Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
MENUJU USB DIGITAL REPOSITORY : INTEGRASI DIGITAL LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM DAN APLIKASI PDF VIEWING DENGAN JAVASCRIPT DAN HTML 5 Adhie Tri Wahyudi, ST., M.Cs.1, Bagus Ismail Adhi Wicaksana, ST., MT.2 1 Kepala UPT. Perpustakaan, 2Ka. Bag. Sistem Informasi Manajemen 1,2 Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Email :
[email protected],
[email protected] Abstract The development of Information Technology And Communication (ICT) causing the need for accessed information and information retrieval are more faster. In the library of higher education institution, the digital repository can respond this needs. Inorder to realize adigitalinstitutionalrepository, this research has integrating digital system library ( USBLib ) by the application of pdf viewer.A pdf viewer built using javascript and html 5. As the result, has integrated USBLib and PDF Viewer which also has been used by the user (USB library users).Usersgive the positive respond of this system because they working time are more effective.With the implementation ofthis integratedsystem, the USBlibrariesare alreadyonthe right directionof digitalinstitutional repository development. Keywords : Digital Library, PDF Viewer, Digital Repository
PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Pada tahun – tahun terakhir, isu institusional repository menjadi bahan diskusi yang menarik di dunia perguruan tinggi. Secara sederhana arti dari repositori adalah tempat penyimpanan. Dalam konteks kepustakawanan repositori adalah suatu tempat dimana dokumen, informasi atau data disimpan, dipelihara dan digunakan. Reitz [10] mengatakan bahwa repository is the physical space (building, room, area) reserved for permanent or intermediate storage of archival materials (manuscripts, rare books, government documents, papers, photographs etc). Disisi lain, perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadikan sistem akses dan temu-balik terhadap informasi menjadi semakin cepat. Transfer informasi dari sumber (lokasi) ke pengguna (end user) menjadi cepat. Fenomena umum menunjukkan kencenderungan pengguna perpustakaan, terutama pada perpustakaan perguruan tinggi menggunakan sumberdaya informasi digital baik yang bersifat ilmiah maupun yang non-ilmiah semakin meluas. Berbagai perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia merespon fenomena ini dengan menyediakan system pengelolaan dan pelayanan digital dalam organisasinya. Hal ini mendorong semakin lazimnya penggunaan system informasi digital library di berbagai Perguruan Tinggi [5].
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
Hasibuan [5]dalam Dana, et al.[2] mengatakan bahwa digital library information systems atau sistem informasi perpustakaan digital merupakan konsep pemanfaatan teknologi informasi dalam manajemen perpustakaan. Sedangkan Fahmi [4] mengatakan bahwa perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang terdiri dari perangkat hardware, software, koleksi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi. Keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan perpustakaan digital bagi pengelola perpustakaan adalah membantu kerta staf perpustakaan melalui fungsi otomasi yang ditawarkan, sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien. Fungsi otomasi perpustakaan menitikberatkan pada bagaimana mengontrol sistem administrasi layanan secara komputerisasi. Sedangkan keuntungan pemanfaatan perpustakaan digital bagi user/pengunjung perpustakaan adalah membantu user mencari sumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan catalog on-line yang dapat diakses melalui intranet maupun internet, sehingga pencarian informasi menjadi lebih efektif dan efisien [2]. Ketika system informasi digital library semakin jamak digunakan, terjadi pergeseran paradigma penyimpanan dan penyebaran koleksi ilmiah civitas akademika Perguruan Tinggi [11]. Banyak perpustakaan perguruan tinggi mulai melakukan digitalisasi informasi yang dimilikinya yaitu dengan cara mendigitalisasi koleksi karya ilmiah yang dimilikinya dan membuatnya tersedia untuk diakses secara online melalui jaringan dan perangkat komputer.Langkah ini cukup mendapat respon positif karena dianggap dapat meningkatkan kinerja dan kualitas keilmuan (scholar quality and performance). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Crawford [1] : “By making all existing research available to anyone wishing to use it, digitalization information can accelerates the research process and makes researchers and practitioners more productive”.Kim & Kim [7] dalam publikasi disertasinya juga menyebutkan bahwa factor altruism atau keinginan berbagi dengan orang lain merupakan faktor utama yang mendorong dosen-dosen di lingkungan universitas Michigan untuk menyimpan dokumen dan/atau publikasi karya ilmiahnya di open access repository.Namun demikian, tidak semua mendukung penerapan open access repository di lingkungan perguruan tinggi. Davis & Connolly [3] pada publikasinya menyampaikan adanya kekhawatiran dari penggunaan open access repository, diantaranya : 1) Ragu terhadap masalah hak cipta, 2) Takut terjadinya plagiarism, dan 3) Kurangnya kontrol terhadap kualitas. Di luar pro dan kontra penerapan open access repository, Pfister & Zimmermann [8] mengemukakan sedikitnya ada tiga alasan penting bagi perguruan tinggi membangun respositori : 1) Peningkatan visibilitas dan dampak dari output penelitian. Membangun dan mempertahankan reputasi dalam komunitas ilmiah sangat penting bagi kegiatan akademik dan insitusi dan hal itu dapat dicapai dengan repositori. Sedangkan dampak penelitian yang dihasilkan oleh institusi dapat diukur oleh – salah satunya metode bibliometrik. Sehingga dapat dilakukan analisis sitiran terhadap jurnal akademik /artikel ilmiah yang dihasilkan oleh institusi; 2) Mendukung kesepakatan Budapest Open Access Initiative(2001) dan Berlin Declaration on Open Access to Knowledge in the Sciences and Hunamities (2003), yaitu deklarasi untuk memberi akses terbuka terhadap publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh berbagai institusi pendidikan dan lembaga penelitian kepada masyarakat luas. 3) Repositori memberikan kemudahan bagi institusi dalam pengelolaan artikel, dokumen dan bahan pustaka lain yang dimiliki.
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
Didasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka artikel penelitian ini bermaksud untuk mengintegrasikan USB Digital Library (USBLib) dan aplikasi PDF Viewer sebagai layanan kepada user dalam rangka perintisan menuju Institutional Digital Repository. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Bagaimana membangun aplikasi PDF Viewer atau PDF reader berbasissoftware as a service(SaaS) yang secure (aman; hanya bisa view tetapi tidak dapat di-download) dan mengintegrasikannya pada USBLib?” 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah membangun dan mengintegrasikanaplikasi PDF Viewer atau PDF readeryang secure pada USBLib. Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan, maka penelitian ini dapat bermanfaat bagi user dalam personalisasi proses pencarian dan pembacaan koleksi karya ilmiah dalam bentuk file PDF langsung melalui perangkat komputer ataupun laptop.
LANDASAN TEORI 1. Perpustakaan Digital Daryono (2008) dalamIshak [6],mengatakan, bahwadigital library atau sistem perpustakaan digital merupakan konsep menggunakan internet dan teknologi informasi dalam manajemen perpustakaan. Sedangkan Fahmi [4]mengatakan bahwa perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang terdiri dari perangkat hardware, software, koleksi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi. Perkembangan perpustakaan digital bagi pengelola perpustakaan dapat membantu pekerjaan di perpustakaan melalui fungsi otomasi perpustakaan, sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien. Fungsi otomasi perpustakaan menitikberatkan pada bagaimana mengontrol sistem administrasi layanan secara otomatis atau terkomputerisasi. Sedangkan bagi pengguna dapat membantu mencari sumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan catalog on-line yang dapat diakses melalui intranet maupun internet. 2. Institutional Digital Repository Reizt [10] menyatakan bahwa repository is the physical space (building, room, area) reserved for permanent or intermediate storage of archival materials (manuscripts, rare books, government documents, papers, photographs etc). Perpustakaan sebenarnya adalah sebuah repositori akan tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas. Dari definisi yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa dokumen yang dikelola dalam repositori lebih khusus dari pada yang dikelola di perpustakaan. Dari sisi teknis, repository is an online locus for collecting, preserving, and disseminating – in digital form – the intellectual output of an institution, particularly a research institution. For a university, this would include materials such as research journal articles, before (pre-prints) and after (post-prints) undergoing peer review, and digital versions of theses and dissertations, but
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
it might also include other digital assets generated by normal academic life, such as administrative documents, course notes, or learning objects” (Wikpedia 2007). Berdasarkan pendapat ini, bahwa tempat penyimpanan bukan lagi dalam bentuk bangunan atau ruangan melainkan dalam sebuah server komputer, karena bahan yang disimpan, diorganisasikan dan dilayankan adalah bahan-bahan digital. Berbagai sumberdaya informasi berbasis kertas (paper-based), yang selama ini merupakan primadona perpustakaan tradisional, sekarang telah banyak tersedia dalam format digital. Beranekaragam sumberdaya informasi digital yang dikembangkan oleh para pustakawan, perpustakaan dan penerbit, terutama di negara maju. Pertumbuhan teknologi informasi yang sangat pesat, khususnya dalam format digital yang menyebabkan sejumlah perpustakaan, termasuk perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan layanan digital yaitu dengan cara memberi akses kepada pengguna terhadap berbagai sumberdaya informasi digital baik yang tersedia di dalam perpustakaan (yang dimiliki) maupun yang berada di luar perpustakaan. Akses informasi digital menjadi suatu paradigma baru pelayanan perpustakaan. Aplikasi TIK memunculkan sistem akses dan temu-balik terhadap informasi menjadi semakin cepat. Situasi ini menjadikan akses informasi digital semakin penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi, tanpa mengabaikan akses informasi yang telah berlangsung selama ini secara konvensional. Akses terhadap sumberdaya informasi digital semakin mudah karena dapat diakses secara terbuka, multi user, unlimited access, dan dapat diakses dari jarak jauh (remote access). Berbagai perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia kemudian merespon fenomena ini dengan menyediakan pengelolaan dan pelayanan digital dalam organisasi perpustakaan. Sejumlah perpustakaan perguruan tinggi mulai melakukan digitalisasi informasi yaitu dengan cara mendigitaliasi koleksi karya ilmiah yang dimilikinya dan membuatnya tersedia untuk diakses secara online melalui internet. Digitaliasi terhadap koleksi inilah awal dari berdirinya repositori pada sejumlah perpustakaan perguruan tinggi. 3. Software as a Service (SaaS) SaaS adalah model dimana aplikasi “ditawarkan” kepada klien sebagai sebuah layanan. Jika sebuah aplikasi/software disajikan kepada klien, klien tidak perlu merawat dan melakukan update pada aplikasi tersebut. Sebaliknya, jika provider hendak mengganti atau melakukan update pada aplikasi tersebut, kita hanya bisa mengikuti mereka saja tanpa bisa melakukan apa-apa. Inti pemikirannya adalah kita menggunakansoftware yang ada pada layanan provider dan provider harus menjaga kenyamanan kita menggunakan software tersebut, termasuk memikirkan tentang update, keamanan dan infrastrukturnya. Gambar 1 memperlihatkan bentuk arsitektur perangkat lunak (software) ketika dibangun sebagai sebuah service(as a service).
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
Gambar 1. Arsitektur Software as a Service 4. PDF js PDF.js atau pdf.js adalah libraryJavaScript yang dapat digunakan untuk membuat viewer atau reader file PDF menggunakan HTML5 Canvas. Canvas Tujuannya adalah untuk lebih aman dan sesuai dengan standar web. PDF.js dapat bekerja sebagai bagian dari sebuah situs web secara mandiri tanpa memerlukan bantuan software pendukung yang terinstall pada komputer. Penggunaan PDF.js untuk membangun viewer file PDF sesuai dengan platform arsitektur SaaS.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan pengembangan perangkat lunak tersistematis, dengan urutan prosedur seperti berikut : 1. Analisis Kebutuhan. Analisis Kebutuhan atau requirement analysis merupakan tahapan awal pengembangan system yang mempunyai tujuan untuk tuk mendefinisikan kebutuhan yang diinginkan oleh user akan system yang akan dibuat[9].Analisa Analisa kebutuhan dilakukan dengan teknik brainstorming dengan tim perpustakaan Universitas Setia Budi. 2. Desain. Desain system dilakukan untuk mendapatkan gambaran rancangan system secara keseluruhan [9]. 3. Pengkodean. Proses pengkodean dilakukan dengan menambahkan kode/ skrip Javascript dan Hypertext Markup Language (HTML) pada system USBLib yang dibangun dengan menggunakan kode PHP Hypertext Preprosesor (PHP).
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
4. Uji coba. Proses ujicoba dilakukan secara blackbox test oleh tim peneliti dan staf perpustakaan. Tujuan dari ujicoba adalah untuk mengetahui fungsionalitas system atas requirement yang telah disebutkan di atas. 5. Implementasi Proses implementasi merupakan proses upload kode program pada server USBLib dan kemudian program di-running melalui portal USBLib. 6. Evaluasi. Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode User Acceptance Testing (UAT) dengan kategori user : mahasiswa dan dosen.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Kebutuhan Requirement atau kebutuhan perpustakaan USB atas pembangunan aplikasi pdf viewer hanya sederhana, yaitu : “File PDF karya ilmiah yang menjadi koleksi pustaka dapat diakses secara langsung oleh user melalui USBLib, namun tidak dapat didownload, tidak dapat diprint dan tidak dapat diakses secara langsung melalui url.” Keinginan yang disampaikan sejalan dengan visi – misi perpustakaan USB untuk membangun USB digital repository dalam 4 tahun mendatang. Dengan demikian, requirement yang disampaikan tersebut sekaligus menjadi basis pembangunan system pada penelitian ini. 2. Desain dan Kode Program Untuk mengintegrasikan system Digital Library USB (USBLib) dan aplikasi pdf viewer, maka digunakan tag <iframe> dengan alamat file pdf diarahkan pada komponen src. Gambar 2 memperlihatkan potongan source code yang digunakan untuk proses integrasi.
Gambar 2. Source code integrasi USBLib dengan aplikasi PDF Viewer Sedangkan pada halaman viewer.html, dibenamkan skrip yang mengatur tampilan container pdf viewer. Keseluruhan pengaturan dipusatkan pada halaman ini, yaitu pengaturan pada bagian outer (diantaranya : pengaturan sidebar dan toolbar) dan bagian utama container.Pada bagian toolbar pula, diatur penempatan dan fungsi tombol-tombol penting yang wajib ada pada aplikasi pdf viewer. Dan pada bagian ini pula, pengaturan pe-non-aktifan tombol print dan download dilakukan.Gambar 3 memperlihatkan potongan skrip untuk pengaturan container.
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
Gambar 3. Potongan skrip viewer.html yang berisi pengaturan container Sedangkan gambar 4 memperliatkan potongan source codedibagian utama atau bagian main container yang berfungsi me-“render” file PDF untuk ditampilkan pada USBLib.
Gambar 4. Potongan source code bagian main container
Keamanan Aplikasi PDF Viewer Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini,yaitu membangun dan mengintegrasikanaplikasi PDF Viewer atau PDF readeryang securepada USBLib. Sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa secure yang diharapkan dari aplikasi ini adalah undownloadable (file PDF tidak dapat di-download dan aplikasi tidak menyediakan fasilitas untuk men-download). Beberapa langkah untuk mencapai tujuan yang diharapkan, antara lain : 1) Tidak memasang tombol download pada halaman pengaturan container (file viewer.html) yang telah ditunjukkan pada gambar 3; 2) Menambah skrip header yang bertugas untuk menyembunyikan fungsi download seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
Gambar 5. Skrip header yang ditambahkan untuk menyembunyikan fungsi download
3. Uji coba dan Implementasi Sistem Gambar 6 dan gambar 7 berikut menampilkan hasil desain dan pemrograman yang mengintegrasikan USBLib dan aplikasi pdfviewer.
Gambar 6. Hasil implementasi USBLib yang telah diintegrasikan dengan PDF Viewer
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
Gambar 7. PDF Viewer yang telah terintegrasi dengan USBLib. 4. Evaluasi Setelah USBLib dan Aplikasi PDF Viewerdiimplementasikan pada komputer server, maka dilakukan evaluasi system untuk memperoleh kritik dan saran dari pengguna USBLib. Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode UAT terhadap user USBLib kategori dosen dan mahasiswa. Tabel 1 memperliatkan rekap UAT yang telah dilakukan. Tabel 1. Rekapitulasi UAT terhadap implementasi PDF Viewer Sangat Sangat Tidak No Kategori User Setuju Ragu Tidak setuju Setuju Setuju 1 Dosen 2 7 1 2 Mahasiswa 10 25 Jumlah 12 32 1
Jumlah 10 35
Sementara beberapa saran yang terangkum pada saat evaluasi adalah sebagai berikut : a. Keamanan login bagi user perlu diperhatikan. Sistem pendaftaran dan pemanfaatan cache perlu diperketat agar tidak ada celah keamanan yang dapat dieksplorasi. b. Perlu sosialisasi dan pendekatan psikologis yang tepat agar proses pembangunan tidak mendapat sikap reaktif yang merugikan.
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
c. Penambahan library JavaScript yang menjadi bagian dari HTML5 Canvas menuntut penggunaan browser yang paling update. Hal ini juga perlu disosialisasikan pada user agar mereka paham minimal requirement dalam menggunakan aplikasi PDF Viewer. KESIMPULAN Integrasi USBLib dan Aplikasi PDF Viewer merupakan satu pencapaian kecil yang tepat dalam rangka mewujudkan USB digital repository.Adapun aplikasi PDF Viewer yang telah diintegrasikan pada USBLib telah mampu menampilkan data tugas akhir yang tersimpan secara softcopy di server dengan baik. Kemampuan sekuriti yang diharapkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga berjalan dengan baik. File PDF hanya ditampilkan melalui aplikasi dan tidak dapat didownload. Hasil evaluasi sistem terhadap user dengan kategori dosen dan mahasiswa pun mendapat tanggapan positif dari user (pengguna layanan perpustakaan). User merasa waktu kerja menjadi lebih efektif karena waktu proses pencarian karya tulis di rak dapat dihilangkan. Namun demikian, dari sudut pandang pengembangan system, hasil evaluasi dari pakar yang telah dipaparkan di atas merupakan saran dalam pengerjaan tahap berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA [1] Crawford, W., 2011. Open Access: What You Need to Know Now. Chicago: ALA Editions. [2] Dana, T., Samosir, D. H. & Widiyasa, I. M., 2008. Pengembangan Digital Library Perpustakaan Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta, Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF), UPN "Veteran" Yogyakarta, http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/semnasif/article/view/781. [3] Davis, P. M. & Connolly, M. J., 2007. Institutional Repository : Evaluating the Reason for Nonuse of Cornell Univesity's Installation of Dspace. D-Lib Magazine. [4] Fahmi, I., 2004. Inovasi Jaringan Perpustakaan Digital : Network of Networks (NeONs). Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan Informasi, 4 Oktober. [5] Hasugian, J., 2012. Internal Repository pada Perguruan Tinggi. [Online] Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39750/1/Repositori Institusi Perguruan Tinggi.pdf[Accessed Agustus 2015]. [6] Ishak, 2008. Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, 4(2), pp. 87-93. [7] Kim, H. H. & Kim, Y. H., 2008. Usability study of digital institutional repositories. The Electronic Library, 26(6), pp. 863 - 881.
Fahma – Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 13, No. 3, September 2015
[8] Pfister , J. & Zimmermann, H.-D., 2008. Towards the Introduction of an Institutional Repository: Basic Principles and Concepts. [Online] Available at: http://ssrn.com/abstract=1030321 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.1030321 [9] Pressman, R., 1994, Software Engineering A Practitioner’s Approach, McGraw-Hill, New York [10] Reitz, J. M., 2004. Dictionary for Library and Information Science. Westport, Connecticut: Libraries Unlimited. [11] Rifai, A., 2014. Pustakawan akademik dan feasilibitas Pengembangan Insitutional Repository (studi kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jurnal Al-Maktabah, vol 13, no 1, (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/27004).