Jurnal at-Tajdid
METODE PENGAJARAN DALAM QS. AN-NAHL (16) : 125 (KAJIAN TAFSIR TARBAWI)
Mazro’atus Sa’adah Abstract : This article discusses the teaching methods in the QS. An-Nahl (16): 125 (study of tafseer). As we know that the success of a teaching depends on the method used to deliver it. In the QS. An-Nahl (16): 125 is explained there are three ways of preaching (teaching) that are tailored to the subject being taught, namely wisdom, mau'idhoh hasanah, and jidal. Interpretation of the study stated that the way of preaching (teaching) with wisdom intended for people who already have knowledge (scholars) that dialogue with the wise words according to their skill level, how to preach (teaching) with mau'idhoh hasanah intended for the general public by providing advice that is simple, while the means of preaching (teaching) with jidal used for highly educated people who have mastered the various sciences and being able to argue with the right arguments, separated from the fine rhetoric of violence and expletives. That ways if related by education, in presenting the material, the teacher should pay attention to the ability of the students, whether the student is suitable if the material is conveyed only by his lectures alone or listening to a story, or students able to be consulted in ways that better? It is important for teachers to material success conveys.
Keywords : Teaching Methods; QS. An-Nahl (16) : 125; Tafseer
PENDAHULUAN Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk
Dosen DPK STIT
[email protected]
Muhammadiyah
Pacitan,
Email
:
55
Metode Pengajaran Dalam QS. An-Nahl dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pengajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pengajaran. Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya. Metodologi mengajar banyak ragamnya. Guru sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Tulisan ini akan menjelaskan metode pengajaran yang ada dalam al-Qur’an yaitu QS. An-Nahl (16) : 125 dengan menggunakan pendekatan tafsir dan akan dikaitkan dengan metode pengajaran dalam ilmu pendidikan. PENGERTIAN METODE PENGAJARAN Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, berasal dari kata “meta” berarti melalui, dan “hodos” yang berarti jalan.1 Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI 56
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Mazro’atus Sa’adah
dalam buku Metodologi Pendidikan Agama Islam, “metode” berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.2 Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara yang telah teratur dan terpikir baikbaik untuk mencapai suatu maksud.3 Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. “Metode” adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan “pengajaran” adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi (1997: 52) metode pengajaran adalah suatu pengetahuan tentang caracara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan bahwa metode pengajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.4 Adapun yang dimaksud pengajaran Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pengajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.5 Jadi pengajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pengajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Jadi dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
57
Metode Pengajaran Dalam QS. An-Nahl Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode pengajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dapat juga disimpulkan bahwa metode pengajaran adalah strategi mengajar yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar. METODE PENGAJARAN DALAM QS. AN-NAHL (16) : 125
ﺍﺪﻉ ﺇﻟﻰ ﺴﺑﻴﻞ ﺮﺑﻚ ﺑﺎﻟﺤﻜﻤﺔ ﻮﺍﻟﻤﻮﻋﻆﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻮﺠﺪﻟﻬﻡ ﺑﺎﻟﺘﻰ ﻫﻰ ﺍﺤﺴﻦ Menurut al-Maraghi, maksud ayat di atas adalah serulah umatmu wahai para rasul dengan seruan agar mereka melaksanakan syariat yang telah ditetapkannya berdasarkan wahyu yang diturunkannya, dengan melalui ibarat dan nasehat yang terdapat di dalam Kitab yang diturunkannya. Dan hadapilah mereka dengan cara yang lebih baik dari lainnya sekalipun mereka menyakitimu, dan sadarkanlah mereka dengan cara yang baik.6
ﺇﻦ ﺭﺒﻚ ﻫﻭ ﺃﻋﻟﻡ ﺒﻤﻦ ﺿﻝ ﻋﻦ ﺴﺒﻴﻟﻪ ﻭﻫﻭ ﺃﻋﻟﻡ ﺒﺎﻟﻤﻬﺘﺪﻴﻦ Maksudnya, sesungguhnya Tuhanmu wahai para rasul adalah lebih mengetahui dengan apa yang berjalan dan diperselisihkan, dan juga lebih mengetahui cara yang harus ditempuh sesuai yang hak. Ringkasnya ayat tersebut menyuruh agar Rasulullah menempuh cara berdakwah dan berdiskusi dengan cara yang baik. Sedangkan petunjuk (hidayah) dan kesesatan (dlalal) serta hal-hal yang terjadi di antara keduanya sepenuhnya dikembalikan kepada Allah SWT, karena Dia-lah yang lebih mengetahui keadaan orang-orang yang tidak dapat terpelihara dirinya dari kesesatan, dan mengembalikan dirinya kepada petunjuk.7
58
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Mazro’atus Sa’adah
Quraish Shihab menafsirkan ayat ini sebagai berikut:8 Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu, kemudian dalam ayat ini beliau diperintahkan lagi untuk mengajak siapa pun agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran bapak para Nabi dan pengumandang Tauhid itu. Ayat ini menyatakan: Wahai Nabi Muhammad, serulah yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu yakni ajaran Islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapa pun yang menolak atau meragukan ajaran Islam dengan cara yang terbaik. Itulah 3 cara berdakwah yang hendaknya engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya, jangan hiraukan cemoohan atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka pada Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu, Dialah sendiri yang lebih mengetahui dari siapa pun yang menduga tahu tentang siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalanNya dan Dialah saja juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.9 Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai menjelaskan 3 macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah.Terhadap cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.Terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’idlah yakni memberikan nasehat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Sedang terhadap Ahl al-Kitab dan penganut agama lain yang diperintahkan adalah jidal/perdebatan dengan cara yang terbaik yakni dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.10 Kata حﻜﻤﺔantara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu baik pengetahuan maupun perbuatan. Dia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan atau
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
59
Metode Pengajaran Dalam QS. An-Nahl kekeliruan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan/diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudlarat atau kesulitan yang besar atau lebih besar. Makna ini ditarik dari kata ( حﻜﻤﺔhakamah), yang berarti kendali karena kendali menghalangi hewan/kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan, atau menjadi liar.Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah.Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamai hakim (bijaksana). Siapa yang tepat dalam penilaiannya dan dalam pengaturannya, dialah yang wajar menyandang sifat ini atau dengan kata lain dia yang hakim. Thahir bin Asyur menggarisbawahi bahwa hikmah adalah nama himpunan segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara bersinambungan. Thabathabai mengutip ar-Raghib al-Asfahani yang menyatakan secara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasar ilmu dan akal.Dengan demikian, menurut Thabathabai, hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga kekaburan.Pakar tafsir al-Biqa’i menggarisbawahi bahwa al-hakim yakni yang memiliki hikmah, harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga dia tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu, atau kira-kira dan tidak pula melakukan sesuatu dengan coba-coba.11 Kata ﺍﻟﻤﻮﻋظﺔterambil dari kata ﻭﻋﻆyang berarti nasehat.مﻮﻋظﺔ adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Demikian dikemukakan oleh banyak ulama. Sedang kata جﺎدﻟﻬمterambil dari kata جﺪﺍﻝyang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.12 مﻮﻋظﺔ hendaknya disampaikan dengan baik/hasanah, sedang perintah berjidal disifati dengan kata ahsan/ yang terbaik. Keduanya berbeda 60
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Mazro’atus Sa’adah
dengan hikmah yang tidak disifati oleh satu sifat pun.Ini berarti bahwa مﻮﻋظﺔada yang baik dan ada yang tidak baik, sedang jidal ada 3 macam yaitu baik, yang terbaik, dan yang buruk. Hikmah tidak perlu disifati dengan sesuatu karena dari maknanya telah diketahui bahwa ia adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasar ilmu dan akal – seperti yang ditulis ar-Raghib, atau seperti yang ditulis Ibn Asyur bahwa ia adalah segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara bersinambung. Di sisi lain, hikmah yang disampaikan itu adalah yang dimiliki oleh seorang hakim yang dilukiskan maknanya oleh al-Biqa’i, dan ini tentu saja akan disampaikannya setepat mungkin, sehingga tanpa mensifatinya dengan satu pun, otomatis dari namanya dan sifat penyandangnya dapat diketahui bahwa penyampaiannya pastilah dalam bentuk yang paling sesuai.13 Adapun مﻮﻋظﺔmaka ia baru dapat mengena hati sasaran bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengamalan dan keteladanan dari yang menyampaikannya. Inilah yang bersifat hasanah. Kalau tidak, ia adalah yang buruk, yang seharusnya dihindari. Di sisi lain, karena مﻮﻋظﺔbiasanya bertujuan mencegah sasaran dari sesuatu yang kurang baik, dan ini dapat mengundang emosi, baik dari yang menyampaikan, lebih-lebih yang menerimanya- maka مﻮﻋظﺔadalah sangat perlu untuk mengingatkan kebaikannya itu.14 Sedangkan jidal terdiri dari 3 macam, yang buruk adalah yang menyampaikan dengan kasar, yang mengundang kemarahan lawan serta yang menggunakan dalih-dalih yang tidak benar. Yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan serta menggunakan dalildalil atau dalih-dalih walau hanya diakui oleh lawan, tetapi yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik dan dengan argument yang benar, lagi membungkan lawan.15 Penyebutan urutan ketiga metode itu sungguh serasi. Ia dimulai dengan hikmah yang dapat disampaikan tanpa syarat, disusul dengan مﻮﻋظﺔdengan syarat hasanah, karena memang ia hanya terdiri dari 2 macam, dan yang ketiga adalah jidal yang dapat terdiri
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
61
Metode Pengajaran Dalam QS. An-Nahl dari 3 macam, buruk, baik, dan terbaik, sedang yang dianjurkan adalah yang terbaik.16 Tidak dapat dipungkiri bahwa al-Qur’an, demikian juga dakwah Nabi Muhammad SAW mengandung ketiga metode di atas. Ia diterapkan kepada siapa pun sesuai dengan kondisi masing-masing sasaran. Di atas telah dikemukakan bahwa sementara ulama membagi metode ini sesuai dengan tingkat kecerdasan sasaran dakwah.Yakni cendekiawan, yang memiliki kemampuan berfikir yang tinggi diajar dengan hikmah. Adapan orang awam yang belum mencapai tingkat kesempurnaan akal, tidak juga telah terjerumus dalam kebejatan moral, maka mereka disentuh dengan مﻮﻋظﺔ. Sedang penganut agama lain dengan jidal. Pendapat ini tidak disepakati oleh ulama. Bisa saja ketiga cara ini dipakai dalam satu situasi/sasaran, di lain kali hanya 2 cara atau 1 cara, masing-masing sesuai sasaran yang dihadapi. Bisa saja cendekiawan tersentuh oleh مﻮﻋظﺔ, dan tidak mustahil pula orang-orang awam memperoleh manfaat dari jidal dengan yang terbaik. Demikian Thabathaba’i, salah seorang ulama yang menolak penerapan metode dakwah itu terhadap tingkat kecerdasan sasaran. Thahir bin Asyur berpendapat serupa dan menyatakan bahwa jidal adalah bagian dari hikmah dan مﻮﻋظﺔ. Hanya saja, karena tujuan jidal adalah meluruskan tingkah laku atau pendapat sehingga sasaran yang dihadapi menerima kebenaran, maka kendati ia tidak terlepas dari hikmah atau مﻮﻋظﺔ, ayat ini menyebutnya secara tersendiri berdampingan dengan keduanya guna mengingat tujuan dari jidal itu. KAITAN QS. AN-NAHL (16) : 125 DENGAN PENDIDIKAN Dalam melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan 62
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Mazro’atus Sa’adah
yang diharapkan, maka dalam menyusun learning design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus selalu mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi yang dihadapi. Metode-metode yang digunakan haruslah bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa. Namun metode yang bervariasi ini tidak akan menguntungkan bila tidak sesuai dengan situasinya. Baik tidaknya suatu metode pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor.Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengajaran, antara lain: a. Siswa atau peserta didik Pemilihan suatu metode pengajaran, harus menyesuaikan tingkatan jenjang pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk berpikir abstrak atau belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya. Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak dengan latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam. Demikian juga dengan jenis kelamin serta postur tubuh. Pendek kata dari aspek fisik selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik. Sedangkan dari segi intelektual pun sama ada perbedaan yang ditunjukkan dari cepat dan lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar. Aspek psikologis juga ada perbedaan yaitu adanya anak didik yang pendiam, terbuka, dan lain-lain. Perbedaan dari aspek yang disebutkan di atas mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional.
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
63
Metode Pengajaran Dalam QS. An-Nahl Dalam QS. An-Nahl (16) : 125 telah dijelaskan bahwa metode berdakwah (pengajaran) bisa dijalankan dengan 3 cara disesuaikan dengan kecenderungan audiens atau siswa, yaitu cara berdakwah (pengajaran) dengan hikmah ditujukan untuk masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan (cendekiawan) yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka, cara berdakwah (pengajaran) dengan mau’idhoh hasanah ditujukan untuk masyarakat awam yakni dengan memberikan nasehat yang sederhana, sedangkan cara berdakwah (pengajaran) dengan jidal digunakan untuk masyarakat yang berpendidikan tinggi yang telah menguasai berbagai ilmu dan mampu untuk berdebat dengan argumentasi yang tepat, retorika yang halus lepas dari kekerasan dan umpatan. b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan. Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat mempengaruhi penyeleksian metode yang harus digunakan. Metode yang dipilih guru harus sesuai dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Jadi metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dalam Islam tidak hanya mencetak manusia yang cerdas (berilmu) tapi juga menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Dengan dasar keimanan, maka metode pendidikan harus didasarkan pada pandangan 64
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Mazro’atus Sa’adah
bahwa pengajaran dan pendidikan harus memanfaatkan seluruh ciptaan Allah sebagai sarana untuk membawa anak mengenal Tuhan dan ciptaan-Nya, dan memperlakukan anak didik sebagai makhluk yang sama kedudukannya dengan dirinya. Dalam QS. An-Nahl (16) : 125 diajarkan cara berdakwah (pengajaran) agar bisa menjadikan manusia / siswa memahami apa yang disampaikan yaitu dengan mengetahui karakter/ kecenderungan masing-masing. c. Faktor materi pembelajaran Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya menuntut langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa hanya pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam.Pemilihan metode pengajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran. Dalam QS. An-Nahl (16) : 125 dijelaskan bahwa ketiga cara berdakwah (pengajaran) yaitu hikmah, mauidhoh hasanah dan jidal juga sangat berpengaruh dalam memberikan materi pembelajaran. Ketika berhadapan dengan masyarakat awam tentu materi yang disampaikan akan berbeda dengan materi yang disampaikan kepada para cendekiawan. Di sini seorang guru perlu mengetahui siapa yang akan diajar dan bagaimana kecenderungannya. Pemilihan metode pengajaran sangat penting untuk menunjang keberhasilan siswa dalam menerima materi. Mengajar anak TK tentu tidak sama dengan mengajar anak SMA. Keberadaan kisah sebagai cara mendidik seseorang dengan bercerita diakui memiliki pengaruh yang cukup kuat, karena manusia memiliki kecenderungan menyukai kisah. Menurut Mohsen Qaraati, kisah atau cerita memiliki peran yang sangat berarti dalam membina manusia, karena ia merupakan pengalaman sejati kehidupan sebuah generasi dan cermin sebuah bangsa. Boleh jadi, salah satu alasan cerita atau dongeng itu memiliki pengaruh yang kuat dan membekas, adalah karena jiwa manusia menggemari dongeng.Biasanya karya-karya cerita di sepanjang
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
65
Metode Pengajaran Dalam QS. An-Nahl zaman sangat sukses mengambil hati pembacanya, karena mudah dicerna oleh semua kalangan.Ini berbeda dengan tema-tema pemikiran yang hanya diminati oleh segelintir orang saja.17 PENUTUP Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran dalam QS. An-Nahl (16) : 125 adalah ada tiga cara yaitu hikmah, mauidhoh hasanah dan jidal. Masing-masing metode dipakai dengan melihat kecenderungan audiens / siswa yang diajar.cara berdakwah (pengajaran) dengan hikmah ditujukan untuk masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan (cendekiawan) yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka, cara berdakwah (pengajaran) dengan mau’idhoh hasanah ditujukan untuk masyarakat awam yakni dengan memberikan nasehat yang sederhana, sedangkan cara berdakwah (pengajaran) dengan jidal digunakan untuk masyarakat yang berpendidikan tinggi yang telah menguasai berbagai ilmu dan mampu untuk berdebat dengan argumentasi yang tepat, retorika yang halus lepas dari kekerasan dan umpatan.
DAFTAR PUSTAKA Al-Maraghi, Mustafa, Tafsir al-Maraghi (Terj.), Semarang : Thoha Putra, t.t. Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Depag, 2000. Djamaluddin, dan Aly, Abdullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo, 1999. http://ainamulyana.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-metodepembelaaran-dan.html Poerwadarminta, WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Gramedia, 1999.
66
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Mazro’atus Sa’adah
Qaraati, Mohsen, Tafsire Sure ye Yusuf (Terj.), diterjemahkan oleh Salman Nano, Tafsir Untuk Anak Muda: Surah Yusuf, Jakarta: alHuda, 2000. Sa’adah, Mazro’atus, Tafsir Tarbawi: Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan Dalam al-Qur’an, Yogyakarta : Pena Media, 2008. Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an, Cet. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
ENDNOTE
1
Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta : Raja Grafindo, 1999), hlm. 114.
2
Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Depag, 200), hlm. 19.
3
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Gramedia, 1999), hlm. 767. http://ainamulyana.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-metode
4
pembelaaran-dan.html 5
Ibid.
6
Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (terj.), Jilid V (Semarang: Thoha Putra, t.t.), hlm. 361
7 8
Ibid., V : 161. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Cet. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), VII : 385-388.
9
Ibid., hlm. 385-386
10
Ibid., hlm. 386.
11
Ibid., hlm. 387
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibid., hlm. 388
16
Ibid.
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
67
Metode Pengajaran Dalam QS. An-Nahl
17
Mohsen Qaraati, Tafsire Sure ye Yusuf (Terj.), diterjemahkan oleh Salman Nano, Tafsir Untuk Anak Muda: Surah Yusuf, (Jakarta: al-Huda, 2000), hlm. 7.
68
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016