MODULUS ELASTISITAS DAN KEKUATAN TEKAN GLUED LAMINATED TIMBER (GLULAM)
Lilis Tambunan E 24104033
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN Lilis Tambunan, Modulus Elastisitas dan Kekuatan Tekan Glued Laminated Timber (Glulam), Skripsi, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Dibawah bimbingan Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si dan Prof. Dr. Ir Muh Yusram Massijaya, MS. Latar Belakang Diversifikasi pemanfaatan jenis kayu, termasuk yang berasal dari hutan rakyat, merupakan salah satu upaya memenuhi kebutuhan atas kayu yang terus bertambah sembari tetap menjaga kelestarian hutan alam. Jenis kayu dari hutan rakyat pada umumnya berdiameter kecil dan berumur muda. Dalam penggunaannya diperlukan penanganan khusus guna meningkatkan sifat kekuatan dan kekakuannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan merekayasa glue laminated timber (glulam) dari kayu yang tersedia. Glulam bisa menerima beban aksial ataupun lentur/bending. Struktur yang menerima beban aksial tekan atau tarik adalah tiang dan komponen kuda-kuda. Material yang menerima beban aksial akan mengalami perubahan bentuk berupa perpendekan atau perpanjangan. Besarnya perubahan bentuk ini berhubungan erat dengan modulus elastisitas material. Metode. Ukuran papan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2x5x176 cm yang terdiri dari 4 jenis kayu, yaitu kayu Nangka, kayu Afrika, kayu Sengon kayu Randu dan perekat isosianat merk koyobond. Untuk Face dan Back digunakan kayu Nangka dan untuk Core digunakan kayu Sengon, Afrika dan Kayu Randu. Contoh uji kecil bebas cacat berukuran 2x2x8 cm, yang digunakan untuk pengujian Kadar air, BJ, MOE tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat, kekuatan tekan (Fc) sejajar serat dan kekuatan tekan tegak lurus serat. Untuk glulam tekan sejajar muka lamina berukuran 6x5x5 cm dan glulam tekan tegak lurus muka lamina berukuran 6x5x20 cm. Penghitungan MOE dihitung dengan dua metode yaitu metode pertama dan metode kedua (Bahtiar 2008). Nilai MOE lamina penyusun glulam metode pertama tekan tegak lurus serat kayu Nangka 5,3x103 kg/cm², kayu Afrika 4,1x103 kg/cm², kayu Sengon 3,4x103kg/cm² dan kayu Randu 1,7x103 kg/cm², sedangkan untuk tekan sejajar serat kayu Nangka adalah 2,2x104 kg/cm², kayu Afrika 1,5x104 kg/cm², kayu Sengon 1,3 x104 kg/cm² dan kayu Randu 7,2x103 kg/cm². Rata-rata MOE untuk metode kedua tekan tegak lurus adalah untuk kayu Nangka 4,7x103 kg/cm², kayu Afrika 3,3x103 kg/cm², kayu Sengon 3,8x103 kg/cm² dan untuk kayu Randu 1,7x103 kg/cm²,
sedangkan untuk nilai MOE tekan sejajar serat kayu Nangka 2,1x104 kg/cm², kayu Afrika 1,4 x104 kg/cm², kayu Sengon 1,2 x104 kg/cm² dan untuk kayu Randu 6,8 x103 kg/cm². Nilai
kekuatan tekan sejajar serat kayu penyusun glulam untuk 2
kayu
2
Nangka sebesar 383,16 kg/cm , kayu Sengon 302,91 kg/cm , kayu Afrika 279,40 kg/cm2, dan kayu Randu 125,82 kg/cm2. Sedangkan nilai kekuatan tekan tekan tegak lurus serat kayu Nangka sebesar 66,70 kg/cm2, kayu Afrika 42,60 kg/cm2, kayu Sengon 34,50 kg/cm2, dan kayu Randu 20,20 kg/cm2. Nilai rata-rata modulus elastis untuk glulam sejajar muka lamina dengan core kayu Afrika 9,103 kg/cm2, dengan core kayu Sengon 7,3x103 kg/cm2 dan glulam dengan core randu adalah 6,0x103 kg/mm2 , Sedangkan untuk glulam tekan tegak lurus muka lamina, untuk core kayu Afrika 4,1x103 kg/cm2 core kayu Sengon 3,7x103 kg/cm2 dan untuk glulam dengan core kayu Randu adalah sebesar 2,9x103 kg/cm2. Nilai kekuatan tekan untuk glulam sejajar muka lamina dengan core kayu Afrika 61,42 kg/cm2, dengan core kayu Sengon 56,35 kg/cm2
dan glulam dengan core randu adalah 37,09 kg/cm2
Sedangkan untuk glulam tekan tegak lurus muka lamina, untuk core kayu Afrika 5,63 kg/cm2 core kayu Sengon 4,51 kg/cm2 dan untuk glulam dengan core kayu Randu adalah sebesar 4,11 kg/cm2. Bila dibandingkan antara metode pertama dan metode kedua berbeda nyata untuk semua jenis kayu. Perbedaan nilai MOE metode pertama dan metode kedua ini disebabkan pada saat menghitung ΔP/Δy, metode pertama hanya memakai sebagian data (persamaan linier, ± 10% dari data keseluruhan), sedangkan metode kedua menggunakan sebagian besar dari data keseluruhan (persamaan linier dan kuadratik ± 90%). Oleh sebab itu, MOE yang diperoleh dari metode pertama memiliki kecenderungan overestimate dibandingkan dengan metode kedua. Untuk nilai MOE tekan sejajar serat lebih besar bila dibandingkan dengan tekan tegak lurus serat. Kata kunci : MOE, Kekuatan tekan, Glulam.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi: Modulus Elastisitas dan Kekuatan Tekan Glued Laminated Timber (Glulam) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Lilis Tambunan NIM E24104033
MODULUS ELASTISITAS DAN KEKUATAN TEKAN GLUED LAMINATED TIMBER (GLULAM)
Lilis Tambunan E 24104033
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul penelitian
: Modulus Elastisitas dan Kekuatan Tekan Glued Laminated Timber (Glulam)
Nama
: Lilis Tambunan
NIM
: E24104033
Disetujui:
Ketua,
Anggota,
Effendi Tri Bahtiar S.Hut, MSi
Prof.Dr.Ir.Muh Yusram Massijaya, MS
NIP. 19760212 200012 1 002
NIP. 19641124 198903 1 004
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir Hendaryanto M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001
Tanggal pengesahan :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Muara Nauli di tepian Danau Toba, Sumatera Utara pada tanggal 10 Oktober 1986 sebagai anak kelima dari lima bersaudara dalam keluarga Bapak Karnace Tambunan dan Ibu Helmin Aritonang. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Inpres No 173365 Muara Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 01 Muara, Kabupaten Tapanuli Utara dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Negeri 01 Muara. Pada tahun 2004, penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan memilih Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan, yaitu unit kegiatan mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB 2004-2008, ASEAN Forestry Students Association (AFSA) LC IPB sebagai anggota, Himasiltan IPB sebagai anggota, serta berbagai kepanitiaan kegiatan. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Cilacap-Batu Raden, Jawa Tengah dan Praktek Umum Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PUPHTL) di Getas Ngawi, Jawa Timur. Penulis juga telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk., Porsea Sumatera Utara. Penulis juga mendapat kepercayaan dari Persekutuan Mahasiswa Kristen sebagai Asisten Agama Kristen Protestan pada tahun ajaran 2005/2006. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan kegiatan praktek khusus (skripsi) dalam bidang keteknikan kayu dengan judul “Modulus Elastisitas dan Kekuatan Tekan Glued Laminated Timber (Glulam) ” di bawah bimbingan Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M. Si dan Prof. Dr. Ir. Muh Yusram Massijaya, MS.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan hikmat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyusun karya ilmiah yang berjudul Modulus Elastisitas dan kekuatan Tekan Glued Laminated Timber (Glulam). Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis ini. Penulis juga menyadari karya ini masih jauh dari sempurna. Segala kritikan dan saran penulis terima dengan senang hati. Semoga karya ini dapat berguna bagi kita semua. Amen. Bogor, Agustus 2009 Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, MSi dan Prof. Dr. Ir. Muh Yusram Massijaya, MS selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus dalam membimbing dan memberi pengarahan serta nasehat kepada penulis. 2. Kedua orang tua penulis (Mama dan Papa) serta sisters dan Brothers (Ully, Lambok, Yusuf, Tika, Sahat, dan Taufik), uda Jambi, uda Timika serta seluruh keluarga yang selalu setia mendoakan penulis dan dengan tulus mencurahkan kasih sayang, perhatian serta biaya sehingga penulis dapat menyelesaiakan pendidikan. 3. Dr. Ir Endes Dahlan, MS sebagai dosen penguji dari departemen KSHE dan Dr. Basuki Wasis MS dari departemen Silvukultur, yang banyak memberikan masukan kepada penulis. 4. Rexon Harris Simajuntak, SSiT thank you so much for your pray, motivation and your attention to bring me joy and happiness and give me new spirit. 5. Bapak Adrian dari PT. Lemindo Abady Jaya Cilenggsi, yang telah menyediakan perekat bagi penulis. 6. Laboran dari Lab Rekayasa kayu dan Lab Peningkatan mutu kayu (Prop Irvan, Pak Kadiman dan Mbak Esti). 7. Teman-teman di keteknikan ers (Ema, Ajo, Adi Satriawan, Hans, Febri, Yanto, Meyta) dan teman-teman di THH khususnya (Fath boy, Citra, Nopi, Hendra,Ali). 8. Team Solusi Life, Ka Hetty MSi, ka dr. Ruth Diana, ka Sita STP yang selalu setia memberikan dukungan doa kepada dan yang menjadi teman penulis berbagi baik dalam suka maupun duka. 9. Sohib
penulis Bli I Gusti Bagus Adeputra Prakarsa (ade) SSiT yang selalu
bertanya kapan seminar, kapan Sidang, kapan Wisuda, dan yang menjadi tempat penulis berbagi selama penulisan skipsi ini dan yang selalu mengajarkan penulis untuk disiplin. 10.
Alamanda Crews (Mba Nani, Hana, Fani, Qla, Janet, Early, Anty, Maria, Eta,
Desni) ”gak ada lu-lu pada gak rame”. 11. Seluruh dosen dan Staff pegawai Fakultas kehutanan terutama bagian rekayasa kayu. 12. PMK E dan KEMAKI E, serta Bang Gustaf dan Ka Ike yang selalu mendukung penulis dalam doa dan memberi smangat kepada penulis.
13. Teman-teman THH 41, KSH 41, BDH 41 dan MNH 41 semoga kita tetap kompak. 14. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
Daftar isi
......................................................................................................................... i
Daftar gambar................................................................................................................... iii Daftar tabel ....................................................................................................................... iv Daftar lampiran ................................................................................................................. v BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1 Latar belakang ................................................................................................. 1 1.2. Tujuan ............................................................................................................ 2 1.3 Manfaat ........................................................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3 2.1Reaksi beban terhadap beban aksial................................................................. 3 Tegangan Normal ............................................................................................. 3 Rengangan Normal........................................................................................... 4 Kurva tegangan-regangan ................................................................................. 4 Hukum Hook ................................................................................................... 5 2.2 Deskripsi sifat-sifat kayu yang digunakan ...................................................... 6 Kayu sengon (Paraserianthes falcataria) ....................................................... 6 Kayu Afrika (Maesopsis eminii)...................................................................... 6 Nangka (Arthocarpus heterophyllus) ............................................................... 7 Kapuk (Ceiba pentrandra) .............................................................................. 8 2.3 Sifat Fisis dan Mekanis kayu .......................................................................... 8 2.4 Defenisi Glulam ............................................................................................ 10 Sejarah dan perkembangan ............................................................................. 10 Kelebihan dan kekurangan glulam ................................................................. 11 Penggunaan glulam......................................................................................... 12 2.5 . Perekat .......................................................................................................... 14 BAB III METODELOGI ................................................................................................ 16 3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 16 3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 16
ii Pembuatan Contoh Uji ........................................................................................ 17 Sifat-sifat yang diuji ............................................................................................. 17 Pengujian sifat fisis .............................................................................................. 18 Pengujian sifat mekanis glulam ........................................................................... 19 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 22 4.1 Sifat Fisis ....................................................................................................... 22 Kadar Air ...................................................................................................... 24 Berat Jenis .................................................................................................... 25 4.2 Kurva Beban-Deformasi .............................................................................. 25 4.3 Sifat Mekanis Contoh Kecil Bebas Cacat .................................................... 30 Modulus Elastisitas (MOE) Contoh Kecil Bebas Cacat .............................. 30 4.4 kekuaatan tekan Contoh Kecil Bebas Cacat ................................................. 36 4.5 Sifat Mekanis Glulam................................................................................... 37 Modulus Elastisitas (MOE) Glulam ............................................................. 37 Perbandingan MOE glulam dibanding lamina penyusunnya ....................... 40 Perbandingan kekuatan glulam dibanding lamina penyusunnya ................. 41 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 46 5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 46 5.2 Saran .............................................................................................................. 46 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 47 LAMPIRAN .................................................................................................................... 51
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penampang yang mengalami gaya tarik dan tekan .......................................... 3 Gambar 2 Kurva tegangan-regangan ................................................................................ 4 Gambar 3 Pembuatan contoh uji. .................................................................................... 17 Gambar 4 Pembuatan papan lamina. ............................................................................... 19 Gambar 5 Pengujian tekan tegak lurus muka lamina. ..................................................... 20 Gambar 6 pengujian tekan sejajar muka lamina ............................................................. 21 Gambar 7 Contoh kurva Beban Deformasi kayu Nangka............................................... 28 Gambar 8 Contoh kurva Beban Deformasi kayu Afrika................................................. 29 Gambar 9 Contoh kurva Beban Deformasi kayu Randu................................................. 29 Gambar 10 Contoh kurva beban Deformasi kayu Sengon .............................................. 29 Gambar 11 Kurva Distribusi MOE konvensional ckbc tekan // serat ............................. 33 Gambar 12 Kurva Distribusi MOE Bahtiar ckbc tekan // serat ...................................... 33 Gambar 13 Kurva Distribusi MOE konvensional ckbc tekan ⊥ serat ........................... 33 Gambar 14 Kurva Distribusi MOE Bahtiar ckbc tekan ⊥ serat ...................................... 34 Gambar 15 Hubungan antara MOE metode
Bahtiar dengan MOE metode
konvensional tekan // serat ............................................................................................. 35 Gambar 16 Hubungan antara MOE metode
Bahtiar dengan MOE metode
konvensional tekan ⊥ serat............................................................................................. 35 Gambar 17 Kurva distribusi MOE tekan sejajar serat, Glulam di banding dengan Lamina ............................................................................................................................ 42 Gambar 18 Kurva distribusi MOE tekan tegak lurus serat, Glulam di banding dengan Lamina ............................................................................................................................ 42 Gambar 19 Kurva distribusi kekuatan tekan sejajar serat Glulam dengan lamina penyusunnya.................................................................................................................... 44 Gambar 20 Kurva distribusi kekuatan tekan tegak lurus serat Glulam dengan lamina penyusunnya.................................................................................................................... 44
iv DAFTAR TABEL
Table 1. Susunan papan yang akan dibuat untuk tekan tegak lurus muka lamina ......... 19 Table 2. Susunan papan yang akan dibuat untuk tekan sejajar muka lamina ................. 19 Tabel 3 Nilai rata-rata kadar air dan berat jenis contoh kecil bebas cacat ke empat jenis kayu penyusun Glulam ........................................................................................... 22 Tabel 4 Nilai rata-rata kadar air dan berat jenis tiga tipe glulam tekan sejajar serat muka lamina .................................................................................................................... 23 Tabel 5 Nilai rata-rata kadar air dan berat jenis tiga tipe glulam tekan tegak lurus muka lamina .................................................................................................................... 24 Tabel 6 Rata-rata defleksi dan beban pada batas elastis empat jenis kayu penyusun glulam tekan tegak lurus serat ......................................................................................... 26 Tabel 7 Rata-rata defleksi dan beban pada batas elastis empat jenis kayu penyusun glulam tekan sejajar serat ................................................................................................ 26 Tabel 8 Nilai rata-rata deformasi empat jenis kayu penyusun glulamtekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat..................................................................................... 27 Tabel 9 Nilai rata-rata pembebanan empat jenis kayu penyusun glulam tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat..................................................................................... 27 Tabel 10 Nilai rata-rata MOE contoh kecil bebas cacat yang diuji secara tekan tegak lurus serat ........................................................................................................................ 31 Tabel 11 nilai rata-rata MOE contoh kecil bebas cacat yang diuji secara tekan sejajar serat ................................................................................................................................. 31 Tabel 12 Nilai MOE sejajar serat dan tekan tegak lurus serat untuk metode terbaru .... 36 Tabel 13 Nilai Kekuatan tekan contoh kecil bebas cacat untuk tekan sejajar serat ........ 36 Tabel 14 Nilai Kekuatan tekan contoh kecil bebas cacat untuk tekan tegak lurus serat . 37 Tabel 15 MOE glulam tekan sejajar muka lamina dan tekan tegak lurus muka lamina . 38 Tabel 16 Kekuatan tekan glulam..................................................................................... 40
v Daftar lampiran
Lampiran 1A Kadar air dan Berat jenis ckbc tekan tegak lurus serat ............................. 52 Lampiran 1B Kadar air dan Berat jenis ckbc tekan sejajar serat ................................... 54 Lampiran 2A Kadar air dan Berat jenis glulam tekan sejajar serat................................. 56 Lampiran 2B Kadar air dan Berat jenis glulam tekan tegak lurus serat.......................... 56 Lampiran 3A Kurva beban deformasi ckbc tekan tegak lurus serat ............................. 57 Lampiran 3B Kurva beban deformasi ckbc tekan sejajar serat ..................................... 65 Lampiran 4A MOE metode konvensional dan metode terbaru ckbc tekan sejajar serat 73 Lampiran 4B MOE metode konvensional dan metode terbaru ckbc tekan tegak lurus serat ................................................................................................................................ 78 Lampiran 5A MOE glulam tekan sejajar serat .............................................................. 83 Lampiran 5BMOE glulam tekan tegak luru serat ......................................................... 83 Lampiran 6A kekuatan tekan ckbc tekan sejajar serat ................................................... 84 Lampiran 6B kekuatan tekan ckbc tekan tegak lurus serat ............................................ 86 Lampiran 7A kekuatan tekan glulam tekan sejajar muka lamina .................................. 89 Lampiran 7A kekuatan tekan glulam tekan tegak lurus muka lamina ........................... 89 Lampiran 8A uji-t berpasangan kayu nangka tekan sejajar serat ................................... 90 Lampiran 8B uji-t berpasangan kayu sengon tekan sejajar serat ................................... 92 Lampiran 8C uji-t berpasangan kayu afrika tekan sejajar serat ..................................... 92 Lampiran 8D uji-t berpasangan kayu randu tekan sejajar serat ..................................... 93 Lampiran 9A uji-t berpasangan kayu nangka tekan tegak lurus serat ........................... 94 Lampiran 9B uji-t berpasangan kayu sengon tekan tegak lurusserat ............................. 95 Lampiran 9C uji-t berpasangan kayu afrika tekan tegak lurus serat .............................. 96 Lampiran 9D uji-t berpasangan kayu randu tekan tegak lurus serat ............................ 96 Lampiran 10 uji-t berpasangan ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus ..... 97 Lampiran 11A uji-t berpasangan deformasi ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus kayu nangka ................................................................................................ 99 Lampiran 11B uji-t berpasangan deformasi ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus kayu sengon ............................................................................................. 101
vi Lampiran 11C uji-t berpasangan deformasi ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus kayu afrika ................................................................................................ 101 Lampiran 11D uji-t berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus kayu randu ................................................................................................. 102 Lampiran 12A uji-t berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus kayu nangka .............................................................................................. 103 Lampiran 12B uji-t berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus kayu sengon ............................................................................................. 104 Lampiran 12C uji-t berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus kayu afrika ................................................................................................ 105 Lampiran 12D uji-t berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus kayu randu ................................................................................................. 105 Lampiran 13A perbandingan MOE lamina dengan glulam tekan sejajar serat ........... 107 Lampiran 13B perbandingan MOE lamina dengan glulam tekantegak lurus serat ..... 107 Lampiran 13A perbandingan kekuatan tekan lamina dengan glulam tekan sejajar serat ............................................................................................................................... 108 Lampiran 13B perbandingan kekuatan tekan lamina dengan glulam tekantegak lurus serat ............................................................................................................................... 108
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diversifikasi pemanfaatan jenis kayu, termasuk yang berasal dari hutan rakyat, merupakan salah satu upaya memenuhi kebutuhan atas kayu yang terus bertambah sembari tetap menjaga kelestarian hutan alam. Jenis kayu dari hutan rakyat pada umumnya berdiameter kecil dan berumur muda. Dalam penggunaannya diperlukan penanganan khusus guna meningkatkan sifat kekuatan dan kekakuannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan merekayasa glue laminated timber (glulam) dari kayu yang tersedia. Glulam bisa menerima beban aksial ataupun lentur/bending. Struktur yang menerima beban aksial tekan atau tarik adalah tiang dan komponen kuda-kuda. Material yang menerima beban aksial akan mengalami perubahan bentuk berupa perpendekan atau perpanjangan. Besarnya perubahan bentuk ini berhubungan erat dengan modulus elastisitas material (Bahtiar 2008). Glued laminated timber, sering juga disebut "gluelam" atau "glulam", adalah kayu hasil rekayasa bermutu struktural yang disusun oleh beberapa lapis kayu yang direkat bersama menjadi satu kesatuan. Dengan menyusun beberapa potong kayu berukuran kecil menjadi glulam, sebuah komponen struktural berukuran besar dan berkekuatan tinggi dapat dibuat. Komponen struktural ini dapat digunakan untuk kolom vertikal atau balok horizontal, bahkan dapat pula dibentuk lengkung atau membusur. Glulam, seperti halnya produk kayu rekayasa lainnya, bertujuan untuk memanfaatkan kayu secara efisien berkaitan dengan peningkatan kebutuhan kayu dunia sedangkan jumlah kayu solid berukuran besar yang tersedia semakin menurun (Bahtiar 2008). Modulus elastisitas (MOE) adalah sifat bahan sehingga tidak dipengaruhi oleh sifat penampang. MOE dapat diperoleh melalu uji tekan. Pada kayu, terdapat tiga MOE yaitu MOE pada arah longitudinal, transversal dan bidang radial.. Namun data MOE pada ketiga arah ini jarang tersedia, MOE yang sering tersedia adalah MOE lentur. MOE lentur merupakan pendekatan MOE longitudinal. MOE lentur sering diuji dengan menggunakan one point loading sehingga tidak terbebas dari pengaruh gaya lintang. Menurut Bodig dan Jayne (1982) MOE lentur dapat ditingkatkan hingga 10%, untuk mendapatkan MOE longitudinal.
2
Melalui penelitian ini akan dipelajari bagaimana perilaku setiap lamina dalam menerima beban tekan dan selanjutnya mendistribusikannya secara menyeluruh pada glulam. Tipe pembebanan tekan yang dianalisis adalah tekan tegak lurus muka lamina dan tekan sejajar muka lamina. Setelah memahami perilaku setiap lamina dalam memberikan sumbangan kekakuan dan kekuatannya terhadap glulam, dapat diturunkan rumus untuk mengestimasi modulus Young’s (E) dan kekuatan glulam dalam menahan tekan (Fc). Rumus ini dapat dimanfaatkan untuk memprediksi nilai E dan Fc, bahkan sebelum proses produksi dimulai, sehingga target E dan Fc glulam dapat dicapai secara efisien dengan menyortir dan mengatur lamina-lamina pada posisi yang tepat berdasar nilai E dan Fc lamina tersebut, sebagaimana disajikan oleh Bahtiar 2008 secara teoritis. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengaplikasikan metode perhitungan baru tentang modulus elastisitas kayu menggunakan kurva linier disambung kuadratik sebagaimana disajikan oleh Bahtiar (2008) tehadap contoh kecil bebas cacat lamina penyusun glulam. 2. Membandingkan hasil perhitungan modulus elastisitas kayu antara metode konvensional dengan metode terbaru oleh Bahtiar (2008) 3. Untuk memahami tentang bagaimana setiap lamina menyumbangkan kekuatan dan elastisitasnya terhadap produk akhir. 1.3 Manfaaat Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah, apabila mekanisme setiap lamina dalam menyumbangkan kekuatan dan elastisitasnya terhadap produk akhir dapat dipahami, maka efisiensi dan efektifitas produksi glulam akan dapat ditingkatkan, karena kekuatan produk akhir dapat diduga sebelum proses produksi dimulai.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reaksi beban terhadap beban aksial Setiap benda yang menerima beban akan mengalami perubahan bentuk (deformasi). Beban aksial (tarik atau tekan) menyebabkan perpanjangan atau perpendekan. Beban geser (direct shear) menyebabkan pergeseran (displacement). Momen lentur menyebabkan lendutan (defleksi). Kemampuan benda untuk menahan terjadinya perubahan bentuk di bawah batas elastis akibat beban berupa gaya atau momen yang bekerja padanya disebut kekakuan (stiffness). Pembebanan batang secara aksial Nash (1977) mengungkapkan bahwa sebatang logam dengan luas penampang konstan, bila diberikan beban pada kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier dengan arah saling berlawanan yang berimpit pada sumbu longitudinal batang dan yang bekerja di pusat penampang melintang masing-masing, pada keadaan kesetimbangan statis, besarnya gaya-gaya harus sama. Apabila gaya-gaya diarahkan menjauhi batang, maka batang tersebut mengalami perubahan panjang yang disebut regangan dan sebaliknya jika gaya-gaya diarahkan pada batang, batang tersebut akan mengalami pemendekan. Kedua kondisi ini digambarkan pada Gambar 1 dibawah ini P
P Tarik
P
Tekan
P
Gambar 1 penampang yang mengalami gaya tekan dan gaya tarik. Tegangan normal Nash (1977) mengungkapkan bahwa gaya normal yang bekerja pada suatu luasan penampang melintang disebut tegangan normal dan dinyatakan dalam N/m2. Apabila gaya diberikan pada kedua ujung penampang tersebut dalam kondisi tertarik, maka akan terjadi tegangan tarik, dan sebaliknya bila dalam kondisi tekan maka akan terjadi tegangan tekan.
4
Regangan normal Nash (1977) mengungkapkan bahwa batang yang kedua ujungnya ditarik, maka perpanjangan yang terjadi dapat diukur. Regangan normal, diberi simbol dengan ε, dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan panjang ∆l dengan panjang batang mula-mula (L), yaitu ε=
Δl L
Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak berdimensi. Kurva tegangan-regangan Nash (1977) mengungkapkan bahwa pertambahan panjang pada penampang harus diukur untuk setiap pertambahan beban dan dilakukan sampai terjadi kerusakan (fracture) pada penampang. Dengan mengetahui luas penampang awal spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh untuk setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan σ=
P A
dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang awal (m2). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal σ dan regangan normal ε, data percobaan dapat digambarkan dengan memperlakukan kuantitaskuantitas ini sebagai absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva tegangan-regangan, seperti gambar 2 dibawah ini σ U B
Y
●
O
P
ε
Gambar 2 kurva tegangan-regangan.
5
Hukum Hooke Nash (1977) menyatakan bahwa specimen yang mempunyai kurva teganganregangan seperti Gambar 2 diatas, dapat dibuktikan bahwa hubungan teganganregangan untuk nilai regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan linier antara pertambahan panjang dan gaya aksial adalah penyebabnya. Hal ini pertama sekali dinyatakan oleh Robert Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke. Hukum ini menyatakan σ = Eε
dimana E menyatakan kemiringan (slope) garis lurus OP pada kurva-kurva Gambar 2 diatas. Kurva tegangan-regangan yang ditunjukkan pada Gb. 2 diatas dapat digunakan untuk mencirikan beberapa karakteristik bahan, diantaranya: •
Batas proporsi (proportional limit) Ordinat titik P disebut sebagai batas proporsi, yaitu tegangan maksimum yang
terjadi selama uji tarik ketika tegangan masih merupakan fungsi linier dari regangan. •
Batas elastis (elastic limit) Titik P pada kurva tegangan-regangan diatas merupakan batas elastis, yaitu
tegangan maksimum yang terjadi selama uji tarik sampai batas proporsi sehingga tidak terjadi perubahan bentuk atau deformasi maupun residu permanen ketika gaya pembebanan dilepaskan. Nilai batas elastis dan batas proporsi hampir sama dan sering digunakan sebagai istilah yang saling menggantikan. •
Selang elastis dan plastis (elastic and plastic ranges) Daerah pada kurva tegangan-regangan diatas, sampai batas proporsi disebut
selang elastis; sedang rentang kurva tegangan- regangan batas proporsi sampai titik runtuh (point of rupture) disebut selang pastis. Nash (1977) menyatakan bahwa bahan mempunyai dua karakteristik, yaitu: Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada keseluruhan titik pada bahan. Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang sama pada semua arah pada setiap titik dalam bahan. Tidak semua bahan mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak memiliki suatu sifat simetri elastik maka bahan tersebut disebut anisotropis, atau
6
kadang-kadang aeolotropis. Bahan komposit yang diperkuat dengan filamen didalamnya merupakan contoh dari bahan anisotropis. Modulus elastisitas Nash (1977) menyatakan bahwa kuantitas E, yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah modulus elastisitas bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Karena unit regangan ε merupakan bilangan tanpa dimensi (rasio dua satuan panjang), maka E mempunyai satuan yang sama dengan tegangan yaitu N/m2. 1.2
Deskipsi sifat-sifat kayu yang digunakan.
Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielts) Sengon masuk dalam family Leguminoceae, merupakan jenis tanaman cepat tumbuh, tidak membutuhkan kesuburan tanah yang tinggi, dapat tumbuh pada tanahtanah kering, lembab dan bahkan tanah-tanah yang mengandung garam serta dapat bertahan terhadap kekurangan oksigen (Pamoengkas 1992 dalam Ferry M, 2005). Tinggi pohon ini bisa mencapai 40 meter, dengan batang bebas cabang 10-30 meter, diameter batang bisa mencapai 80 cm, kulit luar berwarna putih atau kelabu, tidak mengelupas dan tidak berbanir. Ciri umum kayu sengon antara lain kayu terasnya berwarna putih atau coklat muda, warna gubalnya tidak berbeda dengan kayu terasnya, mempunyai tekstur kayu yang agak kasar dan merata arah serat yang lurus bergelombang dan berpadu (Martawijaya et. al., 1989). Kayu sengon termasuk kayu ringan dengan berat jenis rata-rata 0,33 (0,24-0,49) dan tergolong dalam kelas kuat IV-V dan kelas awet IV-V (Mandang dan Pandit, 1997). Menurut (Martawijaya et.al., 1981) kayu sengon memiliki kemampuan menahan beban sampai batas proporsi sebesar 316 kg/cm² dengan tegangan sampai batas patah mencapai 526 kg/cm², MOE sebesar 44500 kg/cm², keteguhan sejajar serat sebesar 283 kg/cm², kekerasan ujung sejajar serat sebesar 22 kg/cm dan kekerasan sisi sebesar 11 kg/cm.²
7
Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) Pohon afrika (Maesopsis eminii Engl) tumbuh alami di Afrika dari Kenya sampai Liberia antara 8°LU dan 6°LS, termasuk ke dalam famili Rhamnaceae. Pohon ini kebanyakan ditemukan di hutan tinggi dalam ekozona antara hutan dan sabana. Pada sebaran alami, jenis ini tumbuh di daratan sampai hutan sub pengunungan sampai ketinggian 1800 mdpl. Jenis ini tumbuh baik di daerah dengan curah hujan 1.200-3.600 mm/tahun dengan musim kering sampai 4 bulan (Joker, 2002 diacu dalam Sutardi, 2008). Pohonnya meranggas dan dapat mencapai tinggi 45 m dengan bebas cabang 2/3 tinggi totalnya. Ciri umum kayu ini antara lain bagian gubalnya berwarna putih sedangkan terasnya berwarna kuning gelap sampai kecoklatan, tekstur kayunya sedang sampai kasar dan berserat lurus berpadu. Kayunya berbau masam dan rasanya pahit. Jenis pohon ini cepat tumbuh dan berkekuatan sedang sampai dengan kuat. Kayu ini banyak dimanfaatkan untuk konstruksi, kotak dan tiang. Menurut klasifikasi kelas kuat kayu di Indonesia kayu afrika termasuk kelas kuat III-IV dengan berat jenis rata-rata 0,39-0,44 (Abdurachman dan Nurhati Hajib 2006). Nangka (Artocarpus heterophyllus) Nangka mempunyai berat jenis 0,61, kelas awet II-III, kelas kuat II-III. Kayu nangka dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, meubel, papan dinding, rangka pintu dan jendela, alat olahraga dan musik, dapat pula digunakan sebagai bahan patung dan ukiran (Departemen Kehutanan, 2001). Selain itu ciri umum lainnya adalah seratnya agak kasar dan berwarna kuning sitrun mengkilat. Warna kuning tersebut disebabkan oleh adanya kandungan morine. Zat ini dapat diekstrak dengan air mendidih atau alkohol. Morine dapat digunakan sebagai pewarna kuning pada makanan. Pada saat pengeringan dari keadaan basah sampai dengan kering udara, penyusutan yang terjadi pada bidang radial (R) dan bidang tangensial (T) hampir sama dan relatif stabil (T/R ratio mendekati 1) (Martawijaya et.al., 1989). Prihatman (2000) menyatakan bahwa angin berperan dalam membantu penyerbukan bunga pada tanaman nangka, pohon nangka cocok tumbuh di daerah yang memiliki curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm dan musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka dapat tumbuh di daerah kering yaitu di daerah-daerah yang mempunyai bulan-bulan kering lebih dari 4 bulan. Sinar matahari sangat diperlukan nangka untuk memacu fotosintesa dan pertumbuhan, karena pohon ini
8
termasuk intoleran. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan terganggunya pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhannya, Rata-rata suhu udara minimum 16o C - 21o C dan suhu udara maksimum 31o C -31,5o C. Kelembaban udara yang tinggi diperlukan untuk mengurangi penguapan. Pohon nangka dipelihara di berbagai tipe tanah, tetapi lebih menyenangi aluvial, tanah liat berpasir/liat berlempung yang dalam dan beririgasi baik, umumnya tanah yang disukai yaitu tanah yang gembur dan agak berpasir. Pohon ini hidup pada tanah tandus sampai subur dengan kondisi reaksi tanah asam sampai alkalis. Bahkan pada tanah gambut pun pohon ini dapat tumbuh dan menghasilkan buah, Pohon nangka tahan terhadap pH rendah (tanah masam) dengan pH 6,0-7,5, tetapi yang optimum pH 6–7. Kapuk hutan (Ceiba pentandra) Kapuk hutan termasuk ke dalam famili bombaceae, kapuk hutan menghasilkan serat yang banyak gunanya, daun untuk makanan ternak, minyak
bijinya untuk
industri. Pohon sebagai inang lebah madu, pencegahan erosi perlindungan daerah aliran sungai. Pada agroforestri kapuk hutan tumbuh bersama kopi, coklat, di Jawa sebagai penyangga tanaman lada. Di India untuk sistem tumpang sari. Kayu ini sangat ringan dengan BJ 0,24 g/cm, kelas awet V dan kelas kuat IV-V. Adapun daerah penyebarannya adalah Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Irian Jaya. Bila kering berwarna abu-abu dan kuning bercampur putih. Serat terbungkus, tekstur kasar, tidak mengkilap, pori tersebar dan berukuran besar. Daya tahan alami tinggi, mudah dikerjakan dan diawetkan. Kapuk hutan digunakan untuk membuat kotak dan peti kemas, kayu lapis, produksi pulp dan kertas. tinggi pohon ini bisa mencapai
25-70m, dengan
diameter 100-300 cm. Batang silindris sampai
menggembung. (Chinea-Riverra, J.D. 1990). 2.3 Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Haygreen dan Bowyer (1993) menyatakan sifat fisis kayu yang terpenting adalah kadar air, kerapatan dan berat jenis.
Kadar air kayu sangat dipengaruhi sifat
higroskopis kayu, yaitu sifat kayu untuk mengikat dan melepaskan air ke udara sampai tercapai keadaan setimbang dengan kadar air lingkungan sekitarnya. Sifat mekanis kayu adalah ketahanan kayu terhadap gaya yang berasal dari luar yang cenderung mengubah bentuk aslinya (Tsoumis 1991).
Sedangkan menurut
9
Haygreen dan Bowyer (1993) sifat mekanis kayu adalah sifat yang berhubungan dengan kemampuan kayu untuk menahan beban atau gaya luar yang bekerja padanya. Menurut Tsoumis (1991) sifat mekanis kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar air, kerapatan, suhu, lama pembebanan, struktur kayu, dan cacat. a. Kadar Air Kadar air mempengaruhi sifat mekanis, yaitu terjadi pada saat perubahan di bawah titik jenuh serat. Bila kadar air dalam kayu menurun maka kekuatan kayu meningkat karena terjadi perubahan pada dinding sel, dimana struktur dinding sel menjadi lebih kompak/kuat. Struktur mikrofibril menjadi lebih tertutup dan kekuatan tarik antara molekul selulosa menjadi lebih kuat. b. Kerapatan Bila kerapatan kayu meningkat, maka kekuatannya akan meningkat. Hal ini terjadi karena kerapatan merupakan suatu ukuran kandungan substansi dalam kayu tiap satu satuan volume. c. Struktur Kayu Perbedaan struktur kayu menyebabkan perbedaan kerapatan yang dimiliki kayu. Karakteristik tersebut menunjukkan tinggi rendahnya kerapatan seperti lingkaran tahun (lebar lingkar pertumbuhan), proporsi kayu awal dan akhir yang dapat mempengaruhi kekuatan kayu.
Dimana kayu yang cepat tumbuh memiliki
kekuatan yang rendah. Kelenturan kayu berhubungan dengan banyaknya jumlah serat, distribusi dari soft elements, dan jumlah vessel. d. Suhu Pada umumnya kekuatan kayu akan menurun seiring dengan meningkatnya suhu. Penurunan kekuatan kayu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar air dalam kayu, tingkatan suhu dan lamanya pemanasan, jenis kayu dan struktur kayu, selain itu disebabkan oleh cacat kayu contohnya retak disebabkan oleh kadar air yang berubah karena suhu juga berubah. e. Cacat kayu Cacat dapat menurunkan nilai kekuatan kayu. Hal ini tergantung dari jenis, ukuran dan posisi cacat pada kayu. Cacat yang dapat menurunkan kekuatan kayu yaitu mata kayu, serat berpilin, retak, compression and tension wood.
10
2.4 Definisi Glulam Balok laminasi atau dikenal sebagai glulam (glued-laminated timber) merupakan salah satu produk kayu rekayasa yang tertua. Balok laminasi terbuat dari dua atau lebih kayu gergajian yang direkat dengan arah serat sejajar satu sama lain, berbentuk lurus atau lengkung tergantung peruntukannya (Moody et al. 1999). Serrano (2003) menyatakan bahwa pada dasarnya balok laminasi adalah produk yang dihasilkan dengan menyusun sejumlah papan atau lamina di atas satu dengan yang lainnya dan merekatnya sehingga membentuk penampang balok yang diinginkan. Bodig dan Jayne (1982) menyatakan bahwa berdasarkan posisi pembebanan, balok laminasi dibedakan menjadi balok laminasi horizontal dan vertikal. Sedangkan berdasarkan penampangnya balok laminasi dibagi menjadi balok I, balok T, balok I ganda, balok pipa/kotak dan stressed-skin panel. Sementara itu, menurut CWC (2000) bentuk-bentuk balok laminasi (glulam) terdiri atas balok laminasi lurus dan lengkung yang masing-masing memiliki beberapa variasi. Sejarah dan perkembangan Balok laminasi pertama kali digunakan di Eropa sebagai konstruksi pada auditorium di Basel, Switzerland tahun 1893. Otto Karl Freidrich Hetzer (18461911) memperoleh paten pertama untuk konstruksi ini pada tahun 1901 sehingga dikenal sebagai “Hetzer System”. Aplikasinya pada saat itu masih terbatas karena perekat yang digunakan tidak tahan air (Rhude 1996; Moody dan Hernandez 1997). Pada tahun 1934, Forest Products Laboratory di Madison, Wisconsin mendirikan sebuah bangunan yang menggunakan balok laminasi untuk konstruksinya. Balok laminasi untuk bangunan tersebut diproduksi oleh sebuah perusahaan di Peshtigo, Wisconsin yang didirikan oleh seorang imigran Jerman yang membawa teknologi tersebut ke Amerika Serikat. Beberapa perusahaan dibangun di akhir tahun 1930-an menggunakan teknologi yang sama untuk membuat balok laminasi untuk keperluan pembangunan gymnasium, aula, pabrik dan gudang (Moody dan Hernandez 1997). Selama Perang Dunia II, kebutuhan akan elemen struktural yang besar untuk mendirikan bangunan militer seperti gudang dan hanggar pesawat terbang, menambah ketertarikan pada balok laminasi.
Perkembangan perekat resin sintesis tahan air
11
memungkinkan penggunaan balok laminasi untuk jembatan dan aplikasi eksterior lainnya. Selanjutnya tahun 1950-an terdapat sedikitnya belasan pabrik balok laminasi di Amerika Serikat (Moody dan Hernandez 1997; Moody et al. 1999). Pada tahun 1995 kira-kira ada 30 pabrik balok laminasi di seluruh Amerika Serikat dan beberapa di Kanada, yang sebagian besar adalah pemegang lisensi dari American Institute Timber Construction (AITC). Selama tahun 1990-an balok laminasi tersebut banyak diekspor ke Jepang (Rhude 1996; Moody dan Hernandez 1997; Moody et al. 1999). Sementara itu, pemakaian balok laminasi di Indonesia belum banyak berkembang karena memerlukan biaya investasi tinggi sehingga menyebabkan harga produk laminasi lebih mahal dari kayu gergajian konvensional (Abdurachman dan Hadjib 2005). Pemakaiannya antara lain pada bangunan Aula Barat dan Timur Institut Teknologi Bandung dengan bentuk parabola yang terbuat dari laminasi mekanis kayu jati yang dibangun pada tahun 1920-an (Siddiq 1989). Sedangkan di negara-negara Eropa dan Amerika Utara, penggunaan balok laminasi sudah sangat beragam, dari balok penyangga pada rangka rumah sampai elemen struktur pada bangunan non perumahan (Lam dan Prion 2003). Kelebihan dan kekurangan glulam Moody dan Hernandez (1997) serta Moody et al. (1999) menyatakan bahwa beberapa kelebihan balok laminasi dibandingkan dengan kayu gergajian serta bahan struktural lain adalah dalam hal ukuran, bentuk arsitektural, pengeringan, penampang lintang (cross section), efisiensi dan ramah lingkungan. Sementara itu Serrano (2003) menyatakan dengan ringkas bahwa keuntungan penggunaan balok laminasi adalah meningkatkan sifat-sifat kekuatan dan kekakuan, memberikan pilihan bentuk geometri lebih beragam, memungkinkan untuk penyesuaian kualitas laminasi dengan tingkat tegangan yang diinginkan dan meningkatkan akurasi dimensi dan stabilitas bentuk. Sedangkan CWC (2000) menyatakan bahwa laminasi adalah cara yang efektif dalam penggunaan kayu berkekuatan tinggi dengan dimensi terbatas menjadi elemen struktural yang besar dalam berbagai bentuk dan ukuran. Di samping kelebihan yang disebutkan di atas, balok laminasi juga memiliki beberapa kekurangan. Jika kayu solid tersedia dalam ukuran yang diperlukan maka
12
proses tambahan dalam pembuatan balok laminasi akan meningkatkan biaya produksinya melebihi kayu gergajian.
Pembuatan balok laminasi memerlukan
peralatan khusus, perekat, fasilitas pabrik dan keahlian dalam pembuatannya, dibandingkan bila memproduksi kayu gergajian. Semua tahap dalam proses pembuatan memerlukan perhatian untuk menjamin produk akhir yang berkualitas tinggi. Faktor yang harus dipertimbangkan di awal dalam desain balok laminasi berukuran besar, lurus atau lengkung adalah penanganan dan pengapalan (Moody et al. 1999). Penggunaan glulam 1.
Balok laminasi merupakan produk struktural yang digunakan untuk rangka, balok, kolom dan kuda-kuda (CWC 2000). Moody dan Hernandez (1997) menyatakan bahwa meskipun penggunaan utama balok laminasi adalah pada sistem atap dari bangunan-bangunan komersial, balok laminasi juga semakin digunakan pada sistem atap dan lantai rumah.
Berbagai penggunaannya pada: Bangunan-
bangunan komersial dan rumah; sebagai balok persegi, balok bubungan dan lengkung, kuda-kuda, balok untuk konstruksi rumah, bangunan kayu bertingkat, lengkungan, kubah dan tiang konstruksi. 2.
Jembatan; untuk bagian-bagian dari struktur bagian atas seperti balok penopang dan decking.
3.
Penggunaan struktur lain; untuk tower transmisi listrik, tonggak listrik dan penggunaan lain untuk memenuhi persyaratan ukuran dan bentuk yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan tiang kayu konvensional.
Pembuatan Lamina Kayu yang akan digunakan untuk pembuatan lamina dipotong menurut ukuran yang telah ditentukan atau standar yang dipakai. Sebagai contoh, ukuran standar tebal lamina adalah 3,8 cm dan 1,9 cm dengan ukuran lebar yang lebih bervariasi (CWC 2000, diacu dalam Herawati 2007).
Pengeringan dan Pemilahan Lamina Lamina perlu dikeringkan secara tepat untuk meminimalkan perubahan dimensi
13
dan meningkatkan sifat-sifat strukturalnya. Biasanya dilakukan dengan pengeringan di dalam dry kiln (Moody et al. 1999). Pada umumnya, kadar air maksimum lamina adalah 16% dengan perbedaan tiap lamina maksimum 5% berdasarkan standar American National Standards Institute (ANSI). Kebanyakan pabrik menggunakan lamina dengan kadar air 12% atau sedikit lebih rendah (Moody dan Hernandez 1997; Moody et al. 1999). Lam dan Prion (2003) menyatakan lamina dikeringkan pada kadar air dengan kisaran 7–15%. Sedangkan beberapa penelitian pembuatan balok laminasi yang dilakukan, pada umumnya menggunakan lamina dengan kadar air kering udara berkisar antara 8–18% (Sinaga dan Hadjib 1989; Shedlauskas et al. 1996; Yanti 1998; Ginoga 1998; Darmayanti 1998; Rostina 2001; Malik dan Santoso 2005; Abdurachman dan Hadjib 2005). Perekatan Permukaan Penyusunan lamina menjadi elemen dengan ukuran yang ditentukan merupakan tahap kritis yang lain dalam proses pembuatan balok laminasi. Untuk memperoleh permukaan yang bersih, sejajar dan dapat direkat, lamina harus diketam pada kedua permukaan lebarnya sebelum proses perekatan. Hal ini menjamin susunan akhir akan berbentuk persegi dan tekanan yang diberikan akan merata.
Perekat kemudian
dilaburkan dengan menggunakan glue extruder (Moody et al. 1999). Lamina kemudian disusun ke dalam bentuk yang ditentukan. Setelah perekat mencapai masa tunggu (open assembly time) yang tepat selanjutnya diberikan tekanan. Metode yang paling umum dalam memberikan tekanan adalah dengan pengempaan (clamping beds). Tekanan diberikan dengan sistem mekanik atau hidrolik. Dengan proses ini, perekat dimatangkan pada suhu ruangan selama 6-24 jam. Beberapa sistem pengempaan automatis yang baru termasuk tekanan hidrolik kontinyu (continuous hydraulic press) dan pematangan frekuensi radio dapat mempersingkat proses perekatan permukaan dari beberapa jam menjadi beberapa menit. Setelah proses perekatan permukaan selesai, perekat diharapkan mencapai 90% atau lebih kekuatan ikatannya. Selama beberapa hari berikutnya, pematangan berlanjut tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah (Moody dan Hernandez 1997; Moody et al., 1999). Pengempaan yang dilakukan pada beberapa penelitian umumnya menggunakan 2
pengempaan dingin dengan besar tekanan yang diberikan 10 kg/cm dengan lama waktu pengempaan bervariasi antara 2-24 jam. Dari hasil penelitian Anshari (2006)
14
tekanan kempa sebesar 0,6 MPa selama 6 jam menghasilkan kekuatan lentur dan keteguhan rekat yang paling tinggi.
Besarnya tekanan kempa dan lama waktu
pengempaan antara lain bergantung pada jenis kayu, jenis perekat, dan ketebalan balok laminasi. Penyelesaian Akhir (Finishing) Setelah balok laminasi dikeluarkan dari sistem pengempaan, permukaan lebar diketam untuk menghilangkan perekat yang keluar antara lamina yang berdekatan dan untuk meratakan sisi lamina. Sehingga, balok laminasi yang telah selesai sedikit lebih kecil daripada ukuran nominal laminanya. Dua permukaan lainnya dapat diketam atau diamplas menggunakan peralatan yang mudah dibawa (portable) (Moody dan Hernandez 1997; Moody et al. 1999). 2.5 Perekat Perekat isosianat didasarkan pada reaktivitas radikal isosianat (–N=C=O) yang tinggi. Penggabungan dengan polaritas yang kuat membuat senyawa yang mengandung radikal ini tidak hanya memiliki potensi adhesi yang baik tetapi juga potensial untuk membentuk ikatan kovalen dengan bahan yang memiliki hidrogen reaktif (Marra 1992). Selanjutnya Vick (1999) menyatakan bahwa diisosianat adalah bahan kimia yang sangat reaktif yang membentuk polimer dengan cepat jika berhubungan dengan basa kuat, asam mineral dan air. Perekat polymeric methylene diphenyl diisocyanate (PMDI) membentuk ikatan yang kuat dan tahan dengan kayu, sehingga saat ini banyak digunakan dalam pembuatan produk kayu komposit.
Perekat isosianat yang paling
umum digunakan karena volatilitasnya rendah adalah diphenylmethane diisocyanate (MDI) (Marra 1992). Sementara itu, Pizzi (1994) menyatakan bahwa diisosianat digunakan secara luas untuk memproduksi papan partikel eksterior. Keuntungan perekat ini antara lain adalah: lebih sedikit jumlah yang dibutuhkan dalam memproduksi sifat-sifat papan yang sama, dapat digunakan suhu pengempaan yang lebih rendah, siklus pengempaan lebih cepat, lebih toleran terhadap kadar air flakes, energi pengeringan yang dibutuhkan lebih sedikit dan tidak adanya emisi formaldehida (Marra 1992). Perekat isosianat yang digunakan untuk balok laminasi berbentuk emulsi cair yang terpisah dengan hardener-nya dan dicampurkan bila akan digunakan. Perekat matang pada suhu kamar, suhu yang lebih tinggi atau pada frekuensi radio
15
dan memerlukan tekanan yang tinggi. Perekat ini memiliki kekuatan basah dan kering yang tinggi, sangat tahan terhadap air dan udara lembab serta sangat tahan terhadap kondisi basah dan kering yang berulang, (Vick 1999).
16
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keteknikan Kayu dan Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian ini dilaksanakan dari Juli sampai dengan September 2008. 3.2 Alat dan bahan Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Universal Testing Machine (UTM) merk Instron untuk alat uji mekanis 2. Kaliper untuk mengukur dimensi contoh uji 3. Gergaji bundar (circular saw) untuk memotong kayu (membuat sampel) 4. Mesin serut (Planner) 5. Oven untuk mengeringkan contoh uji sampai kadar air tertentu 6. Desikator alat kedap udara sebagai tempat penyimpanan contoh uji setelah dioven (pengkondisian contoh uji) 7. Timbangan untuk menimbang berat contoh uji 8. Mesin serut dan ampelas untuk menghaluskan permukaan contoh uji 9. Torsi meter untuk mengukur tekanan waktu pengempaan dingin 10. Plat besi dan baut untuk menekan kayu pada waktu pengempaan dingin Sedangkan bahan-bahan yang digunakan meliputi: 1. Kayu Nangka, untuk contoh uji kecil bebas cacat dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 8 cm sebanyak 120 sample, untuk pembuatan glulam sebagai back dan face dengan ukuran 5 cm x 2 cm x 76 cm, sebanyak 30 papan 2. Kayu Sengon, untuk contoh uji kecil bebas cacat dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 8 cm sebanyak 20 sample, untuk pembuatan glulam sebagai core dengan ukuran 5cm x 2 cm x 76 cm, sebanyak 5 papan. 3. Kayu Randu untuk contoh uji kecil bebas cacat dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 8 cm sebanyak 20 sample, untuk pembuatan glulam sebagai core dengan ukuran 5 cm x 2 cm x 76 cm, sebanyak 5 papan.
17
4. Kayu Afrika, untuk contoh uji kecil bebas cacat dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 8 cm sebanyak 20 sample, untuk pembuatan glulam sebagai core dengan ukuran 5 cm x 2 cm x 76 cm, sebanyak 5 papan. 5. Perekat jenis Isocynate merk Koyobond, yang diperoleh dari PT. Lemindo Abadyjaya, Gunung Putri Bogor. Pembuatan contoh uji Contoh uji yang akan digunakan terlebih dahulu dikeringudarakan dengan menggunakan kipas angin hingga kadar airnya mencapai kira-kira 12% selama empat minggu. Kemudian sortimen kayu yang sudah kering diserut
untuk kemudian
dipotong-potong sesuai ukuran yang diperlukan, seperti gambar di bawah ini. Untuk contoh uji kecil bebas cacat, diambil 4 contoh uji setiap lapisan. Contoh uji ini diambil untuk pengujian tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat. 47 cm
76 cm
47 cm
5cm
2cm
176 cm
MOE, KA, BJ tekan ⊥ serat
MOE, KA, BJ tekan // serat
tekan⊥ lurus
tekan // serat
Gambar 3 Pembuatan contoh uji Sifat-sifat yang diuji/diteliti Adapun sifat-sifat yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Pengujian sifat fisis meliputi, KA dan Berat Jenis contoh kecil bebas cacat. Untuk CKBC dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 8 cm 2. Pengujian sifat mekanis MOE Glulam dan papan penyusun glulam yang diuji dengan cara tekan sejajar arah serat dan tegak lurus arah serat.
18
Pengujian sifat fisis Untuk pengujian kadar air dan berat jenis contoh uji bebas cacat : • Contoh uji 2 cm x 2 cm x 8 cm ditimbang pada suhu kering udara untuk mengetahui berat awal kering udara (BO) • Setelah ditimbang contoh uji digunakan untuk menguji MOE. • Contoh uji kemudian dimasukkan kedalam oven dan dipanaskan pada suhu (103±2) °C selama 48 jam. • Contoh uji dikeluarkan dari oven, ditaruh di desikator dan ditimbang sampai beratnya konstan (B1). • Besarnya kadar air dihitung dengan menggunakan rumus :
• Besarnya berat jenis dihitung dengan menggunakan rumus : Kerapatan kayu =
Keterangan: Bo
= berat contoh uji kering Udara
B1
=berat
contoh
uji
setelah
(103±2) °C selama 48 jam BJ
= berat jenis
V
= volume kering udara (cm3)
Kerapatan air 1= 1 gram/cm3 pada suhu 4° C
dioven
dengan
suhu
19
Pengujian sifat mekanis glulam Pembuatan glulam. Sortimen kayu yang telah ditentukan ukurannya disusun menjadi papan lamina, seperti gambar berikut ini.
Face Core Back Gambar 4 Pembuatan papan lamina. Perekatan. Perekat yang digunakan terdiri atas dua komponen (base resin dan hardener) yang dicampurkan dengan perbandingan 100:15. Pelaburan perekat pada permukaan lamina dilakukan dengan menggunakan kape. Pelaburan dilakukan pada kedua permukaan (double spread) dengan berat labur 280 g/cm². Tabel 1 Susunan papan yang akan dibuat untuk tekan tegak lurus muka lamina No. papan
face
Core
back
Ukuran (cm)
Σ glulam (buah)
1
nangka
sengon
nangka
2x5x20
5
2
nangka
kapuk
nangka
2x5x20
5
3
nangka
afrika
nangka
2x5x20
5
Total
15
Tabel 2 Susunan papan yang akan dibuat untuk tekan sejajar muka lamina No papan
face
Core
Back
Ukuran (cm)
Σ glulam(buah)
1
nangka
sengon
nangka
2x5x5
5
2
nangka
kapuk
nangka
2x5x5
5
3
nangka
afrika
nangka
2x5x5
5
Total
15
Pengempaan. Papan yang telah direkatkan antara bagian back, face, dan core tersebut diklem dengan alat kempa dengan tekanan yang sesuai batas optimal dan sama pada setiap bagian permukaan. Untuk menjamin kesamaan tekanan pada semua permukaan, digunakan alat torsi meter. Target tekanan kempa adalah 0,6 MPa.
20
Pengkondisian. Selanjutnya papan lamina dikondisikan selama 1 minggu sebelum dilakukan pengujian, hal ini bertujuan untuk melepaskan tegangan pada papan lamia selama proses pengempaan. Pengujian glulam. Papan lamina dirapikan pada kedua ujungnya, kemudian dipotong dengan ukuran 5x6x20 cm³ dan 5x6x5 cm3, untuk pengujian uji tekan. Pengujian MOE glulam dengan cara tekan sejajar muka lamina dan tegak lurus muka lamina, seperti gambar di bawah ini P
5 cm 6 cm
20cm Gambar 5 pengujian tekan tegak lurus muka lamina.
P
5cm
6 cm Gambar 6 pengujian tekan sejajar muka lamina.
21
Setelah dilakukan pengujian terhadap lamina, dilanjutkan dengan analisis tipe pembebanan tekan yaitu tekan tegak lurus muka lamina dan tekan sejajar muka lamina. Setelah memahami perilaku setiap lamina dalam memberikan sumbangan kekakuan dan kekuatannya terhadap glulam, dapat diturunkan rumus untuk mengestimasi modulus Young’s (E) dan kekakuan glulam dalam menahan tekan (Fc).
E=
σ PL = ε AΔL
Keterangan :
Fc =
E
= modulus Young’s (kg/cm2)
σ
= tegangan normal
έ
= regangan
P
= beban (kg)
L
= panjang awal (cm)
ΔL
= perubahan panjang (cm)
A
= luas permukaan (cm2)
P A
Keterangan: Fc
= kekuatan glulam dalam menahan beban (kg/cm2)
P
=beban (kg)
A
= luas permukaan (cm2).
Pengolahan data Modulus Elastis (MOE) •
Perhitungan MOEckbc dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode pertama dan metode kedua yang disajikan oleh Bahtiar (2008). Nilai MOE metode pertama diperoleh dengan menggunakan cara : 1. Setelah contoh uji diuji dengan UTM Instron, data diplotkan dalam bentuk grafik. 2. Data diplotkan pada diagram kartesius seperti gambar 7.
22
Gambar 7 Cara memplotkan data. 3. Data dipotong, hanya pada daerah lurus yang digunakan. Sehingga grafik kartesius-nya menjadi seperti pada gambar 8.
Gambar 8 Kurva garis lurus setelah dipotong. 4. Kemudian grafik tersebut diregresikan y
bx + c
5. MOE dihitung dengan rumus
Nilai MOE metode kedua yang disajikan oleh Bahtiar (2008) diperoleh dengan prosedur : 1. Langkah 1 sampai 2 sama seperti metode pertama , tetapi data tidak dipotong. 2. Data dibagi menjadi dua bagian sepeti gambar 9, data elastis dan data plastis. Data elastis merupakan data pada daerah kurva lurus. Data plastis merupakan data pada daerah kurva melengkungn (kuadratik).
23
Gambar 9 Kurva daerah elastis dan plastis. 3. Data tersebut disajikan dalam tabel baru yang berisikan kolom P, Δy, Δye, Δyp seperti tabel 3. P adalah beban, Δy adalah defleksi aktual , Δye adalah defleksi elastis dan Δyp adalah defleksi plastis. Di bawah batas elastis Δyp bernilai nol karena defleksi plastis belum terjadi. Di atas batas elastis Δye bernilai maksimal, yaitu konstan sebesar defleksi pada batas elastis. Defleksi aktuak merupakan penjumlahan dari defleksi elastis dan defleksi plastis (Δy= Δye + Δyp). Tabel 3 Contoh tabel untuk P, Δy, Δye, Δyp P P1 P2 …. Pe P (e+1) P (e+2) P (e+3) ….. Pn
Δy Δy1 Δy2 …. Δye Δy(e+1) Δy(e+2) Δy(e+3) ….. Δyn
Δye Δy1 Δy2 …. Δye Δye Δye Δye ….. Δye
Δyp 0 0 …. 0 Δyp(e+1) Δyp(e+2) Δyp(e+3) …. Δypn
4. Selanjutnya dibuat tabel baru sebagi berikut Tabel 4 Contoh tabel regresi linier berganda P
Δy
Δyp2
24
Disusun regresi linier berganda, P sebagai respon dan Δy, Δyp2 sebagai varial bebas. Model regresinya adalah P = a + by + cy2p 5. MOE dihitung dengan rumus
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat fisis Kayu merupakan bahan yang higroskopis sehingga memiliki daya tarik terhadap air, baik dalam bentuk uap atau cairan. Kadar air kayu dipengaruhi oleh jenis kayu, suhu dan kelembaban udara disekitarnya. Semua sifat kayu sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu (Tsoumis 1991). Hasil pengukuran dan perhitungan disajikan pada Lampiran 1 dan 2. Dari data yang ada diperoleh nilai rata-rata untuk setiap sifat fisis seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 5 Nilai rata-rata kadar air dan berat jenis contoh kecil bebas cacat keempat jenis kayu penyusun glulam Jenis kayu
Lapisan
Sifat Rata-rata KA (%)
Nangka
Face dan back
15,20
0,53
Afrika
Core
14,46
0,40
Sengon
Core
13,83
0,37
Randu
Core
15,44
0,24
14,73
0,39
Rata-rata
Fisis Rata-rata Bj
26
Tabel 6 Nilai rata-rata kadar air dan berat jenis tiga tipe glulam tekan sejajar serat muka lamina Tipe Glulam
ulangan
Sifat Fisis Kadar Air (%)
Berat Jenis
1
12,33
0,62
2
15,10
0,39
3
14,36
0,58
4
18,08
0,51
5
14,25
0,76
14,83
0,57
1
13,37
0,61
2
12,81
0,66
3
15,02
0,57
4
13,53
0,63
5
14,52
0,61
13,85
0,61
1
15,83
0,49
2
14,31
0,48
3
14,19
0,46
4
14,22
0,50
5
12,76
0,52
Rata-rata
14,26
0,49
Rata-rata umum
14,31
0,56
Nangka-Sengon-Nangka
Rata-rata
Nangka-Afrika-Nangka
Rata-rata
Nangka-Randu-Nangka
27
Tabel 7 Nilai rata-rata kadar air dan berat jenis tiga tipe glulam tekan tegak lurus muka lamina Tipe Glulam
Ulangan
Sifat Fisis Kadar Air (%)
Berat Jenis
1
12,60
0,42
2
12,12
0,45
3
14,58
0,44
4
11,44
0,45
5
14,35
0,44
13,02
0,44
1
13,11
0,49
2
13,02
0,51
3
15,28
0,43
4
12,54
0,51
5
12,97
0,46
13,38
0,48
1
11,63
0,47
2
13,56
0,44
3
13,71
0,44
4
13,80
0,44
5
12,39
0,42
Rata-rata
13,02
0,44
Rata-rata umum
13,14
0,45
Nangka-Sengon-Nangka
Rata-rata
Nangka-Afrika-Nangka
Rata-rata
Nangka-Randu-Nangka
Kadar Air Kadar air di dalam kayu segar ditentukan oleh air bebas dan air terikat. (Haygreen dan Bowyer 2003). Nilai kadar air kayu juga bergantung pada kelembaban udara disekitarnya . Berdasarkan Tabel 3, nilai rata-rata umum kadar air contoh kecil bebas cacat kayu penyusun glulam adalah 14,73%. Kadar air kayu Nangka 15,20%, kayu Afrika 14,46%, kayu Sengon 13.83% dan kayu Randu 15,44%. Nilai ratarata
28
kadar air dari keempat jenis kayu penyusun glulam tidak memiliki nilai yang jauh berbeda. Glulam yang diuji tekan sejajar serat muka lamina, memiliki nilai kadar air rata-rata umum yang relatif sama bila dibandingkan dengan glulam yang diuji tegak lurus muka lamina, nilai kadar air untuk glulam tekan sejajar muka lamina sebesar 14,31%, sedangkan glulam tekan tegak lurus muka lamina, nilai kadar airnya sebesar 13,14%. Nilai kadar air glulam dengan kadar air contoh kecil bebas cacat penyusun glulam relatif sama. Hal ini disebabkan karena glulam dan contoh kecil bebas cacat berasal dari sortimen yang sama dan telah dikeringkan dan dikondisikan agar memiliki kadar air yang seragam. Penambahan perekat pada glulam tidak banyak mengubah kadar air kayu.
Berat jenis Berat jenis merupakan sifat fisis kayu yang banyak digunakan untuk menduga sifat-sifat kayu lainnya. Berat jenis kayu ditentukan oleh tebal dinding sel dan ukuran rongga sel. Bahan kimia yang terdapat pada dinding sel juga akan mempengaruhi nilai berat jenis kayu (Haygreen dan Bowyer, 2003). Rata-rata berat jenis contoh uji bebas cacat penyusun glulam untuk kayu Nangka 0,53; kayu Afrika 0,40; kayu Sengon 0,37; dan kayu Randu memiliki berat jenis yang paling rendah 0,24. Rata-rata umum berat jenis glulam contuh uji dengan tekan sejajar serat 0,56 dan glulam contoh uji tekan tegak lurus serat 0,45.
4.2. Kurva Beban-Deformasi Kurva beban-deformasi merupakan kurva yang dibentuk dari titik-titik data hasil pengujian mekanis yaitu ketika beban diberikan secara terus-menerus pada material dan pengukuran besarnya beban dan deformasi dilakukan secara simultan. Secara umum kurva beban-deformasi dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah elastis dan wilayah plastis. Pada wilayah elastis kurva beban-deformasi mengikuti persamaan linier, tetapi pada wilayah plastis melengkung mengikuti bentuk kurva kuadratik. Batas di antara wilayah elastis dan wilayah plastis disebut
29
dengan batas elastis atau batas proporsi. Menurut Bahtiar (2008a) di bawah batas elastis kurva beban-deformasi mengikuti persamaan linier P = β0 + β1Δ dan di atas batas elastis, kurva beban-deformasi mengikuti persamaan kuadratik P = β2 +
β3Δ + β4Δ2. Data deformasi dikategorikan menjadi dua komponen yaitu deformasi elastis (Δe) dan deformasi plastis (Δp), maka Δ = Δe + Δp. Kayu yang menerima pembebanan akan mengalami perubahan bentuk (deformasi). Besarnya deformasi berkaitan erat dengan besarnya beban yang dikenakan. Semakin besar beban yang diberikan, maka deformasi yang terjadi pun semakin besar. Bila defomasi yang terjadi karena pembebanan berada di bawah batas elastis maka benda akan kembali seperti keadaan semula setelah pembebanan dilepaskan. Namun bila batas elastis telah terlewati, bentuk benda tidak akan kembali ke keadaan seperti semula, tetapi akan terjadi kerusakan permanen. Hasil pengukuran dan perhitungan kuva beban deformasi kayu contoh kecil penyusun glulam karena pembebanan disajikan pada lampiran 11 dan 12 Dari data tersebut diperoleh nilai rata-rata deformasi dan beban pada batas elastis empat jenis kayu penyusun glulam disajikan di Tabel (6 dan 7) dibawah ini. Tabel 8 Rata-rata deformasi dan beban pada batas elastis empat jenis kayu penyusun glulam tekan tegak lurus serat Jenis Kayu
Rata-rata Deformasi (mm)
Rata-rata Beban (kgf)
Nangka
1,63
1083,72
Sengon
2,10
518,97
Afrika
1,62
560,29
Randu
2,53
315,38
Tabel 9 Rata-rata deformasi dan beban pada batas elastis empat jenis kayu penyusun glulam tekan sejajar serat Jenis Kayu
Rata-rata Deformasi (mm)
Rata-rata Beban (kgf)
Nangka
1,37
1163,20
Sengon
1,97
1067,53
Afrika
1,59
857,96
Randu
1,98
333,23
30
Untuk dapat mengetahui perbedaan deformasi dan pembebanan antara tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat lamina penyusun glulam, dilakukan uji-t untuk masing-masing jenis kayu. Hasil uji-t disajikan pada Tabel (8 dan 9). Tabel 10 Nilai deformasi pada batas elastis empat jenis kayu penyusun glulam tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat Hasil uji-t berpasangan Jenis kayu
deformasi (mm) Tekan // serat
t-hitung
Tekan ⊥ serat
t-tabel
t-tabel
0,05
0,01
Nangka
1,37
1,63
-2,21
2,00
2,66
Sengon
1,97
2,10
-0,49
2,26
3,24
Afrika
1,59
1,62
-0,46
2,26
3,24
Randu
1,98
2,53
-1,95
2,26
3,24
Tabel 11 Nilai pembebanan pada batas elastis empat jenis kayu penyusun glulam tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat Hasil uji-t berpasangan Jenis kayu
Pembebanan (kgf)
t-hitung
t-tabel
t-tabel
0,05
0,01
Tekan // serat
Tekan ⊥ serat
Nangka
1163,20
1097
2,88
2,00
2,66
Sengon
1067,52
518,60
6,37
2,26
3,24
Afrika
857,53
560
3,29
2,26
3,24
Randu
339,22
315
0,55
2,26
3,24
Berdasarkan dari hasil uji-t diatas, didapat untuk deformasi yang terjadi pada semua jenis kayu yang digunakan sebagai core baik yang diuji secara tekan sejajar serat maupun tekan tegak lurus serat, tidak terdapat perbedaan, hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih kecil bila di bandingkan dengan t-tabel (t-hitung < t-tabel ) untuk selang 95% maupun selang 99%, namun untuk kayu Nangka yang digunakan sebagi face dan back terdapat perbedaan pada selang kepercayaan 95%.
31
Untuk besarnya pembebanan yang terjadi pada batas proporsi untuk semua jenis kayu penyusun glulam, terdapat perbedaan pembebanan untuk tekan sejajar serat maupun tekan tegak tegak lurus serat. Untuk kayu Nangka, kayu Sengon dan kayu Afrika, nilai pembebanan pada batas elastis tekan sejajar serat lebih besar daripada tekan tegak lurus serat, hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung lebih besar dari pada t-tabel (t-hitung > t-tabel) baik untuk selang kepercayaan 95% maupun 99%, sedangkan untuk kayu Randu tidak terdapat perbedaan antara tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat. Hal ini disebabkan karena untuk jenis kayu yang memiliki bj kecil seperti kayu Randu pada saat diberi beban, penampang kayu tidak kembali lagi pada keadaan semula, walaupun beban yang diberikan belum melewati batas proporsi (batas elastisitas). Contoh kurva beban deformasi empat jenis kayu yaitu kayu Nangka, kayu Sengon, kayu Afrika serta kayu Randu, untuk ke dua jenis pengujian disajikan pada gambar 7, 8, 9 dan 10, grafik selengkapnya disajikan pada lampiran (2a dan 2b).
Nangka tekan // serat
1600 1400
beban (kg)
1200 1000 800 600
P= 261+805Δ-1062Δр² R²=0,99 batas elastis= (11,2;1171)
400 200
Pe
Pp
Pest
0 0
50
deformasi (cm)
100
150
200
Gambar 10 Contoh Kurva Beban Deformasi Kayu Nangka.
32
1200
Afrika tekan // serat
beban(kg)
1000 800
P =-173+443Δ-534Δр² R²= 0,99 Batas elastis=(21,0;789)
600 400
Pe
Pp
Pest
200 0 0
5
10
15
20
25
30
deformasi (cm)
beban(kg)
Gambar 11 Contoh Kurva Beban Deformasi Kayu Afrika. Randu tekan // serat
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
P =16+211Δ-293Δр² R²= 0,99 Batas elastis=(13,0;303) Pe
0
5
Pp
10
deformasi (cm)
Pest
15
20
Gambar 12 Contoh Kurva Beban Deformasi Kayu Randu. Sengon tekan // serat
beban(kg)
500 400 300
P=22+913Δ-535Δр² R²=1 Batas elastis=(11,3;1058)
200 100
Pe
Pp
Pest
0 0
5
deformasi (cm)
10
15
Gambar 13 Contoh Kurva Beban Deformasi Kayu Sengon.
20
33
Gambar 10 merupakan contoh kurva beban deformasi kayu Nangka yang diuji dengan tekan tegak lurus serat, yang mempunyai model regresi P = 261+804Δ-1062Δр²; R²=0,99. Batas elastis atau sering juga disebut batas proporsi pada saat menerima beban sebesar 1171 kgf dan terjadi deformasi sebesar 11,2 cm, jika kayu menerima beban di bawah batas nilai tersebut maka kayu Nangka masih bisa kembali seperti keadaan semula karena belum melewati batas proporsi. Gambar 11 merupakan contoh kurva beban deformasi kayu Afrika yang diuji dengan tekan sejajar serat, yang mempunyai model regresi P = -173+443Δ534Δр²; R²=0,99. Batas elastisnya saat menerima beban sebesar 789 kgf dan terjadi deformasi sebesar 21,0 cm. Gambar 12 merupakan contoh kurva beban deformasi kayu Randu yang diuji dengan tekan sejajar serat, yang mempunyai model regresi P =16+211Δ-293Δр²; R²=0,99. Batas elastisnya saat menerima beban sebesar 303 kgf dan terjadi deformasi sebesar 13,0 cm. Gambar 13 merupakan contoh kurva beban deformasi kayu Sengon yang diuji dengan sejajar serat, yang mempunyai model regresi P = 22+913Δ-535Δр²; R²=1. Batas elastisnya saat menerima beban sebesar 1058 kgf dan terjadi deformasi sebesar 11,3 cm.
4.3. Sifat Mekanis Contoh Kecil Bebas Cacat
Modulus Elastisitas (MOE) Contoh Kecil Bebas Cacat. Sifat kekakuan kayu merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban tanpa terjadi perubahan bentuk yang permanen atau dapat kembali ke bentuk semula. Besarnya hasil pengujian dinyatakan dalam Modulus Elastisitas (MOE). Dua metode digunakan untuk menghitung nilai MOE pada penelitian ini, yakni metode pertama dan metode kedua seperti yang disajikan oleh Bahtiar (2008).
34
Tabel 12 Nilai rata-rata MOE contoh kecil bebas cacat yang diuji secara tekan tegak lurus serat Janis kayu
Rata-rata MOE (kg/cm2) Metode
Metode
pertama
kedua
t-hitung
t-tabel 0,05
0,01
Nangka
3
5,3x10
4,7x103
6,78
2,00
2,66
Sengon
3,4x103
3,3x103
3,67
2,26
3,24
Afrika
4,1x103
3,8x103
3,52
2,26
3,24
Randu
1,8x103
1,7x103
3,68
2,26
3,24
Tabel 13 Nilai rata-rata MOE contoh kecil bebas cacat yang diuji secara tekan sejajar serat Janis kayu
Nangka Sengon
Rata-rata MOE (kg/cm2) Metode
Metode
pertama
kedua
t-hitung
t-tabel 0,05
0,01
4
2,1x104
5,38
2,00
2,66
4
4
3,57
2,26
3,24
4
2,2x10 1,5x10
4
1,4x10
Afrika
1,3x10
1,2x10
4,29
2,26
3,24
Randu
7,2x103
6,8x103
4,65
2,26
3,24
Dari Tabel 12 dan 13 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata MOE metode pertama dengan metode kedua terdapat perbedaan nilai yang dihasilkan untuk dua arah pengujian yang berbeda yakni tekan tegak lurus serat dan tekan sejajar serat. Secara berturut-turut nilai rata-rata MOE metode pertama untuk tekan tegak lurus serat yang dihasilkan oleh kayu Nangka 5,3x103 kg/cm², kayu Afrika 4,1x103 kg/cm², kayu Sengon 3,4x103 kg/mm² dan kayu Randu 1,8x103kg/cm² dan nilai rata-rata MOE untuk metode kedua yang dihasilkan adalah untuk kayu Nangka 4,7x103 kg/cm², kayu Afrika 3,8x103 kg/cm², kayu Sengon 3,3x103 kg/cm² dan untuk kayu Randu 1,7x103 kg/cm². Sedangkan nilai rata-rata MOE metode pertama untuk tekan sejajar serat yang dihasilkan oleh kayu Nangka adalah 2,2x104 kg/cm², kayu Afrika 1,5x104 kg/cm², kayu Sengon 1,3x104 kg/cm² dan kayu Randu 7,2x103kg/cm². Nilai rata-rata MOE untuk metode kedua yang
35
dihasilkan adalah untuk kayu Nangka 2,1x104 kg/cm², kayu Afrika 1,4x104 kg/cm², kayu Sengon 1,2x104 kg/cm² dan utuk kayu Randu 6,8x103 kg/cm². Pada kedua arah pengujian yang telah dilakukan, nilai MOE yang terbesar adalah kayu Nangka, disusul oleh kayu Afrika, kemudian kayu Sengon, dan nilai MOE yang terkecil adalah kayu Randu. Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai MOE antar jenis kayu adalah berat jenis kayu. Berdasarkan sifat anatomi kayu, kayu dengan berat jenis yang tinggi memiliki dinding sel yang tebal, dinding sel yang tebal dapat meningkatkan kekuatan kayu. Haygreen dan Bowyer (2003) menyatakan bahwa kekakuan dan kekuatan kayu meningkat dengan meningkatnya berat jenis pada kondisi kayu bebas cacat. Mengacu pada Tabel 12 dan 13, terdapat perbedaan nilai MOE yang dihasilkan antara metode pertama dan metode kedua yang disajikan oleh Bahtiar (2008), pada kedua arah pengujian yang berbeda. Uji-t berpasangan (dependent ttest) merupakan uji lanjut untuk mengetahui tingkat perbedaan antara metode pertama dengan metode kedua. Hasil uji-t berpasangan secara lengkap disajikan pada lampiran 8 dan 9 . Dari hasil uji-t berpasangan dengan taraf kepercayaan 95% dan 99% untuk semua jenis kayu penyusun lamina baik yang diuji secara tekan tegak lurus serat dan tekan sejajar serat di dapat bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel), hal ini dapat diartikan bahwa metode pertama berbeda nyata dengan metode kedua. Perbedaan nilai MOE metode pertama dan metode kedua ini disebabkan pada saat menghitung ΔP/Δy, metode pertama hanya memakai sebagian data (persamaan linier, ± 10% dari data keseluruhan), sedangkan metode kedua menggunakan sebagian besar dari data keseluruhan (persamaan linier dan kuadratik ± 90%). Oleh sebab itu, MOE yang diperoleh
dari
metode
pertama
memiliki
kecendrungan
over
estimate
dibandingkan dengan metode kedua. Selanjutnya dalam menghitung MOE glulam menggunakan metode kedua. Kurva disrtibusi MOE pertama dan metode kedua contoh kecil empat jenis kayu, disajikan pada gambar di bawah ini.
103
Tabel 13a. Perbandingan MOE ckbc tekan sejajar serat dengan Glulamnya Jenis glulam
Contoh uji
NangkaRanduNangka
1 2 3 4 5
Rata-rata NangkaSengonNangka
1 2 3 4 5
Rata-rata NangkaAfrikaNangka Rata-rata
1 2 3 4 5
Face 22713.84 20516.15 24606.12 17225.49 18759.71 20764.26 22216.88 15072.36 16096.73 20199.17 24197.87 19556.60 28060.23 21936.44 21998.00 15107.80 26253.62 22671.22
MOE (kg/cm2) Back Core 27688.67 4792.71 16206.06 8845.46 16024.31 7375.47 19844.66 6183.91 24475.84 7099.00 20847.91 6859.31 26570.17 16574.97 17909.67 13388.42 25691.88 14161.65 26463.40 6057.39 22911.29 13033.41 23909.28 12643.17 17405.64 23216.47 17991.02 10382.03 13497.87 19812.28 20539.31 8657.45 8351.47 11678.82 15557.06 14749.41
Tabel 13b. Perbandingan MOE ckbc tekan tegak lurus serat dengan Glulamnya Jenis Contoh glulam uji MOE (kg/cm2) Face Back Core 1 7914.9 4506.4 1602.0 Nangka2 5880.1 2263.9 1828.8 Randu3 6657.3 4609.5 1658.8 Nangka 4 4527.7 3451.4 1753.1 5 5732.1 6206.7 1683.3 6142.4 4207.6 1705.2 Rata-rata 1 4985.0 4893.5 4338.9 Nangka2 7099.5 3734.8 3481.4 Sengon3 5511.2 2477.5 3734.4 Nangka 4 3697.3 2882.9 1629.1 5 4928.6 3465.1 3467.5 5244.3 3490.8 3330.3 Rata-rata 1 6788.5 1860.1 5587.9 Nangka2 5280.1 6010.1 3481.8 Afrika3 6457.4 2686.4 4065.9 Nangka 4 5967.6 5826.0 2739.6 5 5502.6 2148.7 3275.4 5999.2 3706.3 3830.1 Rata-rata
Glulam 4010.67 5279.59 7048.44 2886.34 10874.02 6019.8 2171.95 5559.12 10239.55 6577.33 11978.07 7305.2 11361.54 10568.08 7586.34 5892.71 12421.66 9566.07
Glulam 2783.39 3455.33 2986.00 2379.76 3208.89 2962.67 4107.60 4203.30 2973.80 4033.08 3625.14 3788.59 3923.34 3394.83 5759.29 4710.14 3009.26 4159.37
104
Tabel 14a Perbandingan Kekuatan tekan ckbc tekan sejajar serat dengan Glulamnya Jenis glulam
Contoh uji
NangkaRanduNangka
1 2 3 4 5
Rata-rata NangkaAfrikaNangka
1 2 3 4 5
Rata-rata NangkaSengonNangka
1 2 3 4 5
Rata-rata
Face 450.64 198.51 525.73 402.19 340.16 383.45 487.59 300.20 504.06 401.16 440.62 426.73 486.11 290.46 293.49 351.80 489.61 382.29
Back 472.12 336.80 302.59 396.03 382.92 378.09 514.30 402.16 391.90 238.18 401.90 389.69 265.29 289.48 253.23 567.24 253.52 325.75
Fc (kg/mm2) Core 94.13 164.75 131.36 120.14 118.74 125.82 240.59 283.42 312.65 248.74 311.60 279.40 318.61 313.24 368.28 234.31 280.13 302.91
Tabel 14b Perbandingan Kekuatan tekan ckbc tekan tegak lurus serat dengan Glulamnya Contoh Jenis uji Fc (kg/mm2) glulam Face Back Core NangkaRanduNangka
1 2 3 4 5
Rata-rata NangkaAfrikaNangka
1 2 3 4 5
Rata-rata Nangka Sengon Nangka Rata-rata
1 2 3 4 5
Glulam 23.71 25.31 52.24 28.11 56.09 37.09 55.45 96.67 48.00 28.12 78.88 61.42 55.45 37.49 77.64 44.58 47.94 56.35
Glulam
92.73 48.57 53.45 112.04 107.56
57.88 77.92 79.08 71.33 44.60
11.35 16.88 25.30 25.30 22.15
2.79 5.10 4.65 3.76 4.23
82.87 78.10 51.23 50.72 65.46 59.67 61.04 56.11 26.72 61.91 158.17 27.02 65.99
66.16 58.93 42.68 59.93 68.30 61.90 58.35 55.03 28.49 89.49 92.11 68.37 66.70
20.20 38.34 51.38 39.14 38.81 45.10 42.56 37.70 19.91 39.99 35.25 39.77 34.52
4.11 6.22 4.29 7.60 4.83 5.22 5.63 3.90 4.85 5.29 3.96 4.55 4.51
36
0,0003 0,00025
Frekuensi
0,0002
Nangka
0,00015
Afrika
0,0001
Sengon
0,00005
Randu
0 0
10000
20000
30000
40000
Modulus Elastisitas Metode Petama tekan //
50000
serat(kg/cm2)
Gambar 14 Kurva distribusi MOE metode pertama ckbc tekan // serat. 0,0003 0,00025
Frekuensi
0,0002
Nangka
0,00015
Afrika
0,0001
Sengon
0,00005
Randu
0 0
10000
20000
30000
40000
50000
Modulus Elastisitas Metode Kedua Tekan // serat (kg/cm2)
Frekuensi
Gambar 15 Kurva distribusi MOEmetode kedua ckbc tekan // serat. 0,0016 0,0014 0,0012 0,001 0,0008 0,0006 0,0004 0,0002 0
Nangka Afrika Sengon Randu 0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Modulus Elastisitas Metode Pertama Tekan ⊥ serat (kg/cm2) Gambar 16 Kurva distribusi MOE metode pertama ckbc tekan ⊥ serat.
Frekuensi
37
0,0016 0,0014 0,0012 0,001 0,0008 0,0006 0,0004 0,0002 0
Nangka Afrika Sengon Randu 0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Modulus Elastisitas Metode Kedua Tekan ⊥ serat (kg/cm2) Gambar 17 Kurva distribusi MOE metode kedua ckbc tekan ⊥ serat. Mengacu pada gambar 17 untuk tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat, kayu Nangka memiliki keragaman paling tinggi. Kayu Afrika cenderung lebih seragam untuk tekan sejajar serat maupun tekan tegak lurus serat bila dibandingkan dengan kayu Sengon maupun kayu Randu. Selain mempunyai keragaman yang tinggi untuk arah tekan sejajar serat maupun tekan tegak lurus serat, kayu Nangka juga memiliki nilai MOE yang terbesar. Untuk tekan sejajar serat maupun tekan tegak lurus serat, kayu Randu memiliki memiliki nilai MOE terkecil. Regresi linier antara metode pertama dan metode kedua untuk tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat disajikan pada gambar 18 dan 19. Untuk semua jenis kayuyang diuji tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat memiliki korelasi yang erat baik untuk metode pertama maupun metode kedua.
38
40000,0
y(Nangka) = 0,934x + 2612, y(Randu) = 1,037x + 151,6 R² = 0,899 R² = 0,970 y(Afrika) = 1,122x ‐ 766,6 R² = 0,990 y(Sengon) = 1,025x + 293,4 R² = 0,988
MOE metode kedua tekan // serta (kg/cm2)
35000,0 30000,0 25000,0 20000,0
nangka afrika
15000,0
Sengon
10000,0
Randu
5000,0 0,0 0,0
5000,0 10000,0 15000,0 20000,0 25000,0 30000,0 35000,0 40000,0
MOE Metode Pertama ckbc tekan // serat (kg/cm2)
Gambar 18. Hubungan antara MOE tekan // serat metode pertama dengan metode kedua
MOE metode kedua tekan ⊥ serat (kg/mm2)
12000
y (Nangka)= 1,034x + 401,1 R² = 0,914
10000
y (Afrika)= 1,124x ‐ 201,1 R² = 0,991 y (Randu)= 1,008x + 83,22 R² = 0,961
8000 6000 4000
nangka Afrika Sengon
y (Sengon)= 1,019x + 89,67 R² = 0,985
2000
Randu
0 0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
MOE Metode Pertama ckbc tekan ⊥ serat (kg/cm2)
Gambar 19. Hubungan antara MOE tekan ⊥ metode pertama dengan metode kedua Untuk mengetahui perbedaan nilai MOE contoh uji antara tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus serat, dilakukan pengujian lanjut untuk nilai MOE metode kedua dengan menggunakan uji statistik.
39
Tabel 14 Nilai MOE tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus serat untuk metode Kedua MOE metode kedua (kg/cm2) Tekan // serat 1,7x104
Tekan ⊥ serat 4,1x103
Hasil uji-t berpasangan t-hitung
18,67
t-tabel
t-tabel
0,05
0,01
1,98
2,63
Dari hasil uji-t berpasangan diatas untuk selang kepercayaan 95% dan 99%, nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel), ini berarti bahwa arah serat yakni tekan sejajajar serat dan tekan tegak lurus serat berbeda nyata dengan nilai MOE keduanya, nilai MOE untuk tekan sejajar serat adalah sebesar 1,7x104 kg/cm2, sedangkan MOE untuk tekan tegak lurus serat 4,1x103 kg/cm2. Perbedaan nilai MOE untuk tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus serat diakibatkan karena pada tekan sejajar terdiri dari kumpulan serat-serat,sehingga lebih kuat bila dibandingkan pada arah tekan tegak lurus.
4.4. Kekuatan tekan Contoh Kecil Bebas Cacat Tabel 15 Nilai rata-rata Kekuatan tekan contoh kecil bebas cacat untuk tekan sejajar serat Jenis kayu
Kekuatan tekan (Fc) (kg/cm2)
Nangka
383,16
Afrika
279,40
Sengon
302,91
Randu
125,82
Rata-rata umum
272,82
40
Tabel 16 Nilai rata-rata Kekuatan tekan contoh kecil bebas cacat untuk tekan tegak lurus serat Jenis kayu
Kekuatan tekan (Fc) (kg/cm2)
Nangka
66,80
Afrika
42,60
Sengon
34,50
Randu
20,20
Rata-rata umum
41,03
Mengacu pada Tabel diatas, bila dibandingkan
nilai kekuatan tekan
antara tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus serat, memiliki perbedaan nilai untuk jenis yang sama, secara keseluruhan kekuatan tekan rata-rata umum kayu untuk semua jenis yang diuji secara tekan sejajar serat memiliki nilai rata-rata sebesar 272,82 kg/cm2, sedangkan untuk semua jenis kayu yang diuji tekan tegak lurus serat mempunyai nilai kekuatan rata-rata sebesar 41,03 kg/cm2. Nilai kekuatan tekan sejajar serat secara berturut-turut adalah, kayu Nangka sebesar 383,16 kg/cm2, kayu Sengon 301,91 kg/cm2, kayu Afrika 279,40 kg/cm2, dan kayu Randu memiliki nilai kekuatan tekan yang sangat rendah 125,82 kg/cm2. Sedangkan nilai kekuatan tekan contoh uji tekan tegak lurus serat secara berturutturut adalah, kayu Nangka sebesar 66,80 kg/cm2, kayu Afrika 42,60 kg/cm2, kayu Sengon 34,50 kg/cm2, dan kayu Randu memiliki nilai kekuatan tekan yang sangat rendah 20,20 kg/cm2. Perbedaan nilai kekuatan untuk tekan sejajar serat dengan tekan tegak lurus serat, terjadi karena pada tekan sejajar serat terdiri dari kumpulan serat jadi kekuatannya jauh lebih kuat bila dibandingkan dengan tekan tegak lurus serat.
4.5 Sifat Mekanis Glulam
Modulus Elastisitas (MOE) Glulam Sitat mekanis glulam yang dibahas pada penelitian ini adalah Modulus Elastisitas (MOE), antara glulam tekan sejajar serat dengan glulam tekan tegak lurus serat.
41
Tabel 17 MOE glulam tekan sejajar muka lamina dan tekan tegak lurus muka lamina Jenis papan
ulangan
MOE tekan // serat
MOE tekan ⊥ serat
(kg/cm2)
(kg/cm2)
1
1,1x104
3,9 x103
Nangka
2
1,1x104
3,3 x103
Afrika
3
7,5x103
5,7 x103
Nangka
4
5,8x103
4,7 x103
5
1,2x104
3,0 x103
9,5x103
4,1 x103
1
2,1x103
4,1 x103
Nangka
2
5,5x103
4,2 x103
Sengon
3
1,0x104
2,9 x103
Nangka
4
6,5x103
4.0 x103
5
1,1x104
3,6 x103
7,3x103
3,7 x103
1
4,0x103
2,2 x103
Nangka
2
5,2 x103
3,4 x103
Randu
3
7,0 x103
2,9 x103
Nangka
4
2,8 x103
2,3 x103
5
1,0 x104
3,2 x103
6,0 x103 7,6 x103
2,9 x103 3,6 x103
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata Rata-rata umum
Mengacu pada tabel 17 didapat nilai rata-rata umum MOE untuk glulam tekan sejajar muka lamina dan glulam tekan tegak lurus muka lamina tanpa memperhatikan jenis kayu penyusun glulam berturut-turut adalah 7,6 x103 kg/cm2 dan 3,6 x103 kg/cm2. Bila memperhatikan jenis kayu penyusun glulam bagian face dan back memakai jenis kayu yang sama yaitu kayu Nangka dengan core yang terdiri dari jenis kayu berbeda yakni kayu Sengon, kayu Afrika dan kayu Randu.
42
Dari tabel diatas dapat dilihat, glulam dengan core Afrika memiliki nilai MOE yang paling besar, baik yang diuji dengan tekan sejajar muka lamina dan tekan tegak lurus muka lamina dengan nilai MOE berturut-turut adalah 9,5x103 kg/cm2 dan 4,1 x103 kg/cm2, di ikuti oleh glulam yang menggunakan kayu Sengon sebagai core, masing-masing nilainya adalah 7,3x103 kg/cm2 dan 3,7 x103 kg/cm2, glulam dengan core kayu Randu memiliki nilai MOE yang paling rendah baik untuk glulam tekan sejajar muka lamina dan glulam tekan tegak lurus muka lamina, yaitu 6,0 x103 kg/cm2 dan 2,9 x103 kg/cm2. Herawati (2007) menyatakan bahwa nilai MOE tidak dipengaruhi oleh ukuran lamina tetapi dipengaruhi oleh kondisi lamina terutama adanya cacat mata kayu atau serat miring. Selain cacat tersebut, terdapat juga cacat berupa pingul yaitu adanya kulit yang terdapat pada kayu atupun ketidaksempurnaan sudut-sudut pinggir dalam sepotong kayu. Cacat lain yang terdapat pada lamina ke empat jenis kayu adalah cacat yang diakibatkan karena proses pengeringan yakni perbedaan penyusutan antara arah radial dan tangensial serta pengaruh internal stress akibat perbedaan distribusi kadar air dalam kayu (Tsoumis 1991). Cacat-cacat tersebut adalah membusur (bowing), melengkung (crooking), mencawan (cupping) dan melengkung. Meskipun cacat-cacat ini tidak mempengaruhi nilai MOE namun perlu dihindari karena akan menyulitkan dalam proses pengempaan dan dapat menimbulkan celah antar lamina saat dilakukan pengkleman. Besarnya tekanan yang digunakan dalam pengkleman tidak di ukur dalam penelitian ini.
43
Tabel 18. kekuatan tekan glulam Jenis Glulam
Ulangan
Fc // muka lamina 2
(kg/cm )
Nangka-Randu-Nangka
1
23,71
2
25,31
3
52,24
4
28,11
5
56,09 37,09
Rata-rata
Nangka-Afrika-Nangka
(kg/cm2)
2,58 5,64 5,22 3,17 4,23 4,17
1
55,45
6,22
2
96,67
4,28
3
48,00
7,25
4
28,12
4,46
5
78,88
4,86
61,42 74,08
5,41
1 2
37,49
3
77,64
4
44,58
5
47,94
Rata-rata
Nangka-Sengon-Nangka
Fc ⊥ muka lamina
Rata-rata
56,35
Rata-rata umum
51,62
4,12 5,09 5,85 4,10 3,97 4,62 4,75
Mengacu pada Tabel 18 nilai kekuatan tekan glulam yang diuji tekan sejajar muka lamina maupun yang diuji tekan tegak lurus lamina, glulam dengan core kayu Afrika memiliki nilai kekuatan tekan yang paling besar yakni 61,42 kg/cm2 untuk tekan sejajar muka lamina dan 5,41 kg/cm2 untuk tekan tegak lurus muka lamina, kemudian glulam dengan core kayu Sengon dengan masing-masing nilainya sebesar 56,35 kg/cm2 untuk tekan sejajar muka lamina dan 4,62 kg/cm2 untuk tekan tegak lurus muka lamina, nilai kekuatan tekan yang paling kecil adalah glulam dengan core kayu Randu yakni sebesar 37,09 kg/cm2 untuk tekan sejajar muka lamina dan 4,17 kg/cm2 untuk tekan tegak lurus lamina. Bila
44
dibandingkan nilai kekuatan glulam antara glulam tekan sejajar muka lamina dengan glulam
tekan tegak lurus muka lamina, nilai kekuatannya berbeda,
kekuatan tekan glulam pada tekan sejajar muka lamina jauh lebih tinggi bila di bandingkan dengan nilai tekan glulam pada tekan tegak lurus serat.
Perbandingan MOE glulam dibanding lamina penyusunnya. Untuk glulam contoh uji tekan sejajar serat dengan jenis glulam NangkaRandu-Nangka nilai rata-rata MOE nya adalah 6,0x103 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai MOE penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 2,0 x104 kg/mm2, back 2,3 x104 kg/cm2 dan kayu Randu (core) 6,8 x103 kg/cm2; jenis glulam Nangka-Afrika-Nangka nilai rata-rata MOE nya adalah 9,5 x103 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai MOE penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 2,0 x104 kg/cm2 back 2,2 x104 kg/cm2, untuk Afrika (core) 1,4 x104 kg/cm2; jenis glulam Nangka-Sengon-Nangka nilai rata-rata MOE nya adalah 7,3 x103 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai MOE penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 1,9 x104 kg/cm2 back 1,5x104 kg/cm2, untuk Sengon (core) 1,2x104 kg/cm2. Untuk glulam contoh uji tekan tegak lurus serat dengan jenis glulam Nangka-Randu-Nangka nilai rata-rata MOE nya adalah 2,9x103kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai MOE penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 6,1x103 kg/cm2, back 4,2 x103 kg/cm2, untuk Randu (core) 1,6x103 kg/cm2; jenis glulam Nangka-Afrika-Nangka nilai rata-rata MOE nya adalah 4,1x103 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai MOE penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 5,2x103 kg/cm2, back 3,4 x103 kg/cm2, untuk Afrika (core) 3,7x103 kg/cm2; jenis glulam Nangka-Sengon-Nangka nilai rata-rata MOE nya adalah 3,7x103 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai MOE penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 5,9x103 kg/cm2 back 3,7x103 kg/cm2, untuk Sengon (core) 3,3x103 kg/cm2. (Untuk nilai MOE setiap ulangan Glulam dan lamina penyusunnya di sajikan pada Lampiran 13). Perbandingan MOE antara glulam dan lamina penyusunnya dapat juga dilihat melalui kurva di bawah ini
45
0,00014
Frekuensi
0,00012 0,0001 0,00008 0,00006
glulam
0,00004
lamina
0,00002 0 0
10000
20000
30000
40000
50000
MOE tekan // serat kg/cm2
Gambar 20 Kurva distribusi MOE tekan sejajar serat Glulam berbanding dengan Lamina. 0,0005 0,00045 0,0004 0,00035
Frekuensi
0,0003 0,00025 0,0002
glulam
0,00015
lamina
0,0001 0,00005 0 0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
MOE tekan ⊥ serat kg/cm2
Gambar 21 Kurva distribusi MOE Glulam tekan tegak lurus serat berbanding dengan Lamina. Seperti terlihat gambar 20 dan 21 lamina memiliki sifat mekanis yang lebih bervariasi bila dibandingkan dengan glulam, baik untuk arah sejajar serat maupun tegak lurus serat. Perbedaan nilai MOE antara glulam dan lamina penyusun glulam disebabkan karena standar deviasi glulam lebih kecil bila
46
dibandingkan dengan laminanya, standar deviasi
MOE glulam sejajar muka
lamina 3,3x103 kg/cm2, sedangkan laminanya sebesar 7,3x103 kg/cm2. Untuk MOE glulam tegak lurus muka lamina memiliki standar deviasi sebesar 8,5x102 kg/cm2 sedangkan untuk laminanya 2,0x103 kg/cm2. Bila dibandingkan nilai rata-rata umum MOE antara glulam dengan lamina penyusunnya, lamina memiliki nilai MOE yang jauh lebih tinggi. Nilai rata-rata umum MOE lamina untuk tekan sejajar serat adalah 1,7x104 kg/cm2, nilai ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai rata-rata umum glulam yakni sebesar 7,6x103 kg/cm2. Untuk lamina tekan tegak lurus serat nilai rata-rata umum MOE nya adalah 4,1x103 kg/cm2, nilai ini berbeda dengan nilai rata-rata MOE glulam yakni sebesar 3,6x103 kg/cm2.
Perbandingan kekuatan glulam dibanding lamina penyusunnya. Untuk glulam
contoh uji tekan sejajar serat dengan jenis glulam
Nangka-Randu-Nangka nilai rata-rata kekuatan tekannya adalah 37,09 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai Fc penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 383,16 kg/cm2, back 378,09 kg/cm2, untuk Randu (core) 125,82 kg/cm2; jenis glulam Nangka-Afrika-Nangka nilai rata-rata Fc nya adalah 61,42 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai Fc penyusunnya, untuk kayu Nangka (face)426,73 kg/cm2, back 389,69 kg/cm2, untuk Afrika (core) 279,40 kg/cm2; jenis glulam Nangka-Sengon-Nangka nilai rata-rata Fc nya adalah 56, 35 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai Fc penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 282,29 kg/cm2, back 325,75 kg/cm2, untuk Sengon (core) 302,11 kg/cm2. Untuk glulam contoh uji tekan tegak lurus serat dengan jenis glulam Nangka-Randu-Nangka nilai rata-rata kekuatan tekannya adalah 4,11 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai Fc penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 82,87 kg/cm2 back 66,16 kg/cm2, untuk Randu (core) 20,20 kg/cm2; jenis glulam Nangka-Afrika-Nangka
nilai
rata-rata
Fcnya
adalah
5,63 kg/cm2
bila
dibandingkan dengan rata-rata nilai Fc penyusunnya, untuk kayu Nangka (face) 61,04 kg/cm2, back 58,35 kg/cm2, untuk Afrika (core) 42,56 kg/cm2; jenis glulam Nangka-Sengon-Nangka nilai rata-rata Fcnya adalah 4,51 kg/cm2 bila dibandingkan dengan rata-rata nilai Fc penyusunnya, untuk kayu Nangka (face)
47
65,99 kg/cm2, back 66,70 kg/cm2, untuk Sengon (core) 34,52 kg/cm2. (Untuk nilai Fc setiap ulangan Glulam dan lamina penyusunnya di sajikan pada Lampiran 14 ). Perbandingan nilai kekuatan tekan antara glulam dengan laminanya dapat
Frekuensi
juga dilihat melalui grafik di bawah ini.
0,02 0,018 0,016 0,014 0,012 0,01 0,008 0,006 0,004 0,002 0
glulam lamina
0
200
400
Kekuatan tekan // serat
600
800
kg/cm2
Gambar 22 Kurva distribusi kekuatan tekan // serat glulam dengan lamina penyusunnya. 0,4 0,35 0,3 0,25
Frekuensi
0,2
glulam
0,15
lamina
0,1 0,05 0 0
20
40
Kekuatan tekan ⊥ serat
60
80
100
120
140
kg/cm2
Gambar 23 Kurva distribusi kekuatan tekan ⊥ serat glulam dengan lamina penyusunnya.
48
Mengacu kepada gambar 18 dan 19, untuk perbandingan kekuatan tekan antara glulam tekan sejajar serat dan glulam tekan tegak lurus serat dengan lamina penyusunnya masing-masing, glulam lebih memiliki sebaran kekuatan tekan yang lebih seragam bila di bandingkan dengan lamina. Bila dibandingkan dengan nilai kekuatan tekannya sendiri, nilai kekuatan tekan rata-rata glulam tekan sejajar muka lamina
tanpa memperhatikan core penyusunnya adalah
sebesar 51,62 kg/cm2 sedangkan nilai kekuatan tekan untuk lamina penyusunnya adalah sebesar 288,73 kg/cm2. nilai kekuatan tekan rata-rata glulam tekan tegak lurus serat tanpa memperhatikan core penyusunnya adalah sebesar 4,75 kg/cm2 sedangkan nilai kekuatan tekan untuk lamina penyusunnya adalah sebesar 41,03 kg/cm2.
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Hasil rata-rata MOE dan kekuatan tekan sejajar serat dan tekan tegak lurus lamina dari yang tebesar berturut-turut adalah kayu Nangka,Afrika,Sengon dan yang paling kecil adalah katu Randu. 2. Hasil rata-rata nilai MOE untuk tekan tegak lurus serat dan tekan sejajar serat metode pertama dengan MOE kedua (Bahtiar 2008a) untuk semua jenis kayu bebeda nyata, tetapi memiliki korelasi yang tinggi. 3. Hasil rata-rata MOE dan kekuatan tekan sejajar muka lamina dan tegak lurus muka lamina berturut-turut adalah jenis glulam Nangka-AfrikaNangka, Nangka-Sengon-Afrika-Nangka dan Nangka-Randu-Nangka. 5.2 Saran 1. Perlu dilakukan risalah cacat kayu dan menghitung nilai poison ratio lamina penyusun glulam, sehingga nilai sifat fisis mekanis lamina dapat diwakili dengan baik oleh hasil uji ckbc yang dikolerasi dengan poison ratio. 2. Sebaiknya dihindari penggunaan lamina yang tidak lurus ataupun cacat pada saat pengerjaan.
50
DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, Hadjib N. 2005. Kekuatan dan kekakuan balok lamina dari dua jenis kayu kurang dikenal. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23: 87-100. Anshari B. 2006. Pengaruh variasi tekanan kempa terhadap kuat lentur kayu laminasi dari kayu meranti dan keruing. Dimensi Teknik Sipil 8: 25-33. http://puslit.petra..ac.id/~puslit/journals/article.php?PublishedlD=CIV0 6080105-7k [16 Mar 2006]. Bahtiar. 2008. Modulus Elastisitas dan kekuatan tekan glulam. Di dalam Proceeding Seminar Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI XI). Universitas Palangkaraya. Bodig J, Jayne BA. 1982. Mechanics of Wood and Wood Composites. Van Nostrand Reinhold Company. New York. [CWC] Canadian Wood Council. 2000. Wood Reference Handbook: A guide to the architectural use of wood in building construction. Ed ke-4. Ottawa: Canadian Wood Council. san Ferry, M. 2005 Pengaruh jumlah lapisan bamboo betung dan posisi pengujian terhadap karakteristik balok laminasi campuran kayu sengon dan bamboo. Skipsi. Departeman Teknologi Hasil Hutan
Fakultas
Kehutanan IPB. Tidak dipublikasikan Haygreen JG dan JL Bowyer.
1993.
Forest Products and Wood
Science, An Introduction USA: The Lowa State University Press. Ginoga B. 1998. Mutu dolok, berat jenis dan kekuatan balok lamina kayu mangium (Acacia mangium Willd.) dan kayu sungkai (Peronema canescensack.). Buletin Penelitian Hasil Hutan 16:79-82.
51
Lam F, Prion HGL. 2003. Engineered wood products for structural purposes. Di dalam: Thelandersson S, Larsen HJ, editor. Timber Engineering. New York: Jhon Wiley & Sons, Ltd. hlm 81-102. Mandang, Y.I. dan I.K.N. Pandit. 1997 . Pedoman Identifikasi kayu di lapangan Yayasan PROSEA. Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan, Bogor. Marra AA. 1992. Technology of Wood Bonding: Principles in Practice. New York: Van Nostrand Reinhold. Martawijaya, A.I Kartasujana. Y.I. Mandang. S.A Prawira dan K.Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia jilid II. Bogor. Dephut. Badan Penelitian dan Pengembangan kehutanan. Moody RC and Hernandez R. 1997. Glued-laminated timber. Di dalam: Smulski S, editor. Engineered Wood Products, A Guide for Specifiers, Designers and Users. Wisconsin: PFS Research Foundation. Nash WA. 1977. Strength of Materials 2nd edition. Great Britain :McGraw-Hill Book Company. Pizzi A. 1994. Advanced Wood Adhesives Technology. New York: Marcel Dekker Inc. Rhude AJ. 1996. Structural glued laminated timber: history of its origins and early development. Forest Products Journal 46:15-22. Rodolfo Salazar, Catie. 2000. Informasi Singkat Benih. Jurnal kehutanan 09: 1-2
52
Rostina T. 2001. Pengaruh jumlah lapisan dan komposisi kekakuan bahan papanlamina terhadap keteguhan lentur statis balok laminasi kayu kelapa (Cocosnucifera Linn.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Santoso A, Malik J. 2005. Pengaruh jenis perekat dan kombinasi jenis kayu terhadap keteguhan rekat kayu lamina. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23: 375-378. Serrano, E. 2003. Mechanical performance and modelling of glulam. Di dalam Thelandesson S, Larsen HJ, editor. Timber Engineering. New York: JhonWiley & Sons, Ltd. Shedlauskas JP et al. 1996. Efficient use of red oak for glued-laminated beams. American Society of Agricultural Engineers 39: 203-209. Siddiq. 1989. Penggunaan glued-laminated timber (Glulam) untuk komponen struktur bangunan gedung dan perumahan. Makalah pada Seminar Glued-Laminated-Timber di Departemen Kehutanan. Jakarta, 15 Jun 1989. Sinaga M, Hadjib N. 1989. Sifat mekanis kayu lamina gabungan dari kayu pinus dan eucalytus. Duta Rimba 15:113-114. Sutardi. 2008 Keteguhan lentur statis palet katu sengon dan afrika berdasrkan ukuran dan tipe penampang. Skipsi. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak dipublikasikan. Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood. Structure, Properties, Utilization. New York: Van Nostrand Reinhold.
53
Vick CB. 1999. Adhesive bonding of wood material.
Di dalam: Wood
Handbook, Wood as an Engineering Material. Madison, WI: USDA, Forest Product Service, Forest Products Laboratory. hlm. 9.1 – 9.24. Yanti N. 1998. Pengaruh kombinasi sudut sambungan terhadap sifat mekanis balok laminasi kayu agatis (Agathis loranthifolia Salisb.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
54 Lampiran 1 A Kadar Air dan Berat Jenis ckbc tekan tegak lurus serat Ulangan B rata- h rata- L Volume rata rata (cm) bentang (cm3) (cm) (cm) Nangka 2.033 2.058 8 33.463 Nangka 2.032 2.055 8.016 33.465 Nangka 1.998 1.976 8.001 31.572 Nangka 1.954 2.038 7.968 31.731 Nangka 2.084 2.045 7.968 33.958 Nangka 2.044 2.064 7.969 33.612 Nangka 2.034 2.036 8.002 33.138 Nangka 2.039 1.983 7.981 32.254 Nangka 2.024 2.005 8.005 32.485 Nangka 1.996 2.028 8.005 32.395 Nangka 2.038 2.040 7.951 33.056 Nangka 2.033 2.033 8.026 33.156 Nangka 2.057 2.107 7.988 34.621 Nangka 2.061 2.055 7.943 33.633 Nangka 2.03 2.030 8.041 33.128 Nangka 2.030 2.024 8.02 32.936 Nangka 2.073 1.966 8.017 32.666 Nangka 2.044 2.026 8.076 33.444 Nangka 2.037 2.081 8.176 34.658 Nangka 2.033 2.054 7.998 33.398 Nangka 2.088 2.043 8.069 34.421 Nangka 2.098 2.022 8.08 34.268 Nangka 2.009 2.149 8.002 34.547 Nangka 1.998 2.072 7.972 32.987 Nangka 2.012 2.034 7.899 32.310 Nangka 2.010 2.017 7.985 32.365 Nangka 2.071 2.026 8.01 33.609 Nangka 2.076 2.027 8.042 33.833 Nangka 2.093 2.069 8.012 34.679 Nangka 2.131 2.000 7.985 34.024 Nangka 2.131 2.057 8.004 35.077 Nangka 2.127 2.068 7.994 35.154 Nangka 1.835 1.816 8.021 26.722 Nangka 1.829 1.847 8.081 27.284 Nangka 1.979 2.029 8.075 32.416 Nangka 1.971 1.989 8.088 31.708 Nangka 2.070 2.108 8.006 34.935 Nangka 2.041 2.102 8.044 34.494 Nangka 2.004 2.066 8.015 33.176 Nangka 1.984 2.051 8.04 32.716 Nangka 2.091 2.042 8.028 34.270 Nangka 2.083 2.037 7.977 33.847 Nangka 1.951 2.015 8.054 31.646 Nangka 1.944 2.023 8.05 31.658 Nangka 2.097 2.045 8.047 34.500 Nangka 2.035 2.110 8.076 34.677 Nangka 2.034 2.080 8.002 33.838 Nangka 2.058 2.088 7.993 34.347
Bo (gram) 24.620 25.501 17.710 17.262 21.286 19.969 20.189 18.923 19.265 18.385 20.744 20.720 19.918 21.201 23.907 22.052 18.495 19.569 20.325 21.662 22.719 21.262 18.742 19.314 18.843 19.314 19.702 20.384 18.510 18.695 20.045 20.793 14.640 14.256 17.280 16.768 25.565 26.039 20.028 19.797 22.101 22.048 18.993 19.095 18.199 18.222 19.179 18.464
B1 (gram)
KA (%)
21.821 22.575 15.253 15.171 18.842 17.565 17.730 16.763 17.936 16.117 18.275 18.361 16.892 18.380 21.068 19.382 16.073 16.911 17.656 19.149 20.074 18.520 16.463 17.470 16.634 17.187 17.091 17.644 16.399 16.664 17.748 18.442 12.86 12.483 15.129 14.564 22.535 22.941 17.737 17.566 19.388 19.442 16.86 16.483 15.129 14.564 16.535 15.941
12.827 12.961 16.108 13.783 12.971 13.686 13.869 12.886 7.410 14.072 13.510 12.848 17.914 15.348 13.475 13.776 15.069 15.718 15.117 13.123 13.176 14.806 13.843 10.555 13.280 12.376 15.277 15.529 12.873 12.188 12.942 12.748 13.841 14.203 14.218 15.133 13.446 13.504 12.917 12.701 13.993 13.404 12.651 15.847 20.292 25.117 15.990 15.827
Berat jenis 0.652 0.675 0.483 0.478 0.555 0.523 0.535 0.520 0.552 0.498 0.553 0.554 0.488 0.546 0.636 0.588 0.492 0.506 0.509 0.573 0.583 0.540 0.477 0.530 0.515 0.531 0.509 0.522 0.473 0.490 0.506 0.525 0.481 0.458 0.467 0.459 0.645 0.665 0.535 0.537 0.566 0.574 0.533 0.521 0.439 0.420 0.489 0.464
55 Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon
1.949 1.944 2.069 2.074 2.028 2.033 2.088 2.046 2.024 2.047 1.978 1.978 1.97 1.97 1.79 1.67 1.92 1.91 2.04 2.04 1.92 1.94 2.05 2.03 2.03 2.04 2.01 2.01 2.01 2.06 2.02 2.03 2.06 2.09 2.08 2.06 2.09 2.11 2.14 2.14 2.15 2.12
2.068 2.078 2.037 2.103 2.031 2.020 2.100 2.125 2.041 2.041 1.915 1.905 1.82 1.79 1.72 1.81 1.93 1.93 1.95 1.97 1.96 1.89 2.06 2.03 1.98 2.00 2.04 1.99 1.99 2.00 2.10 2.14 2.15 2.06 2.06 2.08 2.12 2.07 2.16 2.12 2.18 2.15
7.983 7.977 8.009 7.959 8.027 8.017 8.025 8.064 6.944 7.051 8.015 8.017 8.078 7.99 8.027 8.031 7.978 8.051 8.013 8.047 7.98 7.999 8.034 7.962 7.953 7.958 7.938 8.043 8.011 8.04 7.995 7.841 8.034 8.06 7.96 7.923 7.989 7.962 7.957 7.935 7.982 8.046
32.160 32.208 33.754 34.706 33.054 32.915 35.180 35.052 28.678 29.444 30.352 30.201 28.923 28.135 24.729 24.293 29.632 29.748 31.858 32.379 29.945 29.292 34.019 32.665 31.934 32.348 32.477 32.091 32.083 33.069 33.901 33.916 35.644 34.810 34.173 34.022 35.330 34.718 36.806 36.042 37.402 36.571
18.687 18.377 15.386 14.275 18.367 18.018 17.495 17.015 19.811 20.298 15.466 15.821 7.56 7.315 14.976 14.548 7.631 7.945 8.431 10.314 8.5 8.974 14.934 14.424 15.57 14.346 15.12 14.805 11.729 13.628 17.094 16.046 17.657 14.834 16.123 15.53 19.553 15.542 9.457 10.462 14.987 15.139
17.737 17.566 12.673 12.584 15.564 15.891 15.086 14.67 17.517 17.952 13.256 13.575 6.449 6.277 12.951 12.573 6.57 6.855 7.291 8.939 7.369 7.752 13.043 12.64 13.542 12.522 13.289 12.956 10.287 11.973 14.99 14.117 15.898 12.898 14.027 13.505 17.045 13.514 8.231 9.141 13.009 13.135
5.356 4.617 21.408 13.438 18.010 13.385 15.968 15.985 13.096 13.068 16.672 16.545 17.227 16.537 15.636 15.708 16.149 15.901 15.636 15.382 15.348 15.764 14.498 14.114 14.976 14.566 13.778 14.271 14.018 13.823 14.036 13.664 11.064 15.010 14.943 14.994 14.714 15.007 14.895 14.451 15.205 15.257
0.552 0.545 0.375 0.363 0.471 0.483 0.429 0.419 0.611 0.610 0.437 0.449 0.223 0.223 0.524 0.518 0.222 0.230 0.229 0.276 0.246 0.265 0.383 0.387 0.424 0.387 0.409 0.404 0.321 0.362 0.442 0.416 0.446 0.371 0.410 0.397 0.482 0.389 0.224 0.254 0.348 0.359
56 Lampiran 1.B Kadar Air dan Berat Jenis ckbc tekan sejajar serat Ulangan B rata- h rata- L Volume rata rata bentang (cm3) (cm) (cm) (cm) Nangka 2.036 2.052 8.005 33.444 Nangka 2.034 2.054 8.017 33.494 Nangka 2.066 1.931 7.979 31.824 Nangka 1.946 1.896 7.992 29.480 Nangka 2.078 2.032 7.979 33.683 Nangka 2.049 2.064 7.951 33.626 Nangka 2.052 2.020 8.01 33.194 Nangka 2.066 2.042 7.962 33.582 Nangka 2.013 2.022 8.04 32.709 Nangka 2.015 1.984 8.041 32.130 Nangka 2.060 2.034 7.973 33.399 Nangka 2.077 2.052 8 34.096 Nangka 2.066 2.060 7.841 33.371 Nangka 2.038 1.939 7.947 31.388 Nangka 2.025 2.049 2.054 8.523 Nangka 2.036 2.048 8.064 33.625 Nangka 2.025 2.067 8.074 33.779 Nangka 2.010 2.024 8.073 32.835 Nangka 2.056 2.105 8.009 34.645 Nangka 2.042 2.058 8.01 33.645 Nangka 2.083 2.037 8.046 34.132 Nangka 2.080 2.014 8.076 33.823 Nangka 2.075 1.944 7.992 32.230 Nangka 2.010 2.107 8.033 34.012 Nangka 1.991 2.035 8.008 32.446 Nangka 1.988 2.023 8.038 32.310 Nangka 2.068 2.033 8.014 33.685 Nangka 2.015 2.048 8.071 33.299 Nangka 2.055 2.069 8.013 34.061 Nangka 2.075 2.016 7.992 33.424 Nangka 2.099 2.065 8.005 34.689 Nangka 2.109 2.079 7.979 34.976 Nangka 1.738 1.808 8.076 25.370 Nangka 1.853 1.836 8.061 27.424 Nangka 1.932 2.003 8.056 31.175 Nangka 1.941 2.012 8.067 31.504 Nangka 2.054 2.056 8.021 33.873 Nangka 2.107 2.038 8.018 34.430 Nangka 2.000 2.043 8.039 32.847 Nangka 1.995 2.069 8.028 33.129 Nangka 2.048 2.114 7.982 34.550 Nangka 2.044 2.093 7.768 33.224 Nangka 1.932 1.991 8.052 30.965 Nangka 1.979 1.963 7.876 30.589 Nangka 2.071 2.100 8.041 34.963 Nangka 1.935 2.127 7.997 32.914 Nangka 2.054 2.023 8.019 33.313 Nangka 2.05 2.080 7.984 34.044 Nangka 1.914 2.042 7.998 31.252
Bo (gram) 23.721 24.942 16.004 16.310 20.647 20.695 20.432 19.506 20.715 20.381 20.771 19.407 20.324 18.143 21.614 21.186 19.918 20.419 19.432 21.322 21.760 19.962 14.298 21.464 18.953 18.419 20.510 20.078 19.379 18.565 20.673 19.545 15.310 16.902 16.594 19.597 25.218 26.737 19.288 20.635 22.439 21.575 18.121 18.535 17.707 19.179 15.638 18.420 19.117
B1 (gram) 21.088 22.110 13.996 14.273 18.358 18.233 17.989 17.094 18.374 18.043 18.38 16.847 17.585 15.598 18.942 18.503 17.196 17.688 16.841 18.765 19.176 17.733 12.371 18.764 16.725 16.326 17.756 17.402 17.255 16.332 18.264 17.328 13.369 14.697 14.479 14.443 22.212 23.574 17.092 18.345 19.680 19.136 15.887 16.154 15.478 16.729 13.584 16.020 16.503
KA (%)
12.486 12.809 14.347 14.272 12.469 13.503 13.581 14.110 12.741 12.958 13.009 15.196 15.576 16.316 14.106 14.500 15.829 15.440 15.385 13.626 13.475 12.570 15.577 14.389 13.321 12.820 15.510 15.378 12.309 13.673 13.190 12.794 14.519 15.003 14.607 35.685 13.533 13.417 12.848 12.483 14.019 12.746 14.062 14.739 14.401 14.645 15.121 14.981 15.840
Berat jenis 0.631 0.660 0.440 0.484 0.545 0.542 0.542 0.509 0.562 0.562 0.550 0.494 0.527 0.497 2.223 0.550 0.509 0.539 0.486 0.558 0.562 0.524 0.384 0.552 0.515 0.505 0.527 0.523 0.507 0.489 0.527 0.495 0.527 0.536 0.464 0.458 0.656 0.685 0.520 0.554 0.570 0.576 0.513 0.528 0.443 0.508 0.408 0.471 0.528
57 Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon
1.912 2.083 2.052 2.032 2.059 2.08 1.965 2.020 2.032 1.98 1.961 1.954 1.741 1.966 1.916 1.913 2.030 2.061 1.937 1.929 2.045 2.068 2.035 2.026 2.052 2.042 2.058 2.006 2.065 2.112 2.121 2.098 2.083 2.056 2.082 2.069 2.154 2.138 2.129 2.136
2.033 2.050 1.959 2.054 2.021 2.093 2.006 2.023 2.033 1.868 1.867 1.826 1.751 1.766 1.906 1.928 1.939 1.946 1.916 1.914 2.074 2.019 1.986 1.966 2.040 2.049 1.999 2.070 2.034 2.022 2.103 2.056 2.029 2.072 2.061 2.094 2.110 2.107 2.177 2.167
7.969 7.977 7.934 8.051 8.018 8.026 7.923 6.975 6.977 8.017 8.025 8.045 8.034 8.054 8.043 8.052 8 7.998 7.991 7.911 7.961 8.007 7.946 7.963 8.055 8.006 8 8.064 8.009 7.953 8.078 8.035 7.981 7.939 7.982 7.967 7.976 7.983 8.025 7.994
30.969 34.055 31.894 33.603 33.365 34.941 31.223 28.496 28.815 29.652 29.374 28.697 24.485 27.955 29.364 29.682 31.481 32.062 29.657 29.208 33.749 33.423 32.106 31.718 33.702 33.498 32.904 33.477 33.631 33.955 36.015 34.659 33.731 33.812 34.234 34.509 36.242 35.962 37.186 37.002
17.721 15.330 15.659 19.150 18.055 17.193 16.380 19.085 20.007 16.374 7.334 7.296 15.240 15.934 7.832 8.268 8.500 8.378 8.767 8.210 13.686 14.344 18.358 15.840 16.867 15.173 13.779 12.548 15.145 15.346 16.635 16.884 15.625 15.747 17.301 16.836 11.519 16.018 14.994 15.064
15.335 13.474 13.744 16.794 15.681 14.793 14.053 16.875 17.718 14.090 6.295 6.266 13.159 13.685 6.723 7.136 7.354 7.212 7.533 7.064 11.970 12.551 15.937 13.221 14.789 13.318 12.075 10.904 13.358 13.547 14.477 14.722 13.551 13.674 15.057 14.632 10.062 8.769 12.994 13.088
15.559 13.775 13.933 14.029 15.139 16.224 16.559 13.096 12.919 16.210 16.505 16.438 15.814 16.434 16.496 15.863 15.583 16.167 16.381 16.223 14.336 14.286 15.191 19.809 14.051 13.929 14.112 15.077 13.378 13.280 14.906 14.686 15.305 15.160 14.903 15.063 14.480 82.666 15.392 15.098
0.495 0.396 0.431 0.500 0.470 0.423 0.450 0.592 0.615 0.475 0.214 0.218 0.537 0.490 0.229 0.240 0.234 0.225 0.254 0.242 0.355 0.376 0.496 0.417 0.439 0.398 0.367 0.326 0.397 0.399 0.402 0.425 0.402 0.404 0.440 0.424 0.278 0.244 0.349 0.354
58 Lampiran 2 A Kadar Air dan Berat Jenis Glulam untuk tekan sejajar muka lamina Glulam B rata- h rata- L Volume Bo no rata (cm) rata bentang (cm3) (gram) (cm) (cm) 1 4.608 6.072 5.029 140.683 96.710 2 4.307 5.828 5.014 125.843 93.100 3 3.816 6.004 4.994 114.419 65.123 4 4.190 6.078 5.028 128.037 88.645 5 4.661 6.144 5.022 143.816 64.804 6 4.295 6.165 5.039 133.411 88.555 7 4.278 6.239 5.044 134.611 80.411 8 3.413 6.149 5.129 107.615 93.201 9 4.371 6.132 4.923 131.940 86.777 10 4.459 6.059 4.97 134.275 73.100 11 4.322 6.032 5.02 130.862 93.100 12 4.176 5.984 5.032 125.735 65.554 13 4.171 6.011 5.025 125.976 72.313 14 4.181 5.960 4.968 123.786 85.900 15 4.954 5.350 5.02 133.024 77.555
B1 (gram)
85.303 82.528 56.223 78.912 56.300 77.433 68.100 81.577 75.443 63.948 82.002 57.406 63.313 75.009 68.778
KA (%)
13.372 12.810 15.830 12.334 15.105 14.363 18.078 14.249 15.023 14.312 13.534 14.194 14.215 14.520 12.761
Berat jenis 0.606 0.654 0.488 0.616 0.391 0.582 0.507 0.773 0.560 0.471 0.626 0.457 0.502 0.599 0.516
Lampiran 2 B Kadar Air dan Berat Jenis Glulam untuk tekan sejajar muka lamina Glulam no
B ratarata (cm)
h ratarata (cm)
L bentang (cm)
Volume (cm3)
Bo (gram)
B1 (gram)
KA (%)
Berat jenis
1
4.44 4.07 4.46 4.48 4.66 4.24 4.41 3.89 4.25 4.40 4.14 4.86 3.99 4.32 4.86
6.06 5.86 6.07 6.10 6.15 6.15 6.24 6.13 6.14 6.04 6.01 6.13 6.01 5.96 5.34
19.93 20.08 20.10 20.03 19.88 20.06 20.03 19.78 20.11 20.04 20.01 19.93 19.98 19.95 19.45
535.64 478.16 543.85 547.36 570.52 522.29 551.76 471.45 524.92 532.07 498.25 592.78 479.08 514.00 504.65
295.20 275.40 287.99 260.90 286.88 264.67 276.99 238.99 258.22 267.99 284.98 296.77 240.11 265.09 237.22
260.99 243.68 257.99 231.70 255.88 230.99 248.55 208.99 223.99 235.99 253.22 260.98 210.99 234.65 211.07
13.108 13.017 11.628 12.603 12.115 14.581 11.442 14.355 15.282 13.560 12.542 13.714 13.802 12.973 12.389
0.487 0.510 0.474 0.423 0.448 0.442 0.450 0.443 0.427 0.444 0.508 0.440 0.440 0.457 0.418
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LAM MPIRAN 3A Kurrva Beban Defo ormasi tekan teegak lurus sera at ckbc dengan beban (kg) dan Deformasi (m mm)
3000
0,5 0
Pe
1
1500
2000 554Δр² 1000 p=93+708Δ‐5 R²=(989) batas elastis = (2,56;1927) 0 0
1
2
Pe
3 Pp
0 Deformasi (m 1 m)
2
Pe
3Pp
Pest4
Beban (kg) Pp
batas elasttis=(1,79;1966)
0
4 Pestt
0D 1 Deformasi(mm)
Pe
2
Pp
Pest P
3
Nangka TEKAN N ⊥ SERAT 1000
P=‐5+36 61Δ‐202Δр² R²=0,99 97 Batas elastis =(2.2;827)
500 0
1000 B b (K ) Beban (Kg)
Beban (Kg)
3000 0
3
1000
1500
0
Pe
P=‐310+12236Δ‐1046Δр² R²= 0,978
1000
1500
1
deformasi ((mm)
Nangkka TEKAN ⊥ SER RAT P=‐1987+1500Δ‐1 1114Δр²
2
2000
NANGK KA TEKAN ⊥ SERA AT
0
Pest 4
1000 0 R²= 0.984
1
deformasi (mm)
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
defo ormasi (mm)
0 0
1,5 Pest
Pp
P=‐206 6+463Δ‐263Δр² R²= 0,9 998 Batas eelastis= (2,21;821)
Beban (Kg)
0
deformasi (mm)
1000
Nangka Tekaan ⊥ Serat
500
2
Pe 3 Pp
0
4t Pest
Nangka TEK KAN ⊥ SERAT
P=‐77 71+993Δ‐744Δр² R²= 0 0.992 batass elastis= (1.66;904)
500
0 Deeformasi (mm) 0,5 1 1,5
3000
Pe 2 Pp 2,5 Pe est 3
NA ANGKA TEKAN ⊥ SERAT
beban(kg)
P=627+632Δ‐2 2852Δр² R²= 0,965 Batas elastisitaas = (0,72;1102)
0
beban(kg)
beban (kg) beban (kg)
50 00
beban (kg) beban (kg)
beban (kg)
100 00
2000 0
3000
2000
150 00
2000
P= ‐‐974+858∆‐503∆² R²==0,991 Battas elastis = (2,12;878 8)
1000
P=277+705Δ‐356Δр² R²=(0,998) Batas elastis=(2,7;2193)
0
0 0 masi (mm) 1 Deform
Pe 2 Pp
Pest3
0
deformasi (mm)
1
2 Pe
Pp3
4 Pest P
59
4 Pest
Pp
0 Deformasi (mm)
1000
0
0,5
1
Pe
1,5 Pp
2 Pest
P=‐664+749Δ‐305Δр² R²= 0.997
0 3 Pp
Pest
4
Pp
2,5 Pest
Pe
2
Pp
3 Pest
P=296+427Δ‐168Δр² R²= 0.997 batas elastis= (2.06;1197)
2
Pe
3Pp
Pest4
1
1,5 Pe
Pp2
2,5 Pest
0,8 Pe
Pp1
Pest
P=‐138+443Δ‐223Δр² R²= 0.998
0 0 Deformasi (mm) 1
2
Pe 3 Pp
4 Pest
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT P=359+777Δ‐1655Δр² R²=0.998 Batas elastis=(0.69;896)
0 0
2000
R²= 0.997 batas elastis= (1.62;806)
0,6
Nangka TEKAN ⊥ SERAT
0,2
deformasi (mm)
Nangka TEKAN ⊥ SERAT
0 0,5 Deformasi (mm)
P=61+1859Δ‐621Δр² R²= 0.999 batas elastis= (2.58;564)
0 Deformasi (mm) 0,2 0,4
2000
Nangka TEKAN ⊥ SERAT
1000 P=‐177+606Δ‐1462Δр² 0
Beban (Kg)
2
Nangka TEKAN ⊥ SERAT
2000
1
0 Deformasi (mm) 1 2000
Nangka TEKAN ⊥ SERAT
0 Deformasi (mm) 1 2 Pe
0
1,5 Pe
P=‐3+619Δ‐586Δр² R²=(0,988) batas elastisitas =(2.06;1278)
0
2000
1
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
deformasi (mm)
Nangka TEKAN ⊥ SERAT P=94+4778Δ‐524Δр² R²= 0.998 batas elastis= (1.38;1171)
0,5
0
Beban (Kg)
3 Pe
0
2000
0 deformasi (mm)
beban(kg)
4
1000
P=‐215+1213Δ‐1001Δр² R²=(0.993) Batas elastisitas=(1,31;1432)
0
2000
P=‐158+440Δ‐370Δр² R²=0.987 0 batas elastis=(2.54;965) 1 2
2000 Beban (Kg)
Pest
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
deformasi (mm)
1000
3 Pp
beban(kg)
0
Pe
Beban (Kg)
beban(kg)
2000
2
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
beban(kg)
0
Beban (Kg)
Beban (Kg)
P=‐755+12847Δ‐416Δр² R²= 0.995 batas elastis= (2.21;1122)
0 1 Deformasi (mm)
Beban (Kg)
2000
Nangka TEKAN ⊥ SERAT
beban(kg)
2000
0,4
0,6 Pe
0,8 Pp
1 Pest
2
2,5 Pest
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
1000 0
P=‐146+634Δ‐678Δр² R²=0.993 0 Batas elastis=(1.67;922) 0,5 1 1,5
deformasi (mm)
Pe
Pp
60
beban(kg)
3
Pp
5
6 Pest
0 Deform masi (mm)
0,5
1
1,5 1 P Pp
Pe
beban(kg)
P=59+1528Δ‐2149 98Δр² R²= 0.991 batas elastis= (0.1 12;237)
0
0 0,05 Deformasi (mm) 20 000
0,1
0
deforrmasi (mm)
1
Pe
500
Pp
5
Pp
beban( kg)
Pesst
0
3 Pest
1
2
0,1
0,2
deformasi (mm m)
Pee
3 Pp
Pestt
0 0, Deformasi (mm m)5
Pee
0,3 Pp
1
1,5 P Pe
2 Pp
2,5 Pest
4 Pp
Pe
2
4 Pe
RANDU TTEKAN ⊥ SERATT
0
P=‐167+157Δ‐52Δр² R²=0,99 Batas elastis‐(2,5;245))
0si Deformas
0
5 Pest
6 Pest
Pp
500
1
2
3 Pe
Pp
4
Pe est
5
RANDU TEKAN ⊥ SERATT
500
P=187+387 7Δ‐129Δр² R²= 0.997 batas elasttis= (1.22;664)
3
P=524+195Δ‐95Δр²² R²=0,993 batas elastis=(3,77;220)
0masi Deform
4
0,4 Pest
2
RANDU TTEKAN ⊥ SERAT
0
Nangka TEKAN N ⊥ SERAT
0
1
deformassi (mm) 500
P=156‐4 424Δ‐1289Δр² R²=0.985 batas elastis=(0.24;258)
1000
2
4
NAN NGKA TEKAN ⊥ SERA AT
0
0,15 Pp 0,2 Pest Pe
P=437+333Δ‐455Δр р² R²=0.965 batas elastis=(2.11;;1144)
Pe
P=‐871 1+1049Δ‐638Δр² R²=0.997 batas eelastis=(2.52;1784)
deformasi (mm)
0
NANGKA TEK KAN ⊥ SERAT
0
0 0
Pest 2
Nanggka TEKAN ⊥ SEERAT
50 00
3
P=‐1653+1187ΔΔр² R²=0.984 batas elastis=(3.15;2 2143)
0
5000 NANGKA A TEKAN ⊥ SERAT
P=‐339+916Δ‐63 37Δр² R²= 0.998 batas elastis= (1.04;624)
0
0 Deforrmasi (mm) 1 2
beban(kg)
Beban (Kg)
4
Nanggka TEKAN ⊥ SERAT
2000 0
Beban (Kg)
Pe
0
NANGKA TEKAN ⊥ SSERAT
Beban
2
P=‐781++1176Δ‐507Δр² R²= 0.95 51 batas elaastis= (2.60;2420)
Beban
1
defo ormasi (mm)
Beban (Kg)
0
P=‐248+299Δ‐1 187Δр² R²=0.983 batas elastis=(4 4.66;1157)
Beban (Kg)
5000
0
beban(kg)
5000
Naangka TEKAN ⊥ ⊥ SERAT
NANGKA TEK KAN ⊥ SERAT
Beban
2000 0
P=‐209+124Δ‐15Δр² P R R²= 0,995 b batas elastisitas=(2,8; ;139)
0 Deformasi
1
2 Pe
3 Pp
Pest 4
61
1 Deformasi
4Pest
beban(kg)
0 0 500
1 2 Deformasi (m mm)
Pe 3 Pp p
4 Pest
1
Beban 2
P Pe
3
4 Pest
Pp
1000
P=97+167Δ‐‐99Δр² R²=‐.998 Batas elastiss=(2.37;499)
0 0
d deflormasi (mm)
1
2
3 Pp
Pe
Pest
4
0,5
2000
1
1,5 Pe
2 Pp P
2,5 Pest
AFRIKA A TEKAN ⊥ SERA AT
P=49+437Δ‐281Δр² 0 R²=0,972 Batas elastisitas= (2 0 Deformasi (mm 1 3 2,0;965 4 m) 2
Pe
Pp
Pest
P=‐143+336Δ‐‐216Δр² R²=0,998 0 batas elastisittas=(2.35;655)
0 1000
1 2 Deform masi (mm)
3 Pp
Pe
Pest 4
P= ‐44 49+976Δ‐1886Δр² R²=0.9 999 Batas elastis=(1.07;586)
0
d deformasi (mm)
0,5
1 Pe
Pp
Pp
4 Pest
P=10+162Δ‐183Δр р² R²=0.986 Batas elastis=(2.84 4;474)
0
1
deformasi (m mm)
2
Pe
3 Pp
4 Pest
AFFRIKA TEKAN ⊥ SERAT P=‐297+5 550Δ‐662Δр² R²=0.998 8 Batas elaastis=(1.39;471)
0
0
deformasi (mm) 1000
AFRIKA A TEKAN ⊥ SERATT
0
Pe 3
RANDU TEKAN ⊥ ⊥ SERAT
0
beban(kg)
0
deformaasi (mm)
2
1000
A AFRIKA TEKAN ⊥ SERAT 1000
0
0 Deformasi 1
RANDU TEKAN ⊥ SERATT
RANDU TEKAN ⊥ ⊥ SERAT P=‐156+287Δ‐785Δр² R²=0.978 Batas elastis=(1.82;37 71)
P==‐228+194Δ‐79Δр² R²²=0,999 Baatas elastis (2,3;224))
0
1000
P=‐170+261Δ‐106 6Δр² R²=0,995 Batas elastis= (1,7;297)
RANDU TEKAN ⊥ SERAT
500
0 0 Deformasi
Beban (Kg) Beban (Kg)
Beban (Kg)
Pe 3 Pp
RANDU TEKAN ⊥ SER RAT
500
beban(kg)
2
P= ‐190+176 6Δ+137Δр²
beban (kg)
0
Beban (Kg)
Beban
P= ‐147+400Δ+251Δ Δр² R²= 0,999 batas elastis = (1,69;;538)
0
R RANDU TEKAN ⊥ ⊥ SERAT
500
beban(kg)
RANDU U TEKAN ⊥ SER RAT
beban(kg)
Beban
500
1,5 Pestt
0,5
1 Pe
1,5 Pp
2 Pest P
AFRIKA TEKAN ⊥ SERAT S P==‐853+889Δ‐210Δр² R²=0.999 0) Batas elastis=(1.4;400
0 0
deformasi (mm)
0,5
1
1,5 Pp Pe p
2 Pest
62
1000
P=‐586+639Δ‐560Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.50;379)
0 1 Pe
1,5 Pp
Pest
2
0
deformasi (mm)
1000
beban(kg)
beban(kg)
P=944+1015Δ‐1324Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.525;607) 0
Pe
1,5 Pp
P=‐583+651Δ‐460Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.4;375)
0 0,5 deformasi (mm)
2000
1
Pe
1,5 Pp
2 Pest
3 Pp
Pest
beban (kg)
0,5
500
1
4
1,5 Pe
2
Pp
Pest
2,5
0 0,5 Deformasi (mm)
1
P= ‐96+174Δ‐74Δр² R²= 0,997 batas elastis= (2,10;275)
2
Pe
3 Pp
4 Pest
SENGON TEKAN ⊥ SERAT
P= ‐197+359Δ‐150Δр² R²= 0,999
0 0Deformasi (mm) 1
2
Pe
3 Pp
4 Pest
1
1,5Pe
2 Pp
2,5 Pest
2 Pp
2,5 Pest
1,5 Pp
2 Pest
SENGON TEKAN ⊥ SERAT
P=‐685+691Δ‐496Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.71;518) 0
0
0,5
deformasi (mm) 500
SE NGON TEKAN ⊥ SERAT
0
1000
0 Pe
0
0
P= ‐785+571Δ‐291Δр² 1000 R²= 0,995 batas elastis= (2,60;717)
2
2 Pest
P=‐744+680Δ‐424Δр² R²=0.999 batas elastis=(2.06;452)
deformasi (mm)
SENGON TEKAN ⊥ SERAT
0 1 Deformasi (mm)
1,5 Pp
Pe
1000
deformasi (mm)
SENGON TEKAN ⊥ SERAT
0
1
AFRIKA TEKAN ⊥ SERAT
0
2 Pest
beban (kg)
beban (kg)
1000
1
0,5
1000
AFRIKA TEKAN ⊥ SERAT
0 0,5 deformasi (mm)
0
P=‐18+431Δ‐334Δр²
500 R²= 988 0 batas elastis =(1,55;667)
beban(kg)
deformasi (mm)
0,5
1000
beban(kg)
0
P=‐450+456Δ‐597Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.32;407)
500
1
1,5 Pe
SENGON TEKAN ⊥ SERAT P=‐303+391Δ‐325Δр² R²=0.998 Batas elastis=(1.43;263)
0 0
0,5
deformasi (mm)
1000 Beban (Kg)
500
AFRIKA TEKAN ⊥ SERAT
AFRIKA TEKAN ⊥ SERAT Beban (Kg)
beban(kg)
AFRIKA TEKAN ⊥ SERAT
Beban (Kg)
beban(kg)
1000
0
1
Pe
SENGON TEKAN ⊥ SERAT P=‐1030+767Δ‐722Δр² R²= 0,997 batas elastis=(2,09;590)
0 Deformasi (mm) 0,5 1
1,5
Pe
2
Pp
2,5 3 Pest
63
Beban (Kg)
0
1
2 Pe
deformasi (mm)
2000
P=149+1489Δ‐1999Δр² R²=0.999 Batas elastis=(0.47;849)
0 0
0,2
0,4
deformasi (mm) 500
Pe
0,6 Pp
beban(kg)
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
beban
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0 0
deformasi (mm)
2000
0,05
0,1
0,15 Pe
0,2 Pp
0,25 Pest
beban 0 0 deformasi (mm)
Pe
Pp
2 Pest
Pest 5
Pe
Pp
Pest
Pe
Pp
Pest
Pp
3 Pest
P=‐577+972Δ‐1041Δр²
)1 0Batas elastis=(1.39;782 0,5 deformasi (mm)
2
4
Pe
1,5 Pp
2 Pest
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0 0 deformasi (mm) 1000
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
1
Pe
0 R²=0.999
P= ‐800+930Δ‐622Δр² R²= 0,999 0 batas elastis = (1,94;1024)
0 Deformasi
P= ‐147+400Δ+251Δр² R²= 0,999 1batas elastis = (1,69;538) 2
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2000
P= ‐513+1195Δ‐1337Δр² R²= 0,990 2 3 batas elastis =(2,24;2191)
1
0 deformasi (mm) 2000
P=‐1044+1761Δ‐1171Δр² R²=0.999 Batas1elastis=()1.44;1499 1,5
0
2000
P=‐588+909Δ‐1496Δр² R²=0.998 Batas elastis=(1.66;925 ) 1,5 0,5 1
Pp4
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0 (mm) Deformasi
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
3Pe
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0
5000
P=76+1275Δ‐1375Δр² R²=0.994 Batas elastis=(0.17;293)
2
0 0,5 deformasi (mm)
0,8 Pest
SENGON TEKAN ⊥ SERAT
0
0 1 Deformasi (mm)
3 Pest
Pp
Beban
beban(kg)
2000
0
beban
0
1000
P= ‐713+493Δ‐359Δр² R²= 0,989 batas elastis=(3,09;822)
beban
P=‐1133+656Δ‐585Δр² R²=0.999 Batas elastis=(2.44;471)
1000
beban
500
SENGON TEKAN ⊥ SERAT
2000
beban(kg)
SENGON TEKAN ⊥ SERAT
Beban
beban(kg)
1000
0,5
P=‐1025+1534Δ‐1677Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.59;1422)
1 Pe
1,5 Pp
Pest
2
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT p=‐1472+1280Δ‐186Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.46;402)
0 Pe
2
Pp
Pest
3
0
deformasi (mm)
0,5
1
Pe
1,5 Pp
Pest2
64
500
0,5
1 Pp
Pe
Pest1,5
Deformasi0 (mm)
Beban
beban 2000
0,1
Pe
0,15 Pp
0,2 Pest
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2
deformasi (mm)
2,2
0 0 0,5 Deformasi
2,3 Pe
1
2,4 Pp
Beban 2,5 Pest
1,5 Pe Pp
Pest
Pe
2
Pp
3 Pest
P=‐345+1004Δ‐734Δр² R²=0,995 batas elastis =(1,40;1080)
0 Deformasi
0,5
1
0 0
0,2 0,4 Deformasi
0,5
1 Pe
0,6 Pe0,8 Pp 1 Pest 1,2
Pest2
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
beban
0 Deformasi
0,2
0,4
P= 175+1254Δ‐1159Δр² R²= 0,999 batas elastis= (0,44;743)
0,6
Pe
0,8
Pp
1
Pest
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2000
P=365+664Δ‐731Δр² R²= 0,993 batas elastis = (1,2;1211)
0
0 0,5 Deformasi
Pe1,5 Pp 2 Pest 2,5
P= 112+1150Δ‐1223Δр² R²= 0,999 batas elastis = (0,72;941)
1,5 Pp
1000
2000
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2000
2
0
deformasi (mm)
0
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0
P=230+622Δ‐528Δр² R²= 0,997 batas elastis = (0,96;831)
1
0 Deformasi
1000
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
Beban
2000
2,1
0
P= 116+702Δ‐390Δр² R²= 0,990 batas elastis= (1,58;1253)
R²=0.999 Batas elastis=(1.3;951)
2000
1000
2000
P=‐694+850Δ‐780Δр² R²=0.979 Batas elastis=(2.20;1169)
0
1
1000 P=‐1130+1507Δ‐1155Δр² 0
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2000
P=61+2179Δ‐10727Δр² R²=0.999 Batas elastis=(0.14;375)
0 0,05 deformasi (mm)
P=227+534Δ‐179Δр² R²= 0,996 batas elastis =(1,93;1277) 2 3 4 Pe Pp Pest
0
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0
1000
Beban
0
0 deformasi (mm)
beban
Beban
P=‐566+1018Δ‐1962Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.25;689)
Beban
beban
500
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2000
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2000
Beban
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
1
Pe
1,5 Pp
Pest
2
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
beban
1000
P=‐2075+1420Δ‐1725Δр² R²=0.999 Batas elastis=(2.09;899)
0 1,9
deformasi (mm)
2
2,1
2,2 2,3 2,4 Pe Pp Pest
65
Beban
0 0,05
0,1
Pe
0,15 Pp
0,2 Pest
beban
Beban 2000
1
Pe
1,5
2 Pest
Pp
0 1
1,5 Pe
2 Pp
1Pest
0 Deformasi
0,5
1
1,5 Pe
2 Pp
2,5 Pest
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2,5 Pest
P=‐4037+1642Δ‐353Δр² R²=0.999 Batas elastis=(3.51;1776)
0 3,2
beban
P= ‐876+1212Δ‐1026Δр² R²= 0,990 batas elastis =( 1,64;1155)
0,5
0,6 Pe 0,8Pp
3,4
3,6
deflormasi (mm)
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0 Deformasi
0,4
P=526+1155Δ‐1194Δр² R²= 0,990 batas elastis= (1,44;2214)
2000
P= ‐464+976Δ‐801Δр² R²= 0,998 batas elastis= (1,19;703)
0 Deformasi 0,5
0,2
0
5000 NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0
Beban
0 Deformasi
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2000
0
3,8 Pe
Pp
Beban
0 Deformasi
P= 183+987Δ‐1185Δр² R²= 0,998 batas elastis = (0,53;711)
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
5000
0 0
Pest
2000 NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
2000
1000
1000
0
beban
Beban
P= 34+1597Δ‐10327Δр² R²= 0,997 batas elastisitas= (0,11;212)
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
1000
Beban
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
500
P=‐1197+1029Δ‐618Δр² R²=0.999 Batas elastis=(2.14;1008)
0
deflormasi (mm)
1
Pe
2 Pp
Pest3
0,5 Deformasi
P= ‐8+1223Δ‐1589ΔР² R²= 0,986 batas elastis=(1,03;1271)
1
Pe
1,5 Pp
2 Pest
NANGKA TEKAN ⊥ SERAT
0 1,9
deformasi (mm)
2
P=‐1754Δ+1217Δр² R²=0.999 Batas elastis=(2.14;850)
2,1
2,2 Pe
2,3 Pp
2,4 Pest
66
LAM MPIRAN 3B Kurrva Beban Defo ormasi tekan seejajar serat ckb bc dengan beba an (kg) dan Deeformasi (mm)
1
2
de eformasi (mm)
Pe
1000
Pp
P=317+1264Δ‐1930Δр² R²= 0,988 batas elastis= (0,87;1433)
0
3
0
0,5
1
deformasi((mm)
Pest
beban(kg)
0
2000
N Nangka tekan // / serat
2000
Pe
Pp
1,5
Pest
4000
400
P= =29+1067Δ‐2504Δр² R²²=0.999 Baatas elastis=(0.17;211)
0 0
deformassi (mm)
0,1
Pe 0,2 Pp
2000 0 0,5
d deformasi (mm)
1
1,5 Pe
2 Pp
2,5 Pest
2000
1
1,5 Pe Pp p
2 Pest
P=226 6+1120Δ‐1399Δр² R²= 0,,995 batas elastis=(1,59;2017)
0
1
0
2 Pe
deformasi (mm)
Pp
3 Pest
2000
2000 P= 1 173+1272Δ‐2004Δр² R²= 0,992 bataas elastis= (1,09;1576 6)
0 0
0,5
deformasi
1
Pe
1,5 Pp
2 Pest
1000
1000
beban
1000
beban
beban(kg)
0,5
2000
P=‐612+1490Δ‐1118Δр² R²= 0,999 batas elastis =(1,52;1666)
0
0,3 Pest
0
deformassi (mm) 4000
Nangka tekaan // serat
200
P=‐10 00+896Δ‐1912Δр² R²=0,990 batass elastis =(1,11;914)
0
beban(kg)
P= 3 335+1105Δ‐12Δр² R²= = 0,988 batas elastis= (1,48;1993)
0
beban
beban(kg)
Nanggka tekan// seratt
beban(kg)
beban(kg)
5000 0
P=251+816Δ‐790Δр²² R²= 0,996 1300) batas elastis =(1,28;1
0 0
0,5
deformassi
1 Pe
1,5 Pp
2 Pest
P=4 432+523Δ‐588Δр² R²== 0,927 battas elastis=(2,04;1541 1)
0 0
1
deeformasi
2 Pe
3 Pp
4 Pest
67
5000
1,5 Pest
Pp
P= 24 4+993Δ‐1249Δр² R²=0,985 batass elastis= (1,18;1223)
0 0
0,5
1
deformasi 2000
1,5 Pe Pp
1
2000
1,5 Pe Pp
0
deformasi
0,5
1
1,5 1
2 Pe
2,5 Pp
5 0,5
0
1
defo ormasi
2 Pest
Pe
1,5 Pp
1
0 0 si deforma
0,5
0,5
1
1,5 Pe
Pp 2 Pest
Pest
1,5
P= ‐711+1609Δ‐1920Δ Δр² R²=0,998 batas elastis= (1,59;18 862)
0
deformasi
0,5
1
1,5
2 P Pp
Pe
2,5 Pest
Nangka tekaan // serat
1000
0
1 Pp
Pe
Nangkaa tekan // serat
2000
defo ormasi
Pest
P=‐46++1661Δ+2332Δр² R²=0.9 998 Batas elastis=(0.80;1299)
0
P= 361+1232Δ‐1536Δр² R²=0,987 batas elastis= (1,,1;1635)
Pp 2
1000
5000
2 Pest
Pe1,5
Nangka tekan n // serat
N Nangka tekan // seerat
0 Pest
Pee
1,5 Pp
0,5
2000
P= 212+702Δ‐6 628Δр² R²=0,985 batas elastis= ((0,9;881)
2000
P= 17+785Δ‐644Δр² 92 R²=0,99 batas e elastis= (1,6;1289)
0
deformasi
Naangka tekan // seerat
0
1000
1
deformasi
1000
2 Pest
Pest
P= 212+702Δ‐628Δр² R²=0,985 batas elastis== (0,9;881)
0,,5
2000
Nangka tekan // serat
0
1 1000
beban
beban
0,5
deeformasi
Pp
N Nangka tekan // seerat
0
2 Pest
P= 24 4+993Δ‐1249Δр² R²=0,,985 batass elastis= (1,18;1223))
0
Pe
0
Nangka tekkan // serat
0
0,5
2 2000
beban
beban
Nangka tekkan // serat
1000
beban
0
defleksi
P= ‐862+1089Δ‐960Δр² R²=0,990 batass elastis= (2,14;1495))
0
beban
2000
1 Pe
Nangka tekaan // serat
beban
0,5
P=‐351+1836Δ‐1844Δр² R²= 0,999 batas elastis=(1,1 1 1,5 17;1804 2)
0
beban
0
deform masi
beban
beban
P=147+1064Δ‐1150Δр² R²= 0,998 bataas elastis=(0,76;950)
0
5000
beban
beban(kg)
2000
P=‐794+1237Δ‐629 9Δр² R²=0.999 Batas elastis=(1.4;1 1044)
0 0
deformasi
0,5
1
Pe
1,5
Pp
2 Pest
68
2000
500 00
1000
Nangka tekan n // serat
beban
1
1,5 Pe
2Pp
2,5 Pest
0
0,5
deformasi 2000
1
Pe
1
1,5 5 Pp
0 Pest
0
Pe
3Pp
Pest4
defo ormasi
0
0,5
P=‐53+ +541Δ‐349Δр² R²=0.99 99 Batas e elastis=(1.91;999)
1
1,5 Pe
2 Pp
beban
beban
2 2000
0
deformasi
Pest
2,5 Pest
0,5
1
P 3 Pp Pe
4 Pest
0
deeformasi
1
0,5
1
P= ‐425+612Δ Δ‐438Δр² R²=0,999 batas elastis== (1,6;558)
1,5Pe
2 Pp
0
deformasi
2 Pe
Pp
3Pest
2,5 3 P Pest
Pp
0,5
1
1,5 Pe
Pp 2 Pest
Nangka tekan // serat P= ‐1308+1217Δ‐1088Δ Δр² R²==0,996 batas elastis= (2,09;;12 261)
0
deformasi 1000
P= ‐1027+1166Δ Δ‐780Δр² R²=0,999 batas elastis= (2 2,06;1381)
2
P= 26 61+805Δ‐1062Δр² R²=0,994 batass elastis= (1,12;1171)
0 2,5 Pest
1 1,5 Pe
Nangka tekan // serat
2000
Afrika ttekan // serat
0
0
deformasi (mm))
2000
Nan ngka tekan // seraat
0
2000
0
2,5 Pp Pe
0
2
1
deforrmasi 1000
P= 9 953+950Δ‐639Δр² R²=0 0,998 bataas elastis= (2,27;1218 8)
2
2
P= ‐972+877Δ Δ‐694Δр² R²=0,993 batas elastis== (2,41;1164)
beban
beban
0
deformasii
1,5
Nangkaa tekan // serat
Nangka tekan n // serat
0
1
0,5
2000
P= = 89+742Δ‐770Δр² R²²=0,997 baatas elastis= (0,85;727)
0
0
deforrmasi
0
beban
0,5
P=‐1056+1034Δ‐3575Δ Δр² R²==0.989 Batas elastis=(2.31;137 70)
beban
0 deformasi
P= ‐172+1292Δ‐‐1056Δр² R²=0,990 batas elastis= (1 1,55;1874)
0
beban
0
beban
P= ‐2 292+988Δ‐1081Δр² R²=0,996 batass elastis= (1,52;1232)
Nangka tekan // serrat
Nangka tekan // seraat
beban
beban
Nangka tekan n // serat
Beban(kg)
2000
0,5
1
1 1,5
Pe 2 Pp 2,5 Pest 3
Afrika tekan /// serat P =‐284++506Δ‐463Δр² R²= 0,99 95 Batas elaastis=(1,73;597)
0 0
deformasi
0,5
1
1,5
Pe
2 Pp
2,5 Pest
69
0,2 Pest
Afrika tekan n // serat beban(kg) ( g)
P =‐152+448Δ‐251Δр² R²²= 0,997 Baatas elastis=(1,9;719))
0 0
0,5
1000
1
1,5
5Pest 3 Pe 2 Pp 2,5
Beban
1000
0 deformasi 0
0,5
P =‐372+302Δ‐2293Δр² R²= 0,994 Batas elastis=(2,5;4 415)
1
2
0
Pe
1
3
Pp
4 Pest
2
Pe
defflormasi
beban 1,5 Pest
0 0
0,5
1
Pp
Pest
3
deformasi 0
Pp2,5 Pest3
1
Pe
Pest P 1,5
0
0
0,5
1
Pe1,5 Pp 2 Peest 2,5
Randu tekan // serat P ==‐328+220Δ‐86Δр² R²== 0,999 Battas elastis=(2,3;1999 9)
0 deformasi
1
2
3 Pe
Pp 4 Pest
500
P =16+211Δ‐293Δр² 4 R²= 0,994 Batas elasstis=(1,3;303)
0,5
0
deformasi
Randu tekan // seraat
0
Pe 1 Pp
P=201+67 79Δ‐270Δр² R²=0.999 Batas elasstis=(1.74;965)
500
Pee2
0,5
1000
P =17+559Δ‐1109Δр² R²= 0,990 Batas elasttis=(2,07;1173)
1,5
deformasi 0
2000
Rand du tekan // seratt
500
Randu te ekan // serat
Pp
P=‐329+694Δ__1127Δр² R²= 0.996 batas elastis== (2,19;1199)
Beban
0 deformasi
1000
20 000
P =‐17 73+443Δ‐534Δр² R²= 0,,994 Batass elastis=(2,1;789) 1 1,5 Pe 2 Pp 2,,5 Pest 3
Pe1
A Afrika tekan // se erat
0
Afrika tekan // serat
0
0,5
2000
500
Beban(kg)
deformasi 0
beban
0,15 Pp
P==‐345+1207Δ‐1956Δр² R²²=0.999 Baatas elastis=(1.06;935)
0
Beban(kg)
0,1 Pe
0
Beban(kg)
Beban(kg)
0,05
P=103+859Δ Δ‐750Δр² R²=0.999 Batas elastiss=(1.00;966)
Afrika tekan // sserat
Beban
0
2000
beban
P=35+1742Δ+21421Δ P Δр² R²=0.994 R Batas elastis‐(0.11;23 B 31)
deformasi 0
1000
2000
Afrika tekan /// serat
beban
500
1,5 Pp
P ==‐9+271Δ‐568Δр² R²== 0,990 Batas elastis=(1,6;432)
0 Pest
2
deformasi 0
0,5
1
1,5
Pe
2
Pp
2,5
Pest
70
5 500
500 P =‐‐272+369Δ‐579Δр² R²= 0,996 Bataas elastis=(2,09;503)
0 0 deformasi
1
2Pe
Pp
3 Pest
1
0,5
1,5 Pee
2 Pp
P =‐5 553+328Δ‐748Δр² R²= 0 0,996 Batas elastis=(2,7;363)
0 1
0
2 Pe
Pp3
Pest 4
Pest
P=‐281+3 333Δ‐282Δр² R²=0.999 9 Batas elastis=(1.93;362)
0 0
1
0,5
0 0,5
0 deformasi
1
1,5 1
Pe 2 Pp 2,5 P5 Pest
1,5
Pe2
Pp 2,5 Pest
0
P 0,5 Pe
Pp 1
Pest 1,5
2
2,5
deformasi 0
1
2
Pe
3 Pp
Pest
4
3
4 Pe est
Pp
1
2
Pe 3 Pp
4 Pest
P==198+806Δ‐478Δр² R²²=0.999 Baatas elastis=(1.01;696 6)
0 0
deformasi
1000
1 1000 P =‐483+733Δ‐5 524Δр² R²= 0,999 Batas elastis=(2 2,25;1169)
0
0 deeformasi
0 deformasi
beban
P =39+347Δ‐296Δр² R²= 0,996 8) Batas elastis=(2,6;958
Pe
0,5
Pe 1 Pp
Pest1,5 P
2000
2 2000
Beban(kg)
1000
P =‐403+996Δ‐9 943Δр² R²= 0,998 Batas elastis=(1 1,8;1399)
0
defo ormasi 0
2000
2
1000
1 1000
Batas elastis=(1.8;1013)
1
P =‐74 49+687Δ‐613Δр² R²= 0,,997 Batas elastis=(2,4;963)
0
Beban(kg)
Beban(kg)
P=‐351+740ΔΔр²
deformasi 0
2000
2 2000
1000 R²=0.9999
P =‐487+350Δ‐289Δр² R²= 0,997 Batas elastis=(2,48;3 387)
0
Beban(kg)
Beban(kg)
Beban(kg)
0
deforrmasi 0
2000
Beban
P =‐132+365Δ‐28 87Δр² R²= 0,999 Batas elastis=(1 1,3;345)
50 00
500
Beban(kg)
1000
Beba n(kg)
Beban(kg)
Beban
1000
1
2
Pe
3 Pp
0 4 Pest
0 deformasi
P=22+913Δ‐535Δр² P R R²=0.999 B Batas elastis=(1.13;10 058)
0,5
1 Pe
Pp
1,5 Pest
71
1
2
3 Pp
Pe
Pest
0
Pe
Pp
0
1
0 0
Pest
1000
0,5
beban 3 Pe
4
Pp
Pest
P= ‐221+560Δ‐660Δр² R²== 0,994 battas elastis =(1,44;645 5)
1
1,5
2 Pee
P=149+594Δ‐487Δр² P R R²=0.999 B Batas elastis=(2.33;49 91)
0 0
5
2000
0,5
1,5 Pp
Pe
2
Peest
Nangka tekan // serat P=‐365++906Δ‐908Δр² R²=0,992 1 Batas elaastis=(1,78;1262) 2 Pe 3 Pp
0
2,5 Pp Pest
1
0
Pest
20 000
Nangka tekan /// serat P= ‐926+1256Δ‐‐1118Δр² R²=0,999 Batas elastis=(1 1.36;789)
0 0
0,5
1Pe
1,5 Pp
P= ‐197+1127Δ‐1246 6Δр² R²=0,999 772) Batas elastis=(0.85;7
0 0
Pest2
0,5
2000
200 00
beban 0 0
5 0,5
Pe
1
Pp
1,5 Pest
1
Pp
0 0
P= ‐610++1160Δ‐739Δр² R²=0,999 Batas elastis=(1.41;1033)
0 0,5
1 Pe
P=1 123+1137Δ‐2060Δр² R²= 0,998 Batas elastis =(0,63; 837 7)
0 0
1,5 Pest 2000
Nangka tekan // serat
Nangka tekan // serat P= ‐7 744+1674Δ‐547Δр² R²=0 0,999 Bataas elastis=(0.94;839)
Pe
Nangka tekan n // serat
2000
0,2
0,4
0 Pp1,5 Pest 2
0 0,6
Pe0,8 Pp 1 Pest 1,2
N Nangka tekan // serat
beban
beban
Nangka tekan // serat
beban
beban
2
Nangka tekan // sserat
10 000
P= ‐396+1296ΔΔ‐1193р²² R²= 0,998 8) 3 1 bataas elastis= (1,53;1608 2
0
0
4
Nangka tekan // serat
5000
P =‐44+340Δ Δ‐222Δр² R²= 0,994 Batas elastis=(2.18;921)
beban(kg)
0
Beban(kg)
0
P = =‐276+798Δ‐815Δр² R²= 0,995 Baatas elastis=(2,2;1552 2)
beban
Beban(kg)
2000
20 000
2000
0
0,5
P= ‐779+1191Δ‐1100Δр² R²=0,999 Batas elastis=(1.60;1128)
1 Pe
Pp1,5 Pe est
2
72
0 deformasi
0,5
1
1,5 Pe
0
2 Pp
2,5 Pest
deformasi 0
2000
200 00
beban(kg)
beban(kg)
N Nangka tekan // sserat
1000 P== ‐465+11258Δ‐301Δр р² R²==0,999 Batas elastis=(1.08;899 9)
0 0
0,5
deformasi
1,5 Pest
Pp
0,4
0,2
6 Pp 0,8 Pest Pe0,6
1
100 00
deformasi 0
P= ‐1098+122 25Δ‐4551Δр² R²=0,999 Batas elastis==(1.74;1041)
0
0,5
1
1,5 Pe
Pp2
Pest2,5
2000
2000
0,2
0,4 4
Pe0,6 Pp
0,8 Pest
deformasi
20 000
1000
beban(kg)
beban(kg)
0
Nangka tekan // serrat
beban(kg)
P=‐450+943Δ Δ‐639Δр² R²=0,999 Batas elastis = (1.31;740)
0
0,5 5
1
Pee 1,5 Pp
2 Pest
0 0
deformasi
0,5
1 Pe
1,5 Pp
Peest 2
P=‐582+1091 1Δ‐1027Δр² R²=0,999 Batas elastis = (1.47;1024)
0
deformasi
0
0,5 5
1 Pe
Pest 2
1
1,5Pe
2Pp
Pest P2,5
P=‐622+1301Δ‐1109Δ Δр² R²=0,999 Batas elastis = (1.24;999)
deformasi
0
Pe 0,5
Pp 1 Pest
1,5
2
0,6 Pp
Pest P 0,8
Nangka tekan /// serat
500 0
Pp1,5
0,5
1000
1000
Nangka tekan // serat
10 000
P=‐8 816+1266Δ‐718Δр² R²=0 0,999 Bataas elastis = (1.29;825))
1,5 Pest
Pp
Nan ngka tekan // serat
0
beban(kg)
0
deformasi
5 500
beban(kg)
beban(kg) 0
1 Pe
P= ‐4 469+1102Δ‐3981Δр² R²=0,,996 Batass elastis=(1,40;1099)
0 deformasi
Nangka tekan n // serat
P=‐6+652Δ Δ‐595Δр² R²=0,999 Batas elasttis = (0.58;378)
0,5
0
10 000
Nangka tekan /// serat
0
1000
deform masi
500
P= ‐253+1547Δ‐98 88Δр² R²=0,999 Batas elastis=(1.18 8;1580)
ngka tekan // seraat 2000 Nan
Nangka tekan n // serat
0 1Pe
beban
0
P= ‐107+1 1507Δ‐226Δр² R²=0,999 Batas elasstis=(0.7;1029)
1000
beban(kg)
P= ‐20+8 871Δ‐851Δр² R²=0,997 Batas elastis=(1,38;1195)
Nangka tekan /// serat
Nangka tekan // serat
1000
beban
1000
beban
2000
2000
2000
deformasi
0
P=80+726Δ‐1030Δр р² R²=0,999 Batas elastis = (0.63 3;537)
0,2
0,,4 Pe
73
1000 0
2000
500 0
1000 P=‐322+863Δ‐414 4Δр² R²=0,999 Batas elastis = (1.3 3;839)
0 0
0,5
deformasi
1000
1 Pe
1,5 Pp
Pest2
P=88+1006Δ‐‐1745Δр² R²=0,999 Batas elastis == (0.5;656)
0
0,2
defo ormasi
0,4
0
0,5
deformasi
1
1,5 Pe
Pp
0
500 P=‐‐299+773Δ‐668Δр² R²= =0,999 Battas elastis = (1.20;632)
0
deformaasi
0,5
1
Pe
1,5 Pp
0
Pest2 1000 0
Nangka tekan /// serat
0 0 deformasi
0,5
1 Pe
1
Pest2
0,6 Pe
0,8 Pp p
1 Pest
Pp
4
0
Pest
500 0 P 3 Pp Pe
4 Pest
d deformasi
1
2
Pe
Pp
3
4
P Pest
N Nangka tekan // s serat P=‐17 7+653Δ‐166Δр² R²=0,,999 Batass elastis = (1,76;4788 8)
0
deflormasi
0,2
0,4
0,6 Pe
0,8 Pp
1 Pest
Nangka tekaan // serat
0 1,5 Pp
2
deformasi
500 0
P=‐322+863Δ‐414 4Δр² R²=0,999 Batas elastis = (1.3 3;839)
3 Pe
P= ‐1506+138 84Δ‐1025Δр² R²=0,997 batas elastis== (2,38;1819)
0
2000
2
1000
2000
0,4
0
Nanggka tekan // seratt
beban
Nangka tekan // serat
1
deformasi
4000
0,2
0
deformasi
2000
P=‐1000+120 00Δ‐628Δр² R²=0,996 Batas elastis = (2,35;1853)
0
2Pest
1000
0
Pp 0,8 Pest
4000
2000 P= =‐306+854Δ‐539Δр² R²²=0,999 Baatas elastis = (1,17;69 98)
0
0,6 Pe
P=‐1 17+653Δ‐166Δр² R²=0 0,999 Bataas elastis = (1,76;478 88)
0
4000
500
Nangka tekan /// serat
500
0
Nangka tekan /// serat
1000
1000
Nangka tekkan // serat
Nangka tekan /// serat
0 defo ormasi
P=88+1006Δ Δ‐1745Δр² R²=0,999 Batas elastiss = (0.5;656)
0,2
0,4
0,6 Pe
Pp 0,8Pest
74
75 Lampiran 4A Perhitungan MOE Metode Pertama dan Metode Kedua CKBC tekan sejajar serat. MOE Δp/ΔL Sample b rata-rata h tara- L bentang Δp/ΔL metode metode (cm) metode (cm) rata pertama kedua pertama (cm) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) 1 Nangka (Face) 2.04 2.05 8.01 12700 11050 24333.8 2 Nangka (Face) 2.03 2.05 8.02 14510 12640 27843.8 3 Nangka (Face) 2.07 1.93 7.98 10060 8960 20120.3 4 Nangka (Face) 1.95 1.90 7.99 11190 10670 24238.4 5 Nangka (Face) 2.08 2.03 7.98 15330 14900 28968.2 6 Nangka (Face) 2.05 2.06 7.95 12120 11200 22786.2 7 Nangka (Face) 2.05 2.02 8.01 14220 12720 27479.2 8 Nangka (Face) 2.07 2.04 7.96 7370 5230 13909.2 9 Nangka (Face) 2.01 2.02 8.04 8850 8160 17481.3 10Nangka (Face) 2.02 1.98 8.04 11130 10640 22386.6 11Nangka (Face) 2.06 2.03 7.97 18720 18360 35621.3 12Nangka (Face) 2.08 2.05 8.00 12480 10890 23425.6 13Nangka (Face) 2.07 2.06 7.84 11530 9930 21242.4 14Nangka (Face) 2.04 1.94 7.95 7567 7020 15217.6 15Nangka (Face) 2.03 2.05 2.05 17610 16610 8717.5 16Nangka (Face) 2.04 2.05 8.06 14440 12320 27926.1 17Nangka (Face) 2.03 2.07 8.07 9045 7850 17447.4 18Nangka (Face) 2.01 2.02 8.07 12570 12370 24943.9 19Nangka (Face) 2.06 2.11 8.01 10760 9880 19912.0 20Nangka (Face) 2.04 2.06 8.01 17110 16090 32612.3 21Nangka (Face) 2.08 2.04 8.05 14980 12920 28406.1 22Nangka (Face) 2.08 2.01 8.08 13030 10340 25119.9 23Nangka (Face) 2.08 1.94 7.99 6510 6120 12898.0 24Nangka (Face) 2.01 2.11 8.03 10190 9500 19328.2 25Nangka (Face) 1.99 2.04 8.01 7991 7420 15793.9 26Nangka (Face) 1.99 2.02 8.04 9924 8770 19834.6 27Nangka (Face) 2.07 2.03 8.01 8839 8050 16848.6
MOE Metode kedua (kg/cm2) 21172.3 24255.4 17920.2 23112.1 28155.6 21056.6 24580.5 9870.5 16118.4 21401.0 34936.2 20441.1 18294.6 14117.5 8222.5 23826.1 15142.3 24547.0 18283.5 30668.1 24499.8 19934.0 12125.3 18019.4 14665.3 17528.1 15344.7
76 28Nangka (Face) 29Nangka (Face) 1 Nangka (Back) 2 Nangka (Back) 3 Nangka (Back) 4 Nangka (Back) 5 Nangka (Back) 6 Nangka (Back) 7 Nangka (Back) 8 Nangka (Back) 9 Nangka (Back) 10Nangka (Back) 11Nangka (Back) 12 Nangka (Back 13Nangka (Back) 14Nangka (Back) 15Nangka (Back) 16Nangka (Back) 17Nangka (Back) 18Nangka (Back) 19Nangka (Back) 20Nangka (Back) 21Nangka (Back) 22Nangka (Back) 23Nangka (Back) 24Nangka (Back) 25Nangka (Back) 26Nangka (Back) 27Nangka (Back) 28Nangka (Back) 29Nangka
2.02
2.05
8.07
13470
12810
26344.5
25053.7
2.06
2.07
8.01
15320
13840
28872.3
26083.1
2.08
2.02
8.01
11900
11660
22771.9
22312.7
2.10
2.07
7.98
11630
15900
21409.0
29269.4
2.11
2.08
8.08
13820
12960
25455.0
23871.0
1.74
1.81
8.06
6710
5600
17213.3
14365.8
1.85
1.84
8.06
10190
9060
24129.3
21453.6
1.93
2.00
8.07
12680
12560
26432.8
26182.7
1.94
2.01
8.02
11480
12270
23578.5
25201.1
2.05
2.06
8.02
11700
11370
22214.1
21587.5
2.11
2.04
8.04
16820
16740
31489.0
31339.3
2.00
2.04
8.03
11920
11600
23419.9
22791.2
2.00
2.07
7.98
12280
11910
23746.9
23031.4
2.05
2.11
7.77
15710
15470
28187.1
27756.5
2.04
2.09
8.05
14920
15070
28081.6
28364.0
1.93
1.99
7.88
9500
8710
19451.4
17833.9
1.98
1.96
8.04
12560
12580
25997.6
26039.0
2.07
2.10
8.00
12300
12250
22616.9
22524.9
1.94
2.13
8.02
12170
11020
23711.7
21471.1
2.05
2.02
7.98
6628
6520
12735.2
12527.7
2.05
2.08
8.00
9560
9430
17931.7
17687.9
1.91
2.04
7.97
13260
13010
27036.5
26526.7
1.91
2.03
7.98
12810
12660
26288.4
25980.5
2.08
2.05
7.93
11310
10910
21014.1
20270.9
2.05
1.96
8.05
7354
7260
14728.6
14540.3
2.03
2.05
8.02
8770
8630
16847.7
16578.8
2.06
2.02
8.03
10340
10060
19943.3
19403.2
2.08
2.09
7.92
6510
6530
11847.8
11884.2
1.97
2.01
6.98
8858
8540
15674.2
15111.5
2.02 2.03
2.02 2.03
6.98 8.02
13520 11600
12000 10610
23083.3 22511.7
20488.1 20590.5
77 (Back) 30Nangka (Back) 1 sengon (Core) 2 sengon (Core) 3 sengon (Core) 4 sengon (Core) 5 sengon (Core) 6 sengon (Core) 7 sengon (Core) 8 sengon (Core) 9 sengon (Core) 10 sengon (Core) 1 afrika (Core) 2 afrika (Core) 3 afrika (Core) 4 afrika (Core) 5 afrika (Core) 6 afrika (Core) 7 afrika (Core) 8 afrika (Core) 9 afrika (Core) 10 afrika (Core) 1 randu (Core) 2 randu (Core) 3 randu (Core) 4 randu (Core) 5 randu (Core) 6 randu (Core) 7 randu (Core) 8 randu (Core) 9 randu (Core)
1.98
1.87
7.99
7873
7730
17011.9
16702.9
2.12
2.10
8.08
8176
8060
14806.9
14596.8
2.10
2.06
8.04
10530
9960
19614.9
18553.1
2.08
2.03
7.98
7724
7400
14585.7
13973.9
2.06
2.07
7.94
7374
6870
13742.2
12802.9
2.08
2.06
7.98
8793
7980
16356.5
14844.2
2.07
2.09
7.97
7420
7330
13644.6
13479.1
2.15
2.11
7.98
3713
3470
6516.0
6089.6
2.14
2.11
7.98
3842
3400
6808.5
6025.2
2.13
2.18
8.03
9312
9130
16123.3
15808.2
2.14
2.17
7.99
6022
5940
10400.3
10258.7
2.05
2.07
7.96
7569
6940
14207.1
13026.4
2.07
2.02
8.01
19800
17420
37970.7
33406.5
2.04
1.99
7.95
5680
5060
11167.4
9948.4
2.03
1.97
7.96
5534
5410
11063.5
10815.6
2.05
2.04
8.06
8748
8590
16833.2
16529.2
2.04
2.05
8.01
12330
12070
23592.9
23095.4
2.06
2.00
8.00
4810
4480
9353.6
8711.8
2.01
2.07
8.06
4792
4430
9306.1
8603.1
2.07
2.03
8.01
6913
6790
13181.8
12947.2
2.11
2.02
7.95
6052
5590
11270.8
10410.4
1.96
1.87
8.03
2316
2110
5076.5
4624.9
1.95
1.83
8.05
2243
2200
5057.4
4960.5
1.74
1.75
8.03
3748
3500
9877.5
9223.9
1.97
1.77
8.05
3763
3650
8729.1
8467.0
1.92
1.91
8.04
3433
3030
7560.9
6673.3
1.91
1.93
8.05
3970
3700
8667.1
8077.6
2.03
1.94
8.00
2965
2710
6026.2
5507.9
2.06
1.95
8.00
3440
3440
6859.9
6859.9
1.94
1.92
7.99
3405
3330
7331.5
7170.0
78 10 randu (Core)
1.93
1.91
7.91
3485
3280
Lampiran 4B Perhitungan MOE Metode Pertama dan Metode Kedua CKBC tekan tegak lurus Sample b rata- h tara- L bentang Δp/ΔL Δp/ΔL rata (cm) rata (cm) (cm) metode metode pertama kedua (kg/cm) (kg/cm) 1 Nangka (Face) 2.03 2.05 8.00 15270 14890 2 Nangka (Face) 2.03 2.05 7.99 17720 17610 3 Nangka (Face) 2.00 1.93 8.02 10420 9720 4 Nangka (Face) 1.95 1.90 8.08 13820 12750 5 Nangka (Face) 2.08 2.03 8.08 13560 11950 6 Nangka (Face) 2.04 2.06 8.09 15600 15340 7 Nangka (Face) 2.03 2.02 8.01 9432 9090 8 Nangka (Face) 2.04 2.04 8.04 10280 9300 9 Nangka (Face) 2.02 2.02 8.02 12430 12800 10Nangka (Face) 2.00 1.98 8.04 10760 10180 11Nangka (Face) 2.04 2.03 8.03 4423 5340 12Nangka (Face) 2.03 2.05 7.98 15120 15070 13Nangka (Face) 2.06 2.06 8.05 22230 21790 14Nangka (Face) 2.06 1.94 8.05 8531 7020 15Nangka (Face) 2.03 2.05 8.05 13410 12540 16Nangka (Face) 2.03 2.05 8.08 11830 10040 17Nangka (Face) 2.07 2.07 8.00 13570 8500 18Nangka (Face) 2.04 2.02 7.99 7689 6640 19Nangka (Face) 2.04 2.10 7.98 6600 6220 20Nangka (Face) 2.03 2.06 7.98 14240 14200 21Nangka (Face) 2.09 2.04 8.01 11880 11500 22Nangka (Face) 2.10 2.01 7.96 17540 15970 23Nangka (Face) 2.01 1.94 8.03 10460 9870 24Nangka (Face) 2.00 2.11 8.02 13500 11550 25Nangka (Face) 2.01 2.04 8.03 10530 9760 26Nangka 2.01 2.02 8.06 16140 16420
7467.2
serat MOE pertama (kg/cm2)
7028.0
MOE Metode kedua (kg/cm2)
7441.52
7256.34
8627.07
8573.52
5396.17
5033.66
7290.95
6726.46
6674.87
5882.35
7558.14
7432.17
4669.31
4500.00
5035.51
4555.47
6148.90
6331.93
5424.75
5132.34
2175.07
2626.01
7368.42
7344.05
10791.26
10577.67
4400.83
3621.36
6544.66
6120.06
5776.37
4902.34
6566.66
4113.23
3799.85
3281.44
3136.14
2955.57
6921.02
6901.58
5832.11
5645.56
8711.20
7931.46
5382.04
5078.47
6407.21
5481.73
5174.45
4796.07
7980.22
8118.67
79 (Face) 27Nangka (Face) 28Nangka (Face) 29Nangka (Face) 30Nangka (Face) 1 Nangka (Back) 2 Nangka (Back) 3 Nangka (Back) 4 Nangka (Back) 5 Nangka (Back) 6 Nangka (Back) 7 Nangka (Back) 8 Nangka (Back) 9 Nangka (Back) 10Nangka (Back) 11Nangka (Back) 12Nangka (Back) 13Nangka (Back) 14Nangka (Back) 15Nangka (Back) 16Nangka (Back) 17Nangka (Back) 18Nangka (Back) 19Nangka (Back) 20Nangka (Back) 21Nangka (Back) 22Nangka (Back) 23Nangka (Back) 24Nangka (Back) 25Nangka (Back) 26Nangka (Back)
2.07
2.03
6.94
14230
12230
6999.51
6015.74
2.08
2.05
7.05
15170
12120
7409.04
5919.41
2.09
2.07
8.02
10300
10290
4978.25
4973.42
2.13
2.02
8.02
12450
12160
6175.60
6031.75
2.13
2.06
8.00
8939
6330
4329.86
3066.12
2.13
2.08
8.02
15660
12360
7534.28
5946.60
1.84
1.81
8.00
5070
4630
2804.98
2561.55
1.83
1.84
7.97
3938
3610
2144.88
1966.23
1.98
2.00
7.97
10810
8580
5396.90
4283.57
1.97
2.01
7.97
11520
9930
5725.65
4935.39
2.07
2.06
8.00
8758
7080
4259.73
3443.58
2.04
2.04
7.98
7668
7050
3762.51
3459.27
2.00
2.04
8.01
19180
15000
9388.15
7342.14
1.98
2.07
8.01
11510
10490
5564.42
5071.31
2.09
2.11
7.95
14450
12130
6837.00
5739.30
2.08
2.09
8.03
9572
8470
4574.43
4047.79
1.95
1.99
7.99
8734
8590
4387.84
4315.50
1.94
1.96
7.94
7353
6190
3746.75
3154.14
2.10
2.10
8.04
6545
6060
3117.41
2886.40
2.04
2.13
8.02
5188
4400
2439.12
2068.64
2.03
2.02
8.02
8722
7490
4312.48
3703.34
2.06
2.08
8.08
4790
4290
2302.88
2062.50
1.95
2.04
8.18
8258
7780
4045.06
3810.92
1.94
2.03
8.00
7102
6340
3494.22
3119.31
2.07
2.05
8.07
3718
2990
1814.10
1458.89
2.07
1.96
8.08
4733
4430
2416.03
2261.36
2.03
2.05
8.00
9768
9160
4755.60
4459.59
2.03
2.02
7.97
16810
15280
8317.66
7560.61
2.09
2.09
7.90
8222
7770
3928.33
3712.37
2.05
2.01
7.99
4070
3330
2029.42
1660.43
80 27Nangka (Back) 28Nangka (Back) 29Nangka (Back) 30Nangka (Back) 1 sengon (Core) 2 sengon (Core) 3 sengon (Core) 4 sengon (Core) 5 sengon (Core) 6 sengon (Core) 7 sengon (Core) 8 sengon (Core) 9 sengon (Core) 10 sengon (Core) 1 afrika (Core) 2 afrika (Core) 3 afrika (Core) 4 afrika (Core) 5 afrika (Core) 6 afrika (Core) 7 afrika (Core) 8 afrika (Core) 9 afrika (Core) 10 afrika (Core) 1 randu (Core) 2 randu (Core) 3 randu (Core) 4 randu (Core) 5 randu (Core) 6 randu (Core) 7 randu
2.02
2.02
8.01
15620
11870
7721.21
5867.52
2.05
2.03
8.04
17880
11760
8794.88
5784.55
1.98
1.87
8.01
4415
3870
2363.49
2071.73
2.03
2.05
8.00
5108
4240
2681.36
2225.72
2.06
2.10
8.03
8176
8060
3888.70
3833.53
2.09
2.06
8.06
10530
9960
5121.60
4844.36
2.08
2.03
7.96
7724
7400
3806.80
3647.12
2.06
2.07
7.92
7374
6870
3558.88
3315.64
2.09
2.06
7.99
8793
7980
4267.41
3872.85
2.11
2.09
7.96
7420
7530
3543.46
3595.99
2.14
2.11
7.96
3713
3470
1759.72
1644.55
2.14
2.11
7.94
3842
3400
1823.45
1613.67
2.15
2.18
7.98
9312
9130
4277.45
4193.84
2.12
2.17
8.05
6032
5940
2783.57
2741.12
2.05
2.07
8.03
7569
6940
3650.35
3347.00
2.03
2.02
7.96
19800
17420
9806.84
8628.03
2.03
1.99
7.95
5680
5060
2860.02
2547.83
2.04
1.97
7.96
5534
5410
2814.85
2751.78
2.01
2.04
7.94
8748
8590
4289.29
4211.82
2.01
2.05
8.04
12330
12070
6017.57
5890.68
2.01
2.00
8.01
4810
4480
2406.20
2241.12
2.06
2.07
8.04
4792
4430
2314.98
2140.10
2.02
2.03
8.00
6913
6790
3399.56
3339.07
2.03
2.02
7.84
6052
5590
2993.08
2764.59
1.97
1.87
8.08
2316
2110
1228.70
1205.15
1.97
1.83
7.99
2243
2200
2140.49
1998.86
1.79
1.75
8.03
3748
3500
2131.41
2067.40
1.67
1.77
8.03
3763
3650
1801.63
1590.13
1.92
1.91
7.98
3433
3030
2059.66
1919.58
1.91
1.93
8.05
3970
3700
1529.53
1397.99
2.04
1.94
8.01
2965
2710
1768.18
1768.18
81 (Core) 8 randu (Core) 9 randu (Core) 10 randu (Core)
2.04
1.95
8.05
3440
3440
1777.14
1738.00
1.92
1.92
7.98
3405
3330
1820.79
1713.69
1.94
1.91
8.00
3485
3280
1749.80
1652.91
Lampiran 5 A Perhitungan MOE Glulam tekan sejajar muka lamina Jenis Glulam Na - Af – Na Na - Af – Na Na - Af – Na Na - Af – Na Na - Af – Na Na - Se – Na Na - Se – Na Na - Se – Na Na - Se – Na Na - Se – Na Na - Ra – Na Na - Ra – Na Na - Ra – Na Na - Ra – Na Na - Ra – Na
L (cm) 5.03 5.01 4.99 5.03 5.02 5.04 5.04 5.13 4.92 4.97 5.02 5.03 5.03 4.97 5.02
b (cm) 4.61 4.31 3.82 4.19 4.66 4.29 4.28 3.41 4.37 4.46 4.32 4.18 4.17 4.18 4.95
h bentang (cm) 6.07 5.83 6.00 6.08 6.14 6.17 6.24 6.15 6.13 6.06 6.03 5.98 6.01 5.96 5.35
Lampiran 5 B Perhitungan MOE Glulam tekan tegak lurus muka lamina Jenis Glulam L (cm) b (cm) h (cm) Na - Af – Na 19.93 4.44 6.06 Na - Af – Na 20.08 4.07 5.86 Na - Af – Na 20.1 4.46 6.07 Na - Af – Na 20.03 4.48 6.10 Na - Af – Na 19.88 4.66 6.15 Na - Se – Na 20.06 4.24 6.15 Na - Se – Na 20.03 4.41 6.24 Na - Se – Na 19.78 3.89 6.13 Na - Se – Na 20.11 4.25 6.14 Na - Se – Na 20.04 4.40 6.04 Na - Ra – Na 20.01 4.14 6.01 Na - Ra – Na 19.93 4.86 6.13 Na - Ra – Na 19.98 3.99 6.01 Na - Ra – Na 19.95 4.32 5.96 Na - Ra – Na 19.45 4.86 5.34
Δp/ΔL (kg/cm) 63200 52900 18400 11000 31700 53800 34800 49000 41300 28700 30600 35000 14400 62300 57400
MOE (kg/cm2) 11361.54 10568.08 7586.34 5892.71 12421.66 2171.95 5559.12 10239.55 6577.33 11978.07 4010.67 5279.59 7048.44 2886.34 10874.02
Δp/ΔL (kg/cm) 17400 13800 12400 18400 19600 12600 17800 14100 24500 15200 19500 14500 9500 13000 15600
MOE (kg/cm2) 3923.34 3394.83 5759.29 4710.14 3009.26 4107.60 4203.30 2973.80 4033.08 3625.14 2783.39 3455.33 2986.00 2379.76 3208.89
82 Lampiran 6 A Kekuatan tekan Contoh Kecil Bebas Cacat tekan sejajar serat Ulangan h (cm) b (cm) L (cm) Nangka 2.04 2.05 8.01 Nangka 2.03 2.05 8.02 Nangka 2.07 1.93 7.98 Nangka 1.95 1.90 7.99 Nangka 2.08 2.03 7.98 Nangka 2.05 2.06 7.95 Nangka 2.05 2.02 8.01 Nangka 2.07 2.04 7.96 Nangka 2.01 2.02 8.04 Nangka 2.02 1.98 8.04 Nangka 2.06 2.03 7.97 Nangka 2.08 2.05 8.00 Nangka 2.07 2.06 7.84 Nangka 2.04 1.94 7.95 Nangka 2.03 2.05 2.05 Nangka 2.04 2.05 8.06 Nangka 2.03 2.07 8.07 Nangka 2.01 2.02 8.07 Nangka 2.06 2.11 8.01 Nangka 2.04 2.06 8.01 Nangka 2.08 2.04 8.05 Nangka 2.08 2.01 8.08 Nangka 2.08 1.94 7.99 Nangka 2.01 2.11 8.03 Nangka 1.99 2.04 8.01 Nangka 1.99 2.02 8.04 Nangka 2.07 2.03 8.01 Nangka 2.02 2.05 8.07 Nangka 2.06 2.07 8.01 Nangka 2.08 2.02 8.01 Nangka 2.10 2.07 7.98 Nangka 2.11 2.08 8.08 Nangka 1.74 1.81 8.06 Nangka 1.85 1.84 8.06 Nangka 1.93 2.00 8.07 Nangka 1.94 2.01 8.02 Nangka 2.05 2.06 8.02 Nangka 2.11 2.04 8.04 Nangka 2.00 2.04 8.03 Nangka 2.00 2.07 7.98 Nangka 2.05 2.11 7.77 Nangka 2.04 2.09 8.05 Nangka 1.93 1.99 7.88 Nangka 1.98 1.96 8.04 Nangka 2.07 2.10 8.00 Nangka 1.94 2.13 8.02 Nangka 2.05 2.02 7.98 Nangka 2.05 2.08 8.00 Nangka 1.91 2.04 7.97 Nangka 1.91 2.03 7.98 Nangka 2.08 2.05 7.93 Nangka 2.05 1.96 8.05 Nangka 2.03 2.05 8.02 Nangka 2.06 2.02 8.03 Nangka 2.08 2.09 7.92 Nangka 1.97 2.01 6.98
P maksimum 2225.89 1539.55 1039.96 503.04 2213.43 2229.87 1790.64 1571 1531.09 1215.95 2309.37 1807.22 1390.44 1081.57 2096.6 2096.6 1538 1769.19 1526.21 2221.38 2221.38 1879.6 790.99 1629.8 920.6 1446.86 1335.6 1592.58 2313.66 1819.94 2173.29 1941.68 761.89 1466.75 1207.71 1144.63 1401.66 1975.95 1574.96 1570.13 2145.51 2280.39 1435.32 1675.02 1736.5 1582.57 786.35 1224.3 1631.8 1501.57 1111 1087 1495 918.65 950.96 1135.32
Fc Kg/cm2 532.25 368.50 260.68 136.34 524.20 527.26 432.00 372.38 376.16 304.16 551.16 424.03 326.70 273.70 505.30 502.81 367.44 434.88 352.65 528.59 523.53 448.69 196.09 384.83 227.21 359.76 317.68 385.92 544.16 435.06 501.40 442.84 242.46 431.13 312.09 293.10 331.91 460.16 385.45 380.39 495.56 533.04 373.14 431.18 399.28 384.52 189.24 287.12 417.51 386.30 260.18 270.41 358.19 220.76 218.44 288.02
83 Nangka Nangka Nangka Nangka Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu
2.02 2.03 1.98 2.12 2.10 2.08 2.06 2.08 2.07 2.15 2.14 2.13 2.14 2.05 2.07 2.04 2.03 2.05 2.04 2.06 2.01 2.07 2.11 1.96 1.95 1.74 1.97 1.92 1.91 2.03 2.06 1.94 1.93 2.04 2.03
2.02 2.03 1.87 2.10 2.06 2.03 2.07 2.06 2.09 2.11 2.11 2.18 2.17 2.07 2.02 1.99 1.97 2.04 2.05 2.00 2.07 2.03 2.02 1.87 1.83 1.75 1.77 1.91 1.93 1.94 1.95 1.92 1.91 2.05 2.05
6.98 8.02 7.99 8.08 8.04 7.98 7.94 7.98 7.97 7.98 7.98 8.03 7.99 7.96 8.01 7.95 7.96 8.06 8.01 8.00 8.06 8.01 7.95 8.03 8.05 8.03 8.05 8.04 8.05 8.00 8.00 7.99 7.91 8.01 8.02
Lampiran 6 B Kekuatan tekan Contoh Kecil Bebas Cacat tekan tegak lurus serat Ulangan h (cm) b (cm) L (cm) Nangka 2.03 2.05 8.00 Nangka 2.03 2.05 7.99 Nangka 2.00 1.93 8.02 Nangka 1.95 1.90 8.08 Nangka 2.08 2.03 8.08 Nangka 2.04 2.06 8.09 Nangka 2.03 2.02 8.01 Nangka 2.04 2.04 8.04 Nangka 2.02 2.02 8.02 Nangka 2.00 1.98 8.04 Nangka 2.04 2.03 8.03 Nangka 2.03 2.05 7.98 Nangka 2.06 2.06 8.05 Nangka 2.06 1.94 8.05 Nangka 2.03 2.05 8.05 Nangka 2.03 2.05 8.08 Nangka 2.07 2.07 8.00 Nangka 2.04 2.02 7.99 Nangka 2.04 2.10 7.98 Nangka 2.03 2.06 7.98
2388.83 2271.67 937.69 2225.89 446.046 431.349 422.641 426.003 429.100 433.249 454.494 450.477 463.483 462.871 1319.59 710.01 1006.34 1266.01 1353.04 1263.92 977.36 1079.27 1402.73 1235.14 348.16 332.43 489.35 586.7 510.41 453.46 510.2 443.86 445.55 433.55 348.16
P Elastisitas 1047.7 1966.6 756.7 788.2 878.3 904.4 1785.1 1877.3 1784.1 1687.1 1423.6 1122.1 564.3 1134.9 806.3 853.8 956.7 1196.7 1170.6 768.0
584.57 549.90 253.52 532.78 246.21 391.02 320.18 306.31 408.13 328.43 237.08 231.54 318.98 241.27 311.13 170.05 249.00 317.84 323.22 302.08 237.57 259.91 333.97 289.23 95.09 93.17 160.52 168.98 139.77 122.95 129.62 110.67 120.05 117.43 95.09
Fc Kg/(cm2) 64.4 121.1 47.2 49.9 52.2 54.7 109.6 114.5 110.0 105.1 87.0 69.2 34.1 68.4 49.4 52.1 57.7 73.2 72.0 47.4
84 Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Nangka Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika
2.09 2.10 2.01 2.00 2.01 2.01 2.07 2.08 2.09 2.13 2.13 2.13 1.84 1.83 1.98 1.97 2.07 2.04 2.00 1.98 2.09 2.08 1.95 1.94 2.10 2.04 2.03 2.06 1.95 1.94 2.07 2.07 2.03 2.03 2.09 2.05 2.02 2.05 1.98 2.03 2.06 2.09 2.08 2.06 2.09 2.11 2.14 2.14 2.15 2.12 2.05 2.03 2.03 2.04 2.01 2.01 2.01 2.06 2.02 2.03
2.04 2.01 1.94 2.11 2.04 2.02 2.03 2.05 2.07 2.02 2.06 2.08 1.81 1.84 2.00 2.01 2.06 2.04 2.04 2.07 2.11 2.09 1.99 1.96 2.10 2.13 2.02 2.08 2.04 2.03 2.05 1.96 2.05 2.02 2.09 2.01 2.02 2.03 1.87 2.05 2.10 2.06 2.03 2.07 2.06 2.09 2.11 2.11 2.18 2.17 2.07 2.02 1.99 1.97 2.04 2.05 2.00 2.07 2.03 2.02
8.01 7.96 8.03 8.02 8.03 8.06 6.94 7.05 8.02 8.02 8.00 8.02 8.00 7.97 7.97 7.97 8.00 7.98 8.01 8.01 7.95 8.03 7.99 7.94 8.04 8.02 8.02 8.08 8.18 8.00 8.07 8.08 8.00 7.97 7.90 7.99 8.01 8.04 8.01 8.00 8.03 8.06 7.96 7.92 7.99 7.96 7.96 7.94 7.98 8.05 8.03 7.96 7.95 7.96 7.94 8.04 8.01 8.04 8.00 7.84
1024.4 850.9 623.5 236.7 883.7 1119.8 2171.6 2420.3 664.0 247.2 1123.8 849.7 1499.4 782.7 293.8 2191.4 1422.1 925.2 1024.5 402.3 689.3 1277.1 951.2 375.7 1253.1 743.2 1080.0 1169.4 1121.0 831.2 899.6 941.4 212.6 711.3 2241.8 703.5 1735.0 1271.0 1155.0 1008.7 682.03 578.07 275.19 379.38 717.14 618.95 590.02 609.17 822.14 538.09 595.643 654.684 965.626 696.617 635.290 620.888 600.152 667.208 808.239 639.327
61.3 51.0 38.7 14.8 54.7 69.1 151.0 165.3 39.6 14.5 65.9 49.8 102.1 53.7 18.6 139.5 85.9 56.8 63.9 25.3 41.5 76.4 61.0 24.3 74.3 45.5 66.2 70.4 70.3 53.5 53.9 56.2 13.1 43.9 135.9 43.1 107.0 77.2 72.9 63.9 41.1 34.3 16.6 23.2 43.1 36.9 34.6 35.9 48.0 31.6 36.1 40.6 59.8 43.0 39.8 38.5 37.3 40.4 50.0 40.2
85 Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu Randu
1.97 1.97 1.79 1.67 1.92 1.91 2.04 2.04 1.92 1.94
1.87 1.83 1.75 1.77 1.91 1.93 1.94 1.95 1.92 1.91
8.08 7.99 8.03 8.03 7.98 8.05 8.01 8.05 7.98 8.00
220.225 139.049 245.306 224.208 297.910 480.318 462.502 366.808 416.232 265.043
Lampiran 7 A Kekuatan tekan Glulam sejajar muka lamina Jenis Glulam L (cm) b (cm) Na - Af – Na 5.03 4.61 Na - Af – Na 5.01 4.31 Na - Af – Na 4.99 3.82 Na - Af – Na 5.03 4.19 Na - Af – Na 5.02 4.66 Na - Se – Na 5.04 4.29 Na - Se – Na 5.04 4.28 Na - Se – Na 5.13 3.41 Na - Se – Na 4.92 4.37 Na - Se – Na 4.97 4.46 Na - Ra – Na 5.02 4.32 Na - Ra – Na 5.03 4.18 Na - Ra – Na 5.03 4.17 Na - Ra – Na 4.97 4.18 Na - Ra – Na 5.02 4.95
h (cm) 6.07 5.83 6.00 6.08 6.14 6.17 6.24 6.15 6.13 6.06 6.03 5.98 6.01 5.96 5.35
P maksimum 1492.09 2305.51 1252.51 699.67 1962.56 2024.58 1074.29 2024.58 1226.77 1143.21 641.78 672.76 1556.28 674.1 1455.6
Fc (kg/cm2) 53.32 91.75 54.65 27.46 68.59 76.49 40.22 96.54 45.80 42.30 24.64 26.91 62.10 27.06 54.96
P Elastis 550 350 650 400 450 350 450 450 350 350 250 450 450 300 400
Fc (kg/cm2) 6.22 4.28 7.25 4.46 4.86 4.12 5.09 5.85 4.10 3.97 3.02 4.65 5.64 3.48 4.23
Lampiran 7 B Kekuatan tekan Glulam tekan tegak lurus muka lamina Jenis Glulam l (cm) b (cm) h (cm) Na - Af – Na 19.93 4.44 6.06 Na - Af – Na 20.08 4.07 5.86 Na - Af – Na 20.1 4.46 6.07 Na - Af – Na 20.03 4.48 6.10 Na - Af – Na 19.88 4.66 6.15 Na - Se – Na 20.06 4.24 6.15 Na - Se – Na 20.03 4.41 6.24 Na - Se – Na 19.78 3.89 6.13 Na - Se – Na 20.11 4.25 6.14 Na - Se – Na 20.04 4.40 6.04 Na - Ra – Na 20.01 4.14 6.01 Na - Ra – Na 19.93 4.86 6.13 Na - Ra – Na 19.98 3.99 6.01 Na - Ra – Na 19.95 4.32 5.96 Na - Ra – Na 19.45 4.86 5.34
13.8 8.9 17.1 16.7 19.4 31.2 28.3 22.3 27.2 17.1
86 Lampiran 8 A Uji t- berpasangan ckbc kayu Nangka tekan sejajar serat MOE Pertama (kg/cm2) 24333.8 27843.8 20120.3 24238.4 28968.2 22786.2 27479.2 13909.2 17481.3 22386.6 35621.3 23425.6 21242.4 15217.6 8717.5 27926.1 17447.4 24943.9 19912.0 32612.3 28406.1 25119.9 12898.0 19328.2 15793.9 19834.6 16848.6 26344.5 28872.3 22771.9 21409.0 25455.0 17213.3 24129.3 26432.8 23578.5 22214.1 31489.0 23419.9 23746.9 28187.1 28081.6 19451.4 25997.6 22616.9 23711.7 12735.2 17931.7 27036.5 26288.4 21014.1 14728.6 16847.7 19943.3
MOE Kedua (kg/cm2) 21172.3 24255.4 17920.2 23112.1 28155.6 21056.6 24580.5 9870.5 16118.4 21401.0 34936.2 20441.1 18294.6 14117.5 8222.5 23826.1 15142.3 24547.0 18283.5 30668.1 24499.8 19934.0 12125.3 18019.4 14665.3 17528.1 15344.7 25053.7 26083.1 22312.7 29269.4 23871.0 14365.8 21453.6 26182.7 25201.1 21587.5 31339.3 22791.2 23031.4 27756.5 28364.0 17833.9 26039.0 22524.9 21471.1 12527.7 17687.9 26526.7 25980.5 20270.9 14540.3 16578.8 19403.2
87 11847.8 15674.2 23083.3 22511.7 17011.9
11884.2 15111.5 20488.1 20590.5 16702.9
t-Test: Paired Two Sample for Means
Mean Variance Observations
MOE Peratama (kg/cm2) 2214.609881
MOE Kedua (kg/cm2) 2089.937796
299932.6709
308648.0888
59
59
Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail
0.948133388 0 58 5.384997336 6.85557E-07
t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
1.671552763 1.37111E-06
t Critical two-tail
2.001717468
88 Lampiran 8 B Uji t- berpasangan ckbc kayu Sengon tekan sejajar serat MOE Pertama (kg/cm2) 14806.9 19614.9 14585.7 13742.2 16356.5 13644.6 6516.0 6808.5 16123.3 10400.3
MOE Kedua (kg/cm2) 14596.8 18553.1 13973.9 12802.9 14844.2 13479.1 6089.6 6025.2 15808.2 10258.7
t-Test: Paired Two Sample for Means MOE Pertama (kg/mm2)
MOE Kedua (kg/mm2)
Mean Variance
13259.89236 17553722.18
12643.16992 16503769.17
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat
10 0.994424701 0 9 4.297130979
10
P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
0.000999523 1.833112923 0.001999046
t Critical two-tail
2.262157158
Lampiran 8 C Uji t- berpasangan ckbc kayu Afrika tekan sejajar serat MOE pertama (kg/cm2) 14207.1 37970.7 11167.4 11063.5 16833.2 23592.9 9353.6 9306.1 13181.8 11270.8
MOE Kedua (kg/cm2) 13026.4 33406.5 9948.4 10815.6 16529.2 23095.4 8711.8 8603.1 12947.2 10410.4
89 t-Test: Paired Two Sample for Means MOE Pertama (kg/cm2)
MOE Kedua (kg/cm2)
Mean Variance Observations
15794.69407 78984834.83 10
Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail
0.995448356 0 9 3.570047145 0.015092731
t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
1.833112923 0.030185461
t Critical two-tail
2.262157158
14749.40906 62078622.99 10
Lampiran 8 D Uji t- berpasangan ckbc kayu Randu tekan sejajar serat MOE Pertama (kg/cm2) 5076.5 5057.4 9877.5 8729.1 7560.9 8667.1 6026.2 6859.9 7331.5 7467.2
MOE Kedua (kg/cm2) 4624.9 4960.5 9223.9 8467.0 6673.3 8077.6 5507.9 6859.9 7170.0 7028.0
t-Test: Paired Two Sample for Means MOE Konvensional (kg/mm2)
MOE Baru (kg/mm2)
Mean Variance
7265.332456 2492147.077
6859.309784 2249359.206
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat
10 0.985276116 0 9 4.659182656
10
P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
0.000593298 1.833112923 0.001186597
t Critical two-tail
2.262157158
74 Lampiran 9 A Uji t- berpasangan ckbc kayu Nangka tekan tegak lurus serat MOE Konvensional (kg/cm2) 7441.52 8627.07 5396.17 7290.95 6674.87 7558.14 4669.31 5035.51 6148.90 5424.75 2175.07 7368.42 10791.26 4400.83 6544.66 5776.37 6566.66 3799.85 3136.14 6921.02 5832.11 8711.20 5382.04 6407.21 5174.45 7980.22 6999.51 7409.04 4978.25 6175.60 4329.86 7534.28 2804.98 2144.88 5396.90 5725.65 4259.73 3762.51 9388.15 5564.42 6837.00 4574.43 4387.84 3746.75 3117.41 2439.12 4312.48 2302.88 4045.06 3494.22 1814.10 2416.03 4755.60 8317.66
MOE Baru (kg/cm2) 7256.34 8573.52 5033.66 6726.46 5882.35 7432.17 4500.00 4555.47 6331.93 5132.34 2626.01 7344.05 10577.67 3621.36 6120.06 4902.34 4113.23 3281.44 2955.57 6901.58 5645.56 7931.46 5078.47 5481.73 4796.07 8118.67 6015.74 5919.41 4973.42 6031.75 3066.12 5946.60 2561.55 1966.23 4283.57 4935.39 3443.58 3459.27 7342.14 5071.31 5739.30 4047.79 4315.50 3154.14 2886.40 2068.64 3703.34 2062.50 3810.92 3119.31 1458.89 2261.36 4459.59 7560.61
75 3928.33 2029.42 7721.21 8794.88 2363.49 2681.36
3712.37 1660.43 5867.52 5784.55 2071.73 2225.72
t-Test: Paired Two Sample for Means MOE Konvensional (kg/cm2)
MOE terbaru (kg/cm2)
Mean
5363.129025
4798.437158
Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df
4516988.391 60 0.956082385 0 59
3861300.866 60
t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
6.981598608 1.45323E-09 1.671093033 2.90645E-09
t Critical two-tail
2.000995361
76 Lampiran 9 B Uji t- berpasangan ckbc kayu Sengon tekan tegak lurus serat MOE Konvensional (kg/cm2) 3888.70 5121.60 3806.80 3558.88 4267.41 3543.46 1759.72 1823.45 4277.45 2783.57
MOE Baru (kg/cm2) 3833.53 4844.36 3647.12 3315.64 3872.85 3595.99 1644.55 1613.67 4193.84 2741.12
t-Test: Paired Two Sample for Means MOE Konvensional (kg/mm2) Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df
MOE Baru (kg/mm2)
3483.102835 1158147.198
3330.265827 1099174.622
10 0.99268564 0 9
10
t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
3.677145504 0.002548997 1.833112923 0.005097995
t Critical two-tail
2.262157158
Lampiran 9 C Uji t- berpasangan ckbc kayu Afrika tekan tegak lurus serat MOE Konvensional (kg/cm2) 9806.84 2860.02 2814.85 4289.29 6017.57 2406.20 2314.98 3399.56 2993.08 4055.27
MOE Baru (kg/cm2) 8628.03 2547.83 2751.78 4211.82 5890.68 2241.12 2140.10 3339.07 2764.59 3786.20
77 t-Test: Paired Two Sample for Means MOE Konvensional (kg/mm2) Mean Variance Observations
4095.764896 5249222.619 10
Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail
0.995625566 0 9 3.528270863 0.016163479
t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
1.833112923 0.032326958
t Critical two-tail
2.262157158
MOE Baru (kg/mm2) 3830.122294 4108683.605 10
Lampiran 9 D Uji t- berpasangan ckbc kayu randu tekan tegak lurus serat MOE Konvensional (kg/cm2) 1228.70 2140.49 2131.41 1801.63 2059.66 1529.53 1768.18 1777.14 1820.79 1749.80
MOE Baru (kg/cm2) 1205.15 1998.86 2067.40 1590.13 1919.58 1397.99 1768.18 1738.00 1713.69 1652.91
t-Test: Paired Two Sample for Means MOE Konvensional (kg/mm2)
MOE Baru (kg/mm2)
Mean Variance
1800.734652 77467.23069
1705.189838 69878.35715
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat
10 0.973035881 0 9 3.6825967
10
P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
0.000573996 1.833112923 0.001147991
t Critical two-tail
2.262157158
78 Lampiran 10 Uji t- berpasangan ckbc MOE tekan sejajajr serat dengan tekan tegak lurus serat MOE tekan sejajar serat (kg/cm2) 21172.32 24255.35 17920.24 23112.06 28155.65 21056.59 24580.51 9870.47 16118.38 21401.04 34936.25 20441.09 18294.61 14117.52 8222.48 23826.13 15142.34 24546.98 18283.53 30668.14 24499.78 19933.98 12125.30 18019.42 14665.35 17528.12 15344.66 25053.68 26083.08 22312.66 29269.35 23870.98 14365.76 21453.57 26182.65 25201.10 21587.53 31339.26 22791.19 23031.39 27756.49 28363.96 17833.87 26039.02 22524.95 21471.05 12527.71 17687.88 26526.71 25980.53 20270.94 14540.34 16578.79 19403.25
MOE tekan tegak lurus (kg/cm2) 7256.34 8573.52 5033.66 6726.46 5882.35 7432.17 4500.00 4555.47 6331.93 5132.34 2626.01 7344.05 10577.67 3621.36 6120.06 4902.34 4113.23 3281.44 2955.57 6901.58 5645.56 7931.46 5078.47 5481.73 4796.07 8118.67 6015.74 5919.41 4973.42 6031.75 3066.12 5946.60 2561.55 1966.23 4283.57 4935.39 3443.58 3459.27 7342.14 5071.31 5739.30 4047.79 4315.50 3154.14 2886.40 2068.64 3703.34 2062.50 3810.92 3119.31 1458.89 2261.36 4459.59 7560.61
79 11884.21 15111.54 20488.15 20590.47 16702.94 14596.84 18553.11 13973.90 12802.94 14844.17 13479.12 6089.57 6025.22 15808.17 10258.66 13026.42 33406.51 9948.45 10815.61 16529.18 23095.38 8711.84 8603.06 12947.24 10410.41 4624.93 4960.48 9223.91 8467.01 6673.33 8077.62 5507.89 6859.92 7170.02 7027.99
3712.37 1660.43 5867.52 5784.55 2071.73 3833.53 4844.36 3647.12 3315.64 3872.85 3595.99 1644.55 1613.67 4193.84 2741.12 8628.03 2547.83 2751.78 4211.82 5890.68 2241.12 2140.10 3339.07 2764.59 3786.20 1205.15 1998.86 2067.40 1590.13 1919.58 1397.99 1768.18 1738.00 1713.69 1652.91
t-Test: Paired Two Sample for Means MOE Baru // serat (kg/mm2)
tegak lurus
Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference
17582.6833 53436320.34 89 0.37708091 0
4178.238634 4160235.206 89
df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
88 18.67823249 7.60045E-33 1.662155326 1.52009E-32
t Critical two-tail
1.986978657
80 Lampiran 11a Uji t-berpasangan deformasi ckbc tekan sejajar serat dengan tegak lurus serat kayu Nangka Deformasi tekan sejajar serat 1.48 0.87 1.12 0.17 1.53 1.60 1.10 2.04 1.28 0.76 1.17 2.15 1.19 0.94 0.81 1.01 1.60 1.49 1.53 1.60 1.56 2.31 1.60 2.28 0.86 2.42 1.13 2.10 2.39 2.06 1.42 1.53 1.44 1.78 1.36 0.85 0.63 0.94 1.39 1.60 1.18 0.75 1.38 1.08 1.74 1.40 0.58 1.31 1.24 1.24 1.47 0.63 1.34 0.56
Deformasi tekan tegak lurus serat 0.47 0.47 1.39 0.17 2.24 1.59 1.66 1.94 1.46 1.23 1.93 1.38 0.14 1.58 0.44 1.40 2.20 1.25 0.96 2.09 0.72 0.11 0.53 1.44 1.19 3.51 1.03 1.64 2.13 2.14 0.72 1.79 2.21 2.29 2.12 1.65 2.56 2.70 2.47 2.52 1.31 2.20 0.58 2.06 1.61 2.54 2.13 2.08 1.37 1.67 4.66 2.21 1.04 0.11
81 0.76 1.17 2.35 2.40 1.204
0.69 2.11 3.15 2.60 1.22
t-Test: Paired Two Sample for Means deformasi //
deformasi ^
Mean Variance
1.37 0.269978429
1.64 0.770095124
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat
59 0.286051633 0 58 -2.36891553
59
P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
0.010595659 1.671552763 0.021191319
t Critical two-tail
2.001717468
82 Lampiran 11b Uji t-berpasangan deformasi ckbc tekan sejajar serat dengan tegak lurus serat kayu Sengon Deformasi tekan sejajar serat 1.109625 1.805375 1.840312 2.49025 2.279813 2.25525 2.640188 2.810313 1.135 1.334625
Deformasi tekan tegak lurus serat 1.740562 1.47025 2.109688 1.43975 2.605188 2.269938 2.095187 2.444438 3.095188 1.695188
deformasi //
deformasi ^
Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference
1.9700751 0.38759794 10 -0.004858256 0
2.0965377 0.279856804 10
df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
9 -0.48832905 0.318496983 1.833112923 0.636993967
t Critical two-tail
2.262157158
Lampiran 11c Uji t-berpasangan deformasi ckbc tekan sejajar serat dengan tegak lurus serat kayu Afrika Deformasi tekan sejajar serat 2.195188 0.110188 1.730125 1.945187 1.00525 1.06 1.940313 2.165812 1.719375 2.075375
Deformasi tekan tegak lurus serat 1.399438 2.354438 2.04025 1.07025 1.410187 1.505188 1.32525 1.555 1.525063 2.064687
83 t-Test: Paired Two Sample for Means deformasi //
deformasi ^
Mean Variance Observations
1.5946813 0.447900861 10
1.6249751 0.157966644 10
Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail
-0.463879719 0 9 -0.103745466 0.459823204
t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
1.833112923 0.919646408
t Critical two-tail
2.262157158
Lampiran 11d Uji t-berpasangan deformasi ckbc tekan sejajar serat dengan tegak lurus serat kayu Randu deformasi ⊥ 3.770875 2.835375 2.550313 2.319563 1.740063 2.375313 2.84475 1.82525 2.515312 2.5695
deformasi // 1.350313 2.389625 2.389625 2.095313 1.630188 1.404688 1.935188 2.785375 2.484688 1.305 t-Test: Paired Two Sample for Means deformasi //
deformasi ^
Mean
1.9770003
2.534631
Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference
0.284402491 10 -0.337271444 0
0.324772 10
df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
9 -1.954279364 0.041199191 1.833112923 0.082398383
t Critical two-tail
2.262157158
84 Lampiran 12 a Uji t-berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tegak lurus serat kayu Nangka beban // 1993.39 1433.59 914.49 211.73 1666.44 2017.93 1576.13 1541.21 1300.56 950.82 1804.12 1495.82 1223.92 881.56 1299.62 1635.78 1289.26 1044.04 1232.05 1862.83 1874.43 1370.89 558.69 1218.78 727.58 1164.59 1171.76 1261.18 1819.18 1381.31 1694.099365 1608.645508 645.448486 1262.701904 789.499573 772.860718 837.770447 832.536194 1004.877441 1128.283569 1580.757202 1029.515625 1195.322144 899.761414 1041.719727 1099.8125 376.238007 740.428772 999.429688 825.838684 1024.013062 537.442627 839.569031 656.257629
Beban ⊥ 849.655884 849.655884 782.706055 293.888977 2191.416504 1422.175415 925.259033 1024.515137 402.351929 689.314758 1277.18396 951.210815 375.796082 1253.139404 743.247742 1080.873535 1169.43396 1211.348755 831.263367 899.645996 941.44574 212.672318 711.356995 2214.816406 703.559631 1735.61792 1271.796265 1155.044556 1008.720947 850.891296 1102.265869 1966.600586 821.750732 827.426575 878.290771 904.432495 1927.907471 2193.531006 1784.149048 1784.832031 1423.591553 1122.074097 564.304626 1278.849976 806.335632 965.49939 956.653931 1196.721069 1170.592896 922.105957 1157.225464 850.919739 623.537781 236.697815
85 478.69223 698.945313 1853.468384 1619.201416 632.064697
896.265015 1144.456177 2143.236328 2420.264648 664.01062
t-Test: Paired Two Sample for Means beban //
beban ^
Mean Variance
1163.201417 189505.6227
1097.703976 260298.5711
Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df
59 0.283553919 0 58
59
t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
0.88405316 0.190158779 1.671552763 0.380317559
t Critical two-tail
2.001717468
86 Lampiran 12 b Uji t-berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tegak lurus serat kayu Sengon Beban ⊥ 518.254028 375.56131 275.192932 263.03302 717.140991 618.948853 590.020508 471.303802 822.136963 538.091858
beban // 696.799194 1399.737671 1013.163147 963.447083 1552.948975 1169.600708 958.181335 921.189819 1058.40979 941.785034 beban //
beban ^
Mean Variance Observations Pearson Correlation
1067.526276 61878.8711 10 0.229579899
518.9684265 32706.79648 10
Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail
0 9 6.379904094 6.4135E-05
t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
1.833112923 0.00012827
t Critical two-tail
2.262157158
Lampiran 12 c Uji t-berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tegak lurus serat kayu Afrika beban // 1199.290283 231.855011 597.740845 999.332153 966.972168 935.60144 719.859924 789.47229 965.529114 1173.905151
beban ⊥ 471.513123 654.683838 965.625977 596.412354 400.311707 379.822388 407.022491 667.20752 607.920227 452.382751
87 t-Test: Paired Two Sample for Means beban //
beban ^
Mean Variance Observations
857.9558379 83253.37884 10
560.2902376 32154.45786 10
Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail
-0.507562817 0 9 2.297019619 0.023614572
t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
1.833112923 0.047229144
t Critical two-tail
2.262157158
Lampiran 12 d Uji t-berpasangan pembebanan ckbc tekan sejajar serat dengan tegak lurus serat kayu Randu beban ⊥ 220.225113 139.048691 245.305969 224.208359 297.910004 499.274506 474.908478 371.627045 416.231873 265.042664
beban // 303.107422 199.463608 199.463608 503.423767 432.634735 295.357666 362.742279 363.422363 387.220795 345.419006 t-Test: Paired Two Sample for Means beban //
beban ^
Mean
339.2255249
315.3782702
Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference
9051.385148 10 0.223036127 0
14312.24712 10
df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail
9 0.557664297 0.295336242 1.833112923 0.590672485
t Critical two-tail
2.262157158