Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
MODEL INTEGRASI LEAN MANUFACTURING DAN LEAN SERVICE UNTUK MEMINIMALKAN WASTE PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu model integrasi lean manufacturing dan lean service pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Banyuwangi. Agar masyarakat dapat menikmati air bersih yang terjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya maka PDAM harus meningkatkan performansinya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan efisiensi dengan aplikasi konsep lean. Konsep lean bertujuan menghilangkan aktivitas-aktivitas Non Value Added yang merupakan pemborosan. PDAM Banyuwangi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang proses produksi maupun proses pelayanan, sehingga diperlukan pendekatan lean manufacturing dan lean service yang terintegrasi. Penelitian diawali dengan pembuatan Big Picture Mapping untuk mengidentifikasi waste baik di proses produksi maupun proses pelayanan. Dilanjutkan dengan penentuan waste kritis melalui kuisioner terhadap pihak PDAM. Waste kritis pada proses produksi adalah waste Inappropriate Processing, Excessive Transportation, dan Waiting. Sedangkan Waste kritis pada proses pelayanan adalah Waste Waiting, Defect dan Inappropriate Processing. Setelah diketahui waste kritisnya, tahap berikutnya adalah Root Cause Analysis (RCA) untuk tiap waste kritis yang diikuti dengan pemetaan hubungan keterkaitan antar waste proses produksi dengan waste pelayanan. Berdasarkan dari hubungan keterkaitan dihasilkan model konseptual integrasi antar waste proses produksi dan proses pelayanan PDAM Banyuwangi. Kata kunci: Big Picture Mapping, , Konsep lean, Root Cause Analysis, Waste.
PENDAHULUAN Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah sebuah perusahaan daerah yang mempunyai konsentrasi pada bidang penyediaan air bersih. Kehadiran PDAM diatur melalui Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. PDAM dibentuk sebagai kesatuan usaha milik pemerintah daerah yang memberikan jasa pelayanan, menyelenggarakan kemanfaatan umum di bidang air minum dan memupuk pendapatan. Dalam upayanya untuk mencapai visi dan misi, PDAM Banyuwangi mempunyai permasalahan yang sama seperti yang dihadapi PDAM di kota-kota lain di Indonesia yaitu tingkat pelayanan (coverage level) yang rendah dan tingkat kehilangan air (uncounted water) yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan layanan penyambungan baru kurang maksimal. PDAM Banyuwangi sampai dengan tahun 2011 baru mampu melayani hanya 14,76 persen dan itu berarti 85,24 persen belum mampu dilayani oleh PDAM Banyuwangi. Permasalahanpermasalahan pada PDAM Banyuwangi di atas berdampak pada kinerja sehingga memerlukan pendekatan yang pada akhirnya bisa meningkatkan kinerja PDAM Banyuwangi. Salah satu metode untuk meningkatkan kinerja adalah pengaplikasian konsep lean pada PDAM Banyuwangi. Konsep lean melakukan pendekatan secara sistemik dan sistematik untuk ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) dan aktivitas-aktivitas yang tidak benilai tambah (non value added activities). Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada, aplikasi lean dipakai untuk sektor produksi saja atau sektor jasa saja. Padahal PDAM Banyuwangi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi air maupun di bidang jasa. Sehingga untuk perbaikan kinerja dari PDAM Banyuwangi, diperlukan pendekatan lean manufacturing dan lean service yang terintegrasi. Selama ini belum ada penelitian yang mengintegrasikan antara lean manufacturing dan lean service sehingga perlu dibuat suatu model integrasinya. Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengidentifikasi waste yang dihasilkan dari proses produksi air dan proses jasa dari PDAM Kabupaten Banyuwangi, mengetahui waste kritis yang terjadi dalam proses produksi air dan proses jasa di PDAM Kabupaten Banyuwangi serta membangun suatu model konseptual yang mengintegrasikan antara lean manufacturing dan lean service METODE PENELITIAN Tahap Pengumpulan Data Data yang diperlukan antara lain data aliran fisik dan aliran informasi proses layanan jasa. Metode pengumpulan data terdiri atas : 1) Wawancara, digunakan untuk mendapatkan informasi tentang proses yang terjadi, penyebab dari waste yang terjadi, crosscheck terhadap hasil pengolahan data waste kritis. Dalam pelaksanaan wawancara, narasumber adalah orangorang yang bertanggung jawab dan kompeten dalam bidangnya masing-masing. 2) Pengamatan lapangan. 3) Data historis, digunakan untuk menunjang pengolahan data. Membuat Big Picture Mapping Dari big picture mapping akan diperoleh informasi dimana terjadinya waste dan seluruh aktivitas yang tergolong aktivitas value added, non value added, necessary but non value added. Dari big picture mapping akan dapat di identifikasi aktivitas-aktivitas yang tergolong waste dari segi produksi maupun dari segi servis. Identifikasi waste Mengidentifikasi dan mengelompokan aktivitas-aktivitas kerja di PDAM berdasarakan jenis wastenya (pengelompokan seven waste). Dari observasi awal, waste yang dihasilkan PDAM waste yang bekaitan dengan aktivitas sebagai perusahaan di segi produksi maupun dari segi servis. Menentukan waste kritis Penentuaan waste kritis dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner terhadap pihak yang terkait di PDAM Banyuwangi. Dari hasil kuisioer ini bisa diketahui waste yang sering terjadi. Root Cause Analysis (RCA) RCA digunakan untuk menelusuri penyebab dan dampak dari sebuah permasalahan yang terjadi. Dengan RCA ini bisa diketahui penyebab waste yang terjadi yang merupakan dampak dari proses yang terjadi di segi produksi maupun di segi servis.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Pemetaan hubungan keterkaitan Setelah diketahui waste kritis, selanjutnya dilakukan pemetaan hubungan keterkaitan antar waste proses produksi dan waste yang ada di proses servis. Tahap Perancangan Model Integrasi Lean Manufacturing dan Lean Service Perancangan integrasi lean manufacturing dan lean service dimulai dengan merancang suatu model konseptual. Setelah dilakukan perancangan model integrasi, dilakukan validasi terhadap model yang sudah dirancang.Validasi ini dilakukan dengan wawancara terhadap tenaga kerja yang ahli di bidang penyediaan air minum ( pihak PDAM ).Apabila model dianggap valid, maka model direkomendasikan kepada perusahaan sebagai pertimbangan untuk mengurangi waste yang terjadi. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1 menunjukkan hasil dari big picture mapping proses produksi air PDAM.
Gambar 1 Big picture mapping proses produksi air PDAM
Aliran fisik proses produksi PDAM Berdasarkan hasil pengamatan, aliran fisik yang terjadi pada proses produksi PDAM adalah sebagai berikut: 1. Sumber air didapatkan dari sumber air alami dan sumur bor. Dimana air di uji kualitas terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan sumber air tersebut. 2. Setelah dilakukan uji kualitas maka proses selanjutnya adalah mengalirkan air menuju reservoir dengan menggunakan pipa transmisi. 3. Pada tangki reservoir sebelum air di distribusikan ke pelanggan perlu dilakukan penyaringan dan proses desinfektan yang tujuannya untuk membunuh bakteri yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan. Proses desinfektan dilakukan dengan memberi larutan kaporit pada reservoir. 4. Air bersih yang telah dibubuhi kaporit merupakan air minum yang telah bebas bakteri penyakit, selanjutnya air tersebut melalui proses penyaringan untuk di distribusikan ke pelanggan.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Aliran informasi proses produksi PDAM Penggambaran aliran informasi ini untuk mengetahui debit air mulai dari sumber air sampai jumlah air yang direkeningkan. Adapun aliran aliran informasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran debit air yang dilakukan dimana sumber air tersedia baik sumber dari mata ar maupun sumber dari sumur bor (kapasitas sumber). 2. Pengukuran debit air yang yang masuk ke pipa transmisi (kapasitas terpasang). Untuk sumber air yang berasal dari mata air kapasitas terpasang berdasarkan kapasitas sumber dikurangi pemanfaatan air untuk masyarakat sekitar. 3. Pengukuran debit air yang masuk ke reservoir setelah dari sumber air dialirkan melalui pipa transmisi (kapasitas produksi) 4. Pengukuran debit air yang keluar dari reservoir yang masuk ke pipa distribusi (kapasitas distribusi). 5. Pengukuran debit air yang dikonsumsi oleh konsumen yang dapat diukur melalui meter air (air yang direkeningkan). Identifikasi Aktivitas proses produksi kontinyu dan berkala Aktivitas proses produksi di PDAM digolongkan menjadi dua yaitu aktivitas yang dilakukan secara kontinyu dan berkala. Aktivitas kontinyu merupakan suatu aktivitas proses produksi yang dilakukan secara berkelanjutan yang mana aktivitas ini dumulai dari penemuan sumber air, pengolahan air sampai air didistribusikan kekonsumen. Hasil identifikasi aktivitas kontinyu dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 identifikasi aktivitas proses produksi PDAM yang kontinyu
Kode A.1 A.2 A.3 B.1 C.1 C.2 C.3 C.4 C.5 C.6 C.7 D.1
Tipe Aktifitas A. Sumber air Perjalanan operator menuju sumber air Pengukuran debit air Perjalanan operator kembali B. Pipa transmisi Air dialirkan sepanjang pipa transmisi C. Reservoir Perjalanan operator menuju reservoir Pengukuran debit air Pencampuran bubuk kaporit dengan air Larutan kaporit dialirkan ke reservoir Penyaringan air Pengukuran debit air yang keluar dari reservoir Perjalanan operator kembali D. Pipa Distribusi Air dialirkan sepanjang pipa distribusi ke konsumen
Selengkapnya aktivitas berkala dapat dilihat pada Tabel 2
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-4
VA
NVA
NNVA
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Tabel 2. Identifikasi aktivitas proses produksi PDAM yang berkala
Kode A.1 A.2 A.3 A.4 A.5 B.1 C.1 C.2 C.3 C.4 C.5 C.6 C.6 C.7 C,8 D.1 D.2
Tipe Aktifitas A. Sumber air (uji kualitas) Perjalanan operator menuju sumber air Pengambilan sampel air baku Perjalanan operator ke laboratorium Menunggu hasil laboratorium Pengambilan hasil laboratorium B. Pipa transmisi (inspeksi) Perjalanan operator untuk inspeksi pipa C. Reservoir (pengurasan) Perjalanan operator menuju reservoir Operator menutup air yang masuk ke reservoir Pengalihan pipa distribusi Pengosongan air yang direservoir Menunggu proses pengosongan air Membersihkan reservoir Operator membuka air yang masuk ke reservoir Penyambungan pipa distribusi Perjalanan operator kembali D. Pipa Distribusi (perbaikan) Menunggu tenaga mekanik dan peralatan Perbaikan pipa distribusi
VA
NVA
NNVA
Selain big picture mapping pada proses produksi, big picture mapping juga digunakan pada proses pelayanan sambung baru yang dapat mengidentifikasi pemborosan-pemborosan yang terjadi pada proses pelayanan sambung baru. Hasil big picture mapping pada proses pelayanan sambung baru, bisa dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Big picture mapping proses pelayanan sambung baru ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Aliran Fisik Proses Pelayanan Sambung Baru Aliran fisik yang terjadi pada proses pelayanan sambung baru adalah sebagai berikut: 1. Aliran fisik dimulai dengan datangnya calon pelanggan ke kantor PDAM 2. Calon pelanggan menuju Customer Service Centre untuk mengisi formulir pendaftaran. 3. Subbag Perencanaan melakukan pemeriksaan lapangan sebagai dasar penentuan instalasi dan biaya pemasangan yang harus dibayar oleh calon pelanggan. 4. Pemanggilan calon pelanggan untuk penandatanganan pada RAB serta pembayaran biaya pasang baru dan penyerahan berkas pembayaran asli kepada pelanggan baru. 5. Seksi distribusi melakukan pemasangan instalasi sambungan baru. Aliran Informasi Proses Pelayanan Sambung Baru Berdasarkan hasil pengamatan, aliran informasi yang terjadi pada proses pelayanan sambungan baru adalah sebagai berikut: 1. Aliran informasi dimulai dengan datangnya calon pelanggan yang mengisi formulir pendaftaran sekaligus membawa syarat pendaftaran sebagai berikut: Surat tanah bisa berupa fotocopy sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Fotocopy PBB Fotocopy KTP dan KSK 2. Penyerahan permohonan kepada subbag perencanaan. 3. Subbag perencanaan melakukan survey lokasi sebagai dasar perencanaan biaya (RAB) yang harus dibayar oleh calon pelanggan. 4. Kemudian RAB diserahkan kepada Customer Service Centre untuk dilakukan pemanggilan calon konsumen dan menginformasikan biaya yang harus dibayar oleh calon pelanggan. 5. RAB di tanda tangani oleh calon pelanggan serta calon pelanggan melakukan pembayaran biaya pasang baru. 6. Setelah itu penyerahan berkas kepada Subbag Langganan serta pembuatan kartu baca meter dan kartu pelanggan. 7. Penyerahan kartu baca meter dan kartu pelanggan pada Seksi Distribusi yang kemudian menerbitkan Bukti Permintaan dan Pengeluaran barang (BPP) ke gudang dan menerbitkan surat tugas. 8. Dengan adanya surat tugas dari Kasubbag Distribusi, bagian Pelaksana Distribusi melaksanakan pemasangan sambungan. 9. Pelaksana distribusi setelah melakukan pemasangan sambungan menyerahkan berkas ke Kasubbag Distribusi kemudian diteruskan ke petugas segel untuk dilakukan pemasangan segel. 10. Penyerahan kartu baca meter dan berkas kepada Seksi Langganan oleh Seksi Distribusi. Identifikasi aktivitas pada proses pelayanan sambung baru Aktivitas-Aktivitas pada proses sambung baru dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3 dasar pengklasifikasiannya didasarkan pada type aktifitas dalam organisasi menurut Hines and Taylor (2000).
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Tabel 3 Identifikasi Aktifitas pada Proses Pelayanan Pemasangan Baru
Kode A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
B.1 B.2 B.3 B.4 C.1 C.2 C.3 C.4 C.5 D.1 D.2 D.3 D.4 D.5 D.6 D.7 D.8 D.9 D.10
Tipe Aktifitas A. Formulir Pengambilan formulir data calon pelanggan di CSC Pengisian formulir data calon Pengembalian formulir di CSC Penumpukan formulir data calon pelanggan di CSC Penyerahan formulir kepada Subbag Perencanaan B. Pengolahan formulir data calon pelanggan di bag Perencanaan Pemeriksaan Lapangan (survey lokasi) Menunggu hasil survey lokasi Perencanaan biaya jika survey lokasi layak Penyerahan berkas survey lokasi ke CSC C. Informasi biaya Panggilan kepada calon pelanggan oleh CSC Menunggu kedatangan calon pelanggan Tanda tangan calon pelanggan pada RAB Pembuatan kuitansi biaya pasang baru Pembayaran biaya pasang baru D. Pengolahan Berkas Penyerahan berkas kepada subbag Langganan dan bag produksi distribusi Pembuatan kartu baca meter dan kartu pelanggan oleh subbag langganan Penyerahan kartu baca meter dan kartu pelanggan pada seksi distribusi Dibuatkan BPP untuk alat dinas dan persil oleh kepala subbag distribusi Menunggu persetujuan BPP oleh kabag distribusi dan direktur Penyerahan berkas pada seksi gudang Pengambilan alat oleh seksi distribusi Dipasang oleh seksi distribusi Menunggu pemasangan oleh seksi distribusi Penyerahan kartu baca meter dan berkas kepada seksi langganan oleh seksi distribusi
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-7
VA
NVA
NNVA
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Identifikasi waste kritis pada proses produksi
BOBOT
Rangking Waste Proses Produksi pada PDAM 0.4 0.2 0
0.3
0.25
0.23
0.14
0.08
WASTE
Gambar 3 Diagram Rangking Waste pada proses produksi PDAM
Berdasarkan urutan waste di atas maka Inappropriate Processing, Excessive Transportasi, dan Waiting merupakan jenis waste yang paling sering terjadi pada proses produksi dalam PDAM. Identifikasi waste kritis pada proses pelayanan sambung baru
BOBOT
Rangking Waste Pelayanan Sambung Baru pada PDAM 0.3 0.2 0.1 0
0.21
0.2
0.18 0.16 0.14 0.09
0.02
WASTE
Gambar 4 Diagram Rangking Waste Pelayanan Sambung Baru Pada PDAM
Berdasarkan urutan waste di atas maka Waiting, Defect, dan Inappropriate Processing merupakan jenis waste yang paling sering terjadi pada proses pelayanan sambung baru dalam PDAM Perancangan Model Integrasi Antar Waste Proses Produksi dan Proses Pelayanan Setelah dilakukan pemetaan hubungan keterkaitan antar waste proses produksi dan proses pelayanan, dihasilkan model konseptual antar waste Proses Produksi dan Proses Pelayanan. Pada model integrasi ini, bisa dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi maupun proses pelayanan, mulai dari sumber air sampai ke pelayanan sambung baru. Adapun model integrasinya seperti yang bisa dilihat pada Gambar 5
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Analisa Model Konseptual Integrasi Antar Waste Proses Produksi dan Proses Pelayanan 1. Kontinuitas air : Debit air pada pelanggan kecil atau mati Pada waktu pemakaian air berada di jam puncak, adakalanya debit air kecil bahkan mati, keadaan ini juga mempengaruhi pelayanan sambung baru. Untuk daerah dengan keluhan kondisi air yang sering mati, tidak memungkinkan diadakan penyambungan baru, kecuali setelah diadakan perbaikan yang menyangkut kebocoran pipa, memperbesar kapasitas pipa dan penambahan debit air yang melalui daerah tersebut. Disini bisa dilihat bahwa kontinuitas air yang ada pada proses pelayanan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari proses produksi. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Kebocoran distribusi b. Reservoir c. Kapasitas Distribusi d. Pemeliharaan pipa distribusi berpengaruh terhadap debit air yang diterima oleh pelanggan. 2. Permintaan sambung baru yang belum bisa terealisasi Pelayanan sambung baru yang belum bisa terealisasi disebabkan karena keterbatasan kapasitas produksi dan distribusi. Kapasitas produksi dan distribusi dapat ditingkatkan dengan cara menekan angka kebocoran produksi dan distribusi. Kebocoran produksi dan distribusi dapat ditekan dengan cara meningkatkan perawatan dan pengawasan terhadap jaringan pipa dan pemberian sangsi hukum yang lebih tegas pada masyarakat untuk mengurangi pencurian air. a. Total kebocoran distribusi di PDAM Banyuwangi menurut data Agustus 2011 sampai Juli 2012 sebesar 624560 m3 atau rata-rata 52046.74 m3per bulan. Dengan asumsi perencanaan PDAM Banyuwangi yaitu kebutuhan air 150 lt per orang per hari dengan jumlah orang per sambungan rumah sebanyak 5 orang, maka kebutuhan air per sambungan rumah per bulan ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
b.
c.
d.
e.
sebesar 22.5 m3. Sehingga secara teoritis kebocoran distribusi tersebut mampu untuk melayani sebanyak 2313 sambungan rumah. Reservoir. Reservoir yang berfungsi sebagai tempat penampungan air pada proses produksi juga berpengaruh pada proses pelayanan sambung baru, dimana salah satu faktor yang mempengaruhi reservoir adalah kapasitas produksi. Selama ini kapasitas produksi belum bisa digunakan secara optimal karena masih terjadi kebocoran. Kapasitas distribusi Kapasitas distribusi juga berpengaruh terhadap proses pelayanan sambung baru. Semakin besar kapasitas distribusi, maka pelayanan sambung baru juga bisa ditingkatkan. Selama ini permintaan sambung baru ada yang tidak bisa direalisasi karena terbatasnya kapasitas distribusi untuk area tertentu. Kapasitas pompa air Permintaan sambung baru yang meningkat mengakibatkan penggantian pompa air baku ada dengan pompa air baku yang kapasitasnya lebih besar. Debit air yang dapat diangkat ke permukaan oleh sebuah sumur bor sangat bergantung pada kapasitas pompa dan diameter pipa bor yang digunakan. Dalam tahap pompa sudah mengalami penurunan kinerja akibat faktor usia pompa ataupun karena dirasakan pompa sudah tidak mampu lagi memenuhi tingkat debit kebutuhan distribusi, maka pompa harus diperbaiki atau diganti unuk mendapatkan kinerja pompa yang sesuai dengan kebutuhan. Kuantitas pipa distribusi Permintaan sambung baru dipengaruhi oleh faktor jaringan distribusi, yang terkait dengan kuantitas pipa distribusi dimana apabila jaringan distribusi semakin luas maka permintaan sambung baru juga mengalami peningkatan.
3. Administrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pelayanan sambung baru. Proses administrasi untuk layanan sambung baru diawali dengan adanya aliran informasi dari CSC ke bagian perencanaan. Selanjutnya bagian perencanaan akan melaksanakan perintah yang berkaitan dengan proses fisik yaitu survei lokasi, penyediaan dan pemasangan material instalasi, penyediaan tenaga mekanik untuk memasang instalasi. Waste dan Rekomendasi Perbaikannya Pada tahap ini akan dilakukan rekomendasi perbaikan pada tiap waste yang ditemukan, baik itu waste yang ada pada proses produksi maupun waste pada proses pelayanan. Waste Pada Proses Produksi Waste kritis pada proses produksi terdiri dari waste inappropriate proccessing, waste transportation, dan waste waiting, Berikut adalah daftar dari waste proses produksi dan rekomendasi perbaikannya. Waste Inappropriate Proccessing Waste Inappropriate Proccessing yang sering terjadi pada proses produksi air adalah sebagai berikut: a. Pemasangan pipa paralel atau penggantian pipa distribusi. b. Penggantian pompa air baku c. Pengurasan reservoir secara manual d. Kebocoran produksi dan distribusi
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Waste Excessive Transportation Waste excessive transportation yang sering terjadi pada proses produksi adalah: a. Transportasi pemeriksaan debit air di sumber air b. Pemeriksaan pipa transmisi Waste Waiting Waste waiting pada proses produksi adalah sebagai berikut : a. Delay tenaga mekanik b. Delay material perbaikan c. Delay perbaikan jalur pipa yang melewati ruang publik Waste Pada Proses Pelayanan Sambung Baru Waste kritis pada proses pelayanan sambung baru terdiri dari waste waiting, waste defect dan waste inappropriate processing, Berikut adalah penjelasan dari waste dan rekomendasi perbaikannya. Waste Waiting Waste waiting pada proses pelayanan sambung baru adalah sebagai berikut: a. Delay survey lokasi. b. Delay formulir data pelanggan di CSC. c. Delay kedatangan calon pelanggan untuk persetujuan RAB d. Delay persetujuan BPP ( Bukti permintaan dan pengeluaran) e. Delay pemasangan instalasi pipa distribusi Waste Defect Waste defect yang terjadi pada proses pelayanan sambung baru adalah sebagai berikut : a. Debit air pada pelanggan kecil atau mati b. Permintaan sambung baru yang tidak bisa direalisasikan. Waste Inappropriate Processing Waste inappropriate processing yang terjadi pada proses pelayanan sambung baru adalah sebagai berikut : 1. Pengaduan yang tidak segera tertangani. 2. Prosedur pengajuan sambung baru yang terlalu panjang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemborosan over production dan inventory pada proses produksi air minum PDAM Banyuwangi tidak teridentifikasi karena PDAM Banyuwangi belum mampu melayani kebutuhan air bersih ke seluruh pelanggan selama 24 jam. Sedangkan pada proses pelayanan sambung baru teridentifikasi seven waste yakni waste over production, defect, unnecessary inventory, inappropriate processing, excessive transportation, waiting dan unnecessary motion. 2. Waste kritis pada proses produksi air minum berdasarkan hasil kuisioner adalah waste inappropriate processing, waste excessive transportation dan waste waiting. Sedangkan waste kritis pada proses pelayanan sambung baru PDAM Banyuwangi adalah waste waiting, waste defect dan waste inappropriate processing.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Saran A. Bagi perusahaan 1. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan baik dari segi pelayanan sambung baru dan dari segi kontinuitas air, sebaiknya PDAM melakukan langkah –langkah yang dianggap perlu untuk manekan angka kebocoran air, baik itu kebocoran produksi dan kebocoran distribusi.Langkah-langkah tersebut bisa bersifat teknis seperti perawatan pipa, penggantian pipa yang sudah keropos, peggantian meter air yang tidak akurat dan lainlain.Sedangkan yang bersifat non teknis, bisa berupa pemberian sangsi hukum yan lebih tegas bagi yang melakukan pencurian air, peningkatan disiplin pada petugas pencatat meter dan lain-lain. 2. Perlu dipikirkan untuk pengembangan jaringan pipa distribusi terkait dengan peningkatan populasi penduduk yang pada akhirnya juga peningkatan konsumsi air bersih. B. Bagi penelitian berikutnya: Melakukan analisa biaya yang lebih detil terkait dengan resiko-resiko yang harus dihadapi akibat dari setiap jenis pemborosan. DAFTAR PUSTAKA Andarnis, Rosie (2011), Pengukuran dan peningkatan sistem pemeliharaan pada PT. Maspion dengan menggunakan konsep lean Maintenance, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Bappenas (2010), Laporan Pencapaian MDGs Indonesia 2010. Bayou and Korvin (2008), Measuring the leaness of Manufacturing System – A case study of Ford Motor Company and General Motors, Journal of Engineering and Tecnology Management 25, hal. 287-304. Bowen, D. and Youngdahl, W. (1998), ‘lean’ service : in defence of a production line approach, International Journal of Service Industry Management 9, hal. 207-225. Daellenbach, H.G. and Mc Nicle, D.C. (2005), Management science : Decision making Through system thinking, Palgrave Macmillan. Fanani, Z. dan Singgih, M.L. ( ), Implementasi Lean Manufacturing untuk peningkatan produktivitas (studi kasus pada PT. Ekamas Fortuna Malang), Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII, Program Studi MMT ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Febriyani, D. (2010), Analisis Produktivitas Dan Aplikasi Lean Manufacturing Pada Divisi Produksi Pengecoran (Workshop I) PT. Barata Indonesia, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Francesca, M. (2009/2010), Upaya perbaikan kualitas unit pelayanan teknik dengan pendekatan lean service (studi kasus PT. PLN APJ Surabaya Selatan), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Gaspers, V. (2006), Continous Cost Reduction Trought Lean Six Sigma, Bogor, Gramedia Pustaka Utama. Gaspers, V. (2007), Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industri, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Gurumurthy, A. and Kodali, R. (2009), Application of benchmarking for assessing the lean manufacturing implementation, An International Journal 16, hal. 274-308. Hapsari, R.I. (2011), Penerapan metode Lean Project Management dalam perencanaan proyek konstruksi pada pembangunan gedung SDN Bektiharjo II Semanding Tuban, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Hicks, B.J. (2007), Lean Information Management : Understanding and Eliminating Waste, International Journal of Information Management 27, hal. 233-249. Hines, P. and Rich, N. (1997), The Seven Value Stream Mapping Tools, International Journal of Operating and Production Management vol 17 No. 1 hal. 46-04. Cardiff, uk : Lean Interprise Research Centre, Cardiff Business School. Hines, P. and Taylor, D. (2000), Going lean. Cardiff, uk : Lean Exterprise Research Centre, Cardiff Business School. Hines, P., Silvi, R., and Bartolini, M. (2002), Lean Profit Potential : Lean Enterprise Research Centre, Cardiff Business School. Jan Jonker (2011), Model Konseptual, http:// teorionline.wordpress.com/ service/theoreticalframework-and-hypotheses. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 47 th. 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM. Maleyeff, J. (2006), Exploration of International Service System Using Lean Principles, ManagementDecisions 44, hal. 674-689. Marlayana, N. (2009), Upaya peningkatan kinerja melalui penerapan metode lean six sigma guna mengurangi non Value Added Activities, Tugas Akhir, Unissula, Semarang. Peraturan Pemerintah No. 58 th. 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 75. Piercy, N. and Rich, N. (2009), Lean Transformation in the pure service environment : the case of the call service centre, International journal of Operations and Production Management 29, hal. 54-76. Radnor, J., Holweg, M., and Waring, J. (2011), Lean in healthcare : The Unfilled Promise ?, Journal social science and Medicine, XXX, hal. 1-8. Rembulan, G. (2011), Implementasi Lean Healthcare untuk meminimalkan waste dalam rumah sakit (Siloam Hospital Surabaya), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Simatupang, T.B. (1995), Teori sistem, Suatu perspektif Teknik Industri : PT. Suprijotomo (2007), Estimasi Pengurangan Biaya Dan Waktu Dengan Lean Manufacturing Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Bagian Fabrikasi Mesin PT. Varia Usaha – Gresik), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Taqwanur (2011), Penerapan lean thinking untuk meningkatkan kinerja divisi trucking PT. JPEK, Thesis, Jurusan Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-13
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Taylor, D and Brut, D (2001), Manufacturing Operations and Supply Chain Management : The lean Aproach. Thomson Learning, London.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-20-14