Metode Pembelajaran
Tepak Kendang Jaipongan
Metode Pembelajaran
Tepak Kendang Jaipongan Asep Saepudin
Badan Penerbit Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2015
METODE PEMBELAJARAN TEPAK KENDANG JAIPONGAN Penulis: Asep Saepudin Perancang sampul: Teguh Prastowo Perancang isi: Haqqi & Korie Ilustrasi cover kendang koleksi penulis, 2015. Foto: Anggit Wirasta Model peraga: Adimas Hak cipta dilindungi undang-undang © 2015, Asep Saepudin Diterbitkan oleh: Badan Penerbit ISI Yogyakarta Jln. Parangtritis KM. 6,5 Yogyakarta 55187 Tlp. (0274) 384106, Fax. (0274) 384106 E-mail:
[email protected] Penyandang Dana: DIPA ISI Yogyakarta No. 042.04.2.400118/2015 Tanggal 15 April 2015 Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan: Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta; 2015 Cetakan ke-1; 150 x 230 mm; xx + 224 hal ISBN 978-979-8242-83-0
Prakata
Kebutuhan terhadap waditra (instrumen) kendang jaipongan di berbagai daerah semakin lama makin meningkat, sedangkan metode pembelajaran tepak kendang jaipongan belum ada yang membuatnya. Oleh karena itu, sudah saatnya hadir sebuah tuntunan untuk mempelajari tepak kendang jaipongan. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, belum ada buku pembelajaran yang khusus untuk mempelajari kendang jaipongan. Tulisan-tulisan yang ada pada umumnya berupa diktat, skripsi, serta laporan penelitian yang membahas kendang secara umum belum menyentuh pada metode pembelajaran secara spesifik. Atas dasar kenyataan di atas, maka pembuatan buku metode pembelajaran kendang jaipongan perlu segera diwujudkan sebagai bahan pegangan bagi para mahasiswa di Perguruan Tinggi Seni di Indonesia. Kehadiran buku ini tidak bermaksud untuk membuat suatu penyeragaman, tetapi sebuah kegelisahan penulis untuk menyumbangkan sedikit pemikiran berdasarkan pengalaman mengajar selama ini. Mudah-mudahan menjadi motivasi bagi penulis lainnya untuk bersama-sama menyumbangkan pemikiran guna perkembangan kesenian yang kita cintai ini. Buku berjudul Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan ini merupakan buku penuntun bagi pembaca yang hendak mempelajari kendang jaipongan. Lebih khusus lagi, buku ini dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan perkuliahan praktik karawitan Sunda. Pada awalnya, materi disusun untuk mengajar Mata Kuliah Praktik Karawitan Sunda (Praktik Karawitan Daerah Lain I) yang diajarkan di Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Atas dasar berbagai masukan, akhirnya isi materi semakin dilengkapi untuk memenuhi kebutuhan pengguna sehingga bahan-bahan yang Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| v
dibahas mengarah kepada kebutuhan pembelajaran. Buku ini dapat digunakan oleh mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah spesialisasi kendang jaipongan (mayor waditra kendang) dengan nama Mata Kuliah Teknik Instrumen Dasar I, Teknik Instrumen II, Teknik Instrumen III, Karawitan Daerah Lain, Praktik Iringan Tari Rakyat, atau Praktik Gamelan Sunda yang diajarkan di berbagai Perguruan Tinggi Seni di seluruh Indonesia. Maksud dan tujuan disusunnya buku ini untuk mengisi kekosongan bahan ajar kendang jaipongan, membuat metode baru dalam tepak kendang jaipongan, menambah referensi bagi para mahasiswa di Perguruan Tinggsi Seni, sarana penuntun bagi siapa saja yang ingin mempelajari kendang jaipongan, bekal bagi para mahasiswa untuk mempelajari kendang jaipongan khususnya dalam mata kuliah praktik karawitan Sunda, serta dapat digunakan sebagai bahan kuliah oleh dosen Jurusan Karawitan di ISBI Bandung, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, ISI Bali, serta ISI Padang Panjang. Kompetensi pembaca dalam memainkan kendang jaipongan merupakan tujuan utama dari buku ini. Oleh karena itu, bahan belajar beragam tepak kendang jaipongan disampaikan dengan metode yang telah disusun secara sistematis, disertai wawasan pengetahuan dan keahlian menabuhnya. Maka, tiap bahasan dalam bab dikembangkan dengan enam komponen, yaitu standar kompetensi, indikator, topik pembahasan, uraian materi, ringkasan, latihan, dan tugas. Pembahasan waditra kendang tersaji dalam dua bab berikut. Bab I menyajikan pembahasan kendang secara umum meliputi bentuk, ornamen, panakol, pelarasan, serta notasi kendang. Bab II membahas tentang jenis-jenis kendang sunda berdasarkan bahan, ukuran besar kecil, jenis kesenian serta kebutuhan garapan. Pembahasan tentang teknik dan metode belajar kendang disajikan mulai dari bab III sampai dengan bab V. Bab III membahas teknik menabuh kendang, meliputi posisi peletakkan kendang, cara duduk yang baik, teknik menabuh kendang, teknik ngidal (ngenca ngatuhu), serta cara pemeliharaan kendang. Bab IV membahas teknik membunyikan nada pada keempat bidang kendang yaitu bagian gedug, kumpyang, katipung, kutiplak, serta bunyi dua nada
vi |
Asep Saepudin
gabungan. Bab V membahas metode dasar untuk belajar kendang meliputi melatih kelenturan tangan, tengkepan kaki, belajar motif dasar kendang bagian atas satu nada, bagian atas dua nada, bagian bawah satu nada, bagian bawah dua nada, serta motif gabungan bagian atas dan bawah. Pada bab VI disajikan tentang ragam tepak kendang embat (irama) sawilet naék dua wilet, naekeun (menaikkan) dan nurunkeun (menurunkan), ngeureunkeun (memberhentikan), serta penjelasan tentang embat kendang jaipongan. Bab VII membahas tentang bentuk dan struktur tepak kendang jaipongan meliputi berbagai peristilahan dalam kendang jaipongan, struktur umum tepak kendang, bentuk tepak kendang jaipongan, dan struktur tepak kendang jaipongan. Aplikasi tentang praktik bermain kendang jaipongan disajikan mulai dari bab VIII sampai dengan bab XI. Bab VIII menyajikan aplikasi praktik tepak kendang jaipongan dalam berbagai ragam tepak yaitu dalam ragam tepak pangkat, pangjadi, bukaan, ngala, mincid serta ragam tepak ngeureunkeun. Bab IX menyajikan aplikasi merangkai beragam tepak kendang jaipongan dalam struktur pokok kendang jaipongan, pola dasar kendang jaipongan, serta merangkai pengulangan. Bab X dan XI mengaplikasikan tepak kendang jaipongan dalam lagu Seunggah sebagai lagu populer dalam karawitan Sunda. Bab XII pembahasan tentang unsurunsur pembentuk tepak kendang jaipongan yaitu memahami keterkaitan kendang jaipongan dengan unsur lain, pengetahuan notasi, pengetahuan tentang gamelan pélog salendro, pengetahuan tentang unsur musikal (laras, patet, surupan, embat, kempul, gong, dan kecrek), serta gending Lagu Seunggah. Itulah secara garis besar isi dari buku berjudul Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan. Buku ini sebagai penuntun untuk mempelajari tepak kendang jaipongan mulai tingkat dasar sampai tingkat mahir, diuraikan secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Materi yang disajikan disusun secara berurut, mulai dari praktik termudah sampai yang rumit. Oleh karena itu, pembaca diharapkan mempelajarinya secara bertahap, bab per bab, bagian per bagian agar lebih mudah mempelajarinya, setelah selesai bab pertama, baru dapat melanjutkan ke bab Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| vii
berikutnya. Bersabarlah dalam membaca, mempelajari, dan mempraktikkannya karena bermain kendang adalah skill yakni keahlian yang harus terus diasah dengan proses yang dilakukan secara kontinu. Terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian buku ini. Lebih khusus penulis sampaikan ucapkan terima kasih kepada Tim Penilai Buku ISI Yogyakarta yang telah meloloskan buku ini untuk dicetak. Selamat membaca dan mempelajarinya.
Yogyakarta, 1 Oktober 2015 Penulis
viii |
Asep Saepudin
Daftar Isi
PRAKATA
v
DAFTAR ISI
ix.
DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN BAB I
xiv xviii
MENGENAL KENDANG
1
1. Standar Kompetensi
1
2. Indikator
1
3. Uraian Materi
2
3.1 Kendang
2
3.2 Bentuk Kendang
4
3.3 Nama-Nama Bagian Kendang
5
3.4 Panakol dan Jangka Kendang
14
3.5 Tali Kendang
16
3.6 Pelarasan Kendang
18
3.7 Notasi Kendang
23
4. Ringkasan
26
5. Latihan dan Tugas
26
BAB II JENIS-JENIS KENDANG SUNDA
27
1. Standar Kompetensi
27
2. Indikator
27
3. Uraian Materi
28
3.1 Kendang Berdasarkan Bahan
28
3.2 Kendang Berdasarkan Ukuran Besar Kecilnya
30
3.3 Kendang Berd m,asarkan Fungsi
31
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| ix
3.4 Kendang Berdasarkan Kualitas Suara
44
4. Ringkasan
45
5. Latihan dan Tugas
45
BAB III TEKNIK MENABUH KENDANG 1. Standar Kompetensi
47
2. Indikator
47
3. Uraian Materi
48
3.1 Peletakan Kendang Sunda 3.2 Kaidah-Kaidah Membunyikan Kendang Sunda
48 49
3.3 Teknik Menabuh Kendang
55
3.4 Pemeliharaan/Pelarasan Kendang
58
4. Ringkasan
63
5. Latihan dan Tugas
63
BAB IV MEMBUNYIKAN NADA KENDANG
65
1. Standar Kompetensi
65
2. Indikator
65
3. Uraian Materi
66
3.1 Notasi Kendang Sunda
66
3.2 Teknik Membunyikan Bagian Kumpyang
68
3.3 Teknik Membunyikan Bagian Kutiplak
74
3.4 Teknik Membunyikan Bagian Gedug
76
3.5 Teknik Membunyikan Bagian Katipung
81
3.5 Teknik Membunyikan Nada Gabungan
82
4. Ringkasan
92
5. Latihan dan Tugas
92
BAB V METODE DASAR BELAJAR KENDANG
x |
47
94
1. Standar Kompetensi
94
2. Indikator
94
3. Uraian Materi
95
3.1 Penggunaan Notasi Kendang
95
3.2 Metode Dasar Praktik Kendang Sunda
96
Asep Saepudin
3.2.1 Praktik 1 ketuk 1 nada 1 bidang
96
3.2.2 Praktik 1 ketuk 2 nada 2 bidang
98
3.2.3 Praktik 1 ketuk 1 nada muka atas bawah
99
3.2.4 Praktik 1 ketuk 1 nada 4 bidang 103 3.2.5 Praktik 1 ketuk 4 nada muka atas bawah 106 4. Ringkasan 110 5. Latihan dan Tugas 110 BAB VI PRAKTIK BERMAIN RAGAM TEPAKAN KENDANG EMBAT SAWILET NAEK DUA WILET
111
1. Standar Kompetensi 111 2. Indikator 111 3. Uraian Materi 112 3.1 Praktik Menabuh Tepak Pangkat 112 3.2 Praktik Menabuh Embat Sawilet 112 3.3 Praktik Embat Sawilet Naek Dua Wilet 113 3.4 Praktik Menabuh Embat Dua Wilet 114 3.5 Praktik Tepak Ngeureunkeun 118 4. Ringkasan 119 5. Latihan dan Tugas 119 BAB VII BENTUK DAN STRUKTUR TEPAK KENDANG JAIPONGAN
120
1. Standar Kompetensi 120 2. Indikator 120 3. Uraian Materi 121 3.1 Peristilahan dalam Tepak Kendang Jaipongan
121
3.2 Bentuk Tepak Kendang Jaipongan
123
3.3 Struktur Tepak Kendang Jaipongan
124
3.5 Struktur Berawal dari Pangkat
131
3.6 Struktur Berawal dari Gending
132
4. Ringkasan 134 5. Latihan dan Tugas 134 BAB VIII RAGAM TEPAK KENDANG JAIPONGAN
135
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| xi
1. Standar Kompetensi 135 2. Indikator 135 3. Uraian Materi 136 3.1 Mempelajari Ragam Tepak Pangkat 136 3.2 Mempelajari Ragam Tepak Pangjadi 138 3.3 Mempelajari Ragam Tepak Bukaan 142 3.4 Mempelajari Ragam Tepak Mincid 147 3.6 Mempelajari Ragam Tepak Ngala 148 3.7 Mempelajari Ragam Tepak Ngeureunkeun 150 4. Ringkasan 151 5. Latihan dan Tugas 151 BAB IX MERANGKAI RAGAM TEPAK KENDANG JAIPONGAN
152
1. Standar Kompetensi 152 2. Indikator 152 3. Uraian Materi 153 3.1 Merangkai Tepak Pangkat ke Tepak Pangjadi 153 3.2 Merangkai Tepak Pangjadi keTepak Buka payung 155 3.3 Merangkai Ragam Tepak Bukaan 160 3.4 Merangkai Tepak Bukaan ke Tepak Mincid 163 3.5 Merangkai Tepak Mincid keTepak Ngeureunkeun
165
4. Ringkasan 166 5. Latihan dan Tugas 166 BAB X MAHIR BERMAIN KENDANG JAIPONGAN DALAM LAGU SEUNGGAH
167
1. Standar Kompetensi 167 2. Indikator 167 3. Uraian Materi 168 3.1 Lagu Seunggah 168 3.2 Tepak Dangding Lagu Seunggah 169
xii |
Asep Saepudin
3.3 Tepak Pangjadi Lagu Seunggah 175 3.4 Tepak Bukaan Lagu Seunggah
177
3.5 Tepak Ngala Lagu Seunggah 181 3.6 Tepak Mincid Lagu Seunggah 181 3.7 Transkipsi Notasi Lagu Seunggah 183 4. Ringkasan 189 5. Latihan dan Tugas 190 BAB XI LANJUTAN
191
1. Standar Kompetensi 191 2. Indikator 191 3. Uraian Materi 192 3.1 Tepak Bukaan 4 Lagu Seunggah 192 3.2 Tepak Mincid Lagu Seunggah 194 3.3 Tepak Bukaan 5 Lagu Seunggah 197 3.4 Tepak Mincid Lagu Seunggah 199 3.5 Tepak Ngeureunkeun Lagu Seunggah 200 3.6 Transkipsi Notasi Lagu Seunggah 202 4. Ringkasan 206 5. Latihan dan Tugas 207 BAB XII UNSUR-UNSUR PEMBENTUK TEPAK KENDANG JAIPONGAN
208
1. Standar Kompetensi 208 2. Indikator 208 3. Uraian Materi 209 3.1 Keterkaitan Kendang Jaipongan dengan Unsur Lain
209
3.2 Pengetahuan Notasi Sunda 209 3.3 Gamelan Pelog Slendro 210 3.4 Kempul, Goong 219 3.5 Kecrek 221 3.6 Bonang 222 3.7 Gending 222
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| xiii
4. Ringkasan 227 5. Latihan dan Tugas 227 KEPUSTAKAAN 228 GLOSARIUM 232
Daftar Gambar
Gambar 1. Bentuk Kendang Sunda
4
5
6
Gambar 4. Kuluwung
6
Gambar 5. Bagian gedug
7
7
8
Gambar 8. Bagian Katipung
8
Gambar 9. Wangkis Kendang
9
Gambar 10. Wengku Kendang
9
Gambar 11. Simpay Kendang
10
Gambar 12. Rarawat Kendang
10
Gambar 13. Rarawit Kendang
11
Gambar 14. Bujal/Hawa Kendang
11
12
Gambar 16. Tali Pengikat Kendang
12
Gambar 17. Nama-Nama Bagian Kendang
13
Gambar 18. Panakol Kendang
15
Gambar 19. Jangka Kendang
15
Gambar 20. Tali Kendang
17
Gambar 21. Tali Kendang
18
Gambar 2. Kendang Indung Gambar 3. Kendang Kulenter
Gambar 6. Bagian Kumpyang Gambar 7. Bagian Kutiplak
Gambar 15. Tali Kendang
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| xv
Gambar 22. Tali Jangka Kendang
18
Gambar 23. Tabel Pelarasan
20
Gambar 24. Pelarasan 1
21
Gambar 25. Pelarasan 2
21
Gambar 26. Pelarasan 3
22
Gambar 27. Pelarasan 4
22
Gambar 28. Pelarasan 5
23
Gambar 29. Kendang Berbahan Dasar Kayu
29
Gambar 30. Kendang Berbahan Dasar Tembaga
29
Gambar 31. Kendang Indung
30
Gambar 32. Kendang Anak
31
Gambar 32. Kendang Anak
31
Gambar 33. Kendang Ketuk Tilu
33
Gambar 34. Kendang Kiliningan
35
Gambar 35. Kendang Penca Silat
37
Gambar 36. Kendang Jaipongan
38
Gambar 37. Kendang Wayang Golek
43
Gambar 38. Peletakan Kendang Sunda
49
50
Gambar 39. Sikap Duduk
Gambar 40. Posisi Punggung Gambar 41. Posisi Ibu Jari
51
52
Gambar 42. Posisi Ibu Jari Kanan
Gambar 43. Posisi Ibu Jari dari Luar Gambar 44. Posisi Bagian Gedug Gambar 45. Teknik Memukul
52
53
53
54
Gambar 46. Teknik Mengendorkan Rarawat
59
59
Gambar 48. Teknik Menurunkan Ali-Ali ke-1
60
Gambar 49. Teknik Menurunkan Ali-Ali ke-2
60
Gambar 47. Teknik Mengencangkan Rarawat
Gambar 50. Teknik Memukul Wengku
61
Gambar 51. Teknik Mengendorkan Gedug
62
xvi |
Asep Saepudin
Gambar 52. Letak Sumber Bunyi Kendang
66
Gambar 53. Teknik Membunyikan Bunyi Pang
69
Gambar 54. Teknik Membunyikan Bunyi Ping
70
Gambar 55. Teknik Membunyikan Bunyi Ping
71
Gambar 56. Teknik Membunyikan Bunyi Pong
72
Gambar 57. Teknik Membunyikan Bunyi Plak
73
Gambar 58. Teknik Membunyikan Bunyi Nguk
74
Gambar 59. Teknik Membunyikan Bunyi Pak
75
Gambar 60. Teknik Membunyikan Bunyi Peung
76
Gambar 61. Teknik Membunyikan Bunyi Dong
77
Gambar 62. Teknik Membunyikan Bunyi Ting
78
Gambar 63. Teknik Membunyikan Bunyi Ting Ditengkep 78 Gambar 64. Teknik Membunyikan Bunyi Det Ditengkep 79 Gambar 65. Teknik Membunyikan Bunyi Deded
80
Gambar 66. Teknik Membunyikan Bunyi Deded dilepas
80
Gambar 67. Teknik Membunyikan Bunyi Dut
81
Gambar 68. Teknik Membunyikan Bunyi Tung
82
Gambar 69. Teknik Membunyikan Bunyi Bang
84
Gambar 70. Teknik Membunyikan Bunyi Bang
84
Gambar 71. Teknik Membunyikan Bunyi Blang
85
Gambar 72. Teknik Membunyikan Bunyi Blang
86
Gambar 73. Teknik Membunyikan Bunyi Blap
87
Gambar 74. Teknik Membunyikan Bunyi Blap
87
Gambar 75. Teknik Membunyikan Bunyi Plang
88
Gambar 76. Teknik Membunyikan Bunyi Plang
89
Gambar 77. Teknik Membunyikan Bunyi Pleung
90
Gambar 78. Teknik Membunyikan Bunyi Pleung
90
Gambar 79. Teknik Membunyikan Bunyi Tleung
91
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| xvii
Daftar Singkatan
: Pang
: Plak
: Ping
: Pong
: Nguk
: Pak
: Peung
B : Barang Cer
: Pancer
Dm
: Demung
G : Galimer G : Goong Gong : Goong Gét : Pangagét Kn : Kenong Kp : Kempul L : Loloran M : Mincid NG : Goong Nong : Kenong O
: Sorog
P : Panelu P : Pul atau Kempul Pk : Peking
xviii |
Asep Saepudin
Rc : Rincik S
: Singgul
Sl : Saléndro Sl : Selentem Sr : Saron U : Bungur : Dong : Det : Ting : Deded : Dut u
: Tung
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| xix
Bab 1 Mengenal Kendang
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca memiliki pengetahuan tentang kendang Sunda meliputi bentuk kendang, nama-nama bagian kendang, panakol kendang, pelarasan kendang, dan notasi kendang. 2. INDIKATOR 1. Mampu menjelaskan gambaran umum ttg kendang 2. Mengetahui bentuk-bentuk kendang 3. Mampu menyebutkan nama-nama bagian kendang 4. Mengetahui peranan panakol kendang 5. Mengetahui tentang pelarasan kendang 6. Mengetahui dan mampu membaca notasi kendang
TOPIK PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kendang Bentuk Kendang Nama-Nama Bagian Kendang Panakol Kendang Pelarasan Kendang Notasi Kendang
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 1
3. URAIAN MATERI 3.1 Kendang Kendang adalah waditra1 membranophones yang terbuat dari kulit sebagai wangkisnya (muka bidang) dan kayu berongga sebagai badannya. Kendang dalam karawitan Sunda temasuk salah satu waditra yang terdapat dalam gamelan pélog saléndro maupun gamelan degung. Tutup kedua wangkis kendang yang berasal dari kulit kerbau atau sapi, memberikan ciri khas warna bunyi kendang yang membedakan dengan waditra lainnya. Meskipun warna bunyinya tidak memiliki nada seperti dalam gamelan, namun bunyi kendang dapat dilaras tinggi rendahnya dengan menggunakan gamelan sebagai dasar pelarasan sehingga hasilnya memberikan ciri larasan kendang dalam berbagai jenis kesenian. Kendang memiliki peranan yang sangat penting dari beberapa waditra yang terdapat dalam gamelan saléndro untuk terlaksananya sajian karawitan. Kendang lebih mendominasi dalam berbagai penyajian karawitan, baik karawitan mandiri, karawitan tari, maupun dalam karawitan teater. Kendang memiliki fungsi sebagai pengatur irama lagu, meliputi cepat lambatnya tempo permainan, pemberhentian lagu, dan pemberi isyarat terhadap peralihan lagu.2 Menurut Supanggah, kendang sebagai pemimpin dalam sajian karawitan untuk memulai gending, mempercepat dan memperlambat tempo, beralih dari gending satu ke gending yang lainnya, serta memberikan jiwa pada gending.3 Bagus tidaknya sajian karawitan yang ditampilkan, bergantung kepada bagus tidaknya pengendang memainkan kendang dalam sajian karawitan. Kendang termasuk jenis alat musik membranophones yang pada mulanya diciptakan dari bahan logam atau lebih dikenal dengan nama nekara. Nekara perunggu adalah semacam berumbung yang mempunyai bidang pukul (tympan) pada salah satu sisinya.
1 2
Waditra sebutan untuk nama instrumen dalam karawitan Sunda. Atik Soepandi, Peranan dan Pola Dasar Kendang Dalam Karawitan Sunda (Bandung: Proyek Pengembangan Institut Kesenian Indonesia, 1980/1981), 4; juga periksa Sunarto, “Tepak Kendang Jaipongan Suwanda” (Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Pengkajian Seni, Minat Studi Musik Nusantara, Institut Seni Indonesia Surakarta, 2009), 11. 3 Rahayu Supanggah, Bothekan Karawitan II: Garap (Surakarta: ISI Press Surakarta, 2009), 258.
2 |
Asep Saepudin
Persebaran nekara perunggu secara geografis cukup luas yaitu dari Mongolia, Indochina, dan kepulauan Indonesia. Di Indonesia tercatat persebaran nekara perunggu seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Luang, Pulau Leti, Kepulauan Kai, pulau Salayar.4 Adanya bermacam-macam bentuk serta bahan kendang (termasuk di Sunda menurut penulis), merupakan hasil korelasi antara aspek waktu, aspek bentuk dan aspek ruang dalam jangka waktu yang cukup lama.5 Menurut Ubun Kubarsah, kendang adalah waditra jenis alat tepuk berkulit yang dimainkan dengan cara ditepuk.6 Kayu yang biasa digunakan untuk membuat kendang adalah kayu nangka. Ada pula bahan kendang yang terbuat dari bahan kayu selain kayu nangka. Dalam karawitan Sunda, kendang dibunyikan dengan cara ditepak (ditepuk) menggunakan telapak tangan. Tepak dapat berarti teknik membunyikan, pola permainan kendang, dan ciri khas kualitas seorang pengendang. Penggunaan kata tepak dalam kendang misalnya tepak diropel (berarti teknik), tepak kendang Jaipongan, tepak kendang Kiliningan (berarti gaya), tepak Suwanda (bermakna kualitas seseorang). 3.2 Bentuk Kendang Secara umum, kendang Sunda terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk kendang siki bonténg7 dan bentuk kendang beungeut nyéré.8 Bentuk kendang siki bonténg mempunyai ciri muka kumpyang9 kecil, gedug10 besar dan beuteung kuluwung11 kembung, tidak datar, bentuknya menyerupai buah ketimun.
4 Timbul Haryono, Seni Pertunjukan dan Seni Rupa dalam Perspektif Arkeologi Seni (Surakarta: ISI Press Solo, 2008), 110-114. 5 Timbul Haryono, 110-128. 6 Ubun Kubarsah, Waditra: Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa Barat (Bandung: CV. Beringin Sakti, 1995), 72. 7 Bonténg adalah ketimun, siki adalah biji. Bentuk siki bonténg adalah bentuk kendang seperti biji ketimun. 8 Beungeut nyéré adalah bentuk kendang seperti lidi. 9 Kumpyang adalah muka kendang besar bagian atas (bagian muka paling kecil dari kendang yang besar). 10 Gedug adalah muka kendang besar bagian bawah (bagian muka paling besar dar kendang yang besar) 11 Beuteung Kuluwung adalah badan kendang. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 3
Bentuk beungeut nyéré memiliki ciri bentuknya seperti lidi. Jarak antara gedug dengan kumpyang tidak terlalu jauh perbedaan lebarnya, posisi beuteung kuluwung lurus atau tidak terlalu kembung, bahkan hampir datar. Untuk membedakannya, dapat dilihat dari besar kecilnya beungeut gedug dan kumpyang.
Bentuk Siki Bonténg
Bentuk Beungeut Nyéré
Gambar 1. Bentuk Kendang Sunda
3.3 Nama-Nama Bagian Kendang Sunda Secara umum, kendang Sunda terdiri dari kendang indung (ibu) dan kendang anak atau kulantér.12 Kendang indung memiliki dua beungeut (muka) yaitu beungeut gedug (muka kendang besar bagian bawah) dan beungeut kumpyang (muka kendang besar bagian atas). Kendang kulantér dibagi dua antara lain: kendang kutiplak yaitu kendang yang posisinya berdiri dekat beungeut kumpyang kendang indung (ditepak bagian yang kecilnya) dan kendang katipung yang posisinya dekat beungeut gedug kendang indung (ditepak bagian muka yang besarnya). Selain itu, dalam permainan kendang Sunda menggunakan alat bantu lain yaitu panakol kendang (pemukul kendang) dan jangka kendang. Panakol kendang sebagai alat bantu untuk membunyikan suara kendang, sedangkan jangka kendang digunakan sebagai sandaran tempat menyimpan kendang indung ketika diletakkan di lantai. Di bawah ini dituliskan nama-nama bagian kendang Sunda.
12 Kulantér adalah sebutan untuk kendang yang kecil (kendang anak).
4 |
Asep Saepudin
a. Kendang indung yaitu kendang Sunda yang paling besar ukurannya dibandingkan dengan kendang lainnya. Biasanya terdiri dari satu kendang indung dalam satu perangkat gamelan.
Gambar 2. Kendang Indung
b. Kendang anak atau kulantér yaitu kendang Sunda yang paling kecil ukurannya. Satu set kendang Sunda terdiri dari dua kendang kulantér.
Gambar 3. Kendang Kulanter
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 5
c. Kuluwung yaitu badan kendang dari kayu yang dibuat rongga di dalamnya, berfungsi sebagai resonator suara.
Gambar 4. Kuluwung
d. Gedug yaitu beungeut atau muka kendang paling besar dari kendang indung. Posisinya berada di bagian bawah kendang berdekaan dengan lantai jika disimpan menggunakan jangka kendang Gambar 5. Bagian Gedug
e. Kumpyang yaitu beungeut atau muka kendang bagian atas, bagian paling kecil dari kendang indung.
Gambar 6. Bagian Kumpyang
6 |
Asep Saepudin
e. Kutiplak yaitu beungeut kendang terkecil pada bagian atas dari kendang kulantér.
Gambar 7. Bagian Kutiplak
f. Katipung yaitu beungeut kendang paling besar dari kendang kulantér.
Gambar 8. Bagian Katipung g. Wangkis yaitu tutup muka kendang bagian atas dan bawah, berbentuk bulat, terbuat dari kulit sapi atau kerbau, berfungsi sebagai penutup muka kendang.
Gambar 9. Wangkis kendang
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 7
h. Wengku yaitu anyaman berbentuk lingkaran terbuat dari rotan atau bamboo. Fungsinya untuk menggulung kulit atau wangkis kendang. Gambar 10. Wengku kendang
i. Simpay (ali-ali) yaitu pengikat tali kendang yang telah dianyam berbentuk antinganting, berfungsi untuk menentukan tinggi rendahnya bunyi kendang atau larasan kendang, serta menentukan kuat lemahnya rarawat. Gambar 11. Simpay (ali-ali) kendang j. Rarawat yaitu tali terbuat dari kulit memanjang dari ujung kendang ke ujung lainnya, berfungsi sebagai penegang beungeut kendang atau sebagai alat melaras beungeut kendang. Gambar 12. Rarawat kendang
8 |
Asep Saepudin
k. Rarawit yaitu tali berukuran kecil terbuat dari kulit, berada di antara wangkis dan wengku, berfungsi untuk merapatkan wengku dengan wangkis agar tidak ada lubang udara yang keluar dari bagian wengku kendang. Gambar 13. Rarawit kendang l. Bujal atau udel atau hawa yaitu lubang udara yang terdapat pada badan kendang, biasanya terdapat di tengah-tengah kuluwung dengan tujuan untuk menghasilkan suara lebih nyaring/udara suara lebih bebas keluar. Gambar 14. Bujal/Udel/Hawa m. Tali kaki yaitu tali terbuat dari kain, diikatkan pada tali rarawat bagian gedug, berfungsi sebagai pengatur suara agar nada yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pengendang. Gambar 15. Tali kaki kendang Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 9
n. Tali pengikat/tali kendang yaitu tali yang di ikatkan di bagian rarawat kanan dan kiri, digunakan untuk menahan kendang agar posisinya tidak bergeser dari jangka kendang Gambar 16. Tali pengikat kendang
Kendang I.a. Kendang Indung
Gambar 17. Nama Bagian-Bagian Kendang
10 |
Asep Saepudin
Keterangan: Kendang I.a. Kendang indung
a. b. c. d. e. f. g. h.
Wengku kumpyang Wangkis kumpyang Rarawit kumpyang Beungeut kumpyang Rarawat Udel atau nawa Anting-anting Tali pengikat
i. j. k. l. m. n. o.
Beungeut gedug Rarawit gedug Wangkis gedug Wengku gedug Tali kaki 1.b. Kendang Anak Katipung Kutiplak
3.4 Panakol (pemukul) dan Jangka Kendang Panakol dan jangka kendang termasuk bagian dari kendang Sunda yang tidak dapat dipisahkan. Jangka kendang digunakan sebagai penyangga kendang atau tempat menyimpan kendang yang besar, sedangkan panakol kendang digunakan untuk memain kan motif-motif tepak kendang hasil dari pukulan pada bagian wangkis kendang. Jangka kendang umumnya terbuat dari kayu, ada pula yang menggunakan bahan besi sesuai dengan keinginan pengendang. Posisi jangka kendang Sunda di lantai, arah penyim panannya miring sekitar 30 derajat sehingga posisi kendang pun miring sekitar 30-45 derajat mengikuti jangka kendang. Panakol kendang terbuat dari kayu atau bambu yang telah dirajut menggunakan bola woll agar awet dan kuat untuk digunakan. Panjang panakol kendang sekitar 30 centimeter, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Alat ini berfungsi untuk membantu membunyikan nada kendang terutama dalam motif mincid. Selain itu, panakol kendang digunakan pula untuk garapan kendang yang memerlukan penegasan seperti dalam adegan perang wayang atau ibing Wayang Golék.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 11
Panakol Kendang
Gambar 18. Panakol kendang
1. Jangka kendang
Gambar 19. Jangka Kendang
12 |
Asep Saepudin
I. a. b. c.
Panakol Kendang Batang panakol Kepala panakol Peganganpanakol
II. a. b. c.
Jangka kendang Jangka penyangga kendang Kaki jangka Penahan jangka
3.5 Tali Kendang Satu lagi yang sangat penting peranannya dalam kendang Sunda adalah tali kendang. Tali kendang ini terbuat dari kain atau benang rapia atau tambang dan apa saja sesuai kehendak pengendang asalkan merasa nyaman untuk digunakan. Tali kendang terdiri dari dua yaitu tali kendang yang menempel pada bagian gedug dan tali kendang yang menempel pada badan kendang dan jangka kendang. Tali kendang pada bagian gedug terdiri dari dua yaitu satu tali berada di dekat pengendang, posisinya (di pinggir bagian gedug dalam), dan satu lagi berada di depan pengendang (bagian pinggir gedug luar). Tali kendang diikatkan pada rarawat yang ada di dalam kendang agar tidak bergeser. Pada saat kendang ditabuh oleh pengendang, tali kendang diikatkan pada kedua ibu jari yaitu ibu jari kanan dan ibu jari kiri. Tali kendang selanjutnya menjadi tumpuan kedua ibu jari sewaktu memainkan kendang. Tali kendang bahkan sebagai sumber tenaga bagi tengkepan tumit kaki dalam menghasilkan bunyi-bunyi kendang yang dinginkan. Panjang dan lebarnya tali kendang yang dipasang, bergantung pada kebiasaan pengendang serta besar kecilnya telapak kaki pengendang. Dengan demikian, panjangnya tali kendang biasanya berbeda antara pengendang yang satu dengan yang lainnya. Namun, bagi pengendang pemula, tali kendang biasanya cenderung lebih pendek karena teknik tengkepan yang belum sesuai dengan tuntutan semestinya. Fungsi tali kendang, selain untuk menahan kendang agar tidak goyang dan jatuh saat ditengkep, juga memiliki peranan penting dalam menghasilkan bunyi nada kendang terutama bagian gedug dari kendang besar. Tengkepan kaki berfungsi untuk menghasilkan nada-nada kendang. Nada-nada kendang dapat dihasilkan dengan baik jika kedua jempol kaki menempel pada tali kendang. Keberadaan tali kendang dalam kendang Sunda Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 13
selanjutnya menjadi ciri khas kendang Sunda yang membedakan dengan kendang lainnya seperti dengan kendang Jawa dan Bali.
Tali kendang bagian gedug
Gambar 20. Tali Kendang
Selain tali kendang di atas, terdapat pula tali kendang yang menempel pada badan kendang dan jangka kendang. Tali kendang ini lebih panjang dari tali kendang bagian gedug karena digunakan untuk menahan badan kendang yang ditempatlkan di atas jangka kendang. Tali ini diikatkan pada rarawat kendang bagian kanan dan kiri, kemudian diikatkan ke dalam jangka kendang. Dengan demikian, fungsi tali kendang selain untuk mempersatukan antara kendang dan jangka kendang, juga berfungsi untuk menahan kendang agar tidak jatuh ke lantai saat dimainkan. Adanya tali kendang ini pula sebagai pembeda antara kendang Sunda dengan kendang lainnya seperti kendang Jawa dan Bali. Letak tali kendang pada bagian badan kendang
Gambar 21. Tali Kendang
14 |
Asep Saepudin
Letak tali kendang bagian badan kendang saat disatukan dengan jangka kendang
Gambar 22. Tali dan Jangka Kendang
3.6 Pelarasan Kendang Sunda sebelum digunakan biasanya dilaras terlebih dahulu. Alat yang dijadikan standar pelarasan umumnya nadanada berlaras saléndro yang terdapat dalam bilah saron atau demung. Maksud dari pelarasan supaya bunyi kendang enak didengar, sehingga dapat mendukung suksesnya sajian karawitan, terhadap tari maupun terhadap gending yang disajikan. Lili Suparli, membagi pelarasan kendang Sunda menjadi lima pola pelarasan yaitu pelarasan kendang pola 1, pola II, pola III, pola IV, dan pola V. Pelarasan kendang pola 1 biasanya digunakan untuk kendang Kiliningan, tari Keurseus, tari Topéng, tari Wayang dan tari Tjétjé Somantri, pelarasan kendang pola II untuk kendang Kiliningan, tari Keurseus, tari Topéng, tari Wayang, tari Tjétjé Somantri dan Wayang golék, pelarasan kendang pola III untuk kendang Ketuk Tiluan, pelarasan kendang pola IV untuk kendang Penca, dan pelarasan pola V untuk kendang Jaipongan dan Wayang golék saat ini setelah dipengaruhi gaya Jaipongan.13 Perbedaan pelarasan dari kelima pola tersebut adalah pada kesamaan bunyi kendang terhadap nada dalam gamelan. Namun demikian, pelarasan kendang tidak sepenuhnya menjadi acuan para pengendang, sebab di lapangan banyak pengendang yang melaras kendang sesuai
13 Lili Suparli, Gamelan Pelog Salendro Induk Teori Karawitan Sunda (Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung, 2010), 56-61. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 15
dengan seleranya masing-masing tanpa melaras terlebih dahulu dengan nada gamelan. Pelarasan kendang dari lima pola pelarasan sebagai berikut.
Tugu
Singgul
POLA III Singgul
Gembyang
Gembyang
Gembyang
Gembyang
Gembyang
Standar
Alit
Alit
Alit
Alit
S Alit Saron
S Alit Saron
S Alit
S Alit Saron Panelu/
I
Kutiplak
II
IV
V
Singgul
Singgul
T Saron Loloran
Tugu
Galimer
Saron Panelu
Gembyang
Gembyang
Gembyang
Gembyang
Loloran
rendah
standar
Standar
Gembyang
Kumpyang Rendah
standar L Demung Galimer
T Demung Galimer
G Saron Panelu
P Saron Galimer
P/L Saron Galimer
G Galimer
G Panelu
P Panelu
G Galimer
G Galimer
Gembyang
Gembyang
Gembyang
Gembyang
Gembyang
standar
standar
standar
standar
standar
Ukuran
G Saron Panjang
P Saron Panjang
P Saron Panjang
G Saron Panjang
G Saron Panjang
Kd Besar
70-80 cm
70-80 cm
70-80 cm
80-90 cm
65-70 cm
Gedug
Gedug
Gedug
Gedug
Gedug
40-45 cm Kumpyang
40-45 cm Kumpyang
40-45 cm Kumpyang
45-50 cm Kumpyang
35-40 cm Kumpyang
Ukuran
25-28 cm Panjang
25-28 cm Panjang
25-28 cm Panjang
27-30 cm Panjang
20-25 cm Panjang
Kulantér
35-40 cm
35-40 cm
35-40 cm
35-40 cm
35-40 cm
Kutiplak
Kutiplak
Kutiplak
Kutiplak
Kutiplak
12-15 cm Katipung
12-15 cm Katipung
12-15 cm Katipung
12-16 cm Katipung
12-15 cm Katipung
15-18 cm
15-18 cm
15-18 cm
15-18 cm
15-18 cm
Gedug
Katipung
16 |
Asep Saepudin
Kiliningan Kiliningan
T.Keurseus
Digunakan
T.
T. Topéng
Dalam
Keurseus
T. Wayang
T. Topéng
TariTjétjé
T. Wayang
Somantri
Tari Tjétjé
T. Wayang
Somantri
Golék
Kesenian
Jaipongan Ketuk Tilu
Penca Silat Wayang Golék
Gambar 23. Tabel pelarasan kendang
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 17
18 |
Asep Saepudin
3.7 Notasi Kendang Berkaitan dengan penotasian kendang, dalam karawitan Sunda memiliki berbagai versi sesuai dengan kebiasaan para seniman dalam menggunakannya. Sampai saat ini belum ada keseragaman dalam penotasian kendang terutama dalam kendang jaipongan. Para pengendang menghapal pola-pola tepak kendang sesuai dengan tafsir mereka masing-masing. Dalam lagu yang sama, tentunya dapat memiliki nama pola tepak kendang yang berbeda berdasarkan selera dan kebiasaan seniman. Dengan demikian, tidak mengherankan seandaianya dalam satu lagu jaipongan, dapat ditemukan berbagai versi nama-nama pola maupun motif yang terdapat dalam lagu tersebut.
Berdasarkan fakta di atas, maka notasi yang digunakan dalam buku ini adalah notasi kendang yang paling umum digunakan yang berlaku di ISBI dan SMKN 10 Bandung. Sunarto menyebut sistem notasi tersebut adalah Pasunanda. Pasunanda diambil dari nama para tokoh karawitan Sunda sebagai penyusun keberadaan notasi ini yaitu pa singkatan dari Pandi, Su singkatan dari Suaman, Nand singkatan dari Nandang dan A singkatan dari Atik. Notasi Pasunanda diterapkan dalam kendang Sunda sebagai berikut:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 19
Keterangan: Lambang di atas garis, menunjukkan tangan atas yakni tangan yang memukul bagian kumpyang dan kutiplak, sedangkan lambang di bawah garis menunjukkan tangan yang memukul bagian gedug dan katipung yakni tangan bagian bawah atau bidang muka besar bagian bawah. Adapun nilai ketukan dari notasi sebagai berikut.
20 |
Asep Saepudin
4. RINGKASAN Kendang termasuk waditra yang memiliki peranan penting dalam kerawitan Sunda. Hampir seluruh jenis kesenian Sunda menggunakan kendang di dalamnya. Beberapa elemen yang dimiliki kendang Sunda di antaranya bentuk, nama-nama bagian kendang, panakol dan jangka kendang, tali kendang, pelarasan kendang dan notasi kendang. Selanjutnya berbagai nama dan ciri khas yang dimiliki oleh kendang Sunda menjadi identitas kendang Sunda yang membedakan dengan kendang lainnya seperti dengan kendang Jawa, Jawa Timur, Banyumasan, Bali, dan lain-lain. 5. LATIHAN DAN TUGAS 1. Jelaskan tentang pengertian kendang? 2. Ada berapa bentuk kendang Sunda? Jelaskan! 3. Sebutkan nama-nama bagian kendang Sunda, baik kendang indung maupun kendang anak! 4. Apa fungsi panakol dan jangka dalam kendang Sunda? 5. Bagaimana cara melaras nada kendang? 6. Ada berapa larasan dalam kendang Sunda? 7. Notasi apa yang digunakan untuk membaca bunyi kendang Sunda? 8. Buatlah ritmis sendiri dengan menggunakan notasi kendang Sunda sesuai yang anda pahami!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 21
Bab 2 Jenis-Jenis Kendang Sunda
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat mengetahui tentang jenis-jenis kendang Sunda sesuai dengan kategori yang digunakan yakni berdasarkan bahan, ukuran besar kecil, fungsi, serta berdasar kan kualitas bunyi. 2. INDIKATOR 1. 2. 3. 4.
Mampu menjelaskan jenis kendang Sunda berdasarkan bahan Mampu menjelaskan jenis kendang Sunda berdasarkan ukuran Mampu menjelaskan jenis kendang Sunda berdasarkan fungsi Mampu menjelaskan jenis kendang Sunda berdasarkan kualitas bunyi.
TOPIK PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4.
Kendang Berdasarkan Bahan Kendang Berdasarkan Ukuran Besar Kecilnya Kendang Berdasarkan Fungsi Kendang Berdasarkan Kualitas Bunyi
3. URAIAN MATERI Jenis kendang dalam karawitan Sunda, dibagi berdasarkan bahan, besar kecilnya, fungsi dalam kesenian, serta kualitas suara yang dihasilkan.
22 |
Asep Saepudin
3.1 Kendang Berdasarkan Bahan Jenis kendang jika dilihat dari bahan terbagi menjadi dua yaitu kendang berbahan dasar kayu dan kendang berbahan dasar tembaga. Kendang berbahan dasar kayu lebih populer di masya rakat daripada kendang berbahan dasar tembaga. Banyak ter sedianya bahan serta proses pengerjaan yang mudah, menjadi alasan para pengrajin untuk membuat kendang dari bahan dasar kayu. Ini tentunya menyangkut letak geografis Indonesia (Jawa Barat khususnya) yang memiliki hutan, perkebunan, serta lahan pertanian yang luas sehingga bahan dasar kendang dari kayu banyak tersedia di masayarakat. Bahan dasar kayu selama ini dianggap memiliki kualitas paling baik jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. Kualitas baik ini menyangkut karakter bunyi yang dihasilkan serta keawetan bahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Adapun kayu yang paling baik untuk membuat kendang adalah kayu nangka karena serat-seratnya lebih jelimet sehingga kendang tidak mudah pecah jika kena panas sinar matahari atau ketika dilaras dalam nada gamelan. Jenis kendang yang kedua adalah kendang yang terbuat dari tembaga. Pembuatan dan penggunaan kendang berbahan dasar tembaga ini belum banyak dilakukan oleh para pengrajin Sunda. Kendang tembaga hadir atas dasar kreativitas seniman karena kebutuhan rasa musikal sehingga kendang tembaga termasuk hasil modifikasi atau perkembangan pada masa sekarang. Modifikasi ini tujuannya untuk mencari alternatif lain dalam rangka menghasilkan warna bunyi dan teknik yang baru.1 Keberadaan kendang ini terdapat di segelintir para seniman saja seperti halnya yang berada di grup musik Patareman Bandung pimpinan Ubun Kubarsah. Kendang berbahan dasar tembaga ini dinamakan kendang taga dengan bentuk menyerupai kendang kulanter. Meskipun berbahan dasar tembaga, tetapi wangkis (bidangnya) tetap menggunakan bahan kulit hewan kerbau atau sapi.
1 Deni Hermawan, Etnomusikologi: Beberapa Permasalahan dalam Musik Sunda (Bandung: STSI Press, 2002), 122. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 23
Gambar 29. Kendang berbahan dasar kayu.
Gambar 30. Kendang berbahan dasar tembaga. Foto: Dokumentasi Deni Hermawan, 2002, direpro. oleh Asep S., 2014.
3.2 Kendang Berdasarkan Ukuran Besar Kecilnya Kendang berdasarkan ukuran yakni ketegori kendang berdasarkan besar kecilnya. Secara umum, kendang berdasarkan besar kecilnya terdiri dari dua yaitu kendang indung (kendang yang besar) dan kendang anak atau kulantér (kendang yang kecil). Pembagian kedua kendang ini berlaku dalam berbagai jenis kesenian baik dalam kendang Jaipongan, Wayang Golék, Penca Silat, Ketuk Tilu, dan lainlain. Kendang indung memiliki dua beungeut (muka) yaitu beungeut gedug (muka kendang besar bagian bawah) dan beungeut kumpyang (muka kendang besar bagian atas). Kendang kulantér dibagi dua antara lain: kendang kutiplak yaitu kendang yang posisinya berdiri dekat beungeut kumpyang kendang indung (ditepak bagian yang kecilnya) dan kendang katipung yang posisinya dekat beungeut gedug kendang indung (ditepak bagian muka yang besarnya).
24 |
Asep Saepudin
Gambar 31. Kendang Indung (kendang besar)
Selain itu, dalam permainan kendang Sunda menggunakan alat bantu lain yaitu panakol kendang (pemukul kendang) dan jangka kendang. Panakol kendang sebagai alat bantu untuk membunyikan suara kendang, sedangkan jangka kendang digunakan sebagai sandaran tempat menyimpan kendang indung ketika diletakkan di atas lantai.
Gambar 32. Kendang anak (kulanter)/ kendang kecil
3.3 Kendang Berdasarkan Fungsi Pembagian kendang berdasarkan fungsi adalah jenis kendang berdasarkan penggunaannya yaitu digunakan untuk kesenian apa kendang tersebut dalam karawitan Sunda. Jika kendang digunakan untuk iringan Jaipongan disebut kendang Jaipongan, jika kendang digunakan untuk iringan sisingaan disebut kendang sisingaan. Begitu pula jika kendang digunakan untuk iringan Ketuk Tilu disebut kendang Ketuk Tilu, jika kendang digunakan untuk iringan Penca Silat disebut kendang Penca Silat, dan lain-lain. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 25
3.3.1 Kendang Ketuk Tilu Kendang Ketuk Tilu adalah kendang Sunda yang digunakan untuk mengiringi tari Ketuk Tilu. Kendang ini memiliki ukuran lebih besar dari kendang Jaipongan namun lebih kecil dari kendang Penca Silat. Ciri khas kendang ini adalah bunyi nada wangkis kumpyang lebih rendah dari kendang Jaipongan dan kendang Penca Silat. Kendang Ketuk Tilu menurut Lili Suparli dan Sunarto termasuk dalam pola pelarasan ketiga jika nada kendang disesuaikan dengan nada dalam gamelan. Adapun ukuran pelarasan dan panjang kendang Ketuk Tilu sebagai berikut:
Nama Bidang Kutiplak Kumpyang Gedug Katipung Ukuran Kd Besar
Ukuran Kulantér
26 |
Nada Gamelan pada Pola Pelarasan Ke- III Singgul Gmbyg Alit S Alit Saron Galimer Gmbyg standar G Saron Panelu P Panelu Gmbyg standar P Saron Panjang 70-80 cm Gedug 40-45 cm Kumpyang 25-28 cm Panjang 35-40 cm Kutiplak 12-15 cm Katipung 15-18 cm
Asep Saepudin
Dalam perkembangannya, pola pelarasan di atas pada masa sekarang sudah mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zamannya. Kendang Ketuk Tilu pelarasannya sudah mulai tinggi nadanya terutama dalam wangkis kumpyangnya, bahkan banyak di antaranya para seniman yang menggunakan kendang Jaipongan untuk mengiringi Ketuk Tiluan.
Gambar 33. Waditra Kendang Ketuk Tilu
3.3.2 Kendang Kiliningan Kendang Kiliningan adalah kendang Sunda yang digunakan untuk mengiringi Kiliningan. Kiliningan adalah sajian vokal yang diiringi seperangkat gamelan pélog saléndro. Ciri khas dari kendang ini adalah bunyi nada kumpyang lebih rendah jika dibandingkan dengan kendang Jaipongan atau kendang penca silat. Dalam pola pelarasan, kendang Kiliningan termasuk dalam pola pelarasan 1 dan 2 karena dalam bidang kutiplak dan katipung terdapat dua nada yang berbeda yang biasa digunakan oleh masyarakat jika diambil dari nada gamelan. Pola pelarasan dimaksud adalah sebagai berikut:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 27
Nama Bidang
Kutiplak
Kumpyang
Gedug Katipung
Ukuran Kd Besar
Ukuran Kulantér
Nada Gamelan pada Pola Pelarasan Ke- I
Nada Gamelan pada Pola Pelarasan KeII
Tugu Gmbyg standar T Saron Loloran Gmbyg rendah L Demung Galimer G Galimer Gmbyg standar G Saron Panjang 70-80 cm
Singgul Gmbyg Alit (tinggi) S Alit Saron Tugu Gmbyg rendah T Demung Galimer G Panelu Gmbyg standar P Saron Panjang 70-80 cm
Gedug 40-45 cm Kumpyang 25-28 cm Panjang 35-40 cm Kutiplak 12-15 cm
Gedug 40-45 cm Kumpyang 25-28 cm Panjang 35-40 cm Kutiplak 12-15 cm Katipung 15-18 cm
Katipung 15-18 cm
Seperti halnya dalam kendang Ketuk Tilu, terkadang dalam Kiliningan pun pelarasan kendangnya ada yang tidak mengacu pada pola di atas. Para seniman melaras kendang sesuai dengan
28 |
Asep Saepudin
keinginan sendiri. Bahkan, jika pentasnya sekaligus dalam pementasan Jaipongan atau Wayang Golek, kemudian dilanjutkan dengan menyajikan Kiliningan, kendangnya tidak pernah diganti tetapi tetap menggunakan kendang Jaipongan atau kendang Wayang Golek.
Gambar 34. Waditra Kendang Kiliningan 3.3.3 Kendang Penca Silat Kendang Penca Silat adalah kendang Sunda yang digunakan untuk mengiringi penca silat. Kendang penca silat ukurannya lebih besar dan lebih panjang jika dibandingkan dengan kendang lainnya dalam karawitan Sunda seperti dengan kendang Jaipongan, kendang Ketuk Tilu atau kendang Wayang Golek. Berbeda dari jenis kesenian lainnya, dalam kendang Penca Silat kendang besarnya terdiri dari dua buah dan kendang kecilnya terdiri dari empat buah. Dalam kendang besar pun ada dua nama yaitu kendang indung dan kendang anak. Adapun pelarasan kendang Penca Silat termasuk pelarasan pola IV dengan urutan nada sebagai berikut:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 29
Nama Bidang Kutiplak Kumpyang Gedug Katipung Ukuran Kd Besar
Ukuran Kulantér
30 |
Asep Saepudin
Nada Gamelan pada Pola Pelarasan Ke- IV Singgul Gmbyg Alit S Alit Saron Panelu Gmbyg standar P Saron Galimer G Galimer Gmbyg standar G Saron Panjang 80-90 cm Gedug 45-50 cm Kumpyang 27-30 cm Panjang 35-40 cm Kutiplak 12-16 cm Katipung 15-18 cm
Gambar 35. Waditra Kendang Penca Silat
3.3.4 Kendang Jaipongan Kendang Jaipongan adalah kendang Sunda yang digunakan untuk mengiringi tarian Jaipongan. Kendang Jaipongan merupakan waditra yang terbuat dari kayu berongga dengan dua bidang sebagai resonatornya dan kulit sebagai tutup kedua bidangnya. Kendang Jaipongan terdiri dari tiga buah yaitu satu buah kendang indung dan dua buah kendang kulantér. Kendang indung diletakkan dengan posisi miring menggunakan jangka kendang, sedangkan kendang kulantér di letakkan dengan posisi berdiri dan ditidurkan di lantai. Kendang Jaipongan dibunyikan dengan cara ditepak menggunakan kedua telapak tangan, serta dibantu dengan tekanan tumit kaki. Selain itu, terdapat tali pengikat yang dilingkarkan ke ibu jari untuk membantu membunyikan kendang.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 31
Gambar 36. Kendang Jaipongan
Beberapa perbedaan kendang Jaipongan dengan kendang yang lainnya terdapat dalam hal pelarasan, ukuran, teknik, ragam tepak, serta struktur penyajian. Unsur-unsur lain seperti lambang bunyi, bahan, nama-nama sumber bunyi, serta posisi peletakkan, tetap memiliki kesamaan dengan kendang lainnya. a. Pelarasan Pelarasan kendang Jaipongan termasuk pelarasan paling tinggi suaranya dibandingkan dengan pelarasan kendang yang lainnya. Pelarasan kendang Jaipongan termasuk ke dalam pelarasan kendang pola V dengan kumpyang pada nada Panleu atau Loloran gembyang standar. Pelarasan kendang pola V secara lengkap adalah sebagai berikut. 1. Beungeut kendang kutiplak dilaras pada nada Singgul gembyang tinggi (sama dengan nada Singgul alit pada waditra saron) laras saléndro. 2. Beungeut kendang kumpyang, dilaras pada nada Panelu atau Loloran gembyang standar (sama dengan nada Loloran atau Panelu pada waditra saron) laras saléndro. 3. Beungeut kendang katipung atau kentrung, dilaras pada nada Galimer gembyang standar (sama dengan nada Galimer pada waditra saron) laras saléndro. 4. Beungeut gedug sebetulnya sulit untuk diukur dengan akurat, karena frekuensi bunyinya terlalu rendah, seperti halnya bunyi
32 |
Asep Saepudin
bedug. Tetapi para pengendang sering menyesuaikan dengan bunyi Galimer pada laras saléndro. Pelarasan kendang pola V ialah pelarasan kendang yang digunakan pada perangkat kendang Jaipongan. Untuk menimbulkan kualitas bunyi yang baik, pelarasan kendang pola V ditentukan oleh ukuran kendang, yaitu ukuran kendang besar dengan panjang antara 65 sampai dengan 70 cm., serta diameter beungeut gedug 35 sampai dengan 40 cm., diameter beungeut kumpyang antara 20 sampai dengan 25 cm. Ukuran kulanter yang biasa dipergunakan untuk kutiplak dan katipung panjang 35 sampai dengan 40 cm., dengan diameter beungeut kutiplak antara 12 sampai dengan 15 cm. Pada perkembangan sekarang khususnya di daerah Karawang dan Subang, pelarasan kendang Jaipongan lebih tinggi dari standar yang sering digunakan oleh pengendang pada umumnya. Meskipun tingginya pelarasan kendang Jaipongan hasil mengadopsi dari pelarasan kendang Penca Silat, namun dalam kendang Jaipongan pelarasannya semakin lama semakin tinggi sesuai dengan fungsinya sebagai sarana hiburan. Hal ini berdampak kepada hilangnya sebagian warna bunyi kendang terutama dalam beungeut kumpyang. b. Teknik Tepak Dalam Jaipongan, teknik tepak kendang adalah dengan cara diteunggeul. Tepak diteunggeul yaitu ditepak dengan menggunakan tenaga besar sehingga menghasilkan bunyi yang keras. Teknik tepak kendang diteunggeul tidak hanya dalam embat dua wilet saja, tetapi digunakan pula dalam bentuk gending lenyepan maupun lalamba yang berisi lagu-lagu gede, meskipun terkadang dapat menghilangkan karakter lagu yang disajikan. Teknik tepak diteunggeul sangat terasa jika seorang pengendang awalnya memainkan tepak melem (halus) dalam wanda (jenis) Kiliningan, kemudian memainkan tepak kendang Jaipongan. Kita dapat dengan mudah mengetahui bahwa tepak tersebut adalah tepak kendang Jaipongan dari teknik tepaknya karena bunyi yang dihasilkan lebih keras. Teknik tepak kendang tradisi yang berlaku umum dalam gamelan tradisi, seperti dalam kiliningan adalah tepak kendang lembut (tepak melem), digunakan untuk mengiringi lagu dalam sajian karawitan. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 33
c. Ragam Tepak Ragam tepak kendang dalam Jaipongan sangat banyak, variatif, energik, merangsang gerak, terutama dalam bagian tataran wirahma yang diisi dengan tepak bukaan dan mincid. Ragam tepak kendang Jaipongan merupakan hasil perpaduan dari beragam tepak kendang berbagai jenis kesenian seperti tepak kendang Penca Silat, Ketuk Tilu, Topéng Banjét, Kiliningan, Bajidoran, Tarling, serta Wayang Golék.2 Oleh karena itu, ragam tepak kendang Jaipongan sangat kaya, variatif, energik, dan digemari oleh para kaula muda. Meskipun ragam tepak kendang banyak, tetapi tepak kendang Jaipongan sangat mudah dipelajari, karena bersifat elastis, tidak memiliki aturan yang kaku, atau memiliki struktur yang tetap. Pola tepak kendang Jaipongan dapat berubah sesuai dengan kepentingan tarian. Hal ini beralasan sebab diambil dari tepak kendang Penca Silat yang memiliki kebebasan dalam memainkan kendang maupun dalam ngibing. d. Struktur Penyajian Struktur penyajian kendang dalam garap tradisi misalnya dalam kiliningan, terdiri dari tepak pangkat, pangjadi, melem, sentug, nurunkeun, naékeun, serta ngeureunkeun. Dalam tepak kendang Jaipongan dikemas lebih pendek. Tepak naékeun dan nurunkeun tidak ada, karena biasanya langsung berhenti dengan tepak ngeureunkeun. Begitu pula tepak sentug dan tepak melem tidak ada dalam tepak kendang Jaipongan. Dalam Jaipongan, urutan sajian terpola dengan durasi waktu yang relatif singkat. Meskipun terpola, tetapi bersifat elastis, dapat berubah urutan ragam tepaknya sesuai dengan kebutuhan penyajian. Tepak kendang dapat memberikan perbedaan paling signifi kan antara karawitan Jaipongan dengan karawitan yang lainnya. Adapun reportoar gending yang digunakan dalam kara witan Jaipongan masih menggunakan gending tradisi seperti gending Sénggot, Sorong Dayung, Sinyur, Banjaran, Kulu-Kulu Bem, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa gending pokok karawitan 2
Asep Saepudin, Garap Tepak Kendang Jaipongan dalam Karawitan Sunda (Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta, 2013), 37-58.
34 |
Asep Saepudin
Jaipongan tetap menggunakan garap tradisi yang sering disajikan dalam garap kiliningan dan wayang golék. 3.3.5 Kendang Wayang Golék Kendang Wayang Golék perlu juga kiranya diketahui oleh pembaca agar lebih dapat memahami tentang kendang di dalam karawitan Sunda. Kendang Wayang Golék adalah kendang Sunda yang digunakan untuk mengiringi Wayang Golék . Wayang Golek adalah sejenis teater boneka yang di dalamnya memiliki multi jenis kesenian di antaranya ada karawitan, tari, teater, seni rupa, dan lainlain. Pada mulanya, kendang Wayang Golék memiliki larasan yang rendah terutama jika dilihat dari bunyi kumpyang pada kendang indung. Jika dilihat dari pola pelarasan yang dibuat oleh Lili Suparli, maka kendang Wayang Golék termasuk pada pola pelarasan II. Namun, sesuai dengan perkembangan zaman terutama dampak dari menyebarnya karawitan Jaipongan di para seniman, maka pelarasan kendang Wayang Golék menjadi lebih tinggi sehingga sama dengan pelarasan kendang Jaipongan. Kebutuhan akan garapan Jaipongan dalam Wayang Golék mendesak pera pengendang untuk menyesuaikan pelarasan kendang Jaipongan terhadap Wayang Golék. Sebagai gambaran tentag perubahan pelarasan trsebut, di bawah ini dituliskan pola pelarasan untuk kendang Wayang Golék. II
Kutiplak
Kumpyang
V
Singgul Gmbyg Singgul Gmbyg Alit (tinggi) Alit S Alit Saron S Alit Saron Tugu Gmbyg Panelu/ rendah Loloran Gmbyg standar T Demung P/L Saron
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 35
Gedug
Katipung
Galimer G Panelu Gmbyg standar P Saron
Ukuran Kd Besar
Panjang 70-80 cm
Ukuran Kulantér
Gedug 40-45 cm Kumpyang 25-28 cm Panjang 35-40 cm Kutiplak 12-15 cm Katipung 15-18 cm
36 |
Asep Saepudin
Galimer G Galimer Gmbyg standar G Saron Panjang 65-70 cm Gedug 35-40 cm Kumpyang 20-25 cm Panjang 35-40 cm Kutiplak 12-15 cm Katipung 15-18 cm Digunakan Dalam Kesenian
Tari Wayang Golék
Jaipongan Wayang Golék
Gambar 37. Kendang Jaipongan, bisa juga digunakan untuk kendang Wayang Golek 3.3.6 Kendang Bajidoran Satu lagi jenis kendang yang penting diketahui oleh pembaca yaitu kendang Bajidoran. Kendang Bajidoran adalah kendang Sunda yang digunakan untuk mengiringi tarian Bajidoran. Ciri khas dari kendang Bajidoran dalam hal pelarasan umumnya lebih tinggi dari kendang lainnya seperti dari kendang jaipongan, kendang Ketuk tilu, kendang Wayang golék, atau kendang Keurseus. Terdapat beberapa kemungkinan sehingga hal ini terjadi, di antaranya: para seniman meniru larasan kendang sisingaan yang berasal dari Subang yang menggunakan larasan kendangnya tinggi, serta ciri khas microphone ditempelkan di bagian kumpyang, adanya keinginan para seniman untuk memenuhi keinginan pasar, pengaruh teknologi soundsystem yang dapat menghasilkan kepekaan menyerap suara sehingga suara larasan kendang dapat lebih tinggi. 3.4 Kendang Berdasarkan Kualitas Suara (Kendang Tarik Kendang Kendor) Kendang berdasarkan kualitas bunyi tediri dari kendang larasan tarik (bunyi nada tinggi) dan kendang larasan kendor (bunyi nada rendah). Pembagian kendang berdasarkan bunyi adalah pembagian berdasarkan kualitas bunyi yang dihasilkan oleh kendang menyangkut sistem pelarasan, kualitas rarawat, serta disesuaikan dengan iringan yang akan digunakan. Kendang larasan Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 37
kendor digunakan umumnya untuk Kiliningan, Ketuk Tilu, Keurseus, Wayang Golék sebelum terpengaruh Jaipongan, sedangkan kendang larasan tarik digunakan untuk iringan Jaipongan, Sisingaan, Penca Silat, Wayang Golék setelah ada Jaipongan, serta Bajidoran. 4. RINGKASAN Kendang di dalam Karawitan Sunda tidak hanya kendang Jaipongan seperti telah tersebar selama ini di berbagai daerah terutama di Yogyakarta. Namun, kendang dalam karawitan Sunda memiliki berbagai macam jenis sesuai dengan fungsi dan kategorinya jika dilihat bedasarkan bahan, ukuran besar kecil, fungsi, serta berdasarkan kualitas bunyi. Berdasarkan bahan kendang Sunda terdapat dua macam yaitu kendang berbahan dasar kayu dan kendang berbahan dasar tembaga, bahkan dalam wangkis terdapat pula yang menggunakan bahan plastik seperti yang pernah penulis lihat di Singapura. Kendang berdasarkan besar kecil yaitu kendang indung dan anak, sedangkan kendang berdasarkan fungsi terdiri dari kendang Ketuk Tilu, kendang Jaipongan, kendang Wayang Golék, kendang Penca Silat, dan kendang Bajidoran. Adapun kendang berdasarkan kulitas bunyi yaitu kendang berlaras kendor dan kendang tarik. 5. LATIHAN DAN TUGAS 1. Ada berapa kategori untuk menjelaskan macam-macam ken dang Sunda? Sebutkan satu per satu! 2. Apakah kendang Sunda hanya terdiri dari kendang Jaipongan? Jelaskan! 3. Berdasarkan bahan, ada berapa jenis kendang Sunda? Sebut kan! 4. Jika dilihat dari fungsinya, ada berapa jenis kendang Sunda? Sebutkan! 5. Mengapa kendang Wayang Golek mengalami perubahan pelarasan? 6. Mengapa pelarasan kendang Bajidoran lebih tinggi daripada kendang lainnya?
38 |
Asep Saepudin
Bab 3 Teknik Menabuh Kendang
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang posisi peletakkan kendang Sunda, kaidah-kaidah membunyikan kendang Sunda, teknik menabuh kendang Sunda, dan cara pemeliharaan/pelarasan kendang Sunda. 2. INDIKATOR 1. Mampu menjelaskan posisi peletakkan kendang Sunda 2. Mampu mempraktikkan kaidah-kaidah membunyikan Kendang Sunda
3. Mampu mempraktikkan teknik menabuh kendang 4. Mampu memahami cara pemeliharaan/pelarasan kendang
3. TOPIK PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4.
Peletakkan Kendang Sunda Kidah-Kidah Membunyikan Kendang Sunda Teknik Menabuh Kendang Pemeliharaan/Pelarasan Kendang
3. URAIAN MATERI 3.1. Peletakan Kendang Sunda Kendang Sunda memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan kendang lainnya seperti kendang dari Yogya, Solo, maupun Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 39
Bali. Salah satu perbedaannya dapat dilihat dari cara meletakkannya. Jika dalam gaya Yogya dan Solo kendang diletakkan di atas jangka dengan posisi lurus (horizontal), maka kendang Sunda (khususnya kendang indung) diletakkan dilantai dengan menggunakan penyangga (jangka kendang) yang posisinya miring sekitar 30 derajat. Ciri khusunya adalah bidang kendang paling besar (gedug) berada diposisi paling bawah dengan wengku menyentuh lantai, sedangkan bidang yang kecil (kumpyang) berada di atasnya (tidak menyentuh lantai). Jangka kendang berfungsi sebagai penahan badan kendang (kuluwung) agar pada saat dimainkan kendang tidak bergeser. Selain itu, posisi miring kendang Sunda didukung pula oleh ikatan tali yang melingkar hampir setengah badan kendang. Hal ini bertujuan agar kendang tidak bergeser ketika dimainkan atau untuk menyatukan antara badan kendang dengan jangka kendang. Selain kendang besar (kendang indung), dalam kendang Sunda terdapat dua kendang kecil (kulantér) yang cara peletakannya berbeda dengan kendang indung. Kendang kulantér diletakkan bisa dengan dua posisi, yaitu posisi berdiri dan posisi ditidurkan. Kendang kulantér bagian kutiplak, diletakkan berdiri di samping dekat bagian kumpyang, sedangkan kendang kulantér bagian katipung diletakkan berdekatan dengan bagian gedug kendang besar. Cara lainnya bisa pula diletakkan dengan berdiri maupun dengan cara ditidurkan bergantung selera dan kebiasaan pengendang. Namun, untuk mengejar motif-motif yang sulit serta kecepatan dalam memainkan motif-motif kendang, peletakkan kulanter ditidurkan banyak dipilih oleh para pengendang Sunda. Untuk lebih jelasnya tentang peletakkan kendang Sunda dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
40 |
Asep Saepudin
Gambar 38. Peletakan Kendang Sunda 3.2. Kaidah-kaidah Membunyikan Kendang Sunda Teknik membunyikan kendang yang baik diartikan sebagai upaya memainkan kendang Sunda dengan berbagai teknik yang benar agar dapat menghasilkan sumber bunyi yang sesuai menurut kaidah estetika kendang Sunda. Beberapa teknik memainkan kendang yang baik, di antaranya: 1. Sikap duduk bersila dengan kaki kanan dan kaki kiri terbuka. Hal ini betujuan untuk memberikan keleluasaan bergerak bagi pengendang terutama jika memainkan bunyi kendang dengan bergantian antara tangan kanan dan tangan kiri atau secara bersamaan dalam satu bidang. (Lihat gambar 39).
Gambar 39. Sikap Duduk Memainkan Kendang Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 41
2. Posisi punggung tegak lurus sembilan puluh derajat (90 derajat), tidak membungkuk ke depan. Hal ini biasanya luput dari perhatian para pengendang terutama jika bermain kendang di panggung dalam jangka waktu yang lama. Posisi punggung yang lurus dalam memainkan kendang bertujuan agar tidak mudah lelah ketika memainkan kendang. Selain itu, dimaksudkan pula agar tenaga yang dikeluarkan oleh pengendang dapat maksimal dalam memainkan ragam tepak kendang. (Lihat gambar 40).
Gambar 40. Posisi Punggung
3. Ibu jari kaki kanan dan ibu jari kaki kiri dimasukkan ke dalam tali pengikat bagian gedug yang telah berada di bagian depan dan belakang bagian gedug. Tujuan dimasukkannya ibu jari ke dalam tali ada tiga: pertama, untuk mendapatkan bunyi yang baik ketika memainkan sumber bunyi kendang bagian gedug. Kedua, agar kendang tidak jatuh ke lantai atau goyang bahkan bergeser ketika ditepak (ditepuk) oleh pengendang. Ketiga, untuk menghasilkan nada-nada kendang (berbagai sumber bunyi kendang meliputi ritmis dan melodi). Bagi pengendang pemula, bisanya sering
42 |
Asep Saepudin
mendapat kesulitan ketika harus menyeimbangkan antara tekanan tengkepan dalam ibu jari kanan dan ibu jari kiri sehingga sering terjadi kendang bergerak ke kanan dan kiri karena teknik tengkepan yang masih salah. (Lihat gambar 41 dan 42).
Gambar 41. Posisi ibu jari kanan dan kiri
Gambar 42. Posisi ibu jari kanan (bagian dalam)
Gambar 43. Posisi ibu jari kiri (bagian luar) Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 43
4. Posisi bagian gedug berada di tengah-tengah pengendang (tepat di tengah-tengah bagian perut (pusar). Hal ini bertujuan agar pengendang tidak mudah kelelahan dalam memainkan kendang serta untuk mempermudah melakukan tengkepan tumit pada bagian gedug ketika pengendang menghendaki bunyi-bunyi yang berbeda dari bagian gedug kendang paling besar.
Gambar 44. Posisi bagian gedug
5. Secara umum bahwa teknik memainkan kendang Sunda ter hadap bidang (nepak kendang) ada yang ditempelkan pada bidang, ada juga yang dilepas bergantung sumber bunyi apa yang diinginkan. Sebagai contoh: untuk membunyikan suara pang pada bagian kumpyang, maka teknik memainkan kendang Sunda telapak tangannya dilepas, artinya tidak selamanya menempel pada bidang kendang baik dimainkan oleh tangan kanan maupun kiri. Akan tetapi, untuk membunyikan nada plak, maka telapak tangan menempel ke bidang kendang agar nada yang dihasilkan tidak menyebar ke luar. (Lihat gambar 45).
44 |
Asep Saepudin
Gambar 45. Teknik memukul dilepas dan ditempelkan ke bidang
3.3. Teknik Menabuh Kendang Teknik memainkan kendang dalam karawitan Sunda diistilahkan dengan tepak (tepuk), tepakan (tepukan), nepak kendang (menepuk kendang). Tepak mengandung makna pukulan yang dilakukan oleh telapak tangan, baik sebelah maupun kedua-duanya.1 Kata tepak sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Sunda. Sebagai contoh, “mun teu ngalieuk, tepak waé taktakna” (jika tidak melihat, tepuk saja pundaknya), “tepak laleurna méh teu kana sangu” (tepuk lalatnya biar tidak kena nasi), “tepak kendangna” (pukul kendangnya), “tepakana hadé” (pukulannya bagus, bisa pukulan kendang atau pukulan dalam cabang olahraga bulu tangkis), “urang nepak yu“ (mari bermain bulutangkis), “tepak toél geugeut pisan” (saling cubit sangat akrab artinya saling gurau, saling tepuk antara pasangan kekasih atau sumi istri). Itulah beberapa penggunaan kata tepak yang biasa terdengar dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Sunda.
Dalam karawitan Sunda, tepak memiliki bermacam-macam makna. Sunarto, mengartikan tepak menjadi enam kategori yaitu:
1
Atik Soepandi, Kamus Istilah Karawitan Sunda. Cetakan kedua (Bandung: CV. Satu Nusa, 1995), 205. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 45
(1) tepak sebagai teknik membunyikan kendang (tepak = tepuk); (2) tepak sebagai gaya penyajian kendang dalam suatu perangkat, misalnya tepak jaipongan, adalah penyajian garap kendang gaya jaipongan; (3) tepak sebagai tingkatan irama, contoh tepak dua, tepak tilu; (4) tepak sebagai ragam komposisi bunyi kendang dalam satu frase atau satu kalimat lagu, misalnya tepak bukaan, tepak pangjadi; (5) tepak sebagai satu kesatuan dari berbagai ragam dalam suatu tarian, misalnya tepak Késér Bojong; (6) tepak sebagai ciri kualitas permainan dari seorang pengendang, misalnya tepak Namin, tepak Mang Bao, tepak Suwanda. Sunarto menyimpulkan pengertian tepak menjadi tiga kategori yaitu tepak sebagai garap, ragam, dan pola kendang.2 Beberapa teknik menabuh kendang jaipongan, di antaranya diteunggeul, diténgkép, dikeleter, diropel, dirangkep, salancar, dan lainlain. Tepak diteunggeul artinya memainkan kendang dengan dipukul keras, bertenaga, energik sehingga menimbulkan suara lebih keras dari biasanya. Dalam japongan, teknik menabuh diteunggeul digunakan hampir dalam seluruh sajian kendang jaipongan kecuali dalam tepak gelenyu/pangjadi (sajian garap kendang pada awal lagu/ gending/tari jaipongan). Tepak diténgkép adalah menabuh bidang kendang besar bagian bawah dengan menggunakan telapak tangan dan téngképan tumit kaki. Téngképan tumit kaki ditekankan pada bidang kulit kendang serta diikuti oleh tepukan telapak tangan pada bidang kulit. Hasil bunyi kendang bisa dari bunyi kendang yang paling rendah sampai tinggi bergantug kemahiran pengendang. Bunyi kendang yang umum dan telah terdapat notasinya adalah bunyi det dan deded. Tepak dikeleter adalah teknik memainkan kendang didobel yakni telapak tangan pada bagian kempyang membunyikan dua nada atau lebih dalam satu sumber bunyi atau lebih dalam satu kali pukulan. Tepak keleter biasaya terdapat dalam tepak mincid (tepak kendang yang terus berjalan dengan berbagai variasinya). Tepak diropel adalah teknik memainkan kendang didobel secara bergantian antara tangan kanan dan tangan kiri dalam satu 2
Periksa Sunarto, “Tepak Kendang Jaipongan Suwanda” (Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Pengkajian Seni, Minat Studi Musik Nusantara, Institut Seni Indonesia Surakarta, 2009), 113-116.
46 |
Asep Saepudin
bidang kendang sehingga menghasilkan sumber bunyi yang banyak. Tepak kendang diropel masih jarang digunakan dalam gending, artinya tidak semua pola kendang jaipongan menggunakan tepak kendang diropel. Tepak kendang diropel yang paling populer terdapat dalam gending pembuka dalam lagu Daun Pulus Késér Bojong. Dalam karawitan Sunda, terdapat istilah ngendang ngatuhu (kanan) dan ngenca/kidal (kiri). Ngendang ngatuhu adalah teknik memainkan kendang dengan posisi tangan kiri berada di bagian gedug dan katipung sedangkan tangan kanan berada pada bagian kempyang dan kutiplak. Ngendang Ngidal adalah teknik memainkan kendang dengan posisi tangan kanan di bagian gedug dan katipung sedangkan tangan kiri berada di bagian kempyang dan kutiplak. Namun demikian, kedua cara memainkan ini masih belum terdapat kesepakatan bersama di antara para pengendang. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan Suwanda, (pencipta polapola tepak kendang jaipongan), teknik ngatuhu dan ngenca terbailk dari pernyataan di atas. Menurut Suwanda, Ngendang ngatuhu adalah teknik memainkan kendang dengan posisi tangan kiri berada di bagian kumpyang dan kutiplak sedangkan tangan kanan berada pada bagian gedug dan katipung. Ngendang ngidal adalah teknik memainkan kendang dengan posisi tangan kanan di bagian kumpyang dan kutiplak sedangkan tangan kiri berada di bagian gedug dan katipung.3 Suwanda memandang bahwa ngendang ngatuhu dan ngenca dilihat dari posisi bagian gedug, ketika bagian gedug ditepak dengan tangan kanan berarti ngendang tersebut ngatuhu bukan kidal. Maka, dalam memberikan pembelajaran kendang terhadap anak asuhannya, posisi memainkan kendangnya semua sesuai dengan posisi Suwanda. Pendapat Suwanda selaras dengan pendapat para seniman di Yogyakarta bahwa ngendang nengen (ngatuhu) dan ngiwo (ngenca) dilihat dari posisi peletakkan tangan pada bagian gedug (tebokan bem). Terlepas dari masih belum samanya pendapat tentang ngenca dan ngatuhu dalam memainkan kendang, satu hal yang perlu dicatat bahwa perbedaan ngendang ngenca dan ngatuhu sebenarnya hanya dalam istilah saja. Para pengendang biasanya tidak pernah ramai
3
Wawancara dengan Suwanda, pada tanggal 27 Agustuts 2013. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 47
membicarakan hal ini, yang penting bagaimana dapat memainkan kendang dengan baik meskipun posisinya ngatuhu atau ngenca. Sampai dengan sekarang tidak pernah ada larangan di satu daerah atau satu grup bahwa ngendang harus dalam satu posisi. 3.4 Pemeliharaan Kendang/Pelarasan Kendang Sunda sebelum digunakan, biasanya suka dilaras terlebih dahulu. Maksud dari pelarasan tersebut supaya bunyi kendang enak didengar, sehingga dapat mendukung suksesnya sebuah pertunjukan, baik terhadap tarian maupun terhadap lagu-lagu (gending) yang disajikan pada waktu pertunjukan atau pementasan. Di dalam teknik pelarasan kendang, terdiri dari beberapa tahap, di antaranya: 1. Teknik Pertama Di dalam pelarasan kendang, seluruh simpay (ali-ali) sebagai pengikat tali kendang, digeser ke atas sampai dekat dengan wengku atau muka kempyang (muka kulit kendang bagian atas) dengan cara didorong menggunakan stik atau dipukul dengan palu yang terbuat dari kayu. Selain itu, bisa pula dengan tidak membuka seluruhnya secara langsung, tetapi dibuka satu persatu ali-alinya, dilanjutkan dengan menarik masing-masing rarawat untuk dikencangkan semaksimal tenaga yang dimiliki sesuai urutan ali-ali yang telah digeser. (lihat gambar 46).
Gambar 46. Teknik mengendorkan rarawat
48 |
Asep Saepudin
2. Teknik Kedua Langkah selanjutnya menarik/mengencangkan rarawat kendang. Rarawat kendang yang berada dekat kempyang (muka kulit kendang bagian atas) ditarik (dibesot) satu persatu, kemudian setelah selesai, ujung rarawat diikatkan kembali seperti semula. (Lihat gambar 47).
Gambar 47. Teknik mengencangkan rarawat
3. Teknik Ketiga Setelah pekerjaan kesatu dan kedua selesai, maka simpay yang semula dinaikkan ke dekat wengku kumpyang, diturunkan kembali dengan dua cara: pertama, didorong dengan menggunakan sisa rarawat kendang yang dimasukkan di sela-sela rarawat dan didorong oleh dua tangan. (Lihat gambar 48). Kedua, didorong dengan stik sambil dipukul menggunakan palu kayu. (Lihat gambar 49).
Gambar 48. Taknik menurunkan ali-ali Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 49
Gambar 49. Teknik menurunkan ali-ali/simpay
4. Teknik Keempat Setelah ali-ali dan rarawat menjadi kencang, langkah selanjutnya seluruh bagian pinggir gedug dan kempyang dipukul dengan palu kayu, maksudnya untuk menentukan warna bunyi kendang sesuai dengan kebutuhan terutama disesuaikan dengan karakter bunyi yang diinginan oleh pengendang. (Lihat gambar 50).
Gambar 50. Teknik memukul wengku/bagian pinggir gedug/ kumpyang
5. Teknik Kelima Apabila bunyi kendang kurang pas atau bunyinya terlalu tinggi, dalam arti tidak sesuai dengan bunyi yang diinginkan
50 |
Asep Saepudin
terutama bagian gedug, maka muka (beungeut) kulit kendang bagian gedug biasanya dipukul atau ditekan tengahnya dengan menggunakan telapak tangan. (Lihat gambar 51).
Gambar 51. Teknik mengendorkan gedug
Alternatif lain untuk mengendorkan bagian gedug di dalam pelarasan kendang Sunda, yaitu dengan cara memasukkan air dingin melalui lubang suara (bujal) dan memberi air pada muka (beungeut) bagian gedug dengan menggunakan telapak tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menstabilkan bunyi kendang, agar tidak berubah dari bunyi yang diinginkan. Seperti telah dibahas di atas, bahwa kendang Sunda, harus disurupkeun (dilaras) dulu sebelum digunakan, maksudnya untuk mengatur warna bunyi kendang dari tiap-tiap muka (beungeut) gedug, kempyang, kutiplak, dan katipung. Kendang biasanya disurupkeun dengan nada yang terdapat pada bilah gamelan sehingga mempunyai nada yang sama. Pelarasan ini bergantung pula pada selera serta karakter keinginan pengendang itu sendiri. Para pengendang Sunda biasanya telah memiliki karakter bunyi sendiri-sendiri untuk mendapatkan suara/bunyi kendang yang akan digunakan dalam pementasannya.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 51
4. RINGKASAN Teknik dan cara menabuh kendang termasuk bagian penting dalam memainkan kendang Sunda agar estetika kendang Sunda dapat terbentuk sesuai dengan kaidah-kaidah yang seharusnya. Beberapa teknik seperti ditenggeul, diropel, diténgkép, termasuk teknik penting yang harus diketahui oleh pengendang. Selain itu, berbagai teknik menabuh yang baik seperti duduk bersila, punggung tegak lurus, telapak tangan tidak menempel, merupakan kunci keberhasilan pengendang agar dapat memainkan kendang Sunda dengan baik dan benar sesuai dengan estetika dalam karawitan Sunda. Selain itu, pengalaman tentang cara pelarasan kendang merupakan hal yang penting agar suara kendang dapat enak didengar dan selaras dengan gamelan yang digunakan. 5. LATIHAN DAN TUGAS 1. Bagaimana cara peletakkan kendang Sunda yang baik? 2. Kaidah-kaidah apa saja yang harus diperhatikan dalam memainkan kendang Sunda? 3. Coba praktikkan kaidah-kaidah dalam memainkan kendang Sunda? 4. Sebutkan teknik-teknik memainkan kendang Sunda? 5. Teknik-teknik apa saja yang harus dilakukan oleh pengendang agar dapat menghasilkan bunyi kendang yang baik? Coba praktikkan dengan benar! 6. Bagaimana cara pemeliharaan/pelarasan kendang Sunda? Coba praktikkan!
52 |
Asep Saepudin
Bab 4 Membunyikan Nada Kendang
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat mengetahui dan memahami notasi kendang Sunda, mempraktikkan bunyi nada kendang pada satu bidang kendang meliputi nada pada bagian gedug, kumpyang, katipung, dan kutiplak serta mampu membunyikan nada kendang pada dua bidang atau lebih. 2. INDIKATOR 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mampu memahami nada-nada kendang beserta notasinya Mampu mempraktikkan nada kendang bagian kumpyang Mampu membunyikan nada kendang pada bagian kutiplak Mampu membunyikan nada kendang pada bagian gedug Mampu membunyikan nada kendang pada bagian katipung Mampu membunyikan nada gabungan pada kendang
3. TOPIK PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengenal Notasi Kendang Sunda Membunyikan Nada pada Bagian Kumpyang Membunyikan Nada pada Bagian Kutiplak Membunyikan Nada pada Bagian Gedug Membunyikan Nada Pada Bagian Katipung Membunyikan Nada Gabungan
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 53
3. URAIAN MATERI 3.1. Notasi Kendang Sunda Berkaitan dengan penotasian kendang, dalam karawitan Sunda memiliki berbagai versi sesuai dengan kebiasaan para seniman dalam menggunakannya. Sampai saat ini belum ada keseragaman dalam penotasian kendang terutama dalam kendang jaipongan. Para pengendang menghapal pola-pola tepak kendang sesuai dengan tafsir mereka masing-masing. Dalam lagu yang sama, tentunya dapat memiliki nama pola tepak kendang yang berbeda berdasarkan selera dan kebiasaan seniman. Dengan demikian, tidak mengherankan seandaianya dalam satu lagu jaipongan, dapat ditemukan berbagai versi nama-nama pola maupun motif yang terdapat dalam lagu tersebut. Penulisan notasi kendang dalam buku ini sebagai berikut.
Gambar 52. Letak sumber bunyi kendang
54 |
Asep Saepudin
Keterangan: Lambang di atas garis, menunjukkan tangan atas yakni tangan yang memukul bagian kumpyang dan kutiplak, sedangkan lambang di bawah garis menunjukkan tangan yang memukul bagian gedug dan katipung yakni tangan bagian bawah atau bidang muka besar bagian bawah.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 55
Berdasarkan data di atas, maka notasi yang digunakan dalam buku ini adalah notasi kendang yang paling umum digunakan yang berlaku di ISBI dan SMKN 10 Bandung. Sunarto menyebut sistem notasi tersebut adalah Pasunanda. Pasunanda diambil dari nama para tokoh karawitan Sunda sebagai penyusun keberadaan notasi ini yaitu pa singkatan dari Pandi, Su singkatan dari Suaman, Nand singkatan dari Nandang dan A singkatan dari Atik. Notasi Pasunanda diterapkan dalam kendang Sunda sebagai berikut: 3.2. Teknik membunyikan Nada Kendang Pada Bagian Kumpyang (Bagian Atas)
a. Bunyi pang (a) Bunyi pang ditepak dengan empat jari pada bagian kumpyang yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Ada pula pengendang yang membunyikan nada pang dengan tiga jari yaitu jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Caranya adalah telapak tangan ditepukan dengan cara dilepas sebebas-bebasnya dari wangkis/kulit. (Lihat gambar 53).
56 |
Asep Saepudin
Gambar 53. Teknik membunyikan bunyi pang
b. Bunyi ping (a-) Bunyi ping dibunyikan dengan satu jari yaitu jari telunjuk pada pinggir muka kumpyang. Bunyi ping bisa pula dibunyikan dengan tiga jari yaitu jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Proses pemukulannya adalah jari ditepakkan ke bagian paling pinggir muka kumpyang di hadapan pemain kendang, disentuh hanya sedikit saja tidak ditepak seluruh muka kumpyang. (Lihat gambar 54 dan 55).
Gambar 54. Teknik membunyikan bunyi ping Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 57
Gambar 55. Teknik membunyikan bunyi ping
c. Bunyi pong (a+) Bunyi pong dibunyikan dengan tiga jari yaitu jari telunjuk, tengah, dan jari manis. Proses pemukulannya adalah ketiga jari ditepakkan pada bagian muka kumpyang, tetapi tidak seluruhnya hanya sekitar seperempat/sekitar 5 cm dari pinggir kumpyang. (Lihat gambar 56).
Gambar 56. Teknik membunyikan bunyi pong
58 |
Asep Saepudin
Bunyi plak dibunyikan dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Proses pemukulannya adalah jari tangan ditepakkan pada muka kumpyang, namun keadaan keempat jari dalam keadaan menempel ke wangkis/kulit kendang, artinya setelah menepuk kendang, jari tangan menempel pada muka kumpyang kendang. (Lihat gambar 57).
Gambar 57. Teknik membunyikan bunyi plak
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 59
Bunyi nguk ditepak dengan satu jari tengah atau empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari kelingking dan jari manis. Proses pemukulannya yaitu jari ditepakkan pada muka kumpyang, tetapi bersamaan tepakan tersebut disusul dengan dorongan dari telapak tangan mendorong ke depan sehingga kedengaran suara ngu….k. (Lihat gambar 58).
Gambar 58. Teknik membunyikan bunyi nguk
60 |
Asep Saepudin
3.3. Teknik membunyikan Nada Kendang Pada Bagian Kutiplak (Bagian Atas)
Lambang bunyi kendang kulantér pada bagian kutiplak terdapat dua bunyi yaitu bunyi pak (a”) dan peung (a’). Cara membunyikan kedua sumber bunyi tersebut sebagai berikut. a. Bunyi pak (a”) Bunyi pak ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Proses pemukulannya adalah keempat jari ditepakkan pada bagian muka kutiplak dengan posisi menempel pada kulit/muka kutiplak. (Lihat gambar 59).
Gambar 59. Teknik membunyikan bunyi pak
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 61
b. Bunyi peung (a’) Bunyi peung ditepak dengan satu jari yaitu jari telunjuk, bisa pula ditepak dengan dua jari yaitu jari tengah dan jari manis. Proses pemukulannya yaitu jari tangan ditepakkan pada muka kutiplak paling pinggir dekat wengku kendang, posisi jari dilepas setelah memukul. (Lihat gambar 60).
Gambar 60. Teknik membunyikan bunyi peung
3.4. Teknik membunyikan Nada Pada Bagian Gedug (Bagian Bawah) Pada bagian bawah (bagian gedug dan katipung), ada beberapa teknik/cara menabuh untuk beberapa nada dasar. Bunyi pada muka gedug adalah dong, det, ting, deded, dan dut, sedangkan bunyi pada katipung adalah bunyi tung. Secara rinci teknik membunyikan berbagai nada dasar tersebut sebagai berikut.
62 |
Asep Saepudin
a. Bunyi dong (U) Bunyi dong ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Proses pemukulannya yaitu setiap jari menepuk muka gedug dengan posisi bebas lepas/tidak menempel. (Lihat gambar 61).
Gambar 61. Teknik membunyikan bunyi dong
Bunyi ting ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Selain itu, bisa juga dengan menggunakan tiga jari dengan tidak menggunakan jari telunjuk. Proses pemukulannya yaitu pangkal telapak tangan menempel pada muka gedug, ujung-ujung jari disentuhkan ke muka gedug dengan bebas/tidak menempel. (Lihat gambar 62 dan 63).
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 63
Gambar 62. Teknik membunyikan bunyi ting tanpa ditengkep
Gambar 63. Teknik membunyikan bunyi ting ditengkep
Bunyi det ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Proses pemukulannya yaitu
64 |
Asep Saepudin
muka gedug ditepak dengan ujung-ujung jari disertai bantuan tekanan tumit kaki. (Lihat gambar 64).
Gambar 64. Teknik membunyikan bunyi det ditengkep
Bunyi deded ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Proses pemukulannya yaitu muka gedug ditepak dengan ujung-ujung jari dengan bantuan tekanan tumit kaki yang digeser-geser dari atas ke bawah atau sebaliknya. Tekanan tumit bervariasi mulai dari tekanan kendor/ lemah sampai tekanan kencang/kuat, atau sebaliknya dari tekanan kuat ke tekanan lemah. Ini berguna untuk mendapatkan hasil bunyi yang diinginkan oleh pengendang. (Lihat gambar 65 dan 66).
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 65
Gambar 65. Teknik membunyikan bunyi deded ditengkep dari suara yang tinggi ke suara rendah
Gambar 66. Teknik membunyikan bunyi deded ditengkep dari suara yang rendah ke suara yang tinggi.
Bunyi dut ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Proses pemukulannya
66 |
Asep Saepudin
yaitu ujung-ujung jari menepuk muka gedug kemudian bersamaan dengan itu pangkal telapak tangan digeserkan/didorongkan ke depan pada muka gedug sehingga terdengar bunyi du…t. (Lihat gambar 67).
Gambar 67. Teknik membunyikan bunyi dut 3.4. Teknik membunyikan Nada Pada Bagian Katipung (Bagian Bawah) Pada bagian katipung, hanya terdapat satu sumber bunyi yaitu bunyi tung (u). Adapun cara membunyikannya sebagai berikut: a. Bunyi tung (u) Bunyi tung ditepak dengan tiga jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Bisa pula bunyi tung ditepak dengan hanya satu jari saja yaitu jari telunjuk. Proses pemukulannya yaitu ujungujung jari ditepakkan pada muka katipung bagian pinggir sehingga suaranya terdengar tung. (Lihat gambar 68)
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 67
Gambar 68. Teknik membunyikan bunyi tung
3.5. Teknik membunyikan Nada Gabungan Seperti telah dijelaskan di atas, selain terdapat nada kendang dalam satu sumber bunyi, terdapat pula nada kendang gabungan yang berasal dari dua sumber bunyi yaitu nada bunyi bang, blang, blap, plang, tleung, dan pleung. Selain beberapa bunyi tersebut, kemungkinan besar masih banyak nada-nada kendang yang berasal dari dua sumber bunyi jika kita teliti lebih seksama. Namun, untuk kepentingan pembelajaran, sedikitnya enam sumber bunyi gabungan ini sudah dapat mewakili nada-nada dalam kendang Sunda.
68 |
Asep Saepudin
a. Bunyi bang Bunyi bang dibunyikan dengan cara menabuh dua bidang yang berbeda secara bersamaan yaitu bunyi dong bidang bagian gedug dan bunyi pak bidang bagian kutiplak. Bunyi dong ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Proses pemukulannya yaitu setiap jari menepuk muka gedug dengan posisi bebas lepas/tidak menempel. Bunyi pak ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Proses pemukulannya adalah keempat jari ditepakkan pada bagian muka kutiplak dengan posisi menempel pada kulit/muka kutiplak. (Lihat gambar 69 dan gambar 70).
Gambar 69. Teknik membunyikan bunyi bang (bagian gedug dan kutiplak)
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 69
Gambar 70. Teknik membunyikan bunyi bang (bagian gedug dan kutiplak)
b. Bunyi blang Bunyi blang ditabuh dengan menggunakan dua tangan yaitu pada bagian gedug dan bagian kumpyang secara bersamaan. Adapun bunyi yang ditabuh adalah bunyi suara dong dan bunyi pang. Bunyi dong ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Proses pemukulannya yaitu setiap jari menepuk muka gedug dengan posisi bebas lepas/tidak menempel. Bunyi pang ditepak dengan empat jari pada bagian kumpyang yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Caranya adalah telapak tangan ditepukkan dengan cara dilepas sebebasbebasnya dari wangkis/kulit. (Lihat gambar 71 dan 72).
70 |
Asep Saepudin
Gambar 71. Teknik membunyikan bunyi blang
Gambar 72. Teknik membunyikan bunyi blang
c. Teknik Membunyikan bunyi blap/blak Bunyi blap/blak ditabuh dengan menggunakan dua tangan kanan dan kiri yaitu pada bagian gedug dan bagian kumpyang ditabuh secara bersamaan. Adapun bunyi yang ditabuh adalah bunyi suara dong dan bunyi plak. Bunyi dong ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Bunyi plak dibunyikan dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Proses pemukulannya adalah jari tangan ditepakkan pada muka kumpyang, namun keadaan keempat jari dalam keadaan menempel ke wangkis/kulit Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 71
kendang, artinya setelah menepuk kendang, jari tangan menempel pada muka kumpyang kendang. (Lihat gambar 73 dan 74).
Gambar 73. Teknik membunyikan bunyi blap
Gambar 74. Teknik membunyikan bunyi blap
72 |
Asep Saepudin
d. Bunyi plang Bunyi plang ditabuh dengan menggunakan dua tangan yaitu pada bagian katipung dan kumpyang secara bersama-sama. Adapun bunyi yang ditabuh adalah bunyi suara tung dan bunyi pang. Bunyi tung ditepak dengan tiga jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Proses pemukulannya yaitu ujung-ujung jari ditepakkan pada muka katipung bagian pinggir. Bunyi pang ditepak dengan empat jari pada bagian kumpyang yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Caranya adalah telapak tangan ditepakkan dengan cara dilepas sebebas-bebasnya dari wangkis/ kulit. (Lihat gambar 75 dan 76).
Gambar 75. Teknik membunyikan bunyi plang
Gambar 76. Teknik membunyikan bunyi plang Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 73
e. Bunyi pleung Bunyi pleung ditabuh dengan menggunakan dua tangan yaitu pada bagian gedug dan bagian kutiplak secara bersamaan. Adapun bunyi yang ditabuh adalah bunyi suara ting dan bunyi peung. Bunyi ting ditepak dengan empat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Selain itu, bisa juga menggunakan tiga jari dengan tidak menggunakan jari telunjuk. Proses pemukulannya yaitu pangkal telapak tangan menempel pada muka gedug, ujungujung jari disentuhkan ke wangkis gedug dengan bebas/menempel. Bunyi peung ditepak dengan satu jari yaitu jari telunjuk, bisa pula ditepak dengan dua jari yaitu jari tengah dan jari manis. Proses pemukulannya yaitu jari ditepakkan pada muka kutiplak paling pinggir dekat dengan wengku kendang dengan posisi jari dilepas setelah memukul. (Lihat gambar 77 dan 78).
Gambar 77. Teknik membunyikan bunyi pleung
74 |
Asep Saepudin
Gambar 78. Teknik membunyikan bunyi pleung
f. Bunyi tleung Bunyi tleung ditabuh dengan menggunakan dua tangan yaitu pada bagian katipung dan bagian kutiplak ditabuh secara bersamaan. Adapun bunyi yang ditabuh adalah bunyi suara tung dan bunyi peung. Bunyi tung ditepak dengan tiga jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Proses pemukulannya yaitu ujung-ujung jari ditepakkan pada muka katipung bagian pinggir. Bunyi peung ditepak dengan satu jari yaitu jari telunjuk, bisa pula ditepak dengan dua jari yaitu jari tengah dan jari manis. Proses pemukulannya yaitu jari telunjuk ditepakkan pada muka kutiplak paling pinggir dekat dengan wengku kendang dengan posisi jari dilepas setelah memukul. (Lihat gambar 79).
Gambar 79. Teknik membunyikan bunyi tleung Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 75
4. RINGKASAN Membunyikan nada-nada kendang termasuk keahlian yang harus dikuasai oleh pembaca dalam mempelajari kendang jaipongan. Kejelasan artikulasi membunyikan nada-nada dalam bidang kendang sangat penting untuk dicapai dalam memainkan kendang Sunda. Sumber bunyi kendang terdapat pada empat bidang yaitu bagian kumpyang, gedug, kutiplak, dan katipung. Adapun bunyi yang dihasilkan dari masing-masing bidang memiliki perbedaan yaitu pada kendang besar bidang kumpyang menghasilkan lima sumber bunyi yaitu pang, ping, pong, nguk, dan plak, pada bidang gedug menghasilkan bunyi det, ting, dong, dut, dan deded. Pada kendang kecil (kulanter) bidang kutiplak menghasilkan bunyi pak, dan peung, sedangkan pada bagian katipung menghaslkan bunyi tung. Selain itu, dalam kendang Sunda terdapat bunyi yang dihasilkan dari tepakan gabungan tangan kanan dan kiri yang ditabuh secara bersamaan yaitu bunyi bang, pleung, plang, pleung, dan lain-lain. 5. LATIHAN DAN TUGAS Jawab dan praktikkan pertanyaan di bawah ini! 1. Ada berapa sumber bunyi dari kendang yang besar pada bagian gedug? Sebutkan dan praktikkan cara memainkannya! 2. Ada berapa sumber bunyi dari kendang yang besar pada bagian kumpyang? Sebutkan dan praktikkan cara memainkannya! 3. Ada berapa sumber bunyi dari kendang yang kecil pada bagian kutiplak? Sebutkan dan praktikkan cara memainkannya! 4. Ada berapa sumber bunyi dari kendang yang kecil pada bagian katipung? Sebutkan dan praktikkan cara memainkannya! 5. Ada berapa sumber bunyi dari kendang yang besar dan kecil jika ditepak secara bersamaan? Sebutkan dan praktikkan cara memainkannya!
76 |
Asep Saepudin
Bab 5 Metode Dasar Belajar Kendang
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat mempraktikkan menabuh tingkat dasar belajar kendang dengan baik dan benar mulai dari melatih kelenturan tangan sampai dengan membunyikan motif-motif tepakan kendang dengan ritmis dan ketukan. 2. INDIKATOR 1. Mampu memahami pengetahuan dasar penggunaan notasi kendang 2. Mampu mempraktikkan metode dasar Menabuh kendang 3. Mampu mempraktikkan bunyi kendang dalam satu muka kendang sampai dengan empat muka kendang mulai dari satu nada sampai beberapa nada dalam ritmis dan ketukan yang telah ditentukan. TOPIK PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Dasar tentang Notasi Kendang 2. Metode Dasar Praktik Kendang Sunda 3. Mempraktikan Menabuh Kendang Mulai dari Satu Muka Kendang Sampai Empat Muka Kendang dalam Ritmis dan Ketukan Yang Telah Ditentukan.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 77
3. URAIAN MATERI 3.1. Penggunaan Notasi Kendang Sebelum melangkah pada belajar praktik tentang metode kendang Sunda tingkat dasar, alangkah baiknya mengetahui terlebih dahulu hal-hal yang berhubungan dengan penotasian kendang Sunda/ titilaras kendang Sunda. Pengetahuan tentang segala aspek yang berhubungan dengan titilaras/penotasian ini sangat penting sebab sebagai modal dasar untuk dapat membaca dan mempraktikkan pola-pola/motif tepak kendang yang sudah ditulis dalam notasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
78 |
Penotasian kendang Sunda menggunakan garis matra dan garis harga not. Dalam satu matra terdiri dari empat ketukan yang jaraknya sama. satu ketukan dihargai satu, setengah, seperempat bahkan seperdelapan. Posisi tangan yang lazim di Sunda adalah tangan kanan berada di atas (tangan kanan menepuk muka kempyang) dan tangan kiri menepuk muka gedug (bawah). Posisi ini digunakan dalam penulisan notasi yang akan dipelajari. Untuk membedakan tepakan tangan kanan dan kiri dibentuk sebuah garis mendatar. Tangan kanan berada di atas garis untuk bidang kumpyang, sedangkan tangan kiri berada di bawah garis untuk bidang gedug. Beungeut kumpyang dan kutiplak ditulis di atas garis datar, misalnya bunyi pang, ping, pong, plak, pak , dan peung. X Beungeut gedug dan katipung ditulis di bawah garis datar, misalnya bunyi dong, det, ting, deded, dan tung.
Asep Saepudin
f.
Bunyi ganda/bersaman ditulis bertemu pada satu ketukan. Misalnya bunyi bang, blak, plang, pleung.
g.
Bunyi deded ditulis dengan tambahan titik tiga. contoh: padedededed
h.
Tanda ulang mengunakan dua garis sejajar
3.2 Metode Dasar Praktik Kendang Sunda Untuk mempermudah memainkan kendang agar teknik mem bunyikan dapat dikuasai, alangkah baiknya kita mulai praktik kendang dengan mempraktikkan motif-motif dasar terlebih dahulu. Marilah kita mencoba mempraktikkan notasi kendang Sunda di bawah ini. 3.2.1 Praktik Memainkan Bunyi 1 ketuk 1 nada 1 bidang Coba praktikkan dengan menggunakan satu tangan bunyibunyi kendang pada bagian beungeut/muka kumpyang dan kutiplak di bawah ini.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 79
Setelah mempraktikkan menabuh bunyi kendang bagian kempyang dan kutiplak, coba praktikkan bunyi kendang bagian beungeut/muka gedug dan katipung di bawah ini dimainkan dengan satu tangan.
80 |
Asep Saepudin
3.2.2 Praktik membunyikan 1 ketuk 2 nada 2 muka bagian atas dan bawah Setelah menguasai praktik kendang satu sumber bunyi bidang atas dan bawah pada bagian 3.2.1, selanjutnya mem praktikkan menabuh kendang pada dua sumber bunyi bagian atas dan bawah. Untuk menabuhnya menggunakan dua tangan yaitu tangan kanan dan tangan kiri secara bersamaan pada bidang yang berbeda.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 81
3.2.3 Praktik Membunyikan Nada kendang 1 ketuk 1 nada bagian atas dan bawah Pada bagian ini pembaca belajar praktik menabuh sumber bunyi pada dua muka kendang dengan satu tangan secara bergantian sumber bunyi, meliputi dua nada atau lebih. Coba praktikkan menabuh sumber bunyi di bawah ini. a. Bagian atas (bengeut kempyang dengan kutiplak)
82 |
Asep Saepudin
b. Bagian atas 1 Ketuk 2 nada Beungeut Kumpyang dengan Beungeut Kutiplak
c. Bagian bawah untuk 1 ketuk 1 nada dua muka (bengeut gedug dan beungeut katipung) Untuk mempraktikkan sumber bunyi di bawah ini perlu oleh tumit kaki. Coba praktikkan notasi di bawah ini!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 83
d. Bagian bawah 1 ketuk 2 nada (bengeut gedug dan katipung)
84 |
Asep Saepudin
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 85
3.2.4 Praktik Membunyikan Nada Kendang 1 ketuk 1 atau 2 nada pada bagian atas dan bawah (4 beungeut/4 muka) Pada pelajaran ini pembaca diajarkan menabuh kendang dengan menggunakan dua tangan yaitu tangan kanan dan kiri secara bergantian sesuai dengan notasi yang ada. Coba praktikkan notasi di bawah ini untuk melatih tangan agar lebih terampil. a. Praktik membunyikan nada kendang 1 ketuk 1 nada pada 4 muka bidang atas dan bawah
86 |
Asep Saepudin
b. Praktik membunyikan nada kendang 1 ketuk 2 nada pada 4 muka bidang atas dan bawah Pada bagian ini, praktik kendang sama dengan bagian atas yaitu dengan menggunakan dua tangan. Adapun perbedaannya pada jumlah sumber bunyi yang dimainkan dan cara membacanya. Untuk mempermudah dalam mempelajarinya, terlebih dahulu diberi latihan 1 ketuk 1 nada, kemudian jika sudah bisa dilanjutkan pada 1 ketuk 2 nada. Coba praktikkan latihan di bawah ini.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 87
88 |
Asep Saepudin
3.2.5 Praktik Membunyikan Nada Kendang 1 ketuk 4 nada bagian atas dan bawah Pelajaran 3.2.5 merupakan pelatihan belajar kendang untuk membaca notasi yang agak panjang agar dapat mempraktikkan notasi kendang yang sebenarnya yaitu 1 ketuk terdiri dari 4 nada. Namun demikian, sebagai langkah awal pembelajaran diberikan contoh terlebih dahulu notasi yang mudah yaitu 1 ketuk 1 nada. Setelah lancar 1 ketuk 1 nada, baru dapat mempraktikkan bunyi 1 ketuk 4 nada. Coba praktikkan notasi di bawah ini.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 89
90 |
Asep Saepudin
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 91
4. RINGKASAN Pembelajaran dasar dalam memainkan kendang Sunda merupakan hal yang sangat penting guna melatih kelenturan tangan, kaki, serta kebiasaan dalam menengkep kendang. Selain itu, manfaat dari pelatihan dasar ini, pembaca dapat lebih mengenal sumber bunyi kendang Sunda sehingga dapat mempermudah untuk membaca notasi kendang pada tahap berikutnya. Pembelajaran secara terus menerus dapat mempercepat keberhasilan dalam memahami dan mempraktikkan kendang mulai dari pengenalan notasi, praktik metode dasar mulai dari belajar membunyikan nada satu muka kendang sampai dengan empat muka kendang. Cobalah terus sehingga dapat merasakan bermain kendang dengan nyaman, dalam posisi duduk, ketika membunyikan nada kendang atau
92 |
Asep Saepudin
ketika perpindahan telapak tangan dalam sumber bunyi yang berbeda. 5. LATIHAN DAN TUGAS 1. Ada berapa sumber bunyi kendang Sunda? Tuliskan! 2. Praktikkan bunyi kendang yang terdapat pada bagian atas? 3. Praktikkan bunyi kendang yang terdapat pada bagian bawah? 4. Praktikkan bunyi kendang satu ketuk satu nada pada bagian atas dan bawah? 5. Praktikkan bunyi kendang satu ketuk dua nada pada empat muka kendang? 6. Praktikkan bunyi kendang satu ketuk empat nada yang terdapat pada kendang bagian atas?
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 93
Bab 6 Praktik Bermain Ragam Tepak Kendang dalam Embat Sawilet Naek Dua Wilet
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami dan mempraktikkan ragam tepak kendang embat sawilet naek dua wilet mulai dari tepak pangkat, embat sawilet, naekeun sawilet ka dua wilet, embat dua wilet dan tepak ngeureunkeun. 2. INDIKATOR 1. Mampu mempraktikkan tepak kendang pangkat 2. Mampu mempraktikkan tepak kendang dalam embat sawilet 3. Mampu mempraktikkan tepak kendang naekeun sawilet ka dua wilet 4. Mampu mempraktikkan tepak kendang dalam embat duawilet 5. Mampu mempraktikkan tepak kendang untuk ngeureunkeun TOPIK PEMBAHASAN 6. Tepak Kendang Pangkat 7. Tepak Kendang dalam Embat Sawilet 8. Tepak Kendang Naekeun Embat Sawilet Ka Dua wilet 9. Tepak Kendang dalam Embat Dua Wilet 10. Tepak Kendang Ngeureunkeun
94 |
Asep Saepudin
3. URAIAN MATERI Sebelum mempelajari tepak kendang jaipongan, dalam bab 6 diberikan terlebih dahulu pelajaran memainkan tepak kendang embat sawilet naek dua wilet. Hal ini bertujuan untuk memberi bekal bagi pembaca agar dapat memahami pola dasar tepak kendang dalam karawitan Sunda. Selain itu, penting juga untuk memahami embat dua wilet yang biasa digunakan dalam tepak kendang jaipongan. 3.1 Praktik Menabuh Tepak Kendang Pangkat Tepak pangkat sangat penting untuk medullae simian karawitan baik dalam karawitan tari maupun karawitan mandiri. Tepak pangkat banyak ragamnya bergantung pada judul lagu atau jenis kesenian yang diiringi. Untuk mempelajarinya, praktikkan notasi tepak pangkat di bawah in demean baik.
Pelajaran 1. Praktik memainkan tepak pangkat 1
3.2 Praktik Menabuh Tepak Kendang Sawilet Tepak kendang embat sawilet digunakan dalam sajian kiliningan maupun iringan tari Wayang golek (disela-sela pergantian adegan wayang) atau dalam sajian tatalu sebelum pertunjukan dimulai. Untuk mempelajarinya, coba praktikkan notasi kendang di bawah ini. Pelajaran 1. Tepak kendang embat sawilet dalam tempo cepat Coba praktikkan tepak kendang embat sawilet di bawah ini dengan baik dan benar secara berulang!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 95
Pelajaran 2. Tepak kendang embat sawilet dalam tempo lambat
Jika pelajaran 1 dan 2 di atas sudah dapat dikuasai dengan baik, selanjutnya dapat mengganti bunyi tung (u) yang terletak pada bagian bawah garis notasi dengan bunyi ting. Bunyi ting sering digunakan dalam karawitan Sunda untuk mengiringi embat sawilet. Adapun penggunaan bunyi tung pada notasi di atas bertujuan
96 |
Asep Saepudin
untuk mempermudah belajar karena membunyikan bunyi tung lebih mudah daripada bunyi ting. 3.3 Praktik Memainkan Tepak Kendang Naekeun Sawilet ke Dua Wilet Tepak kendang naekeun adalah tepak kendang yang berfungsi sebagai jembatan atau peralihan dari embat sawilet ke embat dua wilet. Tepak ini sering digunakan dalam sajian Kiliningan dan Wayang golek. Untuk mempelajarinya, praktikkan notasi kendang di bawah ini. Pelajaran 1. Tepak Kendang Naekeun Embat Sawilet ke Dua Wilet dalam Tempo Cepat
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 97
Pelajaran 2. Tepak Kendang Naekeun Sawilet ke Dua Wilet dalam Tempo Lambat
3.4. Praktik Memainkan Tepak Kendang Embat Dua Wilet Embat dua wilet adalah embat yang sering digunakan dalam sajian Kiliningan dan Jaipongan. Penguasaan terhadap tepak kendang dalam embat dua wilet sangat penting sebab pembaca dapat mengetahui motif tepak kendang serta merasakan embat ini untuk membiasakan dalam sajian jaipongan. Namun, ragam tepak kendang yang disajikan dalam buku ini ragam tepak kendang untuk sajian Kiliningan. Untuk sajian jaipongan akan dibahas pada bab berikutnya. Coba praktikkan notasi tepak kendang di bawah! Pelajaran 1. Tepak Kendang Embat Dua Wilet dalam Tempo Cepat
98 |
Asep Saepudin
Pelajaran 2. Tepak Kendang Embat Dua Wilet dalam Tempo Lambat
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 99
Pelajaran 3. Lanjutan Tepak Kendang Embat Dua Wilet dalam Tempo Cepat
100 |
Asep Saepudin
Pelajaran 4. Lanjutan Tepak Kendang Embat Dua Wilet dalam Tempo Lambat
3.5 Praktik Memainkan Tepak Kendang Ngeureunkeun Tepak kendang ngeureunkeun sangat penting dipelajari untuk mengakhiri satu lagu atau tarian. Untuk menguasainya, pelajari dan praktikkan notasi kendang di bawah ini.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 101
Pelajaran 1. Tepak Kendang Ngeureunkeun dalam Tempo Cepat
Pelajaran 2. Tepak Kendang Ngeureunkeun dalam Tempo Lambat
4. RINGKASAN Penguasaan terhadap ragam tepak kendang sawilet naek dua wilet merupakan dasar bagi pengendang dalam memahami ragam tepak kendang sakaligus embat yang ada dalam gamelan. Embat Dua Wilet adalah embat yang sering digunakan dalam karawitan Jaipongan. Dengan demikian, jika pembaca telah menguasai ragam tepak kendang dalam embat dua wilet maka sekaligus telah masuk ke
102 |
Asep Saepudin
dalam embat dalam karawitan Jaipongan sehingga mempermudah untuk mempelajari ragam tepak kendang Jaipongan yang sesungguhnya. 5. TUGAS DAN LATIHAN 1. Praktikkan ragam tepak kendang untuk pangkat! 2. Praktikkan ragam tepak kendang untuk embat sawilet! 3. Praktikkan ragam tepak kendang untuk naekeun embat sawilet ka dua wilet! 4. Praktikkan ragam tepak kendang untuk embat dua wilet! 5. Praktikkan ragam tepak kendang untuk ngeureunkeun!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 103
Bab 7 Bentuk dan Struktur Tepak Kendang Jaipongan1
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang bentuk dan struktur pokok tepak kendang jaipongan yang secara umum terdapat dalam karawitan Sunda. 2. INDIKATOR 1. Mampu memahami berbagai istilah yang berhubungan dengan tepak kendang jaipongan 2. Mampu memahami bentuk pokok tepak kendang jaipongan 3. Mampu menjelaskan tentang struktur tepak kendang jaipongan TOPIK PEMBAHASAN 1. Persitilahan dalam Tepak Kendang jaipongan 2. Bentuk Tepak kendang Jaipongan 3. Struktur Tepak Kendang jaipongan 3. URAIAN MATERI 3.1 Peristilahan dalam Tepak Kendang Jaipongan Sebelum membahas tentang bentuk dan struktur tepak kendang jaipongan, alangkah baiknya pembaca mengetahui terlebih dahulu 1 Periksa pula Asep Saepudin, Garap Tepak Kendang Jaipongan dalam Karawitan Sunda (Yogyakarta: BP ISI, 2013), 122-128.
104 |
Asep Saepudin
tentang berbagai peristilahan yang berkaitan dengan kendang jaipongan. Berbagai peristilahan tersebut antara lain: 3.1.1 Tepak Tepak mengandung makna pukulan yang dilakukan oleh telapak tangan, baik tangan sebelah maupun kedua-duanya.2 Kata tepak sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Sunda. Sebagai contoh, “mun teu ngalieuk, tepak waé taktakna” (jika tidak melihat, tepuk saja pundaknya), “tepak laleurna méh teu kana sangu” (tepuk lalatnya biar tidak kena nasi), “tepak kendangna” (pukul kendangnya), “tepakana hadé” (pukulannya bagus, bisa pukulan kendang atau pukulan dalam cabang olahraga bulu tangkis), “urang nepak yu“ (mari bermain bulutangkis), “tepak toél geugeut pisan” (saling cubit sangat akrab artinya saling gurau, saling tepuk antara pasangan kekasih atau sumi istri). Itulah beberapa penggunaan kata tepak yang biasa terdengar dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Sunda.
Dalam karawitan Sunda, tepak memiliki bermacam-macam makna. Sunarto, mengartikan tepak menjadi enam kategori yaitu: (1) tepak sebagai teknik membunyikan kendang (tepak = tepuk); (2) tepak sebagai gaya penyajian kendang dalam suatu perangkat, misalnya tepak jaipongan, adalah penyajian garap kendang gaya jaipongan; (3) tepak sebagai tingkatan irama, contoh tepak dua, tepak tilu; (4) tepak sebagai ragam komposisi bunyi kendang dalam satu frase atau satu kalimat lagu, misalnya tepak bukaan, tepak pangjadi; (5) tepak sebagai satu kesatuan dari berbagai ragam dalam suatu tarian, misalnya tepak Késér Bojong; (6) tepak sebagai ciri kualitas permainan dari seorang pengendang, misalnya tepak Namin, tepak Mang Bao, tepak Suwanda. Sunarto menyimpulkan pengertian tepak menjadi tiga kategori yaitu tepak sebagai garap, ragam, dan pola kendang.3
2 Atik Soepandi, Kamus Istilah Karawitan Sunda. Cetakan kedua (Bandung: CV. Satu Nusa, 1995), 205. 3 Periksa Sunarto, “Tepak Kendang Jaipongan Suwanda” (Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Pengkajian Seni, Minat Studi Musik Nusantara, Institut Seni Indonesia Surakarta, 2009), 113-116. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 105
3.1.2 Pola Pola dalam tepak kendang jaipongan mengandung pengertian kesatuan ragam tepak kendang dalam satu periode (satu lagu/satu gending) yang di dalamnya terdiri dari beberapa goongan. Nama pola biasanya mengacu kepada nama lagu/tari/gending yang disajikan. Sebagai contoh: Lagu Seunggah atau tarian Sonténg, maka pola kendangnya Pola Seungah, Lagu Daun Pulus Késér Bojong maka nama pola kendangnya adalah Pola Daun Pulus Késér Bojong. Begitu juga yang lainnya seperti Pola Langit Biru, Pola Adu Manis, Pola Kembang Boled, dan lain-lain. 3.1.3 Ragam Ragam tepak adalah pengertian tepak yang menyatakan suatu ragam komposisi bunyi kendang dalam satu motif, satu frase atau satu kalimat lagu.
3.1.4 Motif Motif adalah satuan terkecil dari pola-pola tepak kendang jaipongan yang dapat membentuk ragam tepak kendang. Untuk penyebutan motif ini, dalam kendang jaipongan tidak begitu dikenal karena belum menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk ragam tepak khusus. 3.1.5. Gaya Gaya diartikan sebagai kumpulan karakter yang dimiliki oleh suatu komposisi (musik) yang sama dengan karakter-karakter pada komposisi lainnya di dalam kesatuan kebudayaannya.4 Fenomena gaya dapat dipelajari segi subjektifnya yang diciptakan oleh seniman dan yang menyimpang dari pola umum jamannya, sehingga menonjol sifat-sifat subjektif. Bisa pula memiliki segi objektif yang menonjolkan pola-pola umum pada zamannya.5
Bruno Nettle, Theory And Method In Ethnomusicology (London: The Free Press of Glencoe, Collier-Macmillan Limited, 1964), 169. 5 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historigrafi Indonesia: Suatu Alternatif (Jakarta: PT. Gramedia, 1982), 127.
4
106 |
Asep Saepudin
3.2. Bentuk Tepak Kendang Jaipongan Bentuk tepak adalah format dan ukuran panjang-pendeknya “kalimat lagu”, atau susunan beragam tepak yang merupakan komponen tepak itu.6 Bentuk tepak kendang jaipongan adalah ‘sagoongan’ sesuai dengan awal penciptaanya ‘ti goong ka goong’ (dari goong ke goong). Sagoongan dalam tepak kendang jaipongan adalah sebuah kesatuan ragam tepak yang diakhiri dengan pukulan goong (ngagoongkeun). Sagoongan, terdiri dari beberapa ragam tepak yang masing-masing memiliki motif yang berbeda. Panjang pendeknya ragam tepak, bergantung pada banyaknya frase, banyaknya frase tergantung dari susunan tepak yang ada. Dengan demikian, dalam setiap goongan, memiliki panjang-pendek dan jumlah ragam tepak yang berbeda. 3.3 Struktur Tepak Kendang Jaipongan Struktur tepak kendang jaipongan mengacu kepada struktur penyajian karawitan Sunda secara umum. Struktur penyajian kendang dalam karawitan Sunda secara umum memiliki kesamaan baik dalam kendang kiliningan, ketuk tilu, maupun jaipongan. Struktur penyajian kendang meliputi bagian awal, tengah, dan bagian akhir, atau bagian angkatan wirahma (awal), tataran wirahma (tengah) dan pungkasan wirahma (akhir). Angkatan wirahma adalah bagian pertama dari suatu kalimat lagu, tataran wirahma adalah jalannya sajian lagu, sedangkan pungkasan wirahma adalah bagian akhir dari kalimat lagu. Wirahma adalah penempatan irama atau ketukan tiap lagu yaitu ketukan masuk lagu (awal), perjalanan lagu (tengah) dan akhir lagu.7 Wirahma diartikan pula sebagai satu rasa untuk mengelola jalannya embat sehingga estetikanya menjadi satu kesatuan yang lengkap.8 Panjang pendek dari struktur tepak kendang di atas, memiliki perbedaan dalam sajian karawitan. Bagian angkatan wirahma, pada umumnya terdiri dari dua goongan yakni diisi oleh tepak kendang
6 Disarikan dari pengertian Sri Hatanto dalam bukunya Konsep Pathet Dalam Karawitan Jawa (Surakarta: ISI Press Surakarta, 2009), 50. 7 Periksa Atik Soepandi, 1995, 21 dan 168. 8 Wawancara dengan Lili Suparli, pada tanggal 21 Januari 2010. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 107
pangkat dan pangjadi. Bagian tataran wirahma memiliki durasi yang paling lama karena sebagai ragam tepak pokok dalam garap kendang Sunda, sedangkan bagian pungkasan wirahma memiliki durasi paling pendek yakni terdiri sagoongan saja. Sebagai contoh dalam kendang jaipongan, angkatan wirahma biasanya diisi dengan ragam tepak pangkat, pangjadi, atau pangkat gending (tepak dangding); tataran wirahma diisi dengan ragam tepak bukaan, mincid, dan tepak khusus. Pungkasan wirahma diisi dengan ragam tepak ngeureunkeun. Bagian tataran wirahma dalam karawitan jaipongan yakni pangkat, pangjadi atau pangkat gending, disajikan satu kali saja, tidak terjadi pengulangan. Bagian ini berfungsi untuk memulai sajian karawitan serta menentukan embat yang seharusnya yakni embat dua wilet. Jika sajian jaipongan dimulai dari pangkat rebab, bagian angkatan wirahma terdiri dari dua goongan yakni sagoongan untuk pangkat dan sagoongan untuk pangjadi. Bagian tataran wirahma terdiri dari ragam tepak bukaan, mincid, dan ragam tepak khusus. Bagian ini memiliki durasi waktu yang paling panjang serta jumlah goongan paling banyak karena terjadi pengulangan sesuai dengan kebutuhan tarian. Pengulangan terjadi baik dalam ragam tepak bukaan, mincid atau ragam tepak khusus. Panjang pendeknya garap kendang jaipongan dalam satu lagu, bergantung kepada panjang pendeknya pengolahan kendang dalam bagian tataran wirahma. Bagian pungkasan wirahma memiliki satu ragam tepak yakni ragam tepak ngeureunkeun. Bagian ini diisi hanya satu goongan saja sebagai pertanda bahwa sajian garap kendang jaipongan sudah selesai. Untuk lebih rincinya tentang struktur jaipongan dibahas di bawah ini. 3.3.1. Angkatan Wirahma Angkatan wirahma adalah bagian awal dari penyajian lagu atau gending yang akan dibawakan. Angkatan wirahma diisi oleh ragam tepak pangkat, tepak dangding (intro), dan ragam tepak pangjadi atau gelenyu. Tepak pangkat adalah ragam tepak yang digunakan untuk permulaan lagu yang akan disajikan. Pangkat biasanya diawali dengan waditra rebab, saron, atau intro kendang. Ragam tepak pangkat jaipongan diambil dari tepak kendang kiliningan untuk menyajikan lagu-lagu kepesindenan. Ragam tepak dangding merupakan
108 |
Asep Saepudin
gending kreasi baru sebagai pengaruh dari gamelan wanda anyar karya mang Koko yang dipadukan dengan tepak kendang. Ragam tepak pangjadi adalah ragam tepak kendang sebagai jembatan untuk menuju ragam tepak bukaan. Tepak pangjadi berada di antara tepak pangkat dengan tepak bukaan. Tepak pangjadi jaipongan berasal dari tepak kendang kiliningan untuk sajian vokal kepesindenan. 3.3.2. Tataran Wirahma Tataran wirahma adalah bagian tengah, sebagai inti dari sajian garap kendang, lagu atau gending. Dalam bagian ini, lagu, gerak, dan irama sudah tetap dalam embat yang diinginkan, misalnya dalam embat dua wilet atau embat opat wilet. Tataran wirahma diisi dengan ragam tepak bukaan dan ragam tepak mincid. Kedua ragam tepak ini merupakan ragam tepak pokok kendang jaipongan. Dalam praktiknya, kedua ragam tepak ini memiliki pengulangan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan lagu dan tarian. Ragam tepak bukaan adalah ragam tepak untuk mengisi gerakan-gerakan penari dan nu ngibing. Dalam tepak bukaan, berbagai gerakan penari mulai ada variasi. Jika nu ngibing lakilaki, biasanya banyak memunculkan gerakan-gerakan penca silat. Dalam ragam tepak bukaan memiliki ciri khas yaitu banyak tepak improvisasi atau di Karawang disebut sebagai tepak pencugan. Ragam tepak bukaan banyak berasal dari tepak kendang penca silat dan bajidoran dengan ciri khas tepak improvisasi. Ragam tepak bukaan terdiri dari enam tepak pokok yakni tepak nunggu, buka payung, pencugan, sérédan, cindek dan ngagoongkeun. Tepak nunggu adalah ragam tepak yang berfungsi sebagai penantian. Artinya, sebelum ragam tepak yang lain hadir, terlebih dahulu di awali dengan tepak nunggu. Tepak buka payung adalah ragam tepak awal ketika penari mulai melakukan berbagai gerakan, kemudian dilanjutkan dengan tepak pencugan dan sérédan. Tepak cindek adalah ragam tepak sebagai jembatan untuk masuk ke ragam tepak ngagoongkeun. Tepak ngagoongkeun adalah ragam tepak untuk mengakhiri setiap ragam tepak bukaan dalam sagoongan.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 109
Ragam tepak mincid adalah ragam tepak selanjutnya setelah ragam tepak bukaan. Dalam tepak ini, irama sudah mulai tetap serta tabeuhan gamelan mulai dirangkep (dirangkap). Ragam tepak mincid memiliki tiga ragam tepak yakni tepak ngala, tepak mincid kendor (carang) dan tepak mincid gancang (kerep). Tepak ngala adalah ragam tepak sebagai jembatan atau peralihan dari ragam tepak bukaan ke ragam tepak mincid. Tepak mincid carang adalah tepak mincid dengan tempo yang masih lambat, sedangkan tepak mincid kerep adalah ragam tepak mincid dengan tempo yang sudah mulai cepat. 3.3.3 Pungkasan Wirahma Pungkasan wirahma adalah bagian akhir sajian lagu atau gending. Pungkasan wirahma berisi ragam tepak ngeureunkeun atau memberhentikan. Ragam tepak ngeureunkeun adalah ragam tepak untuk mengakhiri suatu lagu dalam jaipongan. Ragam tepak ngeureunkeun bisa bermacam-macam sesuai dengan lagu dan kebutuhan tarian. Ragam tepak ngeureunkeun bisa dimulai dari ragam tepak mincid, bisa pula dimulai dari ragam tepak bukaan. Struktur pada dasarnya merupakan rancangan umum yang terjalin dari gabungan atau kesatuan ragam-ragam tepak sesuai dengan embat dan irama yang disajikan.9 Para pengendang Sunda biasanya tidak memperhatikan struktur tepak kendang jaipongan yang biasa dimainkannya karena mereka bermain secara alami, menyesuaikan kebutuhan di lapangan baik kebutuhan tarian maupun kebutuhan dalam studio rekaman. Namun, utntuk bahan belajar kendang jaipongan, kiranya perlu lebih dipersingkat lagi agar pembaca dapat dengan mudah memahami tentang struktur kendang jaipongan tersebut. Secara umum, struktur dasar tepak kendang jaipongan dibagi tiga meliputi angkatan wirahma, tataran wirahma, dan pungkasan wirahma. Angkatan wirahma memiliki dua goongan, goongan pertama berisi ragam tepak pangkat dangding atau intro, goongan kedua berisi ragam tepak pangjadi. Tataran wirahma terdiri dari dua goongan, goongan pertama berisi ragam tepak bukaan, goongan kedua berisi
9
Periksa Sunarto, 2009, 148.
110 |
Asep Saepudin
ragam tepak mincid. Pungkasan wirahma terdiri sagoongan berisi ragam tepak ngeureunkeun. Ketiga struktur, tersebut digambarkan sebagai berikut. Goongan 1 Tepak dangding/Intro
Angkatan Wirahma
Goongan 2 Tepak Pangjadi Goongan 3 Tepak Bukaan
Tataran Wirahma
Goongan 4 Tepak Mincid Goongan 5 Tepak Ngeureunkeun
Pungkasan Wirahma
Seperti telah digambarkan di atas, sebenarnya struktur tepak kendang jaipongan tidak panjang sehingga mudah untuk dihapalkan dan dipraktekkan. Kelima struktur di atas, memiliki jumlah ragam tepak yang berbeda. Goongan kesatu memiliki satu ragam tepak yaitu ragam tepak pangkat/tepak dangding/intro. Goongan kedua memiliki satu ragam tepak yaitu ragam tepak pangjadi. Goongan ketiga memiliki satu ragam tepak yaitu ragam tepak bukaan. Goongan keempat memiliki satu ragam tepak yaitu ragam tepak mincid. Goongan kelima memiliki satu ragam tepak yaitu ragam tepak ngeureunkeun yang diawali dari bukaan atau mincid. Coba praktikkan tepak kendang di bawah ini dengan benar. Pelajaran 1. Praktik Memainkan Tepak Pangkat pada Goongan ke-1 dalam Tempo Lambat
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 111
Pelajaran 2. Praktik Memainkan Tepak Pangjadi pada Goongan ke-2 dalam Tempo Lambat
Pelajaran 3. Praktik Memainkan Tepak Bukaan pada Goongan ke-3 dalam Tempo Lambat
112 |
Asep Saepudin
Pelajaran 4. Praktik Memainkan Tepak Mincid pada Goongan ke-4 dalam Tempo Lambat
Pelajaran 5. Praktik Memainkan Tepak Ngeureunkeun pada Goongan ke-5 dalam Tempo Lambat
Anis Sujana, menjelaskan bahwa kekayaan motif-motif pukulan kendang merupakan kreativitas khas jaipongan yang digali dari sumber tari rakyat. Kreativitas tari jaipongan dilakukan mulai dari bukaan, pencugan, nibakeun dan mincid.10 Pernyataan Anis Sujana, ditegaskan pula oleh Een Herdiani bahwa beberapa gerak para bajidor selain gerak improvisasi, sering menggunakan pola bukaan,
10 Periksa Abdul Aziz, “Pencugan Merupakan Kreativitas Tari Jaipong” dalam Endang Caturwati dan Lalan Ramlan, ed. Gugum Gumbira Dari Chacha Ke Jaipongan (Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung, 2007), 23-26. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 113
mincid, pencugan dan nibakeun. Pola yang dimaksud di sini bukan pola tarian, tetapi dititikberatkan pada pola tepakan kendang yang telah baku.11 Sunarto dalam tulisannya menjelaskan bahwa ragam tepak dasar kendang jaipongan terdiri dari tepak liwung atau bukaan, tepak selut atau pencug, tepak séréd atau besot, tepak rubuh atau nibakeun dan tepak mincid.12 Kelima ragam tepak dasar ini terdapat dalam bagian tataran wirahma tepak kendang jaipongan. Bagian angkatan wirahma diisi dengan ragam tepak pangkat, intro, pangjadi, sedangkan bagian pungkasan wirahma diisi dengan ragam tepak ngeureunkeun. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, struktur tepak kendang jaipongan secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut. Struktur tepak kendang jaipongan yang lengkap dengan pengembangannya dibagi dua, ada yang berangkat dari pangkat rebab atau saron, ada pula yang berangkat dari improvisasi kendang atau gending kreasi baru. 3.5. Struktur Berawal dari Pangkat Jika pangkat diawali dengan rebab, strukturnya meliputi pangkat, pangjadi (gelenyu), bukaan (nunggu, buka payung, pencugan, sérédan/ besot, cindek, ngagoongkeun/nibakeun), ngala (peralihan), mincid (mincid carang dan mincid kerep), pengulangan bukaan dan mincid, ngeureunkeun. Selengkapnya tentang struktur sebagai berikut. 1. Ragam Tepak Pangkat 2. Ragam Tepak Pangjadi atau Gelenyu 3. Ragam Tepak Bukaan a. Tepak Nunggu b. Tepak Buka Payung c. Tepak Pencugan d. Tepak Sérédan/besotan e. Tepak Cindek
11 Periksa Een Herdiani, “Bajidoran Sebagai Pertunjukan Hiburan Pribadi pada Masyarakat Karawang: Kontinuitas dan Perubahannya” (Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Fakultas Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1999), 103-104. 12 Periksa Sunarto, 2009, 142-144.
114 |
Asep Saepudin
f. Tepak Ngagoongkeun/Nibakeun/Rubuh 4. Ragam Tepak Mincid a. Tepak Ngala (Peralihan) b. Tepak Mincid Kendor/Mincid Carang, dan Mincid Gancang/Mincid Kerep) c. Pengulangan Ragam Tepak Bukaan dan Mincid) 5. Ragam Tepak Ngeureunkeun
3.6. Struktur Berawal dari Gending Jika berawal dari gending kreasi baru, struktur tepak kendang jaipongan terdiri dari tepak dangding (intro), bukaan (nunggu, buka payung, pencugan, sérédan/besotan, cindek, ngaggoongkeun/nibakeun), ngala (peralihan), mincid (mincid carang dan mincid kerep), pengulangan bukaan dan mincid, ngeureunkeun. Bisa pula strukturnya meliputi tepak dangding (intro), pangjadi (gelenyu), bukaan (nunggu, bukaan, pencugan, sérédan/besotan, cindek, ngagoongkeun/nibakeun), ngala (peralihan), mincid (mincid carang dan mincid kerep), pengulangan bukaan dan mincid, ngeureunkeun. Untuk selengkapnya sebagai berikut. 1. Ragam Ragam Tepak Dangding/inro 2. Ragam Tepak Pangjadi atau Gelenyu 3. Ragam Tepak Bukaan a. Tepak Nunggu b. Tepak Buka Payung c. Tepak Pencugan d. Tepak Sérédan/besotan e. Tepak Cindek f. Tepak Ngagoongkeun/Nibakeun/Rubuh 4. Ragam Tepak Mincid a. Tepak Ngala (Peralihan) b. Tepak Mincid Kendor atau Mincid Carang dan Mincid Gancang atau Mincid Kerep) c. Pengulangan Ragam Tepak Bukaan dan Mincid 5. Tepak Ngeureunkeun
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 115
Dengan demikian, struktur pokok tepak kendang jaipongan yang lengkap adalah sebagai berikut.
Goongan 1 1. Ragam Tepak Dangding/Intro Goongan 2 2. Ragam Tepak Pangjadi
Angkatan Wirahma
Goongan 3 3. Ragam Tepak Bukaan a. Tepak Nunggu b. Tepak Buka Payung c. Tepak Pencugan d. Tepak Sérédan e. Tepak Cindek TataranWirahma f. Tepak Ngagoongkeun/Nibakeun Goongan 4 4. Ragam Tepak Mincid a. Tepak Ngala b. Tepak Mincid Carang c. Tepak Mincid Kerep d. Pengulangan Tepak Bukaan dan Mincid Goongan 5 5. Tepak Ngeureunkeun
Pungkasan Wirahma
4. RINGKASAN Bentuk dan struktur tepak kendang jaipongan sebenarnya lebih sederhana jika dapat memahaminya dengan baik. Untuk mengiringi satu lagu jaipongan hanya perlu mempelajari lima goongan saja yakni tepak pangkat, tepak pangjadi, tepak bukaan, tepak mincid dan tepak ngeureunkeun. Penguasaan terhadap kelima goongan ini, pembaca sudah dapat mengiringi satu lagu Jaipongan
116 |
Asep Saepudin
dari awal sajian sampai dengan selesai, hanya pengulangannya saja yang berbeda sesuai dengan kebutuhan tarian. 5. TUGAS DAN LATIHAN 1. Sebutkan beberapa persitilahan yang berkaitan dengan tepak kendang Jaipongan! 2. Apa makna kata tepak dalam kendang Jaipongan? 3. Apa arti bentuk dalam tepak kendang Jaipongan? 4. Tuliskan struktur pokok tepak kendang Jaipongan? 5. Bagaimana struktur tepak kendang Jaipongan jika berawal dari pangkat? 6. Bagaimana struktur tepak kendang Jaipongan jika berawal dari gending?
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 117
Bab 8 Ragam Tepak Kendang Jaipongan
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami dan mempraktikkan berbagai ragam tepak kendang jaipongan mulai dari pangkat (memulai) sampai dengan ngeureunkeun (memberhentikan). 2. INDIKATOR 1. 2. 3. 4. 5.
Mampu mempraktikkan ragam tepak pangkat Mampu mempraktikkan ragam tepak pangjadi Mampu mempraktikkan ragam tepak bukaan Mampu mempraktikkan ragam tepak mincid Mampu mempraktikkan tepak ngeureunkeun
TOPIK PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mempelajari Ragam Tepak Pangkat Mempelajari Ragam Tepak Pangjadi Mempelajari Ragam Tepak Bukaan Mempelajari Ragam Tepak Ngala/Peralihan Mempelajari Ragam Tepak Mincid Mempelajari Ragam Tepak Ngeureunkeun
3. URAIAN MATERI 3.1 Mempelajari Ragam Tepak Pangkat Pangkat biasanya diawali dengan waditra saron atau rebab untuk memulai sajian jaipongan. Pada perkembangannya, pangkat waditra
118 |
Asep Saepudin
diganti dengan gending dan tepak kendang mandiri. Gending yang digunakan adalah gending kreasi baru yang dipadukan dengan tepak kendang baru pula, disimpan di awal sajian lagu. Bagian ini merupakan gabungan antara gending kreasi baru (wanda anyar) dengan tepak kendang. Setiap lagu biasanya memilki gending khusus, tidak ada yang sama antara satu lagu dengan lagu yang lainnya. Bisa pula pangkat diganti dengan tepak kendang boboyongan atau tepak kendang sérédan. Tepak kendang mandiri adalah ragam tepak khusus yang digunakan untuk mengawali sajian lagu atau gending. Tepak kendang mandiri merupakan intro pada awal penyajian lagu atau gending. Waditra kendang paling ditonjolkan dalam tepak kendang mandiri. Coba praktikan ragam tepak pangkat 1 di bawah ini. Pelajaran 1. Praktik Tepak Pangkat 1 dalam Tempo Cepat
Pelajaran 2. Praktik Tepak Pangkat 1 dalam Tempo Lambat
Jika Pembaca sudah hapal ragam tepak pangkat pelajaran 1 dan 2, coba praktikkan dengan benar ragam tepak pangkat 2 di bawah ini dengan notasi yang sederhana yakni satu ketuk satu nada! Pelajaran 3. Praktik Tepak Pangkat 2 dalam Tempo Cepat
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 119
Pelajaran 4. Coba praktikkan dengan benar ragam tepak pangkat 2 di bawah ini dalam Tempo Lambat
Jika Pembaca sudah hapal ragam tepak pangkat 1 dan 2, praktikkan dengan benar ragam tepak pangkat 3 di bawah ini dengan notasi yang sederhana yakni satu ketuk satu nada! Pelajaran 5. Praktik Tepak Pangkat 3 dalam Tempo Cepat
Pelajaran 5. Praktikkan dengan benar ragam tepak pangkat 3 di bawah ini dalam tempo lambat
120 |
Asep Saepudin
3.2 Mempelajari Tepak Pangjadi atau Gelenyu Tepak pangjadi atau gelenyu adalah ragam tepak kendang yang terdapat pada awal sajian gending atau lagu. Munculnya tepak pangjadi, setelah selesai tepak pangkat serta sebelum muncul ragam tepak bukaan. Gelenyu dalam arti harfiah adalah senyum. Tepak kendang ini sebagai penghias alunan melodi rebab setelah selesai pangkat, atau penghias lagu ketika mulai masuk pada awal sajian. Pelajaran 1. Praktikkan ragam tepak pangjadi 1 di bawah ini secara berulang dengan tempo cepat!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 121
Pelajaran 2. Setelah mencoba ragam tepak pangjadi 1 di atas secara berulang, coba praktikkan tepak pangjadi 1 dengan tempo lambat.
122 |
Asep Saepudin
Pelajaran 3. Setelah hapal ragam tepak pangjadi 1, pelajari ragam tepak pangjadi 2 di bawah ini dalam tempo cepat!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 123
Pelajaran 4. Pelajari ragam tepak pangjadi 2 di bawah ini dalam tempo lambat!
Pelajaran 5. Setelah mempelajari ragam tepak pangjadi 2 di atas, coba praktikkan ragam tepak pangjadi 3 bawah ini dalam tempo lambat!
124 |
Asep Saepudin
3.3 Mempelajari Tepak Bukaan Tepak bukaan adalah tepak kendang pertama dalam mengiringi tari jaipongan. Tepak bukaan adalah ragam tepak pokok dalam tepak kendang jaipongan. Dalam tepak bukaan penari sudah melakukan gerakan yang atraktif sebagai langkah dalam mendemonstrasikan tariannya. Tepak bukaan, memiliki enam ragam tepak yaitu tepak nunggu, buka payung, pencugan, sérédan/besot, cindek, ngagoongkeun/nibakeun. 3.3.1. Tepak Nunggu Nunggu secara harfiah artinya menanti. Tepak nunggu adalah tepak pengantar sebelum tepak lain dimainkan, seperti tepak buka payung, pencugan maupun sérédan/besot. Tepak ini terdapat dalam setiap tepak bukaan. Tepak nunggu ada dua macam yaitu tepak nunggu bukaan dalam tempo lambat (nunggu kendor) dan tepak nunggu bukaan dalam tempo cepat atau mincid (nunggu gancang). Pelajaran 1. Pratikkan ragam tepak nunggu kendor dalam tempo cepat!
Pelajaran 2. Coba pratikkan ragam tepak nunggu dalam tempo lambat!
Pelajaran 3. Setelah mempelajari tepak nunggu kendor, praktikkan tepak nunggu gancang dalam tempo cepat di bawah ini!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 125
Pelajaran 4. Pratikkan ragam tepak nunggu gancang dalam tempo lambat!
3.3.2. Tepak Buka Payung Tepak buka payung adalah tepak kendang paling awal untuk memulai gerak-gerak jaipongan. Tepak ini sebagai pembuka paling pertama untuk mengiringi penari dalam memperagakan gerakgeraknya. Pelajaran 1. Coba praktikkan ragam tepak buka payung 1 di bawah ini!
Pelajaran 2. Jika sudah hapal tepak buka payung 1, coba praktikkan tepak buka payung 2 di bawah ini secara berulang sampai hapal!
3.3.3. Tepak Pencugan Ragam tepak pencugan adalah ragam tepak kedua setelah ragam tepak buka payung, artinya menyambung dari ragam tepak buka payung, dimana ada ragam tepak buka payung tentu diikuti oleh ragam tepak pencugan.
126 |
Asep Saepudin
Pelajaran 1. Coba praktikkan tepak pencugan 1 di bawah ini!
Pelajaran 2. Jika sudah hapal tepak pencugan 1, coba praktikkan ragam pencugan 2 di bawah ini secara berulang sampai hapal!
3.3.4. Tepak Sérédan/besot Tepak sérédan biasanya tepak kendang yang sama, tetapi mengalami pengulangan. Ragam tepak ini selalu ditepak saling bersahutan antara tepak yang satu dengan berikutnya, persis sama atau memiliki variasi yang lain. Tepak sérédan hadir setelah ragam tepak pencugan. Pelajaran 1. Coba praktikkan ragam tepak sérédan 1 di bawah ini!
Pelajaran 2. Setelah hapal tepak sérédan 1 di atas, praktikkan ragam tepak sérédan 2 di bawah ini secara berulang sampai hapal!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 127
3.3.5. Tepak Cindek Tepak cindek adalah tepak ancang-ancang untuk berakhirnya satu ragam tepak bukaan yang akan masuk ke tepak ngagoongkeun/ nibakeun. Tepak cindek sebagai tanda akan berhenti atau ketika akan goong, masih berupa pertanyaan yang harus dijawab atau harus digoongkan. Pelajaran 1. Coba praktikkan tepak cindek 1 secara berulang!
Pelajaran 2. Selanjutnya praktikkan tepak cindek 2 di bawah ini!
Pelajaran 3. Jika sudah hapal tepak cindek 1 dan 2, praktikkan tepak cindek 3 di bawah ini!
Pelajaran 4. Jika sudah hapal tepak cindek 1, 2, dan 3, praktikkan tepak cindek 4 di bawah ini!
128 |
Asep Saepudin
3.3.6 Mempelajari Tepak Ngagoongkeun/Nibakeun Tepak ngagoongkeun/nibakeun adalah tepak paling akhir dalam satu tepak bukaan. Tepak ini merupakan jawaban dari tepak cindek dan merupakan bagian terakhir dari tepak bukaan yang diakhiri dengan bunyi goong. Untuk lebih mudahnya, ragam tepak ini untuk ngaggoongkeun dalam setiap tepak bukaan. Coba praktikkan ragam tepak ngagoongkeun dalam bukaan dari ngagoongkeun 1 sampai dengan 3 secara berulang! Pelajaran 1. Praktikkan tepak ngagoongkeun 1 di bawah ini!
Pelajaran 2. Jika sudah hapal tepak ngagoongkeun 1, praktikkan tepak ngagoongkeun 2 di bawah ini!
Pelajaran 3. Jika sudah hapal tepak ngagoongkeun 1 dan 2, praktikkan tepak ngagoongkeun 3 di bawah ini!
3.4. Mempelajari Tepak Mincid Mincid secara harfiah adalah jalan atau berjalan. Tepak mincid adalah tepak kendang dengan menghadirkan tepak yang lurus tanpa ada sendat-sendat, tetapi sudah dirasakan adanya perubahan nuansa dari ragam tepak sebelumnya yaitu dari tepak bukaan. Sikap Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 129
penari dalam tepak ini seolah sudah mulai berjalan, melingkar, bolak-balik ke sana ke mari. Tepak mincid terdiri dari dua yaitu tepak mincid kerep dan mincid carang. Tepak mincid kerep dalam tempo cepat sedangkan tepak mincid carang dalam tempo lambat. Pelajaran 1. Coba praktikkan ragam tepak mincid kerep 1 di bawah ini secara berulang sampai hapal!
Pelajaran 2. Setelah hapal mempraktikkan ragam tepak mincid kerep 1 di atas, coba praktikkan ragam tepak mincid kerep 2 di bawah ini!
Pelajaran 3. Untuk melengkapi pembendaharaan tepak, coba praktikkan ragam tepak mincid carang di bawah ini dengan cepat dan benar!
130 |
Asep Saepudin
3.6 Mempelajari Tepak Ngala Sebelum memulai tepak mincid, terdapat tepak ngala terlebih dahulu. Tepak ngala adalah tepak peralihan atau pembatas antara ragam tepak bukaan dan ragam tepak mincid. Tepak ngala sebagai jembatan untuk munculnya tepak mincid yang berada di depannya yaitu setelah selesai tepak bukaan. Pelajaran 1. Coba praktikkan ragam tepak ngala 1 untuk mincid kerep di bawa ini!
Pelajaran 2. Setelah hapal ragam tepak ngala 1 untuk mincid kerep di atas, coba praktikkan ragam tepak ngala 2 untuk mincid kerep di bawah ini dengan benar!
Pelajaran 3. Di bawah ini tepak ngala 3 untuk mincid carang. Coba praktikkan secara berulang sampai dengan hapal!
Pelajaran 4. Setelah hapal tepak ngala 1, 2, dan 3, praktikkan secara berulang tepak ngala 4 untuk mincid carang di bawah ini!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 131
3.7. Mempelajari Tepak Ngeureunkeun Eureun memiliki makna berhenti, ngeureunkeun artinya memberhentikan. Tepak ngeureunkeun adalah tepak kendang untuk memberhentikan lagu atau gending. Tepak ngeureunkeun merupakan tepak untuk mengakhiri pola kendang jaipongan dalam satu lagu yang diakhiri dengan bunyi goong. Tepak ngeureunkeun ada yang dimulai dari ragam tepak mincid, ada pula yang dimulai dari ragam tepak bukaan. Pelajaran 1. Coba praktikkan tepak ngeureunkeun 1 di bawah ini!
Pelajaran 2. Praktikkan tepak ngeureunkeun 2 di bawah ini jika tepak ngeureunkeun 1 di atas sudah benar-benar hapal!
132 |
Asep Saepudin
4. RINGKASAN Jumlah ragam tepak kendang jaipongan sangat banyak, tidak hanya terdapat seperti sampel di atas yang sudah dipelajari. Dalam setiap lagu yang baru, biasanya menghasilkan beragam tepak kendang Jaipongan yang bervariasi. Namun demikian, dengan beberapa sampel ragam tepak kendang di atas yakni sampel ragam tepak bukaan, pangjadi, mincid, dan tepak ngeureunkeun, diharapkan dapat membuka wacana para pembaca untuk menggali lagi beragam tepak kendang Jaipongan yang belum dipelajari. 5. TUGAS DAN LATIHAN 1. Coba pratikkan dua ragam tepak pangkat dalam tepak kendang jaipongan! 2. Coba praktikkan dua ragam tepak pangjadi dalam tepak kendang jaipongan! 3. Praktikkan secara berulang ragam tepak mincid dalam tepak kendang jaipongan! 4. Praktikkan secara berulang ragam tepak ngeureunkeun dalam tepak kendang jaipongan! 5. Praktikkan dua ragam tepak ngala dalam tepak kendang jaipongan secara berulang!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 133
Bab 9 Merangkai Tepak Kendang Jaipongan
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami dan mempraktikkan berbagai ragam tepak kendang jaipongan mulai dari tepak pangkat (memulai) sampai dengan tepak ngeureunkeun (memberhentikan) dalam satu lagu/iringan. 2. INDIKATOR 1. 2. 3. 4.
Mampu mempraktikkan ragam tepak pangkat ke tepak pangjadi Mampu mempraktikkan ragam tepak pangjadi ke tepak bukaan Mampu mempraktikkan ragam tepak bukaan ke tepak mincid Mampu mempraktikkan ragam tepak mincid ke tepak ngeureunkeun
TOPIK PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4.
Mempelajari Ragam Tepak Pangkat ke Tepak Pangjadi Mempelajari Ragam Tepak Pangjadi ke Tepak Bukaan Mempelajari Ragam Tepak Bukaan ke Tepak Mincid Mempelajari Ragam Tepak Mincid ke Tepak Ngeureunkeun
3. URAIAN MATERI Beberapa ragam tepak kendang jaipongan telah diuraikan dan dipelajari pada bab sebelumnya yaitu bab 8 sebagai bahan perbendaharaan. Pembaca diharapkan sudah mengetahui dan
134 |
Asep Saepudin
mampu mempraktikkannya dengan baik dan benar semua ragam tepak tersebut. Jangan berusaha mempelajari bab 9 ini jika bab 8 belum benar-benar dikuasai secara teori maupun praktik. Jika pembaca sudah menguasai bab 8, dapat dilanjutkan untuk mempelajari bab 9 ini. Pada bab 9 ini pembaca diharapkan mampu merangkai beragam tepak kendang jaipongan dari mulai tepak pangkat sampai dengan tepak ngeureunkeun. Secara bertahap akan dipelajari berbagai ragam tepak sebagai penyambung antara tepak yang satu dengan tepak yang lainnya. Untuk mempelajarinya ikuti pelajaran di bawah ini! 3.1 Merangkai Ragam Tepak Pangkat ke Tepak Pangjadi Sebagai langkah mengingatkan kembali materi sebelumnya, coba praktikkan tepak pangkat di bawah ini dimainkan dalam tempo lambat!
Dalam iringan jaipongan, tepak pangkat di atas dirangkai dengan tepak selanjutnya yaitu tepak pangjadi. Sebagai bahan belajar, disajikan dua ragam tepak pangjadi yaitu tepak pangjadi 1 dan tepak pangjadi 2 sebagai berikut.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 135
Pelajaran 1. Merangkai Tepak Pangkat ke Tepak Pangjadi 1 Untuk masuk ke ragam tepak pangjadi 1, setelah goong pada bunyi dong terakhir tepak pangkat, tidak ada jeda lagi, langsung masuk ke notasi tepak pangjadi dalam tempo yang sama. Coba praktikkan notasi tepak pangkat di bawah ini yang dilanjutkan dengan tepak pangjadi 1! Lakukan secara berulang-ulang!
Pelajaran 2. Merangkai Tepak Pangkat ke Tepak Pangjadi 2 Untuk masuk ke ragam tepak pangjadi 2, setelah goong pada bunyi dong terakhir tepak pangkat, terdapat jeda satu ketukan serta tempo dua kali lipat dari tempo sebelumnya yang terdapat dalam
136 |
Asep Saepudin
tepak pangkat. Coba praktikkan notasi tepak pangkat di bawah ini dilanjutkan ke tepak pangjadi 2! Lakukan secara berulang-ulang!
Tempo dua kali lipat
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 137
3.2 Merangkai Ragam Tepak Pangjadi ke Ragam Tepak Buka Payung Sebelum memainkan tepak bukaan, praktikkan terlebih dahulu tepak pangjadi 1 di bawah ini dimainkan dalam tempo lambat!
Dalam iringan jaipongan, tepak pangjadi di atas dirangkai dengan tepak selanjutnya yaitu tepak bukaan. Dalam tepak bukaan terdapat beberapa ragam tepak di dalamnya, salah satunya tepak buka payung. Tepak buka payung adalah tepak bagian awal dari tepak bukaan, sebagai penyambung antara tepak pangjadi dengan tepak bukaan. Sebagai bahan belajar, disajikan dua ragam tepak pangjadi yaitu tepak pangjadi 1 dan tepak pangjadi 2 yang akan disambung ke tepak buka payung 1 dan tepak buka payung 2 sebagai berikut. Pelajaran 1. Merangkai Tepak Pangjadi ke Tepak Buka payung 1 Untuk menyambung ke tepak buka payung 1, dilakukan setelah tepak pangjadi selesai dipraktikkan sampai goong, artinya berakhir pada bunyi dong matra keempat. Agar memperpendek membacanya, maka penulisan sambungan ditulis dari matra keempat tepak pangjadi kemudian disambung dengan tepak buka
138 |
Asep Saepudin
payung. Namun sebelum masuk ke tepak buka payung, biasanya terlebih dahulu diawali oleh ragam tepak nunggu. Coba praktikkan notasi tepak pangjadi 1 di bawah ini (matra keempat) yang dilanjutkan dengan tepak nunggu dan tepak buka payung! Lakukan secara kontinu dan berulang-ulang!
a. Tepak pangjadi matra keempat (sampai goong).
a. Tepak nunggu Kendor
b. Tepak Buka Payung 1
Ketiga ragam tepak di atas (a, b, dan c) dirangkai menjadi satu sebagai berikut:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 139
Pelajaran 2. Merangkai Tepak Pangjadi 1 (matra keempat) ke Tepak Buka payung 2 Sebagai bahan perbendaharaan beragam tepak kendang jaipongan, pelajari dan praktikkan tepak buka payung 2 di bawah ini yang diawali dari tepak pangjadi!
Pelajaran 3. Merangkai Tepak Pangjadi 2 ke Tepak Buka payung 1 Praktikkan terlebih dahulu tepak pangjadi 2 di bawah ini dimainkan dalam tempo agak cepat!
140 |
Asep Saepudin
Sama halnya dengan tepak pangjadi 1, dari tepak pangjadi 2 ke tepak buka payung dilakukan setelah berakhir tepak pangjadi yakni pada matra keempat. Setelah selesai sampai goong, dilanjutkan dengan tepak nunggu dan tepak buka payung. Praktikkan notasi di bawah ini dengan baik dan benar! a. Ragam tepak pangjadi 2 (matra keempat)
b. Ragam Tepak Nunggu Kendor
c. Ragam Tepak Buka Payung 1
Ketiga ragam tepak di atas (a, b, dan c) dirangkai menjadi satu sebagai berikut:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 141
Pelajaran 4. Merangkai Tepak Pangjadi 2 ke Tepak Buka payung 2 Sebagai bahan perbendaharaan beragam tepak kendang jaipongan, pelajari dan praktikkan tepak pangjadi 2 ke tepak buka payung 2 di bawah ini!
3.3 Merangkai Ragam Tepak Bukaan Dalam tepak bukaan, terdapat enam komponen tepak yaitu tepak nunggu (nunggu kendor/gancang), buka payung, pencugan, seredan/besot, cindek, dan nibakeun/ngagoongkeun. Keenam tepak ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, yang berbeda hanya dalam ragam tepak/motifnya saja. Komponen tepak dalam tepak bukaan sebagai berikut. 1. Tepak nunggu kendor
2. Tepak buka payung
142 |
Asep Saepudin
3. Tepak pencugan
4. Tepak sérédan
5. Tepak cindek
6. Tepak ngagoongkeun/nibakeun
Setelah mengetahui keenam komponen tepak yang terdapat dalam tepak bukaan di atas, coba praktikkan masing-masing tepak berulang-ulang, bagian per bagian. Keenam komponen tersebut jika dirangkai menjadi satu, dapat menghasilkan satu goongan dalam iringan jaipongan. Oleh karena itu, goongan menjadi acuan dalam menentukan jumlah ragam tepak bukaan dalam sebuah lagu atau iringan jaipongan. Coba praktikkan notasi keenam tepak di atas (tepak bukaan), setelah dirangkai menjadi satu di bawah ini!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 143
Secara umum, urutan tepak bukaan kendang jaipongan dalam sagoongan seperti di atas. Seorang pengendang jika sudah memahami tentang struktur yang terdapat dalam tepak bukaan akan memperudah cara mempelajari kendang. Struktur tepak kendang bukaan secara umum hampir sama dengan struktur di atas, hanya ragam tepak/motifnya saja yang berbeda. Sebagai contoh motif nunggu, tinggal dipilih saja apakah mau menggunakan tepak nunggu kendor atau tepak nunggu gancang. Begitu pula dalam tepak pencugan, sérédan, cindek, dan ngagoongkeun, sangat banyak variasinya. Untuk lebih mengasah skill pembaca, silahkan merangkai sendiri beragam tepak kendang jaipongan yang terdapat dalam tepak bukaan seperti yang telah dibahas dalam bab VIII. Sebagai contoh, untuk merangkai tepak bukaan 2, dapat dilakukan dengan merangkai tepak nunggu kendor, pencugan 2 atau 1, nugggu kendor, seredan 2 atau 3, cindek 2 atau 1, dan tepak ngagoongkeun 2 atau 1.
144 |
Asep Saepudin
Begitu juga seterusnya, bisa ditukar/dibolak-balik setiap ragam tepaknya. 3.4 Merangkai Tepak Bukaan ke Tepak Mincid Untuk merangkai tepak bukaan ke tepak mincid, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tepak mincid diawali dari tepak bukaan setelah tepak ngagoongkeun yaitu matra keempat atau matra paling akhir dalam sagoongan, Kedua, sebelum masuk ke tepak mincid, terdapat tepak peralihan/tepak ngala (ngala untuk mincid kendor atau untuk mincid gancang) sebagai jembatan masuk ke tepak mincid. Ketiga, dari tepak ngala inilah dapat diketahui tentang tepak mincid, apakah tepak mincid kendor atau tepak mincid gancang. Untuk lebih jelasnya tentang cara merangkai tepak bukaan ke tepak mincid, akan dituliskan di bawah ini komponen-komponennya sebagai berikut: a. Tepak Bukaan
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 145
b. Tepak Ngala
c. Tepak Mincid
Ketiga ragam tepak di atas (a, b, dan c), dirangkai menjadi satu sebagai berikut:
Ragam tepak mincid di atas dilanjutkan sampai dengan tepak ngagoongkeun. Ragam tepak mincid jumlahnya sangat banyak, hanya tinggal pilih saja mana yang akan digunakan untuk mengiringi tarian. Baca kembali materi bahasan pada bab XIII. 3.5 Merangkai Tepak Mincid ke Tepak Ngeureunkeun Tepak ngeureunkeun adalah tepak akhir dari sebuah lagu atau iringan tari jaipongan. Sebelum masuk ke tepak ngeureunkeun,
146 |
Asep Saepudin
masih terdapat beragam tepak yaitu ada yang diawali dari ragam tepak mincid, ada pula yang diawali dari tepak bukaan. Untuk pembelajaran kali ini, dipelajari tepak ngeureunkeun yang diawali dari tepak mincid. Coba praktikkan notasi di bawah ini!
4. RINGKASAN Secara umum, struktur pokok tepak kendang jaipongan telah dibahas secara komplit seperti di atas. Struktur pokok tepak kendang jaipongan tidak lepas dari struktur di atas serta disertai cara merangkainya. Oleh karena ragam tepak/motif tepak kendang jaipongan sangat banyak dan bervariasi, maka pembaca bisa merangkai sendiri beragam tepak yang diinginkan sesuai dengan keinginan atau tari yang akan diiringi. Beragam tepak kendang jaipongan telah ada dalam bab VIII pada pertemuan sebelumnya, oleh karena itu pembaca diharapkan dapat merangkai sendiri ragam tepaknya untuk mengisi struktur tepak kendang jaipongan berdasarkan seleranya sendiri.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 147
5. TUGAS DAN LATIHAN 1. Coba pratikkan ragam tepak pangkat sampai dengan tepak pangjadi! 2. Coba praktikkan tepak pangjadi sampai dengan tepak bukaan! 3. Praktikkan secara berulang ragam tepak bukaan sampai dengan tepak mincid ! 4. Praktikkan secara berulang ragam mincid sampai dengan tepak ngeureunkaun!
148 |
Asep Saepudin
Bab 10 Mahir Bermain Kendang Jaipongan dalam Lagu Seunggah
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat mempraktikkan ragam tepak kendang jaipongan dalam satu lagu yaitu lagu Seunggah mulai dari tepak dangding sampai dengan tepak mincid 1. 2. INDIKATOR 1. 2. 3. 4.
Mampu mempraktikan tepak dangding Mampu mempraktikkan ragam tepak pangjadi Mampu mempraktikkan tepak bukaan 1 sampai bukaan 3 Mampu mempraktikan tepak mincid 1
TOPIK PEMBAHASAN 1. Ragam Tepak Dangding 2. Ragam Tepak Pangjadi 3. Ragam Tepak Bukaan 1 s/d Tepak Bukaan 3 4. Ragam Tepak Mincid 1 3. URAIAN MATERI 3.1 Lagu Seunggah Lagu Seunggah termasuk salah satu lagu jaipongan yang populer di Jawa Barat. Lagu ini termasuk produksi kaset Jugala Grup dengan Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 149
pesinden Ijah Hadijah dan Suwanda sebagai pengendangnya. Lagu ini masih diajarkan di Perguruan Tinggi Seni di Indonesia termasuk di ISBI Bandung dan ISI Yogyakarta baik tari maupun karawitannya mengingat struktur lagu ini sangat jelas sehingga mudah untuk dibakukan dan dijadikan acuan pembelajaran. Tepak kendang dalam lagu Seunggah selanjutnya disebut dengan pola Seunggah. Pola Seunggah mencakup seluruh tepak kendang dalam satu lagu secara utuh yaitu lagu Seunggah. Pola Seunggah memiliki banyak nama ragam tepak dan motif di dalamnya serta memiliki struktur tepak dari mulai pangkat dangding (kendang dan gending) atau disebut dengan intro (introduction) sampai dengan tepak ngeureunkeun (memberhentikan). Pada bab 10 ini, pembaca diberikan pembelajaran pola Seunggah bagian per bagian, artinya setiap ragam tepak lagu Seunggah dipelajari terlebih dahulu satu per satu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam memahami setiap ragam tepak dan motif yang terdapat dalam lagu ini sehingga ketika mempelajari pola seunggah secara utuh tidak bingung lagi. Pada bab 10 dibahas tepak dangding, pangjadi, bukaan 1 sampai 3, dan mincid 1. Adapun kelanjutannya akan dibahas pada bab berikutnya yaitu di bab 11. Bab 11 dibahas tepak bukaan 4 sampai dengan akhir (tepak ngeureunkeun). 3.2 Tepak Dangding Tepak dangding kependekan dari tepak kendang dan gending, artinya bahwa tepak ini merupakan gabungan antara gending hasil raehan/kreasi di awal sajian dengan tepak kendang karena keduanya saling mengkat/saling mengisi. Pada tepak dangding, pesinden belum mulai menyanyikan lagunya karena pada bagian ini diisi dengan gending-gending macakal/raehan (kreasi) yang diimbangi dengan tepak kendang. Tepak ini terdapat di awal sajian atau introduction (di Sunda cukup dikenal dengan nama intro). Setiap lagu biasanya memiliki tepak dangding khusus, tidak ada yang sama antara satu lagu dengan lagu yang lainnya. Tepak dangding dalam lagu Seunggah memiliki lima ragam tepak. Setiap ragam tepak dibedakan dengan goongan. Untuk
150 |
Asep Saepudin
mempelajarinya, coba praktikkan ragam tepak pangkat dangding di bawah ini dalam setiap goonganya. Pelajaran 1. Mempraktikkan Pangkat dangding Pangkat dangding adalah tepak kendang untuk mengawali lagu yang terdapat di awal sajian. Tepak ini sebagai pembuka bagi pola kendang secara keseluruhan dalam satu lagu. Pangkat dangding memiliki perbedaan satu lagu dengan lainnya serta memiliki variasi sesuai dengan lagunya. Pangkat dangding sebagai pengganti pangkat yang biasa dilakukan oleh rebab atau saron. Untuk lebih jelasnya, praktikkan tepak pangkat dangding dalam lagu Seunggah di bawah ini:
Sebelum memulai memainkan tepak pangkat dangding di atas, perlu diketahui bahwa ragam tepak di atas terlebih dahulu diawali oleh gending yang berawal dari waditra peking atau saron dengan bunyi sebagai berikut:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 151
Cobalah praktikkan ragam tepak pangkat dangding di atas berulang-ulang sampai betul-betul paham dan bisa mem praktikkannya. Dalam lagu sebenarnya, tepak di atas ditabuh hanya satu kali saja karena sifatnya hanya mengawali sajian. Setelah bisa mempraktikkan tepak pangkat dangding, selanjutnya masuk ke tepak dangding 1 sebagai berikut: Pelajaran 2. Mempraktikkan tepak dangding 1
Tepak dangding 1 di atas dimainkan selama dua kali ulangan, pada praktiknya ditepak bersamaan dengan gending gamelan yang disajikan. Mengenai posisi tepak dan gendingnya sebagai berikut.
152 |
Asep Saepudin
Cobalah praktikkan tepak dangding 1 di atas secara terus menerus sampai hapal dan benar dalam memainkannya. Pada lagu Seuggah, tepak tersebut ditabuh sebanyak dua kali. Jangan melangkah ke ragam tepak dangding berikutnya sebelum ragam tepak dangding 1 dapat dikuasai. Jika sudah hapal, bisa lanjut ke tepak dangding 2 di bawah ini: Pelajaran 3. Mempraktikkan tepak dangding 2
Tepak dangding 2 memiliki keterikatan erat dengan gending yang dihasilkan dari gamelan karena tepak dengan gending saling mengisi satu sama lainnya. Agar mempermudah menghapal, berikut disajikan gending dalam tepak pangkat dangding 2:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 153
Coba praktikan tepak dangding 2 di atas dengan benar agar dapat berlanjut pada tahap berikutnya. Jangan mempelajari tepak berikutnya sebelum hapal betul tepak pangkat dangding 2 di atas. Tepak di atas ditabuh sebanyak dua kali dalam lagu Seunggah. Perlu diketahui bahwa sebelum tepak pangkat dangding 2, sebenarnya terdapat jeda (berhenti sejenak) tepak kendangnya selama dua goongan embat sawilet. Namun pada bahasan bab 10, mengenai hal ini tidak dipelajari, adapun secara utuh dapat dibaca pada bab 11. Pelajaran 4. Mempraktikkan Tepak Dangding 3 Sebelum tepak dangding 4 atau setelah tepak dangding 2, terlebih dahulu diselingi oleh pukulan kempul dan gong selama dua goongan embat sawilet, artinya pukulan goong dua kali pukulan dan kempul sebanyak sepuluh kali pukulan. Mengenai hal ini akan diuraikan secara rinci pada bab 11. Selanjutnya, mari melangkah pada tepak kendang dangding 3. Tepak dangding 3 sedikit berbeda dengan tepak dangding 2. Tepak dangding 3 menggunakan motif mincid dengan tempo agak cepat. Tepak dangding 3 ditabuh sebanyak dua kali. Untuk lebh jelasnya coba praktikan notasi di bawah ini:
154 |
Asep Saepudin
Perlu diperhatikan bahwa dalam mempraktikkan tepak dangding 3, tekanan tumit kaki banyak difungsikan untuk meghasilkan bunyi det dan dong. Oleh karena itu, pembaca dituntut untuk mempraktikan dengan sebaik-baiknya sebagai pembelajaran dalam memainkan melodi kendang yang dihasilkan oleh tengkepan tumit kaki dan tepakan tangan. Kombinasi antara telapak tangan dan tengkepan tumit kaki akan menghasilkan melodi bunyi kendang yang bervariasi. Seperti tepak sebelumnya, tepak dangding 3 terikat pula dengan gending gamelan yang saling mengisi. Namun bedanya bahwa pada motif mincid ini, gending ditabuh dengan garap tradisi embat sawilet, akan tetapi nabuhnya dicaruk/dirangkep. Untuk kepentingan pembelajaran, penulisannya ditulis garap salancar sebagai berikut:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 155
Pelajaran 5. Mempraktikkan Tepak Ngagoongkeun Tepak ngagoongkeun adalah tepak kendang untuk mengakhiri sajian tepak pangkat dangding secara keseluruhan. Tepak ini memiliki variasi yang berbeda sesuai dengan lagu masing-masing. Adapun untuk tepak ngagoongkeun lagu Seunggah ditabuh hanya satu kali saja. Coba praktikkan notasi di bawah ini!
156 |
Asep Saepudin
3.3 Tepak Pangjadi Pangjadi adalah ragam tepak kendang sebagai jembatan untuk menuju ragam tepak bukaan. Tepak pangjadi berada di antara tepak pangkat/tepak pangkat dangding dengan tepak bukaan. Tepak pangjadi adalah ragam tepak untuk mengarah kepada sajian jaipongan yang sebenarnya baik dalam hal embat maupun tempo. Nama lain dari tepak pangjadi adalah tepak gelenyu yaitu pola tepak kendang awal, biasanya terdapat pada pangkat lagu jika lagu tersebut memakai pangkat rebab. Gelenyu dalam lagu seunggah terdapat di antara tepak dangding dan bukaan, Jadi, muncul setelah selesai tepak dangding dan sebelum muncul tepak bukaan. Gelenyu dalam arti harfiah adalah senyum, jadi bahwa pola tepak kendang ini sebagai penghias alunan melodi sebelum lagu mulai masuk. Tepak gelenyu dalam lagu Seunggah dibagi dua yaitu tepak gelenyu pangkat dan gelenyu lagu. Gelenyu pangkat adalah gelenyu paling awal sebelum lagu masuk, biasanya hanya rebab saja yang memainkan lagu, sedangkan gelenyu lagu adalah gelenyu yang digunakan dalam mengiringi lagu paling awal sebelum masuk tepak bukaan. Coba praktikan tepak gelenyu pangkat di bawah ini: Pelajaran 1. Mempraktikkan Tepak Gelenyu Pangkat
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 157
Tepak gelenyu pangkat di atas disajikan satu kali ulangan yaitu hanya satu goongan. Langkah selanjutnya mempraktikkan tepak gelenyu lagu selama satu goongan. Gelenyu lagu hampir sama dengan gelenyu pangkat, hanya saja pada tepak ini telah ada vokal pesinden yang diiringi oleh kendang dan gamelan. Jadi, tepak gelenyu lagu memiliki tiga fungsi yaitu untuk menyelaraskan gending, menghiasi lagu, serta untuk mengiringi tarian. Coba praktikan tepak gelenyu lagu di bawah ini! Pelajaran 2. Mempraktikkan Tepak Gelenyu Lagu
3.4 Tepak Bukaan Tepak bukaan adalah pola tepak kendang yang pertama dalam mengiringi tarian jaipongan. Dengan demikian, dalam bukaan ini penari sudah melakukan gerakan tarian yang atraktif sebagai langkah dalam mendemonstrasikan kemampuannya.Coba praktikkan beberapa ragam tepak bukaan dalam lagu Seunggah di bawah ini:
158 |
Asep Saepudin
Pelajaran 1. Mempraktikkan Tepak Nunggu Nunggu secara harfiah artinya menanti. Tepak nunggu di sini adalah menanti tepak penghantar sebelum tepak lain dimainkan. Tepak ini biasanya terdapat dalam setiap tepak bukaan. Tepak nunggu ada dua macam yaitu tepak nunggu kendor dan tepak nunggu gancang. Coba praktikkan tepak nunggu kendor dan tepak nunggu gancang di bawah ini dengan benar! 1.a. Tepak Nunggu Kendor.
1.b. Tepak Nunggu Gancang
Pelajaran 2. Mempraktikkan Tepak Buka Payung Jika sudah hapal tepak nunggu di atas, boleh dilanjutkan ke tepak buka payung. Tepak buka payung adalah tepak kendang bukaan yang paling awal. Tepak buka payung biasanya diawali oleh tepak nunggu sebagai jembatan masuk ke buka payung. Tepak ini banyak ragamnya. Dalam Lagu Seunggah terdapat tiga ragam tepak buka payung, antara lain: 2.a. Praktikkkan ragam tepak buka payung 1 di bawah ini:
2.b. Praktikkan ragam tepak buka payung 2 di bawah ini:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 159
2.c. Praktikkan ragam tepak buka payung 3 di bawah ini:
Pelajaran 3. Mempraktikkan Tepak Pencugan Tepak Pencugan adalah pola tepak kedua setelah buka payung artinya menyambung dari pola tepak buka payung. Di mana ada pola tepak buka payung, tentu diikuti oleh pola tepak pencugan. Praktikkan ragam tepak pencugan di bawah ini! 3.a. Mempraktikkan Ragam Tepak Pencugan 1:
3.b. Mempraktikkan Ragam Tepak Pencugan 2:
3.c. Mempraktikkan Ragam Tepak Pencugan 3
Pelajaran 4. Mempraktikkan Tepak Sérédan Tepak sérédan umumnya tepak kendang yang bersama sama, dalam arti tepak ini selalu ditepak bersama, saling sahutan antara frase kesatu dengan frase kedua dalam satu ragam tepak. Untuk mempelajarinya, praktikkan notasi di bawah ini:
160 |
Asep Saepudin
Pelajaran 5. Mempraktikkan Tepak Cindek Tepak cindek adalah tepak ancang-ancang untuk berakhirnya satu tepak bukaan. Dengan tepak cindek ini, tepak bukaan terasa akan berhenti/goong, tetapi masih berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh tepak ngagoongkeun. Untuk mempelajrinya, praktikan notasi di bawah ini:
Pelajaran 6. Mempraktikkan Tepak Ngagoongkeun Tepak ngagoongkeun adalah tepak paling akhir dalam tepak bukaan dalam satu goongan. Tepak ini merupakan jawaban dari tepak cindek dan merupakan akhir dari tepak bukaan sehingga diakhiri dengan goong. Lebih sfesifiknya bahwa tepak ini untuk menggoongkan dalam setiap bukaan. Untuk mempelajarinya, praktikkan notasi di bawah ini dengan benar! 6.a. Mempraktikkan Ragam Tepak Ngagoongkeun1:
6.b. Mempraktikkan Ragam Tepak Ngagoongkeun 2:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 161
6.c. Mempraktikkan Ragam Tepak Ngagoongkeun 3
3.5 Tepak Ngala Tepak ngala atau tepak peralihan adalah tepak pembatas antara tepak bukaan dan tepak mincid. Jadi tepak ini sebagai jembatan untuk munculnya tepak mincid yang berada di depannya. Dalam Lagu Seunggah, terdapat tepak ngala untuk peralihan ke tepak kendag mincid kerep. Untuk mempelajarinya, praktikkan notasi tepak ngala di bawah ini: Ragam tepak ngala:
3.6 Tepak Mincid Mincid secara harfiah adalah jalan/berjalan. Tepak mincid adalah tepak kendang dengan memainkan tepak kendang yang lurus tanpa ada sendat-sendat, tetapi sudah dirasakan adanya perubahan nuansa yang berbeda dengan tepak sebelumnya yaitu dari tepak bukaan. Sikap penari pun seolah-olah sudah mulai berjalan/ melingkar ke sana ke mari. Di dalam lagu Seunggah ada beberapa ragam tepak mincid. Praktikkan ragam tepak mincid di bawah ini!
162 |
Asep Saepudin
Pelajaran 1. Mempraktikkan ragam tepak mincid 1:
Pelajaran 2. Praktikan Ragam Tepak Mincid 1 disatukan dengan tepak ngala di bawah ini!:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 163
3.7 Transkipsi Notasi Lagu Seunggah Meliputi Tepak Dangding, Pangjadi, Bukaan 1, 2, 3, dan Tepak Mincid 1 Jika bagian per bagian dari beragam tepak kendang jaipongan di atas sudah hapal dan benar dalam memainkannya, coba praktikkan tepak kendang jaipongan lagu Seunggah di bawah ini secara baik dan benar. Notasi di bawah ini ditulis sesuai dengan struktur yang sebenarnya dalam iringan tari sonténg. Adapun sebagai petanda perpindahan setiap ragam tepaknya ditandai dengan goongan, seperti goongan ke-1, ke-2, dan seterusnya. Goongan ke- 1. Pangkat dangding (satu kali ulangan)
Goongan ke- 2. Lanjutkan dengan tepak dangding 1 (dua kali ulangan)
Goongan ke- 3. Lanjutkan dengan Kempul dan Gong (dua kali ulangan)
164 |
Asep Saepudin
Goongan ke- 4. Lanjutkan dengan tepak dangding 2 (dua kali ulangan)
Goongan ke- 5. Lanjutkan dengan Kempul dan Gong (dua kali ulangan)
Goongan ke- 6. Lanjutkan dengan tepak dangding 3 (dua kali ulangan)
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 165
Goongan ke- 7. Lanjutkan dengan Kempul dan Gong (dua kali ulangan)
Lanjutkan dengan Tepak Ngagoongkeun Tepak ini dimulai ulangan ke-2 kempul, pada akhir matra ke-1.
Goongan ke-8. Lanjutkan dengan Tepak Pangjadi/Gelenyu Pangkat
166 |
Asep Saepudin
Goongan ke-9. Lanjutkan dengan Tepak pangjadi/Gelenyu Lagu
Goongan ke-10. Lanjutkan dengan tepak bukaan1
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 167
Goongan ke-11. Lanjutkan dengan tepak bukaan 2
Goongan ke-12. Lanjutkan dengan tepak bukaan 3
168 |
Asep Saepudin
Goongan ke-12. Lanjutkan dengan tepak ngala dan mincid
Lanjutkan dengan tepak ngala
Lanjutkan dengan tepakm mincid 1
4. Ringkasan Secara umum, pola tepak kendang jaipongan dalam lagu Seunggah terdiri dari: tepak pangkat dangding, pangjadi, bukaan, ngala/ peralihan, dongblang, mincid, dan tepak ngeureunkeun. Masingmasing memiliki ragam tepak yang berbeda. Adapun struktur dari pola tepak Seunggah yang dipelajari pada bab 10 mulai dari tepak dangding sampai dengan tepak mincid 1, antara lain: Bagian I Tepak Dangding meliputi tepak pangkat dangding, tepak dangding 1, dangding 2, dangding 3, dan ngagoongkeun. Bagian II Tepak Pangjadi meliputi tepak gelenyu pangkat, gelenyu lagu dan tepak ngagoongkeun. Bagian III Tepak Bukaan 1 meliputi tepak nunggu, buka payung 1, nunggu, pencugan I, seredan I, cindek, ngagoongkeun I. Bagian IV tepak bukaan 2 meliputi tepak nunggu, buka payung 2, nunggu, pencugan 2, seredan 1, cindek, ngagoongkeun 2. Bagian V tepak Bukaan 3 meliputi tepak nunggu, buka payung 2, nunggu, pancugan 1, seredan 1, cindek, ngagoongkeun 3. Bagian VI tepak ngala/pindah dan mincid 1.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 169
5. LATIHAN DAN TUGAS Untuk mengingat materi yang telah dibahas di atas, coba praktikkan dengan benar beberapa latihan di bawah ini! 1. Ada berapa tepak pokok kendang jaipongan dalam lagu Seunggah? 2. Coba praktikkan tepak dangding mulai tepak pangkat sampai tepak ngagoongkeun dengan benar! 3. Praktikkan secara berulang-ulang tepak pangjadi gelenyu pangkat! 4. Coba praktikkan pangjadi gelenyu lagu dengan baik dan benar! 5. Praktikkan tepak bukaan 1 dengan benar! 6. Setelah hapal tepak bukaan 1, coba praktikkan tepak bukaan 2! 7. Coba praktikkan tepak bukaan 3 sampai dengan lancar! 8. Berapa jumlah ragam tepak dalam bukaan 1, 2, dam 3? 9. Coba praktikkan tepak mincid 1 dengan benar!
170 |
Asep Saepudin
Bab 11 Lanjutan
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat mempraktikkan tepak kendang jaipongan dalam lagu Seunggah untuk mengiringi tarian Sonténg mulai dari tepak bukaan 4 sampai dengan tepak ngeureunkeun. 2. INDIKATOR 1. 2. 3. 4. 5.
Mampu mempraktikan tepak bukaan 4 Mampu mempraktikkan tepak bukaan 5 Mampu mempraktikan tepak mincid 2 sampai 4 Mampu mempraktikan tepak mincid 5 dan 6 Mampu mempraktikan tepak ngeureunkeun
TOPIK PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4. 5.
Tepak Bukaan 4 Tepak Bukaan 5 Tepak Mincid 2 dan 4 Tepak Mincid 5 dan 6 Tepak Ngeureunkeun
3. URAIAN MATERI Pada bab 11 ini merupakan kelanjutan dari bab 10 yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Sebelum melangkah ke bab 11, pembaca diwajibkan hapal terlebih dahulu materi yang terdapat pada bab 10 mulai dari pemahaman tentang materi sampai dengan Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 171
praktik memainkan ragam tepak kendang jaipongan dalam lagu Seunggah, yaitu dari tepak dangding sampai dengan tepak mincid. Setelah betul-betul lancar, baru boleh melangkah pada materi selanjutnya seperti diuraikan di bawah ini. 3.1 Tepak Bukaan 4 Mengenai penjelasan tentang tepak bukaan, telah dibahas secara rinci di bab 10 pada pertemuan sebelumnya. Adapun tepak bukaan 4 yang akan dipelajari termasuk kelanjutan dari tepak bukaan 3 yang terdapat dalam bab 10. Tepak bukaan 3 terdiri dari tepak nunggu gancang, buka payung 2, nunggu gancang, Pencugan 1, dan tepak dongblang. Coba praktikkan notasi tepak bukaan 4 di bawah ini dari mulai tepak nunggu gancang sampai dengan tepak dongblang.
Pelajaran 1. Mempraktikkan Tepak Nunggu Gancang Sebagaimana telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya bahwa nunggu secara harfiah artinya menanti, tepak nunggu di sini adalah dalam rangka menanti/sebagai tepak penghantar sebelum tepak lain dimainkan terutama tepak bukaan. Tepak nunggu gancang biasanya hadir setelah ragam tepak mincid gancang dan sebelum masuk ke tepak bukaan selanjutnya. Tepak nunggu gancang dimainkan pada tempo cepat dalam sajian jaipongan. Coba praktikkan tepak nunggu gancang di bawah ini.
Pelajaran 2. Mempraktikkan tepak buka payung 2 Setelah hapal tepak nunggu gancang, lanjutkan dengan tepak buka payung 2 di bawah ini.
172 |
Asep Saepudin
Pelajaran 3. Lanjutkan dengan tepak nunggu gancang lagi!
Pelajaran 4. Mempraktikkan Tepak Pencugan 1:
Pelajaran 5. Mempraktikkan Tepak dongblang Tepak dongblang adalah ragam tepak khusus yang terdapat dalam lagu Seunggah. Tepak ini terdapat dalam tepak bukaan 4 setelah tepak pencugan 1. Jadi, tepak ini tidak terdapat dalam setiap lagu yang ada pada kendang jaipongan. Tepak ini merupakan variasi dari tepak bukaan yang telah ada sebelumnya. Biasanya setelah tepak ini diakhiri dengan tepak mincid. Dalam lagu Seunggah ini, tepak dongblang tedapat dua kali yaitu pada tepak bukaan 4 dan tepak bukaan 5. Untuk lebih mengenalnya, coba praktikkan tepak dongblang di bawah ini!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 173
3.2. Tepak mincid Bahasan tentang tepak mincid, telah dibahas pada pertemuan sebelumnya yaitu pada tepak mincid 1 bab 10. Untuk selanjutnya, pembaca hanya langsung mempraktikkan tepak mincid berikutnya yaitu tepak mincid 2 sampai dengan 6 sebagai kelanjutan dari tepak mincid 1. Pelajaran 1. Mempraktikkan Tepak mincid 2/mincid keleter Coba praktikkan dengan berulang-ulang secara berurutan tepak mincid 2/mincid keleter ini, jangan mencoba tepak mincid 3 sampai 6 sebelum hapal dengan benar tepak mincid 2. Begitu juga seterusnya, jangan mencoba tepak berikutnya sebelum hapal tepak mincid sebelumnya. Jika pembaca mempelajari secara berurut, akan mempermudah dalam memahami tepak kendang sekaligus paham terhadap struktur tepak kendang jaipongan dalam lagu Seunggah. Coba praktikkan tepak mincid 2 di bawah ini! X
174 |
Asep Saepudin
Perhatian bagi pembaca, jangan mencoba beralih ke tepak mincid 3 sebelum tepak mincid 2 di atas hapal dengan benar dan lancar. Setelah benar benar hapal tepak mincid 2, bisa dilanjutkan mempraktikkan tepak mincid 3 di bawah ini. Pelajaran 2. Mempraktikkan tepak mincid 3:
Perhatian bagi pembaca, jangan mencoba beralih ke tepak mincid 4 sebelum tepak mincid 3 di atas hapal dengan benar dan lancar. Setelah benar benar hapal tepak mincid 3, bisa dilanjutkan mempraktikkan tepak mincid 4 di bawah ini.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 175
Pelajaran 3. Mempraktikkan Tepak mincid 4
Perhatian bagi pembaca, jangan mencoba beralih ke tepak bukaan 5 sebelum tepak mincid 4 di atas hapal dengan benar dan lancar. Setelah benar benar hapal tepak mincid 4, bisa dilanjutkan mempraktikkan tepak bukaan 5 di bawah ini. 3.3 Tepak Bukaan 5 Tepak bukaan 5 terdiri dari lima ragam tepak yaitu tepak nunggu gancang, buka payung 1, nunggu gancang, pecugan 2, dan dongblang. Coba praktikkan tepak bukaan 5 di bawah ini! Pelajaran 1. Mempraktikkan Tepak Nunggu Gancang Tepak bukaan 5 diawali dari tepak nunggu gancang sebagai berikut.
176 |
Asep Saepudin
Pelajaran 2. Mempraktikkan Tepak Buka Payung 1: Setelah hapal tepak nunggu gancang, lanjutkan dengan tepak buka payung 1 di bawah ini.
Pelajaran 3. Mempraktikkan Tepak Nunggu Gancang Setelah hapal tepak buka payung 1, lanjutkan dengan mengulang tepak nunggu gancang lagi satu kali!
Pelajaran 4. Mempraktikkan tepak pencugan 2: Setelah hapal tepak nunggu gancang, lanjutkan dengan tepak pencugan 2 di bawah ini!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 177
Pelajaran 5. Mempraktikkan Tepak dongblang Setelah hapal tepak pencugan 2, lanjutkan dengan tepak dongblang di bawah ini!
Perhatian bagi pembaca, jangan mencoba beralih ke tepak mincid 5 sebelum tepak bukaan 5 di atas hapal dengan benar dan lancar. Setelah benar benar hapal tepak bukaan 5, bisa dilanjutkan mempraktikkan tepak mincid 5 di bawah ini.
178 |
Asep Saepudin
3.4 Tepak Mincid Pelajaran 1. Mempraktikkan Tepak mincid 5
Perhatian bagi pembaca, jangan mencoba beralih ke tepak mincid 6 sebelum tepak mincid 5 di atas hapal dengan benar dan lancar. Setelah benar benar hapal tepak mincid 5, bisa dilanjutkan mempraktikkan tepak mincid 6 di bawah ini.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 179
Perhatian bagi pembaca, jangan mencoba beralih ke tepak selanjutnya sebelum tepak mincid di atas hapal dengan benar dan lancar. Setelah benar benar hapal, bisa dilanjutkan mempraktikkan tepak ngeureunkeun di bawah ini. 3.5 Tepak Ngeureunkeun Tepak Ngeureunkeun adalah tepak kendang untuk mengakhiri lagu jaipongan. Dalam jaipongan, tepak ngeureunkeun bisa bermacammacam bergantung pada lagunya, ada yang didahului dari tepak mincid juga ada pula yang diawali dari tepak bukaan. Dalam lagu Seunggah, tepak ngeureunkeun diawali dengan tepak bukaan terlebih dahulu dan dikahiri tepak ngagoongkeun. Secara lengkap tepak ngeureunkeun terdiri dari tepak nunggu gancang, buka payung 3, nunggu gancang, pencugan 3, mincid 4, dan ngagoongkeun. Untuk mempelajarinya, praktikan notasi kendang di bawah ini.
Tepak Ngagoongkeun/Ngeureunkeun
180 |
Asep Saepudin
Secara lengkap tepak ngeureunkeun dalam satu goongan lagu Seunggah sebagai berikut: Pelajaran 1. Mempelajari tepak nunggu gancang Tepak ngeureunkeun diawali dari tepak nunggu gancang terlebih dahulu. Coba praktikkan notasi di bawah ini!
Pelajaran 2. Mempelajari tepak buka payung 3 Setelah hapal tepak nunggu gancang, lanjutkan dengan tepak buka payung 3 di bawah ini.
Pelajaran 3. Mampraktikan tepak nunggu gancang Setelah hapal tepak buka payung 3, lanjutkan dengan mempraktikkan tepak nunggu gancang sekali lagi.
Pelajaran 4. Mempelajari tepak pencugan 3 Setelah hapal tepak nunggu gancang, kemudian dilanjutkan dengan tepak pencugan 3 di bawah ini.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 181
Pelajaran 5. Mempraktikkan tepak mincid 4 Setelah tepak pencugan 3 hapal, dilanjutkan dengan tepak mincid 4 satu motif dua kali ulangan seperti di bawah ini.
Pelajaran 6. Mempraktikkan ngeureunkeun/ngagoongkeun Langkah terakhir mempraktikkan tepak ngeureunkeun seperti pada notasi di bawah ini.
182 |
Asep Saepudin
3.9 Transkipsi Notasi Tepak Bukaan 4, Mincid 2, 3, 4, Bukaan 5, Tepak Mincid 5, 6, dan Tepak Ngeureunkeun 3.1 Tepak Bukaan 4
3.2. Tepak mincid 2 / mincid keleter
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 183
3.3. Tepak mincid 3:
3.4. Tepak mincid 4:
184 |
Asep Saepudin
3.5 Tepak Bukaan 5
3.6 Tepak mincid 5:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 185
3.7. Ragam tepak mincid 6:
3.8 Tepak Ngeureunkeun
186 |
Asep Saepudin
4. Ringkasan Pada bab 11 ini terdiri dari bagian VII sampai dengan XI. Bagian VII tepak bukaan 4 meliputi tepak nunggu gancang, buka payung 2, nunggu gancang, pencugan 1, tepak dongblang. Bagian VIII tepak mincid meliputi tepak mincid keleter/mincid 2, mincid 3, mincid 4, ngagoongkeun mincid 4. Bagian IX tepak Bukaan 5 meliputi tepak nunggu gancang, buka payung I, nunggu gancang, pncugan 2, tepak dongblang. Bagian X tepak mincid meliputi tepak mincid 5, mincid 6, mincid keleter, ngagoongkeun mincid 4. Bagian XI tepak ngeureunkeun meliputi tepak nunggu gancang, buka payung 3, nunggu gancang, pencugan 3, mincid 4 2x, ngagoongkeun. 5. LATIHAN DAN TUGAS Untuk mengingat materi yang telah diuraikan di atas, coba praktikkan dengan benar beberapa latihan di bawah ini! 1. Ada berapa ragam pokok kendang jaipongan dalam tepak bukaan 4 dan 5? 2. Coba praktikkan tepak bukaan 4 dengan benar! 3. Praktikkan secara berulang-ulang tepak mincid 2! 4. Coba praktikkan tepak mincd 3 dengan baik dan benar! 5. Parktikkan mincid 4 dengan benar! 6. Setelah hapal mincid 4, coba praktikkan tepak bukaan 5? 7. Coba praktikkan tepak mincid 5 sampai dengan lancar! 8. Praktikan tepak mincid 6 dengan benar ? 9. Coba praktikkan tepak ngeureunkeun dengan benar!
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 187
Bab 12 Unsur-Unsur Pembentuk Tepak Kendang Jaipongan
1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang berbagai unsur yang berkaitan dengan kendang jaipongan. 2. INDIKATOR 1. Mampu menjelaskan keterkaitan kendang jaipongan dengan unsur lainnya 2. Mampu menjelaskan notasi Sunda dan fungsinya 3. Mampu menjelaskan pengetahuan tentang gamelan 4. Mampu menjelaskan tentang unsur-unsur musikalitas dalam gamelan 5. Mampu menabuh gamelan dalam lagu Seunggah TOPIK PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4.
Keterkaitan Kendang Jaipongan dengan Unsur Lain. Pengetahuan Tentang Notasi Pengetahuan Tentang Gamelan Pelog Salendro Pengetahuan Tentang Unsur Musikal (Laras, Patet, Surupan, Embat, Kempul Gong, dan Kecrek) 5. Gending Lagu Seunggah
188 |
Asep Saepudin
3. URAIAN MATERI 3.1 Keterkaitan Kendang Jaipongan dengan Unsur Lain Setelah menguasai beragam tepak kendang jaipongan, tidak begitu serta merta seorang pengendang dapat langsung mengiringi lagu atau tarian. Seorang pengendang diwajibkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang unsur lain yang ada kaitannya dengan tepak kendang jaipongan. Unsur-unsur tersebut berupa seperangkat gamelan berlaras pelog saléndro serta unsurunsur musikal seperti gending, laras, lagu, embat, pola, teknik, dan surupan. Mengenai unsur-unsur karawitan tersebut, selengkapnya sebagai berikut. 3.2
Pengetahuan tentang notasi
Notasi yang digunakan dalam karawitan Sunda adalah notasi daminatila karya RMA. Koesoemadinata. Lambang notasinya: 5 (la) 4 (ti) 3 (na) 2 (mi) 1 (da). Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang notasi daminatila sebagai berikut. a. Cara membaca notasi daminatila merupakan kebalikan dari notasi kepatihan (Jawa Tengah) dan notasi cheve (Barat). Notasi daminatila dibaca menurun (dari kanan ke kiri). Contoh: 5 4 3 2 1
b. c.
La ti na mi da Dibaca dari kanan ke kiri
Tanda titik yang diletakkan di atas nada: (% $ # 2 ! %) dibaca rendah/besar/ageing, sedangkan tanda titikk di bawah nada: (t r e w q t) dibaca tinggi/kecil/alit. Perbandingan dengan Notasi Kepatihan: 1. Nada Pokok Gamelan Salendro (Saron, Demung, Peking) Daminatila: 5 4 3 2 1 t Kepatihan : 1 2 3 5 6 ! 2. Nada dalam Gamelan Laras Pelog (Saron, demung, Peking) Daminatila: 5 4 3 3- 2 1 5+ Kepatihan : 1 2 3 4 5 6 7
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 189
Keterangan: Nada Sisipannya Laras Pelog Surupan Jawar Laras Pelog Surupan Liwung Laras Pelog Surupan Sorog
: : : :
3 - (Ni) 5+ (Leu) 5 4 3 . 2 1 . 5 4 . 3- 2 1 . . 4 3 . 2 1 5+
3.3 Gamelan Pélog Saléndro Gamelan merupakan seperangkat ricikan yang sebagian besar terdiri dari alat musik pukul atau perkusi, dibuat dari bahan utama logam (perunggu, kuningan, besi atau bahan lain) dilengkapi dengan ricikan-ricikan dengan bahan kayu, kulit maupun campuran dari dua atau ketiga bahan tersebut.1 Gamelan pélog saléndro yang lengkap dalam karawitan Sunda terdiri dari: waditra rebab, kendang, gambang, bonang, rincik, kenong, selentem, saron pangbarep, saron pangbarung, demung, peking, ketuk, satu kempul, sebuah goong. Meskipun waditra lengkap dalam gamelan pélog saléndro seperti di atas, namun tidak selamanya seluruh waditra gamelan lengkap harus ada dalam satu kali penyajian. Jumlah waditra dalam perangkat gamelan sifatnya kondisional, sedikit waditra yang digunakan, namun dalam kondisi tertentu tidak menjadi gangguan keutuhan sajian. Jumlah waditra sedikit masih dapat digunakan untuk sajian karawitan utuh, baik karawitan mandiri, karawitan tari, maupun karawitan wayang golék. Gamelan saléndro lebih populer dan disukai di kalangan masyarakat Sunda daripada gamelan pélog. Di Sunda jika menyebut gamelan pada umumnya dimaksudkan untuk gamelan saléndro.2 Pada dekade antara 1960–1980-an, tidak sedikit para seniman yang melebur gamelan pélog menjadi gamelan saléndro. Ini beralasan sebab pada dekade ini, di Sunda sedang semarak kesenian wayang golék dan kiliningan yang pada umumnya menggunakan gamelan saléndro dalam penyajiannya. Setelah kehadiran jaipongan sekitar 1980-an, gamelan saléndro banyak digunakan untuk mengiringi
1 Rahayu Supanggah, Bothekan Karawitan I (Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2002), 13. 2 Periksa Mariko Sasaki, 2007, 70.
190 |
Asep Saepudin
tari jaipongan. Para seniman menggunakan gamelan saléndro agar karawitan yang dijualnya dapat laku di masyarakat. Gamelan pélog saléndro terdiri dari berbagai unsur musikal yang memiliki peranan penting dalam garap karawitan. Unsurunsur gamelan pélog saléndro terdiri dari: laras, surupan, gending, patet, dan embat. 3.3.1 Laras Laras adalah nada-nada yang dalam tiap-tiap gembyangan interval-intervalnya teratur sesuai dengan rasa seni sehingga dapat dijadikan bahan compositie (sanggitan, sanggian).3 Laras memiliki kaitan erat dengan berbagai aspek dalam karawitan, misalnya dengan teknik permainan waditra, jenis gamelan, sistem pelarasan, surupan, serta penyajian vokal. Karawitan Sunda memiliki lima laras yang terdapat dalam waditra antara lain: laras saléndro, pélog, degung, madenda, dan mandalungan. Menurut konsep saléndro 17 swara karya Radén Machyar, laras saléndro memiliki interval terkecil kira-kira 210 sen, laras degung, madenda, mandalungan sama-sama memiliki interval terkecil kira-kira 70 sen, sedangkan laras pélog memiliki interval terkecil kira-kira 133 1/3 sen. Titi laras (notasi) yang digunakan di atas adalah titi laras daminatila, dibuat oleh Radén Machyar Angga Koesoemadinata. Titi laras ini menggunakan notasi angka mulai dari angka satu sampai dengan angka lima sebagai berikut: 1 = Da, 2 = Mi, 3 = Na, 4 = Ti, 5 = La. Sebelum adanya titi laras daminatila, dalam karawitan Sunda memiliki titi laras buhun (lama) yang berlaku di para seniman. Sebagai perbandingan titi laras buhun dengan titi laras daminatila, digambarkan sebagai berikut.
3
RMA. Koesoemadinata, Ilmu Seni Raras (Djakarta: Pradnja Paramita, 1969), 16.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 191
Laras gamelan yang digunakan dalam karawitan jaipongan adalah laras saléndro yang memiliki interval terkecil kira-kira 210 sen. Perkembangan sekarang, laras gamelan yang digunakan untuk jaipongan tidak hanya laras saléndro, tetapi kelima laras ada. Hadirnya lima laras dalam gamelan, terutama setelah adanya gamelan selap (multi-laras)4 yang di dalamnya terdapat berbagai laras seperti laras saléndro, pélog, degung, madenda, dan mataraman. 3.3.2 Surupan Menurut Atik Soepandi, surupan adalah susunan nada yang disusun berurutan, dimulai dari suara nada hingga ulangannya, baik pada oktaf kecil maupun oktaf besar, dengan jumlah nada dan susunan interval tertentu. Surupan berarti pula tinggi rendahnya tangga nada atau tinggi rendahnya laras. Surupan adalah ketepatan nada, misalnya surupana sumbang (ketepatan nadanya kurang), nyurupkeun (menetapkan nada).5 Dengan demikian, kata surupan mengandung tiga arti yakni laras, ukuran tinggi rendah suara, serta
4 5
Periksa Caca Sopandi, “Gamelan Selap Kajian Inovasi Pada Karawitan Wayang Golek Purwa” (Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Seni, Program Studi Pengkajian Seni, Minat Studi Musik Nusantara, ISI Surakarta, 2006), 96. Periksa Atik Soepandi, Kamus Istilah Karawitan Sunda. Cetakan kedua (Bandung: CV. Satu Nusa, 1995), 195.
192 |
Asep Saepudin
pemakaian nada dasar (ukuran tinggi rendahnya tonalitas).6 Dalam karawitan Sunda, surupan merupakan faktor penting untuk sebuah penyajian karawitan, sebab selain memiliki hubungan erat dengan laras, surupan berhubungan pula dengan gending dan lagu. Laras saléndro dijadikan dasar ukuran bagi berbagai surupan dalam berbagai laras. Berdasarkan teori Machyar, laras saléndro merupakan induknya berbagai laras dalam karawitan Sunda. Sebagai contoh: laras madenda surupan 4 (Ti) = Tugu, mengandung makna bahwa nada 4 (Ti) dalam laras madenda diambil atau sama dengan nada Tugu (1/Da) dalam laras saléndro. Contoh lain adalah laras degung 2 (Mi) = Tugu, mengandung makna bahwa laras degung nada 2 (Mi) sama dengan nada Tugu (1/Da) yang terdapat dalam laras saléndro. Konsep surupan berlaku dalam praktik karawitan Sunda khususnya dalam penyajian gamelan saléndro. Penulisan surupan sangat penting untuk menuliskan gending terutama jika terdapat vokal dalam penyajiannya. Penulisan gending dalam karawitan Sunda, biasanya sudah dilengkapi dengan penulisan surupan agar pangrawit (terutama pemain rebab dan sindén) lebih mudah menafsir masuknya lagu yang akan dibawakan. Penulisan sebuah gending ditulis lengkap sebagai berikut: Gending Gendu, laras saléndro, embat dua wilet, surupan madenda 4 (Ti) = Tugu. Cara membacanya: nama gendingnya adalah gending Gendu, menggunakan laras saléndro, iramanya lambat, serta lagunya menggunakan laras madenda dengan surupan 4 (Ti) = Tugu. Surupan 4 (Ti) = Tugu, artinya nada 4 (Ti) laras madenda sama dengan nada Tugu (Barang) dalam laras saléndro. Surupan gamelan saléndro yang digunakan dalam jaipongan adalah surupan 1 (Da) = Tugu, artinya nada dasar 1 (Da) sama dengan nada Tugu pada laras saléndro. 3.3.3 Gending Gending adalah salah satu istilah yang sangat penting di dalam karawitan dan gamelan.7 Gending dimainkan oleh waditra, terutama
Heri Herdini, Raden Machyar Angga Koesoemadinata: Pemikiran dan Aktivitasnya Dalam Dunia Karawitan Sunda (Bandung: Sunan Ambu Press, 2007), 89. 7 Periksa Sri Hastanto, Konsep Pathet dalam Karawitan Jawa, (Surakarta: ISI Press Surakarta, 2009), 47.
6
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 193
waditra bilah dan penclon seperti saron, demung, bonang, dan goong. Gending berada dalam benak, angan-angan, imajinasi masingmasing pangrawit yang setelah mereka ekspresikan dalam bentuk permainan ricikan atau vokalnya dan digabung dengan permainan ricikan dan vokal pengrawit lainnya, menghasilkan sajian yang nyata, namun dengan wujud tidak dapat diduga sebelumnya.8 Gending bersifat abstrak, dapat dirasakan melalui indera pendengaran tetapi tidak dapat dilihat melalui indera mata. Gending dapat dirasakan jika telah terjadi jalinan komunikasi sekaligus perpaduan yang harmonis antara setiap komponen gamelan yang ada dalam satu waktu penyajian. Perpaduan harmonis terwujud ketika komunikasi masing-masing waditra yang dimainkan oleh pangrawit terjalin dengan baik. Komunikasi tidak hanya bersifat memberi informasi atau tanda dari seorang pangrawit ke pangrawit lainnya, tetapi saling memberi dan menerima apa-apa yang dikomunikasikan dalam permainan gamelan melalui waditra yang dimainkannya. Agar gending dapat diketahui secara kasat mata, maka diwujudkan dengan apa yang disebut sebagai balungan gending/ arkuh lagu. Arkuh lagu adalah rangka lagu sebagai tulang punggung lagu.9 Arkuh lagu biasanya dibunyikan oleh tabeuhan waditra selentem. Arkuh lagu diwujudkan dalam bentuk notasi gending agar dapat dibaca oleh pangrawit dalam memainkan setiap waditra untuk menuju kepada gending yang sebenarnya. Adanya arkuh lagu, memberikan penafsiran terhadap gending sehingga gending tersebut dapat dipahami untuk dimainkan bersama. Arkuh lagu biasanya ditulis dengan angka mulai dari angka 1 sampai dengan angka 5. Contoh arkuh lagu adalah sebagai berikut: gending Gendu arkuh lagunya 3 5 3 1 3 5 3 4. Nada 3 berfungsi sebagai pangagét, 5 sebagai pancer, 1 sebagai kenongan, 4 sebagai goongan. Gending yang digunakan dalam jaipongan, menggunakan gending-gending tradisi seperti gending Gendu, Sinyur, Sénggot, Catrik, Cangkurileung, Renggong Gancang, Kulu-Kulu, dan Sorong Dayung.
8 9
Periksa Rahayu Supanggah. 2009, 86. Periksa Atik Soepandi, 1995, 27.
194 |
Asep Saepudin
3.3.4 Patet Patet adalah wilayah rasa suatu lagu dalam suatu surupan yang diwujudkan oleh rasa nada-nada, disebabkan oleh pengaruh serta fungsi nada-nada tersebut di dalam organisasi yang dibentuk oleh lagu itu.10 Patet sebenarnya urusan rasa musikal yaitu rasa séléh. Rasa séléh adalah rasa berhenti dalam sebuah kalimat lagu, baik itu behenti sementara maupun berhenti yang berarti selesai seperti rasa tanda baca titik dalam bahasa tulis.11 Machyar memberikan pengertian patet sebagai penetapan tinggi raras dominan (dasar = patokaningraras) dan tonika (tutugingraras = rénaningraras) dari suatu lagon atau lebih untuk menentukan tinggi rendahnya atau besar kecilnya (ageung-alit) lagon-lagon itu. Lagon sendiri diartikan sebagai letaknya tonika dan dominan dalam pasieupan (tangga nada).12 Dalam konsep patet, posisi lagu merupakan hal yang sangat penting. Posisi lagu adalah posisi yang menunjukkan letak nada yang fungsinya sebagai pancer, pangagét, kenongan dan goongan. Sebagai contoh, jika pancernya nada 5 dan pangagétnya nada 3, maka gending tersebut berada dalam wilayah patet nem disebut gending Gendu. Contoh arkuh lagu gending Gendu adalah sebagai berikut. Gét Cer Gét Nong Gét Cer Gét Gong 3 5 3 1 3 5 3 4 P S P B P S P G KN Keterangan: Gét = Pangagét Cer = Pancer Nong = Kenong Gong = Goong KN = Kenong
NG P = Panelu S = Singgul B = Barang G = Galimer NG = Goong
Urutan dan posisi nada di atas, merupakan kunci menabuh gamelan pélog saléndro dalam karawitan Sunda yaitu Gét Cer Gét
10 Periksa Atik Soepandi, 1995, 160. 11 Periksa Sri Hastanto, 2009, 112. 12 Periksa RMA. Koesoemadinata, 1989, 20-25. Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 195
Nong Gét Cer Gét Gong. Waditra yang menabuh arkuh lagu tersebut adalah waditra selentem. Jadi, gending Gendu memiliki arkuh lagu 3 5 3 1 3 5 3 4. Arkuh lagu gending Gendu ini, sebenarnya diperoleh dari skema patet berdasarkan hasil teori Machyar. Jika posisi lagu I dan IV berada dalam patet nem, menghasilkan satu gending yaitu gending Gendu. Dari skema patet, diperoleh posisi lagu I dan IV mengisi posisi patokaning laras dan pangrena yaitu nada 1 dan 4 (nada Barang dan Galimer). Nama gending dari arkuh lagu ini adalah gending Gendu. Posisi Tahapan Patet Nem Loloran Manyuro Sanga Singgul
Patokaning laras
Panglangen
I 1/B 2 3 4 5 Nong
II 2/K 3 4 5 1 Nong
Pangagét
Pangréna
Pancer
III IV V 4/G 3/P 5/S 4 5 1 5 1 2 1 2 3 2 3 4 Gét Gong Cer Sumber: Pandi Upandi, 2000.
Selanjutnya, untuk membentuk gending-gending lain dari posisi I dan IV, dapat dengan mudah menentukan dulu arkuh lagunya. Jika dari posisi I dan IV dalam patet nem, kemudian kita geser ke bawah ke dalam patet Loloran, maka menghasilkan gending baru dan arkuh lagu yang baru pula. Gending yang muncul dalam patet Loloran dari posisi I dan IV di atas dinamakan gending Catrik dengan kenongan nada 2 (nada Barang) dan goongan nada 5 (nada Singgul). Dengan demikian, arkuh lagu dari posisi I dan IV dalam patet nem berubah menjadi gending Catrik dalam patet Loloran sebagai berikut. Gét 4 G
196 |
Cer 1 B
Asep Saepudin
Gét Nong 4 2 G K
Gét 4 G
Cer Gét Gong 1 4 5 B G S
Posisi Tahapan Patet
Nem Loloran Manyuro Sanga Singgul
Patokaning raras
Panglangen
Pangagét
Pangréna
Pancer
I
II
III
IV
V
3/P 4 5 1 2 Gét
4/G 5 1 2 3 Gong
1/B 2 3 4 5 Nong
2/K 3 4 5 1 Nong
5/S 1 2 3 4 Cer
Nama Gending
Gendu Catrik Sorong Dayung Cangkurileung Mitra
Sumber: Pandi Upandi, 2000.
Berdasarkan diagram di atas, posisi I dan IV dapat meng hasilkan lima gending dalam permainan gamelan antara lain: gending Gendu (kenongannya nada 1, goongan nada 4), gending Catrik (kenongan nada 2, goongan nada 5), gending Sorong Dayung (kenongan nada 3, goongan nada 1), gending Cangkurileung (kenongan nada 4, goongan nada 2), gending Mitra (kenongan nada 5, goongan nada 3). Teori patet dalam pembentukan gending, berlaku untuk gending sekar alit dan sekar tengahan. Untuk gending sekar ageung, tidak berlaku pola seperti itu sebab dalam sekar ageung yang menjadi arkuh atau rangkanya adalah lagu. Meskipun teori patet Machyar menuai berbagai kritikan, terutama ketidakcocokannya sebagian teori patet dengan praktek di lapangan, namun sampai dengan sekarang belum ada yang berhasil mencari solusi tentang teori patet baru dalam karawitan Sunda. Oleh karena itu, teori patet Machyar dimasukkan dalam buku ini. Pada kenyataannya teori Machyar masih digunakan oleh para seniman akademis dan berlaku di pendidikan seni seperti SMKN 10 dan ISBI Bandung. 3.3.5. Embat Embat atau wiletan adalah penentuan ukuran waktu tentang cepat lambatnya perjalanan musikal, atau periode struktural yang berdasarkan aksentuasi melodi, diletakkan pada bagian-bagian garapan melodi, yang biasa ditandai dengan nada pancer, kenong Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 197
dan goong.13 Setiap embat ditandai dengan matra atau garis birama. Pukulan kempul, kenong dan goong diketahui dari jumlah ketukan. Makin banyak jumlah ketukan, makin besar wiletannya. Embat yang digunakan dalam jaipongan umumnya embat dua wilet, lenyepan atau lalamba. Namun, embat karawitan jaipongan yang tetap adalah embat dua wilet. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa meskipun dalam jaipongan menggunakan embat opat wilet, pada akhirnya embatnya tetap pindah ke dalam embat dua wilet agar gending dan tepak kendang dapat berjalan ajeg (tetap) sampai berhenti sajian karawitan jaipongan.
3.4 Kempul, Goong Kempul, kecrék, dan goong, merupakan waditra yang sangat penting dalam karawitan jaipongan. Ketiga waditra ini mencirikan karawitan jaipongan, dapat membedakan karawitan jaipongan dengan karawitan yang lainnya. Pengolahan garap ketiga waditra ini mengalami perkembangan yang luar biasa. Waditra kempul dalam jaipongan tidak hanya ditabuh sebanyak lima kali seperti dalam konsep tabuh gamelan tradisi. Kempul dalam jaipongan ditabuh merekpek (sering) karena mengikuti pola kendang. Dengan demikian, jumlah pukulan kempul tidak hanya lima kali dalam
13 Periksa Endah Irawan, “Komparasi “Senggol” Sinden Populer di Jawa Barat: Hj. Idjah Hadidjah, Cicih Cangkurileung, dan Cucu Setiawati” (Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Fakultas Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2003), 104.
198 |
Asep Saepudin
sagoongan, bisa saja sagoongan berjumlah empat puluh sampai dengan lima puluh kali pukulan. Teknik memainkan kempul ada teknik dibekem (dibungkam) dan buka tutup. Teknik dibekem memiliki perbedaan dengan teknik dalam kiliningan, wayang golék atau keurseus. Dalam jaipongan, kempul dibekem agar suaranya pendek. Hal ini beralasan, sebab kempul tidak hanya mengisi jumlah ketukan seperti dalam gamelan tradisi, tetapi digunakan untuk ngandelan tepak kendang. Oleh karena kempul digunakan untuk ngandelan tepak kendang, maka jumlah pukulan kempul lebih banyak dari biasanya, di luar kebiasaan dalam gamelan tradisi. Jumlah pukulan kempul memiliki perbedaan luar biasa, karena dipukul merekpek (dipukul banyak). Waditra lainnya dalam karawitan jaipongan adalah kecrék tidak lagi ditabuh dengan pola ritmis yang sederhana seperti dalam garap tradisi. Kecrék ditabuh sama dengan kempul yaitu mengikuti pola kendang sehingga pola ritmisnya sangat bervariasi hampir sama dengan pola ritmis kendang jaipongan. Waditra lain yang tidak kalah menariknya adalah waditra goong. Dalam karawitan jaipongan terutama fenomena sekarang, waditra ini tidak ditabuh satu kali hanya diakhir lagu., akan tetapi dapat ditabuh berkali-kali dalam sagoongan bahkan jumlah pukulannnya bisa saja dapat mengalahkan waditra kempul dalam sagoongan. Di bawah ini disajikan contoh pola tabuhan kempul dan kecrek bagian angkatan wirahma (Pangkat) dari lagu Daun Pulus Késér Bojong sbb:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 199
3.5 Kecrek Kecrék digunakan untuk mempertebal bunyi kendang sehingga ritmisnya hampir sama dengan ritmis tepak kendang, terutama dalam ragam tepak bukaan.Tabeuhan kecrék jaipongan pola ritmisnya berbeda dengan kecrék yang lainnya. Salah satu ciri khasnya memiliki tabeuhan kecrék yang bersamaan dengan pukulan goong, yaitu pada ketukan beratnya. Pola tabuhan kecrek ada dua macam pola pokok ritmis yaitu pola yang bersamaan dengan goong dalam ketukan beratnya serta pola yang tidak bersamaan dengan goong pada bagian ketukan beratnya. Kedua pola tersebut adalah: Pola Pokok 1.
Pola Pokok 2.
3.6 Bonang Bonang dalam jaipongan menggunakan dua ragam tabeuh yaitu dikemprang dan dimelodi. Dikemprang adalah menabuh dua nada bersamaan dengan jarak sagembyang yaitu antara nada rendah
200 |
Asep Saepudin
dengan nada sedang atau nada sedang dengan nada tinggi. Tabeuh bonang dimelodi mengadopsi dari tabeuhan bonang dalam ketuk tilu. Tabeuhan bonang dimelodi memberi ciri khas jaipongan yang membedakan dengan kesenian lainnya. Notasi bonangnya adalah sebagai berikut.
Tabeuhan waditra bonang seperti di atas, digunakan pada bagian angkatan wirahma yaitu pada intro kendang. Dalam iringan lagu yaitu bagian tataran wirahma dan pungkasan wirahma, tabeuhan bonang masih tetap menggunakan garap tradisi yaitu dengan tabeuhan dikemprang. 3.7 Gending Gending yang digunakan dalam karawitan Sunda banyak jumlah nya sehingga dalam buku ini dibatasi pada gending dalam lagu Seunggah saja. Lagu Seunggah menggunakan gending embat dua wilet, laras saléndro, serta surupan Da = Tugu. Embat dua wilet adalah embat yang biasa digunakan dalam karawitan jaipongan. Gending pembuka (gending intro) termasuk ciri khas dalam karawitan jaipongan. Gending intro adalah gending kreasi baru yang disajikan di awal lagu sebelum bunyi vokal pesinden berbunyi. Gending intro satu sama lainnya berbeda sehingga setiap lagu memiliki ciri khas gending intro yang membedakan dengan lagu sebelumnya. Gending yang disajikan dalam buku ini adalah gending untuk mengiringi lagu Seunggah sesuai dengan tepak kendang yang diajarkannya. Secara lengkap gending Seunggah sebagai berikut:
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 201
SEUNGGAH Ciptaan: Gugum Gumbira Gending Embat
: Kulu-Kulu Barang Lagu : Laras Madenda : Dua wilet Surupan : 4 = Tugu
Notasi
: Daminatila
Pangkat Dangding:
202 |
Asep Saepudin
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 203
Pirigan Lagu (Embat Dua Wilet)
Pirigan Lagu (Embat Dua Wilet) Bagian A Tempo Lambat
204 |
Asep Saepudin
Lanjutan Pirigan Lagu (Embat Dua Wilet) Bagian A Tempo Lambat
Pirigan Lagu (Embat Dua Wilet) Bagian B Tempo Lambat
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 205
Lanjutan Pirigan Lagu (Embat Dua Wilet) Bagian B Tempo Lambat
4. Ringkasan Kendang memiliki fungsi yang sangat signifikant dalam sajian karawitan maupun tari karena selain sebagai pembawa irama juga sebagai partner bagi tari. Oleh karena itu, seorang pengendang tidak hanya hapal dan paham terhadap motif-motif tepak kendang saja ketika mengiringi sajian karawitan maupun tari, akan tetapi harus paham terhadap segala unsur yang berkaitan dengan kendang baik perangkat keras (gamelan) maupun perangkat lunak (unsur-unsur musikal). Pengendang dituntut mengerti dan memahami tentang unsur-unsur yang berkaitan dengan gamelan berlaras pelog saléndro yakni gending, laras, lagu, embat, pola, teknik, dan surupan. Pemahaman semua unsur ini menuntun seorang pengendang dapat memahami sajian gamelan secara utuh sesuai dengan estetika dalam karawitan Sunda.
206 |
Asep Saepudin
5. LATIHAN DAN TUGAS 1. Unsur-unsur apa saja yang harus dikuasai oleh seorang pengendang? 2. Coba jelaskan tentang konsep patet dalam karawitan Sunda! 3. Embat berapa yang digunakan untuk iringan tari jaipongan? Jelaskan! 4. Bagaiamana perkembangan garap karawitan jaipongan terutama dilihat dari kempul, gong dan kecrek? 5. Coba praktikkan cara menabuh berbagai waditra dalam gending lagu Seunggah ?
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 207
Kepustakaan
Azis, Abdul. “Pencugan Merupakan Kreativitas Tari Jaipong,” dalam Endang Caturwati dan Lalan Ramlan, ed. Gugum Gumbira Dari Chacha Ke Jaipongan. Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung, 2007. Haryono, Timbul. Seni Pertunjukan dan Seni Rupa dalam Perspektif Arkeologi Seni. Surakarta: ISI Press Solo, 2008. __________. Konsep Pathet dalam Karawitan Jawa. Surakarta: ISI Press Surakarta, 2009. Herdiani, Een. “Bajidoran Sebagai Pertunjukan Hiburan Pribadi pada Masyarakat Karawang: Kontinuitas dan Perubahannya.” Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Fakultas Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1999. Herdini, Heri. “Tabuhan Bonang pada Ensambel Degung: Tinjauan Musikologis terhadap Lagu-Lagu Klasik. Sekripsi untuk mencapai derajat Sarjana di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sasatra Universitas Sumatera Utara Medan, 1992. _________. Raden Machyar Angga Koesoemadinata: Pemikiran dan Aktivitasnya dalam Dunia Karawitan Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press, 2007. _________. “Studi Kasus Tentang Konsep Surupan Dalam Praktik Karawitan Sunda.” Laporan Penelitian yang dibiayai oleh Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) STSI Bandung, 2008. Hermawan, Deni, Etnomusikologi: Beberapa Permasalahan dalam Musik Sunda. Bandung: STSI Press, 2002.
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 209
Irawan, Endah. “Komparasi “Senggol” Sinden Populer Di Jawa Barat: Hj. Idjah Hadidjah, Cicih Cangkurileung, dan Cucu Setiawati.” Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Fakultas Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2003. Kartodirdjo, Sartono. Pemikiran dan Perkembangan Historigrafi Indonesia: Suatu Alternatif. Jakarta: PT. Gramedia, 1982. Koesoemadinata, RMA. Ilmu Seni Raras. Djakarta: Pradnja Paramita, 1969. Mulyadi, Tubagus. “Gugum Gumbira Maestro Tari Jaipongan: Sebuah Biografi.” Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Fakultas Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, 2003. Mulyana, Edi. “Kreativitas Gugum Gumbira dalam Penciptaan Jaipongan.” Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Pengkajian Seni, Minat Studi Musik Nusantara, Institut Seni Indonesia Surakarta, 2009. Nettle, Bruno. Theory and Method In Etnomusikology. London: The Free Press Of Glencoe, 1964. Saepudin, Asep, “Kreativitas Suwanda dalam Tepak Kendang Jaipongan di Jawa Barat”. Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Fakultas Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2010. _________. “Konsep dan Metode Garap dalam Penciptaan Tepak Kendang Jaipongan”. Dalam PANGGUNG Volume 23 No l Maret 2013, 19-20. __________. Garap Tepak Kendang Jaipongan dalam Karawitan Sunda. Yogyakarta: BP ISI, 2013. Sasaki, Mariko. Laras Pada Karawitan Sunda. Bandung: P4SP UPI, 2007. Soepandi, Atik. Dasar-Dasar Teori Karawitan. Bandung: Lembaga Kesenian Bandung, 1974. __________. “Peranan dan Pola Dasar Kendang dalam Karawitan
210 |
Asep Saepudin
Sunda.” Laporan penelitian yang dibiayai oleh proyek pengembangan Institut Kesenian Indonesia, 1980/1981. __________. Kamus Istilah Karawitan Sunda. Cetakan kedua. Bandung: CV. Satu Nusa, 1995. Sopandi, Caca. “Gamelan Selap Kajian Inovasi Pada Karawitan Wayang Golek Purwa”. Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Seni (S2) Program Studi Pengkajian Seni, Minat Studi Musik Nusantara, ISI Surakarta, 2006. Sunarto. “Pola-Pola Tepak Kendang Jaipongan.” Diktat Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, 1996. __________. “Tepak Kendang Jaipongan Suwanda.” Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Pengkajian Seni, Minat Studi Musik Nusantara, Institut Seni Indonesia Surakarta, 2009. Supanggah, Rahayu, Bothekan Karawitan I. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2002. __________. Bothekan Karawitan II: Garap. Surakarta: ISI Press Surakarta, 2009. Suparli, Lili. Gamelan Pelog Salendro Induk Teori Karawitan Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press, 2010. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Yohana, Yoyo. “Tari Rakyat Ketuk Tilu,” dalam Kawit. Buletin Kebudayaan Jawa Barat No. 24. Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Jawa Barat, 1979. NARA SUMBER Lili Suparli, S.Sen., M.Sn.
Dosen Jurusan Karawitan STSI Bandung.
Suwanda, 58 tahun.
Seniman pencipta tepak kendang jaipongan, pangrawit Jugala Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 211
Group tahun 1980-an, pimpinan jaipongan “Suwanda Group” dari Karawang. SUMBER REKAMAN Kaset audio jaipongan berjudul “Daun Pulus Késér Bojong” produksi Jugala Record, No. 01. 201. 347. 0-422 080/2005. Kaset audio jaipongan berjudul “Seunggah” produksi Jugala Record, No. 01. 201. 347. 0-412 000/2005.
212 |
Asep Saepudin
Glosarium
Ageung
: besar
Angkatan Wirahma
: bagian awal sebuah penyajian lagu atau gending
Arkuh lagu
: rangka lagu
Arang-arang
: gending pangkat atau bagian pertama dalam irama bebas yang dibawakan oleh waditra rebab
Bajidoran
: seni hiburan pribadi yang berkembang di wilayah Karawang dan Subang
Bajidor
: sebutan untuk penari laki-laki yang menari di arena pertunjukan
Banjét
: seni hiburan pribadi, multi-dimensi yang banyak berkembang di wilayah pesisir utara Jawa Barat
Bangréng
: seni hiburan pribadi, campuran antara vokal dan instrumental, berasal dari daerah Sumedang
Bawa sekar
: sajian di awal yang dibawakan oleh vokal pesinden dengan diiringi waditra gambang atau tanpa waditra
Beungeut
: muka
Beungeut kendang
: muka kendang
Bukaan
: nama ragam tepak kendang dalam jaipongan
Caruk
: membunyikan saron pangbarep dan saron pangbarung, bonang dan rincik, atau bonang
Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 213
dan demung saling mengisi satu sama lainnya Cindek
: nama ragam tepak kendang jaipongan
Cianjuran
: jenis kesenian campuran vokal dan intrumental dari daerah Cianjur
Daminatila
: notasi Sunda yang dibuat oleh RMA. Koesoemadinata sekitar tahun 1923
Degung
: seni karawitan yang menggunakan gamelan berlaras degung
Degung kréasi
: degung karya baru
Diteunggeul
: dipukul dengan keras, bertenaga
Dua wilet
: irama tempo sedang, memiliki tiga puluh dua ketukan dalam sagoongan
Embat
: penentuan ukuran waktu tentang cepat lambatnya perjalanan musikal, atau periode struktural yang berdasarkan aksentuasi melodi, diletakkan pada bagianbagian garapan melodi, yang biasa ditandai dengan nada pancer, kenong dan goong
Embat kering
: irama cepat
Embat sawilet
: irama lancar
Embat dua wilet
: irama sedang
Embat opat wilet
: irama lambat
Embat lalamba
: irama lebih lambat dari opat wilet
Gamelan selap
: gamelan multi-laras meliputi laras pelog, salendro, madenda, mandalungan, degung.
Gedug
: muka bidang paling besar dari kendang indung atau kendang besar
Gending
: satu istilah umum untuk menyebut komposisi gamelan tradisi, nama bentuk komposisi gamelan
214 |
Asep Saepudin
Gembyang
: jarak nada satu oktaf (musik Barat), misalnya antara nada La sedang dengan La tinggi
Goong
: waditra berpenclon dalam gamelan, berfungsi untuk pemuas rasa musikal
Gumek
Indung
: keterampilan sahut menyahut antara tangan kanan dan kiri dalam membunyikan waditra bonang khususnya bonang degung : ibu, kendang indung adalah kendang yang paling besar
Intro (gending intro) : gending awal dalam penyajian karawitan jaipongan Jaipongan
: jenis kesenian hiburan yang lahir pada tahun 1980-an
Jugala
: group jaipongan dari Bandung
Kakanco
: tiang, kakanco goong (tiang goong)
Kempul : waditra berpenclon terbuat dari besi atau perunggu, berfungsi sebagai pemelihara embat lagu Kemprang
: tabuhan bonang dua nada bersamaan yang berjarak sagembyang
Kendang
: alat musik membranofon yang terdiri atas dua sisi bidang pukul
Kendang indung
: kendang paling besar
Kendang kulantér
: kendang kecil (kendang anak)
Kendang Sunda
: kendang yang berasal dari Sunda Jawa Barat
Kenongan
: tanda kalimat lagu
Képrét
: nama ragam tepak kendang jaipongan
Késér Bojong
: nama lagu jaipongan
Ketuk tilu
: jenis kesenian pergaulan yang hidup di kalangan rakyat Jawa Barat Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 215
Kiliningan
: sajian karawitan terdiri dari vokal dan gending. Bagian vokal lebih ditonjolkan dalam penyajiannya
Kulantér
: kendang anak yaitu kendang yang paling kecil
Kumpyang
: muka kendang bagian atas (muka terkecil dari kendang besar)
Kutiplak
: muka kendang bagian atas dari kendang kecil
Laras
: tangga nada atau nada, yaitu bunyi yang frekuensinya teratur
Macakal
: menyajikan gending-gending berdiri sendiri dengan waditra, misalnya dengan waditra kacapi
Mincid
: nama ragam tepak kendang jaipongan
Mungkus
: embungkus atau menggumuli
Nabeuh
: Nabuh
Naékeun
: menaikkan atau mempercepat irama, dari tempo sedang menjadi tempo cepat sebagai tanda peralihan
Nurunkeun
: memperlambat irama lagu sebagai tanda peralihan tempo sedang ke tempo lambat.
Nyéréd
: mendesak, nyered lagu artinya mendesak lagu atau memaksa lagu
Panakol
: pemukul, panakol bonang adalah pemukul bonang
Pangkat
: permulaan gending dalam bentuk instrumental, dilakukan oleh saron, rebab, vokal atau kendang
Pangjadi
: ragam tepak kendang yang berfungsi untuk menstabilkan irama atau tempo dalam sebuah sajian
Pancer
: pokok
216 |
Asep Saepudin
Pakétan
: semacam arisan dalam hajatan
Patet
: wilayah rasa suatu lagu dalam suatu surupan yang diwujudkan oleh rasa nadanada
Penca silat
: salah satu jenis kesenian Sunda
Pencugan
: salah satu ragam tepak kendang improvisasi, ciri khas dalam bajidoran di Karawang
Pungkasan Wirahma : akhir kalimat lagu atau gending Panakol
: alat menabuh gamelan atau kendang
Rangkep
: berpasangan
Rincik
: bonang panerus
Rumpaka
: Syair lagu
Sagoongan
: Satu kali goong
Sagembyang
: satu gembyang yaitu jarak antara nada yang sama tetapi oktafnya berbeda seperti Tugu gembyang rendah dengan Tugu gembyang standar
Sekar
: vokal
Seunggah
: nama lagu jaipongan
Sérédan
: nama ragam tepak kendang jaipongan
Surupan
: susunan nada yang disusun berurutan, dimulai dari suara nada hingga ulangannya, baik pada oktaf kecil maupun oktaf besar, dengan jumlah nada dan susunan interval tertentu atau tinggi rendahnya tangga nada atau tinggi rendahnya laras
Tataran wirahma
: sajian gending atau lagu pada bagian tengah
Tanjidor
: suatu unit musik terdiri atas Tambur Klarinet, Piston, Simbal, dipergunakan sebagai saran hiburan daerah Metode Pembelajaran Tepak Kendang Jaipongan
| 217
Tarling
: pengiring lagu yang terdapat di Cirebon, Indramayu dengan ciri gitar dan suling
Tepak
: salah satu teknik membunyikan kendang. Tepak bisa berarti teknik, pola, ciri khas seseorang, ragam komposisi
Tepakan
: tepukan
Tepak gelenyu : tepak kendang halus Tepak dua
: motif pukulan kendang dalam kendang penca silat
Tepak tilu
: motif pukulan kendang kendang penca silat
Topéng banjét
: Sejenis teater rakyat yang hidup di daerah Karawang dan sekitarnya
Waditra
: instrumen
Wayang golék
: jenis kesenian Sunda
Wangkis
: penutup muka bidang kendang, terbuat dari kulit
Wilet
: ukuran tingkatan embat, sawilet, dua wilet, dan seterusnya
218 |
Asep Saepudin