SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
Pendidikan Anti Korupsi Terintegrasi dalam Pembelajaran PKn untuk Menanamkan Karakter Kejujuran di SMP MUKHAMAD MURDIONO Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, FIS UNY
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam mengintegrasikan pendidikan antikorupsi dalam pembelajaran PKn untuk menanamkan kejujuran dan kendala yang dihadapi guru untuk mengintegrasikan pendidikan antikorupsi dalam pembelajaran PKn. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Kota Yogyakarta dengan subjek penelitian guru pendidikan kewarganegaraan dan siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru PKn dalam mengintegrasikan pendidikan antikorupsi dalam pembelajaran PKn dengan cara menyisipkan nilai-nilai antikorupsi dalam materi pembelajaran yang relevan. Kendala yang dihadapi oleh guru PKn antara lain terkait dengan permasalahan waktu dan kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Kata Kunci: Antikorupsi, Pendidikan Kewarganegaraan, Kejujuran.
Abstract This study aims to describe the efforts of Citizenship Education (CE) teachers to integrate anti-corruption education in CE teaching to instill honesty and constraints faced by teachers to integrate anti-corruption education in CE. Data were collected using interviews, observations, and documentations. Research was conducted at the State Junior High School 8 Yogyakarta involving teachers and students of CE as research subjects. Data were analyzed using inductive techniques. The results show that the efforts performed by CE teachers in the integration of anti-corruption education in CE include inserting the values of anti-corruption in the relevant learning materials. Meanwhile, the obstacles faced by CE teachers are issues related to time and the difficulty in selecting appropriate learning methods. Keywords: Anti-Corruption, Education Citizenship, Honesty.
167
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
PENDAHULUAN
membangun
Korupsi permasalahan
merupakan akut
bangsa
kesadaran
publik
untuk memperkuat gerakan anti korupsi.
Indonesia sejak merdeka, bahkan
Pendekatan struktural telah
di masa penjajahan. Korupsi telah
dilakukan oleh badan pengawas
puluhan
yang dibentuk oleh pemerintah
tahun
mencengkeram
bangsa Indonesia, dan sampai saat
maupun
ini belum ada cara efektif untuk
masyarakat dengan pendekatan
dapat lepas dari permasalahan
yuridis dan advokasi. Sedangkan
korupsi.
pendekatan
terjadi
Korupsi di
kebanyakan
negara-negara
lembaga
kultural
swadaya
dilakukan
yang
oleh organisasi kemasyarakatan
sedang
berkembang,
karena
dan lembaga pendidikan. Sekolah
terkait
dengan
transisi
Menengah Pertama (SMP) sebagai
pemerintahan dan status jajahan.
lembaga
Begitu kronisnya penyakit korupsi
memiliki peran penting untuk
di
memperkuat gerakan anti korupsi,
Indonesia,
mengakibatkan
pendidikan
formal
pengawasan yang dilakukan oleh
terutama
melalui
pembelajaran
pemerintah belum menunjukkan
Kewarganegaraan.
Penelitian
hasil yang optimal. Korupsi yang
mengenai pendidikan antikorupsi
dilakukan secara sistemik dan
untuk menanamkan nilai kejujuran
melibatkan pelaku yang luas hanya
pada siswa SMP sangat penting
dapat
dan perlu untuk dilakukan. Hal itu
ditanggulangi
dengan
pendekatan yang komprehensif,
terkait
strategis
baik
korupsi yang terus menggerogoti
kultural.
bangsa Indonesia sampai saat ini.
dan
struktural
massif,
maupun
dengan
Pendekatan struktural diarahkan
Seiring
pada penguatan isu-isu korupsi
berkembangya ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan lembaga
dan teknologi, ternyata korupsi
publik.
pendekatan
juga dilakukan dengan modus
kultural diarahkan pada usaha
operandi yang beragam. Korupsi
Sementara
dengan
permasalahan
semakin
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
yang
dilakukan
untuk dideteksi
semakin dan
sulit
diungkap
secara
parsial.
Penyelesaian
korupsi
sebagai
permasalahan
karena dilakukan secara terencana
krusial bangsa harus diselesaikan
dan sistematis.
dengan menggunakan pendekatan
Menurut Suradi (2006: 17)
komprehensif
yang
korupsi sebagai tindakan melawan
banyak
hukum untuk memperkaya diri
pendekatan yang dapat digunakan
sendiri atau orang lain mencakup:
dalam
(1)
pemberantasan
penyuapan
(bribery),
(2)
pihak.
melibatkan Salah
satu
melakukan
upaya
korupsi
di
konflik kepentingan (conflicts of
Indonesia
adalah
melalui
interest),
pendekatan
kultural.
Sekolah
(3)
pemaksaan
bersifat
ekonomi
exortion),
dan
yang
(economic
merupakan lembaga kultural yang
pemberian
memiliki peran penting dalam
secara tidak sah (illegal gratuities).
upaya melakukan pendidikan anti
(4)
Korupsi sebagai penyakit
korupsi.
kronis bangsa Indonesia dapat
Sekolah Menengah Pertama
dijumpai baik di tingkat lokal
sebagai lembaga kultural formal
maupun nasional. Hal itu ditandai
dapat mengambil peran penting
dengan
dalam
berbagai
bentuk
penyelewengan
dan
penyalahgunaan
uang
melakukan
antikorupsi.
rakyat.
pendidikan
Melalui
pelajaran
mata
Pendidikan
Pengawasan yang dilakukan oleh
Kewarganegaraan
pemerintah
perilaku
dapat mengembangkan pendidikan
aparatur
antikorupsi. Oleh karena itu, guru
memang
PKn perlu untuk mengembangkan
belum terlihat optimal. Hal itu
disain pembelajaran yang dapat
dikarenakan begitu kompleks dan
mengintegrasikan
rumitnnya permasalahan korupsi
antikorupsi dalam pembelajaran
yang
Kewarganegaraan
korup
terhadap para
penyelenggara
tidak
nagara
dapat
diselesaikan
dengan menggunakan pendekatan
169
(PKn),
guru
pendidikan untuk
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
menanamkan karakter kejujuran siswa.
Sementara itu, kejujuran berasal dari kata dasar “jujur” yang
Pengembangan kejujuran
menjadi
karakter satu
sesuainya ucapan lisan dengan
dalam
kenyataan. Dalam pengertian yang
pembelajaran PKn seiring dengan
lebih umum adalah sesuainya lahir
gencarnya program pemerintah
dan batin. Maka orang yang jujur
tentang pendidikan karakter di
adalah orang yang sesuai lahir dan
sekolah.
batinnya
bagian
salah
dalam arti sempit dapat dimaknai
penting
Banyak
strategi
dan
(Mahmud,
Konsep
mendukung
tercermin dalam perilaku yang
pendidikan
karakter
kejujuran
1).
program yang ditawarkan untuk keberhasilan
dasar
2008:
akan
yang
diikuti dengan hati yang lurus
diselenggarakan melalui lembaga
(ikhlas), berbicara sesuai dengan
sekolah.
karakter
kenyataan,
berbuat
sesuai
bukan hanya sekadar program
kebenaran.
Berbicara
sesuai
yang
kenyataan dan berbuat sesuai
Pendidikan
mengembangkan
kemampuan kognitif siswa, tetapi
bukti
juga menyentuh ranah afektif dan
dibuktikan dan dapat dilihat oleh
psikomotor.
(1991);
mata. Tetapi berperilaku sesuai
Kalidjernih (2011), menjelaskan
dengan kata hati yang lurus siapa
bahwa
berhubungan
yang tahu? Oleh karena itulah
dengan perilaku manusia yang
mental dan perilaku kejujuran
positif. Dengan demikian karakter
perlu untuk dibentuk sejak usia
setiap
manusia
diamati
sedini mungkin, salah satunya
dalam
aktivitasnya
sehari-hari.
dengan cara pendidikan di sekolah.
yang
Pengembangan karakter kejujuran
pendapatnya
siswa di sekolah tidak dapat
dalam mendefinisikan pengertian
berhasil optimal tanpa dukungan
karakter.
lingkungan sosial.
Wynne
karakter
Banyak mengemukakan
dapat
tokoh
dan
kebenaran
dapat
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
Mengembangkan
karakter
siswa perlu mendapat perhatian
kejujuran melalui pembelajaran kewarganegaraan
lebih.
diperlukan
Lingkungan sekolah yang
strategi yang tepat agar tujuan
kondusif
untuk
pengembangan
dapat dicapai optimal. Karakter
karakter
perlu
memperhatikan
kejujuran merupakan ranah afektif
beberapa kriteria, antara lain: (1)
dalam
sehingga
keadaan
berbeda
menarik, (2) sekolah memiliki
dengan ketika guru mengajarkan
upaya untuk membangun, dan
ranah kognitif. Menurut Osher dkk.
memelihara
(2010: 48), untuk menanamkan
peduli,
karakter
mendukung,
pembelajaran,
mengajarkannya
tentu
kepada
siswa
dapat
fisik
sekolah
hubungan
saling
yang
yang
menghormati,
dan
kolaboratif
dilakukan melalui tiga pendekatan
antara anggota staf sekolah, siswa,
yaitu pendekatan ekologi untuk
dan
manajemen
kebijakan
berpartisipasi dalam pengambilan
mendukung
keputusan, (4) siswa menganggap
perilaku positif, dan pembelajaran
aturan sebagai hal yang jelas, adil,
sosial dan emosional. Iklim kelas
dan tidak terlalu keras, (5) sekolah
yang memungkinkan siswa untuk
aman bagi siswa, keluarga, dan
selalu berperilaku jujur sangat
guru, (6) tersedia layanan belajar,
baik
(7)
sekolah
kelas, untuk
untuk
keberhasilan
mendukung
internalisasi
keluarga,
sekolah
(3)
memiliki
siswa
tingkat
nilai
akademik dan perilaku yang tinggi
karakter kejujuran. Wynne (1991:
dan memberikan dukungan untuk
139)
pencapaian tujuan, (8) memiliki
menjelaskan
pengembangan
bahwa
karakter
lebih
upaya
untuk
mengembangkan
banyak didasarkan aktivitas kelas.
kemampuan sosial dan emosional
Oleh
penciptaan
semua siswa, (9) guru sebagai
lingkungan kelas yang kondusif
model dalam memelihara sikap,
untuk
dan (10) memandang orang tua
karena
itu
pengembangan
karakter
dan anggota masyarakat sebagai
171
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
sumber daya yang berharga, dan
menciptakan ruang kelas yang
mereka didorong untuk terlibat
kondusif untuk siswa berperilaku
aktif di sekolah (Dupper, 2010:
jujur. Misalnya, tidak mencontek
28).
ketika
ulangan,
berkata
dan
Secara filosofis guru sebagai
berperilaku sesuai hati nurani,
pendidik memiliki peran yang
mengakui kesalahan, dan lain-lain.
penting
Dreeben
dalam
perkembangan
(Benninga,
1991:
moral siswa. Menurut Nucci dan
menjelaskan
Narvaez (2008: 175), pendidik
melalui pengaturan struktur dan
moral dan karakter memiliki peran
pola perilaku guru, memberikan
utama dalam perkembangan moral
pengalaman tertentu bagi siswa
siswa melalui "hiden curriculum"
yang sebagian besar pengalaman
yang
tersebut
dimanifestasikan
dalam
bahwa
3)
tidak
sekolah,
ada
lingkungan interpersonal sekolah
pengaturan
dan
Kurikulum
samping perlu dukungan kondisi
pendidikan karakter tidak harus
kelas yang kondusif, siswa juga
secara eksplisit tertulis, tetapi
perlu role model dari guru dalam
dapat diinternalisasikan melalui
berperilaku jujur. Menurut Brophy
kegiatan-kegiatan di dalam kelas.
(Watson, 2008: 175) pengelolaan
Siswa
kelas
ruang
kelas.
akan
mengembangkan
sosial
dalam
lainnya.
merupakan
Di
kawasan
konsepsi mereka tentang perilaku
pendidikan yang berfokus pada
yang
lingkungan
baik
dengan
mengamati
kelas
secara
perilaku yang dilakukan guru di
keseluruhan. Keberadaan guru di
dalam
melalui
kelas tidak cukup hanya berfokus
yang
pada pengembangan kompetensi
kelas,
dan
pembiasaan-pembiasaan mereka lakukan di kelas. Untuk
mendukung
akademik
siswa,
memperhatikan
tetapi suasana
juga kelas
keberhasilan pendidikan karakter
yang mendukung siswa untuk
kejujuran
berperilaku yang baik. Namun ada
melalui
pendekatan
ekologis, guru diharapkan mampu
temuan
yang
mengecewakan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
dimana pendidikan umum dalam
tanggung jawab, dan partisipasi
masyarakat
siswa.
kehilangan
minat
dalam membelajarkan kebajikan
Model
pembelajaran
moral. Keberhasilan pembelajaran
pendidikan karakter yang dapat
dievaluasi
dikembangkan di sekolah, salah
berdasarkan
ketercapaian bidang akademik. Pada
tataran
satunya melalui model integrasi
pedagogis
(terpadu) di dalam pembelajaran,
pendidikan karakter seperti yang
yang dilakukan dengan pengenalan
kemukakan sebelumnya, bukanlah
nilai-nilai,
hal yang baru dalam Pendidikan
diperolehnya
kesadaran
akan
Kewarganegaraan. Telah lebih dari
pentingnya
nilai-nilai,
dan
tujuh
Pendidikan
penginternalisasian nilai-nilai ke
Indonesia
dalam tingkah laku peserta didik
dasawarsa
Kewarganegaraan
di
memfasilitasi
syarat dengan muatan pendidikan
sehari-hari
karakter,
pembelajaran,
karena
senantiasa
melalui
proses
baik
yang
memberikan bahan yang bertalian
berlangsung di dalam maupun di
dengan
luar
pengembangan
etika
semua
mata
pelajaran,
normatif guna mengembangkan
termasuk PKn (Zubaedi, 2011:
warga negara yang baik atau good
268).
citizen (menjadi orang baik melalui
pembelajaran ini dapat mengenai
hubungan dengan orang lain) dan
materi, pendekatan dan model
warga
atau
pembelajaran, serta evaluasi yang
national citizen (menjadi anggota
dikembangkan. Oleh karena itu,
suatu
baik)
penting untuk mengetahui upaya
(Kalidjernih, 2011: 21). Untuk
yang dilakukan oleh guru PKn
mencapai
dalam
negara
nasional
negara
yang
tujuan
dikembangkan
PKn
dan
perlu
dituangkan
Integrasi
pendidikan
dalam
mendisain anti
proses
model korupsi
dalam bentuk model pembelajaran
terintegrasi dalam pembelajaran
yang
kewarganegaraan
efektif
mengembangkan
untuk daya
nalar,
173
untuk
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
membentuk
karakter
kejujuran
siswa Sekolah Menengah Pertama.
juga adanya dukungan positif dari kepala sekolah, guru, dan siswa yang ada di sekolah tersebut.
METODE
Subjek
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif
dengan
penelitian
dipilih
dengan purposive, yaitu guru PKn dan dan siswa. Guru Pendidikan
pendekatan kualitatif. Termasuk
Kewarganegaraan
jenis penelitian deskriptif karena
mempertimbangkan bahwa guru
penelitian
Pendidikan
ini
bermaksud
dengan
Kewarganegaraan
menggambarkan atau melukiskan
memiliki tugas atau kewajiban
suatu peristiwa, yaitu pendidikan
secara langsung menyampaikan
anti korupsi terintegrasi dalam
materi tentang pendidikan anti
pembelajaran
korupsi
membentuk
PKn
untuk
karakter
kejujuran
terintegrasi
pembelajaran
dalam
PKn.
Siswa
siswa SMP. Hal ini sejalan dengan
merupakan orang yang terlibat
pendapat Sanapiah Faisal (2001:
secara langsung dalam praktik
20), bahwa penelitian deskriptif
pendidikan anti korupsi. Teknik
dimaksudkan untuk eksplorasi dan
pengumpulan data menggunakan
klarifikasi
wawancara,
mengenai
suatu
fenomena atau kenyataan sosial
dokumentasi.
dengan
menggunakan
jalan
sejumlah
mendeskripsikan
dan
Analisis
data
analisis
induktif,
berkenaan
yaitu analisis yang bertolak dari
dengan masalah dan unit yang
data dan bermuara pada simpulan-
diteliti. Penelitian dilakukan di
simpulan umum. Langkah-langkah
SMP N 8 Kota Yogyakarta pada
analisis data meliputi: reduksi
tahun 2015. Lokasi ini dipilih
data, unitisasi dan kategorisasi,
karena tersedianya sarana dan
display
prasarana
kesimpulan.
untuk
variabel
observasi,
yang memungkinkan
menerapkan
pendidikan
antikorupsi di sekolah. Selain itu
data,
dan
penarikan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
HASIL DAN PEMBAHASAN
membahas
Guru memiliki kreativitas
Namun
tentang
demikian
dalam mengembangkan rancangan
mengembangkan
pembelajaran
menyisipkan
antikorupsi
korupsi.
guru
dapat atau
pendidikan
terintegrasi dalam pembelajaran
antikorupsi
dalam
rangka
PKn untuk menanamkan karakter
menanamkan
nilai
kejujuran.
Rancangan
kepada siswa SMP. Nilai-nilai yang
pembelajaran
antikorupsi
disisipkan dapat dituliskan secara
kejujuran
terintegrasi dalam pembelajaran
langsung
PKn untuk menanamkan karakter
pelaksanaan pembelajaran atau
kejujuran
nilai-nilai
secara
jelas
dapat
dalam
rencana
yang
tersembunyi
dilacak dari rencana pelaksanaan
(hidden) tidak dimasukkan dalam
pembelajaran yang dibuat oleh
rencana
guru.
pembelajaran.
Guru
dapat
rencana
membuat
pelaksanaan Hal
ini
senada
pelaksanaan
dengan pendapat Zubaedi (2011:
pembelajaran yang di dalamnya
268) bahwa pendidikan karakter
memuat
(kejujuran)
nilai-nilai
pendidikan
dapat
dilakukan
antikorupsi. Oleh karena itu, guru
melalui
perlu memiliki kemampuan dalam
pembelajaran.
mengembangkan
rencana
dengan penginternalisasian nilai-
pelakasanaan pembelajaran yang
nilai karakter ke dalam tingkah
didalamnya
memuat
laku
pendidikan
antikorupsi
nilai-nilai yang
integrasi
peserta
yang
PKn.
maupun Data penelitian di lapangan bahwa
Caranya
didik
yakni
sehari-hari
melalui proses pembelajaran, baik
terintegrasi dalam pembelajaran
menunjukkan
dalam
berlangsung di
pelajaran.
luar Oleh
dalam
diperlukan
pembelajaran PKn untuk tingkat
profesional
SMP/MTs di Kurikulum 2013 tidak
mengembangkan
ada topik yang secara langsung
175
di
dalam
semua
mata
karena
itu,
kemampuan guru
untuk
perencanaan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
pembelajaran yang memuat nilai-
Pendidikan karakter melalui cara
nilai antikorupsi.
yang tidak langsung atau tidak
Pendidikan
antikorupsi
dimasukkan
dalam
rencana
terintegrasi dalam pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran, sesuai
PKn untuk menanamkan karakter
dengan
pandangan
kejujuran yang dikembangkan di
Narvaez
(2008:
SMP N 8 Yogyakarta, yakni dengan
menyatakan bahwa guru sebagai
memasukkan atau menyisipkan
pendidikan moral dan karakter
pada
memiliki
tema-tema
tertentu.
peran
Nucci
dan
175)
utama
dalam
Misalnya, pada tema norma dan
perkembangan
penegakan hukum, muatan materi
melalui "hiden curriculum" yang
pendidikan
antikorupsi
dimanifestasikan
dimasukkan.
Guru
pendidikan
antikorupsi
dapat
menyisipkan
moral
yang
siswa dalam
lingkungan interpersonal sekolah
pada
dan ruang kelas. Dengan demikian,
materi yang memiliki keterkatian
nilai-nilai karakter tidak harus
dengan
upaya
secara langsung dimasukan dalam
korupsi.
Guru
pemberantasan juga
senantiasa
rencana
pelaksanaan
memberikan nasihat kepada para
pembelajaran yang tertulis, tetapi
siswa untuk senanatiasa berbuat
dapat
jujur. Kejujuran menjadi penting,
melalui kegiatan-kegiatan di dalam
karena kejujuran yang dibentuk
kelas.
sejak
aktivitas yang sengaja diciptakan
dini
karakter
akan
siswa
membentuk kelak
ketika
oleh
juga Melalui guru
diinternalisasikan kegiatan siswa
atau akan
menjadi pemimpin dalam berbagai
mengembangkan konsepsi mereka
tingkatan atau level di masyarakat.
tetang perilaku yang baik dengan
Penanaman
karakter
cara mengamati perilaku yang
antikorupsi dalam pembelajaran
dilakukan
PKn dilakukan juga secara tidak
melalui
langsung atau sebagai nilai-nilai
yang dilakukan siswa di kelas.
yang
tersembunyi
(hidden).
guru
di
kelas
dan
pembiasaan-pembiasaan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
Guru
juga
menyiapkan
emosional.
Pengembangan
materi khusus terkait dengan tema
berbagai
pendidikan
antikorupsi
yang
kewarganegaraan
disisipkan
pada
tema
merupakan
bagian
dari
pembelajaran PKn. Materi yang
pendekatan
ekologi
untuk
disiapkan
manajemen kelas yang kondusif.
untuk
memantapkan
pelaksanaan antikorupsi
yang
metode
pendidikan
Pendapat
terintegrasi
Wynne
pembelajaran yang
senada (1991:
tepat
disampaikan 139)
yang
dalam pembelajaran PKn untuk
menjelaskan
menanamkan karakter kejujuran.
pengembangan
Adanya
banyak didasarkan aktivitas kelas.
materi
yang
telah
bahwa karakter
disiapkan akan memudahkan guru
Oleh
dalam mengembangan pendidikan
lingkungan kelas yang kondusif
antikorupsi
oleh
yang
terintegrasi
karena
itu
lebih
guru
penciptaan
PPKn
untuk
dalam pembelajaran PKn untuk
pengembangan karakter kejujuran
menanamkan karakter kejujuran.
siswa perlu mendapat perhatian
Selain
lebih.
itu,
guru
dapat
juga
mengembangkan berbagai metode pembelajaran tujuan
untuk
Selain
mencapai
dalam
secara
pembelajaran,
terkait
sekolah juga memiliki program
antikorupsi
yang dikembangkan dalam rangka
yang sudah direncanakan. Menurut
menanamkan karakter kejujuran
Osher dkk. (2010: 48), untuk
siswa.
menanamkan
dikembangkan antara lain: kantin
dengan
pembelajaran
langsung
terdisain
pendidikan
karakter
kepada
siswa dapat dilakukan melalui tiga
kejujuran
pendekatan
melalui
yaitu
pendekatan
Program dan media
yang
pengumuman audia
tentang
ekologi untuk manajemen kelas,
penemuan/kehilangan
kebijakan
untuk
Program kantin kejujuran telah
mendukung perilaku positif, dan
berhasil meningkatkan karakter
pembelajaran
kejujuran siswa. Meskipun pada
sekolah sosial
dan
177
barang.
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
masa awal berdiri, program kantin
dikemukakan sebelumnya, senada
kejujuran
dengan
pernah
mengalami
pendapat
yang
kerugian. Namun dengan kerja
dikemukakan Dupper (2010: 28)
keras dari pihak sekolah untuk
bahwa lingkungan sekolah yang
senantiasa mengingatkan kepada
kondusif
siswa
terlaksananya
untuk
berbuat
jujur,
dapat
mendukung pendidikan
akhirnya program kantin kejujuran
karakter. Lingkungan sekolah yang
membuahkan
kondusif
hasil.
mengalami
Kantin
peningkatan
salah
satunya
dilihat dari adanya upaya yang
pendapatan secara terus menerus.
dilakukan
sekolah
Hal itu sebagai indikator bahwa
membangun
dan
siswa
hubungan
sudah
mulai
memiliki
dapat
yang
untuk
memelihara peduli,
karakter kejujuran. Selain kantin
menghormati,
kejujuran, ada juga pengumuman
kolaboratif antara staf sekolah,
mengenai
siswa, dan keluarga. Selain itu,
barang.
penemuan/kehilangan Biasanya
dan
yang
sekolah sekolah memiliki tingkat
akan
akademik dan perilaku yang tinggi
diserahkan kepada pihak sekolah
dan memberikan dukungan untuk
melalui kantor Tata Usaha (TU),
pencapaian
untuk selanjutnya pihak TU akan
sekolah
mengumumkan kepada seluruh
diciptakan melalui kerjasama dan
warga sekolah melalui pengeras
sinergi dari semua stakeholder
suara.
yang terlibat dalam pengambilan
menemukan
siswa
mendukung,
saling
sesuatu
Program
ini
juga
membuahkan hasil, dibuktikan jika mudah
untuk
kembali
ditemukan.
kondusif
dapat
Guru dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan di
Upaya sekolah
yang
Lingkungan
keputusan di sekolah.
ada siswa yang kehilangan sesuatu akan
tujuan.
yang
dalam
dilakukan
kelas
dalam
mengintegrasikan
menanamkan
pendidikan antikorupsi ke dalam
karakter kejujuran seperti telah
pembelajaran PKn. Kemampuan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
guru
dalam
memilih
pembelajaran
tergantung
bagaimana
kreativitas
kepekaan
guru
kompetensi
metode
karakter kejujuran yaitu model
pada
diskusi dan simulasi. Model diskusi
dan
melatih kemampuan siswa untuk
terhadap
dan
menganalisis
yang
berbagai permasalahan yang ada
saat
di masyarakat. Dalam konteks
pembelajaran dilakukan. Metode
pendidikan antikorupsi, metode
pembelajaran memang tidak ada
diskusi dapat dipilih sebagai upaya
yang
untuk mengembangkan daya kritis
akan
pembelajaran
berpikir
dicapai
pada
terbaik,
artinya
metode
pembelajaran sangat tergantung
siswa
dengan jenis materi yang akan
bagaimana
mekera
mampu
memberikan
solusi
disampaikan dalam pembelajaran.
terhadap
permasalahan
Materi yang akan disampaikan
dihadapi. Metode diskusi yang
oleh guru di kelas ada banyak
diterapkan dalam pembelajaran
ragamnya, seperti materi jenis
PKn
konsep, prosedur, dalil, dan fakta.
memberikan contoh-contoh kasus
Untuk mencapai tujuan PKn perlu
tindak pidana korupsi yang terjadi
dikembangkan
dituangkan
di Indonesia. Para siswa biasanya
metode
akan terlihat antusias jika materi
dalam
dan
bentuk
dan
dipraktikkan
yang
dengan
pembelajaran yang efektif untuk
yang
mengembangkan
materi yang aktual. Dari contoh-
daya
nalar,
disampaikan
tanggung jawab, dan partisipasi
contoh
siswa.
kemudian siswa menganalisis dan Berdasarkan
penelitian
yang
data diperoleh
kasus
merupakan
bekerjasama
di
kelompok
yang dengan
untuk
lapangan, metode pembelajaran
solusi
yang dipilih oleh guru dalam
yang sedang dikaji.
pembelajaran mengintegrasikan
PKn
yang
disajikan
terhadap
teman
memberikan permasalahan
Selain metode diskusi, guru
pendidikan
juga
antikorupsi untuk menanamkan
mengembangkan
pendidikan
179
antikorupsi
model yang
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
terintegrasi dalam pembelajaran
Brophy
PKn untuk menanamkan karakter
bahwa
kejujuran dengan menggunakan
merupakan kawasan pendidikan
metode simulasi. Metode simulasi
yang berfokus pada lingkungan
dilakukan
cara
kelas secara keseluruhan. Guru
mempraktikkan atau memberikan
dalam pembelajaran di kelas tidak
solusi terhadap peristiwa tindak
hanya
pidana korupsi yang terjadi di
pengembangan
Indonesia.
tindak
intelektual siswa, tetapi perlu juga
sudah
memperhatikan
pidana
dengan
Kasus-kasus
korupsi
yang
(Watson,
2008:
pengelolaan
175) kelas
berfokus
pada kompetensi
suasana
kelas
memiliki kekuatan hukum tetap,
yang mendukung siswa untuk
dapat dijadikan sebagai bahan
berperilaku baik. Meskipun pada
untuk
kenyataannya
menerapkan
metode
masih
sering
simulasi. Melalui metode simulasi
dijumpai di kelas, guru yang hanya
para siswa sangat antusias dalam
mengedepankan aspek akademik
mengikuti pembelajaran PKn.
saja
Pemilihan pembelajaran untuk
PKn
metode yang
menanamkan
tepat
karakter
dan
kurang
memberikan
perhatian
lebih
terhadap
pengembangan karakter siswa. Dalam
penerapan
kejujuran merupakan salah satu
pendidikan
aspek penting dalam pengelolaan
terintegrasi dalam pembelajaran
kelas. Menurut Dreeben (Benninga,
kewarganegaraan
1991:
bahwa
menanamkan karakter kejujuran
pengaturan
di kelas, guru juga mengalami
3)
sekolah,
menjelaskan melalui
antikorupsi
struktur dan pola perilaku guru,
beberapa
memberikan pengalaman tertentu
kendala yang ditemui oleh guru
bagi siswa yang sebagian besar
biasanya
pengalaman tersebut tidak ada
kemampuan profesionalisme. Guru
dalam pengaturan sosial lainnya.
mengalami
kesulitan
untuk
Pendapat
mengemas
pembelajaran
yang
senada
dikemukakan
kendala.
untuk
Kendala-
terkait
dengan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
tepat
waktu.
Artinya,
seringkali
guru
antikorupsi dalam pembelajaran
mengalami
PKn diperlukan kemampuan dan
permasalahan terkait waktu yang
keterampilan
sesuai untuk pembelajaran PKn.
mencermati
Waktu
dasar yang ada dalam kurikulum.
yang
terbatas
untuk
mengembangkan satu kompetensi
pembelajaran
antikorupsi
antikorupsi
minimnya
pembelajaran
antikorupsi.
mengalami
tidak
mengembangkan
kompetensi
dapat
pendidikan terintegrasi
ketercapaian tujuan pendidikan Guru
setiap
untuk
Dalam menerapkan model
dasar yang disisipi pendidikan menjadi
guru
PKn kendala
guru dari
dalam juga sisi
metode
pelaksanaan metode pembelajaran
pembelajaran yang memungkinkan
yang dipilih. Metode simulasi yang
siswa
menguasai
diterapkan jika tanpa kontrol yang
kompetensi dengan baik karena
ketat dari guru, akan mengganggu
keterbatasan waktu.
aktivitas pembelajaran kelas lain.
dapat
Permasalahan
yang
lain,
Dalam metode simulasi tentu guru
yaitu terkait kemampuan guru
akan mendisain kelas sedemikian
dalam
tema
rupa agar metode simulasi dapat
dalam
diterapkan dengan baik. Siswa
menyisipkan
pendidikan
antikorupsi
topik pembelajaran PKn yang akan
sangat
disampaikan.
pembelajaran
tentang
Topik
upaya
khusus
antusias PKn
mengikuti jika
guru
pemberantasan
menerapkan metode pembelajaran
korupsi dalam Kurikulum 2013
selain ceramah. Oleh karena itu,
memang tidak ada, oleh karena itu
guru perlu menerapkan metode
guru harus jeli dan memiliki
pembelajaran baru yang lebih
kemampuan untuk menyisipkan
inovatif
dengan tepat ke dalam tema
pembelajaran
pembelajaran
PKn
akan
menyenangkan. Dengan demikian,
disampaikan
di
Untuk
tujuan pembelajaran yang sudah
menyisipkan
tema
yang kelas.
pendidikan
181
dan
kreatif
agar lebih
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
ditetapkan dapat tercapai dengan
pendidikan
antikorupsi
baik.
terintegrasi dalam pembelajaran Upaya yang dilakukan guru
PKn. Kerjasama seperti itu perlu
PKn untuk mengatasi kendala yang
untuk terus dilakukan agar upaya
muncul antara lain: merancang
pendidikan
pembelajaran agar sesuai dengan
berjalan di sekolah.
antikorupsi
terus
ketersediaan waktu yang telah direncanakan,
melakukan
SIMPULAN
kerjasama dan saling berdiskusi dengan
guru
menentukan yang
PKn
antikorupsi
lain
untuk
terintegrasi dalam pembelajaran
kompetensi
dasar
PKn untuk menanamkan karakter
dapat
disisipi
pendidikan
Pendidikan
muatan
antikorupsi,
dan
kejujuran
siswa
dikembangkan guru PKn yaitu
mendisain metode pembelajaran
melalui
yang menarik dan menyenangkan
rencana
tetapi
pembelajaran
tidak
mengganggu
pembelajaran
yang
yang
pengembangan
disain
pelaksanaan dengan
cara
sedang
menyisipkan nilai-nilai antikorupsi
berlangsung di kelas lain. Guru
dalam materi pembelajaran yang
PKn
relevan.
juga
berusaha
mengembangkan materi tentang
yang
pendidikan
melalui
antikorupsi
mandiri.Guru
secara
melakukan
Metode
dipilih
pembelajaran
oleh
diskusi
guru
dan
yaitu
simulasi.
Kendala yang dihadapi oleh guru
kerjasama
dengan
cara
PKn antara lain terkait dengan
mendatangkan
perwakilan
dari
permasalahan
Komisi (KPK)
Pemberantasan untuk
Korupsi
memberikan
mencari
waktu,
materi
yang
sulitnya relevan
dengan pendidikan antikorupsi,
sosialisasi secara langsung kepada
dan
pelaksanaan
metode
para guru dan siswa. Kehadiran
pembelajaran
seringkali
KPK menambah semangat baru
mengganggu
aktivitas
para guru untuk mengembangkan
pembelajaran di kelas lain. Upaya
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 1-12
yang dilakukan untuk mengatasi
promise: a perspective on research in moral education. Educational Reasearcher. 28 (18), hlm. 18-26. Beninga, J. S., 1991. Moral and character education in the elementary school: in introduction. Benninga, J.S. (Penyunting). Moral, character, and civic education in the elementary school. New York: Teachers College, Columbia University. Dupper, D. R. 2010. A new model of school discipline engaging students and preventing behavior problems. Oxford University Press: New York . Kalidjernih, F.K. 2011. Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan. Edisi kedua. Bandung: Widya Aksara Press. Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami untuk Membasmi: Buku Panduan untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia. Republik Indonesia. 1999. Undangundang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Asa Mandiri. ________________. 2001. Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
kendala yang muncul antara lain dilakukan dengan cara mendisain pembelajaran sesuai dengan waktu yang
tersedia,
melakukan
kerjasama dengan guru PKn lain agar tidak mengalami kesulitan dalam
menyisipkan
pendidikan
nilai
antikorupsi
dalam
materi pembelajaran PKn, dan mendisain pembelajaran
ulang
metode
atau
mencari
metode pembelajaran alternatif agar tidak mengganggu aktivitas pembelajaran kelas lain. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak SMP N 8 Kota
Yogyakarta
yang
telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat melakukan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada dewan redaksi Jurnal Socia yang telah menerima dan melakukan review untuk penyempurnaan artikel. DAFTAR PUSTAKA Bebeau, M.J., Rest, J.R., & Narvaez, D. 1999. Beyond the 183
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 166-184
Pidana Korupsi. Jakarta: Asa Mandiri. Nucci, L. P., & Narvaez, D. 2008. Handbook of moral and character education. New York: Routledge. Osher, D., dkk. 2010. How can we improve school discipline?. Educational Researcher, 39 (1), hlm. 48–58. Sanapiah Faisal. 2001. Formatformat Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suradi. 2006. Korupsi dalam Sektor Pemerintahan dan Swasta. Yogyakarta: Gava Media. Watson, M. 2008. Developmental discipline and moral education. Dalam Nucci, LP., & Narvaez, D. (Penyunting). Handbook of moral and character. New York: Routledge. Wibowo, A. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wynne, E. A. 1991. Character and Academics in The Elementary School. Dalam Benninga J.S. (Penyunting). Moral, character, and civic education in the elementary school. New York: Teachers College, Columbia University. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.