|Minho – JiYeon| Reminiscence| “Minho oppa.....” panggil manja sosok yeoja cantik pada namja tampan yang sedang memeluknya hangat dari belakang. “Wae jagiya??” tanya sosok namja tampan itu lembut. “Di tempat ini, setahun yang lalu kau menyatakan cintamu padaku. Aku benar- benar bahagia saat itu.” “Ne, aku tahu.” “Tuhan... Aku sangat mencintai Choi Minho, biarkan kami selalu bersama, biarkan Minho oppa selalu berada di sampingku.” Do’a sang yeoja cantik. Minho tersenyum, meng- amin – i dalam hati dan semakin memeluk yeoja yang sangat cintai ini. “Bulang dan bintang- bintang malam ini saksinya.” Ucapnya lagi, kemudian tersenyum cantik. “Tuhan pasti akan mengabulkan do’a secantikmu. Sudah terlalu larut malam kita tidur, ne??” dibalas dengan anggukan kepala sang yeoja cantik. Dengan sigap Minho menggendong bridal style yeoja yang ia cintai meninggalkan balkon apartement mereka. Minho merebahkan tubuh mungil yeoja yang ia cintai di sebuah tempat tidur king size. Setelah barulah gilirannya membaringkan tubuhnya tepat di samping kiri yeoja yang ia cintai, kemudian memeluk yeoja yang ia cintai dari samping. “Saranghae Ji Yeon-ahh..” bisik mesra Minho tepat di telinga yeoja yang ia cintai, Ji Yeon. Ji Yeon memiringkan tubuhnya agar ia bisa menatap wajah Minho. “Nado jeongmal saranghae Minho oppa..” Ji Yeon mencubit gemas ke dua pipi Minho. “Ji Yeon-ahh, menikahkah denganku..” tutur Minho mantap. Ji Yeon tersenyum kecil, kemudian mengecup cepat bibir tebal Minho. “Nightkiss...” ucap Ji Yeon manis, kemudian merapatkan tubuhnya pada tubuh Minho dan melingkarkan tangan di pinggang Minho. Entah sudah berapa kali Minho mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Ji Yeon, namun Ji Yeon selalu terlihat ragu untuk menjawabnya dan lebih memilih untuk mengalihkan pembicaraan. Ji Yeon tahu sikapnya yang seperti ini selalu mengecewakan Minho. Bukan karena Ji Yeon tidak mencintai Minho. Ji Yeon sangat mencintai Minho. Tapi, ada satu hal yang belum diketahui Minho hingga membuat Ji Yeon ragu ‘apakah dia bisa mendampingi Minho??’ *** “Oppa, kau harus pulang lebih awal seperti biasa. Arra!! Aku ingin bermain di pantai bersamamu..” rengek manja Ji Yeon. “Arraseo jagiya..” Minho mengecup lama kening Ji Yeon. “Sekarang oppa berangkatlah. Aku tidak ingin oppa terlambat masuk kantor..” ucap Ji Yeon menyerahkan tas kerja Minho. “Arraseo. Sampai jumpa nanti sore..” Minho mengecup lembut dan lama bibir mungil Ji Yeon. ***
Dua tahun terakhir ini Minho dan Ji Yeon lebih banyak meluangkan waktu bermain di pantai yang letaknya tidak jauh dari apartementnya. Namun berbeda dengan sore ini, Minho terduduk, menekuk ke dua lututnya sendirian di hamparan pasir putih. Angin dan ombak putih masih sama seperti ketika Minho dan Ji Yeon bermain bersama. Flashback on.
“Tadi siang Baekhyun oppa datang ke apartement kita..” ucap Ji Yeon yang berada di gendongan Minho memulai pembicaraan dalam suasana dingin sore itu. “Dia tidak berbuat macam- macamkan padamu??” “Anniya. Dia bilang dia sedang frustasi karena yeojacingunya tiba- tiba meminta putus karena dia sudah menemukan namja lain yang lebih baik dari Baekhyun oppa.” Ji Yeon menumpu dagunya di bahu kanan Minho. “Namja playboy itu patah hati???” Minho terkekeh kecil. “Sekarang dia sudah berhenti menjadi playboy oppa. Bahkan dia ingin mencoba menjalin hubungan serius dengan yeojacingu yang baru saja memutuskannya itu. Dia terus mengulang kalimat ‘Cinta sejati adalah kehampaan dan hanya kumpulan kata- kata tanpa makna.’” “Jeongmal???” Ji Yeon mengangguk di balik punggung Minho. “Apa oppa percaya cinta sejati??” “Tentu saja. Park Ji Yeon adalah cinta sejatiku.” Membuat pipi Ji Yeon merona. “Aku tahu sekarang pipimu memerah..” goda Minho. “Oppa!!” Ji Yeon memukul bahu Minho pelan. “Oppa!! Turunkan aku! Aku tahu kau pegal sejak tadi menggendongku.” “Anniya.. Kau tidak boleh terlalu lelah, jagiya.. Lagi pula aku sudah terbiasa menggendongmu seperti ini.” “Turunkan aku... Jebal!!!” Ji Yeon ber- aegyeo – tanpa diketahui Minho. Flashback of. Sinar matahari yang hangat jatuh membangunkan Minho yang terbaring di hamparan pasir putih. Semalaman Minho menghabiskan waktu di pantai hingga tanpa ia sadari ia tertidur. Flashback on.. “Laut di musim dingin sama sekali tidak ada yang berminat untuk kemari dan terlihat sangat menyedihkan.” Ucap Ji Yeon yang menyandarkan kepalanya tepat di bahu kanan Minho dengan dengan tangan kiri Minho melingkar di pinggang Ji Yeon. “Tidak begitu menyedihkan karena kau dan aku masih menemani laut di musim dingin ini.” Minho mengecup puncak kepala Ji Yeon. “Tuhan... Aku sangat mencintai Choi Minho, biarkan kami selalu bersama, biarkan Minho oppa selalu berada di sampingku.” Do’a Ji Yeon. “Hembusan angin dingin pagi ini saksinya.” Ucapnya lagi.
“Saranghae Ji Yeon-ahh...” semakin memeluk erat tubuh mungil Ji Yeon dari samping untuk menghilangkan rasa dingin yang menjalar di tubuh Ji Yeon meskipun Ji Yeon sudah memakai mantel yang sangat tebal. Flashback of.. Gelombang di pantai pagi ini begitu tinggi seakan bertanya, “Kenapa aku berada di pantai seorang diri tanpa kekasihmu???”
Minho tertawa paksa. “Siapa bilang aku sendirian disini?? Ji Yeon ku ada di balik punggungku..” teriak Minho. Minho menengadahkan kepala ke langit pagi itu mencegah bulir- bulir bening menetes di pipinya. Namun rasanya percuma karena bulir- bulir bening itu menetes di pipi Minho. Minho benar- benar belum merelakan kepergian yeoja yang ia cintai gara- gara penyakit kanker otak yang dideritanya dan baru sebulan terakhir ini diketahui Minho. “Minho-ahh.....” seorang namja tampan berperawakan tinggi berlari mendekati Minho. “Kau menangis??” “Hyung....” lirih Minho. “Pemakaman Ji Yeon akan segera dilaksanakan. Kajja...” Minho terpaksa mengikuti langkah Siwon dari belakang dengan gontai. Dia masih tidak percaya jika yeoja yang cintai kini telah pergi. “Hyung....” tiba- tiba Minho menghentikan langkahnya. Siwon yang mendengar Minho memanggilnya, memutar balikkan tubuhnya ke arah Minho. “Malam lusa kemarin aku masih memeluknya, aku masih menciumnya, aku masih menggendongnya. Katakan yang sebenarnya padaku hyung.. Ji Yeon tidak mungkin meninggalkanku kan?? Dia begitu mencintaiku. Bahkan ketika kita sering menghabiskan waktu bersama ia selalu berdo’a ‘Tuhan... Aku sangat mencintai Choi Minho, biarkan kami selalu bersama, biarkan Minho oppa selalu berada di sampingku.’ Minho menangis. Yah!! Minho sudah tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Ia tidak peduli apa yang akan dipikirkan oleh orang yang melihatnya. Saat ini dia memang sangat lemah. Ia tidak tahu, apakah dia sanggup menjalani kehidupannya tanpa yeoja yang sangat ia cintai?? Ji Yeon sudah menjadi candu untuk Minho. Dua tahun terakhir ini Minho selalu menghabiskan waktu bersama. “Park Ji Yeon saranghae.......” Minho berteriak tanpa peduli pandangan aneh lalu- lalang orang di sekitarnya. Siwon, dia benar- benar prihatin dengan keadaan namdongsaeng tersayangnya. Ia menghampiri Minho dan memeluknya erat berharap Minho merasa lebih tenang. “Aku mencintai Ji Yeon, hyung...” Minho semakin terisak di pelukan Siwon. “Arraseo. Aku tahu kalian saling mencintai. Tapi, takdir berkata lain Minho-ahh. Biarkan Ji Yeon bahagia dengan dunianya yang baru..” nasehat Siwon. Flashback on..
“Oppa.. Jangan berlari seperti ini. Kau mau membawaku kemana?? Aku sangat lelah...” Minho tidak mengindahkan ucapan Ji Yeon. Minho terus menarik tangan Ji Yeon sambil berlari menuju sebuah gereja megah yang terletak tidak jauh dari apartement mereka. Minho dan Ji Yeon kini berdiri di depan altar tanpa pendeta, saksi dan para tamu undangan. Hanya ada mereka berdua dan Tuhan. Kemudian Minho berlutut di hadapan Ji Yeon. Minho merogoh sebuah kotak kecil berwarna merah marun dari saku celananya, kemudian ia buka di hadapan Ji Yeon. Ji Yeon terkejut hingga meneteskan air mata haru. Minho meraih tangan kanan Ji Yeon dan melingkarkan cincin permata di jari manis Ji Yeon. Ji Yeon ikut berlutut di hadapan Minho, kemudian memeluk erat Minho. “Ayo berdiri..” Minho membantu Ji Yeon berdiri menghadap altar. Minho dan Ji Yeon menengadahkan tangan kanan mereka masing- masing. “Aku bersumpah. Aku Choi Minho berjanji untuk mencintai dan menghargai Park Ji Yeon hingga maut memisahkan. Apakah anda, Park Ji Yeon berjanji untuk mencintai dan menghargai Choi Minho hingga maut memisahkan?” Ji Yeon menatap haru Minho dengan sepasang mata indahnya yang sudah berkaca- kaca hingga pada akhirnya ia menjawab, “Aku bersedia.” Minho tersenyum kemudian tangannya menggenggam erat ke dua tangan Ji Yeon “Aku mema’afkan semua dosa- dosamu.” Canda Minho, membelai rambut panjang Ji Yeon. “Aku juga mema’afkan semua dosa- dosamu.” Ji Yeon tersenyum cantik meskipun wajahnya terlihat pucat dan lelah. Minho mengecup lama kening Ji Yeon, Ji Yeon memejamkan ke dua matanya menikmati sentuhan hangat di keningnya. Flashback of.. “Apa yang kau lakukan Minho-ahh???” tanya Siwon. Seusai pemakaman Ji Yeon, Minho kembali ke pantai mengenang setiap kenangannya bersama Ji Yeon. “Aku sangat mencintai Ji Yeon, hyung...” lirih Minho. “Choi Minho berhenti bersikap seperti ini. Relakan Ji Yeon pergi!! Sesering apapun kau kemari, kau tidak akan pernah dapat menemukan sosok Ji Yeon lagi. Kau tidak akan pernah melihat wajah Ji Yeon lagi.” bentak Siwon. Kemudian pergi meninggalkan Minho yang masih belum bisa merelakan kepergian Ji Yeon. “Park Ji Yeon katakan padaku dimana kau, katakanlah. Aku tahu sekarang kau sedang disini kan??” teriak Minho frustasi berurai air mata. “Park Ji Yeon!!! Kenapa kau meninggalkanku begitu cepat???” teriak Minho parau dengan isakan tangis yang semakin menjadi- jadi. Minho mengelilingi tepi pantai yang sering ia lalui bersama yeoja yang sangat ia cintai, Park Ji Yeon.
Awan mendadak mendung seakan mengerti perasaan Minho saat ini, Minho membayangkan Ji Yeon. Minho merebahkan dirinya di hamparan pasir putih yang basah, memanggil nama Ji Yeon berulang- ulang kali, menatap awan yang mendung. “Sebelum aku memenuhi janjiku padamu, aku ingin kembali ke tempat bahagia kita. Saksi bisu cinta kita, angin yang berhembus di pantai ini, semua yang ada di pantai ini. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal di tempat ini. Kemudian meskipun tanpamu, aku harus bisa hidup dalam jangka waktu yang tidak dapat diprediksi disini. Menunggumu untuk datang kembali padaku, Park Ji Yeon!!” “Tanpamu ombak akan hidup dengan air mata, gelombang yang keras bahkan ingin menghancurkanku. Ia berkata agar jangan datang sendirian tanpamu dan memintaku membawamu. Aku tahu, meskipun aku tak bisa melihat wajahmu. Rintik- rintik hujan yang menyentuh pipiku adalah air mata dan ciumanmu yang basah.” Minho beranjak berdiri dan dengan langkah gontai meninggalkan area pantai. Ia berjalan tanpa arah. Air mata masih mengalir di pipinya. Sepanjang perjalanan ia terus mengenang semua kenagannya bersama Ji Yeon, yeoja yang sangat ia cintai. “Tuhan... Aku sangat mencintai Choi Minho, biarkan kami selalu bersama, biarkan Minho oppa selalu berada di sampingku.” Do’a yang selalu diucapkan Ji Yeon terus terngiang di telinga Minho. “Do’amu akan terpenuhi, jagiya...” Minho tersenyum tipis, masih menangis. Di arah berlawanan terdapat truk besar yang melaju sangat kencang. Seakan Minho tidak peduli dengan hal itu, dia terus menyusuri tengah jalanan di tengah hujan hingga.......... BRUGGGGHHH...... Sebuah hantaman keras menghampirinya. Ia terpental cukup jauh di trotoar dengan kondisi yang cukup mengenaskan. “Saranghae Park Ji Yeon..” ucapnya pelan sebelum ia menghembuskan nafas terakhir dan menutup mata untuk selamanya meninggalkan dunia. THE END ^^