perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODEL HUBUNGAN PEMASOK-PEMANUFAKTUR FURNITUR YANG MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI
Skripsi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
RIRIN DEWI CAHYANI I 0308013
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN MODEL HUBUNGAN PEMASOK-PEMANUFAKTUR FURNITUR YANG MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI
SKRIPSI Oleh : Ririn Dewi Cahyani I 0308013 Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Teknik. Pada hari : Selasa Tanggal : 18 September 2012 Tim Penguji : 1. Muh. Hisjam, STP, MT
(……………………………)
NIP. 19700626 199802 1 001 2. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng (……………………………) NIP. 197106021995121001 3. Dr. Wahyudi Sutopo, ST, M.Si
(……………………………)
NIP. 19770625 200312 1 001 4. Ir. Murman Budijanto, MT., MIDEc
(……………………………)
NIP. 19640516200012 1 001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik,
Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT NIP. 19711104 199903 1 001 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Ririn Dewi Cahyani
NIM
: I 0308013
Judul Tugas Akhir
: Model Hubungan Pemasok-Pemanufaktur Furnitur Yang Mempertimbangkan Penyerapan Karbon Hutan Jati
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti Tugas Akhir yang saya susun tersebut merupakan hasil plagiat dari karya orang lain maka Tugas Akhir yang saya susun tersebut dinyatakan batal dan gelar sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila di kemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, 18 September 2012
Ririn Dewi Cahyani I 0308013
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Ririn Dewi Cahyani
NIM
: I 0308013
Judul Tugas Akhir
: Model Hubungan Pemasok-Pemanufaktur Furnitur Yang Mempertimbangkan Penyerapan Karbon Hutan Jati
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing I dan Pembimbing II. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, 18 September 2012
Ririn Dewi Cahyani I 0308013
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan laporan skripsi ini, yaitu: 1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. 2. Kedua orangtua tercinta yang selalu mendoakan, melimpahkan kasih sayang, dan memberi dukungan selama pengerjaan skripsi. 3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS. 4. Muh. Hisjam, STP, MT selaku pembimbing I yang telah memperlancar proses penelitian dan memberikan bimbingan serta pengarahannya. 5. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya. 6. Dr. Wahyudi Sutopo, ST, M.Si selaku penguji yang telah memberikan pengarahan, kritik, dan saran terhadap penelitian ini. 7. Ir. Murman Budijanto, MT., MIDEc selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penelitian ini. 8. Seluruh karyawan dan staf Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang telah memperlancar perijinan penelitian dan atas informasi yang telah diberikan. 9. Ir. Taufik Setyadi, MBA, MM selaku General Manajer Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung yang telah memberikan ijin penelitian demi memperlancar penelitian ini. 10. Seluruh karyawan dan staf Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung, terima kasih atas informasi dan data yang telah diberikan. 11. Fitriyah Amira Assegaf sebagai teman seperjuangan atas segala bentuk dukungan dan bantuan dalam mencari data selama penelitian. 12. Teman-teman asisten Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis, terima kasih atas dukungannya. 13. Teman-teman Teknik Industri 2008, terima kasih atas persahabatan, kebersamaan, dan kekompakannya selama ini. commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. Teman-teman Kos Tisanda I, terima kasih atas dukungan, persahabatan, dan kebersamaannya. 15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan pertolongan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan, dan saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Surakarta, September 2012 Penulis
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ririn Dewi Cahyani, NIM : I0308013. MODEL HUBUNGAN PEMASOKPEMANUFAKTUR FURNITUR YANG MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, September 2012. Perum Perhutani (PP) Unit I Jawa Tengah, sebagai sebuah BUMN memiliki kewajiban tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku log jati bagi industri kayu, namun juga berkewajiban melestarikan lingkungan dengan mempertahankan hutan yang ada. Hutan yang dipertahankan merupakan kompensasi upaya penyerapan karbon hutan jati. PP juga berkewajiban untuk mengeluarkan Corporate Social Responsibility (CSR) dan memperhatikan K3 karyawan. Dalam model, PP berperan sebagai pemasok. Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) memiliki tanggung jawab untuk memenuhi permintaan ekspor furnitur kayu. KBM IKB memiliki kewajiban untuk memanfaatkan semaksimal mungkin log jati yang dipasok pemasok agar limbah yang dihasilkan minimal. KBM IKB juga berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) karyawan. Dalam model, KBM IKB berperan sebagai pemanufaktur furnitur. Dalam mencapai tujuan dan melaksanakan kewajibannya, PP dan KBM IKB harus berusaha mencapai target-target dimana dalam pencapaiannya mungkin saling bertentangan. Pada penelitian ini dikembangkan model hubungan pemasok – pemanufaktur furnitur yang melibatkan perdagangan karbon. Model ini disusun berdasarkan tujuh fungsi tujuan yaitu dari benefit ekonomi, sosial, dan lingkungan. Benefit ekonomi diukur dari profit PP dan profit KBM IKB, benefit lingkungan diukur dari luas area hutan jati untuk perdagangan karbon dan minimasi limbah KBM IKB, dan benefit sosial diukur dari CSR PP, pengadaan APD untuk keselamatan karyawan di PP dan KBM IKB. Pada tahap awal penyusunan model, dilakukan pendeskripsian karakteristik sistem dan memunculkan variabel-variabel yang mempengaruhi sistem relevan objek kajian. Selanjutnya dilakukan penyusunan model dengan prinsip-prinsip goal programming. Setelah itu, model diuji dengan memasukkan nilai-nilai parameter yang diambil dari data perusahaan dan literatur. Uji coba model dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Lingo 11.0. Pada tahap akhir dilakukan analisis terhadap model. Hasil uji coba model menunjukkan bahwa pada skenario feasible semua goal dapat tercapai targetnya dan dengan pencapaian yang favorable. Dari uji coba tersebut dapat disimpulkan bahwa model ini dapat mendukung hubungan pemasok dan pemanufaktur untuk mencapai target-target terkait kriteria performansi benefit ekonomi, lingkungan, dan sosial yang merupakan objek kajian dari sustainable supply chain. Kata-kata kunci: ketersediaan log jati, penyerapan karbon, goal programming, sustainability xviii + 73 halaman; 18 gambar; 23commit tabel; 2tolampiran; daftar pustaka : 26 (2000user 2012) vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ririn Dewi Cahyani, NIM : I0308013. A RELATIONSHIP MODEL BETWEEN SUPPLIER AND FURNITURE MANUFACTURER THAT INVOLVING CARBON SEQUESTRATION TEAK FOREST. Thesis. Surakarta : Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, September 2012. Perum Perhutani (PP) Unit I Central Java, as the government corporate, has a duty not only to meet the raw material needs of teak logs for the timber industry, but also the obligation to preserve the environment by maintaining the existing forest. Conserved forest is compensation teak forest carbon sequestration effort. In addition, PP is also obligated to issue a Corporate Social Responsibility (CSR) and pay attention to the health and safety of employees. In the model, PP role as a supplier. Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) has a responsibility to meet the demand for wooden furniture export. KBM IKB has an obligation to get the most out of teak logs were supplied by supplier that produced minimal waste. KBM IKB is also committed to protecting the health and safety of employees to meet the needs of Personal Protective Equipment (PPE). In the model, KBM IKB role as a manufacturer of furniture. In achieving its objectives and carry out its obligations, PP and KBM IKB should try to achieve the targets in which the accomplishment may be conflicting. This study developed a relationship model between supplier and furniture manufacturer involving carbon trading. This model is based on seven objective functions that benefit from economic, social, and ecological. Economic benefits measured from profit of PP and KBM IKB , ecological benefits measured from teak forest area for carbon trading and KBM-IKB waste minimization , and social benefits measured from CSR PP and PPE's procurement for the safety of employees both PP and KBM IKB. In the early stage of modeling, done description of the system characteristics and bring the variables that affect the system relevant object of study. Furthermore, conducted modeling with the principles of goal programming. After that, model was tested with the values of the parameters taken from the company's data and literature. Test model is conducted by using software Lingo 11.0. In the final stage conducted model analysis. The results of test model showed that all targets and goals can be achieved with a favorable achievement in the feasible scenario. From the test model, it can be concluded that this model can support a supplier and manufacturer relationships to achieve the target performance criteria related to economic, ecological, and social benefits that objects of a sustainable supply chain. Key words: Availability of teak log, carbon sequestration, goal programming, sustainability consideration xviii + 73 pages, 18 figures; 23 tables; 2 appendix; references: 26 (2000-2012) commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH...........
iii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..................
iv
KATA PENGANTAR..............................................................................
v
ABSTRAK................................................................................................
vii
ABSTRACT..............................................................................................
viii
DAFTAR ISI.............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang………………………………………...
I-1
1.2
Perumusan Masalah.......................................................
I-5
1.3
Tujuan Penelitian...........................................................
I-5
1.4
Manfaat Penelitian.........................................................
I-6
1.5
Batasan Masalah............................................................
I-6
1.6
Asumsi Penelitian..........................................................
I-6
1.7
Sistematika Penulisan....................................................
I-7
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Profil Perusahaan……………………………………..
II-1
2.1.1 Profil Perum Perhutani.......................................
II-1
2.1.2 Visi dan Misi Perum Perhutani………………..
II-2
2.1.3 Profil KBM IKB.................................................
II-3
2.1.4 Visi dan Misi KBM IKB....................................
II-4
2.2
Supply Chain Management……………………………
II-4
2.3
Sustainable Supply Chain..............................................
II-5
2.4
Model Sistem.................................................................
II-7
2.5
Model Matematik...........................................................
II-8
2.6
commit to user Validitas Model..............................................................
II-8
ix
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
2.7
Influence Diagram.........................................................
II-9
2.8
Goal Programming.........................................................
II-9
2.9
Perdagangan Karbon......................................................
II-11
2.9.1 Protocol Kyoto………………………………...
II-11
2.9.2 Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan………
II-12
2.9.3 Permasalahan Perdagangan Karbon…………...
II-13
2.9.4 Model Referensi.................................................
II-13
METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Pendekatan Penelitian....................................................
III-1
3.2
Bagan Alir Penelitian………………………………….
III-4
3.2.1 Studi Pendahuluan……………………………..
III-4
3.2.2 Perumusan Masalah dan Tujuan………………
III-4
3.2.3 Studi Pustaka…………………………………..
III-4
3.2.4 Kajian Sistem………………………………….
III-4
3.2.5 Pengumpulan Data…………………………….
III-6
3.2.6 Karakteristik Sistem…………………………...
III-6
3.2.7 Pengembangan Model Hubungan Pemasok dan
BAB IV
Pemanufaktur………………………………….
III-6
3.2.8 Verifikasi Model………………………………
III-7
3.2.9 Uji Coba Model………………………………..
III-7
3.2.10 . Analisis……………………………………...…
III-7
3.2.11 Kesimpulan dan Saran……………………...…
III-8
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1
4.2
Pengumpulan Data…………………………………….
IV-1
4.1.1 Data Perdagangan Karbon………………….....
IV-1
4.1.2 Data Perum Perhutani…………………………
IV-2
4.1.3 Data KBM IKB………………………………..
IV-4
Pengolahan Data............................................................
IV-7
4.2.1 Karakteristik Sistem...........................................
IV-7
4.2.2 Penentuan
Variabel-Variabel
yang
Berpengaruh……………………………...........
IV-10
commitModel........................................ to user 4.2.3 Pengembangan
IV-13
x
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
BAB VI
digilib.uns.ac.id
4.2.4 Verifikasi Model................................................
IV-20
4.2.5 Uji Coba Model..................................................
IV-21
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 5.1
Interpretasi Hasil………………………………………
V-1
5.2
Analisis Model………………………………………...
V-4
5.2.1 Analisis Sensitivitas…………………………...
V-5
5.2.2 Analisis Kesalahan…………………………….
V-10
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan……………………………………………
VI-1
6.2
Saran……………………………………………..........
VI-2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
xiv
LAMPIRAN Lampiran 1. : Script Program Lingo 11.0...............................
L-1
Lampiran 2 : Output Program Lingo 11.0..............................
L-7
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Wilayah Kerja Perum Perhutani……………………………
II-2
Tabel 2.2
Produk-Produk KBM IKB…………………………………
II-3
Tabel 2.3
Perbedaan SCM Konvensional dan s-SCM………………..
II-6
Tabel 2.4
Aljabar Tipe Tujuan………………………………………..
II-10
Tabel 3.1
Posisi Penelitian………………...………………………….
III-2
Tabel 4.1
Luas Area Hutan Jati tiap KU KPH Kendal..........................
IV-1
Tabel 4.2
Harga APD PP……………………………………………...
IV-3
Tabel 4.3
Harga Jual Log Jati dan Biaya Simpan…………………….
IV-4
Tabel 4.4
Harga APD KBM IKB……………………………………..
IV-5
Tabel 4.5
Nilai Konversi Produk – Log……………………………….
IV-5
Tabel 4.6
Nilai Konversi Log – Limbah………………………………
IV-6
Tabel 4.7
Permintaan Produk…………………………………………
IV-7
Tabel 4.8
Skenario Uji Coba Model…………………………………..
IV-23
Tabel 4.9
Hasil Uji Coba Model………………………………………
IV-24
Tabel 5.1
Pencapaian Kriteria Performansi Pemasok………………...
V-1
Tabel 5.2
Pencapaian Kriteria Performansi Pemanufaktur…………...
V-2
Tabel 5.3
Perubahan
Jumlah
Permintaan
terhadap
Kriteria
Performansi…………………………………………...........
V-6
Tabel 5.4
Perubahan Harga Karbon terhadap Kriteria Performansi…..
V-8
Tabel 5.5
Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP………………
V-9
Tabel 5.6
Perubahan Biaya Pemeliharaan terhadap Total Biaya PP….
V-11
Tabel 5.7
Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP………..
V-12
Tabel 5.8
Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total
Tabel 5.9
Biaya KBM IKB……………………………………………
V-13
Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB.
V-14
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambaran Umum SCM pada Industri Furnitur…………
II-5
Gambar 2.2
House of Sustainable Supply Chain Management………
II-6
Gambar 2.3
Diagram Konvensi Influence Diagram………………….
II-9
Gambar 3.1
Metodologi Penelitian…………………………………...
III-5
Gambar 4.1
Kapasitas Karbon tiap KU................................................
IV-2
Gambar 4.2
Kerangka Entitas...............................................................
IV-8
Gambar 4.3
Aliran Proses Perdagangan Karbon..................................
IV-9
Gambar 4.4
Influence Diagram………………………………………
IV-12
Gambar 4.5
Causal Loop Diagram…………………………………..
IV-13
Gambar 4.6
Alur Prosedur untuk Menyelesaikan Goal Programming
IV-23
Gambar 5.1
Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit PP………………………………………………………..
Gambar 5.2
V-6
Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit KBM IKB……………………………………………….
V-6
Gambar 5.3
Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP…………...
V-8
Gambar 5.4
Persentase Perdagangan Karbon terhadap Profit PP…...
V-10
Gambar 5.5
Perubahan Biaya Pemeliharaan Pohon Jati terhadap Total Biaya PP…………………………………………..
V-11
Gambar 5.6
Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP…….
V-13
Gambar 5.7
Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total Biaya KBM IKB…………………………………..
Gambar 5.8
V-14
Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB……………………………………………………...
commit to user xiii
V-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Ageron, B., Gunasekaran, A., dan Spalanzani, A. 2011. Sustainable Supply Management: An Empirical Study. International Journal of Production Economics, doi:10.1016/j.ijpe.2011.04.007. Cetinkaya, B., Cuthbertson, R., Ewer, G., Klaas-Wissing, T., Piotrowicz, W., dan Tyssen, C. 2011. Sustainable Supply Chain Management: Practical Ideas for Moving Towards Best Practice. Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2011. Chopra, S. dan Meindl, P. 2004. Supply Chain Management. Edisi 2. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall. Daellenbach, HG. dan McNickle, D.C. 2005. Management Science Decision Making Through Systems Thinking. Palgrave Macmillan, New York, USA. Gideon, J. 2012. Ekspor Furnitur 2010 Naik 20%. http://www.indonesiafinance today.com/read/1422/Ekspor-Furnitur-2010-Naik-20. Diakses 2 Februari 2012. Ginoga, K., Wulan, Y.C., dan Djaennudin, D. 2005. Karbon Dan Peranannya Dalam Meningkatkan Kelayakan Usaha Hutan Tanaman Jati (Tectona grandis) di KPH Saradan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial & Ekonomi Vol. 2 No. 2, Hal. 183-202. Habibie, A., Hisjam, M., Sutopo, W., dan Widodo, K.H. 2012. A Relationship Model between Supplier and Manufacturer for Securing Availability of Teak Log in Export Oriented Furniture Industry with Sustainability Considerations. Proceeding of the International MultiConference of Engineers and Computer Scientists 2012 Vol II, IMECS 2012, March 14 – 16, 2012, Hong Kong. Hester, R.E., Harrison, R.M. 2010. Issues In Environmental Science And Technology – Carbon Capture Sequestration and Storage. The Royal Society of Chemistry, Cambridge, UK. Hisjam, M., Ota, I., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2010. commit to user Comparing the practices of forest product certification between perum xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perhutani and yusuhara forest owner’s cooperative, in Proc. Sustainable Bio-resources for Global Welfare Conf. , 7 - 8 Agustus, Bali, Indonesia. Hisjam, M., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2011a. A framework for the development of sustainable supply chain management for business sustainability of export-oriented furniture industry in indonesia (a case study of teak wooden furniture in central java province). In Proc. the 1st International Conference on Industrial Engineering and Service Science, 20 – 21 September, Sol. Hisjam, M., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2011b. The development of sustainable supply chain model of the relationship between wood supplier with furniture industry in indonesia: a case study,” In Proc. of IGSCI, Indonesia, November, 2011. Jones, D., Tamiz, M. 2010. Practical Goal Programming. Springer New York Dordrecht Heidelberg London. Kardono. 2010. Memahami Perdagangan Karbon. Pusat Standardisasi dan Lingkungan, Kementerian Kehutanan. KBM IK Brumbung. KBMIK-BRB/PM/PA-PM/00 PANDUAN MUTU. Perum Perhutani KBM IK Brumbung. Keles, S. 2010. Forest optimisation models including timber production and carbon sequestration values of forest ecosystems: a case study. International Journal of Sustainable Development & World Ecology, Vol. 17, No. 6, Hal. 468–474. Kementrian Kehutanan. 2010. Ketidakseimbangan Distribusi Nilai Tambah dalam Rantai Nilai (Value Chain) Mebel. Police Brief Volume 4 No. 7. KKPH Kendal. 2011. Public Summary Kendal. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Kesatuan Pemangkuan Hutan Kendal. León-Peña, J.R. 2008. e-Business And The Supply Chain Management. Secured Assets Yield Corporation Limited Acapulco 36 – 9o piso, Colonia Condesa, Mexico City.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Media Indonesia. 2011. Pembalak Liar Babat 4.265 Pohon Jati di Bojonegoro. http://www.mediaindonesia.com/read/2011/12/02/280656/289/101/Pembala k-Liar-Babat-4.265-Pohon-Jati-di-Bojonegoro. Diakses 23 Februari 2012. Menteri Kehutanan. 2009. Peraturan Menhut RI Nomor: P.30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD). Oktyajati, N. 2009. Perencanaan Alokasi Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Jati (IPKJ) Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Dengan Metode Linear Programming. Skripsi Sarjana-1, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Razak, A. 2007a. Kajian Yuridis CarbonTrade dalam Penyelesaian Efek Rumah Kaca. Makalah Etika dan Kebijakan Perudangan Lingkungan. Program Pasca Sarjana/ S2 - Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Razak, A. 2007b. Kelayakan Kompensasi yang ditawarkan dalam Perdagangan Karbon. Makalah Manajemen Hutan Lanjutan Program Pasca Sarjana / S2 - Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya Aalam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Regional Economic Development Indonesia (REDI). 2007. Studi Hambatan Kebijakan Bagi Industri Furnitur - Hasil Studi Di Jawa Timur Dan Jawa Tengah. USAID: The United States Agency for International Development. Sutopo, W., Devi, A.O.T., Hisjam, M., dan Yuniaristanto. 2012. A Model for Procurement and Inventory Planning for Export-Oriented Furniture Industry in
Indonesia:
A
Case
Study.
Proceeding
of
the
International
MultiConference of Engineers and Computer Scientists 2012 Vol II, IMECS 2012, March 14 – 16, 2012, Hong Kong. Teuteberg, F., dan Wittstruck, D. 2010. A systematic review of sustainable supply chain management research: what is there and what is missing?. In Proc. of MKWI, pp. 1001-1015. commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zhou, Z., Cheng, S., dan Hua, B. 2000. Supply Chain Optimization of Continuous Process
Industries
with
Sustainability
Considerations.
Computers and Chemical Engineering, No. 24, Hal. 1151-1158.
commit to user xvii
ELSEVIER:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan beberapa hal mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. 1.1
Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara eksportir furnitur terbesar di
dunia. Tahun 2006 posisi ekspor produk furnitur Indonesia di dunia berada pada peringkat 8 dengan urutan dari peringkat tertinggi Cina, Kanada, Meksiko, Itali, Vietnam, Malaysia, dan Taiwan (REDI, 2007). Permintaan dunia yang terus meningkat menjadi penyebab naiknya nilai ekspor furnitur. Ini terbukti dari peningkatan kinerja ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia selama tahun 2010 mencapai US$ 2,70 miliar dan pada tahun 2009 sebesar US$ 2,25 miliar atau naik 20,17% (Gideon, 2011). Produk-produk furnitur yang terkenal di Indonesia merupakan hasil kerajinan para pengrajin yang tersebar di beberapa kota di Jawa Tengah, seperti Semarang, Jepara, Klaten, Sukoharjo, Kudus, Rembang, Blora dan Sragen. Perkembangan industri furnitur di Indonesia khususnya di Jawa Tengah tidak lepas dari beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut adalah terjadinya
kesenjangan yang tinggi antara ketersediaan (supply) dan permintaan (demand) bahan baku, persaingan tidak sehat diantara industri mebel kayu, kelangkaan bahan baku dan harga bahan baku kayu yang fluktuatif dikalangan para pemasok kayu, kurangnya akses informasi pasar, dan permintaan legalitas keaslian bahan baku oleh negara pengimpor (Kemenhut, 2010). Dari beberapa permasalahan tersebut, permasalahan yang paling sering dihadapi oleh industri furnitur adalah ketersediaan bahan baku (Sutopo, dkk., 2012). Masalah ketersediaan bahan baku adalah masalah yang paling kritis yang perlu disoroti oleh para pengrajin furnitur. Para pengrajin produk-produk furnitur menggunakan bahan baku utama kayu jati. Menurut Hisjam, dkk. (2011b), kayu jati merupakan bahan baku utama pada industri furnitur yang memiliki kualitas ekspor tinggi. Pemilihan kayu jati commit to user sebagai bahan baku utama karena kayu jati memiliki karakteristik mudah di I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses, kuat, tahan lama, dan yang terpenting memiliki aspek keindahan. Selain itu, sebagian besar hutan produksi Perum Perhutani merupakan hutan tanaman jati (Tectona grandis). Hutan produksi berisi 498.813 ha area produksi tanaman jati dan 220.598 ha untuk area lain (Hisjam, dkk., 2010). Perum Perhutani (PP) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di
Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. Visi PP adalah menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk itu, PP diharapkan mampu memberikan pemasukan keuangan negara dan tetap menjaga kelestarian hutan. Kontribusi dalam memberikan pemasukan keuangan negara dilakukan dengan pengelolaan hasil hutan (kayu jati) untuk pasokan bahan baku ke industri furnitur. Selain memberikan pasokan bahan baku industri furnitur yang memadai dan dengan harga yang terjangkau secara berkelanjutan, PP juga memiliki tugas untuk tetap menjaga kelestarian hutan. Dua hal tersebut harus berjalan dengan selaras, namun untuk menyelaraskan kedua hal tersebut tidaklah mudah. Dalam pelaksanaan tugasnya, PP mengalami beberapa masalah. Adanya pembalakan liar menyebabkan kerugian yang besar bagi negara. Seperti kasus pembalakan liar di Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bojonegoro, Jawa Timur menyebabkan kerugian sebesar Rp.2 miliar akibat sedikitnya 4.265 pohon ditebang oleh para pembalak liar (Media Indonesia, 2011). Oleh karena itu, PP perlu mengeluarkan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) seperti yang telah diatur dalam PER05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Hutan memang perlu dilindungi dan dilestarikan. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari kelestarian hutan. Salah satu manfaat hutan adalah sebagai paru-paru bumi yang menghasilkan oksigen untuk kehidupan dan menjaga keseimbangan iklim. Iklim yang buruk diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang tidak seimbang dengan kelestarian hutan. Hal ini menyebabkan adanya global warming yang merupakan dampak menurunnya fungsi hutan sebagai penyerap karbon dioksida (CO2). commit to user
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Hester, dkk. (2010), bahan bakar fosil memberikan 81% dari pasokan energi komersial di dunia. Konsumsi bahan bakar fosil menghasilkan hampir 30 Pg (petagram) CO2 per tahun. Sampai saat ini, hampir semua CO2 telah dirilis ke atmosfer. Di masa lalu, atmosfer dianggap cukup besar untuk menampung setiap tambahan CO2, tetapi kandungan CO2 dari atmosfer kini telah meningkat lebih dari sepertiga sejak awal revolusi industri, yaitu dari 280 part per million (ppm) sekarang menjadi 385 ppm. Peningkatan kandungan CO2 perlu ditanggulangi dengan adanya keberadaan hutan sebagai area penyerapan karbon. Hal ini dapat dikendalikan dengan adanya sistem perdagangan karbon sehingga hutan tidak hanya memberikan pemasukan keuangan dari penjualan atau pengolahan kayu, tetapi juga dari perdagangan karbon. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.30/Menhut-II/2009, perdagangan karbon merupakan kegiatan perdagangan jasa yang berasal dari kegiatan pengelolaan hutan yang menghasilkan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Sedangkan menurut Razak (2007a), perdagangan karbon adalah menjual kemampuan pohon untuk menyerap sejumlah karbon yang dikandung di atmosfer agar disimpan didalam biomasa pohon untuk waktu yang ditentukan. Perdagangan karbon dilakukan antara PP (penjual kredit karbon) dan pembeli kredit karbon. PP menyediakan lahan yang dipertahankan untuk area perdagangan karbon sedangkan pembeli kredit karbon merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Salah satu industri furnitur yang mendapatkan pasokan bahan baku kayu jati adalah Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) – salah satu kesatuan bisnis mandiri yang dimiliki PP. Produk yang dihasilkan oleh KBM IKB adalah Garden Furniture, Housing Component, Flooring, Parquet, dan Finger Joint Laminating. Untuk dapat memaksimalkan profit, KBM IKB harus memaksimalkan penggunaan kayu jati yang telah di alokasikan PP dan meminimalkan limbah hasil pengolahan. Selain aspek ekonomi, KBM IKB juga perlu memerhatikan aspek lingkungan. Suatu perindustrian seperti KBM IKB tentu menghasilkan limbah sisa hasil produksi furnitur. Limbah commit yang dihasilkan to user berupa sisa hasil pengolahan
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
furnitur seperti serbuk sisa penggergajian kayu dan kayu sisa-sisa pemotongan (tungkel). Tidak semua limbah yang dihasilkan KBM IKB tidak bermanfaat. Limbah yang dihasilkan KBM IKB dapat dijadikan bahan bakar dan atau langsung dijual. Untuk limbah tungkel dapat digunakan sebagai bahan bakar di kiln dry atau langsung dijual dan limbah serbuk langsung dijual. Tentunya hal ini akan menambah pemasukan bagi KBM IKB. Limbah yang dihasilkan perlu diminimalisir agar penggunaan log kayu jati dapat dimaksimalkan. KBM IKB juga harus memerhatikan keselamatan dan kesehatan karyawannya. Ini dapat diwujudkan dengan pengadaan APD (Alat Pelindung Diri) untuk masing-masing karyawan. Pengadaan APD ini telah diatur dalam PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 (1) yang menyatakan bahwa pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Tidak hanya pada KBM IKB, PP juga perlu memerhatikan keselamatan dan kesehatan karyawannya. Dari kajian hubungan PP sebagai pemasok dan KBM IKB sebagai pemanufaktur, dapat dilihat permasalahan dalam aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dalam aspek ekonomi, PP harus memasok log kayu jati agar KBM IKB dapat memenuhi permintaan pasar dan tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan cara melakukan perdagangan karbon. Dilihat dari aspek lingkungan, PP perlu menjaga ketersediaan lahan untuk perdagangan karbon sedangkan KBM IKB perlu meminimasi limbah agar dapat memaksimalkan penggunaan log kayu jati. Dilihat dari aspek sosial, PP perlu mengeluarkan CSR untuk menjaga kesejahteraan rakyat sekitar dan melakukan pengadaan APD untuk karyawannya. KBM IKB juga perlu melakukan pengadaan APD untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Selain itu, pengadaan APD perlu dilakukan untuk audit Sistem Verivikasi Legalitas Kayu (SVLK). Penelitian terdahulu terkait hubungan pemasok pemanufaktur dilakukan oleh Zhou, dkk. (2000) dan Habibie, dkk. (2012). Model yang dikembangkan oleh Zhou, dkk. (2000) meneliti tentang optimisasi supply chain untuk produksi yang berkelanjutan. Dalam model ini telah dipertimbangkan aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Model Zhou, dkk. (2000) hanya mempertimbangkan kepentingan satu perusahaan. commit Sedangkan model yang dikembangkan oleh to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Habibie, dkk. (2012) merupakan model yang telah mempertimbangkan aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan pada hubungan dua perusahaan, yaitu PP sebagai pemasok dan VSU sebagai pemanufaktur. Pada
penelitian
sebelumnya,
faktor
perdagangan
karbon
belum
dipertimbangkan. Pada penelitian ini dikembangkan model hubungan pemasok pemanufaktur yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan (sustainability) yaitu mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Cetinkaya, dkk., 2011) dengan melibatkan adanya perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon hutan jati. Penelitian ini dikembangkan untuk membuat pandangan baru tentang hubungan pemasok dengan pemanufaktur tersebut. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan yaitu: 1.
Bagaimana model s-SC pada hubungan antara pemasok dan pemanufaktur yang melibatkan perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon hutan jati?
2.
Upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai lingkungan bagi pemasok kayu jati dan bagi industri furnitur?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Menggambarkan keterkaitan antara pemasok log jati (pengelola hutan jati), pemanufaktur furnitur, dan pembeli kredit karbon pada sistem rantai pasok furnitur.
2.
Membuat model s-SC pada hubungan antara pemasok dan pemanufaktur yang melibatkan perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon hutan jati.
commit to user
I-5
perpustakaan.uns.ac.id
1.4
digilib.uns.ac.id
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Model s-SC diharapkan membantu Perum Perhutani dalam hal penentuan jumlah area hutan yang ditanam, jumlah area hutan yang dipertahankan sebagai penyerap karbon, dan jumlah area hutan yang dipanen serta memberikan usul dalam mengeluarkan biaya CSR dan pengadaan APD sehingga ekosistem hutan jati tetap terjaga.
2.
Mendukung keberlanjutan produksi pada industri furnitur KBM IKB, meminimalisisr limbah yang dihasilkan, dan meningkatkan keselamatan dan kesehatan karyawan.
1.5
Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Periode waktu perencanaan yang digunakan adalah tahunan selama lima tahun, yaitu tahun 2007 – 2011. 2. Densitas karbon Kelas umur (KU) pohon jati yaitu KU I – VI. 3. Perum Perhutani KPH Kendal sebagai area hutan jati. 4. Perdagangan karbon dilakukan pada pohon jati dengan umur pohon di atas 5 tahun. 1.6
Asumsi Penelitian Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Perum Perhutani menyediakan lahan untuk perdagangan karbon. 2. Luas area hutan perdagangan karbon merupakan sisa total luas hutan setelah dilakukan pemanenan pohon jati. 3. Ada pembeli kredit karbon yang bersedia menurunkan emisi karbon dengan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (PP dan pembeli kredit karbon). commit to user
I-6
perpustakaan.uns.ac.id
1.7
digilib.uns.ac.id
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan
penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung penelitian. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Tinjauan pustaka berisi tentang definisi supply chain management, definisi sustainable supply chain management, konsep permodelan sistem serta aplikasinya dalam pengembangan model matematis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tahapan pelaksanaan penelitian secara umum yang berupa gambaran
terstruktur
dalam
bentuk
flowchart
sesuai
dengan
permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan, gambaran keterkaitan rantai pasok furnitur, model s-SC, analisis dan interpretasi hasil, serta pemberian saran dan kesimpulan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah, pengembangan model beserta batasan-batasannya untuk mencapai tujuan penelitian. BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai permasalahan yang dirumuskan, analisis sensitivitas, dan analisis kesalahan. commit to user
I-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saransaran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada baik untuk instansi terkait maupun untuk penelitian selanjutnya.
commit to user
I-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat teori-teori relevan dan mendukung analisis serta pemecahan masalah yang terdapat pada penelitian ini. 2.1
Profil Perusahaan Pada sub bab ini akan dipaparkan profil perusahaan sebagai tempat yang
disoroti pada pelaksanaan penelitian. 2.1.1 Profil Perum Perhutani Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yang memiliki
tugas
dan
wewenang
untuk
menyelenggarakan
perencanaan,
pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. Sebagai BUMN, Perum Perhutani mengusahakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Perum Perhutani didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1972, kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1978 seterusnya keberadaan dan usaha-usahanya ditetapkan kembali berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1986 dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003. Saat ini dasar hukum yang mengatur Perum Perhutani adalah Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010. Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi seluruh hutan yang terdapat di dalam Daerah Tingkat I Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten kecuali Hutan Suaka Alam, Hutan Wisata dan Taman Nasional. Luas kawasan hutan yang menjadi wilayah kerja Perum Perhutani seluruhnya adalah 2.426.206 ha, terdiri dari Hutan Produksi 1.767.304 ha dan Hutan Lindung 658.902 ha yang tersebar dalam wilayah kerja perusahaan di Unit I Jawa Tengah, Unit II Jawa Timur dan Unit III Jawa Barat & Banten.
commit to user
II-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1 Wilayah Kerja Perum Perhutani UNIT KERJA Unit I Unit II Unit III
PROPINSI HP(ha) HL(ha) LUAS TOTAL(ha) Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720 Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479 - Jawa Barat 349.649 230.708 580.357 - Banten 61.406 17.244 78.650 Total Unit III 411.055 247.952 659.007 Jumlah 1.767.304 658.902 2.426.206
Sumber: Public Summary Perum Perhutani KPH Kendal, 2011
Wilayah kerja perusahaan terbagi menjadi 3 Unit dengan 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan perusahaan, Perum Perhutani didukung pula oleh 13 Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM), satuan kerja perencanaan sumberdaya hutan (SDH) yang terdiri dari 13 Seksi Perencanaan Hutan (SPH), dengan rincian sebagai berikut : 1. Unit I Jawa Tengah terdiri dari : 20 KPH ; 2 KBM Pemasaran; 2 KBM Industri Kayu; 1 KBM Industri Non Kayu; 1 KBM Agroforestry dan 1 KBM Jasa Lingkungan dan Produksi lainnya serta 4 SPH ; seluas 630.720 ha. 2. Unit II Jawa Timur terdiri dari: 23 KPH ; 3 KBM Pemasaran; 1 KBM Industri Kayu; 1 KBM Industri Non Kayu; 1 KBM Agroforestry dan 1 KBM Jasa Lingkungan dan Produksi lainnya serta 5 SPH ; seluas 1.126.958 ha. 3. Unit III Jawa Barat dan Banten terdiri dari:14 KPH ; 1 KBM Pemasaran; 1 KBM Industri Kayu Non Kayu; 1 KBM Agroforestry Ekologi dan Jasa Lingkungan (AEJ) serta 4 SPH ; seluas 684.423 ha. Selain itu Perum Perhutani juga memiliki satuan kerja pendukung yaitu Kantor Pusat, 3 Kantor Unit, 1 Puslibang SDH, 1 Pusdiklat SDM dan 3 Kantor Biro Perencanaan. 2.1.2 Visi dan Misi Perum Perhutani Visi PP adalah “Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sedangkan misi PP adalah sebagai berikut: 1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip pengelolaan lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestry serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna commit to user
II-2
perpustakaan.uns.ac.id
menghasilkan
digilib.uns.ac.id
keuntungan
untuk
menjamin
pertumbuhan
perusahaan
berkelanjutan. 2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal, memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. 3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional. 2.1.3 Profil KBM IKB Kesatuan Bisnsis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) adalah salah satu kesatuan bisnis mandiri yang dimiliki Perum Perhutani. KBM IKB merupakan salah satu kegiatan pengolahan Perum Perhutani yang bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah yang setinggi-tingginya dari hasil pengolahan bahan baku log yang diproduksi sendiri oleh Perum Perhutani. Tugas pokok KBM IKB adalah
meningkatkan
nilai tambah
produk-produk kayu
sehingga bisa
memberikan kontribusi maksimal pada perusahaan. Adapun produk-produk kayu yang diproduksi dan dijual adalah kelompok produk yang bersertifikat FSC (Forest Stewarship Council), yaitu: Tabel 2.2 Produk-Produk KBM IKB No 1 2 3 4
Product Group Garden Furniture RST Flooring Housing Component
Product Class
311 311
Product Type Outdoors & Indoors 31100 3870a-b
316
Indoors
381
Species
Material Category
System Control
Jati
FCS Pure
Transfer
Jati Jati
FSCPure FCS Pure
Transfer Transfer
Jati
FCS Pure
Transfer
Sumber : KBMIK-BRB/PM/PA-PM/00
Dengan sumber bahan baku log berasal dari raw material yang status produknya adalah FSC Pure dan kapasitas terpasang yang ada pada KBM IKB adalah sebesar 10.500 m3 log per tahun. commit to user
II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Target pasar utama KBM IKB adalah pasar dalam negeri dan ekspor terutama produk furnitur, RST, flooring, dan housing component sesuai permintaan pasar. 2.1.4 Visi dan Misi KBM IKB Sebagai unit pelaksana bisnis Perum Perhutani KBM IKB melaksanakan fungsi Perum Perhutani dalam memproduksi barang dan jasa bermutu tinggi untuk menghasilkan nilai yang setinggi-tingginya untuk memupuk keuntungan perusahaan dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi nasional di bidang kehutanan. Adapun visi KBM IKB adalah “Menjadi salah satu unit bisnis Industri Kayu yang terpercaya dan menjadi andalan di Perum Perhutani”. Sedangkan misi KBM IKB adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan. 2. Memperluas pangsa pasar dan meningkatkan komunikasi dan informasi serta konsisten menjamin kepuasan pelanggan. 3. Selalu membangun semangat dan situasi kerja yang kondusif. 4. Menjamin kesiapan SDM, sarana dan alat produksi dan kecukupan bahan baku industri untuk kelancaran proses produksi yang konsisten, terjadwal dan tepat mutu, tepat waktu, dan tepat jumlah produk yang berkualitas. 2.2
Supply Chain Management Menurut Chopra, dkk. (2004), supply chain terdiri dari semua pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi sebuah permintaan pelanggan. Supply chain tidak hanya mencakup produsen dan pemasok, tetapi juga transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Dalam setiap organisasi, seperti produsen, supply chain mencakup semua fungsi yang terlibat dalam penerimaan dan pengisian permintaan pelanggan. Fungsi ini tidak terbatas pada pengembangan produk baru, pemasaran, operasional, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan. Supply Chain Management (SCM) dikenal sebagai integrasi rantai pasokan atau optimasi rantai pasokan (León-Peña, 2008). SCM merupakan proses commit to user pengoptimalan kinerja perusahaan dalam berinteraksi dengan pemasok dan
II-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembeli untuk membawa produk ke pasar agar lebih efisien. Menurut Cetinkaya, dkk. (2011), SCM mencakup semua kebutuhan pergerakan dan penyimpanan bahan baku, persediaan Work In Process (WIP), dan barang jadi dari titik awal ke titik konsumsi. Berikut adalah gambaran umum implementasi SCM pada industri furnitur.
Gambar 2.1 Gambaran Umum SCM pada Industri Furnitur Sumber: Hisjam, dkk. (2011a)
2.3
Sustainable Supply Chain Management Definisi sebenarnya dari manajemen rantai pasokan yang berkelanjutan (s-
SC) harus mempertimbangkan semua masalah ekonomi, sosial dan lingkungan yang relevan (Cetinkaya, dkk., 2011). Keberlanjutan suatu bisnis tidak hanya mengacu pada aspek ekonomi saja, melainkan juga mempertimbangkan aspek sosial, dan lingkungan. Aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi harus dipertimbangkan dan ditambahkan ke dalam sistem operasi untuk mengatur kriteria kinerja, seperti kualitas, biaya, dan fleksibilitas (Ageron, dkk., 2011). Dengan mempertimbangkan ketiga aspek tersebut, akan mengurangi risiko jangka panjang terkait dengan penipisan sumber daya, fluktuasi biaya energi, dan pengelolaan polusi dan limbah. Pada Tabel 2.3 dipaparkan perbedaan antara SCM konvensional dan s-SCM.
commit to user
II-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.3 Perbedaan SCM Konvensional dan s-SCM
Sumber : Centikaya, dkk. (2011)
Bidang masalah dan ruang lingkup s-SCM digambarkan dalam House of Sustainable Supply Chain Management oleh Teuteberg dan Wittstruck (2010). Tiga dimensi sustainability yang divisualisasikan di sini merupakan pilar yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan bangunan. Manajemen risiko dan peraturan menjadi pondasi bangunan. Dalam rangka untuk mencapai keuntungan jangka panjang, risiko harus diidentifikasi dan dikurangi. Hukum, pedoman, dan standar merupakan titik awal untuk implementasi prinsip sustainability dan praktek sepanjang rantai pasokan. Kajian s-SCM pada Gambar 2.2 dapat meningkatkan nilai tambah pada tiga pilar House of Sustainable Supply Chain Management. Upaya untuk meningkatkan nilai tambah pada ketiga pilar tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan model sehingga dapat memaksimalkan manfaat, meminimalkan risiko dan biaya. Berikut adalah gambar House of Sustainable Supply Chain Management.
commit to user Gambar 2.2 House of Sustainable Supply Chain Management Sumber: Teuteberg dan Wittstruck (2010)
II-6
perpustakaan.uns.ac.id
2.4
digilib.uns.ac.id
Model Sistem Menurut Daellenbach dan McNickel (2005), model merupakan deskripsi atau
analogi yang digunakan untuk membantu untuk memvisualisasikan sesuatu (seperti atom) yang tidak dapat langsung diamati, meskipun dalam beberapa kasus aspek-aspek tertentu dari itu bisa diamati. Oleh karena itu model sistem adalah representasi dari semua bagian penting dari suatu sistem. Sebuah model dapat berupa ikonik, analog, atau simbolis. Berkut adalah pemaparannya: 1. Model ikonik adalah reproduksi benda fisik, biasanya untuk skala yang berbeda dan dengan detail yang berbeda dan detail yang lebih sedikit dari objek aslinya. 2. Model analog adalah representasi yang menggantikan sifat atau fitur dari apa yang dimodelkan dengan cara alternatif seperti bahwa model ini mampu meniru apapun aspek dari hal nyata yang menjadi kepentingan untuk pembuat model tersebut. Misalnya, perbaruan gambar secara simultan yang diamati pengawas lalu lintas udara di monitor radar analog. 3. Model simbolis merupakan representasi dari hubungan antara berbagai entitas atau konsep melalui simbol. Tipe lain dari model simbolik adalah model matematika. Model pertidaksamaan, atau
matematik
dinyatakan
dalam
bentuk persamaan,
fungsi-fungsi matematis. Dalam
sebuah model
matematis, entitas yang ada dinyatakan dalam bentuk variabel dan parameter. Pemodelan sistem merupakan aktivitas atau proses konseptualisasi dari sebuah sistem yang akan diamati menjadi sebuah model. Menurut Daellenbach dan McNickel (2005), langkah-langkah dalam memodelkan sistem adalah sebagai berikut: 1. Situation Summary Hal ini dilakukan untuk mengenal sistem secara lebih mendalam, baik dari segi proses dan struktur, situasi, pekerja yang terlibat, tujuan, hubungan antara komponen sistem, hirarki, sumber daya yang tersedia, dan lain-lain.
commit to user
II-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Mendeskripsikan sistem yang relevan Langkah kedua yaitu mendeskripsikan semua komponen yang relevan, baik komponen struktural maupun proses, yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam sistem tersebut. 2.5
Model Matematik Model matematika adalah model dimana hubungan antara entitas
dinyatakan melalui bentuk ekspresi matematika, misalnya fungsi, persamaan, ketidaksamaan dan lain-lain (Daellenbach dan McNickel, 2005). Pembuatan model matematika berhubungan dengan pendefinisian terminologi tertentu yaitu: 1. Variabel keputusan, merupakan aspek yang dapat dikendalikan dari masalah yang didefinisikan atau alternatif tindakan lain. 2. Ukuran performansi, merupakan aspek yang mengukur seberapa baik tujuan dari pembuat keputusan dapat dicapai. Jika ukuran performansi bisa dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan, maka disebut dengan fungsi tujuan (objective function). 3. Parameter, koefisien, atau konstanta merupakan input yang tidak dapat dikendalikan dari masalah yang telah didefinisikan. 4. Batasan (constraints) merupakan ekspresi matematika yang membatasi range nilai dari variabel keputusan. 2.6
Validitas Model Pengujian validitas dari sebuah model bertujuan untuk mengetahui
kebenaran suatu model secara matematis, konsistensi model secara logis, serta kedekatan model dengan keadaan nyata. Pengujian validitas dari sebuah model terdiri atas dua bagian, yaitu pengujian validitas internal dan pengujian validitas eksternal. Pengujian validitas internal pada umumnya dikenal sebagai verifikasi sementara pengujian validitas eksternal dikenal sebagai validasi (Daellenbach dan McNickel, 2005). Verifikasi suatu model dilakukan untuk menjamin suatu model benar secara matematis dan konsisten secara logis. Hal ini berarti verifikasi dari model adalah pemeriksaan seluruh ekspresi matematis dalam model untuk meyakinkan commit to user bahwa ekspresi-ekspresi tersebut merepresentasikan hubungan-hubungan yang
II-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada dengan benar. Verifikasi model juga meliputi pemeriksaan model untuk meyakinkan bahwa semua ekspresi matematis dalam model memiliki dimensi yang konsisten. Validasi suatu model dilakukan untuk menjamin kemampuan suatu model untuk merepresentasikan sistem nyata. Dengan demikian, validasi suatu model merupakan suatu usaha untuk dapat menjamin kredibilitas dari sebuah model yang dibangun. 2.7
Influence Diagram Kompleksitas suatu situasi tidak terstruktur dapat dengan efektif digambarkan
dengan menggunakan influance diagram. Dengan menggunakan influance diagram, identifikasi masalah sistem dalam rangka pengembangan model matematis lebih mudah dilakukan. Influence diagram disusun sebagai alat untuk membantu dalam mendiskripsikan masalah dan mencari hubungan keterkaitan antara variabel yang dapat dikontrol, parameter, dan konstanta dengan kriteria performansi (Daellenbach dan McNickel, 2005). Berikut adalah diagram yang digunakan untuk influence diagram.
Gambar 2.3 Diagram Konvensi Influence Diagram Sumber: Daellenbach dan McNickel (2005)
2.8
Goal Programming Jones dan Tamiz (2010) menyatakan bahwa dalam suatu goal
programming memungkinkan menggunakan tujuan lebih dari satu tujuan atau commit to user sebanyak Q tujuan, dimana diberikan index q = 1, 2,..., Q. Secara otomatis, maka
II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variabel keputusan yang digunakan pun lebih dari satu, dimana diberikan index x = x1, x2,...,xn. Setiap tujuan pasti mempunyai nilai yang ingin dicapai fq(x), ini merupakan fungsi tujuan. Pembuat keputusan menetapkan target level yang ingin dicapai yang dilambangkan bq. fq(x) + nq - pq = bq ............................................................................................. (2.1) dimana nq adalah variabel deviasi negatif dari fungsi tujuan, nq merupakan target batas bawah yang harus dicapai. Sebagai contoh jika bq = 40 dan fq(x) = 25 maka nq = 15. Sedangkan pq adalah variabel deviasi positif dari fungsi tujuan, pq merupakan target batas atas yang harus dicapai. Keduanya merupakan variabel deviasi yang membatasi nilai non-negative dan keduanya tidak boleh bernilai nol secara bersamaan. Pembuat keputusan harus memutuskan variabel deviasi mana yang diperlukan. Terdapat tiga tipe yang bisa digunakan. Tabel 2.4 Aljabar Tipe Tujuan
Sumber: Jones dan Tamiz (2010)
Tipe tujuan 1 akan melibatkan biaya, dimana setiap penyimpangan positif atas tingkat tujuan akan dikenakan sanksi. Tipe tujuan 2 akan melibatkan keuntungan/ profit, dimana setiap deviasi negatif di bawah level tujuan akan dikenakan sanksi. Tipe tujuan 3 akan melibatkan target tingkat tenaga kerja, dimana setiap penyimpangan negatif atau positif dari tingkat target akan dikenakan sanksi. Fungsi tujuan juga disebut sebagai soft constraint, artinya pembuat keputusan ingin memenuhi setiap tujuan tetapi jika tujuan tidak tercapai maka bukan berarti ini disebut tidak layak. Di dalam goal programming juga memungkinkan menambah sejumlah hard constraint. Hard constraint adalah fungsi pembatas yang sesungguhnya dalam sistem. Ini dimodelkan dengan menambahkan kondisi x ∈ F dimana F adalah daerah layak yang terdiri dari titiktitik dalam ruang keputusan yang memenuhi semua kendala dan pembatasan. commit to user
II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akhirnya, variabel deviasi kemudian dibawa ke achievement function yang bertujuan untuk meminimalkan variabel deviasi dan memastikan bahwa solusi yang didapat adalah “sedekat mungkin” dengan tujuan yang diinginkan. Secara umum gambaran pada goal programming sebagai berikut : Min a = h ( n, p ) ............................................................................................... (2.2) subject to : fq(x) + nq - pq = bq
q=1,2,..,Q ..................................................................... (2.3)
x Є F ................................................................................................................. (2.4) nq, pq ≥ 0 2.9
q=1,2,..,Q ..................................................................... (2.5)
Perdagangan Karbon
2.9.1 Protokol Kyoto Upaya masyarakat internasional menghadapi fenomena perubahan iklim dimulai sejak ditandatanganinya United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. Tiga tahun setelah itu, diadakan Conference of the Parties (COP) pertama di Berlin, Jerman. Pada COP ke-3 tahun 1997 di Kyoto Jepang, para pihak (terutama negara-negara maju/industri) sepakat menurunkan tingkat emisi mereka pada tahun 2008-2012 sebesar 5 % di bawah tingkat emisi di tahun 1990. Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto sesuai dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2004. Protokol Kyoto mengatur 3 mekanisme penurunan emisi yang fleksibel bagi negara-negara industri. 3 mekanisme tersebut adalah: 1. Clean Development Mechanism (CDM) CDM memperbolehkan negara-negara yang dibebani target pengurangan emisi di bawah komitmen Protokol Kyoto untuk mengimplementasikan target tersebut dalam suatu kegiatan penurunan emisi yang berlokasi di negara berkembang. Proyek tersebut, untuk dapat “menjual” karbonnya harus mendapat Certified Emission Reduction (CER), dimana 1 CER setara dengan 1 ton CO2. Inilah yang membentuk pasar karbon. 2. Joint Implementation (JI) Joint Implementation (JI) memberi keleluasaan bagi negara-negara yang commit to industri) user ditarget penurunan emisi (negara-negara untuk mendapatkan Emission
II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
reduction Unit (ERU) dari proyek penurunan/penyerapan emisi di negara yang ditarget penurunan emisi lainnya. Cara kerja JI sama dengan CDM, hanya negara inang (host country) proyek bukanlah negara berkembang, melainkan sesama negara dalam annex I country. 3. Emission Trading Emission trading pada prinsipnya adalah perdagangan karbon dengan cap-and-trade system di bawah Protokol Kyoto. Negara yang telah dibatasi emisinya diperbolehkan memperdagangkan karbon dengan satuan yang disebut AAUs (Assigned Amount Units). 2.9.2 Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.26/Menhut-II/2005 Pasal 13 (4) menyatakan bahwa salah satu kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan adalah berupa usaha perdagangan karbon. Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu membatasi peningkatan CO2 di atmosfer. Pasar perdagangan karbon sedang mengalami perkembangan yang membuat pembeli dan penjual kredit karbon sejajar dalam peraturan perdangangan yang sudah distandardisasi (Razak, 2007b). Pemilik industri yang menghasilkan CO2 ke atmosfer memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme sekuestrasi karbon (penyimpanan karbon). Pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian bisa menjual kredit karbon berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan mereka. Atau bisa juga pengelola industri yang mengurangi emisi karbon mereka menjual emisi mereka yang telah dikurangi kepada emitor lain. Perubahan penggunaan lahan dan kehutanan (Land use change and forestry) merupakan penyumbang emisi karbon terbesar kedua setelah sektor industri, yaitu menyumbang sekitar 15-20% dari total emisi dunia. Pada umumnya terdapat 3 (tiga) kategori mitigasi perubahan iklim untuk sektor kehutanan, yaitu peningkatan manajemen hutan, Aforestasi/Reforestasi, dan Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD). Dari ketiga kategori tersebut, REDD mempunyai potensi pengurangan emisi karbon yang paling besar commit to user (Pustanling, 2010). II-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melalui mekanisme CDM (yang notabene satu-satunya mekanisme yang melibatkan negara berkembang dalam Protokol Kyoto), sektor kehutanan dapat berperan melalui proyek penyerapan karbon aforestasi dan reforestasi. Aforestasi adalah upaya menghutankan areal yang pada masa 50 tahun lalu bukan merupakan hutan. Sedangkan reforestasi adalah upaya menghutankan kembali areal yang dulunya pernah menjadi hutan. 2.9.3 Permasalahan Perdagangan Karbon Menurut Razak (2007b), beberapa hal yang menyebabkan kurang efektifnya sistem perdagangan karbon ini diterapkan di Indonesia terlepas dari nominal harga yang ditawarkan antara lain adalah 1. Kesiapan
kelembagaan
untuk
mengkoordinir
alokasi
dana
yang
dikompensasikan. Harapan dari kompensasi ini adalah dana tersebut dapat dinikmati langsung oleh masyarakat, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka, sehingga mengurangi akses mereka terhadap hutan. 2. Kesiapan regulasi yang mengatur secara detail mulai dari tata ruang wilayah, sampai kepada sistem pembagian kompensasi yang diperoleh. 3. Status kawasan hutan yang masih tumpang tindih juga merupakan permasalahan perlu dibenahi terlebih dahulu. 4. Moralitas seluruh elemen yang terkait dengan penggunaan dana kompensasi, dimana misi yang akan dicapai adalah bagaimana masyarakat dapat hidup sejahtera dengan jalan peningkatan ekonomi masyarakat tersebut, sehingga mengurangi dampak kegiatan mereka terhadap hutan, yang selama ini termasuk salah satu kendala terjadinya degradasi hutan. 2.10
Model Referensi Model yang digunakan sebagai referensi dalam pengembangan model
penelitian ini adalah optimisasi supply chain dengan mempertimbangkan aspek sustainability oleh Habibie, dkk. (2012). Model ini merupakan model hubungan pemasok-pemanufaktur khususnya tentang pengadaan bahan baku log kayu untuk menjamin ketersediaan bahan baku log kayu jati dengan mempertimbangkan aspek sustainability. Tujuan dari model commit to user
II-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini adalah memaksimalkan benefit ekonomi, benefit lingkungan, dan benefit sosial agar tercapainya sustainability dalam hubungan pemasok dengan pemanufaktur. Fungsi tujuan 1. Tujuan ekonomi Tujuan ekonomi dari model ini adalah memaksimalkan profit pemasok (Perum Perhutani/PP) dan pemanufaktur (CV. Valasindo Sentara Usaha/ VSU). Profit didapat dari pendapatan dikurangi dengan pengeluaran. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
å
2
2
12
Max
TPPt =
12
ååå k =1
j =1
t =1
12
l j
p Qjkt -
t =1
å
12
c
p
PFt -
t =1
12
å
c
m
CFt -
t =1
å
c ha HFt
t =1
12
- å CSRt ………………….………………………..….(2.6) t =1
å
2
2
12
Max
j =1
t =1
Qjkt -
2
12
ååå
TPVSUt =
k =1
t =1
2
2
p
f k
2
j =1
k =1
k =1
t =1
-
c Fjkt l
t =1
2
p c hoj Q jkt
2
12
ååå
12
ååå j =1
Fjkt -
k =1
t =1
12
ååå j =1
12
åå
2
k =1
t =1
p lj
12
c o Fjkt -
å
APDt
t =1
…………………………………………………………...(2.7) 2. Tujuan sosial Tujuan sosial dari model ini adalah memaksimalkan CSR PP dan memaksimalkan pengadaan APD untuk karyawan VSU Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : 12
Max
å
12
CSRt =
t =1
å
β TPPt........................................................................ (2.8)
t =1
12
Max
å 12
APDt =
t =1
å t =1
c dj kt........................................................................... (2.9)
3. Tujuan lingkungan Tujuan lingkungan dari model ini adalah memaksimalkan penyerapan karbon berdasarkan luas hutan yang dipertahankan dan meminimalkan limbah penggergajian kayu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : Max CFt = TFt-1 - HFt + PFt ....................................................................... (2.10) 12
Min
å t =1
Wt =
2
2
12
j =1
k =1
t =1
å å å αj Qjkt ............................................................... (2.11) commit to user
II-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fungsi batasan 1. Batasan keseimbangan hutan Batasan ini menjamin bahwa keseimbangan hutan tetap terjaga. Batasan tersebut menjamin bahwa luas hutan yang ditanam pada suatu periode sama dengan luas hutan yang dipanen pada periode sebelumnya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: PFt = HF(t-1) ............................................................................................... (2.12) 2. Batasan log yang diproduksi Batasan pertama menjamin bahwa log yang diproduksi sama dengan luas hutan yang dipanen dengan ketentuan setiap 1 ha hutan yang dipanen menghasilkan log sebesar 1.239 m3. Batasan berikutnya menjamin bahwa kebutuhan log VSU kurang dari sama dengan log yang diproduksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: QLt / 1239 = Ct .......................................................................................... (2.13) 2
2
j =1
k =1
åå
Qjkt ≤ QLt ...................................................................................... (2.14)
3. Batasan kapasitas penyimpanan Batasan pertama menjamin bahwa log yang disimpan di gudang bahan baku, tidak lebih dari kapasitas tempat penyimpanan yang tersedia. Besarnya kapasitas gudang bahan baku di VSU adalah 1.000 m3. Batasan yang kedua menjamin bahwa furnitur yang dihasilkan kurang dari sama dengan kapasitas produksi VSU yaitu sebesar 40 m3. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 2
2
å å j =1
k =1
2
2
j =1
k =1
å å
p ≤ 1.000 ................................................................................. (2.15) Q jkt
Vjkt ≤ 40 ...................................................................................... (2.16)
Notasi variabel keputusan PFt : luas area hutan yang ditanam pada periode ke t (ha) CFt : luas area hutan yang dipertahankan pada periode ke t (ha) HFt : luas area hutan yang dipanen pada periode ke t (ha) commit to user Qjkt : jumlah log dibeli VSU kelas j untuk furnitur jenis k periode ke t (m3)
II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
j
: indeks kelas kayu (1 = kelas AII, 2 = kelas AIII)
k
: indeks jenis furnitur (1 = GF, 2 = INDOOR)
t
: indeks periode waktu analisis ( t = 1, … , 12 )
Parameter Parameter-parameter yang terlibat dalam model penlitian ini akan diuraikan sebagai berikut: p Q jkt
: jumlah log yang disimpan VSU kelas j untuk furnitur jenis k pada periode ke t (m3)
cp
: ongkos tanam hutan jati (Rp/ha)
cm
: ongkos pemeliharaan hutan jati (Rp/ha)
c ha
: ongkos panen hutan jati (Rp/ha)
cl
: biaya tenaga kerja langsung pembuatan furnitur (Rp/m3)
co
: biaya overhead pabrik (BOP) pembuatan furnitur (Rp/m3)
c hoj
: biaya simpan log kelas j (Rp/m3)
c dj
: biaya pengadaan APD di VSU pada periode ke t (Rp/m3)
APDt
: total biaya APD di VSU pada periode ke t (Rp)
p lj
: harga jual log kayu = harga beli log kayu oleh VSU kelas j (Rp/m3)
pkf
: harga jual furnitur jenis k (Rp/m3)
Fjkt
: jumlah furnitur k yang diproduksi dari log kelas j pada periode ke t = jumlah furnitur k yang dijual dari log kelas j pada periode ke t (m3)
dkt
: jumlah permintaan furnitur k pada periode ke t (m3)
Wt
: total jumlah limbah yang dihasilkan VSU pada periode ke t (m3)
TPPt
: total profit PP pada periode ke t (Rp)
TPVSU t : total profit VSU pada periode ke t (Rp) TFt
: total luas hutan pada periode ke t (ha)
QPt
: jumlah log yang diproduksi untuk VSU pada periode ke t (m3)
CSRt
: total biaya CSR yang dikeluarkan PP pada periode ke t (Rp)
β
: presentase CSR
kt
: jumlah karyawan di VSU pada periode ke t
γj
: nilai konversi furnitur menjadi log untuk kelas j commit to user : nilai konversi log menjadi limbah untuk kelas j
αj
II-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ni
: deviasi negatif fungsi i
pi
: deviasi positif fungsi i
ωi
: desired value fungsi i
commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisikan pendekatan penelitian yang dilakukan untuk pengembangan model. Selain itu, pada bab ini juga berisi bagan aliran penelitian yang digunakan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 3.1
Pendekatan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah memodelkan hubungan antara pemasok dan
pemanufaktur yang melibatkan perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon hutan jati. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan model sustainable supply chain (s-SC). Model acuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Zhou, dkk. (2000), Habibie, dkk. (2012), dan Keles (2010). Model Zhou dkk. (2000) membahas tentang pengadaan bahan baku yang mempertimbangkan aspek sustainability tanpa mempertimbangkan aspek pemasok. Model s-SC yang dikembangkan oleh Habibie, dkk. (2012) mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Aspek ekonomi mencakup profit Perum Perhutani (PP) dan profit VSU, aspek lingkungan yaitu memaksimalkan luas hutan lindung dan meminimalkan limbah, sedangkan aspek sosial yaitu memaksimalkan CSR (Corporate Social Responsibility) PP dan memaksimalkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) karyawan VSU. Model Keles (2010) mempertimbangkan luas area hutan yang digunakan untuk produksi log kayu dan dipertahankan untuk penyerapan karbon. Tujuan model yang dikembangkan Keles (2010) adalah memaksimalkan Net Present Value (NPV) produksi log kayu, penyerapan karbon, dan memaksimalkan nilai kumulatif dari NPV baik produksi log kayu maupun penyerapan karbon. Model ini hanya meninjau keberlangsungan hutan itu sendiri. Penelitian ini merupakan pengembangan model penelitian Habibie, dkk. (2012) dimana model s-SC yang dikembangkan telah melibatkan perdagangan karbon. Aspek ekonomi diukur dari profit PP dan profit Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB). Selain penjualan log jati, besarnya profit commit to user PP juga dipengaruhi oleh perdagangan karbon yang dilakukan dengan jual beli III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karbon antara PP dengan industri atau pihak yang bertanggung jawab untuk menurunkan emisi. Aspek lingkungan diukur dengan memaksimalkan penyerapan karbon dan meminimasi limbah. Penyerapan karbon berdasarkan luas area perdagangan karbon, sedangkan limbah diminimasi dengan mengolah limbah menjadi Finger Joint Laminating (FJL) dan sidanya dijual. Aspek sosial diukur dengan memaksimalkan CSR, dan memaksimalkan kesehatan dan keselamatan kerja karyawan baik PP maupun KBM IKB. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ginoga, dkk. (2005). Perhitungan densitas karbon yang dilakukan Ginoga, dkk. (2005) dibutuhkan pada penelitian ini untuk mengetahui seberapa banyak jumlah karbon yang diserap oleh luas area hutan tertentu. Densitas karbon dihitung sampai umur pohon jati ke-60. Dalam perhitungan ini dipertimbangkan jarak tanam yang digunakan untuk pohon jati yaitu 3 x 1 meter (3.333 batang per ha). Posisi penelitian saat ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut. Tabel 3.1 Posisi Penelitian Kriteria Penulis (tahun)
Aspek sustainability
Hubungan
Nilai
dua entitas
karbon
x
x
Metode penyelesaian masalah
Ekonomi : Maksimasi laba bersih Sosial : Memenuhi seluruh permintaan pasar Lingkungan : Minimasi Zhou, dkk. (2000)
penggunaan material, minimasi energi, maksimasi pemanfaatan fasilitas, pengolahan limbah (minimasi limbah, maksimasi bahan dan energi yang dapat diperbaharui)
commit to user
III-2
Goal Programming
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ekonomi : Maksimasi profit PP dan profit VSU Habibie, dkk. (2012)
Sosial : Maksimasi CSR PP dan K3 VSU
√
x
x
√
√
√
Lingkungan : Maksimasi
Goal Programming
luas hutan lindung dan minimasi limbah Ekonomi: Sustainable forest management dengan memaksimalkan NPV produksi log kayu, Keles (2010)
penyerapan karbon, dan memaksimalkan nilai
Linear Programming
kumulatif dari NPV baik produksi log kayu maupun penyerapan karbon Ekonomi : Maksimasi profit PP dan profit KBM IKB Sosial : Maksimasi CSR PP, K3 PP, dan K3 KBM Penelitian ini IKB Lingkungan : Maksimasi luas hutan lindung sebagai media perdagangan karbon, dan minimasi limbah
commit to user
III-3
Goal Programming
perpustakaan.uns.ac.id
3.2
digilib.uns.ac.id
Bagan Alir Penelitian Penelitian ini secara umum dilakukan dengan langkah-langkah yang
diuraikan pada Gambar 3.1. Setiap langkah akan dijelaskan pada sub bab sebagai berikut. 3.2.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan merupakan tahap mempelajari sistem yang ada pada penelitian sebelumnya, yaitu mengenai sistem pengadaan bahan baku log jati dari pemasok. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan studi pendahuluan mengenai perdagangan karbon, yaitu mekanisme perdagangan karbon, nilai densitas karbon pada tiap umur kayu jati, dan harga karbon. Studi pendahuluan mengenai perdagangan karbon dilakukan dengan mengkaji beberapa literatur terkait. Hasil dari studi pendahuluan ini berupa gambaran sistem yang akan dimodelkan. 3.2.2 Perumusan Masalah dan Tujuan Pada tahap ini dilakukan penentuan terhadap masalah yang akan diselesaikan serta tujuan yang akan dicapai. Dua hal tersebut sekaligus memberikan acuan dalam melakukan penelitian, sehingga menjadi lebih fokus dan terstruktur. Permasalahan akan menjadi objek penelitian yang selanjutnya akan dipelajari dan dibuat kesimpulan sesuai konteksnya dalam penelitian. 3.2.3 Studi Pustaka Pada tahapan ini, dilakukan studi pustaka yang sesuai dengan permasalahan dan penentuan tujuan yang telah diuraikan pada tahapan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan studi literatur tentang supply chain management, sustainable supply chain management, konsep permodelan sistem, dan perdagangan karbon. 3.2.4 Kajian Sistem Tahap ini berisi kajian tentang hubungan pemasok yaitu Perum Perhutani (PP) dan pemanufaktur yaitu Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB). Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap sistem pengadaan bahan baku log jati dari pemasok yang ada di KBM IKB dan sistem perdagangan commit to user karbon.
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user Gambar 3.1 Metodologi Penelitian III-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.2.5 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi tentang ketersediaan data yang diperlukan dalam penyelesaian masalah dan analisis. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan antara lain : 1. Data densitas karbon 2. Data harga karbon 3. Data biaya tanam pohon jati 4. Data biaya pemeliharaan dan biaya pemanenan pohon jati 5. Data harga jual log jati dan biaya simpan 6. Data harga sisa penggergajian kayu 7. Data persentase Corporate Social Responsibility (CSR) 8. Data harga Alat Pelindung Diri (APD) 9. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) 10. Data Biaya Overhead Pabrik (BOP) 11. Nilai konversi 12. Data harga funitur 3.2.6 Karakterisasi Sistem Tahap ini merupakan penggambaran karakteristik sistem yang sedang berjalan di KBM IKB dan PP. Karakterisasi dilakukan dengan menguraikan proses yang berlangsung di perusahaan yang melibatkan pihak pemasok dengan pemanufaktur. Selain itu, pada tahap ini dilakukan penggambaran sistem perdagangan karbon antara PP dengan pihak-pihak yang berkepentingan menurunkan emisi karbon. Berdasarkan karakteristik sistem tersebut, diperoleh acuan dalam pengembangan model hubungan pemasok dengan pemanufaktur. 3.2.7 Pengembangan Model Hubungan Pemasok dan Pemanufaktur Tahap ini berisi pengembangan model hubungan antara pemasok dan pemanufaktur dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Langkah-langkah pengembangan model akan diuraikan sebagai berikut : 1. Penentuan sistem relevan objek kajian Penentuan sistem relevan objek kajian merupakan langkah untuk commit to user mendeskripsikan masalah penelitian yang mendasari penyusunan model. III-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penyusunan model ini, dibutuhkan variabel-variabel yang berpengaruh pada sistem. Hubungan pengaruh antara variabel-variabel dalam sistem relevan digambarkan dengan menggunakan influence diagram. 2. Formulasi pengembangan model Setelah diketahui permasalahan yang mendasari pengembangan model, dilakukan formulasi model yang terdiri dari penentuan kriteria performansi, variabel keputusan, parameter, dan batasan-batasan yang diterjemahkan ke dalam rumus matematis. 3.2.8 Verifikasi Model Validasi internal atau verifikasi, merupakan pengujian bahwa model adalah benar secara matematis serta logis, dan data yang digunakan benar. Hal ini berarti seluruh ekspresi matematis telah menggambarkan dengan benar hubunganhubungan yang diasumsikan, sehingga dapat diterapkan dengan benar didalam program komputer (Daellenbach dan McNickel, 2005). Verifikasi dilakukan dengan memeriksa konsistensi satuan seluruh persamaan matematis dalam model. 3.2.9 Uji Coba Model Pada tahap ini, model dan data parameter dimasukan ke dalam program Lingo 11.0 sebagai langkah uji coba apakah model dapat menghasilkan output yang diharapkan. Model diuji coba dengan menggunakan metode goal programming. Langkah pertama adalah menambah variabel deviasi positif dan variabel deviasi negatif pada semua fungsi tujuan yang kemudian disebut dengan soft constraint serta menentukan desired value (target yang ingin dicapai) pada semua fungsi tujuan. Kemudian yang menjadi fungsi tujuannya adalah minimasi variabel deviasi. 3.2.10 Analisis Pada tahap analisis dilakukan analisis sensitivitas dan analisis kesalahan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa sensitif atau dengan kata lain seberapa besar model matematik terpengaruh terhadap perubahan input yang terjadi. Semakin sensitif model, dapat dikatakan bahwa model semakin tidak baik dan perlu dilakukan revisi. Analisis kesalahan dapat memberikan informasi commit to user
III-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentang seberapa besar kerugian yang mungkin diperoleh jika terjadi kesalahan nilai input parameter. 3.2.11 Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini, disusun kesimpulan yang akan menjawab tujuan penelitian serta hasil dari tahap-tahap yang dilakukan. Saran yang diberikan mencakup saran implementasi dan penelitian lanjutan yang dapat dilakukan.
commit to user
III-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menjelaskan tentang pengumpulan dan pengolahan data pengembangan model antara pemasok (Perum Perhutani) dan pemanufaktur (Kesatuan Bisnsis Mandiri Industri Kayu Brumbung/ KBM IKB). Bab ini berisi pendeskripsian data-data yang dibutuhkan dalam karakteristik sistem kajian, pengembangan model, dan uji coba model. Uji coba model dilakukan dengan menggunakan program Lingo 11.0. 4.1
Pengumpulan Data Sub bab ini menyajikan data-data yang digunakan dalam pengolahan data.
Data yang digunakan meliputi data terkait perdagangan karbon, data terkait pendapatan dan pengeluaran baik Perum Perhutani maupun KBM IKB yang mendukung Sustainable Supply Chain. 4.1.1 Data Perdagangan Karbon Data-data terkait perdagangan karbon meliputi data luas area hutan jati berdasarkan Kelas Umur (KU) dan densitas karbon tiap KU. Luas area hutan jati yang digunakan adalah luas KU KPH Kendal Perum Perhutani Unit I JawaTengah (Tabel 4.1). Sedangkan untuk densitas karbon per hektar (Gambar 4.1), dihitung berdasarkan laju pertumbuhan selama 60 tahun (Ginoga, dkk., 2005). Tabel 4.1 Luas Area Hutan Jati tiap KU KPH Kendal Kelas Umur KU I KU II-VII KU VIII-XII Jumlah
Jangka Th. 2008-2017 (ha) 7.551,79 6.036,90 43,40 13.632,09
Sumber: Public Summary KPH Kendal, 2011
commit to user
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1 Kapasitas Karbon tiap KU Sumber: Ginoga, dkk. (2005)
Selain luas area KU Jati dan densitas karbon tiap kelas umur, dalam pengolahan data ini dibutuhkan harga karbon/ ton C. Perhitungan bisnis karbon yaitu setiap upaya penurunan emisi karbon setara dengan 1 (satu) ton karbon (tCO2) akan diberi 1 (satu) CER (certified emission reduction). CER merupakan sertifikat yang mirip surat berharga yang dikeluarkan oleh Badan Eksekutif CDM di bawah UNFCCC. Harga CER bervariasi tergantung kesepakatan pihak-pihak yang bertransaksi. Berdasarkan Razak (2007b), saat ini harga pasaran karbon di dunia internasional mencapai USD 5-6 per ton. Harga karbon yang digunakan pada penelitian ini adalah $5 atau setara dengan Rp.46.955,- ($1 = Rp.9.391,-). Harga karbon dalam pengolahan data ini diklasifikasikan berdasarkan lama waktu perdagangan karbon. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.30/Menhut-II/2009, jangka waktu pelaksanaan REDD (Reduction Emission from Deforestation and Degradation) dalam rangka penyerapan karbon paling lama 30 tahun. 4.1.2 Data Perum Perhutani Data-data yang terkait dengan pendapatan dan pengeluaran PP meliputi biaya operasional (biaya tanam, biaya pemeliharaan, dan biaya panen), biaya Alat Pelindung Diri (APD), data persentase CSR (Corporate Social Responsibility), commit to user dan data harga jual log jati dan biaya simpan. IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Biaya Operasional Biaya operasional meliputi biaya tanam, biaya pemeliharaan, dan biaya panen. Data biaya tanam diperoleh dari total biaya kebutuhan bibit per ha, kebutuhan pupuk per ha, dan biaya tenaga kerja per ha. Luas 1 ha hutan jati membutuhkan 3.333 bibit dengan harga Rp.3.333.000,-. Dalam penanaman 1 ha pohon jati membutuhkan 9.999 kg pupuk dengan harga Rp.3.999.600,- dan biaya tenaga kerja sebesar Rp.105.000,-. Jadi biaya tanam 1 ha pohon jati adalah Rp.7.437.600,-. Berdasarkan Ginoga dkk. (2005) besarnya biaya pemeliharaan pohon jati adalah Rp.160.500,- per ha. Sedangkan biaya pemanenan pohon jati sebesar Rp 16.785.300,- per ha. Pada saat pemanenan setiap 1 ha menghasilkan 1.239 m3 (Ginoga, dkk., 2005). b. Biaya APD Karyawan PP perlu menggunakan APD untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja terutama untuk buruh yang bekerja langsung di lapangan. Hal ini telah di atur dalam PER.08/MEN/VII/2010 yang mewajibkan untuk menggunakan APD untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja baik jangka pendek maupun jangka panjang. APD yang digunakan antara lain helm, masker, sarung tangan, dan sepatu kerja. Harga dari masing-masing APD dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Harga APD PP Jenis APD Helm Masker Sarung tangan Sepatu kerja Total
Harga (Rp) 15.000 9.000 5.000 300.000 329.000
c. Persentase CSR Berdasarkan Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, Undangundang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dan PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan bahwa BUMN wajib mengadakan Program Kemitraan dan Bina commit to user
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lingkungan (PKBL). Besarnya dana yang dikeluarkan maksimal 2% dari laba perusahaan. d. Harga jual log jati dan biaya simpan Log jati yang dihasilkan terdiri dari 3 jenis berdasarkan diameter kayu, yaitu log jenis AI, AII, dan AIII. Log AI memiliki diameter kurang dari 20 cm, log AII memiliki diameter 20 sampai 30 cm, sedangkan log AIII memiliki diameter diatas 30 cm. Pada penelitian ini hanya digunakan log jenis AII dan AIII untuk dapat memenuhi syarat penjualan ekspor. Biaya simpan per tahun sebesar 3% dari harga beli log jati. Harga jual log jati dan biaya simpan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Harga Jual Log Jati dan Biaya Simpan Kelas Kayu AII AIII
Harga/m3 (Rp) 2.750.000 4.500.000
Biaya Simpan Biaya Simpan (3% per tahun) per Bulan (Rp) 82.500 6.875 135.000 11.250
4.1.3 Data KBM IKB Data-data yang terkait dengan pendapatan dan pengeluaran KBM IKB meliputi biaya overhead pabrik (BOP), biaya APD, biaya tenaga kerja langsung (BTKL), nilai konversi, data limbah, data harga produk, dan biaya transportasi. a. BOP Biaya overhead pabrik (BOP) dihitung per m3. BOP yang dihitung adalah total biaya bahan pembantu dan biaya listrik per m3. Biaya bahan pembantu untuk pembuatan produk adalah Rp.150.000.000,- per bulan sedangkan biaya listrik Rp.80.000.000,- per bulan. Rata-rata produksi per bulan adalah 216 m3 sehingga total BOP adalah Rp.1.064.814,815 per m3. b. Biaya APD Karyawan KBM IKB perlu menggunakan APD untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja terutama untuk buruh yang bekerja langsung di lapangan. Hal ini telah di atur dalam PER.08/MEN/VII/2010 yang mewajibkan untuk menggunakan APD untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja baik jangka pendek maupun jangka panjang. APD yang digunakan antara lain helm, commit to user
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masker, earplug, sarung tangan, sepatu kerja, dan baju kerja. Harga dari masing-masing APD dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Harga APD KBM IKB Jenis APD Helm Masker Earplug Sarung tangan Sepatu kerja Baju kerja Total
Harga (Rp) 15.000 9.000 32.000 5.000 300.000 150.000 511.000
c. BTKL Biaya tenaga kerja langsung regular dihitung per m3 berdasarkan proporsi dari kapasitas jam kerja yang berlaku di KBM IKB. CL = =
gaji/ bulan x jml. tenaga kerja ................................................ (4.1) kapasitas produksi per bulan Rp.993.650 /bulan orang x 100 orang 1080 m 3 /bulan
= Rp.92.005,- per m3 Upah lembur dihitung berdasarkan Keputusan Menakertrans Nomor KEP 102/MEN/VI/2004 tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur. Upah 1 jam pertama sebesar 1,5 kali gaji regular/jam dan untuk jam lembur >1 jam sebesar 2 kali gaji regular/jam. d. Nilai konversi produk - log Produk yang dijual di KBM IKB dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu produk A, produk B, dan produk C. Produk A terdiri dari Garden Furniture dan Housing Component. Produk B terdiri dari Flooring, dan Parquet. Produk C merupakan side product berupa Finger Joint Laminating dengan proporsi 0,07 dari raw material baik AII maupun AIII. Tabel 4.5 Nilai Konversi Produk – Log Kelas Kayu AII AIII
Produk A 20 5,9 to user commit
IV-5
B 5,6 12,5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5 menunjukkan nilai konversi produk – log yang merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan log agar dapat memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan pesanan. Nilai konversi ini penting karena dalam proses produksi pada industri kayu tidak seluruh volume kayu dapat digunakan. Hal ini disebabkan oleh pola pemotongan kayu yang telah disesuaikan dengan ukuran sesuai pesanan. Dari nilai konversi tersebut di atas, dapat diketahui kebutuhan log untuk dapat memenuhi pesanan. Sebagai contoh terdapat jumlah pesanan produk A 10 m3 dengan nilai konversi log AIII 5,9, maka kebutuhan log yang harus dipenuhi sebesar 59 m3. e. Data limbah Terdapat limbah yang dihasilkan saat proses produksi berlangsung. Limbah yang dihasilkan dalam proses produksi pengolahan log jati di KBM IKB yaitu limbah sisa-sisa penggergajian (tungkel) dan serbuk. Dalam sehari proses produksi, terdapat sekitar 30% limbah tungkel dan 70% limbah serbuk. Limbah yang dihasilkan tidak dibuang begitu saja, namun dapat dijual. Harga jual untuk limbah tungkel adalah Rp.33.000,-/ m3, sedangkan harga jual limbah serbuk Rp.10.000,- / m3. Dari nilai konversi produk menjadi log yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat diketahui pula nilai konversi limbah dari jumlah kebutuhan log. Sebagai contoh seperti sebelumnya, terdapat jumlah pesanan produk A 10 m3 dengan nilai konversi log AIII 5,9, maka kebutuhan log yang harus dipenuhi sebesar 59 m3. Sisa dari kebutuhan log akan menjadi limbah. Tabel 4.6 Nilai Konversi Log – Limbah Kelas Kayu AII AIII
Produk A 0,95 0,83
B 0,82 0,92
f. Harga produk Harga jual rata-rata untuk produk A adalah Rp.35.000.000,-/m3, produk B adalah Rp.15.000.000,-/m3, dan produk C adalah Rp.9.700.000,- /m3. commit to user
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Biaya transportasi Berdasarkan Oktyajati (2009), jarak Kendal – KBM IKB adalah 66 km. Besarnya biaya transportasi dari KPH Kendal ke KBM IKB sebesar Rp.2.520,/km m3. Jadi biaya transportasi merupakan perkalian antara jarak dan biaya transportasi sesuai dengan jumlah log yang dikirim. h. Permintaan produk Produk yang dijual di KBM IKB dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu produk A, produk B, dan produk C. Sisa bahan baku pengerjaan produk A dan B diolah kembali menjadi produk C. Jumlah permintaan produk A dan B tiap tahun selama 5 tahun adalah sebagai berikut. Tabel 4.7 Permintaan Produk Produk Th. 2007 513.77 595.64
A B 4.2
Permintaan Produk (m3) Th. 2008 Th. 2009 Th. 2010 601.09 593.34 586.81 1017.08 976.73 1417.59
Th. 2011 604.97 1411.64
Pengolahan Data Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai karakteristik sistem hubungan
pemasok dan pemanufaktur yang mempertimbangkan adanya perdagangan karbon, penentuan variabel-variabel yang berpengaruh, pengembangan model, verifikasi model, dan uji coba model. 4.2.1 Karakteristik Sistem Tahap ini merupakan pendeskripsian karakteristik sistem antara PP sebagai
pemasok
dan
KBM
IKB
sebagai
pemanufaktur
dengan
mempertimbangkan perdagangan karbon. Jadi pada pengembangan model ini terdapat empat entitas yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Entitas yang terlibat secara langsung adalah PP dan KBM IKB, sedangkan entitas yang tidak terlibat secara langsung adalah pembeli kredit karbon dan konsumen produk kayu. Secara umum, hubungan antara entitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2.
commit to user
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2 Kerangka Entitas Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa keempat entitas tersebut saling berkaitan. Konsumen melakukan pesanan produk sesuai dengan kebutuhan mereka. Dari pesanan konsumen, dapat diketahui jumlah log jati yang dibutuhkan KBM IKB untuk dapat memenuhi pesanan konsumen tersebut. Pasar utama KBM IKB adalah internasional, namun tidak menutup kemungkinan untuk memenuhi pasar lokal. KBM IKB melakukan pemilihan kayu ke PP untuk dapat memproses pesanan konsumen sesuai dengan spesifikasi yang dipesan. KBM IKB memiliki alokasi volume log tersendiri dari PP. Dalam setahun, KBM IKB mendapat alokasi log jati sejumlah 10.500 m3 yang dipasok dua kali dalam satu bulan. Disamping PP memiliki kewajiban untuk memasok kayu ke industri kayu, PP juga memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian alam. Fenomena perubahan iklim yang terjadi akibat kadar emisi yang sudah tidak dapat ditampung atmosfer menyebabkan adanya kebijakan untuk tetap menjaga keseimbangan alam. Kebijakan dalam menjaga keseimbangan alam tidak hanya menjadi tanggung jawab PP yang memiliki wewenang untuk menjaga perlindungan hutan. Hal ini juga menjadi tanggung jawab negara-negara industri yang telah berkontribusi dalam peningkatan jumlah karbon. Berdasarkan Protokol Kyoto sebagai bukti kesepakan negara-negara industri untuk menurunkan emisi, salah satu mekanisme penurunan emisi adalah Clean Development Mechanism (CDM). Dalam mekanisme CDM, untuk dapat menurunkan emisi/ menjual karbon harus mendapatkan CER (Certified Emission Reduction). Melalui mekanisme CDM, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk penurunan emisi adalah dengan cara Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD). REDD mempunyai potensi penurunan emisi karbon yang paling besar (Pustanling, 2010). Tata caratopengurunan emisi dengan REDD telah commit user
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.30/Menhut-II/2009. Pihak yang terlibat dalam REDD terdiri dari pihak nasional dan internasional. Pihak nasional terdiri dari pihak-pihak yang memiliki lahan untuk diperdagangkan, sedangkan pihak internasional terdiri dari pemerintah, badan usaha, dan organisasi internasional. Pihak internasional merupakan pihak yang akan menurunkan emisi akibat emisi yang dihasilkan sudah melampui batas maksimal emisi. Berikut ini bagan mekanisme perdagangan karbon.
Gambar 4.3 Aliran Proses Perdagangan Karbon Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.30/Menhut-II/2009 pasal 14, hak dan kewajiban para pelaku REDD adalah sebagai berikut. (1) Pelaku REDD mempunyai hak : a. Entitas nasional memperoleh pembayaran dari entitas internasional atas penurunan emisi yang dihasilkan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. b. Entitas internasional menggunakan sertifikat REDD sebagai bagian dari pemenuhan komitmen pengurangan emisi negara maju sesuai peraturan yang berlaku. c. Memperjual-belikan sertifikat REDD bagi perdagangan karbon REDD pasca 2012 yang dikaitkan dengan pelaksanaan komitmen pengurangan emisi negara maju. (2) Pelaku REDD mempunyai kewajiban : a. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan dalam rangka pelaksanaan REDD. commit to user b. Menetapkan referensi emisi sebelum pelaksanaan REDD. IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Melakukan pemantauan sesuai dengan rencana. d. Menyampaikan laporan hasil pemantauan kepada Menteri melalui Komisi REDD. 4.2.2 Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh Sustainable Supply Chain diukur berdasarkan tiga aspek yaitu benefit ekonomi, sosial, dan lingkungan. Besarnya benefit dari masing-masing aspek dipengaruhi oleh variabel-variabel terkendali dan tak terkendali. Variabel terkendali merupakan variabel yang dapat dipastikan nilainya, seperti jumlah produksi dan jumlah penjualan. Sedangkan variabel tak terkendali merupakan variabel yang memiliki nilai elastis, seperti harga jual log jati dan biaya transportasi. Hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya digambarkan melalui influence diagram pada Gambar 4.4. Dari influence diagram dapat diketahui benefit dari masing-masing aspek. Aspek ekonomi diukur dari profit PP dan profit KBM IKB, benefit lingkungan diukur dari luas area KU jati untuk perdagangan karbon dan minimasi limbah KBM IKB, dan benefit sosial diukur dari Corporate Social Responsibility PP, pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk keselamatan karyawan di PP dan KBM IKB. Profit KBM IKB dihitung dari pendapatan dikurangi pengeluaran. Pendapatan KBM IKB dipengaruhi oleh penjualan produk. Besarnya pendapatan KBM IKB tergantung pada harga jual dan jumlah item yang dijual. Sedangkan pengeluaran KBM IKB dipengaruhi total biaya tenaga kerja langsung (BTKL), total biaya log, total biaya simpan, dan total biaya overhead pabrik (BOP), biaya transportasi dan pengadaan APD. Profit PP diperoleh dari pendapatan dikurangi pengeluaran. Pendapatan PP dipengaruhi oleh besarnya penjualan log jati dan perdagangan karbon. Sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya pemanenan, dan pengadaan APD. Biaya tanam merupakan total dari biaya kebutuhan bibit, kebutuhan pupuk, dan biaya tenaga kerja yang dihitung per ha. Biaya pemeliharaan dipengaruhi oleh ongkos pemeliharaan per ha dan jumlah pohon yang ditanam. Biaya pemanenan dipengaruhi oleh ongkos pemanenan per ha. commit to user
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Biaya pengadaan APD disesuaikan dengan kebutuhan APD dan jumlah karyawan di PP. Salah satu pendapatan PP berasal dari perdagangan karbon. Dengan perdagangan karbon, PP tidak hanya mendapatkan benefit ekonomi namun juga benefit lingkungan. Luas area hutan jati dipertahankan selama waktu yang ditentukan untuk dapat menyerap karbon sesuai dengan kemampuan penyerapan tiap KU jati. Penyerapan karbon dipengaruhi luas area dan lama waktu hutan yang dipertahankan. Limbah KBM IKB berupa serbuk dan tungkel sisa-sisa penggergajian kayu. Jumlah limbah yang dihasilkan dipengaruhi oleh nilai konversi log menjadi limbah dan volume penggergajian log jati. Volume penggergajian kayu dipengaruhi oleh jumlah permintaan produk karena semakin banyak jumlah permintaan produk maka semakin banyak kayu yang digergaji dan semakin banyak pula limbah penggergajian kayu. CSR PP dipengaruhi oleh besarnya persentase CSR yang ditetapkan pemerintah dan jumlah profit PP. Profit PP dipengaruhi oleh variabel-variabel yang telah disebutkan diatas. Pengadaan APD untuk keselamatan karyawan baik di PP maupun di KBM IKB dipengaruhi oleh harga APD yang dibutuhkan, jenis APD, dan jumlah karyawan yang membutuhkan APD. Dengan adanya APD diharapkan mampu melindungi karyawan dari kemungkinan kecelakaan kerja. Influence diagram (Gambar 4.4) tersebut mengidentifikasikan masalah sistem dalam rangka pengembangan model hubungan pemasok pemanufaktur furnitur yang mempertimbangkan perdagangan karbon hutan jati. Pada penelitian ini, penjualan furnitur menjadi prioritas utama untuk memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun ekspor yang akan berpengaruh pada jumlah kebutuhan log jati dan mempengaruhi luas hutan yang ditebang. Sedangkan perdagangan karbon merupakan wujud keterlibatan dalam menjaga keseimbangan hutan. Sisa total luas hutan setelah dilakukan penebangan hutan dijadikan area untuk perdagangan karbon. Untuk lebih jelasnya, keterkaitan antara pemenuhan permintaan log jati dan penjualan karbon dapat dilihat pada causal loop diagram (Gambar 4.5). commit to user
IV-11
Gambar 4.4 Influence Diagram
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.5 Causal Loop Diagram 4.2.3 Pengembangan Model Pengembangan model dilakukan dengan acuan influence diagram yang telah disusun. Melalui influence diagram, dapat diketahui variabel-variabel yang akan digunakan dan dipertimbangkan dalam pengembangan model tersebut. Berikut ini akan dijelaskan komponen model yang terdiri dari kriteria performansi, variabel keputusan, parameter, penyusunan fungsi tujuan, dan penentuan batasan. a. Kriteria performansi Kriteria performansi dalam pengembangan model ini adalah tercapainya rantai pasok yang berkelanjutan (Sustainable Supply Chain) antara PP dan KBM IKB. Tercapainya Sustainable Supply Chain baik PP maupun KBM IKB ditinjau dari tiga aspek, yaitu benefit ekonomi, lingkungan, dan sosial. Hal ini telah dipaparkan pada influence diagram. Dari influence diagram dapat dilihat variabel-variabel yang mempengaruhi benefit ekonomi, lingkungan, dan sosial. Benefit ekonomi diukur dari profit PP dan KBM IKB. Benefit lingkungan diukur dari penyerapan karbon dari area hutan jati yang dipertahankan dan minimasi limbah KBM IKB. Sedangkan benefit sosial diukur dari pengadaan APD untuk keselamatan karyawan di PP dan KBM IKB, dan CSR PP. b. Variabel keputusan Variabel keputusan dari pengembangan model ini adalah: 1. Luas hutan perdagangan karbon commit to user 2. Luas hutan yang ditanam IV-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Luas hutan yang dipanen 4. Luas hutan yang dipelihara 5. Jumlah log jati yang dibeli Notasi variabel keputusan: : Luas hutan perdagangan karbon pada periode t (ha) : Luas hutan yang ditanam pada periode t (ha) : Luas hutan yang dipanen pada periode t (ha) : Luas hutan yang dipelihara pada periode t (ha) : Jumlah log jati yang dibeli KBM IKB tipe log j pada period t (m3) o
: indeks kelas umur jati (1, …, 12)
j
: indeks kelas kayu (1, …, 2)
k
: indeks jenis furnitur (1, …, 2)
t
: indeks periode waktu (t = 1,…, 12)
c. Parameter Parameter-parameter yang digunakan dalam pengembangan model pada penlitian ini adalah sebagai berikut: : Profit PP pada period t (Rp) : Harga jual log jati tipe j (Rp/ m3) : Densitas karbon untuk kelas umur o (tC/ ha) : Harga jual karbon pada periode t (Rp/ tC) : Harga bibit (Rp/ ha) : Harga pupuk (Rp/ ha) : Ongkos pemeliharaan (Rp/ ha) : Ongkos pemanenan (Rp/ ha) : Biaya transportasi log jati (Rp/ m3) : Biaya CSR PP pada periode t (Rp) : Profit KBM IKB pada periode t (Rp) : Jumlah produk jenis k yang diproduksi pada periode t (m3) : Harga jual produk tipe k (Rp/ m3) : Total limbah periode t (m3) : Harga jual limbah pada periode (Rp/ m3) commit to tuser
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
: Total FJL pada period t (m3) : Harga jual FJL pada period t (Rp/ m3) : BOP (Rp/ m3) : BTKL (Rp/ m3) : Persentase biaya simpan log jati untuk kelas j : Total biaya APD PP pada period t (Rp) : Total biaya APD KBM IKB pada periode t (Rp) : Total luas hutan pada periode t (ha) : Nilai konversi log jati ke limbah untuk kelas j β
: Persentase CSR : Biaya pengadaan APD PP pada periode t (Rp/ karyawan) : Biaya pengadaan APD KBM IKB pada periode t (Rp/ karyawan) : Jumlah karyawan PP pada periode t (karyawan) : Jumlah karyawan KBM IKB pada periode t (karyawan)
ni
:
deviasi negatif fungsi i
pi
:
deviasi positif fungsi i
ωi
:
desired value fungsi i
d. Penyusunan fungsi tujuan Dalam pengembangan model ini digunakan goal programming untuk mencapai lebih dari satu tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dari model hubungan pemasok (PP) dan pemanufaktur (KBM IKB) ditinjau dalam tiga aspek agar tercapainya sustainability. Hubungan pemasok dan pemanufaktur memiliki tujuan untuk memaksimalkan benefit baik ekonomi, lingkungan, dan sosial. Benefit ekonomi diukur dengan memaksimalkan profit PP dan profit KBM IKB. Benefit lingkungan diukur dengan memaksimalkan penyerapan karbon dari luas hutan yang dipertahankan dalam perdagangan karbon dan meminimalkan limbah penggergajian kayu. Sedangkan benefit sosial diukur dengan memaksimalkan CSR PP dan memaksimalkan pengadaan APD untuk karyawan PP dan KBM IKB. Berikut ini diuraikan formulasi fungsi tujuan commit to user yang disusun sesuai konsep pengembangan model pada influence diagram. IV-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Maksimasi profit PP Profit PP merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran PP. Pendapatan PP berasal dari penjualan log jati dan perdagangan karbon. Pendapatan dari penjualan log jati tergantung pada harga jual log jati dan volume penjualan log jati ke KBM IKB. Pendapatan dari perdagangan karbon diperoleh dari harga jual karbon dikalikan dengan jumlah karbon yang dapat diserap oleh luas area KU hutan jati. Pengeluaran PP terdiri dari biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya panen, CSR, dan pengadaan APD. Biaya tanam merupakan total biaya penanaman per ha yang terdiri dari biaya pembelian bibit, pupuk, dan tenaga kerja dikalikan dengan luas area yang akan ditanam. Biaya pemeliharaan diperoleh dari ongkos pemeliharaan dikalikan dengan total luas hutan. Biaya panen diperoleh dari ongkos panen dikalikan dengan luas area yang dipanen. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. 3 Profit PP
=
x
1 Volume log dijual Perhutani
+
x
Volume karbon yang dijual Perhutani
8 Luas hutan yang x ditanam
-
-
Luas hutan perdagangan karbon
x
x
+
Luas hutan yang dipanen
Luas hutan sisa penebangan
12
-
Pengadaan APD
-
……………...…..…………. (4.2) 2) Maksimasi Profit KBM IKB Profit KBM IKB diperoleh dari selisih pendapatan dan pengeluaran KBM IKB. Pendapatan KBM IKB diperoleh dari penjualan produk dan commit to user penjualan limbah. Pendapatan dari penjualan produk merupakan perkalian IV-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antara harga jual produk dan jumlah penjualan produk. Begitu pula dengan penjualan limbah yang merupakan hasil perkalian harga jual limbah dengan jumlah limbah yang dihasilkan. Pengeluaran KBM IKB diperoleh dari total biaya tenaga kerja langsung (BTKL), total biaya pembelian bahan baku, total biaya overhead pabrik (BOP), total biaya Alat Pelindung Diri (APD), total biaya transportasi, dan total biaya simpan. Total biaya pembelian bahan baku didapat dari harga pokok penjualan log jati dikalikan jumlah log yang dibeli. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. 14
Profit KBM IKB =
x
Volume penjualan produk
15
+ 21
3
x
-
Volume limbah
x
-
27
BTKL
3
27
x
-
Volume log kayu yang digunakan
x
Volume log kayu yang digunakan
-
x
3
-
x
-
Pengadaan APD
...................................................................................................... (4.3)
3) Maksimasi luas hutan dipertahankan Luas area hutan yang dipertahankan adalah minimal sebesar 30% dari total luas hutan (Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007). Luas hutan yang dipertahankan ini dapat dimanfaatkan sebagai area hutan perdagangan karbon. Selain mendapatkan manfaat lingkungan dalam mengurangi emisi commit to user
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karbon, PP juga mendapatkan pemasukkan dari perdagangan karbon. Luas area
yang 25
yang
di
pertahankan
ditebang
merupakan sisa luas hutan 10
untuk
memasok
Secara matema tis dapat dirumuskan sebagai berikut: Total luas hutan
Luas hutan = yang dipertahankan
Luas hutan yang dipanen
-
8
pemanufaktur.
Luas hutan yang ditanam
+
................................................................................ (4.4) 4) Minimasi limbah Limbah di KBM IKB merupakan limbah sisa-sisa hasil penggergajian log jati. Limbah tersebut diperoleh dari nilai konversi log menjadi limbah dikalikan dengan jumlah log yang diproduksi KBM IKB untuk membuat produk. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 26
15
Limbah = yang dihasilkan
Nilai konversi log ke limbah
27
Volume log kayu yang digunakan
x
…….…...................................................... (4.5) 5) Maksimasi CSR PP CSR PP merupakan perkalian antara persentase CSR yang ditetapkan pemerintah dikalikan dengan profit PP. Profit PP didapat dari rumus yang telah disebutkan pada persamaan sebelumnya. Semakin besar profit PP maka semakin besar pula CSR yang dikeluarkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. CSR PP
=
Profit PP
x
...................................................................... (4.6) 6) Maksimasi Pengadaan APD PP PP perlu memerhatikan kenyamanan dan keamanan karyawan dalam bekerja. Selain itu, pengadaan APD perlu dilakukan untuk proses audit to user SVLK. Oleh karena itu, commit PP perlu melakukan pengadaan APD bagi
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karyawannya. APD yang dibutuhkan antara lain helm, masker, sarung tangan, dan sepatu kerja. Pengadaan APD diperoleh dari perkalian antara APD yang dibutuhkan dengan jumlah karyawan. Jumlah karyawan 29
produksi/ tenaga kerja
langsung di PP KPH Kendal adalah 571
orang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. Total Pengadaan APD
=
x ................................................................. (4.7)
7) Maksimasi Pengadaan APD KBM IKB Pengadaan APD untuk karyawan merupakan hal penting dalam menjaga kenyamanan dan keamanan karyawan dalam bekerja. APD yang dibutuhkan antara lain helm, masker, earplug, sarung tangan, sepatu kerja, dan baju kerja. Pengadaan APD diperoleh dari perkalian antara APD yang dibutuhkan dengan jumlah karyawan yang membutuhkan APD. Jumlah karyawan produksi/ tenaga kerja langsung di KBM IKB adalah 100 orang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. 30
Total = Pengadaan APD
x
................................................................ (4.8) e. Penentuan batasan Pembatas yang digunakan dalam pengembangan model ini diuraikan sebagai berikut. 1) Batasan area perdagangan karbon Batasan area perdagangan karbon merupakan area hutan yang layak untuk perdagangan karbon. Sisa luas hutan yang telah dipanen untuk memenuhi kebutuhan log jati industri furnitur, layak digunakan untuk perdagangan karbon kecuali pohon jati pada umur 1 – 5 tahun. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. commit to user .........................................................................................(4.9)
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Batasan keseimbangan hutan Luas hutan yang dipanen pada periode sebelumnya merupakan luas hutan yang ditanam pada periode ini. Batasan ini digunakan untuk tetap menjaga keseimbangan hutan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. …………………………………………….………………(4.10) 3) Batasan log yang diproduksi KBM IKB mendapatkan pasokan dari PP dalam setahun sebesar 10.500 m3. Namun dalam keadaan tertentu, jumlah pasokan dapat berubah. KBM IKB memiliki kewajiban untuk memproduksi volume log tersebut. Oleh karena itu, volume log yang dipasok sama dengan volume log yang diproduksi. Namun, log yang diproduksi tidak melebihi kapasitas produksi dan dapat memenuhi permintaan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. …….....……...…………………………….…………...….. (4.11) 12960……………………………...…..……….……………..…(4.12) ……………...…………………………….…………….....….(4.13) Batasan berikutnya adalah log yang diproduksi sama dengan luas hutan yang dipanen dengan ketentuan setiap 1 ha hutan yang dipanen menghasilkan log sebesar 1.239 m3 (Ginoga, dkk., 2005). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. / 1239 =
.......................................................................................(4.14)
4.2.4 Verifikasi Model Verifikasi suatu model dilakukan untuk menjamin suatu model benar secara matematis dan konsisten secara logis. Hal ini berarti verifikasi dari model adalah pemeriksaan seluruh ekspresi matematis dalam model untuk meyakinkan bahwa ekspresi-ekspresi tersebut merepresentasikan hubungan-hubungan yang ada dengan benar. Verifikasi model juga meliputi pemeriksaan model untuk commit to user dalam model memiliki dimensi meyakinkan bahwa semua ekspresi matematis
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang konsisten (Daellenbach dan McNickel, 2005). Verifikasi dilakukan dengan memeriksa konsistensi dimensi setiap persamaan matematis. a. Persamaan (4.2) dan (4.3) merupakan kriteria performansi yang memiliki dimensi harga per waktu (Rp/tahun). b. Persamaan (4.4) merupakan kriteria performansi yang memiliki dimensi luas area (ha). c. Persamaan (4.5) merupakan kriteria performansi yang memiliki dimensi volume (m3). d. Persamaan (4.6), (4.7), dan (4.8) merupakan kriteria performansi yang memiliki dimensi harga per waktu (Rp/tahun). e. Persamaan (4.9) dan (4.10) merupakan pembatas yang memiliki dimensi luas (ha). f. Persamaan (4.11), (4.12), (4.13), dan (4.14) merupakan pembatas yang memiliki dimensi volume (m3). Berdasarkan hasil verifikasi, diketahui bahwa himpunan pembatas yang digunakan telah mencukupi fungsi batasan dalam penelitian ini. Secara garis besar, kriteria performansi merupakan hasil perkalian antara dimensi volume per waktu dengan dimensi harga serta luas area. Oleh karena itu, batasan terhadap penentuan volume dan luas area dapat dikatakan sesuai dan sudah mencukupi untuk digunakan. 4.2.5 Uji Coba Model Dalam goal programming, fungsi tujuan diubah menjadi batasan dalam goal programming yang disebut dengan soft constraint. Pengubahan fungsi tujuan menjadi soft constraint dilakukan dengan cara menambahkan deviasi positif (p), deviasi negatif (n) serta tujuan (goal) yang ingin dicapai (ω). Fungsi tujuan yang diubah menjadi soft constraint dapat dilihat sebagai berikut: Soft constraint
……………………………………………………………………..….. (4.15) commit to user
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
.................................................................. (4.16) ................................................................. (4.17) …………………………………….……(4.18) ……………………………………………….(4.19) ……………………………………………..(4.20) ……………………………………………..(4.21) Fungsi pembatas pada model awal menjadi hard constraint pada goal programming. Hard constraint pada model ini adalah persamaan 4.9 sampai dengan persamaan 4.14. Hard constraint
12960
/ 1239 = Sedangkan fungsi tujuan dalam goal programming adalah meminimalkan variabel deviasi dari soft constraint, sehingga hasil yang didapatkan mendekati dengan goal yang telah ditetapkan di awal. Fungsi tujuan pada model ini yaitu: Fungsi Tujuan Zmin = n(1) + n(2) + n(3) + p(4) + n(5) + n(6) + p(6) + n(7) + p(7)……..... (4.22) Setelah itu, dilakukan uji coba model. Proses uji coba model dilakukan dengan menginputkan model dan nilai tiap parameter yang digunakan pada program Lingo11.0. Data yang diinputkan sebagai nilai parameter dapat berupa data yang sudah dijelaskan dalam subbab pengumpulan data. Alur prosedur dalam memecahkan goal programming dapat dilihat pada Gambar 4.6. commit to user
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6 Alur Prosedur untuk Menyelesaikan Goal Programming Output uji coba model menunjukkan nilai yang dicapai. Nilai yang dicapai ini menunjukkan hasil pencapaian terhadap goal. Dari hasil ini, tidak semua goal memiliki pencapaian sesuai dengan target yang telah ditentukan. Oleh karena itu, uji coba model dilakukan dengan tiga skenario, yaitu optimis, pesimis, dan feasible. Sekenario optimis memiliki target level yang tinggi dan skenario pesimis memiliki target level yang rendah. Sedangkan skenario feasible memiliki target level yang apabila target level dinaikkan dari sebelumnya, maka akan ada goal yang tidak tercapai. Berikut adalah skenario dan hasil uji coba model dengan program Lingo.11. Tabel 4.8 Skenario Uji Coba Model Goal ω1 ω2 ω3 ω4 ω5 ω6 ω7
Skenario Optimis ≥20% profit PP ≥10% profit KBM IKB ≥30% luas hutan ≤5% limbah ≥2% profit PP all all
Target Level Skenario Pesimis ≥3% profit PP ≥2% profit KBM IKB ≥30% luas hutan ≤3% limbah ≥2% profit PP non sarung tangan & masker non baju kerja commit to user
IV-23
Skenario Feasible ≥5% profit PP ≥2% profit KBM IKB ≥30% luas hutan ≤3% limbah ≥2% profit PP all all
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Model Skenario
Optimis
Pesimis
Feasible
Goal ω1 ω2 ω3 ω4 ω5 ω6 ω7 ω1 ω2 ω3 ω4 ω5 ω6 ω7 ω1 ω2 ω3 ω4 ω5 ω6 ω7
Target Level Rp.894.239.704.000,Rp.33.165.941.000,4.090 ha 34.913 m3 Rp.17.884.794.000,Rp. 939.295.000,Rp. 255.500.000,Rp.767.555.746.000,Rp.30.723.721.000,4.090 ha 36.648 m3 Rp.15.351.115.000,Rp.889.325.000,Rp.180.500.000,Rp.782.459.741.000,Rp.30.723.721.000,4.090 ha 35.648 m3 Rp.15.649.195.000,Rp.939.295.000,Rp.255.500.000
Nilai yang dicapai Rp.859.755.900.000,Rp.30.730.950.000,13.627 ha 35.581 m3 Rp.17.195.120.000,Rp. 939.295.000,Rp. 255.500.000,Rp.859.795.100.000,Rp.30.805.950.000,13.627 ha 35.581 m3 Rp.17.195.900.000,Rp.889.325.000,Rp.180.500.000,Rp.859.755.900.000,Rp.30.730.950.000,13.627 ha 35.581 m3 Rp.17.195.118.000,Rp.939.295.000,Rp.255.500.000
Pencapaian Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Dari hasil uji coba dengan skenario optimis, didapatkan nilai fungsi tujuan (objective value) sebesar 0.3760914E+08 yang merupakan fungsi minimasi. Dari hasil tersebut terdapat goal yang tidak memenuhi target, yaitu profit PP, profit KBM IKB, total limbah yang dihasilkan, dan besarnya CSR. Oleh karena itu, perlu dilakukan penurunan target level agar seluruh target dapat terpenuhi. Penurunan target level dilakukan dengan skenario pesimis. Hasil uji coba model skenario pesimis memberikan nilai fungsi tujuan lebih rendah dari skenario optimis, yaitu 0.1300000E-08. Namun pada skenario pesimis, kebutuhan APD baik di PP maupun di KBM IKB tidak memenuhi kelengkapan APD. Oleh karena itu, dilakukan uji coba model dengan skenario feasible yang artinya memiliki nilai fungsi tujuan rendah dan seluruh target level pada goal dapat terpenuhi. Dari hasil uji coba skenario feasible, diperoleh nilai fungsi tujuan 0.1300000E-08 dan seluruh target level pada goal terpenuhi. commit to user
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisikan interpretasi hasil dan analisis model. Interpretasi hasil dilakukan untuk memberi penjelasan mengenai hasil yang didapat. Analisis model yang dilakukan terdiri dari dua macam yaitu analisis sensitivitas dan analisis kesalahan. 5.1
Interpretasi Hasil Uji coba model dilakukan dengan menggunakan tiga skenario. Skenario
yang digunakan yaitu skenario optimis, pesimis, dan feasible. Skenario-skenario tersebut dibedakan atas target level yang ditetapkan di awal oleh pengambil keputusan. Pada skenario optimis, target level pada goal ditetapkan pada level yang tinggi. Pada skenario pesimis, target level pada goal ditetapkan pada level yang rendah. Sedangkan skenario feasible memiliki target level yang apabila target level dinaikkan dari sebelumnya, maka akan ada goal yang tidak tercapai. Target level pada ketiga skenario tersebut ditetapkan berdasarkan peningkatan atau penurunan persentase pada masing-masing data yang ada pada Perum Perhutani (PP), Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB), dan juga berdasarkan peraturan pemerintah seperti persentase Corporate Social Responsibility (CSR) dan luas hutan yang dipertahankan. Pencapaian kriteria performansi pemasok dan pemanufaktur dapat dilihat secara berurutan pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2. Tabel 5.1 Pencapaian Kriteria Performansi Pemasok Kriteria Optimis Performansi Target Pencapaian Level Goal 1 ≥20% Tidak Goal 3 ≥30% Ya Goal 5 ≥2% Tidak Goal 6
all
Ya
Skenario Pemasok (PP) Pesimis Target Pencapaian Level ≥3% Ya ≥30% Ya ≥2% Ya non sarung Ya tangan, masker
commit to user
V-1
Feasible Target Pencapaian Level ≥5% Ya ≥30% Ya ≥2% Ya all
Ya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.2 Pencapaian Kriteria Performansi Pemanufaktur Skenario Pemanufaktur (KBM IKB) Kriteria Optimis Pesimis Feasible Performansi Target Target Target Pencapaian Pencapaian Pencapaian Level Level Level Goal 2 ≥10% Tidak ≥2% Ya ≥2% Ya Goal 4 ≤5% Tidak ≤3% Ya ≤3% Ya non baju Goal 7 all Ya Ya all Ya kerja Pada skenario optimis, target level untuk goal pertama yaitu profit PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 20% dari profit PP. Goal kedua yaitu profit KBM IKB ditargetkan lebih besar atau sama dengan 10% dari profit KBM IKB. Target untuk goal ketiga tentang luas hutan yang dipertahankan adalah lebih besar atau sama dengan 30% dari total luas hutan. Target untuk goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih kecil atau sama dengan 5% dari total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2% dari profit yang telah ditetapkan di goal pertama. Goal keenam tentang pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk karyawan PP ditargetkan pada pemenuhan semua peralatan APD yang dibutuhkan. Begitu pula pengadaan APD untuk karyawan KBM IKB pada goal ketujuh. Pada skenario optimis ini, terdapat goal yang tidak tercapai, yaitu goal pertama tentang profit PP, goal kedua tentang profit KBM IKB, goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB, dan goal kelima tentang CSR yang dikeluarkan PP. Oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian target level agar semua goal dapat tercapai dan mendapatkan pencapaian goal yang feasible. Pada skenario pesimis, target level ditetapkan lebih rendah daripada skenario optimis. Target dari goal pertama, profit PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 3% dari profit PP. Target dari goal kedua, profit KBM IKB ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2% dari profit KBM IKB. Target untuk goal ketiga tentang luas hutan yang dipertahankan disesuaikan dengan aturan pemerintah yaitu minimal 30% dari total luas hutan. Target untuk goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih kecil atau sama dengan 3% dari total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2%. Goal keenam tentang pengadaan commit to user APD untuk karyawan PP ditargetkan tanpa menyertakan sarung tangan dan V-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masker. Sedangkan pengadaan APD untuk karyawan KBM IKB atau goal ketujuh ditargetkan tanpa menyertakan baju kerja jika dibandingkan dengan pengadaan APD pada skenario optimis. Pada skenario pesimis semua goal dapat tercapai, namun goal keenam dan ketujuh tentang pengadaan APD di PP dan KBM IKB belum memiliki kelengkapan APD. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian target level. Penyesuaian target level dilakukan dengan menurunkan atau menaikan target level tersebut. Skenario feasible merupakan skenario yang apabila target level dinaikkan atau diturunkan lagi maka akan ada goal yang tidak tercapai. Target level untuk goal pertama yaitu profit PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 5% dari profit PP. Goal kedua yaitu profit KBM IKB ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2% dari profit KBM IKB. Target untuk goal ketiga tentang luas hutan yang dipertahankan adalah lebih besar atau sama dengan 30% dari total luas hutan. Target untuk goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih kecil atau sama dengan 3% dari total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2%. Goal keenam tentang pengadaan APD untuk karyawan PP ditargetkan pada pemenuhan semua peralatan APD yang dibutuhkan. Begitu pula pengadaan APD untuk karyawan KBM IKB pada goal ketujuh. Dengan menggunakan skenario tersebut, dihasilkan semua goal dapat tercapai. Dilihat dari skenario feasible, target level PP dapat dicapai baik dari segi ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Dari segi ekonomi, profit PP yang ditargetkan 5% lebih besar dari profit PP semula dapat dicapai. Dari segi lingkungan, sesuai dengan ketetapan Pemerintah bahwa hutan yang dipertahankan oleh PP harus lebih besar atau sama dengan 30% dari total luas hutan dapat dicapai. Dari segi sosial, aturan dari Pemerintah menunjukkan bahwa CSR yang dikeluarkan oleh PP maksimal sebesar 2% dari profit yang didapatkan oleh PP. Aturan ini telah diterapkan dalam model dan hasil uji coba model menunjukkan bahwa kewajiban PP mengeluarkan CSR dapat dipenuhi. Selain itu, dari segi sosial PP dapat memberikan APD untuk menjaga kesehatan dan keselamatan karyawannya. commit to user
V-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti pada PP sebagai pemasok, target level KBM IKB sebagai pemanufaktur dapat dicapai baik dari segi ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dari segi ekonomi, profit KBM IKB yang ditargetkan 2% lebih besar dari profit KBM IKB semula dapat dicapai. Dari segi lingkungan, pengurangan limbah yang dihasilkan dari pengolahan log jati adalah lebih kecil atau sama dengan 3% dari total limbah hasil pengolahan log jati. Pengurangan limbah ditargetkan pada level yang kecil karena KBM IKB telah memaksimalkan penggunaan log jati dalam proses produksinya. Semakin sedikit limbah yang dihasilkan maka akan semakin baik karena log jati digunakan secara optimal. Dari segi sosial, KBM IKB dapat memberikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk karyawan yang bekerja di lantai produksi. Hal ini diharapkan agar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karyawan KBM IKB dapat meningkat. 5.2
Analisis Model Pada penelitian ini, model yang dikembangkan adalah model hubungan
antara pemasok kayu jati (PP) dan pemanufaktur furnitur (KBM IKB). Model ini telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan (sustainability), yaitu aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Selain itu, pada model ini telah melibatkan perdagangan karbon untuk menjaga kelestarian hutan dan sekaligus sebagai media dalam menghadapi fenomena perubahan iklim akibat perkembangan teknologi. Metode penyelesaian masalah yang digunakan pada pengembangan model ini adalah goal programming. Pada goal programming, hasil yang didapatkan bersifat satisfied yang artinya target level pada semua goal tercapai. Jika ada target level yang tidak tercapai, maka pembuat keputusan dapat mengubah target level yang ingin dicapai sehingga semua goal bersifat satisfied. Selain itu, penggunaan metode goal programming dapat mengakomodir model multi fungsi tujuan dengan dimensi dan tujuan yang berbeda. Model pada penelitian ini mempertimbangkan aspek keberlanjutan, dimana tujuan yang ingin dicapai dilihat dari aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Ketiga aspek tersebut memiliki dimensi yang berbeda sehingga pada penelitian ini digunakan metode goal programming. commit to user
V-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.2.1 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar model matematik terpengaruh terhadap perubahan input yang tidak dapat dikendalikan. Pada penelitian ini, goal yang dicapai merupakan perolehan hasil dari data-data yang bersifat pasti (certainty condition). Data-data yang diinputkan dalam formulasi model telah ditentukan di awal berdasarkan data perusahaan dan studi literatur. Sebagai contoh, yaitu jumlah permintaan furnitur, harga, kapasitas produksi, dan biaya. Namun dalam real system, data-data yang dilibatkan dalam formulasi model bersifat tidak pasti (uncertainty condition). Dari data-data yang dilibatkan, data permintaan furnitur adalah data yang tingkat ketidakpastiannya paling tinggi. Selain itu, harga karbon memerlukan kesepakatan antara kedua belah pihak dalam perdagangan karbon. Oleh karena itu, analisis sentivitas akan dilakukan pada perubahan permintaan furnitur dan harga karbon. Jumlah permintaan furnitur dan harga karbon sangat mungkin berubah tiap periode. Data tersebut dapat meningkat maupun menurun. Pada analisis sensitivitas ini, perubahan data yang dilakukan adalah peningkatan dan penurunan data sebesar 10%, 30%, dan 50%. Hasil dari analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 5.3 untuk perubahan permintaan furnitur dan Tabel 5.4 untuk perubahan harga karbon. Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa perubahan jumlah permintaan furnitur berpengaruh signifikan terhadap profit PP dan profit KBM IKB. Artinya apabila permintaan furnitur menurun, maka profit PP dan profit KBM IKB akan cenderung menurun. Begitu pula dengan peningkatan jumlah permintaan furnitur. Apabila jumlah permintaan furnitur meningkat, maka profit PP dan profit KBM IKB akan cenderung meningkat. Pada model ini, diprioritaskan pemenuhan kebutuhan log jati KBM IKB untuk memenuhi permintaan furnitur konsumen. Pemenuhan log jati sebagai bahan baku akan mempengaruhi luas hutan ditebang dan tentunya akan berpengaruh terhadap luas hutan perdagangan karbon. Gambar perubahan jumlah permintaan furnitur terhadap profit PP dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan gambar perubahan jumlah permintaan furnitur terhadap profit KBM IKB dapat dilihat commit to user pada Gambar 5.2.
V-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.3 Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Kriteria Performansi Kriteria Performansi
-50% -30% Profit PP (Rp) 781.941.300.000 813.060.300.000 Profit PM (Rp) 15.238.150.000 21.435.120.000 Hutan dipelihara (ha) 13.630 13.628 Limbah (m3) 17.793 24.906 CSR (Rp) 15.638.826.000 16.261.206.000 APD PP (Rp) 939.295.000 939.295.000 APD PM (Rp) 255.500.000 255.500.000
Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur -10% 0% +10% +30% +50% 844.153.400.000 859.755.900.000 875.287.400.000 906.421.300.000 937.566.200.000 27.622.320.000 30.730.950.000 33.819.780.000 39.664.730.000 45.319.870.000 13.627 13.627 13.626 13.625 13.624 32.015 35.581 39.132 46.250 53.367 16.883.068.000 17.195.118.000 17.505.748.000 18.128.426.000 18.751.324.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000
Gambar 5.1 Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit PP
Gambar 5.2 Perubahan Jumlah commit Permintaan Furnitur terhadap Profit KBM IKB to user
V-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perubahan jumlah permintaan furnitur akan berpengaruh secara signifikan terhadap profit PP dan profit KBM IKB. Peningkatan jumlah permintaan furnitur menyebabkan peningkatan penjualan furnitur bagi KBM IKB dan peningkatan penjualan log jati bagi PP, berlaku untuk sebaliknya. Perubahan jumlah permintaan furnitur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap total luas hutan yang dipertahankan atau dipelihara. Peningkatan jumlah permintaan furnitur akan mengurangi total luas hutan yang dipelihara dan begitu pula sebaliknya. Namun apabila dilihat dari sisi aturan Pemerintah yang menyatakan bahwa luas hutan yang dipertahankan minimal 30% dari total luas hutan, naiknya jumlah permintaan hingga 50% masih memberikan luas hutan dipertahankan lebih besar dari 30%. Sehingga KBM IKB masih dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan tambahan pasokan log jati ketika jumlah permintaan furnitur meningkat. Perubahan jumlah permintaan furnitur berpengaruh terhadap limbah yang dihasilkan dari proses produksi furnitur. Semakin banyak kebutuhan log jati untuk pemenuhan permintaan furnitur, maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Dilihat dari uji coba model dengan menggunakan skenario feasible, didapatkan limbah sebesar 35.581 m3. Sedangkan jika jumlah permintaan furnitur mengalami peningkatan 5% saja, limbah yang dihasilkan sudah melampaui batas feasible limbah yang dihasilkan. Namun dalam hal ini, limbah yang dihasilkan tidak dibuang begitu saja tetapi dijual untuk menambahkan pendapatan KBM IKB. Perubahan jumlah permintaan furnitur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CSR yang dikeluarkan oleh PP. Penurunan jumlah permintaan furnitur sampai dengan 50% pun tetap dapat mengeluarkan CSR sebesar 2% dari profit PP sesuai dengan aturan Pemerintah. Perubahan jumlah permintaan furnitur tidak berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan APD baik bagi karyawan PP maupun karyawan KBM IKB. Penurunan jumlah permintaan furnitur sampai dengan 50% akan menyebabkan profit baik PP maupun KBM IKB akan menurun. Namun dalam keadaan ini, baik PP maupun KBM IKB dapat memenuhi seluruh kebutuhan APD karyawan sehingga kesehatan dancommit keselamatan kerja karyawan terjamin. to user
V-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.4 Perubahan Harga Karbon terhadap Kriteria Performansi Kriteria Performansi Profit PP (Rp) Profit PM (Rp) Hutan dipelihara (ha) Limbah (m3) CSR (Rp) APD PP (Rp) APD PM (Rp)
Perubahan Harga Karbon -50% -30% -10% 0% +10% +30% +50% 502.285.000.000 645.274.400.000 788.262.800.000 859.755.900.000 931.251.200.000 1.074.238.000.000 1.217.228.000.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 13.627 13.627 13.627 13.627 13.627 13.627 13.627 35.581 10.045.700.000 939.295.000 255.500.000
35.581 12.905.488.000 939.295.000 255.500.000
35.581 15.765.256.000 939.295.000 255.500.000
35.581 17.195.118.000 939.295.000 255.500.000
35.581 18.625.024.000 939.295.000 255.500.000
35.581 21.484.760.000 939.295.000 255.500.000
35.581 24.344.560.000 939.295.000 255.500.000
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa perubahan harga karbon mempengaruhi jumlah pendapatan PP dari hasil perdagangan karbon. Harga karbon yang digunakan pada analisis ini adalah $5 atau setara dengan Rp.46.955,- ($1 = Rp.9.391,-). Semakin meningkat harga karbon, maka pendapatan dari hasil perdagangan karbon juga meningkat. Begitu pula sebaliknya, penurunan harga karbon menyebabkan penurunan profit PP. Luas hutan yang diperdagangkan sebagai area penyerapan karbon merupakan sisa luas hutan setelah ditebang untuk pemenuhan kebutuhan log jati pemanufaktur. Untuk memperjelas pengaruh perubahan harga karbon terhadap profit PP dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3 Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP
commit to user
V-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbeda dengan profit PP, perubahan harga karbon tidak mempengaruhi profit KBM IKB. Hal ini disebabkan oleh penebangan hutan seluas area tertentu untuk pemenuhan log jati pemanufaktur lebih diutamamakan. Setelah hutan ditebang untuk pemenuhan kebutuhan log jati pemanufaktur, sisa luas hutan yang ada dijadikan sebagai area perdagangan karbon. Sehingga walaupun dilakukan perubahan harga karbon, profit KBM IKB bernilai tetap. Sama halnya dengan limbah produksi yang dihasilkan. Adanya perubahan harga karbon tidak berpengaruh terhadap jumlah limbah. Jika dilihat dari luas area hutan untuk perdagangan karbon, perubahan harga karbon tidak berpengaruh secara signifikan. Karena dalam penelitian ini, pemenuhan permintaan furnitur menjadi prioritas utama sedangkan perdagangan karbon merupakan bentuk pemanfaatan hutan yang dipelihara untuk turut menurunkan emisi dunia. Jadi, perubahan harga karbon juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap limbah yang dihasilkan KBM IKB. Perubahan harga karbon tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR, APD PP, dan APD KBM IKB. Dengan adanya perubahan harga karbon, PP tetap dapat mengeluarkan CSR sebesar 2% dari profit yang diperoleh. Selain itu, dengan perubahan harga karbon juga tidak mempengaruhi pemenuhan kebutuhan APD karyawan baik PP maupun KBM IKB. Total pendapatan dari hasil perdagangan karbon sangat mempengaruhi total profit PP. Pada Gambar 5.4 dapat dilihat seberapa besar kontribusi perdagangan karbon terhadap profit PP. Pada model skenario feasible (kondisi awal), besarnya kontribusi perdagangan karbon terhadap profit PP sebesar 84,82%. Semakin tinggi harga karbon, maka semakin besar pula persentase hasil penjualan karbon terhadap profit PP dan begitu juga sebaliknya (Tabel 5.5). Selain meningkatkan
profit,
adanya
perdagangan
karbon
menyebabkan
hutan
dipertahankan untuk waktu tertentu sehingga kelestarian hutan pun terjaga. Tabel 5.5 Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP Perubahan Harga Karbon -50% -30% -10% 0% +10% +30% +50% Profit PP (Rp) 502.285.000.000 645.274.400.000 788.262.800.000 859.755.900.000 931.251.200.000 1.074.238.000.000 1.217.228.000.000 Penjualan Kredit Karbon (Rp) 364.620.300.000 510.469.600.000 656.317.700.000 729.240.600.000 802.165.800.000 948.012.800.000 1.093.862.000.000 Kontribusi Perdagangan Karbon 72,59% 79,11% 83,26% 84,82% 86,14% 88,25% 89,87% Keterangan
commit to user
V-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5.4 Persentase Perdagangan Karbon terhadap Profit PP 5.2.2 Analisis Kesalahan Banyak input parameter yang dieperkirakan pada data masa lalu. Input parameter tersebut kemudian digunakan untuk mengoptimalkan operasi di masa depan. Tidak ada jaminan bahwa masa depan akan mirip dengan masa lalu. Misalnya, peningkatan atau penurunan jumlah permintaan produk. Jadi tidak tepat jika input parameter selalu digunakan dalam model. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kesalahan. Analisis kesalahan berfungsi untuk melihat seberapa banyak potensi penghematan yang hilang jika terdapat kesalahan input parameter tertentu. Analisis kesalahan pada umumnya dilakukan pada parameter yang memang dapat ditentukan sendiri nilainya oleh perusahaan misalnya parameter gaji tenaga kerja, harga jual produk, kapasitas produksi, dll. Dengan kata lain, kesalahan yang dimaksudkan dalam analisis ini adalah kesalahan perusahaan dalam menetapkan nilai pada suatu parameter. Analisis ini juga dapat membantu perusahaan dalam menentukan parameter yang dapat diubah-ubah nilainya dengan aman. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah biaya pemeliharaan pohon jati dan harga jual log jati pada PP dan biaya tenaga kerja langsung dan harga jual furnitur pada commit to user
V-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KBM IKB. Perubahan dilakukan dengan menaikkan baik biaya maupun harga sebesar 10%, 20%, dan 30%. Biaya pemeliharaan pohon jati pada PP dinaikkan dari Rp 160.500,00 sebesar 10%, 20% dan 30%. Hasil dari perubahan biaya pemeliharaan pohon jati terhadap total biaya PP dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Perubahan Biaya Pemeliharaan terhadap Total Biaya PP Persentase Perubahan Biaya Pemeliharaan +10% +20% +30%
Persentase Perubahan Total Biaya PP 3,6% 7,2% 10,7%
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa perubahan biaya pemeliharaan pohon jati mengakibatkan perubahan total biaya yang harus dikeluarkan PP. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemimpin perusahaan dalam menaikkan biaya pemeliharaan agar pertumbuhan pohon jati lebih cepat dan kualitas log jati semakin baik sehingga harga log jati pun akan meningkat. Dari Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa jika perusahaan menaikkan biaya pemeliharaan 10%, maka akan menyebabkan bertambahnya total biaya yang harus ditanggung perusahaan sebesar 3,6% dari total biaya di awal. Gambar 5.5 menunjukan perubahan biaya pemeliharaan pohon jati terhadap total biaya yang harus dikeluarkan PP.
Gambar 5.5 Perubahan Biaya Pemeliharaan Pohon Jati terhadap Total Biaya PP commit to user
V-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Parameter selanjutnya yang digunakan dalam analisis ini pada PP adalah harga jual log jati. Log jati yang dibutuhkan dalam proses produksi furnitur adalah tipe log AII dan log AIII. Harga jual yang digunakan dalam pengembangan model ini adalah Rp.2.750.000,- untuk log AII dan Rp.4.500.000,- untuk log AIII. Harga log jati tersebut masing- masing dinaikkan sebesar 10%, 20%, dan 30%. Hasil dari perubahan harga log jati terhadap total profit PP dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP Persentase Perubahan Harga Log Jati +10% +20% +30%
Persentase Perubahan Total Profit PP 1,8% 3,7% 5,5%
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa perubahan harga log jati mengakibatkan perubahan total profit yang diperoleh oleh PP. Walaupun peningkatan profit tidak terlalu besar, namun angka ini lebih menguntungkan jika dibandingkan tidak dilakukan peningkatan harga log jati. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemimpin perusahaan apabila akan menaikkan harga log jati. Apabila perusahaan menaikkan harga log jati sebesar 10%, maka keuntungan perusahaan akan meningkat sebesar 1,8% dari total profit yang telah diperhitungkan di awal. Peningkatan harga log jati dapat dilakukan perusahaan untuk menambah pendapatan dan atau dapat pula dijadikan subsidi untuk biaya pemeliharaan untuk mendapatkan kualitas log jati yang lebih baik. Gambar 5.6 menunjukkan perubahan harga log jati terhadap total profit yang akan diperoleh PP.
commit to user
V-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5.6 Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP Pada KBM IKB, parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah biaya tenaga kerja langsung dan harga jual furnitur. Biaya tenaga kerja langsung dinaikkan 10%, 20%, dan 30% dari keadaan awal, yaitu sebesar Rp.92.055,- per m3 dari kapasitas produksi sebulan. Hasil dari perubahan biaya tenaga kerja langsung terhadap total biaya yang dikeluarkan KBM IKB dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total Biaya KBM IKB Persentase Perubahan BTKL +10% +20% +30%
Persentase Perubahan Total Biaya KBM IKB 0,2% 0,5% 0,7%
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa perubahan biaya tenaga kerja langsung tidak mengakibatkan perubahan total biaya KBM IKB yang besar. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemimpin perusahaan apabila akan menaikkan gaji karyawan. Dari hasil tersebut, apabila perusahaan menaikkan gaji karyawan sebesar 10%, maka perusahaan memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengeluarkan total biaya sebesar 0,2% dari total biaya yang telah diperhitungkan di awal. Peningkatan gaji karyawan dapat dilakukan perusahaan untuk commit to user meningkatkan kesejahteraan karyawan dan meningkatkan motivasi kerja V-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karyawan. Gambar 5.7 menunjukkan perubahan biaya tenaga kerja karyawan terhadap total biaya KBM IKB.
Gambar 5.7 Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total Biaya KBM IKB Selanjutnya adalah parameter harga jual furnitur pada KBM IKB. Produk yang dijual KBM IKB dikelompokkan menjadi tiga, yaitu produk A, B, dan C. Harga masing-masing produk secara berurutan adalah Rp.35.000.000,-/m3, Rp.15.000.000,-/m3, dan Rp.9.700.000,- /m3. Harga furnitur tersebut dinaikkan 10%, 20%, dan 30%. Hasil dari perubahan harga furnitur terhadap total profit KBM IKB dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB Persentase Perubahan Harga Furnitur +10% +20% +30%
Persentase Perubahan Total Profit KBM IKB 70,5% 141,1% 211,6%
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa perubahan harga furnitur mengakibatkan perubahan total profit KBM IKB yang besar. Peningkatan harga furnitur sangat menguntungkan bagi industri furnitur KBM IKB. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemimpin perusahaan untuk menaikkan harga furnitur. Apabila perusahaan menaikkan commit harga furnitur to user sebesar 10%, maka perusahaan
V-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan mendapatkan peningkatan profit sebesar 70,5% dari perhitungan profit awal. Peningkatan profit KBM IKB akibat peningkatan harga furnitur dapat dikatakan sangat menguntungkan, namun perusahaan harus mempertimbangkan dampak yang akan terjadi jika harga furnitur tersebut dinaikkan. Makin tinggi harga furnitur akan berdampak pada jumlah permintaan furnitur. Gambar 5.8 menunjukkan perubahan harga furnitur terhadap total profit KBM IKB.
Gambar 5.8 Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB
commit to user
V-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk perusahaan dan juga untuk penelitian selanjutnya. 6.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Model yang dikembangkan dapat mendukung keberlanjutan (sustainability) hubungan pemasok dan pemanufaktur dengan
memaksimalkan kriteria
performansi aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. 2.
Model ini dapat membantu pemasok dalam menentukan jumlah area hutan jati yang ditanam, jumlah area hutan yang dipertahankan sebagai penyerap karbon untuk media perdagangan karbon, dan jumlah area hutan yang dipanen serta memberikan usul dalam mengeluarkan biaya CSR dan pengadaan APD.
3.
Model ini dapat mendukung keberlanjutan produksi pada pemanufaktur yang mempertimbangkan penyerapan karbon, meminimalisisr limbah yang dihasilkan, dan meningkatkan keselamatan dan kesehatan karyawan.
4.
Uji coba model dilakukan dengan menggunakan tiga skenario, yaitu skenario optimis, pesimis, dan feasible. Hasil uji coba model skenario feasible memberikan hasil satisfied sehingga dapat digunakan oleh perusahaan dalam menentukan target perusahaan.
5.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perubahan jumlah permintaan furnitur mempengaruhi secara signifikan terhadap benefit ekonomi.
6.
Perubahan harga karbon pada analisis sensitivitas mempengaruhi total pendapatan PP. Semakin tinggi harga karbon, pendapatan PP dari perdagangan karbon pun semakin meningkat, begitu sebaliknya. Namun, perubahan harga karbon tidak berpengaruh terhadap profit KBM IKB.
7.
Hasil analisis kesalahan menunjukkan bahwa perubahan biaya pemeliharaan pohon jati, harga log jati, dan biaya tenaga kerja langsung pemanufaktur
commit to user VI-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan perubahan yang kecil. Sedangkan perubahan harga furnitur memberikan perubahan yang sangat besar. Analisis ini dapat membantu perusahaan dalam memutuskan perubahan nilai parameter dengan aman. 6.2
Saran Berdasarkan hasil uji coba dan analisis model, terdapat saran-saran bagi
perusahaan sebagai berikut : 1.
Sebaiknya
PP
mempertimbangkan
adanya
perdagangan
karbon
untuk
meningkatkan pendapatan dan juga untuk menjaga kelestarian hutan. 2.
Sebaiknya PP dan KBM IKB memperhatikan pentingnya kelengkapan APD untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karyawan.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah : 1. Model yang dikembangkan akan lebih mempresentasikan sistem nyata jika tidak hanya satu pemanufaktur yang terlibat. 2. Model ini dapat dikembangkan dengan pertimbangan penjualan log jati dan perdagangan karbon dilakukan secara dinamis. 3. Penelitian tentang produksi furnitur akan sangat bermanfaat mengingat apabila pengadaan bahan baku optimal tetapi produksinya tidak optimal maka akan mengalami kerugian.
commit to user VI-2