HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI JORONG BATU LIMBAK NAGARI SIMAWANG KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR Mutia Felina* ABSTRAK Menurut WHO hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan 66-75 juta di antaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan kontrasepsi hormonal. Prevalensi kontrasepsi menurut alat kontrasepsi berdasarkan hasil survey peserta aktif tahun 2011, menunjukan bahwa prevalansi penggunaan kontrasepsi di Indonesia 75,96%, alat atau cara kontrasepsi yang dominan di pakai adalah suntik (46,47%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan siklus menstruasi. Penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional study yang dilaksanakan pada Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu akseptor KB suntik sebanyak 46 orang. Semua populasi dijadikan subjek dalam penelitian yaitu 46 orang. Data diolah dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi lama penggunaan KB suntik 3 bulan kategori lama (≥ 2 tahun) sebanyak 56,5 % (26 orang) dan distribusi frekuensi siklus menstruasi akseptor KB suntik yang siklus haidnya tidak teratur sebanyak 67,4 % (31 orang). Hasil uji chi-square hubungan lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan siklus menstruasi didapatkan nilai P value 0,012 (< 0,05), maka secara statistik terdapat hubungan antara lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan siklus menstruasi. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara lama pengunaan KB suntik 3 bulan terhadap siklus menstruasi di jorong Batu Limbak, nagari Simawang kecamatan Rambatan. Semakin lama menggunakan KB suntik 3 bulan maka siklus menstruasi semakin terganggu. Disaran kan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan KB sehingga diharapkan kepada ibu – ibu dapat memilih KB yang cocok dan sesui dengan keinginan nya. Kata Kunci : Lama penggunaan, Kb suntik 3 bulan, Siklus menstruasi RELATION BETWEEN USE OLD TRICLOFEN CONTRCEPTION WITH MENSTRUAL CYCLE ON ACCEPTORS CONTRACEPTION INJECTION AT BATU LIMBAK VILLAGE, SIMAWANG, RAMBATAN DISTRICS OF TANAH DATAR REGENCY ABSTRACT According to the WHO almost 380 million pairs run family planning and 66-75 million of them, especially in developing countries, using hormonal contraceptives. Contraceptive prevalence according to contraceptives based on results of a survey of active participants in 2011, showed that the prevalence of contraceptive use in Indonesia 75.96%, a tool or means of contraception use is dominant in the syringe (46.47%). The purpose of this study was to determine the relationship between duration of use injections of 3 months with the menstrual cycle. This study is observational analytic cross sectional study conducted on Juny 2012. The population in this study is the mother acceptors injecting as many as 46 people. All subjects in the study used a population that is 46 people. The data is processed by using a chi-square test. The result showed the frequency distribution of long use of injections 3 months old category (≥ 2 years) of 56.5% (26 people) and the frequency distribution of the menstrual cycle acceptors injecting an irregular menstrual cycle as much as 67.4% (31 people). Results of chi-square test long relationship injections 3 months usage with the menstrual cycle values obtained P value of 0.012 (<0.05), then there is a statistically significant relationship between duration of use injections of 3 months with the menstrual cycle. Concluded that there is a significant association between the use of injectables long 3 months to the menstrual cycle in jorong Stone Limbak, village districts Simawang propagation. The longer using injections of 3 months then increasingly disturbed menstrual cycle. Disaran right to health professionals in order to further improve family planning counseling so expect to mothers - mothers can choose appropriate and within their birth to her liking. Keywords: Long use, Triclofen contraception, menstrual cycle *
Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.3 No 1 Januari 2012
43
PENDAHULUAN Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu komponen dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) diharapkan sebanyak-banyaknya pasangan usia subur (PUS) di Indonesia akan mengikuti gerakan Keluarga Berencana (KB) secara dini dan lestari semua jenis metode kontrasepsi telah tersedia di seluruh tempat pelayaan kesehatan dan sangat mudah dijangkau oleh masyarakat, kecuali metode, kontrasepsi mantap yang memerlukan tindakan operasi (BKKBN, 2007). WHO dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan 66-75 juta di antaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan kontrasepsi hormonal.Kontrasepsi hormonal yang di gunakan untuh mencegah terjadi kehamilan dapat memiliki pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap organ tubuh wanita, baik organ tubuh genitalia maupun non genitalia.(bazaid,2008) Perubahan visi paradigma program Keluarga Berencana Nasional dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan ” keluarga berencana tahun 2015 ”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin,2006). Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari program kesehatan dan merupakan titik pusat sumber daya manusia mengingat pengaruhnya terhadap setiap orang dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai pada kematian. Oleh karena itu pelayanan kesehatan reproduksi harus mencakup empat komponen esensial yang mampu memberikan hasil yang efektif dan efisien baik dikemas dalam pelayanan yang terintegrasi. Salah satu komponen esensial tersebut adalah Keluarga Berencana (KB). Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas telah menjadi tuntutan masyarakat, disamping merupakan kewajiban pemerintah dan pemberi pelayanan untuk masyarakatnya. Tuntutan pelayanan yang berkualitas ini dipengaruhi dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan, termasuk Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi (Saifudin, 2003). Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya, sosial ekonomi, pengetahun, pendidikan, dan jumlah anak yang di inginkan. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu alat kontrasepsi (Depkes RI, 2007).
Dalam memilih alat kontrasepsi sebaliknya mengetahui keuntungan dan kerugian yang mungkin terjadi. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, dan efek sampingannya minimal (Prawiroharjo, 2005). Kontrasepsi suntik memiliki keistimewaan sehingga ibu-ibu banyak menggunakannya antara lain aman, sederhana, efektif, dapat dipakai pasca persalinan (Siswosudarmo, 2011). Sesuai namanya kontrasepsi hormonal menggunakan hormon progesteron atau kombinasi estrogen dan progesteron. Prinsip kerjanya, hormon progesteron mencegah pengeluaran sel telur dari kandung telur, mengentalkan cairan dileher rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim mejadi tipis dan tidak layak untuk tempat tumbuh hasil konsepsi, serta membuat sel telur berjalan lambat sehingga mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel telur. Mengingat kontrasepsi suntik berperan besar dalam mengganggu kesuburan ibu terutama pada saat menstruasi. Salah satu efek alat kontrasepsi suntik pada saat menstruasi mngakibatkan lapisan lendir rahim akan menipis (Uttiek, 2006). Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksi progesterone asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksi progesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). Efek samping penggunaan suntik DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore) (Susilowati, 2012). Salah satu efek samping penggunaan KB suntik ialah gangguan menstruasi, terutama berhentinya menstruasi. Tetapi berhentinya menstruasi tidak menimbulkan akibat buruk atau bahaya bagi kesehatan (Pangkahila, 2003). Prevalanci kontrasepsi menurut alat kontrasepsi berdasarkan hasil survey peserta aktif tahun 2011, menunjukan bahwa prevalanci penggunaan kontrasepsi di Indonesia 75,96%, alat atau cara kontrasepsi yang dominan di pakai adalah suntik (46,47%), pil (25,81%), IUD (28,18%), implant (8,82%), MOW (3,49%), MOP (0,71%), dan kondom (2,96%). (DKRI 2011) Dinkes provinsi Sumatra Barat para peserta KB sebesar 79,32 %. Alat kontrasepsi yang dominan adalah suntik (54,67%), pil (17,82%), IUD (7,37%), implant (11,63%), MOW (2,03%),
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.3 No 1 Januari 2012
44
MOP (0,30%), kondom (6,17%). (Profil Dinkes Sumatera Barat 2013) sebanyak 723.456 peserta. Sedangkan jumlah akseptor KB yang aktif d Kabupaten Tanah Datar adalah peserta IUD 53.435 (7,39%), MOW 10.160 (1,40%), implant 81.000 (11,20%), suntikan 334.011 (46,17%), pil 195.761 (27,06%), MOP 2.174 (0,30%) dan kondom 46.915 (6,48%). ( Profil Dkk.2011) Profil puskesmas setiap kecamatan KB suntik adalah KB yang paling dominan di pakai akseptor KB. Pada kecamatan limo kaum sebanyak (26,01%), kecamatan Sungai Tarab sebanyak (32,23%), Kecamatan sungayang sebanyak (25,25%), kecamatan rambatan sebanyak (42,02%), akseptor KB di kecamatan rambatan banyak memakai KB suntik karena mereka menganggap bahwa KB suntik adalah KB yng efektif, murah, terjangkau, tidak memakai waktu yang lama.( Profil BKKBN Tanah datar 2011 ) Data akseptor KB suntik untuk Nagari Simawang pada bulan September – Desember tahun 2013 di jorong Baduih terdapat 23 orang ibu yang memakai KB suntik 3 bulan, di jorong Bendang 30 orang, di jorong Batu limbak 46 orang, di jorong Padang Data 15 orang. ( Profil bidan Nagari Simawang 2011 ) Berdasarkan survey awal banyak para ibu akseptor KB suntik 3 bulan mengeluh siklus menstruasinya terganggu,tidak teratur datangnya haid ibu setiap bulan setelah dilakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan selama ibu menjadi akseptor KB suntik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan siklus mentruasi pada aseptor KB suntik di Jorong Batu Limbak Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Lama Penggunaan KB Suntik 3 bulan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lama Penggunaan KB Suntik 3 Bulan Di Jorong Batu Limbak, Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012 Distribusi Baru Lama Jumlah
Frekuensi
%
20 26 46
43,5 56.5 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 46 responden ditemukan sebanyak 26 (56,5%) responden menggunakan KB suntik 3 bulan kategori lama ( ≥ 2 tahun). Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin Menyebabkan ketidak seimbangan hormon, dengan Penggunaan Suntik Hormonal tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga menimbulkan bercak perdarahan. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian alat kontrasepsi melebihi 2 tahun. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore siklus menstruasi terganggu bertambah besar. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenorea makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2009) (cit Fitriyah 2011). Tabel 2. Distribusi frekuensi siklus menstruasi ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan DU jorong Batu Limbak kabupaten Tanah Datar tahun 2012
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini telah di laksanakan di jorong Batu Limbak di Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar pada bulan Juni 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang pernah memakai alat kontrasepsi suntik 3 bulan di jorong Batu Limbakdi Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar pada bulan September sampai desember 2011 sebanyak 46 ibu. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling atau total populasi yaitu seluruh ibu yang pernah memakai alat kontrasepsi suntik 3 bulan di jorong Batu Limbak di Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar pada bulan September sampai bulan Desember sebanyak 46 ibu.
Distribusi Tidak teratur Teratur Jumlah
frekuensi
%
31 15 46
67,4 32,6 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 46 responden ditemukan sebanyak 31 (67,4%) responden siklus menstruasinya tidak teratur Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis-pancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium dan alat seks sekunder). Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan yang sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal, yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22– 35 hari (Varney, 2007).
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.3 No 1 Januari 2012
45
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ana (2011) di BPS Listyowati Gandong Stragen,kejadian terganggunya siklus menstruasi pada akseptor KB suntik 3 bulan memang jauh lebih tinggi dari KB suntik 1 bulan karena pada KB suntik 3 bulan terjadi karena ketidak seimbangan hormone progesterone dan esterogen sehingga kejadian ini di bilang wajar bila terjadi pada pemakai KB suntik 3 bulan.(Skripsi Ana, 2011) Hubungan Lama Penggunaan KB Sunti 3 Bulan Dengan Siklus Menstruasi Tabel 3. Hubungan lama penggunaan KB suntik 3 bulan terhadap siklus menstruasi Lama Penggu naan KB suntik Baru Lama Total
Siklus Menstruasi Tidak Teratur teratur
N
f
%
f
%
f
%
9 22 29
29 71 100
11 4 15
73,3 26,7 100
20 26 46
43,5 56,5 100
p
OR
0,012
0,149
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 20 responden yang menggunakan KB suntik 3 bulan yang baru ( < 2 tahun ) 9 responden ( 29% ) siklus menstruasi nya tidak teratur dan 11 responden (73,3%) siklus menstruasinya teratur. Dari 26 responden yang menggunakan KB suntik 3 bulan baru ( > 2 tahun ) 22 responden ( 71%) siklus menstruasinya tidak teratur dan 4 responden (26,7%). Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square didapatkan p=(0,012) yang berarti Ha diterima, dengan derajat kepercayaan p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama penggunaan KB suntik 3 bulan terhadap siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di jorong Baru Limbak Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar. Nilai ood ratio (OR) 0,149 yang bearti ibu yang menggunakan akseptor KB suntik 3 bulan > 2 tahun (Lama) mempunyai peluang 0,149 kali terhadap gangguan siklus menstruasi di banding ibu yang menggunakan akseptor kb suntik 3 bulan < 2 tahun (baru). Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin Menyebabkan ketidak seimbangan hormon, dengan Penggunaan Suntik Hormonal tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga menimbulkan bercak perdarahan.Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian alat kontrasepsi melebihi 2 tahun. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore siklus menstruasi terganggu bertambah besar. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami
amenorea makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2009) (cit Fitriyah 2011). Berdasarkan penelitian oleh yayuk Adanya hubungan lamanya penggunaan kb sunti 3 bulan terhadap siklus menstruasi akseptor suntik 3 bulan di BPS Harijati, Ponorogo, didapatkan bahwa 5 orang (50%) mengalami gangguan siklus menstruasi setelah lebih dari 2 tahun penyuntikan kira-kira sekitar 8 kali penyuntikan, 2 orang (20%) mengalami spoting saat pertama kali penyuntikan, 1 orang (10%) mengalami menorhagi setelah 1 tahun penyuntikan DMPA dan yang 2 orang (20%) tidak mengalami gangguan menstruasi selama pemakaian DMPA.( Skripsi Yayuk 2011 ) Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis-pancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium dan alat seks sekunder). Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan yang sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal, yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22– 35 hari (Varney, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ana (2011) di BPS Listyowati Gandong Stragen,kejadian terganggunya siklus menstruasi pada akseptor KB suntik 3 bulan memang jauh lebih tinggi dari KB suntik 1 bulan karena pada KB suntik 3 bulan terjadi karena ketidak seimbangan hormone progesterone dan esterogen sehingga kejadian ini di bilang wajar bila terjadi pada pemakai KB suntik 3 bulan.(Skripsi Ana, 2011) Dari hasil penelitian Diana adanya hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntikan dengan siklus menstruasi adalah karena disebabkan oleh hormon yang digunakan dalam kontrasepsi suntik, memiliki waktu paruh yang lebih lama di dalam tubuh. Namun setiap penggunaan alat kontrasepsi selain mempunyai manfaat, kerugian dan kelebihan juga mempunyai efek samping dari masing-masing alat kontrasepsi tersebut, terjadinya efek samping bisa berbeda pada setiap individu tergantung dari daya tahan tubuh dan sistem hormon yang ada didalam tubuh masingmasing individu ,hanya saja kita sebagai bidan sebelum memberikan pelayanan kontrasepsi selalu memberikan konseling tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh calon akseptor dan pada setiap kunjungan ulang mengkaji kembali tentang kelebihan dan kerugian dari setiap alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor.(Skripsi Diana 2011) KESIMPULAN 1. Lebih dari separoh responden menggunakan KB suntik 3 bulan kategori lama (≥2 tahun).
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.3 No 1 Januari 2012
46
2. 3.
Lebih dari separoh responden siklus menstruasinya tidak teratur. Ada hubungan yang bermakna antara lama penggunaan KB suntik 3 bulan terhadap siklus menstruasi (p Value < 0,05)
SARAN Disaran kan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan KB sehingga diharapkan kepada ibu – ibu dapat memilih KB yang cocok dan sesui dengan keinginan nya.
DAFTAR PUSTAKA Arum D, dkk, 2009,metode,tujuan,sejarah alat kontrasepsi suntik,jenis alat kontrasepsi Jakarta, EGC Ana 2012,Skripsi yang berjudul kejadian terganggu siklus menstruasi pada akseptor KB suntik 3 bulan,Stragen Bobak,2004.Fase-fase dalam siklus menstruasi,Jakarta Desrina 2012,pedoman proposal hubungan pengetahuan pengguna KB suntik terhadap siklus menstuasi Makasar Hanifa. 2002. Gambaran klinis menstruasi. Jakarta Kurniawan, Y, 2008 Efek samping kontrasepsi suntik Jakarta Siswosudarmo. dkk. 2001.pengertian dan prinsip kerja kontrasepsi Jakarta : EGC Siswosudarmo,cit fitriyah 2011 lama penggunaan KB suntik 3 bulan,Jakarta STIkes prima nusantara 2010, Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah, Bukittinggi Varney 2007,Gangguan siklus menstruasi,Jakarta Yayuk 2011,Skripsi hubungan lama gangguan menstruasi terhadap kb suntik hormonal 3 bulan,Bandung
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.3 No 1 Januari 2012
47