Memungut Etos Kerja dari Orang Asing INSPIRASI
Metode Menghafal ‘One Child One Ayat’ MAN Tambakberas Jombang
Menyulap Madrasah Menjadi Taman Flora
ISSN : 0215-3289
No. 354 / JUMADIL ‘ULA - JUMADIL AKHIR 1437 H / MARET 2016 / TH. XXXI
Prof. Dr. drg, Hj. Ida Ayu Brahmasari, DIpl. DHE, MPA
MPA 354 / Maret 2016
1
2
MPA 354 / Maret 2016
MPA 354 /MARET 2016
Media informasi, komunikasi, dan edukasi, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Pemimpin Umum: H. Mahfudh Shodar Wakil Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi: H. Musta’in Wakil Pemimpin Redaksi: H. Ramin Abd. Wahid Staf Ahli: H. Husnul Maram, H. Ach. Faridul Ilmi, H. Supandi, H. Mas’ud, H. M. Syakur, H. M. Fachrur Rozi Dewan Redaksi: H. Ramin Abd. Wahid, H. Abd. Hadi AR H. Athor Subroto, H. Hartoyo H. Ahmad Husein AR Sekretaris Redaksi: Machsun Zain, Syaikhul Hadi Bendahara: Ahmad Hidayatullah Staf: Khusnul Khotimah Distribusi/Tata Usaha: Husnul Khotimah Staf: Sukardjito Litbang: Hj. Hikmah Rahman Staf Redaksi Editor: Choirul Mustofa Reporter: M. Hisyam, Suprianto, Dedy Kurniawan Anni Athi’ah dan Feri Ariya Santi Design-Layout: Muhammad Munib Ilustrator: M. Tajudin Nurcholis Korektor: Rasmanna Rahiem Khoththot: M. Midzhar Koresponden: Berkedudukan di setiap Kankemenag Kab/Ko se-Jawa Timur. Alamat Redaksi: Jl. Raya Juanda No. 26 Sidoarjo, Telp. 031 - 8680490, Fax. 031 - 8680490 e-mail:
[email protected] Diterbitkan Oleh: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Dicetak oleh: PT. Antar Surya Jaya, Jl. Rungkut Industri III/68 & 70 SIER Surabaya, Telp. (031) 8475000 (2200-2203) Fax. : 031-8470600 Isi di luar tanggung jawab percetakan
Pembaca setia, sebagai karyawan Kementerian Agama kita patut mengucapkan rasa syukur sepenuh hati. Setelah didera cobaan bertubi-tubi, Kementerian Agama kini makin mengepakkan sayapnya untuk tetap berkibar. Tahun 2015 kemarin, telah dilewatinya sebagai ‘tahun prestasi’. Hinggi sekarang kementerian yang bermotto ‘Ikhlas Beramal’ ini masih terus memperoleh penghargaan demi penghargaan. Pemerintah RI kembali memberikan penghargaan kepada Kementerian Agama. Ini atas keberhasilan Kemenag dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan 2014 dengan capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan laporan keuangan Pemerintah. Ini merupakan penghargaan yang keempat. Sebab sebelumnya, selama tiga tahun berturut-turut Kemenag memperoleh penghargaan yang sama. Yang sangat menggembirakan, Kementerian Agama juga memperoleh penghargaan dari Kementerian Keuangan berupa Serifikasi Barang dan Jasa untuk kelompok Kementerian dan Lembaga dengan jumlah nilai kepuasan pengguna barang lebih dari 100 satuan kerja. Tak tanggung-tanggung, dari 80an Kementerian dan Lembaga, Kemenag meraih Penghargaan Terbaik Kedua di bidang pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) tahun 2014. Sementara dari MENPAN dan RB, Kementerian Agama juga mendapatkan penghargaan akuntabilitas kinerja berupa predikat nilai B. Padahal sebelumnya selalu memperoleh nilai CC. Penghargaan dari MENPAN-RB tersebut, adalah merupakan penilaian untuk akuntabilitas kinerja Kementerian Agama tahun 2014. Begitupun dengan pelaporan PUPNS. Meski sebelumnya sempat merasa khawatir karena jumlah aparatur Kementerian Agama adalah yang terbesar – mencapai 270ribu orang dengan 4484 satker. Namun demikian, Kemenag menjadi yang terbaik dalam memperoleh penghargaan e-PUPNS. Penghargaan semacam itu Pembaca Setia, tentu saja bukan lantas membuat Kementerian Agama membusungkan dada. Namun justru kita harus mensyukurinya, agar tetap bisa menjaganya dan bahkan terus bekerja keras secara bersama-sama untuk meraih masa depan Kementerian Agama yang jauh lebih baik dari hari ini. Semoga! Kontak dan Pendapat ------------------ 4 Teropong -------------------------------- 5 Lensa Utama ---------------------------- 6 Liputan Khusus------------------------- 15 Cahaya Hati----------------------------- 19 Agama----------------------------------- 20 Tafsir Maudlu’i ------------------------- 24 Bilik Santri ------------------------------ 26 Lensa Khusus --------------------------- 29 Informasi-------------------------------- 33
Ta’aruf ----------------------------------- 34 Edukasi ---------------------------------- 36 Enterpreneurship ----------------------- 41 Serambi Madrasah---------------------- 42 Khotbah --------------------------------- 44 Lintas Peristiwa------------------------- 51 Annisa ----------------------------------- 58 LAA Remaja----------------------------- 59 Sari Hikmah----------------------------- 60 Dunia Islam----------------------------- 66 MPA 354 / Maret 2016
3
Kepala Kemenag Kab. Situbondo Ttd Drs. H. Moh. Bakri, M.Pd.I
kontak & pendapat
KETENTUAN PENULISAN ARTIKEL DI MAJALAH MIMBAR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rubrik Agama Jendela Keluarga Tsaqafah Cerpen Tsaqafah Catatan Budaya AMO Edukasi Khutbah Jum’at Jelajah Ilmu Cuplikan Tarikh Sari Hikmah Cerpen Anak Dunia Islam
Banyak halaman 4 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 2 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 4 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 2 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 4 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 4 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 4 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 3 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 2 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 2 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 2 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5) 2 halaman (Kertas quarto, font 12, spasi 1,5)
Karakter 8.000 (with space) 4.000 (with space) 7.500 (with space) 4.000 (with space) 8.000 (with space) 8.000 (with space) 8.000 (with space) 4.000 (with space) 4.000 (with space) 4.000 (with space) 3.500 (with space) 4.000 (with space)
Keterangan
Ditambah foto penulis Ditambah foto penulis Ditambah foto penulis
Ketentuan Pengiriman: 1. Kirim naskah melalui pos surat ke alamat redaksi di : Kanwil Kemenag Prov Jatim Jl. Raya Juanda No. 26 Sidoarjo. 2. Atau kirim naskah Anda ke email kami :
[email protected] dengan ketentuan: - Tulis pada kolom subjek/perihal dengan nama Rubrik dan Nama Pengirim. - Beri nama file naskah dengan nama Rubrik dan Nama Pengirim. Contoh: Edukasi_ Muhammad Munief 3. Tulis Curriculum Vitae / biodata lengkap di bawah naskah Anda. Jangan lupa sertakan alamat lengkap penulis beserta nomor Telepon/HP. 4. Sertakan pula foto penulis dan kirim dalam bentuk file JPEG.
4
MPA 344 / Mei 2015
RALAT: Mohon maaf, pada edisi MPA No. 353 Bulan Pebruari 2016 lalu halaman 10-11 ada kesalahan ketik nama pada foto nara sumber. Yang benar adalah :
Foto : KH. M. Ali Hanafiyah Akbar Pengasuh Pondok Pesantren Inabah Surabaya
4
MPA 354 / Maret 2016
Foto : Ir. Tamhid Masyudi Sekretaris PW Muhammadiyah Provins Jawa Timur
teropong
ADZAB ALLAH JANGAN SAMPAI TERULANG KEMBALI Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka (kaum Luth) angin panas yang membawa batu, kecuali keluarga Luth – yang terselamatkan – (Q.S. Al-Qamar : 34)
B
encana demi bencana terus terjadi. Hampir seluruh pelosok negeri mera sakannya. Bencana asap, kekurangan air, kebakaran, banyak terjadi pada saat kemarau panjang yang lalu. Hujanpun turun. Do’a dan sholat Istisqo’ diterima dan dikabulkan oleh Allah swt. Namun kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Tanah longsor yang membawa korban jiwa di berberapa daerah terjadi. Banjirpun berlomba-lomba menggenangi rumah penduduk. Bahkan ada yang terisolisir karena jembatan putus oleh arus air bah. Belum lagi gunung berapi dan gempa bumi yang sewaktuwaktu mengancam, karena Indonesia termasuk negeri yang rawan bencana. Sebagian orang merenung – bertafakur – mencari sebab mengapa bencana itu datang bertubi-tubi. Diantaranya mengatakan bahwa bencana ini sebagai ujian. Agar orang beriman yang sabar lulus dan naik tingkat derajat keimanannya. Tapi yang lain menimpali, bahwa bencana ini datang karena ulah tangan manusia. Para pemerhati gejolak sosial dan spiritual merasa miris dan prihatin, bila bencana itu merupakan adzab. Sebagaimana bencana yang ditimpakan kepada kaum terdahulu : kaum Ad, Tsamud, kaum nabi Nuh, dan sebagainya. Mereka mendapatkan adzab karena kedurhakaannya, sehingga Allah murka. Negeri Saba yang terkenal dengan bendungan Ma’rib hancur. Karya mereka, bendungan yang sangat dibanggakan dan telah mengantarkan penduduk Saba kaya raya dan makmur jebol. Predikat Baldatun thoyyibatun wa Robbun ghofur tercabut dari negeri yang dulunya maju dan makmur itu. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena mereka tidak pandai mensyukuri karunia Allah. Tembok bendungan yang tampak kokoh, tidak dipelihara dengan baik. Sebaliknya, dengan kekayaan yang mereka peroleh, mereka berpoya-poya dan berbuat maksiat. Demikian pula kaum Tsamud yang tinggal di lokasi strategis secara geografis, sekarang tinggal kenangan. Mereka menetap Di jalur perdagangan yang ramai antara Syria dan Yaman. Keeberuntungan ini membawa mereka maju secara ekonomis. Kepada mereka Allah mengirimkan Rasul-Nya, Nabiyullah Shalih a.s dengan mukjizatnya berupa unta yang senantiasa memberikan susu untuk kaumnya. Pesan Nabi Shalih, agar unta ini dipelihara dan diberi makan-
minum sebagai haknya. Pesan utusan Allah ini tidak dipatuhi. Sebaliknya sembilan orang diantara kaumnya membunuh unta tersebut, maka adzab Allah ditimpakan kepada kaum Tsamud ini. Tempat yang bernama Madain Shalih menjadi saksi atas tragedi tersebut. Tempat bersejarah yang juga menjadi saksi atas adanya adzab Allah kepada orang-orang yang durhaka adalah Laut Mati. Saksi monumental terhadap peristiwa mengenaskan yang menimpa kaum Luth a.s. Mereka yang tinggal di kota Sodom dan Amuroh (Gomorow) dijungkir balikkan dan ditenggelamkan ke bumi. Para arkeolog menemukan bekas-bekas kota di pinggir Laut Mati itu. Mengapa mereka diadzab? Karena perbuatan maksiat. Mereka melawan fitrah dengan berbuat mesum antar sesama jenis yang disebut liwath atau homoseksual. Perilaku maksiat yang pernah dilakukan kaum Luth ini makin marak diabad modern sekarang. Pada tanggal 19 Agustus 2013, lima belas negara yang tersebar di Eropa, Afrika Selatan, dan Amerika Latin bersepakat mendukung aktivitas mereka. Bahkan pada tanggal 26 Juni 2015 yang lalu kaum Lesbian dan Gay di Amerika Serikat serempak melakukan perkawinan sejenis setelah keputusan Mahkamah Agung Amerika
Serikat menyetujuinya. Berkat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era global sekarang ini, kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) merambah ke seluruh antero dunia. Di Indonesia, aktivitas mereka juga makin meningkat. Bahkan mereka menuntut disahkannya perkawinan sejenis sebagaimana terjadi di dunia Barat. Sementara undang-undang Perkawinan di Indonesia melarangnya. Menanggapi tuntutan kaum Lesbian dan Gay ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas-ormas Islam mengimbau agar pelarangan terhadap kegiatan kaum LGBT ini makin dipertegas. Karena semua agama merumuskan yang disebut perkawinan atau pernikahan adalah antara laki-laki dan perempuan, dan tidak ada perkawinan sejenis. Harapan kaum LGBT inipun kandas. Namun kita harus tetap waspada, sebab dengan dalih kebebasan berpikir, berkehendak daan Hak Asasi Manusia kelompok Liberal dan Sekular mendukungnya. Imbauan MUI penting agar kemaksiatan yang pada zaman Nabi Luth disebut liwath itu dapat diminimalisir, kalau tidak bisa dicegah sama sekali. Agar adzab Allah yang menimpa umat terdahulu tidak terulang kembali. •RAW MPA 354 / Maret 2016
5
Minim Sosok Panutan
Intensitas Dakwah yang Kurang Efektif Ada sinyalemen bahwa negara kerap terlambat hadir dalam penanganan kasus aliran sesat dalam konteks keagamaan. Padahal mengharapkan pemerintah untuk selalu hadir di tengah problem keagamaan, sama halnya menggiring Indonesia menjadi negara totaliter. Dimana negara selalu memantau setiap pergerakan warganya.
H
al tersebut diungkapkan oleh Sosiolog UNAIR Drs. Aribowo, MS. Menurutnya, apakah tidak justru menakutkan jika negara membatasi ruang gerak warganya? Sebab di negara-negara seperti Prancis, Jerman dan Amerika yang mayoritas non-Muslim, aksi radikalisme agama tetap saja bisa menyeruak. “Jadi.. negara sebesar apapun, bahkan negara totaliter sekalipun, bisa kecolongan juga. Sebab seketat apapun, yang namanya kejahatan pasti ada,” tukasnya. “Persoalannya cuma terletak pada frekuensi besar-kecilnya saja, kok..” imbuhnya. Setiap negara tentu memiliki regulasi untuk menangkal aksi radikalisme hingga aturan dalam kehidupan beragama. Di Indo nesia secara normatif sudah cukup baik. Hanya saja faktor implementasi di lapangan yang terkadang memunculkan pem biasan-pembiasan. Pembiasan inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian kelompok keagamaan untuk menunjukkan eksistensinya. Menurutnya, kelompok radikalisme dalam sejarah kebudayaan selalu ada dalam eksistensi masyarakat di manapun berada. Dalam fenomena sosial dan kebudayaan, dalam masyarakat selalu muncul kelompok moderat, akomodasionis dan radikal. “Ketika kelompok akomodasionis-moderat ini kuat, otomatis kelompok radikal menjadi kecil. Dan ketika fenomena keterbukaan dari masyarakat itu muncul, kelompok radikal justru berkembang,” urainya. Dalam telaah sosiologis, sambungnya, fenomena konflik selalu muncul dalam 6
MPA 354 / Maret 2016
Drs. Aribowo, MS Sosiolog Universitas Airlangga Surabaya.
masyarakat. Sebab ini merupakan bagian dari dinamika masyarakat itu sendiri. Menurut hematnya, tidak ada masyarakat yang tidak berkonflik. Orang berbeda pendapat, berbeda kepentingan mulai dari pemikiran, nilai, hingga fisik itu selalu muncul. “Tingginya konflik itu menunjukkan dinamika masya rakat yang begitu kuat,” tandasnya. Yang tidak bisa dikesampingkan, bahwa kelompok minoritas seperti aliran radikal ISIS hingga GAFATAR di tanah air selalu dikelilingi oleh pengikut yang militan. Dalam kacamata mantan Dekan Fakultas Ilmu
Budaya ini, hal tersebut dipengaruhi faktor deprivasi relatif. Ini sangat rentan terjadi pada masyarakat menengah ke bawah. Sebab kelompok menengah ke atas tingkat komprominya biasanya lebih cepat. Deprivasi relatif merupakan keadaan psikologis dimana seseorang merasakan ketidakpuasan atas kesenjangan yang ada. Keadaan deprivasi bisa menimbulkan persepsi adanya suatu ketidakadilan. “Inilah yang menjadi perekat militansi pengikut kelompok-kelompok tersebut,” simpulnya. Agar keberlangsungan “kelompok kecewa” ini tidak menjadi bom waktu, kata Aribowo, yang harus diciptakan dalam sistem sosial adalah distribusi yang relatif merata dan proporsional. Artinya bagaimana semua merasa adil diperlakukan. Semua memiliki akses yang sama terhadap ekonomi, politik dan hukum. Jangan sampai fenomena elitis itu menguat. Dimana 10 persen kelompok yang justru menguasai 90 persen hajat hidup orang banyak. “Inilah yang menumbuhkan kekekecewaan, yang menyebabkan orang seakan punya kompensasi untuk lari dari realitas dan bergabung dengan kelompok radikal,” papar Direktur Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga (P3UA) ini. Kompleksitas permasalahan mulai dari ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan sosial budaya yang dihadapai bangsa ini, tutur Drs. H. Mohammad Fachrur Rozi, M.H.I, disinyalir menjadi penyebab tumbuhsuburnya aliran sempalan dalam beragama. Ketidakmampuan menghadapi hal tersebut, sehingga menyebabkan banyak masyarakat
yang terbuai dengan bujuk rayu penyebar aliran sesat. “Mereka menganggap bahwa aliran di luar mainstream Islam itu sebagai solusi alternatif dari permasalahan tersebut,” ujarnya. Yang mengherankan, lanjut Kepala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur ini, dari tahun ke tahun kemunculan aliran sempalan tak kunjung habis – bahkan justru kian bertambah. Padahal secara regulasi, sudah ada dasar hukum yang bisa dijadikan pedoman untuk melarang eksistensinya. “Memang ada regulasinya. Meskipun harus diakui dalam prakteknya masih kurang maksimal,” kritiknya. Jika saja semua intansi mulai Kejaksaan, Polri, Kemenag dan Ormas Keagamaan bersatupadu, niscaya penistaan agama bisa dideteksi sejak dini. Jadi tak seperti sekarang yang tiba-tiba saja muncul sebuah organisasi menyesatkan dengan pengikut ribuan. “Namun tak elok kita saling menyalahkan. Yang paling bijak, ini kita jadikan sebagai starting poin untuk membenahi pola pembinaan umat,” ujarnya. Bagi Mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Probolinggo ini, banyaknya aliran sesat yang bertebaran tersebut, selain faktor pengawasan yang kurang juga dikarenakan pembinaan umat yang belum maksimal. Yang disesalkannya, disaat maraknya model dakwah aqidah ahlussunnah wal jamaah justru terjadi pelemahan aqidah umat di tengah masyarakat luas. “Oleh karenanya, setiap ormas keagamaan harus memiliki forum rutin untuk membenahi akhlak dan penguatan iman jamaahnya,” tandasnya.
Drs. H. Mohammad Fachrur Rozi, M.H.I Kabid Penais Zawa Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur.
Meski demikian, lelaki kelahiran Pamekasan 26 September 1962 ini cukup mengapresiasi banyaknya media dakwah dewasa ini. Berbagai program dakwah dimiliki semua televisi hingga radio. Bahkan konten bermuatan dakwah juga bertebaran di berbagai koran, majalah dan media online. “Dari sisi intensitas dakwah, saat ini jauh
lebih semarak dari masa lalu,” simpulnya. Jumlah mushalla dan masjid menunjukkan angka yang cukup fantastis. Di Jawa Timur saja, per tahun 2013 jumlah masjid yang ada mencapai 39.405. Sedangkan mushallanya berjumlah 106.290. Belum lagi keberadaan pesantren yang menembus angka 6.561. Sedangkan Madrasah Diniyah berjumlah 26.827 lembaga, serta 38.895 TPQ. “Namun pertanyaan besarnya, mengapa seakan dakwah selama ini tidak efektif?” ucapnya terheran-heran. Memang telah banyak masjid dan mushallah yang dibangun, tapi tak banyak yang mampu memakmurkannya. Di sisi lain, katanya, penyebabnya adalah minimnya keteladan di tengah umat. “Seribu kali dakwah dengan lisan akan kalah dengan satu
MPA 354 / Maret 2016
7
kali perbuatan. Lisanul hal afshahu min lisanil maqal,” tandasnya mengingatkan. Sebagai salah satu intitusi yang bertanggung jawab terhadap pembinana umat, Kemenag Prov. Jatim ke depan akan lebih memaksimalkan peran penyuluh agama fungsional. Sebagai garda terdepan Kemenag, mereka bersama tujuh ribu penyuluh non PNS dihimbau lebih meningkatkan frekuensi maupun subtansi dakwah. Fahrur Rozi juga mewanti-wanti, agar masyarakat jangan mudah tertipu dengan berbagai iming-iming menggiurkan dari berbagai pihak yang menawarkan pema haman agama di luar mainstream. Dia berharap, setiap kali ada indikasi penyim pangan kolsultasikan segera kepada tokoh agama yang dipercaya atau intansi terkait. “Ketika mendapati teman atau tetangga di lingkungan yang terlanjur mengikuti aliran sesat, ajaklah berkomunikasi dan tunjukkan sikap persaudaraan. Mari kita rangkul mereka dan bukan justru memukul,” harapnya. Menurut Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si, sebenarnya selama ini memang tak ada yang salah dengan pola dakwah kita. Proses dakwah yang ada sudah berjalan sesuai koridor. Lantaran itulah, munculnya feno mena penistaan agama tidak sertamerta mengharuskan evaluasi model penyampaian pesan agama yang ada. Terkait fenomena banyaknya aliran keaga mamaan yang di luar pakem, sambung Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Surabaya ini, justru lebih disebabkan menguatnya rasa frustasi di kalangan masyarakat. Tak saja karena minimnya sosok panutan dalam agama, tapi juga faktor persaingan dalam akses ekonomi. “Bullying dalam beragama semisal memperolok orang tidak berjilbab ataupun yang tidak rajin ibadah, juga turut berkontribusi dalam meningkatkan rasa fustrasi orang dalam beragama,” tegasnya. Dalam realitasnya orang berjilbab atau yang tampak khusyuk beribadah, terkadang tidak mampu menunjukkan orang yang berprilaku baik. Inilah yang menjadikan korban bullying makin limbung dan kehilangan sandaran. “Satu sisi yang tak mengenakan simbol agama atau menjalankan ritual disudutkan. Sedangkan dia menyaksikan orang dengan simbol agama atau yang tampak khusyuk tak mampu memberikan teladan baik,” keluh wanita kelahiran Blitar 13 Januari 1958 ini mengungkapkan. Menurut pengamatannya, orang yang tergabung dalam kelompok penistaan 8
MPA 354 / Maret 2016
Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si Dekan Fak. Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Surabaya.
jihad sebagai martir dengan iming-iming surga. Di sinilah mereka menemukan saluran pembenar,” tukasnya. Namun demikian, kondisi tersebut tak lantas menjadi kebutuhan yang mendesak untuk mengoreksi gerakan dakwah selama ini. Sebab objek dakwah selama ini baik-baik saja. Bahkan tak dijumpai dakwah secara umum yang mengajak kepada tindakan ekstrem – seperti bom bunuh diri misalnya. Sebaliknya, mereka yang memilih gerakan radikal sedang mencari jati diri dengan mengikuti gerakan alternatif beragama. Makanya, perlu adanya upaya dakwah yang digerakkkan secara bersama-sama. Sebab masing-masig institusi atau lembaga dakwah memiliki garapan dakwah tertentu. Seperti Perguruan Tinggi yang menangani generasi muda atau mahasiswa sebagai objek dakwanya. “Tugas utamanya adalah bagaimana membentuk mahasiswa beragama secara sadar dan bukan lantaran kebiasaan semata,” terangnya mencontohkan. Mereka dicetak sebagai kader dakwah yang nantinya turun ke Sekolah Menengah Umum tempat mereka mengenyam pendidi kan
Proses dakwah yang ada sudah berjalan sesuai koridor. Lantaran itulah, munculnya fenomena penistaan agama tidak sertamerta mengharuskan evaluasi model penyampaian pesan agama yang ada. >> Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si
agama tak berarti buta agama. Apa yang dilakukannya justru sebagai bentuk protes atas kekecewaan pada praktek keseharian tokoh agama. “Munculnya ungkapan ‘kehi dupan saya bukan Islam’, itu menandakan kejengkelannya atas perilaku yang tidak Islami. Akhirnya mereka mencari gerakan yang menawarkan alternatif beragama,” kilahnya memberikan alasan. Selain faktor kekecewan terhadap penganut agama mainstream, lanjutnya, pengikut aliran sempalan juga dilatarbelakangi faktor kegagalan dalam hidup. Kecendrungan orang gagal selalu ingin segera mengakhiri kehidupannya karena merasa sudah tidak ada harapan kehidupan yang lebih baik. “Nah, di saat yang bersamaan muncullah tawaran
sebelumnya. Lalu turun lagi ke jenjang SMP dan SD. Model dakwah seperti ini jauh lebih efektif dan tepat sasaran. Sebab dari sisi umur, bahasa dan psikologis tidak terpaut jauh. Peserta kursus manajemen di ‘Senior Manager Program Executive Institute Mc Gill Univercity’ Montreal, Canada (1998) ini berharap, agar dakwah sekarang mampu membangkitkan kesadaran beragama masyarakat. Dakwah juga harus berbasis persoalan yang tengah dihadapai umat. “Ini tentu akan menjadikan agama benar-benar hadir dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan sosial masyarakat. Dengan begitu mereka tidak mencari alternatif lain,” pungkasnya. •Laporan: Suprianto (Surabaya).
Mengatasi Aliran Sesat
Mengubah Metode dan Pola Dakwah Penistaan terhadap agama Islam terus bermunculan secara sambung-menyambung. Datangnya juga dari arah mana saja. Baik dari luar maupun dari dalam. Yang dari dalam berupa maraknya aliran keagamaan yang di luar pakem mainstream.
M
enurut Muhammad Sholihin, M. PSDM, ada enam faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, adanya pemahaman agama yang terlalu dangkal. Pemicu kedua, karena dipengaruhi situasi ekonomi-politik yang kian tak menentu, yang tidak berpihak kepada masyarakat menegah ke bawah. Sedangkan faktor ketiga, minimnya perhatian pemerintah terhadap persoalan agama. Yang keempat, adalah faktor kurangnya pendidikan agama sejak dini. Sedangkan yang kelima, keberadaan lingkungan sosial yang kurang agamis. Dan yang keenam, adalah faktor tiadanya keteladanan. Agar kedepan aliran sempalan tidak tumbuh pesat, lanjut Ketua Majlis Tabligh PW Muhammadiyah Jawa Timur ini, diperlukan upaya serius untuk mengantisipasinya. Hal mendasar yang harus dilakukan, adalah membenahi pemahaman agama yang terlalu dangkal. Agama memang seharusnya tak dimaknai sebatas ritual semata. Sebab dengan pemahaman semodel itu, tentu pesan agung agama tidak akan terbaca. “Jadi.. agama harus dimaknai secara kontekstual-sosial, sehingga orang bisa benar-benar merasakan kehadiran agama dalam menghadapi segala macam problematika,” jelasnya. Dengan penafsiran agama yang lebih membumi semacam ini, seberat apapun kondisi ekonomi-politik yang dihadapi
Muhammad Sholihin, M. PSDM Ketua Majlis Tabligh PW Muhammadiyah Jawa Timur.
niscaya umat tidak akan mudah goyah. Sehingga tawaran apapun kepada masyarakat yang mengarah pada penistaan agama, tentu dengan sendirinya tidak memberikan dampak yang berarti. Agar situasi kondusif dalam beragama tercipta, tuturnya, pemerintah harus
menunjukkan sikap kepeduliannya. Sebab selama ini negara hadir di tengah masy arakat hanya ketika konflik agama telah menyeruak. Ketika sudah muncul fenomena penyimpangan agama, pemerintah baru menunjukkan kepeduliannya. “Seharusnya negara hadir baik dalam kondisi kondusif MPA 354 / Maret 2016
9
maupun tidak, sehingga masyarakat senan tiasa merasakan keberadaanya,” tandas dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya ini serius. Di sisi lain, negara juga seharusnya memberikan warganya semacam guiden atau panduan buat rakyat dalam berinteraksi. Model Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) perlu diadopsi, agar masyarakat dalam bersikap dan berbuat memiliki landasan yang kuat. “Memang dalam al-Qur’an dan al-Hadis sudah disebutkan, namun sifatnya masih global. “Jadi ini perlu diperinci sesuai dengan karakter, jati diri dan kebutuhan sosial kemasyarakatan,” ulasnya Dari sisi pendidikan, sambung Sholihin, perlu memperbanyak jam pelajaran agama. Sebab selama ini disinyalir kurikulum sekolah tidak menitikberatkan pada nilainilai spiritualitas. Keluarga juga harus memberikan pemahaman agama sedini mungkin. Tujuannya agar tertanam pada diri generasi muda terkait pemahaman agama yang benar dan kokoh. Jika di lingkup keluarga penanaman agama optimal, sambungnya, tentu tinggal menyiapkan lingkungan sosial yang agamis. Dimana orang tidak perlu merasa risih dan sungkan untuk saling mengingatkan ketika menemukan kasus atau perilaku yang tidak sesuai dengan koridor agama. “Lingkungan seperti ini tentu akan mendukung tumbuhkembang anak dalam suasana keberagaman yang tinggi,” tegasnya. Agar religiusitas lingkungan sosial tercipta pula, katanya, maka dibutuhkan figur kharismatik yang mampu menjadi tempat rujukan sekaligus penyejuk bagi umat. Analoginya, di hutan saja ada raja rimba yang begitu disegani. “Kalau di tengah-tengah umat tidak ada sosok pemimpin kharismatik, umat ibarat domba tak bertuan. Maka jangan salahkan jika menjadi rebutan banyak pihak,” tukas mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ini mengingatkan. Itulah salah satu penyebab mengapa tak sedikit masyarakat yang terjerumus kepada aliran sesat. Meski sesungguhnya pemahaman sesat semacam itu, sudah ada di zaman Rasulullah SAW. Menurut Prof. Dr. KH. Moh. Ali Azis, M.Ag, pada zaman Nabi Muhammad SAW kata ‘sesat’ itu sudah ada. Sebab perilaku mereka benar-benar telah menyimpang dari ajaran Islam. “Jadi pernyataan sesat itu bukan terminologi ulama’ atau orang biasa. Dalam ajaran Islam sudah ada istilah sesat tersebut,” ulasnya. Di dalam surah al-Fatihah, papar pria 10
MPA 354 / Maret 2016
Prof. Dr. KH. Moh. Ali Azis, M.Ag Guru Besar Ilmu Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.
yang telah berkeliling dakwah di berbagai negara ini, telah digambarkan tiga model tipe manusia. Yang pertama, adalah tipe “an’amta ‘alaihim” yakni orang-orang yang berada pada jalan lurus. Sedangkan yang kedua, adalah tipe manusia “ghairil maghdhuubi” yaitu orang-orang yang berjalan di atas jalan yang bengkok-bengkok. Dan yang ketiga, adalah tipe orang-orang “dhollin”, yang sesat, seperti jalannya orang-orang kafir. Menurut Guru Besar Ilmu Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya ini, aliran sempalan atau aliran sesat tersebut bukan hanya ada dalam Islam saja. Di dalam wilayah-wilayah
agama lain juga ada. Seperti yang terjadi di Amerika misalnya. Di sana ada satu sekte kelompok keagamaan yang orang-orangnya berkumpul melakukan pemujaan bersamasama, lalu melakukan bunuh diri bersamasama pula. “Bagi agama mereka, kelompok seperti ini juga dianggap sesat,” tukasnya. Kelompok-kelompok keagamaan yang melenceng semacam itu, lanjut pria kelahiran Lamongan 9 Juni 1957 ini, memang tak gampang untuk diluruskan. Seperti yang dialaminya sendiri pada saat mendatangi kelompok keagamaan GAFATAR di Magetan. Mereka menyatakan bukan Islam, tetapi mengaku beragama Millah Ibrahim. Menurut mereka, Nabi Ibrahimlah yang melahirkan agama-agama besar di dunia ini. “Dengan mencampuradukkan agama seperti itu, mereka masih saja tak merasa bersalah sama sekali,” ungkapnya. Lantaran di Indonesia hanya mengakui enam agama, terang suami Rif’atul Ifadah yang dikaruniai tujuh anak ini, maka dirinya mendukung MUI yang mengeluarkan fatwa sesat pada GAFATAR. “Munculnya kelompok keagamaan semacam ini, bisa pula dipicu oleh kondisi ekonomi yang semakin senjang di tengah-tengah masyarakat. Yang kaya bertambah kaya, yang miskin tetap di posisi marginal,” paparnya. Untuk itulah, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia (APDI) ini menyatakan, agar sistem, metode dan pola dakwah harus diubah. Disamping taushiyah, juga merawat umat. Sebab selama ini model dakwah kita masih eksklusif, yakni hanya memperhatikan jamaahnya sendiri-sendiri. Padahal masih banyak umat yang harus mendapatkan perhatian. Mantan Dekan Fakultas Dakwah ini lantas mencontohkan ketika ada peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW. Di satu sisi ada yang bergembira sambil menyantap hidangan, sementara di sisi lain banyak yang tak bisa hadir lantaran sibuk mencari tambahan belanja untuk menopang ekonomi keluarga. “Lantas, pernahkan mereka bersama-sama mendoakan agar sudaranya yang nggak bisa hadir diangkat oleh Allah derajatnya? Atau bersama-sama mengulurkan bantuan ekonomi untuk menopang kehidupannya,” imbuhnya. Padahal membangun ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, menurut penulis buku “60 Menit Terapi Shalat Bahagia” ini, adalah merupakan salah satu cara mengatasi ruang gerak aliran sesat. Cara lainnya, adalah dengan mencerdaskan umat. Dengan begitu mereka akan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang sesat, serta bisa menjalankan agama secara kaffah. “Maka, aplikasikanlah bersama-sama taushiyah itu dengan tindakan amal nyata,” tandasnya. Menurut Mochammad Yunus, dakwah merupakan kewajiban bagi semua umat Islam. Bahkan umat Islam itu esensinya adalah dakwah. Bisa dikatakan profesi utama umat Islam itu adalah sebagai da’i. Baik dakwah untuk dirinya sendiri, untuk istri dan anak-anaknya, ataupun untuk lingkungan masyarakatnya. Hal itu termaktub dalam surah an-Nahl ayat 125; “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Jadi intinya, lanjut pria kelahiran Surabaya 7 Desember 1971 ini, kita diseru untuk melakukan dakwah itu dengan cara yang bijaksana atau metode yang baik. Lalu kalau mereka masih menolak dan ngotot, maka kita boleh membantahnya dengan bantahan yang baik pula. “Artinya kita boleh mengajaknya berdiskusi dan jangan sampai terjadi debat kusir,” terangnya. Kenapa umat Islam diseru berdakwah dengan baik, tutur Sekretaris MUI Jatim ini, karena umat Islam adalah umat yang terbaik. Sebagaimana hal itu tercantum dalam surah Ali Imron ayat 110: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah….” Jadi seorang da’i diseru untuk mengajak orang lain untuk berbuat kebajikan. Disamping itu kita juga disuruh untuk mencegah dari mungkar atau kerusakan. Caranya dengan memproteksi diri, keluarga, masyarakat dan bangsa ini dari keburukan dan kemungkaran, kemudian mengajak mereka untuk beriman kepada Allah. Bagi Sekjen Gerakan Umat Islam Bersatu
Mochammad Yunus Sekretaris Umum Ikatan Da’i Area Lokalisasi (IDIAL) Jatim.
(GUIB) Jatim ini, yang terpenting dalam berdakwah adalah tiga hal; mengingatkan, membimbing dan mengajak manusia untuk berbuat kebaikan dalam segala hal. Tentu saja sesuai dengan ajaran Allah SWT dan tuntunan Rasulullah SAW. Dan sebaliknya, kita diwajibkan menjauhi apa-apa yang dilarangNya dan mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. “Jadi dakwah itu tidak bisa ngawur atau seenaknya sendiri,” tandasnya. Sedangkan prinsip-prinsip dalam berdakwah, sambung Sekretaris Umum Ikatan Da’i Area Lokalisasi (IDIAL) Jatim ini, seorang da’i harus memahami ilmu dakwah. Ini menjadi penting, agar dalam berdakwah tidak terjadi kesalahpahaman di masyarakat. Dengan begitu akan miminimalisir adanya konflik dari sepak terjang dakwahnya. Prinsip-prinsip dakwah yang perlu dipahami, tutur pengurus ICMI Jatim bidang Pengkajian KeIslaman dan Pesantren ini, meliputi empat hal; prinsip kualitas, penyebaran dan pemerataan, perinsip partisipasi, serta prinsip dakwah bil hal. Dengan melaksankan empat prinsip inilah, sehingga umat merasa diayomi, terbentengi dan terproteksi dari ajaran-ajaran yang menyesatkan. Tentang prinsip kualitas, maka harus dilakukan peningkatan baik mengenai kualitas keimanan, kualitas ketaqwaan, kualitas kecerdasan, atau kualitas-kualitas lainnya. Dengan begitu akan ada progres dalam dakwahnya. “Sehingga ketika berdakwah akan ada pencerahan. Dengan materi-materi yang awalnya orang tidak tahu menjadi mengerti,” paparnya. Di sisi lain, lanjut Sekretaris Eksekutif
‘Edunext Qualita’ ini, berdakwah itu haruslah beragam. Maksudnya, ada dakwah yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup, ada dakwah dalam bidang pengetahuan, ada dakwah bidang ekonomi, dan seterusnya. Dengan begitu akan menambah khazanah pengetahuan umat lebih pintar, serta secara sosial mereka akan lebih peka terhadap persoalan-persoalan keumatan. “Jadi prinsipnya, didalam berdakwah itu terus ada pengembangan dan sekaligus meningkatkan kualitas umat,” tegasnya. Mengenai prinsip dakwah yang kedua – yakni penyebaran dan pemerataan, ujar Pembina Indonesian Islamic Busines Forum (IIBF) Jatim ini, berdakwah itu harus bisa menjangkau pada seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Jumlah umat Islam itu 80,20 persen dari 250 juta penduduk Indonesia. Tentu ini merupakan tantangan tersendiri bagi dakwah kita. “Dengan jumlah sebesar itu, tentu saja kita tidak bisa berdakwah sendiri. Untuk itulah, diperlukan langkah-angkah sinergi terhadap elemenelemen yang ada,” ujarnya. Oleh karenanya, simpul Pengawas ‘Hotline Pendidikan Surabaya’ ini, kita memerlukan partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itulah perlu merapatkan barisan dan bersinergi dengan berbagai ormas-ormas Islam, para da’i, para ulama’, tokoh masyarakat dan para cendekiawan Muslim – yang semuanya mempunyai tugas yang sama dalam berdakwah. “Untuk itulah, dibutuhkan yang namanya jejaring dakwah,” tandasnya. Intinya, kita perlu bersinergi membuat jejaring untuk membagi tugas agar dakwah kita lebih merata. Kalau tidak maka yang terjadi banyak elemen pada masyarakat kita yang tidak tersentuh dakwah, sehingga memunculkan kasus-kasus seperti sekarang ini. “Jadi yang perlu kita perhatikan, adalah membuat perencanaan dakwah. Ini supaya dakwah kita itu tidak asal-asalan,” tegasnya. Sedangkan tentang prinsip yang keempat, yakni dakwah bil hal, hen daknya kita senantiasa memberikan keteladanan dalam segala hal. Bahkan ini yang terpenting. Seorang da’i harus bisa menjadi contoh keteladanan. Sebab tanpa berbicara orang sudah dapat mencontoh perilakunya. “Kalau daiinya sudah bermasalah, tentu tanpa disadari umat akan berperilaku yang menimbulkan masalah juga,” pungkasnya. •Laporan: Suprianto, M. Tajuddin Nurcholis, Rasmanna Rahem (Surabaya). MPA 354 / Maret 2016
11
Bahasa Dakwah yang Kreatif, Variatif dan Inovatif Terkait maraknya aliran sesat, Muhammad Akbar Ilham turut angkat bicara. Menurut Ketua Sub Seksi Kerohanian Islam (SSKI) SMA 5 Surabaya ini, itu dikarenakan mereka terlalu cepat menyimpulkan informasi tanpa disaring dulu. Di sisi lain, karena keterbatasan SDM sehingga susah untuk diajak bermusyawarah. “Mereka menutup diri karena ketidaktahuan mereka tentang ajaran Islam yang sebenarnya. Nah, minimnya wawasan inilah yang membuat mereka meyakini apa saja yang datang dari kelompoknya,” ujarnya.
Di
sisi lain, kata putra pasangan Suad dan (almh.) Suminingsih ini, bisa jadi itu berawal dari kekecewaan kondisi pribadi yang dialami. Seperti keadaan ekonominya yang tak kunjung membaik, atau karena keadaan sosial-politik yang kian rapuh. Banyak oknum-oknum pejabat pemerintahan yang melakukan praktekpraktek korupsi. “Inilah yang membuat mereka frustasi latas mencari jalan keluar yang serba instan dan pragmatis,” ulasnya. Ketika kelompok-kelompok yang tak bertanggung jawab mendekatinya, tutur pria kelahiran Surabaya 28 Mei 1999 ini, mereka dengan gampang terseret arus. Apalagi dengan iming-iming janji yang memberikan perubahan dengan segera. “Akhirnya mereka tertarik keyakinan yang dikemas dengan model baru,” urainya. Sementara dakwah yang dilakukan oleh para da’i kita, ungkap anak kedua dari dua bersaudara ini, sesungguhnya sudah cukup baik. Hanya saja, para remaja seringkali bingung ketika melihat perilakunya yang kurang sesuai dengan yang didakwahkan. “Kenyataanya, apa yang dicontohkan oleh para da’i tak sepenuhnya sesuai dengan yang diajarkan agama,” ungkapnya berterus terang. Menurut anggota Tim Kebersihan Lingkungan ini, para da’i dan tokoh masya rakat harus memberikan teladan baik. Sebab kita semua bertanggung jawab atas perbaikan umat dan keberadaan bangsa tercinta ini menjadi lebih baik. “Pada dasarnya bangsa ini sangat religius, sebagaimana hal itu termaktub pada sila pertama Pancasila,” simpulnya. Untuk membentuk religiusitas tersebut, kata penghobi voli dan bulutangkis ini, bisa dimulai dari diri sendiri meski dari hal yang sederhana. Membuang sampah di tempat yang benar, itu sudah merupakan dakwah bil hal. Lalu merawat tanaman yang ada, tidak mencoret-coret tembok, atau kegiatan kecil lainnya. “Ini adalah dakwah yang mengajak perubahan perilaku ke akhlak yang lebih baik,” ujar siswa berkacamata minus ini serius. Akhlak, kata Muhanif, menempati posisi sentral dalam ajaran Islam. Yang lainnya, adalah aqidah. Kalau pendidikan agama bermuara pada kekuatan aqidah-akhlak, tentu akan menjadi dinding yang kokoh 12
MPA 354 / Maret 2016
Muhammad Akbar Ilham Ketua Sub Seksi Kerohanian Islam (SSKI) SMA 5 Surabaya.
Muhanif Ketua Umum Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) UNESA.
untuk membentengi generasi dari ajaran menyimpang. “Kalau bekal ini benar-benar sudah ditanamkan, maka tidak mudah dicerai-beraikan oleh faham-faham sesat tersebut,” tegasnya. Untuk itulah Ketua Umum Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) UNESA ini menyerukan, agar dunia akademik lebih berperan aktif untuk bersinergi dan mau merangkul semua organisasi yang ada dikampus. Tujuannya adalah untuk menghalau segala bentuk upaya yang mencederai agama. “Kita harus berani menghalangi adanya aktivitas-aktivitas yang bisa melukai hati umat Islam, ” tegasnya.
Di sisi lain, sambung pria kelahiran Magetan 23 Maret 1995 ini, hendaknya para da’i meningkatkan kualitas dakwahnya. Dengan demikian ajaran Islam akan terkesan serius untuk diaplikasikan dalam hidup sehari-hari. “Jadi harus seimbang antara muatan isi dengan selingan guyonanan,” pintanya. “Meski guyonan diperlukan untuk mengusir rasa penat, tapi jangan sampai porsi guyona lebih banyak ketimbang materi mengajinya,” tandasnya. Namun demikian, mahasiswa yang juga menjadi anggota BEM ini tak lantas menuduh bahwa itu menjadi penyebab larinya orangorang ke dalam aliran sempalan. “Meski terkadang kurang menyentuh, tetapi secara umum dakwah para da’i kita sudah baik,” akunya jujur. “Sedangkan maraknya aliran menyimpang, itu lebih dikarenakan sulitnya masyarakat untuk keluar dari problemproblem ekonomi, sosial, politik dan akulturasi budaya,” simpulya. Rasa sumpeg dan stress itulah yang membuat masyarakat mencari solusi alternatif diluar ranah agama. Sebab agama dirasa paling relevan dan realistis sebagai jalan pemecahan. Sayangnya, dalam kondisi semacam itu tak ada da’i yang hadir di sana. Lantas mereka mencari ke internet sumber-sumber yang sebetulnya belum terferivikasi. “Pilihan inilah yang akhirnya menjerumuskannya ke aliran sesat,” ujar anak pasang Budiarto dan Jayatmi ini. Anak kedua dari dua bersaudara ini menyarankan, agar para da’i lebih kreatif, variatif dan inovatif dalam menyampaikan bahasa dakwahnya. Sebab para da’i harus sanggup merangkul semua elemen masyarakat. “Lha mana mungkin akan sampai syiarnya kalau di masyarakat pinggiran pedesaan memakai logika dan intelektualitas yang tinggi,” kritiknya. Pria berperawakan kurus yang kini tengah menekuni wirausaha ini berharap, agar kita lebih meningkatkan diri untuk menggali ilmu agama yang benar di tengah kemajuan zaman yang merisaukan. “Godaan dan rintangan memang banyak. Tapi jangan jadikan itu sebagai hambatan dan penghalang,” pesannya singkat. •Laporan: M. Tajuddin Nurcholis (Surabaya).
Inovasi Program Dakwah
Masjid Smart dan Simpan Pinjam Modal Usaha Kita merasa cukup prihatin melihat penistaan agama dan tumbuhnya aliran-aliran sesat yang ada. Secara internal, lantas muncul sebuah pertanyaan penting: adakah model dakwah kita selama ini ada yang salah?
B
agi Sumarkan, M.Ag, kiranya tidak ada kekeliruan dari cara atau model dakwah selama ini. “Saya rasa sudah benar. Isinya toh mengajak orang lain untuk berbuat baik,” tuturnya bersahaja. Namun Ketua Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur ini mengakui, jika selama ini memang belum ada sasaran dakwah yang difokuskan kepada orang-orang yang terseret kepada aliran-aliran yang menyimpang ataupun sesat. “Mereka itu tempatnya kan terpencar-pencar. Bisa saja mereka tersesat karena memperoleh masukan dari pemberi ajaran-ajaran yang kurang memahami agama dengan sebenarnya,” kilahnya. Menurut dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini, penyebab penyimpangan itu bisa dikarenakan banyak hal. Salah satunya berupa pemahaman keagamaan yang rendah yang berakibat pada keimanannya yang sangat tipis. Iman mereka masih sebatas percaya kepada Allah saja. Jadi belum sampai pada keimanan terhadap Rasulullah SAW sebagai wa khataman nabiyyin. “Itupun masih diperparah lagi dengan doktrin para misionaris yang sengaja mengaburkan keimanan mereka,” urainya. Di sisi lain, banyak diantara mereka yang terhipnotis dan terpesona dengan program-program gerakan sosial. Mereka terbuai dengan janji iming-iming berupa lahan pertanian yang melimpah. Itulah yang
Sumarkan, M.Ag Ketua Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur
membuat mereka rela menjual semua aset yang dimilikinya. Yang tak disadarinya, bahwa di balik gerakan sosial itu ada gerakan yang terkait erat dengan keagamaan. Mereka punya konsep hijrah, yakni berpindah dari tempat penuh kemaksiatan menuju tempat yang lebih baik. Itulah yang membuat mereka berangkat dengan jiwa yang mantap. “Padahal pengetahuan mereka tentang hijrah yang sebenarnya kan masih kurang begitu dalam,” tengarainya.
Melihat fenomena semacam itu, dirinya hendak mengajak para da’i agar tidak pernah berhenti berdakwah di berbagai tempat. Ini agar umat Islam memiliki pemahaman tentang keimanan dan keislaman secara benar. “Yang perlu untuk selalu diingat, agar para da’i tak hanya berdakwah bil qoul saja tapi juga berdakwah dengan bil hal,” tandasnya. Dari sisi pendekatannya juga haruslah beragam. Disamping melalui pendekatan umum, juga melakukan dakwah secara personal. Kita punya tetangga dan teman. Maka ajaklah mereka bicara tentang Islam yang benar. “Seperti pengajian-pengajian rutin di masjid atau di musholla,” katanya mencontohkan. Intinya, tutur Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat UIN Sunan Ampel ini, apa yang sudah berjalan tetap kita lestarikan. Juga dengan melakukan inovasi dakwah yang hubungannya dengan dakwah bil hal. “Sebab dakwah kita masih lebih banyak yang berbentuk ceramah daripada yang langsung berkenaan dengan hajat hidup umat,” simpulnya. Untuk penguatan dakwah tersebut, tutur HM. Abdul Choliq Idris, S.Ag, kita perlu menengok masjid kembali. Sebab pada masa Rasulullah SAW peran masjid cukup sentral. Pada saat itu fungsi masjid sebagai pembinaan mental-spiritual umat sangat MPA 354 / Maret 2016
13
vital. “Kini hal itu justru tereduksi. Masih banyak masjid yang jam bukanya lebih sedikit ketimbang jam tutupnya. Kalau seperti ini, bagaimana pembinaan umat bisa efektif,” ujarnya bernada tanya. Kabag Ibadah dan Dakwah Masjid Al-Akbar Surabaya ini mengakui, masjid dan mushalla memang banyak sekali telah didirikan. Namun hal itu tak berbanding lurus dengan kualitas pembinaan umat. Kondisi tersebut diperparah dengan isi dakwah yang dilakukan kurang membumi. Materi yang disampaikan ibarat kaset. Selalu diulang-ulang tanpa ada pemaknaan yang kontekstual dengan kondisi umat. “Jangan heran jika ada jamaah yang mengeluh karena tidak menemukan pencerahan di masjid,” tukasnya. Ustad Choliq – panggilan karibnya – mengingatkan, bahwa justru model dakwah semacam itulah yang mengakibatkan kondisi seperti sekarang ini. Aqidah umat begitu rapuh. Tak heran jika banyak dari mereka tergelincir kepada faham-faham yang di luar koridor agama. Bahkan yang membelalakkan mata, justru aliran-aliran menyimpang tersebut seakan tidak pernah kering para pengikut dari berbagai latar belakang sosial. Uniknya, para pengikutnya justru rela menjual aset ekonomi pribadi yang dimiliki. Meskipun terkadang karena faktor ekonomi, tetapi pintu masuk aliran sesat yang utama
14
MPA 354 / Maret 2016
HM. Abdul Choliq Idris, S.Ag Kabag Ibadah dan Dakwah Masjid Al-Akbar Surabaya.
karena soal aqidah. “Jika aqidah kuat, seburuk apapun kondisi ekonomi yang dihadapi niscaya tidak akan terpengaruh,” tegas lelaki kelahiran Sidoarjo 6 Juli 1972 ini meyakinkan. Melihat kondisi semacam itu, lanjutnya, sudah saatnya bangsa ini menjadikan masjid sebagai titik sentral peradaban bagi perbaikan umat. Maka salah satu langkah yang perlu dilakukan, adalah mendekatkan masjid dengan umat. Tentu saja masjid harus mampu hadir dan memberikan manfaat kepada para jamaahnya. “Semisal menggalakkan pemberdayaan ekonomi berbasis masjid. Membuat Masjid Mart, atau simpan pinjam modal usaha bagi jamaah,”
tukas ayah dua anak ini mencontohkan. Yang juga perlu dipahami, peran dan fungsi masjid jangan hanya untuk kelompok jamaah dewasa saja. Sangat penting inovasi program dakwah yang menarik bagi segmentasi remaja dan anak-anak. Terutama untuk membentengi aqidah mereka dari aliran-aliran sesat. Sebab secara moral mereka telah dirusak melalui berbgai media. “Kembalikanlah kaum muda ke masjid. Bikinlah program dakwah dengan kemasan yang menarik hati mereka,” tandas anggota Bidang Pembinaan Organisasi Dewan Masjid Indonesia Provinsi Jawa Timur ini. •Laporan: Muhammad Hisyam, Fery Aria Santi (Surabaya).
LENSA KHUSUS
Workshop Penguatan dan Pemberdayaan Pembina Pramuka se-Jawa Timur
Di
Ekstra pramuka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 mendapatkan tempat tersendiri. Karena kegiatan ini diyakini dapat membantu tercapainya pembentukan karakter pada diri siswa.
dalamnya terkandung pengajaran dan pembiasaan akan religiusitas, keber samaan, kegotongroyongan, juga cinta Tanah Air. Oleh karenanya, setiap madrasah atau sekolah diwajibkan untuk menyelenggarakan kegiatan kepanduan ini. Sebagai bagian ikut menyukseskan kegiatan yang sangat penting tersebut, Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur melalui Seksi Kesiswaan menin daklanjutinya dengan mengadakan Workshop Penguatan dan Pemberdayaan Pembina Pramuka MI/MTs/MA se-Jawa Timur. Sebanyak 150 pembina pramuka mengikuti dengan seksama acara yang digelar di Hotel Premier Inn Sidoarjo pada tanggal 10 hingga12 Pebruari 2016. Saat memberikan sambutannya, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Drs. H. Supandi, M.Ag. mengungkapkan, bahwa pendidikan di madrasah tidaklah kalah dengan pendidikan yang ada di sekolah – bahkan semakin gemilang dari hari ke hari. Kedatangan kakak-kakak pembina ini merupakan bagian dari mempersiapkan anak-anak madrasah yang gemilang tersebut. “Kegiatan pramuka ini luar biasa. Dan kegiatan yang hingga saat ini tidak terjadi kemuskilan adalah ekstra pramuka,” tegasnya diikuti tepuk tangan meriah hadirin.
Oleh karenanya, lanjut mantan Kepala MAN Lamongan ini menyampaikan, bahwa workshop ini mempunyai maksud agar para pembina pramuka memiliki persepsi yang sama dalam melakukan pembinaan di madrasah dan guna menambah wawasan akan pentingnya pendidikan pramuka dalam konteks kurikulum 2013. “Juga untuk membekali pembina pramuka dalam rangka menyusun silabus, metodologi pembelajaran dan evaluasi terhadap kegiatan ekstra pramuka,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Drs. H. Mahfudh Shodar, M.Ag, yang memberikan sambutan sekaligus membuka acara mengungkapkan keoptimisannya. Dengan adanya ekstra kepramukaan, berarti madrasah mempunyai benteng rangkap, selain nilai-nilai agama. “InsyaAllah ma drasah akan bisa membentengi anak-
anak dari pengaruh negatif dari luar maupun dari dalam sendiri,” ungkapnya. Selain itu, Mantan Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemen terian Agama Provinsi Jawa Timur ini mengung kapkan bahwa, asbabul wurud adanya kam panye revolusi mental adalah hilangnya inte gritas, menurunnya etos kerja dan hilang nya kegotongroyongan. “Dan ketiga hal ini dapat dijawab oleh pendidikan pramuk,” ujarnya. Untuk itulah, penyelenggaraan workshop tersebut sangatlah tepat. Sebab dengan adanya workshop ini, akan memberikan kesempatan bagi pembina pramuka mulai dari ujung Timur Banyuwangi hingga ujung Barat Pacitan untuk sharing, sehingga seiring dan serirama demi pendidikan pramuka di madrasah tercinta. Selanjutnya, selama 3 hari peserta men dapatkan teori sekaligus praktek bagaimana mengelola kepramukaan di madrasah. Mulai dari materi tentang kebijakan-kebijakan kepramukaan dari Kwarda Prov. Jawa Timur dan Kwarnas hingga bagaimana menyusun silabus dan mengadakan evaluasi. Tak lupa permainan-permainan dan nyanyiannyanyian khas pramuka juga ditransferkan untuk dapat diimplementasikan di lembaga masing-masing. Nara sumberpun didatangkan dari level Jawa Timur hingga Nasional yang bersemangat memberikan materi. •Hisyam MPA 354 / Maret 2016
15
LENSA khusus
PDCI, Baju Baru Program Akselerasi Ada suasana yang berbeda di MAN 2 Probolinggo pada Akhir Januari lalu. Sebab, di madrasah yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta No. 255 ini tengah dilangsungkan Rapat Kordinasi Kepala Madrasah dan Pengelola Program Akselerasi-Peserta Didik Cerdas Istimewa (PDCI) Madrasah Aliyah Se-Jawa Timur.
“I
ni merupakan langkah strategis dalam rangka meningkatkan kualitas madrasah selama ini,” Drs. H. Slamet Riyadi. “Dan target utamamya adalah untuk lebih memasyarakatkan madrasah agar menjadi lembaga pendidikan berkelas dan pilihan utama masyarakat Indonesia,” imbuh Ketua PDCI MA Jawa Timur ini menandaskan. Sementara itu, acara yang dipusatkan di Auditorium Mandapro ini dihadiri oleh 70 peserta dari 25 Madrasah Aliyah se-Jawa Timur. Selain itu, dalam acara yang dibuka secara langsung oleh Kakanwil Kemenag Prov. Jatim, Drs. H. Mahfudh Shodar dihadiri pula Kakankemenag Kota Probolinggo, Kasubbag TU Kankemenag Kota Probolinggo, dan Kasi Kuriulum Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Dalam sambutannya, Drs. H. Mahfudh Shodar berharap agar dalam lima tahun ke depan, madrasah mampu menjawab tantangan yang ada. Menurutnya mindset madrasah harus berubah dari yang serba tradisional dan berjalan apa adanya, menjadi yang lebih moderat, energik dan mengikuti trend yang ada. “Dan itu sudah ditunjukkan secara nyata oleh program akselerasi di madrasah selama ini,” tukasnya bangga. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang ditorehkan para siswa program akselerasi di berbagai level kejuaraan. Bahkan keberhasilan Jawa Timur dalam mempertahankan Juara Umum di ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat 16
MPA 354 / Maret 2016
Drs. H. Mahfudh Shodar Kakanwil Kemenag Prov. Jatim.
nasional tak lepas dari kiprah mereka. “Saya ingin capaian program akselerasi ini juga bisa ditularkan kepada madrasah lain,” ucapnya penuh harap. Penyelenggaraan program akselerasi sendiri merupakan salah satu implementasi dari Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 5 ayat 4 disebutkan bahwa warga negara yang memiliki kercerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Jadi, program akselerasi merupakan program pelayanan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi cerdas istimewa serta berbakat istimewa (CI/BI). Dalam program
ini, penyelesaian pendidikan dapat ditempuh dengan jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan program seperti biasanya. Artinya peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan di MA dalam waktu 2 tahun. Namun dengan adanya Permendikbud Nomor 158 tahun 2014 tentang Penye lenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS), program akselerasi ditutup. Dan berdasarkan Pemendikbud inilah muncullah program Peserta Didik Cerdas Istimewa (PDCI) dengan sistem SKS sebagai pengganti pro gram akselerasi. Sementara itu, Syaiful Anwar, MPd mengatakan bahwa pihaknya tidak terlalu kaget dengan perubahan ini. Sebab pergantian ini tak mengurangi esensi program akselerasi selama ini. “Ibaratnya hanya berganti baju saja, isinya tidak jauh berubah,” ujar Kepala MAN 2 Kota Probolinggo ini. Lantaran itulah, sebagai salah satu penyelenggara program akselerasi tingkat MA di Jatim, dirinya jauh hari sudah mempersiapan secara matang terkait laya nan kepada siswa memiliki kemampuan akademik yang tinggi. Diharapkan mereka nantinya bisa menyelesaikan program pendi dikan dengan lebih cepat dengan sistem SKS. “Di sini, kelas Cerdas Istimewa ditempuh empat bulan dalam satu semesternya dengan durasi selama dua tahun. Adapun jurusan yang disediakan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),” pungkasnya. •Pri
enterpreneur
Wahyu, Jebolan Unesa
yang Jadi Juragan Tas Wahyu Adji Setiawan, nama lengkapnya. Memulai bisnisnya sejak saat di bangku SMP. Berbagai jenis usaha pernah dicoba oleh pria kelahiran 10 Maret di Kebumen, Jawa Tengah ini.
S
eperti berjualan kaus, pecel, crepe, bando, bahkan jepit rambut. Melalui perjalanan panjang bisnisnya dalam rangkaian kegagalan, akhirnya Wahyu sampai pada kesimpulan, bahwa usaha di bidang tas lah yang dipandang paling menjanjikan. Saat di SMP dan berlanjut di SMA, Wahyu sudah berjualan kaus salah satu brand dari Jogyakarta. Kemudian beralih ke produk Bandung. Ketika kuliah di Jurusan Manajemen UNESA, Wahyu ditawari oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk membuka usahanya di koperasi. ”Macammacam (barang) yang saya jual di koperasi BEM. Saya kulakan di Pasar Turi. Saya berjualan sticker, baju, casing HP, bahkan bando dan jepit rambut”, katanya. Tetapi usahanya kandas, karena sebagian dananya katut terserap untuk kebutuhan pribadi, sehingga tidak sanggup mengembalikan modal usahanya pada saat diperlukan. ”Saya juga pernah membuat (bisnis) tour & travel, tetapi juga gagal. Lalu, beralih ke jualan pakaian. Awalnya, berjualan satuan tetapi (juga) mulai ikut tender jika ada acara kemahasiswaan”, ungkap ayah Almira Gina Nadjani ini. Satu saat, Wahyu pernah mengalami kesulitan juga, ketika mendapat pesanan kaus yang jumlahnya cukup besar dari kampus, yaitu 1000 potong kaus. Masalahnya, pihak kampus hanya sanggup memberikan uang muka sebesar 20 persen saja dari total harga yang harus dibayar. Sedangkan produsen kaus langganannya meminta down-payment nya (DP) minimal 50 persennya. ”(Padahal) Saya tidak punya uang sama sekali (saat itu). Jadi saya (harus ber) negosiasi (dengan pihak produsen) untuk menjadikan KTP (kartu tanda penduduk saya) sebagai jaminan (dan bersyukur dapat diterima), ungkapnya. Saat tidak mendapat tender, Wahyu memakai strategi promosi ’all-in-one’. ”Misal nya, bila ada mahasiswa yang memesan kaus untuk acara kemasiswaan, saya imingimingi hadiah sertifikat. Mereka jadi tertarik”, katanya. Dalam perkembangannya, Wahyu mulai melirik ke bisnis lain yang dianggap lebih simpel bila dibandingkan dengan usaha kaus. ”Awalnya, ketika mendapat pesanan dari dosen untuk membuat tas, (langsung) saya iyakan saja. Ternyata, (usaha) tas lebih menyenangkan daripada baju atau kaus”, kata suami Icha Artyas Annariswati ini. Mengapa?, karena saat berbisnis kaus, baju, maupun jaket, pemesan
sering protes soal ukuran dan meminta ukuran harus persis dengan badan mereka. ”Saya malah (harus berfungsi seperti) jadi penjahit karena harus mengukur satu persatu badan mereka”, tambahnya, lalu tertawa. Menurut bapak satu anak ini, bisnis tas lebih sederhana karena ukurannya sama. Pesanan tas, terbanyak kali pertama yang diperoleh sebanyak 400 buah. Pesanan itu, harus selesai dalam jangka waktu 2 minggu. ”Saya bingung harus cari perajin dimana. Akhirnya bertemu perajin dari Tanggulangin.”, tambahnya. Sejak saat itu, Wahyu menutup semua pintu bisnisnya dan berfokus ke usaha tas. ”Saya menekuni bisnis tas pada 2009 dengan merek Ortiz. Waktu itu saya berhasil menjadi wirausaha binaan salah satu perusahaan BUMN”, jelasnya. Melalui jaringan itu, Wahyu berkesempatan mengikuti pameran di Singapura. Waktu itu, tas yang dijualnya sempat tidak laku mungkin karena dinilai harganya terlalu murah oleh masyarakat Singapura. ”Gaji mereka kan tinggi, sedangkan harga tas saya terlalu murah bagi mereka. Jadi, mereka pikir kualitasnya pasti jelek. Lalu, saya coba naikkan harga. Eeh, malah laku keras”, kenangnya. Dan ternyata, dampak pameran cukup positif dengan sejumlah permintaan pesanan dari Singapura. Untuk mengembangkan usaha bisnisnya dan sekaligus memenuhi permintaan pesa nan disana, Wahyu mengadakan kerjasama dengan salah satu distributor terpercaya dari Singapura. Melalui kerjasama ini, usaha ekspor tas-nya dapat berjalan cukup lancar. ”Tetapi, saat pengiriman ketiga, masalah (mulai) muncul. Ternyata, merek (tas) Ortiz sudah dipatenkan oleh produsen tas dari Spanyol. Saya benar-benar tidak tahu bahwa harus mematenkan merek seperti itu”, jelasnya. Wahyu pun, harus menarik semua produknya dalam waktu 2 bulan.
Jika tidak, perusahaan tersebut menuntut Wahyu menbayar denda senilai Rp. 7 miliar. ”Saya shock. Saya akhirnya menarik semua produk saya dari Singapura”, ungkapnya. Menurut Wahyu, total kerugian yang harus ditanggungnya saat itu mencapai sekitar Rp.700 jutaan. Untuk menutup kerugian itu, Wahyu menjual semua produk tas-nya kembali kedalam negeri. Belajar dari pengalaman itu, Wahyu lantas mencari nama yang belum pernah dipatenkan. Akhirnya, muncullah merek EVRAWOOD, yang berarti ’every victory requires actions with optimism of our dreams’ (jika kita mempunyai mimpi, benar-benar harus dijalani). “Nama itu saya patenkan pada 2010. Sampai sekarang total produksi EVRAWOOD mencapai sekitar 1.500 –an perbulan. Dari angka itu, 70 persen menyasar pasar ekspor, sedangkan sisanya untuk pasar domestik. Export – marketnya, selain Singapura, juga sudah merambah Belanda, Jerman, Italia, Swedia, Inggris, Malaysia, dan Jepang. Sedangkan, di dalam negeri, mayoritas penjualan dilakukan secara online. “Secara offline, kami sudah bekerjasama dengan Sogo maupun Grand Palace”, tuturnya. Kini, Wahyu sudah punya pusat usahanya sendiri, dengan sejumlah karyawan. Dan konsisten menggunakan bahan baku lokal dengan tetap mengedepankan kualitas. Menu rutnya, kedepan pasar tas fashion untuk kalangan menengah di Indonesia justru akan terus tumbuh. Oleh karena itu, sekitar 60 persen produk EVRAWOOD akan didistribusikan untuk pasar domestik dengan penyesuaian harga seperlunya. Hal yang menarik dari perjalanan bisnis Wahyu, antara lain adalah, niat serta tekad yang kuat dan konsisten (walau beberapa kali gagal), ulet serta berani mencoba dan pantang menyerah (sampai menemukan core bisnis yang kecil resikonya yaitu tas), pandai memanfaatkan peluang (dengan menjadi mitra binaan BUMN, serta ikut pameran dan mengembangkan jaringan ke luar-negeri), berani menghadapi tantangan dan berkompetisi dengan produk-produk luar (termasuk mematenkan merek tasnya, dengan tetap menjaga kualitas walaupun dengan bahan baku lokal). Dan bila Anda tertarik untuk mencoba atau berkolaborasi?. Maka segera mulai saja!. •diolah dari ekonomi bisnis start-up sk-jp des 2015 dan sumber lain) ; Ahar MPA 354 / Maret 2016
17
INSPIRASI
MTsN PRIGEN PASURUAN
Metode Menghafal ‘One Child One Ayat’ Laiknya sebuah pesantren, alunan al-Qur’an siswa-siswi MTsN Prigen Pasuruan itu terdengar dari setiap penjuru madrasah. Saban hari mereka melantunkan irama kitab suci. Tak saja di mushallah, ruang kelas, atau ruang guru semata. Bahkan taman madrasah hingga kantinpun tak luput dari suasana anak-anak mengaji.
S
etiap pagi seluruh siswa madrasah yang beralamat di Jl. Trawas Lumbangrejo ini mengaji secara massal di halaman madrasah. Tiga orang pembimbing secara rutin mendampingi mereka untuk membaca surat-surat dalam Juz ‘Amma selama 15 menit ‘bil ghaib’ alias hafalan. Gema suara kalamullah inilah, yang menjadikan suasana madrasah begitu teduh dan syahdu. Seiring dengan semilir angin pagi yang menggerakkan dedaunan pohon perdu yang tumbuh subur di halaman madrasah. Itupun berpadu dengan alunan al-Qur’an dari ruang guru yang turut mengaji bersama para karyawan. Lantunan al-Qur’an itu, saban hari juga terjadi di selah-selah jam pembelajaran. Banyak siswa-siswi tampak menghafal ayat demi ayat secara berulang-ulang. Ada pula yang duduk berkelompok di bawah pohon untuk saling menyimak hafalan satu sama lain. Begitu riang penuh semangat mereka menghafal ayat-ayat suci tersebut. Menurut Nuril Mujizah, S.Ag, MA, hal itu terjadi setelah diterapkannya metode Talaqqi – sang guru membaca lalu murid menirukan. Cara ini dapat diulang berkali-kali. Baik dengan cara menirukan guru langsung, atau bergantian dengan siswa lain yang ditunjuk. Selain itu, juga ada taktik ‘tebak ayat’ dengan menggunakan media Flash Number Card. “Jadi.. siswa membacakan bunyi ayat sesuai dengan nomor ayat yang ditunjukkan,” tukas Ketua Program Tahfidzul Qur’an MTsN Prigen ini menjelaskan. “Ini digunakan untuk mengukur kekuatan dan ketepatan hafalan siswa,” tambahnya. Sedangkan untuk mengecek bacaan 18
MPA 354 / Maret 2016
Firmansyah, M.Pd, MA Kepala MTsN Prigen
sebelum siswa menyetorkan hafalan, diguna kanlah metode ‘One Child One Ayat’. Para siswa membaca surat secara bergiliran. Satu anak membaca satu ayat, lalu siswa lain membaca ayat berikutnya. “Ini merupakan metode yang paling digemari para siswa,” ungkapnya. Disamping Flash Number Card, ada pula kaset dan rekaman tilawah untuk memberikan variasi bacaan. Juga termasuk al-Auraq al-Mumazzaq, yakni potonganpotongan kertas yang bertuliskan ayat. Lantas secara berkelompok mereka diminta menempelkan secara urut potongan ayat acak di papan tulis atau kertas besar. “Ini untuk menepis anggapan kalau menghafal itu sulit,” tandas Bu Nur – panggilan karibnya. Dalam seminggu, setiap siswa diberikan dua jam pelajaran untuk setor hafalan. Lantaran waktu tersebut dirasa kurang cukup,
sehingga banyak siswa yang memburu guru pendamping al-Qur’an dimanapun berada. Bahkan ruang kantinpun mereka manfaatkan untuk setor hafalan. “Tak mengherankan jika target hafalan Juz ‘Amma yang seharusnya ditempuh dalam tiga tahun, banyak yang menyelesaikannya ketika masih duduk di kelas VII,” paparnya. Pihak madrasah juga memberi kebebasan siswa untuk men’tashhih’kan hafalannya ke para hafidz-hafidzah di sekitar madrasah. Hasilnya cukup positif. Bacaan tajwid dan fashahah para siswa makin terjaga dengan baik. “Kuantitas hafalan tentu tak boleh mengabaikan kualitas bacaaanya,” tandasnya. Lantaran input siswa di madrasah cukup beragam, bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam baca tulis al-Qur’an, disediakanlah Bengkel al-Qur’an – sebelum diwajibkan menghafal. “Ini untuk menstandarkan kemampuan baca al-Qur’an siswa. Ini demi mensukseskan program alQur’anisasi,” tutur alumnus Program Magister Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menerangkan. Program al-Qur’anisasi di madrasah yang memiliki 13 rombel dan 310 siswa tersebut, sudah dicanangkan sejak tahun 2012 silam. Untuk itulah Firmansyah, M.Pd, MA ingin mengeterapkan boarding school. “Ke depan kami ingin punya gedung ma’had. Ini agar program al-Qur’anisasi bisa berjalan lebih efektif,” tegasnya. “Dengan adanya ma’had, para siswa tak hanya sanggup menghafal dengan lebih cepat. Mereka bahkan bisa mengusai dua bahasa asing, serta mahir membaca kitab kuning,” ungkap Kepala MTsN Prigen ini optimistis. •Pri
CAHAYA HATI
G huluw
Suatu saat Anas bin Malik Ra, menangkap pembicaraan 3 orang lelaki yang sowan ke rumah isteri-isteri Nabi Muhammad Saw. Mereka ingin mengetahui bagaimana ibadah Sang Nabi Saw yang digelari Al-Amin itu.
L
antas mengajukan sejumlah pertanyaan kepada isteri Beliau. Dari jawaban dan penjelasan yang disampaikan isteri Beliau Saw, mereka merasa mendapatkan jawaban yang sangat menakjubkan. Bahwa Rasulullah Saw yang (oleh Allah Swt dinyatakan) sudah diampuni dosa-dosanya itu, tapi tenyata masih amat sangat giat beribadah. Mendengar jawaban itu, ketiga lelaki itupun merasa bahwa segala amalannya selama ini serasa tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan amalan Sang Nabi Saw. ”Apa artinya amalan kita dibandingkan dengan amalan Nabi Muhammad Saw, padahal Allah Swt telah mengampuni dosadosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang?” , begitu ungkap mereka seperti yang direkam oleh Anas. Kemudian, muncul azam (tekad) mereka untuk memperbaiki diri secara total. Bahkan mereka berniat untuk berbuat lebih baik (yang menurut ukuran orang awam) hingga diluar batas kewajaran demi menebus rasa malu mendengar betapa hebatnya ibadah Rasulullah Saw itu. Salah seorang dari mereka berkata, ”Aku akan shalat malam selamanya”. Lantas orang kedua mengatakan, ”Aku akan berpuasa sepanjang masa dan tidak akan penah berbuka”. Kemudian giliran orang ketiga yang menyatakan, ”Aku akan menjauhi perempuan dan tidak akan menikah selamanya”. Ternyata kemudian, pernyataan mereka didengar oleh Rasulullah Saw. Lantas beliau Saw bertanya kepada mereka bertiga, ”Apakah kalian yang mengatakan demikian dan demikian (yang dimaksud adalah 3 pernyataan mereka diatas yaitu tentang shalat, puasa, dan menikahi perempuan, pen.)?”. ”Benar Yaa Rasulullah”, jawab mereka. Lantas Rasulullah Saw menegaskan, ”Demi Allah, sesungguhnya aku lebih takut kepada Allah Swt dan lebih bertaqwa daripada kalian, tetapi aku (juga) berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, serta menikahi perempuan. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku”, (HR. Bukhari dan Muslim). Riwayat diatas, mengisyaratkan bahwa ketiga orang itu adalah orang-orang yang memiliki gairah dalam beribadah. Mereka bersemangat untuk selalu menambah amalan ibadahnya. Sangking semangatnya, sampai-sampai ingin menyamai Rasulnya
bahkan melebihi amalan Beliau Saw. Salat malam atau qiyamul-lail / tahajjud, adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Karena akan menghantarkan pengamalnya ketempat yang terpuji / maqaaman mahmudaa (QS.17 : 79). Juga akan menurunkan perkataan yang berat / qaulan tsaqiilaa serta menguatkan jiwa spiritualitas dan bacaannya yang lebih membekas / hiya asyaddu wath-an wa aqwamu qiila (QS.73 : 5-6). Tetapi bila dilaksanakan terus menerus tanpa tidur/istirahat, maka yang demikian itu bertentangan dengan yang dicontohkan Rasul Saw. Puasa, adalah juga amalan yang dicontohkan Beliau Saw. Ada yang wajib dan ada juga yang disunnahkan. Tetapi bila dilaksanakan sepanjang masa dan tanpa pernah berbuka, maka amalan itu bertentangan dengan apa yang telah diteladankan Rasul Saw. Ada waktu dan ketentuannya (QS.2 : 183 – 187). Demikian juga dengan pernikahan. Ada syarat dan rukunnya serta ketentuan rinci yang terkait (QS.4 : 1-4). Dan nikah itu adalah sunnah Rasul Saw (An-nikaahu sunnatii . . . faman raghiba an sunnatii falaisa minnii /Al-Hadis). Semangat berlebihan dalam beribadah dapat mendorong seseorang jatuh dalam perbuatan seperti yang pernah dilakukan para ahli kitab sebelumnya. ”Katakanlah : ’Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebihlebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu (laa taghluu fii diinikum). Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan mereka telah sesat dari jalan yang lurus”, (QS. [5] : 77). Kita seharusnya menjadi lebih paham. Mengamalkan perintah Alah Swt dan sunnah Rasul Saw, tidaklah cukup dengan semangat yang membara saja, tetapi harus diikuti dengan ilmu pengetahuan tentang perihalnya. Tanpa ilmu pengetahuan, maka semangat berlebihan hanya akan menjadi debu yang sia-sia. Bahkan akan menjadi mudharat, bukan hanya bagi pelakunya tetapi juga bagi orang-orang disekitarnya. Lebih dari itu, bila dengan sikap berlebihan itu lalu memandang salah kepada orang lain yang tidak sepaham, maka itu berarti sudah menebar potensi
konflik. Oleh karena itu, kita dilarang keras membangun sikap berlebihan utamanya dalam beragama. ”Mengharamkan yang telah dihalalkan, dan melampaui batas” (QS. al-Maaidah [5] : 87). Ulama mengatakan, sikap yang ekstrim dan berlebih-lebihan itu dengan ”ghuluw”. Sikap ghuluw itu dapat tumbuh dalam perkara keduniawian (ipoleksosbud) maupun dalam sikap keberagamaan (berakidah, beribadah, berakhlaq, baik karena ifradh/berlebihlebihan maupun tafridh/mengurang-ngu rangi), dan keduanya dilarang (Prof.Ahmad Satori Ismail, dan Fahmi Salim MA). Contoh yang gampang diingat terkait sikap ghuluw dalam beribadah, dapat disimak pada proses berwudhu. ”Dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Majah, Rasulullah Saw melihat Sa’ad menggunakan air secara berlebih-lebihan untuk berwudhu. Nabi Saw lalu menegur dia, ’Kenapa kamu boros memakai air?’. Sa’ad kembali bertanya kepada Nabi Saw, ’Apakah untuk perkara wudhu-pun tidak boleh boros?’. Beliau Saw-pun menjawab, ’Ya, tidak boleh boros meskipun kamu berwudhu di sungai yang mengalir”. Walaupun banyak dalil yang melarang perilaku ghuluw kata Prof. Ali Mustafa Ya’kub, tetapi nyatanya sikap ini terus saja berkembang hingga saat ini. Salah satunya dapat dilihat dari tumbuh suburnya pahampaham ekstrim dalam beragama. Munculnya ISIS yang ganas dan biadab (yang pakai label Islam walau sangat bertentangan dan tidak mencerminkan Islam sama sekali), Gafatar (yang punya nabi dan ajaran sendiri walau semula mungkin beragama Islam), serta terakhir munculnya nabi palsu Isa Habibullah dari Jombang, dan maraknya propaganda LGBT. Adalah sederetan contoh kasus dari sikap ghuluw itu. Sungguh ghuluw dapat menjadikan rusak dan merusakkan bagi yang bersangkutan dan lingkungannya. Sebagaimana pesan Rasul Saw kepada para sahabatnya, ”Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian,adalah sikap ghuluw dalam agama” (HR.Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Hakim). •diolah dari dialog jumat republika 220116) ; Ahar MPA 354 / Maret 2016
19
Ancaman Aqidah Oleh : Drs. H. Athor Subroto, M. Si
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS. Ali Imran [4]: 200)
M
enurut Al Qur’an dan Tafsir Departemen Agama Republik Indonesia Jilid 2, Juz 4, 5, dan 6, pada halaman 101, ayat tersebut ditutup dengan anjuran agar orang beriman -sabar dan tabah melakukan segala macam perintah Allah. Mengatasi semua gangguan dan cobaan, menghindari segala larangan-Nya, terutama bersabar dan tabah menghadapi lawan-lawan dan musuh agama. Jangan sampai musuhmusuh agama itu lebih sabar dan tabah
20
MPA 354 / Maret 2016
dari kita, sehingga kemenangan berada di fihak mereka. Diterangkan, hendaklah orang mukmin selalu bersiap siaga dengan segala macam cara dan upaya. Berjihad menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan mengurangi kewibawaan dan kemurnian serta keagungan agama Islam. Dan sebagai sari-patinya orang Islam dianjurkan agar benar-benar bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa di mana saja mereka berada. Karena, dengan bekal takwa itulah segala sesuatu dapat dilaksanakan dengan baik, diberkahi, dan diridai oleh Allah Swt. (Al Qur’an dan Tafsir Departemen Agama RI Jilid 2, Juz 4, 5, 6, hal 101) Dalam agama, akidah sangatlah penting. Ibarat bangunan, akidah merupakan fondasi yang mempengaruhi kokohnya seluruh bangunan. Apabila fondasi kuat, bangunan akan berdiri dengan kokohnya. Sebaliknya, bila fondasi ringkih, tidak kokoh, maka ringkihkan bangunan itu. Tidak jauh berbeda, ketika seseorang memiliki akidah yang kuat, maka Insya Allah kuatlah agamanya. Begitu pula sebaliknya, lemahlah agama seseorang kalau aqidahnya lemah. Saat di Makkah, Rasulullah Saw diutus untuk menyampaikan akidah, rentang waktunya lebih lama dibandingkan menyam paikan ibadah, yakni 13 tahun. Sedangkan saat di Madinah untuk menyampaikan ibadah, waktunya hanya sepuluh tahun. Akidah bisa membuat orang selamat di dunia dan akhirat. Di dunia, seseorang yang memiliki akidah yang menyimpang, akan membuat umat maupun pemerintah menjadi marah. Lebih-lebih akibat pada dirinya sendiri, akan penuh penderitaan dan kesengsaraan. Jika di dunia saja susah begitu, apalagi nanti di akhirat, lebih susah lagi dan merugi.
Allah Swt berfirman:
Dalam agama, akidah sangatlah penting. Ibarat bangunan, akidah Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi) QS. Ali Imran [4]: 85) Hendaknya lebih berhati-hati memilih dan mengikuti agama atau aliran di negeri yang rentan ini. Kalau salah pilih, bisa berakibat fatal. Aqidahnya rusak, dunianya juga amburadul. Contoh pengikut Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara. Mereka kena bujuk rayu oleh sekelompok orang (yang tidak bertanggung jawab). Menjual rumah dan sawah ladangnya –pindah ke Kalimantan. Menebang hutan, membangun rumah untuk mengais kehidupan yang lebih bebas dan makmur. Ternyata, bukan kemakmuran dan kebebasan yang diperoleh, melainkan kehancuran dan ketidak pastian dalam hidup mereka. Perumahan mereka terbakar (dibakar) ludes, rata dengan tanah. Akibat dari gerakan Gafatar ini, masyarakat menjadi heboh. Pemerintah menjadi sibuk mengurus dan mengembalikan ke kampung halaman semula. Berapa milyar uang rakyat terbuang percuma untuk mengurus mereka. Dan, tidak semua yang dipulangkan itu mendapat perlakuan yang wajar dari sanak family di tempat asalnya. Mengapa, kebanyakan pengikut Gafatar, pertama, telah kehilangan tempat tinggal di kampung halaman semula. Mau bertempat tinggal atau menumpang dimana. Kedua, aqidahnya dianggap telah berbeda dengan sanak kerabatnya. Ketiga, telah hilang rasa solideritas dari lingkungannya (dahulu). Akibatnya, menjadi canggung dan sedih dalam pergaulan sehari-hari. Dunianya menjadi sempit. Melebihi daun kelor –layaknya. Banyak hal yang bisa merusak akidah. Pertama karena faktor pendidikan. Dengan pendidikan yang lemah, maka akidah orang juga akan mudah goyah. Karena itu, pendidikan akidah harus diajarkan sedini mungkin. Bahkan, dalam Islam, agar memiliki anak-anak shaleh dan shalehah, maka pendidikan akidah sudah dimulai sebelum menikah. Setelah itu, pendidikan akidah juga ditanamkan pada anak saat masih dalam kandungan, saat dilahirkan dan sesudah dilahirkan, maupun selama masa pertumbuhannya. Faktor kedua yang bisa merusak akidah adalah ekonomi. Lemahnya ekonomi bisa membuat akidah seseorang menjadi goyah. Kemiskinan bisa membuat orang berpindah keyakinan. Rasulullah Saw bersabda: Kadal fakru ayyakuna kufran. Bisa jadi kefakiran itu, mengakibatkan kufur (seseorang). Tugas kita
merupakan fondasi yang mempengaruhi kokohnya seluruh bangunan. Apabila fondasi kuat, bangunan akan berdiri dengan kokohnya. Sebaliknya, bila fondasi ringkih, tidak kokoh, maka
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu (QS. Al Baqarah [2]: 120). Faktor lain yang bisa merusak akidah adalah sosial. Ketika di masyarakat terjadi bentrokan hingga menimbulkan teror, maka orang akan mencari perlindungan pada orang atau kelompok yang dianggap bisa memberikan keamanan dan kenyamanan. Namun yang berbahaya, jika orang/ kelompok yang dimintai perlindungan itu berasal dari kelompok non muslim. Dalam kondisi seperti itu, akidah seseorang bisa terpengaruh. Dari semua faktor itu, yang paling penting adalah faktor orang tua. Dalam sebuah hadis. Rasulullah SAW bersabda:
ringkihkan bangunan itu.
-membangun ekonomi yang kuat, sehingga bisa membantu yang lemah. Aqidahnya tidak mudah goyah. Faktor ketiga adalah politik. Hal itu seperti yang pernah terjadi pada bangsa Indonesia saat dijajah Belanda -non muslim. Selain merampas kekayaan alam, penjajah juga datang dengan misi menyebarkan agama mereka pada penduduk lokal. Sebagai saksi bisu, gereja-gereja banyak bertengger di negeri Indonesia. Apalagi di Indonesia bagian timur. Tempat ibadah kaum Nasrani bagaikan jamur di musim penghujan. Itu adalah bukti peninggalan penjajah Belanda. Disamping menjajah fisik, mereka juga menyebar missi agama selain Islam. Dengan bertenggernya gereja di ham paran nusantara ini, bangsa Indonesia tidak sedikit yang terbujuk dan tertarik mengikuti ajaran mereka. Apalagi semangat penjajah yang tinggi dalam penyebaran agamanya. Maka tidak sedikit bangsa ini yang mengikuti missi mereka. Mereka tidak puas –sebelum orang-orang (yang sudah beragama Islam) ini, pindah agama mereka. Firman Allah Swt:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai yahudi, nasrani dan majusi (HR. Ibnu Hibban) Hal itu menunjukkan betapa besar peran orang tua dalam menentukan akidah setiap anak. Karena itu, kita tidak hanya fokus memberikan pendidikan agama pada anak-anak, tapi juga aktif mengembangkan berbagai majelis taklim untuk para orang tua. Tujuannya, agar orang tua memiliki akidah dan pemahaman agama yang baik, yang akan diajarkan kepada anak-anaknya. Untuk mempertahankan akidah dari berbagai faktor yang bisa menyebabkan rusak, maka harus menguatkan mutu pendidikan, terutama pendidikan agama. Selain itu, harus tercipta kestabilan dan keamanan daerah. Dari segi ekonomi, kita harus menum buhkan kesadaran kepada orang yang mampu agar bisa memberikan pekerjaan atau lapangan pekerjaan kepada mereka yang membutuhkan. Pemerintah juga diharapkan memberikan pelatihan keterampilan agar mereka bisa hidup mandiri. Jangan malah mengancam penjara bagi anak bangsa yang kreatif. Misalnya perancang mobil listrik yang bisa menghemat BBM dan ramah lingkungan. Supaya anak-anak memiliki akidah yang kuat, selain pendidikan, orang tua juga harus melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku dan pergaulan anak. Apalagi di zaman perkembangan teknologi yang demikian pesat, berbagai informasi dan hiburan yang mudah didapatkan anak. Sisi dunia yang satu ini harus bisa disaring dan dijelaskan oleh orang tua kepada anakanaknya. Kalau tidak, maka kehancuran akan menimpa masa depan bangsa Indonesia. Waspadalah. MPA 354 / Maret 2016
21
Menjaga Kebenaran Agama Oleh : Masduri *)
Tantangan terbesar umat beragama saat ini adalah kekerasan dan korupsi. Kekerasan tumbuh subur seiring kebebasan berekspresi pasca reformasi 1998. Kekerasan bak jamur di musim hujan. Ia menjelma seperti monster kehidupan yang memporak-porandakan kedamaian hidup masyarakat.
M
odusnyapun sangat beragam; ada karena agama, kesukuan, politik, ataupun ekonomi. Kekerasan agama di Sampang, konflik kesukuaan di Papua, konflik tambang emas di Bima dan konflik lahan di Lampung, merupakan sedikit contoh kekerasan yang terekspos di media. Lain dari itu, masih sangat banyak sekali kekerasan yang menghantui kehidupan kebangsaan kita. Tetapi lagi-lagi sebanyak apapun kekerasan yang terekspos ke media, tak banyak yang mengambil pelajaran darinya. Sehingga kekerasan terus berkembang biak. Selesai kasus yang satu berganti kasus baru. Begitu seterusnya. Begitupun dengan korupsi, jika masa orde baru legetimasi kekuasaan begitu kuat, sehingga koruptorkoruptor negara tidak bisa tersentuh, bahkan tak jelas rimbanya. Karena kongkalikong kekuasan waktu itu sangat besar sekali. Meskipun sebenarnya sangat banyak sekali koruptor-koruptor yang mengeruk kekayaan. Tetapi pasca reformasi 1998, kebebasan pers telah membuka segala kebobrokan pemerintah. Setiap hari masyarakat disuguhkan dengan kasus korupsi. Beberapa waktu lalu KPK menangkap mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq (LHI), karena kasus suap impor daging sapi. Tertangkapnya LHI menambah daftar panjang politisi yang tertangkap KPK. Tetapi lagi-lagi tidak banyak yang mengambil pelajaran dari kasus tersebut. Setelah itu pasti ada lagi yang tersangkut kasus korupsi. Sama dengan kekerasan, selesai kasus yang satu muncul lagi kasus baru. Begitu seterusnya. Problem Keberagamaan Menjamurnya kedua kasus tersebut tentu menjadi tanda tanya besar, mengingat Indonesia adalah negara yang agamis. Hingga saat ini setidaknya sudah ada enam agama yang diakui di Indonesia; Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Dari semua agama itu tidak ada satupun yang mengajarkan kekerasan dan korupsi. Semuanya mengajarkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia, baik dalam internal keluarga, berbangsa
22
MPA 354 / Maret 2016
dan menjadi bagian dari masyarakat dunia. Kalaupun selama ini ada sebagian kelompok agama yang melakukan kekerasan atas dasar agama, itu sebenarnya hanya bias tafsir yang keliru dalam memaknai teks agama. Sehingga mereka seolah-olah dibenarkan melakukan kekerasan. Begitupun dalam persoalan korupsi. Banyak elit pemerintah yang notabene mengimani agama melakukan korupsi. Karena mereka tidak lagi berpikir kebenaran. Yang terpikir di benak mereka hanya kemenangan mengeruk uang negara untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Sehingga apapun dan bagaimanapun caranya, ketika ada kesempatan mereka melakukan koruspi. Realitas ini menjadi catatan buram keberagamaan masyarakat Indonesia. Agama yang diyakini menjanjikan masa depan pasca kematian berupa surga atau neraka, tidak lagi dihayati dengan baik. Keberagamaan masyarakat Indonesia tak lebih dari sekedar legal-formal yang tertera di KTP atau kertas yang dibumbui identitas diri. Pada tataran praktis mereka tidak bisa mengamalkan ajaran-ajaran keagamaan yang mereka yakini. Sehingga kehidupan berbangsa-bernegara hampa spiritualitas. Yang ada hanya ritualitas keberagamaan yang setiap hari terpajang di banyak tempat ibadah. Mereka melakukan ritual keagamaan dari A sampai Z, tetapi
penghayatan dari nilai-nilai ritualitas itu tidak tampak dalam realitas sosial. Kekerasan dan korupsi terus tumbuh subur tak terbendung. Peristiwa inilah yang menurut Friedrich Nietzsche disebut sebagai “kematian Tuhan”, yakni kematian nilai-nilai ketuhanan yang diajarkan dalam agama, karena dibunuh oleh manusia sendiri yang notabene meyakini kebenaran agama. Agama yang sakral tak lagi menjadi sesuatu yang menjanjikan di masa depan. Mereka lebih memilih terpuruk dalam keberagamaan mereka dengan mengingkari semua ajaran kebenaran dalam agama. Sehingga untuk mengejar kebahagian sesaat mereka saling berebut kekayaan materi, baik melalui kekerasan ataupun korupsi. Meskipun pada kenyataannya, banyak pelaku kekerasan dan korupsi mendekam dalam penjara dan terkutuk menjalani penderitaan hidup. Mereka tak menemukan kebahagiaan hidup, seperti awal mula keinginan mereka melalukan kekerasan dan korupsi. Kesadaran Spiritual Apapun alasannya tak ada agama yang mengajarkan kekerasan, apalagi korupsi. Jika kekerasan lahir atas nama agama, itu hanya karena ketidakmampun mereka membaca kebenaran teks keagamaan, sehingga melahirkan pemahaman yang liar. Begitupun dengan korupsi, ia lahir
dari ketidakmampuan seseorang dalam menghayati kebenaran agamanya. Akibatnya ritualitas agama yang mereka lakukan tidak membekas dalam kehidupan sehari-harin. Kerusakan terjadi di mana-mana dan kita kehilangan keadaban berbangsa-bernegara. Kekerasan dan korupsi, apapun alasan dan bentuknya, tidak akan terjadi dalam masyarakat agamis seperti Indonesia jika pemeluknya beragama bukan sekedar melakukan ritual keagamaan. Tetapi mereka juga mampu menghayati pesan-pesan moral yang tersirat dibalik ritual keagamaan. Beragama bukan hanya sebatas kesaksian lisan dan hati kita atas kebenaran Tuhan Yang Maha Esa, melaikan juga harus diikuti oleh kesaksian perilaku atas kebenaran, bahwa Tuhan Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha Mendengar dan MahaMaha yang lainnya yang tidak dimiliki oleh manusia. Sehingga dalam bertingkah manusia selalu hati-hati menjaga kebenaran ajaran agamanya. Kekerasan dan korupsi, adalah penodaan terhadap kebenaran agama. Karena tak sedikitpun agama mengajarkan pemeluknya berbuat kekerasan dan korupsi. *) Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Bidik Misi (AMBISI) dan Pustakawan Pesantren Mahasiswa (PesMa) IAIN Sunan Ampel Surabaya.
KELUARGA BESAR KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN LAMONGAN IKUT BERBELASUNGKAWA YANG DALAM ATAS MENINGGALNYA
MAHSUN, S.Pd.I NIP. 1960 0516 1984 011001 JFU: PENGELOLAH DATA KEPEGAWAIAN SUBAG TU SABTU 09 JANUARI 2016 KEPALA Drs. H. LEKSONO, M.Pd.I NIP. 1963 1114 1986 031006 MPA 354 / Maret 2016
23
Maudlu’i Kontemporer Pengasuh : Prof. Imam Muchlas, MA
07
Latihan Shalat Khusyu’ 11. Do’a Nabi Zakaria @ Do’a mohon anak yang alim soleh & mujahid
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.” (QS. AL-Imron :38)
”Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami dari adzab neraka.” (QS Al Baqarah : 201) @ Do’a mohon ampun atas kekeliruan dan kelupaan
”Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau Cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”(QS. Ali Imran : 26-27)
@ Mohon jangan ditinggalkan oleh Allah
“Ya Tuhanku, Janganlah Engkau mem biarkan aku hidup seorang diri dan Engkau lah waris yang paling baik.” (QS. Al-Anbiya : 89) 12. Do’a Nabi Isa @Do’a mohon rejeki&kebahagiaan
”Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu kehidupan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, beri rezeki kami dan Engkaulah Pemberi rezeki yang paling utama.” (QS. AL-Maaidah :114) 13. Do’a Nabi Muhammad @ Do’a sapu jagat Mohon kebahagiaan dunia akhirat
24
MPA 354 / Maret 2016
hati kami setelah menerima petunjuk Engkau, dan berilah kami akan Rahmat dari Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang banyak pemberiannya.” (QS. Al-Imran : 8) @ Do’a pelantikan jabatan
”Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (QS. Al-Baqarah : 286) @ Do’a mohon kekuatan mempertahan hidayah Allah
”Ya Allah, Janganlah Engkau palingkan
@ Mohon daya kemampuan mengatasi masalah
”Ya Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS. Al-Israa : 80). *) Jika dijadikan bacaan dalam shalat sebaiknya ditambah beberapa ayat sebelum ayat-ayat tersebut di atas. Selesai
Zawiyah
Banyak Jalan Menuju Gila K
Ilung S. Enha
ang Kamijan, Kang Slamet dan Kang Jamari sedang mendengarkan cerita Mbah Kiai Ngarip dengan santai. Hanya Firdaus yang tampak serius, seolah menyimak ungkapan Mbah Kiai Ngarip kalimat demi kalimat. Tiba-tiba Kang Badrul datang dengan wajah kecut sambil menggelenggelengkan kepala. “Ada apa kamu ini, Drul.. datang-datang kok mukamu cemberut begitu?” sapa Mbah Kiai Ngarip sambil melepas senyum. “Kepalaku mumet, Mbah Kiai. Lha masak orang yang rajin melakukan shalat lima waktu, dhuha, bertahajud, lha kok malah ngaku jadi Nabi,” gerutu Kang Badrul yang jebolan pesantren ini masygul. “Ooh, maksudnya Gus Jari.. nabi dari Jombang itu, tho Drul?” celetuk Kang Kamijan yang disambut tawa membahana. “Ya itu, Kang. Masak orang yang sudah mendirikan pesantren, mbangun masjid, bikin pengajian rutin, kok bisa-bisanya lho ngaku jadi Nabi Isa habibullah?” tukas Badrul geram. “Hidup itu ya nggak perlu kagetan, nggak usah heranan. Sebelum Gus Jari juga banyak tho yang ngakungaku jadi Nabi,” ujar Kiai Ngarip datar-datar saja. “Inggih, tepat Mbah Kiai,” tukas Firdaus serius. “Menurut data faktual yang saya catat di laptop, hingga saat ini sudah ada belasan orang Indonesia yang mengaku jadi Nabi. Kita masih ingat kan dengan Lia Aminuddin alias Lia Eden yang mengaku dapat wahyu dari malaikat Jibril?” semua manggut-manggut. “Putranya, Ahmad Mukti, kata Lia malah sebagai reinkarnasi Nabi Isa,” papar Firdaus. “Ahmad Mushaddeq juga mengaku sebagai Nabi setelah bertapa selama 40 hari 40 malam di gunung Bunder Bogor. Ada lagi Cecep Sholihin. Pria asal Jawa Barat ini mengaku sebagai penyampai risalah dan mengajarkan doktrin aneh yang membingungkan,” ungkapnya. “Sedangkan Eyang Ended dari Banten, katanya juga dapat wangsit dari suara gemuruh di lautan. Sementara Ashriyanti Samuda, perempuan asal Maluku, justru mengklaim sebagai Nabi di usia 30 tahun,” lanjut Firdaus masih dengan nada serius. Wajar jika semua yang mendengarkan turut serius pula. Kecuali Mbah Kiai Ngarip yang tersenyum-senyum memandangi wajah Firdaus – laiknya sedang mempresentasikan makalah di kampus. “Ada lagi, Yus. Pak Sutarmin dari lereng Gunung Lawu yang melanjutkan ajaran Rochmad gurunya. Dia juga ngaku jadi Nabi. Padahal Pak Sutarmin itu guru agama lho,” ujar Kang Slamet melengkapi. “Eyang Subur katanya juga pernah menerima wahyu,” celetuk Kang Kamijan yang disambut tawacanda bersama. “Di masa khalifah Abu Bakar dulu juga ada Musallamah al-Kadzdzab yang ngaku jadi Nabi,” ucap Kang Badrul menekankan. “Pada setiap zaman, kayaknya memang selalu bermunculan orang-orang yang mengaku jadi Nabi atau Rasul,” tutur Mbah Kiai Ngarip yang kali ini bernada serius. “Kita mengenal Mirza Ghulam Ahmad pendiri agama Ahmadiyah. Dari sempalan Syiah, dulu ada yang namanya Abdullah bin Muawiyah, Al-Mukhtar bin Abi Ubaid, serta Mirza Ali Mohammad pendiri agama Babisme. Di Mesir ada Asy-Syaikhah Manal Wahid dan Muhammad Abdur Razak Abul ‘Ala si tukang jahit Kairo yang juga sama-sama mengaku sebagai Nabi,” ungkap Mbah Kiai Ngarip. “Belum lagi yang dari Persia; Mazdak pendiri aliran ‘serba boleh’ dan Mani pendiri agama Manichaeisme. Dari Yaman ada Muhammad Bakri dan Tsurayya Manqus wanita peneliti bidang sejarah. Lalu ada pula Mirza Husein Ali pendiri agama Bahai dan Daishan pendiri aliran Daishaniyah sempalan agama Majusi. Mereka semua mengaku jadi Nabi. Ini belum yang dari negara-negara di Eropa,” tuturnya memaparkan. Para penghunirutin serambi rumah Mbah Kia Ngarip terkesiap mendengarnya. Mereka semua terdiam sejurus. “Tapi Mbah Kiai, yang aneh itu.. kenapa orang-orang semacam Gus Jari dan Ahmad Mushaddeq atau yang lainnya, mereka mengaku sebagai Nabi justru setelah menjalankan ritual-spiritual yang tinggi?” tanya Firdaus tiba-tiba yang membuat mereka terhenyak. “Itulah, Yus. Makanya, dalam menjalani lelaku spiritual disarankan agar didampingi oleh ‘Guru-Kiai’ yang waskita, yang ‘ainul-bashirah’nya bersinar, sehingga bisa memberikan bimbingan secara tepat dan benar,” jawab Kiai Ngarip mantap. “Tapi Mbah, para pelaku spiritual semacam itu biasanya kan sulit diingatkan. Emoh kalau diberi masukan. Mereka sok berspiritual tinggi, sangat percaya diri, sehingga tidak percaya orang lain lagi. Selalu ingin menang sendiri, inginnya benar sendiri. Kebenaran selalu diukur dengan pengalaman spiritualnya sendiri,” kilah Kang Jamari yang kali ini agak emosional. “Pokoknya, setinggi apapun tingkat spiritual seseorang, kalau itu tak sesuai dan menyimpang dari al-Qur’an dan al-Hadits, serta tak seiring dengan pendapat para ulama’ yang masyhur dan sharih, pasti meleset dan sesat,” simpul Kang Slamet. “Ujung-ujungnya ya itu tadi, mengaku jadi Nabi biar terkenal jadi perhatian banyak orang!” kata Kang Slamet yang ditimpali dengan tawa geer-geran. “Hmm… aljunuun funuun,” celetuk Mbah Kiai Ngarip mengutip sebuah pepatah Arab. “Maksudnya, Mbah?” tanya mereka hampir berbarengan. “Wong gendeng iku macem-macem. Kegilaan itu banyak ragamnya. Seni untuk menjadi gila itu banyak jalannya. Banyak jalan menuju gila...” ujar Mbah Kiai Ngarip sambil tertawa cekikian. Kang Kamijan, Kang Slamet, Kang Jamari, Kang Badrul dan Firdaus mengikutinya dengan tawa ceria. Keceriaan tawa mereka kian lepas menyibak kelam malam. MPA 354 / Maret 2016
25
Pondok Pesantren Uluwiyah Mojokerto
Memupuk SDM Santri Melalui Pusat Kewirausahaan Tak banyak pondok pesantren yang memiliki pusat kewirausahaan. Dari yang tak banyak itu, salah satunya adalah pondok pesantren Uluwiyah Mojolegi, Modopuro, Mojosari Mojokerto. Pesantren ini telah merintis Pusat Kewirausahaan di lahan pesantren seluas 5.000 m2.
Di
lahan yang berada di tengahtengah perkampungan ini dibagi menjadi beberapa bagian. Mulai dari lahan praktek pertanian, perikanan, peternakan, hingga pengolahan limbah peternakan menjadi pupuk organik dan biogas. Juga ada aula yang cukup representatif dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan dan pemaparan teori. Di bagian pertanian, dengan meman faatkan lahan yang tidak terlalu luas, lembaga ini telah memberikan pelajaran sekaligus memperlihatkan secara langsung kepada masyarakat, bahwa lahan sempit tidak menjadi halangan untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan ditempatkan di polybag-polybag yang telah ditata sedemikian rupa, tanaman seperti tomat, cabe, kubis, hingga terong mampu tumbuh dengan suburnya. Sedangkan di bagian perikanan juga telah disiapkan kolam yang direncanakan diisi ikan patin yang produk olahannya berupa crispy patin. Sementara itu, di bagian peternakan sedang dipersiapkan kandang-kandang yang nantinya akan diisi sapi pedaging 26
MPA 354 / Maret 2016
Dr. (Hc) KH. Zainul Ibad, Ph.D Pengasuh PP Uluwiyah Mojokerto
melalui proses penggemukan dan sapi perah juga kambing etawa. Untuk sapisapi yang akan digemukkan, saat ini sudah siap untuk dikomunalkan atau disatukan. Tinggal didatangkan dari sapi-sapi milik pengasuh pondok yang jumlahnya ratusan,
yang sekarang masih berada di masyarakat. Sedangkan sapi perah dan kambing etawa akan dimanfaatkan susunya, yang bisa dijual dengan memanfaatkan pangsa pasar besar yang telah ada. “Di pondok pesantren Uluwiyah ini, tiap pekannya ada kegiatan manasik haji yang melibatkan banyak orang. Dan tiap tiga bulan sekali ada momen manaqiban yang bisa mendatangkan ribuan orang. Jadi, pangsa pasarnya sudah ada,” ujar Oetomo Sapto Amien selaku Direktur Pusat Kewirausahaan optimis. Mengenai limbah dari peternakan, tak dibuang sia-sia. Namun dimanfaatkan dengan mengolahnya kembali. Direnca nakan dari limbah peternakan sapi dan kambing etawa, akan diolah menjadi pupuk cair yang berasal dari urine dan juga biogas atau kompos dari fassesnya (teletong). Jika kompos dikeringkan dan difermentasi, maka akan menjadi pupuk organik. “Kalau pupuk organik kita campur dengan tanah pekarangan dan ditaruh di polybag, maka itu bisa untuk pembibitan. Jadi, tidak ada yang terbuang,” tuturnya bangga. Belum lagi jika instalasi pengolahan
limbah menjadi biogas yang bekerjasama dengan Universitas Surabaya telah selesai terpasang. Instalasi ini akan menghasilkan biogas yang bisa dialirkan dan dimanfaatkan oleh home industry, utamanya yang berada di sekitaran lahan tersebut. Hal itu akan sangat bermanfaat bagi lingkungan, karena selama ini home industry tersebut menggunakan bahan bakar berupa plastik atau ban. Tentu saja efek bahan bakar biogas lebih ramah lingkungan dan menjadi energi yang terbarukan dibandingkan kedua bahan bakar tersebut. Letak lembaga yang berada di tengahtengah masyarakat, juga menjadikan simbiosis mutualisme tersendiri. Keberadaan home industry pembuatan tahu yang bersebelahan, menjadikan limbahnya bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi yang dikelola di pusat kewirausahaan tersebut. Meski lembaga ini baru beroperasi sebagian, namun ditargetkan akan optimal secara keseluruhan di akhir tahun 2016/ Berbagai pelatihan dan workshoppun telah dilaksanakan. Dukungan juga mengalir dari berbagai dinas terkait. Seperti dari Dinas Pertanian dan Peternakan. Mereka dengan responsif memberi ruang dan mendatangkan para tenaganya yang berkompeten di bidangnya untuk berpartisipasi secara aktif. Masyarakat sekitar juga mulai merasakan manfaatnya. Juga dari perangkat desa sangat antusias dengan inovasi kegiatan tersebut. Selain itu, berbagai pihak baik dari pemerintah daerah, perguruan tinggi, hingga perbankan juga siap untuk mengucurkan dana investasinya. “Bank Syari’ah Lantabur sudah MoU, Bank Jatim sudah mengiyakan, juga Bank Mandiri dan Posdaya juga sudah oke,” paparnya. Keberadaan pusat kewirausahaan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Namun juga akan menyebar ke masyarakat yang lain. Pasalnya, di pondok pesantren yang mempunyai stasiun televis ‘Angkasa’ ini terdapat mahasiswa yang berkuliah di Institut Agama Islam Uluwiyah. Para mahasiswa sebelum diterjunkan ke masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata
(KKN) akan digodok dan diberi pembekalan. Setidaknya sudah ada desa binaan yaitu di Desa Kebon Tunggul Kecamatan Gondang, yang dikembangkan sumberdaya alamnya dari sisi keanekaragaman pangan non padi – seperti tanaman obat (toga) dan sayuran ramah lingkungan. Selain terpusat di lahan Pusat Kewirau sahaan, ke depannya sudah ada blueprint untuk pengembangan lebih lanjut. Seti daknya sudah dirancang sebuah rest area yang berada di lingkungan masjid pondok, yang menghadap langsung ke jalan nasional ‘Mojokerto-Gempol’. Di rest area ini akan dibangun outlet-outlet yang akan memajang produk-produk pertanian, peternakan, kerajinan dan lain-lainnya. Tentu saja ini
dengan memanfaatkan orang-orang yang mampir beristirahat atau yang hendak melaksanakan shalat. “Ini bisa menjadi miniatur sebuah produk unggulan atau menjadi show-roomnya,” ungkap pria yang lama berkecimpung di dunia pemberdayaan masyarakat ini mengibaratkan. Sementara itu, Dr. (Hc) KH. Zainul Ibad, Ph.D selaku pengasuh sekaligus pendiri Ponpes Uluwiyah ini menyambut antusias keberadaan Pusat Kewirausahaan tersebut. Karena dengan begitu para santri akan mempunyai kesempatan untuk belajar tentang kewirausahaan. Tempat ini bisa difungsikan santri sebagai laboratorium mereka di bidang pertanian dan peternakan, sehingga nantinya mereka cekatan dalam berwirausaha dan diharapkan akan terangkat perekonomiannya. Kiai yang juga pensiunan Pegawai Negeri Sipil yang berkantor di Kemenag Kota Mojokerto ini berpesan kepada para santrinya, agar selalu memikirkan nasib umat jika ingin diperhatikan oleh Allah. Karena semuanya ada di tangan Allah. “Belajarlah sesuai keahlianmu, sehingga kamu bisa menolong orang lain,” tandasnya. •Hisyam MPA 354 / Maret 2016
27
jendela keluarga
Anak Yatim-Piatu Psikologis Oleh : Muhammad Amrullah*) Zaman sekarang bisa disebut zaman materialisme dan feminisme. Sebab pada zaman kini materi telah menguasai jiwa setiap manusia. Begitu kuatnya materialisme mencengkeram jiwa setiap manusia, sehingga semua orang merasa hidupnya tidak sukses apabila tidak menguasai dan memiliki harta benda yang banyak.
O
leh karenanya, setiap orang rela melakukan apa saja demi meraih harta benda yang banyak. Membegal, merampok, korupsi, manipulasi, kerja ke luar negeri sebagai TKI/W dijalaninya dengan “semangat empatlima” tanpa memikirkan resiko bagaimana jadinya nanti di sana. Begitu pula kaum wanita sekarang. Mereka tidak mau kalau hanya sebagai ibu rumah tangga. Apalagi gerakan feminisme alias kesetaraan gender telah merata di seantero dunia. Mereka juga ingin menduduki jabatan penting dalam masyarakat. Mereka menganggap hidupnya tidak ada guna jika tidak berkarir. Akibatnya, anak-anak diurus pihak lain; entah kakeknenek, baby-sitter, atau tempat peni tipan anak. Inilah fenomena umum yang terjadi di masyarakat zaman modern ini. Anak-anak sering tidak berjumpa dengan orangtuanya, karena mereka sibuk dengan urusan masing-masing di luar rumah. Di sinilah akhirnya timbul apa yang disebut “anak-anak yatim-piatu psikologis”. Memang secara de fakto dan de jure mereka memiliki orangtua, tetapi secara psikologis mereka tidak merasakan
28
MPA 354 / Maret 2016
kehadiran orangtua di sisi mereka. Karena merasa hidup tidak sukses tanpa memiliki harta benda yang banyak, sehingga rela menjadi TKI/W di luar negeri. Atau juga karena terpengaruh pola pikir feminisme, sehingga orangtua kurang menyadari akibat anak-anak merasa sebagai yatimpiatu psikologis. Mereka kurang peduli akan dampak perasaan sebagai yatim-piatu psikologis tersebut. Untuk menutupi kekurangan ini, umumnya orangtua bertindak memanjakan si anak dengan uang yang banyak. Kebutuhan anak dalam bidang materi diusahakan untuk dicukupi sebaik mungkin – bahkan berle bihan. Menurut pikiran orangtua, dengan berbuat demikian si anak akan normalnormal saja. Padahal tindakan semacam itu, justru menjadikan mereka sebagai anak yang cenderung nakal. Ambil missal seorang murid perempuan. Dia rentan terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Sedangkan murid lelaki sering pula terperosok ke tindakan seperti mabukmabukan, begadang ke kafe, warkop malam hari dan tindakan negatif lainnya. Pernah
terjadi ada murid lelaki sering tidak masuk sekolah. Setelah walinya dipanggil, ternyata ketahuan bahwa sebetulnya murid itu setiap hari berangkat dari rumah menggunakan pakaian seragam sekolah. Usut punya usut, ternyata si murid itu tidak berangkat ke sekolah tapi pergi kongkow-kongkow dengan teman-temannya di kafe atau belanja di supermarket lantaran mempunyai duit yang banyak. Setiap bulan dirinya dikirimi duit orangtuanya yang bekerja sebagai TKI/W jutaan rupiah. Dia menggunakan duitnya itu untuk bersenangsenang dengan teman-temannya. Itulah yang membuat anak-anak tergo long delinkuen atau terjerumus ke tindakan negatif. Bahkan ada yang masuk bui yang sering ditayangkan di TV itu umumnya adalah anak-anak yang tergolong “yatimpiatu psikologis”. Entah karena orangtuanya bekerja di luar negeri, wanita karir, atau bercerai. Sehingga si anak tidak terkontrol secara baik, serta tidak ada tempat untuk curhat sewaktu mengalami problema hidup. *) Penulis adalah Kepala MIN Jeli, Karangrejo, Tulungagung.
liputan KHUSUS
Madrasah Jawa Timur Siap Menyongsong UN 2016 Pengimplementasian kurikulum 2013 di madrasah, pada tahun ini memasuki tahun kedua. Berbagai kesiapan telah dan sedang dilaksanakan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur melalui Bidang Pendidikan Madrasah. Sosialisasi atau pelatihan berupa workshop juga secara massif digelar dari tingkat provinsi hingga ke daerah di kabupaten/kota seluruh Jawa Timur.
D
ari pantauan yang dilakukan Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemen terian Agama Provinsi Jawa Timur mengindikasikan, bahwa madrasahmadrasah negeri dan madrasah-madrasah swasta yang mengimplementasikan kuri kulum 2013 tidak ada masalah di lapangan. Sebab para guru, Kepala Madrasah dan juga pengawas madrasah sudah mendapatkan bimbingan teknisnya. “Ini memperlihatkan madrasah di bawah Kemenag telah siap mengimplementasikan K-13,” ujar Drs. H. Supandi, M.Ag. Sebagaimana diketahui, sesuai dengan KMA No. 207 tahun 2014 tentang Kurikulum Madrasah, mulai semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 seluruh madrasah kembali menerapkan kurikulum 2006 untuk mata pelajaran umum sedangkan mata pelajaran PAI dan Bahasa Arab tetap menggunakan Kurikulum 2013. Di Jawa Timur sendiri, ujar Kabid Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Prov. Timur ini, pada dasarnya madrasah negeri maupun swasta pada tahun pelajaran 2014/2015 semester awal telah diwajibkan mengimplementasikan kurikulum 2013 di kelas 1 dan 4 pada tingkat MI, kelas 7 pada tingkat MTs dan kelas 10 pada tingkat MA. Pada tahun ini, secara gradual sudah menginjak pada kelas 1, 2, 4 dan 5 pada tingkat MI, kelas 7 dan 8 di tingkat MTs, dan kelas 10 dan 11 di tingkat MA. “Bisa dikatakan bahwa madrasah di Kemenag Jawa Timur telah siap melaksanakan kurikulum yang mengedepankan nilai-nilai karakter ini,” tegasnya. Sebagai isyarat kesiapan implementasi kurikulum ini di Jawa Timur, berdasarkan SK Dirjen No. 481/2015 di Jawa Timur telah tercatat ada 105 madrasah yang menjadi pelaksana kurikulum 2013. Di tahun pelajaran 2015/2016 telah ada tambahan 632 madrasah yang mengusulkan diri menjadi pelaksana kurikulum 2013. Didukung pula kewajiban bagi keseluruhan madrasah negeri untuk mengusulkan ke Kanwil dan diteruskan ke Direktorat Madrasah untuk mengimplemetasikan kurikulum 2013. Sedangkan khusus bagi swasta dapat mengajukan permohonan implementasinya
Drs. H. Supandi, M.Ag. Kabid Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Prov. Timur.
ke Kanwil Kemenag Provinsi dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Di antaranya adalah madrasah tersebut sudah terakreditasi “A”, Kepala Madrasah dan gurunya sudah pernah mengikuti Bimtek K-13 atau pendampingan dari madrasah lainnya. Tak kalah pentingnya, adalah memadainya sarana prasarananya yang ada di madrasah tersebut. “Kami juga berusaha sekuat tenaga untuk memberikan bantua
sarana prasarana berupa buku, RKB atau juga rehab,” ujar pria asli Lamongan ini menegaskan. Kabar tentang soal UN yang merupakan perpaduan antara KTSP 2006 dan Kurikulum 2013, telah direspon dengan cepat oleh Bidang Pendma Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Ini terlihat dari telah diadakannya workshop sejak bulan Nopember tahun lalu. Workshop ini mengundang narasumber dari Tim Penyusun Kisi-kisi Soal UN 2016 dari UNESA dan Universitas Negeri Malang. Para pesertanya diundangkan dari guru-guru yang memang pilihan dan berprestasi dari perwakilan Wilker seluruh Jawa Timur. “Sebagai produk jadinya, adalah soal try out yang dilaksanakan di MTs maupun MA seluruh Jawa Timur. Respon cepat hingga ke level bawah tersebut, juga tak luput dari peran KKG (Kelompok Kerja Guru), KKM (Kelompok Kerja Madrasah), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), serta Pokjawas (Kelompok Kerja Pengawas) yang merupakan “sekoci-sekoci” Bidang Pendma Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur yang aktif menyebarluaskan informasi ini. “Kalau semua bersinergi, maka madrasah akan menjadi ya’lu walaa yu’la ‘alaih,” ujar mantan Kabid PAIS Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur ini mantap. •Hisyam
MPA 354 / Maret 2016
29
liputan khusus
Berkolaborasi Menangkal dan Mengubah LGBT Pertumbuhan Kaum LGBT di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mengungkap, bahwa jumlah Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) alias gay sudah mencapai angka jutaan. Pada tahun 2012 lalu, Kemenkes memperkirakan 1.095.970 LSL. Bahkan PBB memprediksi jumlah LGBT jauh lebih banyak, yakni tiga juta jiwa pada 2011. Tentu Ada beberapa faktor yang menyebabkan komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) kian berani mengekspresikan diri.
M
enurut kacamata Dr. Wiwin Hendriani, hal itu disebabkan support dari komunitas-komunitas LGBT yang sangat besar sekali. Tidak saja dilakukan kelompok tertentu dalam satu wilayah, bahkan kini sudah menjadi isu global. Dia mensinyalir, kelompokkelompok tersebut secara intens melakukan pertemuan, diskusi dan beragam aktivitas lainnya. “Bahayanya, dengan membesarnya dukungan ini mereka justru merasa bahwa apa yang dilakukan itu legal,” tukasnya mengingatkan. Terbukti, hingga akhir 2013 terdapat dua jaringan nasional organisasi LGBT yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi. Pertama, yakni Jaringan Gay, Waria dan Laki-Laki yang Berhubungan Seks dengan Laki-laki Lain Indonesia (GWLINA) yang didirikan pada Pebruari 2007. Jaringan ini didukung organisasi internasional. Jaringan kedua, adalah Forum LGBTIQ Indonesia yang didirikan sejak 2008. Selain itu, era keterbukaan ternyata menjadi wahana meretas jalan bagi kaum LGBT. Ketua Prodi Psikologi Program Doktoral Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya ini mengakui, bahwa kondisi ini makin membuat orang sadar akan hak-haknya. “Kesadaran orang untuk 30
MPA 354 / Maret 2016
Dr. Wiwin Hendriani Ketua Prodi Psikologi Program Doktoral Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
menuntut haknya begitu tingginya. Terkadang justru diinterpretasikan secara salah kaprah,” ulasnya. Dengan dalih hak azazi manusia, tak mengherankan jika hampir saja Gerakan LGBT mendapatkan legalitasnya. Ini terjadi saat Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi
Manusia (HAM) menggelar rapat paripurna pada Juli 2013 untuk membahas pengakuan tentang LGBT. Hingga sat ini, memang masih terdapat pro dan kontra terkait kelaianan orientasi seksual kaum LGBT. Di satu pihak mengatakan LGBT termasuk kelainan. Ada pula yang menyebut sebagai bawaan sejak lahir. “Memang ada ahli yang mengatakan bahwa itu faktor bawaan. Tetapi hal itu dibantah ahli yang lain, bahwa faktor bawaaan itu sangat kecil sekali,” ucap wanita kelahiran Blitar 2 November 1978 ini tegas. Dari berbagai riset ditemukan, bahwa manusia itu secara garis besar mereka menjadi dua katagori; yakni kelompok feminim dan kelompok maskulin. Kelompok pertama walaupun mereka dilahirkan secara fisik lakilaki, tetapi potensi ke arah feminim kuat sekali. Sedangkan kelompok kedua walaupun secara fisik wanita, tapi potensi ke arah kelaki-lakian kuat sekali. “Tapi ingat, belum tentu potensi itu yang teraktualisasikan,” tandasnya. “Potensi tersebut mengemuka, kebanyakan karena faktor permasalahan traumatik atau traumatic event yang tidak diselesaikan. Seperti pelecehan seksual hingga sodomi,” bebernya. Dirinya mewanti-wanti agar orangtua lebih disiplin dalam mendidik dan mengawasi anak-anaknya. Selain pengetahuan tentang
karakter pribadi, pegetahuan tentang fungsi organ seks bagi anak juga perlu. Tentu dengan bahasa yang sesuai dengan umur mereka. Jika ditemukan kejanggalan pada perilaku anak, segeralah orangtua mengarahkannya. Selain itu, jika anak mengalami peristiwa traumatik, segeralah dicarikan solusi penyelesaiannya. “Penting juga membangun lingkungan masyarakat yang lebih baik demi pertumbuhan anak,” ujar doktor ilmu kesehatan UNAIR Surabaya ini menjelaskan. “Meskipun kuncinya terletak pada orangtua, tapi preferensi utama tetap pada individu masing-masing,” imbuhnya. Meski demikian, dirinya cukup khawatir dengan geliat kampanye kaum LGBT saat ini. Sebab gerakan mereka cukup massif. Tak hanya dengan pertemuan terbuka. mereka juga memanfaatkan buku, komik, hingga sosial media. Karena itu, dia berharap ada gerakan bersama untuk melawan kampanye ini. Dia mewanti-wanti agar jangan pernah melawan kampanye dengan kekerasan. Sebab justru ini yang akan menjadi kampanye gratis bagi mereka. Dr. Mukhlishah AM, M.Pd menuturkan hal senada. Diakuinya, secara psikologis tidaklah mungkin seseorang memilih sebagai lesbian atau gay jika tidak memiliki potensi kelainan orientasi seksual sedari awal. Tinggal bagaiamana potensi ini dikelola dengan benar. Jadi faktor lingkungan dimana dia bersosialisasi sangat menentukan. “Ketika seseorang yang memiliki potensi kelainan sesksual bergumul dengan anak gay atau lesbian, maka sudah barang tentu dia akan terpengaruh. Sebab dorongan menjadi gay atau lesbian semakin kuat,” ujar dosen Bimbingan dan Konseling FTIK UIN Sunan Ampel Surabaya ini mencontohkan. Meski sesungguhnya, LGBT masuk kategori penyakit dalam bidang psikologi dan bisa ditata. Penataan tersebut bukan berarti melegalkannya. Sebab melegalkan sama halnya dengan membiarkan penyakit ini semakin merajalela dan kian tak tertanggulangi. Apalagi kodrat manusia itu diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki dan perempuan. “Kita melarangnya tidak berarti melanggar hak asasi mereka. Tapi justru menolong mereka untuk kembali kepada kodrat kemanusiaannya,” kilahnya. Lantaran itulah, dalam menghadapai fenomena LGBT tak hanya melalui pendekatan psikologis, namun juga hukum negara dan agama harus sinkron. Paling tidak, para legislator di Senayan harus segeara menggodog undang-undang khusus terkait hal tersebut. “Intinya, harus menghasilkan produk perudanganundangan yang sesuai dengan norma hukum dan norma agama,” ulasnya. Tentu saja hal itu akan mengundang perdebatan. Meski disadari dalam realitas sosial pro dan kontra senantiasa bergandengan. Yang terpenting baginya,
Dr. Mukhlishah AM, M.Pd Dosen Bimbingan dan Konseling FTIK UIN Sunan Ampel Surabaya.
adalah upaya nyata dalam menghalau pengaruh LGBT agar tidak merajalela lebih luas lagi. “Apalagi banyak fakta yang memperlihatkan generasi muda setingkat SMA sudah mulai terjangkin penyakit ini,” ungkapnya miris. Oleh karenya, institusi pendidikan harus peka. Peran BK dan para pendidik terutama guru agama harus dimaksimalkan. Jika
pihak sekolah menjumpai LGBT, segeralah menanganinya sejak dini dengan serius. Jangan justru malah terkesan ada upaya pembiaran. Jika pihak sekolah tidak mampu bisa bekerjasama dengan konselor di luar sekolah untuk memberikan solusi dan terapi. Sebab dalam Bimbingan Konseling itu ada istilah partnership. “Namun demikian, harus dihindari pula tindakan bullying dari warga sekolah terhadap pengidap LGBT,” katanya mengingatkan. Menurutnya, ada beragam terapi untuk menyembuhkan penyakit LGBT tersebut. Diantaranya adalah pendekatan behavioristik atau REBT (Rasional, Emotion, Behavior Teraphy). REBT dilakukan dengan cara mengubah cara pandang yang negatif menjadi cara pandang yang positif. “Jadi.. imajinasi seksual pengidap LGBT yang tidak pas, dikembalikan kepada imajinasi seksual yang benar,” paparnya. Bagi doktor lulusan Universitas Negeri Surabaya ini, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga harus turut berperan dalam melawan penyakit LGBT. Sebab selama ini ada kecenderungan pemberitaan yang ditampilkan media penyiaran hanya memotret LGBT dari sisi luarnya saja dan cenderung mengabaikan unsur pendidikan kepada masyarakat. “Kita tak bisa kerja sendirian untuk mengubah dan menangkal LGBT ini. Harus ada sinergitas antara pimpinan agama, pemerintah, institusi, atau semacamnya yang berkolaborasi untuk mencegah hal ini muncul,” pungkasnya. •Suprianto, Hisyam
MPA 354 / Maret 2016
31
Tsaqafah
Mbah Soetardji Cerpen : Suhairi Rachmad
Sejak beberapa bulan terakhir, sosok Mbah Soetardji menjadi sosok misterius bagiku dan bagi sebagian orang. Mengapa tidak? Aku melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa mbah pikun itu selalu mendatangi rerimbun pohon pisang. Di sana ia menyanyikan lagu kebangsaan negeri ini, sekaligus memberi hormat pada daun-daun yang mengitari tubuhnya.
S
etiap Senin pagi, di saat embun dingin belum menyetubuhi matahari, Mbah Soetardji selalu menelusuri jalan setapak menuju rerimbun pohon pisang. Ia tak takut ular berbisa. Apalagi hanya ulat kecil yang biasanya terdapat pada dedaunan. Jalan ini seakan sudah akrab dengan Mbah Soetardji. Bahkan, rumput-rumput yang nyaris menutupi ruas jalan seakan memberi hormat atas kedatangannya. Aku berusaha mengintip kebiasaan Mbah Soetardji dari balik pohon kelapa. Setelah ia memasuki rerimbun pohon pisang, pandanganku terhalang. Beberapa pohon pisang yang tumbuh melingkar di persawahan itu seakan sengaja menelan tubuh Mbah Soetardji. Aku harus maju beberapa langkah. Menempelkan pipi pada pohon pisang yang tumbuh beberapa meter di depanku. Menyingkap daun segar yang menjadi tabir penghalang antara aku dengan Mbah Soetardji. Dari sini, aku melihat dengan jelas apa yang dilakukan Mbah Soetardji. Beberapa saat kemudian, tatapannya menyapu seluruh penjuru mata angin. Aku menarik pandanganku dan mundur hingga berada pada titik aman. Namun, aku tak mau melepas tubuhnya dari pandangan bola mata ini. Melalui celah dedaunan sebesar uang receh seratus rupiah, aku terus mengintai kebiasaannya itu. Mbah Soetardji masih menyapukan pandangannya hingga beberapa kali. Setelah dipastikan tidak ada yang mengintai atau mengintip, Mbah Soetardji memulai pekerjaannya. Aku kaget ketika melihat Mbah Soetardji berdiri tegak dan memberi hormat pada rerimbun pohon pisang. Tangan kanannya diangkat dan diletakkan persis pada bagian pelipis kanan. Kemudian ia mengangkat pandangannya sedikit, seperti ada objek yang sedang ia tatap. Ia juga menyanyikan lagu kebangsaan negeri ini. Matanya berkaca-kaca. Aku mencoba mengamati tempat tersebut. Tak ada yang istimewa. Terdapat sekitar 50 pohon pisang yang tumbuh dan membentuk lingkaran. Jarak antara satu batang pohon pisang dengan batang yang 32
MPA 354 / Maret 2016
lainnya sekitar 30 sentimeter, sehingga untuk memasuki area lingkaran harus memiringkan tubuh ke kanan atau ke kiri. Di dalam lingkaran itu, tak ada sesuatu yang aneh atau istimewa. Beberapa rumput liar tumbuh menjalar seperti hendak menghisap mangsanya. Beberapa pohon singkong tumbuh tak subur. Mungkin karena tak bisa menatap matahari secara utuh. Jika pagi dan sore hari, pohon singkong tersebut sulit menangkap sinar matahari. Maka jadilah pohon singkong kerdil. Setelah dipastikan tak ada yang istimewa dengan tempat itu, aku langsung pulang. Di simpang tiga, aku tak memilih jalur ke kanan yang menuju ke arah rumahku, melainkan mengambil jalur kiri yang menuju rumah kepala desa.
”Ini pelecehan, Pak,” kataku kepada bapak kepala desa. ”Dari sisi mana kamu menilai ini pelecehan?” tanya bapak kepala desa menyelidik. ”Kakek pikun itu memberi hormat pada pohon pisang sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya,” lanjutku dengan nada tinggi agar bapak kepala desa meyakini perkataanku. ”Ah, jangan ngaco kau!” bapak kepala desa tertawa terkekeh-kekeh. ”Benar, Pak! Saya berani bersumpah demi Tuhan pemilik kerajaan langit dan bumi.” ”Mana ada orang memberi hormat pada pohon pisang. Lagi pula saya tahu betul Mbah Soetardji itu. Orangnya masih sehat dan jelas tidak pikun.” ”Kalau saya berbohong saya berani
dikutuk menjadi pohon pisang, Pak!” Aku berusaha meyakinkan bapak kepala desa, tetapi bagaimana caranya? ”Yakin, kamu tidak bohong?” ”Benar, Pak.” ”Baik, saya akan teliti dulu laporanmu agar tidak terjadi mall praktek. Maksud saya, agar tidak terjadi kekeliruan yang disebabkan kecorobohan.” Bapak kepala desa menggunakan kata mall praktek, mungkin ia sering menonton televisi yang menayangkan korban mall praktik di rumah sakit. Ah, tak harus heran kok! ”Minggu depan saya akan mengintai dan menyelidiki kebiasaan aneh Mbah Soetardji,”lanjut pak kepala desa. ******* Seminggu kemudian. ”Secara kebangsaan, Mbah Soetardji bisa dikatakan telah murtad, Pak?” kataku ketika menghadap kepala desa untuk kali kedua. ”Iya, saya sudah melihat dengan mata saya sendiri. Hari Senin yang lalu saya berusaha menyelidiki apa yang dikerjakaan Mbah Soetardji di antara rerimbun pohon pisang itu,” aku kepala desa. ”Terus.., apa langkah kita selanjutnya?” ”Saya punya usul, Pak,” ”Apa usulmu?” tanya bapak kepala desa penasaran. “Bagaimana seandainya pohon-pohon pisang itu ditebang?” ”Nah, itu ide yang cerdas!” Kepala desa menyuruh Ahmad mene bang sekitar 50 pohon pisang itu. Batang pohonnya juga disingkirkan ke tempat yang jauh. Rumput yang menjalar dan pohon singkong yang tumbuh juga dipotong. Dalam waktu enam jam, Ahmad bisa membereskan tugasnya. Kini, tempat itu menjadi rindang. Bersih. Rata dengan tanah. Hanya tinggal pangkal pohon pisang yang tersisa. Masing-masing sepanjang rata-rata lima sentimeter. Tak lebih dari itu. Tentu, hal ini tanpa persetujuan Mbah Soetardji. Hari Senin berikutnya, Mbah Soetardji kembali menelusuri jalan setapak menuju asal rerimbun pohon pisang. Kali ini, ia mempercepat langkahnya. Nafasnya seperti asap yang keluar dari cerobong kereta api. Tampaknya, ia sangat tergesa-gesa. Sesekali ia berhenti. Mengusap keringatnya yang mengalir. Kadang, ia menatap langit biru, seakan menatap masa lalu yang menyimpan kenangan indah. Mbah Soetardji merasa aneh ketika melihat jalan setapak mendekati rerimbun pohon pisang semakin bersih dan asri. Rumput-rumput liar tak lagi mengganggu betisnya yang sudah keriput. Ia nampak terkejut ketika melihat pohon-pohon pisang itu ada yang menebangnya. Matanya yang senja mulai berkaca-kaca. Namun, ia masih ingat di mana tempat berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dan memberikan penghormatan. Ritual itupun
dimulai. Sekitar lima belas menit, Mbah Soetardji mengakhiri kebiasaanya itu dan meninggalkan tempat itu. Kebiasaan Mbah Soetardji akhirnya diketahui para tetangga. Sebab, sangat mudah mengetahui kebiasaan Mbah Soetardji di tempat itu. Sejak pohon pisang itu ditebang, siapa saja bisa melihat aktivitas Mbah Soetardji dari jarak jauh sekalipun. Dan kabar inipun cepat menyebar ke pasarpasar, warung-warung kopi, maupun ke ladang-ladang tembakau. Kabar ini tak kalah pentingnya dengan berita korupsi yang dilakukan petinggi negeri ini. Kali ini aku sengaja membawa massa menghadap bapak kepala desa. Kami menuntut agar bapak kepala desa menghen tikan kebiasaan buruk Mbah Soetardji. ”Ini tak bisa dibiarkan, Pak. Mbah Soetardji telah melecehkan bangsa ini,” kataku ketika mendatangi balai desa setempat. ”Maaf, Bapak-Bapak! Jangan tergesa-gesa menilai orang lain seperti itu.” ”Ini bukan mengada-ada, Pak. Ini juga bukan gosip. Semua orang di desa ini juga telah mengetahui kebiasaan buruk Mbah Soetardji. Mbah Soetardji harus dihukum gantung,” kata yang lain. ”Betul, Pak. Seandainya ini terjadi dalam agama, Mbah Soetardji bisa dianggap murtad!” ”Maaf, Bapak-Bapak. Kita akan mempe lajarinya lebih dalam lagi,” kepala desa beralasan. ”Saya punya usul, Pak,” kata seseorang dengan nada lantang. ”Baik, apa usulmu?” ”Alangkah baiknya kita mengambil jalan tengah. Kita tidak boleh gegabah menvonis Mbah Soetardji kafir, murtad, atau pelecehan karena telah memberi hormat pada pohon pisang, dan lain sebagainya. Coba kita buang dulu sisa-sisa akar pisang yang ada di sana. Kalau Mbah Soetardji masih memberikan penghormatan dan menyanyikan lagu Indo nesia Raya buat pohon pisang tersebut, Mbah Soetardji harus dipanggil dan disidangkan di balai desa ini.” Usulan terakhir ini diamini massa dan kepala desa. Dalam waktu singkat, Ahmad membersihkan dan membuang sisa-sisa pohon pisang di ladang itu hingga ke akarakarnya. Semuanya telah disingkirkan. Semuanya telah habis dan tak tersisa sedikit pun. Kemudian apa yang terjadi? Hari Senin berikutnya, orang-orang mengintai tempat itu dari jarak jauh. Bahkan, bapak kepala desa juga terlihat ada di sana. Mereka ingin menyaksikan kebiasaan buruk Mbah Soetardji setelah pangkal dan sisa-sisa akar pohon pisang dimusnahkan. ”Mbah Soetardji sakit,” kata Misrul, yang baru saja datang dari rumah Mbah Soetardji. ”Sakit apa?” tanya seseorang. ”Tubuhnya panas setelah rerimbun pohon pisang ini dimusnahkan sama
sekali. Nafasnya sesak, seperti menyimpan beban yang teramat berat,” lanjut Misrul menjelaskan. ”Ada yang ikut saya ke rumah Mbah Soetardji!” kepala desa mengajak beberapa orang menyambangi Mbah Soetardji. Sesampainya di sana, Mbah Soetardji hanya ditunggui keponakannya yang berasal dari desa sebelah. ”Selamat datang, Bapak!” Mbah Soetardji berusaha menyambut kedatangan mereka. ”Oh, iya, Mbah. Bagaimana keadaan Mbah?” bapak kepala desa menjawab sambutan Mbah Soetardji. ”Mbah sesak nafas. Tubuh lemas,” jawabnya pelan. ”Maaf, Mbah. Warga desa telah menebang pohon-pohon pisang itu. Sebab, mereka tidak ingin Mbah melakukan kebiasaan buruk itu,” Misrul menyambung. Mendengar perkataan Misrul, Mbah Soetardji ingin bangkit. Ia ingin duduk bersila dan berbicara dari mata ke hati. Ia ingin menjelaskan secara panjang lebar terhadap apa yang selama ini ia lakukan. Namun, tubuh lemas Mbah Soetardji menahannya untuk duduk. Ia berusaha mengatur nafasnya lebih teratur. Ia juga berusaha berbicara dengan bahasa yang jelas, walaupun harus membutuhkan tenaga ekstra. Awalnya, ladang itu milik salah satu warga desa. Di sana, dibangun sekolah rakyat, tempat Mbah Soetardji menimba ilmu. Setiap hari Senin, Soetardji kecil dan temantemannya mengadakan upacara. Memberi hormat pada bendera merah-putih seraya menyanyikan lagu Indonesia Raya. Namun akhirnya, sekolah itu digusur karena pemilik tanah mengaku tak menerima ganti rugi lahan sebagaimana kesepakatan sebelumnya. Papan sekolah, tiang bendera, tembok, bangku dan sebagainya habis tak tersisa. Walaupun semuanya telah tiada, Mbah Soetardji memiliki prinsip bahwa setiap orang harus menghormati negeri ini. Menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan. ”Oleh karena itu, Mbah selalu menaruh hormat pada bendera merah putih, sebagaimana dulu Mbah melakukannya dengan teman-teman di tempat itu,” Mbah Soetardji menjelaskan dengan panjang lebar. Bapak kepala desa dengan beberapa orang yang berada di rumah itu merasa malu terhadap nasionalisme yang menjiwai Mbah Soetardji. Kemudian, kepala desa memerintahkan orang-orang agar memancang bendera merah putih di lahan tersebut, agar rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang menjiwai kepribadian Mbah Soetardji bisa mengalir pada setiap detak nafas warga desa. Benderapun berkibar di bawah langit biru diterpa angin sepoi. MPA 354 / Maret 2016
33
TA’ARUF Prof. Dr. drg, Hj. Ida Ayu Brahmasari, DIpl. DHE, MPA
Memungut Etos Kerja dari Orang Asing
Cuma sedikit perempuan yang sanggup menjadi rektor. Salah satunya, adalah Prof. Dr. drg, Hj. Ida Ayu Brahmasari, DIpl. DHE, MPA. Rektor Universitas Tujuh Belas Agustus (UNTAG) 1945 Surabaya ini menyadari, bahwa emosi perempuan memang lebih menonjol. “Namun dalam memimpin itu butuh kesabaran. Jadi prinsip harus tetap diperhitungkan, dengan menyeimbangkan diri, serta mau belajar dari siapapun,” tuturnya bersahaja. “Tidak perlu jaim. No body perfect,” tukasnya serius.
M
eski ayahnya sebagai Ketua Yayasan UNTAG dan lama menjabat Sekretaris Kopertis Jawa Timur, namun pencapaian pucuk pimpinan itu bukanlah jabatan turunan. Untuk mencapai posisi tertinggi di UNTAG tersebut, harus terlebih dahulu diraihnya melalui proses yang cukup panjang. Dan tentu saja, itu karena prestasinya yang sangat luar biasa di dunia pendidikan. Selepas menyelesaikan dokter gigi dari Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya di tahun 1982, setahun kemudian mengi kuti program Diploma in Business for Secretaries, Business Training Limited, Manchester, Inggris. Pada tahun 1984, juga mengikuti program Diploma in Dentah Health Education, Royal Society of Health, London. Termasuk pula program Diploma in Advanced Business English, Business Training Limited, Manchester, Inggris pada tahun 1985. Nah, pada tahun 1986 dirinya dipercaya sebagai Kepala poliklinik Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya. Kemudian diama nahi sebagai Pembantu Dekan III (Bidang Kemanasiswaan) Fakultas Psikologi UNTAG 34
MPA 354 / Maret 2016
hingga tahun 1988. Atas dedikasinya yang tinggi, akhirnya dia dipromosikan sebagai Pembantu Rektor III (Bidang Kemaha siswaan) Universitas 17 Agustus 1945 Sura baya untuk masa bakti 1988-1990. Di saat yang bersamaan alumni SMA Negeri 3 Surabaya ini terpilih sebagai Ketua Paguyuban Pembantu Rektor PTS seKopertis Wilayah VII. Tak hanya itu, Badan Seni Mahasiswa Indonesia (BSMI) Provinsi Jawa Timur juga mendaulatnya sebagai sekretaris periode 1988 hingga 1990. Di saat karirnya sedang merangkak naik, semua atribut jabatan itu harus ditanggal kannya untuk sementara waktu. Ini demi memenuhi keinginannya untuk melanjutkan studi program S2. Tak tanggung-tanggung, dia terbang jauh ke Amerika Serikat untuk belajar Administrasi Publik di Martin School of Public Administration, University of Kentucky, Amerika Serikat. Diapun tergabung sebagai Pengurus Persatuan Mahasiswa di Amerika Serikat (PERMIAS), Kentucky. Sebagai pribadi yang energik, Sari – panggilan karibnya, tidak hanya menyibukkan diri dalam rutinitas kampus.
Dirinyapun terlibat aktif di berbagai forum diskusi, seminar hingga workshop. Salah satunya yang digelar American Society of Public Administration (ASPA), Workshop on Vision of the Public Sector di Chicago, Illinois, Amerika Serikat pada tahun 1992. Dua tahun sebelumnya, dia juga sempat mengikuti Program Dikti yang disponsori World Bank yang bertajuk ‘University Administration and Management Training Program di University of Kentucky’, Berea College dan George Washington University. Selama tiga tahun, Sari bergulat dengan dunia akademik hingga berhasil menyabet gelar master pada tahun 1993. Tak berselang lama – sepulang ke tanah air, dirinya diamanahi sebagai Pembantu Rektor IV (Bidang Kerja sama dan Pengembangan) UNTAG Surabaya. Lima tahun berselang, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Komisariat Surabaya-I (1998-2003) ini dipercaya sebagai Wakil Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya. Jabatan ini tentu menguji skill dan pengetahunanya dalam memenej Universitas, Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Pertama.
Setelah cukup lama berkecimpung di lingkup yayasan – sekitar 5 tahun, akhirnya dia kembali ke jajaran rektorat sebagai Pembantu Rektor I (Bidang Akademik dan Kerjasama) UNTAG hingga tahun 2004. Di tahun ini pula dia berhasil merampungkan gelar doktor bidang Ilmu Ekonomi di Universitas Airlangga Surabaya. Dengan gelar baru yang disandang, Wakil Ketua Bidang Hubungan dan Kerjasama, Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Wilayah VII Jawa Timur (2003 – 2007) ini diangkat sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya pada tahun 2005. Namun jabatan bergengsi ini harus dilepaskannya pada tahun 2009. Sebab Wakil Ketua Yayasan Perguruan Saraswati – Badan Penyelenggara Akademi Pariwisata & Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata 17 Agustus 1945 Surabaya dan Play Group dan Taman Kanak-Kanak ”Yunior” – ini, dipilih senat UNTAG sebagai Rektor. Jejak harum dunia akademik makin membumbung tinggi kala dia dinobatkan sebagai Guru Besar UNTAG ke-33 pada tahun 2010 silam. Memang tak banyak perempuan yang memiliki rekam jejak seperti dirinya. Selain karir moncer, juga sempat menghirup pendidikan di luar negeri. Namun demikian, perjalanan masa silam hidupnya juga sangat berperan sehingga dia sukses semacam ini. Sedari kecil, putri pasangan Sri Sundari dan (alm.) Ida Bagus Alit, SH ini ditempah untuk menjadi pribadi yang tangguh dan kompetitif. “Ayah saya selalu memotivasi untuk senantiasi berpacu mengukir prestasi sesuai bakat dan minat,” ungkap ibu tiga anak ini mengenang masa kecilnya. Seringnya perjumpaan dirinya dengan berbagai wisatawan mancanegara – saat menghabiskan masa kecilnya di Bali, turut pula memaksa dia mengamini seruan sang orangtua. Diapun banyak memungut inspirasi dari orang asing tersebut. Sebab mereka ternyata memiliki etos kerja yang
tinggi. “Berinteraksi dengan berbagai macam orang dengan latar belakang berbeda itu penting. Selain bisa memupuk toleransi, juga bisa belajar banyak hal,” tandasnya. Tak mengherankan jika sejak awal wanita kelahiran Denpasar 28 Mei 1959 ini seakan bernazar dalam hati untuk senantiasa menempah diri, agar mampu berkembang di masa mendatang. Hal itu dibuktikannya dengan aktif dalam berbagai kegiatan akademis maupun sosial. “Pengetahuan itu tak ada artinya tanpa ditopang dengan ekspresi visual positif,” ujar Dewan Pakar Indonesian Manager Association (IMA) Surabaya ini. Itu pula yang selalu ditekankan kepada ketiga anaknya; Mirasanthi Danadharta, SE, M.Sc. BA, MA, Irmasanthi Danadharta, S. Hub. Iht, MA dan Yahya Satria Nugraha. Ketua Bidang Pengembangan SDM Ikatan Doktor Ekonomi Indonesia (IDEI) ini tak segan-segan memberikan pengalaman nyata untuk berinteraksi dengan orang asing ke luar negeri. “Ini bukan sekedar gagah-gagahan. Tapi dengan menjadi orag asing di negeri orang, saya ingin membentuk karakter mereka agar memiliki daya tahan dan adaptasi terhadap lingkungan di manapun mereka berada,” kilah Ketua Ikatan Sarjana perempuan Indonesia (ISWI) Jawa Timur ini memberikan alasan.
Dari sana, diharapkan mereka tum buh dengan kepekaan dan sensitivitas tinggi terhadap lingkungan sosial. Dengan berinterkasi langsung juga akan mem buahkan sikap toleransi tinggi. Lantaran itulah orang senantiasa dituntut belajar tidak ada henti untuk mengenal lingkungan sekitarnya. “Belajar itu tak harus dibatasi oleh tembok-tembok sekolah formal. Biji hikmah bisa muncul dari siapa dan dari mana saja,” tukasnya sambil melepas senyum. Sebagai seorang ibu, tentu Pengasuh Rubrik “Wanita Karier” Harian Surabaya Post dan Surabaya pagi ini dituntut untuk senantiasa memberikan jaminan yang layak bagi tumbuh kembang anakanaknya. Baik dari sisi pendidikan maupun karakter psikologi. Apalagi dirinya merupakan sosok single parent. “Kecendekiaan seorang Ibu akan menentukan kecerdasan anak. Sedangkan ketangguhan karakter anak sangat dipengaruhi oleh kebersahajaan hidup figur ayah,” ucap anggota Dewan Kehormatan Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jawa Timur ini menegaskan. “Namun menjadi ibu yang cerdas tidak harus dengan memburu berderetderet gelar lho,,,” tukas Direktur Utama PERFORMANCE (Lembaga Training dan Konsultan Manajemen, Psikologi dan Hukum, Surabaya) ini dengan tawanya yang renyah. Baginya, seorang ibu harus mampu menjalankan prinsip 4 M; mampu merias diri (macak) , memasak (masak), memiliki anak (manak) dan mantap, yakni mampu memberikan pelayanan yang baik dan maksimal bagi keluarga. Di sisi lain dia juga harus smart. “Ibu harus terus belajar dan sanggup memecahkan beragam masalah keluarga. Sebab prinsip hidup adalah with care with love,” pungkas Member of American Society of Public Administration (ASPA), International Personnel Management Asso ciation (IPMA) dan American Marketing Association (AMA) Amerka Serikat ini. •Pri MPA 354 / Maret 2016
35
edukasi
Peran Guru Agama Dalam Menjawab Revolusi Budaya Permisif Oleh : Dr. H. Moh Sulthon, M.Pd*) Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa pembangunan pendidikan nasional bukan hanya terfokus mencerdaskan peserta didik agar menjadi manusia berkualitas di ranah intelektualitas atau keilmuan, tetapi juga berkualitas di ranah akhlak mulia dan keimanan.
P
embangunan pendidikan itu meng hendaki agar kepribadian peserta didik terbentuk secara seimbang; antara penguasaan di bidang iptek dengan penguasaan dan pengamalan etika dan keimanan. Hal inilah yang disebut sebagai integrasi kecerdasan intelektualitas dengan kecerdasan moralitas dan spiritualitas. Pembangunan pendidikan yang mene kankan idealitas itu sagatlah penting seiring dengan kondisi perubahan di tengah masyarakat, khususnya di tengah pergaulan
36
MPA 354 / Maret 2016
peserta didik yang dari waktu ke waktu menghadapi problem serius akibat model pergaulannya yang terseret dalam berbagai bentuk penyimpangan masyarakat dari sisi etika dan hukum. Masyarakat merupakan cermin, yang di dalamnya termasuk kalangan peserta didik. Namun saat ini mereka banyak yang terbius dan terhegemoni pesona duniawi, tarikan kenikmatan hedonisme, atau terseret dalam arus kehidupan serba materi, serta memberhalakan kesenangan dan perubahan
gaya hidup, yang kesemuanya itu dilakukan dengan cara memagari dan mengeliminasi peran sakral agama dalam kehidupannya. Masyarakat sekarang layak dikritik, karena realitas buram atau bopengnya – termasuk di kalangan peserta didik. Stigma sebagai the biggest Moslem community in the world juga lebih merupakan sebutan di atas kertas semata. Sebab dalam realitas empiriknya, kita sedang terseret larut dalam pesona budaya atau pergeseran gaya hidup yang semakin menjauh dan mendesakralisasi norma agama.
Tidak sulit ditemukan pola bersikap dan bergaul anak-anak muda dari kalangan pelajar yang tidak berpijak pada norma etika atau agama. Mereka memang berstatus sebagai pelajar, akan tetapi sikap atau perilaku yang ditunjukkannya berupa sikap atau perilaku yang berpola paradok dengan etika dan agama. Potret Budaya Permisif Menurut Fadilah Utami (2007), anak didik di negeri ini sedang dijajah dan dicengkeram oleh kultur sesat. Mereka tidah ubahnya konsumen yang dikondisikan menelan segala bentuk kultur yang dijual kepadanya. Mereka bahkan semakin lama dirapuhkan mentalitasnya supaya menjadi generasi penurut dan penakut. Ada berbagai jenis perilaku buruk dan sangat membahayakan yang ”diproduksi” oleh kalangan pelajar; seperti pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba. Kedua jenis perbuatan yang terlarang oleh hukum maupun agama ini, sedang menjadi penyakit yang menyerang atau menjerumuskan peserta didik. Pergaulan bermodus free sex merupakan salah satu ciri kultur masyarakat pemuja pola hidup permisif, atau kebudayaan orangorang yang tidak beriman dan membenarkan perilaku bercorak kebinatangan. Free sex menjadi ancaman yang sangat serius bagi masyarakat agamis. Apabila seorang pria dan wanita berhadap-hadapan atau menjalin hubungan semakin serius tanpa ada pengawasan dan penguatan moral dan agama, jelas sangat memungkinkan timbulnya “konvergensi nafsu birahi” dari kedua belah pihak yang membuatnya terjerumus dalam penyalahgunaan seksual. Hal itu persis dengan realitas di Barat yang gaya hidup kalangan mudanya tidak mengenal batas-batas pergaulan pria dan wanita atau model pergaulannya tidak dikendalikan norma-norma agama, sehingga pergaulan tersebut terbukti telah berakibat sangat fatal. Problem besar tersebut dikategorikan sebagai salah satu penyakit sosial (social desease) dan budaya patologis yang mengakibatkan buramnya potret kehidupan manusia dan peradabannya. Penyakit seperti pola hidup serba permisif (menghalalkan segala macam model) ini bukan hanya menimpa manusia dewasa, tetapi juga kalangan remaja terdidik (peserta didik). Kekuatan revolusi gaya hidup yang bercorak permisif telah menjadi pengaruh dahsyat yang barangkali sulit dielakkan oleh siapapun yang dalam dirinya kurang mempunyai ketahanan moral memadai. Laiknya sebuah ungkapan, bahwa sesuatu yang buruk yang dilakukan seseorang tidaklah lepas dari pengaruh buruk dari kekuatan yang membentuk atau mempengaruhinya (evil causis evil vallacy).
Pembangunan pendidikan yang menekankan idealitas itu sagatlah penting seiring dengan kondisi perubahan di tengah masyarakat, khususnya di tengah pergaulan peserta didik yang dari waktu ke waktu menghadapi problem serius akibat model pergaulannya yang terseret dalam berbagai bentuk penyimpangan masyarakat dari sisi etika dan hukum.
Sejumlah peserta didik terbukti telah membuat gelisah sekolah, orangtua dan masyarakat. Tak sedikit dari mereka yang terjerumus dalam seks bebas atau pilihan gaya hidup asal senang dan memuaskan, yang kesemua itu tidaklah lepas dari revolusi gaya hidup yang mempengaruhi kehidupannya. Revolusi gaya hidup dijadikannya sebagai pilihan yang dipuja-pujanya. Kecenderungan semakin banyaknya anak-anak muda berstatus pelajar dalam pemujaan gaya hidup permisif itu dapat dikomparasikan dengan riset yang dilakukan Lip Widjoyanto (2005) di Yogyakarta, yang mengungkap sekitar 90 persen mahasiswi tidak lagi mampu menjaga keperawanannya. Riset semacam ini juga pernah dilakukan oleh Sudiono, dkk terhadap remaja yang dari waktu ke waktu semakin permisif melalui banyaknya kasus pernikahan dini akibat hamil sebelum menikah (Abdul Wahid, 2010). Salah satu penyebab banyaknya pasangan yang hamil di luar nikah, adalah minimnya bekal moral agama para pasangan yang rata-rata masih berusia 20-25 tahun. Hal itu menunjukkan, bahwa tingginya angka aborsi akibat kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy), juga melengkapi pola pembenaran hubungan sek bebas atau pola hidup permisif. Mereka nekad melakukan praktik ketidak-adaban secara bermacam-macam atau kebinatangan ini akibat pemolaan gaya hidup yang sudah larut dalam pendesakralisasian dan pembebasan pola bergaul tanpa berpedoman pada norma etika dan agama.
Sementara tayangan televisi yang mengisahkan gaya hidup sek bebas, kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi, adalah bagian dari magnet kultural lain yang membuat terjadinya revolusi pergaulan semakin permisif. Juga banyaknya ”industri” pornografi dalam bentuk VCD dan DVD dan tayangan penyimpangan seks di dunia maya, adalah faktor negatif lain yang membuat masyarakat dan bangsa ini rentan terjerumus semakin dalam ke orde revolusi gaya hidup yang semakin mengerikan di ranah permisifisme. Guru Agama Sebagai Mujaddid Lembaga pendidikan adalah lembaga yang berorientasi mengubah kehidupan masyarakat dan bangsa. Sebab salah satu kekuatan yang menentukan perubahan masyarakat dan bangsa, yakni sumberdaya manusia yang ditentukan pembentukan dirinya oleh dunia pendidikan. Salah satu elemen masyarakat yang menentukan perubahan adalah guru dan peserta didik. Guru melakukan transformasi keilmuan bidang agama, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya kepada peserta didik. Sementara peserta didik bisa melanjutkannya, baik ketika masih berstatus sebagai peserta didik maupun warga bangsa pada umumnya untuk melakukan prubahan-perubahan besar. Posisi guru yang melakukan transformasi menuju perubahan itu layak menempatkannya sebagai agen pembaruan (mujaddid). Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan, bahwa kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Salah satu realisasi dari peran guru agama sebagai pelaku pembaruan (mujaddid), adalah dengan mengajak setiap pilar keluarga untuk membangun ”surga”. Guru agama berkewajiban mengajak dengan cara mengingatkan keluarga mengenai makna pentingnya keluarga sebagai ”surga” bagi pembentukan kepribadian anak, tempat pen dadaran diri, memulai berkenalan dengan doktrin hingga mengamalkannya, dan utamanya tempat membangun, meng hi dupkan, serta mengembangkan kehar monisan diantara anggota keluarga satu dengan lainnya. Keluarga dapat diidentikkan sebagai institusi sakral yang membuat setiap unsurnya seharusnya betah menjalin dia lektika, menunjukkan kebersamaan dan keteguhan untuk mewujudkan iklim kete duhan. Terwujudnya keteduhan ini harus MPA 354 / Maret 2016
37
edukasi terbaca lewat cermin yang menampakkan kebahagiaan dan ketenangan masing-masing unsur keluarga. Anak yang hidup dalam pembumian konstruksi keluarga semacam ini, tentulah tidak akan sampai mengalami krisis keda maian dan kebahagiaan. Sebab setiap elemen utama keluarga, dalam hal ini orangtua, bisa memerankan fungsinya sebagai pendidik, pelindung dan penyayang keluarga. Baik kebutuhan fisik maupun psikis akan mudah terpenuhi di tangan orangtua yang mengerti dan menyadari posisinya sebagai – meminjam istilah penyair A. Syauqy Beq – “arsitek ma sya rakat berkeringat harum”. Bangunan keluarga yang berhasil menyebarkan aroma keharuman berarti wujud keluarga yang bisa menjalankan amanah moral-edukatifnya ter hadap anggotanya (Imam Kabul, 2007). Jika keluarga mengandung ”keringat harum”, tentulah masyarakat di negeri ini tak sampai mengidap krisis keharmonisan dan kedamaian. Kita tidak akan saksikan berbagai bentuk penyakit sosial menyerang anakanak, seandainya pilar-pilar keluarga mampu menunjukkan amanah edukasinya. Dalam suatu kasus misalnya, ketika ada anak masih usia belasan tahun atau bertatus remaja sudah mengidap HIV/AIDS, yang penyakit mematikan ini akibat hubungan seks bebas di luar nikah atau “jajan” di lokalisasi pelacuran, maka ini mengindikasikan bahwa fungsi keluarga sebagai “surga” masih belum berjalan dengan benar. Anak seperti ini lebih menyukai atau dapat tergoda oleh pesona kenikmatan seksual dan candu budaya pergaulan yang menyesatkan akibat elemen utama keluarga gagal memediasinya dengan pendidikan moral. Maka doktrin etika harus terus-menerus disampaikan oleh guru agama kepada keluarga mengenai urgensinya penegakan atau pembumian moral. Firman Allah SWT “dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang sangat buruk” (QS. Al-Isra’: 32) harus istiqamah dipesankan kepada keluarga supaya keluarga menunjukkan komitmen edukasinya. Keluarga harus diberi pemahaman oleh guru agama, bahwa kata “kekejian” (dalam QS. Al-Isra’: 32) yang merupakan akibat seks bebas dapat ditafsirkan sebagai bentuk penyakit memalukan, menyiksa dan mematikan seperti AIDS. Jika syahwat seks bebas bisa diperlakukan sebagai musuh bersama (common enemy) yang diperkenalkan kepada peserta didik oleh keluarga, maka niscaya konstruksi kehidupan masyarakat dan berbangsa ini akan semakin aman dari ancaman bercorak menghancurkan dan mematikan. Dan sebaliknya, apabila seks bebas masih marak dan membudaya di tengah masyarakat, berarti guru agama belum maksimal memperlakukannya sebagai “musuh bersama”. 38
MPA 354 / Maret 2016
Ketika guru agama secara istiqamah mengajarkan soal etika luhur kepada peserta didik dan juga mentransformasikannya kepada keluarga sebagai modal mendidik anak-anaknya, maka peserta didik itu akan terbentuk menjadi generasi yang kuat. Dalam hidup ini peserta didik mem butuhkan suatu “dunia” edukatif-progresip yang bisa mengembangkan dirinya yang dikenal dengan jagad pendidikan. Melalui dunia ini, peserta didik dapat belajar banyak tentang makna tanggungjawab hidup sebagai individu, anggota masya rakat dan pilar-pilar negara. Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemam puan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan fungsi pendidikan seperti itu, idealnya anak-anak bukan hanya sekedar mengasah dan meningkatkan pro duk tivitas intelektualnya, tetapi juga menguatkan komitmen moral, kemanusiaan dan kebangsannya. Sebab di dalam dunia pendidikan, seorang peserta didik akan mendapatkan transfer ilmu pengetahuan yang membuat dirinya punya kematangan emosi, kemapanan status sosial dan keta hanan beragamanya. Pendidikan nasional menjadi penting artinya bagi kehidupan bangsa dan negara atau secara khusus bagi peserta didik, bila mana guru menunjukkan perannya. Guru, yang salah satunya adalah guru agama, merupakan wujud urgensinya dunia pendi dikan terhadap pembentukan karakter peserta didik. Karakter peserta didik identik dengan
peran guru agama. Guru agama dikategorikan gagal menjalankan amanat edukasinya, bilamana masih banyak dan semakin banyak peserta didik yang terlibat revolusi gaya hidup yang membenarkan liberalisme. Salah satu hak yang sekaligus bisa menjadi penyakit bagi peserta didik adalah kebebasan yang dimilikinya. Revolusi gaya hidupnya berelasi dengan akar kebe basan yang digunakannya. Guru agama mempunyai peran strategis dan fundamental dalam pengendalian kebebasannya. Dunia pendidikan menjadi teruji amanat edukasinya akibat kebebasan yang dijalankannya. Dunia pendidikan mendapatkan penilaian dari publik, diantaranya belum optimal dalam memainkan peran strategisnya, adalah akibat kebebasan peserta didik yang diwujudkan dalam praktik-praktik pergaulan bercorak liberal. Disinilah guru agama memainkan perannya, baik secara langsung kepada peserta didik maupun orang tua/keluarganya. Kesimpulan Dunia pendidikan itu identik dengan guru dan peserta didik. Guru dapat distigma sebagai pilar pendidikan yang sukses, bila mana berhasil membentuk kepribadian peserta didik. Guru, yang salah satunya adalah guru agama, merupakan wujud urgensi atau makna konkret atau empiriknya dunia pendidikan terhadap pembentukan karakter peserta didik. Karakter peserta didik identik dengan efektif tidaknya peran guru agama dalam membangun proses pembelajaran. Guru agama dikategorikan gagal menjalankan amanat edukasinya, bilamana masih banyak dan semakin banyak peserta didik yang terlibat revolusi gaya hidup yang membenarkan liberalisme. Kebebasannya dalam bergaul dapat dikendalikan, bila mana guru tidak kenal henti dalam mem bentuk karakternya. *) Kepala SMANegeri 8 Malang dan Pembina MGMP PAI SMA Kota Malang.
EDUKASI
Membangun Etika Berwawasan Akhlakul Karimah Oleh : K. Setyo Handono*) Secara umum, dipahami bahwa pendidikan Islam adalah usaha untuk mendidik jiwa, membina mental intelektual dan melatih fisik agar bertindak sopan, ikhlas dan jujur sebagai wujud akhlak.
O
leh karena itu, apabila nilainilai moral dan akhlak tidak diajar kan atau dimarjinalisasikan da lam kehidupan manusia, maka akibatnya manusia akan mengambil kehidupan duniawi ini sepuas-puasnya dengan membuat berbagai tatanan di atas standar materialistik. Untuk mewujudkan dan sekaligus men didik prilaku moral bagi generasi muda, Islam mengajarkan cara membina generasi muda; yakni pendidikan akidah, pendidikan berbhakti, pendidikan kemasyarakatan (sosiologi), pendidikan mental, pendidikan akhlak (etika-moral). Oleh karena itu, lewat sekolah anak-anak kita didik sekaligus dibiasakan untuk berperilaku yang etis dan menjunjung tinggi etika moral yang sesuai. Dengan demikian pembiasaan etika ter sebut harus memberikan contoh sebagai lem baga yang bermoral, santun, ikhlas dan tidak menimbulkan kultus atau dendam individu. Untu itulah, kita harus memperbaiki bangsa
ini melalui pembi naan pendidikan moralakhlak bagi generasi muda. Tentu saja, juga dengan pendidikan agama. Pelajaran agama dan peraktek etika sosial harus mendapatkan perhatian yang serius di setiap sekolah/ madrasah dan pondok pesantren. Pendidikan moral juga harus merupakan konsumsi harian bagi masyarakat, keluarga dan pemerintah. Oleh karenanya, pendidik dalam menga wal moral ini hendaknya menjadi panglima moral bangsa yang bisa memberi nasihat dan taushiyah secara sejuk dan ikhlas. Dengan demikian, maka pendidikan moral akan enjoy dilaksanakan. Jadi semuanya ditebar kan dengan kasih sayang yang berkualitas. Prof. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja – tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat
mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Sekolah hen daknya menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik, disamping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan demikian, sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral-akhlak, sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral dan akhlak yang demikian itu, maka jika pendidikan agama diabaikan di sekolah/ madrasah tentu pendidikan agama yang diterima di rumah tidak akan berkembang atau bahkan terhalang. Maka masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moralitas akhlak tersebut. Sabda Rasulullah SAW: ‘Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.’ *) Guru Seni SMAN 1 Jenangan Ponorogo.
MPA 354 / Maret 2016
39
EDUKASI
Resep Menjadi Guru Idaman Untuk menjadi seorang guru idaman, tak bisa dengan wajah tampan dan paras cantik semata – meski itu juga dapat menjadi modal idola bagi murid-muridnya.
Oleh : Kondang Sahly *)
A
da seorang guru yang dari segi penampilan cukup menarik, tetapi dalam penyampaian materi kurang mendapat respon dari muridnya. Mereka merasa penyampaian guru tersebut membosankan, monoton, sulit diterima dan seribu alasan lainnya. Di sisi lain, ada guru yang dari segi penampilan fisik biasabiasa saja. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran cukup menarik simpati seluruh isi ruangan. Semua murid seolah terhipnotis dibuatnya, sehingga menjadi idola bagi murid-muridnya. Lantas bagaimana cara mengisi peluang untuk menjadi guru favorit tersebut? Jawab nya, terletak pada sejauh mana kepiawaian guru dalam menerapkan strategi pembe lajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sebab guru yang merupakan komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran. Pengertian strategi pembelajaran dapat dikaji dari dua kata pembentuknya, yaitu strategi dan pembelajaran. Kata strategi diadopsi dari 40
MPA 354 / Maret 2016
bahasa Inggris ‘strategy’ yang berarti ilmu siasat (perang), siasat, akal (kamus bahasa Inggris). Selanjutnya strategi dapat berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam peperangan digunakan strategi peperangan dengan menggunakan sum berdaya tentara dan peralatan perang untuk memenangkan peperangan. Dalam dunia bisnis digunakan strategi bisnis dengan mengerahkan sumberdaya yang ada, sehingga tujuan perusahaan untuk meraih keuntungan tercapai. Dalam bermain sepakbola diperlukan strategi main sepak bola dengan mengerahkan sumberdaya pemain dan pelatih untuk memenangkan pertandingan. Demikian pula dalam pembelajaran digunakan strategi pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumberdaya (guru dan media) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dogeng (1989) dalam Made Wena (2012) mengatakan, bahwa pembelajaran
berarti upaya membelajarkan siswa. Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti ‘cara’ dan ‘seni’ untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu ‘cara’, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah ter tentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan sebagai suatu ‘seni’, strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu strategi pembelajaran. Misalnya banyak pengajar (khususnya pada tingkat perguruan tinggi) yang tidak memiliki latar belakang keilmuan tentang strategi pembelajaran, namun mampu mengajar dengan baik dan siswa yang diajar merasa senang dan termotivasi. Sebaliknya, ada guru yang telah menyele
saikan pendidikan keguruannya secara formal dan memiliki pengalaman mengajar cukup lama, namun dalam mengajar yang dirasakan oleh siswanya “tetap tidak enak”. Mengapa bisa demikian? Tentu hal tersebut bisa dijelaskan dari segi seni. Sebagai suatu seni, kemampuan mengajar dimi liki oleh seseorang dan diperoleh tanpa harus belajar ilmu cara-cara mengajar secara formal. Apabila seorang guru mampu mengop timalkan strategi pembelajaran baik dalam arti sebagai ‘cara’ maupun sebagai ‘seni’ untuk menggunakan semua sumber belajar, maka sudah barang tentu akan membuahkan peningkatan hasil belajar siswa yang maksimal. Untuk mencapai hasil tersebut guru perlu mengadakan pertemuan-pertemuan secara intensif melalui sanggar atau forumforum ilmiah seperti MGMP (Musyawarah Guru Mata pelajaran) sebagai wadah yang representative. Dan bila perlu mendatangkan narasumber dalam rangka sharing dan diskusi antar teman sejawat serumpun mata pelajaran untuk membahas dan menentukan strategi pembelajaran apa yang tepat. Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu, karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal. Dengan kata lain, pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa (pengguna strategi pembelajaran) dapat mempermudah proses pembelajaran dan mempercepat memahami isi pembe lajaran/ Sebab pada hakikatnya setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa. Hubungan antara strategi pembelajaran, guru, siswa dan hasil belajar siswa dapat gambarkan sebagai berikut: Bagi Guru
Strategi Belajar Siswa
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Bagi China
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda (Reigeluth, 1983; Dogeng, 1989) dalam Made Wena (2012). Variabel strategi pembelajaran diklasifi
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu, karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal
kasikan menjadi tiga, yaitu a) strategi pengor ganisasian (organizational strategy), b) strategi penyampaian (delivery strategy), dan c) strategi pengelolaan (management strategy). l Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan sejenisnya. l Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dan / atau untuk menerima serta merespon masukan dari siswa. l Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian).
Jika para guru sudah mampu mene rapkan strategi pembelajaran dengan tepat dan dikerjakan dengan penuh kesungguhan, dengan sepenuh hati, penuh nuansa nilai spiritual, maka kerja guru selain menjalankan tugas, juga bernilai ibadah. Kalau sudah demikian bekerja tidak hanya karena tuntutan tugas, tetapi lebih dari itu karena kita ingin memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang lain. Kebaikan itu tidak pernah hilang. Barang siapa yang melakukan kebaikan, dia akan mendapat balasan kebaikan dan barang siapa yang melakukan kejelekan, maka dia akan memperoleh balasan kejelekan pula. Allah menegaskan dalam firmanNya: “Jika kamu berbuat baik maka kebaikan itu untuk dirimu, dan jika kamu berbuat jelek maka kejelekan itu juga untuk dirimu” (QS Al-Isra’ : 7). Demikian juga dalam ‘Hukum Kekekalan Energi’ yang menyatakan energi itu kekal,
tidak pernah hilang. Bisa berubah bentuk tetapi tidak bisa hilang. Jika kita mengeluarkan energi positif, maka energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk positif. Sebaliknya jika kita mengeluarkan energi negatif, maka energi negatif itu akan kembali kepada kita. Jadi.. tidak harus menunggu cantik atau berwajah tampan untuk menjadi guru idaman, melainkan cukup dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan sasaran, inovatif dan dikerjakan sepenuh hati. Apalagi bagi ibu dan bapak guru yang sudah ditakdirkan mendapat anugerah berwajah cantik, anggun dan rupawan yang ditunjang dengan cara mengajarnya dengan menerapkan strategi pembelajaran yang menawan, sudah dipastikan akan menjadi guru idaman. *) Guru Matematika MTs Negeri Babat, Lamongan. MPA 354 / Maret 2016
41
MADRASAH
MAN Tambakberas Jombang
Menyulap Madrasah
Menjadi Taman Flora K
Masjid adalah sentral peradaban. Maka tak heran, jika MAN Tambak beras menjadikannya sebagai sentra pembentukan karakter siswa. Tidak hanya kesalehan personal dan sosial, tapi juga mencitai lingkungan. Madrasah ini seakan sadar bahwa menjaga keseimbangan alam itu sama pentingnya dengan berbuat baik dengan sesama dan menghamba kepada Tuhan.
ecintaan terhadap lingkungan itu dibuktikan oleh madrasah yang beralamat di Jl. Merpati Tambakberas ini dengan menjaga lingkungan tetap bersih dan asri. Meski memiliki empat kampus sebagai tempat belajar bagi 2.108 siswanya, hampir tak dijumpai sampah berserakan maupun rerumputan liar di tiap sudut halaman madrasah. “Alhamdulillah, selama ini kesadaran siswa cukup tinggi untuk menjaga lingkungannya,” ujar Sutrisno, SPd. Ucapan Waka Sarana Prasarana MAN Tambakberas ini bukan isapan jempol semata. Sebab saban melihat sampah yang tak dibuang di tempatnya, secara otomatis para siswa memungutnya dan memasukkan ke tempat sampah. Seakan mereka malu jika lingkungan madrasahnya tampak kotor gara-gara sampah. Madrasah ini tak sekedar bersih dari sampah, tetapi sekaligus juga berusaha mengu rangi volume sampah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan plastik terutama bekas minuman. Kemasan minuman ini memang biasanya penyumbang terbesar sampah plastik selain pembungkus makanan ringan. “Anda bisa membayangkan berapa jumlah sampah kemasan minuman dari dua ribu lebih siswa jika diperkenankan membeli air kemasan,” tukas Sutrisno memberikan gambaran. Sebagai gantinya, tiap kelas disediakan 42
MPA 354 / Maret 2016
Drs. H. Ahsan Sutari, M.Pd. Kepala MAN Tambajberas
galon air kemasan 10 liter di tiap kelas untuk kebutuhan minum para siswa lengkap dengan gelasnya. Inovasi galon inipun mendapat respon positif dari para juri Adiwiyata sesaat sebelum penobatan sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional pada 2014 silam. Untuk menjaga agar gelas tetap higienis, siswa-siswi tidak dibuat repot. Sebab di depan tiap kelas telah ada fasilitas wastafel yang
setiap saat mereka bisa membersihkan gelas selain juga mencuci tangannya. Sedangkan untuk air isi galon sendiri dipasok dari depo air isi ulang milik madrasah yang terintegrasi dengan kantin di Kampus 3. Dari depo air isi ulang inilah, air minum disalurkan ke 59 kelas yang ada setiap hari. Tak heran jika untuk memenuhi kebutuhan air minum siswa dalam sebulan mencapai sekitar 25 ribu liter atau lima tangki seukuran 5 ribu liter. Jika per tangki air minum ini seharga 325 ribu, artinya dalam sebulan pengeluaran madrasah khusus air minum ini mencapai Rp. 1.625.000. Tapi jumlah sebesar itu menjadi kecil jika dibandingkan laba yang didapat. Dengan harga per galonnya 3 ribu, per tangki madrasah ini mampu meraup laba sekitar 675 ribu rupiah. Artinya dalam sebulan mampu mendapatkan keuntungan yang fantastis yaitu senilai Rp. 3.375.000. “Jadi dengan air minum ini, selain mengurangi sampah plastik ternyata juga mampu mendatangkan keuntungan ekonomis,” beber Sutrisno bangga. Namun bukan air minum saja yang mendatangkan keuntungan bagi madrasah peraih Predikat Terbaik Madrasah Widya Pakerti Nugraha Tingkat Propinsi tahun 2012 ini. Sebab kini madrasah yang berdiri tahun 1969 ini juga mengembangkan budidaya ikan lele dari air limbah. Ini bukan limbah biasa, sebab berasal dari air bekas wudhu.
Anti Plastik. Partisipasi MAN Tambakberas dalam ASEF di Bali.
Limbah Air bekas wudhu inilah yang menjadi sumber penghijauhan dan budidaya ikan.
“Banyak orang membiarkan air siswa wudhu terbuang begitu saja, Padahal air itu bersih dan tidak tercampur najis lho,” ungkap penangngung jawab Program Adiwiyata MAN Tambakberas ini bersemangat. Inovasi brilian memang seringkali bermula dari ide yang sangat sederhana. Begitupun yang dilakukan MAN Tambak beras. Menyadari bahwa air wudhu seha rusnya tak terbuang percuma. Apalagi untuk kebutuhan shalat seluruh siswa, air yang digunakan tidak sedikit. Banyangkan saja, jika sekali shalat siswa menghabiskan 10 ribu liter air bersih. Padahal dalam sehari, siswa melakukan pembiasan jamaah shalat dhuhah dan dhuhur. Artinya dalam sehari dubutuhkan 20 ribu liter air bersih. “Kalau kita alirkan ke sungai atau selokan begitu saja, sayang sekali kan..,” ucapnya sambil melepas senyum. Agar air tidak langsung terbuang, air yangberasal dari tempat wudhu Masjid alMadinah MAN Tambak Beras ini dialirkan ke sebuah bak penampungan sejauh sekitar 3 meter. Bak penampungan sementara berukuran 2x3 meter dengan kedalam 1,5 meter itu berada di utara masjid tepat di bawah sebua gazebo. Fungsi bak ini untuk menngendapkan sisa sabun atau kotoran yang ikut terbawa air bekas wudhu.
Selain mendatangkan keuntungan ekonomis kolam ikan lele juga menjadi wahana hiburan siswa sekaligus objek penelitian.
Kemudian air mengalir sejauh 25 meter menuju kolam ikan lele berukuran 1,5x5 meter dengan kedalama 1 meter. Namun air tersebut tidak langsung begitu bisa masuk ke kolam. Sebab harus melewati filter terlebih dahulu guna menjamin kebersihan. Adapun filter yang dipasang bukanlah filter buatan pabrik, tapi berasal dari tumpukan kerikil yang dipadu dengan ijok. Alhasil pasokan air kolam ikan lele ini benar-benar bersih. Ditambah lagi pasokan air kolam senantiasa berganti tiap saat, seiring kegiatan keagamaan siswa di masjid seperti
praktek ibadah hingga program Tahfidhul Qur’an. Tak heran jika pertumbuhan ikan lele di sini jarang terkena wabah penyakit. “Mungkin ini karena diairi bekas doa wudhu ya,” tukas Sutrisno bernada kelakar. “Nyatanya memang saat masa panen, ikan lele gemuk dan sehat,” imbuhnya meyakinkan. Wajar jika dari seribu bibit yang ditanam mampu mendapatkan angka penjualan sebesar 1,5 juta rupiah. Padahal dari sisi pemeliharaan tidak banyak pakan maupun tenaga yang dibutuhkan. Praktis dengan sedikit konsentrat ikan lele dibiarkan begitu saja. “Bahkan selain keuntungan ekonomis, siswapun bisa mendapatkan hibu ran saat jedah jam pembelajaran hingga menja dikannya objek penelitian,” bebernya terkait sisi lain nilai guna budidaya lele. Ajaibnya lagi, limbah air wudhu tersebut tidak saja menyehatkan ikan lele. Tapi air ini juga turut menyuburkan tanaman di sekitar madrasah. Tak heran jika ragam tanaman yang ada di madrasah peraih Adiwiyata Propinsi tahun 2013 ini menjadi pemasok oksigen yang produktif. Inilah yang menjadikan madrasah ini tampak asri dan sehat, sehingga menambah kenyamanan belajar bagi warga madrasah. Beragam tanaman memang tumbuh subur di madrasah yang memiliki total luas lahan 10.236 m2 ini. Ada ratusan tanaman mulai jenis pohon hingga bunga-bungaan. Ragam tetumbuhan inilah yang menjadikan madrasah tersebut bak taman flora. Selain itu, tetumbuhan juga mempersedap suasana di Ruang Terbuka Hijau (RTH) milik madrasah yag telah dilengkapi dengan perpustakaan hingga pusat budidaya jamur tiram. Ternyata air limbah wudhu mampu menyulap madrasah ini menjadi Taman Flora dengan keragaman hayati. Sebab dari air inilah, Tim Adiwiyata MAN Tambakberas mampu membudidayakan aneka jenis pepohonan dan beragam jenis kembang di atas lahan berukuran 3x7 meter yang terletak tepat sisi utara Kampus Pusat. “Hasil Pembibitan ini tidak saja dimanfaatkan untuk kebutuhan MAN Tambakberas. Tapi juga dibagikan kepada madrasah sekitar yang menjadi dampingan kami,” ungkap Drs. H. Ahsan Sutari, M.Pd. “Jadi.. untuk mempercantik wajah madrasah kita tidak pernah mengeluarkan dana banyak untuk kebutuhkan tanaman,” imbuhnya berbesar hati. Suasana hati Kepala MAN Tambakberas inipun makin berbungabunga. Sebab tidak saja telah mendapatkan anugerah Adiwiayata Propinsi dan Adiwiyata nasional, tapi juga merengkuh pengharagaan sebagai Muharrik Terbaik di bidang Peduli Lingkungan dari Lembaga Ta’mir Masjid PBNU. Apresiasi ini diberikan bersamaan dengan gelaran Nahdlatul Ulama Cultural and Business (NUCB) Expo pada Oktober tahun lalu. •Pri MPA 354 / Maret 2016
43
Mukmin
Yang Menakjubkan Oleh : Moh Sholehuddin, M.Ag (Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Candi Sidoarjo)
Jamaah Shalat Jumat yang selalu mendapatkan nikmat Allah SWT. Syukur kepada Allah SWt wajib kita ucapkan. Sebab, kita pada saat ini bisa hadir di masjid dan melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat, pada hakikatnya, adalah berkat hidayah dan ma’unah dari Allah SWT. Cinta (mahabbah) kepada Rasulullah Muhammad SAW juga harus kita gelorakan. Dengan cinta kepadanya, kita menjadi rindu akan dawuh-dawuhnya, dan meniru akhlakul karimahnya. Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia Pada saat yang penuh berkah dan di hari Jumat yang mulia ini, Khatib mengajak para jamaah (juga diri Khatib sendiri) supaya menguatkan iman, meningkatkan ketakwaan dan menambah pelaksanaan amal shaleh. Marilah kita bertekad untuk menjadi mukmin yang menakjubkan dan menpertahankan keimanan itu hingga akhir hayat kita. Dengan nilai-nilai iman kepada Allah dan syariat Islam yang diajarkan Rasulullah, marilah kita menjadi mukmin yang dinamis, optimis dan penuh semangat dalam menghadapi tantangan kehidupan. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imron: 139
44
MPA 354 / Maret 2016
Artinya: “Janganlah kamu semua merasa hina dan bersedih sedangkan kamu semua adalah orang-orang yang unggul jika kamu semua adalah orang-orang yang beriman”. Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia Al-Kalabady dalam Kitab Bahrul Fawaid menulis hadits panjang dari Rasulullah. Dalam terjemahan bebas, hadits tersebut bertutur; Ibnu Abbas mengatakan bahwa Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya : “Siapa yang imannya paling menakjubkan?”. Sahabat : “Malaikat, wahai Rasulullah”. Rasulullah : “Bagaimana Malaikat tidak beriman sedangkan mereka itu yang menyaksikan turunnya wahyu?”. Sahabat : “Kalau begitu, tentu, para nabi, wahai Rasulullah”. Rasulullah : “Bagaimanan para nabi tidak beriman sedangkan mereka adalah yang didatangi oleh Jibril untuk diberi wahyu?”. Sahabat : “Nah, kalau begitu, ya kita, para sahabat, murid Penjenangan, wahai Rasulullah”. Rasulullah : “Bagaimana Kamu tidak beriman sedangkan Kamu telah menyaksikan segala tetek bengek yang berhubungan dengan turunnya wahyu kepadaku?”. Sahabat : “Kalau begitu, lantas siapa?’. Rasulullah bersabda:
Artinya: “Sebaliknya, manusia yang paling menakjubkan imannya adalah generasi yang hidup setelah eraku. Mereka percaya dengan risalahku padahal mereka tidak pernah melihatku secara fisik. Mereka juga membenarkan risalahku padahal mereka juga tidak pernah melihatku. Mereka itulah saudara-saudaraku”. Subhanallah ! Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia Menurut kandungan hadit tersebut, kita yang hidup pada melinium ke-3, tahun 2016, dan berjarak 1384 tahun dari tahun wafatnya Rasulullah, akan tetap dinilai sebagai mukmin yang menakjubkan jika kita beriman dan membenarkan seluruh ajaran Islam yang dibawakan oleh Rasulullah. Kita tidak pernah menyaksikan jasad/fisiknya
Rasulullah semasa Beliau hidup. Kita juga tidak pernah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang dipamerkan oleh Allah SWT di masa hidupnya Rasul. Namun, kita, ternyata mengimani ajarannya. Tantangan hidup dan berbagai bentuknya yang kita hadapi pada milenium ke-3 ini jauh lebih beragam, lebih kompleks dan lebih canggih bila dibandingkan dengan bentuk kemungkaran di abad ke-6 silam. Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia Hadits tersebut memotivasi kita agar bangga menjadi mukmin dan mempertahankan keimanan itu hingga akhir hayat kita. Iman yang menghunjam dalam hati sanubari, marilah kita gunakan sebagai mesin generator untuk menghidupkan hati kita agar selalu tunduk dan loyal kepada Allah SWT. Syariat Islam yang utuh, marilah kita gunakan sebagai aturan untuk hidup membangun peradaban dan kemajuan. Pertahankanlah kemuliaan derajat kita sebagai seorang mukmin. Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia Sekarang, kita sering menyaksikan adanya serangan pemikiran dan kebudayaan yang bertubi-tubi dilancarkan untuk merontokkan keimanan dari sanubari kita dan masyarakat Islam Indonesia. Serangan pemikiran dan kebudayaan tersebut antara lain tampil dalam bentuk sebagai berikut: Pertama; adanya pihak tertentu yang menfasilitasi, mendukung atau mendalangi orang-orang tertentu untuk muncul mengaku menjadi nabi palsu, mendirikan aliran sesat yang mengatasnamakan Islam. Pada bulan ini, Kita menyaksikan sekitar 2000 orang di Jawa Timur yang dipulangkan dari Kalimantan Barat dan telah menjadi pengikut Gafatar serta mengamini wejangan Nabi Palsu (Ahmad Musaddeq) yang membawa ‘agama baru” yaitu Millah Ibrahim (Mencampuradukkan ajaran Islam, Yahudi dan Kristen). Na’udzulillah... Sungguh, keimanan kita dan masyarakat akan kerasulan Nabi Muhammad SAW sedang diuji. Kedua; Adanya pihak yang menghembuskan ide dan draf perundang-undangan yang bertolakbelakang dengan Syariat Islam dan naluri biologis-psikologis manusia normal dan beradab. Iman kita sekarang diuji oleh ide dan kampanye memberi keabsahan bagi pola hidup LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Masyarakat kita yang waras dan beradab diuji diminta untuk merestui budaya hidup yang ‘tidak waras’ yaitu nikah dan hidup bersama dengan sesama jenis; laki-laki menikah dengan laki-laki, wanita dengan wanita. Pola hidup masyarakat sakit jiwa. Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia Sekali lagi, marilah kita bangga menjadi mukmin. Pertahankan keimanan itu hingga akhir hayat. Gunakan iman sebagai daya dorong untuk hidup optimis dan menggapai rahmat Allah. Gunakan Islam sebagai acuan untuk menciptakan kemajuan dan kebahagian. Mari kita jaga diri dan keluarga kita dari segala serangan budaya yang mengancam mengikis keimanan kita.
MPA 354 / Maret 2016
45
Pengasuh : dr. H Rasyid M Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF.
Gizi Buruk Anak Akhir-akhir ini cukup banyak temuan-temuan anak yang berada dalam keadaan kurang gizi, dari yang ringan sampaipun yang berat. Walaupun keadaan ekonomi banyak berperan, namun tidak jarang penyebab utamanya adalah pemahaman yang kurang terhadap gizi. Data menunjukkan bahwa kasus gizi buruk di Jawa Timur masih mengalami peningkatan. Klinik. Tanggal 28 Februari merupakan Hari Gizi Nasional dengan penderita kasus gizi buruk di Indonesia masih mencapai sekitar empat jutaan; untuk Jawa Timur jumlah penderita masih terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2010 dari yang semula “hanya” 18 %. Di tahun 2014-2015 di Indo nesia dijumpai sekitar 4.000.000 anak yang dalam keadaan gizi buruk. Di samping karena masalah ekonomi, kurangnya pemahaman tentang gizi merupakan faktor penting yang mengakibatkan terjadinya gizi buruk itu. Gizi buruk yang terjadi di Jatim karena berbagai faktor; faktor utamanya adalah kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah, kemiskinan, dan makanan yang tidak sehat. Hal itu terkait dengan pola asuh yang ada, terutama karena rendahnya tingkat pengetahuan ibu. Banyak ibu yang tidak mampu memberikan makanan yang baik, bergizi yang tepat untuk anak-anaknya, terutama pemahaman pentingnya protein hewani; dianggapnya gizi cukup asalkan anak makan dan kenyang selesai makan. Banyak masyarakat pedesaan belum mengenal jenis jenis makanan bergizi dan pentingnya asupan gizi bagi tubuh terutama bagi bayi dan balita. Masih sering dijumpai balita yang banyak mengkonsumsi mie instan atau nasi tanpa lauk pauk, karena kurang memahami bahwa pemberian lauk (ikan, daging, ayam, telur, tempe) yang merupakan sumber protein itu tak boleh ditinggalkan sebagai upaya meningkatkan mutu makanan. Kecukupan protein itu penting buat pertumbuhan otak. Apabila otak terhambat tumbuhnya di umur balita, potensi putus sekolah juga menjadi tinggi. Di sekolah, anakanak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berpikir cerdas karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. Otak anak yang kekurangan gizi akan terhambat tumbuh, ini tidak akan bisa diperbaiki lagi karena periode terbaik pertumbuhan otaknya sudah terlewati. Pada usia dewasanya nanti mereka tidak akan produktif karena kebodohannya; akhirnya mereka hanya akan menjadi beban bagi keluarganya dan masyarakat. Seterusnya 46
MPA 354 / Maret 2016
akan lahirlah generasi bangsa yang bodoh di tahun-tahun yang akan datang. Agar anak dapat tumbuh dan berkem bang secara baik, pemenuhan gizi mereka perlu diperhatikan; ini dimulai dengan hanya memberikan ASI sejak bayi lahir (ASI Eksklusif), hanya menetek hingga usia enam bulan; air susu ibu sudah cukup untuk pertumbuhannya. Kurangnya termasyarakat kannya ASI Eksklusif pada bayi usia sampai enam bulan merupakan awal kekurangan gizi. Setelah itu barulah perlu makanan tambahan yang harus memenuhi kecukupan unsur karbohidrat, protein, lemak, serta sayur dan buah. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Sebaliknyalah jika anak tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan
tubuhnya akan melemah dan anak akan mudah terserang penyakit yang nantinya kian memperburuk keadaan gizinya; jika demikian tubuh anak akan terus menyusut hingga hanya bisa tergolek di tempat tidur. Di Posyandu maupun Puskesmas dapat dilakukan pemantauan gizi anak dan pem bimbingan cara untuk menghindari maupun menanggulangi kasus gizi buruk. Dengan menggu nakan pedoman KMS (Kartu Menuju Sehat) dilakukan upaya menjaga kese hatan anak secara umum, termasuk pemberian imunisasi dan dan pemanatauan tumbuh kembang anak secara berkala. Bayi banyak yang tidak mendapat makanan yang bergizi, semisal kurangnya makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, bahkan sesudah usia enam bulan anak juga tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik
jumlah dan kualitasnya. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B, serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi sehingga balita kurang gizi. Dalam keterbatasan dana sangatlah penting pengetahuan untuk memilih makanan yang murah tetapi bergizi. Tingkat pendidikan ataupun penge tahuan orang tua yang rendah dapat menga kibatkan pola pengasuhan anak kurang memadai, semisal menyerahkan urusan makan anak pada pembantu yang kurang pengetahuan gizinya. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai juga dapat mengakibatkan kesehatan anak rendah, ataupun permasalahan gizinya tidak segera tertangani dengan baik apalagi jika Posyandu kurang digalakkan. Diagnosa. Tanpa memahami permasalan gizi anak, dapat saja seorang ibu yang jadi heran karena anaknya berusia hampir tiga tahun, dan tergolong lincah menurutnya, ternyata pada pemeriksaan di Posyandu dinyatakan mengalami gizi buruk. Seandainya dia rajin membawa anaknya ke Posyandu keadaan itu dapat dihindari. Dari KMS anak itu pertumbuhannya dinilai; anak dikatakan normal jika berat badan dan panjang badannya bertambah sejajar dengan kurva baku ataupun jika gambaran grafiknya cenderung naik. Pada tahap awal bayi yang salah pemberian makannya, penderita mungkin terkesan gemuk (berat badan terkesan normal), padahal kesan tidak kurangnya berat badan itu oleh karena adanya pembengkakan di seluruh tubuhnya yaitu tertimbunnya banyak air di dalam tubuhnya sembab (edema, embuk-embuken, Jw.), terutama pada bayi yang kurang protein. Di Puskesmas ataupun Posyandu ada beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena busung lapar (gizi buruk); yang sederhana adalah dengan berpedoman pada KMS yang ada: 1. Menimbang berat badan secara teratur, setiap bulan; bila berat badan menurut umurnya di bawah 60% dari standar WHO-NCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut terkena busung lapar (Gizi Buruk). 2. Mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA); bila ukurannya kurang dari standar anak yang normal maka harus diwaspadai bahwa anak mungkin mengalami gizi buruk. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seorang anak disebut bergizi buruk apabila berat badannya jika ditilik dari umurnya
Kecukupan protein itu penting buat pertumbuhan otak. Apabila otak terhambat tumbuhnya di umur balita, potensi putus sekolah juga menjadi tinggi. Di sekolah, anakanak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berpikir cerdas karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal.
tidak sesuai, ataupun jika selama 3 bulan berturut-turut beratnya tidak naik. Untuk mengetahui sejauh mana kekurangan gizinya perlu berbagai pemeriksaan lanjut, dari yang sederhana sampai yang rinci dari sekedar melakukan pengukuran luar sampai dengan pemeriksaan laboratoris yang lengkap. Dari pemeriksaan itulah penderita dapat dikelom pokkan ke ringan, sedang, ataukah berat. Jika keadaan kurang gizi cukup parah penderita dapat menunjukkan gejala maras mus, kwashiorkor, ataupun gabungan “maras mus-kwashiorkor”. Anak sudah termasuk bergizi buruk jenis Kwashiorkor bila padanya ditemukan bengkak (oedema, minimal pada kedua punggung kaki), yang tanpa adanya penyebab bengkak lain (semisal penyakit ginjal, jantung, dan hati). Penderita Marasmus memunculkan gejala tubuh yang tampak sangat kurus, dapat sampai seperti tinggal tulang terbungkus kulit, dengan raut muka seperti orang tua, cengeng dan rewel. Jika keadaan parah, penderita mungkin manampakkan gejala Marasmus-Kwashiorkor, yaitu dengan munculnya tanda dan gejala campuran dari beberapa gejala klinis Kwashiorkor maupun Marasmus; kadangkadang saja disertai sembab meskipun ringan. Pengobatan. Pada dasarnya “pengobatan“ penderita kurang gizi adalah dengan menambahkan zat gizi yang kurang itu, meliputi sumber energi (utamanya karbohidrat dan lemak), bahan pembangun (utamanya protein), bahan pengatur (meliputi zat gizi mikro, termasuk vitamin dan mineral). Dalam hal ini yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa penderita
yang keadaannya parah dan sudah lama, ada kemungkinan besar penderita telah mengalami juga gangguan fungsi tubuhnya; misalnya fungsi sistem pencernaannya. Oleh karena itu kadang-kadang ketika ditambahkan makanan dengan takaran “normal” yang seharusnya menurut umurnya, penderita menunjukkan reaksi buruk terhadap upaya penambahan asupan makanannya, misalnya dengan munculnya berak-berak ataupun muntah. Itu berarti cara pemberian makanan harus diatur ulang dan disesuaikan dengan kenyataan yang ada pada penderita saat itu. Penyesuaian itu sendiri kadang-kadang perlu waktu sampai tiga bulan ataupun bahkan lebih sebelum keadaan gizinya membaik; lamanya langkah ini tergantung pada keadaan penderitanya. Pencegahan. Untuk mengatasi permasalahan anak gizi dibutuhkan peran keluarga, pemerintah, dan lembaga terkait. Untuk peningkatan pengetahuan tentang gizi, perlu upaya-upaya sosialisasi tentang makanan menu seimbang dan memberikan contoh pengadaan maka nan bergizi baik, termasuk himbauan memanfaatkan pekarangan rumah, untuk kebun ataupun ternak. Penting juga upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat lewat pimpinan formal serta non formal, terutama dalam perubahan perilaku atau budaya meng konsumsi pangan yang benar, terutama pada kaum ibu. Setiap keluarga dan mayarakat diha rapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial. Di masa modern ini pola pengasuhan anak kurang memadai karena pengasuhan anak kadang hanya diserahkan kepada pembantu yang belum tentu tahu perkembangan dan kebutuhan makan anak. Penutup. Secara sederhana kedaan kurang gizi dapat dikenali dengan memperhatikan berat badan anak. Kajian secara luas telah me nunjukkan bahwa dari bayi sampai dewasa berat badan akan bertambah dari waktu ke waktu. Dengan dasar itulah maka jika anak menjalani penimbangan badannya dari waktu ke waktu, dan ternyata berat badannya tidak bertambah berarti anak itu mengalami kekurangan gizi. Diharapkan masalah kurang gizi anak dapat berkurang dengan meningkatnya tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kete ram pilan keluarga, dengan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, yang disertai semakin baik pola pengasuhan anak; apalagi jika makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Semoga uraian di atas bermanfaat MPA 354 / Maret 2016
47
Pengasuh : Drs. Ahmad Busyairi Mansur, MM
A. Reading (Wacana)
THE PROPERTIES of AIR Although air is invisible it is a substance which fills up space. You know that air rushing along in the form of wind can exert a large force on your body, and if you wave a large sheet of cardboard about you will find that the air resist its movement. We can show that air was weight by means of the following experiment. Take a deflated inner tube from a bicycle tyre, weigh it in a pair of balances, inflate the inner tube and weigh it again. The inner tube is slightly heavier than it was when there was no air in it. A cubic metre of air weigh little more than 12 kg, but there is so much air that the total weight of the atmosphere surrounding the earth amounts to many million tonnes. Although the atmosphere exerts a very great pressure, we do not feel this pressure weighing down on us. This is because air does not only exert pressure in one direction. There is blood inside our bodies which exerts the same pressure as the air outside. We can show the pressure which is exerted by the atmosphere by means of the following experiment. Take a tin can which has a screw top and put a little water in it. Place the can on a stove and heat it until the water boils and steam comes out of the open top. The steam drives some of the air out of the can. Now remove the can from the stove and screw the cap on the top. Allow the can to cool and see what happens. When the can is hot, the pressure which is exerted by the steam and air inside the can is the same as the air pressure outside the can. But as the can cools down the steam inside condenses and the air and water vapour that remain exert less pressure will be enough to make the can collapse.
B. Vocabulary (Kosakata) Invisible = tidak tampak Pressure = tekanan Substance = zat Rush = menyerang Exert = memiliki kekuatan Wave = ombak Resist = menahan Deflated = mengosongkan Inflate = memompa
Surrounding Can Heat Boils Steam Remove Allow Condenses Vapour Collapse
C. Dialogue
Caller : Rani :
Caller :
CLOSING A CONVERSATION
I just come from my vacation to Bali. It was amazing. I stayed in Bali Island Hotel a five star hotel in Nusa Dua. We visited many places of interest there. My son really like playing parasailing in Tanjung Benoa Rani : I am interested in talking about Bali but I have to greet another customer. If you need my further assistance do not hesitate to call me back. Thank you very much for trusting PT Kaya Raya Dunia Akhirat Caller : Hello, can I speak to the customer service? Rani : Speaking Caller : I just received bonus from my company. It is quite a lot of money. I wonder whether to spend it for vacation to Japan of for business. Rani : Could you be more specific? I need to know exactly about your ideas
48
MPA 354 / Maret 2016
= sekeliling = kaleng = panas = mendidih = uap = memindah = membiarkan = merapatkan = menguap = tak berdaya; runtuh
Well, I want to know about investment. Do you want to invest your money on stock market? I can provide you with detailed information about it.
Amazing To greet Further Assistance Hesitate Trusting Stock market Detailed Avoid being rude Avoid being impolite Be polite Be concise Be clear
= menarik = menyapa = lebih lanjut = bantuan = ragu = mempercayai = pasar modal = rinci = hindari bersikap kasar = hindari bersikap tidak sopan = sopan = ringkas = jelas
Pengasuh : Ustd. Faiz Abdur Rozak
5. Berakal
1. Mengira / sangka
6. Hina
2. Tanpa
7. Bego
3. Putus harapan
8. Mengikuti hawa nafsunya
4. Dengan mengerahkan / kerja keras
9. Berharap 10. Harapan / angan-angan
5. Mengharap karean banyak kerja keras
MPA 354 / Maret 2016
49
LINTAS PERISTIWA
Kakanwil Kemenag Prov Jatim Resmikan Masjid Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo
Di dampingi oleh stakeholder MAN Sidoarjo, Kakanwil Kemenag Prov. Jatim membubuhkan tanda tangan di atas prasasti Masjid al-Hikmah.
SIDOARJO-MAN Sidoarjo kini berbangga hati karena telah memiliki sarana ibadah yang megah yaitu Masjid Al-Hikmah
yang peresmiannya dilakukan Kakanwil Kankemenag Prov. Jatim Drs. H. Mahfudz Shodar, M.Ag. akhir Januari lalu. Peresmian ini bertepatan dengan pembinaan ASN Kankemenag Kabupaten Sidoarjo yang bertempat di halaman gedung MAN Sidoarjo dan dihadiri Kakankemenag Kab. Sidoarjo, Kasubbag TU, Kasi dan Penyelenggara Syariah, Kepala Satker, dan seluruh ASN Kankemenag Kab. Sidoarjo. Di hadapan hadirin, H. Mahfudh Shodar berterima kasih atas selesainya pembangunan masjid berbiaya Rp. 2,66 milyar ini dan menjadi masjid madrasah yang terbesar. Beliau berharap agar masjid ini aktif membantu memproduksi generasi muda muslim yang kuat dan unggul dalam IMTAQ dan IPTEK. “MAN harus mencetak generasi muda yang ber-SDM unggul dan komplit dalam berbagai aspek kehidupan. Sebab generasi yang kuat akan bermanfaat untuk semua pihak,” ucap Kakanwil. Usai sambutan, Kakanwil menuju lokasi peresmian, menandatangani prasasti, menekan tombol sirine, dan bersama pejabat Kankemenag Kab. Sidoarjo meninjau masjid. •MS
Peringati Hari Jadi Kota Pasuruan, Kemenag Kota Pasuruan Adakan Festival Seni Al Banjari KOTA PASURUAN – Dalam rangka memperingati hari jadi Kota Pasuruan yang ke-330 tahun 2016, Kankemenag Kota Pasuruan mengadakan Lomba Festival Seni Al-Banjari di halaman depan kantor setempat, (10/2). Dalam sambutannya, Kasubbag TU mengatakan bahwa kegiatan alBanjari ini sangat cocok dilombakan karena Kota Pasuruan merupakan kota santri yang senang dengan bacaan al-Qur’an maupun sholawat. Oleh karenanya, beliau berharap agar semuanya mengikuti sebaik mungkin hingga tuntas agar apa yang diperoleh sesuai dengan harapan para peserta. “Mudah-mudahan tahun depan kegiatan ini lebih meriah lagi. Kami ucapkan selamat dan sukses!”, ujarnya. Lomba ini sukses digelar karena banyak sekali peserta yang mengikutinya. Dari tingkat SD hingga SMA juga dari majlis taklim dan pondok pesantren berduyun-duyun mendaftarkan anak didik mereka. Jurinya pun didatangkan dari juri tingkat provinsi dan nasional, sehingga diharapkan akan mendapatkan juara yang berbobot provinsi maupun nasional. Selama dua hari berturut-
Salah satu group peserta Festival al-Banjari yang diadakan oleh Kankemenag Kota Pasuruan sedang unjuk diri di hadapan para juri.
turut para peserta mengikuti lomba secara ketat dan harus mengikuti tata tertib yang telah ditetapkan. •mdk
Kakanwil Kemenag Jatim Bina Aparatur Sipil Negeri di Lingkungan Kemenag Kota Blitar
Kakanwil Kemenag Prov. Jatim Drs. H. Mahfudh Shodar, M.Ag. memberikan arahan di hadapan seribuan undangan yang memadati Kampus III UN Malang.
KOTA BLITAR-Drs. H. Mahfudh Shodar, M.Ag., selaku Kakanwil Kemenag Prov. Jatim hadir di Kampus III Universitas Negeri Malang 50
MPA 354 / Maret 2016
Jl. Ir. Soekarno Kota Blitar untuk memberikan pembinaan kepada ASN di lingkungan Kemenag Kota Blitar, (3/2). Selain Kakankemenag Kota Blitar, hadir juga Kasubag TU, para Kasi, Penyelenggara Binsyar, dan para Kepala KUA. Kakankemenag Kota Blitar H. Ngudiono saat memberi laporan tampak gembira karena meski hujan gerimis sejak pagi, namun seluruh ASN hadir. Pada kesempatan ini, Kakankemenag juga memberikan gambaran Kota Blitar, baik sosial kemasyarakatan, keagamaan, juga tentang prestasi yang telah diraih. “Kota Blitar sangat kondusif, satupun tidak ada yang menjadi anggota Gafatar,” ujarnya. Drs. H. Mahfudh Shodar, M.Ag Kakanwil Kemenag Prov. Jatim saat memberi pembinaan menyampaikan heran. Meski tiga Kecamatan, namun yang hadir hampir 1.000 orang. Beliau kemudian mengingatkan kembali tugas dan fungsi ASN. Perlu gotong royong untuk menegakkan revolusi mental Kemenag yang bersih dan melayani. “Yang akhirnya dapat menjadi teladan bagi Kementerian lain,” tegasnya. •Aswaja
LINTAS PERISTIWA
Penyuluh Agama Kankemenag Kab. Ponorogo Beri Bimbingan Konseling Bagi Eks Gafatar
Penyuluh Agama Kankemenag Kab. Ponorogo mendampingi Asisten III Pemprov Jatim Sofyan (empat dari kanan) kunjungi eks anggota Gafatar.
PONOROGO – Pasca pemulangan eks Gafatar ke wilayah masingmasing, dinas dan instansi terkait mempunyai pekerjaan rumah
bersama untuk membina dan membimbingnya agar dapat diterima di lingkungan masing-masing. Ada 17 orang eks Gafatar yang ada di Ponorogo yang membutuhkan perhatian serius dari pemerintah Kementerian Agama Kab. Ponorogo selaku pemangku kebijakan pembimbingan keagamaan turut mendampingi eks Gafatar menerjunkan para penyuluh agama sesuai wilayah tugas. Ada tiga kecamatan yang ditempati eks Gafatar yaitu Ponorogo, Babadan dan Sukorejo. Dalam pendampingan bimbingan ini para penyuluh agama secara rutin mengarahkan, membimbing dan memantau. Kamis, 18 Pebruari 2016 Asisten III Pemprov Jatim Sofyan melakukan kunjungan dengan harapan Pemkab, Dinsos, Kemenag dan Diknas memperhatikan dan memberi arahan kepada eks Gafatar. Dalam hal ini termasuk anak-anaknya sehingga mereka mendapatkan pendidikan yang layak dengan memberikan pembiayaan sekolah gratis. Pada kesempatan tersebut Sofyan menyaksikan secara langsung usaha rintisan dari salah seorang eks Gafatar yang bernama Zarkasi yang berjualan penthol keliling. •Ifroh
Sosialisasi Kebijakan Pendaftaran dan Pelayanan Haji Tahun 2016 yang Semakin Sederhana GRESIK – Dr. H. Haris Hasanudin. M.Ag. Kakankemenag Gresik menyampaikan bahwa tahun 2015 telah dicanangkan penetapan kinerja di Ditjen PHU yaitu adanya penyederhanaan pendaftaran dan percepatan pembatalan. Usulan meliputi penyederhanaan alur proses, percepatan waktu proses, penguatan penggunaan teknologi dengan tetap mempertahankan sisi keamanan. Hal tersebut disampaikannya pada Sosialisasi Kebijakan Pendaftaran dan Pembatalan Haji di Trawas Mojokerto yang diikuti pejabat struktural dan fungsional Kemenag Gresik, (11/2) Haris Hasanudin optimistis upaya peningkatan reputasi penyelenggaraaan ibadah haji melalui SISKOHAT karena sudah dapat melakukan keseluruhan proses kerja sejak pendaftaran, pengelolaan administrasi hingga pemulangan ke tanah air. “SISKOHAT sudah cukup handal dengan sistem pengamanan yang berlapis serta database dan aplikasi yang terpusat,” ungkapnya meyakinkan. Lebih lanjut Kakanmenag mengatakan bahwa rencana pengembangan 2016 adalah mendukung siskohat daerah mencetak
Kakankemenag Kab. Gresik, Dr. H. Haris Hasanuddin, M.Ag., sedang memberikan arahan terkait kebijakan pendaftaran dan pembatalan haji di tahun 2016.
nomor porsi bukan BPS-BPIH, penyederhanaan pendaftaran, dan siskohat daerah dapat eksekusi proses pembatalan BPIH. •Fudla
Kakankemenag Kab. Pasuruan Lantik 16 Pejabat Struktural Pengawas Sekolah Muda
Para pejabat terlantik sedang mengikuti sumpah jabatan yang dipimpin oleh Kakankemenag Kab. Pasuruan di aula al-Ikhlas setempat.
KAB. PASURUAN – Bertempat di aula Al-Ikhlas, Kankemenag Kab. Pasuruan. melaksanakan pelantikan 16 pejabat struktural.
Dalam pengarahannya Kakankemenag H. Barnoto mengingatkan bahwa jabatan adalah amanat yang harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan. Amanat ini merupakan tugas yang harus dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan aturanaturan. “Sehingga roling biasa dilaksanakan pada instansi pemerintah,” ujarnya. Adapun pejabat terlantik sebagai Pengawas Sekolah Muda pada RA/MI adalah Ririn Mashuriyah, Makhmud Nursalim, Mukhammad Nur, Supriono, Mu’alimin, dan Abdul Manab. Sedang yang dilantik sebagai Pengawas Sekolah Muda pada MTs/MA adalah Solikin, Abd. Muhyi F, Mohammad, dan Nur El Huda. Satu orang dilantik sebagai Pengawas Muda PAI tingkat dasar pada SD/MI adalah Dahlan Efendi. Tiga orang dilantik sebagai pengawas muda PAI tingkat menengah pada SLTP/SMU yaitu Yuli Kusdiantoro, Ashadi, dan Muhammad Nur Hidayat. Sementara Aloysius Beja sebagai pengawas muda pendidikan agama Katholik pada TK/SD, sedangkan Sukandar Kuswanto sebagai pengawas muda pendidikan agama Hindu pada TK/SD. •Fin MPA 354 / Maret 2016
51
LINTAS PERISTIWA
KEGIATAN HARUS BERSKALAKAN PRIORITAS BUKAN KUANTITAS KAB. PASURUAN – Bertempat di Kusuma Agrowisata Resort & Convention Hotel Batu, Kankemenag Kab. Pasuruan melaksanakan kegiatan Rapat Kerja penyusunan program kerja dan kegiatan tahun 2016, (30-31/1). DR. H. Mustain, M.Ag., Kabag TU Kanwil Kemenag Prov. Jatim dalam pembinaannya menyampaikan bahwa Rakerpim Kankemenag Kab. Pasuruan ini adalah kegiatan pertama tingkat Jatim, sedangkan Kanwil baru akan melaksanakan pada bulan Maret mendatang. “Oleh karena itu, saya ucapkan selamat berRakerpim,” tuturnya. Pada kesempatan ini juga Kabag TU berpesan agar setiap kegiatan yang menggu nakan uang negara harus direncanakan terlebih dahulu, baik pelaporan anggaran atau keuangannya. Sebab laporan-laporan inilah yang memiliki konstribusi dalam memperoleh nilai hasil laporan-laporan yang bersifat online. Kegiatan juga harus berskala prioritas bukan kuantitas dengan memanfaatkan anggaran yang lebih bermanfaat. Berkaitan denga Zona Itegritas (ZI) – lan jutnya – dilaksanakan assessment bagi PNS/ASN guna mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Sehingga pimpinan dapat me nentukan keputusan berdasarkan assessment tersebut. •Fin
TINGKATKAN KINERJA DAN AKUNTABILITAS MENUJU ZONA INTEGRITAS KAB. BLITAR – Untuk mempersiapkan pelak sanaan program-program selama satu tahun ke depan, Kankemenag Kab. Blitar menyelenggarakan Rapat Kerja ber tempat di aula Kampung Cokelat, (3/2). Raker ini dihadiri Kepala kantor, para Kasi, Kepala Madrasah dan Kepala Tata Usaha madrasah se-Kab. Blitar. Dalam sambutannya Drs. H. Akhmad Mubasyir, MA menyatakan bahwa dengan Raker akan nampak jelas program kegiatan baik input, output dan out come dari kegiatan yang dilaksanakan. Program yang dilaksanakan diharapkan sejalan dengan 5 budaya kerja Kemenag yaitu integritas, profesional, inovatif, tanggung jawab dan keteladanan. Kakan kemenag juga mengingat kan kepada seluruh ASN yang hadir untuk senantiasa mengutamakan pelayanan prima kepa da masyarakat, “Ubah mindset yang keliru, dari dilayani menjadi melayani,” tegasnya. Dalam raker ini masing-masing Kepala Seksi memaparkan semua kegiatan masingmasing seksi yang akan dilaksanakan selama 1 tahun kedepan. Kegiatan-kegiatan tersebut seirama dengan semangat untuk selalu meningkatkan kinerja, meningkatkan pela yanan masyarakat secara profesional dan inovatif. •Han
RAPAT ANTAR INSTANSI PEMERINTAH/ ORMAS ISLAM TENTANG WAKAF PRODUKTIF MAGETAN – Dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang wakaf produktif kepada masyarakat, Penyelenggara Binsyar menye lenggarakan Rapat antar Instansi Pemerintah/ ormas Islam, (18/2). Acara yang bertempat di aula atas II Kankemenag Kab. Magetan ini dihadiri 55 peserta dari Kepala KUA seKab.Magetan, Penyuluh Agama Fungsional, Nadzir, Ketua NU, Muhammadiyah, DMI, PSM dan MUI dengan menghadirkan nara sumber Miftahul Huda dari STAIN Ponorogo. Dalam laporannya, Penyelenggara Syari’ah Bahrudin mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan program pemberdayaan ekonomi khususnya di kalangan nadzir melalui koperasi wakaf dengan sistem syari’ah. Selain itu juga mendorong kehidupan ekonomi syari’ah dalam usaha kegiatan UMKM pada umumnya. “Dan ketiga, meningkatkan semangat dan peran serta anggota nadir dalam mengelola dan pengembangan tanah wakaf secara produktif,” ujarnya. Dalam kesempatan yang sama, Kasubbag TU Kankemenag Kab. Magetan Muttakin antara lain berharap, terkait administrasi wakaf agar KUA pro aktif saat ada masyarakat yang akan mewakafkan apapun, utamanya wakaf tanah. •Mkd
PEMBINAAN ASN KEMENAG KOTA BLITAR OLEH IRJEN KEMENAG RI KOTA BLITAR – Seluruh ASN baik negeri maupun swasta di Kankemenang Kota Blitar dari unsur pegawai di lingkungan Kanke menag, Kepala RA, Kepala MI, Kepala dan KTU MTs, Kepala dan KTU MA mendapatkan kesempatan emas. Inspektur Jenderal Kemenag RI DR. H. Moh Jasin, MM berkenan memberikan pembinaan di aula Kankemenag Kota Blitar, (5/2). Drs. H. Ngudiono, M.Ag MM, Kakanke menag Kota Blitar dalam sambutannya menyampaikan kebahagiaan tersendiri karena Irjen Kemenag RI datang langsung memberikan pembinaan sekaligus pembena han administrasi yang kurang benar. Dalam pembinaannya kali ini, H. Moh. Yasin berusaha untuk meluruskan kebijakankebijakan yang mungkin bisa menimbulkan penyimpangan administrasi maupun yang berindikasi korupsi. Dengan adanya kebenaran administrasi, maka akan semakin baik bila dikerjakan bersama-sama untuk menuju instansi kemenag menjadi Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Banyak hal yang didapatkan oleh karyawan/ti dalam pembinaan kali ini sebagai bekal dalam menjalankan tugas melayani masyarakat. Salah satunya fungsi counsulting partner mitra kerja di Kemenag. •Aswaja
TINGKATKAN KINERJA DAN AKUNTABILITAS MENUJU ZONA INTEGRITAS KAB. BLITAR – Untuk mempersiapkan pelaksanaan program-program selama satu tahun ke depan, Kankemenag Kab. Blitar menyelenggarakan Rapat Kerja bertempat di aula Kampung Cokelat, (3/2). Raker ini dihadiri Kepala kantor, para Kasi, Kepala Madrasah dan Kepala Tata Usaha madrasah se-Kab. Blitar. Dalam sambutannya Drs. H. Akhmad Mubasyir, MA menyatakan bahwa dengan Raker akan nampak jelas program kegiatan baik input, output dan out come dari kegiatan yang dilaksanakan. Program yang dilaksanakan diharapkan sejalan dengan 5 budaya kerja Kemenag yaitu integritas, profesional, inovatif, tanggung jawab dan keteladanan. Kakankemenag juga mengingatkan kepada seluruh ASN yang hadir untuk senantiasa mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat, “Ubah mindset yang keliru, dari dilayani menjadi melayani,” tegasnya. Dalam raker ini masing-masing Kepala Seksi memaparkan semua kegiatan masingmasing seksi yang akan dilaksanakan selama 1 tahun kedepan. Kegiatan-kegiatan tersebut seirama dengan semangat untuk selalu meningkatkan kinerja, meningkatkan pelayanan masyarakat secara profesional dan inovatif. •Han
PEMBINAAN ASSESMENT UNTUK PEGAWAI BANGKALAN – Bertempat di aula al-Ikhlash Kankemenag Kab. Bangkalan dilaksanakan Pembinaan Assesment dan Pengembangan Pegawai di lingkungan Kanke menag Kab. Bangkalan, (13/2). Sebanyak 50 peserta hadir dari uns ur Kepala KUA, Penghulu, Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, Penyuluh, JFU, dan JFT. Hadir sebagai nara sumber Syaikhul Hadi, Kasubbag Orpeg Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Kasubag TU Kemenag Kab. Bangkalan mewakili K akankemenag Kab. Bangkalan dalam sambutannya menyampaika n bahwa pembinaan ini merupakan upaya pemerintah memberikan pembinaan sekaligus bekal dan wawasan bagi ASN yang nantinya akan men duduki jabatan tertentu. Sementara itu, bertempat di Pendapa Pratanu Kab. Bangkalan, Kakankemenag Kab. Bangkalan Drs. H. Mu’arif Thontowi, M. Si., menghadiri pengukuhan serentak empat ormas oleh Bupati Bangkalan RK. Muh. Makmun Ibnu Fuad, (16/2). Empat ormas tersebut adalah MUI periode 2016-2021, BAZ periode 2015-2020, IPHI periode 20152020 dan FKUB periode 2013-2018. Pengukuhan dihadiri juga oleh Wakil Bupati, muspida, SKPD, camat, pengu rus MUI Prov. Jatim, pengurus IPHI Prov. Jatim, ulama dan habaib Kab. Bangkalan. •Sulaiman
52
MPA 354 / Maret 2016
LINTAS PERISTIWA
Pengukuhan Pengurus Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Periode 2016 - 2019
Kakankemenag Kab. Lumajang, Nuril Huda, SH, S.Pd.I. mengukuhkan pengurus Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) periode 2016 – 2019.
LUMAJANG – Setelah diadakan pemiliham pengurus baru pada tanggal 2 Pebruari 2016 yang lalu, Kelompok Kerja Pengawas
(Pokjawas) Kankemenag Kab. Lumajang periode 2016-2019 resmi dikukuhkan oleh Kakankemenag Kab. Lumajang, (17/2). Acara pengukuhan ini bersamaan dengan rapat koordinasi gabungan yang diadakan di aula Kankemenag Kab. Lumajang. Hadir juga pejabat, pegawai. pengawas, Kepala KUA, Kepala Satker, dan Penyuluh Agama di lingkungan Kankemenag Kab. Lumajang Dalam sambutannya, Kakankemenag Kab. Lumajang Nuril Huda SH., S.Pd.I MH. menyampaikan terutama kepada pengawas yang dikukuhkan agar melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya msing masing. Seraya mengucapkan selamat berkerja dan semoga Alloh SWT memberi kemudahan dalam setiap langkah untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang lebih baik dan bermutu. Acara pelantikan diakhiri dengan ucapan selamat dan berjabat tangan kepada pengurus Pokjawas yang telah dikukuhkan yang diawali oleh Kakankemenag Kab. Lumajang dan diikuti oleh Kasubag dan para Kasi. Setelah acara pengukuhan dilanjukan dengan Rapat Koordinasi Gabungan (RAKORGAB). •Ziza
Kakankemenag Kab. Nganjuk Mengajak Meneladani Perilaku Nabi Muhammad SAW NGANJUK – Bertempat di ruang Rapat Anjuk Ladang diselengarakan pengajian rutin Tim Penggerak PKK dan DWP Kab. Nganjuk, (25/1). Acara dihadiri 300 jamaah yang tergabung dari Badan/Dinas dan kantor yang masing-masing mengirimkan 5 orang. Hj. Endang Marheningsih Masduki selaku Ketua Kelompok Pengajian PKK dan DWP berterima kasih kepada Kakankemenag Kab. Nganjuk yang berkenan memenuhi undangan juga seluruh undangan. “Semoga pengajian ini akan menambah ilmu dan keimanan kita semua,” harapnya. Dalam ceramahnya, Kakankemenag Kab. Nganjuk Drs. H. Barozi, M.Pd.I. mengajak para undangan agar selalu meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW dan selalu berniat ibadah hanya karena Allah semata. “Salah berniat dapat merusak semua amal ibadah dan akhirnya hanya mendapatkan pepesan kosong,” tegas Barozi. Untuk mendapatkan ridho Allah SWT – lanjutnya – memanglah tidak mudah. Bisa saja awalnnya diniati baik tapi rusak pada tengahnya. Begitu juga niat awal dan tengah baik, mungkin rusak di titik akhirnya.
Kakankemenag Kab. Ngajuk, Drs. H. Barozi, M.Pd.I. tengah memberikan ceramahnya di hadapan Tim Penggerak PKK dan DWP Kab. Nganjuk.
“Marilah kita memohon kepada Allah SWT semoga senantiasa diberikan kekuatan Islam dan Iman serta hati yang bersih,” ajaknya. •Nur
Pelantikan Pengawas Madrasah dan PAI pada Sekolah dan Penetapan Wilayah Binaan
Sebanyak 26 Pejabat Fungsional Pengawas Madrasah dan PAI pada Sekolah dilantik oleh Kakankemenag Kab. Sumenep, Drs. Ec. H. Moh. Shodiq, M.Pd.I.
SUMENEP – Senin, (15/2), berlangsung Pelantikan 26 Pejabat Fungsional Pengawas Madrasah dan PAI pada Sekolah dan Penetapan
Wilayah Binaan di lingkungan Kankemenag Kab. Sumenep yang bertempat di aula atas Al Ikhlas. Acara ini dihadiri oleh para pengawas SD/MI/MTs/MA, kepala KUA dan Satker serta seluruh Kasi dan Kasubbag TU yang membacakan SK Menteri Agama. Dalam sambutannya, Kakankemenag Kab. Sumenep Drs. Ec. H. Moh. Shodiq, M.PdI, berharap agar para pejabat yang telah dilantik segera menyesuaikan di tempat tugas yang baru dan mampu membangun kinerja konstruktif dengan lintas sektoral dan sesuai aturan. “Berikan pelayanan pada masyarakat, karena itu salah satu indikator sukses tidaknya seorang pejabat dalam melakukan aktifitasnya. Di antara 26 pejabat terlantik adalah Saifullah, S.Pd. (Pengawas RA/MI), Mohammad Nurul Hajar, S.Pd. (Pengawas RA/ MI), Meike Wijaya, S.Pd (Pengawas RA/MI), Ahmad Halimy, SE, M.Pd.I (Pengawas MTs/MA), Drs Syafiuddin (Pengawas MTs/MA), Drs. Akh, Junaidi (Pengawas MTs/MA), Ahmad Jailani, S.Pd, (Pengawas SD/MI), Drs.Abd.Samad, (Pengawas SD/MI), dan Drs. Moh.Mansur (Pengawas SD/MI). •Humas UJ MPA 354 / Maret 2016
53
LINTAS PERISTIWA
RAKORGAB KANKEMENAG KAB. NGAWI TAHUN 2016 NGAWI – Segenap pejabat di lingkungan Kankemenag Kab. Ngawi dari unsur pejabat Kankemenag, Kepala KUA, Pengawas Pendais/Rumpun, Kepala MIN/MTsN/MAN, dan KTU serta bendahara, operator, dan analisis menga dakan rapat koordinasi gabungan (Rakorgab) di Hotel Merah II Sarangan Magetan, (4-5/2). Panitia Rakorgab, Kasubbag TU, Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I menyampaikan bahwa rapat ini bertujuan menyamakan persepsi dalam penyusunan dan penjabaran program kerja Kankemenag Kab. Ngawi secara sinergis antara Kankemenag Kab. Ngawi dan Satker yang terkait. Kakankemenag Kab. Ngawi, Drs. H. Syahidan, MH saat membuka acara ber harap agar dalam melaksanakan tugas, pegawai memiliki mental yang jujur, terbuka, dan disiplin. Harus juga disertai rasa kebersamaan, dan menjalankan tugas sesuai tupoksi secara profesional dan inovatif. “Tidak hanya tergantung pada program kerja DIPA semata,” tegasnya. Saat ini – tambahnya – Kemenag ditantang untuk memberi solusi atas penyimpangan ajaran agama yang terjadi. Maka dari itu, para aparatur Kemenag khususnya penyuluh fungsional agama Islam serta penyuluh honorer harus berfungsi maksimal. •Guh
RAPAT KOORDINASI POKJALUH AGAMA ISLAM SE-WIKLER MADIUN PACITAN – Selama dua hari (2627/1) bertempat di Gedung BKM Pacitan, Pokjaluh PAI se-Wilayah Kerja Madiun menyelenggarakan rapat koordinasi. Kegiatan ini dibuka oleh Kakankemenag Kab. Pacitan dan dilaksanakan sehubungan perlunya penyegaran kembali serta reorganisasi. Dalam sambutannya Kakankemenag Kab. Pacitan Ahmad Zuhri menyampaikan bahwa penyuluh agama merupakan ujung tombak Kemenag di penyiaran agama Islam. Oleh karenanya, penyuluh diharapkan selalu berjuang penuh semangat dilandasi niat beribadah. Berkaitan reorganisasi, Kakankemenag Kab. Pacitan menganggapnya penting dila kukan untuk meningkatkan kerja sama dan saling tukar informasi dengan daerah lain. Sementara pengurus terpilih diharapkan bisa menyatukan persepsi dan menyusun program kerja serta menjalin kebersamaan. “Penyuluh bisa menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terutama Seksi Bimas Islam yang membawahi penyuluh” tandasnya. Ketua Pokjaluh Provinsi Jatim, Dr. H. Abd, Wahid, M.Ag. hadir memberikan pembinaan administrasi. Sedangkan ketua terpilih adalah H. Kusnan, S.Ag. M.Fil.I. Penyuluh Agama Islam Fungsional Kabupaten Madiun. •Cros
MI MUHAMMADIYAH JUARA UMUM KSM TINGKAT KOTA 2016 KOTA PROBOLINGGO – Puluhan penghargaan untuk siswa madrasah berprestasi tumpah dalam rangkaian acara penutupan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Madrasah Ibtidaiyah Kota Probolinggo 2016, yang digelar di MI Nur Aziz Kota Probolinggo, (21/1). Berdasarkan penilaian dan evaluasi oleh panitia penyelenggara, juara pertama dalam bidang studi Matematika adalah Nafisa Kurnia dari MI Muhammadiyah, Sukabumi, Mayangan. Sedangkan pada bidang studi IPA diraih oleh M. Sani Akmal dari madrasah yang sama. Sementara pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) keluar sebagai pemenang pertama adalah Istqna S yang berasal dari MI Hidayatul Ula, Ketapang Kademangan. Dengan demikian, MI Muhammadiyah yang terletak di Jl. Diponegoro Kota Probo linggo berhasil menjadi juara umum lomba KSM tingkat MI se-Kota Probolinggo pada tahun ini. Masing-masing dari para juara tersebut mendapatkan piala dan piagam penghargaan dari penerima yang diserahkan pada saat pelaksanaan upacara tujuh belasan, (17/2). Dan H. Muhammad selaku Kakankemenag Kota Probolinggo berkenan memberikan secara langsung piala dan penghargaan tersebut. •Arb
KEMENAG SAMPANG: KUA UJUNG TOMBAK PELAYAN DAN PEMBINA MASYARAKAT SAMPANG – Seksi Bimbingan Masya rakat (Bimas) Islam Kemenag Kab. Sampang mengadakan Rapat Koordinasi antar instansi dan kelembagaan di aula setempat, (17/2). Acara diikuti perwakilan Bakesbangpol, Dis pedukcapil, Pengadilan Agama, Kepala Desa/ Lurah, Penyuluh Agama serta Kepala KUA. Kasi Bimas Islam, Achmad Makki menyam paikan bahwa rakor ini adalah media penyamaan persepsi dalam menjawab persoalan sosial kemasyarakatan terutama di bidang layanan pernikahan, maraknya radi kalisme serta aliran kegamaan yang berpotensi menyebabkan konflik. Sementara itu, Kakankemenag Kab. Sam pang mengingatkan kembali akan pentingnya posisi dan peran KUA serta penyuluh dalam membangun komunikasi, koordinasi serta pem binaan masyarakat. “Kepala KUA dan Penyuluh merupakan ujung tombak Kemenag untuk melayani sekaligus membina masyarakat di bidang sosial keagamaan,“ ujarnya. Sedangkan Kepala Bakesbangpol Sampang, Rudi Setyadi pada paparannya menghimbau agar para kepala KUA, Kepala Desa mau pun Lurah benar-benar mening katkan kewas padaan terhadap marak nya aliran-aliran keaga maan seperti berkem bangnya Gafatar dan lainnya. •FR
RAKORWIL MUI WILKER MADIUN TAHUN 2016 NGAWI – Rakorwil MUI Wilker Madiun tahun 2016 diselenggarakan di Kabupaten Ngawi, (10/2). Rapat tersebut dilaksanakan bergiliran di setiap kabupaten di Wilker Madiun. Panitia penyelenggara, H. Suroto, M.Ag. mengungkapkan bahwa Rakorwil MUI ini didukung pengurus MUI Kab. Ngawi dan MUI Kecamatan se-Kab. Ngawi juga Bupati Ngawi. Hal ini diamini oleh Ketua MUI Kab. Ngawi, KH. Islahuddin, S.Ag. yang merasa bangga dipercaya sebagai penyelenggara. Pjs. Bupati Ngawi, Drs. Sudjono, MM, pada kesempatan ini menghimbau agar MUI membantu pemerintah menormalkan anggota Gafatar, sehingga bisa segera diterima masyarakat. Di Kabupaten Ngawi ada 14 orang tergabung dalam Gafatar. KH. Abdusshomad Buchori, Ketua MUI Wilayah Jatim senyampang membuka kegiatan di Pendopo Wedya Graha ini, berharap agar pengurus MUI tanggap terhadap perkembangan kehidupan keaga maan masyarakat, terutama berkaitan dengan pemahaman yang melenceng. Rakorwil dihadiri perwakilan pengurus MUI se-Wilker Madiun, MUI Kabupaten dan MUI Kecamatan se-Kab. Ngawi, Bupati, Muspida, pejabat di lingkungan Pemkab dan Kankemenag Kab. Ngawi serta tokoh masyarakat dan agama. •Guh
RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN TAHUN 2016 JOMBANG – Bertempat di aula Darussalam Kankemenag Kab. Jombang dilaksanakan Rapat Kerja Koordinasi Perencanaan Tahun 2016, (21/1). Rapat ini diikuti 69 peserta yang terdiri dari 32 Orang Kepala Madrasah Satker, 21 Orang Kepala KUA, 16 orang Kasi dan operator. Kakankemenag Kab. Jombang Drs. H. Saifullah Anshari dalam sambutannya mengharapkan agar penyerapan anggaran di tahun depan dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tepat waktu. Penyerapan ini dapat diawali dengan menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dulu, terlebih yang berskala prioritas pusat maupun yang langsung bersinggungan dengan layanan masyarakat. “Yang terpenting, dalam melaksanakan kegiatan dan penyerapan anggaran tersebut harus selalu mentaati rambu-rambu yang berlaku,” ujarnya. Sementara itu, Kasubbag Perencana dan Keuangan Kanwil Kemenag Jatim DR. H Ahmad Hidayah, M.Pd yang hadir selaku nara sumber menjelaskan tentang kebijakan Kementerian Agama dalam penyusunan alokasi anggaran 2016. “Kebijakan ini bertujuan mewujudkan penyusunan rencana dan anggaran yang terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan anggaran berbasis kinerja,” ujarnya. •Tts
54
MPA 354 / Maret 2016
LINTAS PERISTIWA
DIKUKUHKAN PENGURUS IGRA KAB. JEMBER JEMBER – Di hadapan Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf, pengurus IGRA Kab. Jember yang dipimpin oleh Khususiyah Sobiyah Mahsusi dilantik di aula PT. Telkom Jember, (17/1). Syaifullah Yusuf Wakil Gubernur Jawa Timur dalam sambutannya memberi selamat kepada kepada pengurus IGRA Kab. Jember yang baru dilantik dan Khu susiyah Sobiyah Mahsusi sebagai ketuanya.. Wagub juga menjelaskan bahwa IGRA memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan anak usia dini (PAUD). Jika guru PAUD bisa bekerja dengan maksimal maka akan nenghasilkan anakanak yang pandai dan berkepribadian. Namun, di sisi lain diakuinya bahwa selama ini kesejahteraan guru PAUD masih belum seimbang dibandingkan dengan pengabdian yang telah dicurahkan. “Oleh karena itu, mohon kesadarannya dan kesabarannya,” katanya seraya berharap. Selanjutkan Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Jember Rosyadi BR menyam paikan juga mengucapkan Selamat kepada Pengurus IGRA yang baru dilantik dan ucapan terima kasih kepada pengurus IGRA yang lama atas pengabdiannya , mudahmudahan IGRA Kab. Jember lebih maju, serta profesional dalam mendidik anakanak Paud. •Ratna
PENCERAHAN DAN PENYERAHAN SERTIFIKAT AKREDITASI LEMBAGA JEMBER – Bertempat di aula Kankemenag Kab. Jember, diselenggarakan Pencerahan dan Penyerahan Sertifikat Akreditasi 124 lembanga madrasah mulai dari MI, MTs, dan MA, baik itu negeri maupun swasta, (23/1) Mudaris selaku anggota UPA S/M dari unsur Kemenag Kab. Jember menyampaikan bahwa akreditasi ini dilaksanakan sesuai prosedur yang tertuang dalam juknis pelaksanaan akreditasi Sekolah/Madrasah. Sedangkan madrasah terakreditasi tahun 2015 untuk Kab. Jember terdiri dari 66 Madrasah Ibtidaiyah, 51 Madrasah Tsanawiyah dan untuk Madrasah Aliyah ada 7 lembaga. “Diharapkan dengan selesainya akreditasi ini, madrasah akan menjadi lebih baik lagi,” harapnya.. Sedangkan Kasi Pendma Kankemenag Kab. Jember, Machfudz berharap kepada lembaga-lembaga yang diakreditasi untuk selalu meningkatkan tata kelola ketertiban administrasinya. Ini dilakukan demi kema juan lembaga itu sendiri. Kepada lembaga yang sudah mendapatkan nilai A, agar dipertahankan terus, sedangkan yang menda patkan nilai B untuk dapat ditingkatkan. “Untuk lembaga yang mendapatkan nilai akreditasi C, agar diperbaiki lagi,” pesan Kasi Pendma. •Ratna
KEMENAG PROBOLINGGO GALAKKAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KAB. PROBOLINGGO – Untuk mem berikan pelayanan peningkatan kompe tensi guru-guru agama agar mampu mengem bangkan pengajaran yang berbasis kelas serta IT, Seksi PAIS Kankemenag Kab. Probolinggo bekerjasama dengan Pokjawas dan GPAI dua kecamatan menyelenggarakan Workshop Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI), (3/2) Dalam sambutannya seusai membuka acara, Kasi PAIS H. Moh. Barzan mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional akan terwujud apabila guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan profesional. “Workshop ini sangat tepat dan penting bagi kebutuhan guru. Dan kegiatan semacam ini harus terus menerus diadakan dan digalakkan,” ujarnya. Terkait dengan USBN mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), Barzan berharap para guru mempersiapkan para siswanya dengan baik. Pengadaan soal ujian dan yang terkait dengannya akan di koordinir oleh tim yang dibentuk oleh Kemenag Kabupaten. “Dengan segala program yang telah berjalan ini, kita berharap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) akan menemukan jati dirinya yang sebenarnya,” harap Kasi PAIS Kankemenag Kab. Probolinggo. •Ansori
DDTK PENGEMBANGAN DIRI APARATUR SIPIL NEGARA
SITUBONDO - Sebagai upaya meningkatkan kualitas SDM ASN Kemenag serta memberikan pemahaman prinsip-prinsip etika dan budaya organisasi dan tatanan aturan yang berlaku, BDK Surabaya menyelenggarakan Diklat Di Tempat Kerja (DDTK) pengembangan diri ASN di lingkungan Kankemenag Kab. Situbondo, (24-27/2). Acara yang diikuti 30 ASN dari MIN, MTsN, MAN, KUA serta ASN Kankemenag Kab. Situbondo ini diselenggarakan di aula setempat. Kakankemenag Kab. Situbondo Drs. H. M. Nur Sjamsuddin AM, M.Si, dalam sambutannya berharap melalui DDTK ini peserta dapat mengembangkan wawasan dan melatih pola pikir untuk pengembangan potensi diri serta mengikuti dengan serius materi-materi yang disampaikan Widyaiswara dan menyebarluaskannya. “Kementerian Agama Situbondo selalu siap ditempati untuk memberikan kesempatan seluruh ASN Kemenag Situbondo mengasah dan meningkatkan SDM,” ujarnya. Di akhir sambutannya, beliau mengharapkan agar peserta mampu memahami prinsip pengembangan diri bagi ASN serta mampu mengaplikasikan di tempat kerjanya masing-masing, sehingga mampu melakukan negosiasi, kolaborasi dalam mengembangkan jaringan kerja. •Liz
RAPAT PLENO DWP KANKEMENAG KAB. NGANJUK NGANJUK – Agenda rutin Rapat Pleno DWP Kankemenag Kab. Nganjuk yang diselenggarakan sebulan sekali, mulai bergulir, (18/1). Rapat pertama ini bertempat di aula setempat dan dihadiri 80 orang dari unsur Dharma Wanita Satker, KUA Kecamatan, PPAI dan DWP Induk Kanke menag Kab. Nganjuk. Hj. Iftitakhiyatur Rusdah Barozi selaku Ketua DWP Kankemenag Kab. Nganjuk berterima kasih kepada seluruh anggota DWP yang telah ikut memeriahkan HUT DWP ke-16 tahun 2015 sekaligus memperingati HAB Kemenag RI ke-70 tahun 2016 dengan berbagai kegiatannya. “Semoga tali silaturrahmi kita ini akan menambah keakra ban,” ujar Rusdah Program kerja tahun ini diharapkan akan bertambah baik. Pada bulan kedua tahun ini, Bidang Sosbud merencanakan wisata religi ke Sunan Ampel, dilanjutkan ke tempat belanja ke Tanggulangin dan JMP. “Diharapkan seluruh anggota bisa ikut, agar kebersamaan aggota DWP semakin kompak,” tambahnya Kegiatan rapat ini diisi dengan membuat souvenir gantungan kunci dan cincin yang terbuat dari monte pelangi dan monte pasir yang dimentori petugas dari MTsN Juwet. Usai acara, dilanjutkan rapat pengurus DWP dengan agenda rekreasi. •Nur
PEMBINAAN DHARMA WANITA PERSATUAN KANKEMENAG KOTA SURABAYA SURABAYA – Bertempat di aula Kanke menag Kota Surabaya, diselenggarakan pembinaan rutin Dharma Wanita Persatuan, (10/2). Acara ini diikuti seluruh istri pejabat, termasuk istri kepala KUA, kepala Madrasah, pegawai dan semua pegawai perempuan ASN di lingkungan Kankemenag Kota Surabaya. Dalam pengarahan dan sekaligus pence rahan yang dilakukannya, Kakankemenag Kota Surabaya Drs. H. Moh. Bakri, M.PdI menuturkan bahwa dharma wanita sangat urgen dalam memotivasi keluarga yang terdiri dari suami, anak-anak dan semua penghuni rumah untuk menjadi insan yang handal di kemudian hari dan siap dalam menghadapi tantangan zaman. Karier seorang suami juga didukung penuh orang seorang isteri, oleh karenanya jangan sampai suami menyakiti hati seorang isteri. Di akhir sambutannya, dirinya mengingat kan bahwa struktur dharma wanita itu terdiri dari isteri-isteri ASN dan ASN yang wanita, maka semuanya harus terlibat di dalamnya. Selain itu, jangan lupa untuk menjalin silaturrahmi dengan siapapun termasuk kepada ibu-ibu dharma wanita. Karena dengan silaturrahmi dapat memperpanjang usia, dan memperbanyak rizki. •Dori MPA 354 / Maret 2016
55
LINTAS PERISTIWA
Bekerjasama dengan Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A), Sosialisasikan GN-AKSA
Kakankemenag Kab. Bojonegoro, Drs. Munir saat memberikan arahan kepada para peserta Sosialisasi GN-AKSA di masjid al-Birru Kec. Dander Bojonegoro.
BOJONEGORO – “Dunia pendidikan kita seringkali dirundung persoalan, mulai dari perlu tidaknya Ujian Nasional
(UN), gonta gantinya kurikulum, hingga tindak kejahatan terhadap anak didik. Bahkan tidak hanya kejahatan fisik melainkan kejahatan seksual, lebih miris lagi terkadang pelakunya adalah orang-orang terdekat,” urai Kakankemenag Kab. Bojonegoro, Drs Munir saat memberikan pengarahan pada pembukaan acara Sosialisasi Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak (GN-AKSA) di Masjid Al-Birru Kecamatan Dander Bojonegoro. Sosialisasi GN-AKSA berlangsung lancar ini sukses dilaksanakan atas kerjasama Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) Bojonegoro dengan Kankemenag Kab. Bojonegoro. Sosialisasi ini dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Bojonegoro mulai dari wilayah Timur, Tengah, Selatan dan Barat. Kegiatan ini secara langsung digawangi oleh oleh Kelompok Kerja Madrasah (KKM) tiga kecamatan yaitu KKM Kec. Trucuk, KKM Kec. Dander, dan KKM Kec. Sekar. Sebanyak 130 orang guru hadir sebagai peserta dari perwakilan lembaga Raudlatul Athfal dan Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Bojonegoro. •Fahrurrozi
Sosialisasi Aplikasi SISKOHAT Untuk Pelayanan Pendaftaran dan Pembatalan Haji Tahun 2016 KOTA MOJOKERTO – Bertempat di Hotel Puncak Ayanna Trawas, Kankemenag Kota Mojokerto menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Aplikasi SISKOHAT untuk Pelayanan Pendaftaran dan Pembatalan Haji, (9/2). Acara yang diikuti 40 orang ini terdiri dari Kepala KUA, Penyuluh Agama Islam, KBIH, Bank Penerima Setoran, ormas dan tokoh masyarakat. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kakankemenag Kota Mojokerto, Drs Syamsuri Arif, M.Si. Dalam sambutannya, Kakankemenag Kota Mojokerto meminta kepada jajaran KUA Kecamatan dan KBIH untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang regulasi yang telah diturunkan pemerintah. Pemahaman pendaftaran haji perlu diinformasikan secara jelas kepada masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari, juga untuk memperlancar proses pendaftaran haji. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mewujudkan akuntabilitas publik, dengan mengedepankan prinsip efisiensi, efektivitas, keadilan dan profesionalitas. “Kita harapkan masyarakat mempunyai
Kakankemenag Kota Mojokerto, Drs. Syamsuri Arif, M.Si sedang memberikan pengarahan kepada para peserta sosialisasi di Hotel Puncak Ayanna Trawas Mojokerto.
pemahaman tentang haji , sehingga mampu melaksanakan sesuai syariah, dan aturan yang berlaku saat ini,” harapnya. •Fm
H. Damanhuri: Kembangkan Terus KPRI Al Hikmah Agar Memberi Kesejahteraan bagi Anggota
Suasana Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang dilaksanakan oleh KPRI Al-Hikmah Kankemenag Kab. Tulungagung di aula Kankemenag setempat.
TULUNGAGUNG – Kakankemenag Kab. Tulungagung H. Damanhuri berpesan kepada seluruh pengurus KPRI Al Hikmah 56
MPA 354 / Maret 2016
yang berada di bawah naungan Kankemenag Kab. Tulungagung agar senantiasa mengembangkan koperasi supaya bisa mensejahterakan anggotanya. Pesan itu beliau sampaikan saat membuka Rapat Anggota Tahunan (RAT) KPRI Al Hikmah di aula Kankemenag, (20/2). “Insya Allah koperasi kita dari tahun ke tahun selalu meningkat, baik dari segi administrasi maupun penambahan anggota,” ujar Damanhuri optimis. “Jika dikembangkan terus, koperasi dapat menyejahterakan anggotanya dan koperasi semakin tumbuh besar,” tambahnya. Sementara itu, Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi Kab. Tulungagung H. Kustoyo dalam sambutannya berterima kasih atas terselenggaranya RAT ini. Menurutnya, RAT ini merupakan amanah UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang mewajibkan pengurus koperasi menyelenggarakan RAT untuk tahun buku 2015 pada Januari sampai akhir Maret 2016 ini. “Selamat atas terselenggaranya RAT Koperasi Al Hikmah. Semoga RAT menghasilkan keputusan-keputusan penting dalam pengembangan Koperasi Al Hikmah,” kata Kustoyo. •Fat
LINTAS PERISTIWA
MASJID AT-TA’AWUN MAN GENTENG DIRESMIKAN BANYUWANGI – Kakankemenag Kab. Banyu wangi, Sabtu (6/2) pagi meresmikan penggunaan masjid At-Ta’awun di Kampus MAN Genteng. Acara peresmian dihadiri antara lain Kasubag TU Zaenal Abidin, Kasi Pendma Suciningsih, Forpimka Genteng, alim ulama, serta undangan lainnya. Kakankemenag Kab. Banyuwangi San toso dalam sambutannya mengapresiasi tinggi kepada semua pihak yang telah mem bantu pembangunan Masjid At-Ta’awun di Kampus MAN Genteng ini. Menu rutnya, mem bangun masjid meru pakan sebuah amalan yang luar biasa nilainya di sisi Allah SWT. “Diharapkan masjid yang indah dan megah ini dapat diisi dengan berbagai kegiatan ibadah. Baik berupa sholat wajib dan sunnah, maupun taklim, pengajian, serta kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya,” harapnya. Dalam kesempatan ini, Kakankemenag Kab. Banyuwangi juga mengajak kepada seluruh civitas akademika MAN Genteng untuk memakmurkan masjid yang sudah susah payah dibangun bersama. Karena memakmurkan masjid merupakan bagian dari tanda-tanda orang yang beriman kepada Allah. Acara peresmian ditandai dengan pemo tongan pita dan penandatanganan prasasti oleh Kakankemenag Kab. Banyuwangi. •Yasin
RAT TAHUN BUKU 2015 KPRI IKHLAS BERJALAN SUKSES PAMEKASAN – Acungan jempol pantas bagi jajaran pengurus dan pengawas koperasi Ikhlas Kankemenag Kab. Pamekasan. Mengingat pelaksanaan RAT (Rapat Anggota Tahunan) dan laporan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas yang diselenggarakan di aula Arafah berjalan dengan lancar dan sukses, (21/2). Hal ini dibuktikan dengan hadirnya lebih dari 90% anggota. Sehingga terkait tata tertib pelaksanaan termasuk pasal 6 tentang jumlah kuorum dan pasal-pasal lainnya tidak dijumpai masalah yang berarti. Acara yang terbagi dalam agenda seremonial dan agenda RAT dan tutup buku tahun 2015 secara keseluruhan berjalan dengan lancar mesti ada pertanyaan dari anggota. Namun dapat selesai baik, karena jawaban dari jajaran pengurus dan pengawas yang dipandu oleh Ilyasak, S.Ag dapat diterima. Dalam sambutannya Kakankemenag yang diwakili Kasubbag TU Drs. HM. Juhedi, M.M.Pd. berharap agar seluruh anggota dan jajaran pengurus senantiasa ikhlas dan terbuka. Sehingga perkembangan dan kemajuan koperasi bisa tercapai dengan optimal sesuai dengan implikasi dan aplikasi AD/ART Koperasi. Acara RAT ini juga dihadiri Dinkop dan PKPRI. •SM
PEMBINAAN HUKUM dan KERJASAMA LUAR NEGERI ( KLN ) SUMENEP – Munculnya gerakan teroris dan beberapa aliran sesat saat ini mulai marak kembali, dan ini direspon dengan cepat oleh pihak Kepolisian dan Kajari. Oleh karenanya, Kankemenag Kab. Sumenep menye lenggarakan pembinaan hukum dan Kerjasama Luar Negeri (KLN) di aula al Ikhlas atas, (1/2). Pembinaan ini menghadirkan dua nara sumber dari yaitu Kasat AKP Muhammad Heri, SH dari Kepolisian Sumenep dan Adi Harsanto, SH. dari Kajari Sumenep. Acara ini dihadiri kepala KUA, Pengawas, Kasi, pejabat fungsional, serta karyawan-karyawati Kanke menag Kab. Sumenep. Dalam pemaparannya, Kasat AKP Muhammad Heri SH menegaskan bahwa kepolisian Sumenep selalu siap menghadapi munculnya aliran-aliran sesat di bumi pertiwi, khusunya di Sumenep. Namun, se mua pihak harus membantu kepolisian dengan menginformasiakn jika ada sesuatu yang janggal di masyarakat. Sementara itu, Kajari Sumenep meng himbau agar masyarakat proaktif sehingga aliran sesat sulit berkembang. Dan kalau ada penduduk asing atau warga baru, maka secepatnya dilaporkaan pada pihak RT/ RW. “Ini dilakukan untuk keamanan dan kenyamanan warga,” ujarnya. •Zarkasyi
KASIH PENDMA SERAHKAN SERTIFIKAT PENDIDIK KAB. MOJOKERTO – Wajah-wajah ceria tampak terlihat di gedung serba guna Kemenag Kab. Mojokerto, (2/2). Mereka adalah ratusan guru swasta di bawah lingkungan Kemenag Kab. Mojokerto yang menerima Sertifikat Pendidik. Pada hari tersebut, Kankemenag Kab. Mojokerto menyerahkan sebanyak 280 sertifikat pendidik. Penyerahan ini dibagi menjadi 2 gelom bang. Pada gelombang pertama ber jumlah 234 guru yang terdiri dari 220 guru yang lolos PLPG UINSA Surabaya dan 14 guru yang lolos PLPG UNESA. Sedangkan pada gelombang kedua yang di adakan pada siang harinya ada 46 guru yang terdiri dari 24 guru yang lolos PLPG UIN Gorontalo dan 22 guru dari PLPG UIN Ambon. Kasi Pendma Kankemenag Kab. Mojokerto H. Ali Mustofa mengucapkan selamat kepada semua guru yang hari ini menerima sertifikat pendidik. “Ini menandakan anda semua seka rang sudah menjadi guru profesional dan berhak mendapatkan Tunjangan Profesi Pendidik (TPP),” tuturnya. Untuk itu – lanjutnya – guru harus bisa bekerja lebih baik dan lebih profesional dari yang sebelumnya. Mulai dari disiplin waktu, administrasi lengkap dan metode pengajaran juga harus mengena dan up date. •Echo
PROMOSI SEPULUH PPAI LEBIH MUDA DAN ENERJIK LAMONGAN – Guna mengisi jabatan yang lowong akibat banyak pejabat yang purna tugas dan perlunya pejabat yang enerjik untuk berhadapan tugas-tugas kepengawasan yang membutuhkan kecekatan dan ketram pilan, Kakankemenag Kab. Lamongan mempro mosikan 10 Pengawas Pendidikan Agama Islam/Madrasah Tingkat Dasar dan Menengah di aula Kankemenag setempat, (4/2). Dalam sambutan usai pelantikan, Ka kan kemenag Kab. Lamongan Drs. H. Leksono, M.Pd.I mengatakan bahwa promosi merupakan proses alami. Perubahan jabatan tentu akan merubah pola pikir dan pola kerja serta kedinasan secara makro kewilayahannya. Profesi pengawas membu tuhkan ketelitian dan kejelian, “Janganlah menjadi seorang pengawas yang tak awas,” pesannya. Mereka yang dilantik adalah Khotibul Umam Achmad, S.Ag, MA, Pengawas PAI Menengah/ MTs. Sedang pada tingkat dasar yaitu: Abd. Muid, S.Ag, M.Pd.I, (Solokuro), Z. Arifin, S.Pd.I (Laren), Moh. Rumianto, S.Pd (Tikung), Abdul Qohar, S.Pd, M.Pd, (Kalitengah), Hartini, S.Ag, MA (Turi), Zurnalis Suryanto Edy S.Ag, (Kedungpring). Bunayya, S.Pd.I, Juri Wahananto, S.Ag, M.Pd.I dan Muslihan, S.Ag, M.Si, di Kecamatan Maduran. •Nsr
RAKOR PENGELOLAAN DATA EMIS PENDIDIKAN KEAGAMAAN SAMPANG – Seksi PD Pontren Kemenag Kab. Sampang mengadakan Rapat Koordinasi Pengelolaan Emis Pendi dikan Keagamaan tahun 2016 di aula setempat, (11/2). Kegiatan ini dihadiri 42 peserta dari unsur Pengawas PAI, FK Pontren dan FKDT. Turut hadir juga Kasi Pembiayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang, Badrut Tamam. Kasi PD Pontren Kemenag Sampang, Mawardi yang membuka kegiatan menyam paikan bahwa Rakor ini sangat penting untuk menyatukan persepsi para pengelola Diniyah, pensantren dan Taman Pendidikan Quran guna meningkatkan kualitas pendidikan kegamaan di Sampang. “Koordinasi sangat penting untuk menyatukan pemahaman seka ligus melakukan evaluasi bersama tentang penggunaan data elektronik dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas pendidikan keagamaan,” ujarnya Dalam Kesempatan yang sama, Badrut Tamam berharap agar kegiatan seperti ini lebih sering dilakukan mengingat fungsi data dalam perencanaan pembangunan me megang peranan penting. “Tanpa ada data maka perencanaan, pembangunan dalam upaya peningkatan pendidikan keagamaan tidak bisa dilakukan. Sehingga update data perlu terus dilakukan” tegasnya. •Fr MPA 354 / Maret 2016
57
ANNISA
Bisnis Rumahan untuk Wanita Oleh : Fathiyya Rahmania Usaha menambah penghasilan keluarga bagi wanita bisa dilakukan di rumah. Dengan begitu tugas pokok seorang istri untuk mendidik anak dan melakukan tugas rumah tangga bisa disinergikan. Banyak peluang bisnis yang cukup menarik untuk ditekuni bagi wanita di rumah. Usaha Kuliner Bila kita punya hobi memasak, usaha kuliner menjadi peluang yang mengasikkan. Usaha catering sekarang cukup marak. Banyak konsumen dari kantor-kantor untuk acara-acara dinas berupa nasi box, snack, dll, Ibu-ibu yang tidak sempat memasak juga bisa memanfaatkan jasa catering. Pemesanan untuk acara tasyakuran, pernikahan, arisan juga merupakan peluang. Usaha kuliner juga bisa dilakukan dengan membuka depot, rumah makan di dekat rumah, di garasi mobil, dll. Berjualan makanan bisa pula dilakukan secara mandiri dengan mencari karyawan atau dengan cara waralaba atau franchise. Toko Online Belanja online menjadi populer setelah banyak orang yang akrab dengan dunia maya. Berjualan dengan online menjadi mudah karena tidak terikat ruang dan waktu. Kita hanya perlu sambungan internet, dan ketrampilan dalam menguasai computer, lap top, atau smartphone. Setelah memiliki website atau blog, otomatis barang yang kita tawarkan bisa dilihat siapapun, kapanpun dan di belahan dunia manapun. Kreativitas
58
MPA 354 / Maret 2016
dalam menelola blog atau website agar mempunyai tampilan yang menarik pasti akan memudahkan konsumen untuk berbelanja. Usaha ini tidak bisa lepas dari usaha pengiriman barang dan Rekening bank untuk transfer uang dari konsumen. Usaha Fashion Bisnis baju seakan tidak pernah sepi, karena termasuk kebutuhan pokok manusia. Dari usaha mendesain baju, menjahit, sampai berjualan baju sudah menjadi peluang yang menjanjikan. Dengan membuka lapak di rumah baik itu toko, butik maupun usaha jahitan dan konveksi semua bisa dilakukan. Kunci dari bisnis fashion adalah bisa mengikuti perkembangan mode atau bisa mengikuti tren yang ada. Apalagi untuk busana wanita perkembangannya begitu cepat. Jilbab juga bisa menjadi bisnis yang menjanjikan. Ide-ide pemakaian jilbab yang beraneka model maupun jenis dan bentuk yang juga bermacam-macam adalah peluang yang ada di depan mata. Aneka Handmade Mengubah bahan bekas, atau barangbarang yang tidak bernilai menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi adalah hal yang bisa dilakukan wanita di rumah. Bahkan
dengan itu pula wanita bisa memberdayakan ibu-ibu lain di sekitarnya, bahkan masyarakat luas. Aneka sulam, bordir, merajut, adalah diantara ketrampilan tangan yang bisa dipelajari dan dikembangkan. Produkproduk yang bisa dibuat dari mulai tas, sepatu, bahkan sovenir-sovenir cantik. Membuat bros-bros cantik dari kain dan renda, pita, maupun manik-manik. Salon Muslimah Peluang salon khusus muslimah masih sangat terbuka mengingat banyak salon yang kurang memenuhi standar. Misalnya saja tempat yang terbuka, dan pelanggan yang campur antara pria dan wanita. Misal kita tidak mempunyai skil perawatan rambut, kulit dsb kita bisa juga eksis di usaha ini dengan mengandalkan kemampuan managerial yang bagus. Lebi baik lagi apabila kita memang mempunyai skil tentang ini. Tidak ada alasan lagi bagi wanita-wanita yang memilih berkarir penuh di rumah untuk bersantai-santai. Masih banyak cara untuk berkarya yang bisa memberi manfaat bagi keluarga dan masyarakat. Allah akan menilai setiap usaha kita. Jangan lupa pula tugas pokok kita sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kita.
COVER LAA
Eka Dewi Pratiwi
Cetak Tribel Titel dalam KSM Palembang Terkadang harus keluar dari zona aman untuk ukir prestasi. Itulah yang dibuktikan Eka Dewi Pratiwi dalam ajang Kompetisi Sains Madrasah Tingkat Nasional tahun 2015 silam. Meski sebagai siswa Jurusan IPA, dia berani beradu skill dan pengetahuan bidang IPS khususnya Mata Pelajaran Ekonomi. Bidang studi yang jari menu wajib belajaran hariannya di Mandrasah Aliyah.
K
eberanian itu pun membuahkan hasil gemilang. Tak tanggung-tanggung, tiga kategori sekaligus berhasil disabetnya. Dalam KSM Nasional yang diselenggarakan di Palembang, 3-7 Agustus tahun lalu, dia mendapatkan Medali Emas, The Best Experiment (lomba essai) dan The Best Overall. Artinya dia mampu mencetak tribel titel dalam KSM Palembang ini. Pada mulanya memang, semua pihak kaget dengan pilihan Eka – panggilan karibnya. Sebab siswi Kelas XII IPA 4 MAN Gondanglegi Kabupaten Malang ini saban hari berkutat dengan bidang IPA. Namun putri tunggal pasangan Muliono dan Sumani berprinsip bahwa tidak ada ilmu yang tidak bisa dipelajari. Meskipun untuk mempelajari IPS dia pun harus rela meluangkan waktu. Dan bakda shalat shubuh hingga menjelang berangkat sekolah adalah waktu favorit penghobi tulis menulis ini.
Selain itu, dia juga cukup rajin meminjam buku perihal bidang yang akan dilombakan. Beruntung pada saat dibutuhkan ada yang meminjami buku. Untuk makin menambah wawasannya, gadis pendiam ini surfing di internet. “Yang terpenting adalah memahami konsep terlebih dahulu. Baru kemudian dikembangkan dengan latihan soal-soal,” beber remaja yang bercita-cita sebagai pengusaha ini berbagi tips belajar. Pengalaman memang mengajarkan banyak hal. Begitupun keikutsertaanya dalam Kompetisi Sains Madrasah tingkat provinsi bidang Studi Matematika sebelumnya. Meski tidak membuahkan hasil positif, justru ini menjadi jalan baginya meniti prestasi lain. “Selalu ada hikmah yang dipetik dari tiap kegagalan,” ucap pemgagum pengusaha muda Ippuh Santoso ini bersahaja. Dan saat berkompetisi di KSM, Remaja
kelahiran Malang 13 Desember 1997ini pun tidak canggung lagi. Sebab sebelumnya sudah pernah merasakan aura lomba. Ditambah lagi, dia tidak mematok taget muluk-muluk. Ini berbeda dengan KSM tingkat Provinsi tahun lalu. Dimana dirinya harus mempertahankan gelar juara yang didapatkan di KSM sebelumnya. Berbekal motto niat benar, kerja keras dan doa, semuanya dilaluinya dengan kepercayaan diri. Bahkan peraih Juara II Kempo kategori pasangan putri dan campuran pada ajang Pekan Olah Raga Kabupaten Malang tahun 2014 ini berkeyakinan pengalaman akan membentuk mental kokoh. “Setiap kompetisi selalu melahirkan pesaing. Namun di luar arena lomba justru bisa menambah persahabatan. Jadi kompetisi itu ibarat dua sisi mata uang,” tukasnya berfilosofi. •Arif MPA 354 / Maret 2016
59
Kotak Amal
Siang itu masjid di kampungku geger.kotak amal masjid yang biasanya berdiri di samping pintu utama itu telah hilang tanpa jejak. Tak ada tanda-tanda bekas pencurian. Desas-desus hilangnya kotak amal sampailah terdengar di telinga Ustadz Zainuddin. Sebagai ketua ta’mir masjid ia harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Oleh : Suharsono AQ*)
S
egala penjuru masjid telah ia kepung. Namun hasilnya tetap nihil. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. Sese kali ia menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan keletihan. Wajahnya menera wang menembus daun pintu. Matanya tertuju pada sosok kotak amal yang telah lenyap. Ia rebahkan tubuhnya bersandar di bawah bedug masjid. Ia masih ingat sudah tiga kali jumatan kotak amal itu belum dibuka. Uang itu rencananya digunakan untuk menggantikan kipas angin yang telah rusak demi kenyamanan para jamaah yang sedang sholat. ”Siapa yang tega-teganya mengambil kotak amal masjid ini? bukankah setiap jiwa akan di tanya tentang apa yang ia perbuat besok di hari pembalasan,” gerutunya sambil sambil mengucapkan istihfar berkali-kali. ”Sudah ketemu tadz, malingnya!” mendengar suara tersebut ustadz Zainuddin tersentak, lalu berdiri mendekati Abu Kosim sang pemilik suara. “Siapa anak kecil yang kau bawa kemari itu, Kosim?” “Ya ini Tadz, pencurinya!” kata Kosim sambil mencengkram pundak anak kecil itu dengan kuat sepertinya ia tak mau kehilangan buruanya. ”Sudah... sudah. Lepaskan anak itu, Sim!” Segera Kosim melepaskan anak tersebut dari cengkraman mautnya. ”Dari mana kau tahu bahwa anak itu yang mengambilnya, Sim!” ”Saya temukan kotak amal itu di tangan anak ini Ustadz. Tapi uangnya sudah tidak ada.” Siapa namamu Nak?” tanya Ustadz Zainuddin dengan lembut. ”Rrr... rahman Pak,” jawab si anak kecil dengan perasaan takut dan suara terbata-bata ”Benar kamu yang mengambil kotak amal masjid itu, Nak? ”Iiii... Yaa pak!”. Wajahnya semakin tertunduk tak berani menatap wajah ustadz Zainuddin. ”Mengapa kau melakukan ini, Nak?” “Ibuku sakit keras Pak, dan kami tak mampu membeli obat untuk kesembuhannya. Ibulah satu-satunya orang yang saya miliki 60
MPA 354 / Maret 2016
selama ini Pak. Aku tak mau kehilangan ibuku Pak..!” Tangis anak itu pecah. Ia tak mampu menahan beban himpitan ekonomi semenjak bapaknya meninggal. Ia terpaksa mengambil uang dari kotak masjid agar ibunya bisa sembuh dari penyakitnya. Ia tak mau kehilangan orang yang dikasihaninya itu untuk kedua kalinya. Mendengar kesaksian anak kecil itu, tubuh Ustadz Zainuddin lemas. Dari kedua kelopak matanya meleleh kristal-kristal bening yang terjatuh di lantai masjid “Baitur Rahman.” “Nak... Di mana rumahmu? Antarkan aku ke rumahmu segera!” pintahnya spontan. Ustadz Zainuddin seperti tersengat aliran listrik tegangan tinggi. Ia merasa bahwa ibadah yang dikerjakannya selama ini belum mampu memberikan kesejukkan bagi orangorang di sekitarnya. Ia masih mementingkan keshalehan pribadinya dibanding keshalehan sosial. Bukankah keshalehan sosial itu juga mengantarkan kepada kemurahan penduduk langit dan penduduk bumi.
Tak berapa lama, sampailah Sang Ustadz di depan pintu rumah anak pencuri tadi. Rumah itu tak jauh dari masjid “Baitur Rahman”. Hanya berjarak seratus meter dari saja. Kondisi rumah yang di huni sang yatim itu sebebanrnya tak layak disebut rumah. Sebab, tak ada kursi tamu maupun hiasan dinding. Yang ada hanyalah amben yang terbuat dari bambu dan beberapa bantal yang sudah kumal. Rahman segera masuk rumah diiringi Ustadz Zainuddin dan Kosim di belakangnya. Alangkah terkejutnya anak itu mendapatkan ibunya sudah terbujur kaku. Suasana menjadi hening. Hanya isakkan Rahman yang menjalar ke dinding rumah sambil mendekap ibunya dengan kuat. Seakan akan tak mau kehilangan orang yang dicintainya. Ustadz Zainudin pun tertunduk dan bersandar di tiang rumah. “Bukankah setiap jiwa akan ditanya tentang apa yang ia perbuat besok di hari pembalasan,” bisiknya lirih sambil mengucapkan istighfar berkali-kali. *) Guru Bahasa Indonesia di MAN Lamo
cuplikan tarikh
Teladan Utama Khulafaurrasyidin (1) Oleh : Drs. H. Hartoyo, M.Si Khulafaurrasyidin adalah para pengganti Rasulullah SAW. Ketika beliau wafat memang tidak memberi petunjuk siapa yang akan menggantikan beliau untuk memimpin kaum Muslimin. Namun demikian di dalam Islam diajarkan untuk bermusyawarah.
S
etelah melewati musyawarah yang cukup alot dan menegangkan, atas saran Umar bin Khattab RA, diputuskan bahwa pengganti Nabi Muhammad SAW ialah Abu Bakar as-Shiddiq RA. Beliau menja lankan tugas kekhalifahan sekitar dua tahun. Hebatnya, dalam kurun waktu yang amat pendek itu ia berhasil melakukan pekerjaanpekerjaan besar yang menentukan perkem bangan Islam pada masa-masa selanjutnya. Khalifah kedua adalah Umar bin Khattab RA yang kemudian atas keinginannya ia dipanggil dengan sebutan amirul Mukminin (pimpinan orang-orang beriman). Penetapan Umar sebagai khalifah tidak melalui musya warah, tetapi merupakan wasiat dari Abu Bakar, dan seluruh kaum Muslimin sepakat dengan keputusan Abu Bakar tersebut. Umar melanjutkan tugas Abu Bakar sebagai pimpinan kaum Muslimin, dan pada masanya wilayah Islam sudah mencapai negeri Persia, Iraq, Palestina, Syria, bahkan sampai Mesir. Umar bin Khattab wafat karena dibunuh seorang yang bernama Abu Lu’luah. Beliau menjalankan tugas kekhalifahan sekitar sepuluh tahun. Sebelum wafat, Umar menetapkan bebe rapa orang untuk dipilih sebagai pengganti nantinya. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Masa kekhalifahan dari Abu Bakar As-Shiddiq sampai dengan Ali bin Abi Thalib oleh para ahli sejarah dinamakan Khulafaur Rasyidin.
Thalhah, Saad, dan Abdur Rahman bin Auf, semoga Allah meridhai mereka semua. Dari nama-nama tersebut pada akhirnya terpilih Utsman bin Affan RA sebagai khalifah. Tatkala berita kematian Umar tersebar, daerah-daerah taklukan bekas kekuasaan Persia mulai memberontak. Kekaisaran Romawi timur juga mencoba merebut kembali Syam dan Mesir. Sebagai khalifah baru, Usman menghadapi ujian yang cukup berat. Namun demikian beliau sanggup mengatasinya, semua
pemberontakan dapat dipadamkan. Bahkan pada masa khalifah Utsman wilayah Islam terbentang luas sampai di Turki, Siprus, Tripoli, Afrika Utara, Asia Tengah, Khurasan, Balkh di daerah Afganistan. Seperti khalifah Umar bin Khattab, khalifah Utsman bin Affan yang shaleh dan dermawan juga mati syahid di tangan pemberontak yang zalim. Utsman memangku amanat kekhalifahan selama dua belas tahun, Utsman juga memiliki karya besar dan monumental yaitu penyatuan ragam bacaan dan penulisan mushaf al-Qur’an menjadi satu macam penulisan, yang kita kenal dengan mushaf Usman dan bisa kita baca sampai sekarang. Khalifah selanjutnya Ali bin Abi Thalib RA, dan tampilnya Ali banyak mendapat tantangan dari pihak pendukung Utsman. Di antaranya Muawiyah bin Abu Sufyan gubernur di Syria, juga dari kelompok Thalhah dan Zubair dari Mekkah. Pada masa Ali muncul pula kelompok Syiah dan Khawarij, dari kaum khawarij inilah pada akhirnya berhasil membunuh khalifah Ali bin Abi Thalib RA. Beliau memangku amanat kekhalifahan sekitar lima tahun. Masa kekhalifahan dari Abu Bakar As-Shiddiq sampai dengan Ali bin Abi Thalib oleh para ahli sejarah dinamakan Khulafaur Rasyidin. MPA 354 / Maret 2016
61
Waktu Pagi
Ratapan Insan
Mentari pagi beri salam lagi Terdengar suara-suara bersahutan Yang kembali dimulai lagi Dan juga resah keluh dari orang-orang Sinar mentari yang mulai berkemunang Membuat badanku terasa hangat Aku terbangun dari dunia khayalanku Dan beranjak untuk suatu urusan dunia M. Shofi Hanan Kelas VIII-A MTsN Lamongan
Kehidupan
Hidup penuh dengan kegelapan Kegelapan yang sesat Jiwa ragaku seperti melayang Bagai burung di angkasa Hidup hanya sebuah upaya Upaya kita untuk menuju cahaya Yang kekal abadi Hidup penuh dengan kelam Hitam pekat tanpa cahaya Hanya amal baik yang selamatkan kita Dari kelamnya dunia ini Arif Rivaldi Siswa MTsN Lamongan
Takdir
Jarum jam terus berputar Lewati jalan yang sama Bumiku masih berputar Menunggu kehancurannya Sepi… Rasuki hidupku yang telah sunyi Enggan manjauhkan diri Jadi teman dekatku Kini, yang kulihat hanya ruang gelap Tanpa satu titik cahaya Telah hilang semua harapannku Tuk bisa menjadi bunga yang indah Aku ingin bangkit Namun kaki takut melangkah Ada daya diri ini Tuk merubah takdir Diri yang hanya mampu berdoa Diri yang hanya mampu menjalani Dengan rasa ikhlas tuk jalani Mencari ridha Sang ilahi Arjianti Erika Puji Ayu Siswa Kelas VIII-A MTsN Lamongan
Bakat diri
Tuhan tak akan meneteskan insan ke bumi dengan tubuh hampa Benih bakat Ia tebarkan dalam diri Hidup bukanlah dalam alam lamunan
62
MPA 354 / Maret 2016
Bukan pula dalam alam khayalan Ataupun angan-angan Hidup adalah nyata dalam bola mata Yang keras perjuangnnya mengalun silih berganti Ruang jerit tak puas berkabut di awan Mengepul tebal membungkus bumi Anyaman kreatif merajut bakat Pusaka insan menelan Zaman Karya kritis menguntai masa Di ruang lain yang tak dapat kuraih Puisi hebat silih merekah Aku hanya bingung di balik tanyaku Namun kan duduk di kursi sejuta puisi Bakat kan menerbangkan karya kritisku Melambung dan membuai di pencapaian tinggi Alfian Nurul Firmansyah Siswa MTsN Lamongan
Sunset
Kau menghilang di ufuk Barat Meninggalkan seberkas sinar jingga Yang menyilaukan mata Namun, Menghangatkan jiwa Sinar jinggamu begitu mempesona Menerangi Seluruh jagat raya Begitu terang benderang Tak lama lagi. Kau akan menghilang Menyembunyikan diri dari waktu Perlahan tapi pasti Sekarang, Kau benar-benar hilang Hilang dari pandanganku Diyana Aulia Kelas VIII-A MTsN Lamongan
Surya tinggalkan Barat Senja pamit menghilang Lukisan gelap melintas di mata Irama kesunyian menyelimuti jiwa Menatap makhluk terhenti berlari Menepis letih cucuran keringat Terlelap dalam indahnya alam khayal Ku panang awan membiru Bulan menebar senyum, bintang menyapa raga Terlukis sosok insan melayang Sosok nan sedetik mewarnai hidup Terhampar dalam hembusan canda Bulan teguh bersenyum ria Kupandang tanah menghitam Sadarkan jiwa dalam permainan Rendah nian sosok hamba Keheranan memutar kalbu Tanya yang kian mendebu-debu teriring nafsu kesombongan insan nan lemah Sirna sudah malu yang terbina Ingatan layang hiraukan Sang Pencipta Tanya rasuki nurani Pikiran tersumbat nafsu dunia Menginjak-injak cucuran keringat diri Tanpa pikir jernih yang kian menjauh Kebodohan berguling di atas sengsara Melumpuhkan diri nan lebur termakan tanah Harap berontak bangunkan jiwa Tekad baja membeku sempurnakan akhlak Padamkan tingkah hina nan meronta-ronta Geliat syukur dalam nurani Menanti cahaya bangunkan batu Tadahkan tangan setia terangkat Hati yang selalu meminta Guna raih ampun Sang Maha Kuasa Ratnah Ningsih Siswa MTsN Lamongan
TTM EDISI 354
Bulan MARET 2016
TTM Edisi 354
MPA JAWABAN TTM NO. 353
Mendatar : 1.DAUD 3.JERAMI 6.ERA 7.INGKAR 8.ASUMSI 11.GAUNG 14.IBA 16.PRIMA 19.SEPATU 22.TAMBUN 23.ITU 24.AMANAH 25.HEAD
DAFTAR PERANYAAN TTM NO. 354 Mendatar : 1. Baik dan damai tidak bertengkar 3. Miring ke sebelah, tidak tegak 7. Menyusup, menyelunduk 9. Berasa nyaman dan ringan di badan 10. Orang diutus oleh Pemerintah untuk melakukan tugas khusus 12. Cerita/diskripsi suatu kejadian 14. Turunan kedua 15. Perkataan atau kalimat dari Al Qur’an/Hadits yang dipakai dasar 16. Sangat, amat, teramat 17. Sejenis kain sulam 20. Organ tubuh manusia sebagai tempat segala perasaan/batin 22. Negara Eropa Timur 23. Menyuruh, membawa kepada 24. Laut di kepulauan Maluku 25. Lawan rajin Menurun : 1. Rumah susun 2. Universitas Lampung 3. Daerah di Jawa yang banyak menghasilkan minyak 4. Pulau 5. Bersangkutan dengan zat yang berasal dari makhluk hidup 6. Mengerok, mencakar dengan kuku 8. Panggilan terhormat untuk saudara muda 11. Puji-pujian kepada Allah dengan mengucap Subhanallah 13. Sesuatu yang sengaja disembunyikan 16. Salah satu wali/sunan 18. ........... satifa, nama latin tanaman padi 19. Sejenis umbi-umbian 20. Rawan hati, iba, kasihan 21. Mencontoh, meneladani
KUPON
No : 354
Menurun : 1.DOING 2.DEKAN 3.JERA 4.RATU 5.INGIN 9.SUAP 10.MUSI 12.URIP 13.GIAT 15.USAHA 17.RUMAH 18.ASNAD 20.AMIN 21.UTUH
Peraih Hadiah TTM No. 353 1. Miftakhul Huda Perum Jaya Regency Blok P 26 Sedati-Sidaorjo 2. M. Rosid Jl. Hasanudin No.5 RT. 11 RW. 2 Kec. Mojosari Kab. Mojokerto (61382) 3. M. Hakim Mumtazul Wafa MTsN Srono Jl. Raya No.171 Srono Banyuwangi (68471) 4. Su’udi, M.Pd. SMP Negeri 2 Tenggarang Jl. Raya Situbondo 96 A Tenggarang – Bondowoso 5. Endah Ratnawati MAN Nglawak-Kertosono Jl.KH.Abdul Fattah-Nglawak Kertosono (64351) Ketentuan : 1. Jawaban ditulis pada kartu pos dan ditempeli kupon sesuai dengan nomornya. 2. Jawaban dikirim ke redaksi MPA paling lambat akhir Maret 2016 (cap pos). 3. Peraih hadiah diumumkan pada MPA edisi 355.
MPA 354 / Maret 2016
63
SAHABAT
Hafizah Cahaya Wahyu Rozaq
Zackia Irfani Putri
Panggilan : Hafizah
Panggilan : Kiki
TTL : Sidoarjo, 01 April 2011
TTL : Sidoarjo, 5 Juni 2011
Alamat : Ds. Punggul Jln. Cendrawasih 15
Alamat : Tebel Barat RT.07 RW.01
Gedangan, Sidoarjo
Gedangan Sidoarjo Jatim
Hobi : Membaca, Menggambar
Cita-cita : Ustadzah
Orangtua : Joko Wahyudi dan Nurlaila
Hobby : Membaca alquran Orangtua : Irwanto, S.Pd & Nadifatul Munawwaroh, S.Pd.
Aghisna Nilam Mahabbat
Nazulal Haq Limaírifatil Wafa
Panggilan : Aghis
Panggilan : Wafa TTL : Gresik, 22 September 2006 Alamat : Dukuh RT.11 RW.05 No.15 Pengalangan Menganti Gresik Sekolah : Kelas 1 MI Bahrul Ulum Pengalangan Menganti Gresik Cita-cita : Jadi guru Hobby : Menghafal al-Qur’an dan membaca cerita Orangtua : Moch. Aliq dan Nur Hidayati
TTL : Sumenep, 4 Desember 2011 Alamat : Jl. KH. A. Sajad No. 70 Bangselok Sumenep Hobi : Membaca Cita-Cita : Pelukis Orangtua : Zainol Huda & Hukmawati
Muhammad Arkan Ebyad Benaser Haq
Dzikri Nur Muhammad Syauqi Huda
Panggilan : Ebyad
Panggilan : Dzkri
TTL : Jember,12 Januari 2012
TTL : Lamongan, 28 Oktober 2008
Alamat : Garahan Kec. Silo Kab. Jember Hobby : Mendengarkan sholawat Habib Assegaf
Alamat : JL. Sunan Kalijogo Gg. Jambu Mente RT 04 RW 05 No. 06 Sukorejo Lamongan Sekolah : TK Ma’a rif “Bintang Sembilan“ Lamongan
Cita-cita : Hafidz al-Qur’an dan dosen
Cita-cita : menjadi kyai kondang
Orangtua : Nasirudi. F., M.Pd.I dan Evi Haryati
Orangtua : Achmad Nuril Huda dan Chusnul Chotimah
64
MPA 354 / Maret 2016
SARI HIKMAH
Belajar dari Bunda Hajar Di tengah panas terik padang pasir yang kering kerontang, Nabi Ibrahim as. menunggang unta bersama Hajar dan bayi kecilnya Ismail as menempuh perjalanan jauh ke suatu daerah yang sekarang dikenal dengan Mekkah.
S
etelah menempuh perjalanan panjang sekitar enam bulan, tibalah mereka di sebuah lembah tandus di tengah-tengah padang pasir. Kanan kiri hanya gunung batu. Tanpa pohon. Tanpa mata air. Tanpa manusia. Nabi Ibrahim as. menyuruh Hajar untuk tinggal di tempat tersebut bersama sang bayi tanpa dirinya guna meneruskan dakwahnya di bumi Syam. Hajar meneguhkan diri. Ini adalah perintah Ilahi dan itu benar. Hanya satu keyakinan, Allah tidak akan membiarkannya. Sebagaimana yang ia katakan, “Allahu amaroka bi hadza?” (Apakah Allah yang memerintah kepadamu agar saya tinggal di sini?) Nabi Ibrahim as. menjawab, “Na’am.” (Iya). Kemudian Hajar berkata lagi, “Idzan laa yudlayyi’uni.” (Jadi kalau begitu, Allah tidak akan membiarkanku). Subhanallah, sungguh gambaran istri yang taat kepada suaminya. Alih-alih menggerutu dan marah kepada suami, Hajar pun berikhtiar mencari makanan dan minuman untuk dirinya dan buah hati. Maka, naiklah Hajar ke bukit Shafa. Diedarkannya pandangannya barangkali ada manusia, hewan atau mata air di sana. Dari Shafa, Hajar melihat ada mata air di bukit Marwa. Maka berlari kecillah ia ke Marwa dan didapatinya hanya fatamorgana. Dari Marwa, Hajar mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dalam pandangannya di Shafa ada mata air, dan kemudian berlari kecillah ia ke Shafa dan ternyata hanya fatamorgana. Maka bolak baliklah Hajar sebanyak tujuh kali dari Shafa ke Marwa sampai didapatinya Ismail kecil yang ditinggalkannya di lembah menangis. Atas izin Allah, kepakan sayap Jibril di bawah kaki Ismail kecil mengeluarkan air. Setelah dia dan bayinya melepas dahaga sepuasnya, kuatir mata air yang meluap itu hilang karena terserap panasnya padang pasir, maka Hajar pun membuat bendungan kecil sambil mengucapkan kalimat “zamzam” yang dalam bahasa Palestina berarti berkumpullah-berkumpullah. Atas tindakan Hajar ini, Rasulullah Muhammad saw.
berkata, “Semoga Allah merahmati ibunya Ismail. Jika dia tidak membendung mata air itu, maka mata air itu akan menjadi lautan yang luas.” Sejak saat itu, zam-zam menjadi mata air yang tak pernah kering diminum jutaan jemaah haji sampai sekarang. Ridha Allah merupakan tujuan utama dari kehidupan seorang muslim dan muslimah. Dan kehidupan berumah tangga merupakan bagian darinya, dan satu di antara yang akan mendatangkan keridhaan Allah adalah proses ketaatan istri terhadap suaminya. Sebuah tujuan yang lebih agung daripada berbagai kenikmatan apapun. Hajar, adalah lambang wanita sejati yang taat kepada suami dan perintah
Allah saw. Pelajaran kisah dari AlQuran yang menggambarkan seorang isteri, ditunjukkan Hajar, yang sanggup menempuh berbagai kesulitan hidup semata-mata karena taat akan perintah Allah saw. dan suaminya Nabi Ibrahim as, suatu teladan bagi muslimah sejati. Dari amal sederhana karena menerima titah Allah dan taat kepada suaminya itu pula, Allah menjadikan sa’i (lari-lari kecil) Hajar dari Shafa dan Marwa sebagai rukun haji dan umroh. Dan semenjak diperintahkannya haji dan umroh, dari setiap orang yang haji dan umroh, Hajar panen pahala. Dan itu abadi sampai hari kiamat. Subhanallah. •Siti Fatimah, dari berbagai sumber. MPA 354 / Maret 2016
65
dunia islam
UPAYA MENANGKAL ISLAMO-PHOBIA DI INGGRIS DAN SELANDIA BARU Banyak upaya dan cara yang dilakukan oleh saudara-saudara kita Muslim minoritas di negara barat yang sering masyarakatnya tidak hanya tak bersahabat. Tetapi juga sering memancing konflik, menebar tuduhan negatif, yang dapat mengundang permusuhan. Upaya kreatif dan simpatik yang dilakukan ikhwan kita itu, disamping untuk menangkal Islamo-phobia yang sedang berlangsung dan sekarang lagi gencar-gencarnya digerakkan disana. Juga sekaligus untuk menyebarkan pemahaman Islam yang ramah, santun, damai, dan penuh kasih sayang (Islam yang rahmatan lil ’alamiin).
S
alah satunya adalah apa yang dilakukan oleh Dewan Muslim Inggris (DMI). Organisasi yng menaungi warga Muslim di Inggris itu menyelenggarakan acara yang dinamakan ”Visit My Mosque Day” (VMMD). Pada acara tahunan ini, masyarakat Inggris dari berbagai latar bela kang agama dapat berkunjung ke lebih dari 90 masjid di seantero Inggris. Diantara masjid yang akan membuka pintu lebar-lebar bagi pengunjung adalah masjid-masjid yang berada di sejumlah kota besar dengan populasi Muslim yang cukup dominan seperti London, Birmingham, Manchester, Leeds, Glasgow, Cardiff, Belfast, Plymouth, dan Canterburry. Diantara masjid itu, ada masjid tertua di Inggris, yaitu Masjid Shah Jahan di Woking, Surrey dan Masjid Abdullah Quilliam, Liverpool yang dibangun pada akhir abad ke-19. Masyarakat juga dapat mengunjungi masjid besar lainnya, seperti Islamic Cultural Center, London, serta Masjid London Timur. Sedangkan warga Birmingham, dapat mengunjungi Birmingham Central Mosque. Di samping itu, jumlah masjid yang ambil bagian dalam ”Visit My Mosque Day” (VMMD) tahun ini jauh lebih banyak ketimbang tahun lalu, yang hanya melibatkan 20-an masiid saja. Menurut Sekretaris Jenderal DMI Dr. Shuja Shaffi, acara ini bertujuan mencip takan pemahaman yang lebih baik tentang Islam. ”Kami kira akan berguna untuk membuka sebanyak mungkin masjid untuk para tetangga dan mengungkap apa yang terjadi di dalamnya”, katanya seperti dilansir laman muslimnews.co.uk. Salah satu pengunjung dalam kegiatan ”VMMD” ini adalah Pastor Jeremy Taylor dari Gereja Paroki Wood St John. Ia mengatakan, ”Beragam masalah datang akibat ketidak pedulian dan tidak saling mengenal di kalangan masyarakat. Acara yang indah ini, dapat membantu menumbuhkan pema haman yang lebih baik”, katanya. Selanjutnya Oliver Miller, mahasiswa studi keamanan internasional di sebuah universitas di London, mengatakan, bahwa ia datang untuk mencari tahu tentang agama Islam yang sesungguhnya. ”Saya ingin mengetahui lebih banyak tentang pesan Islam, karena selama 66
MPA 354 / Maret 2016
Shah Jahan, Masjid Cantik dan Tertua di Inggris.
ini kita mendengar banyak tentang hal itu di media yang digambarkan dalam baik dan buruk”, kata Miller. Ia menilai, acara ini sangat baik untuk memperkenakan Islam. Sehingga Islam menjadi terbuka dan tidak tersembunyi dari masyarakat. Miller mengaku tertarik mengunjungi masjid setelah membaca berita tentang Presiden Barack Obama yang untuk pertama kalinya mengunjungi masjid di Amerika Serikat belum lama ini. Saat ini, terdapat sekitar 3 juta-an umat Islam di Inggris, atau hampir 5% dari total populasi negeri itu. Di benua lain, para Mahasiswi Muslimah Selandia Baru (MMSB), mengadakan aksi sosial untuk mereka yang tergolong tuna wisma. Bantuan ini, tergabung dalam program amal yang diadakan satu bulan sekali. Para MMSB ini, memberikan bantuan berupa makanan dalam bentuk kemasan kepada para tunawisma. Bertujuan, antara lain agar Warga Selandia Baru mengenal Islam yang ramah, bersahabat, dan peduli kepada sesama. ”Dengan adanya aksi ini, maka warga Selandia Baru menjadi tahu akan
citra Islam yang sesungguhnya”, ujar Mufassir (19), seperti dilansir laman stuff.co.nz (090216) kemarin. Dalam kesehariannya para mahasiswi ini mengenakan jilbab, sehingga mereka seringkali memperoleh perlakuan diskriminatif. Tetapi dengan adanya aksi sosial ini, diharapkan warga Selandia Baru dapat memperlakukan Muslimah sama dengan perempuan lainnya. Aksi ini bukan hanya diikuti oleh mahasiswi. Tetapi juga oleh ibu-ibu dan kalangan Muslim. Salah satu dari tunawisma, bernama Henare McClean, mengaku senang dengan adanya aksi sosial ini. Ia dan temantemannya mengapresiasi keinginan Muslim yang bersedia meluangkan waktu untuk mengadakan aksi sosial semacam ini. Pria yang telah hidup dijalanan sekitar 6 tahunan ini mengatakan, bahwa lewat aksi ini mereka menemukan keakraban antara tunawisma dan warga Selandia Baru lainnya. Ia berharap, agar aksi sosial semacam ini sering-sering dilakukan. •diolah dari islam digest dan khazanah Republika 14-16 02 16 ; Ahar
MPA 354 / Maret 2016
67
(QS. Ali Imran: 200)
68
MPA 354 / Maret 2016
Masjid Agung Baiturrahman Ngawi
pada MAJALAH INI TERDAPAT KUTIPAN AYAT-AYAT AL QUR’AN. UNTUK ITU JAGA DAN SIMPAN SEBAGAIMANA MESTINYA.
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu serta tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."