ISSN 2302-5298
Lingkup Artikel Yang Dimuat Dalam Jurnal Ini Adalah Kajian Empiris dan Konseptual Kontemporer Pada Bidang Ekonomi, Bisnis & Akuntansi
Struktur Pasar Industri Roti Bakar di Kota Ambon
Selvenco F. Tuasuun@
Abstract
The research was conducted in the city of Ambon, on 5 January until 25 February 2013, on industrial market structure analysis toast, located in the city of Ambon Maluku Province. The problem in this study, is what kind or toast the industrial market structure in order to identify and determine the level of industry concentration and market structure toast in Ambon City. Based on the results of research and discussion, it is known that there are quite a lot of companies in the city of Ambon toast, good medium, small and micro levels, with different kinds of products as well, on the other hand a large number of consumers. Industrial product marketing micro environment itself is limited, otherwise small industrial products and looks up, reaching all villages / urban villages in the region. thus the greater the market concentration to small and medium enterprises category/manufacturer, from the micro means formed an oligopoly market structure.
Key Words : Market Structure, Oligopoly, Industry Toast
@
Penulis adalah dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura Ambon e-mail :
[email protected]
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 1 ▪ Maret 2013
57
PENDAHULUAN Industri diartikan sebagai kumpulan perusahaan-perusahaan yang memproduksikan produk yang sejenis/homogen (Usman W, 1997 : 11), atau subtitusi dekat, ini adalah pengertian secara sempit. Apabila kita sebut industri roti, hal itu berarti menunjuk pada semua industri yang memproduksikan roti. Tetapi apabila kita menilik secara cermat, bahwa yang dikatakan industri roti tersebut akan terdiri dari bermacam-macam produk roti, dengan berbagai tingkat harga jual. Hal lain yang dapat diidentifikasi seperti jenis, bentuk, rasa, tekstur, kemasan, juga waktu atau kapan diproduksikan, untuk siapa, kemana atau lokasi pasar dan lain-lain. Demikian juga industri atau perusahaan yang memproduksikannya, antara lain berapa jumlahnya, industri besar atau kecil, usaha tersebut apa jenis badan hukumnya, sistim dan luas wilayah pemasaran dan sekmen pasarnya yang dituju, serta berbagai faktor lain yang berhubungan dengan suatu industri umunya. Roti adalah jenis jajanan atau makanan kecil yang berbahan baku utama adalah tepung terigu, disamping jajanan lain yang berbahan baku sejenis, umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu roti yang dimasak dengan ofen/dibakar, roti yang digoreng dan yang dikukus atau direbus. Industri terdiri dari perusahaanperusahaan yang umumnya akan berhubungan dengan pasar, sebagai suatu tempat untuk amenawarkan/menjual produk, dimana
58
tidak saja sejumlah industri sejenis yang menentukan struktur pasar, tetapi juga berbagai faktor yang tersebut diatas akan turut mempengaruhi bentuk atau strutur pasar dari industri tersebut. Sehingga kita tidak dapat mengatakan bahwa industri roti adalah industri yang produknya homogen di pasar, karena produk yang indetik itu tidak berarti sama, sebab ternyata ada perbedaanperbedaan ataupun kesamaan-kesamaan tertentu yang tidak dimiliki oleh semua industri yang sejenis di pasar. Sejalan dengan pendapat dari Rosyidi S (1989 : 336) bahwa, memang benar bahwa output-output yang ada di dalam industri persaingan monopo listis itu berhubungan satu sama lain, tetapi satu kenyataan pulalah bahwa antar output itu terdapat perbedaan. Jumlah industri roti di Kota Ambon cukup banyak, dan khususnya industri roti bakar yang terdiri dari industri besar, industri sedang, dan jumlah terbanyak adalah industri kecil atau usaha yang berskala mikro (home industry), yang banyak tersebar di desa-desa. Masingmasing industri mempunyai spesifikasi sistim produksi yang berbeda, antara lain dalam pelaksanaan fungsi pemasaran (marketing), yang mana tidak saja berkaiatan dengan jumlah konsumen yang sangat banyak, tetapi juga sejumlah produsen barang sejenis. Kita harus sepakat dengan pendapat dari sebahagian besar ekonom, antaranya Deliarnov bahwa, tidak adanya pasar yang betulbetul bersaing sempurna (1995 : 54), atau tidak ada struktur pasar demikian dalam
Struktur Pasar Industri Roti Bakar di Kota Ambon
dunia nyata. Demikian maka pasar industri roti bakar misalnya, apabila diidentifikasi akan memberikan gambaran struktur pasar yang munkin saja mengartikan bahwa produk roti bakar itu berbeda antara industri roti yang ada, dan yang lebih penting untuk mekethui bahwa termasuk jenis pasar apakah industri roti bakar tersebut, di Kota Ambon dewasa ini. Dari uraian tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana jenis atau struktur pasar industri roti bakar di Kota Ambon? . KAJIAN TEORITIS Hasibuan (1993:12) mendefinisikan industri merupakan kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. definisi tersebut mengisyaratkan bahwa perusahaan-perusahaan pada jenis industri tersebut, berada dalam kondisi pasar persaingan sempurna, walaupun tidak menyebutkan kondisi entri di perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut. Dari perbedaan-perbedan yang tercipta diantara perusahaan-perusahaan di dalam industri, maka dengan sendirinya akan memunculkan tipe-tipe pasar yang lain, yang sangat tergantung pada kekuatan-keuatan perusahaan dan konsumen dilain sisi. Pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya. Jika pertukaran merupakan konsep inti pemasaran, maka apa tolak ukurnya? Jawabannya adalah transaksi (Irawan, 1996:10). Perusahaan menanggapi apa yang dinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen individu atau kelompok. Lokasi atau tempat terjadinya kontak antara kedua pihak tersebut, dikenal denga istilah pasar. Secara singkat mereka mengartikan pasar itu sebagai suatu organisasi tempat para pembeli dan penjual suatu barang bertemu langsung satu sama lain. Penting untuk disadari bahwa pasar itu tidak perlu dalam satu gedung (Stonier dan Hague, 1984:30). Pasar dalam pengertian umum, adalah suatu lokasi yang diperuntukan sebagai tempat pertemuan produsen dan konsumen, di kota Ambon misalnya terdapat pasar Mardika atau pusat pertokoan, gedung swalayan atau mall, tetapi juga dengan kemajuan teknologi memungkinkan penjual dan konsumen dapat berhubungan secara on-line, dan tidak sedikit produsen yang mendatangi tempat-tempat konsumen secara langsung, maupun pedagang perantara atau distributor. “Para ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk atau kelas produk tertentu” (Kotler P, 1994:11). Pengertian sekumpulan dapat berarti beberapa, sedikit atau banyak pelaku di pasar, atau juga termasuk satu penjual dengan banyak pembeli, banyak penjual dengan satu pembeli dan terjadi saling bersaing
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 1 ▪ Maret 2013
59
diantara penjual dengan penjual dan atau dengan pembeli melalui berbagai prilaku. Struktur pasar menunjukan karakteristik pasar seperti elemen jumlah pembeli dan penjual, keadaan produk, keadaan pengetahuan penjual dan pembeli, serta keadaan rintangan pasar (Teguh M, 2010:15). Keadaan produk yang dihasilkan perusahaan-perusahaan, adalah meruakan suatu hal yang turut membetuk struktur pasar, apakah produk industri tersebut sama persis, ataukah ada perbedaan yang dalam hal ini tidak identik atau dapat dibedakan produk anatara satu perusahaan dan perusahaan yang lainnya. Dapat juga dilihat dari sisi daya tahan produk tersebut di pasar, khususnya ada terdapat jenis bahan makanan yang mudah rusak. Disinggung sebelumnya diatas, bahwa struktur pasar persaingan sempurna pada suatu industri, dalam dunia nyata tidak ada. tetapi lebih banyak kita temukan adalah pasar yang bersifat oligopoli. Struktur olgopoli ini semakin penting dipelajari oleh karena merupakan bentuk campuran dari srutur persaingan sempurna dan monopoli (Hasibuan N, 1995:4.3). Artinya hanya ada beberapa atau sedikt penjual berhadapat dengan banyak pembeli, dan kalaupun banyak penjual, tetapi hanya terdiri dari sedikit operuhaan yang ada di dalam pasar yang dapat mempengaruhi pasar. Selanjutnya ukuran/tingkatan dari pada prilaku oligopoli tersebut, dapat diringkas dari pendaat beberapa ahli, yang dikemukakan dalam Hasibuan N. (1997: 4.5), sebagai berikut :
60
a. C. Caysen dan D.F. Turner pada tahun 1959 membuat batasan jumlah perusahaan menguasai beberapa bagian pasar. Dia menyusun dua tipe kosentrasi menjadi dua tipe oligopoli : 1) Tipe oligopoli, 8 perusahaan setidaknya menguasai pasar satu jenis industri atau 20 perusahaan menguasai pasar sekitar 75 persen. 2) Tipe oligopoli delapan perusahaan terbesar dapat menguasai sekurang-kurangnya 33 persen pasaran suatu industri.atau sejumlah 20 perusahaan terbesar dapat menguasai setidak-tidaknya 75 prsen pasar. b. Stigler menyarankan 4 perusahaan terbesar dapat menguasai 60 persen luasnya pasar (jumlah barang yang sama dijual). c. Joe S. Bain mempunyai pandangan yang lebih fleksibel oleh karena itu ada bberapa jenis oligopoli. Jenis itu tergantung besarnya kosentrasi. 1) Tipe pertama, Oligopoli tipe IA dan IB merupakan oligopoli penuh, yaitu 3 perusahaan terbesar menguasai 87 persen pasar atau 9 perusahaan menguasai 99 persen pasar. 2) Tipe kedua, 4 perusahaan menguasai 72 persen pasar atau 8 perusahaan menguasai 88 persen pasar. 3) Tipe ketiga, 4 prusahaan menguasai 61 persen pasar atau 8 perusahaan terbesar menawarkan sekitar 77 persen dari jumlah barang yang sama dalam pasar.
Struktur Pasar Industri Roti Bakar di Kota Ambon
4) Tipe keempat, 4 perusahaan terbesar menguasai sekitar 38 persen, atau 8 terbesar menguasai sekitar 45 persen. 5) Tipe kelima, 4 perusahaan menguasai 22 persen atau 8 perusahaan menguasi 32 persen dari pasar barang suatu industri. Industri roti (roti bakar) adalah kumpulan perusahaan-perusahaan yang memproduksikan roti, namun ada kemungkinan terjadi perbedaan produk dan harga, karena prilaku masing-masing tidak dikontrol dan motivasi tiap perusahaan dalam pasar. Sebutan roti bakar, karena roti yang telah digriskan tadi bolehlah dibakar dalam suhu yang agak panas iaitu 200°C selama 20 minit atau bergantung kepada jenis roti. Roti yang cukup masak akan kecut sedikit dan ringan (Anonim 1). Pengertian roti jangan salah diartikan dengan kue walaupun keduanya samaama merupakan jajanan atau makanan kecil, “tapi tahukah kita apa bedanya antara Roti dan Cake? Selama ini kita menikmatinya tapi kita jarang sekali mencari dan mengerti apa sih bedanya anatara keduanya. Cake kalau di bahasa indonesiakan adalah Bolu, tetapi seiring perkembangan bolu di artikan cake dalam bentuk yang kasar dan padat yang di buat lebih banyak kuning telur dari pada putih telur serta dengan pemakaian tepung yang relative sedikit. Sedangkan Cake yang di hias biasanya kita sebut dengan Tart atau yang umum kita ketahui adalah Tart Ulang tahun. Sedangkan Roti biasanya rasanya tawar dan padat. Roti di bahasa jerman brot
yang artinya roti, dan bahannya banyak di dominasi oleh terigu ataupun gandum sehingga teksturnya lebih keras dan padat dan biasanya roti ini di buat melalui proses fermentasi sehingga dan biasanya roti yang banyak kita nikmati adalah roti tawar, roti isi, roti gandum dan lain-lain (Anonim 2). Dalam penjualan roti bakar yang kita buat, kita mebuat berbagai jenis ukuran roti bakar yang akan kita jual yakni dari ukuran yang mini, sedang hingga yang besar. Jadi pembeli dapat memilh roti bakar yang mana yang mereka inginkan, sehingga ukuran nya sesuai dengan porsi yang mereka inginkan (Anonim 3). Roti bakar berbeda dengan roti goreng, atau kue.
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 1 ▪ Maret 2013
61
METODOLOGI a. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Ambon, pada tanggal 5 Januari sampai dengan tanggal 15 Pebruari 2013. b. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode diskriptif, oleh Nawawi (1990) diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian (sesorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. c. Variabel yang Diteliti Sesuai dengan kebutuhan analisis maka variabel yang diteliti adalah industri roti bakar serta jumlah dan jenis produkya yang beredar di pasar
dalam wilayah Kota Ambon, dalam kurun waktu tahun 2012. d. Cara Pengumpulan Data Cara pengumpulan data (Nawawi 1990) : 1. Penelitian kepustakaan (liberary research), yaitu menghimpun data dari berbagai literatur atau dokumen , yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu menghimpun data langsung di lapangan, melalui observasi, wawancara dan kosioner. e. Analisis Data. 1. Analisis kwantitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode statistik deskirptif dan matematis terhadap data yang dikumpulkan (Agung, 1992) dan analisis kwalitatif juga dilakukan terhadap berbagai variabel yang diteliti. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Industri Roti Bakar di Kota Ambon Kota Ambon menyandang status sebagai ibu kota propinsi,tetapi tergolong sebagai kota kecil, berpenduduk kurang lebih 265 ribu jiwa, dan memiliki luas 359.45 km2, terdiri dari hanya 30 desa dan 20 kelurahan. Industri roti bakar yang berupa perusahaan secara komersil, sudah ada di kota ini sejak awal tahun 1970-an antra lain roti sarinda dan cinderela yang tetap eksis sampai dengan saat ini. Sedangkan struktur pasaran roti bakar pada waktu itu didominasi oleh industri rumahan atau usaha mikro (home 62
industri) yang berada di desa-desa, karena belum ditunjang oleh keberadaan sarana dan prasarana transporttasi yang memadai seperti sekarang ini. Pada tahun 2012 jumlah peruahaan yang bergerak dalam kegiatan produksi roti bakar di wilayah Kota Ambon seluruhnya berjumlah kurang lebih 329 buah. Dari segi kategori skala usaha, berdasarkan hasil ofserfasi dan taksiran terhadap berapa faktor, seperti bangunan pabrik, peralatan (mesin/alat produsi, kendaraan distribusi), tenaga kerja dan produksi, maka perusahaan-prusahaan dalam industri tersbut dapat digolongkan antara lain : 1). Usaha berskala menengah keatas, sebanyak 4 perusahaan yaitu pabrik roti : Sarinda, Lestari, Cinderela dan Lima Roti. 2). Usaha berskala kecil sebanyak 16 perusahaan, yaitu Alvine, Tiga Putri, Arsita, Dwitina, Waitatiri, Delvia, Hilyah, Mekar Lestari, Manasuka, Bintang, Manasuka , Dewi Jaya, Bintang, Madona dan Sangrila. golongan usaha ini skala produksinya tidaklah berbeda dengan usaha berskala menengah, tetapi sistim distribusinya ke pedagang pengecer sebahagian besar dilakukan oleh distributor pihak lain atau secara tidak langsung. 3). Usaha berskala mikro atau usaha rumah tangga (home industri) yang merupakan jumlah terbesar dalam industri jenis roti bakar di kota Ambon ini, berjumlah 309 buah unit usaha yang tersebar di seluruh 50 desa dan kelurahan, atau rata-rata 6 atau 7 usaha per desa. Ciri-ciri usaha jenis ini antara lain, modal kecil/terbatas, sistim pemasaran secara langsung ke konsumen
Struktur Pasar Industri Roti Bakar di Kota Ambon
di lingkungan terbatas, sebagian adalah usaha sampingan keluarga, peralatan yang sederhana dan faktor produsi utama adalah tenaga manusia/tenaga kerja adalah anggota rumah tangga, dan tidak bermerek. Produksi Produksi industri roti bakar, dengan mencampur bahan utama terigu, air gula, vermentasi diolah dan diproses menjadi roti bakar, ditambah bahan toping atau isi, seperti keju, coklat, fla, kacang, gula dan lain-lain, Menurut pendapat dari Ruggles R. dan Ruggles N .D. didalam Rosyidi S. (1989:54) tntang produksi bahwa, in broader terms any process that creates value or adds value to already existing goods is production”. Produk roti bakar itu tidak saja dapat ditingkatkan kwatitasnya tetapi juga nilai dan gunanya, dengan cara-cara yang khususnya dilakukan perusahaan berskala menengah dan besar, melalui teknologi dan inovasi, dibandingkan usaha kecil. Berdasarkan hasil pengamatan, terhadap perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah tersebut diatas, diketahui beberapa hal sebagai berikut : 1). Total nilai produk usaha pabrik Rp. 8669000 per hari atau 76,74 % dari seluruh nilai roti bakar di pasaran, yaitu Rp. 112.955.000 per hari di Kota Ambon, rata-rata produksi usaha golongan kecil dan menengah Rp. 4.334.500/perusahaan per hari. Nilai produksi usaha mikro hanya Rp. 2.626.500/hari atau rata-rata Rp. 85.000/unit usaha 2).Terdapat 21 jenis roti bakar, seperti roti coklat , roti kacang, roti moka, roti kaya, dan lainbenchmark ▪ Volume 2 ▪ No 1 ▪ Maret 2013
lain. 19 perusahaan memproduksi roti coklat dan roti kacang, 12 perusahaan memprodusi roti moka, jenis lainnya hanya diproduksi 1 samapai 5 perusahaan. 3). Umumnya produk berukuran kecil, atau beratnya berkisar 33 gram - 45 gram, ukuran sedang segberat 100-110 gram, dan ukuran besar, seberat 400 gram - 500 gram, yaitu jenis roti balok dan roti rangkai seperti roti sisir, roti manis, roti tawar, juga roti keju, collat, dan susu. 4). Menggunakan pembungkus/atau kemasan plastik. 5). Pada kemasan produk tertera label : merk/nama perusahaan 14 perusahaan, nomor keterangan ijin usaha atau kesehatan 6 perusaan, -jenis roti 13 perusahaan, -alamat usaha 7 perusahaan, -label moto 4 perusahaan, nomor telpon 11 perusahaan, komposisi 7 perusahaan, label halal 14 perusahaan, Sebaliknya untuk usaha mikro/usaha rumahan industri roti bakar, umunya roti brukuran kecil, dengan berat berkisar 35 - 45, tanpa kemasan dan tidak bermerek berlabel berlabel lainnya seperti komposis hrga, alamat dan lai8nnya. Pemasaran Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan (Irawan cs, 1996:1). Artinya bagaimana hasil produksi dpat sampai ke tangan konsumen. Umumnya lokasi pasar meliputi pulau ambon, bahkan hasil produk dibawa ke luar kota, atau ke daerah lain, atau ke pulau-pulau lain. Tetapi pada penelitian ini, yang hanya difokuskan pada produk yang dijual di Kota Ambon. Pemasaran dapat digambarkan dalam bentuk berikut :
63
PRODUSEN
PEDAGANG I
1) Dapat diterangkan bahwa umumnya industri berskala menengah maupun mikro, menjual langsung kepada konsumen. Tetapi perusahaan menengah dan kecil yang wilayah pemasarnnya lebih luas, mencakup semua desa dan kelurahan di Kota Ambon, akan menggunakan jasa pedagang distributor ke pengecer, atau langsung dihantar ke pedagang pengecer untuk dijual ke konsumen. Perusahaan kecil umumnya menggunakan strategi, penurunan harga jual ditingkat produsen, sehingga tugas distribusinya diambil alih oleh pihak lain. Seperti penetapan harga untuk jenis roti coklat, kacang atau moka sebesar Rp. 650/buah, sedangkan harga di pengecer Rp. 800/buah dan harga konsumen Rp. 1.000. Nilai jasa distributor /Pedagang I sebesar Rp. 150 atau 15%. Umumnya jenis ini menggunakan jasa distributor berkendaraan roda dua. Perusahaan menengah umumnya mendistribusi sendiri dengan kendaraan sendiri. Hal yang menarik juga, menyangkut informasi tentang selera konsumen atau permintaan pasar, ini mudah diperoleh dari pedagang pengecer, karena merekalah yang mengamati langsung, seandainya permintaan mulai menurun, pengecer akan
64
PEDAGANG II
KONSUMEN
beralih/berlangganan ke roti jenis lain, dan siklus ini akan berulang untuk beberapa jenis roti. Pasar bersifat terbuka, karena kebebasan untuk entr, perusahaan dapat masuk atau mundur secara sukarela. Daya tahan/keawetan dari produk rumahan, relatif lebih pendek, ratarata 1- 2 kali 24 jam, dibanding rati bakar produk pabrikan yangt mencapai 3 -kali 24 jam. Struktur Pasar Berdasarkan hasil penelitian, kalkulasi dan uraian diatas, Dengan mengukur nilai jual atau pendapatan dari masing-masing atau sekelompok perusahaan yang berada dalam pasar industri roti bakar, maka dilakukan pendekatan untuk mengenal struktur pasar industri roti bakar di Kota Ambon, sebagai berikut : 1. Bahwa tidak mungkin berlaku struktur persaingan sempurna walaupun terdapat banyak pembeli dan penjual, sebab adanya perbedaanperbedaan dalan jenis dan bentuk barang, juga harga yang berlaku untuk tiap jenis produk, dan tidak ada sosialisasi tentang produk untuk memberikan pengetahuan kepada konsumen secara lengkap. 2. Karena itu juga bukan merupakan pasar monopoli, karena terdapat lebih
Struktur Pasar Industri Roti Bakar di Kota Ambon
dari satu perusahaan di dalam industri roti bakar. 3. Dapat dikatakan bahwa pasar industri roti bakar tersebut adalah pasar oligopoli, tetapi dapat di bagi juga atas beberapa jenis oligopoli, menurut pendapat Hasibuan (1997:4.5), yaitu : 9 Kondisi oligopoli karena 20 perusahaan menguasai 76,74 % pasar 9 Lebih tegas lagi, ada satu perusahaan yang menguasai 21 % pasar. 9 Diferentiatet-oligopoli, barangbarang yang dihasilkan berbeda, dalam hal ini tidak semua, tetapi ada jenis produk yang dapat dibedakan . PENUTUP Kesimpulan Pasar industri roti bakar di Kota Ambon, terdiri dari banyak perusahaan/penjual dan banyak konsumen, tetapi struktur pasar yang terbentuk adalah oligopoli, berdasarkan jumlah dan kosentrasi pasar yang terdistribusi pada beberapa perusahaan besar, juga jenis produk yang berbeda, tetapi juga oligopoli yang terbuka, ada yang berhenti beroperasi tetapi ada yang merupakan usaha baru. Saran Melihat pada kondisi jumlah usaha dan kosentrasi pasar, maka ppemerintah perlu memberikan dorongan dan rangsangan kepada usaha mikro/usaha keluarga untuk dapat berkembang dengan baik, sebagai penyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim 1 : Panduan Membuat Roti Proses dan Mengenali Bahan by Galeri Aneka Resepi on Tuesday, 21 December 2010 at 19:57 · Anonim 2, http://engb.facebook.com/note. php?note_id=151229391592430 Anonim 2, Beda Cake dan Roti, http://www.griyafoods.com/201 2/08/beda-cake-dan-roti.html Anonim 3. Pengertian Umum, http://rotibakarmini.wordpress.c om/pengertian-umum/ Nawawi. H.H., 1990, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cetakan Keempat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Deliarnov, 1995, Perkembangan Pemikiran Ekonmi, Cetakan Pertama, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hasibuan N, 1993, Ekonomi Industri, Persaingan, Monopoli dan Regulasi, Penerbit Lembaga pendidikan, Penelitian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Yogyakarta. Hasibuan N, 1997, Eknomi Industri, Materi Pokok 1V, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta Irawan cs, 1996, Pemasaran, Prinsip dan Kasus, Edisi 2, Cetakan Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Kotler P, 1994, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendlian, Alih Bahasa Jaka Wasana, Edisi Keenam, Cetakan Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Stonier W. A. dan Douglas C. H, 1984, Teori Ekonomi, Terjemahan Aminudin A, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 1 ▪ Maret 2013
65
Teguh M, 2010, Ekonomi Industri, Cetakan Pertama, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Usman w, 1997, Eknmi Industri, Materi Pokok 1, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
66
Struktur Pasar Industri Roti Bakar di Kota Ambon