ISTIQRA’, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 1, No. 2 Juli-Desember 2013
P3M STAIN Datokarama Palu
MOTIVASI BANK-BANK SYARIAH MEMBUKA CABANG DI KOTA PALU Syaifullah (Dosen Jurusan Syari’ah STAIN Datokarama Palu) Nurwanita (Dosen Jurusan Syari’ah STAIN Datokarama Palu)
Abstract This paper is to uncover the results of the development of Islamic Banking in Palu and the reasons motivating Islamic Banks to open their branch offices in the city of Palu, which among others are: 1) Palu City as a developing city has responded positively to the growth and development of Islamic banking business, because it is supported by various developments of infrastructure facilities, and then with the enactment of the city of Palu as Special Economic Zones, it also provides opportunities for banking industry especially Islamic backings. 2) The reasons or motivation found in the field for the opening of Islamic bank branch offices in the city of Palu, are: a) the reasons of preaching or socializing Islamic institutions that regulate human relations in terms of economy especially banking. b) reasons of profit taking or profit oriented. c) the reason for the economic growth and the condition of the city of Palu. d) the reasons that the stakeholders or the majority population of Palu city are Muslims. e) the reasons of security to invest. f) other reasons of competitors on the field of banking, it indicates that the level of investment in Islamic banking in Palu is big enough because the enthusiasm in the banking business is quite rapid. Keywords: Islamic Banking , Branch Office , and Palu
A. PENDAHULUAN Perkembangan perbankan syariah di Indonseia dimulai sejak tahun 1992 yang ditandai dengan diresmikan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia yang ketika itu belum ada sama sekali regulasi yang mengatur secara khusus perbankan syariah. ISTIQRA’, Jurnal Penelitian Ilmiah, ISSN: 2338-025X Vol. 1, No. 2 Juli-Desember 2013
180
Syaifullah dan Nurwanita
Beroperasinya bank Muamalat Indonesia kala itu hanya mengacu kepada Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, salah satu pasalnya disebutkan kebolehan mengoperasikan jenis perbankan yang memakai bunga nol persen. 1 Dengan demikian, maka mulailah perbankan syariah berdiri satu demi satu hingga saat ini. Perbankan syariah di Kota Palu telah ada sejak tahun 2003 yang ditandai dengan dibukanya kantor cabang Bank Syariah Mandiri (BSM) yang merupakan perbankan berstatus bank umum kedua di Indonesia, bahkan menjadi salah satu perbankan syariah terbesar saat ini, disamping itu terdapat Bank Muamalat Indonesia yang juga termasuk dalam kategori bank umum syariah. Di kota Palu saat ini telah ada 5 (lima) kantor cabang bank syariah yakni secara berurutan berdasarkan susunan pendiriannya di Kota Palu yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah dan yang terakhir adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah. Dengan melihat kenyataan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ketertarikan dan perkembangan yang begitu pesat atas perbankan syariah di kota Palu, sehingga baru terhitung sepuluh tahun saja telah ada beroperasi 5 (lima) perusahaan perbankan syariah di Kota Palu, hal ini tentunya tidak hanya secara alamiah berkembang, tentu ada beberapa aspek yang menyebabkan perkembangan yang sangat pesat tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pada tema “Motivasi Bank Syariah Membuka Cabang di Kota Palu”. Dari pemaparan tersebut di atas, permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Motivasi Bank Syariah Membuka Cabangnya di Kota Palu? Sedangkan sub masalah yang dijabarkan untuk terarahnya penelitian ini adalah: (1) Bagaimana Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Palu? (2) Apa yang menjadi alasan memotivasi Bank Syariah membuka cabangnya di Kota Palu? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tumbuh dan berkembangnya pasar perbankan khususnya perbankan syariah di Kota Palu, mengindikasikan adanya pertumbuhan yang signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian yang mestinya dapat dilihat dari realitas kehidupan masyarakat Kota Palu. Dari Kenyataan tersebut, sehingga penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pertumbuhan dan perkembangan perbankan khususnya syariah di Kota Palu dengan peningkatan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Palu. 1
UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok Perbankan dan Penjelasannya (Surabaya; Pustaka Tinta Mas, t.th), h. 8.
Motivasi Bank-Bank Syariah
181
B. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam ranah sosio-kultural. Maksudnya adalah penelitian kualitatif dalam penelitian ini berupaya menganalisa secara mendalam dan menyeluruh dari segala segi (komprehensif) serta terpadu (holistic). Sedangkan sosio-kultural dimaksudkan untuk mengungkap sisi kehidupan masyarakat dan budaya yang hidup di Kota Palu, sehingga dapat memotivasi perbankan syariah untuk membuka cabangnya di Kota Palu. Menurut Mathew B. Miles dan A. Michel Huberman, hal-hal yang terdapat dalam analisis kualitatif adalah: Data muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, penyuntingan dan alih tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperlukan. 2 Digunakannya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena fokus penelitian adalah bersifat untuk mengetahui dan mengungkap motivasi bank syariah yang telah membuka cabangnya di Kota Palu. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di wilayah Kota Palu yang secara khusus pada 5 (lima) Bank Syariah yang telah membuka cabangnya, juga dilakukan penelusuran data di Kantor Bank Indonesia Wilayah Sulawesi Tengah dan beberapa instansi terkait misalnya Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palu dan Kantor Wilayah Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah. 3. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: (a) Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan di tempat penelitian. Bahan-bahan data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan berbagai tanggapan informan, melalui observasi dan wawancara. (b) Data sekunder adalah data yang isinya membahas atau menjelaskan dan melengkapi bahan data primer. Bahan data sekunder yang dikumpulkan meliputi, buku, artikel, laporan penelitian dan berbagai karya tulis ilmiah lainnya. 2
h. 15-16.
Matthew B. Miles, Dkk, Analisis Data Kualitatif. (Cet. I; Jakarta: UI-Press, 1992),
182
Syaifullah dan Nurwanita
Bahan data sekunder dalam penelitian ini yaitu pendapat para ahli bidang perbankan yang dapat ditemukan pada jurnal ilmiah, artikel di majalah, tesis yang menjadi buku, makalah seminar, situs di media internet, situs Koran online di media internet, surat kabar, majalah dan sebagainya, kemudian bahan data primer dan sekunder disusun secara sistematis berdasarkan pokok pembahasan yang sesuai dengan penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Terdapat tiga metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu: (a) Studi Kepustakaan (Library Research), atau dapat dinyatakan sebagai studi dokumen yaitu mempelajari dan membaca buku-buku yang terkait dengan pokok pembahasan dalam penelitian ini, yaitu tentang motivasi dan perbankan secara umum dan syariah secara khusus, sehingga dapat dijadikan landasan teoritik maupun konseptual sebagai dasar dalam melakukan penelitian ini. (b) Pengamatan (observasi), dilakukan dengan cara menggunakan panca indera sehingga dengan begitu data yang diperoleh dapat bertambah. Dalam penelitian ini digunakan penglihatan dan pendengaran untuk menangkap gejala yang diamati. Hasil dari pengamatan tersebut selanjutnya dianalisis untuk menjawab masalah penelitian. Adapun tujuan pengamatan yang dilakukan adalah mencatat atau mendeskripsikan terhadap objek yang diteliti. (c) Wawancara, dilakukan untuk mengumpulkan data dengan jalan komunikasi melalui hubungan pribadi antara peneliti dengan objek atau sumber data. Wawancara sangat dibutuhkan karena adanya informasi yang tidak dapat diamati hanya melalui observasi ataupun alat lain. Dari poin b dan c yang telah disebutkan di atas dapat dinyatakan sebagai studi lapangan (Field Research), yaitu menelaah, meneliti dan menganalisa motivasi bank syariah membuka cabangnya di Kota Palu. 5. Teknik Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah: (a) Metode deduktif, yaitu metode analisis data yang bertolak dari data yang bersifat umum untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat khusus. (b) Metode induktif, yaitu metode analisis data yang bertolak dari data yang bersifat khusus untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum. (c) Metode Komparatif, yaitu metode yang membandingkan data-data yang ditemukan yang berkenaan dengan perbankan syariah maupun konvensional yang sama-sama beroperasi (Dual Banking System) di Indonesia khususnya di Kota Palu. Selain metode di atas secara khusus untuk mencapai tujuan penelitian yang maksimal, peneliti berusaha untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan, digunakan tiga metode, yaitu: (a) Reduksi Data, ialah mereduksi data
Motivasi Bank-Bank Syariah
183
sehingga dapat disajikan dalam bentuk narasi yang utuh, sebagaimana diungkapkan Mathew B. Miles dan A. Michel Huberman bahwa: Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemutusan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama proyek berorientasi kualitas berlangsung. 3 Peneliti menerapkan reduksi data pada hasil dokumentasi, observasi dan interview dengan mereduksi data-data serta kalimat yang tidak signifikan dengan penelitian. Hal yang tidak signifikan dengan penelitian yang peneliti maksud seperti gurawan, dan basa basi dari informasi yang peneliti dapatkan. (b) Penyajian Data, ialah menyajikan data hasil reduksi dalam berbagai model tertentu sesuai penempatannya, sehingga dengannya diharapkan terhindar dari penafsiran yang salah terhadap data tersebut. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Oleh karena itu data yang disajikan dalam bentuk kalimat serta narasi yang utuh. (c) Verifikasi Data, ialah mengambil kesimpulan yang peneliti lakukan dari data tersebut. Menurut Mathew B. Miles dan A. Michel Huberman bahwa: Kegiatan analisis ketiga yang terpenting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan perkumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan,, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin alur sebab akibat. 4 6. Kerangka Teori Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya adalah berkenaan dengan teori tentang Motivasi dan Perbankan Syariah, sehingga selanjutnya akan dipaparkan beberapa teori yang berkenaan dengan dua hal tersebut sebagaimana yang dipaparkan di bawah ini: a. Motivasi, dalam KBBI diartikan sebagai: (1) dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dangan perbuatannya; (3) perilaku berupa dorongan lekat diri yang ditujukan untuk sesuatu tujuan atau keperluan. 5 3
Matthew B. Miles, ibid, h. 16. Lihat: Matthew B. Miles, Ibid, h. 19. 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 104. 4
184
Syaifullah dan Nurwanita
Sedangkan Wexley dan Yukl menjelaskan bahwa motivasi sebagai the process by which behaviour is energized and directed, (sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja atau dorongan kerja). Dalam hal ini, motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. 6 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan. Dengan demikian, pada intinya, sebenarnya motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja seseorang atau pun perusahaan agar lebih produktif sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Definisi lain tentang motivasi berhubungan dengan: a) Pengaruh perilaku, b) Kekuatan reaksi (maksudnya upaya kerja), setelah seseorang telah memutuskan arah tindakan-tindakan, c) Persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu. 7 Sedangkan George R. dan Leslie W. mengatakan bahwa motivasi adalah ‘getting a person to exert a high degree of effort’ yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi. Menurut Abraham Maslow mengacu pada lima kebutuhan pokok yang disusun secara hirarkis, yaitu: (1) Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah), (2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja (Safety Needs), (3) Kebutuhan sosial (Social Needs), (4) Kebutuhan akan prestasi (Esteem Needs), (5) Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (Self actualization). Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak menunjukkan perwujudan diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan dan pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan oleh manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang berperan. Dorongan yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek yang memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus selaku subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi. Motivasi yang dimaksudkan oleh peneliti adalah apa dan bagaimana alasan yang menyebabkan perbankan syariah secara nasional tertarik untuk 6
Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. I, Cet. III. (Jakarta: Kencana 2011), h. 110-111 7 http://elqorni. wordpress.com/2009/03/21/teori-motivasi-dalam-manajemen-sdm/, diakses tanggal 29 April 2013.
Motivasi Bank-Bank Syariah
185
membuka cabangnya di Kota Palu, walaupun baru masuk dalam satu dekade telah terdapat 5 kantor cabang perbankan syariah yang membuka cabangnya di Kota Palu, ini artinya ada prospek yang menjanjikan dari segi perekonomian Kota Palu yang membuat bisnis perbankan; khususnya perbankan syariah tumbuh subur dengan jarak masing-masing hanya berkisar rata-rata 2 tahun masa selang waktu. Sementara perbankan syariah lokal atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) belum satupun membuka pelayanannya di Kota Palu, walaupun untuk hal ini peneliti belum menitik beratkan penelitian ini kearah itu, namun sungguh menjadi pertanyaan yang menggelitik, di mana perbankan syariah nasional telah ramai membuka kantor cabangnya sementara belum ada satupun investor lokal yang membuka jenis pelayanan syariah dalam bentuk perbankan syariah. a. Perbankan Syariah Perbankan syariah saat ini telah mengalami pertumbuhan yang teramat pesat yang ditandai dengan adanya berbagai jenis bisnis perbankan syariah yang bervariatif sifatnya, mulai dari jenis perusahaan, produk hingga jasa pelayanannya. Pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah diperjuangkannya jenis perbankan ini, baik melalui jalur ekonomi baik secara makro maupun mikro ekonomi, sosial kemasyakatan dengan berbagai pendekatan kulturalnya, hingga jalur politik untuk membuat regulasi yang dapat berpihak kepada pelegalan pelaksanaan perbankan dengan sistem syariah. Untuk itu tidak dapat dipisahkan dari sejarah terbentuknya di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang terbanyak penduduk muslimnya yang terhitung lambat dalam merespon tentang perkembangan perbankan syariah yang didirikan pada tahun 1992, jika dibandingkan dengan negara Islam atau yang mayoritas berpenduduk Islam lainnya seperti Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an yang memakai sistem profit dan loss sharing dalam upaya mengelola dana jamaah haji yang non konvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural di desa Mit Ghamr pada tahun 1993 di Kairo, Mesir. 8 Menurut peneliti hal ini dikarenakan adanya kaitan satu dengan yang lainnya, yakni 1) tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia tentang ekonomi Islam saja masih sangat kurang (rendah), apalagi jika diarahkan kepada pelak\sanaan perbankan syariah, 2) para ulama/cendekiawan muslim belum satu 8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, 2001), h. 18.
186
Syaifullah dan Nurwanita
pendapat (sepakat) tentang keharaman pelaksanaan riba yang dilakukan oleh bank-bank konvensional khususnya masalah bunga bank, 3) kebijakan pemerintah tentang perbankan syariah dalam periode sebelum tahun 1998 masih setengah hati untuk memberikan kesempatan peluang bagi pelaksanaan perbankan syariah. Melihat hal tersebut wajarlah bangsa Indonesia sangat tertinggal, namun ketertinggalan itu bukan berarti tidak ada gerakan-gerakan untuk menumbuhkembangkan pelaksanaan ekonomi Islam secara umum dan perbankan syariah secara khusus. Apabila ditelusuri dari awal, menurut Muhammad bahwa “Bank syariah di tanah air mendapat pijakan kokoh setelah adanya deregulasi sektor perbankan pada tahun 1983”, 9 sedangkan Zainul Arifin menyebutkan bahwa “tahun 1988 merupakan jejak sejarah dimulainya upaya pendirian bank syariah dimana pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) berupa liberalisasi industri perbankan”. 10 Kebijakan pemerintah tentang proses perbankan syariah, baru pada tahun 1992 dengan diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Pada pasal 1:12 diyatakan bahwa: “… mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang-hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. 11 Dalam hal ini belum ada disebutkan secara jelas tentang pelaksanaan praktek perbankan syariah, namun dengan frase “pembagian hasil keuntungan” dapat mengisyaratkan kepada pelaksanaan secara syariat Islam karena memang Islam menitik beratkan pada pembagian hasil tersebut. Kebijakan ini tidak langsung menyebutkan bahwa proses pelaksanaan perbankan tersebut berdasarkan syariah Islam, namun masih dalam pengelolaan perbankan secara bagi hasil keuntungan yang masih berdampingan pelaksanaannya dengan bank konvensional yang memakai sistem bunga. Selanjutnya hal ini diperkuat dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang Bank Bagi Hasil, yang secara tegas memberikan batasan sebagaimana pasal 6 dinyatakan bahwa: “bank bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil sebaliknya 9
Lihat Muhamad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer (Yogyakarta: UII Press, Edisi-1, Cet. 1, 2000), h. 52. 10 Lihat Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek (Jakarta: Alvabet, Cet. Kedua, 2000), h. 26. 11 UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok Perbankan dan Penjelasannya (Surabaya: Pustaka Tinta Mas, t.th), h. 8.
Motivasi Bank-Bank Syariah
187
pula bank yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil”. 12 Saat ini perbankan syariah di Indonesia terus mengalami perkembangan dapat dikatakan cukup signifikan jika dibandingkan dengan perkembangan per bankan nasional, walaupun penguasaan dana pihak ketiga oleh perbankan syariah di Indonesia dapat dikatakan masih kecil, yaitu baru sekitar 4% dari jumlah keseluruhan dana yang diserap oleh perbankan di Indonesia. Dengan melihat kenyataan tersebut maka dianggap wajar jika bisnis perbankan syariah terus diupayakan dari segala segi agar dapat menyamai bisnis perbankan konvensional dengan cara terus membuka cabang-cabangnya di wilayah yang merupakan sentra perekonomian yang masuk dalam kategori maju dan berkembang di Indonesia. Untuk itulah beberapa kantor cabang telah dibuka di Kota Palu dalam rangka melebarkan sayapnya dan juga untuk memberikan pemahaman dan sekaligus alternatif perbankan yang sesuai dengan syariah.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bank Syariah yang membuka kantor cabangnya di Kota Palu dan umumnya di Sulawesi Tengah termotivasi karena beberapa hal, sebagaimana disebutkan Pimpinan BI Palu bapak Rahmat Hernowo, ketika menanggapi pembukaan kantor cabang BNI Syariah: ‘Kami selalu mendorong untuk pembukaan bank syariah, karena dapat membantu masyarakat utamanya masyarakat kelas mikro kecil’. Rahmat Hernowo menjelaskan bahwa perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia yang pesat dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhannya di atas pertumbuhan perbankan konvensional. Apalagi pada Desember 2011 aset perbankan syariah Indonesia tumbuh sebesar 49 persen dengan volume aset akhir Mei 2012 mencapai Rp 151 triliun. Sedangkan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun terus meningkat sebesar Rp. 117,67 triliun sementara pembiayaan yang diberikan telah mencapai Rp. 115,94 triliun. 13 Dari penelitian yang telah dilakukan, data menunjukkan ada beberapa alasan bank-bank umum syariah membuka cabangnya di Kota Palu yaitu: 1) Dakwah Alasan dakwah dikemukakan karena bank syariah beroperasi di Indonesia sebenarnya untuk merealisasikan ajaran Islam melalui sistem syariah Islam. Oleh karena itu, syariah Islam dalam segala hal mesti dipublikasikan atau 12
PP Nomor 72 Tahun 1992 Tentang Bank Bagi Hasil. http://www.harianmercusuar.com/?vwdtl=ya&pid=19392&kid=all, diakses 30-08-2013. 13
188
Syaifullah dan Nurwanita
diajarkan dengan berbagai cara yang sesuai dengan tuntutan syariahnya, misalnya untuk urusan Ibadah, maka didakwahkan melalui pendidikan formal atau non formal dan informal kepada generasi berikutnya secara berkesinambungan. Demikian pula halnya dengan urusan muamalah yang didakwahkan melalui pembelajaran secara teoretik dan kemudian dipraktekkan untuk menjadi amalan shaleh keduniaan agar berdampak pahala bagi umat Islam dan menjadi rahmatan lilalamin atau bagi seluruh alam tidak hanya untuk manusia tetapi makhluk lainnya dan tidak hanya pada wilayah spiritual tetapi seluruh sendi kehidupan dan tidak hanya untuk umat Islam tetapi umat beragama lainnya. Alasan dakwah ini terungkap dari hasil wawancara peneliti dengan pimpinan cabang Bank Muamalat Indonesia Kota Palu yang menyatakan bahwa: Tujuan utama didirikannya Bank Muamalat sesungguhnya untuk mendakwahkan syariat Islam kepada umat Islam secara khusus dan umumnya kepada semua manusia yang mau melaksanakan sistem keuangan yang sesuai dengan syariah Islam baik di Pusat maupun di daerah. 14 Alasan dakwah ini terasa sangat bersifat spiritual, namun demikianlah hakekatnya. Oleh karena itu, perbankan syariah termasuk juga lembaga atau institusi yang mempelopori terwujudnya pelaksanaan dakwah Islamiyah melalui lembaga keuangan. Sebagaimana diketahui bahwa dakwah dalam hal ini bukan dilihat dari pengistilahan produk yang diperkenalkan kemasyarakat karena menggunakan bahasa Arab saja, namun pengistilahan itu terumus karena kesesuaiannya dengan nilai-nilai normatif dalam agama dan maupun bersesuaian dengan nilai-nilai filosofis rasionalitas. Dengan demikian, maka pelembagaan muamalah secara umum dan lembaga keuangan syariah secara khusus dan terlebih khusus lagi pada lembaga perbankan syariah merupakan dakwah dalam hal memperkenalkan sekaligus menjalankan serta mempertahankan nilai syariahnya untuk mencapak kemashlahatan ummah atau pencapaian tingkat falah sesuai yang dicita-citakan oleh syariat Islam. 15 2) Orientasi Profit Orientasi profit ini dikemukakan oleh seluruh responden perbankan syariah di Kota Palu yang berjumlah 5 kantor cabang Bank Umum Syariah. Hal itu dikarekan bahwa dunia usaha pada umumnya dilakukan dengan dasar untuk mengharapkan profit atau keuntung. 14
Fauz Attabik (Pimpinan Cabang BMI Kota Palu), “Wawancara” tanggal 16 September 2013 di Kantor BMI Cabang Palu. 15 M. Fikri (Manajer Operasional Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Palu), “Wawancara” tanggal 15 Oktober 2013 di Kantor BMI Cabang Palu.
Motivasi Bank-Bank Syariah
189
Bapak Irsan Kepala Warung Mikro pada Bank Syariah Mandiri mengungkapkan bahwa ‘kami tentu disamping melakukan usaha/bisnis yang berorientasikan syariah yang dalam hal ini berhubungan langsung dengan dakwah Islam, namun kami berusaha dalam bentuk sebuah perusahaan yang mempunyai karyawan dan pegawai lainnya mulai dari pimpinan hingga pada struktur yang dibawah, yang tentunya akan diberikan gaji atau reward. Hal itu tentunya akan diambil dari hasil usaha yang didapat berupa profit atau keuntungan usaha’. 16 Dilain pihak menurut bapak M. Fikri bahwa kami sebenarnya termasuk bank syariah yang ingin mengikuti induk perusahaan kami yang dapat mengelola dana masyarakat saat ini sebesar + 1,2 trilliun. Oleh karena itu, dengan peluang yang sangat besar tersebut memotivasi BRI Syariah untuk dapat mencapai tingkat penghasilan tetapi dengan berbasiskan syariah. 17 Jadi dengan logika demikian bahwa bisnis perbankan sama pada umumnya dengan bisnis yang lainnya yaitu dilakukan dengan target untuk mendapatkan profit atau keuntungan, namun yang membedakan antara bisnis yang berada dibawah sistem syariah paling tidak dapat lebih menjaga murninya hasil keuntungan yang didapatkan jika dibandingkan dengan sistem bisnis yang tidak menggunakan syariah. 3) Pertumbuhan Ekonomi dan Kondisi Kota Palu Pertumbuhan ekonomi Kota Palu termasuk dalam pertimbangan untuk membuka kantor cabang dari 5 Bank Umum Syariah yang ada di Kota Palu. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Nurullah bahwa perkembangan ekonomi ekonomi Kota Palu yang begitu cepat akhir-akhir ini menjadikan salah satu alasan yang menyebabkan dibukanya kantor cabang Bank Mega Syariah di Kota Palu. 18 Selain pernyataan tersebut dapat pula disimak penjelasanj Bapak M. Fikri Manajer Operasional pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah bahwa kami berada eksis juga di Palu itu dikarenakan pertumbuhan perekonomian kota Palu sangat menjanjikan untuk bisnis perbankan, hal itu didasari dari adanya dana penyertaan masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya dari Induk 16
Irsan Ismail (Kepala Warung Mikro pada Bank Syariah Mandiri Kota Palu), “Wawancara” tanggal 13 September 2013 di Kantor BMI Cabang Palu. 17 M. Fikri (Manajer Operasional Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Palu), “Wawancara” tanggal 15 Oktober 2013 di Kantor BMI Cabang Palu. 18 Nurullah (Analisis Pembiayaan pada Bank Mega Syariah Cabang Kota Palu), “Wawancara” tanggal 15 Oktober 2013 di Kantor BMI Cabang Palu.
190
Syaifullah dan Nurwanita
Perusahaan BRI Konvensional yang cukup besar, sehingga BRI Syariah tertarik juga untuk mengikuti langkah sukses tersebut. 19 Dari dua pernyataan di atas membuktikan bahwa perkembangan ekonomi Kota Palu dapat dikatakan menjanjika untuk berinvestasi pada wilayah bisnis secara umum atua pada khususnya bisnis perbankan syariah. Data lainnya yang mendukung adalah pada tahun 2013 ini ada beberapa hotel berbintang yang berpusat di Jakarta atau yang memang berasal dari luar negeri sedang membangun di Kota Palu yang pada akhirnya juga akan menggeliatkan roda perekonomian kota palu secara menyeluruh. 4) Stakeholders/Alasan Komunitas Wilayah Stakeholders merupakan faktor pendukung utama untuk dapat menjadikan berkembang atau tidaknya sebuah perusahaan. Urgensi stakehorders yang diincar oleh perbankan syariah di kota Palu salah satunya adalah dikarenakan mayoritas penduduk Kota Palu beragama Islam, yang tentunya dalam memilih dan memilah bisnis yang akan dilakukannya akan bersesuaian dengan norma ajaran agama Islam. Oleh karena itu, mayoritas muslim ini menjadi salah satu kekuatan utama untuk mendukung tercapainya tujuan bisnis pada perbankan syariah yang menawarkan produk-produknya yang tidak bertentang dengan syariat dan dapat diterima oleh kalang muslim tersebut. 20 Stakeholders mesti mendapatkan kepuasan dari penawaran bisnis yang diterima, sehingga mereka akan terus bertahan dalam menggunakan produk syariah yang ditawarkan, jika mereka tidak mendapatkan sesuai dengan keinginan mereka tentulah produk yang ditawarkan akan tidak diminati lagi oleh konsumennya sehingga penawaran itu akan menjadi sia-sia jadinya. Komunitas stakeholders yang mayoritas itu sebanarnya dapat dijadikan alasan yang tepat dalam hal perkembangan perbankan syariah di Indonesia, seperti halnya di Kota Palu yang masih sangat besar penduduk muslimnya hingga mencapai 85,15 % yang dari data itu sangat menjanjikan untuk dikembangkannya bisnis syariah terutama perbankan syariah. 21 Walaupun demikian pada kenyataannya antara jumlah penduduk muslim masih berbanding terbalik dengan jumlah yang menjadi pihak ketiga pada perbankan syariah.
19
M. Fikri (Manajer Operasional Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Palu), “Wawancara” tanggal 15 Oktober 2013 di Kantor BMI Cabang Palu. 20 Fauz Attabik (Pimpinan Cabang BMI Kota Palu), “Wawancara” tanggal 16 September 2013 di Kantor BMI Cabang Palu. 21 Nurullah (Analisis Pembiayaan pada Bank Mega Syariah Cabang Kota Palu), “Wawancara” tanggal 15 Oktober 2013 di Kantor BMI Cabang Palu.
Motivasi Bank-Bank Syariah
191
5) Kondisi Keamanan Kondisi keamanan ini diungkapkan Bapak Narsono kepala Bank Mega Syariah, beliau mengemukakan bahwa Kota Palu dilihat dari kondisi yang ada dapat dikatakan kondusif untuk melakukan usaha perbankan. Disamping itu Bapak Irsan yang menjadi kepala Warung Mikro pada Bank Mandiri Syariah mengungkapkan hal senada bahwa bisnis perbankan sangat menjanjikan untuk dilakukan dikarenakan kondusifnya kota Palu untuk melakukan usaha walaupun dibeberapa tempat terjadi kerusuhan antar kelompok warga namun tidak mempengaruhi bisnis perbankan. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya target yang direncanakan sebelumnya baik ketika awal membuka kantor cabang yang berada di Kec, Palu Barat maupun ketika telah berpindah wilayah di Kecamatan Palu Selatan yang dalam kurun waktu 10 tahun, masih dapat tetap eksis, hal ini salah satunya didukung oleh kondusifnya berusaha/bisnis, khususnya pada bisnis perbankan. 6) Pesaing dalam bidangnya Pada dasarnya alasan yang berhubungan dengan pesaing dalam bidangnya adalah bukan dalam arti negatif, hal ini dikarenakan yang dimaksud adalah perbankan syariah nasional yang telah lebih dahulu berkiprah di kota Palu telah mendapatkan penerimaan yang baik dari masyarakat sehingga pengelolaan dana masyarakat dapat sangat maksimal. Disamping itu apabila pesaing lainnya yang lebih dahulu eksis di kota Palu juga masuk dalam pertimbangan ini, maka lebih fantastis lagi peluang yang dapat diraih oleh perbankan syariah di mana jumlah dana yang besar yang ingin diraih telah lebih dahulu terserap pada bank konvensional yang mempunyai sub sistem perbankan syariah. Oleh karena itu, pesaing ini dalam arti positif adalah menandakan masih terbukanya lapangan bisnis perbankan syariah untuk sama-sama berbisnis di kota Palu. 22 Hal tersebut sebagaiaman yang diungkapkan oleh Junaidi Hisom bahwa kehadiran bank Syariah bukan pesaing bagi bank konvesional namun sebagai bank alternatif dari hasil survey hanya sembilan persen yang fanatik dengan bank syariah selebihnya 61 persen ruang umum. Tinggal bagaimana menarik nasabah tersebut agar bisa memanfaatkan layanan BNI Syariah. Untuk itu BNI Syariah memplotkan pelayanannnya pada segmen kelas mikro kecil. 23 22
Nurullah (Analisis Pembiayaan pada Bank Mega Syariah Cabang Kota Palu), “Wawancara” tanggal 15 Oktober 2013 di Kantor BMI Cabang Palu. 23 http://www.harianmercusuar.com/?vwdtl=ya&pid=19392&kid=all,diakses, tgl. 30-08-2013.
192
Syaifullah dan Nurwanita
D. KESIMPULAN Kota Palu sebagai kota berkembang dapat memberikan respon positif terhadap perkembangan dan pengembangan bisnis perbankan syariah, karena ditunjang oleh berbagai pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur, kemudian ditetapkannya Kota Palu sebagai kota Kawasan Ekonomi Khusus, memberikan peluang pula bagi industri perbankan khususnya perbankan syariah. Alasan atau motivasi pembukaan kantor cabang perbankan syariah di Kota Palu, antara lain: a) dakwah atau mensyiarkan lembaga Islam yang mengatur hubungan kemanusiaan dalam hal perekonomian khususnya perbankan. b) orientasi profit atau keuntungan. c) pertumbuhan ekonomi dan kondisi kota Palu. d) stakeholder atau komunitas wilayah yang mayoritas penduduk Kota Palu itu muslim. e) keamanan untuk berinvestasi. f) Pesaing lainnya pada bidang perbankan, hal ini menandakan bahwa tingkat investasi perbankan syariah di Palu cukup besar karena peminat dalam bisnis perbankan dapat dikatakan pesat.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Thamrin, dan Tantri, Francis. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan, Ed. I, Cet. I Jakarta: Rajawali Pers. Alma, Buchari. (2009). Kewirausahaan, Edisi Revisi, Cet. XIV. Bandung: Alfabeta. Anshori, Abdul Gofur. 2009. Hukum Perbankan Syariah. Bandung: Refika Aditama. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah; dari Teori ke Praktik, Cet. I. Jakarta: Gema Insani Press. Arifin, Zainul. (2000). Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek. Cet. II. Jakarta: Alvabet. Arikunto, Suhasimi. (1993). Prosedur Penelitian Ilmiah, Suatu pendekatan Praktik, Ed. II, Cet. IX. Jakarta: Rineke Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Hadi, Sutrisno. (1997). Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Andi. Hafid, Anwar. (2003). Reformasi Manajemen. Jakarta: Raja Grafika Persada. Hamid, Arifin. (2007). Hukum Ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) di Indonesia Aplikasi dan Prospektifnya, Bogor: Ghalia Indonesia. http: //www.harianmercusuar.com/?vwdtl=ya&pid=19392&kid=all,diakses,30-08-2013. Http://danang wahyudi.blogspot.com/2012/04/30. Http://destichua.blogspot.com/2013/05/prinsip-tujuan-dan-fungsi-bank-syariah.html http://www.duniapsikologi.com/pengertian-motivasi/diakses, 19-11-2008. http://www.harianmercusuar.com/?vwdtl=ya&pid=23313&kid=all,diakses. 30-08-2013 http://www.sarjanaku.com/2012/06
Motivasi Bank-Bank Syariah
193
Husain dan Suanto B, et.al. (2003). Menggagas Konsep Ekonomi Syariah; Jalan Menuju Tatanan Perekonomian Berkeadilan. Cet. I Makassar: Umi Toha. Karim, Adiwarman A. (2007). Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Ed. I. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2002). Manajemen Perbankan, Ed. I, Cet. III. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94. Margono, S. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet. 4. Jakarta: Rineka Cipta. Matthew B. Miles dan A. Michel Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Cet. I. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. III. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhamad. (2000). Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Edisi-1. Cet. 1. Yogyakarta: UII Press. Muhammad. et.al. (2002). Bank Syariah; Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Cet. II Yogyakarta: Ekonisia. Muttaqien, MZ., (2010). Penerapan Prinsip Jual Beli di Bank Syariah Mandiri Cabang Palu, Skripsi, tidak diterbitkan. Palu: FAI Universitas Alkhairaat Palu. Ninge, Sri Ratni. (2012). Tanggapan Nasabah Terhadap Sistem Bagi Hasil Pada Bank Muamalat Cabang Pembantu Palu Barat SIS Aljufri, Skripsi, tidak diterbitkan. Palu: FAI Unisa. Ningsih, Widya, dkk. (2007). Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media. PP Nomor 72 Tahun 1992 Tentang Bank Bagi Hasil Putra N., Surya. (2007). Desain Proposal Penelitian. Yogyakarta: Pyramid Awangga Publisher. Sardiman AM. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Ed. I; Cet. XIV. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sukardi. T.th. Metode Penelitian, Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara. Surakhman, Winarno. (1978). Dasar dan Tekhnik Research: Pengantar Metodologi Ilmiah, Cet. VI. Bandung: Tarsito. Suryana. (2001). Kewirausahaan, Ed. I. Jakarta: Salemba Empat. Sutedi, Adrian. (2009). Perbankan Syariah Tinjauan Dari Beberapa Segi Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia. Sutrisno, Edi. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. I, Cet. III. Jakarta: Kencana. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1988 Pasal 1 Ayat (2). UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok Perbankan dan Penjelasannya. Surabaya: Pustaka Tinta Mas.