Model Interaksi Intraseluler antara Infeksi HIV dan Sistem Imun dengan Koefisien Tundaan Yelli Ramalisa Jurusan PMIPA Universitas Jambi ABSTRAK
Virus merupakan salah contoh organisme yang sering mengganggu pertumbuhan sel. Akhir-akhir ini keberadaan virus dirasa sangat mengganggu kehidupan manusia seperti halnya kasus HIV. Dari kasus tersebut dirasa perlu untuk mempelajari infeksi HIV pada sel. Tujuan dari tulisan ini adalah mengkontruksi model interaksi infeksi virus dan sistem imun dengan tundaan, dan kemudian menganalisis kestabilan titik ekuilibrium dari model tersebut. Analisis kestabilan titik ekuilibrium dari model tersebut dilakukan dengan melihat kestabilan linearisasi disekitar titik ekuilibrium tersebut. Dari model tersebut diperoleh dua titik ekuilibrium yaitu titik ekuilibrium non infeksi dan titik ekuilibrium infeksi. Titik ekuilibrium non infeksi untuk model dengan tundaan stabil asimtotik jika ๐3 < 1, dan tidak stabil jika ๐3 > 1. Titik ekuilibium infeksi dengan tundaan ada jika ๐3 > 1 dan stabil asimtotik asalkan parameter-parameternya memenuhi beberapa kriteria. Kata kunci: Sistem, delay(tundaan), infeksi HIV, sistem imun, titik ekuilibrium I. Pendahuluan Model matematika adalah sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang mengungkapkan perilaku suatu permasalahan yang nyata. Model matematika dibuat berdasarkan asumsiasumsi. Banyak permasalahan yang timbul dari berbagai bidang ilmu misalnya bidang fisika, kimia, biologi, dan lain-lain yang dapat dibuat model matematikanya. Model matematika yang telah dibentuk akan dilakukan analisa, agar model yang dibuat representatif terhadap permasalahan yang dibahas. Pada penelitian sebelumnya telah dibentuk model interaksi antara infeksi virus, CD4+ T-sel, dan CTL dengan tidak mempertimbangkan adanya tundaan waktu diskrit intra eluler antar infeksi awal CD4+ T-sel sampai terbentuknya virus baru. Sebuah model untuk interaksi antara sistem imun manusia dan HIV telah dikembangkan oleh Perelson, dan kemudian dia dan kawan-kawannya telah mengembangkannya dengan mempelajari perilaku model matematisnya. Waktu tundaan diskrit dan kontinu telah dimasukkan ke dalam model biologi dalam beberapa tulisan. Menurut Perelson, dkk., terdapat dua tipe tundaan a. tundaan pharmacological : tundaan yang terjadi antara menelan obat dan reaksinya di dalam sel,
b.
tundaan intraseluler : tundaan yang terjadi antara infeksi sel inang dari sel inang dan perkembangan partikel virus. Dalam karya Grossman dkk. (1999) sebuah model diusulkan dengan memperkenalkan tundaan dalam proses kematian sel, dengan asumsi bahwa produksi sel yang terinfeksi berhenti karena proses orde pertama. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah studi analisis rinci dari suatu model matematis interaksi antara infeksi virus, CD4+ T-sel, dan CTL yang menggabungkan tundaan waktu diskrit intraseluler antara infeksi awal CD4+ T-sel sampai terbentuknya virus baru. Secara khusus akan dibahas eksistensi dan stabilitas titik ekuilibrium yang terinfeksi dalam sistem.
II. TINJAUAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial pembahasan yang akan dibahas adalah model interaksi intraseluler antara infeksi HIV dan sistem imun dimana model ini berbentuk sistem persamaan diferensial nonlinear. Untuk sistem persamaan diferensial nonlinear, kestabilan titik ekuilibriumnya dapat dilihat dari kestabilan sistem linearisasinya jika titik ekuilibrium tersebut merupakan titik ekuilibrium hiperbolik. Berikut ini akan diberikan definisi
44
Pelinearan suatu sistem persamaan diferensial nonlinear. Diberikan sistem persamaan differensial ๏ท
x1 ๏ฝ f1 ( x1 , x 2 ,...., x n ) ๏ท
x 2 ๏ฝ f 2 ( x1 , x 2 ,...., x n ) (2.1) : ๏ท
x n ๏ฝ f n ( x1 , x 2 ,...., x n ) dengan f i : E ๏ R n ๏ฎ R , i ๏ฝ 1, 2, ...., n
( x1 , x2 ,...., xn ) ๏ E ๏ R dan kemudian diberikan kondisi awal Sistem (2.1) yaitu xi(t0) = xi0, i = 1, 2, 3, โฆn. Sistem (2.1) dapat ditulis sebagai berikut: ๐ = ๐(๐) n
(2.2) dengan ๐ = ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ โ ๐ธ โ ๐
๐ , ๐ = ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐ dan kondisi awal ๐ ๐ก0 = ๐0 = ๐ฅ10 , ๐ฅ20 , โฆ , ๐ฅ๐0 โ ๐ธ. Selanjutnya notasi ๐ ๐ก = ๐ ๐๐ , ๐ก menyatakan solusi Sistem (2.2) pada saat t yang melalui xo . Definisi 2.1 (Kocak, 1991) Diberikan fungsi ๐ = ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐ pada sistem (2.2) dengan ๐๐ โ ๐ถ โฒ ๐ธ , ๐ = 1, 2, โฆ ๐, matriks ๐ฝ ๐ ๐ = ๐๐1 (๐ฅ) ๐ ๐ฅ1 ๐๐2 (๐ฅ) ๐ ๐ฅ1
๐๐1 (๐ฅ) ๐ ๐ฅ2 ๐๐2 (๐ฅ) ๐ ๐ฅ2
โฎ
โฎ
๐๐๐ (๐ฅ) ๐ ๐ฅ1
๐๐๐ (๐ฅ) ๐ ๐ฅ2
โฆ โฆ โฎ โฆ
๐๐1 (๐ฅ) ๐ ๐ฅ๐ ๐๐2 (๐ฅ) ๐ ๐ฅ๐
โฎ ๐๐๐ (๐ฅ) ๐ ๐ฅ๐
(2.9) dinamakan matriks Jacobian dari f di titik x. Definisi 2.2 (Perko, 1991) Diberikan matriks jacobian๐ฝ ๐ ๐ pada Persamaan (2.9). Sistem linear ๐ = ๐ฝ ๐ ๐โ (2.10) disebutlinearisasi Sistem (2.2) disekitar x*. Dengan menggunakan matriks โ Jacobian ๐ฝ ๐ ๐ sifat kestabilan titik ekuilibrium x* dapat diketahui asalkan titik tersebut hiperbolik. Berikut diberikan definisi titik ekuilibrium hiperbolik. Definisi 2.3 (Perko,1991) Titik ekuilibrium x* disebut titik ekuilibrium hiperbolik Sistem (2.2) jika tidak ada nilai eigen dari ๐ฝ ๐ ๐โ yang mempunyai bagian real nol. Berikut ini diberikan teorema tentang sifat kestabilan lokal dari Sistem (2.2) yang ditinjau dari nilai eigen matrik jacobian ๐ฝ ๐ ๐โ .
Teorema 2.4 (Olsder, 1994) Diberikan matrik jacobian ๐ฝ ๐ ๐โ dari Sistem (2.2) dengan nilai eigen ๏ฌ . Jika semua bagian real nilai eigen 1. matriks ๐ฝ ๐ ๐โ berharga negatif, maka titik ekuilibrium x*dari Sistem (2.2) stabil asimtotik lokal. 2. Jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen matrik ๐ฝ ๐ ๐โ yang bagian realnya positif, maka titik ekuilibrium x* dari Sistem (2.2) tidak stabil. Berdasarkan Teorema 2.4, bahwa untuk menguji sifat kestabilan titik ekuilibrium diperlukan perhitungan untuk menentukan nilai-nilai eigen dari matriks jacobian di titik ekuilibrium. Karena kestabilan titik ekuilibrium dapat ditentukan dengan melihat bagian real dari nilai eigen, oleh karena itu dapat digunakan Kriteria Routh Hurwizt. Akibat 2.5 Diberikan polinomial๐ ๐ง = ๐0 ๐ง ๐ + ๐1 ๐ง ๐โ1 + ๐2 ๐ง ๐โ2 + โฏ + ๐๐ b i. Jika n = 2, ๐1 > 0 dan ๐2 > 0, maka pembuat nol dari polinomial di atas memiliki bagian real yang negatif. ii. Jika untuk n = 3, ๐1 > 0, ๐3 > 0 dan ๐1 ๐2 > ๐3 , maka pembuat nol dari polinomial di atas memiliki bagian real yang negatif iii. Jika untuk n = 4 ๐1 > 0, ๐3 > 0, ๐4 > 0 dan ๐1 ๐2 ๐3 > ๐3 2 + ๐1 2 ๐4 , maka pembuat nol dari polinomial di atas memiliki bagian real yang negatif. Dalam pembahasan dibahas model persamaan diferensial dengan tundaan, maka berikut ini diberikan penjelasan tentang sistem diferensial nonlinear tundaan. Diberikan Sistem Persamaan Diferensial Nonlinear Tundaan ๐ = ๐(๐(๐ก โ ๐)) (2.17) dengan ๐ = ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ โ ๐ธ โ ๐
๐ , ๐ = โ1 , โ2 , โฆ , โ๐๐ dan kondisi awal ๐ ๐ก0 = ๐0 = ๐ฅ10 , ๐ฅ20 , โฆ , ๐ฅ๐0 โ ๐ธ, dengan ๐โ adalah titik ekuilibrium Sistem (2.17) dan ๐ adalah koefisien tundaan, maka linearisasi Sistem (2.17) disekitar ๐โ adalah ๐ = ๐ฝ ๐ ๐โ ๐. (2.18) Selanjutnya dapat dibentuk persamaan karakteristik dari ๐ฝ ๐ ๐โ yaitu โ ๐, ๐ = det ๐ฝ ๐ ๐โ โ ๐๐ผ = 0 Berikut ini diberikan teorema yang berkenaan dengan sistem persamaan differensial tundaan.
45
Teorema 2.6 (Kar, 2003) Diberikan Sistem (2.17), titik ekuilibrium x* dari Sistem (2.17) stabil asimtotik untuk semua ๏ด ๏ณ 0 , jika dan hanya jika: 1. Bagian real pada semua akar persamaan karakteristik ๏(๏ฌ ,0) ๏ฝ 0 adalah negatif. Untuk semua dan ๏ท 2. ๏ด ๏ณ 0, ๏(i๏ท,๏ด ) ๏น 0 dengan
i ๏ฝ ๏ญ1 . III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan studi literatur dengan menganalisa model infeksi HIV dengan tundaan secara kualitatif berdasarkan referensi yang terkait. Penelitian dimulai dengan mempelajari jurnal-jurnal dan buku-buku yang berhubungan dengan infeksi HIV, membuat asumsi-asumsi, mendefinisikan parameter yang digunakan pada model seperti laju produksi Sel T CD4+, laju kematian Sel T CD4+ akibat infeksi virus HIV, laju kematian alami Sel T CD4+, laju produksi virus HIV, laju kematian alami virus HIV, laju kematian virus HIV akibat CTL, laju dorongan terbentuknya CTL akibat infeksi virus, laju kematian alami CTL. Setelah itu dibuat diagram transfer model infeksi HIV dan berdasarkan diagram transfer tersebut dibentuk model matematika infeksi HIV tanpa koefisien tundaan. Selanjutnya menentukan titik-titik ekuilibrium model tersebut dengan menggunakan definisi titik ekuilibrium suatu sistem persamaan diferensial. Setelah menentukan titik-titik ekuilibium model tersebut, langkah selanjutnya adalah menyelidiki kestabilan titik-titik ekuilibrium model tersebut. Untuk menyelidiki kestabilan dilakukan linearisasi pada sistem dengan menggunakan matriks Jacobian di titik ekuilibrium. Sifat kestabilan titik ekuilibrium dapat dilihat dari linearisasi asalkan titik tersebut merupakan titik hiperbolik. Selanjutnya menentukan nilai eigen dari matriks Jacobian tersebut dengan menggunakan definisi polinomial karakteristik suatu matriks. Salah satu alternatif menentukan nilai eigen dari polinomial karakteristik suatu matriks digunakan juga Kriteria Routh Hurwizt. Selanjutnya dengan menambahkan asumsi adanya waktu tundaan antara infeksi awal sel CD4+ sampai terbentuknya virus baru pada model sebelumnya maka dapat dibentuk model matematika infeksi HIV dengan koefisien tundaan. Kemudian akan ditentukan titik-titik ekuilibrium dari model infeksi dengan koefisien tundaan.
Langkah selanjutnya adalah menyelidiki kestabilan titik-titik ekuilibrium model tundaan tersebut. Untuk menyelidiki kestabilan dilakukan linearisasi pada sistem dengan menetukan matriks Jacobian di titik ekuilibrium. Sifat kestabilan titik ekuilibrium dapat dilihat dari linearisasi asalkan titik tersebut merupakan titik hiperbolik. Selanjutnya menentukan nilai eigen dari matriks Jacobian tersebut dengan menggunakan definisi polinomial karakteristik suatu matriks. Kemudian dicari waktu tundaan kritis. Selanjutnya ditentukan tundaan kritis terjadinya Bifurkasi Hopf. Langkah terakhir yang dilakukan pada pembahasan adalah melakukan simulasi numerik dari model dengan menggunakan parameter-parameter berdasarkan jurnal acuan. Simulasi numerik diselesaikan dengan menggunakan program Matlab. IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Model Interaksi Intraseluler antara Infeksi HIV dan Sistem Imun dengan Koefisien Tundaan Ada beberapa asumsi-asumsi yang digunakan dalam pembentukan model sebelumnya yaitu model tanpa koefisin tundaan, yaitu: 1. Densitas populasi Sel T CD4+, virus, dan CTL tidak konstan. 2. Perkembangbiakan Sel T CD4+ tergantung pada laju produksi Sel T CD4+ dan laju kematian Sel TCD4+ akibat infeksi virus dan laju kematian alaminnya. 3. Perkembangbiakan virus tergantung pada keberhasilannya memangsa Sel T CD4+ dan dihalangi oleh perlawanan dari CTL. 4. Perkembangbiakan CTL tergantung pada dorongan dari infeksi virus dan kematian alami CTL. 5. Kematian secara alami terjadi pada Sel T CD4+, virus, dan CTL. Parameter yang dipakai dalam pembentukan model adalah ฮด1 menyatakan laju produksi Sel T CD4+, ฮด2 menyatakan laju kematian Sel T CD4+ akibat infeksi virus, ฮด3 menyatakan laju kematian alami Sel T CD4+, ฮด4 menyatakan laju produksi virus, ฮด5 menyatakan laju kematian alami virus, ฮด6 menyatakan laju kematian virus akibat CTL, ฮด7 menyatakan laju dorongan terbentuknya CTL akibat infeksi virus, ฮด8 menyatakan laju kematian alami CTL, dengan ฮด1, ฮด2, ฮด3, ฮด4, ฮด5, ฮด6, ฮด7, ฮด8 semuanya positif.
46
Berikut ini adalah simbol yang digunakan dalam pembentukan model yaitu: T menyatakan densitas populasi dari Sel T CD4+ pada saat t, V menyatakan densitas populasi dari HIV yang menginfeksi sel pada saat t, C menyatakan densitas populasi CTL pada saat t, R ๏ฝ ๏ป(T , V , C ) T ๏ณ 0, V ๏ณ 0, C ๏ณ 0๏ฝ. Selanjutnya berdasarkan asumsiasumsi telah dibentuk model matematisnya sebagai berikut: dT ๏ฝ ๏ค1 ๏ญ ๏ค 2VT ๏ญ ๏ค 3T dt dV dt
๏ฝ ๏ค 4VT ๏ญ ๏ค 5V ๏ญ ๏ค 6VC
(4.1) dC
๏ฝ ๏ค 7V ๏ญ ๏ค 8C dt Kemudian akan dikenalkan parameter baru sebagai berikut: a1 ๏ฝ ๏ค 3 ,
a2 ๏ฝ ๏ค 5 ,
๏ค๏ค a3 ๏ฝ 1 4 , ๏ค 3๏ค 5
๏ค3 T, ๏ค1
y๏ฝ
๏ค2 V, ๏ค3
dx ๏ฝ a1 ๏จ1 ๏ญ xy ๏ญ x ๏ฉ dt dy ๏ฝ a 2 (a3 x1 y1 ๏ญ y ) ๏ญ a 4 yz dt (4.3) Bentuk ๐2 ๐3 ๐ฅ1 ๐ฆ1 memberikan gambaran dz ๏ฝ a5 ( y ๏ญwaktu z ). tertentu antara infeksi keterlambatan dt
awal terhadap sel T CD4+ dan produksi dari partikel virus baru. Persamaan y menggambarkan perubahan dinamika variabel y pada waktu t dan tergantung pada waktu ๐ก โ ๐. Selanjutnya akan diselidiki stabilitas titik ekuilibrium dengan melihat nilai eigen dari matrik Jacobian fungsi K di titik ekuilibrium. Matrik Jacobian fungsi K di titik ekuilibrium ๐ฅ , ๐ฆ, ๐ง adalah ๏ฉ๏ญ a1 ( y ๏ซ 1) a1 x 0 ๏น ๏ช ๏บ J K ( x, y, z ) ๏ฝ ๏ช a 2 a3 ye ๏ญ๏ฌ๏ด a 2 (a3 xe ๏ญ๏ฌ๏ด ๏ญ 1) ๏ญ a 4 z ๏ญ a 4 y ๏บ ๏ช 0 a5 ๏ญ a5 ๏บ๏ป ๏ซ
๏จ
๏ค๏ค๏ค a 4 ๏ฝ 3 6 7 , a5 ๏ฝ ๏ค 8 ๏ค 2๏ค 8
dengan parameter a3 menyatakan rasio reproduksi dasar virus dan a4 menyatakan laju virus mati akibat respon imun, dan didefinisikan variabel baru, yaitu:
x๏ฝ
Kemudian akan diperoleh sistem baru sebagai berikut:
z๏ฝ
๏ค 2๏ค 8 C. ๏ค 3๏ค 7
Dengan mensubstitusikan parameter baru dan variabel baru tersebut ke Persamaan (4.1) maka diperoleh sistem persamaan diferensial baru sebagai berikut:
dx ๏ฝ a1 ๏จ1 ๏ญ xy ๏ญ x ๏ฉ dt dy ๏ฝ a 2 (a3 xy ๏ญ y ) ๏ญ a 4 yz dt dz ๏ฝ a5 ( y ๏ญ z ). dt (4. 2) Berikutnya Model (4.2) akan dimodifikasi dengan asumsi ๐ merupakan waktu tundaan dari infeksi awal terhadap sel sampai terbentuk virus baru. Untuk menggambarkan tundaan dalam bentuk matematika, akan didefinisikan operator translasi berikut. Untuk suatu bilangan real s dan untuk ๐ โฅ 0 didefinisikan operator ๐๐ sebagai berikut: (๐๐ ๐ ) ๐ก = ๐ ๐ก โ ๐ , ๐ก โฅ 0. Untuk lebih mudah dalam penulisan digunakan notasi ๐ฅ1 โ ๐๐ ๐ฅ, ๐ฆ1 โ ๐๐ ๐ฆ๐ง1 โ ๐๐ ๐ง.
๏ฉ
(4.4) Akan diselidiki kestabilan titik ekuilibrium Sistem (4.3) dengan melihat nilai eigen matrik J K ( x, y, z ) . Hal ini dapat dilakukan asalkan titik ekuilibrium merupakan titik ekuilibrium x, y, z hiperbolik. Persamaan karakteristik dari matrik J K ( x, y, z ) adalah: ๐ ๐ = ๐3 + ๐1 ๐2 + ๐2 ๐ + ๐3 โ ๐1 ๐2 + ๐2 ๐ + ๐3 ๐ โ๐๐ = 0 (4.5) dengan
๏จ
๏จ
๏ฉ
๏ฉ
๏จ
๏ฉ
b1 ๏ฝ a1 ( y ๏ซ 1) ๏ซ a2 ๏ซ a5 ๏ซ a4 z b2 ๏ฝ a1 ( y ๏ซ 1)(a5 ๏ซ a2 ๏ซ a4 z) ๏ซ a5 (a2 ๏ซ a4 ( z ๏ซ y))
๏จ
b3 ๏ฝ a1a5 ( y ๏ซ 1) a2 ๏ซ a4 ( y ๏ซ z) d1 ๏ฝ a 2 a3 x (4.6)
d 2 ๏ฝ a2 a3 (a5 ๏ซ a1 ) x d 3 ๏ฝ a1a2 a3 a5 x
.
Akan diselidiki kestabilan titik ekuilibrium dari Sistem (4.3) melalui Proposisi berikut. Proposisi 4.3
47
๏ฉ
(i) Jika maka titik a3 ๏ผ 1 ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = 1,0,0 dari Sistem (4.3) stabil asimtotik untuk ๏ด ๏ณ 0 (ii) Jika titik a3 ๏พ 1 maka ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = 1,0,0 dari Sistem (4.3) tidak stabil untuk ๏ด ๏ณ 0.
1
๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = โ , ๐ง โ , ๐ง โ dari Sistem ๐ง +1 Tundaan (4.3) stabil asimtotik untuk semua tundaan ๐ > 0. Lemma 4.5 (i) Jika r < 0, maka Persamaan (4.5) memiliki akar positif. (ii) Jika
r ๏ณ 0, p 2 ๏ญ 3q ๏พ 0, p ๏ผ 0 dan K (M 0 ) ๏ผ 0 ,
maka Persamaan (4.5) memiliki akar non negatif. 1 (iii) Jika r ๏ณ 0 dan p 2 ๏ญ 3q ๏ผ 0 , maka โ ๐ง +1 Persamaan (4.5) tidak memiliki akar ๐ = 0, maka ฮฑ(0) ๏ผ 0 . Karena ฮฑ kontinu, positif. maka terdapat ฯ c ๏พ 0 sehingga ฮฑ(ฯ) ๏ผ 0 Selanjutnya dicari nilai ๐๐ dari Persamaan (4.8) dan (4.9) diperoleh untuk ฯ dengan 0 ๏ฃ ฯ ๏ผ ฯc .Akibatnya titik (๐) ๐๐ ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = 1 ๐1 ๐๐5 + ๐1 ๐2 โ ๐3 โ ๐1 ๐2 ๐๐3 + (๐3 ๐2 โ ๐3 ๐ 1 , ๐ง โ , ๐ง โ tetap stabil untuk nilai ฯ ini. ๐ง โ +1 = ๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐22 ๐๐2 + (๐3 โ ๐1 ๐๐2 )2 Misalkan ๏ก (๏ด ) ๏ผ 0 untuk 2๐(๐ โ 1) 0 ๏ฃ ฯ ๏ผ ฯ c dan ๏ก (๏ด c ) ๏ฝ 0 , maka titik + ๐๐ 1 ekulibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = โ , ๐ง โ , ๐ง โ akan ๐ง +1 dengan ๐ = 0, 1, 2 dan ๐ = 0, 1, 2, โฆ . kehilangan kestabilan pada ฯ ๏ฝ ฯ c atau selanjutnya misalkan ๐๐ > 0 yang paling kecil dari ๐ untuk ๐ผ ๐๐ = 0, maka ๏ฌ ๏ฝ i๏ท (ฯ c ) . Untuk selanjutnya ๐ ๐๐ di ๐๐ = ๐๐๐๐๐ = ๐๐๐ ๐๐๐ > 0, 0 โค ๐ โค tulis ๐ saja. Akibatnya i๏ท adalah akar dari 2, ๐โฅ1, ๐๐๐๐๐=๐๐๐. Persamaan (4.10) jika dan hanya jika (4.13) ๏ b3 ๏ญ b1๏ท 2 ๏ซ i(b2๏ท ๏ญ ๏ท 3 ) ๏ญ d 2๏ท sin ๏ท๏ด ๏ซ ๏ญ d 3 ๏ซ d1๏ท 2 cos ๏ท๏ด ๏ซ Teorema 4.6 Untuk waktu i ๏ญ d1๏ท 2 ๏ซ d 3 sin ๏ท๏ด ๏ญ d 2๏ท cos ๏ท๏ด ๏ฝ 0. tundaan ๐, dengan (4.7) tundaan kritis ๐๐ dan ๐๐ yang sesuai dengan Persamaan (4.13) dan jika 3๐๐6 + 2๐๐๐4 + Dari bagian real Persamaan (4.7) didapat 2 2 0, maka sistem persamaan ๏ญ d 2๏ท sin ๏ท๏ด ๏ซ ๏ญ d 3 ๏ซ d1๏ท 2 cos ๏ท๏ด๐๐ ๏ฝ๐bโฅ 1๏ท ๏ญ b3 , diferensial tundaan (4.13) memperlihatkan (4.8) Bifurkasi Hopf pada titik ekuilibrium dan dari bagian imajiner Persamaan (4.7) 1 ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = โ , ๐ง โ , ๐ง โ . diperoleh ๐ง +1 ๏ญ d1๏ท 2 ๏ซ d 3 sin ๏ท๏ด ๏ญ d 2๏ท cos ๏ท๏ด Akibat ๏ฝ ๏ท 3 ๏ญ4.7 b2๏ท . Untuk a3> 1 untuk ๐๐ dan ๐๐ yang sesuai (4.9) dengan Persamaan (4.13), jika ๐ โฅ 0, ๐ โฅ Persamaan (4.12) dan (4.13) masing-masing 0, dan salah satu dari Lemma 3.5(i) dan dikuadratkan dan dijumlah diperoleh Lemma 3.5(ii) dipenuhi, maka sistem 2 2 2 2 U (๏ท) ๏ฝ ๏ท 6 ๏ซ b1 ๏ญ 2b2 ๏ญ d1 ๏ท 4 ๏ซ bpersamaan ๏ญ d2 ๏ท 2 (3.17) 2 ๏ญ 2b1b3 ๏ซ 2d1d 3diferensial 2 2 memperlihatkan Bifurkasi Hopf pada titik ๏ซ b3 ๏ญ d 3 ๏ฝ 0 . 1 โ โ ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = โ , ๐ง , ๐ง . ๐ง +1 Nilai ๐๐ dan ๐๐ yang memenuhi (4.10) Persamaan (4.13) ada jika Persamaan (4.12) Dimisalkan : m ๏ฝ ๏ท 2 memiliki akar positif. Selanjutnya dihitung 2 2 p ๏ฝ b1 ๏ญ 2b2 ๏ญ d1 nilai ๐ = ๐3 2 โ ๐3 2 . ๐ = ๐3 2 โ ๐3 2 (4.11) = ๐3 + ๐3 ๐3 โ ๐3 2 2 q ๏ฝ b2 ๏ญ 2b1b3 ๏ซ 2d1d 3 ๏ญ d 2 = ๐1 ๐5 ๐ง โ + 1 ๐2 + 2๐4 ๐ง โ ๐3 โ ๐3 , 2 2 dari Persamaan (4.7) diperoleh ๐3 โ ๐3 > r ๏ฝ b3 ๏ญ d 3 , 0 maka dapat disimpulkan bahwa ๐ โฅ 0. maka Persamaan (4.10) menjadi Karena ๐ โฅ 0 maka berdasarkan Lemma 4.5 K (m) ๏ฝ m3 ๏ซ pm 2 ๏ซ qm ๏ซ r ๏ฝ 0. (ii) dan Akibat 4.7 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Bifurkasi Hopf pada titik (4.12) 1 Teorema 4.4 Jika ๐3 > 1, ๐ โฅ 0 dan ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = โ , ๐ง โ , ๐ง โ . ๐ง +1 2 ๐ โ 3๐ < 0 maka, titik ekuilibrium infeksi Karena titik ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = , ๐ง โ , ๐ง โ stabil asimtotik pada saat
๏จ๏จ
๏ฉ
๏ฉ
๏จ
๏จ
๏จ
๏ฉ
๏ฉ
๏ฉ
๏จ
๏จ
๏จ
๏ฉ
๏จ
๏ฉ
๏ฉ
๏ฉ
48
V.
parameter-parameter tersebut mengacu pada tulisan Schaedeli dkk.
Model interaksi intraseluler antara infeksi HIV dan sistem imun dengan koefisien tundaan yaitu:
dx ๏ฝ a1 ๏จ1 ๏ญ xy ๏ญ x ๏ฉ dt dy ๏ฝ a 2 (a3 x1 y1 ๏ญ y ) ๏ญ a 4 yz dt dz ๏ฝ a5 ( y ๏ญ z ), dt
10 x y z
9 8 7 6
densitas
1.
Kesimpulan dan Saran
5 4 3 2 1 0
0
5
10
15
20 t (hari)
25
30
35
40
Gambar 1 Simulasi numerik dari Model (4.3) dengan a1 = 0,133, a2 = 0,85, a3 = 0,278, a4 = 4,56 dan a5 = 1,22 serta ๐ = 0,1. Warna hitam menggambarkan densitas sel T CD4+, warna biru menggambarkan dari densitas virus, dan 2 warna merah menggambarkan densitas ๏ญ ( a ๏ซ a ) ๏ซ ( a ๏ซ a ) ๏ซ 4 a a ( a ๏ญ 1 ) 4 2 4 2 4. 2 3 z๏ช ๏ฝ . CTL.
(5.2) Dari Sistem (5.2) diperoleh dua titik ekuilibrium yaitu ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = 1,0,0 dan 1 ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = ๐ง โ +1 , ๐ง โ , ๐ง โ dengan
2a 4
10 9 8 7 6
x
Analisa kestabilan titik ekuilibrium tersebut sebagai berikut: 1) Jika a 3 ๏ผ 1, maka titik ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = 1,0,0 Sistem (5.2) stabil asimtotik. 2) Jika a 3 ๏พ 1 , maka titik ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = 1,0,0 Sistem (5.2) tidak stabil, sedangkan titik 1 โ โ ekuilibriu ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = โ , ๐ง , ๐ง ๐ง +1 dari Sistem (5.2) stabil asimtotik selama parameter-parameter memenuhi ๐2 โ 3๐ < 0.
5 4 3 2 1 0
0
20
40
60 t (hari)
80
100
120
Gambar 1a Simulasi numerik dari Model (4.3) dengan a1 = 0,133, a2 = 0,85, a3 = 0,278, a4 = 4,56 dan a5 = 1,22 serta ๐ = 0,1 untuk densitas sel T CD4+. 0.3 x y z
0.25
0.2
Sistem (5.2) tidak memperlihatkan terjadinya Bifurkasi Hopf pada titik 1 ekuilibrium ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ , ๐ง๐ = ๐ง โ +1 , ๐ง โ , ๐ง โ . Dalam penulisan Tesis ini belum membahas tentang kestabilan global. Untuk pembahasan berikutnya disarankan agar menganalisa kestabilan global titik ekuilibrium dari sistem ini. VI. Simulasi Numerik Berikut ini akan diberikan beberapa contoh untuk menggambarkan solusi numerik dari Sistem (4.1).
Contoh 6.1 Untuk menampilkan perilaku x, y, dan z ketika rasio reproduksi dasar virus berada di bawah tingkat kontrol (a3< 1) dengan koefisien tundaan ๐ = 0,1, Sistem (4.3) diselesaikan secara numerik dengan menggunakan matlab dan menggunakan parameter a1 = 0,133, a2 = 0,85, a3 = 0,278, a4 = 4,56 dan a5 = 1,22
0.15
0.1
0.05
0
0
10
20
30
40
50 t (hari)
60
70
80
90
100
Gambar 1b Simulasi numerik dari Model (4.3) dengan a1 = 0,133, a2 = 0,85, a3 = 0,278, a4 = 4,56 dan a5 = 1,22 serta ๐ = 0,1 untuk densitas virus dan CTL Contoh 6.2 Untuk menampilkan perilaku x, y, dan z ketika rasio reproduksi dasar virus tidak terkendali (a3> 1) dengan koefisien tundaan ๐ = 0,1, Sistem (4.3) diselesaikan secara numerik dengan menggunakan matlab dan menggunakan parameter a1 = 0,0128, a2 = 3,13, a3 = 2,55, a4 =7,32 dan a5 = 4,08. Berdasarkan parameter-parameter tersebut dapat dihitung titik ekuilibrium dari Persamaan (3.4) sehingga diperoleh titik ekuilibrium (0,73 , 0.36 , 0,36). Dan parameter โ parameter tersebut dipilih yang memenuhi ๐2 โ 3๐ < 0.
49
2 x y z
1.9
18 1.8
x y z
16
1.7
14
1.6
densitas
z
12
1.5
10
1.4
8
1.3
6
1.2
4
1.1 1 4900
2 0
0
0.5
1
1.5
2
2.5 t(hari)
3
3.5
4
4.5
5
x y z
5
densitas
4920
4930
4940
4950 t (hari)
4960
4970
4980
4990
5000
Gambar 3 Simulasi numerik dari Model (4.3) dengan a1 = 0,0128, a2 = 7, a3 = 2,55, a4 = 0,0001 dan a5 = 4,08 dengan tundaan ๐=5
7
6
4910
4
3
VII.
2
DAFTAR PUSTAKA
1
0
5
20
40
60 t(hari)
80
100
120
Gambar 2 Simulasi numerik dari Model (4.3) dengan a1 = 0,0128, a2 = 3,13, a3 = 2,55, a4 = 7,32 dan a5 = 4,08 dengan tundaan ๐ = 0,1 Contoh 6.3 Untuk menampilkan perilaku x, y, dan z ketika rasio reproduksi dasar virus berada di bawah tingkat kontrol (a3> 1) dengan koefisien tundaan yang cukup besar yaitu ๐ = 5, Sistem (4.3) diselesaikan secara numerik dengan menggunakan matlab dan menggunakan parameter a1 = 0,0128, a2 = 7, a3 = 2,55, a4 = 0,0001 dan a5 = 4,08. Dengan menggunakan parameterparameter ini diperoleh titik ekuilibiumnya adalah ( 0,392 , 1,55 , 1,55 ), serta dari Persamaan (4.11) diperoleh p = 16,69 dan q = 0,796583, ๐2 โ 3๐ > 0. 600
Dumrongpokaphan, T., Lenbury, Y., Ouncharoen, R., dan Xu, Y., An Intracelluler Delay-Differential Equation Model of the HIV Infection and Immune Control, Mathematics Model of Natural Phenomena Vol.2 No.1, pp 84-112.
Hanh, Wolfgang, 1967, Stability of motion, Springer-Verlag, New York. Kar, T., 2003, Selective Harvesting in a Predator-Prey Fishery with Time Delay, Mathematical and Computer Modeling, Journal of Mathematics p449-458. Kocak, H. and Hole, J. K., 1991, Dynamic and Bifurcations, Springer-Verlag, New York.
x y z
500
Olsder, G.J., 1994, Mathematical Systems Theory, Delftse Uitgevers Maatschappij, The Netherlands.
400
300
200
100
0
0
50
100
150
200
250 t (hari)
300
350
400
450
500
0.3927 x y z
0.3926
0.3925
0.3924
x
0.3923
Perelson, A.S., Neumann, A.U., dan Markowitz, M.,1996, HIV-1 Dynamics in Vivo: Virion Clearence Rate, Infected Cell Life-Span, and Viral Generation Time, Science, 271, 1582-1586
0.3922
0.3921
0.392
0.3919
0.3918 4900
4910
4920
4930
4940
4950 t (hari)
4960
4970
4980
4990
5000
Perko, L., 1991, Differential Equations and Dynamica Systems, Springer-Verlag, New York.
2 x y z
1.9
Verotta, D dan Schaedeli, F., 2000, Nonlinear Dynamics Models Characterizing Long-term Virological Data from AIDS Clinical Trials, Math. Biosci.,176, 163-183.
1.8 1.7
y
1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 1 4900
4910
4920
4930
4940
4950 t (hari)
4960
4970
4980
4990
5000
50