MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI
PENDAHULUAN Secara nasional cakupan ASI
belum keluar dan alasan tradisi dan
untuk bayi sampai umur 6 bulan
kepercayaan budaya ( Ibrahim, Rattu &
mengalami fluktuasi, yaitu 24,3% pada
Pangemanan,
tahun 2008, kemudian meningkat pada
adalah
tahun
masyarakat
2009
menjadi
34,3%,
dan
salah
2014).
Orang
Jawa
satu
contoh
dari
yang menitik beratkan
menurun pada tahun 2010 menjadi
aspek krisis kehidupan dari peristiwa
33,6% (Semiarty, Chundrayeti & Fitri,
kehamilan, kelahiran serta perawatan
2014) . Hal ini membuktikan fenomena
ibu dan bayi sehingga di dalam budaya
masyarakat bahwa MP-ASI diberikan
Jawa terdapat berbagai upacara adat
pada bayi yang masih berumur kurang
yang rinci untuk menyambutnya (Ibid ;
dari 6 bulan, Bila MP-ASI diberikan
Hal. 5).
pada bayi yang berusia 0-6 bulan pencernaan
bayi
belum
siap
menerimanya (Wargina, 2013).
Masyarakat
Jawa
cenderung
mempunyai pemikiran bahwa anak yang sudah diberikan ASI masih
Berdasarkan Pelaksanaan riset
menangis berarti bayi ini masih lapar
kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun
dan harus diberikan makanan, biasanya
2010 bahwa presentase pemberian
yang sering diberikan yaitu pisang atau
makanan
(MP-ASI)
nasi yang dilembutkan, memang pada
seperti susu formula, air gula, pisang,
kenyataan setelah diberikan makanan
dan madu di pulau Jawa angka tertinggi
tersebut anak menjadi tenang dan tidur
yaitu 74,3% dan yang terendah di
sehingga akhirnya masyarakat Jawa
Papua yaitu 22,6 %. Alasan pemberian
berpikir bahwa makanan ini baik
pendamping
diberikan pada usia dibawah 6 bulan
(Koentjadiningrat, 1998 : 319). Tujuan
(Sari, 2013) .
penelitian ini adalah untuk mengetahui
Banyak tradisi / adat yang
pengaruh
budaya
Jawa
terhadap
masih melekat pada masyarakat Jawa.
perilaku ibu dalam pemberian makanan
Masyarakat tersebut masih menjunjung
pengganti ASI (MP-ASI) pada bayi
tinggi tradisi/adat, tidak jarang dari
usia 0-6 bulan di Desa Bangunjiwo.
mereka masih bersifat tradisionalisme.
METODE PENELITIAN
Artinya,
diantara
mereka
masih
penelitian
deskriptif
non-
mengagungkan keyakinan dan praktik
eksperimental yaitu penelitian korelasi
masa lalu sebagai sesuatu yang tidak
dengan pendekatan cross sectional.
boleh diubah. Mereka menganggap
Populasi penelitian ini adalah 57 orang
tradisi
mereka
ibu yang mempunyai bayi usia 0-6
orang
bulan yang memberikan MP-ASI di
melakukan sesuatu atau berprilaku
Desa Bangunjiwo yang terdiri dari 14
yang
posyandu.
itu
mendesak
bersifat orang
seperti
tetap,
lain
biasa
agar
dilakukan
Teknik
sampling
yang
sebelumnya (Aprinus, 2014). Sistem
digunakan dalam penelitian adalah
kepercayaan dalam adat istiadat orang
Total Sampling dengan besar sampel
Jawa mengandung pedoman yang dapat
yang digunakan dalam penelitian ini
memberikan arah dan orientasi bagi
sebanyak 57 ibu yang memiliki bayi usia
masyarakat yang mendukungnya oleh
0-6 bulan
karena adat istiadat bagi masyarakat Jawa merupakan konsep yang bernilai dan
berharga
bagi
kehidupannya
HASIL PENELITIAN
orang
1. Gambaran Umum Karakteristik
memiliki latar belakang pendidikan DIII
Responden Tabel 4.1.Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan dan pendidikan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Bangunjiwo pada Juni-Juli 2016 Karakteristik Responden Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total Pendidikan SD SMP SMA DIII S1 Total
Frekuensi Presentase (N) (%) 10 47
17,5 82,5
57
100,0
4 26 17 7 3 57
7,0 45,6 29,8 12,3 5,3 100,0
4.1.
menunjukkan
orang
(12,3%),
sedangkan responden yang memiliki latar belakang S1 berjumlah 3 orang (5,3%).
Semua
responden
dalam
penelitian ini bersuku jawa. 2. Pengaruh
kebudayaan perilaku
ibu
jawa dalam
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan
bahwa
orang (82,5%). Jumlah responden yang memiliki latar belakang pendidikan SD adalah 4 orang (7,0%), responden yang memiliki latar belakang pendidikan SMP sebanyak 26 orang (45,6%), memiliki
7
yang
usia 0-6 bulan
responden tidak bekerja sebanyak 47
yang
responden
pemberian MP-ASI pada bayi
berdasarkan pekerjaan, sebagian besar
responden
sebanyak
terhadap
Sumber: Data Primer 2016 Tabel
(29,8%),
latar
belakang pendidikan SMA sebanyak 17
Pengaruh budaya jawa Frekuensi Presentasi terhadap (N) (%) perilaku ibu Lemah 0 0 Sangat Lemah 0 0 Cukup 7 12,3 Kuat 40 70,2 Sangat Kuat 10 17,5 Total 57 100,0 Sumber: Data Primer 2016 Tabel 4.2. Menunjukkan bahwa pengaruh
budaya
jawa
terhadap
perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI
di
dominasi
oleh
kategori
kuat
sebanyak 40 orang (70,2%).
MP-ASI oleh
sangat
berbagai
satunya
1. Gambaran
Karakteristik
kerja
a. Pekerjaan
salah
banyaknya
memasuki
dunia
sehingga
meninggalkan
Responden
faktor
makin
perempuan
PEMBAHASAN
dipengaruhi
harus
bayi
dirumah
setelah cuti bersalin berakhir,
Hasil penelitian responden
sedangkan menurut Kumalasari
dalam penelitian ini umumnya
(2015) Status pekerjaan yang
tidak bekerja atau sebagai ibu
semakin
rumah tangga
ekonomi
orang
sebanyak 47
(82,5%).
Hasil
ini
baik
dan
sosial
keluarga
yang
inilah
yang
meningkat
bertentangan dengan teori yang
menyebabkan dan memudahkan
menyebutkan
bekerja
ibu untuk memberikan susu
selalu dijadikan alasan tidak
formula dan MP-ASI pada anak
memberikan ASI
dibandingkan
pada
bahwa
bayi
eksklusif
karena
ibu
meninggalkan rumah sehingga waktu
pemberian
ASI
pun
dengan
pemberian ASI eksklusif. Perbedaan
antara
hasil
penelitian dengan teori maupun
berkurang (Soetjiningsih,1997)
penelitian
dan
(2013)
adanya
bahwa
responden memiliki keyakinan
Kemenkes
mengatakan
RI,
keberhasilan praktik pemberian
kental
lain
disebabkan
kemungkinan
yang
bahwa
dilatarbelakangi
aspek budaya pada lingkungan
teori Notoadmodjo (2010) yaitu
setempat
Tingkat
sehingga
ibu
pendidikan
juga
memutuskan untuk memberikan
merupakan salah satu faktor
MP-ASI pada bayi usia kurang
yang mempengaruhi persepsi
dari 6 bulan. Alasan lainnya
seseorang untuk lebih mudah
adalah
menerima ide-ide dan teknologi
kurangnya
informasi
dari tenaga kesehatan dalam
yang baru.
pemberian MP-ASI yang sesuai dengan kondisi dan umur anak.
Pada umumnya ketika usia Sekolah
Menengah
Pertama
(SMP) adalah masa remaja awal b. Pendidikan
setelah mereka melalui masa-
Teori - teori di atas sesuai dengan
hasil
masa
pendidikan
Sekolah
penelitian.
Dasar. Masa remaja awal atau
Responden pada penelitian ini
masa puber adalah periode unik
mayoritas
dan
memiliki
tingkat
khusus
pendidikan SMP. Masa SMP
dengan
dapat
perkembangan
dikategotrikan
usia
yang
ditandai
perubahan-perubahan yang
tidak
remaja awal, dimana mereka
terjadi dalam tahap-tahap lain
mudah
terpengaruh
dan
dalam
rentang
kehidupan
informasi
dari
(WHO,
2010)
sedangkan
menerima
lingkungannya tanpa tahu itu
Menurut Arajoo v.t. (2000)
benar
perkembangan
atau
salah.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan
aspek
afektif
remaja awal mencakup proses
belajar perilaku dengan orang
akan menyebabkan keterbatasan
lain atau sosialisasi. Sebagian
dalam penanganan terhadap gizi
besar sosialisasi berlangsung
keluarga,
dan
lewat pemodelan atau peniruan
semakin
tinggi
orang lain.
pendidikan
Bahwa pendidikan
balitanya. tingkat
formal
yang
bagi
diperoleh, semakin tinggi pula
seorang ibu sangat penting dan
pengetahuan tentang pemberian
tepat terutama dalam merawat
MP-ASI
anak. Secara emosional ibu
(Pangemanan,2014).
yang
sudah
tepat
untuk
Hasil ini sejalan dengan
melahirkan anak dan siap untuk
penelitian Rahmawati (2014)
menyusui
memberikan
bahwa pemberian MP-ASI pada
ASI secara ekslusif kepada
bayi usia kurang dari 6 bulan
bayinya
berdasarkan
akan
siap
yang
sehingga pemberian
pendidikan
MP-ASI dapat dilakukan secara
tertinggi
tepat sesuai kebutuhan anak.
pendidikan ibu yang tamat SMP
Pendidikan
(90%) dan penelitian ini juga
ibu
akan
pada
ibu,
kelompok
memberikan dampak terhadap
sejalan
perlindungan dan kelangsungan
Hasanah (2015) yaitu Hasil uji
hidup anak, melalui pemberian
statistik dengan menggunakan
nutrisi
uji eksak Fisher diperoleh nilai
tumbuh
yang
cukup
kembang
sesuai anak.
Keterbatasan pendidikan ibu
p
<
dengan
0,001
disimpulkan
penelitian
maka
dapat
bahwa
ada
pengaruh
secara
bermakna
antara tingkat pendidikan ibu
memberikan MP-ASI pada bayinya yang berusia kurang dari 6 bulan.
dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.
Hal
ini
dipengaruhi
di
sebabkan
karena
oleh
sosio
budaya
setempat dimana terdapat kepercayaan, 2.
Tingkat Pengaruh Budaya Jawa
adat
Terhadap
masyarakat
Perilaku
Ibu
dalam
didapatkan
hasil
hasil
maupun
setempat,
kebiasaan dalam
adat
istiadat jawa ada tradisi 3 bulanan
Pemberian MP-ASI Berdasarkan
istiadat
tabel
bahwa
4.2
dimana bayi diberikan bubur susu
pengaruh
ataupun pisang kerok karena bayi
budaya Jawa terhadap ibu dalam
dianggap
pemberian
menerina MPASI saat
MP-ASI
adalah
kuat
sudah
mampu
untuk
upacara 3
sebanyak 40 orang (70,2%). Menurut
bulanan tersebut. Hasil penelitian ini
WHO ( 2008) faktor-faktor yang
sejalan dengan penelitian Pusphita
mempengaruhi pemberian MP-ASI ada
(2010) yaitu sistem kepercayaan dalam
2 yaitu Faktor Internal dan Eksternal.
adat istiadat orang jawa mengandung
Faktor
Faktor
pedoman yang dapat memberikan arah
Pengalaman,
dan orientasi kepada kehidupan warga
sedangkan Faktor Eksternal Meliputi :
masyarakat yang mendukungnya oleh
Sosial-budaya, Petugas Kesehatan dan
karena adat istiadat menurut orang
Informasi. Dalam penelitan ini di Desa
jawa merupakan pemikiran dan konsep
Bangunjiwo dari 14 posyandu telah
yang dianggap bernilai ,berharga, dan
Internal
Pengetahuan
meliputi dan
:
penting dihidupnya. Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Hal ini sesuai
Bersarkan data kuesioner juga
dengan penelitian yang telah dilakukan
didapatkan bahwa rata-rata ibu mulai
oleh Sulastri (2004) dalam Padang
memberikan MP-ASI pertama kali
(2008) Provinsi Jawa Tengah dimana
pada bayinya saat usia kurang dari 6
dari 80 responden terdapat
2,5%
bulan, dengan usia termuda 0 bulan dan
pemberian MP-ASI tepat waktu dan
usia tertinggi 5 bulan. Hasil ini sejalan
97,5%
dini.
dengan hasil penelitian chairani (2013)
Demikian hal nya dengan penelitian
yang menyatakan bahwa pemberian
yang dilakukan oleh Irwansyah (2000)
makanan diberikan pada umur 1 buan,
di Surabaya, dimana hanya 16,4%
2 bulan, 3 bulan dan 5 bulan. Hasil
responden pola pemberian MP-ASI
penelitian ini juga sejalan dengan
dikategorikan baik, sedangkan 83,6%
penelitian fikawati dan syafiq (2010)
responden pola pemberian MP-ASI
dalam
dini. Hal ini menunjukan bahwa dalam
kegagalan pelaksanaan ASI ekslusif
pemberian
budaya
telah dimulai hari pertama kelahiran
untuk
sampai 3 hari pertama kelahran yaitu
memberikan MP-ASI baik dari diri
lebih dari 80% responden yang tidak
orang tersebut maupun dari lingkungan
ASI ekslusif 4 bulan, telah memberikan
tempat
makanan
pemberian
MP-ASI
MP-ASI
mempengaruhi
mereka
seseorang
tinggal
sehingga
Nelvi
dan
(2013),
minuman
menemukan
prelakteal
diharapkan adanya upaya-upaya yang
dalam 3 hari pertama kepada bayinya.
dilakukan untuk mencegah pemberian
Hasil penelitian yang dilakukan Irawati
MP-ASI .
(2010) diperoleh bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapat makanan
pendamping ASI dengan usia kurang
Jawa anak yang baru lahir seringkali
dari 1 bulan.
diberikan
pisang
dengan
alasan
membantu saluran pencernaan Pada
budaya
Jawa
ibunya
memberikan air tajin (air nasi) agar
Dari hasil data diatas berdasarkan
perkembangan otak anak menjadi lebih
teori tergambar jelas bahwa budaya
bagus , memberikan madu dan teh
mempengaruhi kuat terhadap perilaku
manis, air tajin dan susu khusus BBLR
ibu
bagi ibu dengan sosial ekonomi tinggi
Sehingga perlu ada pelurusan serta
atas dasar saran dari ketua adat dan
pendekatan budaya mengenai anggapan
dukun setempat. Sebagian besar ibu
ibu yang salah terkait pemberian MP-
memberikan madu dan teh manis
ASI selama ini, termasuk menjelaskan
dengan
alasan
mempercepat
MP-ASI.
dapat
tentang bagaimana bahaya memberikan
pengeluaran
lendir
MP-ASI kurang dari 6 bulan pada bayi.
dan
adanya
kepercayaan tutur kata anak menjadi baik saat dewasa (Simbolon, 2012). pada
usia
sebulan
memberikan bubur tepung, bubur nasi dan pisang dan lain lain bahkan ada pula yang memberikan roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan (Sudarma, 2008).
pemberian
madu
ditenggorokan,
Sedangkan
dalam
Berdasarkan
pengalaman
peneliti yang bersuku Jawa, di daerah