PENERAPAN CTL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP/MTs KELAS VII PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN (Penelitian Tindakan Kelas di MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: WAWAN DARMAWAN 107016101022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
ABSTRAK
Wawan Darmawan, “Penerapan CTL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP/MTs Kelas VII Pada Konsep Pencemaran Lingkungan”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi dengan menerapkan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep pencemaran lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus yang telah dilakukan. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa 42,56 pada saat pretes dan 74,66 pada saat postes. Sementara pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa 48,33 pada saat pretes dan 78,28 pada saat postes. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep pencemaran lingkungan. Kata Kunci : Konstruktivisme, CTL, Pencemaran dan Lingkungan.
ABSTRACT Wawan Darmawan, “Applying Contextual Teaching And Learning To Improve First Grade Students’ Biology Achievement Toward Environment Pollution Concept”. BA Thesis, Biology Education Study Program, Faculty Of Tarbiyah And Teachers’ Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. This research is aimed to know the improvement of students’ Biology achievement in applying Contextual Teaching and Learning (CTL) toward environment pollution concept. The research was conducted at MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup used classroom action research (CAR) to overcome the problems in the classroom which is concerned into four phases: planning, acting, observing, and reflecting. These phases are ongoing cycle through the same steps and focused on the learning of Contextual Teaching and Learning (CTL). This research indicated the improvement of students’ outcome. It can be seen in the first cycle that the average of students’ pretes is 42,56 and the average of students’ postes is 74,66. While in the second cycle the average of students’ pretes is 48,33 and the average of students’ postes is 78,28. In conclusion, Contextual Teaching and Learning (CTL) can improve students’ learning outcomes of environment pollution. Key words : Contructivism, CTL, pollution and environment.
KATA PENGANTAR
Bismillaahir Rahmaniir Rahiim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat beliau dan umat-Nya hingga akhir zaman. Sehingga dengan Rhido-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENERAPAN CTL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP/MTs KELAS VII PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN”. Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada: 1.
Ibu Nurlena Rifa‟i, MA. Ph.D
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd selaku Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masukan serta pengarahannya dalam penulisan skripsi ini dan sabar dalam membimbing dalam penulisan skripsi ini. 4.
Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu memberikan bimbingan, saran-saran, kemudahan, motivasi, pengarahan dan selalu ada saat peneliti dalam kesulitan.
5.
Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah di Jurusan IPA yang telah memberikan bantuan dan dukunganya.
6.
Bapak Drs. Eman Sulaeman, selaku Kepala Sekolah MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan bantuan selama penelitian.
7.
Ibu Siti Nur‟aeni Handayani S.Pd., selaku guru bidang studi IPA Biologi yang telah membantu memberikan saran-saran, kemudahan, motivasi dan pengarahan kepada penulis selama penulisan skripsi.
8.
Keluarga besar Yayasan Islam Al Khairiyah Tajur Citeureup yang telah banyak membantu dan memberikan dukungannya.
9.
Emi, Abi, Umi, dan adik-adikku tercinta yang telah memberikan dukungan baik, moril maupun materiil, serta yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis dan selalu mendoakan penulis sehinggga skripsi ini terselesaikan.
10. Kekasihku tercinta (Ira Astuti) yang senantiasa memberikan dukungan serta selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis dan selalu mendoakan penulis sehinggga skripsi ini terselesaikan. 11. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2007 yang memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat-sahabatku, terima kasih untuk do‟a dan semangatnya selama ini. 13. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pembaca. Akhirnya penulis hanya berharap semoga segala perbuatan dan amal baik dari berbagai pihak dapat dibalas oleh Allah SWT, dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Jakarta, Maret 2013
Wawan Darmawan
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................i KATA PENGANTAR ...............................................................................................iii DAFTAR ISI ..............................................................................................................v DAFTAR TABEL ......................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5 C. Batasan Masalah ............................................................................................ 5 D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6 BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ...............................................................7 1. Pembelajaran Konstruktivisme ..................................................................... 7 2. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).......................... 8 3. Hakikat Belajar ............................................................................................. 23 4. Hakikat Hasil Belajar .................................................................................... 27 5. Pencemaran Lingkungan ............................................................................... 30
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................................... 31 C. Kerangka Berpikir ..........................................................................................36
D. Hipotesis Tindakan.........................................................................................38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................39 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .....................................39 1. Metode Penelitian .......................................................................................39 2. Rancangan Siklus Penelitian ......................................................................40 C. Subjek Penelitian............................................................................................41 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ....................................................41 E. Tahap Intervensi Tindakan .............................................................................41 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ..................................................42 G. Data dan Sumber Data ...................................................................................42 H. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................43 I. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................43 a. Evaluasi Tertulis .........................................................................................43 b. Observasi ....................................................................................................44 J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan .................................................................44 1. Validitas .....................................................................................................44 2. Tingkat Kesukaran .....................................................................................45 3. Daya Pembeda Soal....................................................................................45 4. Reliabilitas .................................................................................................46 5. Uji N Gain ..................................................................................................47 K. Analisis Data dan Interpretasi Data................................................................47 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..........................................................47 1. Perencanaan..............................................................................................48 2. Tindakan ...................................................................................................48 3. Pengamatan ..............................................................................................48 4. Refleksi ....................................................................................................48 5. Keputusan .................................................................................................48
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Pengamatan .............................................................................49 1. Siklus I .........................................................................................................49 a. Perencanaan ...............................................................................................49 b. Tindakan ....................................................................................................50 c. Hasil Pengamatan ......................................................................................51 1) Hasil Pretest dan Posttest .........................................................................51 2) Data Perhitungan N Gain .........................................................................52 3) Lembar Kerja Siswa ................................................................................53 d.
Refleksi ......................................................................................................55
e.
Keputusan ..................................................................................................56
2. Siklus II ..........................................................................................................57 a. Perencanaan .................................................................................................57 b. Tindakan ......................................................................................................57 c. Hasil Pengamatan.........................................................................................58 1) Hasil Pretest dan Posttest .........................................................................58 2) Data Perhitungan N Gain .........................................................................59 3) Lembar Kerja Siswa ................................................................................60 d. Refleksi ...........................................................................................................62 f. Keputusan ........................................................................................................63 B. Analisis Data .......................................................................................................63 1. Analisis N Gain secara Keseluruhan .........................................................63 2. Pembahasan ...............................................................................................64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................70 B. Saran ...............................................................................................................70 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................72
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Nilai Pretes dan Postes Siklus Pertama ................................ 52 Tabel 4.2 Persentase Peningkatan Hasil Belajar (N Gain) Siklus I ............... 52 Tabel 4.3 Data ketercapain KKM hasil penelitian Siklus I ........................... 53 Tabel 4.4 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan pertama Siklus I ................ 53 Tabel 4.5 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan kedua Siklus I .................... 54 Tabel 4.6
Data Nilai Pretes dan Postes Siklus II ……………………………59
Tabel 4.7 N Gain Siklus II ............................................................................ 59 Tabel 4.8 Data ketercapain KKM hasil penelitian Siklus II.......................... 60 Tabel 4.9 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan pertama Siklus II ............... 60 Tabel 4.10 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan Kedua Siklus II ................. 61 Tabel 4.11 Kategori N Gain pada Siklus I dan II ............................................ 63 Tabel 4.12 Rekapitulasi N Gain Siklus I dan II .............................................. 63
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Proses Hasil Belajar ............................................................... 28
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir ................................................................. 38
Gambar 3.1
Tahapan-tahapan dalam PTK ................................................ 40
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................ 75
Lampiran 2
Kisi-kisi Lembar Observasi ................................................... 91
Lampiran 3
Lembar Observasi .................................................................. 92
Lampiran 4
Kesimpulan Hasil Observasi .................................................. 94
Lampiran 5
Kisi-kisi Instrumen Lembar Wawancara Guru ...................... 95
Lampiran 6
Lembar Wawancara Guru ...................................................... 96
Lampiran 7
Kesimpulan Hasil Wawancara Guru ...................................... 97
Lampiran 8
Instrumen Tes Uji Validitas ................................................... 98
Lampiran 9
Reliabilitas Tes ....................................................................... 104
Lampiran 10
Soal Uji Siklus 1 .................................................................... 114
Lampiran 11
Soal Uji Siklus 2 .................................................................... 116
Lampiran 12
Lembar Kerja Siswa ............................................................... 118
Lampiran 13
Kisi-kisi Soal Siklus 1 ............................................................ 126
Lampiran 14
Kisi-kisi Soal Siklus 2 ............................................................ 135
Lampiran 15
Daftar Nilai Pretest dan Postest Siklus 1 dan 2 ...................... 136
Lampiran 16
Lembar Pengamatan Guru dalam CTL .................................. 137
Lampiran 17
Uji Referensi .......................................................................... 141
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dicegah karena manusia dengan potensi akalnya terus berfikir dan menghasilkan temuan-temuan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi dan kebutuhan pada waktu itu. Pada satu sisi kita sangat bergembira dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang kajian ilmu sehingga akan semakin menambah arti hidup yang dijalani sementara disisi lain perkembangannya ilmu yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai positif dan moral akan berakibat terjadinya penyalahgunaan sehingga akan merusak dan menghancurkan tatanan hidup yang telah ada. Lingkungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan karena lingkungan memberi banyak manfaat bagi manusia. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup (termasuk manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Artinya pengelolaan lingkungan secara baik untuk mendorong pembangunan berkelanjutan sangat penting. Namun, realitas yang terjadi persentase pertumbuhan ekonomi hampir berbanding lurus dengan kerusakan lingkungan sebagai akibat dari pembangunan, dan hal ini berlangsung secara terus menerus1. Masalah lingkungan, bukan masalah yang baru, tetapi sudah ada sejak manusia hidup di muka bumi ini. Keberadaan manusia di bumi merupakan faktor penyebab terjadinya masalah terhadap lingkungan. Pertumbuhan hidup yang 1 Idris, Environmental Kuznets Curve: Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kualitas Lingkungan di Indonesia, (Padang:Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang),hal. 4
besar pun mengakibatkan meningkatnya masalah terhadap lingkungan. Upaya untuk mengantisipasi masalah lingkungan adalah dengan cara menanamkan kepedulian lingkungan pada manusia di bumi. Saat ini kondisi pengelolaan lingkungan belum lagi terwujud secara memuaskan seperti yang diharapkan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab berbagai gangguan terhadap lingkungan yang terjadi berakar dari tabiat manusia, yakni sikap dan perilaku manusia yang tidak mempedulikan kondisi saling ketergantungan antara manusia dan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan itu pada dasarnya merupakan manifestasi dari permasalahan sosial dan lingkungan yang saling terkait dalam kenyataan hidup sehari-hari. Untuk mencapai kesadaran akan pentingnya lingkungan maka dibutuhkan suatu pembaharuan pembelajaran antara lain pada strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran mengacu pada metode-metode yang digunakan para siswa untuk belajar. Pada strategi pembelajaran terdapat teknik-teknik memperbaiki konsep diri siswa agar lebih baik dalam belajar dan mampu membantu guru dalam menghubungkan materi lingkungan yang diajarkan dengan realitas, sehingga siswa diharapkan lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Pendidikan yang ada di sekolah seringkali membuat kita kecewa, apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Walaupun seringkali kita mengetahui bahwa banyak siswa yang mungkin mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyatannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam pengetahuan yang bersifat hapalan dan tanpa melibatkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Sebagian besar dari siwa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dapat mereka gunakan / manfaatkan. Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir
kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Namun pembelajaran IPA di SMP/MTs pada umumnya masih didominasi oleh aktifitas guru. Kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berpedoman pada buku paket saja. Sehingga kegiatan pembelajaran kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit dalam situasi yang nyata. Hal ini mengakibatkan siswa tidak peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu seharusnya guru memberikan contoh konkrit dalam setiap pembelajaran agar supaya siswa dapat tanggap dan peduli terhadap lingkungan dimana siswa tersebut tinggal. Pada pengamatan awal di MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup menunjukkan kenyataan bahwa kondisi lingkungan yang berada di daerah penambangan bahan baku semen mengalami berbagai pencemaran baik tanah, udara dan air tidak diiringi oleh kepedulian para siswa terhadap masalah tersebut. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya perhatian dari para siswa terhadap masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di daerah sekitar tempat tinggalnya, bahkan siswa terlihat tidak peduli terhadap masalah pencemaran yang terjadi dengan seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi. Selain itu
hasil pengamatan pada proses kegiatan belajar mengajar,
kegiatan tersebut hanya
berjalan secara teoritis dan tidak terkait dengan
lingkungan nyata tempat siswa berada. Hasil pengamatan ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 60 %. Ketidaktuntasan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti fasilitas sekolah yang kurang memadai, pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat, media pembelajaran kurang menarik dan tingkat keaktifan siswa yang rendah2.Kurangnya kepedulian masyarakat, sekolah serta peran guru mengakibatkan hasil yang dicapai kurang maksimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya sebuah strategi pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mampu mendidik siswa dengan pengalaman dan lingkungan 2
Daftar nilai, hasil wawancara terlampir
sekitar. Sehingga pembelajaran dapat dikontekskan ke dalam situasi dunia nyata dan diharapkan hasil belajar pun dapat meningkat. Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pembelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.3 Konsep belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian
rupa
sehingga
mampu
mendorong
siswa
mengorganisasi 4
pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Adanya kaitan antara pelajaran baru yang diterima dengan pelajaran sebelumnya. Selain itu siswa tidak selalu bergantung dari pembelajaran di kelas, karena siswa dapat mencari pemahaman dari hasil interaksi dengan lingkungannya sendiri, bukan dari penyampaian materi di kelas saja. Begitu pula pembelajaran yang bermakna sangatlah penting. Pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang dapat mengaitkan lingkungan dan pemahaman siswa adalah pendekatankontekstual. Penerapan pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat mendorong minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam proses KBM, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Pendekatan kontekstual pada proses pendidikan yang holistik bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya. Materi tersebut dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara
3
Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009), h. 91 4
M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:Rajawali Pers, 2009),hal. 55
fleksibel dapat diterapkan untuk ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan lain. Pembelajan kontekstual dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan KBM menjadilebih efektif, karena siswa akan belajar lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok. CTL dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran, serta siswa dapat memantapkan pemahaman terhadap jumlah materi pelajaran. Oleh karena itu perlunya dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di sekolah MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup dengan harapan hasil belajar dapat meningkat sesuai dengan proses pembelajaran yang bermakna. Dengan demikian penelitimelakukan penelitian dengan judul “Penerapan CTL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP/MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup Kelas VII Pada Konsep Pencemaran Lingkungan” B. Identifikasi masalah Berdasarkan
latar belakang masalah
yang
telah diuraikan di
atas
beberapa masalah dapat diidentifikasi antara lain: 1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru. 2. Kurang mengembangkan proses belajar mengajar biologi serta kinerja guru secara signifikan 3. Hasil belajar siswa yang belum optimal dimungkinkan berhubungan dengan adanya pendekatan pembelajaran yang digunakan saat ini. 4. Ketuntasan belajar belum tercapai. 5. Tidak adanya kepedulian siswa terhadap masalah lingkungan sekitar, C. Batasan masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), Refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)
2. Hasil belajar yang dicapai siswa ditinjau dari aspek kognitif jenjang C1-C4 3. Penelitian ini diterapkan pada konsep pencemaran lingkungan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah adalah, Bagaimanakah penerapan CTL dapat meningkatkan hasil belajar Biologi
siswa
pada pada Materi Pencemaran
Lingkungan? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar biologi dengan penerapan CTL pada konsep pencemaran lingkungan. F. Manfaat Penelitian Manfaat atau kegunaan hasil penelitian ini dapat dispesifikasikan menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1. Memberikan pijakan dalam memecahkan masalah belajar yang dialami siswa SMP/MTs. 2. Menjadi bahan rujukan bagi penelitian berikutnya, terutama penelitian atau kajian yang membahas masalah model pembelajaran khususnya model CTL. Sedangkan secara praktisnya, dapat: 1. Memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan perubahan sekaligus menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah, dan 2. Hasil penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
bahan
untuk
memperbaiki metode pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti 1. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu perkembangan model pembelajaran mutahir yang mengedepankan aktivitas siswa dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri.5 Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi (bentukan) kita sendiri, bukan imitasi dari kenyataan, bukan gambaran dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang. Siswa membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia yang dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus, dan setiap kali terjadi reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya pengalaman baru. Ciri-ciri model pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:6 a. Memberi peluang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan baru melalui proses pelibatan dalam dunia riel. b. Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif. c. Memperhatikan kecenderungan sikap dan pembawaan siswa. d. Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama pentingnya dengan hasil pembelajaran.
5
Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press,2006), hal.119 6 Ibid,… hal 120
e. Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog dengan sesama siswa dan guru. f. Menciptakan proses inquiri siswa melalui kajian dan eksperimen. g. Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa. h. Memperhatikan ide dan permasalahan yang dimungkinkan oleh siswa dan menggunakannya sebagai bagian dalam merancang pembelajaran. i. Memperhatikan dan mengapresiasikan hasil kajian siswa terhadap suatu masalah. Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme menurut Suparno, antara lain :7 a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, b. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, c. Mengajar adalah membantu siswa belajar, d. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, e. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan f. Guru sebagai fasilitator. 2.
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
i.
Landasan Filosofis CTL Pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning)
banyak dipengaruhi oleh filasafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Aliran filsafat konstruktivisme berangkat dari pemikiran epistimologi Giambatista Vico. Vico mengungkapkan: “Tuhan adalah menciptakan alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaannya.” Mengetahui, menurut Pico, berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Artinya, seseorang dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Oleh karena itu menurut Vico, pengetahuan itu tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari subjek yang mengamati. 7 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta,Bumi Aksara,2010)hal. 75
Selanjutnya, pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan memengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekadar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah
hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, tetapi
proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari pemberitahun tidak akan menjadi pengetahuan yang makna. Bagaimana proses mengkonstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh setiap subjek? Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan „skema”. Skema terbentuk
karena
pengalaman8. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, penegetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pegetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi penengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional. ii.
Pengertian CTL CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. 9 konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang efektif, yaitu konstruktifisme (constructivism), bertanya (question), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya 8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses…, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 257 9 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Prenada Media Group, 2008), hal. 116
(authentic assesment). Dengan pembelajaran CTL ini diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa, dimana proses pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan praktikum siswa, sehingga siswa mengalami sendiri bukan tranfer pengetahuan dari guru. Sehingga dapat dinyatakan bahwa CTL sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.10 Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda. Adapun pengertian CTL adalah sebagai berikut: Pertama, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan ( ditransfer ) dari satu permasalahan ke permasalahan lain. Kedua, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.11 Ketiga, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Keempat, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara 10
Elaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching & Learning: Menjadikan kegiatan belajarmengajar….., Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2007, h. 65 11 Wina Sanjaya,op. cit., h. 255
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.12 Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa., sehingga strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Kelima, Nancy berpendapat bahwa CTL adalah metode dalam pembelajaran yang mempunyai hubungan/kaitan terhadap kehidupan sehari-harisetiap isi topik nya pun mencoba menggambarkan bagaimana sesuatu itu berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari juga mencoba untuk bekerja berdasarkan
penelitian.13
Pembelajaran
kontekstual
merupakan
konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipejarinya. Dari beberapa pengertian, dapat disimpulkan bahwa CTL dapat dikatakan sebagai sebuah strategi pembelajaran yang menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan diluar kelas, pembelajarn CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan dan mengkonstruksi pemahamannya berdasarkan pengalamannya yang akan mereka terapkan dalam kehidupannya. CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana cara belajar siswa. Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan belajar keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks di luar sekolah untuk 12 Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2011, h. 80 13 Catherine Teare Ketter and Jonathan Arnold, CTL: Case Study of Nancy a High School Science Novice Teacher, (Universitas of Georgia: 2003), [online] http://www.coe.uga.edu/ctl/casestudy/BSmith.pdf, h. 10
menyelesaikan permasalahan dunia nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok. iii.
Asas-Asas CTL CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan CTL, diantaranya yaitu:14 1) Konstruktivisme Konstruktivisme
pada
dasarnya
menekankan
pentingnya
siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran konstruktivis adalah sebagai berikut: a) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. b) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan 2) Menemukan (Inquiry) Inkuiri artinya, proses pemebelajaran sidasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: a) Merumuskan masalah b) Mengajukan hipotesis c) Mengumpulkan data d) Menguji hipotesis e) Membuat kesimpulan 3) Bertanya (Questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa untuk belajar b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan. 14
Wina Sanjaya, op.cit., h. 118
e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain. 5) Pemodelan (Modeling) Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 6) Refleksi (Reflection) Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung‟ atau mengingat kembali apa ayang telah dipelajarinya, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. Konsep pengetahuan baru siswa juga akan lebih bermakna jika seorang guru memperhatikan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa, yaitu setiap orang memiliki kesemua kecerdasan tersebut. Walau bagaimanapun, tahapan dan kombinasi kecerdasan yang berbeda-beda diantara individu. Dari berbagai jenis kecerdasan tersebut tidak hanya memberi informasi tentang apa yang dipelajari, tetapi lebih penting lagi bagaimana mempelajarinya. Justru CTL dapat membangkitkan potensi kecerdasan siswa dan pembelajaran akan lebih berkesan. Dalam CTL, berbagai gaya pembelajaran dapat diterapkan, yaitu: a) Pembelajaran secara konkrit seperti mengalami dan melakukan percobaan, merasakan dan melihatnya.
b) Pembelajaran
abstrak,
yaitu:
dengan
melihat
konsep
yang
dipelajarinya, siswa memikirkan informasi yang mereka terima ketika pembelajaran. Dalam penerapan CTL juga diperlukan berbagai macam fasilitas, diantaranya: berbagai lingkungan, daftar pelajaran, peraturan fisik dikelas, dan anggaran. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment) Proses pembelajaran konvesional yang sering dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan
pembelajaran
tidak
hanya
ditentukan
oleh
perkembangan
kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak;apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus- menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan hasil belajar.15 iv.
Langkah-langkah Pembelajaran CTL Dalam
CTL,
guru
berperan
dalam
memilih,
menciptakan,
dan
menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal, dan psikologikal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan 15
Wina Sanjaya, op.cit., h. 268-269
hubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berpikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan tanggapan). Dalam pelaksanaan kegiatan CTL di kelas, guru harus memperhatikan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini. 1) Guru memotivasi siswa Sebelum proses pembelajaran dimulai guru memberikan stimulus dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang dibahas atau yang dipelajari. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa diajak untuk mempelajari sebuah materi ajar yang sesuai dengan standar kompetensi. 3) Guru membagi kelompok Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa. Tiap siswa ditugaskan untuk melakukan observasi. Melalui observasi
siswa
ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di perpustakaan. 4) Melakukan percobaan Untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna, siswa diharapkan mampu dan mengetahui penerapannya pada proses yang sebenarnya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 5) Diskusi kelompok Setiap kelompok mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan pembagian tugas masing-masing. 6) Hasil diskusi dipresentasikan Di dalam kelas
semua siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai
dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian siswa melaporkan hasil diskusi. 7) Guru menerangkan konsep Guru membantu menyampaikan materi sekitar masalah yang dipelajari yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa.
8) Menyimpulkan Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar hasil eksperimen yang dilakukan siswa sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai. 9) Penugasan Guru menugaskan siswa untuk membuat laporan dari hasil diskusi dan eksperimen yang merupakan hasil pengalaman dari proses pembelajaran berlangsung. Agar proses instruksional dapat dianggap sebagai CTL, guru harus memperhatikan faktor-faktor berikut ketika menggunakan pendekatan CTL. Konsep ini berdasarkan pada bagaimana siswa belajar, oleh Karena itu guru harus: 1) Merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan para siswa. Hubungan antara isi kurikulum dan metode yang digunakan untuk mengajar para siswa harus didasarkan pada tingkatan tertentu, perkembangan sosial, emosional, dan intelektual siswa. Dengan demikian yang harus menjadi pertimbangan adalah unsurpara siswa, karakteristik individual, lingkungan social dan budaya mereka. 2) Membentuk kelompok yang saling tergantung. Melalui kelompok yang kecil, siswa belajar dari yang lain dan belajar bekerjasama, perputaran kualitas, dan bentuk-bentuk kerjasama lainnya yang diperlukan orang dewasa di tempat kerja dan dalam konteks yang lain dimana siswa diharapkan untuk berperan aktif. 3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (diatur sendiri). Para siswa harus memahami kekuatan dan kelemahan mereka, untuk menetapkan target yang dicapai, dan untuk mengembangkan strategi untuk mencapai target mereka. Ketika mereka mempelajari keterampilan ini mereka akan memperoleh kepercayaan diri dan kompetisi. Melalui guru juga menciptakan lingkungan dimana siswa merefleksikan bagaimana mereka belajar, bagaimana mereka mengatasi pekerjaan sekolah, bagaimana mereka mengatasi kesulitan mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerja secara
harmonis dengan yang lain. Dengan pendekatan CTL yang membutuhkan kerja kelompok., para siswa harus mampu memberikan kontribusi sehingga kelompok mereka sukses. 4) Mempertimbangkan perbedaan para siswa. Para guru harus mengajar berbagai siswa. Pertimbangan termasuk latar belakang suku dan ras siswa, status social, ekonomi mereka, dan berbagai ketidak mampuan yang mereka miliki. 5) Memperhatikan multi-intelgensi siswa. Dalam menggunakan pendekatan CTL, maka cara siswa berpartisipasi di dalam kelas harus memperhatikan kebutuhan delapan orientasi pembelajaran. Delapan orientasi pembelajaran yang melibatkan faktor-faktor seperti bahasa, pendengaran atau penglihatan, musik, bilangan, visualisasi, gerakan manusia, sosialisasi, dan kepemimpinan. 6) Menggunakan teknik pertanyaan yang meningkatkan pembelajaran siswa dan perkembangan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Agar CTL mencapai tujuannya harus digunakan jenis dan tingkat pertanyaan yang sesuai. Pertanyaan-pertanyaan harus disiapkan untuk menghasilkan tingkat berpikir, respon, dan tindakan yang diharapkan dari siswa. 7) Menerapkan
penilaian
yang
sebenarnya.
Assessment
adalah
proses
pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian sebenarnya mengevaluasi aplikasi penegatahuan siswa dan pemikiran yang kompleks daripada menghafal daya ingat akan informasi faktual. Selain itu agar pembelajaran dapat dikatakan sebagai CTL Scott G. Paris meninjau 12 prinsip pembelajaran mandiri dalam empat kategori umum yang dapat digunakan oleh para guru di dalam kelas, yaitu: kategori menilai diri sendiri, kategori mengatur diri sendiri, menolong siswa, memperoleh pemahaman, dan membentuk identitas siswa sebagai pelajar.16
16
Tim Penatar Undiksha, Menggunakan CTL dan Asesment Otentik dalam Rangka Implementasi KTSP di Sekolah Dasar.(Singaraja, 2007) disampaikan pada pelatihan para kepala sekolah dasar Kabupaten Karangasem Dana DBEP, tanggal 29-31 Juli 2007. Hal 4
v.
Strategi Pembelajaran Kontekstual Strategi pembelajaran kontektual yang dikemukakan oleh Center for
Occupational Research and Develoment (CORD) yang dikenal dengan REACT, yaitu : 1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks dunia nyata. 2) Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention) 3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya. 4) Coopeerating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, atau tugas kelompok. 5) Trasferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru. f. Strategi yang Berasosiasi dengan CTL Startegi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL diperlukan dalam proses belajar mengajar dikelas agar pembelajaran berlangsung lebih terarah dan baik. Dibawah ini merupakan beberapa strategi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL dan pelaksanaannya di lapangan dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya. Strategi metode CTL dalam pembelajaran (prinsip-prinsip CTL)17 1) Pembelajaran berdasarkan masalah Pembelajaran berdasarkan masalah adalah kunci utama dalam CTL. CTL adalah sebuah pendekatan instruksional yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk siswa untuk belajar berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. 2) Project-based learning 3) Pembelajaran berdasarkan penelitian
17
Catherine Teare Ketter and Jonathan Arnold, op.cit., h. 18
Pembelajaran berdasarkan penellitian adalah strategi utama dalam praktek CTL. 4) Pembelajaran pelayanan Pembelajaran pelayanan adalah strategi lain yang biasa diidentifikasi dalam praktek CTL. Terdapat potensi untuk pembelajaran pelayanan, walaupun kita tidak secara langsung mengobservasi pembelajaran pelayanan walaupun kita sedang kunjungan kelas. 5) Pembelajaran kolaborasi Pembelajaran kolaborasi atau pembelajaran kooperatif diartikan sebagai sebuah proses yang membantu manusia berinteraksi agar mencapai tujuan yang spesifik atau mengembangkan sebuah produk akhir. (Berns & Erickson, 2001). 6) Penilaian autentik Penilaian autentik dalam Science didasarkan pada observsi siswa, latihan, dan apa yang telah mereka lakukan. 7) Ketertarikan siswa dengan latar belakang yang bermacam-macam Berikut adalah beberapa aspek fundamental untuk kontekstualisasi Science dalam kelas Science; siswa melakukan Science nyata, siswa menyangkutpautkan Science pada diri mereka, komunikasi mereka, dan dunia mereka, dan terhadap yang lainnya. Dalam pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa.18 CTL mengarahkan para guru untuk menggunakan beraneka ragam strategi pembelajaran, yaitu: kegiatan keterampilan, pengetahuan, bekerjasama, pengetahuan dasar masalah dan penelitian, penerapan kehidupan nyata, penilaian sebenarnya dan penggabungan teknologi. Para guru di dunia pendidikan, sains telah memperjuangkan beberapa cara untuk mengkontekskan materi. Mereka telah menggunakan aktivitas keterampilan, permainan, simulasi, eksperimen, dan menghubungkan dengan kehidupan nyata (seperti tes darah, masalah kontrol statistik, menggambar kebun), di laboratorium sekolah dan teknologi. Para guru lebih menggunakan strategi dasar disekolah 18
Wina Sanjaya, op.cit., h. 116
(seperti pemecahan masalah penemuan, penilaian portofolio) dan ini sudah banyak terkenal pada mata pelajaran pilihan, aan tetapi mereka lebih mempercayakan kuliah, membuat catatan, menguji fakta dan isi buku, dan instruksi guru. Beberapa strategi lain yang dapat diterapkan dalam CTL, diantaranya: 1) Menghubungkan kepada keterkaitan siswa 2) Membawa IPA ke dalam kurikulum 3) Memerankan pekerjaan sains ke dalam bentuk simulasi. 4) Menggunakan penilaian alternatif vi.
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional Dibawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model tersebut dilihat dari konteks tertentu.19 1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. 2) Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran. 3) Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan
dalam
pembeljaran
konvensional,
pembelajaran
bersifatteoritis dan abstrak. 4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman; sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan dperoleh melalui latihan-latihan.
19
Wina Sanjaya, op.cit., h.115
5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembeajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai dan angka. 6) Dalam CTL tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau prilaku individu didasarkan oleh factor dari luardirinya, misalnya individu tidakmelakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru. 7) Dalam CTL pengetahuan yang dimilii setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain. 8) Dalam pembelajarn CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedagkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. 9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran biasa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional hanya terjadi di dalam kelas. 10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek erkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan
dalam
pembelajaran
konvensional
pembelajaran biasanya hanya diukur dengan vii.
keberhasilan
tes.
Pembelajaran Berbasis Inkuiri Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukan. Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi ang diajarkan.20 Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu pilar penting alam pendekatan konstruktivistik yang memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Burner, penganjur pembelajaran dengan basis inkuiri, menyatakan idenya sebagai berikut : ” Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian, tetapi lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan. Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk. Dengan demikian belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam banyak mata pelajaran. Pembelajaran inkuiri membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya serta menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelemahan metode-metodenya sendiri. Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:21 1) Merumuskan masalah 2) Mengamati atau melakukan observasi 3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya 4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain. 20
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta Kencana Renada /media grup 2010) hal 114 21 Ibid
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri adalah pendekatan yang ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keahlian yang diperlukan memunculkan masalah dan menemukan pemecahan masalah tersebut (konsepkonsep, hukum-hukum, dan teori-teori baru) oleh siswa itu sendiri, sehingga siswa menjadi penemu pemecahan masalah yang independen. 3. Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hana mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengalami.22 Jadi belajar adalah suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya. Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan
sebagai
“tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.23 Selain itu belajar diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil
interaksinya dengan lingkungan.24 Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam perubahan. 22
Misalnya,
ia
menyadari
bahwa
dirinya
telah
terjadi
pengetahuannya
suatu
bertambah,
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:Bumi Aksara,2010)hal. 27 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995),hal. 92 24 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta), 2003, h., 2 23
keterampilannya meningkat, sikapnya semakin positif, dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar. Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha
untuk mencapai perubahan
tingkah
laku merupakan proses belajar
sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Hal ini berarti bahwa belajar pada hakikatnya
menyangkut dua hal yaitu proses
belajar dan hasil belajar yaitu pemerolehan pengetahuan baru. Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri ( Self regulated).25 Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki
kemampuan
untuk
mengkonstruksi
pengetahuannya
sendiri.
Pengetahuan dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.26 Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman.27 Pikiran manusia mempunyai
struktur yang disebut skema atau skemata (jamak) yang sering
disebut dengan struktur kognitif. Dengan menggunakan skemata itu mengkoordinasi lingkungannya
sehingga
seseorang mengadaptasi dan terbentuk
skemata
yang
baru.
Selanjutnya, skemata yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi itulah yang disebut pengetahuan. Asimilasi merupakan proses kognitif yang 25
Wina Sanjaya, Strategi Pendidikan,(Jakarta:Kencana,2010), h.107 26 Ibid., h.123 27 Ibid., h124
Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
dengannya seseorang mengintegrasikan informasi (persepsi, konsep, dan sebagainya) atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif (skemata) yang sudah dimiliki seseorang. Akomodasi adalah proses restrukturisasi skemata yang sudah ada sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapat secara langsung diasimilasikan pada skemata tersebut. Hal itu, dikarenakan informasi baru tersebut agak berbeda atau sama sekali tidak cocok dengan skemata yang telah ada.
Jika informasi baru, betul-betul tidak cocok
dengan skemata yang lama, maka akan dibentuk skemata baru yang cocok dengan informasi itu. Sebaliknya, apabila informasi baru itu hanya kurang sesuai dengan skemta
yang
telah ada, maka
skemata
yang lama
itu
akan
direstrukturisasi sehingga cocok dengan informasi baru itu. Dengan kalimat lain, pandangan Piaget di atas dapat dijelaskan bahwa apabila
suatu
informasi
(pengetahuan)
baru
dikenalkan
kepada
seseorang dan pengetahuan itu cocok dengan skema/skemata(struktur kognitif) yang telah dimilikinya maka pengetahuan itu akan diadaptasi melalui proses asimilasi dan terbentuklah pengetahuan baru. Sedangkan apabila pengetahuan baru yang dikenalkan itu tidak cocok dengan struktur kognitif yang sudah ada maka
akan terjadi
disequilibrium,
kemudian
struktur
kognitif
tersebut
direstrukturisasi kembali agar dapat disesuaikan dengan pengetahuan baru atau terjadi equilibrium sehingga pengetahuan baru itu dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasikan menjadi pengetahuan skemata baru. Dengan demikian, asimilasi dan akomodasi merupakan dua aspek penting dari proses yang sama yaitu pembentukan pengetahuan. Kedua proses itu merupakan aktivitas secara mental yang hakikatnya adalah proses interaksi antara pikiran
dan
realita.
Seseorang menstruktur
hal-hal
yang
pikirannya, namun bergantung pada realita yang dihadapinya.
ada
dalam
Jadi adanya
informasi dan pengalaman baru sebagai realita mengakibatkan terjadinya rekonstruksi pengetahuan yang lama yang disebut proses asimilasi-akomodasi sehingga terbentuk pengetahuan baru sebagai skemata dalam pikiran seseorang. Pengikut aliran konstruktivisme personal yang lain adalah Bruner. Meskipun Bruner mengklaim
bahwa
ia
bukan
pengikut
Piaget
tetapi
teori-teori
belajarnya sangat relevan dengan tahap-tahap perkembangan berpikir seperti yang
dikemukakan
Piaget.
Salah
satu
teori
belajar
Bruner
yang
mendukung paham konstruktivisme adalah teori konstruksi. Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam biologi adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu. Hal ini perlu dibiasakan sejak anak-anak masih kecil. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa dalam belajar sebenarnya siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan informasi dan pengalaman baru
yang
diperolehnya.
Dengan
demikian,
guru
sebagai
pengajar tidak semestinya menganggap siswa sebagai kumpulan kertas yang kosong. Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang diharapkan melalui pandangan ini, diperlukan pemikiran yang harus disadari oleh guru, antara lain: 1) Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan 2) Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat 3) Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa 4) Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar 5) Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. Kaitannya dengan pembelajaran IPA di SMP/MTs. Terdapat beberapa tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan keyakianan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4.
Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam pemeliharan, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. 6. Meningkatkan
kesadaran
untuk
menghargai
alam
dan
segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.28 Tujuan ini diharapkan tercapai melalui penentuan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas VII semseter II. 4. Hakikat Hasil Belajar Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.29 Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan dan harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.30 Hasil belajar juga dikatakan sebagai
28
BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah,(Jakarta:2006)., h. 378 29 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung:Rosda:2009), h.12 30 Ibid… 26
perolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Pemerolehan ini termasuk suatu cara baru melakukan sesuatu dan cara mengatasi masalah pada situasi baru. Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian berpengaruh pada perilaku.Dengan demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel. PENGETAHUAN BELAJAR
TES
HASIL BELAJAR
PERILAKU NILAI
Gambar 2.1 Proses Hasil Belajar Dari bagan di atas mencerminkan hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar atau tes dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat bergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku individu yang bersangkutan terhadap yang dipelajari. Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap : (1) penguasaan materi akademik (kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif), aplikatif produktif (psikomotorik)31. Tipe belajar hasil kognitif meliputi tipe belajar hasil pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar pemahaman (comprehention), tipe hasil belajar penerapan (aplicationi), tipe belajar hasil analisis (analysis), tipe belajar sintesis (synthesis) dan tipe belajar evaluasi(evaluation).32 Tipe hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sedangkan tipe hasil belajar 31
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:2006)., h.13 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Gudang Persada Press, 2007) hal. 28-30 32
bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu (perseorangan). Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial
atau
kapasitas
yang dimiliki
seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh sesorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam
bentuk
penguasaan
pengetahuan,
keterampilan
berpikir
maupun
keterampilan motorik. Pencapaian belajar atau hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya suuatu program pengajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan inti bahasan evaluasi yang kegiatanya dalam lingkup kelas atau dalam lingkup proses belajar mengajar. Bagi seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah media yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajar, karena melalui evaluasi seorang guru akan mendapatkan informasi tentang pencapaian hasil belajar.33 Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan pengetahuan integensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi siswa agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik. 5. Pencemaran Lingkungan Salah satu dampak dari adanya peningkatan jumlah populasi manusia adalah munculnya masalah lingkungan, yaitu pencemaran. Ada beberapa jenis pencemaran yang dapat terjadi di lingkungan kita, di antaranya pencemaran udara, air dan tanah. Mari kita pelajari bersama. a. Pencemaran udara Apakah kegunaan udara? Udara berperan penting dalam kehidupan. Oksigen digunakan untuk bernapas, karbondioksida digunakan untuk fotosintesis. Lapisan ozon berfungsi menahan sinar ultraviolet. Komposisi udara bersih normal 33
M. Sukardi,Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya,(Yogyakarta:Bumi Aksara,2008).,h.5
di atmosfer kita adalah Nitrogen (78.09%), oksigen (21,95%), argon (0,93%) dan karbondioksida (0,031%). Menurut Peraturan Pemerintah no.41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkan zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara normal oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara normal turun (kadarnya berubah) sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara tidak dapat memenuhi fungsinya. Apabila susunan udara di atas mengalami perubahan dari keadaan normal maka udara tersebut sudah tercemar. Pencemaran ini disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2, CO hasil pembakaran, debu, SO2, senyawa hidrokarbon (CH4, C4H10), asap rokok dan sebagainya. Zat-zat pencemar udara tersebut pada dasarnya masih belum membahayakan jika belum melebihi ambang batasnya. Ambang batas adalah ukuran batas atau kadar zat, atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dari unsur pencemaran yang dapat ditolerir/masih belum membahayakan keberadaannya dalam kadar udara normal. Nilai ambang batas beberapa zat pencemar di udara dalam satuan part per million (ppm) dalam waktu 24 jam adalah NO2 (0,05), SO2 (0,10), dan CO (20). Kualitas udara sangat tergantung pada iklim. Oleh karenanya, pencemaran udara dapat menyebabkan perubahan iklim yang tidak baik. Dampak yang ditimbulkan antara lain terjadinya hujan asam, kerusakan lapisan ozon dan berkurangnya jarak pandang karena kabut asap. b. Pencemaran air Lihatlah sungai atau perairan di sekitarmu? Bagaimanakah kondisinya? Masih bersih atau sudah kotorkah? Mengapa perairan itu menjadi kotor? Darimanakah sumber pencemar itu? Sumber pencemaran air di antaranya limbah pestisida pertanian, limbah rumah tangga misalnya detergen, limbah industri dan sebagainya. Indikator dasar yang menunjukkan air lingkungan telah tercemar adalah perubahan fisik, perubahan kimia dan perubahan biologis. Perubahan fisik meliputi warna, bau, rasa, suhu, endapan, koloid, bahan-bahan terlarut. Perubahan kimia meliputi keasaman, kandungan oksigen, kebutuhan oksigen, kandungan zatzat kimia berbahaya. Perubahan biologis meliputi adanya mikroorganisme
indicator seperti populasi bakteri Escheria coli, dan mikroorganisme patogen. Air yang belum tercemar tidak berwarna, berbau, berasa, oksigen terlarutnya (DO: Dissolved Oxygen) tinggi sedangkan kebutuhan oksigen (BOD: Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) rendah. Terjadinya eutrofikasi (pertumbuhan yang berlebihan pada ganggang) karena kandungan nitrat dan fosfat dan secara umum merusak ekosistem air. c. Pencemaran tanah Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah organik dan anorganik dari rumah tangga, pasar, industri, pertanian, peternakan. Pencemar tanah umumnya adalah limbah padat yang berupa sampah nondegradable (tidak mudah terurai) seperti plastik dan pecahan gelas. Tanah yang tercemar akan berkurang kesuburannya hingga menurun fungsinya sebagai faktor produksi. B. Penelitian yang Relevan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.34 Muh. Yusuf dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL, menunjukan data bahwa keaktifan mahasiswa mencatat kompetensi dasar yang menjadi keharusan untuk dimiliki pada setiap pertemuan, keaktifan mahasiswa mencatat indikator, 34 Berns,R.G.(2001).”Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for the New Economy. ” The Highlight Zone.
keaktifan mahasiswa mencatat materi pokok yang diterangkan dosen, keaktifan mahasiswa membaca buku agar memahami pelajaran yang akan dibahas (construktivisme), keaktifan/keberanian dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan,keaktifan mahasiswa mahasiswa menyatakan pendapat tentang permasalahan yang sedang dipelajari, keaktifan setiap kelompok menyimpulkan hasil diskusinya, keaktifan dan ketepatan dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun individual, didalam ruang kelas atau di luar kelas menunjukan grafik yang meningkat dari setiap siklus.35 Anak Agung Oka dalam penelitianya yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual” menyimpulkan pertama, dengan pembelajaran Contexual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains kelas VII di SMP Negeri 4 Metro dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kedua. dengan pembelajaran Contexual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains di SMP Negeri 4 Metro dapat memperkuat daya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya. Hal tersebut dari semakin tingginya kemampuan siswa mengingat materi yang dipelajarinya yang semula hanya 1-3 hari menjadi 5 hari sampai dengan 15 hari.36 Sudarman, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, FT Unnes dalam penelitiannya “Pola Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lingkungan Hidup Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 9 Semarang Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Melalui Pendekatan Kontekstual Berwawasan Sets 1” Menyimpulkan bahwa, Dengan pendekatan kontekstual berwawasan SETS, minat dan hasil belajar serta ketuntasan klasikal meningkat. Selain itu menjadikan siswa memiliki wawasan yang lebih luas tentang keterkaitan SETS itu sendiri dan mendorong siswa lebih aktif dan kreatif.37 Hasil penelitian Kurniastuti Mahasiswa Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 35 Muh. Yusuf, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL, Volume I, Nomor 19,2006,h. 149 36 Anak Agung Oka, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual,Bioedukasi Volume 2,Nomor 2,2011,h.90 37 Sudarman, Pola Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lingkungan Hidup Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 9 Semarang Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Melalui Pendekatan Kontekstual Berwawasan Sets 1, Lembaran Ilmu Kependidikan Jilid 36, No. 1, Juni 2007,h.59
menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) pada pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri I Doro Kabupaten Pekalongan Tahun pelajaran 2004/2005. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata dari 69,12 dengan ketuntasan belajar 62,50 % menjadi 85,91 dengan ketuntasan belajar 92,50 %. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 38 Titik Nuraniyah dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning dalam pembelajaran struktur daun dan fungsinya pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Candimulyo Tahun pelajaran 2007/2008 dapat meningkatkan prestasi belajar sains siswa. Terbukti dari nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 50.2, siklus 1:65.7, dan siklus 2: 78.2, sedangkan ketuntasan belajar dari kondisi awal 25%, siklus 1: 70%, dan siklus 2:95%.39 Nurdin dalam penelitian yang berjudul Implementasi Pendekatan CTL dalam Meningkatkam Hasil Belajar, mengatakan bahwa pada pembejaran kontekstual siswa tidak harus menghafal fakta-fakta yang hasilnya tidak tahan lama, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan mereka melalui keaktifan dalam proses pembelajaran.40 Berdasarkan penelitiandapat
hasil
dikemukakan
pengujian beberapa
hipotesisdan
pembahasan
kesimpulanterkait
dengan
hasil proses
pembelajaranmembaca pemahaman bahasaIndonesia SD kelas IV, yaitu: 1) terdapat perbedaan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelompok eksperimen yang diajar melalui pendekatan CTL dengan siswa kelompok control yang diajar melalui pendekatan konvensional;2) terdapat perbedaan hasil belajar membaca pemahaman siswa bermotivasi tinggi yang diajar melalui pendekatan 38
Kurniastuti, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem Melalui Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas Vii Semester Genap SMP Negeri I Doro Kabupaten Pekalongan TP. 2004/2005,Skripsi,2006 39 Titik Nuraniyah, Peningkatan Prestasi Belajar Sains melalui Model Pembelajaran Contextual dalam Pembelajaran Struktur Daun dan Fungsinya Siswa kelas IV SD Negeri 3 Candimulyo Tahun Pelajaran 2007/2008, Volume 5, No 4, 2008,h.31 40 Nurdin, Implementasi Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar,Vol IX, No 1,2009
CTL dengan siswa bermotivasi tinggi yang diajar melalui pendekatan konvensional; 3) terdapat perbedaan hasil belajar membaca pemahaman siswa bermotivasi rendah yang diajar melalui pendekatan CTL dengan siswa bermotivasi rendah yang diajar melalui pendekatan konvensional; 4)pendekatan CTL terbukti lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan konvensional terhadap hasil belajar membaca pemahaman siswa; 5) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar membaca pemahaman41 Herliyana Isnaeni menjelaskan berdasarkan identifikasi hasilnya adalah rendahnya keaktifan siswa yang ditandai dengan kurangnya keterlibatan dalam belajar sehingga pembelajaran kurang kondusif dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Kondisi ini menurut siswa dikarenakan metode dan suasana belajar membosankan sehingga siswa kurang semangat dan sulit memahami materi pelajaran. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran terhambat. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan baik pada kognitif (hard skill) dan afektifnya (soft skill). Pada (pretest dan posttest) dari rata-rata siswa 58.75 meningkat menjadi 80.42 (jumlah ketuntasan siswa naikdari 8 menjadi 30 siswa). Dari hasil tugas 21 siswa yang tidak tuntas menurun drastis menjadi 3 siswa.Siswa yang kurang aktif 41.7 % (siklus 1), 19.4 % (siklus 2) dan 0 % (siklus 3) berubah menjadi sangataktif (50 %), aktif (30.6 %) dan 19.4 % cukup aktif. Kemudian sebanyak 88.89 % siswa menunjukkanketerampilan menjelaskan yang baik sedangkan 11,11 % masih kurang memiliki keterampilan menjelaskanyang baik. Secara keseluruhan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan danmengembangkan keterampilan menjelaskan siswa yang berdampak pula pada peningkatan prestasibelajarnya..42
41 Noor Alfu Laila,Pengaruh Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD, Cakrawala Pendidikan, November 2009, Th. XXVIII, No. 3 42 Herliyana Isnaeni,Penerapan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Mengembangkan Keterampilan Menjelaskan Siswa,skripsi, 2010.
Redno Kartikasari menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning dengan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.43 Wais
dalam
Contextual
Teaching
And
Learning
(CTL)
dalam
pembelajaran Sains-Fisika SMP, merumuskan simpulan sebagai berikut.44 1) Perangkat
pembelajaran
kontekstual
memiliki
ciri
khusus,
yaitu
menyediakan berbagai fitur sehingga konten dalam perangkat dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, serta memberikan berbagai pilihan aktivitas sehingga siwa dengan berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan dapat melakukan hands-on activities dan minds-on activities sesuai dengan lingkungan belajarnya. 2) Berdasar respon dari pakar, guru, dan siswa, perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan: menekankan pada penerapan-penerapan ke dunia nyata, memperhatikan keragaman kemampuan dan gaya belajar siswa, mengembangkan berfikir tingkat tinggi, memperhatikan pengetahuan awal siswa, mendukung terwujudnya suasana belajar yang demokratis dan interaktif, memberikan kemudahan kepada guru dalam mewujudkan pembelajaran yang berbasis aktivitas, dan menjadikan sebagian besar siswa senang belajar fisika. 3) Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual, pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa. Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan oleh siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui berbagai kegiatan, antara lain: praktikum, diskusi, presentasi, mengerjakan LKS atau tugas-tugas lain, membaca untuk menemukan konsep atau kalimatkalimat kunci. Peran guru dalam bentuk pembimbingan tetap dibutuhkan selama kegiatan-kegiatan tersebut, tetapi lebih bersifat fasilitator bukan decision maker.
43 Redno Kartikasari, Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) dengan metode Eksperimen untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011, Jurnal Skripsi,2011 44 Wais,Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains-Fisika SMP, Cakrawala Pendidikan, Februari 2006,Th XXV,No. 1
4)
Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dapat membantu siswa mencapai ketuntasan belajar.
C. Kerangka Berpikir Pada dasarnya pelajaran IPA (Biologi) adalah mata pelajaran yang menuntun siswa ke arah kesadaran kritis tentang bagaimana asal usul dan pola serta tata cara mempertahankan lingkungan alam dengan mahluk yang ada di dalamnya. Biologi dengan demikian bukan hanya sekadar konsep yang menjabarkan pengertian-pengertian dan merinci karakteristik hewan, tumbuhan dan manusia. Akan tetapi biologi dengan kedalaman materi yang dikandungnya memiliki makna tersendiri atas kesadaran berpikir manusia bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari mahluk ciptaan Tuhan. Para
siswa SMP/MTs
di Tajur Citeureup
pada
umumnya
sudah
memiliki pemahaman tentang pencemaran lingkungan, dan konsep-konsep dasar
biologi.
Para
siswa
dengan
pemahaman
agamanya telah mampu
mengintegrasikan antara ajaran agama dengan teori-teori biologi. Namun pemahaman tersebut kurang diperhatikan oleh para guru IPA (biologi). Kebanyakan dari mereka hanya mengajarkan apa yang dikatakan dalam buku teks tanpa mengkaitkannya dengan pemahaman awal siswa atau dengan pengalaman dan
pengetahuan
yang
sudah ada. Hal ini menyebabkan
pembelajaran biologi hanya sebagai kumpulan teori dan cerita-cerita masa lalu yang harus dihafal oleh siswa, dan sudah barang tentu apa yang mereka pelajari berorientasi kepada kemampuan menjawab soal-soal ujian. Artinya, guru-guru biologi masih berkutat pada apa yang dikatakan sebagai pencetak manusiamanusia yang hanya tahu teori namun tidak tanggap terhadap fakta dan kenyataan
yang berkembang
dalam
kehidupan
masyarakatnya
serta
keberlangsungan hidup mereka dengan mahluk lain di alam ini. Banyak siswa yang nilai biologinya mencapai predikat istimewa, namun hampir tidak satupun dari mereka yang mampu menjawab permasalahan riil yang terjadi di depan mata kepala mereka. Para siswa tidak mampu menganalisis ataupun
melakukan
sintesa
terhadap
persoalan-persoalan
kehidupan yang sekarang ini tengah berlangsung. Akhirnya, ilmu biologi hanyalah sekadar ilmu hafalan yang kosong atau gersang tanpa makna. Melihat kenyataan ini, para ahli pendidikan berupaya mencari dan merumuskan kembali tentang tujuan, model, dan strategi pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah modern. Salah satu model yang dimaksud adalah CTL yang menekankan kemampuan peserta didik untuk mengkonstruksi dan melakukan rekonstruksi terhadap pengetahuan serta pengalaman yang mereka miliki dalam belajarnya. Model ini mengarahkan siswa untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. CTL memberikan ruang gerak kepada siswa untuk menyelami setiap persoalan yang mereka hadapi, baik secara perorangan maupun kelompok serta memberikan alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Proses CTL ini diawali dari pencermatan terhadap masalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalahnya, dan membuat dugan-dugaan sementara terhadap masalah lalu kemudian membuat kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Proses ini sangat erat kaitannya dengan kerja ilmiah yang dilakukan oleh para ahli yang sedang melakukan kajian-kajian ilmiah di sebuah laboratorium maupun lapangan penelitian. Proses pembelajaran semacam ini, tidak dijumpai dalam pembelajaran langsung (konvensional), di mana peserta didik hanya dituntut untuk mendengarkan, menghafal isi bacaan tanpa mampu membandingkannya dengan pengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi fokus tersendiri dalam penelitian ini. Yakni, melihat apakah hasil CTL yang diyakini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini lebih baik daripada pembelajaran
yang
dilaksanakan
dengan
pola-pola
lama
(pembelajaran
konvensional). Apabila digambarkan ke dalam sebuah bagan, maka kerangka berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini mengikuti alur sebagai berikut:
PROSES BELAJAR PROSES BELAJAR
DENGAN CTL
LINGKUNGAN
HASIL BELAJAR
PEMBELAJARAN BERMAKNA Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya serta didukung oleh kajian empirik yang relevan, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, Penerapan CTL dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa SMP/MTs Kelas VII pada konsep pencemaran lingkungan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup yang beralamat di Jln. PTP. XI Hambalang no. 76 Desa Tajur Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor. 2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 dimulai dari bulan April 2012. B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada tindakan guru sebagai upaya untuk memperbaiki proses dalam hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini mengacu pada konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen45, yaitu : a. Perencanaan (planning) b. Tindakan (acting) c. Pengamatan (observing) d. Refleksi (reflecting) Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
45
Mubiar Agustin, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah. Bandung: Rizqi Press,2009, hal.68
Perencanaan Refleksi
Pelaksanaan Tindakan Pengamatan
Gambar 3.1 Tahap-tahap dalam PTK 2. Rancangan Siklus Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dalam 2 siklus. Setiap siklus merupakan suatu alur proses kegiatan yang meliputi perencanaan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (reflecting). Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, sebelumnya perlu mengadakan persiapan-persiapan yang nantinya akan diperlukan dalam kegiatan penelitian. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah : a. Dilakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru bidang studi biologi, kemudian bersama-sama guru tersebut menentukan bentuk pemecahan masalah berupa penerapan model pembelajaran kontekstual pada konsep pencemaran lingkungan. b. Dipersiapkan perangkat pembelajaran (membuat satuan pelajaran, rencana pembelajaran, LKS, menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum). c. Disusun instrumen dan lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa. d. Disusun soal tes e. Dilaksanakan uji coba soal pada kelas yang lain dengan jumlah soal 30 butir. f. Dianalisis hasil uji coba soal yang meliputi : validitas soal, reliabilitas soal, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII A MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup Semester II. D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka kehadiran peneliti di tempat penelitian sanggat diperlukan sebagai instrumen utama. Peneliti bertindak sebagai pengumpul data, menganalisis dan pelaporan hasil penelitian. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Karena peneliti merupakan instrument dalam penelitian ini, maka kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian kualitatif, yaitu peneliti harus menciptakan hubungan yang baik dengan subjek penelitian. Hubungan baik diciptakan sejak penjajakan awal, selama penelitian bahkan sesudah penelitian. Sebab hal itu menjadi kunci utama dalam kesuksesan penelitian, terutama dalam hal pengumpulan data di lapangan. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat diutamakan karena selain sebagai pemberi tindakan, peneliti merupakan instrumen kunci. Sebagai pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar yang membuat rancangan pembelajaran dan sekaligus menyampaikan bahan ajar selama kegiatan penelitian. Sebagai instrumen kunci berarti bahwa peneliti adalah pengumpul data. Peneliti bertindak sebagai pewawancara terhadap subjek penelitian. Untuk menghasilkan data pengamatan dan pengumpulan data, maka peneliti akan dibantu oleh guru mata pelajaran IPA.
E. Tahapan Intervensi Tindakan 1. Perencanaan Tahap perencanaan pada penelitian ini meliputi : a. Menentukan pokok bahasan b. Menentukan media yang tepat untuk pokok bahasan c. Mengembangkan skenario pembelajaran d. Menyiapkan instrumen tes (tes essay dan lembar observasi)
e. Membentuk kelompok siswa f. Menyimpulkan materi 2. Tindakan Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menerapkan CTL yang mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran tentang materi yang akan diajarkan. 3. Pengamatan Pengamatan atau observasi terhadap penerapan CTL dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan b. Membahas hasil evaluasi mengenai RPP, skenario, dan lain-lain c. Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil evaluasi, dan digunakan untuk tahap berikutnya. 5. Keputusan Kesimpulan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini apakah akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup pada siklus tertentu. F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian tindakan kelas ini adalah setelah siswa mengalami pembelajaran dengan penerapan CTL, siswa dapat meningkatkan hasil belajar, baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu diharapkan pula adanya kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar. G. Data dan Sumber Data 1. Jenis data Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil observasi pembelajaran, evaluasi siswa, dan hasil belajar.
2. Cara Pengumpulan Data Data hasil belajar diambil melalui evaluasi awal dan evaluasi pembelajaran berupa tes. Data mengenai pelaksanaan pembelajaran saat dilakukan tindakan akan dikumpulkan melalui lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran kontekstual. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Hasil pengamatan observer b. Hasil tes evaluasi tertulis siswa kelas VII semester II H. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data, tujuannya agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah diperoleh hasilnya. Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dalam menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Instrumen sangat berkaitan dengan metode, karena penentuannya berdasarkan: objek penelitian, sumber data, waktu dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengolah data. Jadi pemilihan instrumen disesuaikan dengan penggunaan metode pengumpulan dan prosedur pengumpulan data apa yang akan digunakan peneliti. Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini instrumen yang dipakai adalah Soal tes berupa soal pilihan ganda dan hasil observasi.
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Evaluasi tertulis Evaluasi di gunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar IPA (Biologi) siswa, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai. b. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan siswa secara langsung yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjek yang diteliti. J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Uji coba dilakukan setelah perangkat tes disusun, untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran soal, daya beda soal, dan reliabilitas. Setelah perangkat tes diuji cobakan, langkah selanjutnya dilakukan analisis dengan tujuan supaya instrumen yang dipakai untuk memperoleh data benar-benar dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Analisis perangkat uji coba meliputi: 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Teknik uji coba validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji valid instrumen dengan menggunakan teknik rumus korelasi. Dikatakan valid jika hasil perhitngan memperoleh koefisien korelasi > Rumus Product Moment dari Pearson:46 rxy
46
N XY ( X )( Y ) {N X 2
( X ) 2 }{N Y 2
( Y )2}
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,2009) , h.72
Keterangan: N: banyaknya peserta tes X: skor butir soal Y: skor total rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
2. Tingkat Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.47 Rumus yang digunakan : Keterangan : P = Tingkat kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah 3. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:48
47 48
Ibid h. 208 Ibid. h. 213-214
Keterangan: D = Daya pembeda soal BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = Bnyaknya peserta kelompok bawah PA =
BA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar JA
PB =
BB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar JB
0,00 ≤ D ≤ 0,20 : Jelek 0,21 ≤ D ≤ 0,40 : Cukup 0,41 ≤ D ≤ 0,70 : Baik 0,71 ≤ D ≤ 1,00 : Baik Sekali D : negatif, semuanya tidak baik, jika semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. 4. Reliabilitas Reliabilitas adalah keajegan atau ketetapan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Mencari reliabilitas instrument dengan menggunakan rumus KR-20:49
Keterangan: 49
Ibid.h.101
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal p = proporsi siswa yang menjawab betul pada butir q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir (1-p) Vt = varians total 5. Uji N Gain Untuk mengetahui peningkatan skor pre test dan posttest menggunakan rumus Normalized Gain. 50 N gain = Kategori : N gain tinggi : nilai > 0,70 N gain sedang : nilai 0,70 > gain > 0,30 N gain rendah : nilai < 0,30 K. Analisis Data dan Interpretasi Data Data
yang
terkumpul
dianalisis
secara
diskriptis
kualitatif
yaitu
membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan, dan kuantitatif untuk data pembelajaran. Analisis diskriptis kualitatif memberikan
gambaran
sejelas-jelasnya
tentang proses
dan
pelaksanaan
pembelajaran, serta berhubungan dengan prestasi hasil belajar siswa dari ketiga aspek kemampuan siswa. L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Untuk memperbaiki kekurangan hasil penelitian pada siklus awal,maka dilanjutkan ke siklus kedua. 1. Perencanaan Tahap perencanaan pada penelitian ini meliputi : 50
David E Meltzer, Addendum To: The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible “Hidden Variable” In Diagnostic Pretest Scores. Diakses 21 Juni 2010 dari http//:www.physics.ia.state.edu/per/docs/addendum_on_ normalized_gain.pdf
a. Menentukan pokok bahasan b. Menentukan media yang tepat untuk pokok bahasan c. Mengembangkan skenario pembelajaran d. Menyiapkan instrument tes (tes essay, lembar observasi dan kuesioner) e. Membentuk kelompok siswa f. Menyimpulkan materi 2. Tindakan Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menerapkan CTL yang mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran tentang materi yang akan diajarkan 3. Pengamatan Pengamatan atau observasi terhadap penerapan CTL dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan b. Membahas hasil evaluasi mengenai RPP, skenario, dan lain-lain c. Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil evaluasi, dandigunakan untuk tahap berikutnya. 5. Keputusan Kesimpulan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini apakah akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup pada siklus tertentu.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Pengamatan 1. Siklus I a. Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus I diawali dengan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian ini. Persiapan tersebut meliputi pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL. Pendekatan pembelajaran kontektual dipilih dikarenakan dapat mengaitkan lingkungan dan pemahaman siswa. Penerapan pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat mendorong minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam proses KBM, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata (real world learning), berfikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.51 Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap sekolah menunjukan bahwa kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pagi hari, ruang kelas cukup sehingga tidak ada siswa yang masuk siang hari, sekolah berada di daerah pedesaan dan dekat dengan pemukiman penduduk, sarana prasarana sekolah masih belum lengkap, kebanyakan siswa yang belajar di sekolah ini adalah masyarakat sekitar sekolah, KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPA yaitu sebesar 70. Selain
51
Lukman Hakim, Perencanaan Pembelajaran,Bandung:CV Wacana Prima,2011,hal .57
itu lingkungan sekolah berada di dekat daerah penambangan bahan baku semen Tiga Roda yaitu PT.Indocement Tunggal Prakarsa. Setelah didiskusikan dengan guru yang bersangkutan, maka diputuskan konsep yang dianggap perlu dikembangkan yaitu konsep pencemaran lingkungan. Konsep pencemaran lingkungan diambil karena melihat kondisi lingkungan yang berada di daerah penambangan bahan baku semen yang mengalami berbagai pencemaran baik tanah, udara dan air tidak diiringi oleh kepedulian para siswa terhadap masalah tersebut. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya perhatian dari para siswa terhadap masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di daerah sekitar tempat tinggalnya, bahkan siswa terlihat tidak peduli terhadap masalah pencemaran yang terjadi dengan seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi. Selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru mata pelajaran dalam pembuatan RPP yang disusun berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP). Konsep yang diajarkan pada siklus I terdiri dari sub konsep Penebangan Hutan pada pertemuan pertama dan pencemaran udara pada pertemuan kedua. Konsep-konsep ini disampaikan dengan bantuan LKS, dimana LKS dikerjakan secara berkelompok. Kelompok pada siklus I dibentuk dengan cara pembagian secara acak tanpa memperhatikan kemampuan dari setiap individu, dengan harapan kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama dengan baik tanpa adanya saling mengandalkan. b. Tindakan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung52, dapat diketahui bahwa pembagian kelompok dilakukan secara acak dan merata, setiap kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan tanpa melihat kemampuan siswa. Setiap kelompok meletakan nama kelompok di atas meja kelompok. Beberapa siswa tidak mau berkumpul dengan kelompok yang sudah ditetapkan oleh guru. Siswa tersebut hanya menginginkan satu kelompok dengan teman yang mereka kehendaki, selain itu masih banyak siswa yang bercanda pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa belum mengetahui model 52
Lampiran
pembelajaran CTL dan belum pernah mengalami pembelajaran dengan model tersebut. Siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran CTL sehingga saat pertama kali pembelajaran berlangsung suasana belajar pun masih terlihat rancu. Pelaksanaan model pembelajaran CTL dengan menggunakan LKS diterapkan pada pertemuan pertama di siklus I. Siswa kurang kondusif dan masih malas-malasan dalam mengerjakan LKS. Proses berpikir besama dalam mengerjakan LKS masih kurang maksimal, hanya beberapa siswa yang mendominasi dalam kelompok. Dalam pertemuan ini, tanggung jawab individu masih kurang. Selain itu, terjadi kesalahan dalam mengerjakan LKS dikarenakan siswa tidak memperhatikan petunjuk yang guru sampaikan. Penguatan materi diberikan saat siswa bertanya tentang konsep yang belum dipahami. Kemudian guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan tentang konsep-konsep yang perlu dihapal. Beberapa siswa yang aktif, membuat catatan tentang konsep-konsep yang paling penting dan siswa lainnya tidak memperhatikan kesimpulan apalagi mencatat. c. Hasil Pengamatan 1) Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian tes kemampuan awal (pretest) siswa diperoleh nilai terendah 15 dari range 1 sampai 100 dan nilai tertinggi 70 dengan rata-rata kelas sebesar 42,56 dan simpangan baku sebesar 13,08. Pada tes kemampuan akhir siklus I diperoleh peningkatan dengan nilai terendah siswa yaitu 60 dan nilai tertinggi sebesar 85. Rata-rata kelas mencapai 74,92 dengan simpangan baku sebesar 6,32. Data peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dapat ketahui dari hasil belajar siswa setelah mengalami pembelajaran dengan CTL pada aspek kognitif adalah berupa tes obyektif multiple choice (pilihan ganda) diperoleh hasil-hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Nilai Pretes dan Postes Siklus Pertama Data Statistik
Pretes
Postes
Nilai Terendah
15
60
Nilai Tertinggi
70
85
Mean
40,14
71,39
Median
42,5
75
Modus
45
75
13,08
7,58
36
36
Simpangan Baku Jumlah Sampel
Hasil belajar pada siklus I sebelum dilakukan pembelajaran mendapatkan nilai terendah 15 dan nilai tertinggi hanya mencapai 70, nilai tengah (median) adalah 42,5, nilai yang paling banyak diperoleh siswa (modus) adalah 45, nilai rata-rata skor pretest 40,14 dengan simpangan baku sebesar 13,08. Setelah mengalami pembelajaran dengan CTL, hasil belajar meningkat, dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi mencapai 85, nilai tengah (median) adalah 75, nilai yang paling banyak diperoleh siswa (modus) adalah 75, nilai rata-rata skor pretest 71,39 dengan simpangan baku sebesar 7,58. Namun pada hasil tes akhir (posttest) siklus I hanya 21 siswa yang mencapai nilai KKM dengan persentase keberhasilan sebesar 58,33 %. 2) Data perhitungan N-gain Pada siklus I rata-rata keseluruhan hasil perhitungan N-gain dengan jumlah responden sebanyak 36 siswa adalah 0,52. Persentase hasil perhitungan Ngain dapat dilihat pada table 4.2 : Tabel 4.2 Persentase Peningkatan Hasil Belajar (N Gain) Siklus I No
Katagori
Frekuensi Persentase
1
Rendah
0%
2
Sedang
100 %
3
Tinggi
0%
N-gain kelas
0,52
Berdasarkan data pada tabel di atas setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan CTL pada siklus pertama diperoleh kategori N-gain atau peningkatan pemahaman dengan kategori sedang sebanyak 35 orang dan kategori tinggi 1 orang. Tabel 4.3 Data ketercapain KKM hasil penelitian Siklus I Rata-Rata Nilai
Persentase Siswa
Persentase Siswa Yang
Tes Akhir
Yang Mencapai KKM
Belum Mencapai KKM
Pretes
40,14
2,78 %
97,22%
Posttest
71,39
63,89 %
36,11 %
No
Test
1 2
Dari data pada tabel 4.5 diketahui nilai rata-rata pretest yang diperoleh siswa adalah 40,14, dengan persentase siswa yang mencapai KKM hanya 2,78% yang artinya hanya 1 orang dari 36 orang yang dinyatakan tuntas. Selain itu terlihat juga nilai rata-rata posttest yaitu 71,39, dengn prosentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 63,89%, yang berarti ada peningkatan jumlah siswa yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 23 orang. 3) Lembar Kerja siswa Pelaksanaan proses pembelajaran CTL pada siklus I untuk tiap pertemuannya dilengkapi dengan penggunaan lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa diberikan kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk. Hasil penilaian lembar kerja siswa pada pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 4.4. Table 4.4 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan pertama Siklus I No
Kelompok
Perolehan Nilai
1
1
75
2
2
50
3
3
40
4
4
65
5
5
65
6
6
70
7
7
50
Jumlah
415
Rata-Rata
59,29
Hasil penilaian lembar kerja siswa yang dikerjakan masing-masing kelompok yang disajikan pada table di atas, menjelaskan bahwa perolehan nilai LKS pada pertemuan pertama belum mencapai apa yang diharapkan, hanya 2 kelompok yang memperoleh nilai ≥ 70, dengan nilai tertinggi hanya mencapai 75, sedangkan nilai terendah adalah 40 dengan rata-rata perolehan nilai sebesar 59,29. Pertemuan kedua pada siklus I kegiatan pembelajaran dilanjutkan sesuai RPP yang telah dibuat. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran sama dengan kegiatan pembelajaran sebelumnya,yaitu dengan dilengkapi dengan pemberian LKS hanya materi pembelajarannya saja yang berbeda, hasil perolehan nilai LKS untuk tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.5. Table 4.5 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan kedua Siklus I No
Kelompok
Perolehan Nilai
1
1
75
2
2
65
3
3
60
4
4
70
5
5
65
6
6
70
7
7
65
Jumlah
470
Rata-Rata
67,14
Hasil penilaian lembar kerja siswa yang dikerjakan masing-masing kelompok pada pertemuan kedua yang disajikan pada table di atas, menjelaskan bahwa perolehan nilai LKS pada pertemuan kedua mengalami sedikit peningkatan
walaupun belum mencapai apa yang diharapkan, yaitu 3 kelompok yang memperoleh nilai ≥ 70, dengan nilai tertinggi hanya mencapai 75, sedangkan nilai terendah adalah 60 dengan rata-rata perolehan nilai sebesar 67,14. Selain data-data di atas hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama yaitu: Pada awal pembelajaran suasana kelas belum kondusif, suasana kelas masih terlihat belum tertib dikarenakan siswa belum terbiasa dalam mengikuti pembelajaran dengan CTL sehingga ketika pembelajaran dimulai masih ada siswa yang bergurau saat mengikuti pelajaran. Pada tahap diskusi untuk mengerjakaan LKS diskusi belum berjalan dengan baik, sebagian siswa masih ada yang bergurau dengan temannya dan siswa masih belum terbiasa berdiskusi dalam pembelajaran sehingga dari tiap-tiap kelompok masih banyak yang mengajukan pertanyaan. Pada saat tahap melaksanakan investigasi atau pengamatan kerjasama kelompok belum terjalin dengan baik, sebagian dari siswa masih mengandalkan teman yang pintar. Pada saat mempresentasikan hasil kerja kelompok siswa belum terlihat berani dalam mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan siswa, karena siswa belum terbiasa dalam mempresentasikan hasil diskusi siswa. Sedangkan hasil observasi (pengamatan) pada pertemuan kedua yaitu, Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai tertib dalam mengikuti pembelajaran. Pada saat mengerjakaan LKS, siswa terlihat antusias, diskusi berjalan dengan baik. Siswa mulai menyukai dalam kegiatan tersebut dan guru memberikan penjelasan kepada siswa dalam kerja kelompok agar bekerjasama dengan baik, karena dengan terjalinnya kerjasama yang baik akan
menghasilkan hasil
pekerjaan yang baik pula, sehingga seluruh siswa terlihat aktif dalam tahapan ini. d. Refleksi Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada konsep pencemaran lingkungan khususnya pada materi perusakan hutan dan pencemaran udara pada dasarnya mampu melibatkan siswa ke dalam proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa bisa saling berukar ide dan pikiran dalam proses berpikir bersama tanpa mengandalkan kemampuan siswa yang pandai saja. Oleh karena itu tanggung jawab tiap individu dalam kelompok
seharusnya dioptimalkan. Namun, Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran pada siklus I ini masih ditemukan beberapa temuan yaitu: 1) Rata-rata hasil posttest pada siklus I telah di atas KKM yaitu 71,39. 2) Nilai N-gain kelas pada siklus I adalah 0,52 dengan kategori sedang 3) Tingkat ketuntasan atau persentase keberhasilan klasikal pada siklus I sebanyak 63,89%. 4) Rata-rata perolehan nilai hasil penyelesaian lembar kerja siswa pada pertemuan pertama adalah 59,29 dan pada pertemuan kedua adalah 67,14. Meskipun terjadi peningkatan, namun hasil pengerjaan LKS dari pertemuan pertama dan kedua masih dalam nilai rendah. 5) Kelompok yang dibentuk berdasarkan hasil pengocokan secara acak tanpa memperhatikan kemampuan tiap individu ternyata berjalan kurang efektif, selain itu banyak siswa yang memprotes hasil pembagian kelompok tersebut dengan alasan bahwa mereka tidak nyaman dengan teman yang ada pada kelompok mereka tersebut. Mereka menginginkan berkelompok dengan teman yang mereka kehendaki. Selain itu ditemukan beberapa siswa yang masih bercanda saat pembelajaran berlangsung. 6) Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran CTL sehingga pada saat penerapannya siswa masih beradaptasi. 7) Beberapa siswa tidak menghiraukan kesimpulan dari pembelajaran dan tidak mencatat konsep-konsep yang dianggap penting dari materi yang telah dipelajari. Refleksi dari proses pembelajaran yang telah dijelaskan tersebut, mengacu pada tahapan pembelajaran dengan melihat temuan pada hasil lembar kerja siswa, kegiatan diskusi kelompok dan hasil
tes yang didapat oleh siswa, sehingga
diharapkan dapat memberikan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya. e. Keputusan Berdasarkan data-data temuan maka dapat disimpulkan bahwa, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran CTL, perolehan nilai dari hasil belajar ada peningkatan keberhasilan, N-gain kelas dalam kategori sedang, hasil pengerjaan LKS siklus I masih dalam nilai rendah. Indikator utama yang ditetapkan oleh
peneliti yaitu sebanyak 75% siswa memiliki nilai diatas KKM yaitu 70, tetapi pada siklus I ini siswa yang mencapai keberhasilan hanya mencapai 63,89%. Dengan demikian perlu dilakukan tindak lanjut proses pembelajaran untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke siklus II.
2. Siklus II a. Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Perbaikan mengacu pada kekemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Perbaikan dimulai dengan menyiapkan rencana pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran
CTL, yang lebih
mengoptimalkan peran serta guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, hal ini bertujuan agar meningkatkan aktivitas siswa sehingga terjadi peningkatan hasil belajar dan peningkatan yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu peneliti juga mempersiapkan LKS, lembar observasi kegiatan siswa, soal pretest dan posttest. Pembelajaran pada siklus II juga dilakukan dalam dua kali pertemuan. b. Tindakan berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, diperoleh catatan sebagai berikut53, pembagian kelompok dilakukan dengan melihat hasil posttest siklus I, setiap kelompok terdiri dari siswa mendapatkan nilai tertinggi, sedang dan rendah dan terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jadi pada siklus II kemampuan siswa menjadi patokan dalam pembagian kelompok. Siswa tidak tidak lagi memprotes keputusan pembagian kelompok dan merasa nyaman dengan kelompok yang baru, jadi tidak ada lagi siswa yang tidak mau berkumpul dengan kelompok yang sudah ditetapkan oleh guru. 53
Lampira
Siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran CTL, sehingga pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Siswa pada siklus II lebih antusias karena mereka ingin menampilkan hasil diskusi yang terbaik pada saat persentasi di depan kelas. Pelaksanaan model pembelajaran CTL dengan menggunakan LKS diterapkan pada pertemuan pertama dan kedua di siklus II. Siswa memperhatikan arahan dan petunjuk yang disampaikan oleh guru, kemudian
sebelum
mengerjakan
LKS
siswa
memperhatikan
petunjuk
mengerjakan LKS terlebih dahulu. Proses berpikir besama dalam mengerjakan LKS pada siklus II berjalan dengan kondusif tanpa saling mengandalkan. Mereka mengerjakan LKS bersama kelompok dengan lebih tertib tanpa saling berebutan. Semua anggota kelompok meneluarkan
ide
mereka
masing-masing
untuk
didiskusikan
bersama
kelompoknya tanpa mengandalkan siswa yang pandai saja, sehingga tanggung jawab setiap individu sudah maksimal. Penguatan materi dilakukan setelah semua kelompok mempresentasikan hasil dari kerja kelompoknya di depan kelas. Di setiap akhir pertemuan siswa bertanya tentang konsep yang belum dipahami. Kemudian guru dan siswa bersama-sam membuat kesimpulan tentang konsep-konsep yang perlu dihafal. Seluruh siswa memperhatikan kesimpulan pelajaran dan memtbuat catatan tentang konsep-konsep yang paling penting. c. Hasil Pengamatan 1) Hasil Pretest dan Posttest Siswa Pada penelitian siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata pada test kemampuan awal (pretest) dari pretest sebelumnya. Dari hasil penelitian nilai terendah yang diperoleh pada pretest siklus II sebesar 25 dan tertinggi 75. Nilai rata-rata kelas pada pretes awal yaitu 42,56 sedangkan pada pretest siklus II nilai rata-rata kelas yaitu 48,61, dengan simpangan baku sebesar 13,91. Pada tes kemampuan akhir siklus II dipeoleh peningkatan dengan nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu sebesar 55 dan nilai tertinggi sebesar 90. Rata-rata kelas mencapai 78,28 dengan simpangan baku 7,99.
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa setelah mengalami pembelajaran dengan CTL pada siklus II dapat dilihat pada tabel . Tabel 4.6 Data Nilai Pretes dan Postes Siklus II Data Statistik
Pretes II
Postes II
Nilai Terendah
25
55
Nilai Tertinggi
75
90
Mean
48,61
78,75
Median
47,5
80
Modus
50
80
13,72
7,88
36
36
Simpangan Baku Jumlah Sampel
Berdasarkan data pada tabel di atas pada nilai pretes siklus II belajar siswa nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 25. Sedangkan pada nilai postes II nilai tertinggi 90 dan nilai terendah . Nilai rata-rata pada pretes siklus II 48,33 sedangkan pada postes siklus II 78,28. 2) Data perhitungan N-gain Tabel 4.7 N Gain Siklus II SIKLUS II Katagori
Frekuensi Persentase
Rendah
-
Sedang
83,33 %
Tinggi
16,67 %
N-gain kelas
0,59
Pada siklus II setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan CTL diperoleh kategori N-gain atau peningkatan pemahaman dengan kategori sedang sebanyak 30 orang dan kategori tinggi sebanyak 6 orang. Berdasarkan data di atas bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari siklus satu ke siklus dua.
Tabel 4.8 Data ketercapain KKM hasil penelitian Siklus II
No
Test
Rata-Rata
Persentase Siswa
Persentase Siswa
Nilai Tes
Yang Mencapai
Yang Belum
Akhir
KKM
Mencapai KKM
1
Pretes
48,33
11,11 %
88,89%
2
Posttest
78,28
97,22%
2,78 %
Dari data pada tabel 4.12 diketahui nilai rata-rata pretest pada siklus II yang diperoleh siswa adalah 48,33, dengan prosentase siswa yang mencapai KKM hanya 11,11% yang artinya hanya 4 orang dari 36 orang yang dinyatakan tuntas. Selain itu terlihat juga nilai rata-rata posttest yaitu 78,28, dengn prosentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 97,22 %, yang berarti ada peningkatan jumlah siswa yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 35 orang. 3) Lembar Kerja siswa Pelaksanaan proses pembelajaran CTL pada siklus I untuk tiap pertemuannya dilengkapi dengan penggunaan lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa diberikan kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk. Hasil penilaian lembar kerja siswa pada pertemuan pertama dapat dilihat pada table Table 4.9 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan pertama Siklus II No
Kelompok
Perolehan Nilai
1
1
70
2
2
75
3
3
80
4
4
70
5
5
65
6
6
60
7
7
65
Jumlah
485
Rata-Rata
69,29
Hasil penilaian lembar kerja siswa yang dikerjakan masing-masing kelompok pada pertemuan pertama pada siklus I yang disajikan pada table di atas, menjelaskan bahwa perolehan nilai LKS pada pertemuan pertama mengalami peningkatan,namun belum mencapai apa yang diharapkan, yaitu 4 kelompok yang memperoleh nilai ≥ 70, dengan nilai tertinggi hanya mencapai 80, sedangkan nilai terendah adalah 60 dengan rata-rata perolehan nilai sebesar 69,29. Pertemuan kedua pada siklus II kegiatan pembelajaran dilanjutkan sesuai RPP yang telah dibuat. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran sama dengan kegiatan pembelajaran sebelumnya,yaitu dengan dilengkapi dengan pemberian LKS hanya materi pembelajarannya saja yang berbeda, hasil perolehan nilai LKS untuk tiap kelompok dapat dilihat pada table. Tabel 4.10 Hasil Penilaian LKS pada pertemuan Kedua Siklus II No
Kelompok
Perolehan Nilai
1
1
80
2
2
70
3
3
90
4
4
85
5
5
80
6
6
75
7
7
65
Jumlah
545
Rata-Rata
77,86
Hasil penilaian lembar kerja siswa yang dikerjakan masing-masing kelompok pada pertemuan kedua pada siklus II yang disajikan pada table di atas, menjelaskan bahwa perolehan nilai LKS pada pertemuan kedua mengalami peningkatan,dan dirasakan telah mencapai apa yang diharapkan, yaitu 6 kelompok yang memperoleh nilai ≥ 70, dengan nilai tertinggi hanya mencapai 90, sedangkan nilai terendah adalah 65 dengan rata-rata perolehan nilai sebesar 77,86.
d. Refleksi Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada konsep pencemaran lingkungan khususnya pada materi pencemaran air dan pencemaran tanah telah mampu melibatkan siswa ke dalam proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa bisa saling berukar ide dan pikiran dalam proses berpikir bersama tanpa mengandalkan kemampuan siswa yang pandai saja. Oleh karena itu tanggung jawab tiap individu dalam kelompok telah dapat dioptimalkan. Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran pada siklus I ini masih ditemukan beberapa temuan yaitu : 1) Rata-rata hasil posttest pada siklus I diatas KKM yaitu mencapai 78,75. 2) Nilai N-gain kelas pada siklus I adalah 0,59 dengan katagori sedang 3) Tingkat ketuntasan atau persentase keberhasilan pada siklus II sebanyak 97,22%. 4) Rata-rata perolehan nilai hasil penyelesaian lembar kerja siswa pada pertemuan pertama adalah 69,29 dan pada pertemuan kedua adalah 77,86. Terjadi peningkatan hasil pengerjaan LKS dari
pertemuan kedua
dibandingkan dengan pertemuan pertama, dan peningkatan ini telah mencapai 70. 5) Kelompok
yang
dibentuk
dengan
memperhatikan
kemampuan
tiap
individu(dilihat dari hasil posttest siklus I) ternyata berjalan lebih efektif, siswa lebih menerima pembagian kelompok mereka tersebut. Mereka tidak lagi menginginkan berkelompok dengan teman yang mereka kehendaki. Selain itu hanya beberapa siswa yang masih bercanda saat pembelajaran berlangsung. 6) Siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran CTL sehingga pada saat penerapannya siswa bisa beradaptasi dengan baik. 7) Siswa memperhatikan kesimpulan dari pembelajaran dan mencatat konsepkonsep yang dianggap penting dari materi yang telah dipelajari. Refleksi dari proses pembelajaran yang telah dijelaskan tersebut, mengacu pada tahapan pembelajaran dengan melihat temuan pada hasil lembar kerja siswa,
kegiatan diskusi kelompok dan hasil
tes yang didapat oleh siswa, sehingga
diharapkan dapat memberikan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya. e. Keputusan Berdasarkan data-data temuan dapat disimpulkan bahwa, perolehan nilai dari hasil belajar, tingkat keberhasilan, N-gain kelas, LKS dan aktivitas siswa pada siklus II
dikatagorikan baik. Nilai yang diperoleh siswa mengalami
peningkatan dibandingkan siklus I. Indikator utama yang ditetapkan oleh peneliti yaitu sebanyak 75% siswa memiliki nilai diatas KKM yaitu 70, dan pada siklus II ini persentasi siswa yang mencapai keberhasilan mencapai 97,22%. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian tindakan kelas ini di siklus II karena telah mencapai target yang diharapkan. B. Pembahasan Pada tahap perencanaan pada siklus pertama guru merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan CTL, menentukan pokok bahasan, mengembangkan skenario pembelajaran, menyiapkan instrumen (tes penguasaan konsep), pembentukan kelompok belajar siswa, dan menyiapkan sumber belajar. Kemudian dilanjutkan pada tahap tindakan. Pada tahap tindakan yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan CTL yang tertera pada skenario pembelajaran/ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rangkaian kegiatan pada pertemuan pertama adalah Guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan bertanya kepada siswa ”apa yang terlintas dalam pikiran kalian ketika mendengar Hutan Gundul? Apa yang terjadi ketika hutan gundul diguyur hujan? Apa dampak yang akan terjadi?”(asas bertanya). Guru memberi gambaran antara hutan gundul dan hutan lebat kepada siswa dengan memberikan contoh 2 orang anak yang satu berambut cepak dan yang satu berambut panjang untuk maju kedepan. Kemudian guru menjelaskan apa yang terjadi ketika keduanya disiram dengan air (asas permodelan). Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok diskusi secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang dengan intelegensi yang berbeda, dan masing-masing
anggota kelompok mempunyai peran masing-masing (asas masyarakat belajar). Guru memberikan LKS 1 tentang penebangan hutan dan hutan gundul (asas konstruktivisme). Guru meminta siswa mencari berbagai alasan kenapa orang melakukan penebangan hutan (asas inquiry). Guru meminta setiap kelompok menjelaskan jawaban hasil diskusi tersebut (asas refleksi). Guru memberikan skor dari tiap jawaban kelompok (asas penilaian sebenarnya) Pada saat tidakan dilaksanakan maka dilakukanlah tahapan observasi. Hasil observasi (pengamatan) pada siklus pertama pertemuan pertama yaitu: Pada awal pembelajaran suasana kelas belum kondusif, suasana kelas masih terlihat belum tertib dikarenakan siswa belum terbiasa dalam mengikuti pembelajaran dengan CTL sehingga ketika pembelajaran dimulai masih ada siswa yang bergurau saat mengikuti pelajaran. Pada tahap diskusi untuk mengerjakaan LKS diskusi belum berjalan dengan baik, sebagian siswa masih ada yang bergurau dengan temannya dan siswa masih belum terbiasa berdiskusi dalam pembelajaran sehingga dari tiap-tiap kelompok masih banyak yang mengajukan pertanyaan. Pada saat tahap melaksanakan investigasi atau pengamatan kerjasama kelompok belum terjalin dengan baik, sebagian dari siswa masih mengandalkan teman yang pintar. Pada saat mempresentasikan hasil kerja kelompok siswa belum terlihat berani dalam mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan siswa, karena siswa belum terbiasa dalam mempresentasikan hasil diskusi siswa. Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan kedua adalah Guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan bertanya kepada siswa ” Mengapa asap
kendaraan
bermotor
berwarna
hitam?”(asas
bertanya).
Guru
mensimulasikan pencemaran udara dengan cara membakar anti nyamuk yang asapnya ditampung dalam toples yang berisi seekor jangkrik (asas permodelan). Guru memerintahkan siswa duduk dalam kelompok (asas masyarakat belajar). Guru memberikan LKS 2 tentang pencemaran udara (asas konstruktivisme). Guru meminta siswa mencari jenis bahan yang dapat mencemari udara (asas inquiry). Guru meminta setiap kelompok menjelaskan jawaban hasil diskusi tersebut (asas refleksi). Guru memberikan skor dari tiap jawaban kelompok (asas penilaian sebenarnya)
Hasil observasi (pengamatan) pada pertemuan kedua yaitu, Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai tertib dalam mengikuti pembelajaran. Pada saat mengerjakaan LKS, siswa terlihat antusias, diskusi berjalan dengan baik. Siswa mulai menyukai dalam kegiatan tersebut dan guru memberikan penjelasan kepada siswa dalam kerja kelompok agar bekerjasama dengan baik, karena dengan terjalinnya kerjasama yang baik akan menghasilkan hasil pekerjaan yang baik pula, sehingga seluruh siswa terlihat aktif dalam tahapan ini. Pada saat mempresentasikan hasil pengamatan siswa mulai berani dalam mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan siswa. Pada akhir pertemuan dilakukan Posttest untuk melihat hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang diproleh terjadi peningkatan nilai rata-rata Posttest. Nilai rata-rata Pretest sebesar 40,14 dan nilai rata-rata Posttest siswa sebesar 71,39. Berdasarkan kategori Ngain yang diperoleh kategori sedang sebanyak 100 % siswa. Peningkatan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Titik Nuraniyah dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning dalam pembelajaran struktur daun dan fungsinya pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Candimulyo Tahun pelajaran 2007/2008 dapat meningkatkan prestasi belajar sains siswa. Terbukti dari nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 50.2, siklus 1:65.7, dan siklus 2: 78.2, sedangkan ketuntasan belajar dari kondisi awal 25%, siklus 1: 70%, dan siklus 2:95%.54 Pada tahap perencanaan pada siklus Kedua meliputi, Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan CTL, menentukan pokok bahasan, mengembangkan skenario pembelajaran, menyiapkan instrumen (tes penguasaan konsep), pembentukan kelompok belajar siswa, dan menyiapkan sumber belajar. Pada tahap tindakan yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan CTL yang tertera pada skenario pembelajaran/ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan yang dilaksankan pada pertemuan pertama disiklus II adalah, 54
Titik Nuraniyah, Peningkatan Prestasi Belajar Sains melalui Model Pembelajaran Contextual dalam Pembelajaran Struktur Daun dan Fungsinya Siswa kelas IV SD Negeri 3 Candimulyo Tahun Pelajaran 2007/2008, Volume 5, No 4, 2008,h.31
Guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan bertanya kepada siswa ” Mengapa kebanyakan sungai di kota besar airnya sangat kotor?”(asas bertanya). Guru memberi gambaran kepada siswa dengan mengajak siswa untuk melakukan pengamatan terhadap seekor ikan yang di masukan kedalam sebuah toples yang berisi air sabun dan air bersih (asas permodelan). Guru memerintahkan siswa duduk dalam kelompok (asas masyarakat belajar). Guru memberikan LKS 3, tentang pencemaran air (asas konstruktivisme). Guru meminta siswa mencari jenis bahan yang dapat mencemari air (asas inquiry). Guru meminta setiap kelompok menjelaskan jawaban hasil diskusi tersebut. (asas refleksi). Guru memberikan skor dari tiap jawaban kelompok (asas penilaian sebenarnya). Hasil observasi (pengamatan) pada siklus kedua pertemuan pertama yaitu: Pada siklus kedua pertemuan pertama suasana pembelajaran sudah mulai tertib, siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada tahap diskusi kelompok berjalan dengan baik dan seluruh siswa telah dapat mengerjakannya dengan baik. Pada saat mengerjakan tugas kelompok seluruh siswa siswa berpartisipasi aktif dalam melakukannya dan telah dapat membagi-bagi tugas pada kelompoknya. Pada saat mempresentasikan
hasil
diskusi
siswa
terlihat
lebih
berani
dalam
mempresentasikan hasil diskusi kelompok siswa. Kegiatan pada pertemuan kedua adalah, memberikan apersepsi dan motivasi dengan bertanya kepada siswa ” Apa yang akan terjadi jika tanah banyak mengandung sampah yang tidak dapat terurai?”(asas bertanya). Guru memberi gambaran kepada siswa dengan memberikan (asas permodelan). Guru memerintahkan siswa duduk dalam kelompok (asas masyarakat belajar). Guru memberikan LKS 4, tentang pencemaran Tanah (asas konstruktivisme). Guru meminta siswa mencari jenis bahan yang dapat mencemari tanah (asas inquiry). Guru meminta setiap kelompok menjelaskan jawaban hasil diskusi tersebut (asas refleksi). Guru memberikan skor dari tiap jawaban kelompok (asas penilaian sebenarnya) Sedangkan hasil observasi (pengamatan) pada pertemuan kedua yaitu sebagai berikut: Pada siklus kedua pertemuan pertama suasana pembelajaran tertib, siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada tahap diskusi, diskusi
berjalan dengan baik dan seluruh siswa telah dapat mengerjakan LKS dengan baik dan sangat tepat. Pada saat mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan siswa sudah terbiasa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sehingga siswa berani dalam mempresentasikan hasil dari diskusi dan pengamatannya. Pada akhir pertemuan dilakukan Posttest untuk melihat hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang diproleh terjadi peningkatan nilai rata-rata Posttest. Nilai rata-rata Pretest sebesar 48,61 dan nilai rata-rata Posttest siswa sebesar 78,75. Berdasarkan kategori N-gain diperoleh kategori sedang sebanyak 97,22 % siswa dan kategori tinggi sebanyak 2,78 % siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pembelajaran dengan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek penguasaan konsep. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata Posttest hasil belajar siswa. Nilai rata-rata Pretest pada siklus pertama sebesar 40,14 dan nilai rata-rata Posttest siswa meningkat sebesar 71,39. Sedangkan pada siklus kedua nilai rata-rata Pretest sebesar 48,61 dan nilai rata-rata Posttest siswa meningkat sebesar 78,75. Berdasarkan kategori N-gain pada siklus perama semua siswa (100%) memperoleh kategori sedang sebanyak 100% siswa. Sedangkan pada siklus kedua kategori sedang sebanyak 83,33% siswa, dan siswa yang mengalami peningkatan pemahaman dengan kategori tinggi sebanyak 16,67% siswa. Selain meningkatkan hasil belajar pada penguasaan konsep, CTL juga meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu konsep yang mereka pelajari. Hal ini dikarenakan dengan CTL sangat erat kaitannya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Berdasarkan analisis data hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari penelitian yang dilakukan dari siklus I hingga siklus II terjadi peningkatan pemahaman konsep oleh siswa, terlihat dari peningkatan hasil belajar setelah diberikan tindakan. Hal ini sejalan dengan Muh. Yusuf dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL, menunjukan data bahwa keaktifan mahasiswa mencatat kompetensi dasar yang menjadi keharusan untuk dimiliki pada setiap pertemuan, keaktifan mahasiswa mencatat indikator, keaktifan mahasiswa mencatat materi pokok yang
diterangkan dosen, keaktifan mahasiswa membaca buku agar memahami pelajaran yang akan dibahas (construktivisme), keaktifan/keberanian dalam mengajukan pertanyaan
dan
menjawab
pertanyaan,keaktifan
mahasiswa
mahasiswa
menyatakan pendapat tentang permasalahan yang sedang dipelajari, keaktifan setiap kelompok menyimpulkan hasil diskusinya, keaktifan dan ketepatan dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun individual, didalam ruang kelas atau di luar kelas menunjukan grafik yang meningkat dari setiap siklus.55 Pada siklus I nilai rata-rata hanya mencapai 42,56 tidak satupun siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran. Setelah diberikan tindakan yaitu pembelajaran dengan CTL dimana pada penelitian ini dibatasi pada konsep pencemaran lingkungan, diperoleh peningkatan nilai rata-rata siswa pada posttest sebesar 74,66. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan yang signifikan. Setelah diberikan tindakan yaitu sebesar 48,33 pada saat pretest dan sebesar 78,28 pada saat posttest. Nilai rata-rata posttest siklus II juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata posttest siklus I. Seluruh siswa telah memperoleh nilai di atas KKM. Hal ini sesuai dengan apa yang disimpulkan oleh Anak Agung Oka dalam penelitianya yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual” menyimpulkan pertama, dengan pembelajaran Contexual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains kelas VII di SMP Negeri 4 Metro dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kedua. dengan pembelajaran Contexual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Sains di SMP Negeri 4 Metro dapat memperkuat daya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya. Hal tersebut dari semakin tingginya kemampuan siswa mengingat materi yang dipelajarinya yang semula hanya 1-3 hari menjadi 5 hari sampai dengan 15 hari.56 Pada siklus II ini, siswa yang dinyatakan mengalami pemahaman (tuntas) pada konsep ini sebanyak 30 orang (83,33%). Dengan demikian kelas 7 55
Muh. Yusuf, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL, Volume I, Nomor 19,2006,h. 149 56 Anak Agung Oka, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual,Bioedukasi Volume 2,Nomor 2,2011,h.90
dinyatakan mengalami pemahaman dan dinyatakan tuntas dalam pembelajaran Konsep Pencemaran Lingkungan. Pada siklus II, penelitian dapat dikatakan berhasil dengan adanya peningkatan pemahaman siswa dan ketuntasan belajar kelas serta tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VII MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan nilai hasil belajar IPA yang diperoleh pada saat posttest dibandingkan dengan hasil pretes, yaitu Nilai rata-rata posttest pada siklus I yaitu 71,39, dengan persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 63,89% dan peningkatan jumlah siswa yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 23 orang. Sedangkan nilai rata-rata posttest pada siklus II
yaitu 78,28, dengan
persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 97,22 %, dan peningkatan jumlah siswa yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 35 orang. Dengan demikian, nilai rata-rata N-Gain pada siklus I dan II mengalami peningkatan dari 0,55 menjadi 0,59, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata N Gain siklus I dan siklus II. B. Saran 1. Dalam menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and learning (CTL) hendaknya disediakan alokasi waktu yang cukup agar diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan yang diharapkan. 2. Guru hendaknya dapat memperkenalkan berbagai metode atau model pembelajaran kepada siswa agar tidak merasa jenuh pada penggunaan satu metode atau satu model saja, dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran yang aktif sehingga kemampuan siswa dapat lebih digali dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah. Bandung: Rizqi Press.2009. Ahmadi, Iif Khoiru, Amri Sofan, dan Elisah Titik. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2011. Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:Rosda. 2009. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 2009. BSNP.
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta:2006.
Hakim, Lukman. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:CV Wacana Prima. 2011. Hamalik , Oemar. Proses Belajar Mengajar.Jakarta:Bumi Aksara.2010. Idris, Environmental Kuznets Curve: Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kualitas Lingkungan di Indonesia, (Padang:Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang). 2012. Isnaeni, Herliyana. Penerapan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Mengembangkan Keterampilan Menjelaskan Sisw.skripsi. 2010. Johnson , Elaine B. Contextual Teaching & Learning: Menjadikan kegiatan belajar-mengajar….., Bandung: Mizan Learning Center (MLC).2007. Kartikasari, Redno. Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) dengan metode Eksperimen untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011, Jurnal Skripsi,2011 Ketter, Catherine Teare and Jonathan Arnold. CTL: Case Study of Nancy a High School Science Novice Teacher. Universitas of Georgia: 2003. [online] http://www.coe.uga.edu/ctl/casestudy/BSmith.pdf. Kurniastuti, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem Melalui Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And
Learning) Pada Siswa Kelas Vii Semester Genap SMP Negeri I Doro Kabupaten Pekalongan TP. 2004/2005,Skripsi,2006 Laila, Noor Alfu.Pengaruh Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD. Cakrawala Pendidikan: November 2009. Th. XXVIII, No. 3. 2009 Meltzer,David E. Addendum To: The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible “Hidden Variable” In Diagnostic Pretest Scores. Diakses 21 Juni 2010 dari http//:www.physics.ia.state.edu/per/docs/addendum_on_normalized_ gain. pdf Nuraniyah,Titik. Peningkatan Prestasi Belajar Sains melalui Model Pembelajaran Contextual dalam Pembelajaran Struktur Daun dan Fungsinya Siswa kelas IV SD Negeri 3 Candimulyo Tahun Pelajaran 2007/2008. Volume 5. No 4. 2008. Nurdin, Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar,Vol IX, No 1,2009. Oka, Anak Agung. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual. Bioedukasi Volume 2,Nomor 2. 2011. Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:Prenada Media Group. 2008. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Pendidikan.Jakarta:Kencana.2010.
Berorientasi
Standar
Proses
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta. 2003. Sofyan, Ahmad. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: 2006. Sudarman, Pola Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lingkungan Hidup Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 9 Semarang Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Melalui Pendekatan Kontekstual Berwawasan Sets 1. Lembaran Ilmu Kependidikan Jilid 36, No. 1, Juni 2007. Sukardi, M. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Yogyakarta:Bumi Aksara.2008. Sukarjo, M dan Komarudin Ukim. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasiny.Jakarta: Rajawali Pers. 2009.
Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1995. Tim Penatar Undiksha. Menggunakan CTL dan Asesment Otentik dalam Rangka Implementasi KTSP di Sekolah Dasar. Singaraja: 2007. disampaikan pada pelatihan para kepala sekolah dasar Kabupaten Karangasem Dana DBEP, tanggal 29-31 Juli 2007. Hal 4. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Renada media grup. 2010. Trianto. Model Pembelajaran TerpaduKonsep, strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.2010. Wais. Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran SainsFisika SMP. Cakrawala Pendidikan, Februari 2006,Th XXV,No. 1. 2006 Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:Gudang Persada Press. 2007. Yusuf, Muh. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL. Volume I, Nomor 19. 2006. Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009. Zurinal Z, Sayuti Wahdi. Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press.2006.
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1
Sekolah
: MTs AL KHAIRIYAH TAJUR
Kelas / Semester
: VII (tujuh)/Semester II
Mata Pelajaran
: IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu
: 2 X 45
Standar Kompetensi
:
7.
Memahami
saling
ketergantungan
dalam
ekosistem.
Kompetensi Dasar
:
7.4 Mengaplikasikan
peran
manusia
dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Indikator : 1. Menjelaskan konsekuensi penebangan hutan dan pengaruhnya terhadap kerusakan lingkungan. 2. Menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya perusakan lingkungan.
3. Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan hutan
A. Tujuan Pembelajaran
:
Peserta didik dapat:
Menjelaskan kegunaan hutan hujan tropis. Menjelaskan kerugian akibat penebangan hutan. Menjelaskan usaha-usaha mencegah dan mengatasi kerusakan lingkungan akibat penebangan hutan. Menyebutkan ciri-ciri lingkungan alami. Menyebutkan ciri-ciri lingkungan tercemar. Membedakan lingkungan alami dan lingkungan tercemar Menyebutkan sumber-sumber pencemaran lingkungan. Menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya perusakan lingkungan.
Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan hutan
B. Materi pokok : Penebangan Hutan dan Kerusakan Lingkungan
C. Metode Pembelajaran Pendekatan
: Pembelajaran Kontekstual ( CTL )
Metode
: Diskusi kelompok Observasi Diskusi Informasi
D. Langkah – langkah pembelajaran Pertemuan Pertama
Tahapan Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Guru 1. Guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan bertanya kepada siswa ”apa yang terlintas dalam pikiran kalian ketika mendengar Hutan Gundul? Apa yang terjadi ketika hutan gundul diguyur hujan? Apa dampak yang akan terjadi?”(asas bertanya) 2. Guru menjelaskan bahwa materi hari ini adalah pencemaran lingkungan.
Siswa Siswa merespon pertanyaan guru.
Alokasi Waktu
25 menit
Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.
3. Guru menjelaskan tujuan Siswa memperhatikan pembelajaran hari ini, yaitu : penjelasan guru. Menjelaskan kegunaan hutan hujan tropis. Menjelaskan kerugian akibat penebangan hutan. Menjelaskan usaha-usaha mencegah dan mengatasi
kerusakan lingkungan penebangan hutan.
akibat
Siswa memperhatikan 4. Guru menjelaskan tentang model penjelasan guru. pembelajaran CTL. Inti
1. Guru memberi gambaran antara hutan gundul dan hutan lebat kepada siswa dengan memberikan contoh 2 orang anak yang satu berambut cepak dan yang satu berambut panjang untuk maju kedepan. Kemudian guru menjelaskan apa yang terjadi ketika keduanya disiram dengan air.(asas permodelan)
Siswa merespon pertanyaan dari guru.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Guru menjelaskan tentang kegunaan hutan hujan tropis, kerugian akibat penebangan hutan, menjelaskan usaha-usaha mencegah dan mengatasi kerusakan lingkungan akibat penebangan hutan. dengan menggunakan power point.
slide
Eksplorasi : membentuk 1. Guru membimbing siswa untuk Siswa membentuk kelompok diskusi kelompok diskusi. secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang dengan intelegensi yang berbeda, dan masingmasing anggota kelompok mempunyai peran masingmasing. (asas masyarakat belajar) Siswa membaca literatur 2. Guru membimbing siswa untuk bersama kelompok. mempelajari literatur bersama kelompok.
65 menit
Elaborasi : 1. Guru memberikan LKS 1 tentang penebangan hutan dan hutan gundul. (asas konstruktivisme)
Siswa menjawab pertanyaan yang sudah mereka dapat dari LKS tersebut.
2. Guru membimbing siswa untuk Siswa berdiskusi dengan berdiskusi dengan kelompok kelompok dalam mengisi LKS 1 dan memastikan tiap anggota dari masing-masing kelompok dapat mengetahui dan menguasai konsep dari soal-soal LKS 1 yang dikerjakan bersama. Siswa mencari berbagai 3. Guru meminta siswa mencari alasan kenapa terjadi berbagai alasan kenapa orang penebangan hutan pada melakukan penebangan hutan. literatur. (asas inquiry) Siswa bersama kelompok 4. Guru meminta setiap kelompok menjelaskan hasil menjelaskan jawaban hasil diskusi jawaban yang sudah tersebut. (asas refleksi) didiskusikan. Siswa dari kelompok lain Konfirmasi : merevisi atau 1. Guru memberikan skor dari tiap menyanggah jawaban jawaban kelompok. (asas dari kelompok lain jika penilaian sebenarnya) salah.
Penutup
2. Guru memberi penguatan dan sedikit tentang materi yang baru saja dipelajari. 1. Guru membimbing siswa untuk memberi kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari hari ini. 2. Guru menginformasi kepada siswa untuk membentuk 4 kelompok dan mengerjakan tugas rumah yakni mencari di buku atau internet mengenai ilegaloging.
Siswa menyimak penjelasan guru.
Siswa memberikan kesimpulan.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
10 menit
E. Sumber/Bahan Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa A. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VII B. Buku referensi yang relevan C. Lingkungan sekitar sekolah.
F. Penilaian a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay) b. Tugas Rumah
Mengetahui,
Citeureup,
Guru Ilmu Pengetahuan Alam
Peneliti
Siti Nuraeni Handayani, S.Pd
Wawan Darmawan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1
Sekolah
: MTs AL KHAIRIYAH TAJUR
Kelas / Semester
: VII (tujuh)/Semester II
Mata Pelajaran
: IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu
: 2 X 45
Standar Kompetensi
:
7.
Memahami
saling
ketergantungan
dalam
ekosistem.
Kompetensi Dasar
:
7.4 Mengaplikasikan
peran
manusia
dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian pencemaran udara. 2. Menjelaskan penyebab pencemar udara. 3. Menjelaskan pengaruh pencemaran air terhadap makhluk udara. 4. Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran udara.
A. Tujuan Pembelajaran
:
Peserta didik dapat:
Menjelaskan pengertian pencemaran udara. Menjelaskan penyebab pencemar udara. Menjelaskan pengaruh pencemaran air terhadap makhluk udara. Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran udara.
B. Materi pokok : Pencemaran Udara
C. Metode Pembelajaran Pendekatan
: Pembelajaran Kontekstual ( CTL )
Metode
: Diskusi kelompok
Observasi Diskusi Informasi
D. Langkah – langkah pembelajaran Pertemuan kedua
Kegiatan Tahapan Kegiatan Guru Siswa memberikan Siswa merespon Pendahuluan 1. Guru apersepsi dan pertanyaan guru. motivasi dengan bertanya kepada siswa ” Mengapa asap kendaraan bermotor berwarna hitam?”(asas bertanya) Siswa memperhatikan 2. Guru menjelaskan materi yang bahwa materi hari ini disampaikan adalah pencemaran oleh guru. udara. Siswa 3. Guru menjelaskan memperhatikan tujuan pembelajaran penjelasan guru. hari ini, yaitu : Siswa Menjelaskan memperhatikan pengertian penjelasan guru. pencemaran udara. Menjelaskan penyebab pencemar udara. Siswa memperhatikan Menjelaskan penjelasan guru. pengaruh pencemaran air terhadap makhluk udara. Menjelaskan
Alokasi Waktu
25 menit
upaya yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran udara Inti
2. Guru mensimulasikan pencemaran udara dengan cara membakar anti nyamuk yang asapnya ditampung dalam toples yang berisi seekor jangkrik. (asas permodelan) 3. Guru menjelaskan tentang pengertian,penyebab, dampak dan upaya yang harus dilakukan pencemaran udara dengan menggunakan slide power point.
Siswa merespon pertanyaan dari guru.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Eksplorasi : 1. Guru memerintahkan siswa duduk dalam Siswa kelompok (asas membentuk masyarakat belajar) kelompok diskusi. 3. Guru membimbing siswa untuk mempelajari literatur bersama kelompok. Elaborasi : 5. Guru memberikan LKS 2 tentang pencemaran udara (asas konstruktivisme)
Siswa membaca literatur bersama kelompok.
6. Guru membimbing Siswa mengambil siswa untuk berdiskusi daftar bahan
65 menit
dengan kelompok dalam mengisi LKS 2 dan memastikan tiap anggota dari masingmasing kelompok dapat mengetahui dan menguasai konsep dari soal-soal LKS 2 yang dikerjakan bersama. 7. Guru meminta mencari jenis yang mencemari (asas inquiry)
makanan, masing-masing sesuai urutan dalam kelompok Siswa menjawab pertanyaan yang sudah mereka dapat dari LKS tersebut.
siswa Siswa berdiskusi bahan dengan dapat kelompok udara.
8. Guru meminta setiap kelompok menjelaskan jawaban hasil diskusi tersebut. (asas refleksi)
Siswa mencari jenis mikroorganisme pada literatur.
Konfirmasi : 3. Guru memberikan skor dari tiap jawaban kelompok. (asas penilaian sebenarnya)
Penutup
Siswa bersama kelompok menjelaskan hasil jawaban yang sudah didiskusikan. Siswa dari kelompok lain merevisi atau menyanggah jawaban dari kelompok lain 4. Guru memberi jika salah. penguatan dan sedikit tentang materi yang baru saja dipelajari. Siswa menyimak penjelasan guru. 3. Guru membimbing Siswa siswa untuk memberi memberikan kesimpulan tentang kesimpulan. materi yang telah
11 menit
dipelajari hari ini.
E. Sumber / Alat / Bahan. Sumber
: Buku acuan yang relevan, internet, lingkungan sekolah.
Alat dan bahan : komputer, Alat bantu presentasi (LCD), Skema/Bagan konsep, tulisan, gambar, karton, spidol. F. Penilaian a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay) b. Tugas Rumah
Mengetahui,
Citeureup,
Guru Ilmu Pengetahuan Alam
Peneliti
Siti Nuraeni Handayani, S.Pd
Wawan Darmawan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 2
Sekolah
:
MTs AL KHAIRIYAH TAJUR
Kelas / Semester
:
VII (tujuh)/Semester II
Mata Pelajaran
:
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu
:
Standar Kompetensi
:
3 X 45’
7.
Memahami
saling
ketergantungan
dalam
ekosistem.
Kompetensi Dasar
:
7.4 Mengaplikasikan
peran
manusia
dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian pencemaran air. 2. Menjelaskan penyebab pencemar air. 3. Menjelaskan pengaruh pencemaran air terhadap makhluk hidup. 4. Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran air.
A. Tujuan Pembelajaran
:
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian pencemaran air. 2. Menjelaskan sumber-sumber pencemaran air. 3. Menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air 4. Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran air.
B. Materi Pembelajaran
:
Pencemaran air
C. Metode Pembelajaran Pendekatan
: Pembelajaran Kontekstual ( CTL )
Metode
: Diskusi kelompok Observasi Ceramah
D. Langkah – langkah pembelajaran
Pertemuan ketiga
Kegiatan Tahapan Kegiatan Guru Siswa memberikan Siswa merespon Pendahuluan 1. Guru apersepsi dan pertanyaan guru. motivasi dengan bertanya kepada siswa ” Mengapa kebanyakan sungai di kota besar airnya sangat kotor?”(asas Siswa bertanya) memperhatikan 2. Guru menjelaskan yang bahwa materi hari ini materi disampaikan oleh adalah pencemaran guru. pencemaran air. 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Siswa hari ini, yaitu : memperhatikan Menjelaskan penjelasan guru. pengertian pencemaran air. Menjelaskan sumbersumber pencemaran air. Menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran air.
Alokasi Waktu
25 menit
Inti
4. Guru memberi gambaran kepada siswa dengan mengajak siswa untuk melakukan pengamatan terhadap seekor ikan yang di masukan kedalam sebuah toples yang berisi air sabun dan air bersih (asas permodelan)
Siswa merespon pertanyaan dari guru.
Siswa memperhatikan penjelasan guru 5. Guru menjelaskan dan mencatat tentang Guru hal-hal yang menjelaskan dianggap tentang penting. pengertian,penyeba b, dampak dan upaya yang harus dilakukan pencemaran air dengan Siswa menggunakan slide membentuk power point. kelompok diskusi. Eksplorasi : 6. Guru memerintahkan siswa duduk dalam kelompok Siswa membaca (asas masyarakat literatur bersama belajar) kelompok. 7. Guru membimbing siswa untuk mempelajari literatur bersama kelompok.
Elaborasi :
Siswa menjawab pertanyaan yang sudah mereka dapat dari LKS tersebut.
65 menit
8. Guru memberikan Siswa berdiskusi LKS 3, tentang dengan kelompok pencemaran air. (asas konstruktivisme)
9. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dengan kelompok dalam mengisi LKS 3 dan memastikan tiap anggota dari masingmasing kelompok dapat mengetahui dan menguasai konsep dari soal-soal LKS 3 yang dikerjakan bersama.
Siswa mencari jenis bahan pencemar air pada literatur.
Siswa bersama kelompok menjelaskan hasil jawaban yang 10. Guru meminta sudah siswa mencari jenis didiskusikan. bahan yang dapat mencemari air. (asas Siswa dari inquiry) kelompok lain merevisi atau 11. Guru meminta menyanggah setiap kelompok jawaban dari menjelaskan jawaban kelompok lain hasil diskusi tersebut. jika salah. (asas refleksi) Siswa menyimak penjelasan guru. Konfirmasi : 12. Guru memberikan skor dari tiap jawaban kelompok. (asas penilaian sebenarnya) 13. Guru memberi penguatan dan sedikit tentang materi
yang baru dipelajari.
Penutup
saja
14. Guru membimbing Siswa siswa untuk memberi memberikan kesimpulan tentang kesimpulan. materi yang telah dipelajari hari ini.
12 menit
E. Sumber/Bahan Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa D. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VII E. Buku referensi yang relevan F. Lingkungan sekitar sekolah.
F. Penilaian a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay) b. Tugas Rumah
Mengetahui,
Citeureup,
Guru Ilmu Pengetahuan Alam
Peneliti
Siti Nuraeni Handayani, S.Pd
Wawan Darmawan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 2 Sekolah
:
MTs AL KHAIRIYAH TAJUR
Kelas / Semester
:
VII (tujuh)/Semester II
Mata Pelajaran
:
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu
:
Standar Kompetensi
:
3 X 45’
7.
Memahami
saling
ketergantungan
dalam
ekosistem.
Kompetensi Dasar
:
7.4 Mengaplikasikan
peran
manusia
dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian pencemaran tanah. 2. Menjelaskan penyebab pencemar tanah. 3. Menjelaskan pengaruh pencemaran tanah terhadap makhluk hidup. 4. Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran tanah. 5.
Mengusulkan cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
A. Tujuan Pembelajaran
:
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian pencemaran tanah. 2. Menjelaskan sumber-sumber pencemaran tanah 3. Menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah. 4. Menjelaskan akibat pencemaran terhadap makhluk hidup secara global. B. Materi Pembelajaran
:
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
C. Metode Pembelajaran Pendekatan
: Pembelajaran Kontekstual ( CTL )
Metode
: Diskusi kelompok Observasi Ceramah
D. Langkah – langkah pembelajaran
Pertemuan Keempat
Kegiatan Tahapan Kegiatan Guru Siswa memberikan Siswa merespon Pendahuluan 1. Guru apersepsi dan pertanyaan guru. motivasi dengan bertanya kepada siswa ” Apa yang akan terjadi jika tanah banyak mengandung sampah yang tidak dapat terurai?”(asas Siswa bertanya) memperhatikan 2. Guru menjelaskan materi yang bahwa materi hari ini disampaikan oleh guru. adalah pencemaran lingkungan. 3. Guru tujuan
Siswa memperhatikan menjelaskan penjelasan guru. pembelajaran
hari ini, yaitu : Menjelaskan pengertian pencemaran tanah. Menjelaskan sumbersumber pencemaran tanah
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Alokasi Waktu
25 menit
Menjelaskan
akibat
yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah. Menjelaskan
akibat
pencemaran terhadap makhluk hidup secara global. Inti
4.
Guru
gambaran siswa memberikan
memberi Siswa merespon pertanyaan dari kepada guru. dengan (asas
permodelan) 5. Guru menjelaskan tentang pengertian,penyebab, dampak dan upaya yang harus dilakukan pencemaran air dengan menggunakan slide power point.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Eksplorasi : 6. Guru memerintahkan siswa duduk dalam Siswa kelompok membentuk (asas masyarakat kelompok belajar) diskusi. 7. Guru membimbing siswa Siswa membaca untuk mempelajari literatur bersama literatur bersama kelompok. kelompok.
Elaborasi :
Siswa menjawab pertanyaan yang
65 menit
8. Guru sudah mereka memberikan LKS 4, dapat dari LKS tentang pencemaran tersebut. Tanah (asas konstruktivisme)
9. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dengan kelompok dalam mengisi LKS 4 dan memastikan tiap anggota dari masingmasing kelompok dapat mengetahui dan menguasai konsep dari soal-soal LKS 4 yang dikerjakan bersama.
Siswa berdiskusi dengan kelompok
Siswa mencari bahan yang dapat 10. Guru meminta mencemari siswa mencari jenis tanah pada bahan yang dapat literatur. mencemari tanah. (asas inquiry) Siswa bersama 11. Guru meminta kelompok setiap kelompok menjelaskan menjelaskan jawaban hasil jawaban hasil diskusi tersebut. yang sudah (asas refleksi) didiskusikan.
Siswa dari Konfirmasi : kelompok lain 12. Guru merevisi atau memberikan skor dari menyanggah tiap jawaban jawaban dari kelompok. (asas kelompok lain penilaian jika salah. sebenarnya)
13. Guru memberi penguatan dan sedikit tentang materi yang baru saja dipelajari. 14. Guru membimbing siswa untuk memberi kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari hari ini.
Penutup
Siswa menyimak penjelasan guru.
Siswa memberikan kesimpulan. 13 menit
E. Sumber/Bahan Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa A. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VII B. Buku referensi yang relevan C. Lingkungan sekitar sekolah.
D. Penilaian a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay) b. Tugas Rumah
Mengetahui,
Citeureup,
Guru Ilmu Pengetahuan Alam
Peneliti
Siti Nuraeni Handayani, S.Pd
Wawan Darmawan
Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Studi Pendahuluan di MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup Variabel Sarana prasarana
Indikator Fasilitas Penunjang kegiatan belajar mengajar Kelengkapan lab. IPA
Pengajar
Persiapan mengajar
-
Metode pembelajaran
-
Model Pembelajaran
-
Siswa
Media Pembelajaran
-
Sumber ajar
-
Minat siswa dalam belajar
Hasil belajar siswa Kesulitan belajar Sumber Belajar
-
Item Perpustakaan Lab.IPA LCD Ketersedian wastafel Bahan-bahan kimia Alat-alat kimia Adanya laboran Menyiapkan perangkat pembelajaran Masuk kelas tepat waktu Membawa sumber ajar Metode yang digunakan menarik Metode yang digunakan sesuai dengan materi Model yang digunakan bervariasi Model yang digunakan sesuai materi Media yang digunakan menarik Buku LKS Internet Siswa masuk kelas tepat waktu Siswa antusias dalam belajar Siswa memiliki buku sumber belajar Siswa mengikuti pelajaran dengan baik Siswa mengerjakan tugas Hasil ulangan Kriteria Ketuntasan Minimal Siswa Materi Biologi Buku paket LKS Internet Lingkungan
Lampiran 3 Lembar Observasi Studi Pendahuluan Nama Sekolah : MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup Kelas : VII Guru : Siti Nur‟aeni Handayani, S.Pd Tanggal : Tujuan : Mengetahui proses Pembelajaran dan Fasilitas pendukung Berilah tanda checklist (√ ) dalam lembar observasi ! No 1
Variabel Sarana dan Prasarana
Indikator Fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar
Pernyataan 1. Terdapat ruangan kelas 2. Terdapat lab.IPA
Ya √
3. Terdapat perpustakaan
√
4. Tersedianya LCD 5.Tersedianya wastafel 6. adanya alat-alat kimia 7. adanya bahan-bahan kimia 8. adanya laboran Persiapan 9. menyiapkanperangkat Mengajar pembelajaran 10. masuk kelas tepat waktu 11. membawa buku sumber ajar Metode 12. metode yang digunakan pembelajaran menarik 13. metode yang digunakan sesuai dengan materi Model 14. model yang pembelajaran didigunakan bervariasi 15. model yang digunakan sesuai dengan materi Media 16. media yang digunakan pembelajaran menarik Sumber ajar 17. buku sebagai sumber ajar 18. LKS sebagai sumber ajar 19. internet sebagai sumber ajar
√
√
Kelengkapan Lab. IPA
2
Pengajar
Tidak
Keterangan Kurang Baik Belum ada lab.IPA Perpustakaan tidak lengkap 1 buah
√ √ √ √ √ √ √
Buku paket √ √ √ √ √
√ √ √
Ceramah dan Tanya jawab
3
Siswa
Minat siswa dalam belajar
Hasil Belajar Kesulitan Belajar Sumber belajar
20. siswa masuk kelas tepat waktu 21. siswa antusias dalam belajar 22. siswa memiliki buku sumber belajar 23. siswa memiliki LKS sebagai sumber belajar 24. siswa mengikuti pelajaran dengan baik 25. siswa mengerjakan tugas 26. terdapat hasil ulangan 27. tercapainya nilai KKM 28. siswa mengalami kesulitan dalam materimateri biologi 29. buku sebagai sumber belajar 30. LKS sebagai sumber belajar 31. internet sebagai sumber belajar 32. lingkungan sebagai sumber belajar
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 4 Kesimpulan Hasil Observasi Studi Pendahuluan di MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup Indikator Fasilitas Penunjang kegiatan belajar mengajar
-
Kelengkapan lab.IPA
-
Persiapan Mengajar
-
Metode pembelajaran
-
Model pembelajaran
-
Media pembelajaran
-
Sumber ajar
-
Minat siswa dalam belajar
-
Hasil belajar siswa
-
Kesulitan belajar
-
Sumber belajar
-
Hasil Obsevasi Kelas kurang layak Sudah ada perpustakaan tetapi masih sangat terbatas. Belum ada Lab.IPA LCD yang dimiliki jumlahnya terbatas Sekolah belum memiliki Lab.IPA Menyiapkan perangkat pembelajaran Masuk kelas tepat waktu Membawa sumber ajar Metode yang digunakan terbatas pada ceramah dan Tanya jawab Model pembelajaran yang diterapkan,hanya pada materi tertentu Media yang digunakan masih terbatas papan tulis Guru menggunakan buku sebagai sumber belajar Banyak siswa yang masuk tidak tepat waktu Siswa kurang antusias dalam belajar Tidak semua siswa mengikuti pelajaran dengan baik Tidak semua siswa mengerjakan tugas dari guru Hasil latihan dan ulangan harian belum mencapai ketuntasan Siswa mengalami kesulitan belajar karena materi terbatas pada informasi guru dan buku Siswa menggunakan buku sebagai sumber belajar Siswa memperoleh materi terbatas pada guru
Kesimpulan Fasilitas kurang memadai untuk kegiatan pembelajaran
belum ada Lab.IPA Guru mempersiapkan diri dalam mengajar Metode yang digunakan terbatas Model yang digunakan terbatas Media yang digunakan belum bervariasi Menggunakan sumber belajar dari berbagai sumber Minat siswa dalam belajar kurang baik
Hasil belajar belum mencapai ketuntasan Siswa mengalami kesulitan belajar Siswa belajar terbatas hanya pada informasi dari guru
Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Lembar Wawancara Guru Studi Pendahuluan di MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup Variable Sarana dan Prasarana Pengajar
Indikator Fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar Penunjang Pengajaran Metode Pembelajaran
Siswa
Media Pembelajaran
-
Kendala
-
Hasil belajar Sikap Siswa
Kegiatan Pembelajaran Siswa
-
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
-
Item Terdapat ruang perpustakaan Terdapat Lab.IPA Terdapat kegiatan Ekstarakurikuler sains. Pembuatan RPP Pembuatan Silabus Pengalaman Mengajar Pendidikan Pengajar Pemilihan metode pembelajaran Variasi metode yang digunakan Kesesuaian metode dengan materi ajar Efektifitas penggunaan metode pembelajaran dalam proses belajar Pemilihan media pembelajaran Variasi media yang digunakan Kesesuaian media dengan materi ajar Efektifitas penggunaan media pembelajaran Fasilitas Siswa Materi Rata-rata hasil belajar Biologi siswa Pencapaian KKM Sikap siswa saat guru menjelaskan materi Respon siswa saat guru memberikan tugas Memberikan motivasi kepada siswa Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran Mengajukan pertanyaan tentang proses factual dalam kehidupan sehari-hari Mengaitkan topic yang akan dibahas dengan pengalaman siswa Mengaitkan materi yang dipelajari dengan isu-isu terkini dalam kehidupan Siswa menyimak penjelasan guru Siswa aktif mengajukan pertanyaan Siswa melakukan kajian literature Siswa menganalisis artikel Siswa melakukan kegiatan eksperimen Siswa belajar mempresentasikan pemahamannya
Kegiatan Akhir
Mengevaluasi hasil belajar siswa Mendorong siswa menarik kesimpulan
-
Lampiran 6
Lembar Wawancara Guru Studi Pendahuluan Nama Sekolah
: MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup
Kelas
: VII
Guru
: Siti Nur‟aeni Handayani, S.Pd
Tanggal
:
Tujuan
: Mengetahui proses Pembelajaran dan Hasil belajar yang dicapai
1. Siapa nama ibu? Jawab : Ibu Siti Nur‟aeni Handayani 2. Di kelas berapa ibu mengajar? Jawab : Kelas VII - IX 3. Sudah berapa lama ibu mengajar di sekolah ini? Jawab : Saya sudah 7 tahun 4. Sarana dan Prasarana apa yang ada di sekolah untuk mendukung kegiatan pembelajaran? Jawab : kalau sarana prasarana yang ada baru berupa buku pegangan guru, buku paket dan perpustakaan yang seadanya. 5. Apakah di sekolah ini ada Lab.IPA? Jawab : sampai hari ini sekolah belum memiliki Lab.IPA 6. Apakah di sekolah ini ada kegiatan Ekstrakulikuler sains? Jawab : sampai hari ini belum ada ekskul sains 7. Bagaimana kelengkapan alat dan bahan di Lab.IPA? Jawab: ( Tidak Ada Lab.IPA) 8. Apakah Di Lab.IPA terdapat mikroskop? Jawab: (Tidakada Lab.IPA) 9. Seberapa sering ibu menggunakan Lab.IPA dalam proses pembelajaran? Jawab: saya tidak pernah menggunakan Lab.IPA karena disini tidak ada, jadi kalaupun harus praktek biasanya saya memilih praktikum yang sederhana saja yang bisa dipaktekan di dalam kelas. 10. Apakah ibu membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran sebelum mengajar? Jawab: saya sudah siapkan RPP dari awal tahun pelajaran jadi saya tinggal menggunakannya pada saat mengajar. 11. Perencanaan seperti apa yang ibu siapkan sebelum mengajar? Jawab : perencanaan yang biasa saja, yang sesuai dengan latar belakangnya,SKKD, dan lain-lain, pokoknya sesuai aturan yang ada saja. 12. Apakah Ibu menggunakan panduan untuk membuat perencanaan mengajar?
13.
14.
15. 16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Jawab: ya pasti ada panduan yang saya gunakan yaitu KTSP dan silabus yang saya gunakan dalam membuat RPP Bagai mana jika pengajaran ibu tidak sesuai dengan perencanaan yang sudah ibu buat? Jwab : paling nambah waktu dipertemuan selanjutnya Metode dan media apa yang ibu gunakan dalam proses belajar mengajar di kelas? Jawab : biasnya saya ceramah, member catatan dan latihan soal. Media yang sering saya gunakan paling papan tulis saja Mengapa ibu memilih metode dan media tersebut? Jawab: gampang saja jadi ga mesti repot-repot Dalam proses pembelajaran,apakah ibu sering mengaitkan materi biologi dengan kehidupan sehari-hari? Jawab : iya lah, kan sesuai apa yang ada di SK-KD Model pembelajaran apa yang sering ibu terapkan di kelas? Jawab : kebanayak saya kalau ngajar ceramah saja karena sebenernya biologi bukan bidang saya. Apakah materi pencemaran lingkungan jadi permasalah buat anak-anak ? Jawab :saya pikir harusnya tidak tapi kadang anak-anak tidak paham juga dengan materi ini. Mungkin ada yang salah dari penyampainya ketika saya ngajar. Untuk materi tersebut model pembelajaran apa yang ibu terapkan? Jawab : biasanya saya ceramah saja menyampaikan materi sesuai RPP yang sudah ada Menurut ibu model tersebut cocok tidak? Jawab : kalau anaknya memperhatikan saya pikir cocok-cocok saja karena kita bisa tanya jawab juga kalau anak tidak paham. Bagai mana minat dan motivasi di siswa kelas VII? Jawab: lumayan, tapi banyak siswa yang kadang susah untuk diatur atau diarahkan ketika sedang belajar. Apakah kendala ibu dalam mengajar Biologi di kelas VII? Jawab : kendala utama yang saya rasa adalah susah mengkondisikan mereka pada saat pembelajaran, mereka suka malas-malasan, malah kadang mereka membuat kegaduhan ketika saya menerangkan. Bagaimana sikap siswa ketika ibu menjelaskan materi di kelas? Jawab :ya beragam, ada yang memperhatikan, ada yang ngobrol dengan teman sebangkunya, bahkan ada yang nyanyi-nyanyi kadang. Bagaimana respon siswa jika ibu memberikan tugas? Jawab: kalau yang rajin biasanya langsung mengerjakan tapi kadang ada siswa yang protes Bagaimana dengan hasil belajar biologi siswa kelas yang ibu ajar? Jawab :masih banyak siswa yang belum mencapai tuntas, jadi masih di bawah KKM Menurut ibu factor apa yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai biologi siswa dikelas? Jawab : karena tidak ada kemauan, tidak ada motivasi, mereka malas belajar saja
27. Evaluasi seperti apa yang ibu pergunakan untuk melihat pemahan siswa? Jawab : biasanya mengerjakan soal saja 28. Apakah siswa memiliki buku paket/LKS atau sumber belajar lain? Jawab: buku paket ada dari BOS kalau LKS hanya sebagian saja 29. Pada setiap awal pembelajaran apakah ibu selalu memberikan motivasi kepada siswa? Jawab : tidak setiap pertemuan tapi saya kadang-kadang mengingatkan agar mereka rajin belajar 30. Dengan cara apa ibu membangkitkan minat siswa pada awal proses pembelajaran? Jawab : biasanya Tanya jawab materi sebelumnya 31. Apakah ibu selalu mengaitkan topik yang akan dibahas dengan pengalaman siswa atau dengan isu-isu kehidupan sehari-hari? Jawab: tergantung materinya saja kebanyakan tidak 32. Apakah siswa terbiasa mengkaji literature atau artikel tertentu yang berkaitan dengan materi ajar? Jawab : belum pernah 33. Apakah siswa terbiasa melakukan kegiatan persentasi? Jawab : belum terbiasa 34. Apakah setiap akhir pembelajaran ibu selalu melakukan kegiatan evaluasi? Jawab : tidak setiap kali pertemuan paling setelah 2 atau 3 kali pertemuan mereka mengerjakan soal atau tugas 35. Apakah ibu mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap akhir pelajaran? Jawab : siswa jarang membuat kesimpulan paling saya yang memberikan kesimpulan kepada mereka.
Lampiran 7 Kesimpulan Hasil Wawancara Guru Studi Pendahuluan di MTs Al Khairiyah Tajur Citeureup Indikator Fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar
Hasil Wawancara Kesimpulan Fasilitas kurang Perpustakaan yang ada tidak memadai lengkap bahkan kurang sekali Tidak ada Lab.IPA Tidak ada ekstrakurikuler Sains
-
Kelengkapan Lab.IPA Penunjang Pengajaran
-
Metode Pembelajartan
-
Media Pembelajaran
-
Kendala Mengajar
-
Hasil Belajar Siswa
-
Sikap Siswa
-
Kegiatan Pembelajaran
-
-
Tidak ada Lab.IPA Membuat RPP Mempersiapkan bahan ajar Pengalaman 7 tahun dalam mengajar IPA Lebih sering menggunakan metode ceramah,, Tanya jawab
Tidak terdapat Lab. IPA Guru mempersiapakan diri sebelum pembelajaran
Media yang digunakan hanya papan tulis Sarana dan prasarana yang masih terbatas Rata-rata hasil belajar biologi siswa belum mencapai KKM
Media yang digunakan belum bervariasi Terbatas pada sarana dan prasarana Hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan Siswa kurang memiliki motivasi saat belajar
Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru Sebagian siswa protes ketika diberikan tugas Guru jarang mengajukan pertanyaan tentang proses factual dalam kehidupan sehari-hari Guru jarang mengaitkan topik yang akan dibahas dengan pengalaman siswa
Metode yang digunakan belum bervariasi
Kegiatan yang memaksimalkan aktivitas siswa belum dilaksanakan secara optimal.
FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN SIKLUS I NAMA OBSERVER
: SITI NUR‟AENI HANDAYANI, S.Pd
MATA PELAJARAN
: IPA
KELAS
: VII
KONSEP
: Pencemaran Lingkungan
SUB KONSEP
: Penebangan Hutan dan Kerusakan Lingkungan
PERTEMUAN KE
:1
TANGGAL
: 9 April 2012
Berikanlah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh para peserta didik
No
Aspek yang diamati
1
Antusias peserta didik dalam proses pembelajaran
2
Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang diberikan guru
3
Tertib dalam membagi kelompok
4
Berinteraksi dengan kelompoknya
5
Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam berdiskusi
6
Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
7
Mengumpulkan tugas tepat waktu
8
Mengikuti proses belajar dengan baik
9
Mengajukan dan menanggapi pertanyaan pada saat berdiskusi
10
Berinteraksi dengan guru
YA Tidak
Observer
Siti Nur’aeni Handayani, S.Pd
FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN SIKLUS I NAMA OBSERVER
: SITI NUR‟AENI HANDAYANI, S.Pd
MATA PELAJARAN
: IPA
KELAS
: VII
KONSEP
: Pencemaran Lingkungan
SUB KONSEP
: Pencemaran Udara
PERTEMUAN KE
:2
TANGGAL
: 11 April 2012
Berikanlah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh para peserta didik
No
Aspek yang diamati
1
Antusias peserta didik dalam proses pembelajaran
2
Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang diberikan guru
3
Tertib dalam membagi kelompok
4
Berinteraksi dengan kelompoknya
5
Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam berdiskusi
6
Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
7
Mengumpulkan tugas tepat waktu
8
Mengikuti proses belajar dengan baik
9
Mengajukan dan menanggapi pertanyaan pada saat berdiskusi
10
Berinteraksi dengan guru
YA Tidak
Observer
Siti Nur’aeni Handayani, S.Pd
FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN SIKLUS II NAMA OBSERVER
: SITI NUR‟AENI HANDAYANI, S.Pd
MATA PELAJARAN
: IPA
KELAS
: VII
KONSEP
: Pencemaran Lingkungan
SUB KONSEP
: Pencemaran Air
PERTEMUAN KE
:3
TANGGAL
: 16 April 2012
Berikanlah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh para peserta didik
No
Aspek yang diamati
1
Antusias peserta didik dalam proses pembelajaran
2
Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang diberikan guru
3
Tertib dalam membagi kelompok
4
Berinteraksi dengan kelompoknya
5
Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam berdiskusi
6
Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
7
Mengumpulkan tugas tepat waktu
8
Mengikuti proses belajar dengan baik
9
Mengajukan dan menanggapi pertanyaan pada saat berdiskusi
10
Berinteraksi dengan guru
YA Tidak
Observer
Siti Nur’aeni Handayani, S.Pd
FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN SIKLUS II
NAMA OBSERVER
: SITI NUR‟AENI HANDAYANI, S.Pd
MATA PELAJARAN
: IPA
KELAS
: VII
KONSEP
: Pencemaran Lingkungan
SUB KONSEP
: Pencemaran Tanah
PERTEMUAN KE
:4
TANGGAL
: 16 April 2012
Berikanlah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh para peserta didik
No
Aspek yang diamati
1
Antusias peserta didik dalam proses pembelajaran
2
Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang diberikan guru
3
Tertib dalam membagi kelompok
4
Berinteraksi dengan kelompoknya
5
Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam berdiskusi
6
Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
7
Mengumpulkan tugas tepat waktu
8
Mengikuti proses belajar dengan baik
9
Mengajukan dan menanggapi pertanyaan pada saat berdiskusi
10
Berinteraksi dengan guru
YA Tidak
Observer
Siti Nur’aeni Handayani, S.Pd
KISI-KISI SOAL SIKLUS 1
No
Indikator Menjelaskan konsekuensi penebangan hutan dan pengaruhnya terhadap kerusakan lingkungan.
Jenjang Kognitif C2
C3
C2
Pertanyaan
Kunci
1. Kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi yang semula ditumbuhi pepohonan menjadi lahan gundul adalah . . . . a. penanaman pohon produksi c. penebangan hutan b. penambangan pasir d. pengaspalan jalan
C
2. Berikut ini fungsi hutan hujan tropik Indo nesia bagi lingkungan global, kecuali .... a. mencegah terjadinya efek rumah kaca b. menghasilkan devisa bagi Negara c. mengurangi kadar CO2 di udara d. mengurangi pencemaran udara 2. Suhu lingkungan yang meningkat akan menyebabkan pemanasan global. Dampak dari
B
A
pemanasan global adalah sebagai berikut, kecuali... a. Mencairnya es di kutub menyebabkan turunnya permukaan air laut b. Keseimbangan ekosistem menjadi terganggu c. Berkurangnya keanekaragaman hayati d. Mencairnya es di kutub menyebabkan pulau-pulau kecil terendam
C2
3. Hal yang bukan merupakan dampak negative penebangan liar…. a. Tanah menjadi kering dan tandus b. Tanah menjadi longsor c. Lapisan atas tanah semakin subur d. Tidak ada yang menahan jatuhnya air hujan
C
No Soal
C4
4. Berikut ini adalah hal-hal yang terjadi ketika longsor. 1. Tanah menjadi kurus dan tandus 2. Lapisan tanah subur tergerus dan terbawa aliran air 3. Jika terjadi hujan, tidak ada yang menahan jatuhnya air hujan. 4. Tanah menjadi jenuh dan tidak mampu menahan air 5. Pada lahan miring, tanah yang sudah jenuh tidak mampu menahan air Urutan yang tepat ketika terjadi longsor akibat penebangan hutan secara liar adalah… a. 1-2-3-4-5 b. 3-1-2-4-5 c. 4-2-3-1-5 d. 3-2-1-4-5
D
C2
5. Perusakan hutan dapat menyebabkan terjadinya bencana …. a. Gunung meletus b. Tsunami c. tanah longsor d. gempa bumi
C
C4
6. Dampak buruk yang mungkin terjadi akibat hujan asam ialah.... a. kanker kulit c. menurunya pH tanah b. meningkatnya keasaman tumbuhan d. menurunkan kandungan kimia tanah
C
C2
7. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah a. kebakaran hutan karena puntung rokok sembarangan b. membuka hutan untuk lahan pertanian c. membuang puntung rokok d. melakukan program pemulihan hutan 8. Berikut adalah berbagai jenis-jenis pencemaran yang dapat mengganggu manusia, yaitu .... a. pencemaran air c. pencemaran tanah b. pencemaran udara d. Semuanya benar 9. Salah satu contoh kerusakan hutan dapat terlihat dari tindakan manusia berupa ….. a.melakukan tebang pilih pohon b.membuka hutan untuk dijadikan kawasan perumahan c.memastikan puntung rokok sudah mati sebelum dibuang
D
C1
C2
D
B
d. melakukan peremajaan hutan Menemukan faktorfaktor penyebab terjadinya perusakan lingkungan.
C2
10. Di bawah ini yang bukan senyawa pencemar utama ialah... a. nitrogen dioksida c. asam karbonat b. Timbale d. sulfur dioksida
C
11. Pembakaran bahan bakar fosil dituding sebagai penyebab utama rusaknya bangunan dan hutan. Polutan mana yang menyebabkan kerusakan tersebut ? a. Partikel karbon b. sulfurdioksida c. Karbondiokside d. Ozon C2
12. Berikut adalah dampak negatif akibat manusia membuang limbah padat sembarangan,
A
kecuali.... a. Mengurangi keindahan lingkungan c. Berkembangnya berbagai jenis penyakit b. Dapat menurunkan kualitas tanah d. Kesuburan tanah meningkat
C3
Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan hutan
C2
13. Berikut merupakan factor terjadinya penebangan hutan secara liar, kecuali…
a. Faktor Ekonomi masyarakat umum b. Kayu menjadi komoditas penting dalam berbagai Industri tanah air c. Aparat yang tidak tegas d. Adanya pengawasan dari masyarakat, khususnya masyarakat lokal 14. Untuk menjaga kelestarian hutan, perlu dilakukan beberapa upaya, antara lain…. a. Terasering b. Penebangan pohon c. Reboisasi d. Lahan berpindah
D
C
C4
Menjelaskan pengertian pencemaran udara.
C3
C4
Menjelaskan
C1
penyebab pencemar udara. C2
C3
15. Cara yang tepat dilakukan pada tanah gundul adalah…. a. Membuat sengkedan sehingga lahan tidak miring b. Melakukan reboisasi agar menjadi hutan kembali c. Membiarkan saja tanah itu agar tumbuh alang-alang d. Memanfaatkan tanah itu untuk usaha pertanian
A
16. Suani bahan atau zat dikatakan sebagai bahan pencemar apabila keberadaanya sebagai berikut.... a. berada pada tempat yang tidak semestinya c. menimbulkan dampak negative b. konsentrasi melebihi ambang batas d. dapat terurai dengan cepat 17. zat atau bahan yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan disebut… a. kimia b. polutan c. emisi d. radioaktif 18. Berikut adalah jenis senyawa pencemar udara yang dapat merusak ozon, yaitu .... a. HCFC b. ODS c. Karbon tetraklorida d. PCBs 19. Kerusakan ozon disebabkan oleh CFC yang dihasilkan peralatan rumah tangga. Salah satu alat yang menggunakan CFC adalah …. a. Penyedot debu b. Hair dryer c. Mesin cuci d. AC
D
20. Pencemaran udara dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini, kecuali .... a. aktivitas gunung berapi c. industri berat b. pembakaran hutan d. pemakaian detergen secara berlebihan
D
B
A
D
C2
C2
21. Karbon monoksida yang berada di udara berasal dari… a. Minuman kaleng b. Hasil pembakaran batu bara c. Buangan AC d. Hasil pernafasan hewan 22. Polusi udara yang terjadi secara alami, misalnya..... a. Pembakaran sampah b. Kebakaran hutan
C1 C2
C1
Menjelaskan
C2
D
c. Uap dari laut d. Gas dari aktivitas gunung merapi
23. Gas yang memberi efek rumah kaca adalah…. a. CO2 b. H2O c. NO3 d. NH3 24. Hujan asam disebabkan oleh gas hasil pembakaran bahan bahan fosil dengan air. Gas yang dimaksud adalah a. CFC c. SO2 b. H2O d. CO2 25. Polutan yang paling banyak mencemari udara perkotaan yang padat kendaraan bermotor adalah …. a. NO b. CO2 c. CFC d. H2O 26. Dampak yang timbul jika kita menggunakan gas CFCs pada kulkas, spray dan Ac adalah....
A A
B
A
a. Pencemaran udara di dalam rumah c. Meningkatnya kadar bahan pencemar b. Pencemaran udara di lingkungan sekitar perumahan d. Efek rumah kaca
pengaruh pencemaran terhadap
B
udara
makhluk
C3
27. Dampak buruk yang mungkin terjadi akibat hujan asam ialah.... a. kanker kulit c. menurunya pH tanah b. meningkatnya keasaman tumbuhan d. menurunkan kandungan kimia tanah
C
C2
28. Pencegahan pencemaran udara dapat juga dilakukan dengan melakukan…. a. Konsentrasi c. Erosi b. Filtrasi d. Reboisasi
D
hidup. Menjelaskan upaya yang harus dilakukan untuk
mencegah pencemaran udara
C1
C2
29. Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah termasuk kegiatan …. a. Reduce c. Replace b. Recycle d. Reuse 30. Manfaat kompos bagi tanah dan tanaman adalah …. a. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah b. Mengurangi kesuburan tanah c. Mengurangi kapasitas air tanah d. Tanah menjadi tandus
D
A
KISI-KISI SOAL SIKLUS 2
No
Indikator Menjelaskan
Jenjang Kognitif C2
pengertian pencemaran air.
C3
Pertanyaan
Kunci
1. Pengertian pencemaran air yang paling tepat adalah.... a. Masuknya makhluk hidup, zat dan energi yang berasal dari kegiatan manusia ke perairan b. Masuknya zat dan komponen lain ke perairan yang berasal dari industri sehingga tidak dapat digunakan c. Masuknya zat, energi dan makhluk hidup ke perairan yang menyebabkan berubahnya tatanan perairan akibat kegiatan manusia atau proses alam d. Masuknya makhluk hidup, zat dan energi serta komponen lainnya ke perairan sehingga tidak dapat digunakan
C
2. Pada air sungai yang telah tercemar akan terlihat tanda-tanda....
C
a. Airnya jernih dan tidak berwarna b. Terdapat berbagai jenis fauna c. Ditumbuhi eceng gondok yang subur d. Airnya tidak berbau busuk
C2
3. Berikut adalah dampak negatif akibat manusia membuang limbah padat sembarangan, kecuali.... a. Mengurangi keindahan lingkungan b. Dapat menurunkan kualitas tanah c. Berkembangnya berbagai jenis penyakit d. Kesuburan tanah meningkat
C
No Soal
Menjelaskan
C3
penyebab pencemar air.
Menjelaskan
C3
pengaruh pencemaran terhadap
air
makhluk
hidup. Menjelaskan upaya
C4
4. Hasil kegiatan manusia yang mencemari air adalah sebagai berikut, kecuali… a. Limbah industry yang mengandung zat-zat kimia berbahaya dan beracun b. Limbah rumah tangga c. Zat kimia hasil penggunaan pestisida, insektisida dan lain-lain d. Penggunaan pupuk organik
5. a. b. c. d.
Berikut adalah upaya pencegahan pencemaran air, kecuali… Gunakan air dengan bijaksana Buang sampah pada kali yang mengalir Kurangi penggunaan detergen Kurangi penggunaan obat nyamuk dan serangga
D
B
yang harus dilakukan untuk mencegah pencemaran air.
D
6. Untuk mengatasi pencemaran tersebut, dapat dilakukan dengan cara , limbah pabrik harus a. Disalurkan ke laut b. Disalurkan ke sungai c. Disalurkan ke sawah d. Dibentuk pengelolaan limbah
Menjelaskan
C2
pengertian pencemaran tanah.
Menjelaskan
C2
penyebab pencemar
7. Pencemaran tanah adalah …. a. Tanah semakin berkurang karena perkebunan b. keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami c. keadaan tanah berubah karena longsor d. tanah semakin gembur 8. Salah satu sumber pencemaran tanah adalah …. e. Sampah c. Bahan bakar f. Kebakaran hutan d. Plastik
B
A
tanah. C3
9. Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah organik dan anorganik. Salah satu penyebab pencemaran tanah tersebut adalah.... a. Anorganik yaitu daun, plastik dan besi
C
b. Organik yaitu daun, kaca dan sisa makanan c. Anorganik yaitu kaca, kertas dan besi d. Organik yaitu kaca, kertas dan besi
C2
C4
10. Pencemaran udara dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini, kecuali .... a. aktivitas gunung berapi c. pemakaian detergen secara berlebihan b. pembakaran hutan d. kendaraan bermotor 11. Penggunaan pupuk yang terus-menerus akan mengakibatkan... a. Tanah menjadi lebih subur b. Berkurangnya hara tanah
Menjelaskan
C2
pengaruh pencemaran terhadap
tanah
makhluk
C3
hidup.
C3
Menjelaskan upaya yang
harus
dilakukan
untuk
C2
B
c. Menurunnya hama penyakit d. pH tanah meningkat
12. Pencemaran tanah akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut, kecuali… a. kesuburan tanah berkurang dan bisa menjadi tandus b. tanaman sulit tumbuh c. Binatang yang hidup dalam tanah mati d. Tanah menjadi gembur 13. Bahan pencemar yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan ialah a. logam berat dan pestisida c. gas belerang dan logam berat b. gas belerang dan karbon dioksida d. pestisida dan karbon dioksida 14. Di bawah ini merupakan contoh perubahan lingkungan dalam jangka pendek menguntungkan tetapi dalam jangka panjang merugikan adalah … . a. penghijauan dan reboisasi b. pembangunan perumahan
C
D
D
D
c. program intensifikasi pertanian d. pemberantasan hama dengan insektisida
15. Salah satu usaha yang dilakukan manusia untuk memelihara kesuburan tanah ialah . a. pembuatan saluran irigasi b. melindungi flora dan fauna c. melakukan rotasi jenis tanaman
C
mencegah
d. melakukan reboisasi
pencemaran tanah. C4
16. Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran tanah a. b. c.
C4
C3
C3
C
diantaranya,kecuali.... Menanggulangi sampah plastic Sistem tanam monokultur Mengelola sisa radioaktif Pemakaian pupuk sesuai kebutuhan
d. 17. Sumber daya tanah membutuhkan pengelolaan dalam pemanfaatannya. Berikut ini yang merupakan salah satu contoh bentuk pengelolaan sumber daya tanah adalah ….. a. Penghijauan atau penanaman tanaman pada daerah yang bertanah tandus dan kritis b. Pemupukan dengan pupuk kimia sercara intensif untuk mengoptimalkan produksi pertanian c. Membuka kawasan hutan lindung untuk perkebunan inti rakyat d. Pada daerah yang berada pada lereng pegunungan digunakan sebagai kawasan wisata 18. Berikut ini merupakan usaha-usaha untuk menjaga kesuburan tanah, kecuali ….. a. menggunakan pupuk kandang dan pupuk hijau b. usaha reboisasi dan penghijauan untuk tanah kritis c. menerapkan sistem terasering pada tanah yang mempunyai derajat kemiringan tertentu d. pembukaan lahan baru dengan cara pembakaran vegetasi 19. Cara pemusnahan sampah yang paling baik adalah…. a. ditanam c. didaur ulang b. dihanyutkan d. dibakar
A
D
C
Mengusulkan
cara
C3
penanggulangan pencemaran
dan
kerusakan lingkungan.
C2
20. Pengendalian pencemaran dapat di'akukan melalui tindakan-tindakan berikut .... a. menempatkan kawasan industri di daerah pinggiran. b. menekan laju pembuangan gas industry c. mengubah hutan menjadi lahan atau daerah pertanian. d. mengatur dan mengawasi gas emisi kendaraan bermotor 21. Salah satu upaya dalam pengendalian hama yang tidak menimbulkan pencemaran a. b. c.
d. C2
D
C
lingkungan adalah... Penggunaan pestisida Pengendalian dengan herbisida Pengendalian secara biologis Penyemprotan dengan insektisida
22. Sebelum melakukan daur ulang, hal yang penting dilakukan adalah …. a. Pemilahan sampah c. pembuangan sampah b. pembakaran sampah d. penumpukan sampah
A
23. Penggunaan energy alternative merupakan salah satu cara pencegahan …. a. Konduksi c. konvergensi b. Koalisi d. konservasi C4
24. Berikut ini yang tidak termasuk penyebab kerusakan sumber daya alam adalah ….. a. Terus meningkatkan permintaan akan sumber daya alam dan jasa lingkungan sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas hidup manusia b. Terjadinya praktik-praktik pengelolaan yang tidak mengikuti prinsip pembangunan berkelanjutan c. Pengaturan sumber daya alam secara bijaksana agar pengelolaannya dapat terselenggara secara seimbang dan terpadu
C
d. Kelemahan dalam penegakan hukum terhadap pelaku perusak lingkungan
C1
25. Protokol konvensi untuk menghapus produksi CFC disebut.... a. Montreal protocol b. Kyoto protocol c. Melbourne protocol d. Oklahoma protocol
B
Soal Uji Siklus 1 Nama :…………………………….. Kelas : …………………………… Berilah tanda silang (x) huruf a, b,c, atau d pada jawaban yang benar!
1.
Perusakan hutan dapat menyebabkan terjadinya bencana …. a. Gunung meletus b. Tsunami c. tanah longsor d. gempa bumi 2. Berikut ini fungsi hutan hujan tropik Indo nesia bagi lingkungan global, kecuali . g. mencegah terjadinya efek rumah kaca c. mengurangi kadar CO2 di udara h. menghasilkan devisa bagi Negara d. mengurangi pencemaran udara 3. Suhu lingkungan yang meningkat akan menyebabkan pemanasan global. Dampak dari pemanasan global adalah sebagai berikut, kecuali... a. Mencairnya es di kutub menyebabkan turunnya permukaan air laut b. Keseimbangan ekosistem menjadi terganggu c. Berkurangnya keanekaragaman hayati d. Mencairnya es di kutub menyebabkan pulau-pulau kecil terendam 4. Hal yang bukan merupakan dampak negative penebangan liar…. a. Tanah menjadi kering dan tandus c. Lapisan atas tanah semakin subur b. Tanah menjadi longsor d. Tidak ada yang menahan jatuhnya air hujan 5.
Dalam suatu daerah Terjadigan gguan pernafasan, gangguan penglihatan, tanaman yang daunnya hijau menjadi kuning, tanaman menjadi rusak, menurut kamu apabila dikaitkan dengan pencemaran hal
tersebut adalah dampak buruk yang mungkin terjadi akibat .... e. Hujan Asam b. meningkatnya keasaman tumbuhan c. Hujan Es d. Erosi 6. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah a. kebakaran hutan karena puntung rokok sembarangan b. membuka hutan untuk lahan pertanian c. membuang puntung rokok d. melakukan program pemulihan hutan 7. Salah satu contoh kerusakan hutan dapat terlihat dari tindakan manusia berupa ….. a.melakukan tebang pilih pohon b.membuka hutan untuk dijadikan kawasan perumahan c.memastikan puntung rokok sudah mati sebelum dibuang d. melakukan peremajaan hutan 8. Pembakaran bahan bakar fosil dituding sebagai penyebab utama rusaknya bangunan dan hutan. Polutan mana yang menyebabkan kerusakan tersebut ? a. Partikel karbon b. sulfurdioksida c. Karbondiokside d. Ozon 9. Berikut adalah dampak negatif akibat manusia membuang limbah padat sembarangan, kecuali.... a. Mengurangi keindahan lingkungan c. Berkembangnya berbagai jenis penyakit b. Dapat menurunkan kualitas tanah d. Kesuburan tanah meningkat 10. Cara yang tepat dilakukan pada tanah gundul adalah…. a. Membuat sengkedan sehingga lahan tidak miring b. Melakukan reboisasi agar menjadi hutan kembali c. Membiarkan saja tanah itu agar tumbuh alang-alang d. Memanfaatkan tanah itu untuk usaha pertanian 11. Suatu bahan atau zat dikatakan sebagai bahan pencemar apabila keberadaanya sebagai berikut, kecuali.... c. berada pada tempat yang tidak semestinya c. menimbulkan dampak negative d. konsentrasi melebihi ambang batas d. dapat terurai dengan cepat 12. zat atau bahan yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan disebut… a. kimia b. polutan c. emisi d. Radioaktif
13. Kerusakan ozon disebabkan oleh CFC yang dihasilkan peralatan rumah tangga. Salah satu alat yang menggunakan CFC adalah …. a. Penyedot debu b. Hair dryer c. Mesin cuci d. AC 14. Pencemaran udara dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini, kecuali .... a. aktivitas gunung berapi c. industri berat b. pembakaran hutan d. pemakaian detergen secara berlebihan 15. Karbon monoksida yang berada di udara berasal dari… a. Minuman kaleng b. Hasil pembakaran batu bara c. Buangan AC d. Hasil pernafasan hewan 16. Polusi udara yang terjadi secara alami, misalnya..... a. Pembakaran sampah c. Uap dari laut b. Kebakaran hutan d. Gas dari aktivitas gunung merapi 17. Gas yang memberi efek rumah kaca adalah…. a. CO2 b. H2O c. NO3 d. NH3 18. Hujan asam disebabkan oleh gas hasil pembakaran bahan bahan fosil dengan air. Gas yang dimaksud adalah… a. CFC b. H2O c. SO2 d. CO2 19. Manfaat kompos bagi tanah dan tanaman adalah …. e. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah f. Mengurangi kesuburan tanah g. Mengurangi kapasitas air tanah h. Tanah menjadi tandus 20. Meningkatnya jumlah kendaraan di indonesia disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan manusia akan nilai estetika dan manfaat dari kendaraan tersebut,seiring perkembangan zaman maka kebutuhan tersebut akan semakin meningkat begitu pula dengan pencemaran sebagai efek negatifnya, dari jawaban di bawah ini menurut anda untuk mengantisipasi keadaan tersebut, apa jawaban yang paling tepat terkait dengan jumlah kendaraan dan akibat yang ditimbulkannya…. a. Pemerintah perlu mengeluarkan peraturan ketat mengenai tahun beroperasinya kendaraan b. Pemerintah perlu membatasi jumlah unit kendaraan untuk diimport setiap tahunnya c. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang ketat dalam pembuatan surat izin mengemudi d. Jawaban a, b dan c benar
Soal Uji Siklus 2 Nama :…………………………….. Kelas : …………………………… Berilah tanda silang (x) huruf a, b,c, atau d pada jawaban yang benar! 26. Pengertian pencemaran air yang paling tepat adalah.... e. Masuknya makhluk hidup, zat dan energi yang berasal dari kegiatan manusia ke perairan f. Masuknya zat dan komponen lain ke perairan yang berasal dari industri sehingga tidak dapat digunakan g. Masuknya zat, energi dan makhluk hidup ke perairan yang menyebabkan berubahnya tatanan perairan akibat kegiatan manusia atau proses alam h. Masuknya makhluk hidup, zat dan energi serta komponen lainnya ke perairan sehingga tidak dapat digunakan 27. Pada air sungai yang telah tercemar akan terlihat tanda-tanda.... e. Airnya jernih dan tidak berwarna c. Ditumbuhi eceng gondok yang subur f. Terdapat berbagai jenis fauna d. Airnya berbau busuk 28. Berikut adalah dampak negatif akibat manusia membuang limbah padat sembarangan, kecuali.... e. Mengurangi keindahan lingkungan c. Berkembangnya berbagai jenis penyakit f. Dapat menurunkan kualitas tanah d. Kesuburan tanah meningkat 29. Hasil kegiatan manusia yang mencemari air adalah sebagai berikut… e. Limbah bekas pembuatan gerabah c. Zat kimia hasil penggunaan pestisida, insektisida dan lain-lain f. Limbah rumah tangga dari sisa sayur-sayuran d. Penggunaan pupuk organic 30. Meningkatnya zat hara diperairan dapat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ganggang menjadi pesat (blooming) dengan cepat dan mati, untuk menguraikannya diperlukan oksigen yang banyak namun hal ini menyebabkan berkurangnya oksigen dan mendorong kehidupan organism anaerob, peristiwa ini disebut…. a. Intensifikasi b. Ekstensifikasi c. Nitrifikasi b. Eutrofikasi 31. Berikut adalah upaya pencegahan pencemaran air, kecuali… e. Gunakan air dengan bijaksana c. Kurangi penggunaan detergen f. Buang sampah pada kali yang mengalir d. Kurangi penggunaan obat nyamuk dan serangga 32. Suatu wilayah yang kumuh,akan menimbulkan banyak masalah, perairan yang telah tercemar akan mengganggu organism yang terdapat di dalamnya . bagai mana cara mengatasi pencemaran air di kota besar…. e. Disalurkan ke laut b. Disalurkan ke sungai c. Disalurkan ke sawah d. Dibentuk pengelolaan limbah 33. Pencemaran tanah adalah …. e. Tanah semakin berkurang karena perkebunan f. keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami g. keadaan tanah berubah karena longsor h. tanah semakin gembur 34. Salah satu sumber pencemaran tanah adalah …. a. Sampah b. Kebakaran hutan c. Bahan bakar d. Plastik 35. Pencemaran udara dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini, kecuali .... c. aktivitas gunung berapi c. pemakaian detergen secara berlebihan d. pembakaran hutan d. kendaraan bermotor 36. Tanah yang ditanami secara terus menerus akan mengalami penurunan tingkat kesuburannya, salah satu penyebab berkurangnya tingkat kesuburan tanah adalah….. c. Penggunaan pupuk yang terus-menerus c. Penggunaan kotoran binatang ternak untuk pupuk d. Penggunaan pupuk organic d. Penggunaan pupuk sesuai kebutuhan 37. Bahan pencemar yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan ialah c. logam berat dan pestisida c. gas belerang dan logam berat
d. gas belerang dan karbon dioksida d. pestisida dan karbon dioksida 38. Salah satu usaha yang dilakukan manusia untuk memelihara kesuburan tanah ialah . e. pembuatan saluran irigasi c. melakukan rotasi jenis tanaman f. melindungi flora dan fauna d. melakukan reboisasi 39. Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran tanah diantaranya,.... e. Mengubur sampah plastic c. Membiarkan sampah sisa radioaktif f. Sistem tanam terus menerus d. Pemakaian pupuk sesuai kebutuhan 40. Sumber daya tanah membutuhkan pengelolaan dalam pemanfaatannya. Berikut ini yang merupakan salah satu contoh bentuk pengelolaan sumber daya tanah adalah ….. e. Penghijauan atau penanaman tanaman pada daerah yang bertanah tandus dan kritis f. Pemupukan dengan pupuk kimia sercara intensif untuk mengoptimalkan produksi pertanian g. Membuka kawasan hutan lindung untuk perkebunan inti rakyat h. Pada daerah yang berada pada lereng pegunungan digunakan sebagai kawasan wisata 41. Cara pemusnahan sampah yang paling baik adalah…. c. Ditanam b. dihanyutkan c. didaur ulang d. Dibakar 42. Pengendalian pencemaran dapat di'akukan melalui tindakan-tindakan berikut .... e. menempatkan kawasan industri di daerah pinggiran. f. menekan laju pembuangan gas industry g. mengubah hutan menjadi lahan atau daerah pertanian. h. mengatur dan mengawasi gas emisi kendaraan bermotor 43. Salah satu upaya dalam pengendalian hama yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan adalah... e. Penggunaan pestisida f. Pengendalian dengan herbisida g. Pengendalian secara biologis h. Penyemprotan dengan insektisida 44. Sebelum melakukan daur ulang, hal yang penting dilakukan adalah …. c. Pemilahan sampah c. pembuangan sampah d. pembakaran sampah d. penumpukan sampah 45. Berikut ini yang tidak termasuk penyebab kerusakan sumber daya alam adalah ….. e. Terus meningkatkan permintaan akan sumber daya alam dan jasa lingkungan sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas hidup manusia f. Terjadinya praktik-praktik pengelolaan yang tidak mengikuti prinsip pembangunan berkelanjutan g. Pengaturan sumber daya alam secara bijaksana agar pengelolaannya dapat terselenggara secara seimbang dan terpadu h. Kelemahan dalam penegakan hukum terhadap pelaku perusak lingkungan
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 1)
PERUSAKAN HUTAN DAN HUTAN GUNDUL
Standar Kompetensi
:
7.
Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.
Kompetensi Dasar
:
7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Tujuan
:
Menjelaskan pengertian pencemaran air, sumber-sumber pencemaran air dan akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air Nama
: ……………………………
Mata Pelajaran: IPA Biologi
…………………………… …………………………… …………………………… Kelas
: ……………………………
Pertemuan Ke: 1 (Satu)
PETUNJUK SINGKAT KEGIATAN BELAJAR a. b. c. d. e.
Perhatikan gambar dibawah ini dengan seksama Baca dan pelajari isi materi tersebut secara kelompok. Diskusi dan kerjakan Lembar Kerja Siswa sesuai kelompok . Apabila ada hal yang belum dimengerti, silahkan ditanyakan kepada guru. Kerja sama kelompok menentukan nilai plus kalian. Semangat dan kompak ya
Perhatikan Gambar Gunakan literatur yang sesuai untuk menjawab pertanyaan di bawah ini! 1. Tentukan permasalahan yang terdapat pada gambar di atas! 2.
Faktor apa saja yang mengakibatkan pencemaran tersebut?
3. Bagaimanakah dampak pencemaran air tersebut bagi makhluk hidup yang terdapat di dalamnya? 4. Bagaimanakah solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut? 5. Diskusikan dengan teman kelompokmu, kemudian presentasikan hasilnya di depan kelas!
Jawaban: 1................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... .......................................................................................................2.......................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................3................................................................................................. ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ...............4.................................................................................................................................. ................................................................................................................................................... .................................................................................................................................5................ ................................................................................................................................................... ..................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... .......................................................................................................
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 3)
PENCEMARAN AIR Standar Kompetensi
:
7.
Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.
Kompetensi Dasar
:
7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Tujuan
:
Menjelaskan pengertian pencemaran air, sumber-sumber pencemaran air dan akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air Nama
: ……………………………
Mata Pelajaran: IPA Biologi
…………………………… …………………………… …………………………… Kelas
: ……………………………
Pertemuan Ke: 3 (Satu)
PETUNJUK SINGKAT KEGIATAN BELAJAR f. g. h. i. j.
Perhatikan gambar dibawah ini dengan seksama Baca dan pelajari isi materi tersebut secara kelompok. Diskusi dan kerjakan Lembar Kerja Siswa sesuai kelompok . Apabila ada hal yang belum dimengerti, silahkan ditanyakan kepada guru. Kerja sama kelompok menentukan nilai plus kalian. Semangat dan kompak ya
Perhatikan Gambar Gunakan literatur yang sesuai untuk menjawab pertanyaan di bawah ini! 6. Tentukan permasalahan yang terdapat pada gambar di atas! 7.
Faktor apa saja yang mengakibatkan pencemaran tersebut?
8. Bagaimanakah dampak pencemaran air tersebut bagi makhluk hidup yang terdapat di dalamnya? 9. Bagaimanakah solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut? 10.Diskusikan dengan teman kelompokmu, kemudian presentasikan hasilnya di depan kelas!
Jawaban: 1................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... .......................................................................................................2.......................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................3................................................................................................. ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ...............4.................................................................................................................................. ................................................................................................................................................... .................................................................................................................................5................ ................................................................................................................................................... ..................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... .......................................................................................................
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 2)
PENCEMARAN UDARA
Standar Kompetensi
:
7.
Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem.
Kompetensi Dasar
:
7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Tujuan
:
Menjelaskan pengertian pencemaran udara, sumber-sumber pencemaran udara dan akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara Nama
: ……………………………
Mata Pelajaran: IPA Biologi
…………………………… …………………………… …………………………… Kelas
: ……………………………
Pertemuan Ke: 2 ( Dua)
PETUNJUK SINGKAT KEGIATAN BELAJAR k. l. m. n. o.
Perhatikan gambar dibawah ini dengan seksama Baca dan pelajari isi materi tersebut secara kelompok. Diskusi dan kerjakan Lembar Kerja Siswa sesuai kelompok . Apabila ada hal yang belum dimengerti, silahkan ditanyakan kepada guru. Kerja sama kelompok menentukan nilai plus kalian. Semangat dan kompak ya
Perhatikan Gambar Gunakan literatur yang sesuai untuk menjawab pertanyaan di bawah ini! 1. Tentukan permasalahan yang terdapat pada gambar di atas! 2.
Faktor apa saja yang mengakibatkan pencemaran tersebut?
3. Bagaimanakah dampak pencemaran tersebut bagi makhluk hidup yang terdapat di dalamnya? 4. Bagaimanakah solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut? 5. Diskusikan dengan teman kelompokmu, kemudian presentasikan hasilnya di depan kelas!
Jawaban: 1................................................................................................................................................. ............................................................................................................................. ................................................................................................................................................... .............................................................................................................................2.................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ......................................................................3........................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... .....................................4............................................................................................................ ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ....5............................................................................................................................................. ........................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... .......................................................................................................