LPPM Politeknik Bengkalis
MODIFICATION DESIGN OF RSUD BENGKALIS BUILDING STRUCTURE USING PRECAST REINFORCED CONCRETE STRUCTURE Armada1) & Aman Subakti2) 1)
Teknik Sipil Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam- Bengkalis –Riau
[email protected] 2)
Teknik Sipil FTSP-ITS
Abstract Design of building Construction with the Precast system represent one of planning alternative which aim to to lessen the cost of building making with the minimization use of molding and scaffolding in corring reinforced concrete one of way is with the use of element half Precast at beam element and slab. In modification of planning of building structure " RSUD Bengkalis", element precast planned only at element slab, beam and stairs while column, poer / pilecap, sloof beam and overtopping slab are used cast in place system. joint connection system use the wet joint and it's casted at the same time with the casting overtopping. Structure model use the System moment resisting frame which lay in by area of earthquake zone 1 by partial’s ductility and calculating a structure analysis with the dynamic earthquake burden according to " SNI 03-17262002". According to result of structure analysis of building by program " SAP 2000 v.10.3" will be designed reinforced of primer structure element by relate at " SNI 03-2847-2002", while additional calculation of precast element are bone calculation lift, control of tension of effect cause of lifting ( stripping) and installation (Erection) and also sighting of load during process of casting overtopping. Design Type of precast to be laboured by a few/little possible type / its type, this matter is intended for the minimization of moulding and uniforming of reinforced detail and joint connection detail so that make easy in the plan and construction. Keyword: Modification of RSUD Bengkalis building structure, precast concrete, wet joint connection. 1. PENDAHULUAN Kota Bengkalis merupakan salah satu daerah yang memiliki APBD yang cukup besar yaitu lebih dari 2 triliun. Dengan adanya APBD yang cukup besar dapat memacu perkembangan suatu wilayah terutama pertumbuhan infrastruktur, salah satu infrastruktur yang cukup vital adalah sarana kesehatan yang cukup memadai yaitu adanya memerlukan biaya yang relativ mahal serta memakan waktu sehingga untuk melakukan pengobatan hal ini sangat menyulitkan, untuk itu diperlukan Rumah sakit yang mudah dijangkau. Dalam rangka memenuhi tuntutan pembangunan rumah sakit tersebut maka
rumah sakit yang dilengkapi peralatan lengkap dan bangunan gedung mencukupi. Pembangunan Rumah Sakit yang berlokasi di kota Bengkalis sangatlah penting karena secara geografis kota Bengkalis terletak pada salah satu pulau yang termasuk kawasan daerah kepulauan Riau. Sebagai daerah kepulauan salah satu masalah yang dirasakan oleh masyarakat adalah transportasi laut yang Pemerintah Kabupaten Bengkalis membangun gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bengkalis.
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
256
LPPM Politeknik Bengkalis
Lingkup Permasalahan Dalam melakukan modifikasi Perencanaan struktur Gedung RSUD Bengkalis dengan Struktur beton bertulang Pracetak akan dibahas permasalahan-permasalahan yang meliputi: 1. Bagaimana menentukan bentuk modifikasi struktur gedung RSUD Bengkalis? 2. Bagaimana merencanakan komponen Struktur Primer dan sekunder yang menggunakan Beton Pracetak dan Beton Cor- Insitu pada Gedung RSUD Bengkalis hasil modifikasi? 3. Bagaimana merencanakan metode pelaksanaan komponen pracetak yang meliputi pengangkatan dan pemasangan pada sruktur gedung? 4. Bagaimana merencanakan sambungan yang telah ditentukan tipe dan posisinya sesuai dengan kriteria perencanaan sambungan? Maksud dan Tujuan Maksud dari Studi ini adalah melakukan modifikasi dan Perencanaan Struktur Gedung RSUD Bengkalis dengan melakukan beberapa perubahan bentuk bangunan yaitu penambahan jumlah lantai dari empat lantai ditingkatkan menjadi delapan lantai agar jumlah ruangan lebih banyak, mengurangi void ditengah gedung, memindahkan posisi lift agar lebih dekat dengan pintu masuk dan bentuk atap rangka baja diganti dengan pelat daag beton untuk memaksimalkan penggunaan komponen beton pracetak. Dengan melakukan Modifikasi perencanaan struktur gedung RSUD Bengkalis yang menggunakan sistem pracetak diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang meliputi: 1. Menentukan bentuk modifikasi struktur Gedung RSUD Bengkalis. 2. Merencanakan srtuktur gedung RSUD Bengkalis dengan kolom cor ditempat sedangkan untuk balok primer, balok sekunder, tangga, pelat lantai dan pelat
atap menggunakan beton pracetak sebagian (half step precast) 3. Menentukan metode pelaksanaan untuk komponen pracetak yang meliputi metode pengangkatan dan pemasangan. Menentukan posisi sambungan-sambungan dan merencanakan sambungan sesuai dengan tipe yang telah dipilih. Batasan Masalah Mengingat kompleksnya permasalahan yang akan muncul dalam perencanaan suatu bangunan gedung maka perlu dibatasi permasalah sebagi berikut: 1. Beton pracetak yang direncanakan adalah Beton Pracetak Biasa (Non Prestress) 2. Komponen struktur yang direncanakan dengan metode pracetak adalah balok primer , balok sekunder, pelat lantai dan atap 3. Tidak meninjau masalah perubahan volume akibat perubahan temperatur, creep, shringkage oleh beton. 4. Struktur dianggap berprilaku monolit. 5. Analisa biaya konstruksi tidak dibahas. 6. Tidak mengkaji cepat atau lambatnya pelaksanaan pekerjaan konstruksi 7. Perencanaan tidak termasuk merencanakan sistem utilitas, saluran pembuang, saluaran air bersih dan instalasi listrik. 8. Perhitungan struktur beton bertulang dengan Tata cara perencanaan perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 2847 – 2002) dan peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971). 9. Perhitungan pembebanan dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983). 10. Perhitungan pembebanan gempa berdasarkan Tata Cara Perencanaan Gempa Untuk Gedung (SNI:03-17262002).
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
257
LPPM Politeknik Bengkalis
Metode Perancangan Dalam melakukan perancangan Struktur Gedung RSUD Bengkalis ini akan dilakukan langkah-langkah perancangan sebagai berikut: 1. Mempelajari data dan literatur yang berkaitan dengan perancangan yang akan dilakukan. 2. Mengidentifikasi objek perencanaan yang meliputi penentuan gedung yang akan direncanakan, peruntukan gedung, kategori gedung (beraturan/tidak beraturan) dan lokasi pembangunan gedung dalam kaitannya dengan penentuan zone wilayah gempa sesuai dengan lokasi bangunan. 3. Menentukan Desain awal (Preleminary design) struktur gedung yang meliputi penentuan dimensi awal elemen struktur seperti pelat, balok sekunder, tangga, balok primer dan kolom. 4. Menganalisa pembebanan yang akan dialami oleh struktur gedung. 5. Menentukan permodelan dan analisa struktur dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: - Struktur Gedung RSUD Bengkalis dimodelkan sebagai sistem rangka tahan momen terbuka (Building moment resisting open Frame System) sehingga beban gravitasi dan lateral dipikul oleh rangka gedung. - Pada saat pemasangan , balok dimodelkan sebagai balok sederhana diatas dua tumpuan dan setelah topping telah kuat (akhir Konstruksi) balok dimodelkan sebagai balok menerus. - Dalam perencanaan tangga dilakukan analisa dengan tumpuan sendi-rol. Tumpuan rol pada balok bordes sedangkan tumpuan sendi pada balok lantai. - Struktur gedung secara keseluruhan dianalisa sebagai struktur dengan tingkat daktilitas terbatas. 6. Untuk mendapatkan gaya-gaya dalam yang terjadi pada komponen-komponen struktur dilakukan analisa struktur dengan bantuan progaram SAP 2000.
7. Detail penulangan sesuai dengan SNI 032847-2002, sedangkan untuk detail sambungan sesuai tipe sambungan menurut PCI Design Hand book Precast and Prestressed Concrete, Fourth Edition. 8. Menganalisa gaya-gaya yang terjadi pada pondasi untuk melakukan perencanaan pondasi dari struktur gedung. 9. Pembuat tabel hasil perhitungan-perhitungan yang telah didapat. Membuat gambar rencana sesuai hasil perhitungan yang telah diperoleh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pracetak Definisi Beton Pracetak menurut buku Plant Cast Precast and Prestressed Concrete (A Design Guide) adalah beton yang dicetak di suatu tempat atau lokasi yang berlainan dengan posisi akhirnya nanti di dalam suatu struktur, sedangkan definisi Beton Pracetak menurut SNI 03 – 2847 – 2002 (pasal 3.16) Beton Pracetak adalah elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan, dan definisi Beton Pracetak menurut UBC 1997 (section 1902) adalah elemen beton struktural yang dicetak atau dibuat di tempat lain yang berbeda dengan posisi akhirnya nanti dalam suatu struktur. Dari beberapa defenisi yang ada dapat disimpulkan bahwa beton pracetak adalah beton yang bertulang maupun tidak bertulang yang dicetak disuatu tempat untuk dijadikan elemen atau komponen struktur yang akan dipasang pada tempat yang bebeda dengan tempat pencetakannya. 2.2 Sejarah Pracetak Penggunaan beton pracetak di Indonesia mulai populer pada tahun 1964 dengan diselesaikannya Jembatan Semanggi di Jakarta oleh dua orang insinyur konstruksi Indonesia, yaitu Ir.Sutami dan Ir.Rooseno. Saat ini di indonesia beton pracetak banyak digunakan dalam bebagai jenis konstruksi selain jembatan yaitu untuk perumahan,
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
258
LPPM Politeknik Bengkalis
saluran darainase, gedung bertingkat, bantalan rel kereta api dan tiang penyangga instalasi listrik dan lain-lain. 2.3 Peralatan Pengguanaan peralatan pada umumnya lebih dominan untuk pengangkatan komponen beton pracetak terutama ketika pelaksanaan pemasangan pada bangunan yang akan dibuat sehingga dalam penggunaan elemen pracetak, yang perlu menjadi pertimbangan perencana adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Tower Crane. 2. Diameter perputaran Tower Crane. 3. Kapasitas angkat maksimal Tower Crane. Peralatan pembantu untuk mendukung siklus pemasangan pracetak 2.4 Tipe Elemen Pracetak Beton pracetak atau precast merupakan produk yang dibuat oleh pabrik, dewasa ini dengan berkembangnya struktur yang menggunakan sistem pracetak maka bentuk komponen-komponen struktur yang menggunakan pracetak akan sangat bervariasi. Berdasarkan jenis bentuknya produk ini dapat dikelompokkan dalam dua type produk yaitu: 1. Standard yaitu produk precast yang dibuat dengan satu model cetakan kemudian digunakan secara berulangulang meliputi balok, deck, bantalan kereta api, anstamping, bahkan saat ini telah banyak pengembang yang membuat rumah sederhana dengan beton precast. 2. Special yaitu produk precast yang dibuat untuk bangunan gedung, jembatan atau struktur lainnya dimana beton itu akan digunakan, beton untuk struktur arsitektural biasanya akan selalu dicor dengan cetakan yang baru untuk setiap proyeknya, misalnya untuk dinding yang expose atau
bangunan yang diperuntukkan untuk keperluan arsitektural. Jenis-jenis elemen pelat pracetak yang umum dipakai adalah (Wulfram, 2006): 1. PELAT Untuk pelat pracetak ada 3 (tiga) macam jenis yang umum dipakai: a) Pelat pracetak berlubang (Hollow Core Slab) b) Pelat pracetak tanpa lubang. (solid Slab) c) Pelat pracetak berpenampang T dan TT (T and TT Slab) Pelat pracetak yang biasa digunakan untuk gedung bentang panjang atau jembatan, biasanya menggunakan kabel pratekan dan keuntungannya selain mampu memikul beban lentur yang tinggi juga dapat menghemat ruang. 2. BALOK Untuk balok pracetak (precast beam) ada 3 (tiga) macam jenis yang umum dipakai: a) Balok berpenampang bentuk persegi (Rectangular Beam) Keuntungan jenis ini adalah sewaktu pabrikasi lebih mudah dengan bekisting yang lebih ekonomis dan tidak perlu memperhitungkan tulangan akibat cor sewaktu pelaksanaan. b) Balok berpenampang bentuk U (U-Shell Beam) Kelebihan dari balok jenis ini adalah lebih ringan, dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dan penyambungan pada joint lebih monolit. c) Balok berpenampang bentuk I (I-Shell Beam) Balok ini biasa digunakan untuk struktur pratekan yang sangat berguna untuk bangunan yang membutuhkan ruang yang tanpa ada kolom ditengahnya seperti ruang pertemuan atau bioskop.
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
259
LPPM Politeknik Bengkalis
2.5 Sambungan Untuk Komponen Struktur Dengan Beton Pracetak
Sambungan jenis ini termasuk dalam kategori sambungan basah
Tipe sambungan dalam beton pracetak antara lain:
2.6. Metode Erection
[a] Sambungan daktail dengan cor setempat [b] Sambungan daktail dengan menggunakan las [c] Sambungan daktail mekanik [d] Sambungan daktail dengan menggunakan baut Sambungan Daktail Dengan Cor Setempat (Sambungan Basah). Sambungan ini merupakan sambungan dengan menggunakan tulangan biasa sebagai penyambung/penghubung antar elemen beton, baik antar pracetak ataupun antara pracetak dengan cor di tempat. Gambar 1. Sambungan Basah cor insitu (PCI design And tipikal detail pg.5-18
Proses penyatuan elemen pracetak pada bangunan yang berupa beton pracetak yang telah diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian dari bangunan disebut erection (wulfram, 2006). Dalam menentukan metode erection dipengaruhi beberapa hal seperti bentuk sitem struktur, jenis alat sambung yang digunakan, kapasitas alat crane yang tersedia dan kondisi lapangan. Metode erection yang biasa digunakan adalah metode vertikan dan metode horizontal. Gambar 3. Metode Erection Arah Horizontal
Tahap 9
Tahap 5 Tahap 1
Tahap 10
dan seterusnya
Tahap 6
Tahap 7
Tahap8
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Gambar 4. Metode Erection Arah Horizontal
Tahap 5
Tahap 4
Gambar 2. Sambungan kering dengan pengelasan (PCI design And tipikal detail pg.5-18)
dan se te ru sn y a
Tahap 3
Tahap8
Tahap 2
Tahap 7
Tahap 1
Tahap 6
Elemen pracetak dengan yang sudah berada di tempatnya akan dicor bagian ujungnya untuk menyambungkan elemen satu dengan yang lain agar menjadi satu kesatuan yang monolit. Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
260
LPPM Politeknik Bengkalis
metode beton pracetak yaitu pada elemen balok dan pelat lantai dan atap.
3. METODOLOGI 3.1
Bagan Alir Metodologi
MULAI PENGUMPULAN DATA STUDI LITERATUR
MODIFIKASI BANGUNAN DAN RENCANA METODE PELAKSANAAN
PRELEMINARY DESAIN
KOMPONEN BETON BIASA
KOMPONEN PRACETAK
PENGHITUNGAN BEBAN-BEBAN
Data-data yang diperlukan untuk perancangan adalah data-data bangunan aslinya yang meliputi gambar denah, data tanah, tinggi kolom, luasan lantai, tinggi total struktur, dimensi arah panjang dan arah lebar serta data-data lainnya yang kesemuanya itu akan membantu untuk mengidentifikasikan struktur yang dimaksud dengan memodifikasi yang disesuaikan dengan sistem pracetak yang akan digunakan dan peraturan yang dimuat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), baik dalam perhitungan beban gravitasi, penentuan cara perhitungan analisa beban gempa sampai dengan bentuk permodelan struktur dengan harapan pendekatan yang dilakukan dapat mendekati keadaan yang sesungguhnya.
PERMODELAN DAN ANALISA STRUKTUR
HITUNG PENULANGAN KOMPONEN BETON BIASA
KOMPONEN PRACETAK KONTROL SYARAT
NO
YES
DESAIN SAMBUNGAN
RENCANA PONDASI
PENGGAMBARAN
Dalam perancangan ini, gedung diasumsikan berprilaku sebagai Sistem Rangka Gedung (Building Frame System) yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memanfaatkan rangka ruang gedung sebagai penahan beban gravitasi sedangkan untuk sistem penahan beban gempa disesuaikan dengan SNI 031726-2002 yaitu Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRMPB) sesuai dengan wilayah gempa untuk daerah Bengkalis yang termasuk dalam zone satu.
METODE PELAKSANAAN
Asumsi dan Analisa KESIMPULAN
SELESAI
3.2 Konsep Desain Dasar-dasar perancangan dari tugas akhir ini meliputi data-data teknis, asumsi-asumsi perancangan sampai dengan penggunaan berbagai metode yang dapat dimanfaatkan. Struktur bangunan asli dari Gedung RSUD Bengkalis-Riau adalah sistem beton konvensional (beton bertulang biasa). Pada tugas akhir ini akan dicoba untuk merancang struktur bangunan hasil modifikasi dengan
Dalam melakukan analisa dan perhitungan untuk merencanakan gedung ini, asumsi dan metode yang digunakan adalah: 1) Modifikasi yang akan disajikan dalam tugas akhir ini adalah untuk bagian struktur pelat dan balok 2) Sistem pelat yang digunakan adalah Solid Flat Slab non Prestressed (pelat pracetak sebagian tanpa lubang seperti beton bertulang biasa), dengan enam ukuran pelat precast yaitu ukuran: 480 cm x 240cm, 480 cm x 360cm, 360 cm x 250cm, 720cm x 150 cm, 360 cm x 360 cm, 480 x 240 cm. Perhitungan momenmomen pelat sebelum dan sesudah
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
261
LPPM Politeknik Bengkalis
komposit menggunakan tabel koefisien momen dari PBI 1971 dengan anggapan perletakan pelat setelah komposit adalah sendi sederhana dan sebelum komposit adalah perletakan sendi-rol. 3) Balok yang digunakan adalah Rectangular Beam non Prestressed (balok Pracetak bertulangan biasa). Perencanaan dibedakan dalam dua kondisi, yaitu saat pelaksaan (pemasangan) dimodelkan sebagai simple beam dengan perletakan sendi-rol, sedangkan pada akhir konstruksi dimodelkan sebagai continues beam sehingga dapat diperoleh penulangan akibat momen negatif. 4) Tumpuan pada saat sebelum komposit (pada awal pemasangan komponen balok dan pelat) akan menggunakan konsol pendek untuk balok sekunder pada balok primer dan balok primer pada kolom. Sedangkan pelat langsung menumpu pada balok sekunder dan balok primer. Over topping juga berguna sebagai wet joint untuk menyatukan pelat dan balok sehingga menjadi struktur yang komposit. 5) Struktur tangga akan menggunakan beton bertulang dengan sistem cor ditempat. Untuk analisa tangga menggunakan analisa perhitungan sendi-rol statis tertentu dengan perletakan sendi-rol dan dimodelkan sebagai frame. Struktur utama merupakan struktur rangka tahan momen (Moment resisting frame system), analisa tiga dimensi dengan bantuan program SAP 2000. Permodelan struktur utama berupa struktur open frame sebagai penerima beban grafitasi dan lateral.
λ ⎛
370 ⎞ fy ⎞ 720 ⎛ x ⎜ 0 .4 + x ⎜ 0 .4 + ⎟ ⎟= 16 ⎝ 700 ⎠ 16 ⎝ 700 ⎠ h min = 41,78 cm ≈ 60 cm h min =
b=
2 2 × h = × 60 = 40 ≈ 35 cm 3 3
Jadi dimensi balok primer memanjang adalah 40/60 cm Kesimpulan dimensi Balok 1. Balok primer memanjang 4,8 m, direncanakan dimensi b x h = 40/60 cm 2. Balok primer melintang 7.2 m, direncanakan dimensi b x h = 40/60 cm 3. Balok sekunder memanjang 4.8m direncanakan dimensi b x h = 30/40 cm 4. Balok sekunder melintang 3.6 m direncanakan dimensi b x h = 20/30 cm 5. Balok Sekunder Melintang 7.2 m direncanakan dimensi b x h = 30/45 cm 4.2. Perencanaan Dimensi Kolom Pada perencanaan penampang kolom diambil pada As 3-B Gambar 5. penampang kolom diambil As 3-B
4. PRELEMINARY DESIGN 4.1. Perencanaan Dimensi Balok (SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2-3, tabel 8) a. Balok primer Melintang bentang λ = 720 cm
0,33× fc' =
P A
Dimensi :A=
P 0,33 × fc'
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
=
329590.4 0,33 × 300
= 3299.2 cm 2
262
LPPM Politeknik Bengkalis
Dimensi : b2 = 3299.2 cm2 maka b = 57.44 cm ≈ 60 cm
Gambar 7. Penulangan tumpuan pelat (Ø 12-300)
Jadi Dimensi Kolom yang digunakan 60/60 cm. 4.3. Dimensi Pelat (SNI 03-2847-2002 pasal 11.5(3(3)) Untuk memenuhi syarat lendutan, ketebalan minimum dari pelat dua arah harus memenuhi persyaratan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5(3(3)), yaitu: • αm ≤ 0.2 (h = 120 mm) • 0.2 ≤ αm ≤ 2 fy ⎞ ⎛ ⎟ 1500 ⎠ ⎝ h= 36 + 5β (α m − 0.2 ) (tidak boleh kurang dari 120 mm)
λ n ⎜ 0 .8 +
•
B . Tangga Tangga direncanakan dengan sistem pracetak dengan dimensi 1.8 m x 5.2 m dengan tinggi antar lantai 3.85 m
αm > 2 fy ⎞ ⎛ λn ⎜ 0.8 + ⎟ 1500 ⎠ ⎝ h= 36 + 9β (tidak boleh kurang dari 90 mm)
5. HASIL PERENCANAAN
5.1 Struktur Sekunder A. Pelat Pelat direncanakan dengan 5 tipe pelat dengan tebal total pelat 13 cm dengan rincian 8 cm pelat pracetak dan 5 cm overtopping. Salah satu gambar penulangan pelat adalah sebagai berikut: Gambar 6. Penulangan lapangan pelat tipe D (Ø 12 -250)
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
B
A
263
LPPM Politeknik Bengkalis
3D16
3D16
2Ø10-150 2Ø10-150 40
Balok sekunder/balok anak direncanakan dengan sistem pracetak sebagian dengan dimensi 30 cm x 40 cm setelah komposit dan sebelum komposit 30x27 cm 2. dalam perencanaan ini balok sekunder direncanakan dengan dimensi penampang yang sama namun panjang bentangnya berbeda. Adapun hasil perencanaan balok sekunder adalah sebagai berikut:
400
c. Balok Sekunder
2D16 40
170
40
8D16 40
170
40
250
250
Tumpuan
Lapangan
Penulangan Balok Penggantung Lift 5.2 Struktur Primer
BS1 TUMPUAN
BS2 LAPANGAN
TUMPUAN
LAPANGAN
a. Balok Hasil perencanaan digunakan 4 tipe balok, B1,B2,B3 dan B4 dengan penulangan sebagai berikut: B1 TUMPUAN
B2 LAPANGAN
TUMPUAN
LAPANGAN
d. balok penggantung lift
B3 TUMPUAN
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
B4 LAPANGAN
TUMPUAN
LAPANGAN
264
LPPM Politeknik Bengkalis
D 20 - 100 mm
30 x 50 cm
D 20 - 100 mm
c. Kolom
B
30 x 50 cm
B
D 20 - 100 mm D 20 - 100 mm D 20 - 300 mm
14 D 19
20 D 100 mm
4 D 16
4 D 16
Tiang Pancang Ø 40 cm
16 m
c. Pondasi
DETAIL 2 (PC-2)
D 20 - 55
A
D 20 - 55
1. Pile cap Data tanah : Sondir Tiang pancang : Ø 40 cm Kedalaman TP : 16 m Pijin 1 TP : 102.7 ton Dimensi Pile Cap : - Tipe PC-1 : 4,8 x 2,4 x 1 m3 - Tipe PC-2 : 2,4 x 2,4 x 0.8 m3 - Tipe PC-3 : 2,4 x 3,6 x 1 m3
A
D 20 - 80 mm D 20 - 80 mm D 20 - 200 mm
14 D 19
14 D 19
20 D 80 mm
4 D 16
4 D 16
Tiang Pancang Ø 40 cm 16 m
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam merencanakan komponen struktur gedung yang menggunakan elemen precast terlebih dahulu ditetapkan asumsi metode pelaksanaan cara pengangkatan, penumpukan dan pemasangan elemen precast itu sendiri. 2. Dari hasil perencanaan didapat lima tipe pelat precast, enam tipe balok sekunder dan empat tipe balok primer dengan data hasil perencanaan seperti gambar. konsol pendek pada 3. Penggunaan sambungan balok kolom dan balok-balok dapat diterapkan karena beban yang terjadi pada balok lebih dominan ditentukan oleh beban gravitasi.
DETAIL 1 (PC-1)
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
265
LPPM Politeknik Bengkalis
DAFTAR PUSTAKA
Brosur PT Hume Sakti Indonesia PC Piles. Table of Standard Dimensions of PT Hume Sakti Indonesia PC Piles.
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.1981. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional.
Ervianto, Wulfram I.2006. Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi.. Yogyakarta: Andi.
Precast/Concrete Intstitute, 1992. “PCI Design Handbook-Precast and Prestressed concrete”,MNL-120-92 4th Edition, Chicago.
Husin, Nur Ahmad. 2002. Buku Ajar Struktur Beton Dasar. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS.
Precast/Concrete Intstitute, 1988. “Design and Typical Details of Connections for Precast and Prestressed Concrete”, MNL-123-88, 2nd Edition, Chicago.
Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan. 1992. Tabel Grafik dan Diagram Interaksi Untuk Perhitungan Struktur Beton. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Laboratorium Uji Tanah Politeknik Bengkalis. 2006. Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Pembangunan Gedung Imigrasi Bengkalis, Bengkalis. Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I – 2. Bandung: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
PT. Griyaton Indonesia. 1997. Metode Pemasangan Dinding Beton Precast Griyaton pada Proyek Kantor Wali Kotamadya Jakarta Timur. Jakarta Purwono, Rachmat. 2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: its press. Wang, C. K. dan Charles G Salmon. 1985. Desain Beton Bertulang Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
266