MUATAN TITIK NOL BERBAGAI BAHAN ORGANIK, PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS TUKAR KATION DI LAHAN TERDEGRADASI Sri Hartati, S. Minardi dan Dwi Priyo Ariyanto
Abstract Zero Point of Charge (ZPC) is an important variable in describing the mechanism of reversible surface charge primarily on weathered soil dominated by variable charge. The presence of organic matter effect on the nature of the charge in the soil. Research goals include: 1). Obtaining information kinds of organic matter with a low pho, 2) Knowing the behavior of pHo and net charge in the ground, 3) Knowing the influence of pHo on the soil cation exchange capacity and 4) Knowing the influence of a variety of organic fertilizer on peanut yield.This study is an experimental functional relationship variables approach through experiments. The experiments were conducted at Greenhouse, the basic design used was completely randomized design of a single factor, namely: each treatment is repeated 3 times. The treatment is done as follows: P0 = soil without the addition of organic fertilizers, P1 = soil with the addition of cow manure 5 tons / ha, P2 = soil with the addition of chicken manure 5 tons / ha, P3 = soil with the addition of five quail manure tonnes / ha, P4 = soil with the addition of goat manure 5 tons / ha, P5 = soil with the addition of bokashi 5 tons / ha, P6 = soil with the addition of rice straw compost 5 tons / ha, P7 = soil by adding compost hyacinth 5 ton / ha. P8 = soil by adding compost Titonia 5 tons / ha and each treatment was repeated 3 times. Analysis of the quality of organic fertilizers include: levels of lignin and polyphenols, C/N, pH , pHo, humic acid and fulvic acid. The soil analysis includes the C-organic soil, total N, C / N, pH , pHo, CEC, The results showed that the zero point ofcharge (pHo) is the lowest organic fertilizer chicken manure (4.52). Obtained a close relationship between the difference in pH H2O with pHo with cation exchange capacity. Highest cation exchange capacity achieved in the treatment of chicken manure. Keywords: zero point of charge, pHo, CEC, organic fertilizer PENDAHULUAN Muatan Titik Nol (MTN) merupakan variabel penting dalam menggambarkan mekanisme muatan permukaan reversibel terutama pada tanah melapuk lanjut yang didominasi oleh muatan variabel. Keberadaan bahan organik sangat berpengaruh terhadap sifat muatan dalam tanah. Anion organik berperan sebagai ion penentu potensial yang mampu teradsorpsi secara spesifik pada permukaan koloid tanah. Muatan Titik Nol dapat dideteksi melalui pHo yaitu pH pada saat muatan 1
menunjukkan nilai nol. Selisih pHo dan pH (pHo-pH) menunjukkan rentang muatan negatip permukaan koloid tanah. Menurut Bohn et al. (1979) cit Purnamayani et al. (2004) MTN merupakan pH tertentu pada saat muatan permukaan secara elektrik netral atau nol. Selanjutnya dijelaskan bahwa evaluasi nilai MTN tanah memungkinkan untuk dapat mengetahui tindakan pengelolaan yang diberikan misalnya pemupukan dan pengapuran . Tanah-tanah dengan neto muatan permukaan negatip yang tinggi akan mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi. Kapasitas tukar kation dalam tanah sangat menentukan tingkat kesuburan tanah dan menghindari kehilangan hara akibat pencucian unsur hara terutama unsur-unsur basa. Degradasi kesuburan tanah dicirikan oleh kehilangan bahan organik yang mengakibatkan daya dukung tanah sawah makin lama makin menurun. Beberapa upaya strategis untuk mengatasi degradasi lahan pertanian, dicontohkan
oleh
Suntoro (2005), antara lain dengan pertanian organik ramah lingkungan. Pada lahan yang terdegradasi biasanya sudah mengalami kehilangan lapisan atas tanah dan kadar bahan organik yang rendah padahal bahan organik merupakan sumber muatan negatip dalam tanah. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan muatan negatip dalam tanah melalui penambahan berbagai macam bahan organik. Bahan organik dengan nilai pHo yang rendah akan menyumbangkan muatan negatip yang lebih tinggi. Menurut Tan (1995) muatan permukaan bersih akan menjadi nol jika kerapatan muatan negatip sama dengan kerapatan muatan positip. Nilai pH saat terjadinya kesamaan muatan-muatan tersebut disebut titik isoelektrik atau muatan titik nol (MTN) dari mineral (Tan, 1995). Muatan titik nol dapat ditetapkan baik dengan metode titrasi maupun dengan analisis jumlah kation dan anion terjerap sebagai fungsi dari pH dan konsentrasi. Jika ion-ion H+ dan OH- merupakan ion-ion tertentu potensial utama , MTN biasanya ditentukan dengan titrasi potensiometrik dan perhitungan memakai rumus: бo = F (гH+ - гOH-) Dengan
бo = kerapatan muatan permukaan, F = tetapan Faraday, гH dan
гOH berturut-turut jerapan H+ dan OH- dalam mEk/gram. Penetapan MTN dapat
2
dilakukan dengan metode Schulthess dan Sparks (1986) yang dimodifikasi oleh Naganuma dan Okazaki (1992) cit. Purnamayani et al. (2004). Bila pH aktual (pH H2O) di atas muatan titik nol maka tanah akan bermuatan negatip sehingga akan mempunyai kemampuan untuk menukarkan kation (mempertukarkan suatu kation positip yang satu dengan yang lainnya), namun sebaliknya tanah akan mengikat anion (secara elektrostatik) apabila pH di bawah atau lebih rendah daripada muatan titik nol atau pHo yang disebut kapasitas tukar anion (Appel et al., 2002) Menurut Appel et al., 2002 Muatan Titik Nol (MTN) merupakan variabel penting dalam menggambarkan mekanisme muatan permukaan reversibel terutama pada tanah melapuk lanjut yang didominasi oleh muatan variabel. Keberadaan bahan organik sangat berpengaruh terhadap sifat muatan dalam tanah. Anion organik berperan sebagai ion penentu potensial yang mampu teradsorpsi secara spesifik pada permukaan koloid tanah. Muatan Titik Nol dapat dideteksi melalui pHo yaitu pH pada saat muatan menunjukkan nilai nol. Bila nilai muatan titik nol (pHo) lebih rendah dari pH aktualnya, maka koloid tanah mempunyai afinitas yang tinggi untuk menjerap kation seperti kalium. Hasil penelitian Kosmulski (2009) menyebutkan bahwa muatan titik nol untuk gibsit yakni 11, goethit 9,1, kaolinit dari Zheijiang <3, CaCO3 dari Omya 8,5, kalsit dari ameksiko 10,1,apatit dari Grangesberg Sweden 3,8, pirit dari dari Colorado 5,5, asam humat yang diekstrak dari gambut Amherst <4, asam humat dan asam fulvat yang diekstrak dari tanah <3. Tanah-tanah dengan neto muatan permukaan negatip yang tinggi akan mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi. Kapasitas tukar kation dalam tanah sangat menentukan tingkat kesuburan tanah dan menghindari kehilangan hara akibat pencucian unsur hara terutama unsur-unsur basa. Kapasitas tukar kation mewujudkan muatan negatip per unit massa tanah. Kapasitas tukar kation dapat ditentukan melalui jumlah kation yang dapat dipertukarkan atau kation yang dapat menggantikan per unit massa tanah (White, 2006). Kapasitas tukar kation dipengaruhi oleh jenis koloid dan jumlah koloid, jenis mineral liat, tekstur dan kadar bahan organik sangat menentukan nilai kapasitas tukar 3
kation. Kapasitas tukar kation pada tanah-tanah tropika juga sering tergantung pada pH tanah, karena pada tanah-tanah ini mereka dapat terdiri dari muatan permanen (permanent charge) dan muatan tergantung pH (pH dependent charge) (Indranada, 1994). Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan organik/pupuk organik terhadap muatan titik nol (pHo) serta pengaruhnya terhadap kapasitas tukar kation di lahan terdegradasi.
METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Metode
Bahan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah tanah terdegradasi yang diambil dari Desa Sukosari, Kec. Jumantono, Kab. Karanganyar, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang puyuh, pupuk kandang ran kambing, .bokashi, kompos jerami padi, kompos eceng gondok, dan kompos titonia, benih kacang tanah lokal, pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel tanah di lapang meliputi: cangkul, karung , plastik tempat sampel, pot/ember. Alat untuk analisis laboratorium antara lain: pH meter, oven listrik, neraca analitik, waterbath, erlenmeyer. Gelas ukur, pipet, beker glas, tabung reaksi, gelas ukur, kertas saring. Peralatan pendukung adalah komputer dan printer, alat tulis kantor (ATK). Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan percobaan hubungan fungsional yang pendekatan variabelnya melalui eksperimen. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca, Rancangan dasar yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap faktor tunggal dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Adapun perlakuan yang dilakukan sebagai berikut: P0 = tanah tanpa penambahan pupuk organik, P1 = tanah dengan penambahan pupuk kandang sapi 5 ton/ha, P2 = tanah dengan penambahan pupuk kotoran ayam 5 ton/ha, P3 = tanah dengan penambahan pupuk kotoran puyuh 5 ton/ha, P4 = tanah dengan penambahan pupuk kotoran kambing 5 ton/ha, P5 = tanah dengan penambahan bokashi 5 ton/ha, P6 = tanah dengan penambahan kompos jerami padi 4
5 ton/h a, P7 = tanah dengan penambahan kompos eceng gondok 5 ton/ha danP8 = tanah dengan penambahan kompos titonia 5 ton/ha. Tanah yang sudah diambil dari lapangan dikeringanginkan kemudian diayak 5 mm kemudian dimasukkan ke dalam pot/ember sebanyak 6 kg. Macam-macam pupuk organik yang telah disiapkan dicampur dengan tanah kemudian diinkubasikan selama satu minggu. Setelah inkubasi pupuk organik 1 minggu kemudian ditanami benih kacang tanah sebanyak 2 buah. Penyiramanan dilakukan setiap hari hingga mencapai kondisi kapasitas lapangan. Analisis kualitas pupuk organik antara lain: C organik, N total , pH H2O, pHo, lignin, polifenol, asam humat dan asam fulvat. Analisis tanah awal yang dilakukan meliputi: pH H2O, pH KCl, pHo, C organik, N total, kapasitas tukar kation, P tersedia, K tersedia, Ca dd dan Mg dd. Analisis tanah inkubasi 1 minggu dan tanah akhir meliputi: pH, H2O , pHo dan kapasitas tukar kation. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Tanah Awal dan Pupuk Organik Hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Karakteristik Tanah Awal No
Variabel
Satuan
Hasil
Pengharkatan
1 pH H2O 6,8 Masam 2 pH KCl 5,3 Masam 3 pHo 5,96 4 C-organik % 1,59 Rendah 5 Bahan organik % 2,74 Rendah -1 6 Kapasitas Tukar Kation cmol.kg 21,52 Sedang 7 N total % 0,17 Sangat rendah 8 P tersedia ppm 17,25 Rendah 9 K tersedia cmol.kg-1 0,04 Sangat rendah -1 10 Ca cmol.kg 2,84 Rendah 11 Mg cmol.kg-1 1,28 Rendah 12 C/N 9,35 Sedang Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah dan Minardi dkk. (2011) Keterangan : Pengharkatan menurut PPT (1983) Dari analisis tanah Tabel 1 menunjukkan bahwa tanah yang digunakan untuk penelitian ini secara keseluruhan dapat dikatakan mempunyai tingkat kesuburan yang rendah. Hal ini dapat dipahami karena tanah yang digunakan dalam penelitian
5
ini merupakan tanah terdegradasi bekas galian C sehingga lapisan atas sudah hilang. Dari beberapa analisis tanah (kadar bahan, organik, N total, P tersedia, K tersedia, Ca tersedia dan Mg tersedia) berkisar sangat rendah hingga rendah, sedangkan kapasitas tukar katiion dan C/N termasuk sedang. Dari uji laboratorium diketahui bahwa pH H2O bernilai 6,8 dan pHo atau muatan titik nol berada pada pH 5,98. Selisih (pHo - pH H2O) mempunyai nilai negatip 0,84. Hal ini menunjukkan bahwa tanah yang digunakan untuk penelitian ini mempunyai muatan negatip yang berarti bahwa koloid tanah bermuatan negatip sehingga dapat mengikat kation. Kenyataan ini didukung dari analisis tanah yang menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai kapasitas tukar kation sebesar 21,52 cmol.kg-1 dan tergolong sedang. Dari hasil analisis terhadap pupuk organik (Tabel 2) menunjukkan bahwa kadar lignin, polifenol, asam humat dan asam fulvat bervariasi dari ke delapan pupuk organik yang digunakan.
Tabel 2. Karakteristik Bahan Organik (Pupuk Organik) No
Macam Bahan Organik
1 2 3 4 5 6 7 8
Ppk kand sapi Ppk kand ayam Ppk kand puyuh Ppk kand kambing Bokashi Kompos jerami pdi Kompos e. gondok Kompos titonia
Lignin Polifenol (%) (%) 2,34 3,00 0,94 2,03 0,91 2,76 3,71 8,96
16,34 10,92 5,32 13,64 10,52 8,70 5,36 15,96
C/N
pH (H2O)
pHo
20,43 19,87 19,90 19,96 18,48 17,89 18,45 17,65
7,82 7,40 6,37 7,93 7,57 8,00 7,83 7,98
4,63 4,52 4,59 4,65 4,71 4,75 4,54 4,73
As. As. Humat Fulvat (%C) (%C) 16,50 3,21 16,74 4,05 16,03 3,83 14,64 4,32 14,90 3,96 14,06 5,87 15,87 4,93 14,11 4,68
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah (2012)
Nisbah C/N merupakan indikator untuk menyatakan kematangan pupuk organik. Semua pupuk organik yang digunakan berkisar antara 17,65 hingga 20,43 sehingga dapat dikatakan bahwa pupuk organik sudah terdekomposisi atau matang dan siap digunakan. Dengan demikian apabila diaplikasikan ke dalam tanah sudah dapat menyumbangkan unsur hara yang bisa diserap tanaman. Berdasarkan hasil analisis pHo menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam mempunyai nilai muatan titik nol terendah (4,52) dan berturut-turut kompos eceng
6
gondok (4,54), pupuk kandang puyuh (4,59), pupuk kandang sapi (4,63), pupuk kandang kambing (4,65), bokashi (4,71) kompos titonia (4,73), kompos jerami dan tertinggi dicapai pada kompos jerami padi (4,75). Dari analisis pH aktual atau pH H2O atau pH dan muatan titik nol atau pHo menunjukkan bahwa selisih (pHo - pH) menunjukkan nilai negatip, berarti semua pupuk organik mempunyai muatan negatip. Rentang muatan negatip paling lebar dicapai pada kompos eceng gondok (-3,29), diikuti pupuk kandang kambing (-3,25) dan kompos titonia (-3,25), pupuk kandang sapi (-3,19), pupuk kandang ayam (2,88), bokashi (-2,86), pupuk kandang sapi (-3,19), pupuk kandang ayam (-2,88), dan pupuk kandang puyuh (1,78). Pernyataan selisih (pHo – pH) dapat dibalik dengan selisih (pH – pHo) sehingga apabila selisih (pH – pHo) bernilai positip berarti tanah bermuatan negatip. Makin tinggi rentang nilai positip berarti makin tinggi pula muatan negatip koloid tanah. Dalam pembahasan selanjutnya penulis menggunakan pernyataan terakhir.
B. Uji Muatan Titik Nol dan Kapasitas Tukar Kation Hasil analisis pH H2O tanah pada inkubasi 1 minggu dan akhir disajikan pada Gambar 1. Dari analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bermacammacam pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah baik awal maupun akhir.
7
pH H2O tanah inkubasi 1 minggu dan akhir 6.50 6.45 6.40 6.35 6.30 6.25 6.20 6.15 6.10 6.05
1 minggu akhir
P0
P1
P2
P0 = tanpa P1 = ppk kand sapi P2= ppk kand ayam P3 = ppk kand puyuh P4 = ppk kand kambing
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P5 = bokashi P6 = kompos jerami padi P7 = kompos eceng gondok P8 = kompos titonia
Gambar 1. pH Tanah Setelah Inkubasi 1 Minggu dan Akhir Reaksi tanah atau pH tanah tidak banyak dipengaruhi oleh pemberian pupuk organik, disebabkan tanah mempunyai daya sangga yang besar. Demikian juga hasil analisis terhadap muatan titik nol atau pHo pada inkubasi 1 minggu maupun akhir menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Nilai-nilai pHo bervariasi (Gambar 2). Reaksi tanah (pH) sangat menentukan daya sangga yang dimiliki suatu tanah. Kemampuan tanah untuk menyangga sangat penting karena tanaman sangat sensitif terhadap perubahan pH yang terjadi secara mendadak karena berhubungan dengan perubahan ketersediaaan unsur hara daripada pengaruh langsung dari perubahan pH tanah (Sutanto, 2005).
8
pHo tanah inkubasi 1 minggu dan akhir
6.00 5.90 5.80 5.70 5.60 5.50
1minggu akhir
5.40 5.30 P0
P1
P2
P3
P4
P5
Keterangan: P0 = tanpa P1 = ppk kand sapi P2 = ppk kand ayam P3 = ppk kand puyuh P4 = ppk kand kambing
P6
P7
P8
P5 = bokashi P6 = kompos jerami padi P7 = kompos eceng gondok P8 = kompos titonia
Gambar 2. pHoTanah Setelah Inkubasi 1 Minggu dan Akhir Selisih pH dan pHo (pH – pHo) disajikan pada Gambar 3. Dari uji keragaman menunjukkan bahwa pemberian bermacam pupuk organik berpengaruh terhadap selisih pH dan pHo (pH – pHo) . Hasil uji DMR 5% terhadap selisih pH dan pHo (pH – pHo) pada inkubasi 1 minggu menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa pupuk organik, pupuk kandang puyuh, bokashi, kompos jerami padi, dan kompos titonia berbeda tidak nyata namun antara kontrol (tanpa
pupuk organik berbeda
nyata dengan perlakuan pupuk kandang ayam dan kompos eceng gondok. Selisih pH dan pHo (pH – pHo) pada inkubasi 1 minggu tertinggi dicapai pada perlakuan pupuk kandang ayam dengan nilai positip 0,7. Dari uji keragaman bahwa pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap selisih pH dan pHo (pH – pHo) tanah akhir. Hasil uji DMR menunjukkan bahwa selisih pH dan pHo (pH – pHo) pada perlakuan kontrol berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang sapi, pupuk kandang puyuh, pupuk kandang kambing, bokashi, kompos jerami padi dan kompos titonia. Perlakuan pupuk kandang ayam dan kompos eceng gondok berbeda nyata apabila dibandingkan dengan kontrol. Selisih pH dan pHo (pH – pHo) tanah untuk perlakuan akhir pupuk kandang ayam dan kompos eceng gondok bernilai sama yaitu positip 0,63.
9
Selisih pH - pHo tanah inkubasi 1 minggu dan akhir 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30
1 minggu
0.20
akhir
0.10 0.00 P0
P1
P2
P3
P4
P5
Keterangan : P0 = tanpa P1 = ppk kand sapi P2 =ppk kand ayam P3 = ppk kand puyuh P4 = ppk kand kambing
P6
P7
P8
P5 = bokasji P6 = kompos jerami padi P7 = kompos eceng gondok P8 = kompos titonia
Gambar 3. Selisih ( pH – pHo) Tanah Setelah Inkubasi 1 Minggu dan Akhir Bila pH tanah di atas muatan titik nol atau selisih pH – pHo bernilai positip maka tanah akan bermuatan negatip sehingga akan mempunyai kemampuan untuk menukarkan kation (mempertukarkan suatu kation positip yang satu dengan yang lainnya), namun sebaliknya tanah akan mengikat anion (secara elektrostatik) apabila pH di bawah atau lebih rendah daripada muatan titik nol atau pHo yang disebut kapasitas tukar anion. Besarnya rentang selisih pH dan pHo sangat ditentukan oleh kenaikan pH ataupun penurunan pHo. Pemberian pupuk organik dapat menurunkan pHo mengingat bahwa di dalam bahan organik/pupuk organik mengandung asam humat dan asam fulvat yang mempunyai pHo rendah. Menurut Kosmulski (2009) asam humat dan asam fulvat yang diekstrak dari tanah mempunyai pH <3. Dapat dikatakan bahwa selisih pH aktual dan pHo, apabila pHo – pH bernilai negatip maka koloid tanah akan bermuatan negatip, namun sebaliknya apabila pHo – pH bernilai positip maka koloid tanah akan bermuatan positip. Makin tinggi selisih pHo dan pH maka makin tinggi pula rentang muatan negatip atau positipnya. 10
Selanjutnya Uehara dan Gillman (1981) cit. Mahbub (t.th) menambahkan bahwa alternatif untuk meningkatkan muatan negatip atau kapaisitas tukar kation adalah dengan cara menurunkan pHo atau meningkatkan pH tanah, berarti memperlebar rentang (pHo – pH) sehingga selisihnya semakin negatip.
KTK Tanah Setelah Inkubasi 1 Minggu dan Akhir (cmol.kg-1) 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
1 minggu akhir
P0 P1 P2 P3 Keterangan : P0 = tanpa P1 = ppk kand sapi P2 = pppk kand ayam P3 = ppk kand puyuh P4 = ppk kand kambing
P4
P5
P6
P7
P8
P5 = bokashi P6 = kompos jerami padi P7 = kompos eceng godok P8 = kompos titonia
Gambar 4. KTK Tanah Setelah Inkubasi 1 Minggu dan Akhir (cmol.kg-1) Hasil uji keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik berpengaruh nyata terhadap kapasitas tukar kation tanah baik pada inkubasi 1 minggu maupun akhir. Hasil uji DMR menunjukkan bahwa pada inkubasi 1 minggu antara kontrol dengan perlakuan pupuk kandang kambing, bokashi, kompos jerami padi, kompos eceng gondok dan kompos titonia berbeda tidak nyata sedangkan perlakuan pupuk kandang
ayam berbeda nyata apabila dibandingkan dengan
kontrol. Kapasitas tukar kation tertinggi dicapai pada perlakuan pupuk kandang ayam yakni 33,4 cmol.kg-1. Hasil uji DMR kapasitas tukar kation tanah pada akhir penelitian menunjukkan bahwa antara kontrol dengan pupuk kandang puyuh, pupuk kandang
11
kambing, bokashi, kompos jerami padi, kompos eceng gondok dan kompos titonia berbeda tidak nyata, sedangkan antara kontrol dengan perlakuan pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam berbeda nyata. Kapasitas tukar kation pada akhir penelitian tertinggi dicapai pada perlakuan pupuk kandang ayam yakni 31,4 cmol.kg-1. Stevenson (1982) menyatakan bahwa asam humat adalah zat organik yang memiliki struktur molekul kompleks dengan berat molekul tinggi (makromolekul) sebagai polemer organik yang mengandung gugus aktif. Peranan kimia di dalam tanah antara lain dapat meningkatkan kapasitas tukar kation. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar asam humat dan asam fulvat tertinggi yakni kompos eceng gondok (20,80 %C) namun tidak banyak berbeda dibandingkan dengan pupuk kandang ayam (20,79%C) dan yang terendah adalah kompos titonia (18,86 %C) Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positip yang nyata antara selisih pH dan pHo (pH – pHo) tanah dengan kapasitas tukar kation tanah inkubasi 1 minggu (r = 0,496) dan akhir penelitian (r = 0,542). Berarti makin tinggi rentang selisih pH dan pHo (pH – pHo) maka kapasitas tukar kation makin tinggi. Makin tinggi muatan negatip koloid tanah maka kapasitas tukar kation makin tinggi. Muatan negatip dalam tanah dapat berasal dari permukaan koloid tanah baik dari koloid anorganik maupun koloid organik. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan muatan negatip tanah yang berasal dari gugus fungsional yang bermuatan negatip. Disamping itu penambahan pupuk organik juga dapat menstimulir pelepasan unsur hara di dalam tanah. Kapasitas tukar kation memiliki peranan yang penting dalam hal penjerapan kation-kation yang selanjutnya dipertukarkan di dalam larutan tanah. Pada umumnya nilai kapasitas tukar kation mencerminkan tingkat kesuburan tanah. Apabila tanah memiliki kapasitas tukar kation tinggi maka dapat dikatakan bahwa tanah tersebut mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi. Kesimpulan 1. Dari berbagai pupuk organik, pupuk kandang ayam mempunyai muatan titik nol (pHo) terendah yakni 4,52 diikuti kompos eceng gondok (4,54), pupuk kandang puyuh (4,59), kompos jerami padi (4,60), pupuk kandang sapi (4,63), pupuk kandang kambing (4,65), bokashi (4,71) dan tertinggi kompos titonia (4,73)
12
2. Pemberian berbagai pupuk organik tidak berpengaruh terhadap pH H2O dan muatan titik nol (pHo) namun berpengaruh terhadap selisih pH H2O dan pHo. 3. Selisih pH H2O dan pHo (pH H2O - pHo ) berkorelasi positip dengan kapasitas tukar kation tanah. Kapasitas tukar kation tertinggi dicapai pada perlakuan pupuk kandang ayam sebesar 33,4 cmol.kg-1 (inkubasi 1 minggu) dan 31,4 cmol.kg-1 (akhir /panen).
DAFTAR PUSTAKA
Appel, C., Lena Q. Ma,R. D. Rhue and E. Kennelley. 2002.Point of Zero Charge Determination in Soils and Minerals via Traditional Methods and Detection of Electroacoustic Mobility. Geodema 113 (2003) 77-93).Elsevier Science. Indranada, H. K. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Kosmulski, M.2009. pH dependent charge surface charging and points of zero charge.IV. update and new approach. Jurnal of Colloid and Interface Science 3337 (2009) 439-448. Mahbub, M. T.th. Hubungan Kandungan Bahan Organik terhadap pHo dan Muatan Negatip Tanah Podsolik. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Minardi, S., Sri Hartati dan Pardono. 2011. Upaya Perbaikan Status Kesuburan Lahan sawah Terdegradasi dengan Penambahan Bahan Organik. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Mirnawati, K. P . 2012. Skripsi. Perbaikan Sifat Kimia Tanah Sawah Terdegradasi Galian C (Batu Bata) dengan Penambahan Bahan. Organik pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.). Program studi Agroteknologi , Fakultas Pertanian, Universitas ebelas Maret, Surakarta. Purnamayani, R., S. Sabiham, Sudarsono dan L.K. Darusman. 2004. Nilai Muatan Titik Nol MTN) dan Hubungannya dengan Kalium pada Tanah Gambut Pantai jambi dan Kalimantan Tengah. Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol. 6 No 2 Oktober 2004; 75-82 Suntoro. 2005. Dampak Kegiatan Pembangunan Pada Degradasi Lahan Pertanian. Makalah Disampaikan pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah (PILMITANAS) UNS. 6 Desember 2005. Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan). Kanisius. Yogyakarta. Jurnal Budidaya Pertanian, Vol.4 No 1, Juli 2008. 13
Tan, K.,H, 1995. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada Univertity Press. Yogyakarta White, R. E. 2006. Principles and Practice of Soil Science.The Soil as a Natural Resource. Blackwell Publishing. Victoria.
14