MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA Abdul Azis Wadia 1), Rida Iswati 2), Wawan Pembengo 3)**)
ABSTRAK
Abdul Azis Wadia/613408001. Predator Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Dengan Agroekosistem Berbeda. Dibawah bimbingan Rida Iswati dan Wawan Pembengo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis predator, populasi, kelimpahan, keragaman. Penelitian ini dilaksanakan di lahan BPTP yang bertempat di Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Pada bulan September 2011 sampai bulan Juni 2012, menggunakan penelitian metode survey pada pertanaman padi dengan 9 agroekosistem berbeda. Hasil penelitian yaitu terdapat 7 family predator yang terdapat pada tanaman padi dengan agroekosistem berbeda yakni Coccinelidae, Staphylinidae,Tetragnathidae, Oxyopidae, Tettigoniidae, Coenagrionidae, Libellulidae. Populasi tertinggi adalah Spesies Menochilus sp dengan jumlah rata – rata 10 ekor /petak (4x8 m2) pada agroekosistem VIII (Urea 100 kg/ha + Phonska 300 Kg/ha + pupuk organik 2 ton/ha dan menggunakan jarak tanam jajar legowo 4:1). Sedangkan populasi tertinggi predator pada fase vegetative adalah Menochilus sp dan fase generatif adalah Conocephalus sp. Secara keseluruhan kelimpahan tertinggi adalah family Coccinelidae sebesar 65,9 %. Nilai keragaman (H’) predator pada tanaman padi dengan agroekosistem berbeda termasuk dalam kategori sangat rendah – rendah yaitu kisaran 0,6 – 1,3 atau kisaran 1
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Pemberian pupuk yang baik dan tepat waktu dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi padi. Lihawa (2006) menyatakan bahwa penggunaan pupuk kimia, seperti urea yang tidak sesuai dosis anjuran untuk kebutuhan tanaman, telah menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman padi menjadi meningkat. Hal ini dicirikan oleh jaringan tanaman menjadi tipis, sel-sel menjadi panjang akibatnya ketahanan tanaman menurun terhadap serangan hama tertentu, seperti hama penggerek batang padi, wereng coklat dan ulat grayak, sebaliknya juga musuh alami predator pada tanaman relatif ada. Sistem jarak tanam merupakan cara untuk mengatur jarak tanam agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka sistem jarak tanam yang baik akan mengatur suhu dan kelembaban udara untuk mengurangi peledakan populasi hama, menurut Nurindah (2006) populasi tanaman yang tinggi dan jarak tanam yang rapat akan mengakibatkan tanaman tumbuh yang sangat rimbun, sehingga terjadi iklim mikro pada pertanaman (suhu dan kelembaban udara yang tinggi) sangat rentan terhadap perkembangan populasi herbifore dan juga mempengaruhi perkembangan predator. Kombinasi pemupukan dan sistem jarak tanam akan membentuk agroekosistem yang berbeda, oleh karena itu kemungkinan besar akan mempengaruhi herbifora dan juga musuh alami. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan BPTP yang bertempat di Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Pada bulan September 2011 sampai bulan Juni 2012. Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain traktor, jaring , mikroskop, pinset, lup,, termometer pengukur suhu air, kamera digital dan alat tulis-menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, aquadest, kertas lebel, kantong plastik, botol – botol kecil, buku identifikasi dan kain kasa. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode survey pada pertanaman padi dengan 9 Agroekosistem berbeda yang terdiri dari Agroekosistem : I. II.
P1S1 P1S2
III.
P1S3
IV.
P2S1
V.
P2S2
VI.
P2S3
: Urea 250 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Tanam Tegel. : Urea 250 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1. : Urea 250 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1. : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Jarak Tanam Tegel. : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Jarak Tanam Jajar Legowo 4:1. : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha dan Sistem Jarak Tanam
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
VII. P3S1 VIII. P3S2 IX.
P3S2
Jajar Legowo 2:1. : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha + Pupuk Organik 2 ton/ha dan Jarak Tanam Tegel : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha + Pupuk Organik 2 ton/ha dan Jarak Tanam Jajar Legowo 4:1. : Urea 100 kg/ha + Phonska 300 kg/ha + Pupuk Organik 2 ton/ha dan Jarak Tanam Jajar Legowo 2:1.
Parameter Pengamatan Pengambilan Predator dilakukan dengan menggunakan sistem metode zigzag dengan 5 kali penyapuan ganda. Predator yang tertangkap dimasukkan kedalam botol aquades dan diberi label sesuai plot masing – masing sampel dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk dihitung populasi dan di identifikasi. Identifikasi predator yang terkoleksi dari lapangan dilakukan di Laboratorium BPTPH (Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura). Untuk mengindentifikasi predator mengacu pada buku kunci determinasi serangga Kanisius (1991), dan buku musuh alami organisme pengganggu tanaman padi (1990), musuh alami hama padi (2011). Data dan Analisis Data Keanekaragaman predator dihitung dengan rumus jumlah famili dibagi dengan akar jumlah total individu yang ada dilapangan Michael dalam Mediwarman (2010). Jumlah famili
Keanekaragaman (H’) =
√Jumlah total individu Nilai Keanekaragaman spesies (H’) H<1 14
Tingkat Keanekaragaman Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Kelimpahan dari masing – masing famili yang paling dominan dilapangan dihitung dengan rumus : ∑
Kelimpahan (K)
individu satu famili i
=
X 100 ∑ total
individu seluruh famili
Dianalisis secara deskriptif
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut:
Tetragnatha sp. Phylum
: Arthropoda
Klas
: Arachnida
Ordo
: Araneae
Famili
: Tetragnathidae Gambar 1. Tetragnatha sp.
Ciri-ciri spesies Tetragnatha memiliki tubuh panjang, tungkai – tungkainya panjang, dan mata terdapat dalam dua baris. Menyukai tempat yang basah, pada daun – daun diatas permukaan air.
Oxyopidae sp. Phylum : Arthropoda Klas
: Arachnida
Ordo
: Araneae
Famili : Oxyopidae
Gambar 2. Oxyopes sp. Predator spesies Oxyopes sp mudah dikenal dengan melihat mata dan kakinya yang seperti berduri – duri panjang, Abdomen meruncing ke belakang, susunan mata berpola bundar. Perilaku spesis ini melompat dan memanjat dengan cepat diantara batang dan daun – daun untuk mendapatkan mangsa dengan cara mengejar dan menyambarnya. Spesis Oxyopes sp menyukai tempat yang kering dan mulai membuat koloni di lahan padi yang telah berbentuk tajuk daun padinya.
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Paederus sp. Phylum
: Arthropoda
Klas
: Insekta
Ordo
: Coleoptera
Famili
: Staphylinidae Gambar 3. Paederus sp.
Spesis Paederus sp berbentuk memanjang berwarna coklat dan hitam, tubuhnya berbentuk meruncing, panjang sayap separuh tubuh dan tipe mulut menggigit dan mengunyah. Conocephalus sp. Phylum
: Arthropoda
Klas
: Insekta
Subklas : Pterygota Ordo
: Orthoptera
Famili
: Tettigoniidae Gambar 4. Conocephalus sp.
Ciri – ciri spesis Conocephalus sp ukuran tubuh besar, muka spesis Conocephalus sp berbentuk miring dan antenanya melebihi tubuhnya atau antena panjang dua kali lipat dari belalang biasa. spesies Conocephalus sp sangat aktif dan siap terbang apabila terganggu, spesies Conocephalus sp aktif pada malam hari, banyak terdapat di pertanaman padi yang sudah siap panen. Conocephalus sp tidak mempunyai sayap dan ovipositor menyerupai pedang panjang.
Agriocnemis sp Phylum : Arthropoda Klas
: Insekta
Ordo
: Odonata
Famili
: Coenagrionidae Gambar 5. Agriocemis sp.
Ciri-ciri spesies Agriocnemis sp tubuhnya ramping dan panjang, mempunyai sayap yang sempit, sedangkan pangkal sayap berbentuk seperti batang, kemampuan spesies Agriocnemis sp terbang lemah tidak seperti capung yang lainnya.
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Capung Besar Phylum
: Arthropoda
Klas
: Insekta
Ordo
: Odonata
Famili
: Libellulidae Gambar 6. Capung Besar
Ciri – ciri kedua mata faset sangat berdekatan dilihat dari arah atas, pangkal sayap belakang lebih besar daripada pangkal sayap depan, pada betina ovipositor berkembang dengan baik, vena melitang pada sayap belakang, predator ini beda dengan family Libellulidae dan Gomphidae.
Menochilus sp. Phylum
: Arthropoda
Klas
: Insekta
Sub klas : Pterygota Ordo
: Coleoptera
Famili
: Coccinelidae Gambar 7. Menochilus sp.
Ciri-ciri spesis Menochilus sp tubuh lebar mendekati bulat, kepala sebagian atau seluruhnya tersembunyi dibawah pronotum, antena pendek, warna spesies Menochilus sp oranye dengan berbintik – bintik hitam dan Menochilus sp aktif sepanjang hari pada habitat padi kering maupun padi basah. Sedangkan Menochilus sp alat mulut tipe penggigit dan mengunyah. Populasi Predator Rata-Rata Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda Dari hasil pengamatan jumlah individu predator yang terkoleksi pada tanaman padi dengan agroekosistem yang berbeda menunjukan jumlah yang berbeda, dapat di lihat pada Gambar 8.
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
12
Menochilus
)r 10 o k8 E ( is 6 la u4 p o2 P
Paederus Tetragnatha Oxyopes Conocephalus
0 I
II
III
IV
V
VI
VII VIII
Agroekosistem
IX
Agriocnemis Capung Bermata Besar
Gambar 8. Rata – Rata Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda
Dari Gambar 8 menunjukkan bahwa rata-rata individu tertinggi pada semua Agroekosistem adalah spesis Menochilus sp, yakni 10 ekor/petak. Rata – rata ini terdapat pada agroekosistem VIII (Urea 100 kg/ha + Phonska 300 Kg/ha + pupuk organik 2 ton/ha dan menggunakan jarak tanam jajar legowo 4:1), tingginya Menochilus sp pada agroekosistem VIII di sebabkan kondisi tanaman padi subur, karena dalam pemupukan ditambah dengan pupuk organik 2 ton/ha sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman. Disamping itu sistem tanam jajar legowo 4:1 berselang seling empat baris dan mempunyai lorong-lorong yang kosong sehingga tanaman tersebut sangat rapat, sehingga meningkatkan populasi hama, peningkatan populasi hama mengakibatkan spesis Menochilus sp ini hadir. Dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 tanamannya hanya sedikit berselang seling dua baris tanaman dan mempunyai lorong-lorong kosong, sedangkan sistem tanam tegel atau cara petani tidak mempunyai lorong-lorong. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata individu tertinggi sepanjang pengamatan hadir selalu di semua agroekosistem adalah spesies Menochilus sp. Hal ini diduga sepanjang pertumbuhan tanaman padi dari fase vegetatif sampai fase generatif banyak ditemukan mangsa dari Menochilus sp, sehingga populasi dari Menochilus sp meningkat dalam jumlah yang banyak untuk memangsa. Spesies Menochilus sp ini sangat aktif mencari makanannya, sehingga seluruh agroekosistem spesies ini ada. Dixon (2000) dalam Deri Salanti (2008), mengatakan bahwa kumbang kubah termasuk salah satu predator yang aktif mencari mangsa dan dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Rata – rata populasi predator per minggu pada tanaman padi dengan menggunakan agroekosistem yang berbeda dapat dilihat Gambar 9.
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
30
Menochilus
)r 25 o k20 E ( is 15 lau 10 p o P5
Paederus Tetragnatha Oxyopes Conocephalus Agriocnemis
0 2
3
4
5
6
7
Minggu Ke-
8
9
10
capung bermata besar
Gambar 9. Rata – Rata Populasi Predator Per Minggu Pada Agroekosistem Berbeda. Gambar diatas menunjukkan bahwa kehadiran predator berbeda pada setiap fase. Kehadiran predator tertinggi pada fase vegetatif adalah spesis Menochilus sp. Predator ini muncul paling banyak pada minggu ke-6. Tingginya Menochilus sp pada minggu ke 6 di duga keberadaan mangsa sehingga memikat pedator untuk datang ke tanaman padi, sedangkan pada fase generatif predator yang tertinggi adalah spesies Conocephalus sp. Pengamatan minggu ke 2 sampai minggu ke 4 hanya ada Menochilus sp, dan di duga pada minggu tersebut fase pertumbuhan serangga hama ada dan bertelur di tanaman tersebut, sedangkan spesies Menochilus sp diketahui sangat menyukai berupa telur, nimfa, larva. Menurut Gerling et al. (2001) dalam hendrival (2011) bahwa spesies predator coccinelidae merupakan predator oligofag yang banyak pada tanaman kapas dan Dialeurodes citri pada tanaman jeruk. Minggu ke 5 sampai minggu ke 8 semua predator ada, di duga pada ekosistem fase pertumbuhan padi sangat subur dan mempunyai jumlah anakan yang banyak menjadikan tanaman rimbun sehingga banyak jenis-jenis mangsa yang melimpah sehingga mengundang semua predator untuk memangsa hama tersebut. Sedangkan pada minggu ke 9 sampai minggu ke 10 tersisa hanya predator Menochilus sp, Conocephalus sp, Agriocnemis. Di duga pada pertumbuhan padi malai sudah muncul sedikit, serangga hama walang sangit sangat menyukai keadaan tersebut. sehingga spesies Conocephalus sp sangat banyak pada keadaan tersebut melihat mangsa ada, spesies Conocephalus sp mangsa utamanya adalah telur dari kepinding padi/walang sangit dan telur penggerek batang serta nimfa wereng batang dan wereng daun (Shepard, et al., (2011). Faktor lain penangkapan predator pada agroekosistem berbeda hanya menggunakan jaring serangga dan tidak menangkap secara langsung menggunakan tangan sehingga pada pengamatan minggu ke 9 sampai ke 10 predator yang tersisa hanya tiga spesies.
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Persentase Populasi Predator pada Agroekosistem yang Berbeda Berdasarkan hasil perhitungan persentase populasi predator pada agroekosistem berbeda menunjukkan persentase populasi yang berbeda pula lihat Gambar 10. 70 60
Menochilus
50
is lau 40 po 30 P
Paederus Tetragnatha
20
Oxyopes
10
Conocephalus Agriocnemis
0 I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Capung Besar
IX
Agroekosistem Gambar 10. Persentase Populasi Predator pada Agroekosistem Berbeda Gambar diatas dapat dilihat pada semua agroekosistem persentase tertinggi adalah Paederus sp pada minggu ke 6 dalam fase vegetatif sebesar 66,6%, di duga tingginya presentase predator Paederus sp disebabkan Paederus sp merupakan predator yang utama kehadirannya dalam satu kali muncul. Paederus sp sangat tinggi serangannya walaupun populasi rendah dan Paederus sp ini bisa menyerang kapan saja selama masih ada mangsanya. Kelimpahan Pada Gambar 11 dapat dilihat jumlah masing – masing dari predator yang terkoleksi pada agroekosistem berbeda selama 9 kali pengamatan pada tanaman padi. 70 60 is 50 al 40 u p 30 o P 20 10 0
PISI PIS2 P1S3 P2SI P2S2 A
B
C
D
Famili
E
F
G
P2S3 P3S1
Gambar 11. Persentase Kelimpahan Predator pada Agroekosistem Berbeda. Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Keterangan: A. B. C. D.
: Coccinelidae : Staphylinidae : Tetragnathidae : Oxyopidae
E. F G
: Tettigoniidae : Aeshnidae : Coenagrionidae
Hasil identifikasi dan hasil perhitungan kelimpahan predator yang terdapat pada tanaman padi dengan agroekosistem yang berbeda secara keseluruhan kelimpahan tertinggi pada semua agrekosistem adalah Famili Coccinelidae dimana spesis ini memiliki populasi kehadiran yang sangat tinggi 65.9 %. Hal ini di duga bahwa famili Coccinelidae paling survife dalam kondisi agroekosistem apa saja yaitu bagaimanapun keadaan agroekosistem famili Coccinelidae selalu hadir, Menurut Kasumbogo dan Wirjosuharso (1991) dalam Rahman (2011), tingginya musuh alami predator Coccinelidae dipengaruhi oleh iklim yang mendukung serta ketersediaan inang, seperti wereng hijau, wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, aphis, hama putih palsu, penggerek batang padi. Sedangkan kelimpahan yang paling rendah hampir di semua agroekosistem yaitu famili Staphylinidae karena spesies dari famili ini memiliki jenis mangsa tertentu, menurut Kartoharjono (1992) dalam Kartoharjono (2011), predator Paederus lebih menyukai inang dengan urutan wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag dan wereng hijau. Keanekaragaman Hasil pengamatan terhadap keanekaragam predator seluruh famili pada agroekosistem berbeda disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Keanekaragaman Predator Seluruh Family pada Agroekosistem Berbeda Agroekosistem Nilai Keanekaragaman (H) 0,7 I 1,3 II 0,9 III 0,9 IV 1 V 1,1 VI 0,6 VII 0,8 VIII 0,9 IX Dari hasil analisis data diperoleh nilai keanekaragaman (H’) familia secara umum termasuk dalam kategori sangat rendah – rendah yaitu hanya berkisar dari 0,6 – 1,3 atau kisaran 1
sehingga predator yang lebih unggul akan lebih potensial dari pada yang lain seperti spesies Paederus, Tetragnatha, Oxyopes, dan Capung bermata besar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian dapat di ambil beberapa kesimpulan yakni : 1. Terdapat 7 family predator yang terdapat pada tanaman padi dengan agroekosistem berbeda yakni Coccinelidae, Staphylinidae, Tetragnathidae, Oxyopidae, Tettigoniidae, Coenagrionidae, Libellulidae. 2. Populasi tertinggi adalah spesies Menochilus sp dengan jumlah rata – rata 10 ekor /petak (4x8 m2) pada agroekosistem VIII (Urea 100 kg/ha + Phonska 300 Kg/ha + pupuk organik 2 ton/ha dan menggunakan jarak tanam jajar legowo 4:1). Sedangkan populasi tertinggi predator pada fase vegetative adalah Menochilus sp dan fase generatif adalah Conocephalus sp 3. Secara keseluruhan kelimpahan tertinggi adalah family Coccinelidae sebesar 65,9 %. 4. Nilai keragaman (H’) predator pada tanaman padi dengan agroekosistem berbeda termasuk dalam kategori sangat rendah – rendah yaitu kisaran 0,6 – 1,3 atau kisaran 1
DAFTAR PUSTAKA Hendrival, Purnama Hidayat, Ali Nurmansyah. 2011. Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) pada Pertanaman Cabai Merah di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, Hal. 96-109 Kanisius, 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta. Kartohardjono A. 2011. Penggunaan Musuh Alami Sebagai Komponen Pengendalian Hama Padi Berbasis Ekologi. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 4 (1) Hal 29-46 Lihawa M. 2006. Arthopoda Predator pada Ekosistem Padi yang Diberi Pestisida Kimia. Jurnal Ilmiah Agro Sains Tropis. Vol 1 (3). Hal 124-129.
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Meidiwarman. 2010. Studi Arthopoda Predator pada Ekosistem Tanaman Tembakau Virginia Di Lombok Tengah. Jurnal Crop Agro. Vol 3 (2). Hal 92-96. Nurindah. 2006. Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian Hama. Jurnal Perspektif Vol 5 No. 2 hal 78-85. Rahman R. 2011. Infebtarisasi Predator Hama Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Kota Barat dan Dungingi Kota Gorontalo. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Manado. Salanti D. 2008. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada Pertanaman Kacang. Tugas Akhir (Dipublikasikan). Bogor. Shepard B.M, Barrion A.T., Litsinger J.A.. 2011. Musuh Alami Hama Padi. Bogor Wayan W, Hindayana D, Santoso S. 2007. Pelepasan dan Pemangsaan Kembang Jelajah Paederus fuscipes (Coleoptera: Staphylinidae) Terhadap Telur dan Larva Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Pertanaman Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia hal 147-153. Vol 12 No. 3.
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo