MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI
Menyikapi Ijtihad Hukum Kontemporer Yusuf AlQardawi Sissah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak: Dinamika kemasyarakatan yang menyangkut perkembangan teknologi informasi dan penyebaran budaya menuntut ijitihad dalam hukum Islam. Yusuf AlQardawi telah melakukan banyak ijithad kontemporer sebagaimana yang dikemukakan dalam tulisan ini dan bagaimana ijtihad itu dapat disikapi oleh umat Islam di belahan dunia manapun, termasuk Indonesia. Kata-kata Kunci: AlQardawi, Ijtihad Kontemporer.
Pendahuluan Agama adalah konsep transenden yang ideal dalam interaksi manusia dengan penciptanya, dan merupakan milik Tuhan yang harus diterjemahkan oleh makhluk ke dalam realitas dalam merealisasikan `kemauan` Tuhan. Menurut Karim Sorous, agama yang diwahyukan sudah tentu bersifat ketuhanan.1 Namun meskipun keabsolutan agama telah diakui oleh penganutnya, dalam potret dinamika sejarah sering kali agama dianggap menjadi sandungan dan menstagnankan kreativitas berfikir manusia, hingga munculnya adagium “hapuskan agama niscaya terjadi kebangkitan ilmu pengetahuan”. Sebuah adagium yang sering di Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
387
388
SISSAH dengungkan di Eropa pada abad pertengahan. Mencuatnya syiar anti agama ini disebabkan oleh stagnannya akal hingga berujung pada pembakaran kitab-kitab dan para Pendeta.2 Sebagai konsep aturan Tuhan yang diyakini: sangar universal pemeluknya, Islam jelas menolak adagium di atas, karena dalam Islam, agama sekali tidak pernah membendung akal sebagai alat kreativitas perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut Muhammad Imarah, justru Islam menempatkan akal pada posisi istimewa yang tidak di jumpai dalam agama sebelumnya, karena akal merupakan tempat penentuan taklif dalam segala fardhu dan hukum, bahkan sebagai sarat kebersamaan dalam Islam.3 Pernyataan Imarah di atas tidak hanya logis dalam paradigma normatif agama tetapi juga sinkron dengan realitas sejarah aplikasi Farhan keagamaan, karena dalam agama (Islam) ada area yang harus selalu kondisional, agar nilai-nilai ajarannya senantiasa senafas dengan waktu, tempat dan keadaan. Area inilah yang disebut oleh alQardawi sebagai al-murunah (fleksibilitas) dalam Ashari`ah.4 Ruang fleksibilitas ini terdapat pada wilayah ijtihad dalam rangka mencari solusi terhadap semua perkembangan (al-tawwur) yang bersinggungan dengan ajaran agama. Adanya fleksibilitas hukum dalam Islam, menurut Saiful Anam, karena diantaranya adanya ruang kosong (mantiqahal-`afw) yang sengaja diciptakan oleh Shar`i untuk memberi peluang para mujtahid agar mengupayakan segala daya dan kemampuannya guna mencari hal yang paling baik (aslah) umat manusia, dan yang paling layak serta pantas sesuai dengan kondisi zamannya, dengan selalu memperhatikan tujuan-tujuan shari` (maqasidal-sharia`ah) secara umum, serta mempedomani jiwa dari nas-nas yang pasti dan mapan (al-mukhmat).5 Ungkapan Anam di atas, merefleksikan keharusan akan adanya para mujtahid, karena ruang kosong dalam area hukum yang memang sengaja diciptakan oleh shar`i menuntut adanya orang-orang yang mampu `memproduksi` hukum sesuai kemauan nas-nas kitab suci (al-Quran dan al-hadith) yang selaras dengan realitas. Hal ini seirama dengan pendapat Abd` Al, yang berpendapat bahwa ada tiga bentuk hukum yang terdapat dalam Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI al-Quran, yaitu, hukum-hukum yang berkaitan dengan aqidah (akham itiqadiayah), etika (ahkamkhuluqiyah) dan hukum yang berhubungan dengan hal yang praktis (ahkam amaliah) atau yang disebut juga dengan fiqhal-quran. Hukum-hukum amaliah dalam alquran terbagi menjadi dua, yaitu hukum ibadah dan mu`malah.6 Hukum amaliah yang berada dalam dua ruang tadi, merupakan tema sentral pembahasan fiqh. Berbagai macam judul dari karya para ulama di zamannya yang mengusung dua tema di atas, mengidinkasikan bahwa hukum fiqh selalu dinamis dan kontekstual. Namun sisi lain ada yang berasumsi bahwa karyakarya ulama terdahulu cukup mewakili untuk menjawab beberapa persoalan hukum dalam ruang kekinian hingga beranggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Anggapan ini dikritik oleh alQardawi dengan ungkapannya, bahwa orang yang berpandangan seperti itu adalah orang yang hidup di abad ke 15 Masehi, tapi berpikir dengan akal ulama yang telah meninggal beberapa abad yang silam.7 Bahkan masih menurut alQardawi pintu ijtihad tidak mungkin tertutup bagi ulama yang memiliki kualifikasi untuk melakukaknnya, karena ijtihad dalam Islam merupakan kewajiban agama dan keharusan atas tuntunan realitas.8 Berangkat dari sini alQardawi selalu berusaha mengaktualisasikan pemikiran hukumnya dengan pendekatanpendekatan kontekstual, karena dalam ijtihad, menurut Ahmad nikmati, seorang mujtahid yang ideal adalah yang melihat teks dan dalil dalam satu sisi dan melihat realitas dan zaman pada posisi lain, hingga kewajiban dan realitas bisa selaras dan memberikan keputusan hukum pada setiap persoalan yang senafas dengan tempat, waktu dan keadaanya.9
Biografi AlQardawi Nama lengkap alQardawi adalah Yusuf Abdullah AlQardawi, di lahirkan di Safar Turab, Gharbiyah Mesir pada tahun 1926. Ayahnya meninggal dunia ketika ia berumur dua tahun hingga terpaksa diasuh oleh sang paman.10Telah hafal al-quran sebelum berumur sepuluh tahun. Pendidikan engah pertamanya (Ibtadaiyah) Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
389
390
SISSAH diselesaikan di institusi al-azhar yang berada di provinsi Tanta, kemudian melanjutkan ke jenjang strata satu (licence) di fakultas Usuluddin Universitas al- Azhar Kairo dan selesai pada tahun 1593. Studi pasca sarjannya di tempuh pada Universal yang sama dengan disertasi doktoralnya tentang fiqih zakat dalam jurusan Hadith yang diselesaikan pada tahun 1973. Disertasi al- Qardawi tentang zakat tersebut merupakan monumental yang banyak dipergunakan oleh Islam sampai saat ini. Karir al-Qardawi dimulai dengan keikutsertanya dalam organisasi pergerak Islam (Al-harakahal-islamiyah) ikhwan Muslimin, sebuah gerakan yang berdiri di Islamiyah Mesir pada bulan Zual-Ka`sah tahun 1246 H/1928 M.11 Mulanya, al –qardawi mengikut keilmuan (al-nashatall-thawafiyah) yang dileaksanakan oleh cabang provinsi Tanta di saat ia duduk di dikelas empat ibtidaiyah.12 Bergabungnya ilmuwan ini ke dalam gerakan terbut disebabkan oleh kekagumannya terhadap profil penggasa gerakan ikhwan muslimin yaitu Hasalal-banna, yang menurut pandanganya memeliki pemikiran cemerlang terhadap pemahan keislaman. Beberapa gagasan Hasan al-Banna yang menggabungkan antara ilmu dan pendidikan (al-ilm Kwa al-tarbiyah), pemikiran dan gerakan (al-fikr Kwa al-harakah), mengikat agama dan politik (aldin Kwa al-siyash), dan menggabubngkan antara ruh dan jihad (al-ruhaniyah Kwa al-jihad). Dalam pandangan al-qardawi, Hasan al-Banna merupakan prototype seseorang yang menjiwai alQuran, pendidikan yang menanm nilai-nilai Tuhan, pejuang yang Islami, da`i yang modern, pejuang politik, pemimpin gerakan dan pejuang masyarakat.13 Aktifnya al-Qardawi dalam pergerakan Islam ini, menjjerat perjalanan hidupnya ke belakang terali besi hingga sempat mendekam beberapa kali dalam penjara. Pada tahun 1949 ia ditangkap oleh rejin raja Faru dan tahun 1954-1956, juga tahun 1965 dipenjara oleh rejim Gamal Abdul Nasr.14 Kehidupan penjara bukan lantas membekukan militansinya dalam meperjuangkan Islam, tapi justru menjadi injeksi dalam Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI menerjemahkan Islam yang rasional, ramah dan membumi. Sampai saat ini, al-Qarwadi terus berkarya dan bahkan buah penanya telah mencapai lebih dari seratus buku dalam berbagai bidang yang menyangkut problematika keagamaan, baik klasik maupun kontemporer. Karya-karyanya telah diterjemahkan oleh ke dalam berbagai bahasa asing dan hampir dibaca oleh seluruh komunitas Islam yang ada di dunia. Buah dari katifitas perjuangannya itu, al-Qardawi sempat mendapat penghargaan internasional dari berbagai negara, seperti pengahargaandibidangfiqh Islam dari Sultan HasanalBolkiyah Brunai Darussalam,15 Anugerah dari King Faisal Award dan beberapa penghargaan lainnya. Selain sebagai penulis yang produktif dalam wacana Islam kontemporer, alQardawi pernah menjabat sebagai anggota Majlis Pengawas Urusan Agama di kementrian Waqaf Mesir, Dewan Islam al-Azhar, Anggota dewan pakar fiqh di persatuan dunia islam yang berpusat di Makkah, anggota dewan pakar kerajaan untuk riset peradaban islam Yordania, anggota organisasi dakwah islam di khurtoum sudah dan sampai saat ini masih menjadi ketua marka kajian sirah dan sunah nabawiyah di qatar dan anggota penasehat berapa bank Isa.16 Sebagai seseorang ilmuwan, al-qardawi tidak hanya menjangan buah pikirannya ke dalam lembaran-lembaran kertas, tapi juga aktif dalam memberikan aksi Bill di tengah masyarakat baik pada persoalan keagamaan (Islam), juga pada permasalahan kemanusiaan. Pada persoalan keagamaan misalnya, al-qardawi adalah ulama terdepan dalam memperjuangkan hak-hak umat Islam, seperti kasus pelarangan jilbab oleh pemerintah Prancis.17 Juga begitu dengan persoalan kemanusiaan, alqardawi sangat mengutuk aksi serangan terhadap warga sipil Amerika serikat pada peristiwa selasa kelabu (11/9).18 Sikap yang diambil al-qardawi ini berdasarkan pada al-Quran surat al-Maidah ayat 32.
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
391
392
SISSAH
Karya-Karya AlQardawi Sebagai seorang ulama alqardawi sangat proaktif dan air terhadap berbagai macam terhadap persoalan yang meninmpa umat, ia terpanggil untuk memberikan beberapa jalan teman dengan mengexpresikan wajah islam yang ramah moderat dalam berperadan, karena menurutnya, krateriskitik Islam adalah membangun pola pikir yang rasionalnya ilmiah (al-aqiyahalilmiyah).19 Dalam kerangka ini, al-Qardawi melihat bahwa islam mendidik seseorang muslim agar menolak taklid, (ikut ikutan). Menurutnya, seorang muslim harus berfikir dengan kepalanya sendiri bukan dengan kepala orang lain.20 Berangkat dari sensisifitas ini al-Qardawi selalu hadir dan karya-karnyanya yang kontekstual, konstruktif dan integral, hal ini terbukti dengan buah penanya yang meliputi berbagai bidang, baik fiqih, politik, sosial, ekonomi, Islam, ilmu-ilmu alQuran, akidah, nilai-nilai etik dalam al-Quran, dakwah, pergerakan islam, sastra dan beberapa makalah seminar yang telah dibuktikan. Diantara karya-karya yang mungkin bisa mewakili setiap bidang dari kalangan al-Qardawi tersebut adalah : 1. Fiqhal-aulawiyat FIqh prioritas sebagai terjemahan dari buku ini, mengupas sebagai kesenjangan prioritas dalam berbagai dalam berbagai dunia islam, seperti mendahulukan hal-hal yang berhubungan dengan seni hura-hura-hura ketimbang fokus pada hal yang bersinggungan dengan ilmu dan pendidikan.21 Bagi alQardawi, prioritas yang dimaksud adalah meletakkan sesuatu pada tingkatnya dengan adil, baik hukum, nilai-nilai maupun pelaksanaan amal, kemudian mendahulukan yang lebih baik dengan pertimbangan dengan standar Ashari`St yang benar.22 Kebutuhan terhadap fiqh prioritas al-Qardawi tidak hanya melanda masyarakat muslim awam secara umum, tetapi juga angan urgen bagi kalangan orang yang terdidik dalam keagamaan, karena banyak Siantar mereka yang masih menyibukkan diri terhadap pekerjaan yang marjuh dan meninggalkan yang raih.23
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI 2. Al- Ibadah di al-Islam Pembahasan buku ini, menurut al-qardawi, bukan pada persoalan hukum-hukum islam , hukum-hukum fiqh tentang ibadah, akan tetapi membahas tentang substansi, kedudukan dan rahasia ibadah, atau bisa dikatakan pembahasan filosofi ibadah dalam islam.24 Buku berorientasi untuk mendudukkan kembali pemahaman muslim terhadap ibadah, karena banyak diantar mereka yang “mendholimi” substansi dan orientasi ibadah tersebut. Seperti ada kalangan muslim yang memahami ibadah secara parsial yang entitasnya hanya pada wilayah ritual usaha, seperti salat, puasa,zakat dan haji. Padahal, ibadah dalam al-Quran dan alhadithmemliki pengertian yang sangat luas yaitu mencangkup agama dan kehidupan secara keseluruhan.25 3. Al-SahwahIslamiyahbainal-Juhud Kwa al-Tatarruf Buku ini menjawab sebagai tudingan yang latah terhadp kebangkitan Islam. Istilah al-tatarruf (radikal) sering kali diidentifikasikan pada seseorang muslim yang merealisasikan paham keagamaanya secara menyeluruh. Istilah radikal dan beberapa tema yang lain, sengaja diusungkan oleh musuh Islam yang berorientasi untuk mengaburkan nilai-nilai Islam.26 Dalam bab pertama ini, al-qardawi menjelaskan arti al-tatarruf (radikal) dalam cara pandang al-quran dan sunah. Menurut beliau, arti al-tatarruf adalah al-wuquf bu al-tarf (berhenti di pinggir) tidak di tengah-tengah,27 dan termasuk radikal lebih dekat kepada bahaya, kehancuran dan jauh dari rasa aman. 28 Dalam teks agama, radikal sering diapndkan segan al-ghuluw. Al-Tanattu` dan al-tashdid. Hal ini menunjukan bahwa islam selalu mengingatkan dan sangat menentang prilaku tersebut.29 4. Al-sunnah masdar Li ma`arifah Kwa al-Hadarah Buku yang telah diterbitkan oleh pustaka al-kautsar dengan judul al-sunnah sebagai sumber iptek dan peradaban ini, merupakan kajian serius masalah sunah. Hal ini merupakan wacana baru dalam khazanah intelektual islam, mesikupun sebenarnya asalah ini memliki akar dalam khazanah intelektual Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
393
394
SISSAH
kita. Namun sayang akar tersebut masih sangat membutuhkan kepada upaya penggalian dan pengakuan kembali, sehingga muncul jelas bagi para pengamat. Itulah yang menjadi fokus perhatian saudara-saudara kita di internasional Institute of Islamic thought (al- Ma`hadal-Alamal-fikral-islamy).30 Kajian dalam buku ini menjadi tiga bagian, pertama mengenai aspek yuridis (tashri`) dan al-hadith sebagai tashri` dan bukan tashri`, kedua, mengenai al-hadith sebagai sumber pengetahuan, baik yang berhubungan dengan hal-hal yang gaib, seperti tentang Allah, malaikat, kitab dan rasulnya atau tentang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek kemanusiaan seperti ; pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, ketiga ; tentang al-hadithsebagai sumber peradaban yang mencangkup tentang fiqh peradaban dan etika peradaban.31
5. Thaqafahal-Da`iya Buku ini mengungkap pentingnya dakwah yang merupakan tugas Nabi dan Rasul, juga merupakan tugas penting bagi generasi penerus mereka, yaitu ulama’.32 Karena pentingnya posisi para da`i ini, al-Qardawi menawarkan beberapa “senjata” untuk menang dalam pertempuran melawan kebodohan, hedonistik dan kerusakan. Diantara senjata itu adalah ; pertama; Iman, kedua akhlak, ketiga ilmu dan wawasan , dan pembahasan dalam buku ini lebih fokus pada intelektualitas dan wawasan yang di tuntut di untuk miliki oleh para da`i yaitu wawasan keislaman, sastra, research , sejarah, kemanusiaan dan realitas.33 6. Al-Tawakkal Buku serial ke tiga dari tema di al-Thariq Ika Allah mengupas tentang tawakal, karena tawakal merupakan bagian dari iman. Tawakkal banyak di motivasi oleh al-Quran dan al-Hadith dalam berbagai cara dan digambarkan dalam bentuk yang beragam.34 Dalam pembahasan buku ini, dijelaskan keutamaan tawakal, substansi tawakal, tempat tawakal, tawakal dan penting asbab, berobat dan tawakal, buah dari tawakal, efek positif tawakal Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI dan hambatan-hambatan dalam tawakal.
AlQardawi dan Pembaharuan Hukum Islam Salah satu ide sentral al-Qardawi adalah bagaimana menampilkan Islam yang integral, yang meliputi semua aspek kehidupan. Dalam wacana hukum, misalnya al-Qardawi menolak tegas pemahaman yang menempatkan Sharia`ah hanya sebatas hukum huhud, karena tashri dalam Islam adalah sistem hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, keluarga dan masyarakat, orang kaya dengan fakir miskin, atau negara Islam dengan negara yang lainnya tidak baik dalam keadaan damai maupun perang.35 Penyempitan hukum Islam kepada hal di atas (huhud) jelas tidak tepat, karena menurut al-Qardawi Islam memiliki beberapa karakteristik umum dalam Sharia`ah yang menjadikan Shari`ah Islam lebih unggul dari sistem hukum lainnya di dunia ini, diantaranya; ketuhanan (al-rabbaniyah), integratif (al-Shumul), realistik (al-waqi`iyah), humanistis (al-insaniyah), memiliki nilai etik (al-ahlakiyah) dan sinkron (al-tanasiq).36 Dari karakteristik Shari`ah tadi, maka menjadi keharusan bagi orang yang menggunakan akal seperti ungkapan Imam Shatibi untuk memandang shari`ah dengan pandangan yang integral (`ain al-kamal) dan tidak dengan pandangan yang parsial (nuqsan).37 Fiqh salah satu dimensi shari`ah yang notebenenya adalah produk hukum dari hasil kreasi jihad pada ulama dijamannya, tentu harus menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perbuhan sosial dalam masyarakat, karena perubahan sosial meruapakan sesuatu yang perenial, selalu terjadi sepanjang jaman, sedangkan perubahan hukum dalam Islam merupakan hal inheren, atas dasar itu, sangar terlalu berlebihan jika ada anggapan bahwa kitab-kitab terdahulu (hasil ijtihad ulama) mampu menjawab semua problematika yang baru, untuk itu kebutuhan terhadap ijtihad atau (pembaharuan) menjadi keharusan selama dinamika kehidupan terus berjalan,dan menurut al-Qardawi, ijtihad tidak melalui pada problematika yang baru, akan tetapi juga memiliki peranan penting di dalam berinteraksi dengan fiqhthurath, dalam Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
395
396
SISSAH rangka menyesuaikan pandangan-pandangan masa lalu terhadap kebutuhan-kebutuhan kekinian, dan memelih pendapat yang lebih raih dari berbagai macam pendapat ulama agar maqasidalShari bisa terwujud, sesuai dengan kaidah, taghayyural-fatwa ebi taghayyural-Zamanwaal-makanwaal-insan. 38 Ijtihad sebagai satu pendekatan dalam mencari konklusi hukum, menurut al-Qardawi ada hal yang penting dilakukan dalam zaman modern ini; 1. Ijtihad dalam perumusan perundang-undangan (al-Taqnin) 2. Ijtihad dalam fatwa 3. Ijtihad dalam riset (al-Bath).39 Salah satu bentuk aplikatif dalam pembahuruanfiqh, alQardawi memandang perlunya kemudahan dalam merealisasikan fiqh, hal ini bertujuan untuk; Pertama, memudahkan pemahaman seorang muslim modern terhadap fiqh, karena mereka sibuk dengan dinamika kehidupan yang sesak dengan kemajuan pengetahuan, atau yang terkenal dengan “revolusi”. Kedua, kemudahan hukum fiqih untuk direalisasikan dalam realitas yang jauh dari kesan ekstrim dan radikal.40 Sementara dalam menyikapi perubahan, al-Qardawi me mandang ada tiga unsur yang sangat penting di perhatikan, yaitu : 1. Kaidah Ri`ayahal-Darurat(memperhatikan hal-hal yang darurat ) Kaidah darurat ini di akui oleh shari`ah, dan dijadikan kaidah hukum tersendiri seperti yang diletakkan oleh ulama` dalam al-Qawaidal-Fiqhiyah, dan kaidah darurat ini tidak hanya bersinggungan dengan problematika individual, tetapi juga pada masyarakat baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan militer, yang semuanya ini memiliki hukum pengecualian yang diakui oleh shari`ah sebagai bentuk perlindungan untuk kemaslahatan manusia. 2. Kaidah irtikabnakhafal-darurain, (memilih yang lebih baik dari dua kemungkinan yang buruk). 3. Kaidah muru`atal-sunnahal-tadarruj Tadarruj yang dimaksud adalah membuat strategi dan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI orientasi yang jelas,- (tahdiqal-akhlaf Il al-diqqah) yang mempertimbangkan waktu dan sarana. (tahdidalmarahilwaal-wasail).41 Menurut penulis, dari berapa gagasan di atas, baik keharusan ijtihad, memberi nuansa kemudahan dalam fiqh dan gagasannya dalam menyikapi perubahan, al-Qardawi seakan merangsang suasana baru dalam paradigma kebersamaan yang nilai-nilainya mengalami distorsi sebagai dari ghazwal-fikryang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Hingga menimbulkan dua sikap antagonis yang berlebihan dalam masyarakat muslim antara ekstrim dan sekuler dalam menyikapi dan memandang Sahri`ah. Di sini alQardawi memberi jalan tengah (al-wasatiyah) dari kedua cara pandang tersebut dengan cara menterjemahkan ajaran-ajaran Islam yang universal itu dalam ranah kontekstual.
Beberapa Ijtihad Kontemporer Al-Qardawi 1. Tentang Wanita Masih adanya sebagian perempuan Islam yang tak mendapatkan kebebasan untuk memerankan dirinya diranah publik, mereka dipinggirkan dan hanya memerankan fungsinya diruang domestik,42 Dalam bukunya Marakizal-mar`ah di al-hayatal-islamiyah, Al-Qardawi menjawab berbagai tudingan terhadap Islam yang dianggap oleh sebagian kelompok memerjinalkan kedudukan wanita, meskipun dalam buku ini, Al- Qardawi mengakui bahwa hal itu pernah terjadi pada sebagian kelompok Islam yang telahmenzalimi kaum wanita dengan menghapus haknya dalam memperoleh pendidikan dan aktif dalam aktivitas kehiudpan dunia,43 dan lainnya. Bagi Al-Qardawi, wanita adalah bagian dari masyarakat dan wanita adalah partner laki-laki (Amharik al-rijal), yang mempunyai kedudukan sama dalam membebani tanggung jawab dalam kehiudpann seperti al-amr ebi al-ma`truf dan al-nahyal-munkar(QS.al- Tawbah: 71). Adapun pandangan Al-Qardawi terhadap aktivitas perempuan Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
397
398
SISSAH yang bekerja di luar, beliau membuat tiga ketentuan : yaitu pertama, perkenan yang dilakukannya adalah Mashur, kedua ; wanita hendaknya menhaga etika sebagai seorang muslimah, baik dalam berpakaian, perjalanan, perkataan dan gerakgeriknya (QS. Al-Nur : 31), (QS Al-Azhab :32)., ketiga tidak mengabaikan kewajibannya yang asasi yaitu kewajibannya terhadap suami dan anak-anaknya.44 2. Eutanasia (Qat`ual-rahmah atau tasyiral-maut) Eutanasia adalah tindakan yang meudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan Maringka penderitaan sisakit dengan cara positif (mempergunakan alat) atau negatif (tanpa alat). Dalam kasus yang pertama , Al-Qardawi berpendapat bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan oleh Shara`sebab demikian itu berarti dokter mealukan tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya. Perbuatan tersebut tidak lepas dari kategori pembunuhan meskipun yang mendorongnya itu adalah rasa kasihan kepada si sakit dan meringankan penderitaanya. Karena bagaimanapun dokter tidaklah lebih pengasih dari Zat yang menciptakan kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah di tetapkannya Adapun memudahkan proses kematian dengan cara pasif (eutanasia negatif) dengan cara tidak memberikan obat misalnya, dengan Dasar analisa dokter bahwa pengobatan yang dilakukan tidak akan berguna dan tidak memberi harapan sembuh kepada si sakit sesuai dengan sunnatullah dan hukum sebab akibat, maka hal demikian adalah jail dan dibenarkan oleh shara`, bila keluarga si sakit mengizinkannya dan dokter boleh melakukannya untuk meringankan beban si sakit dan keluarganya.45 Pendapat didasarkan bahwa pengobatan mengobati penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur fukaha dan imamimam madhab. Akan berobat dan mengobati dan berkisar, pada hukum mubah dan hanya sebagian kecil yang mewajibnnya. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI Para ulama berbeda pendapt d=antara berobat atau bersabar, dan Siantar mereka ada yang mengatakan bahwa bersabar lebih utama berdasarkan haidth Ibn Abbas dari seorang wanita yang teken apenyakit epilepsi, wanita itu meminta rasul agar mendoakannyam lalu belian menjawab “Mia engkau mau bersabar, engkau akan mendapat surga dan jika engkau mau Ian saya do`akan kepada Allah agar menyembuhkanmu, wanita itu menjawab, aku akan bersabar.” (Muttafaq alah,HR. Bukhari). 3. Sembelihan hewan dengan mesin potong tanpa basmalah Pesatnya kemajuan teknologi telah menghasilkan mesin potong hewan secara praktis dalam jumlah besar sekaligus, untuk diekspor keluar negeri. Produk hewan yang disembelih dengan mesin tong itu menimbulkan masalah, apakah dagingnya hal atau tidak, karena penyembelihannya tersebut tanpa basmalah. Sebagian ulama mengharamkan sembelihan terbut, karena membaca basmalah ketika menyembelih wajib hukumnya (QS Al-An`am : 121). Dalam hal ini Al-Qardawi memilih pendapatnya imam SHafi`i yang menyatakan membaca basmalah ketika menyembelih hukumnya sunat, tidak wajib. Dengan demikian hewan yang disembelih dengan mesin potong tanpa bacaan basmalah adalah halal berdasarkan dari A`ishah : “datang sekelompok orang Arab membawa daging dan kami tidak tahu apakah disembelih dengan nama Allah atau tidak, lalu Rasul bersabda, sebutlah nama Allah atasnya dan makanlah.(HR.Nasa`i)
Kesimpulan Ide pembahuruan dalammenterjemahkanshari`ah Islam ke dalam ranah kontekstual yang diusungkan oleh AL-Qardawi merupakan satu upaya yang sangat patut kita apresiasikan, karena hal seperti itulah yang seharusnya terjadi dalam mendialog teksteks agama dengan realitas, agar nilai-nilai Islam tetap dalam posisi “di langit” yang mampu bersenyawa dengan pemangku Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
399
400
SISSAH bukan Shari`ah yang ada di bumi. Dan apa yang telah dilakukan AlQardawi sebenarnya bukan sama sekali baru, akan tetapi hanya perkembangan dari kreasi ijtihad oleh ulama-ulama sebelumnya, namun dalam bungkusan yang kontekstual. Wallahu A`lam.
Catatan: Wan Muhammad Nor Wan Daud, “Tafsir dan Takwil Sebagai Metode Ilmiyah” ISLAMIA Then 1 Muharram 1425/Maret 2004,61 2 Abdal-jawwad Muhammad abad al-Jawwad, Hal yasqutal-DinWa Yahya al-Ilm(Kairo: Tauzi` Akhbaral-Yaum, 1998),7 3 Muhammad Imarah,. “Haula Tanaqudal Naqlal-Quranma`aalAql”Haqa`ihal-Islam di MuajahahShubuhatalmushakkikin, (t.tp., :AlMajlisal-`Ala Il al-Shu`uhal-Islamiyah, 2002, 400. Penjelasan Imarah tentang status akal dalam Islam ini merupakan jawaban dari beberapa upaya pengakbaran Anka Islam dari yang sebenarnya. Dari beberapa subhat itu adalah pernyataan tentang status akal yang diklaim sangat konfrontatif dengan teks wahyu (Naql). Merka mengklaim bahwa peradaban Islam itu bersifat Naqliyahdan tidak aqliyah. Mereka juga menuduh bahwa semua ulama Islam tidak profesional karena hanya bersandar pada teks bukan pada pemikiran, dan semua dasar-dasar yang eksisi dan telah diterima oleh umat harus dihilangkan, kemudian mencari yang baru dari kebenarannya yang bersandar pada akal semata. 4 Menurut al-Qardawi, refleksi dari al-murunahtercermin dalam ruang ijtihad yang para ulama banyak berbeda dalam mengkonklusikan hasil atas satu hukum, dan menurut dia, hukum Islam terbagi menjadi dua, yaitu : hukum yang abadi dan tetap (al-Thabat Kwa al-khulud), dan hukum yang fleksibel dan berkembang (almurunah Kwa al tawur). Lihat: Yusuf al-Qardawi, alkhasa si al `Ammahlial-Islam(Kairo: maktabahWahbah,1999), h.204. 5 Ahmad Saiful Anam, “Fleksibelitas Hukum Islam Menjawab Tantangan Zaman” makalah pengantar master kuliah Perkembangan Hukum Islam Modern untuk konsentrasi Syari`ah di Pascasarjana IAIN Sunan sampel Surabaya.204. 6 Abd `Al salam Makram, alFikral Islam Bainaal-Aql Kwa al-Wahy, (Kairo: Dar Le Shuruq, 1982), 43. Hukum yang berkaitan dengan ibadah sunah dijelaskan oleh al-Quran secara rinci, atau diperjelas oleh nabi Muhammad SAW. Adapun hukum yang berkaitan dengan mu`malah masih sangat beragam dalam al-Quran, diantaranya, hukum yang berkaitan dengan keluarga (ahwaalalshasiyah) terdapat 70 ayat, hukum yang berkaitan dengan pribadi (madaniyah) sebanyak 70 ayat, hukum yang berhubungan dengan pidana (jinayah) sekitar 30 ayat, hukum yang berkaitan dengan peradilan (almurafa`at) sebanyak 13 ayat, hukum yang berkaitan dengan undang-undang (dusturiyah) sebanyak 10 ayat, hukum yang berkaitan dengan ekonomi hubungan kenegaraan (dauliyah) sebanyak 25 ayat dan hukum yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan (iqtisad Kwa alal) sebanyak 10 ayat. Dalam berapa persoalan di atas ada ayat yang zanni yang membutuhkan penafsiran dan penalaran. 1
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI 7
Yusuf Al-Qardawi, Min al- Daulah Fial-Islam, maknatuh, Ma alimuha, Tabi `Patuha, mauqifuha Min alDimukratiyahWaTa`adudiyahWaalMar`ahWaG hairal Muslimin (Kairo: Dar Le Shuruq,1997),7 8 Yusuf alQardawi, “La Budd Min Ta`hio Mujtama Tina Li TatbiqManhajillah” al-Iqtisadal-Islami 200, Rajab 1416/November 1997, h. 24. 9 Muhammad Dakir, “al-AsalahWaal-Mu`asirahFiFiqhal-MazahibalIslamiyah” al-Kalimah36 th IX, 2002 M/1423 H,172 10 Muhammad Nurhakim, Neomodernisme Dalam Islam (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang, tt),135 11 Ali Abd Halim Mahmud, Wasa`Lial-Tarbiyah `Indaal-Ikhwanal-Muslimin, DisarahTahliliyahtarikhiyah (Kairo: Dar Le-Tauzi` Waal-NashralIslamy,1997),7 12 Yusuf al-Qardawi, shumulal-IslamFiDauiSharhIlmyMufassal Li al-UsulalIsrin Li al-Imamal-Shahid Hasan al-Banna(Bairut: Muassassahal-Risalah, 1993),6 13 Ibid,7. Hal yang sama juga diakui oleh AbdMajid yang mengatakan bahwa Hasan al-Banna adalah seorang pemimpin yang sangat kharismatik dan telah banyak berkorban, seorang yang mensinergikan beberapa konsep, sangat mencintai orang lain, suka menolong dan mereflisikan Islam dengan makna yang luas. Dengan pengaruh pemikirannya ini, Hasan al-Banna dan gerakan IkhwanMuslimin-nya mendapat respons yang cepat dari rakyat Mesir hingga gerakan itu tidak hanya berkembang di Mesir saja tapi juga meluas sampai ke negara-negara lain. Lihat : Ahmad AbdMajid “Adwa `Alaal-harakahal-Islamiyahal-Mu`asirah” alManaral jadi, juli 2003,h. 76. 14 Habib al-RahmanSaerozi “Resposisi Semangat Berislam, Mentadrusi Buku al-Sahwahal-IslamiyahBainaal-JuhudWaal-tatarruf”, Makalah seminar KSW di Wisma Nusantara, Kairo % Februari 2002,3 15 Al-Iqitasadal-Islamy, 200 Rajab 1416 November 1997, h. 9. 16 Yusuf al-Qardawi, Fatawaal-Mar`ahal-Muslimah(Kairo: Maktabah Wahbah, 1996)111 17 http://www.Surya.co.id yang dikutip dari al-Jazeera,net Rabu (7/1/04). AlQardawi meminta Presiden Prancis Jacques Chirac “menarik keputusannya. Beliau mengirim surat ke duta besar Prancis di Qatar. Dalam alam suratnya, al-Qardawi mengecam “serangan terus menerus terhadap ajaran Islam oleh Prancis, sebuah negara dengan kebebasan dan toleransi. AL-Qardawi mengancam untuk mengajukan gugatan hukum terhadap pemerintah Prancis atas keputusannya melarang jilbab di sekolah. 18 http://eramuslim.com,3/9/2001 13:03 WIB. Al-Qardawi mengeluarkan satu pertanyaan tabu (12/09), diantaranya sebagai berikut : “hati kami berdarah atas insiden serangan yang telah menghancurkan WTC, juga institusi-institusi lainnya di AS, walaupun sesungguhnya kami tetap berada garis oposisi kuat terhadap kebajikan ganda Amerika terhadap Israel dalam hal militer, politik dan ekonomi Islam adalah agama yang penuh toleransi, melihat jiwa manusia dengan penghargaan tinggi. Karena itu Islam menganggap serangan terhadap orang-orang tak berdosa adalah satu dosa besar. Hal ini bertentangan dengan ayat-ayat al-Quran, ”Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatka ; telah berpesan, “seorang beriman tetap dalam wilayah agamanya, sepanjang ia tak membunuh secara ilegal,” Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
401
402
SISSAH 19 Yusuf al-Qardawi , TakhallafunaNatijahTabi`iyalibu`dina `na manhajRabbina, (al-Iqtisadal-slamy),Ramadan 1416/Januari-Februari 1996,61. 20 Ibid., 60. 21 Yusuf al-Qardawi, di fiqhal-awlawiyat, Dirasat kaidah di dhau`ialQuranwaal-Sunnah, (Kairo : MaktabahWahbah, 1995),14 22 Ibid., 9 23 Ibid., 16 24 Yusuf al-Qardawi,al-ibadah di al-Islam, (Kairo : Maktabah wabah,1995).5 25 Ibid., 7 26 Kecenderungan semacam ini juga dirasakan oleh Majdi Muhammad, dalam bukunya “Mawqifal-muthriqin min al-sahwahal-islamiyah,Majdi menjelaskan bentuk pengaburan pada orientalis terhadap kebangkitan Islam dan beberapa istilah yang digunakan oleh berat dalam menamai gerakan Islam. Lihat al-manaral-Jadid19, Rabi`pul akhir 1423/juli 2002, 147. Istilah lain seperti fundamentalisme (‘usuliyah) menurut R. Garudi, menjadi sebuah term dunia informasi di barat khususnya dalam memberitakan tentang Arab dan Islam. Lihat al- Manaral-jadid4. Oktober 1998,150. 27 Yusuf al-Qardawi, al-sahwahal-islamiyah bina aljuhudwaal-Tataruff (tk, Rp, tt),23 28 Ibid, 24 29 Ibid, 25 30 Yusuf al-Qardawi, al-Sunnah masdar Il al-Ma`rifatwaal-hadarah, Terj. Setiawan Budi Utomo, (Jakarta : Pustaka al-Kauthar, 1999),2 31 Ibid., 3. 32 Yusuf al-Qardawi, thaqafahalDa`ayah(Kairo: MaktabahWahbah,1996),3 33 Ibid.,5 34 Yusuf al-Qardawi,al-Tawakkal(Kairo : MaktabahWahbah,1995),7 35 Yusuf al-Qardawi,Malamihal-Mujtamaal Muslim alladziNanshduh. (Kairo : MaktabahWahbah, 2001), 160. 36 Yusuf al-Qardawi,Madkhalli firasat al-Shari`ahal-Islamiyah ,(Kairo :MaktabahWahbah, 1997). 87, dalam karnyanya yang lain, al-Qardawi Jung amenulis secara umum karakteristik Islam yang terdiri dari 1 Rabbaniyah, yaitu terdiri dari dua maksud, a) rabbaniyahal-ghaybahwaal-wijhah(yang selalu mengandung aspek keutuhan baik dalam orientasi maupun tujuan). b) rabbaniyahal-masdaral-manhaj(yang selalumengandung aspek ketuhanan baik dari sumber maupun sistem). 2. al-Insaniyah, 3. al-Shumul, 4. alWasatiah 5. al-Jam`ubainal-Tahbatwaal-Murunah, untuk lebih jelas lihat Yusuf al-Qardawi, Madhallima`riifatal Islam, Muqawwimatuh, Khasaisuh, adhafuh Masadiruh (Kairo: MuktabahWahbah,1996)131. 37 Yusuf Al-Qardawi, al-Marji`iyaal-Ulya di al-Islam Il al-Quranwaal-Sunnah, (Beirut : Muasassahal-Risalah) 38 Yusuf Al-Qardawi, al Ijtihad al-Mu`sairbainaal-Intibatwaal-infirat (Kairo: Dar al-Tawzi` waal-Nasral-Islamiyah,1994),12. 39 Ibid., 41. 40 Yusuf Al-Qardawi, Tafsir al-Fiqh Il al-Muslimal- Mu`sairfidaw`I alQuranwaal-Sunnah, (Kairo :MaktabahWahbah,1999),15. 41 Yusuf Al-Qardawi, fifiqhal-Taghyir, al-Manaral-Jadid, 4 Oktober 1998.10 Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI 42 Islam dan Emansipasi wanita “tabloid Jum`atRepublika 23 April 2004”,3 43 Yusuf Al-Qardawi, Marakizal-mar`ah di al hayat al-Islamiyah(Kairo : MaktabahWahbah,1996), 7. 44 Ibid., 162-163 45 Yusuf Al-Qardawi, Fatawaal-Mu`asirah 2, Terj.As`da Yasin (Jakarta : Gema Insani Press, 1995), 754
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
403
404
SISSAH DAFTAR PUSTAKA Anam, Ahmad Saiful. Fleksibilitas Hukum Islam dalam menjawab tantangan Zaman. (Makalah Pengantar Mata kuliah Perk. Hukum Islam Modern untuk konsentrasi Sharia`ah di PPS IAIN Surabaya),2004 Abd. Majid, Ahmad, Adwa` `alaal-Harakahal-IslamiyahalMu`asirah, t.tp : al- Manaral-Jadid II,2003. Dakir, Muhammad. Al-Asalahwaal-Mu`asirahfiFiqhalMadahibal-Islamiyah, t.tp : al-Kalimah, 2002. http://www.surya.co.id, dikutip dari al-jazera.net, Rabu 07 Januari 2004 http://www.eramuslim.com03 September 2011 Islam dan Emansipasi Wanita, Tabloid Jum`atRepublika, 23 April 2004 Imarah, Muhammad. Haqaiqal-IslamfiMuwajahatShubuhatalMushakkikin, Kairo: al-Majlisal-A`laal-Su`uhal-Islamiyah, 2002. Muhammad Abd. Al-Jawad,Abd. Al-Jawad. Hal YasqutalDinwaYahyal-`Ilm, Kairo: Tauzi` al-Akbaral-Yaum,1998. Mahmud, Ali abd. Al-Halim. Wasailal-Tarbiyah `Linda alikhwanal-MusliminDirasatal-Tahliliyahal-Tarikhiyah, Kairo ; Dar al-Tawziwaal-Nasral-Islamy, 1997. Mukarram, Abd.al-Salim. Al-Fikral-Islam bina al-Aqlwaal-Wahy, Kairo : Dar al-Suruq, 1982 Nur Hakim, Mohammad.Neomodernisme dalam Islam, Malang : UNMUH Malang, tt. Al-Qardawi, Yusuf.al-Khasaisal-`Ammahlial-Islam,Kairo MaktabahWahbah 1999.
:
________, Min Fiqhal-dawlahfial-Islam, Makanarutha, Ma`alimuha, Tabi`Patuha, Mawqifuha min alDimukratiyahwaal-ta`addudiyahwaal-MarahwaghairalMuslimin, Kairo : Dar al-Shuruq,1982. Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
MENYIKAPI IJTIHAD HUKUM KONTEMPORER YUSUF ALQARDAWI ________, La Budda min Ta`hioMujtama`TinaliTatthbiqMu`a jilah, t.tp.: Al Iqtsadal-Islamy, 1997. ________,shumulal-Islam di Daw`iSharhIlmyMufasalli-al Usul al-Isrinlial-imamal-Shahid asan al-Banna, Beirut : Muassasahal-Risalah, 1993. ________,Fatawaal-Mar`ahal-Muslimah, :MaktabahWahbah, 1996.
Kairo
________,al-Sahwahal-IslamiyahBainaal-Juhudwaaltatarruf, t.tp:t.t ________,al-Sunnah Masdar lial-Ma`riahwaal-HadarahTerj. Setiawan Budi Utomo, Jakarta : Pustaka Kauthar, 1999. ________,Thaqafahal-Da`iya, Kairo: MaktabahWahbah, 1996 ________,al-Ibadah di al-Islam, Kairo : MaktabahWahbah, 1996. ________,Al-Tawakkul, Kairo : MaktabahWahbah, 1995. ________,TakhallatunaNatijagTabi`iyaliBu`dina `anManhajRabbina, t.tp. :al-Iqtsadal-Islamy,1996. ________,Malamihal-Mujtama` al-Muslimal-ladiNanshuduh, Kairo : MaktbahWahbah,2001. ________,Madkhallial-Dirasatal-Shari`ahal-Islamiyah,Kairo : MaktbahWahbah 1997. ________,MadkhalliMa`rifatal-islammuqawwinatuh, Khasaisuh, Ahdafuh, Masadiruh, Kairo :MaktabahWahbah, 1996. ________,al-Marji`iyyahal-Ulyafial-Islamlial-QuranwaalSunnah, Beirut: Muassasahal-Risalah, 1993. ________,Al-Ijtihadal-Muasiral-Intibatal-Infirat, Kairo : Dar al-Tawzial-Nasheal-Islamiyah, 1994. ________,Tafsir al-Fiqhlial-Muslimal-Mu`sairfiDaw` Quranwaal-Sunnah, Kairo : MaktabahWahbah, 1997.
al-
________,FI Fiqhal-Taghyir, t.tp., al-Manaral-Jadid, 1998.
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013
405
406
SISSAH ________,Marakizal-Mar`ahfial-hayatal-Islamiyah, Kairo : Maktabah Wabah, 1997. ________,Fatwa al-Mu`asirah 2 Terj. As`da asin Jakarta : gema Insani Press, 1995.
Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013