PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN BANGUN DATAR MENGGUNAKAN MASALAH KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS IX SMPN 15 MALANG Miftahur Rohmah dan Ety Tejo Dwi Cahyowati Universitas Negeri Malang E-mail :
[email protected] Abstrak: Tujuan pengembangan ini adalah menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar untuk siswa kelas IX SMPN 15 Malang menggunakan masalah kontekstual yang valid. Prosedur yang dilakukan dalam mengembangkan LKS ini yaitu menerapkan 4 tahap,yaitu: (1) Tahap Analisis Situasi Awal, (2) Tahap Pengembangan Rancangan, (3) Tahap Penyusunan, (4) Tahap Penilaian. Hasil pengembangan berdasarkan validasi ahli diperoleh persentase aspek kontekstual 88%, aspek praktis 86% dan aspek efektif 85%. Hasil persentase masing-masing aspek telah memenuhi standar yang ditentukan, yaitu 70%. Selain itu, berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil, siswa dapat mengerjakan seluruh LKS yang diberikan dengan perolehan rata-rata nilai 88, sehingga LKS yang dikembangkan telah memenuhi aspek kontekstual, praktis, dan efektif. Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil dan hasil validasi ahli, LKS yang dikembangkan dapat dinyatakan valid. Kata kunci : lembar kerja siswa (lks), masalah kontekstual, kesebangunan dan kekongruenan.
Dalam mempelajari matematika, siswa harus memahami dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Pada dasarnya pembelajaran membutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Tetapi pada kenyataannya pengajaran matematika di sekolah masih banyak yang didominasi oleh proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa, dan proses seperti ini tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Maka dari itu guru sebagai pendidik harus mampu memberikan suatu alternative pembelajaran bagi siswanya agar dapat memahami konsep-konsep yang diajarkan. Guru perlu mengembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan siswa yang diperoleh di sekolah untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa perlu diberi kesempatan dan fasilitas untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika dan mengikuti kegiatan belajar mengajar guru di SMPN 15 Malang dikelas VIII, pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tersebut masih pembelajaran konvensional. Dimana siswa menjadi pasif pada saat proses belajar mengajar. Siswa hanya mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru dan mengerjakan soalsoal. Materi awal matematika kelas IX adalah kesebangunan dan kekongruenan bangun datar. Pada subbab ini siswa masih saja banyak yang mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut diantaranya adalah siswa masih sulit membedakan dua bangun datar yang sebangun atau kongruen dan menentukan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian pada dua bangun datar jika posisi salah satu bangun datar dibolak balik. Hal itu apabila dibiarkan, akan mempengaruhi dan berdampak buruk untuk pembelajaran siswa pada materi selanjutnya.
Selain itu, berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan beberapa siswa SMPN 15 Malang , penulis melihat kurang optimalnya penggunaan buku paket sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar. Siswa diminta guru untuk banyak mengerjakan soal dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang digunakan, isinya juga masih berupa rangkuman materi, contoh soal dan latihan soal. Hal ini diakui siswa sendiri sangat membosankan jika harus menyelesaikan soal yang diberikan. Beberapa siswa juga mengatakan kurang memahami maksud materi dan soal-soal yang disajikan dan terkadang malas mengerjakan seluruh latihan karena salah satu alasannya penyajian LKS yang monoton dan kurang menarik. Padahal bahan ajar merupakan salah satu hal yang mendukung proses belajar mengajar. Tanpa adanya bahan ajar, siswa dapat mengalami kesulitan untuk memahami materi jika hanya mengandalkan penjelasan dari guru saja. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2009:15). Menurut Aqib (2013:4) Terdapat tujuh komponen pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu: kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), komunitas belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Pembelajaran kontekstual menurut Abdullah (2008 :3) dapat menciptakan kebermaknaan pengalaman belajar dan dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. Pembelajaran kontekstual secara praktis menjanjikan peningkatan minat (ketertarikan) belajar siswa dari berbagai latar belakang serta meningkatkan partisipasi siswa dengan mendorong secara aktif dalam memberikan kesempatan kepada mereka untuk menerapkan pemahaman pengetahuan, mengkoneksikan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka peroleh sehingga dapat meningkatkan pemecahan masalah matematik di kehidupan sehari-hari. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa di dalam penerapan pembelajaran kontekstual, guru harus dapat merencanakan pengajaran yang dapat menciptakan pembelajaran matematika yang bermakna bagi kehidupan siswa agar mereka dapat menerapkan pengetahuan yang mereka kontruksi untuk menyelesaikan masalah matematika atau di luar matematika. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa mempelajari konsep-konsep matematika yang dikaitkan dengan kehidupan lingkungan kesehariannya, dan dampak dari pengambilan ruang lingkup lingkungan sekitar ini akan memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap watak, sikap, dan pola pikir serta kemampuan siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. METODE LKS ini menggunakan model pengembangan menurut Mbulu (2004, 8990) ada 4 tahap yaitu 1) Tahap Analisis Situasi Awal, peneliti mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, 2) Tahap Pengembangan LKS, yang meliputi penentuan alokasi waktu dan spesifikasi produk LKS, 3) Tahap Penyusunan LKS, meliputi penulisan tujuan pembelajaran, penulisan soal, dan penyusunan kelengkapan LKS, 4) Tahap Penilaian LKS, meliputi penyusunan lembar validasi
dan angket siswa, validasi dilakukan oleh 3 validator, yaitu 1 dosen Matematika Universitas Negeri Malang dan 2 guru Matematika SMP. Pengembangan LKS ini akan dilakukan validasi isi dan empirik.Validasi isi diperlukan penilaian dan tanggapan dari validator. Kemudian dilakukan validasi empirik yaitu diuji cobakan pada kelompok kecil (6 siswa SMPN 15 Malang). Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa tanggapan validator pada lembar validasi dan komentar siswa pada angket siswa. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari lembar validasi, angket siswa, dan nilai hasil pekerjaan siswa mengerjakan LKS. Penilaian pada lembar validasi dan angket siswa menggunakan sistem poin 1 sampai 4. Untuk menentukan kevalidan LKS produk hasil pengembangan, digunakan teknik analisis data dengan formula sebagai berikut. ∑ ∑ Keterangan: p adalah prosentase tingkat kevalidan ∑ adalah jumlah skor penilaian ∑ adalah jumlah jumlah skor penilaian tertinggi Tabel 1. Jenjang Kualifikasi Kevalidan LKS diadaptasi dari Arikunto (2009: 245)
Prosentase (%)
Tingkat Kevalidan Sangat Valid Valid Cukup Valid Kurang Valid Sangat Kurang Valid
Keterangan Tidak Revisi Tidak Revisi Tidak Revisi Revisi Revisi
Selain analisa dari validator dan angket siswa, juga menggunakan analisa hasil pekerjaan siswa mengerjakan LKS I dan LKS II. Untuk LKS I maupun LKS II akan diambil dua nilai. Nilai yang pertama adalah nilai siswa mengerjakan soalsoal bagian kasus dan bagian berkelompok. Sedangkan nilai yang kedua diambil dari nilai siswa mengerjakan latihan soal. Penilaian hasil akhir dari ke empat nilai yang didapat dari LKS I dan LKS II adalah sebagai berikut. Total Nilai = Nilai 1 + Nilai 2 + Nilai 3 + Nilai 4 Nilai Akhir = Keterangan: Nilai Akhir adalah nilai total keseluruhan untuk LKS I dan LKS II Nilai 1 adalah nilai bagian kasus dan bagian berkelompok untuk LKS I Nilai 2 adalah nilai latihan soal untuk LKS I Nilai 3 adalah nilai bagian kasus dan bagian berkelompok untuk LKS II Nilai 4 adalah nilai latihan soal untuk LKS II HASIL Data diperoleh dari hasil validasi terhadap LKS yang dilakukan oleh 3 validator yang terdiri dari 1 dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang, 2 guru SMP. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Selain itu data juga didapat dari hasil mengerjakan LKS dan jawaban siswa terhadap angket siswa. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 2. Data Penilaian LKS dengan Menggunkan Masalah Kontekstual pada Materi Kesebangunan dan kekongruenan bangun datar untuk SMP Kelas IX
NO 1
ASPEK Kontekstual
a.
b.
c.
d.
e.
f. 2
Praktis
a. b. c. d. e.
f. 3
Efektif
a. b. c. d. e.
f.
KRITERIA Mengangkat masalah sehari-hari yang dekat dengan siswa dengan menggunakan salah satu konteks dari personal siswa, akademik, masyarakat, atau saintifik. Konteks yang digunakan di LKS sesuai dengan konsep materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar. Mengkonstruk pengetahuan siswa terhadap konsep kesebangunan dan kekongruenan bangun datar. Menekankan pemahaman dan penalaran siswa dalam pemecahan masalah, bukan hafalan rumus. LKS memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu mentransformasikan masalah riil ke dalam masalah matematika LKS memberi kesempatan siswa merefleksi apa yang telah mereka pelajari. Sasaran LKS jelas yaitu siswa kelas IX Informasi yang disajikan dalam LKS jelas dan mudah dipahami Bahasa yang digunakan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan Penggunaan font (jenis dan ukuran) mampu menimbulkan ketertarikan siswa untuk belajar Penggunaan layout dan desain tampilan mampu menimbulkan ketertarikan siswa untuk belajar Layak digunakan guru dalam aktivitas belajar matematika di kelas Sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan Sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan Sesuai dengan indikator yang telah ditentukan Sesuai dengan kebutuhan siswa Menambah wawasan dan pengetahuan siswa tentang kesebangunan dan kekongruenan bangun datar Memotivasi dan menimbulkan ketertarikan siswa untuk belajar kesebangunan dan kekongruenan bangun datar
X1 3
X2 3
X3 4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4 3
4 3
4 3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3 2 2
4 3 3
3 4 4
3
4
3
g. Memudahkan guru untuk menyampaikan materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar h. Memudahkan siswa untuk memahami konsep kesebangunan dan kekongruenan bangun datar
3
4
4
3
4
4
Keterangan: X1 adalah validator 1, yaitu Bapak Drs. Sukoriyanto, M.Si X2 adalah validator 2, yaitu Bapak Indra Ismaya, S.Pd X3 adalah validator 3, yaitu Ibu Endang Sariningsih, S.Pd Tabel 3. Data Hasil Pekerjaan Siswa Mengerjakan LKS I dan LKS II Sebagai Subjek Uji Coba
No 1 2 3 4 5 6
Subjek Uji Coba
Total Nilai 345 369 361 352 342 345
Nilai Akhir 86,25 92,25 90,25 88 85,5 86,25
Keterangan : Total Nilai = Nilai 1 + Nilai 2 + Nilai 3 + Nilai 4 Nilai Akhir = Tabel 4. Data Penilaian Siswa Terhadap LKS Materi Kesebangunan dan Kekongruenan Bangun Datar Menggunakan Masalah Kontekstual untuk SMP Kelas IX
No 1 2 3 4 5 6 7
Pernyataan Saya mudah memahami informasi yang terdapat pada LKS ini. Saya mudah memahami apa yang diperintahkan pada LKS ini. Saya mudah memahami pernyataan yang terdapat pada LKS ini. LKS menimbulkan rasa keingintahuan saya akan topik yang dipelajari. LKS ini mendorong saya berinteraksi dengan lingkungan. LKS ini mendorong saya untuk membuat kesimpulan secara runtut. Saya senang belajar dengan LKS ini karena tampilannya menarik
Keterangan : : Subjek uji coba 1, yaitu Ning Widiasih : Subjek uji coba 2, yaitu Hesti Mega Oktavia : Subjek uji coba 3, yaitu Renanta Putra Oktaviar : Subjek uji coba 4, yaitu Dania Qoriiroh : Subjek uji coba 5, yaitu Julia Intan Maulidia : Subjek uji coba 6, yaitu M. Bagus Arifudin
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
PEMBAHASAN Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan menggunakan masalah kontekstual, yaitu masalah yang dekat dengan kehidupan siswa. Adapun bagianbagian dari LKS yang dikembangkan antara lain: (1) KASUS, pada bagian ini siswa dapat mengidentifikasi kasus-kasus tentang masalah kontekstual yang berkaitan dengan kesebangunan dan kekongruenan bangun datar yang sudah dikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari. (2) TAHUKAH KALIAN, pada bagian ini berisi arahan-arahan untuk membantu siswa memahami konsep kesebangunan dan kekongruenan bangun datar. Arahan-arahan disini berdasarkan masalah-masalah kontekstual yang berada dalam bagian kasus. (3) AKU TAHU, dalam bagian ini siswa dapat menemukan sendiri konsep tentang kesebangunan dan kekongruenan bangun datar melalui kasus dan pertanyaan kontekstual yang telah disajikan sebelumnya. (4) MARI BERDISKUSI, pada bagian ini siswa diberi kesempatan belajar kelompok untuk memecahkan beberapa permasalahan tentang kesebangunan dan kekongruenan bangun datar yang berkaitan dengan masalah sehari-hari yang biasa mereka temui. (5) MARI BERLATIH SOAL, pada bagian ini berisi soal-soal latihan yang masih berkaiatan dengan masalah kontekstual tentang kesebangunan dan kekongruenan bangun datar. Soal-soal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi yang diberikan. (6) REFLEKSI, pada bagian ini berisi pernyataan-pernyataan siswa berkaitan dengan konsep kesebangunan dan kekongruenan bangun datar yang telah mereka pelajari sebelumnya. Penyajian data dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu penyajian data hasil validasi LKS dan penyajian data hasil uji coba kelompok kecil. Penyajian data hasil validasi diperoleh dari lembar validasi. Sedangkan penyajian data hasil uji coba kelompok kecil diperoleh dari hasil pengerjaan LKS oleh siswa dan angket yang diisi oleh siswa uji coba. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh 1 dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang (pada tanggal 11 Juli 2013) dan 2 guru SMP (pada tanggal 12 Juli 2013 dan 15 Juli 2013) diperoleh hasil validasi yang ditampilkan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 di atas diperoleh persentase untuk masingmasing aspek adalah 88% untuk aspek kontekstual, 86% untuk aspek praktis, dan 85% untuk aspek efektif. Hasil persentase masing-masing aspek telah memenuhi standar yang ditentukan, yaitu 70%. Sehingga LKS yang dikembangkan telah memenuhi aspek kontekstual, aspek praktis dan aspek efektif dan dapat dinyatakan valid. Masing-masing validator juga memberikan saran dan kritiknya untuk perbaikan LKS. Saran dan kritik validator ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Catatan/ Saran Validator Terhadap LKS dengan Menggunakan Masalah Kontekstual pada Materi Kesebangunan dan kekongruenan bangun datar untuk SMP Kelas IX
No 1
2
Nama Subjek Uji Kevalidan Drs. Sukoriyanto, M.Si
Indra Ismaya, S.Pd
Catatan/ Saran Perlu ada judul kontekstual untuk setiap kasus. Perlu ada permasalahan kontekstual yang berupa cerita pendahuluan. Pemilihan warna harap perlu disesuaikan. Tumbuhkan motivasi belajar melalui LKS dengan berbagai soal yang bervariasi dan berkarakter
3
Endang Sariningsih, S.Pd
minimal. Mengembangkan skap positif belajar melalui LKS dengan soal cerita dalam kehidupan seharihari. Contoh dan gambar benda dalam kesebangunan sudah sesuai. Untuk hal 7, ukuran foto sudah sebangun, untuk fotonya agar diperjelas atau dispesifikasikan pada saat yang sama. Misal foto pada saat SD dan SMP sudah berbeda.
Pada Tabel 5 terdapat beberapa catatan dan saran yang diberikan masingmasing validator. Salah satu saran yang diberikan adalah Perlu adanya judul kontekstual untuk setiap kasus. Oleh karena itu, revisi dilakukan berdasarkan pada catatan dan saran yang diberikan oleh validator, setelah itu langsung dilanjutkan dengan uji coba kelompok kecil. Dengan menggunakan teknik analisis data hasil pengerjaan LKS siswa yang telah diuraikan pada metode dan berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa nilai keenam subyek uji coba memenuhi standar ketuntasan LKS yaitu lebih dari 76. Hal ini menunjukkan bahwa LKS dapat diterima siswa dan layak digunakan. Kelebihan LKS yang dikembangkan adalah sistematika penyajian materi yang diawali dengan permasalahan yang dekat dengan kehidupan siswa. Kemudian siswa diarahkan untuk menemukan sendiri konsep tentang kesebangunan dan kekongruenan bangun datar. Selain itu, LKS yang dikembangkan ini mempunyai tampilan yang menarik, sehingga siswa senang untuk mempelajari LKS tersebut dan secara tidak langsung juga mempengaruhi hasil belajar mereka. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramelan (2008) menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa di kelas dengan metode pembelajaran konvensional dengan siswa di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika. Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual rata-rata ketuntasan belajarnya sebesar 87,5% dibanding rata-rata ketuntasan belajar kelas konvensional yang hanya sebesar 62,5%. Namun, masih terdapat beberapa kekurangan dalam pengembangan LKS ini. Kekurangan tersebut yaitu pengembangan yang dilakukan hanya sampai pada uji coba kelompok kecil, yaitu pada enam siswa SMP kelas IX. Uji coba kelompok sedang dan kelompok besar belum dilakukan sehingga belum diketahui tingkat keefektifannya. PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji coba dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan LKS dengan materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar ini valid dan dapat digunakan pada siswa kelas IX SMPN 15 Malang. Hal ini karena penilaian dari para validator, nilai siswa serta hasil angket siswa menunjukkan tanggapan yang positif. Dan berdasarkan analisis lembar validasi LKS dinyatakan valid dengan persentase untuk aspek kontekstual adalah 88% untuk aspek praktis adalah 86%, dan untuk aspek efektif adalah 85%. Dengan
produk LKS yang telah dikembangkan ini diharapkan siswa dapat lebih memahami materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar dengan baik. LKS yang telah dikembangkan ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti dengan hasil uji coba keenam siswa dapat mengerjakan soal-soal pada LKS I dan LKS II dengan rata-rata perolehan nilai yaitu 88 yang berarti sudah memenuhi SKM yang ditentukan, yaitu 75. Hal itu dikarenakan menurut pendapat siswa LKS pengembangan ini menarik disertai gambar-gambar serta warna yang menarik siswa tidak seperti LKS yang biasa mereka dapatkan di sekolah. Pernyataan siswa ini didukung menurut Levie & Levie dalam Arsyad (2010:8) yang mereviu hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Selain itu menurut hasil penelitian Mabel Rudisill dalam Sudjana (2007:13) mengenai gambar-gambar yang lebih disukai anak-anak, menunjukkan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna realismenya adalah pewarnaan, karena pewarnaan pada gambar akan menumbuhkan kesan realistik. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa penyajian LKS dengan gambar dan variasi warna didalamnya dapat menarik perhatian siswa, sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat. Saran Berdasarkan uraian di atas, berikut beberapa saran yang disampaikan oleh pengembang yaitu diharapkan guru SMP/MTs dapat memanfaatkan LKS menggunakan masalah kontekstual ini sebagai alternatif bahan ajar pada materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar, diharapkan hasil pengembangan LKS ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh atau bahan pertimbangan dalam mengembangkan LKS yang mengacu pada pendekatan kontekstual, pengembangan LKS menggunakan masalah kontekstual ini hanya terbatas pada K.D 1.1. Oleh karena itu diharapkan adanya pengembangan LKS untuk seluruh K.D materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar kelas IX, pengembangan LKS ini hanya diuji cobakan pada kelompok kecil, sehingga disarankan untuk menguji cobakan pada kelompok sedang maupun besar untuk mengetahui tingkat keefektifan LKS yang dikembangkan. DAFTAR RUJUKAN Abdullah, Abdul Wahab. 2008. Analisis Kemampuan Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kontekstual. Jurnal Penelitian dan Pendidikan, (Online), 5 (1): 1-12, (journal.ung.ac.id/filejurnal/MSVol4No1/MSVol4No1_7.pdf), diakses 1 Agustus 2013. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara. Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual(INOVATIF). Bandung: Yrama Widya. Mbulu, Joseph dan Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang Mas. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ramelan, Rahman.2008. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Kota Manna. Jurnal Pendidikan Matematika, (Online), (blog.unsri.ac.id/userfiles/URUT%25206%2520GANJIL.doc), diakses 20 September 2012. Sudjana, Nana dkk. 2007. Media pengajaran. Bandung: Sinar Bayu Algensindo Offset. Tim Penulis. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Artikel ilmiah oleh Miftahur Rohmah ini Telah diperiksa dan disetujui
Malang, Agustus 2013 Pembimbing
Dra. Ety Tejo Dwi Cahyowati, M.Pd NIP. 19620318 199002 2 001
Mahasiswa
Miftahur Rohmah NIM. 908312408015
Artikel ilmiah oleh Miftahur Rohmah ini Telah diperiksa dan disetujui
Malang, Agustus
2013
Pembimbing
Dra. Ety Tejo Dwi Cahyowati, M.Pd
NIP. 19620318 199002 2 001
Mahasiswa
NrM. 9083124080is