SIRAH NABAWIYAH 1
MUQADDIMAH Rahasia Dipilihnya Jazirah Arab sebagai Tempat Kelahiran dan Pertumbuhan Islam
2
Situasi Peradaban Umat Pada Saat Itu Persia Persia adalah ladang subur khurafat keagamaan dan filsafat yang saling bertentangan, diantaranya Zarathrusta/Zoroaster (dianut oleh kaum penguasa; mengutamakan incest) dan Mazdakiyah (dianut oleh pengumbar hawa nafsu karena menghalalkan wanita dan menjadikan manusia sebagai serikat) Romawi Romawi adalah bangsa yang kental spirit kolonialismenya, larut dalam faham materialisme. Kekuatan militer adalah andalan utama dalam mewujudkan ambisi serakah memiliki banyak koloni. Pertentangan agama Nasrani dan agama nenek moyang mereka, mewarnai situasi internal dalam negeri. Akibat melimpahnya materi yang didapat dari pemerasan ekonomi & pajak wilayah-wilayah koloni, kehidupan nista dan kebejatan moral melanda seluruh negeri. Yunani Yunani adalah bangsa yang tenggelam dalam lautan khurafat dan mitos-motos verbal yang tak memberikan manfaat. India India adalah bangsa yang berada pada puncak kebejatan dari segi agama, akhlaq maupun sosial yang bermula sejak awal abad ke-6 M.
3
Peta Jazirah Arab di antara Wilayah dan Peradaban Dunia
4
5
Sosio-kultur Bangsa Arab
Bangsa Arab memiliki karakteristik yang khas dibandingkan bangsabangsa lainnya, laksana bahan baku yang belum pernah diolah atapun bercampur dengan bahan lain, masih menampakkan sisi kemanusiawian yang fitri, misalnya setia kawan, penolong, dermawan, rasa harga diri dan kesucian. Mereka membunuh anak dengan alasan memelihara kemulian dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan demi kedermawanan dan saling berperang antar kabilah karena harga diri dan kepahlawanan. Kondisi inilah yang kemudian diungkapkan Allah dengan istilah dhalaal untuk mensifati kondisi mereka (QS. Al Baqarah : 198). Suatu sifat yang jika dibandingkan kondisi ummat manusia dibelahan bumi lain lebih banyak menunjukkan nuansa I’tidzar (excuse) ketimbang kecaman, celaan dan hinaan kepada mereka.
6
Sosio-kultur Bangsa Arab Jazirah Arab terletak di antara peradaban umat-umat yang sedang dilanda pergolakan : Peradaban materialistis yang menyajikan bentuk kemanusiaan yang tidak utuh, seperti Yunani, Romawi dan Mesir. Peradaban spritual penuh hayal, seperti Persia, India, Cina dan sekitarnya.[1] Uniknya, secara sosio-kultur dan antropologis, bangsa Arab memiliki imunitas dari peradaban-peradaban tersebut. Sebab secara geografis – menurut perspektif bangsa-bangsa non Arab tersebut - tanah gersang jazirah Arab bukanlah wilayah yang dianggap potensial untuk dilirik sebagai persinggahan terlebih lagi sebagai obyek koloni. Sehingga jazirah Arab adalah wilayah yang miskin interaksi dan penetrasi kultur asing. Inilah kesempurnaan hikmah ilahiyah yang menyebabkan diturunkannya seorang Rasul pamungkas yang ummi (tak bisa membaca & menulis) pada lingkungan dan bangsa yang ummi pula. Allah SWT menghendaki agar mu’jizat kenabian dan embrio Syari’at Islam menjadi jelas dan utuh, tanpa pembauran dan tularan berbagai ideologi dan filsafat manusia (QS. Al Jumu’ah : 2).[2] [1] Al Ummah Al Arabiyah fii Ma’ Ma’rakati Tahqiq Adz_Dzaat, Adz_Dzaat, hal. hal. 147 [2] Fiqhus_Siirah : Dirasaat Minhajiyah ‘Ilmiyah, Ilmiyah, DR. Said Ramadhan Al Buthi, Buthi, hal.8hal.8-12 7
Silsilah Muhammad Saw
Bagian pertama : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (Syaibah) bin Hasyim (Amru) bin Abdu Manaf (Mughirah) bin Qushay (Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin An Nadhr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amr) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.[1] Bagian kedua : Adnan bin Ud bin Hamaisa’ bin Salaman bin Aush bin Bauz bin Qimwal bin Ubay bin Awwam bin Nasyid bin Haza bin Baldas bin Yadhaf bin Tabikh bin Jahim bin Nahisy bin Makhiy bin Aidh bin Abqar bin Ubaid bin Ad Da’a bin Hamdan bin Sinbar bin Yatsribiy bin Yahzan bin Yalhan bin Ar’awiy bin Aidh bin Daisyan bin Aishar bin Afnad bin Aiham bin Muqshir bin Nahits bin Zarih bin Sumay bin Muzay bin Iwadhih bin Aram bin Qaidar bin Ismail as. bin Ibrahim as.[2] Bagian ketiga : Ibrahim as. bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’/Sarugh bin Ra’u bin Falakh bin Aibar bin Syalakh bin Arfakhsyaad bin Sam bin Nuh as. bin Lamk bin Matausyalakh bin Akhnukh/Idris as. bin Yard bin Qainan bin Yanisya bin Syaits bin Adam as.
[1] Sirah Nabawiyah, Nabawiyah, Ibnu Hisyam, Hisyam, Juz 1 hal. hal. 11-2. Rahmah Lil_’ Lil_’Aalamiin, Aalamiin, Juz 2 hal.11hal.11-14, 52. [2] Rahmah Lil_’ Lil_’Aalamiin, Aalamiin, Muhammad Sulaiman Al Manshurfury, Manshurfury, Juz 2 hal.14hal.14-17. Ada perbedaan pendapat yang runcing mengenai masalah ini dalam berbagai referensi sejarah. sejarah. Bagian ini adalah diambil berdasarkan riwayat yang terkuat, terkuat, dari jalur Al Kalbiy dan Ibnu Sa’ Sa’d 8
FASE PRA NUBUWWAH (0 – 40 th)
9
Kelahiran
Di tengah kabilah Bani Hasyim di Makkah pada Senin, 9 Rabi’ul Awwal/20 atau 22 April 571 M; permulaan tahun peristiwa gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan di Persia. Bukti pendukung kerasulan bertepatan saat kelahirannya : adanya cahaya yang keluar dari kemaluan ibunya, runtuhnya 10 balkon istana Kisra, runtuhnya beberapa gereja di Buhairah dan padamnya api yang biasa disembah orang-orang Majusi. Diberi nama “Muhammad” oleh kakeknya Abdul Muthalib, sebuah nama yang belum pernah dikenal di kalangan Arab; dikhitan pada hari ketujuh. Wanita yang mengasuh beliau pertama kali adalah Ummu Aiman, wanita Habsyi, budak Abdullah yang diwariskan kepada Aminah. Wanita yang pertama kali menyusuinya adalah Tsuwaibah, budak dari Abu Lahab. Kemudian beliau disusui oleh Halimah dari Bani Sa’d 10
0 – 4 tahun
Orang tua penyusuan Nabi saw adalah Halimah binti Dzu’aib dan suaminya Al Harits bin ‘Abdul Uzza (Abu Kabsyah). Keberkahan berlimpah bagi keluarga Halimah sejak Nabi saw dibawah asuhannya. Pada usia 4 thn., terjadi peristiwa pembelahan dada Nabi saw oleh Jibril, untuk mengambil lalu mencuci bagian syaithan yang ada pada tubuhnya. Khawatir hal ini berulang, Halimah mengembalikan Muhammad saw kepemeliharaan Aminah, ibu kandung Nabi saw.[1] Pendidikan yang didapat Muhammad saw pada episode ini : keahlian menggembala, pendidikan bahasa dan citarasa berbahasa arab dari sumber yang paling baku dan orisinil, kultur desa yang bersih dari polusi sosial perkotaan, serta imunisasi dan purifikasi fisik-mental dari peluang godaan syaithan.
[1] Sirah Nabawiyah, Nabawiyah, Ibnu Hisyam, Hisyam, Juz 1 hal. hal. 159159-164.
11
4 – 8 tahun
Muhammad saw diasuh ibunya hingga 6 thn. Aminah dan anaknya yang yatim bersama Ummu Aiman, pembantunya, berziarah ke makam suaminya di Yatsrib. Dalam upaya pulang dari ziarah, Aminah wafat di Abwa’ (antara MakkahMadinah).[1] Muhammad saw kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, seorang tua yang disegani seluruh pemimpin kabilah di Makkah karena ia seorang penjaga Baitullah sekaligus pemimpin Daarun Nadwah (parlemen Makkah). Sebelum wafat, ia telah mengamanahkan pengasuhan Muhammad saw kepada adik kandung ayahnya, yaitu Abi Thalib.[2] Pendidikan yang didapat Muhammad saw pada episode ini : pengenalan silsilah nasab keturunan, keahlian berdiplomasi dan memimpin sidang parlemen, pendidikan politik dari Daarun Nadwah.
[1] Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, Juz 1 hal. 168 dan Talqihu Fuhumi Ahlil_Atsar, hal. 8. [2] Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, Juz 1 hal. 169 dan Talqihu Fuhumi Ahlil_Atsar, hal. 7.
12
8 – 15 tahun
Ketika Muhammad saw berusia 12 thn disaat bepergian dagang bersama pamannya, Abu Thalib, ditemui oleh pendeta Bahira (nama aslinya : Georges) untuk menjelaskan bukti kenabian keponakannya, Muhammad saw dan menyuruh agar kembali ke Makkah demi menghindari makar kaum Yahudi.[1] Pendidikan yang didapat Muhammad saw pada episode ini : pengenalan bahasa-bahasa manca negara, keahlian berdagang, interaksi dan pendidikan sosio-kulturantropologi bangsa-bangsa non Arab.
[1] Mukhtashar Shiratir_Rasul, Syaikh Abdullah An Najdiy, hal. 15-16
13
15 – 25 tahun
Ketika Muhammad saw berusia 15 thn, meletus peperangan antar kabilah, Perang Fijar (berlangsung 4 thn yang terbagi menjadi beberapa gelombang pertempuran), antara Quraisy-Kinanah dengan Qais-Ailan. Rasulullah terlibat di dalamnya, hingga terjadi perdamaian Hilful_Fudhul, sebuah model perdamaian yang mengenyahkan fanatisme kesukuan dan keberanian gaya jahiliyah.[1] Pasca perdamaian Hilful_Fudhul, Muhammad saw menggembala kambing Bani Sa’d dan Makkah dengan mengambil upah. Pada usia 25 thn., ia berdagang bersama Maisarah ke Negeri Syam menjalankan usaha dagang Khadijah binti Khuwailid.[2] Pendidikan yang didapat Muhammad saw pada episode ini : penumbuhan karakter heroik dan jiwa keprajuritan, pendidikan kemiliteran, keahlian berperang dan diplomasi dalam konflik perang.
[1] Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, Juz 1 hal. 184-187. [2] Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, Juz 1 hal. 187-188.
14
25 – 35 tahun
Khadijah mengutus rekannya, Nafisah binti Munyah, untuk meminang Muhammad saw. Ternyata beliau menerima hal itu. Perkawinan ini terjadi 2 bln setelah kepulangan beliau dari berdagang di Syam, dengan maskawin 20 ekor unta muda. Kala itu Khadijah berusia 40 thn dan ia adalah isteri pertama Rasulullah saw. Buah perkawinan ini adalah 6 anak : Al Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah dan Abdullah. Semua putera beliau wafat di kala kecil. Semua puteri beliau wafat setelah sempat bertemu Islam dan sempat hijrah ke Madinah; hanya Fathimah yang wafat setelah Rasulullah saw wafat, selisih 6 bln. Khadijah wafat pada usia 65 thn., yaitu 3 thn sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Rasulullah saw tidak berpoligami selama Khadijah hidup. 15
35 – 37 tahun
Terjadi peristiwa besar di Makkah : banjir besar yang menyebabkan kerusakan, termasuk bangunan Ka’bah (sebab saat itu Ka’bah hanya tersusun atas bebatuan). Kaum Quraisy bersepakat merenovasi bangunan Ka’bah dan menerima shadaqah untuk bahan bangunan hanya dari harta yang halal. Arsiteknya adalah Baqum, berkebangsaan Romawi. Ketika renovasi sampai pada bagian hajarul aswad, kabilah-kabilah Quraisy berselisih tajam tentang siap yang paling berhak meletakkannya, sehingga mereka bersepakat mengundi. Allah SWT berkehendak Muhammad saw-lah yang menjadi peletak batu hajarul aswad. Beliau memberikan solusi terbaik bagi perelisihan yang timbul. Pendidikan yang didapat Muhammad saw pada episode ini : pembuktian watak Al Amin dan Al Fathanah yang semakin menancapkan eksistensi politis dan kemuliaan pribadinya di kalangan kaum Quraisy.
16
37 – 40 tahun
Muhammad saw telah menunjukkan berbagai keunggulan individual dan menghimpun banyak pengakuan positif dari berbagai lapisan masyarakat di Makkah. Dengan kecerdasan yang jitu dan fithrah yang bersih, sampailah ia kepada kematangan religi : melakukan serangkaian perenungan untuk mengamati dan menemukan kebenaran hakiki, demi perbaikan kehidupan ummat manusia. Beliau merasa masygul dengan keadaan kaumnya. Maka pada 3 thn menjelang kenabian, Beliau saw senantia ber-tahanuts pada satu bulan tertentu di Gua Hira di Jabal Nuur yang berjarak 2 mil dari Makkah.[1]
[1] Fii Zhilaalil_Qur-aan, DR. Sayyid Quthb, Juz 29, hal. 166.
17
Nubuwwah (Kenabian)
Ramadhan di tahun ke-3 pengasingannya di Gua Hira, Allah SWT melimpahkan penyempurna karuniaNya di muka Bumi dengan nubuwwah. Diturunkannya Jibril kepada beliau membawakan ayat Al Qur-aan (QS. Al ‘Alaq : 1-5) pada 21 Ramadhan atau 10 Agustus 610 M. Setelah berselang beberapa hari, lalu turunlah ayat Al Qur-aan untuk kali kedua, yaitu QS. Al Mudatstsir : 1-5.[1]
[1] Shahih Bukhari – Kitaabut_Tafsir, bab Warrujza fahjur, Juz 2 hal. 733.
18