Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk dan PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI ABSTRAK Sampai saat ini Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menjadi salah satu dari isu paling kontroversial dalam Perekonomian Indonesia. Di satu pihak, Privatisasi masih diakui dan diperlukan untuk membantu menutup ketimpangan pembiayaan (Financing gap) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), namun selain itu Privatisasi juga dimaksudkan agar BUMN menjadi lebih efisien. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor usaha BUMN yang menjadi sasaran Privatisasi, PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (persero) Tbk merupakan Bank BUMN yang telah diPrivatisasi oleh Pemerintah pada tahun 2003. Setiap bank diwajibkan memelihara kesehatannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berbagai ketentuan telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) dalam melakukan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Penilaian terhadap kesehatan suatu bank bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Dalam melakukan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, yang dapat dinilai dengan menggunakan teknik analisis metode CAMELS yang mengacu pada Surat Edarn BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dan Peraturan BI No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Dari hasil Penelitian yang telah dilakukan, setelah dilakukan Privatisasi terjadi sedikit Peningkatan Kesehatan Bank, namun hal itu tidak terjadi pada semua aspek. Kata Kunci : Analisis, Tingkat Kesehatan Bank, Privatisasi, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. PENDAHULUAN Sejalan dengan makin meningkatnya pelaksanaan pembangunan dan hasil yang dicapai, maka produktivitas dan efisiensi seluruh kekuatan ekonomi nasional perlu ditingkatkan lagi, sehingga peran dan sumbangannya dalam pembangunan dapat memberikan hasil yang optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu kekuatan ekonomi nasional yang perlu ditingkatkan produktivitas dan efisiensinya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Peningkatan efisien dan produktivitas BUMN dapat dilaksanakan melalui Privatisasi. Privatisasi bukan semata-mata bermakna sebagai penjualan perusahaan, melainkan menjadi alat dan cara pembenahan BUMN untuk mencapai beberapa sasaran sekaligus, termasuk di dalamnya adalah peningkatan kinerja, perbaikan struktur keuangan dan manajemen, penciptaan struktur industri yang sehat dan kompetitif, pemberdayaan BUMN yang mampu bersaing dan berorientasi global, penyebaran kepemilikan oleh publik serta pengembangan pasar modal domestik.
1
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kontraprivatisasi, menuduh privatisasi hanya diperlukan untuk membantu menutup ketimpangan pembiayaan (financing gap) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Mereka mengkhawatirkan akan dampak negatifnya bagi masyarakat, yaitu Pemutusan Hubungan Kerja, dominasi modal asing, dan terjadinya peningkatan kesenjangan dalam pendapatan. Namun pihak yang pro-privatisasi mengklaim privatisasi dapat menciptakan BUMN yang lebih sehat, efisien dan dapat berkompetisi di pasar global. Menurut Surat Edaran BI No. 6 / 23 / DPNP Tanggal 31 Mei 2004 dan Peraturan BI 6 / 10 / PBI / 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, dapat dinilai dengan menggunakan teknik analisis metode CAMELS. Penilaian analisis CAMELS ini mencakup beberapa variable yaitu Capital (Permodalan), Asset Quality (Kualitas Aktiva), Management, Earning (Rentabilitas), Liquidity (Likuiditas), dan Sensivity to Market Risk (Sensifitas terhadap market pasar). Rumusan Masalah Perumusan masalah yang diangkat adalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana tingkat kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebelum dan setelah privatisasi serta perbandingannya? 2. Bagaimana tingkat kesehatan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebelum dan setelah privatisasi serta perbandingannya? 3. Apakah privatisasi memberikan dampak yang positif bagi kesehatan kedua bank tersebut? Kerangka Pemikiran Salah satu cara untuk dapat meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan hasil yang akan dicapai, maka produktivitas dan efisiensi seluruh kekuatan ekonomi nasional perlu ditingkatkan lagi sehingga peran dan sumbangan-Nya dalam pembangunan dapat memberikan hasil yang optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Privatisasi bukan semata-mata memiliki makna senagai penjualan perusahaan, melainkan menjadi alat dan cara pembenahan BUMN untuk mencapai peningkatan kinerja dan perbaikan struktur keuangan serta manajemen. Meski meberikan keuntungan finansial bagi negara, privatisasi tidak lepa dari resiko. Privatisasi membuka keterlibatan kekuatan modal swasta untuk menguasai BUMN. Hal ini menjadikan negara tidak dominan dalam melakukan kontrol terhadap badan usaha yang menyentuh sektor publik.
2
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Telaah Pustaka Pengertian Kesehatan Bank Menurut Triandaru, (2006 : 51), Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi: a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri. b. Kemampuan untuk mengelola dan menyalurkan dana ke masyarakat. c. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal dan pihak lain. Tolak Ukur Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Tolak ukur kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap setiap variabel, dapat digolongkan menjadi peringkat komposit kesehatan bank. Pengertian dari peringkat komposit adalah peringkat hasil akhir penilaian tingkat kesehatan bank, adapun 5 kriteria tingkat peringkat komposit tersebut adalah sebagai berikut : a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan bahwa Bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan bahwa Bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun Bank masih memiliki kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan bahwa Bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila Bank tidak segera melakukan tindakan korektif. d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan bahwa Bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau Bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan bahwa Bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
3
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Pengertian Privatisasi Privatisasi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data sekunder yaitu data yang telah diolah baik yang didapat secara langsung dari objek yang diteliti, yang berupa Laporan Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, maupun tidak secara langsung, yaitu dari situs yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini, seperti www.bi.go.id. Selain itu penulis juga melakukan kunjungan langsung ke Bank Indonesia. Metode Analisis Data Permodalan (Capital) 1. Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang berlaku Formula : Modal KPMM = Aktiva Tertimbang Menurut Resiko Keterangan : a. Perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku. b. Rasio dihitung per posisi. 2. Komposisi Permodalan Formula : Komposisi Permodalan =
Tier 1 Tier 2 + Tier 3
Keterangan : a. Komponen Modal Inti (Tier 1), Modal Pelengkap (Tier 2), dan Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku. b. Rasio dihitung per posisi.
4
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
3. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan Modal Bank Formula : Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD dibandingkan dengan Modal Bank = Modal Bank Keterangan : a. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan panghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berukut : 1) 25% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus 2) 50% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar 3) 75% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan 4) 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet b. Cakupan komponen dan kualitas Aktiva Produktif berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku. c. Modal adalah Modal Inti dan Modal Pelengkap. d. Rasio dihitung per posisi. Kualitas Aset (Asset Quality) 1. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan total Aktiva Produktif Formula : Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD dibandingkan dengan Tot.Aktiva Produktif = Aktiva Produktif Keterangan : a. Cakupan komponen dan kualitas Aktiva Produktif berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku. b. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengadung potensi tidak memberikan panghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berukut : 1) 25% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus 2) 50% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar 3) 75% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan 4) 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet c. Rasio dihitung per posisi. 2. Tingkat kecukupan pembentukan PPAP Formula : PPAP =
PPAP Yang Telah Dibentuk PPAP Yang Wajib Dibentuk 5
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Keterangan : a. Perhitungan PPAP berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang PPAP yang berlaku. b. Rasio dihitung per posisi. Rentabiitas (Earning) 1. Return on Asset (ROA) Formula : Laba Sebelum Pajak ROA = Rata-rata Total Asset Keterangan : a. Laba sebelum pajak disetahunkan. Contoh : Untuk posisi Juni = (akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) x 12 b. Rata-rata total asset : Contoh : Untuk Posisi Juni = penjumlahan total asset posisi Januari sampai dengan Juni dibagi 6 Karena keterbatasan data yang diperoleh, penulis tidak menggunakan rata-rata total asset, melainkan total asset. Sehingga formulanya menjadi : Laba Sebelum Pajak Total Asset 2. Return on Equity (ROE) Formula : Laba Setelah Pajak ROE = Rata-rata Modal Inti Keterangan : a. Perhitungan laba setelah pajak disetahunkan. Contoh : Untuk posisi Juni = (akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) x 12 b. Rata-rata modal inti Contoh : Untuk posisi Juni = penjumlahan modal inti Januari sampai dengan Juni dibagi 6 Karena keterbatasan data yang diperoleh, penulis tidak menggunakan rata-rata modal inti, melainkan modal inti. Sehingga formulanya menjadi : Laba Setelah Pajak Modal Inti
6
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
3. Net Interest Margin (NIM) Formula : Pendapatan Bunga Bersih NIM = ______________________________ Rata-rata Aktiva Produktif Keterangan : a. Pendapatan bunga bersih = Pendapatan bunga beban bunga b. Perhitungan pendapatan bunga bersih disetahunkan. Contoh : Untuk posisi Juni = (akumulasi pendapatan bunga bersih per posisi Juni dibagi 6) x 12 c. Rata-rata aktiva produktif. Contoh : Untuk posisi Juni = penjumlahan aktiva produktif Januari sampai dengan Juni dibagi 6 d. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets). Karena keterbatasan data yang diperoleh, penulis tidak menggunakan rata-rata aktiva produktif, melainkan aktiva produktif. Sehingga formulanya menj adi : –
Pendapatan Bunga Bersih Aktiva Produktif 4. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Formula : Total Beban Operasional BOPO = Total Pendapatan Operasional Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). Likuiditas (Liquidity) 1. Loan to Deposits Ratio (LDR) Formula : Kredit LDR = Dana Pihak Ketiga Keterangan : a. Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada Bank Lain). b. Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar Bank).
7
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
PEMBAHASAN Perhitungan Rasio Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Perhitungan rasio tingkat kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk periode 2000 sampai dengan 2005 yang dilakukan penulis mengacu pada Matriks Perhitungan/Analisis Komponen Faktor berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Namun karena keterbatasan data yang diperoleh penulis, tidak semua komponen dapat dianalisa. Analisa yang akan dibahas meliputi aspek permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas. Nilai yang digunakan dalam perhitungan rasio ini disajikan dalam satuan jutaan rupiah. Permodalan (Capital) a. Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang berlaku Penilaian terhadap komponen ini dilakukan melalui perhitungan KPMM atau CAR selama 6 tahun yaitu 2000-2005. Pada periode tersebut BRI memiliki rasio KPMM yang fluktuatif, namun masih di atas ketentuan minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar 8 %. Pada periode sebelum privatisasi, rasionya adalah 13,32 % (2000), 12,62 % (2001), dan 20,87% (2002). Setelah privatisasi, rasio KPMM BRI mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 17,89% (2003) dan 16,25% (2004),kemudian terjadi kenaikan sebesar 19,96% (2005). Terjadinya kenaikan rasio pada tahun 2005 disebabkan oleh adanya peningkatan modal bank yang besar, walaupun Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) juga mengalami peningkatan, namun persentase peningkatannya lebih kecil dibandingkan peningkatan modal bank yang hampir mencapai 50 %. b. Komposisi Permodalan Selama tahun 2000-2005, BRI mengalami fluktuasi rasio komposisi permodalan. Pada periode sebelum privatisasi, rasionya adalah 375,04 % (2000) dan sedikit mengalami peningkatan menjadi 404,6 % (2001), peningkatan tersebut disebabkan adanya kenaikan modal inti yang lebih besar dibandingkan kenaikan modal pelengkap. Kemudian setelah mengalami peningkatan, BRI juga mengalami penurunan sebesar 339,05% (2002). Setelah privatisasi rasio komposisi permodalan BRI mengalami kenaikan, yaitu 393,20% (2003), 455,60% (2004), dan 696,74% (2005). Walaupun pada tahun 2007 BRI mengalami kenaikan modal inti terutama pada komponen modal disetor, persentase kenaikan modal pelengkap lebih besar daripada modal inti sehingga rasio komposisi permodalan mengalami penurunan. c. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan Modal Bank Selama tahun 2000-200 1 rasio APYD dibandingkan dengan modal bank terus mengalami penurunan tiap tahunnya. Semakin kecil rasio mengindikasikan semakin besar kemampuan modal bank dalam men g-cover aktiva produktif yang berpotensi tidak memberikan penghasilan atau dapat menimbulkan kerugian. Pada periode sebelum privatisasi rasio BRI adalah 63,09% (2000) dan mengalami kenaikan sebesar 70,76% (2001), kemudian mengalami penurunan menjadi 32,54% (2002). Setelah privatisasi rasionya terus mengalami penurunan, yaitu 26,98% (2003) Penurunan ini terjadi karena modal bank yang jumlahnya selalu meningkat tiap tahunnya. Setelah tahun 2003 jumlah APYD mengalami peningkatan sebesar 32,56% (2004), dan 34,62% (2005). Walaupun APYD juga mengalami peningkatan, jumlahnya tidak signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan modal bank. 8
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Kualitas Aset (AssetQuality) a. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) terhadap Total Aktiva Produktif Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa rasio BRI dari tahun 2000 sampai 2005 cenderung stabil. Sebelum privatisasi rasionya adalah 3,97 % (2000) dan mengalami kenaikan menjadi 4,44% (2001), mengalami penurunan sebesar 3,67% (2002). Setelah privatisasi rasionya 3,34 % (2003), 3,66% (2004), dan 3,64 % (2005). Semakin besar rasio APYD dibandingkan dengan total aktiva produktif mengindikasikan kualitas aktiva produktif dan manajemen risiko kredit yang semakin memburuk, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada bank. b. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Semakin besar rasio tingkat kecukupan pembentukan PPAP mencerminkan semakin tinggi kemampuan bank dalan meng-cover kemungkinan kerugian yang ditimbulkan Aktiva Produktif yang berpredikat Dalam Pengawasan Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa untuk tahun 2000-2005 PPAP yang telah dibentuk jumlahnya jauh di atas PPAP yang wajib dibentuk. Pada periode sebelum privatisasi, rasio tingkat kecukupan PPAP BRI mencapai 236,04 % (2000),193,78% (2001),dan 2 10,14% (2002). Setelah privatisasi, rasio mengalami kenaikan yaitu 225,24% pada tahun 2003 karena PPAP yang wajib dibentuk turun sebaliknya PPAP yang telah dibentuk turun, 176,61% (2004) dan 155,96% pada tahun 2005 dikarenakan penurunan PPAP yang telah dibentuk. Rentabiitas (Earning) a. Return on Assets (ROA) Semakin besar rasio ROA mencerminkan semakin baiknya kemampuan bank dalam mengelola asset yang dimilikinya untuk memaksimalkan pendapatan dan efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk memaksimalkan laba. Penilaian terhadap rasio ROA yang telah dilakukan terhadap BRI menunjukkan rasio yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebelum privatisasi rasionya adalah 1,49 % pada tahun 2000 dan sedikit mengalami kenaikan pada tahun 2001 menjadi 1,70 % dan 3,83% pada tahun 2002. Hal ini disebabkan oleh naiknya laba sebelum pajak yang dihasilkan BRI. Setelah privatisasi, rasio ROA mengalani peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan sebelum privatisasi, yaitu 5,01% pada tahun 2003, tidak bertahan lama BRI mengalami penurunan yaitu 4,56% (2004) dan 3,81% pada tahun 2005 yang mengindikasikan semakin baik dan efektifnya pengelolaan asset yang dimiliki BRI. b. Return on Equity (ROE) Rasio ROE yang semakin besar mengindikasikan semakin baiknya kemampuan modal bank dalam menghasilkan laba. BRI memilki rasio ROE yang sangat tinggi, jauh di atas ketentuan minimal Bank Indonesia, yaitu 5 % - 12,5 %. Sebelum dilakukan privatisasi, ROE BRI pada tahun 2000 adalah 31,11 % dan 36,89 % pada tahun 2001. Terjadi kenaikan sebesar 5,78 % yang dikarenakan persentase kenaikan laba setelah pajak yang lebih besar dibandingkan modal inti, dan mengalami penurunan 33,22% pada tahun 2002. Setelah privatisasi rasio meningkat menjadi 3 6,97% pada tahun 2003 dan turun kembali menjadi 3 6,20 % (2004), dan 32,49% 9
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
pada tahun 2005 Penurunan pada tahun 2004 dan 2005 terjadi karena adanya kenaikan modal inti yang cukup signifikan terutama pada komponen modal disetor. c.
Net Interest Margin (NIM) Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa rasio NIM BRI terus mengalami peningkatan tiap tahunnya dan berada di atas ketentuan minimal Bank Indonesia, yaitu 1,5 % sampai dengan 2 %. Sebelum privatisasi rasionya adalah 7,16 % (2000), 7,41 % (2001), dan 9,29% (2002). Setelah privatisasi, kembali mengalami peningkatan menjadi 11,32% pada tahun 2003 Kenaikan yang terjadi disebabkan oleh persentase kenaikan bunga bersih yang lebih besar daripada kenaikan aktiva produktif. Kemudian mengalami penurunan yaitu 10,91%, 9,67%, pada tahun2004 dan 2005. d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO yang semakin besar mencerminkan kurangnya kemampuan bank baik dalam melakukan efisiensi biaya operasional bank serta dalam meningkatkan pendapatan operasional. BRI memiliki rasio yang terus mengalami penurunan dan berada di bawah batas maksimum yang ditentukan Bank Indonesia, yaitu 94 % - 96 %. Hal ini mengindikasikan bahwa BRI memiliki tingkat efisiensi yang baik dan terus melakukan perbaikan dalam efisiensi biaya operasional dan peningkatan laba operasional. Pada sebelum privatisasi, rasionya adalah 57,78%, 56,28%, dan 61,95% pada tahun 200,2001, dan2002. Setelah privatisasi pada tahun 2003, 2004, dan 2005 rasionya adalah 74,97%, 72,60%, dan 67,80%. Likuiditas (Liqudity) Pada aspek likuiditas ini komponen yang akan dianalisis adalah komponen Loan to Deposits Ratio (LDR). Tujuan perhitungan komponen ini adalah untuk mengetahui besarnya kredit yang diberikan yang dibiayai oleh pihak ketiga. LDR maksimum yang harus dipenuhi oleh bank berkisar antara 85% - 120 %. Apabila rasio yang dihasilkan lebih besar dari 120 %, bank cenderung tidak likuid dan akan mengalami kesulitan jika ada penarikan dana pihak ketiga secara besar-besaran. Sebaliknya jika rasio yang dihasilkan lebih kecil dari 50 %, berarti terdapat dana mengganggur (Idle Funds) yang berlebihan, yang pada akhirnya akan berakibat pada berkurangnya kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Rasio LDR BRI berada pada komposisi yang optimal, yaitu antara 50 % - 75 %. Sebelum privatisasi rasionya adalah 57,79 % dan 56,28 % pada tahun 2001 dan 2002. Setelah privatisasi pada tahun 2007 dan 2008 rasionya adalah 61,96 % dan 63, 66 %.
10
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Tabel 1 Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2000
2001
2002
2003
2004
2005
25% DPK
1.484.426
1.241.314,75
1.071.688
1.303.793,25
1.381.620,25
1.476.641
50% KL
225.334,5
288.994
687.313,5
546.791,5
494.293,5
406.465
75% D
822.273
1.248.454,5
516.156
509.559,75
1.029.737,25
706.048,5
100% M
221.846
869.431
898.614
965.418
1.271.873
2.598.669
2.753.879,5
3.648.194,25
3.173.771,5
3.325.562,5
4.177.524
5.187.823,5
Jumlah Aktiva Produktif Yang Di klasifikasikan
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan Modal Bank Formula : Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD dibandingkan dengan Modal Bank =
Modal Bank
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan adalah sebagai berikut : 1. 25 % dari Aktiva Produktif Dalam Perhatian Khusus (DPK) Tahun 2000 = 25 % x 5.937.704 = 1.484.426 Tahun 2001 = 25 % x 4.965.259 = 1.241.314,75 Tahun 2002 = 25 % x 4.286.752 = 1.071.688 Tahun 2003 = 25 % x 5.215.173 = 1.303.793,25 Tahun 2004 = 25 % x 5.526.481 = 1.381.620,25 Tahun 2005 = 25 % x 5.906.564 = 1.476.641 2.
50 % dari Aktiva Produktif Kurang Lancar (KL) Tahun 2000 = 50 % x 450.669= 225.3 34,5 Tahun 2001 = 50 % x 577.988= 288.994 Tahun 2002 = 50 % x 1.374.627 = 687.3 13,5 Tahun 2003 = 50 % x 1.093.583 = 546.791,5 Tahun 2004 = 50 % x 988.587= 494.293,5 Tahun 2005 = 50 % x 8 12.930= 406.465
3.
75 % dari Aktiva Produktif yang Diragukan (D) Tahun 2000 = 75 % x 1.096.364 = 882.273 Tahun 2001 = 75 % x 1.664.606 = 1.248.454,5 Tahun 2002 = 75 % x 688.208 = 516.156 Tahun 2003 = 75 % x 679.413 = 509.559,75 Tahun 2004 = 75 % x 1.372.983= 1.029.737,25 Tahun 2005 = 75 % x 941.398= 706.048,5
11
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
4. 100 % dari Aktiva Produktif Macet (M) Tahun 2000 = 100 % x 221.846= 221.846 Tahun 2001 = 100 % x 869.43 1= 869.43 1 Tahun 2002 = 100 % x 898.614= 898.614 Tahun 2003 = 100 % x 965.418= 965.418 Tahun 2004 = 100 % x 1.271.873= 1.271.873 Tahun 2005 = 100 % x 2.598.669= 2.598.669
Tabel 2 Rangkuman Hasil Perhitungan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Aspek Yang Dinilai Rasio (%) Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi 1. a. b. c. 2. a. b. 3. a. b. c. d. 4. a.
Permodalan (Capital) Kecukupan Pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang berlaku Komposisi permodalan APYD dibandingkan dengan modal bank Kualitas Aset (Asset Quality) APYD dibandingkan dengan total aktiva produktif Tingkat kecukupan pembentukan PPAP Rentabilitas (Earning) Return On Asset (ROA) Return On Equity (ROE) Net Interest Margin (NIM) BOPO Likuiditas (Liquidity) Loan to Deposits Ratio (LDR)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
13,32%
12,61%
20,87%
17,89%
16,25%
19,96%
375,04% 63,09%
404,60% 70,76%
339,05% 32,54%
393,20% 26,98%
455,60% 32,56%
696,74% 34,62%
3,97%
4,44%
3,67%
3,34%
3,66%
3,64%
236,04%
193,78%
210,14%
225,24%
176,61%
155,96%
1,49% 3 1,11% 7,16% 83,02%
1,70% 36,89% 7,41% 89,91%
3,83% 33,22% 9,29% 79,82%
5,01% 36,97% 11,32% 68,85%
4,56% 36,20% 10,91% 68,22%
3,81% 32,49% 9,67% 66,19%
57,78%
56,28%
61,95%
74,97%
72,60%
67,80%
Sumber : Data diolah sendiri, 2009
12
No. 1. a. b. c. 2. a. b. 3. a. b. c. d. 4. a.
Tabel 3 Rangkuman Hasil Analisis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Peringkat Komposit Apek Yang Dinilai Sebelum Setelah Privatisasi Privatisasi Permodalan (Capital) Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketenyuan yang berlaku Komposisi permodalan APYD dibandingkan dengan modal bank Kualitas asset (Asset Quality) APYD dibandingkan dengan total aktiva produktif Tingkat kesukupan pembentukan PPAP Rentabilitas (Earnings) Return on Asset (ROA) Return on Equity (ROE) Net Interest Margin (NIM) Biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO) Likuiditas (Liquidity) Loan to Deposits Ratio (LDR)
2
1
1 4
1 3
3
3
2
2
3 1 2
2 1 1
2
2
1
1
Sumber : Data diolah sendiri, 2009
Penjelasan Rangkuman Hasil Analisis PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Aspek Yang Dinilai 1. Permodalan (Capital) A. Kecukupan Pemenuhan KPMM terhadap Ketentuan Yang Berlaku. Peringkat Komposit 2 Sebelum Privatisasi, dikarenakan Rasio KPMM dari tahun 2000-2002, mengalami Peningkatan yang cukup signifikan yang mengindikasikan keadaan permodalan BRI dari sisi KPMM adalah Sehat. Peringkat Komposit 1 Setelah Privatisasi, dikarenakan adanya Peningkatan Modal bank yang besar, walaupun Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) juga mengalami peningkatan. Namun persentase peningkatannya lebih kecil, hal ini mengindikasikan keadaan Permodalan BRI dalam kondisi Sehat. B. Komposisi Permodalan Peringkat Komposit 1 Sebelum Privatisasi, dikarenakan adanya kenaikan Modal inti yang lebih besar, dibandingkan kenaikan Modal pelengkap. Hal ini mengindikasikan keadaan Permodalan BRI dari sisi Komposisi Permodalan adalah Sangat sehat. Peringkat Komposit 1 Setelah Privatisasi, dikarenakan adanya kenaikan Modal inti terutama pada komponen Modal disetor. Prosentase kenaikan Modal pelengkap lebih besar daripada Modal inti, sehingga rasio komposisi pernodalan mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan keadaan permodalan BRI dalam kondisi Sangat sehat.
13
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
C. APYD Dibandingkan dengan Modal Bank. Peringkat Komposit 4 Sebelum Privatisasi, dikarenakan Rasio APYD dibandingkan dengan modal bank terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Semakin kecil rasio mengindikasikan semakin besar kemampuan modal bank dalam meng-cover aktiva produktif yang dapat menimbulkan kerugian. Hal ini mengindikasikan bahwa BRI dalam kondisi Kurang sehat. Peringkat Komposit 3 Setelah Privatisasi, dikarenakan rasio tiap tahunnya mengalami penurunan, penurunan yang terjadi dikarenakan Modal bank yang jumlahnya meningkat. Walaupun APYD juga mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan peningkatan modal bank. Hal ini mengindikasikan keadaan BRI dalam kondisi Cukup sehat. 2. Kualitas (Asset Quality) A. APYD dibandingkan dengan total Aktiva produktif. Peringkat Komposit 3 Sebelum Privatisasi, dikarenakan rasio BRI dari tahun 2000-2002 cenderung stabil dikarenakan semakin besar rasio APYD dibandingkan degan total aktiva produktif mengindikasikan kualitas aktiva produktif semakin memburuk. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi cukup sehat. Peringkat Komposit 3 Setelah Privatisasi, dikarenakan keadaan BRI Setelah diprivatisasi berada diantara 3% - 6% yang berarti komponen BRI berada pada kondisi cukup sehat. B. Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP. Peringkat Komposit 2 Sebelum Privatisasi, dikarenakan adanya penurunan PPAP yang wajib dibentuk sangat besar, walaupun PPAP yang telah dibentuk mengalami penurunan, tetapi jumlahnya tidak terlalu besar. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi Sehat. Peringkat Komposit 2 Setelah Privatisasi, dikarenakan rasio masih berada di atas ketentuan minimum Bank Indonesia yaitu 100% - 105%. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi Sehat. 3. Rentabilitas (Earnings) A. Return on Asset (ROA) Peringkat Komposit 3 Sebelun Privatisasi, dikarenakan naiknya laba sebelum pajak yang dihasilkan BRI, hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi Cukup sehat. Peringkat Komposit 2 Setelah Privatisasi, dikarenakan rasio ROA pada BRI mencerminkan semakin baiknya kemampuan bank dalam mengelola asset yang dimilikinya untuk memaksimalkan pendapatan dan efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk memaksimalkan laba. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi Sehat.
14
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
B.
Return on Equity (ROE) Peringkat Komposit 1 Sebelum Privatisasi, dikarenakan adanya kenaikkan modal inti yang signifikan terutama pada komponen modalinti. Hal ini mengindikasikan, BRI sangat sehat. Peringkat Komposit 1 setelah Privatisasi, dikarenakan persentase kenaikan laba setelah pajak yang lebih besar daripada modal inti. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi Sehat. C. Net Interest Margin (NIM) Peringkat Komposit 2 Sebelum Privatisasi, dikarenakan kenaikan persentase bunga bersih yang lebih besar daripada kenaikan aktiva produktif. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi Sehat. Peringkat Komposit 1 Setelah Privatisasi, dikarenakan adanya kenaikan pendapatan bunga bersih walaupaun jumlah aktiva produktif mengalami penurunan. Namun persentase penurunannya lebih kecil daripada kenaikan pendapatan bunga bersih. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kodisi Sangat sehat. D. Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO) Peringkat Komposit 2 Sebelum Privatisasi, dikarenakan rasio BOPO yang semakin besar mencerminkan kurangnya kemampuan bank baik dalam melakukan efisiensi biaya operasional bank serta dalam meningkatkan pendapatan operasional. Peringkat Komposit 2 Setelah Privatisasi, dikarenakan BRI memiliki tingkat efisiensi yang baik dan terus melakukan perbaikan dalam efisiensi biaya peningkatan laba operasional. Hal ini mengindikasikan BRI dalm kondisi Sehat.
4. Likuiditas (liquidity) A. Loan to deposits Ratio (LDR) Peringkat Komposit 1 Sebelum Privatisasi, dikarenakan rasio yang dihasilkan lebih besar dari 120%, LDR maksimum yang harus dipenuhi oleh Bank berkisar antara 85% - 120%. Sedangkan rasio LDR BRI berada pada komposisi yang optimal yaitu antara 50% - 75%. Peringkat Komposit 1 Setelah Privatisasi, dikarenakan bank cenderung tidak likuid dan mengalami kesulitan jika ada penarikan dana pihak ketiga secara besar-besaran. Sebaliknya jika rasio yang dihasilkan lebih kecil dari 50% berarti terdapat dana menganggur. Yang menyebabkan berkurangnya kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi Sangat sehat
15
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Perhitungan Rasio Tingkat Kesehatan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Perhitungan rasio tingkat kesehatan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2000 sampai dengan 2005 yang dilakukan penulis mengacu pada Matriks Perhitungan/Analisis Komponen Faktor berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Namun karena keterbatasan data yang diperoleh penulis, tidak semua komponen dapat dianalisa. Analisa yang akan dibahas meliputi aspek permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas. Nilai yang digunakan dalam perhitungan rasio ini disajikan dalam satuan jutaan rupiah. Permodalan (Capital) a. Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang berlaku Selama tahun 2000 sampai dengan 2005 rasio KPMM Bank Mandiri mengalami fluktuasi, namun rasionya masih berada jauh di atas 8 %, yaitu ketentuan minimum rasio KPMM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini mengindikasikan keadaan permodalan Bank Mandiri dari sisi KPMM adalah sangat sehat. Pada periode sebelum privatisasi, rasionya adalah 25,98 % (2000), 23,38% (2001), dan 27,72% (2002). Setelah privatisasi rasionya mengalami penurunan menjadi 25,27% (2003), dan 23,65% (2004), mengalami kenaikan pada tahun 2005 yaitu 25,29%. b. Komposisi Permodalan Penilaian terhadap komponen ini dilakukan dengan cara membandingkan antara jumlah modal inti dengan jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan. Rasio komposisi permodalan Bank Mandiri dari tahun 2000 sampai dengan 2005 terus mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh peningkatan modal inti yang lebih besar dibanding modal pelengkap. Sebelum dilakukan privatisasi, rasionya adalah 121,95 % (2000), 150,46 % (2001), dan 191,15% (2002). Setelah privatisasi, rasionya terus mengalami peningkatan menjadi 2 16,36% (2003),242,78%(2004), dan 257,02% (2005). c. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan Modal Bank Dari perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa rasio APYD dibandingkan dengan modal bank dari tahun 2000 sampai 2005 tiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini mencerminkan semakin besarnya kemampuan modal Bank Mandiri dalam men gcover aktiva produktif yang berpotensi tidak memberikan penghasilan atau dapat menimbulkan kerugian. Sebelum privatisasi, rasionya adalah 85,77 % (2000) dan 54,55 % (2001), dan 37,50% (2002). Setelah dilakukan privatisasi, rasio Bank Mandiri terus mengalami penu runan menjadi 3 2,70% (2003) mengalami peningkatan yaitu 101,38% (2004), dan turun kembali rasionya 79,25% pada tahun 2005. Kualitas Aset (AssetQuality) a. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) terhadap Total Aktiva Produktif Rasio APYD dibandingkan dengan total aktiva produktif Bank Mandiri dari tahun 2000 sampai dengan 2005 mengalami sedikit fluktuasi. Sebelum privatisasi, rasionya adalah 5,26 % (2000),3,97% (2001), dan 4,25% (2002). Setelah privatisasi, rasionya sedikit mengalami penurunan menjadi 4,08 % (2003), mengalami peningkatan menjadi 11,89% (2004), penurunan rasio 9,58% pada tahun 2005. Secara garis besar, setiap tahun jumlah Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan mengalami Analisis Tingkat
16
Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
penurunan, demikian juga dengan jumlah aktiva produktif yang terus mengalami penurunan, tetapi penurunan keduanya tidak dalam perbandingan yang sama sehingga mengakibatkan kenaikan dan penurunan rasio. Hal ini terjadi karena persentase penurunan APYD yang lebih besar daripada aktiva produktif. b. Tingkat kecukupan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Rasio ini didapat dengan membandingkan antara PPAP yang telah dibentuk dan PPAP yang wajib dibentuk. Selama tahun 2000 sampai dengan 2005, rasio Bank Mandiri mengalami naik turun. Sebelum privatisasi, rasionya adalah 82,37 % (2000), mengalami peningkatan menjadi 178,94% (2001), kemudian turun kembali rasionya 141,07% (2002). Setelah privatisasi rasionya mengalami penurunan menjadi 132,84% (2003), 102,94% (2004), dan 133,58% (2005). Rentabiitas (Earning) a. Return on Assets (ROA) Penilaian rasio ROA terhadap Bank Mandiri dari tahun 2000 sampai 2005 menunjukkan rasio yang terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan semakin baiknya kemampuan Bank Mandiri dalam mengelola asset yang dimilikinya untuk mendapatkan pendapatan. Sebelum privatisasi, rasionya adalah 1,46 % (2000), 2,24% (2001), dan 2,81% (2002). Setelah privatisasi, rasionya semakin meningkat menjadi 3,03% (2003),3,30% (2004), dan 3,63% (2005). Rasio ROA Bank Mandiri terus mengalami peningkatan karena laba sebelum pajak yang diperoleh terus meningkat walaupun asset yang dimiliki semakin kecil. b. Return on Equity (ROE) Dari perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa rasio ROE Bank Mandiri mengalami penurunan pada 2 tahun terakhir. Sebelum privatisasi, ROE Bank Mandiri adalah 31,03 % (2000), 32,55 % (2001), dan 25,67% (2002). Setelah privatisasi, ROE Bank Mandiri justru mengalami peningkatan menjadi 25,99 % (2003), 31,48% (2004), dan 34,23% (2005). namun rasio ini masih berada di atas ketentuan minimum Bank Indonesia, yaitu 5 % - 12,5 %. c. Net Interest Margin (NIM) Rasio NIM digunakan untuk mengetahui berapa besar tingkat bunga bersih yang dapat dihasilkan oleh bank dari aktiva produktif yang dimilikinya. Selama tahun 2000 sampai dengan 2005 NIM Bank Mandiri terus mengalami peningkatan. Sebelum privatisasi, rasionya adalah 2,70 % (2000), 2,72 % (2001),3,33% (2002).. Setelah privatisasi, NIM Bank Mandiri mengalami peningkatan kembali menjadi 4,02% (2003). Peningkatan ini terjadi karena adanya kenaikan pendapatan bunga bersih, walaupun jumlah aktiva produktif mengalami penurunan namun persentase jumlah penurunannya lebih kecil daripada kenaikan pendapatan bunga bersih. Penurunan rasio menjadi 2,99% (2004), dan 3,45% (2005). d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Selama tahun 2000 sampai dengan 2005 BOPO Bank Mandiri berada pada posisi yang cukup baik. Sebelum privatisasi rasionya adalah 94,99% (2000), 86,34 % (2001), dan 74,97% (2002). Setelah privatisasi BOPO Bank Mandiri mengalami penurunan menjadi 65,19% (2003) dan naik menjadi 75,33% dan 77,92% pada tahun 2004 dan 2005. Walaupun pendapatan operasional Bank Mandiri yang tiap tahun mengalami penurunan, tetapi penurunan tersebut jumlahnya lebih kecil daripada
17
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
penurunan biaya operasional, sehingga rasio BOPO tetap mengalami penurunan yang artinya Bank Mandiri telah mengalami perbaikan dalam efisiensi biaya operasional bank. Likuiditas (Liqudity) Rasio LDR Bank Mandiri pada tahun 2000 sampai dengan 2005 terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sebelum privatisasi rasionya adalah 24,89 % (2000),35,04% (2001), dan 42,26% (2002). Setelah privatisasi rasio Bank Mandiri mengalami peningkatan menjadi 53,14% (2003),dan mengalami penurunan menjadi 34,38% (2004), dan 38,16% (2005). Tabel 4 Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2000
2001
2002
2003
2004
2005
25% DPK
3.565.013,75
4.339.700,7 5
2.923.274,5
2.356.143,5
3.826.712,2 5
4.623.370,5
50% KL
1.861.794,5
769.081,4
842.552
1.128.085
3.478.156
996.296
75% D
764.370,75
772.524
1.123.263
313.133,25
4.238.178
402.781,5
100% M
7.624.209
4.122.902
5.313.423
5.818.850
18.314.409
18.210.493
Jumlah Aktiva Produktif Yang Di klasifikasikan
13.815.388
10.004.208,3
10.202.512,5
9.616.211,75
29.857.455,3
24.232.941
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan Modal Bank Formula : Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD dibandingkan dengan Modal Bank =
Modal Bank
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan adalah sebagai berikut : 1. 25 % dari Aktiva Produktif Dalam Perhatian Khusus (DPK) Tahun 2000 = 25 % x 14.260.055 = 3.565.013,75 Tahun 2001 = 25 % x 17.358.803 = 4.339.700,75 Tahun 2002 = 25 % x 11.693.098 = 2.923.274,5 Tahun 2003 = 25 % x 9.424.574 = 2.356.143,5 Tahun 2004 = 25 % x 15.306.849= 3.826.712,25 Tahun 2005 = 25 % x 18.493.482= 4.623.370,5 2.
50 % dari Aktiva Produktif Kurang Lancar (KL) Tahun 2000 = 50 % x 3.723.589 = 1.861.794,5 Tahun 2001 = 50 % x 1.538.163 = 769.081,5 Tahun 2002 = 50 % x 1.685.104 = 842.552 Tahun 2003 = 50 % x 2.256.170 = 1.128.085
18
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
3.
4.
(D) Tahun 2004 = 50 % x 6.965.312= 3.478.156 Tahun 2005 = 50 % x 1.992.538= 996.269 75 % dari Aktiva Produktif yang Diragukan Tahun 2000 = 75 % x 1.019.161 = 764.370,75 Tahun 2001 = 75 % x 1.030.032 = 772.524 Tahun 2002 = 75 % x 1.497.684 = 1.123.263 Tahun 2003 = 75 % x 417.511 = 313.133,25 Tahun 2004 = 75 % x 5.650.904= 4.238.178 Tahun 2005 = 75 % x 537.042= 402.781,5 100 % dari Aktiva Produktif Macet (M) Tahun 2000 = 100 % x 7.624.209 = 7.624.209 Tahun 2001 = 100 % x 4.122.902 = 4.122.902 Tahun 2002 = 100 % x 5.313.423 = 5.313.423 Tahun 2003 = 100 % x 5.818.850 = 5.818.850 Tahun 2004 = 100 % x 18.3 14.409=18.3 14.409 Tahun 2005 = 100 % x 18.210.493=18.210.493 Tabel 5 Rangkuman Hasil Perhitungan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Aspek Yang Dinilai Rasio (%) Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
1. a. b. c. 2. a. b. 3. a. b. c. d. 4. a.
Permodalan (Capital) Kecukupan Pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang berlaku Komposisi permodalan APYD dibandingkan dengan modal bank Kualitas Aset (Asset Quality) APYD dibandingkan dengan total aktiva produktif Tingkat kecukupan pembentukan PPAP Rentabilitas (Earning) Return On Asset (ROA) Return On Equity (ROE) Net Interest Margin (NIM) BOPO Likuiditas (Liquidity) Loan to Deposits Ratio (LDR)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
25,98%
23,38%
27,72%
25,27%
23,65%
25,29%
121,95% 85,77%
150,46% 54,55%
191,15% 37,50%
216,36% 32,70%
242,78% 101,38%
257,02% 79,25%
5,26%
3,97%
4,25%
4,08%
11,89%
9,58%
82,37%
178,94%
141,07%
132,84%
102,94%
133,58%
1,46% 3 1,02% 2,70% 94,99%
2,24% 32,55% 2,72% 86,34%
2,81% 25,67% 3,33% 74,97%
3,03% 25,99% 4,02% 65,19%
3,30% 3 1,48% 2,99% 75,33%
3,63% 34,23% 3,45% 77,92%
24,89%
35,04%
42,26%
53,14%
34,38%
38,16%
19
Sumber : Data diolah sendiri, 2009
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Analisis PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Peringkat Komposit No. Apek Yang Dinilai Sebelum Setelah Privatisasi Privatisasi 1. Permodalan (Capital) a. Kecukupan pemenuhan KPMM 2 1 terhadap ketenyuan yang berlaku b. Komposisi permodalan 1 1 c. APYD dibandingkan dengan modal 4 3 bank 2. Kualitas asset (Asset Quality) a. APYD dibandingkan dengan total 3 3 aktiva produktif b. Tingkat kesukupan pembentukan 2 2 PPAP 3. Rentabilitas (Earnings) a. Return on Asset (ROA) 3 2 b. Return on Equity (ROE) 2 1 c. Net Interest Margin (NIM) 2 1 d. Biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional 2 2 (BOPO) 4. Likuiditas (Liquidity) a. Loan to Deposits Ratio (LDR) 1 1 Sumber : Data diolah sendiri, 2009
Penjelasan Rangkuman Hasil Analisis PT Bank Mandiri (persero) Tbk Aspek Yang Dinilai 1. Permodalan (Capital) A. Kecukupan Pemenuhan KPMM terhadap Ketentuan Yang Berlaku. Peringkat Komposit 2 Sebelum Privatisasi, dikarenakan Rasio KPMM dari tahun 2000-2002, mengalami Peningkatan yang cukup signifikan yang mengindikasikan keadaan permodalan Bank Mandiri dari sisi KPMM adalah Sehat. Peringkat Komposit 2 Setelah Privatisasi, dikarenakan adanya Peningkatan Modal bank yang besar, walaupun Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) juga mengalami peningkatan. Namun persentase peningkatannya lebih kecil, hal ini mengindikasikan keadaan Permodalan Bank Mandiri dalam kondisi Sehat.
20
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
B.
Komposisi Permodalan Peringkat Komposit 1 Sebelum Privatisasi, dikarenakan adanya kenaikan Modal inti yang lebih besar, dibandingkan kenaikan Modal pelengkap. Hal ini mengindikasikan keadaan Permodalan Bank Mandiri dari sisi Komposisi Permodalan adalah Sangat sehat. Peringkat Komposit 1 Setelah Privatisasi, dikarenakan kenaikan Modal inti terutama pada komponen Modal disetor. Prosentase kenaikan Modal pelengkap lebih besar daripada Modal inti, sehingga rasio komposisi pernodalan mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan keadaan permodalan Bank Mandiri dalam kondisi Sangat sehat. C. APYD Dibandingkan dengan Modal Bank. Peringkat Komposit 4 Sebelum Privatisasi, dikarenakan Rasio APYD dibandingkan dengan modal bank terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Semakin kecil rasio mengindikasikan semakin besar kemampuan modal bank dalam meng-cover aktiva produktif yang dapat menimbulkan kerugian. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mandiri dalam kondisi Kurang sehat. Peringkat Komposit 3 Setelah Privatisasi, dikarenakan rasio tiap tahunnya mengalami penurunan, penurunan yang terjadi dikarenakan Modal bank yang jumlahnya meningkat. Walaupun APYD juga mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan peningkatan modal bank. Hal ini mengindikasikan keadaan Bank Mandiri dalam kondisi cukup sehat. 2. Kualitas (Asset Quality) A. APYD dibandingkan dengan total Aktiva produktif. Peringkat Komposit 3 Sebelum Privatisasi, dikarenakan rasio Bank Mandiri dari tahun 2000-2002 cenderung stabil dikarenakan semakin besar rasio APYD dibandingkan degan total aktiva produktif mengindikasikan kualitas aktiva produktif semakin memburuk. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi cukup sehat. Peringkat Komposit 3 Setelah Privatisasi, dikarenakan keadaan Bank Mandiri Setelah diprivatisasi berada diantara 3% - 6% yang berarti komponen Bank Mandiri berada pada kondisi cukup sehat. B. Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP. Peringkat Komposit 2 Sebelum Privatisasi, dikarenakan adanya penurunan PPAP yang wajib dibentuk sangat besar, walaupun PPAP yang telah dibentuk mengalami penurunan, tetapi jumlahnya tidak terlalu besar. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi Sehat. Peringkat Komposit 2 Setelah Privatisasi, dikarenakan rasio masih berada di atas ketentuan minimum Bank Indonesia yaitu 100% - 105%. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi Sehat. 3. Rentabilitas (Earnings) A. Return on Asset (ROA) Peringkat Komposit 3 Sebelum Privatisasi, dikarenakan naiknya laba sebelum pajak yang dihasilkan Bank Mandiri, hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi Cukup sehat.
21
Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sebelum dan Setelah Privatisasi
Peringkat Komposit 2 Setelah Privatisasi, dikarenakan rasio ROA pada Bank Mandiri mencerminkan semakin baiknya kemampuan bank dalam mengelola asset yang dimilikinya untuk memaksimalkan pendapatan dan efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk memaksimalkan laba. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi Sehat. B.
Return on Equity (ROE) Peringkat Komposit 2 Sebelum Privatisasi, dikarenakan persentase kenaikan laba setelah pajak yang lebih besar daripada modal disetor. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi sehat. Peringkat Komposit 1 setelah Privatisasi, dikarenakan persentase kenaikan laba setelah pajak yang lebih besar daripada modal inti. Hal ini mengindikasikan BRI dalam kondisi sangat sehat. C. Net Interest Margin (NIM) Peringkat Sebelum 2 Privatisasi, dikarenakan kenaikan persentase bunga bersih yang lebih besar daripada kenaikan aktiva produktif. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi Sehat. Peringkat Komposit 2 Setelah Privatisasi, dikarenakan adanya kenaikan pendapatan bunga bersih walaupaun jumlah aktiva produktif mengalami penurunan. Namun persentase penurunannya lebih kecil daripada kenaikan pendapatan bunga bersih. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kodisi sehat. D. Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO) Peringkat Komposit 2 Sebelum Privatisasi, dikarenakan rasio BOPO yang semakin besar mencerminkan kurangnya kemampuan bank baik dalam melakukan efisiensi biaya operasional bank serta dalam meningkatkan pendapatan operasional. Peringkat Komposit 2 Setelah Privatisasi, dikarenakan Bank Mandiri memiliki tingkat efisiensi yang baik dan terus melakukan perbaikan dalam efisiensi biaya peningkatan laba operasional. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi Sehat. 4. Likuiditas (liquidity) A. Loan to deposits Ratio (LDR) Peringkat Komposit 1 Sebelum Privatisasi, dikarenakan rasio yang dihasilkan lebih besar dari 120%, LDR maksimum yang harus dipenuhi oleh Bank berkisar antara 85% - 120%. Sedangkan rasio LDR Bank Mandiri berada pada komposisi yang optimal yaitu antara 50% - 75%. Peringkat Komposit 1 Setelah Privatisasi, dikarenakan bank cenderung tidak likuid dan mengalami kesulitan jika ada penarikan dana pihak ketiga secara besar-besaran. Sebaliknya jika rasio yang dihasilkan lebih kecil dari 50% berarti terdapat dana menganggur. Yang menyebabkan berkurangnya kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Hal ini mengindikasikan Bank Mandiri dalam kondisi Sangat sehat.
22