Mesjid Maryum (Maryam) Dibangun Kapasitas Lokasi
: tahun 2014 : 300 orang : Galway, Irlandia
Masjid Maryum adalah masjid pertama di Irlandia yang dibangun oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah. Bangunan masjid ini terdiri dari bangunan berlantai satu dengan lantai atas terbuka yang dilengkapi dengan ruang kantor, toilet, aula, ruang untuk shalat, dan sebuah kubah besar di atas ruang shalat utama serta kubah yang lebih kecil. [][]
Masjid Tarik Kapasitas : 100 orang Lokasi : Gentilly, Mauritius
Susunan Redaksi SINAR ISLAM Penasehat H. Abdul Basit Pemimpin Umum Mahmud Mubarik Ahmad
Pemimpin Redaksi Fazal Muhammad
Redaktur Pelaksana Sukma Fadhal Ahmad
Muhammad Robiul Hakim Distribusi Amiruddin Nouval
Penerbit
Jln. Tawakal Ujung Raya No. 7 Jakarta Barat 11440
Daftar Isi: Dari Redaksi Hari Pahlawan Al Quran Tafsir Kabir Kutipan Hadits Sajian Utama Ahmadiyah dan Fundamentalisme Islam Terjemah Buku Masih Mau’ud a.s. Haqiqatul Wahyu Bag. 1 Sabda-sabda Masih Mau’ud a.s. Malfuzat Menjawab Tuduhan Jawaban Atas Tuduhan Kitab Suci Ahmadiyah adalah Tadzkirah Warta Nasional Terjemah Buku Masih Mau’ud a.s. Taryaaqul Quluub Bag. 2
4 6 10 11 28 40 48 50 52
[email protected] ISSN 2355-1135
Bagi para pembaca SINAR ISLAM yang ingin mengirimkan naskah essai, opini, tinjauan buku, ataupun surat pembaca dapat dikirim melalui surat ke alamat redaksi di
Jln. Tawakal Ujung Raya No.7 Jakarta Barat 11440 atau ke alamat Email:
[email protected] Cover depan: Bendera Merah‐Putih di Hotel Yamato (sumber: hildabasar’s.blogspot.com ) Cover halaman 2: Masjid Maryum di Galway, Irlandia dan Masjid Tarik di Gentilly, Mauritius. (sumber: www.ahmadiyyamosque.info.com)
DARI REDAKSI
Hari Pahlawan Ketika Republik Indonesia baru berusia dua minggu, tepatnya tanggal 31 Agustus 1945, pemerintah baru Republik Indonesia menerbitkan maklumat yang berisi perintah agar pada tanggal 1 September 1945 di setiap wilayah Republik Indonesia dikibarkan terus bendera Merah -Putih sebagai penegasan resmi bahwa kini Indonesia telah berdaulat, merdeka dan menjadi sebuah negara baru yang lahir di dunia. Maklumat ini disambut suka cita oleh rakyat di seluruh wilayah yang bergabung dengan Republik Indonesia. Mereka mengibarkan bendera Merah-Putih di berbagai tempat, terutama tempat-tempat penting dan strategis. Namun, pada tanggal 18 September 1945 ujian pertama terhadap kedaulatan Republik Indonesia terjadi di Surabaya dengan terjadinya insiden perobekan bendara Belanda (Merah-Putih-Biru) di Hotel Yamato oleh masyarakat Surabaya. Waktu itu, sehari sebelum insiden terjadi, beberapa orang Belanda pimpinan W.V.Ch Ploegman dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) dengan sengaja mengibarkan bendera Belanda di tiang bendera Hotel Yamato, sebagai tanda bahwa kota Surabaya masih berada di bawah kekuasaan
4
Belanda. Pagi harinya, tanggal 18 September 1945, masyarakat Surabaya marah demi melihat bendera Belanda berkibar di Hotel Yamato. Kemarahan masyarakat Surabaya atas ulah orang Belanda itu berujung dengan insiden perobekan kain warna biru yang ada pada bendera Belanda yang berkibar. Kita memaklumi kemarahan masyarakat Surabaya waktu itu sebagai tindakan benar yang didasari atas rasa cinta dan loyal terhadap negara yang baru saja lahir. Apalagi ternyata diketahui bahwa Belanda yang sudah terusir dari Indonesia ketika dikalahkan oleh tentara Jepang pada bulan Maret 1942, mencoba untuk menguasai Indonesia kembali dengan cara mendompleng pasukan Sekutu untuk wilayah Asia Tenggara pimpinan Inggris yang mendapat tugas melucuti persenjataan pasukan Jepang yang menyerah tanpa syarat setelah dua buah bom atom milik Amerika menghancurkan dua kota penting di Jepang, Nagasaki dan Hirosima. Upaya mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia kembali dilakukan oleh masyarakat Surabaya ketika pasukan The Fighting Cock 49 Indian Infantery Brigade (dikenal dengan sebutan Brigade 49) pimpinan Brigadir Jen-
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
dral Aubertin Mallaby, sebanyak 6000 orang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perak, pada tanggal 25 Oktober 1945. Kedatangan mereka yang awalnya bertujuan untuk melucuti senjata dari pasukan Jepang, ternyata kemudian dibelokan untuk melucuti persenjataan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan masyarakat Surabaya, pasalnya persenjataan pasukan Jepang telah terlebih dahulu dikuasi TKR. Bagi TKR dan masyarakat Surabaya, menyerahkan senjata kepada pasukan Sekutu sama saja dengan merobohkan kembali kedaulatan negara Republik Indonesia yang baru saja berdiri. Maka akhirnya mereka melakukan perlawanan sengit pada tanggal 28 Oktober 1945 dan mampu mengalahkan Inggris, hingga akhirnya Inggris meminta bantuan Presiden Soekarno membujuk masyarakat Surabaya untuk melakukan gencatat senajata. Tapi kematian Brigadir Jendral Mallabi akibat sebuah ledakan granat tangan yang berasal dari anak buahnya sendiri pada tanggal 30 Oktober 1945 telah memicu serangan besar-besaran dari pasukan Inggris di Surabaya pada tanggal 10 Nopember 1945. Serangan besar-besaran itu ternyata tidak semudah yang dibayangkan Inggris. Masyarakat Surabaya melakukan perlawanan maksimal walau pun sebagian besarnya dari mereka hanya bersenjatakan bambu runcing dan clurit. Sekira 16.000 orang warga Surabaya gugur dan ribuan lainnya mengalami lukaluka.
Pihak Inggris mengakui bahwa Perang Surabaya adalah perang terberat yang dialami tentara Inggris setelah Perang Dunia II berakhir. Bahkan pasukan Inggris telah menjuluki Perang Surabaya sebagai ‘Inferno di Timur Jawa’. Diperkirakan lebih dari 2000 orang tentara pasukan Inggris tewas, yang dua orang diantaranya berpangkat jendral, Jendral Aubertin Mallaby dan Brigadir Jendral Robert Guy Loder Symonds. Dalam sejarah Bangsa Indonesia, tercatat bahwa semangat perlawanan sengit masyarakat Surabaya terhadap pihak asing yang dianggap akan merobohkan kedaulatan negara menjadi inspirasi yang kemudian melahirkan sikap-sikap patriotisme luar biasa. Peristiwa itu kemudian diabadaikan sebagai Hari Pahlawan. Sebagai bangsa yang merdeka kita bersyukur memiliki moment yang mampu membangkitkan jiwa patriotik kita, yaitu Hari Pahlwan 10 Nopember. Negara tanpa pahlawan sama artinya negara tanpa kebanggaan. Jika sebuah negara tidak memiliki tokoh yang bisa dibanggakan, negeri itu miskin harga diri. Ia bahkan bisa menjadi bangsa kelas teri. Pahlawan menjadi penting karena ia memberi inspirasi. Inspirasi untuk selalu mengabdi pada negeri. Inspirasi agar bangsa terus bangkit. Selamat Hari Pahlawan! Red[][]
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
5
Al-Quran Tafsir Kabir
Surah Al-Fatihah TAFSIR Alasan surah al-Baro’ah tidak dimulai dengan Basmallah: Semua surah pada Al-Quran mulai deng an bismillahir-rohmnir-rohiim, kecualisurah al-Baro’ah tidak. Menurut pendapat yang lebih shahih tentang ini adalah bahwa al-Baro’ah bukanlah surah yang terpisah berdiri sendiri tetapi ia adalahlanjutan dari surah al-Anfal, karena itu ia tidak dimulai dengan bismillahirrohmnir-rohiim. Didalamkitab hadits Abu Dawud ada riwayat dari Ibnu Abbas ra yaitu: س ْو َر ِة َح َّتي َي ْن ِز ْيل ُ َعلَ ْي ِه ُ صل َ ال ْ ف َف ُ س َّل َم َكاَنَ الَ َي ْع ِر َ ص َلي ﷲُ َع َل ْي ِه َو َ ِس ْول َ ﷲ ُ اِنَّ َر ّ (ِ )ابوداؤد كتاب الصلوة باب َمنْ َج ُه ِب ِب ْس ِم ﷲ- الر ِح ْي ِم َّ ِب ْس ِم ﷲِ ال َر ْح َم ِن Yakni; apabila selesai satu surah lalu turun surah yang baru maka selalu dimulai dengan bismillahir-rohmnir-rohiim.Tanpa bismillahir-rohmnir-rohiim Rasulullah Saw tidak menetapkan suatu wahyu telah turun untuk surah baru. Hakim-pun di dalam Mustadrak menuliskan riwayat ini.(Ibnu Katsir). Dari hadits ini nyatalah bahwa setiap kali turun surah baru selalu dimulai dengan bismillahir-romnir-rohiim, dan dengan itu difahamilah bahwa surah sebelumnya telah tamat. Dengan turunnya bismillahir-rohmnir-rohiim maka diberitahukanlah bahwa suatu surah baru telah dimulai. Sedangkan dipermulaan surah alBaro’ah tidak turun bismillahir-rohmnir-rohiim. Atau katakanlah bahwa setelah surah al-Anfal terus turun al-Baro’ah tanpa diawali dengan basmallah. Maka sesunguhnya al-Baro’ahitu bukanlah surah yang berdiri sendiri melainkan ia adalah bagian dari surah Al Quran Tafsir Kabir adalah salah satu karya fenomenal dari Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. Khalifah Jemaat Ahmadiyah ke‐2. Tafsir ini terdiri dari 10 volume. [][]
6
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Al-Quran Tafsir Kabir al-Anfal. Basmallah yang ditulis di permulaan semua surah adalah dari wahyu Ilahi. Dari hadits ini-pun terbukti bahwa basmallah yang termaktub pada permulaan semua surah adalah bagian dari wahyu Ilahi dan merupakan bagian Al-Quran al-Karim. Tidak lebih dari itu. Tentang basmallah sebagian ulama berpendapat bahwa basmallah bukanlah bagian setiap surah, bahkan itu hanya bagian pada surah al-Fatihah. Sebagian yang lain berpendapat bahwa basmallah bukanlah bagian salah satu surah. Pendapat itu tidak benar. Alasannya: Pertama:Hadits diatas menolak pendapat tsb. Kedua:Banyak hadits-hadits lain yang didalamnya Rasulullah s.a.w. telah menetapkan bahwa basmallah adalah bagian dari semua surah. Misalnya, bahwa basmallah adalah bagian dari surah al-Fatihah. Daruqutni dari Abu Hurairoh r.a. meriwayatkan secara marfu’: لح ْم ُد ِ َف ا ْق َرؤُ ا ِب ْس ِم ﷲِ ال َّر ْح َم ِن َ ص َ ِس ْول ُ ﷲ ُ َقال َ َر َ َس َل َم ا َِذا َق َرأ ُت ْم ا َ لي ﷲُ َع َل ْي ِه َو ُ ُ ُ َ ِ آن َوأ ُم ال ِك َتا الر ِح ْي ِم ا ِْحدَ ْي آ ّي تِ َھ ا َّ َّ الر ْح َم ِن َّ ِالس ْب ُع ال َمثان ِْي َو ِب ْس ِم ﷲ َّ ب َو ِ الر ِح ْي ِم ِا َّن َھا أ ُّم الق ْر َ ُ ِ )دارقطني جلد اول باب ُو ُج ْو (ب ق َِرأة بسم ﷲ الرحمن الرحيم في الصلوة Yakni, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Bila kalian membaca alhamdulillah(surah al-fatihah) maka bacalah selalu bismillahirrohmnir-rohiim karena surah al-Fatihah adalah ummul-Qur’an dan ummul Kitab juga Sab’ul-matsani serta bismillahir-romnir-rohiim adalah salah-satu ayat dari antara ayat-ayatnya. Imam Bukhoripun di dalam kitab tarihnya menyunting riwayat ini marfu’ dan mauquf juga( fatahul bayan jld I ). Pada hadits ini-pun ada isyarah bahwa bismillahir-rohmanirrohiim adalah bagian dari surah-surah lain. Karena Rasulullah s.a.w. tidak hanya bersabda bahwa bismillahir-rohmnir-rohiim adalah bagian surah al-Fatihah bahkan juga memberikan dalilnya. Dalilnya adalah, “Karena ia adalah ummul-Kitab dan ummulQur’an untuk itu bersamanya basmallah harus dibaca. Dan dalam pengertian inilah dalil ini benar adanya. Jika ayat ini adalah juga bagian dari surah-surah yang lain dan dikatakan sebagai dalil, pertama bahwa bismillahir-rohmnir-rohiim adalah bagian dari surah -surah lain maka kalian mengerti bahwa surah al-Fatihah sebagai SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
7
Al-Quran Tafsir Kabir ummul-Kitab dan ummul-Qur’an pasti basmallah adalah bagiannya juga. Maka sebelum membacanya bacalah selalu ayat ini. Bukti lain dari hadits bahwa basmallah adalah bagian dari tiap surah: Di samping keterangan-keterangan tersebut banyak lagi dalildalil lainnya mengenai hal ini. Misalnya riwayat Muslim : َس ْو َرةٌ آنِ ًف ا َف َق َرأ ُ سلَ َم أ ُ ْن ِزلَ ْت َع لَ َّي َ صلَي ﷲُ َعلَ ْي ِه َو َ ِس ْول ُ ﷲ ُ س َقال َ َقاَل َر ٍ َع ِن اَ َن َ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ )مسلم باب ُح َجة َمنْ قال َ البِ ْس ِملة أ َية مِن- الر ِح ْي ِم ِانا ا ْعط ْيناك الك ْوث َر َّ الر ْح َم ِن َّ ِبِ ْس ِم ﷲ (س ْو َر ٍة ُ ِّ أَ َّو ِل ُكل Yakni, Hadhrat Anas r.a. berkata bahwa suatu kali Rasulullah s.a.w. bersabda, “Kepada-ku baru saja turun satu surah,yaitu “Bismillahir-rohmnir-rohiim innaa a’toinaakalkautsar“. Beliau s.a.w. menetapkan bahwa bismillaahir-rohmaanir-rohiim adalah bagian surah al-Kautsar. Demikian juga riwayat surah-surah yang lainnya. Riwayat ini dapat mengundang kritik karena surah ini surah Makiyah. Dan Anas r.a. adalah dari kaum Anshor yang ketika terjadi hijrah beliau r.a. masih anak-anak yang berumur 8 atau 9 tahun. Matan hadits memberitahukan bahwa Rasulullah s.a.w. mengatakan hal ini saat baru saja surah ini turun. Lalu bagaimana mungkin Anas r.a. telah mendengarnya? Kalau tidak ada dalil lain yang mendukung perkataan ini, maka kritikan ini dapat melemahkan hadits ini. Namun dengan adanya dalil-dalil lain maka keritikan ini tidak banyak mendapat kesempatan. Karena sebagian sahabah ra meriwayatkan setelah mendengar dari sahabah yang lain, dan hal ini dibenarkan. Yakni, bila ada sahabah yang memansubkan suatu riwayat kepada Rasulullah s.a.w. maka itu dianggap benar. Karena tidak terbukti bahwa seorang sahabah dikatakan berdusta. Jika Anas r.a. memansubkan riwayat ini kepada Rasulullah s.a.w. maka itu artinya beliau ra mendengar dari seorang sahabah muhajir dan jika riwayat ini sampai kepada sahabah yang lain maka kebenarannya tidak diragukan lagi. Ahnaf berpendapatbasmallah adalah bagian Al-Quran: Ahnaf menanggapi pendapat sebagian orang bahwa basmalah 8
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Al-Quran Tafsir Kabir bukanlah bagian Qur’an karim adalah pendapat yang salah. Halini bukanlah faham mazhab Abu Hanifah, bahkan ayat mustaqil (yang berdiri sendiri) dan bukan bagian surah. Imam Abu Bakar ar-Razi yang adalah seorang tokoh dari mazhab Hanafi menulis pada bukunya bernama Ahkamul Qur’an juz pertama : َ َولَ َّما َث َب ٌ س َو ِر َواِنْ َكا َن ْت آ َي ص ِل ْ ت ف ِْي َم ْوضِ ِع َھا َعلَي َو ْج ِه ال َف ُّ س ْت مِنْ أَ َوائ ِِل َ ت أَ َّن َھا َل ْي ُ س ْو َر َت ْي ِن أم ِْر َنا ِب ِأل ْبتِدَ اءِ ِب َھا َت َب َر ًكا ُّ َب ْينَ ال Karena itu telah terbukti mengapa dikatakan bahwa ayat ini bukanlah bagian suatu surah,iasebagaipembatas antara dua buah surah yang telah diturunkan.Satu ayat mustaqil (berdiri sendiri) bersamanya ada perintah kepada kita untuk mulai mendirikan sholat dan itu merupakan tabarruk. Semata-mata karena fikiran yang picik maka orang mengatakan bahwa bismillaahir-rohmaanirrohiimitu bukanlah bagian Qur’an. Tidak masalah mereka mengatakan bahwa itu bukanlah bagian suatu surah tetapi pasti mengatakan bahwa itu adalah bagian dari Qur’an Karim. Menurut saya akidah mereka itu salah. Dan yang benar adalah bismillahir-rohmaanir-rohiim adalah bagian setiap surah. Fazal M[] [] Bersambung
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
9
Hadits tentang Cinta Tanah Air
َّ ص َّلى ِ ص َر َد َر َجا ت ِ َّ ُ سول َ س َف ٍر َفأ َ ْب َ ْس َّل َم إِ َذا َق ِد َم مِن َ ﷲُ َع َل ْي ِه َو َ ﷲ ُ َكانَ َر ض َع َنا َق َت ُه َوإِنْ َكا َن ْت َدا َّب ًة َح َّر َك َھا َ ا ْل َمدِي َن ِة أَ ْو “Adalah Rasulullah saw jika pulang dari bepergian dan melihat dataran tinggi kota Madinah mempercepat jalan untanya dan bila menunggang hewan lain beliau memacunya.” Al-Hafidz Ibn Hajar berkata: وعلى مشروعية حب الوطن والحنين إليه، وفي الحديث داللة على فضل المدينة “Dalam Hadits tersebut menunjukkan tentang keutamaanya kota Madinah, dan disyariatkannya cinta tanah air dan rindu kepadanya.” Sumber: Fath al-Bari juz 3 halaman 261
Ahmadiyah dan Fundamentalisme Islam Pendahuluan Fundamentalisme. Ini adalah sebuah kata yang sering menimbulkan misinterpretasi dalam dunia modern. Prakonsepsi yang terbentuk sebelum perenungan yang hakiki menciptakan suatu imaji yang membangkitkan bulu kuduk. Ia seolah-olah monster yang setiap saat siap menumpahkan darah manusia. Maka, dengan jalan apapun, termasuk dengan invansi militeristik, yang pada dasarnya jauh lebih “fundamentalis”, ia harus dihentikan. “Supaya nyawa manusia yang tiada berdosa selamat”, ujar mereka yang menaruh paranoia terhadapnya. Terlebih jika kata “fundamentalisme” itu disandingkan dengan kata “Islam”. Maka, jadilah suatu terminologi yang amat menakutkan dan bertentangan dengan humanisme universal. Analogi yang sering muncul dalam masalah ini adalah layaknya “kegelapan abad pertengahan vs cahaya era modern”. Kutipan dari Eugene 12
Robinson dalam artikelnya di The Washington Post baru-baru ini cukuplah mewakili hal itu, sebagaimana dia berucap, “There is much about fundamentalist Islam that is incompatible – even abhorrent – to the modern world”[1]. Fakta-fakta ini menimbulkan kesedihan bagi kita, sekaligus keheranan, ketika di satu sisi prakonsepsi yang buruk terhadap Islam telah membawa kita kepada suatu neo-rasisme di abad ke-21, tetapi di sisi lain kita menyaksikan bahwa orang-orang Barat, yang mengaku sebagai pembawa obor kemanusiaan, tidak mampu melihat ajaran-ajaran fundamental Islam yang sejatinya dilandaskan pada rasa kemanusiaan yang luhur. Ini yang membuat penulis tertarik untuk meninjau kembali definisi dan makna dari fundamentalisme a g a m a , k h u s u s n y a fundamentalisme Islam. Definisi Agama
Fundamentalisme
Sesuatu yang bersifat umum
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Sajian | utama mengikat sesuatu yang bersifat khusus. Oleh sebab itu, sebelum maju lebih jauh kepada fundamentalisme Islam secara khusus, kita harus terlebih dahulu meresapi makna fundamentalisme agama secara umum. Ini inkumben agar kita tidak terperangkap dalam penjara prakonsepsi. Dengan mengetahui fundamentalisme agama secara garis besar, maka fundamentalisme Islam, yang adalah cabang darinya, dapat dimengerti dengan baik dan benar. Jack David Eller memaknai fundamentalisme agama sebagai berikut: “Religious fundamentalism derives its name (and much of its energy) from the nation of ‘fundamentals’, those things – beliefs, behaviours, organizational structures, and or moral injunctions – that are felt by members to be most essential and central, the oldest, deepest, and truest aspects of it”[2]. Berdasarkan pemaknaan ini, jelas bahwa apa yang disebut sebagai fundamentalisme agama adalah usaha untuk mengacu kepada ajaran agama yang paling fundamental atau yang paling dasar dan murni. Jadi, fundamentalisme agama sebenarnya bersinonim dengan reformasi agama, karena keduaduanya adalah upaya untuk merujuk kembali kepada hulu yang jernih dari suatu agama yang sudah dipenuhi fabrikasi-fabrikasi
khayali para pemeluknya. Pertanyannya, apakah hulu yang jernih dari agama itu? Menurut Ḥaḍrat Mirza Bashirudin Maḥmud Aḥmad r.a., agama bukanlah produk kreasi manusia, sebaliknya ia dibawa oleh para nabi dari Tuhan semesta alam [3] . Taktala ia berasal dari Tuhan, mustahil ajaran-ajarannya mengandung kebencian yang berkontradiksi dengan kemanusiaan. Justru, agama selalu mengajarkan kepada kita nilai-nilai kebajikan; agama senantiasa membimbing kita untuk memegang teguh prinsip-prinsip kebaikan. Inilah hulu yang jernih dari agama. Dus, fabrikasi-fabrikasi khayali yang ditimbulkan para penganutnya adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan hulu itu. Pada tahap selanjutnya, fundamentalisme agama hadir sebagai usaha dan upaya untuk mengaplikasikan ajaran-ajaran agama yang fundamental atau dasar ini, yakni ajaran-ajaran yang sarat akan kebajikan dan kebaikan. Dengan demikian, prakonsepsi yang sering mengaitkan fundamentalisme agama dengan serangkaian tindakan barbar yang tidak berperikemanusiaan adalah sama sekali tak berdasar. Namun, tetap, sangat sulit menghapus preseden buruk terhadap fundamentalisme agama yang telah timbul sedemikian lama bersebab paranoia yang akut.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
13
Sajian | utama Meski telah keluar dari belenggu prakonsepsi, kelompok paranoid itu tidak serta-merta berada pada kecemerlangan berpikir. Mereka, sesudah fase prakonsepsi, karena masih merasa alergi dengan fundamentalisme agama, memasuki fase kesesatan presumsi. Ada 2 jenis kesesatan presumsi terhadap fundamentalisme agama yang kerapkali terseruak dari pikiran mereka: 1. Argumentum Ad Hominem Ini terjadi ketika kelompok paranoid itu, walau sudah sadar dari prakonsepsi terhadap fundamentalisme agama, tidak benar-benar memahami realita hal itu. Mereka lebih suka melihat apa yang terjadi di lapangan bahwa ada segelintir orang yang mengaku sebag ai fundamentalis dan melakukan keonaran. Kemudian, mereka mengasosiasikan fundamentalisme agama dengan oknum-oknum itu, sehingga j a d i l a h k o n k l u s i , “Fundamentalisme agama itu keji, lihat saja para pelakunya!”. 2. Argumentum Ad Verucundiam Seusai arif dari tindak-tanduk segelintir oknum, kesesatan presumsi berikutnya yang muncul adalah karena persoalan tradisi. Kelompok paranoid itu menampak, sejarah dari orang-orang yang mengaku sebagai fundamentalis selalu kelam dan penuh dengan 14
kebrutalan. Dalam pandangan mereka, sesuatu yang terusmenerus berulang atau diulangi membuktikan bahwa sesuatu itu benar. Dus, tindakan brutal dan jahat yang dikerjakan para fundamentalis itu membuktikan kebrutalan dan kejahatan fundamentalisme agama itu juga. Itu pendapat mereka. Obat bagi kesesatan presumsi ini adalah memfokuskan pikiran kepada hakikat fundamentalisme agama itu sendiri dan membuang jauh-jauh ulah segelintir orang yang berkebalikan dari hakikat itu. Ketika agama dalam bentuknya yang fundamental mengajarkan kebenaran dan kebaikan, maka para pelakunya yang sungguhsungguh mengimplementasikan ajaran-ajaran itu pasti menjadi baik pula. Bila ada seseorang atau sekelompok yang mengaku sebagai fundamentalis agama tertentu tetapi berkelakuan bejat, niscaya dia bukanlah pengamal sejati ajaran-ajaran fundamental dari agama itu, melainkan dia hanya menjalankan hawa nafsunya atau melaksanakan hal-hal yang digambarkan hawa nafsu orang lain sebagai sebagai ajaran-ajaran fundamental dari agama itu. Dalam kata lain, seseorang yang mempunyai perikeadaan jelek seperti itu tidak dapat dikatakan beragama. Dia bukanlah pengabdi Tuhan yang menurunakan agama, namun pengabdi hawa nafsunya
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Sajian | utama belaka. Pasca keluar dari kesesatan presumsi, kelompok yang menaruh p a r a n o i a t e r h a d a p fundamentalisme agama ini masuk ke dalam fase presumsi atau asumsi. Fase ini terjadi sebab adanya impresi yang terbit dari pandangan pertama. Sama seperti sinar matahari yang masuk perlahan-lahan ke dalam kamar taktala seseorang menyingkapkan tirai hordengnya sedikit demi sedikit, demikian juga kelompok paranoid itu mulai bisa membuka tabir paranoia mereka yang tadinya menyelimuti pikiran dan pandangannya terhadap fundamentalisme agama. Apabila mereka terus-menerus menelaah secara seksama dengan keterbukaan, maka akan terwejantahkan sebuah pepatah “Witing tresna jalaran saka kulina”. Artinya, mereka telah maju setingkat lagi kepada fase broadmindness atau tercekiknya pikiran dari paranoia yang membelenggunya. Fase terakhir dari kesemuanya adalah go beyond atau kecemerlangan berpikir, yaitu ketika mereka berhasil mengaplikasikan dan mengimplementasikan fundamentalisme agama dalam kehidupan mereka serta terilhami dengannya.
Fundamentalisme Islam Sekarang kita menuju kepada
fundamentalisme Islam. Layaknya yang sudah diterangkan di atas, fundamentalisme agama adalah upaya untuk mengacu kembali kepada ajaran yang paling fundamental dari suatu agama, yakni yang paling dasar, yang paling murni, dan yang paling asli. Berarti, fundamentalisme Islam adalah ikhtiar untuk menyerap kembali dan menjelmakan ajaranajaran Islam yang paling murni pada kehidupan modern ini. Soal yang muncul adalah, apakah ajaran Islam yang murni itu? Ajaran Islam yang murni itu sesungguhnya telah terdeskripsikan dari makna etimologis dari kata “Islam”. Kita membaca dalam al-Miṣbāḥ al-Munīr karya al-‘Allāmah alFayyūmī: . دﺧﻞ ﻓﻲ اﻟﺴﻠﻢ:أﺳﻠﻢ “Menjadi pemeluk Islam: Masuk ke dalam kedamaian.”[4] Ini sesuai dengan firman Allāh: ِﱠ ﴾﴿ ًﺴﻠ ِْﻢ َﻛﺎﻓﱠﺔ آﻣﻨُﻮا ا ْد ُﺧﻠُﻮا ﻓِﻲ اﻟ ﱢ َ ﻳﻦ َ ﻳَﺎ أَﻳﱡـ َﻬﺎ اﻟﺬ “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam kedamaian secara utuh!”[5] Dus, fundamentalisme Islam pada hakikatnya adalah untuk menghidupkan dan merevitalisasi nilai-nilai kedamaian ini. Nilainilai kedamaian inilah yang amat dibutuhkan di tengah-tengah
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
15
Sajian | utama pergolakan dunia dewasa ini. Jika dunia tak mengindahkan nilai-nilai ini, maka jurang kehancuran telah bersiap-sedia dengan riang gembira menyambut kebinasaan umat manusia. Kita menyaksikan betapa banyak konflik telah, sedang, dan akan terjadi di dunia ini. Pastilah pada satu saat, taktala kesemuanya ini mencapai titik maksimum, jika tidak ada pencegahan dengan mengejawantahkan nilai-nilai kedamaian, umat manusia akan mengalami suatu kehancuran yang tak pernah dilihat dan dijumpai pada masa lampau. Oleh karena itu, wajib bagi dunia ini untuk mengadopsi kedamaian dan perdamaian. Kedamaian dan perdamaian yang sejati adalah kedamaian dan perdamaian yang dibawa oleh Pendiri Islam Nabi Muḥammad alMuṣṭafā s.a.w. yang merupakan rahmat bagi sekalian alam. Jalan satu-satunya untuk menggapai kedua hal itu adalah mengikuti jejak langkah beliau secara total dan sepenuh hati. Apakah jejak langkah beliau itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah menghambakan diri kepada Tuhan. Bila kita berlari kepada Tuhan, kedamaian dan perdamaian akan kita dapat. Sebab, dengan menyongsong wujud-Nya dan mengosongkan diri kita dari kehendak dan kemauan pribadi, Tuhan akan mengisi hati kita dengan kedamaian yang dengannya perdamaian dunia dapat 16
terwujud. Perdamaian ini akan termanifestasikan dengan pengkhidmatan bagi sesama ummat manusia. Inilah hakikat fundamentalisme Islam. Ḥaḍhrat Mīrzā Ghulām Aḥmad a.s. bersabda: “Ini menampakkan bahwa hakikat Islam adalah sesuatu yang adiluhung yang tidak ada seorang pun benar-benar mampu mendapatkan lakab sebagai Muslim hingga dia menyerahkan segenap dirinya kepada Tuhan beserta segala kemampuan, kehendak, dan keinginan dan sampai dia memulai menapaki jalan itu seraya menarik diri sepenuhnya dari ego dan segala sifat yang menyertainya. Seseorang akan dipanggil sebagai seorang Muslim yang sejati hanya ketika kehidupannya yang tadinya tidak mempedulikan apapun mengalami suatu revolusi total dan kecenderungannya kepada dosa beserta segala kegemarannya dihapus sama sekali dan dia memperoleh suatu kehidupan baru yang dicirikan oleh tindakannya y ang me l aks an ak an seg al a kewajibannya kepada Allāh yang harus tidak mengandung apapun kecuali kepatuhan kepada Sang Pencipta dan tenggang-rasa bagi makhluk-Nya. K e p at u h a n k e p ad a S an g Pencipta bermakna bahwa untuk memanifestasikan kehormatanNya, keagungan-Nya, dan keesaan -Nya, seseorang harus siap untuk
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Sajian | utama memikul setiap perendahan dan penghinaan dan seseorang harus merasa asyik untuk menjalani ribuan kematian untuk menjunjung-tinggi keesaan-Nya. Tangan yang satu harus siap untuk memotong tangan yang lain dengan kegembiraan dalam kepatuhan kepada-Nya dan cinta akan keagungan perintah-Nya dan dahaga untuk memohon keridhaan -Nya harus menjadikan dosa sangat dibenci seolah-olah itu adalah api yang menghanguskan atau racun yang mematikan atau petir yang memusnahkan yang darinya seseorang harus melarikan diri dengan sekuat tenaga. Untuk memohon keridhaan-Nya, seseorang harus menyerahkan segala kehendak egonya. Dan, untuk menciptakan suatu perhubungan dengan-Nya, seseorang harus siap memikul segala jenis marabahaya; dan, untuk membuktikan hubungan yang seperti itu, seseorang wajib memutuskan semua perhubungan lainnya. Pengkhidmatan bagi sesama makhluk bermakna untuk berjuang keras demi kemaslahatan mereka semata-mata karena Tuhan dalam segala kebutuhan mereka dan dalam semua perhubungan yang saling bergantung satu sama lain yang Tuhan telah bangun dengan jujur dan tanpa pamrih. Semua yang membutuhkan pertolongan harus ditolong sesuai dengan kapasitas yang diberikan Tuhan dan seseorang mesti bekerja sebaik-
baiknya demi keadaan mereka yang lebih baik di dunia dan di akhirat.”[6] B e t a p a i n d a h n y a fundamentalisme Islam itu! Bila orang-orang yang menaruh p a r a n o i a t e r h a d a p fundamentalisme Islam itu benarbenar memahami hal ini, pastilah mereka tak akan melontarkan keberatan-keberatan yang tidak sepantasnya. Adalah keniscayaan bahwa dunia akan penuh dengan kedamaian, ketenangan, dan ketentraman jika Islam dalam bentuknya yang fundamental diterapkan di dunia ini. Sejatinya, ada banyak sekali keistimewaan Islam yang dibawa oleh Nabi Muḥammad s.a.w. ini. Keistimewaan-keistimewaan ini membuatnya unggul di atas agama -agama lain di dunia. Ḥadhrat Mīrzā Ṭāhir Aḥmad r.h. menyebutkan, setidaknya ada 17 keistimewaan Islam yang membedakannya dari agamaagama lain. Di antara 17 keistimewaan itu adalah sebagai berikut: 1. Tidak Ada Monopoli Kebenaran Ketika berbicara seputar beberapa keistimewaan Islam, corak yang paling menarik dan menawan adalah bahwa Islam menyangkal monopoli kebenaran dan ketidakadaan agama yang benar selainnya. Islam juga tidak memproklamasikan bahwa hanya bangsa Arab yang menjadi penerima kasih-sayang Tuhan.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
17
Sajian | utama Islam adalah satu-satunya agama yang secara total menolak gagasan bahwa kebenaran adalah monopoli suatu agama, ras, atau bangsa tertentu. Malahan, Islam mengakui bahwa petunjuk Ilahi merupakan karunia umum yang telah menopang manusia sepanjang zaman. Al-Qurān Suci mengabarkan kepada kita bahwa tidak ada satu ras atau bangsa pun yang tidak diberkati dengan karunia petunjuk Ilahi dan tidak ada satu wilayah di atas muka bumi pun yang tidak beroleh kedatangan para nabi dan rasul.[7] 2. Islam adalah Ag ama Universal Lembaran pertama dari AlQurān Suci adalah puji-pujian bagi Tuhan yang merupakan penopang sekalian alam dan halaman terakhirnya menyuruh kita untuk berdoa kepada Tuhan manusia. Dus, kedua bagian itu, yaitu katakata yang pertama dan terakhir dari Al-Qurān Suci, menghadirkan konsep Tuhan alam semesta, bukan satu wujud Tuhan bagi orang-orang Arab atau kaum Muslimin semata. Sejatinya, tidak ada seorang pun sebelum Nabi Muhammad s.a.w. yang menyeru seluruh umat manusia dan tidak ada satu kitab pun sebelum Al-Quran Suci yang menyampaikan pesannya kepada sel ur uh dun i a. P r ok l am as i semacam itu barulah dibuat dalam rangka mendukung Nabi Suci Islam, Muḥammad s.a.w. dalam 18
ungkapan-ungkapan ini: ِ ِ َـﺎس ﺑ ِﺸـﻴـﺮا وﻧَ ِـﺬﻳـﺮا وٰﻟ ـﻜـ ﱠﻦ َ ََوَﻣﺎ أ َْر َﺳ ْﻠـﻨ َ ً َ ً َ ِ ـﺎك إِﱠﻻ َﻛـﺎﻓﱠـﺔً ﻟـﻠـﻨﱠ ِ أَ ْﻛﺜَـ َﺮ اﻟﻨ ﴾﴿ ﱠﺎس َﻻ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن “Dan tidaklah Kami mengutus engkau kecuali kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa kabar suka dan pemberi kabar pertakut. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”[8] Juga: ﴾﴿ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ إِﻟ َْﻴ ُﻜ ْﻢ َﺟ ِﻤ ًﻴﻌﺎ ُ ﱠﺎس إِﻧﱢﻲ َر ُﺳ ُ ﻗُ ْﻞ ﻳَﺎ أَﻳﱡـ َﻬﺎ اﻟﻨ “Katakanlah: Sesungguhnya aku adalah rasul Allah kepada kamu sekalian.”[9] Dan, ketika Al-Qurān Suci menyebut dirinya sendiri “sebuah pesan bagi sekalian alam”[10], ia memperkalang dirinya sebagai petunjuk yang bertautan dengan perkembangan dan kemajuan ummat manusia.[11] 3. Islam adalah Agama Yang Kekal Corak keistimewaan Islam lainnya adalah bahwa ia tidak hanya memproklamasikan universalitas karakternya, tetapi juga mendeklarasikan diri sebagai agama yang kekal-abadi. Sebagai agama yang langgeng, ia sudah memenuhi prasyarat untuk menjadi demikian. Sebagai contoh, sebuah pesan bisa menjadi kekalabadi hanya jika ia lengkap dan sempurna dalam setiap aspek dan mendapat jaminan sehubungan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Sajian | utama dengan keaslian isinya. Dalam kata lain, sebuah kitab yang diwahyukan harus ditunjang dengan jaminan ilahi dari ancaman revisi dan campur-tangan manusia. Sepanjang yang berkaitan dengan ajaran-ajaran al-Qur’ān Suci, Allāh Ta‘ālā berfirman: ﺖ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧِ ْﻌ َﻤﺘِﻲ ُ ْﺖ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِدﻳﻨَ ُﻜ ْﻢ َوأَﺗْ َﻤ ْﻤ ُ اﻟْﻴَـ ْﻮَم أَ ْﻛ َﻤﻠ ِ ور ِْ ﻴﺖ ﻟَ ُﻜ ُﻢ ◌ۚ اﻹ ْﺳ َﻼ َم ِدﻳﻨًﺎ ُ ﺿ ََ
“Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagimu agamamu, Aku telah juga paripurnakan atasmu nikmat-Ku, dan Aku telah juga meridhai Islam sebagai agamamu.”[12][13] 4. Islam adalah Agama Yang Lengkap Bertalian dengan proklamasi Islam yang istimewa dan unik bahwa ajaran-ajaran Al-Qurān Suci adalah lengkap dan sempurna dan sepenuhnya mampu memberikan petunjuk bagi manusia di sepanjang zaman, ia juga didukung oleh berbagai alasan. Ini adalah beberapa alasan mengapa Islam disebut sebagai agama yang lengkap: (a) Islam sepenuhnya memperhatikan evolusi manusia, baik secara intelektual, sosial, maupun politis. Ajaran-ajarannya mengurusi segala situasi yang dimungkinkan. Ia tidak hanya insaf akan fakta bahwa perubahan yang bersifat kontinu dan perkembangan bangsa-bangsa terus -menerus terjadi, tetapi juga realita
bahwa tidak semua bangsa berada pada satu taraf yang sama dalam hal perkembangan pada satu waktu tertentu. (b) Islam adalah agama yang selaras dengan keadaan alami manusia dan memenuhi segala kebutuhan manusia. Perubahan dalam ajaran-ajarannya bukanlah merupakan satu keharusan.[14] 5. Islam Memberikan Bimbingan kepada PersoalanPersoalan Pemerintahan Berikut adalah ikhtisar dari peraturan-peraturan Al-Qurān Suci yang membimbing berkaitan dengan persoalan-persoalan politik dan pemerintahan: Pemerintah terikat dengan kewajiban untuk menjaga kehormatan, nyawa, dan properti para warganya.[15] Seorang penguasa mesti senantiasa bertindak dengan keadilan antara individu dengan individu dan kelompok warga dengan kelompok warga.[16] Persoalan-persoalan nasional harus diselesaikan dengan urung-rembuk.[17] Pemerintah harus mengatur untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan dasar manusia seperti memberikan mereka pangan, sandang, dan papan. [18]
Warga harus disajikan suatu lingkungan yang damai dan aman, nyawa, properti, dan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
19
Sajian | utama kehormata mereka harus dilindungi.[19] Sistem ekonomi harus adil dan juntrung.[20] P e m e l i h a r a a n akan kesehatan harus diorganisir. [21]
Harus ada kebebasan agama yang total[22]. Orang-orang taklukkan mesti diperlakukan dengan adil.[23] Narapidana perang harus ditangani dengan belaskasih.[24] Perjanjian dan persetujuan harus senantiasa dihormati. [25]
program yang bertujuan untuk mewujudkan keselamatan dan [29] kesejahteraan. Sama seperti hal di atas, pemerintah diwajibkan untuk membantu dalam usaha-usaha yang bermanfaat, baik secara individual maupun kolektif, dan tidak menghambat kerja keras semacam itu. Negara yang kuat dilarang untuk mengagresi negara yang lemah. Mempersenjatai diri diperbolehkan hanya jika dalam keadaan bertahan. [30][31]
Persetujuan yang menyusahkan tidak boleh dipaksakan kepada orangorang yang lemah.[26] O r a n g - o r a n g Islam diwajibkan untuk mematuhi pemerintah. Satu-satunya pengecualian dalam masalah ini adalah apabila pemerintah dengan menyolok mata menentang dan menghalangi untuk melaksanakan kewajibankewajiban agama.[27] Perbedaan-perbedaan antar pemegang tampuk kekuasaan tidak boleh diselesaikan berdasarkan ego masing-masing.[28] Warga diperintahkan untuk membantu pemegang tampuk kekuasaan dengan mendukung program20
6. Konsep Islam tentang Keadilan Islam mengajarkan keadilan absolut. Keadilan harus ditegakkan sebenar-benarnya tanpa memandang siapapun dan apapun. Allāh berfirman: ِ ﻳﺎ أَﻳﱡـﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮا ُﻛﻮﻧُﻮا ﻗَـ ﱠﻮ ِاﻣـﻴـﻦ ﺑِـﺎﻟْ ِـﻘ اء َ َ َ َ ْ َ َ ـﺴـﻂ ُﺷ َـﻬـ َﺪ ِ ِ ِ ۚ ِ ِ ِ ﻟِـﻠﱠـ ِـﻪ َوﻟَـ ْـﻮ َﻋـﻠَـ ٰـﻰ أَﻧْ ـ ُﻔــﺴـ ُﻜـ ْـﻢ أَو اﻟْـ َـﻮاﻟـ َﺪﻳْـﻦ َو ْاﻷَﻗْ ـ َـﺮﺑـﻴـ َـﻦ ◌ إ ْن َﻰ ﺑِ ِﻬ َﻤﺎ ۖ◌ ﻓَ َﻼ ﺗَـﺘﱠﺒِ ُﻌﻮا اﻟْ َـﻬ َـﻮ ٰى ٰ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻏَﻨِﻴًّﺎ أ َْو ﻓَِﻘ ًﻴﺮا ﻓَﺎﻟﻠﱠﻪُ أ َْوﻟ ﺿـﻮا ﻓَـِﺈ ﱠن اﻟـﻠﱠـﻪَ َﻛـﺎ َن ﺑِ َـﻤـﺎ ُ أَ ْن ﺗَـ ْﻌ ِﺪﻟُﻮا ۚ◌ َوإِ ْن ﺗَـ ْﻠ ُـﻮوا أ َْو ﺗُـ ْـﻌـ ِﺮ ﴾﴿ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن َﺧﺒِ ًﻴﺮا “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu para penegak keadilan yang teguh dan jadilah saksi karena Allāh, walaupun bertentangan dengan dirimu sendiri atau kedua orang
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Sajian | utama
tuamu dan kaum kerabat! Apakah dia seorang yang kaya atau seorang yang miskin, Allāh lebih utama dari mereka berdua. Oleh karena itu, janganlah kamu menuruti hawa nafsu agar kamu dapat berlaku adil! Dan, jika kamu menyembunyikan kebenaran atau mengelakkan diri, maka sesungguhnya Allāh adalah wujud yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang kamu kerjakan.”[32] Ekspresi “Jadilah saksi karena Allāh” bermakna bahwa seseorang harus sungguh-sungguh bersaksi semata-mata karena Tuhan dan dalam keselarasan yang ketat dengan perintah-Nya. Kata َﻋﻠَ ٰﻰ أَﻧْـ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢditerjemahkan sebagai “bertentangan dengan dirimu
sendiri”, tet api bis a j ug a diterjemahkan sebagai “bertentangan dengan masyarakatmu” atau “bertentangan dengan karibmu dan familimu”. Ini mensignifikasikan bahwa seseorang harus memberikan keterangan dan kesaksian yang benar, meski bertentangan dengan anggota dari komunitasnya, relasi dekatnya, atau bahkan ketika kehormatannya dan propertinya berada dalam pertaruhan. Kata “kedua orang tua atau kaum kerabat” ditambahkan untuk meningkatkan kesangatan perintah, yakni kamu harus memberikan keterangan tidak hanya jika bertentangan dengan komunitasmu sendiri, tetapi juga
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
21
Sajian | utama jika bertentangan dengan mereka yang memiliki pertalian darah denganmu, kedua orang tuamu dan orang-orang selain mereka yang dekat dan terkasih. Ringkasnya, k eadilan h ar uslah men j adi primadona yang harus dijunjungtinggi terlepas dari segala intervensi orang-orang yang mempunyai kedekatan denganmu. [33]
Ayat di atas jelas menerangkan keadilan absolut. Di bawah ini merupakan ayat-ayat yang juga mengadvokasi keadilan: “ S e s u n g g u h n y a A l l ā h memerintahkan kamu untuk menyerahkan amanatamanat kepada yang berhak menerimanya. Dan, apabila kamu menghakimi di antara manusia, hendaklah kamu menghakimi dengan adil. Sesungguhnya Allāh menasihatimu sebaikbaiknya dengan cara itu. Sesungguhnya Allāh Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”[34] “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu para penegak keadilan yang teguh sebagai saksi karena Allāh! Dan, janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil! Hal itu lebih dekat kepada takwa. Dan, bertakwalah kepada Allāh! Sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui apa-apa 22
yang kamu kerjakan.”[35] “Dan, jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah pula engkau k e p a d a n y a d a n bertawakallah kepada Allāh. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[36][37] Berdasarkan penjelasanpenjelasan di atas, Islam, dalam ajaran-ajarannya yang paling fundamental, tidak pernah mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan kemanusiaan. Sebaliknya, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya amat luhur dan benar-benar menjunjungtinggi nilai-nilai kemanusiaan. Lantas, bagaimana jika ada orang yang menanyakan tentang sejarah Islam yang penuh dengan peperangan? Bagaimana bisa Islam dikatakan sebagai agama yang menitik-beratkan kelangsungan hidup ras manusia sedangkan riwayatnya bermuatan konflik dan konfrontasi? Hal pertama yang harus ditahirkan adalah bahwa Islam tidak pernah mengajarkan untuk menginvasi dan mengagresi bangsa lain. Peperangan yang dilakukan oleh Nabi Suci Muḥammad s.a.w. sem at a-m at a ad al ah untu k membela diri dari serangan orangorang yang memusuhi beliau. Pada awalnya, beliau memilih bertahan dan bersabar selama 13 tahun di Mekkah. Hingga, ketika
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Sajian | utama permusuhan sudah mencapai kemuncak, beliau terpaksa hijrah ke Madinah. Di Madinah pun, yang beliau niatkan sebagai tempat untuk membentuk masyarakat madani yang berlandask an petunjuk dan bimbingan AlQurān, beliau masih saja diusik. Mau tidak mau, dalam keadaan genting semacam itu, peperangan dalam rangka mempertahankan diri diizinkan. Allāh Ta‘ālā berfirman: ِِ ِ ﻳﻦ ﻳُـ َﻘﺎﺗَـﻠُﻮ َن ﺑِﺄَﻧﱠـ ُﻬ ْﻢ ﻇُﻠِ ُﻤـﻮا ۚ◌ َوإِ ﱠن اﻟـﻠﱠـﻪَ َﻋـﻠَ ٰـﻰ َ أُذ َن ﻟﻠﱠﺬ ِﱠ ِ ِ َﻧ ﻳﻦ أُ ْﺧ ِﺮ ُﺟﻮا ِﻣ ْﻦ ِدﻳَـﺎ ِرِﻫ ْـﻢ ﺑِـﻐَ ْـﻴـ ِﺮ َﺣـ ﱟﻖ ْ َ ﺼ ِﺮﻫ ْﻢ ﻟََﻘﺪ ٌﻳﺮ ﴿﴾ اﻟﺬ ِ ﱠ ﱠ ِ ﻀ ُـﻬ ْـﻢ َ ﱠﺎس ﺑَـ ْﻌ َ إ ﱠﻻ أَ ْن ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮا َرﺑﱡـﻨَﺎ اﻟﻠﻪُ ۗ◌ َوﻟ َْﻮَﻻ َدﻓْ ُﻊ اﻟﻠﻪ اﻟﻨ ِ ﺖ ِ ات وﻣﺴ ٍ ﺑِﺒَـ ْﻌ ـﺎﺟـ ُﺪ ﻳُـ ْﺬ َﻛ ُـﺮ َ ْ ﱢﻣ َ ﺻ َـﻮاﻣ ُـﻊ َوﺑِـﻴَ ٌـﻊ َو َ ﺾ ﻟ َُﻬﺪ َ َ َ ٌ ﺻـﻠَ َـﻮ ِ ِ ْ ﻓِ َﻴﻬﺎ ـﺼ ُـﺮﻩُ ۗ◌ إِ ﱠن ُ ﺼ َﺮ ﱠن اﻟﻠﱠﻪُ َﻣ ْﻦ ﻳَـ ْﻨ ُ اﺳ ُﻢ اﻟﻠﱠﻪ َﻛﺜ ًﻴﺮا ۗ◌ َوﻟَﻴَـ ْﻨ ﴾﴿ ي َﻋ ِﺰ ٌﻳﺰ اﻟﻠﱠﻪَ ﻟََﻘ ِﻮ ﱞ “Telah diizinkan bagi mereka yang diperangi disebabkan mereka telah dianiaya. Dan, sesunngguhnya Allāh Maha Kuasa untuk menolong mereka. Yaitu orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa hak hanya karena mereka berkata: Tuhan kami adalah Allāh. Dan, seandainya tidak ada tangkisan Allāh terhadap sebagian orang oleh sebagian yang lain, maka akan hancurlah biara-biara serta gerejagereja Nasrani, rumah-rumah ibadah Yahudi, dan masjid-masjid yang nama Allāh banyak disebut di dalamnya. Dan, Allāh pasti akan menolong siapa yang menolong-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Perkasa.”[38] Namun, tetap, peperangan itu haruslah dilakukan dengan tidak melampaui batas. Al-Qurān menyatakan: ِ وﻗَﺎﺗِﻠُﻮا ﻓِﻲ ﺳﺒِ ِ ِ ﱠ ﻳﻦ ﻳُـ َﻘﺎﺗِـﻠُـﻮﻧَـ ُﻜ ْـﻢ َوَﻻ ﺗَـ ْـﻌـﺘَـ ُﺪوا َ َ َ ﻴﻞ اﻟﻠﱠﻪ اﻟﺬ ِ ِ ﱠ ﴾﴿ ﻳﻦ ۚ◌ إِ ﱠن اﻟﻠﻪَ َﻻ ﻳُﺤ ﱡ َ ﺐ اﻟ ُْﻤ ْﻌﺘَﺪ “Dan, perangilah di jalan Allāh orang-orang yang memerangimu, tetapi janganlah melampaui batas! Sesungguhnya Allāh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”[39] Apabila mereka cenderung pada perdamaian, maka perang mesti diakhiri dan perdamaian mesti ditegakkan. Al-Qurān mengatakan: ◌ۚ ـﻞ َﻋـﻠَـﻰ اﻟـﻠﱠ ِـﻪ َوإِ ْن َﺟﻨَ ُﺤﻮا ﻟِﻠ ﱠ ْ َﺴﻠ ِْﻢ ﻓ ْ ﺎﺟﻨَ ْﺢ ﻟ ََﻬﺎ َوﺗَـ َﻮﱠﻛ ِ ِ إِﻧﱠﻪُ ُﻫﻮ اﻟ ﱠ ﴾﴿ ﻴﻢ ُ ﺴﻤ َ ُ ﻴﻊ اﻟ َْﻌﻠ “Dan, jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah pula engkau kepadanya dan bertawakallah kepada Allāh. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[40] Inilah sebab-sebab dizinkannya peperangan dalam Islam. Adapun selain itu, yakni untuk merebut suatu wilayah tertentu, adalah sama sekali tidak diperbolehkan. Di dalam Al-Qurān Suci, Allāh menerangkan dengan indah bahwa menyelamatkan satu nyawa sama dengan menyelamatkan semua
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
23
Sajian | utama nyawa di atas permukaan bumi; sebaliknya, membunuh satu nyawa sama dengan membunuh semua nyawa di dunia ini. Sebagai ikhtisar, patut ditekankan kembali di sini bahwa alih-alih menakutkan, fundamentalisme Islam, yaitu usaha untuk mengacu dan mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam yang fundamental atau murni, justru merupakan obor p e n e r a n g b ag i h u m a n i s m e universal. Ajaran-ajaran Islam begitu indah dan memikat sehingga seseorang yang benarbenar mempelajari, menelaah, dan memahaminya akan terkesima dan terpesona dengannya, sehingga tabir paranoia orang-orang yang berburuk-sangka kepadanya akan tersingkap. Fundamentalisme Islamlah satu-satunya hal yang mampu melepaskan dunia dari kejahatan dewasa ini.
Ahmadiyah sebagai Fundamentalisme Islam Pada zaman ini, ajaran-ajaran Islam dalam bentuknya yang hakiki dan fundamental telah ditinggalkan oleh para pemeluknya. Ruh yang tadi bersemayam di dalamnya kini keluar sehingga Islam tak ubahnya bagai seonggok tubuh yang tiada bernyawa. Melihat keadaan ini, Tuhan yang telah berjanji untuk selalu menghadirkan proteksi bagi agama-Nya yang paripurna 24
mengutus seorang utusan yang adalah ġhulām-e-ṣādiq dari Nabi Suci Muḥammad s.a.w. untuk menghidupkan kembali ajaranajaran Islam yang sudah ditelantarkan. Ġulām-e-ṣādiq itu adalah Ḥaḍhrat Mīrzā Ghulām Aḥmad a.s. dari Qadian, India, Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah. Berkenaan dengan misinya, beliau bersabda: “Aku telah diutus agar aku dapat membuktikan bahwa hanya Islam sahaja yang merupakan agama yang hidup. Dan, aku telah diberkati dengan kekuatankekuatan ruhani yang mampu mengubah mereka yang lemah dan tak berdaya dari agama-agama lain dan mereka yang buta dalam keruhanian dari antara kita sendiri. Aku dapat mendemonstrasikan kepada setiap penentang bahwa alQurān Suci adalah sebuah mukjizat dalam ajaran-ajarannya, ilmu-ilmunya yang tercerahkan, wawasannya yang dalam dan halus, dan kefasihannya yang sempurna. Ia mengungguli mukjizat-mukjizat Mūsā a.s. dan mukjizat-mukjizat ‘Īsā a.s. ratusan kali.”[41] Beliau bersabda lagi: “Akulah cahaya bagi kegelapan zaman ini. Barangsiapa yang mengikutiku, dia akan diselamatkan dari jurang dan lubang-lubang yang telah dipersiapkan oleh setan untuk orang-orang yang berjalan di dalam
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Sajian | utama
Baiat Internasional di acara Jalsah Salanah Internasional 2014 di Inggris pada hari Minggu, 30 September 2014. Dalam baiat internasional ini diumumkan sebanyak lebih dari 550.000 orang menyatakan diri bergabung ke dalam Jemaat Aghmadiyah sepanjang tahun 2013. [][]
kegelapan. Aku telah diutus olehNya agar aku menuntun dunia ke arah Tuhan yang Hakiki dengan damai dan lemah lembut dan supaya aku menegakkan kembali kondisi-kondisi akhlak di dalam Islām. Dia juga telah menganugerahkan kepadaku tandatanda samāwī untuk memberikan ketentraman pada hati para pencari kebenaran. Dia telah memperlihatkan pekerjaanpekerjaan-Nya yang menakjubkan untuk mendukungku. Perkaraperkara ghaib dan rahasia-rahasia masa mendatang, yang menurut kitab-kitab suci Allāh adalah ukuran untuk mengenali seorang
pendakwa yang benar, telah dibukakan kepadaku. Dia pun telah mengaruniakan kepadaku makrifat -makifat dan ilmu-ilmu suci. Untuk itulah jiwa-jiwa itu memusuhiku, yakni mereka yang tidak menghendaki kebenaran, bahkan senang dengan kegelapan.”[42] Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah satu-satunya komunitas Islam yang memiliki institusi khilafat dengan seorang khalifah sebagai pemimpinnya. Saat ini, Jemaat Muslim Ahmadiyah berada pada kepemimpinan mubarak dari Ḥaḍhrat Mīrzā Masroor Aḥmad a.t.b.a. sebagai Khalīfat-ul-Masīḥ al
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
25
-Khāmis. Tujuan Khilafat Ahmadiyah tiada lain dan tiada bukan adalah menegakkan dan mempropagasikan keesaan Tuhan ke seluruh penjuru bumi secara damai sesuai dengan makna etimologis dari kata “Islam” itu sendiri. Ḥaḍhrat Mīrzā Masroor Aḥmad a.t.b.a. bersabda: “Taktala para pemimpin dunia mempunyai tujuan-tujuan sekuler, kasad dari Khilafat adalah untuk menarik perhatian semua manusia untuk saling memenuhi hak-hak sesamanya. Ia menanamkan suatu ruh di antara para Muslim Ahmadi untuk mengutamakan agama mereka di atas segala perkara duniawi dan Khilafat menciptakan setiap usaha untuk menegakkan keesaan Tuhan secara damai di dunia.”[43] I n i l ah A h m ad i y ah y a n g merupakan Islam fundamentalis atau Islam hakiki. Kelak akan tiba waktunya, sesuai nubuatan Ḥaḍrat al-Masīḥ al-Mau‘ūdas, ketika orangorang akan memanggil Ahmadiyah dengan Islam dan Islam dengan Ahmadiyah. Semoga kita menjadi orang-orang yang beruntung mendapatkan dan menjumpai masa itu. Āmī [][]
Iffat Auliya Penulis adalah anggota Majelis Khuddamul Ahmadiyah Jakarta Pusat
Referensi
[1] Robinson Eugene, “Our challenge with fundamentalist Islam”, The Washington Post, http://
26
www.washingtonpost.com/opinions/ eugene-robinson-our-challenge-withf u n d a m e n t a l i s t islam/2014/09/04/2ebfb504-3470-11e4-9e92 -0899b306bbea_story.html#, diakses pada 8 September 2014. [2] Jack David Eller, Introducing Anthropology of Religion: Culture to the Ultimate, (New York: Routledge, 2007), hlm. 276. [3] Ḥaḍrat Mīrzā Basyīr-ud-Dīn Maḥmūd Aḥmadra, Introduction to the Study of the Holy Qur’ān, (Surrey: Islam International Publications Limited, 1996), hlm. 10. [4] Al-‘Allāmah ‘Alī ibn Muḥammad al-Fayyūmī al-Muqri’, al-Miṣbāḥ al-Munīr, (Beirut: Maktabah Lubnān, 1987), hlm. 109. [5] Qur’ān Sūrah (Q.S.) 2:209. [6] Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmadas, Ā’inah-e-Kamālāt-e-Islām dalam Rūḥānī Khazā’in jil. 5, (Surrey: Islam International Publications Limited, 2009), hlm. 59-62. [7] Ḥaḍrat Mīrzā Ṭāhir Aḥmadrh, Some Distinctive Features of Islam, (Surrey: Islam International Publications Limited, 2007), hlm. 4. [8] Q.S. 34:29.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Sajian | utama [38] Q.S. 22:40-41.
[9] Q.S. 7:159.
[39] Q.S. 2:191.
[10] Q.S. 81:28. rh
[11] Ḥaḍrat Mīrzā Ṭāhir Aḥmad , Op.cit., hlm. 6. [12] Q.S. 5:4 [13] Ḥaḍrat Mīrzā Ṭāhir Aḥmadrh, Op.cit., hlm 9-10. [14] Ibid, hlm. 12-13. [15] Q.S. 4:59. [16] Q.S. 4:59. [17] Q.S. 42:39.
[40] Q.S. 8:62 [41] Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmadas, Anjām-i-Ātham dalam Rūḥānī Khazā’in jil. 11, (Surrey: Islam International Publications Limited, 2009), hlm. 345-346.as [42] Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmad , Masīḥ Hindustān Mein dalam Rūḥānī Khazā’in jil. 15, (Surrey: Islam International Publications Limited, 2009), hlm. 13. [43] Khotbah Jum’at Ḥaḍrat Mīrzā Masroor Aḥmadatba di Kalbach Sports and Recreation Centre, Frankfurt, Jerman, pada 6 Juni 2014.
[18] Q.S. 20:119-120. [19] Q.S. 2:206. [20] Q.S. 16:91. [21] Q.S. 6:143, 2:169, 16:91. [22] Q.S. 2:257. [23] Q.S. 5:9. [24] Q.S. 8:68, 47:5. [25] Q.S. 16:92. [26] Q.S. 16:93. [27] Q.S. 4:60. [28] Q.S. 4:60. [29] Q.S. 5:3 [30] Q.S. 20:132 [31] Ḥaḍrat Mīrzā Ṭāhir Aḥmadrh, Op.cit., hlm 15-16. [32] Q.S. 4:136. [33] Ḥaḍrat Mīrzā Basyīr-ud-Dīn Maḥmūd Aḥmadra, The Holy Qur’ān with English Translation and Commentary jil. 2, (Surrey: Islam International Publications Limited, 1988), hlm. 571. [34] Q.S. 4:59. [35] Q.S. 5:9. [36] Q.S. 8:62. [37] Ḥaḍrat Mīrzā Ṭāhir Aḥmadrh, Op.cit., hlm 18.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
27
Karya: Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani a.s. Penterjemah: Ridwan Buton* Apa Kekuatan Buku ini? Ketahuilah, bahwa kekuatan buku yang menghimpun semua dalil-dalil dan kebenarankebenaran ini, tidak terbatas hanya pada dibuktikannya hamba yang lemah ini, dengan karunia Allah Ta’ala, berdasarkan kepada hujahhujah yang nyata, adalah Masih Mau’ud (Nabi Isa yang dijanjikan), bahkan kekuatannya juga adalah dibuktikannya bahwa Islam itu adalah agama yang hidup dan agama yang benar. Meskipun, bisa saja setiap kaum mengklaim bahwa mereka beriman kepada Allah se28
bagai Tuhan yang Maha Esa serta tiada sekutu bagi-Nya seperti yang diklaim oleh orang-orang Ariya dan Brahma bahwa mereka beriktikad dengan wahdāniyyah (keesaan Allah Ta’ala) sekalipun bahwa dalam prioritas mereka, setiap zarah menjadi sekutu Allah dan keazalian; akan tetapi kaum-kaum ini tidak mampu mengemukakan satu dalil qot‘iy (jitu) pun tentang adanya wujud Allah yang Maha Hidup dan kalbu mereka tidak mendapatkan kedamaian dan kepuasan dengan wujud Allah2. Oleh karena itu klaim-klaim mereka ‘beriman kepada Allah
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Haqiqatul Wahyi yang Maha Esa tiada sekutu bagiNya’ hanyalah pengakuanpengakuan hampa semata, sebab pernyataan-pernyataan mereka ini tidak mampu memberi warna pada hati mereka dengan warna tauhid hakiki. Jadi, pada dasarnya mereka bukan hanya tidak memperoleh bagian dalam mengimani Wujud Allah karena lemahnya keimanan mereka kepada-Nya sebagai wujud yang tiada sekutu bagi-Nya, melainkan juga karena hati mereka telah tenggelam ke dalam berbagai kegelapan. Ingatlah, tidak ada manusia yang akan bisa mengenal Allah – yang merupakan Ghaib al-ghaib (Yang Gaib dari yang gaib) — melalui kekuatan pribadinya selama Allah Ta’ala tidak memperkenalkan diri-Nya melalui ayat-ayatNya. Demikian juga adalah hal yang tidak mungkin hubungan yang benar dengan Allah Ta’ala akan terjalin, selama hal itu tidak dibangun oleh-Nya dalam corak yang khas. Dan adalah hal yang tidak mungkin bahwa jiwa sepenuhnya akan terlepas dari kecacatan-kecacatannya selama cahaya Allah yang Mahakuasa tidak turun kepada hati tersebut.
Perhatikanlah, sesungguhnya aku akan mengemukakan kesaksian yang hamba melihatnya sendiri bahwa hubungan itu akan bisa dibangun hanya dengan mengikuti AlQuran saja. Ruh kehidupan tidak akan kembali pada kitab-kitab lainnya dan tidak akan ada satu kitab pun di bawah kolong langit yang akan memperlihatkan wajah Sang Kekasih hakiki itu kecuali satu kitab saja yaitu AlQuran. Sesungguhnya aku tidak akan mempedulikan berbagai macam penentangan yang dialamatkan kaumku terhadap diriku, sebab adalah sebuah pengkhianatan yang besar jika aku meninggalkan jalan kebenaran hanya karena takut kepada mereka. Hendaklah mereka berpikir bahwa Allah Ta’ala telah menganugerahi basīrah kepada seseorang yang berasal dari sisi-Nya dan Dia sendiri telah memperlihatkan kepadanya jalan yang lurus dan Dia memuliakannya dengan mukālamah dan mukhātabah dan Dia telah memperlihatkan ribuan tanda untuk mendukung kebenarannya. Lalu, bagaimana ia akan berpaling dari matahari kejujuran dan kebenaran, hanya karena ia diingatkan dengan sesuatu yang
2. Di sini tidak perlu menyebutkan orang‐orang Kristen sebab tuhan mereka dibuat oleh tangan‐tangan mereka seperti perkakas‐perkakas dan perabot‐perabot lainnya, dan band‐ ingannya tidak ditemukan di dalam lembaran‐lembaran suci dan dari arahnya tidak ter‐ dengar suara: “Ana al‐Maujūd” (Aku ada), dan tidak pula memperlihatkan Qudrat Ilāhiyyah dalam corak khas yang tidak pernah diperlihatkan oleh nabi‐nabi yang lain. Dalam hal yang berkaitan dengan pengorbanannya, maka pengorbanan dengan seekor ayam jantan nampak lebih berharga daripada itu; ketika seseorang yang lemah akan kembali menjadi kuat dalam waktu yang cepat karena supnya. O alangkah celakanya pengorbanan yang pengaruhnya jauh lebih kecil daripada penyembelihan seekor ayam jantan. (Pen.) SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
29
Haqiqatul Wahyi merupakan sangkaan-sangkaan para penentang. Aku pun tidak akan peduli jika orang-orang yang menentang baik yang masuk maupun yang keluar mencari-cari aibaib diriku. Karena hal itu tidak akan memberikan kekuatan selain hanya untuk kemuliaanku. Sebab, seandainya di dalam wujudku terdapat berbagai macam aib dan aku – sesuai perkataan mereka – adalah seorang pengingkar janji, pembohong, dajal, pengada-ada, pengkhianat, memakan yang haram, sumber perpecahan kaum, tukang fitnah, fāsiq, fājir, tukang mengada-adakan dusta atas nama Allah selama kurang lebih tiga puluh tahun, mencaci maki orangorang saleh dan orang-orang benar, tidak ada di dalam ruhku selain keburukan dan kejahatan, perusak hubungan, egois, dan aku membuka tempat dagangan ini hanya untuk menipu manusia, dan aku tidak beriman kepada Allah seperti yang mereka anggap (na‘ūdzu bi Allāh), dan tidak ada aib di dunia ini selain ada padaku, bersamaan dengan adanya aib dunia semuanya ada pada diriku, dan bersamaan dengan diriku telah tersimpan berbagai macam kezaliman. Meskipun aku memakan harta banyak orang tanpa hak, mencaci maki banyak orang – yang suci seperti para malaikat, – terlibat dalam segala kejahatan, dan orang yang paling banyak menipu; bukanlah merupakan rahasia bahwa setiap orang yang bangkit menentangku yang berasal dari kalangan yang 30
memiliki tabiat malaikat telah dibinasakan sekalipun aku orang jahat, yang punya tabiat buruk, pengkhianat dan pembohong! Semua orang yang telah bermubahalah denganku telah dibinasakan, dan semua orang yang berdoa untuk menentangku doanya telah ditolak. Dan setiap orang yang menaikkan perkara di pengadilan dengan tujuan untuk menentangku telah dikalahkan? Dan di dalam buku ini pasti Anda akan temukan contohcontoh yang menguatkan perkaraperkara ini. Seharusnya aku dibinasakan dalam pertemuan-pertemuan itu dan petir disambarkan atasku, bahkan sebenarnya dalam keadaan demikan tidak perlu ada seseorang yang melawanku sebab Allah sendirilah yang akan memusuhi orang-orang yang berbuat dosa. Akan tetapi sayang, cobalah Anda pikirkan mengapa hasilnya terjadi sebaliknya? Mengapa orang-orang baik telah dibinasakan di hadapanku sedangkan aku telah dilindungi oleh Allah pada setiap perkara? Bukankah dari itu, karomahku menjadi terbukti? Segala syukur kami panjatkan ke hadirat Allah sebab kejahatan-kejahatan yang dinisbatkan kepadaku hanyalah untuk mengukuhkan karomah (kemuliaan)-ku.
Penulis Mirza Ghulam Ahmad al-Qādiyāniy, al-Masīh alMau‘ūd
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Haqiqatul Wahyi ***** ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ اﻟﺤﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ واﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ ﺧﻴﺮ رﺳﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ
و آﻟﻪ وأﺻﺤﺎﺑﻪ أﺟﻤﻌﻴﻦ Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Selawat dan salam kami curahkan atas Rasul-Nya yang terbaik, Muhammad saw. dan keluarga beliau serta seluruh Sahabat beliau Ammā Ba‘d. Jelaslah bahwasanya aku merasa perlu untuk menyusun buku ini, sebab, sebagaimana ribuan macam fitnah dan bid’ah lainnya telah muncul di zaman ini, demikian pula telah muncul sebuah fitnah yang besar, yaitu mayoritas manusia tidak mengetahui derajat dan perihal yang mengenainya ada [dukungan] mimpi-mimpi atau ilham yang
layak untuk dipercaya, dan hal-hal yang membutuhkan perhatian serius yakni boleh jadi kalam itu adalah kalam setan, bukan kalam Allah atau perkataan hawa nafsu, bukan perkataan Tuhan3. Hendaklah diketahui, bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia dan ia berusaha untuk membinasakan manusia dengan berbagai cara. Boleh jadi sebuah ru’yā itu benar tapi boleh jadi itu berasal dari setan. Boleh jadi sebuah ilham itu benar, tapi boleh jadi itu berasal dari setan, sebab setan meskipun keadaannya sebagai pembohong yang menipu manusia, terkadang menyampaikan hal benar agar keimanan menjadi hilang. Adapun orang-orang yang perihal kejujuran, kesetiaan dan kecintaan sampai ke derajat yang sempurna, maka adalah hal yang tidak mungkin bagi setan untuk menguasai mereka. Sebagaimana Allah berfirman: ِ ِ ِﱠ َﻚ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ُﺳ ْﻠﻄَﺎ ٌن َ ﺲﻟ َ إن ﻋﺒَﺎد ْي ﻟ َْﻴ
3. Misalnya, ketika matahari ditutupi awan dari satu arah, sedangkan dari yang lain debu pun beterbangan, maka adalah hal yang tidak mungkin cahaya matahari akan sam‐ pai ke bumi dengan terangnya. Demikian juga ketika kegelapannya menguasai jiwa dan setan menaklukkannya, maka cahaya matahari ruhani sekali‐kali tidak akan sampai kepadanya dengan baik, dan manakala debu itu menghilang, sinar matahari akan bersinar. Inilah falsafah wahyu Ilahi. Sesungguhnya wahyu hakiki hanya akan diperoleh oleh orang‐ orang yang berhati bersih saja, yang tiada satu tirai pun menghalangi antara mereka den‐ gan Allah Ta’ala. Hendaklah diketahui juga, bahwa wahyu yang disertai pertolongan Ilāhiyyah dan tanda ‐tanda yang jelas untuk memberikan kemuliaan dan kebesaran serta mengenainya tanda‐ tanda pengabulan menjadi nyata, tidak akan diperoleh selain oleh orang‐orang yang diter‐ ima di hadirat Allah. Setan tidak akan mampu untuk memberikan ilham kepada pendakwa bohong – dengan memberikan dukungan untuknya – dengan ilham yang kekuatan dan kemampuannya nyata dari sisinya, atau ia tidak akan mampu membuka perkara gaib men‐ jadi nyata lagi mulia guna menjadi saksi bagi pendakwaan orang tersebut. (Pen.) SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
31
Haqiqatul Wahyi “Sesungguhnya engkau tidak memiliki kekuatan untuk menguasai hamba-hamba-Ku” Jadi, ini merupakan tanda bahwa hujan karunia Allah Ta’ala akan turun terhadap mereka dan pada mereka akan ditemukan ribuan tanda-tanda pengabulan di sisi Allah yang akan kami uraikan di dalam buku ini. Insyā’ Allah. Akan tetapi sungguh sangat disayangkan, banyak manusia yang menjadi tertawan dalam cengkraman setan dan bersamaan dengan itu mereka memercayai mimpimimpi dan ilham-ilham mereka dan dengan perantaraannya mereka ingin menyebarluaskan iktikad-iktikad mereka yang salah dan pandangan-pandangan mereka yang batil. Bahkan, mereka mengemukakan mimpi-mimpi dan ilham -ilham itu sebagai bukti, atau mereka bertujuan untuk meremehkan agama yang benar dengan mengemukakan ru’yā dan ilhamilham mereka itu. Atau, mereka menjadikan nabi-nabi Allah yang suci sebagai manusia biasa-biasa saja dalam pandangan manusia. Atau, mereka ingin memperlihatkan bahwa apabila kebenaran sebuah agama dikuatkan melalui ru’yā-ru’yā dan ilham-ilham, maka tentu kapasitasnya adalah benar. Dan di antara mereka ada yang tidak akan mengemukakan ru’yāru’yā mereka untuk menguatkan agama mereka. Bahkan mereka mengarahkan keterangan tentang ru’yā-ru’yā itu ke arah yang men32
yatakan bahwa ru’yā dan ilham tidak termasuk tolak ukur untuk mengenal suatu agama itu haqq (benar) atau seseorang itu benar. Dan di antara mereka ada yang menceritakan mimpi–mimpi dan ilham-ilham mereka hanya untuk kesombongan dan meninggikan diri mereka saja. Dan di antara mereka ada yang apabila kebenaran mimpi dan ilham-ilham mereka telah nyata – sesuai yang mereka lihat – berdasarkan hal itu – mereka mengemukakan diri mereka sebagai imam-imam atau rasul-rasul. Inilah beberapa kerusakan yang menyebar di berbagai pelosok negeri ini dengan corak yang sangat menakutkan. Penduduknya telah digiring ke arah kecongkakan dan tipu daya, sebagai ganti dari keimanan dan kebenaran. Maka aku memandang sudah tepat untuk aku menyusun buku ini untuk membedakan antara yang hak dan yang batil. Sebab, aku melihat sebagian orang yang kurang memiliki pemahaman telah terjatuh ke dalam ibtilā’ (cobaan) disebabkan manusia-manusia itu. Apalagi ketika mereka melihat bahwa Zaid misalnya – dengan berpegang pada mimpinya atau ilhamnya – akan mengafirkan Bakar sekalipun ia (Zaid) adalah mulham yang lain seperti dirinya )Bakar). Sedangkan orang yang ketiga akan m e n g af i r k an k e d u a-d u a n y a . Anehnya, dalam perkara itu setiap orang dari antara ketiga orang itu mengakui kebenaran ilhamilhamnya, dan mengemukakan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Haqiqatul Wahyi bukti-bukti bahwa kabar-kabar gaibnya telah menjadi nyata. Oleh karena itu, banyak manusia yang tergelincir karena pertentanganpertentangan, percekcokan dan kedustaan yang saling bergantian ini. Lalu, mereka berpikir bahwa kalau Tuhan itu hanya satu, maka bagaimana mungkin Dia akan memberikan ilham ke Zaid satu hal, kemudian ke Bakar satu hal lagi yang bertentangan dengan itu, dan Dia berkata kepada Khalid satu hal yang jelas-jelas lain. Maka masalah ini akan mengantarkan seorang yang tidak mengerti untuk meragukan keberadaan Allah Ta’ala. Pendek kata, perkara-perkara ini akan membuat manusia berada dalam kegalauan sehingga silsilah nubuwwah (mata rantai kabar gaib) menjadi hal yang diragukan dalam pandangan mereka. Ada juga masalah lain yang membuat bingung orang-orang awam yakni ada sebagian orang-orang fasik, fajir, penzina, penganiaya, tidak melakukan kewajiban-kewajiban agama, pencuri, yang memakan yang haram, yang melakukan amal yang bertentangan dengan perintahperintah Allah mereka juga kadang -kadang melihat ru’yā-ru’yā yang benar. Secara pribadi hal itu telah nyata bagiku yakni ada sebagian wanita dari golongan dunia yang pekerjaannya memakan bangkai dan membuat berbagai kejahatan, mereka telah menceritakan ru’yā-
ru’yā mereka di hadapanku dan sebagian ru’yā-ru’yā itu telah terbukti. Yang paling mengherankan dari hal itu adalah ada beberapa perempuan pezina dan beberapa laki-laki dari kalangan yang suka berbuat mesum, dan tenggelam dalam perzinaan siang dan malam pun telah menceritakan beberapa mimpi-mimpi mereka, kemudian mimpi-mimpi mereka itu terbukti. Demikian pula aku melihat beberapa orang Hindu pun yang larut dalam kekotoran syirik dan mereka adalah penentang keras terhadap agama Islam, sebagian mimpimimpi mereka pun menjadi nyata sebagaimana yang benar-benar telah mereka lihat. Seorang Hindu dari Qadian datang kepadaku sewaktu aku menyusun buku ini. Dia dari Kasta Ksatria.4 Ia berkata: saya telah melihat dalam mimpi bahwa keputusan mutasi Wakil Kepala Kantor Pos ‘anu’ telah terjadi, kemudian keputusan ini telah dibatalkan. Dan inilah yang benarbenar terjadi. Orang Hindu ini berkata kepadaku tentang berbagai macam kesesuaian yakni banyak mimpi-mimpinya yang lain juga telah menjadi kenyataan. Aku tidak mengerti, apa yang melatarbelakangi dia untuk menceritakan hal itu, dan mengapa ia menceritakan mimpi-mimpinya untukku secara berulang-ulang, sebab silsilah mimpi-mimpi dan ilham menurut Weda tidak ada lagi. Demikian juga ada seorang Hindu yang keji
4. Termasuk Kasta tinggi Hindu. SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
33
Haqiqatul Wahyi lagi jahat serta melampaui batas dalam melakukan perzinaan telah dijebloskan ke penjara. Kemudian, sesudah ia dibebaskan secara kabetulan ia berjumpa denganku. Aku senantiasa mengingat bahwa ia telah dihukum penjara selama beberapa tahun karena melakukan tindak kriminal pencurian atau yang lainnya. Ia berkata : Pada waktu pagi di hari pengadilan akan memberikan keputusan penjara atasku, ketika keputusan seperti itu belum terjadi, pada waktu malamnya aku telah diberi kasyaf bahwa aku akan dipenjara dan inilah yang benar-benar terjadi. Pada hari itu juga aku dijeboloskan ke penjara. Demikian juga ada seseorang di Amerika yang bernama “Dowi” ia juga memiliki surat kabar. Ia telah menyatakan bahwa Isa a.s. adalah tuhan dan ia menyebut dirinya sebagai khalifah bagi Nabi Elia a.s. Ia mengaku bahwa ia adalah seorang mulham. Ia menyampaikan ilhamilham dan mimpi-mimpinya kepada orang-orang dengan pengakuan bahwa hal itu terbukti. Padahal ia meyakini sosok seorang manusia lemah sebagai Tuhan semesta alam. Adapun dari riwayatriwayat perjalanan hidupnya memadai opini bahwa ibunya adalah seorang perempuan pezina, dan ia sendiri mengakui bahwa dirinya adalah anak zina dan ia berasal dari keluarga tukang sepatu. Salah satu saudaranya bekerja sebagai tukang sepatu di Australia. Hal-hal ini bukanlah pernyatan-pernyataan yang tidak berdasar. Bahkan, kami 34
memiliki setiap surat kabar dan risalah yang mengekspos perihal familinya pada bagian ini. Pendek kata, selama manusia masih menerima ru’yā-ru’yā dan bermacam-macam ilham, sekarang dan nanti, bahkan kadang-kadang hal itu terbukti juga – dan jumlah orang-orang yang mengaku menerima ilham dan wahyu di negeri ini berjumlah lebih dari lima puluh orang, dan cakupannya luas, tidak disyaratkan bahwa mereka harus berada di dalam agama yang benar atau sepak terjang mereka itu baik – maka tidak ada seorang pun yang berakal selain karena hal itu ia merasa sangat perlu sekali untuk menemukan satu tanda pembeda (antara kedua macam ru’yā-ru’yā dan ilham-ilham) yang karenanya kesukaran ini bisa dilenyapkan, khususnya perihal adanya dalil– dalil yang menunjukkan bahwa manusia dari berbagai golongan melihat ru’yā dan memperoleh ilham-ilham sekalipun mereka berbeda agama dan iktikad; dan sekalipun mereka saling mendustakan antara yang satu dengan yang lain berdasarkan ru’yā-ru’yā dan ilham -ilham yang mereka lihat, namun sebagian ru’yā-ru’yā penganut masing-masing golongan itu menjadi terbukti. Adalah jelas bahwa perkara ini menyerupai batu sandungan dalam jalan para pencari kebenaran dan ia merupakan hambatan besar atas mereka. Sesungguhnya hal ini merupakan racun yang akan membunuh khususnya
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Haqiqatul Wahyi mereka-mereka yang mengaku menerima ilham dari Allah Ta’ala. Faktanya, mereka tidak punya hubungan dengan Allah Ta’ala tapi mereka mengklaim bahwa diri mereka adalah sesuatu yang akan dikenang sebagai orang-orang yang ditipu oleh mimpi-mimpi mereka jika sekali saja hal itu terjadi. Demikianlah mereka akan diluputkan dari mencari kebenaran. Bahkan mereka akan melihatnya dengan pandangan meremehkan dan melecehkan. Jadi, inilah yang mengantar saya untuk menjelaskan perbedaan dua hal nyata bagi para pencari kebenaran. Aku telah membagi buku ini ke dalam empat Bab. Bab pertama, membahas tentang orang-orang yang melihat mimpi-mimpi yang benar atau ilham-ilham yang benar meskipun mereka tidak memiliki satu hubungan pun dengan Allah Ta’ala. Bab kedua, menjelaskan tentang orangorang yang melihat beberapa mimpi yang benar dan ilham yang benar dan mereka memiliki hubungan dengan Allah Ta’ala hingga batas tertentu tapi hubungan itu tidak kuat. Bab ketiga, tentang orang-orang yang menerima wahyu yang sempurna dan bersih dan mereka dianugerahi kemuliaan untuk ber-mukālamah dan bermukhātabah Ilāhiyyah secara sempurna dan mereka pun menerima ru’yā seperti falaq subuh dan mereka berada dalam hubungan yang lebih sempurna dan lebih mantap serta lebih murni dengan Allah Ta’ala, seperti para nabi Al-
lah yang suci. Bab keempat, penjelasan tentang perihal diriku yakni penjelasan seputar bagian istimewa yang karenanya Allah telah memuliakanku yakni tiga bagian yang merupakan rahmat dan fadl dariNya. Sekarang aku akan menguraikan hal ini dengan membaginya menjadi empat bab. Tiada yang memberikan taufik bagiku selain Allah. Ya Tuhan kami, tunjukilah kami ke jalan-Mu yang lurus, dan anugerahilah kami dari sisi Engkau pemahaman agama yang lurus dan ajarilah kami dengan ilmu dari sisiMu. Amin.
BAB PERTAMA PENJELASAN TENTANG ORANG-ORANG YANG MELIHAT BEBERAPA MIMPI YANG BENAR DAN MEMPEROLEH BEBERAPA ILHAM YANG BENAR, TETAPI MEREKA TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH TA’ALA DAN MEREKA TIDAK MEMILIKI BAGIAN CAHAYA YANG DIDEKATKAN BAGI ORANG-ORANG YANG MEMILIKI HUBUNGAN, SERTA WUJUD JASMANI MEREKA DIJAUHKAN DARI CAHAYA ITU BERIBURIBU MIL Jelaslah bahwa tatkala manusia diciptakan untuk mengenal Penciptanya dan agar ia mencapai derajat
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
35
Haqiqatul Wahyi yakin karena keimanan terhadap Zat dan sifat-Nya, maka Allah Ta’ala menciptakan pikiran manusia dan menganugerahinya kekuatan akal dengan tujuan sekiranya pikiran itu diarahkan untuk merenungkan ciptaan Allah dengan menggunakan kekuatan-kekuatan itu pasti ia akan sampai kepada intisari hikmah Allah – Zat yang nama-Nya dimuliakan – secara sempurna. Dan ia akan mendapatkan susunan yang indah dan hikmah-hikmah yang ada pada setiap zarah yang berasal dari tatanan alam, dan melalui basīrah (kebijaksanaan dan pengamatan) yang sempurna, ia pasti akan mengetahui bahwa alam luas yang terdiri dari langit dan bumi ini tidak mungkin ada tanpa adanya Khalik (Sang Pencipta), dan memang adanya Sang Pencipta merupakan sebuah keharusan baginya. Dari sisi lain, manusia telah dianugerahi indera dan kekuatan ruhani untuk meluruskan kelemahan dan kekurangan yang mungkin dibiarkan oleh akal dalam mengenal Allah Ta’ala. Sebab pengenalan Allah Ta’ala secara sempurna tidak mungkin terjadi hanya dengan menggunakan akal. Sebabnya adalah, pekerjaan akal yang telah dianugerahkan kepada manusia itu terbatas untuk mengambil hikmah yakni sepantasnya alam yang mengandung berbagai hakikat dan hikmah ini untuk memiliki Khalik, dan hal itu dengan merenungkan tentang langit dan bumi serta apa yang ada pada keduanya dan susu36
nan keduanya yang kuat dan kokoh. Akan tetapi, bukanlah kewenangannya untuk memutuskan bahwa Khalik itu benarbenar ada. Nyatanya juga, bahwa merasakan perlunya Sāni‘ (Pembuat) atau Khalik tidak akan terhitung sebagai makrifat yang sempurna kecuali kalau ia telah mencapai tujuan keyakinan yakni bahwa Sang Pencipta itu benar-benar ada. Sebab, mengatakan bahwa patut ada wujud Sang Pencipta untuk segala sesuatu, sama sekali tidak akan sama dengan mengatakan bahwa sang Pencipta yang diakui harus ada, ternyata benar-benar ada. Oleh karena itu, para pencari kebenaran – untuk menguatkan sulūk mereka dan untuk memenuhi kehendak fitrat yang menggelora di dalam jiwa raga mereka karena makrifat yang sempurna – perlu diberi kekuatan ruhani juga disamping kekuatankekuatan akal supaya mereka mampu – apabila mereka menggunakan kekuatan ruhani sebagaimana mestinya dan tidak ada hijab yang menghalanginya – untuk menyingkap wajah sang kekasih hakiki dengan jelas, yang mana hal itu tidak bisa disingkap oleh kekuatan akal. Jadi, sesungguhnya Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha Penyayang sebagaimana Dia telah menjadikan fitrat manusia menjadi lapar dan haus akan makrifat-Nya yang sempurna, seperti itu pulalah Dia menitipkan fitrat manusia dengan dua macam kekuatan untuk mencari perhubungan menuju
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Haqiqatul Wahyi makrifat yang sempurna. Yang pertama adalah kekuatan akal yang sumbernya adalah dimāgh (otak), dan yang kedua adalah kekuatan rohani yang sumbernya adalah qalb (hati) dan yang kemurniannya bersandar pada kemurnian kalbu. Perkara-perkara yang tidak mungkin dipecahkan oleh kekuatan akal secara sempurna, intisarinya akan dipecahkan oleh kekuatan rohani. Dan kekuatan rohani hanya memiliki kekuatan infi‘āliyyah (reaksi atau merespon) saja, yakni ia menciptakan kemurnian dan kesucian sehingga pancaran-pancaran dari sumber mata air [rohani] terpantul (direfleksikan) di dalamnya. Oleh karena itu, untuknya disyaratkan agar ada persiapan untuk menarik mata air itu sampai ia memperoleh pancaran mata air makrifat Allah yang sempurna. Selain itu, tidak ada satu penghalang dan penghambat yang merintangi, makrifatnya tidak terbatas hanya pada : bahwa alam yang sarat akan hikmah-hikmah ini harus memiliki seorang Pencipta, bahkan [ruhani itu disyaratkan] mendapatkan nasib baik dengan mukālamah dan mukhātabah yang sempurna dengan Sang Pencipta itu, dan menyaksikan tandatandanya yang agung, melihat wajah-Nya yang Mahamulia serta melihat dengan ‘ain al-yaqīn bahwa Khalik ini benar-benar ada. Akan tetapi, tatkala fitrat mayoritas manusia tidak terbebas dari berbagai hijab, dan tatkala ada kecintaan akan dunia dan
ketamakan terhadapnya; kesombongan dan keangkuhan, tinggi hati, riyā’, memuji diri sendiri, dan berbagai akhlak rendah lainnya seperti malas dan sengaja tidak patuh dalam memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya, dan sengaja menyimpang dari aturan-aturan kebenaran, keteguhan, keikhlasan dan kesetiaan, dan sengaja memutuskan hubungan dengan Allah. Tatkala semua itu ada dalam perangai mayoritas manusia, maka ia menjadi sebab adanya bermacam-macam penghalang, tutupan, rintangan, hawa nafsu dan keserakahannya, yang karena semua itulah ia (fitrat itu) tidak layak untuk dianugerahi faid (limpahan) mukālamah dan mukhātabah Ilāhiyyah yang disertai dengan nasīb (bagian) cahayacahaya pengabulan.5 Ya, sesungguhnya rahmat azali Allah yang tidak ingin menyia-nyiakan fitrat manusia telah meletakkan sunnahnya pada mayoritas manusia seperti benih yang ditabur. Lalu, kadang-kadang mereka melihat ru’yā’ sālihah agar mereka mengetahui bahwa potensi kemajuan telah dibuka di hadapan mereka. Akan tetapi, ru’yā dan ilham yang mereka peroleh tidaklah berhubungan dengan tanda-tanda pengabulan di sisi Allah dan kecintaan-Nya serta karunia-Nya. Sebagaimana penerimanya tidak terbebas dari kotoran hawa nafsu. Mereka tidak akan melihat ru’yā selain agar ada hujjah atas mereka untuk mengi-
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
37
Haqiqatul Wahyi mani para nabi Allah yang suci, sebab seandainya mereka dimahrumkan secara total dari memahami hakikat ru’yā’ sālihah dan ilhāmat sādiqah, dan seandainya mereka tidak memperoleh itu secra ilmul-yaqiyn pasti mereka akan memiliki alasan di sisi Allah bahwa mereka tidak mampu untuk memahami hakikat nubuwwah (kabar gaib) karena mereka benarbenar tidak mengerti perkara itu. Dan bagi mereka diberi hak untuk berkata: “Kami benar-benar tidak memahami hakikat kabar-kabar ghaib; karena fitrat kami tidak dianugerahi sebuah contoh pun untuk kami memahaminya. Lalu bagaimana kami akan memahami hakikat yang tersembunyi ini?” Oleh karena itu, Sunnah Allah yang selalu berlaku sejak makhluk mulai diciptakan yakni bahwa umumnya manusia akan melihat ru’yā’ sālihah dan mereka akan memperoleh ilham-ilham yang benar hingga satu batas tertentu sebagai contoh dan dengan tidak memandang keadaan mereka
apakah mereka orang saleh atau orang jahat; bajik atau fasik; sama saja apakah mereka berada pada agama yang hak atau batil, supaya pemikiran-pemikiran mereka dan renungan-renungan mereka yang di dasarkan atas perpindahan dan pendengaran saja bisa sampai kepada ilmu yakin. Dan supaya di tangan-tangan mereka terdapat contoh untuk kemajuan ruhani. Untuk mewujudkan hal ini maka Allah Ta’ala sebagai Zat Yang Maha Bijaksana telah menciptakan otak (dimāgh) manusia dengan corak yang ditentukan dan menganugerahinya dengan kekuatan ruhani dengan maksud ia mampu untuk melihat beberapa ru’yā’ sālihah dan menerima beberapa ilhamilham yang benar. Tetapi, ru’yāru’yā dan ilham-ilham itu tidak mengindikasikan bahwa pada mereka ada kebesaran dan keshalehan. Sebab, hal itu hanya mengindikasikan bahwa mereka akan maju sedikit demi sedikit dan menunjukkan bahwa orang yang menerimanya adalah orang yang
5. Hendaklah diketahui, bahwa kesenangan‐kesenangan dan hasrat‐hasrat jasmani pun ada pada para nabi , akan tetapi perbedaannya adalah mereka yang suci ini pertama‐tama mereka melepaskan diri dari keinginan‐keinginan dan tarikan‐tarikan nafsunya semata‐ mata untuk mencari ridha Allah dan mereka menyembelih nafsunya di hadapan Allah, dan apa pun yang mereka korbankan di jalan Allah akan dikembalikan kepada mereka sebagai karunia. Segala macam keadaan telah menimpa mereka, akan tetapi mereka tidak menjadi lemah dan tidak pula menjadi malas. Adapun orang‐orang yang tidak menyembelih naf‐ sunya di jalan Allah, mereka senantiasa mencicipi keinginan syahwat mereka yang menjadi hijab atas diri mereka sendiri lalu mereka mati di dalam kekotoran seperti cacing kotor. Jadi, perumpamaan mereka dengan hamba‐hamba Allah yang suci seperti sajjān (sipir pen‐ jaga penjara) dan sujanā’ (para tahanan). Mereka tinggal di satu tempat tapi tidak bisa dikatakan bahwa sipir sama dengan tahanan. (Pen.).
38
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Haqiqatul Wahyi berfitrat baik dengan syarat bahwa ia tidak menerima akibat yang buruk disebabk an keinginankeinginan hawa nafsunya. Dan diharapkan, orang yang memiliki fitrat ini akan mengalami perkembangan jika penghalangpenghalang dan rintanganrintangan tidak menghalangi jalannya. Misalnya, kita mengenal perihal beberapa isyarat bahwa di bawah tanah tertentu ada air akan tetapi ia meresap ke dalam tanah dan di bawah banyak lapisan dan ia bercampur dengan bermacammacam lumpur, dan jika segenap tenaga tidak dikerahkan, dan tanah itu tidak digali selama berhari-hari maka air bersih lagi tawar tidak akan pernah ke luar dan yang akan terjadi adalah kebinasaan. Benar-
benar sebuah ketololan, kebodohan dan kepicikan mengatakan sesungguhnya kesempurnaan manusia terbatas pada ia melihat ru’yā’ sālihah saja atau ia melihat ilham yang benar saja. Justru, yang sebenarnya adalah ada berbagai macam keharusan dan berbagai syarat untuk kesempurnaan manusia. Selama halhal itu tidak terpenuhi , maka ru’yā dan ilham akan masuk ke dalam sejumlah ibtilā’ (ujian) dari Allah. [][] Ridwan Buton Mubaligh Ahmadiyah bertugas di Pulau Buru Bersambung
RALAT Pada SINAR ISLAM Volume I, Edisi 8, IKHA 1393 / Oktober 2014 yang lalu, di halaman 46 sampai 51 dimuat tulisan terjemah buku Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berjudul Haqiqati Al-Wahyi Bagian Pertama. Seharusnya judul yang benar adalah Dhomiymatu Haqiqatil Wahyi. Buku ini adalah bagian tambahan yang berisi penjelasan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. terhadap buku beliau yang berjudul Haqiqatul Wahyi. Oleh karena buku Haqiqatul Wahyi lebih dahulu ditulis, maka untuk terbitan SINAR ISLAM yang akan datang kami akan memuat terjemah buku tersebut. Adapun buku Dhomiymatu Haqiqatil Wahyi akan kami muat kembali setelah terjemah buku Haqiqatul Wahyi selesai dimuat di SINAR ISLAM. Demikian penjelasan atas kesalahan terbit yang bisa kami sampaikan. Kami mohon maaf atas segala kekhilafan. Jazakumullah Ahsana Jazzai. Redaksi
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
39
Mengorbankan Apa pun yang telah Direzekikan Allah Setelah itu tentang orang mutaki dikatakan: “Dan membelanjakan dari apa yang direzekikan kepada mereka” (Al-Baqarah:4) Di sini, bagi orang mutaki digunakan kata mimmīa (dari apa), sebab pada saat itu dia sedang berada di dalam kondisi buta. Oleh karena itu apa saja yang telah diberikan Tuhan kepadanya, sebagian dari antara anugerah (rezeki) itu dia berikan atas nama Tuhan. Sebenarnya jika dia memiliki mata, tentu dia akan melihat bahwa dia tidak memiliki apa-apa,
sebab segala sesuatunya hanya milik Tuhan. Ini adalah suatu tabir
Malfuzat adalah kompilasi dari sabda‐sabda Imam Mahdi dan Al Masih Yang Dijanjikan, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. dari tahun 1891 sampai 1908. Sabda‐sabda itu dikumpulkan oleh tiga orang Ahmadi, yaitu Maulana Abdul Karim, Mufti Muhammad Shadiq dan Syekh Yaqub Ali Irfani. Mereka mengumpulkan sabda‐sabda itu, baik bersumber dari diri mereka sendiri atau pun dari para Ahmadi lainnya yang pernah bergaul dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s. Pada tahun 1940 hingga 1947, Maulana Jalaluddin Syam melakukan penjilidan terhadap sabda‐sabda tersebut. Hasilnya terkumpullah sebanyak 10 jilid buku. Di masa kekhalifahan Khalifah ke IV, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. Malfuzat dijilid ulang dan dirampingkan menjadi 5 jilid. Kutipan‐kutipan Malfuzat yang diterbitkan SINAR ISLAM adalah Malfuzat yang telah dijilid menjadi 5 jilid. 40
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Malfuzat yang lazim terdapat di dalam ittiqa (takwa). Keinginan kondisi ittiqa itu yang membuat orang mutaki tersebut mengeluarkan sebagian dari apa-apa yang telah diberikan Tuhan padanya. Rasul Karim s.a.w. pada saat menjelang wafat, beliau menanyakan kepada Hadhrat ‘Aisyah, “Apakah masih ada yang tersisa dari rumah ini?” Maka diketahui bahwa ada uang satu dinar. Beliau bersabda, "Ini sungguh jauh dari ciri− kehidupan seorang yang dekat dengan Tuhan, bahwa dia menyimpan segala-sesuatu pada dirinya." Rasul Mulia s.a.w. telah melewati derajat ittiqa dan sudah sampai pada derajat kesalihan, karena itu tidak ada istilah mimmā (sebagian dari) bagi beliau, sebab orang itu buta, yaitu orang yang menyimpan sebagian pada dirinya dan sebagian lagi dia berikan kepada Tuhan. Namun hal itu merupakan suatu kelaziman bagi orang mutaki, sebab dengan memberikan harta di jalan Tuhan pun sudah merupakan peperangan melawan nafsu baginya. Itulah yang menyebabkan dia memberikan sebagian, sedangkan sebagian lagi dia simpan bagi dirinya. Ya, Rasul Mulia saw. telah memberikan segalla-galanya di jalan Tuhan, dan sedikit pun tidak ada yang beliau simpan untuk diri sendiri. Sebagaimana di dalam tulisan “Dharm mahutsu” terdapat keter-
angan tentang tiga kondisi manusia yang dialami manusia dari sejak pertama hingga akhir, maka seperti itu pula di sini pun Al-Quran Karim – yang datang untuk membawa manusia menempuh jenjangjenjang kemajuan – telah memulai dengan ittiqa (ketakwaan). Ini adalah sebuah jalan yang penuh usaha gigih (kerja keras). Ini adalah sebuah medan yang berbahaya. Di tangan orang mutaki terdapat pedang, dan di tangan lawan pun ada pedang. Jika dia selamat maka dia telah najāt (keselamatan), dan tidak termasuk ke dalam golongan 'Asfalus Sāfilīn' (paling rendah dari segala yang rendah). Di sini tentang sifat-sifat orang mutaki tidak ada difirmankan bahwa, “Apa pun yang telah Kami berikan dia keluarkankan seluruhnya”, sebab di dalam diri orang mutaki tidak terdapat kekuatan iman seperti yang ada pada diri para nabi, sehingga – tidak seperti Pemberi petunjuk kita yang sempurna [saw.] – apa pun yang telah diberikan Tuhan kepadanya tidak semuanya diserahkan kembali kepada Tuhan. Oleh karena itu pertama-tama ia hanya diwajibkan membayar pajak yang ringan, supaya setelah merasakan kelezatan itu dia menjadi siap untuk melakukan pengorbanan yang lebih banyak lagi. (Malfuzat, jilid I, hal. 31-32 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
41
Malfuzat Yang Dimaksud dengan Rezeki ”Dan membelanjakan dari apa yang Kami rezekikan kepada mereka” (Al-Baqarah:4). Yang dimaksud dengan rezeki tidak hanya harta-kekayaan, melainkan segala sesuatu yang telah dianugerahkan kepada mereka: ilmu, hikmah, kemahiran dalam bidang kesehatan, semua termasuk di dalam rezeki. Dan hal-hal semacam inilah yang harus dia keluarkan (belanjakan) di jalan Allah. Manusia harus meraih kemajuan di jalan ini secara bertahap dan selangkah demi selangkah. Jika seandainya ada ajaran seperti Injil – bahwa setelah memperooeh tamparan di pipi yang satu, maka pipi yang satu lagi pun diserahkan – akibat tidak mungkinnya ajaran seperti itu diterapkan, manusia akan luput dari pahala.” (Malfuzat, jilid I, hal. 32 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Namun hingga saat itu belum tahu sampai di mana Jemaat ini bakal berkembang melalui Tangan Ilahi. Jadi ini adalah suatu kepercayaan (iman) yang pada akhirnya akan memberikan faedah. Jika kata yakin dipergunakan secara umum maka maksudnya adalah keyakinan yang derajatnya terendah, yakni dari tiga tingkatan ilmu, derajat 'ilmul-yaqīn adalah
42
tingkatan yang paling rendah. Pada tingkatan inilah orang yang bertakwa itu berada. Namun sesudah itu tingkat ‘ainul-yaqīn dan haqqul yaqīn pun baru bisa diraih setelah melalui jenjang-jenjang ketakwaan. (Malfuzat, jilid I, hal. 32-33 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Al-Quran Membimbing Manusia ke Arah Kesuksesan (Keberhasilan) Secara Bertahap “Akan tetapi Al-Quran -bersesuaian dengan fitrat manusia – membimbing manusia ke arah kesuksesan (keberhasilan) secara bertahap. Permisalan bagi Injil itu adalah bagaikan seorang anak muda yang dipaksa membaca yang sangat rumit begitu dia dimasukkan ke sekolah. Allah Ta'ala itu Mahaberakal (penuh hikmah). Tuntutan dari hikmah-Nya adalah supaya pendidikan itu diselesaikan secara bertahap. Kemudian tentang orang mutaki (bertakwa) difirmankan: “Orang-orang bertakwa itu adalah mereka yang beriman kepada Kitabkitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan kepada Kitab yang telah diturunkan kepada engkau, dan mereka yakin akan akhirat” (Al-Baqarah, 5). Hal ini pun tidak luput dari usaha− gigih (susah-payah). Sampai saat itu keimanan masih berada di dalam bentuk mahjubiyyat (keterselubungan). Pandangan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Malfuzat orang yang mutaki (bertakwa) bukanlah pandangan yang memiliki makrifat dan bashirat. Dia telah melawan setan dengan ketakwaan, sehingga sampai saat itu dia mempercayai sesuatu. Begitulah keadaan Jemaat kita pada saat ini. Mereka melalui ketakwaan memang telah beriman (percaya). Takwa bukanlah barang yang kecil. Melalui perlawanan terhadap segenap setan yang telah menguasai setiap potensi dan kemampuan yang terdapat di dalam diri manusia. Seluruh potensi (kekuatan) yang terdapat di dalam diri manusia pada kondisi nafs Ammarah merupakan setan. Seandainya tidak ada perbaikan pada potensi-potensi (kekuatankekuatan) tersebut maka mereka akan memperbudak manusia. Ilmu dan akal pun jika dipergunakan pada jalan yang buruk menjadi setan. Pekerjaan orang mutaki (bertakwa) adalah mengadakan keseimbangan berkenaan potensi-potensi tersebut serta atas segenap potensi lainnya. Demikian pula orang-orang yang pada segala kondisi menganggap buruk sikap pembalasan, amarah serta nikah, mereka itu menentang hukum kudrat, dan mereka melawan kekuatan (potensi) manusia” (Malfuzat, jilid I, hal. 33 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Pengendalian Berbagai Potensi
“Meninggalkan kejantanan (dorongan seksual) atau pun amarah yang telah diciptakan oleh Allah Ta’ala di dalam fitrat manusia, berarti melawan Tuhan. Sama halnya seperti sikap hidup meninggalkan segenap hal-hal keduniawian atau menjadi rahib (petapa). Kesemuanya ini adalah hal-hal yang menghancurkan haqul ‘ibad (hak para hamba). Jika hal ini memang demikian maka berarti kita mengecam Tuhan yang telah menciptakan potensi-potensi (kekuatankekuatan) tersebut di dalam diri kita. Jadi, ajaran-ajaran demikian -yang terdapat di dalam Injil dan yang mutlak menghancurkan kekuatan-kekuatan (potensi-potensi) tersebut -- akan membawa kita pada kesesatan. Allah Ta'ala memerintahkan untuk mengadakan keseimbangan terhadap potensipotensi itu. Dia tidak menghendaki supaya potensi-potensi tersebut dihancurkan, firman-Nya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan)” (An-Nahl, 91). Adil adalah sesuatu yang harus dimanfaatkan oleh semua orang. Ajaran yang ekstrim dari Al-Masih a.s. bahwa, "Jika kamu melihat dengan pandangan yang buruk maka congkellah matamu”, di dalamnya pun terletak pembinasaan terhadap potensi (kekuatan) tadi. Sebab beliau tidak mengajarkan bahwa, "Sama-sekali janganlah kamu memandang perempuan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
43
Malfuzat yang bukan muhrim”, justru sebaliknya beliau mengizinkannya, “Boleh saja dilihat, tetapi jangan melihatnya dengan pandangan zina”, larangan untuk melihat itu sendiri yang tidak ada. Kalau seseorang akan melihat, maka setelah itu diperhatikan apa pengaruhnya terhadap potensi (kekuatan) yang dia miliki. Kenapa tidak seperti Al-Quran saja yang melarang untuk memandang halhal yang dapat menggelincirkan mata serta menyesalkan sikap [ekstrim mencongkel mata], yang merupakan sesuatu yang bermanfaat dan berharga itu? Agama yang benar adalah agama yang melestarikan potensi (kekuatan) manusia, bukannya yang mencabut potensi (kekuatan) tersebut sampai ke akar-akarnya.” (Malfuzat, jilid I, hal. 33-34 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Yang Dimaksud dengan Pardah Islam “Belakangan ini banyak dilancarkan kritik terhadap masalah pardah. Akan tetapi orang-orang ini tidak mengetahui bahwasanya yang dimaksud dengan “pardah Islam” itu bukanlah penjara, melainkan suatu penghalang (pembatasan) supaya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak dapat melihat satu sama lainnya. Kalau pardah ditegakkan maka manusia tidak akan terge-
44
lincir. Seorang yang bersikap adil dapat mengatakan, bahwa di kalangan orang-orang dimana laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tanpa seungkan serta tanpa segan dapat berjumpa atau berjalan-jalan, bagaimana mungkin secara mutlak mereka tidak akan tergelincir oleh dorongan nafsu seks? Kadang-−kadang kita mendengar serta melihat bangsa-bangsa, yang menganggap bahwa laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim hidup bersama di satu rumah dalam kondisi pintu tertutup bukanlah suatu hal yang tercela. Seolah-olah ini merupakan suatu peradaban. Untuk membendung akibatakibat buruk itulah maka Pembuat Syariat Islam melarang melakukan hal-hal yang dapat mengakibatkan ketergelinciran. Mengenai peristiwaperistiwa seperti itu dikatakan, bahwa dimana ada berkumpul seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim maka yang ketiganya adalah setan. Perhatikanlah akibatakibat buruk yang ditanggung oleh Eropa karena ajaran yang memutuskan tali hubungan dengan Tuhan itu. Di beberapa tempat berlangsung kehidupan kotor yang benar-benar memalukan. Ini adalah akibat dari ajaran-ajaran tadi. Jika kalian ingin melindungi suatu benda dari pengkhianatan maka jagalah dia. Akan tetapi jika kalian tidak menjaganya serta menganggap bahwa mereka
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Malfuzat adalah orang-orang yang beradab, maka ingatlah bahwa benda itu pasti hancur. Betapa sucinya ajaran Islam, yang telah memisahkan laki-laki dan perempuan sehingga terhindar dari ketergelinciran, dan ia tidak mengharamkan serta mencemarkan kehidupan manusia – yang karena melakukan hal itulah Eropa telah menyaksikan hari-hari yang penuh dengan peperangan dan aksi bunuh-diri. Sebagian perempuanperempuan baik telah menjalani kehidupan kotor. Ini adalah suatu dampak nyata karena adanya izin untuk memandang perempuan yang bukan muhrim.” (Malfuzat, jilid I, hal. 34-35 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Potensi-Potensi Anugerah Allah Ta’ala dan Pendayagunaannya “Seberapa banyak potensi (kekuatan) yang telah dianugerahkan oleh Tuhan, kesemuanya itu diberikan bukanlah untuk disiasiakan. Menciptakan keseimbangan pada potensi-potensi (kekuatankekuatan) itu serta menggunakannya pada jalan yang benar adalah merupakan pertumbuhan (perkembangan) potensi-potensi itu sendiri. Oleh karena itulah Islam tidak mengajarkan supaya potensi kejantanan (seksual) maupun potensi mata itu dicabut (dihilangkan), melainkan ia mengajarkan untuk me-
manfaatkan mereka pada jalan yang benar serta mensucikan potensi potensi tersebut. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "Qad aflahalmu'minūn – “Sungguh telah sukses orang-orang mukmin” (Al−Mu'minun, 2). Dan sama seperti itu Dia telah berfirman di sini -- yakni setelah menguraikan gambaran kehidupan orang mutaki (bertakwa) -- pada akhirnya Dia mengemukakan hasil ketakwaan tersebut, "Wa ulāika humul muflihūn – (“dan sesungguhnya merekalah orang-orang yang sukses” - (Al‑Baqarah, 6), yaitu orang -orang yang melangkahkan kaki di atas ketakwaan, yang beriman pada hal-hal gaib, ketika salatnya goyah lalu mereka menegakkannya kembali, mereka yang memberikan apa -apa yang telah dianugerahkan Tuhan, dan walaupun ada ancamanancaman bahaya terhadap nyawa, mereka tetap percaya pada Kitabkitab Ilahi terdahulu maupun yang telah diturunkan di zaman mereka. Dan akhirnya mereka sampai pada derajat keyakinan. Inilah orangorang yang memperoleh hidayat (petunjuk). Mereka berada di sebuah jalan yang lurus ke depan, yang melaluinyalah manusia akan memperoleh kesuksesan. Nah, inilah orang-orang yang meraih kesuksesan dan akan sampai pada tujuan-tujuan mereka, dan mereka telah bebas dari segala bahaya. Untuk itulah pada bagian permulaan Allah Ta'ala telah mengajarkan ketakwaan pada kita lalu
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
45
Malfuzat menganugerahkan sebuah Kitab yang mengandung wasiat-wasiat tentang takwa. Jadi, Jemaat kita seharusnya merasakan kedukaan ini lebih hebat dari pada segenap kedukaan duniawi, yaitu apakah di dalam diri mereka telah terdapat ketakwaan atau tidak?” (Malfuzat, jilid I, hal. 35 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Jalanilah Hidup dengan Kerendahan Hati dan Kesederhanaan “Untuk menjadi seorang mutaki terdapat syarat supaya menjalani hidup ini dengan kerendahan hati dan kesederhanaan. Ini adalah sebuah cabang ketakwaan, yang dengan perantaraannyalah kita akan melawan amarah (murka) yang bukan pada tempatnya. Tahapan yang terakhir dan yang paling sulit bagi orang-orang yang memperoleh makrifat serta bagi para shiddiq adalah menghindarkan diri dari amarah (murka). Kesombongan dan keangkuhan timbul dari amarah, dan kadang-− kadang amarah itu sendiri merupakan hasil dari kesombongan dan keangkuhan, sebab amarah tersebut timbul tatkala seorang manusia menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain. Aku tidak ingin kalau warga Jemaatku satu sama lain saling menganggap hina atau 46 46
menganggap lebih tinggi, atau bersikap angkuh terhadap satu sama lainnya maupun memandang rendah. Tuhan mengetahui siapa yang besar atau siapa yang kecil. Hal demikian itu adalah semacam kenistaan. Dirisaukan bahwa kehinaan tersebut tumbuh besar bagaikan benih dan mengakibatkan kehancuran baginya. Sebagian orang menemui orangorang besar dengan penuh hormat. Akan tetapi orang besar adalah dia yang mendengarkan (memperhatikan) perkataan orang miskin dengan kerendahan hati, membahagiakan hatinya, menghormati perkataannya, tidak mengeluarkan kata-kata sinis yang dapat melukai hatinya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilan adalah yang buruk sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang aniaya” (AlHujurat: 12). Yakni, “Janganlah kalian saling mengimbau dengan panggilan buruk. Sikap yang demikian itu adalah suatu perbuatan buruk dan dosa. Barangsiapa mengejek-ejek orang lain, dia tidak akan mati sebelum dia sendiri tenggelam dalam hal seperti itu. Janganlah kalian menganggap hina saudara-saudara kalian. Kalian semua minum dari satu telaga yang sama, maka siapa yang tahu bahwa sudah nasib seseorang
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014 SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Malfuzat ia akan minum air yang lebih banyak. Seseorang tidak dapat menjadi terhormat dan terpandang berdasarkan ketentuan-ketentuan duniawi. Di sisi Tuhan, orang yang besar itu adalah orang yang mutaki (bertakwa): “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat, 14). (Malfuzat, jilid I, hal. 36 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Perbedaan Suku Bangsa “Adanya perbedaan suku bangsa, tidaklah menyebabkan kelebihan antara satu sama lainnya. Allah Ta'ala menciptakan suku-suku bangsa ini hanyalah untuk identitas belaka. Dan pada zaman ini untuk mengetahui nenek-moyang lebih dari generasi terdahulu saja sudah sulit. Bukanlah ciri khas orang mutaki (bertakwa) bahwa mereka terlibat dalam perselisihan antar etnis, sebab Allah Ta’ala telah memutuskan, bahwa bagi-Nya status suku bangsa (etnis) tidak mempunyai arti apa-apa, sebab yang dapat menimbulkan kehormatan dan kebesaran sejati hanyalah ketakwaan.” (Malfuzat, jilid I, hal. 36-37 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
“Manfaatnya yang paling besar adalah bahwa Al-Quran mengandung segala macam ajaran. Di dalamnya terdapat cukup ajaran-− ajaran untuk mencabut segala macam akidah yang salah atau pun ajaran buruk dapat timbul di dunia ini sampai ke akar-akarnya. Ini adalah suatu hikmah mendalam dan kebijakan dari Allah Swt.. Dikarenakan Kitab yang paling sempurna itu datang untuk melakukan ishlah (perbaikan) secara sempurna juga, maka adalah penting bahwa pada saat ia turun penyakit pun sudah mencapai klimaksnya di tempat ia diturunkan, sehingga dapatlah dilakukan pengobatan yang sempurna terhadap setiap penyakit. Jadi, di daratan Arab tersebut pada saat itu terdapat orang-orang yang sakit parah. Segala macam penyakit ruhaniah ada di sana, yakni yang tengah melanda pada saat itu maupun yang bakal menyerang generasi-generasi sesudahnya. Itulah sebabnya Al-Quran telah memenuhi syariat yang paling sempurna. Hal seperti ini tidak diperlukan pada saat Kitab-kitab lainnya turun, dan tidak pula di dalam Kitab-kitab tersebut terdapat ajaran yang sempurna.” (Malfuzat, jilid I, hal. 38 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Bersambung
Al-Quran adalah Petunjuk yang Paling Sempurna SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014 SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
47 47
Jawaban Atas Tuduhan Kitab Suci Ahmadiyah adalah Tadzkirah KLARIFIKASI TERHADAP ‘KESESATAN AHMADIYAH’ DAN PLAGIATOR Karya: Ahmad Sulaeman dan Ekky orang Ahmadiyah adalah AlQuranul karim, terdiri dari 30 juz; 114 Surat diawali Surat Al Fatihah dan diakhiri dengan Surat An Naas.
Para anti-Ahmadiyah melontarkan tuduhan bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sama dengan Ketauhidan dan Keesaan Allah. Jawaban: Wahyu di dalam Tadzkirah: “Engkau bagi-Ku seperti Tauhid -Ku dan Keistimewaan-Ku. Saat sudah tiba ketika engkau akan dibuat terkenal di antara manusia.”
Para anti-Ahmadiyah menuduh bahwa kitab suci Ahmadiyah adalah Tadzkirah Dalam sampul Buku Tadzkirah, tertulis “Kumpulan wahyu suci, ilham, kasyaf, dan rukya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.” yang dimaksud kata ‘Suci’ itu tertuju pada firman Allah Ta’ala. Sangat naïf, kalau para penentang melakukan lompatan logika dengan mengartikannya sebagai kitab suci. Kitab Suci Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan juga
48
Tadzkirah, edisi 1969, hal. 66; Tadzkirah 2nd English Edition, hal. 82.
Wahyu tersebut menunjukkan maqam kesucian rohani hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. dalam pandangan Allah Ta’ala. Beliau sendiri menjelaskan makna wahyu tersebut adalah: “Engkau begitu akrab di sisi-Ku, yang Aku inginkan dari engkau adalah sebagaimana halnya Tauhid dan Keesaan-Ku.” Arba’in, vol. 3, hal. 25 Selanjutnya beliau menjelaskan: “….Orang yang ditunjuk membangun Keesaan Tuhan ibarat materai
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Menjawab | Tuduhan bagi Keesaan-Nya, ialah dia mencurahkan dirinya kepada pelaksanaan tugas ini, sehingga seolah dia adalah bentuk perwujudan dari Keesaan Tuhan. Manusia di bumi berupaya kembali dari meraih tujuan rendah yaitu penyembahan berhala, tetapi tujuan itu tidak bisa tercapai, sampai Allah Yang Maha Agung sendiri mengisi seseorang dengan materai ini. Penunjukkan seseorang dikarenakan terjadinya kegelisahan untuk menegakkan Tauhid. Ia mempunyai keinginan bahwa sesuai kehendak Ilahi, Keesaan, Keagungan, dan KemuliaanNya akan mengalami kemenangan. Itulah makna wahyu: “(Arab) Kamu bagi-Ku bagai Tauhid-Ku dan KeistimewaanKu.” Al-Badr, vol. 2, no. 12, 10 April 1903, hal.91, kol. 2; Tadzkirah 2nd English Edition, hal. 82
Sejalan dengan penjelasan di atas, Bayazid Busthomi (seoarng ulama bukan dari Ahmadiyah) menuliskan pengalaman ruhaninya yaitu: “Allah Ta’ala telah meletakkan mahkota kehormatan di atas kepalaku dan membuka pintu tauhid-Nya bagiku, maka Dia telah mempertemukan sifatku dengan sifat-Nya, Dia mempersenyawakan jati diri-Nya, lalu menyatakan namaku di dalam hadirat-Nya. Maka dua hilang esa-pun terbilang.” Selanjutnya beliau bersabda:
“Keinginanmu menjadi keinginanKu. Keadaan menjadi sedemikian rupa sehingga lahir dan batinpun lenyap, membuat segala kebasyariat-an (unsur manusiawi) pun lenyap sirna. Sebuah lubang di dalam rongga kegelapan di dada mulai terbuka; kepadaku dianugerahkan lidah ke-Tauhid-an dan ke-Esa-an, maka sekarang pastilah lidahku berkata dengan keunikan shamad-Nya dan kalbuku bergetar dengan nur Rabbani-Nya dan mataku melihat dengan keunikan Tuhan, bila aku hidup dengan semua itu, maka aku tidak akan mati. Ketika aku sudah mencapai derajat itu, maka gerakan isyarat jariku bersifat azali, lidahku menjadi langgeng abadi, lidahku menjadi lidah Tauhid dan ruh ini menjadi ruh kemanunggalan. Aku tidak berkata dari diri sendiri ataupun berkata sendiri, bahwa aku ini mengucap zikir denga lidah ini, aku sebagai penterjemah perantara; pada hakikatnya aku adalah Dia dan bukanlah aku.” Tadhkiratul Auliya Bab ke-14, Zikr Mijaz Syekh bayazid Busthomi, cetakan Mathba’ Islamiyah Lahore, hal. 156-157; Tadhkiratul Aulia terbitan Syekh Barkat Ali & Son, cetakan Mathba’Ilmi, Lahore, hal. 130. Lihat juga Aku adalah Hajarul Aswad, hal. 662 dan 646
Bersambung
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
49
Pancasila adalah Falsafah Negara yang Unik Pancasila adalah falsafah hidup berbangsa yang sangat unik. Dengan Pancasila, masyarakat Indonesia yang majemuk bisa diikat dalam satu jiwa kebangsaan. Di Indonesia, orang-orang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain mampu hidup berdampingan. Sementara di belahan dunia lain, sesama kaum beragama selalu mengalami pergesekan dan permusuhan yang disebabkan oleh sikap sentimen beragama. Pernyataan ini disampaikan Dr. Iftikhar Ahmed Ayaz, perwakilan dari Jemaat Ahmadiyah Internasional, pada acara International 52
Peace Symposium “Discourses and Practicies of Multicultularism and Peace in Indonesia” di University Clab Hall, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Rabu, 8 Oktober 2014. Dr. Ayaz, yang tercatat sebagai aktivis International Human Right berpendapat, dunia saat ini sangat membutuhkan model berbangsa seperti yang dipraktekkan di Indonesia. Negara-negara di dunia ini tidak lagi membutuhkan konsepkonsep dan perkataan-perkataan yang sering disampaikan di berbagai pidato dan seminar-seminar kebangsaan, namun dalam prakteknya sama sekali nihil.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
WARTA NASIONAL
Ia menilai, kehidupan harmonis di Indonesia yang diikat oleh falsafah Pancasila bisa dijadikan model bagi kehidupan berbangsa oleh negara-negara lain. Oleh karenanya masyarakat ndonesia harus bangga dengan Pancasila dan harus memiliki rasa percaya diri untuk mempopulerkan Pancasila ke dunia internasional bahwa Pancasila itu adalah model terbaik bagi kehidupan yang harmonis di dalam
suatu negara. Selain Dr. Ayaz, di acara yang diikuti oleh peserta terbatas itu, tampil juga pembicara lainnya, diantaranya; Dra. Khofifah Indar Parawansa M.Si, Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin MA, dan Romo Patrick Edward Charlie Burrows. Acara simposium internasional itu terselenggara atas kerjasama Univeritas Gadjah Mada dan Humanity First Indonesia. Sfa [][] Dr. Iftikhar Ahmed Ayaz memberikan kuliah umum di acara Studium Generale yang diadakan di Univer‐ sitas Janabadra, Yogyakarata pada hari Kamis, 9 Okto‐ ber 2014. Sfa [][]
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
51
(Obat untuk Penyakit Hati) Bagian 2
Tuhan
telah berbuat ihsan kepadaku dengan memilihku dari antara umat manusia di dunia ini untuk menarik orang-orang tidak bermoral pada jalan yang benar dengan tanda-tanda-Nya. Tapi, Allah Ta’ala telah menyaksikan dari langit bahwa para pembela agama Kristen dan panutan mereka, yakni para pendeta, telah melangkah jauh dari kebenaran dan mereka adalah kaum yang tidak hanya dirinya sendiri telah menyimpang dari jalan yang lurus, bahkan, dengan menelusuri daratan dan lautan, merekapun berusaha untuk menjadikan orang lain mengikuti jejak langkah mereka. Mereka tidak mengetahui siapa Tuhan yang hakiki, bahkan Tuhan mereka pun adalah hasil dari penemuan mereka sendiri. Untuk itu, kasih sayang Tuhan yang Dia simpan bagi umat 52
manusia telah menuntut-Nya untuk membebaskan hambahamba-Nya dari jeratan perangkap mereka. Karena itu, Dia mengutus Masih ini untuk mematahkan salib dengan dalil-dalil, bukan salib yang
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Taryaaqul Quluub telah mematahkan dan melukai tubuh Hadhrat Isa a.s. Tapi pada saat tubuh Hadhrat Isa a.s. dipatahkan dengan pakupaku salib, Tuhan telah menyiapkan Marham Isa untuk mengobati luka dan kekalahan tersebut, yang dengannya dalam waktu beberapa minggu, Hadhrat Isa mendapatkan kesembuhan lalu hijrah dari negeri yang zalim tersebut menuju Kashmir, sebuah daerah yang menyerupai surga. Tapi salib yang akan dipatahkan sebagai pembalasan tubuh suci itu, seperti yang disebutkan dalam Shahih Bukhari, bukanlah salib yang telah mematahkan tubuh Masih yang berberkat yang dipatahkan di tiang salib dimana pada akhirnya sembuh setelah menggunakan Marham Isa, bahkan tidak ada satupun marham lain sebelum tiba saatnya hari pengadilan. Ini adalah tugas Allah Ta’ala yang kehendak-Nya telah Dia sempurnakan dengan perantaraan hamba-Nya yang teramat lemah itu. Tapi perlu diingat, bahwa hadits Bukhari yang menyatakan bahwa Masih akan datang dan mematahkan salib tidaklah berarti bahwa seperti yang dijelaskan oleh para ulama kita yang perlu dikasihani, karena dengan pemahaman yang keliru mereka beranggapan bahwa Masih akan datang ke dunia ini lalu akan membuka pintu jihad yang dahsyat dan dia akan berperang untuk
menyebarkan agama bersama Muhammad Mahdi Khalifah lalu mengangkat pedang sehingga terjadi pertumpahan darah yang sangat dahsyat yang tidak pernah terjadi sejak dunia bermula sampai saat ini. Akan sedemikian rupa terjadi pertumpahan darah sehingga bumi akan dipenuhi dengan darah. Jadi ingatlah, bahwa akidah tersebut jelas-jelas batil, sedangkan yang benar adalah yang telah dijelaskan Allah semata kepada kita, yakni nama kedua dari Masih adalah Mahdi, dia sama sekali tidak akan meraih pemerintahan duniawi melainkan sebaliknya dia akan meraih pemerintahan samawi. Seperti yang telah disebutkan dalam hadits bahwa Masih akan menjadi hakim yang adil dan hakim bagi seluruh firqah-firqah dalam Islam, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan Gubernur Jenderal. Jadi, kegubernuran ini tidaklah menyangkut masalah tanah melainkan bahwa seperti halnya Hadhrat Isa bin Maryam datang dengan kemiskinan dan kesederhanaan seperti itulah dia zahir, supaya hal-hal yang disebutkan dalam shahih Bukhari tergenapi yaitu Yadlo’ul harba artinya dia (Masih) akan menghentikan peperangan (agama). Zamannya akan menjadi zaman keselamatan dan perdamaian. Sebagaimana tertulis bahwa pada zamannya singa dan kambing akan minum air bersama-
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
53
Taryaaqul Quluub sama dari satu tempat, anak-anak akan bermain-main dengan ular dan serigala akan menghentikan serangannya. Semua hal ini mengisyaratkan bahwa dia akan terlahir pada masa pemerintahan yang adil. Walhasil, dari hadits-hadits ini telah terbukti dengan jelas dan terang bahwa isyarat itu mengarah kepada pemerintahan Inggris yang patut kita puji. Karena Al-Masih itu terlahir pada zaman pemerintahan Inggris dan pemerintahan inilah yang dengan keadilannya, mengumpulkan ular bersama dengan anak-anak pada satu tempat dan begitu damainya sehingga tidak ada orang yang bisa menzalimi orang lain. Oleh karena itu, aku adalah Masih Mau’ud yang tidak memiliki ikatan sedikitpun dengan pemerintahan bumi, bahkan aku datang dengan kefakiran dan kemiskinan. Semua ini supaya keberatan yang mengatakan bahwa “Islam telah disebarkan dengan pedang bukan dengan tanda-tanda samawi” bisa kulenyapkan dari dunia ini, karena kedatangan Masih Mau’ud adalah untuk mematahkan pemikiranpemikiran agama Kristen. Sekiranya Al-Masih sendiri melakukan pemaksaan, mengislamkan orang-orang dengan menggunakan pedang dan mengajarkan hal-hal seperti itu, maka bukannya menjauhkan keberatan tersebut, malah justru mendukung keberatan orang-orang 54
Kristen tentang akidah jihad menurut umat Islam. Untuk itu, Masih dan Mahdi yang hakiki pasti akan menyebarkan agama disertai dengan tanda-tanda samawi supaya orang-orang yang melemparkan tuduhan palsu dan penuh dengan kebohongan kepada agama Islam akan menjadi malu. Untuk itulah, aku telah diutus disertai dengan tanda-tanda. Dan satu mukjizatku yang luar biasa adalah aku telah membuktikan kewafatan Hadhrat Isa as. dengan disertai bukti-bukti yang jelas dan juga memberitahukan tempat kewafatan dan kuburan beliau. Orang yang telah membaca kitabku “Al Masih di Hindustan” dari permulaan sampai akhir, sekalipun dia adalah seorang Muslim, Kristen, Yahudi atau Arya, dia pasti akan berkeyakinan bahwa pemikiran akan naiknya Al Masih ke langit adalah pemikiran yang sia-sia, dusta dan bohong. Maksudnya, bukti ini tidak hanya sebatas penglihatan tapi sedemikian hal ini jauh lebih jelas, terang dan murni dari sebatas penglihatan sehingga dengan mengingkarinya, tidak hanya menciderai peri keadilan bahkan sudah kehilangan rasa malu sebagai seorang manusia. Banyak sekali tanda-tanda lain yang telah dizahirkan oleh Allah Ta’ala melalui tanganku dan yang menjadi saksi bukan hanya satudua orang, tapi dunia telah menjadi
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Taryaaqul Quluub saksi. Perhatikanlah! Tanda yang masih segar telah zahir baru-baru ini dimana telah dikabarkan terlebih dahulu pada lampiran risalah anjaam e atham halaman 58 yang isinya “Aku mendapatkan ilham akan lahirnya seorang putra yang keempat berulang-ulang kali dan kami pun meyakinkan Abdul haq (Ghaznawi) bahwa dia tidak akan meninggal sebelum mendengarkan penggenapan ilham tersebut. Kalau memang ada, hanyalah doa yang bisa menggagalkan nubuatan ini. Lihatlah halaman 58 Zamimah risalah anjaam e atham. Perhatikanlah! Begitu cemerlangnya nubuatan ini, kelahiran seseorang telah dikabarkan terlebih dahulu sebelum terjadinya dan kehidupan seseorang dapat dipertanggung jawabkan sampai suatu saat sebelum anak yang dinubuatkan itu lahir. Alhamdulillah pada tanggal 4 Shafar 1317 H bertepatan dengan 14 juni 1899 pada hari rabu, lahirlah seorang putra yang beruntung itu yang sebelumnya telah lahir tiga saudara laki laki dan masih hidup sampai saat ini. Berkenaan dengan mereka telah dijelaskan dalam nubuatan bahwa mereka pasti akan lahir, lalu berikutnya akan terlahir putra yang keempat yang berhubungan dengan hari senin. Pada akhirnya seperti itulah yang terjadi dan dengan daya tarik takdir Ilahi, setelah melalui kekhawatiran yang
sangat, akhirnya aqiqah untuk anak yang keempat dilaksanakan pada hari senin, supaya nubuatan yang tercantum dalam ishtihar yang dipublikasikan pada tanggal 20 februari 1884 bisa tergenapi, yang bunyinya “Hari senin mubarak hari senin” Walhasil, sangat lah aneh, ketika selebaran itu dipublikasikan, yakni 14 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 20 februari 1884, saat itu belum ada satupun yang lahir dari antara keempat anak yang dijanjikan itu. Merupakan suatu keajaiban yang luar biasa bahwasanya untuk membuktikan kebenaran pendakwaannya, seseorang menubuatkan akan lahirnya empat orang putra, padahal ketika itu belum terlahir satupun dari antara mereka, apalagi orang itu sendiri sudah lanjut usia, juga sakit-sakitan dan untuk putra yang keempat telah ditetapkan syarat bahwa seseorang tidak akan meninggal sebelum anak yang keempat ini lahir. Setiap orang yang berakal bisa memahami bahwa hal ini berada di luar kemampuan manusia. Jika nubuatan ini disampaikan secara lisan dan tidak dipublikasikan, maka masih ada peluang bagi para penentang untuk mengingkarinya, tetapi adalah keberuntungan bagi para pencari kebenaran bahwasannya semua nubuatannubuatan ini telah dipublikasikan jauh-jauh hari sebelum waktu tergenapinya. Mungkinkah hal ini
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
55
Taryaaqul Quluub dilakukan oleh seorang manusia, yakni disampaikan pada masa 14 tahun yang lalu kemudian disebarkan selebaran tertulis kepada ratusan ribu orang? Siapa didunia ini yang bisa menubuatkan dengan ilmu filsafat dan ramalan bahwa di rumahku, istriku si anu pasti akan melahirkan 4 orang putra dan putra yang keempat akan memiliki kaitan dengan hari senin dan si anu juga tidak akan meninggal sebelum anak yang keempat terlahir? Sekarang renungkanlah sejenak! Betapa luar biasa nubuatan seseorang yang telah mendakwakan diri sebagai Masih Mau’ud dimana nubuatannubuatan tersebut telah ditetapkan sebagai standard kebenarannya lalu nubuatan-nubuatan itu ditulis dalam selebaran-selebaran yang ditujukan bagi para penentang. Jika memang para penentang itu adalah sahabat Tuhan dan Tuhan menyertai mereka, lantas berdoalah, supaya nubuatannubuatan ini jangan sampai tergenapi. Akan tetapi, tetap saja nubuatan itu sempurna. Sekian banyak doa yang dipanjatkan oleh para penentang supaya nubuatan tersebut berlalu begitu saja, padahal di antara mereka disebut-sebut sebagai orang yang sering mendapatkan ilham, tapi Allah Ta’ala tidak mendengarkan doa mereka dan pada akhirnya kesemuanya gagal. Mungkinkah orang yang men56
dakwakan hal seperti ini adalah seorang pendusta? Padahal tandatandanya telah zahir yang disertai dengan tulisan-tulisan dan kesaksian yang kuat. Carilah di dunia ini! Selain bukti-bukti yang berderajat tinggi dari Nabi Kita SAW, apakah ada bukti lain yang semisalnya? Akan tetapi, perlu diingat bahwa memang sudah menjadi kebiasaan orang-orang yang picik (ta’ashub), meskipun dari segala sisi dan dalil sudah terpenuhi sehingga pendakwaannya menjadi begitu kokoh, tetap saja—secara sengaja dan tidak memperdulikan rasa malu—mereka mengatakan siang sebagai malam. Meskipun tidak ada celah untuk mengingkarinya, tapi tetap saja diingkarinya dengan kritikan yang tidak berguna. Jadi inilah sebabnya meskipun para penentang kita telah melihat sekian banyak tanda-tanda Allah Ta’ala, tetap saja mereka tidak mengambil manfaat darinya. Bahkan nubuatan-nubuatan yang bersyarat dimana segala persyaratannya telah tergenapi juga syarat ilhami yang telah menuntut supaya mereka yang mematuhi segala persyaratannya bisa mendapatkan manfaat darinya, tapi tetap saja, dengan penuh ketidak-adilan mereka melontarkan keberatan bahwa nubuatan tersebut dusta dan tidak tergenapi. Berkenaan dengan nubuatan kematian deputi Abdullah Atham
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
Taryaaqul Quluub yang di dalamnya terdapat persyaratan, jika Abdullah Atham bertaubat kembali kepada kebenaran dalam tempo waktu 15 bulan, maka dia akan terhindar dari kematian. Para penentang yang tidak faham hingar-bingar dengan mengatakan bahwa Atham tidaklah meninggal dalam jangka waktu 15 bulan, bahkan wafat setelah melewati masa 15 bulan. Seandainya saja orang-orang ini berhenti sejenak dari kepicikannya lalu merenungkan topik berkenaan dengan nubuatan dan membaca kembali kata “syarat” dengan penuh ketelitian. Kemudian lihatlah kembali kondisi Atham Shahib dalam batas waktu nubuatan 15 bulan, maka tidak diragukan lagi bahwa perasaan malu yang manusiawi akan mencegah orang-orang untuk menyatakan keliru pada nubuatan yang demikian terang dan telah tergenapi dengan sangat jelas tersebut. Tapi, dalam dunia yang buta ini, fanatisme juga merupakan duka yang bisa menciptakan fitnah yang akan mengakibatkan orang yang melihat menjadi buta, yang mendengar menjadi tuli, yang faham menjadi tidak faham. Benarkah bahwa dalam masa waktu nubuatan selama lima belas bulan, Atham secara total telah menutup mulut dari perdebatan masalah agama dan telah taubat dari kebiasaannya yang lalu yang selalu dia ungkapkan dalam tulisan
-tulisannya? Apakah ada sebabmusabab lain dari taubatnya itu, selain disebabkan oleh rasa takut supaya kehancuran tidak segera menimpanya sebagai akibat dari perdebatan yang didasari oleh fanatisme dan kecongkakan, baik dalam bentuk tulisan-tulisan atau ceramah-ceramah? Walhasil, dia terpaksa taubat dari kebiasaannya yang lalu karena takut akan kemurkaan Tuhan. Apakah ini bukan taubat? Apakah orang yang tidak pernah jera dari menghina Islam dan perdebatan, lantas dalam masa 15 bulan yakni dalam batas waktu berlangsungnya nubuatan, menutup mulutnya dan melewati hidup dengan tidak sadar seperti halnya orang yang tidak waras, apakah hal tersebut bisa dijadikan bukti bahwa dia masih tetap istiqomah terhadap agama Kristen? Jadi, tatkala Atham merasa takut dengan nubuatan itu lalu meninggalkan kebiasaan hidupnya yang lama dan memperlihatkan tanda-tanda kekhawatiran yang menggambarkan ia merasa jera dari bersikap tidak sopan dan menolak agama Islam, apakah kondisi demikian tidak disebut sebagai taubat? Ya, jika dia bertaubat sepenuhnya, maka Allah Ta’ala pun akan menangguhkannya secara utuh. Akan tetapi, taubat yang ia perlihatkan tidak sepenuhnya, dan dia juga tidak bisa teguh pada taubatnya. Kemudian setelah melewati batas waktu yang ditentukan dia tetap
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
57
Taryaaqul Quluub menyembunyikan bukti yang sebenarnya, karena itu, ia tidak dapat bebas lagi dari akibat yang ditimbulkan oleh nubuatan tersebut dan pada akhirnya dia segera meninggal. Walhasil, kezaliman ini sudah terlihat sangat jelas dan sedemikian rupa menutup rapat kebenaran, seolah-olah setelah mendengar nubuatan tersebut, dengan berani dan istiqomah Atham tetap teguh pada pendiriannya yang lama dan tetap berkhidmat dalam agama Kristen. Seharusnya orang yang takut pada laknat Tuhan, sekali-kali dia tidak akan berkata dusta. Baiklah. Siapapun di antara kalian, buktikanlah, bahwa di dalam batas waktu nubuatan, Atham tetap teguh pada pendiriannya seperti semula dan rasa takut akan nubuatan tidak membuat dia cemas dan khawatir? Silahkan jika ada yang bisa membuktikan, kami siap untuk menerimanya, tapi jika tidak, la’natullah alal kaadzibiin (laknat Allah bagi para pendusta). Atham tidak hanya merasa jera untuk menghina tetapi juga sampai batas waktu nubuatan, yakni selama 15 bulan, dia terus dihantui perasaan takut dan di wajahnya tampak tanda-tanda ketidak-berdayaan, kekhawatiran serta merasa tidak nyaman pada suatu keadaan. Apakah yang demikian bukan taubat? Apakah dalil berikut ini bobotnya kurang, yakni ketika saya bersedia untuk memberikan hadiah 58
uang senilai 4 ribu rupees, dengan syarat bahwa dia mau menyatakan ikrar sumpah di hadapan suatu majlis bahwa dia tidak bertaubat kepada Islam dan di dalam hatinya tidak ada kekhawatiran akan murka Tuhan, tetapi, pada kenyataannya jelas-jelas Atham Shahib mengingkarinya? Saya beritahukan kepada dia melalui selebaran bahwa jika kamu bersedia untuk bersumpah, maka sebelum saya melangkahkan kaki di pintu gerbang rumahmu, saya akan serahkan terlebih dahulu hadiah uang sebesar 4000 rupees kepadamu. Tetapi, meskipun demikian dia tetap tidak mau bersumpah, padahal Al-Masih sendiri menyatakan ikrar sumpah tanpa hadir di pengadilan dan Paulus sendiri menyatakan ikrar sumpah tanpa hadir di pengadilan, lantas apa yang telah membuat Atham menghindar untuk menyatakan sumpah? Apakah dalil yang satu ini bobotnya ringan untuk membuktikan taubatnya Atham? Yakni jika memang ketakutan yang kamu nyatakan itu bukanlah disebabkan oleh ketakutan akan murka Tuhan, melainkan oleh serangan jahatku, maka laporkan dan buktikanlah di pengadilan! [][] Penterjemah: Mahmud Ahmad Wardi, Dosen Jamiah dan anggota Dewan Naskah JAI Bersambung
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 9, Nubuwwah 1393 / Nopember 2014
A ,‐ G R 0 HA 50.00 Rp1
Dapatkan Segera!!!
AL-QURAN TERJEMAH DAN TAFSIR SINGKAT EDISI V Tahun 2014 Al-Quran ini dapat dibeli di Jemaat-jemaat Lokal. Sistem Pembayaran dengan menyetorkan uang ke Maal PB JAI (via Kwitansi M1)
JEMAAT AHMADIYAH
Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada tahun 1889 (1306 H). Jemaat Ahmadiyah bukanlah agama baru. Jemaat Ahmadiyah adalah jamaah Muslim. Syahadat Ahmadiyah adalah: ْ َش َھ ُد أَن الَ إِلَهَ إِالﱠ ﷲُ َوأ ْ َأ ُ ش َھ ُد أَنﱠ ُم َح ﱠمدًا َر ِسو ُل ﷲ Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. lahir pada tahun 1835 di Qadian, India dan wafat pada tahun 1908. Berdasarkan wahyu dan perintah dari Allah Ta’ala, beliau a.s. adalah Al-Masih Yang Dijanjikan dan Imam Mahdi, yang telah dikabarkan oleh Nabi Besar Muhammad s.a.w. akan datang di Akhir Zaman. Beliau a.s. berpangkat Nabi dan Rasul tetapi tidak membawa syariat baru. Tugas beliau a.s. adalah untuk menghidupkan agama dan menegakan Syariat Islam. Setelah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. wafat, kepemimpinan dalam Jemaat Ahmadiyah dilanjutkan dengan berdirinya khilafat, sesuai dengan Sunnah Islam. Khalifah pertama dalam Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah Hadhrat Hafiz Al-Hajj Hakim Nuruddin r.a. (1908-1914). Kedua Hadhrat Al-Hajj Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (1914-1965). Mengenai Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. ini Hadhrat Imam Mahdi a.s. sering menerima wahyu yang mengabarkan bahwa beliau akan memegang peranan penting dalam perkembangan Islam. Dan terbukti, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. memegang jabatan Khalifah Muslim Ahmadiyah selama 51 tahun. Dalam masa jabatan kekhalifahan beliau inilah Jemaat Muslim Ahmadiyah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Khalifah ketiga adalah Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad r.a. (1965-1982). Khalifah keempat adalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. (1982-2003) dan Khalifah kelima adalah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad a.t.b.a. (2003– sampai sekarang). Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jemaat Muslim Ahmadiyah Internasional yang berpusat di Qadian, India, lalu pada tahun 1947 pindah ke Rabwah, Pakistan, dan sejak tahun 1984 hingga kini berpusat sementara di London, Inggris. Jemaat Ahmadiyah Indonesia didirikan pada tahun 1925 dan telah diakui sebagai badan hukum dengan ketetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 13 Maret 1953 No. J.A. 5/23/13. Kebenaran pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Yang Dijanjikan dapat diuji dengan ajaran Al-Quran dan Hadits-hadits Nabi Besar Muhammad s.a.w. Jika penyelidikan demikian tidak memberikan kepuasan batin, maka dapat diminta petunjuk langsung dari Allah Ta’ala dengan jalan shalat Istikharah yang dilakukan dengan hati yang khusu dan Ikhlas. [][]