DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani) Volume 1, Nomor 2 (April 2017) ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) http://www.sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis Submitted: 22 April 2017
Accepted: 29 April 2017
Published: 30 April 2017
Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa: Studi Refleksi Daniel 6:1-4 Agustin Soewitomo Putri Prodi Teologi Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta
[email protected] Abstract This article has purpose to show the importance of giving stimulation from the lecturer of STT Torsina to enhance the quality of student’s living, either in intelectual, social and spiritual aspect. This research uses qualitative approach with exposition of text Daniel 1-6. Ini this biblical narrative Daniel gained the highest position after the king in Babylon kingdom. Daniel chosen was based on his self quality over anyone became candidates. The exposition of Daniel 6:1-4 giving some references made him been qualified, that is Daniel’s spiritual life quality. By this research finding giving a recommendation of stimulate spiritual living for enhance STT Torsina students’ academic quality according to Daniel. Keyword: Daniel, self learning, spiritual quality, spiritual life’s stimulating
Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya stimulasi yang diberikan oleh para tenaga pengajar (dosen) di STT Torsina untuk meningkatkan kualitas hidup mahasiswa, baik dalam aspek intelektual, sosial dan kerohanian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan studi eksposisi kitab Daniel 1-6. Dalam narasi biblikal ini Daniel memperoleh posisi tertinggi setelah raja di negeri Babel. Pemilihan Daniel dilandaskan pada kualitas Daniel yang mengungguli siapa pun yang menjadi calon pemimpin saat itu. Kajian eksposisi Daniel 6:1-4 mereferensikan apa yang membuat Daniel berkualitas, yaitu: kualitas kehidupan rohani Daniel. Dengan temuan ini, maka penelitian recomendation sebuah stimulasi kehidupan rohani demi meningkatkan kualitas akademis mahasiswa STT Torsina sesuai dengan tokoh Daniel. Kata kunci: Daniel, kemandirian belajar, kualitas rohani, stimulasi kehidupan rohani
156
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Agustin SP.– Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa…
demi terciptanya sebuah situasi belajar
PENDAHULUAN Kegiatan atau proses belajar belajar di
yang berkualitas. Insitutsi pun mencoba
kelas dalam konteks pendidikan tinggi
melengkapi
teologi merupakan suatu hal yang penting
terjadinya
diperhatikan. Jangan muncul anggapan
menyenangkan. Proses belajar tidak hanya
seolah sekolah teologi tidak membutuhkan
berfokus pada apa yang dilakukan di kelas,
pola pembelajaran yang serius hingga ke
melainkan
level yang tinggi, karena ilmunya hanya
diusahakan oleh mahasiswa secara mandiri.
digunakan
dalam
penunjuang
demi
proses
belajar
yang
juga
proses
belajar
yang
pelayanan
Persoalan minat dan motivasi dalam
gerejawi. Proses belajar di kelas akan
belajar sepertinya menjadi persoalan dari
berdampak pada hasil atau prestasi belajar
masa ke masa, termasuk dalam lingkup
peserta didik, dalam hal ini mahasiswa.
perkuliahan di institusi teologi. Minat
Dan,
yang
belajar berpotensi memengaruhi prestasi
dilakukan oleh mereka, atau transfer
belajar para peserta didik, demikian juga
pengetahuan yang diberikan kepada jemaat
motivasi. Menurut J.T. Lochmono Lobby,
gereja
“Minat
akan
seperti
ditentukan
konteks
fasilitas
pelayanan
seberapa
serius
adalah
kecenderungan
mahasiswa teologi melakoni proses belajar
merasa tertarik
di sekolah tinggi teologi. Sehingga penting
memperhatikan seseorang, sesuatu barang
mengupayakan
atau
interaksi
belajar
yang
kegiatan 1
atau
untuk
terdorong untuk
dalam
bidang-
bidang
berkualitas, yang pada akhirnya akan
tertentu.”
menghasilkan mahasiswa yang berkualitas.
maka itu berarti kecenderungan mahasiwa
Kehadiran dosen juga menjadi pengaruh
untuk
yang penting, karena idealnya apa yang
memperhatikan proses belajar atau materi
didapatkan mahasiswa tentu berasal dari
pelajaran yang disampaikan. Sedangkan
kemampuan dosen yang mengajar.
Menurut
Jika dikaitkan dengan belajar
tertarik
atau
Sadirman,
menyukai
“Motivasi
dan
adalah
Pergumulan tentang proses belajar yang
proses yang memberi semangat, arah dan
berkualitas bukan hanya menjadi impian
kegigihan perilaku.”2 Dalam hal ini berarti
sekolah tinggi di mana kami melayani, semua sekolah menginginkan pencapaian itu. Banyak cara yang dilakukan dengan menerapkan berbagai program dan strategi
157
1
J.T. Lochmono Lobby, Belajar Bagaimana Belajar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 26 2 Sadirman, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), 186.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
bagaimana mahasiswa memiliki semangat
mengalami
masa
transisi
pendidikan
dan kegigihan dalam belajar.
menengah ke pola belajar pendidikan
Kedua hal klasik ini akan terus ada dan
tinggi. Mereka masih terpola dengan
memberikan pengaruh terhadap kegiatan
paradigma pendidikan yang sebelumnya.
belajar hingga kapan pun, karena persoalan
Dan ketika masuk dalam pola-pola belajar
minat dan motivasi lebih banyak muncul
yang menuntut kemandirian, beberapa
dari dalam diri mahasiswa. Harus ada
mahasiswa agak kewalahan.
sesuatu
yang
memunculkan
atau
Situasi itu tidak berdiri sendiri seperti
meningkatkannya menjadi tinggi. Ketika
demikian, karena selain faktor mahasiswa
minat atau motivasi belajar mahasiswa
faktor dosen pun memberikan pengaruh
tinggi, maka akan muncul kemandirian
yang
belajar. Jika ini sudah ada, maka niscaya
Kemampuan
persoalan-persoalan lain dalam belajar akan
berpengaruh dalam kelangsungan proses
lebih
karena
belajar di kelas, sehingga dosen dituntut
mahasiswa secara prinsip telah menemukan
untuk mengembangkan pola mengajarnya,
kemandiriannya dalam belajar.
baik
mudah
diselesaikan,
itu
besar
dari
dalam
proses
seorang
dosen
kompetensi
belajar. juga
intelektual,
Kemandirian belajar bukan sekadar
penggunaan metode dan media ajar, hingga
proses belajar sendiri, tanpa dibimbing atau
ke hal-hal teknis yang dapat mendukung
dipandu
belajar
belajar mahasiswa. Semua komponen itu
merupakan kualitas belajar mahasiswa
harus dapat meningkatkan proses belajar
yang secara tidak langsung menunjukkan
mahasiswa, entah di dalam kelas maupun
ketidakbergantungan terhadap orang lain,
di luar jam kuliah.
dosen.
memiliki
Kemandirian
kepercayaan
diri,
inisiatif,
Ada
persoalan
yang
yang
harus
tanggung jawab, disiplin dan kontrol diri.3
diperhatikan
Paradigma belajar mahasiswa harus lebih
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT)
berkembang dari pola berpikir dan belajar
Torsina, yaitu kualitas belajar, termasuk di
pendidikan menengah, seperti SMA atau
dalamnya
SMK. Namun tidak sedikit mahasiswa sulit
belajar. Kemandirian belajar bukan hanya
3
Kana Hidayati dan Endang Listiyani, “Pengembangan Instrumen Kemandirian Belajar Mahasiswa”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Tahun 14, No. 1, 2010: 98
158
dalam
adalah
konteks
tentang
belajar
kemandirian
sekadar mengerjakan tugas dari dosen di perpustakaan,
terlebih
ketika
dosen
berhalangan masuk. Kemandirian belajar
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Agustin SP.– Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa…
berbicara tentang kesadaran mahasiswa
hingga praktek hidup di asrama dan
mengenai
pelayanan
kegiatan
belajar
yang
dilakukannya. Kemandirian belajar berarti mahasiswa
tidak
Ketiga
hal
tersebut harus ada dalam setiap mahasiswa.
pada
Persoalan keilmuan di STT Torsina
keberadaan dosen dalam konteks proses
tidak jauh berbeda dari kebanyakan STT
belajar dan mengajar. Kemandirian belajar
lain di Indonesia, tergantung pada bingkai
berbicara
dan
teologi gereja yang menaunginya. Namun
kemauan mahasiswa untuk menggunakan
kembali kepada persoalan di atas bahwa
waktunya
kualitas
tentang
dalam
mengandung
kemampuan
belajar.
minat
mahasiswa,
dalam
konteks
keilmuan teologi, harus dipertimbangkan
mahasiswa, sehingga mereka melakukan
pada beberapa faktor selain mahasiswa
belajar tanpa harus terus disuruh, dipantau
sendiri. Pada faktor mahasiswa, perlu
atau didorong.
adanya semacam stimulasi untuk membawa lembaga
mahasiswa pada pemahaman tentang nilai
pada
belajar. Ada banyak hal yang sudah
pengetahuan teologi berdasarkan Alkitab,
dilakukan demi meningkatkan kualitas
tidak hanya menstimulasi kemampuan
kemandirian mahasiswa dalam belajar,
intelektual mahasiswa. Sebagai lembaga
seperti memotivasi lewat firman Tuhan
yang out put-nya akan mengaplikasikan
atau menerapkan jam wajib belajar.
pendidikan
Torsina
dan
Kemauan dari
STT
motif
bergantung
(psikomotorik).
yang
sebagai berorientasi
ilmunya dalam pelayanan gerejawi, maka
Selain itu, ada faktor dosen yang akan
dituntut juga kehidupan kerohanian yang
menentukan kualitas hasil belajar. Dosen
baik dan tinggi. Disiplin rohani juga
seharusnya dapat menstimulasi (motivasi)
diterapkan dalam proses pendidikan di STT
munculnya minat mahasiswa untuk belajar
Torsina, seperti ibadah (chapel) setiap hari,
secara mandiri. Stimulasi ini bukan sebagai
doa bersama, doa-puasa mahasiswa, dan
cara untuk melepaskan tanggung jawab
pelayanan
selain
mengajar, atau dipakai alasan untuk tidak
mahasiswa memiliki pengetahuan teologi
masuk. Faktor yang kerap sekali membuat
secara keilmuan atau teori (kognitif),
mahasiswa kurang terlatih mandiri adalah
mahasiswa STT Torsina juga didorong
kurangnya otonomi yang diberikan dosen
gerejawi.
Artinya,
untuk memiliki karakteristik yang sesuai dengan nilai-nilai iman Kristen (afektif)
159
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
kepada mahasiswa untuk belajar dan mengabaikan gaya belajar mahasiswa.
4
Kehidupan kerohanian dapat menjadi kekuatan
bagi
pembentukan
Yesus melalui penulisan Matius, bahwa dari buahnya seseorang dapat dikenali (Mat.
7:16,
20).
Kematangan
atau
kualitas
kedewasaan seorang yang mengatakan diri
intelektual seseorang. Hal ini sesuai dengan
rohani adalah buah kehidupan. Kehidupan
kajian eksposisi terhadap kehidupan Daniel
rohani bukan hanya persoalan berhubungan
dalam kitab Daniel. Kualitas kehidupan
antara Tuhan dengan umat, namun juga
Daniel diakui oleh raja Babel dari masa ke
dengan sesama. Artinya, kehidupan rohani
masa, sehingga ia terus dipertahankan
tentang hubungan pribadi dengan Tuhan
untuk menjadi orang penting kedua di
diindikasikan
istana Babel. Kemampuan Daniel ada
sesama atau lingkungan sosialnya.
dalam posisi semacam perdana menteri
Stimulasi
oleh
perilaku
kehidupan
terhadap
rohani
yang
merupakan hasil uji kompetensi yang
dilakukan di STT Torsina selama ini hanya
dilakukan pihak kerajaan sehingga mampu
untuk memperlihatkan nilai iman Kristen
mengalahkan para kompetitornya. Keadaan
yang aplikatif. Namun dengan penelitian
itulah yang mendorong penelitian ini untuk
eksposisi terhadap Daniel, diharapkan ada
menyumbangkan ide biblikal pada institusi
sebuah goal yang akan dicapai oleh
pendidikan, terutama bidang teologi, untuk
institusi, atau para dosen secara pribadi,
menstimulasi kehidupan rohani menjadi
bahwa kehidupan rohani yang berkualitas
sebuah
dari mahasiswa akan berdampak pada
potensi
untuk
meningkatkan
kualitas akademis mahasiswanya. Kualitas
kehidupan
kerohanian
memang bukanlah sebuah hal yang mudah untuk diukur. Kerohanian adalah sebuah potensi atau keadaan yang subyektif, hanya yang
bersangkutan
yang
kualitas akademisnya.
mengetahui
seberapa rohani dirinya. Namun, peneliti beranjak pada premis yang dikatakan
METODE Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah eksposisi pada kitab Daniel 1-6. Metode eksposisi digunakan untuk mendapatkan pemahaman mendalam dari sebuah
kasus
yang disampaikan
dengan narasi pada enam pasal kitab 4
Dewi Oktofa Rachmawati, “Penerapan Model Self-Directed Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemandirian,” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, No. 3 (2010): 177–184.
160
Daniel.
Penelitian
memfokuskan
pada
persoalan kualitas Daniel yang di atas rata-
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Agustin SP.– Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa…
rata (Dan. 6:4), melebih orang yang ada di
berhasil
kerajaan Babel saat itu. Pola eksposisi akan
Keadaan ini cocok sekali dengan gambaran
mencari
Daniel
yang ada dalam kitab Daniel, sehingga
dalam narasi biblikal tanpa harus berasumsi
penetapan tanggal penulisan kitab ini
dengan memunculkan ide dari luar teks
adalah sekitar abad ke-6 SM.6
penyebab
superioritas
Daniel 1-6.
meruntuhkan
dinasti
Asyur.
Kitab ini terdiri dari 12 pasal, yang
Penelitian menggunakan pendekatan
secara garis besar menceritakan tentang
eksegesis, yaitu menganalisis kata atau
Daniel dan ketiga sahabatnya di negeri
frasa “roh yang luar biasa” yang terdapat
penjajah Babel. Dalam 12 pasal tersebut
pada Daniel 6:4, serta analisis historis
Daniel menjadi tokoh utama narasi teologis
untuk mendapatkan latar belakang yang
penulis, sekalipun ada tiga tokoh lain
membentuk situasi itu. Setelah memperoleh
seperti: Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
data biblikalnya, maka pola itu dapat
Namun kisah mereka berhenti di pasal 3,
dijadikan
yang
sementara keseluruhan kitab berikaitan
kehidupan
dengan Daniel. Hal yang paling menonjol
prinsip
atau
diterapkan
dalam
mahasiswa,
khususnya
kunci
pola
dalam
konteks
menjadi pribadi yang berkualitas.
dalam kitab ini adalah tentang Daniel dengan kemampuan atau hikmatnya serta mimpinya yang lebih bermuatan tema
Survei Kitab Daniel
eskatologis.
Kitab Daniel termasuk dalam kelompok kitab nabi-nabi besar dalam Perjanjian
Konteks
Lama. Sekalipun ada beberapa kontroversi
Teks
yang
menjadi
pembahasan
tentang penulis dan penanggalan, namun
penelitian eksposisi ini adalah Daniel 6:1-4.
indikasi pada Daniel jauh lebih kuat
Pada Daniel 6:4, teks dalam Lembaga
sebagai penulis kitab ini.5 Daniel termasuk
Alkitab Indonesia tertulis: “Maka Daniel
dalam salah seorang yang ditawan ke Babel
ini melebihi para pejabat tinggi dan para
ketika
dan
wakil raja itu, karena ia mempunyai roh
dihancurkan oleh pasukan Nebukadnezar.
yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk
Kerajaan Babel menjadi tersohor setelah
menempatkannya
Yerusalem
dikalahkan
atas
seluruh
kerajaannya.” Studi biblikal yang bersifat
5
Andrew E. Hillton dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1996), 578
161
6
Ibid.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
analisis teks ini meneliti secara eksposisi
Daniel. Termasuk bahasa yang digunakan
makna frasa “memiliki roh yang luar biasa”
dalam kitab ini bukan hanya Ibrani,
terkait dengan kualitas Daniel dalam
melainkan juga bahasa Aram, bahasa yang
kompetisi
yang
biasa digunakan oleh penjajah. Dalam
membantu raja. Pengertian tentang frasa itu
beberapa bagian, setelah pasal 6, bentuk
tentunya
sastera berkembang pada bentuk sastra
pemilihan
pemimpin
mempertimbangkan
konteks,
dalam hal ini keterkaitan narasi Daniel,
apokaliptik
Yahudi.
Dalam
konteks
yakni Daniel pasal 1 hingga 6.
kekristenan bagian ini biasa dikaitkan
Sastra kitab ini, secara khusus dalam
dengan eskatologi Kristen. Itu sebabnya
pasal 1 – 6, merupakan prosa narasi yang
dalam pengelompokkannya kitab Daniel
menampilkan tokoh utama Daniel. Penulis
berada dalam kelompok nabi-nabi besar,
kitab memperlihatkan keberadaan Daniel
karena separuh bagian kitab ini berisi
yang tetap menjadi perhatian sekalipun itu
tentang nubuatan yang bersifat eskatologis.
negeri
Namun pembahasan eksposisi ini hanya
penjajah
negerinya.
Situasi
yang
menghancurkan
politik
di
bawah
dibatasi
pada
pasal
penawanan Babel menjadi setting yang
mengaitkannya
mewarnai teologi dari penulisan kitab
eskatologis Daniel.
6
saja,
dengan
tidak
persoalan
Daniel. Dalam konteks agama terjadi hal yang kurang menyenangkan, di mana kemunduran dalam ibadah Yahudi menjadi efek tidak langsung dari hancurnya Bait Allah pada saat penghancuran Yerusalem oleh Nebukadnezar. Selain itu ada tekanan yang tidak jarang pada penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak mau mengikuti sistim agama di Babel.
Sadrakh,
Mesakh,
Abednego,
bahkan Daniel pernah menjadi korban atas
keadaan
ini
menjadi
pertimbangan dalam memahami tulisan
162
Analisis teks adalah pada Daniel 6:1-4, yang pada bagian sebelumnya sudah ditunjukkan. Perhatian atau titik persoalan adalah pada ayat 4 yang berbunyi: “Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk
menempatkannya
kerajaannya.” tentang
kebijakan ini. Semua
ANALISIS DAN HASIL BAHASAN
Teks
ini
keberadaan
atas
seluruh
menunjukkan Daniel
yang
memenangi pemilihan kepala istana di bawah raja. Ada dua frasa yang menjadi
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Agustin SP.– Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa…
titik analisis, yaitu: “melebihi para pejabat”
Jumlah 120 wakil raja yang disebut pada
dan “mempunyai roh yang luar biasa”.
Daniel 6:2-3 tidak mengindikasikan 120
Dua frasa di atas menunjukkan kualitas
daerah atau wilayah kerajaan Babel yang
Daniel dibandingkan kompetitor lainnya.
akan dipimpin oleh wakil-wakil raja,
Pemilihan tersebut dapat dipastikan terjadi
karena bisa saja dua atau tiga orang wakil
dalam kontes kemampuan yang fair karena
itu bekerja dalam satu daerah.
tidak memungkinkan peluang terjadinya
kedudukannya di atas 120 wakil yang
deal politik antara Daniel dan pihak
dipilih, karena kualitasnya memang di atas
penjajah. Daniel cenderung disepelekan
mereka semua. Kemampuan Daniel inilah
karena dia seorang tawanan dan bukan asli
yang tidak dapat ditandingi oleh 120 wakil
Babel.
raja, bahkan ditambah 2 orang yang akan
Sangat
kecil
sekali
adanya
8
Daniel
dukungan partai politik setempat yang
mengepalainya.
Kemampuan
mengalir ke Daniel; jadi jika ia terpilih itu
mengatur 120 wakil raja tidak didapatkan
adalah sebuah pertarungan sejati tentang
Daniel atas lobi atau pendekatan politis
kompetensi Daniel. Penulis menggunakan
lainnya,
istilah “melebihi para pejabat” untuk
memiliki kemampuan secara administratif
menunjukkan adanya semaca lelang jabatan
dan
di sana; dan Daniel menang. Bahasa Aram
dipertimbangkan raja.
kecuali
untuk
semata-mata
intelektualnya
Daniel
yang
sudah
yang digunakan untuk menunjukkan kata
Konteks hubungan bangsa penjajah
melebihi adalah: xC;ên:t.mi (mithnasakh) dari
dan tawanan tidak jauh berbeda dengan
akar kata
xc;n>
(netsakh) yang berarti: to
excel; distinguish oneself. 7 Artinya, bukan sekadar berbeda namun juga melebihi atau melampaui dari pesaing lainnya, karena Daniel memiliki sifat unggul atau ekselen. Kompetisi yang diadakan oleh raja saat itu dalam rangka mencari wakil raja untuk menduduki wilayah-wilayah yang berada di bawah
pemerintahan
kerajaan
konsep
tuan
atau
majikan
budaknya. Demikianlah posisi Daniel di dalam lingkungan kerajaan Babel. Dapat dipastikan tidak ada kesempatan intrik dan lobi politik terjadi demi sebuah jabatan, selain murni sebuah ajang uji kompetensi yang dilakukan raja dan pihak kerajaan. Ini lelang jabatan ala Babel, dan Daniel memenangkannya.
Kualitas
Bible Works 7, CD-ROM
163
intelektual
Babel. 8
7
dengan
Lynne Newell, Tafsiran Kitab Daniel (Malang: SAAT, 2000), 168-170
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
dapat dipastikan juga menjadi modal atau
paling berhikmat di masanya, Salomo,
dasar
dalam Amsal 1:7, “Takut akan TUHAN
pemilihan
raha
atas
dirinya.
Pengetahuan Daniel di atas rata-rata. Frasa kedua yang ada dalam konteks
adalah
permulaan
orang
bodoh
pengetahuan,
menghina
hikmat
tetapi dan
bahasan teks adalah: “mempunyai roh yang
didikan.” Hal ini tidak dapat dipandang
luar biasa”. Frasa ini muncul sebagai faktor
rendah begitu saja, karena dalam beberapa
penyebab dari kemampuan Daniel tersebut.
konteks orang yang dipenuhi Roh Allah
Istilah “roh yang luar biasa” diambil dari
dalam Perjanjian Lama memperlihatkan
frasa Aram
ar"yTiy: x:WrÜ
(ruakh yattira)
yang dalam beberapa terjemahan diartikan excellent (KJV) atau extraordinary (NAS).
indikasi itu. Perhatikan dua orang Bezaleel dan Aholiab
yang
menjadi
ahli
dalam
Newell mengatakan bahwa istilah “roh
mendirikan tempat ibadah (Kel. 36;1-2)
yang luar biasa” mencakup kemampuan,
ketika Roh Tuhan ada pada mereka. Yusuf
hikmat dan sifat yang dihasilkan dari kehidupan rohani yang sangat baik.
9
Artinya, ada pengertian bahwa itu adalah tingkat kedewasaan rohani seorang Daniel yang dapat dikatakan juga di atas rata-rata.
yang dapat mengalahkan semua ahli nujum dan tafsir mimpi Mesir, dikatakan oleh Firaun saat itu, bahwa kemampuannya adalah hasil dari dipenuhi oleh Roh Allah (Kej. 41:38). Ada banyak manifestasi terjadi
Hikmat dan Roh Allah
mengapa kerohanian Daniel yang menjadi penyebab kepintaran atau kemampuan intelektualnya. Sepertinya ini tidak dapat dibantah dalam konteks kehidupan orang Yahudi atau Israel, bahwa kemampuan seseorang yang di atas rata-rata merupakan campur tangan Allah dalam diri orang Perhatikan
paradigma
yang
dinyatakan oleh seorang yang dianggap 9
Ibid., 171
164
Roh
Allah
memenuhi
seseorang dalam konteks Perjanjian Lama,
Mungkin akan muncul pertanyaan,
tersebut.
ketika
selain kekuatan seperti para Hakim juga dalam bentuk hikmat atau pengetahuan dan keahlian.
Kemampuan
mereka
yang
dipenuhi oleh Allah akan melampaui orang-orang pandai sekalipun. Hikmat menjadi unsur penting dalam kepandaian seseorang pada masa Perjanjian Lama. Namun dalam konteks kekinian hikmat juga mamiliki fungsi yang sama, penyebab kemampuan seseorang. Salomo menekankan hikmat sebagai kemampuan
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Agustin SP.– Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa…
atau dinamika berpikir yang menghasilkan
berarti
kreasi, sehingga orang memiliki kreativitas
mengikat, menguasai diri seseorang; bisa
dalam hidupnya.
10
Hikmat itulah sebagai
semangat
atau
sesuatu
yang
juga berupa kehidupan di dalam atau habit.
potensi kemampuan extraordinary atau
Contoh
excellent seseorang, termasuk dalam hal
terbiasa dengan hidup mencuri atau berjudi,
intelektualitasnya.
pun
dan seakan itu sulit terlepas dari dirinya,
menyebutkan bahwa hikmat adalah unsur
maka orang itu disebut terikat oleh roh
utama dalam keberhasilan (Pengkh. 10:10).
mencuri atau roh judi. Jadi, roh dapat
Siahaan menambahkan, bahwa hikmat dan
menunjuk sebuah kebiasaan atau budaya
keahlian adalah dua hal yang tumpang
seseorang.
Pengkhotbah
tindih digunakan dalam Keluaran 31:3.11 Istilah roh yang luar biasa dapat juga dimengerti
dalam
konteks
budaya.
Umumnya, istilah roh dapat merujuk pada hal
yang
menjiwai
seseorang.
Pada
dasarnya istilah roh dan jiwa adalah dua hal yang terkadang tumpang tindih dalam penggunaannya. Roh dan jiwa dipandang sebagai dimensi hidup yang imateri, yang tidak terlihat, dibedakan dengan jasmani atau materi. Istilah spirit dalam bahasa Inggris tidak senantiasa diartikan roh, bisa juga berarti semangat. Ini dapat dipahami bahwa istilah roh bukan sekadar menunjuk kehidupan kerohanian, melainkan bisa
10
Harls Evan Rianto Siahaan, “HIKMAT SEBAGAI IMPLIKASI PENDIDIKAN KRISTIANI: REFLEKSI 1 RAJA-RAJA 3:1-15,” DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani) 1, no. 1 (2016): 15–30, http://www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/dunamis/article/view/99. 11 Ibid.
165
sederhana,
ketika
seseorang
Kualitas Kerohanian Daniel Kemampuan atau kualitas intelektual Daniel disebabkan oleh kualitas hidup rohaninya
yang
di
atas
rata-rata.
Penggunaan istilah extraordinary (NAS) atau excellent
(KJV) mengindikasikan
bahwa kehidupan rohani Daniel bukanlah di bawah standar. Istilah itu tidak muncul begitu saja, namun menjadi semacam konklusi
dari
beberapa
hal
yang
ditunjukkan penulis dari pasal 1 hingga 6. Ada semacam kebiasaan hidup rohani, katakanlah semacam disiplin rohani yang dilakukan oleh Daniel sebagai orang yang takut akan Allah. Tidak Menajiskan Diri (Dan. 1:8) Kualitas rohani yang pertama adalah tidak
menajiskan
diri.
Ungkapan
ini
muncul di dalam Daniel 1:8, “Daniel berketetapan
untuk
tidak
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
menajiskan
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
dirinya…” Dalam ayat ini disebutkan
kuncinya adalah menjaga kemurnian hati
perihal
sesuai dengan ketentuan firman Tuhan.
makanan.
Mengapa
makanan
dikaitkan dengan disiplin rohani Daniel? Apakah ini tidak terkesan memaksakan? Dalam konteks ibadah Yahudi, ada halhal yang telah diatur oleh Hukum Taurat sebagai makanan yang haram atau dilarang (Im. 11:1-47). Makanan yang dianggap haram tidak boleh dikonsumsi karena dianggap melanggar hukum Tuhan dan berdosa. Daniel tahu betul makanan yang seperti apa yang disajikan kepadanya, sehingga ia bisa memutuskan haram atau tidak bagi dirinya. Ketetapan Daniel untuk tidak memakan hidangan raja merupakan bentuk ekspresi imannya yang menjaga hatinya tetap murni. Terjemahan LAI tidak menerjemahkan kata
ABêli-l[;
ble
(lev) dalam frasa
yang berarti hati.
Frasa la;²G"ty. I-al{) yang diartikan “tidak menajiskan” (bisa juga tidak mencemarkan atau menjaga tetap murni) terkait dengan kata
ble
(hati) pada awal kalimat. Artinya
Persekutuan Bersama Orang Percaya (Dan. 2:17-19) Kebiasaan
berikut
yang
dilakukan
Daniel adalah, ketika masalah terjadi ia selalu membawanya dalam doa bersama dengan orang benar. Pada saat itu orang benar yang bersama Daniel adalah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Konteks ayat ini adalah muncul ancaman kematian bagi orang bijak yang ada di Babel jika mereka tidak mampu menceritakan mimpi raja sekaligus
mengartikannya.
Jika
hanya
mengartikan mimpi mungkin tidak terlalu masalah buat para Kasdim dan orang bijak. Namun persoalan terjadi ketika raja tidak mau
menceritakan
mimpinya,
namun
meminta para orang bijak itu menceritakan dan sekaligus mengartikannya. Ketika masalah itu diceritakan Ariokh, Daniel lantas meminta waktu kepada raja untuk meminta hikmat pada Allah demi memenuhi
keinginan
raja.
Dalam
penolakan Daniel atas makanan tertentu
menghadapi persoalan seperti itu, Daniel
merupakan cara untuk tetap menjaga
mengajak ketiga sahabatnya untuk berdoa
hatinya tetap murni, tidak tercemar. Ini
dan bergumul bersama agar memperoleh
merupakan disiplin rohani Daniel untuk
jawaban Allah. Kebersamaan dengan orang
membangun roh yang luar biasa. Kata
percaya atau orang benar merupakan pola dan kebiasaan yang dilakukan Daniel
166
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Agustin SP.– Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa…
sebagai
nilai
kehidupan
rohaninya.
Stimulasi Kerohanian Mahasiswa
Kebersamaan ini tidak hanya menunjukkan
Kegiatan sehari-hari mahasiswa STT
solidaritas pendatang di negeri buangan,
Torsina tidak lepas dari kegiatan yang
namun lebih kepada pola yang diajarkan
berbau ibadah, seperti berdoa dan membaca
oleh nenek moyang mereka sebagai umat
firman
Allah.
perkuliahan dimulai, semua mahasiswa
Teks ini memberitahukan bahwa Daniel kebiasaan
dalam
kehidupan
rohaninya, di mana tiga kali dalam sehari ia berdoa kepada Allah. Ini sebuah bentuk disiplin rohani Daniel. Ia membangun kehidupan doa menjadi sebuah kebiasaan sehari-hari. Sekalipun poin ini muncul di ayat 6, namun frasa “…seperti yang biasa dilakukannya” menunjukkan adanya pola yang sudah dilakukan sejak lama dan telah menjadi habit Daniel. Kebiasaan yang dilakukan tiga kali dalam sehari menunjukkan ketekunan dan kedisiplinan
Daniel
dalam
berdoa.
Sekalipun hidup dalam sebuah suasana yang tidak mendukung, di tanah asing dan tidak
mendukung
kegiatan
beribadah,
Daniel tetap taat melakukan doa. Disiplin rohani yang dilakukan Daniel inilah yang membentuk kerohanian yang di atas ratarata; roh yang luar biasa.
167
Dari
pagi
sebelum
mengikuti doa pagi. Siang hari ada ibadah
Disiplin Rohani (Dan. 6:11)
memiliki
Tuhan.
chapel bersama, begitu pun malam hari. Selain itu mahasiswa memiliki jadwal dan kelompok doa yang dibuat secara mandiri. Kegiatan
kerohanian
berlanjut
pada
kegiatan pelayanan weekend setiap hari Jumat hingga Minggu di gereja yang ditunjuk. Artinya, kegiatan kerohanian mahasiswa STT Torsina tidak sudah lebih dari cukup. Persoalan kualitas kemandirian belajar mahasiswa masih perlu ditingkatkan lagi. Prestasi belajar dan kualitas pengetahuan ditingkatkan dengan menstimulasi motif dan minat belajar mereka. Dalam sebuah penelitian menunjukkan semakin tinggi tingkat kemandirian belajar mahasiswa cenderung makin tinggi hasil belajarnya.12 Seperti
diungkapkan
kemandirian
di
menuntut
atas,
bahwa
adanya
sikap
bertanggung-jawab, ketidakbergantungan, 12
Irzan. Tahar and Enceng, “Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil Belajar Pada Pendidikan Jarak Jauh,” Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 7, No. 2 (2006): 99-100.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
disiplin, inisiatif dan kontrol diri dari para
korban persembahan. Namun ide yang
mahasiswa
disampaikan lewat narasi ini adalah Daniel
dalam
melakukan
proses
belajar. Sikap-sikap tersebut direfleksikan
menjaga
dalam pola hidup Daniel yang digambarkan
dengan melakukan hal-hal umum demi
dengan frasa “roh yang luar biasa.”
menjaga
Kehidupan Daniel memiliki sikap yang bertanggung jawab
atas
kehidupan
rohani
kemurnian
(hatinya)
hatinya.
Artinya,
kegiatan umum yang dilakukan Daniel itu
pekerjaannya,
dilakukannya dengan nilai atau motif
disiplin, inisiatif, kontrol diri, serta tidak
rohani. Hal ini senada dengan yang
bergantung pada orang lain. Daniel tidak
dikatakan Paulus dalam Kolose 3:23,
melakukan pekerjaannya ketika ada yang
“Apapun
melihat atau mengawasi, karena ia tahu apa
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
yang sedang dilakukannya dan untuk siapa
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
juga
yang
kamu
perbuat,
itu dilakukan. Belajar dari apa yang
Kuncinya pada bagian ini, mahasiswa
dilakukan Daniel seharusnya hal itu juga
harus menjadikan kegiatan belajar itu
dapat terjadi pada setiap orang yang
sebagai sebuah ibadah, sebagai cara untuk
percaya pada firman Allah, termasuk
menjaga hati tetap murni. Jika mahasiswa
mahasiswa STT Torsina. Narasi kitab
menyadari bahwa kegiatan belajar adalah
Daniel tidak hanya menyajikan cerita masa
sebuah cara untuk memurnikan hati, maka
lalu, namun memberikan prinsip yang
itu dapat menjadi modal dasar untuk
hidup dan jaminan, karena itu adalah
memperoleh
firman Allah yang berkuasa dan tidak
Kemandirian
dibatasi oleh masa.
pemahaman mahasiswa tentang hakikat dan
roh
yang
belajar
luar dimulai
biasa. dari
Kebiasaan atau disiplin rohani yang
tujuan belajar, diikuti kesadaran untuk
dilakukan oleh Daniel bukan hanya sebatas
melakukannya untuk memperoleh roh yang
pada kegiatan ibadah atau ritual keagamaan
luar biasa.
seperti doa dan membaca firman. Sikap
Disiplin rohani yang dilakukan Daniel
Daniel menolak memakan makanan raja
dengan setia dan tekun berdoa tiga kali
adalah gambaran tentang nilai terhadap hal-
sehari
hal yang umum dilakukan. Makan adalah
semangat (roh) yang luar biasa. Disiplin
hal yang biasa saja, bukan kegiatan ritual
rohani
ibadah, kecuali hal itu berkaitan dengan
penciptaan budaya disiplin termasuk dalam
168
menghasilkan
berimplikasi
kebiasaan
pada
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
habit
atau
atau
Agustin SP.– Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa…
belajar, karena yang dipelajari adalah
Mahasiswa tidak sekadar melakukan
tentang firman Tuhan. Penciptaan habitat
kegiatan rohani dari hari ke hari sebagai
rohani berdampak pada kebiasaan baik dan
sebuah kegiatan rutin belaka. Kegiatan
positif yang berkaitan dengan tanggung
ibadah
jawab. Itu yang dilakukan Daniel, ia
kerohanian tentang kualitas diri yang sejati.
melakukan tanggung jawabnya. Mahasiswa
Ibadah seperti doa dan membaca Alkitab
yang rohani mengerti tanggung jawabnya,
tidak berhenti pada perenungan tentang
yaitu belajar. Artinya, kedewasaan rohani
Tuhan dan dirinya saja dalam suasana
akan
ritual, melainkan berdampak pada kegiatan
diperlihatkan
dengan
melakukan
tanggung jawabnya.
mereka
menjadi
pembentukan
umum yang setiap hari dilakukan, termasuk
Stimulasi kehidupan rohani mahasiswa
belajar.
Kegiatan
ibadah
tidak
STT Torsina pada akhirnya akan terus
menghabiskan energi sehingga tidak tersisa
dilakukan
mempertimbangkan
lagi untuk belajar, namun sebaliknya
temuan eksposisi karakteristik Daniel atas
menghasilkan motif dan minat yang kuat
status
dan tinggi untuk belajar, karena itu bagian
dengan
luar
William
biasa
Dyrness,
(ekselen). konsep
Menurut
roh
dalam
Perjanjian Lama, jika dikaitkan dengan manusia maka itu menunjuk pada sebuah ungkapan psikologis yang berarti dorongan hati atau watak seseorang.
13
Ungkapan
psikologis berkaitan erat juga dengan kegiatan berpikir. Secara tidak langsung dapat diartikan juga bahwa istilah roh yang luar biasa menunjuk pada kemampuan intelektual dan watak yang luar biasa. Stimulasi rohani seperti inilah yang akan direkonstruksi dalam kehidupan mahasiswa STT Torsina.
dari memurnikan hati. KESIMPULAN Analisis teks eksposisi Daniel 6:1-4 menghasilkan beberapa poin simpulan tentang frasa roh yang luar biasa yang dimiliki Daniel dalam kaitannya dengan kegiatan kemandirian belajar mahasiswa STT Torsina adalah sebagai berikut: Pertama, narasi eksposisi kitab Daniel tentang keunggulan Daniel dibandingkan para
pesan
kehidupan orang percaya, karena itu adalah
William Dyrness, Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2004), 184
169
merupakan
teologis yang dapat diaplikasikan dalam
firman
13
kompetitornya
Tuhan
yang
berkuasa
dan
berotoritas. Temuan dan pesan eksposisi
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
atas nas tersebut bukan sekadar pesan
DAFTAR PUSTAKA
moral namun juga norma teologis yang
Dyrness, William. Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004. Hillton, Andrew E. dan Walton, John H. Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 1996. Lobby, J.T. Lochmono. Belajar Bagaimana Belajar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994. Newell, Lynne. Tafsiran Kitab Daniel, Malang: SAAT, 2000 Rachmawati, Dewi Oktofa. “Penerapan Model Self-Directed Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemandirian.” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran 43, no. 3 (2010): 177–184. Siahaan, Harls Evan Rianto. “HIKMAT SEBAGAI IMPLIKASI PENDIDIKAN KRISTIANI: REFLEKSI 1 RAJA-RAJA 3:1-15.” DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani) 1, no. 1 (2016): 15–30. Accessed May 11, 2017. http://www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/dunamis/article/view /99. ———. “Hikmat Sebagai Implikasi Pendidikan Kristiani: Refleksi 1 RajaRaja 3:1-15.” DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani) 1, no. 1 (2016): 15–30. www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/dunamis. Tahar, Irzan., and Enceng. “Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil Belajar Pada Pendidikan Jarak Jauh.” Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 7, no. 2 (2006).
berlaku bagi siapa yang mempercayai firman Allah. Kedua, roh yang luar biasa adalah faktor
penyebab
keunggulan
Daniel,
sehingga
keunggulan
mahasiswa
Torsina
pun
diperoleh
akan
STT lewat
membangun disiplin hidup rohani yang luar biasa. Membangun roh yang luar biasa dilakukan dengan menerapkan disiplin rohani dan kebiasaan rohani yang tinggi di atas rata-rata. Disiplin rohani yang tinggi menghasilkan kedewasaan rohani yang berimplikasi pada rasa bertanggung jawab atas
apa
Mahasiswa
yang
menjadi
dengan
tugasnya.
kerohanian
yang
dewasa akan melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Ketiga, membangun roh yang luar biasa bukan hanya dilakukan lewat kegiatan rohani seperti ibadah atau pelayanan, doa dan membaca firman, melainkan juga dengan melakukan kegiatan yang umum dengan hati yang luar biasa. Artinya, mahasiswa
STT
Torsina
melakukan
kegiatan belajar dengan menjadikannya sebagai cara untuk menjaga kemurnian hati atau imannya.
170
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)