METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN
RATIH DWI HAYUNINGTYAS A24050113
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Ratih Dwi Hayuningtyas A24050113
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
RATIH DWI HAYUNINGTYAS. Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan. (Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO DAN SUWARNO) Penelitian ini bertujuan mencari metode yang cepat, murah dan tepat untuk pengujian toleransi padi terhadap salinitas dan menyeleksi genotipe padi yang toleran terhadap salinitas pada stadia perkecambahan yang dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan Rumah kaca Leuwikopo, IPB Bogor. Penelitian ini terdiri dari dua pelaksanaan percobaan yaitu percobaan di Laboratorium dan di Rumah kaca. Percobaan di Laboratorium terdiri dari tiga tahap, sedangkan percobaan di Rumah kaca terdiri dari satu tahap. Tahap 1 di Laboratorium merupakan percobaan pendahuluan untuk mencari metode uji yang dapat membedakan varietas toleran dan peka terhadap salinitas dimana konsentrasi garam yang digunakan bervariasi. Tahap dua merupakan pengujian toleransi varietas padi toleran dan peka pada empat metode yang berpotensi dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial, dua faktor, yaitu varietas padi dan metode uji. Varietas padi (A) terdiri dari dua varietas yaitu varietas padi toleran dan varietas padi peka terhadap salinitas, sedangkan metode uji (B) terdiri dari empat jenis metode uji. Tahap ketiga dari percobaan di Laboratorium adalah seleksi 54 genotipe padi dengan menggunakan satu metode terpilih dari percobaan sebelumnya. Percobaan di Rumah kaca merupakan pengujian toleransi salinitas 54 genotipe padi pada stadia bibit. Konsentrasi garam yang digunakan pada percobaan ini adalah 4000 ppm dan bibit padi yang digunakan berumur dua minggu. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 3 varietas padi peka (IR 64, Batanghari, Widas) dan 3 varietas padi toleran (Pokkali, Lalan, Dendang) terhadap salinitas, 54 genotipe padi yang belum diketahui peka atau tidaknya terhadap salinitas, NaCl (garam dapur), berbagai media tanam (arang sekam, humus daun bambu, serbuk gergaji, cocopit, pasir, tanah liat, zeolit, dan kompos). Alat-alat yang digunakan adalah bak plastik berukuran 35 cm x 30 cm x 10 cm, plastik mika berukuran 15 cm x 10 cm x 5 cm, oven, timbangan, pengayak media tanam. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering bibit, panjang tanaman, persentase daun mati dan jumlah tanaman mati. Dari hasil percobaan pendahuluan di laboratorium diperoleh empat metode uji yang berpotensi dapat membedakan varietas toleran dan peka terhadap salinitas. Berdasarkan kesesuaian hasil pengelompokan tingkat toleransi salinitas antara pengujian di Rumah kaca dan di Laboratorium diperoleh dua genotipe padi yang toleran terhadap salinitas, genotipe tersebut adalah B10551E – KN – 1 – 1 dan B10551E – KN – 62 – 2.
Judul
: METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN
Nama
: RATIH DWI HAYUNINGTYAS
NRP
: A24050113
Menyetujui Dosen Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS
Dr. Suwarno
NIP : 19521008 198103 2 001
NIP : 19520909 198103 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP : 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kendal, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 8 Juni 1987 sebagai anak terakhir dari dua bersaudara dari pasangan Sugiyarto, S.Sos dan Sri Wahyuni, SPd. Penulis memulai pendidikan formal saat masuk TK Aisyah 02 Kendal pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1993. Tahun 1999 penulis lulus dari SDN Langenharjo 01 Kendal, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 2 Kendal. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN I Kendal pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah Kendal (2006/2007) dan tergabung dalam berbagai Kepanitiaan Kegiatan di lingkungan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penulis juga menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi (2006 – 2009).
KATA PENGANTAR Segala Puji Bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas nikmat dan karuniaNya yang tiada berujung, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi berjudul “ Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Agronomi dan Hortikultura , Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS dan Dr. Suwarno selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bantuan, motivasi dan perhatian yang telah diberikan selama kegiatan penelitian maupun penyusunan skripsi. 2. Ir. Heni Purnamawati, MSc selaku pembimbing akademik yang telah memberi berbagai masukan dan motivasi dalam kegiatan akademik selama penulis menyelesaikan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 3. Ir. Abdul Qadir, MSt selaku dosen penguji skripsi atas saran-saran yang telah diberikan dalam rangka perbaikan penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan ibuku tersayang, mbak Rista serta seluruh keluarga besarku atas doa, kasih sayang, perhatian dan motivasi yang tiada hentinya untuk penulis. 5. Supartopo, AMd dan pihak Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Muara Bogor atas bantuan yang telah diberikan demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 6. Teman-temanku semua, AGH ‘42, Malya, Ummah, Rere, Siti, Rifka, Warno, Rosma, Uci, Riska, Santi, mbak Wiwik dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan, semoga sukses untuk kita semua. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan skripsi ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2010 Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang................................................................................ Tujuan............................................................................................. Hipotesis.........................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
3
Botani Tanaman Padi ..................................................................... Karakteristik Tanah Salin............................................................... Pengaruh Stres Garam (NaCl) Terhadap Tanaman ........................
3 4 4
BAHAN DAN METODE........................................................................
8
Waktu dan Tempat ......................................................................... Bahan dan Alat ............................................................................... Metode Penelitian...........................................................................
8 8 8
I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium…………………………………………….........
8
II. Pengujian Toleransi Salinitas 54 Genotipe Padi pada Stadia Bibit di Rumah kaca…………………………………………... ....10
Pelaksanaan Penelitian.................................................................... I.
Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan Di Laboratorium..........................................................................
11 11
II. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Bibit di Ru-
mah kaca............................................................................... .... Pengamatan................................................................................. ....
11 12
HASIL DAN PEMBAHASAN………………. ......................................
14
Pengujian Toleransi Salinitas di Laboratorium……………………. Pengujian Toleransi Salinitas Varietas Toleran dan Varietas Peka Padi pada Empat Metode Uji yang Berpotensi………………. . Korelasi Antara Peubah Rumah kaca dan Laboratorium…………... Simulasi Seleksi Padi Toleran Salinitas……………………………
14
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. .
29
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
30
LAMPIRAN…………………………………………………………….
33
15 22 24
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Standar Evaluasi Skor (SES) Kerusakan Tanaman Padi menurut Penilaian Visual Akibat Keracunan Garam…………… …..
7
2. Metode pada Pengujian Pedahuluan dan Respon Genotipe Toleran dan Peka terhadap Salinitas………………………………....
15
3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Masing-masing Peubah yang Diamati………………………………………………………………..
17
4. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua Peubah yang Diamati pada Rataan Masing-masing Kelompok Varietas…………………..
18
5. Selisih antara Varietas Toleran dan Peka pada Masing-masing Peubah yang Diamati di Laboratorium………………………………
19
6. Rekapitulasi Korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium dengan Peubah di Rumah Kaca………………………………………
24
7. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Laboratorium dan Rumah kaca…..
26
8. Klasifikasi/ Pengelompokan Genotipe Padi terhadap Tingkat Toleransi Salinitas……………………………………………………
26
9. Kisaran Nilai Tingkat Toleransi Padi terhadap Salinitas………… …..
27
10. Dua Genotipe Padi Toleran Salinitas pada Pengujian Rumah kaca dan Laboratorium …………………………………………………….
28
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Hasil Pengujian Pendahuluan pada Berbagai Media Tanam dan Konsentrasi Garam…………………………………………..…….
14
2. Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka pada Media Tanah dengan Konsentrasi NaCl 8000 ppm dibandingkan dengan Kontrol…………………………………………………….
24
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Panjang Akar di Laboratorium………
34
2. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Panjang Tajuk di Laboratorium………
34
3. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Panjang Bibit di Laboratorium………
34
4. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Akar di Laboratorium…
35
5. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Tajuk di Laboratorium….
35
6. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Bibit di Laboratorium…...
35
7. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Jumlah Tanaman Mati di Laboratorium……………………………………………………………………..
36
8. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe (54 genotipe) terhadap Persentase Daun Mati di Rumah kaca………………………........... .
36
9. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe (54 genotipe) terhadap Panjang Tanaman di Rumah kaca………………………................ ..
36
10. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Salinitas pada Peubah Persentase Daun Mati di Rumah kaca dan Peubah Jumlah Tanaman Mati di Laboratorium………………
37
11. Contoh Simulasi Seleksi Pengujian di Laboratorium dan Rumah kaca………………………………………………………
39
12. Daftar Nama 54 Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian Toleransi terhadap Salinitas……………………………...
41
PENDAHULUAN
Latar belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan menjadikan beras sebagai makanan pokoknya. Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai modal utama untuk peningkatan produktivitas padi, namun justru lahanlahan yang subur ini menjadi semakin berkurang akibat meluasnya areal perumahan dan kawasan industri yang dibangun. Dalam upaya peningkatan beras nasional, perlu dilakukan suatu usaha yaitu pemanfaatan lahan-lahan marginal yang masih cukup banyak terdapat di Indonesia. Pemanfaatan lahan marginal, seperti lahan pasang surut, belum diupayakan secara optimal untuk memenuhi dan mempertahankan kebutuhan pangan nasional. Areal pasang surut di Indonesia diperkirakan mencapai 20.11 juta ha, dimana 2.07 juta lahan potensial, 6.71 juta ha sulfat masam, 19.89 juta ha lahan gambut dan 0.44 juta ha lahan salin (Tim Sintesis Kebijakan, 2008). Diperkirakan peningkatan produksi padi ke depan akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks berkaitan dengan adanya cekaman biotik (hama, penyakit, dan gulma) maupun cekaman abiotik (unsur hara, iklim, dan lingkungan). Salah satu cekaman lingkungan yang menjadi kendala dalam penurunan produksi beras nasional adalah adanya cekaman salinitas. Lahan salin merupakan salah satu lahan marginal yang dapat dikembangkan menjadi areal persawahan yang produktif. Menurut Sembiring dan Gani (2004), banyak petani kita berpindah menjadikan lahan padinya menjadi usaha perikanan dan pembuatan garam bahkan ada pula yang sampai meninggalkannya akibat adanya cekaman salinitas tersebut. Salinitas merupakan cekaman abiotik yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman. Pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion NaCl, cekaman osmotik dan kekurangan hara (Sembiring dan Gani, 2004). Masalah salinitas tidak hanya dijumpai di daerah pasang surut saja tetapi juga di
daerah-daerah kering, curah hujan di daerah tersebut lebih sedikit dibandingkan evapotranspirasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini menurut Balai Penelitian dan pengembangan Pertanian, Deptan (1993) adalah dengan mengurangi terjadinya intrusi air garam dan mengusahakan serta menanam varietas-varietas yang toleran terhadap salinitas. Menurut Sadjad (1993), metode seleksi untuk memilih varietas yang toleran dapat dilakukan langsung di lapang maupun di laboratorium. Sadjad menambahkan, untuk mengetahui pertumbuhan benih pada kondisi lapang dan lingkungan dimana benih ditanam dapat dilakukan pada fase perkecambahan yaitu dengan menganalisis viabilitas benih. Viabilitas benih pada kondisi suboptimum (salinitas) dapat dideteksi dan dilakukan di rumah kaca atau di laboratorium dengan mengecambahkan benih pada media yang dapat dikontrol dan lebih praktis seperti pada kertas, pasir maupun media tanam yang lain. Berbagai teknik pengujian untuk mengidentifikasi toleransi varietas telah digunakan dan cukup banyak varietas yang telah ditemukan (Suwarno, 1983 dan Sulaiman, 1980). Pengujianpengujian yang telah dilakukan ini membutuhkan waktu lama sehingga perlu dilakukan suatu penelitian untuk mendapatkan suatu metode yang paling tepat dan mudah untuk mengetahui toleransi padi terhadap salinitas pada stadia perkecambahan. Diharapkan dengan pengujian ini, dapat dihasilkan suatu metode yang tepat, cepat dan mudah sehingga sifat toleransi padi terhadap salinitas dapat diketahui lebih dini. Tujuan 1. Mencari metode yang tepat, cepat dan mudah untuk pengujian toleransi padi terhadap salinitas pada stadia perkecambahan. 2. Menyeleksi genotipe padi yang toleran terhadap salinitas pada stadia perkecambahan.
Hipotesis 1. Terdapat metode yang tepat, cepat dan mudah untuk menguji toleransi varietas padi terhadap salinitas pada stadia perkecambahan.
2. Terdapat genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap salinitas melalui pengujian metode yang terpilih.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2009 bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura dan Rumah kaca Leuwikopo, IPB, Darmaga, Bogor.
Bahan dan Alat Bahan- bahan yang digunakan adalah 3 varietas padi peka (IR 64, Widas, Batanghari), 3 varietas padi toleran (Lalan, Pokkali, Dendang) terhadap salinitas, 54 genotipe padi yang belum diketahui peka atau tidaknya terhadap salinitas, NaCl (garam dapur), dan berbagai media tanam (arang sekam, humus daun bambu, serbuk gergaji, cocopit, pasir, tanah liat, zeolit, dan kompos). Benih yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Muara, Bogor. Alat-alat yang digunakan antara lain adalah bak plastik berukuran 35 cm x 30 cm x 10 cm, plastik mika berukuran 15 cm x 10 cm x 5 cm, oven, timbangan, pengayak media tanam, kertas label, alat tulis, dan kamera digital.
Metode Penelitian I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium
Percobaan ini terdiri dari tiga tahap yaitu : a. Percobaan Pendahuluan Toleransi Padi pada Berbagai Media Tanam dan Konsentrasi NaCl Media tanam yang digunakan pada percobaan ini adalah arang sekam, humus daun bambu, serbuk gergaji, cocopit, pasir, tanah liat, zeolit, dan kompos dengan konsentrasi garam yang diberikan bervariasi antara 0 ppm sampai 8000 ppm. Setiap media tanam, ditanam masing-masing benih padi toleran dan benih padi peka terhadap
salinitas. Dari semua metode uji yang dilakukan, dipilih empat metode yang berpotensi dapat membedakan varietas peka dan toleran terhadap salinitas dengan peubah - peubah pengamatan meliputi jumlah tanaman mati, tinggi tanaman dan warna bibit. b. Pengujian Toleransi Varietas Padi yang Toleran dan Peka pada Empat Metode Uji yang Berpotensi
Setelah mendapatkan media tanam dan konsentasi NaCl yang berpotensi membedakan varietas peka dan toleran, dilakukan percobaan dengan menggunakan model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dua faktor, yaitu varietas padi (A) dan metode uji (B). Varietas padi (A) yang digunakan yaitu 3 varietas toleran dan 3 varietas peka terhadap salinitas sedangkan metode uji (B) terdiri dari empat jenis metode, yaitu M1 = media humus daun bambu dengan 4000 ppm NaCl, M2 = media cocopit dengan 6000 ppm NaCl, M3 = media pasir dengan 4000 ppm NaCl, dan M4 = media tanah dengan 8000 ppm NaCl. Setiap satuan percobaan diulang tiga kali sehingga total satuan percobaan yang dilakukan adalah 36 satuan percobaan. Benih padi direndam selama 24 jam kemudian ditanam pada media sesuai dengan perlakuan konsentrasi garam yang diberikan. Setiap ulangan ditanam sebanyak 25 butir benih padi. Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah : Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ck + εijk Keterangan : Yijk
= nilai pengamatan pada perlakuan metode uji ke-i, varietas padi ke-j dan kelompok ke-k
µ
= nilai rataan umum
Ai
= pengaruh perlakuan varietas padi ke i (i = 1, 2, dan 3)
Bj
= pengaruh perlakuan metode uji ke-j (j = 1, 2, 3, 4,)
Ck
= pengaruh kelompok ke-k ( k = 1, 2, 3)
(AB)ij = pengaruh interaksi perlakuan varietas padi ke-i dan metode uji ke-j ε ijk
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan varietas padi ke-i, metode uji ke-j, dan kelompok ke-k.
c. Pengujian Toleransi terhadap Salinitas 54 genotipe Padi pada Satu Metode Uji yang Terpilih
Setelah mendapatkan metode uji yang terbaik yaitu M4 (media tanah dengan konsentrasi garam 8000 ppm) kemudian dilakukan pengujian toleransi salinitas pada 54 genotipe padi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi (α). Genotipe padi yang digunakan sebanyak 54 genotipe dan setiap satuan percobaan diulang tiga kali sehingga total satuan percobaan yang digunakan adalah 162 satuan percobaan. Benih padi direndam selama 24 jam kemudian ditanam pada media tanah dengan konsentrasi garam 8000 ppm. Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah : Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j
µ
= nilai tengah umum
αi
= pengaruh perlakuan genotipe padi ke-i (i = 1, 2, 3, 4,......, 54)
βj
= pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)
εij
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j II. Pengujian Toleransi Salinitas 54 genotipe Padi pada Stadia Bibit di Rumah kaca
Percobaan ini mengikuti metode standar pengujian yang biasa dilakukan oleh para pemulia padi dalam proses seleksi toleransi padi terhadap salinitas dimana konsentrasi garam yang digunakan adalah 4000 ppm. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi (α). Genotipe padi yang digunakan sebanyak 54 genotipe, dimana setiap satuan percobaan terdiri dari 2 bibit padi berumur dua minggu.
Model linier yang digunakan adalah : Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j
µ
= nilai tengah umum
αi
= pengaruh perlakuan genotipe padi ke-i (i = 1, 2, 3, 4,......, 54)
βj
= pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)
εij
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j Pelaksanaan Penelitian
I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium Percobaan pendahuluan dilakukan dengan menanam varietas toleran dan peka terhadap salinitas pada berbagai media tanam dan konsentrasi garam. Peubah pengamatan dapat bervariasi antar metode uji dan pengamatan tersebut dilakukan sampai terlihat adanya perbedaan antara varietas peka dan toleran.
Setelah mendapat beberapa metode uji (media tanam dan konsentrasi garam) yang berpotensi membedakan varietas toleran dan varietas peka terhadap salinitas, dilakukan percobaan selanjutnya guna mendapatkan satu metode uji yang paling tepat berdasarkan hasil analisis statistik yang digunakan. Media tanam disiram dan diaduk sampai merata dengan larutan garam sesuai dengan perlakuan konsentrasi garam yang diberikan. Setiap media tanam, ditanam 25 benih toleran dan 25 benih peka salinitas yang telah direndam air terlebih dahulu selama 24 jam. Satu metode uji yang terpilih dari hasil analisis statistik kemudian digunakan untuk menguji toleransi 54 genotipe padi terhadap salinitas pada stadia perkecambahan. Pengujian toleransi 54 genotipe padi dilakukan dengan menanam benih padi yang telah direndam selama 24 jam ke dalam media tanam dan konsentrasi
garam yang terpilih (metode uji). Setiap satuan percobaan menggunakan 25 butir benih.
II.
Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Bibit di Rumah kaca Percobaan ini dilakukan dengan menanam bibit padi yang telah berumur dua
minggu pada bak plastik dengan ukuran 35 cm x 30 cm x 10 cm dan berisi tanah 5 kg kering angin per bak yang telah diberi 4 liter larutan garam berkonsentrasi 4000 ppm. Tinggi genangan pada bak plastik tetap dipertahankan setiap hari. Tanah yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari kebun percobaan Sawah Baru yang belum pernah dipupuk. Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur enam minggu dimana perbedaan antara varietas peka dan toleran sudah jelas terlihat secara visual, bahkan tanaman peka sudah mati (Sulaiman, 1980).
Pengamatan Pengamatan pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium : Pengamatan yang dilakukan pada percobaan pendahuluan adalah banyaknya tanaman mati dan panjang tanaman. Pengamatan yang dilakukan pada percobaan pengujian toleransi padi pada empat metode yang berpotensi adalah : 1. Panjang Akar (PA)
Panjang akar merupakan panjang dari ujung akar sampai pangkal akar dengan satuan centimeter. 2. Panjang Tajuk (PT)
Panjang tajuk diukur mulai dari pangkal tajuk sampai ujung tajuk dengan satuan centimeter. 3. Panjang Bibit (PB) Panjang bibit diperoleh dari penjumlahan panjang tajuk dengan panjang akar dengan satuan centimeter.
4. Berat Kering Bibit (BKB) Merupakan penjumlahan dari berat kering tajuk dan berat kering akar yang telah dioven pada suhu 600C selama 3x24 jam dengan satuan miligram. 5. Berat Kering Akar (BKA)
Merupakan berat kering akar tanaman padi yang telah dioven pada suhu 600C selama 3x24 jam dengan satuan miligram. 6. Berat Kering Tajuk (BKT) Merupakan kering tajuk tanaman padi yang telah dioven pada suhu 0
60 C selama 3x24 jam dengan satuan miligram. 7. Jumlah Tanaman Mati (JTM) Merupakan jumlah tanaman yang mati pada akhir pengamatan. Analisis data yang digunakan pada percobaan ini adalah menggunakan Model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak untuk melihat pengaruh masing faktor tunggal serta interaksinya terhadap masing- masing peubah yang diamati. Kriteria pemilihan metode yang digunakan berdasarkan hasil analisis statistik dan dilanjutkan dengan selisih nilai rataan antara varietas toleran dan peka terhadap salinitas dengan memperhitungkan efisiensi dari segi ekonomi maupun kemudahan dalam aplikasinya. Pengamatan pada Stadia Bibit di Rumah kaca : 1. Panjang Tanaman (Ptan) Merupakan penjumlahan panjang tajuk dengan panjang akar dari tanaman padi dengan satuan centimeter.
2. Gejala Salinitas (Jumlah Tanaman Mati dan Jumlah Daun yang Rusak) Gejala yang ditimbulkan akibat pengaruh cekaman garam pada tanaman padi diantaranya adalah 1) berkurangnya kecepatan perkecambahan; 2) berkurangnya tinggi tanaman dan jumlah anakan; 3) pertumbuhan akar jelek; 4) sterilitas biji meningkat; 5) kurangnya bobot 1000 gabah dan kandungan protein total dalam biji karena penyerapan Na yang berlebihan; dan 6) berkurangnya penambatan N2 secara biologi dan lambatnya mineralisasi tanah. Selain itu,secara morfologi daun akan menjadi kuning (klorosis) dan tepi daun mati atau mengering (terbakar).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Toleransi Salinitas di Laboratorium Pengujian Toleransi Padi pada Berbagai Media Tanam dan Konsentrasi Garam Hasil pengamatan secara visual pada pengujian pendahuluan menunjukkan bahwa dari 26 metode yang diujikan terdapat 4 metode yang dapat memperlihatkan perbedaan antara varietas yang toleran dengan varietas yang peka terhadap salinitas. Metode-metode yang dapat memperlihatkan perbedaan antara varietas yang toleran
dan varietas yang peka salinitas adalah metode
menggunakan humus daun bambu dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm, metode menggunakan cocopit dengan konsentrasi NaCl 6000 ppm, metode menggunakan pasir dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm, dan metode menggunakan tanah dengan konsentrasi NaCl 8000 ppm.
M1 1
Var. Toleran
Var. Peka
M2
Var. Peka
Var. Toleran
M3
Var. Toleran
Var. Peka
M4
Var. Peka
Var.Toleran
Keterangan : M1 = Humus daun bambu dengan 4000 ppm NaCl; M2 = Cocopit dengan 6000 ppm NaCl; M3 = Pasir dengan 4000 ppm NaCl; M4 = Tanah 8000 dengan ppm NaCl
Gambar 1. Hasil Pengujian Pendahuluan pada Berbagai Media Tanam dan Konsentrasi Garam
Perbedaan antara varietas toleran dan peka terhadap salinitas pada masing-masing metode berbeda-beda. Pada media humus daun bambu dengan 4000 ppm NaCl (M1) varietas toleran terlihat lebih tinggi dibandingkan varietas peka. Pada media cocopit dengan 6000 ppm NaCl (M2) perbedaannya terlihat pada jumlah tanaman, dimana varietas yang peka lebih banyak mati dibandingkan varietas yang toleran. Metode-metode yang telah diuji dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Metode pada Pengujian Pendahuluan dan Respon Genotipe Toleran dan Peka terhadap Salinitas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Metode Arang Sekam + 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm) Arang Sekam + 3 gram NaCl/1 L air (3000 ppm) Arang Sekam + 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) Humus Daun Bambu + 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm) Humus Daun Bambu + 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) Zeolit + 1 gram NaCl/1 L air (1000 ppm) Zeolit + 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm) Zeolit + 3 gram NaCl/1 L air (3000 ppm) Zeolit + 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) Zeolit + 5 gram NaCl/1 L air (5000 ppm) Cocopit+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm) Cocopit+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) Cocopit+ 6 gram NaCl/1 L air (6000 ppm) Serbuk Gergaji+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm) Serbuk Gergaji+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) Serbuk Gergaji+ 6 gram NaCl/1 L air (6000 ppm) Kompos+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm) Kompos+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) Kompos+ 6 gram NaCl/1 L air (6000 ppm) Kompos+ 8 gram NaCl/1 L air (8000 ppm) Pasir+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm) Pasir+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) Tanah+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm) Tanah+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) Tanah+ 6 gram NaCl/1 L air (6000 ppm) Tanah+ 8 gram NaCl/1 L air (8000 ppm)
Hasil √ (M1) √ (M2) √ (M3) √ (M4)
Keterangan : √ = dapat membedakan genotipe toleran dan peka terhadap salinitas, - = tidak dapat membedakan genotipe toleran dan peka terhadap salinitas
Tinggi tanaman dan ujung daun yang mengeriting merupakan perbedaan antara varietas toleran dan peka pada media pasir dengan 4000 ppm NaCl (M3), sedangkan pada media tanah dengan 8000 ppm NaCl (M4) perbedaan antara varietas toleran dan peka terlihat pada tinggi tanaman, dimana varietas peka lebih rendah dibandingkan varietas toleran dan jumlah tanaman yang mati pada varietas peka lebih banyak dibandingkan varietas toleran. Perbedaan konsentrasi garam yang digunakan dalam penelitian ini disebabkan karena perbedaan respon varietas toleran dan peka dalam menghadapi cekaman salinitas pada media tumbuh yang berbeda. Pada awal percobaan, semua media tumbuh diberikan konsentrasi garam dengan kisaran yang sama yaitu 0 ppm sampai 4000 ppm. Beberapa media pada konsentrasi garam 4000 ppm, belum terlihat perbedaan antara varietas toleran dan peka, sehingga dilakukan penambahan konsentrasi garam sampai pada 8000 ppm. Pada media arang sekam dan serbuk gergaji, bibit yang dihasilkan berwarna putih kekuningan. Hal ini diduga pada media arang sekam mengandung unsur silikat dan kalium tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu, ketika akan digunakan sebagai media perkecambahan, serbuk gergaji tidak disterilkan terlebih dahulu sehingga diduga banyak terdapat mikroorganisme maupun zat-zat beracun bagi tanaman. Pada media zeolit, dihasilkan bibit yang tinggi dan abnormal (berwarna kuning). Benih yang ditanam pada media kompos terlihat banyak yang mati pada varietas toleran maupun peka.
Pengujian Toleransi Salinitas Varietas Toleran dan Varietas Peka Padi pada Empat Metode yang Berpotensi Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor tunggal metode berpengaruh sangat nyata pada peubah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, serta berat kering akar, dan berpengaruh nyata pada jumlah tanaman mati sedangkan untuk berat kering tajuk dan berat kering bibit menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (Tabel 3). Faktor tunggal grup varietas hanya berpengaruh nyata pada peubah panjang tajuk, sedangkan untuk peubah lainnya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Interaksi antara kedua faktor tunggal menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua peubah pengamatan.
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Masing-masing Peubah yang Diamati Sumber
KT (F)
db
U
2
PA
PT
0.1379938
6.49
tn
M
3
V
1
Galat
14
BKT
BKB
JTM
0.0000347
0.10069238
0.158
14.12
(1.1 )
(2.71 )
tn
(0.43 )
(1.09 )
4.691
84.19
189.65
0.00067
tn
tn
(1.74 )
tn
(2.29 )
(2.02 tn)
0.101049
0.141
25.971
tn
tn
(37.55**)
(35.12**)
(35.5**)
(21.17**)
(1.75 )
(2.05 )
(3.72*)
0.00445
10.72
11.02
0.00001504
0.026339
0.0001
12.127
(0.04 ) 3
2.28
BKA
tn
tn
MxV
PB
(4.47*)
tn
(2.06 )
tn
(0.47 )
tn
tn
(0.46 )
(0 )
(1.74 tn)
0.13526
2.69
3.86
0.0238
0.0238
0.000032
17.967
(1.08 tn)
(1.12 tn)
(0.72 tn)
(0.82 tn)
(0.41 tn)
(0 tn)
(2.57 tn)
0.12492
2.39
5.34
0.00032
0.057877
0.069
6.983
Keterangan : U = Ulangan, M = Metode, V = Varietas, MxV = Interaksi antara Metode dan Varietas, PA = Panjang Akar, PT = Panjang Tajuk, PB = Panjang Bibit, BKA = Berat Kering Akar, BKT = Berat Kering Tajuk, BKB = Berat Kering Bibit, JTM = Jumlah Tanaman Mati, nilai dalam ( ) adalah nilai Fhitung 0.05 I 0.01, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, * = berbeda nyata pada taraf 5%
Hasil Uji Lanjut dari Tabel 3 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa peubah jumlah tanaman mati pada M4 berbeda nyata dengan M1, M2 dan M3. Pada peubah berat kering akar terlihat bahwa M1 tidak berbeda nyata dengan M2 dan M4, sedangkan M2 berbeda nyata dengan M3 dan M4, meskipun demikian M4 memiliki selisih nilai terbesar antara varietas toleran dan peka dibandingkan M1 dan M2 yaitu 6.81 mg. Pada peubah panjang akar terlihat bahwa M3 berbeda nyata dengan M1, M2, dan M4. M1 tidak berbeda nyata dengan M2 dan M4, namun M4 memiliki selisih nilai terbesar antara varietas toleran dan peka dibandingkan M1 dan M2 yaitu 0.34 cm. Pada peubah panjang tajuk, keempat metode menunjukkan hasil yang berbeda nyata dan M4 memiliki selisih nilai terbesar antara varietas toleran dan peka dibandingkan ketiga metode yang lainnya yaitu 1.06 cm. Faktor tunggal grup varietas menunjukkan hasil yang berbeda nyata hanya pada peubah panjang tajuk. Diduga pada peubah lainnya belum dapat membedakan grup varietas toleran dan grup varietas peka pada metode yang digunakan. Pada peubah panjang bibit M4 menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan ketiga metode lainnya.
Tabel 4. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua Peubah yang Diamati pada Rataan Masing-masing Kelompok Varietas Metode (M)
Varietas Toleran
Varietas Peka P2
P3
Rataan
Rataan M
3.67
5.33
4.33
4.44
4.89a
5
4.67
5.33
4.33
4.78
4.89a
2
5.56
7.33
18
2.33
9.22
7.39a
5.33
5.89
12.7
10.3
11
11.33
8.61b
T1
T2
T3
Rataan
M1
11.33
2.67
2
5.33
M2
9.33
2.33
3.33
M3
7.67
7
M4
6.33
6
P1
Jumlah Tanaman Mati
Berat Kering Akar M1
4.63
36.13
7.7
16.1
12.5
11
23.67
15.17
15.635bc
M2
19.4
38.37
6.27
21.3
23.2
26.7
23.73
24.5
22.9b
M3
43.4
33.37
29.5
35.4
27.9
20.2
51.2
33.1
34.25a
M4
17.6
17.63
3.5
12.9
9.03
4.1
5.13
6.09
9.5c
88.3
-
Berat Kering Tajuk M1
61.13
134.03
72.7
89.3
34.1
100
130.7
M2
54.9
103.97
24.5
61.1
41.4
59.3
85.47
62
-
M3
123
275.13
117
172
122
209
169.2
167
-
M4
32.9
42.53
28.3
34.57
6.6
27.7
34.6
23
-
Berat Kering Bibit M1
65.8
170.2
80.4
105.4
46.57
111.07
154.4
104
-
M2
74.3
142.3
30.8
82.4
64.54
85.97
109.2
87
-
M3
166
308.5
146
207.4
150.1
228.9
220.4
200
-
M4
50.5
60.16
31.8
47.78
15.63
31.77
39.73
29
-
Panjang Akar M1
5.99
2.96
3.81
4.26
3.83
3.47
4.69
4
4.13b
M2
1.89
3.72
6
3.87
2.82
3.23
5.23
3.8
3.81b
M3
5.84
8.45
4.58
6.29
6.6
11.03
4.81
7.5
6.89a
M4
0.94
3.88
1.18
2
2.56
0.41
2.02
1.7
1.83b
9.81
13.31
11
11.52a
Panjang Tajuka) M1
8.62
11.48
14.5
11.54
11.34
M2 M3
6.43
9.75
7.44
7.87
6.84
5.88
9.88
7.5
7.7b
11
11.38
10.9
11.1
9.52
10.15
11.62
10
10.77c
M4
4.51
6.36
4.27
5.05
3.59
3.28
3.1
4
4.52d
Rataan Varietas
8.89a
8.4b
Panjang Bibit M1
14.6
14.43
18.3
15.79
15.18
13.28
18
15
15.64ab
M2
8.31
13.47
13.5
11.74
9.67
9.11
15.11
11
11.52b
M3
16.8
19.83
15.5
17.39
14.12
19.17
16.43
18
17.65a
M4
5.45
10.24
5.44
7.04
6.15
3.69
5.12
5.7
6.345c
Keterangan : MI = media humus daun bambu (4000 ppm), M2 = media cocopit (6000ppm),M3 = media pasir (4000 ppm), M4 = media tanah (8000 ppm), angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti huruf sama menunjukkan perlakuan yang tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 5%, a) = grup varietas toleran dan grup varietas peka
Secara umum peubah jumlah tanaman mati pada rataan varietas peka memiliki nilai yang lebih besar dibanding varietas toleran namun pada M1 (humus daun bambu dengan konsentrasi garam 4000 ppm) dan M2 (cocopit dengan konsentrasi garam 6000 ppm) terlihat bahwa kelompok varietas yang toleran memiliki nilai rataan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok varietas yang peka. Hal ini diduga karena penurunan daya berkecambah (DB) benih dari varietas Pokkali (varietas toleran) dan media yang terlalu lembab sehingga benih dan tanaman mengalami kematian. Metode M4 memiliki selisih nilai perbedaan terbesar antara varietas peka dan toleran dibanding metode lainnya yaitu untuk varietas peka sebesar 11.33 sedangkan varietas toleran sebesar 5.89 (Tabel 4). Selisih rataan yang besar pada M4 ini memperlihatkan perbedaan antara varietas peka dan toleran salinitas, dimana varietas peka tidak mampu mengatasi cekaman salinitas yang diberikan seperti pada varietas toleran. Suwarno dan Solahuddin (1983) menyatakan bahwa penyerapan air oleh benih menurun dengan meningkatnya tekanan osmosis pada larutan tanah akibat pemberian garam. Menurut Hayward dan Wadleigh dalam Suwarno (1983), kerusakan tanaman padi pada fase perkecambahan mencakup dua mekanisme yaitu : (1) tekanan osmotik media yang tinggi sehingga benih sulit menyerap air, dan (2) pengaruh racun dari ion-ion yang menyusun garam itu sendiri. Berbeda dengan peubah jumlah tanaman mati, secara umum peubah berat kering akar, berat kering tajuk, berat kering bibit, panjang akar, panjang tajuk dan panjang bibit pada varietas yang toleran memiliki nilai rataan yang lebih besar dibandingkan dengan varietas yang peka. Hal ini sesuai dengan penelitian Yahya dan Adib (1992) yang menyatakan bahwa peningkatan taraf salinitas pada media secara nyata akan menekan pertumbuhan vegetatif pada tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering tajuk dan akar, luas daun, bobot kering daun, dan jumlah akar primer serta menyebabkan terjadinya abnormalitas pada daun seperti perubahan warna daun dan nekrosis terutama pada ujung daun. Sunarto (2001) menambahkan penyiraman dengan larutan garam 0.2% sangat menurunkan semua variable minimal 15%, bahkan untuk variabel
bobot kering akar dan tajuk kedelai sampai 50%. Penurunan pertumbuhan vegetatif pada varietas peka ini disebabkan akibat bekurangnya air yang tersedia dan peningkatan daya racun NaCl. Ion-ion Na+ dan Cl- akan tertimbun dalam jaringan tanaman dalam jumlah besar sehingga meracuni tanaman. Pada peubah berat kering akar, rataan genotipe toleran dan peka pada metode M4 memiliki rataan yang paling kecil dibandingkan metode lainnya, yaitu 12.9 mg pada varietas toleran dan 6.09 mg pada varietas peka (Tabel 4). Hal ini diduga pada M4 cekaman salinitas yang diberikan berdampak lebih besar pada kedua varietas tersebut. Metode M4 memperlihatkan perbedaan antara varietas toleran dan peka pada berat kering akar, dimana selisih rataannya lebih besar antara kedua kelompok varietas tersebut dibandingkan metode lainnya yaitu sebesar 6.81 mg (Tabel 5). Begitu juga pada bobot kering tajuk dan bibit, terlihat selisih rataan yang lebih besar antara kelompok varietas toleran dan peka pada metode tanah dengan 8000 ppm NaCl dibanding metode lainnya yaitu 11.57 mg pada peubah bobot kering tajuk dan 18.38 mg pada peubah bobot kering bibit (Tabel 5).
Tabel 5. Selisih antara Varietas Toleran dan Peka pada Masing-masing Peubah yang Diamati di Laboratorium Peubah yang Diamati PA (cm) PT (cm) PB (cm) BKA (mg) BKT (mg) BKB (mg) JTM
M1
M2
M3
M4
0.26 0.05 0.31 0.4 1 1.4 0.89
0.11 0.34 0.45 -3.2 -0.9 -4.17 0.22
-1.2 0.67 -0.53 2.3 5 7.3 -3.66
0.34 1.06 1.4 6.81 11.57 18.38 -5.44
Keterangan : PA = Panjang Akar, PT = Panjang Tajuk, PB = Panjang Bibit, BKA = Berat Kering Akar, BKB = Berat Kering Bibit, BKT = Berat Kering Tajuk, JTM = Jumlah Tanaman Mati, MI = media humus daun bambu (4000 ppm), M2 = media cocopit (6000 ppm), M3 = media pasir (4000 ppm), M4 = media tanah (8000 ppm).
Metode M4 juga memperlihatkan perbedaan selisih yang lebih besar antara varietas toleran dan peka pada peubah panjang tajuk, panjang akar dan
panjang bibit. Dibandingkan dengan peubah panjang tajuk dan panjang bibit, perbedaan panjang akar varietas toleran dan peka pada M4 lebih kecil nilainya yaitu 0.34 mg (Tabel 5). Perbedaan yang kecil ini diduga karena M4 mempunyai struktur media yang lebih rapat dan padat dibandingkan metode lainnya. Menurut Yahya dan Adib (1992), kondisi fisik media akan mempengaruhi pertumbuhan akar pada tanaman karena sifak fisik ini berkenaan dengan ketersediaan air dan kelancaran sirkulasi udara dalam media yang dibutuhkan dalam proses pembentukan akar. Metode M4 lebih dapat memperlihatkan perbedaan antara varietas yang toleran dan peka terhadap salinitas diduga karena media tanah mempunyai struktur kerapatan dan kepadatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan media lainnya. Struktur fisik yang seperti ini akan menyebabkan larutan garam yang berada didalam media tanah dapat diikat oleh tanah sehingga varietas yang toleran dan peka lebih dapat memperlihatkan kemampuannya dalam menghadapi cekaman garam. Secara visual, perbedaan antara varietas toleran dan peka salinitas juga terlihat. Benih varietas yang peka terlihat lebih banyak yang mati dibandingkan benih yang toleran. Selain itu, tinggi tanaman varietas yang peka juga lebih rendah dibanding genotipe yang toleran (Gambar 2). Media tanam merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman/bahan tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang. Disamping itu media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur-unsur hara yang terkandung dalam media tanam. Menurut Soepardi (1983), media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai tempat tumbuh, media perakaran dan sumber unsure hara. Karakteristik media tanam sebagai tempat tumbuh yang terpenting menurut Acquaah dalam Susilawati (2007) adalah mempunyai kemampuan memegang air yang baik, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mempunyia pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsure hara untuk
mendukung tanaman. Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Setiap komoditas tanaman mempunyai kesesuaian media tumbuh yang berbeda. Bahkan dalam satu komoditas yang sama, terkadang setiap fase pertumbuhan juga mempunyai kesesuaian terhadap media tanam yang berbeda pula. Media humus daun bambu sebagai media pertama (M1) merupakan media yang mudah lapuk dan lembab sehingga dapat memacu pertumbuhan cendawan maupun penyakit. Pada media humus, banyak diperoleh akar-akar bibit padi yang busuk. Media humus daun bambu juga memiliki tingkat porositas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air dengan kuat. Pada media cocopit (M2), sebelum digunakan dioven terlebih dahulu dengan tujuan sterilisasi (membunuh cendawan-cendawan yang ada dalam media). Pada saat digunakan untuk penelitian, diduga media terlalu lembab sehingga menyebabkan akar tanaman banyak yang menjadi busuk dan beberapa benih juga terlihat ditumbuhi cendawan. Pada saat digunakan sebagai media perkecambahan padi, secara visual bibit terlihat berwarna kuning. Hal ini diduga cocopit mengandung zat tanin yang diketahui sebagai zat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Cocopit dapat menyimpan air yang banyak, sehingga apabila digunakan sebagai media tanam harus dicampur dengan media lain agar kelebihan air tersebut dapat dibuang. Berbeda dengan M1 dan M2, media pasir (M3) sangat sedikit menyerap air (kemampuan memegang airnya sangat kecil, sehingga akan berpengaruh pada frekuensi pemberian air). Pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro) pada pasir menyebabkan pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air, dan apabila digunakan sebagai media perkecambahan benih padi diduga akan membutuhkan pasir dalam jumlah yang banyak. Hal inilah yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal. Pasir biasa dicampur dengan media tanam yang lain pada penggunaannya, karena sifat pasir yang tidak dapat mengikat air. Dibandingkan dengan metode yang lain, metode dengan menggunakan tanah (M4) diduga akan lebih mudah digunakan sebagai media perkecambahan
padi dan dapat menggambarkan kondisi yang mirip dengan kondisi salinitas di lapang. Media cocopit, pasir, dan humus lebih cocok digunakan sebagai campuran media tanah karena media-media tersebut mempunyai kelemahan masing-masing, sehingga dalam penggunaanya perlu dicampur dengan media tanam yang laian agar kelemahan-kelemahan tersebut dapat dikurangi. Menurut penelitianpenelitian tentang media tanam, media cocopit, humus daun bambu maupun pasir banyak digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias. Jika dilihat dari segi ekonomi, media tanah diduga lebih mudah diperoleh dengan biaya yang cukup murah dibandingkan media yang lain.
Korelasi antara Peubah Rumah Kaca dan Laboratorium Korelasi menunjukkan keeratan hubungan peubah (Gomez dan Gomez, 1995). Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Hal ini berarti ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka kita akan melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, dapat dikatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi. Penelitian ini menggunakan peubah persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca sebagai peubah pembanding karena peubah ini secara nyata dapat membedakan varietas toleran dan peka terhadap salinitas dan sudah biasa digunakan pada proses seleksi tanaman padi terhadap salinitas, sedangkan dari pengujian di laboratorium digunakan peubah jumlah tanaman mati. Tabel 6 menunjukkan bahwa peubah panjang bibit, panjang akar, berat kering akar, berat kering tajuk dan berat kering bibit dari pengujian laboratorium tidak berkorelasi dengan persentase daun mati dari pengujian rumah kaca, seharusnya peubah-peubah ini mempunyai korelasi negatif dengan persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca, dimana semakin banyak persentase daun mati di rumah kaca, peubah-peubah tersebut akan semakin kecil. Peubah jumlah tanaman mati di laboratorium mempunyai korelasi positif dan sangat nyata dengan peubah persentase daun mati di rumah kaca dengan nilai koefisien korelasinya sebesar 0.43394. Peubah panjang tajuk dari pengujian di
laboratorium berkorelasi negatif dan nyata dengan peubah persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca dengan nilai koefisien korelasinya sebesar 0.28473.
A
B C D
Keterangan : A = Varietas yang Toleran; B = Varietas yang Peka; C = Varietas yang Toleran; D = Varietas yang Peka Gambar 2. Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka pada Media Tanah dengan Konsentrasi NaCl 8000 ppm dibandingkan dengan Kontrol; Peubah di laboratorium tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan peubah di rumah kaca. Diduga semakin banyak tanaman yang mati dan semakin rendah tinggi tanaman pada pengujian di laboratorium akan menunjukkan semakin banyak persentase daun matinya pada pengujian rumah kaca.
Tabel 6. Rekapitulasi Korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium dengan Peubah di Rumah Kaca Peubah di Laboratorium JTM PA PT PB BKA BKT BKB
Peubah di Rumah kaca PDM Ptan 0.43394** -0.21251tn tn -0.00645 0.00768tn -0.28473* 0.32929* tn 0.00432 -0.13257tn tn 0.0675 0.0098tn 0.00357tn 0.00765tn tn -0.0098 0.0458tn
Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati, PTan = Panjang Tanaman, JTM = Jumlah Tanaman Mati, PA = Panjang Akar, PT = Panjang Tajuk, PB = Panjang Bibit, BKA = Berat Kering Akar, BKT = Berat Kering Tajuk, BKB = Berat Kering Bibit, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, tn = tidak nyata
Korelasi antara peubah dari kedua pengujian ini menunjukkan bahwa ada hubungan keeratan hubungan antara peubah-peubah tersebut, dimana peubah yang ada di laboratorium secara tidak langsung dapat menggambarkan keadaan peubah yang ada pada pengujian rumah kaca. Simulasi Seleksi Padi Toleran Salinitas Seleksi merupakan cara cepat untuk mendapatkan genotipe yang mempunyai adaptasi terhadap lingkungan ekstrim seperti salinitas (Hermiati, 2001). Hasanah (2006) menambahkan bahwa seleksi berkaitan erat dengan pemilihan varietas, sedangkan salah satu tujuan dari pemilihan varietas adalah untuk mendapatkan varietas-varietas unggul yang dapat disebarkan dan dianjurkan kepada petani dalam waktu singkat. Simulasi seleksi padi toleran salinitas ini dilakukan dengan membandingkan antara genotipe paling toleran dari hasil pengujian di laboratorium dengan genotipe paling toleran di rumah kaca. Contoh simulasi seleksi antara kedua pengujian dapat dilihat pada Daftar Lampiran 11. Persentase jumlah genotipe yang sama antara kedua pengujian menunjukkan kemampuan pengujian di laboratorium dapat menggambarkan hasil pengujian di rumah kaca. Pada Tabel 7 terdapat persentase jumlah genotipe yang dibandingkan (intensitas seleksi), jumlah genotipe yang sesuai, dan kesesuaian antara kedua pengujian. Pasangan peubah yang disimulasiseleksikan pada penelitian ini adalah peubah persentasae daun mati dari pengujian di rumah kaca dengan peubah jumlah tanaman mati dari pengujian di laboratorium. Simulasi antara peubah ini pada intensitas 50% memiliki nilai kesesuaian yang terbesar yaitu 59.62%. Pada Tabel 8 terlihat bahwa hasil pengujian di laboratorium dan di rumah kaca terlihat perbedaan jumlah genotipe yang toleran salinitas, dimana pada pengujian rumah kaca jumlah genotipe yang toleran salinitas untuk peubah persentase daun mati sebanyak 8 genotipe sedangkan pada pengujian di laboratorium terdapat 3 genotipe yang toleran salinitas.
Suwarno (1983) menyatakan bahwa untuk berkecambah, tanaman padi sangat toleran terhadap salinitas, sedangkan pada saat berkecambah tanaman padi menjadi peka. Kepekaan ini akan menghambat pertumbuhan tanaman padi selanjutnya,
sehingga
genotipe
yang
peka
akan
terlihat
terhambat
pertumbuhannya dibanding genotipe yang toleran salinitas. Kaddah dalam Suwarno (1983) menambahkan bahwa pada awal fase bibit tanaman padi sangat peka terhadap salinitas, kemudian meningkat toleransinya selama fase pertumbuhan vegetatif dan menjadi toleran pada fase bunting dan pemasakan. Ismail (1988) juga menyatakan bahwa tanaman padi menjadi peka selama dua periode pada saat tahap pertumbuhannya. Tahap pertama adalah ketika tahap perkecambahan dan fase kedua adalah pada saat awal bibit padi dan kepekaan ini berakhir pada saat tahap pembungaan dan penyerbukan.
Tabel 7. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Laboratorium dan Rumah Kaca Intensitas seleksi (%)
Jumlah Genotipe Terpilih
1 5 10 30
1 3 6 17
50
27
Jumlah Genotipe yang Sesuai JTM vs PDM 0 1 3 10
Kesesuaian (%)
0 33.33 50 58.82
16
59.62
Keterangan : JTM = Jumlah Tanaman Mati pada Pengujian Laboratorium, PDM = Persentase Daun Mati pada Pengujian Rumah kaca
Tabel 8. Klasifikasi/ Pengelompokan Genotipe Padi terhadap Tingkat Toleransi Salinitas Tingkat Toleransi Sangat Toleran (1) Toleran (3) Sedang (5) Peka (7) Sangat Peka (9)
Pengujian di Rumah kaca PDM 1 7 15 16 15
Pengujian di Laboratorium JTM 0 3 7 13 31
Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati, JTM = Jumlah Tanaman Mati
Penilaian reaksi tanaman terhadap salinitas dilakukan secara visual berdasarkan skala IRRI. Terdapat keragaman reaksi antar genotipe terhadap kadar garam tinggi pada media tumbuh. Pengelompokan genotipe pada pengujian di rumah kaca dan di laboratorium didasarkan kisaran nilai rataan dari masingmasing peubah yang didapat dari pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah dari 54 genotipe yang diuji dan dibagi menjadi lima kelompok yaitu sangat toleran (1), toleran (3), sedang (5), peka (7) dan sangat peka (9). Kriteria sangat toleran (1) ini dapat dideskripsikan pertumbuhan tanaman normal dan tidak ada gejala pada daun, untuk kriteria toleran (3) dapat dideskripsikan jika pertumbuhan tanaman mendekati normal tetapi terdapat sedikit ujung daun yang berwarna tampak keputihan dan menggulung. Deskripsi untuk toleransi yang semi toleran (5) adalah pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, beberapa daun menggulung dan hanyan sedikit yang terlihat toleran, untuk toleransi peka (7) dapat dideskripsikan pertumbuhan tanaman terhenti dimana sebagian daun kering dan beberapa tanaman mati, sedangkan untuk tingkat toleransi sangat peka (9) dapat didekripsikan bilamana semua tanaman mati atau kering. Tabel 9 menunjukkan kisaran nilai untuk menunjukkan tingkat toleransi padi terhadap salinitas masing-masing peubah pada pengujian di laboratorium dan pengujian di rumah kaca.
Tabel 9. Kisaran Nilai Tingkat Toleransi Padi terhadap Salinitas
Laboratorium
Peubah yang Diamati JTM
Rumah kaca
PDM
Pengujian
0 – 2.4 2.5 – 4.8 4.9 – 7.2 7.3 – 9.6 > 9.6
Tingkat Toleransi sangat toleran toleran sedang peka sangat peka
0 - 14% 15% dan 28% 29% dan 42% 43% dan 56% > 56%
sangat toleran toleran sedang peka sangat peka
Kisaran nilai
Keterangan : PDM : Persentase Daun Mati, JTM : Jumlah Tanaman Mati
Berdasarkan hasil pengelompokan tingkat toleransi salinitas pada pengujian di rumah kaca dan laboratorium terdapat dua genotipe padi yang toleran terhadap salinitas (Tabel 10). Genotipe-genotipe tersebut adalah genotipe B10551E – KN – 1 – 1 dan genotipe B10551E – KN – 62 – 2. Tabel 10. Dua Genotipe Padi Toleran Salinitas pada Pengujian Rumah kaca dan Laboratorium Tingkat Toleransi (PDM) B10551E – KN – 1 – 1 sangat toleran B10551E – KN – 62 – 2 toleran Genotipe
Tingkat Toleransi (JTM) toleran toleran
Hasil Tingkat Toleransi toleran toleran
Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati pada Pengujian di Rumah kaca, JTM = Jumlah Tanaman Mati pada Pengujian di Laboratorium
Kedua genotipe padi ini diseleksi di Kuningan dan berasal dari persilangan Memberamo/ Pucuk// C101A51///B9154E – PN – 1 – 1 – 1 – 1. Menurut Sulaiman (1980), salah satu tetua dari kedua genotipe ini yaitu varietas Pucuk merupakan varietas padi asal Kalimantan Selatan yang dinilai toleran terhadap kadar garam tinggi dan dinilai lebih toleran dari varietas Pokkali (kontrol toleran) berdasarkan persentase daun mati (nekrosis) maupun secara visual.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, dari 26 metode yang diuji terdapat 4 metode yang dapat memperlihatkan perbedaan antara varietas yang toleran dan varietas yang peka terhadap salinitas. Metode tersebut adalah media humus daun bambu dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm, media cocopit dengan konsentrasi NaCl 6000 ppm, media pasir dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm, dan media tanah dengan konsentrasi NaCl 8000 ppm. Metode pengujian menggunakan media tanah dengan konsentrasi NaCl 8000 ppm merupakan metode yang paling dapat membedakan toleransi salinitas diantara tiga metode lainnya. Metode pengujian menggunakan media tanah dengan konsentrasi NaCl 8000 ppm dapat digunakan untuk menyeleksi genotipe padi yang toleran terhadap salinitas dengan peubah jumlah tanaman mati dan panjang tajuk. Berdasarkan simulasi seleksi, metode tersebut menunjukkan kesesuaian yang rendah dibandingkan metode standar (metode menggunakan bak plastik di rumah kaca) pada intensitas seleksi rendah (5%). Kesesuaian terbesar antara 54 genotipe dari pengujian rumah kaca dan laboratorium diperoleh pada saat intensitas seleksi 50% yaitu sebesar 59.62%. Kesesuaian hasil pengelompokan tingkat toleransi salinitas antara pengujian di rumah kaca dan laboratorium menunjukkan bahwa dari 54 genotipe padi yang diuji terdapat dua genotipe yang toleran terhadap salinitas yaitu genotipe B10551E – KN – 1 – 1 dan genotipe B10551E – KN – 62 – 2. Saran 1. Metode tanah berkonsentrasi garam 8000 ppm dapat digunakan dalam proses seleksi awal toleransi padi terhadap salinitas namun masih belum dapat mewakili seluruh genotipe padi. 2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan media tanam yang lain agar semakin banyak alternatif metode yang dapat digunakan untuk menyaring genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap salinitas.
DAFTAR PUSTAKA Bintoro, M. H. 1983. Pengaruh NaCl terhadap pertumbuhan tanaman terung cv. Senryo dan cv. Akanasu. Bul. Agron. XIV (3) : 31-49. Bintoro, M. H. 1983. Pengaruh NaCl terhadap pertumbuhan beberapa kultivar tomat. Bul. Agron. XIV (1) : 13-29. Bintoro, M. H. 1989. Toleransi Tanaman Jagung Terhadap Salinitas. Disertasi. Fakultas PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 96hal. BPPP. 1993. Petunjuk Teknis Pengelolaan Sistem Usahatani di Lahan Pasang Surut, Proyek Penelitian Pertanian, Lahan Pasang Surut dan Rawa – Swamps II. Departemen Pertanian. Jakarta. 97 hal. Cheaney, R. L. and P. R. Jennings. 1973. Fields Problems of Rice in Latin America. CIAT. Columbia. 91p. Deptan. 1983. Pedoman Bercocok Tanam : Padi Palawija Sayur-Sayuran. Bimas. 280 hal. Dobermann, A. And T. Fairhurst. 2000. Rice. Nutrient disorders & nutrient management. International Rice Research Institute. IRRI. Potash & Phosphate Institute of Canada. p : 139-144. Donahue, R.L., R.W. Miller and J. C. Shickluna. 1983. Soil, an introduction to soils and plant growth. Prentice Hall., Inc. Englewood Cliff, New Jersey. 664p. Falah, M.A.F. 2006. Perspektif pertanian dalam lingkungan yang terkontrol. http://io.ppi.jepang.org. [28 November 2008]. FAO. 2005. 20 hal untuk diketahui tentang dampak air laut pada lahan di propinsi NAD. http://www.fao.org.[28 November 2008] Gomez, K. A. and A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian (Terjemahan). Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. 698hal. Hasibuan, B. E. 1989. Pengaruh Garam NaCl Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Hara Kultivar Tanaman Jeruk (Citrus sp.). Tesis. Fakultas PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 102hal.
Hasanah, S. R. 2006. Uji Adaptasi Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru (Oryza sativa L.) di Dua Lokasi : Bogor dan Kapuas Kalimantan Selatan. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43hal. Haryadi, F. 2006. Uji Daya Hasil Galur F5 Padi Sawah Tipe Baru (Oryza sativa L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 45hal. Hermiati, N. 2001. Pemuliaan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Pajajaran. Jati Nangor. 150hal. International Rice Research Institute. 1988. Standard Evaluation System for Rice. 3rd. Edition. International Rice Testing Program. IRRI. Manila-Philippines. 40p. Ismail, A. 2008. http://www.cgiar.org/enews/may2008/story_10.html. Desember 2009].
[3
Sadjad. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gransindo. Jakarta. 144hal. Santoso, B. 1993. Tanah Salin Tanah Sodik Dan Cara Mereklamasinya. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Malang. 63 hal. Sembiring, H. dan A. Gani. 2007. Adaptasi varietas padi pada tanah terkena tsunami. http://io.ppi.jepang.org. [13 Oktober 2008]. Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor. 320 hal. Sipayung, R. 2003. Stress garam dan mekanisme toleransi tanaman. http://library.usu.ac.id. [27 November 2008]. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Sulaiman, S. 1980. Penyaringan Varietas Padi Sawah Bagi Penyesuaian Terhadap Tanah Berkadar Garam Tinggi. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 hal. Sunarto. 2001. Toleransi kedelai terhadap salinitas. Bul. Agron. (29) (1) : 27-30. Susilawati, E. 2007. Pengaruh Komposisi Media terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 47 hal.
Suwarno. 1983. Pengaruh Larutan NaCl, KCl, dan K2SO4 Isoosmotik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi. Penelitian Masalah Khusus. Jurusan Ilmu Tanaman Fakultas Pasca Sarjana. IPB. 36 hal. Suwarno. 1985. Pewarisan dan Fisiologi Toleran Terhadap Salinitas pada Tanaman Padi. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87 hal. Suwarno dan S. Solahudin. 1983. Toleransi varietas padi terhadap salinitas pada fase perkecambahan. Bul. Agron. XIV (3) : 1-1 Tim Sintesis Kebijakan. Pemanfaatan lahan masam berwawasan lingkungan dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. 2008. http ://www. Pustaka_deptan. Go. Id / publikasi/ ip012084. Pdf. [29 Juli 2009]. Yahya, S. dan M. Adib. 1992. Uji toleransi terhadap salinitas bibit beberapa varietas kakao. Bul. Agron. XX (3) : 35-44.
LAMPIRAN
Daftar Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Panjang Akar di Laboratorium Sumber Ulangan Metode Varietas MxV Galat Total Terkoreksi
db 2 3 1 3 14 23
JK 0.27598766 14.07185997 0.00445214 0.40578073 7.74482014 22.50290064
KT 0.13799383 4.69061999 0.00445214 0.13526024 0.12491645
Fhitung Pr>F 1.1 0.3377tn 37.55 0.0001** 0.04 0.8509tn 1.08 0.363tn
KK : 16.94a Keterangan : a) : data ditransformasi ke √x+0.5); tn : tidak berbeda nyata, ** : berbeda nyata pada taraf 1%
Daftar Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Panjang Tajuk di Laboratorium Sumber Ulangan Metode Varietas MxV Galat Total Terkoreksi
db 2 3 1 3 14 23
JK 12.98 252.56 10.72 8.08 33.55 317.91
KT 6.49 84.19 10.72 2.69 2.39
Fhitung 2.71 35.12 4.47 1.12
Pr>F 0.1014 tn 0.0001** 0.05* 0.3728 tn
KK : 19.08 Keterangan : tn : tidak berbeda nyata, ** : berbeda nyata pada taraf 1%, * : berbeda nyata pada taraf 5%
Daftar Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Panjang Bibit di Laboratorium Sumber Ulangan Metode Varietas MxV Galat Total Terkoreksi
db 2 3 1 3 14 23
JK 4.55 568.96 11.02 11.59 64.79 670.91
KT 2.28 189.65 11.02 3.86 5.34
KK: 18.98 Keterangan : tn : tidak berbeda nyata, ** : berbeda nyata pada taraf 1%
Fhitung 0.43 35.5 2.06 0.72
Pr>F 0.6612 tn 0.0001** 0.173 tn 0.5547 tn
Daftar Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Akar di Laboratorium Sumber Ulangan Metode Varietas MxV Galat Total Terkoreksi
db 2 3 1 3 14 23
JK 0.0000694 0.00202 0.00001504 0.00007808 0.000446 0.00263
KT 0.0000347 0.00067462 0.00001504 0.00002603 0.0003186
Fhitung 1.09 21.17 0.47 0.82
Pr>F 0.3634 tn 0.0001** 0.5033 tn 0.5058 tn
KK : 27.33 Keterangan : tn : tidak berbeda nyata, ** : berbeda nyata pada taraf 1%
Daftar Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Tajuk di Laboratorium SK Ulangan Metode Varietas M*V Galat Total Terkoreksi
db 2 3 1 3 14 23
JK 0.20138476 0.30314837 0.02633948 0.07150026 0.81028380 1.41265666
KT 0.10069238 0.10104946 0.02633948 0.02383342 0.05787741
Fhitung 1.74 1.75 0.46 0.41
Pr>F 0.2114tn 0.2036 tn 0.5109tn 0.7471 tn
KK : 20.44 Keterangan : tn : tidak berbeda nyata
Daftar Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Bibit di Laboratorium Sumber Ulangan Metode Varietas MxV Galat Total Terkoreksi
db 2 3 1 3 14 23
JK 0.315 0.422 0.00011 0.000097 0.964 1.7
KK : 26.94 Keterangan : tn : tidak berbeda nyata
KT 0.158 0.141 0.000105 0.000032 0.069
Fhitung 2.29 2.05 0 0
Pr>F 0.1377 tn 0.1535 tn 0.9694 tn 1 tn
Daftar Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Jumlah Tanaman Mati di Laboratorium Sumber Ulangan Metode Varietas MxV Galat Total Terkoreksi
db 2 3 1 3 14 23
JK 28.241 77.912 12.127 53.9 97.759 269.939
KT 14.12 25.971 12.127 17.967 6.983
Fhitung 2.02 3.72 1.74 2.57
Pr>F 0.1692tn 0.0371* 0.2087tn 0.0956 tn
KK: 24.64 Keterangan : tn : tidak berbeda nyata,* : berbeda nyata pada taraf 5%
Daftar Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe (54 genotipe) terhadap Persentase Daun Mati di Rumah kaca Sumber Ulangan Genotipe Galat Total Terkoreksi
db 2 53 106 161
JK 1.35443641 229.25497002 239.27146119 469.88086762
KT 0.67721821 4.32556547 2.25727794
Fhitung 0.30 1.92
Pr>F 0.7414 tn 0.0023**
KK : 22.31a Keterangan : a ): data ditransformasi ke √x+0.5), ** : berbeda nyata pada taraf 1%
Daftar Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe (54 genotipe) terhadap Panjang Tanaman di Rumah kaca Sumber Ulangan Genotipe Galat Total Terkoreksi
db 2 53 106 161
JK 1.19671862 472.69400146 756.16281987 1230.05353995
KT 0.59835931 8.91875474 7.13361151
KK : 32.09a Keterangan : a) : data ditransformasi ke √x+0.5), tn : tidak berbeda nyata
Fhitung 0.08 1.25
Pr>F 0.9196 tn 0.1653 tn
Daftar Lampiran 10. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Salinitas pada Peubah Persentase Daun Mati di Rumah kaca da Peubah Jumlah Tanaman Mati di Laboratorium Genotipe
Rumah kaca
Laboratorium
PDM
TT
JTM
TT
B9856D-MR-93-33
51.67
P
9.78
SP
BP1051F-PN-14-1-KN-2
71.67
SP
10.67
SP
B10551E-KN-1-1
13.33
ST
4.67
T
B10551E-KN-1-2
73.33
SP
12.00
SP
B10551E-KN-62-2
21.67
T
4.11
T
B10553E-KN-6-1
48.33
P
9.33
P
B10553E-KN-6-2
36.67
S
8.00
P
B10553E-KN-29-1
43.33
P
8.44
P
B10553E-KN-87-3
50.00
P
9.78
SP
B10553E-KN-81-3
63.33
SP
11.11
SP
B10387F-MR-7-6-KN-3
71.67
SP
12.44
SP
B10214F-TB-7-1-1
30.00
S
4.89
T
B10214F-TB-7-2-2
31.67
S
5.78
S
B10216F-TB-1-2-1
46.67
T
8.44
P
B10018G-TB-42-1
75.00
SP
12
SP
B10018G-TB-97-2
55.00
P
7.11
S
B9833C-KA-III-13-4
53.33
P
9.33
P
BP75F-MR-5
46.67
P
8.44
P
B11016D-KN-2-1
39.17
S
7.11
S
B10553E-KN-99-1-2
48.33
P
8.89
P
BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-2
25.00
T
8.89
P
BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-3
55.00
P
12.44
SP
BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-4
23.33
T
8.89
P
B10216F-TB-6-2-2-KY-2
63.33
ST
12.89
SP
B11586F-MR-11-2-1
38.33
S
9.78
SP
B11586F-MR-11-2-2
83.33
SP
15.11
SP
B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1
40.00
S
10.22
SP
B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-3
36.67
S
9.78
SP
B10891B-MR-3-KN-7-1-2-MR-1
55.00
P
11.56
SP
B10891B-MR-3-KN-7-1-2-MR-2
46.67
P
9.78
SP
B10891B-MR-3-KN-8-1-2-MR-1
55.00
P
11.56
SP
B10891B-MR-3-KN-8-1-2-MR-3
68.33
SP
14.22
SP
51.67
P
10.67
BP1027F-PN-1-2-1-KN-1-MR-1-2
SP
Daftar Lampiran 10 (Lanjutan). Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Salinitas pada Peubah Persentase Daun Mati di Rumah kaca da Peubah Jumlah Tanaman Mati di Laboratorium Rumah kaca
Laboratorium
Genotipe PDM
TT
JTM
TT
B10687D-KN-17-3-MR-7-4
45.00
S
10.22
SP
B1086F-MR-15-1
45.00
P
10.67
SP
B10528F-KN-35-2-2
48.33
P
8.44
P
TOX4236-1-1-KY-3
41.67
S
7.11
S
BI0687D-KN-7-3
38.33
S
13.78
SP
BP1035F-PN-1-3-1-KN-3
58.33
SP
7.56
P
IR77077-B-2B-1-2
41.67
S
11.56
SP
B10528F-KN-14-3-1-MR-1
56.67
SP
14.22
SP
B10528F-KN-31-2-1-MR-1
60.00
SP
15.11
SP
B10528F-KN-33-1-1-MR-2
66.67
SP
6.67
S
B10528F-KN-35-2-1-MR-1
36.67
S
12.89
SP
B10528F-KN-35-2-2-MR-3
51.67
P
11.11
SP
B10528F-KN-56-2-2-MR-3
38.33
S
16.89
SP
BP1019F-PN-6-3-1-KN-3-MR-5-3
76.67
SP
8.89
P
B10861F=MR-12-4
20.00
T
8.44
P
B10862F-MR-5-1
20.00
T
6.22
S
B11377F-MR-34-2
30.00
S
10.22
SP
B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1
68.33
SP
14.67
SP
B11586F-MR-11-2-2
65.00
SP
12.89
SP
BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-4
38.33
S
10.22
SP
Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati, JTM = Jumlah Tanaman Mati, TT = Tingkat Toleransi, T = Toleran, S = Sedang, P = Peka, SP = Sangat Peka
Daftar Lampiran 11. Contoh Simulasi Seleksi Pengujian di Laboratorium dan Rumah kaca Laboratorium No Genotipe 14 16 57 4 50 6 25 44 21 40 46 8 9 17 24 43 56 26 27 29 54 22 7 1 31 34 36 10 33 58 61 41 3 39 42 11 52
Jumlah Tanaman mati 4.89 5.78 6.22 6.22 6.67 7.11 7.11 7.11 7.11 7.11 7.56 8.00 8.44 8.44 8.44 8.44 8.44 8.89 8.89 8.89 8.89 9.34 9.34 9.78 9.78 9.78 9.78 9.78 10.22 10.22 10.22 10.22 10.67 10.67 10.67 11.11 11.11
Rumah Kaca No Genotipe 4 56 57 6 29 27 54 58 14 16 8 50 34 31 40 44 52 61 25 33 43 46 9 41 36 17 24 26 42 7 10 1 51 39 22 21 28
Persentase Daun Mati 13.33 20.00 20.00 21.67 23.33 25.00 26.67 30.00 24.44 31.67 36.67 36.67 36.67 38.33 38.33 38.33 38.33 38.33 39.17 40.00 41.67 41.67 43.33 45.00 46.67 46.67 46.67 48.33 48.33 48.33 50.00 51.67 51.67 51.67 53.33 55.00 55.00
Daftar Lampiran 11 (Lanjutan). Contoh Simulasi Seleksi Pengujian di Laboratorium dan Rumah kaca Laboratorium No Genotipe 35 37 47 5 20 28 13 30 51 60 45 38 48 59 32 49 53
Jumlah Tanaman Mati 11.56 11.56 11.56 12.00 12.00 12.44 12.44 12.89 12.89 12.89 13.78 14.22 14.22 14.67 15.11 15.11 16.89
Rumah kaca No Genotipe 35 37 47 45 48 11 30 60 49 38 59 13 3 5 20 53 32
Persentase Daun Mati 55.00 55.00 56.67 58.33 60.00 63.33 63.33 65.00 66.67 68.33 68.33 71.67 71.67 73.33 75.00 76.67 83.33
Daftar Lampiran 12. Daftar Nama 54 Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian Toleransi terhadap Salinitas No Galur/ Genotipe 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 16 17 20 21 22 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Galur / Varietas B9856D-MR-93-33 BP1051F-PN-14-1-KN-2 B10551E-KN-1-1 B10551E-KN-1-2 B10551E-KN-62-2 B10553E-KN-6-1 B10553E-KN-6-2 B10553E-KN-29-1 B10553E-KN-87-3 B10553E-KN-81-3 B10387F-MR-7-6-KN-3 B10214F-TB-7-1-1 B10214F-TB-7-2-2 B10216F-TB-1-2-1 B10018G-TB-42-1 B10018G-TB-97-2 B9833C-KA-III-13-4 BP75F-MR-5 B11016D-KN-2-1 B10553E-KN-99-1-2 BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-2 BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-3 BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-4 B10216F-TB-6-2-2-KY-2 B11586F-MR-11-2-1 B11586F-MR-11-2-2 B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1 B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-3 B10891B-MR-3-KN-7-1-2-MR-1 B10891B-MR-3-KN-7-1-2-MR-2 B10891B-MR-3-KN-8-1-2-MR-1 B10891B-MR-3-KN-8-1-2-MR-3 BP1027F-PN-1-2-1-KN-1-MR-1-2 BP1027F-PN-1-2-1-KN-1-MR-3-1 B10687D-KN-17-3-MR-7-4 B10868F-MR-15-1 B10528F-KN-35-2-2 TOX4236-5-1-1-KY-3 B10687D-KN-7-3 BP1035F-PN-1-3-1-KN-3 IR77077-B-2B-1-2 B10528F-KN-14-3-1-MR-1 B10528F-KN-31-2-1-MR-1
Daftar Lampiran 12 (Lanjutan). Daftar Nama 54 Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian Toleransi terhadap Salinitas No Galur/Genotipe 50 51 52 53 54 56 57 58 59 6o 61
Galur / Varietas B10528F-KN-33-1-1-MR-2 B10528F-KN-35-2-1-MR-1 B10528F-KN-35-2-2-MR-3 B10528F-KN-56-2-2-MR-3 BP1019F-PN-6-3-1-KN-3-MR-5-3 B10861F-MR-12-4 B10862F-MR-5-1 B11377F-MR-34-2 B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1 B11586F-MR-11-2-2 BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-4