MODEL PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN INDUSTRI TERDESENTRALISASI BERBASIS MEDIATOR Yulison Herry Chrisnanto
ABSTRAK Banyak perusahaan-perusahaan pada dekade terakhir dilaporkan telah mengembangkan proses bisnisnya, terutama sektor industri. Konsep supply chain mejadi fokus utama dalam meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses industri. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang dewasa ini semakin cepat, maka terjadi perubahanperubahan pola interaksi di antara para aktor yant terlibat dalam proses bisnis, antara lain : area produksi, area sales, area pelanggan serta area pemasok. Akibat dari perluasan proses bisnis tersebut, maka pengambilan keputusan setiap area menjadi lebih kompleks, hal ini dapat terjadi oleh karena proses bisnis menjadi tersebar, sehingga aspek komunikasi menjadi persoalan. Proses pengambilan keputusan berubah pola dari sentralisasi menjadi desentralisasi, oleh karena setiap area yang berinteraksi memiliki otonomi dalam proses pengambilan keputusan sendiri, sehingga tingkat koordinasi menjadi lebih tinggi. Enterprise Resource Planning (ERP) didefinisikan oleh APICS sebagai sistem informasi untuk mengidentifikasi dan merencanakan sumberdaya perusahaan yang dibutuhkan untuk mengelola pesanan-pesanan pelanggan. Implementasi dari ERP telah dilakukan oleh beberapa perusahaan besar dengan beberapa perangkat lunak yang mendukungnya, seperti SAP/R3, BAAN IV. Satu hal yang menarik adalah bagaimana dukungan dapat diberikan pada perusahaan skala menengah yang telah menggunakan pola desentralisasi dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan proses bisnisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan konsep ERP dalam skala terbatas, khususnya pada komponen perencanaan produksi. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan perangkat lunak yang berfungsi sebagai mediator, yaitu suatu cara komunikasi diantara sites yang akan saling berinteraksi dalam proses manufacturing. Kata Kunci : Mediator based, ERP, Perencanaan Produksi , desentralisasi, Resource owner, Task owner PENDAHULUAN Dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, berdampak pada perubahan pola kehidupan manusia dalam berorganisasi, seperti yang dapat kita lihat pada sektor industri di berbagai tempat. Sektor industri adalah salah satu contoh usaha sebuah organisasi yang memiliki aliran data yang saling bertukar
dengan frekuensi cukup tinggi. Pertukaran data dapat terjadi baik secara internal maupun dengan lingkungan luar. Secara khusus untuk sektor industri, dalam hal ini manufaktur, lingkungan luar organisasi yang sangat mempengaruhi keadaan organisasi adalah pemasok dan
Model Perangkat Lunak Perencanaan Produksi… (Yulison Herry Chrisnanto)
21
pelanggan. Dengan demikian terbentuk tiga node yang saling berinteraksi, yaitu manufaktur, pemasok dan pelanggan dengan sebuah mekanisme komunikasi yang dapat diterima oleh ketiganya. Komunikasi menjadi bagian penting dalam interaksi ini. Untuk sebuah organisasi dengan konsep pengelolaan pengambilan keputusan secara tersentralisasi saat ini dapat dilakukan dengan baik, namun demikian setiap organisasi memiliki kecenderungan untuk selalu melakukan improvement terhadap proses bisnisnya, salah satunya adalah dengan perluasan usaha, yang akan berdampak pada pola koordinasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena konsep yang dibangun mendefinisikan beberapa aktor yang ikut terlibat dalam proses bisnis, antara lain proses manufaktur dapat disebut sebagai resource owner sedangkan marketing dapat disebut sebagai task owner. Konsep ini dapat menyebabkan area geografis sebagai pilihan efesiensi dalam pencapaian target bisnis sebuah organisasi. Hal ini menjadi lebih komplek lagi apabila pihak pemasok dan pelanggan masuk dalam lingkungan konsep ini. Marketing sebagai task owner memiliki otonomi dalam menentukan pencapaian target, demikian pula manufaktur sebagai resource owner memiliki sumberdaya yang dapat dikelola tanpa campur tangan pihak marketing. Konsep otonomi yang digunakan menyebabkan terjadinya perubahan pola pengambilan keputusan dari yang tersentralisasi menjadi terdesentralisasi. Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian ini, dapat diidentifikasi persoalan yang muncul, antara lain mekanisme komunikasi yang dilakukan sebagai upaya Pada penelitian ini, akan dikembangkan sebuah model perangkat lunak yang akan bertindak sebagai
mediator diantara area-area yang berinteraksi. Fungsi khusus dari perangkat lunak yang akan dikembangkan, antara lain untuk menangani kasus perencanaan produksi manufaktur. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mempelajari karakteristik dari perencanaan produksi manufaktur. Pelaksanaan produksi dimulai dari permintaan order marketing (sales) dengan melibatkan pihak Supplier dan Customer secara aktif melalui mekanisme komunikasi, sehingga dapat dibuatkan sebuah model perangkat lunak yang akan berfungsi sebagai Mediator. Hal-hal yang ditinjau meliputi hal-hal berikut : a. Implementasi ERP pada sebuah organisasi, khususnya pada fungsi perencanaan produksi. b. Konsep Mediator-Based Approach dalam perencanaan produksi pada organisasi yang memiliki perluasan (extended enterprise), di mana proses bisnis dapat dilakukan dengan area produksi yang dapat terbagi di beberapa lokasi, sehingga area sales pun tersebar untuk menjangkau customer secara luas, dengan demikian area produksi dan area penjualan dapat memiliki otonomi tersendiri dalam proses pengambilan keputusan. c. Pendekatan komunikasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang terdesentralisasi dengan memungkinkan pertukaran informasi diantara unit-unit pengambil keputusan yang terdistribusi dengan sistem mediator. d. Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak untuk mengimplementasikan pendekatan Mediator-Based pada sebuah industri manufaktur yang
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 21 – 31
22
terdesentralisasi, di mana proses bisnis akan melibatkan pelanggan dan pemasok secara luas dengan tidak tergantung pada area geografis.
proses produksi secara keseluruhan, perubahan spesifikasi dari pesanan pelanggan dan menanggulangi kemungkinan terjadi gangguan-gangguan.
PERENCANAAN PRODUKSI DGN POLA TERDESENTRALISASI
ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)
Perencanaan produksi terdesentralisasi adalah proses perencanaan , penjadualan serta pemantauan produk yang dilakukan pada industri dengan lokasi yang multiple sites. Tujuan dari proses ini untuk mengalokasikan pesananpesanan pelanggan sesuai dengan sumber daya produksi yang memadai, melakukan pemantauan terhadap produk tersebut, serta jika dibutuhkan untuk menginisialisai ulang alokasi proses. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk memenuhi kebutuhan order pelanggan dengan waktu pemenuhan yang dapat disesuaikan, serta mengurangi penyimpangan-penyimpangan dalam ketepatan waktu pengiriman, meningkatkan pemanfaatan sumber daya, dan persediaan yang rendah (persediaan tidak tertumpuk). Penjadualan order dari pelanggan disusun berdasarkan kapasitas mesin yang tersedia, ketersediaan bahan baku serta sumber daya lainnya. Permintaan order dapat berisi informasi tentang spesifikasi, kuantitas, biaya produk (harga), batasan pengiriman serta prioritas dari order. Semua informasi tersebut dikirimkan ke bagian production planning control (PPC), untuk dikalkulasi keseluruhan proses produksi yang diperlukan, meliputi jadual produksi serta pengemasan produk. Pemantauan order adalah bagian penting dalam proses bisnis, terlebih untuk proses pembuatan keputusan serta diperuntukan bagi dukungan pemakai Dengan memonitor proses-proses yang dilakukan, maka dapat dimungkinkan untuk membuat perbaikanperbaikan sehingga dapat mengoptimalkan
Topik penelitian ini didasarkan oleh gagasan untuk mengatasi persoalan yang berkaitan dengan proses perencanaan, penjadwalan serta monitoring sebuah produksi pada proses manufaktur yang dilakukan secara terdesentralisasi, di mana saat ini banyak perusahaan berinteraksi dengan pelanggan dan pemasok secara multiple sites, disamping itu kajian ini berkaitan dengan metoda yang banyak digunakan pada dunia industri untuk melakukan perencanaan dan pengendalian secara efektif semua sumber daya yang dibutuhkan dalam proses manufaktur, metoda ini dikenal dengan Enterprise Resource Planning (ERP). Berdasarkan uraian yang disampaikan oleh Khalid Sheikh pada bukunya yang berjudul “Manufacturing Resource Planning with introduction to ERP, SCM, and CRM” bahwa sistem ERP berbeda dari sistem MRP II, di mana secara teknis ERP dalam implementasinya membutuhkan : Antar muka yang berbentuk Graphical User Interface Basis Data Relasional (RDBMS) Menggunakan bahasa Generasi Keempat (4GL), di mana dalam proses pengembangan menggunakan CASE tools, serta arsitektur Client/ Server dan Sistem Terbuka yang portabel. Sistem ERP didefinisikan oleh Markus, sebagai paket perangkat lunak yang memungkinkan untuk berbagi informasi bisnis yang diletakkan pada
Model Perangkat Lunak Perencanaan Produksi… (Yulison Herry Chrisnanto)
23
basis data umum diantara unit-unit target pada organisasi yang bersangkutan, di mana dengan ERP, sebuah organisasi dapat membuat proses internal dengan harmonis. Dengan adanya ERP, maka semua komponen-komponen dalam organisasi saling mendukung dengan saling berbagi data atau informasi, dengan demikian standarisasi dari proses bisnis dan informasi dapat dilakukan. Untuk selanjutnya sistem ERP disediakan untuk perusahaan-perusahaan dengan bahasa yang umum serta pengumpulan data dengan cara yang umum dikenal saat ini [Norris et al. 2000: 12-13; Adam and O’Doherty, 2000: 306][2] PENDEKATAN MEDIATOR BASED Beberapa pendekatan untuk distributed and intellegent production systems sudah diperkenalkan dengan didasarkan pada agent technology. Menurut survey yang dilakukan pada Tahun 1999 oleh Shen dan Norrie bahwa sumber daya – sumber daya dan orders dari pelanggan di representasikan sebagai agents dengan dukungan sebuah mekanisme dalam berkomunikasi serta korporasi. Sistem berbasis agents mengharuskan pencapaian derajat fleksibilitas yang tinggi, scalability , serta dukungan yang terintegrasi untuk aktoraktor yang beragam termasuk perangkat lunak sistem dan manusia. Pendekatan untuk mengkoordinasikan setiap aksi diantara production sites yang berbeda, pemasok dan para pelanggan disebut dengan mediator based. Pendeketan Mediator Based dapat di definisikan sebagai berikut : “Mediator Based adalah sebuah mekanisme dalam mendukung proses pembuatan keputusan diantara para pembuat keputusan yang independen untuk tetap mempertahankan otonomi
masing-masing area.” [5] Peranan dari Mediator adalah untuk membantu para pembuat keputusan dalam sebuah sistem yang sebenarnya memiliki saling ketergantungan di antara keputusan yang dibuat. Mediator menyediakan sebuah mekanisme yang dapat membagi komunikasi dan dukungan keputusan. Mediator tidak bermaksud menggantikan proses pembuatan keputusan user-user itu sendiri. Secara teknis Mediator adalah sebuah server yang spesifik yang berperan untuk menyediakan mekanisme untuk mendukung pembuatan keputusan diatara task owner dan resource owner. Pada kajian ini, Mediator based akan menangani dukungan mekanisme pengambilan keputusan pada proses perencanaan produksi manufaktur yang didasarkan oleh solusi komunikasi antara area-area produksi, sales, pemasok dan pelanggan. Implementasi dari Mediator based dalam bentuk arsitektur perangkat lunak dengan kemampuan yang disesuaikan dengan kebutuhan (scalability dan modifiability). Aritektur perangkat lunak ini disebut dengan Mediator Decentralised Software Architecture atau disingkat dengan MDSA. MDSA terdiri dari Root Module (RM) dan sejumlah Local Module (LM). RM adalah pusat dari Mediator (regristry of mediator), sedangkan LM berisi mekanisme dukungan keputusan. Arsitektur dari perangkat lunak mediator terdiri dari tiga lapisan, yaitu komponen umum dari mediator yang berfungsi sebagai mekanisme untuk kebutuhan umum, misalnya pendaftaran pemakai. Pada lapisan diatasnya terdiri dari modul-modul aplikasi spesifik yang digunakan untuk negosiasi, penjadwalan dan monitoring. Terakhir adalah lapisan kastemisasi kasus spesifik, yaitu terdiri dari aturan-aturan yang dapat dibuat oleh pemakai untuk diaplikasikan dalam proses
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 21 – 31
24
negosiasi, monitoring.
penjadwalan
maupun
MEDIATOR SEBAGAI MEKANISME PENDUKUNG DALAM PROSES NEGOSIASI DAN PENJADWALAN PRODUKSI YANG TERDESENTRALISASI Dalam mendukung proses perencanaan order, mediator menyediakan contract-net-based negosiation mechanism , yaitu sebuah protokol negosiasi, di mana dengan pendekatan ini task owner memberitahukan task-nya, dan resource owner menjawab dengan sebuah tawaran, dan akhirnya task owner membuat pilihan dari beberapa tawaran yang diberikan oleh resource owner. Peranan mediator sebagai penghubung dari negosiasi yang dilakukan oleh task dan resource owner. Mediator dapat menangani struktur data dan menjalankan proses negosiasi diantara keduanya. Di samping itu, sebuah mediator juga dapat memilih diantara resource owner untuk melakukan negosiasi, di mana untuk melakukan hal ini, mediator harus memiliki hak akses untuk beberapa data yang diperlukan yang berkaitan dengan karakteristik resource owner serta beberapa aturan yang menggambarkan secara lojik untuk memilihnya. Dengan demikian sebagai konsekuensi , mediator dapat melakukan negosiasi yang transparan dengan task owner. Peranan negosiasi dari mediator akan lebih berdaya jika dipadukan dengan dengan mekanisme pendukung keputusan lainnya. Mekanisme pendukung keputusan berbasis pada aturan serta penjadwalan dapat digunakan untuk beberapa keputusan selama negosiasi, dengan kata lain mediator dapat dikatakan sebagai monitoring broker. Mediator berada diantara kedua area yang saling berinteraksi. Masing-masing area,
baik task owner maupun resource owner memiliki otonomi dalam pengambilan keputusan, sedangkan mediator bertugas untuk mengelola proses bisnis melalui mekanisme komunikasi diatara keduanya. Di samping itu aktor lain, seperti pemasok dan pelanggan dapat berinteraksi sesuai dengan kebutuhannya melalui mediator ini. Konsep ini memungkinkan terjadinya proses bisnis yang transparan diantara area yang berinteraksi, sehingga dengan konsep mediator, area geografis seperti yang telah diutarakan sebelumnya menjadi pilihan efesiensi guna tercapainya proses bisnis yang luas. skedu l
task
negosiasi Plg 1
sP1
Mkt1
sP2
Mkt2
Plg 2 Plg 3 sP3
Mkt3
. . .
Plg n Pms 1
Pms 2
Gambar 1. Interaksi antara aktor dengan Mediator sP1, sP2, sPn adalah area produksi dengan lokasi berbeda, sedangkan Mkt1, Mkt2, Mkt-n adalah area marketing (penjualan) dengan lokasi geografis tersebar di beberapa tempat dengan memiliki otonomi dalam proses pengambilan keputusan. Pms1, Pms2, Pms-n adalah area pemasok yang bertanggung jawab dalam suplai bahan baku produksi sesuai dengan kebutuhan (lihat konsep supplai chain management) serta Plg1, Plg2 ... Plg-n adalah para pelanggan yang meminta produk. Kerjasama dari unit-unit pembuat keputusan pada sistem penjadualan yang terdistribusi disampaikan oleh mediator
Model Perangkat Lunak Perencanaan Produksi… (Yulison Herry Chrisnanto)
25
dalam interaksi dengan sistem lokal. Penjadual menyediakan suatu mekanisme untuk penjadualan kapasitas yang terbatas. Skenario-skenario yang berbeda dapat disimulasikan dan dievaluasi melalui sekumpulan aturan-aturan. Setiap aktor dalam proses perencanaan order dapat menggunakan modul penjadualan untuk berbagai tujuan. Pada task owner, order-order pabrik dari order produksi dapat direncanakan secara berurutan, jika order pabrik saling ketergantungan., atau dengan cara paralel untuk melakukan forward atau backward planning, jika tidak saling ketergantungan. Disini mekanisme evaluasi dari penjadual digunakan, untuk membandingkan serta mengkombinasikan perbedaan tanggapan order. Resource owner dapat menggunakan modul lokal untuk melakukan penjadualan order baru dan melakukan evaluasi sebelum merespon kebutuhan dari task owner. Task owner dapat menggunakan antar muka sales untuk merencanakan order baru, meliputi waktu dan biaya maksimum yang akan dikirim ke mediator. Mediator akan memilih dua sites ( X dan Y) yang sesuai dengan kebutuhan order. Jadual kasar dari site di-load ke mediator, modul lokal penjadual (site A dan B) mengkalkulasi jadual awal yang akan dikirimkan kembali ke sales site sebagai jawaban atas permintaan. Mediator disini tidak menggantikan fungsi dari perencanaan produksi untuk setiap area produksi, akan tetapi sebagai media untuk mengintegrasikan jadual yang diperlukan dan diterima oleh pihak-pihak yang berintaksi (sales site dan production site). penjadual produksi yang terdesentralisasi yang melibatkan task owner dan resource owner, di mana setiap area memiliki sistem lokal dengan pengelolaan secara otonomi. Komunikasi
transaksi dapat dilakukan dengan sebuah mediator sebagai medianya. Mekanisme lainnya yang mendukung pembuatan keputusan yang terdesentralisasi adalah menggunakan aturan-aturan yang dapat dilihat sebagai automatic logic part dari fungsi mediator. Proses yang dilakukan meliputi : pemilihan sumber daya di mana order dapat diproses. Informasi tersebut di simpan dalam basis data mediator, sehingga mudah untuk membuat, perbaikan, penghapusan yang dilakukan oleh unit pembuat keputusan atau oleh mediator itu sendiri dalam proses pembelajaran. Mediator memiliki rule engine, yaitu sebuah mekanisme untuk menangani kapanpun aturan diperlukan, dan mekanisme pengaksesan basis data aturan-aturan serta menerapkannya pada situasi saat ini. PENGEMBANGAN MODEL BISNIS INDUSTRI MANUFAKTURING Pemodelan bisnis diperlukan untuk memodelkan bisnis yang sedang diamati, dengan membangun model ini, maka akan diperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap daerah masalah (problem domain), sehingga memudahkan untuk memperoleh requirements sistem perangkat lunak yang akan dibangun. Perangkat Lunak Sistem Mediator diberi nama SMPPT. Berikut ini akan di identifikasi proses dan aktor yang terlibat dalam keseluruhan proses bisnis, serta dengan menggunakan tools UML, Rational Rose 2000, maka dibuat pemodelan Business Use Case dan Business Actor, pada Gambar 2., digambarkan diagram Business use case untuk menggambarkan interaksi setiap aktor dengan sistem mediator.
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 21 – 31
26
Pada Gambar 3. digambarkan business actor yang saling berinteraksi
melalui sistem SMPPT
Business Use Case Model SMPPT
m enggam barkan peran yang di m ai nkan ol eh pi hak pi hak yang sal i ng beri nteraksi m el al ui si stem m edi ator, antara l ai n : pel anggan, m arketi ng, PPC, pem asok dan adm i ni strator
Busi ness Actor
m enggam barkan urutan kegi atan yang di l akukan ol eh sebuah bi sni s, sehi ngga m enghasi l kan ni l ai yang dapat di hasi l kan ol eh bi sni s aktor tertentu
Bus ines s Us e-Cas e
Gambar 2. Model Bisnis Aktor dan Bisnis Use Case Business Actor SMPPT User SMPPT
User SMPPT pihak yang memasarkan produk
pihak y ang meminta produk
pe langgan
Marketing
Pemaso k pihak y ang memberi suplai terhadap kebutuhan proses produksi
PPC
Administrator
perencana produksi berdasarkan permintaan dan sumber day a manuf aktur
pihak yang mengelola sistem SMPPT
Gambar 3. Business Actor sistem SMPPT Model Perangkat Lunak Perencanaan Produksi… (Yulison Herry Chrisnanto)
27
Diagram Use Case SMPPT Use Case Lev el Au te ntif ikas i
Use Case Lay anan Sistem
Use Case Layanan Konfigurasi
Use Case Lay anan Produksi
Use Case Lay anan Order
Gambar 6. Diagram Use case SMPPT FUNGSI UMUM YANG TERDAPAT PADA SISTEM MEDIATOR (SMPPT)
ARSITEKTUR PERANGKAT LUNAK SMPPT
Perangkat lunak yang akan dikembangkan harus memiliki tugas-tugas sebagai berikut :
Berikut ini akan dijelaskan arsitektur dari perangkat lunak SMPPT, di mana perangkat lunak tersebut akan berjalan melalui teknologi internet. Teknologi ini telah menjadi persyaratan bagi sebuah sistem mediator. Para aktor akan berinteraksi satu dengan yang lainnya melalui suatu mekanisme sistem mediator. Arsitektur SMPPT terdiri dari proses-proses, sebagai berikut : client melakukan permintaan terhadap halaman Java Server Page (JSP) ke server menggunakan Hyper Text Markup Language (HTML). Server menginterprestasikan halaman JSP termasuk class JavaBean yang digunakan oleh halaman JSP, kemudian halaman JSP menterjemahkan ke dalam class servlet, untuk selanjutnya server melakukan tanggapan terhadap permintaan yang dilakukan oleh client dengan mengirimkan kembali ke client dalam bentuk HTML baru. Untuk sisi server menggunakan Web Server Jakarta-Tomcat 3.3.1, dengan basis data yang digunakan Microsoft SQL
Area sales dapat melakukan transaksi produksi berdasarkan order pelanggan dengan area production, yaitu dengan cara mengisi data order secara lengkap Production planing control (PPC) pada area produksi, dapat merespon permintaan area sales dengan menyampaikan rencana produksi berdasarkan spesifikasi order marketing. Semua aktor yang menggunakan sistem mediator ini, dapat melihat informasi spesifik sesuai dengan otoritas masing-masing. Sistem mediator harus mampu memberikan saran, jika ada area produksi yang tidak memiliki kapasitas sumber daya produksi sesuai dengan order. Perangkat lunak mediator yang dibangun adalah berbasis Web dynamic contents yang dapat diakses menggunakan semua browser.
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 21 – 31
28
Server 2000 dengan bahasa pemrograman Java. Sedangkan pada sisi client aplikasi yang dikembangkan dapat dijalankan pada semua browser-browser yang mendukung Java baik pada lingkungan sistem operasi Windows maupun Linux. Perangkat lunak SMPPT direncanakan dibangun menggunakan bahasa Java, dengan pertimbangan bahwa byte-code Java dapat dieksekusi pada lingkungan sistem operasi Windows maupun Linux. BATASAN-BATASAN SISTEM MEDIATOR (SMPPT) Berikut ini berlaku batasan-batasan bagi perangkat lunak yang akan dikembangkan berdasarkan spesifikasi perangkat lunak SMPPT, sebagai berikut : Pertukaran data di antara area yang berinteraksi melalui sistem mediator, hanya di lakukan melalui sistem mediator ini dengan sistem basis data yang telah disediakan oleh mediator. Sistem mediator hanya akan mengelola transaksi pencatatan order untuk area sites, pencatatan rencana produksi oleh area produksi serta menampilkan informasi-infomasi yang berkaitan dengan penanganan order dan keberadaan sumber daya produksi yang bersesuaian. Sistem mediator dibangun dalam bentuk halaman web dinamis, yang dapat diakses melalui alamat (uniform resource locator) URL yang telah ditentukan. Tools pemrograman untuk mengiplementasi sistem mediator menggunakan bahasa dan teknologi yang sesuai dengan arah pengembangan perangkat lunak SMPPT.
IMPLEMENTASI MODEL PERANGKAT LUNAK SMPPT Tahapan implementasi adalah suatu tahapan di mana proses konstruksi mulai dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan lingkungan operasi perangkat lunaknya. Perangkat lunak SMPPT adalah perangkat lunak yang didesain sebagai mediator dalam sebuah interaksi di antara aktor-aktor yang memiliki kepentingan sama, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka perangkat lunak SMPPT dibangun dengan lingkungan operasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Karakteristik sistem mediator mengharuskan perangkat lunak yang dibangun dapat diakses oleh area yang berbeda, oleh karena itu SMPPT dibangun dengan menggunakan bahasa Java. Kode Java memiliki sifat portabilitas yang tinggi sehingga dapat dieksekusi oleh lingkungan sistem operasi yang berbeda yang dapat mendukung Java. Perangkat lunak SMPPT dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman Java, di mana versi Java yang digunakan adalah Java 2 platform versi 1.3 untuk sisi server, sedangkan web server yang digunakan adalah Jakarta-Tomcat versi 3.3.1. Sedangkan Database Server yang digunakan adalah Microsoft SQL server 2000 Developer. Dan sisi client menggunakan Internet Explorer versi 5.0 yang merupakan produk built-in dalam sistem operasi yang digunakan yaitu Microsoft Windows 2000 professional. Dengan menggunakan UML dalam melakukan pemodelan pada tahap analisis, maka paket UML yang dibuat akan merepresentasikan file-file code yang diperlukan, meliputi : JSP files, Java files serta Class. JSP adalah teknologi web yang memiliki basis pemrograman Java.
Model Perangkat Lunak Perencanaan Produksi… (Yulison Herry Chrisnanto)
29
serta berjalan pada platform Java. Teknologi ini bagian dari Java 2 Enterprise Edition. Pemilihan Java lebih dikarenakan tingkat portabilitas yang tinggi serta memberikan sarana dalam membuat suatu aplikasi lengkap yang memisahkan antara business logic, presentasi dan data. Untuk menjalankan JSP files membutuhkan Java Virtual Machine dan web container. Dengan JSP , maka adanya kemudahan untuk membuat halaman-halaman web yang akan menampilkan content secara dinamik. KESIMPULAN Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan perangkat lunak prototype yang bertindak sebagai mediator di antara aktor-aktor yang akan saling berinteraksi. Perangkat lunak yang telah dikembangkan ini diberi nama SMPPT, singkatan dari Sistem Mediator Perencanaan Produksi Terdesentralisasi. Upaya penelitian telah dilakukan dengan mencoba mengkaji beberapa karakteristik dari sistem pengambilan keputusan yang dilakukan secara otonomi pada area yang bersifat desentralisasi. Di samping itu sistem mediator menjadi perhatian utama pada penelitian ini, hal ini dikarenakan SMPPT yang telah dikembangkan didasarkan pada karakteristik sistem mediator tersebut. Secara otonomi pada area yang bersifat desentralisasi. Di samping itu sistem mediator menjadi perhatian utama pada penelitian ini, hal ini dikarenakan SMPPT yang telah dikembangkan didasarkan pada karakteristik sistem mediator tersebut. Dengan melakukan pengujian mutu dari perangkat lunak SMPPT, maka didapatkan hasil yang berindikasi berhasil, sehingga pencapaian fungsionalitas dari SMPPT telah
memenuhi requirements dari sebuah sistem mediator bagi perencanaan produksi yang terdesentralisasi. Berdasarkan paparan diatas, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dengan menggunakan perangkat lunak SMPPT sebagai mendiator, maka mekanisme komunikasi di antara aktor-aktor yang saling berinteraksi pada sebuah transaksi dapat dilakukan dengan baik. 2. Perangkat lunak SMPPT dapat dipakai sebagai sarana pendukung keputusan bagi area Marketing dalam bernegosiasi dengan pihak PPC berkaitan dengan penggunaan resource organisasi. Demikian pula sebaliknya, area PPC dapat mengelola perencanaan produksi sesuai dengan kapasitas masing-masing site. Area pemasok dapat memonitor perencanaan produksi yang dilakukan sebuah site produksi guna meningkatkan supply bahan baku. Sedangkan area Pelanggan dapat memonitor keberadaan ordernya. TINDAK LANJUT PENELITIAN Kesimpulan di atas dapat digunakan sebagai batasan untuk penelitian selanjutnya dibidang ini. Upaya yang telah dilakukan dalam mengembangkan perangkat lunak perencanaan produksi yang terdesentralisasi telah dilakukan, namun demikian penelitian-penelitian lain dapat dilakukan khususnya bagi persoalan-persoalan berikut ini : 1. Komunikasi dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang saling berinteraksi dengan menggunakan standar komunikasi yang dapat diterima oleh semua pihak, yaitu dengan format data XML (eXtensible Markup Language).
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 21 – 31
30
2. Setiap area memiliki sistem lokal, oleh karena itu perangkat lunak yang akan dikembangkan dapat menjadi media komunikasi di antara area yang saling berinteraksi, tanpa mengubah atau mengganggu sistem lokal yang telah ada. Peluang untuk melakukan perbaikan pada sistem yang telah dikembangkan ini masih sangat terbuka, dengan teknologi perangkat lunak berbasis web diharapkan gagasan-gagasan yang telah dimunculkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan perangkat lunak sejenis yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA [1]. Tonshoff, H., Seilonen, I., Teunis, G., Leitao, P., a Mediator-Based Approach for Decentralised Production Planning, Scheduling, and Monitoring, 2001. [2]. Shen, W., Norrie, D., An AgentBased Approach for Manufacturing Enterprise Integration and Supply Chain Management, paper from Div. of Manufacturing Engineering, The University of Calgary 2500 University Dr. NW, Calgary, AB, Canada T2N 1N4, 2000. [3]. Sheikh, Khalid, Manufaturing Resource Planning (MPR II) with introduction to ERP, SCM, and CRM, McGraw-Hill Iternational Edition, 2002. [4]. Fogarty, D., Blackstone, J., Hoffmann, T., Production & Inventory Management, SouthWestern Publishing Co., 2d Edition, 1991. [5]. Bahrami, Ali, Object Oriented Systems Development, McGraw-Hill Companies, 1999. [6]. Bennett, S., McRobb, S., Farmer, R., Object-Oriented System Analysis
[7].
[8].
[9].
[10].
[11].
[12].
[13].
[14].
and Design Using UML, McGrawHill Companies, 2002. Linthicum, D., Enterprise Application Integration, AddisonWesley, 2000/1900-1 Davis, A., Software Requirements, Object, Functions and States, Prentice Hall International Editions, 1993 Pressman, R., Software Engineering: A Practitioner’s Approach, McGrawHill, 5d Edition, 2002 Tunastexindo, Himalaya, Pengendalian Proses Spinning, Prosedur Mutu ISO9002, 1999. Suhendar, A., Gunadi, H., Visual Modeling menggunakan UML dan Rational Rose., Penerbit Informatika Bandung, 2002. Perry, W., Effective Methods for Software Testing, A Wiley-QED Publication John Wiley & Sons, Inc., 2000. Jacobson , I., Booch, G., Rumbaugh, J., The Unified Software Development Process, AddisonWesley, 1999 Oestereich, B., Developing Software With UML, Object Oriented Analysis and Design in Practice, 2nd Edition, Addison-Wesley, 2001
BIODATA PENULIS Yulison Herry Chrisnanto , MT.
[email protected]
Adalah Dosen Biasa di Program Studi Ilmu komputer Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI)
--------- oo0oo ---------
Model Perangkat Lunak Perencanaan Produksi… (Yulison Herry Chrisnanto)
31