MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition i. Nama Proyek Proyek Cagar Alam Biodiversity Rimba Raya ii. Lokasi Proyek (negara, Negara bagian yuridis) Indonesia, Kalimantan Tengah, Kabupaten Seruyan iii. Pendukung Proyek (nama dan kontak organisasi beserta alamat email dan nomor telepon) InfiniteEARTH - Todd Lemons Email:
[email protected] Nomor Telepon: +852-2682-6321 Web: www.infinite-earth.com iv. Auditor (nama dan kontak organisasi beserta alamat email dan nomor telepon) ESI – Caitlin Sellers and Shaun McMahon Email:
[email protected] /
[email protected] Telepon: +1-772-834-8571 v. Tanggal Mulai Proyek, Periode Penghitungan dan Jangka Waktu GHG Tanggal Mulai Proyek adalah 1 Juli 2009. Periode pengkreditan proyek (periode penghitungan GHG) dimulai pada tanggal 1 Juli 2009 dan akan berakhir pada tanggal 30 Juni 2038. Proyek ini memiliki jangka waktu 30 tahun. vi. Periode Pelaksanaan Proyek yang tercakup dalam PIR Periode Pelaksanaan Proyek yang tercakup dalam PIR ini dimulai pada tanggal 1 Juli 2013 dan berakhir pada tanggal 30 Juni 2014. vii. Sejarah Status CCB termasuk tanggal pengeluaran Validasi Awal/Pernyataan Verifikasi, dan lain sebagainya. Validasi CCB: 14 Oktober 2011. Verifikasi CCB (untuk periode 1 Juli 2010 hingga 30 Juni 2013): Januari 9, 2014 viii. Edisi Standar CCB yang digunakan untuk Verifikasi ini Proyek Cagar Alam Biodiversity Rimba Raya divalidasi dibawah Standar CCB Versi 2. Verifikasi proyek ini akan diselesaikan dibawah Standar CCB Versi 2. ix. Ringkasan Singkat atas Manfaat Iklim, Komunitas dan Biodiversity yang dihasilkan dari Proyek. Selama periode pemantauan yang tercakup dalam PIR ini, capaian Proyek untuk manfaat iklim, komunitas dan biodiversity adalah sebagai berikut: 1. Proyek ini telah mencegah konversi hutan rawa gambut seluas 7000 hektar yang nantinya akan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit, menjadikan total wilayah yang terhindar dari konversi menjadi 44.263 hektar sejak dimulainya proyek ini. 2. Masyarakat di bagian utara perbatasan konsesi telah setuju untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan penanaman guna merehabilitasi lahan yang saat ini telah dirusak oleh pelaku-pelaku deforestasi. Sebagian kecil wilayah di bagian utara telah ditanami pada tahun 2013 dan tambahan wilayah seluas +/- 60 ha telah ditanam di Desa Ulak Batu pada tahun 2014. Sebuah tambahan wilayah seluas +/- 150 ha ditanami di Unit Tengah di Desa Muara Dua. 3. Dengan dorongan dan dukungan dari Proyek ini, bibit-bibit untuk penanaman di dalam batas kawasan konsesi berasal dan dibeli dari persemaian desa yang didukung oleh individu-individu dan keluarga-keluarga yang menyediakan tenaga kerja untuk pengembangan bibit-bibit. 4. Demarkasi batas Konsesi Restorasi Ekosistem/Ecosystem Restoration Concession (ERC) telah diselesaikan dan diserahkan kepada Pemerintah untuk tahapan akhir lisensi ERC. Lisensi ini akan menjadi hal yang pertama kalinya di Indonesia.
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
5. Sebuah penilaian kesehatan telah dilaksanakan oleh Alam Sehat Lestari di bulan September 2013. Laporan ini mengidentifikasi masalah kesehatan utama, akar penyebab masalah tersebut dan memberikan usulan rencana kedepannya. 6. Sekolah Lapangan Petani telah dilaksanakan di 6 desa, bahkan di Ulak Batu dan Muara Dua telah dibangun persemaian multi-spesies untuk program agroforestry di tahun 2014. 7. Suatu lokasi untuk pusat pelepas-liaraan Orangutan yang baru telah teridentifikasi. 8. Proyek ini telah dipusatkan untuk pemanfaatan jasa-jasa komunitas local, seperti penyewaan perahu cepat (speed boat) dan penyediaan dukungan logistic di lapangan. 9. Suatu rencana ketenagakerjaan Proyek yang besar telah diprakarsai dengan mengaryakan 23 staf lapangan dari 33 staf lapangan permanen yang diusulkan telah direkrut dari beberapa desa. 10. Dua Balai Masyarakat telah dibangun menggunakan Dana Stimulus Pembangunan Masyarakat di Ulak Batu dan Palingkau. x. Kriteria pilihan Level Gold dan ringkasan singkat dari faedah-faedah yang luar biasa manakah yang dihasilkan oleh proyek dan memenuhi persyaratan dari tiap Level Gold yang berkaitan Faedah Adaptasi Perubahan Iklim Empat bidang beresiko terkait perubahan iklim diidentifikasi dalam PD CCB, yaitu: 1. Ketahanan Pangan: Dalam situasi tidak adanya kegiatan-kegitan proyek, maka kekeringan dan kebakaran diperkirakan akan mengurangi katahanan pangan. Produktifitas pertanian diperkirakan akan menurun sebagai akibat langsung dari kekeringan yang disebabkan oleh kurangnya air dan hilangnya nutrisi tanah akibat kebakaran, sebagaimana halnya juga kerugian pertanian yang disebabkan oleh banjir. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk mengurangi resiko ini adalah: a. Pendidikan dan pelatihan pemadaman kebakaran b. Reforestasi/Aforestasi-Agroforestry c. Pengayaan tanah dengan Biochar d. Penganekaan tanaman pangan, rotasi pemanenan dan penerapan teknologiteknologi baru untuk menambah produksi e. Melindungi dan mengelola kantong-kantong hutan luas yang berdampingan. 2. Pendapatan: secara historis, masyarakat di dalam wilayah kelola proyek memiliki sarana terbatas untuk mendapatkan penghasilan tunai dengan ketergantungan utama terhadap perikanan, pertanian dan pengumpulan sumber daya kayu dan non kayu dari hutan-hutan setempat. Perekonomian berbasis sumber daya alam ini rentan khususnya terhadap perubahan iklim termasuk efek bergulir (the cascading effect) dari kekeringan dan kebakaran yang mengarah pada berkurangnya hasil-hasil panen pertanian dan perikanan. Sebagai tambahan, kerusakan dan kehilangan hutan akibat kebakaran secara langsung mengurangi produk-produk sumber daya hutan, dan selanjutnya akan mengurangi pendapatan tunai. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk mengurangi resiko ini adalah: a. Pendidikan dan pelatihan pemadaman kebakaran b. Reforestasi/Aforestasi-Agroforestry c. Penganekaan tanaman pangan, rotasi pemanenan dan penerapan teknologiteknologi baru untuk menambah produksi d. Aquaponik e. Pengayaan tanah dengan Biochar f. Melindungi dan mengelola kantong-kantong hutan luas yang berdampingan. 3. Kesehatan: perubahan iklim dan keterkaitan antara kekeringan dan kebakaran diperkirakan akan berdampak negatif pada kualitas air dan kesehatan dalam ketiadaan proyek. Lahan gambut bertindak sebagai sistem penyangga dan resapan air yang menyediakan penampungan air serta perlindungan terhadap banjir. Kerusakan
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition ekosistem secara negative akan berdampak terhadap fungsi ekosistem. Masyarakat sangat bergantung pada Sungai Seruyan untuk semua kebutuhan air mereka, dan kegiatan-kegiatan proyek termasuk meningkatkan akses untuk memperoleh air minum bersih yang belum tersedia di desa-desa Seruyan. Kekeringan dan banjir, beserta perubahan iklim diperkirakan akan menjadi kendala untuk memperoleh air bersih dan meningkatkan prevalensi penyakit bawaan air tanpa adanya proyek ini. Peningkatan suhu air berkaitan dengan perubahan iklim juga diperkirakan akan meningkatkan prevalensi dan toksisitas wabah kolera. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk mengurangi resiko ini adalah: a. Konservasi air, perbaikan teknik-teknik pengairan/irigasi. b. Pendidikan komunitas dan pembangunan klinik-klinik untuk menyediakan akses yang lebih baik bagi pelayanan kesehatan. 4. Biodiversity: perubahan iklim, kekeringan dan kebakaran diperkirakan akan memiliki dampak negative gabungan dan mandiri terhadap keanekaragaman hayati atas ketiadaan proyek. Kebakaran dan kekeringan akan berdampak pada mortalitas pohon, berkontribusi terhadap pemusnahan spesies dan fragmentasi habitat, serta perubahan terhadap pola pembuahan. Pergeseran dalam pola pembuahan dapat mengganggu atau mengubah keunikan pembuahan yang sinkron pada ekosistem Borneo dengan konsekwensi negative pada keanekaragaman Wilayah Proyek. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk mengurangi resiko ini adalah: a. Pendidikan dan pelatihan pemadaman kebakaran b. Reforestasi/Aforestasi-Agroforestry c. Melindungi dan mengelola kantong-kantong hutan luas yang berdampingan Manfaat Khusus bagi Masyarakat Proyek ini menghasilkan manfaat khusus bagi masyarakat sebagai berikut: Pencegahan ekspansi kebun kelapa sawit lebih lanjut sehingga mempengaruhi pada penambahan dan pemeliharaan hutan di Wilayah Proyek; Rehabilitasi kawasan hutan tepi pantai terpilih; Pencegahan penyebaran kebakaran hutan; khususnya ke dalam kawasan-kawasan gambut yang berdampak langsung pada kualitas air Seruyan; Mengurangi penggunaan langsung pembakaran lahan yang disengaja untuk pembaruan lahan perikanan air dangkal melalui kampanye penyadar-tahuan dan pendidikan; Usaha terencana untuk mengeksplorasi potensi untuk memfasilitasi masyarakat dalam hal mengorganisir dan membangun kerjasama perikanan; Pendidikan dan penjangkauan untuk menciptakan alternatif yang lebih aman dan berhasil untuk sanitasi umum; Pencegahan kehilangan hutan disebabkan oleh perluasan kebun kelapa sawit dan pembangunan yang mungkin atas lembaga-lembaga lokal untuk mengelola kawasan hutan komunal dengan cara yang lebih terstruktur untuk mempromosikan kesempatan bagi pengelolaan jangka panjang kawasan hutan yang berkelanjutan. Manfaat Khusus Keanekaragaman Hayati Terdapat 54 spesies yang terdaftar dalam kategori Kritis (Critically Endangered) atau Langka (Endangered) oleh IUCN ditemukan di Kawasan Proyek Rimba Raya, 17 spesies diantaranya dikonfirmasi terdapat di Taman Nasional Tanjung Putting (TNTP). Sebagai tambahan, sebanyak 40 spesies yang terdaftar dalam kategori Rentan (Vulnerable) oleh IUCN ditemukan di Kawasan Proyek, 13 spesies diantaranya dikonfirmasi terdapat di TNTP. Konservasi Wilayah Proyek telah melindungi spesies-spesies ini. Survey lebih lanjut akan dilaksanakan untuk tingkat verifikasi selanjutnya guna mencari konfirmasi atas beberapa spesies ini. xi. Tanggal penyelesaian versi PIR ini, dan jumlah versi yang layak Gabungan Laporan Pemantauan dan Laporan Pelaksanaan Proyek (PIR) ini diselesaikan pada tanggal 10 Agustus 2015 dan merupakan versi 1.5.
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
PROYEK CAGAR ALAM BIODIVERSITY RIMBA RAYA – LAPORAN MONITORING DAN IMPLEMENTASI (1 JULI 2013 – 30 JUNI 2014)
Dokumentasi disiapkan oleh InfiniteEARTH Limited
Judul Proyek Versi ID Laporan Tanggal Terbit ID Laporan Periode Monitoring Disiapkan Oleh Kontak
Proyek CAGAR ALAM Biodiversity Rimba Raya 1.5 MonitoringReportM3 10 Agustus 2015 674 01-Juli-2013 s.d 30-Juni-2014 InfiniteEARTH Limited InfiniteEARTH 36/F, Tower Two, Times Square, 1 Matheson Street, Causeway Bay, Hong Kong Kontak: Todd Lemons Email:
[email protected] Web:www.infinite-earth.com
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition DAFTAR ISI
1
UMUM ..................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.1
Ringkasan Penjelasan Proyek (G3) ......................... Error! Bookmark not defined.
1.2
Lokasi Proyek (G1 & G3)......................................... Error! Bookmark not defined.
1.3
Pemrakarsa Proyek (G4) ......................................... Error! Bookmark not defined.
1.4
Kesatuan Lain yang Terlibat di dalam Proyek (G4).. Error! Bookmark not defined.
1.5
Tanggal Mulai Proyek (G3) ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.6
Periode Pengkreditan Proyek (G3) .......................... Error! Bookmark not defined.
2
IMPLEMENTASI RANCANGAN.............................. Error! Bookmark not defined. 2.1
Penjelasan mengenai Kegiatan Proyek (G3) ........... Error! Bookmark not defined.
2.2
Kesempatan Kerja dan Keselamatan Pekerja (G4).. Error! Bookmark not defined.
2.3
Stakeholder (G3) ..................................................... Error! Bookmark not defined.
3
STATUS HUKUM.................................................... Error! Bookmark not defined. 3.1 Kepatuhan Hukum, Statutes, Hak Kepemilikan dan Kerangka Peraturan Lainnya (G4 & G5)............................................................................ Error! Bookmark not defined. 3.2
Bukti Hak Penggunaan (G5) .................................... Error! Bookmark not defined.
3.3
Penghormatan atas Hak-Hak dan Kesukarelaan Relokasi (G5)Error! Bookmark not defined.
3.4
Aktifitas Ilegal dan Faedah Proyek (G5)................... Error! Bookmark not defined.
4
PENERAPAN METODOLOGI................................. Error! Bookmark not defined. 4.1
Judul dan Acuan Metodologi.................................... Error! Bookmark not defined.
4.2
Penyimpangan dari Recana Monitoring ................... Error! Bookmark not defined.
4.3
Batasan Proyek (G1) ............................................... Error! Bookmark not defined.
4.4
Skenario Baseline (G2)............................................ Error! Bookmark not defined.
4.4.1 Efek tanpa proyek pada masyarakat di dalam Kawasan Proyek ................ Error! Bookmark not defined. 4.4.2 4.5
5
Efek Skenario ‘Tanpa Proyek’ pada Keanekaragaman Hayati Kawasan Proyek Error! Bookmark not defined. Penambahan (G2) ................................................... Error! Bookmark not defined.
DATA MONITORING DAN PARAMETER............... Error! Bookmark not defined. 5.1
Gambaran Umum Rencana Monitoring (CL3, CM3 & B3)Error! Bookmark not defined.
5.1.1
Tujuan ................................................................ Error! Bookmark not defined.
5.1.2 Struktur Organisatoris Monitoring, Tanggung Jawab dan Kompetensi ....... Error! Bookmark not defined. 5.1.3 Metode untuk pengerjaan, pencatatan, penyimpanan, penggabungan, penyusunan dan pelaporan data pada parameter yang dipantau...Error! Bookmark not defined.
6
KUANTIFIKASI PENGURANGAN DAN PEMINDAHAN EMISI GHG (IKLIM)Error! Bookmark
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 6.1
Emisi Baseline (G2) ................................................. Error! Bookmark not defined.
6.2
Ringkasan Pengurangan dan Pemindahan Emisi GHG (CL1 & CL2)Error! Bookmark not defined log ging
6.2.1
Pembalakan Hutan ( E P,it
6.2.2
Kebakaran ( E P,it ) ............................................... Error! Bookmark not defined.
)............................... Error! Bookmark not defined.
fire
LUC
6.2.3 Perubahan Tata Guna Lahan/ Tutupan Lahan (LU/LC) ( E P,it ) Error! Bookmark not defined. 6.2.4
Kebocoran Perubahan Aktifitas........................... Error! Bookmark not defined.
6.2.5 Ringkasan Penghitungan Karbon (Carbon Accounting) untuk Laporan Monitoring 3 (M3)............................................................ Error! Bookmark not defined. 6.3
7
Faedah Adaptasi Perubahan Iklim (GL1) ................. Error! Bookmark not defined.
MASYARAKAT........................................................ Error! Bookmark not defined. 7.1
Dampak Net Positif Masyarakat (CM1) .................... Error! Bookmark not defined.
7.2
Dampak Negatif Stakeholder Offsite (CM2) .......................................................... 55
7.3
Faedah Khusus bagi Masyarakat (GL2)................................................................ 57
8
KEANEKARAGAMAN HAYATI ............................................................................. 61 8.1
Dampak Net Positif Keanekaragaman Hayati (B1) ............................................... 61
8.2
Dampak Negatif Offsite Keanekaragaman Hayati (B2) ......................................... 64
8.3
Faedah Khusus Keanekaragaman Hayati (GL3)................................................... 66
GAMBAR Figure 1: Lokasi Proyek ............................................................................ Error! Bookmark not defined. Figure 2: Peta Wilayah Kerja Resmi ......................................................... Error! Bookmark not defined.
TABEL Table 1: Ringkasan Profil Proyek.............................................................. Error! Bookmark not defined. Table 2. Peran dan Tanggung Jawab Pemrakarsa Proyek........................ Error! Bookmark not defined. Table 3. Peran dan Tanggung Jawab Rekanan......................................... Error! Bookmark not defined. Table 4: Perjanjian Hak Pengguna sebagaimana ditunjukkan dalam Peta Wilayah Kerja.............. Error! Bookmark not defined. Table 5: Pool Karbon yang Dipilih ............................................................ Error! Bookmark not defined. Table 6: Emisi gas dari sumber lain selain yang dihasilkan dari perubahan pool karbon............... Error! Bookmark not defined. Table 7: Emisi Baseline Rimba Raya......................................................... Error! Bookmark not defined.
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Table 8: Pemodelan Voluntary Carbon Unit (VCU) untuk periode pemantauan 1 Juli 2013 – 30 Juni 2014 ......................................................................................................... Error! Bookmark not defined. Table 9: Kegiatan terkait dengan Keanekaragaman Hayati..................... Error! Bookmark not defined. Table 10 Ringkasan kegiatan masyarakat .............................................................................................51 Table 11 Nilai Konservasi Tinggi untuk Masyarakat..............................................................................57 Table 12. Implementasi dan Hasil Keanekaragaman Hayati.................................................................62 Table 13. Dampak Negatif Offsite Keanekaragaman Hayati.................................................................65
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 1 1.1
UMUM Ringkasan Penjelasan Proyek (G3)
Proyek Cagar Alam Biodiversity Rimba Raya, sebuah gerakan inisiatif dari InfiniteEARTH, bertujuan untuk mengurangi emisi Indonesia dengan cara melestarikan hutan rawa gambut tropis, mencegah alih-fungsi hutan (deforestation), pengeringan dan pengalihan lhutan untuk perkebunan kelapa sawit. Berbatasan di bagian timur dengan Taman Nasional Tanjung Puting di daerah aliran Sungai Seruyan, Rimba Raya merupakan daerah yang kaya akan keragaman hayati termasuk orangutan Kalimantan yang terancam punah. Berdasarkan skenario dasar, wilayah proyek direncanakan oleh pemerintah propinsi untuk diubah menjadi empat perkebunan kelapa sawit. Perkebunan yang direncanakan ini sekarang meliputi 47.273 hektar Area Penghitungan Karbon Rimba Raya, yang dipantau sebagai kebutuhan proyek untuk melindungi dan menghitung penyimpanan karbon Rimba Raya. Proyek tersebut memantau dan membuat laporan atas Area Penghitungan Karbon, suatu daerah penyangga sejauh 3 km yang mengelilingi Area Penghitungan Karbon (secara keseluruhan dikenal sebagai Total Wilayah Manajemen Proyek) dan suatu daerah sabukkebocoran yang luas. Wilayah-wilayah yang dipantau ini ditetapkan selama periode pengkreditan menyeluruh. Profil Proyek diuraikan dalam Error! Reference source not found..
Tabel 1: Ringkasan Profil Proyek Pemilik Proyek
PT Rimba Raya Conservation
Pembangun Proyek
Infinite-Earth Limited
Rekanan LSM & Penerima Faedah Proyek
Orangutan Foundation International
Negara Yang Mengorganisir
Indonesia
Wilayah
Kalimantan (Kepulauan Borneo)
Propinsi
Kalimantan Tengah
Kabupaten
Seruyan
Jenis Hutan
Hutan Rawa Gambut Tropis NKT
Total Wilayah Kelola Proyek
64,977 ha
Total Wilayah Beresiko Alih-fungsi Hutan
64,977 ha
Area Proyek (Area Penghitungan Karbon)
47,237 ha
Tanggal Mulai Periode Pengkreditan
Juli 2009
Pengendali Alih-fungsi Hutan Utama
Alih-fungsi Hutan Terencana (Perkebunan Kelapa Sawit yang didukung oleh kebijakan pemerintah)
v3.2
8
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition VCS & CCBA Metodologi Standar REDD
“Metodologi VM0004 untuk Proyek Konservasi yang mencegah pengalihan tata guna lahan terencana di Hutan Rawa Gambut, v1.0”
Objektifitas iklim dari proyek Rimba Raya adalah: 1. Untuk menghentikan perambahan hutan oleh perkebunan kelapa sawit di Wilayah Proyek itu sendiri, sehingga akan menghindari pelepasan 130 juta ton karbon dioksida – emisi yang setara dengan jangka waktu proyek tersebut; 2. Untuk membuat suatu penghalang fisik antara perkebunan kelapa sawit dan Taman Nasional Tanjung Puting guna melindungi kesatuan hidrologis dari Taman Nasional dan menghindari emisi dari kekeringan hutan rawa gambut. Objektifitas biodiversity dari proyek Rimba Raya adalah: 1. Untuk memperluas habitat yang berdampingan dengan taman nasional hingga ke arah timur Sungai Seruyan, suatu batasan alami yang layak dipertahankan; 2. Untuk mendukung pekerjaan yang telah dilaksanan oleh OFI dan Dr. Biruté Galdikas selama puluhan tahun, dengan sejumlah kegiatan proyek yang bertujuan untuk memperluas program perlindungan, rehabilitasi dan pendidikan lingkungan milik OFI. Objektifitas masyarakat dari proyek Rimba Raya adalah: 1. Untuk melibatkan masyarakat secara aktif di dalam kawasan proyek, membangun pekerjaan dari World Education untuk mengembangkan akses terhadap kepedulian kesehatan, pendidikan dan jasa pemerintahan lainnya; 2. Bekerjasama dengan setiap warga untuk memastikan ketahanan pangan dan menyediakan akses lapangan kerja dan peluang pengembangan kapasitas.
v3.2
9
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 1.2
Lokasi Proyek (G1 & G3)
Rimba Raya berlokasi di Kabupaten Seruyan, di propinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Proyek tersebut terletak di antara 112°01'12 "- 112°28'12" bujur timur dan 02°31'48"- 03°21'00" lintang selatan dan dibatasi oleh Taman Nasional Tanjung Puting di bagian barat, Laut Jawa di bagian selatan, Sungai Seruyan di bagian timur, dan konsesi perkebunan kelapa sawit di bagian utara. (Error! Reference source not found.).
Gambar 1: Lokasi Proyek 1.3
Pemrakarsa Proyek (G4)
InfiniteEARTH adalah pemrakarsa proyek yang utama, bertanggung jawab terhadap rancangan dan implementasi proyek melalui kesatuan operasional lokalnya, PT. Rimba Raya Conservation. Sejumlah lembaga lain terlibat dalam implementasi program-program tertentu ataupun komponen-komponen proyeknya. Tanggung jawab utama dan keahlian dan sturktur organisasi diuraikan dalam Error! Reference source not found. dan Error! Reference source not found..
v3.2
10
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Tabel 2. Peran dan Tanggung Jawab Pemrakarsa Proyek Kesatuan
Penjelasan
Fungsi
InfiniteEARTH
Infinite-Earth didedikasikan untuk perkembangan solusi ekonomis terhadap perubahan iklim dan penurunan kualitas lingkungan dengan cara menangani pengendali pokok dari alih-fungsi hutan – kemiskinan. Proyek-proyek perusahaan tersebut secara internal diamanatkan untuk mencapai “Melampaui Karbon dan Melampaui Keberlanjutan”. Untuk itu, proyek-proyek InfiniteEarth terpusat pada pemeliharaan Habitat Spesies yang Terancam, Hutan Bernilai Konservasi Tinggi, dan perlindungan terhadap Taman Nasional dengan membuat suatu wilayah penyangga sosial dan fisik. Sebagai tambahan, proyek-proyek tersebut dirancang untuk memenuhi Tujuan Pengembangan Milenium PBB dengan mendanai pembangunan berkelanjutan di masyarakat pedesaan melalui pembangunan kapasitas dan pengalihan teknologi (teknologi berdampak rendah) seperti solar, kompor berbahan bakar hemat, aquaponics, agro-forestry “tanaman hutan”, dan program-program yang bermanfaat social seperti kepedulian kesehatan, peralatan dan materi pendidikan dini anak-anak seperti “Satu Laptop per Anak”. Perusahaan ini didirikan dan dikelola oleh sekelompok professional berpengalaman dari berbagai latar belakang yang luas termasuk: Pembanguna Proyek Internasional, Kehutanan yang Berkelanjutan, Konservasi, Ekologi Hutan Tropis. Remote Sensing, GIS, Ilmu Pengetahuan Karbon, Keuangan dan Pemasaran.
Perlindungan Hutan, Monitoring Karbon, Manajemen Proyek, Pembangunan Perusahaan berbasis Masyarakat, Penjualan Karbon
36/F, Tower Two, Times Square, 1 Matheson Street, Causeway Bay, Hong Kong
Kontak: Todd Lemons Email:
[email protected] Web:www.infiniteearth.com
1.4
Kesatuan Lain yang Terlibat di dalam Proyek (G4)
Seluruh kesatuan yang terlibat di dalam Proyek ini dijabarkan di Error! Reference source not found..
Tabel 3. Peran dan Tanggung Jawab Rekanan Kesatuan
Penjelasan
Fungsi
PT Pandu Maha Wana Asia Pacific Consulting Solutions Jl. Veteran, Gg Jempinis No.17, Banjar Uma Kepuh, Desa Buduk.
PT Pandu Maha Wana dba Asia Pacific Consulting Solutions adalah sebuah firma konsultan agrikultur dan kehutanan yang menyediakan dukungan di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara kepada mereka yang ingin dan berkomitmen untuk mengubah manajemen sumber
Staf Lapangan, Pemantauan dan Pengukur, Perlindungan Hutan, Pengembangan Masyarakat,
v3.2
11
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
Kesatuan
Penjelasan
Fungsi
Mengwi, Badung 80351 Bali - Indonesia
daya alam mereka. Didirikan pada tahun 2010 oleh Loy Jones dan Bertha Napitupulu, APCS merupakan gabungan ahli-ahli dibidangnya dengan lebih dari 50 tahun pengalaman di bidang kehutanan, agrikultur, pengendalian kebakaran, pertambangan di permukaan, perencanaan tata-guna lahan, manajemen sumber daya alam, sertifikasi dan verifikasi yang berkelanjutan dan manajemen bisnis. Keahlian khusus perusahaan ini adalah menyediakan jasa konsultasi agrikultur, kehutanan dan manajemen sumber daya alam. APCS bertanggung jawab terhadap pengelolaan, pengawasan dan implementasi seluruh program untuk Proyek Rimba Raya di Kalimantan Tengah. Orangutan Foundation International merupakan sebuah organisasi nir laba yang didedikasikan untuk perlindungan orangutan liar dan habitat hutan hujannya di Indonesia dan Malaysia.
Pemulihan Ekosistem
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10 Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111 Indonesia Kontak: Dr. Biruté Galdikas Tel: +62 0532-24778
World Education (WE) World Education Jalan Tebet Dalam IV-D Nomor 5A Jakarta 12810 Indonesia
v3.2
Didirikan pada tahun 1986 oleh ilmuwan dan konservasionis bernama Dr. Biruté Mary Galdikas dan mantan mahasiswa doktoralnya, Dr. Gary Shapiro, OFI focus kepada tiga tujuan: penelitian, konservasi, dan pendidikan. OFI juga menyebarluaskan informasi mengenai orangutan untuk menyemangati pembuat kebijakan dan masyarakat supaya dapat menghormati orangutan dan status orangutan yang terancam punah. Selama lebih dari 3 dekade, Dr. Biruté Mary Galdikas telah mempelajari dan bekerja secara teliti mengenai orangutan dari Borneo Indonesia di habitat alamnya, dan sekarang Beliau merupakan ilmuwan yang paling berwenang di dunia dalam menangani orangutan. OFI akan terus menyediakan kehadiran lokal jangka panjang kepada usaha-usaha proyek Rimba Raya dan fungsi mereka yang akan melanjutkan apa yang telah mereka kerjakan selama 40 tahun – melindungi habitat orangutan. World Education adalah sebuah LSM Internasional yang didirikan pada tahun 1951 untuk memenuhi kebutuhan dari pendidikan bagi orang yang kurang beruntung. WE telah bekerja di lebih dari 5 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, sebagaimana juga Amerika Serikat. Bekerjasama dengan organisasi swasta, organisasi public dan lembaga swadaya masyarakat, WE memrakarsai dukungan terhadap manajemen lokal yang efektif dan mempromosikan kerjasama antar organisasi lokal.
Perlindungan Hutan, Survei Dataran
Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat
12
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
Kesatuan
Environmental Accounting Services (EAS) 3 Sim Jue Court, Sinnamon Park, 4073, Australia Kontak: Dr Carly Green Email:
[email protected] Web: www.enviroaccounts.com Remote Sensing Solutions (RSS) Isarstr. 3 82065 Baierbrunn, Munich Kontak: Peter Navratil Web: www.rssgmbh.de
Penjelasan WE menggunakan teknik pengajaran berdasarkan pengalaman yang menarik yang membantu keahlian mengembangkan dari tiap orang dan organisasi untuk membangun konteks dari siswanya (kultural, lingustik, geografi dan ekonomi), dan memuat informasi penting mengenai kehidupan dan mata pencaharian-kesehatan, agrikultur, pengembangan bisnis kecil-yang dapat langsung diterapkan oleh siswanya. EAS merupakan perusahaan konsultan yang mengkhususkan diri dalam menyediakan jasa dukungan teknis di pengembangan proyek karbon agrikultur dan kehutanan, pemantauan, pelaporan dan verifikasi. Tim EAS terlibat di tahun 2013/2014 dalam menyediakan panduan untuk penginderaan jauh (remote sensing) dan pengukuran dataran dan pengembangan laporan pemantauan dan implementasi untuk memenuhi persyaratan rencana pemantauan yang disahkan. RSS Remote Sensing Solutions GmbH adalah salah satu perusahaan bernilai tambah terkemuka di Jerman dalam hal pengamatan bumi. Kelompok ini mengkhususkan pada: Interpretasi dan pengolahan citra satelit
Interpretasi dan fotogrametri citra udara
Pengembangan aplikasi untuk system geo-
Fungsi
Jasa Dukungan Verifikasi VCS/CCB
Remote sensing, Analisa Perubahan Penggunaan Lahan
informasi (GIS)
Pemetaan digital
RSS telah mengadakan sejumlah penggolongan lahan di wilayah lahan gambut di Asia Pasifik termasuk Indonesia. Tim ini terlibat di tahun 2013 dalam mengembangkan teknik-teknik untuk penggolongan perubahan tata guna lahan.
v3.2
13
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 1.5
Tanggal Mulai Proyek (G3) 1
Seperti yang dijelaskan dalam dokumentasi proyek yang disetujui , Proyek Rimba Raya project dimulai pada bulan November 2008 dan tanggal mulai untuk perode pengkreditannya adalah 1 Juli 2009.
1.6
Periode Pengkreditan Proyek (G3)
Laporan pemantauan ini menyampaikan hasil periode pemantauan ketiga (M3) terhitung mulai 1 Juli 2013 dan berakhir pada tanggal 30 Juni 2014. Jumlah tahun yang dicakup oleh laporan pemantauan ini adalah satu (1). Tahun operasional proyek pertama adalah Juli 2009-2010. Tahun ini diverifikasi hanya terhadap Standar Karbon Terverifikasi (VCS). Periode pemantauan kedua (1 Juli 2010 – 30 Juni 2013) diverifikasi terhadap VCS dan CCB. Periode pemantauan ketiga ini sejalan dengan siklus laporan tahunan yang dimaksudkan dan diuraikan dalam Dokumen Rancangan Proyek.
2
IMPLEMENTASI RANCANGAN
Di bulan Mei 2013, Proyek ini meraih validasi dan verifikasi pertamanya untuk periode 1 Juli 2009 – 30 Juni 2010. Verifikasi kedua dari proyek ini diselesaikan pada tanggal 9 Desember 2013. Periode pemantauan ketiga dicakup dalam laporan ini (yaitu 1 juli 2013 – 30 Juni 2014). Selama periode pemantauan ini, objektifitas utamanya adalah untuk mengembangkan dan mulai menerapkan strategi untuk mendapatkan staf lapangan dan operasional lapangan dikarenakan adanya pekerjaan tertinggal yang penting dengan staf lapangan yang sangat terbatas. Negosiasi dengan Asia Pacific Consulting Solutions (APCS) telah dimulai pada bulan Maret 2014 sebagai konsultan untuk membantu mencapai hal ini dan selama bulan Mei dan Juni, negosiasi tersebut telah berkembang secara signifikan dimana APCS diminta untuk mengambil tanggung jawab penuh terhadap operasional lapangan dibawah petunjuk kantor InfiniteEARTH dan PT Rimba Raya Conservation di Jakarta. Kontrak yang disetujui dan ditandatangani dengan susunan baru itu mulai efektif sejak 1 Juli 2014. Ketika sebagian besar kegiatan terjadi setelah periode yang dicakup oleh laporan pemantauan ini, banyak hal telah dilakukan, baik dalam hal memastikan kecukupan staf hingga menyelesaikan objektifitas yang tertera dalam Dokumen Rancangan Proyek. Dari sudut pandang operasional, kantor pusat lapangan utama dipindahkan dari Pangkalan Bun ke Sampit untuk mengurangi waktu tempuh dari dan ke berbagai bagian konsesi. Seorang Manajer Konsesi, Koordinator Keragaman Hayati, Koordinator Pemerintahan Lokal dan Koordinator GIS lapangan dipekerjakan dan ditempatkan di suatu wilayah. Daerah yang terpencil dibagi secara geografis ke dalam tiga unit manajemen: Utara, Tengah dan Selatan, dan seorang manajer unit lapangan dipekerjakan dan ditugaskan untuk tiap unitnya. Di dalam tiap unit lapangan, kru lapangan yang berasal dari desa-desa dalam proyek kami dipekerjakan yang terdiri dari 11 personil tetap di Unit Tengah, dan
1
Available from the Verified Carbon Standard Project Database https://vcsprojectdatabase2.apx.com/myModule/Interactive.asp?Tab=Projects&a=2&i=674&lat=2.78051067417254&lon=112.170133504944&bp=1 v3.2
14
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition setiap enam orang di unit Utara dan Selatan yang akan bertambah menjadi 11 personil di bulan Januari 2015. Sebagai tambahan, staf lapangan meningkatkan koordinasi dengan World Education yang bekerja untuk pelaksanaan program pengembangan masyarakat di lapangan. Dari sudut pandang implementasi program, pekerjaan ini dimulai dari survey dan pembuatan tatabatas permanen untuk konsesi, memasang tiang subsidence untuk mengukur dan memantau dampak kerusakan hutan di Unit Utara, mengadakan patroli rutin untuk memantau perlindungan hutan dari kebakaran dan perambahanan hutan tanpa ijin, pemantauanmendirikan persemaian di dua desa untuk program penanaman pohon, memulai survey awal keragaman hayati dan melakukan inventarisasi tumbuhan 1% sebagaimana yang diwajibkan oleh Kementrian Kehutanan, pemantapan hubungan yang lebih baik dengan warga desa dan pemerintah lokal, dan tugas rutin lainnya untuk mengelola konsesi yang luas.
2.1
Penjelasan mengenai Kegiatan Proyek (G3)
Kegiatan Proyek yang utama adalah untuk menghindari pengalih-fungsian hutan rawa gambut tropis menjadi perkebunan kelapa sawit. Secara operasional, kegiatan utama ini dicapai melalui implementasi sembilan Kegiatan Proyek inti berikut. 1. Penetapan Cagar Alam Rimba Raya. Kegiatan proyek utama adalah penetapan Cagar Alam Rimba Raya, suatu wilayah dilindungi yang didanai oleh swasta di sepanjang batas bagian timur Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Rencana manajemen memiliki serangkain visi membuat menara penjaga, rencana tanggap kebakaran dan satuan pemadam kebakaran, dan suatu sistem pemantauan yang lengkap. Pengukuran ini akan membantu memastikan ketetapan cadangan karbon dan keragaman hayati Area Proyek dan kesatuan wilayah TNTP. Lagi pula, Pemrakarsa proyek akan mendanai pekerjaan penyuburan dan rehabilitasi di dalam Wilayah Proyek dan daerah penyangganya, menambah cadangan karbon dan keragaman hayati. 2. Jaringan pos penjagaan. OFI telah berperan penting dalam mendanai dan membangun satu jaringan kecil pos-pos penjagaan di sepanjang batas pinggir TNTP selama lebih dari dua dekade, dimana sejumlah besar pos-pos jaga ini terletak di sepanjang perbatasan TNTP ke arah utara dan selatan dari Wilayah Proyek. Proyek Rimba Raya akan menambah jaringan pos-pos penjagaan ini untuk menciptakan cakupan pengamatan dan komunikasi secara keseluruhan. Jaringan Penjaga dan pos penjagaan akan memberikan perlindungan dari penebangan tanpa ijin, perburuan liar dan perambahan hutan oleh perkebunan kelapa sawit. Rimba Raya telah mempekerjakan penjaga lokal dengan jabatan kru lapangan permanen yang bertanggung jawab berpatroli untuk melindungi hutan, hal ini telah dikerjakan secara rutin sejak bulan September 2014. Sebelum membangun jaringan pos penjagaan, batas-batas permanen konsesi harus disurvei dan ditetapkan di daratan yang mana sedang dalam proses pelaksanaan. Semua pekerjaan survey lapangan diselesaikan pada bulan November 2014, hanya menyisakan persetujuan dari pejabat pemerintah lokal dan penandatanganan resmi dari Kementrian Kehutanan agar proses v3.2
15
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition tersebut dapat selesai. Jika sudah selesai, staf lapangan Rimba Raya akan bekerjasama dengan pemerintah lokal, staf TNTP dan penduduk desa untuk menandai lokasi pos-pos penjagaan dan memulai pembangunan di tahun 2015. 3. Rencana Kebakaran. Kebakaran secara berkala telah menyapu Wilayah Proyek dan TNTP selama musim kering. Proyek Rimba Raya akan menciptakan suatu sistem tanggap kebakaran, termasuk pelatihan dan memperlengkapi satuan pemadam kebakaran serta mengembangkan rencana tanggap kebakaran sebagai cadangan sehubungan dengan menara dan stasiun penjagaan. Untuk mengurangi dampak kebakaran, menara kebakaran, satuan pemadam kebakaran dan peralatan yang sesuai untuk pemadaman kebakaran di lahan gambut akan dibangun di Wilayah Proyek. Sebagai permulaan untuk Satuan Pemadam Kebakaran telah dibentuk dengan mempekerjakan 11 orang kru permanen lengkap di Muara Dua (Unit Tengah dimana sebagian besar aktivitas kebakaran terjauh terjadi) dan sebagian kru lengkap di Unit Utara dan Selatan (6 orang) dimana masih terjadi aktifitas kebakaran namun dengan akses yang lebih baik. Kru-kru ini dipekerjakan di akhir musim kebakaran sehingga walaupun dapat mengatasi kebakaran-kebakaran kecil, mereka belum cukup terlatih dan terlengkapi untuk melakukan tanggap serangan awal yang diperkirakan pada musim kebakaran di tahun 2015. Sejalan dengan waktu, kita akan tmemiliki kru lengkap di 3 unit lapangan, membekali kru dengan pelatihan dasar keselamatan dan pelatihan dasar pemadaman kebakaran , melengkapi kru dengan perlengkapan pompa yang layak (pompa, selang, pipa, peralatan tangan), dan diharapkan akan mempunyai satu speedboat yang dilengkapi dengan alat-alat pemadam kebakaran dan ditempatkan di Unit Tengah dari Muara Dua. Sekitar 6 bulan di musim kebakaran, kru-kru permanen ini akan ditambah dengan 3 kru musiman lengkap (11 orang) yang akan membantu dalam melakukan pekerjaan lapangan rutin, memantau dan mengukur, membangun pos-pos penjagaan dan menara kebakaran dan tugas-tugas lain, sehingga kru permanen dapat memfokuskan diri hanya untuk pencegahan dan pemadaman kebakaran. 4. Rencana Monitoring. Suatu Rencana Monitoring telah dikembangkan untuk pengumpulan data yang relevan terhadap iklim, kemasyarakatan dan keragaman hayti. Dengan menggabungkan peringatan awal, pengumpulan data lapangan dan pengideraan jauh (remote sensing), rencana pemantauan akan melacak indikator-indikator kunci untuk laporan integritas cadangan karbon cagar alam dan keragaman
hayati
dan
untuk
memperbolehkan
pemrakarsa
proyek
menyesuaikan
rencana
pengelolaan cagar alam terhadap kondisi yang berubah. Kru-kru telah dibentuk di semua 3 unit lapangan untuk melakukan patroli yang dibutuhkan guna memberikan sistem peringatan awal ini dan memungkinkan staf lapangan untuk mengambil langkah awal terhadap kondisi yang terjamin tersebut. Sebagai contoh, sistem ini mengijinkan staf lapangan untuk mengidentifikasi dan menghentikan penebangan tanpa ijin yang telah menghilangkan pohon komersial dari kondisi alaminya di Unit Selatan. Kita juga dapat mengidentifikasi rencana-rencana dengan pemerintah daerah setempat untuk membangun jalan ke desa-desa di dalam batas konsesi dan bekerja secara efektif untuk mengubah proyek tersebut sehingga lokasi jalan akan berubah agar v3.2
16
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition tetap berada diluar konsesi. Proyek agrikultur pemerintah daerah (perkebunan pisang) teridentfikasi direncanakan di kawasan penyangga Unit Selatan yang mencakup pembangunan kanal-kanal dan yang sedang dikerjakan bersama pemerintah baik untuk memindahkan proyek-proyek tersebut ataupun menemukan alternatif dari rencana awal yang hanya akan memberikan dampak kecil bagi gambut di wilayah tersebut. 5. Penyuburan dan Rehabilitasi. Pemrakarsa proyek telah berkomitmen untuk mengusahakan pekerjaan penyuburan dan rehabilitasi yang signifikan di Wilayah Proyek. Setiap tahun, pemrakarsa proyek akan melakukan kegiatan penyuburan, menanam bibit asli Dipterocarp dan bibit pohon lainnya yang sesuai di wilayah-wilayah yang tidak memiliki banyak pohon muda. Sebagai tambahan, rencana rehabilitasi signifikan dari wilayah non kehutanan (termasuk semak, padang rumput dan daerah gundul), dibuat. Secara khusus, penanaman spesies asal seperti jabon, binuang, and makaranga berkembang dalam kondisi tidak terlindungi dan terdegradasi. Pada akhir proyek, bentangan hutan yang signifikan akan dikembalikan ke kondisi awalnya, ketersediaan karbon di Wilayah Proyek bertambah dan habitat tambahan akan tersedia, dengan demikian akan memperkuat buffer fisik untuk melindungi TPNP. Sekitar 350 hektar pelanggaran dan/atau wilayah yang terbakar tahun ini telah ditanami 160.000 bibit dari berbagai spesies yang disediakan oleh kebun bibit yang dibangun di Ulak Batu (Unit Utara) dan Muara Dua (Unit Pusat). Survei reboisasi standar akan dilakukan setelah 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, 3 tahun dan 5 tahun untuk memastikan keberhasilan usaha reboisasi dan mengidentifikasi kayuan tambahan selama periode tersebut untuk mengganti kepunahan. 6. Spesies Asli, Tanaman Komersil, Program Agro-foresatry berbasis Masyarakat. Sebagai bagian dari usaha reboisasi, Rimba Raya akan meluncurkan proyek agro-forestry tanaman komersil berbasis masyarakat di perkebunan lapisan-lapisan/tanaman-tanaman untuk tanaman komersil spesies asli, termasuk buah, kacang, rempah dan pohon karet dan jelutung, digabung dengan spesies langka (seperti ramin dan meranti) di dalam sebuah matriks pertumbuhan kembali hutan sekunder. Dua kebun bibit telah dibangun di desa-desa di wilayah konsesi, satu kebun berada di Ulak Batu yang mana telah memiliki site kebun bibit permanen dengan system irigasi, dan satu lagi di Muara Dua dimana site permanen belum dapat diidentifikasikan dan hanya menumbuhkan bibit yang dikelola oleh tiap kelompok keluarga di tanah milik mereka sendiri. Rimba Raya bekerja sama dengan penduduk lokal untuk mengidentifikasi perpaduan luas dari pemasukan dan pembiayaan atas spesies yang menghasilkan kayu yang tumbuh di kebun bibit hingga menanam kembali dan membelinya dari desa. Pepohonan ini ditanam oleh tiap kelompok keluarga yang dibantu oleh staf Rimba Raya di masingmasing lahan sehingga tiap keluarga dapat mengelolanya setiap waktu dan memanen hasilnya saat mereka sudah berumur cukup. Pepohonan yang ditanam termasuk jelatung dan karet untuk getahnya, meranti dan ulin untuk bahan bangunan, dan berbagai macam tanaman buah yang dapat dipanen untuk membiayai penanaman kembali atau dijual kepada OFI untuk dijadikan makanan prangutan atau buah segarnya dapat dijual kepada perusahaan kelapa sawit untuk diberikan kepada stafnya. v3.2
17
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Di tahun 2015 kita akan membuat program agroforestry yang lebih intensif yang fokus terhadap produk komersil jangka pendek, menengah dan panjang yang pernah kita perbantukan ke desa-desa dengan menggunakan pemetaan partisipatif untuk mengidentifikasi hak-hak penggunaan tradisional dan perencanaan tata ruang individu di dalam wilayah tersebut untuk memastikan kesatuan wilayah proyek tersebut (khususnya wilayah carbon accounting) dan mata pencaharian penduduk. Hal ini kemungkinan akan mencakup lebih banyak wilayah produk “niche” seperti minyak atsiri dan produk hutan non-kayu lainnya seperti gaharu (agarwood) yang memiliki nilai jual lebih tinggi dan merupakan produk yang sekarang sulit ditemukan. 7. Pembiayaan kegiatan OFI. Sebuah bagian penghasilan dari penjualan kredit karbon dari proyek tersebut akan digunakan untuk mendanai kegiatan OFI yang sedang berjalan; termasuk program baru untuk mereboisasi habitat orang-utan yang sedang kritis dan akuisisi habitat layak yang belum memenuhi persyaratan proyek REDD sebagai tambahannya. Terlebih lagi, pemrakarsa proyek akan membangun pusat pelepasan orang-utan yang baru dan platform makan di lokasi yang strategis di dalam Wilayah Proyek. Selama bekerja dengan pemrakarsa proyek, OFI akan menggunakan pusat pelepasan untuk memperkenalkan kembali sebanyak 300 orangutan dari Pusat Rehabilitasi orangutan Care Center and Quarantine (OCCQ) di dekat Pangkalan Bun, kembali ke alam liar, menggunakan cagar alam sebagai tahap perencanaan untuk proses pemindahan mereka ke taman. 8. Manajemen Gabungan Taman Nasiona Tanjung Putting.
Pihak berwenang TPNP bertanggung
jawab untuk melindungi teman nasional seluas lebih dari 400.000 ha. Authority has the responsibility to protect over 400,000 ha of national park. Tingkat kepegawaiannya tidak sesuai dengan tingkat tekanan yang diberikan oleh para penebang hutan. Keberadaan proyek Rimba Raya di sepanjang sisi timur terbuka dari taman itu saja akan sangat mendukung pihak yang berwenang untuk mengelola perbatasannya. Proyek Konservasi Rimba Raya berkomitmen untuk mngembangkan model konservasi komersil untuk taman nasional yang masih kekurangan dana. Dengan model ini pemrakarsa proyek akan bekerja untuk memperkuat perjanjian manajemen gabungan yang sudah ada diantara TNPN dan OFI. Pemrakarsa proyek juga akan mendukung pelatihan staf, kesempatan pembangunan kapasitas, menambah peralatan untuk memantau dan berkomunikasi, dan satuan pemadam kebakaran untuk cagar alam. Selagi staf lapangan Rimba Raya acap kali berkomunikasi dengan staf manajemen TPNP di Pangkalan Bun dan Kuala Pembuang, bagian proyek berikut masih belum tindakan lebih lanjut selain pembicaraan tentang opsi da kerjasama antara dua pihak dengan OFI pada berbagai survey biologis. 9. Pengembangan Buffer Sosia.l salah satu elemen penting dari proyek Rimba Raya ini adalah keterlibatan seluruh stakeholder di Wilayah Proyek untuk menciptakan buffer social terhadap taman dan Wilayah Proyek, dengan demikian dapat mengurangi banyaknya tekanan luar yang dapat menyebaban penebangan hutan. Pemrakarsa proyek telah menciptakan kerangka proses yang dirancang untuk menyebarluaskan informasi tentang perkembangan dan implementasi proyek, mendukung partisipasi masyarakat di semua aspek proyek dan menawarkan kesempatan untuk v3.2
18
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition pembangunan kapasitas. Untuk menciptakan sebuah buffer social yang efektif, pemrakarsa proyek percaya bahwa pendekatan yang menyeluruh terhadap perkembangan sosio-ekonomi harus dilakukan dengan tujuan menangani akar penyebab dari penebangan hutan berbasis masyarakat – seperti kemiskinan, kelaparan, wabah penyakit, kekurangan tempat tinggal dan pengucilan. Untuk itu, sebuah daftar program telah dikembangkan berdasarkan data dari survey social awal di Daerah Proyek dan dengan acuan dari Tujuan Pembangunan Milenium PBB untk Indonesia.S 10. Balai Masyarakat. Mengikuti contoh kesuksesan OFI dengan masyarakat di wilayah barat taman, pemrakarsa proyek akan membangun Balai Masyarakat di desa terpilih yang strategis di dalam Daerah Proyek sebagai tindakan pendekatan antara Proyek dan masyarakat. Balai Masyarakat ini akan menawarkan fasilitas-fasilitas untuk staf taman dan proyek sebagaimana juga organisasi masyarakat, dan mereka akan menyediakan fasilitas komunikasi berita dan radio, perpustakaan dan program pelatihan social dan agricultural. Dana penggerak sejumlah IDR 400,000,000 (USD $32,000) disediakan untuk tiap desa di dalam wilayah proyek yang didasarkan pada perkembangan yang ada dan proposal dari desa yang disetujui. Pada saat ini, ada 6 dari 10 desa yang telah menyerahkan proposal dan keenam desa tersebut telah mendapatkan dananya, yang mana 2 dari mereka (Ulak Batu dan Palingkau) memilih untuk menggunakan dana tersebut untuk membangun balai desa. 11. Produktifitas Agrikultur dan Aquakultur. Proyek Rimba Raya juga memperluas program World Education yang saat ini sedang berjalan untuk keamanan pangan, akses ke pelayanan pemerintah, dan pembangunan kapasitas di dalam daerah proyek. Dengan membantu kelompok rumah tangga lokal untuk memenuhi kebutuhan pangannya dengan memanfaatkan lahan yang sudah diolah dan dengan membekali mereka dengan informasi tentang hak-hak politik, proyek Rimba Raya akan mengurangi banyak hal yang mendorong penebangan hutan illegal dan perubahan hutan menjadi lahan agrikultur yang tidak berguna. Kegiatan agrikultur sejauh ini telah dilaksanakan di 5 dari 10 desa mulai dari Sekolah Pertanian hingga mengajarkan tentang praktek agrikultur yang lebih baik, mananami lahan dengan berbagai sayuran dan contoh lahan. Tanaman yang tercakup didalamnya termasuk cabe, terong, padi dan berbagai sayuran lainnya yang bias ditanam di berbagai jenis tanah yang ada di tiap desa. Dukungan untuk peternakan telah disediakan untuk Tanjung Rengas dan Muara Dua. 12. Agro-Forestry Tanaman-tanaman Masyarakat. Dalam menjaga komitmennya untuk menghijaukan lahan terdegradasi di dalam Cagar Alam Rimba Raya, pemrakarsa proyek bermaksud untuk melaksanakan sebuah program agro-forestry berbasis masyarakat untuk spesies tanaman komersil asli. Ada dua kebun bibit yang telah dibangun; satu site permanen di Ulak Batu dan site kebun milik individu di Muara Dua yang bertujuan untuk menyediakan bibit yang nantinya akan dibeli oleh Rimba Raya, yang ditanam oleh desa di lahan pribadi, yang akan dipanen oleh penduduk dengan komoditas yang akan digunakan untuk pembiayaan kembali, dijual kepada Rimba Raya atau pihak lainnya. Beragam spesies telah digunakan untuk menyediakan kayu untuk keperluan bahan bangunan, buah v3.2
19
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition untuk dikonsumsi dan dijual, dan pohon yang menghasilkan getah seperti karet dan jelutung untuk produksi pencaharian. Diskusi-diskusi tambahan juga dilakukan dengan sebuah perusahaan internasional terkemuka yang menyediakan produk-produk spa untuk mengembangkan program bagi tanaman yang menghasilkan minyak atsiri, membangun kilang minyak di salah satu desa sebagai pabrik dan kemudian perusahaan ini akan membeli minyak dengan level apapun dari penduduk. 13. Sistem Air Bersih. Banjir lebih sering terjadi di daerah aliran sungai Seruyan di beberapa tahun terakhir, dan masyarakat Daerah Proyek kesulitan untuk mendapatkan sumber air bersih. Berdasarkan survey masyarakat yang dimaksudkan untuk membantu pemrakarsa proyek dalam memprioritaskan program social, fase pertama dari program tersebut bertujuan untuk menciptakan buffer social yang akan melibatkan Potters for Peace, sebuah organisasi yang melatih masyarakat lokal untuk membuat dan memasarkan peralatan filter air keramik yang murah. Filter air terkini telah didistribusikan kepada 725 kelompok rumah tangga di 5 dari 10 desa. Pada saai ini program pemantauan dan pemeliharaan filter telah dikempangkan dan dilakukan oleh World Education. Tambahan lagi, ada 2 diantara desa-desa tersebut yang telah membangun system air dengan dukungan pemerintah yang dapat menyediakan air bersih untuk setiap kelompok keluarga di dalam masyarakat apabila merek berfungsi dengan baik. Rimba Raya mulai berdiskusi dengan pemerintah lokal mengenai implementasi program pelatihan penduduk tantang cara pemeliharaan yang benar, membantu biaya perbaikan jika dibutuhkan, dan membantu masyarakat mengembangkan rencana bisnis untuk pendistribusian air sehingga penduduk dapat sepenuhnya melaksanakan program tersebut secara penuh nantinya. 14. Kompor Berbahan Bakar Hemat. Pemrakarsa proyek Rimba Raya bermaksud untuk mengadakan kompor masak bersih bagi semua masyarakat Daerah Proyek. Kompor yang dirancang dengan baik dan murah ini secara signifikan mengurangi penggunaan bahan bakar kayu untuk memasak dan banyaknya asap yang dikeluarkan selama memasak. Pemrakarsa proyek berencana untuk menyediakan satu kompor untuk tiap kelompok keluarga yang tinggal di wilayah batasan Daerah Proyek. Ada dua jenis kompor berbahan bakar hemat yang telah diuji coba di dalam program ini, jenis yang pertama tidak begitu diterima dengan baik oleh penduduk dikarenakan “harus penuh bahan bakarnya” dan yang kedua yang hanya diterima oleh beberapa orang. Sebagian besar penduduk menginginkan kompor gas, yang mana telah diprogramkan pendistribusiannya oleh pemerintah lokal namun belum terlaksana dikarenakan permasalahan logistik. Untuk bagian ini, Rimba Raya menawarkan bantuan kepada pemerintah lokal untuk masalah pendistribusian sehingga dapat direalisasikan dan bekerjasama dengan supplier gas nasional untuk menyediakan fasilitas pendistribusian di satu desa pusat untuk memastikan ketersediaan gas alih-alih beberapa tempat kecil yang hanya menyediakan beberapa kompor seperti yang direncanakan dalam program pemerintah lokal. 15. Produksi Briket Biochar. Secara tradisi, di pedesaan, warga menggunakan bahan biomassa untuk memasak dan menghangatkan rumah mereka. Bahan biomassa ini digunakan secara apa adanya v3.2
20
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition maupun dalam bentuk arang. Sumber energy ini, walaupun banyak digunakan, tidaklah efisien, merusak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan. Dengan adanya produksi briket biochar ini akan meberikan kesempatan tambahan bagi perusahaan berbasis masyarakat dengan adanya penggunaan sumber daya lokal yang berkelanjutan. Hingga saat ini, belum ada aktifitas yang berjalan untuk program ini. 16. Penerangan Tenaga Surya Berskala Kecil ‐ Pemeliharaan Sederhana. Kurangnya tenaga listrik untuk masyarakat di daerah perbatasan Wilayah Proyek mempengaruhi kehidupan dan system ekonomi mereka. Pemrakarsa proyek bermaksud untuk menyediakan system penerangan tenaga surya untuk kelompok rumah tangga dan Balai Masyarakat di tiap desa. Aktifitas yang sudah berjalan untuk program ini adalah memeriksa opsi dan kalkulasi harga untuk implementasi yang memungkinkan untuk dikerjakan. Sebagai tambahan, Rimba Raya memeriksa opsi tambahan yaitu menggunakan penerangan LED untuk rumah-rumah yang menggunakan aki 12 volt sebagai daya dan dapat diisi daya ulang menggunakan micro hydro, sel surya, generator atau bahkan sebuah sepeda motor. Program ini akan dikembangkan lebih lanjut di tahun 2015. 17. Kredit Mikro. Kredit mikro adalah perpanjangan pinjaman jumlah kecil yang diperuntukkan bagi orang yang mengalami kesulitan keuangan. Individu ini Microcredit is the extension of very small loans to people who otherwise have not access to finance. Kredit ini diperuntukkan bagi individu yang tidak memiliki jaminan besar, pekerjaan tetap dan catatan kredit yang terverifikasi sehingga tidak dapat memenuhi kualifikasi minimal untuk mendapatkan pinjaman kredit tradisional. Pemrakarsa proyek akan bekerjasama dengan beberapa organisasi untuk menyediakan: 1) pembiayaan untuk semua individu di Daerah Proyek Rimba Raya; 2) dukungan anggaran untuk agen lapangan yang bekerja di wilayah ini; 3) dukungan anggaran tambahan seperti yang diperlukan dan dirancangkan; 4) dukungan pelatihan bagi agen lapangan yang ditugaskan di wilayah tersebut. Hingga saat ini, belum ada aktifitas yang berjalan untuk program ini. 18. Perawatan Kesehatan yang Berkelanjutan. Pemrakarsa proyek berencana untuk mengembangkan sebuah system perawatan kesehatan yang khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Daerah Proyek yang bekerjasama dengan Health in Harmony (HIH), sebuah program perawatan kesehatan yang berbasis di Kalimantan Barat yang menggabungkan antara perawatan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas tinggi dengan strategi untuk melindungi hutan-hutan yang terancam punah. Kerangka program perawatan kesehatan milik pemrakarsa proyek ini akan meliputi tiga langkah: 1. Memperkirakan kebutuhan perawatan kesehatan bagi masyarakat Wilayah Proyek; 2. Mengembangkan satu system yang paling sesuai bagi kebutuhan khusus mereka; 3. Melaksanakan program tersebut dan 4. Mengevaluasi program secara rutin untuk menambah, menyesuaikan dan mengembangkannya selagi kita mempelajari lebih banyak lagi dan nantinya memerlukan perubahan.
v3.2
21
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Hingga saat ini, belum ada aktifitas yang berjalan untuk program ini. 19. Klinik Apung. Pemrakarsa proyek akan mengatur pembangunan, perlengkapan dan penyebaran klinik medis apung. Sebagai pengganti atas klinik masyarakat, klinik apung dipilih karena tingkat mobilitasnya yang dapat memberikan jasa medis di bagian hulu dan hilir Sungai Seruyan, yang secara efektif melayani semua masyarakat di Wilayah Proyek. Satu-satunya aktifitas yang sudah berjalan sejauh ini adalah diskusi awal dengan professional medis Indonesia tentang bagaimana menyediakan staf untuk klinik apung ketika dana untuk membangun dan melaksanakannya tersedia nantinya. Satu cara yang ditempuh lebih lanjut adalah dengan bekerjasama dengan sekolah medis di seluruh Indonesia yang memberikan siswa seniornya yang dapat melayani di klinik untuk jangka waktu tertentu dan tidak membebankan biaya pada warga. 20. Program Pembangunan Kapasitas. Ada sejumlah program pembangunan kapasitas khusus, yang dipelajari oleh pemrakarsa proyek yang dianggap berpotensi untuk diterapkan menurut kebutuhan masyarakat Wilayah Proyek. Bagaimanapun, program akhirnya akan dirancang bersama dengan masyarakat untuk memastikan bahwa akan sesuai apa yang menjadi perhatian masyarakat sekarang dan memprioritaskan kebutuhan masyarakat untuk pembangunan kapasitas. Warga pribumi. Programprogram yang menjadi pilihan adalah Eco-Tourism Warga, Transfer Ilmu, Pelepasan dan Pelacakan Orangutan, Penyuluhan dan Pendidikan. Pembangunan kapasitas terkait dengan penyuluhan dan pendidikan telah dimulai di Telaga Pulang dengan Capacity building relating to outreach and education has already begun in Telaga Pulang with Kerja Lapangan Mahasiswa yang focus pada pembangunan kapasitas agrikultur dengan kerangka yang kokoh di bidang matematika, biologi dan ilmu pengetahuan social. Sebagai tambahan, pembangunan kapasitas bersifat informal yang mempelajari penulisan proposal resmi, agrikultur dan perikanan telah dimulai di beberapa desa. Apabila batasannya sudah disetujui oleh pemerintah nasional, maka pengidentifikasian batasan desa melalui pendekatan partisipasif, pengembangaan rencana tata ruang untuk tiap desa dan perjanjian manajemen gabungan antara desa dan Rimba Raya akan dikembangkan sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan mengembangkan lebih banyak lagi program pembangunan kapasitas sesuai dengan kebutuhan dan keinginan tiap-tiap desa yang telah diidentifikasi selama proses tersebut.
2.2
Pengelolaan Resiko untuk Faedah Proyek
Resiko utama yang teridentifikasi bagi faedah Proyek adalah tekanan terus-menerus dari perluasan perkebunan kelapa sawit di bagian utara batas konsesi, dan kebakaran yang berasal dari masyarakat di sekitar batas konsesi untuk membersihkan lahan dan memperluas agrikultur. Melalui pemanfaatan dana karbon, Proyek Cagar Keragaman Hayati Rimba Raya bertujuan untuk memperluas dan melipatgandakan pekerjan patroli dan perlindungan hutan yang telah dilaksanakan oleh OFI sejak tahun 1971. Pendanaan ini akan meningkatkan patroli yang bertindak sebagai pencegah dan bentuk kehadiran fisik v3.2
22
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition melalui penandaan batas dan pada akhirnya melalui instalasi pos-pos penjagaan dan menara kebakaran secara efisien digunakan untuk pemantauan dan tanggap terhadap ancaman. Proyek ini telah dan akan terus berkelanjutan guna membuat investasi-investasi yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan menciptakan pekerjaan dan penghasilan untuk masyarakat setempat dari penjualan kredit di pasar kesukarelaan (voluntary market). Sebagai tambahan, dana tersedia bagi pengembangan industri untuk mengurangi tekanan perluasan agrikultur dengan ambisi untuk memelihara dan melipatgandakan manfaat iklim, masyarakat dan keragaman hayati melampau jangka waktu proyek.
2.3
Pengukuran untuk Memelihara Nilai Konservasi Tinggi (G3)
Suatu analisa awal NKT di dalam kawasan proyek menentukan bahwa 11 dari 13 sub-penilaian NKT dalam Panduan NKT untuk Indonesia berpotensi untuk ada. Pengelolaan dan pengayaan atas semua NKT ini secara langsung bergantung pada perlindungan hutan yang tersisa, pertahanan kesinambungan diantara hutan tersisa di Wilayah Proyek dengan di TNTP, rehabilitasi potensial kawasan hutan tepi pantai yang terdegradasi di Wilayah Proyek, dan pencegahan perluasan perkebunan kelapa sawit untuk melindungi kualitas air dan habitat perairan yang terkait di Seruyan. Pengukuran spesifik untuk mencapai hasil ini dipaparkan di seksi 2.2 Laporan ini.
2.4
Kesempatan Kerja dan Keselamatan Pekerja (G4)
Pemberitahuan lowongan pekerjaan untuk warga lokal diinformasikan satu bulan sebelum proses perekrutan untuk kru lapangan tetap dimulai dan sejumlah wawancara dilakukan di tiga desa dimana kru-kru ini akan ditempatkan. Tidak ada aplikasi dari pencari kerja wanita yang dianggap dikarenakan perbedaan kultur dan bahwa pekerjaan yang ada di lapangan merupakaan pekerjaan berat, khususnya terkait dengan pemadaman kebakaran yang akan menjadi focus utama bagi para pekerja selama musim kebakaran. Pada saat ini kami telah mempekerjakan 23 dari 33 anggota kru permanen dan akan mempekerjakan 10 orang lainnya di bulan Januari 2015. Sebanyak 33 anggota kru musiman tambahan akan mulai dipekerjakan di akhir musim hujan selama enam bulan sehingga memungkinkan bagi kru permanen untuk focus terhadap pencegahan dan pengendalian
kebakaran
selama
musim
kering.
Sebagai
tambahan,
rencana
kami
adalah
untuk
mempekerjakan dua staf pengembangan masyarakat dari tiap desa (tetua dan pemuda yang disegani) yang akan membantu dalam melaksanakan program pengembangan komunitas di dalam desa mereka. Tujuan kami adalah untuk menambah partisipasi gender selama fase perekrutan karena banyak pekerja wanita lebih memiliki ketertarikan jangka panjang terhadap perkembangan masyarakat dan kesempatan untuk keluarga mereka. Pembaharuan keselamatan pekerja telah menjadi hal yang bersifat informal dengan diskusi dasar keselamatan ketika pekerja baru dan sebelum mereka mulai bekerja di lapangan yang membutuhkan fokus khusus pada masalah keamanan. Saat ini, Prosedur Operasional Standar (Standard Operating Procedures) sedang dalam proses pengembangan dengan program pelatihan keselamatan yang tersusun untuk tiap v3.2
23
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition pekerjaan sehingga setidaknya akan mencakup pelatihan pertolongan pertama untuk semua pekerja dan penggunaan Personal Protective Equipment (PPE). PPE telah diberikan kepada staf yang ada saat ini dan akan terus diberikan dan ditekankan dari sudut pandang keselamatan di lapangan. Perangkat pertolongan pertama dan medis telah disiapkan untuk dibawa ke lapangan ketika melakukan kegiatan operasional dan untuk perangkat yang lebih besar disiapkan untuk kantor permanen kita di lapangan.
2.5
Pemangku Kepentingan (G3)
Ringkasan Laporan Monitoring ini telah disiapkan dan diperbanyak untuk didistribusikan ke semua desa di dalam wilayah operasional Rimba Raya beserta kabupaten dan kecamatannya. Pemberitahuan tentang ketersediaan ringkasan laporan ini telah disebarkan di seluruh desa di wilayah operasional Rimba Raya dan pemberitahuan tersebut juga disebarkan melalui koran lokal di tempat Rimba Raya berada. Lokasi kantor World Education dan Rimba Raya telah memperbanyak ringkasan ini untuk disebarkan sesuai permintaan tiap desa dan para staf yang bekerja dengan penduduk juga akan menginformasikan tentang pemberitahuan tersebut, dan bahwa kami menginginkan umapn balik, baik positif maupun negatif, dan bagaimana merespon umpan balik tersebut. Nantinya, apabila batasan tersebut sudah sepenuhnya legal dan diresmikan oleh Kementrian Kehutanan, proses pemetaan partisipasif dan perencanaan tata ruang akan diberlakukan. Laporan Monitoring dan hasil laporan verifikasi akan disebarkan kepada penduduk lokal sebagai bahan pertimbangan selama proses tersebut berlangsung. Hasil dari pekerjaan itu dapat memberikan perubahan dan/atau modifikasi pada Rencana Implementasi Proyek dan setidaknya akan membawa ke arah rencana yang lebih focus kepada setiap kebutuhan masyarakat di desa dan keinginan dari program Rimba Raya.
v3.2
24
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 3
STATUS HUKUM
3.1
Kepatuhan dengan Hukum, Statutes, Hak Kepemilikan dan Kerangka Peraturan Lainnya (G4 & G5)
Badan utama dari hukum Indonesia yang mengatur tentang hubungan antara pekerja dan pemberi kerja adalah UU No. 13/2003. Sebagai tambahan, konvensi-konvensi dari Organisasi Ketenagakerjaan International (ILO) berikut telah disahkan oleh Indonesia:
C81 – Konvensi Pemeriksaan Ketenagakerjaan, 1947
C87 – Konvensi Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi, 1948
C98 – Konvensi Hak untuk Berorganisasi dan Perundingan Kolektif, 1949
C100 – Konvensi Remunerasi yang Setara, 1951
C102 – Konvensi Kemanan Sosial (Standar Minimum), 1952
C105 – Konvensi Penghapusan Kerja Paksa, 1957
C111 – Konvensi Diskriminasi (Lapangan Kerja dan Pekerjaan), 1958
C138 – Konvensi Usia Minimum, 1973
C169 – Konvensi Warga Suku dan Pribumi, 1989
C182 – Konvensi Kondisi Terburuk bagi Buruh Anak, 1999
Pemrakarsa proyek mempunyai komitmen yang kuat untuk menginformasikan semua hak-hak stakeholder sehubungan dengan proyek ini. Proyek Rimba Raya akan melampaui semua persyaratan ketenagakerjaan lokal dan akan memastikan bahwa semua pekerja mendapatkan hak-hak mereka. Rimba Raya (dan APCS sebagai rekanan terpisahnya) mempunyai Peraturan Perusahaan yang diwajibkan oleh hukum bagi perusahaan di Indonesia, asing maupun nasional yang memiliki lebih dari 10 pekerja. Peraturan Perusahaan ini merupakan “Perjanjian Ketenagakerjaan” yang diatur secara de facto yang paling sulit dan memakan banyak waktu, sehingga sampai saat ini Peraturan Perusahaan Rimba Raya dan APCS belum disetujui oleh Agen Ketenagakerjaan walaupun telah diserahkan setidaknya sejak setahun yang lalu. Bagaimanapun, ada juga isu dikembangkan melalui negosiasi antara manajemen dan pekerja yang pada akhirnya disetujui oleh Agen Ketenagakerjaan yang memastikan bahwa keseluruhan proses berlangsung secara legal. Dikarenakan oleh adanya birokrasi di Pemerintahan Indonesia, maka bagian akhir dari proses v3.2
25
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition tersebut merupakan bagian yang paling sulit dan memakan banyak waktu, sehingga sampai saat ini baik Peraturan Perusahaan Romba Raya maupun APCS belum disetujui oleh Ketenagakerjaan walaupun telah diserahkan setidaknya sejak setahun yang lalu. Bagaimanapun, belum ada permasalahan yang diangkat oleh Ketenagakerjaan tentang adanya bagian peraturan yang tidak memenuhi persyaratan. Setiap pekerja menandatangani perjanjian ketenagakerjaan dan diberikan salinan tentang Peraturan Perusahaan ini agar mereka dapat mengetahui hak-haknya, kebijakan perusahaan dan dapat mengajukan pertanyaan seputar peraturan ini. Sebagai tambahan, kami menyediakan laporan berkala kepada Ketenagakerjaan terkait dengan hunungan pekerja, jumlah pekerja dan lokasi lokasi pekerja sehingga setiap permasalahan yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan dapat diidentifikasi dan dikoreksi. Saat ini, permasalahan mengenai gaji sudah diatur dan akan selalu melampaui upah minimum regional untuk setiap daerah kerja.
3.2
Bukti Hak Penggunaan (G5)
Hak penggunaan Rimba Raya terhadap Wilayah Proyek digambarkan dalam “peta wilayah kerja” yang ditunjukkan di Figure 2.
v3.2
26
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
Gambar 2: Peta Wilayah Kerja Resmi Jenis perjanjian dengan stakeholder terkait ditunjukkan dalam Table 4.
v3.2
27
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Tabel 4: Perjanjian Hak Pengguna sebagaimana ditunjukan dalam Peta Wilayah Kerja Nama (pada Peta)
Area (ha)
Ringkasa Perjanjian
Blok I (Hijau)
14,054
Sebuah Surat Keputusan Pemerintah untuk +/- 36,000 ha, yang sekaligus menyatakan hak-hak penggunaan
Blok II (Hijau)
22,277
TPNP (hashed area)
18,780
lahan.
Sebuah perjanjian kerjasama Pemerintah dengan pihak berwenang Taman Nasional, yang menyatakan tentang dan tanggung jawab untuk mengelola lahan sebanyak +/18,000 ha atas nama mereka.
PT Wahana Agrotama
2,410
Makmur
Sebuah perjanjian komersil dari perusahaan kelapa sawit untuk mengelola lahan lainnya sebanyak 8930 ha untuk konservasi
PT Rimba Sawit Utama Planindo
6,520
(termasuk
nanti
ketika
pemerintah
dapat
kami. Sebagai tambahan, kami mempunyai surat dari mereka kepada Kementrian Kehutanan terkait dengan
polygon merah muda di
permintaan proses tersebut.
utara)
APL (polygon biru)
sampai
mencabut izin mereka dan menerbitkan kembali kepada
95
Wilayah ini tercakup di dalam perjanjian peta kerja dan lahan yang digunakan akan diubah menjadi lisensi ERC untuk memastikan wilayah ini tidak akan dapat diubah lagi kepada kelapa sawit..
3.3
Penghormatan atas Hak-Hak dan Kesukarelaan Relokasi (G5)
Proyek ini tidak mengharuskan warga untuk pindah dan memelihara hak-hak masyarakat lokal untuk memasuki wilayah pemancingan dan pengambilan pohon berskala kecil serta pengumpulan produk-produk hutan. Proyek ini tidak akan pernah memindahkan warga manapun yang sekiranya mengganggu, walaupun kami telah secara aktif mencegah agar tidak terjadi hal ini dengan cara mengadakan patroli dan pendidikan.
v3.2
28
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 3.4
Aktifitas Ilegal dan Manfaat Proyek (G5)
Aktifitas Ilegal yang dapat terjadi sepanjang waktu di wilayah proyek ini ialah termasuk penebangan hutan dan drainase oleh perusahaan kelapa sawit. Dengan pengecualian gangguan dari kelapa sawit, rekan proyek OFI mempunyai sejarah panjang dan sukses dalam memantau wilayah proyek dan menghalangi para penebang dan ancaman kebakaran seperti pemburu dan agrikultur yang berubah sebelum mereka dapat memberikan kerusakan yang signifikan terhadap ekosistem, dan berhubungan dengan para pelanggar tanpa menggunakan kekerasan. Tim proyek yang diajukan bekerja dengan teknik yang sama dan bersama-sama dengan OFI untuk melanjutkan pendekatan ini. Proyek ini tidak mengambil manfaat dari aktifitas illegal.
4
PENERAPAN METODOLOGI
4.1
Judul dan Acuan Metodologi
VM0004 Versi 1.0 Metodologi untuk Proyek Konservasi yang Menghindari Konversi Penggunaa Lahan Terencana di Hutan Rawa Gambut, Lingkup Sektoral 14.
4.2
2
Penyimpangan dari Recana Monitoring
Proyek ini tidak menyimpang dari bagian manapun dari metodologi ataupun rencana pemantauan selama periode pemantauan yang tercakup dalam laporan pemantauan ini.
4.3
Batasa Proyek (G1)
Tabel 5: Pool Karbon yang Dipilih
Pool Karbon
2
Dipilih (Ya/Tidak)
Alasan / Penjelasan Pilihan
Biomassa Pohon Atas Permukaan Tanah
Ya
Sebagian besar pool karbon bergantung pada aktifitas proyek
Biomassa Bawah Tanah
Tidak
Biomassa bawah tanah diperkirakan termasuk dalam komponen gambut.
Kayu Mati
Tidak
Pendekatan konservatif di bawah kondisi penerapan condition
Tersedia dari: Terakhir diakses: 26 Mei, 2013. v3.2
29
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
Pool Karbon
Dipilih (Ya/Tidak)
Alasan / Penjelasan Pilihan
Pendekatan konservatif di bawah kondisi penerapan condition.
Sampah
Tidak
Gambut
Ya
Sebagian besar pool karbon bergantung pada aktifitas proyek
Tidak
Komponen tanah termasuk dalam komponen gambut..
Karbon organic tanah Produk Kayu
Ya
Penghapusan kayu terkait dengan penebangan hutan di baseline, dan jumlah karbon yang signifikan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama di dalam produk kayu dibandingkan jika dilepas ke atmosfer. Dengan demikian, kuantitas dari biomassa hidup yang akan masuk ke dalam produk kayu jangka panjang di dalam rencana baseline akan tercakup.
Tabel 6: Emisi gas dari sumber lain selain yang dihasilkan dari perubahan pool karbon Sumber
Baseline
Pembakaran Biomassa di atas Permukaan Tanah
Gas
Termasuk/Tidak Termasu
Alasan/Penjelasan
CO2
Tidak Termasuk
Bagaimanapun, stok karbon yang berkurang dikarenakan pembakaran akan dianggap sebagai perubahan stok karbon
CH4
Termasuk
Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran biomassa
N2O
Termasuk
Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran biomassa
CO2
Termasuk
Gas utama dari sumber ini
CH4
Tidak Termasuk
Drainase telah terbukti mempunyai sedikit efek pada persediaan emisi CH4; aliran proporsional CH 4 tertinggi hanya membentuk <0.2% dari emisi CO2 di dalam tanah gambut yang dikeringkan.
N2O
Tidak Termasuk
Potensi emisi sangatlah kecil.
CO2
Termasuk
Emisi dihitung dengan menggunakan factor emisi.
CH4
Termasuk
Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran gambut; Emisi dihitung dengan menggunakan
Drainase dari Oksidasi Gambut
Pembakaran Gambut v3.2
30
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Sumber
Gas
Termasuk/Tidak Termasu
Alasan/Penjelasan
factor emisi
Pembakaran biomassa di atas permukaan tanah
Proyek
Oksidasi gambut dari pengeringan
Tidak Termasuk
CO2
Tidak Termasuk
CH4
Termasuk
Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran biomassa.
N2O
Termasuk
Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran biomassa.
CO2
Termasuk
Gas utama untuk sumber ini.
CH4
Tidak Termasuk
Drainase telah terbukti mempunyai sedikit efek pada persediaan emisi CH4; aliran proporsional CH 4 tertinggi hanya membentuk <0.2% dari emisi CO2 di dalam tanah gambut yang dikeringkan.
N2O
Tidak Termasuk
Potensi emisi sangatlah kecil.
CO2
Termasuk
Emisi dihitung dengan menggunakan factor emisi.
CH4
Termasuk
Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran gambut; gas emitted from peat burning; emisi dihitung dengan menggunakan factor emisi.
N2O
Tidak Termasuk
N2O secara khusus bukan merupakan emisi gas terukur dari pembakaran gambut; potensi emisi yang berbeda antara gambut alami dan yang dibakar tidak perlu diperhatikan.
Pembakaran Gambut
4.4
N2O secara khusus bukan merupakan emisi gas terukur dari pembakaran gambut; potensi emisi yang berbeda antara gambut alami dan yang dibakar tidak perlu diperhatikan. Bagaimanapun, stok karbon yang berkurang dikarenakan pembakaran akan dianggap sebagai perubahan stok karbon
N2O
Skenario Baseline (G2)
Di tahun 1996, batas Taman Nasional Tanjung Putting ditetapkan dan dipastikan sebesar 396,000ha. Tiap propinsi dan distrik di Indonesia diharuskan untuk mengadakan perencanaan tata ruang selama 10 tahunan dan perencanaan untuk Kalimantan Tengah di tahun 2003 mengindikasikan batasan yang berbeda dan lebih 3
kecil. Revisi terhadap batasan Taman ini disetujui oleh Kementrian Kehutanan di tahun 2005 . Di wilayah buffer bagian timur dari taman yang sekarang merupakan konsesi Rimba Raya, dua area konsesi kayu
3
Minister of Forestry’s SK No.292/MENHUT-VII/2005 Tanggal 13 Mei 2005 v3.2
31
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 4
ditebang secara selektif selama tahun 1980 dan 1990an, PT Bina Samaktha di porsi bagian utara dan PT 5
Mulung Basidi di bagian selatan. Perusahaan-perusahaan tersebut berhenti beroperasi, masing-masing di tahun 1998 dan 2000. Sejak saat itu beberapa hutan yang memang mudah diakses telah ditebangi secara illegal oleh penduduk setempat. Di tahun 2004, lima perkebunan kelapa sawit telah diajukan secara formal kepada bupati dan gubernur yang sebagian menempati bekas konsesi kayu yang berdekatan dengan Taman. Pada tahun 2007, kelima perkebunan yang diajukan tersebut telah menerima tahap awal perijinan dari Bupati Seruyan dan juga dengan diberikannya ijin perkebunan (HGU) kepada perkebunan-perkebunan yang berada di bagian paling utara. Mengikuti pemberian HGU, perkebunan di bagian paling utara tersebut dengan cepat diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Konsesi ini, yang dikelola oleh PT Kharisma Unggul Centratama, mulai beroperasi pada tahun 2007. 4.4.1
Efek tanpa proyek pada masyarakat di dalam Wilayah Proyek
Perkembangan kelapa sawit, jika dilakukan sesuai dengan hukum pada saat ini, akan melihat bagaimana perusahaan-perusahaan bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk mengembangkan lahan dengan harapan dapat memperkuat ekonomi lokal dan pada akhirnya menambah kesejahteraan masyarakat lokal. Hingga saat ini, bagaimanapun, proses pembebasan lahan dengan perusahaan kelapa sawit di Wilayah proyek telah menciptakan konflik atas hak tanah dimana tidak ada satupun yang berhasil. Kompensasi untuk lahan tersebut telah diputuskan secara sepihak oleh perusahaan kelapa sawit, dan masyarakat mengeluh atas ketidakadilan ini. Perusahaan-perusahaan tersebut seringkali membersihkan lahan dan kemudian menanam kelapa sawit terlebih dahulu tanpa mendapatkan persetujuan dari masyarakat dan menandatangani perjanjian kontrak sewa secara formal. Kondisi seperti ini tidak akan dapat berubah tanpa terlebih dahulu mendatangkan unjuk rasa gabungan dan/atau kekerasan di sisi masyarakat, yang nantinya akan dibalas oleh pemilik perkebunan, seperti yang terlihat di bagian lain di Indonesia. Diluar konflik atas hak dan kompensasi tanah ini, perubahan hutan oleh perusahaan kelapa sawit – skenarion ‘tanpa proyek’ itu – akan sangat mungkin mengurangi kapasipas wilayah untuk memberikan jasa lingkungan yang menjadi andalan masyarakat di Wilayah Proyek. Penggantian ekosistem kuat dengan perkebunan monokultur seperti kelapa sawit pastinya akan mengurangi daya penyimpanan air dan menambah limpasan dan banjir. Banjir terkini yang bertahan lama di Wilayah Proyek ialah berasal dari perubahan tanah untuk perkebunan kelapa sawit di bagian utara Wilayah Proyek. Polusi sungai dengan bahan kimia yang digunakan untuk memupuk tanah merupakan konsekuensi pengembangan perkebunan yang tidak terelakkan.
4 5
SK HPH No. 33/KPTS/Um/I/1978 tanggal 8 Januari 1978 seluas ± 50.000 Ha SK HPH No. 26/KPTS/Um/I/1980 tanggal 14 Januari 1980 seluas ± 98.000 Ha) v3.2
32
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Pengembangan kelapa sawit menciptakan suatu “Catch 22” lokal. Konversi menyebabkan masyarakat tidak memiliki lahan; secara bergiliran, anggota masyarakat mendapatkan mata pencaharian sementara dengan membersihkan lahan, menanam dan memanen tanaman kelapa sawit, tetapi setelah dorongan awal untuk mengembangkan perkebunan, pekerja regular biasanya tidak tersedia. Anggota masyarakat kemudian beralih pada memancing, tetapi banjir dan polusi yang bertambah mengurangi kapasitas Seruyan untuk menyokong mata pencaharian. Masyarakat Wilayah Proyek telah mengalami dampak lingkungan negatif dari kelapa sawit ini hanya dengan pengembangan perkebunan yang terbatas. Pengembangan yang berlanjut dimungkinkan untuk menambah tekanan pada masyarakat yang tidak mampu ini, di bawah kondise tersebut, warga tidak mampu kemungkinan akan bertambah, menyebabkan adanya protes gabungan dan demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat yang kemungkinan akan menghasilkan kekerasan, seperti yang telah terjadi di bagian lain di Indonesia dengan pola yang sama yang disebabkan oleh pengembangan perkebunan kelapa sawit. 4.4.2
Efek Skenario ‘Tanpa Proyek’ pada Biodiversity Wilayah Proyek
TPNP dikenal diseluruh dunia untuk populasi orangutannya. Dengan populasi sebanyak 5.000 individu, mewakili 10% dari populasi orang-utan secara global, Taman tersebut memberikan kontribusi penting untuk perlindungan dan kelangsungan hidup orang-utan Kalimantan/Borneo. Rimba Raya merupakan bagian penting dari TPNP yang lebih besar, dan kompleks hutannya yang luas yang berdekatan dengan taman tersebut menambah populasi orang-utan TPNP sekitar 14%. Sebagai tambahan, mosaic terrestrial dan ekosistem akuatik merupakan rumah bagi ratusan spesies flora dan fauna dan menyediakan habitat bagi banyak spesies yang langka dan terancam punah. Sebuah penelitian terkini dari Wilayah Manajemen Proyek mendokumentasikan biodiversity tinggi termasuk 361 spesies burung, 122 spesies mamalia, dan 180 spesies pohon dan tanaman berkayu yang mungkin akan hadir di Wilayah Proyek. Populasi orang-utan dan sebagian besar biodiversity Rimba Raya akan hilang dengan adanya perubahan ke perkebunan kelapa sawit, yang kemungkinan besar adalah scenario ‘tanpa proyek’. Batas utara taman sudah berisikan tanaman kelapa sawit yang memiliki sejarah gangguan dan dampak negatif lainnya yang disebabkan oleh adanya perkebunan tersebut di taman. Di bulan Desember 2002 sebanyak 30.000 ton aliran minyak dari pabrik kelapa sawit mengalami kebocoran menuju Sungai Sekonyer setelah kolam pengendapan di perkebunan kelapa sawit Wana Sawit pecah. Hal ini merusak ekosistem akuatik yang membahayakan spesies ikan air tawar dan mencemari sumber air yang diandalkan oleh warga lokal. Di bulan Mei 2003, Wana Sawit menanam bekas hutan seluas 380 hektar di dalam batasan taman. Di bulan Juni 2004, serangkaian jalur terlarang sepanjang 10 km ditemukan dari area ini menuju taman, memfasilitasi penebangan illegal dan degradasi luas dari hutan yang dilindungi. Di tahun 2004, NGO membongkar rencana yang dibuat oleh toga perusahaan perkebunan lainnya yang akan memperluas pengoperasian mereka. Pemeriksaan dan analisa
v3.2
33
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition satelit terhadap rencana ini memperlihatkan bahwa lebih dari 17.ooo hektar lahan taman, hampir meliputi seluruh ‘wilayah buffer’ sepanjang batasan timur, akan hilang jika perluasan itu dilakukan. Tanpa proyek Rimba Raya, perluasan perkebunan kelapa sawit yang melanggar taman ini tidak diragukan lagi akan terus berlangsung sesuai rencana. Di bawah scenario ‘tanpa proyek’ yang paling memungkinkan, dampak negatif yang parah pada biodiversity di wilayah proyek akan terjadi. Di bawah scenario ini, semua Wilayah Proyek diubah menjadi tanaman kelapa sawit. Perluasan tanaman kelapa sawit yang luas akan mengarah kepada eksploitasi hutan besar-besaran dan meninggalkan hanya sedikit, jika ada, hutan alami. Seperti yang dialami di wilayah lain di Kalimantan dan Asia Tenggara, scenario ini akan sangat mungkin memisahkan bagian-bagian kecil dari hutan yang tersisa, menghilangkan konektivitas yang ada dengan taman nasional dan antara bagian-bagian yang tersisa dari hutan tersebut. Perubahan besar-besaran menjadi tanaman kelapa sawit akan meninggalkan habitat yang sangat terbatas dari spesies yang terancam punah dan akan mengarah kepada kepunahan. Hanya ada sedikit prosentase kehidupan liar pribumi yang dapat bertahan di lingkungan seperti itu, dapat hidup (contohnya tikus, trenggiling), menggunakan atau melewati (contohnya babi dan rusa) perkebunan kelapa sawit. Kumpulan benih dari tanaman yang terancam punah juga akan musnah sejalan dengan adanya perubahan besar-besaran hutan menjadi tanaman monokultur.
4.5
Penambahan (G2)
Dasar untuk “additionality” di wilayah proyek adalah “Menghindari Alih-fungsi Hutan Terencana” dimana kebijakan perencanaan penggunaan lahan pemerintah merencanakan wilayah proyek untuk konversi dari suatu klasifikasi “hutan” kepada klasifikasi “non-hutan” untuk eksploitasi agrikultur industry (utamanya tanaman kelapa sawit). Sebelum proyek dimulai, wilayah manajemen proyek telah diajukan kepada pemerintah propinsi untuk dikukuhkan dalam halnya perubahan menjadi perkebunan industry agrikultur non-hutan. Sebagai tanggapannya, pemegang izin konsesi kelapa sawit mengajukan dan mendapat persetujuan atas 5 wilayah konsesi, yang meliputi keseluruhan wilayah proyek (wilayah carbon accounting) oleh kabupaten lokal dan pemerintah propinsi. Konversi menuju tanaman kelapa sawit memiliki dampak yang signifikan dalam berkurangnya habitat sejumlah spesies yang terancam punah, yang menyisakan hanya sedikit tempat bagi mereka di Indonesia untuk berpindah. Konversi tanaman kelapa sawit juga mengancam kualitas air dan mata pencaharian masyarakat lokal. Selagi industry kelapa sawit berkontribusi besar terhadap perekonomian, keberadaannya juga menghilangkan sumber daya hutan dan mengubah interaksi masyarakat dengan titik-titik tertentu yang merupakan akses bagi nelayan dan kayu berukuran kecil untuk pembuatan kapal. Perusahaan kelapa sawit sangat jarang berkontribusi untuk membantu atau berinteraksi secara langsung dengan komunitas lokal untuk memastikan kebutuhan kesehatan, pendidikan dan mata pencahariannya mereka.
v3.2
34
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Proyek Rimba Raya melalui kerjasamanya dengan World Education berkomitmen untuk menyediakan program-program dan akses terhadap pembiayaan mikro yang akan mengarah kepada dampak net yang diperkirakan di dalam masyarakat ini yang nantinya dapat berkontribusi terhadap Proyek.
5 5.1
MONITORING DATA DAN PARAMETER Deskripsi Rencana Monitoring (CL3, CM3 & B3)
Sebuah Rencana Monitoring telah dikembangkan untuk mengumpulkan iklim. Komunitas dan data biodiversity yang relevan. Dengan menggabungkan peringatan awal, ground truthing, dan remote sensing, rencana pemantauan melacak indikator kunci untuk melaporkan adanya integritas stok karbon cagar alam, biodiversity dan komunitas yang mengizinkan pemrakarsa proyek untuk mengadaptasikan rencana manahemen terhadap kondisi yang berubah. 5.1.1
Tujuan
Tujuan dari rencana pemantauan Proyek Biodiversity Rimba Raya adalah untuk memastikan bahwa perkiraan pembuangan ex-ante GHG yang ditunjukkan di Dokumen Proyek VCS dapat terpenuhi, dan untuk mengidentifikasi dan menghitung pengurangan yang tidak terencana atas ketersediaan karbon proyek, menambah emisi proyek ataupun kemungkinan kebocoran yang terjadi di luar batasan proyek. Sebagai tambahan, pemantauan aktifitas implementasi proyek ini mempermudah pemrakarsa proyek untuk secara obyektif menilai biodiversity dan komponen proyek masyarakat, mengidentifikasi celah dan kekurangan dan menggunakan informasi ini untuk memperbaiki baik pemantauan dan manajemen proyek. 5.1.2
Monitoring Struktur, Tanggung Jawab dan Kompetensi Organisasi
Rencana pemantauan dilakukan oleh staf Rimba Raya yang bekerja sama dengan Asia Pacific Consulting Solutions, Orangutan Foundation International, Environmental Accounting Services (EAS) dan Remote Sensing Solutions (RSS). Deskripsi dan fungsi organisasi-organisasi tersebut dipaparkan di 1.3 dari laporan ini. Secara operasional, pemantauan Wilayah Proyek dikelola oleh Asia Pacific Consulting Solutions, dengan melaksanakan aktifitas pemantauan dari hari ke hari yang dilakukan oleh staf lapangan Rimba Raya di luar kantor perusahaan di Sampit dan dengan dukungan dari kantor Jakarta. 5.1.3
Metode untuk menghasilkan, mencatat, menyimpan, menggabungkan, menyusun dan melaporkan data pada parameter yang dipantau.
Sebuah fitur kunci dari rencana pemantauan Rimba Raya adalah untuk menggunakan data dan peralatan tata ruang untuk secara system memantau perubahan cover lahan di wilayah proyek dan buffer proyek. Hal ini dikombinasikan dengan survey berbasis-tanah untuk menginvestigasi dan mencatat informasi pada setiap aktifitas yang mempengaruhi ketersediaan karbon dan emisi gambut (contoh: kebakaran, penebangan hutan). v3.2
35
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Pendekatan semacam itu meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kunjungan lapangan yang dituju, yang menjadi andalan penting untuk memantau batasan proyek Rimba Raya di tanah rawa gambut yang luas dan tidak dapat diakses. Jenis pendekatan pemantauan lapangan ini telah digunakan oleh rekan proyek, Orangutan Foundation International, di wilayah proyek sejak tahun 2004. Monitoring Rimba Raya membangun pemantauan lapangan yang sudah ada, survey hutan dan pelatihan tim G.I.S., system protokol dan pemantauan yang telah ada selama bertahun-tahun. Monitoring ini secara efektif dibagi menjadi dua komponen: 1. Patrolii Proaktif dan 2. Survey tanah reaktif yang ditargetkan. 1. Patrolii Proaktif Monitoring data dihasilkan selama periode pemantauan dari patrolii tanah dilakukan oleh staf Rimba Raya yang berpusat di kantor Sampit dan di tiga unit lapangan. Selama patrolii ini, staf mencatat setiap temuan dengan dilengkapi dengan foto yang ditambahkan dar GPS dan deskripsi dalam laporan yang dihasilkan sekembalinya mereka ke kantor. Semua informasi disimpan di kantor dan salinannya diberikan kepada Manajer Proyek, Asia Pacific Consulting Solutions selama rapat laporan kemajuan rutin.
2. Survey tanah reaktif yang ditargetkan Mengikuti penilaian analisa cover lahan tahunan dari data remote sensing, beberapa wilayah dapat diidentifikasi untuk survey tanah yang ditargetkan (contoh: wilayah yang terbakar, atau kecurigaan adanya kebocoran). Titik-titik GPS untuk wilayah yang dikunjungi disediakan oleh Environmental Accounting Services untuk staf lapangan Rimba Raya melalui Manajer Proyek, Asia Pacific Consulting Solutions. Kru lapangan kemudian menerapkan prosedur pengoperasioan standar yang relevan untuk mengumpulkan data dan melaporkan kembali ke lapangan atas temuan tersebut ke Manajer Proyek. Data/foto dan laporan yang disimpan di kantor Sampit dan Salinannya diberikan kepada Asia Pacific Consulting Solutionsuntuk disimpan diluar site. Pengumpulan data untuk laporan pemantauan ini dikoordinasikan antara EAS (komponen iklim) dan Asia Pacific Consulting Solutions (komponen komunitas dan biodiversity).
v3.2
36
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 6 6.1
KUANTIFIKASI PENGURANGAN DAN PEMINDAHAN EMISI GHG (IKLIM) Emisi Baseline (G2)
Emisi baseline dikalkulasikan ex-ante dan ditunjukkan dalam Error! Reference source not found..
Tabel 7: Emisi Baseline Rimba Raya Tahun Proyek
Emisi dari Kayu (t CO2-e)
Emisi dari Pembakara n biomassa (t CO2-e)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
558,684 942,209 691,873 62,147
557,304 932,655 932,655 749,749 512,836 222,239
Pertumbuha n Kelapa Sawit (t CO2-e)
(65,314) (161,729) (301,696) (467,616) (635,119) (776,046) (888,679) (934,685)
v3.0
Emisi dari pembakara n gambut (t CO2-e)
Emisi dari drainase gambut (t CO2-e)
Total emisi baseline CO2-e (t CO2-e)
Pengurang an kebocoran Pasar (t CO2-e)
Total emisi setelah pengurangan kebocoran pasar (t CO2-e)
Total emisi komulatif CO2-e (t CO2-e)
764,128 1,269,325 1,269,325 1,018,935 700,845 368,692
582,096 1,708,385 2,785,138 3,939,956 4,578,892 4,915,015 4,915,015 4,915,015 4,915,015 4,915,015
2,462,212 4,852,575 5,613,677 5,609,057 5,495,876 5,038,330 4,279,896 4,138,969 4,026,336 3,980,330
0 (1,198,394) (2,021,067) (1,484,087) (133,306)
2,462,212 3,654,181 3,592,611 4,124,970 5,362,569 5,038,330 4,279,896 4,138,969 4,026,336 3,980,330
2,462,212 6,116,393 9,709,003 13,833,973 19,196,543 24,234,873 28,514,769 32,653,738 36,680,074 40,660,403
37
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 6.2
Ringkasan Pengurangan dan Pemindahan Emisi GHG (CL1 & CL2)
Kalkulasi emisi proyek selama periode pemantauan ditampilkan dalam lembar-kerja tab “Tabel Ringkasan Emisi”. Emisi bersih selama periode pemantauan diringkas di dalam tabel berjudul ‘Tabel Ringkasan Emisi Proyek’ 6.2.1
log ging
Penebangan Hutan ( E P,it
)
Emisi yang terkait dengan pengambilan kayu (illegal) diperkirakan menjadi 83,924 tCO2-e. 6.2.2
Kebakaran (
fire E P,it )
Emisi yang terkait dengan kebakaran diperkirakan menjadi 47,401 tCO2-e. 6.2.3
Penggunaan Lahan/Perubahan Cover Lahan (LU/LC) (
LUC E P,it )
Emisi yang terkait dengan kebakaran diperkirakan menjadi 58,274 tCO2-e. 6.2.4
Kebocoran Perubahan Aktifitas
Emisi dari kebocoran perubahan aktifitas diperkirakan menjadi 93,537 tCO2-e.
6.2.5
Ringkasan Penghitungan Karbon untuk Laporan Monitoring 3 (M3)
Emisi gas rumah kaca netto hakiki yang dihindari dan termasukk dalam periode pemantauan ketiga (M3) ditunjukan dalam Tabel 20 di bawah ini. Penghitungan dilakukan untuk menghasilkan tabel ringkasan yang dapat ditemukan dalam penghitungan lembar-kerja untuk periode pemantauan ini pada tabel yang berjudul ‘Tabel Ringkasan Emisi Proyek’, baris 9, di dalam lembar-kerja penghitungan. Dihitung menjadi: Alokasi penyangga dihitung menggunakan VCS AFOLU Non-Permanence Risk Tool V3.2. Penghitungan alokasi penyangga ini diperlihatkan di tabel berjudul ‘Tabel Ringkasan Emisi Proyek’, kolom R, di dalam lembar-kerja penghitungan. Total netto VCU yang dihasilkan selama periode Pemantauan yang dicakup dalam laporan ini (yaitu 1 Juli 2013 – 30 Juni 2014) dihitung menjadi: 4,393,291 t CO 2 Alokasi Penyangga Risiko: 672,486 t CO 2
v3.0
38
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
VCU per tahun ditunjukan dalam Error! Reference source not found. untuk memfasilitasi laporan emisi tahun kalender seperti yang dipersyaratkan oleh catatan Proyek. Tabel 8: Vintage Voluntary Carbon Unit (VCU) (tahun yang berdasar abu-abu mewakili VC yang dibahas sebelumnya; tahun berdasar putih mewakili periode pemantauan saat ini).
Tahun
Alokasi VCU Netto
Alokasi Penyangga
2009 (Jul-Dec)
1,090,676
121,186
2010 (Jan-Jun)
1,090,676
121,186
2010 (Jul-Dec)
1,214,561
216,507
2011 (Jan-Jun)
1,214,561
216,507
2011 (Jul-Dec)
1,369,458
246,014
2012 (Jan-Jun)
1,369,458
246,014
2012 (Jul – Dec)
1,666,295
300,569
2013 (Jan-Jun)
1,666,295
300,569
2013 (Jul-Dec)
2,196,646
336,273
2014 (Jan-Jun)
2,196,645
336,273
v3.0
39
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 6.3
Faedah Adaptasi Perubahan Iklim (GL1)
Empat area risiko yang disebabkan perubahan iklim diidentifikasikan dalam CCB PD. Mereka adalah:
Ketahanan Pangan: dengan tidak adanya kegiatan proyek, kekeringan dan kebakaran akan berdampak pada berkurangnya ketahanan pangan.produktifitas agrikultur akan menurun sebagai hasil langsung dari berkurangnya air akibat kekeringan dan kurnagnya nutrisi tanah akibat kebakaran, sebagaimana juga musnahnya hasil panen akibat banjir. Rencana aktifitas untuk mengurangi risiko ini adalah: o
Penekanan, pendidikan dan training tentang kebakaran
o
Reboisasi/Penanaman Hutan Agro‐Forestry
o
Pengayaan tanah dengan Biochar
o
Diversifikasi pemanenan, rotasi panen dan penggunaan teknologi baru untuk menambah hasil produksi
o
Melindungi dan mengelola bidang lahan hutan yang berdekatan
Pemasukan: komunitas di wilayah manajemen proyek secara historis memiliki media pemasukan yang terbatas yang utamanya bergantung pada perikanan, pertanian dan pengumpulan sumber daya kayu dan non kayu dari hutan lokal. Ekonomi berbasis sumber daya alam ini rentan khususnya terhadap perubahan iklim termasuk efek mengalir dari kekeringan dan kebakaran yang mengarah pada berkurangnya panen agrikultur dan perikanan. Sebagi tambahan, kerugian dan kerusakan hutan akibat kebakaran
secara
langsung
mengurangi
produk
hasil
hutan,
yang
selanjutnya
mengurangi pemasukan. Rencana aktifitas untuk mengurangi risiko ini adalah: o
Penekanan, pendidikan dan training tentang kebakaran
o
Reboisasi/Penanaman Hutan Agro‐Forestry
o
Diversifikasi pemanenan, rotasi panen dan penggunaan teknologi baru untuk menambah hasil produksi
o
Aquaponik
o
Pengayaan tanah dengan Biochar
o
Melindungi dan mengelola bidang lahan hutan yang berdekatan
Kesehatan: perubahan iklim yang juga terkait dengan kekeringan dan kebakaran akan diharapkan membawa dampak negatif pada kualitas air dan kesehatan akibat tidak adanya proyek. Peran lahan gambut sebagai tangkapan air da system buffering menyediakan persediaan air dan melindungi dari banjir. Kerusakan ekosistem akan
v3.0
40
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition berdampak negatif terhadap fungsi ekosistem itu sendiri. Masyarakat bergantung pada Sungai Seruyan untuk kebutuhan air dan aktifitas proyeknya termasuk memperbaiki akses untuk air bersih, yang memang belum tersedia di desa-desa Seruyan. Kekeringan dan banjir, yang diprediksi dengan perubahan iklim, diperkirakan akan merusak akses air bersih dan menyebarkan penyakit yang dibawa oleh air sebagai akibat tidak adanya proyek. Suhu air yang meningkat seiring dengan perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan pemerataan kerusakan ketahanan terhadap penyakit kolera. Rencana aktifitas untuk mengurangi risiko ini adalah: o
Konservasi air, memperbaiki teknik irigasi
o
Pendidikan masyarkat dan membangun klinik untuk memberikan akses layanan kesehatan yang lebih baik
Biodiversity: perubahan iklim, kekeringan dan kebakaran diperkirakan akan terjadi secara bebas dan menggabungkan dampak negatif pada biodiversity sebagai akibat tidak adanya proyek. Kebakaran dan kekeringan akan mempengaruhi kematian pepohonan, berperan pada pemusnahan spesies dan fragmentasi habitat, sebagaimana juga perubahan pola pembuahan. Perubahan pola pembuahan ini dapat mengacaukan atau mengubah kekhasan pembuahan sinkronis pada ekosistem Borneo yang menghasilkan konsekuensi negatif pada biodiversity Wilayah Proyek. Rencana aktifitas untuk mengurangi risiko ini adalah: o
Penekanan, pendidikan dan training tentang kebakaran
o
Reboisasi/Penanaman Hutan Agro‐Forestry
o
Melindungi dan mengelola bidang lahan hutan yang berdekatan
Error! Reference source not found. memberikan ringkasan atas aktifitas-aktifitas yang disarankan untuk meminimalisir, mengurangi dan/atau membantu masyarakat dan biodiversity untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang dapat mempengaruhi manfaat proyek. Ringkasan tersebut juga menunjukkan aktifitas mana yang telah dilakukan dan juga rencana aktifitas untuk periode verifikasi berikutnya.
v3.0
41
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
Tabel 9: Aktifitas terkait dengan Keragaman Hayati Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal Mulai
Tanggal Selesai
Penekanan, pendidikan dan pelatihan tentang kebakaran
Dimulai
May-10
Sedang berlangsung
Manajer Proyek RRC
Reboisasi/Penanaman Hutan Agro‐Forestry
Dimulai
Aug-13
Sedang berlangsung
Manajer Proyek RRC
Konservasi Air, meningkatkan teknik irigasi Pengayaan tanah dengan Biochar Diversifikasi Pemanenan, rotasi panen dan penggunaan teknologi baru untuk meningkatkan produksi Aquaponik
Direncan akan
Pelatihan dengan BKSDA dimulai pada tahun 2010 dan masih akan berlangsung. Dengan perekrutan kru lapangan yang telah menyelesaikan periode pemantauan ini, pelatihan internal utama akan dilakukan pada Q2 tahun 2015. Masyarakat di batasan utara telah setuju untuk berpartisipasi dalam aktifitas penanaman untuk merehabilitasi wilayah yang dirusak oleh para penebang liar. Satu wilayah kecil di bagian utara telah ditanami di tahun 2013 dan tambahan wilayah sekitar 60+/- ha ditanami pada tahun 2014 untuk desa Ulak Batu. Tambahan wilayah seluas 150 +/ha ditanami di Unit Tengah untuk desa Muara Dua. Sebuah system irigasi dipasang di perkebunan Ulak Batu di tahun 2014 dan evaluasi untuk pilihan irigasi lain telah dieksplorasi di desa Jahitan dan Baung Belum ada yang dilakukan hingga saat ini.
Aug- 14
Sedang berlangsung
Perencanaan dan alokasi dana
Manajer Proyek RRC
TBD
TBD
Sekolah Pertanian telah dilaksanakan di 6 desa dan desa Ulak Batu dan Muara Dua telah membangun perkebunan multi-spesies untuk program agroforestry di tahun 2014.
May-13
Sedang berlangsung
Perencanaan dan alokasi dana Tata ruang desa individu dan rencana ekonomi dan alokasi dana
Manajer Proyek RRC Manajer Proyek RRC
TBD
TBD
Perencanaan dan alokasi dana
Manajer Proyek RRC
Pendidikan masyarkat dan menyediakan akses klinik untuk memberikan akses
Dimulai
Satu desa menggunakan dana stimulus pembangunan masyarakatnya untuk menyediakan jarring penangkap ikan, kandang-kandang telah dibangun dan usaha untuk meningkatkan dan memasarkan produksi udang telah dilakukan di tahun 2014. Suatu penilaian kesehatan telah dilakukan oleh Alam Sehat Lestari di bulan September 2013. Laporan ini mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama, akar penyebab dari permasalahan
Sep-13
Sedang berlangsung
Tindakan prioritas. Menetapkan anggaran dan merencanakan implementasi tindakan.
Manajer Proyek RRC
Direncan akan Dimulai
Direncan akan
v3.0
42
Langkah yang dibutuhkan untuk memulai/mengakhiri aktifitas
Tanggung jawab
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Aktifitas
Status
layanan kesehatan yang lebih baik
Melindungi dan mengelola bidang lahan hutan yang berdekatan
Dimulai
Rincian Implementasi
tersebut dan membeikan saran untuk rencana ke depan. Hanya diskusi awal dengan komunitas medis untuk Indonesia terkait dengan pekerja potensial untuk klinik apung yang telah dilakukan di tahun 2014. Proyek ini telah dapat menghindari konversi sekitar 44,263 hektar hutan rawa gambut kepada tanaman kelapa sawit. Sebagai tambahan, proyek ini telah menyelesaikan demarkasi dari batasan konsesi restorasi ekosistem (ERC) yang sekarang telah diserahkan kepada Pemerintah sebagai tahap akhir untuk mendapatkan lisensi ERC. Lisensi ini akan menjadi yang pertama di Indonesia.
v3.0
Tanggal Mulai
Tanggal Selesai
Langkah yang dibutuhkan untuk memulai/mengakhiri aktifitas
Tanggung jawab
2009
Sedang berlangsung
Remote sensing tahunan dan pengukuran berbasis tanah seperti yang dijelaskan dalam rencana pemantauan.
Manajer Proyek RRC
Patrolii bekelanjutan di sepanjang demarkasi batasan ERC.
43
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 7 7.1
MASYARAKAT Dampak Netto Positif Masyarakat (CM1)
Faedah masyarakat proyek Rimba Raya yang dihasilkan hingga saat ini mewakili manfaat netto positif untuk masyarakat secara luas. Lebih jauh lagi, manfaat-manfaat ini telah disediakan dengan pola yang mana telah mengelola salah satu aset lokal yang penting bagi proyek kemasyarakatan: modal alami dari hutan setempat dan jasa-jasa ekosistem yang mereka topang. Sumber daya ini masih tetap utuh dan tersedia untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Faedah ini akan berbeda dengan kesempatan mata pencaharian yang akan dihasilkan dari konversi perkebunan kelapa sawit yang mana modal alami wilayahnya akan terkikis dan akan hilang dalam jangka waktu yang tidak lama. Millenium Development Goals (MDGs) adalah istilah singkat, target-target terukur dunia untuk mengatasi kemiskinan ekstrim di dalam dimensinya yang banyak – kemiskinan pendapatan, kelaparan, penyakit, kurangnya tempat tinggal yang layak dan pengucilan – sembari mendukung kesetaraan gender, pendidikan dan kelestarian lingkungan. Serta hak-hak dasar manusia – hak setiap orang di planet atas kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan keamanan. Dalam usahanya untuk menciptakan sebuah penyangga sosial untuk Wilayah Proyek dan sekitar Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), InfiniteEARTH telah merancang banyak kegiatan proyek di sekitar target dan indicator keberhasilan yang diajukan oleh program MDG bagi Indonesia: Tujuan 1: memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim Tujuan 2: mencapai pendidikan utama yang universal Tujuan 3: mendukung kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan Tujuan 4: mengurangi tingkat kematian anak Tujuan 5: meningkatkan kesehatan ibu hamil Tujuan 6: memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya Tujuan 7: memastikan kelestarian lingkungan Tujuan 8: membangun sebuah Kerjasama Global untuk pembangunan Seperti yang dijelaskan di Dokumentasi Proyek, pendekatan untuk mendemonstrasikan manfaat bersih untuk masyarakat di Wilayah Proyek didasarkan pada penilaian atas skenario “dengan” atau “tanpa” proyek yang kaitannya dengan tujuan-tujuan ini. Sebuah deskripsi mengenai bagaimana tujuan-tujuan ini dibahas di skenario dasar yang dibandingkan dengan skenario proyek diringkas di bawah ini. Proyek yang sedang berlangsung terhadap tujuan-tujuan tersebut di dalam periode ini juga diuraikan lebih lanjut. SKENARIO DASAR Tujuan 1: memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim
v3.0
44
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Kelapa sawit merupakan produk agrikultur paling berhasil kedua di Indonesia, setelah beras, dan merupakan komoditi ekspor terbesar. Kelapa sawit menyediakan sarana pendapatan dan 6
perningkatan ekonomi bagi sejumlah besar warga miskin di pedesaan di Indonesia . Dengan lebih dari sebagian populasi Indonesia hidup di daerah pedesaan-dimana lebih dari 20 persen hidup di bawah garis kemiskinan-industri kelapa sawit menyediakan sarana yang tak tertandingi bagi pengurangan kemiskinan (Budidarsono, et al, 2013; Norwana; et al 2011). Hal ini memberikan kesempatan bagi pemilik lahan kecil untuk ikut serta dalam ekonomi keuangan dan seringkali menghasilkan peningkatan terhadap infrastruktur lokal dan akses yang lebih besar terhadap bidang jasa. Di beberapa wilayah, penanaman kelapa sawit telah menggantikan praktek-praktek tradisional, seringkali dikarenakan adanya potensi pendapatan yang lebih besar dari kelapa sawit (Budidarsono, et al, 2013; Norwana; et al 2011). Bagaimanapun, di beberapa kasus, lahan yang telah dibangun oleh perkebunan kelapa sawit tanpa adanya konsultasi dan kompensasi bagi pendudk asli yang menempati lahan tersebut mengakibatkan adanya konflik, termasuk juga di Indonesia. Sebagai tambahan, beberapa perkebunan kelapa sawit di Indonesia bergantung pada tenaga kerja asing atau imigran yang tidak berdokumen, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai kondisi kerja dan dampak sosial 7
atas praktek-praktek ini . Perkebunan secara sistematis menghancurkan lahan hutan hujan yang menjadi tempat bergantung warga lokal, masyarakat semakin tidak menemukan pilihan selain menjadi pekerja perkebunan. Dihadapkan dengan kemiskinan dan kondisi kerja yang menurun, mereka seringkali tidak mendapatkan penghasilan yang cukup untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarga mereka. Alih-alih dapat mendukung diri mereka sendiri, masyarakat setempat menjadi bergantung pada keberhasilan industri kelapa sawit untuk pendapatan dan keberlangsungan mereka, menjadikan para penduduk desa ini rentan terhadap harga pasar minyak sawit dunia yang mana tidak dapat mereka kendalikan. Tujuan 2: mencapai pendidikan utama yang universal / Tujuan 4: mengurangi tingkat kematian anak / Tujuan 5: meningkatkan kesehatan ibu hamil Selagi perkembangan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dapat dikaitkan dengan peningkatan di bidang jasa lainnya, sebuah studi di Indonesia telah menemukan bahwa akses pendidikan sekolah dasar dan fasilitas kesehatan tidak berbeda bagi masyarakat yang bergantung pada kelapa sawit dan yang tidak. Pada kenyataannya jarak menuju sekolah, rumah sakit, dan layanan kesehatan lainnya sangatlah tinggi pada masyarakat yang bergantung pada industri kelapa sawit dibandingkan dengan mereka yang tidak, kemungkinan dikarenakan masyarakat
yang
bergantung
pada
kelapa
sawit
tersebut
cukup
terpencil
sehingga
perkembangan fasilitas umum/;pemerintah tidak menjadi prioritas di daerah terpencil tersebut
6
lihat ‘the Economic benefit of Palm oil to Indonesia. A report by World Growth. Tersedia di http://worldgrowth.org/site/wpcontent/uploads/2012/06/WG_Indonesian_Palm_Oil_Benefits_Report-2_11.pdf 7
Lihat Ghosts of our Land. Indonesian oil plam smallholders and the roundtable on sustainable palm oil. Forest Peoples Programme. Tersedia di: http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2011/02/ghostsonourownlandtxt06eng.pdf.
v3.0
45
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition (Budidarsono, et al , 2013) dan perkebunan kelapa sawit tidak mengisi kekosongan di layananlayanan tersebut. Tujuan 3: mendukung kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan Bekerja di perkebunan kelapa sawit sangatlah berat bagi pria dan wanita, walaupun berbeda. Sangat sering wanita membantu suami mereka di perkebunan untuk mencapai kuota produksi yang mendesak, yang biasanya bekerja tanpa dibayar. Selain itu, wanita harus mengurus anak, mempersiapkan makanan dan mencari kayu bakar dan air, yang jaraknya kini cenderung jauh dikarenakan adanya perusakan hutan oleh perkebunan kelapa sawit. Dan jika wanita tersebut dipekerjakan, mereka seringkali menerima upah yang lebih rendah daripada pria. Diskriminasi muncul di lingkup kerja dikarenakan pekeraan mereka lebih mudah daripada pria. Berdasarkan sebuah artikel dari Rainforest Action Network, wanita seringkali mendapat tugas yang lebih ringan, akan tetapi sebetulnya lebih berbahaya dan membutuhkan kekuatan fisik daripada pekerjaan yang diberikan kepada pria. Di Indonesia, wanita seringkali ditugaskan untuk menyemprotkan pestisida karena pekerjaan ini tidak terlalu memerlukan kekuatan fisik dibandingkan pekerjaan perkebunan lainnya. Tapi sayangnya, mereka jarang diberikan peralatan perlindungan yang layak seperti sarung tangan dan masker. Ketika mereka kembali ke rumah, mereka harus menyiapkan makanan untuk keluarga mereka, seringkali dengan sisa-sisa 8
pestisida yang masih menempel di kulit dan pakaian mereka . Tujuan 6: memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya Tanaman yang dapat digunakan untuk membantu mengobati penyakit seperti kanker, AIDS dan malaria telah ditemukan di hutan Heart of Borneo(HOB)
tetapi kemudian disadari bahwa
keberadaan potensi tanaman obat ini terancam dikarenakan konversi besar-besaran dari hutan 9
alam menjadi kebun kelapa sawit . 10
Menurut WWF , 422 spesies tanaman baru telah ditemukan di Kalimantan dalam 25 tahun terakhir, dan banyak spesies lainnya yang menunggu untuk ditemukan dan dipelajari, beberapa dari mereka berpotensi merupakan properti medis yang penting. Bagaimanapun, penemuan yang menjanjikan ini dapat hilang apabila kepunahan hutan hujan di HOB tidak dilindungi dengan baik. Peneliti sedang melakukan percobaan dari sampel yang dikumpulkan dari wilayah Sabah dan Sarawak di Malaysia, serta di Kalimantan, yang merupakan bagian Borneo di Indonesia. Para peneliti berharap dapat mengembangkan obat yang dapat berkontribusi untuk penyembuhan penyakit mematikan pada manusia.
8
See http://www.ran.org/campaigns/rainforest_agribusiness/resources/fact_sheets/hostile_harvest_us_agribusinesses_and_labor_rights_abus es/ 9
See http://news.mongabay.com/2006/0426-wwf.html#6YKqycezKKq4g470.99
10
Biodiscoveries. Borneos Botanical Secret. World Wildlife Fund. Available at: http://wwf.panda.org/about_our_earth/all_publications/?71901/Report-Biodiscoveries-Borneos-Botanical-Secret
v3.0
46
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Peneliti telah menemukan zat kimia unik yang dihasilkan oleh pohon Bintangor (Calophyllum spp.) yang merupakan pohon endemis hutan hujan di Indonesia. Senyawanya, Calanolide A, menunjukkan efektifitas untuk menghambat perkembangan Human Immunodeficiency Virus (HIV), serta bakteri tuberculosis, yang berpengaruh pada banyak pasien AIDS. Penemuan ini cukup bermanfaat karena sampai saat ini belum ada satu-pun obat untuk mengatasi HIV dan TB. Jika terbukti secara klinis, Calanolide A akan berpengaruh sangat besar untuk peningkatan kesehatan banyak orang di seluruh dunia. Peneliti juga menemukan penawar malaria yang sangat ampuh yang sebelumnya tidak diketahui dalam kulit pohon yang secara tradisional dimanfaatkan oleh masyarakat Kenyah di Kalimantan untuk menyembuhkan malaria. Zat – triterpenoid- nampaknya mampu membunuh parasite malaria pada manusia yaitu Plasmodium falciparum pada tes di laboratorium. Laporan mencatat bahwa peningkatan kerusakan hutan dapat menyebabkan penundaan kesempatan bagi ilmu pengetahuan untuk menemukan dan mengembangkan lebih jauh sumbersumber pengobatan yang potensial untuk menyelamatkan nyawa manusia. Tujuan 7: Memastikan kelestarian lingkungan Meskipun pembukaan lahan sawit besar-besaran dalam satu decade ini telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar di Negara-negara berkembang di wilayah tropis, namun pertumbuhan ini sudah mencapai titik yang sangat tinggi untuk kerusakan lingkungan (; ). Jutaan hektar hutan tropis telah dihancurkan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit (), dalam prosesnya menghancurkan habitat kritis untuk spesies-spesies terancam punah, termasuk orangutan, harimau, gajah, dan badak. Tantangan yang sangat serius pada lingkungan oleh produksi kelapa sawit, termasuk:
Kehilangan keanekaragaman hayati, termasuk hilangnya spesies langka dan terancam punah.
Pencemaran tanah, air, dan udara.
Erosi tanah
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan perubahan iklim
Hilangnya jasa lingkungan yang penting
Hilangnya hutan juga memiliki dampak yang signifikan terhadap permasalahan social dan dapat sangat merusak untuk masyarakat yang menggantungkan kebutuhan hidupnya terhadap hutan (). Konflik yang serius dapat terjadi ketika perusahaan kelapa sawit tidak menghormati hak-hak masyarakat lokal. Dampak social dari produksi kelapa sawit dapat termasuk:
v3.0
Penyerobotan lahan
Kehilangan alat pemenuhan kebutuhan hidup
47
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
Konflik social
Pemindahan paksa
SKENARIO PROYEK Cara dimana skenario Proyek bertujuan untuk meningkatkan manfaat bersih secara progresif pada masyarakat dalam konteks tujuan millennium dipaparkan dalam Gambar 5 Gambar : Proyek Skenario Kegiatan Masyarakat dalam Dukungan Millenium Development Goals
v3.0
48
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
TAHUN PEMANTAUAN YANG SEDANG BERJALAN Selama periode pemantauan yang sedang berjalan, pekerjaan dengan masyarakat terdiri dari pelibatan, perencanaan dan pelaksanaan targer kegiatan berikut: Konstruksi dan pengoperasian Menara Penjaga & Pengawas Kebakaran dan Fasilitas perawatan Orangutan
v3.0
49
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Kesempatan kerja yang setara di Cagar Rimba Raya Efisiensi Bahan Bakar, Emisi Rendah, Kompor Briket Kilns yang hemat bahan bakar, rendah emisi, & Penerangan Tenaga Surya Pemantauan Karbon, Masyarakat & Keragaman hayati Program Peningkatan Kapasitas Tunjangan Tahunan kepada OFI, TNTP, Universitas Lokal untuk Penelitian Ilmiah Balai Masyarakat, Perpustakaan dan Program “Pembangunan Awal” & “Satu Laptop per Anak” Pendanaan mikro Proyek Restorasi melalui masyarakat berbasis agroforestry dan aquaponik Indikator dan hasil pemantauan yang berkenaan dengan keefektifan aktifitas terkait dengan masyarakat didasarkan pada aktifitas, keluaran, hasil dan dampak untuk tiap wilayah aktifitas proyek terkait dengan masyarakat. Hasil tersebut ditunjukkan di dalam Table 10 di.
v3.0
50
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Table 10 Ringkasan aktifitas masyarakat Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
dibutuhkan
yang
Tanggung Jawab
untuk
memulai/mengakhiri aktifitas Kesempatan kerja melalui pembangunan & pengoperasian penjagaan dan menara kebakaran
Sudah Dimulai
Negosiasi di lokasi pos penjagaan di batasan utara Wilayah Proyek sudah berada dalam tahap lanjutan. Pekerjaan telah dimulai dengan membangun lokasi optimal dari pos penjagaan yang akan dibangun di wilayah projek daerah selatan. Hingga survey batasan telah disetujui dan disahkan oleh Kementrian Kehutanan, lokasi menara penjaga dan menara kebakaran ini belum dapat diselesaikan dan dibangun. Semua pekerjaan lapangan mengenai survey tersebut telah selesai dan sekarang sedang dalam proses peninjauan dan persetujuan.
NA
June-15
Membuat peta lokasi untuk pos penjagaan selanjutnya dan menetapkan persyaratan anggaran. Mendapatkan persetujuan akhir dan pengesahan dari Kementrian Kehutanan sehingga perencanaan tersebut dapat dipraktekkan.
Manajer Proyek RRC
Kesempatan Kerja melalui Fasilitas Perawatan Orangutan Kesempatan kerja melalui aktifitas pemantauan
Sudah Dimulai
Suatu lokasi pelepasa Orangutan yang baru telah diidentifikasi.
Aug-13
Masih berlangsung
Manajer Proyek OFI
Sudah Dimulai
Proyek ini berfokus pada pemanfaatan masyarakat lokal untuk jasanya, seperti penyewaan speed boat dan penyediaan dukungan logistic di lapangan. 23 dari 33 staf lapangan permanen dari berbagai desa telah dipekerjakan dengan tambahan 10 orang yang terjadi di bulan Januari 2015 dan sebanyak 33 orang pekerja musiman ditambahkan di akhir musim hujan. Sebagai tambahan, 2 orang staf pengembangan masyarakat dari masing2masing desa akan dipekerjakan untuk melaksanakan dan memantau program pengembangan masyarakat di desa mereka masing-masing.
2009
Masih berlangsung
Mengalokasikan dana, mengidentifikasi staf, mengorganisir materi Saat aktifitas proyek bergerak dengan pesat maka perencanaan lapangan kerja yang lebih terstruktur akan berkembang. Meningkatkan penjualan kredit atau sumber dana lainnya untuk terus melaksanakan dan merekrut staf yang dibutuhkan.
v3.0
51
Manajer Proyek RRC
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
dibutuhkan
yang
Tanggung Jawab
untuk
memulai/mengakhiri aktifitas Lapangan kerja bagi wanita dalam pekerjaan yang terkait proyek
Sudah Dimulai
Ketersediaan kompor masak biomassa yang hemat bahan bakar, rendah emisi
Sudah Dimulai
Ketersediaan penerangan tenaga surya
Sudah Dimulai
Proyek ini berfokus pada pemanfaatan masyarakat lokal untuk jasanya, seperti penyewaan speed boat dan penyediaan dukungan logistic di lapangan. Pada awalnya, dalam perekrutan tersebut tidak terdapat aplikasi dari pekerja wanita, sehingga perekrutan tambahan untuk pekerja wanita diadakan dalam proses perekrutan staf pengembangan masyarakat di tiap desa. Dua pekerja wanita tambahan direkrut di kantor Sampit untuk menambah jumlah pekerja wanita di proyek ini sehingga menjadi 3 orang. 100 Unit filter air untuk air minum dan 100 kompor masak telah disediakan oleh Kopernick. 725 filter air telah isediakan untuk penduduk di 6 desa. Semua kompor telah disediakan namun belum semuanya diterima oleh masyarakat, sehingga kami masih mencoba opsi untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam hal program pendistribusian kompor gas dan bekerja sama juga dengan program CSR perusahaan gas alam untuk mengembangkan dan membangun sebuah pusat pendistribusian gas di wilayah tersebut utuk menyediakan gas bagi penduduk setempat. Memperkenalkan dan mendistribusikan penerangan dan fasilitas pengisian daya dengan tenaga surya Proses penentuan harga dan beberapa opsi untuk program ini masih dalam tahap evaluasi untuk dilaksanakan, termasuk system penerangan rumah individu LED
v3.0
2010
Masih Berlangsung
Saat aktifitas proyek bergerak dengan pesat maka perencanaan lapangan kerja yang lebih terstruktur akan berkembang.
Manajer Proyek RRC
Aug-13
Dec-15
Mengidentifikasi wilayahwilayah dengan permintaan unit yang tinggi. Mendistribusikan unit-unit ke daerah yang teridentifikasi. Mengajarkan kepada masyarakat tentang penggunaan yang benar.
RRC Project Manager
May-10
Ongoing
Merencanakan untuk memperkenalkan kembali penerangan tambahan di tahun 2014Plan to reintroduce additional lights in 2014
Manajer Proyek RRC
52
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
dibutuhkan
yang
Tanggung Jawab
untuk
memulai/mengakhiri aktifitas dengan daya baterai 12V. Masyarakat berbasis agroforestry
Sudah Dimulai
Masyarakat di batasan utara telah setuju untuk berpartisipasi dalam aktifitas penanaman utuk merehabilitasi wilayah yang sekarang ini rusak akibat penebangan hutan. Perkebunan bibit pohon telah dibangun di Muara Dua dan Ulak batu denga total bibit multi-spesies sebanyak 160,000+/yang dibeli saat musim tanam di tahun 2014. Dua Pusat Masyarakat telah dibangun dengan menggunakan Dana Stimulus Pembangunan Masyarakat di Ulak Batu dan Palingkau
Aug-13
Masih Berlangsung
Saat level air menyusut di musim kemarau, penanaman akan dilaksanakan.
Manajer Proyek RRC
Membangun balai masyarakatmasyarakat di desa-desa terpilih yang strategis di Wilayah Proyek.
Direncanakan
Dec-13
Masih Berlangsung
Penerimaan dan alokasi dana, menyelesaikan penanaman.
Manajemen Proyek WE dan RRC
Memperpanjang program World Education yang sedang berjalan seperti ketahanan pangan, akses terhadap layanan pemerintah, dan peningkatan kapasitas di salam wilayah proyek Kredit Mikro akan disediakan. Pemrakarsa proyek akan bekerja sama dengan organisasi tertentu untuk menyediakan: 1) pendanaan untuk semua individu di Wilayah Proyek Rimba Raya; 2) dukungan anggaran untuk pekerja lapangan yang bekerja di wilayah tersebut; 3)
Direncanakan
Sekolah Kehutanan dan Perikanan telah diadakan di 8 dari 10 desa yang ada. Sekolah ini akan lebih focus terhadap perencanaan tata ruang dan rencana pengembangan masyarakat individu telah juga dikembangkan dengan bekerjasama dengan tiap desa.
13-Dec
Masih Berlangsung
Penerimaan dan alokasi dana, menyelesaikan penanaman.
Manajemen Proyek WE dan RRC
Direncanakan
Bank nasional yang berpotensi tertarik uintuk bekerjasama dan mengelola program ini telah dibicarakan, tetapi belum ada keputusan yang dibuat.
Jun-14
Masih Berlangsung
Mematangkan pilihan rekanan dan memulai proyek kredit mikro
RRC Project Manager
v3.0
53
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
dibutuhkan
yang
Tanggung Jawab
untuk
memulai/mengakhiri aktifitas dukungan anggaran tambahan seperti yang dibutuhkan dan disetujui; dan 4) dukungan untuk pelatihan pekerja lapangan yang didedikasikan untuk wilayah kabupaten tersebut. Layanan Kesehatan yang Berkelanjutan. IE merencanakan utnuk membangun sistem layanan kesehatan yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Wilayah Proyek yang bekerja sama dengan Health in Harmony (HIH), kerangka program layanan kesehatan IE akan mencakup tiga langkah: 1. Memeriksa kebutuhan layanan kesehatan masyarakat Wilayah Proyek; 2. Membangun suatu system yang paling cocok untuk kebutuhan khusus mereka,; dan 3. Mengevaluasi program tersebut secara rutin untuk memperbaiki, mengadaptasi dan mengembangkan program tersebut selagi kita mempelajari dan mengidentifikasi perubahan yang perlu diberikan.
Sudah Dimulai
Suatu pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh Alam Sehat Lestari di bulan September 2013. Laporan ini mengidentifikasikan permasalahan kesehatan yang utama, penyebab permasalahan tersebut dan memberikan saran untuk rencana selanjutnya. Belum ada perkembangan
v3.0
Sep-13
Masih Berlangsung
54
Mengutamakan tindakan yang disarankan. Menetapkan anggaran dan rencana untuk melaksanakan tindakan.
RRC Project Manager
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 7.2
Dampak Negatif Stakeholder Offsite (CM2)
Beberapa kemungkinan dampak negatif berikut telah teridentifikasi:
Ancaman
terhadap
kelangsungan
penghidupan:
walaupun
pemrakarsa
proyek
mengarahkan untuk menjaga hutan terhadap serbuan tanaman kelapa sawit, namun belum ada pembatasan atas cara perburuan tradisional dan pembersihan kayu berskala kecil. Pemrakarsa proyek mengenali nilai ekonomi dan kultural dari aktifitas tersebut, dan tidak membatasinya. Pada kenyataannya, pembatasan sangatlah tidak diperlukan, karena perburuan dan pembersihan berskala kecil bukan merupakan contributor yang penting terhadap ekonomi lokal. Bukti-bukti yang dikumpulkan selama survey tanah mengindikasikan bahwa masyarakat lokal masih menggunakan wilayah tersebut sebagai sumber mata pencaharian. Ditemukan bukti bahwa penebangan pohon untuk pembuatan sampan dan rumah masih ada, begitu juga dengan pengumpulan jelutung (karet), untuk dijual. Perluasan lahan sebagai mata pencaharian pada tanah yang terdegradasi juga merupakan bukti yang ada. Penanaman di tahun ini focus kepada spesies yang dibutuhkan bagi konstruksi kayu beserta spesies yang dapat menghasilkan, dan ditanam di wilayah buffer dimana penebangan yang terbatas tidak akan berdampak pada wilayah carbon accounting.
Perburuan: survey social mengindikasikan bahwa perburuan dibatasi pada rusan yang dapat ditemukan di dan sekitar Wilayah Proyek. Protein daging sebagian besar diperoleh dari perikanan di Sungai Seruyan dan Wilayah Proyek dan pengembangan ternak di desa-desa. Investigasi terkini mengindikasikan bahwa porsi kebakaran yang signifikan di dalam wilayah konsesi sengaja ditetapkan untuk membangun wilayah rumput hijau untuk menarik rusa dengan “pertanian” alam liarnya, khususnya untuk rusa, sehingga para penduduk desa akan mendapatkan daging rusa hingga populasi hutan dan rusa kembali normal. Proyek ini tidak membatasi adanya perikanan di Wilayah Proyek. Pada interval regular di dalam lahan basah, ditemukan adanya pondok-pondok untuk memancing dan ditengarai bahwa pondok-pondok ini sering digunakan.
Lapangan
Kerja:
perusahaan-perusahaan
kelapa
sawit
lebih
memilih
untuk
mempekerjakan pekerja dari luar daerah sehingga hanya akan ada sedikit kesempatan untuk bagi masyarakat Wilayah Proyek untuk mendapatkan manfaat dari lapangan kerja penanaman kelapa sawit. Employment: Palm companies’ preference for hiring outside labour thereby limits opportunities for Project Zone communities to benefit from palm employment. Harga kesempatan kerja yang terhubung dengan lapangan kerja dari penanaman kelapa sawit tidak akan memberikan dampak yang besar pada masyarakat Wilayah Proyek.
v3.0
55
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Hingga saat ini, Proyek ini telah secara langsung mempekerjakan 23 penduduk sebagai staf tetap, dan akan mempekerjakan 20 staf tetap lainnya di Q1 tahun 2015 dan tambahan 22 staf musiman di Q2 tahun 2015.
v3.0
56
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 7.3
Manfaat Khusus bagi Masyarakat (GL2)
Tidak ada aktifitas proyek terencana ini yang akan memberrikan dampak negatif pada HCV di Wilayah Proyek. Aktifitas proyek sangan terfokus pada pemeliharaan dan peningkatan hutan dan ekosistem alam, dan sehingga manfaat lingkungan, social dan kultural akan dapat diperoleh dari mereka. Aktifitas tersebut akan memiliki dampak positif terhadap HCVs 4‐6. Table 11 dibawah ini merangkum tentang ancaman-ancaman utama terhadap HCV dan merekomendasikan aktifitas proyek yang menunjukkan ancaman-ancaman tereebut di dalam kerangka proyek dan juga mengidentifikasikan aktifitas yang telah dilakukan dan aktifitas lainnya yang direncanakan untuk ke depannya. Proyek ini mengumpulkan data sosio-ekonomi pendahuluan selama pengembangan PDD dan kami terus mengumpulkan data ini untuk menentukan keefektifan program-program kami. Salah satu tujuan utama program kami yang dinyatakan adalah memberikan manfaat terbanyak kepada warga masyarakat termiskin dan data ini (a) memungkinkan kita untuk mengidentifikasi melalui keluarga, siapa saja mereka, dan (b) berusaha fokus atau gigih untuk memastikan mereka adalah penerima manfaat utama dari program kami. Sebagai tambahan, sebagian besar wanita di Indonesia diketahui berada di kuartil penduduk termiskin dan program kami terpusat pada meningkatkan kehidupan mereka melalui kesempatan kerja (bukan pekerjaan yang berhubungan dengan lapangan dan pekerjaan berat) sebagaimana juga program khusus seperti kerajinan tangan yang dibuat dari plastik daur ulang di Telaga Pulang.
Table 11 Nilai Tinggi Konservasi untuk Masyarakat Aktifitas Mencegah perluasan kelapa sawit; memelihara dan meningkatkan hutan yang tersisa di Wilayah Proyek; mengadakan rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk wilayah hutan tepi pantai tertentu; mencegah penyebaran kebakaran hutan, khususnya di daerah gambut yang memberikan dampak secara langsung bagi kualitas air di Seruyan.
Status Telah Dimulai
v3.0
Rincian Implementasi Proyek ini telah mencegah konversi hutan rawa gambut menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar di awal proyek. Hal ini merupakan pencapaian yang signifikan walaupun dengan adanya tekanan dari da pihak oleh pengendali penebangan hutan.
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
memulai/mengakhiri aktifitas
Jawab
Jul-09
Masih berlangsung
Proyek ini akan melanjutkan patroli dan melindungi perbatasan dan merencanakan utuk menambah intensitas terutama di wilayah yang beresiko tinggi.
Manajemen RRC
57
untuk
Tanggung
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
memulai/mengakhiri aktifitas
untuk
Tanggung Jawab
Melindungi seluruh hutan yang tersisa (khususnya hutan alami) dan lahan basah dari kebakaran hutan berkala; mencegah berlanjutnya konversi terhadap agrikultur berskala industry, yang dapat meningkatkan risiko kebakaran; mengurangi kebakaran buatan untuk memperbarui lahan perikanan air dangkal melalui pendidikan dan kampanye kesadaran. Air: pencegahan perluasan kelapa sawit yang berlanjut; pendidikan dan pencapaian untuk menciptakan alternative yang lebih aman bagi sanitasi public; pencegahan terhadap perluasan berlanjut dan kehilangan atas hutan tepi pantai, beerta rehabilitasi yang memungkinkan bagi wilayah tepi pantai utama.
Telah Dimulai
Proyek ini mengakui adanya tantangan dalam pencegahan kebakaran, dan kemudian mengidentifikasi lokasi pospos dan menjadikan perjanjian dan pelatihan penanganan kebakaran hal yang sangat penting.
Jul-09
Masih berlangsung
Proyek ini akan melanjutkan patroli dan melindungi perbatasan dan merencanakan utuk menambah intensitas terutama di wilayah yang beresiko tinggi.
Manajemen RRC
Telah Dimulai
Kualitas air telah dikelola melalui pencegahan konversi kelapa sawit yang berkelanjutan dan rehabiliyasi wilayah rusak di bagian tertentu di batasan utara.
Jul-09
Masih berlangsung
Proyek ini akan melanjutkan patroli dan melindungi perbatasan dan merencanakan utuk menambah intensitas terutama di wilayah yang beresiko tinggi.
Manajemen RRC
Perikanan: sama dengan penjelasan air di atas, ditambah dengan tindakantindakan terencana untuk mengeksplorasi potensi-potensi untuk memfasilitasi masyarakat untuk mengorganisir dan membangun sebuah kerjasama perikanan, peraturan lokal dan peraturan manajemen, dan badan pelaksana lokal terkait. Membangun materi: pencegahan hilangnya hutan dengan adanya perluasan kelapa sawit dan pembangunan badan lokal yang mungkin untuk mengelola level pemanenan kayu untuk mendorong ketersediaan jangka panjang yang berkesinambungan.
Tidak dilakukan
TBD
2014
Masih berlangsung
Perencanaan dan alokasi dana
Manajer Proyek RRC
Telah dimulai
Proyek ini telah mengurangi konversi hutan rawa gambut menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar yang sedang dipilih dan ditanam sebagai bagian dari program rehabilitasi.
Jul-09
Masih berlangsung
Proyek ini akan melanjutkan patroli dan melindungi perbatasan dan merencanakan utuk menambah intensitas terutama di wilayah yang beresiko tinggi.
Manajemen RRC
v3.0
58
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
memulai/mengakhiri aktifitas
untuk
Tanggung Jawab
Kayu bakar: pencegahan pembersihan vegetasi alami berskala besar untk kelapa sawit.
Telah dimulai
Proyek ini telah mengurangi konversi hutan rawa gambut menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar
Jul-09
Masih berlangsung
Proyek ini akan melanjutkan patroli dan melindungi perbatasan dan merencanakan utuk menambah intensitas terutama di wilayah yang beresiko tinggi.
Manajemen RRC
Pencegahan hilangnya hutan dengan adanya perluasan kelapa sawit dan pembangunan badan lokal yang mungkin untuk mengelola wilayah hutan komunal menjadi lebih terstruktur untuk mendorong ketersediaan jangka panjang yang berkesinambungan.
Telah dimulai
Proyek ini telah mengurangi konversi hutan rawa gambut menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar. Kerjasama penanaman yang pertama ialah antara Konservasi Rimba Raya dan masyarakat yang kini telah dilakukan di perbatasan utara.
Jul-09
Masih berlangsung
Proyek ini akan melanjutkan patroli dan melindungi perbatasan dan merencanakan utuk menambah intensitas terutama di wilayah yang beresiko tinggi.
Manajemen RRC
Program Penanaman Buffer
Telah dimulai
Biji-biji yang ditanam di dalam perbatasan konsesi dibeli dari perkebunan bibit penduduk yang didukung oleh individu dan keluarga yang menyediakan tenaga kerja untuk menumbuhkan bibit tersebut. Harga beli ini didistribusikan berdasarkan tindakan dan penumbuhan bibit oleh individu dan keluarga. Saat bibit-bibit dibeli, penduduk menanamnya di bidang tanah yang telah disiapkan, khususnya1 ha, tetapi kemudian diserahkan kepada penduduk untuk memutuskannya. Penduduk tersebut kemudian menuai manfaat dari produk tanaman untuk penghasilan, makanan maupun kayu untuk keperluan bangunan bagi individu maupun keluarga mereka. Target utama tindakan ini adalah
Oct 2013
Masih berlangsung
Menyelesaikan baseline untuk tiap masyarakat utuk memastikan bahwa sebagian besar keluarga tidak mampu telah cukup teridentifikasi ntuk memastikan pemerintah desa menyediakan kesempatan awal untuk pengembangan.
Manajer Proyek RRC
v3.0
59
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
memulai/mengakhiri aktifitas
untuk
Tanggung Jawab
June 2013
Masih berlangsung
Menyelesaikan baseline untuk tiap masyarakat utuk memastikan bahwa sebagian besar keluarga tidak mampu telah cukup teridentifikasi ntuk memastikan pemerintah desa menyediakan kesempatan awal untuk pengembangan. Memantau keefektifan program agar data memberikan manfaat yang dituju.
Manajer Proyek RRC
keluarga tidak mampu di desa.
Peningkatan Kapasitas Pekerja Wanita.
Telah dimulai
v3.0
Khususnya di daerah pedesaan di Indonesia, anggota masyarakat tidak mampu yang memiliki kapasitas paling sedikit adalah wanita. Sebuah proyek percobaan pada Sekolah Pertanian memfokuskan pada sayuran dan hanya pekerja wanita yang dipekerjakan untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan mereka dan mengizinkan mereka untuk memberikan kontribusi berupa sayuran segar untuk keluarga dan masyarakat, apabila ingin mereka jual.
60
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 8 8.1
BIODIVERSITY Dampak Net Positif Biodiversity (B1)
Manfaat net biodiversity untuk Wilayah Proyek selama masa proyek sudahlah positif. Scenario “tanpa proyek” menyamakan dengan konversi terhadap sebagian besar atau keseluruhan sisa hutan di Wilayah Proyek menjadi perkebunan kelapa sawit, yang saat ini merupakan ancaman terbesar bagi biodiversity di Wilayah Proyek. Penurunan biodiversity yang tajam di Wilayah Proyek melalui dampak negatif langsung atas pembersihan lahan dan dampak tidak langsung terkait (contohnya memberikan akses hutan terpencil untuk perburuan, penebangan hutan illegal dan pengeringan hutan rawa gambut) akan menjadi hasilnya. Sebagai tambahan, hal ini akan memberikan akses yang lebih besar kepada Taman Nasional Tanjung Putting yang tidak mempunyai buffer yang akan menghasilkan dampak yang signifikan pada biodiversity taman dan mengancam program OFI untuk pelepasan orang-utan di dalam taman. Melalui pembuatan proyek Rimba Raya, dampak negatif ini telah dihilangkan dan oleh karena itu proyek ini memiliki dampak net posity biodiversity. Aktifitas yang dilaksanakan atau direncanakan dirangkum dalam Table 12 di bawah ini. Sejak proyek ini dimulai, proyek ini telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dampak net positif biodiversity di wilayah-wilayah tersebut. Secara langsung, proyek ini telah memberikan dukungan finansial kepada OFI utuk melanjutkan pekerjaannya untuk merehabilitasi dan melepaskan kembali orang-utan ke hutan. Secara ridak langsung, proyek ini telah menghilangkan konversi hutan rawa gambut seluas 44,263 dibandingkan dengan scenario baseline. Hutan ini mewakili kebiasaan signifikan yang akan sangat penting bagi perlindungan orang yang sedang berlangsung saat ini untuk masa yang akan datang. Selama beberapa tahun berikutnya, proyek ini akan membangun sebuah pusat pelepasan di dalam Wilayah Proyek dan akan terus melanjutkan untuk memantau dan melindungi perbatasan Proyek dari para penebang hutan dan dampak kebakaran.
v3.0
61
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Table 12. hasil dan Implementasi Biodiversity Aktifitas
Status
Rincian implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
dibutuhkan
yang untuk
Tanggung Jawab
memulai/menyelesaikan aktifitas Mengelola dan menambah hutan di wilayah proyek untuk menghindari terpisahnya hutan HCV1.1 dari Wilayah Proyek Mengizinkan penebangan hutan terpilih utuk konsumsi lokal, tetapi dengan melindngi seluruh hutan yang tersisa.
Telah dimulai
Proyek ini telah menghilangkan konversi hutan rawa gambut menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar.
Jul-09
Masih berlangsung
Patrolii dan pemantauan untuk tiap perencanaan pemantauan
Manajemen RRC
Telah dimulai
Jul-09
Masih berlangsung
Patrolii dan pemantauan untuk tiap perencanaan pemantauan
Manajemen RRC
Perlindungan tehadap Seruyan dan anak sungainya dengan menstabilkan penggunaan lahan dan menanam kembali beberapa wilayah untuk memperbaiki wilayah tepi pantai dan buffer dataran banjir. Program pendidikan untuk masyarakat lokal.
Telah dimulai
Jul-09
Masih berlangsung
Menetapkan program pendidikan
Manajemen RRC
Melindungi semua hutan yang tersisa (khususnya hutan alami) dan lahan basah; mencegah conversi berkelanjutan terhadap agrikultur berskala industry; mengurangi perburuan melalui pendidikan dan kampanye kesadaran. Danau & badan air: pendidikan dan perlindungan wilayah burung yang penting.
Telah dimulai
Proyek ini tidak secara terang-terangan melarang adanya penebangan, bagaimanapun, staf OFI dan Rimba Raya secara rutin berpatrolii ke wilayah untuk menakut-nakuti dan memantau wilayah penting untuk menangkap gangguan yang muncul, yang kemudian dicatat. Penanaman telah dilakukan di wilayah buffer utara. Sebagai tambahan, penanaman juga telah dilakukan di wilayah tengah untuk memperbaiki wilayah kebakaran, melindungi tatah yang digunakan penduduk untuk memancing dan sebagai jalan masuk. Proyek ini telah menghilangkan konversi hutan rawa gambut menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar. Pendidikan perburuan telah dimulai di level SMP dan SMA.
Jul-09
Masih berlangsung
Program kesadaran masyarakat telah dilakukan untuk mendukung tujuan ini.
Manajemen RRC
Proyek ini telah menghilangkan konversi menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar yang menjadikan danau dan badan air tetap utuh.
Jul-09
Masih berlangsung
Program kesadaran masyarakat telah dilakukan untuk mendukung tujuan ini.
Manajemen Proyek RRC
Telah dimulai
v3.0
62
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Aktifitas
Status
Rincian implementasi
Tanggal
Tanggal
Langkah-langkah
Mulai
Selesai
dibutuhkan
yang untuk
Tanggung Jawab
memulai/menyelesaikan aktifitas Tepi sungai beumput dan sungai yang mengalir lambat: pendidikan dan perlindungan burung yang penting untuk bersarang dan mencari makan.
Telah dimulai
Proyek ini telah menghilangkan konversi menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar yang menjadikan danau dan badan air tetap utuh.
Jul-09
Masih berlangsung
Program kesadaran masyarakat telah dilakukan untuk mendukung tujuan ini.
Manajemen Proyek RRC
Ecozone: perlindungan hutan dan lahan basah dari gangguan apapun.
Telah dimulai
Proyek ini telah menghilangkan konversi hutan rawa gambut menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar.
Jul-09
Masih berlangsung
Patrolii dan pemantauan untuk tiap perencanaan pemantauan
Manajemen RRC
Potensi untuk meningkatkan konektifitas hutan level landscape (secara bergantian memulihkan HCV ini) dengan mencegah pengasingan lebih lanjut dari fragmen yang tersisa dan menghubungkan kembali potongan hutan yang tersisa. Melindungi lahan basah dan hutan dimana terdapat ekozone.
Telah dimulai
Proyek ini telah menyelesaikan demarkasi perbatasan dan sedang dalam tahap akhir untuk mengesahkan Lisensi Restorasi Ekosistem.
Jul-09
Masih berlangsung
Patrolii dan pemantauan untuk tiap perencanaan pemantauan
Manajemen RRC
Telah dimulai
Proyek ini telah menghilangkan konversi menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar yang menjadikan lahan basah dan hutan terlindungi.
Jul-09
Masih berlangsung
Patrolii dan pemantauan untuk tiap perencanaan pemantauan
Manajemen Proyek RRC
Melindungi lahan basah dan hutan; mengurangi perburuan
Telah dimulai
Jul-09
Masih berlangsung
Patrolii dan pemantauan untuk tiap perencanaan pemantauan
Manajemen Proyek RRC
Hutan yang tidak terlalu jelas di wilayah HCV 3
Telah dimulai
Proyek ini telah menghilangkan konversi menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar yang menjadikan lahan basah dan hutan terlindungi. Proyek ini telah menghilangkan konversi hutan rawa gambut menjadi kelapa sawit seluas 44,263 hektar.
Jul-09
Masih berlangsung
Patrolii dan pemantauan untuk tiap perencanaan pemantauan
Manajemen RRC
v3.0
63
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 8.2
Dampak Negatif Offsite Biodiversity (B2)
Untuk mengukur dampak offsite terhadap biodiversity yang mungkin disebabkan oleh proyek, pemrakarsa proyek telah memantau pergerakan dan aktifitas bisnis dari perusahaan kelapa sawit yang akan memberhentikan izin mereka di Wilayah Proyek sebagai hasil dari aktifitas proyek. Proyek ini juga akan mendokumentasikan dimensi ekonomi politik dari aktifitas penebangan hutan illegal di Wilayah Proyek (contohnya asal penebang, siapa yang mendanai penebang) dan melaporkan aktifitas tersebut kepada pihak yang berwenang. Kesempatan kerja alternative akan dicari
oleh
penghuni
lokal
yang
terlibat
dalam
penebangan
illegal
melalui
prakarsa
pengembangan masyarakat. Proyek ini juga akan berusaha melacak dimana pengoperasioan penebangan hutan illegal ini berpindah, dengan cara memantau dampak offsite biodibersity. Perlu dicatat, pada akhirnya, bahwa potensi dampak negatif biodiversity manapun akan menjadi lebih dari pengganti kerugian dengan peran proyek sebagai buffer fisi untuk TPNP dan perlindungan yang akan ditawarkan proyek untuk biodiversity taman. Table 13 di bawah meringkas aktifitas yang diusulkan dan status implementasi.
v3.0
64
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Table 13. Dampak negatif offsite Biodiversity Aktifitas
Status
Rincian Implementasi
Tanggal Mulai
Tanggal Selesai
Pemantauan aktifitas bisnis dari perusahaan kelapa sawit yang akan memberhentikan izin mereka di Wilayah Proyek. Mendokumentasikan dimensi ekonomi dari aktivitas penebangan hutan illegal dan melaporkannya kepada pihak yang berwenang. Menyediakan kesempatan kerja altenatif.
Telah dimulai
Proyek ini telah memantau dan melaporkan aktifitas penebang hutan di wilayah buffer yang bocor.
Jul-09
Sedang berlangsung
Telah dimulai
Proyek ini telah memantau dan melaporkan penebangan hutan illegal manapun yang diidentifikasi di wilayah Carbon Accounting dan wilayah buffer.
Aug-13
Telah dimulai
Melacak lokasi pengoperasian penebangan ilegal.
Telah dimulai
Proyek ini mengontrak warga lokal untuk menyediakan transportasi dan dukungan logistic untuk tempat kerja. Layanan ini sangat diharapkan dapat diperpanjang untuk penanaman dan pembangunan saat aktifitas berkembang. Sebagai tambahan, 23 personil tetap telah dipekerjakan untuk bepatrolii, mensurvei, memadamkan kebakaran dan untuk aktifitas lainnya dengan tambahan 10 orang yang akan direkrut di Q1 tahun 2015 dan 33 pekerja musiman yang akan direkrut di Q2 tahun 2015. Pemantauan tahunan tidak mengindikasikan adanya aktifitas illegal di dalam Wilayah Proyek.
v3.0
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memulai/menyelesaikan aktifitas Remote sensing tahunan sebagaimana dijelaskan dalam rencana pemantauan.
Tanggung Jawab
Sedang berlangsung
Remote sensing daan pengukuran berbasis tanah tahunan sebagaimana dijelaskan dalam rencana pemantauan.
Manajer Proyek RRC
Jul-09
Sedang berlangsung
Saat aktivitas proyek mendapatkan momentum, aka nada lebih banyak kesempatan kerja yang tersedia bagi masyarakat lokal.
Manajer Proyek RRC
Aug-13
Sedang berlangsung
Remote sensing daan pengukuran berbasis tanah tahunan sebagaimana dijelaskan dalam rencana pemantauan.
Manajer Proyek RRC
65
Manajer Proyek RRC
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
8.3
Manfaat Khusus untuk Biodiversity (GL3)
Sejumlah 54 spesies yang terdaftar sebagai Sangat Terancam Punah atau Terancam Punah oleh IUCN kemungkinan berada di Wilayah Proyek Rimba Raya, dimana 17 diantaranya sudah dipastikan ada. Tambahan sebanyak 40 spesies yang terdaftar sebagai Rentan oleh IUCN kemungkinan berada di Wilayah Proyek, yang mana 13 diantaranya dipastikan berada di TPNP. Konservasi Wilayah Proyek telah melindungi spesies-spesies ini. Survey lapangan atas spesies yang ada di Wilayah proyek sedang dilangsungkan untuk memantau keberadaan dan ketiadaan dan di beberapa kasus kelimpahan beberapa spesies ini. Table : Spesies Kritis atau Langka di dalam Wilayah Proyek.
Total Perkiraan dan Jumlah Pasti dari Spesies Langka (EN), Kritis (CR) & Rentan (VU) yang ditemukan di Wilayah Proyek Spesies CR & EN
Species VU
Total (diketahui)
Total (diketahui)
Mamalia
8 (6)
21 (12)
Burung
1 (1)
8 (6)
Tanaman
39 (7)
6 (1)
Reptil
6 (3)
5 (0)
Total
54 (17)
40 (19)
Tabel : Daftar Spesies Kritis dan Langka
Spesies Langka dan Terancam yang ditemukan di Wilayah Proyek Mamalia
Catopuma badia
Kucing Rawa Borneo
EN
Hylobates albibarbis
Ungko Borneo
EN
Lutra sumatrana
Berang-berang
EN
Manis javanica
Trenggiling Sunda
EN
Nasalis larvatus
Bekantan
EN
Pongo pygmaeus
Orangutan Kalimantan
EN
Bangau Storm
EN
Keruing Belangiran Meranti Batu
CR
Burung
Ciconia stormi Tanaman
Dipterocarpus coriaceus Shorea balangeran Shorea platycarpa
v3.0
CR CR
66
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition
Balau Merah Meranti Merah Meranti Kulit Buaya Resak Julong
CR
Tomistoma schlegelii
Buaya Senyulong
EN
Orlitia borneensis
Kura-kura Biyuku
EN
Manouria emys
Kura-kura Baning Coklat
EN
Shorea quiso Shorea leprosula Shorea teysmaniana Vatica mangapchoi
EN EN EN
Reptil
Tabel : Spesies Rentan
Spesies Rentan yang ditemukan di Wilayah Proyek Mamalia Arctictis binturong
Binturong
Helarctos malayanus
Beruang Madu
Hipposideros ridleyi Macaca nemestrina
Kelelawar Daun Beruk
Megaerops wetmorei
Kelelawar Buah Kecil
Murina aenea
Kelelawar Bulu Emas
Murina rozendaali
Gilded tube nosed bat
Neofelis diardi
Macan Dahan
Nycticebus menagensis
Kukang Kalimantan
Rusa unicolor
Rusa Sambar
Sus barbatus
Babi Janggut
Tarsius bancanus
Binatang Hantu Sunda
Burung Leptoptilos javanicus
Bangau Tong-tong
Treron capellei
Punai Besar
Lophura erythrophthalma
Sempidan Biru
Melanoperdix nigra Pitta baudii
Puyuh Hitam Paok Kepala Biru
Setornis criniger
Empuloh Pruh-kait
Tanaman Gonystylus bancanus
v3.0
Ramin
67
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition 9 9.1
INFORMASI TAMBAHAN Catatan dan Informasi
Terkait dengan Persyaratan VCS, semua dokumen dan catatan disimpan dengan aman dan mudahdiperbaiki. Pendukung proyek berkomitmen dalam penyimpanan data setidaknya dua tahun setelah berakhirnya periode pengkreditan proyek. Sumber data berbentuk elektronik dan Salinan fisik disimpan di lokasi yang dipaparkan di Table : Lokasi Penyimpanan Data dan Informasi Data / Informasi
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
Dokumen rancangan proyek/perencanaan/pro sedur
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10 Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111, Indonesia
Environmental Accounting Services (EAS) 50 Charles Court, Lake Hawea, Wanaka RD2, 9382New Zealand
Citra Satelit
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10 Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111, Indonesia
Dokumen perubahan penggunaan dan tutupan lahan
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10 Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111, Indonesia
Salinan fisik dari patroli lapangan
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10 Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111, Indonesia
PT Pandu Maha Wana Asia Pacific Consulting Solutions Jl. Veteran, Gg Jempinis No.17, Banjar Uma Kepuh, Desa Buduk. Mengwi, Badung 80351 Bali - Indonesia PT Pandu Maha Wana Asia Pacific Consulting Solutions Jl. Veteran, Gg Jempinis No.17, Banjar Uma Kepuh, Desa Buduk. Mengwi, Badung 80351 Bali - Indonesia Rimba Raya Field Office Jl .Nangka II No.62 RT/RW : 08/02 Kel. Ketapang, Kec. Mentawa Baru Hulu Sampit – Kalimantan Tengah
PT Pandu Maha Wana Asia Pacific Consulting Solutions Jl. Veteran, Gg Jempinis No.17, Banjar Uma Kepuh, Desa Buduk. Mengwi, Badung 80351 Bali - Indonesia Remote Sensing Solutions (RSS) Isarstr. 3 82065 Baierbrunn, Munich
Laporan Patroli Lapangan terkait dengan Karbon dan Biodiversity
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10 Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111, Indonesia
Rimba Raya Field Office Jl .Nangka II No.62 RT/RW : 08/02 Kel. Ketapang, Kec. Mentawa Baru Hulu Sampit – Kalimantan Tengah
Data lapangan pelibatan masyarakat
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10
World Education World Education Jalan Tebet Dalam IV-D Number
v3.0
Remote Sensing Solutions (RSS) Isarstr. 3 82065 Baierbrunn, Munich
PT Pandu Maha Wana Asia Pacific Consulting Solutions Jl. Veteran, Gg Jempinis No.17, Banjar Uma Kepuh, Desa Buduk. Mengwi, Badung 80351 Bali - Indonesia PT Pandu Maha Wana Asia Pacific Consulting Solutions Jl. Veteran, Gg Jempinis No.17, Banjar Uma Kepuh, Desa Buduk. Mengwi, Badung 80351 Bali - Indonesia Rimba Raya Field Office Jl .Nangka II No.62
68
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition Data / Informasi
Laporan Ringkasan Pelibatan Masyarakat
Penghitungan
dan
Laporan Pemantauan
9.2
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111, Indonesia
5A Jakarta Indonesia
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10 Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111, Indonesia
World Education World Education Jalan Tebet Dalam IV-D Number 5A Jakarta 12810 Indonesia
Orangutan Foundation International (OFI) Jalan Hasanuddin No. 10 Blk DKD Pangkalan Bun Kalimantan Tengah 74111, Indonesia
PT Pandu Maha Wana Asia Pacific Consulting Solutions Jl. Veteran, Gg Jempinis No.17, Banjar Uma Kepuh, Desa Buduk. Mengwi, Badung 80351 Bali - Indonesia
12810
RT/RW : 08/02 Kel. Ketapang, Kec. Mentawa Baru Hulu Sampit – Kalimantan Tengah Rimba Raya Field Office Jl .Nangka II No.62 RT/RW : 08/02 Kel. Ketapang, Kec. Mentawa Baru Hulu Sampit – Kalimantan Tengah Environmental Accounting Services (EAS) 50 Charles Court, Lake Hawea, Wanaka RD2, 9382,New Zealand
Jaminan Kualitas dan Kontrol Kualitas
Sebuah proses Kontrol Kualitas (QC) dan Jaminan Kualitas (QA) telah dikembangkan dan dilaksanakan. Prosedur secara rinci dijelaskan di dalam ‘QA_QC ProcessV1.2’. sebuah ringkasan singkat dari prosedur QA/QC dijelaskan di bawah ini 9.2.1
Prosedur Pengukuran Lapangan dan Pengumpulan Data Lapangan
Untuk memverifikasi bahwa petak-petak telah dipasang dan pengukuran telah dilakukan dengan benar, 10-20% petak harus dipilih secara acak dan diukur kembali secara independen. Elemen penting utuk pengukuran kembali termasuk lokasi petak, DBH dan tinggi pohon. Data pengukuran kembali harus dibandingkan dengan data pengukuran yang asli. Jika penyimpangan yang terjadi antara pengukuran dan pengukuran kembali dibawah 5% akan dianggap dapat diterima dan dianggap eror jika diatas 5%. Eror yang ditemukan, harus diperbaiki dan dicatat. Semua eror yang ditemukan harus dinyatakan sebagai persentase semua petak yang telah diperiksa ulang untuk memberikan perkiraan kesalahan pengukuran. 9.2.2
Penginderaan Jauh
Data yang penginderaan jauh dikumpulkan dan diproses berdasarkan prosedur QA/QC yang dijelaskan di GOFC-GOLD Sourcebook. Penilaian ketepatan perubahan tutupan lahan yang terdeteksi di dalam periode pemantauan dilaksanakan secara konsisten dengan GOFC-GOLD Sourcebook. Sebuah matriks kekacauan yang menggambarkan kekeliruan dari kelalaian dan komisi dibuat. Prosedur ini akan terus diikuti untuk tiap citra yang diambil dan diklasifikasikan sebagai bagian dari program pemantauan. Proyek ini bekerja dengan konsultan independen (RSS) yang sangat berpengalaman di bidang teknik penginderaan jauh di hutan rawa gambut di Kalimantan.
v3.0
69
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition RSS terus membantu proyek ini untuk meningkatkan Standard Operating Procedures (SOP) penginderaan jauhnya. SOP Proyek yang menggambarkan proses pengolahan oleh RSS berjudul SOPLandCoverChange_LandCoverChangeAnalysis_External.docx.
Pendokumentasian
analisa
penggunaan lahan/tutupan lahan saat ini dan pendeteksian perubahan akan membantu dalam pelaporan kegiatan proyek yang konsisten di antara periode pemantauan. 9.2.3
Pemasukan Data dan analisa
Perhitungan yang tepat atas cadangan karbon di carbonpools memerlukan pemasukan data yang tepat dalam spreadsheet analisa data. Untuk meminimalisir kekeliruan yang mungkin terjadi di dalam proses ini, pemasukan baik data lapangan dan laboratorium harus ditinjau ulang menggunakan penilaian ahli dan, jika diperlukan, perbandingan dengan data independen untuk memastikan bahwa data yang dimasukkan masuk akal. Komunikasi antara semua personel yang terlibat dalam pengukuran dan penganalisaan data harus digunakan untuk menyelesaikan keganjilan yang muncul sebelum analisa akhir atas data pemantauan selesai. Jika ada masalah dengan data petak pemantauan yang tidak dapat diselesaikan, maka petak tersebut tidak digunakan di dalam analisa. 9.2.4
Penyimpanan data
Dikarenakan kegiatan proyek Rimba Raya yang bersifat jangka panjang, data harus diarsipkan dan dipelihara dengan aman. Pengarsipan data harus dalam bentuk elektronik dan lembaran data yang dicetak, dan salinan semua data harus disediakan bagi setiap peserta proyek. Semua data dan laporan berbentuk elektronik harus disalin pada media yang berdaya tahan lama seperti CD dan salinan CD disimpan di berbagai lokasi. Arsip harus termasuk:
Salinan semua data pengukuran lapangan, data laboratorium dan spreadsheet analisa yang asli
Perkiraan perubahan cadangan karbon di semua carbonpools dan Gas Rumah Kaca (GRK) selain CO2 dan spreadsheet penghitungan terkait;
Produk GIS (termasuk semua foto udara jika tersedia)
Salinan laporan pengukuran dan pemantauan
Lokasi penyimpanan yang ada sekarang dari semua dokumen yang terdaftar di Seksi 6 di Laporan pemantauan ini
v3.0
70
PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition APPENDIX
1
–
CITRA YANG
DIGUNAKAN
DI
DALAM
ANALISA
CAKUPAN
LAHAN
PENGGUNAAN LAHAN Satelit
Path/Row
Tanggal perolehan
119/062
2010-01-16
Landsat-7
119/062
2012-06-06
Landsat-7
119/062
2012-05-05
Landsat-7
119/062
2012-10-12
Landsat-7
119/062
2012-09-10
Landsat-7
119/062
2011-11-11
Landsat-7
119/062
2013-08-12
Landsat-8
119/062
2013-06-01
Landsat-8
119/062
2013-04-30
Landsat-8
119/062
2013-07-03
Landsat-7
119/062
2013-06-25
Landsat-8
119/062
2014-08-23
Landsat-8
119/062
2014-07-22
Landsat-8
119/062
2014-09-24
Landsat-7
119/062
2014-06-12
2010 Landsat-5 2012
2013
2014
v3.0
71