Meski Jalan Kaki, Moga Sampai ke Tanah Suci Majalah
Edisi 10, November 2012 M/Muharram 1434 H
SAVE HARTA WAQAF Rp. 9.500,-
ISSN 0216-0790
Keluarga Besar
Mengucapkan
Selamat Hari Raya
Idul Fitri 1 Syawal 1433 H
Minal Aidil Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir & Bathin ttd Pimpinan
Percayakanrang
kebutuhan Ba Anda n a k a t i e C m a K a d a p ke Harga bersaing Kualitas dijamin Siap tepat waktu Bonus Iklan di koran&radio
Koran Majalah Tabloid Buku Poster Brosur Kalender Undangan Tiket
Kotak Makanan Kotak Tissue Sertifikat Stiker Kop Surat Leaflet Kartu Nama Map Folder Bag Paper
MEUSAREE-SAREE
W O R K I N G TO G E T H E R
caritas
CZECH REPUBLIC
Jl. Raya Lambaro Km.4,5 Tanjung Permai, Manyang PA Kec. Ingin Jaya Aceh Besar, Telp. (0651) 635544. Fax (0651) 637170 - Banda Aceh
KONTAK PERSON : - Elva (085228072947) - Maimun (08126965168) - Firdaus (0811685133) - Bahar (085260083328)
ISI
Majalah
Edisi 10, November 2012 M/Muharram 1434 H
06-11 UTAMA
Selamatkan Harta Wakaf 38-39 MADRASAH
Prestasi Gemilang Bidang Porseni 49 STYLE
10 Tempat Wisata Belanja
54-55 DAYAH
Ke Babun Najah Sebelum ke Madinah
12
PERISTIWA
21
KONSULTASI KELUARGA Suamiku Jarang Shalat
22
KANWIL
28
SOSOK Dra. Nilawati Idris
30
LENSA
32
BUDAYA Hikayat Aceh, Sumber Kearifan Lokal yang Terlupakan Meudagang
36
TAFSIR Rahasia Ilahi di Kota Suci
38
OPINI
47
SEMPENA Hati-hati, Hati!
48
SAINS Deteksi Penyakit dari Telapak Tangan, Kuku, dan Jari
50
ISLAMIKA
51
PUISI
52
CERPEN Ternyata Syetan Keliru
56
BAHASA
SURAT
Redaktur Pelaksana Majalah Santunan, Muhammad Yakub Yahya mengontrol proses percetakan Majalah di PT. Aceh Media Grafika (7/11).
Tanya Bank dan Minta Edisi Agustus Assalamu’alaikum, Saya bendahara MAN Gandapura Kab. Bireuen. Ingin menanyakan, apa pembayaran Santunan masih bisa lewat Bank BRI, karena Bank Syariah Mandiri (BSM) yang ada hanya di Lhokseumawe. Jadi untuk pembayaran terasa jauh. Sehingga sudah beberapa bulan tertunggak pembayarannya. Dan kami juga tidak menerima Santunan
edisi Agustus 2012. Bila masih ada tolong dikirim ulang dan bila ada pengaruh dengan keterlambatan penyetoran biaya, saya atas nama pribadi mohon maaf dan akan berusaha membayar tepat waktu, sehingga majalah yang kami terimapun bisa tepat waktu. Terima kasih Wassalam. Anwar S.Si—Kab. Bireuen
Redaksi. Silakan lanjutkaan penyetoran ongkos cetak di Bank BRI, tapi bagi Satker dan Kemenag yang dekat dengan BSM, silakan menyetor lewat BSM saja. Mengenai edisi 7 (Agustus 2012), kita sudah kabarkan pada bidang Distribusi dan Sekretariat. Untuk selanjutnya telepon saja ke nomor Usaha Santunan 085277759339. Terima kasih.
BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN:
Kota Banda Aceh Yusri, Said Mahfud, Aceh Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, Aceh Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan Raya Muhammad Juned, Taufiq, Aceh Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib, S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, Aceh Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, Aceh Jaya Taisir, S.TH, Rahmat, Aceh Selatan Drs. Bukhari Harun, Ainul Marziah, Aceh Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, Aceh Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, Aceh Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, Aceh Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, Aceh Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti, Bener Meriah Drs. H. Hamdani, Ambiya Yusri, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah Kota Subulussalam Taufiqurrahman,S.Sos.I, Sunarto,SE.
Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.
04
Santunan
November 2012
SALAM
Save Harta Agama muhammad yakub yahya Dari pada waqaf (wakaf), kita mungkin lebih akrab dengan zakah (zakat), infaq (infak), atau shadaqah (sedekah). Ada perbedaan tajam antara nama-nama dan amalan mulia itu. Waqa, sejenis ‘ibadah maliyah yang spesifik --dari kata wa-qa-fa, artinya tetap atau diam. Maksudnya, seseorang menyerahkan harta yang tetap ada terus wujudnya, tapi selalu memberi manfaat dari masa ke masa, tanpa kehilangan esensi benda aslinya. Sedekah kiban? Sedekah itu, begitu seseorang memberi hartanya, maka biasanya harta itu langsung habis manfaatnya, saat itu juga. Memang ada juga sedekah bentuk senyuman --itu soal lain. Beda lagi dengan hibah, jelas berbeda. Misal sedekah, kita memberi makan siang 10 kawan kantor di warung sebelah. Begitu makanan sudah ‘dilahap’, maka si pentraktir dapat pahala. Tapi tidak ada pahala lainnya setelah itu, sebab pokok sedekah itu sudah selesai manfaatnya. Sedangkan waqaf, kita bersedekah dengan harta yang pokoknya tetap ada, tapi harta itu bisa menghasilkan pemasukan/penghasilan yang bersifat terus menerus, dan rutin. Amsalnya, seseorang mewaqafkan seekor sapi untuk fuqara’ masakin. Lembu itu tidak disembelih, melainkan dipelihara oleh orang yang ahli dalam pekerjaannya. Yang diambil manfaatnya adalah susunya yang diperah. Susu itu misalnya, boleh dibagikan kepada fakir miskin, atau dijual, yang hasilnya untuk kaum fakir miskin. Juga, seseorang mewaqafkah sebidang blang atawa lapoh (sawah/ kebun) untuk ditanami. Sawah itu diserahkan kepada orang yang amanah untuk digarap, yang hasilnya diperuntukkan khusus untuk anak-anak yatim. Atau, seseorang mewaqafkan sejumlah sahamnya perusahaan. Semua deviden yang didapatnya akan diserahkan kepada masyarakat miskin untuk bea siswa pendidikan. Jadi, di sini kita mulai bicara juga waqaf uang yang dahsyat efeknya. Lalu, dua tahun silam, (8/1), Presiden SBY mencanangkan Gerakan Nasional Waqaf Uang, di Istana Negara. Pencanangan ini sudah lama ditunggu. Peluncuran gerakan ini diharaplan menjadi tonggak sejarah dan momentum penting bagi gerakan waqaf produktif di negara yang ‘belum bijak’ menggarap pajak dan waqaf, untuk meningkatan kesejahteraan umat dan bangsa Indonesia. Di sini, wacana/isu waqaf uang mulai marak didiskusikan sejak awal 2002. Ketika IIIT (International Institute of IslamicThought), dan Depag menggelar Workshop Internasional tentang Waqaf Produktif, di Batam (7-8/1). Terus, beberapa bulan pascaworkshop itu, IAIN Sumut menggelar Seminar Nasional Waqaf Produktif, di Medan (1-2/5). Kala itu mereka menghadirkan 16 pembiacara nasional. Usai itu, Seminar International tentang wakaf kembali digelar di Medan oleh Universitas Islam SU (6-7/1/2003). Menghadirkan pakar-pakar wakaf berkaliber dunia, seperti Prof. Dr. Monzer Kahf; Prof. Dr. M. A. Mannan; Prof. Dr. Sudin Haroun. Hasil kajian yang panjang dan melelahkan itu, selanjutnya membuahkan manfafat yang sangat menggembirakan, karena masalah waqaf uang dimasukkan dan diatur dalam perundanganundangan Indonesia, melalui UU Nomor 41/2004 tentang Wakaf. UU ini selanjutnya disusul oleh kelahiran PP Nomor 42/2006. Dengan demikian, wakaf uang telah diakui dalam hukum positif di Indonesia. Lahirnya UU 41/2004 tentang Waqaf diarahkan untuk memberdayakan wakaf yang merupakan salah satu instrumen dalam
membangun kehidupan sosial ekonomi umat Islam. Kehadiran aturan main waqaf ini menjadi momentum pemberdayaan waqaf secara produktif, sebab di sini terkandung pemahaman yang komprehensif dan pola manajemen pemberdayaan potensi waqaf secara modern. Ditilik dari tujuan dan kontribusi yang dapat diberikan oleh institusi wakaf uang, keberadaan waqaf uang di Indonesia menjadi sangat krusial. Setidaknya ada beberapa hal yang mengakibatkan pentingnya pemberdayaan waqaf di negara yang kembali mengenang Hari Pahlawan dan momentum Hijrah pada 2012/1433 H ini: angka kemiskinan di Indonesia masih tinggi, yang perlu mendapat perhatian dan langkah-langkah yang konkrit; kesenjangan yang tinggi antara penduduk kaya dengan penduduk miskin; Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbesar, sehingga waqaf memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan; dan sejumlah ‘bencana’ dan ‘bala’ yang terjadi, mengakibatkan terjadinya defisit APBN/APBA/APBK, sehingga diperlukan kemandirian masyarakat dalam pengadaan public goods. Tsunami misalnya, bukti ‘musibah’ besar terakhir di Aceh-Nias, yang melibatkan rehab-rekon lewat bantuan waqaf. Dan bantuan pun, sama dengan waqaf di kampung dan kota, ada yang belum ‘beres’ distribusi, aturan, dan manajemennya. Jadi, ada persoalan lain dalam masyarakat dalam menilik harta waqaf. Tepat, semisal Lajnah Bahsul Masail MUDI Mesra, Bireuen, mengeluarkan pertimbangan: permasalahan pengelolaan waqaf yang umum terjadi; sering terjadi kesalahpahaman tentang pengelolaan kehasilan harta waqaf masjid; agar pengelolaan kehasilan dari harta waqaf kepada masjid sesuai syar’i dan tidak terjadi percekcokan; maka ditetapkan dalam konsiderannya: LBM menetapkan keputusan pengelolaan kehasilan harta waqaf kepada masjid untuk dijadikan pedoman bagi pihak yang membutuhkan. Diputuskan, cara pengelolaan hasil dari harta waqaf, agar ada upaya save (penyelamatan) harta waqaf; waqaf yang mutlak di-hamalkan kepada mashlahah, maka hukum pengelolaan hasil dari harta waqaf yang mutlak dan yang untuk maslahah, adalah sama. Hasil dari harta waqaf yang untuk ‘imarah, maka tertentu pemakaiannya untuk ‘imarah. Hasil dari harta waqaf yang disyaratkan untuk mashlahah tertentu, maka dipergunakan untuk mashlahah tertentu tersebut (merealisasikan syarat si waqif). Juga, pengelolaan sisa (kelebihan) dari harta waqaf yang mutlak dan yang untuk maslahah, diatur bahwa sisa dari hasil harta waqaf yang mutlak/untuk maslahah disimpan oleh nadhir (nazir) atau dibeli tambahan aset yang dapat meningkatkan kehasilan (iqar). Wajib menyimpan sisa dari hasil harta waqaf (mutlak/untuk maslahah) sebagai persiapan untuk ‘imarah, dan selebihnya dibelikan aset (‘iqar). Jika sisa tersebut tidak dibelikan aset lain, mesti diutamakan untuk ‘imarah aset (‘iqar) dibanding ‘imarah masjid dan mustahiqqin. Sebagian Ulama Mutaakkhirin, memboleh mempergunakan sisa dari hasil harta waqaf (mutlak/maslahah) untuk tijarah (modal usaha). Soalan ‘mutasi’ dan ‘tukar guling’ lahan waqaf pun, masih juga jadi perdebatan. Jadi, untuk menggugah siapa pun untuk berwaqaf, terdorong melibatkan diri dalam pemanfaatan objek waqaf, baiknya sosialisasi terus menerus, sebagaimana sosialisasi zakat, dibutuhkan, misal dari Kemenag (Hazawa) dan BWI (Badan Waqaf Indonesia). Juga dengan bahasan Santunan edisi ini, moga menambah khazanah itu. []
Majalah Santunan Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh. Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Dewan Pengarah: Kepala Bagian Tata Usaha dan para Kepala Bidang. Penanggungjawab: Kepala Subbagian Hukmas dan KUB. Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Juniazi. Sekretaris Redaksi: Khairuddin Aba. Redaktur Pelaksana: Muhammad Yakub Yahya. Redaktur: Mulyadi Nurdin; Muzakkir; Abdullah AR; Alfirdaus Putra; Zarkasyi Yusuf; Taharuddin; Suri Arniansyah; Mardin M. Nur. Pemimpin Usaha: Munawar. Wakil Pemimpin Usaha: Saifuddin. Keuangan: Darwin. Sirkulasi/Marketing: Amwar Citra Hutabarat. Staf Sekretariat: Fadhlan Mursal; Saiful Mahdi; Hartati; Nurbaiti; Zamzarina. Layout: Jabbar Sabil; Khairul Umami. Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh. Website: http://aceh. kemenag.go.id. Email redaksi:
[email protected]. Email Usaha:
[email protected]. Telp. Redaksi: 085362367700. Telp. Usaha: 085277759339. Rekening: Bank Rakyat Indonesia No. 00000037-01-002219-30-7 a.n. Majalah Santunan; Bank Syariah Mandiri No. 7070777775 a.n. Majalah Santunan. Santunan
November 2012
05
06
Santunan, November 2012
UTAMA
Selamatkan Harta Waqaf Tetangga Anda kuliah dengan beasiswa ke Universitas Al-Azhar Kairo --salah satu pusat utama pendidikan, pemberi gelar tertua di dunia, yang asal muasalnya dibangun oleh Bani Fathimiah-- dan pulang dengan ‘lakap’ Lc, Doktor, atau lainnya? Anda dapat beasiswa dari Yayasan waqaf, semacam Paramadina Jakarta? Atau Anda korban tsunami dan menempati rumah bantuan Islamic Relief? Selain rumah di Aceh, Islamic Relief dari Inggris itu, juga membangung mushalla, masjid, dan sekolah.
Kepala Kakanwil Kemenag Aceh mengajak warga untuk selamatkan harta waqaf (wakaf). “Kepada seluruh jajaran (misalnya KUA dan nazir), agar bekerja maksimal terutama dalam menyelamat tanah wakaf yang memiliki potensi yang cukup besar untuk pemberdayaan ekonomi umat. Apalagi banyak tanah wakaf yang tidak jelas keberadaannya pasca gempa-tsunami 2004,” ajak Kakanwil Kemenag, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd, saat membuka acara perwaqafan Kanwil. Bidang Penyelenggaraan Hazawa (Haji, Zakat, dan Wakaf) Kanwil Kemenag Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh, mengatakan bahwa pihaknya terus menfokuskan pada kiat penyelamatan harta agama atau tanah wakaf yang banyak sekali di Aceh. Keseriusan
Ternyata sumber dana sebagian besar dari waqaf (wakaf) uang. Masya Allah, dahsyatnya harta waqaf, mengubah wajah dunia dan ekonomi warga. Kampung yang banyak tanah waqaf, jika jujur manajemennya, akan makmur. Namun nyatanya ‘administrasi’ tidak seindah namanya: waqaf. Waqaf bukanlah barang baru, sejak dulu, umat Islam yang kaya biasa mewaqafkan tanah dan bangunan yang mereka miliki untuk digunakan di jalan Allah. Mungkinkah setiap Muslim bisa berwakaf tanpa harus menunggu menjadi kaya?
ini terlihat jelas dengan banyaknya upaya penyuluhan dan pembinaan secara berkesinambungan bagi pihak-pihak yang berwenang dalam masalah perwakafan. Beberapa bulan lalu, dilakukan tiga program: Temu Konsultasi Program Pember dayaan Wakaf bagi Pejabat Daerah 2012, Temu Konsultasi Tim Kerja Sertifikasi Tanah Wakaf 2012, dan Lokakarya Regulasi Perwakafan bagi Penyelenggaraan Teknis Wakaf Provinsi Aceh, di Hotel The Pade, Banda Aceh. Ini merupakan program Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kemenag RI yang digelar di daerah. Untuk ini, langsung dihadiri Direktur Wakaf Kemenag RI, Drs. Sutami, M.Pd.I. “Semua jajaran Kankemenag setiap level
berkewajiban menyelamatkan (save) harta wakaf, karena ini tanggung jawab kita kepada Allah SWT. Meskipun banyak persoalan dalam masyarakat, di antaranya, masyarakat kita masih menilai, ini hak Allah, jadi yang akan menjaga dan melindunginya adalah Allah. Padahal kita diamanahkan juga menatanya. Direktorat Wakaf sebagai direktorat yang paling muda di Kemenag RI, dan juga belum terwujudnya para Nazir Waqaf yang profesional,” kata Direkturnya, dalam satu acara yang digelar Bidang Hazawa itu. Beberapa bulan lalu, Bidang Hazawa juga melaksanakan kegiatan Orientasi Kepenyuluhan dan Informasi Haji bagi Kepala KUA se Aceh, Pembinaan Nadhir Wakaf dan Pembinaan Amil Zakat, di Hotel
Harta Waqaf Milik Allah UU Nomor 41 Tahun 2004 mengatur tentang waqaf. Dirincikan pelaksanaannya dengan PP Nomor 42 tahun 2006. Persoalan yang pernah kita hadapi, misalnya soal peruntukan dan pengalihan tanah waqaf yang berupa lahan ‘menganggur’ atau lahan tidur tak diproduktivitaskan, kuburan, atau jalan. Selain itu, ada perluasan masjid yang membutuhkan lahan lain di sampingnya. Yang tidak kalah seru ialah menggugat tanah waqaf oleh pewaris yang tidak memahami agama dan status waqaf. Atau memang ada anak `durhaka` yang tidak mau kompromi dengan kondisis masal lalu, yang memang dulu ada ikrar waqaf yang tidak seteratur hari ini, dengan kilauan harga tanah yang menggiurkan. Padahal tanah waqaf itu milik Allah, bukan milik Kemenag atau masyarakat, apalagai milik anak di waqif (pewaqaf). Jadi, selama almarhum di alam barzakh, selama harta waqaf dimanfaatkan akan mengalirlah pahala ke alam sana. Proses gugat menggugat dan pemalsuan atas tanah waqaf itu, padahal sulit, sebab ada intervensi pihak Badan Pertanahan Nasional. Jika di Aceh, tuntutan kekhususan regulasinya juga unik, sebab ada Baitul Mal. Apalagi ada aturan, dilarang menukar objek waqaf, kecuali dengan izin Menteri. Jadi, sering ada proses penukaran tanah waqaf sesuai peruntukan dan maslahah. Misalnya ada balai pengajian atau yayasan yang membutuhkan dana. Ada pula lahan waqaf yang lama kosong, tapi strategis untuk pengembangan ekonomi. Lalu dibangun toko di atas lahan itu, yang hasil sewa dan jualan akan diperuntukkan bagi kemakmuran yayasan atau balee beuet. Pihak Kanwil Kemenag pernah menangani kasus pengalihan objek waqaf di Bener Meriah dan Aceh Tengah, yang ada problematika waqaf. Masalahnya pada luas yang sama, tapi harga berbeda. Kasusi di Gampong Kramat Banda Aceh, juga berkaitan dengan BPN. Sungguh, seakan masalah administrasi waqaf itu berbelit. Padahal memang mesti bertahap dan komplit urusannya. Sebab harta waqaf, juga tanahnya, milik Allah. Demikian antara lain paparan Kepala Bidang Haji, Zakat, dan Waqaf Kanwil Kemenag Aceh, sebelum turun struktur baru yang akan merombak beberapa Bidang dan Seksi di Hazawa, dalam sebuah acara “Penyuluhan Hukum bagi Aparatur Kemenag di Aceh September lalu. [yakub] Grand Nanggroe Banda Aceh. Kakanwil Kementrian Agama, yang diwakili oleh Kabid Pekapontren, H. Abrar Zym, S.Ag, dalam momen baik itu mengajak, “Sosialisasi masalah haji, wakaf, dan zakat adalah tugas setiap aparatur Kemenag tanpa terkecuali dalam berbagai kesempatan, agar masyarakat cepat mendapatkan informasi yang sangat dibutuhkan, terutama masalah penyelenggaraan ibadah haji.” Saat Orientasi Kepenyuluhan Informasi Haji bagi Kepala KUA, Pembinaan Nadhir Wakaf, dan Pembinaan Amil Zakat dilaksanakan sebanyak empat angkatan. Narasumber berasal dari Kanwil Kemenag, Baitul Mal, akademisi IAIN, dan BPN (Badan pertahanan Nasional) Aceh. [yakub] Santunan
November 2012
07
Nazir dan Waqaf, Reposisi dan Registrasi
Nazir (sering disebut nazhir atau nadhir), bukan nama seorang teman. Nazir bukan nama sebuah partai politik. Nazir bukan nama tetangga saya dan bukan juga tetangga Anda. Bukan pula ia nama calon menantu Anda. Nazir yang kita bicarakan, pengelola (‘manajer’) dalam perberdayaan wakaf (atau sering ditulis waqaf). Sosok nazir sangat berpengaruh pada kesadaran masyarakat untuk berwaqaf, sekaligus menjadi garansi. Apakah waqaf digunakan atau dimanfaatkan berdasarkan aturan yang ada atau tidak teregistrasi, akhirnya hilang dan memunculkan dilema, fitnah dan jutaan misteri serta problema. Hasilnya waqaf dilihat dengan lirikan dan masyarakat justru ragu serta enggan berwaqaf, karena takuttakut waqaf dijadikan harta pribadi serta dijadikan warisan pada keturunannnya. Ini bukan dongeng, kan? Menurut Drs. Suriadinata --Penghulu Madya dan Kepala KUA Kecamatan Blang Bintang Aceh Besar yang sering lihat pesawat (meski jarang naik), sekaligus PPAIW itu- mengutip regulasi perwaqafan dan nazir, menerangkan bahwa: Tugas, masa, dan sanksi UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, pasal 11 menjelaskanm nazir mempunyai tugas: a. Melakukan pengadministerasian harta benda wakaf. b. Mengelola dan menembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,
08
Santunan
November 2012
fungsi dan peruntukannnya. c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf. d. Melaporkan pelaksanaan tugas pada Badan Wakaf Indonesia (BWI). Masa bakti nazir ada dalam pasal 14 yang menyebutkan: 1. Masa bakti nazir adalah lima tahun dan dapat diangkat kembali. 2. Pengangkatan kembali nazir dilakukan oleh BWI. Apabila yang besangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan baik dalam periode sebelumnya sesuai ketentuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan. Sanksi bagi nazir dan yang ‘reposisi’ pada fungsinya: Nazir yang tidak bekerja pada posisinya, pasal 5, secara tegas menyatakan, nazir berhenti dari kedudukannya apabila: a. Meninggal dunia b. Berhalangan tetap c. Mengundurkan diri d. Diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesiia (BWI). Kendala dan dilema registrasi A. Administrasi Nazir belum ada database. Persoalan administrasi, ringan bagi yang mau melaksanakan, dan akan sangat berat bagi orang-orang yang tidak paham akan pentingnya administrasi. Administrasi dan tatusaha, itu sunnah Nabi Saw. Akta Ikrar Wakaf (AIW) yang berbentuk pertinggal
dan Pengesahan Nazir (W5) tidak tersimpan secara baik, akan menimbulkan mala petaka dikemudian hari. Sama dengan dokumen lain. Waktu terus berjalan, dan tiba saatnya data diperlukan, justru tidak ‘beliau’ ada, tidak tahu disimpan di tumpukan mana, dan bahkan hilang. Ketika dokumen tersebut hilang akan menimbulkan keraguan tentang benar tidak: tanah tersebut telah diwaqafkan. Hal macam ini akan memunculkan pembicaraan panjang, pertentangan dan itu masalah besar dalam ‘tubuh’ Islam yang mungkin ‘materialistis’ hari ini. Waqif mengatakan bahwa tanah tersebut telah diwaqafkan, tapi buktinya tidak ada, Nazir juga mengatakan bahwa itu tanah wakaf tapi W5 juga hilang. Sementara para pihak atau ahli waris minta bukti otentik. Jika tidak, tanoh abu kamoe, kami faraidh-kan Akhirnya yang ada kepanikan, karena telah dikomplain oleh nasab sang almarhum. Syukur kalau si waqif dan nazir masih hidup, serta jangkauan waktu belum terlalu lama. Gimana kalau waqif dan nazir telah tiada, sudah di kubruan massal tsunami, dan itu waqaf lama. Tentu saja waqaf itu akan dicabut kembali dan sama dengan satu persil tanah waqaf melayang. “Mari kita berandai-andai misalnya, Aceh ada 23 kabupaten dalam dekade satu tahun satu kabupaten, satu persil hilang artinya hitungan kita kehilangan tiap tahun 23 persil benda waqaf. Jikalau hal ini berlaku tentu yang bisa kita lakukan hanya urut-urut dada sambil berucap masya Allah, dan itu tragedi,” menurut mantan Ketua Forum Kepala KUA dan Pengurus Koperasi Al-Ishlah Kankemenag Aceh Besar, Suriadinata. B. Evaluasi kinerja nazir Nazir sebagai pengelola harta benda waqaf mendapatkan imbalan tidak boleh melebihi sepuluh persen dari hasil bersih (Pasal 12 PP Nomor 42 Tahun 2006, halaman 9). Itupun boleh diambil manakala nazir bekerja secara baik, proaktif dan produktif. Namun masih ada para nazir, hari ini, belum membuat rekapitulasi dan evaluasi hasil waqaf secara tahunan atawa periodik. Seharusnya nazir membuat modul --walaupun berdasarkan ijtihad pribadi dengan bhinneka bentuknya, terserah-- dan menempelkan pada tempattempat tujuan waqaf. Maksudnya kalau waqaf untuk masjid,
ditempelkan di papan pengumuman masjid, apabila tujuan waqafnya menasah, ditempelkan di menasah sehingga terbaca dan diketahui oleh masyarakat. Nazir membuat rapat tahunan, dibicarakan berapa hasil yang diperoleh tahun ini, dalam bentuk ‘apa’ dan ‘berapa’. Dana atau barang tersimpan di mana, ke mana, rencana akan depan ‘ho taba’ (dikemanakan). Kita gunakan data, serta menjawab kalau ada pertanyaan dan hal ihwal yang belum diketahui oleh warga, langsung diberi penjelasan. Jika hal ini dapat dilaksanakan akan muncul stimulus, kesadaran, dan keinginan berbuat, karena orang bakalan mafhum bahwa waqaf akan sangat membantu pembangunan agama dan mashlahah banyak orang. Pada gilirannya mayarakat timbul kesadaran untuk berwaqaf, rindu ridha Ilahi dan waqaf akan membumi di tiap jengkal pertiwi. “Secara online waqaf bisa diakses, dan akan menutup anggapan bahwa hasil waqaf tidak digunakan oleh oknum untuk merperkaya diri sendiri, satu golongan, atau sebuah perkumpulan. Dengan kepercayaan kepada nazir, akan membunuh apriori dan memunculkan silaturrahmi yang elok. Itu akan membuat waqaf mudah dibicarakan, dilaksanakan dan Insya Allah waqaf akan menjadi kebutuhan primer bagi orang-rang yang mampu untuk berwaqaf, apakah itu wakaf pribadi, wakaf Badan Hukum, bahkan wakaf organisasi,” saran Suriadinata, mantan Ketua Pokjaluh Aceh Besar. Advokasi PPAIW, ‘garis miring’ PPAIW (Pejabat Pembuat Akte Ikrar Wakaf) menjadi simpul terhadap alur prosesi registrasi waqaf, karena PPAIW pemegang kendali yang dengan hirarki , memeriksa, meneliti, dan memastikan keberadaan harta benda waqaf: apakah syarat riil dan materil terpenuhi untuk disulkan registrasi (sertifikat) pada BPN. Advokasi terhadap PPAIW masih sangat lemah, karena ‘cuma’ pada SK Pengangkatan Penghulu/Kepala KUA/PPAIW. Kedudukan PPAIW hanya dibatasi dengan ‘garis miring’, bukan diatur tersendiri dan tegas. Sementara kalau kita cermati Notaris dan PPAT (Pejabat Pembuat Akte Tanah) telah diatur tersendiri dan tegas. “Kondisi ini lebih diperburuk lagi. Legitimasi berbentuk stempel khusus PPAIW belum ada. Akibatnya semua persoalan waqaf terstempel dengan stempel Kantor Urusan Agama. Memang ada rada-rada lucu bercampur sedikit aneh, melihat blangko waqaf terstempel KUA, tapi karena sudah begitu yah begitu aja. “Ala bisa ya kita biasakan,” Cuma ada satu pertanyaan, ,apakah itu sudah benar dari sisi UU, Tupoksi, dan
bagiamana kalau terjadi protes dan complain oleh UU lain. Secara kebiasaan oke saja, tapi manakala terjadi perkara, gimana advoksi terhadap PPAIW yang telah bekerja tanpa SK dan stempel spesifik itu?” gugat Suriadinata yang terkenal vokal itu.
70 % belum Bersertifikat
Mohon pertimbangan Menurut Drs. Suriadinata, Ketua Badan Pengawas Koperasi Al Ishlah Kemenag Aceh Besar, “Di antara pertanyaan dari bawah adalah, waqaf yang telah diusulkan pada BPN melebihi dua tahun belum keluar sertifikasi: apakah kita menunggu untuk proses pengsertifikatan atau diusul baru? Kalau dibuat usulan yang baru bagaimana persoalan penomoran jumlah persil harta benda waqaf, apa solusi yang harus kita ambil karena problema ini mengakibatkan kepada berkurang atau penambahan jumlah persil harta benda waqaf, bukan pada jumlahnya yang semestinya.” Maka kita menanti banyak pelatihan dan pembekalan bagi KUA, nazir, dan lainnya. Kami juga mengaharap: 1. Segera pembentukan HIMNI (Himpunan Nazhir Indonesia) secara merata pada takaran Kab/Kota. Lembaga ini harus berfungsi maksimal dan bererja proaktif dalam memonitor, mengevaluasi dan mengkoordinir para nazir sehingga existensi nazhir dalam pelaksanaan management waqaf berjalan berdasarkan petunjuk dan arahan aturan yang berlaku. Sekedar saran, kalau bisa masa bakti nazir jangan lagi 5 (lima) tahun, tapi cukup 3 (tiga) tahun saja, dengan pertimbangan tidak terlalu lama dalam masa bakti, tidak bosan dalam bertugas, dan memudahkan dalam kontrolan. 2. Terbentuknya BWI (Badan Waqaf Indonesia) pada tiap Provinsi
Potret tanah waqaf, misalnya deretan angka yang ada di Kantor Kemenag Kabupaten Aceh Besar. Dalam beberapa tahun lalu, ‘Kota Jantho’ telah memprogramkan sertifikasi Tanah Waqaf secara gratis. Hal ini dalam rangka meningkatkan upaya penyelamatan aset-aset agama yang dapat dikelola secara profesional dan bernilai ekonomi produktif. Pernah Kankemenag Aceh Besar adakan Rapat Koordinasi dengan Forum Nazir Waqaf (Fornawa) kabupaten Aceh Besar. Rakor yang dipimpin oleh Kepala Penyelenggara Zakat dan Waqaf Kankemenag Aceh Besar, H. Khalid Wardhana, S.Ag --haji 1433 H ini sebagai Petugas Kloter 5-- melibatkan Ketua Fornawa, Drs Ridwan Daud; Sekretaris, Suhaimi, SH; Bendahara, Fajran Yacob, SH; dan sejumlah Kepala KUA, serta Imam Masjid Dalam Rakor ini terungkap, masih banyak tanah waqaf tak teridentifikasi dengan baik. Bahkan 70% tanah waqaf di Aceh Besar belum mempunyai kekuatan administrasi (sertifikat). Di gampong-gampong dan kemasjidan belum ada manajemen Nazir Waqaf yang profesional, sehingga pengelolaahnya jauh dari harapan. Kemenag Aceh Besar bekerja sama dengan Badan pertanahan Nasional (BPN) Aceh Besar, melalui anggaran 2010 telah membantu penyelesaian sertifikat secara gratis, sejumlah 36 persil. Sedangkan untuk 2012 meningkat menjadi 100 persil tanah waqaf. Kemenag mengharapkan kepada para Imam Masjid, BKM Masjid, Meunasah dan Pimpinan Dayah agar memanfaatkan program sertifikasi tanah waqaf selanjutnya. Seterusnya, untuk proses pembuatan sertifikat tanah waqaf agar Nazir waqaf dapat melapor dan melengkapi persyaratannya di KUA Kecamatan masing masing. Mekanisme ialah membuat Akta Ikrar Waqaf (AIW), Surat keterangan geuchik tentang keberadaan Tanah Waqaf, melengkapi data Waqif (Pewaqaf) dan uraian peruntukan tanah, dan foto copy KTP Nazir waqaf, waqif, dan para saksi.[khalid/yakub]
Untuk saat ini Badan Wakaf Indonesia belum ada di tiap provinsi, tetapi hanya berada di Pusat. Kalau ada persoalan pergantian dan pengangkatan nazir pada kali kedua, harus diusulkan pada BWI, yang domisilinya di Jakarta, tentu akan menempuh birokrasi yang panjang dan lama. Andai BWI ada di daerah, akan lebih mudah dalam proses pengangkatan dan pemberhentian para nazir, yang tidak dapat melaksanakan tugas yang telah diembangkan pada yang bersangkutan. Segala yang kami utarakan di atas, ‘coretan kecil’, ‘catatan pinggir’ di tepi halaman kerja seorang PPAIW Kecamatan, semoga menjadi sebuah muatan untuk steake holder, sehingga terbina pemahaman yang sinergis, singkron, dan selesai. Ikrar berakhir dengan sertifikat wakaf dan asset waqaf berguna untuk kemaslahatan banyak orang serta terlindungi dengan advokasi, amin. [suridinata/yakub]
Santunan
November 2012
09
Kapan BWI di Aceh? Seandainya BWI (Badan Wakaf Indonesia) ada di daerah, akan lebih mudah dalam proses pengangkatan dan pemberhentian para nazir, yang tidak dapat melaksanakan tugas yang telah diembangkan pada yang bersangkutan. Namun pihak Kemenag selalu mengingatkan dalam acara skala nasional, bahwa di Aceh, ada kekhususan lagi, ada Baitul Mal Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jadi, BWI wilayah Aceh butuh regulasi ‘sepisial’ pula. Demikian di antara statemen Kabid Hazawa Kanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Daud Pakeh, dalam acara-acara yang digelar bidangnya, sebelum musim haji 1433 Hijriah. Secara nasional, kelahiran BWI merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang waqaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwaqafan di Indonesia. BWI berkedudukan di Jakarta, ibukota RI, dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan. Dalam kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan Pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsur pengawas pelaksanaan tugas BWI. Keanggotaan BWI Pusat, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Keanggotaan Perwakilan BWI di daerah diangkat dan diberhentikan oleh BWI. Keanggotaan BWI diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan BWI diusulkan kepada Presiden oleh Menteri. Pengusulan pengangkatan keanggotaan BWI kepada Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh BWI (pasal 55, 56, dan 57 UU 41/2004). Sementara itu, sesuai dengan UU itu, pasal 49 ayat (1), disebutkan, BWI mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut: 1. Melakukan pembinaan terhadap nazir (nazhir atau nadhir) dalam mengelola dan mengembangkan harta benda waqaf. 2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda waqaf berskala nasional dan internasional. 3. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda waqaf. 4. Memberhentikan dan mengganti nazir. 5. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda waqaf. 6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwaqafan. Terkait dengan tugas dalam membina nazir, BWI melakukan beberapa langkah strategis, sebagaimana disebutkan dalam PP
10
Santunan
November 2012
4/2006 pasal 53, meliputi: 1. Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional nazir waqaf baik perseorangan, organisasi dan badan hukum. 2. Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas, pengkoordinasian, pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda waqaf. 3. Penyediaan fasilitas proses sertifikasi waqaf. 4. Penyiapan dan pengadaan blanko-blanko AIW, baik waqaf benda tidak bergerak dan/atau benda bergerak. 5. Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan waqaf kepada nazir sesuai dengan lingkupnya. 6. Pemberian fasilitas masuknya dana-dana waqaf dari dalam dan luar negeri dalam pengembangan dan pemberdayaan waqaf. Strateginya, untuk merealisasikan visi dan misi BWI adalah: 1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan BWI, baik nasional maupun internasional. 2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwaqafan. 3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwaqaf. 4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazir dalam pengelolaan dan pengembangan harta waqaf. 5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazir waqaf. 6. Menertibkan pengadministrasian harta benda waqaf. 7. Mengawasi dan melindungi harta benda waqaf. 8. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda waqaf yang berskala nasional dan internasional. Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, BWI mempunyai lima divisi, yakni Divisi Pembinaan Nazir, Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Waqaf, Divisi Kelembagaan, Divisi Hubungan Masyarakat, dan Divisi Peneltian dan Pengembangan Waqaf. Begitulan, walaupun belum ada di Aceh --tidak tahu juga kapan akan dibentuk, tapi minimal kita sudah tahu ‘wajah’ BWI yang di Pusat, bukan? [yakub/bwi.or.id]
Dahsyatnya Waqaf Uang
Sumber dana, sebagian besar modal, dari waqaf (wakaf) uang. Kuliah selesai, rumah dibangun, atau buku diadakan dan dikirim ke sekolah/madrasah, sebagiannya dengan waqaf uang. Dahsyatnya efek tanoh dan harta waqaf lainnya, mengubah wajah dunia dan ekonomi warga. Gampong yang banyak tanah waqaf, jika ‘subur manajemen’nya, akan ‘makmur buah’nya. Waqaf (uang) bukanlah barang baru, sejak dulu, umat Islam yang kaya biasa mewaqafkan tanah dan bangunan yang mereka miliki untuk digunakan di jalan Allah. Mungkinkah setiap Muslim bisa berwaqaf, tanpa harus menunggu menjadi kaya, dan (maaf) naik Innova dan Avanza? Jawabannya, bisa, sangat bisa. Sejak 2002, ulama di Indonesia mulai memperkenalkan wakaf uang yang memungkinkan setiap Muslim bisa mewaqafkan uang mereka. Lalu sejak modern saja, waqaf uang mulai diterapkan di dunia Islam? Sejatinya, waqaf uang memang belum dikenal di zaman Rasulullah. Wakaf uang (cash waqf) baru dipraktikkan sejak awal Abad II Hijriyah. Imam Az-Zuhri --salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al-hadits yang wafat pada 124 H-- memfatwakan, dan dianjurkan waqaf dinar dan dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial, dan pendidikan umat Islam. Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf
Indonesia (BWI), Prof. KH. Tholhah Hasan, mengungkapkan, dalam sejarah perwakafan di negara-negara Islam, pada zaman kepemimpinan Salahudin Al-Ayyubi --pahlawan Perang Salib, di Mesir sudah berkembang waqaf uang. Hasilnya, digunakan untuk membiayai pembangunan negara serta membangun masjid, sekolah, rumah sakit serta tempat-tempat penginapan. Sebelumnya juga, Nurudin Az-Zangki --yang berkuasa di Suriah-- juga menggunakan wakaf uang untuk memberdayakan umat. Wakaf uang semakin popular pada era kekuasaan Kekhalifahan Turki Usmani. Pada
zaman itu, waqaf uang telah menjadi bagian dari kehidupan umat Islam. Bersumber dari dana waqaf uang itulah, pemeritah Turki Usmani --yang disesatkan dan dihancurkan khilafah itu oleh Mustafa pada awal abad ke 20-- mendirikan rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah dan lain sebagainya. “Di Indonesia, wakaf uang memang kurang popular, karena sebagian besar umat Islam Indonesia bermazhab Syafi'i,” tuturnya. Pada April 2002, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa yang membolehkan wakaf uang. Ketua MUI, KH. Ma'ruf Amin, mengatakan, waqaf uang, sesuatu yang memiliki nilai yang diwakafkan untuk kepentingan masyarakat. “'Dulu, waqaf uang diperdebatkan, tapi kini tidak lagi. Yang penting, ‘ain-nya (benda)nya tidak berkurang dan nilainya tetap, bisa dipertahankan,” ungkapnya. Guna mengatur masalah waqf, Indonesia juga telah memiliki Badan Wakaf Indonesia (BWI). Lembaga independen ini, dibentuk untuk memajukan dan mengembangkan perwaqafan nasional. BWI telah mengatur tatacara mewaqafkan uang, lewat kerja sama dengan lima bank syariah, sebagai Penerima Waqaf Uang (PWU). “Tidak ada masalah seseorang me waqafkan uangnya kepada lembaga pendi dikan, asal waqaf uang tersebut dapat dikelola dengan baik, dan nilainya tidak berkurang. Lebih menarik jika setelah penyerahan waqaf uang, kepada waqif diserahkan sertifikat sebagai tanda bukti waqaf uang,”' ungkapnya.[yakub/republika]
Fatwa Waqaf Uang adalah waqaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. Waqaf uang hukumnya jawaz (boleh) Waqaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar'i Nilai pokok waqaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.
Santunan
November 2012
11
12
Santunan, November 2012
PERISTIWA
Peuniti, Ajun, dan Lamseupeung, Juara Pawai Takbir
Santunan – Banda Aceh. Pawai takbir jalan kaki dan pawai takbir kenderaan bermotor jelang Hari Raya Idul Adha 1433 Hijriah dengan rute beberapa ruas jalan di
Banda Aceh, Kamis (25/10) malam, meriah. Agenda tahunan ini diselenggarakan Dewan Pengurus Wilayah Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPW
BKPRMI) Aceh dengan Badan Penyelenggara Hari-hari Besar Islam (BPHBI) Aceh. Pelepasan dilakukan Gubernur Aceh, Dr. Zaini Abdullah, bersama unsur Muspida Plus (Forkompimda) Aceh. “Untuk itu tradisi pawai takbir tersebut untuk masa yang akan datang diupayakan akan terus dipertahankan, bahkan kalau mungkin ditingkatkan lagi dari yang telah ada selama ini, “ pinta mantan Petinggi GAM itu. “Pawai takbir jalan kaki yang dimushabaqah-kan, diikuti 53 group, utusan remaja masjid/meunasah, juga OSIS/OSIM, santri dayah, perkumpulan mahasiswa, dan ormas Islam yang ada di Banda Aceh dan sekitarnya,” jelas Ketua Panitia, Shafwan Bendadeh, S.HI, MA. “Juara I, II, dan III serta harapan I, II, III mushabaqah 2012 ialah: RM (Remaja Masjid) Baitul Kiram Peuniti, RM Ruhul Fata Ajuen Aceh Besar, RMs (Remaja Meunasah) Gampong Lamseupeung, RM Gampong Tibang, RM Al-Maghfirah Habib Chik Kajhu, RMs Al-Fata Jaya. [syahril ahmad/yyy)
MIN Rukoh Ikut Pameran Nasional
Santunan - Banda Aceh. Pameran Produk Praktik Pendidikan Yang Baik Dalam Kegiatan Peluncuran USAID Prioritas berlangsung di Gedung Auditorium Dirjen Dikti Kemendikbud, Jakarta (3/10). Acara dihadiri oleh Mendikbud, Dubes AS, Dirjen Pendis
Kemenag, dan Direktur Program USAID Prioritas (Stuart Weston), Mission Director USAID (Andrew Sission) beserta staf USAID Prioritas seluruh Indonesia. Sedangkan dari Aceh hadir Wagub (Muzakkir Manaf), Kakanwil Kemenag
Aceh (Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd), Kadisdik Aceh (Drs. Bakhtiar), Walikota (Mawardi Nurdin, M.Eng), beberapa orang bupati, Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA, dan Prof. Dr. Syamsul Rizal, MA (Rektor IAIN dan Unsyiah), serta Komite MIN Rukoh (Nurhayani, S.Ag). Dalam acara pameran tersebut, diundang empat sekolah/madrasah se Indonesia. Salah satu diantaranya MIN Rukoh yang merupakan satu-satunya sekolah di Aceh yang dipilih oleh USAID Prioritas untuk memamerkan beberapa alat peraga inovasi guru dan hasil karya siswa. Dari MIN Rukoh diutus satu orang guru yaitu Adek Elfera Chandrawati, S.Pd, dan dua siswa (Nazadia Kautsari dan Sitti Keumala Fadhila). Dari beberapa produk praktik pendidikan yang kami pamerkan, yang paling menarik perhatian para tamu dan undangan adalah dua alat peraga matematika inovasi hasil rancangan guru yaitu alat peraga matematika (alat peraga kotak ajaib dan seven in one/7 in 1). “Alhamdulillah, pameran tersebut ber langsung dengan sukses,hal ini terbukti dengan banyaknya pengunjung dan tamu undangan termasuk nama-nama di atas. Terima kasih,” ucap Kepala MIN Rukoh, Drs. Aiyub, MA, dan dewan gurunya. [yakub]
IAIN Luncukan Tiga Lusin Buku Santunan - Banda Aceh. IAIN Ar-Raniry yang lahir pada 5 Oktober 1960 (resmi didirikan 1963), menggelar puncak milad (ulang tahun) ke 49 dengan peluncuran sekitar 36 judul buku karya para dosen. Dalam ultah (ulang tahun) pada Oktober
2012 di Auditorum Prof Ali Hasjmy itu, hadir Gubernur Aceh Dr. Zaini Abdullah, Muspida Plus, para kepala SKPA dan sejumlah undangan. IAIN yang akan mengubah diri menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) pada 2013,
Di Ujung Barat, Tim Balai Berdiklat
Santunan – Kota Sabang. Kankemenag Kota Sabang bersama-sama panitia dari Balai Diklat Keagamaan Medan laksanakan Diklat di Tempat Kerja (DDTK) bertempat di Madrasah Terpadu, Sabang (8-11/9). Peserta DDTK di ujung barat Indonesia itu, terdiri dari tiga angkatan (25 orang untuk diklat perkantoran, dan 25 orang untuk Guru PAI dan 25 orang untuk guru fisika). Diklat dibuka oleh Kepala Balai Diklat Keagamaan Medan, Toha Daulay, MM, dalam amanatnya, agar seluruh pegawai harus mendapatkan pelatihan untuk menambah daya saing dan kompetensi pegawai ke depan, agar punya
skil yang sesuai keahlianya. Adapun kenyataan yang terjadi pada diri PNS tidak mau berkembang atau pasif saja asal sudah terima gaji selesai dianggapnya. Demikian penjelasan Toha Daulay, MM. Kakenkemang Kota Sabang sangat berterimakasih atas terselenggaranya Diklat DDTK ini di Kota Sabang mengingat bila dipanggil ke Medan sudah pasti bisa dikirim satu atau dua orang saja dalam satu Diklat. Dengan adanya DDTK ini perserta diklat jelas bisa di ikuti tiga angkatan, sekaligus dapat pembinaan untuk pegawai Kemenag Sabang. [mahdi puteh/yyy]
kini telah menempati gedung baru yang megah, bantuan IDB (Islamic Development Bank), setelah sekitar dua tahun proses perkuliahan dan administrasi menumpang di berbagai kampus dan kantor/gedung. Saat masa rehabilitasi dan rekonstruksi, hanya Biro Rektor dan PPs (S2) yang menempati lokasi lama. Di antara buku yang diterbitkan dalam momen harlah (hari lahir) setengah abad itu, kebanyakan memang Disertasi dan Tesis para dosen dan guru besar (profesor). Di antara buku yang diluncurkan, bekerjasama antara IAIN Press, satu penerbit Aceh, serta para editor (antara lain Mulyadi Kurdi, MAg) ialah buku karya penulis kolom Tafsir Majalah Santunan Kanwil Kemenag Aceh (DR. Fauzi Saleh, Lc, MA), “Teori Hak dan Istilahi dalam Fiqh Kontemporer; Kasus Hak Cipta”, buku “Mahkamah Syar’iyah Aceh; Lintasan Sejarah dan Perkembangannya”, karya Prof. DR. A. Hamid Sarong, SH, MH dan Hasanul Arifin Melayu, MA. [yakub]
Diklat Guru PAI
Santunan – Kota Sabang. Kankemenag Kota Sabang laksanakan Pembinaan Guru Madrasah dan Guru PAI se Kota Sabang yang bertempat di Aula Dinas Infokom Kota Sabang (17-18/10). Sosialisasi dibuka oleh Kakankemenag Sabang, H. Salman Arifin, S.Pd, M.Ag, yang diwakili kepada Kasi Mapenda, Drs. Azhari. Materi yang didapatkan di DDTK adalah mengenai lessent study (pengkajian pembelajaran). Kepada peserta pembinaan diharapkan proaktif dalam menjalankan kurikulum yang sesuai dengan daerah dan muatan potensi yang ada pemafaatan ilmu teknologi pencarian bahan yang terbaru dalam menyesuaikan kurikulum sesuai amanah UU Mendiknas tahun 2006 Nomor 22 tentang standar isi. Dalam pembinaan, pemateri yang diundang dari Kanwil, Kasi Bidang Kurikulum, Drs. H. Taharuddin, MA, yang membahas lessent study. [mahdi/yyy] Santunan
November 2012
13
Sosialisasi Administrasi di Sabang
Santunan – Kota Sabang. Kemenag Kota Sabang mengadakan Sosialisai Administrasi Keuangan bertemakan, “Melalui Sosialisasi Adminitrasi Keuangan Kita Tingkatkan Kinerja Satker Guna Percepatan Realisasi Anggaran”. Acara dibuka Kakankemenag, yang diwakili Drs. Azhari, bertempat di Anoi Itam Resort Sabang (12-14/10). “Apabila terjadi dualisme peraturan antara Menteri Keuangan dan Dirjen masingmasing, maka pedomanilah peraturan yang dikeluarkan oleh Menkeu, dalam proses pencairan anggaran. Pegawai Kemenag harus menguasai aplikasi keuangan berupa SIMAK, SAKPA, SPM dan lainnya, dalam hal penyampaian laporan keuangan harus tepat waktu sehingga mencermin kan kinerja
satker,” jelas salah satu pemateri. Acara sosialisasi tersebut, dihadiri oleh kepala KPPN Banda Aceh, Fauzil Amri, beserta seorang staf KPPN, Tyo Widayanto. Dalam presentasinya, ia mengatakan Pencairan Anggaran harus sesuai POK yang ada di RKAKL-DIPA. Apabila POK tidak sesuai, harus direvisikan segera di awal tahun, agar tidak terjadinya penumpukan SPM di akhir tahun. Ketua Panitia Pelaksana, diwakili oleh Staf Subbag TU, Hasanul Fikri, SE. M.Sc, melaporkan peserta yang mengikuti sosialisasi berjumlah 35 terdiri KPA, Pejabat Pembuat SPM, dan bendahara dari semua Satker. [mahdi puteh/yyy]
Ikan dan Beasiswa untuk Panti
Santunan-Sigli. Acara penyerahan 4.100 bibit ikan lele dan 300 ikan nila diterima anak-anak di Panti Asuhan Sigli. Dari DM. Humas PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh, Program CSR, yang disampaikan Said Mukarram, paket diterima pimpinan panti (10/10). Kepada Ketua Yayasan Panti Asuhan Anak
14
Santunan
November 2012
Sejahtera Kota Sigli, Pidie, dari pihak Said dan rombongan, total bantuan mencapai Rp 24 juta. Selain itu, ada penyerahan beasiswa kepada 19 santri dan empat pengasuh, dengan total Rp 15.675.000, yang diserahkan kepada santri dan Pengasuh di Asrama Panti Asuhan Anak Sejahtera. “Selamat semoga sukses,” harap Humas PLN. [gus/yyy]
Bersama, Obati ‘Penyakit’ Aqidah dan Aliran Sesat Santunan – Meureudu. Ketua MPU Pidie Jaya Drs. H. Muhammad Nur Hasballah mengungkapkan bahwa untuk memantapkan aqidah umat Islam dan untuk antisipasi penyebaran aliran sesat tidak saja tugas ulama. “Beban tersebut adalah tanggungjawab bersama, termasuk remaja masjid,” jelas Teungku M. Nur, asal Ulee Gle itu. Dalam materi pada seminar sehari, yang dilaksanakan Bidang Penamas Kanwil Kemenag Aceh (23/10), di Wisma Kuala, Meureudu, Pidie Jaya (Pijay), Tgk. M. Nur juga menjelaskan tentang kriteria-kriteria aliran sesat yang ditetapkan MPU kepada peserta. Peserta yang berjumlah 30 orang yang diwakili oleh remaja masjid dari Pidie dan Pijay tersebut, juga menerima materi dari Kakankemenag Pijay, Drs. H. Ilyas Muhammad, MA. Dalam kesempatannya, pria kelahiran 1962 ini menyampaikan materi tentang peran remaja dalam memakmurkan masjid. Dengan tema, “Dengan gemmar mengaji kita selamatkan generasi muda Aceh dari aqidah yang menyesatkan.” “Usai kegiatan, diharapkan bisa menjadi masukan kepada peserta dalam pemantapan aqidah umat Islam dan antisipasi penyebaran aliran sesat,” harap Ketua Panitia, Drs. Amin Chuzaeni, saat melaporkan kegiatan pada hadirin dan Kakanwil, yang diwakili H. Abrar Zym, S.Ag (Kabid Pekapontren). [ahsan khairuna/yyy]
Pijay Mulai ‘Tekan’ Fingerprint
Santunan – Meureudu. Kankemenag Pijay, sejak 1 November, memberlakukan absensi elektronik. “Terobosan ini untuk mengenjot mutu pendidikan madrasah. Terobosan lainnya, meliputi pengayaan kurikulum/ silabus, life skill , life style bagi setiap guru, serta peningkatan disiplin. Dengan ini bisa diterapkan dengan absensi elektronik di seluruh madrasah,” ujar Kakankemenag Pijay, Drs. H. Ilyas Muhammad, MA. Selanjutnya dalam proses belajar mengajar (PBM) dimohon harus kian nyaman dan adem. Di samping itu juga, harus menghidupkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG). Menurut Ilyas, program itu telah efektif berlaku awal 2012, kepada seluruh satker madrasah di lingkungan Kankemenag di Pijay, baik madrasah negeri, maupun swasta. Sedangkan pemberlakuan disiplin kepada Kepala Madrasah dan Dewan Guru dengan menggunakan absensi elektronik (fingerprint) secara serentak mulai berlaku pada 1 November 2012, usai Idul Adha 1433 H lalu. [yakub]
Santri MUDI: Jangan Remehkan Santri Santunan – Bireuen. Santri bagian dari golongan masyarakat terpelajar Aceh, bisa dipastikan di masa mendatang, santri Aceh bisa mewarnai gerakan pembangunan yang sedang dijalankan oleh Pemerintah Aceh dewasa ini. Pemerintah Aceh khususnya dan masyarakat Aceh umumnya sangat mengharapkan peran serta para santri dayah dakam mewujudkan cita-cita pembangunan Aceh di masa mendatang. Harapan ini memang sangatlah tepat karena para santri dipastikan mempunyai wawasan agama yang luas yang sangat dibutuhkan Aceh dalam menjalankan arah pembangunan ke depan. Lebih-lebih kemampuan santri sekarang ini yang sudah menguasai bermacam-macam pengetahuan
umum yang sifatnya lebih formal. Jadi, upaya semisal yang dilakukan Kementrian Agama (Kemenag) melalui Kanwil Aceh, salah satu bentuk dukungan yang diberikan Kemenag Aceh. Workshop/Pembinaan Keorganisasian Santri Pesantren seluruh Aceh yang telah diadakan di Hotel Oasis Aceh Lueng Bata Banda Aceh, sangatlah membantu menunjang kemampuan santri Aceh khususnya bidang keorganisasian. Sebab melalui keorganisasian tersebut para santri Aceh dapat bersatu dalam membantu melaksanakan pembangunan Aceh khususnya di bidang pembangunan keagamaan yang sekarang ini dirasakan sudah agak bekurang di bumi Aceh kita tercinta Serambi Makkah ini. [rizal ron/yyy]
‘Drien Tujoh’, MIN Percontohan Santunan – Meureudu. Untuk menambahkan wawasan bagi guru di lingkungan Kankemenag Pijay, setiap madrasah diwajibkan memasang jaringan internet, karena di internetan itu bisa mengakses seluruh materi pembelajaran yang bisa dimodifikasikan sesuai dengan tuntutan zaman dan cocok dengan silabus kita dimadrasah. “Bahkan saat ini di Pijay, sudah kami berlakukan bagi guru Kelas V dan VI tingkat MI, mengajar harus pakai laptop dan pancarkan lewat slide ke layar infocus,” jelas Kakankemenag, Drs. H. Ilyas Muhammad, MA. Sedangkan bagi guru MTs dan MA, dalam proses belajar mengajar harus pakai
laptop, dari kelas I, II, dan III. Hal ini demi meningkatkan mutu pendidikan di madrasah yang ia pimpin,” lanjut Ilyas, alumni PPs (Program Pascasarjana) IAIN Sumatra Utara ini. Terobosan-trobosan yang Kankemenag sampaikan, ini tak lain hanya untuk mengejar ketinggalan dengan daerahdaerah lain, apalagi Pijay termasuk yang ‘bungsu’, sebagai kabupaten pemekaran di Aceh. “Moga tahun depan, kantor baru bisa selasai juga di komplek perkantoran bupati itu,” harap Kakankemenag di kantornya yang sementara, di Simpang III, Meuredu itu. Kankemenag juga, dalam waktu dekat menunjuk MIN Drien Tujoh sebagai
Madrasah Percontohan tingkat MI, di Pijay. Karena madrasah tersebut --walaupun di pinggir gunung dan jauh dengan ibu kota Kecamatan (jaraknya lebih kurang 15 km dengan jalan raya)-- telah siap untuk menata madrasahnya, baik evaluasi diri madarasah, maupun dalam hal lainnya. “Saat ini, anak kelas IV, V, dan VI MIN yang masih di bawah Kepala, Irfan, S.Ag, mampu mengskses internet lewat komputer yang telah diprogramkan sebanyak 10 unit sebagai pelajaran tambahan (ketrampilan murid) di madrasah,” tutup Tgk. Ilyas dalam obrolan dengan Santunan di Kantin Kanwil Banda Aceh. Tentu dengan tidak meng-klik site yang bukan-bukan, kan. [yakub] Santunan
November 2012
15
Online KUA Peusangan Selatan
‘Celengan’ Jadi Hewan Qurban
Santunan – Bireuen. KUA Kecamatan Peusangan Selatan, Bireuen, meluncurkan Sistem Informasi Manajemen Nikah (Simkah), dan sudah terdaftar sebagai KUA Online di Dirjen Bimas Islam. Dilaporkan, program tersebut sudah berjalan sejak September 2012. “Fungsi dan manfaat Simkah yakni membangun sistem informasi manajemen pernikahan yang dicatat di KUA-KUA serta database dengan memanfaatkan teknologi yang dapat mengakomodasikan kebutuhan management maupun membangun integrasi antara KUA di Tingkat Daerah hingga Pusat,” ujar Kepala KUA, Drs. Sabri H. Bencut. “Ini kita lakukan dalam rangka perkembangan zaman yang semakin canggih dan menghadapi era global, saat ini pegawai dituntut bekerja dengan menggunakan kemajuan tekhnologi. Dengan Simkah, proses pendaftaran nikah, pemeriksaan sampai pada pencetakan akta sudah menggunakan komputer dan printer,” lanjut Tgk. Sabri. Masyarakat kini dapat mengakses di: kua-pselatan.blogspot.com, email: kua_p.
[email protected] dan akun fb: Kua Peusangan Selatan. [ms/yyy]
Santunan – Bireuen. Dari celengan yang beredar setiap Jumat, dapat dibelikan dua ekor lembu, pada tahun 2012. Jadilah lembu, dari celengan itu, hewan qurban yang daginggnya dibagikan kepada murid-murid fakir miskin dan anak yatim yang ada pada MIN Matangglumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Bireuen. Beragam cara, kini dipraktekkan pihak madrasah, untuk mendidik anak didik semangat berbagi dan berqurban. Ada yang menyisihkan jajan, dan saban hari menyetor ke wali kelas, atau dengan cara mengedarkan celengan. Dan ‘potret celengan’ di Matangglumpangdua, yang terkenal dengan ‘sate matang’ itu, boleh kita contohi juga, bukan? [biro bireuen/yyy]
Pemantapan Aqidah dan Antisipasi Aliran Sesat di Tanoh Gayo
Santunan – Takengon. Usai sukses di Pidie Jaya, kegiatan pemantapan aqidah umat Islam dan antisipasi penyebaran aliran sesat, yang dilaksanakan Bidang Penamas Kanwil Kemenag Aceh, ‘naik’ ke dataran tinggi Tanoh Gayo, Aceh Tengah, untuk acara serupa. Kakanwil Kemenag Aceh dalam sambutannya, mengatakan, bahwa
16
Santunan
November 2012
membangun manajemen yang bagus salah satu upaya untuk meningkatkan pemantapan aqidah bagi umat Islam. Ada beberapa hal yang tidak disadari yang terjadi di kalangan kita. Misalnya, dalam manajemen pengelolaan masjid, masyarakat sudah dibiasakan dengan rutinitas pengumuman jumlah tabungan amal. Padahal hal lain yang lebih penting adalah bagaimana masjid selalu penuh dengan jamaah. “Masjid besar, banyak, tapi tidak ada penghuni,” sindir Kakanwil, yang diwakili Kabid Urais, Drs. H. Ridwan Qari. Kakanwil juga mengucapkan banyak terimakasih kepada panitia yang sudah bersusah payah mengadakan acara tersebut. Rasa terimakasih juga diucapkan kepada tuan rumah Kankemenag Aceh Tengah yang sudah menyambut baik kegiatan yang diadakan Bidang Penamas Kanwil Aceh. “Mudah-mudahan nantinya ada masukan atau input dari peserta agar bisa mencapai hasil yang positif dari kegiatan ini,” harap kakanwil. [ahsan/suri]
DDTK di Takengon Santunan – Takengon. Drs. H. Hamdan, Kakankemenag Aceh Tengah, membuka acara Diklat Di Tempat Kerja (DDTK) Sakip Lakip, bagi Penyuluh dan Guru IPA, di Umah Pesilangan Kankemenag Aceh Tengah, Takengon (10/10). Kegiatan diklat di tempat kerja ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan para Kakankemenag se-Aceh dengan jajaran Balai Diklat Keagamaan Medan yang difasilitasi oleh Kakanwil di Banda Aceh dalam pertengahan tahun 2011. “Dengan pelaksanaan diklat di tempat kerja ini setidaknya memberi peluang yang lebih besar kepada para pegawai di lingkungan kementerian agama, termasuk yang di Aceh Tengah ini untuk mengikuti pelaksanaan diklat, baik dilihat dari jumlah peserta yang ikut maupun dari sisi waktu,” ujar H. Hamdan “Karena itu, kami mengharapkan kepada para peserta diklat ini, hendaknya bisa memanfaatkan kesempatan ini secara baik. Ikuti pelaksanaan diklat dengan penuh semangat belajar”, katanya. Diharapkan kepada para tenaga administrasi, penyuluh agama Islam dan para guru yang mengikuti diklat di tempat kerja ini agar ilmuilmu yang diserap dari para widyaiswara dapat diimplementasikan di tempat tugas masing-masing. “Para pegawai, penyuluh agama Islam, dan para guru yang mengikuti diklat ini kami harapkan dapat mengimpelemtasikan ilmu-ilmu diperoleh selama mengikuti diklat ini”, tegasnya. [mahbub f ch/yyy]
Di Galus, Dua Ibnu ‘Berbalas Pantun’
Santunan – Blangkejren. Saat pelantikan Kakankemenag Galus (Gayo Lues), yang berlangsung Selasa (23/10), di Bale Musara Pendopo Bupati Galus, ada kisah unik. ‘Dua Ibnu’ (Ibnu Hasyim dan Ibnu Sa’dan) bertemu dan ‘berbalas pantun’, dalam kata sambutan masing-masing.
Bupati Galus, H. Ibnu Hasyim, S.Sos, MM (periode I sejak 2007-2012, dan periode II, 2012-2017) dan Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd (yang menjabat Kakanwil sejak November 2011), sesaat sesudah Bupati melantik Kakankemenag Kabupaten Galus, Drs. Hasan Basri, ‘berpantun’. “Supaya Pak Ibnu (Ibnu Sa’dan) setelah habis masa jabatan sebagai Kanwil, kiranya dapat meningkat lagi jenjangnya, paling tidak bisa menjadi Dirjen di Pusat,” harap Bupati, yang disambut gemuruh para undangan. Kakanwil mengatakan, di Kemenag ini, ada hal yang menarik, terutama dari segi silaturrahim, yakni kita mempunyai jajaran vertikal dari Pusat sampai ke desadesa. Makanya, kata Kakanwil, “Dalam Pilkada, lembaga Kemenag ini cukup besar
Kakankemenag Galus Dilantik
Santunan – Blangkejeren. Drs. Hasan Basri dilantik secara resmi menjadi Kakankemenag Kabupaten Gayo Lues (Galus) oleh Bupati Gayo Lues, H. Ibnu Hasim, S.Sos, MM, di aula Kantor Bupati Galus (Selasa, 23/10). Hadir dalam acara pelantikan Kakankemenag Galus --hasil pemekaran dari Aceh Tenggara itu-- Wakil Bupati (Adam SE, MAP), Muspida Plus, dan pejabat di jajaran Kankemenag setempat. Kakanwil Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd, usai pelantikan mengucapkan selamat dan sukses kepada Drs. Hasan Basri, yang sebelumnya sebagai Pymt. Kakankemenag dan Kasubbag TU itu. Kakanwil melantik Kakankemenag Galus, setelah sebelumnya meninjau lokasi Porseni ke 13 dan Ekspo Madrasah ke 2, di Kutacane. Dalam sesi pembinaan dan sambutannya,
Kakanwil menyatakan, bahwa kita perlu kuatkan kebersamaan dan saling menghargai, untuk kita capai visi Kemenag di Aceh. Kepada karyawan yang ada di lingkungan Kemenag, baik di Kanwil atau di daerah, mari nampakkan kinerja dan tingkatkan prestasi kerja. Jangan peduli dengan siapa yang ditempatkan nantinya, karena kita PNS tidak mempunyai hak untuk menentukan siapa atasan dan di mana tempat kita bekerja. Ciptakan bekerja bukan untuk pimpinan, tapi kita bekerja untuk lembaga, bekerja sesuai dengan Tupoksi yang telah di amanahkan kepada kita. Drs. Hasan Basri menjabat sebagai Pymt (Pejabat yang melaksanakan tugas) Kankemenag Galus, sejak H. Awaluddin M, S.Ag (Kakankemenag Galus sebelumnya) pindah ke Pemkab Galus. [darwin/yakub/fadhlan]
pengaruhnya dan itu sangat menentukan.” “Selain itu, pelantikan hari ini terasa istimewa juga, dengan hadirnya, dengan dilantikkannya Kakankemenag oleh ‘Dua Ibnu’,” lanjut Kakanwil, yang sehari sebelumnya meninjau lokasi Porseni ke XIII dan Ekspo Madrasah II di Kutacane. Kakanwil dan Bupati, sama-sama saling memuji dan mendoakan untuk keberhasilan dan kesuksesan di masa akan datang. Seperti halnya Kakanwil, Bupati Galus juga, mengharapkan dalam sambutannya, bahwa dalam hal kerjasama, Pemda Galus akan terus memberikan perhatian dan bantuannya kepada lembaga vertikal sesuai aturan yang ada katanya. Menyangkut akan dilaksanakannya Porseni di Aceh Tenggara, Ibnu Hasyim juga sangat antusias untuk menyukseskannya. [annas/yyy]
MTQ di Galus, Rikit Gaib Juara Santunan – Blangkejren. Akhirnya kafilah Kecamatan Rikit Gaib keluar sebagai juara umu MTQ Tingkat Kabupaten Gayo Lues 2012. MTQ yang diselenggarakan di Kecamatan Puteri Betung (19-22/10), ditutup Bupati Galus, H. Ibnu Hasyim, S.Sos, MM. Camat Rikit Gaib Ir. Usman Ali, MM, yang didampingi Kepala KUA Rikit Gaib, Annas, S.Ag mengatakan cukup puas dengan hasil yang diperoleh oleh kafilah yang dipimpinya itu. “Saya cukup puas, dan saya akan bina terus bibit-bibit yang berprestasi di Rikit Gaib,” janjinya. Bupati Gayo Lues memberi apresiasi yang luar biasa kepada Kapilah Rikit Gaib. “Untuk dua tahun ke depan, semua kecamatan harus lebih menitikberatkan program pembinaan para kader-kader yang ada di kecamatan masing-masing,” harap Bupati Ibnu Hasyim, yang dua hari usai even itu, mendampingi Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa`dan M.Pd, serta melantik Kakankemenag Galus, Drs. Hasan Basri. Para juara dari MTQ Galus yang dibuka Wakil Bupatinya, Adam SE, juga akan mewakili negeri ‘Seribu Bukit’ itu ke MTQ Provinsi Aceh 2013 yang digelar di Kota Subulussalam. [annas/yyy]
Santunan
November 2012
17
Meski Satu Ekor, tapi Bernilai
Santunan – Lhoksukon. Siswa dan dewan guru MAN Gandapura, Kabupaten Aceh Utara (Acut), berqurban satu ekor sapi, yang dibagikan kepada siswa-siswi kurang mampu dan masyarakat sekitar. Meski satu ekor, sangat bermakna dan bernilai bagi sesama. Kepala MAN Gandapura, M. Nasir, S.Pd, dalam kata-kata sambutannya mengatkan bahwa qurban yang dilakukan bersama-
sama, untuk mendidik siswa belajar ikhlas dan mengambil hikmah dari pengorbanan Ibrahim as. dan Ismail as. “Di samping itu juga, untuk menjalin keakraban antar siswa, guru dan masyarakat sekitar. Mudah-mudahan tiap tahun, dapat kita melakukan qurban, lebih banyak lagi, amin,” sambung Kamad, ‘Pak Nasir’. [biro acut/yyy]
14 Pegawai Bagikan Qurban
Santunan – Karang Baru. Berangkat dari perintah berqurban, 14 pegawai di lingkungan Kankemenag Kabupaten Aceh Tamiang bermufakat mengumpulkan dana dan membeli dua ekor lembu dan menyembelihnya untuk qurban pada hari Raya Idul Adha 1433 H (26/10). Daging qurban dibagi-bagikan kepada para pegawai yang lain yang tidak ikut berkurban dan juga dibagi-bagikan kepada masyarakat di sekitar Kankemenag Aceh Tamiang, berjumlah 150 orang. Demi syiar, diumumkan nama-nama yang
18
Santunan
November 2012
berqurban, menurut catatan kontributor Santunan, Muhammad Sofyan, S.Sos.I, yakni H. T. Helmi, Sm.Hk., S.Ag. (Kakankemenag) an. (atas nama) Dewi Rachmawati, S.Sos.I, Salamina, MA (Kasubbag TU) an. Ahmad Azkia Salam, Anwar Fadli, S.Ag, Abdul Wahab, MA, T. Syarifuddin, SE an. Hanif Hidayatullah, Muhammad Hazaqil Azmi, SHI an. Nur Jiani, Suedy Sihotang, ST, Irwansyah Putra, SE, Hj. Fauziah, Yuliani, SE, Novalita Fitri, S.Ag. Tafsiroh, S.Ag. Abdul Aziz, MA an. Humaidi, dan Raihan, S.Sos.I an. Aida Fitri. [muhammad sofyan/biro atam/yyy]
Bank Aceh Bantu Kontingen Santunan – Karang Baru. Senin (24/9), Pimpinan Bank Aceh Cabang Kota Kualasimpang memberikan bantuan Kostum Olah Raga untuk Kontingen Porseni XIII Kankemenag Aceh Tamiang. Penyerahan bantuan diserahkan dalam ruang kerja kepala Bank dimaksud. Sayed Zainal Abidin, SE, Pimpinan Bank, mengatakan, “ Bantuan kostum olah raga ini semoga dapat memberikan motivasi bagi para peserta untuk meraih mendali pada ajang Porseni XIII di Aceh Tenggara dan dapat meringankan beban panitia.” Bantuan tersebut diterima oleh Ketua Kontingen Porseni Aceh Tamiang, Salamina Razali, MA, disaksikan oleh karyawan Bank Aceh Cabang Kota Kualasimpang. Dalam sambutannya, Salamina mengatakan, ”Atas nama keluarga besar Kemenag Aceh Tamiang, mengucapkan ribuan terima kasih atas bantuan kostum tersebut, Semoga Bank Aceh Cabang Kota Kualasimpang tetap eksis, tetap jaya dalam mempercepat pertumbuhan pembangunan daerah. Kostum tersebut dapat memberikan semangat dan kebanggaan peserta dalam bertanding sehingga mampu menyumbang mendali pada Porseni XIII di Aceh Tenggara.” Pada bulan februari 2012, Kankemenag Aceh Tamiang telah melakukan seleksi tingkat KKM, pemenang tingkat KKM ini akan menjadi duta yang mewakili Kabupaten Aceh Tamiang pada even Porseni di Aceh Tanggara, target yang ingin dicapai pada even ini adalah meraih tingkat lima besar dengan mengandalkan cabang unggulan yaitu volly putra (MA) putra, bulu tangkis tunggal putra (MA), bola kaki, dan cabang atletik. [biro tamiang/yyy]
Aceh Barat Adakan BIMTEK Bendahara
Santunan – Meulaboh. Sejak Jumat-Ahad (19-21/10), di Aula Akper Dinkes Suak Ribee Meulaboh, KankemenagAceh Barat mengadakan Pelatihan BIMTEK Administrasi Keuangan bagi bendahara, baik bendahara di Kankemenag sendiri, maupun bendahara madrasah dan belandahara pembantu pada KUA.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan persamaan persepsi dalam penatausahaan pelaporan keuangan yang sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku. Kakankemenag Aceh Barat yang diwakili oleh Kasi Mapenda, Drs. Tharmisi, pada pembukaan acara ini mengatakan,
MTsN Keude Linteung Cairkan SIQ Santunan – Suka Makmu. Rasa bahagia menyelimuti para siswa dan siswi MTsN Keude Linteung, khususnya pegurus OSIM Tahun Pelajaran 2012/2013 yang diketuai oleh Aja Budi Melisa, saat mereka membagikan daging qurban pada hari Raya Idul Adha lalu. Pembagian dilakukan kepada teman-teman mereka yang telah mereka data yang dianggap kurang mampu, miskin dan anak yatim. Pelaksanaan Qurban di MTsN Keude Linteung ini langsung dikelola oleh pegurus OSIM, berawal dari program kerja tahunan OSIM MTsN Keude Linteung yaitu penggalangan dana melalui tabungan
SIQ (Sedekah Infaq dan Qurban) yang sudah mereka kumpulkan. Siswa dan siswi memulai kegiatan tabungan SIQ ini selama setahun belakangan ini, diawali dari arahan Kepala MTsN Keude Linteung, Dra. Samsuni AH, pada saat dia dipindahtugaskan ke madrasah itu. Kiranya kegiatan penggalangan tabungan SIQ ini mendapat sambutan yang baik dari guru dan siswa siswi sehingga dapat berjalan dengan sukses. Harapannya melalui kegiatan ini dapat ditanamkan budaya bersedekah kepada siswa-siswi MTsN Keude Linteung, amin. [miska/yyy]
“Meskipun pelaksana keuangan yang selama ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh, tapi telah melaksanakan tugasnya dengan baik.” “Mengapa kegiatan seperti ini penting dilakukan, karena yang selama ini bekerja bukan lulusan pendidikan yang memang diperuntukkan untuk itu, inilah yang melatar belakangi terlaksananya acara ini untuk menambah pengetahuan bagi bendahara yang pada akhirnya mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam rangka menghasilkan penatausahaan pelaporan yang baik, benar dan akuntabel, apalagi nara sumber yang kita datangkan adalah pihak Kantor Pajak Pratama Meulaboh dan dari BPKP Banda Aceh, jadi jangan sia-siakan kesempatan ini,” urai Kakankemenag. [mus/yyy]
Simposium Penulis Santri, Satukan Visi
Santunan- Banda Aceh. Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA) sukses mengadakan simposium perdana untuk setengah hari, dengan menghadirkan pamateri dari unsur media, ulama, dan penulis buku. Tampil dalam acara di Hotel Madinah Banda Aceh itu, Tgk. H. M. Yusuf A. Wahab (Tu Yusuf), dengan materi “Menulislah untuk Membersarkan Islam”; Asnawi Kumar (Redaktur Opini Harian Serambi Indonesia) dengan materi “Peran dan Tanggung Jawab Media Lokal dalam Membangun Aceh yang Islami”; dan Syahruddin El-Fikri (penulis buku dan Redaktur Opini, Harian Republika) dengan materi “Kiprah dan Tantangan Media Islam”, acara yang dihadiri umumnya santri dan akademisi itu kian meriah. “Penulis dan jurnalis punya peran langsung untuk mewujudkan perubahan. Perubahan ke arah mana itu, ini perlu disahuti oleh masyarakat Aceh.,” saran Tgk. Zulkhairi, MA, mantan Ketua Senat PPs (S2) IAIN Ar-Raniry, dalam simposium yang dikeynote speaker-kan Wagub Muzakir Manaf itu. [yakub] Santunan
November 2012
19
Rakor Porseni, Bahu Membahu
Santunan – Kutacane. Plh. Bupati Aceh Tenggara, Drs. H. Hasanuddin Darjo, MM (sebelum H. Hasanuddin B, dilantik Gubernur), memimpin Rapat Panitia Persiapan Porseni XIII dan Expo Madrasah II, bersama seluruh jajaran Kemenag yang terlibat dalam Kepanitiaan Kabupaten di Oproom Sekdakab Aceh Tenggara. Dalam kesempatan ini, Plh. Bupati menyampaikan bahwa pelaksanaan Porseni
XIII dan Expo Madrasah II 2012, yang iselenggarakan di Agara (Aceh Tenggara), merupakan kebanggaan dan menjadi tanggung jawab kita semua sebagai tuan rumah. Kepada seluruh jajaran Pemkab Agara, agar bertarsifasi penuh untuk mensukseskan pelaksanaan agenda itu, dan dapat terselenggara dengan hasil yang baik dan memuaskan bagi seluruh tamu yang datang ke sana.
Drs. H. Jauharuddin, MM (Kakankemenag Agara), menyampaikan bahwa pelaksanaan Porseni dan Expo Madrasah, kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi Keluarga Besar Kemenag. Atas dukungan dan partisifasi Pemkab dalam menyukseskan kegiatan yang diselenggarakan bersama, tidak ada pekerjaan yang berat jika semua saling bahu membahu, ikut berpartisifasi dalam seluruh kegiatan kepanitiaan. [biro agara/yyy]
Kakanwil Tinjau Lokasi Porseni
Santunan – Kutacane. Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd, dalam kunjungan kerja ke Agara dan Gayo Lues (Galus) , melakukan peninjauan dan
20
Santunan
November 2012
verifikasi persiapan Porseni Aceh XIII dan Expo Madrasah II, di aula Setkab Aceh Tenggara (22/10). Acara peninjauan diawali dengan rapat evaluasi persiapan Porseni Aceh, yang dihadiri oleh Setda, Ketua DPRK, Dandim, Kapolresta, Ketua MPU, para Kepala Dinas, dan unsur Kemenag Agara. Dalam laporannya, Kakankemenag Agara, Drs. Jauharuddin, MA, selaku Ketua Pelaksana menyatakan, bahwa persiapan sudah 60 persen (saat itu). Sementara Kakanwil, yang setelah acara itu melanjutkan kunjungan dinas ke Galus, menyampaikan juklak (petunjuk pelaksana) dan juknis (petunjuk teknis) Porseni Aceh 2012. Bupati Agara, Ir. H. Hasanuddin Beru, MM, yang diwakili Setda Agara, H. Hasanuddin Darjo, MM, dalam amanat Pemkab Agara menyatakan kesiapan Pemkab menyukseskan even Porseni. Selepas rapat, rombongan meninjau langsung persiapan acara, baik lapangan maupun pemondokan. Selanjutnya Kakanwil Kemenag, Drs. H. Ibnu Sa`dan dan Setda meletakkan batu pertama, tanda dimulainya pembangunan Kakankemenag Agara yang baru, di Kutacane. Esoknya, Kakanwil selanjutnya mengikuti pelantikan Kakankemenag Gayo Lues, Drs. Hasan Basri serta pembinaan PNS jajaran Kemenag di Blangkejren. [darwin/yakub/fadhlan]
Selamat Datang, Moga Mabrur Santunan – Kutacane. Sebelum pulang haji, saat akan berangkat, peuseujuk (tepung tawar) Jamaah Clon Haji (JCH) dari Keluarga Besar Kankemenag Agara pun digelar (14/10), dan didoakan baginya, agar ibadahnya mabrur. “Kini mereka sudah kembali, moga mabrur,” doa Kakankemenag Drs. H. Djauharuddin, MM. Sebanyak lima CJH bernagkt, tiga orang sebagai petugas. Mereka ialah, Djohar Alamsyah, S.Ag, Kasi Haji dan Umrah (TPHD Kab. Aceh Tenggara), Ruly Pardian, S,Ag, MH, Kepala KUA Teladan 2008 (Petugas Haji non Kloter), Drs. H. Baharuddin P, MM, Pengawas Tingkat Menengah (TPIHI Kloter 3 BTJ), Aidha Fitri, S.Pd.I, Guru MIS Bambel/Isteri Kakankemenag Agara, dan Suhaiba, S.Pd, Guru MAN Kutacane. Acara seblum berangkat dipimpin H. Najamuddin, M.Ag, tausiyah oleh Ust. Drs. H. Kamil Selian, doa oleh Ust. H. Nurdin Hasan, S.Ag. [sukarman/yyy]
Konsultasi Keluarga
Diasuh oleh Dr. Tgk. H. Abd. Gani Isa, SH,M.Ag Ketua BP4 Provinsi Aceh
Suamiku Jarang Shalat Assalamu'alaikum Wr. Wb. Yth. Pengasuh Rubrik Konsultasi Keluarga. Kondisi keluarga kami sejak awal membina bahtera rumah tangga berlangsung dengan baik, dan Alhamdulillah, kami merasa tidak ada yang kurang. Kalaupun dikatakan tidak lebih, tapi sudah sangat mencukupi. Karena secara kebetulan kami berdua bekerja pada sebuah perusahaan di Banda Aceh. Tetapi yang menjadi masalah suamiku adalah malas sekali menjalankan shalat, dan hampir tidak ada, bahkan ketika diingatkan selalu berkilah sudah. Menurut informasi temannya sekerja juga member pengakuan hal yang sama, yaitu jarang sekali melakukan shalat. Untuk itu saya sebagai seorang istri merasa berdosa bila hal ini terus dibiarkan. Mungkin pengasuh konsultasi bisa memberikan taushiyah kepada keluarga kami, sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk dan kurang baik terutama “shalat” tidak begitu mudah ditinggalkan. Atas perkenannya saya mengucapkan terima kasih Wassalam. Hamba Allah di Banda Aceh (nama dan alamat ada pada redaksi) Wa’alaikumussalam Wr. Wb. Jawaban pengasuh buat Anda berdua di Banda Aceh. Pengasuh memberi apresiasi buat Anda yang dengan terus terang dan terbuka menyampaikan isi hati yang tulus dan ikhlas. Kondisi keluarga Anda saat ini bukan tak ada uang. Anda tergolong keluarga sudah sejahtera, bahkan melebihi kecukupan dibandingkan dengan tetangga Anda yang kadangkala masih hidup di bawah garis kemiskinan. Namun satu hal yang selalu terbayang dan terpikir di benak Anda adalah dimanakah “bahagia”? Menurut Pengasuh, bahagia ada di mana-mana, tapi tidak semua orang bisa menggapainya. Semakin dikejar malah bahagia itu semakin jauh dengannya. Ingat bahagia itu ada di “hati”. Banyak orang hidup dalam kemewahan, rumah bertingkat semua fasilitas ada dan melebihi, tapi gersang dari nilai keberkahan, karena ada sesuatu yang tak ada, pendekatan diri dengan Allah Swt. Pengasuh sangat memahami tentang keadaan rumah tangga Anda, dan inilah mungkin belum anda rasakan dalam keluarga Anda, karena suami Anda tidak melakukan shalat. Untuk itu Pengasuh menyampaikan taushiah, baik kepada suami Anda dan juga buat Anda sendiri, dengan harapan dapat dijadikan pegangan dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah: Pertama, harus dicamkan betul bahwa, shalat merupakan kewajiban bagi setiap mukallaf, atau disebut juga “fardhu ‘ain”, artinya kewajiban yang melekat pada setiap muslim dan muslimah yang sudah ‘aqil baligh dan tidak boleh diwakili kepada orang lain. Rasulullah Saw mengingatkan bahwa “shalat itu tiang agama, barang siapa yang mendirikan shalat berarti ia ikut menegakkan agama, namun bila ia meninggalkan shalat berarti ia turut merobohkan tiang agama yaitu Islam. Harus pula dipahami bahwa, shalat amal yang pertama diperiksa nanti di hari kiamat, bila shalatnya baik dan sempurna, yang lain akan ikut baik, dan ia terlepas dari azab
neraka. Begitu pentingnya shalat, sehingga tidak hanya diwajibkan bagi mukallaf tapi juga sangat dianjurkan kepada anak-anak di bawah umur untuk melakukannya; Kedua, shalat sumber ketenangan dan kebahagiaan, seperti dijelaskan Allah dalam Surat Al-Ma’arij ayat 18-19, bahwa manusia ini diciptakan Allah bersifat keluh kesah, bila diberi kesulitan tambah keluh kesahnya dan bila diberikan nikmat tambah menentang aturan Tuhan-Nya, namun yang stabil dan bahagia ialah “mushallin”, yaitu orang-orang yang selalu mengerjakan shalat, dan dilakukan secara terus menerus; Ketiga, hakikat seorang muslim adalah pada mengerjakan shalat, karena Rasulullah mengatakan: “Beda seorang muslim dengan lainnya adalah pada mengerjakan shalat”. Bila seseorang tidak mengerjakan shalat berarti ia termasuk dalam golongan “kufr”, membangkang perintah Allah swt. Membangkang perintah Allah berarti berdosa. Keempat, Shalat mencegah diri seseorang dari berbuat keji dan mungkar, sebagaimana dijelaskan Allah dalam Aurat AlAnkabut ayat 45: “Dirikanlah shalat, karena sesungguhnya shalat itu mencegah seseorang dari berbuat keji dan mungkar” Bahkan dari hasil penelitian disebutkan bahwa, orang yang dengan disiplin mengerjakan shalat, ruku’ dan sujud, bisa terhindar dirinya dari penyakit stress, stroke, dan penyakit jantung. Dari beberapa alasan seperti pengasuh sebutkan di atas, tidak ada pendapat lain dianggap benar yang bisa melegalkan dengan mudah untuk tidak melakukan shalat. Rasulullah Saw sendiri yang sudah dijamin penghuni surga, senantiasa mengerjakan shalat baik fardhu maupun sunat. Shalat salah satu sarana taqarrub kepada Allah sudah teruji baik hikmah dan manfaatnya, bagi pembentukan karakter manusia terutama perbaikan akhlaq seseorang. Pengasuh tetap mengharapkan Anda sebagai istri yang shalih dengan sabar tak pernah bosan mengingatkan suami Anda untuk merubah kebiasaannya yang kurang baik kepada hal-hal yang positif dengan melaksanakan shalat. Bagaimana pula seorang suami bisa jadi figur dan contoh keteladanan baik buat istri maupun anakanaknya bila seorang suami tak pernah shalat. Karena lewat shalat bisa berdampak positif bagi amal lainnya. Orang yang disiplin shalat terhindar dari was-was setan, hidupnya aman dan tenang, rezekinya halal dan berjiwa qanaah. Perlu diingat juga bahwa rumah yang berkah selalu dalam curahan rahmat Allah, adalah rumah yang di dalamnya dihuni oleh orang-orang yang pada rawut wajahnya menampakkan keceriaan, berakhlak, sopan santun. Juga di dalamnya ada shalat berjamaah dan sering dibacakan dan terdengar kalam Ilahi. Pengasuh mendoakan agar Allah swt memberikan ma’unah, hidayah dan selalu dalam curahan rahmat-Nya bagi seisi rumah tangga, seperti diucapkan Rasulullah “Baiti Jannati” (Rumahku surgaku). Mengakhiri taushiah ini perlu dicamkan pula, nanti setiap diri akan ditanyakan: “maa salakakum fii saqar”?, (kenapa kamu di dalam neraka Saqar), mereka menjawab: “lam nakun minal mushalliin”, (karena kami termasuk kelompok yang tidak mengerjakan shalat). Wallahu a’lamu bis shawab.[]
Bagi pembaca atau masyarakat yang ingin berkonsultasi tentang keluarga, dapat juga mengirim surat ke alamat Redaksi Majalah Santunan Kanwil Kementerian Agama Aceh, Jl. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh, atau mengirim email ke
[email protected]. Terima kasih. Santunan
November 2012
21
KANWIL
Kakanwil: Santri bak Durian
Kepala Kanwil Kemenag Aceh Dr. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, mengumpamakan anak dayah, santri, bagaikan (umpama, bak, atau bagaikan) durian yang saat masih bunga diabaikan orang, tapi begitu berduri dan masak diincar berbagai pihak. “Semula bunga durian tak dilirik orang. Siapa pun yang berjalan di bawah pokok durian (bak drien), tak ada yang peduli. Begitu durian (boh drien) mau berduri, pelan-pelan orang mulai hati-hati menginjak di sekitarnya. Dan saat berduri dan akan panen, jadi rebutan orang,” tamsil Kakanwil saat membuka Pembinaan/Workshop
Organisasi Santri pada Pontren 2012, untuk puluhan santri dan pembina dayah se Aceh, yang digelar Bidang Pekapontren (Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren) Kanwil Kemenag Aceh. Begitu pula dengan santri, saat baru mondok, tak ada yang banyak ambil peduli, begitu cakap dalam, misalnya tahfizh, pidato, debat bahasa asing, baca kitab, dan ketrampilan lainnya, baru diincar orang. “Bahkan jika kita ada anak, kita ramairamai mau santri itu menjadi calon menantu kita,” banding Kakanwil dalam acara di Oasis Hotel Atjeh Banda Aceh itu.
Kakanwil juga mengulangi tentang keistimewaan santri, bagi ayah ibu yang mengantar anak ke dayah, bahkan ada keuntungan plus bersuami atau beristrikan santri dayah. Di antara kelebihan anak dayah ialah, lebih pandai bergaul dengan beragam daerah dan suku, lebih piawai berkomunikasi sebab di dayah ada muhadharah, lebih terampil sebab di dayah mereka tekun dan fokus pada target keilmuannya, lebih mandiri sebab ‘anak rankang’ itu jauh dari kehadiran orang tua, dan lebih bijak dalam mengelola anggaran, karena ke dayah memang jarang datang wesel. [muhammad yakub yahya]
Workshop Santri Se Aceh Dengan tema “Pembinaan/Workshop Organisasi Santri Se Aceh pada Pontren Tahun 2012” Bidang Pekapontren (Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren) Kanwil Kemenag Aceh, bekali pelbagai materi pembinaan bagi puluhan santri dan pembina dayah (31/10-3/11). Kabid Pekapontren, H. Abrar Zym, S.Ag melalui Ketua Panitia, Khalid, SH, menjelaskan, bahwa acara di Oasis Atjeh Hotel, Lueng Bata, Banda Aceh itu, menampilkan beragam materi untuk pembekalan dan pembinaan sesuai dengan kebutuhan dayah sekarang. Di antara narasumber yang tampil dalam acara yang dibuka (sekaligus penyampaikan materi dengan judul “Kebijakan Kemenag tentang Pontren”) oleh Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa`dan, M.Pd itu, ialah “Komunikasi Orang Tua terhadap Perkembangan Kecerdasan Anak” bersama H. Abrar Zym, S.Ag (Kabid Pekapontren), DR. H. Syukri Yusuf, MA (unsur Dinas Syariat Aceh) dengan materi “Pengembangan
22
Santunan
November 2012
Intelektual Santri”, dan materi “Metodologi Penulisan Karya Tulis Populer” bersama Muhammad Yakub Yahya, M.Ag (staf Humas Kanwil). Di samping itu ada “Pengembangan Santri Pontren” oleh Khalid, SH (staf Bidang
Pekapontren), H. Samhudi S.Si (Kasubbag Keuangan Kanwil) dengan materi “Tata Kelola Keuangan”, dan materi “Pengembangan Organisasi Santri” bersama Drs. Radhiuddin (Kasi pada Bidang Pekapontren Kanwil). [yakub]
Kakanwil, Ketua Forum Alfada Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd yang telah dipilih dalam musyawarah (duek pakat) Tim Formatur Forum Alumni Fakultas Dakwah (Alfada) IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, dilantik di Auditorium Ali Hasjmy IAIN Ar-Raniry Darussalam (17/10). Pelantikan Kakanwil, Pak Ibnu (yang juga alumni Fadak) oleh Dekan Fadak (DR. A. Rani Usman, M.Si) itu, setelah pada Jumat (12-13 Oktober) dan malam Sabtu (di Rumoh Aceh Cofee Luwak), serta setelah malam Senin (14/10), peserta duek pakat memandatkan kepada Kakanwil amanah sebagai Ketua Forum Alumni Fakultas Dakwah (Alfada) masa bakti periode perdana itu. Dalam sesi pemilihan Ketua Forum Alfada, semula memunculkan nama-nama kandidat untuk alumni Fadak, sebagai fakultas ketiga tertua di IAIN Ar-Raniry, setelah Fasyar (Fakultas Syariah) dan Fatar (Fakultas Tarbiyah). Nama yang diusung musyawarah, selain Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; juga ada Drs.
nat riwat
Muhammad Nas, Drs. Baharuddin AR, M.Si; M. Nasir Djamil, S.Ag, Drs. Azhari Basyar, dan Letkol Ahmad Husen. Agenda Fadak
beriringan dengan milad IAIN. Demikian informasi dari SC (pengarah) duek pakat, Azhari Basyar. [muhammad yakub yahya]
Guru Menepis Isu dan Melawan Sesat Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, menggambarkan betapa berat dan besar tantangan guru/ teungku/ustadz di Aceh hari ini. Sejak orang kita ‘pintar’ masalah HAM, semua dikaitkan dengan isu pelanggaran HAM. Padahal di Barat sendiri, HAM itu masih berstandar ganda. Artinya, kepada dunia muslimin dipaksa menelan mentah-mentah konsep HAM versi Barat, dan na’udzubillah, sebagian mereka (Barat) penginjak-injak HAM nomor satu di dunia, teroris nomor wahid di muka bumi ini. “Saat menerapkan kurikulum di sebuah dayah, sebagaimana biasa sebelum-sebelumnya, secara ketat. Misalnya guru mewajibkan anak didik berkomunikasi dalam bahas Arab atau Inggris di sebuah dayah, lantas menghukumnya, dengan hukuman yang sebenarnya telah disepakati juga sebelumnya, jika melanggar aturan itu. Maka sebagian wali siswa atau wali santri akan mengkomplain dan melapor kepada polisi, tanpa check dan crosscheck terlebih dahulu, dengan dalih ‘langgar HAM’,” sindir Kakanwil saat membuka Pembinaan/Workshop Organisasi Santri pada Pontren 2012, untuk puluhan santri dan pembina dayah se Aceh, yang digelar Bidang Pekapontren (Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren) Kanwil Kemenag Aceh. Acara berlangsung hingga 3 November 2012.
Guru juga berhadapan dengan aneka aliran sesat yang dihembuskan oleh pihak yang piawai mengecohkan kebenaran, di tengah kecuekan sebagian kita. “Aliran sesat itu lain tempat, lain caranya. Sosiologi masyarakat kota yang terpelajar dan ramai intelektual, akan disusupi aliran itu lewat kampus, cafe-cafe, dan dialog tertutup secara berkala,” lanjut Kakanwil seraya mencontohkan Banda Aceh. Setelah bertemu dengan pihak pertama, pelaku pertama aliran sesat Laduni, di Nagan
Raya, Kakanwil melanjutkan contoh, “Di kawasan yang sosiologi masyarakatnya tani, mereka masuki dengan cara lain, seperti kasus di Nagan. Mereka mengaku menerima wahyu dari sebuah sumber di gunung itu.” “Untuk ini semua, ‘anak dayah’ mesti tahu perkembangan di sekitar kita. Maka materi-materi dalam pembinaan/workshop yang dilaksanakan Bidang Pekapontren 2012 itu, mesti ada hasil, di antaranya usai acara akan lahir forum atau jaringan semacam OSIS/OSIM di madrasah. [yakub] Santunan
November 2012
23
Silaturrahmi Dua Kakanwil
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, bersama jajarannya, mengadakan silaturrami dengan
Kepala Kanwil BRI Aceh, Abeng Rabbani dan jajarannya, di Imperial Restoran, kawasan Setui Banda Aceh (1/11).
Dua Santri Aceh Lulus Seleksi Sebanyak 26 kader dari sejumlah daerah, yang akan mendapat beasiswa Pendidikan Kader Ulama 2012 di Aula Kanwil Kemenag Aceh (11/10). “Dari 26 calon yang telah mendaftar secara online pada Direktorat Pendidikan Diniah dan Pondok Pesantren Kemanag RI sebelumnya, hanya 20 peserta yang hadir, sedangkan 6 calon absen (tak hadir), “ jelas Kabid Pekapontren, H. Abrar Zym.S.Ag. Kabid Pekapontren membuka resmi acara testing sejak pagi Kamis itu, mewakili Kanwil Kemenag Aceh. Sejumlah calon kader ulama dalam program yang bertajuk “Ujian Tulis Seleksi Beasiswa Pendidikan Kader Ulama Tahun Anggaran 2012” itu, dites sejumlah materi secara tulisan selama sehari, antara lain Pengetahuan Dasar yang teridiri dari Al-
24
Santunan
November 2012
Quran, Hadits, Bahasa Arab, dan SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). Di samping itu, dalam ujian yang selain diawasi oleh tim daerah (Abrar Zyim, S.Ag dan Khalid, SH), juga dikoordinasikan dan dikontrol oleh utusan Pusat dari Kemenag Ri (Machsus, S.Sos, M.Msi) itu, diuji juga materi Kompetensi Ulama, yaitu untuk Konsentrasi Ushul Fiqh ada Qawa’idul Fiqhiyah, Fiqh, dan Ushul. Sedangkan Konsentrasi Ilmu Falaq menguji materi Matematika Dasar, Fisikan Dasar, dan Pengetahuan Falaq. Dua orang yang lulus dari Aceh, saat pengumuman, yaitu Machzumy dari Pesantren Abu Lueng Ie Ulee Kareng, Banda Aceh dan M. Roli dari Dayah Tgk. Dirawang Desa Pucok Alue Sa Kec. Simpang Ulim Aceh Timur. [yakub/aba/fadhlan]
Dalam temu ramah kedua Kepala Kanwil yang membawahi institusi vertikal (agama dan keuangan) itu, Kakanwil Kemenag dan Kanwil BRI, tampak akrab dan saling membagi informasi seputar dinamika lembaga, serta tantangan dan peluang masa depan. Di sela-sela diskusi, dua Kakanwil bahkan saling membuka blackberry untuk mengikuti dan berbagi info seputar BRI dan Kemenag. Hadir dalam acara makan malam, antara lain, Kabag TU Kanwil (H. Habib Badaruddin, S.Sos); Kasi Tenaga dan Kesiswaan Bidang Mapenda/Ketua Keabsahan Data Porseni 2012 (Drs. Idris, M.Pd), dan Sekretaris Panitia Porseni Aceh (Drs. Mardin M. Nur, M.Pd). Dalam acara malam itu, juga dijajaki rencana kerjasama BRI Aceh dan Kemenag, seputar Porseni Aceh di Kutacane, 26 November-1 Desember 2012. [aba/yakub]
Selamat Datang Tamu Allah 12 Kloter Jamaah Haji Aceh kembali. Diawali dengan 325 jamaah (termasuk petugas), Kloter 1-BTJ Rabu (31/10) malam, mendarat di Bandara SIM (Sultan Iskandar Muda), Blang Bintang, Aceh Besar. Bersama jamaah haji dari Banda Aceh, lima petugas haji yang sedang dan telah mendampingi jamaah kloter 1-BTJ (H. Mustafa Muhammad Ali Bin Muhammad Ali selaku Ketua Kloter, H. Azhar Bin Abdullah Hanafiah selaku Pembimbing Ibadah, Hj. Nungki Najfaris Alami Binti Soegianto selaku Dokter Kloter, dan H. Aziman Sulaiman Husin Bin Sulaiman Husin selaku paramedis, serta Hj. Justiawati Binti Hamid Umar selaku paramedis kloter), disambut panitia di Banda Aceh. Selamat datang Tamu Allah. Jadwal kepulangan tahun ini bisa jadi sebagian akan sampai tengah malam, karena molor dari Jeddah atau memang jadwalnya agak larut. Kloter I misalnya, tinggal landas dari Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, pada Rabu, sekitar pukul 06.15 WAS (waktu Arab Saudi). Koordinator Humas Haji Debarkasi (pemulangan) Banda Aceh, Darwin SE, menyampaikan bahwa, seperti Kloter I, dan Kloter lainnya, dari bandara para hujjaj (haji dan hajjah), langsung dibawa ke Asrama Haji Banda Aceh sebelum diantar ke daerah masing-masing oleh panitia, seusai proses administrasi dan pengambilan barang-barang bawaannya masing-masing. Juga halnya dengan Kloter II sampai XII. Keluarga jamaah, ada baiknya menanti saja dengan doa dan sambutan, di tempat masing-masing. [yakub]
NRG Depag Dibagikan
Guru Sertifikasi Lulusan 2011 Dibayarkan Januari 2013 Akibat belum memiliki Nomor Registrasi Guru(NRG), guru di Kementerian Agama Republik Indonesia Wilayah Kota Banda Aceh belum bisa menikmati dana sertifikasi tahun 2012. Sampai akhir September 2012 belum ada tanda-tanda akan realisasinya dana tersebut. Kabar baik awal Oktober 2012, kartu Nomor Registrasi Guru(NRG) dijajaran Kemenag Banda Aceh, dan sudah mengeluarkan NRG, walau tidak semua ada. ”Ini di karena ada beberapa guru yang tidak lengkap berkasnya, saat di verifikasi di Jakarta,” kata Syukur, MA, Kasi Mapenda Kakandepag Kota Banda Aceh. “Semoga Januari 2013 dana sertifikasi angkatan 2011 dapat dicairkan,” sambung Kasi tersebut. Sambil mempersilakan kepada guru-guru yang lain untuk melengkapi berkas-berkas yang belum sempurna untuk di usulkan kembali ke Jakarta. Berbeda dengan guru yang berada di bawah Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten di Aceh, sudah menerima dana sertifikasi tahun 2012. Padahal sama-sama lulus sertifikasi tahun 2011. Sepertinya guru-guru tersebut harus bersabar, sampai semua berkas selesai dan menunggu beberapa NRG lain turun dari Jakarta. Sumber-sumber di daerah juga menyatakan hal yang sama, bahwa mereka juga sudah menerima kartu NRG. “Kami di Aceh Timur sudah mendapatkan NRG yang di bagikan Kakanmenag Rabu (3/10/2012),” kata Jalaluddin, guru di MIN Menasah Teungoh Pante Bidari, Aceh Timur. “Mudah-mudahan dengan keluarnya
kartu Nomor Registrasi Guru, ‘KTP guru’ ini, kami bisa berlega hati dan cepat bisa mencairkan dana sertifikasi,” ungkap Bahtiar, S.Pd.I, guru di Ulim, Pidie Jaya ,yang juga sudah menerima NRG. Banyak harapan dikalangan para guru terhadap dana sertifikasi tersebut, selain sudah diplotkan untuk kebutuhan pendidikan anaknya, juga hal-hal lain, sampai membayar utang yang dipinjam beberapa waktu lalu. “Saya akan melaksanakan ‘aqiqah anak saya, seperti yang telah saya nazarkan kata seorang guru lainnya,” ujar guru lain, ketika diminta tanggapan terhadap keluarnya NRG. Kegundahan guru dan dosen terhadap himpitan hidup dan kesejahteraan ternyata disikapi oleh Pemerintah Pusat dengan mengeluarkan sebuah Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta turunan dari UU, ada tatacara dan peningkatan kualifikasi tenaga kependidikan. Semua mengarah kepada perbaikan mutu pendidikan di Indonesia, agar dapat bersaing dengan negara lain dalam menghadapi era globalisasi yang semakin maju. Walau secara aturan yang tetuang dalam UU Guru dan Dosen tahun 2005, tidak mencantumkan syarat NRG, dalam proses pencairan dana sertifikasi, tapi biar lebih valid terhadap NRG, alangkah baiknya seorang guru harus mengantongi nomor tersebut secara pribadi, agar menghindari kekeliruan di kemudian hari. Moga sukses ‘cek gu’, tapi tetap dihayati, kesejahteraan itu amanah yang mest diimbangi dengan kiprah. [efendi]
Formasi CPNS 2013 Berdasarkan Bezetting PNS Seluruh Satuan kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh diwajibkan mengisi Bezetting PNS tahun 2012. Berdasarkan Surat Sekjen Kemenag RI Nomor SJ/B.II/2-a/Kp.00.3/5759/2012 tanggal 18 Oktober 2012, perihal untuk memperoleh formasi CPNS tahun 2013, disebutkan setiap Satuan Kerja (Satker), baik Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota maupun Madrasah Negeri, wajib mengisi Bezetting PNS tahun 2012. Penyusunan dilakukan berdasarkan Peraturan BKN Nomor 26 Tahun 2004, Analisis Jabatan (Anjab), dan Analisis Beban
Kerja (ABK), Rencana/proyeksi kebutuhan pegawai lima tahun dan Rencana Redistribusi Pegawai. Bagi satker yang tak mengisi dan mengusulkannya ke Kementerian PAN dan RB, dapat menyebabkan tidak adanya formasi CPNS tahun 2013 pada Satkernya. Para Kepala Satker juga telah mempersiapkan persyaratan seperlunya dan menyampaikan pada Biro Kepegawaian melalui Kankemenag atau ke Kanwil Kemenag Aceh, sampai 4 November 2012, lengkap dengan hardcopy dan soft copy-nya. [zal ortala dan kepeg]
Spirit Idul Adha dan Sumpah Pemuda Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, menyampaikan salam kepada jajaran Kanwil Kemenag, baik PNS, honorer, dan tenaga bakti di Kanwil, maupun yang mengabdi di Kakankemenag semuanya, “Selamat Hari Raya Idul Adha 1433 Hijriah, mohon maaf lahir dan batin.” Selanjutnya, Kakanwil mengajak jajaran sekalian, “Mari kita kian ikhlas dalam bekerja, dalam suasana atau seusai hari raya qurban lalu.” Salam dan ajakan itu disampaikan Kakanwil, yang diamanatkan pada Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil, H. Habib Badaruddin, S.Sos, saat bertindak selaku Pembina Apel pagi Senin (29/10), di halaman Kanwil. Kakanwil sendiri, dalam waktu yang bersamaan sedang mengikuti Upacara Hari Sumpah Pemuda, di Blang Padang Banda Aceh. Jadi, semangat pascalebaran dan Sumpah Pemuda, mari kita tingkatkan nilai keikhlasan dalam beramal. Di sela-sela hari pertama kerja usai lebaran juga, pihak Subbag Kepegawaian Kanwil juga melaporkan, yang disampaikan Habib, dalam apel di penghujung Oktober 2012 itu, ada Tim Insektorat Kemenag RI, Jakarta, yang sidak ke Kanwil dan KUA. Dan seusai apel usai libur tiga hari, para karyawan juga mengadakan silaturrahmi dan salam-salaman. [yakub]
Lima Kunci Sukses Pendidikan Mesti ada lima faktor pendukung, andai umat Islam ingin maju dan sukses dalam pengembangan keilmuan, atau pendidikan yang islami, atau jika ingin investasi untuk dunia keilmuan tidak sia-sia. Menurut DR. Tgk. H. A. Gani Isa, SH, M.Ag, Ketua BP4 Aceh, kelima kunci sukses dalam pembinaan dan pengembangan ilmu dalam Islam ialah, uletnya para pencari ilmu dalam menuntut ilmu, dunia dan akhirat, baik ilmu yang tersurat (Al-Qur`an) dan ilmu yang tersirat (di alam raya). Sukses juga pembangunan keilmuan dengan sumber daya yang unggul. Di samping guru dan kedekatan murid dan guru dalam belajar, keteladanan dalam dunia keilmuan juga faktor pendukung. Demikian intisari kultum ba’da zhuhur Rabu (24/10), di Mushalla Al-Ikhlas Kanwil Kemenag Aceh, yang juga turut hadir dalam kajian ‘Rabuan’ selain Kakanwil, Kabag dan Kabid, juga para stafnya. [yakub] Santunan
November 2012
25
Santri Aceh Bentuk Persada
Setelah aktif ikuti pembinaan/workshop selam tiga hari (31 Oktober-3 November 2012), yang diadakan Bidang Pekapontren Kanwil Kemenag Aceh, santri pun
menelurkan sejumlah tulisan/berita, dan jelang penutupan, Struktur Persatuan Santri Dayah Aceh (PERSADA) 2012-2013 lahir. Komposisinya, ialah, Pelindung Kakanwil
Taushiah Kakanwil untuk Direktur Pos
zulkarnaini masry/atjehpost.com
Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, bersama undangan ikut menyaksikan, sekaligus memberi taushiah pada acara lepas sambut Kepala PT. Pos Indonesia (Persore) Banda Aceh (30/10), di aula Kantor Pos Kuta Alam. Direktur Pos Indonesia Banda Aceh yang baru, H. A. Yani, menggantikan pejabat lama, Eka Helambang yang akan bertugas di Palembang. Dalam amanatnya, Kakanwil yang sejak Juli 2012 telah bekerja sama dengan pihak Pos Indonesia dalam hal pengiriman paket (termasuk majalah Santunan), memberi
26
Santunan
November 2012
apresiasi kepada Kepala Pos yang lama, Eka Herlambang atas kinerja dan kiprah selama ini, khususnya di Aceh. Kakanwil juga menyatakan, bahwa pergantian itu biasa demi kemajuan dan penyegaran. Bahwa kita yang mengabdi ini, memang tidak bisa menentukan di mana dan siapa mitra kita. Kita jalani saja sebaik dan seikhlas-ikhlasnya, termasuk peran jasa pegawai Pos yang sangat vital. Pada 19 Juli 2012, pihak PT. Pos Indonesia bersama Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, menandatangani nota kesepahaman (MoU) Majalah Santunan dan program Kemenag lainnya. Selain dengan Pos, MoU juga dijajaki dengan PT. Aceh Media Grafika (AMG), PT. Pos Indonesia (Persero), dan PT. Bank Syariah Mandiri Banda Aceh, di Aula Kanwil Kemenag Aceh. “Moga kerjasama dan kebersamaan selama ini denga Pos Banda Aceh, bisa memuaskan, seraya kita akan tingkatkan kemitran ke depan,” ajak Eka Herlambang, Direktur PT Pos Banda Aceh saat teken MoU antara Kemenag dan Pos, Juli 2012 lalu. [yakub]
Kemenag Aceh, Kepala Badan Dayah Aceh; Penasehat, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, H. Abrar Zym, S.Ag, Khalid, SH, dan Muhammad Yakub Yahya, M.Ag. Sedangkan Ketua: Tgk. Mirza Fahlevy, Wakil: Tgk. Rizal Azhari, Sekretaris: Tgk. Rizal Azhari, dan Bendahara: Tgk. Sayuti Nur. Struktur yang dihasilkan selama diskusi dan pembinaan di Oasis Hotel Banda Aceh, juga dilengkapi dengan Bidang-bidang. Yakni, Kabid Pengembangan Dayah dan Santri (Ketua: Tgk. Ikramul Haqqi, anggota: Tgk. Khalidin, Tgk. Azri, Tgk. Muhammad Rusydi, Tgk. Ali Asa, dan Tgk. Saryulis). Kabid Pemberdayaan Santriwati (Ketua: Eka Susanti, dan anggota: Rita Diana). Kabid Humas dan Sosial Kemasyarakatan (Ketua: Tgk. Faisal bahri, anggota: Tgk. Azhari, Tgk. Yusrizal, Tgk. Maujul, Tgk. Kadir, dan Tgk. Habibi). Kabid Komunikasi dan Publikasi (Ketua: Tgk. Murizal, anggota: Tgk. Syahrul Muslim, Tgk. Zul Husni, Tgk. Murdiansyah, Tgk. Muhammad Fadli, dan Tgk. Akamal). Serta Kabid Pengkaderan Organisasi (Ketua: Tgk. Muhammad Akrom, anggota: Tgk. Muazzin, Tgk. Kamarullah, Tgk.Didi, Tgk. Aslan, Tgk. Irfan, dan Tgk. Muhammad Nadir). [yakub]
Asuransi Jamaah Haji pada BRI Kementerian Agama melalui Panitia Pengadaan Jasa Asuransi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, tahun 1433H/2012 M, telah menetapkan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera sebagai pelaksana asuransi bagi Jamaah dan Petugas Haji yang berangkat tahun ini. Besarnya pertanggungan yang diberikan kepada Jamaah wafat normal sebesar Rp. 33 juta, dan Rp. 66 juta bagi jamaah wafat karena kecelakaan. Sedangkan bagi petugas haji juga akan diberikan santunan sebesar Rp. 10 juta, bila meninggal dunia normal, dan Rp. 20 juta bila meninggal dunia karena kecelakaan. Sebagaimana dikutip dari www. bringinlife.co.id, PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA dengan merek dagang : BRINGIN LIFE dengan Akta Pendirian No. 116 tanggal 28 Oktober 1987. Bagi masyarakat Aceh yang membutuhkan pelayanan dan klaim asuransi haji, dapat mendatangi kantor (mitra kerja) yang beralamat di Jl. Cut Meutia No. 17 Banda Aceh, telp (0651) 22822. [zainal/yyy]
INFORMASI PEMULANGAN JAMAAH HAJI PROVINSI ACEH 1433 H / 2012 Jumlah Jamaah yang diberangkatkan dari Kloter 1 s/d 12 Jumlah : 3.895 Orang Laki-laki : 1.573 Orang Perempuan : 2.322 Orang Jumlah Jamaah yang telah tiba di Tanah Air Jumlah : 3.884 Orang Laki-laki : 1.569 Orang Perempuan : 2.315 Orang Jumlah Jamaah Aceh yang diberangkatkan via Embarkasi Medan (MES) Jumlah : 62 Orang Laki-laki : 27 Orang Perempuan : 35 Orang Jumlah keseluruhan Jamaah Haji Provinsi Aceh : 3.957 Laki-Laki : 1.600 Orang Perempun : 2.357 Orang Jumlah Jamaah yang masih di Arab Saudi : 73 Orang Laki-Laki : 31 Orang Perempuan : 42 Orang
Rincian Pemulangan Jamaah Haji Debarkasi Banda Aceh Tahun 1433 H/2012 M Total Jamaah Yang diberangkatkan : 3.957 Orang Total Jamaah yang tiba di Tanah Air : 3.884 Orang (dua orang di antaranya mutasi masuk dari Embarkasi Medan) Jamaah yang Masih di Arab Saudi dengan rincian: Kloter sisa (Kloter yang bergabung dengan Embarkasi Medan) Jamaah yang meninggal dunia Jamaah yang masih di Rawat di RS. Arab Saudi Mutasi keluar ke Embarkasi Medan
: 75 Orang, : : : :
62 Orang 9 Orang 1 Orang 3 Orang
Rincian Jamaah yang masih di rawat di RS. Arab Saudi yaitu: Nama : Hamamah binti Badai Musa Kloter/No Seat : 10 / 155 Umur : 57 tahun Alamat : Dsn. Tanah Rata, Peureulak, Kab. Aceh Timur Jenis Kelamin : Perempuan Dirawat di : Rs. Al-Noer, Arab Saudi Diagnosa : Status Asma Tikus
Rincian Jamaah Mutasi Keluar ke Embarkasi Medan yaitu: 1. Nama : Muhammad Nurdin Bin Harun Ginting Kloter/ Seat : 08/205 Jenis Kelamin : Laki-Laki Alamat : Kota Lhokseumawe Mutasi Ke : MES-09 2. Nama : Sarimawaty Binti Jasoritua Siregar Kloter/Seat : 08/206 Jenis Kelamin : Wanita Alamat : Kota Lhokseumawe Mutasi Ke : MES-09 3. Nama : Nurdiana Sari Binti Muhammad Nurdin Kloter/Seat : 08/207 Jenis Kelamin : Wanita Alamat : Kota Lhokseumawe Mutasi Ke : MES-09
Rincian Jamaah yang Mutasi Masuk dari Medan yaitu: 1. Nama : Khoirul Yusri Chalim Umur : 28 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Asal : MES 017 (Medan) Mutasi Masuk ke : 08-BTJ 2. Nama : Deyong Arti Santoso Umur : 30 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Asal : MES 017 (Medan) Mutasi Masuk ke : 08-BTJ
Waiting List sampai dengan Sabtu (10-11-2012) 50.296 orang
Banda Aceh, 12 November 2012 Koordinator Humas PPPIH
Darwin, SE Santunan
November 2012
27
Santunan, November 2012
SOSOK
Dra. Nilawati Idris Penyuluh sejak 1988
Meski Jalan Kaki, Moga Sampai ke Tanah Suci
“
28
Sesuatu yang terjadi dalam beberapa hari, bahkan dalam sehari, bisa mengubah keseluruhan jalan hidup seseorang —Khaled Hosseini, The Kite Runner
T
adinya, Nilawati sama seperti mahasiswi tingkat akhir lazimnya; berorientasi kuliah dan lekas-lekas merampungkan tugas akhir lantas lulus sebagai sarjana. Ia tidak punya riwayat organisasi yang padat. Dan belum punya rencana pasti, ke arah mana hidupnya musti disetir lepas wisuda nanti. Tapi siapa sangka, teguran prihatin yang ditujukannya suatu hari kepada seorang abang kelas, menjadi penentu pilihan hidupnya hingga kini. Saat saya utarakan niat ini, ayah tidak sejuju,” kisah Kak Nila. Ketika itu, Tahun 1987, ia mendapati seorang abang kelasnya duduk termenung. Seakan ada beban berat yang tengah memenuhi ruang hati dan kepalanya. Wajahnya tampak suram. Nila, perempuan bertubuh kecil itu pun menyapa. Dia bertanya ihwal apakah yang mengganggu pikiran saudara sekampusnya saat itu. Tak lupa ia menawarkan pertolongan tertentu jika dibutuhkan, sesuai kapasitasnya. Nila tidak mampu menutupi rasa kaget sekaligus penasaran ketika mendengar penjelasan rekan tersebut. “Katanya, ada sebuah kampung di kota ini yang belum
pernah didatangi da’i. Masyarakatnya terbuang. Tidak ada yang mengajar mereka mengaji,” cerita Nila. Satu sisi, ia sulit percaya. Bagaimana mungkin Aceh masih menyisakan tempat seperti itu? Muslim di Aceh termasuk muslim fanatik dan sangat peduli pada dakwah islamiah. Tapi di sisi lain, rekannya itu terlihat sangat antusias ketika bercerita. Bahkan ia mengatakan, menemukan tempat itu karena di sanalah penelitian skripsinya dilakukan. Maka, Nila pun mendesak sang kawan agar membawanya ke tempat dimaksud. Mereka pergi menumpang perahu sebab untuk menuju kesana, ketika itu belum tersedia jalur darat. Tempat itu bisa disebut layaknya pulau. Di sana, penghuninya tak lain adalah para korban penyakit kusta yang sengaja dilokalisasi. “Saya pernah beberapa kali naik perahu, nyaris terbalik,” sambungnya. “Orang-orang takut pada penderita kusta. Malah ada yang bilang, itu seperti kutukan dan bisa menular,” tutur Nila. Pada tahun itu, kusta atau lepra dipandang sebagai jenis penyakit yang bukan hanya menjijikkan, tapi juga mengerikan. Orangorang menghindari penderita kusta karena khawatir akan tertular. Karenanya, penderita kusta diamankan serta dikumpulkan di tempat yang hingga kini masih terkenal dengan nama Podiamat tersebut. Manakala menyaksikan kondisi masyarakat di tempat itu, Nila terenyuh. Timbullah tekad dalam hatinya untuk mengambil peran. Ia ingin mendedikasikan dirinya untuk mengajarkan wawasan Islam kepada muslim-muslim terasing di sana. Mulailah Nila menyampaikan itikad tulusnya kepada orang tua dan beberapa
kawan. Tapi reaksi yang dia dapat kurang menggembirakan. Ia malah dituding kurang kerjaan dan ditakut-takuti akan tertular lepra. Namun Nila tak peduli. Ia tetap mewujudkan misinya. Beberapa kali, di sela waktu luang kuliahnya, dia menaiki perahu guna menjangkau Podiamat. Nila berusaha berani meski sendiri. Dan setiba di sana, seringkali ia harus bersabar terhadap berbagai sikap kurang menyenangkan. Orang-orang yang diisolasi memang memiliki perasaan sensitif dan jiwa was-was yang tinggi. Ini termasuk metode pertahanan diri mereka. Dalam dukungan yang minim, Nila menjadi da’i. Ia menyampaikan hukumhukum Islam yang wajib diketahui, dipahami, dan dijalankan oleh korban lepra di sana. Kegiatan ini sempat terhenti hampir satu tahun karena Nila harus fokus menyelesaikan kuliahnya. Nilawati Idris, demikian nama lengkapnya, lahir di Sibreh pada 1 Juli 1959. Usai menamatkan Madrasah Aliyah Negeri, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry jurusan Bimbingan Masyarakat. Kuliahnya selesai tahun 1988. Setelah itu, Nila sempat mendapat tawaran untuk bekerja sebagai karyawan di salah satu instansi. Tapi ia menolak. Kemudian menjadi pengajar TK di daerah Alue Naga. Itu pun tak lama, sebab ia memilih berhenti dan merasa jiwanya lebih hidup dengan mengajar ngaji di Podiamat. Nila pun kembali ke Podiamat. Kurang lebih setahun dia harus menumpang perahu sampai akhirnya pemerintah membangun jalan darat. Ada banyak suka dan duka yang ia alami. Tapi yang paling tak bisa dilupakannya adalah ketika ia harus menjelaskan kepada
masyarakat agar berhati-hati dengan para misionaris. “Ada pendeta yang datang. Mereka bawa bantuan. Sampai beberapa masyarakat kemudian pernah ke gereja untuk minta sumbangan. Sebab orang-orang muslim, termasuk instansi agama tidak peduli,” terang Nila. Dalam menjalankan panggilan hatinya, Nila tidak mendapat bayaran pasti. Ia tidak digaji oleh pihak tertentu. Tidak juga ia pungut iuran dari peserta pengajiannya. Imbalan yang ia terima alakadar saja. “Kadang ada yang kasih uang. Mereka bukan orang kaya, jadi seadanya saja. Saya terima. Ada juga yang kasih telur bebek atau beras,” kata Nila. Pada masa-masa pertengahan perjalanan dakwahnya itu, Nila mengaku pernah mendapat santunan dari Depag. Tapi kemudian putus di tengah jalan. Pernah juga mendapat bantuan BAZDA, tetapi karena sesuatu hal, dia memutuskan untuk tidak mengurusnya lagi. Sampai saat ini, Saban Minggu dan Rabu, ia bergerak dari rumahnya di desa Lampanah Ineu Sibreh menuju Podiamat, tanpa kendaraan pribadi. Ia menumpang kendaraan umum, dua kali berganti angkutan umum (sudako), lantas berjalan kaki sekitar 4 kilometer dari jalan besar menuju tempatnya mengajar di Desa Podiamat, kecamatan Syiah Kuala, berdampingan dengan Desa Alue Naga. Saat ini, Nila merupakan salah satu mustahik (penerima) zakat Baitul Mal Aceh. Sejak tahun 2008, ia mendapat santunan bulanan dengan angka yang terus meningkat. Mulanya Rp 100 ribu perbulan lalu naik menjadi Rp 200 ribu perbulan. Kepada para muzakki yang telah mempercayakan pendayagunaan zakatnya melalui Baitul Mal Aceh, Nila mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah mengganti harta yang dizakati tersebut dengan harta yang lebih baik, serta harta yang tersisa mendapatkan keberkahan dan penjagaan Allah. “Saya pernah mengurus berkas, lazimnya Penyuluh Agama Islam lain yang akan di-SKkan, akan dibukuputihkan Kemenag, tapi alasannya menggelikan kita. Kadang pernah dikabarkan, umur saya sudah lewat sekian hari,” kenangnya. “Kini, 20 tahun lebih --hampir seperempat abad-- saya berjalan kaki puluhan kilometer per hari. Saya tidak akan berhenti. Saya tidak banyak mengharap lebih. Cuma, ‘terbangkan’ saya ke Tanah Suci, beri satu tiket haji untuk saya,” bisik Bu Nila pada saya, di samping ruang kerja Kakankemenag Banda Aceh. Moga ada yang mendengar, amin. [yakub/riza rahmi baitul mal aceh] Santunan
November 2012
29
30
Santunan, November 2012
LENSA
Drs. Amin Chuzaeni, Ketua Panitia Seminar Pemantapan Akidah Umat Islam dan Antisipasi Penyebaran Aliran Sesat menyampaikan laporan kegiatan pada pembukaan seminar di Aceh Tengah (31/10).
H. Abrar Zym. S.Ag mewakili Kakanwil Kemenag Aceh membuka Seminar Pemantapan Akidah Umat Islam dan Antisipasi Penyebaran Aliran Sesat di Meureudu, Pidie Jaya (22/10).
Ketua PGRI Aceh, Drs. Ramli Rasyid, MM bersama Ketua Kobar GB dan Ketua AGPAI Aceh dalam rapat tentang rencana penyerahan madrasah ke PA (6/11). Peserta workshop jurnalistik sedang praktek menulis pada acara organisasi santri yang digelar Bidang Pekapontren di Oasis Hotel (31/10).
Kakanwil Kemenag Aceh bersama Muspida Plus saat pelantikan Kakankemenag Gayo Lues (23/10)
Imam Besar Masjid Raya bersama Syekh Yordania Waled Abdul Mughny seusai shalat Jumat (2/11).
Kakanwil bersama Sekjen HUDA dan Ketua Baitul Mal Aceh Besar usai acara pencanangan Beuet Alquran Ba’da Magrib di Kota Jantho (8/11). Santunan
November 2012
31
BUDAYA
Hikayat Aceh, Sumber Kearifan Lokal yang Terlupakan Dalam rubrik budaya, majalah Santunan, edisi 09 (Oktober 2012), kami telah paparkan persolan (1). Kandungan Isi Hikayat, dan (2). Runtuhnya Pamor Hikayat. Dalam edisi ini, kita sambung yang (3). Yaitu Ringkasan Isi Hikayat, Nadham, Tambeh dan naskah berbahasa Melayu, yang telah penulis salin ke huruf Latin, sebagai berikut: (1). Hikayat Meudeuhak. Keberhasilan seseorang Pemimpin/ Raja turut ditentukan oleh para penasihatnya. Namun sang pemimpin perlu selalu menguji kesetiaan mereka (434 halaman). (2). Hikayat Banta Keumari. Sikap saling membantu dalam perjuangan hidup akan menghasilkan kebahagiaan bersama (650 halaman). (3). Hikayat Tajussalatin. Tajussalatin=mahkota raja-raja. Membicarakan sejumlah pedoman bagi para pemimpin (420 halaman). (4). Hikayat Aulia Tujoh. Mengisahkan tentang seorang penguasa yang zalim. Begitu angkuhnya sampai-sampai mengakui dirinya sebagai Tuhan (54 halaman). (5). Hikayat Kisason Hiyawan. Kisason Hiyawan merupakan kisah sejumlah hewan/binatang. Kehidupan ini penuh dengan teka-teki, tipu muslihat dan saling bersaing. Oleh karena itu perlu hati-hati dan waspada dalam setiap tindakan. Hikayat ini berjiwa lingkungan hidup (176 halaman). (6). Hikayat Gomtala Syah. Kisah monyet raksasa yang berasal dari manusia. Intinya menceritakan kesetiaan sang monyet membela kepentingan pamannya. Hikayat ini bernuansa lingkungan hidup (548 halaman). (7). Hikayat Keumala Indra. Keberhasilan menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan, akan memperlancar kehidupan. Tokoh ceritanya berasal dari Turki (594 halaman). (8). Hikayat Nabi Yusuf. Penderitaan yang didampingi oleh kesabaran-ketabahan, akan mewujudkan kemenangan. Sementara kedengkian dan iri hati akan menerima rugi dan kekalahan (281 halaman). (9). Hikayat Abu Nawah. Setiap pemimpin /raja harus tahan menerima kritik. Kritikan itu perlu dikemas dalam dua bentuk, yaitu bentuk halus dan tajam/keras (301 halaman). (10). Hikayat Zulkarnaini. Kisah Iskandar Zulkarnaini dan Nabi Khaidir/Hidhir ini menyebut asal usul nama Aceh disebut Pulo Ruja (pulau kain bekas). Dan setiap kedengkian akan menerima balasan Tuhan (226 halaman). (11). Hikayat Akhbarul Karim. Menjelaskan mengenai Ilmu Fiqh, Tasawuf dan Ilmu Tauhid. Hikayat ini juga mengandung nasihat-nasehat agar umat Islam melaksanakan syari’at Islam secara kaffah (139 halaman). (12). Nadham Akhbarul Hakim. Berisi nasihat dan kritikan tajam terhadap ummat Islam dalam segala umur, yaitu remaja, lelaki dewasa, perempuan dewasa, orang tua (Ibu-bapak dan kakek-Nenek. Kritik disebut secara lantang/pedas dan kadang-kadang lucu (81 halaman).
32
Santunan
November 2012
(13). Tambeh Tujoh. Tambeh (Arab adalah tanbihi, artinya penuntun/tuntunan). Berisi tujuh masalah/7 bab. Dua bab di antaranya termasuk masalah yang amat langka dibahas dalam syair/hikayat Aceh, yaitu masalah kerangka tubuh manusia dan Ilmu Ketabiban/kedokteran (155 halaman). (14). Tambihul Ghafilin. Nama lain dari kitab ini adalah Tambeh Limong Kureung Sireutoh, karena isinya 95 bab. Berisi 95 masalah/95 bab, terdiri dari nasihat, pelajaran Ilmu Agama, Ilmu Tasawuf, contoh-contoh yang bermanfaat; demi kedamaian di dunia dan kebahagiaan di akhirat (623 halaman). (15). Nadham Ruba’i. Membahas banyak hal masalah ajaran Islam namun secara ringkas (serba-serbi Agama Islam). (31 halaman). (16). Nadham Nasihat. Nasihat-nasihat mengenai pentingnya Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan (34 halaman). (17). Hikayat Nabi Meucuko. Kisah pencukuran rambut Nabi Muhammad Saw yang dilakukan Malaikat Jibril (20 halaman). (18). Hikayat Qaulur Ridwan. Qaulur Ridwan ialah perkataan yang disenangi atau diridhai Tuhan. Hikayat ini ditulis dalam bentuk “cerpen” yang mengajak orang mau mengerjakan shalat, kisahnya diramu dengan muatan lokal (18 halaman). (19). Tambeh Tuhfatul Ikhwan. Menjelaskan 12 bab masalah agama dan kemasyarakatan. Tuhfatul Ikhwan=persembahan kepada saudara (294 halaman). (20). Tambeh Tujoh Blah. Berisi 17 bab, yang membahas masalah hubungan dengan Allah, hubungan sesama manusia dan dengan binatang/Lingkungan hidup. Tambeh 17 ini termasuk salah satu kitab tambeh yang sangat populer di Aceh (Pidie?) hingga tahun 60-an (236 halaman). (21). Hikayat Banta Amat. Kisah seorang anak raja yang yatim sejak kecil. Negeri dan semua kekayaan di rampas pamannya. Berkat ‘azimat’ yang diberikan raja ular ia berhasil menjadi raja kembali. Hikayat ini berjiwa lingkungan hidup (318 halaman). (22). Mikrajus Shalat. Membahas seluk-beluk shalat serta yang berkaitan dengannya dalam bentuk nadham Aceh (41 halaman). (23). Cuplikan: Hikayat Indra Bangsawan. Mengisahkan kehidupan dua orang putra raja yang berjuang menemukan permintaan Ayah mereka. Ternyata yang paling menderita; dialah yang mencapai kemenangan dan menjadi raja menggantikan sang ayah (79 halaman). (24). Kitab Qawai’idul Islam. Dalam sebutan masyarakat tempo dulu naskah ini dinamakan “Kitab Bakeumeunan”, karena setiap pasal dimulai dengan ungkapan “Bakeumeunan” (Setelah itu). Menjelaskan mengenai Ilmu Tauhid (Ilmu Kalam) secara panjang lebar dan mendalam. Keistimewaan kitab ini adalah karena ia ditulis dalam bahasa Aceh berbentuk prosa. Selain Bahasa Aceh, bahasa pengantar naskah ini juga menggunakan bahasa Melayu serta bahasa
Drs. Teuku Abdullah, SH (T. A. Sakti) Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Arab. Pada umumnya bentuk penulisan bahasa Aceh adalah dalam jenis syair/puisi secara bersanjak (28 halaman). (25). Tambeh Gohna Nan. Naskah ini ditulis dalam bentuk penyampaian “wasiat dari seorang ayah kepada anaknya”. Inti wasiat sang ayah supaya si anak mengamalkan kehidupan ‘suluk dan tarekat’ yang amat berkembang di Aceh pada akhir zaman. Memang naskah ini berisi banyak ramalan tentang nasib negeri Aceh pada masa yang akan datang. Kitab ini di tulis kira-kira pada masa awal Perang Aceh-Belanda. Oleh karena belum diberi nama oleh pengarangnya, maka kitab ini penulis namakan “Tambeh Gohna Nan”(Kitab Belum Bernama) (175 halaman). (26). Adat Aceh. Berisi adat/tradisi dan protokoler Kerajaan Aceh Darussalam sejak masa Sultan Iskandar Muda. Sesungguhnya, inilah yang disebut dalam sepotong pribahasa Aceh: “Adat bak Poteumereuhom Hukom Bak Syiahkuala” (162 halaman). (27). Tazkirah Thabaqat. Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu berbentuk prosa. Isinya menjelaskan tentang susunan tata pemerintahan Kesultanan Aceh sejak jabatan Geuchik sampai sultan Aceh sendiri (115 halaman). (28). Resep Obat Orang Aceh. Cuplikan/saduran dari kitab obat Tajul Muluk karya Haji Ismail Aceh (55 halaman). Selain itu, ada pula 3 (tiga) naskah yang aslinya berhuruf Arab Melayu, namun telah ditransliterasikan oleh orang Belanda ke huruf Latin ejaan lama. Kemudian, penulis telah menyalin kembali ketiga naskah hikayat itu dari ejaan Belanda ke Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ketiga hikayat itu ialah: (29). Hikayat Malem Dagang. Menceritakan pelayaran Sultan Iskandar Muda bersama pasukannya menyerang Raja Si Ujut di Malaka. Raja si Ujut adalah gelaran orang Aceh (pengarang hikayat) kepada Sultan Kerajaan Johor yang telah bekerjasama dengan Portugis (163 halaman). (30). Hikayat Ranto. Mengisahkan perihal masyarakat Pidie lebih seabad lalu, yang pergi merantau buat mengadu nasib di bagian Barat dan Selatan wilayah Aceh (30 halaman). (31). Hikayat Teungku Di Meukek. Menceritakan perang saudara di Aceh Barat akibat adu-domba Belanda ( 20 halaman). Hasil alih aksara ke huruf Latin dari 31 judul naskah adalah berjumlah 6500 halaman dengan perincian setiap halaman mengandung enam ( 6 ) bait syair Aceh. Saran-saran: (1) Pemerintah Aceh (PA) perlu mengumpulkan sisa-sisa Hikayat, Nazam dan Tambeh yang masih dimiliki masyarakat Aceh dan di luar negeri, lalu menyimpannya di sebuah Museum Hikayat. (2) Hikayat-hikayat itu perlu direproduksi dengan menstransliterasikannya ke dalam huruf Latin. Kemudian, mencetak/menerbitkannya agar generasi muda Aceh dapat membaca kembali Hikayat-hikayat tersebut. (3) Setiap tahun PA perlu menyelenggarakan sayembara
mengarang dan membaca Hikayat Aceh, baik dalam aksara Latin maupun dalam huruf Arab Melayu/Jawoe. Sayembara itu perlu diikuti oleh peserta mulai kalangan anak-anak sampai kakek dan nenek dengan jumlah hadiah yang menggiurkan. (4) PA perlu menciptakan sejenis “rasa bangga” atau rasa kagum dan rasa memiliki terhadap Hikayat bagi kalangan remaja di Aceh. Sekurang-kurangnya citra Hikayat sebagai simbol kekolotan atau lambang kemunduran dapat terhapuskan. (5) Bahasa dan sastra Aceh perlu diajarkan secara sungguhsungguh di lembaga pendidikan; mulai dari Dayah, SD/MIN sampai SMU/MAN dan Perguruan Tinggi. Pengadaan buku pelajaran yang cukup dan bermutu merupakan pendukung utama keberhasilannya. (6) Pelajaran menulis/membaca huruf Arab Melayu/Jawoe perlu ditingkatkan semaksimal mungkin di sekolahsekolah. Pengadaan buku pedoman penulisan yang seragam merupakan kebutuhan yang sudah mendesak. (7) Perlu dibentuk sebuah ’Fakultas Budaya’ yang mengajarkan masalah kebudayaan Aceh. Atau paling kurang sebuah program studi bahasa dan Sastra Aceh yang mendidik caloncalon guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Aceh di sekolahsekolah. (8) PA perlu memiliki sebuah majalah “Bahasa dan Sastra Aceh” yang berkualitas dan bergengsi. Bahasa pengantar majalah itu tentunya dalam Bahasa Aceh. (9) Perlu dibentuk sebuah organisasi para penulis Bahasa dan Sastra Aceh. (10) Ada baiknya, dalam jangka tertentu PA mengumpulkan para pengarang Hikayat dari seluruh Aceh. Dalam pertemuan antar generasi pengarang Hikayat itu diharapkan timbul saling tukar pengalaman tentang ketrampilan mengarang Hikayat. Sebab, pengarang Hikayat generasi baru hanya mengarang berdasarkan ’bakat’ semata-mata, --termasuk penulis sendiri--, sementara generasi tua mengarang Hikayat juga dilengkapi dengan “Ilmu Mengarang Syair Aceh”. (11) Pada setiap acara perlombaan yang diadakan oleh lembaga atau sekolah-sekolah, selain jenis lomba yang dilombakan selama ini; eloklah pula dimasukkan lomba membaca/ menulis Hikayat atau lomba melukis cerita/isi Hikayat. (12) PA diharapkan menyediakan dana abadi untuk membayar pemuatan hikayat setiap hari di sebuah koran lokal yang pemuatannya serupa “iklan harian” sepanjang tahun. Upaya ini perlu dilakukan untuk membumikan kembali Hikayat Aceh di bumi Aceh sendiri. (13) Berbagai lembaga lain, baik NGO/LSM dan perorangan juga dihimbau menyumbang demikian!. (14) PA setiap tahun diharapkan melangsung beberapa jenis lomba Hikayat Aceh; seperti Lomba Membaca Hikayat, Lomba Menulis Hikayat dan Lomba Menggambar Isi Hikayat; dengan hadiah yang membanggakan bagi para pemenang. [] Santunan
November 2012
33
Meudagang Tak jarang bila seseorang yang sedang jak meudagang di sebuah dayah yang jauh dari kampung halamannya, bila sesekali ia pulang ke kampungnya tak sanggup menerima undangan jamuan makan dari orang kampung sebelum ia kembali ke dayahnya Belum ada pengertian jelas, mengapa orang Aceh dulu menyebut untuk orang belajar ngaji di dayah disebut jak meudagang. Padahal pengertian medagang dalam bahasa Aceh adalah meukat (berjualan). Dan bila orang pergi berjualan disebut jak meuniaga atau jak meudagang, artinya jak meukat. Namun, bagi orang Aceh dahulu pengertian jak meudagang ini dimaknakan pergi menuntut ilmu agama di dayah-dayah yang dipimpin oleh seorang ulama terkenal di daerahnya masingmasing. Di setiap daerah di Aceh dulu ada dayah-dayah yang masyhur, yang dipimping seorang ulama yang ahli dalam ilmu agama tertentu. Makanya, bila seorang murid dulu sudah belajar beberapa tahun di satu dayah, kemudian pindah ke dayah lain untuk memperdalam ilmu agamanya dalam bidang ilmu agama tertentu yang sangat dikuasai oleh pimpinan dayah tersebut. Dulu di Aceh Besar ada dua ulama terkenal, yaitu Tgk. Chiek Lamnyong dan Tgk. Chiek Abdurrahman Lampaloh. Tgk. Chiek Lamnyong ahli ilmu mantiq, sedangkan Abdurraman Lampaloh ahli ilmu tafsir. Sehingga ulama lain mengatakan pada muridnya, siapa yang ingin mendalami mantiq pergilah belajar pada Tgk. Chiek Lamnyong, dan siapa yang ingin mendalami ilmu tafsir belajarlah pada Tgk. Chiek Abdurrahman Lampaloh. Itu artinya, bila seorang seorang murid yang sedang meudagang di satu dayah, setelah dua-tiga tahun si murid belajar di dayah itu, pimpinan dayahnya mengarahkan muridnya pada pilihan pendalaman ilmu agama di bidang apa yang mereka sukai, yang harus mencari dayah lain yang pimpinannya ahli dalam bidang ilmu tertentu. Karena tidak semua ulama atau pimpinan dayah memiliki semua keahlian dalam bidang ilmu keagamaan. Ada ulama yang ahli ilmu mantiq, tapi lemah di bidang tafsir, ada juga ulama yang mahir ilmu fiqih, tapi di bidang tasauf. Tapi yang menariknya, dalam tradisi meudagang di dayah dulu, dibandingkan dengan keberadaan dayah hari ini jauh sekali sudah berubah. Baik samara dan prasarana dayah, maupun cara belajarnya. Dari segi sarana dan prasarana, bilik dayah dulu tidak sepermanen sekarang. Tempat wudhuk para santri juga tidak sebagus tempat wudhuk dayah sekarang. Dulu disetiap komplek dayah ada dua atau tiga kolam tempat wudhuk, yang airnya kadang sudah kuning kecoklatan. Karena kolam itu sekaligus difungsikan sebagai tempat permadian murid. Bayangkan, dalam satu hari saja berapa jumlah murid menggunakan air kolam itu untuk berudhuk. Di situ mereka basuh tangan, di situ berkumur-kumur, yang bekas kumurannya juga disemburkan ke dalam kolam, belum lagi mereka mencuci kaki yang terkadang penuh kotoran. Tapi begitulah kondisi dayahdayah dahulu. Sehingga tak heran, kalau murid yang modok di dayah dulu, soal penyakit kulit seperti kudis dan kurap sudah hal biasa, akibat air kolam tadi. Lumayan, kalau kolam itu dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air setiap saat. Tapi kebanyakan
34
Santunan
November 2012
Nab Bahany As
Budayawan, tinggal di Banda Aceh
kolam tempat wudhuk itu belum tentu sebulan sekali dikuras dan dibersihkan untuk dimasukkan air baru. Namun demikian, para santri yang meudagang di dayahdayah dulu begitu tekun belajar ilmu agama sarana apa adanya. Bilik tempat tinggal mereka yang terbuat dari tiang bambu dan atap rumbia yang letaknya berjajar dalam komplek dayah adalah nuasa tradisi yang tidak dipersoalkan, yang penting mereka dapat belajar hingga menguasai kitab Mahli sebagai target akhir dari tingkatan belajar di dayah. Untuk sampai ke tingkat menguasai kitab Mahli itu para santri harus lebih dulu menguasai kitab-kitab ilmu lain di bawahnya memakan waktu bertahun-tahun mempelajarinya. Termasuk ilmu nahu sebagai salah satu mata ajar di dayah dulu yang wajib dipelajari oleh setiap muridnya. Jika seorang murid sudah menguasai ilmu nahu, maka segundul apa pun kitap kuning yang mereka pelajari dengan mudah dapat disurahnya. Tatapi, untuk menguasai ilmu nahu ini tidak mudah, malah sangking beratnya belajar nahu di dayah-dayah dulu, tak sedikit diantara murid dayah mengalami stres yang berpengaruh pada kejiwaannya. Orang Aceh menyebutkan untuk orang stres akibat belajar ilmu nahu disebut “pungo nahu”. Memang ilmu nahu’ ini ada hubungannya dengan saraf, sehingga di sekolah agama dulu ada salah satu mata pelajaran namanya “nahu saraf”. Bagi yang sempat belajar mata pelajaran “nahu saraf” di sekolah agama dulu, terutama di tahun-tahun 1970-an, mungkin merasakan bagaimana rumitnya belajar nahu saraf itu. Dulu memang antara kurikulum dayah dengan kurikulum di sekolah agama agak sedikit singkron, terutama dalam mata ajar ilmu keagamaan. Bila di sekolah ada mata ajar “muthala’ah” atau “nahu’ safar”, maka si murid yang siang harinya belajar mata pelajaran itu di sekolah, malam harinya dapat memperdalam ilmu itu di dayah tempat belajarnya. Inilah salah satu kelebihan tradisi cara belajar ilmu agama dahulu dengan cara belajar ilmu agama ala TPA dan pesantren-pesantren modern sekarang ini. Maka tradisi jak meudagang dalam konteks budaya Aceh, boleh dibilang sebuah kesadaran masyarakat tempo dulu terhadap pendalaman ilmu agama yang rela menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun di dayah-dayah dengan tak ada perubahan sosial sedikit pun. Dayah bagi mereka adalah rumahnya, tempat mareka hidup di dunia dan tempat mereka menutut ilmu akhirat. Paling setahun sekali mereka pulang ke kampung asalnya. Masyarakat begitu hormat menyambut kepulangannya. Tak jarang bila seseorang yang sedang jak meudagang (jak beut) di sebuah dayah yang jauh dari kampung halamannya, bila sesekali ia pulang ke kampungnya tak sanggup menerima undangan jamuan makan dari orang kampung sebelum ia kembali ke dayahnya. Begitu mulia penghargaan yang diberikan masyarakat kepada orang jak meudagang dalam tradisi masyarakat Aceh tempo doeloe.
evaluasi diri wujudkan mimpi raih sukses hakiki
Selamat Tahun Baru Hijriah
1 Muharram 1434 H
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH Santunan November 2012
35
36
Santunan, November 2012
TAFSIR
Menyelami Lautan Hikmah DR. Fauzi Saleh, Lc, MA
Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
Prolog Selama ini kita sering dihadapkan pada kegersangan spiritual (ruhiyyah) yang berdampak pada kegelisahan dalam menjalani kehidupan. Padahal secara materi, masyarakat kita terasa lebih mapan terutama dalam keperpenuhan pangan, sandang dan papan, tidak hanya pada tataran primer, tetapi sudah meningkat pada tersedianya kebutuhan sekunder kalau tidak dikatakan tersier (luxury). Tingkat kecerdasan intelektual dan teknologi juga semakin meningkat ditandai dengan discovery (penemuan) alat-alat canggih untuk mempermudah kerja manusia. Dengan kata lain, manusia di penghujung abad ini dapat dikatakan kreatif, inovatif sekaligus produktif. Sarana dan prasana yang tersedia tersebut ternyata tidak mampu mendatangkan kebahagiaan, tetapi justeru tidak jarang menimbulkan kegelisahan. Kegelisahan yang dapat dibahasakan dengan merana batin sering menghantui mereka --meskipun tidak semua-- kemungkinan besar karena kurang terpenuhi makanan ruhiyyah. Sebuah ungkapan Thomas Alva Edison bahwa kecerdasan itu 1% pada manusia sementara 99% itu adalah kesungguhan, kesabaran dan focus pada kegiatan. Inti dari kalimat itu adalah kecerdasan intelektual semata tidak dapat mengantar manusia ke pintu kesuksesan dan kebahagiaan. Agama menawarkan satu pintu dalam hidup manusia yang disebut dengan hikmah. Kajian tafsir kali ini mengkaji ayat al-Qur’an Al-Karim tentang pemaknaan lafaz hikmah serta bagaimana menggapainya dalam kehidupan baik individual maupun sosial. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Baqarah/2: 269:
“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” Memahami Hikmah Al-hikmah secara etimologis berarti kebijaksanaan, sedangkan secara istilah, lafaz ini dapat dimaknakan sebagai syariat untuk menjelaskan halal dan haram seumpama dijelaskan dalam Qs alImran/3: 48, ilmu yang bermanfaat, an-nubuwwah (kenabian) seumpama disebutkan dalam Qs al-Baqarah/2: 251, pemahaman mendalam terhadap al-Qur’an al-Karim seumpama dalam Qs.
Al-Baqarah/2: 269, ketepatan dalam perkataan dan perbuatan, fungsi akal dalam pemahaman agama, tafakkur terhadap perintah Allah swt dan mengikutinya (Wahbah al-Zuhayli, II: 68). Beberapa istilah ini dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, atsar amal (buah amalan). Seseorang dianggap memperoleh hikmah bila amalannya menjadi pengontrol dalam kehidupan. Shalat yang dikerjakan umpamanya dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Orang yang melaksanakan shalat tetapi tidak mampu menjauhkan kemaksiatan, maka dalam definisi ini dapat dikatakan termasuk orang yang belum memiliki hikmah. Pengetahuannya tentang tata cara shalat, rukun dan syarat itu hanya pada tataran ilmu tetapi belum menggapai hikmah. Puasa yang dilaksanakan dengan rukun dan syaratnya, tetapi tidak memberikan dampak sosial dan rasa belas kasihan kepada kaum dhua’afa adalah puasa yang tidak menyisakan hikmah. Model ibadah semacam ini merupakan pengabdian yang tidak memenuhi syarat ruhi. Demikian ibadah haji umpamanya memberikan dampak sosial yang sangat positif. Haji merupakan suatu aktivitas ukhuwwah islamiyyah yang bersifat alamiyyah. Haji menyirat hikmah kepada pelakunya untuk merasa sebagai hamba yang dhaif, tidak berdaya upaya kecuali pertolongan Allah Swt. Bila hal ini belum terimpresi dalam diri hujjaj maka termasuk kelompok yang belum menggapai hikmah ibadah haji. Kedua, hikmah berarti menanggap sesuatu di balik alam materi. Memang alam non-materi ternyata lebih luas dibandingkan dengan alam nyata. Itulah adalam ruhi dan di sanalah terdapat ketenangan hakiki. Alam ini tidak diikat oleh ruang dan tempat serta tidak dapat diekpresikan dengan bahasa lisan, namun bisa dirasakan ketenteraman dan dan ketenangannya. Dalam ayat di atas, Allah menerangkan bahwa Dia akan memberikan hikmah kepada siapa yang Dikehendaki-Nya. Hikmah memiliki makna yang universal, yang paling tinggi bermakna nubuwwah (kenabian). Jumhur berpendapat bahwa hikmah mencakup pencapaian keilmuan, pemahaman dan alQur’an itu sendiri. As-Sabuni menafsirkan bahwa Allah swt memberikan ilmu bermanfaat bagi seorang hamba untuk melaksanakan amal saleh (al-Sabuni, I: 159). Dalam kenyataan memang tidak semua orang yang berilmu mampu mengamalkan ilmunya sehingga memberikan kontribusi positif bagi diri dan lingkungannya. Secara lebih spesifik, Wahbah al-Zuhayli mengatakan bahwa hikmah yang dimaksud adalah kemampuan memahami al-Qur’an. Kemampuan pemahaman al-Qur’an secara baik merupakan sebuah fadhilah di atas nikmat-nikmat yang lain. Kelebihan ini diungkapkan sebagian ahli hikmah sebagai berikut:
Merupakan bencana besar jika pada suatu masa atau suatu tempat berkumpulnya banyak orang berilmu tapi sedikit yang beramal atau sebaliknya banyak orang yang beramal tanpa ilmu pengetahuan.
“Barangsiapa yang diberikan ilmu dan al-Qur’an maka hendaklah ia mengenal siapa dirinya. Janganlah ia menundukkan dirinya kepada ahli dunia (pemburu dunia) untuk memperoleh dunia mereka karena ia telah diberikan karunia yang melebihi ahli dunia. Karena Allah Swt menyebut dunia itu dengan ‘kesenangan yang sedikit’ dan menyebut ilmu dan al-Qur’an itu sebagai ‘kebaikan yang banyak’.” Bila ditelusuri lebih jauh, ulama ketika berbicara hikmah lebih banyak menekankan pada tataran dampak baik dampak pada perubahan sikap dan tingkah maupun meninggakan solidaritas dan rasa sosial. Abu al-‘Aliyah sebagai dikutip Ibn Katsir mengatakan bahwa hikmah adalah khasyatullah (takut kepada Allah Swt). Hikmah cenderung bernuansa eskatologis (ukhrawi), artinya orang yang diberikan hikmah akan memperoleh kemudahan dalam memahami dan mengamalkan agama. Yang bersangkutan boleh jadi tidak begitu lihai dengan persoalan duniawi, tetapi dibukanya tabir pemahaman untuk menuju alam baqa’ menjadi sisi kelebihannya yang luar biasa. Keutamaan ini juga disebutkan dalam hadits Nabi Saw:
“Tidak ada hasud kecuali pada dua hal, (pertama) orang yang Allah berikan kepadanya harta lalu dihabiskan untuk kebenaran; dan (kedua) orang yang Allah berikan hikmah lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya.” Ilmu tanpa hikmah belum dapat menggapai tujuan maksimal
sebagaimana diinginkan agama. Karena sangat terkait dengan pengamalan ilmu. Sedangkan ilmu yang tidak diamalkan laksana pohon tanpa buah. Artinya orang bisa merasakan pentingnya pohon untuk berteduh di siang hari, tetapi belum sempurna fungsinya tanpa diiringin dengan buah yang dapat dipetik. AlQur’an menyebutkan sosok yang memperoleh hikmah ini sebagai anugerah besar di antaranya adalah Lukmanul Hakim. Allah berfirman dalam Qs. Luqman/31: 12:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” Suatu ungkapan yang menarik dikaji adalah; al-ilmu nahr wa al-hikmah bahr (ilmu itu laksana sungai dan hikmat itu adalah lautnya). Hikmat adalah lautan yang tidak bertepi dan semakin diselami akan akan terasa kenikmatan dan manfaatnya. Karena itu, pencapaian hikmat itu harus melewati jenjang dan tahapan latihan sehingga dapat menggunakan ekspresi kearifan dan tindakan yang bijaksana. Merupakan bencana besar jika pada suatu masa atau suatu tempat berkumpulnya banyak orang berilmu tapi sedikit yang beramal atau sebaliknya banyak orang yang beramal tanpa ilmu pengetahuan. Idealnya adalah semakin tinggi keilmuan seseorang maka semakin kuat ibadahnya, semakin tinggi tawadhu’nya dan seterusnya. Ilmu adalah prasyarat, amal adalah alat. Dengan dua hal itulah orang akan menggapai hikmah insya Allah. Epilog Hikmah adalah lautan yang tiada bertepi, semakin menyelami semakan asyik dan nikmat di dalamnya. Lafaz hikmah tidak cukup terungkap dengan lisan, tetapi ia dapat dirasakan ketika kita mengamalkan perintah syara’ dengan kesungguhan, keikhlasan dan keyakinan. Hikmah akan melahirkan mahabbah (kecintaan) kepada Allah swt yang merupakan puncak halawatul iman (manisnya iman). Semoga kita menggapainya, amin…. [] Santunan
November 2012
37
38
Santunan, Oktober 2012
MADRASAH
MTsN Tungkop, Kec. Darussalam, Kab. Aceh Besar
Prestasi Gemilang Bidang Pada dasarnya setiap orang menginginkan sekolah yang bermutu dan berkualitas. Tentu saja, bangkit dan masyurnya sekolah juga bergantung pada siswa-siswi yang memilki bakat dan prestasi yang menjanjikan. Sekolah favorit kini diincar, tapi dengan melihat kesuksesan berbagai sisi: prestasi, disiplin, pengajaran, kearifan, religiusitas, lokasi, keterbukaan dan seterusnya. Halnya dengan MTsN Tungkob— menempati kawasan di arah timur Kampus IAIN, Unsyiah, dan STAI Chik Pante Kulu—salah satu sekolah yang diincar oleh banyak kalangan karena di dalamnya memiliki sejumlah perangkat yang dimulai dari kedisiplinan sekolah, sekolah yang menawarkan sejumlah kenyamanan, guruguru yang selalu konsisten dengan tugas dan fungsi masing-masing serta berbakat hingga
lahirnya siswa yang berbakat dan berprestasi pula. Peran penting kepala sekolah sangat mendukung terbentuknya sekolah yang terpadu dengan iming-iming segudang prestasi. Seperti halnya Drs. Asnawi Adam, M.Pd, sebagai Kepala MTsN Tungkob yang selalu disegani dan menjadi teladan bagi guru-guru yang lain, pemimpin yang patut dicontoh adalah alasan satu dari sekian banyaknya kesuksesan MTsN Tungkob di mata dunia akademis. Ketika sekolah telah menawarkan sejumlah kenyamanan kepada siswasiswinya maka yang akan terjadi adalah lahirnya siswa-siswi yang menggebrak dunia intelektual dengan prestasi yang gemilang, mengharumkan nama sekolah, serta menjadi kebanggaan bagi setiap orang sehingga
siswa tidak lagi identik dengan tawuran, membawa benda tajam ke sekolah. Tetapi siswa akan terbiasa hidup dalam alam yang sangat menghargai ilmu pengetahuan. Selanjutnya mereka akan bisa merasakan iklim akademis yang membuat mereka nyaman dan merasa betah untuk menyalurkan bakat dan minat serta kreativitas yang dimiliki hingga menjadi sebuah prestasi yang membanggakan yang berefek pada sekolah yang selama ini telah menaungi mereka. Tidak bisa dipungkiri, MTsN Tungkob, yang area belajar ‘seatap’ dengan MI dan MA Tungkop, menawarkan sejumlah kenyamanan tersebut sehingga prestasi gemilang yang telah dicapai oleh sekolah tidak pernah berhenti dihalang waktu. Berkembang dan bertambahnya prestasi serta penghargaan yang didapat oleh siswa-
Porseni siswi dari mulai 2004 hingga saat ini, jelang Porseni 2012, di Kutacane. Semua ini tidak lepas dari dorongan dan motivasi guru-guru di sekolah MTsN Tungkob itu sendiri, dalam membina serta mengarahkan siswa-siswi untuk mencapai suatu target, yaitu prestasi gemilang MTsN yang selalu memberikan angin segar dari tahun ke tahun, hampir satu dasawarsa, selama 10 tahun Semua penghargaan yang telah didapat oleh siswa MTsN Tungkob, dari 2004 hingga saat ini tersusun rapi di arsip penting ‘badan sekolah’ MTsN Tungkob --sentra belajar yang dekat dengan Masjid Tungkop dan Dayah Raudhatul Quran Tungkop asuhan Tgk. H. Zulfanwandi, M.Ag. Namun dekat pula dengan jalan besar nan padat itu. Jadi, hatihati keluar-masuk madrasah.
Sejumlah tropi, pada 2012, yang mendominasi hampir semua bidang mendapat penghargaan, tidak tanggungtanggung, Juara Umum disandang oleh MTsN, yang ‘kampusnya’ berjarak cuma, kira-kira 10 kilometer dari pusat kota Banda Aceh itu. Angin prestasi gemilang mulai bertiup kencang pada 2004, kemudian sedikit demi sedikit mulai menanjaki dan merambah pada tahun-tahun berikutnya seperti pada 2010, yang membawa nama harum sekolah MTsN Tungkob dengan sejumlah prestasi. Di antaranya penghargaan Juara I, II, dan III bidang Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni) tingkat Aceh Besar. Selanjutnya, MTsN Tungkob nan asri --lokasi, aula, dan mushallanya kerap dijadikan ajang silaturrahmi Kankemenag Aceh
Besar-- pernah memperoleh satu kali piala bergilir. Apabila MTsN Tungkob meraih kembali Juara Umum pada 2013, MTsN Tungkob sah memperoleh piala bergilir untuk kedua kalinya. Pada tahun ini, MTsN kembali menggebrak dunia akademis dengan men dapat gelar Juara Umum pada tingkat Kabupaten dengan segudang prestasi. Inilah di antara ‘wajah’ MTsN Tungkob, moga setenar aspek-aspek lainnya. Sebagaimana disebut di awal tadi --madrasah favorit warga-- tak heran jika MTsN Tungkob salah satu ‘kampus’ yang menjadi primadona dengan menawarkan sejumlah kenyamanan bagi setiap orang yang berada di dalamnya, tidak hanya murid tetapi setiap kalangan yang mempunyai tugas di sekolah terpadu itu. [juhaimi/yyy] Santunan
November 2012
39
OPINI
Penertiban Rumah Ibadah Aceh daerah yang berjulukan Serambi Makkah, akhir-akhir ini dinodai oleh kaum misionaris. Pascatsunami, ribuan juta mata tertuju pada Aceh. Aksi bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh Organisasi Dunia baik yang berbasis Islam maupun non Islam, ternyata memiliki dampak psikologi yang besar. Awal-awalnya memang rakyat Aceh tidak menaruh kecurigaan kepada Kalangan non Muslim terutama dalam aksi kemanusiaan, akan tetapi lama-kelamaan tercium juga. Bayak fakta ditemukan ada misi tertentu di balik program kemanusian. Kita patut bersyukur, bahwa masih ada Ormas Islam yang risau terhadap Aksi Misionaris, sebut saja Front Pembela Islam Aceh (FPI Aceh), Perhimpunan Ulama Dayah (HUDA), Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA), Remaja Masjid Raya Baiturraham Banda Aceh, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI Cabang Banda Aceh), Komite Penguatan Aqidah dan Peningkatan Amalan Islam (KPA-PAI), Forum Masyarakat Penduli Kota (FMPK). Masyarakat perlu memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Banda Aceh yang sangat berani melakukan penutupan 16 rumah ibadah yang tidak memilik izin. Tindakan tersebut dinilai oleh sebagaian umat muslim di Aceh adalah tindakan yang mulia, dan ini sejalan dengan prinsip demokrasi. Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Nergeri (Mendagri) dan Menteri Agama (Menag) Nomor 8 dan 9 Tahun 2006, dan diperkuat dengan Peraturan Gubernur Nomor 25 tahun 2007 tentang pendirian rumah ibadah di Aceh yang yang dijadikan sandaran hukum UU Nomor 44 Tahun 1999 tentang Keistimewaan Aceh dan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Dua UU ini menjadi Lex specialis dalam rangka pemberlakuan hukum Islam/agama di Aceh. Lebih lanjut Peraturan Gubernur Aceh Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Pendirian Rumah Ibadah, mengatur: sebuah rumah ibadah dapat memperoleh ijin jika mendapat persetujuan dari 120 orang warga sekitar dengan jumlah jemaat lebih
40
Santunan
November 2012
dari 150 orang, mendapat pengesahan dari lurah, dan ada surat rekomendasi dari Kantor Kementerian Agama (KUA) setempat. Lantas ada pihak yang mengangkangi regulasi, lalu direspon oleh elemen umat. Untuk kasus Banda Aceh, adalah 13 lembaga yang tergabung dalam keanggotaaan Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) yakni, dari unsur Pemerintah Kota Banda Aceh, Kejaksaan (Kajati dan Kajari Kota Banda Aceh), Kepolisian (Polda dan Polresta Banda Aceh), TNI (Kodan dan Kodim BS), Kementerian Agama (Provinsi dan Kota), MPU (Aceh dan Banda Aceh) dan lainnya menyepakati kebikajan penutupan aktivitas ibadah pada rumah-rumah ibadah ilegal (gereja dan vihara) yang dirasakan sudah menggangu ketentraman warga. Hal ini terungkap saat pertemuan ke 13 lembaga tersebut pada rapat koordinasi, di ruang rapat Wakil Walikota Banda Aceh. Sekda Kota Banda Aceh, Drs. T. Saifuddin TA, M.Si, saat memimpin rapat mengatakan, persolan operasional rumah ibadah ilegal dirasakan sudah sangat meresahkan warga kota, terutama warga yang tinggal di sekitar tempat ibadah Iliegal tersebut. “Mereka memanfaatkan toko-toko tempat usaha sebagai lokasi rumah ibadah, dan terkesan sembunyi-sembunyi karena berkedok kursus-kursus seperti les-les mata pelajaran. Kebanyakan dari mereka menggunakan lantai tiga toko,” papar Sekda. Dikatakannya lagi, Keputusan rapat PAKEM ini diyakini bisa menjawab keinginan mayoritas masyarakat kota yang merasa terganggu dengan aktifitas Ilegal tersebut. Bahkan, lanjut Sekda, FPI (Front
Muhammad Syarif, S.HI, MH Divisi Hukum dan Pemerintahan Aceh Research Institute (ARI) Pembela Islam) beberapa waktu yang lalu berdemo di Balaikota juga menginginkan persoalan ini bisa di atasi sesegera mungkin, guna menghindari aksi massa yang dikhawatirkan akan menggangu harmonisasi kerukunan ummat beragama yang selama ini dirasakan sangat baik di Banda Aceh. “Pada dasarnya kita di Aceh sangat toleran terhadap pemeluk agama lain. Kita akan panggil pengelola rumah ibadah ilegal masalah ini secara bersama,” ujar Sekda. Rapat dengar pendapat pun telah ada ‘titik temu’, dalam meeting bulan Oktober 2012. Pembinmas Kanwil Kemenag Aceh, juga hadir. Lantas ‘angin sesat’ dihembuskan oleh oknum media ke dunia luar, juga Jakarta. Sebegaimana berita dari Singkil, lain di sana, lain pula di media, ironi. “Kami biasabiasa saja, tenang saja, tak ada penhegelan tempat ibadah, media sekuler yang membesar-besarkan,” kutip Muhammad Yakub Yahya, dari peserta sebuah acara dari Subulussalam, yang digelar Kesbangpol Linmas Aceh (9/2012). Maka, Jakarta pun ‘kebakaran jenggot’, padahal tak semuanya ada jenggot. Adalah sangat keliru dan ngawur jika kita membaca statmen politisi senayan: Pemerintah Pusat tidak boleh membiarkan permasalahan penutupan gereja dan vihara di Banda Aceh, Aceh. "Kasus itu pintu masuk disintegrasi bangsa. Ini upaya sistematis untuk terjadinya disintegrasi bangsa. Kalau itu terjadi, pemerintah pusat sangat bertanggung jawab," kata Lily Wahid, politisi Partai Kebangkitan Bangsa di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta (24/10).
Jadi, kepada para politisi Senayan yang ‘sok suci’, untuk tidak mengeluarkan statemen yang jusru akan membuat situasi kenyamanan dan ketertiban toleransi ummat beragama di Banda Aceh justru terusik. Sebaiknya para politisi senayan dan penggiat HAM itu datang ke Aceh, melihat sendiri situasi disini, jangan hanya baca koran dan kemudian mengeluarkan statemen yang sifatnya ngawur.
Rakyat Aceh Butuh Media Islam Pernyataan Lily Wahid mengundang reaksi banyak pihak di Aceh. Inilah contoh prilaku politisi yang tidak memahami persoalan Aceh. Sejak kemerdekaan hingga sekarang masyarakat Aceh sangat toleransi terhadap antar umat beragama. Bahkan gereja dan vihara terletak dipusat Kota. Bukankah ini bentuk dari toleransi antar umat beragama. Mana ada di dunia ini yang penduduk minoritas di dilindungi oleh negara selain di Aceh? Pernyataan Sang Politisi senayan juga mendapat kritikan dari Wakil Walikota Banda Aceh. "Tindakan kita murni untuk bertujuan melindungi kaum minoritas agar dapat lebih nyaman dan tenang dalam beribadah," kata Wakil Walikota kepada Bisnis Aceh (25/10). Lebih lanjut Illiza sangat menyesalkan pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh para politisi senayan yang menuding Pemko bertindak diskriminatif terhadap pemeluk agama minoritas di Banda Aceh."Yang kita tutup itu bukan gereja, bukan vihara, melainkan bangunan yang dijadikan rumah ibadah dan vihara, catat itu baik-baik," tegasnya. Menurutnya, bangunan yang selama ini dijadikan vihara dan gereja oleh pemeluk agama minoritas di Banda Aceh tidak sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ada dalam hal pendirian rumah ibadah. “Bangunan yang mereka dirikan itu tidak sesuai dengan SKB 2 Menteri dan juga Pergub tentang pendirian rumah ibadah," cetus Illiza. Sehingga, lanjutnya penutupan bangunan yang dijadikan rumah ibadah itu justru untuk melindungi pemeluk minoritas dari anarkisme masyarakat. "Justru tindakan ini untuk melindungi, dan yang kita tutup itu bangunan yang dijadikan rumah ibadah, Pemko tidak ada menutup rumah ibadah yang legal dan sesuai ketentuan". Jadi, kepada para politisi Senayan yang ‘sok suci’, untuk tidak mengeluarkan statemen yang jusru akan membuat situasi kenyamanan dan ketertiban toleransi ummat beragama di Banda Aceh justru terusik. Sebaiknya para politisi senayan dan penggiat HAM itu datang ke Aceh, melihat sendiri situasi disini, jangan hanya baca koran dan kemudian mengeluarkan statemen yang sifatnya ngawur. []
Teuku Zulkhairi Alumnus Pascasarjana IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Sebenarnya kita bisa meminta dukungan nyata dari MPU, HUDA, MUNA dan Organisasi Ulama lainnya untuk menjelaskan kepada ummat bahwa kita butuh media Islam dan mereka harus terlibat untuk mendukung dan membesarkannya.
Apa pentingnya rakyat Aceh melahirkan sebuah media Islam? Kemudian, apakah media-media Islam yang ada selama ini tidak Islami? Bukankah media yang telah ada juga dikelola oleh umat Islam juga? Pertanyaan ini mungkin akan muncul saat kita membuka diskursus tentang urgensitas media Islam. Sebagai jawaban yang singkat, yang membedakan antara media Islam dengan media biasa adalah pada arah pemberitaaannya. Sebagai contoh ringan, di sebuah media massa sekuler liberal, misalnya, jika mereka memberitakan kasus pemerkosaan atau aksi mesum lainnya, setelah membaca berita itu si pembaca ini bagai diajak untuk melakukan hal yang sama. Ini menyebabkan merebaknya kasuskasus maksiat terjadi di masyarakat kita. Namun dalam sebuah media Islam, jikapun kasus-kasus seperti itu diberitakan, maka pesannya yang harus didapat oleh pembaca adalah agar ia menjauhi hal tersebut dengan perasaan takut, takut akan konsekuensi di dunia dan yang lebih penting adalah takut terhadap ancaman Allah Swt kelak di akhirat. Pada sebuah media Islam, dakwah Islam harus selalu di kedepankan. Agenda Islam bukan hanya program di Hari Jum’at saja. Umat butuh dakwah Islam setiap saat sehingga menghadirkan dakwah dalam ruang baca mereka merupakan sebuah kebutuhan. Pada sebuah media Islam, setiap masalah yang dikupas harus berdasarkan semangat Islam, memiliki nilai dakwah, jauh dari ghibah, serta memiliki orientasi menyeru manusia kepada jalan yang benar.
Tantangan media Islam Dewasa ini, meskipun media Islam merupakan sebuah kebutuhan, tapi masyarakat Aceh khususnya dan Indonesia umumnya belum memberikan responnya secara positif. Ini bisa dilihat dari sedikit iklan di media massa Islam yang ada. Fenomena ini tidak hanya di Aceh, tapi sesungguhnya juga di berbagai belahan dunia lainnya yang lebih luas. Itu sebab sehingga opini dunia selalu dikendalikan oleh non Islam atau oleh umat Islam yang tidak ingin ajaran Islam mengatur kehidupan umat Islam. Harus diakui bahwa saat ini dunia media massa global berada dalam cengkeraman korporasi-korporasi Barat seperti AP, BBC, CNBC, dan ABC. Sementara umat Islam belum begitu menyadari hakikat dan kekuatan media serta fungsinya sebagai pilar ke empat sistem demokrasi. Padahal, orang-orang non Muslim mampu menguasai dunia dengan cara menguasai media. Dengan menguasai media, mereka begitu bebas mempengaruhi opini masyarakat dunia. Begitu bebas pula mereka menyeru manusia ke jalan yang sesat. Adalah sebuah hal yang ironis jika kita melihat sebuah fakta bahwa kita belum memiliki sebuah media massa Islam yang kuat, besar dan mendapatkan dukungan besar dari ummat, sebuah media Islam yang mengusung misi dakwah dalam pemberitaannya. Di Indonesia kita baru memiliki Harian Republika yang condong kepada kepentingan Islam. Begitu juga kita baru memiliki beberapa Tabloid dan Majalah seperti Suara Islam, Hidayatullah, Sabili, Santunan
November 2012
41
Tarbawi dan sebagainya yang mengusung misi dakwah Islam dalam pemberitaannya. Sementara media yang tidak mau mengusung nilai-nilai Islam sangat melimpah. Umumnya, kekuatan-kekuatan media ini masih lemah. Para pembaca juga masih terbatas. Dan peredaraan media ini juga masih terbatas. Sebab media khusus berkaitan dengan Islam biasanya memang tidak banyak pengiklan yang mau mengiklankan produknya di media semacam itu. Sementara di Aceh, kita kita hanya mengenal media Islam seperti Majalah Santunan milik Kementerian Agama (Kemenag) yang terbit sebulan sekali, Gema Baiturrahman milik Masjid Raya Baiturrahman yang terbit seminggu sekali, beberapa Majalah Santri Dayah yang dalam perjalanannya ternyata tidak mampu terbit secara regular. Begitu juga, kita baru memiliki media Islam online Aceh seperti Suara Aceh (www.suaraaceh. com) dan sebagainya. Segenap unsur media Islam harus memperkuat kerjasama yang kuat. Apalagi dalam konteks Aceh, kita punya tantangan besar yang harus segera kita lalu. Media Islam di Aceh masih sedikit, dan itupun hanya media kecil yang pengaruhnya masih sangat kurang dalam memainkan perannya dalam dinamika perubahan di Aceh. Harus kita akui, bahwa penyebab terbesar tersendatnya penerapan syari’at Islam secara totalitas di Aceh adalah pada minimnya dukungan ekstra dari media massa yang telah ada. Bahkan, bisa disebut bahwa dukungan media yang ada bagi implementasi syari’at Islam sangat minim. Begitu juga, seringnya citra Aceh di mata dunia rusak dalam konteks penerapan syari’at Islam adalah karena tidak ada dukungan media untuk memberitakan isuisu syari’at Islam secara seimbang. Bahkan, berita-berita yang kita baca selama ini justru mengesankan bahwa syari’at Islam itu kejam dan melanggar Hak Azasi Manusia (HAM). Dengan realitas seperti ini, maka kita harus bersatu membangun sebuah media Islam besar di Aceh. Aceh butuh media Islam Kekuatan-kekuatan media Islam lokal seperti contoh yang saya sebutkan diatas sesungguhnya harus dihimpun. Dalam konteks Aceh, kita harus memiliki sebuah media Islam bersama yang mampu memainkan kiprahnya dalam dinamika perubahan di Aceh. Untuk jaringan, kita memiliki jaringan gerakan dakwah yang ada di seluruh Aceh. Kita perlu menghimpun para santri, para da’i, aktivis-aktivis Ormas Islam dan sebagainya untuk mensukseskan hadirnya media Islam besar di Aceh. Nah kekuatan ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk membangun jaringan bagi lahirnya sebuah media Islam besar
42
Santunan
November 2012
di Aceh. Saat kita memiliki sebuah media Islam bersama, kita harus sepakat membesarkannya bersama-sama pula. Untuk mensukseskan lahirnya media Islam Aceh ini, sebenarnya kita bisa meminta dukungan nyata dari MPU, HUDA, MUNA dan Organisasi Ulama lainnya untuk menjelaskan kepada ummat bahwa kita butuh media Islam dan mereka harus terlibat untuk mendukung dan membesarkannya. Misalnya MPU bisa berperan dalam meyakinkan masyarakat Aceh untuk peduli kepada media Islam dengan membelinya. Begitu juga, kita bisa ber audiensi dengan pemerintah Aceh. Saya yakin Pemerintah Aceh menyadari hal ini. Aliansi media Islam adalah sebuah ide yang harus segera diwujudkan. Mereka yang memiliki pikiran tentang pentingnya menguatkan posisi media Islam harus sering duduk bermusyawarah. Maka kita membutuhkan elemen-elemen yang saya sebutkan di atas dalam mewujudkan hal tersebut. Umat Islam sesungguhnya harus segera merapatkan barisan. Kalau kesadaran dan keinginan ummat untuk memiliki media Islam sudah kuat, maka persoalan anggaran saya kira tidak akan ada masalah. Pasti akan di buka jalan oleh Allah Swt. Konsistensi dan keistiqamahan dari setiap pelaku media Islam memang harus diperkuat. Para pelaku media yang benar-benar ingin mengakomodasi kepentingan-kepentingan Islam juga harus percaya bahwasanya mereka tetap akan mendapat pertolongan dari Allah SWT. Karena Sesungguhnya Allah Swt akan menolong orang-orang yang taat, ikhlas, berpegang teguh, dan bertawakkal kepada-Nya. Allah Swt berfirman dalam AlQur’an surah Al- Hajj ayat 40 artinya : "Dan pastilah Allah akan menolong siapa saja yang mau menolong-Nya". Meskipun masyarakat Muslim sendiri acuh tak acuh dengan media Islam, namun adalah tugas kita semua sebagai seorang Muslim untuk menyadarkan ummat tentang fungsi sebuah media dan kebutuhan ummat akan media Islami. Para da’i, muballigh, khatib, harus senantiasa mengingatkan ummat tentang fungsi sebuah media yang menyeru kepada kebenaran Islam di tengah kuatnya hegemoni media massa yang menyeru kepada kebebasan moral yang jauh dari semangat Islam. Media Islam perlu membangun komunikasi yang massif dengan seluruh elemen. Dengan ulama, OKP, Ormas Islam, para aktivis, para penulis dan sebagainya. Kita perlu bersatu untuk menyatukan pemahaman dan kesepahaman akan pentingnya media Islam. Kita butuh media Islam yang secara totalias menyeru kepada dakwah Islam, bukan media sekuler yang tidak menganggap penting misi dakwah Islam. []
Pada saat Aceh masih diperintah oleh para sultan, Aceh merupakan kerajaan kaya dan berperadaban. Hingga kini tanpa hentihentinya Aceh menjadi pusat perhatian para peneliti dan ilmuan guna mencari mutiara yang terpendam yang membuat wilayah bekas kerajaan ini terus dikenang. Di antara peninggalan masa-masa kejayaan Kerajaan Aceh adalah kitab yang memuat aturan-aturan hukum Islam, bahkan menjadi pedoman resmi para qadhi/hakim dalam bidang munakahat yang bernama kitab Takhlishul Fallah, bahkan dapat dikatakan kitab tersebut adalah Undang-undang Perkawinan pada masa itu. Judul lengkapnya adalah Takhlishul Fallah fi Bayani Ahkamith Thalaq wan Nikah karya Syaikh Muhammad Zain bin Syaikh Jalaluddin al-Asyi. Walaupun minimnya informasi tentang kitab dan penulisnya, namun dapat dipastikan bahwa kitab Takhlishul Fallah ini ditulis oleh Syaikh Muhammad Zain bin Syaikh Jalaluddin al-Asyi. Ia merupakan Qadhi Malikul ‘Adil/Mufti Kerajaan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah (1174-1195 H/17601781 M). Ia adalah putra dari Syaikh Jalaluddin yang menjabat Qadhi Malikul ‘Adil/Mufti Kerajaan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Johan Syah (1145-1173 H/1733-1760 M). Syaikh Muhammad Zain selain banyak menulis karyanya sendiri, juga banyak menyalin dan mensyarah kitab-kitab karya Syaikh Abdurrauf as-Singkili (1024-1104 H/16151693 M). Matan dan isi Kitab ini terdiri atas lima pasal dan satu khatimah/penutup. Pasal pertama tentang hukum nikah, (teks: adapun hukum bernikah itu maka yaitu sunat bagi orang yang berkehendak kepada wathi dan ada baginya belanja …). Kemudian dalam teks juga terdapat penjelasan hukum nikah secara lebih rinci sesuai dengan situasi dan kondisinya. (1) Wajib, bagi orang yang mampu dan yakin akan jatuh ke dalam perbuatan zina
Kitab Takhlishul Fallah; UU Perkawinan Abad XVIII Sulaiman M. Thalib Kepala KUA Kec. Trienggadeng Kab. Pidie Jaya atau homo seks jika ia tidak menikah. (2) Sunnah, sebagaimana yang tersebut dalam teks di atas. (3) Mubah, bagi orang yang belum memiliki dorongan seksual tetapi sudah memiliki kemampuan nafkah. (4) Makruh, bagi orang yang belum memiliki dorongan seksual dan belum memiliki kemampuan nafkah. (5) Haram, bagi orang yang menderita penyakit tertentu dan tidak memiliki kemampuan nafkah. Dalam pasal ini juga disebutkan wanita-wanita yang haram dinikahi serta syarat-syarat calon suami dan istri. Pasal kedua berisi tentang rukun nikah dan syarat-syaratnya. Syarat wali; (1) merdeka, (2) laki-laki, (3) rasyid/cerdas, (4) balig/dewasa, (5) berakal, dan (6) tidak fasik. Dalam pasal ini juga disebutkan tertib/urutan wali yang dimulai dari bapak, kakek (ayah bapak), saudara laki-laki seibu sebapak, saudara laki-laki sebapak, anak lakilaki saudara laki-laki seibu sebapak, anak laki-laki saudara laki-laki sebapak, paman (saudara laki-laki bapak) seibu sebapak, paman (saudara laki-laki bapak) sebapak, anak laki-laki paman (saudara laki-laki bapak) seibu sebapak, anak laki-laki paman (saudara laki-laki bapak) sebapak, maula mu’tiq/bekas tuan hamba sahaya, dan hakim. Hakim yang dimaksud di sini adalah petugas resmi yang ditunjuk oleh pemerintah/sultan. Adapun dua orang saksi --menurut Kitab Takhlishul Fallah-- harus memiliki duabelas syarat, yaitu (1) laki-laki, (2) merdeka, (3) balig, (4) berakal, (5) adil, (6) dapat mendengar, (7) dapat melihat, (8) dapat berbicara, (9) cerdas, (10) menjaga marwah, (11) memelihara hati/keyakinan, dan (12) mengetahui bahasa dua orang yang ber-akad. Sighah (lafaz ijab-kabul) juga memiliki beberapa syarat, (teks: shighah artinya ijab dan qabul, maka yaitu tak dapat tiada daripada lafaz yang dikeluarkan dari pada tazwij… atau nikah… seperti kata wali tatkala mengakad nikah…. “Aku kahawinkan akan dikau anakku Zainab umpamanya dengan sekian maharnya.” …Maka jawab mempalai: “Aku terimalah kahawinnya.” Dan disyaratkan
pada menerima qabul nikah itu bersegera. Dan sah akad nikah dengan bukan bahasa Arab) Pasal ketiga tentang talak dan khulu’. Hal-hal yang dijelaskan dalam pasal ini adalah: (1) Jenis talak, yaitu sharih/jelas dan kinayah/sindiran. Sharih --seperti kata “talak” dan “cerai”-- tidak berkehendak kepada niat, sedangkan kinayah berkehendak kepada niat. (2) Hamba sahaya memiliki dua talak, orang merdeka memiliki tiga talak. (3) Talak tiga sekaligus jatuh tiga. (4) Talak dengan tulisan tidak jatuh. Penjelasan tentang khulu’, (teks: dan adapun khulu’ maka yaitu talak dengan harta pada perempuan atau orang yang lain, seperti kata istrinya pada lakinya: “Talak oleh mu atau khlu’ oleh mu akan daku, aku beri akan dikau seratus riyal.” Maka wajib diberinya seratus riyal kemudian daripada talaknya) Pasal keempat tentang ruju’, (teks: bermula pasal yang keempat pada menyatakan kembali seorang pada istrinya kemudian daripada talaknya, dan sah kembali seorang dengan lafaz yang sharih dan dengan lafaz kinayah. Dan tiada disyaratkan pada kembali dengan wali dan saksi, dan tiada lafaz nikah
Melihat pada isinya yang lengkap, rujukanrujukannya yang akurat menandakan penulisnya seorang pakar yang sangat menguasai seluk-beluk hukum Islam. Dan tidak diragukan lagi bahwa kitab ini merupakan Undangundang Perkawinan pada masa Sultan Alaidin Mahmud Syah memimpin Kerajaan Aceh (1174-1195 H/17601781 M).
dan lafaz tazwij, dan tiada rela si perempuan itu dan walinya, dan tiada wajib mahar). Lafaz sharih –seperti: “Aku kembali akan dikau kepada nikah.”– tiada berkehendak kepada niat. Lafaz kinayah berkehendak kepada niat. Syarat ruju’ ada enam, (teks: (bermula) syarat kembali itu enam perkara. (pertama) bahwa adalah laki-laki itu balig… (kedua) ‘aqil… (ketiga) jangan murtad… (keempat) talak raj’i, yaitu talak satu orang yang merdeka atau hamba atau talak dua pada orang yang merdeka yang lain daripada khulu’… (kelima) pada yang ber-iddah… (keenam) di dalam iddah, maka tiada sah kembali kepada yang sudah lepas iddahnya.) Pasal kelima menjelaskan macam-macam iddah (masa tunggu bagi wanita yang dicerai oleh suaminya, baik cerai hidup maupun cerai mati). (A) Cerai hidup. (1) Melahirkan bagi wanita hamil, (2) tiga kali suci bagi wanita yang mempunyai haidh, (3) tiga bulan bagi wanita yang tidak mempunyai haidh, (4) tidak ada iddah bagi yang belum dukhul/jimak. (B) Cerai mati. (1) Melahirkan bagi wanita hamil, (2) empat bulan sepuluh hari bagi wanita yang tidak hamil, baik sudah dukhul maupun belum. Khatimah/penutup berisi hukum walimah/pesta perkawinan, waktu yang afdhal untuk menikah, doa untuk kedua mempelai, dan doa bagi suami istri. Begitulah karya ulama Aceh tempo dulu menjadi saksi yang tak terbantahkan tentang majunya peradaban sebuah kerajaan di ujung pulau Sumatra. Melihat pada isinya yang lengkap, rujukan-rujukannya yang akurat menandakan penulisnya seorang pakar yang sangat menguasai seluk-beluk hukum Islam. Dan tidak diragukan lagi bahwa kitab ini merupakan Undang-undang Perkawinan pada masa Sultan Alaidin Mahmud Syah memimpin Kerajaan Aceh (1174-1195 H/1760-1781 M). Sedangkan pada masa sebelumnya pedoman tentang perkawinan diambil dari kitab-kitab fiqh umum yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang hukum perkawinan. [] Santunan
November 2012
43
Generasi Taat, Tanggung Jawab Siapa? Ketika kita membicarakan pendidikan, maka akan terpatri dalam benak kita bahwa kata pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk membentuk manusia menjadi manusia yang terdidik, santun, teladan, kreatif, inovatif dan kesempurnaan lainnya. Pembentukan manusia tersebut biasanya dilakukan oleh lembaga pendidikan mulai dari tingkat dini hingga pada tingkat tinggi. Lembaga pendidikan tersebut di Negara Republik Indonesia ini dikenal mulai dari PAUD, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan Perguruan Tinggi. Lembaga-lembaga ini merupakan cita-cita bangsa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dicanangkan bersama dengan harapan setelah memperoleh perlakuan pendidikan, maka anak-anak bangsa terdidik benar-benar menjadi generasi penerus cita-cita pejuang tanah air. Namun harapan pejuang tanah air seakan-akan tidak diwujudkan, mungkin para pejuang yang masih hidup pasti mereka kecewa dan jika mereka yang telah gugur, “arwah’ mereka pasti murka. Bagaimana tidak, pendidikan sebagai wadah perubah tidak mampu merubah, korupsi dimana-mana yang dilakukan oleh orang-orang terhormat dan berpangkat, pencurian dan pembunuhan tak terbendung serta perbuatan biadab yang sebenarnya tidak dilakukan manusia. Mungkin setiap hari telah menjadi pemandangan yang biasa di trafficlight, di mana banyak para pengemudi yang melakukan “melanggar” trafficlight. Pada suatu hari (kronologisnya saya singkat saja) saya mencoba mengejar dan mendekati salah seorang pelanggar trafficlight di Simpang Jambo Tape Banda Aceh. Kebetulan saya berlebaran idul fitri di Banda Aceh, dan pengemudi yang melanggar tersebut bersatus mahasiswa. Saya dan mahasiswa tersebut duduk di suatu tempat dan kami lanjutkan dengan berbagai obrolan, salah satu yang menarik dari obrolan kami adalah ketika saya mengatakan kepadanya, untuk apa lampu trafficlight itu dipasang. Dia tenang menjawab bahwa lampu itu untuk tidak terjadi kecelakaan, tadi saya melihat Anda melanggarnya kenapa anda lakukan? Jadi Ibu melihat saya! Karena itu saya mengejar Anda, jadi apa alasan Anda? Kemudian dia menjelaskan dengan semangatnya, kalau Ibu ada melihat saya, ketika saya lewat lampu tersebut tidak terjadi apa-apa ‘kan? Dan saya lewat pun secara hati-hati. Oh begitu, boleh nggak saya tanya lagi, ada apa lagi bu, cuma saya heran dengan jawaban Saudara, kalau tidak terjadi kecelakaan tidak apa dan Anda berhati-hati melakukannya, ya jawab mahasiswa itu. Ini maaf ya? Kenapa dalam agama Islam dilarang berzina? Mahasiswa itu tercengang dan heran, untuk apa ibu nanyain ini, tidak saya ingin tahu saja menurut Saudara? Menurut saya dilarang berzina karena jangan sampai lahir anak di luar nikah sehingga dapat merusak hubungan nasab atau keturunan. Oh begitu ya, tapi kalau berzina tidak hamil atau lahir anak, boleh ya? Mahasiswa itu bertambah heran dengan statemen saya tersebut, kemudian saya meminta untuk tidak melanjutkan lagi, sudahlah coba Anda pikirkan antara traficlight dengan masalah berzina tersebut, tapi tak perlu dijawab, kemudian kami akhiri pertemuan tersebut. Dari kisah tersebut dapat kita menghayati bersama bahwa nampaknya ada sesuatu yang salah dalam pendidikan kita. Maaf,
44
Santunan
November 2012
Erianti ZA, S.Ag Guru MTsS Meurah Dua, Kab. Pidie Jaya seakan-akan pendidikan kita hanya mampu melahirkan generasi yang mampu selalu berdebat dan berdebat tetapi tidak mampu berbuat atau taat kepada aturan yang ditetapkan. Maka tidak salah kalau ditanya siapa yang merusak ekonomi bangsa, pasti jawabannya adalah para ahli ekonomi, siapa yang merusak hukum jawabannya pasti para ahli hukum, siapa yang merusak agama pasti jawabannya para ahli agama, filosofis ini pasti salah tapi coba Anda cermati secara mendalam. Berdasarkan hal tersebut di atas, dimana tugas dan fungsi pendidikan sekarang? Namun saya tidak akan menyalahkan para guru dan pelaku pendidikan lainnya, namun marilah kita berfikir. Pendidikan diharapkan dapat melahirkan generasi yang berkualitas intelektual, sehingga berbagai olimpiade mata pelajaran di perlombakan baik dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional bahkan internasional. Sehingga banyak lembaga pendidikan berani menghabiskan biaya untuk pencapaian prestasi tersebut, namun itupun hanya untuk 10 hingga 20 orang atau paling banyak 100 orang. Namun di sisi lain jumlah siswa masih cukup banyak, mereka berprestasi bukan untuk olimpiade mata pelajaran akan tetapi untuk mengikuti olimpiade “tawuran antar pelajar”, Olimpiade “kelompok gang motor”, dan “anak punk”, olimpiade “narkoba”, bahkan telah berani melakukan hubungan seksual antar sesama dan perbuatan maksiat lainnya. Belum lagi tawuran yang dilakukan antar desa oleh pemuda generasi bangsa yang kita cintai, ada yang mati karena miras, dan kejahatan lainnya. Dengan kondisi ini, marilah kita menghidupkan kembali peran, tugas dan fungsi orang tua, sekolah dan masyarakat. Selama ini orang tua telah melepaskan tugasnya sebagai penanggungjawab utama pendidikan anak kepada sekolah,kemudian sekolah merasa angkuh seakan-akan mampu memberikan yang terbaik kepada siswanya dan masyarakat acuh terhadap kondisi pelajar dan generasi muda, tidak berani melarang kejahatan dan pola pergaulan yang dilakukan generasi bangsa saat ini. Orang tua sebagai peletak dasar utama pendidikan tidak hanya melepas tanggung jawabnya ke sekolah, orang tua harus mengetahui apa yang dikerjakan anaknya di sekolah dan dilakukan diluar sekolah, hal itu dapat terwujud jika adanya kerjasama yang kuat antar sekolah dan masyarakat. Selanjutnya sekolah jangan merasa sebagai lembaga yang mampu melahirkan generasi bangsa yang baik, tanpa dukungan orang tua dan masayarakat semua itu akan sirna dan akan menjadi alamat kesalahan yang selalu dipersalahkan. Demikian juga masyarakat harus merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu anak bangsa agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai moral, karena kehidupan siswa banyak dihabiskan dilingkungan masyarakat, jika lingkungan rusak maka rusaklah siswa itu. Oleh karena itu diharapkan peran serta masayarakat dalam membangun lingkungan yang bermoral sangatlah pentoing demi anak-anak bangsa nantinya. Jika tugas dan fungsi masing-masing tersebut dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka pendidikan akan dapat melahirkan generasi yang taat terhadap apa yang telah ditetapkan baik oleh agama dan pemerintah.Wasalam, wallahu a”lam.[]
Rumor Pembodohan oleh Media AS Jannatun Makwa Kelas XII IPA 3 MAS Jeumala Amal, Lueng Putu, Kab. Pidie Jaya “Bukan apa yang mereka katakan, melainkan apa yang mereka tidak katakan.” Rekayasa dunia modern kini telah membalikkan fakta dunia Islam. Kita ketahui, bahwa segala teknologi canggih dan pengetahuan berasal dari AS, begitu pula kita sering mendengar berita/ulasan internasional lewat CNN, Fox News, ABC, CNBC, BBC atau media utama Barat lainnya. Pada umumnya hal tersebut juga di relay media TV lokal dinegara-negara lain, termasuk Indonesia. Media-media tersebut hanya melaporkan berita yang mengharumkan nama pemerintah AS, sementara kebenaran yang barangkali bisa mengotori citra itu langsung disingkirkan. Dalam hal ini, mereka mengecam bahwa media AS yang telah tersalurkan adalah bentuk jurnalisme yang berisi berita akurat dan terpercaya. Padahal jurnal hakiki mengatakan bahwa media AS adalah manipulasi pikiran dibalik fakta terselubung. Nah, adakah kita menyadari kebohongan AS dan penipuan di balik kata-kata indahnya? Mari kita meriset dasar-dasar sampai perkembangan penyebaran aliran kebohongan dari AS. Secara penelitian ilmiah, kita ketahui sumber dasar pengetahuan berasal dari Baghdad yang mencapai kegemilangan pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid setelah mengalami kemajuan selama kira-kira lima abad. Kegemilangan tersebut diakhiri oleh penyerangan bangsa Bar-Bar (Mongolia) dengan membakar seluruh buku panduan di Sungai Tigris. Pada saat itulah bangsa Bar-bar memanipulasikan semua penemuan Islam menjadi penemuan mereka. Dari penghancuran tersebut mereka mempelajari ilmu yang didapati dari Islam sehingga mereka terus melakukan perbaikan dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga menghasilkan penemuan teknologi yang canggih. Tapi sayang, dunia Islam sekarang berbalik mencari jati diri dalam kegelapan. Dalam hal ini, perkembangan aliran Bar-Bar menyebar luas ke bangsa Eropa terutama bangsa AS, karena opini maupun pendapat Bar-Bar sangat mudah diserap oleh bangsa tersebut. Dibalik sangkaan, bangsa AS malah berpaling dan ingin menjadi penguasa dunia sehingga fakta yang harus dibenarkan oleh dunia kini harus didustakan. Bangsa AS mengetahui istilah kebenaran dunia setelah belajar dari bangsa Bar-Bar. Tetapi karena keserakahannya, mereka menyem bunyikan dunia di balik media-media penyebaran info yang mereka kendalikan. Semua itu bertujuan untuk perbudakan dunia. Berikut terdapat serangkaian contoh dari hal kecil hingga besar yang menjadi kebohongan media massa AS. Mungkin pengetahuan kita tentang pasta gigi agak minim karena kita anggap hal tersebut adalah hal kecil tanpa penelitian berlanjut singga bangsa AS beroperasi dalam kejahatannya dengan menyebarkan info dusta, yaitu kandungan pasta gigi (Fluoride) yang dinobatkan sebagai kandungan yang baik dan menyehatkan gigi. Ternyata melalui berbagai penelitian yang dapat dipercaya dari berbagai belahan dunia terbukti menunjukkan fakta yang sebaliknya. Fluoride yang dikandung pasta gigi adalah racun yang mematikan pelan-pelan. Tapi, tanpa rasa malu media massa AS malah memporak-porandakan kabar tersebut. Pengeboman di Indonesia tampaknya lebih merupakan kampanye terselubung intelijen Barat dan media untuk memberi kesan bahwa Indonesia adalah negara teroris. Mereka mengabarkan kemarahan kelompok-kelompok lokal dengan menyebarkan fitnah demi fitnah. Virus HIV/AIDS itu mulanya bukan dari simpanse (“Teori” Monyet Hijau), tapi ciptaan para ilmuwan yang kemudian diselewengkan
melalui rekayasa tertentu untuk memusnahkan etnis tertentu. Senjata pemusnah massal milik AS, seperti tabung Uranium, jarang sekali disebutkan media Amerika, tak terkecuali dampak jangka panjangnya. Semua itu merupakan sederet kecil contoh manipulasi Amerika terhadap media Internasional. Dunia Islam sekarang sempit dengan ilmu pengetahuan, jangankan dikatakan hal besar, yang terkecilpun sering diabaikan, padahal itulah yang mengakibatkan fatal. Sejauh ini, Islam menggarap ilmu dari dunia Barat menjadikannya sebagai pedoman ruang pendidikan tanpa meneliti sejarah masa lalu dari tujuan bangsa Amerika. Bangsa Amerika terkenal dengan sekutu Yahudi yang menye lubungkan tujuannya agar umat Islam harus bersekutu kepadanya sebagai budak, bahkan berminat memalingkan dunia Islam menjadi garapan Yahudi. Aktualitasnya, mereka tidak akan senang/rela sebelum angan mereka menguasai Islam tercapai, hal tersebut terbukti dalam kalam Allah pada surat Al-Baqarah ayat 12: “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.” Sedari dulu kita sering diingatkan oleh Allah melalui Al-Quran tentang karakter Yahudi yang sesungguhnya sebagaimana tertulis pada ayat di atas. Tidak bisa dipungkiri bahwa Yahudi dan sekutunya merancang banyak kejahatan dan hidden agenda yang mengarah kepada kehancuran umat Islam. Satu fakta yang juga tidak bisa dibantah bahwa rentetan peristiwa besar yang terjadi di dunia ini adalah karena Yahudi memiliki andil dan saham yang besar. Ironisnya, umat Islam selalu menjadi korban dan dirugikan. Kaum muslimin yang menempati wilayah yang cukup besar dibelahan dunia ini hanya menjadi penonton saja, melihat saudara-saudaranya dibantai oleh bangsa Yahudi secara kejam. Bahkan, ada yang mengaku seagai intelektual muslim namun malah membenarkan apa yang telah dilakukan bangsa Yahudi. Untuk hal ini, marilah menyingkap metode-metode pemalsuan dan pemanupulasian termasuk sesuatu yang bisa membuka dan menjelaskan karakter kejiwaan dan pemikiran pihak-pihak yang melakukan pemalsuan dan pemanipulasian. Termasuk tujuan-tujuan yang berusaha mereka sebarkan dan tanamkan. Semua ini telah mencapai puncaknya dan hampir membuat sejarah yang kita miliki jauh dari sejarah yang sebenarnya. Kobaran semangat kita menelaah ilmu pengetahuan bisa dibangkitkan kembali untuk melawan kemunafikan AS dan sekutunya Yahudi, dengan cara mengkolaborasikan persatuan antar umat Islam agar mencapai tujuan bersama. Perlu diketahui, kita mengembangkan Islam bukan mengulang sejarah kegemilangan masa lalu tetapi mengacu ke benih-benih kemajuan agar tidak terjadi generalisasi pembodohan. Semoga, ilmu/info yang sebagian maraji’-nya ana ‘ramu’ dari ‘Metode Yahudi Mendistorsi Sejarah’, oleh Abdull Wahid Hijazi, dan berbagai sumber lainnya, ini, bermanfaat bagi kita semua, amin wassalam. [] Santunan
November 2012
45
Aku Diajarkan untuk Membenci Islam Tina Styliandou Muallaf asal Yunani
Selama ratusan tahun, kami diajarkan baik dalam sejarah dan buku-buku agama untuk membenci agama Islam dan menghinanya. Semua karikatur dan fitnah terhadap Nabi Muhammad yang beredar di media, adalah bagian dari materi pelajaran dan ujian di sekolah. Ini adalah cerita perjalananku dalam menemukan Islam. Aku dilahirkan di kota Athena, Yunani dari keluarga Yunani Orthodok. Keluarga ayahku tinggal di Istanbul Turki hampir sepanjang hidup mereka, dan ayahku pun lahir dan dibesarkan disana. Keluarga ayahku adalah keluarga kaya, berpendidikan, dan seperti layaknya keluarga kristen orthodok yang tinggal di negara Islam, mereka pun melaksanaan ibadah sesuai agama mereka. Kemudian datang suatu waktu, di mana Pemerintah Turki memutuskan untuk mengusir warga Yunani mayoritas keluar dari Turki dan menyita semua kekayaan, rumah serta usaha mereka. Sehingga akhirnya keluarga ayahku harus kembali ke Yunani dengan tangan kosong. Itulah yang dilakukan muslim Turki terhadap mereka. Itu menjadi sebuah validasi bagi mereka untuk membenci Islam. Keluarga ibuku tinggal di perbatasan antara Yunani dan Turki. Pada saat penyerangan oleh Turki, tanah perbatasan tersebut dikuasi oleh Turki, dan mereka membakar rumahrumah penduduk Yunani. Untuk menyelamatkan diri, wargawarga Yunani yang tinggal disana lari ke kota utama Yunani. Hal ini menjadi alasan untuk lebih membenci Muslim Turki. Yunani selama lebih dari 400 tahun diduduki oleh Turki, dan kami diajarkan untuk mempercayai bahwa setiap kejahatan yang dilakukan terhadap warga Yunani, adalah tanggung jawab Islam. Orang-orang Turki adalah muslim dan kejahatan yang mereka lakukan mencerminkan kepercayaan agamanya. Hal tersebut sebenarnya adalah rencana bijak yang dilakukan oleh Gereja Orthodok Yunani (agama dan politik di Yunanani adalah satu kesatuan), untuk membangun kebencian di hati setiap orang Yunani terhadap Islam. Ini dilakukan untuk melindungi agama mereka dan mencegah warganya berpindah ke agama Islam. Jadi selama ratusan tahun, kami diajarkan dalam sejarah dan buku-buku Islam untuk membenci dan menghina agama Islam. Dalam buku kami, Islam bukanlah suatu agama dan Muhammad (keberkahan untuknya) bukanlah seorang nabi! Ia hanyalah pemimpin dan politikan cerdas yang mengumpulkan berbagai aturan dan hukum dari Yahudi dan Kristen, serta menambahkan beberapa idenya sendiri yang kemudian digunakan untuk menaklukan dunia.
46
Santunan
November 2012
Saya pun memeluk Islam. Namun saya menyembunyikan agama baru dari orang tua, temanteman selama bertahun-tahun. Kami tinggal bersama di Yunani tanpa pernah meninggalkan ajaran Islam dan sungguh luar biasa sulit, hampir mustahil Di sekolah kami diajarkan untuk menghina Muhammad dan istrinya atau para pengikutnya. Semua karikatur dan fitnah terhadap beliau yang beredar di media hari ini sebenarnya adalah bagian dari pelajaran dan materi ujian kami. Alhamdulillah, Allah melindungi hatiku, dan kebencian terhadap Islam tidak memenuhi hatiku. Warga Yunani lainnya pun juga berhasil menghilangkan beban warisan dari agama Orthodok yang disimpan di pundak mereka dan mereka telah terbuka. Atas kehendak Allah, mata, telinga dan hati mereka ditunjukkan untuk melihat Islam sebagai agama yang benar yang dikirim Allah, dan Muhammad adalah nabi yang sebenarnya serta penutup dari semua nabi. Saya pun memeluk Islam. Namun saya menyembunyikan agama baru dari orang tua, teman-teman selama bertahuntahun. Kami tinggal bersama di Yunani tanpa pernah meninggalkan ajaran Islam dan sungguh luar biasa sulit, hampir mustahil. Di kampung halaman saya tidak ada masjid, tidak ada akses ke studi Islam, tidak ada orang berdoa atau berpuasa, atau seseorang mengenakan jilbab. Ada beberapa imigran Muslim yang datang ke Yunani untuk masa depan keuangan lebih cerah. Mereka membiarkan kehidupan Barat menarik dan mengorupsi mereka. Hasilnya, mereka tak mengikuti ajaran agama dan mereka sepenuhnya tersesat. Suami dan saya harus shalat dan berpuasa mengikut kalender. Tidak ada Adzan dan tidak ada komunitas Islam untuk mendukung kami. Kami merasa setiap hari mengalami kemunduran. Keyakinan kami melemah dan gelombang menyeret kami. Ketika putri kami lahir, kami memutuskan-demi menyelamatkan jiwa kami dan putri kami--bermigrasi ke negara Islam. Kami tidak ingin membesarkan dia dalam lingkungan Barat yang bebas di mana ia harus berjuang keras menjaga identitas dan mungkin berakhir tersesat. [jurnalhajiumroh.com/eramuslim]
SEMPENA
Hati-hati, Hati! Dra. Hj. Hafnizar H. T. Ben Ali Ketua Mata Ummi Dayah Aceh
Hati umpama raja pada tubuh manusia. Mempunyai kelebihan dari anggota tubuh zahir yang lain. Hati sangat peka terhadap rangsangan, baik positif, maupun negatif. Hati cepat merasa apabila ada rangsangan dari luar. Hati yang sensitive akan cepat tersinggung dan mudah dibujuk rayu oleh nafsu dan syaitan. Kadang kala, manusia hanyut terbuai dalam hidup, tidak memperdulikan perjalanan hati, sudah baik, tenang, atau hati berjalan pada jalan yang salah. Di sini perlu kehati-hatian dengan hati. Hati terbagi dua, kedua-duanya benih dibawa dari alam fitrah zurriyat, lahir bersama lahirnya manusia ke dunia. Ada yang tumbuh dalam kebaikan didasari iman, dipupuk ilmu, dan dipagari ihsan. Ada juga hati terangsang berkembang dibisiki nafsu, dirayu oleh syaitan. Hati memang benar mempunyai rangsangan seribu, baik atau pun tidak baik, karena ketidaksadaran kepada yang baik, tidak mensyukuri merasa keberhasilan memiliki kekuasaan, harta, jabatan, dan sebagainya, menampakkan ke-ego-an, riya’, ujub, sombong dan lupa diri, tidak mnsyukuri nikmat Allah yang diterima, seolah-olah itu semua hanya miliknya. Hati yang seperti ini, disebabkan keangkuhan dan tidak adanya perasaan sadar dengan
nikmat yang telah diterima. Dan yang paling berbahaya lagi, adalah yang tidak menyadari, dan tidak menginsyafi atas keangkuhan dan kesombongan yang telah dilakukan, untuk bertaubat, menarik diri dari kelalaian yang sudah dijajah oleh nafsu dan keinginan-keinginan tipu daya dunia. Pada hati benih positif, rasa kasih sayang, pemurah, hormat, taat, pemaaf dan sabar, ini semuanya adalah sifat positif yang ditanam dalam hati manusia. Apabila benih positif ini disuburkan di hati, malaikat turun membantu menyuburkannya, Hati yang bersih mudah mendapat hidayah dari pada Allah. Apabila hati benih yang negative dibiarkan, seperti iri, benci, dendam, pemarah dan lain-lain maka setan pun turut membantu mengotori hati manusia. Hati yang seperti ini hitam kelam dengan dausa karena tidak ada hidayah daripada Allah. Mudah-mudahan dengan ketakwaan dan hari raya fitrah dapat mensucikan hati dan jiwa seseorang, tidak bisa dibodohi oleh akal dan dibujuk rayu oleh nafsu. Kami, yang pernah mengurus Dharma Wanita Depag Aceh, terus berdoa, Insya Allah, Allah akan memberikan hidayah kepada kita semua. Amiiin....[]
Santunan
November 2012
47
SAINS
Deteksi Penyakit dari Telapak Tangan, Kuku, dan Jari Tubuh sering memberikan petunjuk visual yang berhubungan dengan kondisi kesehatan kita. Selain melalui mata, lidah, urine, dan kulit, kita dapat mendeteksi masalah kesehatan dengan mengamati perubahan kondisi tangan. Perubahan kecil yang terjadi pada telapak tangan, kuku, dan jari, memberikan petunjuk masalah kesehatan yang mungkin tidak kita harapkan. Kenali perubahan mendasar yang perlu disadari berikut ini, seperti dilansir oleh Times of India
*
*
*
*
48
Telapak tangan berkeringat.
Saat cemas atau gugup wajar telapak tangan berkeringat. Namun, jika berkeringat setiap saat tanpa sebab yang jelas dan sulit untuk mengontrol, bisa jadi kita mengalami gangguan kelenjar tiroid atau penyakit jantung. Munculnya keringat tanpa terkendali di telapak tangan dapat disebabkan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif, hingga menyebabkan peningkatan metabolisme. Membuat tubuh membakar kalori berlebih yang menyebabkan suhu tubuh meningkat dan berkeringat tanpa terkendali di bagian tubuh tertentu. Telapak tangan memerah. Kondisi telapak tangan yang memerah bisa menjadi tanda gangguan hati. Ini mungkin terjadi karena pelebaran pembuluh darah dalam merespon ketidakseimbangan hormon yang dipicu oleh kerusakan hati. Perubahan warna telapak tangan umumnya muncul di sekitar pergelangan tangan dari pangkal ibu jari dan jari kelingking. Selain gangguan hati, kondisi ini juga sering memberikan gejala penyakit seperti rematik arthritis dan gangguan tiroid. Tangan gemetar. Semua orang pasti pernah merasakan gemetar di tangan. Tentu saja, ketika dalam keadaan cemas, panik, atau kelelahan karena memegang beban berat. Ini akan menjadi tidak wajar jika gemetar terjadi tanpa sebab dan sulit untuk mengontrol. Merasakan gemetar tak terkendali di tangan bisa menjadi peringatan dini dari serangan Parkinson, penyakit yang mempengaruhi sistem saraf seperti gangguan gerakan otot tubuh. Jangan menunda untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami masalah seperti ini. Kuku berubah warna. Kuku yang sehat cenderung memiliki warna merah muda. Jika terlihat warna kuku menunjukkan semburat kuning
Santunan
November 2012
kehijauan, kemungkinan infeksi jamur. Dalam kasus-kasus tertentu, perubahan warna tersebut bisa jadi tanda awal penyakit paru-paru. Sementara noda kecokelatan seperti tahi lalat pada garis kuku dapat menjadi indikasi penyakit psoriasis kulit. Apapun itu, Anda tidak perlu menunda untuk berkonsultasi dengan dokter jika melihat perubahan yang tidak biasa pada kuku. *
Kuku berbentuk sendok.
*
Muncul benjolan di jari. Jika Anda melihat benjolan kecil di dekat kuku jari, itu bisa jadi tanda awal dari osteoarthritis. Benjolan yang mungkin timbul akibat kehilangan ruang sendi sehingga sendi membengkak seperti bentuk tulang baru. Wanita lebih rentan terhadap kondisi tersebut.
*
Kulit tangan kering. Kondisi ini sering memberikan petunjuk awal gangguan tiroid yang memicu hilangnya kelembaban kulit. Juga meng indikasikan terjadinya alergi atau gangguan sensitivitas kulit yang disebabkan oleh pemakaian produk kosmetik tertentu. Bagaimana kondisi tangan Anda saat ini? Semoga Anda sehat-sehat selalu. [tribunnews.com/lan]
Kondisi kuku yang sehat umumnya berbentuk sedikit melengkung dengan posisi mengarah ke bawah kuku. Jadi, jika kuku Anda terlihat berlawanan atau cekung ke atas seperti sendok, segera konsultasikan ke dokter karena ini menunjukkan gejala kekurangan zat besi atau anemia. Kuku rapuh yang tampak tidak wajar juga dapat menjadi tanda masalah kesehatan yang lebih serius seperti kanker paru-paru dan penyakit jantung.
STYLE
10 Tempat Wisata Belanja Ibadah haji sudah usai. Saat berada di Arab Saudi, tentu tidak disia-siakan oleh para jamaah haji, terutama jamaah haji wanita, untuk membeli oleh-oleh bagi sanak saudara di kampung halaman. Ada 10 tempat wisata belanja di Mekkah, Madinah, dan Jeddah sebagai rekomendasi berburu oleh-oleh bagi para jamaah haji. Pasar Bab Makkah, meski namanya Pasar Bab Mekah, lokasi pasar ini terletak di Suhaifa, di salah satu sudut kota Jeddah, Arab Saudi. Pasar tradisional ini buka setiap pagi dan tutup menjelang shalat Dzuhur. Dapat dijangkau dengan mobil dari pusatkota, jaraknya hanya 10 menit. Pasar Kurma Madinah Jika Anda ingin berbelanja busana atau peralatan elektronik, jangan berbelanja di Madinah karena harga yang ditawarkan termasuk mahal. Akan tetapi, jika Anda mencari kurma, Madinahlah tempat yang tepat. Di Pasar Kurma Madinah dijual berbagai jenis kurma yang harganya bervariasi, mulai dari 30 Riyal sampai 90 Riyal. Pasar ini dibuka sejak pukul 7 hingga 23 malam waktu setempat pada musim haji. Pasar Zakfariah Pasar ‘borong’ atau Pasar Zakfariah terletak sekitar 1 kilometer dari Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Pasar tradisional ini menjual berbagai keperluan ibadah, termasuk perhiasan emas, jam tangan, dan barang-barang elektronik berupa telepon genggam. Pusat perbelanjaan Bin Dawood Pusat perbelanjaan ini terletak di daerah Aziziyah, Misfalah, Sulaymaniyah, dan Ajyad. Berbagai barang dan kebutuhan dijual di tempat tersebut dengan harga yang bersaing. Diskon menarik bisa didapatkan di sini apabila Anda berbelanja dalam jumlah besar. Jika satu potong gamis di toko-toko busana di sekitar Masjidil Haram dibanderol dengan harga 40 riyal, Anda dapat membeli satu kodi (20 potong) baju yang sama di Bin Dawood dengan harga 20 riyal per potong. Pasar Seng Lokasi belanja yang dapat memuaskan pengunjung yang tengah mencari cindera mata berupa emas dan perak dikenal di antara jamaah haji asal Indonesiadengan nama Pasar Seng. Pasar ini terletak di dekat Masjidil Haram. Orang Arab sering menyebut pasar ini dengan nama Suqudz Dzahab. Namun, kabarnya karena perluasan Masjidil Haram, pasar ini ikut digusur.
Pasar Ukaz Pasar Ukaz banyak menjual berbagai jenis buah kurma. Pasar ini terletak dikota Mekkah. Dulu, Pasar Ukaz merupakan pusat perdagangan masyarakat Mekkah yang selalu ramai. Namun sekarang pasar ini agak sepi pengunjung. Luas Pasar Ukaz lebih kecil dibandingkan dengan Pasar Aziziyah. Balad Salah satu kawasan yang bisa menjadi surga bagi pebelanja adalah Balad. Selain memiliki pusat perbelanjaan kelas tinggi yang menawarkan produk terbaru dari merek fesyen ternama dari Milan dan Paris, kawasankotatua di Jeddah ini juga dipadati pedagang tradisional dan pasar terbuka yang menawarkan aneka produk fesyen dan souvenir dengan harga relatif murah. Haraj al-Sawarikh Selain Balad, pusat belanja murah juga ada di kawasan Haraj Al-Sawarikh, sebuah los pasar panjang yang menjual aneka barang baru dan bekas. Karpet, lampu kristal, barang pecah belah, kosmetik, barang elektronik, produk fesyen dan souvenir banyak dijual di kawasan ini. Jika pandai menawar dan memilih, Anda bisa mendapatkan barang bagus dengan harga murah. Tahlia street Tahlia Street berada di tengah Kota Jeddah. Anda dapat berbelanja di pusat perbelanjaan dan butik yang menjual produk-produk fashion ternama dunia seperti Prada, Gucci, dan Giorgio Armani. Harganya tentu ratusan hingga ribuan riyal per item. Kawasan ini disebut-sebut sebagai salah satu pusat perbelanjaan modern terbesar di Arab Saudi. Falestin street Jika Anda ingin berbelanja produk elektronik,Falestin Street tempatnya. Di kanan kiri jalan ini berjajar toko-toko yang menjual aneka merk telepon genggam, kamera, MP3, MP4, MP5 dan komputer jinjing beserta aksesorisnya. Harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan harga barang elektronik di tanah air. Selisih harganya berkisar antara puluhan ribu rupiah hingga Rp1 juta. [ind/ berbagai sumber] Santunan
November 2012
49
ISLAMIKA
Desak Sidang Darurat untuk Rohingya
Kapal Perang Israel di Suez
Santunan – Kairo. Universitas Al Azhar, Mesir (30/10) mengharapkan digelarnya sidang darurat kementerian luar negeri negara-negara Islam untuk membahas berbagai dampak dari fenomena yang terjadi di Myanmar. Sidang diharapkan bisa memberikan solusi penyelamatan warga Muslim Rohingya. “Warga Muslim Myanmar sedang menghadapi serangan permusuhan dan terorisme terdahsyat yang bertentangan dengan ketentuan internasional serta prinsip moral dan kemanusiaan,” bunyi
pernyataan Al Azhar seperti dikutip IRNA. Al Azhar menilai tanggung jawab politik dan hukum penghentian aksi kekerasan serta pembunuhan terhadap warga Muslim ada di tangan pemerintah Myanmar. Universitas Islam terbesar di Mesir itu juga menuntut Dewan Keamanan PBB merilis resolusi terkait kasus Rohingya. “Saudara Muslim Anda di Myanmar memerlukan dukungan Anda agar mereka terbebas dari kezaliman,” demikian tercantum dalam statemen tersebut. [republika.co.id]
Santunan – Kairo. Dua kapal perang Israel, dikawal oleh kapal-kapal Mesir, telah menyeberangi Terusan Suez dalam perjalanan mereka ke Laut Merah. Seorang pejabat senior di Otoritas Terusan Suez di Mesir membuat pengumuman, dua kapal Israel berlayar di kanal pada hari Senin lalu untuk tujuan yang tidak diketahui, surat kabar Haaretz melaporkan. Pejabat itu mengatakan kepada sebuah situs Mesir bahwa kapal Eilat dan Kidon meninggalkan Pelabuhan Haifa dalam perjalanan mereka ke Laut Merah. Dalam menanggapi laporan itu, juru bicara Pasukan Pertahanan rezim Israel (IDF) mengatakan bahwa kapal Angkatan Laut Israel beroperasi di sekitar Laut Merah. Kapal-kapal beroperasi di daerah itu sesuai dengan rencana tahunan Angkatan Laut. Pada tanggal 13 Maret lalu, surat kabar Mesir al-Ahram melaporkan bahwa dua kapal perang Israel dan sebuah kapal Prancis meninggalkan pelabuhan Said dari Terusan Suez setelah melintasi kanal di bawah pengamanan ketat. [eramuslim.com]
Lagi, Ulama Rusia Syahid Ditembak
Santunan bersenjata pemimpin Dagestan,
50
– Dagentan. Sekelompok pria kembali menembak seorang Muslim religius di wilayah Rusia kemarin. Serangan itu
Santunan
November 2012
diprediksi memperburuk kekerasan militan yang mengancam tangan Moskow di wilayah Kaukasus Utara yang tak pernah berhenti bergejolak.
Karimulla Ibragimov menjadi ulama Muslim kelima yang terbunuh tahun ini, menyusul ketegangan meningkat antara Muslim moderat dan radikal di kawasan selatan Rusia. Para pria bersenjata memberondongkan senapan mereka ke Ibragimov, ayahnya dan saudara lelakinya di kota Derbent, pukul 6.30. “Ketiganya syahid di tempat akibat tembakan,” komite penyelidikan lokal, badan pemerintah yang menangani investigasi kejahatan, dalam pernyataan resminya, seperti yang dilansir Scotsman. com, Rabu (31/10). Sang ulama dikenal menjadi imam sebuah masjid yang tak tercatat di registrasi pemerintah. Dagestan adalah pusat pejuang militan yang menginginkan negara Islam merdeka di Kaukasus Utara. Lebih dari satu dekade sudah tentara Rusia mendepak pemerintahan kaum pejuang di lingkungan Chechnya dan memulihkan kekuasaan langsung Moskow di kawasan tersebut. [republika.co.id].
PUISI Bintang
Bintang…. Kau bersinar Dimalam hari Menyinari alam semesta Berkatmu kami bisa Memandang langit Nan jauh disana Bintang… Kau bertaburan Begitu banyak di langit Kami tak sanggup Menghitungnya Bintang…. Kami sangat bersyukur Kepada Allah SWT Bisa menikmati Keindahan langit dimalam hari Mau’idhah Hasanah Kelas III MIS Kulu Kec. Seunagan Kab. Nagan Raya
Ibuku Yang Anggun “Cut Nyak Dhien”
Rinduku pada ibu Laksana gerahku mata air Mengumbar selaksa cinta Yang aku tanam lewat Curahan kasihmu di igauwanku Betapa aku telah jadi Bara kagum padamu ibu Dalam detak jantung adalah doa untuk mu Biarkan cinta yang anggun berpayung sutra dan cinta pun berlabuh di tanah airku Dengan Rahmat Allah Tanah airku merdeka Aku anakmu yang selalu bersenandung Merdeka di setiap jengkal tanahmu Ibuku yang anggun “Cut Nyak Dhien” Aku merindukanmu di hamparan Ali Hasjmi, telah berbuah budi cinta yang engkau taburi Di negeri ini cinta telah berbuah budi Api terpadam air Di sini aku rindu ibuku “Cut Nyak Dhien”
Porseni Jujur
Anak Negeri bumi Iskandar Muda Berkumpul ria di paru-paru dunia Tekat dan niat semangat baja Bersatu dalam perahu Kementerian Agama Walau beda tempat tugas dan domisili Tetap satu dalam Visi dan Misi Membina karakter akhlak terpuji Itulah tugas pokok dan fungsi Dengan semangat Olah raga dan Seni Tipu dan dusta jangan ada lagi Bersikap jujur dalam kompetisi Melanggar aturan di diskualifikasi Kalaulah anda ingin prestasi Rajin belajar setiap hari Harusnya bangga dengan usaha sendiri Peserta dan atlet jangan dimanipulasi Hakim dan wasit tak boleh curang Ingatlah Tengku sumpah jabatan Haruslah adil dalam penilaian Jika melanggar di azab Tuhan Sportifitas di junjung tinggi Ikhlas beramal motonya kita Rajut ukhwah raih prestasi Rahmat Ilahi pastikan tiba H. Hasanuddin Kasubbag TU Kankemenag Kota Langsa
Tawuran
Sayang sayang Bangsaku sayang Tiada hari tanpa tawuran Apa yang salah tak ada jawaban Korban harta nyawa melayang Para siswa saling menyerang Insan kampus pun demikian Antar desa gemar berperang Anggota dewan juga ikut-ikutan Sekolah dan kampus jadi sasaran Fasilitas publik dihancurkan Tidak sedikit habis anggaran Negara rugi rakyat korban Tak ada guna kita tawuran Tekun belajar sukses masa depan Warga desa giatlah mencari kebutuhan Aggota dewan jadilah suri teladan Saling menyakiti itu dilarang Apalagi membunuh tanpa alasan Ada sengketa mari damaikan Tak ada lagi yang jatuh korban Jangan tertipu rayuan syaithan Menyeru manusia tuk bermusuhan Takutlah kita di Azab Tuhan Eratkan ukhwah rajut persatuan H. Hasanuddin Kasubbag TU Kankemenag Kota Langsa
Kenangan yang Kubingkai Indah
Kulihat setiap sosok wanita di sisiku Membuatku rindu terhadap dirinya Cintanya, sayangnva, hingga elusannya Ingin rasanya kuputar waktu ini Aku sekarang melangkah hanya sendiri Tanpa dia yang mendampingiku Tanpa sepatah kata yang biasa menegurku “Jangan kaulakukan itu wahai anakku” Semua yang kumimpi-mimpikan telah menjadi khayalku Harapanku seperti sampah yang telah terbakar oleh api menjadi usang! Semua cuma bingkai indah yang kuletakkan di hati
Detik demi detik terus berlalu Tidak ada yang bisa menggantikan ia di hatiku Dia memang selalu kukenang Ya Rabb… Kasih sayangnya tak bisa kugantikan Andai aku dapat meminta Kuingin memutar waktu kembali Ingin dia dalam dekapanku Semoga aku bisa bersamanya kembali Munadia Siswi Kelas X3 MAN Model, Banda Aceh
(sedang berjuang melawan kanker otak, sembari mengenang kepergian Bunda tercinta selama-lamanya, yang menanti doa dan kasih sayang kita)
Hamdani, S.Pd Guru MAN Lhokseumawe Santunan
November 2012
51
CERPEN
Ternyata Syetan Keliru Darmawansyah, S.Pd.I Guru MTs Negeri Jagong Kab. Aceh Tengah
J
umat malam, menjadi kebiasaan Fahri untuk mengulang kembali bacaan AlQur’annya, ia tadarusan sampai beberapa ayat. Malam jum’at ini Fahri merasa aneh sekali, pikirannya selalu melayang kepada sebuah ayat dalam Surah Al-A’raf ayat 1112 yang artinya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan kepada para malaikat: ‘bersujudlah kamu kepada Adam!’ maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: ‘apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Menjawab Iblis: ‘saya lebih baik daripadanya, engkau ciptakan saya dari api sedang dia engkau ciptakan dari tanah’.” Dalam benaknya, ia selalu berfikir, “Kenapa syetan, sebegitu tega sampai menantang Allah, Tuhan yang menciptakannya dengan perkataan yang sangat tidak layak untuk dilontarkan.” Fahri terus berpikir dan mencari apa yang menjadi pikiran syetan sehingga syetan sebegitu “gagahnya” melayangkan kalimat tersebut. Fahri tidak bisa melupakan pikirannya malam Jumat itu, sudah seminggu berlalu Fahri masih saja mencari jawaban atas semua pertanyaan yang diajukan syetan kepada Allah, “Aku terbuat dari api sedangkan dia (Adam) terbuat dari tanah.” Pukul empat sore ba’da ashar, Fahri menemui Ustadz Sahab, seorang ustadz yang dikenal di Kampung Bakongan. Fahri menemui ustadz tersebut karena Fahri pernah mendengar bahwa, “Seseorang yang mencari ilmu namun tidak berguru
52
Santunan
November 2012
pada seorang guru maka ia berguru kepada syetan.” Pikiran itulah yang merasuki diri Fahri sehingga dirinya menemui Ustadz Sahab. “Assalamu’alaikum?” Fahri menyapa Ustadz Sahab yang sore itu lagi santai di ruang tamu rumahnya sambil membaca buku. “Wa’alaikumus salam. Silahkan masuk!” “Ooo Nak Fahri, masuk masuk! Ada apa nak Fahri? Tumben sore ini datang kemari, ada yang bisa Ustadz bantu?” sapa ustad Sahab. Fahri malu-malu. Fahri adalah murid Ustadz Sahab yang tidak pernah datang kerumah Ustadz Sahab walau hari raya sekali pun. “Begini Ustadz, malam Jumat minggu lalu saya membaca Al-Qur’an pada surah Al-A’raf, saya menemukan sebuah ayat tentang…,” tanya Fahri kebingungan. “Oooo itu yang menyebabkan kamu datang kemari?” Sela Ustadz Sahab. Bagaimana kabar ayah dan ibumu? Dengan mendongakkan kepala, Fahri makin bingung dengan pertanyaan Ustadz Sahab yang seharusnya menjawab pertanyaannya malah mananyakan kabar tentang kedua orang tuanya? “Baik Ustadz!” Fahri menjawab. Ustad Sahab adalah sahabat baik orang tua Fahri, sahabat dekat ayah Fahri sewaktu kuliah di IAIN dulu. Dengan nada datar Ustadz Sahab terus bercerita mengenang masa lalu dirinya bersama ayah Fahri semasa di MA dan saat kuliah di IAIN.Sebagai orang yang menghormati guru, Fahri terus manjadi pendengar yang baik walaupun Fahri sudah
Syetan telah keliru Fahri! Namun, kita juga perlu mengingat, jika kita mengikuti panasnya api sebagaimana nafsu kita yang menyamai api tersebut maka kita akan sama seperti batu bata yang telah menjadi besi tadi, yakni kita tidak akan bisa menjadi manusia baik lagi karena kita telah menjunjung nafsu sebagai pemimpin bagi diri kita.
tidak sabar, dalam pikirannya ia berkata “yang ditanya lain yang dijawab lain, malah masa lalu pula yang menjadi jawabannya? “Kek mana Ustadz ni?” Fahri makin tidak karuan lagi menunggu jawaban Ustadz Sahab, cara duduknya mulai bergeser, bergerak tak karuan, seperti orang yang linglung, serta matanya mulai melihat-lihat kanan dan kiri. Maklum Fahri juga sering mendengar apa yang dikatakaan Ustadz Sahab dari ayahnya, wajar jika Fahri bosan mendengar kisah tersebut. Sudah satu jam berlalu. Dengan sedikit agak kecewa namun sopan Fahri berniat meninggalkan rumah Ustadz Sahab. “Terima kasih Ustadz, jadi saya mau pamit dulu.” “Eeh, eeh, mau pulang? Jangan dulu! Kan Ustadz belum jawab yang kamu tanyakan tadi?” Ustadz Sahab menahan Fahri. “Begini Fahri, pertanyaanmu bagus! Syetan adalah makhluk Allah yang mula-mula mengimani Allah sebagai Rabb dan pencipta Alam semesta dan segala isinya, namun setelah Allah menciptakan Adam as, syetan mulai iri dan cemburu dengan keberadaan Adam sebagai makhluk Allah Swt, apalagi Allah telah berjanji akan menjadikan seorang makhluk yang menjadi khalifah di bumi, tidak lain makhluk itu adalah Nabi Adam as dan keturunanya. Padahal sebelumnya tidak ada yang dijanjikan Allah kepada makhluknya kalau Allah akan menjadikan makhluk lain setelah menciptakan mereka (malaikat dan syetan).” “Perilaku syetan ini menjadi sebuah awal dari sikap sombong bagi makhluk, padahal sombong itu adalah pakaian Allah SWT, kesombongan syetan sudah keterlaluan
memang! Makanya dalam agama kita, Islam, sikap sombong atau takabbur merupakan sikap yang tidak baik sebab sikap itu adalah sikap syetan dan oleh sebab itu perlu ditinggalkan.” “Syetan ‘kan bilang ‘aku diciptakan dari api sedangkan dia (Adam as) dari tanah’, sebenarnya syetan telah salah dalam berteori Fahri!”. Fahri makin tercengang atas ungkapan Ustadz Sahab sambil mengerutkan dahinya, “Kok bisa begitu Ustadz?”Fahri bertanya bingung. “Begini Fahri, karena syetan menganggap dirinya yang terbuat dari api adalah lebih unggul dari manusia yang terbuat dari tanah, padahal kita bisa melihat bahwa api itu tidak ada apa-apanya Fahri, di banding tanah/bumi, Kenapa? Kita bisa melihat sendiri dalam pembuatan batu bata, batu bata jika dipanaskan terus menerus akan menjadi batu yang keras dan bahkan akan menyamai besi, batu bata itu tidak akan hancur, pusat bumi kita kan api? Tetapi kita tidak kepanasan, dan bayangkan dengan api? Sebesar apapun api jika disiram dengan air akan mati, bukankah air adalah bagian dari bumi yang menjadi salah satu bahan baku manusia? Syetan telah keliru Fahri! Namun, kita juga perlu mengingat, jika kita mengikuti panasnya api sebagaimana nafsu kita yang menyamai api tersebut maka kita akan sama seperti batu bata yang telah menjadi besi tadi, yakni kita tidak akan bisa menjadi manusia baik lagi karena kita telah menjunjung nafsu sebagai pemimpin bagi diri kita, oleh karena itu Fahri! Jadilah kita seperti air yang merupakan salah satu bahan baku manusia, sifatnya lembut dan sejuk, damai dan menyegarkan dan bermanfaat bagi seluruh umat serta sebagai sumber kehidupan di alam ini.” “Demikian Fahri!, eeh, eeh, satu lagi Fahri,” Ustadz Sahab menambahkan, “Bukankah bumi ini dan kemajuannya akibat kecerdasan manusia yang terbuat dari tanah, banyak alat tenologi yang dihasilkan dari karya manusia misalnya mobil, pesawat, televisi, hand phone, internet, dan lain-lain. Dan itu semua buatan manusia? Pernahkah kamu mendengar ada alat teknologi buatan Jin ‘Ifrid atau syetan-syetan lainnya?” “Tidak ada Ustadz,” Fahri menjawab. “Itulah dia Fahri,” Ustadz Sahab mengakhiri pembicaraannya. Fahri pun kembali pulang dari rumah ustad Sahab tanpa membawa beban pikiran yang seminggu ini mengganggu kepalanya.[]
Keluarga Besar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Ikut berduka dan belasungkawa yang mendalam atas berpulang ke Rahmatullah
Andawiyah binti Sufi
Ibunda dari Syahrul (Staf Sub. Bag. Umum Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh) meninggal dunia pada Kamis, 25 Oktober 2012, pukul 23.00 WIB di Seutui, Banda Aceh Semoga amal ibadah almarhum mendapat ridha Allah serta arwah mendapat tempat yang mulia di sisi Allah Swt Kepala,
Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd
Keluarga Besar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Ikut berduka dan belasungkawa yang mendalam kepada
Seluruh Jamaah Haji Aceh
yang Meninggal di Tanah Suci Semoga amal ibadah almarhum/almarhumah mendapat ridha Allah serta arwah mendapat tempat yang mulia di sisi Allah Swt Kepala,
Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd
Santunan
November 2012
53
54
Santunan, November 2012
DAYAH
Ke Babun Najah Sebelum ke Madinah
Simpang Tujôh Ulee Kareng boleh ramai dengan warung kopi. Apalagi jika kita meneruskan ke arah Lueng Ie, tembus ke Lamnyong, di pinggir jalan yang dulunya sawah dan tanah kosong, sekarang ber taburan café yang rata-rata disinggahi kawula muda, warga kota. Sore dan pagi di sudut kedai kopi dan restoran bisa saja ramai dijejali para elit dan mungkin kita, dari orang biasa yang biasanya lebih memilih santai dan hura-hura. Katanya diskusi, padahal tidak selalu demikian. Katanya belajar di net dan web, padahal banyak yang main game saja Kebanyakan pelanggan boleh enggan beranjak walaupun sudah tiba waktu shalat. Namun jangan tercengang, tidak sampai satu kilometer dari simpang itu, ke arah Lamgugob, kita masih bisa menyaksikan keseriusan dan kemeriahan dari satu pondok dayah. Santri Dayah Babun Najah dalam menuntut ilmu tauhid, syariah, dan akhlaqtasawuf, dipadukan dengan kurikulum madrasah, seperti tidak peduli dengan suasana di warung dan café di seberangnya. Kurikulum yang diajarkan di Dayah Abu Madinah --nama populer Drs. H. Muhammad Ismy, Lc. MA, pendiri dan pimpinan pesntren modern, yang sudah sejak 1991 membina santri ini-- sebagian masih senafas dengan kampus dan ‘aliyah, serta tsanawiyah. Jadwal ngaji pun sangat padat dengan guru tetap yang berkualitas. Ramai yang magister alias S2.
Semula ide pendirian dayah diluncurkan Abu Madinah, saat sedang kuliah dan mengajar di Jakarta. Kemudian dayah resmi berdiri, dengan dewan pendiri antara lain, H. Rusli Bintang dan Drs. H. Muhammad Saleh Nya’ Syech. Lokasi yang sangat berdekatan dengan Kota Banda Aceh, hanya lima kilometer, membuat dayah modern ini menjadi pilihan wali santri untuk mengantarkan putra-putri ke sini. Hingga sekarang sudah ratusan alumni yang belajar dan menyebar di luar adalah ‘produksi’ Babun Najah. Ketatnya pengajian siang dan malam tak akan meletihkan guru dan santri. Sebab di
sela-sela rehat, ada aktivitas yang sangat menikmati. Di hari libur atau diliburkan, ada sanggar dan kreativitas anak yang mendukung bakat dan potensi anak didik. Dayah juga membina satu Gudep (Gugus Depan) Pramuka. Di sekitar ‘kampus’ ada toko, koperasi, taylor, warung dan lainnya milik dayah. Nama Babun Najah tidak kalah terkenal dengan pesantren lain di Aceh Besar, seperti Seulimuem, Tanoh Abee, Lam Ateuek, dan Riting. Lokasinya yang dekat --masuk dalam Gampong Doy, Kecamatan Ulee Kareng (dulu Syiah Kuala) Banda Aceh-- memungkinkan Pesantren Abu Madinah ini berkembang
pesat. “Satu kampus lagi, yang agak ‘tradisional’ tapi ada SMA juga, ada di Cot Keu-eueng Aceh Besar. Putranya yang mahir berorasi, Tgk. Nasrul Edi, Lc, sedang memimpin di sana,” jelas Drs. Jalaluddin, Wakil Kepala MAS (Bidang Kurikulum), sambil mengontrol tukang yang sedang mengatur ubin teras. Cot Keu-eueng, daerah yang kita pernah kenal sebgai area ‘basis GAM’, dulu. Santri yang ke sini bahkan ada yang dari Medan. “Hingga sekarang tercatat ada lebih 500-an santri setingkat tsanawiyah dan ‘aliyah. Tentu sudah tak terhitung alumninya. Bersama langkah Abu Madinah, hampir 60 dewan ustadz-ustadzah (PNS dan bakti) setia membantu dayah. Usai lebaran haji 1433 H, juga sedang ada guru PPL,“ lanjut Drs. Sulaiman Hasan (Kepala MA), yang diiyakan Sayuthi, S.Ag (Kepala MTs). Alam kampung yang asri dan sejuk mengesankan. Kebersahajaan santri dan ustadz mengayun langkah di dayah, mem bikin qalbu kita ingin keseringan melewati dan masuk ke sini. Di depan gapura dayah, Jalan Keubon Raja Desa Doy Ulee Kareng ini, terdapat posko, koperasi, dan toko yang menyediakan keperluan santri. Masuk agak ke dalam komplek dayah --rata-rata menampung anak yang kurang mampu dan yatim ini, terdapat beberapa gedung baru yang sudah rampung. Usai tsunami, dayah jadi sentral lagi. Di samping rumah dayah, juga ada dua kolam ikan dan sumur bor yang mememuncratkan air secukupnya. Yang tak kalah menariknya di dayah ini, meski ia berada ‘sedikit jauh’ dari keramaian kota, namun sarana komunikasi santri atau aneuk dagang di sini adalah bahasan Arab dan Inggris. Nuansa Makkah dan Madinah di komplek ini sangat kentara, minimal di ruangan. Kadang, terdengar juga ‘bahasa asing’, meski di lokal ‘wajib’ bahasa Arab/Inggris, misalnya, “Ilaa aina ya akhy…,” tanya kawan santriwan pada kawan yang akan keluar, suatu pagi --saya dengar saat jalan-jalan pagi, tatkala mau kopi bareng bersama jamaah shubuh Gampong Pineung, yang waktu itu ana tinggal di Ie Masen Kayee Adang, saat jadi imam atau makmum shubuh masjid An-Nur. “Jak u simpang tujoh, jak…” bisik kawan yang ditanyai. Itu sejenak, tapi kalau sempat beberapa jam bertamu dan menguping percakapan santri dengan santri, minimal dalam kelas lagi bahasa Arab, maka jangan heran nuansa Arabiyah begitu dominan. Sebab bahasa Arab dan Inggris di sini moga masih jadi bahasa resmi ‘negara’, di Babun Najah. Makanya kalau sudah ke Babun Najah (belajar), untuk apa ke Madinah? [muhammad yakub yahya]
Drs. Tgk. H. Muhammad Ismy, Lc. MA (Abu Madinah) Pimpinan Babun Najah Banda Aceh
Abu Madinah Saban Tahun ke Makkah Shalat di belakang Abu Madinah, sungguh menyejukkan hati ini. Lantunan Kalam Ilahi secara murattal dari kelembutan lisan Drs. Tgk. H Muhammad Ismy, Lc, MA --nama asli Abu Madinah, membetahkan kita lama-lama dalam shaf shalat. Walaupun bacaan ayatnya lumayan panjang. Lebih lagi dalam barisan shalat tarawih, seperti di Masjid Raya Baiturrahman, saban Ramadhan. Kefasihan logat Arab dan hafalan Al-Qur’an dari Abu Madinah mungkin lumrah saja. Sebab ayah lima putra --yang sulung alumni kuliah di Mesir-- ini, pernah menetap hampir tujuh tahun di Arab Saudi. Suami dari Hj. Safura binti Abubakar, memang melanjutkan kuliah di Universitas Islam Madinah sejak 1985 sampai 1989. Dan berikutnya ke Rabithah Alam Islami Makkah hingga tahun 1991. Sebelum ke Saudi Arabia, putra Rabeu Kuta Baro Aceh Besar, yang lahir 10 Juli 1954 ini, menamatkan IAIN Syarif Hidayatullah (Syahid), Jakarta pada 1984. Sambil mengajar di Kampus Syahid --sekarang sudah jadi Universitas Islam Negeri (UIN) saat masih di bawah Prof. Dr. Azyumardi Azar MA-- Abu Madinah juga mengajar di Pesantren An-Najah Bekasi Jawa Barat. Selama di Aceh, sempat juga mengaji di Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan, dari 1967 hingga 1979. Dengan latar pendidikan begini, Abu Madinah yang tiap tahun sempat ke Makkah bersama ‘Bimbingan Haji Babun Najah’ ini, semakin menguatkan langkah ke Arab Saudi, dan
dalam mengisi program mulia di dayah. Tiap Jumat, Abu Madinah sendiri biasa menyempatkan diri kuliah umum di Babun Najah. Kadang juga didampingi para tamu dari Timur Tengah, atau jamee lain. Usai mengajar, dialog dengan santri dalam al-Lughah al-‘Arabiyah, diharuskan. “Bahkan bahasa Arab dan Inggris, bahasa wajib di dayah. Namun sering juga santri diam-diam masih suka ngomong dalam bahasa lain, seperti Melayu dan Aceh,” ungkap pada saya, suatu siang di dayah Ulee Kareng. Usai shubuh, kantor dayah terbuka untuk umum. Abu Madinah ramah melayani para tamu. Juga tentunya para calon jamaah haji ‘Bimbingan Abu Madinah’ dan wali santri --H Rusli Bintang ikut menjadi pendiri pertama dayah ini. Mbak Tutut (Siti Hardiayanti) juga pernah ke sini. Setelah pagi hari, Abu sering tidak berada di dayah lagi. Pimpinan Yayasan Perguruan Islam Babun Najah, yang nyaris tak pernah lepas dari kain sarung ini, memang terlihat juga lebih aktif di luar. Di samping sebagai dosen, penceramah, khatib, dan pemateri di banyak seminar/ lokakarya, Abu Madinah juga moga masih sempat mengajar kaum bapak setiap Jumat di Baiturrahman. Pimpinan dua komplek dayah --pertama di Ulee Kareng Banda Aceh, dan kedua di Cot Keu-eueng Aceh Besar itu-- juga tercatat aktif di organisasi keulamaan, seperti dalam Majelis Permusyawaratan Ulama (pernah selaku Wakil Ketua Komisi Fatwa MPU NAD) dan Inshafuddin (pernah sebagai Wakil Ketua). [muhammad yakub yahya] Santunan
November 2012
55
BAHASA Bahasa di Aceh November 2012 No. Bahasa Indonesia
Bahasa Aceh
Bahasa Gayo
Bahasa Aneuk Jamee
Bahasa Lamamek Simeulue
Bahasa Devayan Simeulue
Bahasa Singkil
Bahasa Pak-pak Boang Singkil
Bahasa Tamiang Hulu
Bahasa Kluet
Bahasa Haloban
1 Kemah
Jambo
Kemah
Kemah
Lehe-lehe
Lumaluma
Kemah
Jambukh
Jembogh
Kemah
Khema
2 Peralatan
Peukakaih pekakas
Pakakeh
Galat
Alat-alat
Pkekas
Pekhalaten
Pekekeh
Pekakas
Peralatan
3 Tas
Taih
Tas
Dabei
Tas/Taik
Ucang
Ucang
Teh
Tas
Tas
4 Selimut
Ija limbot opoh jebel/ Salimuik gunel
Selimut
Behak
Kampuh
Cabing/kampuh
Slimut
Cabin
Salimuik
5 kasur
Kaso/ tilam
tilem
Kasua
Gasur
Kasur
Kasor
Kasokh
Tilam
Kasur
Khasol
6 Bantal
Bantai
bantal
Banta
Bantan
bantal
Tendean
Tendean/ kalang ulu
Bantal
Bante
Tangkalang
7 Sendal
Silop
kletek/ selop
Selop
Selap
selop
Slop
Selop
Slop
Selop
Slop
8 Sepatu
Sipatu
sepatu
Sepatu
Sipatu
Sipatu
Spatu
Sepatu
Spatu
Sepatu
Sipatu
9 Kaus kaki
Kaoh aki
kaus
Kaus kaki
Sarong gai
Kauik kae
Kaus Nehe
Kaus nehe
Kaos kaki
Kaus kiding Kaos khae
10 Sarung tangan
Sarong aroe
kaus (pumu)
Saruang tangan
Sarong danga
Sarung kaok Sarong Tangan
Kaus tangan
Saghung tangan
Sarun tangan
Ssorong khaok
11 Kasih
Jok/bi
osah
Agiah
Fii
Muba
Werek
Masah ate
Gegii
bere
Kasi
12 Bagi
Bagi
bagi
Bagi
Bagi
bagi
Wagi
Bagi
Unjok
Perlo
Bagi
13 Menemani
Peungon
ipongen
Mangawan/ Afei Pekawan
Mangale
Imbangi
Mengimbangi
Ngawani
Ngimangi
Mangalei
14 Menjaga
Keumiet
ijegei
Majago
Jago
Manjago
Menjaga
Menjaga
Menguan
nyagoi
Manjago
15 Keliling
Lingka
ringkel
Kaliliang
Berputarputar
Kuleleng
Putari
Keliling
Mutogh
Ringke
Bakuleleng
16 Putar
Puta/ weng
puter
Puta
Butan
Putar/futar
Gning
Putakh
Pusing
Putor
Putar
17 Menunjuk
Tunyok
itoroh
Manunjuak
Tululu
Manuru
Mnuruh
Menuduhken
Nunjuk
Nedukkon
Manuru
18 Membawa
Ba
imah
Mambaok
Manda u
Mangabek
Mrembah
Mekhembah
Mawo
Ngemah
Mangabek
19 Sujud
Tikui
sujud
Sujud
Sujud
Sujud/ Manyebah
Sujud
Sujud
Sujud
Sujud
Soujoud
20 Berdo'a
Meudo'a
bedo'a
Bado'a
Mandoa
Maro'a
Mdoa
Mendo'a
Be do'a
Meduo
Maro'a
tas
Database ensiklopedia Bahasa di Aceh ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca Majalah Santunan di berbagai wilayah di Provinsi Aceh. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor. Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085362367700 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah yang Anda kuasai. Kontributor: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman/Firman, Bahasa Alas-Hasanuddin, Bahasa Sigulai LamamekAji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa Singkil-Hendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman AR, Bahasa Tamiang HuluLukmanul Hakin, Bahasa Kluet-H.Bahrum Basyah, Bahasa Haloban-Ikhsan Padanan kata untuk edisi berikutnya: Selendang, Kain sarung, Sapu tangan, Tali pinggang, Kerudung, Mukena, Sajadah, Peci, Payung, Cincin, Jam, Anting, Gelang, Kalung, Rantai, Emas, Perak, Besi, Kawat, dan Tangga.
56
Santunan
November 2012
ENGLISH
Islamic New Year Written by: Mulyadi Idris, S.Ag., M.Hum
New Year is the time for special prayers and exchanging words of praise to everyone around. It is the time when people celebrate the pleasure of New Year and pray to God to bring happiness, good luck, good health and bliss for the upcoming year. The celebrations of New Year of Islam are quite different from other New Year observances. Most Islamic New Year celebrations mainly concentrate on religious practices. They visit the mosques and offer special prayers together. On the New Year prayers, the mosques offer special prayers along with a special reading from the Holy Koran. They listen to the narration of Prophet migration from Mecca to Medina. If someone is unable to turn up
at the mosque, he or she can listen to these over the radio, for example Islamic New Year’s celebration at Baiturrahman Great Mosque in Banda Aceh that broadcast trough Baiturrahman FM radio in live. Traditionally, Muslims do not celebrate the New Year except for visiting to mosques. However, these days, many Muslims send gifts and greetings card to their family and friends. They also send SMS (short message service) to their collages, relatives and close friends that are far from them. Finally, To all our beloved Muslim users around the world especially all Muslims in Aceh, receive my warm wishes for a very Happy Islamic New Year (1433 AH).
Glossary pleasure (n) : kesenangan pray (v) : memohon bliss (n) : kebahagiaan observances (n) : ibadah
mosques (n) : mesjid-mesjid narration (n) : cerita, kisah turn up (v) : hadir broadcast (v) : menyiarkan
Santunan
November 2012
57
Sukseskan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) XIII Tahun 2012 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh 26 November s.d 01 Desember 2012 di Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara
Rajut Ukhuwah, Raih Prestasi, Junjung Tinggi Sportivitas