MUHAMMAD SEBAGAI NABI DAN NEGARAWAN
Rendra Khaldun
Abstraks: Sejarah hidup Muhammad dengan keadaan zaman pra Islam adalah suatu sejarah yang panjang untuk dipaparkan. Realitanya Islam bukan hanya sekedar agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, tetapi lebih dari itu ia adalah al-din yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. eski agama Islam lahir di tanah Makkah, namun doktrin-doktrin wahyu ilahi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad belum begitu efektif berjalan di tengahtengah hegemoni politik dan ekonomi kaum aristoktrat Quraisy. Pengikut Muhammad pada periode Makkah sebagian besar hanya terdiri dari orang-orang yang tertindas dan mengamalami ketidakadilan dalam tatanan masyarakat kala itu. Sehingga tak heran mereka masih minoritas dan belum dapat tampil sebagai komunitas yang membongkar tatanan masyarakat Qurasiy Makkah yang timpang tersebut. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi di kalangan masyarakat Madinah pasca peristiwa hijrahnya Muhammad bersama pengikutpengikutnya ke Madinah pada 622 Masehi. Keberadaan Nabi dan ajaran agama baru yang dibawanya sudah mendapat tempat dan simpati. Hal ini dibuktikan dengan peristiwa Bai’ah al-‘Aqabah I dan II. Dua peristiwa bersejarah inilah, mengubah arah perjalanan Nabi Muhammad dan pengikutnya dari kelompok tertindas menjadi kekuatan politik yang kokoh, solid dan disegani. Kedua peristiwa ini juga merupakan titik awal bagi Nabi Muhammad untuk mendirikan Negara Madinah. Di kota yang baru ini Nabi Muhammad baru bisa secara efektif menerapkan dimensi sosial ajaran Islam untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya. Hal ini ditopang sepenuhnya oleh dukungan penduduk Madinah sendiri yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
Kata Kunci : Muhammad: Nabi dan Negarawan
Pendahuluan Masa permulaan Islam atau masa kerasulan Muhammad SAW, sama dengan masa turunnya wahyu yang dibagi dalam dua periode sejarah. Pertama, periode Makkah,
yaitu sejak beliau menerima wahyu pertama sampai beliau hijrah dari Makkah ke Madinah tahun 622 M. Kedua, periode Madinah, yaitu sejak Hijrah tahun 622 M hingga beliau wafat pada tahun 632 M.
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
41
Salah satu karakteristik historis agama Islam ialah kesuksesannya yang sangat cepat luar biasa dalam ekspansi militer dan politik.1 Karena itu tidak berlebihan jika Islam merupakan salah satu agama yang pernah menguasai belahan dunia tertentu di muka bumi ini. Sebagai agama yang pernah menguasai dunia, Islam memiliki kesempatan dan pengalaman yang sangat luas untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh wilayah-wilayah yang ditaklukkannya. Dengan demikian, seringkali diistilahkan “Peradaban Islam” merupakan produk dinamika dan proses kreatif suatu perubahan di mana orang-orang Islam meminjam kebudayaan orang lain secara bebas. Hal tersebut membuktikan adanya keterbukaan dan keyakinan diri yang timbul karena kedudukan sebagai penguasa.2 Realitanya Islam bukan hanya sekedar agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, tetapi lebih dari itu ia adalah aldin yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Berbeda dengan agama-agama lain, Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan spiritual-pribadi, tetapi merangkum setiap aktivitas manusia baik yang bersifat publik maupun pribadi (private). Selain dari itu, perlunya Islam dibedakan dengan konsep agama yang konvensional adalah, karena agama pada umumnya dilihat asing dengan konsep pembangunan dan kemajuan. Bahkan golongan sekuler melihat agama adalah penghalang kepada kemajuan (modernity). Agama dan modernitas dianggap sesuatu Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban ( Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), 235. 2 John l. Esposito, Ancaman Islam, Mitos atau Realita? (Bandung : Mizan, 1994), 44. 1
42
|
Komunitas
yang tidak berkaitan atau bertentangan (incompatible). Atas dasar ini, peradaban Barat dibangun sepenuhnya berdasarkan modernisme dan mengenyampingkan peranan agama dan Tuhan. Sebelum membahas tentang Nabi Muhammad sebagai figur Nabi dan Negarawan, akan dibahas bagaimana kebudayaan Makkah dan Madinah sebelum Islam datang, apa yang menjadi aspek perubahan, sehingga kebudayaan sebelum Islam dan sesudah Islam berbeda, serta apa karakteristik budaya Islam pada awal-awal perkembangan Islam.
Letak Geografis Jazirah Arab Islam lahir di Arab, persisnya di Makkah. Arab merupakan suatu lokasi geografis yang memiliki keterkaitan sejarah dengan munculnya Islam. Islam mulai tumbuh di wilayah padang pasir yang, oleh beberapa ilmuwan dinilai karena ada banyak faktor yang menghendaki lahirnya agama baru yang lebih egaliter dan humanis, agama yang tidak lagi memandang wanita sebelah mata, tidak lagi menganggap bayi perempuan sebagai sebuah aib3 dan fanatisme kesukuan, yang berpotensi besar bertabuhnya genderang perang dan yang menutup ruang toleransi. Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab sudah memiliki agama dan seperangkat peraturan hidup yang mengatur pola Ada versi lain yang mengatakan bahwa menguburkan anak perempuan dalam keadaan hidup ini bukanlah untuk menutup rasa malu (aib) akan tetapi merupakan upaya penghormatan kepada perempuan karena dikhawatirkan jika bayi tersebut tetap dibiarkan hidup ia akan bernoda atau ditawan musuh. Lihat A Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam ( Jakarta: Pustaka al Husna, 1994), 69. 3
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
hubungan mereka, baik secara vertikal maupun horizontal. Sementara Islam sebagai agama baru, juga membawa peraturan dan normanorma yang cukup berbeda dengan agama dan norma setempat, sehingga bertemunya dua agama ini memunculkan terjadinya clash (benturan) di antara keduanya. Untuk dapat memahami bagaimana pergulatan tersebut, merupakan suatu keharusan untuk membuka kembali lembar sejarah kehidupan Arab pra Islam. Betapapun data tentang kehidupan Arab sebelum datangnya Islam masih dapat dikatakan relatif sedikit, akan tetapi ia dapat dijadikan sebagai informasi tambahan untuk memotret bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan politik pada zaman Jahiliah4 itu serta perubahan apa saja yang telah diusung Islam. Jazirah (semenanjung) Arab adalah negeri keempat dari benua Eropa, yang luasnya Philip K. Hitti menyatakan bahwa yang dimaksud Zaman jahiliyah yang sesungguhnya adalah zaman mulai Nabi Adam sampai kepada nabi Muhammad, akan tetapi dalam bukunya History of the Arabs ia menspesifikasikannya pada kurun satu abad menjelang Islam. Istilah Jahiliyah diartikan “masa kebodohan” bukan berarti bahwa masyarakat Arab pada waktu itu tidak memiliki budaya dan tidak dapat membaca, akan tetapi karena pada waktu itu orang-orang Arab tidak memiliki otoritas hukum, Nabi dan kitab suci. Lihat Philip K Hitti, History of the Arabs, terj Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riadi ( Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002), 108. Dalam literature lain disebutkan bahwa zaman jahiliyah adalah zaman sebelum Islam, hanya saja kemudian zaman ini dibagi menjadi dua yaitu Jahiliah pertama dan jahiliyah kedua. Jahiliyah pertama meliputi masa yang sangat panjang, tetapi tidak banyak yang bisa diketahui sementara zaman Jahiliyah kedua berlangsung kira-kira 150 tahun sebelum Islam lahir dan alasan penggunaan kata Jahl untuk periode ini adalah karena kemerosotan moral yang melanda masyarakat tersebut pada waktu itu. Lebih lengkap lihat Maman A Malik Sya’roni “Peletakan Dasar-dasar Islam Pada masa Rasulullah” dalam Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik Hingga Modern, ed Siti Maryam (Yogyakarta: LESFI, 2002), 19. 4
sepertiga dari Amerika Serikat.5 Makkah adalah kota penting yang berada di sekeliling gurun pasir, tepatnya di sebelah barat laut gurun, dekat pantai barat. Biasa disebut alRub’ al-Khali karena kota itu hampir tidak pernah didatangi orang dan sangat sunyi. Laut mengelilingi wilayah pinggiran ini. Ketika jumlah penduduknya bertambah melampaui kapasitas tanah yang dapat menampungnya, mereka harus mencari tanah yang lebih luas. Tetapi mereka tidak dapat bergerak ke dalam karena adanya gurun pasir atau keluar karena adanya laut. Keduanya merupakan batas-batas yang dalam masa pra Islam hampir tidak dapat dilalui, kemudian mereka menemukan satu jalan tebuka menuju tepi barat semenanjung Sinai dan berakhir di lembah subur Nil.6 Makkah, tempat kelahiran Islam itu berada di pinggiran gurun pasir yang sangat luas, penduduknya disebut Badui sebagai keturunan Semit. Mereka adalah kelompok suku Nomad, di mana hanya beberapa saja yang tinggal di dekat oase dan menjalani kehidupan yang menetap. Suku Badui berwatak keras; keuletan dan ketabahan merupakan keistimewaan mereka, sedang kurang disiplin dan menghormati kekuasaan adalah kekurangan mereka. Kekurangan inilah yanag akan menimbulkan masalah besar bagi lahirnya Islam.7
Philip K Hitti, History of the Arabs: IX (London: The Macmillan Press LTD, 1970), 3. 6 Asghar Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembanagan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, tt), 18. 7 Ibid, 65. 5
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
43
Keadaan Politik Makkah
(Kepemimpinan) di
Masyarakat Arab sebelum Islam datang tidak mengenal kepemimpinan sentral. Kepemimpinan politik mereka didasarkan pada suku-suku maupun kabilah-kabilah, yang tujuannya hanya untuk mempertahankan diri dari serangan suku yang lain. Absennya sentral pemerintahan menyebabkan suku-suku ini selalu berada pada situasi konflik. Konflik ini berlangsung sampai bertahun tahun bahkan ada yang sampai beberapa dekade.8 Serangan dan peperangan merupakan sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka.9 Hal ini juga disebabkan oleh tidak adanya sistem hukum yang bersifat mengikat (binding), terhadap semua kabilah atau suku yang ada. Dalam konteks ini “Might is Right” atau “Kekuatan adalah kebenaran” yang menjadi alat pembenaran (justifikasi) mereka. Pada umumnya ikatan kesukuan ini dibentuk berdasarkan hubungan sedarah (nasab), tetapi adakalanya karena ikatan perkawinan, suaka politik ataupun karena sumpah setia.10 Awalnya kelompok ini Marshall G.S.Hodson, The Venture of Islam, terj.Mulyani kartanegara (Jakarta: Paramadina, 2002), 111. 9 Dalam dunia Arab khususnya sebelum Islam datang, ada fenomena yang sangat terkenal yaitu Ayyam al Arab (hari-hari orang Arab) yang biasanya merujuk pada permusuhan antar suku yang secara umum muncul akibat persengketaan masalah hewan ternak, padang rumput atau mata air. Hitti, History… .,110-111. Masalah awalnya memang sepele dan bahkan, pada mulanya yang berselisih hanya segelintir orang saja akan tetapi karena masalah tersebut tidak juga menemukan ujung perdamaian maka kemudian menjadi persoalan antar suku. 10 Umar Farrukh, al Arab wa al Islam fi al Haudl al Syarqy min al Bahr al Abyad al Mutawassit} (Beirut: Dar 8
44
|
Komunitas
berasal dari unit masyarakat yang kecil yaitu keluarga, setiap tenda mewakili sebuah keluarga, wilayah yang ditempati tendatenda tersebut membentuk sebuah hayy dan semua anggota hayy membentuk sebuah klan (qawm). Sejumlah klan yang sedarah secara bersama-sama membentuk suku (qabilah).11 Masing-masing suku memiliki pemimpin (leader) yang biasanya disebut dengan Sheikh dan ia dipilih karena dianggap tertua di antara anggota suku tersebut. Ini merupakan salah satu bentuk proteksi kabilah terhadap anggota-anggotanya. Selain dari sensitifitas kesukuan itu, dalam sebuah syair disebutkan bahwa masyarakat Arab pada dasarnya memiliki kegemaran untuk berperang. Syair itu berbunyi: If an enemy tribe we don’t find We go to war with a friendly tribe And our lust for war is quenched12 “Jika kami tidak menemukan musuh (suku), kami akan berperang dengan suku yang bersahabat dengan kami dan kegilaan kami pada perang akan terpuaskan”
Agama-agama di Jazirah Arab Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab percaya dan mewarisi mitos-mitos yang dianut oleh nenek moyang mereka, yang bertumpu pada kepercayaan pagan (wathaniyyah) seperti percaya pada dewa yang berkuasa atas segalanya, hantu yang berkeliaran di padang pasir dan mengganggu para musafir, azimat al Kutub, 1966), 19. 11 Hitti, History, 32. lihat juga Hodson, The Venture, 212. 12 Abu al Hasan Ali al Nadwi, Islam Membangun Peradaban Dunia ( Jakarta: Pustaka Jaya, 1988), 32.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
yang dapat menangkal kejahatan seperti sihir, jin yang dianggap sebagai “partner” tuhan dalam mengontrol dunia, percaya kepada malaikat (angel) yang dianggap sebagai anak tuhan, dan lain sebagainya. Namun demikian, mayoritas masyarakat Arab menyembah berhala,13 kecuali para penganut Yahudi dan Nasrani yang jumlahnya sangat sedikit. Berhala yang biasanya dijadikan sebagai sesembahan terbuat dari batu.14 Masyarakat Arab berlomba-lomba dalam mengumpulkan batu dan membangun tempat untuk batu-batu itu. Di antara berhala-berhala terpenting yang disembah oleh bangsa Arab ialah Hubal. Hubal ini berwarna merah dan berbentuk manusia. Berhala lain yang kedudukannya di bawah Hubal adalah al-‘Uzza, yang bertempat di Hijaz. Selain itu ada berhala yang bernama La>ta yang tempatnya di T{aif. Menurut mereka, La>ta ini adalah berhala yang paling tua. Kemudian ada yang bernama Manah yang berada di Madinah dan dimuliakan oleh penduduk Yathrib.15 Berhala berhala ini dijadikan sebagai keluarga atau “agen” Tuhan. Orang Arab pra Islam sejatinya sudah mengenal Allah jauh sebelum Islam datang, akan tetapi konsep Allah dalam masyarakat ini tentu sangat berbeda dengan yang ada atau diyakini dalam Islam. Pada komunitas Berbagai sesembahan zaman ini berbeda-beda dalam sebutannya antara lain sanam (patung) dalam bentuk manusia yang terbuat dari logam atau kayu, wasan terbuat dari batu dan nusub adalah batu karang tanpa bentuk tertentu. Lihat Haekal, Sejarah, 20. 14 A Salabi, Sejarah dan kebudayaan Islam ( Jakarta: Pustaka al Husna cetakan ke vlll 1994), 63-65. 15 Lata, ‘Uzza dan Manat dianggap sebagai dewa ( atau dewa perempuan) yang hal ini disebutkan dalam alQur’a>n 53,:19. lihat Montgomery Watt, Muhammad’s Mecca (Edinburg : Edinburg University, 1988), 29. 13
Arab Allah memiliki mempunyai keluarga, sementara Allah dalam ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah Dzat Yang Maha Esa.16 Ragam keagamaan di Arabia, dapat ditelusuri lewat ungkapan-ungkapan alQur’a>n yang merespons konsepsi keagamaan selain Islam. Suasana keagamaan yang dirujuk al-Qur’a>n mencakup agama populer yang dianut mayoritas penduduk Makkah; yaitu, kepercayaan atas kekuasaan banyak Tuhan dan alam magis (politeisme-animisme) ; agama “impor” yang boleh jadi hasil dari agitasi dan akulturasi para penganutnya (Yahudi-Kristen); dan agama alternatif yang diklaim sebagai ajaran asli Ibrahim (h} ani>f); dan agama-agama lain yang terdapat di semenanjung lain jazirah Arabia (Sabi’un dan Majusi).
1. Agama Majusi Berhadapan dengan agama Masehi yang tersebar di bawah kekuasaan Romawi, berdirilah agama Majusi di Persia yang mendapat dukungan moril dari Timur jauh dan India. Akan tetapi meskipun Persia telah mengalahkan Romawi dan dapat menguasai Syria dan Mesir, raja-raja Persia tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk menyebarkan agama Majusi.
2. Judaisme dan Kristen di Yaman Madinah dan oase-oase di sekelilingnya yang meliputi Tayma, Fadak, Khaibar, dan Wadi al-Qura, diidentifikasi merupakan basis kawasan tempat bermukimnya orangorang Yahudi. Keberadaan mereka dapat Muh. Zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 6. 16
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
45
ditelusuri mulai abad pertama Masehi pada saat penaklukan Yerusalem oleh Kaisar Titus tahun 70 M, serta penumpasan pemberontakan Bar Kochba pada 135 M17. Dua peristiwa ini barangkali telah membuat sejumlah orang Yahudi terpaksa meninggalkan negerinya secara besar-besaran (Exodus) untuk mengembara dan kemudian menetap di Arabia. Bangsa Arab sebelum Islam sudah menganut agama yang mengakui Allah SWT sebagai Tuhan, yaitu kepercayaan yang diwarisi Nabi Ibrahim dan Ismail yakni agama Yahudi dan Nasrani. Tetapi lama kelamaan, keyakinan yang dianut oleh bangsa Arab itu semakin tidak murni seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim. Takhayyul telah menodai kemurnian akidah agama h}ani>f hingga akhirnya sampai pada penyimpangan yang menyekutukan Allah SWT, meskipun tetap masih ada penganut Yahudi dan Nasrani secara murni dan jumlahnya sangat sedikit. Adapun beberapa sebab penyelewengan agama dari agama yang h}ani>f (Yahudi dan Nasrani) kepada penyembahan berhala adalah : 1. Adanya masa tenggang waktu (fatroh) antara pengutusan Antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Isa. 2. Ketidak pahaman mereka atas kitab suci mereka sendiri. 3. Sifat angkuh mereka dan keyakinan pada agama-agama bapak mereka, padahal bapak-bapak mereka tidak mendapatkan apa-apa.
3.
Paganisme
Sementara agama pagan tetap menjadi agama panutan tradisional mayoritas penduduk Arabia. Keberadaan dewa-dewi seperti al-Lata, al-’Uzza, al-Manat, Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq, dan Nasr dianggap perantara-perantara spiritual menuju Tuhan. Konsepsi keagamaan pagan sesungguhnya telah mengenal Allah sebagai Tuhan yang Esa. Namun, keberadaannya jauh dan sulit dijangkau. Oleh karenanya dibutuhkan “orang terdekat” (berhala) yang mereka anggap sebagai wujud putra-putri Tuhan dan menjadi perantara Tuhan. Kekuatan penduduk jazirah Arab dalam mempertahankan keyakinannya terhadap berhala-berhala yang dianggapnya sebagai pemegang hidup mereka terbukti dengan sedikitnya pemeluk agama Majusi, Yahudi dan Kristen. Meskipun agama itu telah banyak melakukan propaganda namun hanya beberapa kabilah saja yang mau menerima agama-agama yang telah menyebarkan ajarannya di negeri mereka itu.18
Biografi Nabi Muhammad Muhammad diutus sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir. Beliau telah menjadi contoh bagi umat manusia dalam semua sisi kehidupan. Di dalam dirinya telah terpatri segi-segi kehidupan, yang tidak hanya menyangkut sisi ukhrowi, tetapi juga sisi duniawi. Dia merupakan pribadi yang multi kompleks, memiliki wawasan yang luas, sekalipun beliau adalah seorang yang ummi.19 Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhmamad (Bogor : Litera Antar Nusa 2003), 16. 19 Suko S. Zakki F, Sejarah Peradaban Islam (Siwalankerto: Jenggala Pustaka Utama, 2009), 5. 18
Van Hoeve, Ensiklopedi Islam ( Jakarta : Karya Sukses Sejahtera), 154 17
46
|
Komunitas
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Muhammad dilahirkan pada tanggal 20 April 571 M, yang dikenal dengan tahun gajah. Ayahnya yang bernama Abdullah ibn Abdu al-Mutt}alib ibn Hashim ibn Abdi Manaf ibn Qus}ay ibn Kila>b (meninggal semenjak Muhammad masih berada dalam kandungan ibunya). Ibunya bernama Aminah (meninggal ketika Muhammad berusia 6 tahun). Sepeningal ibunya, Muhammad diasuh oleh kakeknya (Abdu al-Mut}t} alib), kemudian setelah Abdu al-Mut}t} alib meninggal, Muhammad diasuh oleh pamannya Abu T{alib (saudara kandung ayahnya).20 Sedangkan nama Muhammad diberikan oleh kakeknya (Abdu al-Mut}t} alib).21
1. Muhammad Periode Makkah Muhammad adalah nama yang asing bagi kalangan Quraisy, karena mereka terbiasa memakai nama-nama nenek moyangnya. Pada usia 12 tahun orang sudah melihat kebesaran jiwanya, kecerdasan dan ketajaman otak, tinjauan yang tajam serta ingatan yang cukup kuat dan segala sifat-sifat yang semacam itu yang diberikan alam kepadanya. Peristiwa-peristiwa perang fijar, hilf al fud} ul dan peletakan Hajar Aswad merupakan pembacaan atas sosial politik yang ia hadapi dengan kecerdasan dan ketajaman akalnya. Setelah menjadi rasul, Muhammad mulai menjalankan dakwahnya, mula-mula secara sembunyi-sembunyi kepada keluarga dan kerabatnya, namun tidak sedikit dari mereka yang menolaknya. Sehingga meskipun .Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam (Kairo: anNahd}oh al-Mahshariah, 1979), cet.IX, 75. 21 Abdur Rahem, Muhammad the Prophet (Singapura: Pustaka Nasional, 1988), cet.II, 53. 20
keluarganya selalu menemani ketika ia berdakwah seperi Abu T{alib dan Abbas bin Abdu al-Mut}t}alib ketika Nabi akan menghadirkan ikrar di lereng gunung Aqabah tetapi mereka tetap memeluk agama mereka sendiri. Selama tiga tahun Muhammad Saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi sampai datang perintah dakwah secara terangterangan. Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas, kemunculan Islam di Arab tentulah memiliki alasan tersendiri. Kemerosotan moral yang tercermin dalam kehidupan mereka seperti kemusyrikan, penindasan, fanatisme kesukuan, prostitusi, perzinahan, bias gender dan lain sebagainya merupakan satu dari sekian banyak alasan kedatangan Islam di jazirah ini. Islam sebagai agama yang rahmah li al-alami>n memberikan aroma baru dalam pergaulan sosial mereka. Salah satu seruan yang pertama dari Nabi Muhammad kepada masyarakat Makkah adalah penegasan bahwa Tuhan (Allah) itu Maha Esa, Maha Kuasa dan sang Pencipta.22 Dan bahwa akan ada hari pembalasan ( ada pada surat al Qari’ah), pahala di surga bagi mereka yang melaksanakan perintah Tuhan dan hukuman yang pedih di neraka bagi mereka yang mengabaikannya. Jika mereka berserah diri kepada kehendak Tuhan, maka ia akan mendapatkan rahmat-Nya. Pada periode ini juga telah diperintahkan untuk melakukan s}alat.23 Lihat Sydney Nettleton Fisher, The Middle East : A History (New York: Alfred A Knopf, 1979), 30. 23 Albert Hourani, Sejarah Bangsa-bangsa Muslim, terj. Irfan Abu Bakar (Bandung: Mizan, 2004), 63. lihat juga di F.E. Peter, Muhammad and The Origin of Islam (New York: State University of New York Press, 1994), 164. 22
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
47
Banyak pula yang meyakini bahwa peradaban Islam pada masa inilah mulai terkontruksi. Di mana hal tersebut terbaca dari salah satu keajaiban Islam adalah ia sudah berhasil merubah Badui yang kasar dan kejam menjadi suatu bangsa yang beradab. Bukan hanya mereka telah membimbing ke jalan yang benar dan ditinggikan kedudukan mereka dari sifat kehewanan kepada kedudukan manusia yang mulia, namun mereka juga menjadi pembimbing yang mengarahkan manusia ke jalan Tuhan. Ini adalah gambaran yang jelas dari kemampuan Islam yang menakjubkan untuk membuat masyarakat beradab dan menghaluskan jiwa mereka.24 Seruan awal25 Rasulullah ini secara umum adalah ajakan beliau untuk meninggalkan agama berhala dan beralih kepada agama Islam yang lebih menekankan kepada Monoteisme (agama dengan satu Tuhan). Perbedaan mendasar konsep ketuhanan yang telah dianut sekian puluh tahun ini dan konsep ketuhanan yang ada dalam Islam menjadikan pengikut Nabi menyerang berhala-berhala yang disembah orang Arab pada waktu itu, sehingga tentu saja hal ini akan semakin menyulut kebencian masyarakat Makkah kepada orang Islam.26 Muhammad Qutub, Islam Agama Pembebas (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2001), 295. 25 Seruan atau dakwah Nabi ini dapat dibagi menjadi dua periode. Periode pertama adalah periode Makkah yang dikenal sebagai periode penanaman akhlaq dan akidah, sementara periode kedua adalah periode Madinah yang dikenal dengan periode penataaan dan pemapanan masyarakat sebagai masyarakat percontohan. 26 A. Syalabi menjelaskan bahwa sebenarnya ada banyak faktor mengapa masyarakat Makkah sangat tidak welcome terhadap Islam. Pertama, persaingan pengaruh dan kekuasaan. Mereka belum bias membedakan antara kenabian dan dengan kerajaaan. 24
48
|
Komunitas
Perubahan mendasar yang dibawa Islam antara lain tentang perkawinan dan posisi wanita. Tentang perkawinan, ketika hukum jahiliyah memperbolehkan laki-laki untuk menikahi banyak perempuan tanpa batas, maka Islam dengan tegas memberikan jumlah maksimal perempuan yang bisa dinikahi sebagaimana yang telah di terangkan dalam al-Qur’an, an Nisa ayat 3 “….Nikahilah wanita-wanita yang kamu sukai, dua, tiga atau empat kemudian jika kamu takut tidak adil maka kawinilah seorang saja….” kemudian tentang maskawin (mahar), sejumlah harta yang tidak pernah diberikan seorang laki-laki terhadap perempuan pada zaman Jahiliyah ini27 Mereka mengira memenuhi seruan Rasulullah berarti tunduk kepada Abdu al-Mut}t}alib. Hal ini, menurut anggapan mereka, akan menyebabkan suku-suku Arab kehilangan pengaruhnya dalam masyarakat. Kedua, persamaan derajat, Rasulullah mengajarkan persamaan derajat diantara sesama umat manusia. Hal ini tentu saja bersebrangan dengan tradisi bangsa Arab yang membeda-bedakan derajat manusia berdasarkan kedudukan dan status sosial. Kaum bangsawan belum siap menerima ajaran yang meruntuhkan nilai dan dasar-dasar kehidupan mereka. Ketiga, takut dibangkitkan setelah mati. Gambaran tentang kebangkitan kembali setelah mati sebagaimana yang diajarkan Islam, sangat mengerikan di mata pemimpin- pemimpin Quraisy sehingga mereka enggan untuk menerima Islam. Keempat, Taklid kepada nenek moyang. Bangsa Arab jahiliyah menganggap bahwa tradisi nenek moyang merupakan sesuatu yang mutlak dan tidak boleh digugat. Kelima, perniagaan patung. Larangan menyembah patung dan larangan memahat dan memperjualbelikannya merupakan ancaman yang mematikan usaha pemahat dan penjual patung. Lebih dari itu, penjaga ka’bah tidak mau kehilangan sumber penghasilan dan pengaruh yang diperoleh dari jasa pelayanan terhadap orang-orang yang datang ke Makkah untuk menyembah patung. Lihat A Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, 87-90. 27 Sesungguhnya pemberian harta untuk perkawinan pada zaman Jahiliyah ini sudah ada,
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Dengan demikian Islam sendiri merupakan peradaban. Islam datang dengan tatanan, aturan dan hukumnya yang telah berjalan, sehingga terjadilah pertarungan yang banyak memakan waktu. Bangsa Quraisy sangat memusuhi dakwah Islam. Menurut Ah} mad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam, di antaranya: a) Faktor Politik (kekuasaan) Mereka tidak dapat membedakan antara ke-Nabi-an dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Mut}alib. Hal inilah yang tidak mereka inginkan. b) Faktor Sosial Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Tentu saja hal ini sangat tidak disetujui oleh bangsawan Quraisy. Karena akan menyebabkan jatuhnya martabat mereka di depan para budak hamba sahaya.
Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab. e) Faktor Ekonomi (Kesejahteraan) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki mereka.28 Layaknya setiap reformer, Rasulullah dengan Islamnya banyak menghadapi tantangan dan perlawanan Sesungguhnya begitu mereka tetap gigih tidak mau mengakui, tetap menolak, sampai-sampai mereka terdorong mengobarkan perang matian-matian. Bahaya dan bencana peperangan itu baru padam sesudah Islam mendapatkan kemenangan, sesudah Allah menempatkannya di atas segala agama. Adapun sumber-sumber dan nilai-nilai peradaban dalam Islam adalah sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’a>n surat alH{ujara>t ayat 13:
انا خلقنا كم من ذكر وانثى و
c) Faktor Keyakinan
جعلنا كم شعوبا وقبائل لتعارفوا
Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di hari akhir.
d) Faktor Kebudayaan akan tetapi esensinya sangat berbeda. Dalam adat masyarakat primitif Arab ini, perkawinan adalah transaksi jual beli. Artinya adalah harta yang diberikan itu bukanlah sebuah pemberian yang penuh kerelaan sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an akan tetapi sebagai alat tukar untuk dapat memiliki perempuan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa dalam konteks ini pemberian tersebut bukanlah mahar.
ان اكرمكم عند اهلل اتقا كم ان
اهلل عليم خبري
Sesungguhnya kami ciptakan kalian lakilaki dan perempuan dan kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsabangsa supaya kalian saling kenal, sesungguhnya yang paling mulya di antara kalian ialah yang paling bertakwa.
28
Syalabi, Sejarah, 87-90.
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
49
Penulis melihat bahwa, pada periode dakwah di Makkah ini dapat dikatakan dakwah Nabi Muhammad Saw belum berhasil, karena sampai akhir masa dakwah Nabi di Makkah sebagian besar masyarakat/para tokoh terkemuka di Arab masih gencar memerangi, menolak dan mengakui kebenaran ajaran Islam.
2. Muhammad Periode Madinah Pertama-tama perkataan “Madinah” sendiri yang berarti “kota” secara etimologi berasal dari akar kata yang sama dengan perkataan “madaniyyah” dan “tamaddun”, yang artinya peradaban. Dengan latar belakang kata tersebut, dapat difahami bahwa kitab suci al-Qur’a>n sesungguhnya mencela kehidupan “liar” atau “barbar” Di samping berdakwah kepada penduduk Makkah, rasul juga berdakwah kepada para jamaah haji dari daerah dan kota lain. Dakwah beliau mendapat sambutan dari enam orang penduduk Yathrib yang kemudian masuk Islam, setelah pulang mereka giat menyebarkan Islam ke Madinah sehingg tak ada satu rumahpun di kota Madinah yang tidak mendengar nama Nabi atau memperbincangkannya. Setahun berikutnya tiga belas orang Madinah, dua belas orang lakilaki dan satu orang perempuan menemui Nabi di desa aqabah dan mengadakan perjanjian untuk taat kepada Rasulullah, yang kemudian dikenal dengan Baitul Aqabah pertama (1 Juli 622 M). Pada musim haji berikutnya tujuh puluh tiga penduduk Madinah membaiat Rasul yang kemudian dikenal dengan baitul Aqabah, mereka mengakui Rasul sebagai pemimpin dan meminta beliau untuk berkenan hijrah ke Madinah. Mereka berjanji
50
|
Komunitas
akan membela rasul seperi mereka membela diri sendiri.29 Bai’at Aqabah kesatu dan kedua telah membuka lembaran baru oleh Islam, oleh kebanyakan pemikir Islam dua bai’at tadi dianggap sebagai batu pertama dari bangunan negeri Islam. Orang Madinah mengundang Nabi untuk hijrah di negerinya dengan harapan melalui pengaruh pribadi agama yang dibawa Rasul, perang yang bekepanjangan diantara mereka (Auz dan Khazraj) yang hampir menghancurkan sendi-sendi kehidupan Madinah akan berakhir. Dari segi agama hijrahnya Nabi berarti diakuinya Muhammad sebagai Nabi, dan dari segi politik diterimanya beliau sebagai pemimpin dan penengah diantara golongan yang bermusuhan di Madinah. Kedatangan Nabi bersaaman 70 sahabatnya telah membawa perubahan besar, baik di bidang politik, sosial, ekonomi maupun budaya. Dan itu merupakan era baru dalam usaha beliau mengefektifkan dakwah Islam. Madinah sebelumnya tidak ada pemimpin dan belum ada Negara apalagi tentara, polisi dan birokrasi. Di sana masingmasing suku mempunyai aturan-aturan sendiri sehingga sering terjadi permusuhan. Rasul datang ke Madinah setelah mencari tempat akhirnya memilih sebidang tanah milik Bani Najar. Ia adalah bani yang terkenal. Nabi membeli tanah dari bani itu, tetapi mereka memberinya dengan cumacuma. Di sanalah Nabi membangun masjid, rumah. Setelah itu Nabi melakukan sesuatu, oleh Nabi Madinah dibangun dengan ajaran 29
Asghar, Asal Usul dan Perkembangan Islam,
158.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
agama yang merupakan perwujudan sebuah sistem nilai yang berintikan ajaran tauhid dan doktrin mencapai kebaikan melalui al-’Amr bi al-Ma’ruf al-Nahy an al-Munkar, sehingga Madinah menjadi pusat peradaban, cerminan nilai-nilai kemanusiaan yang paling luhur.30 Oleh karena itu, Marshal Hodgson, misalnya mengatakan bahwa ajaran Nabi, yakni Islam adalah esensinya bersifat kota (urban) secara radikal.31 dalam kontrasnya dengan pola umum dengan kehidupan di Jazirah Arabia saat itu sebagaimana diungkapkan oleh Ibn Taymiyyah, pola hidup orang-orang Arab Jahiliyyah ialah tiadanya keteraraturan, dengan ciri menonjol tidak adaya pranata kepemimpinan masyarakat yang mapan , yang menjadi kebutuhan masyarakat maju, selain daripada pranata kepemimpinan atas dasar kesukuan (tribalisme) dan keturunan saja.32 Madinah menjadi Negara yang makmur di kalangan yahudi mengadakan perlawanan karena mereka ingin lebih unggul dari agamaagama lain,mereka melanggar perjanjian tersebut. Periode Madinah ini peradaban Islam dikenal sebagai peradaban moral. Masa ini disebut masa keemasan Islam yang penuh dengan teladan dalam Islam. Di dalam periode ini tidak ada sistem dinasti dalam pemerintahan. Ketika seorang khalifah meninggal, maka penggantinya diangkat dengan berdasarkan penunjukan. Said Agil Husain Munawwar, DimensiDimensi Kehidupan Dalam Perspektif Islam (Malang: Pascasarjana UNISMA 2001), 167. 31 Marshal G. Hodgson, “The Venture of Islam´jil: I (Chicago: The University of Chicago Press, 1974), 27. 32 Ibn Taymiyyah, “Minhaj al Sunnah” jil. I, (Riyaid: Maktabat al Riyald al-Haditsah, t.t), 49. 30
Dapat penulis analisa, ditinjau dari warisan peradaban Islam dari masa ke masa, akan terlihat perbedaan mendasar karakteristik warisan itu, sesuai dengan fase peradaban Islam yang saat itu terjadi. Pada zaman awal Islam disebarkan oleh Rasulullah misalnya, beliau sangat menekankan pada asas dasar dari segala kegiatan kehidupan dan peradaban, yaitu akidah (kepercayaan dan keyakinan kepada Allah ‘Azza wa Jalla). Inilah tonggak awal dan dasar dari peradaban Islam itu sendiri. Sekaligus mendasari perbedaan dengan peradaban lain yang pernah ada di dunia ini. Beliau juga meletakkan dasar-dasar hukum interaksi kehidupan manusia dengan syariat yang dibawanya. Tidak sampai di situ, Rasul juga menyumbangkan dirinya selama berada di Madinah, untuk membangun sebuah negara Dalam hal ini, aspek kehidupan politik dan bernegara telah di praktekkan oleh Nabi Muhammad Saw.
3. Piagam Madinah (al ’Ahd bi al Madinah) Untuk membangun Islam, membangun dan memimpin umatnya. Untuk merumuskan dasar-dasar kenegaraan yang kuat, dibuatlah undang-undang kenegaraan pertama kali yang dikenal dengan Piagam Madinah. Piagam Madinah banyak ditulis dengan berbagai versi, tetapi naskah tulisan asli ditulis oleh Ibnu Hisyam dalam Sirah anNabawi-nya. Piagam Madinah33 ini adalah bertujuan untuk mempersatukan antara kaum muslimin (muhajirin dan anshor) dan antara kaum yahudi. Kaum muslimin ikut Teks Lengkap Piagam Madinah Penulis sajikan pada lembaran terakhir dari bahasan makalah 33
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
51
membantu dan menjaga keselamatan kaum yahudi. Dan mereka mengikrarkan agama dan harta mereka.34 Menurut sebagian ahli sejarah, Piagam Madinah adalah merupakan konstitusi pertama di dunia. Sedangkan Yusuf ber pendapat bahwa Piagam Madinah adalah dokumen sejarah yang dibuat-buat (fabricated). Alasannya adalah dokumen penting ini tidak dimuat dalam kitab-kitab h} adith.35 Meskipun dokumen ini tidak dibuat dalam kitab-kitab h}adith, Akram D}iyauddin Umari menganggap terlalu gegabah untuk menilai dokumen Piagam Madinah sebagai sesuatu yang dibuat-buat (being fabricated).36 Munawir Syadzali (mantan Menteri Agama RI) menyebutkan bahwa dasardasar kenegaraan yang terdapat dalam Piagam Madinah adalah: Pertama, umat Islam merupakan satu komunitas (ummat) meskipun berasal dari suku yang beragam; dan kedua, hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dengan komunitaskomunitas lain didasarkan atas prinsipprinsip: (a) bertetangga baik, (b) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, (c) membela mereka yang dianiaya, (d) saling menasehati, dan (e) menghormati kebebasan beragama.37 Sedangkan perjannjian yanng menyang kut internal umat Islam adalah: (a) umat Islam adalah komunitas (ummat) yang terikat Hasan, Taarikh, 101-102. Akram Dhiyauddin Umari, Masyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan Zaman Nabi (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 110. 36 Ibid, 111. 37 Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (Jakarta: UI-Press, 1991), 15-16. 34 35
52
|
Komunitas
berdasarkan agama, bukan berdasarkan darah; (b) pengakuan ikatan khusus antara sesama anggota keluarga; hak dan kewajiban antara bapak, ibu dan anak; (c) persaudaraan karena lingkungan atau tetanngga; (d) pengakuan persaudaraan satu kota sehingga zakat tidak disalurkan ke kota lain sebelum kebutuhan di kota tersebut terpenuhi.38
4. Muhammad Sebagai Pemimpin Agama dan Kepala Negara Umat Islam sepakat bahwa Muhammad Saw adalah utusan Allah (rasul Allah) dan membawa ajaran yang berasal dari Allah yang berupa al-Qur’an, dan berasal dari dirinya, yaitu h}adith atau sunnah, untuk disampaikan kepada seluruh manusia. Akan tetapi, Islam yang dikaji oleh non Muslim memberikan nuansa yang agak berbeda karena kajian mereka bukan atas dasar keyakinan dan untuk mendalami serta mengamalkan ajaran Islam, tetapi Islam sebagai obyek kajian yang diarahkan pada ajaran (sumber dan penafsiran) dan temuan-temuan (sekurangkurangnya gagasan) umat Islam.39 5. Muhammad
Sebagai
Pemimpin
Agama Pemimpin agama seringkali disandarkan pada kyai, ustadz, ulama, mu’alim atau istilah lainnya. Definisi agama (al di>n, al milat} dan al madhhab), secara implisit, bahwa dalam keyakinan Islam, Nabi Muhammad Saw bukan sekedar pemimpin agama. Akan tetapi, sabdanya merupakan agama. Ia merupakan rujukan (marja’) bagi masyarakat Islam pada Akram, Masyarakat…, 126-127. Prof. Jaih Mubarok, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Islamika, 2008), 47. 38 39
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
zamannya dan sesudahnya. Adakalanya Nabi Muhammad menetapkan sesuatu yang tidak terdapat dalam al-Quran, seperti praktjek shalat dan cara-cara shalat ditentukan oleh Nabi Muhammad, karena cara-cara shalat (termasuk shalat berjama’ah) tidak diatur oleh Allah swt. dalam al-Quran. Jadi kalau Nabi Muhammad dianggap sebagai pemimpin agama, bukan sekedar pemimpin pada tingkat teknis (seperti memimpin shalat berjamaah), tetapi juga pemimpin yang bersifat ideologis dan teologis.40 Salah satu kegiatan yang paling digemari Muhammad hingga menginjak usia 40 tahun adalah mengasingkan diri. Dengan hanya berbekal roti dan air, beliau pergi ke gua Hira, tempatnya berada di Jabal Nur. Di tempat inilah wahyu pertama kali terjadi, yakni pada hari senin malam tanggal 21 Ramadhan, bertepatan dengan 10 Agustus 610 M. Pada saat itu usia beliau masih genap 40 tahun lebih 6 bulan 12 hari menurut perhitungan kalender Hijriyah, atau 39 tahun lebih 3 bulan 20 hari menurut perhitungan kalender Masehi.41 Pada saat Muhammad lahir hingga ketika diangkat menjadi Rasul, beliau saw tinggal di tengah-tengah kaum Quraisy Makkah yang memiliki daerah merdeka mirip-mirip sebuah republik (sekarang ini).42 Mereka sangat jauh dari pertentangan politik. Dan struktur republik yang sudah ada di Makkah (saat itu) benar-benar menghindari mereka dari suatu kekacauan.43 Sehingga, pada awal Nabi Muhammad saw diutus di tengahIbid, 57. Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, 107. 42 Ibid. 43 Ibid, 101. 40 41
tengah mereka, tujuan utama dakwah Rasulullah bukan untuk menguasai tampuk kepemimpinan Negara, namun dasarnya adalah mengajak mereka kepada kebenaran, kebaikan, dan keindahan; suatu ajakan yang berdiri sendiri di bawah naungan agama Islam. Namun meski begitu, Makkah juga merupakan pusat kegiatan keagamaan bangsa Arab. Di sana para penduduk Makkah melakukan berbagai peribadatan di sekeliling Ka’bah dengan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab kala itu. Dengan kondisi seperti ini, tidak mudah bagi Nabi Muhammad saw menyampaikan pesan wahyu ke seluruh umat kala itu. Untuk menghadapi kondisi seperti ini, maka pola penyebaran dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah dengan cara tiga tahap sesuai situasi dan kondisi yang menyertainya kala itu, yakni: tahap rahasia dan perorangan, tahap terang-terangan, dan tahap untuk umum. 1) Tahap rahasia dan perorangan Pada awal turunnya wahyu pertama, pola dakwah yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosio-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mulamula Rasulullah menyampaikan risalah ilahi kepada istrinya Khadijah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Setelah itu sahabat dekatnya Abu Bakar bin Abi Quhafa yang diikuti oleh Utsman bin Affan, Abdullah bin Auf, Thalha bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Zubair bin Awwam. Adalagi Abu Ubaida bin Al Djarrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
53
Khattab, Said bin Zaid dan beberapa orang lainnya. Mereka inilah dalam sejarah Islam disebut dengan al Sabiqu>n al Awwalu>n.44
kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Makkah.47
2) Tahap terang-terangan Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan.45 Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di Bukit S{afa, menyerukan masyarakat Quraisy untuk mengimani keesaan Allah Swt. Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam.
6. Muhammad Sebagai Kepala Negara
3) Tahap untuk umum Hasil seruan dakwah secara terangterangan yang terfokus kepada keluarga dekat dan kaum sekitar, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka, Rasulullah mengubah strategi dakwahnya yang lebih luas mencakup uman manusia secara keseluruan. Seruan dalam skala internasional tersebut, didasarkan kepada perintah Allah dalam QS. Al Hijr: 94-95.46 Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yathrib, Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, 30 . Lihat QS. 22:94 46 Soekarno dan Ah}mad Supardi, Sejarah dan Filsafah Pendidikan Islam (Bogor: Litera Antar Nusa. 1995), 32.
Meski agama Islam lahir di tanah Makkah, namun doktrin-doktrin wahyu ilahi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad belum begitu efektif berjalan di tengahtengah hegemoni politik dan ekonomi kaum aristoktrat Quraisy.48 Pengikut Muhammad pada periode Makkah sebagian besar hanya terdiri dari orang-orang yang tertindas dan mengamalami ketidakadilan dalam tatanan masyarakat kala itu. Sehingga tak heran mereka masih minoritas dan belum dapat tampil sebagai komunitas yang membongkar tatanan masyarakat Qurasiy Makkah yang timpang tersebut. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi di kalangan masyarakat Madinah pasca peristiwa hijrahnya Muhammad bersama pengikut-pengikutnya ke Madinah pada 622 Masehi. Keberadaan Nabi dan ajaran agama baru yang dibawanya sudah mendapat tempat dan simpati. Hal ini dibuktikan dengan peristiwa Bai’ah al‘Aqabah setahun sebelum beliau hijrah. Dalam peristiwa Bai’ah al-‘Aqabah, sebanyak 12 orang penduduk Yastrib (nama kota Madinah sebelum diganti), pada musim haji menyatakan keislamannya. Dalam bai’ah tersebut, mereka menyatakan bahwa mereka hanya akan menyembah Allah, meninggalkan segala perbuatan jahat dan menaati Nabi
44 45
54
|
Komunitas
Ibid, 33. Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam ( Jakarta: Pustaka Jaya, 1998), 32 47 48
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Muhammad. Kedua belas orang penduduk tersebut menurut catatan Ibn Hisyam, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Iqbal adalah: (1) As’ad ibn Zura’ah, (2) ‘Awf ibn Harts, (3) Mu’adz ibn Harts, (ketiganya berasal dari Bani Najjar), (4) ‘Ubadah ibn Shamit, dan (7) Yazid ibn Tsa’labah, (keduanya dari Bani ‘Awf), (8) ‘Abbas ibn ‘Ubadah dari Bani Salim, (9)’Uqabah ibn ‘Amir, (10) Quthbah ibn ‘Amir, (kedua bersaudara ini berasal dari Bani Salamah), (11) Malik Abu al-Haitsam ibn al-Taihan dari Bani ‘Abd al-Asykal, serta (12) ‘Uwain ibn Sa’idah dari Bani ‘Amr ibn ‘Awf. (Lihat Ibn Hisyam, Sirah al-Nabi, Juz II, Beirut: Darul Fikri, hal. 40-41).49 Pada tahun berikutnya, sebanyak 73 orang Yathrib yang sudah memeluk Islam datang kembali ke Makkah mempertegas pengakuan keislaman mereka dan pembelaan kepada Nabi Muhammad. Dalam kesempatan ini mereka mengajak Nabi untuk berhijrah ke Madinah yang selanjutnya dikenal dengan Bai’ah al-‘Aqabah kedua. Dua peristiwa bersejarah inilah yang mengubah arah perjalanan Nabi Muhammad dan pengikutnya dari kelompok tertindas menjadi kekuatan politik yang kokoh, solid dan disegani. Kedua peristiwa ini juga merupakan titik awal bagi Nabi Muhammad untuk mendirikan Negara Madinah. Di kota yang baru ini Nabi Muhammad baru bisa secara efektif menerapkan dimensi sosial ajaran Islam untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya. Hal ini ditopang sepenuhnya
oleh dukungan penduduk Madinah sendiri yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.50 Dari masyarakat ini kemudian Nabi Muhammad menciptakan suatu kekuatan sosial-politik dalam sebuah Negara Madinah. Maka langkah pertama yang dilakukan Rasulullah adalah membangun masjid beserta bangunan tempat tinggalnya di sekitar masjid tersebut serta beberapa tempat tinggal kaum muslimin, terutama bagi fakir miskin yang tidak punya tempat tinggal.51 Hal lain yang tak kalah pentingnya dilakukan oleh Nabi Muhammad di Madinah dalam rangka pembentukan sebuah Negara adalah membuat Piagam Madinah. 52 Pada tahun Pertama Hijriyah. Piagam yang berisi 47 pasal ini memuat peraturan-peraturan dan hubungan antara berbagai komunitas dalam masyarakat Madinah yang majemuk, di mana bergabung di dalamnya 3 kelompok masyarakat, yaitu umat Islam sendiri (baik Muhajirin dan Ansyhar); orang-orang Yahudi (dari suku Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’; dan sisanya suku Arab yang masih menyembah berhala (poluteisme). 53 Langkah-langkah yang dilakukan Nabi Muhammad dalam membangun masyarakat Islam di Yathrib adalah: pertama, Nabi Muhammad mengubah nama Yathrib menjadi Madinah (Madinah al-Rasul, Madinah alNabi, atau Madinah al-Munawwarah). Perubahan nama tersebut bukan terjadi karena kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad yaitu membentuk suatu masyarakat yang Ibid, 33. Haekal, Sejarah, 193. 52 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, 33. 53 Ibid. 50 51
49
Ibid.
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
55
tertib dan maju, dan berperadaban.54 Kedua, membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan sebagai pusat kegiatan ritual, melainkan juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalahmasalah yang dihadapi. Di samping itu, masjid juga dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan.55 Ketiga, Nabi Muhammad membentuk kegiatan persaudaraan (mu’a khat), yaitu mempersaudarakan kaum muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Yathrib) dengan kaum Ansha>r (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan muhajirin di Yathrib; keempat, membentuk persahabatan dengan pihakpihak lain yang tidak beragama Islam; dan kelima, Nabi Muhammad membentuk pasukan tentang yang mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh.56
Kesimpulan Makkah yang dikelilingi gurun Sahara, tanah gersang dan tandus. Penduduknya yang terdiri dari suku Badui yang berwatak keras, hal itu yang menjadikan rentan konflik antar mereka. Muhammad berdakwa menyebarkan agama Islam dalam situasi Makkah porak poranda dengan paganism yang telah mengakar di hati penduduk tersebut, bahkan Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Rekevansi Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1995), 28. 55 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 25-26. 56 Ibid, 26-27. 54
56
|
Komunitas
orang dekat atau keluarga Nabi sendiri hanya beberapa orang saja yag mau mengikuti agama Nabi. Agama-agama lain juga berusaha merubah peradaban negeri itu, itupun hanya beberapa kabilah saja yang mengikuti, maka sudah jelaslah terbaca akan penderitaan Nabi dalam menyiarkan Islam. Meskipun kemenangan di Madinah dengan membangun Negara yang ber landaskan Islam bukan berarti tak ada perlawanan. Di Madinah masih mendapatkan perlawanan dari kalangan yang tidak suka terhadap kemakmuran Madinah dan dari kalangan yahudi. Orang muslim merupakan orang yang berpandangan positif dan terbuka terhadap berbagai budaya bangsa orang lain. Kelebihan inilah yang menjadikan Islam sebagai yang pertama kali mampu menyatukan khazanah bersama secara internasional dan kosmopolit. Sebelum lahir peradaban Islam, ilmu pengetahuan memang telah ada namun sifat dan semangatnya sangat nasionalistik dan parokialistik, dengan eksklusifitas dari masing-masing dari pengaruh luar karena merasa paling benar. Sebaliknya, kaum muslim (selain) menyebarkan agamanya, ternyata mereka tidak saja pandai berbuat tetapi juga rajin belajar. Secara politis, penguasa-penguasa muslim menyadari keterbatasan mereka dan tentang kemajuan kebudayaan dari banyak kerajaan yang ditaklukkannya. Rasulullah melakukan hal yang baruw terutama ketika beliau telah menetap di Yastrib atau yang kemudian dikenal dengan Madinah al Munawwarah. Pada periode ini Rasul menetapkan dasar-dasar kebudayaan
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
yang pada umumnya berupa sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi, dan politik yang bersumber dari al-Qur’a>n dan al Hadith. Dasar-dasar kebudayaan itu antara lain mengadakan perjanjian damai antar penduduk Madinah yang dapat dikatakan sarat dengan perbedaan agama, mendirikan masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadat tetapi juga sebagai arena pertemuan Nabi dan sahabat-sahabatnya dalam mendiskusikan sesuatu dan mempersatukan kaum Ans} or (masyarakat pribumi Madinah) dan Muhajirin (sekelompok orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah).
Abdur Rahem, Muhammad the Prophet. Singapura: Pustaka Nasional, 1988, cet.II, Albert Hourani, Sejarah Bangsa-bangsa Muslim, terj. Irfan Abu Bakar. Bandung: Mizan, 2004 Akram D}iyauddin Umari, Masyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan Zaman Nabi . Jakarta: Gema Insani Press, 1999 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997 F.E. Peter, Muhammad and The Origin of Islam. New York: State University of New York Press, 1994
Ketika Rasulullah di Madinah, beliau juga meletakkan asas-asas masyarakat Islam yang kemudian hal ini mampu melahirkan sebuah peradaban baru di dunia dan bagi dunia Islam khususnya. Asas asas tersebut antara lain al-Ikha (persaudaraan), al-Musawah (persamaan), al-Tasamuh} (toleransi), alTa’awun (tolong menolong) dan al-‘Adalah (keadilan).
Umar Farrukh, al Arab wa al Islam fi al Haudl al Syarqy min al Bahr al Abyad al Mutawassit Beirut: Dar al Kutub, 1966
Daftar Pustaka
John l. Esposito, Ancaman Islam, Mitos atau Realita? Bandung : Mizan, 1994
A Salabi, Sejarah dan kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka al Husna cetakan ke vlll 1994
Hasan Ibrahim Hasan, Ta>rikh al-Islam. Kairo: an-Nahd}oh al-Mahshariah, 1979, cet.IX Ibn Taymiyyah, “Minhaj al Sunnah” jil. I. Riyaid: Maktabat al Riyald al-Haditsah, t.t.
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Islamika, 2008
Asghar Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembanagan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, tt
Philip K Hitti, History of the Arabs: IX. London: The Macmillan Press LTD, 1970
Abu al Hasan Ali al Nadwi, Islam Membangun Peradaban Dunia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1988
____, History of the Arabs, terj Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riadi Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002
Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
|
57
Maman A Malik Sya’roni “Peletakan Dasardasar Islam Pada masa Rasulullah” dalam Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik Hingga Modern, ed Siti Maryam Yogyakarta: LESFI, 2002 Marshall G.S.Hodson, The Venture of Islam, terj.Mulyani kartanegara. Jakarta: Paramadina, 2002 Montgomery Watt, Muhammad’s Mecca. Edinburg : Edinburg University, 1988 Muh. Zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta: Pustaka Jaya, 1998 Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992 ____, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Rekevansi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta: Yayasan Paramadina, 1995 Van Hoeve, Ensiklopedi Islam. Jakarta : Karya Sukses Sejahtera
Muhammad Qutub, Islam Agama Pembebas. Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2001
Suko S. Zakki F, Sejarah Peradaban Islam. Siwalankerto: Jenggala Pustaka Utama, 2009
Marshal G. Hodgson, “The Venture of Islam´jil: I. Chicago: The University of Chicago Press, 1974.
Sydney Nettleton Fisher, The Middle East : A History. New York: Alfred A Knopf, 1979
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. Jakarta: UI-Press, 1991
Soekarno dan Ah}mad Supardi, Sejarah dan Filsafah Pendidikan Islam. Bogor: Litera Antar Nusa. 1995
Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhmamad. Bogor : Litera Antar Nusa 2003
Said Agil Husain Munawwar, DimensiDimensi Kehidupan Dalam Perspektif Islam. Malang: Pascasarjana UNISMA 2001
58
|
Komunitas
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam