Daftar Istilah Engraving Teknik cetak menggunakan kayu, plat, atau permukaan lain yang diukir
Hieroglyph Susunan gambar yang mewakili kata/bunyi dari kebudayaan Mesir Kuno
Idiosyncratic Suatu karakteristik yang khusus dari seseorang terhadap suatu benda/tempat
Gouache Metode cetak menggunakan tinta yang padat dengan substansi menyerupai lem
Intaglio Proses cetak yang mana bagian – bagian tertentu digunakan teknik Engraving
Kerning Jarak antarhuruf
Khroma Intensitas/kekuatan warna
Kodeks Manuskrip kuno yang berbentuk/dijadikan buku
Leading Jarak antarbaris
Lithography Proses cetak menggunakan permukaan rata yang digunakan untuk menghalangi tinta kecuali pada bagian – bagian tertentu
Offset Metode cetak yang menggunakan sebuah permukaan karet untuk memindahkan tinta dari plat ke kertas
Piktograph Sebuah simbol gambar dari satu kata/kalimat
Sub Rosa Kejadian/peristiwa yang dirahasiakan, dibawah mawar (latin)
Tracking Jarak antarkata
Vignette Illustrasi/ foto yang berbaur dengan latarnya tanpa batas yang jelas
41
Daftar Pustaka Buku: Darmaprawira, Sulasmi. 2002. Teori Warna dan Penggunaannya Edisi ke - 2. Bandung : Penerbit ITB. Djojosuroto, Kinayati.2006. Pengajaran Puisi, Analisis dan Pemahaman. Bandung : Penerbit Nuansa. Sihombing, Danton.2003.Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Sindhunata.2003. Air Kata – Kata.Yogyakarta : Galang Press dan Bayu Media. Tiara, Aurelia.2006. Sub Rosa.Jakarta: Vieramedia. Yelland, Jill.1996. Typo Survival Kit For All Type Emergencies. Australia : Press For Success. Laporan: Widyadhana, Agra Satria. 2007. Laporan Tugas Akhir Desain Grafis-Sosialisasi Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa Melalui Buku Visual. Bandung : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Situs internet: 16-09-2007 www.republika.co.id. http://id.wikipedia.org http://www.suarakarya-online.com http://www.sinarharapan.co.id http://kompas.com/ 18-09-2007 www.pikiran-rakyat.com http://www.ruangbaca.com http://www.sinarharapan.co.id http://kompas.com/ 25-09-2007 http://id.wikipedia.org 22-10-2007 www.pikiran-rakyat.com http://id.wikipedia.org www.seorangsenja.blogspot.com www.subrosa-poems.com 30-12-2007 www.karenwhimsy.com www.corbis.com www.subrosa-poems.blogspot.com www.seorangsenja.blogspot.com
42
DAFTAR LAMPIRAN Analisis singkat empat belas puisi Sub Rosa dengan menggunakan metode analisis strukturalisme genetik dan hasil wawancara dengan Aurelia Tiara.
43
LAMPIRAN Berikut adalah Penjelasan singkat makna yang diperoleh dari hasil analisis menggunakan metode analisis strukturalisme genetik dan hasil wawancara dengan Aurelia Tiara, penulis “Sub Rosa” 1.Animae Dimidium Meae (85) Aku ada karena aku mencinta. Dalam hitungan masehi, yang berlari cepat, saat kau dekat. Dalam kilasan detik, yang lamban bergeser, saat kau jauh. Puisi ini adalah puisi deskriptif, ditulis secara konvensional satu baris dan dua bait. Bait pertama dan kedua terdiri dari tiga baris. Baris pertama setelah judul adalah arti dari Animae Dimidium Meae yang diambil dari bahasa Latin. Struktur fisik puisi: Diksi: menggunakan makna konotasi Gaya bahasa: mengunakan majas metafora, simile, dan personifikasi. Pencitraan (imagery): terdapat pengimajinasian visual dan dan taktikel (imaji indera). Struktur batin puisi: Pokok pikiran: tentang perasaan jatuh cinta yang seakan-akan memanipulasi waktu Tema: cinta Nada: intonasi biasa, seperti berbicara pada diri sendiri Suasana: terdapat rasa menggebu saat dekat dengan seseorang yag dicinta dan rasa rindu dan bosan saat jauh dari orang tersebut Amanat: Puisi ini bercerita tentang makna cinta yang membuat waktu menjadi seakan-akan bergerak dengan cara yang berbeda ketika seseorang dekat dengan orang yang dicinta atau jauh dari orang tersebut.
44
2. Tiket Satu Arah (23) Nanti kita pasti bersama, duduk bergelung rapatkan kaki, mungkin dengan secangkir kehangatan, yang selalu kubuatkan untukmu, lalu kau bagi dua denganku. Di suatu fajar, entah bukit yang mana, di suatu senja, entah semburat yang mana, mungkin juga suatu malam, entah khayal atau bukan. Puisi ini adalah puisi naratif, ditulis secara konvensional sebanyak 2 bait.bait pertama terdiri dari lima baris, dan yang kedua terdiri dari empat baris Struktur fisik puisi: Diksi: makna denotasi dan konotasi Gaya bahasa: majas metonimia dan metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji visual dan taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: berisi harapan ingin mewujudkan sesuatu dengan seseorang Tema: keinginan terpendam Nada: nada bicara kepada seseorang sekaligus diri sendiri dengan intonasi berandai-andai Suasana: hangat, samar-samar antara realitas dan kenyataan karena sedang berimajinasi Amanat: Puisi ini bercerita tentang sebuah keinginan indah yang sangat ingin diwujudkan tetapi terwujudnya keinginan tersebut masih berupa sesuatu yang samar-samar antara realitas dan khayal. 3. Sub Rosa (72) Mereka tidak perlu tahu, degup jantung yang berpacu, birahi yang tak tertata, dalam setiap tatap mata. Cerita kita milik berdua, dalam meja pertemuan ini,
45
setelah nanti kusematkan, bunga mawar di depan pintu. Puisi ini adalah puisi naratif , konvensional, yang terdiri dari 2 bait, masing-masing memiliki empat baris. Struktur fisik puisi: Diksi: makna denotasi dan konotasi Gaya bahasa: majas metafora, personifikasi Pencitraan (imagery): terdapat imaji visual dan taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: sesuatu yang dirahasiakan Tema: pembicaraan rahasia Nada: nada bicara kepada seseorang dan diri sendiri dengan intonasi perlahan (hatihati)seperti berbisik. Suasana: sedikit misterius dan membuat penasaran Amanat: Puisi ini bercerita tentang sebuah pertemuan dan pembicaraan yang sangat pribadi dengan seseorang. pembicaraan tersebut menjadi rahasia bagi mereka berdua. 4. Rindu yang Sederhana (26) Aku rindukan kau, saat pandang melayang, usik malam yang senggamai bulan. Bahkan pada letupan air mendidih, yang lukai punggung tanganku. Menyaru rasa yang menggedor dada, perih dan begitu melegakan. Aku rindukan kau, sesederhana itu. Puisi ini Merupakan puisi deskriptif, konvensional, terdiri dari tiga bait. Bait pertama tiga baris, bait kedua empat baris dan bait ketiga dua baris. Struktur fisik puisi: Diksi: makna denotasi dan konotasi
46
Gaya bahasa: majas metafora dan personifikasi Pencitraan (imagery): terdapat imaji visual dan taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: rasa rindu yang mendalam Tema: perasaan rindu pada seseorang Nada: nada bicara kepada seseorang sekaligus diri sendiri dengan intonasi melankolis Suasana: malam hari, melankolis, sambil melamun Amanat: Puisi ini bercerita tentang suatu kerinduan yang mendalam terhadap seseorang. Saking mendalamnya, kerinduan itu seakan menyakiti. Meskipun demikian, kerinduan tersebut tetap sulit dihilangkan. 5. Utuh (50) Beku atmosfer malam itu, Kau membakarku. Ingin mencampakkan segera, semua basa-basi itu, selimut yang menutupimu. Masuki labirin sunyi, entah kaki-mu atau –ku, terlalu gemetar, kita buat gaduh saja.. Malam terusik, gelap melindap, sinar matari agak jengah, mengintip malu-malu.. Fajar itu, kita satu. Merupakan puisi deskriptif, konvensional, terdiri dari lima bait dengan pola baris 2-3-4-3-2. Struktur fisik puisi: Diksi: makna konotasi Gaya bahasa: majas personifikasi dan metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji visual, auditif, dan taktikel
47
Struktur batin puisi: Pokok pikiran: romantisme cinta Tema: kejadian bermesraan dengan kekasih Nada: nada bicara kepada diri sendiri dengan intonasi sedikit terburu-buru diawal, lalu terdapat nada inisiatif/mengajak di bagian tengah puisi Suasana: dari malam yang sunyi hingga waktu fajar, dari tenangnya malam hingga suasana pagi Amanat:Puisi ini bercerita tentang dorongan yang sangat besar untuk “menyatu” secara fisik tanpa harus pusing memikirkan tentang hari esok, keadaan nanti atas segala konsekuensi yang mungkin akan dihadapi secara fisik terutama emosional. Dalam hal ini, penulis ingin menggambarkan suatu keberanian untuk mengambil langkah duluan dan tidak takut pada kenyataan bahwa nantinya hatinya sendiri mungkin akan terluka. 6. Orionku (106) Purnama nyaris menghilang, maka kutarik dataran buana, menumpukkan kaki lelah di atasnya, menyenderkan lengkung punggung, dan rebahkan diri.. Melihat indahnya langit terjangkau mata batin, dengan titik bintang yang kurangkai sendiri, jadi estetika tiada tanding, kamu. Merupakan puisi deskriptif, konvensional, yang terdiri dari dua bait berisi lima dan empat baris. Struktur fisik puisi: Diksi: makna konotasi Gaya bahasa: majas metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji visual Struktur batin puisi: Pokok pikiran: kerinduan Tema: perwujudan perbuatan untuk mengobati rasa rindu
48
Nada: nada bicara kepada diri sendiri dengan intonasi naratif, seperti menulis pada buku harian. Suasana: melepaskan lelah dengan melihat malam berbintang yang cerah dan indah Amanat:Puisi ini bercerita tentang perasaan cinta yang mendalam sehingga
keinginan
yang terdalam itu membuat diri mencitrakan wajah orang yang terkasih pada langit. Dalam hal ini langit dianggap sebagai suatu tempat
yang sempurna dimana segala keindahan
dan kesempurnaan berasal dari langit. 7. Vibrasi (54) Getar itu masih sama, terkurung dalam kotak, dari tiap pijar imaji. Resah digenggam, buat khawatir asa kecilku. Mataku merangkum seorang, yang tak pernah lari, dari mimpi di malam sepi. Getar itu masih, pada kelopak mata, pada bibir, pada lemah jemari, pada degup jantung, padaku, karnamu. Merupakan puisi naratif , konvensional, yang terdiri dari empat bait. Bait pertama terdiri dari tiga baris, bait kedua dua baris, ketiga tiga baris dan keempat empat baris. Struktur fisik puisi: Diksi: makna denotasi Gaya bahasa: majas metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji taktikel dan imaji visual Struktur batin puisi: Pokok pikiran: perasaan mendalam pada seseorang Tema: munculnya bayangan tentang seseorang melalui rasa yang pernah dialami indera tubuh Nada: terdapat intonasi resah dan sedikit getir
49
Suasana: sedikit cemas dan khawatir tetapi mendalam dan emosional. Amanat: Puisi ini bercerita tentang sebuah kerinduan yang membuat hati bergetar hanya karena melihat sebuah benda. kerinduan yang dirasakan membuat pikiran menerawang membayangkan peristiwa yang telah dialami. 8. Dua Versi (103) Saputangan bunga menutup mataku, jantungku bertalu, aku gugup. Kau mendekapku lalu berbisik, warna belah langit yang luar biasa, indah berpendaran bagai kristal. Untuk apa kau susah payah berkata, gambaranmu masih kurang sempurna, aku tlah temukan klimaks bias dalammu, dan dibalik saputangan bunga, aku tidaklah buta. Merupakan puisi naratif,konvensional yang terdiri dari dua bait berisi lima baris. Struktur fisik puisi: Diksi: makna denotasi dan konotasi Gaya bahasa: majas simile dan metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji visual, auditif, dan taktikel. Struktur batin puisi: Pokok pikiran: kamuflase Tema: menyembunyikan kenyataan dengan cara menutupinya dengan sesuatu yang indah Nada: nada bicara kepada seseorang dengan intonasi menyindir. Suasana: Seperti perasaan ketika mengetahui bahwa kenyataan yang terjadi tidak seindah apa yang diucapkan oleh seseorang kepada kita Amanat:Puisi ini bercerita tentang sesuatu yang indah sebagai kamuflase yang digunakan untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya tidak seindah itu, dan tanpa ditutup-tutupi pun kenyataan tersebut sudah dirasakan dan sesuatu yang indah tidak selamanya apa yang terlihat di mata tetapi lebih pada apa yang dirasakan di hati.
50
9. Renta (123) Dia mencelurkan aku dalam sekejap. Tinggalkan hatiku menjadi pasir, hancur luluh di dalam dadaku. Dayaku pun musnah, termakan habis sesap mautnya. Merupakan puisi deskriptif, konvensional yang terdiri dari lima baris. Struktur fisik puisi: Diksi: makna konotasi Gaya bahasa: majas metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: hancurnya perasaan karena perbuatan seseorang Tema: Perasaan sedih karena disakiti kekasih Nada: nada bicara kepada diri sendiri dengan intonasi sedih dan kecewa. Suasana: sedih, kecewa, melankolis dan suram Amanat:Puisi ini bercerita tentang sebuah perasaan yang tersakiti, bagaimana sebuah kebahagiaan bisa tiba-tiba lenyap hanya karena sebuah perbuatan yang mungkin dilakukan tanpa disadari atau memang disengaja untuk menyakiti. 10. Hati dengan Keloid (107) Suara laut menderu, begitu tinggi dalam bising. Keraskan hati, beratkan telinga. lekatkan mata, pupuskan ingin Biar aku sembuh dari luka, yang datang dari pesta pora, Biar aku bisa berbalik dan pergi, tinggalkan semua gempita.
51
Suara laut masih tetap menderu, tapi aku tak lagi mendengar. Merupakan puisi deskriptif, konvensional , yang terdiri dari empat bait berpola 2-4-4-2. Struktur fisik puisi: Diksi: makna denotasi dan konotasi Gaya bahasa: majas metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji auditif, visual dan taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: perasaaan sedih karena perbuatan seseorang Tema: keinginan untuk sembuh dari luka dan sakit hati Nada: nada bicara kepada diri sendiri dengan intonasi berusaha menahan diri dari godaan perasaan yang dapat membuat teringat kepada kesedihan. Suasana: getir, sedih dan mencoba mencari cara untuk menghilangkan kesedihan Amanat: Puisi ini bercerita tentang keinginan untuk memulihkan perasaan yang telah sakit dengan cara meninggalkan segala hal yang “bising” dihati dan pikiran. 11. Jahitan Hati (91) Jelujurmu kurang rapat masih miring barang seinci Jelatik masih bisa lolos, apalagi pedih dan perih ini. Merupakan puisi deskriptif, konvensional, yang terdiri dari empat baris. Struktur fisik puisi: Diksi: makna konotasi Gaya bahasa: majas metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: berisi perasaan hati yang luka karena perbuatan seseorang Tema: menuding seseorang atas perbuatannya Nada: nada bicara kepada seseorang intonasi meyindir dan agak sinis Suasana: kecewa, sedih, sedikit marah.
52
Amanat: Puisi ini bercerita tentang susahnya menyembuhkan luka pada hati. Walapun berusaha diobati tetapi masih membekas. 12. Makam Sebuah Dongeng (63) Menggubah lirih malam, lengkap dengan notasi, jadi soneta peluruh sukma. Dahaga sepanjang sahara, jadi dataran es tak bertepi, dengan musim semi di tengah. Kau, menghuni lubuk hati, tertera pada ratusan lembar ingatan, tanpa bisa kucoret dengan darah. Merupakan puisi naratif, konvensional, yang terdiri dari tiga bait berisi tiga baris. Struktur fisik puisi: Diksi: makna konotasi Gaya bahasa: majas metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji auditif, visual, dan taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: Perasaan sedih dan kecewa bercampur cinta tema: Sulitnya melupakan seseorang yang memiliki kesan mendalam Nada: nada bicara kepada seseorang sekaligus diri sendiri dengan intonasi getir Suasana: malam yang muram dan sedih Amanat: Puisi ini bercerita tentang susahnya melupakan seseorang dengan berbagai cara. Susahnya melupakan orang tersebut karena ingatan terhadap orang tersebut begitu membekas dalam ingatan dan sulit sekali dihapus. makam diasosiakan sebagai tempat dimana semua ingatan dikubur namun tidak bisa dihapus. 13. Akhir Persinggahan (41) Daun disiakan pohon yang menua. Ah, perjalanan yang melegakan, di sore hari, yang masih terik.
53
Terdengar ricuh di ujung gang, arak-arakan semalam suntuk, lampion warna jingga sayup-sayup cahaya. Diam-diam masih mencintaimu, di tempat kenangan kita. Merupakan puisi deskriptif, konvensional , yang terdiri dari tiga bait berpola 3-3-2. Struktur fisik puisi: Diksi: makna denotasi dan konotasi Gaya bahasa: majas personifikasi Pencitraan (imagery): terdapat imaji visual auditif dan taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: kenangan tentang seseorang Tema: Perasaan cinta yang tersisa pada seseorang Nada: nada bicara diri sendiri dengan intonasi yang tenang namun penuh makna Suasana: sore hari, hangat namun temaram Amanat: Puisi ini bercerita tentang sebuah kenangan yang selalu menyertai setiap perjalanan. Kenangan tersebut selalu ada di dalam hati dan dibawa selalu selamanya.
14. Abadi (76) saat lidah kelu mengucap lafal, dan raga menjerang letih, kau tetap ada dalam aku. Walau fajar kusebut kelam, dan dingin keliru jadi bara. Kau adalah kau, terindah untukku. Merupakan puisi naratif, konvensional , yang terdiri dari dua bait masing-masing memiliki 3 baris.
54
Struktur fisik puisi: Diksi: makna konotasi Gaya bahasa: majas metafora Pencitraan (imagery): terdapat imaji taktikel Struktur batin puisi: Pokok pikiran: kenangan tentang seseorang Tema: Perasaan cinta yang selalu abadi Nada: nada bicara kepada seseorang sekaligus diri sendiri dengan intonasi pelan namun dalam Suasana: syahdu, tenang. Amanat: Puisi ini bercerita tentang seseorang yang keberadaannya sangat sulit untuk dilupakan. Orang tersebut telah mengukirkan kenangan yag berarti dalam hidup kita.
55
Ucapan Terima Kasih Penulis mengucap Syukur yang terdalam kepada Allah SWT , atas ridho dan karuniaNya sehingga seluruh proses TA dapat dilaksanakan hingga selesai. Lalu kepada para pembimbing, Pak Pri dan Pak Iman yang memberi bayak masukan kepada penulis. Mohon maaf bila dalam proses bimbingan terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Untuk Bu Riama, Pak Alva, Bu Naomi dan kak Daud sebagai penyidang, dan konsultan yang sudah memberikan waktu untuk membantu dan memberikan masukan, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Kepada Ayah dan Ibu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, untuk semua doa dan dukungan materil dan moril yang tak henti-hentinya selama TA. Terima kasih untuk hadir dalam setiap momen berharga dalam hidup penulis. Untuk Fandy Dwi Utama, terimakasih atas latihan mentalnya selama TA. Semoga kita memperoleh hikmah dari semua kejadian. Kepada Aurelia Tiara, terima kasih dan angkat topi dari penulis. Melalui kata-katanyalah perasaan penulis dapat ikut terbiaskan. Puisi-puisimu benar-benar spesial buatku. Senang bisa mengenal seorang Aurelia Tiara yang begitu bertalenta. Kepada Rengky Irawan Putra, terima kasih atas kesediaannya memotret benda-benda untuk TA-ku, dari yang wajar dipotret sampai yang agak “eksperimental”,terima kasih sudah datang ketika sehat maupun sakit, hujan maupun panas, ditraktir bensin maupun tidak. Kepada Reni Yuliandini, Monika Halim Prasetyo, Bernardi Haryoyudanto, Insan Amalia, kalianlah saudara dan saudariku di DKV. Seperti lagu dangdut, bersama kita mulai, bersama pula kita akhiri, ya bro dan sis. Walaupun Ichaz sudah mendahului kita, akhirnya weirdo-ers lulus semua. Kepada Ruli, Bena, Ogif, Juan dan Dimas. Saudaraku di DG. Susah dan Senang TA ini akan jadi memori tidak terlupakan seumur hidup kita. Katanya DG yang lulus sekarang kurang aura kompetisi, emang iya kita kan ga bersaing, kita saling mencintai bukan begitu? Kepada Lukman, Indra, Rianti, Ebet, Ani, punny, Ichaz, Sigit, Agra, bugz, terima kasih buat kehadiran dan dukungannya, juga YM conversationnya yang menemani begadang dan menjadi layanan curhat di kala gundah. Spesial kepada Danef Anugrah Wiratama, adikku satu-satunya. Tanpa banyak omong dia terus duduk disamping saya menemani begadang dengan setia sebulan sebelum sidang.
56
Sebuah kebetulan yang mengagumkan pada saat saya mengerjakan TA dia sedang main RF dengan khusyuk. Semoga karaktermu laku dengan harga tinggi , bro.. Buat pc-ku tersayang , yg setia tidak ngelag,ngehang dan kena virus selama TA. Untuk Hikari yang santai selama TA ini, sorry daghlin’ mommy still got her dates on pc’s. Princess like you should got any job that rewards money :p . Untuk The Simpsons on DVD yang diputar di saat –saat jeda mengerjakan TA, now we can say: EAT MY SHORTS! To my TA. Terakhir buat inspirasiku, yang tanpanya TA ini tidak mungkin terwujud. Terima kasih untuk semuanya, you got your own happiness, i should go chasing mine. “dan lalu..airmata tak mungkin lagi kini bicara tentang rasa, bawa aku pulang rindu, segera.. “-pulang by float.
57