LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING
MODEL PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PERPAJAKAN BERBASIS ANTI KORUPSI SEBAGAI BENTUK PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK DI KOTA SEMARANG Tahun ke II dari rencana 2 tahun
Oleh : 1. 2.
Juli Ratnawati, SE, MSi, NIDN : 0621077401 (Ketua) Retno Indah Hernawati, SE, MSi NIDN : 0615127001 (Anggota)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG NOPEMBER, 2015
i
ii
RINGKASAN
Indonesia memiliki permasalahan yang sangat serius dengan korupsi. Bank Dunia dalam sebuah laporannya mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki reputasi yang buruk dari segi korupsi dan menjadi salah satu negara terkorup di dunia. Salah satu lembaga yang memiliki praktik korupsi terbanyak di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak. Beberapa survey yang dilakukan oleh lembaga independen menempatkan Dirjen Pajak sebagai institusi yang paling banyak menerima suap. Korupsi di sektor pajak melibatkan dua pihak baik aparat pajak (fiskus) maupun wajib pajak dengan cara pencucian uang, pengelapan dan penyuapan. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menciptakan semangat anti korupsi dengan cara menggalakan program pendidikan anti korupsi yang dimulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Guna mendukung program pemerintah tersebut salah satu caranya adalah mengembangkan metode pembelajaran berbasis antikorupsi di tingkat sekolah menengah khususnya untuk mata pelajaran perpajakan. Tujuan penelitian ini adalah mengimplementasikan dan mengevaluasi model rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar finalisasi penyusunan bahan ajar sehingga bahan ajar siap digunakan oleh para guru pengampu mata pelajaran perpajakan. Keberhasilan penelitian ini akan menghasilkan produk berupa bahan ajar mata pelajaran perpajakan berbasis anti korupsi sehingga dapat memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Penelitian ini akan membantu siswa SMK jurusan akuntansi memperoleh alternatif bahan ajar yang berisi pemahaman softksill dan hardskill sebagai perwujudan pendidikan berkarakter. Lebih lanjut penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi jangka panjang yakni mampu mensukseskan program pemerintah di bidang pemberantasan korupsi dengan cara mensosialisasikan budaya anti korupsi di kalangan siswa SMK dalam bentuk suatu model pembelajaran. Capaian produk ilmiah yang ditargetkan adalah makalah akan dipublikasikan di jurnal internasional dan di seminar nasional.
iii
PRAKATA Assalamu’alaikum wr.wb Penulis panjatkan segala puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan maghfiroh, hidayah serta inayah-NYA sehingga kita masih bisa merasakan nikmat-NYA yang tidak dapat kita hitung. Sholawat dan salam tercurah bagi bagi Rasulullah SAW, suri tauladan sepanjang masa semoga kita kelak mendapatkan syafaat beliau di Yaumul Akhir nanti. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terkira kepada pihakpihak dibawah ini yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan kemajuan penelitian ini : 1. Dr. Pulung Nurtantio Andono, ST, M. Kom, Wakil Rektor bidang Riset dan Kerjasama yang banyak mendorong dan memfasilitasi peneliti untuk terus maju. 2. Dr. Kusni Ingsih, SE, MM, Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan atas motivasi dan tempat curhat sehingga peneliti mampu menyelesaikan laporan kemajuan ini. 3. Dr. Agus Prayitno, selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang atas fasilitas yang diberikan kepada peneliti. 4. Prof. Vincent Didiek WA, MBA, Ph.D, Ferda Ernawan, Ph.D, Karis Widyatmoko, S.Si, M.Kom, Cicik Harini, SE, MM teman-teman di LPPM. Semoga LPPM kita semakin berkembang dan sukses. 5. Ibu dan Bapak guru SMK di kota Semarang. Semoga amal ibadah Ibu dan Bapak guru beroleh pahala di sisi Allah SWT. 6. Retno Indah Hernawati, SE, MSi, sebagai aggota penelitian. Semoga cepat lulus kuliah S3 nya.
iv
7. Yulita Setiawanta, SE, MSi selaku Kaprodi Akuntansi dan rekan-rekan dosen di jurusan akuntansi dan manajemen FEB Udinus. 8. Untuk Kekasihku, Adji Subchan, SE, yang setia dan selalu menemani, mendukung segala yang telah peneliti lakukan serta anak-anak tersayang (Isqi, Ana, Yusuf) atas cinta, doa, yang telah diberikan kepada peneliti. 9. Mahasiswa FEB Udinus, khususnya mahasiswa akuntansi S1 atas dukungan dan doanya, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kalian semua. Wassalamu’alaikum wr.wb
Semarang, 2015
Juli Ratnawati, SE, M.Si
v
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................... RINGKASAN .................................................................................................................................. PRAKATA........................................................................................................................................ DAFTAR ISI..................................................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................................................. DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 1.2 Perumusan Masalah..................................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak............................................................................................................... 2.2 Korupsi......................................................................................................................... 2.2.1 Penangulangan Korupsi............................................................................................. 2.3 Pendidikan Karakter...................................................................................................... 2.4 Hard Skill dan Soft Skill............................................................................................... 2.5 Road Map Penelitian.................................................................................................... BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 3.2 Manfaat Penelitian........................................................................................................ BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian............................................................................................................. 4.2 Tempat dan Objek Penelitian........................................................................................ 4.3 Prosedur dan Tahapan Penelitian................................................................................ BAB V HASIL YANG DICAPAI 5.1 Pembahasan................. ................................................................................................. BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 6.1 Rencana dan Jadual Selanjutnya................................................................................. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 7.2 Saran............................................................................................................................
Daftar Pustaka Lampiran
vi
ii iii ii v vii viii ix 1 1 2 3 3 4 5 5 6 7 8 8 8 9 9 9 9 13 13 17 17 18 18 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 4.1
Hal Road Map Penelitian.................................................................................. Bagan Alir Prosedur dan Tahapan Penelitian............................................
vii
7 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp 1 Lamp 2 Lamp 3 Lamp 4
Draft buku ajar Bukti submit Draft jurnal Laporan Penggunaan Dana
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki permasalahan yang sangat serius dengan korupsi. Bank Dunia
dalam sebuah laporannya mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki reputasi yang buruk dari segi korupsi dan menjadi salah satu negara terkorup di dunia (Bank Dunia, 2003). Hasil survey Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang diumumkan tahun 2002 menyatakan Indonesia menduduki peringkat satu negara terkorup di Asia Pasific. Bahkan peringkat tersebut tidak berubah sampai dengan tahun 2010. Praktik korupsi di Indonesia tidak hanya berdampak terhadap satu kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara. Meluasnya praktek korupsi di Indonesia memperburuk kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional, krisis ekonomi yang berkepanjangan dan negara pun semakin terperosok ke dalam kemiskinan (Kurniadi, 2011). Salah satu lembaga yang memiliki praktik korupsi terbanyak adalah Direktorat Jenderal Pajak. Transparency International Indonesia pada tahun 2005 merilis Survey Indeks Persepsi Penyuapan (Bribery Perception Index) dan menempatkan Dirjen Pajak sebagai institusi yang paling banyak menerima suap. Pajak menempati peringkat ke-6 lembaga terkorup di Indonesia berdasarkan survey barometer korupsi global yang dilakukan oleh Transparency International pada tahun 2004 (www.ti.or.id). Survey serupa juga dilakukan pada tahun 2001 oleh Partnership for Governance Reform. Survey Nasional tersebut menempatkan Dirjen Pajak pada urutan ke 5 sebagai institusi terkorup di Indonesia (www.kemitraan.or.id). Korupsi di sektor pajak melibatkan dua pihak baik aparat pajak (fiskus) maupun wajib pajak. Tindak korupsi pajak dilakukan aparat pajak dan wajib pajak dengan cara pencucian uang, pengelapan dan penyuapan. Dalam upaya untuk memerangi korupsi, pemerintah berusaha menciptakan semangat anti korupsi dengan cara menggalakan program pendidikan anti korupsi yang dimulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, guna mendukung program pemerintah tersebut salah satu caranya adalah mengembangkan metode pembelajaran 1
berbasis antikorupsi di tingkat sekolah menengah khususnya untuk mata pelajaran perpajakan. Saat ini, metode pembelajaran mata pelajaran perpajakan yang dilaksanakan oleh sebagian besar guru di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) belum memberikan pemahaman tentang nilai-nilai anti korupsi sebagai tindakan preventif kepada siswa sehingga belum mampu mencapai salah satu tujuan pendidikan berkarakter yaitu melibatkan aspek knowing the good, loving the good and acting the good. Fakta yang dapat dilihat dari siswa SMK jurusan akuntansi adalah mereka terampil dalam menyusun laporan keuangan maupun mengisi laporan pajak tapi mereka tidak mengetahui larangan dalam melakukan manipulasi dalam penyusunan laporan keuangan maupun tindakan korupsi dan suap dalam pelaporan perpajakannya. Fakta tersebut diperkuat dengan penelitian Ratnawati (2012) yang menghasilkan temuan bahwa lulusan SMK yang bekerja sebagai pelaku disektor UMKM menyatakan tidak perlu menyusun laporan keuangan dan pajak yang benar sesuai standar yang dipersyaratkan, sehingga pajak yang dibayarkan dibuat menjadi lebih kecil bahkan dilaporkan nol. Perilaku seperti ini merupakan indikasi praktik korupsi yang seharusnya dicegah karena dalam jangka panjang akan merugikan pemerintah karena pajak merupakan sumber utama keuangan negara. Hal tersebut menjadi bukti bahwa metode pembelajaran yang diterapkan guru baru mampu menjadikan siswa secara teknis siap menghadapi dunia kerja (hardskill) tetapi belum mampu menciptakan suasana belajar yang memotivasi siswa untuk terampil mengatur dirinya sendiri (softskill). Sedangkan dalam dunia kerja membutuhkan keahlian kerja sebesar 82% berupa soft skills dan sisanya 18% hard skills (Nace, 2005). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu model pembelajaran mata pelajaran perpajakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mampu membentuk siswa memiliki kemampuan hard skills dan soft skills secara bersamaan, sehingga ketika mereka lulus dan memasuki dunia kerja mereka telah dibekali dengan ketrampilan sesuai bidang keahliannya serta ketrampilan intrapersonal dan interpersonal yang akan mampu menciptakan lulusan utuh berkarakter yang dibutuhkan di dunia kerja saat ini.
1. 1
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana mengembangkan suatu model pembelajaran mata pelajaran perpajakan berbasis antikorupsi yang merupakan bentuk dari pendidikan karakter bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan akuntansi.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU KUP, 2009). Menurut Waluyo (2010) dari pengertian tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada pajak adalah : 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta pelaksanakan sifatnya dapat dipaksakan. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individul oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh negara bak pemerintah pusat maupun daerah. 4. Pajak
diperuntukan
bagi
pengeluaran-pengeluaran
pemerintah,
yang
jika
pemasukannya masih surplus digunakan untuk public investment. 5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter yaitu mengatur. Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak di atas terlihat adanya dua fungsi pajak adalah sebagai berikut (Waluyo, 2010): 1) Fungsi penerimaan (budgetair) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. 2) Fungsi mengatur (regulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk megatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah. Indonesia menganut sistem self assestment yaitu pajak
harus dihitung, disetor dan
dilaporkan oleh wajib pajak secara mandiri. Adapun skema pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak oleh wajib pajak dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
3
Pemotongan
Penghasilan
Penghasilan untuk Pajak
Setor ke kas negara
Pelaporan
Gambar 2.1 Skema pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak
2.2
Korupsi Kata “korupsi” berasal dari bahasa latin “corruptio” (Andrea dalam Karsona, 2011).
Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti korupsi secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Menurut pengertian Ali (1998) disebutkan bahwa: 1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya. 2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogk dan lain sebagainya. 3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi. Bentuk-bentuk korupsi yang diambil dari buku saku yang dikeluarkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK dalam Karsona, 2011) adalah kerugian keuangan negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam konvensinya menentang korupsi (2003) menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan berikut ini merupakan kejahatan korupsi : 1. Pembuatan akuntansi pembukuan ekstra; 2. Pembuatan transaksi yang dicatat secara kurang jelas atau di dalam buku ekstra; 3. Pencatatan pengeluaran fiktif; 4. Pencatatan hutang dengan identifikasi obyek yang tidak benar; 5. Penggunaan dokumen palsu; dan 6. Perusakan dokumen pembukuan dengan sengaja lebih awal dari yang ditetapkan oleh undang-undang.
4
2.2.1 Penanggulangan Korupsi Kebijakan penganggulangan kejahatan korupsi dibedakan sebagai berikut Nawawi (2008): 1. Kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law application) 2. Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment) 3. Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and punishment) atau media lainnya berupa penyuluhan, pendidikan dan lain-lain. Melihat perbedaan tersebut, secara garis besar upaya penangulanan korupsi dibagi menjadi 2 (dua) yakni melalui jalur penal (dengan menggunakan hukum pidana) dan jalur non penal (diselesaikan di luar hukum pidana dengan sarana sarana non penal). Secara kasar, upaya penanggulangan korupsi melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat repressor
(penumpasan/penindasan/pemberantasan)
sesudah
tindak
korupsi
terjadi,
sedangkan jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan). Dikatakan secara kasar karena tindakakan represif juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas. Berbagai strategi upaya pemberantasan korupsi adalah sebagai berikut (United Nations, 2004): 1. Pembentukan lembaga anti korupsi 2. Pencegahan korupsi di sektor publik 3. Pencegahan sosial dan pemberdayaan masyarakat 4. Pengembangan dan pembuatan berbagai instrumen hukum yang mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi 5. Monitoring dan evaluasi 6. Kerjasama internasional
2.3
Pendidikan Karakter UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
pendidikan nasional memiliki fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional miliki tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut maka pendidikan di setiap jenjang
harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuannya. Hal
tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada sivitas akademika yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Berdasarkan data yang diambil dari Harvard School of Bisnis, di bangku sekolah saat ini kemampuan dan keterampilan yang diberikan sebesar 80 persen merupakan kemampuan teknis (hard skill) dan hanya 20 persen soft skill. Sedangkan fakta menyatakan sebaliknya yaitu dalam menghadapi dunia kerja hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill yang dibutuhkan sisanya soft skill. Oleh karena itu bahwa dalam memasuki dunia kerja soft skill memiliki peran yang lebih dominan (Akbar dalam Mulatsih, 2000).
2.4
Hard skills dan Soft skills Menurut Sukhoo, (2005) yang dimaksud hard skills adalah pengetahuan dan
ketrampilan teknis dalam bidang tertentu yang berhubungan dengan suatu proses, alat, atau teknik. Kemampuan tersebut diperoleh secara formal atau dari buku. Ketrampilan yang termasuk dalam hard skills sebagai contohnya adalah ketrampilan berbahasa asing, ketrampilan mengoperasikan komputer dan ketrampilan perakitan produk. Dalam kegiatan pembelajaran hard skills merupakan hasil belajar yang tergolong pada ranah kognitif dan psikomotorik yang diperoleh dari proses pemahaman, hapalan dan pendalaman materi dari model-model pembelajaran yang dilakukan di kelas. Sementara itu, soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal (Coates dalam www.diknas-padang.org). Adapun atribut dalam soft skills meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter, dan sikap. Atribut soft skills ini dimiliki oleh seseorang dengan kadar yang berbeda, dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir, berkata, bertindak, dan bersikap. Terdapat 23 atribut soft skills yang dominan di lapangan kerja. Ke 23 atribut tersebut diurutkan berdasarkan prioritas kepentingannya di dunia kerja, yaitu: inisiatif, etika/integritas, berpikir kritis, kemauan belajar, komitmen, motivasi, bersemangat, dapat diandalkan, komunikasi lisan, kreatif, kemampuan analitis, dapat mengatasi stres, 6
manajemen diri, menyelesaikan persoalan, dapat meringkas, kerjasama, fleksibel, kerja dalam tim, mandiri, mendengarkan, tangguh, berargumentasi logis, dan manajemen waktu (Sailah, 2008). Soft skills sebaiknya dikembangkan secara bersamaan dengan hard skills dalam satu mata pelajaran melalui proses pembelajaran. Pengenalan dan pembelajaran soft skill dilakukan dengan menyisipkannya dalam materi pelajaran yang diberikan kepada siswa. Perpaduan faktor hard skill dan soft skill dalam proses pembelajaran akan membuat siswa mengalami peningkatan ketrampilan dan pengetahuan lebih cepat dan lebih jauh daripada yang hanya ditunjang oleh salah satu faktor tersebut.
2.5
Road Map Penelitian
Peradilan pajak (2006)
Pengamatan proses dokumentasi
Reformasi Pajak dan Implementasinya (2005)
Rancang bangun software NPPN bagi UMKM (2013)
Kebijakan Perpajakan Sunset Policy (2009)
Komparasi UU Pajak (KUP) No. Clustering 16 tahun 2000 dengandan UU No. 28 tahun 2007 kategorisasi (2008)
Model penghitungan pajak dengan metode NPPN bagi UMKM (2012)
atribut dan jenis data
Gambar 2.2 Road Map Penelitian
7
Bahan ajar mata pelajaran Perpajakan berbasis antikorupsi (2015)
Model pembelajaran mata pelajaran Perpajakan berbasis antikorupsi (2014)
e- learning pembelajaran pajak
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1
Tujuan Penelitia Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan dan mengevaluasi model
rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar finalisasi penyusunan bahan ajar sehingga bahan ajar siap digunakan oleh para guru pengampu mata pelajaran perpajakan.
3.2
Maanfaat Penelitian a. Pengembangan IPTEK 1. Penelitian ini akan mendapatkan produk berupa bahan ajar buku mata pelajaran perpajakan berbasis anti korupsi sehingga dapat memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. 3.
Penelitian ini akan membantu siswa SMK jurusan akuntansi memperoleh alternatif
bahan ajar buku yang berisi pemahaman softksill dan hardskill
sebagai perwujudan pendidikan berkarakter. b. Pemerintah Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi jangka panjang yakni mampu mensukseskan program pemerintah di bidang pemberantasan korupsi dengan cara mensosialisasikan budaya anti korupsi di kalangan siswa SMK dalam buku ajar.
8
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yakni suatu penelitian yang
bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu serta menguji keefektifan produk (Sugiyono, 2008).
Hasil di tahun pertama yakni telah disusun model rencana pembelajaran mata
pelajaran perpajakan yang telah diimplementasikan dan dievaluasi bersama guru SMK . Tahun kedua model pembelajaran tersebut dikembangkan dalam bentuk buku ajar mata pelajaran Perpajakan berbasis antikorupsi. Materi yang disajikan dalam buku ajar didiskusikan kembali dengan guru SMK dan mendapat masukan dari perwakilan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I.
4.2
Tempat dan Objek Penelitian Penelitian tahun kedua merupakan pengembangan dari tahun pertama. Penelitian
tahun pertama yang sudah dilakukan di SMK se-kota Semarang yang memiliki jurusan akuntansi. Terdapat 27 SMK di kota Semarang yang memiliki program keahlian akuntansi. Dari 27 SMK tersebut 2 SMK adalah negeri dan 25 SMK adalah SMK swasta.
4.3
Prosedur dan Tahapan Penelitian Prosedur dan tahapan penelitian dijabarkan sebagai berikut: Adapun prosedur dan tahapan kegiatan penelitian dapat dilihat dengan skema berikut
ini: Tahun Pertama 1.
Investigasi Awal Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi pemahaman siswa dan guru atas perilaku koruptif dan aplikasinya pada mata pelajaran Perpajakan. Upaya pengidentifikasian dilakukan melalui kuesioner sebagai Pre-Test. Hasil kuesioner akan dianalisis secara deskriptif dan diuji beda antara pemahaman siswa dan guru. Pemahaman guru akan perilaku koruptif pada mata pelajaran Perpajakan akan sama dengan pemahaman siswa. Uji beda dilakukan dengan menggunakan T Test, dan secara deskriptif didukung
9
dengan kemampuan responden untuk memberikan contoh perilaku koruptif dan tindakan pencegahannya. 2.
Pengembangan Model Pembelajaran Pada tahap ini dilakukan peninjauan rencana pembelajaran, apakah sudah mencantumkan pendidikan antikorupsi sebagai bentuk pengejawantahan kurikulum pendidikan berkarakter. Kegiatan ini dilakukan melalui Forum Group Discussion (FGD) dengan para guru pengajar yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Perpajakan. Hasil FGD akan dapat diidentifikasi dimana pembelajaran antikorupsi disisipkan dan contoh riil yang dapat diberikan.
3.
Desain Model Pembelajaran Hasil investigasi awal digabungkan dengan peninjauan rencana pembelajaran digunakan sebagai dasar desain rencana pembelajaran Perpajakan. Hasil capaian pada tahap ini adalah tersusunnya draft model rencana pembelajaran mata pelajaran Perpajakan.
4.
Peninjauan Pakar dan Revisi Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka draft model rencana pembelajaran mata pelajaran Perpajakan akan direview oleh pakar (salah satu Tim Perumus Pendidikan Antikorupsi Dikti), sehingga diperoleh masukan dan revisi guna penyempurnaan model rencana pembelajaran yang disusun.
5.
Indikator capaian tahun pertama Berdasarkan tinjauan dari pakar akan disusun model rencana pembelajaran mata pelajaran Perpajakan yang siap untuk diimplementasikan dan dievaluasi.
Tahun Kedua 6.
Implementasi Model Pembelajaran Pada tahap ini model pembelajaran diimplementasikan di kelas, dengan sampel 1 kelas untuk masing-masing SMK. Pada akhir proses pembelajaran akan dilakukan Post-Test untuk melihat pemahaman siswa akan perilaku koruptif dan upaya pencegahannya terhadap praktik perpajakan. Selain melaui kuesioner untuk siswa, juga dibagikan kuesioner untuk Guru sebagai evaluator dari model pembelajaran yang sedang diimplementasikan. Diharapkan hasil Post-Test menunjukkan perubahan pemahaman siswa akan perilaku koruptif pada perpajakan dan upaya pencegahannya.
Hasil
kuesioner akan diuji dengan menggunakan uji beda apakah pemahaman siswa berbeda antara sebelum diberi materi antikorupsi dengan sesudahnya. Diharapkan adanya 10
perbedaan hasil Pre-Test dengan Post-Test yang menunjukkan adanya peningkatan softskill siswa. Hasil ini merupakan indikator capaian pertama di tahun kedua. 7.
Evaluasi dan Revisi II Berdasarkan hasil implementasi pembelajaran akan dilakukan peninjauan dan revisi (apabila diperlukan) untuk memvalidasi model pembelajaran yang telah disusun.
8.
Penyusunan Draft Bahan Ajar Berdasarkan model pembelajaran yang telah direvisi, akan disusun draft bahan ajar pendamping pembelajaran mata pelajaran Perpajakan.
9.
FGD dengan Guru Pengampu Pada tahap ini akan dipaparkan draft bahan ajar kepada para Guru yangg tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Perpajakan. Dari diskusi ini diharapkan ada evaluasi dari para Guru untuk menyempurnakan atau menyelaraskan antara rencana pembelajaran dengan bahan ajarnya.
10. Model Akhir Rencana Pembelajaran dengan capaian tahun kedua Hasil diskusi dengan para Guru digunakan sebagai dasar penyusunan bahan ajar akhir yang menjadi indikator capaian kedua di tahun kedua. Adapun prosedur dan tahapan kegiatan penelitian dapat dilihat dengan skema berikut ini:
11
Penelitian Pendahulu: Pengembangan Model Pembelajaran “Writing” Berbasis Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi
Penelitian yang telah dilakukan tahun 2011
================================================= 1. Investigasi Awal Berkaitan dengan pemahaman siswa dan guru akan perilaku koruptif di bidang perpajakan 2. Pengembangan Model Pembelajaram Melalui Forum Group Discussion Guru Perpajakan
3. Desain Model Pembelajaran Penyusunan rencana pembelajaran Perpajakan berbasis Antikorupsi sebagai pengembangan kurikulum pendidikan berkarakter
Akan dilaksanaan Tahun Pertama
4. Peninjauan Pakar & Revisi Khususnya pakar pendidikan antikorupsi
5. Model Awal Indikator Capaian: tersusunnya rencana pembelajaran Perpajakan yang baru 6. Implementasi Model Pembelajaran Penerapan rencana pembelajaran Perpajakan, softskill
7. Evaluasi dan Revisi II Evaluasi dan revisi rencana pembelajaran 8. Penyusunan Draft Bahan Ajar Penyusunan bahan ajar sesuai dengan rencana pembelajaran
9. FGD dengan Guru Pengampu Pengenalan dan uji publik bahan ajar pembelajaran Perpajakan
Akan diaksanakan Tahun Kedua
10. Finishing Bahan Ajar Indikator capaian, tersusunnya: Bahan Ajar pembelajaran Perpajakan
Gambar 3.1 Bagan Alir Prosedur dan Tahapan Penelitian
12
BAB V HASIL YANG DICAPAI
5.1
Pembahasan Pada tahun kedua peneliti telah mengimplementasikan dan mengevaluasi model
rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahun pertama. Dari hasil evaluasi tersebut maka disusun draft bahan ajar buku mata pelajaran perpajakan. Dalam Focus Group Discussion (FGD), draft bahan ajar didiskusikan kepada para guru pengampu mata pelajaran perpajakan, serta mengundang perwakilan dari Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I untuk memberi masukan sehingga isi materi bahan ajar buku mata pelajaran perpajakan sesuai dengan kebutuhan siswa SMK
dan siap digunakan oleh para guru
pengampu mata pelajaran perpajakan. Adapun isi materi bahan ajar yang disepakati dalam FGD tersebut adalah: BAB I
BAB II
DASAR-DASAR PERPAJAKAN Definisi Pajak Pungutan Lain Selain Pajak Fungsi Pajak Teori Pemungutan Pajak Kedudukan Hukum Pajak Jenis Pajak Tata Cara Pemungutan Pajak Timbulnya Hutang Pajak Berakhirnya Hutang Pajak Hambatan Pemungutan Pajak Tarif Pajak KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Dasar Hukum Pengertian Umum Tahun Pajak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Setoran Pajak (SSP) Dan Pembayaran Pajak Surat Ketetapan Pajak (SKP) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Surat Tagihan Pajak (STP) Pembetulan, Pengurangan, Penghapusan, Atau Pembatalan Daluarsa Penagihan Pajak Pemeriksaan 13
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
Penyidikan Surat Paksa Keberatan Banding Peninjauan Kembali Kewajiban Dan Hak Wajib Pajak Kewajiban Pembukuan Atau Pencatatan Sanksi Administrasi Sanksi Pidana Lampiran PAJAK PENGHASILAN (UMUM) Definisi Dasar Hukum Subjek Pajak Dan Wajib Pajak (Pasal 2 – 3 UU PPh) Menentukan Objek Pajak Penghasilan Tarif Pajak Penghasilan Kena Pajak Dan PPh Yang Terutang Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Pengertian Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Hak Dan Kewajiban Pemotong Pajak Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tata Cara Perhitungan Pemotong PPh Pasal 21 Contoh Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Lampiran PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 Pengertian Dasar Pemungutan Pemungut Pajak Objek Pemungutan PPh Pasal 22 Kegiatan Yang Tidak Dikenakan PPh Pasal 22 Saat Terutang PPh Pasal 22 Tata Cara Pemungutan Dan Penyetoran PPh Pasal 22 Sifat Pemungutan Dasar Pengenaan Pajak Dan Tarif PPh Pasal 22 Skema Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak Dan Perhitungan PPh Pasal 22 Contoh Penghitungan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 Pengertian Pemotong Pajak Tarif Pajak Dan Objek Pajak Objek Pemotongan PPh Pasal 23 Yang Dikenakan Tarif 15% Dari Jumlah Bruto 14
BAB VII
Bab VIII
BAB IX
BAB X
Jenis-Jenis Penghasilan Objek Pemotongan PPh Pasal 23 Yang Dikenakan Tarif PPh Pasal 23 Sebesar 2% Dari Jumlah Bruto. Tarif Untuk Wajib Pajak Non NPWP Bukan Objek Pemotongan PPh Pasal 23 Saat Terutang, Penyetoran, Dan Pelaporan Contoh Penghitungan Lampiran PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 Pengertian Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri Penggabungan Penghasilan Cara Menentukan Sumber Penghasilan Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri Cara Menghitung Kredit Pajak Luar Negeri Wajib Pajak Badan Cara Menghitung Kredit Pajak Luar Negeri Wajib Orang Pribadi Apabila Terjadi Kerugian Di Dalam Negeri Apabila Terjadi Kerugian Di Luar Negeri Penghasilan Luar Negeri Bersumber dari Beberapa Negara Penghasilan yang Dikenakan Pajak yang Bersifat Final Perubahan Jumlah Penghasilan Dari Luar Negeri PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 Pengertian Menghitung Angsuran Bulanan Angsuran PPh Untuk Bulan-Bulan Sebelum Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh Angsuran PPh Pasal 25 Jika Dalam Tahun Berjalan Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Untuk Tahun Pajak Yang Lalu Angsuran PPh Pasal 25 Dalam Hal-Hal Tertentu Wajib Pajak Berhak Atas Kompensasi Kerugian Apabila Wajib Pajak Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur SPT Tahunan PPh Tahun Yang Lalu Disampaikan Setelah Lewat Batas Waktu Yang Ditentukan Wajib Pajak Diberikan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh Jika Wajib Pajak Membetulkan Sendiri SPT Tahunan PPh Yang Mengakibatkan Angsuran Bulanan Lebih Besar Daripada Angsuran Bulanan Sebelum Pembetulan Adanya Perubahan Usaha Atau Kegiatan Wajib Pajak Cara Menghitung PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Penyetoran Dan Pelaporan PPh Pasal 25 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Bepergian Ke Luar Negeri PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 Pengertian Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26 Objek Pajak Penghasilan Pasal 26 Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 26 Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 26 PAJAK PENGHASILAN BERSIFAT FINAL 15
BAB XI
BAB XII
Pengertian Jenis Penghasilan Yang Dipotong PPh Final Dan Pelaksanaanya Bunga Obligasi Dan Surat Utang Negara Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Koperasi Kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi Hadiah Undian Transaksi Saham Dan Sekuritas Lainnya Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan Usaha Jasa Konstruksi Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan Wajib Pajak Yang Memilik Peredaran Bruto Tertentu Contoh Soal Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2) Lampiran REKONSILIASI FISIKAL Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Badan Pembukuan Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Klasifikasi Penghasilan Dan Biaya Penghasilan Badan Usaha (Pasal 44 UU PPh) Penghasilan Kena Pajak Secara Final Penghasilan Bukan Obyek Pajak Pengeluaran Yang Dapat Dibebankan Sebagai Biaya Pengeluaran Yang Tidak Diperkenankan Mengurangi Penghasilan Bruto Penghitungan Laba Fiskal PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Pengertian Dasar Hukum Istilah Dan Pengertian Siapa Yang Dikenakan PPN/Subjek PPN Apa Yang Dikenakan PPN/Objek PPN Penyerahan Terutang PPN Dan Tidak Terutang PPN Perhitungan PPN Penentuan Besarnya PPN Cara Menghitung PPN/Mekanisme PPN PPN Dan PPnBM Atas Penyerahan Kepada Pemungut Pajak PPN Pemakaian Sendiri/Pemberian Cuma-Cuma PPN Atas Kegiatan Membangun Sendiri Faktur Pajak Tata Cara Pengisian Keterangan Pada Faktur Pajak Kode Dan Nomor Seri Faktur Pajak Tata Cara Penggantian Faktur Pajak Yang Hilang Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak Nota Retur Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) PPN Dan PPNBM Untuk Kendaraan Bermotor Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Tata Cara Penyetoran PPN Atau PPnBM, Pelaporan Dan Penyampaian SPT Masa PPN 1111 Lampiran
16
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1
Rencana dan Jadual Selanjutnya a.
Mencetak bahan ajar menjadi buku ajar.
b.
Membagikan buku ajar kepada guru pengampu mata pelajaran perpajakan.
c.
Pembuatan artikel ilmiah untuk dimasukan ke jurnal internasional .
17
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan materi mata pelajaran perpajakan antara SMK Negeri dan SMK swasta. SMK Negeri memberikan materi yang lebih banyak dan lebih dalam dibanding SMK swasta. 2. Mata pelajaran perpajakan di SMK Negeri diberikan di kelas 1 dan kelas 2 sedangkan SMK Swasta hanya diberikan di kelas 1. 3. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) perpajakan belum terbentuk tapi masih menyatu di MGMP mata pelajaran akuntansi. 4. Kurikulum mata pelajaran perpajakan di daerah harus menyesuaikan dengan kurikulum mata pelajaran perpajakan dari pusat (Jakarta). 5. Guru mata pelajaran perpajakan belum memiliki bahan ajar berupa buku mata pelajaran perpajakan yang sesuai dengan kurikulum dari pusat,
7.2
Saran Saran yang akan diberikan terkait dengan penelitian ini adalah: 1. Guru mata pelajaran perpajakan membentuk MGMP perpajakan. 2. Adanya bantuan fasilitas bahan ajar berupa buku mata pelajaran perpajakan bagi guru-guru SMK di daerah dari pemerintah pusat karena banyak guru SMK di daerah terutama guru SMK swasta belum mampu membeli buku perpajakan yang ada di toko buku karena terdapatnya kendala berupa dana dan mahalnya harga buku perpajakan
18
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1998, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Pustaka Amani, Jakarta. Bank Dunia (The World Bank). 2003, Memerangi Korupsi di Indonesia, Kantor Bank Dunia Jakarta. Karsona, Agus Mulya. 2011, Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Korupsi (United Nations Convention Against Corruption). 2003. Kurniadi. 2011, Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Mulatsih, Sri. 2012, Pengembangan Model Pembelajaran “Writing” Berbasis Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi, Laporan penelitian. NACE (National Association of Colleges and Employers). 2005. Nawawi Arif, Barda. 2008, Bunga Rampai kebijakan Hukum Pidana, Kencana, Jakarta.
Ratnawati, Juli. 2012, Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) In Indonesia Recording Their Income Tax Using NPPN Method. Proceeding, Universitas Indonesia Sailah, Illah. 2008, Pengembangan Soft skills di Perguruan Tinggi. Direktorat Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Sukhoo, Aneerav, et. al. Accomodating Soft skills in Software Project Management. Working Paper in Issues Informing Science and Information Technology. available at http://informingscience.org/proceedings/InSITE2005/I55f42Sukh.pdf Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Alphabeta: Cetakan ke-IV, Bandung.
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) No. 16 tahun 2009 United Nations. 2004, The Global Program Against Corruption : United Nations Anti Corruption Toolkit, Vienna : UNODC UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia., Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta
19
http://www.diknas-adang.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=23&artid=959 http://www.ti.or.id/index.php/publication/category/research http://www.kemitraan.or.id/index.php/main_ind/news_detail/48/73/1034
20
LAMPIRAN
21
DASAR-DASAR PERPAJAKAN
JULI RATNAWATI RETNO INDAH HERNAWATI
22
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat-Nya tim penulis mampu menyelesaikan buku”Dasar-Dasar Perpajakan” ini. Buku ini kami hadirkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang perpajakan secara umum. Pajak merupakan partisipasi kita sebagai warga negara secara finansial, oleh karena itu peran serta kita sebagai warga negara sangat diperlukan agar seluruh pembiayaan APBN dapat dibiayai dari Pendapatan Pajak.
Pemerintah yang berkepentingan langsung dalam penerimaan pajak terus berupaya untuk mengoptimalkan dan memberdayakan pendapatan pajak. Dalam upayanya untuk meningkatkan pendapatan pajak, perlu disosialisasikan pemahaman akan arti pentingnya pajak bagi seluruh warga negara. Sehingga dalam proses sosialisasi tersebut dibutuhkan media salah satunya berupa buku perpajakan. Buku “Dasar-Dasar Perpajakan” ini memuat konsep dasar perpajakan beserta implikasinya. Isi yang terkandung dalam buku ini telah disesuaikan dengan peraturan perpajakan terbaru. Setelah membaca buku ini, para pembaca diharapkan memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam mensosialisasikan hak dan kewajiban perpajakan kepada masyarakat sekitar.
Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu tersusunnya buku ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada suami dan anak-anak tecinta atas dukungannya sehingga buku ini dapat terselesaikan. Buku ini masih jauh dari sempurna. Sehingga kritik dan saran yang membangun dari pembaca kami perlukan demi menyempurnakan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membawa berkah bagi yang membacanya. Amin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Semarang, April 2015 Tim Penulis Juli Ratnawati Retno Indah Hernawati 23
DAFTAR ISI i ii iii
HALAMAN JUDUL PRAKATA DAFTAR ISI
BAB I
DASAR-DASAR PERPAJAKAN Definisi Pajak Pungutan Lain Selain Pajak Fungsi Pajak Teori Pemungutan Pajak Kedudukan Hukum Pajak Jenis Pajak Tata Cara Pemungutan Pajak Timbulnya Hutang Pajak Berakhirnya Hutang Pajak Hambatan Pemungutan Pajak Tarif Pajak
BAB II
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Dasar Hukum Pengertian Umum Tahun Pajak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Setoran Pajak (SSP) Dan Pembayaran Pajak Surat Ketetapan Pajak (SKP) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Surat Tagihan Pajak (STP) Pembetulan, Pengurangan, Penghapusan, Atau Pembatalan Daluarsa Penagihan Pajak Pemeriksaan Penyidikan Surat Paksa Keberatan Banding Peninjauan Kembali Kewajiban Dan Hak Wajib Pajak Kewajiban Pembukuan Atau Pencatatan Sanksi Administrasi Sanksi Pidana Lampiran PAJAK PENGHASILAN (UMUM) Definisi Dasar Hukum
BAB III
24
1 1 2 2 3 4 5 7 10 11 12 13 13 16 16 16 19 19 23 25 32 36 36 38 39 39 39 41 42 42 44 45 46 48 49 50 51 52 53 56 103 103 103
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
Subjek Pajak Dan Wajib Pajak (Pasal 2 – 3 UU PPh) Menentukan Objek Pajak Penghasilan Tarif Pajak Penghasilan Kena Pajak Dan PPh Yang Terutang Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Pengertian Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Hak Dan Kewajiban Pemotong Pajak Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tata Cara Perhitungan Pemotong PPh Pasal 21 Contoh Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Lampiran PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 Pengertian Dasar Pemungutan Pemungut Pajak Objek Pemungutan PPh Pasal 22 Kegiatan Yang Tidak Dikenakan PPh Pasal 22 Saat Terutang PPh Pasal 22 Tata Cara Pemungutan Dan Penyetoran PPh Pasal 22 Sifat Pemungutan Dasar Pengenaan Pajak Dan Tarif PPh Pasal 22 Skema Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak Dan Perhitungan PPh Pasal 22 Contoh Penghitungan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 Pengertian Pemotong Pajak Tarif Pajak Dan Objek Pajak Objek Pemotongan PPh Pasal 23 Yang Dikenakan Tarif 15% Dari Jumlah Bruto Jenis-Jenis Penghasilan Objek Pemotongan PPh Pasal 23 Yang Dikenakan Tarif PPh Pasal 23 Sebesar 2% Dari Jumlah Bruto. Tarif Untuk Wajib Pajak Non NPWP Bukan Objek Pemotongan PPh Pasal 23 Saat Terutang, Penyetoran, Dan Pelaporan Contoh Penghitungan Lampiran PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 Pengertian Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri Penggabungan Penghasilan Cara Menentukan Sumber Penghasilan Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri 25
103 105 121 124 127 129 129 131 133 134 135 135 136 137 138 139 149 188 193 205 205 205 205 206 208 210 211 212 213 214 216 218 218 218 220 221 224 227 227 228 228 230 237 237 238 239 239 241
Bab VIII
BAB IX
BAB X
Cara Menghitung Kredit Pajak Luar Negeri Wajib Pajak Badan Cara Menghitung Kredit Pajak Luar Negeri Wajib Orang Pribadi Apabila Terjadi Kerugian Di Dalam Negeri Apabila Terjadi Kerugian Di Luar Negeri Penghasilan Luar Negeri Bersumber dari Beberapa Negara Penghasilan yang Dikenakan Pajak yang Bersifat Final Perubahan Jumlah Penghasilan Dari Luar Negeri PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 Pengertian Menghitung Angsuran Bulanan Angsuran PPh Untuk Bulan-Bulan Sebelum Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh Angsuran PPh Pasal 25 Jika Dalam Tahun Berjalan Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Untuk Tahun Pajak Yang Lalu Angsuran PPh Pasal 25 Dalam Hal-Hal Tertentu Wajib Pajak Berhak Atas Kompensasi Kerugian Apabila Wajib Pajak Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur SPT Tahunan PPh Tahun Yang Lalu Disampaikan Setelah Lewat Batas Waktu Yang Ditentukan Wajib Pajak Diberikan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh Jika Wajib Pajak Membetulkan Sendiri SPT Tahunan PPh Yang Mengakibatkan Angsuran Bulanan Lebih Besar Daripada Angsuran Bulanan Sebelum Pembetulan Adanya Perubahan Usaha Atau Kegiatan Wajib Pajak Cara Menghitung PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Penyetoran Dan Pelaporan PPh Pasal 25 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Bepergian Ke Luar Negeri PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 Pengertian Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26 Objek Pajak Penghasilan Pasal 26 Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 26 Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 26 PAJAK PENGHASILAN BERSIFAT FINAL Pengertian Jenis Penghasilan Yang Dipotong PPh Final Dan Pelaksanaanya Bunga Obligasi Dan Surat Utang Negara Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Koperasi Kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi Hadiah Undian Transaksi Saham Dan Sekuritas Lainnya Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan Usaha Jasa Konstruksi Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan Wajib Pajak Yang Memilik Peredaran Bruto Tertentu Contoh Soal Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2) Lampiran 26
241 241 242 242 243 243 244 247 247 247 249 250 251 251 253 254 255 257
259 263 263 264 267 267 267 267 267 271 272 272 272 273 275 276 277 278 281 283 284 288 290
BAB XI
BAB XII
REKONSILIASI FISIKAL Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Badan Pembukuan Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Klasifikasi Penghasilan Dan Biaya Penghasilan Badan Usaha (Pasal 44 UU PPh) Penghasilan Kena Pajak Secara Final Penghasilan Bukan Objek Pajak Pengeluaran Yang Dapat Dibebankan Sebagai Biaya Pengeluaran Yang Tidak Diperkenankan Mengurangi Penghasilan Bruto Penghitungan Laba Fiskal PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Pengertian Dasar Hukum Istilah Dan Pengertian Siapa Yang Dikenakan PPN/Subjek PPN Apa Yang Dikenakan PPN/Objek PPN Penyerahan Terutang PPN Dan Tidak Terutang PPN Perhitungan PPN Penentuan Besarnya PPN Cara Menghitung PPN/Mekanisme PPN PPN Dan PPnBM Atas Penyerahan Kepada Pemungut Pajak PPN Pemakaian Sendiri/Pemberian Cuma-Cuma PPN Atas Kegiatan Membangun Sendiri Faktur Pajak Tata Cara Pengisian Keterangan Pada Faktur Pajak Kode Dan Nomor Seri Faktur Pajak Tata Cara Penggantian Faktur Pajak Yang Hilang Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak Nota Retur Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) PPN Dan PPNBM Untuk Kendaraan Bermotor Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Tata Cara Penyetoran PPN Atau PPnBM, Pelaporan Dan Penyampaian SPT Masa PPN 1111 Lampiran
DAFTAR PUSTAKA INDEKS GLOSSARIUM
27
293 293 293 293 293 294 294 295 295 296 304 304 304 304 307 308 309 314 316 316 318 320 320 322 323 326 328 329 330 332 355 358 358 360
28
THE PREVENTION OF TAX CORUPTION ACT: A STUDY IN SEMARANG, INDONESIA Juli Ratnawati a Email:
[email protected] Retno Indah Hernawati a Email:
[email protected] Kusni Ingsih b Email:
[email protected] Wikan Isthika a Email:
[email protected] a b
Accounting Study Program, Dian Nuswantoro University, Semarang Management Study Program, Dian Nuswantoro University, Semarang Jl. Nakula I No. 5 – 11, Semarang, Central Java, Indonesia
1
THE PREVENTION OF TAX CORUPTION ACT: A STUDY IN INDONESIA
Abstract This research is motivated by the rampant corruption act in the taxation by the tax officers/authorities as well as the taxpayer. The Ministry of Education and Culture along with the Corruption Eradication Commission (KPK) try to anticipate the corruption by applying anti corruption education programs at school. Hence, this research aims to analyze whether there is any difference in teachers’ and vocational school students’ perception on corruption act in taxation. The population of this research is all teachers and students of vocational schools having an accounting department in Semarang, Indonesia. The samples are determined by the simple random sampling method and collect the data using a questionnaire. The results show that there is no difference between teachers’ and students’ perception on corruption act in the field of taxation. Therefore, schools are expected to design an anti corruption-based curriculum relating to taxation subject and provide principal understanding about anti corruption to the students. Keywords: corruption, values, principles, vocational high school, taxes.
stability and the development of people
1. Introduction
welfare. Besides, it causes massive
Corruption has become a main problem
impacts in a variety of levels, such as
faced today by Indonesia and many other
endangering the national integrity and
countries worldwide. It is widely spread
morality, resulting in economic decline,
as weeds grow widely in a vacant land, corruption
rampantly
governmental
occurs
in
all
such
as
in
elements
causing
ministry level, parliamentary members, politicians,
businessmen,
and
investment
misappropriating
public
widening
and
welfare
mess,
and
resources, poverty gap,
reducing taxes, slowly lowering public
others
trust on governmental agencies which end
(Syamsudin, Sriyana, Prabowo, 2012).
up in organized crime. This statement is
The World Bank and US Agency
similar to what is said by Akanbi (2002),
International Development (2000) states
Atoyebi and Mobolaji (2004) and Aguda
that corruption is a serious threat to the
(2001) in Mobolaji (2012) stating that
2
corruption can threaten the democratic
Kuncoro
(2011)
studied
government, so it is the antithesis of
relationship between corruption and local
modernity and development. Corruption
democratization and linked with the role
results in political instability, social and
of Islamic parties. They found that in
environmental disruption. Corruption also
Indonesia
grows inefficient and unethical basic
corruption was declining. It means until
values as greed and robbery which
2004 corruption still existed in Indonesia.
become the main reason of military
Previous research from Olken (2006)
rebellion in some developing countries.
examined the existence of corruption in
Othman et al., (2014) states in their paper
redistributing
that based on the Corruption Perception
households. He examined the welfare
Index (CPI) and the empirical evidence,
losses from the corruption. Furthermore,
corruption has been done in developing
Vial and Hanoteau (2010) investigated
and under developing countries. Thus, the
the
corruption becomes a serious issue in this
manufacturing industry over the period
world.
1975 to 1995. From the Asian paradox,
during
2001
wealth
corruption
in
to
the
about
to
the
the
2004,
poor
Indonesian
using bribes and indirect tax payment as a
Many researchers have conducted some
measurement they found that corruption
investigation the negative impact of
has positive significant effect to the
corruption on many aspects of human
individual plant growth. We realized that
resources and economic development.
not only in Indonesia occurs corruption,
They found many corruption forms and
but in many other countries also happen.
what their correlation are with ethic, law,
So many studies have been done to
economic, education and cultural factor
examine across the country, such as
problems. They focused on the macro
Sharma and Mitra evidence in Indian
side of the corruption phenomenon using
Enterprises; Chen, Jeon, Wang and Wu in
varied models and methods (Huang, 2008
emerging economies and Timmons and
and Mashal 2011). Some researches
Garfias in Brazil (2015).
regarding corruption in Indonesia have been done by researchers. Henderson and
3
From above, in the business world, we
requires comprehensive understanding on
can find some scandal, mostly is related
the methods and procedures for financial
to ethics. Hosmer in his paper (1988)
reporting. Thus, it results in relevant,
stated that the ethics suppose to be added
reliable,
in the business curriculum. His reason
information. Mistakes and/or errors in the
refers to the insider-trading scandal on
process of writing financial reporting will
Wall Street. It is occurring because of the
result in financial information which can
moral standards of the students. Schools,
not be used as a tool to make decisions
college
the
for financial statement users, both internal
organization that indirectly should take
side and external business. Besides,
the responsibility of their ethics. It is not
misinterpretation in understanding the
easy to change the attitude, beliefs and
procedures of writing financial statements
habits of the students. But, at least we
will cause an impact on tax corruption
have to try to teach them about moral
which is not recognized by the writer of
standard and ethics. Sometimes, the
financial
scandal in the business not only because
government also tries to realize anti
they mean it, but because of their
corruption educations in order to operate
ignorance. Different person has different
corruption eradication program since
moral standards, it depends on their
education has high effectiveness in the
beliefs and goals. Goals are something
effort of eradicating corruption. Anti
that we want to achieve and how people
corruption educations is a cooperative
describe the success or completing tasks
work between The Ministry of Education
or personal improvement, whereas beliefs
and Culture also Corruption Eradication
are something related to expectations or
Commission
think about certain concepts or putting
corruption educations, public can get
regard in as true (Hosmer, 1988).
understanding of the danger of corruption
and
universities
are
accountable
statements.
financial
Moreover,
(KPK).
Through
the
anti
act so that they have general perception
Financial statement as a basis for taxation
and thinking pattern that corruption act is
reporting is written according to the standard of financial accounting.
and
an abusing act which must be avoided as
It
corruption
4
is
the
main
enemy
of
Indonesia.
anti
subject. Anti corruption subject is not
corruption values is required to be given
only applied as a subject at school,
in teaching-studying process. Thus, it will
moreover it is also applied at school and
create awareness and planned efforts in
at students’ homes. Thus, it can break the
transferring
to
chain of corruption act in Indonesian
Indonesian youths that corruption act
young generation. In Central Jakarta, the
result in national loss. Anti corruption
government of Jakarta city starts to give
educations are designed not only to
anti corruption education by implying it
transform knowledge (cognitive) but also
in some subjects at school. There are 9
to give emphasis on establishing effort
(nine) basic values designed and applied
(affective) as well as moral awareness
in every subject for students at school.
against any kind of deviating behaviors,
They
including corruption act. This education
responsibility, simple life, hard work,
program emphasize in the creation of
discipline, independence, fair act, care to
young generation whose good morality
others, and bravery to maintain the truth.
and anti corruptive behavior. Since they
It is expected that by including anti
will not conduct any kind of corruptive
corruption education subject transferred
attitude and behavior if they have good
to students, teachers, headmasters; it can
morality and anti corruption behavior.
achieve one single step to introduce anti
The
The
education
some
realization
of
understanding
of
anti
corruption
corruption
Eradication
2012.
Commission
in
honesty,
the
school
and/or cities in Indonesia. In addition,
Corruption (KPK)
thought
of
conducted by 18 (eighteen) regencies
provinces. For instance, it is conducted in in
culture
environment. This program is recently
education program has begun in some
Pontianak,
are
KPK
and
has
published
a
book
about
Innovation in Education System in 2010.
National Education Department chose 16
The purpose of publishing this book is to
(sixteen) schools as pilot projects to
reinforce the implementation of good
include anti corruption subject using
governance
prepared modules and all teachers are
system
in
education,
especially in the level of service unit at
obliged to involve this subject in every
school. Consequently, the implementation
5
of good governance is expected to
subject term of “Business Ethic” in USA
reinforce the improvement of public
must be learned and understood by
service quality (Directorate of Research
businessmen in USA. Stevens, Harris,
and development of KPK, 2010).
and Williamson (1994) have proven that
Some
research
investigating
faculty of business in universities has
anti
high
corruption education have been conducted
practices
in the recent years. In 1998, a survey was
principles
of 10 (ten) students stated that they would
human
not to be punished or arrested for their act
universally.
international
business
study is all universities need to design a set of curriculum fits with the behavior and the needs of business sector which is
with the expected direction: the lower the
very dynamic. Thus, students are capable
possibility of being arrested, the higher
of preparing themselves to get into
the indication of being involved in
business world.
unethical behaviors. In other words, USA
act
(Cabrera, 2005). The implication of this
the
behaviors. This finding is concordant
in
which
deeply opened to anti corruption practices
punished
possibility of the involvement in unethical
businessmen
corruption,
well as create work place to be more
South Western University in the USA
future
anti
to be role models in business world, as
Buckley, Wiese, and Harvey (1998) in
predict
The
performers obey business ethics, are able
Moore, 1988). A new study conducted by
effectively
about
Consequently,
(Woods, Longenecker, McKinney, and
probabilities
faculties.
environmental rights, work labor, and
act unethically if they were guaranteed
and
other
business
to ensure every business to adopt 10 (ten)
University, Texas. It resulted that 9 (nine)
arrested
than
unclear
Nation Global Compact (UNGC) in 2000
taking business ethics subject in Baylor
that
on
findings of the study affected United
conducted in a group of new students
found
tolerance
views
Consequently, this research is conducted
unethical business behaviors as a problem
to
of being arrested analysis. Accordingly,
vocational high school teachers and
Cole and Smith (1995) suggested that the
students on corruption acts done by
6
analyze
how
the
perception
of
taxpayers in taxation field, and to design
contrary, corruption may also occur as a
anti corruption-based taxation curriculum
result of bad policy or because of the
for vocational high school students.
existing institutions which take illegal levy from individuals needing those
Our paper is divided into six sections.
institutions (Djankov, LaPorta, Lopez-de-
Section 2 describes how the corruption in
Silanes and Shleifer, 2003) in Svensson
taxes. Section 3 explains Anti Corruption
(2005).
Education. In section 4, this paper
(2000)
defined
the benefit of individuals or in other
provides our finding and discussion. The
words, using official position and/or
last section concludes all of our research.
official power to give self-benefit. This 2. Corruption
misappropriation may be conducted in many ways, such as: bribery, extortion,
In general, corruption is defined as a
fraud,
misappropriation of public facility for
nepotism,
cronyism,
properties for private purposes and the
involves the use of standard legal. Some
provision of a project as a return. In the
good examples for this form of corruption
list, fraud and bribery are usually
are: selling of government property by
conducted
government officers, taking over public
by
government
officials
without involving second person. While
assets, bribery, tampering government
bribery, extortion, and giving projects
finance. Corruption could be a response
with specific return always involve
for advantageous as well as harmful instance,
evasion,
giving the public assets and public
personal interests. This appropriation
For
Myint
corruption as the use of public power for
presents the model used. Section 5
regulation.
U
second person and/or parties, i.e. the giver
corruption
and the receiver of corruption agreement.
happens as a response for weak regulation when an individual does bribery to avoid
Akindele (1995) in Aluko (2002) stated
punishment because of doing illegal acts
that corruption as forms of reciprocal
which is actually as an effect of the
behaviors or transactions in which each of
existence
monitoring
both power holders do conspire. In
regulation (such as stealing act). On the
addition, both sides respectively give
of
incomplete
7
appreciation each other as an agreement
country evidence, identified that many
to give preferential treatment (illegal) or
corruption indexes were positive and
to support certain principles or interests
significant related to tax on international
of certain organizations (or public) in the
trade at recent government income.
society.
includes
Furthermore, corruption has negative and
some actions, such as: the use of one’s
significant influence to tax revenue and
office for one’s benefit, in the form of
the amount of government income of
money; gratification; the influence of
gross domestic income.
Overall,
corruption
peddling; insincerity in giving advice
The phenomenon of tax corruption in
aiming to gain personal benefit; not
Indonesia is not sharply different to other
working full time but paid with full
countries.
salary; lateness and carelessness.
For
instance:
in
2010,
Indonesian people were shocked by tax
Corruption does not only occur in a
corruption done by a low leveled staff in
governmental agency, but it also grows
Tax General directorate institution, Gayus
extensively
of
Halomoan Tambunan, who did money
countries. This corruption act can involve
laundry and tax evasion for many big
two sides, both tax officers and tax
companies (Kimura, 2012). Following
payers. As researches conducted by
this shocking case, corruption trends in
Ghura (1998), Imam and Jacobs (2007)
the Directorate of tax didn’t stop since
and Tanzi and Davoodi (1997, 2003) in
there
Samimi, Abedini and Abdollahi (2012) in
revealed
the Middle East, North Africa, and some
corruption act conducted by Tommy
developing countries resulted in some
Hindratno and Dana Wiratmoko. In
conclusions
caused
addition, a tax corruption act done by tax
decreased total tax revenue by subtracting
payer can be tax evasion and/or bribery to
the total revenue of all tax sources
tax officers.
(including capital
in
a
that
income,
gain,
large
number
corruption
profit,
product
and
property,
A
service).
were
research
Prakarsa
Jinyoung Hwang (2002) used cross-
by
some
corruption
mass
media,
conducted
(Prakarsa
by
cases
such
as
Lembaga
Institution,
2013)
published in Fact Sheet reported that the
8
realization of tax revenue in 2013 is
[Insert Table 1 here]
predicted will reach only 91.31%. This is
International Transparency as a nonprofit
due to the high tax avoidance practice and
institution which conducted a survey on
tax evasion done by both institutional and
corruption
personal
the
countries based on the basic assessment
research, it also revealed that Global
on Corruption Perception Index (CPI)
Financial Integrity reported total illegal
stated that Indonesia’s score as much as
money out from Indonesia as much as
32 in 2012 or is in the 118th rank of 182
US$ 123 billion from 2001 to 2010 (or in
countries. Compared with other countries
the average, it is about US$ 10.9 or IDR
in the world, this corruption rank in
120-130
tax
Indonesia is equal to that in Madagaskar,
avoidance and tax evasion practices
Equador, and Sierra Leone which have
conducted by many extractive and/or
similar 32 score.
mining,
[Insert Table 2 here]
taxpayers.
trillion).
processing,
Based
on
Moreover,
and
digging
act
happened
in
many
companies have been very apprehensive as it tends to increase year by year. It is
While the rank of Indonesia in ASEAN
pointed out that 60% (sixty percent) of
countries is in 118 ranks with CPI Score
mining companies in Indonesia do not
amounted 32.
pay the tax and royalty. A lot of mining
[Insert Table 3 here]
companies failed to pay the taxes as they have an illegal deal with the officer and
According to the previous table, it can be
regional (province/regency) officials. One
revealed that Indonesia regionally doesn’t
of the impacts affected by the government
make any change at all. Moreover, its
of Indonesia due to the disorderliness of
position is always in low range compared
the taxpayers in paying their taxes has
to those CPI scores owned by other
been the realization of tax revenue always
ASEAN countries. Thus, Indonesia has
miss from the target. The following is the
not yet free from its corruption problem
target and the realization of Indonesia
which
government tax revenue in 2011 – 2013
(http//ti.or.id/index.php).
(theprakarsa.org).
9
intricate
itself
Seeing through the reality of corruption
staffs (Van Rijckeghem and Weder,
act which gets increasing, it is necessary
1997). Other opinion given by Svensson
to build a set of programs to prevent it.
(2000) who said that a debt of a country
Many experts have suggested a number of
will only be approved if it is based on a
anti corruption policy, such as: apply a
project and this project must have
transparency
positive return projection before it is
regulation
in
each
transaction, create an anti corruption
implemented.
institution/commission, opened court for
should not only give credit to debtor, but
corrupt political party heads, make an anti
also it must involve in monitoring the
corruption hotline number so that people
project.
and/or
public
can
anytime
report
Debt
honor
institution
Law No. 30 /2002 is the basis heap of
corruption act directly, court reformation
corruption eradication in Indonesia which
to accelerate court administration, pers
legalized the establishment of Corruption
freedom, make a public audit commission
Eradication Commission (KPK). KPK has
so that state account can be audited by
the
independent auditor and the report of
authority
and
duty
to
combat
corruption as well as to answer the
national monetary must be published
challenge on the powerless system of
annually (Rose-Ackerman,, 1997; Collier,
criminal court in Indonesia.
2000; Bardham, 1997; Coolidge and
Types Of Corruption Acts
Rose-Ackerman, 1997; Gupta et al., 2000) in Mobolaji (2012). Some other
Based on Law No.31/1999 as amended by
scientists stated that it needs to conduct
Law No.20/2001 about The Eradication
privatization and commercialization in
of Corruption Criminal Acts, corruption
governmental agencies (Svensson, 2000).
can be categorized into 30 (thirty) types.
Accordingly, governmental agencies can
Under the law, it details the acts which
be carried out efficiently. Besides, it is
may be subject to criminal sanctions for
necessary to reform civil service and
corruption acts. The thirty types of
public service and to apply salary system
corruption act can be classified as
which is appropriate in civil service, to
follows: (1) Loss on government finance, (2)
hold a training and repeat training for
10
Bribery, (3) Evasion in position, (4)
3. Culture and Tax Evasion
Extortion, (5) Deception, (6) Conflict of
According to Law No.28/2007 about
interest in the procurement process, (7) Gratification.
the
Whereas,
types
General Tax Provisions and Procedures
of
“Tax is a mandatory contribution to the
criminal acts related to corruption acts
state owed by individuals or corporations
are: (1) Hindering the process of an
which is enforceable under the Law,
investigation on corruption cases, (2) Not giving
information
or
giving
accompanying with not getting direct
false
compensation and used for the purposes
information, (3) Banks which do not
of the state for the prosperity of the
provide account information of corruption
people.
suspects, (4) Witnesses or experts who do not give information or give false
Based on Muqodim (2002) taxes have
information, (5) People who hold the
function as follows:
secret information of their positions do 1) Budgetary function; it is also named
not give information or give false
fiscal function, i.e. function to collect
information, and (6) Witnesses who
as much tax money as possible under
reveal the identity of corruption reporter.
the prevailing Law. Of which it will The United Nation Convention Against
be used to finance governmental
Corruption
expenditures.
(2002)
in
the
statement
mentions that acts which are categorized
2) Regulerend function; is a function
as corruption are: (1) Making extra
which taxes used as a tool to achieve
bookkeeping accounting, (2) Making a
certain purposes outside financial
transaction which is recorded unclearly or
sector. Taxes are used as a means of
in extra books, (3) Recording fictitious
wisdom.
expenses, (4) Recording debt with false
Many researchers have found that there is
object identification, (5) Using false documents,
and
(6)
a relationship between culture and tax
Deliberately
evasion. DeBacker et al., (2012) did
destructing bookkeeping document earlier
research in the United States regarding
than the time set by the Law.
tax evasion. Using a social norms, law
11
enforcement and cultural behavior they
descriptive study, i.e. a research on issues
found that owner from higher corruption
such as recent facts in a population and to
countries likely more to do tax evasion.
describe characteristic in an individual or
However, the bigger size of companies,
a group (Kothari, 2004). The main
the tax evasion behavior will decrease.
purpose of this study is to test the
Furthermore, Cule and Fulton (2009)
hypothesis or to answer questions related
state that tax cheating or corruption
to the current status of the investigated
cannot be solved by changing tax
subjects. This research used a probability
regulation only. It was less effective using
sampling design with simple random
the tax rates and penalties, it is also about
sampling, i.e. the selection of samples are
business culture, social and political as
conducted
well. Richardson (2006) also did a study
provides
regarding the determinants of tax evasion.
unlimited opportunity and access to every
He used non economic variables such as
member of the population to be selected
education, income, fairness in taxes and
as a sample.
tax morale. He found that the higher
simply equal
and
randomly
which
unrestricted
or
The object of this study is vocational high
knowledge about tax like a simple tax
schools in Semarang city, Central Java,
system, the higher tax morale and the
Indonesia
fairness of tax policy by the government
which
have
accounting
department. Respondents are divided into
will be the lower of tax evasion.
two groups, the first group is accounting
Tsakumis et al. (2007) in their paper
and taxation teachers and the second
suggest that government should consider
group is accounting and taxation students
the cultural aspect when designing the tax
who
compliance legislation. Because they
have
obtained
accounting
and
taxation subjects. Total respondents are
found that cultural aspect effect the tax
94 (ninety-four) people consisting of 9
evasion behavior.
(nine) vocational high school teachers and 85 (eighty five) vocational high school
4. Methodology
students.
Based on the characteristics of the
vocational
problems to be solved, this research is a
12
Teachers high
and
students
of
school
majoring
in
accounting are selected as respondents of
perception on corruption acts in taxation.
this study since they have different
Questions in questionnaires are designed
education
they
by adopting corruption indicators which
should have similar concept about the
based on the UN Convention Against
process of writing financial statements
Corruption in 2003. The indicators used
since it is the tasks of teachers to transfer
are:
levels.
Nevertheless,
their knowledge as well as skills to their
1. Making extra bookkeeping
students comprehensively in order to
2. Making
make their students capable of absorbing
understanding
about
identification
good
the process
is
4. Recording debt with false object
at work after they graduate from school. have
which
3. Recording fictitious expenses
obtain from their teachers and applying it
respondents
transaction
recorded unclearly or in extra books
and understanding the whole input they
Both
a
5. Using false documents
of
6. Destructing documents
writing financial statements since the target output to be achieved in accounting
The measurement of questions used 5
curriculum
is
vocational
high
the
students
of
(five) Point Likert Scale. The data
school
majoring
in
obtained were processed and analyzed
accounting must be able to manage and
using T-Test assessment. Prior to this
administrate financial report/statement. In
step, the researchers conducted validity
addition, vocational high school students
and reliability test in order to obtain valid
have acquired the subject of basic
and reliable data. This step resulted in
taxation from the teachers. Therefore,
valid and reliable data.
that
they have good knowledge in the process
5. Result and Discussion
of calculation and taxation reporting required by the Directorate General of
Based on table 4, it is revealed that the
Taxation.
value of Levene’s Test for Equity of Variances shows that the result of
This study adopted methods of survey questionnaires
to
test
significance is more than 0.05, which
respondents’
means that
13
the population variance of
both samples are similar. Thus, it can be
[Insert Table 5 here]
concluded that the hypothesis which stated that there are differences in
Based on the data in Table 6, it is seen
vocational school teachers’ and students’
that teachers’ answers are averagely in
perception on corruption acts is rejected.
score 4
Hence, the value of T-Test that is used is
“disagree” with the existence of making
based on similar sampling group (Equal
extra bookkeeping accounting which can
Variance assumed). Recapitulation of the
trigger
result of Independent Samples Test can
students’ answers are averagely in score 3
be seen in Table 5 (appendix) which
which
shows that total value and average value
indicates that there is a doubt in students
of respondents’ answers.
in giving the answer. This different
[Insert Table 4 here]
perception can be traced from data per
which means that teachers
corruption means
acts.
“neutral”.
In
contrast,
This
result
variable processed for question (XI) Based on Table 5, it can be seen that of
which shows existing different answers
six questions given to the respondents,
between Teachers and Students.
there is a different perception between
[Insert Table 6 here]
teachers and students at the first question (XI) which is related to the making of
This result can be clearly seen in Table 7.
extra bookkeeping accounting. Questions
The disagreement is due to the fact that
X2, X3, X4, X5 and X6 are related to
teachers understand that taxpayers are not
making transaction which is recorded
allowed to make more than one version of
unclearly or in extra book, recording
financial statement corresponding the
fictitious expenses, recording debt with
users’ needs. While students do not
false object identification, using false
understand that this is forbidden. Hence,
documents, and destructing documents.
they stated that taxpayers may write more
The results of the survey show that
than one financial statement based on the
teachers
users’ needs’. Teachers also understand
and
understanding
students of
have
cheating
similar act
in
that taxpayers are not allowed to write
bookkeeping management.
different financial statements for the
14
corporation or company interests and for
Based
tax interest. In contrast, students are lack
necessary for the school to design an
of understanding on this prohibition
appropriate
which makes them doubtful in answering
curriculum for taxation subjects since it
the question. It also occurs likewise in the
will be a good starting capital to provide
question related to the condition of a
character
company which declines in its profit. It is
prevention of corruption behavior for
clearly forbidden to report that the
their students. This can be implemented
company got profit decline in order to
by teachers by integrating the whole
avoid the tax. Teachers understand this
taxation subject materials to students
prohibition
the
(general provisions and tax procedures,
contrary, students are less familiar with
income tax, value added tax, luxury sales
this regulation which make them doubtful
tax, and stamp duty) with anti corruption
in responding the question.
education.
The
act
of
[Insert Table 7 here]
corruption
can
be
conducted
for
taxpayers.
On
on
previous
anti
findings,
it
is
corruption-based
education
related
to
the
preventing by
introducing anti corruption values and Low-level understanding in writing extra
principles, as follows (the Directorate
bookkeeping among students can trigger
General of Higher Education, 2012):
corruption
act
behavior
when
they
Anti
become taxpayers. Therefore, to minimize students
misunderstanding
corruption
values
include:
(1)
Honesty, (2) Concern, (3) Independence,
in
(4) Discipline, (5) Responsibility, (6)
bookkeeping system, it is necessary to
Hard work, (7) Simplicity, (8) Courage,
strengthen the knowledge in accounting
and (9) Justice. Besides, vocational high
subject as well as its relevance and
school students are also required to
connection with taxation subject. Then,
understand
during the teaching-learning process of
corruption
Taxation subject, teachers can refresh
the
principles
which
of
include:
anti (1)
Accountability, (2) Transparency, (3)
students knowledge by conducting a pre-
Fairness, (4) Policy, and (5) Policy
test or other examination forms related to
control.
an accounting book-keeping system.
15
The
materials
for
anti
corruption
level. This creates negative impacts on
curriculum are established for students to
human resources aspect and economic
have sufficient knowledge about details
development. Corruption in Indonesia
of corruption as well as its eradication
greatly influences the tax revenue and the
acts. Last but not least, to play an active
amount of government income on gross
role, students must be able to understand
domestic revenue (PDB). Furthermore,
and apply the values of anti corruption in
corruption in taxation sector grows
their daily lives. Besides, anti corruption
rapidly and broadly. Tax corruption act is
education can also be socialized via
widely done by tax officers, either by a
extracurricular activities, including anti
low or high-level officer, using many
corruption
wall
kinds of operandi modus. While tax
magazine, distributing anti corruption
corruption done by the taxpayers is in the
pamphlets, holding elucidations about
form of tax evasion and bribery to tax
anti corruption by inviting either law or
officers.
In addition,
politic experts (such as a resort police
practice
and
officer,
governmental
corporate tax payers and individual tax
official). Other activities can be done by
payers also extensively happen. The
holding many competitions, such as
impact of corruption done by tax payers
writing an anti corruption composition or
results in tax revenue which always miss
paper, speech about anti corruption,
the set target. Even the illegal money out
poetry about anti corruption, caricature
from Indonesia tends to increase due to
about anti corruption, composing anti
the abundant mining companies which do
corruption songs, and so on.
tax avoidance and tax evasion.
campaign,
prosecutor,
making
or
The
tax
government
tax avoidance
evasion
in
the
done
effort
by
of
eradicating corruption has established
6. Concluding Remarks
KPK
(Corruption
Eradication
The corruption rank of Indonesia, which
Commission) and tried to realize anti
is very high do not change in the past
corruption education aiming at instilling
period, both in world level and at ASEAN
anti corruption values since through
16
education it is expected to prevent
References
corruption act in the future by building
Aluko, M. A. O. 2002. ‘The institutionalization of corruption and its impact on political culture and behaviour in Nigeria’, Nordic Journal of African Studies, 11(3): 393-402.
noble moral nation. The results of the research show that there is not any difference in teachers’ and students’ perception on corruption acts in the
Buckley, M. R., Wiese, D. S., and Harvey, M. G. 1998. ‘An investigation into the dimensions of unethical behavior’, Journal of Edecalioojor Business, 73: 284290.
taxation field. Hence, schools had better to design anti corruption curriculum for taxation
subjects
by
integrating
all
taxation materials with anti corruption educations,
i.e.
by introducing
anti
Cabrera, A. 2005. Emphasizing global citizenship for business leaders. International Educator, NAFSA: Association of International Educators. Washington, D.C.
corruption values and principles to the students. The result of this research can provide knowledge teachers
and about
understanding the
significance
Chen, M., Jeon, B. N., Wang, R., Wu J. 2015. ‘Corruption and bank risktaking: Evidence from emerging economies’, Emerging Market Review, 24: 122-148.
for of
appropriate learning methods in taxation subject
for
vocational
high
school
Cole, Barbara, C., and Smith, D. L. 1995. ‘Effects of ethics instruction on the ethical perceptions of college business students’, Journal of Education for Business, 70: 351356.
students. In this study, the respondents who filled limited/closed questionnaires are teachers and students of vocational high school in Semarang city, Central
Cule, M., and Fulton, Murray. 2009. ‘Business culture and tax evasion: Why corruption and the unofficial economy can persist’, Journal of Economic Behavior & Organization, 72(3): 811-822
Java, Indonesia. Therefore, it is expected for future research that the respondents are from a wider area of province level. Hence, the result of this study can support the programs of the government of
DeBacker, J., Heim, B. T., and Tran, Anh. 2012. ‘Importing corruption culture from overseas: Evidence from corporate tax evasion in the
Indonesia in socializing anti corruption acts in academic circles.
17
"ESCWA" Countries’, International Journal of Economics and Management Sciences, (1)4: 71-83.
United States’, Journal of Financial Economics. Henderson, J. V. and Kuncoro, A. 2011. ‘Corruption and local democratization in Indonesia: The role of Islamic parties’, Journal of Development Economics, 94(2): 164-180.
Mobolaji, H., I. 2012. ‘Fighting corruption: An expectation augmented approach’, Humanomics, (28)2: 133-147.
Hosmer, LaRue, T. 1988. ‘Adding Ethics to the Business Curriculum’, Business Horizons.
Muqodim. 2002. Taxation in Indonesia: Theory and Practice. Ekonisia Publisher.
Huang, F. L. 2008. ‘Corruption and educational output: Two steps forward, one step back’, International Journal of Education Policy & Leadership, (3)9: 1-10.
Olken, B., A. 2007. ‘Monitoring Corruption: Evidence from a field experiment in Indonesia’, Journal of Political Economy, 115(2). Othman, Z., Shafie, R., and Zakimi A., H., F. 2014. ‘Corruption – Why do they do it?’, Procedia – Social and Behavioral Sciences, 164: 248 – 257.
Hwang, J. 2002. ‘A note on the relationship between corruption and government revenue’, Journal of Economic Development, (27)2: 161178.
Richardson, G. 2006. ‘Determinants of tax evasion: A cross-country investigation’, Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, 150-169.
Kimura, E. 2012. ‘Indonesia in 2011: A glass half-empty’, Asian Survey, (52)1: 186 – 194. Kothari, C., R. 2004. Methodology: Methods & Techniques. India: New Age International (P) Ltd.
Samimi, Ahmad, J., Abedini, M., and Abdollahi M. 2012. ‘Corruption and inflation tax in selected developing countries’, Middle-East Journal of Scientific Research, (11)3: 391 – 395.
Law No. 20/2001 Amendment to Law No. 31/1999 on Corruption Eradication Law No. 30/2002 Commission for the Eradication of Criminal Acts of Corruption. Law
Sharma, C. and Mitra A. 2015. ‘Corruption, governance and firm performance: Evidence from Indian Enterprises’, Journal of Policy Modeling.
No. 28/2007 Taxation Generl Provisions and Procedures.
Stevens, Robert, E., Harris, Jeff, O., and Williamson, S. 1994. ‘Evaluations of ethical situations by University
Mashal, A., M. 2011. ‘Corruption and Resource Allocation Distortion f o r
18
Faculty: A Comparative Study’, Journal of Education for Business, 69: 145-149.
Transparency International. 2012. Corruption perception index. [online] URL: http://ti.or.id/index.php/pressrelease/2012/12/06/peluncurancorruption-perception-index-2012.
Svensson, J. 2000. ‘Who must pay bribes and how much? Evidence from a cross-section of firms’, World Bank Policy Research, Working Paper 2486: 1-29.
U Myint. 2000. ‘Corruption: Causes, consequences, and cures’, AsiaPasific Development Journal, 7(2): 23-59.
Svensson, J. 2005. ‘Eight questions about corruption’, Journal of Economic Perspectives, 19(3): 19-42.
Van, R. C., and Weder, B. 1997. ‘Corruption and the rate of temptation: Do low wages in the civil service cause corruption?’, IMF Working Paper 97/73. International Monetary Fund. Washington, D.C.
Syamsudin, M., Sriyana, J., and Prabowo, H., Y. 2012. ‘Understanding corruption from behavioral perspective: A case study of Yogyakarta special province’, European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, 55.
Vial,
The Prakarsa. 2014. Target and the realization of Indonesia government tax revenue in 2011 – 2013. [online] URL: http://theprakarsa.org/new/ck_uploa ds/files/Fac.
V. and Hanoteau, J. 2010. ‘Corruption, manufacturing plant growth, and the Asian paradox: Indonesian Evidence’, World Development, (38)5: 693-705.
Woods, J. A., Longenecker, Justin, G., McKinney, Joseph, A. And Moore, C.W. 1988. ‘Ethical attitudes of students and business professional: A study of moral reasoning’, Journal of Business Ethics, 7: 249257.
Timmons, J., F. And Garfias, F. 2015. ‘Revealed corruption, taxation, and fiscal accountability: Evidence from Brazil’, World Development, 70: 13-27.
World Bank and The United States Agency for International Development. 2000. Corruption in Slovakia (Results of diagnostic surveys). Washington, D.C.
19
Appendix Table 1. Target and Realization of Government Tax Year Target Realization Achievement (%) 2011 878.65 838.82 99.45 trillion trillion 2012 1011.70 980.17 96.88 trillion trillion 2013 1139.32 1040.32 91.31 trillion trillion Source: Ministry of Monetary, Republic of Indonesia
Table 2. Rank of World Corruption Country Senegal Tanzania Guatemala Timor Leste Indonesia Madagascar Equador Sierra Leone Togo Ivory Coast
Rank 94 102 113 113 118 118 118 123 128 130
CPI Score 36 35 35 33 32 32 32 31 30 29
Table 3. The Rank of ASEAN Countries Corruption
Country Singapore Brunei Darussalam Malaysia Thailand Philippines Indonesia Vietnam Myanmar
CPI Score 87 55 49 37 34 32 31 15
20
Rank 5 46 54 88 108 118 123 172
Table 4. Independent Samples Test
Table 5. Recapitulation of Independent Sample Test Result T 3.574
(2 tailed) —Sig. 0.001
-0.005
0.996
unclearly or in extra books X3 : Recording fictitious expenses
1.395
0.166
X4 : Recording debt with false object identification
1.727
0.088
X5 : Using false documents
0.836
0.406
X6 : Destructing documents
0.229
0.820
Independent Variables X1 : Making extra bookkeeping accounting X2 : Making a transaction which is recorded
21
Information There is different Opinion/perception There is no different Opinion/perception There is no different Opinion/perception There is no different Opinion/perception There is no different Opinion/perception There is no different Opinion/perception
Table 6. Average Value and Total Value of Respondents’ answers
Table 7. Data of Different Respondents’ Answers
22
LAPORAN PENGGUNAAN DANA PENELITIAN HIBAH BERSAING
MODEL PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PERPAJAKAN BERBASIS ANTI KORUPSI SEBAGAI BENTUK PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK DI KOTA SEMARANG Tahun ke II dari rencana 2 tahun
Oleh : 1. 2.
Juli Ratnawati, SE, MSi, NIDN : 0621077401 (Ketua) Retno Indah Hernawati, SE, MSi NIDN : 0615127001 (Anggota)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG NOPEMBER, 2015
i
ii
iii
iv