MENURUNKAN PERILAKU YOUTUBE ADDICTION Ulpawati, S.ST Magister Sains Psikologi Universitas Surabaya Alamat: Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya. Tlp:+62-31-298-1000
[email protected]
Abstrak Pesatnya perkembangan teknologi seperti saat ini, membuat banyak aplikasi yang semakin mudah untuk diakses. Salah satunya adalah youtube, namun frekuensi penggunaannya cenderung dalam kategori berlebihan. Sementara itu dampak dari penggunaan internet secara berlebihan dapat menyebabkan komplikasi neurologis, tekanan psikologis, masalah sosial dan masalah kesehatan, terutama pada remaja dan dewasa muda (Greenfield, 1999; Young, 1998a; Zhou et al, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara dalam bagaimana informan memaknai youtube dalam kehidupannya, tanggapan orang terdekat dengan informan, apa saja proses yang dialami oleh informan sehingga pada akhirnya informan mengalami youtube addiction. Sehingga peneliti dapat menentukan teknik intervensi yang akan digunakan untuk menurunkan perilaku informan dengan tepat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis interpretatif. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah seorang wanita dewasa awal yang mengalami perilaku youtube addiction. Pengumpulan data dilakukan dengan metode participant observation, in depth interview, self report dan self recording. Untuk menurunkan perilaku informan, peneliti mengunakan intervensi dengan teknik self control dan time management. Dengan menggunakan intervensi self control dan time management, informan mampu mengurangi perilaku menonton youtube, ditunjukan dengan frekuensi dan waktu yang dihabiskan untuk menonton youtube berkurang, serta Internet addiction test inventory yang telah diisi oleh informan juga menunjukkan penurunan setelah kedua teknik intervensi tersebut dilaksanakan. Kata Kunci: intervensi perilaku, menonton youtube berlebihan, self control, time management
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Teknologi yang berkembang dengan pesat seperti saat ini, berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari, fenomena di masyarakat yang terjadi adalah sebagian besar sangat antusias dalam menggunakan teknologi yang ada, seperti internet yang sangat mudah di akses dengan menggunakan beragam smartphone dan teknologi lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak orang yang menunjukkan perilaku menggunakan internet dengan berlebihan. Menurut Hovart definisi dari kecanduan adalah aktifitas atau suatu zat yang digunakan atau dilakukan secara berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak yang negatif (Kusumadewi, 2009). Menurut Lance Dodes terdapat dua jenis kecanduan yaitu physical addiction yang berupa kecanduan pada obat-obat-obat terlarang dan alkohol, dan non physical addiction yaitu kecanduan selain dari physical addiction, salah satunya adalah internet addiction (Kusumadewi, 2009). Survei di Amerika Serikat dan Eropa telah menunjukkan bahwa internet addiction mempengaruhi 1,5-8,2% dari populasi umum (Weinstein & Lejoyeux, 2010). Chakraborty, Basu, dan Kumar (2010) menempatkan antara 0,3% dan 38%, hal ini menggambarkan varians besar tingkat prevalensi internet addiction yang dilaporkan dalam literatur (Winkler, Dorsing, Rief, Shen, & Glombiewski, 2013). Dalam masyarakat temporer, 40% menggunakan internet, secara global penggunaan internet tumbuh mencapai enam kali lipat selama dekade terakhir, dan secara substansial meningkat hingga tahun 2011. Orang yang berusia dewasa muda atau sekitar 25-30 tahun, lebih banyak menggunakan internet dengan frekuensi lebih dari 100 jam per bulannya. (Kuss et.al, 2014)
124
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Penyebab untuk internet addiction belum diketahui secara pasti penyebabnya, dikarenakan beberapa jurnal masih meneliti topik internet addiction agar dapat dikategorikan sebagai gangguan mengingat zaman sekarang penggunaan terhadap internet semakin meningkat. Secara garis besar tentang ketergantungan menurut Peele (1991) menjelaskan bahwa ketergantungan secara psikologis berkaitan dengan ketika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya kemungkinan akan mengalami sensasi yang tidak menyenagkan dan merasa tidak nyaman. Sebagian besar orang yang mengalami ketergantungan cenderung disebabkan coping dari individu masing-masing. (Young, Internet Addiction : Symstoms, Evaluation, and Treatment, 1999) Konsekuensi negatif banyak muncul pada lingkup keluarga dan akademis. Pecandu internet menghabiskan waktu lebih sedikit dengan orang lain dan lebih sering berada didepan komputer atau gadget mereka. Pada lingkup akademik masalah yang banyak muncul adalah menurunnya keinginan untuk belajar dan bekerja, menurunnya motivasi, tidak naik kelas dan bolos pada pelajar serta penurunan performa kerja pada pekerja dan penyalahgunaan internet yang ada di kantor (Young, 1999). Kecanduan internet (IA) dapat menyebabkan komplikasi neurologis, tekanan psikologis, masalah sosial, dan masalah kesehatan, terutama pada remaja dan dewasa muda (Greenfield, 1999; Young, 1998a; Zhou et al, 2011.). Selain itu, komorbiditas tinggi dengan gangguan kejiwaan, gangguan terutama afektif, gangguan kecemasan, gangguan kontrol impuls, gangguan penyalahgunaan zat, dan attention deficit hyperactivity disorder telah dilaporkan (Petersen, Weymann, Schelb, Thiel, & Thomasius, 2009; Peukert et al. 2010; Shaw & Black, 2008; Weinstein & Lejoyeux, 2010). Menurut Block (2008) sekitar 86% kasus dari IA memiliki beberapa diagnosis DSM-IV komorbiditas lainnya, yang menimbulkan pertanyaan kompleks kausalitas karena kita tidak bisa benar-benar yakin jika IA adalah menyebabkan atau sebagai konsekuensi dari gangguan ini (Ha et al, 2006;. Pies, 2009) (Winkler, Dorsing, Rief, Shen, & Glombiewski, 2013) Konsekuensi negatif dari penggunaan internet yang berlebihan, mencakup baik kesehatan maupun segi psikologis, dan relasi dengan orang terdekat. Namun, fenomena di masyarakat saat ini penggunaan internet terus menerus meningkat. Untuk itu perlu adanya penelitian yang lebih dalam, penyebab dari penggunaan internet yang berlebihan, hingga mengambil keputusan terkait intervensi yang akan dilaksanakan untuk mengurangi perilaku penggunaan internet yang berlebihan. 1.2
Tujuan Untuk mengetahui secara dalam bagaimana informan memaknai youtube dalam kehidupannya, tanggapan orang terdekat dengan informan, apa saja proses yang dialami oleh informan sehingga pada akhirnya informan mengalami youtube addiction. Perolehan data yang lengkap, akan membantu peneliti untuk kemudian melaksanakan intervensi yang sesuai untuk informan. 1.3
Manfaat Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk mengurangi perilaku menonton youtube berlebihan, agar dapat mencegah konsekuensi negatif yang menyertai pengunaan internet yang berlebihan terus berlanjut. 2.
METODE
2.1
Informan Penelitian Informan pada penelitian ini adalah seorang wanita yang mempunyai perilaku youtube addiction menurut internet addiction test inventory. Metode sampling yang digunakan adalah criterion sampling, yaitu seseorang yang mewakili penelitian dan telah mengalami fenomena yang akan diteliti (Creswell, 2007).
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
125
2.2
Metode Pengumpulan Data Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah participant observation yaitu terdiri dari uraian rinci aktivitas, perilaku informan dan interaksi yang informan yang termasuk bagian dari penelitian dan menggunakan in depth interview (Alsa, 2003), observasi akan dilakukan peneliti saat informan mengemukakan jawaban untuk melihat apakah jawaban yang diberikan merupakan yang sesungguhnya. Hasil in depth interview, kemudian akan didukung oleh self recording, self report dengan menggunakan internet addiction test inventory. 2.3
Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan fenomenologis menurut Bogdan dan Biklen (1982) adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan pengaruhnya dengan manusia dalam situasi tertentu (Alsa, 2003). Penelitian ini juga menggunakan paradigma interpretatif yaitu bagaimana informan memaknai dunia personal dan sosialnya (Smith, 2009). Dengan menggunakan paradigma fenomenologi interpretatif, penelitian ini ingin mengungkapkan secara rinci bagaimana informan memaknai dunia baik terkait dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan sosialnya dalam hal youtube addiction. 2.4
Desain Intervensi Bentuk intervensi yang akan dilakukan adalah dengan melaksanakan 8 langkah perubahan perilaku yaitu sebagai berikut: 1. Memperjelas Masalah yang Sedang Dihadapi Oleh Informan Masalah yang akan difokuskan untuk diintervensi sesui dengan informan, adalah perilaku menonton youtube berlebihan. Peneliti membuat rating menonton youtube berdasarkan yang disukai informan hingga yang kurang disuka. Rating ini digunakan agar dapat menentukan chanel youtube yang akan di hilangkan secara perlahan oleh informan berdasarkan chanel yang kurang disukai tersebut. Peneliti fokus pada pengurangan frekuensi menonton pada chanel youtube dari rating yang paling rendah (yang kurang disukai), agar ketika melaksanakan intervensi, informan tidak terlalu merasa keberatan untuk perlahan mengurangi perilakunya. 2.
Menetapkan Tujuan Awal Intervensi Perilaku Tujuan awal intervensi perilaku ini adalah menurunkan frekuensi dan durasi menonton youtube pada informan secara bertahap yaitu dari 9 jam menjadi 4 jam sehari.
3.
Merancang Suatu Target Perilaku (Perilaku yang Akan Diintervensi) Berfokus pada deceleration target behavior yaitu menurunkan perilaku maladaptif yang sering dilakukan. Mengurangi frekuensi menonton youtube diantaranya ketika sedang ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan pada saat mengerjakan tugas. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa informan dapat menonton youtube hingga lebih dari 9 jam perhari sehingga informan banyak menunda-nunda dalam menyelesaikan tugasnya. Rata – rata frekuensi informan membuka aplikasi youtube dalam 1 hari adalah 5-6 kali, dengan durasi menonton dalam 1 kali adalah 2 – 3 jam. Dilakukannya intervensi perilaku ini untuk menurunkan perilaku menonton youtube secara perlahan hingga menjadi 4 jam perhari dengan 4 tahap penurunan frekuensi yang akan dilakukan selama 1 minggu. Penurunan frekuensi tersebut tidak serta merta dilakukan secara langsung namun bertahap, yaitu informan harus mencoba mengurangi perilaku menonton youtube setiap hari dikurangi 1 jam sampai hari keempat dan 3 hari berikutnya dikurang sebanyak 2 jam, berikut adalah tahapannya: Dikarenakan informan sangat menyukai menonton youtube karena telah mendapatkan reinforcement yang positif, maka informan perlu terlebih dahulu untuk beradaptasi mengurangi perilakunya selama 1 jam saja. Oleh sebab itu, pada hari pertama target penurunan frekuensi menonton youtube adalah 1 jam, dari 9 jam menjadi 8 jam. 126
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
-
4.
Pada hari kedua, ketiga dan keempat target penurunan frekuensi menonton youtube nya adalah tetap 1 jam. Dari 9 jam menjadi 8 jam. Selanjutnya target pengurangan perilaku informan adalah 2 jam agar informan tidak merasa keberatan dengan target pengurangan perilaku yang dianjurkan. Target untuk hari kelima keenam dan ketujuh adalah dari 8 jam menjadi 4 jam.
Mengidentifikasikan Berbagai Kondisi yang Mempertahankan Perilaku Target Hal ini berfungsi agar ketika saatt melaksanakan intervensi, kondisi yang mempertahankan perilaku dapat di antisipasi terlebih dahulu. Pada umumnya, selama ini perilaku menonton youtube yang dilakukan informan adalah saat informan mengalami beberapa kondisi sebagai berikut: a. Situasi Pada umumnya, selama ini perilaku menonton youtube yang dilakukan informan adalah saat informan mengalami beberapa kondisi sebagai berikut: - Ketika informan sedang merasa badmood - Ketika informan sedang tidak ada kerjaan - Ketika informan sedang ada pada situasi sedang menunggu b. Pikiran - Informan seringkali menonton youtube untuk membuat informan semangat dalam mengerjakan tugas dan merilekskan pikiran setelah mengerjakan tugas. Hal tersebut dianggap informan sebagai reinforcement positif dalam mengerjakan tugas. - Pikiran informan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas masih banyak sehingga informan dapat lebih lama menonton youtube. Sedangkan situasi yang membuat informan berhenti atau tidak menonton youtube adalah : - Ketika informan sedang dalam deadline pengerjaan tugas. - Ketika informan sedang fokus pada pekerjaannya, misalnya sedang banyak ide untuk mengerjakan tugas. - Ketika beban pekerjaannya sedang banyak, misalnya pada saat bekerja di toko.
5.
Merancang Perencanaan Treatment untuk Merubah Kemungkinan Berbagai Kondisi yang Mempertahankan Perilaku Dalam perencanaan treatment kali ini kami mengunakan kombinasi dari 3 bentuk treatment karena peneliti merasa bahwa semua treatment dapat saling berkaitan dan berhubungan dalam menjalankan intervensi ini, treatment tersebut antara lain : - Time management dengan kebalikan perilaku informan (practice the opposite) - Self control dengan remind cards
Teknik intervensi yang dipilih oleh peneliti disesuaikan dengan kondisi informan, self control digunakan karena perilaku informan muncul disebabkan oleh karakter informan yang mudah bosan, tujuannya agar informan mampu mengontrol dirinya saat sedang bosan sehingga perilaku menonton youtub juga akan dapat dikendalikan oleh informan. Sementara itu, teknik intervensi time management dilakukan karena informan belum memiliki jadwal rutin, sehingga informan memang membutuhkan time management agar dapat membuat prioritas dalam melaksanakan kegiatan yang lebih produktif dan tidak banyak membuang waktu untuk menonton youtube.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
127
6.
Menerapkan Perencanaan Treatment Perencanaan yang telah dibuat akan dilaksanakan informan ketika selesai mengerjakan semua tugas-tugas kampus yang menyita waktu informan, karena dikhawatirkan ketika informan sedang memiliki banyak tugas dengan waktu deadline yang berdekatan, informan memang membutuhkan hiburan sehingga intervensi akan dapat dilaksanakan dengan baik ketika kebutuhan informan akan hiburan menurun. Informan akan mulai menerapkan intervensi dengan teknik self control dan time management akan dilaksanakan empat minggu, selanjutnya setiap minggu akan dilakukan evaluasi apakah pada setiap minggu tersebut informan dapat mengurangi perilaku sesuai dengan tahapan yang telah dirancang. Penerapan rancangan intervensi dimulai dengan melaksanakan sesi, setiap sesi dibuat untuk menjelaskan kepada informan apa saja yang akan dilakukan informan, memberikan edukasi tentang teknik intervensi yang harus dilaksanakan selama treatment, tujuan sampai pada proses evaluasi apakah tujuan tercapai. 7. Mengevaluasi Keberhasilan Treatment Mengkaji apakah selama empat minggu informan sudah berhasil menurunkan target perilaku menonton youtube atau belum, jika belum maka diperiksa kembali untuk mencari kemungkinan adanya kesalahan dalam merancang target perilaku. Jika selama empat minggu perilaku informan sudah dapat diturunkan, maka tujuan target perilaku sudah tercapai. Evaluasi dari keberhasilan treatment dapat dilihat dari diagram sebagai berikut ini: Sebelum melakukan treatment, informan dalam sehari menghabiskan waktunya untuk menonton youtube rata-rata 8 jam, dapat disimpulkan bahwa informan selama 3 hari menghabiskan waktu 24 jam untuk menonton youtube. Dalam 24 jam tersebut, informan menonton drama korea selama 21 jam dan reality show sebanyak 3 jam sehingga jika dipersentasekan, informan menonton drama korea sebanyak 87,5% dan reality show sebanyak 12,5%. Diagram 1 Sebelum Melakukan Treatment
Selama proses treatment informan menerapkan time management dan self control untuk mengurangi perilaku menonton youtube. Informan merasa tidak terlalu terganggu dengan intervensi yang dilakukan, karena yang dikurangi adalah yang paling jarang informan tonton, dan juga informan tidak keberatan karena pengurangannya dilakukan secara bertahap. Informan hanya menonton youtube sekitar 30 menit sampai 1 jam setiap harinya. Meskipun ada beberapa jadwal dari time management yang telah dibuat tidak dilaksanakan oleh informan, namun informan tetap fokus untuk melaksanakan kegiatan yang bermanfaat agar dapat mengurangi perilakunya, informan mulai fokus dengan wirausaha yang sedang dijalani. Selama satu minggu melaksanakan treatment seperti yang dijelaskan diatas, informan mengabiskan waktu untuk menonton youtube selama satu minggu sebanyak 6 jam. 3 jam untuk menonton youtube yang bergenre makeup dan 3 jam untuk menonton drama korea dan film. Sehingga jika dipersentasekan informan menonton youtube sebanyak 12,5% untuk make up dan 12,5% untuk menonton drama korea dan film.
128
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Diagram 2 Saat Melakukan Treatment
Setelah menerapkan self control dan time management selama 7 hari, informan berhasil menerapkan kedua terapi tersebut dan menurunkan perilaku menonton youtube nya. Awalnya sebelum melaksanakan treatment, informan mengahabiskan waktu sekitar 9 jam perhari untuk menonton youtube, namun setelah melaksanakan treatment informan mampu mengurangi durasi menonton youtube menjadi sekitar 1 jam per hari. Karena sebelum informan melaksanakan treatment, informan hanya melaksanakan self recording sebanyak 3 hari, sehingga agar hasil perbandingannya dapat seimbang, setelah melaksanakan treatment kami melakukan pengukuran selama 3 hari, pengukuran ini juga kami lakukan pada saat weekend seperti sebelum melakukan treatment. Selama 3 hari, informan hanya menonton youtube selama 25 menit. 30 menit tersebut dibulatkan menjadi 1 jam karena dari awal perhitungan mengggunakan jam, sehingga jika dipersentasekan didapatkan hasil sebanyak 4,20%. Diagram 3 Setelah Melakukan Treatment Setelah Melakukan Treatment 0%
4.20%
Drama Korea Reality Show
95.80%
Make Up
8.
Melakukan Pengukuran Follow Up Melakukan follow up dengan tujuan selama treatment berhasil apakah perilaku dapat dipertahankan atau tidak. Follow up tersebut dilakukan 1 minggu setelah melakukan treatment, perilaku informan tetap menurun. Informan hanya membuka youtube dan mendengarkan saja, namun tidak menonton youtube. Walaupun terkadang informan masih menonton youtube, namun tidak lagi sesering sebelum melakukan treatment. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
129
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kredibilitas Penelitian Daripada menggunakan istilah validitas, Eisner (1991) mendiskusikan kredibilitas dari penelitian kualitatif. Eisner (1991) membangun standar seperti bukti-bukti yang menguatkan secara strukrural, validitas yang terbentuk berdasarkan persetujuan dan referensi yang kuat. (Creswell, 2007). Pada penelitian ini menggunakan validitas triangulation yaitu membuat beberapa sumber yang berbeda, metode, peneliti dan teori untuk melengkapi bukti-bukti yang menguatkan (Ely et.al., 1991; Erlandson et.al., 1993; Glesne & Peshkin, 1992; Lincoln & Guba, 1985; Merriam 1988; Miles & Huberman 1994; Patto, 1980, 1990). Sesuai dengan pendapat Young (1999) yang menyatakan bahwa seseorang mengalami kecanduan disebabkan oleh coping dari masing-masing individu. Teori tersebut sesuai dengan apa yang dialami oleh informan, informan menjadikan youtube sebagai sesuatu yang dianggap menyenangkan dan memberikan kepuasan saat informan mengalami kebosanan. Perilaku ini terus dipertahankan karena sesuatu yang menyenangkan, dalam teori Skinner (1938) yang menyatakan seseorang mempertahankan perilaku disebabkan oleh reinforcement positive, yang dalam hal ini merupakan kesenangan dan kepuasan yang dirasakan oleh informan tersebut. Teknik intervensi self control dan time management, membantu informan dalam menurunkan perilakunya. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya frekuensi dan durasi menonton youtube setiap harinya, serta terjadi penurunan dalam internet addiction test yang dilaksanakan oleh informan, dari kategori sering menjadi kategori sedang atau rata-rata. Hal ini juga menunjukkan bahwa tujuan mengurangi perilaku informan tercapai, karena informan telah mampu menurunkan perilaku menonton youtube dari durasi 9 jam perhari menjadi hanya 1 jam perhari.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Sebelum menentukan treatment untuk informan, perlu diketahui perilaku informan berdasarkan analisis antecedent, stimulus, organisme, response dan consequence (SORC). Pengkajian antecedent hingga SORC sangat penting sebelum menentukan treatment yang paling tepat untuk informan, karena ketika penyebab dan situasi yang menyebabkan munculnya perilaku yang dipermasalahkan, serta konsekuensi positif yang dirasakan oleh informan, intervensi yang diberika terhadap informan akan relevan. Peneliti merencanakan dan melaksanakan sesi yang telah dirancang, sesi tersebut adalah berupa pemberian edukasi tentang treatment yang akan dilaksanakan, arahan dan refleksi agar informan memahami dengan baik tujuan dan manfaat pengurangan dari perilakunya, hingga pemberian modul sederhana yang berisi pesan-pesan akan diberikan kepada informan untuk membantu informan termotivasi selama mengurangi perilakunya. Peneliti juga membuat antisipasi mengingat informan merupakan seseorang yang mudah bosan. Selama treatment, informan diarahkan untuk melaksanakan step by step treatment self control yang termasuk ke dalam langkah intervensi yang ke enam, selain itu informan juga diarahkan untuk melaksanakan time management yang telah dirancang. Walaupun selama treatment jadwal yang telah dibuat sebagian besar belum di laksanakan, namun informan sudah diarahkan untuk mengantisipasi hal tersebut dengan tetap fokus pada tujuan awalnya untuk mengurangi perilaku menonton youtube. Informan diarahkan untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif dan tidak banyak membuang waktu. Informan merasa tidak keberatan selama treatment karena perilaku akan dikurangi secara bertahap setiap harinya.
130
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Setelah melakukan treatment menggunakan self control dan time management, informan mampu mengurangi perilaku menonton youtube dari 9 jam per hari menjadi 1 jam perhari. Berikut ini adalah grafik yang menjelaskan sebelum dan sesudah treatment diberikan kepada informan: Grafik 1 Persentase Penurunan Perilaku Informan
Grafik diatas menunjukkan penurunan perilaku menonton youtube dari informan, hanya tutorial make up yang terjadi peningkatan, karena di akhir setelah melaksanakan treatment, informan mendapatkan notifikasi tentang tutorial make up sehingga informan menonton tutorial make up tersebut. Sedangkan drama korea dan reality show yang terjadi penurunan presentase berdasarkan perhitungan sebelumnya. Internet addiction test inventory yang telah diisi oleh informan juga menunjukkan penurunan. Sebelum melaksanakan treatment informan memiliki skor 67 dengan kategori sering, namun setelah melaksanakan treatment informan memiliki skor 46 dengan kategori rata-rata atau sedang. Saran Keterbatasan dalam makalah ini adalah penulis kurang menggali lebih dalam penyebab utama informan mengalami internet addiction secara psikologis. Dalam hal ini informan mengalami internet addiction disebabkan oleh attachment yang kurang didapatkan dari ibunya. Sedangkan informan adalah anak bungsu dan kedua kakaknya telah berkeluarga. Hal tersebut yang menjadi faktor utama informan mengalami internet addiction. Informan yang kurang dekat dengan ibunya, merasa youtube adalah dunianya dan informan merasa sangat enjoy saat sedang menonton youtube. Hal ini peneliti jadikan saran bagi penulis selanjutnya agar dapat menggali lebih dalam mengapa perilaku maladaptif seseorang dapat muncul, bukan hanya menggunakan teori-teori perilaku namun juga teori psikologis yang lebih menggambarkan keadaan informan yang lebih spesifik, sehingga nantinya intervensi yang dilakukan terhadap perilaku maladaptif hasilnya dapat menetap dan diharapkan seterusnya. DAFTAR PUSTAKA [1] Alsa, A. (2003). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [2] Creswell, W. J. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design. London: Sage Publication. [3] Kusumadewi, T. N. (2009). Hubungan antara kecanduan internet game online dengan keterampilan sosial pada remaja . Jakarta: Universitas Indonesia. [4] Martin, G., & Pear, J. (1978). Behavior Modification: What It Is and How to Do It. New Jersey: Englewood Cliffs. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
131
[5] Smith, J. A. (2009). Psikologi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. [6] Spiegler, M. D., & Guevremont, D. C. (2010). Contemporary Behavior Therapy. California: Wadsworth Cengage Learning. [7] Winkler, A., Dorsing, B., Rief, W., Shen, Y., & Glombiewski, J. A. (2013). Treatment of Internet Addiction : A Meta Anlysis. Clinical Psychology Review, 319. [8] Young, K. S. (1996). Internet addiction : The emerge of a new clinical disorder. Journal of CyberPsychology and Behavior, Vol.1 No.3, 237-244. [9] Young, K. S. (1999). Internet Addiction : Symstoms, Evaluation, and Treatment.
132
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk