MOTIVASI AUDIENS DALAM MENDENGARKAN POGRAM SIARAN “DELIMA MINANG” DI RADIO LITA FM BANDUNG (Studi Deskriptif Pada Pendengar Setia Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung
Disusun oleh : Akbar Rio 10080003101 Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2011
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
: MOTIVASI AUDIENS DALAM MENDENGARKAN POGRAM SIARAN “DELIMA MINANG” DI RADIO LITA FM BANDUNG
Sub Judul
: Studi Deskriptif pada Pendengar Setia Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung)
Nama
: Akbar Rio
NPM
: 10080003101
Bidang Kajian : Manajemen Komunikasi
Menyetujui, Pembimbing
H. Aning Sofyan Sadikin, Drs., M.Si.
Mengetahui, Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
Dr. Anne Ratnasari, Dra., M.Si.
Motto ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# āωÎ) ∩⊄∪ Aô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) ∩⊇∪ ÎóÇyèø9$#uρ ∩⊂∪ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-‘Ashr : 1 – 3)
ABSTRAK
Radio merupakan medium komunikasi massa yang dapat digunakan sebagai media hiburan, berita, musik, maupun diskusi, yang dapat menciptakan suatu hubungan yang hangat dan akrab antara Audiensnya baik pria maupun wanita. Radio dapat menjadi teman yang setia disegala suasana karena siarannya dapat dinikmati saat mengendarai kendaraan, bersantai, mengerjakan tugas, memasak, dan lain-lain. Keberadaan program “Delima Minang” di radio Lita FM sebagai media komunikasi bagi masyarakat Minang yang berada di kota Bandung dan sekitarnya, serta masyarakat yang berasal dari etnis selain Minang untuk mengenal serta mempelajari budaya Minang itu sendiri. Program “Delima Minang” merupakan suatu kajian yang sangat menarik kalau dilihat dari efektivitas dari fungsi komunikasi massa, yang mana program “Delima Minang” berada di tanah Parahyangan tentunya memiliki budaya yang berbeda oleh karena itu dengan adanya program “Delima Minang” apakah audiens telah terpuaskan dari kognitif, afektif, intergratif personal, intergratif sosial, dan motif pelarian. Maka dari penelitian ini untuk mengetahui motif kognitif Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dengan turunan yaitu untuk mengetahui motif afektif Audiens, untuk mengetahui motif integratif personal Audiens dalam, untuk mengetahui motif integratif sosial Audiens, untuk mengetahui motif pelarian Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Teori yang digunakan yaitu Uses and Gratifications dengan turunan kognitif, afektif, intergratif personal, intergratif sosial, dan motif pelarian. Metode deskriptif serta populasi yaitu 297 responden dari penelepon dari bulan Agustus sampai dengan Oktober. Jadi sampel ditarik 32 responden untuk mengetahui lebih mendalam tentang motif terbesar , juga menggunakan rumus Slovin. Dalam penyebaran kuisioner menggunakan random sampling. Kesimpulan penelitian ini, motivasi audiens siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung memperlihatkan pada cognitive needs (kebutuhan kognitif) dalam kategori baik, serta affective needs (kebutuhan afektif) dalam kategori baik, personal integrative needs dalam kategori baik, social integrative needs ( kebutuhan integratif sosial) dalam kategori cukup, dan escapist needs (kebutuhan pelepasan ketegangan ) dalam kategori cukup sesuai dengan harapan pendengar.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrahiim, Pertama-tama penulis panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi, karena semua ini dapat terwujud karena bimbingan dan petunjuk-Nya. Dan berkat rakhmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan mengambil judul ”Motivasi Audiens dalam Mendengarkan Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung” yang merupakan salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun dengan segala keterbatasan, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Selama dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu memberikan kemudahan, dorongan dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kesungguhan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. O. Hasbiansyah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba
yang
telah
memberikan
motivasi
untuk
menyelesaikan
perkuliahan. 2. Ibu Dr. Anne Ratnasari M.Si., selaku Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi atas masukkan-masukkan berharganya. 3. Bapak Aning, Drs, M.Si, sebagai pembimbing atas segala kesabarannya memberikan arahan selama proses penulisan.
ii
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, terimakasih atas masukanmasukannya dan ilmu yang telah diberikan. 5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi. 6. Mamah dan Papa, saat ini hanya dalam sebuah karya kecil ini, yang tak mungkin kuselesaikan tanpa pengorbanan moril juga materiil darimu berdua. 7. Seluruh Staf dan Karyawan Lita FM, atas keindahan kerjasamanya serta kemudahan data yang penulis peroleh. 8. Teman-temanku di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya, semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Amien. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini banyak memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama mahasiswa FIKOM, sehingga dapat lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas materinya di masa mendatang. Bandung, Agustus 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI....................................................................................... ........... BAB
BAB
i ii iv
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ .. 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... .. 1.3 Identifikasi Masalah .................................................................. .. 1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... .. 1.5 Kegunaan penelitian ................................................................. .. 1.5.1 Kegunaan Teoritis .......................................................... .. 1.5.2 Kegunaan Praktis ........................................................... .. 1.6 Alasan Pemilihan Masalah.......................................................... 1.7 Pembatasan Masalah................................................................... 1.8 Pengertian Istilah......................................................................... 1.9 Kerangka Pemikiran.................................................................... 1.10 Operasional Variabel.............................................................. .... 1.11 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data..................... 1.11.1 Metode Penelitian............................................................. 1.11.2 Teknik Pengumpulan Data........................................ ..... 1.12 Populasi dan Teknik Sampel......................................................... 1.12.1 Populasi......................................................................... ..... 1.12.2 Teknik Sampel............................................................. ..... 1.13 Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................... 1.13.1 Uji Validitas.................................................................. ..... 1.13.2 Uji Reliabilitas ............................................................. ..... 1.14 Organisasi Karangan........................................................... .....
1 6 6 7 7 7 7 8 8 9 10 15 16 16 16 18 18 19 20 20 22 24
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum komunikasi........................................................ 2.1.1 Pengertian Komunikasi .................................................... ... 2.1.2 Proses Komunikasi.............................................................. 2.2 Tinjauan Mengenai Komunikasi Massa .................................... ... 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ......................................... ... 2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ........................................ 2.2.3 Efek Komunikasi Massa...................................................... 2.2.4 Pesan Komunikasi Massa......………............................ ..... 2.3 Pendekatan Kebutuhan Informasi..... ........................................ ... 2.3.1 Pengertian Informasi ........................................................ ...
25 25 26 28 28 30 31 33 34 34
iv
2.3.2 Kebutuhan Informasi........................................................... 2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi. Tinjauan Tentang Radio................................................................ 2.4.1 Pengertian Radio .............................................................. .... 2.4.2 Faktor Penunjang Efektivitas Radio Siaran.......................... 2.4.3 Sifat Radio Siaran................................................................. 2.4.4 Sifat Pendengar Radio.......................................................... Pendekataan Model Uses Gratifications....................................... Motivasi................................................................................... .....
35 36 37 37 37 39 41 42 45
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Berdirinya Radio Lita FM Bandung............... ... 3.2 Data Radio Lita fm 90.9 fm Bandung.......................................... 3.2.1 Nama............................................................................. .... 3.2.2 Data Teknis................................................................... .... 3.2.3 Daya Jangkau............................................................... .... 3.2.4 Klasifikasi Selera Musik................................................. .... 3.3 Program Siaran Radio Lita FM Bandung................................. .... 3.3.1 Program Mingguan........................................................ .... 3.3.2 Program Off-air ( Tahunan ).......................................... .... 3.3.3 Program Periodik........................................................... .... 3.4 Struktur Organisasi Radio Lita 90.9 FM Bandung...................... 3.5 Program “Delima Minang”..................................................... .... 3.5.1 Latar Belakang................................................................ .... 3.5.2 Tujuan Program “Delima Minang”................................ .... 3.5.3 Proses Produksi Program “Delima Minang”................. .... 3.5.4 Teknik Penyajian Program “Delima Minang”............... ....
48 49 49 49 50 50 50 50 51 51 52 57 57 58 58 59
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Data Responden.......................................................... .. 4.2 Deskriptif Hasil Penelitian............................................................. 4.2.1 Cognitive Needs (Kebutuhan Kognitif)................................ 4.2.2 Affective Needs (kebutuhan afektif)...................................... 4.2.3 Personal Integrative Needs (Kebutuhan integratif personal). 4.2.4 Social Integrative Needs (Kebutuhan integratif sosial)........ 4.2.5 Escapist needs (Kebutuhan pelepasan ketegangan)............... 4.3 Deskriptif Hasil Penelitian....................................................... .....
63 67 67 74 77 83 88 92
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 5.2 Saran ........................................................................................ 5.2.1 Saran Praktis .......................................................................... 5.2.2 Saran Teoritis .........................................................................
95 96 97 97
2.4
2.5 2.6 BAB
BAB
BAB
v
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... LAMPIRAN
vi
98
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
begitu cepat dalam era globalisasi, keberadaan media massa dewasa ini sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita. Kehadiran media massa sebagai penyedia informasi dan hiburan menjadi hal yang penting untuk disadari. Kini masyarakat menganggap media massa sebagai sebuah unsur yang telah menyatu dengan lingkungan dan kehidupan mereka sehari-hari. Kekurangan informasi dan ketiadaan media massa dirasakan sebagai suatu keterbelakangan, ketinggalan jaman dan keterpencilan. Radio merupakan media komunikasi massa yang dapat digunakan sebagai media hiburan, berita, musik, maupun diskusi, yang dapat menciptakan suatu hubungan yang hangat dan akrab antara Audiensnya baik pria maupun wanita. Radio dapat menjadi teman yang setia disegala suasana karena siarannya dapat dinikmati saat mengendarai kendaraan, bersantai, mengerjakan tugas, memasak, dan lain-lain. Di lain hal dengan radio orang dapat memperoleh tiga keuntungan seperti yang dikutip Lazarsfeld (dalam Palapah dan Syamsudin, 1983:11) sebagai berikut: Radio memungkinkan partisipasi Audiens atau seolah-olah Audiens menyaksikan sendiri sesuatu kejadian yang sedang disiarkannya. Para Audiens merasa seolah-olah sesuatu secara pribadi. Dan perolehan secara pribadi ini adalah oleh karena komunikasi melalui radio adalah seolah-olah mewakili suatu komunikasi face to face. Kebutuhan radio adalah mencari khalayak, kebutuhan Audiens yaitu mencari informasi yang dapat menambah pengetahuan maupun hiburan.
1
2
Pemenuhan kebutuhan tersebut dalam artian tercapainya keinginan khalayak untuk mendapatkan informasi, pengetahuan dan keterangan dari acara yang disajikan. Tentunya hal ini harus diiringi dengan penyajian acara sedemikian rupa sehingga menarik audiensnya untuk mengikuti acara yang disajikan oleh pihak radio. Program acara etnis menjadi daya tarik yang baru bagi perkembangan bisnis radio siaran. Kemajemukan masyarakat dalam budaya yang berbeda merupakan sasaran yang tepat bagi pemenuhan akan informasi. Daya tarik tersebut menjadi ciri khas yang memiliki nilai jual. Seperti segmentasi program radio siaran bagi etnis minang di kota Bandung, merupakan salah satu cara untuk saling mengenal budaya yang berbeda dalam upaya melestarikan budaya itu sendiri. Berdasarkan akan pentingnya pembinaan kebudayaan daerah dalam pembangunan kebudayaan nasional tidaklah dapat diragukan lagi. Dalam UUD 1945 pasal 32 yang berbunyi: Pemerintah memajukan kebudayaan daerah. Penjelasan dari pasal ini bahwa kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh rakyat Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adat, budaya, persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan sendiri, serta mempertinggi derajat persatuan bangsa Indonesia. Kewajiban pembinaan menjadi lebih tepat guna ketika masih digunakan dalam rutinitas sosial berbudaya, pergaulan antar etnis (komunikasi lintas budaya) dalam suatu wilayah seperti kota Bandung menjadi suatu tempat pergulatan
3
budaya yang kristalisasinya adalah diperlukan suatu kebiasaan diri untuk saling mengenal produk budaya yang pernah diciptakan. Saling berbudaya dengan mengenal budaya sendiri. “Dima bumi dipijak, disinan langik dijunjuang” (pepatah orang Minang). Program acara “Delima Minang” merupakan acara etnis Minang di radio Lita FM. Radio Lita FM yang menempatkan dirinya sebagai radio keluarga, dengan audiens yang tidak terbatas dengan perbedaan etnis, agama dan usia. Hal ini telah memberikan warna yang berbeda dalam iklim persaingan pada radio siaran. Untuk menegaskan kekhasan tersebut stasiun radio menuangkannya di dalam format siaran yang akan menjadi ciri radio tersebut. Pada dasarnya format siaran adalah tipe program yang dirancang untuk disajikan kepada suatu segmen khalayak tertentu serta konsisten dengan kebijakan umum stasiun radio. Untuk mencapai target sasaran yang besar, sebagai radio keluarga Lita FM membuat acara yang bukan hanya sebagai media alternatif hiburan, informasi, teman dan kepuasan di waktu luang. Tidak pula untuk menikmati untaian kata dan ramuan musik dari artis penyanyi, musisi bahkan juga sebagai media kreatifitas sejumlah seniman musik. Untuk menjalankan tugasnya sebagai media untuk menjaga kebudayaan daerah dan juga sebagai pengakomodir aspirasi masyarakat. Target Audiens Radio Lita fm Bandung berdasarkan jenis kelamin adalah pria 45% dan wanita 55%, berdasarkan usia adalah kurang 15 tahun 5%, 15-20 tahun 10%, 20-30 tahun 30%, 30-40 tahun 35%, 40-50 tahun 15% dan lebih dari 50 tahun adalah 5%.1
1
Andrie pihak Lita FM bagian ADM umum dan Iklan
4
Dengan target sasaran yang demikian, Radio Lita fm Bandung dituntut membuat program acara yang sesuai dengan khalayak audiens tersebut.. Diantaranya adalah program acara “Delima Minang”, seperti diketahui bahwa penduduk kota bandung memiliki suku atau budaya yang berbeda-beda diantaranya suku Minang yang banyak ditemui di kota Bandung sebagai buktinya dapat dilihat dengan adanya komunitas atau perkumpulan masyarakat Minang di Bandung dan juga himpunan mahasiswanya yang ada di seluruh Universitas seBandung seperti Ikesma, Gonjong Limo, Banuhampu, UABM, UKM, USBM dan UPBM. Program acara “Delima Minang” yang hadir dua kali dalam satu minggu, setiap hari Selasa dan Minggu dimulai dari pukul 19.00 sampai 22.00 dengan segmentasi acara dialog interaktif dengan audiens tentang budaya dan informasi bagi masyarakat Minang yang ada di perantauan, request lagu-lagu Minang serta pembahasan isu-isu menarik yang berhubungan dengan ranah Minang sendiri serta Indonesia secara umumnya. Program acara “Delima Minang” lahir karena banyak nya penawaran dari masyarakat minang yang tersebar di Bandung dan sekitarnya, oleh karena itu masyarakat minang yang tersebar tersebut pasti membutuhkan suatu wadah untuk mampersatukan mereka dalam hal menerima informasi, dan juga berfungsi sebagai alat untuk pemuasan akan kebutuhan informasi mengenai ranah minang atau berita yang sedang hangat diperbincangkan dengan pembahasan ala Minang sendiri seperti pantun-pantun, selain itu program “Delima Minang” juga berfungsi mempererat silaturahmi sesama masyarakat minang yang telah disibukan oleh aktivitas masing-masing yang berada di kota Bandung. Mengacu
5
pada hal-hal tersebut program acara “Delima Minang” selain sebagai hiburan juga untuk mensosialisasikan kembali, memelihara, mengembangkan dan melestarikan kesenian daerah melalui acara yang dikemas secara menarik sehingga lebih jauhnya mendorong masyarakat menjadikan acara “Delima Minang” sebagai media pembelajaran budaya Minang dengan berbagai sajian yang sudah diberikan oleh program “Delima Minang” tersebut audiens bisa memuaskan
dalam
mengetahu
kebutuhan
informasi
kebudayaan
dan
perkembangan musik minang. Keberadaan program “Delima Minang” di radio Lita FM sebagai media komunikasi bagi masyarakat Minang yang berada di kota Bandung dan sekitarnya, serta masyarakat yang berasal dari etnis selain Minang untuk mengenal serta mempelajari budaya Minang itu sendiri. Program “Delima Minang” merupakan suatu kajian yang sangat menarik kalau dilihat dari efektivitas dari fungsi komunikasi massa, yang mana program “Delima Minang” berada di tanah Parahyangan tentunya memiliki budaya yang berbeda oleh karena itu dengan adanya program “Delima Minang” apakah audiens nya sudah merasa terpuaskan dari kognitif, afektif, intergratif personal, intergratif sosial, dan motif pelarian. Dengan demikian, bahwa program “Delima Minang” ini bertujuan untuk memberitahukan kepada pendengar mengenai kebudayaan dan lagu-lagu minang yang ada. Isinya selain menyampaikan sebuah fakta yang terjadi, program “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung, juga memiliki indikasi yang mengarah pada adanya fungsi kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integratif personal, kebutuhan integratif sosial, kebutuhan pelepasan ketegangan, dari suatu rubrik dalam radio. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dalam
6
memenuhi kebutuhan pendengar. Dengan demikian penulis memfokuskan penelitian terhadap program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dalam memenuhi kebutuhan pendengar.
1.2
Rumusan Masalah Untuk dapat memberikan pembahasan masalah secara lebih mudah dan
mengarah pada pokok bahasan yang akan penulis bahas dalam penelitian ini, maka dapat penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Motif Audiens dalam Mendengarkan Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung?” 1.3
Indetifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka penulis
dapat mengidentifikasi masalah menjadi : 1.
Bagaimana motif kognitif Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung?
2.
Bagaimana motif afektif Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung?
3.
Bagaimana motif integratif personal Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung?
4.
Bagaimana motif integratif sosial Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung?
5.
Bagaimana motif pelarian Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung?
7
1.4
Tujuan Penelitian Selanjutnya yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui motif kognitif Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung.
2.
Untuk mengetahui motif afektif Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung.
3.
Untuk
mengetahui
motif
integratif
personal
Audiens
dalam
mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. 4.
Untuk
mengetahui
motif
integratif
sosial
Audiens
dalam
mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. 5.
Untuk mengetahui motif pelarian Audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung.
1.5
Kegunaan Penelitian
1.5.1
Kegunaan Teoritis Penelitian diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan,
terutama yang berhubungan disiplin ilmu komunikasi, khususnya mengenai sebuah program acara dalam kajian Ilmu Manajenen Komunikasi. 1.5.2
Kegunaan Praktis Penelitian iini mendapatkan pengetahuan yang sangat berguna sebagai
salah satu perbandingan antara materi yang didapatkan di perkuliahan dengan penerapan pada perusahaan.
8
1.6
Alasan Pemilihan Masalah Dalam membuat tulisan ini penulis menilai ada beberapa alasan mendasar
sehingga penulis memilih masalah ini. 1. Mengetahui motif audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. 2. “Delima Minang” merupakan suatu acara siaran yang menyajikan informasi kebudayaan dan musik berasal dari Minang. Hal ini sebagai hiburan bagi para masyarakat Sumatra yang bisa memberikan kepada pengetahuan baru pada masyarakat minang. 3.
Radio merupakan media massa yang memiliki keunggulan, seperti dapat melakukan komunikasi langsung dan akrab serta memiliki banyak siaran yang dapat menghibur, menginformasikan, mendidik, atau bahkan mempengaruhi secara halus agar khalayak maupun mengubah sikap, pendapat, dan tingkah laku sesuai dengan isi pesan yang terkandung dalam siaran.
1.7
Pembatasan Masalah Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah dan menghindari salah
pengertian dalam rumusan masalah yang diteliti, maka perlu dikemukakan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dibatasi hanya pada program Delima Minang di radio Lita FM Bandung yang disiarkan dua kali dalam satu minggu, setiap hari Selasa dan Minggu dimulai dari pukul 19.00 sampai 22.00
9
2. Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah Audiens radio “Delima Minang” dengan
mendata penelepon dari bulan Agustus
dampai dengan Oktober 2009 sebanyak 297 orang. 3. Hal yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana motivasi Audiens terhadap acara “Delima Minang” tersebut mengenai motif kognitif, motif afektif, motif intergratif personal, motif sosial, motif pelarian yang disiarkan di radio Lita FM Bandung. 5. Waktu penelitian yang dilakukan untuk penulisan skripsi ini dimulai pada bulan Juni 2009 sampai Juni 2011.
1.8
Pengertian Istilah 1.
Motivasi
: suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau
bergerak dan secara langsung yang secara langsung mengarah pada sasaran akhir. (Hasibuan, 2003 : 95) 2.
Audiens : Audiens adalah sasaran komunikasi massa melalui radio siaran. (Effendy, 1983:123)
3.
Acara : program atau rencana kegiatan (Prima, 2006: 11).
4.
Radio : merupakan keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari suatu stasiun dan dapat diterima oleh pesawatpesawat penerima di rumah, mobil, kapal, dan sebagainya (Palapah, 1983: 107).
5.
Delima
Minang
:
merupakan
program
siaran
radio
yang
membicarakan tentang kebudayaan dan lagu-lagu dari daerah padang
10
yang sering disebut dengan budaya minang dalam menghibur warga padang yang berdomisili di sekitar Bandung. 6.
Lita FM : merupakan radio lokal
Bandung untuk memberikan
informasi pada masyarakat.
1.9
Kerangka Pemikiran Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa (dalam Ardianto, 2007:3). Tujuan utama mempelajari komunikasi massa adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi terhadap seseorang, yaitu kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Media massa, khususnya siaran radio “Delima Minang” adalah salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan sebagai jenis acara di media massa. Komunikasi massa, yang mana menurut Bittner (dalam Rakhmat, 2001: 188) “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang” (mass communication is messages communicated though a mass medium to a large number of people). Secara jelas, komunikasi massa akan membicara tentang pesan dalam penyebarannya menggunakan media elektronik dan cetak untuk disebarkan secara luas pada masyarakat luas, serta pesan tersebut tidak memandang batasan usia, daerah, dan klas sosisal. Definisi tersebut dapat
11
diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi disampaikan kepada khalayak yang banyak jika tidak menggunakan media massa itu bukan komunikasi massa. Media massa berkerja untuk menyampaikan informasi. Bagi khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. “Media massa tidak menentukan ‘what to think’ melainkan ‘what to think about’” (Rakhmat, 2005:68) Salah satu sarana komunikasi massa yang digunakan sebagai penyampai informasi atau pesan yang ditujukan kepada sejumlah orang (massa) adalah radio. Radio sebagai salah satu media massa memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu, ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan. Radio merupakan media komunikasi pertama yang mengandung suara disebarkan melalui gelombang pemancar dalam memberikan infomasi pada khalayak luas dan radio juga sering disebut sebagai “the fifth estate” disebabkan daya kekuatannya dalam mempengaruhi massa khalayak. Dengan istilah seperti itu radio adalah “keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari sesuatu stasiun dan dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah, di mobil, di kapal, dsb.” (Plapah dan Syamsudin, 1983:107) Penelitian ini digunakan untuk mengetahui motif audiens dalam mendengarkan radio. Maka teori yang digunakan yaitu Uses and Gratification yang dikemukakan oleh Katz, Haas dan Gurevitch (dalam Effendy, 2003:294),
12
yang memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas pemenuhan kebutuhan seseorang. Dari sinilah timbul istilah Uses and Gratifications (penggunaan dan pemenuhan kebutuhan). Teori Uses and Gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut : kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integratif personal, kebutuhan integratif sosial dan kebutuhan pelarian atau pelepasan ketegangan (Effendy, 2003:294). Kebutuhan
individual
dikategorisasikan
sebagai
berikut
(Effendy,
2003:294) : 1.
2.
3.
4.
5.
Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. Affective needs (Kebutuhan Afektif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. Personal Intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan.
Dalam perkembangan dunia broadcast saat ini, posisi media tidak hanya ditempatkan sebagai pihak yang mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Khalayak dianggap secara aktif dengan sengaja menggunakan media untuk memenuhi
13
kebutuhannya dan mempunyai tujuan. Sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto dan Erdinaya, 2004:71). Menurut pencetus teori ini, Eelihu Katz, Jay G. Blumer dan Michael Gurevitch, teori Uses and Gratifications meneliti asal mula kebutuhan yakni : (1) sumber-sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan-kebutuhan yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) kebutuhankebutuhan lain, bahkan seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki (Rakhmat, 1996 : 65). Menurut Lin (abela_http:/www.ilands.com/survey), asumsi dari paradigma Uses and Gratifications adalah “perilaku pengguna media dimotivasi oleh kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan. Dengan dorongan ini, khalayak mampu untuk mengenali pemilihan isi dan pola mengakses dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Kekuatan dan kebutuhan, motif dan pengharapan
akan
mempengaruhi aktivitas penggunaan media”. Uses and Gratifications bersandar pada tiga tujuan. Tujuan ini adalah : untuk menjelaskan bagaimana media massa digunakan oleh khalayak dalam memenuhi kebutuhannya, untuk memahami motif perilaku bermedia dan untuk mengidentifikasi fungsi atau konsekuensi dari kebutuhan, motif dan perilaku berkomunikasi Model Uses and Gratifications dari Katz, Haas dan Gurevitch ini dapat digambarkan hubungannya sebagai berikut :
14
Pemuasan media Penggunaan media massa 1. Jenis media 2. Isi media 3. Terpaan media 4. Konteks social terpaan
1.
2. 3. 4.
Pengamata n lingkungan Hiburan Identitas personal Hubungan sosial
Gambar 1.1 Model Uses and Gratifications (dalam Effendy, 2003: 135) Penayangan berasal dari kata tayang yang artinya menyampaikan sesuatu. Tayangan di sini merupakan “bentuk kata kerja untuk sebuah siaran audio visual. Agar suatu tayangan menjadi efektif tergantung pada intensitas pesan, isi pesan, dan daya tarik pesan” (Wahyudi, 1984:19). Dalam menarik perhatian pemirsa, sebuah siaran yang ditayangkan haruslah bekualitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu tayangan itu efektif menurut Wahyudi tergantung kepada intensitas pesan, materi atau isi pesan, dan daya tarik tayangan itu sendiri. Program media massa tentu akan berpengaruh pada komunikasi massa. “Media massa akan berfungsi untuk memperkokoh sikap dan pendapat yang ada atau fungsi media mengubah” (Prasetyo Indarto, 2008 : 10). Media massa secara langsung bisa meenyebarkan nilai dan mempengaruhi Audiens dengan tujuan merubah sikap Audiens, artinya media massa memegang peranan penting untuk
Motivasi Pendengar
Lingkungan social 1. Ciri-ciri demografis 2. Afiliasi kelompok 3. Ciri-ciri kepribadian
Kebutuhan khalayak 1. Kebutuhan kognitif 2. Kebutuhan afektif 3. Kebutuhan integratif personal 4. Kebutuhan integratif sosial 5. Kebutuhan pelarian
Sumber-sumber pemuasan kebutuhan nonmedia 1. Keluarga, teman 2. Komunikasi interpersonal 3. Mengisi waktu luang
15
merubah mainset berpikir Audiens secara langsung ketika Audiens menggunakan media massa. Pengaruh media massa sangat besar pada khalayak seperti yang dikatakan oleh Elvinaro, Lukiati, dan Karlinah (2007:53) menyatakan “media massa akan mempengaruhi pada khalayak luas seperti efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral”.
1.10
Operasional Variabel Variabel
dalam
penelitian ini hanya ada satu variabel yaitu “Motif
Audiens dalam Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung sebagai berikut : Indikator I Alat ukur :
Indikator II Alat ukur
: Cognitive Needs ( Kebutuhan Kognitif ). - Memperoleh informasi -
Pengetahuan
-
Pemahaman
: Affective Needs ( Kebutuhan Affektif). : - Emosional -
Estetis
Indikator III : Personal integrative needs ( Kebutuhan integratif personal ) Alat ukur
: - Kredibilitas -
Rasa percaya diri
-
Stabilitas
-
Status individual
Indikator IV : Social integrative needs ( Kebutuhan integratif sosial ) Alat ukur
: - Mempererat hubungan dengan keluarga,
16
-
Mempererat hubungan dengan teman
Indikator V
: Escapist needs ( Kebutuhan pelepasan ketegangan )
Alat ukur
: - Pelarian - Pengalihan
1.11
Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.11.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Penggunaan metode penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mempelajari secara mendalam bagaimana penilaian Audiens dalam Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Menurut Issac dan Michael yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku “Metode Penelitian Komunikasi”, metode deskriptif
bertujuan untuk
“melakukan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat”(Rakhmat;1991:22) 1.11.2
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan hasil dalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, antara lain : 1.
Angket Cara pengumpulan data melalui penyebaran angket kepada
responden yaitu Audiens radio Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Menurut Soehartono penyebaran angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. (Soehartono, 2002:65). Jawaban
17
responden diberi skor berjenjang dengan skala Likert. Adapun bobot penilaian untuk setiap pertanyaan pada kuesioner adalah sebagai berikut : Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 2.
(SS) (S) (R) (TS) (STS)
:5 :4 :3 :2 :1
Wawancara Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan
keterangan-keterangan
dari
orang-orang
yang berkepentingan
dan
wewenang atau ada hubungannya dengan masalah penelitian untuk memperoleh data pendukung. Cara pengumpulan data yang dihimpun melalui serangkaian kegiatan tanya jawab secara lisan dengan pihak radio Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Menurut Sugiyono (2007:72) menyatakan “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, atau apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam”. Kemudian peneliti melakukan waawncara dengan pihak Rita FM denan Andri, serta melakukan wawancara pada Zulkifli, Furqon, dan Yudi kepada responden pada tanggal 12 Agustus 2011. 3.
Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku-buku, artikel guna
memperoleh, pengertian, pendapat dan teori yang sehubungan dengan
18
masalah yang dibahas untuk memperjelas dan memperkuat data yang diperlukan selama penelitian. 4.
Studi Internet Internet merupakan singkatan dari interconnected network adalah
jaringan yang snagat besar, terdiri dari jaringan-jaringan yang lebih kecil yang berjumlah sangat banyak jaringan yang lebih kecil yang berjumlah sanagat banyak jaringan lebih kecil. Disini penulis menggunakan internet sebagai media untuk mencari informasi dan bahan-bahan berupa artikel yang ada hubungan dengan pembahasan penelitian.
1.12
Populasi dan Teknik Sampling
1.13.1 Populasi Dalam setiap penelitian, populasi yang diteliti erat kaitannya dengan masalah yang dipelajari. Populasi adalah kumpulan dari obyek penelitian. (Rakhmat, 1989: 78). Populasi dalam penelitian ini adalah Audiens aktif atau penelpon yang meninggalkan identitas lengkap ke program “Delima Minang” di radio Lita FM dari bulan Agustus – Oktober 2009 sebanyak 297 orang yang diambil melalui jalur telepon interaktif sebanyak 297 orang. Tabel 1.1 Jumlah Audiens yang menelpon ke program “Delima Minang” di Radio Lita FM dari bulan Agustus-Oktober 2009 NO 1 2 3 4 5 6 7
Bulan Agustus
Hari/Tanggal Minggu / 5 Agustus Selasa / 7 Agustus Minggu / 12 Agustus Selasa / 14 Agustus Minggu / 19 Agustus Selasa / 21 Agustus Minggu / 26 Agustus
Telp Interaktif 12 13 12 11 12 8 11
19
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Selasa / 28 Agustus 12 September Minggu / 2 September 12 Selasa / 4 September 9 Minggu / 9 September 12 Selasa / 11 September 12 Minggu / 16 September 10 Selasa / 18 September 9 Minggu / 23 September 13 Selasa / 25 September 12 Minggu / 30 September 13 Oktober Selasa / 2 Oktober 11 Minggu / 7 Oktober 12 Selasa / 9 Oktober 10 Minggu / 14 Oktober 13 Selasa / 16 Oktober 12 Minggu / 21 Oktober 9 Selasa / 23 Oktober 13 Minggu / 28 Oktober 13 Selasa / 30 Oktober 11 Jumlah 297 Sumber : Radio Lita FM Bandung, 5 November 2009
Jadi total keseluruhan dari populasi yang sudah menelepon dari bulan Agustus sampai dengan oktober 2009 yaitu 297 orang. 1.13.1 Teknik Sampling Sampel adalah banyaknya jumlah populasi pemirsa yang dipilih sebagai sampel atau objek yang diteliti. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, yaitu ”pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya tidak sejenis (heterogen)” (Riduwan, 2007:58). Sampel di dapat dengan “menggunakan Rumus Slovin untuk penarikan jumlah minimal sampel” (Arikunto 2000:50). Umumnya sampling error maksimal adalah pada presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90 % maka berdasarkan rumus sederhana dengan tingkat kepercayaan 90%:
20
n=
N = 297 = Ne² + 1 (297) (0,1)²+1
74,811 = 75
Dimana: n = Jumlah sampel minimal N = Jumlah populasi e = taraf kekeliruan yang dapat ditolerir (standar kekeliruan 10%) Jadi sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 75 responden dengan presisi 10% pada tingkat kepercayaan sebanyak 90%. Pada penelitian ini, proses yang dikerjakan oleh peneliti yaitu dengan melakukan random terhadap sejumlah responden. Namun, dari hasil pembagian angket tersebut responden dikatakan sebagai pendengar setia sebanyak 32 responden, sehingga peneliti memilih responden yang menjadi pendengar setia saja dalam penelitian ini dengan alasan responden sudah
mengetahui/memperhatikan
mendalam
mengenai cara
“Delima Minang” lebih lama dan sisanya tidak termasuk pada data penelitian.
1.13
Uji Validitas dan Reliabilitas
1.13.1 Uji Validitas Validitas atau kesahihan merupakan tingkat kesesuaian antar suatu batasan konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan. Validitas berkaitan dengan kesesuaian antar suatu konstruk atau indikator yang digunakan untuk mengukurnya. Validitas adalah menunjukkan kecermatan atau keabsahan dan kesesuaian alat ukur yang digunakan untuk mengukur dengan variabel, jadi validitas menyangkut dengan isi variabel dan kegunaan alat ukur. (Rakhmat, 2002:17)
21
Validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar mengukur apa saja yang akan diukur. Sehingga semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka akan semakin mengenai pada sasarannya alat ukur tersebut atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Suatu penelitian dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila penelitian tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya penelitian tersebut. Jika peneliti menggunakan kuesioner di dalam mengumpulkan data penelitian, maka pertanyaan-pertanyaan yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat ukur yang harus dapat mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian. Salah satu cara untuk menghitung validitas suatu alat tes adalah dengan melihat daya pembeda pertanyaan atau item. Daya pembeda item adalah metode yang paling tepat digunakan untuk setiap jenis tes. Daya pembeda item dalam penelitian ini dilakukan dengan cara korelasi item total. Korelasi item total adalah konsistensi antara skor item dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor keseluruhan. Karena skala pengukuran dari item adalah ordinal, maka digunakan koefisien korelasi Rank Spearman untuk menguji validitas masing-masing item, dengan rumus: n
rs = 1 −
6∑ di 2 i =1
, jika tidak terdapat angka kembar.
n(n 2 − 1)
∑X rs = 2
2
+ ∑Y 2 − ∑ d 2
∑ X ∑Y 2
2
, jika terdapat angka kembar.
22
∑X2 =
n3 − n − ∑ Tx 12
t − tx Tx = x 12
,
∑Y 2 =
n3 − n − ∑ Ty 12
ty − ty 3
3
Ty =
12
Untuk membantu perhitungan koefisien korelasi tersebut, penulis menggunakan software SPSS 15.00. Bila koefisien korelasi untuk seluruh item telah dihitung maka perlu ditentukan angka terkecil yang dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan. Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari harga koefisien setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefisien yang mendekati nol (0,00). Biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi dan sosial, digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0,30 (Saifuddin Azwar, 1997: 158).
1.13.2 Uji Reliabilitas Untuk mengetahui ketepatan alat ukur yang digunakan adalah teknik belah dua (Split Half Procedure) dari Spearman Brown, yakni alat ukur yang terdiri dari berbagai pertanyaan dibagi-bagi ke dalam butir bernomor ganjil dan genap, sehingga sedapat mungkin belahan berisi item dalam jumlah yang sama banyaknya memiliki taraf kesukaran yang seimbang dan isi yang sebanding. Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama (Rakhmat, 2002 : 17). Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
23
Disini peneliti akan menggunakan teknik belah dua. Adapun langkah yang perlu dilakukan ialah sebagai berikut : 1. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya. 2. Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk membelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara : a. membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan pertama, yang separuh lagi masuk belahan kedua; b. membagi item berdasarkan nomor ganjil. Item yang bernomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama, sedangkan yang bernomor genap dikelompokkan dalam belahan kedua . 3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. 4. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment. 5. Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah seperti pada teknik pengukuran ulang. Untuk mencari reliabilitas untuk keseluruhan sampel ialah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam rumus : r.tot =
2(r.tt) 1+ r.tt
Keterangan
r.tot
= angka reliabilitas keseluruhan komponen
r.tt
= angka belahan pertama dan belahan kedua
Untuk mendapatkan reliabilitas instrumen, maka dilakukan uji coba instrumen terhadap beberapa orang non responden yang dianggap memiliki karakteristik sama dengan responden. Dengan demikian reliabilitas akan teruji, bila telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai serta relevan dengan penelitian, angket baru diteruskan pada responden yang sesungguhnya.
24
1.14
Organisasi Karangan Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini dibagi menjadi lima
bab. Adapun setiap bab ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini gambaran umum mengenai skripsi antara lain; latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, alasan pemilihan masalah, kegunaan penelitian yang meliputi kegunaan teoritis, kegunaan praktis, pembatasan masalah dan pengertian istilah, kerangka pemikiran, metode dan teknik pengumpulan data, operasional variabel, populasi dan sampel, dan organisasi karangan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Mengemukakan pembahasan teoritis sebagai dasar penelitian yang dilakukan, berisi teori-teori yang relevan dengan judul yaitu tentang Motif Audiens dalam Mendengarkan Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung.
BAB III : TINJAUAN DAN OBJEK PENELITIAN Mengemukakan tentang sejarah Lita FM Bandung, struktur organisasi, dan program-program Radio Lita FM Bandung.
BAB IV
: ANALISIS DATA PENELITIAN
Menganalisis data yang telah didapatkan, yaitu analisa data penelitian dan hasil angket.
BAB V
: PENUTUP
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Umum Komunikasi
2.1.1
Pengertian Komunikasi Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan hubungan dengan
sesamanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya.Hubungan tersebut dapat terjadi bila dengan komunikasi.Sehubungan dengan itu, komunikasi sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Arti penting komunikasi akan dirasakan apabila manusia mengetahui apa sebenarnya komunikasi dan bagaimana proses penyampaiannya, sehingga berlangsung secara efektif. Pengertian komunikasi dapat dilihat dari asal katanya, seperti yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm yang dikutip oleh Onong U.E, yaitu: Kata komunikasi berasal dari perkataan communication, dan perkataan ini berasal dari bahasa latin Communis yang artinya sama, dalam arti kata sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan secara jelas” (Effendi, 1993:30). Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, atau perasaan-perasaan yang telah dikemas menjadi pesan dalam bentuk lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua belah pihak sehingga komunikasi berlangsung dalam hubungan yang komunikatif.Sebagai seorang komunikator ketika kita melakukan komunikasi dengan seseorang pastinya kita ingin mendapatkan reaksi yang positif sesuai dengan yang kita harapkan.Kita ingin mengetahui serta meramamalkan bagaimana efek suatu pesan yang kita komunikasikan kepada seseorang atau komunikan.
25
26
Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus bisa memahami isi dari pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Siahaan mengungkapkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyampiakan pesan, yaitu: a. Pesan itu harus cukup jelas, bahasa yang dipahami, tidak berbelit-belit tanpa denotasi menyimoang dan tuntas. b. Pesan itu mengandung kebenaran yang sudah teruji (correct). Jadi pesan itu harus berdasarkan fakta, tidak mengada-ada, tidak diragukan. c. Pesan itu ringkas (concice). Ringkas dan padat serta disusun dengan kalimat pendek, to the point tanpa mengurangi arti sesungguhnya. d. Pesan itu mencakup keseluruhan (comprehensive). Ruang lingkup pesan mencakup bagian-bagian yang penting dan yang patut diketahui komunikator. e. Pesan itu nyata (concrete). Dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan fakta dan data, tidak sekedar isu dan kabar angin. f. Pesan itu lengkap dan disusun secara sistematis. g. Pesan itu menarik dan meyakinkan. Menarik karena bertautan dengan dirinya sendiri. Menarik dan meyakinkan karena logis. h. Pesan itu disampaikan dengan sopan (courtesy). Harus diperhitungkan kadar kepribadian, kebiasaan, pola hidup dan nilai komunikasi. Nilai etis sangat menentukan sekali bagaimana orang bisa terbuka. i. Nilai pesan itu sangat mantap (consistent) artinya tidak mengandung pertentangan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Konsistensi ini sangat perlu untuk meyakinkan komunikan akan kebenaran pesan yang disampaikan.(Siahaan, 1991:73) Secara jelas dapat dilihat bahwa dalam proses komunikasi antara kedua belah pihak terjadi hubungan timbal balik, masing-masing berupaya mengadakan penyesuaian dalam berbagai hal sehingga terbina hubungan yang serasi antara keduanya. Atau dengan kata lain, pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan dan tujuan komunikator. 2.1.2
Proses Komunikasi Pada hakikatnya proses komunikasi merupakan proses penyampaian
pikiran dan persaan seseorang kepada orang lain. Dan secara umum, unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi terangkum dalam paradigma yang
27
diumgkapkan oleh Harold D Lasswell, yaitu: who, say what, in which channel, to whom, with what effect. Dalam paradigma Lasswell tersebut terdapat lima unsur pokok yang terlibat dalam proses komunikasi, yaitu: a. b. c. d. e.
Siapa (komunikator, pengirim, sumber) Mengatakan apa (pesan) Dalam saluran apa (medium atau media) Kepada siapa (komunikan, penerima) Dengan akibat apa (tanggapan, umpan balik) (Effendi, 1993:253)
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, maka dapat diartikan bahwa proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Namun secara kontemporer, unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut telah mengalami perkembangan menjadi sembilan unsur pokok, yaitu: a. b. c. d. e.
f. g. h. i.
Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikasi menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komuniaktor kepadanya. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan. Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. (Effendy, 2009:18-19)
28
Salah satu tugas komunikator adalah untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Komunikator harus ahli dalam melakukan penyandian pesan, juga harus mempertimbangkan media apa yang cocok untuk digunakan. Seseorang komunikator juga harus mempertimbangkan gangguan yang dapat mengganggu berjalannya komunikasi dengan baik, karena gangguan-gangguan yang timbul dapat mengubah tujuan komunikasi dari yang semula diharapkan oleh komunikator.
2.2
Tinjauan Mengenai Komunikasi Massa
2.2.1
Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi merupakan suatu peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lainnya. Komunikasi antar manusia merupakan hal yang paling penting karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, ia harus berinteraksi dengan manusia lain demi kelangsungan hidupnya, juga demi kelangsungan hidup keturunannya. Agar seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain maka diperlukan suatu lambang yang mempunyai arti sehingga orang tersebut dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Lambang yang mempunyai arti itu biasa disebut bahasa. Dalam penyampaian lambang-lambang tersebut dikatakan sebagai bentuk proses komunikasi yang dilakukan oleh komunikator untuk merubah persepsi dan tingkah laku komunikan. Hal ini diungkapkan oleh Hovland dalam definisinya mengenai proses komunikasi yaitu “Suatu proses di mana seseorang menyampaikan lambang-lambang dalam bentuk kata-kata dengan maksud untuk mengubah tingkah laku orang lain.” (Subroto, 1995:11).
29
Melihat kenyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.Komunikasi itu ada yang ditujukan kepada peseorangan atau kelompok dengan tujuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan sesuai dengan harapan setiap yang melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa melalui berbagai macam cara serta berbagai macam media, salah satunya melalui media massa. Media massa memungkinkan penyampaian informasi kepada orang banyak bisa lebih efektif walaupun kita berada di tempat yang berbeda, antara lain melalui radio, televisi, surat kabar, ataupun majalah. Joseph A. Devito dalam bukunya yang berjudul Communicate An Introduction to The Study of Communicatio yang dikutip oleh Onong U. Effendy, mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut: Pertama, Komunikasi Massa adalah komunikasi yang ditujukan pada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televise, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, Komunikasi Massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar yang audio atau visual. Komunikasi barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita”. (Effendy, 1992:31). Dengan demikian yang dimaksud dengan komunikasi massa di sini adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, yang meliputi surat kabar, televisi, radio, majalah, dan film. Jalaluddin Rakhmat mengungkapkan definisi lain tentang komunikasi massa, yaitu “Komunikasi Massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen,
30
dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”. (Rakhmat, 2000:189). Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi juga mempunyai anggapan yang tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar supaya komunikasi itu dapat mencapai semua sasaran dari berbagai lapisan masyarakat dalam waktu yang bersamaan. 2.2.2
Karaktistik Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan
dengan komunikasi yang lain, untuk memperoleh kejelasan mengenai pengertian komunikasi massa berikut adalah ciri-cirinya: a. Komunikasi massa bersifat umum Pesan yang dikomunikasikan komunikator kepada komunikan bersifat umum (public), karena ditujukan kepada khalayak umum, bukan khusus, dan mengenai kepentingan umum.Jadi tidak ditujukan kepada perorangan atau sekelompok orang tertentu. b. Komunikator melembaga Komunikator yang melakukan proses komunikasi massa tidaklah bertindak atas nama pribadinya, melainkan atas nama lembaga di mana ia bekerja. Sebagai konsekuensinya, maka selaku komunikator melembaga (institutionalized communicator) ia tidak bebas. Ia terbelenggu oleh kebijaksanaan, peraturan, dan ketentuan dan lain-lain dari lembaga, yakni media massa di mana ia bekerja. c. Media menimbulkan keserempakan Ciri lain dari komunikasi massa adalah bahwa media dalam komunikasi massa menciptakan suatu situasi, di mana khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous) bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan kepadanya. d. Komunikan bersifat heterogen Komunikan pada komunikasi massa yang merupakan kumpulan anggota-anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi
31
massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Artinya, isi atau pesan yang dikomunikasikan media massa diperuntukkan khalayak sasaran (target audience) dan kelompok sasaran (target group) tanpa memandang usia, jenis kelamin, agama, dan sebagainya. e. Proses berlangsung satu arah Proses komunikasi massa berlangsung satu arah (one way traffic communication). Ini berarti tidak terdapat arus balik pada saat proses komunikasi berlangsung. Sebagai konsekuensi dari situasi komunikasi massa seperti itu, komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa, sehingga pesan bisa diterima secara efektif oleh komunikan yang sifatnya heterogen dan relatif banyak. (Effendy, 1991:13). Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahawa karakteristik dari komunikasi meruapakan
proses dalam menyampaikan pesan/informasi pada
khalayak dari komunikator untuk mengetahui pesan tersebut disebarkan 2.2.3
Efek Komunikasi Massa Media massa menjadikan suatu peristiwa begitu terlihat hebat dari yang
sebenarnya. Hal tersebut menggambarkan keperkasaan media massa dalam mempengaruhi khalayaknya. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Semuanya didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek pada diri khalayaknya. Ini yang disebut sebagai efek komunikasi massa. Menurut pendapat Donald K. Robert (Schramm dan Roberts, 1977:359) yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat, ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah “Perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”.Karena fokusnya pesan maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa”. (dalamRakhmat, 2007:218).
32
Tentu saja, membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri. Ada 3 dimensi efek komunikasi massa, yaitu: a. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. (Karlinah, 1999:87). Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indra kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi, kita cenderung memperoleh informasi itu semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman, dan lebih mengerikan. (Rakhmat, 2007:224-225). b. Efek Afektif Efek afektif yang ditimbulkan dari komunikasi massa menurut Alo Liliweri (1991:39) menyatakan bahwa “Pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak”. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengar radio atau menonton acara televisi atau film bioskop, sehingga timbul perasaan tertentu pada khalayak, maka perubahan perasaan itulah yang disebut efek afektif. Efek afektif ini mempunyai kadar lebih tinggi dari pada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar terharu, gembira, marah dan sebagainya, efek afeksi timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada kaitannya dengan emosi, sikap atau nilai. c. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Farah Queen, misalnya akan menyebabkan para ibu rumah tangga dan remaja putri mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh
33
adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama. 2.2.4
Pesan Komunikasi Massa Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (then
content of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya. Lambang utama pada media cetak adalah tulisan. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya. Disini dimensi seni berperan, seperti yang dikutip oleh Effendy (1993:312) dari severin dan Tankard, yang menyatakan bahwa: Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art), dan sebagian ilmu (science). Tanpa dimensi seni menata pesan, tak mungkinlah media suratkabar, majalah, radio, televisi, film, dapat memikat perhatian dan memukau khalayak, yang ada pada gilirannya mengubah sikap, pandangan dan prilaku mereka. Kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui penyampaian pesan yang tepat, diharapkan bisa sampai pada sasaran sesuai dengan yang dikehendaki oleh komunikator. Jika hal ini terjadi, maka kegiatan komunikasi tersebut bisa dikatakan efektif. Untuk itu dalam upaya penyampaian pesan yang efektif ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pesan, antara lain: 1. Pesan yang disebarkan haruslah disusun secara jelas, mantap dan singkat agar mudah ditangkap. Perlu dipahami bahwa tiap orang mempunyai daya tangkap yang berbeda. 2. Lambang – lambang yang dipergunakan haruslah dapat dipahami, dapat dimengerti oleh mereka yang menjadi sasaran penerangan. 3. Pesan – pesan yang disampaikan atau disebarkan hendaknya dapat menimbulkan minat, perhatian dan keinginan bagi penerima pesan untuk melakukan sesuatu. 4. Pesan yang disampaikan hendaknya pula menimbulkan untuk pemecahan masalah, sekiranya ada masalah. 5. Pesan hendaknya pula menimbulkan stimuli, rangsangan untuk menerima hasil secara positif (Sastropoetro, 1990:21).
34
Pesan yang tepat atau efektif tidak terlepas dari sifat media yang berbeda – beda antara satu dan yang lainnya. Oleh sebab itu penataan pesan yang tepat harus disusun secara jelas agar pesan yang sampaikan atau disebarkan dapt menimbulkan minat, perhatian dan keinginan khalayak.
2.3
Pendekatan Kebutuhan Informasi
2.3.1. Pengertian Informasi Hermawan dan Zen (2006 : 2) menyatakan pengertian dari informasi yaitu : “Informasi adalah kandungan yang terdapat dalam berbagai bentuk dokumen (bahan pustaka).” Sedangkan Estrabook
dalam Yusup (2002) menyatakan
“Informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan – putusan yang dibuat.” Wilbur segalasesuatu
Scrhamm
(1997:
13),
mendefenisikan
informasi
sebagai
yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi
jumlah
kemungkinanalternatif dalam situasi.Informasi menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan.Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi disekitarnya,memperluas cakrawala pengetahuan, dan mengaplikasikannya dikehidupansehari–hari. Manusia akan mencari informasi dengan berbagai cara yang mereka sukai.Salah satu media yang digunakan adalah media televisi.Timbulnya minat untukmenonton salah satu acara ditelevisi membuktikan bahwa informasi sangatberharga bagi manusia.Khalayak menjadi terbiasa dengan adanya program televisi yang mampumemenuhi kebutuhan akan informasi. Materi–materi program acara tersebutdipilih tim redaksi sedemikian rupa sehingga khalayak terus–
35
menerusmengkonsumsi media, agar mereka mengetahui apakah informasi yang sudahmereka terima benar atau salah. Kepuasan akan timbul ketika informasi yangingin diketahui khalayak dapat diperolehnya. 2.3.2 Kebutuhan Informasi Rasa ingin tahu seseorang timbul karena ia ingin selalu berusaha menambah pengetahuannya, dengan demikian tanpa disengaja seseorang membutuhkan informasi untuk memenuhi rasa keingintahuan tersebut. Jika rasa keingintahuan tersebut merupakan sesuatu yang sangat mendesak, maka sesuatu tersebut akan terus dicari sampai ditemui informasi yang benar-benar sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Ishak (2006:91) menyatakan : “kata kebutuhan dapat diartikan sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang. Sehingga kebutuhan informasi dapat diartikan sebagai informasi yang harus dimiliki seseorang.” Lebih lanjut Belkin dalam Ishak (2006:92) member batasan tentang kebutuhan informasi, yaitu : “kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi keinginan tersebut.” Kebutuhan manusia akan informasi akan selalu berkembang bahkan akan berubah sehingga sangat sulit untuk memahami kebutuhan informasi seseorang, hal yang demikian memacu para pekerja di pusat informasi di dalam memahami kebutuhan informasi penggunanya. Harisanty (2008 : 1) menyatakan :”perilaku penemuan informasi dimulai dari adanya kesenjangan pengetahuan dan kebutuhan informasi yang diperlukannya dalam diri pencari informasi.”
36
Dengan menelaah penjelasan-penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa kebutuhan informasi adalah suatu kebutuhan yang muncul setelah seseorang atau sekelompok orang merasa ada kekurangan dalam dirinya. Kekurangan pengetahuan akan sesuatu hal akan memicu keinginan seseorang untuk mencari tahu apa kekurangan tersebut sehingga menghasilkan informasi sesuai yang diinginkannya. 2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Dalam keseharian dapat dapat dilihat beragam kegiatan, pendidikan dan jenis pekerjaan yang mana hal-hal semacam ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi bagi setiap individu.Setiap individu membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatan, dan pemenuhan kebutuhannya. Pannen dalam Ishak (2006:93) menyatakan bahwa faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan, termasuk kegiatan profesi,
disiplin
ilmu
yang
diminati,
kebiasaan
dan
lingkungan
pekerjaan.Pendapat serupa juga dinyatakan Wilson dalam Ishak (2006:93) yaitu bahwa “kebutuhan informasi berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi, kesenjangan atau ketidakberdayaan seseorang dalam mendapatkan sumber informasi”. Dari
penjelasan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi kebutuhan informasi adalah masalah yang dihadapi dalam pekerjaan, disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan dalam keseharian, dan lingkungan tempat tinggal.
37
2.4
Tinjauan Tentang Radio
2.4.1
Pengertian Radio Dengan istilah radio dimaksudkan adalah “Keseluruhan system gelombang
suara yang dipancarkan dari sesuatu stasiun dan dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah, di mobil, di kapal, dsb.”(Plapah dan Syamsudin, 1983:107) Jadi pertama-tama yang dimaksudkan dengan istilah “radio” adalah bukan bedanya, bukan bentuknya, akan tetapi antara bentuk fisik dan kegiatan radio adalah saling menjalin tidak dapat dipisahkan satu sama lain, persis seperti antara jiwa dan raga kita, lahiriah dan batiniah kita juga tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian maka pengertian yang lengkap adalah meliputi itu sendiri, karena itu jika diperinci secara fisik maka yang dimaksud radio adalah “Keseluruhan daripada pemancar, studio atau pesawat penerima sekaligus.”(Palapah dan Syamsudin, 1983:107). 2.4.2
Faktor Penunjang Efektivitas Radio Siaran Radio memang menerima banyak nilai tambah bagi para pendengarnya,
terutama bila terutama bila pengelolaan acara yang disajikan bersifat nyata dan dapat memberikan dampak yang cukup baik bagi pendengarnya, seperti suguhan lagu-lagu, informasi-informasi singkat, berita-berita penerangan lainnya. Radio siaran diberi julukan “the fifth estate” disebabkan daya kekuatannya dalam mempengaruhi massa khalayak. Ini disebabkan beberapa faktor, yakni: 1. Daya langsung Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar, isi programa yang akan disampaikan tidaklah mengalami proses yang kompleks. Dibandingkan dengan penyebaran propaganda yang besifat cetak seperti surat kabar,
38
majalah, atau pamflet. Bagi radio sendiri, setiap gagasan propaganda dapat dengan mudah ditulis diatas kertas kemudia dibacakan di depan corong radio sebanyak yang diinginkan. Dan pelaksaannya berlangsung dengan mudah dan cepat. Daya
langsung
dari
radio
tersebut
juga
dapat
dirasakan
kemanfaatannya oleh kita bangsa Indonesia, baik semasa revolusi sedang berkecamuk maupun setelah kita merdeka sampai sekarang. Jika pemberitaan dengan surat kabar harus disusun secara panjang, diset, dikoreksi, dicetak, diangkut kepada agen-agen dan dari agen baru disebarkan kepada para pembaca. Dengan medium radio tidak melalui proses yang banyak. Setiap berita dapat langsung disiarkan dan ditangkap oleh para pendengar. Bahkan berita yang sangat penting dapat disiarkan secara “Stop Press” ditengah-tengah siaran apa saja berulang kali. 2. Daya tembus Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuatan kelima ialah daya tembus radio siaran, dalam arti kata tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarak pun bagi radio siaran tidak menjadi masalah.Bagaimanapun jauhnya tempat yang dituju, dengan radio siaran dapat dijangkau. 3. Daya tarik Faktor ke tiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan, ialah daya tariknya yang kuat yang dimilikinya. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni:
39
1. Musik 2. Kata-kata 3. Efek suara (sound effect) Pesawat radio yang kecil dan harganya relatif murah ini dapat memberikan hiburan, penerangan, dan pendidikan. Dalam fungsinya sebagai sarana penerangan dan pendidikan, radio siaran dapat menyajikan warta berita atau ceramah-ceramah yang bermanfaat. Tulang punggung radio siaran adalah musik.Orang menyetel peswat radio terutama adalah untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan. Karena itulah maka petugas radio siaran berusaha agar segala macam program menjadi bersifat hiburan.ketiga faktor itulah, yakni daya langsung, daya tembus dan daya tarik yang menyebabkan radio diberi julukan “the fifth estate”. (Effendy, 1991:74-77) 2.4.3
Sifat Radio Siaran Dengan semakin banyaknya radio-radio swasta yang bermunculan,
semakin memperlihatkan banyaknya persaingan yang dilakukan stiap radio untuk mampu meraih banyak pendengar.Sebagai komunikator tentunya mempunyai kelemahan yang harus diperhatikan apabila menginginkan hasil yang gemilang. Demikian pula dengan radio, sebagai media massa tentunya mempunyai sifat yang mungkin tidak dimiliki oleh media massa lainnya, sehingga dalam penyusunan program perlu diperhatikan sifat dari media radio itu sendiri. Adapun sifat-sifat dari radio siaran adalah sebagai berikut:
40
a. Auditori Sifat radio siaran adalah auditori, untuk didengar, karena hanya untuk didengar, maka isi siaran yang sampai ditelinga pendengar hanya sepintas lalu saja. Ini lain dengan sesuatu yang disiarkan melalui suart kabar, majalah atau media dalam bentuk tulisan lainnya yang dapat dibaca, diperiksa, dan ditelaah berulang kali. b. Mengandung gagasan Setiap komunikasi dengan menggunakan saluran bahasa dan bersifat missal akan menghadapi dua faktor gangguan. Gangguan yang pertama adalah apa yang disebut “semantic noise factor” dan yang kedua ialah “channel noise factor” atau kadang-kadang disebut “mechanic noise factor”. Memang radio siaran tidak merupakan media sempurna. Komunikasi melalui radio siaran tidak akan sesempurna seperti komunikasi antara dua orang secara berhadapan. Kalau tidak bersifat alamiah, maka gangguan itu bersifat teknis. c. Akrab Radio siaran sifatnya akrab, intim.Seorang penyiar seolah-olah berada di
kamar pendengar
yang dengan
penuh
hormat
dan
cekatan
menghidangkan acara-acara yang menggembirakan kepada penguhuni rumah.Sifat itu tidak dimiliki oleh media lainnya (kecuali televisi yang merupakan saudaranya radio).Jika seseorang ingin mencari hiburan nonton film atau sandiwara misalnya, serta ingin mendengarkan ceramah dan harus pergi kesuatu tempat dan harus meninggalkan rumah.Tidak
41
demikian dengan radio, pendengar bersama penceramah atau juru hibur bersama-sama berada di dalam rumah.Mereka seolah-olah teman akrab. (Effendy, 1991: 82-84) 2.4.4
Sifat Pendengar Radio Pendengar adalah sasaran komunikasi massa melalui media radio siaran.
Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pendengar terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya, dan melakukan kegiatan apa yang diinginkan pembicara. Ada pun sifat-sifat pendengar radio siaran, yaitu: a. Heterogen Pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sangat banyak yang sifatnya heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat. Terdapat perbedaan antara pendengar satu dengan pendengar lainnya, yaitu berbeda jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kebudayaan. b. Pribadi Karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, terpencarpencar di berbagai temapat dan pada umumnya dirumah-rumah, maka suatu isi pesan akan dapat dimengerti kalau sifatnya pribadi (personal) sesuai dengan situasi di mana penyiar itu berada. c. Aktif Pada mulanya para ahli komunikasi mengira bahwa pendengar radio sifatnya pasif.Ternyata tidak demikian.Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilbur Schramm, Paul Lazarsfeld, dan Raymond Bauer, ahli-ahli komunikasi Amerika Serikat.Mereka sama-sama berpendapat bahwa pendengar radio sebagai sasaran komunikasi massa jauh daripada pasif. Mereka aktif. d. Selektif Pendengar sifatnya selektif.Ia dapat dan akan memilih program siaran radio yang disukainya. (Effendy, 1991:85-86). Oleh karena itulah maka dalam proses komunikasi massa, unsur pendengar banyak diteliti, karena sasaran yang kompleks ini menyangkut berbagai segi sosiologis, psikologis, edukatif, cultural, dan bahkan juga politis dan ekonomis.
42
2.5
Pendekataan Model Uses Gratifications Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah Uses and Gratifications (penggunaan dan pemenuhan kebutuhan). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi. Seperti yang terjadi dalam acara ”Delima Minang” yang diadakan oleh radio Lita FM Bandung. Dimana isi dan maksud dari acara ini tentunya untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya orang minang yang berada di kota Bandung. Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa "Yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak,
tetapi
bagaimana
media
memenuhi
kebutuhan
pribadi
dan
sosialkhlayak" (Effendy, 1993: 259). Orang mau membaca dan berlangganan media cetak, karena pada dasarnya sifat manusia ingin mengetahui sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi. Selain berbentuk peristiwa, informasi juga disajikan dalam bentuk artikel, rubrik atau tulisan lainnya seperti komentar dan tajuk rencana. Semuanya itu dimaksudkan untuk mendidik dan mempengaruhi orang lain. Asumsi mengenai Uses and Gartifications, seperti yang dikutip Liliweri (1991:134) dari Tan, sebagai berikut: 1. Penggunaan media pada akhirnya untuk mencapai suatu tujuan, kita menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spesifik. Kebutuhan ini berkembang dalam lingkungan sosial kita. 2. Khalayak memilih jenis dan isi media untuk memenuhi kebutuhan. Jadi khalayak terlibat dalam suatu proses komunikasi massa dan mereka dapat mempengaruhi media untuk kebutuhan-kebutuhan mereka secara lebih cepat dibandingkan dengan media yang dapat menguasai mereka.
43
3. Disamping media massa sebagai sumber informasi, maka adapula berbagai sumber lain yang dapat memuaskan kebutuhan khalayak. Oleh karena itu media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain. Dari sekian banyak sumber yang bukan media dapat memuaskan kebutuhan antara lain, misalnya, keluarga, teman-teman, komunikasi antar pribadi (dengan media atau tanpa media), mengisi waktu luang bahkan minum obat tidur. 4. Khalayak mengetahui kebutuhan tersebut dan dapat memenuhinya jika dikehendaki. Juga mengetahui alasan-alasannya untuk menggunakan media massa. Pendekatan Uses and Gratifications dapat digambarkan sebagai berikut: Lingkungan Sosial 1.Ciri-ciri Demorafis 2.Afiliasi Kelompok
Kebutuhan Khalayak 1.Kebutuhan Kognitif 2.Kebutuhan Afektif 3.Kebutuhan Integratif 4. Kebutuhan Integratif Sosial 5.Kebutuhan Pelepasam
Sumber-sumber pemuakebutuhan yang berhubungan dengan nonmedia 1.Keluarga dan teman-teman 2.Komunikasi interpretatif 3.Mengisi waktu luang Pengguna Media massa 1.Jenis-jenis media surat, kabar, radio, televisi dan film. 2.Isi media 3.Terpaan Media 4. Konteks
Pengguna Media massa 1.Pengamatan lingkungan 2.Diversi dan hubungan 3.Identitas personal 4. Hubungan Sosial (Liliweri, 1991: 135) Gambar I. Model Uses and Gratifications
Model ini dimulai dengan adanya lingkungan sosial yang menentukan semua kebutuhan kita. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri demografis, afiliasi kelompok, ciri-ciri kepribadian. Khalayak dalam model ini mempunyai kebutuhan misalnya, kebutuhan kognisi, afektif, integrasi personal, integrasi sosial, maupun kebutuhan untuk melepaskan ketegangan atau melarikan diri dari kenyataan.
44
Lingkungan sosial dimana seseorang hidup akan membentuk kebutuhankebutuhan yang berbeda dalam diri setiap orang.Liliweri (1991:137-138), mengutip pernyataan Katz yang mengklarifikasikan kebutuhan manusia apabila dikaitkan dengan media yang dihadapinya menjadi: 1. Kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan mengusai lingkungan. Kebutuhan kognitif juga dapat terpenuhi oleh adanya dorongan-dorongan seperti keingintahuan (curiosity) dan penjelajahan (exploratory) pada diri kita. 2. Kebutuhan afektif, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dan emosional. Mencari kesenangan dan hiburan merupakan motivasi yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh media. 3. Kebutuhan integratif personal, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, status pribadi. Kebutuhan seperti ini dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap individu untuk meningkatkan harga diri. 4. Kebutuhan integratif sosial, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman-teman dan dengan alam sekitarnya. Kebutuhan tersebut didasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk berafiliasi. 5. Kebutuhan akan pelarian, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan dan kebutuhan akan hiburan. Banyak hal yang dapat digunakan oleh manusia utnuk memenuhi kebutuhannya. Dalam pendekatan ini sumber-sumber yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu sumber non-media massa dan media massa. Penggunaan media massa (mass media used) sebagai sumber pemenuhan kebutuhan, menurut Katz seperti yang dikutip Liliweri (1991:138), dapat dikategorikan berdasarkan: 1. Jenis atau sifat media, misalnya media cetak, seperti surat kabar atau media siaran seperti radio, televisi. 2. Isi media, misalnya, berita, cerita bersambung, drama kejahatan ditelevisi dan sebagainya.
45
3. Konteks sosial pada saat terpaan berlangsung, misalnya seorang diri atau dalam suatu kelompok. Dalam pendekatan ini penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan individu, karenanya efek media tercapai pada saat penggunaan media dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Hal inilah yang disadari betul oleh manajemen radio Lita FM Bandung.
2.6 Motivasi Setiap pendengar saat dihadapkan saluran media mempunyai motif dan tujuan untuk mendapatkan informasi/pesan dalam memnuhi kebutuhan untuk bahan referensi di saat berinteraksi dengan lingkungan sosial, sehingga mendorong motivasi pemirsa/penonton untuk mendapatkan informasi trsebut .Motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move). Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. (Hasibuan, 2003: 92&95). Definisi-definisi motivasi diantaranya yaitu : Menurut Mitchell ”motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatankegiatan sukarela (volunteer) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu” (Winardi,2004:1) Stephen Robbins and Mary Coulter menyatakan bahwa : Motivasi karyawan adalah kesediaan untuk melakukan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu. (Winardi, 2004:1-2)
46
Stanley Vance (1982) mengatakan bahwa pada hakikatnya motivasi adalah ”perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari prespektif pribadi dan terutama organisasi”. Sementara menurut Robert Dubin (1985) mengartikan motivasi sebagai ”kekuatan kompleks yang membuat seseorang berkeinginan memulai dan menjaga kondisi dalam organisasi”.( dalam Danim, 2004:15). Menurut American Encyclopedia “motivasi adalah kecendrungan (suatu sifat yang merupakan pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan tindak-tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laki manusia”. (Hasibuan,2005:143) Menurut G.R Tery, “motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan”. Motivasi itu tampak dalam dua segi yang berbeda. Pertama kalau dilihat dari segi aktif/dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan daya serta potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Kedua, jika dilihat dari segi pasif/statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus juga sebagai pernagsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan, mengarahkan potensi serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan. (Hasibuan,2004:145)
47
Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. (Robbins, 1996: 198). Sementara itu, menurut Gibson, Ivancevich dan Donnely, (1995:94) menyatakan ”motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang memulai dan mengarahkan perilaku”.
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1
Sejarah Singkat Berdirinya Radio Lita FM Bandung Tahun 1972 adalah awal sejarah radio Lita. Ketika itu untuk pertama kali
suara berkumandang ke seantero udara Kota Bandung dan sekitarnya. Kisahnya sendiri diawali tatkala Iie Sudjaie, yang waktu itu bekerja sebagai operator dan marketing iklan sebuah stasiun radio, mengetahui ihwal adanya sebuah stasiun radio yang akan dijual. Nama radio yang akan dijual itu adalah Lita. Dengan naluri bisnisnya yang jeli, Ii Sudja’i memutuskan untuk membeli Lita. Kemudian, bersama sang istri tercinta, Ella Djubaedah, Ii Sudja’i mulai mengelola Lita. Kondisi awal Lita bisa dibilang jauh dari sebuah stasiun radio yang established. Bayangkan saja, studio dan peralatannya saja masih seadanya. Prinsip yang dipegang waktu itu, yang penting bisa on-air. Tiang pemancarnya saja saat itu masih dari awi alias bambu. Bangunan studionya setengah tembok setengah dinding bambu. Agar kelihatan rapih, ditutup dengan tripleks dan ditempeli gambar-gambar poster iklan. Itulah Lita pada awalnya. Namun lambat namun pasti, berkat kegigihan Ii Sudja’i dan Ella Djubaedah, Lita terus tumbuh dan berkembang. Dalam perjalanannya kemudian, Lita menjadi sebuah stasiun radio yang semakin dikenal oleh masyarakat Bandung dan sekitarnya sekaligus dipercaya oleh para mitra bisnisnya. Berbagai penghargaan dan prestasi sempat pula diraih stasiun radio yang beralamat di Jalan Budi no 42, Cilember, Bandung ini. Dulu, di tahun 1970-an, frekwensi Lita adalah AM 1025 Khz. Di tahun 1980-an, frekwensinya menjadi AM 1026 Khz. Seiring perkembangan jaman yang tidak
48
49
terelakkan, Lita memutuskan hijrah ke jalur FM. Maka sejak akhir tahun 1999, Lita resmi mengudara di FM 90.75 Mhz. Beberapa waktu kemudian, frekwensinya berganti menjadi FM 90.9 Mhz. Sejak hijrah ke jalur FM inilah Lita semakin mengukuhkan dirinya sebagai Radio Keluarga
3.2
Data Radio Lita fm 90.9 fm Bandung
3.2.1
Nama
Nama badan penyelenggara : PT. Radio Litasari Nama panggilan udara
: Radio Lita FM Bandung
Frekuensi
: 90.9 FM
Call sign
: PM03FSO
No anggota PRSSNI
: 032-1/1971
Alamat studio
: Jl. Budhi No. 42 Bandung Barat 40175 Wilayah Sukaraja Kecamatan Cicendo Kota Bandung – Jawa Barat
3.2.2
Data Teknis Pemancar Power 5000 Watt Made in Italy Tower Antene 60 meter Antene 6 Bay Pemancar Link 30 Watt Stereo Made in Italy Computerized System PC Local Area Network (LAN) Metode Transmisi FM Frekuensi 90.9\ Antene Vertikal
50
3.2.3
Daya Jangkau Wilayah Utara
: Subang, Indramayu
Wilayah Selatan
: Ciamis, Garut
Wilayah Barat
: Cianjur, Puncak, Sukabumi
Wilayah Timur
: Sumedang
3.2.4
Klasifikasi Selera Musik Dangdut
: 30%
Oldies Barat & Indonesia
: 25%
Pop Indonesia
: 16%
Sunda
: 8%
Nasyid
: 16%
Keroncong
: 5%
3.3
Program Siaran Radio Lita FM Bandung
3.3.1
Program Mingguan
Senin
: Keroncong
pkl. 22.00 – 01.00
Jum’at
: Koes Family
pkl. 22.00 – 01.00
Sabtu
: Kagagas
pkl. 22.00 – 01.00
Minggu
: Laguku Untukmu
pkl. 14.00 – 16.00
Minggu
: Klinik Keluarga Sehat pkl. 10.00 – 19.00
Minggu
: Kurawa
pkl. 22.00 – 04.00
51
3.3.2
Program Off-air ( Tahunan )
Februari
: Jalan Sehat
Maret
: Wayang Golek
Juni
: Funbike
Juli
: Khitanan Massal & Konser Amal Persaudaraan
September
: Ramadhan Penuh Cinta
Oktober
: Wayang Golek
3.3.3
Program Periodik
NO
PUKUL
ACARA
PENYIAR
1 2 3
05.00 – 06.00 06.00 – 09.00 09.00 – 12.00
Sentuhan Imani Pagi Bermakna Lingkaran Keluarga
Ust. Deden Marni, Laura, Meidy Teh Imas
4 5 6 7 8
12.00 – 14.00 14.00 – 16.00 16.00 – 19.00 19.00 – 22.00 22.00 – 01.00
Hariring Bandung Pesan Sayang Serambi Keluarga Delima Nuansa Malam
Iskandar Abi Iwan Edrin W & Dian Donny Joko
52
3.4
Struktur Organisasi Radio Lita 90.9 FM Bandung
Board Of DIRECTOR
GENERAL MANAGER
FINANCE MANAGER
PROGRAM MANAGER
ANNOUNCER/ REPORTER
INFORMATION TECHNICAL MANAGER
MUSIC DIRECTOR
OFF - AIR
OB – VAN
OPERATOR
TRAFFIC
MARKETING MANAGER
REDAKSI
TECHNICAL MANAGER
PRODUKSI
MARKETING EXECUTIVE
PROMOSI
EVENT
GENERAL AFFAIR / CASHIER FRONT OFFICE
Gambar : Struktur Organisasi
Uraian tugas dari masing-masing bagian itu adalah sebagai berikut: 1.
Direktur
Memimpin dan bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan Radio Lita FM.
53
Menentukan tujuan dan target perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Menentukan rencana berikut pola kerja manajemen untuk mencapai tujuan dan target kerja.
Mengorganisasikan, mengendalikan dan mengawasi semua lini dan staff dalam proses pencapaian tujuan dan target kerja perusahaan.
2.
General Manager •
Berada di bawah direktur utama, dimana tugasnya adalah mengawasi operasionalisasi pekerjaan yang dilakukan seluruh bagian yang ada di bawahnya, baik operasionalisasi teknik maupun manajemen.
3.
Finance Manager •
Bertugas untuk mengelola masalah keuangan perusahaan, termasuk mengelola pemasukan dari bagian marketing.
4.
Program Manager •
Mengawasi pekerjaan announcer / reporter, music director, operator, redaksi dan produksi.
•
Mengawasi jalannya proses siaran, termasuk dalam hal pemutaran iklan
• 5.
Mengatur kelancaran pemakaian ruang produksi,
Information Technical Manager •
Membuat Website
•
Melayani kebutuhan untuk produksi On- Air dan Off – Air, baik didalam maupun diluar studio
•
Memanipulasi data base
54
6.
Marketing Manager •
Bertugas untuk menawarkan program-program yang akan dan sedang berjalan guna memperoleh sponsor.
•
Mencari iklan-iklan yang sesuai dengan gaya Radio Lita FM
•
Menjalin kerja sama yang baik dengan klien
•
Mengawasi pekerjaan yang berhubungan dengan off-air, OB-Van, Traffic, Mareketing executive dan bagian produksi.
7.
Technical Manager •
Bertugas mengelola hal-hal technic yang berkaitan dengan penggunaan peralatan pada pelaksanaan kegiatan On-Air dan Off-Air.
8.
Announcer / Reporter •
Menjalankan proses siaran sesuai dengan format yang sudah ditentukan.
•
Melaporkan jalannya suatu acara atau kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan On-Air dan Off-Air, diluar jadwal siaran yang rutin.
•
Melakukan wawancara dengan artis atau tokoh masyarakat, dan lainlain.
9.
10.
Music Director •
Menyiapkan lagu-lagu yang akan disiarkan
•
Menentukan lagu-lagu yang masuk dalam tangga lagu.
Operator •
Melayani kebutuhan penyiar agar saat bertugas berjalan dengan baik dan lancar.
•
Menjaga ketertiban, kebersihan dan memelihara kelengkapan studio.
55
•
Membuka / menghidupkan dan menutup / mematikan pemancar setiap hari.
•
Membuat laporan secara teratur pada setiap bulan atau setiap waktu yang telah ditentukan kepada On-Air Programmer.
11.
Redaksi •
Merancang
materi
siaran
(termasuk
pembuatan
naskah
bila
diperlukan). • 12.
13.
Merancang materi dan bentuk iklan.
Produksi •
Memproses pembuatan acara tunda di ruang produksi
•
Memproses pembuatan iklan-iklan
•
Menjaga pengoperasian peralatan di ruang produksi.
Off-Air •
Membuat perencanaan operasional program Off-Air, baik yang diinginkan pendengar, pihak manajemen maupun klien.
•
Mengorganisir pelaksanaan kegiatan Off-Air.
•
Mengawasi pelaksanaan kegiatan Off-Air.
•
Mengawasi pelaksanaan kegiatan Off-Air yang dilakukan oleh Off-Air Crew.
14.
15.
OB-VAN •
Menjaga dan merawat OB-VAN.
•
Mempersiapkan OB-VAN bila diperlukan
Traffic •
Menjadwal iklan
56
• 16.
17.
Membuat peta komposisi iklan
Marketing Executive •
Mencari iklan yang sesuai dengan gaya Radio Lita FM
•
Menjalin kerja sama yang baik dengan klien.
Promosi •
Menentukan tujuan dari target kerja promosi
•
Merencanakan, mengatur dan mengelola pelaksanaan kegiatan promosi serta budget dan dukungan sponsor.
•
Menggali dan mencari pola kerja strategis dan pengembangan kegiatan promosi.
18.
19.
20.
General Affair / Cashier •
Mengelola administrasi secara keseluruhan
•
Mengelola pengarsipan data perusahaan
•
Mengajukan anggaran bulanan kepada manajer keuangan
•
Mengelola penerimaan (Recruitment) karyawan
Front Office •
Menyambut tamu-tamu yang dating ke Radio Lita FM.
•
Menerima telepon yang masuk ke Radio Lita FM.
Office Boy •
Menyambut tamu-tamu yang dating ke Radio Lita FM.
57
3.5
Program “Delima Minang”
3.5.1
Latar Belakang Mulai bermunculannya radio-radio swasta di Bandung menimbulkan
adanya persaingan yang baik diantara radio-radio tersebut. Begitupun dengan Radio Lita fm Bandung yang selalu dituntut untuk eksis da dalam dunia siaran. Untuk itu maka Radio Lita fm harus bisa membuat dan menyiarkan berbagai acara yang menarik, mudah dinikmati dan tetap sesuai dengan tugasnya sebagai media siaran di kota Bandung. Salah satu tugasnya tersebut yaitu menjaga dan melestarikan budaya daerah. Untuk itu pemilihan target sasaran juga diperhatikan, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi iklim persaingan pada radio siaran. Target pendengar Radio Lita fm Bandung tahun 2007 berdasarkan jenis kelamin adalah pria 45% dan wanita 55%, berdasarkan usia adalah kurang 15 tahun 5%, 15-20 tahun 10%, 20-30 tahun 30%, 30-40 tahun 35%, 40-50 tahun 15% dan lebih dari 50 tahun adalah 5%.(hasil wawancara dengan andrie pihak Lita fm bagian ADM umum dan Iklan). Dengan target sasaran yang demikian, Radio Lita fm Bandung dituntut membuat program acara yang sesuai dengan khalayak pendengar tersebut.. Diantaranya adalah program acara Delima Minang, seperti diketahui bahwa penduduk kota bandung memiliki suku atau budaya yang berbeda-beda diantaranya suku Minang yang banyak ditemui di kota bandung sebagai buktinya dapat dilihat dengan adanya komunitas atau perkumpulan masyarakat Minang di Bandung dan juga perkumpulan mahasiswanya yang ada di universitas di Bandung seperti Ikesma, Gonjong Limo, Banuhampu, UABM, UKM, USBM dan UPBM.
58
Delima Minang merupakan program acara yang disiarkan di Radio Lita FM Bandung di rancang karena berawal dari inisiatif pengasuh acara yaitu da Zul guna untuk melestarikan budaya Minang dan silaturahmi masyarakat Minang di Bandung. Dimana sekarang acara tersebut masuk dalam kategori acara unggulan (prime time). Acara ini pertama kali mengudara pada tanggal 14 Juli 2006 dengan format siaran bersifat dua arah atau interaktif dimana pendengar dapat meminta tembang lagu-lagu Minang yang di inginkan. Program Delima Minang ini juga dijadikan selain sebagai hiburan, silaturahmi masyarakat Minang juga sebagai pengenalan budaya Minang kepada masyarakat non Minang khususnys bagi pendengar Radio Lita FM Bandung. 3.5.2
Tujuan Program “Delima Minang” Secara umum adalah untuk memperkenalkan seni dan budaya Minang
kepada pendengar Radio Lita fm yang mana tidak hanya diperuntukkan bagi perantau Minang saja. Budaya Minang merupakan salah satu kekayaan budaya nasional yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan dimana saja. Secara khusus untuk mengenal kembali budaya dan jati diri budaya Minang oleh perantau Minang baik yang lahir dan besar yang ada di Bandung. 3.5.3
Proses Produksi Program “Delima Minang” Tahap pertama, pembuat program acara Bapak Zul sebagai penyiar,
membuat waktu siaran yang di sesuaikan dengan waktu penyiaran agar mudah dinikmati oleh pendengarnya. Tahap kedua, programmer menyerahkan rancangan acara Delima Minang kepada bapak Iskandar selaku kepala studio Radio Lita FM Bandung.
59
Tahap ketiga, Produser dan Tim Kreatif menentukan penyiar yang tepat untuk acara tersebut, dari awal mengudara sampai sekarang pengasuh acara Delima Minang dipegang oleh Bapak Zul dimana beliau juga sebagai pembuat program acara tersebut. Untuk mengisi acara tersebut awalnya salam dari pengasuh acara, pemutaran lagu-lagu minang serta interaktif antara pendengar dan pengasuh acara dimana pendengar bisa meminta diputarkan lagu Minang yang di inginkan serta bisa berkirim-kirim salam kepada sanak saudara yang juga mendengarkan acara tersebut. Dan juga pengasuh acara memberikan informasi yang terjadi di kota Bandung tentang kebudayaan dan masyarakat Minang pada khususnya. (Hasil wawancara dengan Bapak Zul pada tanggal 1 November 2008) 3.5.4
Teknik Penyajian Program “Delima Minang”. Acara Delima Minang disiarkan pada hari Selasa dan Minggu selama tiga
jam yaitu dari pukul 19.00-22.00 wib. Waktu penyiaran tersebut merupakan jadwal siaran yang sudah ditentukan oleh Lita fm dimana pada jam ini merupakan jam istirahat bagi masyarakat. Acara Delima Minang Dimulai dengan sapaan (salam) dari penyiar kepada pendengar, dilanjutkan dengan pemutara lagu-lagu Minang setelah itu penyiar mencari titik temu/pesan-pesan yang ada pada lagu tersebut. Selama tiga jam tersebut tiap-tiap jam tidak memfokuskan porsi yang akan disiarkan itu apa dengan menyisipkan pemberian informasi kepada pendengar baik itu yang terjadi di kota Bandung sendiri maupun yang ada di Ranah Minang.
60
Pada jam terakhir biasanya lebih cendrung kepada interaktif dengan pendengar tentang materi yang diangkat dalam acara tersebut dengan kata lain berbagi informasi antara penyiar dengan pendengar.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan mengambarkan dan menjelaskan mengenai hasil penelitian yang di dapatkan dari hasil penyebaran angket pada sejumlah responden yang telah ditentukan sebagai target penelitian. Dalam konteks penelitian ini, metode deskriptif kuantitatif ini dilakukan sebagai upaya untuk membuat gambaran tentang “Motivasi Audiens dalam Mendengarkan Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung”. Program acara “Delima Minang” yang hadir dua kali dalam satu minggu, setiap hari Selasa dan Minggu dimulai dari pukul 19.00 sampai 22.00 dengan segmentasi acara dialog interaktif dengan audiens tentang budaya dan informasi bagi masyarakat Minang yang ada di perantauan, request lagu-lagu Minang serta pembahasan isu-isu menarik yang berhubungan dengan ranah Minang sendiri serta Indonesia secara umumnya. Data diperoleh
melalui penyebaran angket, pengamatan, wawancara,
dan studi kepustakaan. Data primer yang dianalisis pada bab IV ini merupakan data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada pendengar setia program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Sedangkan pengamatan, wawancara dan studi kepustakaan digunakan sebagai data penunjang (data sekunder) yang memperkuat hasil penelitian dan kuesioner. Data yang diperoleh dari penyebaran angket, kepada penyebaran angket kepada pendengar setia program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Data responden yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis secara
61
62
deskriptif. Data lain yang diperoleh dari studi pustaka akan digunakan sebagai data sekunder untuk mendukung data primer. Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai objek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. Angket
digunakan
untuk
mengumpulkan
data primer.
Teknik ini
dilakukan dengan cara penyebaran daftar pertanyaan pada seluruh responden yang terpilih untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan pokok permasalahan dari tujuan penelitian. Angket tersebut diberikan kepada responden dalam hal ini adalah para pendengar siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Selanjutnya populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:55). Populasi dalam penelitian ini adalah penelepon pada program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dari bulan Agustus sampai dengan Oktober yaitu sebanyak 297 responden, serta teknik sampling yang digunakan random sampling. Sampel di dapat dengan menggunakan Rumus Slovin untuk penarikan jumlah minimal sampel (Arikunto 2000:50). Umumnya sampling error maksimal adalah pada presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90 % maka berdasarkan rumus sederhana dengan tingkat kepercayaan 90%. Jadi sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 75 responden dengan presisi 10% pada tingkat kepercayaan sebanyak 90%. Pada penelitian ini, proses yang dikerjakan oleh peneliti yaitu dengan melakukan random terhadap sejumlah responden.
63
4.1
Deskriptif Data Responden Pada data deskriptif responden ini untuk mengetahui karakter responden
dengan turunan yang ditanyakan menegnai jenis kelamin, usia responden, pendidikan responden, latar belakang responden, dan untuk mengetahui apakah responden sebagai pendengar setia radio siaran “Delima Minang” di radio Lita FM, berikut hasil deskriptif data responden : Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden Kategori Pria Wanita Total
Frekuensi Persentase 23 71.8 9 28.2 32 100.0
n = 32
Berdasarkan dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 32 responden paling banyak mengisi dari jenis kelamin yaitu pria, dimana jumlah laki-laki 23 responden
(71,8%). Sedangkan dari jenis kelamin perempuan 9 responden
(28,2%). Dari deskriptif di atas responden dilihat dari jenis kelamin lelaki dikarenakan laki-laki ingin sekali mengetahui informasi yang berkembang serta ingin menambah pengetahuan sesuatu yang diketahuinya, seperti dikatakan Rakhmat (2000:34) bahwa “laki-laki dengan perempuan secara struktur genesis memiliki perbedaan, misalnya tingkat kecerdasan, kemampuan sensasi dan emosi, kemudian sistem hormonal tidak saja mempengaruhi mekanisme biologis tetapi juga proses psikologisnya”. Hal ini dikarenakan
perbedaan
padangan yang
dilakukan oleh responden perempuan dan laki-laki tentang tema-tema masalah yang dibicarakan, dengan demikian setiap tema-tema yang dibicarakan selalu
64
menarik
perhatian
responden
laki-laki
kecederungannya laki-laki
selalu
mempunyai sifat adventure (petualangan). Tabel 4.2 Usia Responden Kategori < 31 Tahun 41 - 50 Tahun 51 - 60 Tahun > 60 Tahun Total
Frekuensi Persentase 12 37.5 15 46.9 4 12.5 1 9.7 32 100.0
n = 32
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 32 responden yang berusia antara kurang dari 30 Tahun sebanyak 10 responden (31,2 %),dan usia antara 41 - 50 Tahun sebanyak 15 responden (46,8%), serta usia 51 - 60 Tahun sebanyak 4 responden (12,5), kemudian usia kurang dari 13 Tahun sebanyak 13 responden (9,7%). Jadi jumlah responden yang terbanyak pada usia antara 51 – 60 Tahun ysitu 3 responden dikarenkan pada usia responden. Faktor pengaruh umur akan menentukan dalam memilih program acara televisi untuk mengetahui tentang cara pandang pemirsa dalam memilih acara yang bersifat infomasi, pendidikan, hiburan. Kecenderuangan dalam umur responden penulis akan mengetahui tentang ketertarikan responden terhadap perkembangan sosial lewat media massa. Kemudian dari segi umur pemirsa televisi dijadikan sebagai target dari sebuah acara. Kegiatan media massa menjadi sentral dalam merubah sikap khusunya bagi usianya pada belasan tahun dan hasilnya pola pikirnya dirubah menjadi seperti tayangan televisi yang merubah pada lifestyle anak muda. Sementara itu,
65
menjelaskan
“kekuatan
media kadang-kadang kekuatan media massa hanya
sampai ranah sikap”.(Agee, 2001: 24-25) Tabel 4.3 Pendidikan Responden Kategori Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D - 1 Tamat D - 3 Tamat S - 1 Tamat S - 2 Tamat S - 3 Total
Frekuensi Persentase 0 0.0 0 0.0 12 37.5 3 10.0 5 16.0 14 43.5 0 0.0 0 0.0 32 100.0
n = 32
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa dari
32 responden
dari
pendidikan responden, dimana jumlah tamat SD sebanyak 0 responden (0,0%), jumlah tamat SLTP sebanyak 0 responden (0,0%), jumlah tamat SLTA sebanyak 12 responden (37,0%), sejumlah tamat D – 1 sebanyak 3 responden (10,0%), sejumlah tamat D – 3 sebanyak 5 responden (16,0%), sejumlah tamat S – 1 sebanyak 14 responden (43,5%), sejumlah tamat S -2 sebanyak 0 responden (0,0%), dan sejumlah tamat S – 3 sebanyak 0 responden (0,0%). Jadi responden banyak mememilih jawaban dari tamat SLTP sebanyak 33 responden (44,0%). Dari data di atas menjelaskan bahwa responden yang mendengarkan latar belakang pendidikan kebanyakan dari tamat SLTA sebanyak 33 responden dikarenakan segmentasi acara tersebut menitiberatkan pada tamatan SLTA sampai dengan S1 sesuai dengan ekspetasi produser acara tersebut hal itu dinyatakan
66
acara “Delima Minang”sendiri pendengar berasal dari latar belakang pendidikan SLTA sampai dengan S1. 1 Audiens melepaskan kejenuhan tersebut dilatar belakangi kepenatan mereka dalam melakukan rutinitas hal itu menyebabkan kebutuhan mereka akan hiburan. Menurut Pannen menyatakan bahwa “faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan, termasuk kegiatan profesi, disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan dan lingkungan pekerjaan”. (dalam Ishak, 2006:93) Tabel 4.4 Pendengar Setia “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung Kategori Ya Tidak Total
Frekuensi Persentase 32 100.0 0 0.0 32 100.0
n = 32
Berdasarkan dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 32 responden dari pertanyaan pada apakah pendengar setia “Delima Minang”, yaitu sejumlah 32 responden (100,0%) menjawab ya, serta sejumlah responden menjawab tidak yaitu 0 responden (0,0%). Dari data di atas menjabarkan bahwa peneliti ingin mengetahui kesetian responden mendengarkan “Delima Minang” di radio Lita FM sebagai syarat untuk mengetahui bagaimana responden mempunyai motif sangat besar untuk terus mengikuti perkembangan siaran tersebut karena responden tidak bisa melewatkan siaran tersebut dan dilihat dari kebutuhan penelitian tentang motif responden mendengarkan acara ini. Jadi data responden yang digunakan pada penelitian ini yaitu responden yang memilih “ya” sebanyak 1
Hendra produser acara “Delima Minang”
32
responden,
67
sehingga peneliti memilih responden yang menjadi pendengar setia untuk kebutuhan peneilitian ini.
4.2 Deskriptif Hasil Penelitian 4.2.1 Cognitive Needs (Kebutuhan Kognitif) Tabel 4.5 Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memperoleh informasi perkembangan kebudayaan dan lagu-lagu minang Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 7 21,9 Setuju 11 34,4 Ragu-ragu 8 25,0 Tidak Setuju 6 18,8 Sangat Tidak Setuju 0 0,0 Total 32 100 n = 32 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” telah memperoleh informasi perkembangan lagu-lagu dan kebudayaan minang, seperti 7 respoden (21,3%) menjawab sangat setuju, dan 11 respoden (34,4%) menjawab setuju, kemudian 8 respoden (25,0%) menjawab ragu-ragu, serta 6 respoden (18,8%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Informasi
seringkali tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia
untuk melakukan interaksi baik itu di dapatkan secara langsung atapun tidak langsung. Terkadang informasi tersebut lebih banyak meniti beratkan pada pesan verbal dari komunikator pada komunikan. Hal tersebut
terlihat radio siaran
tentang “Delima Minang” di radio Lita FM yang memberikan berita tentang seputar minang dengan membicarakan kebudayaan dan lagu-lagu yang berkembang bagi orang-orang berasal dari pulau Sumatra. Secara jelas acara ini
68
memberikan semua informasi untuk mengetahui seluk-beluk kebudayaan Sumatra untuk mengahadirkan bagaimana radio bisa berinteraksi dengan pendengar yang mempunyai motif sama seperti budaya minang hal tersebut berangkat dari kebutuhan audiens, bahwa kota Bandung sudah tersebarnya orang-orang berasal dari Sumatra untuk meredam kerinduan pada tanah kelahiran. Menurut Belkin menyatakan “kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi keinginan tersebut.” (dalam Ishak 2006:92) Kebutuhan informasi mengenai perkembangan terbaru seputar Minang ini sangat dirasakan oleh responden menyatakan “informasi mengenai budaya saya sendiri itu penting, kenapa saya bisa mengurangi kerinduan saya kampung halaman. Salah satu caranya saya harus mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM, sehingga saya merasa diberikan informasi baru”2. Secara jelas orang yang berasal dari Sumatra sangat butuh mengenai informasi seputar up-date perkembangan terbaru tentang tanah Minang. Wilbur Scrhamm (1997: 13), mendefenisikan informasi sebagai berikut : Segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi. Informasi menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi disekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuan, dan mengaplikasikannya dikehidupan sehari–hari. Dari kutipan di atas menejelaskan bahwa kebutuhan mengenai informasi bagi manusia itu sangat penting dengan tujuan mereka bisa menegtahui secara mendalam kondisi dan iklim yang sedang hangat dibicarakan pada konteks sosial,
2
Wawancara responden Zulkifli.
69
serta kebutuhan informasi juga bisa membuka cakrawala komunikan mengenai isu-isu yang berkembang. Tabel 4.6 Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memperoleh pengetahuan terhadap perkembangan kebudayaan dan lagu-lagu minang Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 7 14 11 0 0 32
Persentase 21,9 43,8 34,4 0,0 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” telah memperoleh informasi perkembangan lagu-lagu dan kebudayaan minang, seperti 7 respoden (21,9%) menjawab sangat setuju, dan 14 respoden (43,8%) menjawab setuju, kemudian 11 respoden (34,4%) menjawab ragu-ragu, serta 0 respoden (0%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Kebutuhan mengenai tentang penegtahuan dari media massa itu merupakan fungsi dari media massa sendiri yaitu to educate, to inform, to intertain, dan to persuade artinya media massa akan selalu aktif saat kebutuhan tersebut bisa memenuhi keingintahuan dari pemirsa/audiens terhadap pendidikan untuk menambah dan membuka cakrawala dalam berpikir serta media massa sendiri akan menjadi referensi bagi audiens saat melakukan perbincangan mengenai pengetahuan baik itu saiens, humaniora, agama, dll. Artinya, kebutuhan dari penegetahuan tersebut dimulai dari komunikan merasa belm puas dalam mendapatkan penegetahuan tentang sesuatu yang
70
dianggap penting, sehingga ada kesenjangan antara kebutuhan infomasi dengan pengetahuan. Menurut Harisanty (2008 : 1) menyatakan :”perilaku penemuan informasi dimulai dari adanya kesenjangan pengetahuan dan kebutuhan informasi yang diperlukannya dalam diri pencari informasi.”. perilakua dari audiens meneganai kebutuhan pendidikan dari saluran media berankat dari ketidakpuasan dalam mendapatkan referensi yang akurat tanpa sumber bukti, maka audiens ingin mengetahui dengan media massa sebagai referensi terpecaya dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan. Hal tersebut terlihat dari kebutuhan responden pendengar “Delima Minang” di radio Lita FM bahwa kebutuhan mereka mengenai pengetahuan terhadap budaya dan lagu-lagu dengan membicarakan sejarah, sehingga pendengar merasa diberikan penegtahuan dan infoormasi baru mengenai budaya dan tanah kelahirannya yang belum mereka diketahui secara mendalam. Artinya, radio Lita FM dengan siaran “Delima Minang” telah menjadi media massa yang memberikan penegtahuan seputar kebudayaan Minang yang dikaji secara historis untuk menyakinkan pendengar dalam menngetahui seluk-beluk pengetahuan untuk bahan referensi dalam memenuhi kognitif audiens. Kekuatan media massa yaitu bisa memberikan segi penegtahuan pada audiens banayak dengan tujuan memberikan stimuli untuk mendalami segala permasalahan, kejadian, peristiwa, dan kegiatan dalam menambah penegtahuan. Menurut McLuhan (1999:342) menyatakan “media massa adalah perpanjangan alat indra kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi, kita cenderung
71
memperoleh informasi itu semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa”. Tabel 4.7 Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memenuhi pemahaman tentang pesan informasi kebudayaan dan lagu-lagu minang Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 5 20 6 1 0 32
Persentase 15,6 62,5 18,8 3,1 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk informasi
siaran “Delima Minang” telah memenuhi tentang
lagu-lagu dan kebudayaan minang, seperti 5 respoden (15,6%)
menjawab sangat setuju, dan 20 respoden (62,5%) menjawab setuju, kemudian 6 respoden (18,8%) menjawab ragu-ragu, serta 1 respoden (3,1%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Pesan yang disampaikan oleh komunikator harus bisa dipahami oleh komunikan dengan menggunakan pendekatan emosional (psikologis), sehingga pesan tersebut bisa dipahamai oleh komunikan tanpa mengandung komunikasi koersif. Apabila hal tersebut digunakan komunikator daalam memberikan pesan maka persepsi itu tidak akan hadir sebagai proses komunikasi. sementara itu komunikasi dengan pesan bisa membangun persamaan persepsi. Hal itu yang sering dikatakan sebagai kegagalan komunikasi, sehingga komunikan tidak akan paham mengenai pesan yang disampaiakan.
72
Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus bisa memahami isi dari pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Siahaan mengungkapkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyampiakan pesan, yaitu: a. Pesan itu harus cukup jelas, bahasa yang dipahami, tidak berbelit-belit tanpa denotasi menyimoang dan tuntas. b. Pesan itu mengandung kebenaran yang sudah teruji (correct). Jadi pesan itu harus berdasarkan fakta, tidak mengada-ada, tidak diragukan. c. Pesan itu ringkas (concice). Ringkas dan padat serta disusun dengan kalimat pendek, to the point tanpa mengurangi arti sesungguhnya. d. Pesan itu mencakup keseluruhan (comprehensive). Ruang lingkup pesan mencakup bagian-bagian yang penting dan yang patut diketahui komunikator. e. Pesan itu nyata (concrete). Dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan fakta dan data, tidak sekedar isu dan kabar angin. f. Pesan itu lengkap dan disusun secara sistematis. g. Pesan itu menarik dan meyakinkan. Menarik karena bertautan dengan dirinya sendiri. Menarik dan meyakinkan karena logis. h. Pesan itu disampaikan dengan sopan (courtesy). Harus diperhitungkan kadar kepribadian, kebiasaan, pola hidup dan nilai komunikasi. Nilai etis sangat menentukan sekali bagaimana orang bisa terbuka. i. Nilai pesan itu sangat mantap (consistent) artinya tidak mengandung pertentangan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Konsistensi ini sangat perlu untuk meyakinkan komunikan akan kebenaran pesan yang disampaikan.(Siahaan, 1991:73) Dari kutipan di atas menjelaskan secara rinci menegani pesan tersebut harus mempunyai karrakteristik untuk membangun pemahaman atau persepsi yang telah disampaikan khususnya komunikator. Namun, hal itu telah dilakuakan oleh penyiar pada siaran tentang “Delima Minang” di radio Lita FM telah memberikan kepuasan dalam memberikan pemahan setiap informasi yang diberikan, sehingga pesan seperti kebudayaan serta bahasa minang sudah mendapat pemahaman dan pengertian dengan maksud disampaikan lewat pesan.
73
Kehebatan media massa yaitu bisa menjawab dalam kebutuhan audiens dengan tujuan bisa membangun to persuade (mempengaruhi) secara jelas dari pesan yang siampaikan dengan intesitas dan frekuensi yang terus dilakukan maka membangun persepsi untuk mengetahui secara mendalam mengenai informasi yang berkembang dalam hal ini informasi kebudayaan dan musik daerah Minang. Menurut Karlinah (1999:87) menyatakan “efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif”. 1. Cognitive Needs (Kebutuhan Kognitif) Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung Penjumlahan 3 item pernyataan Kebutuhan Kognitif (X1) diperoleh nilai terbesar 8 dan nilai terkecil 14. Untuk menentukan interval setiap kategori (3 kelas), maka dilakukan perhitungan berikut: c=
8 − 14 = 2, 00 3
Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan batasbatas kategori untuk Kebutuhan Kognitif (X1) disajikan sebagai berikut: Jumlah skor 8,00 - 9,99
: Rendah
Jumlah skor 10,00 - 11,99
: Sedang
Jumlah skor 12,00 - 14,00
: Tinggi
Kategori Tinggi Sedang Rendah Total
Frekuensi 17 9 6 32
Persentase 50.0 30.0 20.0 100
74
Tabel diatas adalah gambaran responden tentang motif audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Mayoritas responden sebanyak 17 responden atau 50,0% tergolong dalam kategori tinggi, dan yang paling sedikit tergolong dalam kategori rendah sebanyak 6 responden atau 20,0%.
4.2.2
Affective Needs (kebutuhan afektif)
Tabel 4.8 Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memenuhi emosional (rasa senang) terhadap sajian kebudayaan dan lagu-lagu daerah minang Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 4 18 7 3 0 32
Persentase 12,5 56,3 21,9 9,4 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” telah memenuhi emosional (rasa senang) terhadap sajian lagu-lagu dan kebudayaan minang, seperti 4 respoden (12,5%) menjawab sangat setuju, dan 18 respoden (56,3%) menjawab setuju, kemudian 7 respoden (21,9%) menjawab ragu-ragu, serta 3 respoden (9,4%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Fungsi media massa bisa memberikan manfaat yaitu menghibur dan memberikan kesenangan dalam hal memberikan informasi yang disampaiakan dalam hal ini yaitu musik, gurau, dan tingkah laku yang bisa membawa audiens mendapatkan kesenangan, sehingga media itu dikatakan sebagai media saluran
75
dalam menghilangkan ketegangan. Media massa menjadi berperan dalam menghibur audiens baik dalam tayangan gambar ataupun suara yang dipancarkan melalui gelombang. Seperti halnya acara “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung yang tidak bisa lepas dalam memberikan musik untuk menemani pendengar yang setia menunggu dan meminta musik Minang, dengan tujuan audiens mendapatkan hiburan berdasarkan dari wilayah tempat lahirnya yaitu Sumatra, sehingga dengan memberikan rasa kesenangan pada audiens merasa dimanjakan dengan kondisi nyaman seperti dikatakan “kalau mendengarr siaran Delima Minang serasa ada di kampung halaman, padahal saya ada di Bandung tetapi tak apalah sudah terobati oleh lagu-lagu Minang dari radio Lita FM”.3 Radio merupakan media massa yang memberikan efek suara yang menitiberatkan pada kekuatan dalam menggerakan audiens dengan suara seperti memberikan pesan singkat, padat, dan jelas. Radio akan semakin kuat dalam menyampaikan pesan apabila di dalam pesan tersebut mengandung peruasif dan informatif, sehingga bisa dikatakan radio sebagai kekuatan kelima dalam merubah sikap khalayak luas. Menurut Effendy (1991:74-77) menyatakan posisi radio sebagai berikut : Tulang punggung radio siaran adalah musik. Orang menyetel peswat radio terutama adalah untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan. Karena itulah maka petugas radio siaran berusaha agar segala macam program menjadi bersifat hiburan. ketiga faktor itulah, yakni daya langsung, daya tembus dan daya tarik yang menyebabkan radio diberi julukan “the fifth estate”. Begitu besar kekuatan radio dalam merubah persepsi khalayak luas dan disebut sebagai kekuatan kelima yang memberikan kekuatan dalam memberikan 3
Wawancara responden Yudi
76
musik karena radio lebih menekankan hiburan musik saja tanpa ada visualisasi. Kelebihan radio sendiri bisa didengarkan oleh khalayak dalam posisi/kegiatan apa pun serta audiens bisa mencari frekuensi yang diinginkan.
Tabel 4.9 siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memenuhi kebutuhan estetis (peneguhan pengalaman-pengalaman indah) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 7 14 9 2 0 32
Persentase 21,9 43,8 28,1 6,3 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk
siaran “Delima Minang” Bandung telah memenuhi
kebutuhan estetis (peneguhan pengalaman-pengalaman indah) terhadap informasi lagu-lagu dan kebudayaan minang, seperti 7 respoden (21,9%) menjawab sangat setuju, dan
14
respoden (43,8%) menjawab setuju, kemudian 9
respoden
(28,1%) menjawab ragu-ragu, serta 2 respoden (6,3%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju.
2. Affective Needs (kebutuhan afektif) Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung Penjumlahan 2 item pernyataan Kebutuhan Affektif (X2) diperoleh nilai terbesar 4 dan nilai terkecil 10. Untuk menentukan interval setiap kategori (3 kelas), maka dilakukan perhitungan berikut: c=
4 − 10 = 2, 00 3
77
Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan batasbatas kategori untuk Kebutuhan Affektif (X2) disajikan sebagai berikut: Jumlah skor 4,00 - 5,99
: Rendah
Jumlah skor 6,00 - 7,99
: Sedang
Jumlah skor 8,00 - 10,00
: Tinggi
Kategori Tinggi Sedang Rendah Total n = 32
Frekuensi 21 7 4 32
Persentase 63.3 23.3 13.3 100
Tabel diatas adalah gambaran responden tentang
motif
audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Mayoritas responden
sebanyak 21 responden atau
63,3% tergolong dalam kategori tinggi, dan yang
paling
sedikit
tergolong dalam kategori rendah sebanyak 4 responden atau 13,3%.
4.2.3
Personal Integrative Needs ( Kebutuhan integratif personal )
Tabel 4.10 siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung memenuhi kredibelitas (kepercayaan) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 7 21 3 1 0 32
Persentase 21,9 65,6 9,4 3,1 0,0 100
78
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk
siaran “Delima Minang” Bandung memberikan
kredibelitas (kepercayaan) terhadap informasi lagu-lagu dan kebudayaan minang, seperti 7 respoden (21,9%) menjawab sangat setuju, dan 21 respoden (65,6%) menjawab setuju, kemudian 3 respoden (9,4%) menjawab ragu-ragu, serta 1 respoden (3,1%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Dari deskripsi di atas memperlihatkan mengenai siaran radio “Delima Minang” memberikan kredibilitas pada pendengar hal tersebut banyak responden menjawab setuju dikarenakan siaran tersebut dikatakan telah memberikan kepercayaan seperti pesan informasi yang disampaikan sesuai dengan fakta serta memberi kepercayaan responden disaat melakukan interaksi dengan teman sedaerah karena responden menyampaikan tentang informasi kebudayaan dan musik minang sesuai dengan kebutuhan responden. Pesan di media massa dijadikan referensi bagi audiens untuk membuktikan fakta dari pesan yang disampaikan mengenai informasi berkembang di lingkungan sosial khususnya daerah Minang. Media massa sendiri menjadi audiens lebih mempunyai kemampuan dalam memberikan informasi yang berkembang dengan mendengarkan dan melihat media massa. Media massa seperti radio lebih menekankan unsur suara, maka program siaran membicarrakann hiburan dan juga informasi yang berkembang seputar budaya Minang.
79
Tabel 4.11 siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung bisa meningkatkan rasa percaya diri terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 3 16 12 1 0 32
Persentase 9,4 50,0 37,5 3,1 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” Bandung bisa meningkatkan rasa percaya diri terhadap informasi lagu-lagu dan kebudaya minang, seperti 3 respoden (9,4%) menjawab sangat setuju, dan 16 respoden (50,0%) menjawab setuju, kemudian 12 respoden (37,5%) menjawab ragu-ragu, serta 1 respoden (3,1%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Deskripsi hasil penelitian mengenai diatas responden banyak menjawab stuju terhadap siaran “Delima Minang” bisa meningkatkan raasa percaya diri dikarenakan pada siaran tersebut telah memberikan informasi dalam menambah referensi secara kognitif, sehingga responden merasa menambah pengetahuan tentang kebudayaan minang dan mampu menciptakan komunikasi seperti diskusi mengenai hal tentang kebudayaan minang. Disaat, responden membicarakan perkembangan budaya minang mereka sudah mempunyai data serta fakta untuk dijadikan bahan perbincangan mengenai seputar budaya minang, maka pesan informasi tersebut menambah pengetahuan yang lebih di bandingkan lawan bicaranya.
80
Dampak media massa ini telah memberikan kepercayaan diri bagi audiens karen pesan yang diberikan selalu up-to-date tentang perkembangan lingkungan sosial, keilmuan, serta bidang lainnya. Untuk menjawab kebutuhan audiens dalam berinteraksi dengan komunikan sebagai lawan bicaranya, hal itu bisa meningkatkan kepercayaan diri audiens karena sudah terpenuhi informasi yang dibutuhkan. Sementara itu Dominick (2000) menyebutkan “tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa, terutama televisi yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan”.
(dalam Elvinaro, Lukiati, dan Karlinah, 2007:53) Tabel 4.12 siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memberikan stabilitas (keseimbangan Informasi) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 7 18 4 3 0 32
Persentase 23,3 53,3 13,3 10,0 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” Bandung telah memberikan stabilitas (keseimbangan Informasi) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang, seperti 7 respoden (23,3%) menjawab sangat setuju, dan 16 respoden (53,3%) menjawab setuju, kemudian 4 respoden (13,3%) menjawab ragu-ragu, serta 3 respoden (10,0%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju.
81
Dari keterangan di atas, mengenai keseimbangan informasi yang diberikan pada siaran “Delima Minang” banyaknya responden memilih setuju karena dilatar belakangi oleh pesan informasi yang diberikan sudah seimbang dilihat dari isi pesan dan kebenaran fakta mengenai materi yang diberikan tentang kebudayaan Minang. Kesimbanga pesan informasi yang diberikan tidak hanya dari fakta berkembang tetapi komposisi berita dan hiburan tidak ada ketimpanagan. Keseimbangan pada di medi massa begitu diperhatikan dengan tujuan agar media massa tidak meniti beratkan pada satu persoalan tetapi mencangkup hal yang sedang dibicaraka baik itu hiburan, sosial, ekonomi, kebudayaan, dll. Seringkali, media massa disebut berimbang hal itu dijadikan jenis berita yang disampaikan dari pesan informasi dengan tujuan informasi tidak mengalami keberpihakan serta ketimpangan dalam memberikan informasi berita. Media massa mempunyai peranan penting dalam memberikan pesan informasi, sehingga media massa harus mendukung dalam terjaminnya kualitas pemberitaan untuk membangun kepercayaan dari audiens. Apabila, media massa tidak bisa berimbang dalam menyampaikan informasi maka audiens bisa menilai bahwa media massa tidak bisa memilah dalam menyampaikan pesan informasi untuk disampaikan pada khalayak luas.
Tabel 4.13 siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah mengubah status individu (identitas diri) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 6 18,8 Setuju 23 71,9 Ragu-ragu 2 6,3 Tidak Setuju 1 3,1 Sangat Tidak Setuju 0 0,0 Total 32 100 n = 32
82
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” Bandung telah memberikan stabilitas (keseimbangan Informasi) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang, seperti 6 respoden (18,8%) menjawab sangat setuju, dan 23 respoden (71,9%) menjawab setuju, kemudian 2
respoden (6,3%) menjawab
ragu-ragu, serta 1 respoden (3,1%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Pada deskripsi di atas mengenai hasil penelitian mengenai siaran “Delima Minang” telah mengubah status individu, banyak responden menjawab setuju dikarenakan
siaran
tersebut
telah
mengubah
status
identitas
seperti
memperlihatkan dari siaran menyampaikan informasi tentang lokalistik daerah minang, sehingga audiens menilai responden mempunyai indetutas bahwa saat mendengakan siaran tersebut image yang terlihat bahwa responden berasal dari Minang. Dalam hal ini mendia massa telah memberikan indetitas dan mengubah identitas pendengar/penonton sebagai indentitas yang memberikan opini dari audiens lainnya.
3. Personal Integrative Needs ( Kebutuhan integratif personal ) Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung Penjumlahan 4 item pernyataan Kebutuhan integratif personal (X3) diperoleh nilai terbesar 9 dan nilai terkecil 19. Untuk menentukan interval setiap kategori (3 kelas), maka dilakukan perhitungan berikut: c=
9 − 19 = 3, 33 3
83
Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan batasbatas kategori untuk Kebutuhan integratif personal (X3) disajikan sebagai berikut: Jumlah skor 9,00 - 12,32
: Rendah
Jumlah skor 12,33 - 15,66
: Sedang
Jumlah skor 15,67 - 19,00
: Tinggi
Kategori Tinggi Sedang Rendah Total n = 32
Frekuensi 20 9 3 32
Persentase 60.0 30.0 10.0 100
Tabel diatas adalah gambaran responden tentang motif audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Mayoritas responden sebanyak 20 responden atau 60,0% tergolong dalam kategori tinggi, dan yang paling sedikit tergolong dalam kategori rendah sebanyak 3 responden atau 10,0%.
4.2.4
Social Integrative Needs ( Kebutuhan integratif sosial )
Tabel 4.14 Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dapat mempererat hubungan dengan keluarga minang dari informasi kebudayaan dan lagulagu Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 5 26 0 1 0 32
Persentase 15,6 81,3 0,0 3,1 0,0 100
84
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” Bandung telah memberikan stabilitas (keseimbangan Informasi) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang, seperti 5 respoden (15,6%) menjawab sangat setuju, dan 26 respoden (81,3%) menjawab setuju, kemudian 0 respoden (0%) menjawab raguragu, serta 1 respoden (3,1%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Dari deskripsi di atas tentang hasil penelitian dari pertanyaan siaran “Delima Minang” bisa mendekatkan responden dengan keluarga disaat mendengarkan siaran tersebut maka hasilnya responden menjawab setuju dikarenakan siaran ini kebanyakan didengarkan bersama dengan kelurga ketika responden berrkumpul pada ruangan keluarga, dikarenakan keluarga tersebut mempunyai motif yang sama untuk mendegarkan musik asal minang. Maka dari hal tersebut media massa juga dapt membangun dinamikan keluarga dengan tujuan dapat mempererat hubungan internal keluarga. Media massa berfungsi menjadi media dalam membangun dinamika keluarga maka fungi selain memberikan informasi, hiburan, dan pendidikan juga tanggung jawabnya sampai ke ranah membangun linking (hubungan) baik secara sempit dan luas. Artinya, kekuatan media tidak hanya merubah persepsi khalayak tetapi juga dapat membangun linking (hubungan), sehingga media massa mempunyai tanggung jawab moral dan sosial untuk menciptakan interkasi dalam peradaban manusia. Menurut Effendy (1991:82-84) mengenai kearkaraban radio sebagai berikut :
85
Radio siaran sifatnya akrab, intim. Seorang penyiar seolah-olah berada di kamar pendengar yang dengan penuh hormat dan cekatan menghidangkan acara-acara yang menggembirakan kepada penguhuni rumah. Sifat itu tidak dimiliki oleh media lainnya (kecuali televisi yang merupakan saudaranya radio). Jika seseorang ingin mencari hiburan nonton film atau sandiwara misalnya, serta ingin mendengarkan ceramah dan harus pergi kesuatu tempat dan harus meninggalkan rumah. Tidak demikian dengan radio, pendengar bersama penceramah atau juru hibur bersama-sama berada di dalam rumah. Mereka seolah-olah teman akrab. Radio merupakan jenis dari media massa mempunyai hal sama yaitu membangun linking (hubungan), dan hiburan seperti dikatakan pada kutipan di atas bahwa radio sifatnya akrab dan intim diamana pendengar serasa diajak berimajinasi bahwa pesan yang disampaikan dari penyiar seolah-olah dekat dengan mereka menjadikan radio sebagai media yang membangun keakraban dari penyiar dan pendengar.
Tabel 4.15 Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dapat mempererat hubungan dengan teman dari informasi kebudayaan dan lagu-lagu Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 5 21 6 0 0 32
Persentase 15,6 65,6 18,8 0,0 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” Bandung telah memberikan stabilitas (keseimbangan Informasi) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang, seperti 5 respoden (15,6%) menjawab sangat setuju, dan 21 respoden (65,6%) menjawab setuju, kemudian 6 respoden (18,8%) menjawab
86
ragu-ragu, serta 0 respoden (0%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Data di atas mengambarkan bahwa dari siaran “Delima Minang” mampu mempererrat hubungan dengan teman sejawat dikarenakan siaran ini bisa membangun hubungan dengan orang se-daerah disaat mereka request (meminta) lagu serta musik tersebut ditunjukkan pada teman/saudara/keluarga, sehingga dari siaran tersebut tidak hanya menitiberatkan pada permintaan lagu saja tetapi bisa memberikan pesan dengan bahas mnang. Apabla, dilhat dari hal itu maka secara tidak sengaja responden telah membangun hubungan/interkasi melalui siaran di media elektronik yaitu radio. Maka bisa disimpulkan media elektronik mempunyai fungsi selain menghibur dan informatif juga bisa membangun interaksi dengan khalayak luas dengan melakukan telepon langsung pada siaran tersebut dalam hal ini siaran “Delima Minang”. Disisi lain media massa mempunyai fungsi menghibur, informatif, dan edukatif juga bisa membangun interaksi dengan khalayak lain berangkat dari kebutuhan audiens mengenai permintaan adanya ruang untuk memberikan salam atau sapaan kepada orang yang dianggap penting pada kehidupan audiens. Seperti dikatak pada teori Uses and Gratifications menyatakan bahwa media juga berperan penting dapat menghubungkan dan membangun interaksi saat audiens dihadapkan dengan media massa. Menurut Tan mengenai asumsi Uses and Gartifications sebagai berikut : Disamping media massa sebagai sumber informasi, maka adapula berbagai sumber lain yang dapat memuaskan kebutuhan khalayak. Oleh karena itu media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain. Dari sekian banyak sumber yang bukan media dapat memuaskan kebutuhan antara lain, misalnya, keluarga, teman-teman, komunikasi antar pribadi (dengan media atau tanpa media), mengisi waktu luang bahkan minum obat tidur. (dalam Liliweri, 1991:134)
87
Dari kutipan di atas memeparkan bagaimana media massa berperan juga membangun interaksi dengan khalayak luas seperti adanya kesamaan dalam menikmati program yang disajikan oleh media massa, maka setelah adanya kesamaan tersebut akhirnya terciptanya interaksi dengan membicarakan program acara.
4. Social Integrative Needs ( Kebutuhan integratif sosial ) Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung Penjumlahan 2 item pernyataan Kebutuhan integratif sosial (X4) diperoleh nilai terbesar 5
dan nilai terkecil 10. Untuk
menentukan interval setiap kategori (3 kelas), maka dilakukan perhitungan berikut: c=
5 − 10 = 1, 67 3
Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan batasbatas kategori untuk Kebutuhan integratif sosial (X4) disajikan sebagai berikut: Jumlah skor 5,00 - 6,66
: Rendah
Jumlah skor 6,67 - 8,32
: Sedang
Jumlah skor 8,33 - 10,00
: Tinggi
Kategori Tinggi Sedang Rendah Total n = 32
Frekuensi 9 22 1 32
Persentase 30.0 66.7 3.3 100
Tabel diatas adalah gambaran responden tentang motif audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM
88
Bandung. Mayoritas responden sebanyak 22 responden atau 66,7% tergolong dalam kategori sedang, dan yang paling sedikit tergolong dalam kategori rendah sebanyak 1 responden atau 3,3%.
4.2.5
Escapist needs ( Kebutuhan pelepasan ketegangan )
Tabel 4.16 siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung sebagai pelarian (rutinitas dan masalah) terhadap tayangan hiburan, dan pendidikan lainnya Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 5 21 6 0 0 32
Persentase 15,6 65,6 18,8 0,0 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” Bandung telah memberikan stabilitas (keseimbangan Informasi) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang, seperti 5 respoden (15,6%) menjawab sangat setuju, dan 21 respoden (65,6%) menjawab setuju, kemudian 6 respoden (18,8%) menjawab ragu-ragu, serta 0 respoden (0%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju. Media massa sekarang ini dijadikan sebagai media pelarian untuk sejenak menenangkan dari segala permasalahan, kepenatan dari rutinitas, dan kesibukan pekerjaan maka fungsi media sendiri bisa membantu dalam mengurangi hal tersebut. Dengan hal itu media massa berperan penting dalam menekan tingkat stress seperti terlihat dari jawaban responden mengenai siaran “Delima Minang” sebagai siaran hiburan juga dapat memberikan hiburan berarti pada khalayak
89
berasal dari tanah minang, artinya siaran ini bisa dikatakan berhasil sebagai radio yang berfungsi memberikan hiburan pada khalayak luas khususnya orang Minang. Seperti dikatakan oleh responden bahwa acara ini menjadi menarik karena acaranya secara terus-menerus musik minang yang kebanyakan sudah dikenal oleh orang minang sendiri, hingga saya merasa terhibur setelah seharian bekerja keras4. Dilihat dari ketepatan waktu bahwa siaran ini sudah cocok disiarkan pada saat waktu responden sedang santai setelah melakukan rutinitas serta mengurangi stress dari permasalahan yang dirasakan oleh responden sendiri.
Tabel 4.17 Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung sebagai Pengalihan (hiburan) terhadap tayangan informasi lainnya Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total n = 32
Frekuensi 5 16 9 2 0 32
Persentase 15,6 50,0 28,1 6,3 0,0 100
Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan bahwa responden 32 banyak menjawab setuju untuk siaran “Delima Minang” Bandung telah memberikan stabilitas (keseimbangan Informasi) terhadap informasi kebudayaan dan lagu-lagu budaya minang, seperti 5 respoden (15,6%) menjawab sangat setuju, dan 16 respoden (50,0%) menjawab setuju, kemudian 9 respoden (28,1%) menjawab ragu-ragu, serta 2 respoden (6,3%) menjawab tidak setuju. Sedangkan, 0 respoden (0%) menjawab sangat tidak setuju.
4
Wawancara responden Furqon
90
Bisa diketahui bahwa radio menjadi kekuatan awalnya yaitu bisa memberikan hiburan pada pendengarnya karena posisi radio sendiri sebagai media elektronik dapat memberikan berjuta hiburan musik pada pendengarnya. Alasannya, dikarenakan radio tidak mempunyai daya visualisasi hanya unsur suara saja yang diberikan tetapi bisa mengajak audiens untuk berimajinasi dalam menerima pesan yang diberikan dari radio. Siaran “Delima Minang” sebagai program siaran yang membahas sekitar kebudayaan dan musik minang maka siaran tersebut memberikan hiburan bagi pencinta musik minang sendiri. Dilihat dari hasil penelitian tentang pertanyaan dipandanng oleh responden siaran “Delima Minang” tersebut merupakan siaran yang bisa mengalihkan dari ketegangan menjadi kesenangan dari audiens dengan memberikan musik yang bisa mewakili keinginan responden khusunya informasi tentang budaya minang. Maka dikatan bahawa media massa yaitu radio sudah sesuai denga fungsi sebagai media hiburan dalam melepaskan ketegangan bagi audiens, sehingga dengan menyuguhkan unsu musik sekira ketegangan tersebut akan berkuran dan merasa audiens menilai media massa sebagai media pelampiasan setelah mereka selesai beraktifitas/berkerja. Menurut Dominick menyatakan “fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat hiburan di media massa dapat membuat pikiran khalayak segar kembali”. (dalam Elvinaro dan Lukiati. 2005: 15).
91
5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan ketegangan) Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung Penjumlahan
2
item
pernyataan
Kebutuhan
pelepasan
ketegangan (X5) diperoleh nilai terbesar 5 dan nilai terkecil 10. Untuk menentukan interval setiap kategori (3 kelas), maka dilakukan perhitungan berikut: c=
5 − 10 = 1, 67 3
Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan batasbatas kategori untuk Kebutuhan pelepasan ketegangan (X5) disajikan sebagai berikut: Jumlah skor 5,00 - 6,66
: Rendah
Jumlah skor 6,67 - 8,32
: Sedang
Jumlah skor 8,33 - 10,00
: Tinggi
Kategori Tinggi Sedang Rendah Total n = 32
Frekuensi 9 17 6 32
Persentase 30.0 50.0 20.0 100
Tabel diatas adalah gambaran responden tentang
motif
audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Mayoritas responden
sebanyak 17 responden atau
50,0% tergolong dalam kategori sedang, dan yang paling sedikit tergolong dalam kategori rendah sebanyak 6 responden atau 20,0%.
92
4.3
Indeks Kumulatif Motif Audiens dalam Mendengarkan Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung Untuk mengetahui bagaimana Motif Audiens dalam Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung (X). maka dilakukan pengkategorian dengan cara menjumlahkan skor 13 pertanyaan, kemudian dicari panjang interval setiap kelas dengan rumus sebagai berikut (J.Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 1, Edisi ke 6, Erlangga, Jakarta, Hal 64) : c=
Xn − Xn , dimana k
c
= panjang interval kelas
Xn
= Nilai terbesar
X1
= Nilai terkecil
k
= banyaknya kelas, dalam hal ini adalah 3 (Tinggi-Sedang-
Rendah) Penjumlahan 13 item pernyataan Motif Audiens dalam Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung (X) diperoleh nilai terbesar 31 dan nilai terkecil 60. Untuk menentukan interval setiap kategori (3 kelas), maka dilakukan perhitungan berikut: c=
60 − 31 = 9, 67 3
Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan batasbatas kategori untuk Motif Audiens dalam Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung (X) disajikan sebagai berikut:
93
Kategori
Frekuensi
Persentase
Tinggi
20
66.7
Sedang
8
26.7
Rendah
2
6.7
Total
32
100
n = 32
Tabel diatas adalah gambaran responden tentang motif audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung. Mayoritas responden sebanyak 20 responden atau 66,7% tergolong dalam kategori tinggi, dan yang paling sedikit tergolong dalam kategori rendah sebanyak 2 responden atau 6,7%. Data di atas menjelaskan bahwa motivasi audiens dalam mendengarkan siaran “Delima Minang” dikatan sudah memenuhi kebutuhan pendengar setia dilihat dari keselurahan mengenai informasi, dan hiburan yang diberikan dari radio Lita FM Bandung. Penilaian dari audiens sendiri pada acara tersbut sudah memperlihatkan kategori baik dengan memberikan dan memenuhi kebutuhan audiens dalam informasi kebudayaan dan musik asal minang, maka audiens merasakan dimanjakan dengan siaran radio tersebut. Apabila diketahui audiens selalu mendeangaran siaran tersebut di akibatkan oleh informasi yang diberikan seluruhnya seputar kedaerahan, sehingga audiens merasakan ada kesamaan persepis bahwa mereka diajak untuk selalu berpartisipasi aktif dalam setia program siaran tersebut. Hal itu menimbulkan motivasi sangat tinggi dan perhatian untuk selalu mendengarkan tanpa harus meninggalkan aktivitas kerja. Menurut Vance (1982:150) mengatakan bahwa pada hakikatnya motivasi adalah ”perasaan atau keinginan seseorang yang berada
94
dan bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari prespektif pribadi dan terutama organisasi”. Begitu besar kekuatan media massa merubah khalayak, sehingga merasa terbius untuk selalu memperhatikan apa yang terjadi di setiap informasi disampaikan dengan tujuan audiens tidak ketinggalan dalam up-date informasi yang berkembang di lingkungan sosialnya. Dengan daya jangkau luas media massa dikatkan kekuatan terbesar setelah negara, maka dari itu media massa sebagai agent yang bisa merubah persepsi khalayak luas dengan hitungan waktu singakt. Seperti dikatakan Effendy (1993: 259) bahwa “yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khlayak”.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan mencoba untuk menyimpulkan permasalahan yang sekaligus dengan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan, serta berdasarkan hasil tersebut penulis akan mengutamakan saran-saran terkait mengenai motivasi audiens dalam mendengarkan program acara “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung 5.1
Kesimpulan Sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan ini, yaitu untuk mengetahui
Motif Audiens dalam Mendengarkan Program Siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung Setelah melalui analisis deskriptif diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Cognitive Needs (Kebutuhan Kognitif) siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dalam kategori baik sesuai dengan harapan pendengar setia radio Lita FM Bandung. Hal ini dapat diketahui dari motivasi audiens yang menyatakan bahwa acara ini sudah memenuhi kebutuhan informasi, pengetahuan, pemahaman mengenai kebudayaan dan lagu-lagu Minang. 2. Affective Needs (kebutuhan afektif) siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dalam kategori baik sesuai dengan harapan pendengar setia radio Lita FM Bandung. Hal ini dapat diketahui dari motivasi audiens yang menyatakan bahwa acara ini sudah memenuhi kebutuhan emosional
95
96
(rasa senang), kebutuhan estetis (peneguhan pengalaman-pengalaman indah) mengenai kebudayaan dan lagu-lagu Minang. 3. Personal Integrative Needs ( Kebutuhan integratif personal ) siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dalam kategori baik sesuai dengan harapan pendengar setia radio Lita FM Bandung. Hal ini dapat diketahui dari motivasi audiens yang menyatakan bahwa acara ini sudah memenuhi kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, status, dan individual mengenai kebudayaan dan lagu-lagu Minang. 4. Social Integrative Needs ( Kebutuhan integratif sosial ) siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung
dalam kategori cukup sesuai dengan harapan
pendengar setia radio Lita FM Bandung. Hal ini dapat diketahui dari motivasi audiens yang menyatakan bahwa acara ini sudah mempererat hubungan dengan keluarga, dan mempererat hubungan dengan teman mengenai kebudayaan dan lagu-lagu Minang.
5. Escapist needs ( Kebutuhan pelepasan ketegangan ), siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dalam kategori cukup sesuai dengan harapan pendengar setia radio Lita FM Bandung. Hal ini dapat diketahui dari motivasi audiens yang menyatakan bahwa acara ini sebagai pelarian, dan pengalihan mengenai kebudayaan dan lagu-lagu Minang.
5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba
mengajukan saran-saran. Hal ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
97
pertimbangan dan perbaikan oleh pihak Radio Lita FM Bandung, terutama dalam hal pemenuhan dan kepuasan pendengarnya, sebagai berikut. 5.2.1
Saran Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi ilmiah untuk
pengembangan ilmu yang dimanfaatkan oleh pihak lain dalam penelitian lebih lanjut. Penelitian ini juga diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan penerapan teori-teori komunikasi dalam memecahkan masalah-masalah komunikasi. 5.2.2
Saran Praktis 1.
Agar Radio Lita dapat mempertahankan intensitas acara ”Delima Minang”, mengingat acara ini sangat bermanfaat bagi pendengar. Intensitas acara tersebut yang semula dua kali dalam satu minggu, sebaiknya ditambah menjadi tiga kali. Hal ini supaya pendengar yang tidak dapat mendengarkan pada hari Minggu dan Selasa, dapat mendengarkannya di hari lain.
2.
Pemenuhan
kebutuhan
oleh
acara
“Delima
Minang”
sebaiknya
dipertahankan bila perlu ditingkatkan lagi isi materi dalam acara tersebut. 3.
Fungsi acara ”Delima Minang” sebaiknya dipertahankan jangan sampai dipakai untuk hal-hal politis.
DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ardianto. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama Media. Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta : Asdi Mahasatya. _______________-,. 2002, Metode Penelitian, Penerbit, Ghalia Indonesia, Jakarta. Effendi, O Uchjana. 1983. Ilmu Komunikasi ; Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. _______________-,. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. _______________-,. 1993. Ilmu Komunikasi ; Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. _______________. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilanbelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Harisanty, Desy. 2008. Manajemen Informasi. Tanpa Penerbit. Hermawan, Rahman dan Zulfikar, Zen. 2006. Etika Kepustakawanan, Suatu Pendekatan terhadap profesi, Cetakan 1. Jakarta : Sagung Seto. Ishak, Ahmad W. 2006. Kebutuhan Informasi Mahasiswa Program Pendidikan Doktor Spesialis (PPDS) Fk-UI Dalam Memenuhi Tugas Journal Reading. Pustaka : Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Vol.2 No.2. Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat., Bandung : PT Citra Aditya Bakti. __________-,. 1991, Komunikasi Antarpribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. __________-,. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. __________-,. 2001. Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. Palapah, M.O & Syamsudin, Atang. 1983. Studi Ilmu Komunikasi. UNPAD, Bandung.
98
99
Rakhmat, Jalaluddin, 1991, Psikologi Komunikasi, PT. Ramaja Rosdakarya, Bandung. ______________-,. 2000, Psikologi Komunikasi, PT. Ramaja Rosdakarya, Bandung. ______________-,. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. ______________-,. 2005. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi dengan Contoh Analisis Statistik. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. ________________. 2001. Psikologi Komunikasi., PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Riduwan, ( 2007 ), Skala Pengukuran Variabel - Variabel Penelitian, Cetakan Keempat, Alfabeta, Bandung. Siahaan, SM, 1991, Komunikasi Pemahaman Dan Penerapan, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis dan R&D. Bandung : Alfabeta. ________-,. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta _________. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung Sastropoetro, Santoso. 1990. Komunikasi Sosial. Bandung: Remaja Karya. Yusuf,Pawit M.1992. Pedoman Prakts Mencari Informasi. Bandung:Remaja Rosdakarya. Wahyudi, J.1984. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.
CODING SHEET No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
5 3 2 4 5 4 4 3 2 4 5 4 4 4 3 2 5 3 2 5 3 2 3 4 5 4 4 4 3 5 3 2 5
X1 6 3 3 5 5 4 3 3 3 5 5 4 3 4 4 3 5 4 3 5 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4
X2 7 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5
8 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 2 3 4 4 5 2 5 2 3 4 4 3 4 4 4 5
X3 9 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 3 5 3 3 4 4 5 2 5 3 2 4 4 3 5 5 4 5
10 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 2 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5
11 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 5 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 5 5 4 4
X4 12 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 5 4 5 4 3 4 4 2 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5
13 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 2 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4
X5 15 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5
16 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4
17 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 5 4 3 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5
X1 10 8 13 13 12 11 10 8 13 13 12 11 12 11 8 14 11 9 14 11 8 8 12 12 13 16 16 11 14 13 11 14
X2 6 6 8 8 8 8 6 6 8 8 8 8 8 9 7 10 5 6 8 8 10 4 10 5 5 16 16 6 9 9 8 10
Skor Total X3 X4 12 7 15 8 15 8 17 8 16 8 14 7 12 7 15 8 15 8 17 8 16 8 14 7 16 8 14 8 16 8 16 9 19 9 15 8 14 7 16 9 18 8 9 5 16 8 17 8 18 10 16 16 16 16 16 9 18 9 18 9 18 9 18 9
X5 5 7 7 8 8 6 6 7 7 8 8 6 8 7 8 10 8 6 8 8 9 5 9 9 8 16 16 9 9 9 9 9
X 40 44 51 54 52 46 41 44 51 54 52 46 52 49 47 59 52 44 51 52 53 31 55 51 54 16 16 51 59 58 55 60
X1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 3 2 1 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3
X2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 3 3 1 2 2 2 2
Kriteria Skor Total X3 X4 1 1 2 1 2 1 3 1 3 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 1 3 1 2 1 3 1 2 1 3 1 3 2 3 2 2 1 2 1 3 2 3 1 1 1 3 1 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2
X5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2
X 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3
Coding Book Kolom
No. Pert.
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
VARIABEL A. Petunjuk Pengisian Nomor Responden B. Data Responden Jenis Kelamin a. Pria b. Wanita Usia a. Lebih dari 31 tahun b. 31 - 40 tahun c. 41 - 50 tahun d. 51 - 60 tahun e. Kurang dari 60 Tahun Pendidikan pendengar a. Tamat SD b. Tamat SLTP c. Tamat SLTA d. Tamat D - 1 e. Tamat D - 3 f. Tamat S - 1 g. Tamat S - 2 h. Tamat S - 3 Apakah anda pendengar setia program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung? a. Ya b. Tidak C. Data Penelitian Cognitive Needs (Kebutuhan Kognitif) Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung sudah memenuhi informasi tentang perkembangan terbaru mengenai kebudayaan dan musik minang? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memenuhi pengetahuan yang baru tentang informasi mengenai kebudayaan dan musik
Bobot Nilai
Kode
1 2 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2
5 4 3 2 1
8
9
10
11
7
8
9
10
minang? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memenuhi pemahaman pesan informasi tentang kebudayaan dan musik minang? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Affective Needs (kebutuhan afektif) Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memenuhi emosional (rasa senang) terhadap sajian kebudayaan dan musik daerah minang? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memenuhi kebutuhan estetis (cerita pengalaman-pengalaman indah) terhadap informasi kebudayaan dan musik daerah minang? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Personal integrative needs ( Kebutuhan integratif personal ) Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung memberikan kredibelitas (kepercayaan) terhadap informasi kebudayaan dan musik daerah minang? a. Sangat Setuju b. Setuju
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4
12
13
14
15
16
11
12
13
14
15
c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung bisa meningkatkan rasa percaya diri terhadap informasi kebudayaan dan musik daerah minang? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah memberikan stabilitas (keseimbangan Informasi) terhadap informasi kebudayaan dan musik minang? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung telah mengubah status individu (identitas diri) terhadap informasi kebudayaan dan musik daerah minang? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Social integrative needs ( Kebutuhan integratif sosial ) Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dapat mempererat hubungan dengan keluarga minang lainnya dari informasi kebudayaan dan musik? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung dapat
3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
17
18
16
17
mempererat hubungan dengan teman dari informasi kebudayaan dan musik? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Escapist needs ( Kebutuhan pelepasan ketegangan ) Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung sebagai pelarian (rutinitas dan masalah) terhadap tayangan lainnya? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Menurut Anda, apakah program siaran “Delima Minang” di radio Lita FM Bandung sebagai Pengalihan (hiburan) terhadap tayangan lainnya? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
Rekapitulasi Hasi Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel
X1
X2
X3
X4 X5
Item Pertanyaan 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Koefisien Validitas 0,858 0,817 0,537 0,947 0,982 0,746 0,592 0,789 0,611 0,673 0,874 0,833 0,924
Validitas Titik Kesimpulan Kritis 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid 0,300 Valid
Koefisien Reliabilitas
0,903
Reliabilitas Titik Kesimpulan Kritis
0,700
Reliabel
Lampiran Output SPSSUji Validitas Correlations Spearman's rho
Item_5 Item_6 Item_7
Correlation Coefficient Correlation Coefficient Correlation Coefficient
X1 ,858 ,817 ,537
Correlations Spearman's rho
Item_8 Item_9
Correlation Coefficient Correlation Coefficient
X2 ,947 ,982
Correlations Spearman's rho
Item_10 Item_11 Item_12 Item_13
Correlation Coefficient Correlation Coefficient Correlation Coefficient Correlation Coefficient
X3 ,746 ,592 ,789 ,611
Correlations Spearman's rho
Item_14 Item_15
Correlation Coefficient Correlation Coefficient
X4 ,673 ,874
Correlations Spearman's rho
Item_16 Item_17
Correlation Coefficient Correlation Coefficient
X5 ,833 ,924
Lampiran Output SPSS Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1 Part 2
Total N of Items Correlation Between Forms Spearman-Brown Coefficient
Equal Length Unequal Length Guttman Split-Half Coefficient
Value N of Items Value N of Items
,764 7a ,768 6b 13 ,824 ,903 ,904 ,896
a. The items are: Item_5, Item_7, Item_9, Item_11, Item_13, Item_ 15, Item_17. b. The items are: Item_6, Item_8, Item_10, Item_12, Item_14, Item_ 16.