JURNAL KOMUNIKASI
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Baiq Rita Astari
MODEL LITERASI MEDIA BAGI REMAJA OLEH KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (KPID DIY) DAN RUMAH SINEMA YOGYAKARTA (The Model Literation Media for Teenagers by KPID DIY and Yogyakarta Home Productions)
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
MODEL LITERASI MEDIA BAGI REMAJA OLEH KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (KPID DIY) DAN RUMAH SINEMA YOGYAKARTA
(The Model Literation Media for Teenagers by KPID DIY and Yogyakarta Home Productions)
Baiq Rita Astari Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Yogayakarta Ringroad Barat, Kasihan, Bantul, DIY, Indonesia 55183
[email protected]
ABSTRACT This research is trying to analyze how the model of media literation which conducted by KPID DIY as an independent association that responsible upon broadcasting of Indonesia and Yogyakarta’s home Production, this organization is noncommercial association based on voluntary. Both of the associations do the same idea that is promoting media literation to the society. This research using method of qualitative-descriptive. The purposes of this research are to know the model of media literation conducted by KPID DIY and Yogyakarta’s home Production. The kind of the research use the method of qualitativedescriptive with doing observation, interview and documentation as the resource. The result of the research revealed that both of the association have the different ways. KPID DIY use public discussion w ith mass media, discussion group of social media, newspaper and magazine. While, Yogyakarta’s Home Production use model of the book maker, workshop and socialization, and wall magazine and training for trainer for their media literation. Keyword: The Model Literation, KPID DIY, Yogyakarta Home Productions.
1|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
yang diberikan media. Tanpa disadari,
PENDAHULUAN Kehadiran media massa terutama televisi
di
tengah
memberikan
JURNAL KOMUNIKASI
warna
masyarakat
telah
dalam
dunia
pertelevisian Indonesia. Berbagai program
pesan-pesan
yang
diterima
perlahan
mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak memproses pesan yang diterima secara baik.
yang bersifat edukasi hingga hiburan terus
Sikap
aktif
dari
masyarakat,
ditawarkan media kepada masyarakat. Tidak
khususnya remaja dalam memilih program
dapat dihindari lagi, bahwa kehadiran
yang layak untuk ditonton sangat penting.
televisi menjadi salah satu media yang
Keterbukaan masyarakat dalam menerima
digunakan untuk menjadi tolok ukur dalam
semua
berperilaku. Terlebih lagi pada remaja, pada
menunjukkan betapa rendahnya pemahaman
usia yang memasuki usia transisi, remaja
masyarakat akan fungsi media, sehingga hal
akan mencoba hal-hal baru yang ada
ini semakin membuka peluang besar bagi
disekeliling mereka. Salah satu media yang
para
saat ini banyak digunakan adalah televisi.
keuntungan. Dimana, fungsi utama media
Menurut
McLuhan,
menggunakan
media
mementingkan
isi
orang
pesannya
dalam cenderung saja
dan
seringkali orang tidak menyadari bahwa media yang menyampaikan pesan itu juga mempengaruhi kehidupannya (Morrisan, 2012:494). Dalam hal ini, masyarakat akan secara tidak sadar terus menerima pesan
yang
pemilik
massa
sebagai
disuguhkan
media
sarana
oleh
untuk
media
meraup
informasi
dan
digantikan dengan masuknya kepetingan pribadi, seperti bisnis, idiologi hingga pada ranah
politik.
Sehingga,
apa
yang
ditampilkan di televisi hanya sebatas sebagai komoditas yang dikemas dalam bentuk hiburan. Efek media massa terutama televisi tidak hanya menyerang orang dewasa, namun juga remaja. Remaja merupakan 2|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
yang paling rentan untuk terpengaruh oleh
kehidupan sehari-hari, hingga mengajarkan
terpaan media massa. Dalam masa remaja ini
pada paham kebebasan, seksisme, dan
merupakan masa dimana remaja mulai
kekerasan. Seolah-olah pendidikan perilaku
mencari identitas mereka dan salah satu
remaja saat ini diserahkan sepenuhnya
bagian yang berperan dalam kehidupan
kepada program televisi.
mereka adalah televisi. Dapat dilihat, kehadiran berbagai program televisi seperti sinetron, reality show, hingga infotaiment kini telah mengajarkan perilaku yang miskin akan pesan moral dan nilai-nilai edukasi. Hal ini dilihat dari konten yang ditampilkan dalam media massa seperti kekerasan, membully, pornografi, hingga pada perubahan gaya hidup masyarakat terutama remaja. Selain itu, efek dari media massa juga tidak dapat dihindari lagi mampu mengubah pola pikir dan nilai-nilai yang sudah tertanam dalam masyarakat.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Purwadi yang dimuat dalam Jurnal MediaTor, Vol. 6 No. 1 tahun 2005 yang berjudul Potret Penggunaan Media Televisi pada Kalangan Remaja menuju Dewasa Awal di Yogyakarta memperoleh hasil bahwa dilihat dari jumlah waktu menonton menunjukkan sebanyak 48,40% responden menghabiskan waktunya untuk menonton televisi selama 180-239 menit dan 31,33% menghabiskan waktunya antara 120-179 menit sehari. Responden dengan golongan kelas berat sebanyak 11.73%,
Persoalan yang muncul akibat dari
hanya
sebagian
kecil
(8.53%)
yang
keterlibatan media massa dalam kehidupan
menonton 60-119 menit sehari. Jika dilihat
remaja yaitu timbulnya ketergantungan bagi
dari jam menontonnya, data penelitian
remaja akan apa yang ditampilkan oleh
menunjukkan 83.87% responden menonton
konten yang ada di televisi antara lain:
televisi antara pukul 17.00-22.30,
timbulnya
kesenjangan
pergaulan,
kurangnya
hanya
sosial
dalam
sebagian kecil yang menonton di atas pukul
disiplin
dalam
22.30. Dengan melihat dari aspek yang 3|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
ditonton menunjukkan khusunya dalam
seperti
mennton film dalam hal ini termasuk
dianggap biasa di era modern seperti
sinetron, telenovela, dan sejenisnya yang
sekarang. Kedua, penyimpangan perilaku
mengandung unsur seks sebanyak 72%
dari 750 responden menunjukkan 0,94% saja
responden memiliki frekuensi menonton
yang perilakunya tidak menyimpang sama
adegan seks tergolong tinggi (sering).
sekali. 74,93% tergolong agak menyimpang
Sementara,
dan
4,13%
tergolong
frekuensi
ciuman
24,13%
(kissing)
tergolong
karena
telah
menyimpang.
sangat tinggi (sangat sering) meonton hal-
Menyimpang dalam hal ini yaitu antara lain
hal yang mengandung unsur seks. Hanya
melakukan kissing disertai meraba-raba
sebagian
yang
bagian sensual, berhubungan intim sebelum
mengatakan jarang menonton hal-hal yang
menikah, (pernah) mengambil milik orang
mengandung unsur seks.
lain, berkata kasar, melawan orangtua dan
kecil
Jika
(23,87%)
dilihat
berdasarkan
lebih
saja
jauh,
penelitian
masih
Purwadi.
Penggunaan media televisi juga memiliki dampak
yaitu:
penyimpangan 16,27%
nilai
responden
pertama, dimana
terhadap sebanyak
benar-benar
telah
menyimpang sikapnya terhadap nilai-nilai yang berlaku baik menurut agama maupun masyarakat. Sebanyak 83,37% responden dikategorikan menunjukkan kecenderungan sikap agak menyimpang dari nilai-nilai yang berlaku.
Hal
ini
didasarkan
karena
guru, berhubungan intim dengan pacar atau orang
lain
dengan
imbalan
uang,
mengkonsumsi minuman keras, minum obatan terlarang dan berjudi. Ketiga, gaya hidup konsumtif dimana 47,60% responden tergolong kelompok yang memiliki gaya hidup
konsumtif,
responden
sedangkan
tergolong
52,40%
kelompok
agak
konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup yang dilakukan dikalangan responden yang ditunjukkan dari mengonsumsi barangbarang yang digunakan atau makanan seperti
responden cenderung menyetujui hal-hal 4|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
pakaian,
aksesoris,
kendaraan
yang
mengikuti trend mode tertentu.
untuk
menyebarkan
ide,
pemikiran dan doktrin yang baru, bahkan pada tataran yang ekstrem media dapat melahirkan
revolusi
dan
sedangkan pada hasil pengujian hipotesis kedua yaitu faktor pendidikan, gaya hidup
Menurut Greg Phillo, media dapat digunakan
JURNAL KOMUNIKASI
sekaligus
konsumtif,
lingkungan
keluarga,
dan
ketaatan beragama menentukan besarnya pengaruh penggunaan televisi terhadap penyimpangan nilai dan perilaku yang signifikan.
menimbulkan imperialisme modern seperti:
Yogyakarta dengan tingkat pelajar
perubahan sistem demokrasi, budaya dan
yang
gaya hidup bahkan cara berpikir dengan
kesadaran lebih terhadap penggunaan media
konsep dan perspektif yang mendukung
yang bijak. Berdasarkan penelitian tersebut
ideologi dominan dari kelompok dominan
juga memperlihakan bagaimana remaja
(Mulyana dkk, 2011: 243).
khususnya belum sepenuhnya menyadari
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Purwadi yang dimuat dalam Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 1 tahun 2005 yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Televisi terhdap Penyimpangan Nilai dan Perilaku Remaja (Kekerasan, Seks dan Konsumtif)
di
Kota
menghasilkan bahwa
Yogyakarta
hipotesis pertama
penggunaan media mengakibatkan remaja di Yogyakarta
cenderung
lebih
tinggi
maka
diperlukan
sebuah
akan pentingnya literasi media, terlebih lagi perkembangan media saat ini begitu cepat akan mendukung cepat terpengaruhnya remaja terhadap tayangan media yang negatif. Disamping itu, Yogyakarta dengan luas wilayah yang tidak begitu luas dengan jumlah penduduk yang padat juga menjadi pendorong penggunaan media televisi yang semakin tinggi.
permasif,
Kehadiran media massa ditengah
berani dan tidak sungkan dalam melakukan
remaja tentunya secara tidak langsung ikut
hal yang dianggap tabu di dalam masyarakat
membentuk
sebagian
dari
kepribadian 5|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
mereka.
Semakin
sering
remaja
undang
JURNAL KOMUNIKASI
No.32
Tahun
2002
tentang
menyaksikan tayangan yang ada di televisi,
Penyiaran dengan tujuan mengatur segala
maka hal ini menjadi awal remaja dalam
hal mengenai penyiaran Indonesia. Salah
proses
kontrol
satu tanggungjawab dari Komisi Penyiaran
terhadap isi siaran yang ada, mendorong
Indonesia Pusat (KPIP) maupun Komisi
remaja semakin aktif dalam meniru apa yang
Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) adalah
mereka lihat dalam tayangan televisi.
bidang pengawasan isi siaran. Dimana,
peniruan.
Kurangnya
Berawal dari kerihatinan terhadap dampak negatif yang ditimbulkan
oleh
media massa, utamanya pada remaja, maka muncullah inisiatif dari berbagai pihak untuk melakukan gerakan literasi media. Literasi media menuntut masyarakat untuk sadar dan cerdas
dalam
menggunakan
media.
Masyarakat diarahkan untuk kritis terhadap konten-konten
yang
dihadirkan
pada
program televisi, dapat memilah program-
berkaitan dengan bagaimana menciptakan tayangan yang berkualitas. Literasi media merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh KPID dalam memberikan kesadaran kepada remaja dalam cerdas memilih tayangan yang sesuai untuk ditonton. Berdasarkan Undang-undang tersebut baik KPIP maupun KPID memiliki tanggung jawab
utama
mengawasi
dalam
berbagai
memfilter
dan
tayangan-tayangan
yang ada di media massa salah satunya
program yang baik dan buruk.
televisi agar mampu menayangkan programKomisi Penyiaran Indonesia (KPI) program yang baik untuk dikonsumsi oleh muncul sebagai lembaga Negara yang masyarakat. independen
yang
berfungsi
sebagai
pengawas dalam menindaklanjuti programprogram yang melanggar Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Dimana berdasarkan Undang-
Berbicara mengenai literasi media memang
tidak
hanya
menjadi
tanggungjawab dari KPID DIY saja, namun juga menjadi tanggungjawab dari berbagai 6|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
pihak salah satunya adalah Rumah Sinema
pendididkan. Penelitian pada siswa SMP
Yogyakarta. Peneliti memilih
Rumah
Madani yang menjadi informan menemukan
Sinema
subjek
bahwa siswa sudah cukup kritis dalam
penelitian karena merupakan lembaga non
memahami isi media. Namun disisi lain,
komersial yang berbasis sukarelawan dan
berdasarkan hasil temuan peneliti pengaruh
telah melakukan gerakan literasi media
buruk dari televisi masih terlihat pada siswa
keberbagai lapisan msyarakat khusunya
dimana siswa masih akrab dengan kekerasan,
remaja. Selain itu juga Rumah Sinema
pergaulan bebas, konsumerisme, malas
Yogyakarta telah melakukan literasi media
belajar, kurangnya etika dalam hubungan
cukup lama dan memiliki pengaruh terhadap
dengan orang lain terutama orang tua dan
perkembanagan literasi media di Yogyakarta.
gangguan saraf.
Yogyakarta
sebagai
Dalam penelitian ini, selain peneliti merujuk
pada
hasil
penelitian
yang
Adapun penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Latifah yang
dilakukan Purwadi, peneliti juga merujuk
dirangkum
hasil penelitian berupa artikel jurnal dari
Komunikasi, Vol. 2, No. 4 tahun 2014
Israwati Suryadi, dengan judul penelitian
dengan judul Analisis Literasi Media
“Kajian
Tayangan
Televisi dalam Keluarga (Studi Kasus
Televisi dan Pendidikan Literasi Media Pada
Pendampingan Anak Menonton Televisi di
Remaja (Studi Di SMP Madani, Kota Palu)”
Kelurahan
yang dimuat pada Jurnal Academica Fisip
Samarinda). Pada penelitian ditemukan
Untad Vol. 05 No. 01 Februari 2013. Pada
bahwa bentuk literasi media keluarga
penelitian ini, literasi media menjadi bagian
terhadap anak menggunakan dua cara, yaitu:
yang penting untuk terus dikembangkan baik
pembatasan jam menonton dan pemilihan isi
melalui pelatihan, sosialisasi dan sebuah
tayangan serta menggunakan diskusi dan
kurikulum yang dapat diterapkan pada dunia
bertukar pikiran ketika menonton televisi.
Perilaku
Menonton
dalam
Sempaja
eJournal
Selatan
Ilmu
Kota
7|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
Dari
hasil
penelitian
ini,
peneliti
JURNAL KOMUNIKASI
PEMBAHASAN
mendapatkan bahwa tingkat literasi media
Dalam melakukan program literasi
pada keluarga belum sepenuhnya berjalan
media KPID DIY membuat dua model
baik, hal ini dikarenakan pengetahuan dan
yang berbeda yaitu model diskusi
keterampilan masih berada pada tahap
publik. Diskusi publik ini dilakukan
klasifikasi jenis, kategori, fungsi, dan
dengan cara mengundang tamu atau
pengaruh media televisi.
peserta dari berbagai kampus, sekolah-
Dari
kedua
penelitian
di
atas,
kesamaan antara penelitian Israwati dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu: pertama, sama-sama menggunakan metode kualitatif dalam penelitian. Kedua, samasama berfokus pada literasi media. Ketiga,
sekolah, guru, dosen, masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarkat (LSM), lembaga penyiaran dan sebagainya. Diskusi publik ini pun dilaksanakan dengan mengandalkan media karena jangkauan dari media yang begitu luas sehingga dapat membantu penyebaran
sama-sama fokus objek kepada remaja.
informasi mengenai literasi media Adapun
penelitian
ini
lebih dengan cepat.
memfokuskan pada peran literasi media bagi Diskusi pendidikan
untuk
remaja.
publik
yang
Sedangkan dilakukan oleh KPID DIY ini juga
peneliti lebih fokus kepada bagaimana berupa
talkshow
yang
dilakukan
model literasi media yang dilakukan oleh melalui media massa seperti televisi KPID Yogyakarta dan Rumah Sinema dan radio RB FM. Diskusi publik yang Yogyakarta
kepada
remaja
dengan dilakukan adalah sebanyak 27 kali
menggunakan metode penelitian deskriptif dalam setahun dengan penjabaran 9 kulitatif. kali diskusi publik di televisi, 9 kali diskusi publik di radio, dan 9 kali
8|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
diskusi publik dengan mengundang
cetak seperti Kedaulatan Rakyat (KR),
dari beberapa elemen masyarakat. Di
koran Bernas, dan Harian Jogja.
samping itu, metode pemilihan literasi
Setelah melakukan berbagai
media yang dilakukan oleh KPID DIY
bentuk model literasi oleh KPID DIY
adalah melalui seminar-seminar kecil
untuk mengukur seberapa jauh tingkat
yang
bentuk
kepemahaman dari masyarakat, maka
misalkan
KPID DIY membuka pengaduan baik
dilakukan
pemberian
dalam
pembekalan
dengan peserta magang.
melalui media online dan secara
Selain diskusi publik, KPID
langsung
menggunakan
kuesioner.
DIY juga melakukan literasi media
Pemahaman ini juga dinilai KPID
dengan cara membentuk grup diskusi
tidak hanya dapat dilihat dari itu saja
di Whatsapp (WA). Dalam grup
namun dapat juga dilihat melalui
diskusi ini mengundang beberapa
praktik dari anak-anak dan remaja,
orang ternama dan mahasiswa maupun
dimana
akademisi untuk berdiskusi terkait
mengakses informasi yang positif
dengan perkembangan media saat ini
maupun negatif. Jadi, model literasi
dan
yang dilakukan oleh KPID DIY ini
juga
bagaimana
media
bagaimana
dapat
berlebihan. Tidak hanya itu, KPID
pemberian
DIY juga, karena keterbatasan dana
pengetahuan agar remaja khususnya
dan SDM maka KPID DIY harus
dan masyarakat secara luas mengkritisi
mencoba
konten media yang kontennya tidak
kreatif
untuk
menyebarluaskan informasi mengenai literasi media ini yaitu salah satunya dengan menulis di beberapa media
hanya
dapat
memekspose berbagai konten yang
cara-cara
dikatakan
mereka
sebatas
pemahaman
dan
sesuai dengan Undang-undang. Sedangkan
dalam melakukan
program literasi media Rumah Sinema 9|Page
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
membuat tiga model literasi media
selain
yaitu pembuatan buku, workshop atau
kesadaran para remaja akan isi media
penyuluhan, dan mading (majalah
yang
dinding). Tujuan akhir dari literasi
memperkenalkan
yang dilakukan oleh Rumah Sinema
remaja media tradisional. Adapun isu-
adalah
pemahaman
isu yang diangkat dalam adalah isu-isu
masyarakat akan terpaan media massa.
yang dianggap mampu mempengaruhi
Rumah
perilaku
membangun
Sinema
juga
melakukan
menumbuhkan
kurang
kembali
mendidik kembali
remaja
juga kepada
seperti
yang
workshop atau peyuluhan ke sekolah
ditampilkan pada sinetron maupun
sekolah baik SMP ataupun SMA
infotaiment.
diantaranya
SMP
Budi
Mulya
Yogyakarta, SMA Budiya Wacana, SMA Negeri Depok Sleman. Selain itu Rumah Sinema juga bekerjasama dengan
Ikatan
Mahasiswa
Ilmu
Komunikasi Indonesia (IMIKI). Model literasi media dengan
Tidak
hanya
melakukan
workhshop saja, Rumah Sinema juga melakukan Training for Trainer (ToT) kepada
Ikatan
Komunikasi
Mahasiswa
Indonesia
Ilmu
(IMIKI).
Melalui ToT ini Rumah Sinema membagi
pengetahuan mereka
dan
menggunakan cara kreatif juga pernah
pengalaman
ditempuh oleh Rumah Sinema ketika
mahasiswa yang tergabung dalam
melakukan literasi media di SMA
IMIKI. ToT bertujuan agar mahasiswa
seperti pembuatan mading (majalah
ini nantinya dapat mentransfer ilmu
dinding) dengan mengajarkan kepada
yang didapatkan dari Rumah Sinema
remaja membuat puisi, poster, dan
untuk
membuat pesan-pesan profokasi yang
masyarakat
baik. Melalui cara ini Rumah Sinema
media sehingga Rumah Sinema tidak
digunakan dalam
kepada
kembali rangka
di
literasi
10 | P a g e
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
hanya berhenti pada penyuluhan ke
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia
sekolah-sekolah namun kepada para
(IMIKI).
mahasiswa
sebagai
perpanjangan
tangan.
Segala bentuk kegiatan yang dilakukan KPID DIY dan Rumah Sinema merupakan kegiatan
yang
bertujuan
membangun
KESIMPULAN pemahaman masyarakat terhadap gerakan Berdasarkan dari temuan data yang literasi media itu sendiri. Remaja menjadi diperoleh peneliti kemudian melakukan fokus kegiatan yang dilakukan oleh kedua analisis, maka peneliti dapat menyimpulkan lembaga ini tidak lain karena remaja bahwa model literasi media bagi remaja memiliki tingkat pengaruh yang sangat yang dilakukan oleh kedua lembaga ini tinggi untuk memperoleh dampak dari memiliki tingkat keaktifan yang berbeda. literasi media. Maka KPID DIY dan Rumah KPID DIY cenderung masih pasif dalam Sinema Yogyakarta mencoba berbagai melakukan kegiatan literasi kepada remaja bentuk model literasi media sebagai jalan diamana KPID DIY melakukan gerakan untuk
mewujudkan
tujuan
mencapai
literasi media dengan cara mengundang masyarakat yang kritis dan literate. beberapa elemen masyarakat tidak secara Dalam menjalankan tugasnya, kedua langsung terjun ke target literasi media lembaga ini memmiliki perbedaan baik dari yaitu remaja melalui model literasi yaitu segi cara mereka melakukan pendekatan diskusi publik, talkshow, grup diskusi, dan kepada audience dan model literasi yang tulisan di media cetak. Sedangkan Rumah mereka lakukan. Keberlanjutan program Sinema Yogyakarta cukup aktif dalam dari KPID DIY dan Rumah Sinema melakukan
literasi
media
dengan Yogyakarta juga tidak sama. KPID DIY
menghadiri beberapa acara yang terkait belum
memiliki
keberlanjutan
yang
dengan literasi media dan memiliki bentuk tersetruktur sedangkan Rumah Sinema kerjasama
yang
aktif
dengan
Ikatan 11 | P a g e
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
Yogyakarta telah memiliki keberlanjutan
Machfoedz, Ircham (2010). Metodologi
yang di dukung oleh IMIKI.
Penelitian
Kuantitatif
Yogyakarta: DAFTAR PUSTAKA
dan
Kualitatif.
Fitramaya.
Nurudin (2004). Komunikasi Massa. Malang. Cespur.
Buku Ardianto, Elvinaro. (2007). Komunikasi
Rahardjo (2013). Memahami Literasi Media
Massa Suatu Pengantar. Bandung:
(Perspektif Teoritis) dalam Literasi Media
Simbosa Rekatama Media.
& Kearifan Lokal: Konsep dan Apikasi (2013). Yogyakarta: Buku Litera.
Badjuri, Adi (2010). Jurnalistik Televisi. Salim, Agus (2006). Teori & Paradigma
Yogyakarta: Graha Ilmu. Baran,
J.
Stanley
(2011).
Pengantar
Komunikasi Massa Literasi Media dan
Penelitian
Sosial.
Yogyakarta.
Tiara
Wacana. Sugiyono (2015). Memahami Penelitian Budaya.
Jakarta:
Salemba
Sutisno (1993). Pedoman Praktis Penulisan
Humaniaka. Bungin,
Burhan
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
(2013).
Sosiologi
Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta. Kencana. Kuswandi, Wawan (1996). Komunikasi Komunikasi Massa Sebuah Analisis
Skenario Televisi dan Video. Jakarta. Grasindo. Effendi, Onong Uchjana (1998). Pengantar Ilmu
Komunikasi:
Praktek.
Bandung:
Teori
dan
Remaja
Rosdakarya. Media Televisi. Jakarta: Rhineka Cipta. 12 | P a g e
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
Potter, W. James (2004). Theory of Media Literacy: Cognitive Approach. London: Sage Publications.
JURNAL KOMUNIKASI
Ilmu Komunikasi, Vol.2 No. 4
tahun
2014. Purwadi, Redatin. Pengaruh Penggunaan
Potter, W. James (2008). Theory of Media Literacy (4th ed.). Thousand Oaks: Sage Publications.
Media Televisi terhdap Penyimpangan Nilai
dan
Perilaku
Remaja
(Kekerasan, Seks dan Konsumtif) di Kota
Tamburaka, Apriadi (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yogyakarta.
Media & Kearifan Lokal Konsep dan
Jurnal
Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 1 tahun 2005. Purwadi,
Rahardjo, Turnomo dkk (2013). Literasi
Dalam
Redatin.
Media
Potret
Televisi
Penggunaan
pada
Kalangan
Remaja menuju Dewasa Awal di Yogyakarta. Dalam Jurnal MediaTor,
Aplikasi. Buku Litera.
Vol. 6 No. 1 tahun 2005. TIM Peneliti PKMBP (2013). Model-model Gerakan
Literasi
Media
dan
Pemantauan Media di Indonesia. Pusat Kajian Media dan Budaya
Suryadi,
Israwati.
Kajian
Perilaku
Menonton
Tayangan
Televisi
dan
Pendidikan
Literasi Media Pada Remaja
(Studi Di SMP Madani, Kota Palu) dalam
Populer dan Yayasan Tifa.
Jurnal
Academica
Fisip
Untad.
Jurnal Vol.05 No. 01 Pebruari 2013. Latifah. Analisis Literasi Media Televisi Dalam
Keluaarga
(Studi
Kasus
Pendampingan Anak Menonton Televisi di Kelurahan Sempaja Selatan Kota Samarinda). Dalam eJurnal
13 | P a g e
Model Literasi Media Bagi Remaja Oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPID DIY) dan Rumah Sinema Yogyakarta
JURNAL KOMUNIKASI
14 | P a g e