Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
MODEL PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN STRATEGI PEMASARAN KAWASAN MADURA DENGAN PENDEKATAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DAN VALUE CHAIN Astria Hindratmo 1, *), Udisubakti Ciptomulyono B2) dan Ibnu Hisyam C3) 1) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail:
[email protected] 2) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pemerintah Indonesia saat ini cukup sadar akan potensi yang dimilikinya, hal tersebut dibuktikan diberlakukannya otonomi daerah dan peluncuran program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk mendukung pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, saat ini belum dikatakan menjadi negara maju secara ekonomi. Sebab, ketidakmerataan pembangunan daerah masih belum terselesaikan dengan baik, sehingga menimbulkan kesenjangan wilayah. Tujuan dari penelitian ini yaitu merancang rumusan dan memilih strategi pemasaran Kawasan Madura. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi dan mengintegrasikan semua aktifitas dengan value chain, menentukan kriteria pemasaran dengan Delphi, merumuskan strategi dengan SWOT, identifikasi feedback antar alternatif strategi dengan Dematel. Kemudian menentukan prioritas tiap sektor dan strategi dengan ANP. Penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan strategi melibatkan informal leader memiki bobot terbesar karena memiliki dampak terhadap semua sektor dan strategi lainnya. Kata kunci: Pemasaran Kawasan, Value Chain, Metode Delphi, analisis SWOT, Dematel, dan ANP
PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi yang ditandai mulai efektifnya perdagangan bebas antar negara di dunia, tentunya berbagai daerah di dunia dihadapkan dengan persaingan global. Selain itu, era globalisasi juga memberikan peluang bagi tiap-tiap daerah untuk meningkatkan investasi baik di dalam negeri maupun luar negeri, inovasi dan implementasi teknologi (Sertaningati, 2006). Sehingga, hal tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan orientasi pengelolaan daerah dari orientasi lokal ke global (Kartajaya & Yuswohady, 2005). Untuk menghadapi era globalisasi, maka pemerintah pusat maupun daerah dituntut untuk menyediakan infrastruktur, aksesibilitas, sumber daya manusia yang kompeten, serta kebijakan yang konsisten (Sertaningati, 2006). Sedangkan keuntungan yang didapat dengan adanya globalisasi yaitu mendorong kegiatan pembangunan wilayah dalam bentuk pusat industri, pusat perdagangan dan jasa, serta berbagai fasilitas penunjang lain seperti pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan sebagainya (Hutama, 2012). Pesatnya perkembangan pembangunan tersebut akan mendorong persaingan antar kota atau wilayah di tingkat nasional maupun internasional (Sertaningati, 2006). Setiap daerah diharapkan mampu mengembangkan segala potensi dan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya dalam skala lokal, regional, dan nasional dalam rangka membangun daya saing daerah (Hutama, 2012). Menurut Michael Porter, membangun ISBN : 978-602-97491-7-5 A-32-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
keunggulan daya saing daerah merupakan bentuk upaya meningkatkan produktivitas (nilai output yang dihasilkan per unit input yang digunakan) yang pada gilirannya akan menaikkan kualitas dan standar hidup masyarakat dalam jangka panjang (Kartajaya & Yuswohady, 2005). Dalam upaya meningkatkan daya saing daerah, dapat dilakukan dengan suatu tindakan yang disebut pemasaran daerah (Kotler et.al., 2002). Konsep pemasaran daerah atau pada beberapa penelitian yang sering disebut permasaran kota diperkenalkan oleh Ashwoth & Voogd (1990) dan Kotler et al. (1993). Pada konsep ini seluruh aktivitas kota di upayakan mampu memenuhi permintaan dari targer pasar (Kotler, 1993). Pemasaran daerah dapat mendorong peranserta masyarakat, menarik investor untuk ikut meningkatkan kesejahteraan, dan mewujudkan rencana tata ruang wilayah/kota untuk mendukung percepatan pembangunan daerah (Djunaedi, 2002). Madura merupakan wilayah yang memiliki empat kabupaten yaitu Bangkalan, Sampang, Sumenep, dan Pamekasan. Madura memilki Sumber Daya Manusia (SDM) yang luar biasa besar serta kekayaan alam yang melimpah ruah. Potensi yang dimiliki Pulau Madura juga besar mulai dari potensi garam, tembakau, rumput laut, jamu, batik, dan juga 104 titik minyak dan gas bumi (Republika.co.id, 5 Desember 2012). Pada tahun 2001, sistem pemerintahan menjadi desentralisasi dengan memberi peran yang lebih luas kepada daerah yang diawali dengan berlakunya UU Nomor 22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25/1999 (yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 33/2004) tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (Kartajaya & Yuswohady, 2005). Dimana, hal tersebut membuka peluang yang besar kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan dengan memaksimalkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayahnya sesuai visi misi yang diinginkan (Kamaludin, 2006). Namun, hingga saat ini hal tersebut masih belum memberikan dampak kemajuan dalam pembangunan infrastruktur yang menunjukkan tidak adanya investasi yang masuk ke Madura. Kalaupun ada investasi masih sekala kecil berupa pergudangan sementara, produksi barangnya tetap dikerjakan di luar Madura (Tempo.co, 18 November 2012). Berdasarkan data Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari tahun 2010 hingga 2011 hanya terdapat 1 proyek dari 115 proyek yang ada di Jawa Timur. Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2010 dan 2011 masing-masing hanya 2 proyek dari total 114 proyek tahun 2010 dan 174 proyek di Jawa Timur (BPS Jawa Timur, 2011). Selain itu, gambaran terjadinya ketertinggalan kawasan Madura dengan daerah lain dapat dilihat dari kontribusi yang sangat kecil terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur bila dibanding dengan daerah lain (BPS, 2011). Dimana kontribusi untuk Bangkalan 0,97%, Sampang 0,76%, Sumenep 1,42 %, dan Pamekasan 0,66% dari PDRB Jawa Timur 2011. Pendapatan Perkapita untuk Bangkalan 9,45 juta/tahun, Sampang 7,61 juta/tahun, Sumenep 12 juta/tahun, dan Pamekasan 7,23 juta/tahun. Dimana data tersebut jauh dibawah pendapatan perkapita tingkat Provinsi Jawa Timur yang sebesar 23,46 juta/tahun. Jumlah penduduk miskin tahun 2010 cukup besar dengan persentase yaitu Bangkalan 4,6%, Sampang 5,1%, Sumenep 4,6%, dan Pamekasan 3,2% dari 5,6 juta penduduk miskin di Jawa Timur. Selain itu juga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2011 di Bangkalan 65.36, Sampang 60.49, Sumenep 66.32, dan Pamekasan 65.1 dibawah IPM Provinsi Jawa Timur sebesar 72.15 (BPS Jawa Timur, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antar sektor dan strategi, dan merekomendasikan sektor unggulan dan alternatif strategi untuk pemasaran kawasan Madura dengan mempertimbangkan value chain tiap sektor terpilih. Dari strategi yang direkomendasikan dapat digunakan untuk pertimbangan pembangunan ekonomi kawasan Madura agar mampu meningkatkan daya saing dan mengejar ketertinggalan pembangunan ISBN : 978-602-97491-7-5 A-32-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
dengan daerah lain di Jawa Timur. Selain itu juga dapat dijadikan para pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan pengembangan daerah dalam hal mempertimbangkan strategi yang tepat untuk mengurangi kegagalan dalam pemasaran daerah. METODE Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek terkait pemasaran yang didapatkan dari penelitian sebelumnya dan wawancara dengan narasumber yang mengetahui kondisi Madura secara mendalam. Sehingga dapat diketahui kriteria atau aspek apa saja yang harus diperhatikan untuk pengembangan kawasan Madura dengan pendekatan pemasan. Langkah-langkah dalam penelitian ini dijelaskan secara berurutan pada gambar 1. dibawah ini. Literatur Rereview dan Research gap
Tahap Identifikasi Awal
Menetapkan tujuan dan mafaat Mengidentifikasi kriteria pemasaran dari literatur
Tahap Pengumpulan Data
Menentukan komponen ekternal dan internal Menetukan keunggulan sektor di tiap kabupaten Mengidentifikasi value chain tiap sektor Penjaringan kriteria dengan Delphi Evaluasi komponen(Faktor) internal dan Eksternal (IFE&EFE) Merumuskan strategi dan identifikasi posisi kuadran dengan diagram matrik SWOT tiap kabupaten
Tahap Pengolahan data
Pemilihan strategi Identifikasi pengaruh antar sektor dan strategi dengan Dematel Pembobotan antar sektor dan strategi dengan ANP Analisis hasil: Penentuan sektor Value chain tiap sektor Penjaringan HASIL DANkriteria PEMBAHASAN hubungan/pengaruh antar sektor dan strategi Kesimpulan dan saran
Tahap Analisa
Tahap Kesimpulan Saran
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan beberapa sektor unggulan, namun sektor yang menjadi prioritas untuk dikembangkan pada pemasaran Madura yaitu pertanian. Sektor pertanian di Madura menjadi sangat penting karena memberi dampak peningkatan pada sektor pertambangan, penggalian, listrik, gas, dan air, sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata, dan sektor keuangan dan jasa. Hubungan keterkaitan antar sektor dapat dilihat dari hasil pengolahan Dematel. Gambaran hubungan keterkaitan antar sektor terdapat pada Gambar 1.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-32-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
D‐R
0.8
Hubungan antar Sektor
0.6
Perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata
0.4 0.2 0 ‐0.2
0
2
D+R 6
4
‐0.4
Pertambangan, penggalian,listrik,g as dan air Keuangan dan jasa
‐0.6 ‐0.8
Pertanian
‐1
Gambar 1 Peta Diagram impact-diagraph antar sektor
Berdasarkan gambar tersebut jelas terlihat bahwa sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata, dan sektor pertambangan, pengalian, gas, air dan listrik memiliki keterkaitan didasarkan posisi ketiga sektor tersebut berada diatas ambang batas (threshold) dengan nilai 0 pada sumbu D+R. hal tersebut menggambarkan bahwa sektor pertanian meningkat akan berdampak pada peningkatan sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata. Karena hasil pertanian yang didapat akan digunakan untuk input perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata. Begitu juga sebaliknya, jika sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata meningkat tentunya akan berdampak pada pertanian. Sebab, kebutuhan produk makanan dan minuman akan meningkat. Penigkatan sektor pertanian juga dapat mempengaruhi peningkatan kebutuhan di sektor pertambangan, pengalian, gas, air dan listrik. Begitu juga, hal yang sama terjadi bila terjadi kenaikan di sektor pertambangan, pengalian, gas, air dan listrik maka akan berdampak pada pertanian. Pada sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata dengan pertanian juga saling berpengaruh seiring kebutuhan sektor tersebut meningkat. Namun, pada sektor keuangan dan jasa hanya sebagai sektor yang menerima dampak dari sektor yang lain. Selain keterkaitan antar sektor, juga ditemukan keterkaitan antar alternatif strategi yang telah dipilih. Namun, hanya terdapat 9 strategi yang saling berkaitan atau berdampak satu sama lain. Sedangkan untuk sektor yang lain hanya sebagai penerima dampak dari 9 sektor tersebut. Penentuan 9 sektor yang saling berkaitan karena berdasarkan letak posisi strategi tersebut berada diatas nilai threshold yaitu 0,05 pada sumbu D+R. Sembilan Strategi tersebutlah yang akan dipertimbangkan untuk pemasaran Madura. Gambaran hubungan keterkaitan antar strategi terdapat pada Gambar 2. Berdasarkan gambaran keterkaitan antar sektor dan strategi, maka dilakukan penentuan prioritas antar sektor dan strategi dengan cara pembobotan. Tujuan dilakukan pembobotan tersebut untuk mengetahui sektor dan strategi apa saja yang harus diprioritaskan dalam pemasaran Madura. Karena hal tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dalam implementasinya.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-32-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Keterangan 9 strategi terpilih: Melibatkan informal leader (kyai &sesepuh kampung) (A5) Menjamin kepastian hukum sektor usaha (A9) Memberikan bantuan pinjaman modal untuk usaha (C1) Perbaikan fasilitas umum (A8) Kerjasama dengan pihak swasta (B7) Melakukan perbaikan & pelebaran jalan raya (B6) Memberikan Informasi jenis wisata Madura di website(A4) Membuat kawasan khusus perdagangan (A2) Intensif mengadakan pameran produk unggulan UKM (A3)
Gambar 2. Peta Diagram impact-diagraph antar startegi
Kemudian untuk nilai pembobotan untuk tiap sektor terdapat pada Tabel 1 dan nilai bobot tiap strategi terdapat pada Tabel 2. Tabel 1. Bobot Prioritas Antar Sektor No Sektor 1 Perdagangan,hotel, restoran, dan pariwisata 2 Pertambangan, penggalaian, listrik, gas dan air 3 Keuangan dan jasa 4 Pertanian
Bobot 0,27 0,19 0,12 0,42
Tabel 2. Bobot Prioritas Antar Sektor No
Strategi
Bobot
1
Melibatkan informal leader (kyai &sesepuh kampung) Menjamin kepastian hukum sektor usaha Memberikan bantuan pinjaman modal untuk usaha Perbaikan fasilitas umum Kerjasama dengan pihak swasta Melakukan pelebaran jalan raya Memberikan Informasi jenis wisata Madura di website Membuat kawasan khusus perdagangan Intensif mengadakan pameran produk unggulan UKM
0,21 0 0,176 0,103
2 3 4 5 6 7 8 9
0,149 0,083 0,096 0,043 0,085 0,499
Berdasarkan Tabel 1 bahwa sektor pertanian memiliki bobot terbesar. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa untuk saat ini dalam konteks pemasaran Madura sektor yang harus diutamakan yaitu sektor pertanian. Kemudian pada Tabel 2 menujukkan bahwa strategi melibatkan informal leader dalam segala kebijakan daerah menjadi sangat penting dan harus dilakukan. Sebab, hal tersebut akan berdampak pada kelancaran dalam implementasi kebijakan tersebut.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-32-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dalam melakukan pemasaran daerah di Madura, sektor yang harus diprioritaskan yaitu sektor pertanian. Sebab, sektor pertanian memiliki hasil yang melimpah dan memiliki kotribusi PDRB maupun tenaga kerja yang paling besar. Selain itu juga, sektor pertanian memiliki pengaruh terhadap perkembangan ke sektor lain. 2. Setiap kebijakan pemasaran Madura yang akan dilakukan, maka pihak birokrat haruslah mempertimbangkan peranserta informal leader (kyai dan sesepuh kampung), sebab sebagian besar penduduk di Madura memiliki karakter yang kuat dan segala keputusan selalu tergantung peran informal leader. 3. Jaminan kepastian hukum atas hak kepemilikan lahan oleh pihak investor masih lemah, sehingga sering terjadi penuntutan di kemudian hari. 4. Perbaikan infrastruktur dan fasilitas umum untuk mempermudah akses merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk memasarkan daerah Madura. 5. Ketersediaan kawasan khusus perdagangan di Madura masih belum ada. Sehingga, hal tersebut akan menghambat proses pemasaran daerah untuk sektor pertanian dan perdagangan. 6. Informasi potensi Madura masih sangat kurang, sehingga hal tersebut akan mengakibatkan ketidaktahuan para investor terhadap Madura. 7. Pemberian pinjaman modal untuk sektor usaha, maka akan meningkatkan sektor perdagangan di Madura. 8. Kurang intensifnya mengadakan pameran produk UKM di Madura, maka dapat mengakibatkan produk di Madura akan susah untuk distribusi keluar daerah. 9. Kompetensi pegawai instansi terkait masih kurang, sehingga masih banyak kelemahan dalam aktivitas tiap sektor pada value chain, khususnya pelatihan inovasi produk (merubah hasil alam menjadi produk yang lebih bernilai) jarang dilakukan. Kemudian berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang terkait dengan pengembangan penelitian selanjutnya yaitu meliputi : 1. Dalam pemasaran perlu dilakukan kajian mendalam aspek dinamika sosial seperti pengaruh informal leader, karakteristik penduduk, dan budaya penduduk. 2. Perlu dipertimbangkan model ekonometrik dalam value chain tiap sektor. 3. Perlu memperdalam dinamika waktu dari tahun ke tahun pengaruh informal leader. 4. Perlu dilakukan kajian mendalam terkait pergerakan investasi di tiap sektor di Madura. 5. Perlu dilakukan kajian mendalam tentang dinamikan keterkaitan antar sektor di Madura. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur 2011, Jawa Timur dalam angka 2011, Surabaya. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur 2011, Data makro ekonomi Jawa Timur 20072011, Surabaya. Sertaningati, H 2006, Strategi Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Surabaya: Suatu Pendekatan Konsep Pemasaran Kota (studi Kasus Koridor Mayjend Sungkono-HR Muhammad), Tugas Akhir Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-32-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Kartajaya, H. dan Yuswohady, 2005. Attracting Tourists Traders Investors-Strategi Pemasaran Daerah di Era Otonomi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hutama, A. W., 2012. Integrasi Konsep Multi Criteria Decision Making dan City Marketing Dalam Perumusan Strategi Pengembangan Kawasan Timur Kabupaten Pasuruan, Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kotler, P., Hamlin, M. A., Rein, I. dan Haider, D.H., 2002. Marketing Asian Places: Attracting Investment, Industry, and Tourism to Cities, States andNations. John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, Singapore. Ashworth, G.J. and Voogd, H. 1990. Selling the city: marketing approaches in public sector urban planning. London: Belhaven Press. Kotler, P., Haider, D.H., dan Rein, I., 1993. Marketing Places Attracting Invesment, Industry and tourism to Cities, state and Nations. The Free Press: Ney York. Djunaedi, A 2002. Pemasaran Kota dalam kaitannya dengan Perencanaan Kota, Makalah Seminar Nasional “Peranan Pendidikan Perencanaan di Indonesia: Menjawab Tantangan Perubahan”, kerjasama antara MPKD UGM dengan Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI), Yogyakarta, 27 Juli 2002. Tokoh: Madura Siap Lepas dari Jatim, Republika news, 5 Desember 2012, Diakses 15 Desember2012,
. Kamaludin, R. 2006. Beberapa Aspek Pembangunan Perekonomian Daerah dan Hubungan Ekonomi Keuangan Luar Negeri. Universitas Trisakti. Jakarta. Suramadu Dinilai Tak Mampu Genjot Investasi Madura, Tempo news, 18 November 2012, Diakses 5 Desember 2012, .
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-32-7