MENSIASATI KETERTINGGALAN MANAJEMEN PRODUKSI DIMASA SULIT Ir. Heru Husaini, MSE., MBA Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) - Bogor ABSTRACT Memaksimalkan produktifitas harta adalah salah satu tujuan hakiki suatu manajemen produksi. Ada dua metoda yang dapat digunakan untuk mensiasati agar tujuan bisnis tersebut dapat dicapai, yaitu: memaksimalkan profit setinggi-tingginya atau/dan mengoptimalisasikan penggunaan harta yang dimilikinya. Tulisan ini dengan rinci akan mengupas cara-cara jitu yang dapat digunakan oleh para manajer-manajer produksi di Indonesia agar metoda optimalisasi harta dapat diterapkan didalam iklim bisnis seperti sekarang ini, misalnya: pengurangan harta mati, dan peningkatan produktifitas harta produktif. Keywords
: Manajemen Produksi, ROA, Maksimalisasi Profit, : Optimalisasi Harta
PENDAHULUAN Dalam upaya memaksimalkan produkstifitas harta, terdapat dua cara, cara pertama yakni dengan memaksimalkan profit setinggi-tingginya, hal ini sudah sering kita dengar, caranya dengan mengimplementasikan teknik-teknik pemasaran yang sudah dikenal serta melakukan usaha penghematan/efisiensi pada sistim produksinya. Masalahnya adalah bahwa metoda tersebut sudah kurang inovatif lagi, baik itu karena akibat daya saing terhadap pasar yang menurun, maupun usaha penurunan ongkos produksi yang menjadi lebih sulit, khususnya pada situasi yang tidak menguntungkan seperti sekarang ini. Cara kedua adalah dengan mengoptimalisasikan penggunaan harta yang dimiliki. Metoda ini atau metode optimalisasi harta produktif masih kurang popular dikalangan para pelaku bisnis produksi Indonesia, khususnya bagi para manajermanajer BUMN di negara ini.
MAKSIMALISASI PROFIT Apa yang menjadi ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan ? Ternyata bukan profit semata yang menjadi ukuran keberhasilan itu, yang lebih “fair” untuk menjadi ukuran tersebut adalah bagaimana usaha tersebut dapat memberdayakan harta yang dimilikinya seoptimal mungkin. Dengan perkataan lain, berapa besar profit yang
dapat dihasilkan oleh setiap satuan harta yang dimilikinya. Makin besar nilai ini maka makin hebat manajemen usaha tersebut dalam mengelola harta dimilikinya. Ukuran tersebut sering pula disebut dengan “return” yang diexpresikan dengan formula sederhana berikut ini. Profit Produktifitas Harta = Harta Makin besar “produktifitas harta” suatu usaha maka makin baik manajemen usaha tersebut. Sehingga boleh ditarik suatu kesimpulan bahwa strategi usaha manajemen produksi ada dua, yaitu: 1.
Meningkatkan profit setinggi-tingginya dan/atau
2.
Menurunkan nilai harta yang dimilikinya serendah-rendahnya.
Untuk strategi pertama, yaitu meningkatkan profit setinggi-tingginya, ternyata sudah menghadapi kendala yang cukup kompleks. Persaingan bebas menjadi sangat ketat dan profit sudah tidak bisa dipatok semaunya. Dipihak lain, usaha meningkatkan profit dengan cara penurunan biaya produksi juga menghadapi kendala yang tidak sederhana. Apalagi kondisi sekarang ini harga bahan bakar dan harga bahan baku sudah menjadi beban produksi yang sulit dihindari dan dicari solusinya. Bagi para manager yang berpikiran sempit, sering kali mereka terperangkap bahwa satu-satunya jalan untuk meningkatkan kinerja suatu usaha adalah dengan melalui cara pengurangan biaya produksi, termasuk didalamnya usaha pengurangan biaya tenaga kerja. Keputusan ini keliru, karena porsi pengurangan biaya tenaga kerja tidak terlalu signifikan dan tidak membuat kontribusi yang besar dalam menaikkan “retun” suatu usaha. Sebaliknya, usaha ini bila tidak dilaksanakan secara hati-hati dapat merusak mesin produksi yang selama ini berjalan, bahkan tidak mustahil bisa berhenti sama sekali. Memang masih ada usaha-usaha lain yang dapat dilakukan dalam rangka efisiensi produksi, seperti efisiensi penggunaan bahan baku dan pengurangan overhead produksi. Tetapi usaha-usaha tersebut terasa semakin sulit melaksanakannya khususnya apabila kondisi ini disebabkan oleh faktor external perusahaan. Sekarang apakah kita harus tinggal diam dan tidak melakukan apa-apa ? Tidak, masih ada strategi kedua yang belum kita tekuni secara serius, yaitu usaha mengurangi harta dan mengoptimakan harta yang dimiliki Perusahaan.
OPTIMALISASI HARTA Ada 2 jenis harta yang kita kenal, yaitu harta lancar dan harta tetap. Kedua harta tersebut dibedakan karena perubahan nilainya relatif terhadap waktu. Harta tetap disebut demikian karena dalam kurun waktu tertentu nilainya relatif tidak berubah, seperti: bangunan, mesin, kendaraan dan lain sebagainya. Sedangkan harta lancar adalah harta yang nilainya relatif selalu berubah untuk kurun waktu tertentu, seperti: nilai inventory (persediaan), nilai kas, atau nilai piutang suatu Perusahaan. Baik harta tetap maupun harta lancar ternyata mengandung suatu nilai harta yang tidak berfungsi apa-apa khususnya untuk menciptakan produksifitas harta. Harta ini disebut dengan Harta Nol. Sasaran dari strategi kedua, adalah mengidentifikasi, menghilangkan, dan kemudian mencegah agar harta-nol tersebut tidak muncul lagi dikemudian hari. Secara lebih rinci, formula diatas dapat disempurnakan sebagai berikut: Profit Prod Harta = Harta Prod + Harta 0 Jadi bisa diharapkan, dengan mengurangi nilai Harta Nol yang terkandung dalam sistim produksi kita, maka dapat dipastikan Produktifitas Harta mampu ditingkatkan. Sekarang apa saja yang digolongkan dengan Harta Nol tersebut? Ada 3 penyebab yang dapat menciptakan Harta Nol dalam sistim produksi kita, yaitu: 1.
Pertama, akibat sistim produksi kita sendiri. Harta Nol yang tercipta dari sistim produksi ini diantaranya adalah: inventory bahan baku/suku cadang yang berlebih sehingga menciptakan “dead stock”. Selain itu, tata letak proses produksi yang mengakibatkan Work–in-Process Inventory (WIP) timbul, dan penumpukan barang jadi akibat sistim produksi dan marketing yang tidak tepat.
2.
Kedua, kekeliruan manajemen yang mengakibatkan “tidak sengaja” nya kita menumpuk harta yang tidak produktif (harta nol). Misalnya suatu perusahaan minyak mengakusisi rumah sakit, lapangan golf, sekolahsekolah, hotel-hotel yang sama sekali tidak ada relevansinya dengan bisnis yang mereka tekuni.
3.
Ketiga, kekeliruan memilih bentuk organisasi yang tidak berorientasi pada proses, sehingga banyaknya muncul cost center-cost center yang membebani perusahaan. Idealnya, suatu organisasi perusahaan industri mengacu pada alur proses produksinya, sehingga terhindar dari beban cost center, dan yang ada hanya profit center.
Untuk menghilangkan Harta Nol tersebut, tentunya kita harus mampu mengidentifikasi penyebab-penyebab timbulnya Harta Nol – Harta Nol tersebut, dan selanjunya kita harus mampu menentukan proyek-proyek untuk menghilangkan Harta-Nol tersebut. Langkah-langkah konkrit yang selama ini dapat mengurangi Harta Nol tersebut, adalah: 1.
Hilangkan inventory bahan baku atau suku cadang dengan mengusahakan “just-in-time” (JIT) system. Buatlah konsiyiasi dengan para suppliers sehingga mereka dapat menerapkan JIT system secepat mungkin.
2.
Perbaiki tata letak sistim produksi sehingga dapat mengurangi sampah produksi dan work-in-process (WIP) inventory.
3.
Hilangkan inventory barang jadi, dengan cara “memproduksi kalau diminta”. Perlu diingat bahwa inventory sangat menimbulkan biaya, dan kadang kala biaya tersebut tidak sepadan dengan nilai profit yang ditimbulkannya.
4.
Perbaiki sistim marketing yang ada sehingga jangan menimbulkan nilai piutang yang tinggi. Usahakan untuk menguranginya dengan menerapkan sistim billing yang tepat.
5.
Pergunakan
kas
perusahaan
untuk
memperbesar
usaha,
jangan
“disimpan” tanpa menghasilkan “return” yang memadani. 6.
Perbaiki manjemen harta seoptimal mungkin, jangan terlalu banyak mesin-mesin yang difungsikan sebagai “cadangan” yang pada akhirnya idle tanpa menghasilkan return pada perusahaan.
7.
Setelah seluruh proyek “penghilangan harta-nol” tersebut sukses, diharapkan aliran material didalam sistim produksi kita akan lancar, dan production cycle menjadi kecil, yang akhirnya akan mencipta profit yang besar yang diukur dalam suatu kurun waktu tertentu.
KESIMPULAN Kesimpulannya
adalah
sebagai
berikut:
Optimalkan
harta
dengan
menghilangkan Harta Nol, selanjutnya akan tercipta production cycle yang pendek, dan akhirnya diperoleh kenaikan profi, akibatnya produktifitas Harta dapat dinaikkan. Strategi ini sama sekali tidak terpengaruh dengan kondisi ekternal yang sulit yang sekarang sedang kita sedang alami.
DAFTAR PUSTAKA Djarwanto P.S. 2004. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. BPFE, Yogyakarta Gitsudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Empat, Cetakan Ketiga. BPFE Yogyakarta. Prastowo D. 1995. Analisa Laporan Keuangan, Konsep dan Aplikasi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.