JURNAL TEKNIK KOMPUTER AMIK BSI
VOL. I NO. 2 AGUSTUS 2015
MULTYCRITERIA DECISION MAKING FOR NOTEBOOK SELECTIONS DENGAN PENDEKATAN ALGEBRA MATRIX Akmaludin ABSTRACT-Advances in computer technology is now proven to have changed the life style of working, so that workers do not sit in place but it can do the work anywhere and anytime, because computer technology support to be able to work in mobile. As a worker with high mobility, of course, need a tool such as atablet or a notebook, to be able to help handle any job. The main concern of the workers is to choose a notebook that suits their needs and tailored to the devices required in accordance with the Notebook function, because it affects the cost to be incurred in the purchase of products according to their needs. To help overcome this problem, then there is one solution that can serve as solutions that make up the academic hierarchy model is used to solve the problem of qualitative and quantitative Analytic Hierarchical Process (AHP) with Multi-Criteria Decision Making approach through Matrix Algebra, while supporting applications to prove results of mathematical analysis is the application of Expert Choice. With both this measure, we can compare the results of calculations obtained by application of Expert Choice mathematically, especially to prove the value of the resulting eigenvector both mathematically and with the Expert Choice application gives the same value. Testing the consistency of the Consistency Ratio (CR) gives an acceptable value according to the rules Saaty should be less than 0.1. For the final selection of the value notebook synthesize generate sequential priority values as follows 0.299 for Acer Espire 3820T, 0.273 for Lenovo Centre Think Edge, 0.224 for Asus K42JC, and 0.207 for HP Probook 4430S. Keywords: Notebook Selection, Matrix Algebra,Multi-Criteria Decision Making, Expert Choice. Intisari— Kemajuan teknologi komputer saat ini terbukti telah mengubah gaya hidup dalam bekerja, sehingga pekerja tidak duduk di tempat tetapi dapat melakukan pekerjaan di mana saja dan kapan saja, karena teknologi komputer yang mendukung untuk bisa bekerja secara mobile. Sebagai seorang pekerja dengan mobilitas tinggi, tentunya membutuhkan seperangkanalat seperti tablet atau notebook, untuk dapat membantu menangani pekerjaan apa pun. Perhatian utama para pekerja adalah memilih notebook yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan disesuaikan dengan perangkat yang dibutuhkan sesuai dengan fungsi Notebook, karena mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan dalam membeli produk sesuai dengan kebutuhannya. Untuk membantu mengatasi masalah ini, maka ada satu solusi yang dapat berfungsi sebagai solusi akademis yang menyusun model hirarki yang digunakan untuk memecahkan masalah kualitatif dan kuantitatif dari Analytic Hierarchical Proses(AHP) dengan pendekatan Multi Criteria Decision Making melalui Aljabar Matrix, sedangkan aplikasi pendukung untuk membuktikan hasil analisis secara matematis adalah aplikasi Expert Choice.
Program Studi Sistem Informasi STMIK Nusa Mandiri Jakarta, Jln. Damai No. 8 Warung Jati Barat(Margasatwa) Jakarta Selatan Telp. (021) 78839513 Fax. (021) 78839421 ;e-mail:
[email protected]
171
Dengan kedua alat ukur ini, kita dapat membandingkan hasil perhitungan yang diperoleh secara matematis dengan aplikasiExpert Choice, terutama membuktikan nilai Eigenvectoryang dihasilkan baik secara matematis maupundengan Aplikasi Expert Choice memberikan nilai yang sama. Pengujian konsistensi terhadap Consistency Ratio (CR) memberikan nilai yang dapat diterima sesuai aturan Saaty harus kurang dari 0,1. Untuk hasil akhir notebook selection terhadap nilai synthesize menghasilkan nilai prioritas secara berurut sebagai berikut 0.299 untuk Acer Espire 3820T, 0,273 untuk Lenovo Think Certre Edge, 0,224 untuk Asus K42JC, dan 0,207 untuk HP Probook 4430S. Kata kunci: Multi Criteria Decision Making, Notebook Selection, Aljabar Matrix, Expert Choice.
I. PENDAHULUAN Diera perkembangan teknologi informasi saat ini, setiap pekerjaan banyak didukung oleh bantuan alat yang berfungsi untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan itu sendiri. Tentunya orang berpikir bagaimana cara yang terbaik untuk menagani masalah didunia kerja, khsusnya yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat klerikal dengan bantuan alat berupa notebook, tentunya penggunaan notebook bukanlah hal yang baru. Banyak orang menggunakan notebook untuk kebutuhan sehari-harinya dilingkungan perkantoran, pendidikan, bahkan hanya untuk mainan berupa games. Dengan banyak keanekaragaman terhadap penggunaan notebook mengakibatkan kesulitan untuk memilih sebuah notebook yang pantas digunakan untuk keperluan pribadi, hal ini dapat terjadi karena begitu bervariasi dari aspek fungsionalitas, kebutuhan akan spesifikasi notebook, dan kesediaan ekonomi untuk membelinya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menangani masalah tersebut adalah mencari solusi terbaik dengan menggunakan konsep hirarki yang dikemukakan oleh Thomas L. Saaty melalui Analytic Hierarchical Proces (AHP) dengan pendekatan Multi Criteria Decision Making.AHP merupakan salah satu metode yang terbaik untuk pengambilan keputusan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.Aplikasi pendukung yang dapat digunakan nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan criteria dan alternative mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.Masing-masing goal, criteria, dan alternative disusun secara hirarki sesuai pengelompokan criteria dari sudut pandang tertentu.Menurut Thomas L. Saaty [10] metoda AHP ini memang sangat membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria atas pihak yang berkepentingan, hasil dan susunan hirarki dengan
ISSN. 2442-2436 // MULTYCRITERIA DECISION MAKING ...
VOL. I NO. 2 AGUSTUS 2015 menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif. Nilai eigen vector sebagai pembanding terhadap perhitungan manual yaitu aplikasi Expert Choice. Dalam penulisan ini akan digambarkan hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan aljabar matematis dengan hasil perhitungan yang dilakukan dengan aplikasi Expert Choice. Untuk tahap yang sederhana bagaimana perolehan yang didapat terhadap nilai eigenvector baik secara perhitungan manual secara matematis dengan perhitungan yang dilakukan secara aplikasi melalui Expert Choice dapat menghasilkan nilai yang sama. Hal ini membuktikan bahwa pemikiran rasional dapat dituangkan dalam pengambilan keputusan untuk menangani permasalahan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Maksud dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan sumbangsih terhadap keilmuan dalam penyeleksian notebook menggunakan metode AHP dengan pendekatan algebra matrix. 2. Memberikan solusi atas pemilihan fenomena secara umum menggunakan metode multycriteria decision making sebagai kristalisasi dari metode AHP. 3. Memberikan suatu teknik terhadap proses pengambilan keputusan di level user (manager) dalam memutuskan keputusan secara empiris. II. KAJIAN LITERATUR Untuk mempermudah penyelesaian masalah perlu dibuatkan pengelompokan variable berupa goal, criteria, dan alaternative untuk membantu menghitung perbandingan local terhadap eigen value. Menurut Thomas L. Saaty ([11] metode Analytic Hierarchical Process merupakan sebuah kerangka untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks dengan penyerderhanaan dan mempercepat pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabelnya dalam satu susunanhirarki. Menurut Ampuh[1] Penyusunan framework sangat menunjang dan sangat banyak menampilkan aspek kriteria, sehingga harus menggunakan teknik multi criteria dalam membuat framework mulai dari penentuan tujuan, membandingkan kriteria yang digunakan hingga pengampilan keputusan, oleh karena itu pendekatan Multi Criteria Decition Making harus mampu menjawab beberapa hal berikut bagaimana menyusun framework yang baik, menjawab tujuan (goal) yang akan dicapai, dan mengevaluasi hirarki yang digambarkan dengan pendekatan Multi Criteria Decition Making. Dengan tujuan agar pengambilan keputusan bersifat derifatif. Terdapat banyak keuntungan dalam menggunakan metode AHP ini, diantaranya dapat dilihat pada (Tabel 1) yang menggambarkan manfaat penggunanaan metode Analytic Hierarchical Process.
JURNAL TEKNIK KOMPUTER AMIK BSI
Tabel 1. Keuntungan menggunakan AHP
Sumber: Saaty dalam [7].
Ada tiga perinsip dasar dalam memecahkan persoalan dengan menggunakan AHP [10] antara lain: A. Decomposition Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan criteria atau alternative yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dari hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta criteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Dalam memilihcriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Lengkap, kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam pengambilan keputusan untuk pencapaian tujuan. 2) Operasional, dalam arti bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternative yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi. 3) Tidak berlebihan, menghindarai adanya criteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. 4) Minimum, diusahakan agar jumlah criteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyedarhanakan persoalan dalam analisis, setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya, jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap
172 ISSN. 2442-2436 // MULTYCRITERIA DECISION MAKING ...
JURNAL TEKNIK KOMPUTER AMIK BSI
VOL. I NO. 2 AGUSTUS 2015
unsur-unsurnya, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi, maka proses ini dinamakan hirarki (hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki yang akan dibuat. Tergantung dari pengambil keputusan yang menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan tersebut diperinci lebih lanjut.
Tabel 2. Skala Fundamental
B. Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan memberikan pengaruh terhadap prioritas criteria. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan pairwise matrix comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap criteria yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapannya seperti elemen mana yang lebih penting, berapa kali sering atau berpengaruh. Untuk mengetahui agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika dibandingkan dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam menentukan hal tersebut diatas ditentukan skala fundamental dalam bentuk (Table 2) yang menjadi ketetapan dalam AHP.[10]. C. Consistency Logic
Sumber: Saaty dalam [6]. Sedangkan untuk menghitung Consistensi Ratio (CR), membutuhkan Random Index (RI) yang penggunaanya melihat berapa jumlah ordo yang digunaka, dengan ketetapan nilai pada (Tabel 3) sebagai ketentuan Random Index (RI). Tabel 3. Random Index (RI)
Sumber: Saaty dalam [5]. III. METODE PENELITIAN
Permasalahan dalam pengukuran pendapat manusia. Konsistensi tidak dapat dipaksakan. Jika a>b dan b>c , maka tidak dapat dipungkiri bahwa a>c Walaupun hal ini konsisten, pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas satu sama lain. Dua hal ini dapat mengarah pada ketidak konsistensi jawaban yang diberikan responden. Namun, selalu banyak ketidak konsistensian juga yang tidak diinginkan. [11]telah membuktikan bahwa Consistency Index (CI) dari matrik berordo n dan Consistency Ratio (CR) dapat diperoleh denganformulasi (ishizaka, 2013:34) sebagai berikut: ……………...(1) (n: menggambarkan banyaknya ordo pada pairwise matrix) …………..….(2)
(Dengan aturan nilai CR harus kurang atau sama dengan 0.1 artinya keputusan optimal dan dapat diterima, sedangkan untuk nilai RI dilihat berdasarkan ordo pada Tabel Random Index (RI) ketetapan Saaty).
Metode pengumpulan data yang dilakukan meliputi penyebaran kuisioner, field reseach, dan studi pustaka.Menurut Malhotra [4] skala pembanding dapat digunakan untuk membandingkan secara langsung objekobjek yang diteliti, skala ini relatif dipertimbangkan sebagai skala ordinal, sehingga ciri-ciri skala ordinal melekat dalam skala perbandingan. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan Rank Order Scaling.Skala ini akan memperlihatkan pemilihanterhadap responden atas beberapa objek (lebih dari atau sama dengan dua), lalu meminta responden untuk merangking objek-objek tersebut menurut kriteria tertentu, dalam hal ini menentukan rangking dari sejumlah kriteria dan sub kriteria yang mendukung pemilihanNotebook dengan multi kriteria yang meliputi kriteria utama diantaranya fungsionalitas, deskripsi prioritas, dukungan koneksi dan kategori notebook, sedangkan sub kriteria dari kriteria fungsionalitas terdiri dari tujuh sub kriteri, kriteria deskripsi prioritas terdiri dari enam sub kriteria, kriteria dukungan koneksi terdiri dari tiga sub kriteria, dan kriteria kategori terdiri dari tiga kriteria, sehingga total sub kriteria yang dibutuhkan sebanyak sembilan belas sub kriteria. Untuk jumlah alternatif sebanyak empat buah meliputi Acer Espire 3820T, Lenovo Thing Centre Edge 71ZC2A, ASUS K42JC, dan HP ProBook 4430s.Struktur hirarki dapat dilihat pada (Gambar 1). Penerapan terhadap pemakaian sampling yang digunakan adalah random sampling, dimana periset mengambil responden sebagai populasi berdasarkan kemudahannya ditemui atau ketersediaan anggota populasi tertentu saja [4].
173 ISSN. 2442-2436 // MULTYCRITERIA DECISION MAKING ...
VOL. I NO. 2 AGUSTUS 2015
JURNAL TEKNIK KOMPUTER AMIK BSI
Responden sering kali dipilih karena keberadaan mereka pada waktu dan tempat dimana risetdilakukan, adapun jumlah responden yang didapat sebagai data input sebanyak 40 responden sebagai sample yang diperoleh. Menurut [4] bahwa sample penelitian meliputi sejumlah responden yang lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30 responden. Dengan data olahan dari sejumlah responden, maka bagaimana menangani masalah dalam pemilihan Notebook dengan Multi Criteria Decision Making, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan terhadap pengambilan keputusan yang tepat dengan membandingan dan mensimulasi hasil perolehan perhitungan secara aljabar matematis yang akan dibandingkan dengan hasil olahan perhitungan dengan bantuan aplikasi Expert Choice.
Langkah berikutknya adalah menspesifikasikan Sasaran, Kriteria, dan Alternatif, seperti yang dikemukanan oleh [8] dalam Jurnal Dimensi, penggunaan AHP sangat membantu menganalisa permasalahannya terlebih dahulu, lalu menentukan Kriterianya hingga Alternatif, kemudian memberikan bobot dari masing-masing Alternatif yang ada. Beberapa Alternatif yang menjadi Pengambilan Keputusan Notebook selection.Untuk menentukan teknik pembobotannya diambil dari hasil penelitian yang dituangkan dalam bentuk pairwise matrix untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Pairwise matrix sebagai awal proses perhitungan dari goal di level pertama yaitu fungsionalitas, deskripsi prioritas, dukungan koneksi, dan kategori yang terdiri dari empat kriteria utama, lihat pada (Tabel 4).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4. Pairwise matrix level Sasaran
Di dalam pembahasan ini, akan ditampilkan perolehan hasil perhitungan yang didapat secara aljabar matematis dengan perhitungan yang dilakukan oleh aplikasi Expert Choice, khususnya dalam perolehan nilai eigenvector, dan kelebihan dari perhitungan secara aljabar matematis memilki keunggulan yang luar biasa, bahwa secara matematis dalam tulisan ini digambarkan kemampuan perolehan nilai terhadap Consistency Vector, Lamda, Consistency Index, dan Consistency Ratio.Sedangkan dengan aplikasi Expert Choice hanya diketahui nilai eigenvalue-nya saja. Pertama yang dilakukan dengan metode ini adalah menyusun hierarki untuk memperjelas dan mempermudah acuan terhadap tahapan pembahasan, adapun susunan hierarki tersebut dapat dilihat pada (Gambar 1). Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)
Sumber: Hasil Penelitian (2014)
Langkah berikutnya adalah menghitung nilai perkalian pairwise matrix untuk mendapatkan nilai eigenvector dan proses normalisasi (Normalization). Hasil perolehan tersebut akan menjadi tolak ukur untuk mencari Consistency Vector, Lamda,Consistency Index, dan Consistency Ratio,Consistency Ratio (CR) merupakan tahapan akhir diterima atau tidak diterima dalam mengukur masing-masing level mulai dari kriteria, sub kriteria, hingga tahapan alternatifnya. Untuk nilai CR yang dapat diterima artinya telah memenuhi persyaratan dengan ketentuan nilai CR harus kurang dari 0.1 yang disesuaikan dengan masing-masing jumlah ordo yang dipakai berdasarkan tabel Random Index (RI). Dalam proses perhitungan mencari nilai eigenvector adalah melihat perolehan nilai selisih dari eigenvector.Dimana tidak boleh terdapat nilai selisih terhadap eigenvector, jika masih tardapat selisih, maka harus melakukan iterasi dari hasil perkalian yang diperoleh dari pairwise matrix. Pada (Tabel 5) merupakan hasil akhir dari Normalization dan nilai eigenvector, hal ini menandakan bahwa tidak tedapat selisih nilai Eigen Vector setelah melakukan tahapan proses lima iterasi yang telah dilalui.
Gambar 1. Hierarchyof Notebook selection.
174 ISSN. 2442-2436 // MULTYCRITERIA DECISION MAKING ...
JURNAL TEKNIK KOMPUTER AMIK BSI
VOL. I NO. 2 AGUSTUS 2015
Tabel 5. Normalization and eigenvector main criteria
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Gambar 2. NilaiConsistency level Kriteria
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Dari hasil perolehan pada (Tabel 5), maka dapat dilakukan pencarian untuk Consistency Vector, Lamda, Consistency Index, dan Consistency Ratio (CR).Perolehan hasil perhitungan tersebut tertera pada (Gambar 2).Perhatian utama terletak pada nilai Consistency Ratio (CR) artinya nilai CR harus kurang dari 0.1 yang menyatakan keputusan dapat diterima.
Dari data yang terlihat pada (Gambar 2), Consistency Vector diperoleh berdasarkan nilai hasil perkalian Pairwise Matrix dengan eigenvector lalu dikurangi dengan nilai eigenvectornya. Perolehan Lamda berdasarkan rerata dari Consistency Vector. Consistency Index didapat berdasarkan ketentuan jumlah Ordo dan nilai Random Index. Nilai Consistency Ratio dengan point 0,0245674308 hal ini menandakan bahwa secara konseptual keputusan di level Goal (sasaran) dapat diterima, karena nilai CR kurang dari 0.1 berdasarkan aturan yang berlaku. Selanjutnya adalah menghitung level kriteria untuk Fungsionalitas yang terdiri dari Browsing, Penyelesaian Tugas tertentu, Multimedia Access, Multimedia Fillingand Process, Games, Desktop Publising, dan Computer Programming. Proses perhitungan sama dengan yang telah dilakukan pada level Goal (sasaran). Dalam hal ini akan ditampilkan pairwise matrix kriteria funsionalitas pada (Tabel 6).Sedangkan nilai Normalisasi dan Eigen Vector dari level kriteria Fungsionalitas diperoleh melalui empat iterasi, dapat dilihat pada (Tabel 7).
175 ISSN. 2442-2436 // MULTYCRITERIA DECISION MAKING ...
VOL. I NO. 2 AGUSTUS 2015 Tabel 6. Level kriteria fungsionalitas
JURNAL TEKNIK KOMPUTER AMIK BSI
Tabel 8.Consistency Level Kriteria
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Pada Tabel 8. Menggambarkan hasil ConsistencyVektor, Index dan Ratio. Terlihat dari proses perhitungan nilai Consistency Ratio terhadap Level kriteria Deskripsi Prioritas, Dukungan Koneksi, dan Kategori. Ini artinya keputusan yang diperoleh dapat diterima karena nilai yang dihasilkan kurang dari 0,1 berdasarkan aturan main Saaty.
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Tabel 7. Normalisasi dan eigenvector kriteria fungsionalitas
Karena telah tergambar dengan jelas tahapan proses perhitungan perolehan nilai mulai dari pairwise matrix hingga Consistency Ratio (CR) terhadap level sasaran dan Kriteria, untuk mencari perolehan nilai terhadap sub kriteria selanjutnya, maka level sub kriteria cukup menampilkan nilai perhitungan terhadap Lamda, Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR) nya saja dan dapat dilihat pada (Tabel 9) yang diperoleh dari masing-masing Sub Kriteria. Dari seluruh perolehan hasil yang didapat pada (Tabel 9) terlihat bahwa semua nilai CR bernilai kurang dari 0,1 yang mengindikasikan bahwa keputusan yang diambil dapat diterima. Tabel 9. Nilai Lamda, Consistency Index (CI), dan Consistency Ratio (CR) level Sub Kriteria
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Untuk nilai Eigen Vector kriteria fungsionalitas (Tabel 7) memiliki perolehan yang sama, baik secara perhitungan matematis maupun perolehan berdasarkan aplikasi Expert Choice. Untuk mencari level kriteria lainnya jadikan satu tampilan yang digambarkan pada (Tabel 8) meliputi normalisasi dan eigenvector yang disertakan dengan hasil perhitungan dengan expert choice, dan Consistency Ratio, yangterdiri dari tiga kriteria meliputi deskripsi prioritas, dukungan koneksi, dan Kategori yang dibuktikan dengan hasil yang didapat menggunakan expert choice, lihat pada (Tabel 8).
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Jika dilihat secara keseluruhan terhadap nilai Consistency Vector (CR) dari level sub criteria terlihat bahwa, hasil perhitungan membuktikan bahwa pengambilan keputusan sudah dapat diterima dengan syarat nilai CR kurang dari 0,1 (menurut ketetapan Saaty) hal ini terbukti mulai dari level sasaran, kriteria utama, dan sub
176 ISSN. 2442-2436 // MULTYCRITERIA DECISION MAKING ...
JURNAL TEKNIK KOMPUTER AMIK BSI
VOL. I NO. 2 AGUSTUS 2015
kriteria dari multi kriteria ini. Sehingga hal ini menemukan tahapan akhir yang harus dilakukan adalah melakukan proses syntesize, yang menunjukan tahap terakhir penyelesaian untuk dilakukan pengambilan keputusan yang dilihat dari perolehan angka pada setiap levelalternative, Proses perhitungan synthesize merupakan gambaran akumulatif perkalian aljabar matriks pada setiap jenjang hirarki. Hasil akhir untuk Synthesize merupakan keputusan akhir pada pemilihan terhadap level alternative hal ini dapat dilihat pada (Gambar3).
0,296, Lenovo Thing Centre Edge dengan perolehan nilai 0,273, ASUS K42JC dengan perolehan nilai 0,224, dan HP ProBook 4430s dengan perolehan nilai 0,207. Masing-masing perolehan nilai telah dibuktikan dengan perhitungan algebra matrix, dimana hasil yang didapat memberikan ketepatan nilai yang sama yang telah dibuktikan dengan aplikasi expert choice hal ini membuktikan bahwa terdapat kesamaan metode dalam menganalisa notebook selection. REFERENSI [1]
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014) Gambar 3. Synthesyze Pemilihan Notebook selection.
Pada (Gambar 3) terlihat perolehan hasil terhadap proses Synthesize, memiliki perbedaan angka dari setiap level alternatif. Masing-masing seperti berikut Acer Espire 3820T dengan perolehan nilai 0,296, Lenovo Thing Centre Edge dengan perolehan nilai 0,273, ASUS K42JC dengan perolehan nilai 0,224, dan HP ProBook 4430s dengan perolehan nilai 0,207. Sehingga penggambilan keputusan yang harus dilakukan adalah level alternatif yang tertinggi nilainya merupakan keputusan yang harus menjadi prioritas pertama dan disusul dengan nilai yang lebih kecil atas prioritas alternative. V. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dalam pemilihan Notebook dengan multi kriteria ini, dilihat berdasarkan besaran masing-masing nilai eigenvector yang diperoleh mulai dari level sasaran, level kriteria utama, level sub kriteria, dan level alternatif. Dimana masing-masing perolehan nilai eigenvector harus dibuktikan dan diukur kembali dengan persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan Normalization (normalisasi) dan nilai konsistensinya yang meliputi Consistency Vector(CV), Consistency Index (CI), dan Consistency Ratio (CR)yang disesuaian dengan Tabel Random Index(RI) berdasarkan ketetapan Thomas L. Saaty. Dengan melihat hasil Synthesize yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan yang menjadi dasar pengambilan keputusan terhadap pemilihan Notebook dengan pendekatan Multi Kriteria Decision Making berdasarkan prioritasnya sebagai berikut Acer Espire 3820T dengan perolehan nilai
Ampuh H., Rika. A multi Criteria approach to designing the celluler manufacturingsystem. Jurnal TeknikIndustri UniversitasKristen Petra Vol. 7 No.1 p. 41-42. 2005. [2] Ferdy. Improving the Faculty Selection Process in Higher Education: A Case for the Analytic HierarchyProcess. Para 1-2.(access date 4 Juli 2009). 2008. [3] http:// www.expertchoice.com/ academic-program/ free-trial (diakses tanggal 26 Desember 2010). [4] Istijanto. Aplikasi praktis riset pemasaran. PT.Gramedia pustakautama. Jakarta. 2009. [5] Ishizaka, A and Labib, A.. Analytic Hierarchy Process and Expert Choice: Benefits and Limitations. orInsight,University of Portsmouth, Portsmouth Business School, Portsmouth PO1 3DE, United Kingdom 22(4), p. 201–220, 2009. 2009 [6] Ishizaka, A and Nemery,P. Multi-Criteria Decision Analysis: Methods and software. First published Jhones Weley and Sons Ltd. 2013. [7] Mora, M. Analisis sensitivitas dan pengaruhnya terhadap urutan prioritas dalam metode analytic hierarchy process (AHP). Medan. Skripsi: Departemen matematika FMIPA-USU-Medan. 2009. [8] Teknomo, Kardi. PenggunaanAnalytic Hierarchy Proscess dalammenganalisafaktor-faktor yangmempengaruhi pemilihan Moda kekampus. Jurnal Dimensi Teknik SipilUniversitas Kristen Petra Vol 1.p. 32. 1999. [9] Saaty, TL. The Analytic Hierarchical Process. McGraw-Hill.NewYork. 1980. [10] Saaty, TL. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytic Hierarchy Process. Wadsword.RWS. 1994. [11] Saaty, TL. The Analytic Hierachy Process, What it is and How it Used.Journal of Mathematical Modelling Vol.9 No. 3-5 p. 161-176. 1987. [12] Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi. Cetakan ke delapan. Bandung. Penerbit Alfabeta. 2001.
Akmaludin, S.Kom., MMSI. Tahun 1999 lulus dari Program Strata Satu (S1) Program Studi Manajemen Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) KUWERA Jakarta. Tahun 2003 lulus dari Program Strata Dua (S2) Program Studi Magister Manajemen Sistem Informasi Universitas Gunadarma Jakarta. Tahun 2008 sudah tersertifikasi dosen dengan Jabatan Fungsional Akademik Lektor di Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatik Jakarta dan mulai tahun 2015 dan Homebase saat ini di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Nusa Mandiri. Tahun 2008 menerbitkan buku dengan judul “After Effect 7.0” penerbit BSI Press sebagai penulis tunggal. Aktif mengikuti seminar dan menulis paper di beberapa jurnal.
177 ISSN. 2442-2436 // MULTYCRITERIA DECISION MAKING ...