ISSN : 0216-9185 MODEL PENENTUAN MUTU SEKOLAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Adi Suwondo Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Sains Al-Quran Jawa Tengah di Wonosobo Jl. Raya Kalibeber Km.03 , Wonosobo Telepon (0286) 3326102 E-mail:
[email protected] Abstract Mutu sebuah pendidikan merupakan nilai mutlak yang harus ada dalam penyelenggaraan pendidikan untuk menjadi bagian dalam ikut mencerdaskan bangsa, pembangunan bangsa dan kemajuan bangsa. Tetapi tentu mutu suatu pendidikan tidak dapat diproklamirkan sendiri tanpa ada standar-standar yang harus dicapai, instrument penilaian yang disepakati yang mengacu pada nilainilai normatif untuk penyelenggaraan pendidikan. Pola yang terbentuk dari beberapa instrument penilaian tidak dapat disimpulkan dengan logika tegas, karena tidak semua nilai akhir menjadi simpulan tanpa ada pertimbangan-pertimbangan lain yang sebenarnya bobot nilai unsur lain lebih tinggi. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan metode fuzzy multi criteria untuk memberikan keluasan simpulan pada rentang nilai yang tidak dapat dilakukan oleh logika tegas. Kata kunci: Mutu, Pendidikan, Fuzzy Multi Criteria Decision Making Pendahuluan Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan dan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Sekolah memiliki andil yang sangat berperan dalam seluruh proses penciptaan sumber daya manusia. Oleh karena itu perlunya upaya yang sistemik dan terencana untuk menciptakan sebuah pendidikan yang bermutu, yaitu mampu melahirkan lulusan - lulusan berkualitas. Upaya peningkatan mutu sekolah terus menerus dilakukan. Salah satu upaya untuk itu adalah mengembangkan Penjaminan Mutu di sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana mutu pendidikan yang sedang berjalan pada sekolah, maka perlu adanya sebuah nilai yang dapat mewakili pencapaian keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan di dalamnya. Nilai tersebut dapat diperoleh melalui sebuah penilaian berupa penilaian pada Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada sekolah. Namun bukan hal mudah dalam menentukan mutu pendidikan dengan cara - cara yang manual. Hal ini dikarenakan banyaknya data yang digunakan sebagai variabel kriteria dalam menentukan tingkat mutu pendidikan. Untuk itu dirancang sebuah sistem pendukung keputusan (SPK) terkomputerisasi yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat mutu pendidikan berdasarkan data survei di lapangan guna mengukur keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan yang bermutu. Berdasarkan hal - hal di atas, dalam Penelitian ini penulis akan menggunakan metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM) sebagai model yang diterapkan guna memperoleh nilai dalam perancangan sistem pendukung keputusan untuk menentukan mutu pendidikan pada sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Sulitnya menentukan penilaian mutu secara manual dikarenakan banyaknya data yang digunakan sebagai variabel kriteria”. 1
2
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menentukan mutu suatu sekolah yang dikemas dalam sebuah perangkat lunak untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menentukan mutu Sekolah menggunakan metode fuzzy multi criteria decision making. PEMBAHASAN A. Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM) Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah sebuah metode yang mengacu pada proses screening, prioritizing, ranking, atau memilih himpunan alternatif (dalam hal ini berupa “candidate” atau “action”). MCDM sangat tepat diimplementasikan pada kasus untuk alternatif yang memiliki sejumlah kriteria dengan bobot nominal. Namun kesadaran akan tidak semua alternatif memiliki kriteria yang berbobot nominal untuk kasus-kasus tertentu, maka diusulkan penggunaan konsep fuzzy dalam MCDM yang kemudian dikenal dengan Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM). Fuzzy Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah salah satu metode yang bisa membantu pengambil keputusan dalam pengambilan keputusan terhadap beberapa alternatif keputusan yang harus diambil dengan beberapa kriteria yang akan menjadi bahan pertimbangan. Biasanya penilaian yang diberikan oleh pengambil keputusan terhadap bobot kepentingan dari setiap kriteria dan derajat kecocokan setiap alternatif terhadap setiap kriteria direpresentasikan secara linguistik. Literatur mengindikasikan bahwa terdapat sejumlah langkah yang harus ditempuh untuk mengaplikasikan fuzzy MCDM. Secara umum, pada fuzzy MCDM terdapat 3 langkah penting yang harus dikerjakan, yaitu : representasi masalah, evaluasi himpunan fuzzy pada setiap alternatif keputusan dan melakukan seleksi terhadap alternatif yang optimal. 1. Representasi Masalah Pada bagian ini, terdapat 3 tahapan yang harus dilakukan dalam representasi masalah, yaitu : a. Identifikasi tujuan dan kumpulan alternatif keputusan. Jika ada n alternatif keputusan dari suatu masalah, maka dapat ditulis sebagai : A = {Ai | i=1, 2, ..., n}. b. Identifikasi kumpulan kriteria. Jika ada k kriteria, maka dapat dituliskan : C = { Ct | t=1, , ...,k}. c. Membangun struktur hirarki dari masalah tersebut berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu
Gambar 1 Struktur hirarki masalah 2. Evaluasi Himpunan Fuzzy Pada bagian ini, ada 4 aktivitas yang harus dilakukan, yaitu : a. Memilih himpunan rating untuk derajat kepentingan dari setiap kriteria dan derajat kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya. Himpunan rating biasanya
3
direpresentasikan dalam bentuk variabel linguistik (x). Misalkan untuk himpunan rating pada variabel penting didefinisikan sebagai : T(penting) = {SANGAT RENDAH, RENDAH, CUKUP, TINGGI, SANGAT TINGGI}. b. Menentukan bobot-bobot setiap rating dari himpunan rating derajat kepentingan setiap kriteria dan derajat kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya. Bobot untuk setiap rating ditentukan dengan menggunakan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy. Dalam penelitian ini, adapun fungsi keanggotaan bilangan fuzzy yang digunakan adalah fungsi bilangan fuzzy segitiga.
Gambar 2 Fungsi keanggotaan untuk bobot setiap rating dengan himpunan bilangan fuzzy segitiga. Dengan asumsi rentang yang digunakan adalah: Sangat Rendah = SR = (0, 0, 0.25) Rendah = R = (0, 0.25, 0.5) Sedang = S = (0.25, 0.5, 0.75) Tinggi = T = (0.5, 0.75, 1) Sangat Tinggi = ST = (0.75, 1, 1) c. Mengevaluasi derajat kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya. d. Mengagregasikan bobot-bobot setiap rating dari himpunan rating derajat kecocokan setiap alternatif dengan kriterianya terhadap derajat kepentingan setiap kriteria. Operator yang digunakan pada metode agregasi umumnya berupa penjumlahan dan perkalian fuzzy. Kebanyakan metode agregrasi yang digunakan adalah metode agregasi mean.
i = 1, 2, 3, ..., n t = 1, 2, 3, ..., n keterangan : Fi : indeks kecocokan fuzzy dari alternatif Ai yang mempresentasikan derajat kecocokan alternatif keputusan dengan kriteria keputusan yang diperoleh dari hasil agregasi Sit dan Wt. Sit : bobot rating fuzzy untuk derajat kecocokan alternatif keputusan Ai dengan kriteria Ct. Wt : bobot rating fuzzy untuk derajat kepentingan kriteria Ct. k : banyaknya kriteria. Jika direpresentasikan ke dalam bilangan fuzzy segitiga, Sit = (oit, pit, qit) dan Wt = (at, bt, ct), maka Fi = (Xi, Yi, Zi) menjadi :
4
3. Seleksi Alternatif Optimal Pada bagian ini, ada 2 aktivitas yang dilakukan, yaitu : a. Memprioritaskan alternatif keputusan berdasarkan hasil agregasi. Nilai prioritas dari hasil agregasi dibutuhkan dalam rangka proses penentuan tingkat performance dari alternatif (sekolah). Karena hasil agregasi dalam hal ini direpresentasikan dengan menggunakan bilangan fuzzy segitiga, maka dibutuhkan metode untuk memperoleh nilai prioritas dari bilangan fuzzy segitiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nilai total integral.
keterangan : I : nilai integral. Fi : bilangan fuzzy segitiga hasil agregasi, Fi = (Xi, Yi, Zi). α : indeks keoptimisan (1) b. Memilih alternatif keputusan dengan nilai prioritas terbaik sebagai alternatif keputusan yang optimal. Namun dalam hal penentuan tingkat performance sekolah nilai prioritas yang dihasilkan akan dibandingkan terhadap nilai prioritas maksimal. Langkah-langkah pemecahan masalah penentuan mutu sekolah dengan menggunakan metode fuzzy MCDM dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kriteria yang digunakan dalam penentuan mutu sekolah. 2. Menentukan alternatif keputusan berupa kandidat yaitu sekolah. 3. Menyusun struktur hirarki permasalahan dari alternatif keputusan (sekolah) terhadap kriteria yang digunakan. 4. Menentukan variabel linguistik yang digunakan serta bobot tiap rating derajat kepentingan tiap kriteria dan derajat kecocokan alternatif keputusan (sekolah) terhadap kriteria. 5. Menentukan derajat kepentingan tiap kriteria beserta bobotnya kemudian mengagregasikannya dengan metode agregasi mean terhadap bobot raing maksimal sehingga diperoleh nilai prioritas maksimal dengan metode nilai total integral yang kemudian diasumsikan sebagai nilai standar yang digunakan untuk menentukan tingkat mutu sekolah. 6. Mengevaluasi bobot nilai yang diperolah dari alternatif keputusan (sekolah) terhadap tiap kriteria yang digunakan berdasarkan data - data tertentu dari alternatif keputusan (sekolah) tersebut. 7. Menentukan derajat kecocokan alternatif keputusan (sekolah) terhadap tiap kriteria yang digunakan beserta bobotnya berdasarkan hasil evaluasi pada langkah no.6. 8. Mengagregasikan bobot rating derajat kecocokan alternatif keputusan (sekolah) terhadap tiap kriteria pada langkah no.7 dengan rating derajat kepentingan kriteria pada langkah no.5 menggunakan metode agregasi mean.
5
9. Menentukan nilai prioritas kandidat atau alternatif (sekolah) berdasarkan hasil agregasi yang diperoleh pada langkah no.8. Menentukan tingkat mutu sekolah berdasarkan nilai prioritas yang diperoleh pada langkah no.9, kemudian dibandingkan terhadap interval nilai standar (nilai prioritas maksimal) yang ditetapkan pada langkah no.5.
B. Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar - standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. Standar nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan standar lain adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/atau lembaga lain yang dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan pendidikan sesuai dengan kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. SNP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara satuan atau program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka menengah yang ditetapkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan. Terdapat delapan SNP berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yaitu: 1. Standar Isi 2. Standar Proses 3. Standar Kompetensi Lulusan 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Standar Sarana dan Prasarana 6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Tujuan Penjaminan Mutu Pendidikan berdasarkan Permen Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.Berdasarkan peraturan di atas, tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahu945 yang dicapai melalui penerapan SPMP.
6
Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan diperoleh dari hasil penelitian di Sekolah berupa data kriteria seperti yang sudah dituliskan di atas dan subkriteria untuk menentukan tingkat mutu Sekolah. Adapun data sub kriteria tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1 data subkriteria. No 1.
Kriteria Standar Isi
2.
Standar Proses
Subkriteria A. Dokumen Kurikulum Sekolah. 1. Keberadaan dokumen kurikulum sekolah (panduan pengembangan KTSP). 2. Keberadaan dokumen kurikulum sekolah (KTSP) yang meliputi semua mapel. 3. Keberadaan dokumen pendukung pengembangan KTSP (referensi, bahan ajar, buku - buku, jurnal, dan lain-lain untuk tiap mapel). B. Dokumen Perangkat Kurikulum Sekolah. 1. Dokumen silabus untuk semua mata pelajaran. 2. Dokumen panduan umum sistem penilaian dari semua mata pelajaran. 3. Dokumen panduan umum pembelajaran dari semua mata pelajaran. 4. Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari semua mata pelajaran. C. Dokumen Pendukung Perangkat Kurikulum Sekolah 1. Dokumen kalender akademik sekolah. 2. Dokumen pembagian tugas mengajar guru di sekolah dengan bukti SK Kepala Sekolah. 3. Kurikulum (mapel) muatan lokal di sekolah. A. Kesiapan Guru 1. Rata-rata kepemilikan dokumen guru berupa silabus sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. 2. Rata - rata kepemilikan dokumen guru berupa RPP sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. B. Metodologi Pengajaran 1. Rata - rata variasi guru dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas (seperti ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi). 2. Kesesuaian penggunaan metode pembelajaran terhadap karakteristik dari mata pelajaran (sesuai tuntutan kompetensi). 3. Frekuensi penerapan lebih dari tiga metode pembelajaran. C. Penggunaan Media Pembelajaran 1. Kelengkapan media pembelajaran (seperti OHP, laptop, LCD, tape, wall chart, clip chart) yang ada di sekolah. 2. Penggunaan media elektronik oleh guru dalam mengajar (seperti LCD, OHP, tape recorder, laptop).
7
3.
4.
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
A. Prestasi Akademik dan Kelulusan yang telah dicapai 1. Ketercapaian rata - rata KKM semua mata pelajaran yang tidak di UN-kan pada tahun terakhir. 2. Ketercapaian rata - rata KKM semua mata pelajaran yang di UNkan pada tahun terakhir. 3. Rata - rata hasil UN yang dicapai pada tahun terakhir. 4. Rata - rata hasil Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dicapai pada tahun terakhir. 5. Prestasi Kejuaraan olimpiade atau lomba (ranking 1-5) dari suatu bidang ilmu atau mata pelajaran pada tahun terakhir pada tingkat. 6. (Ranking 1-10) hasil rata - rata nilai UN yang dicapai pada tahun terakhir dari semua sekolah negeri pada tingkat. 7. Jumlah siswa yang lulus pada tahun terakhir. 8. Banyaknya lulusan yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. B. Prestasi Non Akademik (pada tahun terakhir). 1. Prestasi olahraga pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 2. Prestasi bidang lingkungan dan kesehatan sekolah pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 3. Prestasi bidang kesenian pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 4. Prestasi bidang keagamaan pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 5. Prestasi bidang lainnya pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. C. Kesiswaan atau Kepribadian siswa. 1. Kesan umum kedisiplinan siswa (seperti cara berpakaian, kehadiran, ketertiban). 2. Kepedulian dan keterlibatan secara aktif siswa terhadap lingkungan sekolah. 3. Pembinaan kesenian (keterampilan siswa). 4. Pembinaan karya tulis (mengarang siswa). 5. Pembinaan sosial dan keagamaan bagi siswa. 6. Pembinaan olahraga dan kesehatan bagi siswa. 7. Pembinaan kepramukaan bagi siswa. 8. Pembinaan bidang lain bagi siswa. A. Guru. 1. Tingkat kelayakan (kualifikasi) pendidikan guru dari perguruan tinggi yang terakreditasi. 2. Kesesuaian bidang keahlian guru dengan mata pelajaran yang diajarkan. 3. Jumlah guru yang menetapkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) seperti komputer atau laptop, LCD atau internet dalam proses belajar mengajar. 4. Jumlah guru yang mampu mengoperasikan komputer. 5. Rata - rata jumlah jam mengajar guru per minggu. 6. Kedisiplinan dari semua guru yang ada di sekolah (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas). 7. jumlah guru yang mengikuti penataran KTSP. 8. Kepemilikan kelengkapan administrasi atau perangkat
8
5.
Standar Sarana dan Prasarana
pembelajran yang dimiliki guru (seperti buku presensi siswa, buku nilai siswa). 9. Rata - rata kepemilikan buku referensi atau bacaan (pegangan yang dimiliki guru). B. Kepala Sekolah. 1. Masa kerja sebagai kepala sekolah (dihitung dari SK pertama sebagai kepala sekolah). 2. Kepemilikan sertifikasi kursus atau pendidikan komputer. 3. Pelatihan KTSP. 4. Kepemilikan sertifikasi pelatihan calon kepala sekolah. 5. Jenjang pendidikan terakhir kepala sekolah. 6. Pengalaman pelatihan lainnya. C. Tenaga Pendukung. 1. Jumlah karyawan atau tenaga pendukung yang mampu mengoperasionalkan komputer. 2. Presentase kepemilikan sertifikasi kursus atau pendidikan komputer atau TIK karyawan (tenaga pendukung). 3. Rata - rata kualifikasi pendidikan karyawan atau tenaga pendukung. 4. Tingkat kedisiplinan karyawan atau tenaga pendukung (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas) pada tiga bulan terakhir. A. Ruang Kelas. 1. Rasio ruang kelas terhadap rombongan belajar. 2. Jumlah mebelair (seperti meja, kursi, almari, papan tulis) dalam ruang kelas terhadap kebutuhan atau jumlah siswa dan guru telah terpenuhi. 3. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara ruang kelas pada umumnya. 4. Kelengkapan keamanan ruang kelas pada umumnya. 5. Kelengkapan sarana TIK untuk pembelajaran di dalam ruang kelas. B. Laboratorium. 1. Keberadaan ruang laboratorium IPA. 2. Ketercukupan bangunan ruang laboratorium IPA (Fisika, Biologi, Kimia) terhadap jumlah rombongan belajar. 3. Kelengkapan bahan - bahan praktikum sesuai dengan topik dalam materi IPA. 4. Kelengkapan peralatan praktikum sesuai dengan topik dalam materi IPA. 5. Kelengkapan sarana TIK untuk pembelajaran di dalam laboratorium IPA. 6. Keberadaan ruangan laboratorium Komputer. 7. Jumlah komputer terhadap jumlah siswa per rombongan belajar. 8. Keberadaan jaringan internet. 9. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 10. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. C. Perpustakaan. 1. Rasio buku bacaan terhadap jumlah siswa. 2. Keberadaan rak buku. 3. Jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan setiap hari.
9
4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. 6. Jumlah judul buku yang tersedia. 7. Keberadaan majalah, jurnal atau koran dalam perpustakaan. D. Ruang Pimpinan Sekolah (Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah) dan Guru. 1. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari buku, almari piala) ruang kepala sekolah. 2. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, CCTV, tape atau komputer. 3. Keberadaan jaringan internet. 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. 6. Keberadaan kamar kecil. E. Ruang Guru. 1. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari buku). 2. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, CCTV, tape atau komputer. 3. Keberadaan jaringan internet. 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. 6. Keberadaan kamar kecil. F. Ruang Tata Usaha. 1. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari, brankas, mesin tik manual). 2. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, tape atau komputer. 3. Keberadaan jaringan internet. 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. G. Ruang OSIS. 1. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (meja, kursi, almari). 2. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : tape atau komputer 3. Keberadaan jaringan internet. 4. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 5. Kelengkapan pengamanan pada umumnya. 6. Keberadaan kamar kecil. H. Ruang lain 1. Keberadaan ruang kantin. 2. Keberadaan tempat ibadah. 3. Keberadaan tempat parkir kendaraan siswa, karyawan, dan guru. 4. Keberadaan ruang keterampilan. 5. Keberadaan ruang kesenian sekolah. 6. Keberadaan lapangan upacara. 7. Keberadaan lapangan olahraga.
10
6.
Standar Pengelolaan
7.
Standar Pembiayaan
8.
Standar Penilaian
8. Keberadaan Pos Jaga sekolah. I. Lingkungan Sekolah 1. Kesan umum lingkungan sekolah (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan = 6K). 2. Tamanisasi lingkungan sekolah. A. Perencanaan Sekolah. 1. Kelengkapan dokumen Renop (Rencana Operasional) dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). 2. Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan kebijakan dan program sekolah. 3. Keterlibatan warga sekolah dalam pelaksaan program sekolah. B. Kepemimpinan Kepala Sekolah. 1. Tingkat kedisiplinan kepala sekolah (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas) dalam tiga bulan terakhir. 2. Frekuensi melakukan pertemuan atau rapat antara pimpinan dengan dewan guru dan karyawan. 3. Pemberian penghargaan atau sanksi oleh kepala sekolah. A. Sumber Dana 1. Total anggaran belanja sekolah pada tahun terakhir. 2. Jumlah sumber pendanaan sekolah. B. Alokasi dan Penggunaan Dana. 1. Alokasi anggaran untuk pengembangan KTSP. 2. Alokasi anggaran untuk pencapaian standar ketuntasan belajar minimal dan nilai UN. 3. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar manajemen. 4. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. 5. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar penilaian. 6. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar tenaga pendidik dan kependidikan. 7. Alokasi anggaran untuk pencapaian prestasi non akademik. 8. Tingkat kepatutan atau kelayakan dalam penggunaan dana terhadap ketentuan yang ada. C. Akuntabilitas Penggunaan Dana. 1. Pertanggungjawaban administrasi (pelaporan - pelaporan) sekolah dalam penggunaan dana. 2. Kelengkapan bukti fisik administrasi penggunaan dana. A. Kesiapan Guru dalam Penilaian. 1. Keberadaan kelengkapan dokumen perangkat atau instrumen penilaian atau evaluasi belajar siswa (seperti perangkat soal - soal, perangkat penugasan, bank soal). 2. Keberadaan kelengkapan dokumen atau buku atau perangkat lunak analisis nilai untuk evaluasi belajar siswa. 3. Keberadaan kelengkapan perencanaan pelaksanaan (schedule, bentuk atau jenis) penilaian belajar siswa. B. Pelaksanaan Penilaian. 1. Rata - rata variasi metode atau strategi penilaian yang diterapkan oleh guru (seperti tanya jawab, ulangan harian, quiz, tugas,
11
proyek, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester). 2. Rata - rata frekuensi penilaian atau evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan oleh guru. 3. Keterlibatan pihak lain dalam pelaksanaan penilaian atau evaluasi. C. Pemanfaatan Hasil Penilaian. 1. Rata - rata perekomendasian hasil belajar atau nilai siswa oleh guru. 2. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk program remedial. 3. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk program pembinaan bakat atau prestasi. 4. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk kepentingan lain. Data - data tersebut di atas berupa data pertanyaan sebagai data yang ditujukan kepada sekolah sehingga hasil dari data tersebut dapat dijadikan sebagai data yang dinilai dalam menentukan mutu dari sekolah tersebut. Adapun setiap butir pertanyaan memiliki alternatif jawaban. Setiap alternatif jawaban memiliki bobot nilai yang diambil dari sistem nilai fuzzy yang digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu [0,1]. “1” untuk bobot nilai tertinggi dan “0” untuk bobot nilai terendah. Dengan demikian jumlah dari bobot nilai yang di peroleh dari setiap subkriteria tersebut di atas akan menentukan rating derajat kecocokan sekolah terhadap tiap kriteria yang digunakan. Sedangkan untuk menentukan tingkat mutu yang didapat atau diperoleh sekolah, ditentukan berdasarkan nilai prioritas yang diperoleh sekolah, yang kemudian dibandingkan terhadap nilai standar (nilai prioritas maksimal) yang ditetapkan. Tabel 2 interval nilai. Tingkat Performance atau Rating Derajat Interval Nilai (%) Terhadap Nilai Prioritas Kecocokan. Max/ Jumlah Bobot Max. Sangat Baik (SB) nilai prioritas ( jumlah bobot > 90%) Baik (B) 75% < nilai prioritas ( jumlah bobot < 90%) Cukup (C) 60% < nilai prioritas ( jumlah bobot < 75%) Kurang (K) 40% < nilai prioritas ( jumlah bobot < 60%) Sangat Kurang (SK) nilai prioritas ( jumlah bobot < 40%) Analisis Masukan Data masukan yang dibutuhkan perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan Penentuan mutu sekolah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Masukan berupa data rating derajat kepentingan untuk tiap kriteria yang digunakan dalam penentuan mutu sekolah. 2. Masukan berupa data penjaminan mutu sesuai ketersediaan input data pada sistem untuk data subkriteria yang digunakan dalam penentuan mutu sekolah. Analisis Keluaran Sistem Keluaran dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan mutu sekolah tersebut adalah informasi mutu sekolah dan laporan hasil perhitungan dengan metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM) serta tingkat mutu yang diperoleh berdasarkan nilai prioritas hasil perhitungan dengan metode fuzzy MCDM yang dibandingkan terhadap nilai standar (nilai prioritas maksimal) yang terdapat pada sistem. Analisis Pemecahan Masalah Dengan FMCDM Adapun langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
12
1. Representasi Masalah a. Tujuan keputusan ini adalah menentukan mutu sekolah berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. b. Ada 8 kriteria yang digunakan dalam penentuan tingkat mutu sekolah yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian. 2. Evaluasi Himpunan Fuzzy a. Variabel - variabel linguistik yang merepresentasikan bobot rating derajat kepentingan setiap kriteria adalah T(kepentingan) W={SR, R, S, T, ST}, dengan SR = SangatRendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi, yang masing masing direpresentasikan dengan bilangan fuzzy segitiga sebagai berikut:
Gambar 3 Fungsi keanggotaan dalam himpunan fuzzy segitiga untuk derajat kepentingan setiap kriteria. Dengan asumsi rentang yang digunakan adalah: SR = (0, 0, 0.25) R = (0, 0.25, 0.5) S = (0.25, 0.5, 0.75) T = (0.5, 0.75, 1) ST = (0.75, 1, 1) b. Derajat kecocokan alternatif dengan kriterianya adalah T(kecocokan) S = {SK, K, C, B, SB}, dengan SK = Sangat Kurang, K = Kurang, C = Cukup, B = Baik, dan SB = Sangat Baik, yang masing - masing direpresentasikan dengan bilangan fuzzy segitiga sebagai berikut:
Gambar 4 Fungsi keanggotaan dalam himpunan fuzzy segitiga untuk derajat kecocokan terhadap kriteria. Dengan asumsi rentang yang digunakan adalah: SK = (0, 0, 0.25) K = (0, 0.25, 0.5) C = (0.25, 0.5, 0.75) B = (0.5, 0.75, 1) SB = (0.75, 1, 1)
13
c. Menentukan derajat kepentingan tiap kriteria yang digunakan beserta d. bobotnya. Adapun derajat kepentingan kriteria yang diperoleh dari standar penjaminan mutu, yang kemudian disertakan bobot rating derajat kepentingan tiap kriteria yang digunakan sesuai langkah 2a dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Rating derajat kepentingan tiap kriteria beserta bobotnya. No
Kriteria
1. 2. 3.
Standar Isi. Standar Proses. Standar Kompetensi Lulusan.
Derajat Kepentingan ST ST ST
Bobot Raing ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 )
Tabel 4 Rating derajat kepentingan tiap kriteria beserta bobotnya. No 4. 5. 6. 7. 8.
Derajat Kepentingan
Kriteria Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Standar Sarana dan Prasarana. Standar Pengelolaan. Standar Pembiayaan. Standar Penilaian.
ST ST ST T ST
Bobot Rating ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,5, 0,75, 1 ) ( 0,75, 1, 1 )
Untuk menentukan nilai standar dalam penentuan tingkat mutu, maka nilai prioritas maksimal yang diperoleh dari perhitungan metode fuzzy MCDM dengan mengagregasikan bobot rating derajat kepentingan tiap kriteria di atas terhadap bobot rating derajat kepentingan maksimal yaitu ST = (0.75, 1, 1). Sehingga untuk bobot rating derajat kepentingan tiap kriteria direpresentasikan sebagai Sit = (oit, pit, qit) dan bobot rating derajat kepentingan maksimal sebagai Wt = (at, bt, ct), maka hasil agregasi sebagai Fi = (Xi, Yi, Zi) menjadi:
Tabel 5 Agregasi bobot derajat kepentingan tiap kriteria terhadap bobot derajat kepentingan maksimal tiap kriteria
No
Bobot Derajat Kepentingan Sit = (oit, pit, qit)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,5, 0,75, 1 )
Bobot Derajat Kepentingan Maksimal (ST) Wt = (at, bt, ct) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 )
Hasil Agregasi ( 0,5625, 1, 1 ) ( 0,5625, 1, 1 ) ( 0,5625, 1, 1 ) ( 0,5625, 1, 1 ) ( 0,5625, 1, 1 ) ( 0,5625, 1, 1 ) ( 0,375, 0,75, 1 )
14
8. ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) Hasil Agregasi Fi = (Xi, Yi, Zi)
( 0,5625, 1, 1 ) ( 0,5390, 0,9687, 1)
Dari hasil agregasi di atas, maka nilai prioritas maksimal sebagai nilai standar dalam penentuan tingkat mutu dapat diperoleh melalui metode nilai total integral dengan indeks keoptimisan (α=1) untuk memprioritaskan hasil agregasi di atas, maka diperoleh:
[(1 * 1 + 0,9687) + (1 – 1 ) * 0,5390 ] = 0,9843 Kemudian nilai prioritas maksimal tersebut direpresentasikan sebagai 100%, sehingga pembagian interval nilai standar untuk tiap tingkat mutu adalah sebagai berikut: Tabel 6 Interval nilai standar untuk tingkat mutu. Persentase Interval Terhadap Interval terhadap No Tingkat mutu Nilai prioritas Nilai prioritas Maksimal Maksimal 1. Sangat Baik (SB) nilai > 90% nilai > 0,8858 2. Baik (B) 75% < nilai < 90% 0,6643 < nilai < 0,8858 3. Cukup (C) 60% < nilai < 75% 0,3985 < nilai < 0,6643 4. Kurang (K) 40% < nilai < 60% 0,1594 < nilai < 0,3985 5. Sangat Kurang (SK) nilai < 40% nilai < 0,1594 e. Mengevaluasi bobot nilai yang diperolah sekolah terhadap tiap kriteria yang digunakan berdasarkan data – data tertentu dari sekolah tersebut. Adapun hasil bobot nilai yang diperoleh dari data sekolah adalah sebagai berikut: Tabel 7 Data subkriteria yang digunakan serta hasil bobot nilai untuk sekolah No 1.
Kriteria Standar Isi
Subkriteria 4. Keberadaan dokumen kurikulum sekolah (panduan pengembangan KTSP). 5. Keberadaan dokumen kurikulum sekolah (KTSP) yang meliputi semua mapel. 6. Keberadaan dokumen pendukung pengembangan KTSP (referensi, bahan ajar, buku - buku, jurnal, dan lain - lain untuk tiap mapel). 7. Dokumen silabus untuk semua mata pelajaran. 8. Dokumen panduan umum sistem penilaian dari semua mata pelajaran. 9. Dokumen panduan umum pembelajaran dari semua mata pelajaran. 10. Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari semua mata pelajaran. 11. Dokumen kalender akademik sekolah. 12. Dokumen pembagian tugas mengajar guru di sekolah dengan bukti SK Kepala Sekolah. 13. Kurikulum (mapel) muatan lokal di sekolah.
Bobot 0,75
0,75 0,75
1 0,75 0,75 1
1 1
15
Jumlah Bobot 2. Standar Proes
Jumlah Bobot 3. Standar Kompetensi Lulusan
0,75 8,5 3. Rata - rata kepemilikan dokumen guru berupa silabus sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. 4. Rata - rata kepemilikan dokumen guru berupa RPP sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. 5. Rata - rata variasi guru dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas (seperti ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi). 6. Kesesuaian penggunaan metode pembelajaran terhadap karakteristik dari mata pelajaran (sesuai tuntutan kompetensi). 7. Frekuensi penerapan lebih dari tiga metode pembelajaran. 8. Kelengkapan media pembelajaran (seperti OHP, laptop, LCD, tape, wall chart, clip chart) yang ada di sekolah. 9. Penggunaan media elektronik oleh guru dalam mengajar (seperti LCD, OHP, tape recorder, laptop). 9. Ketercapaian rata - rata KKM semua mata pelajaran yang tidak di UN-kan pada tahun terakhir. 10. Ketercapaian rata - rata KKM semua mata pelajaran yang di UN-kan pada tahun terakhir. 11. Rata - rata hasil UN yang dicapai pada tahun terakhir. 12. Rata - rata hasil Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dicapai pada tahun terakhir. 13. Prestasi Kejuaraan olimpiade atau lomba (ranking 1-5) dari suatu bidang ilmu atau mata pelajaran pada tahun terakhir pada tingkat. 14. (Ranking 1-10) hasil rata - rata nilai UN yang dicapai pada tahun terakhir dari semua sekolah negeri pada tingkat. 15. Jumlah siswa yang lulus pada tahun terakhir. 16. Banyaknya lulusan yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 17. Prestasi olahraga pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 18. Prestasi bidang lingkungan dan kesehatan sekolah pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 19. Prestasi bidang kesenian pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 20. Prestasi bidang keagamaan pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 21. Prestasi bidang lainnya pada tahun terakhir meraih kejuaraan (ranking 1-5) pada tingkat. 22. Kesan umum kedisiplinan siswa (seperti cara berpakaian, kehadiran, ketertiban). 23. Kepedulian dan keterlibatan secara aktif siswa terhadap lingkungan sekolah. 24. Pembinaan kesenian (keterampilan siswa). 25. Pembinaan karya tulis (mengarang siswa). 26. Pembinaan sosial dan keagamaan bagi siswa. 27. Pembinaan olahraga dan kesehatan bagi siswa. 28. Pembinaan kepramukaan bagi siswa.
1 1
1
1 1 0,5 0,75 6,25 1 0,5 0,5 0,75
0,5 0,5 1 1 0,5 1 0,5 0,5 0,5 1
1 1 1 1 1 1
16
29. Pembinaan bidang lain bagi siswa. Jumlah Bobot 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah Bobot 5. Standar Sarana dan Prasarana
10. Tingkat kelayakan (kualifikasi) pendidikan guru dari perguruan tinggi yang terakreditasi. 11. Kesesuaian bidang keahlian guru dengan mata pelajaran yang diajarkan. 12. Jumlah guru yang menetapkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) seperti komputer atau laptop, LCD atau internet dalam proses belajar mengajar. 13. Jumlah guru yang mampu mengoperasikan komputer. 14. Rata - rata jumlah jam mengajar guru per minggu. 15. Kedisiplinan dari semua guru yang ada di sekolah (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas). 16. jumlah guru yang mengikuti penataran KTSP. 17. Kepemilikan kelengkapan administrasi atau perangkat pembelajran yang dimiliki guru (seperti buku presensi siswa, buku nilai siswa). 18. Rata - rata kepemilikan buku referensi atau bacaan (pegangan yang dimiliki guru). 19. Masa kerja sebagai kepala sekolah (dihitung dari SK pertama sebagai kepala sekolah). 20. Kepemilikan sertifikasi kursus atau pendidikan komputer. 21. Pelatihan KTSP. 22. Kepemilikan sertifikasi pelatihan calon kepala sekolah. 23. Jenjang pendidikan terakhir kepala sekolah. 24. Pengalaman pelatihan lainnya. 25. Jumlah karyawan atau tenaga pendukung yang mampu mengoperasionalkan komputer. 26. Presentase kepemilikan sertifikasi kursus atau pendidikan komputer atau TIK karyawan (tenaga pendukung). 27. Rata - rata kualifikasi pendidikan karyawan atau tenaga pendukung. 28. Tingkat kedisiplinan karyawan atau tenaga pendukung (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas) pada tiga bulan terakhir. 6. Rasio ruang kelas terhadap rombongan belajar. 7. Jumlah mebelair (seperti meja, kursi, almari, papan tulis) dalam ruang kelas terhadap kebutuhan atau jumlah siswa dan guru telah terpenuhi pada ruang kelas. 8. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara ruang kelas pada umumnya. 9. Kelengkapan keamanan ruang kelas pada umumnya. 10. Kelengkapan sarana TIK untuk pembelajaran di dalam ruang kelas. 11. Keberadaan ruang laboratorium IPA. 12. Ketercukupan bangunan ruang laboratorium IPA (Fisika, Biologi, Kimia) terhadap jumlah rombongan belajar. 13. Kelengkapan bahan - bahan praktikum sesuai dengan topik dalam materi IPA. 14. Kelengkapan peralatan praktikum sesuai dengan topik dalam materi IPA.
1 16,25 1 1
1 1 1 1 1
0,5 0,5 0,75 0,5 1 0,75 1 0,75 1 0,25
0,5 0,75 15,25 1
1 1 0,5 0,5 0,75 0,5 0,75 0,75
17
15. Kelengkapan sarana TIK untuk pembelajaran di dalam laboratorium IPA. 16. Keberadaan ruangan laboratorium Komputer. 17. Jumlah komputer terhadap jumlah siswa per rombongan belajar. 18. Keberadaan jaringan internet. 19. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya. 20. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang laboratorium). 21. Rasio buku bacaan terhadap jumlah siswa (ruang perpustakaan). 22. Keberadaan rak buku (ruang perpustakaan). 23. Jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan setiap hari. 24. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang perpustakaan). 25. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang perpustakaan). 26. Jumlah judul buku yang tersedia. 27. Keberadaan majalah, jurnal atau koran dalam perpustakaan. 28. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari buku, almari piala) ruang kepala sekolah. 29. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, CCTV, tape atau komputer (ruang kepala sekolah). 30. Keberadaan jaringan internet (ruang kepala sekolah). 31. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang kepala sekolah). 32. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang kepala sekolah). 33. Keberadaan kamar kecil (ruang kepala sekolah). 34. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari buku) pada ruang guru. 35. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, CCTV, tape atau komputer pada ruang guru. 36. Keberadaan jaringan internet pada ruang guru. 37. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang guru). 38. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (rang guru). 39. Keberadaan kamar kecil (ruang guru). 40. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (seperti meja, kursi, almari, brankas, mesin tik manual) pada ruang tata usaha. 41. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : TV, tape atau komputer pada ruang tata usaha. 42. Keberadaan jaringan internet (ruang tata usaha). 43. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang tata usaha). 44. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang tata usaha). 45. Kelengkapan atau keberadaan fasilitas mebelair (meja, kursi, almari) pada ruang osis. 46. Kelengkapan fasilitas multimedia seperti : tape atau
0,75 0,75 0,5 0,75 0,75 0,75 1 0,75 1 1 0,75 0,5 0,5 0,75 0,5 0,75 1 1 0,5 0,5 0,5 0,75 1 1 0,5
1 1 0,75 1 1 0,25
18
komputer pada ruang osis. 47. Keberadaan jaringan internet (ruang osis). 48. Kelengkapan sarana penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara pada umumnya (ruang osis). 49. Kelengkapan pengamanan pada umumnya (ruang osis). 50. Keberadaan kamar kecil (ruang osis). 51. Keberadaan ruang kantin. 52. Keberadaan tempat ibadah. 53. Keberadaan tempat parkir kendaraan siswa, karyawan, dan guru. 54. Keberadaan ruang keterampilan. 55. Keberadaan ruang kesenian sekolah. 56. Keberadaan lapangan upacara. 57. Keberadaan lapangan olahraga. 58. Keberadaan Pos Jaga sekolah. 59. Kesan umum lingkungan sekolah (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan = 6K). 60. Tamanisasi lingkungan sekolah. Jumlah Bobot 6. Standar Pengelolaan
Jumlah Bobot 10.Standar Pembiayaan
Jumlah Bobot Standar
4. Kelengkapan dokumen Renop (Rencana Operasional) dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). 5. Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan kebijakan dan program sekolah. 6. Keterlibatan warga sekolah dalam pelaksaan program sekolah. 7. Tingkat kedisiplinan kepala sekolah (seperti kehadiran, ketertiban, penyelesaian tugas) dalam tiga bulan terakhir. 8. Frekuensi melakukan pertemuan atau rapat antara pimpinan dengan dewan guru dan karyawan. 9. Pemberian penghargaan atau sanksi oleh kepala sekolah. 3. 4. 5. 6.
Total anggaran belanja sekolah pada tahun terakhir. Jumlah sumber pendanaan sekolah. Alokasi anggaran untuk pengembangan KTSP. Alokasi anggaran untuk pencapaian standar ketuntasan belajar minimal dan nilai UN. 7. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar manajemen. 8. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. 9. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar penilaian. 10. Alokasi anggaran dalam program untuk pencapaian standar tenaga pendidik dan kependidikan. 11. Alokasi anggaran untuk pencapaian prestasi non akademik. 12. Tingkat kepatutan atau kelayakan dalam penggunaan dana terhadap ketentuan yang ada. 13. Pertanggungjawaban administrasi (pelaporan - pelaporan) sekolah dalam penggunaan dana. 14. Kelengkapan bukti fisik administrasi penggunaan dana. 4. Keberadaan kelengkapan dokumen perangkat atau instrumen
0,5 0,75 0,75 0,5 0,25 1 1 1 1 0,5 1 1 1 1 1 42,5 0,75 1 1 1 0,75 0,5 5 0,5 0,25 0,5 0,75 0,5 0,25 0,75 0,5 0,5 1 1 1 7,5
19
Penilaian
penilaian atau evaluasi belajar siswa (seperti perangkat soal - soal, perangkat penugasan, bank soal). 5. Keberadaan kelengkapan dokumen atau buku atau perangkat lunak analisis nilai untuk evaluasi belajar siswa. 6. Keberadaan kelengkapan perencanaan pelaksanaan (schedule, bentuk atau jenis) penilaian belajar siswa. 7. Rata - rata variasi metode atau strategi penilaian yang diterapkan oleh guru (seperti tanya jawab, ulangan harian, quiz, tugas, proyek, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester). 8. Rata - rata frekuensi penilaian atau evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan oleh guru. 9. Keterlibatan pihak lain dalam pelaksanaan penilaian atau evaluasi. 10. Rata - rata perekomendasian hasil belajar atau nilai siswa oleh guru. 11. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk program remedial. 12. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk program pembinaan bakat atau prestasi. 13. Pemanfaatan hasil belajar atau nilai siswa untuk kepentingan lain.
0,75 0,5 1
1 1 0,75 0,75 1 1
1 Jumlah Bobot 8,75 Dari evaluasi data subkriteria yang digunakan di atas, maka untuk menentukan derajat kecocokan SEKOLAH terhadap tiap kriteria yang digunakan ditentukan berdasarkan bobot nilai yang diperoleh SEKOLAH untuk tiap kriteria. Namun untuk menentukan rating derajat kecocokannya, maka dapat menggunakan nilai interval untuk tiap rating derajat kecocokan berdasarkan jumlah bobot nilai maksimal yang ada dari tiap kriteria. Maka pembagian interval nilai tersebut dapat terlihat pada tabel berikut: Tabel 8 Interval nilai untuk menentukan derajat kecocokan terhadap kriteria. Jumlah bobot Kriteria maks (100%) 1.
10
2.
7
3.
21
4.
19
5.
55
6.
6
7.
12
8.
10
Pembagian interval untuk tiap rating derajat kecocokan SB B C K >90% >75% dan >60% >40% <90% dan dan <75% <60% >9 > 7,5 dan < 9 > 6 dan < 7,5 > 4 dan < 6 > 2,8 dan < > 6,3 > 5,25 dan < 6,3 > 4,2 dan < 6,3 4,2 >15,75 dan >12,6 dan > 8,4 dan < > 18,9 <18,9 <15,75 12,6 >14,25 dan >11,4 dan >7,6 dan > 17,1 <17,1 <14,25 <11,4 >41,25 dan >33 dan > 22 dan < > 49,5 <49,5 <41,25 33 > 2,4 dan < > 5,4 >4,5 dan <5,4 >3,6 dan <4,5 3,6 >4,8 dan > 10,8 >9 dan <10,8 >7,2 dan <9 <7,2 >9 >7,5 dan <9 >6 dan <7,5 >4 dan <6
SK <40%
<4 < 2,8 < 8,4 < 7,6 < 22 < 2,4 < 4,8 <4
20
f. Dari hasil evaluasi pada langkah no. 2d, derajat kecocokan sekolah terhadap tiap kriteria yang digunakan berdasarkan jumlah bobot nilai untuk tiap kriteria yang diperoleh serta penggunaan interval nilai untuk tiap rating derajat kecocokan kandidat terhadap kriteria pada langkah no. 2d, maka hasil derajat kecocokan sekolah terhadap tiap kriteria dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Derajat kecocokan sekolah terhadap tiap kriteria. No
Jumlah bobot yang diperoleh 8,5 6,25 16,25
Derajat Kecocokan
Bobot Rating
Standar Isi Standar Proses. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 15,25
B B B
( 0,5, 0,75, 1 ) ( 0,5, 0,75, 1 ) ( 0,5, 0,75, 1 )
B
( 0,5, 0,75, 1 )
Standar Sarana dan Prasarana. Standar Pengelolaan. Standar Pembiayaan. Standar Penilaian.
B B C B
( 0,5, 0,75, 1 ) ( 0,5, 0,75, 1 ) ( 0,25, 0,5, 0,75 ) ( 0,5, 0,75, 1 )
Kriteria 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
42,5 5 7,5 8,75
g. Mengagregasikan bobot rating derajat kecocokan kandidat terhadap tiap kriteria yang diperoleh dengan bobot rating derajat kepentingan tiap kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan data pada langkah no. 2c tabel 4.1 dan langkah no. 2e tabel 4.6, maka hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.7. Tabel 10 Agregasi bobot derajat kecocokan terhadap tiap kriteria dengan bobot derajat kepentingan tiap kriteria. No 1. 2. 3.
Kriteria
Standar Isi Standar Proses Standar Kompetensi Lulusan. 4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 5. Standar Sarana dan Prasarana. 6. Standar Pengelolaan. 7. Standar Pembiayaan. 8. Standar Penilaian. Hasil Agregasi Fi = (Xi, Yi, Zi)
Bobot Derajat Kepentingan Sit = (oit, pit, qit) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 )
Bobot Derajat Kecocokan Wt = (at, bt, ct) ( 0,5, 0,75, 1 ) ( 0,5, 0,75, 1 )
( 0,75, 1, 1 )
( 0,5, 0,75, 1 )
(0,375, 0,75, 1)
( 0,75, 1, 1 )
( 0,5, 0,75, 1 )
(0,375, 0,75, 1)
( 0,75, 1, 1 )
( 0,5, 0,75, 1 )
(0,375, 0,75, 1)
( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 ) ( 0,75, 1, 1 )
( 0,5, 0,75, 1 ) (0,375, 0,75, 1) (0,25, 0,5, 0,75) (0,125, 0,375, 0,75) ( 0,5, 0,75, 1 ) (0,375, 0,75, 1) ( 0,3437, 0,7031, 0,9687 )
Hasil Agregasi (0,375, 0,75, 1) (0,375, 0,75, 1)
3. Seleksi alternatif optimal a. Menentukan nilai prioritas alternatif atau kandidat berdasarkan hasil agregasi yang diperoleh pada langkah no. 2f. Maka nilai prioritas yang diperoleh adalah:
21
[(1 * 0,9687 + 0,7031) + (1 – 1 ) * 0,3437 ]
= 0,8359 Menentukan tingkat mutu berdasarkan nilai prioritas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan interval nilai standar (nilai prioritas maksimal) yang ditetapkan pada langkah no. 2c. Nilai prioritas yang diperoleh adalah 0.8359. Maka sesuai ketentuan interval nilai standar untuk tingkat mutu yang diperoleh pada langkah no. 2c tabel 4.3, maka disimpulkan tingkat mutu dari sekolah adalah “Baik (B)”. KESIMPULAN Logika tegas tidak bisa menyimpulkan “kebijakan” dari hasil nilai yang didapatkan dari uji coba data pada model di atas, sehingga yang didapatkan nilai berdasarkan range yang telah ditentukan, tetapi dengan logika samar (fuzzy) ini. Nilai hasil dari perhitungan tersebut dapat di samarkan kesimpulannya apakah menjadi “baik” atau “baik sekali” atau bahkan bisa dianggap “kurang”. Hal ini dapat dilihat pada grafik bahu yang direpresentasikan dari proses fuzzy. REFERENSI Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: ANDI. Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence: Teknik dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri, dkk. 2006. Fuzzy Multi Attribute Decision Making (Fuzzy MADM). Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri; Purnomo, Hari. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Jilid 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri; Purnomo, Hari. 2010. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Jilid 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Turban, Efraim dan Jay Aronson. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas). Jilid 1. Yogyakarta: Andi.