METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNARUNGU DI SLB NEGERI KECAMATAN KOWANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: CHIKMATUN FATMAWATI NIM 111 10 148 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
1
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl.TentaraPelajar 02Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.stainsalatiga.ac.idEmail:
[email protected] PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 5 eksemplar skripsi Hal
: PengajuanSkripsi
Kepada Yth.Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi: Nama
: ChikmatunFatmawati
NIM
: 11110148
Jrusan/Progdi
: Tarbiyah/ PAI
Judul
: Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum.Wr. Wb.
Salatiga,26 Agustus2014 Pembimbing
Dra. LilikSriyanti, M.Si. NIP.19660814 199103 2003
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl.TentaraPelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.stainsalatiga.ac.idEmail:
[email protected] SKRIPSI METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNARUNGU DI SLB NEGERI KECAMATAN KOWANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 DISUSUN OLEH CHIKMATUN FATMAWATI NIM: 11110148 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 19 September 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji KetuaPenguji
: AchmadMaimun, M.Ag.
SekretarisPenguji
: Drs.DjokoSutopo.
Penguji I
: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.
Penguji II
: Dra. SitiAdiqoh.M.Si.
Penguji III
: Dra. LilikSriyanti, M.Si.
Salatiga,19 September 2014 Ketua STAIN Salatiga
Dr. RahmatHaryadi, M.Pd. NIP. 19670112 199203 1 005 iv
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl.TentaraPelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.stainsalatiga.ac.idEmail:
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Chikmatun Fatmawati
NIM
: 111 10 148
Jurusan
: Tarbiyah
Progam studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,
Agustus 2014
Penulis
ChikmatunFatmawati NIM. 11110148
v
MOTO
Aku belajar dari guru Aku berilmu karena guru Aku mengerti juga karena guru Kini aku juga menjadi guru Kalau mungkin, Aku pun ingin anak-anakku menjadi guru
vi
PERSEMBAHAN Atas Rahmad dan Ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk: Ayahku (SLamet Robani) tercinta dan Ibuku (siti Rofiqoh) tersayang yang selalu mendo’akan dan memberikan banyak kasih saying dan banyak berkorban untuk ku hingga aku seperti sekarang. Adik-adik kutercinta (Azizi, Qaddafi, Alya Nabilah) dan seluruh keluarga yang telah mendukungku. Rochmad Sofari yang akan menjadi pendamping dan imam dalam hidupku dengan sabar menungguku dan selalu menemani dan membimbing dalam penulisan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Bapak/ IbuDosen STAIN Salatiga yang telah mengajar, mendidik, dam memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama dalam perkuliahan . Teman-temanku angkatan 2010 PAI D.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung Tahun 2014” dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah. 3. Bapak Rasimin, S.Pd.I ,M.Pd,selaku Ketua Program Studi PAI. 4. Dra. Hj. Lilik Sriyanti,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 6. Ibu Ina Sulanti, selaku Kepala Sekolah SLB Negeri Temanggung yang telah membina dan memberikan izin penelitian bagi penulis.
viii
7. Ibu Tatik Efiyati, selaku guru Pendidikan Agama Islam SLB Negeri Temanggung yang telah membina dan memberikan arahan kepada peneliti. 8. Bapakku Slamet Robani dan Ibuku Siti Rofiqoh, yang senantiasa memberikan do’a restu-Nya bagi keberhasilan studi penulis. 9. Adikku Mu’amar Azizi, Mu’amar Qaddafi, Alya Nabilah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi ketika penulis jenuh. 10. Kekasihku tersayang Rochmad Sofari, terimakasih atas semangat dan bantuannya. 11. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, Agustus 2014 Penulis
ChikmatunFatmawati NIM. 11110148
ix
ABSTRAK Chikmatun Fatmawati (NIM 11110148). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung. Skripsi.Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra Lilik Sriyanti, M.Si Kata kunci: model pembelajaran, pendidikan agama Islam, anaktunarungu Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SLB Negeri Temanggung. Hal ini menjadi penting melihat persoalan yang dihadapi pada anak tunarungu dalam mengikuti pembelajaran mengalami kesulitan disebabkan memiliki inteligensi rendah untuk berfikir secara abstrak. Oleh karena itu, guru dalam penyampaian materi harus menggunakan metode yang dapat diketahui langsung oleh siswanya. Rumusan masalah pada penelitian tersebut yaitu: 1) Bagaimana metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung? 2) Bagaimana karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung? 3) Apa faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung? Metode yang dilakukan dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Responden adalah Kepala Sekolah, guru PAI, anak tunarungu, dan orangtua anak Tunarungu. Teknik pengumpulan data dengan menggunaka n metode wawancara, metode dokumentasi, dan metode observasi. Data dikumpulkan berdasarkan catatan lapangan dan observasi kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap. Hasil penelitian yang didapat, serta guru di SLB Negeri Temanggung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menggunakan metode antara lain metode artikulasi, dan metode latihan. Karakteristik pembelajaran pendidikan agam Islam sama dengan sekolah umum tetapi berbeda pada aplikasi pembelajaran di materi, waktu dan jadwal pembelajaran juga berbeda dengan sekolah umum. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu guru mengajar sesuai dengan profesionalnya, guru selalu menjunjung tinggi etos kerja. Adapun faktor penghambatnya adalah kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah, perhatian yang kurang dari wali murid.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL .....................................................................................................
i
LOGO ...........................................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
iii
PENGESAHAN ...........................................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................
v
MOTO .........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
viii
ABSTRAK ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Fokus Masalah .......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
D. Kegunaan Penelitian ..............................................................
7
E. Penegasan Istilah ....................................................................
8
F. Metode Penelitian
11
G. Sistematika Penulisan ............................................................
18
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...................
21
1.
Metode .......................................................................
21
2.
Pembelajaran ..............................................................
21
3.
Pendidikan Agama Islam ............................................
32
B. Tunarungu ...............................................................................
42
1. Pengertian Tunarungu.................................................
42
2. Klasifikasi Anak Tunarungu .......................................
44
3. Karakteristik Anak Tunarungu ...................................
45
4. Perkembangan Anak Tunarungu ................................
47
5. Faktor-faktor Penyebab Tunarungu ............................
50
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB Negeri Temanggung .........................
54
1. Letak Sekolah SLB Negeri Temanggung .........................
54
2. Sejarah Berdirinya SLB Negeri Temanggung ..................
55
3. Identitas Sekolah ..............................................................
55
4. Visi, Misi, dan Tujuan SLB Negeri Temanggung ............
56
5. Struktur Organisasi ...........................................................
57
6. Keadaan Siswa..................................................................
59
7. Keadaan Guru ...................................................................
61
8. Pendanaan…. ....................................................................
65
9. Sarana dan Prasarana ........................................................
65
10. Keunggulan SLBN Temanggung ...................................
67
xii
11. Partisipasi Lingkungan ..................................................
68
B. Temuan Penelitian .................................................................
69
1. Profil Responden ..............................................................
69
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLBN Temanggung ........................
74
3. karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLBN Temanggung ............... 4. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
78
dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Temanggung ....................................................................
87
BAB IV ANALISIS A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLBN Temanggung .........................................
93
B. karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLBN Temanggung ............................... C. Faktor
Penghambat
dan
Pendukung
95
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu SLBN Temanggung ...........................................................................
102
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
108
B. Saran .......................................................................................
110
C. Penutup ...................................................................................
111
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
113
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Pedoman Wawancara
Lampiran
2
Verbatim Wawancara
Lampiran
3
Foto
Lampiran
4
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran
5
Daftar Nilai SKK
Lampiran
6
Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran
7
Riwayat Hidup Penulis
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah agama yang tidak hanya berorientasi kepada dunia ini saja (yang dilambangkan oleh tanah yang menjadi bahan asal manusia) atau kepada akhirat saja (yang dilambangkan oleh kata ruh (ciptaan-Nya itu) tetapi kepada keseimbangan antara keduanya. Hanya dengan agama yang mengajarkan pemeliharaan keseimbangan antara dunia dan akhirat, manusia yang mempunyai dua dimensi atau bi-dimensional itu akan mampu menetapkan pilihannya dan melaksanakan tanggung jawabnya didunia dan di akhirat kelak. Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari kata “instruction”, istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan, pembelajaran merupakan di mana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu (Gagne, 1992:3). Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan 1
2
menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan menggunakan alat bantu maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). Kebutuhan pendidikan bagi anak tunarungu tidaklah dapat dikatakan kurang karena terbukti bahwa anak tunarungu telah banyak mengikuti pendidikan sepanjang lembaga pendidikan itu dapat dijangkaunya. Anak tunarungu perlu mendapat perhatian pada sekolah khusus (SLB). Semua anak berhak mendapatkan pendidikan, termasuk juga anak tunarungu. Anak akan mulai belajar dari dalam yang artinya dari keinginan dirinya, keluarga, dan teman-temannya. Dengan mengamati setiap pembicaraan orang lain, untuk anak tunarungu hal tersebut dijadikan bahan pembelajaran tentang berkomunikasi. Ketika anak tersebut ikut untuk berpartisipasi dengan lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pendidikan bagi penyandang cacat kelainan atau ketunaan ditetapkan juga dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 yang menyebutkan bahwa: pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Tujuannya agar anak-anak
tersebut mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai
3
pribadi maupun anggota masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan mengadakan interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya. Sebagai anak cacat mereka membutuhkan pendidikan, pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Mendidik anak tunarungu tak semudah mendidik anak-anak normal. Anak-anak tunarungu mempunyai ciri-ciri yang khusus, maka dalam program pendidikannya tidak hanya diperlukan pelayanan secara khusus akan tetapi juga perlu alat-alat yang khusus, guru yang khusus bahkan kurikulum yang khusus juga. Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah disediakan berbagai bentuk layanan pendidikan (sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah untuk anak berkelainan sama dengan sekolah anak-anak pada umumnya. Namun karena kondisi dan karakteristik kelainan anak yang disandang, maka sekolah bagi mereka dirancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik kelainannya. Sekolah untuk anak-anak berkelainan ada beberapa macam, salah satunya adalah Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah Luar Biasa juga terdapat pendidikan umum maupun pendidikan agama. Dalam penyampaiannya materi pendidikan agama Islam tidak semudah seperti penyampaian pada anak-anak normal, sebab mereka sulit untuk berfikir abstrak. Oleh karena itu, guru-guru dalam penyampaian materi-materi tersebut menggunakan metode yang memudahkan anak dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan dan dapat diketahui langsung oleh para siswa yang berkebutuhan khusus seperti tunarungu. Berkenaan hal itu, maka pendidik
4
diharapkan mengetahui langkah-langkah untuk melaksanakan model yang akan dipakai sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif. UU No 4 Th 1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama, mereka juga mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada pasal 6 ayat 1 dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh pendidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Sedangkan, pada ketetapan dalam UU No 4 Th 1997 itu sangat berarti bagi anak tunarungu karena memberi landasan yang kuat bahwa tunarungu mempunyai hak yang sama dengan orang yang normal dalam hal perolehan pendidikan dan pengajaran. ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Tetapi agama untuk ABK juga bisa dijadikan salah satu alternatif untuk membantu mereka berlatih mandiri dan tanggung jawab. Namun, juga mengajarkan kepada anak kedisiplinan dan kesabaran sehingga mereka bisa menjadi makhluk sosial yang peduli terhadap sesama dan tentunya ruang yang tepat untuk meningkatkan spiritualitas anak dalam mengenal dan menghayati Penyayang-Nya Semesta Alam. ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) adalah anak yang memiliki karakteristik khusus. Keadaan khusus membuat mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Pemberian predikat “berkebutuhan khusus” tentu saja tanpa selalu menunjukkan pada pengertian lemah mental. Anak yang termasuk berpredikat
5
ABK, antara lain tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, serta anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan penyandang cacat. Pada perkembangannya, ada istilah yang lebih pada konteks memberdayakan mereka, yaitu difable (different abilities people), dipahami sebagai orang dengan kemampuan yang berbeda. Diantara ajaran Islam yang dapat digunakan sebagai terapi terhadap gangguan kejiwaan untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman jiwa adalah agama. Diterangkan dalam Firman Allah SWT:
ﻳﻦ َ َﺎﺳ ِﺮ ِ ﺍﻵﺧ َﺮ ِﺓ ِﻣ َﻦ ْﺍﻟﺨ ِ ْﻼﻡ ِﺩﻳﻨًﺎ ﻓَﻠَ ْﻦ ﻳُ ْﻘﺒَ َﻞ ِﻣ ْﻨﻪُ َﻭﻫُ َﻮ ﻓِﻲ ِ َﻭ َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﺒﺘ َِﻎ َﻏﻴ َْﺮ ﺍﻹﺳ Artinya: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekalikali tidaklah akan diterima (Agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang yang merugi.”(Q.S.Al-Imran:85) Ayat lain dijelaskan bahwa fungsi mengingat Allah (Dzikrullah) adalah untuk menentramkan batin atau jiwa manusia seperti tertulis dalam Al-qur’an:
ُ ﺃَ َﺭﺃَﻳْﺖَ َﻣ ِﻦ ﺍﺗﱠﺨَ َﺬ ِﺇﻟَﻬَﻪُ ﻫَ َﻮﺍﻩُ ﺃَﻓَﺄ َ ْﻧﺖَ ﺗَ ُﻜ ﻮﻥ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻭ ِﻛﻴﻼ Artinya:
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Q.S.Al-Furqaan:43).
SLB Negeri Temanggung merupakan salah satu institusi yang memberikan layanan pendidikan bagi anak penyandang cacat mulai dari anak tunarungu dan tunagrahita, yang didalamnya terdapat proses belajar mengajar. Dalam proses
6
belajar mengajar membutuhkan komponen pendidikan yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan, adapun salah satu komponen pendidikan adalah model pembelajaran yang tepat. Metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam bahkan menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar di SLB Negeri Temanggung. Hal ini mengubah peneliti dan tertarik untuk mengungkap lebih lanjut bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencapai sebuah pembelajaran yang efektif untuk anak tunarungu khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Melihat membahasnya
permasalahan dengan
judul
diatas, skripsi:
akhirnya “
penulis
METODE
tertarik
untuk
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNARUNGU DI SLB NEGERI KECAMATAN KOWANGAN
KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN 2014”. B. Fokus Masalah Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan fokus masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung Tahun 2014?
7
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung Tahun 2014? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung Tahun 2014? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung Tahun 2014. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung. D. Kegunaan Penelitian Manfaat atau kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
8
1. Secara Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan dalam bidang PAI dan juga menambah bahan pustaka bagi perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Secara Praktis a. Bagi siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mengetahui tentang pembelajaran pendidikan agama Islam. b. Bagi Pembimbing, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk
memperbaiki
kualitas
pembinaan
agama
dalam
upaya
meningkatkan mutu pembelajaran. c. Bagi Lembaga, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana untuk lebih meningkatkan pembinaan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung. d. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah pengalaman penelitian dalam penelitian terkait dengan siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung. E. Penegasan Istilah Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain adalah didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:
9
1. Metode Metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan yang didasarkan pada strategi dan pendekatan tertentu artinya pendekatan dan strategi mendasari penyusunan suatu metode. Metode pembelajaran adalah agar guru atau pendidik lebih mudah, lebih efisian dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara maksimal. 2. Pembelajaran Menurut Tohirin (2005:7) bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Di dalam proses pembelajaran, terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan guru. Menurut penulis yang dimaksud pembelajaran pada penelitian ini adalah, bagaimana suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung. Yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. 3. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman peserta didik agar lebih mampu memahami,
menghayati
dan
mengamalkan
ajaran-ajaran
Islam.
Implementasi dari pengertian ini, pendidikan agama Islam merupakan
10
komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan Islam dengan bidang-bidang studi yang lain. Implikasi lebih lanjut, pendidikan agama Islam harus sudah dilaksanakan sejak dini sebelum peserta didik memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain (Muhaimin, 2001:76). Jadi yang peneliti maksudkan pembelajaran pendidikan agama Islam pada penelitian ini adalah, bagaimana cara mengarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. 4. Tunarungu Tunarungu merupakan suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
alat
pendengaran
sehingga
mengalami
hambatan
dalam
11
perkembangan bahasanya. Anak tunarungu memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penulis tunarungu yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah, kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan untuk mendengar berarti kehilangan kemampuan menyimak secara utuh peristiwa di sekitarnya. F. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan ilmu yang membahas metode ilmiah dalam proses penelitian (Suprayogo dan Tabroni, 2003:7). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan digunakan tahap-tahapan sebagai berikut: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen studi dokumenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (
12
Sukmadinata, 2005:108). Dalam laporan penelitian ini data memungkinkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen lainnya. Moloeng (2008:2) menyatakan, bahwa penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah peneliti berangkat ke lapangan mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah atau in situ. 2. Kehadiran Penelitian Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting. Karena peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus terjun langsung di lapangan untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang penelitiannya. Maka, peneliti akan melakukan penelitian langsung di SLB Negeri Temanggung, dan akan melakukan wawancara dan observasi dengan subjek penelitian di SLB Negeri Temanggung. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di SLB Negeri Temanggung. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian di SLB Negeri Temanggung berkaitan dengan upaya pengembangan pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung sangatlah penting. Oleh karena itu, para guru untuk pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Luar Biasa Temanggung perlu terus dikembangkan.
13
Salah satu diantara Lembaga SLB Negeri Temanggung yang menerapkan metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung. Lembaga ini merupakan asset yang perlu dilestarikan dan dijaga kualitasnya, sehingga akan meningkat pula dalam mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamili). 4. Sumber Data Sumber data adalah subjek yang akan diteliti. Subjek penelitian adalah orang atau siapa saja yang menjadi sumber penelitian (Arikunto, 1989:102). Sumber data dibedakan menjadi dua (2) antara lain: a.
Data Primer Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orangorang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data atau informasi tersebut diperlukan. Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu guru PAI dan siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung.
14
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data informasi yang diperoleh dari sumbersumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Menurut Mestika Zet (2004:10). Dalam penelitian ini data sekunder yaitu dengan mewancarai guru pendidikan agama Islam untuk mendapatkan datadata yang diperlukan seperti dokumen-dokumen tentang siswa Sekolah Luar Biasa. 5. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode-metode berikut: a. Metode Wawancara Suprayogo dan Tabroni (2003: 167) menyatakan, metode wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face). Sedangkan menurut Surakhmad (1985: 32) wawancara adalah pengumpulan data dengan proses tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau lebih secara saling berhadapan secara fisik. Metode wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan kepada
beberapa
responden
melalui:
data
tentang
metode
pembelajaran pendidikan agama Islam, karakteristik pembelajaran
15
pendidikan agama Islam, faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung. Informan dalam wawancara ini adalah Kepala Sekolah SLB Negeri Temanggung, guru pendidikan agama Islam, siswa tunarungu, dan orang tua dari siswa tunarungu. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada dan dipandang relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan rapat, catatan seharian dan sebagainya (Arikunto, 1989:131). Metode ini digunakan untuk memperoleh data sejarah SLB Negeri Temanggung. Struktur organisasi, keadaan guru dan siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung, Pembelajaran pendidikan agama Islam serta macam-macam layanan yang dimiliki SLB Negeri Temanggung dan data-data dan informasi lain yang menunjang. c. Metode Observasi Metode observasi adalah pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan SLB Negeri Temanggung baik keadaan bagi siswa tunarungu maupun gurunya. Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
16
proposional maupun langsung diperoleh dari mata (Moloeng, 2007:174). Posisi penelitian di sini adalah sebagai observer participant. Dalam kaitan ini, peneliti dituntut untuk langsung terjun ke lokasi dimana penelitian tersebut untuk mengadakan pengamatan dan penelitian supaya mendapatkan data yang diinginkan. Melalui metode observasi ini, peneliti bisa mengetahui secara langsung fenomena yang diteliti, mengenai keadaan guru PAI, siswa tunarungu, metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung, karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB
Negeri Temanggung, faktor pendukung dan faktor
penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung. 6. Metode Analisis Data Menurut Suprayogo dan Tobroni (2003: 19) analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademisi, dan ilmiah. Peneliti menggunakan analisis data kualitatif seperti yang dikemukan oleh Miles dan Huberman (1992: 15-19), yaitu meliputi komponen kegiatan, yakni: a. Pengumpulan data Pengumpulan data lapangan berwujud kata-kata dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
17
b. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. c. Penyajian data Penyajian di sini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. d. Penarikan kesimpulan / verifikasi Dalam pandangan ini hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan lain (Moloeng, 2009:330). Karena ini menggunakan beberapa sumber buku metode dan pengecekan sesuai hasil. 8. Tahap-tahap Penelitian a. Kegiatan administratif yang meliputi, pengajuan ijin operasional untuk penelitian dari Kepala Sekolah SLB Negeri Temanggung selaku penanggung jawab, kemudian menyusun pedoman wawancara dalam melakukan administrasi lainnya.
18
b. Kegiatan lapangan yaitu meliputi: 1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu SLB Negeri Temanggung. 2) Menemui para siswa tunarungu yang akan dijadikan subjek penelitian. 3) Melakukan survei langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara kepada para responden atau informan sebagai langkah pengumpulan data. 4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan. 5) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan sebagai deskriptif temuan penelitian. 6) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan. G. Sistematika Penulis Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil penelitian kualitatif, secara garis besar sebagai berikut: 1. Bagian Awal Bagian awal ini, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
19
2. Bagian Inti Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data: BAB I : Pendahuluan Meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulis Skripsi. BAB II : Kajian Pustaka Berisi Metode Pembelajaran Pendidikan agama Islam, Pendidikan agama Islam pada Anak Tunarungu (SLB), Anak Tunarungu. BAB III: Paparan Data Penelitian Meliputi Gambaran Umum SLB Negeri Temanggung dan Penerapan Pembelajaran Pendidikan agama Islam pada Anak Tunarungu di SLB Negeri Temanggung. BAB IV: Analisis Data Penelitian Meliputi
metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada
siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung, karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung, faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung. BAB V: Kesimpulan, Saran dan Penutup yang meliputi Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.
20
3. Bagian Akhir Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar Pustaka, Lampiranlampiran, dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Metode Metode diartikan sebagai cara memikirkan suatu rencana, atau rencana penyajian bahan yang menyeluruh dan urutan yang sistematis pendekatan dan strategi tertentu. Dari pendapat diatas bisa dijelaskan bahwa metode adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. (http://wordpress.com/2014/05/05/pengertian-metode.html, Selasa 23 september 2014). 2. Pembelajaran Kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang berimbuhan awalan pe- dan akhiran –an. Secara umum dapat diketahui bahwa pembelajaran berarti sebuah proses belajar dan mengajar. Akan tetapi banyak ahli yang telah mendefinisikannya dengan lebih sistematis, baik dari kata pembelajaran itu sendiri atau secara terperinci dari kata belajar dan mengajar. Untuk lebih mudah dalam memahaminya maka akan dipaparkan pengertiannya satu persatu. Definisi belajar telah diungkapkan oleh banyak ahli diantaranya oleh Crombach dalam bukunya Educational Psycology, menyatakan “Learning is show by a change in behavior as a result of experience.”
22
(Suryabrata, 2007:231), yang berarti bahwa belajar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan. Sedangkan menurut dictionary of psychology yang dikutip dari Muhimmin Syah menyebutkan bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama: belajar diartikan “the process of acquiring knowledge”, kedua: belajar diartikan “a relatively permanent change potentiality which occurs as a result of reinforced practice.” Pengertian pertama memiliki suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk beraksi yang relatife langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (Sriyanti, 2009:22-33). Kata belajar memiliki beberapa pengertian sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Nasution yang dikutip oleh Usman (2002:19) yaitu sebagai berikut: a. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan kepada murid; b. Mengajar ialah kebudayan kepada anak; dan c. Mengajar ialah aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar. Senada
dengan
pengertian
tersebut
diatas
Reflis
Kosasi
menjelaskan bahwa mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan perilaku tingkah laku pada diri anak (Usman, 2002:20-
23
21). Kemudian disimpulkan oleh Usman (2002:21) bahwa mengajar adalah suatu usaha bagaimana lingkungan dan adanya interaksi subjek didik (anak) dengan lingkungannya sehingga tercipta kondisi belajar yang baik. Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa mengajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang terhadap peserta didik untuk menghasilkan adanya suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari perilaku buruk menjadi baik dalam satu waktu yang dikondisikan. Pengertian tersebut di atas sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Al-Kahfi:66, yaitu:
ُﻚ َﻋﻠَﻰ ﺃَ ْﻥ ﺗُ َﻌﻠﱢ َﻤ ِﻦ ِﻣ ﱠﻤﺎ ُﻋﻠﱢ ْﻤﺖَ ُﺭ ْﺷﺪًﺍ َ ﻗَﺎ َﻝ ﻟَﻪُ ُﻣﻮ َﺳﻰ ﻫَﻞْ ﺃَﺗﱠﺒِﻌ Artinya: Musa berkata kepadanya : “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadamu (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” (Q.S. Al-Kahfi:66). Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pada firman Allah SWT dan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berarti sebuah proses yang berlangsung antara dua belah pihak yaitu penyampai
24
(guru)
dan
penerima
(peserta
didik)
dalam
rangka
mentransformasikan suatu pengetahuan dengan didasari rasa tanggung jawab. Dengan dijelaskan definisi belajar, mengajar dan pembelajaran itu sendiri maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa belajar adalah usaha untuk mendapatkan sesuatu yang ditandai dengan adanya suatu
perubahan,
mengajar
adalah
usaha
seseorang
untuk
mempengaruhi orang lain agar memiliki sikap dan pengalaman yang baru, dan pembelajaran adalah proses antar keduanya (belajar dan mengajar). a.
Teori Pembelajaran Teori merupakan sebuah pernyataan ilmiah yang diungkapkan
oleh para ahli dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran sebenarnya telah muncul sejak manusia itu dilahirkan, sedangkan munculnya teori pembelajaran adalah belakangan setelah kehidupan manusia berkembang secara mapan. Ketika pola pikir manusia semakin maju dan berkembang, maka teori pembelajaran juga bermunculan secara bertahap dan semakin sempurna. Akan tetapi bukan berarti teori sebelumnya adalah salah, karena masing-masing teori memiliki dasar dan pembuktian sendirisendiri. Secara singkat dibawah ini akan diungkapkan beberapa teori pembelajaran yang berdasarkan pada bidang psikologi yaitu:
25
1) Teori Kondisioning Klasik oleh Ivan Petrovich Pavlov (18491936) Teori ini lebih dikenal dengan sebutan nama pencetusnya yaitu teori Pavlov. Teori ini menyatakan bahwa sikap perilaku seseorang dapat berupa sebuah respon dari stimulus yang ada, atau dengan bahasa lain perilaku telah tumbuh dari sebuah kebiasaan yang sengaja telah dikondisikan. 2) Teori koneksionisme oleh Edward Lee Thorndike (1874-1989) Menurut Thorndike belajar untuk mengubah sebuah perilaku tidak cukup dengan adanya stimulus dan respon, akan tetapi Thorndike
telah
menghubungkan
keduanya
karena
dapat
menghasilkan adanya hubungan saraf (neural) yang ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku. Oleh karena itu teori ini disebut dengan koneksionisme yang mengacu pada koneksi neural antara stimulus dan respon (Sriyanti, 2009:63). Bagi Thorndike, bentuk belajar yang paling mendasar adalah Trial and Eror atau disebut dengan selection dan connection (Sriyanti, 2009:63). 3) Teori operan kondisioning oleh B. F. Skinner (1904-1990) Teori yang diungkapkan Skinner sebenarnya tidak lari dari dasar adanya hubungan antara stimulus dan respon, hanya saja skinner menambahi bahwa stimulus yang menghasilkan respon positif hendaknya diberi sebuah pengukuhan (reinforcement). Pengukuhan
26
(reinforcement) adalah metode peningkatan frekuensi atau kekerapan (berlangsungnya) suatu perilaku (Sriyanti, 2009:83). Teori-teori tersebut merupakan teori mendasar dari segi psikologi perspektif behaviorisme (tingkah laku). Dengan dasar teori-teori tersebut ada beberapa teori yang lebih spesifik mengarah pada proses pembelajaran disebutkan oleh (Hamalik, 2003:58-64). Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. a) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. b) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. c) Pembelajaran
adalah
suatu
proses
membantu
siswa
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. d) Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. b. Ciri Pembelajaran Dilihat dari definisi dan teorinya, pada hakikatnya pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Pembelajaran yang dibahas di sini adalah pembelajaran yang berlangsung secara sistematis dan direncanakan dalam sebuah bangku pendidikan.
27
Pembelajaran sebagai suatu proses belajar dan mengajar secara terperinci dari segi belajar telah memiliki ciri-ciri tersendiri sebagaimana diungkapkan oleh Sriyanti mengutip pendapat Baharudin dan Esa N. W yaitu: 1. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku. 2. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen. 3. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa bersifat potensial. 4. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau pengalaman. 5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan (Sriyanti, 2009:24) Dari sini nampak jelas bahwa ciri-ciri orang yang telah belajar maka akan didapatkan suatu perubahan pada dirinya. Adapun ciri-ciri pembelajaran yang dilangsungkan dalam ruangan menurut Hamalik (2003:64-66) adalah sebagai berikut: a. Rencana, b. Kesaling ketergantungan (interdependence) c. Tujuan, Rencana berarti adanya sebuah kesengajaan penataan terhadap semua unsur-unsur sistem pembelajaran yang termasuk didalamnya yaitu
penataan
ketenangan,
material
dan
prosedur
untuk
28
mempermudah dalam melangkah pada hal-hal yang hendak menjadi tujuan. Kesaling ketergantungan berarti adanya saling kait mengkait antara unsur-unsur pembelajaran yang satu dengan yang lainnya dengan selaras, serasi, dan sistematis. Ini berarti pembelajaran tidak akan terjadi ketika tidak ada keterpaduan dalam unsur-unsur pembelajaran. Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik ketika tidak ditentukan atau memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu dalam proses pembelajaran tersebut. Maka dengan adanya tujuan atau lebih mudah mengarah dan dapat menfokuskan pembicaraan dalam pembahasan materinya, sehingga peserta didik akan lebih mudah untuk menerima dam memahami. Berbeda dengan Hamalik, (Djamaroh, 2006:39-42) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran secara lebih terperinci sebagai berikut: 1) Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, sehingga perhatian dipusatkan pada anak didik. 2) Prosedur yang direncanakan dan didesain secara sistematik dan relevan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat tercapai tujuan yang optimal. 3) Materi sesuai tujuan dengan memperhatikan komponen anak didik dan
komponen-komponen
lain
serta
berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
disiapkan
sebelum
29
4) Aktivitas anak didik baik secara fisik maupun mental. 5) Guru sebagai pembimbing harus dapat memotivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. 6) Kedisiplinan dalam pelaksanaan prosedur yang telah ditetapkan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin. 7) Adanya batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran 8) Evaluasi dalam rangka untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Ciri-ciri ini sifatnya lebih melengkapi, karena ciri-ciri sebelumnya juga telah tercakup dalam ciri-ciri yang terakhir. Dari ciri-ciri yang ada menunjukkan bahwa pembelajaran adalah suatu pelaksanaan yang tertata secara sistematis, dan mengarah dalam mencapai tujuan, yang mana tujuan utamanya adalah suatu perubahan atas bimbingan dari seorang guru. c. Unsur-unsur Pembelajaran Unsur dapat dikatakan suatu komponen yang harus ada. Unsur pembelajaran berarti segala sesuatu yang harus ada dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebenarnya unsur pembelajaran juga dapat menjadi ciri dari pembelajaran, maka isi dari unsur pembelajaran hampir sama dengan yang disebutkan dalam ciri-ciri pembelajaran. Secara mendasar unsur yang paling utama adalah guru, siswa dan materi.
30
Menurut (Djamaroh, 2006:41-50) yang termasuk dalam unsurunsur pembelajaran adalah: 1. Tujuan pembelajaran; 2. Bahan pelajaran (materi); 3. Kegiatan belajar mengajar; 4. Metode pembelajaran; 5. Alat dan alat bantu pembelajaran; 6. Sumber pelajaran; 7. Evaluasi. (Slameto, 1991:91-92) menyebutkan unsur-unsur pembelajaran dengan bahasa yang berbeda, bahwa dalam membuat strategi belajar mengajar mencakup 8 unsur perencanaan tentang: a. Komponen-komponen sistem yaitu guru/dosen, siswa/mahasiswa; b. Jadwal pelaksanaan; c. Tugas-tugas belajar yang akan dipelajari dan yang telah diidentifikasikan; d. Masukan dan karakteristik siswa; e. Bahan pengait; f. Metode dan teknik; g. Media yang digunakan. Berbeda dengan kedua pendapat diatas menurut (Hamalik, 2003:67-70) membagi unsur pembelajaran sebagai berikut: 1) Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru
31
a) Motivasi membelajarkan siswa. Yakni seorang guru harus memiliki motivasi yang kuat untuk mendidiknya siswanya. Sehingga guru harus berjiwa ikhlas dan berpendidikan dalam rangka menjadikan peserta didiknya menjadi orang yang berpengetahuan dan kepribadian yang baik. b) Kondisi guru siap membelajarkan siswa Tidaklah cukup dengan motivasi yang tinggi untuk menjadi guru, akan tetapi juga harus benar-benar mempersiapkan diri dengan kemampuan dalam proses pembelajaran atau yang disebut dengan kemampuan professional. 2) Unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar a) Motivasi belajar menurut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. b) Sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan belajar diantaranya: (1) Buku pelajaran; (2) Pribadi guru; (3) Sumber masyarakat. c)
Pengadaan alat-alat bantu belajar.
d) Suasana kelas (balajar) yang efektif. e)
Subjek yang belajar.
32
Unsur-unsur ini lebih mengarah pada hal yang bersifat umum yakni dari segi intern (kepribadian guru) dan juga bersifat ekstern (abstrak: buku materi, alat bantu, siswa). Berdasarkan pada beberapa unsur yang telah disebutkan dapat disimpulkan secara umum unsur-unsur pembelajaran adalah: a)
Guru dan siswa atau pengajar dan yang diajar.
b) Materi yang diajarkan. c) Metode pembelajaran. d) Media pembelajaran. e) Alat bantu (dapat berupa media atau bahan pengait materi). f)
Sumber pelajaran.
g) Tujuan pembelajaran. h) Evaluasi. 3. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan
bimbingan,
pengajaran
dan
latihan
dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002:75-76). Menurut penulis yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam berdasarkan
teori
diatas dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
33
pendidikan agama Islam adalah upaya yang ditempuh pendidik dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan
agama
Islam
di
sekolah
memudahkan dalam mencapai tujuan utama khususnya pembelajaran pendidikan agama Islam. Berdasarkan penegasan istilah yang telah dijabarkan maka maksud judul diatas adalah upaya merencanakan, melaksanakan dan evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diterapkan dengan mudah khususnya bagi anak tunarungu sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup (philosophy life) Anda adalah Islam, maka tujuan pendidikan menurut anda haruslah diambil dari ajaran Islam (Tafsir, 1991: 46). Menurut Daradjat (2009: 32) dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam tujuan itu meliputi: 1) Tujuan Umum Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai denagn semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.
34
2) Tujuan Akhir Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula. Pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah surat Al-Imran ayat 102, yang berbunyi:
ﻳﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ﺍﺗﱠﻘُﻮﺍ ﱠ ﷲَ َﺣ ﱠ ﻮﻥ َ ﻖ ﺗُﻘَﺎ ِﺗ ِﻪ َﻭﻻ ﺗَ ُﻤﻮﺗُ ﱠﻦ ِﺇﻻ َﻭﺃَ ْﻧﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤ َ ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡﻬَﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬ Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” 3) Tujuan Sementara Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. 4) Tujuan Operasional Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai denagn sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Daradjat, 2009: 32).
35
c.
Faktor pendukung pembelajaran pendidikan Agama Islam Faktor pendukung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dilihat dari segi guru, sumber/ sarana/ fasilitas, dan siswa, sebagaimana menurut pendapat Zuharini (1992: 121) bahwa faktor pendukung pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: 1) Sikap mental guru Para guru hendaknya menyadari tentang perlunya pembaharuan strategi belajar mengajar. Sehingga mempunyai kesiapan mental untuk melaksanakan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) sebagai hasil dari adanya pembahasan pendidikan. 2) Kemampuan guru Para guru hendaknya mempunyai beberapa kemampuan yang dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seorang guru dituntut untuk mampu menguasai isi pokok pelajaran pendidikan agama Islam. 3) Penyediaan alat peraga/ media Dalam kegiatan belajar mengajar alat atau media sangat diperlukan agar dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Alat atau media harus diupayakan selengkap mungkin agar segala aktivitas mengajar dapat dibantu dengan media.
36
4) Kelengkapan kepustakaan Kepustakaan sebagai kelengkapan dalam menunjang keberhasilan pegajaran, hendaknya diisi dengan berbagai buku yang relevan sebagai upaya untuk pengayaan terhadap pengetahuan dan pengalaman siswa. d. Kurikulum 1) Pengertian Kurikulum Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan, kurikulum hendaknya adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta canggihnya teknologi. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Disamping itu, kurikulum harus bisa memberikan arahan
dan
patokan
keahlian
kepada
peserta
didik
setelah
menyelesaikan suatu program pengajaran pada suatu lembaga (Haryati, 2011:1). Definisi kurikulum yang akan digunakan yaitu kurikulum yang dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tersebut. Kurikulum diartikan 2 macam yaitu:
37
a) Sejumlah materi pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari di sekolah/perguruan tinggi atau memperoleh ijazah tertentu. b) Sejumlah materi pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan (Munardji, 2004:83). Dinyatakan oleh Nik Hayati (2011:2) bahwa hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan. 2) Ciri-ciri Kurikulum dalam Pendidikan Agama Islam Menurut Al-Syaibani sebagaimana dikutip oleh Nik Haryati (2011:5), bahwa kurikulum pendidikan Islam seharusnya ciri-ciri sebagai berikut: a) Kurikulum pendidikan Islam harus menonjol mata pelajaran Agama dan akhlak. b) Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani. c) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, akal, dan rohani manusia.
38
d) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu ukir, pahat, tulis indah, gambar, dan sejenisnya. Berdasarkan kurikulum pendidikan agama Islam diatas, yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan kebudayaan, dalam pelaksanaan program PAI pada siswa tunarungu kurikulum yang dipakai di SLB Negeri Temanggung menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan SKKD sebagai pedoman pengajaran di SLB Negeri Temanggung. e.
Faktor penghambat pembelajaran pendidikan Agama Islam Sedangkan faktor penghambat dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menurut pandangan Zuharini (1993) dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Kesulitan dalam menghadapi perbedaan individu peserta didik. 2) Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan peserta didik. 3) Kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran. 4) Kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat-alat pembelajaran. 5) Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan. (http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2014/05/05/faktorfaktor-pendukung-dan-penghambat.html, Senin 05Mei2014)
39
f.
Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum Ada
tiga
faktor
yang
mempengaruhi
penggunaan
model
pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi pendidikan agama Islam, kendala pembelajaran, serta karakteristik peserta didik. Pembelajaran agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dan yang dimaksud dengan karakteristik bidang studi pembelajaran Agama Islam adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang terbangun dalam struktur isi dan konstruk/tipe isi bidang studi pendidikan
agama
Islam
berupa
fakta,
konsep,
dalil/hukum,
prinsip/kaidah, prosedur, dan keimanan yang menjadi landasan dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran (Muhaimin, 2002:150). Faktor yang kedua yaitu kendala pembelajaran adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan dana yang tersedia. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu karakteristik peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai. Jadi ketiga faktor diatas sangat mempengaruhi dalam pemilihan suatu strategi/metode pembelajaran agama Islam (Muhaimin, 2002:151).
40
Pembelajaran pendidikan agama Islam tentu saja sangat berbeda dengan pembelajaran materi-materi lainnya, sebab materi ini mencakup segala bentuk perubahan, baik kognitif, psikomotorik, maupun efektif, yang menuntut praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman kognitif tentang agama Islam, menuntut perubahan psikomotorik yang harus dilakukan secara fisik maupun mental, dan perubahan itu menuntut perwujudan sikap yang disebut akhlak. Sehingga, pengetahuan agama yang ditanamkan kepada peserta didik, dapat merubah tingkah laku mereka ke arah yang ditentukan dalam Islam. Sebagai contoh, misalnya pembelajaran mengenai keyakinan terhadap adanya Malaikat. Pembelajaran pengetahuan mengenai Malaikat dan tugas-tugasnya, menuntut keyakinan bahwa para Malaikat itu ada, dan setelah keyakinan itu tumbuh, maka dituntut pula sikap yang mengarah kepadanya. Misalnya keyakinan terhadap adanya Malaikat Raqib dan Atid yang mencatat amal perbuatan manusia, maka peserta didik diharapkan menyadari bahwa setiap perbuatannya akan dicatat, sehingga ia tidak akan melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu, dalam pembelajaran agama Islam, guru menjadi figure central yang sangat menentukan, sebab pembelajaran semacam ini membutuhkan contoh nyata dalam kehidupan. Pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah-sekolah umum diberikan sesuai dengan jenjangnya. Materi agama Islam pun
41
disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Materi tersebut antara lain sejarah Islam, Shalat, Thaharah, Puasa, hafalan surat-surat pendek dan do’a-do’a sehari, dan Tajwid. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, tugas guru sangatlah berat. Seorang guru dituntut memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain: kesiapan mental dalam menghadapi berbagai kesulitan mengajar, mampu memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan, selalu ingin meningkatkan prestasi, menguasai teknik-teknik mengaktifkan murid, dan menjadi teladan bagi murid-murid (Mansyur, dkk., 1982: 10-11). g.
Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Materi pendidikan agama Islam yang diberikan kepada anak tunarungu hanya dibatasi pada meteri-materi yang sederhana. Muatan materinya meliputi Al-Qur’an, Akidah, Akhlak, dan Fiqih. Cara penyampaian materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan Islami seperti doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan huruf Hijaiyah, pengenalan Rukun Iman, Rukun Islam, Wudhu, Sholat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam guru mengajar dengan rasa sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan contohcontoh sederhana sehingga siswa dapat sedikit demi sedikit memahami materi yang diajarkan. Di sini terdapat sesuatu yang khas dalam proses pembelajaran di SLB (Sekolah Luar Biasa) yaitu walaupun metode
42
yang diterapkan sama dengan
sekolah
umum,
umum
dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan dalam sistem menggunakan metode yang ada. Jadi, berdasarkan teori di atas, anak-anak tunarungu juga memiliki hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-anak umumnya dimana kurikulum dan materinya disesuaikan kondisi mereka dan yang berupa materi-materi sederhana. Sedangkan penyampaian materinya menggunakan model-model khusus sesuai dengan gangguan yang dialami siswa. A. Tunarungu 1. Pengertian Tunarungu Secara umum tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai
rangsangan,
terutama
melalui
indera
pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi anak tunarungu oleh beberapa ahli. Dalam bukunya T. Sutjihati Somantri, Andreas Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
43
mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengar maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga hambatan
dalam
perkembangan
bahasanya.
Anak
mengalami tunarungu
memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang kelak. Mencermati berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ketunarunguan adalah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, dan sangat berat yang dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu kurang dengar dan tuli, yang menyebabkan terganggunya proses perolehan informasi atau bahasa sebagai alat komunikasi. Besar kecil kehilangan pendengaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan komunikasinya dalam kehidupan sehari-hari, terutama bicara yang jelas dan benar.
44
2. Klasifikasi Anak Tunarungu Menurut Efendi dalam bukunya “Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan” mengemukakan, ada beberapa klasifikasi tunarungu secara terinci antara lain: a. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (desibell). Ciri anak tunarungu kehilangan pendengaran pada rentangan yaitu kemampuan mendengar masih baik karena berada di garis batas antara pendengaran normal dan kekurangan pendengaran taraf ringan, tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan dapat mengikuti sekolah biasa dengan syarat tempat duduknya perlu diperhatikan, terutama harus dekat dengan guru. b. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut yaitu dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat, tidak mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi hatinya, tidak dapat menangkap suatu percakapan yang lemah. c. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB (desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut yaitu dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, sering terjadi mis-understanding terhadap lawan bicaranya jika diajak bicara, penyandang tunarungu kelompok ini mengalami kelainan bicara terutama pada huruf konsonan misalnya “K” atau “G”
45
mungkin diucapkan menjadi “T” dan “D”, kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam percakapan. d. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut yaitu, kesulitan membedakan suara, tidak memiliki kesadaran bahwa benda-benda yang ada di sekitarnya memiliki getaran suara. e. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB (desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada kelompok ini hanya dapat mendengar suara keras sekali pada jarak kira-kira 1 inchi (+ 2,54 cm) atau sama sekali tidak mendengar. 3. Karakteristik Anak Tunarungu Karakteristik anak tunarungu sangat komplek dan berbeda-beda satu sama lain. Secara kasat mata keadaan anak tunarungu sama seperti anak normal pada umumnya. Apabila dilihat beberapa karakteristik yang berbeda. Karakteristik bahasa dan bicara anak tunarungu yaitu: a. Miskin kosa kata. b. Mengalami kesulitan dalam mengerti ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan dan kata-kata abstrak. c. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa. d. Sulit memahami kalimat-kalimat yang komplek atau kalimatkalimat yang panjang serta bentuk kiasan.
46
Anak tunarungu juga mempunyai beberapa karakteristik, terutama keterbatasan kosa kata. Hal tersebut yang menyebabkan anak tunarungu kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Terlebih lagi permasalahan tentang kejelasan dalam berbicara. Anak tunarungu biasanya mengalami masalah dalam artikulasi, yaitu mengucapkan kata-kata yang tidak tahu atau kurang jelas. Anak tunarungu mempunyai karakteristik yang spesifik bahwa anak tunarungu mempunyai hambatan dalam perkembangan bahasa (mendapatkan bahasa). Bahasa sebagai alat komunikasi dengan orang lain. Sedangkan, anak tunarungu mempunyai permasalahan dalam wicaranya untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena wicara sebagai alat yang sangat penting dalam komunikasi. Dalam berbicara pun harus menggunakan artikulasi yang sangat jelas agar pesan mudah diterima oleh orang lain, maka dari itu anak harus dilatih secara berulang-ulang sehingga anak terampil mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang tepat dan jelas. Mencermati beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa seseorang tunarungu memiliki keterbatasan dengan memperoleh bahasa dan mengalami permasalahan dalam bicaranya. Kurang berfungsinya indera pendengaran menyebabkan anak tidak dapat menirukan ucapan kata-kata dengan tepat dan jelas. Oleh sebab itu, anak tunarungu untuk mendapatkan bahasa atau kosa kata harus
47
melalui proses belajar mengenal kosa kata dan belajar mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas. 4. Perkembangan Anak Tunarungu Dalam buku “Psikologi Anak Luar Biasa” karya T. Sutjihati Somantri, fungsi-fungsi perkembangan anak tunarungu itu ada yang tertinggal jauh oleh anak normal. Ada pula yang sama atau hampir sama menyamai anak normal. Dibawah ini akan dipaparkan mengenai perkembangan pada anak tunarungu, yaitu: a. Perkembangan Bicara dan Bahasa Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman. pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Menurut T. Sutjihati Somantri (2006:95), anak Tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak Tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. b. Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu Intelegensi anak Tunarungu secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh
48
tingkat kemampuan berbahasanya, keterbahasan informasi, dan daya abstraksi anak. Pekembangan kognitif anak Tunarungu sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa akan menghambat perkembangan inteligensi anak Tunarungu. Anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang rendah melainkan secara umum karena inteligensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang. Pendapat Fruth yang dikutip oleh Sri Moerdani
(1987:32)
mengemukakan
bahwa
anak
Tunarungu
menunjukkan kelemahan dalam memahami konsep berlawanan. Sedangkan, konsep berlawanan itu sangat tergantung dari pengalaman bahasa. c.
Perkembangan Emosi Anak Tunarungu Anak Tunarungu menafsirkan sesuatu secara negative atau salah
dan sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat mengahambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan. Emosi anak Tunarungu selalu bergolak di satu pihak karena kemiskinan bahasanya dan pihak lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya. Anak Tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.
49
d. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan kebersamaan dengan orang lain. Demikian pula anak Tunarungu, tidak lepas dari kebutuhan tersebut. Dengan adanya hambatan dalam perkembangan sosial ini mengakibatkan pula pertambahan minimnya penguasaan bahasa dan kecenderungan menyendiri serta memiliki sifat egosentris. Faktor sosial dan budaya meliputi pengertian yang sangat luas, yaitu lingkungan hidup di mana anak berinteraksi anatara individu dengan individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Anak Tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, anak Tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena hidup dalam lingkungan yang bermacam-macam. e. Perkembangan Perilaku Anak Tunarungu Kepribadian pada dasarnya merupakan keseluruhan sifat dan sikap pada
seseorang
penyesuaiannya
yang dengan
menentukan lingkungan.
cara-cara Anak
unik
Tunarungu
dalam untuk
mengetahui keadaan kepribadiannya, perlu kita perhatikan cara penyesuaiannya. Perkembangan kepribadian banyak ditentukan oleh hubungan antara anak dan orang tua terutama ibunya. Perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan atau perluasan pengalaman pada
50
umumnya diarahkan pada faktor anak sendiri. Faktor dalam diri anak Tunarungu yaitu ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran, kemiskinan berbahasa, ketidaktetapan emosi, dan keterbatasan inteligensi
dihubungkan
dengan
sikap
lingkungan
terhadap
menghambat perkembangan kepribadiannya. 5.
Faktor-faktor penyebab Tunarungu Menurut Moores (1978) dalam bukunya Efendi mengidentifikasikan
beberapa penyebab ketunarunguan yang dialami anak dihubungkan dengan kurun waktu terjadinya yaitu: a.
Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal) yaitu ketunarunguan yang terjadi ketika anak masih berada dalam kandungan ibunya. Kondisi yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi pada saat anak dalam kandungan sebagai berikut: 1) Hereditas atau keturunan Banyak informan yang mengindikasikan terjadinya keadaan genetis
yang
berbeda
dapat
mengarah
terjadinya
sebuah
ketunarunguan. Perpindahan sifat ini cenderung pada gen-gen yamg dominan, gen-gen represif, atau jenis kelamin yang berhubungan dengan gen-gen itu. Anak yang mengalami ketunarunguan karena di antara anggota keluarganya ada yang mengalami ketunarunguan. Menurut astimasi Moores (1982) presentase anak yang mengalami
51
ketunarunguan jenis ini sekitar 30%-60%. Ketunarunguan jenis ini disebut tunarungu genetis. 2) Maternal rubella Maternal rubella yang dikenal sebagai penyakit cacar air atau campak. Virus tersebut sangat berbahaya jika menyerang wanita ketika
tiga
bulan
pertama
waktu
kehamilan
sebab
dapat
memengaruhi atau berakibat buruk terhadap anak atau bayi yang dikandungannya. 3) Pemakaian antibiotik over dosis Obat-obat antibiotik lainnya yang besar pengaruhnya terhadap gangguan pendengaran atau tunarungu pada anak semasa dalam kandungan antara lain: dibydrosterptomycin, neomicin, kanamicin, dan streptomycin. 4) Toxoemia Ketika ibu sedang mengandung, karena suatu sebab ibu menderita keracunan pada darahnya (toxoemia). Kondisi ini dapat berpengaruh pada rusaknya placenta atau janin yang dikandungnya, kemungkinan bayi itu lahir akan menderita tunarungu. b.
Ketunarunguan saat lahir (neonatal) yaitu ketunarunguan yang terjadi
saat
anak
dilahirkan.
Ada
beberapa
kondisi
yang
menyebabkan ketunarunguan saat anak dilahirkan sebagai berikut:
52
1.
Lahir prematur Prematur adalah proses lahir bayi yang terlalu dini sehingga
berat badannya atau panjang badannya relatif sehingga di bawah normal dan jaringan-jaringan tubuhnya sangat lemah, akibatnya anak lebih mudah terkena axonia (kekurangan oksigen) yang berpengaruh pada kerusakan inti cochlea (cochlear nuclei). 2.
Rhesus factors Setiap manusia sebenarnya mempunyai jenis darah yang
disebut rhesus (rh). Jenis darah yang ada pada manusia adalah jenis darah A-B-AB-O. Pada jenis darah tersebut ada rhesus yang positif dan ada yang negatif. 3.
Tang verlossing Bayi yang dikandung tidak dapat lahir secara wajar, artinya
untuk mengeluarkan bayi dari kandungan mempergunakan pertolongan atau alat bantu. Untuk mengatasi kondisi yang demikian, biasanya dokter menggunakan tang dalam membantu lahir bayi. c.
Ketunarunguan setelah lahir (posnatal) yaitu ketunarunguan yang terjadi setelah anak dilahirkan oleh ibunya. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi setelah dilahirkan sebagai berikut:
53
1) Penyakit meningitis cerebralis Meningitis cerebralis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak. Terjadinya ketunarunguan ini karena pada pusat susunan saraf pendengaran mengalami kelainan akibat dari peradangan. Jenis ketunarunguan akibat peradangan pada selaput otak ini biasanya jenis ketunarunguan perseptif. 2) Infeksi Anak yang terkena infeksi akan menyebabkan anak mengalami tunarungu perspektif karena virus-virus akan menyerang bagian rumah siput (cochlea) sehingga mengakibatkan peradangan. 3) Otitis media kronis Pada penderita secretory otitis akan menderita ketunarunguan konduktif. Penyakit ini sering terjadi pada masa anak-anak yang diduga mengalami ototos media.
54
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB Negeri Temanggung SLB Negeri Temanggung adalah sekolah yang memiliki empat jenjang pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Karena SMPLB Negeri Temanggung adalah jenjang pendidikan yang bangunannya tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari SLB Negeri Temanggung, maka akan disajikan data secara umum SLB Negeri Temanggung, kecuali untuk data murid akan disajikan khusus hanya pada SLB Negeri Temanggung. 1. Letak Sekolah SLB Negeri Temanggung menempati bangunan diatas tanah seluas 10.987 M2. Tanah ini statusnya tanah bengkok, sebidang tanah ini diatasnya berdiri bangunan permanen untuk sekolah TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Adapun batas-batasnya yaitu: a. Sebelah utara berbatasan dengan SMPN 2 Temanggung. b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk. c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk. d. Sebelah barat berbatasan dengan sebidang sawah. Lokasi SLB Negeri Temanggung terletak di Jl. Gerilya No 25 Kowangan,
Kelurahan
Kowangan,
Kecamatan
Temanggung,
Kabupaten Temanggung. (Observasi dan Dokumentasi pada tanggal 15 April 2014).
55
2. Sejarah berdirinya SLB
Negeri
Temanggung adalah
sekolah
yang melayani
pendidikan bagi sekolah berkebutuhan khusus/ luar biasa/ cacat jenis: Tunanetra (A), Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), Tunalaras (E), Tunaganda (G). Sekolah ini berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Temanggung adalah SDLB Negeri Temanggung (jenjang tingkat SD) yang berdiri tahun 1991 kemudian tahun 2011 dialih fungsikan menjadi SLB Negeri Temanggung sampai sekarang. 3. Identitas Sekolah a. Nama Sekolah
: SLB Negeri Temanggung
b. NSS
: 101132303083
c. Jenjang
: TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB
d. Alamat
: Jl. Gerilya No. 25 Kowangan Temanggung
e. Kabupaten
: Temanggung
f. Provinsi
: Jawa Tengah
g. Kode Pos
: 56218
h. Telepon / Fax
: (0293) 493942
i. Status Sekolah
: Negeri
j. Nama Kepala Sekolah: Ina Sulanti, S. Pd k. NIP
: 1969062 199203 2 006
56
l. Alamat Rumah
:
Tegalroso
RT
04
RW
1
Parakan
Temanggung m. Telepon
: 085291385655
n. Banker
: Bank BRI Cabang Temanggung
o. No Rekening
: 1012-10-125238-50-9
p. Nama Rekenimg
: SDLB Negeri Temanggung
4. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi SLB Negeri Temanggung memiliki Visi “ Terwujudnya Pelayanan Prima, Prestasi, Akhlak Mulia, Iman dan Taqwa”. b. Misi 1) Menumbuhkan semangat pelayanan terhadap seluruh warga sekolah. 2) Mendorong dan membantu seluruh siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara mandiri dan optimal dan taqwa. 3) Menumbuhkan penghayatan karakter yang mulia sesuai budaya Bangsa Indonesia. Terwujudnya pelayanan prima, prestasi, akhlak mulia, Iman. 4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Agama sehingga menjadi sumber kearifan bertindak.
57
c. Tujuan 1) Mewujudkan pelayanan prima untuk anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). 2) Memandirikan anak. 5. Struktur Organisasi Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur segala urusan yang mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi melalui adanya struktur organisasi (Dokumentasi pada tanggal 15 April 2014). Adapun struktur organisasi SLB Negeri Temanggung sebagai berikut:
58
Bagan I Struktur Organisasi Sekolah Kepala Sekolah
KETUA KOMITE
Ina Sulanti, S.Pd
SFK Kuntjoro, SH.MM
Tata Usaha
Unit Perpus
Eryanto. M
Purwanti, S.Pd
Koord SMP LB
Koord SD LB
Koord TK LB
Sani Susangka, S.Pd.
Anan, S.Pd.
Sri Khamwati, S.Pd.
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
59
6. Keadaan Siswa Dalam perspektif pembelajaran pendidikan agama Islam, anak didik merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Aktivitas pendidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh karena itu, guru dan anak didik sebagai dwi tunggal artinya keduanya tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan kependidikan. Ketiadaan salah satunya menjadi penyebab tidak adanya kegiatan pendidikan, Syaiful Bahri (2004: 92). Setiap tahunnya SLB Negeri Temanggung selalu menerima dan meluluskan siswa. Penerimaan siswa baru setiap tahunnya mengalami kenaikan dan SLB Negeri Temanggung juga meluluskan siswanya dan diharapkan setelah lulus siswa itu dapat mandiri dan menghidupi dirinya tanpa bantuan orang lain dengan bekal keterampilan yang dimilikinya baik dilingkungan keluarga, dan dilingkungan masyarakat tanpa merasa minder dengan anak normal (wawancara pada tanggal 15 April 2014). Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang keadaan siswa SLB B pada anak tunarungu, dalam tabel sebagai berikut:
60
Tabel I Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas VII B No
Nama
Agama
Alamat
1.
Alfin Nur Fauzi
Islam
Perum Badran Kranggan Temanggung
2.
Dika Hendra Prabowo
Islam
Mlondong Badran Kranggan Temanggung
3.
Himatul
Khusnul Islam
Kauman Kaloran Temanggung
Khowatim 4.
Nabila Putri Oktaviani
Islam
Gembong purwodadi Tembarak Temanggung
Tabel II Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas VIII B No
Nama
Agama
Alamat
1.
M. Rizki Andana
Islam
Dangkel Parakan Temanggung
2.
Nanang Rubiyanto
Islam
Karangmalang Danurejo Kedu
3.
Rizki Andarwati
Islam
Gilingsari Temanggung
4.
Rizqi Romadhon
Islam
Kasihan Mudal Temanggung
Tabel III Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas IX B No
Nama
Agama
Alamat
1.
Evi Widiyarti
Islam
Ngropoh Kesur Kranggan Temanggung
2.
Destia Inggarjati
Islam
Butuh Temanggung
Keterangan: Dokumentasi 15 April 2014
61
7. Keadaan Guru Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah. Di pundaknya terletak tugas dan tanggung jawab yang berat dalam upaya mengantarkan anak didik ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak didik (Syaiful Bahri, 2004:87). Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Temanggung pada tahun 2014/2015 seluruhnya ada 34 orang yang terdiri dari 16 PNS, 16 Guru Wiyata Bakti, 1 orang Cleaning Service, dan 1 orang penjaga. Guru yang mengajar di SLB Negeri Temanggung tersebut berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan berpendidikan S1, SGPLB, 1 Lulusan SMK, dan 2 Lulusan SMP. Sedangkan untuk guru yang mengajar khusus di SLB B berjumlah 8 orang. Guru-guru di SLB Negeri Temanggung mendapatkan tugas dan tanggung jawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidikan guru yang ada di SLB Negeri Temanggung tidak pernah mengeluh, menjalankan tugasnya dengan penuh semangat, sabar dan ikhlas dalam membimbing anak yang berkebutuhan khusus mulai dari anak
62
tunarungu sampai dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental, dan anak autis. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SLB Negeri Temanggung sebagai berikut: Tabel VI Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Temanggung No 1.
Nama Ina Sulanti S, Pd
Pendidikan S1 PLB
Jabatan
Mengajar Kelas
Kepala
Kepala
Sekolah
B.D4,5,6
2.
Sukirno, S. Pd
S1 PLB
Guru
C.D3
3.
Heri Triyanti
SGPLB / D
Guru
C D4
4.
Sugeng
SGPLB / A
Guru
C1 D5
5.
Tanti Sugiawati S. Pd
S1 PLB
Guru
B D1
6.
Suharyati
SGPLB / C
Guru
C1 D1
7.
Teguh Dremi S, Pd
S1 / BK
Guru
B D1
8.
Widada S, Pd
S1 PLB
Guru
C1 D5
9.
Sumaryana S, Pd
S1 PLB
Guru
C1 D6
10.
Anan S, Pd
S1. B.IND
Guru
C1 D4
11.
Munawar S, Pd
S1 / BK
Guru
C1 D2
12
Wiwin Ernawati S, Pd
S1 PLB
Guru
C D5
13.
Drs. Waluya
S1 PLB
Guru
Olahraga
14.
Sri Idawati S, Pd
S1 PLB
Guru
C D6
Sekolah
63
15.
Indarti S, Pd
S1 PLB
Guru
B D6
16.
Menuk Agustini S, Pd
S1 PLB
Guru
B D3
17.
Tatik Efiyati S, Ag
S1. Agama
Guru
Guru PAI
18.
Fitri Nur Rochmah S, Pd
S1 PLB
Guru
C D2
19.
Dewi Kurniawati
S1 Agama
Guru
D D5
20.
Eryanto Murtadlo
SMK
TU
TU
21.
Sri Khamwati
S1 PLB
Guru
TKLB
22.
Purwanti Puji Astuti S, Pd
S1 PLB
Guru
B D5
23.
Sani Susangka S, Pd
S1 PLB
Guru
SMPLB/ VII
24.
Dian Puspita Sari S, Pd
S1
BK, Guru
C D1
Psikologi 25.
Dewi Pramudya Wardani S, Pd
S1 PLB
Guru
SMPLB / IX
26.
Yuni Prasetyo S, Pd
S1
Guru
Mapel Kesenian
27.
Parmini S, Pd
Guru
SMPLB
28.
Sopiah S, Pd
Guru
SMPLB
29.
Susanti S, Pd
Guru
SMPLB
30.
Ismi S, Pd
Guru
SMPLB
31.
Sri Idawati S, Pd
Guru
SMPLB
32.
Tanti Sugiyanti S, Pd
Guru
SMPLB
33.
Sri Sujatmi
Cleaning
Cleaning Service
SMP
Service 34.
Sodikin
SMP
Penjaga
Penjaga
64
Tabel V Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Temanggung No 1.
Nama Dewi Pramudya
Pendidikan
Jabatan
Mengajar Kelas
S1 PLB
Guru
SMPLB / VIIIB
S1 PLB
Gutu
SMPLB / VIII
S,Pd 2.
Sani Susangka S. Pd
3.
Tatik Efiyati S, Ag
S1 AGAMA
Guru
Guru PAI
4.
Parmini S, Pd
S1 PLB
Guru
SMPLB/VIIIB
5.
Sopiah S,Pd
S1 PLB
Guru
SMPLB/VIIIB
6.
Susanti S, Pd
S1 PLB
Guru
SMPLB/VIII
7.
Ismi S, Pd
S1 PLB
Guru
SMPLB/VIII
8.
Drs. Waluya
S1 PLB
Guru
SMPLB/VIIIB
Olahraga Keterangan: Dokumen 15 April 2014 Berdasarkan wawancara (tanggal 15 April 2014) dengan kepala sekolah dan beberapa guru yang ada di SLB Negeri Temanggung ini merupakan sebuah perjuangan, karena guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Temanggung berusaha menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah serta kesadaran dan ketaatan mereka akan tugas sebagai guru yaitu dengan cara mengembangkan dan memajukan SLB Negeri Temanggung.
65
8. Pendanaan Pendanaan adalah hal yang tidak dapat lagi ditawar demi kelangsungan suatu lembaga pendidikan. Dengan adanya pendanaan suatu lembaga pendidikan akan lebih maju. Dari hasil penelitian tentang pendanaan yang ada di SLB Negeri Temanggung dapat dilihat dari wawancara seperti di bawah ini: “Kalau masalah pendanaan di SLB Negeri Temanggung dikatakan cukup baik atau memadai karena pendanaan ini berasal dari bantuan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), dan Beasiswa dari Komite sekolah. Setiap tahun SLB Negeri Temanggung mendapat bantuan dari pemerintah pusat tetapi tidak tentu jumlahnya. Kemudian pendanaan itu kami gunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana, penggaji guru, dan alat atau pelengkap sekolah serta kebutuhan lainnya” (Wawancara pada tanggal 13 Mei 2014). 9. Sarana dan Prasarana Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah, diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, ruang guru, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Walaupun masih ada sarana dan prasarana yang kurang seperti media pembelajaran berupa gambar orang wudhu, gambar cara orang sholat, dan di SLB Negeri Temanggung ruang terapi sudah komplit namun, untuk tenaga kerja terapisnya yang belum ada, tetapi tidak
66
menjadikan guru di SLB Negeri Temanggung malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai pendidik sebagaimana mestinya, sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri Temanggung, dalam tabel sebagai berikut: Tabel VI Sarana dan Prasarana SLB Negeri Temanggung No
Nama Barang
Keterangan Ada
Jumlah
Tidak
1.
Rumah Dinas Kepala Sekolah
_
_
2.
Rumah Dinas Guru
_
_
3.
Rumah Dinas Penjaga
_
1
4.
Ruang Kepala Sekolah
_
1
5.
Ruang Guru
_
6.
Ruang TU
_
1
7.
Ruang Komputer
_
1
8.
Ruang Kelas
_
8
9.
Ruang Tunggu
_
_
10.
Mushola
_
1
11.
Ruang Kamar Mandi
_
4
12.
Ruang Perpustakaan
_
1
13.
Ruang Musik
_
1
14.
Ruang BK
_
1
67
15.
Ruang Bengkel
_
1
16.
Ruang Laboratorium
_
1
17.
Ruang Terapi
_
1
18.
Kantin
_
3
19.
Almari Perpustakaan
_
5
20.
Unit Alat Perbengkelan
_
1
21.
Unit Kedokteran
_
_
22.
Unit Alat Boga
_
_
23.
Unit Kecantikan/TataRias
_
_
24.
Ruang Konsultasi
_
1
25.
Ruang UKS
_
1
26.
Gedung
_
1
27.
Lapangan
_
1
28.
Dapur
_
1
Keterangan: Dokumen tanggal 13 Mei 2014 10. Keunggulan SLB Negeri Temanggung Selain hasil belajar secara akademik, SLB Negeri Temanggung juga memiliki keunggulan dan prestasi di luar akademik, diantaranya: 1. Juara I Kuda Lumping, Disabilitas tingkat Internasional. 2. Juara I Modeling Hari Autis tingkat Internasional. 3. Juara I Grup Band tingkat Karisedenan. 4. Juara II Baca Puisi tingkat Bakor Wil. 5. Juara III Melukis tingkat Nasional.
68
Berdasarkan hasil penelitian mengenai beberapa keunggulan dari SLB Negeri Temanggung dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut: “Murid-murid di sini sering sekali lomba diberbagai daerah, mulai tingkat kota hingga tingkat nasional, salah satu kejuaraan di tahun 2014 adalah juara 1 lomba lari maraton, pada waktu itu delegasinya dari ketunaan tunagrahita” (Wawancara pada tanggal 13 Mei 2014) 11. Partisipasi Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekeliling peserta didik. Faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi keberhasilan peserta didik, baik pengaruh yang positif maupun yang negatif (Sudarno Shobron, 2004: 245). Pengaruh lingkungan terhadap peserta didik hanya merupakan pengaruh belaka, tidak ada unsur tanggung jawab di dalamnya. Peserta didik akan beruntung apabila kebutuhan mendapat pengaruh yang baik dari lingkungannya, dan sebaliknya akan rugi apabila kebetulan mendapatkan pengaruh yang kurang baik. Lingkungan disekitar SLB Negeri Temanggung khususnya, dan masyarakat kota Temanggung pada umumnya sangat mendukung keberadaan sekolah tersebut. Sebagaimana pernyataan KS berikut: “Warga banyak berpartisipasi dalam berbagai kegiatan walau tidak maksimal, bentuk kerjasamanya mereka juga ikut menyumbang dari segi pikiran maupun finansial. Masyarakat setempat juga ada yang menjadi salah satu anggota komite sekolah”.(Wawancara pada tanggal 13 Mei 2014).
69
B. Temuan Penelitian 1. Profil Responden Berdasarkan jumlah beberapa informan yang diteliti oleh peneliti yang berada di SLB Negeri Temanggung. Masing-masing informan terdiri dari siswa dan siswi yang mengalami ketunarunguan, teman dekat siswa tunarungu, orang tua siswa tunarungu, dan guru siswa tunarungu yang bersangkutan. Berikut ini penjelasan mengenai profil masing-masing informan, yaitu sebagai berikut: a) EW (14 tahun) EW adalah seorang perempuan, siswi yang duduk di bangku kelas IX bagian B. EW adalah salah satu siswi yang mengalami ketunarunguan sejak lahir. EW hidup dalam kondisi serba cukup. Ibunya adalah seorang guru SD dan Ayahnya seorang pegawai di kelurahan daerah Kranggan Temanggung. Sejak EW mengalami ketunarunguan, EW tidak pernah putus asa untuk belajar. Dalam belajar di sekolah EW telah menggeluti apa yang EW pandaikan dalam kelebihan EW. EW salah satu siswi yang pandai dalam keterampilan membuat karya tangan seperti melukis atau membuat anyaman. Walaupun EW mempunyai kekurangan di bagian telinga yang mengalami ketunarunguan, namun EW selalu di dorong oleh kedua orang tuanya untuk lebih semangat dalam hidupnya sehari-hari. Setelah pulang sekolah kata ibunya EW juga tidak lupa untuk
70
membantu ibunya seperti mencuci piring, menyapu, atau membantu ibunya untuk memasak. EW tidak pernah malu sama teman yang lainnya, walaupun pendengaran EW sangat terganggu dan telinganya tidak berfungsi untuk mendengarkan pembicaraan orang lain. Teman bermainnya EW di rumah tidak pernah mengejeknya kalau EW adalah seorang yang mengalami kecacatan dibagian telinganya. EW termasuk orang yang sangat tegar kata teman-temannya dan tetangga EW. Selain pendengaran EW terganggu, dalam bicaranya EW juga terganggu atau dalam jawanya “gaguk” atau tidak bisa bicara. Jadi, saat berkomunikasi dengan EW harus menggunakan bahasa isyarat. Menurut guru yang mengampu anak tunarungu, EW termasuk anak yang aktif dalam kelasnya. Walaupun EW kadang sering punya rasa malas untuk belajar. b) DS ( 14 tahun) DS adalah seorang perempuan yang tinggal di sebuah perkotaan di Temanggung. DS sekarang ini siswi yang duduk di bangku kelas IX bagian B. DS adalah teman dekat dari EW. Mereka teman 1 kelas, kemana-mana mereka selalu berdua seperti anak kembar. DS adalah anak yang mengalami ketunarunguan seperti EW. DS anak yang manja, kebutuhan apapun selalu terpenuhi. Ibunya berprofesi sebagai guru SD dan Ayahnya adalah seorang PNS. DS anak yang sangat cerdas, di sekolah DS terkenal pintarnya. Walaupun DS mengalami ketunarunguan seperti EW teman dekat DS.
71
Saat saya mewancarai DS kalau pulang sekolah kegiatannya apa? “DS, menjawab.. ya banyak Mbak.. kadang kalau Ibu belum pulang mengajar saya bersih-bersih rumah, nanati kalau Ibu sudah pulang gantian saya kalau sore mengaji” walaupun DS anak yang manja namun, DS adalah anak yang rajin. DS tidak pernah berputus asa dalam menjalani kehidupannya yang secara fisik serba kekurangan. Selain mengalami ketunarunguan DS juga mengalami tidak bisa berbicara dengan lancar. Sehingga, menimbulkan kebisuan, namun DS tetap semangat dan tidak merasa malu dengan teman sebayanya yang normal. DS mengalami ketunarunguan juga sejak lahir, itu dikarenakan Ibunya terlalu stress waktu mengandung DS. Kata guruguru di SLB Negeri Temanggung kadang DS itu merasa bosan untuk sekolah, kadang semangat. Memang anak yang mengalami ketunaan seperti tunarungu memang seperti itu. c) AN (13 tahun) AN adalah seorang laki-laki yang tinggal di daerah perumahan Temanggung, AN sekarang ini duduk di kelas VIII bagian B juga. AN juga mengalami ketunarunguan, AN mengalami ketunarunguan sejak AN menginjak di bangku SD. AN mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kendang telinganya rusak dan mengakibatkan ketunarunguan. Sejak itu dalam bicaranya juga terganggu dan agak lambat dalam berkomunikasi.
72
Sehingga
saat
berkomunikasi
dengan
AN
harus
sedikit
menggunakan bahasa isyarat. Kalau bicara dengan AN harus sekeras mungkin dan harus “dijawil” saat memanggilnya. Kalau tidak “dijawil” AN tidak akan mendengarkan. Dalam pembelajaran di sekolah AN sedikit “lelet”, kadang tidak bisa mengikuti apa yang diajarkan oleh gurunya. Kata orang tuanya AN kalau dirumah sedikit pemalas, semenjak mengalami ketunarunguan. d) NP (13 tahun) NP adalah siswi yang mengalami ketunarunguan, NP sekarang duduk di kelas VIII bagian B. NP mengalami ketunarunguan sejak NP lahir. Ibu NP adalah seorang guru SD dan Ayahnya juga seorang guru SD. Semenjak NP menginjak besar telinganya dibantu dengan alat bantu pendengaran agar telinga NP dapat berfungsi secara normal. Namun, tetap saja tidak ada pengaruhnya sedikit pun. NP juga mengalami cacat dalam berbicara, tetapi NP tidak sama dengan teman
yang
lainnya.
NP
walaupun
mengalami
gangguan
ditelinganya tapi dalam berbicaranya lumayan jelas dan dapat dimengerti oleh orang lain. NP adalah siswi yang cerdas, waktu dalam pembelajaran NP adalah murid yang paling “mudengan”. NP beda dengan yang lainnya, kalau NP waktu ditanya oleh gurunya, NP langsung menangkap apa yang ditanyakan oleh gurunya. NP adalah anak yang termasuk tegar kata orang tuanya dan guru di SLB Negeri Temnaggung. Waktu NP sedang santai, saya tanyai
73
tentang kegiatan di rumah, ternyata NP anaknya rajin sekali. Sepulang sekolah kalau ada pekerjaan di rumah, NP langsung mengerjakannya. Setelah pekerjaan di rumah selesai NP meluangkan waktu sedikit untuk belajar sebelum NP berangkat untuk mengaji di sore hari. Kata orang tuanya waktu bulan puasa NP juga menjalankan kewajibannya menjadi seorang muslim. e) RR (13 tahun) RR merupakan salah satu siswa yang mengalami kecacatan di bagian telinga, sehingga RR mengalami ketunarunguan. RR sekolah di SLB Negeri Temanggung di bagian B duduk di kelas VII. RR juga mengalami gangguan dalam berbicara, sejak RR masih kecil sudah mengalami ketunaan. Namun, RR tidak merasa malu, karena semua ini adalah pemberian dari Tuhan. Jadi, RR tetap semangat dalam menjalankan kehidupan ini. RR mempunyai salah satu keterampilan berupa seni musik yaitu main gitar. RR pandai memainkan gitar sejak RR masih duduk di bangku SD. f) NR (12 tahun) NR adalah teman dekatnya RR sejak duduk di bangku SD sampai sekarang duduk di bangku SLB Negeri Temanggung. NR adalah seorang siswa yang mengalami ketunarunguan sejak kecil. Orang tua NR adalah seorang petani tembakau yang lumayan sukses. Walaupun orang tua NR mempunyai anak yang serba kekurangan dalam fisiknya, namun orang tua NR tidak pernah putus asa dalam
74
membiayai sekolah NR, sebaliknya dengan NR. NR dengan teman yang lainnya sama-sama bisa menjalankan aktivitasnya sehari-hari, walaupun NR mengalami ketunarunguan dan mengalami tunawicara dalam berkomunikasi. g) SN (12 tahun) SN merupakan siswi yang mengalami tunarungu, dan mengalami ketunawicara. Akibat dari tunarungu SN juga terganggu dalam bicaranya. Sehingga, SN sangat sulit untuk untuk mengucapkan kata-kata yang sempurna seperti teman yang lainnya. SN hidup dalam serba kecukupan, SN adalah anak tunggal yang tidak mempunyai saudara. SN tinggal di sebuah desa lereng gunung Sindoro, dalam kehidupan SN kalau dirumah sering membantu orang tuanya untuk berkebun tembakau. Namun, SN tidak malu dalam menjalankan segala hal yang SN punyai. Walaupun SN tidak sesempurna dengan teman yang lainnya. Kata guru SLB Negeri Temanggung SN termasuk anak rajin dan penurut dengan gurunya. SN tidak pernah membantah kalau disuruh gurunya atau orang tuanya untuk mengerjakan hal apapun. SN sekarang duduk di bangku kelas VII bagian B. 2.
Metode
Pembelajaran Pendidikan
Agama
Islam
pada Siswa
Tunarungu di SLB Negeri Temanggung Berbicara masalah metode mengajar, dalam kurikulum SLB Negeri Temanggung bidang studi pendidikan agama Islam disebutkan: metode
75
ceramah, metode artikulasi, dan metode latihan. Dari metode-metode semuanya diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
dan
disesuaikan
dengan
keadaan
siswa
yang mengalami
ketunarunguan. Untuk lebih jelasnya dijelaskan masing-masing metode yang diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, yaitu: a. Metode Artikulasi Metode artikulasi merupakan ucapan atau suara yang dihasilkan oleh perangkat alat ucap yang melibatkan gerakan otot-otot dari langit-langit rahang, lidah, dan bibir sehingga menghasilkan suatu bunyi bahasa yang dapat dibedakan dengan jelas. Mengucapkan katakata memerlukan artikulasi yang jelas agar orang lain mudah memahami ucapan yang dikeluarkan anak tunarungu. Maka dari itu, anak harus dilatih mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas secara berulang sehingga anak terampil atau terbiasa mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang tepat dan jelas. 1) Penyebab gangguan Artikulasi Penyebab gangguan artikulasi menurut (Efendi, 1993:45) sebagai berikut: a) Faktor Organik (1)
Hilangnya ketajaman indra pendengaran (tunarungu)
(2)
Bentuk konstitusib fisik pada bagian mulut dan wajah (oral-facial) kurang atau tidak sempurna (abnormal).
76
(3)
Buruknya koordinasi dari otot-otot bicara.
(4)
Tinggi atau sempitnya langit-langit sehingga menyebabkan kesukaran bagi lidah untuk bergerak.
b) Faktor Fungsional (1)
Metode pengajaran yang tidak konsisten atau salah dari orangtua dalam membicarakan stimulasi bicara pada anak.
(2)
Buruknya model bicara yang diterapkan di lingkunagan rumah, lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah.
2) Klasifikasi gangguan Artikulasi Menurut Efendi (1993) klasifikasi gangguan artikulasi antara lain: a) Omissi, yaitu pengurangan huruf konsonan pada kata-kata tertentu pada setiap upayanya karena kesulitan atau ketidak mampuan untuk memproduksi suara konsonan tersebut. b) Subtitusi, yaitu penggantian ucapan yang benar menjadi salah, meskipun sebenarnya tahu tentang laval suara yang benar atau tepat. Contoh: kata “rumah” menjadi “yumah”. c) Distursi, yaitu mencoba mendekati ucapan yang benar tapi malah
salah
atau
kacau.
Contoh:
kata
“saya”
yang
diartikulasikan menyerupai huruf konsonan “z” pada huruf ”s”. d) Addisi, yaitu penambahan huruf-huruf konsonan atau suku kata yang sebenarnya tidak perlu pada kata-kata tertentu disetiap ucapan atau bicaranya. Contoh: kata “Bandung” diucapkan “Mbandung”.
77
Dari hasil wawancara mengenai metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung dapat di lihat dari wawancara dengan guru pendidikan Agama Islam yaitu Ibu Evi guru PAI siswa tunarungu: “gini Mbak.. saat saya mengajar anak-anak dengan menggunakan bahasa isyarat , bicaranya disambung dengan menggunakan anggota badan.. kalau tidak menggunakan cara tersebut anak-anak tidak akan mengerti apa maksud saya saat mengajar dan tidak akan mudeng atau bias dengan pelajaran yang saya sampaikan Mbak.. Ya memang seperti itu Mbak keadaan siswa tunarungu di sini.. Kadang saya ini sudah menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan bahasa badang, kadang masih banyak yang tidak mudeng-mudeng Mbak.. terkadang bikin saya emosi Mbak.. Ini mulut dan badan saya sering cepat capek banget Mbak.. Apalagi kalau waktu diterangkan gag menggatekkan saya.. waahh bikin saya gregetan.. kadang saya “jiwit atau jewer” Mbak. Makanya saya di sini saat menerangkan menggunakan metode artikulasi untuk membantu saya sat mengajar”.(wawancara pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 08.00 di ruang masjid) b. Metode Latihan Metode latihan merupakan cara guru menyampaikan materi kepada siswa untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan kepada latihan menulis, membaca). Biasanya latihan menulis untuk dibuat PR, seperti menulis surat-surat pendek. Namun dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tentunya ada kekurangan dan kelebihan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada
metode
latihan
memiliki
kelebihan
diantaranya:
dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan daya dan kemampuannya. Sedangkan kelemahan dari metode latihan diantaranya: kadangkala siswa diminta
78
untuk latihan menulis tetapi siswa justru menggunakan untuk kesempatan bermain bersama dengan temannya. “Bu EV, memaparkan dalam mengajarnya menggunakan metode latihan, agar anak tersebut itu Mbak bias menyesuaikan anak yang lainnya, kadang anak tersebut cenderung tidak bisa apa-apa dengan cara belajarnya mereka,, nhaa.. maka dari itu saya kasih metode untuk latihan. Kadang kalau dikasih pekerjaan rumah mereka senang sekali karena disekolah, anggapnya mereka itu sekolah tempat untuk bermain saja,, bukan untuk belajar. Namun, juga ada baiknya kalau saya kasih latihan pekerjaan rumah,, agar mereka itu setelah pulang sekolah tidak pada bermain, namun waktunya untuk belajar. Kadang saya kasih ancaman kalau tidak mau mengerjakan besok gag saya naikkan kelas, kan anak-anak tersebut jadi semangat Mbak” (wawancara pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 08.00 di ruang masjid). 3. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Temanggung Karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPLB Temanggung hampir sama dengan sekolah regular, kurikulumnya relatif sama dengan kurikulum di sekolah umum, hanya dibatasi pada jumlah materinya. Materi yang diajarkan di SLB Negeri Temanggung ditentukan sendiri oleh sekolah dengan kurikulum yang dibuat. Materi yang diberikan adalah materi sederhana yang berkaitan dengan kehidupan Islami (wawancara pada tanggal 11 Agustus 2014). Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Temanggung, dalam hal penataan ruang kelasnya dijadikan satu antara SD, SMP, dan SMA. Dikarenakan jumlah siswanya sangat sedikit, namun antara tunarungu dengan ketunaan yang lainnya dipisah.
79
a. Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam Tujuan penbelajaran adalah faktor yang penting, karena merupakan arah yang akan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang jelas, maka arah pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview dengan beberapa orang guru bahwa tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung adalah sebagai berikut: 1) Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Menurut Ibu Kepala Sekolah: “Kalau soal memberikan bekal kepada siswa disini ya Mbak…ya...setelah anak ini keluar atau sudah menyelesaikan belajarnya dari SLB Negeri Temanggung ini Mbak…besoknya anak ini agar menjadi anak yang taat kepada Allah ya Mbak tentunya, seperti member arahan untuk sholat 5 waktu, melaksanakan puasa, setiap paginya diajarkan untuk sholat dhuha, diajarkan sopan santun dengan yang lebih tua, gitu Mbak…” Kemudian disambung dengan Ibu DS: “O iya Mbak… anak-anak disini juga diajarkan tutur kata yang baik, kalau pas waktu mau sholat to… Mbak anak-anak pada semangat Mbak..mereka itu tahu kalau waktu jam segini itu waktunya untuk sholat” 2) Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin dan hidup mandiri. Kemudian kata Bu MA menyambung tentang jawaban yang kedua: “Kalau soal budi pekerti (akhlak) Alhamdulillah Mbak,, anakanak disini sudah bisa menyesuaikan sama dengan anak yang lainnya. Mereka juga mengerti kalau saya lulus dari sekolah ini
80
saya harus bisa mandiri sama dengan anak-anak yang lainnya,, begitu Mbak kata mereka..” 3) Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Wawancara dengan Bu IS mengatakan bahwa: “siswa akan tercapai kreativitasnya dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing, contohnya Mbak,,, ada siswa yang pandainya menyanyi, ya… mereka teruskan bakatnya agar bisa menjadi penyanyi yang baik, ada juga yang pandainya memainkan musik, pandai menari, dan lainnya Mbak.. saya juga bangga dengan mereka Mbak… walaupun mereka itu dalam keadaan fisiknya tidak sesempurna manusia yang lain mempunyai fisik tubuh yang lengkap”. b. Materi yang diajarkan Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang pokok. Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Shobron, 2004:243). SLB Negeri Temanggung menggunakan penyesuaian materi dari Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang kemudian digunakan di SLB Negeri Temanggung sebagai acuan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang diberikan di SLB Negeri Temanggung berdasarkan sistem semester. Materi pembelajaran pendidikan agama Islam yang disampaikan meliputi: Al-qur’an, Aqidah, Akhlak, serta fiqh dan materi tersebut disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dalam proses pembelajaran
81
pendidikan agama Islam, guru lebih menekankan pada materi akhlak dan fiqh karena dengan menekankan materi akhlak dan fiqh diharapkan siswa nantinya dapat berakhlak dan bertingkah laku baik kepada orang tua, guru, dan teman, baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dapat melaksanakan sholat dalam kehidupan sehari-hari dan menjalan kewajiban berpuasa pada bulan romadhon
maupun
puasa
sunah,
sehingga
anak
tunarungu
mendapatkan materi yang bersifat konkret dan praktis. Dari
hasil
penelitian
mengenai
pelaksanaan
kurikulum
pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung dapat di lihat dari hasil wawancara seperti yang akan dijelaskan “Berdasarkan pada kurikulum pendidikan agama Islam yang telah ditetapkan oleh Departemen pendidikan dalam pelaksanaan program PAI pada siswa tunarungu jenis kurikulum yang diajarkan di SLB Negeri Temanggungbaik di TKLB, SDLB, SMPLB, hingga SMALB semuanya masih relatif sama dengan kurikulum yang ada di sekolah umum yaitu masih menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman pengajaran di SLB” (Wawancara pada tanggal 13 Mei 2014). SLB Negeri Temanggung menggunakan penyesuaian materi dari Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang kemudian digunakan SLB Negeri Temanggung sebagai acuan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang diberikan di SLB Negeri Temanggung berdasarkan sistem semester. Adapun materi pembelajaran pendidikan agama Islam kelas 1-3 SLB bagian B sebagai berikut:
82
a. Kelas VII B 1) Al-qur’an b) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat Alfatikhah c) Semester genap meliputi menirukan Al-qur’an surat Alikhlas. 2) Aqidah a) Semester ganjil meliputi menunjukkan ciptaan Allah SWT, menghafal enam rukun iman b) Semester genap meliptuti mencontoh bacaan syahadat tauhid dan syahadat rosul. 3) Akhlak a) Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji seperti menunjukkan perilaku jujur. b) Semester genap meliputi menampilkan perilaku hormat kepada orang tua dan guru. 4) Fiqh a) Semester ganjil meliputi menyebutkan pengertian bersuci
83
b) Semester genap meliputi mencontoh tata cara bersuci dan berwudlu dengan tertib. b. Kelas VIII B 1.
Al-qur’an a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat An-nasr b) Semester genap meliputi menirukan dan melafalkan bacaan Al-qur’an dan An-nas.
2.
Aqidah a) Semester ganjil meliputi menirukan dari bacaan lima asmaul husna b) Semester genap meliputi melafalkan dan menyebutkan dari asmaul husna
3.
Akhlak a) Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati dan memberi contoh perilaku hidup sederhana b) Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada teman di kelas.
4.
Fiqh
84
a) Semester ganjil meliputi mencontoh tata cara wudlu dan melafalkan bacaan sholat b) Semester genap meliputi mencontoh gerakan sholat secara tertib. c. Kelas IX B 1.
Al-qur’an a) Semester ganjil meliputi melafalkan huruf-huruf Al-qur’an dari alif s/d ya’ dengan benar b) Semester genap meliputi melafalkan sendiri huruf Alqur’an denagn lancar
2.
Aqidah a) Semester ganjil meliputi menyebutkan tiga sifat wajib Allah dengan lancar b) Semester genap meliputi menyebutkan dengan lafal yang benar sifat mustahil Allah.
3.
Akhlak a) Semester ganjil meliputi menampilkan perilaku tekun dan perilaku hemat
85
b) Semester genap meliputi menampilkan dan menunjukkan perilaku setia kawan dirumah dan perilaku di sekolah dan masyarakat. 4.
Fiqh a) Semester ganjil meliputi melafalkan dan menunjukkan keserasian gerakan dengan bacaan sholat b) Semester genap meliputi mengucapkan dan menunjukkan kembali tata cara sholat fardlu. (Dokumen pada tanggal 11 Agustus 2014)
b. Waktu, Jadwal, dan kegiatan Pembelajaran Pendidikan agama Islam Pembelajaran pendidikan agama Islam untuk jenjang SMPLB Negeri Temanggung bagian B dari kelas 1-3 SLB Negeri Temanggung dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu minggu yaitu pada hari Selasa. Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai dari jam 08.00-11.00. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam tabel sebagai berikut:
86
Tabel VII Jadwal mata pelajaran pendidikan agama Islam SLB bagian B Hari
Kelas
Jam
Guru
1.
Selasa
IX B
08.00-09.00
Tatik Efiyati S, Ag
2.
Selasa
VII B
09.00-10.00
Tatik Efiyati S, Ag
3.
Selasa
VIII B
10.00-11.00
Tatik Efiyati S, Ag
Keterangan: (Dokumen dan wawancara pada tanggal 11 Agustus 2014) c. Sarana pembelajaran pendidikan agama Islam Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah, diperlukan sarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, ruang guru, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Menurut EM selaku TU SLB Negeri Temanggung mengatakan: “Kalau untuk sarana, disini Alhamdulillah sudah cukup Mbak.. tapi untuk tenaga terapisnya kok masih belum ada Mbak.. kami disini sedang membutuhkan tenaga itu Mbak, tapi sampai sekarang belum ada yang mendaftarkan diri untuk tenaga terapis di SLB Negeri Temanggung ini”.(wawancara pada tanggal 11 Agustus 2014 diruang TU SLB Negeri Temanggung). Walaupun masih ada sarana yang kurang seperti media pembelajaran berupa orang wudhu, gambar cara melaksanakan sholat, dan SLB Negeri Temnaggung ruang terapi sudah komplit namun, untuk tenaga terapisnya yang belum ada, tetapi tidak
87
menjadikan guru di SLB Negeri Temanggung malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai pendidik sebagaimana mestinya. 4.
Faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan pembelajaran pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Temanggung yaitu sebagai berikut: a. Faktor pendukung 1) Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa sabar dan ikhlas. Maksud dari guru penuh rasa sabar dan ikhlas di sini gini Mbak; “Guru di SLB Negeri Temanggung ini Mbak, selain mengajar dengan rasa sabar, kami juga mengajarnya dengan rasa yang ikhlas Mbak,, di sini kami semua tidak mengharapkan imbalan berupa uang atau berupa materi yang lainnya Mbak. Kami semua ikhlas Mbak,, ya… kadang “maaf ya Mbak, honor kami sangat kurang sekali, “ Mbak tau sendiri to.. mengajar anak waras atau yang tidak perbedannya sangat jauh sekali Mbak,, kadang ada yang gag kuat selalu mengucap yang tidak-tidak. Tapi, Alhamdulillah di sini kami semua sangat ikhlas dengan semua ini. Kami mengajar tidak mengharapkan apa-apa selain yang kami harapkan anak-anak disini bias belajar dengan baik sama dengan anak yang lainnya yang sekolah di tempat yang layak. Kami semua dengan rasa kesabaran menghadapi anak-anak di sini Mbak. Kami semua tidak pernah mengeluh, kok anak ini gini ya.. kok anak itu gitu ya.. kami semua bisa memaklumi lah Mbak. Kami semua sangat prihatin sekali Mbak melihat anak-anak seperti itu”. (wawancara pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 10.00 di ruang Kepala Sekolah).
88
Guru di SLB Negeri Temanggung mengajar sesuai dengan lulusan kependidikannya. Sebagian besar dari guru di SLB Negeri Temanggung sudah berlatar belakang pendidikan dari PLB. Menjadi guru di SLB Negeri Temanggung, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan dan juga ketekunan. Harus
ada
pula
keikhlasan
dan
dan
kesabaran
dalam
menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya guru bukan hanya mendidik tetapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya. 2) Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah. Guru di SLB Negeri Temanggung selalu menjunjung tinggi etos kerja terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggung jawab sebagai pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda dengan sekolah anak normal yang hanya sekedar mengajar saja, melainkan di SLB Negeri Temanggung, guru menjadi tumpuan bagi para siswa. Guru di SLB Negeri Temanggung tersebut, selain menjadi tenaga pendidik dalam mengajar juga sebagai orang tua, karena anak tunarungu perlu mendapatkan bimbingan dan arahan. Salah satu contoh konkret adalah ketika siswanya malas masuk sekolah. Selain itu guru di SLB Negeri Temanggung selain
89
berperan sebagai orang tua juga berperan sebagai kakak bermain bersama didalam proses pembelajaran. 3) SLB Negeri Temnaggung keberadaannya didukung oleh masyarakat setempat, pemerintah dan Direktorat PLB. Pemerintah pada saat itu belum memiliki lembaga pendidikan resmi bagi anak cacat dan masih bergantung pada lembaga umum, sehingga konsentrasi terhadap pendidikan dan pemberdayaan dalam mengatur anak cacat masih kurang. Namun seiring berjalan waktu pemerintah mempunyai peraturan sendiri dan mempunyai lembaga resmi yang mengatur dan mengayomi anak-anak penyandang cacat, guna membekali pendidikan mereka. Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat menjadi pendukung untuk meningkatkan pendidikan bagi anak cacat, terutama membekali kemandirian dan ketrampilan anak. 4)
Partisipasi lingkungan yang mendukung. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun proses pembelajaran di sekolah, terutama dalam memciptakan iklim positif bagi kemampuan siswa dan guru. Bagi kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan, terutama perlombaanperlombaan.
Kemudian
bagi
guru,
lingkungan
selaku
mengadakan silaturahmi, sehingga terjalin kerja sama yang
90
bagus dalam meningkatkan pendidikan tersebut. Selain itu lingkungan juga ikut berperan membantu sekolah untuk memenuhi
kebutuhan
finansial,
ketika
sekolah
akan
mengadakan kegiatan b. Faktor penghambat 1) Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah. Melihat kondisi anak yang berkebutuhan khusus atau anak tunarungu, terutama pada awal masuk belajar setelah liburan sekolah, sebagian anak malas untuk belajar kembali. “Kadang kami ada guru yang nyamperi dirumah Mbak, agar anak tersebut mau untuk belajar kembali, dan kembali kesekolah. Anak kan kalau sehabis libur panjang, mereka males-malesan untuk masuk sekolah Mbak, mereka pengennya dirumah untuk bermain terus. Kadang saya “reh-reh”dalam bahasa jawanya itu Mbak… nanti di sekolah ibu kasih jajan yang banyak, tapi sekarang kamu ibu kesekolah lagi yukkss.. belajar dengan teman-teman yang lainnya. Nhaa.. kalau udah digituin baru mau Mbak ke sekolah lagi…(kadang sog nganti ngelus dodo Mbak saya ini)”(wawancara pada tanggal 15 April 2014 di ruang kelas). 2) Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang tunarungu. Kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa menjadikan terhambatnya siswa dalam perkembangannya, meskipun dari pihak sekolah sudah semaksimal mungkin memberikan pelayanan dan pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut menjadikan tidak seimbang, dikarenakan kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid. Sebagai
91
contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua wali kurang memperhatikan anak tunarungu dalam segi makanan dan pergaulan sehari-hari, bahkan sekolah hanya dijadikan sebagai tempat penitipan bagi anaknya, karena mereka masih merasa malu memiliki anak yang cacat. Bu EV mengatakan tentang kurang perhatiannya orang tua terhadap anaknya: “Nha.. itu Mbak njenengan lihat sendiri to.. orang tua mereka saat menunggu anaknya belajar di sekolah ini,, mereka tidak memperhatikan kalau anaknya sedang belajar, kadang diganggu ketenangan anak tersebut,, kadang diganggu “di imin-imini jajan”, ini itu tempat belajar bukan untuk tempat berbelanja, orang tua mereka pada sibuk belanja di area sekolah kan Mbak,, saya itu nganti pusing Mbak,, menegur ibu-ibu yang seperti itu kadang saya ini merasa malu sendiri, lama-lama ini sekolah bias jadi pasar Mbak kalau seperti”. Bu DW juga mengatakan sama dengan sependapat Bu EV: Pernah saya tegur gini Mbak, “bu kalau njenengan seperti ini apa dirumah njenengan itu tidak memperhatikan tingkah laku putra-putri njenengan bu, perkembangan mereka itu bagaimana kalau dirumah setelah pulang sekolah. Ya.. jawabnya dengan se-ententengnya mereka.. ya nanti anak itu kan tau sendiri bu bagaimana kalau sepulang sekolah itu”. Masya Allah Mbak Mbak…(wawancara pada tanggal 15 April 2014 pukul 08.00 di ruang kelas 4 dan 5)” 3) Kurangnya guru PAI Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Temanggung, merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran. Dikarenakan guru agama Islam hanya ada 2 orang guru, yang satu memgampu mata pelajaran agama Islam pada jenjang
92
SDLB, dan yang satunya lagi mengampu mata pelajaran agama Islam jenjang SMPLB. Menurut jawaban dari Pak KN dan Bu EV hampir sama tentang kurangnya guru PAI : “Disini guru pendidikan agama Islam sangat terbatas masih kurang sekali Mbak, soalnya di sini guru pendidikan agama Islam masih guru agama dari lulusan umum, masih belum ada yang lulusan dari PLB. Ya jadi guru agama tunarungu dengan yang lainnya masih sama Mbak,, masih di doubel-doubel. Di sini sangat masih kekurangan guru Mbak,, kalau Mbak’e mau ngajar disini saja Mbak,, hehe sambil guyonan ya Mbak.. Di SLB Negeri Temanggung ini semuanya sudah lulusan dari PLB tapi kenapa yang guru PAI kok masih belum ada yang dari PLB, kebanyakan masih dari umum. Masih belum banyak yang minat ngajar di SLB ini Mbak, memnag sangat berat Mbak ngajar disini itu, sangat luar biasa sekali Mbak, (wawancara pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 10.00 di ruang Kepala Sekolah). 4) Kurangnya tenaga terapis dan guru khusus PLB Dari hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah pada tanggal 13 Mei 2014 pada pukul 09.00 di ruang Kepala Sekolah: “Di SLB Negeri Temanggung masih sangat kekurangan tenaga terapis dan guru khusus dari PLB, dan untuk tenaga terapisnya sampai sekarang belum ada yang daftar di SLB Negeri Temanggung ini. Jadi, kami sangat kesulitan waktu melaksanakn terapi untuk anak-anak yang mengalami ketunaan”. 5) Masih belum seimbang antara guru dengan siswa. Menurut guru-guru di SLB Negeri Temanggung : “Antara guru dengan siswa masih belum seimbang, setiap tahun siswanya semakin bertambah namun, gurunya semakin sedikit. Seharusnya murid bertambah, gurunya juga bertambah. Namun hal ini palah sebaliknya. Saat ini SLB Negeri Temanggung sedang melaksanakan renovasi gedung-gedung yang sudah tidak layak dipakai lagi”.
93
BAB IV ANALISIS Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah melaksanakan metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung, karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada di SLB Negeri Temanggung, serta faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri Temanggung. Analisis ini didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan hasil penelitian yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SLB Negeri Temanggung. A. Metode yang digunakan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Temnaggung Berbicara masalah metode mengajar, dalam kurikulum SLB Negeri Temanggung bidang studi pendidikan agama Islam disebutkan: metode artikulasi, dan metode latihan. Dari metode-metode semuanya diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami ketunarunguan. Untuk lebih jelasnya dijelaskan masing-masing metode yang diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, yaitu: 1. Metode Artikulasi Metode artikulasi merupakan ucapan atau suara yang dihasilkan oleh perangkat alat ucap yang melibatkan gerakan otot-otot dari
94
langit-langit rahang, lidah, dan bibir sehingga menghasilkan suatu bunyi bahasa yang dapat dibedakan dengan jelas. Mengucapkan katakata memerlukan artikulasi yang jelas agar orang lain mudah memahami ucapan yang dikeluarkan anak tunarungu. Maka dari itu, anak harus dilatih mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas secara berulang sehingga anak terampil atau terbiasa mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang tepat dan jelas. Peneliti menemukan pada saat wawancara langsung dengan guru PAI pada siswa tunarungu bahwa, saat mengajar anak tunarungu harus menggunakan metode artikulasi, karena kalau tidak menggunakan metode tersebut, anak-anak tidak akan mengerti dengan penjelasan dari gurunya. Saat menggunakan metode artikulasi harus benar-benar jelas agar anak-anak tidak kebingungan. Memang harus penuh dengan tenaga untuk mengajar anak tunarungu, apalagi dengan menggunakan metode artikulasi. Saat bicara rahang-rahang mulut harus peka dan jelas. 2. Metode Latihan Metode latihan merupakan cara guru menyampaikan materi kepada siswa untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan kepada latihan menulis, membaca). Biasanya latihan menulis untuk dibuat PR, seperti menulis surat-surat pendek. Namun dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tentunya ada kekurangan dan kelebihan dari metode yang digunakan. Begitu juga
95
pada
metode
latihan
memiliki
kelebihan
diantaranya:
dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan daya dan kemampuannya. Sedangkan kelemahan dari metode latihan diantaranya: kadangkala siswa diminta untuk latihan menulis tetapi siswa justru menggunakan untuk kesempatan bermain bersama dengan temannya. Bu EV, memaparkan dalam mengajarnya menggunakan metode latihan, agar anak tersebut itu bisa menyesuaikan dengan anak yang lainnya, kadang anak tersebut cenderung tidak bisa apa-apa dengan cara belajarnya mereka, maka dari itu dalam pembelajaran ini harus menggunakan metode latihan. Kadang kalau dikasih pekerjaan rumah mereka senang sekali. Karena disekolah, anggapnya mereka itu sekolah tempat untuk bermain saja,, bukan untuk belajar. Namun, juga ada baiknya kalau dikasih latihan pekerjaan rumah,, agar mereka itu setelah pulang sekolah tidak pada bermain, namun waktunya untuk belajar. Kadang anak-anak kasih ancaman kalau tidak mau mengerjakan PR besok tidak akan naik kelas. B. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Temanggung. Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Temanggung, dalam hal penataan ruang kelasnya dijadikan satu antara SD, SMP, dan SMA. Dikarenakan jumlah siswanya sangat sedikit, namun antara tunarungu dengan ketunaan yang lainnya dipisah.
96
1. Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam Tujuan penbelajaran adalah faktor yang penting, karena merupakan arah yang diakan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang jelas, maka arah pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview dengan beberapa orang guru bahwa tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung adalah sebagai berikut: a) Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan ada beberapa jawaban Responden mengenai memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah adalah agar anak-anak besok sehabis lulus dari sini agar menjadi anak yang berguna, mengerti tentang agama, mengerti tentang bahayanya tidak menjalankan sholat 5 waktu, bahayanya membantah kepada kedua orang tua. Allah sendiri menggariskan sedemikian jelas dalam Q.S AlBaqarah: 1-5 yang artinya: “Alif laam miim. Kitab (Al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab Allah (Alqur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu,
serta
mereka
yakin
akan
adanya
97
(kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. b) Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin dan hidup mandiri. Kemudian kata Bu MA menyambung tentang jawaban yang kedua: “Kalau soal budi pekerti (akhlak) Alhamdulillah Mbak,, anak-anak disini sudah bisa menyesuaikan sama dengan anak yang lainnya. Mereka juga mengerti kalau saya lulus dari sekolah ini saya harus bisa mandiri sama dengan anak-anak yang lainnya,, begitu Mbak kata mereka..” c) Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dari hasil wawancara dengan Bu IS mengatakan bahwa: “siswa akan tercapai kreativitasnya dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing, contohnya Mbak,,, ada siswa yang pandainya menyanyi, ya… mereka teruskan bakatnya agar bisa menjadi penyanyi yang baik, ada juga yang pandainya memainkan musik, pandai menari, dan lainnya Mbak.. saya juga bangga dengan mereka Mbak… walaupun mereka itu dalam keadaan fisiknya tidak sesempurna manusia yang lain mempunyai fisik tubuh yang lengkap”. 2. Materi yang diajarkan Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang pokok. Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Shobron, 2004:243).
98
SLB Negeri Temanggung menggunakan penyesuaian materi dari Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang kemudian digunakan di SLB Negeri Temanggung sebagai acuan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang diberikan di SLB Negeri Temanggung berdasarkan sistem semester. Materi pembelajaran pendidikan Agama Islam yang disampaikan meliputi: Al-qur’an, Aqidah, Akhlak, serta fiqh dan materi tersebut disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, guru lebih menekankan pada materi akhlak dan fiqh karena dengan menekankan materi akhlak dan fiqh diharapkan siswa nantinya dapat berakhlak dan bertingkah laku baik kepada orang tua, guru, dan teman, baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dapat melaksanakan sholat dalam kehidupan sehari-hari dan menjalan kewajiban berpuasa pada bulan romadhon
maupun
puasa
sunah,
sehingga
anak
tunarungu
mendapatkan materi yang bersifat konkret dan praktis. Dari
hasil
penelitian
mengenai
pelaksanaan
kurikulum
pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung dapat di lihat dari hasil wawancara seperti yang akan dijelaskan Berdasarkan pada kurikulum pendidikan agama Islam yang telah ditetapkan oleh Departemen pendidikan dalam pelaksanaan program PAI pada siswa tunarungu jenis kurikulum yang diajarkan di SLB
99
Negeri Temanggung baik di TKLB, SDLB, SMPLB, hingga SMALB semuanya masih relatif sama dengan kurikulum yang ada di sekolah umum yaitu masih menggunakan kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman pengajaran di SLB Negeri Temanggung. 3. Waktu, Jadwal, dan kegiatan Pembelajaran Pendidikan agama Islam Pembelajaran pendidikan agama Islam untuk jejang SLB Negeri Temanggung bagian B dari kelas 1-3 SLB Negeri Temanggung dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu minggu yaitu pada hari Selasa. Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai dari jam 08.00-11.00. untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam tabel sebagai berikut: Tabel VII Jadwal mata pelajaran pendidikan agama Islam SLB bagian B
4.
No Hari
Kelas
Jam
Guru
1.
Selasa
IX B
08.00-09.00
Tatik Efiyati S, Ag
2.
Selasa
VII B
09.00-10.00
Tatik Efiyati S, Ag
3.
Selasa
VIII B
10.00-11.00
Tatik Efiyati S, Ag
Sarana pembelajaran pendidikan agama Islam Untuk memeperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah,
diperlukan sarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
100
langsung
dipergunakan
sebagai
penunjang
proses
pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, ruang guru, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Walaupun masih ada sarana yang kurang seperti media pembelajaran berupa orang wudhu, gambar cara melaksanakan sholat, dan SLB Negeri Temanggung ruang terapi sudah komplit namun, untuk tenaga terapisnya yang belum ada, tetapi tidak menjadikan guru di SLB Negeri Temanggung malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai pendidik sebagaimana mestinya. 5.
Profil guru SLB Negeri Temanggung a. EV (39 tahun) EV adalah seorang perempuan kelahiran Temanggung, EV adalah seorang guru PAI di SLB Negeri Temanggung. Pendidikan terakhir EV adalah S1 Agama dari Universitas Cokroaminoto Jogjakarta. EV lulus sekitar tahun 1989, kemudian EV mengabdi di SLB Negeri Temanggung pada tahun 2001 sampai sekarang. EV mengabdi sebagai guru agama umum, namun EV mengabdi di SMP bagian B yaitu siswa tunarungu. Walaupun EV bukan lulusan dari S1 PLB namun, EV tetap bisa menyesuaikan dengan muridmurid tunarungu dan bisa untuk mengajarnya sesuai dengan kemampuan anak tunarungu. EV bisa mengabdi di SMP Negeri Luar Biasa Temanggung bagian B untuk mengabdi pada anak tunarungu karena untuk guru PAInya sangat kekurangan. Jadi, EV
101
sangat beruntung bisa masuk di SLB untuk mengajar PAI, walaupun EV bukan lulusan dari PLB tapi lulusan dari PAI umum. b.
DP (25 tahun) DP adalah seorang guru di SLB Negeri Temanggung kelahiran
Temanggung. DP masuk di SLB Negeri Temanggung sekitar pada tahun 2012 sampai sekarang. Ijasah terakhir DP adalah S1 PLB lulus tahun 2011. DP mengambil jurusan PLB karena DP sangat berminat sekali untuk mengabdi pada siswa ketunaan. Untuk mengabdi pada siswa ketunaan tidaklah mudah. Kata DP waktu saya mewawancarai, kata DP untuk mengajar pada siswa ketunaan tidaklah sama dengan mengajar siswa yang normal. Mengajar anak ketunaan bebannya sangat besar sekali. Harus penuh dengan tenaga yang ekstra dan penuh kesabaran yang tinggi. c.
SS (25 tahun) SS adalah termasuk guru di SLB Negeri Temanggung bagian
B atau anak tunarungu juga. SS lahir di daerah Temanggung dekat SS mengabdi di SLB Negeri Temanggung. SS lulusan dari S1 PLB, lulus sekitar tahun 2012 kemudian mengabdi tahun 2012 sampai sekarang. Menurut SS mengajar pada anak tunarungu harus penuh dengan kesabaran, memang beda sekali mengajar antara anak yang mempunyai kecacatan dengan anak yang normal. Tanggung jawabnya besar sekali, jadi mengajar pada anak tunarungu
102
metodenya harus benar-benar sesuai dengan kemampuan anak tersebut. d. MA (49 tahun) MA adalah seorang perempuan sebaya kelahiran Magelang, MA adalah guru di SMP Negeri Luar Biasa bagian B juga. MA lulus sebagai mahasiswa S1 PLB pada tahun 2011 kemudian mengabdi di SLB Negeri Temanggung sekitar pada tahun 1997 sampai sekarang, MA adalah senior dari guru-guru yang lainnya. MA guru yang sangat tegas dan termasuk guru yang lumayan keras. Ketika ada murid yang memperhatikan pasti langsung “di jiwet” cara jawanya. MA melakukan kebiasaan itu agar anak-anak itu bisa menghormati dengan gurunya yang mengajar, dan menghormati dengan yang lebih tua. C. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Temanggung Semua insan yang hidup didunia pasti tidak akan luput dari yang namanya persoalan atau masalah. Dan masalah tersebut bisa menjadikan pola pikir manusia tambah dewasa, karena dengan adanya masalah seseorang akan lebih menggunakan otak untuk berfikir dan mencari jalan yang benar-benar logis. Sama halnya dengan seorang guru yang mengajar pasti ada penghambatnya dalam mengajar. Yang dimaksud hambatan atau kendala adalah hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh siswanya dalam pembelajaran di dalam kelas,
103
misalnya dalam mengenai hafalan, berbicara pada seorang guru atau temannya, dalam menanggapi pembelajaran, anak tersebut merasa lebih lemah, karena pola pikirnya yang tidak bias melampaui batas maksimal. Sehingga dalam cara menyampaiannya pembelajaran harus dengan rasa sabar dan penuh ketelitian. Hal tersebut sama halnya yang dirasakan oleh HK, NP, dan AN. 1.
Faktor Penghambat Pembelajaran pendidikan agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Temanggung a. Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah. Melihat kondisi anak yang berkebutuhan khusus atau anak tunarungu, terutama pada awal masuk belajar setelah liburan sekolah, sebagian anak malas untuk belajar kembali, sehingga guru satu persatu mendatangi siswa ke rumah orang tua wali murid dan mengajak siswa untuk kembali belajar di sekolah. b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang tunarungu. Kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa menjadikan terhambatnya siswa dalam perkembangannya, meskipun dari pihak sekolah sudah semaksimal mungkin memberikan pelayanan dan pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut menjadikan tidak seimbang, dikarenakan kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid. Sebagai contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua wali kurang memperhatikan anak tunarungu dalam segi makanan dan
104
pergaulan sehari-hari, bahkan sekolah hanya dijadikan sebagai tempat penitipan bagi anaknya, karena mereka masih merasa malu memiliki anak yang cacat. Perhatian yang kurang dari orang tua sangatlah menjadikan beban untuk anak yang mengalami ketunarunguan. Waktu saya mewancarai salah satu guru di SLB Negeri Temanggung mengatakan, kadang sekolah ini dijadikan tempat untuk berbelanja. Terkadang depan area kelas ini seperti pasar, sangat ramai sekali. Sehingga, menjadikan anak-anak kesulitan dalam belajar karena ulah dari orang tua anakanak. c. Kurangnya guru PAI Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Temanggung, merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran. Dikarenakan guru agama Islam hanya ada 2 orang guru, yang satu memgampu mata pelajaran agama Islam pada jenjang SDLB, dan yang satunya lagi mengampu mata pelajaran agama Islam jenjang SMPLB. Terkadang SLB Negeri Temanggung ini mengalami kesulitan untuk mengajar terutama mata pelajaran pendidikan agama Islam, karena kekurangan guru khusus agama yang dari PLB. d. Kurangnya tenaga terapis dan guru khusus PLB Adapun hambatan kurangnya guru khusus PLB, itu menjadikan guru yang lainnya merasa keberatan, karena untuk mengajar khusus PLB guru yang lainnya di ikut sertakan untuk mengampunya.
105
Ditambahnya kurangnya tenaga terapis khusus untuk anak PLB, itu masih kekurangan. e. Masih belum seimbang antara guru dengan siswa. Maksudnya adalah, antara guru dengan siswa belum bisa seimbang. Siswanya tiap tahun meningkat namun gurunya semakin sedikit. Apalagi guru khusus PLB sangat kurang sekali. Sehingga, menjadikan siswanya terkatung-katung karena kekurangan guru pengajar. 2.
Faktor Pendukung Pembelajaran Pendidikan agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Temanggung Maksudnya disini adalah apabila seorang guru yang mampu
menghadapi
faktor-faktor
yang
mendukung
dan
menghambat
perkembangan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung, maka akan berimbas baik bagi siswanya. Adapun faktorfaktornya yaitu sebagai berikut: a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa sabar dan ikhlas. Guru di SLB Negeri Temanggung mengajar sesuai dengan lulusan kependidikannya. Sebagian besar dari guru di SLB Negeri Temanggung sudah berlatar belakang pendidikan dari PLB. Menjadi guru di SLB Negeri Temanggung, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan dan juga ketekunan. Harus ada pula keikhlasan dan dan kesabarab dalam menyampaikan pelajaran.
106
Sebab, sejatinya guru bukan hanya mendidik tetapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya. Dengan rasa sabar dan ikhlas disini maksudnya, sabar dalam menghadapi anak yang mengalami ketunarunguan, sebagai guru harus sabar dalam mengampu anak-anak tersebut. Guru harus ikhlas dengan apa yang didapati dari mengajar di SLB ini, baik itu yang berupa materi atau non materi. b.
Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah. Guru di SLB Negeri Temanggung selalu menjunjung tinggi etos
kerja terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggung jawab sebagai pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda dengan sekolah anak normal yang hanya sekedar mengajar saja, melainkan di SLB Negeri Temanggung, guru menjadi tumpuan bagi para siswa. Guru di SLB Negeri Temanggung tersebut, selain menjadi tenaga pendidik dalam mengajar juga sebagai orang tua, karena anak tunarungu perlu mendapatkan bimbingan dan arahan. Salah satu contoh konkret adalah ketika siswanya malas masuk sekolah. Selain itu guru di SLB Negeri Temanggung selain berperan sebagai orang tua juga berperan sebagai kakak bermain bersama didalam proses pembelajaran. c.
SLB
Negeri
Temanggung
keberadaannya
didukung
masyarakat setempat, pemerintah dan Direktorat PLB.
oleh
107
Pemerintah pada saat itu belum memiliki lembaga pendidikan resmi bagi anak cacat dan masih bergantung pada lembaga umum, sehingga konsentrasi terhadap pendidikan dan pemberdayaan dalam mengatur anak cacat masih kurang. Namun seiring berjalan waktu pemerintah mempunyai peraturan sendiri dan mempunyai lembaga resmi yang mengatur dan mengayomi anak-anak penyandang cacat, guna membekali pendidikan mereka. Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat menjadi pendukung untuk meningkatkan pendidikan bagi anak cacat, terutama membekali kemandirian dan ketrampilan anak. d. Partisipasi lingkungan yang mendukung. Lingkungan membangun
memiliki
peran
proses pembelajaran
yang
sangat
di sekolah,
penting
dalam
terutama
dalam
memciptakan iklim positif bagi kemampuan siswa dan guru. Bagi kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan, terutama perlombaan-perlombaan. Kemudian bagi guru, lingkungan selaku mengadakan silaturahmi, sehingga terjalin kerja sama yang bagus dalam meningkatkan pendidikan tersebut. Selain itu lingkungan juga ikut berperan membantu sekolah untuk memenuhi kebutuhan finansial, ketika sekolah akan mengadakan kegiatan.
108
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I samapai denagn bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu: 1. Metode pembelajaran agama Islam yang digunakan di SLB Negeri Temanggung antara lain: metode artikulasi, dan metode latihan. Anak tunarungu biasanya mengalami masalah dalam artikulasi, yaitu mengucapkan kata-kata yang tidak tahu atau kurang jelas. Anak tunarungu mempunyai karakteristik yang spesifik bahwa anak tunarungu mempunyai hambatan dalam perkembangan bahasa (mendapatkan bahasa). Bahasa sebagai alat komunikasi dengan orang lain. Sedangkan, anak tunarungu mempunyai permasalahan dalam wicaranya untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena wicara sebagai alat yang sangat penting dalam komunikasi. Dalam berbicara pun harus menggunakan artikulasi yang sangat jelas agar pesan mudah diterima oleh orang lain, maka dari itu anak harus dilatih secara berulang-ulang sehingga anak terampil mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas dan tepat. Selain menggunakan metode artikulasi anak tunarungu juga menggunakan 2 bahasa yaitu menggunakan bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Selama ini dengan metode tersebut
109
pembelajaran berjalan efektif. Sedangkan guru mengajar dengan rasa sabar dan ikhlas, mengulang-ulang materi, serta pemberian contohcontoh yang sederhana kepada peserta didik agar bisa memahami materi yang diajarkan. Dalam hal ini guru menggunakan media papan tulis agar lebih mudah menerapkan metode tersebut. 2. Karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu adalah anak tunarungu mengalami mudah tersinggung, miskin bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain, cenderung tidak bisa diam atau cerewet tapi tidak bermakna, materi yang diajarkan tidak sepenuhnya seperti di sekolah umum lainnya, materinya sangat terbatas disesuaikan dengan kondisi siswanya, suasana dalam kegiatan belajar mengajar siswa tidak aktif. 3. Faktor penghambat dan pendukung pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung Pada penelitian ini, peneliti menemukan adanya lima penghambat yaitu yang pertama kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah, kedua perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang tunarungu, ketiga kurangnya guru pendidikan agama Islam (PAI), keempat kurangnya guru khusus besiknya PLB, dan yang kelima masih belum seimbang antara guru dengan siswanya. Kemudian peneliti menemukan pelaksanakan pendukung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu yang pertama guru mengajar sesuai dengan profesionalnya denagn penuh rasa sabar dan
110
ikhlas. Maksud dari sabar tersebut adalah semua guru selalu sabar dalam mengampu siswa-siswinya yang kurang semaksimal mungkin dalam menanggapi pembelajaran dalam kelas, dan ikhlas yang dimaksud disitu adalah ikhlas dalam megajar secara materi atau dalam soal donator yang masih kurang. Yang kedua guru selalu menjunjung tinggi etos kerjadalam mewujudkan visi dan misi sekolah, dan yang ketiga partisipasi lingkungan yang sangat mendukung. B. Saran Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu mengenai model pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa Bagi siswa tunarungu diharapkan di SLB Negeri Temanggung, setelah mendapatkan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Agar siswa dapat lebih disiplin dan hidup mandiri sehingga tidak mengandalkan dari orang lain. 2. Bagi guru Bagi guru di SLB Negeri Temanggung a. Meningkatkan kualitas guru untuk mengetahui potensi siswa b. Melakukan persiapan sebelum mengajar dan mampu menguasai kelas
111
c. Mengembangkan
minat
bakat siswa
sesuai
keahlian
atau
keterampilannya dengan ekstrakurikuler dengan mengikut sertakan dalam perlombaan. 3. Bagi pengurus SLB Negeri Temanggung a. Untuk melengkapi sarana dan prasarana SLB Negeri Temanggung agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. b. Mengusahakan pendanaan dengan membuka jaringan terhadap instansi yang terkait. c. Meningkatkan kualitas personal dalam memajukan sekolah dengan manajemen yang baik d. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan wali murid. 4. Bagi masyarakat Kowangan Temanggung a. Kesadaran masyarakat agar lebih peduli untuk meningkatkan kemajuan bersama. b. Memperbanyak si ze2laturrahmi tidak hanya pada waktu acara resmi, melainkan waktu luangnya dijadikan ajang penguatan emosional. c. Ikut menciptakan lingkungan positif dalam mendukung proses pembelajaran dan mengembangkan kreatifitas siswa. C. Penutup Alkhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi Sang Maha Pengatur dan Pencipta Alam Semesta, yang telah
112
memberikan hidayah dan taufiq-Nya. Sehingga penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNARUNGU DI SLB NEGERI TEMANGGUNG “ yang masih jauh lebih sempurna. Maka untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima masukan, kritik, dan saran. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dari dosen pembimbing tentu penulis akan mengalami kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT. Akhir penulisan ini penulis berharap dengan keridhoan Allah SWT. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat, terutama terhadap penulis sendiri dan para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin…
113
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Bina aksara
Daymon, Christine. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Publik Relation dan Marketing Communication. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Effendi, Muhammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
Bumi Aksara
Moloeng, J.lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Somantri, H.T.Sutjihati, 1990. Psikologi Anak Luar Biasa: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Sukmadinata, Saudih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suryabrata, Sumadi, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sriyanti, Lilik, Muna Erawati, dan Suwardi. 2009. Teori-teori Pembelajaran. Salatiga: STAIN Salatiga Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
114
Djamaroh, Syaiful Bahari. 2006. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: PT. Rineka Cipta. . 2004. Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT. Rineke Cipta Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Muhaimin.
2002.
Paradigma
Pendidikan
Islam
Upaya
Mengefektifkan
Pendididkan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mansyur, dkk. 1982. Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta: CV. Forum. Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta. http://wordpres.com/2014/05/05/pengertian-metode.html http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2014/05/05/faktor-faktorpendukung-dan-penghambat.html. Haryati, Nik. 2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta. Munardji. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Ilmu
1
2
3