Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
MULTI PROFESIONAL KOLABORATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI BANJARMASIN, KALIMANTAN SELATAN, INDONESIA
Herda Ariyani1*, Akrom2, dan Riza Alfian3 1
2
Universitas Muhammadiyah, Banjarmasin 70115, Indonesia Pusat Informasi Obat, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 55164, Indonesia 3 Akademi Farmasi-ISFI, Banjarmasin 70123, Indonesia *Corresponding author email:
[email protected]
Abstrak Latar belakang: Kolaborasi antar profesional kesehatan perlu dilakukan untuk menunjang keberhasilan terapi. Apoteker dan ahli gizi dapat membangun partnership yang baik dalam upaya peningkatan pharmaceutical care dan nutritional care di Indonesia. Pemberian konseling yang optimal terkait penyakit, terapi, hingga perbaikan pola makan dan gaya hidup merupakan cara strategis untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dengan penyakit kronik seperti hipertensi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kualitas hidup penderita hipertensi setelah pemberian intervensi brief counseling 5A’s serta layanan pesan singkat dari apoteker dan ahli gizi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuasi-eksperimental randomized pre-test–post-test control group. Pengambilan data dilakukan secara prospektif terhadap 68 penderita hipertensi rawat jalan di RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin selama periode April – Juni 2015. Sebanyak 34 penderita memperoleh usual care, brief counseling 5A’s dan layanan pesan singkat (kelompok intervensi) dan sebanyak 34 penderita hanya memperoleh usual care dari rumah sakit (kelompok kontrol). Kuesioner Short Form 36 (SF-36) digunakan untuk menilai domain kualitas hidup penderita hipertensi pada 2 kali kunjungan. Data hasil penelitian yang diamati adalah nilai perubahan skor tiap domain SF-36. Analisis statistik data menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol untuk domain kesehatan umum (p=0.000), fungsi fisik (p=0.001), keadaan fisik (p=0.000), keadaan emosional (p=0.000), fungsi sosial (p=0.001), nyeri tubuh (p=0.001), vitalitas (p=0.005), dan kesehatan mental (p=0.156). Kesimpulan: Intervensi berbasis kolaboratif antar apoteker dan ahli gizi memberikan dampak positif untuk peningkatan kualitas hidup penderita hipertensi. Kata kunci: kualitas hidup, kolaboratif, hipertensi, brief counseling 5A’s, layanan pesan singkat
1. PENDAHULUAN Hipertensi dikenal sebagai silent killer yakni pembunuh terbesar di dunia yang dapat memicu perkembangan penyakit lain seperti jantung dan stroke, serta menjadi penyebab dari kematian dini. Penyakit kronis tentunya akan menyebabkan masalah medis, sosial dan psikologis1, terutama saat kondisi tekanan darah pasien tidak terkontrol maka sering ditemukan adanya penurunan kualitas hidup. Secara global, peningkatan tekanan darah menyebabkan 12,8% dari total seluruh kematian. Hipertensi juga berkontribusi terhadap 360.000 kematian di U.S pada tahun 2013. Selain itu, menyumbang 57
juta ketidakmampuan mencapai usia hidup (Disability Adjusted Life Years/DALYS) atau 3,7% dari total DALYS2. Di Indonesia, jumlah populasi dewasa dengan tekanan darah tinggi meningkat dari 8% pada 1995 menjadi 32% pada 2008. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi di provinsi Kalimantan Selatan merupakan tertinggi kedua secara nasional yakni mencapai 30,8%3. Banjarmasin merupakan ibukota dari Kalimantan Selatan yang memiliki prevalensi tertinggi penderita hipertensi yakni sebesar 18.730 jiwa4. Anwar5 menjelaskan bahwa pola makan 103
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
berdasarkan konsumsi ikan asin yang lebih (OR=4,38), konsumsi buah dan sayur yang cukup (OR=5,30) serta konsumsi susu yang kurang (OR=3,72) merupakan faktor risiko lain terhadap kejadian hipertensi di Banjarmasin. Saat ini banyak sekali metode konseling yang sudah berkembang, salah satunya adalah brief counseling 5A’s. Metode ini terdiri dari Assess (menilai), Advise (memberi saran), Agree (persetujuan), Assist (membantu), dan Arrange (tindak lanjut)6. Model konseling ini juga dianjurkan dalam pelaksanaan konseling perilaku kesehatan dalam perawatan primer7. Intervensi berbasis mobile phone dapat pula ditujukan pada semua tingkat individu dalam pelayanan kesehatan8. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian layanan pesan singkat pada penderita hipertensi dapat meningkatkan hasil terapi9,10. Selain itu, pemberian brief counseling dan layanan pesan singkat dapat menurunkan berat badan11. Serta melalui intervensi kolaboratif dari apoteker dan ahli gizi dapat menurunkan asupan natrium dari penderita hipertensi12. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan penelitian tentang multi profesional kolaboratif untuk meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi di RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia. 2. METODE 2.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain kuasi-eksperimental randomized pre-test–posttest control group. Dalam rancangan ini digunakan dua kelompok subjek yang dipilih secara random13. Pengambilan data dilakukan secara prospektif dan dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dari responden melalui wawancara tatap muka (face-to-face interview) menggunakan kuesioner SF-36. Pasien yang telah dikelompokkan diikuti selama lebih kurang dua bulan dengan mengamati perubahan kualitas hidup pasien rawat jalan yang berobat di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin periode April – Juni 2015. 2.2 Subjek Penelitian Sebanyak 68 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi dua kelompok, 34 (50%) pasien memperoleh usual care, brief counseling 5 A’s serta layanan pesan singkat (kelompok intervensi) dan 34 (50%) hanya memperoleh usual care dari rumah sakit
(kelompok kontrol). Subjek dalam penelitian ini adalah pasien dewasa baik laki-laki dan perempuan yang berusia 18-65 tahun, dapat bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik, terdiagnosa menderita hipertensi dengan atau tanpa komplikasi penyakit lain serta mendapatkan obat antihipertensi. Kriteria ekslusi antara lain hamil, buta, tuli dan tidak memiliki hand phone. Durasi penelitian ini selama April hingga Juni 2015. 2.3 Pengumpulan Data Sebelum memulai pengumpulan data protokol penelitian ini dikaji terlebih dulu untuk mendapatkan kelayakan etik oleh komite etik dan riset. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner SF-36 yang telah diuji reliabilitas dan validitas pada pasien hipertensi di Indonesia14. Peneliti melakukan wawancara secara langsung menggunakan kuesioner dan mengisikan sesuai jawaban responden untuk memudahkan pemahaman terhadap pertanyaan dan mengeliminasi perbedaan persepsi. Sedangkan data sekunder meliputi karakteristik pasien diambil dari catatan rekam medik. 2.4 Analisis Statistik Analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 23.0. Analisis Descriptive Explore digunakan untuk mengetahui karakteristik awal responden setiap kelompok. Nilai signifikansi kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol menggunakan uji Chi-Square. Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan nilai domain kualitas hidup. Data dianalisis terlebih dahulu dengan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov. Apabila nilai p>0,05 maka data terdistribusi normal dan digunakan analisis Independent t-test, sedangkan apabila nilai p<0,05 maka data terdistribusi tidak normal dan digunakan analisis Mann-whitney test. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 dinyatakan signifikan. Selain itu, uji boxplot juga digunakan untuk menggambarkan sebaran rata-rata kualitas hidup dari kedua kelompok. 3. HASIL 3.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel I.
104
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
Tabel I. Karakteristik Demografi dan Gaya Hidup Penderita Hipertensi Karakteristik dasar Jenis Kelamin Laki-laki Wanita IMT (kg/m2) <25 >25 Usia (tahun) ≤60 >60 Pendidikan 0-9 tahun >9 tahun Pekerjaan Non PNS PNS Riwayat Hipertensi Ada Tidak ada Kondisi Komorbid Hipertensi saja Hipertensi dan gagal ginjal kronik Hipertensi dan hiperlipidemia dengan penyakit lain Hipertensi dengan penyakit lain Status merokok Ya Tidak Kebiasaan Olahraga Ya Tidak Keterangan : p adalah nilai signifikansi kelompok Square untuk variabel kategori
Kontrol n(34) %
Intervensi n(34) %
P 0,042
10 24
29,41 70,59
18 16
52,94 47,06
24 10
70,58 29,41
19 15
55,88 44,11
25 9
73,53 26,47
30 4
88,23 11,76
18 16
52,94 47,06
12 22
35,29 64,70
22 12
64,70 35,29
27 7
79,41 20,58
22 12
64,70 35,29
25 9
73,53 26,47
11
32,35
9
26,47
1
2,94
1
2,94
8
23,53
13
38,23
14
41,17
11
32,35
6 28
17,65 82,35
2 32
5,88 94,11
9 25
26,47 73,53
9 25
26,47 73,53
0,157 0,108
0,111
0,140
0,300
0,626
0,129
0,608
intervensi dibanding kelompok kontrol menggunakan uji Chi-
Karakteristik demografi dan gaya hidup subjek penelitian (usia, pendidikan, pekerjaan, pembayaran, riwayat hipertensi, kondisi komorbiditas penyakit, kebiasaan merokok, dan olahraga) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak berbeda secara statistik, kecuali jenis kelamin. Diketahui bahwa mayoritas kelompok kontrol pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan dan sebaliknya mayoritas kelompok intervensi berjenis kelamin laki-laki. Usia pasien pada kelompok intervensi dan kontrol didominasi oleh pasien dengan rentang usia ≤60 tahun dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) <25 kg/m2. Berdasarkan jenjang pendidikan, mayoritas kelompok kontrol berpendidikan rendah (SD dan SMP). Sedangkan mayoritas kelompok intervensi berpendidikan tinggi. Selain itu juga diketahui bahwa mayoritas dari kedua kelompok merupakan non PNS seperti wiraswasta, swasta, buruh, petani dan ibu rumah tangga. Penelitian ini juga melakukan penilaian tentang riwayat keluarga yang terdiagnosa hipertensi, karakteristik kebiasaan merokok dan olahraga. Mayoritas kedua kelompok memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi. Selain itu, 105
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
mayoritas kelompok kontrol pada penelitian ini memiliki penyakit lain diantaranya seperti Diabetes Melitus, Chronic Heart Failure, Cephalgia dan Low Back Pain. Sedangkan mayoritas kelompok intervensi memiliki penyakit hiperlipidemia dengan penyakit lain. Mayoritas dari subjek penelitian memiliki kebiasaan tidak merokok dan tidak olahraga. Berdasarkan karakteristik klinis pasien, penelitian ini didominasi pasien yang menggunakan Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) Candesartan yaitu sebanyak 36 pasien yang terdiri dari 20 pasien (58,82%) pada kelompok kontrol dan 16 pasien (47,06%) pada kelompok intervensi. Peringkat kedua terbanyak adalah penggunaan antihipertensi golongan Calcium Channel Blockers (CCBs) Amlodipine yaitu sebanyak 21 pasien yang terdiri dari 12 pasien (35,29%) pada kelompok kontrol dan 9 pasien (26,47%) pada kelompok intervensi. Adapun tingkatan hipertensi pada semua pasien bervariasi, sebanyak 14 pasien (41,17%) kelompok kontrol dan 15 pasien (44,12%) kelompok intervensi menunjukkan hipertensi derajat I. Sebanyak 20 pasien (58,82%) kelompok kontrol dan 19 pasien (55,88%) kelompok intervensi menunjukkan hipertensi derajat II.
3.2 Penilaian Domain Kualitas Hidup Kualitas hidup dari kedua kelompok dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan SF-36. Kuesioner ini umum digunakan untuk kajian kesehatan yang telah diterapkan pada beberapa penelitian dan digunakan pada beberapa penyakit oleh peneliti lain. Kuesioner ini terdiri dari 36 pertanyaan, dan mencakup delapan domain kesehatan yakni: (1) kesehatan umum, (2) fungsi fisik, (3) keadaan fisik, (4) keadaan emosional, (5) fungsi sosial, (6) nyeri tubuh, (7) vitalitas dan (8) kesehatan mental. Pada kunjungan pertama, semua pasien diminta melengkapi kuesioner melalui wawancara tatap muka (face-to-face interview). Setelah menjawab kuesioner, kelompok intervensi menerima brief counseling dan pesan teks singkat mengenai jadwal minum obat serta motivasi, sedangkan kelompok kontrol menerima usual care dari rumah sakit. Kemudian pada kunjungan selanjutnya, diukur kembali kualitas hidup masing-masing kelompok. Isi dari SMS yang diberikan mengacu dari Bobrow et al.9dan Buis et al. 10 dengan modifikasi isi pesan dan frekuensi pemberian. Adapun isi dari SMS yang diberikan dapat dilihat pada tabel II.
Tabel 2. Teks Layanan Pesan Singkat Tipe SMS
Isi dari SMS yang diberikan
Pengingat Minum Obat dan Motivasi
“Assalamualaikum, Bapak/ Ibu, Anda sangat berharga untuk keluarga. Sudahkah Anda menyiapkan obat antihipertensi hari ini [nama obat dan dosis]? Untuk menjaga kesehatan, minumlah obat Anda, kontrol rutin sesuai jadwal, berolahraga, makanlah makanan yang sehat dan hindari merokok/paparan asap rokok. Terimakasih”
Motivasi
“Apabila Anda hanya menggunakan garam dalam jumlah sedikit ketika memasak, juga mengurangi konsumsi makanan yang mengandung garam dan tinggi lemak, maka Anda dan keluarga akan memiliki tekanan darah yang terkontrol” “Merokok atau paparan dari asap rokok dapat meningkatkan tekanan darah. Lakukanlah aktivitas fisik paling sedikit 30 menit setiap hari untuk dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah penyakit”
Frekuensi Pemberian SMS Hari ke 0-14 (dikirim setiap hari) Hari ke 15-28 (dikirim setiap 2 hari) Hari ke 29-42 (dikirim setiap 1 minggu)
Jumlah SMS 15
Hari ke 0, 7, 14, 28
4
Hari ke 1, 8, 15, 29
4
7
2
106
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
Peningkatan skor rata-rata kualitas hidup secara umum pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (gambar 1).
Gambar 1. Peningkatan skor kualitas hidup dari kedua kelompok berdasarkan kunjungan pre dan post
Skor rata-rata kualitas hidup pada kunjungan pertama dan kunjungan kedua dari kelompok intervensi berturut-turut 53,56±18,71 dan 64,99±14,49. Sedangkan skor rata-rata kualitas hidup pada kunjungan pertama dan kunjungan kedua dari kelompok kontrol berturut-turut 46,49±14,64 dan 45,36±13,91. Berdasarkan analisis Mann-Whitney Test, uji
beda rata-rata kualitas hidup pasien pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol mengalami perbedaan yang signifikan (p=0,000). Hasil uji statistik rata-rata peningkatan nilai kualitas hidup menurut domain SF-36 pada kelompok kontrol dan intervensi dapat dilihat pada tabel III.
107
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
Tabel III. Rata-rata peningkatan skor domain SF-36 kelompok kontrol dan kelompok intervensi (Mean ± SD)
Kesehatan Umum
Kontrol Intervensi Pre-Post 2,08±11,06
Fungsi Fisik Keadaan Fisik
-4,56±12,81 -2,20±12,86
Keadaaan Emosional Fungsi Sosial
-0,98±12,94
Nyeri Tubuh Vitalitas Kesehatan Mental
-3,31±17,22 -0,73±7,77 1,13±7,46
Domain
SF-36
P
-1,91±10,64
Pre-Post 12,57±12,3 9 4,70±7,87 20,59±24,2 1 31,37±35,7 1 13,38±20,2 4 7,35±11,56 5,44±9,40 4,00±7,37
0,000* 0,001* 0,000* 0,000* 0,001* 0,001* 0,005* 0,156
Keterangan: P adalah uji beda domain perilaku pada kunjungan pre-post * = Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok intervensi dengan kontrol Uji normalitas (Kolmogrov-Smirnov) menunjukkan bahwa data kelompok kontrol dan intervensi terdistribusi tidak normal (p<0,05) sehingga menggunakan uji Mann Whitney. Pada kunjungan pre hingga post, diketahui semua domain berbeda signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi, hanya pada domain kesehatan mental yang tidak mengalami perbedaan signifikan. 4. PEMBAHASAN WHO memprediksikan pada tahun 2030, penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup Indonesia akan menjadi penyebab utama dari 87% kematian15. Oleh karena itu, diperlukan strategi intervensi yang efektif berbasis perubahan perilaku untuk meningkatkan hasil terapi dan tercapainya asupan nutrisi yang adekuat. Peningkatan profesionalisme serta kohesifitas antar profesi kesehatan sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keterlibatan apoteker dan ahli gizi merupakan salah satu tim kolaboratif yang dapat memberikan pendekatan lebih komprehensif. Konseling oleh apoteker dapat meningkatkan pengetahuan pasien16,17. Sedangkan konseling gizi juga dapat membantu pasien dalam memecahkan masalah sehingga terjadi perubahan sikap untuk menerapkan diet yang sesuai18.
Penelitian ini menggunakan pendekatan modifikasi brief counseling 5A’s yang terdiri dari Assess (menilai), Advise (memberi saran), Agree (persetujuan), Assist (membantu), dan Arrange (tindak lanjut) 6. Selain itu, intervensi berbasis layanan pesan singkat juga digunakan agar menyediakan dorongan sosial yang kuat 19,20. Pendekatan ini sangat tepat digunakan pada kondisi pasien rawat jalan serta relatif praktis untuk diaplikasikan karena sudah ada penilaian terhadap kondisi pasien21. Intervensi konseling singkat ini akan membantu dengan cepat dan efektif untuk menasihati pasien dalam perubahan perilaku sehat22. Pasien pada kelompok intervensi menerima brief counseling dengan media leaflet dan gambar dari apoteker dan ahli gizi sehingga akan memudahkan pemahaman pasien. Adapun informasi yang diberikan antara lain mengenai penyakit hipertensi, pentingnya kepatuhan terhadap diet dan terapi obat, modifikasi gaya hidup meliputi aktivitas fisik, diet rendah natrium dan lemak serta menghindari rokok maupun paparan asap rokok. Selain itu, pasien secara lisan mendapat konseling mengenai nama obat antihipertensi, indikasi obat, cara dan dosis pemakaian obat, efek samping obat yang umum dan interaksi obat, cara untuk meminimalkan efek samping dan tindakan penanganan yang harus diambil. 108
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
Kualitas hidup yang buruk memiliki implikasi penting dalam pengelolaan pasien dengan penyakit kronis seperti hipertensi. Aydemir et al.23 menunjukkan bahwa pasien hipertensi mengalami penurunan yang signifikan secara statistik pada semua domain kualitas hidup dibandingkan dengan pasien normotensif. Terutama pasien hipertensi dengan kerusakan organ target memiliki skor paling rendah pada domain keadaan emosional, aspek fisik, vitalitas, dan kesehatan mental. Menurut Gusmao et al.24 pasien dengan komplikasi diketahui mengalami penurunan skor dari domain nyeri tubuh, vitalitas, dan kesehatan mental. Intervensi yang diberikan melalui penelitian ini dapat meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi. Saputri25 dan Wal et al.26, mendukung temuan ini. Domain kualitas hidup yang meningkat secara signifikan adalah domain kesehatan umum (p=0.000), fungsi fisik (p=0.001), keadaan fisik (p=0.000), keadaan emosional (p=0.000), fungsi sosial (p=0.001), nyeri tubuh (p=0.001), dan vitalitas (p=0.005). Sedangkan domain kesehatan mental tidak meningkat secara signifikan (p=0.156), hal ini dikarenakan memerlukan intervensi yang lebih lama dan terus-menerus. Penelitian ini hanya dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan dan interval antara pemberian intervensi dengan penilaian akhir terhadap kualitas hidup hanya dalam periode yang relatif singkat. Selain itu, dapat pula dipengaruhi oleh komorbiditas penyakit yang diderita pasien. Baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi didominasi oleh pasien hipertensi dengan komplikasi. Hipertensi memerlukan terapi jangka panjang dan monitoring tindak lanjut, sehingga penting untuk melakukan intervensi yang efektif untuk mempertahankan kualitas hidup pasien melalui kolaborasi antar profesi kesehatan di Indonesia. 5. KESIMPULAN Penelitian yang dilakukan terbukti secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi rawat jalan di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Kesuksesan implementasi dari intervensi berbasis kolaboratif ini akan membangun hubungan partnership yang baik antara apoteker, ahli gizi dan pasien. Serta dapat meningkatkan peran apoteker dan ahli gizi sebagai role model dalam pelayanan kesehatan.
UCAPAN TERIMAKASIH Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh petugas RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin serta seluruh pasien yang bekerjasama dan telah membantu hingga terselesainya penelitian ini. Sebagai bentuk legal responsibility, penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komite Etik Penelitian Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dengan nomor 011503030. DAFTAR PUSTAKA 1. Toini U. Health-related quality of life and functional ability as patient-reported outcomes in rheumatoid arthritis. A study from two Finnish hospital-based populations University of Oulu, Faculty of Medicine, Institute of Clinical Medicine, Department of Internal Medicine. 2011. 2. Zung HC & Xu J. Hypertension-related Mortality in the United States, 2000-2013. US.Departement of Health and Human Services. NHS Data Brief No.193, March 2015. 3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan. Kemnkes RI. 2013. 4. Maskuriah U. S Kalimantan Highest National in Hypertension. Available at http://kalsel.antaranews.com/berita/35913/s -kalimantan-highest-national-inhypertension. Accessed on June 6, 2016. 5. Anwar R. Pola Makan sebagai Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Banjarmasin, Tesis, S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM. 2013. 6. ACPM. Coaching and Counseling Patients, American College of Preventive Medicine, chapter 11: 27. 2009. 7. Carroll, Jennifer K., Kevin F, Ronald ME, Mechelle RS & Geoffrey CW. A 5A's communication intervention to promote physical activity in underserved populations : study protocol. BMC Health Services Research 2012, 12:374 8. World Health Organization. Global status report on noncommunicable diseases 2010. Geneva, World Health Organization, 2010. 9. Bobrow K, Thomas B, David S, Naomi SL, Brian R, Mosedi N, et al. Efficacy of a text messaging (SMS) based intervention for adults with hypertension : protocol for the StAR (SMS Text Message Adherence 109
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
suppoRt trial) randomised controlled trial, BMC Public Health. 2014. Buis LR, Nancy TA, Phillip DL. Text messaging to improve hyperension medication adherence in africa americans : BPMED intervention development and study protocol.JMIR Research protocols 2015 Jan-MAr; 4(1):e1. Kim JY, Oh S, Steinhubl S, Kim S, Bae WK, Han JS, et al. Effectiveness of 6 Months of Tailored Text Message Remainders for Obese Male Participants in a Worksite Weight Loss Program: Randomized Controlled Trial. JMIR MHEALTH AND UHEALTH 2015; vol.3. Ariyani H, Akrom, Alfian R. Colaboration of Pharmacist and Nutritionist Interventions On Sodium Intake In Ambulatory Hypertensive Patients At Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Hospital, South Kalimantan, Indonesia, Presented in International Conference of Interprofessional Education 2016, Melia Purosani Hotel Yogyakarta. Accepted on Media Farmasi Journal, June 2016. Nasir A, Muhith A & Ideputri ME. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan : Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakta. 2011. Rachmawati Y, Dyah AP, Adnan. Validasi Kuesioner SF-36 Versi Indonesia Terhadap Pasien Hipertensi Di Puskesmas Yogyakarta, Pharmacy, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591 World Health Organization. Indonesia Non Communicable Diseases (NCD) Profile 2014, World Health Organization. Akhtar MM, Waheed A, Sheikh D, Hussain A. Role of pharmacist in improving health related quality of life (HRQoL) in hypertensive patients in Pakistan. American Journal of Pharmacological sciences2.5B (2014) :17-22. Naveen B, Mahaboojan M, Padmanabha YR., Narayana G. Impact of clinical
18. 19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
pharmacist mediated patient counseling on health related quality of life in hypertensive patients. Indian Journal Of Pharmacy Practice, 014; 7(1):34-40. 2014. Cornelia. 2010. Penuntun Konseling Gizi. Jakarta : PT Abadi De Jongh T, Gurol-Urganci I, VodopivecJamsek V, Car J, & Atun R. Mobile phone messaging for facilitating self-management of long-term illnesses. Cochrane Database of Systematic Reviews, 12, CD007459. 2012. Klasnja P & Pratt W. Healthcare in the pocket: Mapping the space of mobile-phone health interventions. Journal of Biomedical Informatics, 45, 184–198. 2012. Vallis M, Helena PV, Sharma, AM, Freedhoff Y. Modified 5 As:Minimal intervention for obesity counseling in primary care, Can Fam Physician; 59: 27 31. 2013. Burwell., R & C. P. Chen. Theory And Practice : Applying the principles and techniques of solution-focused therapy to career counselling. Counselling Psychology Quterly, June 2006; 19(2): 189–203. University of Toronto, Ontio, Canada. Aydemir O, Ozdemir C, Koroglu E. The impact of comorbid conditions on the SF36 : a primary care based study among patients. Arch Med Res. 2005;36:136-41. Gusmao JL, Decio M, & Angela M. Health-Related Quality of Life and Blood Pressure Control in Hypertensive Patients with and without Complications. Clinics (Sao Paulo). 2009 Jul; 64(7): 619-628. Saputri. Pengaruh Pemberian SMS Sebagai Pengingat dan Motivasi serta Konseling Farmasi Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RS PKU Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta.Tesis.2013. Wal P, Ankita W, Awani KR. Pharmacist involvement in the patient care improves outcome in hypertension patients. Journal Research in Pharmacy Practice 2013 Jul;2(3): 123-9.
110