JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
MODEL PEMBELAJARAN PENDAMPINGAN UNTUK MATAKULIAH FOTOGRAFI ARSITEKTUR PADA JURUSAN PUBLIC RELATION Supriyadi Mahasiswa Magister Komputer STMIK Nusa Mandiri Staff Pengajar Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
Abstract Photography’s is the knowledge that not only learn knowledge theority, but also the ability that are practical skills. Development program conducted with the assistance model that helps to improve the quality of student work photography.Learning model developed includes three components, namely: sistematika, methods, and media. Keywords: assistent, sistematika, method, media I. PENDAHULUAN Apa itu fotografi arsitektur? Menurut Michael Langford Fotografi arsitektur adalah salah satu bidang fotografi yang mengkhususkan diri pada objek arsitektur (1992). Objek arsitektur pertama yang dibuat oleh manusia adalah perumahan dengan fungsi melindungi mereka dari ancaman alam maupun binatang buas. Selanjutnya seiring dengan kemajuan jaman, pemikiran manusia dan berkembangnya kebutuhan manusia, objek-objek arsitektur terus berkembang menjadi sesuatu yang spesifik. Misalnya gedung pertemuan, menara, tugu, rumah ibadah, penginapan atau hotel, rumah sakit, rumah makan, gedung atau sarana olahraga, pelabuhan laut atau udara. Fotografi arsitektur sebagaimana objek arsitekturnya sendiri, keberadaannya selalu mempunyai aspek sosiologi demografi dan kepentingan arsitektur. Arsitektur adalah produk kebudayaan manusia. Kita bisa mengenali ciri arsitektur berdasarkan zaman pada waktu dia dibuat. Penggunaan material batu, kayu, besi, kaca mewakili masa yang berbeda-beda. Trend dan aliran seni pada zaman tertentu akan mempengaruhi ciri dan bentuk arsitekturnya. Untuk itu penting bagi seorang fotografer arsitektur melakukan kajian sejarah, fungsi dan data data dari objek arsitektur yangg akan difoto. Mungkin ini terasa rumit, tetapi pengetahuan tentang latar belakang sebuah objek arsitektur dibuat akan
mempertajam visi kita tentang bagaimana seharusnya objek tersebut ditampilkan. Karakteristik utama dari fotografi arsitektur pada awal berkembangnya, cuma berusaha menghadirkan perspektif. Hal ini berarti mengeksplorasi dan menghasilkan ruang dalam karya foto. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pengaruh modernisme, maka fungsi baru fotografi arsitektur menghadirkan sinergi antara seni, perdagangan dan industri. Karakter dari fungsi baru ini terutama pada jaman Bauhaus,yang menekankan komposisi diagonal pada karya foto. Komposisi seperti ini memberikan kesan dinamis pada karya foto arsitektur sekalipun dengan sudut pandang biasa. Pengaruh lainnya berasal dari teknik pencetakan, teknik pencitraan digital memberi banyak kemungkinan penyajian foto. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, Jurusan Public Relation Bina Sarana Informatika memandang perlu untuk memperbaharui metode pembelajaran matakuliah Fotografi menjadi Fotografi Arsitektur ke dalam kurikulum, sebagai matakuliah utama. Matakuliah fotografi arsitektur dialokasikan pada semester tiga dengan pertimbangan mahasiswa sudah memiliki bekal kemampuan estetika dan wawasan arsitektur yang memadai. Matakuliah ini mulai ditayangkan pada semester ganjil, dan dilaksanakan secara terus menerus.
II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Barry Cowherd, perspektif
sebuah foto tergantung kepada posisi kamera.
50
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
Titik api (focal length) lensa memberikan pengaruh perspektif pada kesan jarak dan ruang. Serta menekankan kesan ketinggian ketika struktur garis-garis vertikal dapat disajikan dengan kesan memusat pada satu titik hilang atau kesan memusat ini dapat di koreksi dengan perspectif correction lens sehingga kesan ruang yang terjadi menjadi lebih alami (1994) . Jenis lensa ini terbilang mahal dan untuk pehobi fotografi bisa menyiasati masalah perspektif ini dengan editing di photoshop. Prosedurnya mudah asal Cahaya adalah alat kreatif yang paling penting dalam fotografi. Menurut Leonard Missone The subject is nothing, the light is everything (2000). Suasana diciptakan oleh pencahayaan. Pencahayaan yangg khusus menghadirkan sesuatu yang tidak biasa dan menghadirkan karya yangg lebih berkesan. Pencahayaan pada objek arsitektur berasal dari dua sumber cahaya yaitu: cahaya alam dan buatan. Dalam penggunaannya fotografer bisa memilih salah satu sumber cahaya atau mengabungkan kedua macam sumber cahaya tersebut. Faktor terpenting yang perlu diperhatikan adalah pengukuran cahaya atau eksposure. Pengukuran yang paling cepat dengan menggunakan Lightmeter yaitu alat terpenting dalam kamera yang berfungsi mengukur kekuatan cahaya yang masuk ke dalam kamera supaya kita tahu berapa kecepatan dan diafragma yg tepat untuk memotret agar hasilnya seperti yang kita inginkan. Gunakan komposisi standar misalnya komposisi yang membagi gambar jadi 3 bagian (misal langit 2/3 tanah 1/3 Sebuah foto tunggal kurang mampu menghadirkan karakter keseluruhan dari sebuah ruangan. Satu seri gambar yang Menyalakan lampu kilat beberapa kali ke satu area pencahayaan atau menyalakan lampu kilat beberapa kali ke setiap bagian sehingga seluruh ruangan tercahayai. Jika teknik ini dipakai, perhatikan jarak dari lampu kilat ke objek. Guide Number atau GN pada lampu kilat dan perhitungan diafragma jika memakai lampu kilat lebih dari satu. Pilih kecepatan B atau T dengan waktu yang sama a. Dua lampu; atau dua kali pencahayaan dari satu lampu yang sama.
kita sedikit mengeri tentang dasar gambar perspektif. Percayalah kesan ruang ini bener benar akan mempengaruhi persepsi audiens pelihat foto. Bagaimana kesan ruang rumah ibadah yang harus keliatan megah, besar dan luas harus keliatan berbeda dengan ruang keluarga yang lebih hangat, intim dan nyaman. Kesan ini sungguh bisa dimanipulasi atau didramatisir dengan penempatan posisi kamera dan pemakaian lensa yang berbeda. 1. Lighting pada fotografi arsitektur. bagian) , ato komposisi diagonal. tentukan poin of interest ato bagian mana yang akan di tonjolkan, berikan irama dengan memasukan unsur2 sekitarnya asal tidak mengganggu. Kesalahan pengukuran eksposure dapat menyebabkan kehilangan detail satu bagian pada struktur bangunan. Arah dan sudut pencahayaan akan mempengaruhi jatuhnya bayangan pada bangunan yang pada gilirannya akan mempengaruhi persepsi pelihat foto terhadap bentuk suatu bangunan. Jika menggunakan cahaya alam karena berhubungan dengan suhu warna ( color temperature) maka faktor waktu pemotretan menjadi sangat penting. Waktu pemotretan akan menentukan suhu warna, kualitas cahaya, cuaca, intensitas cahaya. Apabila menggunakan cahaya buatan perhatikan lampu yang kita gunakan. Penggunaan cahaya buatan (artificial light ) lebih relevan digunakan pada pemotretan interior. 2. Interior dan eksterior. bercerita lebih mampu menunjukkan karakter dan informasi yang lebih lengkap tentang karakter sebuah bangunan.. 3. Lighting untuk interior yang luas. dengan lamanya proses pencahayaan. Teknik ini bisa dipakai apabila ruangan gelap total. Sebaiknya pergunakan diafragma kecil (f22) untuk menghindari kebocoran cahaya alam yg menerobos (walaupun lemah) masuk ke ruangan yang bisa menyebabkan over eksposure. Rumus untuk pemakaian lebih dari satu lampu kilat yang diarahkan terhadap satu bidang yang sama. GN F=1,4 --------
53
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
Jarak Hasil pemakaian dua lampu kilat memberikan selisih intensitas cahaya satu stop lebih besar daripada intensitas cahaya satu lampu kilat. Kedua lampu kilat mempunyai GN yang sama. b. Empat lampu kilat; atau empat kali pencahayaan dari satu lampu yang sama. GN F=1,4 -------Jarak Hasil pemakaian empat lampu kilat memberikan selisih intensitas cahaya dua stop lebih besar daripada intensitas cahaya satu lampu kilat. Kedua lampu kilat mempunyai GN yang sama. Kekuatan masing masing lampu harus Perumahan, tempat pertemuan, tempat peribadatan, lumbung padi, candi-candi merupakan bagian dari arsitektur tradisional. Setiap daerah mempunyai kekhasan bentuk arsitektur tradisional. Arsitektur tradisional dibangun dengan teknologi sederhana untuk menonjolkan bentuk yang khas struktur dan tekstur material seperti kayu, batu, ijuk. Atmosfer pedesaaan dan tata cara masyarakat tradisional. Jika anda ingin memotret arsitektur tradisional di suatu lokasi jangan lupa anda juga harus menjalani proses sosialisasi diri dengan masyarakatnya dan mampu memahami semua aspek kehidupan di tempat itu. Salah satu teknik presentasi dalam arsitektur adalah media fotografi yang secara teknis berbeda dengan teknik presentasi yang lain. Dalam fotografi harus mampu merepresentasikan objek (arsitektur) dengan alat bantu kamera untuk menjadi sebuah gambar yang memiliki nilai estetika tertentu dan memenuhi kaidah fotografi. Dibandingkan dengan teknik presentasi yang lain, fotografi memiliki banyak kelebihan. Di antaranya yang paling menonjol adalah kemungkinan melakukan eksperimentasi, sehingga dapat menghasilkan gambar yang dramatis dan unik. Di samping juga sisi kelemahannya, seperti biaya yang relatif lebih besar dibanding teknik yang lain. Modal pemahaman estetika penting kedudukannya karena dapat menjadi basis
sama dan masing masing lampu ditempatkan pada jarak yang sama dari objek. Teknik lainnya adalah menempatkan beberapa lampu kilat yang mempunyai slave unit pada titik titik tertentu dalam ruangan. Satu lampu kilat difungsikan sebagai pemancing yang akan menyala pada saat tombol pelepas rana ditekan. Lampu ini dipasang langsung pada kamera. Menggabungkan cahaya buatan dengan available light yang berasal dari lighting system suatu ruangan. Jika teknik ini yang dipakai pertimbangan faktor lampu tungsten dan fluorescent menghasilkan warna kekuning-kuningan dan hijau kebiru-biruan. 4. Arsitektur Tradisional Indonesia. dalam mengembangkan kemampuan mengomposisi. Bekal estetika diperoleh mahasiswa dari materi matakuliah ini, yang terdiri dari : estetika bentuk, teknik komunikasi arsitektur, dan studio perancangan arsitektur. Sementara itu wawasan arsitektur (objek) dapat dikembangkan dari materi sejarah arsitektur, pelestarian bangunan, arsitektur kota, kota dan permukiman. Selain penguasaan terhadap kamera dan berbagai perlengkapannya, mempelajari fotografi arsitektur juga sangat ditentukan oleh kemampuan mahasiswa mengolah komposisi, yang pada hakekatnya adalah pengetahuan tentang estetika. Hal itu ditunjang lagi dengan seberapa banyak pengetahuan tentang arsitektur telah dimiliki, hal ini akan memperkaya kreatifitas dalam memiliih objek foto dan menentukan sudut pemotretan. Tingkat kemampuan berkreasi untuk menghasilkan fotografi arsitektur yang baik sifatnya sangat individual, seperti kemampuan membuat desain arsitektur perancangan. Sementara itu fotografi juga bersifat ketrampilan, artinya derajat mahir tidaknya tergantung dari trampil tidaknya mempergunakan kamera. Dengan demikian belajar fotografi sangat tidak efektif dilakukan secara kelompok, dan harus mempunyai kesempatan yang banyak dalam praktik pemotretan. Berdasarkan pada aspek-aspek
53
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
tersebut, dapat dipahami bahwa fotografi merupakan pengetahuan yang lebih banyak muatan praktik daripada teoritiknya. Semakin banyak melakukan praktik pemotretan maka upaya membangun kreatifitas fotografi semakin tinggi, Hal itu berarti tingkat penguasaannya juga semakin tinggi. Sehingga model pembelajaran matakuliah 5. Metode Pengembangan Pembelajaran a. Aspek Komponen yang Dikembangkan Aspek yang dikembangkan dalam program pengembangan ini adalah model pembelajaran yang bersifat pendampingan. Artinya materi ajar yang diberikan di dalam matakuliah ini diharapkan dapat dipraktikkan dengan cara dosen mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran secara total. Materi ajar juga dirancang sedemikian rupa sehingga dapat langsung diimplementasikan. Dengan demikian dalam model pembelajaran ini dosen harus langsung mengikuti hunting. Sementara itu komponen yang dikembangkan mencakup sistematika pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran. b. Alasan Pengembangan Kualitas karya fotografi arsitektur sangat ditentukan oleh frekuensi melakukan praktik pemotretan. Oleh sebab itu program pengembangan pembelajaran matakuliah ini lebih tepat untuk diarahkan pada peningkatan kesempatan melakukan praktik pemotretan. c. Hasil Pengembangan Hasil yang diharapkan dari pengembangan proses pembelajaran ini adalah sistem instruksional yang efektif dan efisien untuk mencapai kompetensi sebagaimana telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran umum.
fotografi arsitektur yang bertumpu pada materi yang pendampingan merupakan alternatif yang cukup relevan. Tanpa mengecilkan kemungkinan alternatif model pembelajaran yang lain. Secara umum dalam pengembangan pembelajaran ini memfokuskan pada upaya menformat seluruh materi ajar agar bisa langsung dipraktikan.
Indikator keberhasilan penerapan model pembelajaran ini adalah nilai prestasi mahasiswa yang diukur dengan kriteria acuan pokok. Sementara nilai prestasi mahasiswa diperoleh dari hasil pemotretan yang berupa karya fotografi arsitektur. Penilaian prestasi mahasiswa dilakukan dengan mekanisme gelar karya atau pameran, kemudian setiap mahasiswa melakukan penilaian atas karya-karya fotografi yang bukan miliknya. Hasil penilaian tersebut kemudian dikumpulkan untuk dihitung nilai rata-rata bagi tiap mahasiswa. Selain itu indikator keberhasilan penerapan juga dengan mengacu pada beberapa hal sebagai berikut. a. Adanya peningkatan hasil pemotretan, dibandingkan mulai dari pertama praktik hingga karya terakhir. b. Adanya apresiasi positif dari mahasiswa yang lain, terutama pada saat diselenggarakan pameran atau display karya fotografi masing-masing mahasiswa. c. Kinerja mahasiswa, yang dapat terlihat dari perhatian dan keterlibatannya selama kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan sifat matakuliah ini yang merupakan kemampuan individual, dengan demikian tiap mahasiswa peserta harus berperan serta secara aktif. Mahasiswa harus mencoba berbagai alat dan perlengkapannya, dan kemudian melakukan praktik pemotretan sendiri.
d. Indikator Keberhasilan Penerapan 6. Kajian dan Hasil Pengembangan Mata kuliah fotografi arsitektur secara umum bertujuan mengubah perilaku mahasiswa dengan kompetensi akhir, menguasai dasar-dasar fotografi, dan mampu melakukan pemotretan untuk keperluan
akademik maupun praktik perancangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, proses pembelajaran dilakukan dengan urutan tujuan pembelajaran khusus sebagai berikut. a. Mahasiswa dapat mengoperasionalkan kamera dan perlengkapannya dengan benar.
54
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
b. Mahasiswa dapat memotret dengan berbagai angle c. Mahasiswa dapat memotret dengan berbagai variasi teknik d. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan dan manfaat fotografi. Dalam kegiatan ini jenis evaluasi kegiatan pengembangan pembelajaran merupakan upaya membangun sistem pembelajaran yang efisien dan efektif untuk mencapai kompetensi umum mata kuliah fotografi arsitektur. Evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran mencakup: a. Workshop: merupakan kegiatan interaktif antara dosen dan mahasiswa dalam rangka menerapkan teori yang sudah diberikan pada tatap muka sebelumnya. Kegiatan ini meliputi dua kegiatan yang dilakukan secara simultan, yakni diskusi dan praktik pemotretan. Tiap mahasiswa diharapkan dapat mengemukakan gagasan dan kreatifitasnya kemudian ditanggapi oleh mahasiswa yang lain, lalu langsung dioperasionalkan ke dalam bentuk praktik. Gagasan, kreatifitas, dan ketrampilan mahasiswa dalam praktik pemotretan merupakan catatan evaluasi. Hal ini ditambah lagi dengan kualitas hasil pemotretan yang dalam beberapa hari baru diperoleh hasilnya. b. Pameran terbatas: merupakan kegiatan gelar karya mahasiswa berdasarkan atas kegiatan pemotretan yang dilakukan pada kegiatan workshop sebelumnya. Dalam pameran terbatas, kegiatan hanya melibatkan mahasiswa peserta matakuliah fotografi arsitektur saja. Evaluasi dilakukan yakni dengan cara tiap mahasiswa melakukan review atau apresiasi terhadap karya rekannya. Dalam melakukan evaluasi, mahasiswa dibekali rambu-rambu yang berbentuk form evaluasi, yang mencakup aspek Adapun alat evaluasi untuk mengukur kemajuan prestasi mahasiswa adalah mahasiswa peserta, dosen pembina, dan form evaluasi yang dijadikan panduan Indikator yang digunakan dalam
e. Mahasiswa mengoreksi kesalahan teknis dalam fotografi. f. Mahasiswa dapat menilai karya fotografi atau dapat membuat kritik foto.
7. Jenis Evaluasi atau komponen yang dievaluasi dan kriteria yang perlu dijadikan ancangan. Hasil evaluasi ini kemudian dihitung rerata tiap mahasiswa untuk memperoleh nilai. c. Pameran umum: merupakan kegiatan yang sama dengan Pameran terbatas, namun di sini ditambah dengan mengundang mahasiswa di luar peserta matakuliah fotografi untuk memberikan apresiasinya. Jadi dalam hal ini juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa di luar peserta untuk mengevaluasi. evaluasi publik dilakukan berdasarkan form evaluasi yang sudah disiapkan. Hasilnya akan digabung dengan hasil evaluasi yang dibuat oleh mahasiswa peserta matakuliah, kemudian dihitung reratanya. Dalam pameran umum ini mahasiswa di luar peserta juga diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan atau apresiasinya secara tertulis, sehingga akan memperkaya evaluasi yang dilakukan oleh publik. Hal itu pada akhirnya akan mengantarkan suatu karya fotografi dapat diterima oleh masyarakat luas atau tidak. Pengalaman mendapat tanggapan atau apresiasi secara luas tersebut akan memberi bekal dalam dunia fotografi profesional. Nilai-nilai yang didapat dari workshop, pameran terbatas, dan pameran umum menunjukkan kemajuan prestasi yang dapat diperoleh masing-masing mahasiswa. 8. Alat Evaluasi evaluasi. 9. Indikator Evaluasi evaluasi ini mencakup dua komponen,
55
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
yaitu nilai/prestasi mahasiswa yang diturunkan dari kualitas karya fotografi masing-masing mahasiswa, dan tanggapan atau apresiasi mahasiswa di luar peserta matakuliah. Sebagai komponen nilai prestasi mahasiswa, dalam hal ini ditinjau komposisinya. Sistem pembelajaran dipandang ideal apabila seluruh mahasiswa mencapai prestasi puncak, sementara dipandang normal jika komposisi nilai prestasi mahasiswa mengikuti kriteria Analisis terhadap hasil evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah model pembelajaran pendampingan yang dirancang ini dapat berjalan dengan baik atau tidak. Teknik analisis yang dilakukan atas hasil evaluasi menggunakan interpretasi. Dalam hal ini hasil evaluasi yang dimaksud untuk diinterpretasi meliputi dua unsur, yaitu nilai atau prestasi yang berhasil diperoleh mahasiswa, dan karya fotografi yang sudah terseleksi. Model pendampingan yang dipilih dalam kegiatan pengembangan pembelajaran ini terlihat cukup berhasil, setidak-tidaknya mahasiswa merasa dapat meningkatkan kemampuan fotografinya. Penjabaran model pembelajaran ini mencakup tiga komponen, yakni: sistematika, metode, dan media pembelajaran. Sistematika pembelajaran dipilih karena proses peserta ajar meingkatkan kemampuan fotografinya tidak dapat dilakukan secara acak. Terdapat materi yang harus diberikan secara bertahap dan runtut. Sistematika pembelajaran ini dimulai dengan melakukan penjajakan awal (semacam pre test) terhadap peserta ajar. Mahasiswa diminta melakukan pemotretan dengan cara mencari objek bebas. Penjajakan ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi awal mahasiswa. Dengan tes awal ini dapat diketahui bagaimana apresiasi dan kemampuan rerata mahasiswa. Hasilnya menunjukkan interval yang cukup besar antara mahasiswa yang belum memiliki kemampuan dasar dengan mereka yang sudah mampu menunjukkan potensinya. Tahap berikutnya adalah memberikan materi dasar yang berupa pengenalan fotografi. Dalam materi ini diberikan pengetahuan tentang kamera dan
normatif. Kemudian jika komposisi nilai prestasi mahasiswa cenderung menurun, maka hal itu menunjukkan indikator gagal. Adapun tanggapan atau apresiasi mahasiswa di luar peserta matakuliah dicermati kecenderungannya, jika memperlihatkan tanggapan yang positif, maka dianggap merupakan karya yang baik. Jika suatu karya banyak mendapat sorotan negatif, maka karya tersebut dapat disimpulkan gagal. 10. Teknik Analisis Hasil Evaluasi perlengkapannya dan pengetahuan dasar fotografi. Materi tersebut kemudian diikuti dengan pemberian pengetahuan tentang estetika dalam fotografi. Untuk materi ini sudah difokuskan pada ranah arsitektur. Jadi estetika yang dibicarakan juga terkait dengan aspek-aspek yang ada dalam arsitektur. Setelah memperoleh materi-materi tersebut, mahasiswa kemudian melakukan pemotretan. Tema pemotretan disesuaikan dengan materi yang telah diajarkan. Dengan pola pemberian teori-praktek-teori-praktek, ternyata hasilnya cukup memuaskan. Mahasiswa dapat menyerap apa yang diajarkan, dan kemudian dapat pemotretan sesuai dengan teorinya. Sementara itu metode pembelajaran dikembangkan mengingat matakuliah fotografi arsitektur tidak saja memberikan bekal pengetahuan (teoritik) perihal fotografi, tapi juga praktik pemotretan. Dalam hal ini metode pembelajaran yang dikembangkan berupa pendampingan terhadap peserta ajar seintensif mungkin. Dengan dua orang tenaga pengajar perkelas dan empat mahasiswa asisten, sementara jumlah peserta ajar 40 mahasiswa, rasio pembelajaran dianggap sangat ideal (1:4). Dalam kenyataannya rasio tersebut memungkinkan dilakukannya diskusi yang intensif antara pengajar dengan peserta ajar. Pada saat pemberian materi teori, metode pembelajaran dilakukan dengan cara konvensional, yakni: ceramah klasikal, dan bagian ini memang tidak terlalu banyak dalam hal alokasi waktunya. Pemberian teori yang sebenarnya justru diberikan pada saat peserta ajar melakukan pemotretan (praktek). Dalam kesempatan itu dosen atau asisten dapat langsung memberikan arahan yang berkaitan
57
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
dengan problem di lapangan. Metode ini dirasa sangat efektif, apalagi dengan rasio dosen: mahasiswa yang sangat ideal (1:4) pembelajaran menjadi kondusif. Masalah yang timbul pada saat kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan yaitu: adanya beberapa mahasiswa (jumlah mahasiswa) yang kurang aktif (tidak hadir). Keadaan tersebut menyebabkan yang bersangkutan tidak mendapatkan pengarahan sebagaimana mahasiswa yang hadir. Jadi terdapat materi ajar yang tidak diserap oleh mahasiswa yang tidak hadir, dan hal tersebut sulit untuk diulang. Menyikapi mahasiswa yang demikian, maka mahasiswa yang tidak hadir diminta melakukan praktik mandiri dengan beberapa saran. Pengulangan kegiatan praktik pada satu pokok bahasan tidak mungkin dilakukan, karena akan menyebabkan III. KESIMPULAN Fotografi arsitektur suatu bidang pemotretan yang bisa dilakukan dalam berbagai pendekatan: dokumenter, art, komersial. Diskusi persiapan dengan arsitek dan klien adalah langkah pertama, langkah berikutnya adalah pengamatan langsung ke lapangan. Untuk mempermudah pekerjaan pengamatan buatlah sebuah check list yang berisi detail seperti arah cahaya terhadap bangunan, kondisi daerah sekitar pemotretan (gedung tinggi atau tempat yg bisa dijadikan titik pemotretan), lensa yg dipakai, lighting yang digunakan, dan izin. Untuk bidang komersial, fotografi arsitektur digunakan untuk keperluan promosi, company profile, brosur, perumahan, iklan di media cetak, TV, billboard. Oleh karenanya menentukan format ukuran sangat penting direncanakan dari awal pemotretan.
jadwal keseluruhan terganggu. Media pembelajaran menjadi sangat signifikan karena fotografi arsitektur sangat erat kaitannya dengan pilihan visualisasi, media cukup menentukan berhasil tidaknya pembelajaran. Dalam program pengembangan pembelajaran ini menggunakan media berupa karya-karya foto, baik dalam bentuk slide maupun printed out photo. Hal-hal yang berhubungan dengan penjelasan (deskriptif) diberikan secara oral, diselingi dengan peragaan-peragaan, penjelasan grafis dan tekstual dengan menggunakan white board. Prinsip media pembelajaran yang dikembangkan adalah dengan mempertimbangkan efektifitas penyerapan. Sehingga semakin banyak alat peraga (visualisasi), maka hal itu dianggap semakin baik. Model pembelajaran pendampingan yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran ini ternyata dapat meningkatkan kualitas hasil karya foto mahasiswa. Materi ajar yang dirancang dengan memformulasikan antara pengetahuan dasar fotografi dan praktik memotret dirasa oleh peserta ajar mudah untuk diikuti. Kegiatan pengembangan pembelajaran ini akan lebih optimal dengan mengefektifkan pemantauan (monitoring). Pemantauan yang selama ini dilakukan sifatnya masih belum maksimal. Setelah kegiatan pengembangan pembelajaran ini selesai, perlu dilakukan evaluasi lagi, selanjutnya disempurnakan. Setelah itu dirasa baru diperoleh model yang relatif ideal untuk matakuliah fotografi arsitektur.
Untuk Memotret, Gramedia.
DAFTAR PUSTAKA Cowherd, Barry.1994. Black and Photography, New York.
PT.
White
Hicks, Roger, Schultz, Frances, 1995, Special Effects : A Guide to Professional Lighting Tecniques, New York: Quarto Publishing Hamzah Suleiman, Amir. 1982.
Jakarta:
Langford, Michael, Leonard Missone. 2000. Learn Photography in A Weekend, London: Dorling Kindersley Limited. Sulistyo,
Antonius; Herdamon. 2001. Merawat dan Memperbaiki Kamera, Jakarta: Puspa Swara.
Petunjuk
57
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
Soelarko, RM. 1996. Ketrampilan Fotografi, Bandung: Dahara Prize. Soelarko, RM. 1996. Segi Teknik Fotografi, Bandung: Dahara Prize. Tjahjono Wibowo, Agus. 1999. Belajar Momotret, Jakarta: Yayasan Cipta Imaji. Van Tulleken, Kit, 1976, The Techniques of Photography, Netherland: The TimeLife International.
58
JURNAL KOMUNIKASI VOL. I NO. 1 Maret 2010
59