SISTEM
DIKLAT PENGELUARAN NEGARAPENGELUARAN APBN BENDAHARA
Metode Pembayaran Tagihan Negara 1. Metode Pembayaran Langsung (LS)
Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalah pembayaran
yang
dilakukan
langsung
kepada
Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung. Pembayaran LS ditujukan kepada: a. Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak; b. Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas atas dasar surat keputusan. 2. Melalui Uang Persediaan
Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai
kegiatan
operasional
sehari-hari
Satker
atau
membiayai
pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya/revolving (apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50%).
KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP.
Besaran UP yang dapat diberikan paling banyak :
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
1
Tabel 4.1. Besaran UP Maksimal Besaran UP
Pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP
maksimal
s.d. Rp900.000.000,00
Rp 50.000.000,00
Di atas Rp900.000.000,00 s.d. Rp2.400.000.000,00
Rp100.000.000,00
Di atas Rp2.400.000.000,00 s.d. Rp6.000.000.000,00
Rp200.000.000,00
Di atas Rp6.000.000.000,00
Rp500.000.000,00
Pembayaran
dengan
UP
yang
dapat
dilakukan
oleh
Bendahara
Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.
Pembayaran dengan UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran dalam jenis belanja: a. Belanja Barang; b. Belanja Modal; dan c. Belanja Lain-lain.
KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda. Syarat penggunaan TUP : a. digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan; dan b. tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
2
Dokumen Terkait Pengeluaran Negara
P
engeluaran Negara harus didukung oleh dokumen-dokumen yang dapat mendukung kelengkapan dan keabsahan pengeluaran.
Di antara
dokumen-dokumen tersebut antara lain:
1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2. Surat keputusan dan spesimen tanda pejabat pengelola perbendaharaan 3. Dokumen terkait keputusan kepegawaian a. Surat Keputusan Pengangkatan/pemberhentian sebagai calon pegawai negeri; b. Surat Keputusan Pengangkatan/pemberhentian sebagai pegawai negeri; c. Surat Keputusan Kenaikan/penurunan pangkat; d. Surat Keputusan Kenaikan/penurunan gaji berkala; e. Surat Keputusan Pengangkatan/pemberhentian dalam jabatan; f. Surat Keputusan Mutasi Pindah ke Satker lain; g. Perubahan data keluarga; h. Data utang kepada negara; i. Surat Keputusan pengenaan sanksi kepegawaian. j. Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit k. SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yang berwenang 4. Daftar pembayaran a. daftar pembayaran gaji b. daftar pembayaran perhitungan lembur c. daftar pembayaran uang makan d. daftar pembayaran honorarium 5. Dokumen terkait pembayaran uang lembur a. Surat Perintah Kerja Lembur; b. Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan; c. Daftar Hadir Lembur 6. Surat tagihan penggunaan daya dan jasa a. PLN b. PDAM Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
3
c. PT Telkom 7. Dokumen terkait pembayaran pengadaan tanah : a. Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekening masing-masing penerima; b. foto copy bukti kepemilikan tanah; c. bukti pembayaran/kuitansi; d. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tahun transaksi; e. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak sedang dalam agunan; f. Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti kerugian, dalam hal tanah sengketa; g. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa; h. Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah; i. SSP PPh final atas pelepasan hak; j. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan). 8. Dokumen terkait perjalanan dinas a. Surat Keputusan; b. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas; c. Daftar penerima pembayaran d. Kuitansi pembayaran biaya perjalanan dinas e. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan misalnya tiket angkutan, boarding pass, bukti pembayaran hotel/penginapan, dan sebagainya. 9. Dokumen terkait pengadaan barang/jasa a. Bukti perjanjian/kontrak Bukti perjanjian terdiri dari empat jenis yaitu :
Bukti pembelian.
Kuitansi.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
4
Surat Perintah Kerja (SPK).
Surat perjanjian.
Surat Pesanan.
b. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan; d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang; e. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan; f. Berita Acara Pembayaran; g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK h. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran; i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana
dipersyaratkan
dalam
peraturan
perundang-undangan
mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah; 10. Setoran Surat Pajak (SSP) 11. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Surat Permintaan Pembayaran Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran tagihan kepada negara. a. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/ Bendahara Pengeluaran. b. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran UP. c. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TUP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran TUP. d. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan (SPP-GUP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban dan permintaan kembali pembayaran UP.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
5
e. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan Nihil (SPP-GUP Nihil)
adalah
dokumen
yang
diterbitkan
oleh
PPK,
yang
berisi
pertanggungjawaban UP. f. Surat
Permintaan
Pembayaran
Pertanggungjawaban
Tambahan
Uang
Persediaan (SPP-PTUP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pertanggungjawaban atas TUP. 12. Surat Perintah Membayar Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA. a. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran. b. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan UP. c. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TUP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan TUP. d. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GUP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM dengan membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk menggantikan UP yang telah dipakai. e. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil (SPM-GUP Nihil) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM sebagai pertanggungjawaban UP yang membebani DIPA. f. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan (SPM-PTUP)
adalah
dokumen
yang
diterbitkan
oleh
PPSPM
sebagai
pertanggungjawaban atas TUP yang membebani DIPA. 13. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. 14. Arsip Data Komputer (ADK) adalah arsip data dalam bentuk softcopy yang disimpan dalam media penyimpanan digital.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
6
Pihak-Pihak Terkait Pengeluaran Negara
1. Pegawai 2. Penyedia Barang/Jasa 3. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 5. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) 6. Bendahara Pengeluaran 7. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) 8. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai 9. Penanggung Jawab/Panitia/Tim Pelaksana/Pengelola Kegiatan 10. Pejabat Pengadaan/Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) 11. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan 12. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) 13. Bank Operasional (BO) a. Bank Operasional I (BO l) adalah bank operasional mitra kerja Kuasa BUN di daerah yang menyalurkan dana APBN untuk pengeluaran non-gaji( termasuk kekurangan gaji dan gaji susulan) dan Uang Persediaan. b. Bank Operasional II (BO II) untuk menyalurkan dana APBN utk pengeluaran gaji PNS, anggota TNI dan POLRI. c. Bank Operasional III (BO III) untuk menampung dan menyalurkan PBB dan BPHTB. 14. Pos Pengeluaran
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
7
Mekanisme Pengeluaran Negara 1. Pembuatan Komitmen Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen. Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk: a. Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau b. Penetapan keputusan. 1) pelaksanaan belanja pegawai; 2) pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola; 3) pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan; atau 4) belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk uang kepada penerima bantuan sosial. 2. Pencatatan Komitmen oleh PPK dan KPPN Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke dalam suatu sistem yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Data
perjanjian/kontrak, disampaikan kepada KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatatkan ke dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN. Data perjanjian/kontrak beserta ADK-nya disampaikan ke KPPN secara langsung atau melalui e-mail. 3. Pengajuan Tagihan Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas komitmen berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran kepada PPK. PPK
dapat
menolak/mengembalikan
tagihan
apabila
dokumen
pendukung tagihan tidak lengkap dan benar paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya surat tagihan.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
8
4. Mekanisme Penyelesaian Tagihan Mekanisme penyelesaian tagihan kepada satker diselesaikan dengan mekanisme sebagai berikut : a. Mekanisme Pembayaran dengan UP dan TUP 1) Apabila tagihan akan dibebankan ke Bendahara Pengeluaran/BPP maka PPK menerbitkan surat perintah bayar (SPBy) kepada Bendahara Pengeluaran/BPP. 2) Bendahara
Pengeluaran/BPP
berdasarkan
surat
melakukan
perintah
bayar
pembayaran
(SPBy)
yang
atas
UP
disetujui
dan
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA. SPBy tersebut dilampiri dengan bukti pengeluaran.
No
Uraian
Pihak Ketiga/ Penerima Uang Muka Kerja
Pihak ketiga mengajukan tagihan disertai bukti pendukung; atau b. Penerima Uang Muka Kerja mengajukan permintaan Uang Muka Kerja disertai bukti pendukung.
PPK
Bendahara Pengeluaran/ BPP
1 a.
Tagihan Pihak Ketiga / Uang Muka Kerja
2 PPK menguji tagihan atas UP,apabila memenuhi syarat maka diterbitkan Surat Perintah Bayar (SPBy);
Uji
3 SPBy beserta bukti pendukung disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran/BPP.
SPBy dan Bukti Pendukung
3 Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian. 4 Setelah memenuhi syarat SPBy dibayar oleh Bendahara
Uji Bayar
Gambar 4.1. Alur Penyelesaian Tagihan melalui Mekanisme UP Sumber : Bahan sosialisasi Permenkeu No. 190/PMK.02/2012. Dalam
rangka
pembayaran
yang
dibebankan
ke
Bendahara
Pengeluaran/BPP melalui UP, terdapat beberapa mekanisme yang berkaitan dengan penyediaan, penggantian, dan tambahan dana UP sebagai berikut : 1) Penyediaan Dana UP a) Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara Pengeluaran menyampaikan kebutuhan UP kepada PPK.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
9
b) SPP-UP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dari Bendahara Pengeluaran. c) PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP-UP beserta dokumen pendukung yang disampaikan oleh PPK.
Dalam hal
pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya memenuhi ketentuan, PPSPM menerbitkan/menandatangani SPM-UP paling lambat 2 (dua) hari kerja. d) PPSPM menyampaikan SPM-UP dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.
PPSPM menyampaikan SPM UP kepada KPPN
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM-UP diterbitkan. e) KPPN melakukan penelitian dan pengujian atas SPM-UP yang disampaikan oleh PPSPM.
Selanjutnya KPPN menerbitkan SP2D
setelah penelitian dan pengujian telah memenuhi syarat. Pencairan dana UP berdasarkan SP2D dilakukan melalui transfer dana dari Kas Negara pada Bank Operasional I (BO I) kepada Rekening Bendahara Pengeluaran. 2) Penggantian Dana UP (GUP) a) Apabila penggunaan dana UP telah mencapai 50%, Bendahara Pengeluaran mengajukan bukti-bukti pengeluaran kepada PPK untuk diterbitkan SPP-GUP. b) PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP dan SPP-GUP Nihil pada akhir tahun. SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar. c) PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP-GUP beserta dokumen pendukung yang disampaikan oleh PPK. pemeriksaan pendukungnya
dan
pengujian memenuhi
SPP-GUP
beserta
ketentuan,
Dalam hal dokumen PPSPM
menerbitkan/menandatangani SPM-GUP paling lambat 4 (empat) hari kerja.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
10
d) PPSPM menyampaikan SPM-GUP dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.
PPSPM menyampaikan SPM-GUP kepada KPPN
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. e) KPPN melakukan penelitian dan pengujian atas SPM-UP yang disampaikan oleh PPSPM.
Selanjutnya KPPN menerbitkan SP2D
setelah penelitian dan pengujian telah memenuhi syarat. Pencairan dana UP berdasarkan SP2D dilakukan melalui transfer dana dari Kas Negara pada Bank Operasional I (BO I) kepada Rekening Bendahara Pengeluaran.
No
Uraian
PPSPM
PPK
1 Bendahara Pengeluaran menyampaikan bukti pengeluran kepada PPK
Bukti Pengeluaran
2 Atas dasar bukti pengeluaran tersebut, PPK melakukan pengujian apabila memenuhi syarat menerbitkan SPP-GUP. 3 SPP-GUP beserta bukti pendukung disampaikan kepada PPSPM 3 PPSPM melakukan pengujian SPPGUP dan bukti pendukung 4 Dalam hal SPP-GUP dan bukti Pendukuing memenuhi syarat, PPSPM menerbitkan SPM-GUP
Bendahara Pengeluaran/ BPP
Uji SPP-GUP dan Bukti Pendukung
Uji
SPM-GUP
Gambar 4.2. Alur Penyelesaian GUP Sumber : Bahan sosialisasi Permenkeu No. 190/PMK.02/2012. Penerbitan SPP-GUP Nihildilakukan dalam hal: a) sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama dengan besaran UP yang diberikan; b) sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun anggaran; atau c) UP tidak diperlukan lagi. 3) Pengajuan Tambahan UP (TUP)
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
11
a) KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda. b) SPP-TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari Kepala KPPN. c) Untuk mengesahkan/mempertanggungjawabkan TUP, PPK menerbitkan SPP-PTUP.
SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5
(lima) hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP. d) PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP-TUP/SPP-PTUP beserta dokumen pendukung yang disampaikan oleh PPK. Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya memenuhi ketentuan, PPSPM menerbitkan/ menandatangani SPM-TUP paling lambat 2 (dua) hari kerja dan SPM-PTUP paling lambat 3 (tiga) hari kerja. paling
PPSPM menyampaikan SPM-TUP/SPM-PTUP kepada KPPN
lambat
2
(dua)
hari
kerja
setelah
SPM-TUP/SPM-PTUP
diterbitkan. e) KPPN melakukan penelitian dan pengujian atas SPM-TUP/SPM-PTUP yang disampaikan oleh PPSPM.
Selanjutnya KPPN menerbitkan SP2D
setelah penelitian dan pengujian telah memenuhi syarat. Pencairan dana TUP berdasarkan SP2D dilakukan melalui transfer dana dari Kas Negara pada Bank Operasional I (BO I) kepada Rekening Bendahara Pengeluaran. b. Mekanisme Pembayaran Langsung (LS) Penyelesaian tagihan melalui mekanisme pembayaran secara langsung (LS) diselesaikan dengan angkah-langkah sebagai berikut : 1) Penerbitan SPP-LS PPK mengesahkan dokumen tagihan dan menerbitkan SPP dalam hal
pengujian
dokumen
tagihan
telah
memenuhi
persyaratan.
Penerbitan SPP LS diatur sebagai berikut : a) SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
12
b) SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran. Dalam hal tanggal 5 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelum tanggal 5. c) SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari penerima hak.
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran pengadaan
barang/jasa atas beban belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain dilengkapi dengan dokumen pendukung. 2) Pengujian SPP-LS dan Penerbitan SPM-LS PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP-LS beserta dokumen
pendukung
yang
disampaikan
oleh
PPK.
Dalam
hal
pemeriksaan dan pengujian SPP-LS beserta dokumen pendukungnya memenuhi ketentuan, PPSPM menerbitkan/menandatangani SPM-LS. Jangka waktu pengujian SPP-LS sampai dengan penerbitan SPM-LS oleh PPSPM adalah paling lambat 5 (lima) hari kerja. Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP-LS. PPSPM menyampaikan SPM-LS dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.
Jangka waktu penyampaian SPM adalah sebagai
berikut : a) PPSPM menyampaikan SPM-LS kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. b) Khusus SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran.
Dalam
hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
13
Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh petugas pengantar SPM yang sah dan ditetapkan oleh KPA. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman resmi, KPA terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/pemberitahuan kepada Kepala KPPN.
No
Uraian
Penyedia Barang/Jasa
1 Mengajukan tagihan atas penyelesaian Pekerjaan, disertai dengan bukti pendukung
PPK
PPSPM
Kontrak/Bukti Pendukung
2 PPK melakukan pengujian dan penelitian materil dan formal tagihan.
Uji
3 Dalam hal tagihan memenuhi syarat, PPK menerbitkan SPP
SPP/Bukti Pendukung
4 PPSPM melakukan pengujian SPP dan bukti pendukung
Uji
5 Dalam hal SPP dan bukti Pendukuing memenuhi syarat, PPSPM menerbitkan SPM
SPM
Gambar 4.3. Alur Penyelesaian Tagihan melalui Mekanisme Pembayaran LS Sumber : Bahan sosialisasi Permenkeu No. 190/PMK.02/2012. 3) Penerbitan SP2D SP-LSM
yang
diajukan
ke
KPPN
digunakan
sebagai
dasar
penerbitan SP2D-LS. Dalam pencairan anggaran belanja negara, KPPN melakukan penelitian dan pengujian atas SPM-LS yang disampaikan oleh PPSPM.
KPPN menerbitkan SP2D-LS setelah penelitian dan pengujian
telah memenuhi syarat. KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D-LS apabila Satker belum mengirimkan: a) Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran melalui SPMLS kepada penyedia barang/jasa; atau b) Daftar perubahan data pegawai beserta ADK yang disampaikan kepada KPPN.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
14
Dalam hal hasil penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat, Kepala KPPN mengembalikan SPM-LS beserta dokumen pendukung secara tertulis. Pencairan dana berdasarkan SP2D-LS dilakukan melalui transfer dana dari Kas Negara pada bank operasional kepada Rekening Pihak Penerima yang ditunjuk pada SP2D.
Koreksi/Ralat dan Pembatalan SPP, SPM, dan SP2D
K
oreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan: 1.
Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;
2. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau 3. perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker. Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan. Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk: 1. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode; 2. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomor register; atau 3. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana.
Rekening Bendahara Pengeluaran 1. Ketentuan Dalam Pembukaan dan Penutupan Rekening Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku PA/Kuasa PA
dapat
membuka
rekening
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
pengeluaran
dengan
persetujuan
BUN. 15
Persetujuan dikuasakan kepada Kuasa BUN Pusat dan Kuasa BUN di Daerah. Permohonan persetujuan pembukaan rekening dalam rangka pelaksanaan penerimaan
dan
negara/lembaga
pengeluaran disampaikan
anggaran oleh
di
lingkungan
Menteri/Pimpinan
kementerian
Lembaga/Kepala
Kantor/Satuan Kerja selaku PA/Kuasa PA kepada BUN/Kuasa BUN, dengan dilampiri : a. Fotokopi dokumen pelaksanaan anggaran. b. Surat Pernyataan tentang Penggunaan Rekening. BUN/Kuasa BUN berwenang menolak permohonan persetujuan pembukaan rekening yang diajukan apabila permohonan tersebut tidak memenuhi ketentuan. Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku PA/Kuasa PA wajib melampirkan persetujuan tertulis dari BUN/Kuasa BUN sebagai persyaratan dalam membuka rekening pada Bank Sentral/Bank Umum/Kantor Pos. Pembukaan rekening pengeluaran dilakukan dalam bentuk rekening giro atas nama jabatan Bendahara Pengeluaran.
Rekening tersebut tidak
diperkenankan dibuka atas nama pribadi atau nama pejabat bendahara pengeluaran. Sehubungan dengan diterapkan Treasury Notional Pooling (TNP) maka pembukaan rekening bendahara pengeluaran dilakukan pada bank umum yang terhubung dengan sistem TNP.
Penyelenggaraan rekening yang terintegrasi
dalam sistem TNP ini akan mendukung pengelolaan kas Negara yang efektif dan efisien. Dalam rangka pengelolaan kas, BUN/Kuasa BUN dapat memerintahkan penutupan dan/atau pemindahbukuan sebagian atau seluruh dana yang ada pada rekening KL ke Rekening Kas Umum Negara.
Rekening Kementerian
Negara/Lembaga/ Kantor/ Satuan kerja yang sudah tidak digunakan sesuai dengan
tujuan
pembukaannya
harus
ditutup
oleh
Menteri/Pimpinan
Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja dan saldonya dipindahbukukan ke Rekening Kas Umum Negara. Penutupan dan/atau pemindahbukuan rekening harus dilaporkan kepada BUN/Kuasa BUN.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
16
2. Treasury Notional Pooling (TNP) Treasury mengetahui
Notional posisi
Pooling
saldo
adalah
konsolidasi
sistem
dari
yang
seluruh
digunakan
rekening
untuk
bendahara
pengeluaran yang terdapat pada seluruh Kantor Cabang Bank Umum yang bersangkutan tanpa harus melakukan perpindahan dana antar rekening. Prinsip-prinsip pelaksanaan TNP adalah sebagai berikut : a. Saldo seluruh Rekening Bendahara Pengeluaran di Bank Umum pada setiap akhir hari dikonsolidasikan dengan menggunakan TNP. b. Pelaksanaan TNP dilakukan oleh masing-masing Kantor Pusat Bank Umum tempat Bendahara Pengeluaran membuka rekening. c. Saldo konsolidasi mendapatkan remunerasi dari Bank Umum. d. Rekening Bendahara Pengeluaran tidak lagi mendapatkan jasa giro. e. Besaran remunerasi ditetapkan atas kesepakatan antara Bank Umum dengan Ditjen Perbendaharaan. f. Pelaksanaan TNP dikendalikan oleh Ditjen Perbendaharaan dengan menggunakan sistem informasi yang dapat memantau saldo harian semua Rekening Bendahara Pengeluaran dan Rekening Bendahara Penerimaan. Akun untuk membukukan penerimaan dari TNP : 523253 – Pendapatan dari Pelaksanaan Treasury Notional Pooling Treasury Notional Pooling pada Bank A Saldo: x + y + z
Rek bend A Saldo: x
Rek Bend B Saldo: y
Rek Bend C Saldo: z
Saldo seluruh rekening bendahara pengeluaran & penerimaan dikonsolidasikan pada akhir hari setelah proses tutup buku dan diberikan jasa giro harian oleh Bank sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak
Gambar 4.4. Mekanisme TNP Bendahara
Pengeluaran
melakukan
penarikan
uang
dari
Rekening
Bendahara Pengeluaran sesuai dengan kebutuhan pada jam operasional Bank Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
17
Umum. Jam operasional yang berlaku adalah
08.00 – 15.00.
Bendahara
Pengeluaran tidak diperkenankan melakukan penarikan uang di luar jam operasional Bank Umum.
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
18