata-rata permintaan baja nirkarat sebesar 5,6% per tahun antara 1988 dan 2000. Pada kurun waktu yang sama, permintaan rata-rata baja nirkarat di dunia barat diperkirakan tumbuh 3,5% per tahun, lebih rendah dibandingkan rata-rata historis pertumbuhan sebesar 5% per tahun. Selain menunjukkan mulai stabilnya pertumbuhan permintaan di dunia barat, hal ini menunjukkan adanya pergeseran permintaan baja nirkarat ke Cina. Permintaan baja nirkarat rata-rata oleh Cina diprediksikan tumbuh 12% per tahun pada tahun 2003-2014, turun dari pertumbuhan ratarata sebesar 17% per tahun antara tahun 1988 sampai dengan 2000. Pada kurun waktu 2003-2014, produksi baja nirkarat dari dunia barat diprediksikan rata-rata akan tumbuh kurang dari 5% per tahun. Pertumbuhan rata-rata produksi yang lebih besar dibandingkan dengan permintaan menunjukkan adanya ekspor baja nirkarat dalam jumlah besar oleh produsen dunia barat ke Cina. Antara tahun 2003 dan 2014, ekspor ke Cina diperkirakan akan tumbuh sekitar 10% per tahun. Penggunaan logam nikel primer dalam baja nirkarat di dunia barat diperkirakan akan tumbuh sekitar 4% per tahun, atau lebih kecil dari prediksi pertumbuhan produksi baja nirkarat. Hal ini disebabkan meningkatnya penggunaan logam nikel sekunder. Konsumsi nickel scrap diperkirakan tumbuh dari 592.000 tonnes tahun 2003 menjadi 1.013.000 tonnes di tahun 2014. Pada kurun waktu yang sama, scrap ratio diperkirakan mencapai 46,2%, naik dibandingkan kurang dari 46% sepanjang tahun 1990-an.
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
Between 2003 and 2014 growth in stainless steel demand in the western world and China is expected to average less than 6% per year. This is comparable to the 5.6% per year average growth recorded between 1988 and 2000. For the western world, the average growth in stainless steel demand is forecast to be 3.5% per year, compared with the long-term historic average of 5% per year. While it does reflect some element of product maturity, it further reflects the continuing shift in the use of stainless steel towards China. Over the forecast period Chinese stainless steel demand is forecast to grow by 12% per year, down from 17% per year average growth over the 1988 to 2000 period. Between 2003 and 2014, western world stainless steel production is forecast to grow by less than 5% per year. The higher growth in production compared with demand reflects that the western producers will continue to export large volumes of stainless steel into the Chinese market. Between 2003 and 2014 exports to China are expected to grow by 10% per year. The use of nickel in stainless steel production in the western world is forecast to grow by 4% per year on average, less than the average growth rate predicted for stainless steel production. This is the result of the growing use of secondary nickel units. The consumption of nickel in scrap is forecast to grow from approximately 592,000 tonnes in 2003 to approximately 1,013,000 tonnes in 2014. Over this same period, the scrap ratio is forecast to average 46.2%, compared with less than 46% over the 1990s.
153 153
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Consolidated Financial Statements
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
154
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
229 155
KOMISARIS, DIREKSI DAN PEJABAT PERSEROAN
Commissioners, Directors and Senior Staff
KOMISARIS
Board of Commissioners
DIREKSI
Board of Directors
Firman M.U. Tamboen Supriatna Suhala Suryo Suryantoro Hikman Manaf Yap Tjay Soen
Komisaris Utama » President Commissioner Komisaris » Commissioner Komisaris » Commissioner Komisaris » Commissioner Komisaris Independen » Independent Commissioner
D. Aditya Sumanagara Alwin Syah Loebis Kurniadi Atmosasmito Syahrir Ika
Direktur Utama » President Director Direktur Operasi » Operations Director Direktur Keuangan » Finance Director Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia » General Affairs and Human Resources Director Direktur Pengembangan » Development Director
Darma Ambiar SATUAN PENGAWASAN INTERNAL
Robinson Tampubolon
Kepala Satuan Pengawasan Intern Head of Corporate Internal Audit
A. Dohar Siregar
Sekretaris Perusahaan » Corporate Secretary
Lukman Alie
Kepala Perencanaan Strategis Bidang Penelitian & Pengembangan » Head of Strategic Planning for R&D
Chairul Effendi
Kepala Perencanaan Strategis Bidang Pengembangan Usaha Head of Strategic Planning for Business Development
Azhar Darwis
Kepala Keuangan » Head of Finance
Bimo Budi Satriyo
Kepala Hukum » Head of Legal Affairs
Jemani H. Ikhsan
Kepala Sumber Daya Manusia » Head of Human Resources
Ashur Wasif
Kepala Teknologi Informasi » Head of Information Technology
Imam S. Ibrahim
Kepala Kantor Perwakilan Tokyo Head of Antam’s Tokyo Representative Office
Suharno
Kepala Kesehatan » Head of Health Affairs
Bambang Hendratho
Kepala Administrasi Umum dan Pengembangan Masyarakat Head of General Administration and Community Development
Sudirman Tjakradinata
Kuasa Direksi Unit Bisnis Pertambangan Nikel General Manager of Nickel Mining Business Unit
Iwan Irawan
Kuasa Direksi Unit Bisnis Pertambangan Emas General Manager of Gold Mining Business Unit
Rinanti Agnes Arsadjaja
Kuasa Direksi Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia » General Manager of Logam Mulia Precious Metals Refinery Business Unit
Saefudin
Kuasa Direksi Unit Bisnis Pertambangan Bauksit General Manager of Bauxite Mining Business Unit
M. Soeprihadi
Kuasa Direksi Unit Pertambangan Pasir Besi General Manager of Iron Sands Mining Unit
Yoesep Adinata
Kuasa Direksi Unit Geomin General Manager of Unit Geomin
Corporate Internal Audit SEKRETARIS PERUSAHAAN
Corporate Secretary PEJABAT PERSEROAN
Senior Managers
KUASA DIREKSI UNIT BISNIS
Business Unit General Managers
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
156 230
UNIT-UNIT BISNIS
Business Units UNIT BISNIS PERTAMBANGAN NIKEL
Nickel Mining Business Unit Tambang Nikel dan Pabrik Feronikel Pomalaa Pomalaa Nickel Mine and Ferronickel Plant Jl. Jend. Ahmad Yani No. 5 Pomalaa, Kolaka 93652, Sulawesi Tenggara Ph. (62-405) 310 171 Fax. (62-405) 310 833 e-mail:
[email protected] Tambang Nikel Gebe » Gebe Nickel Mine Kapaleo, Patani -Gebe Halmahera Tengah 97727, Maluku Utara Ph. (62-21) 789 1234 ext. 3703, 3704 Fax. (62-21) 780 4589, 788 44930 e-mail:
[email protected] Tambang Nikel Gee » Gee Nickel Mine P. Gee, Maba, Halmahera Tengah Ph. (62-21) 526 9660 Tambang Nikel Tanjung Buli » Tanjung Buli Nickel Mine P. Buli, Maba, Halmahera Tengah Ph. - Fax. (62-21) 781 2736
Kantor Perwakilan Makassar Makassar Representative Office Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 60, Makassar 90122 PO Box 213 Ph. (62-411) 872 234, 871 648, 872 012 Fax. (62-411) 872 237 e-mail:
[email protected] Kantor Perwakilan Ternate Ternate Representative Office Jl. Batuangus No. 11, Ternate 97727 PO Box 37 Ph. (62-921) 22221, 21686 Fax. (62-921) 22819 e-mail:
[email protected] Kantor Perwakilan Manado Manado Representative Office Jl. Mr. A.A. Maramis, Paniki Bawah Mapanget, Manado 95347 PO Box 32 Ph. (62-431) 812 107 Fax. (62-431) 811 010 e-mail:
[email protected]
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS
Gold Mining Business Unit
UNIT GEOMIN
Unit Geomin PO Box 1, Pos Nanggung, Bogor 16650 Ph. (62-251) 681 546 Fax. (62-251) 681 543 e-mail:
[email protected]
Kantor Geomin Jakarta » Jakarta Geomin Office Jl. Pemuda No. 1, Pulogadung, Jakarta 13210 Ph. (62-21) 475 5380 Fax (62-21) 475 9860 e-mail:
[email protected]
UNIT BISNIS PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN LOGAM MULIA
Logam Mulia Precious Metals Refinery Business Unit
TAMBANG EMAS CIKOTOK
Cikotok Gold Mine Jl. Pemuda - Jl. Raya Bekasi Km. 18 Pulogadung, Jakarta 13010 Ph. (62-21) 475 7108 (hunting), Direct marketing (62-21) 478 65492, 478 65948 Fax. (62-21) 475 0665 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Cikotok 42394, Rangkasbitung Lebak, Banten Ph.(62-21) 780 3779 Fax.(62-252) 401 721
KANTOR PERWAKILAN ANTAM TOKYO
Antam Tokyo Representative Office UNIT PERTAMBANGAN BAUKSIT
Bauxite Mining Business Unit Jl. Bintan Kijang, Tanjung Pinang 29151 Kepulauan Riau Ph. (62-771) 61177, 61520 Fax. (62-771) 61921
UNIT PERTAMBANGAN PASIR BESI
Iron Sands Mining Unit Tambang Pasir Besi Cilacap » Cilacap Iron Sands Mine Jl. Penyu, Cilacap 53211, Jawa Tengah Ph. (62-282) 531 883 Fax. (62-282) 531 881 Tambang Pasir Besi Kutoarjo » Kutoarjo Iron Sands Mine Jl. Mardi Husodo No. 6, Kutoarjo 54212 Purworejo, Jawa Tengah Ph. (62-275) 641 134
ANTAM
» Laporan Tahunan 2003 Annual Report
New Aoyama Building, East 1507 1-1, Minami Aoyama, 1-Chome Minato-ku, Tokyo, Japan Ph. (03-3423) 8031 Fax. (03-3423) 8033