MULTIKULTURALISME DALAM NOVEL PELANGI MELBOURNE: DUA DUNIA SATU CINTA KARYA ZUHAIRI MISRAWI Oleh: Rina Novita1, Hasanuddin WS2, Nurizzati3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:
[email protected]
ABSTRACT This article to desrcibe multiculturalism in the novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta author by Zuhairi Misrawi.To get the purpose use the study of kualitative with descriptive analyst method. The data collected use the writing format and identivication of data. The data to analyst and interpretation. The find of study to display that in the novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta author by Zuhairi Misrawi finded the element of multiculturalism as is. There is (1) solidarity and brotherhood, (2) open trading, (3) family values, (4) respect for ethics, (6) was enough in life, (7) and sharing and control of power. Kata kunci: mustikulturalisme; novel; Zuhairi Misrawi
A. Pendahuluan Keberagaman budaya atau lebih dikenal dengan multikulturalisme bukanlah hal baru bagi bangsa Indonesia. Falsafah Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan pemersatu bangsa Indonesia yang terdiri atas bergabagai suku dan budaya. Masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan budaya tersebut merupakan masyarakat yang rapuh. Menurut Parekh (2009: 230-231), suatu masyarakat yang homogen secara kultural memiliki berbagai kelebihan. Namun demikian, masyarakat tersebut memiliki kecenderungan untuk menjadi tertutup, tidak toleran, tidak menyukai perubahan, takut mengecil dan opresif, dan melemahkan perbedaan-perbedaan, penyimpangan-penyimpangan, dan eksperimen dalam hidup. Multikultural berasal dari dua kata yaitu multi (banyak atau beragam) dan cultural (budaya atau kebudayaan) yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Keragaman budaya atau cultural diversity adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Keberagaman budaya menjadikan budaya tidak dipahami secara sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain (http://my.opera.com/Putra%20Pratama/blog/show.dml/). Mahasiswa penulis skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, wisuda periode September 2012 Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 1 2
453
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri F 426 - 514
Istilah multikulturalisme sebenarnya belum lama menjadi objek pembicaraan dalam berbagai kalangan, namun dengan cepat berkembang sebagai objek perdebatan yang menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Dikatakan menarik karena memperdebatkan keragaman etnis dan budaya, serta penerimaan kaum imigran di suatu negara. Pada awalnya hanya dikenal dengan istilah pluralisme yang mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau negara. Baru pada sekitar pertengahan abad ke-20, mulai berkembang istilah multikulturalisme. Menurut Zaimar (dalam http://technurlogy. wordpress.com /2010/03/31/multikulturalisme/), Multikulturalisme setidaknya memiliki tiga unsur, yaitu: budaya, keragaman budaya dan cara khusus untuk mengantisipasi keanekaragaman budaya tersebut. Menurut Parekh (2009:19), sebuah masyarakat multikultural selanjutnya merupakan sebuah masyarakat yang meliputi dua atau lebih komunitas kultural. Istilah multikultural mengacu pada kenyataan akan keberagaman kultural. Istilah multikulturalisme mengacu pada sebuah tanggapan normatif atas fakta tersebut. Pandangan selanjutnya dikemukakan oleh Azra (dalam http:id. wikipedia.org/wiki/multikulturalisme definisi), multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa multikuturalisme adalah sebuah filosofi atau terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Multikulturalisme berangkat dari kesadaran akan adanya keberagaman budaya yang disebut sebagai kehidupan multikultural. Dalam penelitian ini akan diteliti multikulturalisme tentang solidaritas dan persaudaraan, kesetaraan gender, perdagangan terbuka, nilai kekeluargaan, penghormatan terhadap tata susila, merasa cukup dalam hidup, berbagi dan kontrol kekuasaan. Nurgiyantoro dan Thobroni (2010:158-167) mengemukakan tujuh unsur multikutural, yaitu: (1) solidaritas dan persaudaraan, (2) kesetaraan gender, (3) perdagangan terbuka, (4) nilai kekeluargaan, (5) penghormatan terhadap tata susila, (6) merasa cukup dalam hidup, (7) berbagi dan kontrol kekuasaan. Menurut Nurgiyantoro dan Thobroni (2010:158), solidaritas berarti sifat (perasaan) solider yaitu sifat satu rasa (senasib), setia kawan dan sepenanggungan. Solidaritas sosial dan persaudaraan sosial merupakan hal yang penting dalam masyarakat multikultural. terbangunnya solidaritas sosial dan persaudaraan dilandasi rasa saling memahami dan menahan diri bila terjadi persoalan. perjuangan hidup. Masyarakat multikultural dapat terwujud dan mampu mengelola keragaman sebagai potensi kesejahteraan bersama bila masing-masing anggotanya bersedia menghormati dan menghargai anggota lain. Gender mengacu pada kepribadian yang diasosiasikan sebagai laki-laki (masculinity) atau perempuan (feminity). Peranan gender timbul akibat perbedaan persepsi terhadap perempuan dan laki-laki yang termanisfestasi dalam bentuk tugas-tugas sosial dan budaya, sebagaimana seharusnya seorang perempuan atau laki-laki berpikir, bertindak, dan berperasaan. (Atmazaki, 2007: 20). Kehidupan masyarakat multikultural tidak dapat dilepaskan dari unsur ekonomi, khususnya tradisi berdagang. Di tengah keragaman masyarakat, mereka yang terlibat dalam kegiatan jual-beli juga dituntut untuk menghormati dan menghargai keragaman itu. Penghormatan dan penghargaan itu diberikan pada hal-hal yang bersifat fisik dan nonfisik, misalnya, bagaimana antara pedagang dengan pedagang, pedagang dengan pembeli yang berbeda latar belakang budaya (Nurgiyantoro, 2010:161) . Sebuah kata bijak menyatakan bahwa pendidikan terbaik di mulai dari keluarga. Keluarga adalah pondasi pertama bagaimana nilai-nilai tertentu ditanamkan dan ditumbuhkan sehingga membentuk karakter seseorang di masa dewasa. Nilai merupakan suatu yang penting, dianggap baik, dihargai tinggi, harus ditetapkan, dan dicapai (Kusumohamidjojo, 2009: 150). 454
Multikulturalisme Novel “Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta”– Rina Novita, Hasanuddin WS., dan Nurizzati
Masyarakat multikultural juga dibentuk oleh keluarga-keluarga yang seharusnya memiliki wawasan multikultural. Keluarga itu sendiri juga tidak akan luput dari beragam persoalan, kepentingan, dan semacamnya meskipun anggota-anggotanya masih memiliki ikatan darah. Perbedaan kepentingan ekonomi dan politik misalnya, bila tidak berhasil dinegosiasikan dan menemukan kesepakatan-kesepakatan tertentu dapat mengancam keutuhan sebuah keluarga (Nurgiyantoro dan Thobroni, 2010: 162). Penghormatan terhadap suatu kebudayaan berarti penghormatan bagi satu hak komunitas atas kebudayaan dan juga bagi isi serta watak kebudayaan tersebut. Menurut Kusumohamidjojo (2009: 161), kesusilaan merupakan suatu keadaan sosial dimana suatu anggota masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya tanpa melukai kepentingan orang lain. Pada awalnya kesusilaan dianggap sebagai kompleks nilai tentang apa yang senonoh atau tidak senonoh (secara sesksual) dimata masyarakat. Masyarakat multikultural dihadapkan pada sikap mampu menghormati hak-hak komunitas terhadap kebudayaannya untuk berbagai alasan, seperti bahwa manusia harus bebas memutuskan bagaimana untuk hidup, bahwa kebudayaan mereka terikat dengan sejarah dan identitas mereka, bahwa kebudayaan mereka sangat berarti bagi mereka, dan seterusnya. Setiap komunitas memiliki hak terhadap kebudayaannya sebaik hak terhadap kebudayaan yang lain, dan tidak ada dasar bagi ketidaksetaraan (Parekh, 2009: 238). Masyarakat multikultural cenderung berada dalam kondisi yang stabil, kohesif, hidup dan nyaman dalam dirinya jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu meliputi sebuah struktur kekuasaan yang didasarkan pada kesepakatan, hak-hak konstitusional yang dapat diterima secara kolektif, sebuah negara yang adil dan tidak memihak, sebuah kebudayaan umum yang terbentuk secara multikultur dan pendidikan multikultur, serta padangan identitas nasional yang plural dan inklusif. Di antara hal-hal tersebut tidak ada yang mampu memenuhi dirinya sendiri (Nurgiyantoro dan Thobroni: 2010: 163). Keadilan adalah hal utama yang diperlukan oleh masyarakat multikultur. Keadilan mencegah penumpukan dendam, frustasi, kemarahan, dan membangkitkan sebuah perasaan puas yang mendasar terhadap komunitas politik, namun tidak dengan sendirinya mempertahankan komitmen yang tinggi dan perasaan penyatuan moral dan emosional terhadap keadilan (Nurgiyantoro dan Thobroni: 2010: 163). Berbagi dan kontrol kekuasaan erat kaitannya dengan kehidupan politik di suatu negara. Sebagai pemelihara jalan hidup masyarakat, negara memiliki hak dan kewajiban untuk menjamin kaum minoritas untuk berasimilasi dengan kebudayaan nasional yang berlaku, atau melupakan kebudayaannya yang lalu (Parekh, 2009: 264) . Perdamaian adalah pilihan utama dalam setiap masyarakat, khususnya pada masyarakat multikultural yang memiliki kecenderungan provokasi konflik yang akut karena ketidakmampuannya mengandalkan suatu kumpulan nilai bersama untuk melemahkan dan mengaturnya. Masyarakat multikultural berusaha mencari cara untuk menyatukan dirinya dengan komunitas yang berbeda, yang pada akhirnya menimbulkan manfaat antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya, serta membangun kepentingan dan kepercayaan bersama. Tidak mudah untuk menyetujui prinsip-prinsip dasar konstitusi pada masyrakat multikultur. Semakin substantif prinsip tersebut, semakin besar pula kemungkinan ketidaksepakatannya. Dari semua teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, penelitian ini akan menggunakan teori multikultural yang telah dikemukakan oleh Nurgiyantoro dan Thobroni sebagaimana yang telah diungkapkan di atas. Multikulturalisme merupakan isu yang kemudian diangkat ke dalam tema sebuah novel. Novel merupakan hasil kebudayaan yang berhubungan dengan sastra. Novel adalah karya sastra yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam yang disajikan secara halus, dengan kata lain novel merupakan gambaran kehidupan manusia yang ditambah dengan daya khayal atau imajinasi manusia. Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:6), novel adalah sebuah cerita yang memuat beberapa kesatuan permasalahan yang membentuk rantai
455
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri F 426 - 514
permasalahan dan disertai oleh faktor sebab akibat. Permasalahan kehidupan seperti kesedihan, kegembiraan, kejujuran, penghianatan, serta permasalahan kemanusiaan lainnya. Menurut Abrams (dalam Atmazaki, 2007:40), kata ”novel” adalah sebuah cerita yang digunakan dalam bahasa Inggris diambil dari bahasa Italia, novella (sesuatu yang baru dan kecil). Ia menjelaskan bahwa novel ditandai dengan kefiksiannya, yang berusaha memberikan efek realistis. Dengan mempresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang bercampur dan berakar dalam kelas sosial. Terjadi dalam struktur kelas sosial yang berkembang ke arah yang lebih tinggi. Interaksi dengan beberapa karakter lain, dan berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Dari pendapat-pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa novel merupakan suatu bentuk prosa yang lebih panjang dari cerpen. Novel menceritakan tentang realitas kehidupan manusia yang dituangkan oleh pengarang dan menggunakan imajinasinya. Di dalam novel terdapat tokoh atau karakter yang dilukiskan oleh pengarang untuk menyampaikan pesan dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Berkaitan dengan hasil kebudayaan yang berhubungan dengan sastra, novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta karangan Zuhairi Misrawi adalah salah satu novel yang bercerita tentang kehidupan multikuturalisme di Melbourne. Zuhairi Misrawi lahir di Sumenep, Madura. Berlatar belakang pendidikan islam, lulusan dari Fakultas Usluhuddin, Universitas AlAzhar, Kairo, Mesir. Sejak menjadi santri di salah satu pesantren di Madura, Zuhairi Misrawi sudah aktif menulis. Dari tahun 2000 sampai sekarang, ratusan artikelnya mewarnai berbagai harian umum seperti Tempo, Kompas, Media Indonesia, Republika, dan suara Pembaruan. Novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta adalah novel pertama dari Zuhairi Misrawi. Novel ini berlatar benua Australia, tepatnya di kota Melbourne. Dalam novel ini pesona Melbourne bukan hanya terlihat dari pariwisata, tata kota dan transportasi saja, tetapi juga dari besarnya perhatian pemerintah kepada warganya mengenai hidup rukun, damai dan menjunjung tinggi multikulturalisme. Dengan menggali sisi-sisi cerita novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta maka bisa dilihat bagaimana multikulturalisme dalam novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta karya Zuhairi Misrawi. B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kulitatif dan menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti statussekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiranataupun suatu kelas peristiwapadamasasakarang. Tujuan dari penelitiandeskriptif ini adalahuntukmembuatdekripsi, gambaranataulukisan secarasistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifatsertahubunganantarfenomena yang diselidiki. Metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode ini tidak semata-mata menguraikan tetapi juga memberikan pemahaman danpenjelasan (Hudayat, 2007: 9). Data penelitian ini adalah data multikulturalisme solidaritas dan persaudaraan, perdagangan terbuka, nilai kekeluargaan, penghormatan terhadap tata susila, merasa cukup dalam hidup, serta berbagi dan kontrol kekuasaanberupa tuturan, tindakan, alur, dan latar dalam Novel Pelangi Melbourne Dua Dunia Satu Cinta. Sumber data penelitian ini adalah novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta karya Zuhairi Misrawi. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas di Jakarta pada bulan Januari tahun 2011 setebal 552 halaman, cetakan peratama. Cover novel ini berwarna putih, pada cover depan dan punggung buku terdapat tulisan Pelangi Melbourne Dua Dunia Satu Cinta, gambar sungai, dan gedung pencakar langit, serta gelombang berbetuk selendang berwarna pelangi. Pada cover belakang novel terdapat sinopsis novel, tanggapan pembaca, ISBN, alamat penerbit buku, dan tanggapan pembaca. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara, pertama, membaca dan memahami novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta karya Zuhairi Misrawi. Kedua, menetapkan tokoh utama dan tokoh pendamping dalam novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta karya 456
Multikulturalisme Novel “Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta”– Rina Novita, Hasanuddin WS., dan Nurizzati
Zuhairi Misrawi. Ketiga, menginventarisasi data yang berhubungan dengan multikulturalisme solidaritas dan persaudaraan, perdagangan terbuka, nilai kekeluargaan, penghormatan terhadap tata susila, merasa cukup dalam hidup, berbagi dan kontrol kekuasaan. C. Pembahasan Multikulturalisme dalam novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta karya Zuhairi Misrawi merupakan sebuah gambaran tentang hidup bertoleransi di tengah berbagai perbedaan kebudayaan yang ada di Melbourne. Tidak hanya perbedaan budaya, tetapi juga perbedaan ideologi dan idealisme dari setiap individu yang ada di tengah masyarakat yang multikultural. Pada dasarnya, manusia yang diciptakan oleh Sang Pencipta memiliki derajat yang sama di mata Tuhan. Meskipun setiap manusia yang diciptakan mempunyai bermacam perbedaan, namun mereka memiliki banyak kesamaan di tengah sebagian kecil perbedaan tersebut. Setiap manusia sama-sama menginginkan kedamaiaan dalam hidup mereka, menginginkan kebahagiaan, serta keinginan untuk saling harga menghargai antarsesama. Kota Melbourne merupakan kota multikulturalisme pertama di dunia. Pendudukanya berasal dari berbagai negara dengan kebudayaan yang juga beragam. Kata pelangi dalam judul novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia satu Cinta dapat dilihat sebagai perbedaan kebudayaan yang indah di kota Melbourne. Multikulturalisme yang paling dominan di dalam novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta adalah multikulturalisme solidaritas dan persaudaraan serta berbagi dan kontrol kekuasaan. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kenyataan sebagai makhluk sosial memberikan sebuah kesadaran kepada manusia untuk hidup bertoleransi dengan sesama, yang secara tidak langsung menciptakan sebuah hubungan persaudaraan. Solidaritas dan persaudaraan pada hakikatnya adalah suatu sikap saling menghargai, memahami, dan peduli antarsesama. Pada dasarnya manusia berusaha memahami diri dan dunianya serta bertanya tentang arti dan makna kehidupan, aktivitas dan hubunganhubungannya. Solidaritas dan persaudaraan adalah hal yang sangat penting di tengah masyarakat multikulturalisme. Berbagi dan kontrol kekuasaan di wujudkan dengan sikap terbuka pemerintah dan masayarakat kota Melbourne atas keberagaman budaya yang ada. Pemerintah kota Melbourne membuka kesempatan seluas-luasnya bagi budaya lain untuk menunjukkan eksistensi diri dan kebudayaan mereka. Berbagi dan kontrol kekuasaan juga terlihat ketika toko-tokoh yang terlibat di dalamnya saling jatuh cinta namun terhalang berbagai perbedaan. Seperti perbedaan keyakinan, perbedaan suku, serta perbedaan pandangan dan pendapat. Namun perbedaanperbedaan tersebut tidak lantas memicu konflik di antara masing-masing tokoh. Meskipun Melbourne merupakan kota yang kental dengan budaya Barat, hal itu tidak menghalangi masyarakatnya untuk bersikap sopan santun dan saling menghargai. Selama ini yang diketahui oleh orang Timur adalah sikap cuek orang Barat yang hedonis, tidak peduli pada sesama, dan terkesan individualisme. Dalam novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta, multikuturalisme penghormatan terhadap tata susila digambarkan sangat jelas melalui sikap tokoh yang sangat menjenjung tinggi nilai-nilai kesopanan dalam kehidupan mereka. Sebagai seorang anggota masyarakat, manusia tidak akan pernah lepas dari peran keluarga. Ketika seseorang hidup di tengah multikulturalisme, nilai yang dibawa dari dari dalam sebuah keluarga tempatnya bernaung akan tercermin dari setiap tindakan dan perilakunya. Nilai kekeluargaan pada dasarnya adalah nilai yang muncul dari dalam sebuah keluarga yang mengajarkan tentang kebajikan dan menanamkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga merupakan tempat tumbuhnya berbagai nilai dalam kehidupan. Nilai kekeluargaan dalam novel Pelangi Melbourne: Dua dunia Satu Cinta terlihat dari sikap Zaki yang sangat mencintai keluarga besarnya. Ajaran dari dalam keluarga membuat Zaki tumbuh menjadi anak yang santun, baik hati, dan mampu menghargai setiap perbedaan yang ada di sekitarnya.
457
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri F 426 - 514
Masyarakat yang multikultural dihadapkan pada kenyataan akan sebuah kesetaraan antarsesama manusia. Kesetaraan pada hakikatnya adalah pandangan yang mendasarkan pada kesejajaran manusia, bukan pada keseragaman, namun lebih pada kemampuan untuk pengaruh mempengaruhi antara keseragaman dan keberbedaan. Selanjutnya, kesetaraan gender merupakan suatu penghargaan yang sama kepada laki-laki dan perempuan. Di dalam kesetaraan gender, laki-laki dan perempuan diakui memiliki derajat yang sama. Laki-laki bukanlah subjek dan perempuan bukanlah objek untuk pelampiasan nafsu dan keinginan kaum laki-laki. Kesetaraan gender memberikan kesempatan kepada perempuan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya, begitu juga dengan kaum laki-laki. Multikulturalisme kesetaraan gender dalam novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta karya Zuhairi Misrawi terlihat dari penghargaan yang diberikan kepada perempuan, dimana seorang perempuan sangat dihargai dan dihormati. Tokoh-tokoh perempuan dalam novel ini digambarkan sebagai sosok perempuan tanggung yang memiliki prinsip dalam hidup mereka. Namun, adakalanya tokoh perempuan itu tidak bisa sepenuhnya berdiri dengan idealisme mereka dan tidak sanggup melawan ketentuan yang ada. Masyarakat yang hidup di tengah multikulturalisme dihadapakan pada kenyataan tentang keberagaman, termasuk keberagaman dalam masalah ekonomi. Perdagangan terbuka dalam masyarakat yang multikulturalisme merupakan sebuah kesempatan yang diberikan kepada pelaku ekonomi untuk menjalankan usahanya di tengah berbagai keberagaman. Di tengah multikulturalisme yang ada di Melbourne, perdagangan terbuka merupakan sebuah keberagaman yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Di Melbourne sendiri, perdagangan terbuka merupakan pertemuan dari keberagaman ekonomi yang ada di dunia.Di dalam novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta dapat dilihat perdagangan terbuka yang bisa diterima oleh setiap warga kota Melbourne, begitu juga dengan penerimaan tokoh novel terhadap perdagangan terbuka. Masyarakat yang multikulturalisme cenderung berada dalam kondisi yang stabil, kohesif, hidupnya akan merasa nyaman jika sudah memenuhi syarat-syarat tertentu. Pada dasarnya kehidupan yang nyaman bukan diperoleh ketika seseorang sudah memiliki materi yang berlimpah, tinggal di rumah mewah, atau mempunyai pasangan hidup yang cantik atau tampan. Akan tetapi, kehidupan yang nyaman akan diperoleh seseorang ketika dia selalu bersyukur dan selalu merasa cukup atas apa yang diberikan Tuhan kepadanya. Hal itu juga yang terlihat dari setiap tokoh dalam novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta, kesederhanaan mereupakan gambaran dari setiap tokoh. Novel PelangiMelbourne: Dua Dunia satu Cinta merupakan salah satu novel yang menggambarkan bagaimana indahnya multikuturalisme di sebuah kota metropolitan seperti Melbourne. Zuhairi Misrawi menyampaikan multikulturalisme melalui tokoh-tokoh yang unik. Seperti Zaki, Diana, Ahmad, dan Raudha. Empat anak manusia yang awalnya mempunyai niat untuk memperdalam Bahasa Inggris ini terhanyut dalam indahnya keberagaman yang ada di Melbourne. Zuhairi Misrawi menulis novel ini dengan sudut pandang orang ketiga dan menggambarkan bagaiama kekuatan setiap karakter yang ada dalam cerita. D. Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pembelajaran yang berhubungan dengan teks sastra, khususnya novel juga dipelajari di kelas XII semester 1. Kompetensi dasar (KD) ke-5.2, menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. Indikatornya yaitu menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam pemenggalan novel yang dibacakan teman. Tujuan yang ingin dicapai adalah siswa mampu menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam pemenggalan novel yang dibacakan teman. Berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator tersebut dapat dilihat bahwa penelitian tentang ”Multikulturalisme dalan Novel Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta Karya Zuhairi Misrawi” ini dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra, terutama untuk memberikan gambaran lebih nyata tentang kehidupan di tengah masyarakat
458
Multikulturalisme Novel “Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta”– Rina Novita, Hasanuddin WS., dan Nurizzati
yang multikulturalisme. Siswa dididik untuk memiliki sikap toleransi, saling menghormati, serta saling menghargai antarsesama. Memberikan pengertian pada siswa bahwa manusia memang diciptakan Tuhan dengan segala macam perbedaan, tapi semua manusia memiliki derajat yang sama di mata Tuhan. Hendaknya, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia harus saling menyayangi sesamanya. Seperti halnya semboyan Bhineka Tunggal Ika, keberagaman pada masyarakat yang multikulturalisme harus menjadi pemersatu, bukan menjadikan perbedaan sebagai pemicu konflik dan menimbulkan keretakan dalam sebuah bangsa. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) masih sangat butuh aspek-aspek dan pesan multikulturalisme tersebut dan perlu diteladani di dalam kehidupan sehari-hari. E. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, masyarakat multikulturalisme sangat menjunjung tinggi solidaritas dan persaudaraan serta berbagi dan kontrol kekuasaan dalam segala sapek kehidupan mereka. Kedua, masyarakat multikulturalisme menyadari bahwa ketentraman dalam sebuah masyarakat ada karena penghormatan terhadap tata susila serta nilai kekeluargaan yang ditanamkan dalam setiap diri masyarakat tersebut. Ketiga, masyarakat multikulturalisme sangat menghargai kesetaraan gender, perdagangan terbuka, serta selalu merasa cukup dalam hidup mereka. Berdasarkan pembahasan masalah serta analisis yang dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis mengajukan saran kepada pembaca sebagai berikut: Pertama, semua orang yang dilahirkan ke atas dunia memiliki suku dan budaya yang berbeda, kewajiban kita untuk menghargai perbedaan tersebut. Kedua, manusia memiliki derajat yang sama di mata Tuhan, jadi tidak seharusnya kita membeda-bedakan orang berdasarkan SARA. Ketiga, ketenangan dan kedamaian dalam hidup tidak diperoleh dari kekayaan, tapi dari rasa syukur yang diperoleh atas nikmat yang diberikan Tuhan. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian untuk penulisan skripsi penulis dengan Pembimbing I Prof. Dr. Hasanuddin WS., M.Hum., dan Pembimbing II Dra. Nurizzati, M.Hum. Daftar Rujukan Buku Atmazaki. 2007a. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Yayasan Budaya Indonesia. Atmazaki. 2007b. Dinamika Jender dalam Konteks Adat dan Agama. Padang: UNP Press. Kusumohamidjojo, Budiono. 2009. Filsafat Kebudayaan: Proses Relisasi Manusia. Yogyakarta: Jalasutra. Misrawi, Zuhairi. 2011. Pelangi Melbourne: Dua Dunia Satu Cinta. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Muhardi dan Hasanuddin WS. 1992. Prosedur Anlisis Fiksi. Padang: IKIP Padang Press. Nurgiantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada. Parekh, Bhikhu. 2009. Rethinking Multiculturalism: Keberagaman Budaya dan Teori Politik. Yogyakarta: Kanisius
459
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri F 426 - 514
Website Hidayat, Asep Yusuf. 2007. Metode Penelitian Sastra. Modul. Halaman 9. http://resources.unpad.ac.id/unpad-metode-penelitian-sastra.PD. Diunduh 28/5/2012. http://my.opera.com/Putra%20Pratama/blog/show.dml/. Diunduh 8/1/2012. http://technurlogy.wordpress.com/2010/03/31/multikulturalisme/. Diunduh 29/1/2012. Nurgiantoro, Burhan. Muhammad Thobroni. 2010. Multikulturalisme dalam cerita tradisional Yogyakarta . Jurnal Penelitian Humaniora. (Online), Jilid II Nomor 2. Halaman 154-169. (http://eprints.ums.ac.id/1737/1/5.muhammad_thobroni.pdf). Diunduh 8/1/2012.
460