BERINTERAKSI DENGAN AL-QURAN Muhammad Chirzin Guru Besar Tafsir al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ABSTRACf It must be admitted that the existence of al-Quran has great influence for all ofMuslim because it beCOl1zes tbe holy book, tbe source of religious teachings, and tbe life guidance for tbem. The study of al-Quran bave been done since it was revealed, and it bas been continuing until now. All Muslims are always interacting witb al-Quran and trying to understand it contextually. The interaction models may vary according to everyone's needs, goals, tendencies, places and times. Nevertbeles.'" tbe interactiotlc<; in general will always be related to efforts in reading, writing, memorizing, translating and interpreting The Holy al-Quran. This atticle will discus.<; about Muslim's fonner and current interaction models witb al-Quran, based on tbeir ways, goals, and activity intensities. Key words: Al-Quran, Muslim, Interaction.
~.1.
J.>- Ip$' \;i ; j:! f Pi 0 T.;11 "'.J>-" )
rJ)
0i ~ >-W)'I ~ ~
~J.lI ~Ld.l ~L..i \j~) L.....Lio ltt:S' ~.,S:J
Jj t)
l(
01
¥. ~I
J Llj..u\ ui~ ~) .~ ~L.dl ol)-\ ~) 01.;1\ t:::: ~I J..~ t.. Wb , ../;J\ \~ ~ ·i.r-!I J,l ~ .t.:>.-l>-) ~I 0j..l.i ~ J..~I J:z1 ~ ..l.i) • y~ yW ~ J,l 1~1
.J)j
cfJ)
J)i
01.;11
.~ ~\s:. ~..u\ 0t..}I) ~
o>-I.;i! i~\ 4f ~
b
# J
o\.;.J>..)
J-- ~..ul 0t5J.1) ~) 4..P.J-)
'j§'.ill J..~I
J,1 ~Lr.l )dlt ~i
4f ~ a.Jllil o~ .o~) ~;)~) ~t:S') 01.;11
Muhammad Chirzin
~I~i) ~..,b
J.>- L-.....Y (-PI 0T.;J1 e:: ~I ~W if .1li'll ..rPl:l1 \..:..4~ ls>-
~\ll 0L.)I if ~'l)G;!
.~WI 40.,...LJ.1 40T.;JI : ~\
aj\S")
jJ'l.)
PENDAHULUAN
AI-Quran adalah pennulaan Islam dan manifestasinya yang terpenting. Allah sVv1: menjadikan Al-Quran sebagai "refonnasi besar" kemanusiaan dengan kekuatan yang memengaruhi setiap manusia CChirzin, tt: 5-9). Dengan Al-Quran Rasulullah Muhammad saw menjadi orang yang paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia CHart, 1993: 1-9). Generasi awal Islam hebat dan mencapai puncak peradaban karena berpegang teguh pada AI-Quran dan Sunnah Nabi SAW CShihab, 2007: 11). Al-Quran memiliki beberapa nama atau sebutan sesuai dengan keberadaan dan fungsinya, antara lain al-Kitab, yang makna dasamya gambaran huruf CAI-Baqarah/2:2, Asy-Syu'ara'/26:2); alFurqan, yang berarti pemisah atau pembeda CAl-Furqan/25:1); adzDzikr, yang beralti peringatan CAli Imran/3:58); Tanzil, maksudnya wahyu yang diturunkan Allah swt ke dalam hati Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw CAsy-Syu'ara'/26:192) CChirzin, 1998: 2). Kendatipun Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan bahasa Arab, tetapi Al-Quran tidak hanya untuk satu keluarga atau satu suku, satu bangsa atau segolongan orang. Al-Quran ditujukan kepada segenap umar manusia, tennasuk bangsa-bangsa non-Arab dan seluruh umat manusia sepanjang masa (Saba'/34:28) CMusa, 1988: 2). Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab yang jemih dan jelas, sehingga orang yang tidak terpelajar sekalipun, seperti orang Arab pada waktu Al-Quran turun, dapat memahami dan mengambil manfaat pesan-pesan dan peringatan yang terkandung dalam Al-Quran,
76
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
dan dunia pun dapat belajar melalui mereka, dan akan terulang lagi bila kaum Muslimin dapat membuktikan diri mampu menjelaskan dan memberi teladan dari artiyang dikandungnya. AI-Quranmembersihkan akal dan menyucikan jiwa; mengajarkan hidup bermasyarakat dan berbangsa; membasmi kemiskinan, kebodohan, penyakit, penderitaan dan kezaliman; menggabungkan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang; memberi jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan falsafah kolektif komunisme; menekankan peranan ilmu dan teknologi untuk menciptakan peradaban yang seiring dengan jati diri manusia (Chirzin, tt: 19-23). Ayat AI-Quran yang pertama kali diwahyukan adalah perintah membaca. "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptaf" (Surah al-'AIaq!96:1). Siapa yang harus membaca? Apa yang harus dibaca? Kapan? Di mana? Mengapa harus membaca? Bagaimana caranya? Iqra ~ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah cirri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Objek perintah iqra~ mencakup segala sesuatu yang dapat dan patut dibaca (Shihab, 2007: 5 dan Chirzin, 1998: 233-237). Siapa membaca AI-Quran sungguh-sungguh akan menemukan makna tertentu dalam ayat-ayatnya; dan bila ia membacanya lagi, ia akan menemukan makna-makna lain. Mengulang-ulang membaca ayat AI-Quran menimbulkan penafsiran bam, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan baHn (Shihab, 2007: 6). Al-Quran ibarat sebuah permata yang memancarkan cahaya berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang pembacanya. 1 AI-Quran adalah lautan tak bertepi dan sumur tanpa dasar. Interaksi dengan AI-Quran yang paling elementer mengambil bentuk melihat, menyentuh, membuka, dan mendengarkan bacaan AI-Quran. Pengalaman pertama tersebut diikuti aktivitas belajar membaca dan mengajar membaca AI-Quran, menulis dan menghafal Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
77
Muhammad Chirzin
ayat-ayat Al-Quran; mempelajari kandungan dan menyampaikan pemahaman Al-Quran; menerjemah dan memublikasikan terjemahan Al-Quran, menafsirkan dan memublikasikan tafsir Al-Quran, menulis dan melukis kaligrafi Al-Quran, mengambil inspirasi dan berusaha tanpa henti mengamalkan Al-Quran. Interaksi dengan Al-Quran dari masa ke masa melahirkan sejumlah ilmu pengetahuan tentang Al-Quran, meliputi ilmu mawathinin nuzul, ilmu tawarikhinnuzul, ilmu asbabin nuzul, ilmu 'qira ~atil Quran, ilmu tajwidil Quran, ilmu gharibil Quran, ilmu i'rabil Quran, ilmul wujuh wannazha~ir, ilmu ma'rifatil muhkam wal mutasyabih, ilmun nasikh wal mansukh, ilmu bada~i'il Quran, ilmu i'jazil Quran, ilmu tanasubi ayatil Quran, ilmu aqsamil Quran, ilmu amtsalil Quran, ilmu jadalil Quran dan lain-lain yang terhimpun menjadi keilmuan terpadu, yakni Ulumul Quran.
PEMBELA}ARAN MEMBACA AL-QURAN
Nabi Muhammad saw menerima wahyu Al-Quran dari Allah swt melalui malaikat Jibril yang membacakannya. Ketika Al-Quran turun Nabi saw segera berusaha menghafalnya. Nabi saw kemudian membacakan ayat-ayat Al-Quran kepada para sahabat dan meminta sahabat tertentu untuk menuliskannya (Syatibi AH, 2008: 112). Pengumpulan Al-Quran dalam sebuah mushaf dilakukan pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq atas usulan Umar bin Khaththab dan disempurnakan pada masa Utsman bin Mfan (Suyuthi, 1951: 59 dan ShaUh, 1993: 78-85), Para sahabat mempelajari ayat-ayat Al-Quran dan mengajarkan apa yang telah dipelajari dari Rasulullah saw kepada sahabat yang lain (Ilyas, 2009: 6-9). Tidak dapat diragukan dan diingkari bahwa sebagian besar surat-surat Al-Quran telah tersebar luas melalui para sahabat sebelum Rasulullah sawwafat (Thabathaba'i, 1994: 127128). Kadang kala ketika Jibril sedang membacakan ayat Al-Quran
78
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
Nabi saw demikian ingin untuk segera menghafalnya. Allah swt berfirman,
Maka demikianlah Kami menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab, dan Kami terangkan di dalamnya beberapa peringatan supaya mereka bertakwa atau membuat mereka ingat kepada Allah. Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya/ Janganlah kau tergesa-gesa mendahului AlQuran sebelum wahyunya selesai diberikan kepadamu, tetapi katakanlah, "Tuhanku, tambahan ilmu kepadaku." (QS Taha/20:113-114) Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman, " "'.
,}
.J. ,,,"
~ /' ~
.
_
"',. .,....
-!. '
-,.cUI;}j J~~ ul ~ ~ ~~~ ~~j~? :J ,r
".,
,
..,.
.
'"
Janganlah gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Quran dengan maksud ingin cepat-cepat menguasainya. Kamilah Yang akan mengumpulkannya di dadamu dan membacakannya. Bila Kami sudah membacakannya, maka ikutilah bacaannya. Kemudian, Kami Yang menjelaskannya. (AlQiyamahl75:16-19)
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
79
Muhammad Chirzin
Sama dengan pesan ayat sebelumnya, Allah swt melarang Nabi Muhammad saw menirukan bacaanJibril kalimat demi kalimat, sebelum Jibril selesai membacakannya, agar Nabi Muhammad saw dapat menghafal dan memahami ayat yang diturunkan itu dengan saksama (Kemenag ru, 1990: 489). Wahyu yang diturunkan kepada Nabi saw itu dimaksudkan supaya benar-benar merasukke dalam jiwa dan hatinya, dan agar ia tidak gelisall. Allah swt niseaya menyempurnakannya sesuai dengan reneana-Nya. Rasulullah saw niscaya mengikuti dan membaeanya sesuai dengan yang diturunkan kepadanya, dan bahwa wahyu itu membawa penjelasan sesuai dengan kemampuan yang diberikan Allah kepada manusia (Ali, tt: 1534). Perintah membaea AI-Quran melahirkan lembaga-Iembaga pendidikan AI-Quran, sejak tingkat kanak-kanak dalam bentuk Taman Pendidikan AI-Quran (TPA) dan pesantren-pesantren hingga perguruan tinggi. Diawali dengan belajar membaea kata demi kata dan ayat demi ayat hingga menghafal sebagian AI-Quran maupun seluruhnya dan mengkaji serta mempelajari ilmu-ilmu bantu untuk memahami kandungannya. Untuk mengajarkan membaea AI-Quran disusun buku-buku praktis eara belajar membaca AI-Quran, semisal buku Qira 'ati yang disustin oleh Ustadz KH Dahlan Salim dari Semarang, buku Iqro '; Cara Cepat Belajar Membaca Al-Quran oleh Ustadz KH As'ad Humam dari Yogyakarta (Humam, 2000), Yambu'ul Quran, Al-Barqi, dan 10Jam Belajar Membaca Al-Quran susunan penulis (Chirzin, 2011). Ayah Muharrlmad Abduh dan Mohammad Iqbal pemah berpesan, "BaealahAl-Quran seolah-olah ia diturunkan kepadamu!" Nashr Hamid Abu Zaid berpesan, "Bacalah AI-Quran seakan-akan ia sedang diturunkan sekarang!" "Untuk memahami kandungan AIQuran, tidak cukup kita membacanya empat kali sehari," demikian kata Abul A'la al-Maududi dalam pendahuluan kitabnya Tajbimul Quran. Ali bin Abi Thalib pemah berkata, "Istanthiq al-Quran Persilakan AI-Quran berbicara." 80
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
PENGHAFALAN AL-QURAN
Sejak Nabi Muhammad saw mengajarkan Al-Quran, para sahabat mulai menghafal ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan secara bertahap. Mereka saling membantu dan berbagi hafalan, sebingga jumlah mereka tidak terhitung banyaknya. Di antara mereka Abu Bakar, 'Umar, Utsman, 'Ali, Ibnu Mas'ud, Abu Hurairah, Ibnu 'Umar, Ibnu 'Abbas, 'Amr bin 'Ash, Abdullah ibn 'Amru, Mu'awiyah, Ibnu Zubair, 'Aisyah, Hafshah, dan Ummu Salamah dari kalangan Muhajirin; dan Ubay ibn Ka'ab, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darda', dan . A.nas . ibn Malik radbiyallabu 'anbum dari kalangan Anshar. Dalam peristiwa Yamamah 70 orang qurra' dan buffazb gugur sebagai syuhada (Ilyas, 2011: 7-8). Tradisi menghafal Al-Quran dipelihara umat Islam turuntemurun sepanjang zaman di seluruh dunia, baik bangsa-bangsa yang berbahasa Arab maupun bangsa-bangsa yang tidak berbahasa Arab, termasuk bangsa Indonesia. Allah swt telah memudahkan lafazh Al-Quran untuk dibaca dan dihafal, memudahkan kandungannya untuk dipahami, direnungkan, dan diamalkan (Ilyas, 2011: 8). Allah swt berfirman,
Dan telab Kami mudabkan Al-Quran untuk dipabami dan diingat: Adakab orangyang mau mengindabkan peringatan? (Al-Qamar/54: 17) Di samping memberikan secara ringkas filsafat kehidupan batin yang begitu tinggi, petunjuk-petunjuk Al-Quran yang sederhana mengenai perilaku jelas dan mudah dimengerti dan diamalkan. Bukankah itu sudah merupakan suatu rahmat dan karunia dari Allah swt? Apa pula alasan orang tak mau menerima peringatan itu (Ali, 1995: 1374)?
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
81
Muhammad Chirzin
Tradisi mempelajari dan meghafal Al-Quran di Indonesia telah lama dilakukan di berbagai daerah di Nusantara. Usaha menghafal Al-Quran pada awalnya dilakukan oleh para ulama yang belajar di Timur Tengah melalui guru-guru mereka. Perkembangan selanjutnya kecenderungan untuk menghafal Al-Quran di masyarakat Ihdonesia kian merungkat. Untuk menampung keinginan tersebut para alumni Timur Tengah, khususnya dari Hijaz (Mekah-Medinah) membentuk lembaga-lembaga tahfizh Al-Quran dengan mendirikan pondok pesantren khusus tahfizh atau melakukan pembelajaran tahfizh Al-Quran pada pondok pesantren yang telah ada. Di antara ulama Indonesia yang mempelajari tahfizh Al-Quran dan mengajarkannya adalah KH Muhammad Sa'id bin Ismail, Sampang Madura, KH Muhammad Munawwar, Sidayu, Gresik, KH Muhamad Mahfuzh At-Tarmasi, Tremas, Pacitan, KH Muhammad Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, KH Dahlan Khalil, Rejoso,Jombang. Dari kelima ulama inilah berkembang para huffazh dan pesantren tahfizh di Indonesia. Ulama lain yang dikenal hafal Al-Quran tetapi tidak menjadi sumber sanad dalam bidang ini di antaranya KH Khalil, Bangkalan, Madura, KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta, dan KH Hasyim Asy'ad, Jombang (Syatibi AH, 2008: 111-123).
PENAFSIRAN AL-QURAN
Tafsir secara bahasa berarti penjelasan, keterangan. Secara istilah, tafsir ialah ilmu yang membahas maksud dan tujuan firman Allah swt sebatas kemampuan manusia. Tafsir adalah ilmu ilmu untuk memahami kitab Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, menjelaskan makna-maknanya dan serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya (al-Dzahabi, 1976: 13-23). Para ulama AI-Quran menyepakati, "Al-Quran yufassiru ba'dbubu ba'dban." Kalimat tersebut mengandung pengertian bahwa Allah swt adalah Penafsir pertama Al-Quran. Nabi Muhammad saw adalah penafsir Al-Quran kedua. Beliau menjelaskan pesan-pesan
82
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
AI-Quran dengan ayat-ayat Al-Quran dan dengan sabda-sabdanya. Dengan demikian penafsiran Al-Quran dan penjelasan tentang makna-makna serta ungkapan-ungkapannya telah dimulai sejak masa hidup Rasulullah saw. Setelah beliau wafat, sekelompok sahabat menekuni penafsiran Al-Quran. Di antara mereka Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Sa'id alKhudri, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy'ari dan Abdullah bin 'Abbas. Dalam menafsirkan Al-Quran mereka mengutip apa yang mereka dengar dari Nabi saw. Kadangkala mereka menafsirkan ayat-ayat tanpa menisbahkannya kepada Nabi saw (Thabathaba'i, 2008: 5). Generasi berikutnya, tabi'in, adalah murid-murid para sahabat Nabi saw, seperti Mujahid, Sa'id bin Zubair, 'Ikrlmah dan adh-Dhahhak. Mereka menafsirkan Al-Quran kadang-kadang dengan hadis dari Nabi saw atau pendapat sahabat dan kadang tanpa merujuk pada siapa pun. Kelompok berikutnya murid-murid generasi kedua, antara lain Rabi' bin Anas, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. Kelompok keempat, orang-orang yang pertama kali menulis buku tentang ilmu tafsir, seperti Sufyan bin 'Uyainah, Waqi' bin al-Jarah, dan Su'bah bin al-Hajjaj. Kelompok kelima, para mufasir yang menghimpun hadishadis dengan meninggalkan sanad-sanadnya. Kelompok keenam, para mufasir yang muncul sesudah berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan dan kematangan mereka dalam Islam. Mereka berjasa mengeluarkan ilmu tafsir dari kemandegan dan memasukkannya dalam ruang pengkajian dan pembahasan (Thabathaba'i, 2008: 6268). Di antara ulama terdahulu yang menyusun tafsir Al-Quran ialah Yahya Ibn Ziyad ai-Farra' (144-207 H) dengankaryanya Ma'ani al-Quran (Mansur, 2004: 1-17). Al-Fairuzabadi menulis kitab Tanwir al-Miqbas min TaJsir In ~bbas(Ya'qub, 1995). Ibn Jarir ath-Thabari (224-310 H/839-923 M) dipandang sebagai pewaris penting dalam keilmuan Islam klasik, termasuk tafsir Al-Quran, dengan karyanya Jami' al-Bayanfi TaJsiral-Quran (Rofiq (ed), 2004: 19-42). Ulama
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
83
Muhammad Chirzin
berikutnya Abd al-Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn 'Umar azZamakhsyari (467-538 H/I075-1146 M) menyusun kitab al-Kasysyaf 'an Haqa 'iq at-Tanzil wa 'Uyunil Aqawilfi Wujuh at-Tanzil (Rofiq (ed), 2004: 43-61). Al-Qurthubi (wafat 671 H) menulis Tafsir Al-Jami' Ii Ahkam al-Quran wal Mubayyin lima Tadhammanahu min asSunnah wa Ayil Furqan (Rofiq (ed), 2004: 63-77). Ibn Taimiyyah (661-728 H/1263-1328 M) menyusun sejumlah tafsir yang dibukukan dalam kitab Tafsir Ibn Taimiyyah (Rofiq (ed), 2004:79-99). Al-Khazin (678-741 H) menyusun tafsir Lubab at-Ta'wilfi Ma'ani at-Tanzil yang lebih popular dengan sebutan Tafsir al-Khazin (Rofiq (ed), 2004: 102-112). Al-Baidhawi (wafat 685 H) menyusun Tafsir Anwar at-TanzilwaAsrarat-Ta'wil(Rofiq (ed), 2004: 113-129). Abul Fida' Ibn Katsir (700-774 H/1300-1373 M) menulis Tafsir al-Quran al~him(Rofiq (ed), 2004: 131-150). Fakhruddin ar-Razi menuliskitab At-Tafsir al-Kabir (al-Razi, 1993). Al-Alusi 0217-1270 H) menulis tafsir Ruhal-Ma'ani(Rofiq{ed), 2004: 151-170). Ibrahim bin Umar al-Biqa'i menulis Nazhmud Durar fi Tanasubit Ayat was Suwar (al-Biqa'i: 1976). Muhammad Thahir Ibn 'Asyur menulis tafsir AtTahrir wa at-Tanwir (Ibn 'Asyur: tt). Muhammad Abduh bersama Muhammad Rasyid Ridha menulis Tafsir al-Manar (Ridha: 1367 H). Muhammad Husain Thabathaba'i menulis Tafsir al-Mizan. Jamaluddin al-Qasimi menulis Tafsir Mahasin at-Ta 'wit.· Musthafa al-Maraghi menulis Tafsir al-Maraghi. Sayyid Quthb menulis tafsir Fi Zhilal al-Quran. Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili menyusun At-Tafsir al-Munir fil 'Aqidah wasy-Syari'ah wal Manhaj Ulama Indonesia yang telah menyusun kitab tafsir Al-Quran 30 juz ialah Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, yang terkenal dengan sebutan Hamka, Tafsir Al-Azhar, Muhammad Hasbi AshShiddieqy, Tafsir An-Nur,· M. Quraish Shihab, Taf$ir Al-Mishbah, 15 volume. Tim Kementeriaan Agama RI menyusun Al-Quran dan Tafsirnya,10 jilid (Hanafi, 2011: 182). Karya ensiklopedis tentang Al-Quran antara lain disusun oleh Ar-Raghib al-Ashfahani, MuJam Mufradat AlJazh al-Quran. 84
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
Muhammad Fuad Abd al-Baqi menyusun kitab al-Mu 'jamul Mufahras Ii AlJazh al-Quran ai-Karim. Muhammad Chirzin, Kamus Pintar AI-Quran; Nur 'Ala Nur: 10 Tema Utama Al-Quran; Kearifan Al-Quran; Permata AI-Quran. 2 Hisham Thalbah dan kawan menyusun kitab al-I'jaz al-'llmi ft al-Quran wa al-Sunnah. 3 M. Quraish Shihab dan kawan-kawan menulis Ensiklopedia Al-Quran Kajian Kosakata. Buku sejenis disusun oleh sebuah tim berjudul Ensiklopedi AI-Quran Dunia Islam Modern (Sadzali (ed), 2004). Belakangan ini berkembang penulisan tafsir dengan metode tematik. Muhammad Al-Ghazali menulis Nahwa Tafsir Maudhu 'i Ii Suwaral-Quran. M. Qurasih Shihab menyusunbuku WawasanAIQuran: Tafsir Maudhu 'i atas Pelbagai Persoalan Umat. Muhammad Dawam Rahardjo,·EnsiklopediAI-Quran, Yunahar Ilyas, Cakrawala Al-Quran: Tafsir Temati...<;; tentang Berbagai Aspek Kehidupan. Litbang Kemenag RI yang telah menyusun 28 judul tafsir tematik, di antaranya Tafsir AI-Quran Tematik Hubungan Antarumat Beragama, AI-Quran dan Pemberdayaan Kaum Duafa, Membangun Keluarga Harmon is, 4 Spiritualitas dan Akhlak, Kerja dan Ketenagakerjaan, Keniscayaan Hari Akhir, Pendidikan, Pembangunan Karakter, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia, 5 Jihad: Makna dan Implementasinya, Al-Quran dan Isu-isu Kontemporer 1 dan 2, Moderasi Islam, Kenabian cI.alam AI-Quran.6 Di samping tafsir tematik tersebut, Litbang Kementerian Agama RI bekerja sarna dengan UPI menyusun buku-buku tafsir ilmi dengan metode tematik pula, antara lain Penciptaan Alam Semesta dalam PerspektifAl-Quran dan Sains, Penciptaan Bumi dalam PerspektifAlQuran dan Sains, Penciptaan 111anusia dalam PerspektifAI-Quran dan Sains, Air dalam Perspektif AI-Quran dan Sains, Tumbuhan dalam PerspektifAI-Quran dan Sa ins, Kiamat dalam PerspektifAlQuran dan Sains, Seksualitas dalam PerspektifAl-Quran dan Sains, Manfaat Benda-benda Langit dalam PerspektifAl-Quran dan Sains, Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim dalam PerspektifAI-Quran dan Sains. 7 Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
85
Muhammad Chirzin
PENERJEMAHAN AL-QURAN
Terjemahan menjadi kebutuhan dalam setiap proses transformasi ilmu di berbagai peradaban dan budaya. Setiap bahasa tidak mungkin dapat dipersamakan dengan bahasa lain dari segala aspeknya: sifat, susunan, bentuk metafor, kosakata, kata kerja, dan lainnya. Sebuah terjemahan juga tidak mungkin dapat menjangkau semua seluruh makna yang dimaksud oleh pengucap dari berbagai sudut: kekhasan makna, arah pembicaraan, dan pesan-pesan yang tersembunyi. Seorang penerjemah terikat dengan teks yang sedang diterjemahkan dan dituntut menjaga amanah (Hanafi, 2011: 169-170). Problematika terjemahan, di satu sisi seorang penerjemah dituntut memelihara kejujuran dalam mengalihkan makna yang terkandung dalam dalam teks sumber ke dalam bahasa sasaran, di sisi lain ia juga dituntut memilih kata atau ungkapan yang indah dalam bahasa sasaran. Kesulitan itu semakin rumit ketika yang diterjemahkan adalah Al-Quran, karena Al-Quran bukan kreasi manusia, dan bukan pula buku cerita atau puisi, melainkan kalam Allah swt. Kekayaan bahasa Al-Quran, keunikan dan kekhasannya yang tiada batas juga mempersulit seseorang yang akan menerjemahkan untuk mengetahui semuanya (Hanafi, 2011: 170-171). Manakala seseorang mencoba menerjemahkan AI-Quran, ia menjumpai kesulitan-kesulitan yang disebabkan antara lain, pertama, kata-kata bahasa Arab yang ada dalam Al-Quran mengalami transformasi, ser.J.ngga penerjemah memperoleh arti lain dari apa yang dipahami Rasulullah saw dan para sahabatnya. Kedua, bahasa Arab sudah berkembang lebih jauh, dan para ahli tafsir yang datang kemudian sering meninggalkan penafsiran ahli-ahli tafsir terdahulu tanpa ada alasan yang cukup. Ketiga, bahasa Arab klasik mempunyai kosakata yang akar katanya begitu luas, sehingga menuntut penerjemahan ke dalam bahasa modem secara anaHtik. Keempat, kekeliruan timbul dalam beberapa materi tertentu dalam kosakata Al-Quran yang begitu kaya, yang membedakan antara pengertian benda dengan gagasan suatu jenis tertentu dengan kata-kata yang 86
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
khusus, misalnya kata Rahman dan Rahim (Maha Pengasih), 'afa dan ghafara yang hanya diartikan dengan ampun, dan berbagai kata untuk pencipiaan (khalaqa, ja'ala, bada'a, ansya'a). Kelima, Tujuan Tuhan abadi dan perencanaan-Nya sempurna, tetapi aka! atau intelek manusia terbatas pada batas yang sebaik-baiknya. Dalam pribadi yang sarna intelek dapat tumbuh atau merosot tergantung pada kemampuan kekuatannya serta luas pengalamannya. Dengan demikian penerjemahan dan penafsiran takkan ada kesudahannya. Di dalam sesuatu yang ditafsirkan itu selalu ada yang mengalir dan berubah terus-menerus (Ali, 1995: xvi-xvii). Al-Quran telah diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia, dan sejumlah bahasa daerah di tanah air. Terjemahan Al-Quran, sebagaimana tafsir Al-Quran, dimaksudkan untuk membantu memahami pesan-pesan Al-Quran. Salah jika ada orang yang beranggapan bahwa Al-Quran secara keseluruhan tidak mungkin diterjemahkan karena kemukjizatan yang dimilikinya. Al-Quran mungkin diterjemahkan dari segi makna primer (dasar)nya, dan mustahil dapat diterjemahkan dari segi makna sekundemya CHanafi, 2011: 175). Selain membaca Al-Quran dan terjemahnya, seseorang perIu mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran, karena memahami Al-Quran melalui terjemahnya mengandung risiko reduksi pesan-pesannya. Hamzah Fansuri Cw. 1607) dan Nuruddin ar-Raniri Cw. 1658) termasuk perintis penerjemahan dan penafsiran AI-Quran CIslah, 2013: 42). Di antara terjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia yang telah tersebar luas adalah karya Mahmud Yunus, Ahmad Hassan, Bachtiar Surin, Tim Kementeriaan Agama RI, Zainuddin Hamidi, M. Hasbie Ash-Shiddiqy, Moh. Rifa'i, Oemar Bakri, HB ]assin, H. Zaini Dahlan, M. Quraish Shihab, Al-Ustadz Muhammad Thalib, Maulana Muhammad Ali, Abdullah Yusuf Ali. Kedua karya terakhir diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari karya terjemahan Al-Quran berbahasa Inggris. Terjemahan Al-Quran, Al-Quran AlKarim Tarjamah Tafsiriyah susunan Muhammad Thalib mengklaim
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
87
Muhammad Chirzin
sebagai koreksi terhadap AI-Quran dan Terjemahnya karya Tim Kementerian Agama: RI8 dan mengandung kontroversi (Thalib, 2011: 2, 36, 605). Dewasa ini terbit sejumlah Al-Quran dan terjemahnya dalam berbagai format. Tidak kurang dari 30 penerbit mencetak AlQuran terjemahan dan tafsimya. Mereka tergabung dalam Asosiasi Penerbit Al-Quran Indonesia (APQI). Agar masyarakat tertarik untuk membaca dan mempelajari kandungan Al-Quran, para penerbit bedomba melakukan kreasi dan inovasi, baik dalam hal tampilan maupun materi yang disajikan (Hanafi, 2011: 183). Misalnya, ada yang menyertakan terjemahan AI-Quran dan transliterasinya, terjemahan Al-Quran dwibahasa, Al-Quran dan terjemahnya edisi ilmu pengetahuan, terjemah dan tafsir perkata disertai ringkasan tafsir dan asbabun nuzul dan lainnya.
CONTOHPENERjEMAHANDANPENASIRANAYAT AL-QURAN
Setiap ayat AI-Quran mengandung kemungkinan banyak arti, sekaligLls beragam terjemahan dan interpretasi. Berikut tiga contoh terjemahan ayar Al-Quran dan interpretasinya.
Pertama, Al-Fatihah 1-2,
1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang[l]. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam(3). (AlFatihah/l:1-2) [1] Berani: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik itu hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah, seperti: makan, minum, dan menyembelih binatang untuk dimakan. Allah ialah nama Zat yang Maha
88
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
Sud, yang berhak disembah dengan sebenar-benamya; yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk membutuhkan-Nya. AIRahman (Maha Pemurah): salah satu dari nama Allah yang memberi pengertian, bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhlukNya, sedang AI-Rahim (Maha Penyayang) memberi pengertian, bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. [2} Alhamdu (segala puji). Memuji orang adalah karena perbuatan yang baik yang dikerjakan dengan kemauannya sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjung-Nya karena perbuatanNya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji kepada Allah ialah karena Allah adalah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
[3] Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati, Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuaH ada sambungannya, seperti rabbul-bait(tuan rumah). 'Alamin (semesta alam): semua yang didptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati. Allah Pendpta semua alam-alam itu (Kemenag RI, 1990: 5). Maulana Muhammad Ali menerjemahkan kedua ayat pertama Al-Fatihah tersebut ke dalam bahasa Inggris dan dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia scbagai berikut.
Dengan nama Allah, Yang Maha-pemurah, Yang Mahapengasih. Segala pUji kepunyaan Allah, Tuhan serwa sekalian alamo Dalam bahasa Arab, partikel bitak sarna artinya dengan kata dengan dalam kalimat dengan nama Allah. Partikel bi dalam bahasa awal ayat itu berarti atas pertolongan, atau lebih tepat lagi dengan pertolongan. Kalimat ini sarna artinya dengan "Aku memohon pertolongan Allah, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih." Oleh sebab itu, orang Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
89
Muhammad Chirzin
Islam diwajibkan memulai tiap-tiap urusan penting dengan Bismillah (Ali, 1979: 3).
Rahman dan Rahim dua-duanya berasal dari kata rahmat yang artinya kelembutan hati yang mengharuskan berbuat kebajikan kepada yang dirahmati. Jadi, meliputi pengertian cinta dan kasih. ArRahman dan Ar-Rahim adalah kata-benda partisip dari wazan yang berlainan, yang menyatakan arti yang intensif; yang pertma wazan fa 'Ian untuk menunjukkan jenis rahmat yang amat besar, dan yang kedua dari wazan fa'il untuk menyatakan tak terputus-putusnya pemberian rahmat. Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, "ArRahman ialah Tuhan Yang Maha-pemurah, yang cinta dan kasihNya diwujudkan dalarn terciptanya dunia ini. Dan Ar-Rahim ialah Tuhan Yang Maha-pengasih, yang cinta dan kasih-Nya diwujudkan pada hari kernudian" berupa buah atas perbuatan manusia. Jadi, yang pertama menyatakan derajat kecintaan dan kemurahan yang setinggi-tingginya, dan yang kedua rnenyatakan kasih sayang tak terbatas dan tak ada putus-putllsnya. Para ahli karnus sependapat bahwa yang pertama meliputi kaum mukmin dan kaum kafrr, sedang yang· kedua meliputi kaum mukmin saja. Bahasa Indonesia tak mempunyai perkataan yang sarna artinya dengan kata Ar-Rahrnan (ali, 1979: 3-4). Abdullah Yusuf Ali rnenerjemah dan menafsirkan kedua ayat terse but sebagai berikut.
Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih. Segala pUji bagi Allah, Maha Pemelihara Semesta alamo Kata-kata bahasa Arab rahman dan rahim diterjemahkan dengan Maha Pemurah danMaha Pengasih. Keduanya adalah bentuk intensif yang rnenunjukkan adanya segi-segi yang berbeda tentang sifat kasih Allah. Bentuk intensif dalam bahasa Arab ini lebih sesuai untuk mengungkapkan sifat-sifat Allah daripada tingkat superlatif dalarn bahasa Inggris. Yang belakangan ini mengandung arti perbandingan dengan rnakhluk-makhluk lain, atau dengan ruang dan waktu. 90
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
Sementara tak ada makhluk yang dapat dipersamakan dengan Allah, dan Dia bebas dari ruang dan waktu. Kasih dapat mengandung arti kasihan, tahan menderita, sabar atau tabah dan penuh maaf. Semua itu sangat diperlukan oleh orang yang berdosa dan Allah Maha Pengasih, memberi karunia yang melimpah. Tetapi ada Kasih yang sudah mendahului segala keperluan itu, yakni sifat Pemurah yang sudah siap selalu, memancar dari Allah Yang Maha Pemurah itu kepada semua makhluk-Nya; melindungi, menjaga, memberi petunjuk kepada mereka serta membimbing mereka kepada cahaya yang lebih terang dan nilai hidup yang lebih tinggi. ltulah sebabnya sifat Rahman (Maha Pemurah) itu tak dapat diterapkan pada apa dan pada siapa pun selain Allah. Tetapi sifat Rahim (Pengasih) merupakan istilah yang umum, dan dapat juga diterapkan pada manusia. Agar mukmin merenungkan anugerah Allah yang tak terhingga itu, maka ucapan "Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih" ditempatkan pada setiap awal surah al-Quran, kecuali surah kesembilan (at-Taubah), dan diulang pada setiap akan memulai pekerjaan oleh seorang Muslim yang ingin mengabdikan hidupnya kepada Allah, dan mengharapkan kasih-Nya (Ali, 1995: 14). Masih menurut Abdullah Yusuf Ali, kata bahasa Arab rabb biasanya diterjemahkan dengan Tuhan, yang juga punya arti mengurus, memelihara hingga mencapai kedewasaan, mencapai kematangan. Allah swt memelihara dunia, alam semesta yang diciptakanNya ini (Ali, 1995: 14). Terdapat banyak dunia - dunia astronomi, dan dunia fisika, dunia pikiran dan seterusnya. Pada setiap dunia itu Allah swt adalah segalanya. Bila seseorang berkata, "Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak dan itulah wujud kita" itu baru satu segi saja yang dinyatakan. Pembagian dalam arti rohani antara 0) nasut, ilmu dunia dengan indra; (2) maiakut, dunia malaikat yang ghaib; dan (3) labut, dunia ilahi hakikat (Ali, 1995: 14).
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
91
Muhammad Chirzin
Kedua, Al-Waqi'ab/56:79,
Tidak menyentuhnya keeuali orang-orang yang disucikan. (Al-Waqi'ah/56:79) (Kemenag RI, 1990). Tak seorang pun dapat menyentuh itu, keeuali orang-orang yang disucikan (Ali, 1979). Tiada yang menyentuhnya selain mereka yang bersih (Ali, 1995: 1400). Tidak boleh menyentuhnya keeuaH orang-orang yang beragama Islam. Tidak boleh menyentuhnya kecuaH orang-orang yang suci dari hadas besar dan hadas keeil. Tidak dapat menyentuhnya keeuali para malaikat yang disucikan Allah. Tidak dapat menyentuhnya keeuali orang-orang yang disucikan kalbunya oleh Allah swt (Thabathaba'i, 1342 H). Ketiga, Fathir/35:32,
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
92
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
demikian itu adalah karunia yang amat besar (Kemenag RI,
tt:
700-701).
KemudianKami wariskanAI-Qurankepada umatMuhammad, . hamba-hamba pilihan Kami. Sebagian umat Muhammad ada yang lebih banyak berbuat dosa daripada amal shalihnya. Sebagian lagi amal shalihnya sepadan dengan dosanya. Sebagian lain lagi amal shalihnya sangat banyak dengan izin Allah. Orang yang amal shalihnya amat banyak itulah yang akan mendapat karunia yang amat besar dari Allah (Thalib: 2011: 439). Kemudian Kami wariskan Kitab kepada mereka yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Tetapi di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri, ada yang menempuh jalan tengah dan ada yang sudah lebih dulu berbuat amal kebaikan dengan izin Allah. itulah karunia yang terbesar (Ali, 1995: 1125). Yang dimaksud dengan "orang yang menganiaya dirinya sendiri" ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan "pertengahan" ialah orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan "orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan" ialah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan (Kemenag RI, tt: 1261). Orang menganiaya dirinya sendiri karena ia kurang atau tidak memberi perhatian yang cukup terhadap pesan kitab sud itu. Orang yang pertengahan, yakni bersikap moderat; walau tidak mengabaikannya sarna sekali, tetapi tidak juga berada pada puncak yang diharapkan. Orang yang mendahului, yakni orang yang berlomba lalu mendahului orang lain dalam berbuat kebajikan. Itu terlaksana dengan izin Allah (Shihab, 2005: 473-477). Pemelihara Al-Quran sesudah Rasulullah saw adalah umat Islam. Mereka dipilih untuk Al-Quran itu, bukan dalam arti yang sempit, melainkan dalam arti bahwa Al-Quran itu diberikan untuk zaman mereka, dan mereka berkewajiban menaatinya serta meme-
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
93
Muhammad Chirzin
lihara dan menyebarkannya demikian mpa, sehingga segenap umat manusia dapat menerima risalah itu.Tetapi tidak berarti mereka .semua benar-benar setia pada kewajiban mereka.. Sebagian dari anggota keluarga Islam ada yang tidak mau mengikuti hidayah yang diberikan kepada. mereka, dan "mereka menganiaya diri sendiri." Tetapi ada pula yang mengambil jalantengah. "Kemauan hati memang ada,· tetapi tenaga sangat lemah." Mereka perlu banyak belajar untuk memasuki kehidupan dan pola Muslim yang sungguhsungguh. Golongan ketiga, mungkin mereka- tidak benar-benar sempuma, tetapi niat dan tingkah laku mereka benar, dan mereka menjadi teladan buat orang lain. Mereka "sudah lebih dulu" dalam berbuat segala kebaikan, karena karunia Allah swt (Ali, 1995: 1125).
PENUTUP
Al-Quran telah menjadi .pusat perhatian umat Islam sedunia, dan juga menjadi objek kajian para orientalisdari masa ke masa. Jutaan lembar kertas telah digunakan untuk menuangkan pemahaman terhadap Al-Quran dalam ribuan jilid buku. Kini buah pemikiran tersebut sebagiannya telah tersimpan dalam media elektronik bempa digital library yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Interaksi dengan Al-Quran akan terns berlangsung sampai kapan pun. Para sarjana Muslimniscaya terpanggil untuk memberikan kontribusi terhadap penyebaran mushaf Al-Quran dan pemikiran serta pemahaman terhadapnya, agar Al-Quran abadi· dan tidak musnah ditelan masa.
DAFfAR PUSTAKA
Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemaban dan TaJsirnya, terjemah Ali Audah Qakarta: Pustaka Firdaus, 1995). Abdul Hayyi al-Farmawi, Al-Bidayab fit Tafsir al-Maudbu 'i (Kairo: Al-Hadharah al-'Arabiyyah, 1977).
94
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tajsir al-Maraghi (Kairo: Musthafa Babi al-Halabi, 1974). As'ad Humam, Iqro ': Cara Cepat Belajar Membaca Al-Quran (Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM Yogyakarta, 2000). Abu Thahir ibn Ya'qub, Tanwir al-Miqbas min Tajsir ibn 'Abbas (Beirut: Darul Fikr, 1995). A. Rofiq (ed.), Studi Kitab Tajsir(Yogyakarta, Teras dan TH-Press, 2004). Fakhruddin ar-Razi, At-Tafsiral-Kabir(Beirut: Maktabah at-Tijariyyah, 1993). Hamka, Tafsir Al-Azhar (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1981). Hisham Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadis, terjemah Syarif Hade Masyah dkk Qakarta: PT Sapta Santosa, 2009). Ibrahim bin Umar al-Biqa'i, NazhmudDurarfi TanasubilAyatwas Suwar (Bombay: Darus Salafiyyah, 1976). Islah, "Tafsir AI-Quran dan Kekuasaan: Studi Dialektika Penafsiran AI-Quran dan Kebijakan Politik Rezim Orde Baru", Disertasi, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. Kementerian Agama RI, Al-Quran ai-Karim dan Terjemahnya ke dalam Bahasa Indonesia (Riyadh: Kementerian Agama, wakaf, Da'wah dan Bimbingan Islam Saudi Arabia, 1990).
_ _ _ _ , Al-Quran dan Tajsirnya Qakarta: Balitbang Kemenag RI,2010). Manna' Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, terjemah Mudzakir AS Qakarta: Litera Antar Nusa, 1993). Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Quran (Surabaya: Bina Ilmu, 1980).
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
95
Muhammad Chirzin
Maulana Muhammad Ali, Qur'an Sud, terjemah H.M. Bachrun (Jakarta: Darul Kutubil Islamiya1369. H, 1979). Michael H. Hart, 100 Tokob Paling Berpengaruh di Dnuia, edisi revisi, terjemah Ken Ndaru dan M. Nurul Islam (Jakarta: Noura Books). Muhammad Baqir ash-Shadr , At-Tafsir al-Maudbu'i waat-Tafsir at-Tajzi'i fi al-Quran aI-Karim (Beirut: Darut Ta'aruf alMathbu'ah, 1980). Muhammad bin Alwi, Zubdatul Itqan J1 'Ulumil Quran (Jeddah: Darusy Syuruq, 1983). Muhammad Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Quran (Jakarta: Paramadina, 1996). Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul· Quran CYogyakarta: . Dana Bhakti Prima Vasa, 1998). _ _ _ _ , 10 jam BelajarMembaca Al-Quran, cetakan keenam (Yogyakarta: Oval, 2011).
_ _ _ _ , Buku Pintar Asbabun Nuzul: Mengerti Peristiwa dan Pesan Moral di Balik Ayat-ayat Sud Al-Quran (Jakarta: Zaman, 2011). _ _ _ _, Kamus Pintar Al-Quran (Jakarta: Gramedia, 2011). _ _ _ _, Nur 'Ala Nur: 10 Tema Utama Al-Quran (Jakarta: Gramedia, 2011). _ _ _ _• Kearifan Al-Quran (Jakarta: Gramedia, 2011). _ _ _ _, Kearifan Al-Quran: Rabasia Mengapa Al-Quran Kekal Sepanjang Masa (Kuala Lumpur: Synergy Media, t.th). Muhammad Fuad Abd al-Baqi, al-Mu 'jamul Mufahras Ii AlJazh alQuran aI-Karim. (Beirut: Darul Fikr, 1981). Muhammad al-Ghazali, Nabwa Tafsir Maudbu 'i li Suwar al-Quran (Kairo: Darusy Syuruq, 1996).
_ _ _ _ • Kaifa Nata'amal ma'al Quran.
96
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan Al-Qur'an
Muhammad Husain adz-Dzahabi, At-Tafsir wal-Mufassinm (t.k.: t.p., 1976). Muhammad Husain Thabathaba'i, Mengungkap Rabasia Al-Quran, terjemah A. Malik Madaniy dan Hamim llyas (Bandung: Mizan, 1990).
_ _ _ _, Tafsir al-Mizan (Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1342 H). Muhammad ibn Jarir ath-Thabari, jami' al-Bayan fl Tafsir al-Quran (Mesir: Musthafa Babi al-Halabi, 1954). Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Mabasin at-Ta'wil (Kairo: Musthafa Babi al-Halabi, 1959). Muhammad Rasyid Ridha, Tafsiral-Manar(Kairo: Al-Manar, 1367 H). Muhammad Thahir Ibn 'Asyur, At-Tabrirwa at-Tanwir(Tunis: adDar at-Tunisiyah, t.th.). Muhammad Thalib, Al-Quranul Karim Tarjamab Ta!siriyab: Memabami Makna AI-Quran Lebib Mudab dan Cepat (Yogyakarta: Yayasan Islam Ahlu Shuffah dan Pusat Studi Islam An-Nabawi, 2011).
_ _ _ _ , Koreksi Terjemab Harfiyab AI-Quran Kemenag Rl: Tinjauan Aqidab, Syari'ab, Mu'amalab, Iqtisbadiyab. (Yogyakarta: Yayasan Islam Ahlu Shuffah dan Pusat Studi Islam An-Nabawi, 2011). Muchlis M. Hanafi, "Problematika Terjemahan Al-Quran: Studi pada Beberapa Penerbitan Al-Quran dan Kasus Kontemporer" dalam Subuf jurnal Kajian AI-Quran dan Kebudayaan, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diktat Kementerian Agama ru, Vol. 4, NO.2, 2011, 169-170. Munawir Sadzali (eds.), EnsiklopediAI-QuranDuniaIslamModern (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2004). M. Ali Ash-Shabuni, At-Tibyanfl 'Ulumil Quran (Makkah: t.p., 1980). M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarab dan Pengantar Ilmui AI-Quran/ Taftir (Jkarta: Bulan Bintang, 1993).
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
97
M. Natsir Arsyad, AI-Quran, Hadis dan Ilmu (Bandung: Al-Bayan, 1992). M. Quraish Shihab, MembumikanAl-Quran(Bandung: Mizan, 1992).
_ _ _ _, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudbu'iatas_Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 2(07). _ _ _ _, Tafsir AI-Misbbab: Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQuran Qakarta: Lentera Hati, 2(05). _ _ _ _, "Tafsir dan Pemasyarakatan Al-Quran" dalam Subuj: }urnal Kajian Al-Quran dan Kebudayaan, Vol. 1, No.1, 2008.
_ _ _ _ dkk., Ensiklopedia AI-Quran Kajian Kosakata Qakarta: Lentera Hati, 2007). M. Syatibi AH, "Potret Lembaga Tahfiz Al-Quran di Indonesia: Studi Tradisi Pembelajaran Tahfiz" dalam Subuj: }urnal Kajian AlQuran dan Kebudayaan, Vol. 1, No.1, 2008. M. Xusuf Musa, AI-Quran dan Filsafat, terjemah Ahmad Daudy
Qakarta: Bulan Bintang, 1988). Ar-Raghib al-Ashfahani, Mu 'jam Mufradat A/fazh al-Quran (Beirut: Darul Fikr, t.th.). Sayyid Quthb, Fi Zbilal al-Quran (Beirut: Dar at-Turats al-'Arabi, 1971). Subhi Shalih, Membabas Ilmu-ilmu Al-Quran, terjemah Nur Rakhim Qakarta: Pustaka Firdaus, 1993). As-Suyuthi, AI-Itqanfi 'Ulumil Quran (Kairo: Musthafa Babi al-Halabi, 1951).
_ _ _ _, Lubabun NuqulJi Asbabin Nuzul (Kairo: Maktabah ashShafa, 2(02). Usamah Abdul Karl mar-Rifa'i, Tafsirul Wajiz, terjemah Tajuddin Qakarta: Gema Insani Press, 2008). Yunahar nyas, CakrawalaAl-Quran: TaJsir Tematis tentang Berbagai Aspek Kebidupan (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2011).
98
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Berinteraksi dengan AI-Qur'an
Az-Zarkasyi, Al-Burhanfi 'Ulumil Quran (Kairo: Darn Ihya'il Kutub al-'Arabiyyah, t.th). Az-Zarqani, Manabilul 'Iifan fi Ulumil Quran (Beirut: Darnl Fikr, 1988).
MushafAl-Mizan: Al-Quran Disertai Terjemahan dan Transliterasi (Bandung: Mizan, 2011). Mushaf Al-Kalam: Al-Quran Terjemahan Dwibahasa: Inggris dan Indonesia (Bandung: Mizan, 2010). Al-'Alim: Al-Quran dan Terjemahnya Edisi Ilmu Pengetahuan (Bandung: Mizan, 2011). Al-Quranul Karim Terjemah Per-Kata (Bandung: Syaamil Al-Quran, 2007). Al-Quran Terjemahan dan Tafsir Kata Per Kata (Bandung: Pondok Yatim Hilal, 2010). Catatan Kaki 1 Demikian pendapat Abdullah Darraz sebagaimana dikutip M. Quraish Shihab dalam Membumikan AI-Quran (Bandung: Mizan, 1992), halaman sampul belakang. 2 Ketiga pertama buku penulis tersebut diterbitkan oleh Granledia tahun 2011. Buku keempat sedang dalam persiapan terbit oleh penerbit yang sama. 3 Edisi bahasa Indonesia buku ini berjudul Ensiklopedia Mukjizat AI-Quran dan Hadis, terjemah SyarifHade Masyall dkk (Jakarta: PT Sapta Santosa, 2009). 4 Ketiga judul tersebut disusun oleh sebuah tim dan diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan MushafAI-Quran Badan Litbang dan Diklat Menenteriaan Agama tahun 2008. 5 Kelimajudul tersebut diterbitkan tahun 2010. 6 Kelimajudul teraklrir terbit tahun 2012. 7 Buku-buku tersebut disusun dan diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI secara bertahap hingga tahun 2012. Keseluruhan buku tafsir tematik maupun tafsir ilmi sebelum dgandakan secara missal dipresentasikan dalam Mukemas UlamaAl-Quran untukmemperoleh masukan, kritik dan saran perbaikan dari para pakar dari berbagai kalangan. Mukemas UlamaAI-Quran terakhir diselenggarakan bersama dengan Seminar Nasional AI-Quran yang membedah 20 judul hasil penelitian dalam bingkai temaAl-Quran di Era Global: Antara Teks dan Realitas yang diselenggarakan di Serang Banten, 21-24 Mei 2013. S Buku tersebut disertai buku berjudul Koreksi Terjemah Haifiyah Al-Quran Kemenag RI: Tinjauan Aqidah, Syari 'ah, Mu 'amalah, Iqtishadiyah. Buku ini berisi
Vol. 1, No.2, Desembeer 2013: 75-100
99
M1.1hammad Chirzin
pengantar (h 5-6); muqaddimah: kontroversi tarjamah harfiyah (h 7-23); prolog: parameter koreksi (h 20-23); Bab I: Koreksi tarjamah harityahbidang aqidah (h 2493); Bab II: Koreksi tarjamab. harityab. bidang syari'ab. (h 94-125); Bab III: Koreksi tarjamab. harifyab. bidang Muamalab. (h 126-151); Bab N: Koreksi tarjamab. harifyab. bidang iqtishadiyab. (h 152-166); Bab V: Revisi tarjamab. ayat-ayatAl-Quran (h 167172); Bab VI: Apologi dan plemik; 173-186.
100
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam