MODEL PENILAIAN KELAS
Pendidikan Khusus
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT KURIKULUM
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
1
KATA PENGANTAR
Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undangundang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional pendidikan. Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan. Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah mengembangkan model-model kurikulum berdiversifikasi sebagai bahan pertimbangan bagi BSNP untuk dapat menetapkan model-model kurikulum. Model-model tersebut adalah sebagai berikut ini. 1. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran. 2. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. 3. Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal. 4. Model Pengembangan Diri. 5. Model Pembelajaran Terpadu IPA SMP. 6. Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP. 7. Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup SMP dan SMA. 8. Model Penilaian Kelas. 9. Model KTSP SD 10. Model KTSP SMP 11. Model KTSP SMA 12. Model KTSP SMK 13. Model KTSP Pendidikan Khusus Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
2
Model-model ini bersama sumber-sumber lain dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, sehingga pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Salah satu model diatas adalah Model Penilaian Kelas Pendidikan Khusus. Model ini memberi contoh bagi guru di sekolah untuk mengembangkan dan melaksanakan penilaian. Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, contohcontoh KTSP dan model-model ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.
Kepala Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas,
Diah Harianti
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
3
C. Ruang Lingkup
3
D. Sasaran Pengguna Pedoman
4
Bab II Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi A. Pengertian Penilaian berbasis Kompetensi
5
B. Kerangka Berpikir
6
Diagram kerangka berpikir penilaian KBK untuk Pendidikan Khusus
6
C. Manfaat Penilaian KBK untuk Pendidikan Khusus
7
D. Fungsi Penilaian KBK Diksus
7
E. Kedudukan Penilaian dalam lingkup Standar Nasional Pendidikan
7
F. Prinsip Penilaian Berbasis Kompetensi pada Pendidikan Khusus
8
G. Catatan Penilaian Berbasis Kompetensi pada Pendidikan Khusus (hal-hal yang harus diperhatikan)
10
H. Kharakteristik Pendidikan Khusus
11
I. Alur /prosedur penilaian
13
Bab III. Teknik Penilaian, Peolahan dan Pemanfaatannya A. PP 19 thn 2005, psl 22 ayat 1,2, dan 3 tentang teknik penilaian
18
B. Pembobotan pada penilaian Pendidikan Khusus
18
C. Kriteria Ketuntasan Belajar Minimum
18
D. Teknik Penilaian yang digunakan, pengolahan dan Pemanfaatannya 1. Penilaian Unjuk Kerja
19
2.Penilaian Sikap
27
3.Penilaian Tertulis
35
4.Penilaian Proyek
38
5. Penilaian Produk
41
6. Penilaian Portofolio
48
7. Penilaian Diri
55
E. Proses Penentuan Nilai Akhir Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
53 4
Bab IV. Penutup
55
Lampiran 1)
Format Daftar Identitas Siswa
61
2)
Penilaian Kemajuan Belajar
62
3)
Model Rapot
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
63 – 65
5
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia mempunyai jumlah dan variasi penduduk yang beragam baik dilihat dari segi sosial , ekonomi dan budaya, sedangkan dari variasi penduduknya tidak dapat dipungkiri bahwa banyak diantaranya mempunyai kemampuan baik secara fisik, emosional, intelektual dan mental yang beragam pula. Undang-undang Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1. menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri , kepribadian kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pernyataan Undang-Undang diatas tentu memberikan konsekwensi logis bagi terlaksananya sistem pendidikan yang adil, merata, dan memberikan kesempatan belajar bagi semua anak bangsa tanpa kecuali. Pendidikan Khusus yang merupakan bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasional yang secara spesifik tercantum dalam pasal 32 ayat 1: “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik , emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”. Pendidikan Khusus mempunyai peserta didik yang beragam baik dari segi fisik, emosional, mental, dan sosial. Ke unikan siswa Pendidikan Khusus ini tentu membawa konsekwensi baik pada kurikulum, silabus, pembelajaran, penilaian dan implementasinya. Pada hal-hal tertentu keberagaman peserta didik pada pendidikan khusus tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan penilaian yang bernuansa kelompok atau klasikal dalam jumlah besar. Pada sekolah khusus walaupun jumlah siswa sedikit, siswanya memiliki kemampuan mental, intelektual, sosial dan fisiknya beragam. Contohnya pada beberapa sekolah, banyak siswa tunanetra atau tunarungu yang memiliki hambatan intelektual dan atau emosi yang mungkin sebagai dampak ikutan dari Kekhususannya. Keberagaman dan keunikan itu sering membuat pola pelayanan yang kurang optimal dan berkeadilan ketika kelompok belajar itu diperlakukan secara sama pada pembelajaran dan penilaiannya antara siswa yang satu dengan lainnya baik secara lokal , regional maupun nasional. Padahal diantara siswa pada kelompok memiliki keanekaragaman potensi dalam pencapaian target belajarnya. Menyamakan pendekatan pembelajaran dan penilaian bagi sekelompok siswa yang memiliki keanekaragaman potensi membuka peluang terjadinya pemaksaan yang berakhir pada “penderaan” fisik ataupun mental pada peserta didik pada umumnya. Pernyataan inipun dikuatkan dalam undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, Bab V tentang peserta Didik pada pasal 12 ayat (1) butir f yang berbunyi: Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
6
”Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”.
Keadaan keanekaragaman siswa seperti ini tentunya menghendaki pelayanan yang berbeda-beda dan target pencapaian yang berbeda pula. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan (KTSP) dimana kurikulum dirancang, dilaksanakan dan dinilai oleh sekolah sendiri, maka keberadaan pedoman penilaian pendidikan khusus ini merpakan bagian dari KTSP yang berada pada tingkat satuan sekolah. Kondisi ini membuat Pendidikan Khusus cenderung mengarah pada pelayanan yang lebih bersifat individual daripada kelompok. Pelayanan individual ini sejalan dengan pendekatan kurikulum yang berbasis pada kemampuan individual. Jadi penilaian bagi siswa Pendidikan Khusus harus tidak dapat dibandingkan dengan kelompok belajarnya, tetapi harus dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai oleh siswa itu sendiri. Kriteria dibangun berdasarkan acuan kompetensi yang hendak dicapai setiap siswa dan bukan seluruh siswa. Namun demikian berkenaan dengan keberagaman jumlah peserta didik pada setiap sekolah maka program pendidikan pada Pendidikan Khusus juga sudah seyogyanya mengakomodasi bagaimana proses penilaian harus dilakukan pada sekelompok kecil maupun dalam jumlah (kelompok besar) peserta didik yang lebih banyak. Dan penilaian berkelompok inipun tidak lepas dari pengembangan kompetensi individu. Kelompok digunakan sebagai bagian dari penilaian individual. Hal ini dapt terjadi khususnya dalam mengembangkan kemampuan bersosial dari setiap individu peserta didik pendidikan khusus. Kompetensi kerjasama, toleransi, diskusi dan sebagainya. Sebagaimana diketahui pula bahwa sejak awalnyapun Pendidikan Khusus sudah mengacu pada kompetensi, hal itu ditunjukkan dengan di sekolah-sekolah dalam kegiatan pembelajaran lebih ditujukan pada peningkatan kemampuan siswa secara individu. Disamping itu pembelajaran yang dilaksanakan bermuara pada peningkatan kemampuan mereka dalam berinteraksi sosial, pengembangan pengetahuan dan kemampuan atau keterampilan yang berkenaan dengan kehidupan. Peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran seyogyanya diketahui oleh guru sebagai umpan balik maupun guna mengetahui sejauh mana ketercapaian target yang telah dicapai oleh siswa, apakah telah mencapai sesuai dengan apa yang ditargetkan atau tidak. Untuk itu pemerintah telah menetapkan bahwa : (1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. . (Bab X Standar Penilaian Pendidikan, Bagian Kesatu Umum, Pasal 63)
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
7
Kemudian pada bagian ke dua berkenaan dengan Penilaian hasil belajar oleh Pendidik pasal 64 ayat (1) sampai dengan ayat (7) dan pasal 65 , Bagian Ketiga tentang Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan. Salah satu dari ayat pada pasal tersebut menyebutkan: “(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat 1 butir a dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.” Pasal 64, ayat 1
Pada ayat-ayat dan ayat lain yang menyertainya yang disebutkan diatas mengungkapkan Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Sehubungan dengan pasal ini Pendidikan Khusus yang memiliki prinsip fleksibilitas materi, metoda dan penilaian meletakkannya faktor kenaikan kelas dalam konteks pendidkan reguler, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif dan tanpa meninggalkan karakteristik pendidikan khusus. Namun demikian dalam pendidikan inklusif pun setiap satuan pendidikan yang menyelenggarakannya diharuskan untuk memenuhi persyaratan-persayaratan tertentu sebagaimana disebutkan pada pasal 41 Peraturam pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yaitu: “Setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusif harus memiliki tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus.”
Jadi tidak setiap satuan pendidikan atau sekolah secara serta merta dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif tanpa diikuti prasyarat-prasayarat yang memadai bagi siswa berkebutuhan khusus. B. Tujuan Pedoman Penilaian bertujuan: 1. Memberikan pemahaman pada guru tentang bagaimana penilaian pada pendidikan khusus sebaiknya dilakukan 2. Memberikan beberapa rambu-rambu, pola kerja dan prosedur penilaian yang perlu dilakukan oleh guru 3. Memberikan beberapa contoh mengenai seluk beluk teknik-treknik penilaian yang dapat diterapkan pada pendidikan khusus. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang dinilai Pedoman ini mempunyai lingkup penilaian pada siswa Pendidikan khusus pada sekolah TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB yang mengacu pada kurikulum sekolah yang dijabarkan dari Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan Jenis pendidikan khusus yang merupakan cakupan penilaian pedoman ini ialah tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa pada jenjang TK, SD, SMP dan SMA. Ruang lingkup pedoman Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
8
Pedoman ini ditujukan untuk sekolah khusus dengan kategori formal mandiri, yang masih menggunakan sistem semester dan kenaikan kelas secara reguler berdasarkan kemampuan siswa atau berdasarkan usia siswa. Sistem SKS jika ditinjau berdasarkan karakteristik pendidikan khusus sulit dilakukan, karena sistem SKS menuntut adanya ketuntasan kurikulum yang dapat dinyatakan dalam persentase sebagai syarat mutlak untuk melanjutkan materi berikutnya atau kenaikan kelas. Pada pendidikan khusus ketuntasan kurikulum untuk masing-masing peserta didik tidak sama tergantung pada kemampuan masingmasing anak, sehingga tidak dapat ditentukan berapa minimal yang harus dikuasai seorang anak untuk suatu materi tertentu. Sistem SKS ini pada pendidikan khusus dimungkinkan hanya pada program keterampilan yang memang harus dikuasai peserta didik agar dapat mandiri. D. Sasaran Pengguna Pedoman 1. Guru TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB sebagai pelaksana /sebagai penilai dari serangkaian pembelajaran yang sedang ataupun setelah proses pendidikan berlangsung 2. Pengawas pada TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB sebagai acuan daam memahami apa yang sedang dan telah dilakukan oleh guru-guru pada proses pembelajaran. 3. Orang tua siswa sebagai bahan pemahaman perkembangan kemampuan anaknya
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
9
BAB II. SISTEM PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI A. Pengertian Penilaian Berbasis Kompetensi Sebelum memahami dengan apa yang dimaksud dengan penilaian berbasis kompetensi maka beberapa acuan dalam pemaknaannya dapat dilihat dari beberapa sumber. Dalam kamus encarta dinyatakan bahwa assessment ialah evaluation, Mengevaluasi, menilai atau memberi penilaian, perkiraan, mengukur, mengadili, mengkaji ulang untuk mengetahui berhasil/baik –tidaknya, membuat pertimbangan, hasil pemikiran. Microsoft ® Encarta ® Reference Library 2005. © 1993-2004 Microsoft Corporation. All rights reserved.
Dan dalam kamus lainnya menyatakan bahwa Assess, Mengassess yaitu membuat perkiraan terhadap nilai, menentukan jumlah. Collins, Dictionaryand Thesaurus, HarperCollinsPublishers, 1992,England
lebih lanjut dalam kamus ini menyebutkan bahwa evaluation:.Membuat perkiraan tentang sesuatu berdasarkan pemahaman pada suatu situasi. Penilaian dari suatu kegiatan hendaknya dilakukan secara yang adil educational evaluation: a method of evaluating student performance and attainment. Suatu cara guna mengetahui kemampuan siswa dan pencapaiannya. Pemahaman dalam kamus ini disebutkan competence com·pe·tence [kómpət’ns] com·pe·ten·cy [kómpətənsee] noun Ability: Suatu ke”bisa”an melakukan sesuatu dengan baik atau memenuhi standar. Microsoft® Encarta® Reference Library 2005. © 1993-2004 Microsoft Corporation. All rights reserved.
Kemudian Nurgiyanto Penilaian pada dasarnya suatu proses pembuatan pertimbangan terhadap sesuatu hal. Penilaian terdiri atas 3 komponen yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan dan pembuatan keputusan (Sriven dalam Nurgiyanto)
Kompetensi merupakan kecakapan, kemampuan, kompetensi dan ketangkasan yang ditampikan oleh siswa dalam bentuk perbuatan dan kinerja. (Echols dan Shadly, 1996)
Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa penilaian pada suatu kompetensi berkenaan dengan membuat perkiraan dalam mengukur, membuat suatu pertimbangan dengan menggunakan intervensi pikiran/opini, pertimbanganpertimbangan berdasarkan kondisi-kondisi tertentu dari suatu kemampuan yang telah dan akan dicapai oleh peserta didik, kemudian dibuat suatu keputusan apakah kompetensi itu sudah tercapai atau tidak dengan standar kompetensi yang telah ditentukan atau terstandarkan secara nasional. Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
10
B. Kerangka berfikir Sistem penilaian berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai penilaian dan pembelajaran berbasis kompetensi yang saling tergantung antara yang satu dengan yang lain. Ketergantungan tersebut melibatkan siswa sebagai subyek dan obyek yang berubah setiap saat. Oleh karena itu, hubungan antar unsur siswa, pembelajaran dan teknik penilaian merupakan satu sistem penilaian yang terpadu dan utuh. Pada siswa pendidikan khusus, jenis Kekhususan, materi ajar, kompetensi yang hendak dicapai, jenis metoda atau pendekatan pembelajaran serta keberadaan dan pemakaian jenis sarana dan prasarana sangat mempengaruhi bentuk teknik penilaian yang tentunya akan menentukan hasil penilaian yang adil dan berkualitas juga . Penilaian berkualitas yang dimaksud ialah terjaminnya hasil penilaian yang adil, terbuka dan berkualitas.
DIAGRAM KERANGKA BERFIKIR PENILAIAN KBK UNTUK PENDIDIKAN KHUSUS BENTUK TEKNIK PENILAIAN (6)
SARANA PRASARANA (5)
JENIS KEKHUSUSAN (1)
HASIL PENILAIAN YANG ADIL & BERKUALITAS METODA/ PENDEKATAN PEMBELAJARAN (4)
MATA PELAJARAN & MATERI AJAR (2)
KOMPETENSI (3)
Sistem penilaian berbasis kompetensi untuk pendidikan khusus diharapkan akan dapat: Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
11
1. Mengetahui bagaimana siswa menerapkan kompetensi dan materi hasil belajarnya pada suatu pekerjaan yang dapat memberi manfaat dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya. 2. Mendeskripsikan sesuai standar kompetensi yang tepat sesuai dengan hasil belajar / pengalaman belajar yang diharapkan 3. Menghasilkan pola Penilaian performan yang langsung dengan pendekatan pada keterampilan dan pengetahuan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik Pendidikan Khusus. 4. Mengukur perbandingan hasil kompetensi dengan standar konpetensi yang ditetapkan sehingga diketahui kesenjangan pencapaiannya untuk dilakukan perbaikan. 5. Mengembangkan pola penilaian yang beragam sesuai dengan keberagamana potensi dan keterbatasan siswa C. Manfaat Penilaian Berbasis Kompetensi pada pendidikan khusus Sebagaimana diketahui bahwa penilaian berbasis kompetensi pada pendidikan khusus mencakup tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa. 1. Untuk memberikan umpan balik bagi ”sementara” peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensinya. Akan tetapi untuk jenis Kekhususan tertentu lainnya dapat saja tidak memerlukannya, tetapi ni dapat ditunjukkan dengan perubahan prilaku dalam ekspresi keseharian siswa.. 2. Untuk memantau kemajuan dan perkembangan yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial. 3. Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan. 4. Masukan bagi kepala sekolah dan guru guna merancang kegiatan belajar sedemikian rupa sehingga para pesrta didik dapat mencapai kompetensi dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda dalam suasana yng kondusif menyenangkan. 5. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan sehingga partisipasi oang tua dan komite sekolah dapat ditingkatkan. D. Fungsi Penilaian Berbasis Kompetensi Penilaian berbasis kompetensi memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Menggambarkan sejauhmana seorang siswa telah menguasai suatu kompetensi. 2) Mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya baik untuk pemilihan program maupun pengembangan kepribadian. 3) Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan siswa sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah siswa perlu mengikuti remedial atau pengayaan atau tidak . E. Kedudukan Penilaian dalam Lingkup Standar Nasional Pendidikan Kerangka berpikir yang dijelaskan di atas tidak dapat dilepaskan dari peran standar-standar yang lain dari lingkup Standar Nasional Pendidikan. Kedudukan Penilaian dalam ini standar penilaian ditentukan juga oleh Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
12
keberadaan standar-standar yang lain. Standar Penilaian yang baik dan berkualitas ditentukan juga oleh keberhasilan satuan pendidikan dalam melaksanakan standar-standar yang lain secara ajeg. Pemahaman ini menganut cara berpikir yang logis, bahwa tidak mungkin penilaian yang berkualitas dapat berhasil jika tidak ditunjang dengan unsur-unsur penunjang lainnya yang merupakan bagian dari penilaian itu sendiri. Sebagai contoh jika memberikan Materi tentang ”suhu” harus tercermin proses pembelajarannya , penyampaian konsepnya, penggunaan alatnya, pengelolaan alatnya, biaya pembelian alat termometernya, kemampuan guru menyampaikannya, kemampuan siswa yang hendak dicapai dalam penggunaan termometer, proses penggunaan yang terstandar merupakan suatu rangkaian yang saling mendukung satu dengan lainnya. Kegagalan dari satu aspek saja dapat menggagalkan komponen-komponen standar secara menyeluruh.
Standar proses (2)
Standar Isi (1)
Standar kompetensi lulusan (3)
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN (8)
Standar Pembiayaan (7)
Standar Pengelolaan (6)
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidika n (4)
Standar Sarana & Prasarana (5)
F. Prinsip Penilaian Berbasis Kompetensi Agar penilaian berbasis kompetensi dapat berlangsung dengan semestinya maka guru dan sekolah serta semua guru kelompok mata pelajaran menyusun sejumlah kriteria penilaian yang sesuai dengan setiap jenis Kekhususan yang ada disekolah yang bersangkutan Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. (PPRI no 19 tahun 2005, psl 1 ayat 17). Dalam kriteria penilaian hendaknya memenuhi kriteria 1. Validitas Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
13
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan isinya mencakup semua kompetensi yang terwakili secara proporsional. Dalam pelajaran IPA untuk tunanetra misalnya, guru menilai kompetensi bereksperimen . Penilaian valid jika menggunakan peralatan yang terstandar dan sesuai dengan kemampuan tunanetra tersebut. Jika tidak menggunakan peralatan yang terstandar untuk tunanetra maka penilaian tersebut tidak valid. Untuk menjaga validitas pengukuran maka prosedur kalibrasi sebelum penggunaan alat harus dilakukan terlebih dahulu. Prosedur kalibrasi ini ialah proses menstandarkan alat ukur agar sesuai dengan ukuran standar dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswanya. Proses memperbaiki alat dengan mencocokan dengan peralatan standar dan standar kemampuan siswa yang telah ditetapkan sebelumnya bersama guru lainnya berdasarkan kesepakatan. Validitas isi dalam materi pelajaran hendaknya disesuaikan jenis Kekhususan siswa, misalnya siswa tunanetra diminta untuk menceritakan keindahan alam pegunungan yang tidak pernah dilihatnya, memberi warna pada gambar, maka materi pelajaran ini tidak valid dilihat dari segi isi untuk tunanetra 2. Reliabilitas Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg/ dapat dipercaya) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Dalam contoh pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra perlu menggunakan alat bantu pembelajaran yang membantu pemahaman konsep-konsep IPA , contoh meteran Braille yang sudah distandarkan. Lebih lanjut ketika siswa tunanetra hendak dinilai kompetensi mengukurnya, maka setiap guru harus menggunakan acuan yang sama juga, misalnya yang dinilai ialah mengukur panjang dengan meteran, membaca skala pada meteran. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan pengukuran dan penskorannya harus jelas dan terukur. 3. Terfokus pada kompetensi Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Kompetensi –kompetensi itu diukur dengan membandingkan kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran/ pelatihan. Kemampuan mengembangkan kepekaan rasa untuk mendeteksi , mensikapi suatu kondisi tertentu dengan kemampuan merespon yang berkembang semakin baik dari waktu ke waktu. Dalam hal-hal tertentu seperti kompetensi menggunakan alat peraga atau alat praktek pada Kekhususan tertentu pada suatu eksperimen harus dapat mengembangkan kemampuankemampuan dalam ketaatan mengikuti prosedur penggunaan alat, larangan dan suruhan yang harus ditaati saat mengoprasikan peralatan untuk bereksperimen serta aturan-aturan lain yang menyertainya. 4. Keseluruhan/Komprehensif Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik dalam mengembangkan sikap yang tergambar dalam standar kompetensi lulusan , sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik. Aspek kreatifitas siswa Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
14
seperti mengembangkan alternatif pengukuran dengan alat-alat termasuk dalam kriteria penilaian.
lainnya
5. Objektivitas Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif dan adil. Pemahaman penilaian harus adil. Yang dimaksud dengan adil disini adalah adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, bahasa, dan gender (kelamin). Untuk itu, disamping harus adil, juga menyesuaikan dengan karakteristik Kekhususan , jenjang dan usia siswanya. Pada penilaian yang menggunakan pola pengamatan hendaknya dilakukan dengan tegas , jujur , terukur , menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor). Kriteria disusun berdasarkan kesepakatan para guru mata pelajaran 6. Mendidik Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik khususnya dalam mendidik siswa berpikir, berbuat dan berprilaku ilmiah. Disamping itu penilaian harus memberikan sumbangan yang positif terhadap pencapaian belajar siswa, artinya, hasil penilaian harus dapat dirasakan sebgai penghargaan bagi siswa yang berhasil atau sebagai pemberian motivasi bagi siswa yang kurang/belum berhasil
G. Catatan Penilaian Berbasis Kompetensi Pada Pendidikan Khusus Kurikulum berbasis kompetensi tidak semata-mata meningkatkan pengetahuan siswa, tetapi kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran dan Kekhususan siswa pada setiap jenjang. Dengan kata lain kurikulum tersebut menuntut proses pembelajaran di sekolah dan berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan. Standar kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap jenis Kekhususan tentunya berbeda sesuai dengan kharakteristik Kekhususan yang dimiliki oleh setiap siswa. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar. Satu kompetensi dasar meliputi beberapa indikator, dan satu indikator memuat bisa lebih dari satu pengalaman belajar. Penilaian dirancang mengacu pada indikator dan pengalaman belajar yang hendak dilakukan. Beberapa hal yang penting dan perlu diperhatikan yang membedakan antara kurikulum pendidikan umum dan pendidikan khusus ialah sehubungan dengan ciri pembelajaran dan penilaian pada pendidikan khusus dimana kharakter siswa , kemampuan siswa , keterbatasan siswa baik secara emosional, intelektual, fisikal dan etika yang begitu beragam dan berbeda-beda baik derajat kualitas penguasaan maupun pengendaliannya. Kondisi yang demikian ini membuat prinsip belajar pada pendidikan khusus menganut prinsip belajar yang fleksibel/luwes baik dilihat dari segi waktu, materi dan penilaiannya. Gambaran keluwesan itu dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
15
DIAGRAM PENGATURAN WAKTU, MATERI DAN PENILAIAN YANG LUWES PADA PENDIDIKAN KHUSUS Lama
Sedang Cepat PENGATURAN WAKTU YANG LUWES
Rendah Sedang Tinggi PENYAMPAIAN/PENYAJIAN MATERI YANG LUWES
Sederhana
Sedang CARA PENILAIAN YANG LUWES
Kompleks
Penjelasan Pengaturan waktu yang luwes yang dimaksud ialah penyediaan waktu belajar yang menyesuaikan dengan kecepatan belajar dan kemampuan individu siswa siswa yang beragam. Penyampaian materi yang luwes yang dimaksud ialah penyampaian materi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan keterbatasan peserta didik dan diatur secara proporsional. Cara penilaian yang luwes yang dimaksud ialah melakukan pengukuran perkembangan kemampuan siswa dengan mempertimbangkan karakteristik siswa H. Karakteristik Pendidikan Khusus Pada pendidikan khusus ada beberapa kharakteristik yang dapat dijadikan pertimbangan dalam penilaian: 1. Anak tunagrahita dikelompokkan sehomogen mungkin untuk kemudahan dalam pembelajaran sehingga memudahkan dalam penilaian. (Strategi Pembelajaran dan Penilaian) 2. Kenaikan kelas pada pendidikan khusus dimungkinkan berdasarkan: - Berdasarkan evaluasi kemampuan yang disesuaikan dengan tuntutan kurikulum (anak dengan kecerdasan normal, Tuna A, B, dan D yang tidak disertai dengan kelainan lainnya), - Berdasarkan usia yang disebut dengan maju berkelanjutan (kenaikan kelas secara otomatis) untuk anak yang mempunyai keterbatasan kemampuan. Pada sekolah-sekolah pendidikan khusus (SMPLB dan SMALB) kenaikan kelas merupakan salah satu bentuk penghargaan untuk memotivasi peserta didik untuk belajar di pendidikan khusus. Tidak ada persyaratan khusus bagi naik atau tidaknya peserta didik.
3. Menerimaan peserta didik baru dapat dilakukan sepanjang tahun ajaran, meskipun secara formal ditentukan batasan waktunya, tetapi di lapangan hal ini tidak dapat dilakukan, karena pelayanan pendidikan khusus tidak dapat Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
16
4.
5.
6.
7.
dibatasi waktu jika ada anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanannya. Selain itu penerimaan peserta didik baru tidak mensyaratkan batasan usia tertentu pada peserta didik tersebut ketika memasuki pendidikan khusus, asalkan masih dalam usia sekolah atau berdasarkan ketentuan sekolah masing-masing. Kurikulum untuk pendidikan khusus fleksibel dalam waktu, materi, dan penilaiannya. Hal ini dikarenakan peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan kurikulum seyogyanya disesuaikan dengan kemampuan dan kekhususan mereka. Pelaporan hasil penilaian kemampuan belajar peserta didik dilaporkan dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif agar orang tua mengetahui dan memahami kemampuan yang telah dicapai anaknya. Hal ini dilakukan karena bentuk kuantitatif saja tidak cukup, misalnya nilai 7 buat si A akan berbeda dengan nilai 7 buat si B karena kemampuan mereka berbeda, sehingga harus dijelaskan dalam bentuk kualitatif. Pelaporan hasil belajar bagi SLB A belum dicetak dalam dua versi yaitu huruf latin dan braile, sehingga peserta didik tidak dapat mengetahui langsung kemampuan yang telah dicapainya. Hal ini telah menyalahi salah satu prinsip penilaian, yaitu peserta didik mengetahui penilaian yang diberikan kepadanya dan alasan kenapa nilai tersebut diberikan. Untuk anak yang kemampuan akademiknya kurang tidak diharuskan mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN), cukup mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan akan memperoleh Surat Keterangan Tamat Belajar (SKTB). Bagi yang mampu mengikuti UAN dan lulus akan memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Pada jalur formal katagori mandiri untuk institusi SMPLB dan SMALB secara umum program penilaian harus menggunakan program SKS .
I. Alur Penilaian Alur penilaian dibuat guna memudahkan guru khususnya didalam melakukan pentahapan kerja yang lebih mudah. Setiap tahapan dapat tergambar dengan jelas. Pentahapan alur kerja dan penjelasannya dapat dilihat pada halaman berikutnya.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
17
ALUR PROSEDUR PENILAIAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA PENDIDIKAN KHUSUS OLEH GURU
Standar Nasional Pendidikan (PP19 thn 2005) (1)
Memutuskan pilihan teknik penilaian (7)
Penjabaran dalam standar kompetensi lulusan (Permen 23)
Standar Isi (Peraturan Menteri no 22)
Membuat alternatif format, model –model teknik penilaian dan raport (8)
(2)
Standar Standar Kompetensi Standar Kompetensi mata pelajaran Kompetensi mata pelajaran mata pelajaran (PP,Psl 25)(3)
Kompetensi DasarKompetensi mata Kompetensi Dasar pelajaran mata Dasar mata pelajaran pelajaran (4)
Membuat Perencanaan & Penilaian Proses Pembelajaran ,Sarana (PP 19,2005 ,Psl 19)
(6)
Penjabaran KD kedalam kurikulum sekolah dalam bentuk indikator indikator mata pelajaran (5)
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
Penilaian proyek
Penilaian tertulis
Penilaian unjuk kerja
Penilaian diri
Melakukan Penilaian pada Proses pembelajaran dan Hasil pembelajaran dengan teknik penilaian yang sesuai dengan ke”Tuna” an , jenjang dan mata pelajaran yang ditempuh siswa (Implementasi PPRI No 19 thn 2005 Psl 19 ayt 1-3) (9)
Penilaian produk
Penilaian sikap
Penilaian portofolio
Penilaian lainnya
Implementasi PPRI No 19 thn 2005 Psl 22 ayt 1-3 (9) Penjelasan:
Dilakukan Pusat
Dilakukan Sekolah 18
Aliran prosedur
Rapot sebagai penilaian akhir dari Guru (10)
PENJELASAN ALUR /PROSEDUR PENILAIAN KBK UNTUK PENDIDIKAN KHUSUS (LIHAT DIAGRAM DI ATAS) Sebelum memulai melakukan perencanaan dalam penyusunan dokumen penilaian, sekolah hendaknya menyiapkan terlebih dahulu dokumen-dokumen yang telah disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai berikut: a. Standar isi b. Standar proses c. Standar kompetensi lulusan d. Standar Pendidik dan tenaga kependidikan e. Standar sarana dan prasarana f. Stndar pengelolaan g. Standar pembiayaan dan h. Standar penilaian pendidikan Selanjutnya penyusunan dokumen implementasi penilaian untuk sekolah (seperti penyusunan model-model penilaian, teknik-teknik penilaian dan format pencatatan perkembangan kemampuan siswa dan rapot) dapat mengikuti prosedur / pentahapan dibawah ini sesuai dengan diagram yang tergambar di atas sebagai berikut: 1. Segala sesuatu sumber penilaian mengacu pada apa yang tersurat dalam Standar Nasional Pendidikan (PPRI NO 19 tahun 2005). 2. Dalam konteks penilaian maka harus dilihat PPRI NO 19 thn 2005 pasal 25 , 26 dan 27 BAB V tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), apa , tujuan dan cakupan apa saja yang perlu dinilai untuk dapat mencapai SKL yang diharapkan perlu ada suatu . 3. Standar Kompetensi Lulusan pada setiap mata pelajaran diatur oleh pusat yaitu oleh BSNP(Badan Standarisasi Nasional Pendidikan) dan sudah ada dalam bentuk dokumen yang baku secara nasional. Dokumen ini sebagai acuan untuk menjabarkan lebih lanjut lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang , dan jenis pendidikan tertentu. (lihat Standar isi pasal 5 ayat 1 PPRI no 19 thn 2005) 4. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran merupakan gambaran kemampuan siswa yang hendak dicapai pada mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar ini merupakan penurunan dari Standar Kompetensi Mata pelajaran yang telah ditetapkan secara nasional atau sudah baku secara nasional. Kompetensi dicapai dengan melalui pembelajaran dari suatu mata pelajaran tertentu. 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dijabarkan lebih lanjut kedalam kurikulum. Perlu diketahui bahwa kurikulum disusun oleh satuan pendidikan atau sekolah (TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dst). Penjabaran lebih lanjut itu dapat berupa indikator-indikator yang berfungsi sebagai ”tanda” atau ”ciri” keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetnsi yang diharapkan dalam Standar Kompetensi lulusan. Penjabaran dalam indikator tentunya harus melalui analisis dan kajian yang luas dan mendalam agar sesuai dengan Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
19
tingkat kemampuan siswa yang beragam pada Pendidikan Khusus. Indikatorindikator ini dalam penilaian berfungsi sebagai alat ukur atau bahan uji atau bahan test yang dapat dikembangkan variasi dan jenisnya. Sekali lagi keterlibatan guru yang berpengalaman dan mampu secara substansial dan psikologis dalam menangani setiap Kekhususan harus menjadi prasyarat bagi siapa yang hendak terlibat dalam penyusunan kurikulum maupun pokok uji tersebut. Penyusunan kurikulum dan pokok uji hendaknya mempunyai keterkaitan yang kuat agar tidak melakukan test yang tidak terdapat dalam kurikulum yang telah disusun. Keserentakan penyusunan kurikulum dan pokok-pokok uji penilaian diharapkan dapat menjamin relevansi yang kuat antara apa yang diajarkan dan apa yang diujikan. 6. Membuat perencanaan penilaian baik pada proses maupun hasil dari suatu pembelajaran hendaknya melihat benar batas-batas kemampuan pada siswa pendidikan khusus. Pada siswa pendidikan khusus, jenis Kekhususan, materi ajar, kompetensi yang hendak dicapai, jenis metoda atau pendekatan pembelajaran serta keberadaan dan pemakaian jenis sarana dan prasarana sangat mempengaruhi bentuk teknik penilaian yang tentunya menentukan hasil penilaiannya pula. Pen”standaran penilaian” pada tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa hendaknya pada hal-hal tertentu benar-benar berimbang dan mungkin tidak dapat disamakan, sehingga terhindar dari penilaian yang ”tidak adil” diantara para siswa yang beragam kekhususannya itu . Standar-standar lokal sekolah mungkin perlu dikembangkan untuk pencapaian kompetensi-kompetensi tertentu khususnya pada siswa-siswa yang ”memiliki kekhususan ganda”. 7. Langkah ke tujuh ini sangat penting khususnya dalam membuat suatu keputusan model ataupun teknik penilaian yang hendak dilakukan. Hal ini sehubungan dengan keragaman kemampuan siswa dilihat dari sisi variasi Kekhususan , tingkat kecerdasannya , kemampuan fisiknya, kemampuan berkomunikasinya yang beragam pula. Oleh karena itu perlu ada pertimbangan pola-pola penilaian dengan penanganan secara khusus bagi siswa-siswa tersebut.Teknik penilaian tertentu mungkin tidak dapat dipaksakan untuk digunakan bagi siswa siswa tertentu juga. ”... tidak ada ketersediaan informasi ”apa yang diketahui” dan apa yang ”tidak diketahui” pada siswa Pendidikan Khusus. ...Harus ada semacam uji coba test bagi siswa apakah test tersebut sesuai untuk siswa Pendidikan Khusus tersebut? ( Martha L Thurlow, Ph.D., 1997)
Pernyataan ini benar dan penting diketahui adanya, sehingga dalam menyelenggarakan penilaian dapat dilakukan secara adil dan terbuka. Proses pembelajaran dan penilaian hendaknya mengabaikan proses terjadinya penderaan dan pelecehan baik secara fisik maupun mental bagi siswa berkelainan sehingga hal-hal yang negatif tersebut dapat dihindari semaksimal mungkin. Untuk mencegah terjadinya penderaan itu setiap teknik penilaian hendaknya diujicobakan terlebih dahulu kelayakannya. Penilaian yang tidak adil dapat mengakibatkan penderaan terhadap peserta didik. Untuk itu dituntut kemampuan guru dalam mengidentifikasi ketidaktahuan, ketidakmampuan siswa sehubungan dengan penilaian yang hendak dilakukan. Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
20
8. Membuat alternatif model, teknik penilaian, pembobotan dan raport hendaknya juga mempertimbangkan apa yang telah menjadi keputusan pada langkah ke tujuh di atas. Penyeragaman teknik penilaian pada semua siswa berkelainan dan apalagi dengan pembobotan yang sama pada Kekhususan yang beragam mungkin perlu dihindari jika tanpa ada alasan yang kuat yang mendasarinya. Untuk itu perlu dikembangkan beberapa model teknik penilaian yang adil dan sesuai dengan kondisi siswa berkelainan tersebut. Telah diketahui betapa keragaman dan rentang kemampuan intelektual serta fisik siswa di pendidikan khusus, oleh karena itu apa yang dicontohkan pada pedoman Penilaian ini hanya merupakan salah satu contoh yang dapat saja diubah, diganti, dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi sekolah dan jenis Kekhususan siswanya. Dan satu hal yang penting ialah bahwa alat penilaian dalam bentuk apapun hendaknya diuji cobakan terlebih dahulu. Hal ini penting untuk mengetahui seefektif apa teknik penilaian ini dapat mengukur perkembangan kemampuan siswa yang berlangsung ataupun yang sudah berlangsung, dan yang lebih penting lagi ialah apakah teknik penilaian ini tidak menyiksa atau menyakiti / men”dera”, men dzolimi siswa secara mental maupun fisik siswa berkelainnan. Suatu instrumen penilaian yang sekiranya diketahui tidak memadai hendaknya tidak diteruskan lagi. Demikian juga jika suatu instrumen yang tidak cocok bisa saja cocok untuk kasus siswa pendidikan khusus lainnya. Sudah diketahui bahwa siswa Pendidikan Khusus lebih menekankan pelayanan khusus individual ketika menjalani pendidikan dan pelatihan meskipun tidak tertutup kemungkinan terhadap terjadinya pelayanan kelompok atau secara klasikal (ini yang paling sering terjadi karena keterbatasan jumlah guru). Untuk itu perlu ada semacam paket penilaian untuk anak yang dilayani harus secara individual ataupun secara berkelompok atau klasikal. Teknik penilaian yang terdapat pada diagram tidak harus semuanya diterapkan dalam penilaian, tetapi dicari, dipilih yang sesuai dengan jenis kemampuan yang hendak dilatihkan serta keterbatasan siswa. Sebagai contoh, misalnya mungkin pada satu siswa tunanetra cocoknya dengan menggunakan penilaian unjuk kerja dan penilaian produk, tetapi pada siswa tunanetra lainnya lebih cocok dengan penilaian tertulis, karena kemampuannya memang pada kemampuan menulisnya. Paket-paket penilaian ini dapat saja didesain untuk kelompok atau individual tertentu. 9. Pada langkah ke sembilan ini (pada gambar kotak besar dengan garis terputus-putus merupakan “action” sesungguhnya dari instrumen-instrumen penilaian itu. Instrumen-istrumen test tersebut sudah tentu digunakan baik dalam menilai proses maupun hasil belajar siswa. Proses disini yang dinilai ialah seperti, keuletan, kejujuran, ketaatan pada prosedur, tertip selama belejaratau berlatih, toleran, menghargai pendapat orang lain. Sedangkan produk dapat dilihat dari hasil yang dibuatnya seperti jika menggambar menghasilkan gambar yang komunikatif, bersih dan indah atau jika dalam percobaan IPA dalam melakukan pengukuran sesuai dengan apa yang dituliskan .Keutuhan penilaian yang mencakup segala segi perkembangan kemampuan yang diajarkan hendaknya dapat diakomodasi dalam penilaian ini. Kehati-hatian guru didalam menerapkan dan menggunakan teknik penilaian yang tepat sangat diperlukan guna terjadi penilaian yang alami. Tentu derajat kesulitan pada setiap siswa ber”Kekhususan“ berbeda-beda Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
21
sesuai dengan jenis Kekhususannya. (lihat contoh “Peta Penilaian” pada lampiran) 10. Raport sebagai penilaian akhir dari guru merupakan kumpulan penilaian yang mencakup banyak aspek. Semua yang ditulis di raport hendaknya berdasarkan catatan dari semua perkembangan siswa. Raport dalam beberapa hal pada pendidikan khusus dapat diungkapkan secara deskriptif kualitatif sehingga dapat menggambarkan kemajuan kemampuan yang telah dicapainya.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
22
BAB III TEKNIK PENILAIAN, PENGOLAHAN, DAN PEMANFAATANNYA A. PP 19 thn 2005,Psl 22 ayt 1,2,3 tentang Teknik Penilaian (1)
(2)
(3)
Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester.
Teknik penilaian yang menjadi pembicaraan di pasal di atas menyiratkan perlu adanya berbagai cara yang dimungkinkan untuk dapat digunakan oleh guru guna mengetahui sejauh apa program yang diberikan kepada siswa memberi efek kemajuan pada siswa Pendidikan Khusus. Peraturan Pemerintah itu dijabarkan melalui beberapa teknik penilaian yang dapat secara oprasional dapat dibuat antara lain melalui cara dan prosedur sebagai berikut : B. Pembobotan Sebelum proses penilaian terlebih dahulu dirancang suatu proses penilaian yang adil dan terbuka. Kesepakatan pembobotan pada suatu mata pelajaran yang berkenaan dengan kemampuan yang hendak dikembangkan dilakukan secara bersama diantara guru-guru mata pelajaran sama dalam kebutuhan khusus yang sejenis juga. Beberapa syarat dan kriteria pengembangan dalam teknik penilaian mencakup: Pertama, untuk melakukan penilaian terhadap subyek pendidikan hendaknya guru dalam hal pemahaman terhadap setiap karakteristik Kekhususan sudah tidak diragukan lagi. Jadi guru harus sudah memahami karakteristik khusus yang dimiliki setiap siswa pada setiap jenis kebutuhan khusus. Ke dua , pada teknik penilaian ini dikemukakan pola pembobotan. Pola ini bertujuan agar guru dapat secara proporsional melakukan penilaian pada siswanya secara adil dan benar sesuai dengan derajat kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh siswanya di sekolahnya masing-masing. Ke tiga, karena keragaman keterbatasan intelektual, mental, fisik dan emosional peserta didik maka pembobotan dilakukan berdasarkan kriteria kemampuan individual yang berlaku khusus di sekolah pendidikan khusus itu. C. Kriteria Ketuntasan Belajar Minimum Kriteria ketuntasan belajar minimum adalah merupakan penjabaran dari kompetensi dasar menjadi beberapa indikator pencapaian belajar. Indikatorindikator itu digunakan sebagai acuan tercapainya ketuntasan belajar. Namun demikian ketuntasan belajar minimum ditentukan oleh sekolah melalui Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
23
kesepakatan guru-guru matapelajaran-matapelajaran yang sama dan sejenis dalam kebutuhan khususnya. Kriteria itu dibangun berdasarkan kondisi individu setiap siswa dan disesuaikan dengan kemampuan minimal yang harus dicapai berdasarkan skala maksimal yang memungkinkan untuk dikembangkan berdasarkan kemampuan individu siswa tersebut . Untuk itu setiap siswa harus diidentifikasi rentang kemampuan yang memungkinkan dikembangkan. Kriteria ketuntasan belajar minimum bersifat spesifik sekolah, mata pelajaran dikaitkan dengan jenis kebutuhan khusus siswanya. Ketuntasan belajar ditentukan oleh pencapaian kompetensi dasar yang dicerminkan dengan pencapaian ketuntasan pada setiap indikator. Jika ada salah satu atau lebih indikator yang belum tercapai , maka ketuntasan belajar minimum itu belum tercapai, untuk itu perlu ada remedial bagi indikator yang belum tercapai ketuntasannya. Tingkat ketuntasan merupakan keputusan dan kesepakatan bersama yang ditentukan para guru berdasarkan ketentuan diatas. Kriteria ketuntasan belajar mimimum harus ditinjau kembali secara berkala berdasarkan evaluasi program . D. Teknik Penilaian yang Digunakan, Pengolahan, dan Pemanfaatannya 1. Penilaian Unjuk Kerja Sebelum membuat perangkat instrumen hendaknya guru melihat terlebih dahulu isi kurikulum. Apa yang hendak dibelajarkan, kompetensi apa yang hendak dilatihkan, pengetahuan apa yang hendak diterima didapat siswa. Berikut adalah contoh bagaimana menurunkan suatu standar kompetensi kedalam perencanaan dan pelaksanaan penilaian. Pertama ialah menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ada dalam SNP (Standar Nasional Pendidikan) Mata Pelajaran kedalam indikator dan materi pokok dengan cara seperti di bawah ini. Kelas XI Semester 1 Standar Kompetensi (SK) 2. Mendeskripsikan karakteristik unsur-unsur dan senyawa penting, keberadaan, kegunaan dan bahayanya. Kompetensi Dasar (KD) 2.1 Mengidentifikasi keberadaan unsur dan senyawa dan produk yang mengandung unsur tersebut
Indikator Menunjukkan keberadaan unsur-unsur dan senyawa dalam kehidupan sehari-hari. Mengidentifikasi produk-produk yang mengandung unsur atau senyawa tersebut.
Materi Pokok Keberadaan unsur dan senyawa.
Kedua ialah menganalisis SK, KD dan Materi Pokok , kemudian memperkirakan
kemampuan serta materi pokok apa yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran sehubungan dengan keterbatasan mental, intelektual maupun fisik siswa. Analisis SK, KD dan Materi Pokok lebih mendalam pada indikator diperlukan guna menentukan unit-unit penilaian yang lebih terukur dan mudah diamati. Contohnya seperti Kompetensi Dasar mengidentifikasi , kompetensi Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
24
ini harus dijelaskan sejauh apa kegiatan mengidentifikasi untuk siswa tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa harus dilakukan secara memadai Contoh untuk mata pelajaran IPA yaitu kompetensi mengidentifikasi Kompetensi mengidentifik asi yang dikembangkan 1. Menyebutkan persamaan dari dua benda yang diamati
2. Membandingka n logam dengan bukan logam
Aspek yang dinilai yang berhubungan dengan Keterlibatan indra, potensi tubuh ketika memahami ”Kompetensi mengidentifikasi” dalam aksi pembelajaran sesuai dengan Jenis Kekhususannya C. (tunagrahi A. (tunanetra) B. (tunarungu) D. (tunadaksa) ta) Setelah melakukan Setelah melakukan Dengan bantuan Dengan bantuan guru perabaan, mencium perabaan, melihat warna, guru setelah Setelah melakukan dua benda yang dan mencium ciri kedua melakukan perabaan, melihat diamati siswa benda siswa tunarungu perabaan , warna, mendengarkan tunanetra dapat dapat menyebutkan mencium bau bunyi dan mencium ciri menyebutkan persamaan dua benda yang benda, melihat bau kedua benda siswa persamaan dua diamati dengan bahasa yang warna dua benda tunadaksa dapat benda yang telah komunikatif siswa tunagrahita menyebutkan diamati dapat persamaan dua benda menyebutkan apa yang diamati yang diamatinya Perabaan untuk Setelah melakukan Dengan bantuan Dengan bantuan guru membandingkan perabaan untuk guru setelah setelah melakukan logam dan bukan membandingkan logam dan melakukan perabaan, penciuman logam dilihat dari bukan logam dilihat dari perabaan, untuk membandingkan unsur unsur berat/ringannya penciuman untuk logam dan bukan logam berat/ringannya kedua benda . membandingkan siswa dapat kedua benda . Mencium untuk , logam dan bukan menunjukkan logam Mencium untuk , membandingkan antara bau logam siswa dan bukan logam. membandingkan logam dan bukan logam. dapat Melalui pendengaran antara bau logam Melalui pengamatannya menunjukkan siswa tunadaksa dan bukan logam. siswa tunarungu dapat logam dan bukan membandingkan bunyi Melalui pendengaran membandingkan ciri warna logam. logam dan bukan logam siswa tunanetra benda logam dan bukan ketika diketuk-ketuk. membandingkan logam Melalui pengamatannya bunyi logam dan Pencecapan* tidak boleh siswa tunadaksa dapat bukan logam ketika dilakukan karena membandingkan ciri diketuk-ketuk dikhawatirkan bendanya warna benda logam dan Pencecapan* tidak beracun. bukan logam boleh dilakukan krn Pencecapan* tidak dikhawatirkan boleh dilakukan krn bendanya beracun. dikhawatirkan bendanya beracun
3. Menyebutkan contoh unsur .
................
................
................
................
4. Menyebutkan contoh senyawa
................
................
................
................
5. Menguraikan kedalam kelompok unsur dan senyawa dalam satu produk
................
................
................
................
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
25
Kompetensi mengidentifik asi yang dikembangkan
Aspek yang dinilai yang berhubungan dengan Keterlibatan indra, potensi tubuh ketika memahami ”Kompetensi mengidentifikasi” dalam aksi pembelajaran sesuai dengan Jenis Kekhususannya C. (tunagrahi A. (tunanetra) B. (tunarungu) D. (tunadaksa) ta)
(kursi) 6. Menyebutkan contoh benda yang dibuat dari plastik
................
................
................
................
7. Menunjukkan bendanya langsung mana yang terbuat dari plastik dengan tepat
................
................
................
................
8. Membuat pelaporan hasil identifikasi
................
................
................
................
Analisis: Menganalisis Standar Kompetensi 3 (SK3) menjadi Kompetensi Dasar (KD3.1) Karakteristik yang dimaksudkan disini adalah sifat-sifat yang dapat diamati oleh siswa tunanetra misalnya melalui perabaan . Deskripsi yang dilakukan siswa yakni menguraikan secara tertulis sesuai dengan hasil pengamatannya. Unsur atau senyawa yang dapat diamati siswa bisa bermacam-macam yang semuanya terdapat di lingkungan siswa misalnya emas, besi, aluminium, perak, gula, garam, plastic, kaca, cat dan sebagainya. Siswa tidak perlu membedakan unsur dengan senyawa. Menganalisis Kompetensi Dasar 3.1. (KD3.1) menjadi Indikator Butir 1 (IB.1) Unsur dan senyawa bisa terdapat di lingkungan siswa. Siswa tidak harus membedakan unsur dengan senyawa karena yang perlu diketahui siswa adalah bahwa benda-benda di sekitar siswa merupakan bahan kimia. Identifikasi yang dilakukan siswa adalah berupa menyebutkan nama unsur atau senyawa dan menjelaskan cirri-ciri yang dapat diamatinya. Menganalisis Indikator Butir 1 (IB1) menjadi materi pokok Keberadaan unsur misalnya emas ada di cincin atau di kalung, besi ada di tiang bendera, aluminium ada di panci aluminium, cat ada di berbagai benda di sekitar siswa, plastic pada gelas atau sikat gigi dan sebagainya. Siswa diminta untuk menyebutkan sambil menunjukkan unsure atau senyawa tersebut.
Ketiga, ialah mensintesakan Mensintesakan SK 3, KD 3.1 dan indikator butir 1 Sintesa ini menghasilkan Pengalaman belajar sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi; Melihat persamaan dan perbedaan dengan menyebutkannya. Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
26
2. Membedakan logam dan bukan logam dari baunya, suara dentingannya dan perbedaan berat dengan benda lainnya. 3. Menunjukkan gelas, plastik 4. Mencontohkan aplikasi material dalam kehidupan sehari-hari 5. Menunjukkan unsur dan senyawa Analisis Indikator Butir 2. (IB2) Siswa diminta untuk menunjukkan suatu benda atau produk dan menyebutkan nama unsure atau senyawa apa saja yang terdapat di dalam produk tersebut, misalnya pada sebuah kursi terdapat besi pada pakunya, plastic pada joknya, dan cat. Mensintesakan SK 3, KD 3.1 dan indikator butir 2 Sintesa ini menghasilkan pengalaman belajar : 1. 2. 3.
Mengidentifikasi dengan mengurai nama benda atau material dalam suatu produk Membendakan dengan menunjuk mana logam , mana plastik, mana yang gelas. Menunjukkan benda yang unsur dan yang bukan.
Keempat, ialah meramu ke dua hasil sintesa itu menjadi pokok-pokok proses pembelajaran yang berujung pada pokok-pokok penilaian.
Contoh checklists yaitu dengan cara menggunakan siswa yang sama (untuk kemudahan pemahaman bagi pembaca dalam hal ini guru)
Format Penilaian Pembelajaran IPA (Menggunakan Daftar Tanda Cek untuk Penilaian Unjuk Kerja)
Nama peserta didik:
Akhmad
Kelas: XII SMALB Tunanetra Mata pelajaran IPA (Fisika) Standar Kompetensi
4. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan untuk memahami keterkaitannya dengan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi Dasar
4.2
Mengidentifikasi listrik dinamis dalam rangkaian Skala
N o .
Indikator
B ob ot pe r in di ka to r
1.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
2.
3.
4.
5.
r e a l s k o r s i s w a
Ketuntasan 60% S k o r M a k s
T u n t a s
Tidak tuntas/re medial
27
Skala
N o .
B ob ot pe r in di ka to r
Indikator
1 .
Menyebutkan persamaan listrik dinamis dan listrik statis
2
2 .
Membandingkan cara kerja listrik dinamis dan listrik statis
1
3 .
Menguraikan komponen komponen listrik dinamis
2
4 .
Menyebutkan contoh yang menyebabkan listrik dinamis
1
5 .
Menunjukkan beberapa contoh langsung peralatan listrik dinamis dalam keseharian
2
1.
2.
3.
4.
r e a l s k o r s i s w a
5.
v
v
Skor yang dicapai siswa
v
Ketuntasan 60% S k o r M a k s
T u n t a s
6
1 0
T u n t a s
v
5
5
T u n t a s
v
1 0
1 0
T u n t a s
1
5
6
1 0
2 8
4 0
Tidak tuntas/re medial
Tidak Tuntas
T u n t a s
Skala yang terdapat pada tabel diatas digunakan oleh guru sebagai alat pertimbangan dalam menentukan tingkat ketuntasan berdasarkan pertimbangan subyektif guru berdasarkan kriteria . Misalnya nilai skala 1 artinya atau kriterianya siswa tidak tahu atau tidak melaksanakan/ mengerjakan sesuatu apapun,
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
28
skala 2 guru dapat mengembangkan kriteria pemahaman bahwa siswanya tahu tapi tidak dapat melaksanakannya/menjelaskannya, skala 3 dapat dikembangkan pemahaman kriterianya bahwa siswa tahu dan dapat melaksanakan tetapi tidak dapat mengembangkan, skala 4 guru dapat mengembangkan bahwa siswanya tahu, dapat melaksanakan serta dapat mengembangkan contohnya lebih dari satu aplikasi, skala 5 guru dapat mengembangkan kriterianya bahwa siswa tahu banyak dan dapat mengembangkannya dengan memberikan banyak contoh lebih dari 2 atau 3 aplikasi dengan penjelasan yang lebih komprihensif. Catatan: a. Bobot dibakukan atas kesepakatan guru berdasarkan pertimbangan kemampuan dan keterbatasan siswa tunanetra dan dapat dipertanggung jawabkan secara edukatif. Tidak menyakiti dan mendera siswa b. Penentuan skala diputuskan oleh guru dengan pertimbangan teknis yang kuat c. Setiap indikator tidak boleh mempunyai skor dibawah 60% (misalnya) dari skor maksimalnya, skor ini ditentukan secara bersama antar para guru sesuai dengan karakteristik Kekhususan siswanya. d. Cara menghitung jumlah real skor siswa yaitu
Bobot indikator untuk tunanetra dikalikan dengan skala nilai = Jumlah real skor siswa e. Jika siswa dapat mencapai skor 36 maka tingkat ketuntasan siswa ialah lebih dari 60% atau 65% lebih , tetapi indikator no 3 dan nomor 6 kurang dari 60%, maka siswa ini tidak tuntas, ia harus mendapat remedial sampai skor minimalnya tercapai dengan memperbaiki kinerja indikator nomor 3 dan nomor 6. (cara mengukur ketuntasan ini dapat digunakan untuk model-penilaian lainnya) f. Format penilaian ini dapat dikembangkan utnuk jenis Kekhususan yang lain.
Contoh: Format Penilaian Pendidikan Jasmani Nama Jenjang Kelas Jenis Kebutuhan Khusus
No. a 1 2 3
Indikator b Bertepuk tangan Berjalan di tempat Melangkah
: .............. : TKLB : Persiapan 1 : Tunanetra Skala 1-10
c ……… . ……… . ………
Bobot Skor untuk nyata tunanetra d e 1 ……….
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
Skor maksimal f 10
1
……….
10
2
……….
20 29
No.
Indikator
Skala 1-10
Bobot untuk tunanetra
Skor nyata
Skor maksimal
. ……… 3 ………. 30 . 5 Berjalan ke ……… 2 ………. 20 depan . 6 Berjalan ……… 4 ………. 40 mundur . 7 Berjalan jinjit ……… 4 ………. 40 . Total Skor siswa (yang nyata) ………. 170 Catatan; Proses penilaian sama sebagaimana yang dicontohkan di atas Kompetensi Dasar: Melakukan senam lantai dengan benar Nama : ............ Jenjang :SMALB Kelas :X Jenis Kebutuhan Khusus Tunanetra 4
No. a 1 2 3 4 5 6 7
Mundur
Indikator
Skala 1-10
b c Berguling ………. Kayang ………. Sikap lilin ………. Guling lenting (neckspring) ………. Berdiri dengan kepala ………. Berdiri dengan kedua ………. telapak tangan Melakukan rangkaian ………. gerakan senam Total Skor siswa (yang nyata)
Bobot untuk siswa tunanetra d 1 4 2 4 3 4
Skor nyata
Skor maksima l
e ………. ………. ………. ………. ………. ……….
f 10 40 20 40 30 40
4
……….
40
……….
190
Catatan a. Pilihan Skala 1-10 diputuskan guru olah raga (apakah diberi angka 1, 2, 3, ....dst) yang bersangkutan berdasarkan pertimbangannya ketika melakukan pengamatan pada saat siswa berguling, kayang sikap lilin dan sebagainya. b. Skor nyata diperoleh dari hasil perkalian antara angka skala yang telah ditetapkan oleh guru berdasarkan pengamatannya, misalnya siswa tunanetra ”berguling” menurut pengamatan guru patut diberi angka 4 dari skala 10, maka 4 X 1( bobot berguling untuk siswa tunanetra ialah 1 satu) = 4, jika siswa yang bersangkutan melakukan sikap ”kayang” dan dinilai 4 pada skala 10 menurut pengamatan guru maka 4 X 4 = 16. c. Ketetapan Ketuntasan dapat ditetapkan oleh kelompok guru mata pelajaran, dalam hal ini guru olah raga, misalnya tingkat ketuntasan indikator kompetensi dasar ”berguling” ialah 50%
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
30
, maka siswa minimal mendapat skor nyata ialah 5, kurang dari 5 maka siswa tersebut tidak tuntas atau lulus, untuk itu perlu ada perbaikan. d. Ketuntasan belajar atau kelulusan hanya terjadi jika setiap indikatornya memiliki skor tidak kurang dari 50% dan skor totalnya tidak kurang dari 50% juga. e. Total skor nyata pun tidak boleh kurang dari 50 % dari 190 atau kurang dari 85 .Jadi meskipun total skor nyatanya lebih dari 50% atau lebih dari 85 tetapi masih ada salah satu indikator mempunyai skor nyata dibawah 50% maka siswa tersebut tidak tuntas atau lulus. f. Format penilaian ini dapat dikembangkan utnuk jenis Kekhususan yang lain. Nama Jenjang Kelas Jenis Kebutuhan Khusus No.
: .......... : SMALB :X : Tunarungu Skala 1-10 ……….
Indikator
1
Bobot
Skor nyata ……….
Menerapkan konsep dasar 4 senam lantai 2 Melakukan guling ………. 1 ………. 3 Hand-spring ………. 3 ………. 4 Neck-spring ………. 4 ………. 5 Head-spring ………. 3 ………. 6 Meroda ………. 4 ………. 7 Melakukan gerakan ………. 3 ………. rangkaian senam Total Skor siswa (yang nyata) ………. Catatan; Proses penilaian sama sebagaimana yang dicontohkan di atas Nama Jenjang Kelas Jenis Kebutuhan Khusus No. 1 2 3 4 5 6 7
Skor maksimal 40 10 30 40 30 40 30 220
: .............. : SMALB :X : Tunagrahita Ringan
Deskripsi
Skala 1-3 ………. ………. ………. ………. ………. ……….
Berguling Kayang Sikap lilin Guling lenting (neckspring) Berdiri dengan kepala Berdiri dengan kedua telapak tangan Melakukan rangkaian ………. gerakan senam Total Skor siswa (yang nyata)
2 4 4 4 4 4
Skor nyata ………. ………. ………. ………. ………. ……….
Skor maksimal ………. ………. 40 40 40 40
4
……….
40
……….
200
Bobot
Catatan; Proses penilaian sama sebagaimana yang dicontohkan di atas Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
31
Untuk Tunadaksa SMALB kelas X: Penentuan kompetensi, deskripsi olah raga harus ditentukan oleh guru yang bersangkutan sesuai dengan kondisi siswa. Proses penilaian sama sebagaimana yang dicontohkan untuk jenis Kekhususan lainnya. Skala dan pembobotan diisikan sesuai dengan pertimbangan antar guru oleh raga yang ketika hendak melakukan penilaian, namun demikian perlu juga penetapan kriteria yang disepakati bersama juga dan juga kapan memberi penilaian skala 1, skala 2 dan skala 3, untuk itu dapat ditetapkan suatu kriteria misalnya: pemberian tanda cek (V) pada - skala 1 artinya siswa dapat melakukan dengan sedikit kesalahan namun lambat , - skala 2 artinya siswa dapat melakukan dengan benar meskipun lambat, - skala 3 siswa dapat denganbenar dan cepat melakukannya. 2. Penilaian Sikap Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik, antara lain: a. Observasi perilaku Perilaku positif dan negatif dari setiap siswa dicatat dalam buku catatan harian tentang siswa. Contoh halaman sampul Buku Catatan Harian:
BUKU CATATAN HARIAN TENTANG PESERTA DIDIK (
nama sekolah
Kelas
)
: ___________________
Tahun Pelajaran : ___________________ Jenis Kekhususan
:
___________________ Nama Guru
: ___________________
Jakarta, 2006
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
32
Contoh cara mengisi Buku Catatan Harian : No . 1
Hari/ tanggal Sabtu, 25 Mei 2006. Mata Pelajaran:…………… …..
Nama peserta didik 1. Jiman
2. Hasril
3. Anita
4. Tobias
Kejadian (positif f) 1. Mengakui perbuatannya yang salah. 2. Membantu temannya memindahkan meja 3. Membuang sampah pada tempatnya. 1. Bekerja sama dengan temannya 2. Memimpin dengan baik ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................
Kejadian (negatif) 1. Berkelahi dengan temannya 2. Mencontek
1. Agak otoriter 2. Kurang sabar
............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................ ............................
Catatan : Kejadian yang dicatat oleh guru pada Buku Catatan Harian adalah kejadian yang positif ekstrim dan negatif ekstrim. Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Pekerjaan ini agak merepotkan guru khususnya jika siswanya dalam jumlah banyak, untuk itu kejadian yang dicatat hanya yang ekstrim positif atau negatif saja. Kelemahan dan kekuatan siswa dalam pembentukkan sikap dapat dipantau dan dapat menjadi umpan balik bagi guru yang bersangkutan.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
33
Contoh: Format Penilaian Sikap dalam Pengetahuan Sosial dalam kegiatan Observasi Kompetensi Dasar: Menerapkan berbagai cara dalam menjaga kesehatan lingkungan. Nama Jenjang Kelas Jenis Kebutuhan Khusus
: .............. : SDLB : III : (A)Tunanetra, (B)Tunarungu, (C)Tunagrahita Ringan, (D)Tunadaksa Ringan Skala
No.
1
2
3
4
5
Perilaku
Membersi hkan kelas
Kerja sama
Inisiatif
Punya perhatian
Bekerja sistematis
Indikator
Membuang sampah Menyapu kelas Melap perabot sekolah Membantu teman yang mengalami kesulitan ketika membersihkan kelas Berdiskusi untuk memecahkan masalah tentang kebersihan kelas Membuang sampah pada tempatnya tanpa disuruh Menyampaikan gagasan tentang kebersihan Berempati dalam kata-kata atau perbuatan pada orang lain yang berkaitan dengan kebersihan kelas Memberi kritik positif terhadap kebersihan lingkungan Mengikuti aturan Mengikuti prosedur Membangun cara kerja yang logis
1
2
3
Bobot Kekhususan 4
Skor sesungguhnya
5 A
B
C
D
4
1
2
Skor Maksimal.
A
B
C
D
A
B
C
D
4
..
..
..
..
20
5
10
20
..
..
..
..
..
.. ..
.. ..
.. ..
.. ..
.. ..
4
1
2
4
..
..
..
..
20
5
10
20
3
1
3
3
..
..
..
..
15
5
10
15
..
..
..
..
..
4
1
2
4
..
..
..
..
20
5
10
20
..
..
..
..
..
1
4
4
1
..
..
..
..
5
20
20
5
..
..
..
..
..
2
2
2
2
..
..
..
..
10
10
10
10
..
..
..
..
..
1
2
4
1
..
..
..
..
5
10
20
5
..
..
..
..
..
3
2
4
1
..
..
..
..
15
10
20
5
..
..
..
..
..
1
1
2
1
..
..
..
..
5
5
10
5
.. ..
.. ..
.. ..
.. ..
.. ..
3
3
3
3
15
1
.. ..
15
2
.. ..
15
1
.. ..
15
1
.. ..
5
5
10
5
..
..
..
..
..
2
2
3
2
.. ..
.. ..
.. ..
.. ..
10
10
15
10
145
125
160
135
Skor total
Catatan*) Tabel diatas sengaja ditampilkan bersama antara penilaian tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa hanya sebagai cara agar memudahkan pembaca Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
34
mengetahui perbandingan “bobot” penilaian pada masing-masing Kekhususan, tetapi dalam pelaksanaan sesungguhnya tabel diatas harus terpisah dan hanya berlaku untuk penilaian satu anak untuk setiap Kekhususan serta satu mata pelajaran pada satu topik pembelajaran . Penjelasan penggunaan tabel di atas: Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan pertimbangan guru matapelajaran dan guru pada setiap jenis Kekhususan. Rentang skala 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = sedang 4 = baik 5 = amat baik Skala dibuat /diputuskan menurut pertimbangan guru yang mengamati aktifitas siswa secara langsung. Bobot Kekhususan ditentukan oleh kelompok guru mata pelajaran pada setiap jenis Kekhususan. Perhitungan penilaian lainnya sebagaimana telah dicontohkan sebelumnya. Skor sesungguhnya diperoleh dari perkalian antara skala yang diputuskan guru ketika melakukan pengamatan dikalikan dengan bobot Kekhususan Skor maksimal pada tabel diatas bermanfaat sebagai acuanpenentuan posisi nilai siswa. Konversi penilaian pada setiap Kekhususan dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Tunanetra mempunyai skor maksimal 145 untuk kemampuan mengidentifikasi, jika ingin dibuat menjadi rentang penilaian dari sangat kurang sampai dengan amat baik, maka harus dibuat lima katagori rentang penilaian yaitu pada setiap rentang berjarak nilai 145 : 5 = 29, sehingga menjadi: 1 = amat baik = a =117 – 145 2 = baik = b = 88 – 116 3 = sedang = c = 59 – 87 4 = kurang = d = 30 – 58 5 = sangat kurang = e = 0 – 29 Jika penilaian hendak dikembangkan dengan menggunakan skala nilai 1 (satu) sampai dengan 10 (sepuluh) dapat menggunakan cara membuat jarak rentang 145 : 10 yaitu 14.5, kemudian direntang menjadi: 0 – 14.5 nilainya sama dengan 1 15 – 29 nilainya sama dengan 2 29.5 – 43.5 nilainya sama dengan 3 44 – 58 nilainya sama dengan 4 58.5 – 72.5 nilainya sama dengan 5 73 – 87 nilainya sama dengan 6 87.5 – 101.5 nilainya sama dengan 7 102 – 116 nilainya sama dengan 8 116.5 – 130.5 nilainya sama dengan 9 131 – 145 nilainya sama dengan 10 Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
35
Tunarungu mempunyai skor maksimal 125 untuk kemampuan mengidentifikasi, jika ingin dibuat menjadi rentang penilaian dari sangat kurang sampai dengan amat baik atau penilaian dengan skor a, b,c,d dan e, maka harus dibuat lima katagori rentang penilaian yaitu pada setiap rentang berjarak nilai 125 : 5 = 25 sehingga menjadi: 1 = amat baik 2 = baik 3 = sedang 4 = kurang 5 = sangat kurang
= = = = =
a b c d e
= 101 – 125 = 76 – 100 = 51 – 75 = 26 – 50 = 0 – 25
Jika penilaian hendak dikembangkan dengan menggunakan kala nilai 1 (satu) sampai dengan 10 (sepuluh) dapat menggunakan cara membuat jarak rentang 125 : 10 yaitu 12.5, kemudian direntang menjadi: 0 13 25.5 38 50.5 63 75.5 88 100.5 113
– – – – – – – – – –
12.5 25 37.5 50 62.5 75 87.5 100 112.5 125
nilainya sama dengan 1 nilainya sama dengan 2 nilainya sama dengan 3 nilainya sama dengan 4 nilainya sama dengan 5 nilainya sama dengan 6 nilainya sama dengan 7 nilainya sama dengan 8 nilainya sama dengan 9 nilainya sama dengan 10
Tunagrahita mempunyai skor maksimal 160 untuk kemampuan mengidentifikasi, jika ingin dibuat menjadi rentang penilaian dari sangat kurang sampai dengan amat baik atau penilaian dengan skor a, b,c,d dan e, maka harus dibuat lima katagori rentang penilaian yaitu pada setiap rentang berjarak nilai 160 : 5 = 32, sehingga menjadi: 1 = amat baik =a= 129 – 160 2 = baik =b= 97 – 128 3 = sedang =c= 65 – 96 4 = kurang =d= 33 – 64 5 = sangat kurang = e = 0 – 32 Jika penilaian hendak dikembangkan dengan menggunakan kala nilai 1 (satu) sampai dengan 10 (sepuluh) dapat menggunakan cara membuat jarak rentang 160 : 10 yaitu 16, kemudian direntang menjadi: 0 17 33 49 65 81
– – – – – –
16 32 48 64 80 96
nilainya sama dengan 1 nilainya sama dengan 2 nilainya sama dengan 3 nilainya sama dengan 4 nilainya sama dengan 5 nilainya sama dengan 6
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
36
97 113 129 145
– – – –
112 128 144 160
nilainya sama dengan 7 nilainya sama dengan 8 nilainya sama dengan 9 nilainya sama dengan 10
Tunagrahita mempunyai skor maksimal 135 untuk kemampuan mengidentifikasi, jika ingin dibuat menjadi rentang penilaian dari sangat kurang sampai dengan amat baik atau penilaian dengan skor a, b,c,d dan e, maka harus dibuat lima katagori rentang penilaian yaitu pada setiap rentang berjarak nilai 135 : 5 = 27, sehingga menjadi: 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = sedang 4 = baik 5 = amat baik
=a= =b= =c= =d= =e=
0 – 27 28 – 54 55 – 81 82 – 108 109 – 135
Jika penilaian hendak dikembangkan dengan menggunakan kala nilai 1 (satu) sampai dengan 10 (sepuluh) dapat menggunakan cara membuat jarak rentang 135 : 10 yaitu 13.5, kemudian direntang menjadi: 0 14 27.5 41 54.5 68 81.5 95 108.5 123
– – – – – – – – – –
13.5 27 40.5 54 67.5 81 94.5 108 121.5 135
nilainya sama dengan 1 nilainya sama dengan 2 nilainya sama dengan 3 nilainya sama dengan 4 nilainya sama dengan 5 nilainya sama dengan 6 nilainya sama dengan 7 nilainya sama dengan 8 nilainya sama dengan 9 nilainya sama dengan 10
b. Pertanyaan langsung Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang peraturan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban". Pertanyaan langsung dilakukan jika guru merasa tidak cukup mendapatkan informasi dengan menggunakan
teknik penilaian
observasi perilaku.
Dengan
melakukan
pertanyaan langsung kepada siswa dapat diperoleh data yang lebih lengkap mengenai kondisi dan kemampuan siswa. c. Laporan pribadi Peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya,
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
37
diminta menulis pandangannya tentang "bencana alam". Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat disimpulkan kecenderungan sikap peserta didik.
Contoh Format Penilaian Observasi Perilaku pada Pembelajaran IPA (Menggunakan Daftar Tanda Cek untuk Penilaian Sikap)
Nama peserta didik:
Akhmad
Kelas: XII SMALB Tunanetra Mata pelajaran IPA (Fisika) Waktu : Disesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran
N o .
Indikator
( 1 )
(2)
1 .
Menyebutka n persamaan dari dua benda yang diamati
Aspek sikap yang diharapkan muncul
(3)
Membanding kan logam dengan bukan logam
Menyebutka n contoh benda yang dibuat dari plastik
2 x
3 x
4 x
5 x
( 5 )
( 6 )
( 7 )
( 8 )
( 9 )
( 1 1 )
Peka dalam pengindraan
1
...
...
...
...
...
...
5
2
...
...
...
...
...
...
1 0
Mengikuti Prosedur Pedoman
1
...
...
...
...
...
...
5
Membandingk an dengan perabaan dan penciuman
1
...
...
...
...
...
...
5
1
...
...
...
...
...
...
5
Menyebutkan lebih dari contoh
2
...
...
...
...
...
...
1 0
Menyebutkan contoh
1
...
...
...
...
...
...
5
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
.. .
(10)
2
Kepekaan indra penciuman
3 .
(4)
1 x
S k o r M a k s
Jml real sko r sis wa
Teliti dalam mengindra
Hati-hati
2 .
Frekuensi berapa kali munculnya dalam proses pembelajaran
Bobot utk setiap aspek indikator dari tunanetra
...
...
...
...
1 0
...
38
N o .
Indikator
Aspek sikap yang diharapkan muncul
( 1 )
(2)
4 .
Menunjukka n bendanya langsung mana yang terbuat dari plastik dengan tepat
Kecermatan
Mengkomuni kasikan
Jujur
5 .
Frekuensi berapa kali munculnya dalam proses pembelajaran
Bobot utk setiap aspek indikator dari tunanetra
(3)
(4)
1 x
2 x
3 x
4 x
5 x
( 5 )
( 6 )
( 7 )
( 8 )
( 9 )
S k o r M a k s
Jml real sko r sis wa
(10)
( 1 1 )
2
...
...
...
...
...
...
1 0
1
...
...
...
...
...
...
5
3
...
...
...
...
...
...
1 5
2
...
...
...
...
...
...
1 0
2
...
...
...
...
...
...
1 0
Kebenaran
Jelas dgn bahasa yang mudah dipahami Santun
Skor yang dicapai siswa
...
1 5 5
Penjelasan tabel diatas Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang diturunkan dari standar kompetensi , sedangkan aspek sikap yang diharapkan muncul ialah sikap-sikap yang diperkirakan akan muncul ketika kegiatan pembelajaran IPA (untuk indikator-indikator tertentu) berlangsung. Penjabaran indikator pada aspek sikap yang diharapkan muncul dilakukan dan ditetapkan bersama-sama oleh kelompok guru mata pelajaran pada setiap jenis Kekhususan. Nilai Pembobotan setiap sub indikator ditetapkan oleh kelompok guru mata pelajaran sesuai dengan karakteristik Kekhususan siswa, tingkat kesulitan dan kompleksitas sub indikator. Konversi penilaian A, B, C atau D dapat menggunakan rentang 155 sebanyak 4 katagori nilai 155 sehingga 39, tergantung kesepakatan guru mata pelajaran sejenis. 4 Sehingga Misalnya:
118 - 155 nilai A 79 – 117 nilai B 40 – 78 nilai C 0 – 39 nilai D atau
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
39
Jika rentangan hendak dibuat sampai dengan F maka menggunakan rentang 155 sebanyak 6 katagori nilai , maka 155 : 6 = 25,8 Maka: 129,1 – 155 nilai A 103,4 – 129 nilai B 77,5 - 103,2 nilai C 51,7 - 77,4 nilai D 25,9 – 51,6 nilai E 0 – 25,8 nilai F Jika menginginkan penilaian secara deskriptif dengan menggunakan rentang penilaian deskriptif yang bergradasi dengan lima skala maka dapat menggunakan seperti sangat kurang, kurang, sedang, baik, sangat baik, maka skor maksimal itu dapat dibagi lima yaitu 155 : 5 = 31 maka 125 – 155 = sangat baik, , , 94 – 124 = baik, 63 – 93 = sedang 32 – 62 = kurang 0 – 31 = sangat kurang Jika menginginkan penilaian dalam bentuk skala 10 dapat dilakukan dengan : Jumlah real skor siswa X 10 = nilai siswa 155 Jika menginginkan penilaian dalam bentuk skala 100 dapat dilakukan dengan : Jumlah real skor siswa 155
X 100 = nilai siswa
C. Penilaian Tertulis Pada dasarnya semua bentuk soal tes tertulis itu baik, asal dapat menempatkan dimana tes itu diberikan. Saat yang tepat, bahan kajian yang sesuai dan metoda yang memadai dan penskoran yang jelas dan terukur sudah tentu akan menghasilkan produk penilaian yang baik. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum; konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: 1. Soal dengan memilih jawaban pilihan ganda, pilihan ganda diberikan pada pendidikan khusus disesuaikan dengan karakter Kekhususan dan menyesuaikan kondisi sekolah setempat. Jumlah pilihan jawaban disesuaikan juga dengan kondisi kemampuan fisik dan intelektual siswa pada pendidikan khusus. Soal dapat dibacakan atau tertulis untuk tunanetra. Jumlah pilihan jawaban yang diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan dan jenis Kekhususan, Contoh: untuk Tunagrahita dan tunadaksa sedang SD jumlah pilihan jawaban 2, SMP dan SM dapat diberikan 3 pilihan jawaban; untuk Tunanetra, tunarungu, Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
40
tunadaksa ringan kelas 1-3 SD jumlah pilihan jawaban 3, kelas 4-6 SD dan SMP jumlah pilihan jawaban 4, dan SMALB diberikan 4 pilihan jawaban. Untuk anak tunagrahita sedang sebaiknya menghindari soal pilihan ganda. No
Soal
1.
Contoh soal memilih jawaban(soal untuk SDLB Lingkari jawaban yang sesuai Dari benda Karet, besi, plastik, gabus dan kayu yang mempunyai ukuran yang sama , maka benda manakah yang paling berat ialah a. karet b. besi c. gabus d. kayu Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak) Contoh soal benar-salah Lingkari jawaban yang sesuai Jika ukurannya sama besi lebih berat daripada karet dan kayu lebih ringan daripada besi a. benar b. salah
2.
3.
Contoh soal ya-tidak untuk SMPLB Lingkari jawaban “ya” jika pernyataan ini dianggap benar dan lingkari jawaban “tidak” jika pernyataan dibawah ini salah. Satuan kuat arus ialah Amper a. ya
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
Btl
Slh
e.
Bobot
Skor maks
1
1
1
1
1
1
Skor nyata
Ketuntasan Ya Tidak
41
No
Soal
Btl
Slh
Bobot
Skor maks
Skor nyata
Ketuntasan Ya Tidak
b. tidak
Menjodohkan Contoh soal menjodohkan(soal SMPLB) Jodohkan jawaban yang ada pada kolom sebelah kiri dengan kolom jawaban di sebelah kanan. Pilihan No Besaran Pokok Nama Satuan Bobot Skor Jawaban a. Panjang d.Meter(contoh a. Kilogram 1 ………. jawaban) b. Massa …… b. Sekon 1 ………. c. Waktu …… c. Amper 1 ………. d. Waktu Suhu …… d. Meter 1 ………. e. Kuat Arus …… e. Kelvin 1 ………. Dari soal menjodohkan ini setiap soal diberi bobot 1 , jika benar 1 mendapat nilai skor 1, jika benar 2 mendapat nilai skor 2, jika benar 3 mendapat nilai skor 3, jika benar 4 mendapat nilai skor 4, dan jika benar 5 mendapat nilai skor 5
2.
Soal dengan mensuplai-jawaban. Contoh soal isian atau melengkapi Agar air panas di gelas cepat dingin, maka ...................permukaan. Contoh soal jawaban singkat atau pendek Alat untuk mengukur tekanan udara dalam ruang tertutup ialah..................... Contoh soal uraian Jelaskan siklus air yang terjadi di permukaan bumi!
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
Bobot
Skor
1
……….
1
……….
3
………. 42
(untuk Tuna A) Gambarkan siklus air yang terjadi di permukaan bumi! (untuk Tuna B) Ceritakan tentang kegunaan air! (untuk Tuna C)
2
……….
3
……….
3
……….
Gambarkan/Ceritakan/Jelaskan siklus air yang terjadi di permukaan bumi! (untuk Tuna D)
Dalam membuat soal tertulis perlu diperhatikan penggunaan kata dalam kalimat, kalimat yang digunakan sederhana, tidak meggunakan kalimat majemuk, dan jumlah kata dalam satu kalimat maksimal 7 kata (terutama untuk Tuna C). Jumlah
………….
D. Penilaian Proyek Penilaian proyek dilakukan untuk mengetahui sejauh apa siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya berkaitan dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan pengetahuan yang telah diperolehnya. Penilaian proyek dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan menggambarkan aplikasi kemampuan siswa dalam pengembangan kompetensinya secara menyeluruh dan utuh. Pada pendidikan khusus harus mempertimbangkan kemampuan siswa khususnya yang mempunyai keterbatasan lainnya baik fisik dan/atau mental. Untuk itu harus mempertimbangkan aspek apa saja yang memang benar-benar perlu dinilai . Kontrol dan pengendalian kegiatan diperlukan agar penilaian tidak melebihi batas kemampuan siswa, sebab mungkin saja terjadi dalam penilaian terabaikannya unsur-unsur keterbatasan itu. Dalam penilaian proyek usur perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dilakukan berdasarkan aturan yang disepakati bersama antara guru dan siswanya meliputi waktu, tempat, prosedur, disiplin serta etika yang merupakan bagian yang menyatu dalam proyek. Berikut merupakan salah satu contoh dalam suatu penilaian proyek untuk suatu kegiatan ”melakukan penyelidikan perkembangan harga bahan pokok selama sebulan”. Kegiatan ini seyogyanya dimonitor oleh guru seminggu minimal sekali. Kecuali untuk Tunagrahita, monitoring harus dilakukan terus-menerus dan pemilihan topik sesederhana mungkin dan jangka waktu proyek tidak terlalu lama, contohnya: ”melakukan penyelidikan perkembangan harga beras selama 1 minggu. Pencatatan melalui format monitoring di bawah ini dilakukan saat guru melakukan kunjungan monitoring pada setiap kelompok.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
43
NO
KEGIATAN
1.
Perencanaan
2.
Pelaksanaan
A
B
C
D
FREKUENSI MUNCULNYA INDIKATOR SEBANYAK ....KALI (1 KALI MINIMAL SD 5 KALI MAXIMAL) A B C D
2
2
4
2
....
....
....
....
....
....
3
3
4
3
....
....
....
....
....
....
1
3
3
1
....
....
....
....
....
....
1
1
3
1
....
....
....
....
....
....
2
2
2
2
....
....
....
....
....
....
1
1
3
2
....
....
....
....
....
....
3
3
3
3
....
....
....
....
....
....
1
1
1
1
....
....
....
....
....
....
2
2
2
2
....
....
....
....
....
....
2
2
2
2
....
....
....
....
....
....
BOBOT UNTUK KE”TUNA”AN*)
INDIKATOR OPRASIONAL KEGIATAN
1. Melakukan tukar pikiran/diskusi 2. Membuat langkahlangkah penelitian 3. Menguraikan/ menjelaskan langkahlangkah kegiatan 4. Menentukan peralatan yang hendak digunakan 5. Membagi tugas/pekerjaan 1. Memantau/mencatat perkembangan harga sembako selama sebulan (untuk Tunagrahita mencatat harga beras selama 1 minggu) 2. Pemahaman materi 3. Aplikasi (pembuktian) 4. Etika bekerja
konsep
5. Jujur
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
SKOR YANG DICAPAI A
B
44
C ... . ... . ... . ... . ... . ... . ... . ... . ... . ... .
SKOR MAKSIMAL
D
A
B
C
D
....
10
10
20
10
....
15
15
20
15
....
5
15
15
5
....
5
5
15
5
....
10
10
10
10
....
5
5
15
10
....
15
15
15
15
....
5
5
5
5
....
10
10
10
10
....
10
10
10
10
NO
KEGIATAN
7. Disiplin/taat waktu Pelaporan
B
C
D
2
2
4
2
....
....
....
....
....
....
2
2
2
2
....
....
....
....
....
....
2
2
4
2
....
....
....
....
....
....
2
2
4
2
....
....
....
....
....
....
....
....
BOBOT UNTUK KE”TUNA”AN*)
INDIKATOR OPRASIONAL KEGIATAN
6. Mengikuti prosedur
3.
A
FREKUENSI MUNCULNYA INDIKATOR SEBANYAK ....KALI (1 KALI MINIMAL SD 5 KALI MAXIMAL) A B C D
1. Membuat pola pelaporan 2. Membuat laporan
3. Menggunakan bahasa 1 4 1 yang komunikatif 4. Membuat tabel, daftar (untuk Tunanetra dengan 1 1 3 2 bimbingan) 5. Menyajikan/mengkomunik 2 4 4 2 asikan hasil pekerjaan Total skor nyata Total skor maksimal
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
SKOR YANG DICAPAI A
B
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
...
...
45
C ... . ... . ... . ... . ... . ... . ... . ..
SKOR MAKSIMAL
D
A
....
10
....
10
B
C
D
10
20
10
10
10
10
....
10
10
20
10
....
10
10
20
10
....
5
20
15
5
....
5
5
15
10
....
10
20
20
10
150
185
255
160
....
*) Catatan A ialah siswa tunanetra B ialah siswa tunarungu C ialah siswa tunagrahita D ialah siswa tunadaksa Semua tahap dalam penilaian proyek harus selalu dalam bimbingan guru. Dalam pembobotan perlu dibuatkan suatu kriteria pembobotan dengan mempertimbangkan potensi dan keterbatasan siswa. Siswa tunarungu sudah tentu mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan secara lisan, jika ia dapat melakukan pelaporan secara lisan, hasil pelaporan itu menunjukkan tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga mereka berhak mendapatkan nilai yang tinggi. Pertimbangan-pertimbangan itulah yang dicoba dilakukan dalam membuat pembobotan di atas. Perhitungan lainnya dapat dilihat pada teknik penilaian lainnya yang telah disajikan diatas. 5. Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap akhir. Penilaian holistik atau menyeluruh biasanya dilakukan berdasarkan kesan apa yang dapat diberikan pada suatu produk akhir dari suatu karya siswa. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cepat , tetapi jika menginginkan informasi lebih lanjut dan teliti misalnya bagaimana produk itu berproses hingga jadi guru dapat melakukan pembobotan pada setiap kriteria yang dibuat oleh guru sendiri. Penilaian produk ini dapat dalam bentuk 2 dimensi atau karya tulis maupun bentuk 3 dimensi atau suatu produk benda jadi atau seperti patung, alat elektronik. Sebaiknya kriteria ini perlu disampaikan pada siswa sebelum mereka membuatnya. Penilaian ini dapat digunakan jika guru memberikan penugasan kepada siswanya dengan tanpa pengamatan guru Contoh: Guru menilai suatu produk 2 dimensi atau tiga dimensi Produk 2 dimensi Karya tulis ”Membuat makanan murah dan sehat” Membuat kriteria misalnya makanan itu : 1. Harus Murah 2. Harus sehat 3. Harus enak 4. Harus mudah dicari 5. Harus mudah dibuat 6. Menggunakan alat yang mudah dicari Menentukan kriteria mana yang tertinggi bobotnya, misalnya guru menentukan bobot kriteria itu sebagai berikut: 1. Harus sehat (peringkat pertama dengan bobot 6) 2. Harus Murah (peringkat ke dua dengan bobot 5) 3. Harus enak (peringkat ke tiga dengan bobot 4) 4. Bahan harus mudah dicari (peringkat ke empat dengan bobot 3) 5. Menggunakan alat yang mudah dicari (peringkat ke lima dengan bobot 2) 6. Harus mudah dibuat (peringkat ke enam dengan bobot 1)
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
46
METODA SELANJUTNYA IALAH PENILAIAN SEBENARNYA DENGAN MENGGUNAKAN SKALA Skala antara No
1.
2.
3.
4.
Kriteria
Harus sehat (peringkat pertama) Harus Murah (peringkat kedua) Harus enak (peringkat ketiga) Bahan harus mudah dicari (peringkat pkeempat)
Bobot
6
0-1 1-2 Cont oh dipili h
2-3
3-4
4-5
Skor Maks (bobot X skala maks yaitu 5)
Skor kenyataan(bo bot X skala yang dipilih)
....
Lulus
Tidak Lulus
Contoh:
....
....
....
....
30
Contoh..3...
0.5
5
Skor ketuntasan (misal nya minimal ±60%)
....
....
Conto h dipilih
Contoh 60/100 x 30 (skala maks) = ..18...
....
25
..20...
Contoh 60/100 x 25 (skala maks) = ..15...
4
……
Tidak lulus, karena 3<18, harus remedial
Lulus,
karena 20> 15
…….
4
....
....
....
....
....
20
.......
...12...
.......
.......
3
....
....
....
....
....
15
.......
....9...
.......
.......
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
47
Skala antara No
5.
6.
Kriteria
Mengguna kan alat yang mudah dicari (peringkat kelima) Harus mudah dibuat (peringkat keenam )
Bobot
Skor Maks (bobot X skala maks yaitu 5)
Skor kenyataan(bo bot X skala yang dipilih)
Skor ketuntasan (misal nya minimal ±60%)
Lulus
Tidak Lulus
0-1 1-2
2-3
3-4
4-5
2
....
....
....
....
....
10
.......
....6...
.......
.......
1
....
....
....
....
....
5
.......
...3....
.......
.......
.......
63
.......
.......
Skor maksimal Skor nyata (real)
105
Catatan: Cara menilai seperti yang dicontohkan diatas dapat dilakukan pada produk 3 dimensi seperti produk patung, ukiran maupun 2 dimensi seperti karya tulis, syair, puisi dan sebagainya. Penentuan kriteria dilakukan bersama-sama dengan guru sejenis. Penentuan kriteria secara bersama ini enting untuk menjaga standar dan persamaan persepsi atau cara pandang dan ini khususnya jika kegiatan dilakukan oleh lebih dari 1 orang guru.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
48
Produk 3 dimensi Karya ”Patung Kuda” Membuat kriteria misalnya makanan itu : 1. Harus Proporsional dengan mengikuti anatomi kuda 2. Harus mempunyai warna yang sesungguhnya (estetika) 3. Harus mempunyai konstruksi yang kuat 4. Harus mudah dicari bahannya 5. Menggunakan alat yang mudah dicari Menentukan kriteria mana yang tertinggi bobotnya, misalnya guru menentukan bobot kriteria itu sebagai berikut: 1. Harus Proporsional dengan mengikuti anatomi kuda (peringkat pertama dengan bobot 5) 2. Harus mempunyai konstruksi yang kuat (peringkat ke dua dengan bobot 4) 3. Harus mempunyai konstruksi yang kuat (peringkat ke tiga dengan bobot 3) 4. Bahan harus mudah dicari bahannya (peringkat ke empat dengan bobot 2) 5. Menggunakan alat yang mudah dicari (peringkat ke lima dengan bobot 1) Selanjutnya dapat dilakukan sebagaimana yang dicontohkan di atas Produk 2 dimensi Karya Tulis ”Dampak Rumah Kaca bagi Kehidupan” Membuat kriteria misalnya makanan itu : 1. Konsepnya benar 2. Secara keseluruhan pesan/ gagasan dapat dipahami 3. Urutannya logis 4. Bahasanya dapat dipahami 5. Ilustrasi kata-katanya menarik 6. Gambarnya Indah dan bermakna Menentukan kriteria mana yang tertinggi bobotnya, misalnya guru menentukan bobot kriteria itu sebagai berikut: 1. Konsepnya benar(peringkat pertama dengan bobot 6) 2. Secara keseluruhan pesan/ gagasan dapat dipahami (peringkat ke dua dengan bobot 5) 3. Urutannya logis (peringkat ke tiga dengan bobot 4) 4. Bahasanya dapat dipahami (peringkat ke empat dengan bobot 3) 5. Ilustrasi kata-katanya menarik (peringkat ke lima dengan bobot 2) 6. Gambarnya Indah dan bermakna (peringkat ke enam dengan bobot 1) Selanjutnya dapat dilakukan sebagaimana yang dicontohkan di atas
Cara analitik, yaitu penilaian berdasarkan analisis guru dari apa yang telah dihasilkan siswanya. Penilaian ini dilakukan dengan meminta siswa untuk menceritakan apa saja yang telah mereka lakukan dengan produk yang telah jadi itu. Hasil Penelusuran ini digunakan guru sebagai bahan analisis untuk menentukan skor penilaian. Sudah tentu harus dibangun suatu kriteria yang disepakati oleh guru bidang studi, guru masing-masing jenis Kekhususan Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
49
untuk menentukan kriteria dan bobot dalam penilaian. Cara penelusuran ini dapat berlangsung dengan melalui laporan tertulis atau lisan oleh siswa yang dinilai. Cara analisis produk ini mungkin kurang tepat untuk siswa tunarungu jika hendak menelusuri suatu produk dengan laporan secara lisan. Penelusuran apa, mengapa dan bagaimana dapat digunakan sebagai kerangka berpikir guru untuk mengetahui kebenaran produk yang dibuat siswa. Proses penilaian produk dengan cara analitik ini lebih lama dari pada secara holistik, karena guru harus membangun kriteria yang akan digunakan untuk menelusuri proses , latar belakang dan produk yang dibuat siswa. Beberapa kriteria dikembangkan oleh guru untuk disusun lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa pendidikan khusus yang beragam . Pertanyaan-pertanyaan itu dapat berisi kurang lebih tentang bagaimana mereka membuat, berapa lama, dimana membuatnya, mengapa berwarna hijau (jika menyangkut makanan atau gambar suatu lukisan atau produk 2 dimensi atau 3 dimensi lainnya) . Penilaian produk ini dapat dilakukan untuk perorangan atau kelompok. Untuk kelompok penilaian produk ini bermanfaat bagi menilai kemampuan siswa khususnya kemampuan bersosial dimana didalamnya termasuk kemampuan bekerja sama, berdiskusi, berorganisasi, kepemimpinan Contoh: Penilaian Poduk secara analisis pada Kerajinan Tangan dan Kesenian Kompetensi Dasar: Berkarya dalam pembuatan berbagai model benda yang terapung di air. Membuat model benda mainan yang terapung di air dari bahan kertas. Nama Jenjang Kelas Jenis kebutuhan khusus
: ................... : SDLB :I : Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunadaksa Ringan
Cara pengisiannya pada kolom pelaksanaan,“ya“ memberikan tanda V pada kolom yang sesuai.
N o .
Tahapan
1 Persiapa n
Kriteria penilaian produk dengan cara analisis
menggali gagasan, dengan mencari informasi pada teman, buku bacaan dan
Frekuensi pemunculan Bobot berdasarkan Penilaian penjelasan pada (lisan/tulisan) Kekhususan laporan siswa Ya (skala tida A B C D 1- 3) k .....
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
.....
4
1
3
2
atau
„tidak“
Nilai nyata
dengan
Nilai Maksimal
A B C D A
B
C
D
..
3
6
6
..
..
..
12
50
N o .
Tahapan
Kriteria penilaian produk dengan cara analisis
diskusi dengan teman atau gurunya. mengembangkan gagasan mendesign/meran cang produk. Membuat gambar sketsa 2 Pembuat Menyeleksi alat an (oleh Menyeleksi siswa bahan dengan Menggunakan diamati bahan dengan oleh tepat guru) peruntukannya Membuat kombinasi bahan menggunakan alat, TEKNIK PEMBUATAN. Komposisi warna Komposisi material Konstruksi Fungsi Harmoni Estetika 3 Pengujia Berfungsi/ dapat n mengapung Produk(ol Kuat tidak cepat eh guru) rusak Murah Mencoba mengapungkan perahu dgn menguji daya apungnya berapa gram
Frekuensi pemunculan Bobot berdasarkan Penilaian penjelasan pada (lisan/tulisan) Kekhususan laporan siswa Ya (skala tida A B C D 1- 3) k
Nilai nyata
Nilai Maksimal
A B C D A
B
C
D
2x
.....
2
3
2
2
..
..
..
..
6
9
6
6
.....
.....
2
3
2
2
..
..
..
..
6
9
6
6
.....
.....
2
2
2
2
..
..
..
..
6
6
6
6
.....
.....
3
2
3
1
..
..
..
..
9
6
9
3
.....
.....
3
3
4
3
..
..
..
..
9
9
12
9
.....
.....
4
2
4
3
..
..
..
..
12
6
12
9
.....
.....
3
2
4
1
..
..
..
..
9
6
12
3
.....
.....
3
2
4
1
..
..
..
..
9
6
12
3
.....
.....
4
2
4
1
..
..
..
..
12
6
12
3
.....
.....
-
1
3
1
..
..
..
..
0
3
9
3
.....
.....
3
1
4
2
..
..
..
..
9
3
12
6
..... ..... ..... .....
..... ..... ..... .....
3 3 -
1 1 1 1
4 4 4 4
2 2 2 2
.. .. .. ..
.. .. .. ..
.. .. .. ..
.. .. .. ..
9 9 0 0
3 3 3 3
12 12 12 12
6 6 6 6
.....
.....
4
4
4
4
..
..
..
..
12
12
12
12
.....
.....
3
3
3
3
..
..
..
..
9
9
9
9
.....
.....
1
1
1
1
..
..
..
..
3
3
3
3
.....
.....
3
3
3
3
..
..
..
..
9
9
9
9
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
51
N o .
Tahapan
Kriteria penilaian produk dengan cara analisis
Frekuensi pemunculan Bobot berdasarkan Penilaian penjelasan pada (lisan/tulisan) Kekhususan laporan siswa Ya (skala tida A B C D 1- 3) k
Menguji kecepatan laju ..... ..... 3 perahu ketika ditiup Total skor nyata Total skor maksimal
3
3
3
Nilai nyata
Nilai Maksimal
A B C D A ..
..
..
..
..
..
..
..
B
C
9
9
9
9
69
60
111
75
Cara mengisi tabel diatas sebagai berikut: 1. Guru hanya mengisi tanda ’V” pada kolom pelaksanaan pada kolom “ya” atau “tidak”, jika siswa melaksanakan maka beri tanda ”V” pada kolom “ya” , jika tidak maka beri tanda “V” pada kolom “tidak”. 2. Bobot penilaian telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan guru sejenis dan jenis Kekhususan sejenis juga. 3. Nilai nyata merupakan perkalian antara “ya” sebanyak berapa kali , misalnya siswa tunadaksa melakukan diskusi sebanyak 2 kali maka 2 dikalikan dengan 2, maka skor/nilai nyatanya ialah 4 , jika siswa ternyata tidak melakukannya maka beri tanda”V” pada kolom “tidak” , dan jika tidak maka siswa tidak mendapat point sama sekali. Catatan*) Tabel diatas disengaja ditampilkan bersama antara penilaian tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa hanya sebagai cara agar memudahkan pembaca mengetahui perbandingan “bobot” penilaian pada masing-masing Kekhususan, tetapi dalam pelaksanaan sesungguhnya tabel diatas harus terpisah dan hanya berlaku untuk penilaian satu anak dan untuk setiap Kekhususan serta satu mata pelajaran pada satu topik pembelajaran . Cara penggunaan tabel diatas dapat dimodifikasi menjadi pertanyaan – pertanyaan (atau dibalik, yaitu dari pertanyaan diubah menjadi seperti tabel di atas) seperti berikut: TAHAPAN PERSIAPAN a. mengapa kamu membuat perahu ini ? b. Persiapan apa saja yang kamu lakukan sebelum membuat perahu ini? Berapa kali kamu mendiskusikan dengan narasumber yang berbeda? c. Langkah langkah apa saja yang telah kamu lakukan? d. Apakah kamu membuat terlebih dahulu gambarnya ? Berapa gambar yang telah kamu buat? Mengapa berubah-rubah? Apakah ketika kamu membuat gambar juga kamu diskusikan dengan temanmu ? Pertanyaan dapat diberikan pada siswa berupa pertanyaan singkat tetapi jawaban yang diharapkan ialah terurai, seperti Ceritakan secara lengkap apa yang telah kamu lakukan dalam persiapan pembuatan perahu Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
D
52
Aspek lain yang perlu dipertimbangkan dari segi sosial ialh kemmapuan siswa dalam membaca dan mencari informasi, bekerja sama ditanyakan juga baik melalui lisan atau tertulis kepada siswa atau siswa-siswa yang embuat perahu tersebut PEMBUATAN a. Apakah kamu memilih alat dan bahan sebelum kamu mengambil atau membelinya ? b. Bahan apa saja yang kamu gunakan untuk membuat perahu itu sampai dengan jadi? Bahan-bahan apa saja yang telah kamu cobakan? Berapa kombinasi bahan yang telah kamu lakukan?Alat apa saja yang kamu gunakan? c. Siapa saja yang melakukan pembuatan perahu ini? d. Apakah perahu kamu dapat terapung dengan baik dan seimbang? Berapa kali kamu mencobakannya sampai kamu rasa berhasil ? e. Berapa lama kamu membuat perahu ini? f. Mengapa kamu menggunakan gabungan beberapa warna ini? Ide siapa? Untuk apa? Pada penilaian estetika, harmoni dan komposisi material guru dapat menentukan sendiri, karena siswa mempunyai alasan tersendiri juga. Tentang hal ini siswa dapat diminta menjelaskan mengapa estetika, haermoni dan komposisi material mereka lakukan seperti ini ? Semua informasi baik lisan atau trertulis dianalisis oleh guru dan diberi nilai seperti yang diperlihatkan pada tabel di atas. PENGUJIAN Dalam pengujian ini guru dapat langsung menge”test” perahu ini, dari segi fungsi, mungkin kapal / perahu ini diapungkan diair, kemudian diberi beban yang proporsional, apakah tenggelam atau tidak, cepat basah dan tenggelam atau tidak , dapat berjalan dengan baik dan cepat atau tidak. Semua informasi tentang perencanaan, pembuatan dan pengujian dapat dikatagorisasikan dalam tabel di atas untuk kemudian dilakukan penilaian. 6. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan sejumlah penilaian yang berlangsung selang waktu tertentu seperti penilaian dalam satu semester. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan tersebut dapat berupa hasil karya terbaik peserta didik, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Disamping itu kumpulan laporan kemajuan siswa itu juga mencatat perkembangan siswa dalam matapelajaran-mata-pelajaran tertentu, seperti kemajuan siswa dalam pendidikan seni dari kemampuan menggunakan alat ekspresi sederhana sampai dengan yang lebih komplek pada siswa dengan kekhususan tertentu pula. Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
53
Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan portofolio di sekolah, antara lain: Saling percaya antara guru dan peserta didik Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi pembelajaran yang kondusif, Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya. Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri. Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. Penilaian proses dan hasil Proses belajar yang dinilai, dapat diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta didik. Penilaian dan pembelajaran Penilaian proses portofolio merupakan hal yang tak terpisah dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik. Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: Jelaskan kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan kumpulan hasil kerja peserta yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik mengumpulkan hasil karyanya. Pastikan bahwa setiap siswa memiliki portofolio. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. Menentukan kesepakatan diantara siswa mengenai kriteria penilaian dan pembobotannya. Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
54
Guru membimbing siswa untuk menilai karyanya secara berkesinambungan, serta menentukan kelebihan atau kekurangan dari karya tersebut. Apabila suatu karya mendapat nilai yang belum memuaskan, kepada siswa dapat diberikan kesempatan untuk memperbaikiya lagi. Buat perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 1 minggu atau 2 minggu. Jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio, bila dianggap perlu dapat mengundang orang tua siswa. 7. Penilaian Diri Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan kriteria atau acuan yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, peserta didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. Berkaitan dengan kompetensi afektif, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik penilaian diri antara lain sebagai berikut. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri; Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, terhadap kekuatan dan kelemahannya sendiri; Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. Catatan siswa dapat digunakan guru sebagai masukkan untuk memberikan bantuan secara teknis kepada siswa. Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan cara yang objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman pensekoran, daftar cek, atau skala rentang. Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
55
Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak. Contoh Format Penilaian Diri Nama Tanggal Jenjang Kelas Jenis Kebutuhan Khusus
: ................. : ................. : SDLB : III : Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunadaksa Ringan
Beri tanda „V“ pada kolom yang kamu anggap sesuai No. 1 2 3 4 5 6
Deskripsi Mandi pagi Memakai sabun Mencuci rambut Memakai shampo Menggosok gigi Memakai pasta Gigi
Ya ..... ..... ..... ..... .....
Tidak ..... ..... ..... ..... .....
.....
.....
Pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi penilaian itu dapat ditingkatkan menjadi lebih terurai dan terukur untuk mendeteksi perkembangan kemampuan siswa. Nama Tanggal Jenjang Kelas Jenis Kebutuhan Khusus
: ................. : ................. : SMPLB : VII : Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunadaksa Ringan Beri tanda „V“ pada kolom yang kamu anggap sesuai
No. 1 2
3
Deskripsi Mandi 2 kali sehari Memakai sabun setiap mandi Mencuci rambut
Tidak Kadang Dibantu Dilakukan Dibantu
Tidak Dibantu
Catatan Permasalahan siswa
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
56
No.
4
5
6
Deskripsi paling sedikit 2 hari sekali Memakai shampo setiap mencuci rambut Menggosok gigi setiap selesai makan Memakai pasta Gigi setiap gosok gigi
Tidak Kadang Dibantu Dilakukan Dibantu
Tidak Dibantu
Catatan Permasalahan siswa
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
Catatan: Format/tabel penilaian diri ini tidak dilakukan hanya satu kali saja, tetapi beberapa kali , tergantung dari tingkat permasalahan dan keyakinan guru maupun siswa sendiri. Penilaian diri yang pertama untuk mengetahui kemampuan awal siswa menurut ukuran siswa, yang kedua untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa juga menurut kemampuan siswa sendiri dan seterusnya. Catatan mereka dari waktu kewaktu dapat memberikan semangat baik bagi siswa itu sendiri maupun guru, khusus untuk guru akan memberikan umpan balik perkembangan siswanya. Permasalahan siswa dapat diketahui sehingga penanganan permasalahan siswa dapat lebih efektif.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
57
E. Proses Penentuan Nilai Akhir (suatu contoh) SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (TUNAGRAHITA) KELAS II, SEMESTER 1 MATAPELAJARAN PPKn STANDAR KOMPETENSI
“MEMBIASAKAN TERTIB DI RUMAH” Penilaia n Sikap
Skor sikap
Skor Konve rsi
Indikator 1 Mentaati aturan Penilaia n Tertulis
Skor akhir Indk 1 Skor tertulis
Skor Konve rsi
KD
Melakukan tata tertib di rumah
Indikator 2 Menjaga kebersihan
Penilaia n tertulis
Indikator 3 Merapihkan tempat yang berserakan
Penilaia n Sikap
Penilaia n sikap Indikator1 Membersihkan tempat yang kotor
KD Memberikan contoh perbuatan tata tertib di rumah
Indikator 2 Membuang sampah pada tempatnya
Indikator 3 Menjaga keamanan
Skor tertulis
Skor Konve rsi
Skor sikap
Skor Konve rsi
Skor sikap
Skor Konve rsi
Penilaia n tertulis
Skor tertulis
Skor Konve rsi
Penilaia n Sikap
Skor sikap
Skor Konve rsi
Penilaia n tertulis
Skor tertulis
Skor Konve rsi
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
Nilai KD
Skor akhir Indk 2
Skor akhir Indk 3
Skor akhir Indk 1
Skor akhir Indkt 2
Nilai KD
Skor akhir Indktr 3
58
Penjelasan gambar Penilaian pada suatu mata pelajaran sampai dengan nilai raport merupakan rangkaian penilaian dari berbagai bentuk teknik penilaian sampai mendapatkan nilai akhir yang dapat digunakan sebagai bahan isian raport yang bersifat final. Penurunan atau penjabaran materi penilaian atau test dimulai dengan 1. melihat KD atau Kompetensi Dasar yang terdapat dalam standar isi, demikian juga perlu dilihat juga Standar Kompetensi Lulusan (SKL) nya. 2. Kemudian sekolah dalam hal ini guru mata pelajaran untuk jenis ketunaan tertentu menjabarkan lebih lanjut lebih kedalam kegiatan oprasional dalam bentuk indikator yang terukur dan dapat diamati dalam bentuk katakerjakatakerja yang oprasional dan yang paling fokus untuk satu kegiatan terukur. 3. Kemudian guru menentukan jenis teknik penilaian (apakah tes sikap, performans, portofolio, sikap, tertulis, produk, penilaian diri dst) yang paling memadai untuk materi itu , artinya dapat mengukur aktifitas kegiatan yang dibelajarkan. Setelah itu dibuatkan kriteria untuk membuat bobot setiap indikatornya dengan kesepakatan guru mata pelajaran yang sama dan jenis ketunaan sejenis juga. Dalam penilaian itu dilakukan penskoran yang diperoleh dari berbagai teknik-teknik penilaian itu. 4. Hasil penskoran dapat beragam, dan keragaman itu perlu disamakan dengan mengkonversikan semua skor itu dalam satu model nilai yang sama. Misalnya dalam bentuk nilai secara deskriptif (uraian atau kualitatif seperti kemampuan membuang sampah pada tempatnya, merapihkan sesuatu yang nampak tidak tertata...dst), angka (0,1,2,3,4,...dst), dengan konversi huruf (a,b,c,d,e...dst) . Cara memberi nilai ini sebaiknya konsisten agar memudahkan dalam membuat perhitungannya, jika sudah menetapkan untuk mengukur ”menaati aturan” dengan tes sikap, atau jika mengukur tentang ”menjaga keamanan” dengan tes tertulis maka proses pengukuran itu dari indikator sampai skor akhir secara konsiten menggunakan cara yang sama. 5. Skor akhir ini nanti digabungkan dengan skor akhir dari indikator-indikator lainnya untuk di rata-ratakan menjadi satu nilai untuk satu skor akhir dari Kompetensi Dasar. 6. Gabungan nilai akhir KD-KD itu dalam satu semester dapat dirata-ratakan menjadi nilai kuantitatif dalam satu semester atau laporan kemajuan yang bersifat deskriptif dalam satu semester untuk satu mata pelajaran PPKn untuk sebagaimana dicontohkan dalam diagram alur di atas itu.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
59
BAB IV PENUTUP Telah ditampilkan berbagai contoh ataupun model teknik-teknik penilaian pada panduan ini. Namun demikian perlu dicatat bahwa mungkin tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar dan berkembang peserta didik pendidikan khusus, baik dari segi perkembangan emosional , intelektual, mental maupun fisik secara utuh dan lengkap. Penilaian yang bersifat menyeluruh pun belum menjamin hasil penilaian yang teliti, cermat dan terukur. Apalagi pendekatan teknik penilaian tunggal sudah tentu tidak cukup untuk memberikan gambaran / informasi tentang kemajuan belajar yang utuh dan lengkap. Guru hendaknya mengembangkan lebih dari satu teknik penilaian agar memungkinkan melihat permasalahan peserta didik dengan cakrawala yang lebih luas, mendalam, utuh dan menyeluruh. Gabungan dari berbagai teknik penilaian diharapkan akan memberikan gambaran kondisi sesungguhnya peserta didik pendidikan khusus. Suatu hasil penilaian tidak bisa secara mutlak diterima sebagai keadaan sesungguhnya dari peserta didik pendidikan khusus, hal ini dapat terjadi karena pada sisi lain peserta didikpun berkembang kemampuan maupun permasalahannya sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh secara alamiah maupun formal. Teknik-teknik penilaian lainnya yang biasa berlangsung sekian lama sudah tentu tetap mejadi pertimbangan dalam melakukan pendekatan teknik-teknik penilaian yang disajikan dalam panduan ini. Diyakini masih banyak sisi-sisi lain khususnya aspek-aspek pendidikan khusus yang begitu unik yang belum terjangkau dalam penulisan panduan penilaian ini. Masih diperlukan studi-studi lanjutan yang sifatnya mengembangkan aspek-aspek pengembangan diri maupun menjaring segala permasalahan peserta didik. Gagasan-gagasan baru masih diperlukan dalam mengembangkan teknik penilaian yang lebih adil, transparan, komprehensif , progresif dan lebih terukur, sehingga pola pengembangan belajar siswa pendidikan khusus pada gilirannya akan berkembang dengan lebih baik dan memberikan nilai tambah yang lebih bermakna bagi siswa.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
60
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. FORMAT PENILAIAN KEMAJUAN BELAJAR (BERLAKU UNTUK SEMUA JENIS KEKHUSUSAN)
1. Nama :…………………………………………………………… 2. Nomor Induk :…………………………………………………………… 3. Jenis Kelamin :…………………………………………………………… 4. Jenis Kelainan :…………………………………………………………… 5. Penyebab Kelainan : …………………………………………………………… 6. Awal kelainan tgl/thn : …………………………………………………………… 7. IQ : …………………………………………………………… 8. Tempat/Tanggal lahir : …………………………………………………………… 9. Agama : …………………………………………………………… 10. Anak ke : …………………………………………………………… 11. Status dalam keluarga : …………………………………………………………… 12. Alamat Siswa : …………………………………………………………… Telepon : …………………………………………………………… 13. Diterima di kelas ini : …………………………………………………………… a. Di Kelas : …………………………………………………………… b. Pada tanggal : …………………………………………………………… 14. Sekolah asal : …………………………………………………………… a. Nama Sekolah : …………………………………………………………… b. Alamat : …………………………………………………………… 15. Nama Orang Tua : a. Ayah : …………………………………………………………… b. Ibu : …………………………………………………………… 16. Alamat Orang tua : …………………………………………………………… Telepon : …………………………………………………………… 17. Pekerjaan Orang Tua : …………………………………………………………… a. Ayah : …………………………………………………………… b. Ibu : …………………………………………………………… 18. Nama Wali : …………………………………………………………… 19. Alamat Wali : …………………………………………………………… Telepon : …………………………………………………………… 2. 20.3. Pekerjaan Wali : …………………………………………………………… 4. 5. 6. Pas Foto
…………………………………………… Kepala Sekolah………………………….. …………………………………………...
4 cm x 6 cm
(………………………………………….) NIP.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
61
No
Kompetensi
1.
Konsep Matematika Membilang Mengkalikan Membagi Mengurang Mengakarkan Penerapan Matematika Membilang Mengkalikan Membagi Mengurang Mengakarkan Konsep Berbahasa Penguasaan Kosa Kata Berkomunikasi Membaca Menulis Merangkai dalam kalimat Penerapan Bahasa Berdeklamasi Menulis cerita Bercerita Membuat Surat Berbicara langsung
2.
3.
4
FORMAT PENILAIAN KEMAJUAN BELAJAR (SKALA SKOR 1 - 10) PER SEMESTER............. Ming 6 Ming 8 Ming 10 Ming 12 Ming 14 Ming 16 Ming 18 Ming 20
Ming 2
Ming 4
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
Berbicara melalui telepon 5 Aplikasi Matematik dan ………… Bahasa Karangan Pendidikan cerita dlm bilangan Penilaian Khusus –………… Januari ………… Program Khusus ………… ………………..
Ming 22
Ming 24
…………
…………
…………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
………… ………… ………… …………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
………… ………… …………
………… ………… …………
………… ………… …………
………… 62 ………… …………
………… ………… …………
………… ………… …………
………… ………… …………
………… ………… …………
………… ………… …………
………… ………… …………
7. Model Rapot Nama Sekolah Alamat Nama Siswa No
:…………………… :................................ ................................. :................................
Mata Pelajaran
A 1. 2.
Program Umum Pendidikan Agama Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Matematika Ilu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Keterampilan Penjas Program Khusus .......................... .......................... ..........................
3. 4. 5. 6. 7. 8. B 9. 10. 11.
Sangat Mampu
Cukup Mampu
Nomor Induk :…………… Kelas :.................... Semester ke :.................... Tahun Pelajar :.................... Nilai Kurang Tidak Catatan mampu Mampu
Profil perkembangan kemampuan pengembangan diri siswa per ,cawu/semester (contoh)
12 10 8 6 4 2 0
Keberanian Kejujuran Ketekunan
Cawu 1
Cawu 2
Cawu 3
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
Catatan untuk menjadi perhatian Guru dan Orang Tua Prilaku ekstrim negatif yang sering muncul dan memerlukan pengawasan dan pembinaan. Akademis ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… Keterampilan Hidup……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… Prilaku keseharian ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… Prilaku ekstrim positif yang sering muncul dan memerlukan pengawasan dan pembinaan. Akademis ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… Keterampilan Hidup……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… Prilaku keseharian ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………
Cawu 4
63
Profil perkembangan kemampuan akademik siswa : 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kreatifitas Pengembangan ilmu Semangat belajar
Ming ke2
Ming ke 4
Ming ke 6
Ming ke 8
Ming ke 10 Ming ke 12
Profil perkembangan kemampuan vokasional 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Keterampilan menggunakan perkakas Membaca gambar Kemampuan memilih bahan
Bln ke 2
Bln ke 4
Bln ke 6
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
Bln ke 8
Bln ke 10
Bln ke 12
64
Profil perkembangan kemampuan kecakapan hidup 100 80 Melayani kebutuhan diri
60
Berkomunikasi 40
Membantu orang lain
20 0 Bln ke 2
Bln ke 4
Bln ke 6
Bln ke 8
Bln ke 10
Bln ke 12
8. Model Petunjuk Pengisian Raport Pengisian raport sepenuhnya mengacu pada cara-cara yang telah dicontohkan pada panduan penilaian untuk pendidikan khusus seperti yang telah dijelaskan pada lembar-lembar halaman sebelum ini.
Penilaian Pendidikan Khusus – Januari
65